68
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA (Analisis Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/ Pn-Niaga Sby) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: AULIA MUNADIAH NIM: 11170480000048 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK

CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28

TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Analisis Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/

Pn-Niaga Sby)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AULIA MUNADIAH

NIM: 11170480000048

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

i

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28

TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Analisis Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AULIA MUNADIAH

NIM: 11170480000048

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

ii

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28

TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Analisis Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakutas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AULIA MUNADIAH

NIM: 11170480000048

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syafrudin Makmur, S.H., M.H. Tresia Elda, S.H., M.H.

NUPN. 9920112680 NUPN. 9920113096

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

iii

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Aulia Munadiah

NIM : 11170480000048

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jl. Persahabatan, Batu Belah 1.Rt/Rw. 13/04 No.91,

Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. 12630.

No. Hp : 085811214799

Email : [email protected]

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata I (S-1) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatatullah Jakarta.

Jakarta, 12 April 2021

Aulia Munadiah

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

v

ABSTRAK

AULIA MUNADIAH , NIM 11170480000048, “Perlindungan

Hukum Pemegang Lisensi Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Analisis Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby)”. Konsentrasi Hukum Bisnis,

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.

Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah maraknya pelanggaran

karya sinematografi yang dilakukan oleh beberapa pihak secara ilegal seperti

yang terjadi pada perkara dalam Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby yang dapat merugikan seorang

pemegang lisensi dari karya tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui Perlindungan hukum pemegang lisensi Hak cipta Dari

Pelanggaran Hak Cipta dan untuk mengetahui analisis dasar pertimbangan

dan putusan Hakim dalam sengketa Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif.

Yuridis normatif dalam penelitian ini memiliki dua sumber hukum, yakni

sumber hukum primer dan sekunder. Adapun sumber hukum primer merujuk

pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum dan teori

hak kekayaan intelektual.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengaturan tentang

perlindungan hukum telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta, permasalahan dalam putusan hakim pada putusan

Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby, majelis hakim menolak

eksepsi dari tergugat dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk sebagian

bentuk alat bukti yang digunakan dalam perkara ini ialah license agreement

atas karya ciptaan yang dijadikan objek pelanggaran.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Pelanggaran, Hak Cipta, Pemegang Lisensi

Pembimbing Skripsi: 1. Dr. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

2. Tresia Elda, S.H., M.H.

Daftar Pustaka: Tahun 1987 sampai Tahun 2020.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

vi

ABSTRACT

AULIA MUNADIAH, NIM 11170480000048, " Perlindungan

Hukum Pemegang Lisensi Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Analisis Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby)". Business Law Concentration,

Law Studies Program, Faculty of Sharia and Law, Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta, 1442 H / 2021 M.

The main problem in this thesis is the rampant violations of

cinematographic works by several parties illegally, such as what happened

in the case in Decision Number 14 / Pdt.Sus.Hki / Cipta / 2018 / Pn-Niaga

Sby which could harm a license holder of the work. . The purpose of this

study was to determine the legal protection of copyright license holders

from copyright infringement and to find out the basic analysis of the judges'

considerations and decisions in the dispute of Decision Number 14 /

Pdt.Sus.Hki / Cipta / 2018 / Pn-Niaga Sby.

This research method uses a normative juridical approach. The

juridical normative in this study has two sources of law, namely primary and

secondary sources of law. The primary source of law refers to Act No.

28/2014, on the Copyright. The theory used in this research is the theory of

legal protection and the theory of intellectual property rights.

The results of this study indicate that the regulation regarding legal

protection has been regulated in Act No. 28/2014, on the Copyright, the

problems in the judge's decision in decision Number 14 / Pdt.Sus.Hki / Cipta

/ 2018 / Pn-Niaga Sby, the panel of judges rejecting the defendant's

exception and granting the Plaintiff's Lawsuit. Some forms of evidence used

in this case are a license agreement for the work which is the object of

violation.

Keywords: Legal Protection, Infringement, Copyright, License Holder.

Advisors: 1. Dr. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

2. Tresia Elda, S.H., M.H.

Bibliography: 1987 Year to 2020 Year.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat

dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM

PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA (Analisis Putusan

Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby)”. Tak lupa juga peneliti

sampaikan serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang

telah mengayomi kita semua dengan cinta, kasih sayang, serta perjuangan beliau

sehingga kita bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat yang tak akan

mampu kita hitung. Peneliti menyadari sepenuhnya dalam pembuatan dan

penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. penyusunan skripsi ini tidak

akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak,yang pada kesempatan ini peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi

Ilmu Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program

Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.. dan . Tresia Elda, S.H., M.H..

Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan waktu, arahan, bimbingan,

dan kesabaran dalam membimbing peneliti agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai guna dalam

menyusun skripsi.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

viii

5. Kedua orang tua tercinta Muhamad Sobri dan Holidah, adik Muhamad

Ikbal Sobri, terimakasih telah senantiasa mendengar keluh kesah dan

selalu menyemangati disaat titik jenuh kuliah.

6. Pihak-pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu. Tidak ada yang

dapat peneliti berikan untuk membalas semua jasa kalian, kecuali dengan

doa dan ucapan terima kasih.

Besar harapan peneliti agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berarti

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum bisnis.

Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan dari para pembaca

sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini.

Jakarta, 12 April 2021

Aulia Munadiah

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

ix

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi, Pemabatasan, dan Rumusan Masalah ............. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 5

D. Metode Penelitian ................................................................ 6

E. Sistematika Pembahasan ...................................................... 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA KARYA

SINEMATOGRAFI

A. Kerangka Konseptual ........................................................... 10

B. Kerangka Teori .................................................................... 12

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................... 16

BAB III SINEMATOGRAFI DALAM PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN

A. Perlindungan Hukum Hak Cipta dalam Peraturan PerUndang-

Undangan ............................................................................. 18

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan

Agreement Establishing the World Trade Organization…20

2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang

Pengesahan Berne Convention For The Protection Of

Literary And Artistic Works ............................................ 21

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

x

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta ......................................................................... 27

B. Deskripsi Perkara Dalam Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby ........................... 32

1. Duduk Perkara ............................................................. 32

2. Petitum Penggugat ...................................................... 39

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA PERKARA DALAM

PUTUSAN NOMOR 14/PDT.SUS.HKI/CIPTA/2018/PN-NIAGA

SBY

A. Putusan dan Pertimbangan Hakim dalam Sengketa ............ 4l

1. Putusan Hakim Terhadap Gugatan Penggugat ............... 41

2. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan ............................ 42

B. Perlindungan Analisis Putusan Hakim dan Pertimbangan Hakim

Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby….45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 55

B. Rekomendasi ........................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...57

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi di era sekarang ini merupakan hal yang

sangat penting untuk menopang kehidupan manusia sebagai ukuran dari sumber

daya manusia itu sendiri. Dikarenakan baik atau buruknya seseorang dapat

dinilai dari seberapa luas pengetahuan yang dimilikinya. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari semakin maju dapat

dikatakan salah satu pengaruh dari adanya proses globalisasi. Globalisasi yang

dirasakan dalam perkembangan IPTEK memudahkan dalam segala sektor yang

ada di dalam kehidupan.

Perkembangan teknologi informasi dipercaya dapat memberikan

keuntungan bagi sebuah negara, khususnya dalam pertumbuhan ekonomi.

Teknologi informasi telah mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat.1

Dengan hadirnya perkembangan teknologi juga mengubah gaya hidup masyarakat

dalam ber-interaksi dalam hal berbagi informasi dan komunikasi, sampai dengan

memudahkan dalam mendapatkan transportasi. Dengan adanya kemudahan yang

didapatkan dari adanya perkembangan teknologi yang pesat tersebut menjadikan

semua orang dari seluruh dunia dapat saling terhubung dan menjadi kebutuhan

pokok untuk memudahkan semua kegiatan dalam kehidupan. Selain memberikan

dampak positif, kemajuan teknologi juga memberikan dampak negatif baik di

bidang hukum, ekonomi, politik atau sosial budaya. Misalnya dalam bidang

hukum, perlindungan hukum hak cipta menjadi salah satu hal penting yang

dibutuhkan untuk menghadapi kejahatan yang terjadi dalam dunia maya.

Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain

memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban

1 Hanafizadeh, Payam & Ghandchi, Samira & Asgarimehr, Masoud. Impact of Information

Technology on Lifestyle: A Literature Review and Classification. International Journal of Virtual

Communities and Social Networking, 2017. h. 9.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

2

manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.2 Pada

bidang ciptaan diperlukan peran Negara yang bertujuan untuk menyeimbangkan

antara kepentingan dari si pencipta dengan kepentingan masyarakat.3

Menurut L. J. Van Aveldoorn, hak adalah hukum yang dihubungkan

dengan seseorang manusia atau subjek hukum tertentu dan menjelma menjadi

suatu kekuasaan dan suatu hak yang timbul apabila hukum mulai bergerak.4 Hak

cipta adalah sebuah hak eksklusif yang di dapatkan oleh pencipta setelah

melahirkan suatu karya cipta. Hak eksklusif disini karena karya-karya dalam

bidang hak cipta merupakan hasil suatu kemampuan intelektual seseorang, maka

dari itu hak cipta merupakan sebuah imbalan atas kerja kerasnya tersebut.

Perlindungan hukum terhadap kekayaan pribadi telah menjadi faktor kunci

dalam pertumbuhan kapitalisme dan ekonomi pasar bebas. Ada pula yang

mengatakan bahwa hukum mengenai perlindungan HKI pada intinya adalah

media perjuangan para pihak yang menghendaki penguasaan karya ciptanya

melawan pihak lain yang menghendaki pemisahan kekuasaan pencipta dari

ciptaannya.5 Sebagian besar masyarakat mengakui hak kepemilikkan pribadi,

kekayaaan dalam pengertian sebenarnya seperti tanah dan bangunan merupakan

kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan intelektual. Hukum kekayaan

intelektual sangat berperan dalam penyeimbang di era modern seperti ini.

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem hukum civil law, falsafah

perlindungannya adalah kepada pencipta sebagai hak moral, sesuai dengan prinsip

perlindungan hak cipta dalam Keppres Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan

Berne Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works, sebagai hak

yang bersifat abadi (perpetual), tidak dapat dicabut (enalinable) serta mengalir

2 Mahmuda Pancawisma Febriharini, Eksistensi Hak Atas Kekayaan Intelektual Terhadap

Hukum Siber, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, ISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 1, 2016. h. 15. 3 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2012), h. 3. 4 C. S. T, Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1989), h. 119. 5 Justin Hughes. The Philosophy of Intellectual Property. Georgetown Law Journal,

77(287): 1988. h. 5.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

3

sebagai hak warisan pada pencipta, bahkan hak ekonominya dialihkan sekalipun

pada perusahaan atau pihak lain.6

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 40 sudah

menegaskan bentuk ciptaan-ciptaan yang dilindungi dan salah satunya adalah

karya cipta. Adapun hakim dalam membuat putusan yang baik harus mengandung

3 (tiga) pokok pertimbangan meliputi pertimbangan keadilan filosofis,

pertimbangan keadilan sosiologis, dan pertimbangan keadilan yuridis.7 Putusan

yang diteliti oleh peneliti ialah Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-

Niaga Sby yang dalam perkara ini, PT. Inter Sports Marketing sebagai satu-

satunya Pemegang dan Penerima Lisensi tayangan siaran FIFA World Cup 2014

BrazilTM

(Piala Dunia FIFA BrazilTM 2014) untuk seluruh Wilayah Republik

Indonesia tersebut adalah dibuat dan ditandatanganinya Licence Agreement

tertanggal 05 Mei 2011 antara PT. Inter Sports Marketing dengan Federation

Internationale De Football Association (FIFA) berkaitan dan/atau berkenaan

dengan pelimpahan hak-hak media tertentu juga telah memperjuangkan hak-

haknya dimata hukum atas upaya-upaya hukum PT. Inter Sports dengan pokok

perkara yang sama.

Banyaknnya fenomena kejahatan-kejahatan pelanggaran hak cipta seperti

ini sangat membutuhkan kepastian atas perlindungan dan penerapan dari penegak

hukum itu sendiri bukan hanya menyangkut kepentingan dari pihak yang

dirugikan. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 melainkan telah

bertujuan untuk memperoleh suatu pengakuan dari tersangka atau terdakwa.8

tentang Hak Cipta pun telah menyebutkan tindakan-tindakan yang masuk kedalam

bentuk pelanggaran hak cipta. Pada hakekatnya banyak orang belum mengerti

bahwa ada beberapa tindakan mereka yang dapat digolongkan kedalam kejahatan

pelanggaran hak cipta.

6 Haryono dan Agus Sutono, Pengakuan Dan Perlindungan Hak Cipta Tinjauan Secara

Filosofis Dan Teoritis, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017, h. 56. 7 Firman Floranta Adonara , Prinsip Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara Sebagai

Amanat Konstitusi,Jurnal Konstitusi, Volume 12, Nomor 2, Juni 2015,h.220. 8 Finta Riris Sitorus, Pelanggaran Pengaturan Prinsip Miranda Rule Dalam Hukum Acara

Pidana Indonesia, JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016, h. 2-3.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

4

Sebagaimana uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan

membahas penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul: “PERLINDUNGAN

HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA (Analisis

Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby)”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya perlindungan hukum hak cipta bagi pemegang lisensi hak cipta.

b. Adanya pelanggaran terkait hak cipta yang ditempat areal komersial dilakukan

oleh L Hotel.

c. Kemudahan dalam mengakses teknologi membuat adanya pelanggaran hak

cipta.

d. Kerugian yang timbul akibat adanya pelanggaran terkait hak cipta.

e. Kuranganya fungsi pengawasan oleh aparatur penegak hukum terhadap

pelaku pelanggaran hak cipta.

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang ingin dikemukakan dan dikaji oleh peneliti

tidak terlalu melebar, maka pembahasan pada skripsi ini dibatasi dengan

beberapa pembatasan kaarena dikhawatirkan nantinya akan ada keterbatasan

dari peneliti secara keseluruhan maka penelitian hanya akan dibatasi pada

perlindungan dalam pelanggaran hak cipta seorang pemegang lisensi pada

analisis isi putusan dan pertimbangan hakim yang terjadi dalam Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby.

3. Perumusan Masalah

Permasalahan utama dari penelitian ini adalah semakin pesat

perkembangan IPTEK pada saat ini melahirkan banyaknya pelanggaran

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

5

terhadap karya sinematografi di media sosial. Untuk mepertegas permasalahan

penelitian di atas, maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana Perlindungan hukum pemegang lisensi Hak cipta Dari

Pelanggaran Hak Cipta?

b. Bagaimana putusan dan dasar pertimbangan hakim dalam sengketa

Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasar pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah

dipaparkan dan diuraikan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai

oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk menegaskan Perlindungan hukum pemegang lisensi Hak cipta Dari

Pelanggaran Hak Cipta.

b. Untuk menegaskan analisis dasar pertimbangan dan putusan Hakim dalam

sengketa Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian ilmiah dan menuliskan

hasil dari penelitian tersebut dalam bentuk tulisan.

2) Menerapkan dan merekontruksi teori-teori yang telah diperoleh dari

bangku perkuliahan untuk dipraktikan di lapangan.

Memperoleh manfaat di bidang hukum pada umumnya maupun dalam

bidang hukum kekayaan intelektual secara khususnya terkait hak cipta dengan

mempelajari literatur hukum yang ada serta permasalahan hukum yang hidup di

tengah-tengah masyarakat.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

1) Secara Teoritis, dengan melakukan penelitian ini sebagai bahan

bacaan/referensi kepustakaan bagi mahasiswa Program Studi Ilmu

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

6

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya dan dapat

memberikan pengertian tentang bentuk perlindungan hukum pemegang

lisensi dalam pelanggaran karya sinematografi melalui media sosial.

2) Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memperluas keilmuan

dalam bidang hukum lebih khususnya terkait hukum kekayaan intelektual

dalam bidang hak cipta. Bagi para praktisi hukum seperti hakim dalam

memutus perkara lebih mampu memberikan keadilan yang seadil adilnya

dan begitu pun halnya untuk pengacara/advokat selaku kuasa hukum.

Serta diharapkan dengan adanya penelitian ini akan menjadi solusi bagi

konflik yang tengah dihadapi.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

normatif. Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

library research (studi kepustakaan) dengan metode penelitian yuridis normatif.

Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan

dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder, sepanjang bahan-bahan

tersebut mengandung kaidah-kaidah hukum.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini

adalah metode pendekatan Undang-Undang (statute approach) yang merujuk

pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan pendekatan

konseptual (conceptual approach) untuk memahami konsep-konsep dari hak

cipta dan bentuk-bentuk dari pelanggarannya. Pendekatan penelitian ini juga

menggunakan pendekatan kasus (case approach) yang memberikan penerapan-

penerapan dari norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum

dalam Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

7

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer terdiri dari peraturan dan catatan-catatan resmi

atau risalah dalam pembuatan peraturan yang berkaitan dengan materi peneliti

terkait pembuktian dalam hukum di Indoneisa dalam peraturan-peraturan seperti

UUD 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata perihal pembuktian

dalam perkara perdata, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta, Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) terkait sistematika

pembuktian dalam media sosial di Internet dan Putusan Pengadilan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi tentang hukum yang

bukan termasuk dokumen resmi, seperti buku-buku teks, kamus-kamus hukum,

dan jurnal hukum. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain adalah buku-buku yang berkenaan dengan hukum hak cipta, skripsi

dan jurnal serta materi-materi hukum yang berkaitan dengan materi peneliti

dalam penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier atau bahan nonhukum digunakan sebagai

penunjang dari penelitian karena peneliti menimbang butuhnya meneliti cabang

ilmu lain demi perkembangan penelitian ini untuk menjelaskan informasi lebih

lanjut yang di dapat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan sumber-

sumber informasi lain yang dapat mendukung penelitian ini.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

8

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mencari data-data yang diperlukan sebagai referensi dalam

penelitian ini melalui berbagai literatur, antara lain buku, jurnal, artikel, skripsi,

tesis, disertasi, dan peraturan perUndang-Undangan yang di dapat dari

perpustakaan umum dan universitas.

5. Teknik Pengolahan Data

Adapun cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni

menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi.

6. Metode Analisis Data

Data yang di dapat diolah dengan menggunakan metode analisis

kualitatif, yaitu metode analisis yang bersifat mendeskripsikan data yang

diperoleh dalam bentuk uraian kalimat yang logis, lalu diberi penafsiran dan

kesimpulan oleh peneliti. Tujuan dari penggunaan metode ini ialah untuk

menjelaskan secara lebih rinci mengenai isu hukum yang diteliti oleh peneliti.

7. Pedoman Penulisan

Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada buku Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Hidayatullah Jakarta Tahun

2017.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini ialah dalam setiap bab terdiri

dari sub bab yang digunakan untuk memperjelas ruang lingkup dan inti dari

permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing- masing bab serta

inti permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

9

Bab Pertama berisi Pendahuluan. Bab ini merupakan pendahuluan, yang

berisi Latar Belakang, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Rancangan Sistematika Penelitian.

Bab Kedua berisi Tinjauan umum tentang pemegang lisensi hak cipta.

Bab ini menyajikan kajian pustaka yang didahului dengan konsep dasar dari

kerangka teori dan kerangka konseptual yang berisi tinjauan umum tentang hak

cipta, seperti pengertian, subjek dan objek hak cipta, serta bentuk-bentuk

pelanggaran hak cipta.

Bab Ketiga berisi Perlindungan hukum pemegang lisensi hak cipta dalam

peraturan perundang- undangan. Bab ini merupakan penyajian data dan penelitian

data secara deskriptif data dimana data yang dimaksud adalah perlindungan

hukum pemegang lisensi karya cipta dalam Peraturan yang ada di Indonesia.

Bab Keempat berisi Penyelesaian sengketa perkara dalam putusan dan

pertimbangan hakim pada putusan nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga

Sby. Pada Bab ini merupakan analisis permasalahan yang akan membahas dan

menjawab permasalahan pada penelitian ini diantaranya pertimbangan hakim dan

putusan pengadilan nomor 14/pdt.sus.hki/cipta/2018/pn-niaga sby.

Bab Kelima berisi Penutup. Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang

diambil dari uraian atau deskripsi yang digunakan untuk menjawab masalah

berdasarkan data yang diperoleh, serta dilengkapi dengan rekomendasi yang dapat

membangun dalam permasalahan yang dihadapi.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

10

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PEMEGANG LISENSI

HAK CIPTA

A. Kerangka Konseptual

1. Hak Cipta

Pengertian hak cipta tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, “Hak Cipta adalah hak eksklusif

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah

suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan

sesuai”.

Pencipta disini mengarah kepada seseorang atau beberapa orang yang

secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang

bersifat khas dan pribadi. Jenis-jenis konvensi Internasional tentang hak cipta,

yaitu: Berne Convention tahun 1886 , Universal Copyrights Convention 1971

and Trade Related aspects of intellectual property rights (TRIPs). Ciptaan

merupakan hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang

dihasilkan atas inspirasi, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam

bentuk karya nya.

Hak cipta mengandung Hak Eksklusif yaitu Hak Moral dan hak

ekonomis. Hak moral dalam terminologi Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu hak yang melekat secara abadi

pada diri pencipta. Dalam konvensi Berne, hak moral dikenal dengan istilah

moral rights, yakni hak yang dilekatkan pada diri pencipta.

Prinsip individualis dan prinsip ekonomi kapitalisme telah mengantarkan

barat kepada proteksi hasil karya dalam bidang ilmu pengetahuan seni dan sastra

yang dirumuskan sebagai hak cipta yang merupakan hak ekslusif atau hak

khusus yang dilekatkan kepada pencipta atau penerima hak.1 Hak ekonomi ialah

yang meliputi hak untuk mengumumkan yaitu pembacaan, penyiaran, pemeran,

1 Ok. Saidin, Sejarah Dan Politik Hukum Hak Cipta, Jakarta: Rajawali Pers, 2016. h. 4.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

11

penjualan, pengedaran, atau penyebaran, dan hak untuk memperbanyak dan hak

moral yang dibedakan dari hak ekonomis, sehingga walaupun haknya telah

dialihkan, pencipta mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas distrosi

atau modifikasi karyanya apabila distrosi tersebut telah merusak kehormatan dan

reputasi pencipta.2 Jangka waktu perlindungan hak-hak terkait dalam hak cipta

diatur dalam Pasal 60 UUHC, yaitu:

a. Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) berlaku tanpa

batas waktu.

b. Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya tidak diketahui yang

dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud Pasal 39 ayat (1) dan

ayat (3) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut

pertama kali dilakukan Pengumuman.

c. Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang

melakukan Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

ayat (2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut

pertama kali dilakukan Pengumuman.

2. Pemegang Lisensi

Pemegang lisensi merupakan seorang pemegang hak cipta yang tercantum

atau atau tertulis berdasarkan perjanjian lisensi, yang mana berarti memiliki hak

untuk melakukan sebagian atau keseluruhan dari tindakan yang dilarang, misal

seperti memperbanyak suatu ciptaan. Yang disebut pencipta ialah orang yang

namanya tercatat dalam Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Apabila

sebuah ciptaan diciptakan oleh dua orang atau lebih maka orang yang dianggap

sebagai ialah perwakilan yang ditunjuk oleh sekelompok orang yang membuat

karya ciptaan tersebut.

2 Dina Widyaputri Kariodimejo, Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, Dan Desain

Industri, Mimbar Hukum Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, h. 268.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

12

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum

Manusia dilindungi haknya untuk memperoleh harta asalkan dengan

cara-cara yang halal dan sah menurut hukum serta benar menurut ukuran

moral. Ibnu Khaldun merupakan salah satu tokoh muslim terkemuka sebagai

ilmuwan sosiologi, ekonomi, dan politik. Salah satu teorinya ialah Ashabiyah

yang merupakan suatu kekuatan dan pengaruh didasarkan atas kesamaan.

Kesamaan itu tidak hanya kesamaan yang didasarkan atas ikatan darah, tetapi

juga didasarkan atas pengetahuan yang lebih luas tentang persaudaraan.3

Dengan adanya ikatan tersebut dapat melahirkan rasa kasih sayang, solidaritas

yang kuat, tolong menolong dan saling melindungi satu sama lain dari tindak

kejahatan. „ashabiyah lahir dan berkembang ketika perasaan untuk melindungi

diri membangkitkan sense of kindship (rasa kekeluargaan) yang kuat dan

mendorong manusia untuk menciptakan hubungan antara yang satu dengan

yang lain. Hal ini adalah kekuatan yang paling vital bagi suatu negara dimana

dengannya, mereka akan tumbuh dan berkembang dan jika ia melemah, maka

mereka akan mengalami kemunduran yang signifikan.4

Menurut Ibnu Khaldun ikatan antar sesama yang bersolidaritas kuat

saja tidak cukup, maka dibutuhkannya seorang penguasa atau raja dalam hal

ini adalah negara atau pemerintah yang dibutuhkan untuk mengendalikan

kebersamaan tersebut dan dapat memberikan peran perlindungan kepada

rakyatnya.

Teori perlindungan hukum di barat dibawa oleh beberapa ahli salah

satunya adalah Fitzgerald. Menurut Fitzgerald perlindungan terhadap suatu

kepentingan dapat dilakukan dengan membatasi kepentingan-kepentingan

pihak lain. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral

adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan

3 Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, (Bandung: Pustaka, 1987), h. 142.

4 Wendy Melfa dan Solihin Siddiq, Paradigma Pengembangan Mayarakat Islam; Studi

Epistemologis Pemikiran Ibnu Khaldun, (Lampung: Matakata, 2007), h. 90.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

13

manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.5 Pemikiran Barat yang

mengatakan bahwa manusialah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, maka

di dalam Islam melalui teori Ibnu Khaldun berpendapat bahwa negara wajib

memberikan perlindungan kepada warganya yang telah memberikan

kepercayaanya untuk mengatur sistem pemerintahan. Di sinilah letak

perbedaan yang fundamental antara hak-hak asasi manusia menurut pola

pemikiran Barat dengan hak-hak asasi menurut pola ajaran Islam.6

Philipus M. Hadjon berpendapat, yang membedakan dua macam

perlindungan hukum yaitu : (1). Perlindungan hukum prepentif, dalam

perlindungan hukum prepentif berupa pencegahan kepada masyarakat untuk

mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum keputusan pemerintah

(kebijakan) menjadi kebijakan yang difinitif, (2) perlindungan hukum represif

bertujuan untuk menyelesaikan suatu sengketa yang sudah terjadi, hal ini dapat

diberikan melalui badan pradilan.7

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat,

yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).8Ada

beberapa pendapat ahli yang dapat dikutip dari mengenai perlindungan hukum,

Menurut Satjipto Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak

Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.9 Adapun, Menurut Muchsin perlindungan hukum

adalah kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan

nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

5 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53.

6 Nur Asiah, Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam , Jurnal Syariah Dan Hukum

diktumVolume 15, Nomor 1, Juni 2017 : h.55 – 66. 7 C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, penerbit balai

pustaka Jakarta 1989, h. 40. 8 Rafael La Porta, “Investor Protection and Cororate Governance; Journal of Financial

Economics”, no. 58, (Oktober 1999): h. 9. 9 Satjipro Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2003),h.121

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

14

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama

manusia.10

Menurut Setiono, perlindungan hukum merupakan tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan penguasa yang sewenang-wenang

dan tidak sesuai dengan aturan hukum, demi mewujudkan ketertiban serta

ketentraman yang memungkinkan manusia dapat menikmati martabatnya

sebagai manusia. Pada dasarnya perlindungan hukum hadir untuk memasifkan

tujuan hukum yaitu adanya keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum

ditengah masyarakatnya11

Perlindungan hukum juga dapat disebut sebagai alat atau upaya

pemerintah untuk mengkoordinasikan hak-hak individu agar tidak saling

berbenturan satu sama lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang

bermasyarakat yang mana memungkinkan adanya pergesekkan antara

kepentingan yang satu dengan yang lainnya. Pada hakikatnya ada dua bentuk

perlindungan hukum yaitu, preventif dan represif. Perlindunga preventif

sebagai tindakan pencegahan guna mencegah terjadinya konflik dan

perlindungan represif guna menyelesaikan apabila sudah terjadinya sengketa.

2. Teori Hak Milik Intelektual

Secara terminologi hak merupakan sebuah kewenangan yang diberikan

oleh hukum secara obyektif kepada subjek hukum, sehingga masing-masing

subjek hukum dapat berbuat apa saja secara bebas terhadapa suatu hal yang

dimilikinya tersebut selama tidak bertentangan dengan peraturan perUndang-

Undangan yang berlaku.12

Teori hak milik intelektual hadir dari doktrin hukum

alam menyatakan bahwa keadilan, kebenaran, ketepatan dan kejujuran hukum

10

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta:

Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2003), h. 14. 11

Setiono, Rule of Law, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas

Maret, 2004), h. 3. 12

Lysa Angrayni, Diktat Pengantar Ilmu Hukum, (Riau: Suska Press , 2014). h.31-32.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

15

adalah suatu yang tetap ada secara alamiah, artinya ditemukan bukan

diciptakan oleh sesuatu.13

Menurut ajaran Islam hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi.

Sesuai dengan harkat dan martabat, jaminan dan perlindungan terhadap milik

seseorang merupakan kewajiban penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga

bahkan penguasa sekalipun, tidak diperbolehkan merampas hak milik orang

lain, kecuali untuk kepentingan umum, menurut tata cara yang telah ditentukan

lebih dahulu.14

Doktrin hukum alam lahir dari pandangan John Locke yang mana

menurutnya manusia secara alamiah memiliki keadaan bebas, seperti hal nya

setiap hak-hak manusia yang dimilikinya secara pribadi, seperti hak hidup, hak

akan kebebasan dan kemerdekaan, hak milik, hak memiliki sesuatu dan

sebagainya. Menurut kodratnya manusia sejak lahir telah memiliki hak kodrat

atau hak alamiah, yang menurut John Locke disebut sebagai hak dasar.

Kemudian Locke menyatakan bahwa atas milik pribadi bermula dari kerja

manusia, dan dengan kerja inilah manusia memperbaiki dunia ini demi

kehidupan yang layak tidak hanya untuk dirinya melainkan juga untuk orang

lain.15

Hukum Alam meminta individu untuk mengawasi hasil karyanya dan

secara adil dikontribusikan kepada masyarakat.16

Menurut ajaran John Locke,

individu tidak boleh merugikan individu lain dalam hal hak kepemikilan.

Konsep kebebasan individual itu didasarkan pada pemikiran bahwa

sesungguhnya tidak ada hak Illahi bagi raja untuk memerintahlm. Tuhan

menciptakan manusia untuk berdiri sederajat. Oleh karena itu secara alamiah

13

Haryono, Agus Sutono. Pengakuan Dan Perlindungan Hak Cipta Tinjauan Secara

Filosofis Dan Teoritis, Jurnal Ilmiah Civis, Volume Vi, No 2, Juli 2017, h.50. 14

Nur Asiah, Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam , Jurnal Syariah Dan Hukum

diktumVolume 15, Nomor 1, Juni 2017 : h. 55 - 66 15

Sonny Keraf, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi, Yogyakarta: Kanisius, 1997.

h. 77. 16

Craig Joice, William Patry, Marsh Leaffer dan Peter Taszi, Copyright Law – Casebook

Series, Forth Edition, New York, Matthew Bender & Company Incorporated, 1998, h. 56.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

16

manusia adalah bebas.17

Berdasarkan teori hak milik intelektual lahir

berdasarkan hak alamiah (natural right), maka pengakuan dan

perlindungannya secara otomatis setelah karya cipta selesai dibuat.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti merujuk kepada skripsi, buku,

maupun jurnal terdahulu, dengan mencari apa yang menjadi persamaan dan

perbedaan dalam rumusan masalah yang dikaji dalam rujukan dengan yang

dikaji oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Skripsi ditulis oleh A. Muhlm. Fharuq Fahrezha18

Skripsi ini membahas mengenai pengaturan hukum terhadap pengguna

layanan broadcasting live dan bentuk pelanggaran hak cipta yang di dapatkan

atas kejahatan tersebut pada sebuah aplikasi media sosial. Persamaannya dengan

penelitian ini yaitu membahas pelanggaran hak cipta karya sinematografi.

Perbedaannya dalam skripsi ini hanya berfokus pada pengguna layanan sebuah

aplikasi media sosial yang bernama bigo live.

2. Skripsi ditulis oleh Fikrie Alief19

Skripsi ini membahas tentang perlindungan hak cipta lagu dan musik di

media internet. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu membahas penyebab

pelanggaran hak cipta. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah mengenai

perlindungan hukum bagi seorang pemegang lisensi hak cipta dalam

pelanggaran karya sinematografi.

17

FX. Adji Samekto, Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang

Stufenbeautheorie Dalam Pendekatan Normatiffilosofis, Jurnal Hukum Progresif, Vol. 7, No. 1,

April 2019. h. 9 . 18

A. Muh. Fharuq Fahrezha, Tinjauan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Pada

Pengguna Aplikasi Media sosial Bigo Live, skripsi fakultas hukum, universitas hasanuddin,

2017. 19 Fikrie Alief, Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Lagu Dan

Musik Di Media Internet Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta, skripsi fakultas hukum, Universitas Sumatera Utara, 2020.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

17

3. Buku ditulis oleh Ok Saidin20

Buku yang berjudul “Sejarah Dan Politik Hukum Hak Cipta” membahas

tentang sejarah politik hukum dari hak cipta yang didalamnya terdapat

pembahasan tentang penegakan hukum hak cipta dalam bidang sinematografi.

Persamaan dengan penulisan peneliti ialah objek yang dikaji adalah karya

sinematografi, sedangkan perbedaanya ialah jika penulis buku tersebut

membahas tentang sejarah dan politik hukum dari karya sinematografi, maka

penulisan peneliti membahas tentang perlindungan hukum bagi seorang

pemegang lisensi hak cipta dalam pelanggaran karya sinematografi.

4. Artikel dalam Jurnal oleh Rr. Aline Gratika Nugrahani21

Jurnal ini membahas mengenai penegakan hukum atas kasus-kasus yang

terjadi dalam sektor hak cipta. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu

membahas perkembangan teknologi yang menciptakan adanya pelanggaran hak

cipta. Dalam jurnal ini berfokus pada proses penegakan hukum atas kasus-kasus

yang ada. Sedangkan, penelitian peneliti membahas perlindungan hukum bagi

seorang pemegang lisensi hak cipta dalam pelanggaran karya sinematografi.

20

Ok. Saidin, Sejarah Dan Politik Hukum Hak Cipta, Jakarta: Rajawali Pers, 2016. 21

Rr. Aline Gratika Nugrahani, Pelanggaran Hak Cipta Sebagai Dampak Perkembangan

Teknologi, Jurnal Hukum Pidana Dan Pembangunan Hukum, Volume 1 No. 1, 2018.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

18

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA

A. Perlindungan Hukum Hak Cipta dalam Peraturan PerUndang-Undangan.

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

Establishing the World Trade Organization.

Persetujuan Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights

Agreement atau lebih dikenal dengan TRIPs merupakan sebuah perjanjian yang

hadir karena terbentuknya sebuah organisasi internasional yang bernama World

Trade Organization (WTO). Dalam kacamata dunia, hadirnya TRIPs

merupakan sebuah alat kemenangan untuk memperjuangkan kepentingan

investasi serta perlindungan yang efektif bagi kekayaan intelektual.1 Persetujuan

ini di ratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang

Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization.2

Persetujuan TRIPs merupakan gabungan dari perjanjian mengenai hak

atas kekayaan intelektual. Mudahnya ketentuan substantif dalam TRIPs

merupakan sebuah pelengkap dan pengadopsian dari konvensi-konvensi

inernasional lainnya seperti, Konvensi Paris , Konvensi Wina, dan Konvensi

Bern. Dalam penerapannya TRIPs merupakan persetujuan yang sifatnya sangat

kompleks, komprehensif dan ekstensif.3 Tujuan dibentuknya persetujuan TRIPs

antara lain:4

a. Mengurangi penyimpangan dan hambatan bagi perdagangan

internasional

1 Agus Sardjono, Pembangunan Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia: Antara

Kebutuhan dan Kenyataan, (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum

Keperdataan Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 27 Februari 2008), h. 6. 2 Dina Widyaputri K, Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, Dan Desain Industri, Mimbar

Hukum Vol. 22, Nomor 2, Juni 2010, h. 267. 3 Nandang Sutrisno, Implementasi Persetujuan TRIPs dalam Undang-undang Hak Cipta

Indonesia, Jurnal Hukum. No. 12 Vol. 6. 1999, h. 46. 4 TRIPs: Agreement On Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights,

https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm7_e.htm diakses tanggal 07 maret 2021

Pukul 10:31 WIB

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

19

b. Menjamin bahwa tindakan dan prosedur untuk menegakkan hak

kekayaan intelektual tidak menjadi kendala bagi perdagangan yang

sah

c. Mendukung inovasi, alih dan teknologi untuk keuntungan bersama

antara produsen dan pengguna pengetahuan teknologi dengan cara

yang kondusif bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta

keseimbangan hak dan kewajiban.

Persetujuan TRIPs tidak hanya dipahami sebagai sebuah instrumen

perjanjian internasional yang memberantas adanya pelanggaran terhadap HaKI,

tetapi juga sebagai sebuah kebijakan perlindungan teknologi dan ekonomi yang

lebih menguntungkan negara-negara maju.5 Ketentuan prinsip yang dianut oleh

TRIPs tercantum dalam Bab I Pasal 1 sampai Pasal 8, antara lain adalah:6

a. Ketentuan Free to Determine yaitu ketentuan yang memberikan

kebebasan kepada para anggotanya untuk menentukan cara yang

dianggap sesuai untuk menerapkan ketentuan ketentuan yang

tercantum dalam TRIPs kedalam sistem dan praktek hukum

mereka.

b. Ketentuan Intellectual Property Convention yaitu ketentuan yang

mengharuskan para anggotanya menyesuaikan peraturan

perundangannya dengan berbagai konvensi internasional di bidang

hak Milik Intelektual, khususnya Konvensi Paris, Konvensi Bren,

Konvensi Roma, dan Treaty on Intellectual Property in Respect of

Integrated Circuit.

c. Ketentuan National Treatment yaitu ketentuan yang mengharuskan

para anggotanya memberikan perlindungan hak milik intelektual

yang sama antara warga negaranya sendiri dengan warga Negara

lain, dan juga untuk badan badan hukum.

5 Carlos M. Correa, Intellectual Property Rights, The WTO, and Developing Countries,

(Penang: Third World Network, 2000), h. 5. 6 Niken Prasetyawati, Perlindungan Hak Cipta Dalam Transaksi Dagang Internasional, JSH

Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4 No.1, Juni 2011 h.76-77.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

20

d. Ketentuan Most Favoured Nation Treatment.yaitu ketentuan yang

mengharuskan para anggotanya memberikan perlindungan yang

sama terhadap seluruh anggotanya, untuk menghindarkan

perlakuan istimewa yang berbeda (diskriminasi) suatu Negara

terhadap Negara lain.

e. Ketentuan Exhaution yaitu ketentuan ini mengharuskan para

anggotanya dalam menyelesaikan sengketa , untuk tidak

menggunakan suatu ketentuan pun didalam persetujuan TRIPs

sebagai alasan tidak optimalnya pengaturan Hak Milik Intelektual

dalam Negara mereka.

2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne

Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works.

Diantara banyaknya perjanjian Internasional yang mengatur tentang hak

kekayaan intelektual, konvensi bern hadir dengan pembahasan elemen

perlindungan karya seni dan sastra atau lebih dikenal dengan hak cipta. Pada

tahun 1886 dibentuk pula sebuag konvensi untuk perlindungan di bidang hak

cipta yang dikenal dengan Internasional Convention for The Protection of

Literary and Arsitics Works, yang ditandatangani di Bern.7 Naskah dari

Konvensi Berne telah mengalami beberapa kali perubahan atau revisi yang

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem perlindungan intemasional dengan

memenuhi tantangan dari kemajuan teknologi di bidang pemanfaatan karya

pengarang agar dikenal pula hak­hak baru yang diatur oleh konvensi.8 Konvensi

ini diratifikasi dengan Keppres Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne

Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works.

7 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual : sejarah, Teori dan

Prakteknya di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1993, h. 9 . 8 Okssidelfa Yanto, Konvensi Bern Dan Perlindungan Hak Cipta, Jurnal Surya Kencana

Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 6 No.1, Maret 2016, h. 116.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

21

Prinsip yang dianut dalam konvensi bern terdiri dari tiga prinsip dasar,

yaitu:9

a. Prinsip National Treatment : Ciptaan yang berasal dari salah satu

Negara peserta perjanjia, ciptaan seorang warga negara , negara

peserta perjanjian, atau suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan

disalah satu Negara peserta perjanjian, harus mendapat

perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti yang diperoleh

ciptaan seorang pencipta warga negara sendiri.

b. Prinsip Automatic Protection: Pemberian perlindungan hukum

harus diberikan secara langsung tanpa harus memenuhi syarat

apapun (must not be conditional upon compliance with any

formality).

c. Prinsip independence of protection: Suatu perlindungan hukum

diberikan tanpa harus bergantung kepada pengaturan perlindungan

hukum negara asal pencipta.

Salah satu Pasal dalam konvensi bern ini menyebutkan;

Moral Rights: 1. To claim authorship: to object to certain

modifications and other derogatory actions; 2. After the author,s death; 3.

Means of redress10

.

Artinya:

“Hak Moral: 1. Hak untuk menyatakan kepemilikan suatu ciptaan:

hak untuk menolak pengubahan tertentu dan tindakan merugikan lainnya; 2.

Sampai pencipta meninggal; 3. Upaya ganti rugi.”

Dalam Pasal 6 bis konvensi bern tersebut membahas dengan adanya hak

moral yang di dapat oleh seoang pencipta secara otomatis pada sebuah karyanya

yang sudah didaftarkan karyanya sebagai hak kekayaan intelektual yang mana

9 Niken Prasetyawati, Perlindungan Hak Cipta Dalam Transaksi Dagang Internasional, JSH

Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4 No.1, Juni 2011 h. 75. 10

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pengesahan

Berne Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

22

dalam hal ini berbentuk hak cipta. Hak yang dimaksud ini adalah hak pencipta

untuk mengklaim sebagai pencipta suatu ciptaan dan hak pencipta untuk

mengajukan keberatan terhadap setiap perbuatan yang bermaksud mengubah,

mengurangi atau menambah keaslian ciptaanya yang dapat meragukan

kehormatan dan reputasi penciptanya.11

Adapun makna dari Pasal 6 bis tersbut

adalah, sebagai berikut:

(1) Independentently of the author's economic rights, and even after

the transfer of the said rights, the author shall have the right to

claim authorship of the work and to object to any distortion,

mutilation or other modification of, or other derogatory action in

relation to, the said work, which would be prejudicial to his

honor or reputation

(2) The rights granted to the author in accordance with the

preceding paragraph shall, after his death, be maintained at

least until the expiry of the economic rights, and shall be

execisable by the persons or institutions authorized by the

legislation of the country where protection is claimed. However,

those countries whose legislation, at the moment of their

ratification of or accession to this Act, does not provide for the

protection after the death of the author of all the rights set out in

the preceding paragraph may provide that some of these rights

may, after death, cease to be maintained.

(3) The means of redress for safeguarding the rights granted by this

Article shall be governed by the legislation of the country where

protection is claimed.12

Artinya:

(1) Independensi dari hak ekonomi pencipta, dan bahkan setelah

pengalihan hak tersebut, pencipta berhak untuk menuntut hak

cipta dari ciptaan dan hak untuk menolak setiap prubahan yang

tidak diinginkan, atau tindakan merugikan lainnya.

(2) Hak-hak yang dijelaskan penulis berhubungan dengan paragraf

sebelumnya bahwa, setelah kematiannya, dipertahankan

11

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Menumt Bebcrapa Konvens1 lntemasional.

Undang­undang Hak Cipta 1997 dan Pcrlindungannva tcrhadap Buku serta Perjanjian

Penerbitannya, (Bandung : PT.Alumni, 1999), h. 61. 12

Appendix Special Provisions Regarding Developing Countries, Article 6bis, Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Berne Convention For

The Protection Of Literary And Artistic Works.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

23

setidaknya sampai berakhirnya hak ekonomi, dan harus

dilaksanakan oleh orang atau lembaga yang diberi wewenang

oleh Undang-Undang negara di mana perlindungan diklaim.

Namun, negara-negara yang perUndang-Undangannya, pada saat

ratifikasi atau aksesi mereka terhadap Undang-Undang ini, tidak

memberikan perlindungan setelah kematian pencipta semua hak

yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya dapat menetapkan

bahwa beberapa dari hak-hak ini mungkin , setelah kematian,

tidak lagi dipertahankan.

(3) Sebagai upaya ganti rugi untuk melindungi hak-hak yang

diberikan oleh Pasal ini diatur oleh Undang-Undang negara

tempat pendaftaran lisensi ciptaan.

Kesimpulan dari Pasal 6 bis konvennsi bern, yaitu klaim atas hak

kepengarangan (integrity right); dan keberatan atas modifikasi tertentu dan aksi

lainnya yang bertentangan (attribution right).13

Konvensi bern yang memiliki

ruang lingkup dalam karya kesastraan dan karya artistik, menjadi salah satu

perjanjian yang sangat tua dalam sektor hak cipta, yang mencangkup hak-hak

ekslusif seperti hak terjemahan suatu karya tulis dari satu bahasa ke bahasa yang

lain, aransemen musik, kumpulan/koleksi seperti ensiklopedia dan ontologi.14

Aturan mengenai hak-hak terkait dalam pencipta karya sinematografi diatur

dalam Pasal 14 yang berbunyi:

Cinematographic and Related Rights: 1. Cinematographic adaptation

and reproduction; distribution; public performance and public communication

by wire of works thus adapted or reproduced; 2. Adaptation of

Cinematographic productions; 3. No compulsory licenses15

13

Dina Widyaputri K, Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, Dan Desain Industri, Mimbar

Hukum Vol. 22, Nomor 2, Juni 2010, h. 268. 14

Tim Lindsey (Ed), Eddy Damian, Simon Butt, Dan Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan

Intelektual –Suatu Pengantar, Penerbit Alumni Bandung Dan Asian Law Group: 2003, h. 98-99. 15

Article 14, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang

Pengesahan Berne Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

24

Artinya:

“Hak Sinematografi dan Hak Terkait: (1) Adaptasi dan pembuatan ulang

sinematografi; distribusi; kinerja publik dan komunikasi publik melalui peng-

adaptasi atau pembuatan ulang; (2) Adaptasi produksi sinematografi; (3) Tidak

ada lisensi wajib”

Pasal diatas mengatur hak terkait mengenai proses distribusi karya

sinematografi kepada masyarakat luas, produksi karya ciptaan dan lisensi dari

sebuah karya ciptaan tersebut. Lain hal nya dalam perlindungan yang didapat

oleh pencipta atas karyanya tersebut diatur dalam Pasal 15, yaitu:

Right to Enforce Protected Rights: 1. Where author's name is indicated

or where pseudonym leaves no doubt as to author's identity; 2. In the case of

cinematographic works; 3. In the case of anonymous and pseudonymous works;

4. In the case of certain unpublished works of unknown authorship16

Artinya:

“Penegakan perlindungan hukum: 1. Di mana nama pencipta disebutkan

atau di mana nama samaran pencipta dicantumkan dalam karya ciptaannya

sebagai identitas pencipta; 2. Dalam hal karya sinematografi; 3. Untuk karya

anonim dan nama samaran; 4. Dalam kasus karya tertentu yang tidak

dipublikasikan dengan pengarang yang tidak diketahui.”

Pasal 15 dalam konvensi Bern tersebut menegaskan bahwa nama si

pencipta karya sinematografi harus disebutkan, apabila pencipta merupakan

seorang anonim maka wajib menuliskan nama samaran dari si pencipta. Adapun

dalam hal jangka waktu perlindungan hak tersebut sampai tahun ke-50 setelah

kematian dari si pencipta, jika nama pencipta bersifat anonim maka jangka

waktu perlindungan berakhir 50 tahun setelah karyanya tersebar luas untuk

umum.

16

Article 15, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang

Pengesahan Berne Convention For The Protection Of Literary And Artistic Works.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

25

Kovennsi Bern juga mengatur jangka waktu perlindungan hukum

ciptaan ciptaan audiovisual (Cinematographic) , jangka waktu perlindungan

minimumnya adalah 50 tahun sejak ciptaan direkam dan dapat diperoleh

konsumen, jika tidak direkam dan tidak dapat diperoleh konsumen ,

perlindungan hukumnya adalah minimum 50 tahun semenjak diciptakan.17

Perlindungan merupakan salah satu prinsip hadirnya perjanjian Bern ini yang

bertujuan untuk melindungi hak pencipta dibidang karya seni, sastra dan ilmu

pengetahuan dengan harapan adanya perlindungan ini dapat mencegah agar

tidak adanya pelanggaran atau kejahatan di bidang hak pengarang itu.18

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (6) Konvensi Bern,

The works mentioned in this Article shall enjoy protection in all

countries of the Union. This protection shall operate for the benefit of the

author and his successors in title.

Artinya:

“Sebuah karya cipta yang diterbitkandalam sebuah negara peserta akan

mendapatkan perlindungan juga dari semua negara perhimpunan dan akan

memperoleh perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti diberikan kepada

warga negaranya sendiri. Perlindungan ini akan berlaku untuk kepentingan

penulis dan penerusnya dalam hak kepemilikan.”

Pasal diatas menekankan bahwa karya-karya yang disebut sebelumnya

akan menerima perlindungan dalam semua negara persatuan yang merupakan

negara anggota yang menyetujui adanya konvensi ini. Perlindungan ini berlaku

untuk kepentingan si pencipta dan wakil-wakilnya serta kuasa kuasanya yang

sah. Khusus Konvensi Bern yang mengatur tentang perlindungan terhadap hak

cipta, Indonesia secara langsung menjadi bagian dari hukum positif nasional.19

17

Niken Prasetyawati, Perlindungan Hak Cipta Dalam Transaksi Dagang Internasional,

JSH Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4 No.1, Juni 2011 h. 75. 18

Okssidelfa Yanto, Konvensi Bern Dan Perlindungan Hak Cipta, Jurnal Surya Kencana

Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 6 No.1, Maret 2016, h. 117. 19

Okssidelfa Yanto, Konvensi Bern Dan Perlindungan Hak Cipta, Jurnal Surya Kencana

Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 6 No.1, Maret 2016, h. 119.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

26

3. Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Pertimbangan perumusannya Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta mengacu kepada perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan sastra yang sudah sedemikian pesat sehingga memerlukan

peningkatan perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta,

pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait dan bahwa indonesia telah menjadi

anggota berbagai perjanjian internasional di bidang hak cipta dan hak terkait

sehingga diperlukan implementasi lebih lanjut dalam sistem hukum nasional

agar para pencipta dan kreator nasional mampu berkompetisi secara

internasional.20

Ruang lingkup perlindungan hak cipta adalah ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra yang meliputi karya: buku, program komputer,

pamflet, perwajahan (layout), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil

karya tulis lain; ceramah, kuliah, pidao, dan ciptaan lain yang sejinis dengan itu;

alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

lagu atau musik dengan atau tanpa teks; drama atau drama musikal, tari,

koreografi, pewayangan dan pantomim; karya seni rupa dalam segala bentuk

seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; karya

seni terapan; karya arsitektur; peta; karya seni batik atau seni motif lain; karya

fotografi; Potret; karya sinematografi; terjemahan, tafsir, saduran, bunga

rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil

transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format

yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; kompilasi

ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang

asli; permainan video; dan Program Komputer.

Perlindungan atas objek karya ciptaan termasuk karya sinematografi

otomatis didapatkan setelah adanya pencatatan oleh Direktorat Jenderal Hak

20

R. Diah Imaningrum Susanti, Hak Cipta Kajian Filosofis Dan Historis, setara press,

malang,2017, h. 120.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

27

Kekayaan Intelektual (DJHKI). Tata cara pencatatan objek ciptaan termasuk

karya sinematografi ialah , sebagai berikut:21

a. Mengisi formulir pendaftaran ciptaan sebagaimana telah diatur

oleh Menteri Hukum dan HAM dalam bahasa Indonesia dan

diketik rangkap tiga. Lembar pertama dari formulir tersebut

ditandatangani diatas materai Rp. 6.000,-

b. Membuat Surat Permohonan Pendaftaran Ciptaan yang

mencantumkan :

1) Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta

2) Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta;

nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa : jenis dan judul

ciptaan

3) Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali

4) Uraian ciptaan (rangkap 3)

c. Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang Hak

Cipta yaitu identitas KTP atau Paspor.

d. Apabila pemohon adalah badan hukum, maka pada surat

permohonannya harus melampirkan Akta Pendirian Badan Hukum

beserta SK Pengesahan Kemenkumham.

e. Apabila permohonan dilakukan oleh kuasanya maka diperlukan

surat kuasa beserta identitas KTP kuasanya.

f. Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya.

Apabila dalam bentuk video iklan wajib dicantumkan dalam

bentuk mp4.

Adapun untuk memudahkan para para pencipta pencatatan objek hak

cipta juga dapat dilakukan melalui online dengan cara membuka website

21

Pentingnya Pendaftaran Hak Cipta Bagi Hasil Karya Sinematografi Seperti Film, Iklan

Tv Komersil, Dan Video https://jasaparalegal.co.id/pendaftaran-hak-cipta-sinematografi/ diakses

pada 08 maret 2021, pukul 13.23 WIB

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

28

resmi https://www.dgip.go.id/ dengan membuat akun terlebih dahulu, lalu

dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:22

a. Pada halaman Dashboard, pilih tab Hak Cipta ke

Permohonan Baru

b. Silahkan isi formulir data dengan lengkap

c. Pada bagian Data Pencitpa, klik tambah

d. Lalu isi data dari orang yang menciptakan/ menemukan

(pencipta)

e. Lalu, pada bagian data pemegang hak cipta klik tambah

f. Kemudian isi data lengkap dari yang berhak untuk memiliki

hak cipta (pemilik)

g. Selanjutnya, pada bagian Lampiran lihat persyaratan untuk

upload file dengan menggeser tetikus ke Select File dan klik

untuk menambahkan file, lalu masukkan file yang menjadi

persyaratan sesuai tempat yang diminta:

1) Salinan Resmi Akta Pendirian dari Badan Hukum,

2) Scan NPWP perorangan/perusahaan,

3) Contoh Ciptaan,

4) Scan KTP Pemohon dari Pencipta,

5) Surat pernyataan

(silahkan klik unduh untuk mendownload contoh surat

pernyataan dan silahkan isi dengan benar, Kemudian convert

dari file .doc menjadi file .pdf). *catatan : Maksimal file setiap

upload file 5 mb

h. Silahkan cek ulang data serta file yg di upload, dan submit

form yang anda isi dengan klik Submit

i. Selanjutnya klik centang setuju untuk setuju dengan

persyaratan dan ketentuan yang tersedia (Silahkan baca

Rincian Persyaratan dan Kegunaan)

22

Direktorat Teknologi Informasi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Manual Book

Aplikasi E-Hakcipta, h. 6-12.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

29

j. Terakhir, anda akan ditampilkan halaman Permohonan yang

sudah anda buat dan tunggu persetujuan dari petugas aplikasi

kami. (2 hari kerja)

k. Setelah petugas aplikasi melakukan persetujuan, maka kami

akan mengirimkan file sertifikat yang dapat di download di

bagian atas kanan halaman Permohonan yang akan muncul

apabila disetujui.

Fungsi dari pencatatan ini ialah untuk diperolehnya surat pencatatan

yang berupa sertifikat guna dapat dijadikan alat bukti awal di Pengadilan

apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.23

Pengaturan pembuktian dalam Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta tercantum dalam Pasal 111 ayat (1) yang berbunyi, “Pembuktian

yang dilakukan dalam proses pemeriksaan di tingkat penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di pengadilan dapat dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perUndang-Undangan.” Lalu dilanjutkan dalam ayat (2) yang berbunyi,

“Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik diakui sebagai alat bukti

sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan.”

B. Deskripsi Perkara Dalam Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby.

1. Duduk Perkara

Sebuah gugatan Hak Cipta dalam putusan nomor :

14/Pdt.Sus.HKI/Cipta/2018/PN-Niaga SBY yang di daftarkan ke Paniteraan

Pengadilan Niaga Surabaya pada tanggal 08 mei 2018 berisi gugatan dari pihak

penggugat yang dalam perkara ini ialah suatu badan hukum yang bernama PT.

INTER SPORTS MARKETING yang mana juga berkedudukan sebagai

pemegang lisensi hak cipta atas siaran 2014 FIFA world cup Braziltm

/ piala

dunia FIFA Brazil 2014.

23

Dina Widyaputri K, Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, Dan Desain Industri, Mimbar

Hukum Vol. 22, Nomor 2, Juni 2010, h. 270.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

30

Diketahui bahwa PT. INTER SPORTS MARKETING ini adalah satu-

satunya pemegang dan penerima lisensi utama (master rights holder) dari

Federation Internationale De Football Association (FIFA), yang merupakan

sebuah organisasi sepak bola internasional yang berkedudukan di swiss dan

beralamat di FIFA-strasse 20 po box 744, 8044 zurich, switzerland (FIFA),

untuk tayangan siaran piala dunia FIFA 2014 Brazil di seluruh wilayah

Indonesia. Seperti halnya dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection Of

Literary And Artistic Works yang mengatur tentang droit moral, yaitu sebuah

hak yang dipegang oleh seorang pencipta untuk mengajukan suatu keberatan

terhadap setiap perbuatan yang dirasa merugikannya seperti mengubah,

mengurangi, atau menambah suatu karya ciptaannya.24

Tata cara seorang pencipta atau pemegang hak cipta untuk melayangkan

gugatannya diatur dalam Pasal 100 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta yang mana tata caranya seperti berikut:

a. Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua

Pengadilan Niaga.

b. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh panitera

Pengadilan Niaga dalam register perkara pengadilan pada tanggal

gugatan tersebut didaftarkan.

c. Panitera Pengadilan Niaga memberikan tanda terima yang telah

ditandatangani pada tanggal yang sama dengan tanggal

pendaftaran.

d. Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan permohonan gugatan

kepada ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 (dua)

Hari terhitung sejak tanggal gugatan didaftarkan.

e. Dalam waktu paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak gugatan

didaftarkan, Pengadilan Niaga menetapkan Hari sidang.

24

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut beberapa konvensi internasional, undang-

undang hak cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya,

(Bandung : PT. Alumni, 1999), h. 61 .

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

31

f. Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru

sita dalam waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak gugatan

didaftarkan.

Sesuai dengan yang sudah tercantum dalam Pasal 1865 KUHPerdata

yaitu, “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunya sesuatu hak, atau

guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain,

menunjuk pada suatu peristiwa diwajibkan membuktikan adanya hak atau

peristiwa tersebut”. Maka pengguggat berlandaskan dengan dasar hukum

licence agreement yang dibuat dan ditandatanganinya tertanggal 05 mei 2011

antara penggugat (PT. INTER SPORTS MARKETING) dengan Federation

Internationale De Football Association (FIFA) berkaitan dengan pelimpahan

hak-hak media tertentu yang timbul dari dan sehubungan dengan edisi ke-xx

turnamen sepakbola piala dunia FIFA dan event-event / kegiatan-kegiatan FIFA

lainnya. Pelimpahan atas hak-hak media yang meliputi antara lain yaitu:

a. Hak-hak televisi:

1) Basic feed, multi feeds, additional feeds dan liputan

unilateral secara keseluruhan atas dasar siaran langsung, tunda

dan ulangan,

2) Audio feed secara keseluruhan atas dasar siaran langsung,

tunda dan ulangan,

3) Highlights / cuplikan atas dasar siaran tunda dan ulangan,

b. Hak-hak mobile, termasuk didalamnya:

1) Basic feed, multi feeds, additional feeds dan liputan

unilateral secara keseluruhan atas dasar siaran langsung, tunda

dan ulangan,

2) Audio feed secara keseluruhan atas dasar siaran langsung,

tunda dan ulangan,

3) Highlights / cuplikan atas dasar siaran tunda dan ulangan,

c. Hak-hak radio, termasuk didalamnya:

i. Audio feed atas dasar siaran langsung, tunda dan ulangan,

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

32

ii. Highlights / cuplikan atas dasar siaran tunda dan ulangan,

d. Internet:

1) Audiovisual feed atas dasar siaran langsung, tunda dan

ulangan,

2) Highlights / cuplikan atas dasar siaran tunda dan ulangan,

e. Periklanan dan promosi;

f. Perlindungan branding FIFA dan merek dagang;

g. Kekayaan intelektual;

h. Sub-lisensi;

i. Hak-hak eksibisi publik (hak-hak areal komersial);

Pengguggat sebagai pemegang lisensi dari ciptaan tersebut telah

memberikan sub-lisensi sebagian dari hak-hak medianya untuk:

a. Hak televisi, yaitu hak untuk penyiaran melalui televisi terrestrial

antara lain kepada antv dan tvone;

b. Hak televisi, yaitu hak untuk penyiaran melalui televisi berbayar

(atau pay tv broadcaster) antara lain kepada k-vision dan vivasky

c. Hak internet dan hak mobile, yaitu hak untuk penyiaran melalui

internet dan mobile kepada domikado;

Diidentifikasi bahwa ditempat areal komersial tergugat di L hotel,

tepatnya di jalan raya petitenget nomor 8l, seminyak, badung, bali 80361, telah

didapati oleh penggugat padahari minggu, tanggal 6 juli 2014, pada pukul 04.35

wita, tergugat telah tanpa ijin/lisensi menayangkan konten siaran langsung 2014

FIFA world cup Brazil (piala dunia FIFA Brazil 2014) di kamar L hotel milik

tergugat tersebut, yang mana saat itu sedang berlangsung pertandingan

sepakbola antara negara Belanda melawan negara Kosta Rika di stasiun televisi

antv, yang dibuktikan dengan foto serta video (vcd). Diketahui bahwa

menayangkan siaran 2014 FIFA world cup Brazil di tempat komersial milik

tergugat, tanpa ijin/lisensi dari pengugat adalah perbuatan yang melawan

hukum, dan oleh karenanya penggugat telah sangat dirugikan akibat perbuatan

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

33

tergugat karena tergugat telah tidak membayar biaya perijinan/lisensi kepada

penggugat ataupun kepada pihak yang ditunjuk oleh penggugat yaitu PT.

Nonbar, sementara untuk mendapatkan lisensi hak-hak media tersebut

penggugat telah membayar biaya royalti yang sangat mahal yaitu sebesar

us$.54,000,000.- (lima puluh empat juta dollar amerika serikat) agar di wilayah

republik indonesia dapat disiarkan pertandingan piala dunia FIFA Brazil 2014,

sebagaimana tercantum dalam perjanjian lisensi. Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah mengatur bentuk pelanggaran atas hak

cipta di Indonesia sebagai berikut:

Pasal 9

(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial

Ciptaan.

Adapun karena perbuatan tergugat, yang telah menayangkan siaran 2014

FIFA world cup Brazil secara tanpa ijin/lisensi dari penggugat tersebut, maka

penggugat, baik melalui kuasa hukumnya maupun melalui PT. Nonbar kantor

cabang bali – nusra, telah berkali-kali mengirim somasi/teguran kepada tergugat

agar memproses ijin/lisensi tersebut, namun tergugat sama sekali tidak

menghiraukan somasi penggugat, perbuatan mana sangatlah merugikan

penggugat

Perbuatan tergugat yang sangat merugikan penggugat ini jelas

bertentangan dengan perjanjian lisensi antara penggugat dengan FIFA tertanggal

05 mei 2011 tersebut dan bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang

tentang hak cipta yang berlaku;

a. Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 menyatakan:

pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait berhak

mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga atas pelanggaran

hak cipta atau produk hak terkait; 23. Bahwa, penggugat dalam

memperjuangkan hak-haknya dimata hukum juga telah mendapatkan

kepastian hukum atas upaya-upaya hukum penggugat dengan pokok

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

34

perkara yang sama pada pengadilan niaga yang sama sebagaimana

tercantum antara lain:

b. Putusan peninjauan kembali (pk) Nomor 43 pk/pdt.sus-hki/2017 tanggal

26 april 2017 jo. Putusan mahkamah agung no. 518 k/pdt.sushki/2015

tanggal 30 september 2015 jo. Putusan perkara perdata niaga

no.02/pdt.sus-hki/2015/pn.niaga smg tertanggal 11juni 2015 antara pt.

Inter sport marketing melawan PT. Metro hotel internasional semarang

dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

c. Putusan peninjauan kembali (PK) no.115 pk/pdt.sus-hki/2016 tanggal 26

april 2017 jo. Putusan kasasi ma no.517k/pdt.sushki/2015jo.putusan

perkara perdata niaga no.01/pdt.sushki/2015/pn.niaga smg tertanggal

11juni 2015 antara PT. Inter sport marketing melawan PT. Sun star

motor yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

d. Putusan kasasi mahkamah agung no. 414 k/pdt.sus-hki/2017 tanggal 25

april 2017 jo. Putusan perkara perdata niaga no. 04/pdt.hki.hak

cipta/2016/pn.niaga.sby tertanggal 22 september 2016 antara pt. Inter

sport marketing melawan PT. Royal bali leisure dan telah mempunyai

kekuatan hukum tetap;

Perbuatan melawan hukum hak cipta yang dilakukan oleh pihak tergugat

sangat merugikan penggugat karena penggugat telah membayar royalty kepada

FIFA sebesar us$54,000,000.- (lima puluh empat juta dollar amerika serikat)

nilai investasi mana sama sekali tidak dihargai oleh tergugat walaupun telah

diperingatkan berkali-kali oleh penggugat; selain dari kerugian langsung materiil

yang dialami penggugat selama 3,5 (tiga setengah) tahun sampai dengan

didaftarkannya gugatan ini dan masih berlanjut, penggugat juga mengalami

kerugian immaterial, karena selaku penerima lisensi 2014 dari FIFA untuk

wilayah republik indonesia, penggugat tercoreng nama baik, citra maupun

kredibilitasnya dimata dunia internasional khususnya FIFA, yang

mengakibatkan penggugat mendapatkan teguran langsung dari FIFA, dan selama

lebih dari 3,5 (tiga setengah) tahun (dan masih berlangsung) penggugat tersita

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

35

waktu, tenaga dan beban pikiran serta moriil untuk memikirkan semua upaya

hukum yang harus ditempuh dan pukulan terparah adalah bahwa penggugat

harus kehilangan kontrak eksklusif hak-hak mediapiala dunia FIFA Rusia 2018

sebagaimana dibuktikan dari kontrak perjanjian lisensi piala dunia FIFA Rusia

2018 yang telah ditandatangani antara penggugat dan FIFA pada tanggal 23

desember 2014.

Akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tergugat tersebut

adalah kerugian materiil dari penayangan 2014 FIFA world cup Brazil di areal

komersial setara hotel tergugat :

Biaya / harga lisensi penayangan 2014

FIFA world cup Braziltm di areal komersial

setara hotel tergugat

Rp.250.000.000,-

(dua ratus lima puluh

juta rupiah)

Denda atas kerugian penggugat,

selama 3.5 (tiga setengah) tahun atas

kesengajaan keterlambatan tergugat

membayar lisensi, (dike 10 x (sepuluh kali)

harga lisensi – 10 x rp.250.000.000,- )

Rp.2.500.000.000

,- (dua milyar lima

ratus juta rupiah)

Biaya pengumpulan bukti-bukti

(sweeping) rp.50.000.000,-.

Biaya jasa penasehat hukum

(pengacara) pada tingkat mediasi selama 3,5

(tiga setengah) tahun rp.500.000.000;

Biaya jasa penasehat hukum

(pengacara) pada tingkat peradilan

rp.200.000.000,-;

Biaya pendaftaran

gugatan,legalisir bukti-bukti dan fotokopi

rp.50.000.000,-

Biaya jasa saksi ahli dan saksi

fakta rp.100.000.000,-

Rp.950.000.000,-

(sembilan ratus lima

puluh juta rupiah)

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

36

Biaya transportasi dan akomodasi

Total Rp.3.700.000.000

,- (tiga milyar tujuh

ratus juta rupiah)

Tabel 1.1 : Kerugian materiil dari penayangan oleh tergugat

2. Petitum Penggugat

Berdasarkan dari penjelasan yang telah diuraikan oleh pengguggat, dalam

petitumnya pengguggat meminta hakim pengadilan untuk menyatakan bahwa

memang benar secara sah bahwa adanya perjanjian lisensi antara PT. INTER

SPORTS MARKETING (penggugat) dengan Federation Internationale de

Football Association (FIFA) tertanggal 05 mei 2011. Yang mana dalam hal itu

dikatakan bahwa, penggugat adalah satu-satunya penerima lisensi dari

Federation Internationale de Football Association (FIFA) untuk media rights

menyiarkan tayangan 2014 FIFA world cup Brazil di seluruh wilayah Indonesia;

Penggugat menuntut agar hakim menyatakan bahwa tergugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum hak cipta dengan menayangkan 2014

FIFA world cup Brazil di areal komersial yaitu di L hotel di jalan raya petitenget

no.8l, seminyak, badung, bali 80361, tanpa ijin dari penggugat,. Akibat hukum

dari adanya perbuatan melawan hukum tersebut ialah penggugat mengalami total

kerugian materiil dan immaterial sejumlah RP.203.700.000.000,- (dua ratus tiga

milyar tujuh ratus juta rupiah).

Petitum Penggugat selanjutnya adalah menyatakan bahwa pengguggat

berharap hakim pengadilan menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas

barang-barang tidak bergerak dan barang-barang bergerak milik tergugat antara

lain:

a. Tanah berikut bangunan milik tergugat yang dikenal dengan namal

hotel di jalan raya petitenget no.8l, seminyak, badung, bali 80361,

dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah utara : - bangunan eva putu

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

37

boutique; sebelah timur : - jalan petitenget; sebelah selatan : - bangunan

kosong; sebelah barat : - bangunan the sanyas suite.

b. Barang-barang bergerak milik tergugat berupa kendaraan roda empat,

roda dua, dan barang-barang inventaris lainnya milik tergugat berupa

perabot dan peralatan hotel (kursi, meja, lemari dan tempat tidur) serta

alat-alat elektronik (air condition, kulkas, tv dan lain-lain) yang ada

didalaml hotel di jalan raya petitenget no.8l, seminyak, badung, bali

80361;

Akibat dari adanya kerugian immateril yang di dapat oleh pengguggat,

maka pengguggat menuntut untuk hakim di pengadilan menghukum tergugat

untuk memasang iklan, menyatakan kesalahan yang telah diperbuat dan

permohonan maaf kepada penggugat, di harian bali post, radar bali, tribun bali

selama tiga hari berturut-turut dengan ukuran seperempat halaman, setelah

putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan berjalannya perkara ini

maka tuntutan yang diminta selanjutnya ialah menghukum tergugat untuk

membayar ongkos-ongkos dan biaya yang timbul dalam perkara ini.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

38

BAB IV

PENYELESAIAN SENGKETA PERKARA DALAM PUTUSAN

NOMOR 14/PDT.SUS.HKI/CIPTA/2018/PN-NIAGA SBY

A. Putusan dan Pertimbangan Hakim dalam Sengketa

1. Putusan Hakim Terhadap Gugatan Penggugat

Sidang musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Surabaya, pada hari kamis tanggal 30 Agustus 2018 , oleh kami,Ari

Jiwantara, S.H., M.Hum., sebagai Hakim Ketua Majelis , Sarwedi, S.H., M.H.,

dan Dwi Winarko, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota

menyatakan bahwa majelis hakim menolak eksepsi dari tergugat. Apabila

berdasarkan dari duduk perkara yang telah diuraikan oleh pengguggat

sebelumnya majelis hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan

pengguggat dalam point yang pertama, dengan menyatakan bahwa benar sah

adanya perjanjian lisensi antara PT. INTER SPORTS MARKETING

(penggugat) dengan Federation Internationale de Football Association (FIFA)

dan menyatakan bahwa Penggugat adalah satu-satunya Penerima Lisensi dari

Federation Internationale De Football Association (FIFA) untuk Media Rights

menyiarkan tayangan 2014 FIFA World Cup Brazil di seluruh wilayah Republik

Indonesia;

Hakim yang diberikan wewenang dalam perkara putusan ini,

memberikan keputusan yang seadil-adilnya tanpa timpang sebelah. Yang mana

pada dasarnya Putusan hakim yang baik harus mengandung 3 (tiga) pokok

pertimbangan meliputi pertimbangan keadilan filosofis, pertimbangan keadilan

sosiologis, dan pertimbangan keadilan yuridis. Bahwasanya suatu pengadilan

yang bebas dan tidak dipengaruhi merupakan syarat yang indispensable bagi

negara hukum. Bebas berarti tidak ada campur tangan atau turun tangan dari

kekuasaan eksekutif dan legislatif dalam menjalankan fungsi judiciary. Ia tidak

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

39

berarti bahwa ia berhak untuk bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan

tugasnya, ia “subordinated”, terikat pada hukum.1

Point selanjutnya dari petitum pengguggat yang dikabulkan oleh majelis

hakim ialah, Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum berupa

menayangkan siaran sepakbola 2014 FIFA World Cup Brazil di areal Komersial

yaitu di kamar LHOTEL tanpa ijin penggugat - Menghukum Tergugat untuk

membayar kerugian materiil sebesar Rp 100.000.000,- ( Seratus Juta Rupiah )

dan kerugian immaterial sebesar Rp. 400.000.000,- ( Empat Ratus Juta Rupiah )

kepada penggugat. - Membebankan beaya yang timbul dalam perkara ini kepada

tergugat Konpensi/penggugat rekonpensi sebesar Rp. 6.516.000,- (Enam juta

lima ratus enam belas ribu rupiah). -

Putusan tersebut diucapkan pada hari kamis , tanggal 6 September 2018

dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelisdengan

didampingi oleh para Hakim Anggota , dibantu Hariyanto, S.H., M.H. Panitera

Pengganti , dihadiri Kuasa Penggugat dan Kuasa Tergugat.

2. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan

Suatu tata hukum dan peradilan tidak bisa dibentuk begitu saja tanpa

memperhatikan keadilan, dan adil itu termasuk pengertian hakiki suatu tata

hukum dan peradilan, oleh karena itu dalam pembentukan tata hukum dan

peradilan haruslah berpedoman pada prinsip-prinsip umum tertentu.2

Pokok gugatan penggugat dari duduk perkara yang telah diuraikan oleh

penggugg pada dasarnya adalah tentang perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh tergugat berupa penayangan siaran sepak bola piala Dunia tahun

2014 di Brazil tanpa ijin dari penggugat selaku pemegang lisensi dari Federation

Internationale De Football Assosiation ,dan perbuatan yang mana

mengakibatkan kerugian bagi penggugat .

1 Oemar Seno Adji,Peradilan Bebas Negara Hukum, Jakarta: Erlangga,1987,h. 46.

2 Firman Floranta Adonara, Prinsip Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara Sebagai

Amanat Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Volume 12, Nomor 2, Juni 2015. h.227.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

40

Pengguggat telah melakukan kewajibannya untuk mencatatkan serah

terima atau hak ekslusif dari ciptaannya dengan memenuhi syarat sebagaimana

tertuang dalam Pasal Pasal 47 ayat ( 2 ) Undang Undang No 19 tahun 2002

tentang hak cipta yang mengatur adanya pencatatan perjanjian lisensi. Penggugat

selaku Penerima Lisensi berdasarkan Licence Agreement tersebut, dengan

melalui kuasanya Turman M. Panggabean, SH., MH., Konsultan HKI pada

Kantor ABSOLUT Patent & Trade Mark, telah mengajukan Permohonan

Pencatatan Lisensi atas Licence Agreement tersebut kepada Direktur Hak Cipta,

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 23 Mei 2014, dan telah

diterima dan dicatatkan pada tanggal 23 Mei 2014. Adapun penggugat telah

memberikan Sub-Lisensi sebagian dari Hak-Hak Medianya yaitu antara lain hak

untuk Penyiaran melalui Televisi Terrestrial antara lain kepada ANTV dan

TVOne dan untuk Penyiaran melalui Televisi Berbayar (atau Pay TV

Broadcaster) antara lain kepada K-Vision dan VIVASky;

Penggugat dalam upayanya untuk melindungi hak hak media berdasarkan

adanya perjanjian lisensi tersebut , telah melakukan sosialiasi, pengumuman,

pemberitahuan maupun teguran kepada masyarakat luas terkait Hak-Hak Media

atas Siaran 2014 FIFA World Cup Brazil (Piala Dunia FIFA 2014 Brazil)

melalui beberapa Media Cetak yang beredar secara nasional. Sebagaimana yang

telah dijelaskan diatas bahwa Penggugat adalah satu-satunya Pemegang dan

Penerima Lisensi tayangan siaran Piala Dunia FIFA Brazil 2014 berdasarkan

Licence Agreement tertanggal 05 Mei 2011 yang diberikan oleh Federation

Internationale De Football Association (FIFA) untuk melaksanakan hak

penayangan siaran Piala Dunia FIFA 2014 Brazil untuk kepentingan komersial,

dan perjanjian mana telah diajukan Pencatatanya kepada Direktur Hak Cipta,

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan telah diterima dan dicatatkan pada

tanggal 23 Mei 2014, sehingga dengan demikian penggugat berhak untuk

mendapatkan perlindungan hukum atas hak-hak Media berupa Siaran 2014 FIFA

World Cup Brazil (Piala Dunia FIFA 2014 Brazil)

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

41

Majelis hakim berdasarkan uraian tersebut diatas yang menyatakkan

memang adanya perjanjian lisensi telah dapat dibuktikan bahwa tergugat dalam

melaksanakan penayangan siaran sepak bola piala dunia FIFA Brasil 2014 tidak

ada ijin dari penggugat selaku pemegang lisensi hak cipta , sehingga dengan

demikian oleh karena tidak terdapat adanya ijin dari penggugat atas penayangan

siaran 2014 FIFA World Cup BrazilTM yang dilakukan oleh tergugat tersebut

,maka perbuatan tergugat tersebut dikwalifikasikan sebagai perbuatan melawan

hukum , sehingga dengan demikian dengan mendasarkan pada Pasal 1365

KUHPerdata ,terhadap tergugat tersebut diwajibkan untuk memberikan ganti

kerugian kepada penggugat sebagi pihak yang dirugikan ,dimana dalam Pasal

1365 KUHPerdata tersebut telah menegaskan “Setiap Perbuatan Melawan

Hukum yang oleh karenanya menimbulkan kerugian pada orang lain,

mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu

menggantikan kerugian”

Penggugat adalah satu-satunya penerima lisensi dari FIFA untuk media

rights menyiarkan tayangan World Cup Tahun 2014 Brazil di seluruh wilayah

Republik Indonesia, sehingga yang harus dipertimbangkan dalam perkara a quo

adalah masalah “perlindungan hak cipta”, yang ternyata dalam perkara a quo

Tergugat tanpa izin Penggugat tetap menayangkan siaran tersebut di areal

komersial milik Tergugat yang merupakan bagian atau cara daya tarik kepada

umum termasuk penyewa kamar milik Tergugat yang merupakan bagian service

khusus yang dapat menghasilkan keuntungan kepada Tergugat dan merugikan

Penggugat, sehingga perbuatan Tergugat tersebut merupakan Perbuatan

Melawan Hukum yaitu melanggar Hak Cipta dan mewajibkan kepada Tergugat

untuk membayar ganti rugi sebagaimana yang telah dipertimbangkan oleh Judex

Facti yang bahwasanya pertimbanganya telah tepat dan benar serta tidak

bertentangan dengan hukum .

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

42

B. Analisis Putusan Hakim Pada Putusan Nomor 14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-

Niaga Sby

Pelanggaran hak cipta sering terjadi di Indonesia, faktor dari

terjadinya hal itu disebabkan karena nilai ekonomi yang di dapatkan dari suatu

hasil karya ciptaan tidak sedikit nominalnya. Hal tersebut juga terjadi karena

adanya dorongan faktor ekonomi yang rendah dan kurangnya pengawasan dari

pihak yang berwajib dari adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di

Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah

mengatur bentuk-bentuk pelanggaran atas hak cipta di Indonesia melalui

beberapa Pasal, sebagai berikut:

Pasal 9

(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial

Ciptaan.

Pasal 24

Hak ekonomi Produser Fonogram sebagaimana dimaksud pada ayat

1. meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang

pihak lain untuk melakukan:

a. Penggandaan atas Fonogram dengan cara atau bentuk apapun;

b. Pendistribusian atas Fonogram asli atau salinannya;

c. penyewaan kepada publik atas salinan Fonogram; dan

d. penyediaan atas Fonogram dengan atau tanpa kabel yang dapat

diakses publik

Pasal 50

Setiap Orang dilarang melakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau

Komunikasi Ciptaan yang bertentangan dengan moral, agama, kesusilaan,

ketertiban umum, atau pertahanan dan keamanan negara.

Jika menarik kesimpulan dari Pasal-Pasal tersebut, terdapat dua jenis

pelanggaran hak cipta yang saat ini marak terjadi dimasyarakat,yaitu: (1)

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

43

Plagiarism atau plagiat yang mempunyai arti sebagai mengutip karya orang lain

lalu dimasukkan kedalam ciptaan sendiri atau mengaku-ngaku ciptaan orang

lain menjadi ciptaan sendiri. (2) mengambil karya orang lain untuk diperbanyak

dan diumumkan sebagaimana aslinya tanpa mengubah bentuk isi, pencipta, dan

penerbit/perekam dengan tujuan ingin memperkaya diri sendiri. Perbuatan ini

disebut dengan pembajakan yang banyak dilakukan pada ciptaan berupa buku,

rekaman audio/video seperti kaset lagu dan gambar (vcd), karena menyangkut

dengan masalah a commercial scale.3

Seperti halnya dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection Of

Literary And Artistic Works yang mengatur tentang droit moral, yaitu sebuah

hak yang dipegang oleh seorang pencipta untuk mengajukan suatu keberatan

terhadap setiap perbuatan yang dirasa merugikannya seperti mengubah,

mengurangi, atau menambah suatu karya ciptaannya.4

Dalam proses mengajukan suatu gugatan diperlukannya sebuah alat

bukti yang dapat meyakinkan pihak berwenang bahwa perkara tersebut dapat

merugikan dan dapat pantas dijadikan perkara dalam sebuah persidangan.

Pengaturan tentang pembuktian telah diatur dalam beberapa Pasal pada Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yakni:

Pasal 106

a. Mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta

atau Hak Terkait ke jalur perdagangan;

b. Menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan sebagai alat bukti

yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut;

3 Fransin Miranda Lopes , Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Di Bidang

Musik Dan Lagu, Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013, hal. 48 4 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut beberapa konvensi internasional, undang-

undang hak cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya,

(Bandung : PT. Alumni, 1999), h. 61 .

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

44

c. Mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya oleh

pelanggar; dan/atau

d. Menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih besar.

Pasal tersebut menjelaskan tentang tugas pengadilan niaga yang dapat

mengeluarkan penetapan sementara atas adanya permintaan dari pihak pencipta

karena telah merasa dirugikan apabila dilihat terjadinya pelanggaran dari karya

ciptaannya. Sesuai dengan teori de lege lata yang mana si penggugat dalam

kasus ini ialah pencipta mengajukan gugatannya maka si penggugat meminta

kepada hakim agar hakim menerapkan ketentuan hukum yang berlaku terhadap

peristiwa yang diajukannya,5 maka si pengguggat akan membawa Pasal 50

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi,

“Setiap Orang dilarang melakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau

Komunikasi Ciptaan yang bertentangan dengan moral, agama, kesusilaan,

ketertiban umum, atau pertahanan dan keamanan negara” lalu dapat

membuktikan adanya sebuah pelanggaran dalam kasusnya tersebut.

Hal ini juga disebut sebagai beban pembuktian yng mana ketentuan

umum tentang beban pembuktiaan diatur dalam beberapa Pasal yaitu:

Pasal 1865 KUHPerdata yang berbunyi, “Setiap orang yang

mendalilkan bahwa ia mempunya sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya

sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu

peristiwa diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”.

Pasal 163 RIB yang berbunyi, “Barang siapa yang mengatakan

mempunnyai barang sesuatu hak, atau menyebutkan sesuatu kejadian untuk

meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu

harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu”.

5 Prof. Dr. Achmad Ali, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, (Jakarta:Kencana 2012),

h. 120.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

45

Ada beberapa cara dalam proses pengajuan alat bukti yaitu:6

1. Mengajukan secara langsung apa yang harus dibuktikan, melalu

potongan peristiwa. Alat bukti dalam proses ini menggunakan

material evidence atau alat bukti saksi.

2. Menjadikan surat untuk menggambarkan peristiwa yang lampau.

Dalam hal ini alat bukti berbentuk tertulis atau surat.

3. Pembuktiaan melalui mendatangkan orang-orang terentu ke muka

persidangan, untuk meberikan penjelasan terhadap peristiwa

tersebut. Alat bukti ini disebut alat bukti kesaksian atau ketengan

ahli.

4. Pembuktian melalui pembuktian hal lain dalam hal membuktikan

sesuatu yang sulit untuk dibuktikan. Alat bukti tersbut disebut

dengan alat bukti persangkaan-persangkaan.

Dalam Pasal 107 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta terkait syarat-syarat yang harus ditunjukkan oleh pihak pencipta sebagai

bukti terjadinya pelanggaran lampiran yang harus dibawa oleh pencipta sebagai

bukti, sebagai berikut:

1. Melampirkan bukti kepemilikan Hak Cipta atau Hak Terkait;

2. Melampirkan petunjuk awal terjadinya pelanggaran Hak Cipta atau

Hak Terkait;

3. Melampirkan keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau

dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan, atau diamankan untuk

keperluan pembuktian;

4. Melampirkan pernyataan adanya kekhawatiran bahwa pihak yang

diduga melakukan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait akan

menghilangkan barang bukti; dan

6 Prof. Dr. Achmad Ali, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, (Jakarta:Kencana 2012),

h. 78.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

46

5. Membayar jaminan yang besaran jumlahnya sebanding dengan nilai

barang yang akan dikenai penetapan sementara.

Karena alat bukti mempunyai keterkaitan yang konkret dalam sebuah

peristiwa hukum yang bersengketa, maka dari itu lisensi suatu ciptaan sangatlah

penting untuk mendukung argumentasi dalam sebuah proses persidangan.

Dalam permasalahan ini bentuk alat bukti yang dapat dimasukkan kedalam

proses pembuktian diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Pasal 5 (1) Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan

alat bukti hukum yang sah.

Penjelasan Pasal 5 Ayat (1) tersebut mengalami perubahan dalam

Undang- Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yang

berbunyi “Bahwa keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik mengikat dan diakui sebagai alat bukti yang sah untuk memberikan

kepastian hukum terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi

Elektronik, terutama dalam pembuktian dan hal yang berkaitan dengan

perbuatan hukum yang dilakukan melalui Sistem Elektronik.”7

Tujuan dari adanya kegiatan pembuktian dalam sebuah persidangan bagi

masing-masing pihak adalah sebagai berikut:8

1. Bagi penuntut umum, tujuan pembuktian merupakan sebuah usaha

untuk meyakinkan hakim,alat bukti menjadi faktor pendukung dari

argumentasi dalam surat dakwaan seorang penuntut umum.

2. Bagi terdakwa atau penasihat hukum, tujuan pembuktian adalah

untuk meyakinkan hakim bahwa seorang terdakwa berhak untuk

dibebaskan dari suatu tuntutan hukum.

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik 8 Alfitrah, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata, Dan Korupai Di

Indonesia, (Jakarta: Raih Asa Sukses,2011), h.25.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

47

3. Bagi hakim, tujuan pembuktiaan adalah sebagai fondasi atas dasar

untuk membuat keputusan. Karena pada dasarnya, pembuktiaan

elektronik juga memberikan pembuktian bebas kepada hakim

sebagai bahan pertimbangan dalam proses pemeriksaan perkara.

Tujuan dari adanya perlindungan Hak Cipta merupakan untuk mencegah

adanya pihak lain yang merugikan dengan memanfaatkan karya cipta seorang

pencipta tanpa izin dengan tujuan komersial.9 Karena Hukum berfungsi untuk

melakukan perlindungan kepentingan dr subjek hukum, agar kepentingan subjek

hukum dapat terlindungi, hukum harus dilaksanakan.10

Adapun yang dimaksud

dengan pelindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan. Dirugikan dalam hal ini yaitu terlanggarnya suatu hak

daripada subjek hukum oleh subjek hukum lainya sehingga menghasilkan

hilangnya hak perlindungan hukum dari si subjek hukum tersebut.11

Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection Of Literary

And Artistic Works dalam Pasal 2 ayat (6) Konvensi Bern, bahwa perlindungan

dalam karya sinematografi berlaku untuk kepentingan seorang pencipta yang

akan mendapatkan perlindungan dari semua negara persatuan.

“The works mentioned in this Article shall enjoy protection in all

countries of the Union. This protection shall operate for the benefit of the

author and his successors in title.”

Dalam Indonesia sendiri sudah cukup pengaturan yang menegaskan

bahwa karya sinematografi yang tercatat dalam Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual dijamin perlindungan hukumnya oleh negara. Hal tersebut yang

menjadi penting bagi para pencipta karya untuk mencatatkan karya mereka

9 Nanan Isnaina, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Terkait Pembajakan

Sinematografi Di Aplikasi Telegram, Dinamika, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Volume 27, Nomor 7,

Januari 2021, h. 995. 10

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty

1991), h.134. 11

Satjipto Rahardjo, Penyelengaraan Keadilan dalam Masyarakat yang Sedang Berubah,

(Bandung:Jurnal Masalah Hukum, 1993), h. 6.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

48

untuk mendapatkan sertifikat keterangan hak cipta guna menjadi bukti apabila

terjadinya sengketa dikemudian harinya.

Hak ekonomi yang diterima oleh pemegang hak cipta diatur dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta , yaitu:

Pasal 9

1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. Penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan Ciptaan;

d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan

i. Penyewaan Ciptaan.

Perlindungan hukum bagi hak ekonomi dalam hak cipta karya

sinematografi sudah diatur dalam dua Pasal, sebagai berikut:12

Pasal 59

(2) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan

berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan

Pengumuman.

Pasal 63

1. Pelindungan hak ekonomi bagi:

a. Pelaku Pertunjukan, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak

pertunjukannya difiksasi dalam Fonogram atau audiovisual;

12

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

49

b. Produser Fonogram, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak

Fonogramnya difiksasi; dan

c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya

siarannya pertama kali disiarkan.

Jika diperhatikan, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta telah mengakomodir terkait perlindungan dari pencipta karya

sinematografi, karena dalam perkembangannya yang melewati beberapa

perubahan, Undang-Undang ini merupakan suatu gebrakan dari Indonesia untuk

menunjukan partisipasinya dalam perlindungan hak cipta, dengan berpedoman

kepada ketentuan-ketentuan internasional yang sudah ada seperti Berne

Convention tahun 1886 dan Trade Related aspects of intellectual property rights

(TRIPs). Namun, dengan banyaknya praktek-praktek pelanggaran hak cipta

dalam karya sinematografi menunjukan bahwa penegakan hukum terkait hak

cipta belum dilakukan secara maksimal.

Pada hakikatnya ada dua bentuk perlindungan hukum yaitu, preventif

dan represif:

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan Hukum Preventif adalah perlindungan yang diberikan

oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya pelangaran. Hal ini terdapat

dalam peraturan perundang undangan dengan maksud untuk mencegah

suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasanbatasan

dalam melakukan sutu kewajiban.13

Tujuan dari adanya perlindungan ini

ialah mencegah terjadinya sebuah sengketa dikemudian hari. Dalam

perlindungan hak cipta karya sinematografi, perlindungan hukum preventif

berada dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

yaitu:

13

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor Indonesia, (Surakarta:

Jurnal Magister FH UNS, 2003), h.14.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

50

Pasal 54

Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui

sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:

a. Pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

b. Kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun

luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan

c. Pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media

apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat pertunjukan.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan Hukum Represif adalah perlindungan hukum yang

diberikan berupa sanksi seperti denda, penjara, kurungan ataupun hukuman

tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan

suatu pelanggaran.14

Dalam bentuk perlindungan ini ditandai dengan sanksi-

sanksi yang telah ditegaskan tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan tujuan menyelesaikan sengketa guna

melindungi kepentingan subjek-subjek hukum, dan untuk menghindari

overlapping dalam sebuah kepentingan satu pihak dengan pihak lain sehingga

negara memberi batasan tersebut.

14

Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1987). h. 75.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Permasalahan ini Putusan Hakim Pada Putusan Nomor

14/Pdt.Sus.Hki/Cipta/2018/Pn-Niaga Sby, majelis hakim menolak eksepsi

dari tergugat dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk sebagian bentuk

alat bukti yang dapat dimasukkan kedalam proses pembuktian diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik Pasal 5 (1) Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum

yang sah. Maka dalam kasus telegram, lampiran bukti yang dapat dijadikan

dalam pembuktian merupakan sebuah tangkapan layar dari keberadaan akun

yang menyediakan video film ilegal dan lisensi atas karya ciptaan yang

dijadikan objek pelanggaran.

2. Pada hakikatnya ada dua bentuk perlindungan hukum yaitu, preventif dan

represif. Perlindungan Hukum Preventif adalah perlindungan yang

diberikan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya pelangaran, seperti

yang tercantum dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta. Sedangkan, perlindungan hukum Represif adalah

perlindungan hukum yang diberikan berupa sanksi, yang telah ditegaskan

tercantum dalam Pasal 112-114, Pasal 117 dan Pasal 119 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Perihal hak cipta karya

sinematografi, perlindungan hukum yang harus diperhatikan datang dari

hak ekonomi dari pencipta yang seringkali diugikan karena adanya

pelanggaran-pelanggaran dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Hak

ekonomi yang diterima oleh pemegang hak cipta diatur dalam Pasal 9

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Adapun

perlindungan hukum bagi hak ekonomi dalam hak cipta karya

sinematografi sudah diatur dalam Pasal 59 ayat (2) dan Pasal 63.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

52

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian beserta data yang telah dijabarkan, saran yang

dapat diberikan oleh peneliti ialah,

1. Pemerintah harus menggalakkan lagi terkait sanksi-sanksi yang akan

dikenakan apabila melakukan pelanggaran. Peran masyarakat penting

karena masyarakat dapat melaporkan pelanggaran-pelanggaran hak

cipta atau hak terkait khususnya.

2. Perlindungan hukum yang dapat diberikan pemerintah kepada pencipta

sebuah karya atau Pemegang hak cipta dengan cara, pengawasan oleh

pemerintah dan melibatkan badan hukum yang sudah memiliki

wewenang.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

53

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Achmad. Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis.

Jakarta: Toko Gunung Agung. 2002.

Adji. Oemar Seno, 1987,Peradilan Bebas Negara Hukum, Jakarta: Erlangga.

Alfitrah, 2018. Hukum pembuktian dalam beracara pidana, perdata, dan

korupsi di Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Raih Asa Sukses.

Ali, Achmad, 2012, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta:Kencana.

Al-Khudairi, Zainab. 1987. Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, Bandung: Pustaka.

Angrayni. Lysa, 2014,Diktat Pengantar Ilmu Hukum, Riau: Suska Press.

Bintang , Sanusi, 1998, Hukum Hak Cipta, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Correa, Carlos M., 2000. Intellectual Property Rights, The WTO, and

Developing Countries, Penang: Third World Network.

Direktorat Teknologi Informasi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,

Manual Book Aplikasi E-Hakcipta

Damian, Eddy. 1999. Hukum Hak Cipta Menumt Bebcrapa Konvens1

lntemasional. Undang­undang Hak Cipta 1997 dan Pcrlindungannva

tcrhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya, Bandung : PT.Alumni.

Djumhana, Muhamad dan Djubaedillah, R. 1993. Hak Milik Intelektual :

sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti.

Hadjon, Phillipus M. 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,

Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Joice. Craig, William Patry, Marsh Leaffer dan Peter Taszi, 1998,Copyright Law

– Casebook Series, Forth Edition, New York, Matthew Bender &

Company Incorporated.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

54

Kansil C. S. T, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf. Sonny, 1997, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi, Yogyakarta

Kanisius.

Lindsey, Damian, Eddy. Butt, Simon. Dan Utomo, Tomi Suryo. 2003. Hak

Kekayaan Intelektual –Suatu Pengantar, Penerbit Alumni Bandung Dan

Asian Law Group.

Melfa, Wendy. dan Siddiq , Solihin. 2007. Paradigma Pengembangan

Mayarakat Islam; Studi Epistemologis Pemikiran Ibnu Khaldun,

Lampung: Matakata.

Mertokusumo, Sudikno, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar),

Yogyakarta: Liberty.

Mertokusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:

Liberty.

Rahardjo, Satjipto, 1993, Penyelengaraan Keadilan dalam Masyarakat yang

Sedang Berubah, Bandung:Jurnal Masalah Hukum.

Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Rahardjo, Satjipro. 2003. Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta:

Kompas.

Riswandi , Budi, dkk, 2017, Pembatasan Dan Pengecualian Hak Cipta Di Era

Digital, Bandung :Citra Aditya Bakti.

Saidin,ok. 2016, Sejarah Dan Politik Hukum Hak Cipta, Jakarta: Rajawali Pers.

Supramono, Gatot, 2012, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Susanti, R. Diah Imaningrum, 2017, Hak Cipta Kajian Filosofis Dan Historis,

Malang: Setara press.

Peraturan PerUndang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

55

Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE).

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang

Pengesahan Berne Convention For The Protection Of Literary And Artistic

Works.

PUTUSAN

Putusan Pengadilan Negeri Niaga Surabaya Nomor:

14/PDT.SUS.HKI/CIPTA/2018/PN-NIAGA SBY. Jakarta: Pengadilan

Negeri Niaga. 2018.

ARTIKEL JURNAL

Adonara. Firman Floranta, Prinsip Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara

Sebagai Amanat Konstitusi,Jurnal Konstitusi, Volume 12, Nomor 2, Juni

2015.

Asiah , Nur. Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam , Jurnal Syariah Dan

Hukum diktum Volume 15, Nomor 1, Juni 2017.

Hanafizadeh, Payam & Ghandchi, Samira & Asgarimehr, Masoud, Impact of

Information Technology on Lifestyle: A Literature Review and

Classification. International Journal of Virtual Communities and Social

Networking. 2017.

Hughes, J. The Philosophy of Intellectual Property. Georgetown Law Journal,

1988.

Haryono dan Agus Sutono, Pengakuan Dan Perlindungan Hak Cipta Tinjauan

Secara Filosofis Dan Teoritis, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2,

Juli 2017.

Isnaina, Nanan, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Terkait

Pembajakan Sinematografi Di Aplikasi Telegram, Dinamika, Jurnal

Ilmiah Ilmu Hukum, Volume 27, Nomor 7.

Kariodimejo, Dina Widyaputri. Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, Dan

Desain Industri, Mimbar Hukum Volume 22, Nomor 2, Juni 2010.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

56

Lopes, Fransin Miranda, Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta

Di Bidang Musik Dan Lagu, Lex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Nugrahani, Rr. Aline Gratika. Pelanggaran Hak Cipta Sebagai Dampak

Perkembangan Teknologi, Jurnal Hukum Pidana Dan Pembangunan

Hukum. Vol. 1 No. 1, 2018.

Porta, Rafael La. , “Investor Protection and Cororate Governance; Journal of

Financial Economics”, No. 58, Oktober 1999.

Prasetyawati, Niken, Perlindungan Hak Cipta Dalam Transaksi Dagang

Internasional, JSH Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4 No.1, Juni 2011.

Samekto. FX. Adji, Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang

Stufenbeautheorie Dalam Pendekatan Normatiffilosofis, Jurnal Hukum

Progresif, Vol. 7, No. 1, April 2019.

Sardjono, Agus, Pembangunan Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia: Antara

Kebutuhan dan Kenyataan, (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam

Ilmu Hukum Keperdataan Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

Depok, 27 Februari 2008)

Sutrisno, Nandang, Implementasi Persetujuan TRIPs dalam Undang-Undang

Hak Cipta Indonesia, Jurnal Hukum. No. 12 Vol. 6. 1999.

Widyaputri, Dina, Perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, Dan Desain Industri,

Mimbar Hukum Vol. 22, Nomor 2, Juni 2010

Yanto, Okssidelfa, Konvensi Bern Dan Perlindungan Hak Cipta, Jurnal Surya

Kencana Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 6 No.1,

Maret 2016

PENELITIAN ILMIAH

Fahrezha, A. Muhlm. Fharuq, Tinjauan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak

Cipta Pada Pengguna Aplikasi Media sosial Bigo Live, skripsi fakultas

hukum, universitas hasanuddin, 2017.

Fikrie Alief, Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Lagu

Dan Musik Di Media Internet Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG LISENSI HAK CIPTA …

57

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas

Sumatera Utara, 2020.

Purba, Sihar HLM. Kajian Yuridis Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran

Hak Cipta, Tesis Magister Hukum Bisnis, Universitas Medan Area, 2010.

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,

Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret,

2003.

Setiono, Rule of Law, Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas

Sebelas Maret, 2004.

WEBSITE

https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm7_e.htm

https://jasaparalegal.co.id/pendaftaran-hak-cipta-sinematografi/