Perlawanan Rakyat Ternate Terhadap Portugis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533. Untuk menghadapi Portugis, sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau Jawa bersatu melawan Potugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap Portugis. Rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu. Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa posisinya terdesak, Portugis mendatangkan pasukan bantuan dari Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa wilayah Kerajaan Ternate. Rakyat Maluku di bawah pimpinan Kerajaan Ternate berjuang penuh semangat, mempertahankan kemerdekaannya. Tetapi waktu itu Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara Portugis dapat menguasai Maluku.

Citation preview

Perlawanan Rakyat Ternate Terhadap Portugis

Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533. Untuk menghadapi Portugis, sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau Jawa bersatu melawan Potugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap Portugis. Rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu. Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa posisinya terdesak, Portugis mendatangkan pasukan bantuan dari Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa wilayah Kerajaan Ternate. Rakyat Maluku di bawah pimpinan Kerajaan Ternate berjuang penuh semangat, mempertahankan kemerdekaannya. Tetapi waktu itu Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara Portugis dapat menguasai Maluku.

Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis, di bawah pimpinan Sultan Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga, Sultan Hairun memenuhi undangan Portugis. Tetapi apa yang terjadi? Setiba di benteng Portugis, Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan rakyat Maluku. Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun. Pada tahun 1574, benteng Portugis dapat direbut oleh rakyat Ternate. Dengan demikian, rakyat Ternate berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.

Kisah Perlawanan Rakyat Ternate Melawan Portugis

Ngara Lamo, gerbang Istana Sultan Ternate di tahun 1930-an

Kisah Perlawanan Rakyat Ternate Melawan Portugis -Bangsa portugis pertama kali tiba di Maluku, yaitu di Pulau Banda pada thaun 1512. Di Banda, mereka membeli pala, cengkeh, dan fuli yang ditukar dengan bahan pakaian dari India. Setelah selesai melakukan perdagangan di Banda, kapal-kapal Portugis sampa di Hitu dan Ternate. Bangsa Portugis diterima penduduk Ternate dengan baik karena dianggap akan memajukan hubungan perdagangan di antara kedua belah pihak. Bangsa Portugis bahkan diberi kesempatan untuk mendirikan benteng yang ditujukan melindungi persekutuan Tidore Spanyol. Kesempatan itu tidak disia-siakan dengan cara membangun Benteng Saint John di Ternate pada tahun 1522.

Bangsa Portigis ternyata tidak sekedar mendirikan ebnteng, merekapun berhasil mengajukan keinginan untuk memonopoli perdangan rempah-rempah yang dituangkan dalam suatu perjanjian. Seja adanya perjanjian tersebut, rakyat Ternate merasa dirugikan karena harus menjual rempah-rempah dengan harga sangat rendah kepada Portugis. Bangsa Portugis yang baru dikenal sebagai sahabat kemudian berubah menjadi pemeras. Olehkarena itu, rakyat Ternate serentak menyatakan permusuhannya terhadap bangsa Portugis.

Pada tahun 1533 rakyat Ternate membakar benteng milik Portugis di bawah pimpinan Dajalo. Portugis segera mengirim bala bantuan dari Malaka di bawah pimpinan Antonio Galvao pada tahun 1536. Rakyat Ternate dan daerah-daerah lain di Maluku kembali berjuang mempertahankan wilayahnya. Pada akhir peperangan, Antonio Galvao berhasil memaksakan perdamaian dengan Rakyat Maluku sehingga Portugis masih dapat mempertahankan kekuasaan di wilayah ini.

Sultan Baabullah

Untuk beberapa saat Portugis masih dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Hal ini diperkuat dengna perjanjian yang dibuat tahun 1570 antara Gubernur Lopez de Mesquita dan Raja Ternate Sulatan Hairun. Namun, tidak berapa lama setelah perjanjian itu dibuat, Sultan Hairun dibunuh oleh suruhan Lopez de Mesquita. Kejadian ini menyulut kemarahan Sultan Baabullah, putra Sultan Hairun.

Peperangan rakyat Ternate melawan Portugsi segera berkobar. Selama hampir tujuh tahun Portugis terkurung di dalam benteng-bentengnya. Satu demi satu benteng-benteng itu dapat dierbut Rakyat Ternate. Pada tahun 1577 rakyat Ternate dapat mengusur Portugis dari wilayahnya.

Sultan Baabullah tidak memerintahkan membunuh bangsa Portugis ketika mereka dalam keadaan tidak berdaya. Hal ini mencerminkan sikap kesatria seorang pejuang yang membela tanah air dan bangsa. Setiap manusia berkewajiban untuk menentang praktik-praktik ketidakadilan sebagai perwujudan rasa cinta terhadap nilai-nilai kemanusiaan.