19
PERSEBARAN JENIS PADA BERBAGAI TINGKATAN KLASIFIKASI TUMBUHAN POHON BERDASARKAN ELEVASI DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI (SPECIES SEPARATION ON SEVERAL PLANT TREES CLASSIFICATION BASED ON THE ELEVATION AT MERU BETIRI NATIONAL PARK) Oleh/by: Heru Dwi Riyanto, Paimin dan/and Ragil BWMP Email : [email protected] ABSTRACK Meru Betiri National Park has a unique ecosystem of the last tropical rain forest in Java island. The mainly National Park management is totally ecosystem of biotic and abiotic interaction management, more specific is vegetation management, this is caused, the vegetation played the role as biggest ecosystem variable. This research is as a survey and an observation research by pushed up the existing condition, without any treatment to be given. The survey have been done by National Park office, using 5 transect line across the contour for 5 plots followed the contour in each elevations, this result survey used as secondary data. The field condition is difficult, so the observation done only on accessible area. The observation data used to rich the secondary data. The result of survey and observation analyzed by Index of Important Value method, and shown as : 1). limited factor as elevation above sea level influenced of vegetations growth and spread, 2) there are maximum and minimum impact who were responded by the vegetations on ecologic factor as elevation above sea level, shown by value of important value index, 3) Elevation influenced the species domination level and the optimum vegetation spread, shown by value of important value index. Key words : Vegetation spread, Vegetation growth stage, Elevation above sea level ABSTRAK Taman Nasional Meru Betiri memiliki ekosistem asli yakni ekosistem hutan hujan tropis basah yang masih tersisa di pulau Jawa. Pengelolaan Taman nasional sebenarnya adalah pengelolaan ekosistem secara menyeluruh, yaitu pengelolaan suatu interaksi antara unsur biotik dan unsur abiotik atau secara lebih spesifik adalah pengelolaan vegetasi penyusunnya, hal ini dikarenakan 1

Persebaran jnsn

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Persebaran jnsn

PERSEBARAN JENIS PADA BERBAGAI TINGKATAN KLASIFIKASI TUMBUHAN POHON BERDASARKAN ELEVASI

DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI(SPECIES SEPARATION ON SEVERAL PLANT TREES CLASSIFICATION BASED ON

THE ELEVATION AT MERU BETIRI NATIONAL PARK)

Oleh/by: Heru Dwi Riyanto, Paimin dan/and Ragil BWMPEmail : [email protected]

ABSTRACK

Meru Betiri National Park has a unique ecosystem of the last tropical rain forest in Java island. The mainly National Park management is totally ecosystem of biotic and abiotic interaction management, more specific is vegetation management, this is caused, the vegetation played the role as biggest ecosystem variable. This research is as a survey and an observation research by pushed up the existing condition, without any treatment to be given. The survey have been done by National Park office, using 5 transect line across the contour for 5 plots followed the contour in each elevations, this result survey used as secondary data. The field condition is difficult, so the observation done only on accessible area. The observation data used to rich the secondary data. The result of survey and observation analyzed by Index of Important Value method, and shown as : 1). limited factor as elevation above sea level influenced of vegetations growth and spread, 2) there are maximum and minimum impact who were responded by the vegetations on ecologic factor as elevation above sea level, shown by value of important value index, 3) Elevation influenced the species domination level and the optimum vegetation spread, shown by value of important value index.

Key words : Vegetation spread, Vegetation growth stage, Elevation above sea level

ABSTRAK

Taman Nasional Meru Betiri memiliki ekosistem asli yakni ekosistem hutan hujan tropis basah yang masih tersisa di pulau Jawa. Pengelolaan Taman nasional sebenarnya adalah pengelolaan ekosistem secara menyeluruh, yaitu pengelolaan suatu interaksi antara unsur biotik dan unsur abiotik atau secara lebih spesifik adalah pengelolaan vegetasi penyusunnya, hal ini dikarenakan vegetasi adalah mahkluk yang paling menentukan dalam ekositem karena mempunyai peran sebagai perubah terbesar dalam ekosistem Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survey dan observasi, dengan mengedepankan kondisi yang ada, dengan tanpa memberikan perlakuan tertentu. Kegiatan survey telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional, survey vegetasi yang dilakukan menggunakan metode transek yang memotong kontur dengan lima jalur transek untuk lima petak pengamatan mengikuti kontur pada tiap elevasi, hasil survei digunakan sebagai data sekunder. Kondisi lapangan TN. Meru Betiri yang cukup berat, maka observasi/pengamatan lapangan/ pengumpulan data primer dilakukan hanya pada wilayah yang memungkinkan untuk dijangkau. Data primer digunakan untuk menambah pengkayaan data sekunder.Hasil survey dan observasi selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode Indek Nilai Penting (INP) dengan hasil sebagai berikut : (1) Adanya faktor pembatas berupa elevasi di atas

1

Page 2: Persebaran jnsn

permukaan laut akan mempengaruhi tumbuh dan penyebaran jenis (2) Ada pengaruh maksimal dan minimal yang direspon vegetasi pada faktor ekologik yang berupa elevasi di atas permukaan laut, yang ditunjukkan oleh besaran Indek Nilai Penting. (3) Elevasi akan mempengaruhi tingkat dominasi jenis dan penyebaran/sebaran optimum jenis, yang ditunjukkan oleh besaran Indek Nilai Penting

Kata Kunci : Persebaran Jenis, Tingkatan Tumbuhan, Elevasi di atas permukaan laut

I. PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999, pasal 6, disebutkan bahwa hutan

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan fungsi pokoknya yaitu : (1) hutan konservasi, (2) hutan

lindung, dan (3) hutan produksi. Hutan konservasi terdiri dari kawasan hutan suaka alam,

kawasan hutan pelestarian alam, dan taman buru. Sementara itu kawasan pelestarian alam terdiri

dari : (a) taman nasional, (b) taman hutan raya, dan (c) taman wisata alam (UU No. 5 Tahun

1990). Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,

dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional (TN) Meru Betiri

memiliki ekosistem asli yakni ekosistem hutan hujan tropis basah yang masih tersisa di pulau

Jawa (Soetadi, 1997). Di samping itu wilayah ini juga merupakan habitat terakhir dari jenis satwa

Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan tumbuhan langka jenis bunga Rafflesia (Rafflesia

zollingeriana), Ballanophhora fungosa serta beberapa jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae.

Pengelolaan taman nasional sebenarnya adalah pengelolaan ekosistem secara

menyeluruh, yaitu pengelolaan suatu interaksi antara unsur biotik (flora dan fauna). Vegetasi

(flora) adalah mahkluk yang mempunyai peran penting dan menentukan dalam ekosistem, antara

lain memberikan iklim mikro, sebagai sumber mineral, sumber vitamin bagi mahkluk hidup dan

merupakan perubah terbesar dalam ekosistem (Irwan, 1992). Gangguan dan ancaman kelestarian

taman nasional umumnya berawal pada gangguan terhadap manfaat tangible dari unsur biotiknya,

terutama tumbuh-tumbuhan/vegetasi. Gangguan tersebut dapat menyebabkan terganggunya

kelestarian/kemantapan ekositem yang ada, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup

manusia.

TN Meru Betiri memiliki kawasan dengan ekosistem unik yang, menduduki wilayah

mulai dari pantai pada ketinggian/elevasi 0 meter di atas permukaan laut (dpl) sampai puncak

gunung Meru, pada elevasi 1.100 m dpl. Dengan keadaan tersebut, maka guna pengelolaan

taman nasional secara lestari diperlukan pengetahuan tentang persebaran jenis tumbuhan dan

tingkat pertumbuhan pada setiap elevasi di areal TN Meru Betiri.

2

Page 3: Persebaran jnsn

II. METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal/kawasan TN Meru Betiri Jember, Jawa Timur. Secara

administrasi pemerintahan, kawasan TN Meru Betiri sebagian berada di wilayah Kabupaten

Jember dan sebagian di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dilaksananakan pada

Tahin Anggaran 2005

B. Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survey dan observasi, dengan

mengedepankan kondisi yang ada, dengan tanpa memberikan perlakuan tertentu. Data yang

dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer. Data primer adalah hasil survey vegetasi yang

dilakukan menggunakan metode transek yang memotong kontur dengan lima jalur transek untuk

lima petak pengamatan mengikuti kontur pada tiap elevasi/ketinggiannya. Interval elevasi yang

digunakan dalam pengamatan adalah 100 meter. Kegiatan ini dilaksanakan oleh TN Meru Betiri,

dengan peta jalur transek sebagaimana dalam Gambar 1. berikut.

100 m

Gambar (Figure) 1. Peta jalur transek dengan interval elevasi 100 meter pada TN Meru Betiri. (Line transect map with 100 meter interval in Meru Betiri nasional park)

Kondisi lapangan TN. Meru Betiri yang cukup berat, maka observasi/pengamatan lapangan/

pengumpulan data sekunder dilakukan hanya pada wilayah yang memungkinkan untuk dijangkau.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung oleh tim

peneliti dengan menggunakan metode transek sebagaimana data sekunder dari elevasi o m dpl,

100 m dpl dan 200 m dpl. Hasil survey yang berupa data primer maupun data sekunder dari

taman nasional selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis vegetasi, menurut

3

Page 4: Persebaran jnsn

(Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974 dalam Kiratiprayoon et al, 1995) berupa Indek

Nilai Penting (INP), sebagai berikut :

INP untuk pohon dan tiang = KR + FR + DR

INP untuk pancang dan semai = KR + FR,

dimana :

Kerapatan = (jumlah individu) : (luas contoh)

Kerapatan Relatif (KR) = [(kerapatan suatu jenis) : (kerapatan seluruh jenis)] x 100%

Frekuensi (F) = (jumlah petak ditemukan suatu jenis) : (jumlah seluruh petak)

Frekuensi Relatif (FR) = [(frekuensi suatu jenis) : (frekuensi seluruh jenis)] x 100%

Dominasi (D) = (jumlah luas bidang dasar) : (luas contoh)

Dominasi Relatif (DR) = [(dominasi suatu jenis) : (dominasi seluruh jenis)] x 100%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TN Meru Betiri memiliki ekosistem yang unik, dengan relung ekologi yang luas, memanjang

dari ekosistem pantai ( 0 m) sampai ekositem pegunungan ( 1100 m). Dari keadaan tersebut

menunjukkan bahwa ada kemungkinan variasi yang cukup besar dalam vegetasi

penutup/penyusunnya. Juga telah dikemukakan di muka bahwa pengelolaan suatu ekosistem

secara spesifik adalah pengelolaan vegetasi, hal ini dikarenakan vegetasi adalah mahkluk yang

paling menentukan dalam ekositem karena mempunyai peran antara lain memberikan iklim

mikro, sebagai sumber mineral, sumber vitamin bagi mahkluk hidup dan merupakan perubah

terbesar dalam ekosistem (Irwan, 1992).

Pengelolaan vegetasi yang optimal dalam suatu relung ekologi yang cukup luas, persebaran

spesies vegetasi penyusun per satuan kewilayahan ekologi perlu untuk diketahui. Persebaran jenis

adalah gerakan individu-individu yang merupakan alat atau cara dengan mana daerah-daerah baru

atu kosong diduduki dan keanekaragaman yang seimbang terbentuk, penyebaran akan membantu

natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi

(Odum,1993)

Dari hasil pengamatan pada lima jalur transek dan petak pengamatan pada setiap elevasi

diperoleh : spsies, jumlah, diameter dan tingkatan tumbuhan, yaitu tingkat semai/tumbuhan

bawah, tingkat pancang, tingkat tiang dan tingkat pohon. Selanjutnya hasil pengamatan tersebut

dianalisis dengan menggunakan indeks nilai penting.

Hasil analisis INP dan jenisnya yang dikelompokkan berdasar elevasinya pada beberapa

tingkatan tumbuhan disajikan dalam beberapa tabel yang akan menggambarkan persebaran jenis,

4

Page 5: Persebaran jnsn

yaitu Tabel 1. untuk tingkat semai dan/ tumbuhan bawah, Tabel 2. untuk tingkat pancang, Tabel

3. untuk tigkat tiang dan, Tabel 4. untuk tingkat pohon.

Tabel (Table) 1. Indek Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan bawah pada berbagai tingkat elevasi di Taman Nasional Meru Betiri. (Index Important Value of specieses in seedling/other vegetation stage in several elevation in Meru Betiri National Park)

NoJenis

(Species)Elevasi di atas permukaan laut (m)

(Elevation above sea level (m) 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

1 Ademati ( Aphanamixis polystachys) 13 6 562 Agathis ( Agathis alba ) 123 Akar`K (Arcangelisia flava ) 64 Anggrek T (Dendrobium sp ) 10 605 Angkrik ( Phrynium pubinerve ) 19 7 18 186 Aren (Arenga pinnata ) 4 4 10 67 Baderan (Barringtonia gigantostachya ) 7 48 Bambu ( Bambusa sp ) 5 10 14 259 Bangban ( Donax canniformis ) 6 55 5 14 31 1610 Bayur ( Pterospermum javanicum ) 8 21 9 1611 Begonia ( Begonia glabra ) 1012 Berasan ( Drypetes ovalis ) 613 Besuleh ( Chydenanthus exelsa) 5 5 614 Budengan ( Dyospiros hasseltii ) 5 6 615 Cabejamu ( Piper retrofractum ) 516 Cakarayam ( Hemerocallis fulva ) 6 50 617 Cempaka ht ( Talauma candollei ) 4 718 Durenan ( Durio gravolens ) 519 Gedangan ( Unidentified ) 520 Getihan ( Unidentified) 4 1121 Girang ( Leea indica ) 14 5422 Gondang A ( Ficus sp ) 423 Honje ( Unidentified) 624 Jambe ( Areca cathecu ) 8 6 15 8 2425 Jambuan (Syzygium sp ) 4 5 926 Jejerukan (Citrus sp ) 49 71 20 1427 Kapulogo ( Amomum megalochelios ) 2328 Kcombrang (Unidentified ) 10 829 Kembang wira ( Hibiscus rosasinensis) 1030 Kepundung ( Morinda citrifolia ) 531 Ketangi (Lagerstromia speciosa ) 532 Ketek ( Unidentified ) 533 K Kambing ( Ipomea pestigridis ) 534 Kopian (Aglaia latifolia ) 9 6 7 10 24 535 Langsepan ( Lansium sp ) 5 7 536 Laosan (Unidentified ) 5 5 10 637 Lempuyang ( Unidentified ) 1238 Luwingan ( Ficus hispida ) 739 Manting ( Garcinia balica ) 4 7 6840 Mendarahan ( Unidentified ) 541 Nangkaan ( Artocarpus sp ) 442 Ndok2an ( Xanthophyllum vitellinum ) 743 Nduru ( Cariota mitis ) 6 544 Nyampuh ( Litsea monopetala ) 11 6 545 Nyampuh S (Aglaia odoratissima ) 646 Oyod ( Unidentified) 5 9 5 11 5 10 647 Pacal K ( Aglaia heptandra ) 4 46 5 5 3948 Pacaran ( Unidentified) 9 5 2449 Pacarcina ( Aglaia odorata ) 650 Pacing ( Costus spiralis) 651 Pagan ( Unidentified ) 552 Pakisan ( Unidentified ) 12 3153 Paku2an ( Unidentified ) 14 7 14 5 11 12 68 2854 Pandan ( Pandanus sp ) 3255 Pandanalas ( Unidentified) 556 Piji (Unidentified ) 5 7 4 12 15 5 657 Pisang hut ( Musa sp ) 5458 Pluncing (Spondias pinnata ) 559 Poh2an ( Buchanania arborescens ) 560 Raginan ( Unidentified ) 8 6 561 Rakes ( Unidentified ) 5 37 15

5

Page 6: Persebaran jnsn

62 Rakitan ( Unidentified) 563 Rotan ( Calamus sp ) 24 16 23 18 13 38 12 47 2064 Rumput ( Ischaemum sp ) 1965 Sapen ( Pometia samentosa ) 666 Sawoan ( Aglaia ganggo ) 7 567 Sebanyon ( Unidentified ) 1068 Semu ( Melochia corchorifolia ) 569 Sintok ( Unidentified ) 670 Sirih hut ( Piper cadicibracteum) 9 671 Srirejeki ( Dieffenbachia sequine ) 4 672 Suruhan ( Piper bantamense ) 5 9 15 1073 Talesan ( Unidentified ) 10 7 13 8 7 5 16 1774 Tekialas (Cyperus sp ) 875 Tutup ( Mallotus moluccanus ) 576 Uyahan (Ficus sp ) 30 45 6 677 Widara putih ( Zizyphus mauritiana ) 678 Wira ( Unidentified ) 5 979 Wowo ( Flagellaria indica ) 1

Keterangan (Remark) : 1. Arsir menunjukkan keberadaan jenis, 2. angka menunjukkan besaran index nilai penting (1. Shading shows species existing, 2. number show the amount of important value index)

Dari Tabel 1. tersebut terlihat bahwa sebaran jenis pada berbagai elevasi adalah sebagai

berikut : pada 0 meter dpl diketemukan 21 spesies, pada 100 m dpl = 18 spesies, 200 m dpl = 13

spesies, 300 m dpl = 16 spesies, 400 m dpl = 20 spesies, 500 m dpl = 19 spesies, 600 m dpl =22

spesies, 700 m dpl = 13 spesies, 800 m dpl = 21 spesies, 900 m dpl = 16 spesies, 1.000 m dpl = 6

spesies dan 1.100 m dpl = 5 spesies. Pada ketinggian 1.000 m dpl ke atas keberadaan jenis sudah

sangat sedikit, ini berarti ketinggian 1.000 m dpl ke atas adalah ketinggian dengan kondisi yang

ekstrim sehingga hanya spesies tertentu yang dapat hidup.

Dari Tabel 1. di atas juga terlihat bahwa tidak semua spesies dari tingkat semai dan

tumbuhan bawah memiliki pola persebaran yang jelas terlihat, akan tetapi apabila kita perhatikan

tabel tersebut dengan lebih seksama maka pola penyebaran yang tidak jelaspun akan manjadi

terlihat nyata, sebagai contoh adalah sebagai berikut : Jenis Manting diketemukan di elevasi 0 m

dpl dengan INP sebesar 4%, di elevasi 200 m dpl dengan INP sebesar 7% dan di elevasi 1.000 m

dpl dengan INP sebesar 68%, dari hal tersebut apabila total nilai INP untuk tingkat semai dan

tumbuhan bawah adalah 200%, ini berarti spesies tersebut mempunyai sebaran optimum pada

ketinggian 1.000 m dpl, di mana komunitas pada ketinggian tersebut 34% nya diduduki oleh jenis

tersebut.

Tingkat pancang adalah tingkatan tumbuhan dengan diameter batang 10 cm dan atau

dengan tinggi 1,5 meter. Keberadaan tingkat pancang dalam suatu komunitas vegetasi

sangatlah penting sebagai indikator keteguhan (stabilitas) komunitas yang berkaitan erat dengan

stabilitas lingkungan. Indek nilai penting tingkat pancang tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

berikut.

6

Page 7: Persebaran jnsn

Tabel (Table) 2. Indek Nilai Penting jenis- jenis tumbuhan tingkat pancang pada berbagai tingkat elevasi di TN Meru Betiri. .( Index Important Value of specieseso on sapling stage in several elevation in Meru Betiri National Park)

 

No Jenis (Spcies)

Elevasi di atas permukaan laut (m)(Elevation above sea level (m)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

1 Ademati (Aphanamixis polytachys )         16   14   10      

2 Ancar ( Antiaris toxicaria )                 10      

3 Baderan ( Barringtonia gigantostachya )   10   17   12            

4 Bambu ( Bambusa sp )   15                    

5 Bangban ( Donax canniformis )       31                

6 Bayur (Pterospermum javanicum )   10       9            

7 Balikangin ( Unidentified )                   27    

8 Benitan ( Unidentified ) 10       16              

9 Berasan ( Drypetes ovalis )           9            

10 Besuleh ( Chydenanthus exelsa )           21 14 20        

11 Budengan ( Diospyros hasseltii ) 32       45 9   20        

12 Cembirit ( Ervatamia sphaerocarpa) 10               10      

13 Cempaka ht ( Talauma candollei ) 10                      

14 Darah putih (Unidentified )     12                  

15 Gedangan ( Unidentified )           9            

16 Girang ( Leea indica )   10   39       29        

17 Gondang ( Ficus variegate )       13                

18 Jagir ( Unidentified )         16              

19 Jambuan ( Syzygium sp ) 10 10     16 9 14     27    

20 Jejerukan ( Citrus sp ) 68   79   38              

21 Joho ( Terminalia ballerica )       13                

22 Kambilan ( Unidentified ) 10                      

23 Kancilan ( Unidentified )     12                  

24 Kecombrang ( Unidentified )                     40  

25 Kemadu ( Laportea sinuate )                 10      

26 Kembang ( Platca latifolia ) 10                      

27 Kmbang m ( Unidentified )               20        

28 Kembang r ( Michelia velutina )                       117

29 Kembang s ( Unidentified )                 10      

30 Kenari ( Cannarium commune )     12                  

31 Kepel ( Steleocarpus burahol ) 10 10                    

32 Kepundung ( Morinda citrifolia )                 10      

33 K Kambing ( Ipomea pestigridis )                 10 27    

35 Kopian ( Aglaia latifolia )         16     20        

36 Laban ( Vitex pubescens )           9            

37 Langsepan ( Lansium domesticum Corre ) 23           14   10      

38 Ledoyo ( Aphanamixis grandifloris )   21       22     10 66    

39 Mangir ( Chrysophyllum lanceolatum )                 10      

40 Ndok2an ( Xanthophyllum vitellinum )     27                  

41 Nyampuh ( Litsea monopetala )                 20 27    

42 Nyampuh k ( Unidentified )   10                    

43 Nyampuh S ( Aglaia odoratissima ) 10 21   26   9   29 17      

44 Pacal K ( Aglaia heptandra )     31     12 14   20 27    

45 Pacarcina ( Aglaia odorata Lour)               20 14      

46 Pagan ( Unidentified )           12            

47 Peleh ( Unidentified )     15       14          

48 Piji ( Unidentified )             14   10      

49 Randualas ( Bombax malabaricum)   10       12            

51 Rotan ( Calamus sp )   25   13     34       120  

52 Sapen ( Pometia samentosa )               20        

53 Sawoan ( Aglaia ganggo )             34        

54 Sepat ( Unidentified )                     40  

55 Serut ( Unidentified )     12                  

56 Sintok ( Unidentified )                       83

7

Page 8: Persebaran jnsn

57 Talesan ( Unidentified )   25   17 22 33 14   19      

58 Tangkil (Gnetum genemon )           12            

59 Tutup ( Mallotus moluccanus )   10   17 16   20          

60 Widoro putih ( Zyzyphus mauritiana )               20        

Keterangan (Remark) : 1. Arsir menunjukkan keberadaan jenis, 2. angka menunjukkan besaran index nilai penting (1. Shading shows species existing, 2. number show the amount of important value index)

Seperti halnya pada tingkat semai dan tumbuhan bawah, pada tingkat pancang pendudukan

jenis untuk tiap tingkatan elevasi dari muka laut juga bervariasi yaitu secara berurutan adalah,

pada elevasi 0 m dpl terdapat 11 spesies, 100 m dpl = 13 spesies, 200 m dpl = 8 spesies, 300 m

dpl = 10 spesies, 400 m dpl = 9 spesies, 500 m dpl = 15 spesies, 600 m dpl = 11 spesies, 700 m

dpl = 9 spesies, 800 m dpl = 16 spesies, 900 m dpl = 6 spesies, 1.000 m dpl = 3 spesies dan 1.100

m dpl = 2 spesies. Dari apa yang disebutkan di atas telihat, bahwa pada ketinggian 900 meter dpl

dampak kondisi ekstrim telah muncul, sehingga hanya terdapat jenis yang terbatas.

Tingkat tumbuhan tiang adalah tingkatan tumbuhan dewasa yang mempunyai peran tidak

kalah penting dari tingkat pancang dalam suatu komunitas vegetasi, keberadaan tingkat tiang juga

berperan dalam menentukan kestabilitasan suatu komunitas vegetasi. Penyebaran jenis tingkat

tiang disajikan dalam Tabel 3 berikut :

Tabel (Table) 3. Indek Nilai Penting jenis - jenis tumbuhan tingkat tiang pada berbagai tingkat elevasi di TN Meru Betiri. ( Index Important Value of specieses on pole stage in several elevation in Meru Betiri National Park)

 No

 

Jenis (Species)

Elevasi di atas permukaan laut (m)(Elevation above sea level (m)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 11001 Ademati (Aphanamixis polytachys)           21 19 15   49    

2 Amplasan ( Ficus ampelas Burn )       18                

3 Ancar ( Antiaris toxicaria Lesch )               13 53      

4 Apak ( Ficus benjamina )     49                  

5 Baderan ( Barringtonia gigantostachya )   44   18                

6 Badutan ( Planchonella futida )           21            

7 Balik angin ( Unidentified )               14        

8 Bayur (Pterospermum javanicum)       18                

9 Bendo ( Artocarpus elasticus )   31 41                  

10 Berasan ( Drypetes ovalis )       18                

11 Budengan ( Diospiros hasseltii )                 30 20    

12 Burahol ( Unidentified )       18   33            

13 Cembirit (Ervatamia sphaerocarpa)                     87  

14 Ciprang ( Unidentified )               15        

15 Dandanggulo ( Mischocarpus sundaicus )                 36      

16 Darah putih ( Unidentified )     14                  

17 Garu ( Antidesma montanum )           51            

18 Gempolketek ( Nauclea subdita )                 34      

19 Getihan ( Unidentified )       19       35        

20 Glintungan ( Bischofia javanica ) 21                      

21 Gondang ( Ficus variegata )   33           17        

22 Jagir ( Unidentified )         32              

23 Jambuan ( Syzygium sp ) 34     18     27          

24 Jejerukan ( Citrus sp ) 34                      

25 Joho ( Terminalia ballerica )           18            

26 Kalesan ( Unidentified )               25        

27 Kayupala ( Unidentified )                 25      

28 Kemadu ( Laportea sinuata )                   56    

29 Kembang ( Platca latifolia )         35       30      

8

Page 9: Persebaran jnsn

30 Kembang s ( Unidentified )               13        

31 Kenari ( Cannarium odoratum )       19                

32 Keningar ( Unidentified )                       75

33 Kepundung ( Morinda citrifolia )             36          

34 Klemaran ( Unidentified )           25            

35 Kluncing ( Spondias cytherea Sonnerat )   32                    

36 Laban ( Vitex pubescens )                       75

37 Langsepan ( Lansium domesticum Corre ) 57   34   83 17            

38 Ledoyo ( Alphanamixis grandifloris ) 21 44               49    

39 Lou ( Ficus glomerata )         35              

40 Luwingan ( Ficus hispida ) 19             13        

41 Manting ( Garcinia balica )     15       23 31     111  

42 Mendarahan ( Unidentified ) 21     47     45          

43 Mundu ( Orophea hexandra )       18                

44 Nangkaan ( Artocarpus sp )       20                

45 Ndok2an ( Xantophyllum vitellinum ) 18   14 18                

46 Nyampuh ( Litsea monopetala )           18     34      

47 Nyampuh S ( Aglaia odoratissima ) 18   30         14        

48 Oyod ( Unidentified ) 18                      

49 Pacal K ( Aglaia heptandra )     27 18 54   45 35     102 72

50 Pacar cina (Aglaia odorata Lour )               18        

51 Pakem ( Pangium edule Reinw ) 19 63                    

52 Paleman ( Unidentified )     15                  

53 Pandan ( Pandanus sp )         35              

54 Peleh ( Unidentified )             42          

55 Poh2an (Buchanania arborescens)             20          

56 Rete2 ( Unidentified )           21     59      

57 Sapen ( Pometia samentosa )           21       31    

58 Sentul (Sandoricum koetjapi)     47                  

59 Slumprit ( Unidentified )               15        

60 Talesan ( Unidentified ) 19   14 33 27 33   28   32    

61 Talok (Mallotus moritzianus)             21          62 Tekik ( Cyperus rotundus )                       78

63 Tutup ( Mallotus moluccanus )   54               21    

64 Tutup m (Macaranga tanarius)                   22    

65 Tutup p ( Unidentified )                   20    

66 Walik upih (Macaranga denticulata)           21            

Keterangan (Remark) : 1. Arsir menunjukkan keberadaan jenis, 2. angka menunjukkan besaran index nilai penting (1. Shading shows species existing, 2. number show the amount of important value index)

Untuk tingkat tiang dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Penyebaran jenisnya tidak jauh

berbeda dengan tingkat semai/tumbuhan bawah dan tingkat pancang. Jumlah jenis yang

menduduki tingkat-tingkat elevasi/ketinggian secara berurutan adalah, ketinggian 0 m dpl

terdapat 12 spesies, 100 m dpl = 7 spesies, 200 m dpl = 11 spesies, 300 m dpl= 14 spesies, 400 m

dpl = 7 spesies, 500 m dpl = 12 spesies, 600 m dpl = 9 spesies, 700 m dpl = 15 spesies, 800 m dpl

= 8 spesies, 900 m dpl= 8 spesies, 1.000 m dpl = 3 spesies dan 1.100 m dpl = 4 spesies. Tidak

jauh berbeda dengan tingkat pancang, tingkat tiangpun pada elevasi tertentu yaitu pada elevasi

1.000 m dpl ke atas dampak kondisi ekstrim telah muncul, sehingga hanya terdapat spesies yang

terbatas.

Tingkat pohon mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu komunitas vegetasi,

umumnya tingkat pohon telah mencapai masak biologis, sehingga keberadaanya akan sangat

menentukan regenerasi dari spesies ataupun populasi.

9

Page 10: Persebaran jnsn

Tabel (Table) 4. Indek Nilai Penting jenis-jenis tumbuhan tingkat pohon pada berbagai tingkat elevasi di TN Meru Betiri. ( Index Important Value of specieses on tree stage in several elevation in Meru Betiri National Park)

 

No 

Jenis(Species)

Elevasi di atas permukaan laut (m)(Elevation above sea level (m)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 11001 Ademati (Aphanamixis polytachys)     9       14   10 9    

2 Ancar ( Antiaris toxicaria Lesch )                 13      

3 Apak ( Ficus benjamina )       74 29   11          

4 Apak tampikar ( Ficus sp )               23        

5 Aren ( Arenga pinnata Merr ) 9 34   29     12   10      

6 Balikangin ( Unidentified )     30       8     9    

7 Bangsul ( Unidentified )   14                    

8 Banji ( Unidentified )                 10      

9 Bayur ( Pterospermum javanicum Jungh )   28   35                

10 Bendo ( Artocarpus elasticus )     31 14                

11 Benitan ( Unidentified ) 8                      

12 Besuleh ( Chydenanthus exelsa ) 10   15     9     18 12    

13 Buahwatu ( Sesamum indicum )             8          

14 Budengan ( Diospiros haseltii )     15 33 11   7          

15 Bungur ( Lagerstomia sp) 46     15                

16 Garu ( Antidesma montanum ) 10   14     34   34 27      

17 Garudamar ( Unidentified )   44     11 24            

18 Gedangan ( Unidentified ) 11 18 17     24   13 10      

19 Gempolketek ( Nauclea subdita ) 10                      

20 Glintungan ( Bischofia javanica ) 29                      

21 Gondang (Ficus variegata )             8          

22 Gula ( Unidentified ) 10               10      

23 Jabon ( Anthocephalus cadamba ) 8   9                  

24 Jambuan ( Syzygium sp )     16     9            

25 Joholawe ( Vitex quinata Lour )         19              

26 Juetwatu ( Spydium guajava )                 14      

27 Kapasan ( Litsea diversifolia )       26     41     16    

28 Kedawung ( Parkia roxburghii ) 9                      

29 Keduh ( Unidentified )   16   13                

30 Kemadu ( Laportea sinuata )   13               34    

31 Kembang ( Platca latifolia )                 20      

32 Kemiri ( Aleurites moluccana )             7          

33 Kenanga ( Cannarium odoratum Baill )   33                    

34 Kenari ( Cannarium commune )     19 10     8   11      

35 Keningar ( Unidentified )                        

36 Kepundung ( Morinda citrifolia ) 10 13   9                

37 Klayu ( Unidentified )         11              

38 Klemaing ( Unidentified )             9          

39 Klemaran ( Unidentified )             9          

40 Klowangan ( Sterculia macrophylla )         11              

41 Langsepan (Lansium domesticum ) 8   10   17              

42 Ledoyo ( Aphanamixis grandifloris ) 9 15   9   45       58 155  

43 Lou ( Ficus glomerata )               23        

44 Mangir ( Chrysophyllum lanceolatum ) 9       12              

45 Manting ( Darcinia balica ) 13       19   8 13 15 10 145  

46 Mendarahan ( Unidentified )       9         25      

47 Mojomoyo ( Aegle marmelos )                   8    

48 Mundu ( Orophea hexandra )       10       14        

49 Nyampuh ( Litsea monopetala ) 13     19     11 14   15    

50 Nyampuh S ( Aglaia odoratissima )                 25      

51 Nyatoh ( Palaquium gutta )           9 17 15 15 21    

52 Pacal K (Aglaia heptandra )     9   24   7 25   9    

53 Pacargunung ( Cassina glauca )         11              

54 Pakem ( Pangium edule ) 61 35       24            

55 Pala ( Unidentified )             14          

56 Pauhgunung ( Unidentified )               15        

57 Pedang2an ( Unidentified )                        

58 Peleh ( Unidentified )     13     12     13      

59 Pluncing ( Spondias pinnata )     11     21            60 Pundung ( Unidentified )         11              61 Putat ( Barringtonia speciosa Forst )       9     23          

62 Rau ( Dracontomelon mangiferum )       47 22   18          

63 Reces ( Unidentified )         35   7          

64 Rete2 ( Unidentified )           8            

65 Sapen ( Pometia samentosa )     20   33 52   17 25 22    

66 Sentul ( Sandoricum koetjapi )     30       16          

67 Sepat ( Unidentified )                       136

10

Page 11: Persebaran jnsn

68 Slumprit ( Unidentified )     10                  

69 Sompor ( Unidentified )                   9    

70 Suluh ( Parinari griffithiamum )             10          

71 Takir ( Lepionurus sylvestris )           29 11 18   15    

72 Talesan ( Unidentified ) 17   22 11     15          

73 Talok ( Mallotus moritzianus )                 28      

74 Teleh ( Unidentified )               44        75 Tuawatu ( Unidentified )         14     32 10      

76 Tutup ( Mallotus moluccanus )                   22    

77 Tutup m ( Macaranga tanarius )                   8    

78 Tutup p ( Unidentified )                   8    

Keterangan (Remark) : 1. Arsir menunjukkan keberadaan jenis, 2. angka menunjukkan besaran index nilai penting (1. Shading shows species existing, 2. number show the amount of important value index)

Untuk tingkat pohon dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyebaran jenis pada beberapa

tngkat ketinggian dari muka laut berbeda tidak nyata dengan tingkat tumbuhan di bawah pohon

atau dengan kata lain ada jenis yang secara nyata terlihat pola penyebarannya dan ada yang tidak

terlihat secara nyata atau jelas.

Jumlah jenis yang menduduki pada tiap tingkat elevasi secara berurutan adalah, elevasi 0 m

dpl terdapat 19 spesies, 100 m dpl = 11 spesies, 200 m dpl = 18 spesies, 300 m dpl = 17 spesies,

400 m dpl = 16 spesies, 500 m dpl = 13 spesies, 600 m dpl = 24 spesies, 700 m dpl = 14 spesies,

800 m dpl = 19 spesies, 900 m dpl = 17 spesies, 1.000 m dpl = 2 spesies dan 1.100 m dpl = 2

spesies.

Dari apa yang telah diuraikan dari tabel-tabel di atas secara umum terlihat bahwa pola

persebaran populasi/spesies yang membentuk suatu kesatuan komunitas dan menduduki suatu

bentang lahan. Ada yang dapat terlihat secara jelas dan nyata dan ada yang tidak terlihat secara

nyata. Dengan mempelajarinya secara seksama melalui analisis vegetasi dengan menggunakan

metode indek nilai penting akan dapat lebih memperjelas pola persebaran suatu jenis. Sebagai

contoh adalah sebagai berikut: Jenis manting, pada tingkat semai ditemui di elevasi 0 m dpl, 200

m dpl dan 1.000 m dpl dengan indek nilai penting secara berurut 4%, 7% dan 68%, pada tingkat

tiang ditemui di elevasi 200 m dpl, 600 m dpl, 700 m dpl dan 1000 m dpl, dengan indek nilai

penting secara berurut 15%, 23%, 31% dan 111%, dan pada tingkat pohon ditemui di elevasi 0 m

dpl, 400 m dpl, 600 m dpl, 700 m dpl, 800 m dpl, 900 m dpl, dan 1.000 m dpl, dengan besar

indek nilai penting secara berurut 13%, 19%, 8% 13%, 15%, 10%, dan 145%. Dari ketinggian

diketemukannya jenis tersebut dapat dikatakan bahwa persebaran jenis manting secara umum dari

elevasi 0 meter sampai 1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun apabila besaran indek

nilai penting yang diperhatikan akan terlihat bahwa persebarannya secara lebih optimum yaitu di

ketinggian 1.000 meter dpl.

Besaran indek nilai penting yang mengandung unsur kerapatan , frekuensi dan dominansi

adalah besaran yang menunjukkan tingkat dominasi suatu spesies pada suatu bentang lahan.

11

Page 12: Persebaran jnsn

Dalam hal ini tingkat semai jenis manting di elevasi 1000 m dpl menduduki 34% dari spesies

yang ada, pada tingkat tiang menduduki 37% dan pada tingkat pohon, menduduki 48%.

Keadaan tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari suatu elevasi terhadap

keberadaan suatu spesies. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Sumarwoto 1983 dalam Irwan, 1992

bahwa setiap species mempunyai toleransi yang berbeda pada lingkungannya, hal senada

diutarakan oleh Arthur S. Boughey, 1973 dalam Wirakusumah, 2003 bahwa setiap faktor

ekologik dimana organisme memberikan responnya, terdapat pengaruh maksimal dan minimal,

fenomena ini disebut sebagai batas toleransi. Konsep batas toleransi ini sering diaplikasikan

dalam mempelajari pola-pola penyebaran populasi/spesies. Ditambahkan lagi Tivy, 1993 dalam

Setyawati, 1998 bahwa perubahan iklim yang diakibatkan oleh perbedaan ketinggian akan

mengakibatkan adanya zonasi biota yang menampakkan formasi vegetasi yang berbeda di tiap-

tiap ketinggian tertentu. Demikian juga menurut Petocz, 1987 dalam Lekito dan Max, 2003

menyatakan bahwa semakin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut, semakin rendah

tingkat keanekaragaman flora, tetapi semakin tinggi nilai keendemikan spesies vegetasi tersebut.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Adanya faktor pembatas berupa elevasi/ketinggian adari permukaan laut akan mempengaruhi

tumbuh dan persebaran spesies di TN Meru Betiri

2. Ada pengaruh maksimal dan minimal yang direspon vegetasi pada faktor ekologis yang

berupa elevasi/ketinggian dari permukaan laut, yang ditunjukkan oleh besaran Indek Nilai

Penting

3. Elevasi akan mempengaruhi tingkat dominasi spesies dan persebaran optimum spesies, yang

ditunjukkan oleh besaran Indek Nilai Penting

DAFTAR PUSTAKA

Irwan, D.Z. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta

12

Page 13: Persebaran jnsn

Kiratiprayoon.S, J Luangjame, P.Damrongthai, and M Tarumatsawas, 1995. Species Diversity of Second Growth At Ngao Demonstration Forest Lampang Province , Proceeding of a IUFRO Symposium at Chiangmai Thailand

Lekito.K. dan Max J.T. 2003 Pengaruh Elevasi Terhadap Keragaman Jenis dan Rata-rata Tinggi Pohon Pada Koridor C.A. Pegunungan Tamrau Utara dab S.M. Jamursba- Medi, Sorong Papua. Buletin Penelitian Hutan No. 640 Tahun 2003 Bogor

Odum, E.P. 1993. Dasar- Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press, Jogyakarta

Setyawati. T. 1998. Studi Fisiognomi Vegetasi Hutan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa barat, Buletin Penelitian Hutan No. 612/1998 Bogor

Soetadi, H.S.S. 1977. The Indonesian Environmental Almanac. Meneg Lingkungan Hidup BAPEDAL, dan Kalpa Wils Foundation 1997. PT. Multi Kirana Pratama, Jakarta.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Universitas Indonesia Press. Jakarta

13