15
Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 1 PERSPEKTIF GLOBAL TENTANG KURIKULUM 2013 SECARA UMUM, DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SECARA KHUSUS Abdur Rahman As’ari Abstrak: Era global menuntut sistem pendidikan nasional mempersiapkan manusia Indonesia berpikir global. Karena itu, kualitas kurikulum 2013 yang merupakan perwujudan dari apa yang diinginkan dalam sistem pendidikan nasional harus dinilai dari perspektif global pula. Di dalam makalah ini, penulis mencoba mengkaji tuntutan pendidikan dalam era global, karakteristik dari kurikulum 2013, dan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013, dan beberapa isyu dalam penerapan kurikulum 2013, serta upaya yang perlu dilakukan. Kata Kunci: Global, Kurikulum 2013, Matematika, Pembelajaran Matematika Global adalah kata sifat dari kata globe (jagat). Global, karena itu, artinya adalah bersifat kesejagatan atau mendunia. Sehubungan dengan itu, perspektif global adalah sudut pandang yang bersifat mendunia. Jadi, makna dari judul makalah ini, “Kurikulum 2013 dalam Perspektif Global”, artinya adalah kurikulum 2013 dari sudut pandang yang bersifat mendunia. Karena itu, kita perlu mempelajarai tantangan dalam era glonal, karakteristik dari kurikulum 2013 yang kita miliki, dan kaitannya dengan mengatasi tantangan dalam era global. TANTANGAN DALAM ERA GLOBAL Era Global adalah era yang ditandai dengan pentingnya untuk memiliki sudut pandang mendunia. Di dalam era global, batas antar negara seakan tidak terlihat lagi. Hubungan antar manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah hukum teritorial satu negara saja. Budaya komunikasi lintas negara ini menuntut dimilikinya kemampuan untuk mengenal, menghargai, dan memanfaatkan pemahaman terhadap berbagai macam budaya di seluruh jagad tersebut untuk berkontribusi bagi kemajuan peradaba. Selanjutnya, di dalam era ini, seseorang harus menyadari bahwa apapun yang dilakukan, memiliki peluang untuk segera diketahui oleh orang lain dalam hitungan detik meskipun yang bersangkutan berada di belahan dunia yang jaraknya ribuan kilometer. Sebaliknya, seseorang juga bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan bumi lainnya.

Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perspektif kurikulum 2013

Citation preview

Page 1: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 1

PERSPEKTIF GLOBAL TENTANG KURIKULUM 2013 SECARA UMUM, DAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SECARA KHUSUS

Abdur Rahman As’ari

Abstrak: Era global menuntut sistem pendidikan nasional mempersiapkan manusia

Indonesia berpikir global. Karena itu, kualitas kurikulum 2013 yang merupakan

perwujudan dari apa yang diinginkan dalam sistem pendidikan nasional harus dinilai

dari perspektif global pula. Di dalam makalah ini, penulis mencoba mengkaji tuntutan

pendidikan dalam era global, karakteristik dari kurikulum 2013, dan pembelajaran

matematika dalam kurikulum 2013, dan beberapa isyu dalam penerapan kurikulum

2013, serta upaya yang perlu dilakukan.

Kata Kunci: Global, Kurikulum 2013, Matematika, Pembelajaran Matematika

Global adalah kata sifat dari kata globe (jagat). Global, karena itu, artinya adalah

bersifat kesejagatan atau mendunia. Sehubungan dengan itu, perspektif global

adalah sudut pandang yang bersifat mendunia. Jadi, makna dari judul makalah ini,

“Kurikulum 2013 dalam Perspektif Global”, artinya adalah kurikulum 2013 dari

sudut pandang yang bersifat mendunia. Karena itu, kita perlu mempelajarai

tantangan dalam era glonal, karakteristik dari kurikulum 2013 yang kita miliki, dan

kaitannya dengan mengatasi tantangan dalam era global.

TANTANGAN DALAM ERA GLOBAL

Era Global adalah era yang ditandai dengan pentingnya untuk memiliki sudut

pandang mendunia. Di dalam era global, batas antar negara seakan tidak terlihat

lagi. Hubungan antar manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah hukum teritorial satu

negara saja. Budaya komunikasi lintas negara ini menuntut dimilikinya kemampuan

untuk mengenal, menghargai, dan memanfaatkan pemahaman terhadap berbagai

macam budaya di seluruh jagad tersebut untuk berkontribusi bagi kemajuan

peradaba.

Selanjutnya, di dalam era ini, seseorang harus menyadari bahwa apapun yang

dilakukan, memiliki peluang untuk segera diketahui oleh orang lain dalam hitungan

detik meskipun yang bersangkutan berada di belahan dunia yang jaraknya ribuan

kilometer. Sebaliknya, seseorang juga bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di

belahan bumi lainnya.

Page 2: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 2

Teknologi informasi telah memungkinkan semua itu terwujud. Dengan teknologi

informasi, fakta-fakta dan fenomena baru senantiasa bisa direkam dan

disebarluaskan dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Bahkan, informasi

tersebut bisa disimpan dalam waktu yang lama sekali dan dapat digunakan berkali-

kali. Karena itu, menurut penulis, tantangan pertama di dalam era global ini adalah

perlunya setiap orang untuk memiliki: (1) resource-locating skills, (2) information

skills, (3) thinking & reasoning skills, dan (4) communication skills.

Resource-locating skills adalah keterampilan untuk menentukan lokasi sumber

informasi yang darinya seseorang bisa belajar dan beroleh manfaat. Resource skills

adalah keterampilan untuk menentukan dimana informasi bisa diperoleh, dan

dengan cara bagaimana. Dengan begitu, resource-locating skills ini sangat

bermanfaat bagi seseorang untuk bisa menemukan dimana informasi yang

diperlukan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah

yang dihadapinya.

Information skills adalah keterampilan untuk memilah dan memilih informasi yang

ditemukan. Keterampilan ini memungkinkan seseorang untuk terhindar dari

informasi yang sifatnya hoax (olok-olok, tipuan), yaitu informasi yang tidak pantas

untuk digunakan menalar atau mengasosiasi. Information skills ini memungkinkan

seseorang memilih informasi yang tepat dan sesuai kebutuhan. Information skills

juga memungkinkan seseorang memproduksi informasi yang sesuai dengan

kebutuhan.

Thinking & Reasoning Skills adalah keterampilan yang diperlukan untuk merangkai

dan mengolah informasi yang tersedia untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Keterampilan ini mencakup keterampilan untuk bernalar secara induktif atau

deduktif yang mencakup antara lain: comparing & contrasting (membanding-

bandingkan), categorizing (mengelompokkan), inferencing (menyimpulkan), dan

decision making (mengambil keputusan).

Communication skills adalah keterampilan yang diperlukan untuk mendengarkan

dan menyajikan ide dari dan kepada orang lain sehingga diperoleh pemahaman

yang sama dan kesejalanan tindak lanjut yang menguntungkan kedua belah pihak.

Keterampilan ini memungkinkan seseorang untuk memahami orang lain,

mengetahui kebutuhannya, memahami diri sendiri, dan menyediakan apa yang

dimilikinya untuk kepuasan orang lain. Dengan cara begitu, kedamaian akan

tercipta, dan memberi peluang terkembangkannya peradaban yang lebih baik.

Page 3: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 3

Karena itu, communication skills ini menuntut dimilikinya sebagian dari kecakapan

majemuk, yaitu interpersonal dan intrapersonal intelligence (2010).

Era global juga ditandai dengan meningkatnya ketergantungan antar negara

(Devlin-Foltz & McInvaine, 2008). Ketergantungan antar negara ini memberikan

implikasi bahwa kita tidak bisa hidup terasing lagi. Kita menjadi saling bergantung.

Kita tidak bisa mengerjakan segala sesuatunya secara sendiri-sendiri. Kita tidak bisa

lagi bekerja hanya untuk keperluan kepuasan diri sendiri. Kita harus mengetahui

apa yang menjadi isyu bersama di tingkat internasional. Kita perlu memiliki

kepekaan terhadap isyu-isyu tersebut dan memiliki kemampuan untuk

berkontribusi terhadap terselesaikannya isyu tersebut.

Dampak lebih jauh dari adanya ketergantungan internasional tersebut adalah

perlunya kita memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan ide, dan memahami

ide orang lain berikut sudut pandang yang mungkin dan digunakan. Karena itu pula,

kemampuan untuk menemukan sumber utama dari suatu isyu agar isyu tersebut

bisa dipahami secara obyektif merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam era

global.

Devlin-Foltz & McInvaine (2008) juga mengemukakan bahwa ketergantugan antar

negara ini menuntut setiap orang: (1) memahami isyu-isyu internasional terkini, (2)

menguasai bahasa dan keterampilan komunikasi lintas budaya yang efektif dengan

warga dari negara lain, (3) memahami fakta dan mau menerima bahwa setiap orang

bisa saja memiliki sudut pandang yang berbeda, (4) memiliki kemampuan untuk

menemukan dan menggunakan sumber utama yang sahih dan terpercaya, dan (5)

memiliki komitmen untuk menjadi penduduk yang etis.

PENDIDIKAN UNTUK MENYIAPKAN HIDUP ERA GLOBAL

Terkait dengan uraian di atas, pendidikan harus mendukung terwujudnya pebelajar

yang memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan-tantangan di atas.

Pendidikan harus mengupayakan agar warga negara, di seluruh dunia, memiliki

beberapa kemampuan berikut:

1. Kemampuan untuk menemukan sumber informasi utama, yang sahih dan

terpercaya, yang dapat digunakan untuk bekal mengambil keputusan yang tepat,

sesuai dengan kebutuhan,

2. Kemampuan untuk memilah dan memilih informasi yang sahih (valid) dan

reliable (terpercaya) yang bisa digunakan untuk menalar dan berpikir,

Page 4: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 4

3. Kemampuan untuk menggunakan kemampuan berpikir dan bernalarnya untuk

mengolah informasi yang tersedia dan menghasilkan kesimpulan dan keputusan

yang bisa diandalkan, serta menghasilkan suatu ide baru yang memberikan

peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.

4. Kemampuan untuk menerima dan mengomunikasikan ide sesuai dengan sudut

pandang yang disepakati bersama.

Kemampuan menemukan sumber informasi utama yang sahih dan terpercaya, yang

dengannya kesimpulan dan pengambilan keputusan yang tepat merupakan salah

satu kemampuan yang penting untuk hidup dalam era global. Seseorang yang

memiliki kemampuan ini, memungkinkan seseorang untuk menjadi orang yang

terhindar dari melakukan tindakan-tindakan destruktif secara membabi buta.

Seorang yang memiliki kemampuan ini akan mendorong terciptanya suasana yang

tidak mudah goyah oleh fitnah.

Kemampuan untuk memilah dan memilih informasi sehingga diperoleh informasi

yang sahih dan terpercaya memungkinkan seseorang untuk menghasilkan

kesimpulan dan keputusan yang tepat. Informasi yang didapat oleh seseorang yang

memiliki kemampuan memilah dan memilih informasi ini adalah informasi yang

akurat dan berkualitas tinggi. Bahan informasi yang akurat dan berkualitas tinggi

ini, bersama-sama dengan kemampuan bernalar dan berpikir yang jernih akan

menghasilkan kesimpulan yang tepat yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai

dasar pengambilan keputusan yang baik.

Kemampuan menalar dan berpikir dengan baik adalah bekal yang penting untuk

mengolah informasi. Dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang bisa menilai

apakah suatu pernyataan merupakan suatu pernyataan yang mantap atau masih

perlu dipertanyakan. Dengan kemampuan berpikir kreatif, seseorang bisa

mengembangkan ide baru yang mungki belum pernah dihasilkan sebelumnya.

Terakhir, kemampuan untuk menerima dan mengomunikasikan idenya sesuai

dengan sudut pandang yang disepakati memungkinkan seseorang bekerja dengan

suasana yang damai dan kondusif untuk mengerahkan seluruh potensi kreatifnya.

Kemampuan ini memungkinkan dunia menjadi tempat yang damai untuk hidup

bersama.

Sehubungan dengan kehidupan dalam era global tersebut, Suarez-Orozco & Sattin

(2007) menggemukakan perlunya penggunaan pendekatan lintas disiplin dalam

belajar dan memahami di era global. Pembelajaran tidak boleh hanya sekedar

Page 5: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 5

content-based, tetapi harus menggunakan realistic problems yang menuntut

penggunakan interdisciplinary approach.

KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang ditetapkan oleh pemerintah Republik

Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai

pengganti dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006.

Berdasarkan kajian penulis terhadap beberapa dokumen yang mendampingi

penerbitan Kurikulum 2013 ini (Permendikbud No 54, 65, 66, 67, 68, 69, 70, dan 71,

serta 81A), menurut hemat penulis, Kurikulum 2013 memiliki beberapa

karakteristik, antara lain:

1. paradigm belajar yang dianut adalah paradigm belajar konstruktivism yang lebih

menuntut peserta didik aktif, bahkan proaktif, untuk mengkonstruksi ilmu

pengetahuan dari mana saja, kapan saja, dimana saja, dan menggunakan sumber

apa saja, sehingga semua bisa saja menjadi siswa, semua bisa menjadi guru,

2. kompetensi dasar tidak dikembangkan dari mata pelajaran, tetapi berangkat dari

kompetensi lulusan yang distandarkan,

3. kompetensi dasar merupakan integrasi dari kognitif, keterampilan, dan sikap,

dengan fokus yang berbeda (di sekolah dasar lebih ditekankan kepada sikap,

dengan harapan agar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat siswa

dikembangkan dengan landasan sikap yang kokoh yang memungkinkan adanya

pengembangan yang berkelanjutan),

4. kompetensi dasar dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain pada dasarnya sama,

dan hanya berbeda dari cakupannya (dari diri sendiri, ke lingkungan di kelas, ke

lingkungan keluarga dan masyarakat),

5. kompentensi dasar yang ada dikelompokkan ke dalam empat kelompok

kompetensi inti, yaitu kompetensi inti 1 (kompetensi untuk pengembangan sikap

religiusitas peserta didik), kompetensi inti 2 (kompetensi untuk pengembangan

sikap sosial peserta didik), kompetensi inti 3 (kompetensi untuk pengembangan

pengetahuan), dan kompetensi inti 4 (kompetensi untuk pengembangan

keterampilan,

6. pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), bukan berpusat pada guru

(teacher centered), sehingga siswa dituntut untuk menjadi pebelajar yang aktif,

7. pembelajaran kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti 1 dan 2 tidak

diajarkan secara langsung, tetapi sebagai dampak dari pembelajaran kompetensi

Page 6: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 6

dasar dalam kelompok kompetensi inti 3 (pengetahuan) dan kompetensi inti 4

(keterampilan),

8. pembelajaran diarahkan untuk menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri

dari 5 M yaitu mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan

mengomunikasikan, dan diwujudkan dalam beberapa model pembelajaran yaitu:

metode penemuan terbimbing (guided discovery learning), pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning), serta pembelajaran berbasis proyek

(project based learning),

9. pembelajaran di sekolah dasar tidak lagi berbasis mata pelajaran, tetapi berbasis

tematik dan integratif,

10. penilaian lebih mengedepankan penilaian otentik, yang menuntut peserta didik

menampilkan kinerja belajarnya secara asli, alami, tidak dibuat-buat,

11. laporan pertanggunggugatan dari pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak lagi

semata-mata dalam bentuk angka, tetapi lebih banyak deskripsi kinerja yang

dicapai oleh peserta didik,

PEMBELAJARAN DALAM K 13 DALAM PERSPEKTIF GLOBAL

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menempatkan

peserta didik sebagai subyek dalam belajar, bukan obyek. Tugas guru, lebih bersifat

sebagai penyedia pengalaman belajar (fasilitator). Guru tidak lagi diposisikan

sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi hanya sebagai salah satu dari semua

sumber belajar yang bisa digunakan peserta didik. Pembelajaran dalam Kurikulum

2013 menuntut peserta didik untuk aktif, mulai dari melokalisir sumber informasi

yang diperlukan, memilah dan memilih informasi sesuai dengan kebutuhan, dan

memproses dengan nalar dan pikirannya agar diperoleh kesimpulan dan keputusan

yang diperlukan.

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 lebih mengutamakan penerapan kemampuan

berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Pembelajaran dalam Kurikulum

2013 mendorong siswa yang mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan

berpikir logis, kritis, reflektif, dan kreatif. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

tidak semata-mata diarahkan untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 lebih diarahkan kepada dimilikinya life skills

(kecakapan hidup) yang lebih bersifat adaptif dalam segala peradaban.

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, terutama dengan dianjurkannya penggunaan

pendekatan saintifik, memungkinkan dikembangkannya rasa ingin tahu peserta

Page 7: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 7

didik, dan mengarahkannya kepada kegiatan menggali informasi (baik dengan cara

melakukan eksperimen, bertanya kepada pakar, atau mengkaji dokumen), serta

menggunakan penalaran dan kemampuan berpikirnya untuk mengambil

kesimpulan. Manakala penerapan pendekatan saintifik ini dijalankan dengan baik,

benar, dan konsisten, peserta didik akan didorong untuk menjadi kreator atau

penemu ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka akan menjadi penduduk bumi

yang produktif yang mampu berkontribusi bagi perkembanganperadaban.

Terkait dengan model pembelajaran, Kurikulum 2013 menyarankan digunakannya

model pembelajaran guided discovery learning, project-based learning, dan problem-

based learning. Pembelajaran dengan Guided Discovery learning, dimulai dengan

guru menyediakan sekumpulan contoh dan non contoh. Berdasarkan contoh dan

non contoh tersebut, siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikirnya

untuk melakukan comparing and contrasting, classifying, dan kemampuan bernalar

dan berpikir kritis kreatifnya untuk menemukan konsep yang dimaksud.

Ketika siswa terlibat di dalam project-based learning dan problem-based learning,

mereka harus melakukan banyak kegiatan antara lain: searching atau mencari

informasi, exploring atau menggali informasi lebih jauh, solving atau memecahkan

masalah, creating atau menciptakan sesuatu, and sharing atau berbagi. Mereka juga

harus aktif questioning (mempertanyakan), planning (merencanakan), scheduling

(menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan), monitoring (memantau kemajuan yang

telah dicapai), assessing (mengases apa yang sudah dicapai), dan evaluating (menilai

kualitas capaiannya). Mereka juga dituntut memiliki banyak keterampilan seperti

locating resource (menentukan lokasi sumber informasi), clarifying and validating

information (mengklarifikasi dan memvalidasi data yang diperoleh), using

technology (menggunakan teknologi untuk memudahkan pencarian informasi),

cooperating or working in groups (bekerjasama dalam satu tim dengan orang lain),

thinking and reasoning (berpikir dan bernalar). Ini bersesuaian dengan pendapat

Malaysia Educational Technology Division, Ministry of Education (2006).

Dari uraian di atas, tampak bahwa penerapan kurikulum 2013 sangat sesuai dengan

perspektif global. Penerapan kurikulum 2013, pembangunan sumber daya manusia

Indonesia bisa diharapkan sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan global.

Penerapan kurikulum 2013 memungkinkan sumber daya manusia Indonesia

tumbuh berkembang dan bergaul dalam percaturan global secara produktif dan

damai.

Page 8: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 8

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013

Pembelajaran matematika di sekolah dasar dan di sekolah menengah dalam konteks

kurikulum 2013 berbeda.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Di sekolah dasar, pembelajaran matematika mengikuti pendekatan tematik

integratif. Pembelajaran matematika dipadukan dengan mata pelajaran lain sesuai

dengan tema yang ada. Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak berdiri

sendiri.

Ketika mempelajari tema pekerjaan, misalnya, siswa belajar semua mata pelajaran

termasuk matematika. Bilangan dengan segala macamnya, dan geometri dengan

bangun datar dan bangun ruangnya dipelajari siswa sambil mempelajari tema

pekerjaan itu bersama-sama dengan mata pelajaran lainnya.

Memang ada resiko bahwa kedalaman pembahasannya agak berbeda dengan kalau

pembelajaran matematika dilakukan secara mandiri. Tetapi, dengan menggunakan

pendekatan tematik integratif, siswa belajar matematika dari konteks nyata. Ini

akan membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang terapan

matematika, dan memungkinkan siswa untuk memiliki motivasi yang lebih tinggi

dan hasil belajar yang lebih baik juga.

Hal lain lagi, kalau pembelajaran matematika ini dilakukan dengan model project

based learning (pembelajaran berbasis proyek) atau problem based learning

(pembelajaran berbasis masalah) siswa akan lebih banyak belajar menggunakan

pikiran mereka daripada sekedar matematikanya sendiri. Mereka akan belajar

keterampilan hidup (life skills) yang dalam dunia modern sekarang lebih diperlukan

daripada sekedar mahir matematika.

Menyadari betapa sekarang ini banyak sekali teknologi yang memungkinkan

penerapan algoritma matematika secara lebih mudah, pembelajaran yang

mendorong pengembanga kemampuan berpikir tentu lebih memberikan harapan

yang cerah di masa depan daripada pembelajaran yang menekankan kemahiran

berhitung. Sepanjang siswa mampu merumuskan masalah, dan mengetahui

teknologi yang bisa membantunya memecahkan masalah tersebut, hal itu lebih baik

baginya daripada harus menguasai materi matematikanya.

Page 9: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 9

Sebagai contoh mudahnya, mahir berhitung bilangan yang aneh atau besar sekarang

tidak terlalu diperlukan lagi karena proses perhitungannya bisa diserahkan kepada

kalkulator dan computer. Memang siswa masih perlu belajar hitung menghitung,

tapi untuk bilangan-bilangan yang sederhana saja. Mereka hanya perlu sekedar tahu

kapan menggunakan operasi tertentu dan kapan tidak. Selanjutnya, biarlah

teknologi yang membantu.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah

Pembelajaran matematika di sekolah menengah dilakukan secara mandiri. Ada mata

pelajaran matematika khusus di setiap jenjang sekolah menengah (SMP, SMA, dan

SMK). Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kreativitas dan

menggunakan pendekatan saintifik. Dengan bekerja sama lintas mata pelajaran,

guru matematika juga didorong untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek

(project-based learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based

learning).

Di dalam pembelajaran matematika, di sekolah menengah, tugas yang diberikan

guru diarahkan kepada tugas yang bersifat open ended (terbuka) dan menuntut

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Open-ended artinya bahwa tugas tersebut

memungkinkan adanya jawaban yang beraneka. Menuntut kemampuan berpikir

tingkat tinggi artinya bahwa untuk menyelesaikan tugasnya, siswa harus

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Contoh dari soal yang bersifat open-ended, misalnya:

1. Dari empat bilangan berikut (15, 20, 23, dan 25), ada satu bilangan yang harus

dibuang karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan bilangan yang lain?

Dengan soal ini, anak diperkenankan menjawab berapa saja dengan syarat

alasannya benar. Anak boleh mengatakan bahwa bilangan yang harus dikeluarkan

adalah 15, karena tiga bilangan yang lain mempunyai angka puluhan 2. Anak juga

boleh mengatakan bahwa yang perlu dibuang adalah 20 karena yang lain ganjil.

Anak juga boleh mengatakan bahwa yang perlu dibuang adalah 23 karena yang lain

kelipatan 5. Terakhir, anak juga boleh mengatakan bahwa 25 yang harus dibuang

karena yang lain bukan bilangan kuadrat. Jadi yang ditekankan di sini adalah

kemampuan berpikir, yaitu kemampuan memberikan alasan.

Page 10: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 10

2. Sebuah bahan dari plat kayu mau dibuat benda yang berbentuk persegi panjang.

Jika panjang plat tersebut adalah 20 cm, berapa luas dari benda yang bisa

dihasilkan?

Soal ini memberikan peluang kepada siswa untuk membuat berbagai macam bentuk

persegi panjang dengan luas sendiri-sendiri. Jawaban siswa yang satu dengan siswa

yang lain bisa bermacam-macam.

Berikut diberikan juga soal yang memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Adakah rumus yang bisa digunakan untuk menentukan banyaknya diagonal pada

segi-n beraturan?

Soal ini menuntut siswa untuk menemukan rumus yang bisa digunakan untuk

menghitung banyaknya diagonal dalam suatu segi-n beraturan. Soal ini termasuk

soal kategori kreatif (tentu saja bagi siswa yang belum pernah mengenalnya).

4. Perhatikan bilangan x = 1 + 3 + 9 + 27 + … Maka 3x = 3 + 9 + 27 + … Maka 2x = -1

sehingga x = - ½ .Jadi 1 + 3 + 9 + 27 + … = - ½ … suatu hal yang aneh. Jumlah dari

bilangan-bilangan positif adalah bilangan negatif. Dimana letak kesalahannya?

Soal ini menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk

menilai kebenaran dari penggunaan sifat-sifat bilangan dan operasinya. Kalau

mereka memahami dengan baik konsep deret konvergen dan divergen, tentu

mereka akan bisa menentukan dimana letak kesalahan dari pernyataan di atas.

Perhatikan dua cara menyelesaikan invers dari dua fungsi berikut:

Menurut kalian, manakah yang lebih bagus: Cara 1 (sebelah kiri) atau Cara 2

(sebelah kanan).

𝑓 𝑥 = 2𝑥 − 3

2𝑥 = 𝑦 + 3

𝑥 =1

2 𝑦 + 3

𝑓−1 𝑥 =1

2 𝑥 + 3

Misalkan 𝑓−1 𝑥 = 𝑦 Maka 𝑦 = 2𝑥 − 3 Akibatnya

Jadi

𝑓 𝑥 = 2𝑥 − 3

2𝑦 = 𝑥 + 3

𝑦 =1

2 𝑥 + 3

𝑓−1 𝑥 =1

2 𝑥 + 3

Maka 𝑓−1 𝑥 = 𝑦 sehingga 𝑓 𝑦 = 𝑥

Akibatnya 2𝑦 − 3 = 𝑥

Page 11: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 11

Tugas terakhir ini menuntut kemampuan menilai siswa terhadap dua pilihan cara

menjawab. Siswa tidak hanya dituntut untuk memahami, tetapi juga menilai apa

kekuatan dan kelemahan dari masing-masing cara dan menetapkan mana yang lebih

baik.

Semua penugasan di atas adalah penugasan yang menuntut siswa untuk berpikir

kreatif dan tingkat tinggi. Ini sesuai dengan perspektif global, khususnya yang

terkait dengan pengembangan kemampuan penalaran dan berpikir.

Kalau penugasan di atas, terutama dalam kegiatan eksplorasi (menggali informasi),

guru mengajak siswa untuk mencari rujukan dari internet dan menilai kesahihan

dan keterandalan dari informasi yang didapat, maka ini juga sesuai dengan

perspektif global yang menuntut seseorang untuk selalu mengandalkan diri kepada

informasi yang dari sumber utama. Jadi, semua hal di atas berpeluang untuk sesuai

dengan tuntutan era global.

ISYU-ISYU DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013

Ide yang ada di dalam pengembangan kurikulum 2013 sebenarnya sangat baik.

Namun, sebagaimana umumnya terjadi, penerapannya di lapangan kadang ada

banyak hambatan. Mindset (pola pikir) guru yang masih cenderung menempatkan

diri sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan kadang menghambat

penerapan pembelajaran yang menuntut siswa aktif, pembelajaran yang

menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan pembelajaran yang

mengembangkan kreativitas dan keterampilan belajar. Guru masih terlihat nyaman

dan tenang mendominasi pembelajaran. Terkesan sepertinya mereka tidak merasa

bersalah dengan praktik yang tidak sesuai dengan harapan Kurikulum 2013 ini.

Sebenarnya, dalam rangka mendukung penerapan Kurikulum 2013, di samping

dokumen yang berupa Peraturann menteri, pemerintah melalui Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan juga menerbitkan buku, yaitu buku siswa dan buku

guru. Setiap peserta didik mendapatkan buku siswa secara cuma-cuma. Guru juga

menerima buku pegangan guru.

Ada satu hal yang menarik dalam buku siswa dan buku guru untuk kelas 4. Setiap

minggu ke-4 dari setiap tema, guru dan siswa diberi kebebasan untuk melaksanakan

kegiatan belajar mengajar secara mandiri. Di buku siswa, tidak ada bahan bacaan

dan tugas-tugas atau pertanyaan sebagaimana pada minggu-minggu pertama,

Page 12: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 12

kedua, dan ketiga. Di minggu ke-4 ini, guru dan bisa bisa bersama-sama belajar

secara fleksibel meski masih dalam koridor tema atau sub tema yang diberikan.

Andai tema atau sub tema yang ada berbunyi “pekerjaan orang tua”, guru bisa

mengajak peserta didik untuk untuk menekuni masalah pekerjaan orang tua dan

belajar banyak hal, termasuk banyak mata pelajaran. Peserta didik bisa belajar

matematika (bilangan dan geomeri) dari mengkaji pekerjaan orang tua (mungkin

banyak pegawai per divisi dan jumlah totalnya, jaraknya dari rumah, bentuk

ruangan di kantor, dll). Peserta didik juga bisa belajar IPA dari mengkaji pekerjaan

orang tua (mungkin dari sisi sinar atau pencahayaan, dan energi listrik yang

diperlukan di kantor, kecepatan dan percepatan gerak kendaraan yang digunakan

ke kantor, bahan yang berasal dari tumbuhan, dll). Peserta didik juga bisa belajar

IPS dari mengkaji pekerjaan orang tua (mungkin tentang hubungan antar pegawai,

kondisi geografis, iklim dll). Prinsipnya, dengan mengkaji pekerjaan orang tua

tersebut, peserta didik bisa belajar banyak. Sayangnya, guru kelihatan kurang

berani mengeksplor potensi tersebut dalam praktik pembelajaran mereka. Guru

kurang berani mencoba untuk berkreasi.

Untuk di kelas 7, misalnya, kalau kita perhatikan, buku matematika yang disediakan

oleh pemerintah tidak hanya mendorong anak untuk menguasai konsep. Mereka

juga diarahkan untuk belajar mengidentifikasi prosedur yang mengikutinya. Mereka

tidak hanya diajarkan untuk mengikuti prosedur, tetapi mempelajari bagaimana

menentukan prosedur yang memadai. Ketika belajar menentukan irisan dari dua

himpunan, misalnya, di dalam buku tersebut disajikan tentang prosedur yang harus

dilalui oleh pebelajar agar mampu menghasilkan irisan himpunan dengan tepat. Ini

erat kaitannya dengan keterampilan yang diperlukan untuk bisa hidup dengan baik

di suatu perusahaan. Sayangnya, potensi yang besar ini kurang begitu dimanfaatkan

di kelas. Guru lebih banyak mengeluh bahwa bukunya terlalu tebal, dan memuat

terlalu banyak. Andai guru mampu memanfaatkan potensi ini dengan baik,

kurikulum 2013 tentunya akan terimplementasikan secara lebih baik.

Namun itu semua bukan kesalahan guru semata. Pelatihan yang diterima oleh para

guru tentang : (a) hakikat dari kurikulum 2013, (b) memahami buku siswa dan buku

panduan guru, (c) memanfaatkan buku siswa dan buku panduan guru untuk

menyusun dan menjalankan pembelajaran yang dituntut dalam kurikulum 2013,

dan (d) melaksanakan penilaian otentik, terkesan sangat minim waktu. Pelatihan

yang hanya berlangsung kurang dari satu minggu membuat para guru merasa over

loaded. Mereka merasa harus belajar banyak hal hanya dalam rentang waktu yang

Page 13: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 13

singkat. Hal ini masih diperparah dengan minimnya kegiatan pendampingan bagi

guru di kelas. Guru kurang mendapatkan dukungan yang optimal untuk

menjalankan kurikulum 2013 dengan baik. Oleh karena itu, masih banyak hal yang

harus dilakukan oleh pemerintah untuk memungkinkan penerapan Kurikulum 2013

secara lebih baik.

LANTAS BAGAIMANA?

Sebagai tenaga yang professional, sebenarnya seorang guru tidak perlu menunggu

pelatihan dari pemerintah. Guru harus bersikap proaktif dan kreatif

mengembangkan profesionalisme mereka. Guru harus mengembangkan potensi

mereka agar mampu menyikapi tuntutan-tuntutan perubahan dalam kurikulum

2013 dengan baik.

Dengan informasi yang berlimpah, dan fasilitas komunikasi yang lebih mudah saat

ini, guru sebenarnya bisa membentuk jejaring untuk saling belajar dan berbagi ide,

pengalaman, serta hasil karyanya. Para dosen, guru, bahkan siswa, kepala sekolah,

dan pengawas bisa saja membentuk grup untuk saling belajar bersama.

Penulis sudah memanfaatkan salah satu fasilitas dari Facebook, dengan membentuk

facebook group yang penulis beri nama “Pusat Pengembangan Pendidikan

Matematika Sekolah”. Melalui facebook ini, penulis berbagi ide, wawasan, temuan,

dan bahkan masalah dengan sesama anggota. Grup yang beranggotakan sebanyak

13.500 anggota dan terdiri dari dosen, guru, pengawas, kepala sekolah dan bahkan

guru telah mampu membantu memberikan pencerahan kepada anggotanya untuk

belajar tentang Kurikulum 2013. Sehubungan dengan itu, guru bisa saja

menggunakan fasilitas facebook atau fasilitas jejaring sosial lainnya untuk

membentuk kelompok belajar bersama.

Terkait dengan bahan ajar, di samping memperbaiki buku siswa dan buku guru, saat

ini pemerintah sedang dalam proses akhir pembuatan kelas 2, 5, 8, dan 11.

Beberapa penyederhanaan dan perbaikan telah dilakukan. Tugas kita sebagai guru

adalah mempelajari buku-buku tersebut sebaik mungkin dan memanfaatkannya

dengan optimal di dalam pembelajaran.

Terkait dengan peningkatan mutu penerapan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pembinaan

Sekolah Dasar sedang mengembangkan program peningkatan mutu pembelajaran

yang difokuskan kepada upaya membantu guru menerapkan pendekatan saintifik

Page 14: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 14

dengan baik. Mudah-mudahan program ini bisa menyentuh langsung ke guru di

kelas, dan tidak berhenti hanya di tataran pembina peningkatan mutu pembelajaran

saja.

Tetap belajar dengan tekun adalah kunci utama untuk mampu menjalankan

kurikulum 2013 dengan baik. Guru harus memiliki karakter pantang menyerah, rasa

malu kalau tidak mampu menjalankan kurikulum 2013 dengan sebaik mungkin. Kita

harus tetap belajar dan belajar. Continues learning. Semoga kita bisa memberikan

makna bagi lingkungan kita. Panduan tertulis yang dikembangkan oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan mudah-mudahan dapat dipelajari, dipahami,

dicobakan, dan direnungkan pengembangannya lebih jauh. Semoga.

REFERENSI

Devlin-Foltz, B. & McInvaine, S. 2008. Teacher Preparation for the Global Age: The Imperative for Change. Longview Foundation.

Gardner, H. 2010. Multiple Intelligences. http://www.howardgardner.com/MI/mi.html diunduh tanggal 4 Maret 2014 pukul 08.53.

Kemdikbud, 2013. Peraturann Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud, 2013. Peraturann Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar – Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 15: Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 Secara Umum Dan Pembelajaran Matematika Secara Khusus

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective Page 15

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Malaysia Educational Technology Division, Ministry of Education, 2006. Project-Based Learning Handbook: Educating the Millenial Learner. Kuala Lumpur: Communication and Training Sector, Educational Technology Division, Ministry of Education.

Suarez-Orozco, M. & Sattin, C. 2007. Learning in the Global Era: Introduction. Dalam Marcello Suarez-Orozco (ed). Learning in the Global Era: International Perspectives on Globalization and Education. Berkeley: University of California Press.