7
Permeriksaan HNP HNP dapat didiagnosis melaluii anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penun A. Anamnesa Anamnesa dilakukan meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, pengkajian psikososia Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaa bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. Keluhan utama dimana klien meminta pertolongan kesehatan adalahnyeripada punggung bawah. Unuk lebih lengkap pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST Provocking Accident : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda bera Quality and Quantity : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti dis mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus menerus . P nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri alih (referred pai menetap atau hilang timbul,semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang, batuk atau mengejan, berdi untuk jangka waktu yang lamadan nyeri berkurang jika istirahat berbaring. Si khas dari posisi berbaring ke duduk, nyei mulai dari bokong dan terus menjal tekan pada area L5_S1 (garis antardua krista liraka)

Permeriksaan HNP jadi

Embed Size (px)

Citation preview

Permeriksaan HNP HNP dapat didiagnosis melaluii anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

A. Anamnesa Anamnesa dilakukan meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, pengkajian psikososial. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agam, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. Keluhan utama dimana klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah. Unuk lebih lengkap pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST: Provocking Accident : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat) Quality and Quantity : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat-sayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus menerus . Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri alih (referred pain). Nyeri bersifat menetap atau hilang timbul,semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang, batuk atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lamadan nyeri berkurang jika istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyei mulai dari bokong dan terus menjalar jika di tekan pada area L5_S1 (garis antardua krista liraka)

Region, Radiating, and Relief : Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan tepat sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. Scale of Pain : Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh , posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan mempererat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, dan gerakan mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkannya. Time : Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan, bertahap, bersifat menetap, hilang timbul , makin lama, makin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermitten (dalam beberapa minggu sampai berapa tahun) B. Pemeriksaan 1. Keadaan umum Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas). Hal ini dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian belakang. Karakteristik nyeri yang dirasakan yaitu : Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah (sifat nyeri radikuler). Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 S1 (garis antara dua krista iliaka). Nyeri Spontan Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.

2. Pemeriksaan Motoris Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat. Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas , tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.

3. Pemeriksaan Sensoris Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat. Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara. Pemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda, dan sensasi getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu Palpasi dimulai dari area nyeri yang ringan ke arah yang paling terasa nyeri. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau cermat sehingga tidak membingungkan klien.

4. Tes-tes Khusus a. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT) Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita. Cara yang dilakukan : Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90.

b. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari kaki (L5). c. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau plantarfleksi (S1).

Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki d. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi untuk segera operasi. e. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk operasi. f. Tes provokasi Tes valsava (pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri) dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal. 5. Tes Refleks Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5 6. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin : Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal. Urine rutin : tidak spesifik Lumbal Pungsi LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal. Pada pasien ini tak dilakukan tindakan LP karena pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran yang spesifik terhadap HNP, juga perannya telah dapat digantikan oleh adanya gambaran radiologis yang lebih objektif dan tidak invasif. Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok akan didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis. Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus. Mielografi Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani S1 terkena.

operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf. Akurasi 73-80% dan biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. CT Scan Sarana diagnostik yang efektif Elektromiografi (EMG) Untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer. Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk : Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif, Motor Unit Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks terlihat sebagai : Potensial yang polifasik Amplitudo yang lebih besar dan Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari segmen yang terkena. Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut diatas, juga ditemukan aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di otot-otot segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal dari miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG untuk mendeteksi penderita radikulopati lumbal sebesar 92,47%.10 EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah onset defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa radikulopati, fleksopati ataupun neuropati. Foto rontgen tulang belakang. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, pembentukan osteofit spondilolistesis, perubahan bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan

kemungkinan karena kelainan tulang.

degeneratif,

dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang

terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.Foto Rotgen lumbosacral AP Lateral

Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP