Click here to load reader
Upload
galuhmuhamadiqbalsas
View
560
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BILATERAL :
INDONESIA - MALAYSIA
Galuh Muhamad Iqbal SAS
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta [email protected]
ABSTRAK : Paper ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perdagangan bilateral antar
negara yang berada di kawasan ASEAN, dengan di latarbelakangi oleh perkembangan dari teori
perdagangan. Disini lebih kepada hubungan perdagangan bilateral antara negara Indonesia -
Malaysia yang ditinjau melalui data statistik : GDP per capita, serta Export dan Import dari
kedua negara tersebut.
PENDAHULUAN
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa perorangan (individu dengan Individu), antara Individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Perdagangan Internasional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kenaikan Gross Domestic Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
Perdagangan Internasional ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain yaitu :
1. Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di negeri sendiri.
2. Memperoleh keuntungan.
3. Memperluas pasar.
4. Transfer Ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Faktor utama yang menjadi pendorong terjadinya Perdagangan Internasional adalah
Perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah
sumber daya ekonomi, kesamaan selera terhadap suatu barang, perbedaan sumber daya
alam dan adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu adanya pasar baru untuk
menjual produk tersebut. Di dalam paper ini lebih focus menjelaskan tentang
Perdagangan Bilateral. Perdagangan Bilateral merupakan kegiatan perdagangan yang
dilakukan oleh dua negara, yang bertujan untuk menjalin hubungan ekonomi, politik, dan
sosial antara kedua negara tersebut.
PERKEMBANGAN TEORI PERDAGANGAN
Heckser-Ohlin Theory oleh Eli Heckscher and Bertil Ohlin pada tahun 1933,
mengatakan bahwa suatu negara melakukan perdagangan internasional karena adanya
perbedaan faktor produksi (endowment factor). Perkembangan berikutnya dalam teori
perdagangan internasional adalah munculnya teori oleh seorang ekonom Swedia bernama
Staffan Burenstam Linder pada tahun 1961 yang disebut The Linder Theory. Perbedaan
yang mencolok bila dibandingkan dengan toeri H-O adalah bahwa Linder melihat
komposisi perdagangan internasional dari sisi permintaan (demand side) dan hanya
menekankan pada barang-barang manufaktur (hasil industri). Hal yang terkait yaitu
Selera Konsumen. Pola selera konsumen ini dibentuk dari tingkat pendapatan per kapita
setiap orang, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita maka permintaan akan
produk-produk berkualitas juga meningkat. Pola selera konsumen tersebut akan
menghasilkan permintaan terhadap suatu jenis produk tertentu, sehingga muncul ekspor.
Implikasi penting dari teori Linder ini adalah bahwa perdagangan internasional atas
produk-produk manufaktur akan meningkat intensitasnya, diantara pendapatan per kapita
yang mirip daripada antara negara-negara yang tidak memiliki kemiripan tingkat
pendapatan per kapita.
PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA dan MALAYSIA 2005 – 2009
Tahun 2009, ekspor Indonesia ke Malaysia lebih tinggi jika dibandingkan dengan
impornya dari Malaysia,(lihat Table 1). Tingginya ekspor tersebut menyebabkan
terjadinya surplus bagi Indonesia sebesar USD 1,63 milyar pada neraca perdagangannya
dengan Malaysia. Jika dibandingkan dengan tahun 2008, surplus pada neraca
perdagangan tersebut naik sebesar 57,30%, dimana surplus tahun 2008 hanya berjumlah
USD 1,03 milyar. Dalam periode 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 hingga 2009
Indonesia selalu mengalami surplus, surplus terendah terjadi pada tahun 2006 dimana
nilainya hanya sebesar USD 885,94 juta, sedangkan yang terbesar terjadi pada tahun
2009. Total nilai perdagangan bilateral antara Indonesia – Malaysia mencatat jumlah
¹ Krisis keuangan yang dipicu oleh masalah sub-prime morgage di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2007 dampaknya
semakin dalam dan meluas, hingga Asia tenggara
USD 11,44 milyar, turun sebesar 15,11% berbanding periode yang sama tahun 2008.
Menurunnya total nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Malaysia disebabkan
oleh menurunnya aktifitas usaha antara kedua negara sebagai dampak krisis ekonomi
global,¹ yang di tunjukan pada Tabel 2.
Tabel 1 Kelompok Produk Ekspor/Impor Malaysia Ke/Dari Indonesia 2009
(Nilai : USD ‘000)
Commodity Sections
Impor Malaysia
Dari Indonesia
Ekspor Malaysia Ke
Indonesia
Total Perdagangan
Neraca Perdagangan
Food 824.294 261.744 1.086.038 -562.549
Beverages & Tobacco 73.148 127.501 200.649 54.353
Crude Materials, Inedible 144.268 106.434 250.702 -37.834
Mineral Fuels, Lubricants, Etc 1.258.941 1.251.235 2.510.176 -7.706
Animal & Vegetables Oils & Fats 1.132.612 68.864 1.201.475 -1.063.748
Chemicals 499.465 871.684 1.371.149 372.22
Manufactured Goods 1.496.796 806.405 2.303.200 -690.391
Machinery & Transport Equipment 911.091 1.195.628 2.106.719 284.538
Miscellaneous Manufactured Articles
162.38 172.99 335.37 10.611
Miscellaneous Transaction & Commodities
31.119 44.199 75.318 13.08
TOTAL 6.534.112 4.906.686 11.440.797 -1.627.426
Sumber : Department of Statistics, Malaysia
Tabel 2 Perdagangan bilateral Antara Malaysia dan Indonesia, 2005 – 2009
(Nilai : USD ‘000)
TAHUN EKSPOR MALAYSIA KE INDONESIA (F.O.B)
IMPOR MALAYSIA DARI INDONESIA (C.I.F)
TOTAL PERDAGANGAN
NERACA
2005 3.321.731 4.374.359 7.696.090 -1.052.628
2006 4.066.006 4.951.945 9.017.951 -885.939
2007 5.163.334 6.219.237 11.382.571 -1.055.903
2008 6.220.927 7.255.540 13.476.466 -1.034.613
2009 4.906.685 6.534.112 11.440.797 -1.627.427
Trend (%) 12,81 12,58 12,69 -
2005 – 2009
Growth (%) -21,13 -9,94 -15,11 57,30
2008/2009 Sumber : Department of Statistics, Malaysia
PENDAPATAN PER KAPITA INDONESIA-MALAYSIA
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita adalah PDB atas harga berlaku dibagi
dengan jumlah jumlah penduduk pertengahan tahun.² Selama tahun 2005-2009 PDB per
kapita/pendapatan per kapita Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun
2005 sebesar US$ 1.300,22, tahun 2006 sebesar US$ 1.635,72, tahun 2007 sebesar US$
1.915,57, tahun 2008 sebesar US$ 2.237,72, tahun 2009 sebesar US$ 2.329,45. Demikian
pula dengan Pendapatan per kapita Malaysia selama tahun 2005-2008 masih meningkat,
tetapi pada tahun 2009 Pendapatan per kapita Malaysia mengalami penurunan menjadi
US$ 6.950,47 yang pada tahun sebelumnya tahun 2008 sebesar US$ 8.142,62. Hal ini
disebabkan karena krisis ekonomi global, yang menyebabkan terjadinya penyusutan nilai
ekspor sebesar 13,4%, terutama ekspor produk manufaktur yang mengalami kontraksi
sebesar 8,8% dan sangat berpengaruh terhadap PDB, sehingga Pendapatan per kapitanya
mengalami penurunan,³ (lihat Tabel 3).
Tabel 3 GDP per capita/per capita income Indonesia, Malaysia, Canada, and Japan
2005 – 2009
Country
Subject Descriptor Units Scale 2005 2006 2007 2008 2009
Indonesia
GDP, current price U.S. dollars
Billions
285.856 364.350 432.232 511.489 539.37
7
Indonesia
GDP per capita, current prices
U.S. dollars
Units 1,300.2
2 1,635.7
2 1,915.5
7 2,237.7
2 2,329.
45
Indonesia
Population Persons
Millions
219.852 222.747 225.642 228.575 231.54
7
Malaysia
GDP, current price U.S. dollars
Billions
138.022 157.050 187.005 222.272 192.95
5
Malaysia
GDP per capita, current prices
U.S. dollars
Units 5,318.5
3 5,950.5
6 6,967.1
0 8,142.6
2 6,950.
47
Malaysia
Population Persons
Millions
25.951 26.392 26.841 27.297 27.761
Canada GDP per capita, current prices
U.S. dollars
Units 35,204.
730 39,301.
503 43,302.
014 45,051.
105 39,657
.924
²Sumber : Data Strategis BPS tahun 2010 hal. 20
³Sumber : http://www.kbrikualalumpur.org/
Japan GDP per capita, current prices
U.S. dollars
Units 35,633.
042 34,150.
333 34,267.
767 38,271.
304 39,740
.268
Sumber : International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, October 2010
Dari tabel di atas menunjukan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki kemiripan
dalam Pendapatan per kapitanya. Sehingga kedua negara tersebut memiliki intensitas
dalam perdagangan bilateral di kawasan ASEAN (Tabel 1&2). Selain dari hal tersebut
masyarakat Indonesia memiliki pola konsumsi yang hampir sama dengan masyarakat
Malaysia, mengapa demikian? Karena dilihat dari pendapatan per kapita yang masih
rendah. Mungkin masyarakat di kedua negara tersebut, dalam mengkonsumsi barang
terutama barang – barang manufaktur, akan lebih memilih – milih barang yang tergolong
sederhana. Berbeda halnya dengan negara maju yang memiliki pendapatan per kapita
tinggi, serta memiliki selera yang sama, seperti Kanada dan Jepang (lihat Tabel 3),
masyarakat disana lebih menyukai barang – barang manufaktur yang tergolong canggih
(high tehcnology), seperti coffe makers with flashing lights, digital readout, and remote
control.4 Secara keseluruhan, bagaimanapun juga, pola pendapatan dan permintaan
International, menentukan tingkat perdagangan barang – barang manufaktur. Terutama
dalam aktifitas mengekspor barang, harus melihat terlebih dahulu kekuatan permintaan
domestik dari Negara tujuan ekspornya tersebut.
KESIMPULAN
Peper ini mencoba membuktikan kebenaran teori dari seorang ekonom Swedia
bernama Staffan Burenstam Linder pada tahun 1961 yang disebut The Linder Theory.
Linder melihat komposisi perdagangan internasional dari sisi permintaan (demand side)
dan hanya menekankan pada barang-barang manufaktur. Linder pun mengatakan bahwa
Perdagangan barang – barang manufaktur yang paling umum terjadi, di antara negara-
negara maju, yang memiliki selera yang sama serta memiliki pendapatan per kapita yang
sama.
The Linder Theory bisa dikatakan benar setelah melihat kasus perdagangan bilateral
antar Negara berkembang seperti Indonesia - Malaysia yang memiliki pendapatan per
kapita rendah. Perdagangan barang - barang manufaktur dari kedua Negara tersebut pun
4 lihat chapter 13 “Taste, Per capita income, and Technological Change as Determinants of Trade” di buku
“International Trade Theory and Evidence” oleh J.R.Markussen, J.R.Melvin, W.H.Kaempfer, K.E.Maskus .
relative masih rendah, jika dibandingkan dengan Negara maju seperti Kanada dan
Jepang. Sehingga dapat disimpulkan bagaimanapun juga, pola pendapatan dan
permintaan International, menentukan tingkat perdagangan barang – barang manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Markusen, James R., Melvin, James R., Kaempfer, William H.,Maskus, Keith E. 1995.
International trade : theory and evidence, publisher McGraw-Hill, Singapore.
Darwanto._____ Model Perdagangan Heckher-Ohlin : Teori, Kritik, dan Perbaikan.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, Semarang.
http://www.depdag.go.id/statistik_neraca_perdagangan_dengan_negara_mitra_dagang/
(diakses tanggal 22 Desember 2010)
http://www.kbrikualalumpur.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=
177:hubungan-ekonomi-indonesia-malaysia-2009&catid=40:hubungan-
bilateral&Itemid=163 (diakses tanggal 22 desember 2010)
http://www.bps.go.id/aboutus.php?65tahun=1 ( diakses tanggal 23 Desember 2010)
http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2010/02/weodata/weorept.aspx?pr.x=35&pr.y=
12&sy=2005&ey=2009&scsm=1&ssd=1&sort=country&ds=.&br=1&c=548%2C156%2
C536%2C158&s=NGDPD%2CNGDPDPC%2CLP&grp=0&a (diakses tanggal 23
Desember 2010)