Upload
others
View
16
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI GURU KIMIA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PPB)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
RIZKA FARIHA
NIM. 11150162000012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
Rizka Fariha (11150162000012). Persepsi Guru Kimia tentang Pendidikan
untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB). Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Guru memiliki peran yang penting dalam menerapkan dan mengarahkan proses
pengajaran untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu,
guru membutuhkan pemahaman khusus mengenai Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB). Pemahaman guru tentang PPB akan
berpengaruh terhadap persepsi yang guru miliki. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi guru kimia tentang pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif, dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner
diberikan kepada 23 guru kimia di SMA/MA Kota Tangerang Selatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas guru kimia (70%) mengetahui istilah
PPB. Persepsi guru kimia pada aspek peningkatan pengetahuan dasar termasuk
dalam kategori baik, persepsi guru kimia pada aspek reorientasi pendidikan
termasuk dalam kategori cukup baik, dan persepsi guru kimia pada aspek
peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang konsep pembangunan
berkelanjutan termasuk dalam kategori baik.
Kata Kunci: Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, Persepsi, Guru kimia
v
ABSTRACT
Rizka Fariha (11150162000012). Chemistry Teachers’ Perception about
Education for Sustainable Development (ESD), Study Program of Chemistry
Education, Departement of Science Education, Faculty of Tarbiya and
Teaching Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
Teachers play a vital role in applying and orienting the teaching process to
achieve the goals of sustainable development. Therefore, teachers need specific
knowledge about Education for Sustainable Development (ESD). Teachers’
knowledge about ESD will have an impact on their perception. This study aims to
find out how the perception of chemistry teachers regarding education for
sustainable development. The method used in this research is quantitative
descriptive, with a research instrument in the form of a questionnaire.
Questionnaires were given to 23 chemistry teachers in senior high schools in
South Tangerang City. The results showed that the majority of chemistry teachers
(70%) know the term of ESD. Chemistry teachers' perceptions on aspects of
increasing basic knowledge are good, chemistry teachers' perceptions on aspects
of reorienting education are quite good, and chemistry teachers' perceptions on
aspects of increasing public understanding and awareness of the concept of
sustainable development are good.
Keywords: Education for sustainable development, Perception, Chemistry teacher
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Persepsi Guru Kimia
tentang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB)”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan semoga kita selaku umatnya akan mendapatkan syafa’at beliau di
hari akhir kelak.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan dan bantuan, serta
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan rasa tulus, ikhlas,
dan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, ilmu, waktu, saran, dukungan, perhatian, dan
motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan
penyusunan skripsi.
3. Dewi Murniati, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, ilmu, waktu, saran, dukungan, perhatian, dan motivasi kepada
penulis dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan penyusunan skripsi.
4. Luki Yunita, M.Pd. selaku Dosen validator instrumen yang telah memberikan
kritik dan saran kepada penulis selama proses validasi.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis
selama penulis menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
6. Seluruh guru kimia di SMA/MA Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia
menjadi responden dan membantu penulis dalam melakukan pengambilan data
penelitian.
7. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Bapak Ardi Atmaja, Ibu Budiyati dan
Asyrafi Awfa yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa dan
dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya selama proses
penyusunan skripsi.
8. Teman-teman paguyuband yang telah menemani penulis selama masa
perkuliahan.
9. Kakak-Kakak serta teman-teman seperjuangan dan seperbimbingan Pak
Burhan dan Bu Dewi yang sudah berbagi waktu, kesabaran, semangat, dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman Pendidikan Kimia 2015 yang saling memberikan semangat dan
dukungan selama perkuliahan.
11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Desember 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ............................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Batasan Masalah........................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 7
A. Dasar Teori ................................................................................................... 7
1. Persepsi.................................................................................................. 7
2. Guru ..................................................................................................... 10
3. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 16
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 24
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 26
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 28
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 28
B. Metode Penelitian....................................................................................... 28
C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 29
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 33
G. Analisis Data .............................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 35
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 35
1. Istilah Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ............ 35
2. Tingkat Pemahaman tentang Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) ............................................................................ 35
3. Sumber Informasi yang Mendukung Pengetahuan tentang
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 36
4. Definisi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ......... 38
5. Tujuan Utama Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB) ................................................................................................... 39
6. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) dalam
Kurikulum 2013 .................................................................................. 40
7. Guru yang Bertanggung Jawab dalam Mengajarkan Konsep
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 41
8. Perlu atau Tidaknya Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) dalam Mata Pelajaran Kimia ............................. 42
9. Hubungan antara Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB) dengan Mata Pelajaran Kimia .................................................. 43
x
10. Pengalaman Mengikuti Seminar atau Membaca Artikel tentang
Cara Mengajarkan Konsep Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) pada Mata Pelajaran Kimia ............................... 44
11. Pengaruh Wawasan tentang Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) terhadap Cara Mengajarkan Kimia ................... 45
12. Waktu Dimulainya Pengajaran Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) ............................................................................ 46
13. Rasa Yakin dalam Mengajarkan Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) pada Mata Pelajaran Kimia ....... 48
14. Topik Kimia yang Berhubungan dengan Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) .................................................... 48
15. Cara Mengajarkan Kosep Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) pada Mata Pelajaran Kimia ............................... 50
16. Pendekatan Pembelajaran yang Efektif untuk Mengajarkan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) pada Mata
Pelajaran Kimia ................................................................................... 51
17. Metode Pembelajaran yang Efektif untuk Mengajarkan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) pada Mata
Pelajaran Kimia ................................................................................... 52
18. Cara Membentuk Gaya Hidup Siswa yang Sesuai dengan
Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) .......... 54
19. Aspek yang Sulit dalam Implementasi Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) .................................................... 55
20. Tindakan Penting yang Diperlukan dalam Pelaksanaan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 56
B. Pembahasan ................................................................................................ 57
1. Istilah tentang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB) ................................................................................................... 57
xi
2. Tingkat Pemahaman tentang Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) ............................................................................ 58
3. Sumber Informasi yang Mendukung Pengetahuan tentang
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 59
4. Definisi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ......... 60
5. Tujuan Utama Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB) ................................................................................................... 63
6. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) dalam
Kurikulum 2013 .................................................................................. 66
7. Guru yang Bertanggung Jawab dalam Mengajarkan Konsep
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan .................................. 69
8. Perlu atau Tidaknya Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) dalam Mata Pelajaran Kimia ............................. 71
9. Hubungan antara Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB) dengan Mata Pelajaran Kimia .................................................. 72
10. Pengalaman Mengikuti Seminar atau Membaca Artikel tentang
Cara Mengajarkan Konsep Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) pada Mata Pelajaran Kimia ............................... 74
11. Pengaruh Wawasan tentang Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) terhadap Cara Mengajarkan Kimia ................... 75
12. Waktu Dimulainya Pengajaran Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) ............................................................................ 76
13. Rasa Yakin dalam Mengajarkan Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) pada Mata Pelajaran Kimia ....... 77
14. Topik Kimia yang Berhubungan dengan Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) .................................................... 79
15. Cara Mengajarkan Konsep Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB) pada Mata Pelajaran Kimia ............................... 80
xii
16. Pendekatan Pembelajaran yang Efektif untuk Mengajarkan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) pada Mata
Pelajaran Kimia ................................................................................... 82
17. Metode Pembelajaran yang Efektif untuk Mengajarkan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) pada Mata
Pelajaran Kimia ................................................................................... 85
18. Cara Membentuk Gaya Hidup Siswa yang Sesuai dengan
Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) .......... 88
19. Aspek yang Sulit dalam Implementasi Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) .................................................... 89
20. Tindakan Penting yang Diperlukan dalam Pelaksanaan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 92
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 95
A. Kesimpulan ................................................................................................ 95
B. Saran ........................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96
LAMPIRAN ........................................................................................................ 106
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 27
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian .................................................................... 29
Gambar 4.1 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Istilah PPB ................... 35
Gambar 4.2 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Tingkat
Pemahaman tentang PPB ................................................................ 36
Gambar 4.3 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Sumber Informasi
yang Mendukung Pengetahuan tentang PPB .................................. 37
Gambar 4.4 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Definisi PPB................. 38
Gambar 4.5 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Tujuan Utama PPB ...... 39
Gambar 4.6 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai PPB dalam
Kurikulum 2013.............................................................................. 40
Gambar 4.7 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Guru yang
Bertanggung Jawab Mengajarkan Konsep PPB ............................. 41
Gambar 4.8 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Perlu atau Tidaknya
PPB dalam Mata Pelajaran Kimia .................................................. 43
Gambar 4.9 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Hubungan antara
PPB dengan Mata Pelajaran Kimia ................................................ 44
Gambar 4.10 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Pengalaman
Mengikuti Seminar atau Membaca Artikel tentang Cara
Mengajarkan PPB pada Mata Pelajaran Kimia .............................. 45
Gambar 4.11 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Pengaruh Wawasan
tentang PPB terhadap Cara Mengajarkan Kimia ............................ 46
Gambar 4.12 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Waktu Dimulainya
Pengajaran Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB) .............................................................................................. 47
xiv
Gambar 4.13 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Rasa yakin dalam
Mengajarkan PPB pada Mata Pelajaran Kimia .............................. 48
Gambar 4.14 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Topik Kimia yang
Berhubungan dengan PPB .............................................................. 49
Gambar 4.15 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Cara Mengajarkan
Kosep PPB pada Mata Pelajaran Kimia ......................................... 50
Gambar 4.16 Diagram Jawaban Guru mengenai Pendekatan Pembelajaran
yang Efektif untuk Mengajarkan PPB pada Mata Pelajaran
Kimia .............................................................................................. 51
Gambar 4.17 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Metode
Pembelajaran yang Efektif untuk Mengajarkan PPB pada
Mata Pelajaran Kimia ..................................................................... 53
Gambar 4.18 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Cara Membentuk
Gaya Hidup Siswa yang Sesuai dengan Konsep PPB .................... 54
Gambar 4.19 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Aspek yang Sulit
dalam Implementasi PPB ............................................................... 55
Gambar 4.20 Diagram Jawaban Guru Kimia mengenai Tindakan Penting
yang Diperlukan dalam Pelaksanaan PPB ...................................... 56
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru Kimia tentang PPB ......................... 30
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi .................................................................. 107
Lampiran 2. Surat Permohonan Validasi ............................................................. 109
Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen ............................................................. 110
Lampiran 4. Pernyataan Angket Setelah Validasi................................................ 119
Lampiran 5. Jawaban Responden ......................................................................... 125
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................... 128
Lampiran 7. Lembar Uji Referensi ...................................................................... 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan merupakan masalah yang sangat penting di
abad ke-21 (Valencia, 2018). Pada abad ke-21 ini, terdapat tantangan besar
yang membuat komunitas global merasa tidak pasti akan kelangsungan hidup
generasi saat ini dan generasi mendatang. Hal ini menuntut masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup saat ini dari sumber daya alam yang ada tanpa
mempengaruhi masa depan generasi berikutnya atau tanpa mempengaruhi
ketersediaan sumber daya tersebut di masa mendatang, untuk memungkinkan
generasi mendatang dapat hidup dengan damai dan nyaman (Ambusaidi & Al
Washahi, 2016). Pada akhirnya, konsep pembangunan berkelanjutan hadir
sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan oleh
masyarakat tersebut mengenai lingkungan alam (Tristananda, 2018).
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan pertama kali di
pertemuan Brundtland Commission (Sutanto, 2017). Pada tahun 1987,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai menggali konsep pembangunan
berkelanjutan melalui World Commission on Environment and Development
(WCED). WCED tersebut menghasilkan laporan yang berjudul “Our Common
Future” atau yang dikenal juga dengan nama lain “Brundtland Report”
(Tristananda, 2018). Menurut “The Brundtland Commission” yang dikutip
dalam Mochtar, et al. (2014: 4), pembangunan berkelanjutan didefinisikan
sebagai berikut.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang
menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan manusia dengan sistem
perlindungan lingkungan alam sehingga kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi tidak hanya untuk saat ini tetapi dalam waktu yang tidak
terbatas tanpa mengurangi kemampuan generasi masa datang untuk
memenuhi kebutuhannya. Agar pembangunan dapat berkelanjutan
maka pembangunan yang direncanakan harus ramah lingkungan
(environmentally sound), menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), dan diterima secara sosial (socially acceptable).
2
Konsep pembangunan berkelanjutan bukanlah konsep yang sederhana.
Konsep ini bersifat kompleks, beragam, dan sulit didefinisikan secara pasti.
Hal ini bisa saja dikarenakan konsep pembangunan berkelanjutan merupakan
konsep yang masih terus berkembang (Kilinc & Aydin, 2013). Konsep
pembangunan berkelanjutan membutuhkan banyak upaya serta perhatian yang
segera jika kita ingin menjamin kehidupan yang aman dan nyaman bagi
generasi masa depan dan generasi kita sendiri. Dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan diperlukan perubahan dalam sikap dan perilaku manusia, baik
dari segi pribadi maupun sosial, baik di masyarakat tempat mereka hidup, di
tempat kerja, atau dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan (Ambusaidi &
Al Washahi, 2016).
Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka
terciptanya masa depan yang berkelanjutan, maka pendidikan memegang
peran yang sangat penting (Mochtar, et al., 2014: 7). Perubahan yang
diperlukan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan tidak akan terjadi
kecuali pendidikan mengambil inisiatif melalui kurikulum, pengajaran,
pelatihan, dan kemitraan antara lembaga pendidikan dan lainnya dalam
masyarakat (Ambusaidi & Al Washahi, 2016).
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) dinilai dapat
mempercepat pencapaian pembangunan berkelanjutan dikarenakan melalui
pendidikan dapat mengubah persepsi, perilaku, dan sikap (Sutanto, 2017).
Menurut UNESCO seperti yang dikutip oleh Kagawa (2007), pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai sebuah proses belajar
tentang bagaimana membuat keputusan jangka panjang yang
mempertimbangkan masa depan dalam bidang ekonomi, ekologi, dan
kesetaraan manusia. Sedangkan menurut Kemendiknas seperti yang dikutip
oleh Shantini (2016), pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan diartikan
sebagai berikut.
Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan yang
secara esensial menyisipkan wawasan dan konsep secara luas,
3
mendalam, dan futuristik tentang lingkungan global. Konsep PPB
adalah pendidikan untuk mendukung pengembangan berkelanjutan,
yaitu pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada
semua orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi lebih
baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang
akan datang.
Dilihat dari pentingnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, maka
dari itu pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan harus menjadi bagian
dari semua mata pelajaran di semua tingkat pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak hingga universitas (Åhlberg, Äänismaa, & Dillon, 2005).
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang turut serta dalam
komitmen pencapaian sasaran penerapan nilai-nilai pembangunan
berkelanjutan ke dalam pendidikan. Komitmen ini tertera pada Rencana
Strategis (Renstra) Kemdiknas Tahun 2010 – 2014 Bab II bagian 2.3 tentang
tantangan pembangunan pendidikan 2010 – 2014 poin 2, yaitu memenuhi
komitmen global untuk pencapaian sasaran-sasaran Millenium Development
Goals (MDGs), Education for All (EFA), dan Education for Sustainable
Development (ESD) (Listiawati, 2011).
Salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan sebagai sarana penerapan
PPB adalah mata pelajaran kimia. Hal ini dikarenakan mata pelajaran kimia
memiliki hubungan dengan PPB. Berbagai konsep yang terdapat dalam kimia
memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan (Perkasa, Agrippina, &
Wiraningtyas, 2017). Selain itu, kimia sangat erat dengan kehidupan kita
sehari-hari. Kimia hadir dalam kehidupan kita melalui udara yang kita hirup,
asupan makanan, konsumsi air, dan penggunaan bahan bakar untuk
transportasi sehari-hari (Kanapathy, et al., 2017). Adanya keterkaitan antara
konsep kimia dengan lingkungan dan kehidupan kita sehari-hari dapat
merangsang kreativitas dan inovasi siswa untuk dapat menggunakan konsep-
konsep tersebut dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
lingkungan sekitar (Perkasa, Agrippina, & Wiraningtyas, 2017).
4
Akan tetapi, menurut data dari Balitbang Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2010) yang dikutip oleh Sutanto (2017), pelaksanaan PPB di
Indonesia belum dilakukan secara menyeluruh dan serius. Penerapan PPB
mengalami masalah pada regulasi, sumber daya manusia, dan materi PPB itu
sendiri. Lebih spesifik, penerapan PPB dari tingkat pusat ke tingkat daerah
belum dilengkapi dengan peraturan, kebijakan dan program yang jelas. Selain
itu, para pejabat di lingkungan pendidikan dan para guru kurang memahami
PPB karena minimnya sosialisasi. Padahal guru memiliki peran yang penting
dalam menerapkan dan mengarahkan proses pengajaran untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan (Ambusaidi & Al Washahi, 2016). Selain
itu, menurut Hungerford (2010) yang dikutip oleh Anyolo, Karkkainen, &
Keinonen (2018), guru memiliki tanggung jawab untuk membantu peserta
didik mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
memahami masalah pembangunan berkelanjutan yang kompleks dan
tantangan keberlanjutan yang akan dihadapi oleh masyarakat.
Akibat pentingnya peran guru dalam implementasi PPB pada mata
pelajaran kimia, maka guru membutuhkan pengetahuan khusus mengenai PPB
pada umumnya dan pelajaran kimia pada khususnya. Seorang guru
membutuhkan pengetahuan mengenai materi pelajaran kimia yang
berhubungan dengan PPB untuk memulai pembelajaran yang menerapkan
PPB. Akan tetapi hal ini tidak cukup. Guru juga membutuhkan pengetahuan
mengenai masalah keberlanjutan, pembangunan berkelanjutan, dan makna
keseluruhannya. Pengetahuan ini meliputi definisi dasar, konsep, dan model
yang dapat digunakan dalam pembahasan berkelanjutan (Burmeister & Eilks,
2013). Pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru ini bersifat sangat
penting. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan kompetensi tersebut dapat
merestrukturisasi proses pendidikan serta institusi pendidikan agar dapat
menuju konsep keberlanjutan (Tristananda, 2018).
Pemahaman guru tentang PPB akan berpengaruh terhadap persepsi yang
guru miliki. Hal ini dikarenakan persepsi terjadi ketika seseorang menerima
5
stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh indera yang dimilikinya dan
kemudian disalurkan ke dalam otak. Di dalam otak, terjadi proses berpikir
yang pada akhirnya menghasilkan suatu pemahaman (Sarwono, 2013: 86).
Pemahaman guru tentang PPB memainkan peran utama dalam cara mereka
mengajar dan mempersiapkan peserta didik untuk masa depan (Anyolo,
Kärkkäinen, & Keinonen, 2018). Apa yang guru pikirkan, percayai, dan
ketahui akan mempengaruhi bagaimana cara mereka mengajar. Ketiga hal
tersebut merupakan faktor yang penting untuk tercapainya kegiatan
pembelajaran yang efektif (Eilks, 2015). Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi
Guru Kimia tentang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(PPB)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Penerapan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
belum dilakukan secara menyeluruh dan serius.
2. Penerapan PPB di Indonesia mengalami masalah pada regulasi, sumber
daya manusia, dan materi PPB itu sendiri. Lebih spesifik, penerapan PPB
dari tingkat pusat ke tingkat daerah belum dilengkapi dengan peraturan,
kebijakan dan program yang jelas.
3. Masih banyak guru yang belum memiliki pemahaman mengenai PPB
dikarenakan minimnya sosialisasi mengenai PPB itu sendiri.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan sebatas pada persepsi guru kimia di SMA/MA di
Kota Tangerang Selatan.
6
2. Persepsi guru kimia yang diteliti hanya sebatas pada aspek kognisi.
3. Aspek Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan yang diteliti dalam
penelitian ini adalah aspek peningkatan pengetahuan dasar, reorientasi
pendidikan, peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
konsep pembangunan berkelanjutan, serta pelatihan sumber daya manusia
yang dimasukkan dalam aspek peningkatan pemahaman dan kesadaran
masyarakat tentang konsep pembangunan berkelanjutan .
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi guru
kimia tentang PPB?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru kimia
tentang PPB.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
berikut:
1. Bagi guru-guru kimia: dapat menambah wawasan mengenai PPB dan
sebagai bahan pertimbangan perlu atau tidaknya menambahkan konsep
PPB dalam mata pelajaran kimia.
2. Bagi pihak sekolah: dapat memberikan gambaran sejauh mana
pemahaman guru-guru kimia yang ada di sekolah mengenai PPB serta
sebagai bahan pertimbangan perlu atau tidaknya mendukung penambahan
konsep PPB di sekolah..
3. Bagi pembaca: dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana
persepsi guru kimia mengenai PPB dan dapat dijadikan referensi untuk
diadakan penelitian relevan yang lebih mendalam.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Persepsi
Kata “persepsi” berasal dari bahasa Latin, yaitu “perceptio" atau
“percipio”. Kata ini memiliki arti menerima, mengumpulkan, tindakan
mengambil kepemilikan, dan memahami dengan pikiran atau indera
(Qiong, 2017). Menurut Maba (2017), persepsi adalah respons atau
pendapat yang merupakan proses individu untuk menerima atau
mengetahui sesuatu melalui indera. Menurut Fitrianasari & Budiyanto
(2015) definisi dari persepsi adalah “suatu proses penggunaan
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menginterpretasikan
suatu hal”. Sedangkan menurut King (2016: 130), persepsi didefinisikan
sebagai “proses mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi
sensoris agar informasi tersebut menjadi bermakna”.
Dalam terminologi umum, persepsi didefinisikan oleh Longman
Dictionary of Contemporary English sebagai cara seseorang berpikir
tentang sesuatu dan ide seseorang tentang sesuatu; cara seseorang
mengetahui sesuatu dengan indera yang dimilikinya; kemampuan alami
untuk memahami atau memperhatikan sesuatu dengan cepat. Sedangkan
dalam filsafat, psikologi, dan ilmu kognitif, persepsi merupakan suatu
proses untuk mencapai pengetahuan atau pemahaman informasi sensorik
(Qiong, 2017).
Persepsi merupakan hal yang sangat penting karena persepsi dapat
mempengaruhi bagaimana cara pandang, pemahaman, tanggapan, sikap,
serta perilaku dari seseorang terhadap suatu hal (Fitrianasari & Budiyanto,
2015). Persepsi dapat terjadi ketika seseorang menerima stimulus dari
dunia luar yang ditangkap oleh indera yang dimilikinya dan kemudian
disalurkan ke dalam otak. Di dalam otak, terjadi proses berpikir yang
8
menghasilkan suatu pemahaman (Sarwono, 2013: 86). Hal yang serupa
juga dinyatakan oleh Davidoff (1981). Menurut Davidoff yang dikutip
dalam buku Prawira (2016: 63), persepsi pada individu dapat terjadi ketika
diterimanya stimulus oleh alat indera individu tersebut. Stimulus yang
ditangkap kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga
individu tersebut memahami apa yang telah diterimanya.
Menurut Qiong (2017), proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu
seleksi, organisasi, dan interpretasi.
a. Seleksi
Seleksi merupakan tahap pertama dalam proses persepsi. Pada
tahap ini, manusia mengubah stimulus dari lingkungan sekitarnya
untuk menjadi pengalaman yang bermakna. Akan tetapi, manusia
hanya memperhatikan stimulus yang dikenal atau yang menarik
baginya.
b. Organisasi
Tahap kedua dalam proses persepsi adalah organisasi. Setelah
memilih informasi dari dunia luar, maka informasi tersebut perlu diatur
dengan cara menemukan pola tertentu. Pada tahap organisasi ini,
informasi-informasi tersebut dimasukkan ke dalam kategori-kategori
tertentu.
c. Interpretasi
Tahap ketiga dalam proses persepsi adalah interpretasi. Tahap ini
mengacu pada proses memberikan makna pada stimulus yang dipilih.
Akan tetapi, tiap orang yang berbeda akan memberikan interpretasi
yang berbeda meskipun dari stimulus yang sama. Pengalaman dan latar
belakang yang berbeda akan menyebabkan orang menghasilkan makna
yang berbeda dari stimulus yang sama, sehingga muncul beragam
persepsi.
9
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses individu
untuk menerima stimulus melalui indera yang dimilikinya dan kemudian
diorganisasi dan diinterpretasikan menjadi suatu pemahaman. Dalam
penelitian ini, persepsi guru yang dimaksud adalah pemahaman guru
mengenai pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Menurut Walgito (2003) yang dikutip oleh Amalia & Laily (2015),
terdapat beberapa aspek dalam persepsi. Aspek-aspek tersebut adalah:
a. Kognisi
Aspek ini berhubungan dengan pengenalan akan obyek, peristiwa,
hubungan yang diperoleh karena diterimanya suatu rangsangan. Aspek
ini menyangkut pengharapan, cara mendapatkan pengetahuan atau
cara berpikir dan pengalaman masa lalu. Individu dalam
mempersepsikan sesuatu dapat dilatarbelakangi oleh adanya aspek
kognisi yaitu pandangan individu terhadap sesuatu berdasarkan
pengalaman yang pernah didengar atau dilihatnya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Afeksi
Aspek ini berhubungan dengan emosi. Aspek ini menyangkut
pengorganisasian suatu rangsang, artinya rangsang yang diterima akan
dibedakan dan dikelompokkan ke dalam emosi seseorang. Individu
dalam mempersepsikan sesuatu bisa berdasarkan pada emosi individu
tersebut. Hal ini dikarenakan adanya pendidikan moral dan etika yang
didapatkannya sejak kecil yang akhirnya melandasi individu dalam
memandang sesuatu.
c. Konasi
Aspek ini berhubungan dengan kemauan. Aspek ini menyangkut
pengorganisasian dan penafsiran suatu rangsang yang menyebabkan
10
individu bersikap dan berperilaku sesuai dengan rangsang yang
ditafsirkan.
Aspek persepsi yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas
aspek kognisi guru. Aspek kognisi tersebut menyangkut pengetahuan atau
cara berpikir guru mengenai Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (PPB).
2. Guru
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya mengajar. Guru adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar yang berperan dalam usaha pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Uno &
Lamatenggo, 2016: 2). Menurut N. A. Ametambun & Djamarah (1994:
33) yang dikutip oleh Heriyansyah (2018), guru adalah semua orang yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 1 (1) yang dikutip oleh Shabir (2015), definisi guru
dijelaskan sebagai “pendidik yang profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.”
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan, maka dapat
disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang bertanggung
jawab dalam proses belajar mengajar yang berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam setiap upaya pendidikan. Dalam konteks
inovasi pendidikan, khususnya dalam hal kurikulum dan peningkatan
11
sumber daya manusia yang dihasilkan dari proses pendidikan, selalu
bergantung pada faktor guru (Shabir, 2015). Maka dari itu, seorang guru
harus menguasai berbagai kompetensi yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran (Heriyansyah, 2018).
Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
yang dikutip oleh Heriyansyah (2018), kompetensi merupakan
“seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugasnya.
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.”
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir a
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
“kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi inti pedagogik guru mata
pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK adalah sebagai
berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
12
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir b
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
“kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia”.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi inti kepribadian guru mata
pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK adalah sebagai
berikut:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
13
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir d
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
“kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar”.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi inti sosial guru mata
pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK adalah sebagai
berikut:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir c
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
“kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
14
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi inti profesional guru mata
pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK adalah sebagai
berikut:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Secara garis besar, kemampuan dasar keguruan yang harus diusahakan
atau dikerjakan oleh guru adalah sebagai berikut:
a. Guru dituntut menguasai bahan ajar.
Penguasaan bahan ajar dari para guru sangat menentukan
keberhasilan pengajarannya. Guru hendaknya menguasai bahan ajar
wajib (pokok), bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang
dengan baik untuk keperluan pengajarannya.
b. Guru mampu mengelola program belajar mengajar.
Guru diharapkan dapat menguasai secara fungsional tentang
pendekatan sistem pengajaran, asas-asas pengajaran, prosedur, metode,
strategi, dan teknik pengajaran. Guru juga diharapkan mampu
menguasai secara mendalam bahan ajar dan mampu merancang
penggunaan fasilitas pengajaran.
c. Guru mampu mengelola kelas.
Guru harus berusaha menciptakan sosial kelas yang kondusif untuk
belajar dengan sebaik mungkin. Kondisi dan fasilitas kelas (prasarana
15
dan sarana pengajaran, khususnya media dan sumber belajar) adalah
hal penting yang perlu didayagunakan sebaik mungkin oleh guru.
d. Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
Pendayagunaan media dan sumber pengajaran dapat berupa
penggunaan alat (media) buatan guru, pemanfaatan kekayaan alam
sekitar untuk belajar, pemanfaatan perpustakaan, pemanfaatan
laboratorium, pemanfaatan narasumber serta pengembangan
pengajaran di sekolah, dan pemanfaatan fasilitas teknologis pengajaran
yang lain.
e. Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.
Landasan-landasan kependidikan adalah sejumlah disiplin ilmu
yang wajib didalami oleh calon guru. Landasan ini yang mendasari
asas-asas dan kebijakan pendidikan baik di dalam sekolah maupun di
luar sekolah.
f. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
Guru hendaknya mampu berperan sebagai motivator belajar,
inspirator, organisator, fasilitator, evaluator untuk meningkatkan mutu
pembelajaran; membantu penyelenggaraan administrasi kelas serta
sekolah; dan ikut berpartisiapasi dalam pelayanan bimbingan
konseling di sekolah.
g. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan
pengajaran.
Kegiatan penilaian yang meliputi penyusunan alat ukur (tes),
penyelenggaraan tes, koreksi jawaban siswa serta pemberian skor,
pengolahan skor dengan menggunakan norma tertentu,
pengadministrasian proses serta hasil penilaian, dan tindak lanjut
penilaian hasil belajar yang berupa pengajaran remedial serta layanan
bimbingan belajar bersifat tali-temali, dan seluruh tahapan penilaian
16
tersebut perlu diselaraskan dengan komponen sistem pengajaran yang
lain.
h. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.
Inti dari kompetensi profesional guru di bidang ini adalah guru
mampu menjadi partisipan yang baik dalam pelayanan bimbingan
konseling di sekolah bagi siswa.
i. Guru mengenal dan mampu ikut penyeleggaraan administrasi sekolah.
Peran serta guru dalam kegiatan administrasi sekolah hendaknya
mencakup pengertian administrasi sekolah dalam arti luas dan dalam
arti sempit. Dalam arti luas, cakupan pengertian administrasi sekolah
adalah penggunaan semua daya, dana, sarana, dan peluang (waktu)
secara organisatoris dan/atau koordinatif untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Sedangkan cakupan pengertian
administrasi sekolah dalam arti sempit adalah penataan seluruh
kegiatan ketatausahaan sekolah.
j. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu
menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan
pengajaran.
Tuntutan kompetensi keguruan di bidang penelitian pendidikan ini
merupakan tantangan kualitatif bagi guru untuk masa kini dan yang
akan datang. Program serta upaya yang sistematis dari ihak yang
berwajib untuk menjamin penguasaan kompetensi di bidan penelitian
bagi guru ini hendaknya terlaksana dalam tahap pendidikan guru pra-
jabatan dan pendidikan guru dalam jabatan (Samana, 1994: 61-69).
3. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB)
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan pertama kali di
pertemuan Brundtland Commission (Sutanto, 2017). Pada tahun 1987,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai menggali konsep pembangunan
17
berkelanjutan melalui World Commission on Environment and
Development (WCED). WCED tersebut menghasilkan laporan yang
berjudul “Our Common Future” atau yang dikenal juga dengan nama lain
“Brundtland Report” (Tristananda, 2018). Laporan ini merupakan tonggak
penting dari konsep pembangunan berkelanjutan (Bermejo, Arto, &
Hoyos, 2010).
Menurut “Brundtland Report” yang dikutip dalam Bermejo, Arto, &
Hoyos (2010), definisi dari pembangunan berkelanjutan adalah
“development that meets the needs of the present without compromising
the ability of future generation to meet their own needs”, yaitu
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri. Definisi dari pembangunan berkelanjutan ini kemudian menjadi
popular dan digunakan sebagai kerangka acuan.
Agar pembangunan dapat berkelanjutan maka pembangunan yang
direncanakan harus ramah lingkungan (environmentally sound),
menguntungkan secara ekonomi (economically viable), dan diterima
secara sosial (socially acceptable) (Mochtar, et al., 2014: 4). Untuk
menjaga keseimbangan antara dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial,
maka lahirlah konsep tujuan pembangunan berkelanjutan (Ishartono &
Raharjo, 2016). Pada tahun 2015, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PPB) mengadopsi 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Sasaran
dari tujuan ini adalah untuk menetapkan target yang dapat dicapai sebagai
agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan. Tujuan pembangunan
berkelanjutan tersebut adalah sebagai berikut (Barbier & Burgess, 2017).
a. No Poverty (Tanpa Kemiskinan): mengakhiri segala bentuk
kemiskinan di seluruh penjuru dunia (dimensi ekonomi). Tujuan ini
adalah berusaha untuk menghapus segala bentuk kemiskinan selama
15 tahun ke depan, menjamin akses pelayanan dasar setiap warga
18
negara dan menjamin setiap warga negara memiliki hak untuk
menikmati suatu standar kehidupan yang layak (Said, et al., 2016: 11).
b. Zero Hunger (Tanpa Kelaparan): mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian
yang berkelanjutan (dimensi ekonomi). Tujuan ini mengupayakan
penyelesaian segala jenis kelaparan pada tahun 2030 dan menjamin
setiap orang untuk memiliki ketahanan pangan yang baik untuk
menuju kehidupan yang lebih sehat dengan memberikan akses yang
lebih baik terhadap budidaya pertanian secara berkelanjutan (Said, et
al., 2016: 25).
c. Good Health and Well Being (Kesehatan yang Baik dan
Kesejahteraan): menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk semua usia (dimensi ekonomi).
Tujuan ini berusaha untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan
kesehatan ibu dan anak; mengakhiri epidemi HIV/AIDS, malaria, TBC
dan penyakit tropis; mengurangi penyakit tidak menular, dan berusaha
agar obat-obatan dan vaksin dapat terjangkau secara efektif (Said, et
al., 2016: 45).
d. Quality Education (Pendidikan Berkualitas): menjamin kualitas
pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua orang (dimensi sosial). Tujuan ini
berfokus pada pemberian akses yang lebih besar dan lebih adil
terhadap pendidikan berkualitas di semua jenjang pendidikan (Said, et
al., 2016: 65).
e. Gender Equality (Kesetaraan Gender): mencapai kesetaraan gender
dan memberdayakan kaum perempuan (dimensi sosial). Tujuan ini
bermaksud untuk meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan
untuk mengembangkan bakat dan potensinya sehingga memiliki
kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. (Said, et al., 2016: 81).
19
f. Clean Water and Sanitation (Air Bersih dan Sanitasi): menjamin
ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang (dimensi ekonomi).
g. Affordable and Clean Energy (Energi Bersih dan Terjangkau):
menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan
modern untuk semua orang (dimensi ekonomi). Tujuan ini berusaha
menjamin ketersediaan energi dengan harga yang terjangkau untuk
jangka panjang (Said, et al., 2016: 113).
h. Good Jobs and Economic Growth (Pertumbuhan Ekonomi dan
Pekerjaan yang Layak): meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan
menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang (dimensi
ekonomi). Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif
dapat meningkatkan mata pencaharian bagi orang-orang di seluruh
wilayah (Said, et al., 2016: 121).
i. Industry, Innovation and Infrastucture (Industri, Inovasi dan
Infrastruktur): membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan
industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi (dimensi
ekonomi). Industrialisasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja; inovasi memperluas kemampuan teknologi
sektor industri dan mengarah pada pengembangan keterampilan baru;
infrastruktur menyediakan fasilitas fisik dasar yang penting untuk
bisnis dan masyarakat (Said, et al., 2016: 141).
j. Reduced Inequalities (Mengurangi Kesenjangan): mengurangi
kesenjangan intra- dan antarnegara (dimensi sosial). Tujuan ini
berusaha mengurangi kesenjangan pendapatan berdasarkan jenis
kelamin, usia, cacat, ras, kelas, etnis, agama dan kesempatan, baik di
dalam maupun antar negara (Said, et al., 2016: 159).
k. Sustainable Cities and Communication (Keberlanjutan Kota dan
Komunitas): menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh
dan berkelanjutan (dimensi lingkungan). Meskipun banyak tantangan
20
dalam perencanaan, kota dapat menawarkan eknomi yang lebih efisien,
termasuk penyediaan barang, jasa, dan transportasi (Said, et al., 2016:
175).
l. Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan Produksi
yang Bertanggung Jawab): menjamin pola dan konsumsi yang
berkelanjutan (dimensi lingkungan).
m. Climate Action (Aksi terhadap Iklim): mengambil tindakan cepat untuk
mengatasi perubahan iklim dan dampaknya (dimensi lingkungan).
n. Life Below Water (Kehidupan Bawah Laut): melestarikan dan
memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan
samudera untuk pembangunan berkelanjutan (dimensi lingkungan).
o. Life on Land (Kehidupan di Darat): melindungi, merestorasi dan
meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan,
mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan,
memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati (dimensi lingkungan).
p. Peace, Justice, and Strong Institutions (Institusi Peradilan yang Kuat
dan Kedamaian): menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai
untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk
semua, dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan
inklusif di semua tingkatan (dimensi sosial).
q. Partnership for the Goals (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan):
menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan (dimensi sosial).
Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka
terciptanya masa depan yang berkelanjutan, maka pendidikan memegang
peran yang sangat penting (Mochtar, et al., 2014: 7). Pendidikan sebagai
dasar pembangunan berkelanjutan dipertegas dalam Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Dunia Johannesburg pada tahun 2002 yang sebelumnya
telah terkandung dalam Agenda 21 KTT Rio pada tahun 1992 (Dillon &
Maguire, 2007: 308). KTT Dunia Johannesburg tentang pembangunan
21
berkelanjutan pada tahun 2002 mengusulkan Dekade Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan 2005-2014 yang menyatakan dengan jelas
bahwa pendidikan merupakan jantung dari pembangunan berkelanjutan
(Amador, Martinho, Bacelar-Nicolau, Caeiro, & Oliveira, 2015).
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) dinilai dapat
mempercepat pencapaian pembangunan berkelanjutan dikarenakan melalui
pendidikan dapat mengubah persepsi, perilaku, dan sikap (Sutanto, 2017).
Menurut UNESCO seperti yang dikutip oleh Kagawa (2007), pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “a process of
learning how to make decisions that consider the long-term future of the
economy, ecology and equity of all communities”, yaitu sebuah proses
belajar tentang bagaimana membuat keputusan jangka panjang yang
mempertimbangkan masa depan dalam bidang ekonomi, ekologi, dan
kesetaraan manusia. Menurut Segara (2015), pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan adalah “proses belajar sepanjang hayat yang
bertujuan untuk menginformasikan dan melibatkan penduduk agar kreatif
juga memiliki keterampilan menyelesaikan masalah, saintifik, dan sosial
krisis, lalu berkomitmen untuk terikat pada tanggung jawab pribadi dan
kelompok”.
Menurut Listiawati (2011), pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan adalah “sebuah visi pendidikan yang berusaha
memberdayakan manusia agar bertanggung jawab untuk menciptakan
masa depan yang berkelanjutan”. Sedangkan menurut Kemendiknas
seperti yang dikutip oleh Shantini (2016), pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan diartikan sebagai berikut.
Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan
yang secara esensial menyisipkan wawasan dan konsep secara luas,
mendalam, dan futuristik tentang lingkungan global. Konsep PPB
adalah pendidikan untuk mendukung pengembangan berkelanjutan,
yaitu pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada
semua orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi
22
lebih baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang
dan yang akan datang.
Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan harus menjadi bagian
dari semua mata pelajaran di semua tingkat pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak hingga universitas (Åhlberg, Äänismaa, & Dillon, 2005).
Dalam mengimplementasikan PPB, terdapat empat prioritas atau tujuan
utama sebagai berikut:
a. Peningkatan Pengetahuan Dasar
Jika masyarakat dan negara berharap untuk dapat menerapkan
PPB, maka masyarakat dan negara harus fokus pada kesempatan
untuk menambah pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan
perspektif yang mendorong dan mendukung hal tersebut.
b. Reorientasi Pendidikan
Menjamin kurikulum dan pedagogi dari pra-sekolah sampai
universitas yang menekankan pendidikan, pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai, dan perspektif yang berkaitan dengan masa depan yang
berkelanjutan.
c. Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat tentang Konsep
Pembangunan Berkelanjutan
Masalah keberlanjutan membutukan masyarakat yang sadar akan
tujuan masyarakat yang berkelanjutan dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk berkontribusi pada tujuan tersebut. Maka dari itu
perlu untuk membangun pengertian dan kewaspadaan masyarakat
mengenai pembangunan yang berkelanjutan melalui pendidikan.
d. Pelatihan Sumber Daya Manusia
Memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia (pengusaha,
institusi, dan masyarakat umum) guna membangun kemampuan untuk
23
membuat keputusan dan perilaku yang berkelanjutan dan untuk
menerapkan praktek-praktek yang sifatnya berkelanjutan di tingkat
lokal, regional, dan nasional (Mochtar, et al., 2014: 10-11).
Salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan sarana implementasi
PPB adalah mata pelajaran kimia. Menurut Burmeister & Ailks (2012)
yang dikutip oleh Jegstad & Sinnes (2015), kimia memiliki peran penting
dalam PPB karena banyak produk dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan kimia. Udara yang kita hirup, asupan makanan,
konsumsi air, dan penggunaan bahan bakar untuk transportasi dalam
kehidupan sehari-hari memiliki hubungan dengan konsep kimia
(Kanapathy, et al., 2017).
Pengetahuan konten kimia sebagian besar menyangkut tentang PPB
dan menekankan isu-isu kimia yang berhubungan dengan pembangunan
berkelanjutan (Jegstad & Sinnes, 2015). Isu-isu yang dapat dihubungkan
dengan pembangunan berkelanjutan adalah tentang sumber daya air, efek
hujan asam, lapisan ozon, pemulihan minyak dan pencarian sumber energi
dan bahan baku terbarukan. Topik-topik ini telah diimplementasikan
secara luas sebagai konten dalam banyak kurikulum kimia di seluruh dunia
(Burmeister, Rauch, & Eilks, 2012). Sedangkan di Indonesia sendiri
terdapat beberapa topik dalam mata pelajaran kimia yang dapat
diimplementasikan nilai-nilai PPB. Topik-topik tersebut di antara lain
adalah larutan elektrolit dan nonelektrolit, reaksi oksidasi dan reduksi,
hidrokarbon, minyak bumi, koloid, aplikasi elektrokimia, dan polimer
(Perkasa, Agrippina, & Wiraningtyas, 2017).
Pendidikan untuk pembanguan berkelanjutan dalam mata pelajaran
kimia seharusnya:
a. Bersifat interdisipliner dan holistik: PPB harus tertanam dalam seluruh
kurikulum kimia dan tidak hanya disajikan sebagai topik yang terpisah.
24
b. Berbasis nilai: nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip yang mendukung
pembangunan berkelanjutan harus diterima sebagai prinsip panduan
pendidikan kimia juga.
c. Mendorong berpikir kritis dan menyelesaikan masalah: mengatasi dan
memahami dilema dan tantangan pembangunan berkelanjutan
membutuhkan keterampilan dalam berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah.
d. Didasarkan pada metode multi-dimensi: kata, seni, drama, debat,
pengalaman, dll garus digunakan untuk membangun pedagogi multi-
segi yang dapat mengatasi karakter multi-dimensi dari PPB.
e. Melibatkan pengambilan keputusan partisipatif: peserta didik harus
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam keputusan dan belajar
bagaimana membuat keputusan tersebut.
f. Fokus pada penerapan: pembelajaran harus diintegrasikan dalam
konteks kehidupan pribadi dan kehidupan sehari-hari.
g. Mencapai relevansi lokal: pengajaran harus membahas masalah global
dan lokal, termasuk penggunaan bahasa yang paling sering digunakan
oleh peserta didik (Burmeister, Rauch, & Eilks, 2012).
B. Penelitian yang Relevan
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengacu pada beberapa
penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian
tersebut merupakan penelitian yang sudah dilaksanakan sebelumnya oleh
peneliti lain. Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. An Understanding of Sustainability and Education for Sustainable
Development among German Student Teachers and Trainee Teachers of
Chemistry yang dilakukan oleh Mareike Burmeister dan Ingo Eilks (2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru-guru pada penelitian ini
pada dasarnya menunjukkan sikap positif terhadap PPB dalam pendidikan
25
kimia. Akan tetapi, sebagian besar guru-guru tersebut tidak memiliki
pengetahuan apa pun tentang teori PPB.
2. Senior Secondary School teachers’ Understanding of Education for
Sustainable Development yang dilakukan oleh Groening, Z. P. dan Kelly,
V. L. (2019). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru kimia
memiliki pemahaman yang cukup tentang PPB dengan kecenderungan
yang lebih kuat terhadap dimensi lingkungan dibandingkan dengan
dimensi ekonomi dan sosial. Meskipun 20 dari 33 guru percaya bahwa
mereka memiliki pemahaman yang cukup tentang PPB, 32 dari mereka
mengindikasikan bahwa mereka membutuhkan pelatihan tentang PPB.
3. Subject- and Experience-bound Differences in Teachers’ Conceptual
Understanding of Sustainable Development yang dilakukan oleh C. Borg,
N. Gericke, H.-O. Höglund dan E. Bergman (2014). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa guru menyadari relevansi ketiga dimensi
pembangunan berkelanjutan dengan berbagai tingkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka umumnya tidak memiliki pemahaman
menyeluruh tentang konsep tersebut. Perbedaan pemahaman konseptual
guru tentang pembangunan berkelanjutan tidak berhubungan dengan
tingkat pengalaman mengajar mereka.
4. Turkish Student Science Teachers’ Conceptions of Sustainable
Development: A Phenomenography yang dilakukan oleh Ahmet Kilinc
dan Abdullah Aydin (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru
memiliki berbagai gagasan tentang pembangunan berkelanjutan yang
dapat dikategorikan menjadi dimensi lingkungan, teknologi, masyarakat,
ekonomi, politik, energi, dan pendidikan. Beragam respons ini mungkin
saja dipengaruhi oleh jenis kelamin, masalah berbasis konteks, dan
pengalaman informal.
5. Implementing Education for Sustainable Development in Namibia: School
Teachers’ Perceptions and Teaching Practices yang dilakukan oleh
Eveline O. Anyolo, Sirpa Kärkkäinen and Tuula Keinonen (2018). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa guru sekolah menengah atas merasa
26
lazim dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Mereka
mendeskripsikan PPB terutama dalam hal menciptakan kesadaran
lingkungan untuk memastikan penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan.
6. Subject Teachers as Educators for Sustainability: A Survey Study yang
dilakukan oleh Anna Uitto dan Seppo Saloranta (2017). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
persepsi guru tiap mata pelajaran tentang kompetensi PPB mereka. Selain
itu juga terdapat perbedaan dalam frekuensi penggunaan dimensi PPB
(ekologis, ekonomi, sosial, kesejahteraan, budaya) dalam pengajaran
mereka.
7. An Assessment of Turkish Elementary Teachers in the Context of
Education for Sustainable Development yang dilakukan oleh Ali Sagdic
dan Elvan Sahin (2016). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru
memiliki keyakinan yang baik tentang PPB. Keyakinan guru ini dapat
dibentuk melalui program-program pendidikan yang mereka ikuti.
C. Kerangka Berpikir
Pada abad ke-21 ini, masyarakat dituntut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dari sumber daya alam yang ada tanpa mempengaruhi ketersediaan
sumber daya alam di masa mendatang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
diperlukan peran guru dalam mengarahkan proses pengajaran untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan. Akibat pentingnya peran guru ini, maka
guru harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai PPB. Pemahaman
guru tersebut akan mempengaruhi bagaimana persepsi guru terhadap PPB.
Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui seperti apa persepsi guru kimia
tentang PPB.
27
Abad ke-21 menuntut masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup saat ini dari sumber daya alam yang ada
tanpa mempengaruhi ketersediaan sumber daya alam
di masa mendatang
Konsep pembangunan berkelanjutan lahir
untuk mengatasi masalah tersebut
Guru memiliki peran penting dalam mengarahkan proses
pengajaran untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
Masih terdapat banyak guru yang tidak memiliki
pemahaman yang cukup tentang PPB
Pemahaman yang guru miliki akan
berpengaruh terhadap persepsi guru mengenai PPB
Persepsi guru kimia tentang PPB
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 5 minggu yaitu dari tanggal 22 Juli 2019
sampai dengan 26 Agustus 2019. Penelitian ini dilakukan pada guru kimia di
beberapa SMA/MA Kota Tangerang Selatan, yaitu SMAN 1 Kota Tangerang
Selatan, SMAN 4 Kota Tangerang Selatan, SMAN 6 Kota Tangerang Selatan,
SMAN 7 Kota Tangerang Selatan, SMAN 8 Kota Tangerang Selatan, SMAN
9 Kota Tangerang Selatan, SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, SMAN 11
Kota Tangerang Selatan, SMA PGRI 56 Ciputat, SMA Muhammadiyah 8
Ciputat, MA Islamiyah Ciputat, SMA Darussalam Ciputat, dan MA Soebono
Mantofani.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Menurut Creswell (2004) yang dikutip dalam Sudaryono (2018: 82),
penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha untuk
menggambarkan dan menginterpresentasikan objek apa adanya. Penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan
suatu gejala yang bersifat apa adanya pada saat penelitian dilakukan
(Arikunto, 2007: 234).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah
berupa fakta-fakta yang ada saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan
penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, atau
prosedur. Pada penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian
(Sudaryono, 2018: 82). Peneliti berusaha menggambarkan suatu kondisi apa
adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan
menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2006: 73).
29
C. Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengadopsi instrumen berupa kuesioner dari
instrumen penelitian Milama, Ali, & Rusman (2019). Instrumen tersebut
kemudian dilakukan validasi isi oleh salah satu dosen Pendidikan Kimia.
Selanjutnya kuesioner dicetak dan disebarkan oleh peneliti ke beberapa guru
kimia SMA/MA di Kota Tangerang Selatan. Setelah itu dilakukan pengisian
kuesioner oleh guru tersebut. Kemudian data kuesioner dikumpulkan dan
dianalisis.
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
D. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Mengadopsi instrumen dari
instrumen penelitian Milama, Ali & Rusman (2019)
Validasi isi instrumen ke
salah satu dosen Pendidikan
Kimia
Cetak instrumen
Instrumen disebar ke beberapa guru kimia SMA/MA di Kota Tangerang Selatan
Pengisian angket oleh
guru
Data persepsi guru kimia
Analisis data
30
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011: 80). Pada penelitian ini, yang merupakan populasi adalah guru kimia
SMA/MA Kota Tangerang Selatan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
20 butir pertanyaan yang diadopsi dari instrumen penelitian Milama, Ali &
Rusman (2019).
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru Kimia tentang PPB
Aspek
Persepsi Aspek PPB Indikator Sub Indikator
No.
Soal
Butir
Soal
Kognisi
Peningkatan
Pengetahuan
Dasar
Pengetahuan
tentang PPB
Mendefinisikan
istilah PPB
1, 2,
4 3
Memilih
sumber
informasi
tentang istilah
PPB
3 1
Memilih tujuan
PPB 5 1
Reorientasi
Pendidikan
PPB dalam
Kurikulum
2013
Menentukan
apakah PPB
sudah
terakomodir
dalam
Kurikulum
2013 atau
6 1
31
belum
Pengajaran
Konsep PPB
Memilih siapa
yang
bertanggung
jawab dalam
mengajarkan
konsep PPB
7 1
Peningkatan
Pemahaman
dan
Kesadaran
Masyarakat
tentang
Konsep
Pembangunan
Berkelanjutan
Perlu atau
tidaknya
PPB dalam
mata
pelajaran
kimia
Menentukan
perlu atau
tidaknya PPB
dalam mata
pelajaran kimia
8 1
Hubungan
PPB dengan
mata
pelajaran
kimia
Menentukan
hubungan
antara PPB
dengan mata
pelajaran kimia
9 1
Kegiatan
tentang cara
mengajarkan
PPB ada
mata
pelajaran
kimia
Memutuskan
kegiatan
tentang cara
mengajarkan
PPB pada mata
pelajaran kimia
10 1
Pengaruh
wawasan
tentang PPB
dalam cara
mengajar
kimia
Menentukan
apakah
wawasan
tentang PPB
mempengaruhi
cara
11 1
32
mengajarkan
kimia atau
tidak
Waktu
pengajaran
PPB
Memilih waktu
dimulainya
pengajaran
PPB
12 1
Rasa yakin
saat
mengajarkan
PPB dalam
mata
pelajaran
kimia
Menentukan
rasa yakin atau
tidak saat
mengajarkan
PPB dalam
mata pelajaran
kimia
13 1
Topik kimia
yang
berhubungan
dengan PPB
Memilih topik
kimia yang
berhubungan
dengan PPB
14 1
Cara
mengajarkan
konsep PPB
Memilih cara
mengajarkan
konsep PPB
15 1
Pendekatan
dan metode
pembelajaran
yang efektif
untuk
mengajarkan
PPB
Memilih
pendekatan dan
metode
pembelajaran
yang efektif
untuk
mengajarkan
PPB
16,
17 2
Cara
membentuk
gaya hidup
siswa sesuai
dengan PPB
Memilih cara
membentuk
gaya hidup
siswa sesuai
dengan konsep
PPB
18 1
33
Aspek yang
sulit dalam
implementasi
PPB
Memilih aspek
yang sulit
dalam
implementasi
PPB
19 1
Tindakan
penting yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
PPB
Memilih
tindakan
penting yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
PPB
20 1
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner atau angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan tertutup atau terbuka yang dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau melalui internet (Sugiyono, 2011: 142).
D. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data kuantitatif yang
didapat dari frekuensi relatif jawaban responden terhadap pilihan ganda.
Dikatakan frekuensi relatif karena frekuensi yang disajikan bukanlah frekuensi
yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang disajikan dalam bentuk angka
persenan. Untuk memperoleh frekuensi relatif jawaban responden terhadap
pilihan ganda, digunakan rumus sebagai berikut:
34
Keterangan:
f = frekuensi jawaban responden
N = Number of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya responden)
P = angka persentase (Sudijono, 1987: 43).
Data kuantitatif tersebut dianalisis dengan teknik analisis statistik
deskriptif yang disajikan dalam bentuk diagram. Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011: 147). Statistik deskriptif
bertujuan untuk mengorganisasi dan menganalisis data angka agar dapat
memberikan gambaran secara teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu
gejala, peristiwa, atau keadaan (Sudijono, 1987: 4-5).
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas guru kimia (70%) mengetahui istilah PPB.
Persepsi guru kimia pada aspek peningkatan pengetahuan dasar termasuk
dalam kategori baik, persepsi guru kimia pada aspek reorientasi pendidikan
termasuk dalam kategori cukup baik, dan persepsi guru kimia pada aspek
peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang konsep
pembangunan berkelanjutan termasuk dalam kategori baik.
F. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu memperluas pelatihan untuk guru dalam bidang PPB
agar guru memiliki pengetahuan yang memadai, sehingga penerapan PPB
dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
2. Guru sebaiknya berperan aktif dalam menambah pengetahuan mengenai
PPB dengan cara mengikuti seminar, pelatihan, atau pun mencari
informasi terkait dari berbagai sumber yang ada.
96
DAFTAR PUSTAKA
Aceska, N., & Nikoloski, D. (2017). The Role of Teachers' Competencies in
Education for Sustainable Development. International Balkan and Near
Eastern Social Sciences Conference Series, 1-15.
Åhlberg, M., Äänismaa, P., & Dillon, P. (2005). Education for Sustainable Living:
Integrating Theory, Practice, Design and Development. Scandinavian
Journal of Educational Research, Vol. 49, No. 2, 1-30.
Amador, F., Martinho, A. P., Bacelar-Nicolau, P., Caeiro, S., & Oliveira, C. P.
(2015). Education for Sustainable Development in Higher Education:
Evaluating Coherence between Theory and Praxis. Assessment &
Evaluation in Higher Education, Vol. 40, No. 6, 1-21.
Amalia, Y., & Laily, N. (2015). Persepsi Siswa terhadap Metode Pengajaran
Kewirausahaan dengan Tingkat Minat Berwirausaha Siswa SMA. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 03, No. 01, 108-120.
Ambusaidi, A., & Al Washahi, M. (2016). Prospective Teachers' Perceptions
about the Concept of Sustainable Development and Related Issues in
Oman. Journal of Education for Sustainable Development, Vol. 10, No. 1,
3-19.
Anggraini, D. N. (2017). Kontribusi Model Education Sustainable Development
dalam Pembelajaran PKn terhadap Kompentensi Kewarganegaraan.
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III, 134-141.
Anonim. (2016, November 01). Education for Sustainable Development.
Retrieved from Ministry of Education, Guyana:
https://education.gov.gy/web/index.php/policies/education-for-sustainable-
development
97
Anyolo, E. O., Kärkkäinen, S., & Keinonen, T. (2018). Implementing Education
for Sustainable Development in Namibia: School Teachers' Perceptions
and Teaching Practices. Journal of Teacher Education for Sustainability,
Vol. 20, No. 1, 64-81.
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asmahasanah, S., Sa'diyah, M., & Ibdalsyah. (2018). Analisis Keterampilan
Mengajar Guru dan Penanaman Nilai Positif melalui Pemanfaatan Kebun
Sekolah. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan, Tahun 27,
No. 2, 167-173.
Barbier, E. B., & Burgess, J. C. (2017). The Sustainable Development Goals and
the Systems Approach to Sustainability. Economics, Vol. 11, 1-22.
Bermejo, R., Arto, I., & Hoyos, D. (2010). Sustainable Development in the
Brundtlant Report and Its Distortion: Implications for Development
Economics and International Cooperation. University of the Basque
Country UPV-EHU, 13-33.
Bezeljak, P., Torkar, G., & Scheuch, M. (2019). Understanding of Sustainability
and Education for Sustainable Development among Preservice Biology
Teachers. International Conference on Research in Teaching and
Education, 1-12.
Bodt, T. (2007). Role of the Media in Achieving a Sustainable Society. Media and
Public Culture, 459-500.
Borg, C., Gericke, N., Höglund, H.-O., & Bergman, E. (2012). The Barriers
Encountered by Teachers Implementing Education for Sustainable
Development: Discipline Bound Differences and Teaching Traditions.
Research in Science & Technological Education, Vol. 30, No. 2, 185-207.
Borg, C., Gericke, N., Höglund, H.-O., & Bergman, E. (2014). Subject- and
Experience-bound Differences in Teachers' Conceptual Understanding of
98
Sustainable Development. Environmental Education Research, Vol. 20,
No. 4, 526-551.
Burmeister, M., & Eilks, I. (2013). An Understanding of Sustainability and
Education for Sustainable Development among German Student Teachers
and Trainee Teachers of Chemistry. Science Education International, Vol.
24, Issue 2, 167-194.
Burmeister, M., Rauch, F., & Eilks, I. (2012). Education for Sustainable
Development (ESD) and Chemistry Education. Chemistry Education
Research and Practice, 59-68.
Cebrian, G., & Junyent, M. (2015). Competencies in Education for Sustainable
Development: Exploring the Student Teachers' Views. Journal
Sustainability, 2768-2786.
Cordina, M., & Mifsud, M. C. (2016). A Quantitative Study of Maltese Primary
School Teachers and Their Perceptions Towards Education for Sustainable
Development. US-China Education Review, Vol. 6, No. 6, 329-349.
Dahl, T. (2019). Prepared to Teach for Sustainable Development? Students
Teachers' Beliefs in Their Ability to Teach for Sustainable Development.
Journal Sustainability, 1-10.
Dambudzo, I. I. (2015). Curriculum Issues: Teaching and Learning for Sustainble
Development in Developing Countries: Zimbabwe Case Study. Journal of
Education and Learning, Vol. 4, No. 1, 11-24.
Dillon, J., & Maguire, M. (2007). Becoming a Teacher: Issues in Secondary
Teaching. England: McGraw-Hill Open University Press.
Eilks, I. (2015). Science Education and Education for Sustainable Development -
Justifications, Model, Practices and Perspectives. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 11, No. 1, 149-158.
99
Fitrianasari, H., & Budiyanto. (2015). Persepsi Guru terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif Sesuai Latar Pendidikan di Kabupaten Blitar. Jurnal
Pendidikan Khusus, 1-5.
Garrecht, C., Bruckermann, T., & Harms, U. (2018). Students' Decision-Making
in Education for Sustainability-Related Extracurricular Activities - A
Systematic Review of Empirical Studies. Journal Sustainability, 1-19.
Ghany, H. (2018). Penyelenggaraan Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan di Sekolah Dasar. Jurnal Madaniyah, Vol. 8, No. 2, 189-
202.
Groening, Z. P., & Kelly, V. L. (2019). Senior Secondary School Teachers'
Understanding of Education for Sustainable Development. International
Journal of Biology, Physics & Matematics, Vol. 2, Issue 2, 128-138.
Heriyansyah. (2018). Guru adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, 116-127.
Indrati, D. A., & Hariadi, P. P. (2016). ESD (Education for Sustainable
Development) Melalui Pembelajaran Biologi. Prosiding Symbion
(Symposium on Biology Education), 371-382.
Ishartono, & Raharjo, S. T. (2016). Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Pengentasan Kemiskinan. Social Work Jurnal, Vol. 6, No. 2, 154-272.
Jegstad, K. M., & Sinnes, A. T. (2015). Chemistry Teaching for the Future: A
Model for Secondary Chemistry Education for Sustainable Development.
International Journal of Science Education, Vol. 37, No. 4, 655-683.
Jeronen, E., Palmberg, I., & Yli-Panula, E. (2016). Teaching Methods in Biology
Education and Sustainability Education Including Outdoor Education for
Promoting Sustainability - A Literature Review. Education Science, Vol.
7, No. 1, 1-19.
100
Jhamtani, H. P. (2002). Pembangunan Berkelanjutan di Tengah Globalisasi:
Adakah Harapan? GLOBAL, Vol. 5, No. 1, 1-8.
Juntunen, M. K., & Aksela, M. K. (2014). Education for Sustainable Development
in Chemistry: Challenges, Possibilities, and Pedagogical Models in
Finland and Elsewhere. Chemistry Education Research and Practice, 1-
15.
Kagawa, F. (2007). Dissonance in Students' Perceptions of Sustainable
Development and Sustainability. International Journal of Sustainability in
Higher Education, Vol. 8, No. 3, 317-338.
Kagawa, F., Selby, D., & Trier, C. (2006). Exploring Students' Perceptions of
Interactive Pedagogies in Education for Sustainable Development. Journal
Planet, No. 17, 53-56.
Kahriman-Pamuk, D., & Olgan, R. (2018). Teacher Practices and Preschool
Physical Environment for Education for Sustainable Development: Eco Vs
Ordinary Preschools. Mersin University Journal of the Faculty of
Education, Vol. 14, No. 2, 669-683.
Kalathaki, M. (2015). Evaluation Tool for the Application of Discovery Teaching
Method in the Greek Environmental School Projects. World Journal of
Education, Vol. 5, No. 2, 40-51.
Kanapathy, S., Lee, K. E., Mokhtar, M., Zakaria, S. Z., Sivapalan, S., & Zahidi,
A. M. (2017). The Integration of Sustainable Development Concept in
Chemistry Curriculum: A Conceptual Framework for the Case of Pusat
PERMATApintar Negara . 7th World Engineering Education Forum
(WEEF), 303-308.
Kanapathy, S., Lee, K. E., Sivapalan, S., Mokhtar, M., Zakaria, S. Z., & Zahidi,
A. M. (2018). Sustainable Development Concept in the Chemistry
Curriculum: An Exploration of Foundation Students' Perspective.
International Journal of Sustainability in Higher Education, 1-22.
101
Kang, W. (2019). Perceived Barriers to Implementing Education for Sustainable
Development among Korean Teachers. Journal Sustainability, 1-15.
Kennelly, J., Taylor, N., & Maxwell, T. W. (2008). Addressing the Challenge of
Preparing Australian Pre-service Primary Teachers in Environmental
Education. SAGE Publications, Vol. 2, No. 2, 141-156.
Kilinc, A., & Aydin, A. (2013). Turkish Student Science Teachers' Conceptions of
Sustainable Development: A Phenomenography. International Journal of
Science Education, Vol. 35, No. 5, 731-752.
King, L. A. (2016). Psikologi Umum:Sebuah Pandangan Apresiatif . Jakarta:
Salemba Humanika.
Lestari, S., Sutrisno, & Efendi, R. (2018). Pengaruh Keterpaduan Pendidikan
Pembangunan Berkelanjutan dalam Pembelajaran Fisika terhadap
Kesadaran Berkelanjutan pada Materi Suhu dan Kalor. Prosiding Seminar
Nasional Fisika (SINAFI), 194-199.
Listiawati, N. (2011). Relevansi Nilai-nilai ESD dan Kesiapan Guru dalam
Mengimplementasikannya di Sekolah. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Vol. 17, No. 2, 135-152.
Listiawati, N. (2013). Pelaksanaan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
oleh beberapa Lembaga. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, No.
3, 430-450.
Maba, W. (2017). Teachers' Perception on the Implementation of the Assessment
Process in 2013 Curriculum. International Journal of Social Sciences and
Humanities, Vol. 1, No. 2, 1-9.
Makmun. (2011). Green Economy: Konsep, Implementasi, dan Peranan
Kementerian Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 1-15.
Meseret, D. (2016). Promoting Environmental Ewareness of Youth through
School Environmental Protection Clubs: A Case Study in Debre Tabor
102
University, Ethiopia. International Affairs and Global Strategy, Vol. 40,
14-20.
Milama, B., Ali, M., & Rusman. (2019). Perceptions, Attitudes and Lifestyles of
Chemistry Teacher Candidates towards Education for Sustainable
Development. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, 250-253.
Mochtar, N. E., Gasim, H., Hendarman, Indrastuti, N., Wijiasih, A., Suryana, C., .
. . Tartila, S. L. (2014). Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(Education for Sustainable Development) di Indonesia: Implementasi dan
Kisah Sukses. Jakarta: KNIU Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Narinasamy, I., & Logeswaran, A. K. (2015). Teacher as Moral Model - Are We
Caring Enough? World Journal of Education, Vol. 5, No. 6, 1-13.
Pauw, J. B.-d., Gericke, N., Olsson, D., & Berglund, T. (2015). The Effectiveness
of Education for Sustainable Development. Journal Sustainability, 15693-
15717.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
http://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/prosespembelajaran/file/Permendikn
as%20No%2016%20Tahun%202007.pdf
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. https://kemenag.go.id/file/dokumen/PP1905.pdf
Perkasa, M., & Aznam, N. (2016). Pengembangan SSP Kimia Berbasis
Pendidikan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Literasi Kimia dan
Kesadaran terhadap Lingkungan. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 2,
No. 1, 46-57.
103
Perkasa, M., Agrippina, & Wiraningtyas. (2017). Pembelajaran Kimia
Berorientasi Sustainable Development untuk Meningkatkan Kesadaran
Siswa terhadap Lingkungan. Jurnal Sainsmat, Vol. VI, No. 2, 63-72.
Prawira, P. A. (2016). Psikologi Umum dengan Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Qiong, O. (2017). A Brief Introduction to Perception. Studies in Literature and
Language, Vol. 15, No. 4, 18-28.
Redhiana, D. (2014). Pengembangan Kurikulum pada Aspek Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi yang Berbasis Lingkungan Hidup Melalui Pendekatan
Saintifik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Dinamika, Vol. 6,
No. 2, 215-234.
Rohmah, L. (2014). Implementasi Kurikulum Berbasis Education for Sustainable
Development (ESD) di SDIT Internasional Luqman Hakim Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 6, No. 1, 135-146.
Rosenkranzer, F., Kramer, T., Hörsch, C., Schuler, S., & Rieß, W. (2016).
Promoting Student Teachers' Content Related Knowledge in Teaching
Systems Thinking: Measuring Effects of an Intervention through
Evaluating a Videotaped Lesson. Higher Education Studies, Vol. 6, No. 4,
156-169.
Sagdic, A., & Sahin, E. (2016). An Assessment of Turkish Elementary Teachers
in The Context of Education for Sustainable Development. International
Electronic Journal of Environmental Education, Vol. 6, Issue 2, 141-155.
Said, A., Budiati, I., Reagan, H. A., Riyadi, Hastuti, A., Anam, C., . . . Tama, D.
(2016). Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Samana. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
104
Saraswati, M. I., & Anityasari, M. (2012). Analisis Gaya Hidup Berkelanjutan
(Sustainable Lifestyle) Siswa-siswi SMA di Surabaya dan Upaya
Perbaikannya. Jurnal Teknik ITS, Vol. 1, No. 1, 561-566.
Sarwono, S. W. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Segara, N. B. (2015). Education for Sustainable Development (ESD) Sebuah
Upaya Mewujudkan Kelestarian Lingkungan. Social Science Education
Journal, Vol. 2, No. 1, 22-30.
Shabir, M. (2015). Kedudukan Guru sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung
Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru. Auladuna, Vol. 2, No.
2, 221-232.
Shantini, Y. (2016). Penyelenggaraan EfSD dalam Jalur Pendidikan di Indonesia.
PEDAGOGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 13, No. 1, 136-141.
Strakova, Z., & Cimermanova, I. (2018). Critical Thinking Development - A
Necessary Step in Higher Education Transformation towards
Sustainability. Journal Sustainability, 1-18.
Sudaryono. (2018). Metodologi Penelitian. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Sudijono, A. (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sutanto, H. P. (2017). Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Cakrawala Pendidikan, No. 3, 320-341.
105
Tristananda, P. W. (2018). Membumikan Education for Sustainable Development
(ESD) di Indonesia dalam Menghadapi Isu-isu Global. Jurnal Purwadita,
Vol. 2, No. 2, 42-49.
Uitto, A., & Saloranta, S. (2017). Subject Teachers as Educators for
Sustainability: A Survey Study. Journal Education Sciences, Vol. 7, No. 8,
1-19.
Uno, H. B., & Lamatenggo, N. (2016). Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek
yang Memengaruhi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Valencia, M. I. C. (2018). Introducing Education for Sustainable Development
(ESD) in the Educational Institutions in the Philippines. Journal of
Sustainable Development Education and Research, Vol. 2, No. 1, 51-57.
Wahyudin, D. (2018). Peace Education Curriculum in the Context of Education
Sustainable Development (ESD). Journal of Sustainable Development
Education and Research, Vol. 2, No. 1, 21-32.
Walshe, N. (2017). An Interdisciplinary Approach to Environmental and
Sustainability Education: Developing Geography Students'
Understandings of Sustainable Development Using Poetry. Environmental
Education Research, Vol. 23, No. 8, 1130-1149.