22
389 RANGKUMAN DISKUSI MAKALAH UTAMA Makalah 1 : PERUBAHAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERDESAAN : Analisis Data PATANAS 1995 dan 2007 oleh Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto. Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus (IPB) 1. Topik seminar menarik dan tiga makalah juga saling bersambungan namun tidak ada yang menarik benang merah dari persoalan pendapatan dan harga-harga (tidak sinkron antar makalah namun dapat dikerjakan kemudian). 2. Dimana letak dinamika perdesaan diantara ketiga makalah tersebut yang diungkapkan hanya statis saja (data-data statistik). Tidak menemukan Departemen Pertanian di dalam tiga makalah tersebut, karena yang dibicarakan apa yang dialami oleh masyarakat perdesaan. 3. Berharap mendapatkan rekomendasi-rekomendasi pembangunan pertanian perdesaan ke depan tapi belum berhasil dirumuskan, oleh karena itu perlu rumusan lanjutan, apa yg harus dirubah dari kebijakan pertanian. Dari makalah Handewi P.S tentang konsumsi dalam rekomendasi natural food security, ini bicara tentang rawan pangan alami dan paling sulit diatasi. Departemen Pertanian (Deptan) sebenarnya tidak boleh bicara tentang kendala alami, yang menjadi masalah adalah struktural. Karena yang alami dapat di ditangani dengan tekonologi. Persoalan pertanian dimana apakah yang alami atau teknologi? Bukan pembangunan pertanian namanya bila hanya banyak membicarakan harga dari pada teknologi namun karena ini Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) lebih banyak bicara ekonomi dari pada sosialnya. 4. Kaitan masa depan pertanian pendapatan masyarakat petani bagaimana? pertanian pangan tidak menarik jadi masuk akal bila data yang dikumpulkan animo untuk meneruskan sawah lebih rendah. Dari angka- angka rawan pangan tidak ditampilkan matriks rawan pangan Jawa dan Luar Jawa sehingga agak sulit untuk menganalisisnya. Sebenarnya konsisten rawan pangan di persawahan di Jawa lebih tinggi. Hanya bolak balik antara rawan pangan dan rentan pangan yang hanya karena harga, jadi hanya bermain-main dengan harga tidak menyentuh masalah yang hakiki. Beda dengan luar Jawa penurunan rawan pangan dari perkebunan. Kelihatannya pertanian nonpangan mengalami rawan pangan dan sebaliknya jadi apa artinya untuk kebijakan pembangunan pertanian perlu didiskusikan. Dari angka-angka menunjukkan persoalan Deptan belum banyak diungkap apa dibalik itu. 5. Dari makalah Bapak Sumaryanto, bila dihitung setara beras 1995 di Jawa kontribusi pertanian 15 persen, 2007 29 persen. Kontribusi berkurang 3,4

Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

  • Upload
    dangnhu

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

389

RANGKUMAN DISKUSI MAKALAH UTAMA

Makalah 1 :

PERUBAHAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERDESAAN : Analisis Data PATANAS 1995 dan 2007 oleh Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto.

Pertanyaan dan Saran dari Pembahas :

A. Dr. Felix Sitorus (IPB)

1. Topik seminar menarik dan tiga makalah juga saling bersambungan namun tidak ada yang menarik benang merah dari persoalan pendapatan dan harga-harga (tidak sinkron antar makalah namun dapat dikerjakan kemudian).

2. Dimana letak dinamika perdesaan diantara ketiga makalah tersebut yang diungkapkan hanya statis saja (data-data statistik). Tidak menemukan Departemen Pertanian di dalam tiga makalah tersebut, karena yang dibicarakan apa yang dialami oleh masyarakat perdesaan.

3. Berharap mendapatkan rekomendasi-rekomendasi pembangunan pertanian perdesaan ke depan tapi belum berhasil dirumuskan, oleh karena itu perlu rumusan lanjutan, apa yg harus dirubah dari kebijakan pertanian. Dari makalah Handewi P.S tentang konsumsi dalam rekomendasi natural food security, ini bicara tentang rawan pangan alami dan paling sulit diatasi. Departemen Pertanian (Deptan) sebenarnya tidak boleh bicara tentang kendala alami, yang menjadi masalah adalah struktural. Karena yang alami dapat di ditangani dengan tekonologi. Persoalan pertanian dimana apakah yang alami atau teknologi? Bukan pembangunan pertanian namanya bila hanya banyak membicarakan harga dari pada teknologi namun karena ini Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) lebih banyak bicara ekonomi dari pada sosialnya.

4. Kaitan masa depan pertanian pendapatan masyarakat petani bagaimana? pertanian pangan tidak menarik jadi masuk akal bila data yang dikumpulkan animo untuk meneruskan sawah lebih rendah. Dari angka-angka rawan pangan tidak ditampilkan matriks rawan pangan Jawa dan Luar Jawa sehingga agak sulit untuk menganalisisnya. Sebenarnya konsisten rawan pangan di persawahan di Jawa lebih tinggi. Hanya bolak balik antara rawan pangan dan rentan pangan yang hanya karena harga, jadi hanya bermain-main dengan harga tidak menyentuh masalah yang hakiki. Beda dengan luar Jawa penurunan rawan pangan dari perkebunan. Kelihatannya pertanian nonpangan mengalami rawan pangan dan sebaliknya jadi apa artinya untuk kebijakan pembangunan pertanian perlu didiskusikan. Dari angka-angka menunjukkan persoalan Deptan belum banyak diungkap apa dibalik itu.

5. Dari makalah Bapak Sumaryanto, bila dihitung setara beras 1995 di Jawa kontribusi pertanian 15 persen, 2007 29 persen. Kontribusi berkurang 3,4

Page 2: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

390

persen per tahun terhadap pendapatan rumah tangga, jadi jelas pertanian tidak menarik di Jawa (lebih menarik membuat jalan tol). Harus didiskusikan apa yang terjadi di Jawa sekarang 20 tahun yang yang terjadi di Luar Jawa. Apakah 20 tahun luar Jawa sama dengan Jawa sekarang? Atau membiarkan berkembang apa adanya? Pertanyaan pokok membangun pertanian diatas basis satuan rumah tangga tidak bisa melihat dari skala lebih luas lagi dengan manajemen usaha yang memilki unsur efektifitas usaha? Misalnya BUMP terutama untuk Jawa.

B. Prof. Dr. Pantjar Simatupang:

1. Analisis ketiga makalah kurang mendalam, sehingga implikasi-implikasinya kurang. Analisisnya hanya melakukan pembandingan antar waktu, antar lokasi, dan lain-lain. Apa dasarnya dilakukan pembandingan tersebut ?

2. Apa dasarnya dilakukan pembandingan antara Jawa dan luar Jawa? padahal pada akhirnya dibedakan berdasarkan agroekosistem. Sebaiknya langsung saja disebutkan propinsi-propinsi yang masuk kelompok agroekosistem tertentu, sehingga dapat langsung diketahui jumlah propinsi contoh yang dianalisis.

3. Pada makalah 1 (topik pendapatan), Tabel 1 tampaknya ada kesalahan perhitungan, sebaiknya dicek kembali. Tabel 4 halaman 9 juga perlu dicek kembali.

4. Pada makalah ke-2 (topik konsumsi), pengelompokkan pangan dibedakan (1) tahan pangan; (2) rentan pangan; (3) rawan pangan; dan (4) kurang pangan. Analisis lebih banyak membahas kelompok masyarakat tahan pangan. Mengapa tidak difokuskan pada kelompok kurang pangan? Hal ini mengingat kelompok kurang pangan mengalami ketidakcukupan energi dan protein.

5. Pada makalah konsumsi, penyajian data hanya dibedakan secara satu arah, seperti aspek pendapatan dibedakan rendah, sedang, dan tinggi, aspek wilayah dibedakan desa, kota, desa+kota, dan lain-lain. Analisis bisa lebih mendalam apabila data dianalisis tidak searah. Cotohnya: data dikelompokkan desa dan kota, masing-masing desa dan kota dibedakan pertanian dan non pertanian, selanjutnya pertanian dan non pertanian masing-masing dibedakan Jawa dan luar Jawa.

6. Pada periode 2002-2005, terjadi peningkatan kelompok masyarakat rawan pangan dan kurang pangan, artinya untuk semua pengkategorian (desa-kota, Jawa-luar Jawa, dll.) terlihat bahwa kelompok rawan pangan dan kurang pangan meningkat. Seharusnya analisis hal tersebut perlu lebih dalam, sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah kurang gizi makin parah. Kesimpulan tersebut sebenarnya didukung data pada Gambar 6.

Kelompok kurang pangan tidak hanya kekurangan konsumsi energi tetapi juga kekurangan konsumsi protein.

7. Berdasarkan data-data yang disajikan pada makalah konsumsi, tampak-nya kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, pendapatannya

Page 3: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

391

semakin menurun. Fakta ini bermakna bahwa pembangunan pertanian membuat orang miskin bertambah miskin. Apakah pemakalah berani menyimpulkan demikian ?

8. Pada makalah ke-3 (topik harga pangan), siapa sebenarnya yang dimaksud dengan masyarakat perdesaan? Harga domestik yang dimaksud tersebut sebenarnya harga siapa? ada kekhawatiran bahwa harga domestik yang dimaksud adalah konsumen di perkotaan. Jika hal ini benar, berarti isi makalah kurang cocok dengan judulnya. Sebaiknya gunakan harga yang diterima petani di perdesaan.

9. Data-data harga pangan dianalisis berdasarkan periodisasi. Apa justifikasinya dilakukan periodisasi tersebut? Periodisasi sebaiknya diperbaiki.

10. Pemakalah menyajikan pembandingan harga dunia dengan harga domestik. Apakah pembandingan tersebut sah ? hal ini mengingat satuan unitnya lain, harga dunia menggunakan satuan dollar dan harga domestik menggunakan rupiah. Ada beberapa hal yang membuat pembandingan tersebut tidak sah, yaitu: (1) mengandung nilai tukar; (2) komoditas yang dibandingkan terdapat komoditas yang harganya dikendalikan pemerintah; dan (3) CPO tidak dapat dibandingkan dengan minyak goreng, karena kedua barang tersebut terdapat sekat kebijakan pemerintah.

11. Koefisien variasi ditulis tidak konsisten (%/hari, %/bulan, %/tahun). Sebaiknya dibuat konsisten agar memudahkan pembaca.

Dari floor :

Dr. Hermanto (BKP Deptan)

1. Ada justifikasi kenapa beras diambil sebagai deflator untuk jangka panjang mungkin ada alternatif lain.

2. Kenapa tidak ada korelasi pendapatan dari yang lalu dengan yang sekarang? Apakah buruh tani sudah tidak menggunakan aset tetap? Tidak ada kebanggaan menjadi petani.

3. Kongkrit untuk mengatasi tenaga kerja skill yang keluar?

Makalah 2

PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PERDESAAN : Analisis Data SUSENAS 1999-2005 oleh Handewi P. Saliem dan Ening Ariningsih.

Pertanyaan dan Saran dari Pembahas :

Prof. Dr. Pantjar Simatupang

1. Lebih fokus diantara pengelompokan yang mana apakah tahan pangan, rawan panngan dan rentan pangan. Dari pembahasan lebih banyak tahan

Page 4: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

392

pangan. Mestinya difokuskan yang susah yang kurang energinya yaitu rawan pangan dan rentan pangan di dalam makalah tidak kelihatan .

2. Cara hanya membanding (one way comparison) tanpa memadukan kedua

arah. Sebenarnya bias two way desa kota pertanian nonpertanian, Jawa

dan Luar Jawa. Sungguh kesalahan pengambilan kesimpulan lebih

dipercaya.

3. Hasil : kelihatannya dalam periode 2002-2005 menurut angka-angka

rawan pangan dan kurang pangan meningkat ini yang sangat

memprihatinkan. Justru yang kurang energi meningkat supaya ditelusuri

lebih jauh, lebih fokus kepada yang kurang. RT perdesaan yang konsumsi

energinya dibawah rekomendasi meningkat ini akan membalik

kesimpulannya (tabel 1). Gambar 1: 2002-2005 ada peningkatan, jadi RT

perdesaan yang konsumsi energinya kurang dari standar meningkat. Dari

sisi pemenuhan gizi (energi) yang sama menurut kategori Jawa dan Luar

Jawa. Jadi kesimpulan masalah asupan gizi makin parah dalam 2003 dan

2005. Hal ini ditunjang pada gambar 6, rata-rata konsumsi energi per

kapita dibawah normal dan rawan pangan, betapa parahnya (apalagi

terhadap buruh tani). Jadi masalah penduduk perdesaan kurang protein

dan kalori dalam jumlah yang sangat besar dan meningkat.

4. Orang berpendapatan rendah makin kurang dari kesimpulan, beranikah

pemakalah mengemukakan itu? Jadi pembangunan kita membuat orang

miskin menjadi miskin

5. Analisis kurang sehingga kesimpulan juga kurang tajam.

Dari floor:

Dr. Wan Abbas Zakaria (UNILA):

1. Belum melihat kekuatan, sehingga potret itu demikian. Bagaimana perilaku

pemerintah, tekonologi dan lain-lain tidak tergambar yang membuat

gejolak supply and demand.

2. Bagaimana, apakah konsep-konsep AT mosher dll. relevan untuk

menjawab pertayaan seminar ini?

3. Membobot dengan harga beras perlu dipertanyakan karena share

terhadap pendapatan sangat kecil?

Dr. Hermanto (BKP Deptan)

1. Perlu duduk bersama dengan BKP tentang defenisi rawan pangan dan

kurang pangan.

2. Bagaimana menangani masalah terigu?

Page 5: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

393

Makalah 3 :

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS PERTANIAN DI PASAR DUNIA DAN REFLEKSINYA DI PERDESAAN INDONESIA oleh Sri Hery Susilawati dan Benny Rachman.

Pertanyaan dan Saran dari Pembahas :

A. Prof. Dr. Pantjar Simatupang

1. Yang mau diungkap apakah krisisnya atau harga pangan terhadap perdesaan? Masyarakat perdesaan yang mana? Harga domestik itu siapa? Apakah masyarakat perkotaan? Kenapa tidak digunakan harga yang dibayar konsumen atau yang diterima petani sehingga judul klop. Tidak melihat pemilihan fokus utama sama dengan judulnya.

2. Periodisasi 1990, 1997 2007 dan 2008. Ada 2 krisis regional dan financial global, tapi periode tidak mencerminkan itu. Saran periode sebelum krisis 1990-1996, masa krisis 1997-2003, masa pemulihan 2004-2006, 2007-agustus 2008. Sehingga pemilahan mencerminkan ada gejolak di dalamnya.

3. Sahkah kita membandingkan harga domestik dan dunia berdasarkan komparasi bila unit pengukurannya beda (Rp dan Dolar), karena dari dolar ke Rp ada nilai tukar sehingga transmisi rendah.

4. Tidak sah untuk membandingkan semua komoditas karena ada komoditas yang dikendalikan pemerintah. Sangat tidak pas membandingkan minyak goreng dengan CPO karena harga sudah disekat oleh pengambil kebijakan.

5. Bisa disamakan tahun, ada harian, bulanan atau tahun, Saran bulan saja sehingga konsisten dan dapat dibandingkan (sama unit prengukuran dan agregasinya)

6. Saran sisi metodologi, kurang bisa mengambil kesimpulan.

Kesimpulan dari moderator:

1. Peranan sektor pertanian sekarang sudah lebih dominan, peningkatan pendapatan dari produktivitas

2. Petani perkebunan cenderung lebih tinggi dari tanaman pangan.

3. Kelompok rentan pangan ada di perdesaan dan mengarah kepada berbahan baku impor.

4. Peningkatan harga pangan menyebabkan penurunan konsumsi di perdesaan.

5. Bagaimana langkah kita ke depan?

Page 6: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

394

DISKUSI KELOMPOK A

A. Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan

Komentar dan Saran

Makalah 1

Kesejahteraan Petani dan Non Petani Di Indonesia

- Seluruh makalah pada dasarnya baik, tetapi penyampaian pada masing-masing makalah nampaknya belum secara makro atau menyeluruh. Saran dari saya sesuai dari judul masing-masing perlu dilihat kembali agar lebih baik, karena semua makalah ini sangat perlu untuk dilihat pembangunan perdesaan di masa mendatang.

- Domestik Regional Bruto, untuk melihat indikator tingkat kesejahteraan, tidak hanya dari PDB saja, tentunya ada indikator yang lebih baik dan akurat.

Makalah 2

Dampak Pembangunan Prasarana Tranportasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat Perdesaan

- Dampak Pembangunan ada dua cara (before and after) dalam penyajian kurang visualisasi, jadi perlu sedikit perbaikan tampilan makalah.

Makalah 3

Analisis Keberagaman Usaha Rumah Tangga Pertanian di Berbagai Agro Ekosistem Lahan Marginal

- Istilah lahan marginal yang bagaimana karena hampir diseluruh lahan subur ada lahan marginalnya. Menurut saya lahan marginal merupakan salah satu agroekosistem, seperti ada lahan pasang surut, lahan kering. Jadi perlu definisi lahan marginal dilihat kembali.

- Didalam makalah Karakteristik Rumah tangga ada hubungannya dengan keberagaman usaha rumah tangga, biasanya orang yang memiliki profe-sional korelasi dengan keterampilan. Jadi untuk hal ini perlu dilihat kembali.

Dr. Dedi Sufyadi

- Rumah tangga nonpertanian relatif lebih sejahtera dibanding pertanian, lalu apa yang dimaksud dengan kesejahteraan. Bagaimana tentang pemba-ngunan Pertanian kedepan.

Ir. Asep Suherman, MP

- Perkembangan on-farm dan off farm masih merupakan sumber pendapatan yang dominan bagi rumah tangga, baik di agroekosistem sawah tadah hujan,

Page 7: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

395

lahan kering, dan pasang surut. Tetapi dari ke tiga agroekosistem tersebut apakah dapat menjamin kesejahteraan petani.

- Yang dapat dikatakan sejahtera bagi petani, paling tidak harus memilki lahan minimal 2 Ha, sedangkan rata-rata saat ini yang banyak pemilikan rata-rata lahan yang digarapkan minimal 0,5 ha.

Ir. Tjetjep Surialaga, MS (Pustaka)

- Setiap judul makalah dalam materi kelompok 1, tentunya akan dirangkum dalam suatu topik, jadi secara keseluruhan bagaimana dinamika kesejah-teraan petani.

- Bagaimana indikator tingkat kesejahteraan yang dicapai, dan bagaimana menganalisa keberagaman indikator kesejahteraan tersebut.

- Upaya-upaya apa yang perlu dilaksanakan diperdesaan, sehingga akhirnya akan didapat suatu kesimpulan yang terarah.

- Dalam Makalah Kinerja beberapa Kinerja Indikator Kesejahteraan Petani Padi 2008 di Perdesaan Kabupaten Karawang. Apa dasar penentuan 5 indikator peluang kesejahteraan petani sebagai dasar pembangunan pertanian.

- Dalam statistik ada 31 ciri indikator kesejahteraan masyarakat, mengapa dalam makalah hanya 5 yang ditampilkan. Dari indikator pendapatan dan Nilai tukar petani nampaknya Kabupaten Karawang lebih tinggi jika dibandingkan secara keseluruhan (provinsi Jawa Barat).

Tanggapan dari pembahas

Dr. Nyak Ilham :

- Memang PDB yang ditampilkan versi 2002-2005 tidak sejalan dengan indikator kesejahteraan, tetapi perlu dilihat aspek lainnya, seperti pangsa pangan, yang sangat berpengaruh pada krisis moneter yang sempat menggoncangkan indikator pembangunan, terutama pembangunan pertanian. Jadi perlu ada indikator lain yang mendukungnya.

- Jika PDB besar atau meningkat ada kemungkinan sektor ketenaga kerjaan dapat ditekan atau menurun, namun bukan berarti tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, karena ada ketidak seimbangan baik antar sektor maupun antar wilayah dalam pelaksanaan pembangunan. Jadi lebih baik pertumbuhan PDB relatif, tetapi merata antar sektor dan antar wilayah.

- Untuk dinamika PDB 2002-2005 bila dihubungkan dengan makalah Kinerja Beberapa Indikator Kesejahteraan Petani 2008 di Perdesaan Kabupaten Karawang, terlihat adanya kenaikan tingkat kesejahteraan petani. Artinya secara keseluruhan kinerja indikator kesejahteraan petani dalam hal ini petani padi relatif baik, apakah itu tingkat pendapatan, pengeluaran rumah tangga, daya beli, tingkat ketahanan pangan keluarga serta nilai tukar petani.

Page 8: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

396

Dr. Dewa. K. Sadra

- Dalam makalah ini melihat tingkat keberagaman usaha rumah tangga diukur dengan menggunakan indeks entropy yang didasarkan pada tiga kelompok pekerjaan, yaitu on-farm, off-farm, dan non-farm. Dari tiga agroekosistem lahan sawah, lahan pasang surut, dan tadah hujan, karena dari on-farm saja tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, atau belum mencukupi ketahanan pangannya. Jadi makalah ini hanya melihat keberagaman.

- Dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan petani dengan asumsi pemilikan lahan sawah minimal 2 Ha, sangat sulit petani untuk mendapatkannya lahan sebesar itu, bahkan sebaliknya jika petani tidak dapat mengontrol manajemen petani lahan yang dimiliki semakin sempit. Maka ada upaya petani untuk mencari pekerjaan lain di luar pertanian. Pengertian lahan marginal di sini adalah lahan sub marginal. Misalnya pendidikan seseorang semakin tinggi, akan semakin sedikit pekerjaan yang diambil, karena sudah terpolarisasi atau terstruktur. Tetapi di sektor pertanian pekerjaan di on farm maupun off farm tidak mempengaruhi tingkat pendidikan yang signifikan, karena keahlian seseorang yang dibutuhkan, seperti pengalaman petani yang selama ini digeluti.

Ir. Tri Bastuti

- Dalam analisis before and after yang di kaji adalah dampak sebelumnya, seperti dampak pembangunan prasarana transportasi yang sebelumnya tidak ada, setelah 5 tahun kemudian terlihat mobilitas masyarakat semakin tinggi, misalnya waktu tempuh dan biaya transportasi ke beberapa fasilitas semakin mudah, seperti sektor perekonomian, pendidikan, kesehatan dll.

- Untuk kesemua sektor pembangunan perdesaan akan tampilkan, dalam perbaikan makalah ini.

Ir. Ikin Sadikin

- Indikator pembangunan pertanian disini adalah melihat pembangunan keseluruhan daerah terutama di Jawa Barat, sebagai pencerminan dari hasil kinerja pembangunan ditingkat lokal, dari daerah berbasis pertanian dan daerah non pertanian. Untuk melihat itu semua tentunya banyak persoalan yang dihadapi, sehingga dalam makalah ini dibatasi pada pembangunan lokal, artinya melihat pembangunan perdesaan kasus kabupaten Karawang, terutama melihat indikator produksi seperti pendapatan, pengeluaran konsumsi, ketahanan pangan daya beli masyarakat. Yang merupakan penciri sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani.

Dr. M. Saleh Mokhtar (BPTP Palangkaraya)

- Saran untuk makalah Analisis Keberagaman Usaha Rumah Tangga Pertanian di Berbagai Agro Ekosistem Lahan Marginal. Aspek yang disini adalah kelembagaan petani harus diperkuat, artinya pengembangan teknologi seperti penyuluhan dan kemitraan harus diperhatikan bagi pemerintah terutama instansi dan dinas terkait.

Page 9: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

397

Ir. Asnawi Kabupaten Palu

- Dalam makalah Analisis Pendapatan Rumah Tangga Tani ditinjau dari aspek indikator Pembangunan Ekonomi Perdesaan. Kondisi yang terjadi dalam makalah ini adalah dikarenakan bias gender, tidak ada kaitannya.

Kesimpulan seluruh Makalah

- Dinamika indikator kesejahteraan secara keseluruhan dalam tahun 2002-2005 menurun. Sebaliknya dinamika indikator tingkat kesejahteraan dalam tahun 2008 lebih baik atau meningkat. Dengan adanya insfrastruktur yang memadai tentunya akan meningkatkan kesejahteraan petani atau masyarakat perdesaaan khususnya. Dalam usaha atau pekerjaan yang dilaksanakan petani masih didominasi usahatani on-farm. Pertumbuhan ekonomi PDB pada indikator kesejahteraan petani masih sangat terkait dengan indikator lainnya dari berbagai lapisan.

- Untuk melihat pendapatan rumah tangga perdesaan khususnya, adalah cara menilai seseorang apakah makin sejahtera atau sebaliknya. Untuk melihat bias gender, kondisi dan wilayah sangat berperan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.

DISKUSI KELOMPOK B

B. Perubahan Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan

Judul Makalah dan Penyaji :

1. Analisa Tingkat Kesejahteraan Petani Menurut Pola Pendapatan dan Pengeluaraan di Perdesaan (Sugiarto)

2. Pola Konsumsi Pangan di Wilayah Historis Pangan Beras dan Nonberas di Indonesia (A. Ayiek Sih Sayekti)

3. Pola Pengeluaran dan Konsumsi Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi (Tri Bastuti Purwantini)

4. Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Rumah Tangga di Indonesia: Analisis Data Susenas 1999, 2002, dan 2005 (Ening Ariningsih)

Dr. Handewi P. Saliem (PSEKP)

Makalah no. 1

Judul terlalu besar, orang akan mengira bahasan makalah mencakup seluruh perdesaan Indonesia padahal hanya di enam provinsi. Sesuai dengan saran Pak Pantjar Simatupang pada sessi pembahasan makalah utama, judul harap diubah agar lebih spesifik, bisa didiskusikan dengan P.Sumaryanto.

Page 10: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

398

Makalah no. 2

- Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan pertimbangan tertentu, mungkin lebih tepat jika disebutkan sampel dipilih secara purposive bukan random. Berbeda dengan Papua dan Sumbar, pemilihan lokasi Kaltim justifikasinya belum jelas.

- Pola terigu kenapa tidak terlihat padahal data nasional; memperlihatkan loncatan konsumsi terigu yang signifikan.

Ir. Mewa Ariani, MS (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Banten)

Makalah no. 2 dan 4, yang menggunakan data Susenas. Dalam membahas dan menganalisis data Susenas harus dicermati kondisi-kondisi yang ada saat data tersebut diambil. Susenas 1999 mewakili kondisi krisis, jika dibandingkan dengan Susenas 2002 beberapa indikator pasti akan menunjukkan kenaikan dan kemudian sedikit menurun lagi pada Susenas 2005. Data 2006 diperoleh dari hasil penelitian sehingga tidak dapat dibandingkan dengan 2005 karena metodologinya berbeda.

Baharuddin Pasaribu, MA (BB Litvet, Bogor)

Makalah no. 4

Apakah sudah ada telaah tentang pengaruh BLT terhadap tingkat kesejah-teraan masyarakat?

Makalah no. 3

Perolehan pangan pokok beras yang bersumber dari raskin cukup tinggi, padahal raskin itu sifatnya situasional, apa yang akan terjadi jika raskin suatu saat ditiadakan

Makalah no. 2

Pembahasan mengenai hubungan kualitas SDM dengan gizi, (yang antara lain menyebutkan protein hewani lebih bagus) menggunakan teori yang sudah lama. Sudah ada kajian-kajian terbaru, yang temuannya berbeda dengan hal itu, konsumsi hewani malah sering menimbulkan efek seperti kolesterol tinggi, dsb.

Dr. Maria Lokollo

Makalah no. 2

Sama-sama komunitas sawah, mengapa nilai tukar petani di Salujambu berbeda dengan Sumber Rejo?

Makalah no. 4

Secara nasional kecukupan energi sudah baik, jadi dimana masalahnya?

Page 11: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

399

Tanggapan pemakalah

Pemakalah no. 1

- Judul memang terlalu luas, nanti akan diubah.

- Saat penelitian dilakukan di Salu Jambu kegiatan usahatani sawah mengalami gangguan karena masalah iklim dan sedang dilakukan perbaikan infrastruktur pengairan sehingga nilai tukarnya rendah

Pemakalah no. 2

- Pemilihan Kaltim dan Sumbar didasarkan atas dua pertimbangan : (1) pertimbangan historis mengkonsumsi beras dan nonberas; (2) pola konsumsi kesetaraan beras, konsumsi rata-rata beras/kapita/hari keduanya di atas rata-rata nasional. Keduanya diambil secara random dari wilayah-wilayah yang memenuhi kedua persyaratan itu.

- Terigu memang tidak terlihat karena yang ditonjolkan memang hanya beras.

Pemakalah no. 3

- Masalah raskin ini memang sering menjadi dilema, dan pada wilayah tertentu untuk meredam timbulnya protes dari masyarakat raskin akhirnya menjadi rasta (dibagi rata). Jika suatu saat raskin ditiadakan, mungkin masyarakat memenuhi kebutuhannya melalui produksi sendiri, membeli atau pemberian lainnya.

- Mengenai keterkaitan antara kualitas SDM dengan pangan hewani (membantu menjawab pertanyaan untuk Pemakalah no. 4) : pangan hewani mengandung asam amino tinggi dan memiliki susunan gizi lengkap, sehingga tidak dapat begitu saja digantikan oleh yang lain. Mengenai temuan terbaru, memang dianjurkan untuk mengubah asupan pangan dari daging merah ke putih, dan itu semata-mata terkait dengan masalah kesehatan.

Pemakalah no. 4

- Belum menemukan kajian tentang keterkaitan BLT dengan tingkat konsumsi energi protein. Namun kenyataan di masyarakat yang sering dijumpai, raskin sering berubah menjadi rasta, semua menerima beras, sehingga dampaknya akan sulit dilihat.

- Dalam implikasi kebijakan memang sudah disarankan untuk memberikan pancing.

- Sebagai akibat intake pangan hewani yang berlebihan memang bisa menimbulkan penyakit-penyakit degeneratif, namun rumah tangga berpendapatan tinggi memang masih cenderung mengkonsumsi pangan hewani (ternak) daripada ikan.

- Masalah kecukupan energi protein terletak pada pemerataannya yang timpang dan kecukupan protein yang masih kurang.

Page 12: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

400

DISKUSI KELOMPOK C C. Perkembangan Tingkat Harga Komoditas Pertanian di Pasar Dunia dan

refleksinya di Perdesaan Indonesia

Session I

Makalah 1

Perubahan Tingkat Harga Komoditas Pangan di Pasar Dunia dan Dampaknya terhadap Konsumsi dan Harga di Pasar Domestik

Dr. Reni Kustiari dan Sri Nuryanti, STP., MP

- Harga komoditas pangan di pasar dunia sesudah tahun 1994, era liberalisasi perdagangan global, lebih volatil.

- Untuk menghindari ketergantungan pemerintah harus mengupayakan peningkatan produksi yang sesuai dengan karakteristik permintaan pasar domestik, importasi bahan pangan impor harus diperketat.

- Produksi beras, kedelai dan jagung harus diprioritaskan agar stok di dalam negeri tetap aman.

- Perkembangan harga di tingkat petani tidak mengikuti perkembangan harga di pasar dunia.

- Perlu mekanisme pasar yang memungkinkan petani menikmati kenaikkan harga di pasar dunia.

- Komoditas pangan terkait erat dengan pengembangan perdesaan dan ketahanan pangan.

- Perlu perlindungan dengan konsep special product dan special safeguard mechanism.

- Perkembangan harga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat dan pola makan masyarakat.

- Pola makan pokok bergeser dari beras ke selain beras, antara lain beras jagung dan pangan berbahan baku gandum yaitu tepung terigu dan mi instan.

- Pergeseran pola makan paling cepat terjadi di perdesaan. Masyarakat di daerah produsen pangan justru lebih tergantung pada pangan impor, ini akan berpengaruh negatif terhadap ketahanan pangan nasional.

Makalah 2

Dampak Harga Susu Dunia terhadap Harga Susu dalam Negeri Tingkat Peternak: Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat

Dr. Atien Priyanti dan Ratna Ayu Saptanti, SPt, MSi

- Kenaikan harga susu di pasar internasional telah mengakibatkan naiknya harga susu di tingkat peternak.

Page 13: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

401

- Harga susu dunia meningkat sangat tajam pada periode 2006-2007 mencapai 74 persen.

- Di dalam negeri direspon dengan kenaikan harga susu di tingkat peternak yang hanya mencapai 22 persen.

- Berdasarkan harga full cream milk powder yang setara dengan 8 kg susu segar maka harga susu segar di tingkat peternak baru mencapai persentase yang sebanding dengan harga dunia.

- Harga susu dalam negeri sangat kompetitif dibandingkan harga susu dunia, sehingga industri pengolah susu lebih memilih pasokan susu dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.

- Elastisitas harga penawaran susu segar dan harga konsentrat di tingkat peternak masing-masing cukup tinggi.

- Produksi susu sangat responsif terhadap kedua variabel tersebut.

- Harga susu segar dan harga konsentrat sangat berpengaruh terhadap produk susu di tingkat peternak.

- Kenaikan harga susu diimbangi kenaikan harga konsentrat sehigga perlu upaya substitusi komponen bahan pakan penyusun konsentrat.

- Perlu upaya agar peternak tidak menanggung kompensasi kenaikan harga konsentrat yang cukup besar.

Makalah 3

Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kunci Kesejahteraan Petani

Dr. Wan Abbas Zakaria

- Dalam era globalisasi hanya pelaku bisnis yang efisien yang akan memenangkan persaingan.

- Sebagian besar pelaku bisnis di Indonesia adalah para petani dan pengusaha kecil

- Pemberdayaan kelompok tani merupakan serangkaian upaya yang sistematis, konsisten dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya adaptasi dan inovasi petani dalam memanfaatkan teknologi secara optimal sesuai aturan agar efisien.

- Tiga tahap mewujudkan kesejahteraan petani

Pemberdayaan organisasi petani yaitu pemberdayaan kelembagaan Pengembangan jaringan kemitraan bisnis (network business) Peningkatan daya saing (competitiveness)

- Daya saing produk pertanian di tingkat lokal (daya saing lokal) yang dihasilkan melalui pemberdayaan kelembagaan/organisasi ekonomi petani pada masing-masing lokasi akan meningkatkan kesejahteraan dan daya saing petani dan daya saing wilayah yang pada akhirnya akan membentuk daya saing bangsa.

Page 14: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

402

Makalah 4

Analisis Perkembangan Harga dan Rantai Pemasaran Komoditas Cabai Merah di Propinsi Jawa barat

Ir. Adang Agustian, MSi dan Ir. Iwan S. Anugrah, MP

- Perkembangan harga bulanan cabai merah tahun 2007 di sentra produksi Cikajang Kabupaten Garut relatif fluktuatif antar bulan.

- Pemasaran cabai merah dari petani pedagang pengumpul desa pedagang besar di sekitar petani pasar lokal Garut; pasar induk Cibitung; pasar induk Tanah Tinggi Tangerang; pasar Induk Kramat Jati; dan pasar Kemang Bogor.

- Jenis cabai yang dominan adalah cabai merah keriting.

- Net marjin pemasaran cabai merah pada pedagang pengumpul desa dengan tujuan pemasaran dominan pedagang besar di sekitar sentra produksi lebih tinggi dibandingkan net marjin pedagang besar yang menjual ke berbagai tujuan pasar

- Terjadi ketimpangan net marjin akibat panjangnya rantai pemasaran yang menyebabkan inefisiensi.

Tanggapan Floor

Ir. Adi Setiyanto

1. Makalah 1

a. Penanya menganalisa topik yang sama dengan tujuh komoditas pasar. Sebagai saran harga internasional yang digunakan dalam analisa apakah harga referensi (karena harga internasional ada 23 referensi meliputi harian, mingguan, bulanan) atau harga restitusi impor.

b. Melihat dampak bisa dilihat dari kinerja pasar domestik dan internasional.

c. Bagaimana perubahan dengan kurs atau indeks perdagangan antara negara apakah dilihat dalam kajian ini.

d. Dalam setiap makalah konsumsi selalu menunjukkan konsumsi pangan meningkat karena kenaikan harga, hal ini perlu pengujian. Kalau belum diuji maka kesimpulan seperti dalam makalah akan menjebak.

2. Makalah 2

Apakah kajian sudah melihat dalam harga riil?. Meskipun sudah meningkatkan harga susu petani dalam negeri apakah perubahan itu karena importir mengurangi volume impor atau ada aspek lain yang mempengaruhi

3. Makalah 3

Akan penting bila makalah ini disusun sebagai road map pengembangan kelembagaan petani. Terkait dengan kasus Lampung akan baik lagi bila dikaitkan dengan Kajian Puslit Kakao Kopi Jember untuk menunjukkan

Page 15: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

403

bagaimana pengembangan lembaga yang baik. Sehingga akan tampak tahapan dan pembentukan yang dilakukan sebagai standarisasi pola pengembangan kelembagaan agar menjadi suatu wacana baru.

4. Makalah 4

a. Perlu ditampilkan data usahatani. Selain itu perlu gambaran atau ditampilkan proporsi yang masuk tiap pelaku dalam rantai pemasaran cabai merah sehingga akan memunculkan indikasi harga dan konsentrasi pasar yang mencerminkan preferensi petani menjual produknya.

b. Bagi pemerintah akan penting untuk melakukan intervensi di lokasi konsentrasi apabila terjadi kejatuhan harga. Disusun ulang dalam menurut structure conduct and performance (SCP) produk walaupun belum mencerminkan manajemen rantai pasokan yang ideal

Dr. Edi Basuno

5. Makalah 1

Makalah menyebutkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku konsumsi dengan alasan yang belum mantap, dalam revisi perlu diberi penjelasan mendalam misalnya bagaimana dengan konsumsi roti yang lebih mahal harganya apakah konsumsi roti di perdesaan juga meningkat, dikaitkan dengan peningkatan konsumsi tepung terigu.

6. Makalah 2

a. Judul dikaitkan dengan kasus KPSBU namun dalam makalah kurang banyak bahasan tentang KPSBU, sehingga kurang cocok ditonjolkan sebagai judul.

b. Disebutkan harga baik, dengan beberapa kendala, namun belum disebutkan tentang kendala hijauan yang setahu penanya disediakan oleh koperasi untuk anggota. Hal yang umum dihadapi koperasi adalah kendala untuk mengejar ketersediaan rumput atau hijauan.

c. Alangkah baiknya untuk meningkatkan skala usaha koperasi perlu menyediakan rumput dalam satu ransum untuk ternak sehingga tidak memerlukan banyak waktu untuk aktivitas yang lain terutama laktasi, kendala ini kurang dibahas oleh penulis.

d. Hal di atas bisa sebagai saran bagi Pemda atau provinsi lain dalam meningkatkan produksi susu, salah satunya adalah harus meningkatkan ketersediaan lahan hijauan.

7. Makalah 3

a. Sudah berapa lama sudah dilakukan dan akan berapa lama akan dilakukan.

b. Biasanya administrator tidak tahu proses tersebut sehingga akan menimbulkan masalah dengan target pengembangan.

Page 16: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

404

c. Apakah kader sudah ada untuk melanjutkan pengembangan. Kondisi tersebut harus diungkapkan.

d. Apakah sudah ada baseline dan apakah dimulai dari nol atau tahap apa. Karena biasanya kesuksesan tidak muncul saat kita ada disitu, namun saat kita tidak ada disitu, hal ini merupakan indikator keberhasilannya bagaimana jejaringnya apakah sudah muncul?

8. Makalah 4

a. Fenomena ketidakberdayaan produsen apakah tidak ada usul terobosan bagi Pemda agar meminimalkan performance marjin dalam pemasaran cabai merah di Garut karena agar marjin di tingkat petani tidak sepanjang masa kecil.

b. Makalah akan berarti kalau bisa menyampaikan intervensi dan siapa yang akan melakukan intervensi tersebut. Menjadi kesempatan yang baik untuk mempertajam kajian

Tanggapan Pemakalah

Makalah 1

- Harga internasional yang digunakan adalah pink sheet yang dikeluarkan Bank Dunia. Penulis akan mencantumkan sumbernya dalam makalah perbaikan

- Kajian tidak mencakup kurs. Memang akan lebih baik, namun perdagangan antar negara dalam hal ini perdagangan internasional telah menggunakan mata uang standar, yaitu Dollar AS (USD). Sehingga nilainya akan setara dalam perdagangan umum.

- Dampak terhadap konsumsi memang masih perlu dianalisa lanjut. Memang ada kemungkinan konsumsi mi instan meningkat karena lebih banyak dan mudah diperoleh. Kajian ini juga tidak menguji variabel harga dan tingkat konsumsi secara spesifik. Tepung terigu yang dimaksud dalam kajian adalah konsumsi jenis makanan dari padi-padian bersumber dari pengeluaan untuk konsumsi penduduk Indonesia.

Makalah 2

- Penulis tidak membuat analisa berdasarkan harga riil karena kebingugan atas deflator yang digunakan, termasuk harga nominal dalam harga internasional, yaitu Dollar AS dan Rupiah untuk mata uang dalam negeri.

- Melihat dampak kenaikan harga susu impor sangat terukur karena pasar komoditas susu sangat monopsoni dengan channeling yang sudah pasti. Artinya, kenaikan harga internasional akan menyebabkan harga dalam negeri naik pula. Kalau harga di dalam negeri turun atau lebih rendah maka industri dalam negeri akan menyerap seluruh sumber daya yang ada.

- Penulis tidak memasukan hijauan (rumput) sebagai kendala karena elatisitas penawaran harga rumput tidak tersedia data harganya untuk dianalisa dan

Page 17: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

405

peneliti terdahulu menyebutkan bersifat tidak elastis terhadap perubahan harga dan justru harga konsentrat

- Penulis sangat setuju bahwa tidak saja KPSBU yang kekurangan lahan

sehingga direkomendasikan untuk integrasi sewa lahan dengan pihak

perhutani, mengingat KPSBU merupakan benchmark atau prototype dalam

pengembangan ternak sapi di Jawa Barat maka akan ditambahkan dalam

implikasi kebijkan. Posisi KPSBU sebagai prototype memungkinkan studi

kasus ini diangkat sebagai judul besar makalah.

Makalah 3

- Dalam makalah perbaikan akan ditambahkan informasi tentang berapa lama

dan apa saja komoditas yang dijalani.

- Base theory kajian adalah penelitian dari PSE-KP, yaitu kajian hasil

kerjasama Bappenas dan Depperindag. Kegiatan tersebut telah mampu

mengubah panduan umum, namun ditengah jalan visi pemerintah hanya

proyek sehingga kesulitan untuk menguji model fase awal dan daya saing

nasional/daya saing kelompok/daya saing petani.

- Peneliti-peneliti terdahulu menunjukkan bahwa ada bias petani dalam

menentukan teknologi, tampak juga keengganan kaum muda untuk terjun

dalam pertanian. Terpikir oleh penulis tentang bagaimana sebuah peer

group ingin membangun pertanian secara sistematis. Misalnya dosen juga

melakukan kaderisasi dengan membawa mahasiswa ke lapangan karena

tidak ada lagi kuliah kerja nyata (KKN).

- Kesulitan yang lain adalah perubahan pemerintahan akan merubah program

sebelumnya, sehingga setiap fase tidak tampak kesinambungannya. Namun

hasil kajian muncul setelah selama tujuh tahun ada kelompok tani yang juara

dan menunjukkan bahwa transmisi harga sebesar 1 (satu). Artinya harga

petani sama dengan harga pabrik. Apakah bisa kita menggerakkan peneliti

dan mahasiswa untuk terjun ke bawah untuk menyuluh petani atau layani

petani.

Makalah 4

Masukan ini akan digunakan untuk mempertajam analisa dalam makalah

Tanggapan Moderator

- Kemitraan petani dengan pabrik kopi yang terjalin di Lampung dalam hal ini

Nestle akan menjamin harga di tingat petani sehingga mendorong keinginan

petani berusahatani dengan adanya jaminan ketersediaan pasar dan

kepastian harga

- Marjin yang demikian besar terdistribusi tidak merata hampir terjadi di semua

rantai pemarasan produk pertanian. Hal ini menjadi perhatian kita bersama

untuk mencari solusi mengurangi inefisiensi pemasaran

Page 18: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

406

Session II

Makalah 5

Analisis Perdagangan Kakao Indonesia ke Spanyol

Ir. Saktyanu K.D., MSi dan Ir. Adi Setiyanto

- Eropa merupakan salah satu tujuan utama ekspor perdagangan pertanian

Indonesia.

- Komoditas kakao merupakan andalan diantara komoditas perkebunan yang

lain.

- Spanyol merupakan pasar yang prospektif di Eropa setelah Belanda.

- Ada juga kecenderungan Indonesia mengekspor ke Malaysia dan negara

Asia atau Eropa yang lain.

- Potensi kemampuan bersaing kakao Indonesia masih tergolong rendah

dibanding eksportir negara lain.

- Indonesia melakukan perdagangan yang konstruktif baik secara struktural

maupun kompetisi.

- Indonesia mampu melayani peningkatan perubahan permintaan di negara

tujuan maupun peningkatan ekspor dalam rangka memasuki pasar tujuan

ekspor di Spanyol.

- Kompetisi pasar Eropa ketat, Indonesia lebih baik melakukan peningkatan

penetrasi pasar khususnya untuk kakao.

- Kinerja menunjukkan peran yang baik dalam hubungannya dengan

perdagangan dengan tujuan pasar, yaitu Spanyol. Perlu diarahkan secara

strategis khususnya penyiapan produk lanjutan (jadi)

Makalah 6

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Petani dengan Menerapkan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Perkebunan Kakao Rakyat untuk

Meningkatkan Pendapatannya

Ir. Hendiarto, MS

- Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tepadu (SLPHT) tanaman kakao telah

dilaksanakan di Propinsi Sulawesi tenggara sejak 1998 – 2003.

- SLPHT bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas biji kakao

melalui perbaikan teknik budidaya tanaman untuk perbaikan lingkungan.

- Harga kakao di tingkat petani secara nyata mempengaruhi petani dalam

menerapkan PHT dan menigkatkan pendapatan usahatani.

- Penerapan prinsip/teknologi PHT dapat meningkatkan keuntungan petani

melalui peningkatan produktivitas.

Page 19: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

407

- Untuk meningkatkan harga kakao dan pendapatan petani dapat dilakukan melalui pengembangan model/pola kemitraan yang bermediasi.

- Badan Litbang Pertanian sebagai penyedia teknologi budidaya sampai pengolahan

- Dinas terkait sebagai pembina kelompok tani, sertifikasi biji kakao, pemasaran (bermitra) dan penguatan modal kelompok.

Makalah 7

Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan

Ir. S. Rusdiana dan Dr. Dwi Priyanto

- Untuk mengurangi kekurangan gizi dalam pakan ternak domba diberikan tambahan pakan penguat berupa dedak padi dan ampas tahu.

- Domba yang memproleh makanan penguat menunjukkan penggemukan yang sangat nyata dibandinkan yang tidak. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan bobot hidup ternak yang memperoleh pakan penguat dibandingkan yang tidak.

Makalah 8

Kajian Usahatani Lahan Pantai di Kabupaten Bantul

Aris Slamet Widodo, SP., MSc

- Usahatani lahan pantai merupakan kombinasi aktivitas ternak sapi dan tanaman.

- Pola pergiliran tanaman yang dilakukan adalah padi, bawang merah, cabai merah dan tumpang sari antara bawang merah dan cabai merah.

- Keuntungan usahatani tertinggi ditunjukkan oleh usahatani monokultur tanaman bawang merah, diikuti tumpang sari bawang merah dan cabai merah, monokultur padi, dan terkahir monokultur cabe merah.

- Untuk memperoleh keuntungan di atas petani perlu memelihara dua ekor sapi sebagai bentuk integrasi usahatani.

Tanggapan Floor

Dr. Sri Hery Susilowati

Makalah 5

- Kajian melihat kinerja perdagangan dengan model Constant Market Share (CMS) dengan adanya pesaing dari negara lain, apakah daya saing dilihat dari ekspor? Telah dibandingkan Malaysia meskipun Malaysia bukan produsen namun menunjukkan trend ekspor yang tinggi, dalam artian Malaysia melakukan reekspor kakao yang diimpor dari negara lain?

- Bagaimana dengan model CMS menerangkan kinerja Malaysia tentang kakao di pasar internasional.

Page 20: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

408

- Secara awam model CMS akan lebih baik didekomposisi dalam ordo satu, dua, dan tiga perlu dijelaskan makna dan hasil analisa dekomposisi dari model struktural sehingga akan bermakna dalam aplikasi tidak hanya berupa angka, tapi tahu fenomena yang terjadi baik secara struktural dan fungsional dibalik angka-angka tersebut.

Makalah 6

- Analisa faktor keuntungan apakah sudah dibedakan menurut petani PHT dan nonpenerap PHT, atau gabungan.

- Ada baiknya dibedakan antar keduanya dalam usahatani dan finansial secara kuantitatif kalau tidak dianalisa secara berbeda, paling tidak dengan dummy untuk menunjukkan perbedaan kinerja keuntungan antara penerap dan non penerap PHT.

Dr. Atien Priyanti

Makalah 6

Lokasi kajian di Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah nomor dua pengembangan kakao Indonesia setelah Sulawesi Tengah. Dalam meghitung fungsi keuntungan masih menggunakan data monokultur. Yang terjadi di Sulawesi Tengah adalah petani memanfaatkan kulit kakao untuk ekspor sebagai bahan pakan ternak. Hal ini merupakan peluang pengembangan kakao untuk diintegrasikan dengan peternakan sapi pedaging.

Makalah 8

- Makalah ini adalah analisa yang sangat antuasias, karena hanya dengan rata-rata lahan seluas ¼ hektar per tahun tanpa memasukkan komponen ternak telah memunculkan data keuntungan finansial yang demikian tinggi.

- Mohon diperjelas dalam makalah apa yang dimaksud biaya eksplisit dan implisit dalam kajian, mengingat dengan biaya yang demikia kecil keuntungan yang dihasilkan demikian tinggi.

Sri Nuryanti, STP., MP

Makalah 8

Dalam analisa keuntungan usahatani apakah dilakukan dalam satu petak lahan yang sama menurut pola tanam monokultur atau tumpang sari atau agregasi jenis tanaman dalam satu petak lahan yang sama lalu dianalisa keuntungan usahataninya?

Ir. Saktyanu K.D., MSi

Makalah 8

Dalam optimasi mengapa Dual tidak dimunculkan? Hal ini penting untuk melihat ketersediaan lahan. Apakah masih ada atau tidak, mengingat lahan merupakan salah satu kendala dalam usahatani.

Page 21: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

409

Ir. Hendiarto, MS

Makalah 8

Apakah lokasi kajian merupakan daerah yang saat ini dikembangkan irigasi kapiler dengan menggunakan beton di kawasan pantai selatan Yogyakarta? Informasi yang penanya peroleh, dengan kedalaman tertentu air yang muncul dan terdistribusi di permukaan tanaman sangat banyak. Mengingat potensi irigasi tersebut yang hanya memerlukan kedalaman 2 meter tanah d isekitarnya mampu dibasahi sesuai kapasitas lapang cukup bagus dianalisa dalam makalah.

Dr. Reni Kustiari

Makalah 7

Apakah masih tersedia lahan kosong sehingga memungkinkan ditanami ubi kayu atau lahan bekas tanaman produksi lain?

Dr. Edi Basuno

Makalah 7

Dalam kajian tampak jelas bahwa diperlukan 25 ekor domba jantan dalam penggemukan. Ini merupakan investasi yang demikian tinggi. Apakah ada investor diluar petani atau modal usaha mandiri petani perlu penjelasan?

Tanggapan Pemakalah

Makalah 5

- Model CMS digunakan untuk analisa dalam periode 2001-2004. Model ini asumsinya barang tidak semena-mena dikonversi/berubah bentuk, seolah-olah barang mudah bergerak dari produk primer menjadi olahan.

- Kaitannya dengan Malaysia tidak dianalisa daya saing tersebut, tapi justru dengan eksportir produsen, yaitu Ghana dan Pantai Gading untuk melihat persaingan pasar Eropa. Malaysia tidak dimasukkan karena bukan produsen. Proses pabrikasi memang demikian terstruktur. Contoh PT Effem telah menguasai 80 persen di Malaysia dan sisanya 20 persen di perusahaan pengolah kakao di Indonesia.

- CMS hanya dapat menerangkan untuk Indonesa saja, karena muncul pertanyaan apakah produk yang diolah di Malaysia bisa dipindahkan pengolahan hilirnya di Indonesia oleh suatu perusahaan yang sama, misalnya PT Effem. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah pusat dalam hal ini perindustrian dan perdagangan.

- Akan ditambahkan dalam makalah yang diperbaiki bagaimana masing-masing struktur CMS dalam efek struktur terhadap permintaan negara tujuan atau efek struktur dimasukkan bukan karena efek permintaan. Dari analisa CMS ini bisa diindikasikan mana yang karena pengaruh strukutural dan akibat kompetisi.

- Apa yang ditanyakan dan disarankan tidak semua terangkum di dalam makalah. Karena CMS memang mempunyai kelemahan bersifat statis

Page 22: Pertanyaan dan Saran dari Pembahas : A. Dr. Felix Sitorus ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RD_PROS_2009.pdfPertanyaan dan Saran dari Pembahas : ... namun tidak ada yang

410

sehingga dalam membandingkan pasar yang sama menggunakan indikator matrik tabel persaingan dengan tujuh indikator.

- Untuk membandingkan Indonesia dan Malaysia bila bersaing di Spanyol dan masih banyak negara lain yang pasarnya Spanyol, nampak posisi Indonesia dan Malaysia bahwa ekspor asal Indonesia lebih banyak. Dalam posisi Trade Specialization Ratio (TSR) Indonesia sama dengan Malaysia untuk tujuan Spanyol. Namun untuk Revealed Comparative Advantage (RCA) Malaysia menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan Indoneia.

- Analisa struktural dan fungsional akan ditampilkan dalam makalah yang diperbaiki karena analisa ini hanya terbatas periodenya, yaitu lima tahun dengan rata-rata posisi lima tahun juga.

Makalah 6

- Analisa sudah memasukkan variabel dummy untuk penerap dan non penerap PHT, namun tidak ditampilkan dalam makalah. Informasi tersebut akan dilengkapi dalam makalah perbaikan.

- Limbah masih belum jadi materi dalam SLPHT. Sementara ini masih dibuang untuk bahan bakar. Menarik kalau pengolahan telah dilakukan kelompok sehingga akan lebih muncul kinerjanya.

Makalah 7

- Selain masih tersedia lahan kosong usaha penggemukan domba jantan ini memanfaatkan lahan Perhutani bekas karet dan kelapa yang berlokasi di Desa Ciemas Ciwaru. Tanaman ubi kayu yang diusahakan adalah Adira 4 dan hasilnya (ubi kayunya) biasa dipasarkan ke daerah Bogor sebagai bahan baku keripik ubi kayu.

- Investasi untuk sejumlah 25 ekor domba jantan dibiayai oleh investor dari pihak luar petani atau ada penanam modal dalam usaha penggemukan tersebut.

Makalah 8

- Biaya eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan secara nyata oleh petani dalam bentuk uang untuk membiayai pengeluaran atas tenaga di luar keluarga, pembelian pupuk, dan sarana produksi lain.

- Biaya implisit adalah biaya yang tidak dikeluarkan petani dalam bentuk uang senilai biaya tenaga dalam keluarga dalam aktivitas usahatani.

- Tingginya tingkat keuntungan dalam analisa terjadi karena saat perlakuan berlangsung harga komoditas demikian tinggi.

- Namun dalam analisa digunakan harga rata-rata pada periode tersebut untuk model yang dioptimasi.

- Analisa keuntungan dibedakan menurut pola tanam monokultur dan tumpang sari, petak lahan yang berbeda serta musim tanam yang berbeda karena perlakuan diamati selama satu tahun.

- Dual belum ditampilkan namun akan dianalisa lebih lanjut untuk melihat tingkat optimal penggunaan lahan yang tersedia.

- Yang dianalisa adalah lokasi dengan irigasi yang menggunakan mesin pompa air/diesel bukan irigasi kapiler dengan pipa saluran beton.