Upload
duongtuyen
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERKEMBANGAN DAN TANTANGAN LAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK
DI INDONESIA
Sujatmika, Marita
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
emai: ([email protected]), ([email protected])
ABSTRACT
A political party is one tool that can be used to express support and demands in the political process
that is realized through Election (Election). The activity was held in a democratic and fair by organizing
the provision and direct voting, general, free and secret. Political party itself is one of the democratic
institutions that serve to develop awareness of rights and obligations of popular politics, channeling the
interests of society in policy-making country, as well as develop and prepare community members to fill
political positions in accordance with the mechanism of democracy. Every political party has the status,
functions, rights and obligations are the same and equal. Among other obligations of making financial
reports, especially campaign finance accountability in the electoral process. The main purpose of the
financial statements Election is to present information about the acceptance and use of funds for election
campaign activities.
Keywords: History of Political Parties, the Financial Statements, Political Party
ABSTRAK
Partai politik merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menyatakan dukungan dan
tuntutan dalam proses politik yang diwujudkan melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Kegiatan tersebut
diselenggarakan secara demokratis, jujur dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara
secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Partai politik itu sendiri merupakan salah satu lembaga
demokrasi yang berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat,
menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta membina dan
mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme
demokrasi. Setiap partai politik mempunyai kedudukan, fungsi, hak dan kewajiban yang sama dan
sederajat. Kewajibannya diantara lain pembuatan laporan keuangan, terutama pertanggungjawaban dana
kampanye dalam proses Pemilu. Tujuan utama dari laporan keuangan Pemilu adalah untuk menyajikan
informasi mengenai penerimaan dan penggunaan dana untuk kegiatan kampanye Pemilu.
Keywords: Sejarah Partai Politik, Laporan Keuangan, Partai Politik
2
1. BAB I
PENDAHULUAN
Partai politik menurut Budiarjo (1989) adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan umum partai politik adalah mewujudkan
cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik
adalah memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak
dan kewajiban politik rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara,
serta membina dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai
dengan mekanisme demokrasi. Partai politik juga merupakan salah satu sarana guna menyatakan
dukungan dan tuntutan dalam proses politik yang diwujudkan melalui Pemilihan Umum yang
diselenggarakan secara demokratis, jujur dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara
secara langsung, umum, bebas dan rahasia, hal ini sesuai dengan Sujatmika dan Marita (2014).
Setiap partai politik mempunyai kedudukan, fungsi, hak dan kewajiban yang sama dan sederajat.
Kedaulatan partai politik berada di tangan anggotanya, termasuk untuk membubarkan, dan karena itu
partai politik bersifat mandiri dalam mengatur rumah tangga organisasinya, terbebas dari campur tangan
pihak-pihak di luar partai, termasuk pihak pemerintah. Pembentukan partai politik merupakan perwujudan
kedaulatan rakyat, bukan perwujudan kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu pembatasan sumber
keuangan partai politik untuk mencegah penyalahgunaan uang demi kepentingan politik (money politics).
Keterbukaan partai politik dalam hal keuangan merupakan informasi penting bagi warga negara untuk
menilai dan memutuskan dukungannya terhadap partai politik.
Sumber utama keuangan partai politik diperoleh dari iuran anggota dan sumbangan yang diberikan
kepada partai politik oleh anggota masyarakat, perusahaan dan badan lainnya, serta oleh Pemerintah.
Partai politik tidak boleh menerima sumbangan dan bantuan dari pihak asing. Sebagai sebuah organisasi
nirlaba yang memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang
tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Partai politik dilarang mendirikan badan
usaha dan atau memiliki saham suatu badan usaha.
3
Kelangsungan hidup partai politik tergantung pada besarnya dana yang berhasil dikumpulkan baik
melalui sumbangan para anggota maupun sumbangan dari pihak luar, ataupun dari pinjaman yang dapat
diperoleh. Dari sumber-sumber tersebut, sumbangan dari pihak luar merupakan sumber keuangan terbesar
bagi partai politik. Walaupun begitu jenis sumbangan ini juga bisa menjadi sumber keterikatan partai
politik, karena biasanya pemberi sumbangan memiliki maksud-maksud tertentu yang kemudian
menjadikan sumbangan tersebut sebagai sumbangan bersyarat. Jika hal tersebut terjadi, partai suara rakyat
tetapi mewakili kepentingan-kepentingan tertentu.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kebanyakan negara-negara di dunia menetapkan batas berapa
sumbangan yang diperbolehkan untuk diterima oleh partai-partai politik. Kemampuan partai politik untuk
terus memperjuangkan baik kepentingan anggota maupun bangsa dan negara dikomunikasikan melalui
laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Pertanggungjawaban pengurus mengenai
kemampuannya mengelola sumber daya partai politik yang diterima dari anggota dan para penyumbang
disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi
mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih.
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Partai Politik di Indonesia
Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk
dengan tujuan khusus. Definisi lainnya mengenai partai politik menurut Budiarjo, Miriam (1989)
adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusionil, untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
mereka. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh
sekelompok anggota partai yang terkemuka. Atau bisa juga berdasarkan partai massa, yaitu partai
politik yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partai politik berarti perkumpulan yang didirikan
untuk mewujudkan ideologi politik tertentu. Dalam sejarah Indonesia yang dikutip dari Budiarjo,
Miriam (1989) keberadaan Partai politik di Indonesia diawali dengan didirikannya organisasi Boedi
Oetomo (BO), pada tahun 1908 di Jakarta oleh Dr. Wahidin Soediro Hoesodo dkk. Walaupun pada
waktu itu BO belum bertujuan ke politik murni, tetapi keberadaan BO sudah diakui para peneliti dan
4
pakar sejarah Indonesia sebagai perintis organisasi modern. Dengan kata lain, BO merupakan cikal
bakal dari organisasi massa atau organisasi politik di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, partai-partai politik tidak dapat hidup tentram. Tiap partai yang
bersuara menentang dan bergerak tegas, akan segera dilarang, pemimpinnya ditangkap dan
dipenjarakan atau diasingkan. Partai politik yang pertama lahir di Indonesia adalah Indische Partij
yang didirikan pada tanggal 25 Desember 1912, di Bandung. Dipimpin oleh Tiga Serangkai, yaitu Dr.
Setiabudi, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Tujuan partai itu adalah Indonesia
lepas dari Belanda. Partai itu hanya berusia 8 bulan karena ketiga pemimpin masing-masing dibuang
ke Kupang, Banda, dan Bangka, kemudian diasingkan ke Belanda.
Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai
kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform
atau haluan politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik,
dan turut menyumbang political development sebagai suprastruktur politik. Dalam rangka memahami
partai politik sebagai salah satu komponen infrastruktur politik dalam negara, berikut beberapa
pengertian mengenai partai politik, yakni:
1. Carl J. Friedrich: partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin
partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.
2. R.H. Soltou: partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya
terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan
kekuasan memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum
mereka.
3. Sigmund Neumann: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan
melawan golongan-golongan lain yang tidak sepaham.
4. Miriam Budiardjo: partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara
konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
5
2.2. Sistem dan Fungsi Partai Politik di Indonesia
Sesuai dengan isi pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 bahwa Indonesia
menganut sistem multi partai yaitu sistem yang pada pemilihan kepala negara atau pemilihan wakil-
wakil rakyatnya dengan melalui pemilihan umum yang diikuti oleh banyak partai. Sistem multi partai
dianut karena keanekaragaman yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai negara kepulaaan yang di
dalamnya terdapat perbedaan ras, agama, atau suku bangsa adalah kuat,golongan-golongan
masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan ikatan-ikatan terbatas tadi dalam satu wadah saja.
Di dalam sistem demokrasi yang ada di Indonesia, menurut Basri (2012), Sujatmika dan Marita
(2014) bahwa partai politik diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Partai sebagai sarana komunikasi politik
Partai politik mempunyai tugas menyalurkan aneka ragam pendapat dan inspirasi
masyarakat dan mengatur dari pada kesimpangsiuran pendapat dari masyarakat berkurang.
Pendapat yang telah disalurkan akan ditampung dan disatukan agar tercipta kesamaan tujuan.
Proses penggabungan pendapat dan inspirasi tersebut dinamakan penggabungan kepentingan
(interest aggregation). Sesudah penggabungan tersebut.
Di sisi lain partai politik juga sebagai bahan perbincangan dalam menyebar-luaskan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Di sisi ini politik sebagai wahana perantara antara
pemerintah dengan warga negara. Dimana wahana ini berfungsi sebagai pendengar bagi
pemerintah dan sebagai pengeras suara bagi masyarakat.
2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik
Partai politik memiliki peranan yaitu sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu
poltik, Sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalaui mana seseorang memperoleh
sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di
mana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari massa
kanak-kanak sampai dewasa.
Dalam hal ini partai politik sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam menguasai
pemerintah melalui kemenangan dalam pemilihan umum, dan partai harus mendapat
dukungan secara seluas-luasnya.
3. Partai sebagai sarana recruitment politik
Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk
turut dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian
6
partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya dengan melalui kotak pribadi, persuasi
dan lain-lain. Dan partai politik juga, berfungsi juga dalam mendidik kader-kader muda untuk
menggantikan kader yang lama.
4. Partai sebagai sarana pengatur konflik
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat
merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha dalam
mengatasinya.
2.3. Struktur Partai Politik di Indonesia
Di bawah ini adalah beberapa penjabaran apa yang dimaksud dengan kelompok kepentingan,
kelompok elit, kelompok birokrasi dan massa, hal ini sesuai dengan Sujatmika dan Marita (2014),
yaitu:
1. Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan (intrest group) adalah suatu kelompok yang mempunyai tujuan
untuk memperjuangkan kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar
mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang
merugikan. Kelompok ini tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan
perwakilan rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya
atau instansi pemerintah atau menteri yang berwenang.
2. Kelompok Elit
Kelompok elit adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional
Contohnya yaitu elit politik yang di dalamnya terdapat kader-kader yang nantinya akan
dipilih melalui pemilihan ketua umum partai. Pemilihan ini diikuti oleh anggota-anggota
yang terdaftar di dalam partai tersebut.
3. Kelompok Birokrasi
Suatu kelompok yang memiliki peranan dalam proses terciptanya suatu kebijakan umum
yang diambil dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang keputusan itu sangat
bermanfaat.
7
Contohnya Pembuatan SKCK yang prosesnya dimulai dari tingkata terkecil yaitu RT, RW
dan dilanjutkan Kelurahan sebelum SKCK dibuat di POLSEK ataupun POLRES.
4. Massa
Massa merupakan sekumpulan orang yang berpatisipasi dalam proses pemilihan
pemimpin-pemimpin politik dan turun serta secara langsung atau tidak langsung dalam
pembentukan kebijakan umum yang merupakan tujuan dari terbentuknya partai politik
2.4. Aturan Keuangan Partai Politik
Walaupun setiap negara memiliki peraturan berapa jumlah maksimum sumbangan yang bisa
diterima oleh partai politik, negara-negara tersebut menerapkan pembatasan untuk kriteria yang
berbeda-beda. Pada umumnya pengaturan itu untuk mencegah korupsi sistem demokrasi
(kepentingan rakyat banyak versus kepentingan kelompok kepentingan termasuk bisnis). Pengaturan
juga bertujuan untuk menciptakan keadilan antar partai, yaitu antara partai yang berkuasa versus
partai oposisi, antara partai yang kaya versus partai yang miskin, antara partai besar dengan partai
kecil. Hal-hal yang diatur adalah sumber dana, batasan jumlah sumbangan, pelaporan keuangan. Ada
negara yang membatasi total biaya kampanye, tetapi banyak yang tidak. Ada yang melarang
sumbangan dari perusahaan, ada yang tidak, serta ada yang membatasi perusahaan mana saja yang
boleh dan mana yang tidak. Pada umumnya negara-negara mengatur sumber dana utama partai
adalah dari iuran anggota. Kemudian sumbangan anggota masyarakat merupakan sumber keuangan
kedua. Selain itu, sumbangan perusahaan pun merupakan sumber dana partai yang penting, malahan
ada kecenderungan bahwa dari tahun ke tahun, sumbangan perusahaan mendominasi sumber
keuangan partai ketimbang dari iuran anggota.
Menurut Hafild (2008) Hal yang terpenting dari pembatasan terhadap jumlah maksimum
sumbangan yang boleh diterima oleh sebuah partai politik adalah pengendalian terhadap conflict of
interests (konflik kepentingan) yang mungkin terjadi dan bagaimana mengatasi lubang-lubang
(loopholes) yang bisa digunakan oleh partai politik untuk meningkatkan jumlah sumbangan yang
dapat mereka terima. Untuk negara Amerika Serikat, yang berlandaskan pada asas demokrasi dan
pelaksanaan hukum yang kuat (strong law enforcement), pengendalian terhadap pengaruh dari
kalangan bisnis diterapkan dengan menetapkan jumlah maksimum yang boleh diterima dari corporate
donors (sumbangan dari perusahaan) lebih kecil jumlahnya daripada jumlah maksimum yang boleh
diterima dari individu.
Hampir semua negara melarang partai politik membuka usaha sendiri atau menanamkan
modalnya pada perusahaan. Hal ini untuk mencegah adanya konflik kepentingan antara kepentingan
8
umum yang seharusnya diperjuangkan oleh partai politik dengan kepentingan perusahaan. Selain itu,
sumbangan dari organisasi massa dan organsiasi non-pemerintah juga dibatasi atau bahkan dilarang.
Di negara federalis, sumbangan pemerintah negara bagian atau pemerintah lokal juga dilarang.
Mengenai subsidi dana publik untuk partai politik, ada yang membolehkan dengan mengatur besarnya
subsidi, tetapi ada juga yang melarang. Kalau ada subsidi, maka subsidi negara diberikan berdasarkan
jumlah suara yang diraih dalam Pemilu atau berdasarkan jumlah sumbangan yang didapat dari
anggota dan masyarakat umum. Ada juga negara yang memberikan tiumbangan secara merata kepada
seluruh partai politik agar adil antara partai besar dan kecil. Secara rinci perbandingan mengenai
aturan-aturan keuangan partai politik dapat dilihat di bawah ini:
1. Sumber Dana
a. Iuran anggota
b. Sumbangan perusahaan
c. Subsidi dana publik
d. Fasilitas publik
e. Sumbangan individual
f. Sumbangan organisasi buruh dan sejenis
g. Sumbangan dari pihak asing
2. Membangun Usaha
Hampir semua negara yang dipelajari melarang partai politik untuk mempunyai usaha,
menanamkan usaha di perusahaan atau memiliki saham di perusahaan-perusahaan untuk
mencegah adanya konflik kepentingan antara partai dengan dunia usaha. Pengecualian adalah di
Ceko untuk kegiatan yang sangat khusus seperti konsultan. Filipina melarang jenis-jenis kegiatan
tertentu untuk usaha pencarian dana partai sedangkan Italia sama sekali tidak mengatur.
3. Batasan Jumlah Biaya Kampanye
Pengaturan mengenai besarnya dana kampanye bervariasi antara satu negara dengan negara
lainnya. Negara seperti Kanada, Jerman, Inggris, Portugal, Filipina dan Thailand membatasi
jumlah dana kampanye untuk partai politik. Sedangkan Ceko, Argentina dan Amerika Serikat
tidak membatasi besarnya dana kampanye.
9
4. Pemisahan Dana Rutin dengan Dana Kampanye
Kebanyakan negara mengatur agar pengelolaan dana rutin partai dipisahkan dengan dana
kampanye. Bahkan sebagian mensyaratkan agar partai membuka rekening khusus untuk
kampanye setiap kandidat.
5. Pengaturan Dana Rutin
Pengaturan tentang dana rutin ini biasanya menyangkut apakah dana rutin ini boleh
disalurkan partai untuk dana kampanye kepada kandidat-kandidat partai. Pengaturan mengenai ini
penting, karena kalau diperbolehkan, maka dana rutin dapat mengatasi kesulitan partai karena
adanya batasan-batasan sumbangan kampanye. Dana rutin biasanya lebih longgar pengaturannya.
6. Keterbukaan Laporan Keuangan
Hampir semua negara yang dipelajari mensyaratkan partai politik membuat laporan keuangan
tahunan yang diumumkan ke publik dan diaudit oleh auditor eksternal.
7. Keterbukaan Dana Partai
Hampir semua negara mewajibkan partai politiknya untuk mengumumkan kepada publik
jumlah sumbangan dan daftar sumbangan yang diterima partai politik kepada publik.
8. Sanksi Pelanggaran Aturan
Sebagian besar negara memberlakukan sanksi administratif terhadap partai politik yang
melanggar aturan-aturan tersebut di atas. Sanksi administratif ini dari mulai yang terberat seperti
dibubarkannya partai, yang sedang seperti tidak dizinkan mengikuti Pemilu atau yang ringan
seperti tidak mendapatkan subsidi dari negara. Walaupun keuangan partai politik sudah diatur
dengan rinci, namun banyak sekali penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Terutama,
banyak terjadi skandal dana partai politik, baik dana operasional biasa atau dana kampanye.
Skandal ini tidak hanya terbatas di negara berkembang tetapi juga banyak terj adi di negara yang
sistem demokrasinya sudah maju. Beberapa skandal malah telah menyebabkan jatuhnya
pemerintahan partai-partai tersebut.
2.5. Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik
Partai politik yang sehat dan kredibel serta proses Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara
demokratis, jujur dan adil merupakan modal dasar membangun demokrasi berkredibilitas. Demokrasi
10
berkredibilitas ini merupakan modal dasar terciptanya pemerintah yang solid dan berwibawa dengan
pengawasan efektif dari lembaga legislatif. Demokrasi berkredibilitas ini tidak mungkin terwujud
tanpa adanya transparasi dan mekanisme pertanggungjawaban yang jelas atas kegiatan pembiayaan
politik, baik keuangan partai politik maupun pembiayaan kegiatan Pemilihan Umum. Transparasi
pertanggungjawaban keuangan ini mensyaratkan adanya standar akuntansi keuangan bagi partai
politik, pedoman audit partai politik, dan adanya pedoman, peraturan, dan prosedur pelaporan dana
kampanye pada kegiatan Pemilihan Umum bagi partai politik seperti yang dijelaskan oleh Radikun,
Muslim, Kuncoro (2008)
Salah satu permasalahan besar yang timbul dalam Pemilihan Umum 1999 adalah lemahnya
pengelolaan, pertanggungjawaban dan pengendalian pembiayaan kegiatan politik. Hampir seluruh
partai politik mengalami permasalahan pembiayaan kegiatan politik ini, termasuk pembiayaan calon
legislatif yang mengikuti kampanye politik. Lemahnya sistem pembiayaan ini mengakibatkan tidak
terkendalinya politik uang (money politics), yang melibatkan hampir seluruh partai politik pada
Pemilu tahun 1999 yang lalu.
Beberapa kasus politik yang sedang mencuat sekarang, seperti Bulog Gate dan PT QSAR (Qurnia
Subur Alam Raya) merupakan puncak dari tidak transparannya pengelolaan keuangan partai politik.
Walaupun ada batasan jumlah dana yang boleh diterima oleh partai politik, namun banyak sekali
celah-celah besar yang dimanfaatkan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok yang berusaha
mempengaruhi posisi partai politik lewat sumbangan yang mereka berikan ke partai-partai tersebut.
Standar akuntansi keuangan yang diusulkan dalam laporan akan disesuaikan dengan undang-undang
yang baru.
Pengguna Laporan Keuangan Partai Politik
Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan keuangan partai politik:
1. pengurus;
2. anggota;
3. pemerintah, termasuk Mahkamah Agung dan lembaga pengawas partai politik;
4. penyumbang;
5. kreditur; dan
6. publik atau masyarakat luas, terutama konstituen partai politik
Jenis Laporan Keuangan Partai Politik
1. Laporan Keuangan Tahunan
11
Laporan Keuangan Tahunan partai politik merupakan laporan pertanggungjawaban keuangan
secara periodik. Laporan ini terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktifitas, dan
laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
2. Laporan Keuangan Pemilu
Laporan keuangan Pemilu merupakan laporan pertanggungjawaban keuangan pada kegiatan
Pemilu, terutama pertanggungjawaban dana kampanye.
Entitas Laporan Keuangan
1. Tujuan dari entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi
pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan partai politik.
2. Entitas pelaporan keuangan partai politik terdiri dari: (a) pengurus tingkat pusat, (b) pengurus
daerah tingkat I, (c) pengurus daerah tingkat II, (d) pengurus tingkat kecamatan, dan (e)
pengurus tingkat desa/kelurahan.
Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan partai politik merupakan laporan keuangan konsolidasi dari seluruh struktur
organisasi partat politik.
2.6. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Kerangka ini dibuat dengan berdasarkan pada PSAK 45, UU No. 2 dan No. 3 tahun 1999,
perdebatan pada proses RUU Parpol dan Pemilu yang sedang terjadi pada saat laporan ini dibuat,
serta beberapa standar akuntansi keuangan dari negara-negara lain, terutama Inggris.
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu partai politik untuk memenuhi
kepentingan para anggota, penyumbang, pemerintah dan pihak lain yang menyediakan sumber
daya bagi partai politik, serta masyarakat luas. Beberapa informasi yang perlu diberikan dalam
laporan keuangan partai politik adalah mengenai kepatuhan terhadap undang-undang tentang
keuangan partai politik serta indikasi adanya politik uang dan konflik kepentingan.
Secara lebih rinci, tujuan laporan keuangan partai politik adalah memberikan informasi
keuangan untuk :
1. Akuntabilitas
12
Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada partai politik dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui
laporan keuangan partai politik.
2. Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan
partai politik serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, dan aktiva
bersih.
3. Menyediakan informasi bagi kepatuhan terhadap undang-undang (compliance) dan bebas dari
konflik kepentingan dan politik uang.
2.7. Ruang Lingkup laporan keuangan partai politik, termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah, sifat, likuiditas, dan fleksibilitas aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu partai politik,
serta hubungan antara aktiva dan kewajiban.
2. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.
3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan
antara keduanya.
4. Cara partai politik mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi
pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.
5. Pertanggungjawaban keuangan partai politik dalam kegiatan Pemilu.
6. Laporan aktivitas partai politik secara rutin, misalnya kegiatan kongres, munas, rapim, malam
dana, pendidikan politik, kegiatan think tank, ulang tahun partai, dan sebagainya.
7. Analisis mengenai kepatuhan terhadap undang-undang, terutama mengenai batasan jumlah
sumbangan, sumber sumbangan, dan identitas penyumbang, pengelolaan keuangan.
8. Catatan mengenai pencatatan akuntansi partai politik, jangka waktu catatan, apakah ada data yang
dimusnahkan, atau tidak lengkap, penyimpanan data, dan sebagainya.
9. Catatan mengenai hibah dan sumbangan yang berbentuk barang dan jasa yang dinilai berdasarkan
harga pasar. Sumbangan-sumbangan yang bersifat spontan dari masyarakat harus dicatat, tetapi
yang menonjol dalam segi jumlah dari satu kelompok harus diberikan perhatian dan catatan
khusus. Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam
suatu laporan keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang berbeda.
13
Laporan Keuangan Pemilu
a. Tujuan laporan keuangan Pemilu:
Laporan keuangan Pemilu yang merupakan pertanggungjawaban keuangan pada
kegiatan Pemilu, terutama pertanggungjawaban dana kampanye. Tujuan utama dari laporan
keuangan Pemilu adalah untuk meyajikan informasi mengenai penerimaan dan penggunaan
dana untuk kegiatan kampanye Pemilu.
b. Klasifikasi pendapatan dan beban Pemilu:
Pendapatan Pemilu yang merupakan penerimaan dana dalam kegiatan Pemilu
diklasifikasikan berdasarkan sifat dan sumber dana. Pengklasifikasian sumber dana tersebut
dapat dilakukan antara lain:
(1) Penerimaan kas dari pinjaman, baik pinjaman dari kas partai politik maupun pihak
ketiga.
(2) Penerimaan kas dari sumbangan, yang dipisahkan dari sumber penyumbang, antara lain
perorangan, perusahaan, dan pemerintah.
(3) Penerimaan kas dari iuran anggota
(4) Penerimaan kas dari bunga dan hasil investasi yang diperkenankan lainnya.
2.8. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan oleh Partai Politik di Indonesia
Pengaturan terhadap pengendalian politik uang sebenarnya dapat dijumpai dalam undang-undang
yang mengatur partai politik yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 dan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang partai politik:
1. Pasal 34 ayat 1 dan 2 berbunyi: (1) Keuangan Partai Politik bersumber dari: (a) iuran anggota; (b)
sumbangan yang sah menurut hukum; dan (c) bantuan keuangan dari Anggaran Pendapat Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Sumbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa.
2. Pasal 34A ayat 1, 2 dan 3 dimana ayat tersebut berbunyi: Ayat (1) Partai politik wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari
dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (1) huruf c kepada Badan Pemeriksa
14
Keuangan Secara Berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit paling lambat 1 (satu) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Ayat (2) Audit laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 3
(tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Ayat (3) Hasil audit atas laporan pertanggung
jawaban penerimaan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada
Partai Politik paling lambat 1 (satu) bulan setelah diaudit.
3. Pasal 35 ayat 1 dan 2, dimana ayat (1) berbunyi, sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal
34 ayat (1) huruf b yang diterima Partai Politik berasal dari: (a) perseorangan anggota Partai
Politik yang pelaksanaannya diatur dalam AD dan ART; (b) perseorangan bukan anggota Partai
Politik, paling banyak senilai Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per orang dalam waktu 1
(satu) tahun anggaran;dan (c) perusahaan dan / atau badan usaha, paling banyak senilai Rp
7.500.000.000,00 (tujuh milyar lima ratus juta rupiah) per perusahaan dan / atau badan usaha
dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran. Ayat (2) berbunyi, sumbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada prinsip kejujuran, sukarela, keadilan, terbuka, tanggung jawab, serta
kedaulatan dan kemandirian partai politik.
4. Pasal 37 dimana pengurus Partai Politik di setiap tingkatan organisasi menyusun laporan
pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan setelah tahun anggaran berakhir.
5. Pasal 38 berbunyi hasil pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 terbuka untuk diketahui
masyarakat.
6. Pasal 39 ayat 1, 2, dan 3 dimana ayat (1) pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara
transparan dan akuntabel. Ayat (2) penelolaan keuangan partai politik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diaudit oleh akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan diumumkan secara periodik.
Ayat (3) Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana yang
meliputi: (a) laporan realisasi anggaran Partai Politik; (b) laporan neraca; dan (c) laporan arus
kas.
Untuk dasar hukum pelaporan dan audit partai politik, tertera secara khusus didalam:
1. Pasal 15 UU No.2 tahun 1999 tentang partai politik, yang menyatakan:
1) Partai politik wajib melaporkan daftar penyumbang beserta laporan keuangannya.
2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) sewaktu-waktu dapat diaudit oleh akuntan
publik.
15
2. Pasal 49 UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum:
Dana kampanye Pemilihan Umum diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya dilaporkan
oleh partai politik peserta Pemilu kepada KPU.
Dalam Emmy Hafild (2008), dari kedua pasal tersebut, melihat bahwa :
c. Tidak diatur secara jelas maksud dan bentuk laporan keuangan dimaksud, sehingga
walaupun IAI memakai PSAK 45, tetapi Mahkamah Agung mengeluarkan format tersendiri.
d. Format laporan keuangan yang ditetapkan MA tidak memenuhi syarat sebagai laporan
keuangan (hanya melaporkan penerimaan dana, pengeluaran dana, dan sisa dana) bahkan
tidak memenuhi PSAK 45 yang ditetapkan oleh IAI.
Terjadi ketidakseragaman dan ketidakcukupan informasi keuangan dalam laporan keuangan yang
disampaikan oleh partai politik.
2.9. Kendala dan Hambatan dalam Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam Emmy Hafild (2008), kendala- kendala yang ditemukan dari laporan-laporan
Keuangan, menemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Laporan-laporan tersebut mengikuti Pedoman Akuntansi Keuangan dan Penyusunan
Laporan Keuangan Partai Politik yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung, yaitu hanya
merupakan laporan penerimaan dan pengeluaran dana. Laporan ini tidak memenuhi syarat
untuk disebut sebagai laporan keuangan, dan tidak sebagaimana lazimnya sebuah laporan
keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan rugi laba, laporan aktivitas,
dan laporan arus kas beserta catatan laporan keuangan yang menyertainya.
2. Ikatan Akuntansi Indonesia menetapkan bahwa untuk laporan keuangan partai politik dapat
dipakai PSAK 45. Maka jika merujuk pada pedoman akuntansi yang dikeluarkan IAI,
laporan-laporan tersebut tidak memenuhi standar yang dikeluarkan IAI.
3. Sistem dan prosedur akuntansi yang digunakan hanya terdiri dari buku kas umum, buku kas
pembantu, dan buku kas.
4. Laporan hanya disusun dengan dasar kas bukan akrual dan tidak akan dapat digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan keuangan selayaknya.
5. Laporan itu hanya merupakan laporan keuangan Dewan Pimpinan Pusat Partai, bukan
merupakan laporan konsolidasi partai dari tingkat ranting, cabang, daerah dan wilayah.
16
Berbagai Jenis Peraturan Keuangan Politik
Jenis Peraturan Keuangan
Politik
Keterangan Contoh
1. Kondisi-kondisi ke-
uangan yang mengatur
pencalonan sebagai
pejabat pemerintahan
Peraturan untuk mengurangi
pencalonan yang asal-asalan,
menjamin kelayakan kandidat,
dan menjamin mereka yang
mencalonkan diri sebagai pejabat
pemerintahan tidak terlibat dalam
transaksi keuangan ilegal.
Deposito untuk kandidat pejabat
pemerintahan
Peraturan-peraturan tentang
pelaporan harta kekayaan oleh
kandidat pejabat pemerintahan
2. Meningkatkan
transparansi keuangan
melalui pengungkapan
(laporan keuangan)
Mewajibkan partai-partai politik,
kandidat pemilu, dan terkadang
pihak ketiga untuk melaporkan
transaksi keuangan mereka.
Selain pengungkapan keuangan
kampanye, partai-partai politik
dapat diwajibkan untuk
melaporkan pengelolaan
keuangan operasional mereka.
Kewajiban untuk melaporkan
keuangan biasanya dilandasi
peraturan-peraturan tentang
pembukuan bagi mereka yang
bertugas menyerahkan laporan.
Peraturan-peraturan peng-
ungkapan untuk para kandidat,
partai-partai politik, dan/atau
pihak ketiga (Contohnya Komite
Aktivitas Politik di A.S.)
Pengungkapan selama dan/atau
setelah kampanye pemilu
3. Larangan sebagian bentuk
sumbangan dan
pengeluaran
Ditujukan untuk menghindari
pengaruh dari pihak-pihak yang
tidak diinginkan dan melarang
bentuk-bentuk kampanye tertentu
yang dianggap tidak layak;
ketaatan pada hukum sering kali
susah untuk diawasi.
Larangan-larangan untuk tipe
sumbangan tertentu, seperti
sumbangan asing atau anonim,
atau dari perusahaan-
perusahaan, serikat buruh, atau
kontraktor pemerintah
Larangan-larangan untuk tipe
pengeluaran tertentu
17
4. Batas sumbangan dan
pengeluaran
Ditujukan untuk mengurangi
ketergantungan dan membatasi
pengaruh donatur-donatur
tertentu (batas sumbangan) dan
mengurangi pengeluaran
keseluruhan saat kampanye
pemilu atau menyamaratakan
kesempatan persaingan (batas
pengeluaran); ketaatan pada
hukum sering kali sulit diawasi.
Batas sumbangan (per
sumbangan atau selama suatu
periode seperti kampanye
pemilu atau setahun)
Batas pengeluaran (per partai
politik atau kandidat, biasanya
disesuaikan dengan ukuran
dapil)
5. Ketentuan pembiayaan /
subsidi oleh APBN
Mengatur baik secara langsung
maupun tak langsung dukungan
untuk partai-partai politik
dan/atau para kandidat. Sering
kali ditujukan untuk
menyamaratakan kesempatan
bersaing (bersamaan dengan
batas pengeluaran) atau untuk
memberikan kesempatan
didengar yang sama oleh calon
pemilih; cenderung mudah untuk
dikelola dan diawasi, meskipun
rumit mengawasi penggunaan
uang tersebut.
Subsidi dari pemerintah
Keringanan pajak dan subsidi
dalam bentuk tak langsung
seperti akses media, transportasi,
atau lokasi rapat gratis atau
disubsidi
6. Memastikan fasilitas
negara tidak diperguna-
kan untuk menguntung-
kan atau merugikan partai
politik atau kandidat
mana pun
Ditujukan untuk menghindarkan
administrasi Negara dari nuansa
politik dan mencegah keuntungan
yang tidak semestinya dimiliki
oleh petahana. Peraturan-
peraturan demikian dapat
disertakan dalam peraturan
tentang pemilu dan partai politik;
dapat juga dicakup oleh peraturan
tentang administrasi negara—
Ketentuan-ketentuan umum
yang mewajibkan pejabat publik
untuk memperlakukan aktor-
aktor politik secara adil
Peraturan-peraturan tentang
penggunaan sumber daya
pemerintahan oleh petahana
Tindakan-tindakan pencegahan
untuk mengontrol penggunaan
18
yang terkenal sulit untuk
ditegakkan.
fasilitas publik untuk keperluan
pemilu
Peraturan-peraturan penyiaran
politik yang mengharuskan
media massa untuk netral
Keseluruhan peraturan tentang
kemungkinan konflik
kepentingan
7. Peraturan-peraturan untuk
menghilangkan praktek
jual-beli suara dan hal-hal
sejenis akibat pengaruh
dari orang lain
Hampir semua negara di dunia
melarang praktek jual-beli suara,
meskipun penafsirannya
bervariasi. Beberapa negara juga
menerapkan larangan khusus
untuk usaha memengaruhi pihak-
pihak yang terlibat secara
langsung dalam penyelenggaraan
pemilu.
Larangan pemberian/janji
pemberian hadiah untuk
memengaruhi proses
pemungutan suara
Larangan pemberian hadiah oleh
aktor politik selama periode
prapemilu, apapun maksud atau
dampaknya terhadap proses
pemungutan suara
Sanksi untuk praktek suap
terhadap petugas TPS atau pihak
lain yang terlibat dalam proses
pemilu
19
8. Penegakan bentuk-bentuk
peraturan di atas
Peraturan-peraturan tentang
institusi yang berwenang
menegakkan peraturan-peraturan
di atas, termasuk melakukan
investigasi dan menerapkan
sanksi kepada pelanggar.
Mengatur dan menegakkan
lembaga-lembaga dan
mandatnya
Ketentuan-ketentuan untuk
melindungi lembaga-lembaga
tersebut dari interferensi politik
Peraturan-peraturan tentang
prosedur pengaduan dan sanksi
Peraturan-peraturan lain tentang
kode etik dan konflik
kepentingan
3. BAB III
Penutup
Partai politik yang sehat dan kredibel serta proses Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara
demokratis, jujur dan adil merupakan modal dasar membangun demokrasi berkredibilitas. Demokrasi
berkredibilitas ini merupakan modal dasar terciptanya pemerintah yang solid dan berwibawa dengan
pengawasan efektif dari lembaga legislatif. Demokrasi berkredibilitas ini tidak mungkin terwujud tanpa
adanya transparasi dan mekanisme pertanggungjawaban yang jelas atas kegiatan pembiayaan politik, baik
keuangan partai politik maupun pembiayaan kegiatan Pemilihan Umum. Transparasi pertanggungjawaban
keuangan ini mensyaratkan adanya standar akuntansi keuangan bagi partai politik, pedoman audit partai
politik, dan adanya pedoman, peraturan, dan prosedur pelaporan dana kampanye pada kegiatan Pemilihan
Umum bagi partai politik seperti yang dijelaskan oleh Radikun, Muslim, Kuncoro (2008)
20
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Seta. 2012. Sistem Politik Indonesia.
Bastian, Indra. 2002 & 2007. Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik. Edisi pertama. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Bawengan, G. A, 1973. Pengantar Psychologi Kriminal, Pradnya Paramita, Jakarta
Budiarjo, Miriam. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia. Halaman: 59
Darimana Sumber Dana Partai.
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-darimana-
sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131. 5 April 2012.
Evans, Kevin Raymond. 2003. Sejarah Partai Politik di Indonesia
Ghiselli, Edwin E.; John P. Campbell and Sheldon Zedeck. 1981. Measusurement Theory for the
Behavioral Sciences. New York: W.H. Freeman and Company.
Global Corruption Report, 2009. Kasus-kasus dana kampanye di negara lain dapat dilihat dalam
Transparency International, terutama dalam halaman 144-196.
Gray. R., D. L. Owen, dan C. Adams. 1996. Accounting and Accountability: Changes and Challenges in
Corporate Social and Environmental Reporting. Prentice-Hall, Inc. London
Hafild, Emmy. 2008. Struktur dan Karakteristik. Laporan Studi Standar Akuntansi Keuangan Khusus
Partai Politik. Halaman: 23-28
Hafild, Emmy. 2008. Tinjauan Terhadap Praktek Pelaporan Keuangan Partai Politik. Laporan Studi
Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Halaman: 29-36
Hafild, Emmy. Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta: Transparency
International Indonesia dan IFES. 2003.
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik
http://sikluscom.blogspot.com/2011/12/rangkuman-sistem-dan-klasifikasi-partai.html
http://www.academia.edu/4576180/makalah_pengantar_ilmu_politik_tentang_partai_politik
Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116. Depok: Universitas Indonesia. 2009.
ICW, 2009: Mekanisme Keuangan Partai Politik dan Implikasinya Terhadap Proses Demokratisasi di
Indonesia.
ICW: Banyak Parpol Tak Punya Laporan Keuangan. www.hukumonline.com. 13 September 2012.
21
IFES, 2009. Studi Tentang Partai yang Melaporkan Laporan Keuangan Tahun 2009 ke Mahkamah Agung.
IFES .2013. Pelatihan Deteksi dan Penegakan (Tide) “Buku Pedoman Pengawasan Keuangan Politik”.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003
Kariyoto. 2009 AKUNTANSI PARTAI POLITIK.
Keuangan Parpol Tak Bisa Diaudit.
http://nasional.kompas.com/read/2011/10/10/19355380/Keuangan.Parpol.Tak.Bisa.Diaudit. 10 Oktober
2011.
Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Pramono, Sidik. Pengendalian Keuangan Partai Politik. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan. 2011.
Radikun, dkk. 2008. Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik.
Rohmah. Lailatur. 2011. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Unesa Tentang Pengaruh Transparansi Dan
Akuntabilitas Keuangan Partai Politik Terhadap Kinerja Partai Dan Upaya Pemberantasan Kejahatan
Kerah Putih
Schefold, Dian. 1995. Background and Basic Principles of Financing of Political Parties, dalam Political
Parties in Democracy.
Siaran Pers BPK, 2011.Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik.
http://www.bpk.go.id/web/?p=10544. 28 November 2011.
Soebagio. Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial
Sri Irvana Sari. 2008. Analisis Sistem Pengendalian Intern Partai Politik Dalam Rangka Menghadapi
Pemilihan Umum Legislatif 2009
Sujatmika. Marita. 2014.Laporan Keuangan Partai Politik. Proposal Penelitian Hibah Fundamental.
Kemenristek & Dikti RI.
Supriyanto, Didik. Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam
Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam “Dana Kampanye:
Pengaturan Tanpa Makna”. Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012. Jakarta: Yayasan Perludem. 2012.
Suryaningsum, Sri. 2005. Membangun Komunikasi dan Budaya Organisasi Dengan Meningkatkan
Kecerdasan Emosional ( Penulis ke 2). Jurnal Media Mahardhika Volume 3 nomor 3 Mei 2005
Suryaningsum, Sri. 2008. Perspektif Struktur Organisasi (Tinjauan sebagai Pengubah Perilaku). Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia
22
Thesing, Josef. 1995. Transformation, Democracy and Political Parties, The Role and Significance of
Parties, dalam Political Parties in Democracy. Editor: Josef Thesing dann Wilhem Hofmeister.
Konrad Adenauer Stiftung.
Transparansi Akuntabilitas dan Audit Laporan Keuangan Partai Politik
http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansi
akuntabilitas dan audit laporan keuangan partai politik. 22 Februari 2012.
Undang- Undang No. 2 tahun 2009 tentang Partai Politik. Pasal 14.
Undang- Undang No. 2 tentang 2009 tentang Partai Politik. Pasal 15.
Undang- Undang No. 3 tahun 2009 tentang Pemilu. Pasal 48 dan49
Undang-Undang Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No. 2/2008 Jo UU No.2/2011 Tentang Partai Politik dan Undang-Undang No. 14/2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik.