8
Perkembangan Ilmu Zaman Islam Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar pada ilmu. Ketika Rasulullah Saw menerima wahyu, perintah yang mula-mula diberikan adalah membaca/iqra’. Dari kata iqra’ inilah muncul berbagai makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, dan membaca teks, baik tertulis maupun tidak. Dalam perjalanan ilmu dan filsafat di dunia Islam, terdapat upaya rekonsiliasi antara pandangan filsafat Yunani dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan. Upaya tersebut menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya dalam studi-studi keislaman lain. Bahkan, dihasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat Arab dan filsafat Yunani. Sisi lain yang juga menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah dengan penerjemahan dan penafsiran buku- buku Yunani. Aktifitas tersebut dilakukan di negeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukkan Timur Dekat pada tahun 641 M. Selain itu, juga didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh, Ephesus dan Iskandariah yang masih membaca dan menerjemahkan buku-buku Yunani Purba ke dalam berbagai bahasa. Pengaruh pemikiran Yunani pun masih tetap meluas setelah umat Islam berhasil menaklukkan wilayah-wilayah tersebut. Hal yang patut dicatat berkaitan dengan perkembangan ilmu adalah peristiwa Fitnah al Kubra, yang tidak hanya membawa konsekuensi- logis dari segi politisan tetapi juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia Islam. Pasca

Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar pada

ilmu. Ketika Rasulullah Saw menerima wahyu, perintah yang mula-mula diberikan adalah

membaca/iqra’. Dari kata iqra’ inilah muncul berbagai makna, seperti menyampaikan, menelaah,

mendalami, meneliti, dan membaca teks, baik tertulis maupun tidak. Dalam perjalanan ilmu dan

filsafat di dunia Islam, terdapat upaya rekonsiliasi antara pandangan filsafat Yunani dengan

pandangan keagamaan dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan. Upaya tersebut

menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya dalam studi-studi keislaman lain.

Bahkan, dihasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat Arab dan filsafat Yunani. Sisi

lain yang juga menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan adalah dengan penerjemahan dan penafsiran buku-buku Yunani. Aktifitas tersebut

dilakukan di negeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukkan

Timur Dekat pada tahun 641 M. Selain itu, juga didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti

Ariokh, Ephesus dan Iskandariah yang masih membaca dan menerjemahkan buku-buku Yunani

Purba ke dalam berbagai bahasa. Pengaruh pemikiran Yunani pun masih tetap meluas setelah

umat Islam berhasil menaklukkan wilayah-wilayah tersebut. Hal yang patut dicatat berkaitan

dengan perkembangan ilmu adalah peristiwa Fitnah al Kubra, yang tidak hanya membawa

konsekuensi-logis dari segi politisan tetapi juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan

dan perkembangan ilmu di dunia Islam. Pasca terjadinya Fitnah al Kubra, muncul berbagai

golongan yang memiliki aliran teologis sendiri didasari pada alasan-alasan politis, seperti Syiah,

Khawarij, dan Mu’awiyah. Diluar konflik tersebut muncul dua tokoh yang mencurahkan

perhatiannya pada ilmu agama, yaitu Abdullah Ibn Umar yang berkonsentrasi pada ilmu hadits

dan Abdullah Ibn Abbas yang cenderung memilih ilmu tafsir. Kedua tokoh ini sering disebut

sebagai pelopor tumbuhnya institusi keulamaan, sekaligus pelopor kajian mendalam dan

sistematis tentang agama Islam. Tahap penting berikutnya adalah masuknya unsur-unsur dari

luar, khususnya unsur-unsur budaya Perso-Semitik (Zoroastrianisme, khususnya Mazdaisme,

Yunani dan Kristen) dan budaya Hellenisme. Selanjutnya, pengaruh itu selalu mewarnai

perkembangan ilmu di masa berikutnya.

Page 2: Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Pada masa ini, banyak para ilmuan yang berasal dari para teolog yang mengaitkan antara

aktifitas ilmiah dengan aktifitas keagamaan. Adapun semboyan yang digunakan pada masa ini

adalah Ancilla Theologi yang berarti  abdi agama.

Di zaman Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, ilmu berkembang dengan sangat maju dan

pesatnya. Kemajuan ini berhasil membawa Islam pada masa keemasan, dimana wilayah-wilayah

lain masih berada pada kegelapan peradaban. Di masa pemerintahan Al Mansyur, proses

penerjemahan karya-karya filsuf Yunani berjalan dengan pesat. Pada masa Harun ar Rasyid,

proses tersebut masih terus berlangsung. Buku-buku kuno yang diterjemahkan meliputi bidang

kedokteran, asrronomi, dan astrologi. Al Ma’mun juga bejasa besar dalam pengembangan ilmu

dengan membangun Bait al Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan, observatorium, dan

departemen penerjemahan. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-10 muncul dua penerjemah

terkemuka, yaitu Yahya Ibn A’di dan Abu Ali Isa Ibn Ishaq. Yahya banyak memperbaiki

terjemahan dan menulis komentar mengenai karya-karya Aristoteles dan Plato. Ia juga sebagai

ahli logika dan menerjemahkan The Prolegomena of Ammonius dan sebuah kata pengantar

Isagoge Pophyrius.

Dengan berkembanganya pengaruh islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh

ilmuwan yang berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut :

1. Al Farabi (870 M -950 M). Adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat

ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang matematika, filosofi,

pengobatan, bahkan musik. Al- farabi telah membuat berbagai buku tentang sosiologi dan

sebuah buku penting dalam bidang musik, kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang

paling terkenal adalah Al-Madinah Al- fadhilah (kota atau Negara utama) yang

membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan

antara razim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.

2. Al-Khawarizmi (780 M – 850 M), hasil pemikiran berdampak besar pada matematika,

yang terangkum dalam buku pertamanyanya, Al-jabar, selain itu karyanya adalah Al-

kitab Al- mukhtasar fi hisab Al-jabr wa’al – muqalaba (buku rangkuman untuk kulturasi

dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan

Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.

Page 3: Perkembangan Ilmu Zaman Islam

3. Al – Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari

kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidabg goemetri , astronomi,

aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis,

psikologi, meteorology, dan politik.

4. Al-Ghazali (1058 M – 111 M) adalah seorang filsuf dan theolog muslim Persia, yang

dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya beliau berupa kitab-kitab, antara lain kitab

Al – munqidih min adh – dalal, Al – risalah al – quadsiyyah, dan mizan al – Amal.

5. Ibnu Sina ( 980 M – 1037 M ). Ia di kenal sebagai A Vicenna di dunia barat. Ia adalah

seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau adalah bapak

pengobatan modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang berkaitan dengan karya

– karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran

selama berabad – abad.

6. Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut dengan Averroes, dan dia

adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat,

kedokteran dan fiqih dalam bentuk karangan, ulasan, essai, dan resume.

7. Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M), adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan

sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi.

Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah ( pendahuluan ).

8. Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert ( 721 M – 815 M ), dia adalah seorang tokoh islam

yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.

9. Al – razi ( 856 M – 925 M ), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis

ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu penelitian Al-kimi atau lebih

dikenal dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran

yang berjudul Contenens.

10. Ibnu Haitam dikenal dalam kalangan cerdik pandai di barat, dengan nama Alhazen, Dia

adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri,

pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan

telah memberiakn ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam

menciptakan mikroskop dan teleskop.

Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindi berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat

diakses dan membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit,

Page 4: Perkembangan Ilmu Zaman Islam

yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Farabi. Al-Kindi

sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab,

seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak

pengetahuan asing. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen

daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru

lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga pada

sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut

Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari

kalangan Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami

orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang

sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau

renaissans.

Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu

1. Faktor Internal

a. Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi

dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.

b. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat

dengan daerah sulit dilakukuan.

c. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan

Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.

d. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada

mereka sangat tinggi.

e. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.

f. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

2. Faktor Eksternal

a. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.

b. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan

Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan

Page 5: Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan

Kerajaan Mughal di India.

DAFPUS

E. Goodman, “Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman. Bandung: Mizan, 2003.

Felix Klein-Franke, “Al-Kindī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman. Bandung: Mizan, 2003.

Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera AntarNusa, 1996.