81
PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat yang menggambarkan “berputus asa” dan Pencegahannya dalam al-Quran” Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Disusun oleh : Muhammad Ramdhani M NIM : 104034001175 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir

Tematik tentang ayat-ayat yang menggambarkan “berputus asa” dan

Pencegahannya dalam al-Quran”

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Disusun oleh :

Muhammad Ramdhani M NIM : 104034001175

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

i

Page 3: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

ii

Page 4: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

a. Padanan Aksara

Huruf

Arab

Huruf

Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts te dan es ث

J je ج

H ha dengan garis di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D de د

Dz de dan zet ذ

R er ر

Z zet ز

S es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

D de dengan garis di bawah ض

T te dengan garis di bawah ط

Z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik diatas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F ef ف

Q ki ق

K ka ك

L el ل

M em م

N en ن

W we و

H ha هـ

apostrof ` ء

Y ye ي

b. Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A fathah

I kasra

U dammah

Adapun Vokal Rangkap

Page 5: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

iv

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

c. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ــا

î i dengan topi di atas ــــــي

û u dengan topi di atas ـــــــو

d. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf (ال) ,

dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qamariyyah. Contoh الشمسية = al-syamsiyyah, القمرية = al-qamariyyah.

e. Tasydîd

Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku

jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

huruf-huruf samsiyyah.

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut

diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

g. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya . Contoh البخار = al-Bukhâri.

Page 6: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

vi

4,01 cmKATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah syukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan, shalawat

dan salam selalu terhaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas

akhir dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Ushuludin & Filsafat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini. Khususnya penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.beserta para

pembantu Dekan.

2. Bapak Drs. Bustamin, M. Si selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis dan Bapak

Muslim selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.

3. Bapak Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA selaku pembimbing penulisan skripsi.

Terima kasih atas bimbingan serta waktu luangnya yang telah diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Syarif Hidayatullah,

pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

vii

5. Kedua orang tua penulis Ayahanda Tgk. H.M. Yusuf Amin dan Ibunda Nyi

Mulyana, cinta dan kasih sayang serta pengorbanannya, seluruh Abang-abang

saya Zulfikarullah, Muhibudin, Yose Rizaldi dan adik Saya Siti Ru'yatul

Munawwarah. Semoga kita bisa bersama-sama sukses mulia.

6. Reza Fajrin, Muhammad Baehaqi Darussalam dan Bahtar Atam yang terus

menyemangati saya dalam menyelesaikan Skripsi ini serta membantu dalam

bentuk moril yang tiada batasnya.

7. Keluarga Besar Teater el-Na'ma yang selalu menghadirkan energi cinta yang

luar biasa dalam setiap proses berkesenian dan memaknai kehidupan dalam

diri penulis .

8. Seluruh sahabat saya yang menghadirkan segala rasa kalian hadir dengan

segala macam informasi dan cinta yang saya rindukan.

Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang melimpah dari Allah

SWT , selalu ditunjukkan hidayah-Nya dan senantiasa berada dalam

lindungan-Nya.

Akhirnya, kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Jakarta, 14 September 2011

Penulis

Page 8: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..…………………………………………….i

PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………….iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………….vi

DAFTAR ISI………………………………………………………………viii

BAB I PENDAHULUAN ……….…………………………………….1

A. Latar belakang Masalah ……………………………………………..1

B. Tinjauan Pustaka .............……………………………………8

C. Pembahasan dan perumusan masalah ……………………………..10

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………..12

E. Metodologi penelitian ……………………………………………..12

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………..13

BAB II KERANGKA TEORITIS ……………………………………..15

A. Definisi dan Makna Keputusasaan ……………………………..15

1. Terminologi Umum ……………………………………………..15

2. Terminologi al-Quran ……………………………………………..16

B. Keputusasaan dalam Perspektif ……………………………………..19

1. Perspektif Psikologi ……………………………………………..19

2. Perspektif Filsafat ……………………………………………..26

Page 9: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

ix

BAB III INDENTIFIKASI AYAT-AYAT KEPUTUSASAAN

DALAM AL-QURAN ……………………………………....32

A. Ayat-ayat al-Quran tentang keputusasaan ………………………32

1. Ya’isa ………………………………………………32

2. Qanatha ………………………………………………41

3. Ablasa ………………………………………………45

B. Penyebab-penyebab keputusasaan ………………………………49

1. Hilangnya Rahmat Allah ………………………………49

2. Kekufuran ………………………………51

3. Ditimpa malapetaka dan musibah ………………………52

4. Buruk sangka kepada Allah ……………………....53

C. Solusi al-Quran dalam menghadapi keputusasaan ………………55

1. Sabar ………………………………………………55

2. Syukur ………………………………………………59

BAB IV PENUTUP ……………………………………………….67

A. Kesimpulan ……………………………………………………….67

B. Saran-saran ……………………………………………………….69

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….70

LAMPIRAN

Page 10: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara ciptaan Allah SWT1.

Kesempurnaan penciptaan pada manusia ini tidak dalam term fisikal, melainkan

secara mental-psikologis, moralitas dan akal potensi penciptaan. Potensi

penciptaan secara mendasar termanifestasikan dalam dua unsur yaitu potensi

kebaikan dan keburukan. Untuk dapat berhasil mengarungi kehidupan dan melerai

dinamika di dalamnya, manusia harus mampu mengejawantahkan potensi yang

dimilikinya dalam term kesempurnaan ilahiah yaitu penghambaan secara utuh

baik ketika suka maupun duka.

Eksistensi manusia sebagai makhluk sempurna menjadikan mereka sebagai

khalifah di muka bumi, Sebagaimana Allah telah berfirman :

1 Q.S al-Tin (95):4

Page 11: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

2

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:

"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"

Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui."2

Karena itu manusia dituntut untuk mampu mengendalikan dirinya, baik

terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat sebagai aspek yang

mengiringi keberadaannya.

Dewasa ini, dinamika kehidupan manusia terus meningkat dan semakin

kompleks. Perkembangan zaman yang seyogyanya mampu meningkatkan taraf

hidup masyarakat dunia yang berarti juga terwujudnya kesejahteraan dan

kebahagiaan bagi mereka ternyata belum mampu mewujudkan kebahagiaan

hakiki. Namun nyatanya masih saja ada manusia yang mengambil tindakan

melanggar ketentuan ilahi sebagai akumulasi dari ketidakbahagiaan.

Dapat dikatakan bahwa korelasi yang terjadi di dunia mengambil bentuk

hubungan kausalitas tetapi tidak semua hubungan tersebut bersumber dari luar diri

manusia. Sebagai bentuk hubungan kausalitas yang bersumber dari dalam diri

manusia ialah gejala atau bentuk tindakan seseorang yang mengalami

2 Q.S al-Baqarah (2):30

Page 12: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

3

keputusasaan, di antaranya tindakan bunuh diri karena kemiskinan, kehilangan

harta benda, merampok karena gagal mendapatkan pekerjaan, gantung diri karena

turun pangkat, atau memotong urat nadi karena gagal dalam meraih cita-cita. di

sisi lain, juga terekam adanya orang kaya bunuh diri, istri pengusaha terjun dari

gedung tinggi, dan lain sebagainya. Kedua fakta tersebut memperlihatkan dua

model manusia terhadap hubungan dirinya dan kehidupan. Jika yang pertama

terjadi sebagai akibat akumulasi dari kesusahan yang dirasakan. Maka yang kedua

terjadi karena ketidakmampuan memaknai hakekat kecukupan dan kehidupannya.

Jadi, secara garis besar dapat penulis ungkapkan bahwasanya faktor ekonomi,

beratnya tekanan hidup serta melencengnya harapan seseorang terhadap sesuatu

yang diinginkanya, maka akan berpotensi untuk menimbulkan rasa keputusasaan.

Karena pada dasarnya, putus asa adalah salah satu potensi negatif baik itu dalam

bentuk sedih, marah, malu, bahagia, bangga, dan sebagainya.

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa

malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (Q.S. Fushilat :49)

Meskipun demikian putus asa tidak dianjurkan oleh al-Quran sebagaimana

yang tertera dalam firmannya :

Page 13: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

4

Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan

saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang

kafir".3

Sebagai manusia yang mempunyai tujuan hidup tentu akan sangat merugi

apabila kebahagiaan yang bersifat sementara, seolah-olah menjadi tujuan akhir

dari kehidupan dengan melupakan kebahagiaan yang hakiki di kehidupan

selanjutnya. Al-Quran mensinyalir tentang hal tersebut seperti terdapat pada surat

Ali „Imrân 1524.

Pada hakikatnya manusia harus bisa menempatkan alam dunia sebagai pijakan

untuk kemudian melangkah pada alam yang sebenarnya yaitu akhirat yang abadi.

Tentunya dengan tidak melupakan kebahagiaan dunia. Agama dibutuhkan untuk

membawa manusia pada kebahagiaan yang hakiki.

Al-Quran hadir sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dari persoalan individu

sampai masalah internasional dalam pelbagai aspek kehidupan5. Al-Quran juga

hadir untuk membimbing manusia agar bisa mengembangkan potensi positifnya

3 Pada surat Yûsuf ayat 87, Allah SWT mengingatkan pesan Nabi Ya‟kub kepada anak-

anaknya tatkala hendak berangkat ke Mesir untuk mencari Yusuf, ''Janganlah kamu berputus asa

dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

Jalaluddin al-Mahalli,Jalaluddin al-Suyuti, terj. Bahrun Abu Bakar, Tafsir Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004). vol. 1, hal. 925

....

…. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang

menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka[239] untuk menguji kamu,

dan Sesunguhnya Allah Telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang

dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.

5 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an (Bandung:Mizan,1995), hal.27

Page 14: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

5

dan mengeliminasi potensi negatif yang ada dalam dirinya. Al-Quran juga telah

memberikan tuntunan kepada manusia untuk dapat menjadi makhluk sempurna

yaitu makhluk yang menggunakan akal dan pikiranya serta bersikap senantiasa

dilandasi oleh hati, perasaaan dan kesanggupan secara jasmani. Karena secara

esensial, manusia tidak akan mendapatkan cobaan atau tempaan hidup melebihi

batas kemampuannya.

Masalahnya adalah bahwa cara manusia berpikir dan bersikap tidak mampu

menerjemahkan kehendak (pikiran) Tuhan secara utuh dalam limpahan dan

anugrah-Nya. Allah Swt berfirman dalam Ali-Imran ayat 156 berikut:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir

(orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada Saudara-saudara

mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka

berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak

mati dan tidak dibunuh." akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka)

yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di

dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. dan Allah

melihat apa yang kamu kerjakan.

Berbagai disiplin ilmu yang muncul dan berkembang seolah menjadi rujukan

manusia modern untuk memecahkan masalah mereka sekaligus mengambil solusi

darinya, diantaranya adalah ilmu psikologi dan filsafat kehidupan bahkan pada

karya-karya dalam bidang sastra dijadikan referensi pokok untuk menghadapi

realitas kekinian. Meskipun demikian, keputusasaan dalam menghadapi masalah

Page 15: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

6

masih saja ditemukan, bahkan di negara maju sekalipun. Di lain pihak, mereka

yang memakai al-Quran sebagai falsafah kehidupan seolah tidak menemukan

jawaban atas persoalan yang mereka hadapi. Lalu bagaimana seharusnya al-Quran

berlaku? Padahal janji Allah adalah menghilangkan rasa duka cita pada manusia

apabila ia menerima al-Quran dengan keyakinan dan mengamalkannya.

Sebelum menjawab pertanyaan di atas perlu kiranya disadari bahwa fenomena

yang terjadi pada kehidupan ummat manusia, kebanyakan dari mereka hanya

memfungsikan al-Quran sebatas hiasan rumah yang disusun rapih dalam sebuah

rak buku ataupun sebagai hiasan dinding, naifnya lagi mereka hanya sekedar

untuk membacanya saja namun tidak banyak yang berusaha untuk

mengaplikasikan serta mengamalkan mushaf tersebut. Pada akhirnya, wajar jika

Allah belum mengabulkan atau memberikan janjinya terhadap manusia tersebut,

karena sesungguhnya Allah akan memberikan janjinya ketika mereka mau

mengaplikasikan serta mengamalkannya, tentunya dengan harapan mencari

keridhaan serta pertolonganya.

Dengan kata lain, al-Quran akan terasa bermakna dan berguna sebagai

petunjuk hidup ummat manusia di muka bumi ini, jikalau al-Quran difungsikan

serta dimanifestasikan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah

kepada mereka (manusia) yaitu mengimani, membaca (menafsirkan) serta

mengaplikasikanya. Selanjutnya, kompleksitas zaman merupakan sebuah

tantangan yang perlu dihadapi. Al-Quran memiliki peran penting untuk menjawab

tantangan tersebut, karena ayat-ayat yang tertera di dalamnya merupakan kata

kunci dalam menjawab permasalahan yang berkemabang dalam kehidupan

Page 16: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

7

manusia hingga akhir zaman nanti. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

sampai kapanpun penafsiran ayat-ayat al-Quran merupakan proses yang tidak

mengenal titik henti.6

Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa umat Islam sebagai makhluk yang

mengimani al-Quran dituntut untuk dapat mengkolaborasikan antara al-Quran

sebagai teks (nash) yang terbatas, dengan perkembangan problem dan perubahan

sosial yang dihadapi manusia sebagai konteks yang tak terbatas7, dengan tujuan

untuk mendapatkan benang merah di antara keduanya. Muhammad Syahrur

mengatakan bahwa, al-Quran harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan

zaman yang dihadapi umat manusia.

Berangkat dari itu, bahwa al-Quran diturunkan ke dunia ini memiliki

beranekaragam tujuan yaitu diantaranya menjadi petunjuk (Hudâ)8, penerang

hidup manusia (Bayân)”,9 pembeda antara yang benar dan salah (Furqan)”,

10 dan

juga sebagai penyembuh penyakit hati (Syifâ al-Qalb),”11

serta menjadi petuah

atau nasehat bahkan menjadi peringatan bagi umat manusia.

Setiap manusia ingin mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan, akan tetapi

penderitaan selalu datang. “Putus asa” sebagai penyakit jiwa selalu menjadi

masalah serius dalam kehidupan umat manusia. karena itulah al-Quran sebagai

penyembuh penyakit jiwa di sini dapat menemukan perannya tersebut bila

6 Abdul mustaqim, dkk, Studi al-Quran Kontemporer: wacana baru berbagi metodologi

Tafsir (id.), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hal,.xii 7 Abdul Mustaqim, dkk, Studi al-Quran, hal. ix

8 Achmad Gholib, Studi Islam: Pengantar Memahami Agama, Al-Qur‟an, Al-hadits dan

sejarah Peradaban Islam (jakarta:penerbit Faza Media, 2006), hal.43 9 Q.S. al-An’âm (06):157

10 Q.S. al-Furqân (25):1

11 Q.S. Yûnus (10):57

Page 17: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

8

disinergikan dengan realitas kontemporer sebagai upaya menuntun kembali

manusia hingga sampai ke jalan Allah.

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-

Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,Masuklah ke

dalam syurga-Ku.

Berdasarkan latar belakang masalah dan pemikiran di atas penulis tertarik

untuk mengkaji dan menganalisa bentu-bentuk keputus asaan dalam al-Quran

serta kiat menghadapi agar tidak disudutkan kenyataan dan menemukan cahaya

Allah dengan mengabil solusi dari al-Quran, untuk itu penulis mengambil judul

PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir

Tematik tentang ayat-ayat yang menggambarkan “berputus asa” dan

Pencegahannya dalam al-Quran”

B. Tinjauan Pustaka

Dari berbagai macam literature yang penulis kumpulkan, baik berupa artikel,

makalah, skripsi ataupun buku yang membahas tentang keputus-asaan dengan

berbagai perspektif yang berbeda. Namun, diantaranya terdapat beberapa buku

yang hanya membahasnya secara singkat dan masih jauh dari substansinya.

Pasalnya, putus asa merupkan salah satu bagian dari dilema kehidupan, biasanya

dalam pembahasannya disandingkan dengan tema lain, seperti kesedihan,

kebahagiaan. Diantaranya, seperti yang terdapat dalam karya Aid al-Qarni yang

berjudul “Lâ Tahzan”, dengan mengungkap bentuk-bentuk kesedihan beserta

Page 18: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

9

penyikapannya. Beliau memakai kaca mata budaya dan sosial Timur Tengah yang

dibenturkan pada permasalahan modernisme di Timur Tengah dan dunia pada

umumnya yaitu dengan memunculkan ayat-ayat al-Quran dan hadits.

Masih dalam karyanya yang lain yaitu dengan judul “Jangan Putus Asa; Pintu

Tobat Selalu Terbuka”, beliau mencoba mengarahkan agar setiap manusia jangan

pernah berputus asa dari rahmat Allah, karena rahmat Allah begitu luas dan selalu

ada ampunan bagi meraka yang benar-benar mau bertobat. Di samping itu, buku

ini juga menawarkan solusi mengenai kiat-kiat agar tidak mudah berputus asa

sesuai dengan al-Quran beserta haditsnya.

Selain Aid al-Qarni, terdapat juga karya lainnya, yaitu dengan judul buku

“hakikat kebahagiaan dan kesengsaraan dalam pandangan al-Quran dan hadits”.

Buku yang diterjemahkan oleh M. Aiman As-Sabrany ke dalam bahasa Indonesia

tersebut juga menawarkan tips (kiat-kiat) memperoleh bahagia dan menghindari

kesengsaraan menurut al-Quran dan hadits. Buku lainya, karya David Starr Jordan

yang berjudul The Philosophie of Despair mendeskripsikan putus asa dalam kaca

mata filusuf. Namun, buku ini lebih banyak mendeskripsikan keputus asaan yang

dituangkan ke dalam bentuk syair.

Dalam skripsi yang berjudul “Musibah Menurut al-Quran; Telaah Terhadap

Surat al-Baqarah 155-157” yang ditulis oleh saudari Layli, mahasiswi dari

fakultas Ushuluddin, jurusan Tafsir Hadits periode 2003; membahas tentang

musibah dan solusi menghadapinya yaitu dengan cara sabar dan shalat, namun ia

tidak membahas keputusasaan sebagai efek kronik dari musibah yang dialami.

Maka dari sejumlah karya tulis yang penulis temukan belum ada pembahasan

Page 19: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

10

tentang tema putus asa dengan solusi al-Quran secara komprehensif. Yaitu

membiarkan al-Quran berbicara tentang keputusasaan dengan jalan keluarnya,

dimana ayat yang satu menerangkan ayat yang lain.

Penulis akui, tema ini bukan kajian baru dalam dunia keislaman. Akan tetapi,

poin penting yang menjadi kelebihan skripsi penulis dengan penulis lain adalah

adanya pembahasan secara komprehensif dari disiplin ilmu lain, yaitu psikologi

dengan keilmuan tersebut penulis mengambil teori-teori maupun paradigma

kemanusiaan untuk menganalisa gejala-gejala psikis manusia dalam kaitannya

dengan keputusasaan. Selanjutnya filsafat, penulis juga mengambil dan meminjam

metode serta kerangka berfikirnya yang radic (mendalam). Tujuannya agar dapat

menganalisa serta menyentuh esensi masalah dalam menghasilkan sebuah solusi

selain memperkaya khazanah penulis tentang tema „keputusasaan‟ tersebut.

Selain itu, adanya solusi yang ditawarkan sesuai dengan ajaran agama Islam

dalam al-Qur‟an juga menjadi daya tarik tersendiri dari skripsi yang penulis susun

dibandingkan dengan tulisan-tulisan lain yang sejenis. Dengan adanya

pembahasan yang koheren dalam ilmu psikologi dan filsafat serta pengajuan

solusi bagi orang yang putus asa dalam al-Qur‟an membuat tulisan penulis

menjadi sebuah karya yang berbeda dan lebih baik secara kualitas isi.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Page 20: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

11

Penelitian ini mengungkap persoalan bentuk keputusasaan dan kiat

menanggulanginya menurut petunjuk al-Quran. Dengan demikian pembahasan ini

diupayakan merujuk pada ayat-ayat yang penulis anggap paling tepat

menggambarkan keputusasaan dan kontekstualisasi realitas sosial, sekaligus

mencari solusi dari ayat-ayat yang berhubungan. Untuk sampai pada tema tersebut

ada sejumlah kata kunci yang dapat digunakan sebagai bahan penelusuran,

diantaranya: kata (al-ya`su) yang artinya putus asa, (al-Qanath) yang

artinya putus asa-putus harapan, (Ablasa) putus asa-terdiam, berputus asa.

Ketiga kata tersebut akan penulis akomodir dan dijadikan sebagai kesatuan

bahasan. Setelah dilakukan penelusuran terhadap ketiga kata tersebut dengan

menggunakan indeks al-Quran, susunan Sukmadjaya Asyarie dan Rosy Yusuf

diperoleh data bahwa kata „ya`isa‟ disebut sebanyak sepuluh kali, „qanatha‟

sebanyak lima kali dan „ablasa‟ sebanyak lima kali juga. Dengan demikian

pembahasan tentang gambaran putus asa dan solusi yang ditawarkan al-Quran

dalam mencegahnya, sepenuhnya akan merujuk pada ketiga kata tersebut beserta

derivasinya dalam al-Quran.

Dari pemaparan di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan

sebagai berikut : Bagaimana al-Quran menggambarkan berputus asa (ya`isa,

qanata dan ablasa) sebagai sebuah fenomena kemanusiaan? Apa Solusi yang

ditawarkan al-Quran untuk mencegah dan menanggulangi keputusasaan?

Page 21: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

12

D. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini secara Formal untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

sarjana strata satu (S1) pada jurusan Tafsir hadits. Adapun tujuan non formalnya

adalah ingin memberikan sumbangsih pada khazanah tafsir al-Qur‟an. Selain itu

penulis ingin memberikan wawasan tentang tema kputus-asaan, bentuk-bentuk,

penyebab-penyebab dan bagaiman solusi al-Quran serta cara mencegah keputus-

asaan yang ditimbullkan dari musibah yang sering terjadi.

E. Metodologi penelitian

1. Jenis Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode penilitian kualitatif dengan mencoba

menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan putus asa dalam al-Qur‟an

melalui penelusuran literatur untuk kemudian diolah sebagai alat penguji

hipotesa awal penulis.

2. Sumber Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan penulis dibagi ke dalam 2 bagian:

A. Data Primer

al-Quran itu sendiri

B. Data Sekunder:

Jurnal dan literatur lain terkait dengan permasalahan yang dibahas

seperti kitab-kitab dan tafsir-tafsir dan lain sebagainya.

Page 22: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

13

3. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan penulis akan dianalisis secara kualitatif

dengan menggunakan pendekatan tematik untuk menganalisis permasalahan

yang dibahas.

Mengenai teknik penulisan, peneliti berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” terbitan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2008-2009.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi lebih sistematis, penulis membagi pembahasan

dalam skripsi ini mejadi beberapa bab, sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN. Berisikan latar belakang masalah,

tinjauan pustaka, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : KERANGKA TEORITIS. Menggambarkan tentang

definisi dan makna keputusasaan dalam terminologi umum dan perspektif al-

Qur‟an. Kemudian membahas keputusasaan dalam perspektif psikologi dan

filsafat.

Bab III : INDENTIFIKASI AYAT-AYAT KEPUTUSASAAN

DALAM AL-QURAN. Merupakan kata-kata dalam al-Quran yang

Page 23: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

14

menunjukan arti putus asa, penyebab-penyebab keputus asaan dan solusi al-

Qur‟an dalam menghadapi keputusasaan.

Bab IV : PENUTUP. Adalah kesimpulan dan saran dari penulis atas

tema yang diangkat.

Page 24: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

15

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Definisi dan Makna Keputusasaan

1. Terminologi Umum

Membahas kata putus asa, berarti mengupas secara mendalam makna yang

terkandung dalam kata tersebut, hal ini ditunjukan dengan maksud agar tidak

terjadi kesalah pahaman dalam mengartikan putus asa yang sesungguhnya.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, putus asa diartikan secara

terpisah. Putus adalah tidak berhubung atau juga bisa disebut hilang; tidak

ada lagi; tidak mempunyai lagi (harapan atau pikiran)1 sedangkan asa adalah

harapan2, jadi putus asa merupakan hilangnya sebuah harapan.

Sedangkan Secara umum putus asa bisa juga diartikan sebagai suatu sikap

emosi yang berupa perasaan tidak sanggup dan tidak ada harapan sama sekali,

sehingga mengakibatkan pengurangan aktivitas fisik maupun mental3.

Sedangkan, menurut paradigma psikologis, putus asa disebut sebagai

suatu kondisi kejiwaan yang sangat tidak menyenangkan berkenaan dengan

hilangnya harapan akan berhasilnya usaha seseorang untuk mencapai tujuan

atau memuaskan keinginan yang telah dicanangkan sebelumnya4.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hal .914

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.68

3 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal.55

4 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, hal.56

Page 25: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

16

Penulis juga mengutip pengertian lain mengenai putus asa, yaitu

timbulnya kelesuan, penurunan atau kemerosotan dan keadaan tertekan secara

mental dan emosi5.

2. Terminologi al-Qur’an

Pada dasarnya, manusia memiliki sifat mudah putus asa. Hal ini terungkap

dalam al-Qur‟an. Kehidupan manusia memang selalu menghadapi cobaan dan

masalah, oleh karenanya manusia cenderung mudah mengalami sikap putus

asa.

Putus asa dideskripsikan dalam al-Quran dengan 3 kata, yaitu

(Ya'isu), (Qanatha), (Ablasa) masing-masing memiliki makna

tersendiri. Sebelum beranjak dalam pembahasan, perlu kiranya penulis

mendeskripsikan makna kata-kata tersebut dengan memberikan pemisahan

terhadap ketiga kata yang memaknai makna putus asa yang tertulis dalam al-

Quran.

Hal tersebut bertujuan agar mampu memahami dan mendalami mengapa

al-quran memberikan tiga kata kunci tersebut. Mengenai kata yang pertama

yaitu kata yang merupakan bentuk isim fi’il dengan kata dasar

dan mashdarnya . Dalam terjemahannya ke bahasa Indonesia, kata

tersebut bermakna terputusnya harapan darinya6. makna kata dan

5 M D J al-Barry, Kamus Ilmiah Kontemporer, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal.59

6 Louis Ma‟luf al-yassuî, Al-Munjid fî al-Lughah wal al-A„lam, Dar al-Mashriq, hal.1106

Page 26: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

17

adalah lawan dari raja' (harapan) atau bisa dikatakan juga berputus asa dari

sesuatu.

Abi Basyar Amr bin Utsman bin Kanbar seorang ahli nahwu dan sastra,

menyatakan bahwa kata (ya`isa) memiliki dua karakter dalam bahasa

Arab. Pertama (ya'isa-yay'asu) dan kedua (ya'isa-

yay'asu) Dari kedua kata tersebut tersusun menjadi satu kesatuan kata, yaitu

. Sebagai contoh dalam kalimat (

seseorang beputus asa dari sesuatu maka ia berputus asa dari hal tersebut). 7

Sedangkan secara istilah adalah sebuah sikap yang dialami oleh

seseorang atau masyarakat, baik dari kalangan penguasa maupun rakyatnya.

Kondisi ini mengakibatkan kehinaan, ketertindasan atau kelemahan dan

kekerdilan serta ketundukan dalam kepasrahan.8

Dalam al-Quran kata (putus asa) terdapat pada sepuluh ayat al-

Quran dengan berbagai maksud dan tujuan yang Allah turunkan kepada

hamba-hambanya agar mencegah diri dari perasaan berputus asa dan

menegaskan bahwa sikap putus asa merupakan salah satu sifat orang-orang

kafir.

Selanjutnya adalah kata , berasal dari kata – - yang

memiliki persamaan makna dengan kata (yang paling sangat

7 Ibnu Manzur, Lisanul Arab, Beirut dar al-fikr, 1994 . vol 6, hal. 259

8 Imam Majd ad Din Abi as Sa‟adat al Mubarak bin Muhammad Ibnu al Atsir, Al-

Nihâyah fi gharîbi al-hadîts wa al-atsâr. Daar al Ma‟rifah, Beirut-Libanon 2001. vol 4, hal. 262

bab “ya`isa”.

Page 27: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

18

berputus asa)9. Adapun bentuk masdar dari adalah

. Untuk memperkuat argumentasi tersebut, maka penulis mengkutip dari

penjelasan salah satu Ulama di bidang ilmu nahwu dan sastra yaitu Abul Fath

Utsman bin Jinni Al-Mushily10

menyatakan bahwa bentuk kata

mempunyai padanan kata yang sama dengan .

Di dalam kitab at-tahdzib, dan memiliki makna sinonim yaitu

putus asa dari kebaikan. Abu „Amr bin Al „ Ala, berpendapat bawa seburuk-

buruknya manusia adalah yang berputus asa dari rahmat Allah SWT (jadi

kata putus asa disini bisa menggunakan kata atau ) 11

.

Sedangkan dalam Al-Nihâyah fî gharîbi al-hadîts wa al-atsâr menjelaskan

bahwa berarti sikap putus asa yang berlebih-lebihan untuk bisa keluar

dari krisis yang dialami individu atau kolektif menyebabkan kehinaan,

ketertindasan atau kelemahan dan kekerdilan serta ketundukan dan

kepasrahan.

Pembahasan selanjutnya adalah kata yang berasal dari kata

berarti dengan terjemahan bahasa Indonesianya adalah putus asa

atau menyesal. Oleh Karena itu, kata iblîs diambil dari kata balasa, tetapi

nama iblis yang sesungguhnya adalah , dan disebutkan juga dalam al-

Quran : . Jadi dari ayat di atas dapat kita ketahui

9 Mu’jam al-Wasîth al-Qahiroh, (Maktabah al-Syaroq al-Dauliyah: 2008), hal.1790

10 H.R. Taufiqurrochman, S.H. “Leksikologi Bahasa Arab”, (UIN Malang Press, Malang,

2008), hal.299 11

Ibnu Manzur , Lisanul Arab Vol 7, hal.386

Page 28: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

19

bahwasanya iblîs yang diambil dari kata balasa telah mengalami putus asa

dari rahmat Allah SWT. Sebab itu, putus asa juga merupakan salah satu sifat

dari iblis, mereka menciptakan kondisi yang akan mendorong manusia ke

arah keterpurukan. Di samping itu, Iblis bersembunyi di dalam emosi para

manusia, membisikkan ketidakadilan hidup terhadap korban-korbannya12

.

Melalui emosi dia akan merangkak ke dalam pikiran manusia dan

mewujudkan visi kehancuran manusia. Adapun identifikasi mengenai kata

terdapat dalam al-Quran.

Dari ketiga kata kunci yang terdapat di dalam al-Quran, dapat disimpulkan

bahwa putus asa merupakan sebuah kondisi perasaan hati yang pada akhirnya

dapat membelenggu manusia secara utuh dalam keterpurukan yang

disebabkan dari perasaan takut, kelemahan dan ketidak berdayaan.

B. Keputusasaan dalam Perspektif

1. Perspektif Psikologi

Zakiah Drajat dalam bukunya yang berjudul Psikoterapi Islam,

menyatakan bahwa putus asa merupakan sikap seseorang yang selalu murung,

tak acuh terhadap dirinya dan orang lain, tidak berusaha mencapai sesuatu,

tidak minta tolong, diam, malas bergerak, dan cenderung mengurung diri.

Orang putus asa biasanya lari ke dalam dunia khayalan, dan juga terbiasa

12

http://www.afroarticles.com/article-dashboard/Article/Desperation-and-Despair--the-

Devil-s-Playground/214455

Page 29: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

20

memenuhi kebutuhan dengan caranya sendiri, tidak memikirkan hari depan,

tidak bekerja, tidak melatih diri untuk apa saja13

.

Keputusasaan adalah fase emosi yang menyakitkan. Keputusasaan

dimulai dari rasa takut. Seseorang bisa berada dalam kondisi putus asa

manakala rasa takutnya muncul. Sebaliknya, apabila ia tidak dalam keadaan

digeluti rasa takutnya maka ia akan terjaga dari perasaan putus asa itu sendiri.

Sebagai contoh seorang tawanan dihukum mati maka ia harus merasakan

takut mati sebelum ia akan memasuki fase putus asa itu sendiri. Akan tetapi

ketakutan mungkin sering ada dan dalam bentuk yang sangat kuat tanpa

sebuah sikap keputusasaan. Seorang tahanan sering menampilkan ketakutan

besar, tetapi ia tidak merasakan putus asa.14

Pada kenyataannya, terdapat korelasi kuat antara ketakutan dan

keputusasaan. Takut biasanya merangsang upaya, sedangkan putus asa adalah

efek dari ketakutan. Ketakutan adalah aktif, sedangkan putus asa bersifat

pasif. Dalam keputusasaan, yang sering tampak adalah kelesuan, sementara

rasa takut selalu menimbulkan sebuah pergolakan yang intens dalam setiap

aktivitas. Ketakutan dalam fungsi aslinya adalah merangsang tindakan

bertahan, selain itu ketakutan biasanya terjadi pada individu dengan kondisi

abnormal, sedangkan putus asa terjadi pada kondisi individu dalam keadaan

normal. Dari pemaparan di atas sudah jelas, bahwasanya rasa takut berbeda

dengan putus asa, yang bersifat langsung dan transitif. Sebagai contoh : Aku

13

Zakiah darajat, Psikotrapi Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal.72-74 14

M. Stanley Studies in The Evolutionary Psychology of Feeling Hiram, New York :

MaC Millan & CO, 1895, hal.121-126

Page 30: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

21

takut rasa sakit atau cedera, tapi putus asa hanya ada dalam kaitannya dengan

hal mental.15

Jadi intinya, putus asa merupakan efek dari ketakutan yang berlebihan.

"Saya putus asa untuk bebas," berarti mengalami sebuah kemunduran emosi

pada suatu pengalaman yang menyakitkan. Rasa ketidakmampuan yang

lengkap dan permanen untuk mencapai sebuah akhir. Keputusasaan ini

membungkuk dan berada di bawah alam sadar serta hancur oleh rasa sifat tak

terelakkan dan kekeliruan yang tidak dapat diperbaiki, baik itu positif ataupun

negatif. Dengan arti lain putus asa berarti tidak ada harapan.

Selain dari faktor ketakutan, putus asa juga biasa terjadi karena timbulnya

kecemasan. Cemas merupakan bentuk lain dari emosi yang berkaitan erat

dengan putus asa. Cemas adalah hasil langsung, karena merasa dari kognisi

tiba-tiba pada hal kesulitan besar dan kenyerian yang dekat. Cemas juga

sebagai tahap transisi yang cepat dalam perasaan terhadap putus asa, sebagai

suhu yang tiba-tiba jatuh dari harapan, kecemasan itu bisa juga merupakan

sebuah sikap awal dari keputusasaan. Berangkat dari itu, pada dasarnya

cemas bersifat sementara, namun mampu mengendap dengan cepat dalam

keputusasaan atau berubah naik menjadi harapan baru.

Dalam pemahaman perspektif psikologis ini, penulis berupaya

memberikan pemisahan antara makna Putus asa, Stress dan Depresi, dengan

harapan dapat membuka wacana pada hal tersebut meskipun pada ketiga kata

ini memiliki korelasi satu sama lain.

15

Stanley Studies in The Evolutionary Psychology of Feeling Hiram, hal.121

Page 31: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

22

Stres dalam tinjauan psikologis adalah suatu keadaan tertekan, baik secara

fisik maupun psikologis16

, stres juga merupakan gejala gangguan kesehatan

jiwa yang sangat unik, hal ini merupakan bagian dari persoalan yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena pada dasarnya setiap orang dari

berbagai lapisan masyarakat memiliki potensi yang sama untuk dapat

mengalami stress. Stres yang menimpa seseorang tidak sama antara satu

orang dengan yang lainnya, walaupun faktor penyebabnya boleh jadi sama.

Terdapat beberapa penyebab mengapa seseorang menjadi stres, antara lain17

:

1. Stres Kepribadian (Personality Stress)

Merupakan stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang itu

sendiri. Berkaitan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan

atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi segala tekanan hidupnya

dengan sikap positif, maka akan kecil kemungkinan terkena resiko stres

jenis yang satu ini.

2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress)

Biasanya stres ini dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di

sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres

adaptasi lingkungan baru, masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di

jalan raya, diolok-olok, dan lain-lain.

16

James P. Chaplin, Kamus lengkap Psikologis, (PT Raja Grafindo Persada, 2006),

hal.488 17

http://organisasi.org/jenis-macam-kategori-pemicu-stress-penyebab-stres-psikologis-

manusia

Page 32: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

23

3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)

Pada hal ini biasanya stres dipicu oleh dua hal. Pertama yaitu faktor

ekologi/lingkungan, seperti polusi udara dan cuaca. Kedua diakibatkan

oleh kondisi biologis, seperti akibat datang bulan, demam, asma,

jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh

lainnya.

4. Stres Pekerjaan (Job Stress)

Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.

Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan,

ancaman phk, target tinggi, usaha gagal, persaingan bisnis, adalah

beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stress akibat karir

pekerjaan.

Jika kondisi stres ini berlangsung lama, maka seseorang tersebut akan

masuk ke dalam sebuah kondisi yang acapkali disapa dengan depresi.

Selanjutnya, dalam disiplin ilmu psikologi, depresi didefinisikan sebagai

perasaan yang menimbulkan rasa putus asa. Perasaan ini membawa reaksi

emosional sebagai berikut18

:

a. Mati rasa, Reaksi ini membawa seseorang yang depresi untuk tidak

menerima kenyataan yang terjadi. Biasanya pada awalnya, orang tersebut

berupaya tegar di hadapan orang lain.

18

Janet Horwood, Penghiburan Bagi Orang Yang Mengalami Depresi, (Bina Rupa

Aksara: Jakarta, 1993), hal.3-4

Page 33: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

24

b. Setelah kenyataan ternyata lebih menyakitkan dan orang tersebut tidak

kuat lagi menahannya, muncul amarah yang luar biasa dan meledak-ledak,

serta tidak terkontrol.

c. Tahap reaksi yang terakhir adalah, munculnya trauma atau kesedihan yang

berlarut dan berkepanjangan. Pada tahap ini, orang tersebut merasa

kehilangan harga diri karena tidak mampu menyelsaikan masalah atau

kenyataan pahit yang menimpanya.

Pada literatur lain, penulis mendapatkan pengertian dari depresi. Greg

Wilkinson memaknainya sebagai gangguan suasana hati yang bervariasi

dengan berat ringannya terhadap bermacam-macam orang, dan berapa lama

hal itu bertahan. Perasaan ini kadangkala kambuh kembali dan dihubungkan

dengan sejumlah besar gejala mental dan psikis yang berbeda.19

Dalam hal ini, Greg menilai ada beberapa gejala depresi yang secara

umum dapat ditemui. Pertama, depresi yang disebabkan suasana hati. Pada

faktor ini akibat yang muncul adalah sedih, kecewa, murung, putus asa, rasa

cemas dan tegang, kurangnya kegembiraan, kurangnya kepuasan diri,

hilangnya kasih sayang, menangis berlebihan, perubahan suasana hati yang

tidak terduga, perubahan jiwa yang ditandai oleh sikap, serta mudah

tersinggung. Kedua, dengan penyebab gangguan pikiran. Pada proses ini,

orang tersebut akan kehilangan minat, merasa kehilangan harga diri,

kepekaan yang berkurang, muncul perasaan tidak berguna, timbul rasa malu,

adanya rasa tidak berdaya, mudah lupa, dan kurang konsentrasi.

19

Greg Wilkinson, Depression, dialih bahasakan oleh Meitasari Tjandrosa dengan judul

Depresi, (Arcan: Jakarta, 1991), hal.3

Page 34: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

25

Ketiga, gejala lainnya adalah dorongan. Hal ini menyebabkan seseorang

ingin lari dari kehidupan, menarik diri dari pergaulan, merasa terpojok, dalam

melakukan aktivitas merasa tampak tidak menarik dan tidak berarti lagi.

Keempat, Fisik. Pada gangguan ini, seseorang akan mengalami perasaan akan

kondisi badan yang menurun, merasa cepat lelah, pegal-pegal, sakit,

kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan ideal, gangguan tidur,

kehilangan nafsu seks, tidak bisa santai, berdebar-debar dan berkeringat

dalam jumlah yang tidak wajar, agitasi, lamban, konstipasi (susah buang air

besar). Kelima, berdasarkan penilaian. Pada tahap ini orang tersebut akan

mengalam delusi (perasaan bersalah) dan halusinasi (seakan mendangar

suara-suara yang menakutkan dirinya, seperti ancaman mati karena penyakit

mematikan yang terngiang-ngiang di telinga dalam intensitas yang tinggi)20

.

Dalam tahap ini dapat digaris bawahi bahwa, Depresi adalah sebuah

penyakit psikis atau kejiwaan yang cukup berat, sedangkan putus asa dan

stres adalah salah satu jembatan menuju kondisi tersebut. Depresi dapat

terjadi pada siapapun baik orang tua ataupun orang muda sedangkan putus

asa tidak dapat dimasuki oleh anak-anak, putus asa bisa dirasakan ketika

seseorang memberikan harapan yang berlebih kepada apa yang

diangankannya namun tidak dapat direalisasikan, sedangkan stress adalah

tekanan fisik dan mental yang diakibatkan rutinitas yang tiada henti, apabila

seseorang berada dalam kondisi stres yang terus menerus, maka pada

akhirnya ia akan masuk ke sebuah kondisi depresi.

20

Greg Wilkinson, Depression, hal.8

Page 35: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

26

2. Perspektif Filsafat

Dalam ranah filsafat, tidak banyak penulis temui diskusi tentang putus

asa, baik secara langsung maupun tidak. Di antara para filosof yang

membicarakan tentang keputus-asaan adalah Sören Kierkegaard, ia

merupakan seorang tokoh filsafat eksistensialis sekaligus bisa disebut juga

bapak pada aliran ini mengatakan, bahwa putus asa adalah salah satu emosi

manusia yang paling signifikan yang memberikan dorongan pada pemikiran

yang bermanfaat tentang sifat dari kondisi manusia21

.

Putus asa dalam pandangan Kierkegaard merupakan sebuah penyakit

yang tidak bisa disembuhkan. Satu-satunya obat dari keputusasaan adalah

kematian. Karena pada dasarnya setiap orang pasti akan mengalami sebuah

keputusasaan baik itu hal yang disadari atau tidak22

.

Selanjutnya, Kierkegaard membagi keputusasaan menjadi tiga jenis, di

mana hal tersebut merupakan sesuatu bentuk keputusasaan yang biasa dialami

oleh manusia dengan beragam tingkatannya. Selain itu, di dalam bukunya

yang berjudul The Sickness Unto Death, ketiga hal ini justru menjadi point

terpenting untuk dibahas. Adapun ketiga point tersebut adalah :

1. Keputusasaan yang tidak disadari oleh dirinya sendiri atau putus asa

karena keterbatasan.

21

http://metapsychology.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=book&id=2882 22

Sören Kierkegaard ,The Sickness Unto Death Published by Princeton University Press,

Princeton, New Jersey, 1941

Page 36: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

27

Putus asa semacam ini biasanya lahir dari ketidaktahuan. Banyak orang

mengalami kondisi seperti ini, baik mereka menyadarinya atau tidak.

Dalam hal ini biasanya, mereka seakan-akan baik, namun jiwanya

merasakan kehampaan terutama ketika melihat banyak orang dan hal-hal

di sekitarnya, dengan cara menyibukkan dengan segala macam urusan

duniawi, dengan seolah-olah menjadi bijaksana, seseorang lupa pada

dirinya, lupa pada namanya sendiri, dan tidak percaya lagi pada dirinya

sendiri. Putus asa semacam ini sangat banyak dialami namun sedikit

mereka yang menyadarinya.

2. Putus asa dalam menolak untuk menerima diri sendiri atau putus asa pada

kelemahan dirinya sendiri.

Dalam kategori ini, bentuk keputusasaan berupa tidak ingin

menjadi diri sendiri yang sebenar-benarnya, yakni dengan cara merubah

dirinya menjadi orang lain bahkan dilakukan dengan cara mati-matian.

Pada akhirnya manusia tersebut menolak untuk bertanggung jawab pada

dirinya sendiri. Makhluk yang seperti ini biasanya beranggapan bahwa

„hidup hanyalah sebuah permainan dari sebuah perubahan‟. Oleh karena

itu, pada saat putus asa, ketika bantuan tidak ada yang datang, maka orang

tersebut berusaha ingin menjadi orang lain.

Keputusasaan semacam ini, dapat menyebabkan seseorang menjadi

gila karena dia tidak tahu akan dirinya yang sebenarnya. Dalam fenomena

keputusasaan semacam ini, seseorang beranggapan bahwa dengan

mencintai kemewahan dan kegelamoran maka orang tersebut akan merasa

Page 37: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

28

nyaman dalam hidupnya. Atau dengan kata lain, dia hanya mengenal apa

yang dia kenakan tanpa mengenal dirinya yang sebenarnya.23

3. Kesadaran dari diri sendiri tetapi penolakan untuk tunduk kepada

kehendak Tuhan atau bisa disebut putus asa dengan cara pembangkangan.

Berbeda dengan putus asa yang sebelumnya yaitu putus asa

terhadap penolakan diri sendiri. Justru dalam kategori ini keputusasaan

untuk menjadi diri sendiri. Atau bisa juga disebut putus asa

pembangkangan. Pada fase ini, menurut mereka, bahwa identitas diri

datang bukan dari "luar" tetapi langsung dari diri sendiri. Hal ini berakar

pada kesadaran suatu ketidak terbatasan, menjadi berhubungan dengan

yang tak terbatas.

Pada tahap ini, seseorang akan merasa mendapatkan sebuah

keabadian atau besar kemungkinan dari mereka tidak mengakui sang

Pencipta. Mereka menolak untuk menerima suatu aspek dari luar dirinya

atau dapat dikatakan tidak ada yang sempurna selain dirinya. Karena

mereka merasa dirinyalah yang menciptakanya.

Manusia ini selalu menantang untuk tidak mengakui kekuasaan

selain miliknya sendiri. Artinya mereka hanya memperhatikan dirinya

sendiri, yakni dengan mempotensikan dirinya sebagai sesuatu dengan cara

menyamakan antara yang terbatas atau tidak. Dalam proses keinginannya

untuk menjadi Tuhan sendiri, ia beranggapan bahwa harus benar-benar

menjadi mengenal dirinya sebagai yang tak terbatas dan dalam

23

http://www.hebrew4christians.com/Articles/Despair/despair.html

Page 38: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

29

pandangannya bahwa ia adalah penggerak itu sendiri. Namun justru ini

adalah bentuk keputusasaan yang tertinggi karena menafikkan keberadaan

manusia sebagai yang terbatas dan menyatakn diri sebagai yang tak

terbatas. 24

Guna mempertajam analisis pada perspektif filsafat ini, penulis

juga mengungkapkan pandangan para filosof lainya yaitu seperti Henri

Bergson. Beliau merupakan seorang filosof asal Prancis yang tersohor

dengan filsafat manusia-nya. Pada teori terdahulu, manusia tidak bebas,

dibatasi oleh faktor-faktor kehidupan, tidak bisa mengaktualisasikan

dirinya. Menurut Henri, manusia bebas adalah manusia yang memiliki

kesadaran akan keber-ada-annya. Manusia menjadi bebas, jika

perbuatannya memancar dari kepribadian orang tersebut seutuhnya.

Mengungkapkan jati dirinya. Sadar akan ada-nya25

.

Oleh sebab itu, jika manusia sadar akan dirinya maka mereka akan

tahu siapa Tuhannya. Ketika mereka telah mengetahui akan Tuhannya

niscaya kelak mereka akan jauh dari keputusasaan yang akan menimpa

dirinya. Karena mereka tahu bahwa diri mereka hanya makhluk yang

lemah, ketika mereka dihadapkan dengan permasalahan yang mendera

dirinya mereka tidak akan sanggup untuk memikulnya sendiri. Namun,

mereka langsung bergegas untuk memohon bantuan kepada Tuhannya,

sehingga mereka tidak langsung cepat berputus asa atas beban

24

http://www.hebrew4christians.com/Articles/Despair/despair.html

25

K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX Prancis Jilid II, (Jakarta: Gramedia, 1996),

hal.1314

Page 39: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

30

permasalahan yang sedang dipikulnya. Karena ada kekuatan lain yang

mampu untuk membantunya keluar dari masalah, yaitu Tuhan.

Kemudian Sartre, filsuf lain yang juga berasal dari Prancis, beliau

memiliki argumen lainnya. Menurutnya, manusia adalah makhluk yang

bebas memilih. Dalam hidup manusia, tentu hanya ada 2 pilihan: menjadi

manusia bebas dengan memiliki kesadaran akan ”ada” nya. Atau, menjadi

manusia yang tidak bebas, penuh dengan kekhwatiran yang ditandai akan

kecemasan. Cemas dalam menemukan ”ada” nya dan terkadang juga pada

saat menjaganya26

.

Dalam hal ini Sartre membedakan antara cemas atau takut. Cemas

adalah perasaan yang menghinggapi diri manusia yang faktornya berasal

dari dalam diri sendiri (keber ”ada” annya). Sementara takut adalah

perasaan yang menghinggapi diri manusia dengan faktor benda-benda lain

di luar diri manusia itu sendiri27

.

Sedangkan filsafat Islam mempunyai argumen tersendiri dalam

menanggapi keputusasaan. Menurutnya, secara garis besar kehidupan

manusia hanya memiliki dua pilihan, yaitu menjadi manusia baik atau

menjadi manusia yang celaka. Menjadi baik, berarti memilih yang baik

dalam segala perbuatannya selama hidup. Memilih celaka berarti,

melakukan perbuatan buruk dengan sadar28

.

Menurut hemat penulis, berdasarkan pembahasan di atas mengenai

putus asa dalam ranah filsafat, memang tidak mengena secara langsung.

26

K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX Prancis Jilid II, hal.96-97 27

K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX, hal. 95 28

Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus), hal. 128

Page 40: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

31

Akan tetapi, jika kita menela‟ah dan mengkonstruksi berbagai pernyataan

filosuf di atas lebih dalam, jelas bahwa mereka sedang membicarakan

manusia. Kesemua filosuf sadar, bahwa manusia hidup dengan beragam

pilihan yang terkadang menggiurkan. Selain itu, tidak sedikit pula di antara

mereka yang salah dalam menentukan pilihanya tersebut.

Pilihan-pilihan itu, tidak bisa tidak, harus dijalani dan dipilih salah

satunya oleh manusia. Tentunya, setiap manusia memiliki angan-angan

dan cita-cita agar mendapatkan yang terbaik bagi dirinya..

Ada adagium bahwa ”Kenyataan tidak selalu sesuai dengan

harapan”. Inilah yang menjadi acuan dalam mempelajari keputusasaan.

Para manusia, dengan segenap kemampuan dan kelebihan yang

dimilikinya, berusaha meraih apa yang mereka harapkan. Namun, tidak

sedikit dari mereka yang kemudian gagal dan tak mampu bangkit kembali,

sehingga dalam bahasa filsafat Islam, memilih menjadi manusia celaka.

Melakukan sesuatu untuk meraih apa yang mereka harapkan dengan

perbuatan buruk, yang –ironisnya- dilakukan dengan sadar. Inilah titik

temu pembahasan putus asa dalam filsafat yang diargumentasikan oleh

para filosuf.

Page 41: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

32

BAB III

INDENTIFIKASI AYAT-AYAT KEPUTUSASAAN

DALAM AL-QURAN

A. Ayat-ayat al-Qur’an tentang Keputusasaan

Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, al-Quran telah

mengasosiasikan putus asa dengan 3 kata, yaitu (Ya'isu), (Qanatha),

(Ablasa) sesuai dengan pendefinisian masing-masing. Maka pada bab ini,

penulis akan mencoba mengidentifikasi pada ayat mana saja dalam al-Quran yang

memuat ketiga kata tersebut.

1. Ya'isa

Kata terdapat di dalam sepuluh1 ayat al-Quran dengan berbagai maksud

dan tujuannya masing-masing. Allah menurunkan wahyu tersebut agar Hamba-

hambanya selalu menghindarkan diri dari perasaan berputus asa. Karena pada

dasarnya, putus asa merupakan salah satu sifat dari orang-orang kafir. Seperti apa

yang telah diterangkan pada ayat berikut :

1 Al-Husni al-Maqdisy, Kamus Faturrahman, (Beirut: Daar el Fikr, 1995), hal. 360

Page 42: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

33

”Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat)

dari kami, Kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, Pastilah dia

menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih” (Hud: 9)

Terma putus asa dalam ayat tersebut diwakili oleh kata laya'usu yang asal

katanya ya`isa-yay`asu mengindikasikan bahwa makna putus asa disini

menggunakan bentuk mubalaghah dengan penambahan huruf (lam) yang

menggambarkan kondisi yang teramat sangat dari keadaan suatu perbuatan.

Ayat ini menggambarkan perangai manusia, ketika didatangkan oleh Allah

kepadanya suatu nikmat, sehingga ia dapat merasakan atau mengecap nikmat

tersebut, maka ia menjadi lupa daratan. Tetapi jikalau nikmat itu dicabut oleh-Nya

dengan tiba-tiba, justru mereka menjadi putus asa. Seyogyanya, mereka berpikir

bahwa roda takdir Ilahi itu senantiasa berputar, ketika hari ini senang belum tentu

keesokan harinya merasakan hal yang sama. Sebagai perumpamaan sebuah barang

yang dimilikinya, hari ini ia merasa senang karena mampu meraih barang tersebut

dengan harga mahal, akan tetapi keesokan harinya ia menjadi orang yang tidak

bersyukur lantaran barang tersebut hilang dari tangannya.2

Bagi orang-orang yang beriman, ia selalu sadar bahwa setiap sesuatu yang

diberikan oleh Allah sifatnya sementara atau dengan kata lain hanya sebuah

titipan (amanah), yang sewaktu-waktu dapat di ambil dari dirinya. Akan tetapi,

bagi orang kafir maupun kufur, ia merasa nikmat tersebut kekal untuknya.

Sehingga, jika di ambil nikmat itu daripadanya maka ia akan putus asa.

2 Hamka,Tasir al-Azhar ,PT Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984, Vol 12, hal.21

Page 43: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

34

Sebagai penegas, bahwasanya pada kalimat yang terdapat di ujung ayat

tersebut adalah “tidak berterima kasih”. Maksud tidak berterima kasih di sini

diartikan sebagai bagian dari kafir, yaitu kufur nikmat. Mereka hanya mengeluh

karna kekurangan. Namun tidak pernah ingat akan anugrah illahi yang telah

diberikan kepadanya.3

”Maka tatkala mereka berputus asa dari pada (putusan) Yusuf4

mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. berkatalah

yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu ketahui bahwa

Sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama

Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. sebab itu Aku

tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan

kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi Keputusan terhadapku.

dan dia adalah hakim yang sebaik-baiknya". (QS. Yusuf : 80)

Kemudian dalam ayat ini kembali terdapat kata istasy`asu, yang menggunakan

bentuk fi'il madhi jika dipahami maksudnya adalah putus asa yang terjadi pada

waktu yang lampau. Dalam ayat ini Ya‟qub berkata kepada anak-anaknya, ”wahai

anak-anakku, kembalilah ke Mesir. Carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya

(Bunyamin) dan janganlah kalian berputus asa terhadap rahmat Allah Swt, sebab

3 Hamka,Tasir al-Azhar ,PT Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984, Vol 12, hal.21

4 yakni putusan Yusuf yang menolak permintaan mereka untuk menukar Bunyamin

dengan saudaranya yang lain

Page 44: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

35

tidaklah berputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang yang mengingkari

kekuasaan-Nya dan kafir kepadanya.”

Oleh karena itu, manusia harus berbaik sangka kepada Rabb-nya. Bahkan, tiap

kali mereka merasakan kesusahan dan bencana datang bertubi-tubi atasnya, maka

ia harus lebih banyak mengharapkan rahmat-Nya dan memohon kemudahan dari-

Nya5.

”Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang

Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum

yang kafir" (Yusuf: 87)

Imam Al-Alusi berkata :

”Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah yakni tidak

berputus asa dari kemudahan dan jalan keluar yang diberikan-Nya.

Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang

kafir karena ketidak tahuan mereka mengenai Allah ta‟ala dan sifat-

sifatNya, bagi seseorang yang memiliki pengetahuan tidak akan berputus

asa dalam kondisi apapun. Ucapan merupakan pengukuhan dari Ya‟qub

atas sesuatu yang sebenarnya telah diketahui oleh anak-anaknya”.6

Dan apabila kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya

berpalinglah Dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan

apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa (al-Isra‟: 83)

5 „Aid al-Qarni, Tafsir Muyassar, terj. Tim Penerjemah Qisthi Press (Qisthi Press,

Jakarta, 2008 Jilid 2), hal. 323 6 Al-Alusi, Abu al-Sana Shihab al-Din al-Sayyid Mahmud. Rûh al-Ma’ âni Fi Tafsir al

Quran al „Azim wa al Sab’ al Matsani,. Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiyah, 1994 : vol 5, hal.13-44

Page 45: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

36

Dalam dua ayat di atas, kata ya`isa-yay`asu mengambil bentuk fi'il mudhari'

majzum, dan fi'lu nahyi yang bermakna bahwa Allah benar-benar sangat melarang

perbuatan putus asa untuk masa yang akan datang, semacam peringatan.

Sedangkan dalam surat al-Isra' kata ya`usan menggunakan bentuk mubalaghah

yang mengindikasikan bahwa ketika manusia diberikan kenikmatan, mereka

terpedaya dan menyebabkan mereka memasuki sebuah perasaan putus asa yang

benar-benar terpuruk. Ayat ini menyatakan bahwa, sesungguhnya manusia apabila

dikaruniakan kesehatan dan kebahagiaan kepadanya, maka mereka tidak lagi

mensyukuri nikmat Rabbnya. Bahkan sebaliknya, apabila ditimpa penyakit atau

kemiskinan, mereka berputus asa dari rahmat Allah7.

Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan

dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat

azab yang pedih (al-‟Ankabut: 23)

Pada ayat ini Allah Swt memberikan gambaran tentang orang-orang yang

berputus asa dari rahmat Allah itu seperti apa, terlihat dari keterangan sebelum

kata ya`isû dalam bentuk fi'il mâdhi dengan dhomir mustatir yang diperlihatkan

dari penempatan dhamir "hum" (mereka) setelah bersamaan dengan fi'il.

7 Wahbah Zuhaili Dkk, Buku Pintar Quran Seven in One, (Jakarta : al Mahira, 2008),

hal.291

Page 46: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

37

Dalam tafsir al-Muyassar,‟Aid al-Qarni mengatakan pada ayat ini bahwa

barangsiapa yang mendustakan dan mengingkari bukti-bukti yang Allah turunkan

kepada Rasul-Nya dalam kitab-Nya dan mengingkari petunjuk ke-Esaan serta

keTuhanan maka mereka tidak akan meraih cita-cita untuk selamanya dan tidak

pula mendapat tempat dalam rahmat Allah, yakni ketika mereka melihat azab-

Nya. Apabila mereka melihat hukuman yang Allah janjikan kepada musuh-

musuh-Nya, niscaya mereka akan merasakan siksaan yang pedih yang

menyakitkan di api Neraka Jahanam8.

Sama dengan ayat sebelumnya, kata putus asa di sini menggunakan bentuk fi'il

tsulasi mujarrod (asalnya) tanpa tambahan hanya dibubuhi dhamir.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan

penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka Telah

putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang

Telah berada dalam kubur berputus asa (al-Mumtahanah: 13).

Di sini bahwa Allah SWT memberikan peringatan kepada orang-orang

beriman yang mentaati Allah dan Rasulnya. Janganlah menjadikan kaum yang

dimurkai Allah sebagai penolong, karena sebenarnya mereka itu berada dalam

sikap keputus asaan dari mendapatkan kenikmatan dan kebaikan akhirat karena

mereka sendiri yang telah mengingkarinya, seperti orang-orang kafir telah

8 „Aid al-Qarni, Tafsir Muyassar, Vol. 3, hal.320

Page 47: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

38

berputus asa atas kebangkitan mereka dari dalam kubur. Orang kafir adalah orang-

orang yang dimurkai oleh Allah .

Selanjutnya, mengenai makna keputusasaan di dalam kalimat “Sesungguhnya

mereka Telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir

yang Telah berada dalam kubur berputus asa”, Ibnu Jarir Ath-Thabari

berpendapat bahwasanya kaum yang dimurkai Allah di hari akhirat dan

kebangkitan nanti adalah dari kalangan Yahudi karena mereka telah berputus asa

dari rahmat Allah, sebagaimana orang-orang kafir yang masih hidup berputus asa

dari rahmat Allah di dunia. Selain itu, semasa hidup mereka juga selalu berputus

asa terhadap orang-orang yang telah mati dan berada dalam kubur, karena mereka

telah meyakini adanya siksa Allah terhadap mereka setelah mereka mati.9

Asbabun Nuzul ayat ini adalah : menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ibnul

Mundzir dari Ibnu Ishaq yang bersumber dari Ibnu Abbas, ayat ini diturunkan

setelah Abdullah bin Umar da Zaid bin al-Harits bersahabat rapat dengan

golongan kaum Yahudi10

.

...

...Orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,

sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku...

(al-Maidah: 3)

Pada ayat di atas, digunakan fi'il mâdhi untuk mengeneralisir bahwa seluruh

orang kafir itu telah berputus asa karena tidak akan bisa mengalahkan agama

9 Abu Ja‟far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Katsir ibn Ghalib at-Thabari. Jâmi’ al-

Bayân Fî Tafsîr Al-Quran, Dar el-Kutub al-„Ilmiyah (Beirut), 1992, hal. 53 - 54 10

Qomaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul¸(Bandung: CV Diponegoro, 1991), hal.513

Page 48: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

39

Islam. Penulis sengaja tidak memasukkan keseluruhan ayatnya agar memudahkan

pemahaman pada makna keputusasaan saja. pada ayat ini Allah SWT menjelaskan

bahwa orang-orang kafir sudah putus asa untuk memalingkan orang-orang

beriman dari agama. Harapan mereka agar kaum mukmin meninggalkan Islam

sudah pupus, hal itu disebabkan bahwa orang beriman melindungi dirinya dengan

cara ta‟at kepada allah, takut kepada Allah dan tidak takut pada orang-orang

kafir11

.

Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang

keimanan mereka) dan Telah meyakini bahwa mereka Telah didustakan,

datanglah kepada para Rasul itu pertolongan kami, lalu diselamatkan

orang-orang yang kami kehendaki. dan tidak dapat ditolak siksa kami dari

pada orang-orang yang berdosa. (Yusuf: 110)

Dalam ayat ini digunakan fi'il mudhari' dalam bentuk kata putus asa nya

dengan maksud bahwa keputusasaan senantiasa berada dalam benak setiap

manusia dalam keadaan lemah dan terpojok.

Dalam ayat ini kemudian timbul sebuah pertanyaan bagaimana sikap putus asa

merupakan sebuah sikap yang dilarang dalam Islam, padahal Allah telah

menceritakan bahwa putus asa juga telah merayapi jiwa para manusia

11

„Aid al-Qarni, Tafsir Muyassar, Vol. 1, hal. 487.

Page 49: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

40

sebagaimana yang tertulis pada ayat di atas, untuk menjawab hal tersebut bahwa

penentuan maksud dari putus asa disini memiliki beberapa pendapat :

1. Bahwa Rasul telah berputus asa dari keimanan kaumnya dan kaumnya

menyangka bahwa rasul itu telah berdusta. Hal ini berdasarkan dalil yang

diriwayatkan Ath-Thabari dengan beragam sanad dari jalan imran bin

harits, said bin jubair, abu Dhuha, ali bin abi thalhah dan al-Aufi yang

meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan, „para Rasul telah berputus

asa dari keimanan kaumnya dan kaumnya menyangka bahwa Rasul itu

telah berdusta12

.

2. Setelah diberi janji kemenangan oleh Allah, para rasul merasa takut jika

kemenangan ini akhirnya tertunda, bukan karena keraguan terhadap janji

Allah, tetapi karena kekhawatiran terhadap diri sendiri yang telah

melakukan sesuatu perbuatan yang bisa membatalkan syarat kemenangan.

Ketika kemenangan ini lama tidak kunjung datang dan bencana semakin

dahsyat menimpa mereka, maka merasuklah prasangka ke dalam hati

mereka melalui sisi ini13

.

Pendapat pertama lebih kuat, demi menyucikan para Rasul dari sifat

keputusasaan, karena mereka datang untuk menanamkan keyakinan optimisme

dalam jiwa umatnya setelah mencabut akar-akar keputusasaan dari jiwa mereka.14

Kemudian Allah berfirman dalam ayat yang lain :

12

At-Thabari. Jâmi’ Al-Bayân Fî Tafsîr Al-Quran. Vol 13, hal.54-56 13

At-Thabari. Jâmi’ Al-Bayân Fî Tafsîr Al-Quran. Vol 13, hal.56-57 14

Sayyid Muhammad Nuh ‘Afatun ‘Alâ ath-Thâriq; Terapi Ruhiyah Aktifis Dakwah terj

Fakhruddin Nur syam lc, Hawin M. Jasiman, Mahmud Mahfud (Solo: Media Insan Press, 2006),

hal. 901

Page 50: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

41

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa

malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (Fushilat : 49)

Dalam ayat ini terdapat dua kata yang mewakili terma keputus asaan yaitu

kata dan yang keduanya sama-sama dalam bentuk mubalaghah yang

menggambarkan bahwa rasa putus asa yang dirasakan benar-benar melemahkan.

Ayat di atas diperuntuhkan bagi mereka yang kufur dan mendustakan nikmat

Allah yang diberikan kepadanya. Mereka adalah orang-orang kafir yang selalu

mengharapkan nikmat dari Allah namun ia enggan dan sungkan untuk

menjalankan perintah dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Sehingga pada

saat Allah mengambil seluruh nikmat daripadanya maka ia berputus asa dan

berkeluh kesah atasnya.

2. Qanatha

Kemudian al-Quran menggambarkan putus asa dengan mempergunakan kata

. Kata tersebut disebutkan sebanyak lima kali15

dalam ayat-ayat yang berbeda.

Diantara ayat tersebut adalah sebagai berikut:

15

Sayyid Muhammad Nuh ‘Afatun ‘Alâ ath-Thâriq, hal. 279

Page 51: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

42

Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu

dengan benar, Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang

berputus asa". (al-Hijr: 55)

Kata dalam ayat ini berbentuk isim fa'il menggambarkan adnya kelompok

orang-orang yang berputus asa dan golongan inilah yang dilarang agar kita tidak

termasuk ke dalamnya.

Ayat ini merupakan perkataan para tamu-tamu Ibrahim yang berkata: Wahai

Ibrahim, kami menggembirakan kamu dengan satu hal yang benar. Kami

mengetahui bahwa Allah akan memberi seorang anak, maka janganlah kamu

berputus asa dari keutamaan Allah16

. Ayat ini juga berhubungan dengan ayat

berikutnya :

Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-

nya, kecuali orang-orang yang sesat". (al-Hijr :56)

Dalam ayat ini kata nya berbentuk fi'il mudhâri' sekaligus sebagai fa'il

menggambarkan bahwa adanya orang yang berputus asa. Pemahaman yang

diambil adalah bahwa Ibrahim berkata : ”hanya orang yang sesat yang tidak

mengetahui jalan yang harus ditempuh. Itulah orang-orang yang berputus asa dari

16

Tengku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nûr,

(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000), vol, 3, hal.2185

Page 52: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

43

rahmat Tuhan”. Pada kenyataannya Ibrahim pun tidak pernah berputus asa kepada

rahmat Allah. Hanya karena beliau tidak dikarunia seorang anak lagi17

. Di dalam

ayat ini Allah juga ingin mengajarkan kepada hamba-hamba nya agar jangan

pernah berputus asa pada rahmat-Nya. Karena setiap orang yang berputus asa

berarti ia tidak mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan. Hal ini juga

menunjukkan bahwa iblis atau setan membisikin kepada manusia sikap

keputusasaan.

Dan apabila Kami Rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya

mereka gembira dengan rahmat itu. dan apabila mereka ditimpa suatu

musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang Telah dikerjakan oleh

tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa (ar-Rum: 36)

Kata dalam ayat ini juga berbentuk fi'il madhi dengan diawali dhomir

"Hum" (mereka) . Dalam ayat ini al-Quran menampilkan lembaran lain dari

lembaran-lembaran jiwa manusia ketika dalam kegembiraan yang membuatnya

terlena atau perasaan tertekan yang mendapati kesulitan yang membuat hilang

harapan terhadap rahmat Allah, ia juga gambaran bagi jiwa yang terikat dengan

seluruh perkara, serta timbangan yang cermat yang tak berpengaruh dengan

perubahan-perubahan.

17

Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Quranul Majid an-Nûr, vol, 3, hal.2185

Page 53: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

44

Manusia yang dimaksud di sini adalah mereka yang tak terkait dengan garis

tersebut dan tak menimbang dengan timbangan ini. Mereka merasa bergembira

mendapat rahmat Allah dengan kegembiraan yang meledak-ledak. Sehingga

membuat mereka lupa terhadap sumber rahmat itu, mereka terlena dengan nikmat

tersebut, tenggelam di dalamnya, tak bersyukur kepada Allah yang memberikan

nikmat.

Karena itu, ketika Allah berkehendak untuk menegur mereka sesuai dengan

perbuatan mereka, dan mereka merasakan kondisi buruk maka merekapun buta

terhadap hikmah Allah yang terdapat dalam cobaan kesulitan. Mereka pun putus

asa terhadap rahmat Allah dan kehilangan harapan untuk mendapatkan jalan

keluar. Seperti itulah kondisi hati yang terputus dengan Allah18

.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri

mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya

Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (az-Zumar: 53)

Dalam ayat ini kata La nahiyah ( ) menjadikannya fi'lun nahyi (kata kerja

larangan) mengindikasikan bagi pembaca agar jangan berbuat demikian. Ayat di

18

Sayyid Quthb. Fi Dzhilâl al-Quran terj. As‟ad yasin, Abdul aziz, (Gema Insani Press,

Jakarta, 2000), Jilid ke-9, hal.148

Page 54: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

45

atas menggambarkan sebuah seruan terhadap orang-orang yang selalu melakukan

kemaksiatan agar mereka segerah kembali ke jalan Allah. Selain itu, ayat ini

menyeru kepada harapan, cita-cita dan kepercayaan akan ampunan Allah.

Sesungguhnya Allah maha penyayang kepada hamba-hambanya.

Allah mengetahui kelemahan dan kepapaan manusia. Dia mengetahui faktor-

faktor internal dan eksternal yang menguasai diri mereka. Dia juga mengetahui

bahwa setanlah yang mengintip mereka disetiap jalan lalu menyeretnya19

.

Allah mengetahui ihwal setiap makhluk. Maka Dia mengulurkan bantuan,

melapangkan rahmat baginya, dan Dia tidak menyiksa karena kemaksiatannya

sebelum dia menyediakan segala sarana untuknya guna memperbaiki

kekeliruannya dan menegakkan langkahnya diatas jalur.

Sebagaimana dalam ayat berikut, di mana bentuk kata mengambil bentuk

mubhalaghah:

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa

malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan (al-Fusilat : 49).

3. Ablasa.

Terakhir, kata yang disamakan dengan arti putus asa adalah kata , dalam

bahasa Indonesia berarti putus asa atau menyesal. Menjadi asal kata dari iblis

19

Sayyid Quthb. Fi Dzhilâl al-Quran, Jilid ke-10, hal. 89

Page 55: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

46

( ) yang telah berputus asa dari rahmat Allah. Dalam al-Qur‟an kata ini disebut

sebanyak lima ayat20

, yaitu :

Kata dalam ayat az-Zukhruf: 75, al-An'am: 44, al-Mu`min: 77 dan ar-

Rum: 49 mengambil bentuk sebagai isim fa'il yakni sebagai pelaku dari

keputusasaan dengan dhamir "Hum" (mereka) menggambarkan bahwa terdapat

golongan orang-orang yang berputus asa. Berikut ayat-ayat tersebut:

Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus

asa. (az-Zukhruf : 75)

Memaknai ayat di atas yang berhubungan dengan ayat sebelumnya

yaitu ayat 44 surat al-Zukhruf yang artinya, ”sesungguhnya para pendurhaka

dalam siksa jahanam selama-lamanya” pada ayat ini sesungguhnya para

pendurhaka yang mantab dengan kedurhakaannya akan berada dalam wadah

siksa neraka jahanam yang meliputi seluruh totalitasnya dan yang akan

mereka alami selama-lamanya. Tidak akan dihentikan atau diringankan siksa

itu dari mereka dan akhirnya mereka didalamnya lunglai tak mampu

melakukan apapun karena mereka telah berputus asa untuk memperoleh

keringanan apalagi keselamatan21

.

20

Sayyid Quthb.Fi Dzhilâl al-Quran,Jilid ke-10, hal. 56 21

M.Quraish Shihab , Tafsir al-Mishbah, (Lentera Hati , Jakarta: 2002 vol :12), hal. 592

Page 56: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

47

Selain itu ayat ini juga memberikan penegasan bahwa mereka yang

terhasut oleh bujuk rayu Iblis akan berada dalam neraka jahanam hal itu

disebabkan kedurhakaan kepada Allah Swt.

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada

mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk

mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah

diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,

Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (al-An„am: 44)

Menurut Quraish Shihab, ayat ini menjelaskan bahwa kaum kafir itu enggan

berdoa bahkan hati mereka membatu, rayuan iblis mereka ikuti sehingga

memandang indah amal-amal buruk yang mereka perbuat dan menjadikan mereka

melupakan peringatan-peringatan Allah. Kemudian Allah siksa mereka sehingga

mereka itu tidak mempunyai kesempatan untuk bertaubat dan berdoa. Siksaan

yang datang pada saat mereka bergelimangan dalam dosa itu, menjadikan

penyesalan merekapun semakin besar, maka itu semua mengakibatkan mereka

secara tiba-tiba pula terdiam tidak dapat berkutik, dipenuhi penyesalan lagi

berputus asa tiada gunanya22

.

Apa yang diinformasikan ayat ini merupakan salah satu cara Allah menyiksa

para pembangkang. Allah mencurahkan aneka kenikmatan kepada mereka, yang

22

M.Quraish Shihab , Tafsir al-Mishbah, vol. 4, hal. 95

Page 57: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

48

oleh ayat diatas diibaratkan dengan membuka pintu-pintu perbendaharaan illahi,

ia dibuka bukan untuk sementara tetapi terus menerus , sehingga ketika sampai

pada puncak pendurhakaan yang pada gilirannya menjadikan mereka mendapat

siksa yang amat pedih.

Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu tempat azab yang

amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. (al-

Mu`minun : 77)

Asbabun nuzul ayat ini bahwa Ibnu Abbas mengatakan “Abu Sufyan menemui

Nabi lalu berkata, wahai Muhammad, aku meminta saran mu atas nama Allah dan

atas nama kekerabatan. Sungguh, kami telah makan ihiz yakni bulu dan darah,

maka dari itu Allah menurunkan ayat ini23

.

Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam

berputus asa. (ar-Rum : 12)

Dalam ayat ini kata mengambil bentuk dalam fi'il mudhari (kata kerja

masa kini/ sedang berlangsung) mengisyaratkan bahwa berputus asa adalah hal

yang dilakukan oleh orang-orang yang berdosa ( ).

23

Wahbah Zuhaili Dkk, Buku Pintar Quran Seven in One, hal. 348

Page 58: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

49

Pada ayat ini Allah memberikan gambaran bahwasannya ketika terjadinya hari

kiamat orang-orang musyrik putus asa dari keselamatan. Mereka diam dalam

keadaan bingung karena tidak memiliki alasan24

.

Dan Sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka

benar-benar telah berputus asa. (ar-Rum : 49)

Kata dalam ayat ini juga berbentuk isim fa'il sehingga menjadi

sebagaimana ayat- ayat di muka, namun pada ayat ini sebelum kata tersebut

terdapat Lam taukid ( ) yang bermaksud menguatkan maknya, yang dapat

diartikan sebagai benar-benar telah berputus asa.

Padahal mereka sebelum diturunkan hujan, benar-benar putus asa akan

turunnya hujan. Firmannya ; min qablihi (sebelumnya) untuk menjelaskan

sedemikian cepatnya perubahan mereka dari putus asa pada kegembiraan. Ini

sikap orang yang lemah dan ceroboh. Sedangkan orang mukmin, dia akan

bersabar dan tidak tergesa-gesa25

.

B. Faktor penyebab terjadinya keputusasaan

Banyak sebab dan faktor yang mengantarkan dan mendorong seseorang pada

sifat putus asa , diantaranya adalah :

1. Hilangnya Rahmat (Nikmat) Allah

24

Wahbah Zuhaili Dkk, Buku Pintar Quran Seven in One, hal. 406 25

Wahbah Zuhaili Dkk, Buku Pintar Quran Seven in One, hal. 410

Page 59: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

50

Allah SWT memberikan cobaan kepada manusia agar ia dapat

memperkuat keimanan serta bersyukur atas segala nikmat yang telah

diberikan kepadanya. Kemudian, Allah menurunkan penyakit agar ia

berpikir bahwa sesungguhnya nikmat kesehatan tidak dapat terbayarkan

oleh apapun. Selain itu, di sanalah Allah melimpahkan ampunan dosa bagi

ia yang mampu bersabar dari rasa sakit tersebut. Padahal, jika ia berpikir

sedikit saja dari setiap cobaan dan penyakit yang menimpah kepadanya,

sesungguhnya nikmat Allah ada dibalik itu semua.

Pada dasarnya, Allah adalah Maha pemberi nikmat yang tidak pernah pilih

kasih dalam melimpahkan nikmat dan rahmatnya. Baik itu kepada orang-

orang kafir ataupun musyrik sekalipun. Karena Allah berjanji tidak akan

menelantarkan hamba-hambanya sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran

surat Yunus : 21

“Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat,

sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka

mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan

kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu

daya itu)". Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu

dayamu.

Kadang hidup di tengah lingkungan yang didominasi rasa putus asa karena

sudah tidak percaya lagi pada rahmat Allah, baik lingkungan dekat seperti

Page 60: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

51

keluarga ataupun lingkungan jauh seperti masyarakat menjadi pemicu

keputusasaan. Terutama apabila seseorang belum mencapai usia matang

dan tidak memiliki imunitas yang semestinya sebagai perlindungan bagi

dirinya dari cengkraman keputusasaan

2. Kekufuran

"Kefakiran dapat berpotensi pada kekufuran.26

" Demikian di antara pesan

moral yang kiranya amat popular di tengah-tengah masyarakat. Kekufuran

kini telah mengambil tempat yang semakin membahayakan, ia merupakan

satu dari sekian banyak penyakit sosial yang sering mengganggu

kehidupan. Dalam hal ini Allah telah mengingatkan kepada hambaNya

akan bahaya kekufuran, dalam surat Ibrahim ayat 28.27

Biasanya dalam kondisi seperti ini, seseorang dapat dengan mudah

terperanjat ke dalam kekufuran. Selain itu, rendahmya rasa bersyukur

seseorang terhadap sesuatu yang telah diberikan terhadap dirinya biasanya

akan trcermin negatif ke dalam kehidupannya. Sebagai contoh yang kerap

terjadi di dalam lingkungan masyarakat dimana mereka rela menggadaikan

keimanannya, hanya demi sebotol susu, atau dua kilogram beras.

Kemiskinan memang telah menyerang ketidak berdayaan orang-orang

26

Samsul Munir Amin, Percik Pemikiran Para Kiai, Pustaka Pesantren, Yogyakarta,

2009. hal.116 27

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah

dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. (QS.

Ibrahim : 28)

Page 61: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

52

fakir namun hanya keimananlah yang dapat menjadi benteng terakhir bagi

mereka agar mereka tetap istiqoma dan tidak mudah terjerembak ke dalam

kekafiran tersebut.

3. Ditimpa Malapetaka dan Musibah

Setiap orang pasti akan merasakan musibah, baik itu seorang mukmin

maupun kafir. Hidup ini memang dibangun di atas berbagai kesulitan dan

marabahaya. Sebagai manusia sudah sepatutnya untuk tidak

membayangkan bahwa dirinya akan terbebas dari kesusahan dan cobaan.

Cobaan adalah lawan dari tujuan dan memang bertentangan dengan angan-

angan dan kesenangan menikmati kelezatan hidup. Setiap orang pasti

merasakannya, walau dengan ukuran yang berbeda, sedikit atau banyak.

Seorang mukmin diberi ujian sebagai tempaan baginya, bukan siksaan.

Terkadang cobaan itu ada dalam kesenangan, terkadang juga ada dalam

kesusahan28

. Allah berfirman:

“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan

(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (pada

kebenaran)” (al-A„raaf: 168).

28

http://tarbiyahislam.wordpress.com/2007/07/02/tabahlah-menghadapi-musibah/

Page 62: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

53

Satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, atau satu hal

yang disukai kadang mendatangkan kesusahan. Maka sudah sepatutnya

bagi setiap manusia tidak merasa aman dengan kesenangan, karena bisa

saja ia menimbulkan kemudaratan. Dan Jangan pula merasa putus asa

karena kesulitan, karena bisa jadi akan mendatangkan kesenangan. Allah

Swt berfirman :

…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik

bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia

amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui.” (al-Baqarah: 216).

Memang, orang yang tertimpa musibah mudah sekali terjerumus ke dalam

sikap putus asa. Namun, bagi mereka yang mampu bangkit maka mereka

akan terlepas dari sikap keputusasaan akan tetapi bagi mereka yang tidak

sanggup pasti mereka akan berada dalam kondisi putus asa yang

menyakitkan sehingga menyebabkan ketidak berdayaan yang berakibat

pada kehancuran dirinya.

4. Buruk Sangka kepada Allah

Berburuk sangka pada Allah bahwasannya Dia tidak akan menolong

agama-Nya, tidak menolong hamba-hamba-Nya, meyakini bahwa agama

Page 63: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

54

ini akan terus mengalami kemunduran, para pemeluk dan pembelanya

pasti akan mengalami kebinasaan dan berakhir sebagaimana Allah

berfirman :

Dan supaya dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan

perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang

mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. mereka akan

mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah

memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka

neraka jahannam. dan (neraka Jahannam) Itulah sejahat-jahat

tempat kembali. (Al-Fath: 6).

Dan buruk sangka kepada Allah seringkali menjerumuskan seseorang pada

keputusasaan. Ibnu al-Qayyim mengatakan bahwa barangsiapa menyangka

Allah tidak akan menolong Rasulnya, tidak menyempurnakan urusannNya

dan tidak mengukuhkannya. tidak mendukung pasukannya ,serta tidak

memenangkan mereka diatas musuh-musuhnya. Maka barangsiapa yang

menyangka demikian maka ia telah berburuk sangka kepada Allah dan

menyandarkan kepada Allah sifat-sifat yang tidak layak bagi

kesempurnaan dan keagungannya.29

29

Ibnu al-Qayyim, Badaiut Tafsir, vol 1, hal. 59

Page 64: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

55

Selanjutnya jenis manusia yang semacam ini melihat juga bahwa apabila

mereka diberi kesulitan mereka mengira bahwa Allah semena-mena

terhadap dirinya sehingga mereka pun putus asa dari setiap perbuatan yang

bermuara kepada keadilan Allah.

Orang yang cenderung berburuk sangka kepada Allah termasuk orang

yang sangat tidak mempunyai cita-cita tinggi, tekad yang kuat dan

kehendak yang mulia akan membangkitkan optimisme. Menanamkan

keyakinan dan harapan dalam jiwa sehingga mampu melintasi dan

melewati berbagai kendala dan rintangan sehebat apapun., semua kondisi

tersebut hanya akan membuka pintu keputusasaan yang memudahkan

jalannya untuk menembus hati dan menguasai manusia.

C. Solusi al-Quran dalam Menghadapi Keputusasaan

Perlu diingat bahwa hidup manusia memang dipenuhi oleh lika-liku dan

cobaan. Terkadang, manusia tidak kuat menghadapinya. Hanya iman yang

menjadi benteng terakhir bagi manusia agar tidak terjerembab dalam

keputusasaan dan memilih jalan yang tidak diridhoi Allah lalu bagaimana alquran

memberikan solusi untuk mampu mengatasi keputusasaan.

1. Sabar

Allah adalah Sang Khalik yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Dzat yang tak

akan membiarkan hamba-Nya dalam kesesatan dan keputusasaan. Allah bahkan

melarang Hamba-hambanya untuk bersedih karena hal ini tidaklah bermanfaat,

Page 65: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

56

justru mengakibatkan keterpurukan . Ajaran ini tertuang dalam dua ayat firman-

Nya yang berbunyi30

:

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu

orang-orang yang beriman. (ali-Imran : 139)

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya

Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin

Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua

orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada

temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta

kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan

membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran

menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah

yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (at-Taubah : 40)

Berdasarkan dua ayat di atas, jelas bahwa umat muslim tidak boleh putus asa

dan bersedih, karena pertolongan Allah pasti datang bagi hamba-Nya yang

beriman. Terlebih Allah menegaskan bahwa orang yang beriman memiliki derajat

yang tinggi, oleh karenanya hendaklah kita bersabar terhadap setiap masalah yang

30

„Aid al-Qarni, La Tahzan, terj. Samson Rahman dengan judul Jangan Bersedih,

(Qisthi Press: Jakarta, 2007), hal 48

Page 66: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

57

menimpa kita. Bersabar itu indah dan yakinilah bahwa, jika mampu bersabar,

maka kelak akan mendapatkan kemuliaan bersama para penyabar lainnya.

Sabar itu adalah menahan diri terhadap apa yang dibenci-Nya atau menahan

sesuatu yang dibenci-Nya dengan ridha dan rela; maksudnya adalah menahan diri

terhadap ujian yang menimpanya dengan tidak membiarkannya berkeluh kesah

atau marah, sebab keluh kesah terhadap sesuatu yang telah hilang adalah penyakit

dan keluh kesah terhadap apa yang akan terjadi adalah tidak ridha, sedangkan

tidak ridha terhadap takdir berarti mengecam Allah SWT. Dalam bersabar

terhadap itu semua, seorang muslim bersenjatakan diri dengan ingat pahala

ketaatan yang besar dari Allah. Dan ingat siksa pedih Allah untuk orang-orang

yang dimurkai-Nya. Selain itu ia ingat bahwa takdir-takdir Allah akan senantiasa

berlangsung, keputusan-Nya adalah adil dan hukum-Nya pasti terjadi31

.

Istilah sabar pada akhirnya merupakan istilah keagamaan yang berarti sangat

berhubungan dengan upaya-upaya melaksanakan ajaran agama dan menjauhi

larangannya. Dalam hal ini, sabar adalah jalan terbaik mencapai tujuan tersebut. Ia

merupakan senjata seorang muslim yang mempunyai dua kekuatan. Pertama,

mendorong jiwa untuk melaksanakan segala perintah Allah. Kedua sebagai

kekuatan untuk menolak segala godaan, ujian, dan rangsangan negatif untuk

melakukan tindakan keburukan.

Dunia ini nyatanya memang merupakan tempat ujian. Adakalanya ujian itu

berupa kebaikan berupa nikmat atau berupa keburukan (musibah). Manusia

dilahirkan sebagai makhluk yang selalu diliputi oleh berbagai macam

31

Abu Bakar jabir al-Jazair, Ensiklopedia Muslim, ter. Fadhil bahri (Jakarta : Darul

Falah, 2000) cet 1, hal..220

Page 67: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

58

permasalahan diciptakan, tabiat dasar memang tidak pernah merasa puas dan

senang atas apa yang diperolehnya. Jika diberi kesulitan ia akan bersedih dan

berputus asa. Padahal bagi seorang mukmin segala yang terjadi pada dirinya

seharusnya menjadi kebaikan bagi dirinya. Karena itulah keistimewaan seorang

mukmin sejati.

Sebagai hamba Allah, manusia tidak akan terlepas dari segala ujian yang

menimpa dirinya, maka hanya bersabarlah yang memancarkan sinar yang

memelihara seorang muslim dari kejatuhan kebinasaan, memberikan hidayah

yang menjaga dari sikap putus asa.

Setiap orang yang berhasil di dunia ini pasti mencapai keberhasilannya

melalui kesabaran, mereka merasakan kepahitan, mengalami penderitaan,

keputusasaan namun orang-orang tersebut mampu bangkit mengatasi

keterpurukan, dan salah satunya yaitu dengan senjata kesabaran.

Pada hakikatnya sabar adalah suatu bagian dari akhlak utama yang dibutuhkan

seorang muslim dalam masalah dunia dan agama. Sabar dan teguh menghadapi

cobaan adalah citra diri dari seorang muslim dalam meraih tujuan dan cita-cita32

.

Sabar juga merupakan media yang ampuh dalam terapi penyakit jiwa 33

.

Abu Thalib al-Makky mengatakan, bahwa sabar itu kunci untuk masuk surga

dan keselamatan dari neraka, karena itu seorang mukmin memerlukan kesabaran

terhadap hal-hal yang tidak disukai agar masuk surga34

.

32

Hanna Djumhana Bustamam, Integrasi psikologi dengan Islam ( Jakarta:Pustaka

Pelajar, 1997), hal.201 33

Amir an-Najar, al –‘ilmu an-Nafs al-Shufiyah, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf Studi

Komparatif Dengan Ilmu Jiwa Kontemporer, (terj) Hasan Abrori, MA (Jakarta :Pustaka Azzam,

2001), hal.48 34

Yusuf al-Qardhawi, as-Sabr fi al-Qur’an, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1989). hal. 8.

Page 68: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

59

Dalam setiap permasalahan, diakui banyak tingkatan yang beragam.

Terkadang setiap manusia mengalami kesulitan yang mengganggu kehidupannya

hingga mengakibatkan stres, depresi dan putus asa. Bahkan, tidak jarang, orang

yang depresi dan putus asa berada dalam kondisi kehilangan akal (gila) atau

mencari jalan pintas yang tidak diridhoi Allah.

2. Syukur

Selanjutnya hal yang akan membuat seseorang mampu mengatasai

keputusasaan adalah dengan bersyukur karena jika mau bersyukur sedikit saja,

maka akan membuka sebuah pemahaman tentang penderitaan manusia lain,

bahwa milyaran manusia lain juga sedang menghadapi persoalan kehidupannya

masing-masing. Bukan hal yang mustahil, jika ada manusia lain di luar sana yang

mengalami cobaan lebih berat namun mampu bersabar dan mengambil hikmah

dari setiap persoalannya.

Selain itu, Allah berjanji dalam firman-Nya, bahwa setiap ada kesulitan

pastilah ada kemudahan. Sebagaimana tersurat dalam al-Qur‟an yang dalam surat

al-Insyirah ayat lima dan enam35

:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

35

Yusuf al-Qardhawi, as-Sabr fi al-Qur’an, hal. 18

Page 69: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

60

Dengan ayat ini, Allah memotivasi manusia untuk percaya, bahwa dalam

setiap kegelapan, selalu ada setitik cahaya penyelamat. Dalam setiap kesulitan

apapun bentuknya, akan selalu ada jalan keluar. Dengan ayat ini pulalah, Allah

menunjukkan kepercayaan kepada manusia, untuk bisa menyelesaikan segala

problematika kehidupan.

Solusi lain yang diajarkan Islam adalah dengan tersenyum. Senyum selain

sebagai ibadah, juga merupakan ”balsem” bagi kegalauan” dan ”salep” bagi

kesedihan36

. Dengan tersenyum dan tertawa, kita mampu merilekskan otak agar

mampu kembali berfikir positif. Mengambil hikmah dalam setiap kejadian,

meskipun kenyataan yang pahit dirasakan. Beberapa pakar juga berpendapat

bahwa tersenyum dan tertawa adalah gerakan urat saraf yang bekerja mengurangi

tensi darah yang berlebihan, maka tidak heran jika tertawa yag normal adalah obat

jiwa yang lelah. Tertawa dan tersenyum merupakan salah satu sisi kehidupan

dimana banyak orang tidak tertarik untuk mempelajarinya meskipun hal tersebut

sangat mudah.

Jiwa yang riang mampu melihat kesulitan hidup dan menikmatinya sehingga

berhasil mengalahkannya. Ia melihat kesulitan sambil tersenyum, mengatasinya

sambil tersenyum, dan mengalahkannya sambil tersenyum pula.

Jika hidup ingin dipenuhi senyuman maka perangilah keputus-asaan, karna

sesungguhnya kesempatan selalu ada, pintu kesuksesan selalu terbuka bagi siapa

36

Yusuf al-Qardhawi, as-Sabr fi al-Qur’an, hal.57

Page 70: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

61

saja. Aktifkan energi semangat penuh keyakinan , niscaya akan terbuka cita-cita

dan optimisme di masa depan37

.

Mesti disadari, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini secara

berpasangan yang pada hakikatnya berlawanan. Hal ini dilakukan demi menjaga

keseimbangan di muka bumi. Tak dapat dibayangkan, bagaimana jadinya

kehidupan manusia di bumi jika semuanya menjadi orang kaya. Tentu kehidupan

ini menjadi tidak seimbang.

Oleh karenanya, manusia juga harus dapat menerima setiap kesulitan dan

cobaan yang dihadapi dengan lapang dada. Yakinlah bahwa ada pasangan dari

kesulitan, yaitu kemudahan yang dijanjikan Allah bagi umat-Nya yang beriman

dan berusaha. Hadapilah dunia ini apa adanya. Sesungguhnya tak semua

kenyataan akan sesuai dengan harapan yang di inginkan38

.

Sebagai umat muslim, hendaknya jangan lupa untuk berdo‟a kepada Allah.

Pencipta alam semesta, Maha Adil dan Bijaksana, lagi Maha Pemurah. Yang akan

mengabulkan setiap permintaan hamba-Nya yang sedang dilanda kesulitan. Pesan

ini ditegaskan dalam al-Quran yang berbunyi:39

37

„Aid al-Qarni, Tersenyumlah, terj. Ayip Faishol & Zainal Abidin ; Penerbit Pustaka

azzam cet 2004, hal. 14 38

„Aid al-Qarni, Tersenyumlah, hal. 16 39

„Aid al-Qarni, Tersenyumlah, hal. 21

Page 71: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

62

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan

apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan

yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di

samping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu

mengingati(Nya). (Al-Naml: 62)

Dalam literatur lainnya, dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah

melapangkan dada bagi manusia yang beriman saat menghadapi masalahnya. Hal

ini tercermin dalam al-Quran yang berbunyi :

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku (Thaha: 25)

Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu (al-Insyirah: 1)

Faktor-faktor yang menyebabkan lapangnya dada40

dalam menghadapi

masalah adalah sebagai berikut ;

1. Menguatkan Ketauhidan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah :

Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah

(sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi

dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan

perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan

tempat kamu tinggal (Muhammad: 19)

40

A‟idh Abdullah al-Qarni, Jangan Putus Asa: Pintu Taubat Selalu Terbuka; terj. M.

Misbach, (Jakarta: Robbani Press, 2005), hal. 151

Page 72: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

63

2. Dzikrullah: dengan dzikrullah, akan menyelamatkan seseorang dari badai

keraguan, was-was, kecemasan dan dapat membangkitkan ketenangan,

ketentraman dan kedamaian maka hati akan menjadi tentram.

Sebagaimana firman Allah:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan

mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Ar-Ra‟d: 28)

3. Ridha Terhadap Qadha. Meridhai apa yang terjadi, meskipun itu pahit.

Karena telah digariskan oleh Allah SWT. Sebagai manusia, kita harus

tabah dalam menjalani hidup. Ketabahanlah yang akan membuat hati kita

lapang dalam menghadapi cobaan. Sebaimana diungkap dalam firman

Allah :

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah

dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan,

tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu

bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di

akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata (al-

Hajj: 11)

Page 73: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

64

4. Meninggalkan Maksiat. Meninggalkan maksiat dan bertobat dengan

sungguh-sungguh, setiap jiwa akan mendapatkan kelapangan hati dalam

menghadapi berbagai problematika kehidupan, dapat menghilangkan

kerenggangan antara hamba dengan Allah. Dengan meninggalkan maksiat

akan menjadikannya tidak takut terhadap kematian, bahkan ia senang

dengan datangnya kematian disebabkan kebahagiaan menghadap rabbnya,

semua pintu rizki terbuka dari jalan yang tidak disangka-sangka,

memudahkan semua persoalan yang dianggap sulit 41

.

5. Qana‟ah atau menerima apa adanya setelah ia berusaha adalah gudang

yang tidak akan habis. Sebab, qana‟ah adalah Kekayaan jiwa, dalam hal

ini kekayaan jiwa lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia daripada

kekayaan harta. Kekayaan jiwa melahirkan sikap menjaga kehormatan diri

dan menjaga kemuliaan diri tidak meminta kepada orang lain. Tipe

manusia yang qana‟ah adalah menerima dengan ikhlas apa yang diberikan

Allah42

. Dengan menerima apa adanya nikmat yang telah diberikan dan

tidak mengejar kekayaan dengan cara meminta kepada manusia atau

mengemis, dengan melatih sikap ini maka akan terhindar dari

kemungkinan rakus akan harta, jabatan dan lain sebagainya.

6. Membaca dan Mentadabbur al-Qur‟an. Karena sudah merupakan

kewajiban setiap muslim bahwa Al-Qur‟an adalah pedoman hidup

41

Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut al-Quran dan as-Sunnah,

terj. Muhibburahman , pustaka Imam asy-Syafi„i. Jakarta , 2007, hal.341 42

Muhammd Abdul Qadir Abu Faris, Menyucikan Jiwa, terj. Habiburrahman Saerozi,

Gema Insani Press , Jakarta. 2005, hal.248

Page 74: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

65

manusia hingga akhir zaman. Dengan mengikuti petunjuk dari al-Qur‟an

kita akan mendapatkan pencerahan hati dan fikiran serta kelapangan dada

dalam meghadapi persoalan apapun.

7. Berteman Dengan Orang Saleh. Bergaul dengan orang-orang saleh akan

melahirkan ketenangan batin tersendiri. Hal ini disebabkan kebiasaan

orang saleh yang saling menasihati antar umat muslim di jalan kebaikan.

Allah telah menyuruh kepada hamba-hambanya untuk berusaha bersahabat

dengan orang-orang pilihan yang bersih dan duduk bersama para orang-

orang saleh tersebut. Sebagaimana dalam firman-Nya :

Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru

Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan

janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan

perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah

Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan

adalah keadaannya itu melewati batas. (Q.S. al-Kahf : 28)

Jika dirangkum, maka beragam solusi yang ditawarkan adalah sebagai

berikut :

1. Memperkuat keimanannya kepada Allah.

Page 75: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

66

2. Bersikap Optimis. Yakin bahwa pertolongan Allah pasti akan datang bagi

hamba-Nya yang beriman.

3. Berdo‟a kepada Allah karena hanya Dia lah yang Maha Bijaksana.

4. Rajin membaca al-Qur‟an agar semakin yakin terhadap pertolongan Allah.

5. Menghibur diri dengan tersenyum. Jika beban yang menghimpit sudah

tidak kuat lagi ditahan, maka diperbolehkan untuk menangis yang

bertujuan meringankan hati.

6. Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat.

7. Hadapi hidup apa adanya. Segala sesuatu akan berjalan sesuai dengan

Qadha dan Qadar. Jika menuai kegagalan, maka hendaknya melakukan

introspeksi diri, merancang ulang rencana agar lebih baik ke depannya,

dan yakin bahwa Allah belum berkehendak sukses di bidang tersebut.

Bukan karena Allah tidak sayang, akan tetapi karena, takut manusia

tersebut lupa diri jika meraih kesuksesan yang direncanakan. Atau,

mungkin saja kesuksesan tersebut bukan sesuatu yang dibutuhkan dalam

hidup, hanya sesuatu keinginan semu belaka. Semua bentuk keadilan

Allah adalah, memberikan apa yang dibutuhkan oleh setiap manusia,

bukan apa yang diinginkannya.

Page 76: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

67

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan yang telah diuraikan penulis pada bab-bab sebelumnya

maka pada akhir penelitian ini penulis mengemukakan kesimpulan sebagai

jawaban dari perumusan masalah , antara lain yang dapat penulis

simpulkan:

Bahwasanya terma keputusasaan dalam al-Quran diungkapkan dengan

tiga kata yang berbeda dan memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan

pesan yang ingin disampaikan berkaitan dengan penjelasan dan arahan al-

Quran terhadap fenomena keputusasaan dalam kehidupan umat manusia.

kata-kata tersebut ialah al-Ya'su , al-Qanath dan ablasa kata-kata

tersebut mengacu kepada makna bahwasanya keputusasaan ialah sifat

manusia yang salah dan berlebihan.

Dalam hal kata putus asa di al-Quran, bahwa penggunaan al-ya'su lebih

diutamakan untuk mereka orang-orang kafir yang sudah benar-benar putus

asa dari rahmat Allah, hal ini dapat diindikasikan dari adanya penggunaan

bentuk mubalaghah dalam kata putus asa yang jika dipahami bahwa,

kesalahan yang mereka perbuat merupakan sebuah kondisi yang amat

sangat membekas dan menyakitkan hal ini disebabkan karena mereka

terlalu terpedaya oleh kenikmatan yang diberikan sehingga mereka lupa

kepada Allah Swt, kemudian ada juga fi'il madhi yang mengeneralisir bahwa

Page 77: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

68

seluruh orang kafir itu telah berputus asa karena tidak akan bisa mengalahkan

agama Islam.

Sedangkan penggunaan al-Qanath lebih banyak menggunakan fi'il mudhari'

dengan maksud bahwa keputusasaan senantiasa berada dalam benak setiap

manusia dalam keadaan lemah dan terpojok, sedangkan penggunaan ablasa

hampir dari semua ayatnya menggunakan bentuk isim fail yang jika

dipahami bahwa orang-rang yang putus asa termasuk kedalam bujuk rayu

iblis yang senantiasa akan menyesatkan seluruh manusia yang menjadikan

manusia durhaka kepada Allah dan membuat mereka menjadi orang-orang

musyrik.

Akibat buruk dari sifat putus asa sendiri ialah bahwa putus asa bagi

seseorang membuat dirinya menjadi hina dan kerdil lantaran ia menutup

diri terhadap suatu kebaikan secara berlebihan yang bahkan menimbulkan

keterpurukan bagi dirinya, karena keputus asaannya menjauhkan rahmat

Allah atas dirinya.

Solusi dalam pemecahan masalah keputusasaan seperti yang terdapat di

dalam al-Quran ialah hendaknya melatih diri untuk bersabar, senantiasa

bersyukur dan membiasakan diri untuk tersenyum.

Jika bisa bersabar pasti bisa bersyukur dan orang-orang yang bersyukur

jauh dari kekufuran dan bahkan dapat kembali mengundang rahmat Allah

atau nikmat-nikmat yang sedianya Allah berikan kembali pada mereka

yang bersyukur. Sehingga terbebas dari keputusasaan, kemudian

dianjurkan juga agar selalu tersenyum dengan tujuan relaksasi agar dapat

dengan mudah berfikir positif terhadap sesuatu perkara.

Page 78: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

68

B. Saran-Saran

Atas fenomena mistis yang banyak diambil masyarakat sebagai langkah

untuk mendapatkan jalan keluar bagi masalahnya atas nama keputusasaan.

Maka, hendaknya pemerintah menangani hal ini secara pro-aktif, seperti

menanggulangi kemiskinan dengan sasaran yang tepat.

Page 79: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

70

DAFTAR PUSTAKA

al-Ahwani, Ahmad Fuad, Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus

Amin, Samsul Munir, Percik Pemikiran Para Kiai, Pustaka Pesantren, Yogyakarta,

2009

al-Barry, M D J, Kamus Ilmiah Kontemporer, Bandung: Pustaka Setia, 2000

Bertens, K., Filsafat Barat Abad XX Prancis Jilid II, Jakarta: Gramedia, 1996

Bustamam, Hanna Djumhana, Integrasi psikologi dengan Islam, Jakarta: Pustaka

Pelajar, 1997

Buya, Hamka, Tafsir Al Azhar, Juz XII, PT Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984

Chaplin, James P., Kamus lengkap Psikologis, PT Raja Grafindo Persada, 2006

Darajat, Zakiah, Psikotrapi Islam Jakarta : bulan bintang, 2002

Gholib, Achmad, Studi Islam: Pengantar Memahami Agama, Al-Qur’an, Al-

hadits dan Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Penerbit Faza Media,

2006

al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim, Cara Bertaubat Menurut al-Quran dan as-

Sunnah, terj. Muhibburahman , pustaka Imam asy-Syafi„i. Jakarta ,

2007

Hasbi ash-shiddieqy, Tengku Muhammad, Tafsir al-Qur’anul Majid An-Nuur, PT

Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000, Jilid 3

Horwood, Janet, penghiburan Bagi Orang Yang Mengalami Depresi, Bina Rupa

Aksara: Jakarta, 1993

Ibn Manzhur, Lisan al-‟Arab, Beirut : dar al-Fikr, 1994

Jabir al-Jazair, Abu Bakar, Ensiklopedia Muslim, (ter) Fadhil Bahri, Jakarta: Darul

Falah, 2000 Cet. 1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007)

Kierkegaard, Sören, The Sickness Unto Death, Published by Princeton University

Press, Princeton, New Jersey, 1941

Manzur, Ibnu, Lisanul Arab, Beirut dar al-fikr, 1994. vol 6

Page 80: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

71

al-Maqdisy, al-Husni, Kamus Faturrahman, Beirut: Daar el Fikr, 1995

al-Mubarak, Imam Majd ad Din Abi as Sa‟adat, bin Muhammad Ibnu al Atsir, Al-

Nihâyah fi gharîbi al-hadîts wa al-atsâr. Daar al Ma‟rifah, Beirut-

Libanon 2001. vol.4

Mustaqim, Abdul, dkk, Studi al-Quran Kontemporer: Wacana Baru Berbagi

Metodologi Tafsir (id.), Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002

Mu‟jam al-Wasith al-Qahiroh, Maktabah al-Syaroq al-Dauliyah: 2008

an-Najar, Amir, al –‘ilmu an-Nafs al-Shufiyah, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf Studi

Komparatif Dengan Ilmu Jiwa Kontemporer, (terj) Hasan Abrori,

MA, Jakarta : Pustaka Azzam, 2001

Nuh, Sayyid Muhammad ‘Afatun ‘Alâ ath-Thâriq; Terapi Ruhiyah Aktifis

Dakwah terj Fakhruddin Nur syam lc, Hawin M. Jasiman, Mahmud

Mahfud (Solo: Media Insan Press, 2006)

Qadir Abu Faris, Muhammd Abdul, Menyucikan Jiwa, terj. Habiburrahman

Saerozi, Gema Insani Press, Jakarta. 2005

al-Qardhawi, Yusuf, as-Sabr fi Al-Qur’an, Kairo: Maktabah Wahbah, 1989

al-Qarni, Aidh, Jangan Putus Asa: Pintu Taubat Selalu Terbuka; terj. M.

Misbach, (Jakarta: Robbani Press, 2005)

-----------------, La Tahzan, (terj) Samson Rahman dengan JanganBersedih, Qisthi

Press : Jakarta, 2007

------------------, Tersenyumlah, (terj) Ayip Faishol & Zainal Abidin, Penerbit

Pustaka azzam, Cet. 2004

------------------, Tafsir Muyassar, Qisthi Press, Jakarta, 2008 Jilid 2

Quthb, Sayyid. Fi Dzhilâl al-Quran terj. As‟ad yasin, Abdul aziz, (Gema Insani

Press, Jakarta, 2000), Jilid ke-9

al-Sayyid Mahmud, Al-Alusi, Abu al-Sana Shihab al-Din. Rûh al-Ma’ âni Fi

Tafsir al Quran al „Azim wa al Sab’ al Matsani,. Beirut: Dar al Kutub

al „Ilmiyah, 1994 : vol 5

Shaleh, Qomaruddin, Asbabun Nuzul, Bandung: CV Diponegoro, 1991

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1995

----------------------, Tafsir al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta: 2002, Vol: 12

Page 81: PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat ... · 2013. 5. 6. · PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG KEPUTUSASAAN: “Telaah Tafsir Tematik tentang ayat-ayat

72

Stanley, M, Studies in The Evolutionary Psychology of Feeling Hiram, New York

: MaC Millan, 1895

Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

Taufiqurrochman, H.R., “Leksikologi Bahasa Arab”, UIN Malang Press, Malang,

2008

at-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Katsir ibn Ghalib.

Jâmi’ Al-Bayân Fî Tafsîr Al-Quran, Dar el-Kutub al-„Ilmiyah

(Beirut), 1992

Wilkinson, Greg, Depression, dialihbahasakan oleh Meitasari Tjandrosa dengan

judul Depresi, Arcan: Jakarta, 1991

al-Yassuî, Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lughah wal al-A„lam, Dar al-Mashriq

Zaid, Abu, The Textuality of the Koran, Islam and Europe in Past and Present,

Nias,1997

Zuhaili, Wahbah, Dkk, Buku Pintar Quran Seven in One, (Jakarta : al Mahira,

2008)

Website

http://tarbiyahislam.wordpress.com/2007/07/02/tabahlah-menghadapi-musibah/

http://www.afroarticles.com/article-dashboard/Article/Desperation-and-Despair--

the-Devil-s-Playground/214455

http://organisasi.org/jenis-macam-kategori-pemicu-stress-penyebab-stres-

psikologis-manusia

http://metapsychology.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=book&id=2882

http://www.hebrew4christians.com/Articles/Despair/despair.html