Upload
fevyliyadi
View
4
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
periodontal therapy
Citation preview
Periodontal Therapy in Female Patients – A Review
ABSTRAK : Selama siklus hidup wanita, pengaruh hormonal dapat mempengaruhi keputusan
terapetik yang dibuat dalam bidang periodonsia. Jaringan periodontal dan jaringan mulut dapat
memberikan respon berbeda sebagai hasil dari faktor lokal dan pengaruh hormonal, yang
membuat dilemma diagnostik dan terapetik sehingga mendatangkan riset baru yang lebih tajam
dengan mengapresiasi pengaruh sistemik unik ini pada jaringan oral, periodontal, dan implan.
Para ahli kesehatan mulut memiliki kesadaran dan kemampuan lebih dalam menghadapi
berbagai respon dari jaringan pada saat proses reproduksi. Maka dari itu, sangatlah penting bagi
pekerja klinik mengenali, menyesuaikan, dan mengubah dengan tepat terapi periodontal menurut
kebutuhan wanita individual berdasarkan tingkatan siklus hidupnya.
Kata kunci : menstruasi, pubertas, osteoporosis, kontrasepsi oral
Pesan kunci : berbagai manifestasi oral yang timbul dalam siklus hidup wanita pada waktu
pubertas, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, menopause sebagai pengaruh pada perubahan
hormonal sangatlah penting dari sisi terapi periodontal untuk menjaga kesehatan periodonsium.
I. Introduksi
Tujuan utama dari segala perawatan periodontal ialah untuk mendapatkan jaringan yang
sehat sehingga dapat dipelihara oleh pasien. Akan tetapi pada beberapa waktu tertentu terdapat
berbagai faktor yang berkontribusi yang melebihkan keadaan penyakit periodontal. Salah satu
hal tersebut diamati pada pasien wanita di mana sebagai hasilnya pengaruh hormonal terlihat
dalam siklus hidup mereka ketika pubertas, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, menopause
penyakit periodontal yang telah ada memburuk menghasilkan kehilangan jaringan periodonsium.
Manifestasi periodontal dalam hidup wanita dapat dilihat pada fase-fase di bawah ini :
1. Pubertas
Manifestasi oral dan periodontal
Pubertas timbul pada usia rata-rata 11 sampai 14 pada kebanyakan anak perempuan.
Produksi hormone seks (estrogen dan progesteron) meningkat, dan relatif tetap konstan pada
waktu fase reproduksi. Peningkatan prevalensi gingivitis meningkat, tanpa disertai peningkatan
jumpah plak. Bakteri gram negatif anaerob, terutama Prevotella intermedia, bersangkutan
dengan gingivitis pubertas.
Kornman dan Loesche (1979) mengemukakan bahwa organisme anaerobik ini dapat
menggunakan hormon ovarium sebagai pengganti growth factor vitamin K. tingkat dari
Bacteroides pigmen hitam, terutama Prevotella intermedia (sebelumnya diketahui sebagai
Bacteroides intermedius), diperkirakan meningkatkan tingkan dari hormon gonadotropik dalam
pubertas. Spesies Capnocytophaga juga meningkat dalam pengaruh dan juga proporsi.
Organisme-organisme ini telah terlibat dalam peningkatan kecenderungan perdarahan pada
waktu pubertas.
Gejala klinis :
Selama pubertas, jaringan periodontal mungkin memiliki respon berlebih terhadap faktor-
faktor lokal. Reaksi hiperplastik gingiva dapat timbl pada area di mana debris makanan, matrial
alba, plak dan kalkulus berada. Jaringan yang mengalami inflamasi menjadi eritematus, berlobul,
dan ditarik. Perdarahan dapat timbul dengan mudah dari jaringan gingiva ketika debridement
mekanik dari iritan lokal dibawa keluar. Secara histologi, tampilan dari gingiva ialah konsisten
dengan hiperplasi yang disebabkan oleh inflamasi.
Para klinisi harus bisa mengenali efek intraoral dari regurgitasi kronik isi lambung pada
jaringan intraoral yang merupakan keluhan yang wajar pada fase pubertas. Kelompok usia ini
juga rentan terhadap kelainan makan, seperti bulimia dan anorexia nervosa. Perimylosis (erosi
halus dari enamel dan dentin) biasanya pada daerah permukaan palatal dari gigi anterior atas
bermacam-macm tergantung durasi dan frekuensi dari kelainan makan.
Penatalaksanaan :
1. Dalam masa pubertas, edukasi dari orang tua atau pengasuh dan pasien merupakan
bagian dari perawatan yang sukses
2. Perawatan preventif, termasuk berbagi program dari kebersihan oral juga penting. Teknik
sikat gigi yang benar dan penggunaan alat bantu kebersihan oral sangat
direkomendasikan.
3. Kasus gingivitis yang lebih ringan memberikan respon baik terhadap scaling dan root
planning, dengan bantuan keberihan oral.
4. Kasus gingivitis yang lebih parah memerlukan
a. Scaling dan root planning
b. Kultur mikrobiologi
c. Obat kumur antimicrobial
d. Local site delivery
e. Terapi antibiotic
5. Perjanjian perawatan periodontal diperlukan lebih sering ketika terlihat ketidakstabilan
pada periodontal.
6. Pembesaran pada kelenjar parotis telah diperkirakan timbul pada 10% sampai 50% pada
pasien binge dan purge (muntah). Maka dari itu, penurunan tingkat laju saliva dapat
dilakukan, di mana hal tersebut menimbulkan sensitifitas mukosa membran oral, eritema
gingiva, dan terjadinya karies.
2. Menstruasi
Manifestasi oral dan periodontal
Pada masa reproduktif, siklus ovarium dikontrol oleh kelenjar hipofisis anterior yang
mensekresi hormon FSH dan LH. Perubahan terus menerus terjadi pada konsentrasi dari
hormone gonadotropin dan ovarium yang timbul bulanan pada siklus menstruasi.
Siklus reproduksis bulanan memiliki 2 fase. Fase pertama disebut juga sebagai fase
folikuler. Tingkat dari FSH meningkat, dan estradiol (bentuk utama dari estrogen) disintesis
dengan mengembangkan folikel dan memuncak kira-kira 2 hari sebelum ovulasi. Fase yan
kedua disebut fase luteal. Perkembangan korpus luteum mensintesa baik estradiol dan
progesteron. Estrogen memuncak pada 0.2 ng/ml dan progesteron pada 10.0 ng/ml untuk
melengkapi pembangunan ulang dari endometrium untuk implantasi telur yang sudah
dibuahi. Bila fertilisasi dan implantasi tidak terjadi, korpus luteum menyulit, tingkat dari
hormon ovarium turun dan terjadi menstruasi.
Telah dikemukakan bahwa hormon ovarium dapat meningkatkan inflamasi pada jaringan
gingiva dan melebihkan respon iritasi lokal. Efek utama dari hormone-hormon ini pada
jaringan periodontal dapat dirangkum sebagai :
1. Estrogen mempengaruhi peroksidasi saliva, di mana melawan berbagai
mikroorganisme dengan mengubah potensi redoks.
2. Estrogen memiliki efek stimulator pada metabolism kolagen dan angiogenesis.
3. Estrogen dapat memicu jalur faktor pertumbuhan autokrin dan parakrin polipeptida,
di mana efek yang ditimbulkan dapat dimediasi sebagian oleh reseptor estrogen itu
sendiri.
4. Estrogen dan progesteron dapat memodulasi respon vaskuler dan pergantian jaringan
ikat pada periodonsium, diasosiasikan dengan interaksi dengan mediator inflamasi.
5. Progesteron telah diasosiasikan dengan peningkatan permeabilitas dari
microvasculature altering rate dan pola produksi kolagen di gingiva.
6. Progesteron memiliki peran dalam menstimulasi produksi prostaglandin yang
memediasi respon tubuh terhadap inflamasi.
7. PGE2 merupakan salah satu produk sektretori utama dari monosit dan meningkat
pada gingiva yang mengalami inflamasi.
Penatalaksanaan :
1. Peningkatan perdarahan dan kelembutan gingiva memerlukan pengamatan periodontal
yang lebih, pemeriksaan periodontal dalam waktu 3 sampai 4 bulan disarankan.
2. Untuk pasien dengan sejarah peradarahan berlebih pasca operasi atau dengan aliran
menstruasi yang berlebih, penjadwalan operasi lebih bijaksana setelah siklus menstruasi
berakhir.
3. Apabila anemia merupakan hal yang biasa, diperlukan konsultasi dengan dokter dan
pemeriksaan laboratoris terbaru.
4. Para klinisi harus sadar bahwa NSAID, infeksi, dan makanan asam mempertajam GERD.
Pasien dengan konsumsi antasida berlebih, reseptor antagonis H2 dan inhibitor pompa
proton dapat merupakan pasien dengan GERD. Obat-obatan ini berinteraksi dengan
sebagian antibiotik dan anti jamur maka diperlukan ulasan tentang farmakologi pasien.
II. PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL
Kontrasepsi menggunakan hormone gestational sintetik (estrogen dan progesteron), untuk
mengurangi kemungkinan dari ovulasi/implementasi. Wanita penggunan kontrasepsi oral
menunjukkan peningkatan plasma dari beberapa faktor pembekuan, berhubungan dengan dosis
dari estrogen. Efek lebih kecil namum hampir sama pada kehamilan dapat dilihat pada pengguna
kontrasepsi hormonal.
Penatalaksanaan :
1. Rekam medis.
2. Pasien harus diberi tahu tentang efek samping pada mulut dan periodontal dari
kontrasepsi oral.
3. Perawatan di rumah yang baik dan perawatan periodontal yang rutin.
4. Scaling dan root planning setiap 6 bulan secara rutin.
III. KEHAMILAN
Manifestasi oral dan periodontal
Selama kehamilan, peningkatan hormon sex steroid dipelihara pada fase luteal di mana
menghasilkan implantasi dari embrio sampai proses kelahiran. Wanita hamil, dekat atau sudah
wakunya melahirkan, memproduksi estradiol dalam jumlah yang besar (20 mg/day), estriol (80
mg/day), dan progesteron (300 mg/day).
Inflamasi gingiva yang disebabkan oleh plak, dan eksaserbasi dari perubahan hormonal
tersebut pada trimester kedua dan ketiga, disebut sebagai pregnancy gingivitis. Parameter seperti
probing gingiva, bleeding on probing, dan crevicular fluid flow ditemukan meningkat.
Robinson & Amar (1992) mendeskripsikan 4 kondisi patologi oral yang meliputi :
a. Pregnancy gingivitis
b. Pregnancy granuloma
c. Periodontitis
d. Dental caries
Penatalaksanaan Klinis :
1. Rekam medis pasien harus didapatkan dan dokter kandungan yang merawat harus
dihubungi bila diperlukan untuk diskusi tentang status kesehatan, kebutuhan periodontal,
dan perawatan yang akan diberikan.
2. Kontrol plak dengan :
Scaling, polishing, dan root planning dapat dilakukan ketika diperlukan.
3. Penggunaan fluor prenatal merupakan sebuah area kontroversi.
4. Perawatan gigi harus dihindari pada trimester pertama dan akhir trimester ketiga.
Trimester kedua merupakan periode yang paling aman untuk melakukan perawatan gigi.
5. Tindakan pencegahan harus diambil ketika melakukan radiografi (penggunaan apron dan
lain-lain).
6. Beberapa obat yang dapat menembus plasenta harus dihindari (contoh : tetrasiklin,
metronidazole)
Perawatan gigi pilihan
Wanita hamil perlu diedukasi tentang konsekuensi kehamilan pada jaringan gingiva dan
harus dimotivasi sepenuhnya pada pengontrolan plak, dengan perawatan bila diperlukan. Wanita
hamil akan lebih nyaman menerima perawatan gigi pada saat trimester kedua disbanding
trimester pertama atau ketiga, meski bila perawatan darurat dapat dilakukan dalam trimester
kapanpun pada kehamilan.
Pengobatan :
Pengobatan pada wanita hamil hanya boleh diberikan apabila kegawatan kondisi melebihi
konsekuensi. Di antara antibiotik, tetrasiklin, vankomisin, dan streptomisin dapat berkontribusi
terhadap pewarnaan gigi dan memberikan efek ototoksik dan nefrotoksik selama usia kehamilan
4-9 bulan. Eritromisin, penisilin, dan sefalosporin lebih aman, namun berbagai medikasi hanya
boleh diberikan setelah konsultasi dengan dokter kandungan yang merawat pasien.
Jumlah obat yang disekresi pada ASI biasanya tidak lebih dari 1% sampai 2% dari dosis
maternal sehingga sangat tidak mungkin obat-obat tersebut memiliki efek farmakologi yang
signifikan bagi sang bayi. Ibu dianjurkan meminum obat yang diberikan setelah menyusui dan
menghindari pemberian ASI selama 4 jam atau lebih bila memungkinkan untuk mengurangi
konsentrasi obat di dalam ASI.
IV. MENOPAUSE DAN OSTEOPOROSIS
Manifestasi oral dan periodontal
Selama menopause, terjadi penurunan tingkat hormonal akibat penurunan fungsi ovarium.
Hal tersebut memiliki karkateristik pada perubahan jaringan seperti deskuamasi dari epitel
gingiva dan osteoporosis di mana dikaitkan dengan defisiensi hormone.
Osteoporosis dan osteopenia
Osteoporosis dan osteopenia dikarakterisasi dengan pengurangan pada masa tulang dan
dapat mengarah pada kerapuhan dan patah tulang. Tahun 1994, WHO menggambarkan
osteoporosis sebagai tingkat densitas mineral tulang lebih dari 2.5 standar deviasi di bawah rata-
rata wanita muda dan normal. Osteopenia adalah pengurangan masa tulang akibat
ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan, mendukung resorpsi dan
menghasilkan demineralisasi dan osteoporosis. Telah didemonstrasikan bahwa wanita dengan
serangan awal menopause memiliki tingkat kejadian osteoporosis lebih tinggi dan densitas
mineral tulang yang lebih rendah. Sepertiga wanita dengan usia lebih dari 60 tahun terpengaruh
postmenopausal osteoporosis.
Perubahan yang termasuk dalam postmenopausal osteoporosis ialah pengurangan densitas
tulang, mempengaruhi masa dan kekuatan tanpa mempengaruhi komposisi kimia secara
signifikan. Tingkat sirkulasi estrogen telah ditunjukkan memiliki pengaruh pada densitas tulang
alveolar pada wanita postmenopausal. Estrogen bertanggung jawab pada efek arterial dan vena,
sedangkan progesteron berpengaruh pada perubahan afterial.
Perubahan oral terlihat pada pasien osteoporosis :
1. Perubahan inflamasi pada gingiva
2. Penipisan mukosa oral
3. Mulut terbakar
4. Resesi gingiva
5. Xerostomia
6. Perubahan sensasi rasa
7. Resorpsi alveolar ridge
Efek dari osteoporosis terhadap periodonsium :
1. Kemampuan penyembuhan luka yang jelek : pengurangan pembentukan perlekatan
2. Pengurangan mineral tulang di rahang
3. Peningkatan periodontitis dan kehilangan gigi
Strategi umum untuk perawatan osteoporosis dan penyakit periodontal
Untuk memaksimalkan kemungkinan masa tulang dipelihara sepanjang hidup, pergerakan
bantalan beban (bruxism, clenching) harus dirawat. Seperti penyakit periodontal, merokok
merupakan faktor resiko utama bagi osteoporosis dan menghindari rokok atau penghentian
merokok berkontribusi terhadap kesehatan tulang.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan antara lain :
a. Hormone replacement therapy (HRT) untuk menggantikan estrogen setelah menopause
b. Penggunaan sodium fluoride dan vitamin D untuk memperbaiki malabsorpsi kalsium
c. Alendronate untuk menghambat hilangnya densitas tulang
V. KONKLUSI
Tubuh wanita memiliki serangkaian reaksi terhadap perubahan hormonal. Kebersihan oral
yang tidak baik dan ketidakseimbangan hormonal yang terlihat dalam beberapa siklus hidup
pasien wanita melebih-lebihkan respon jaringan mulut terhadap plak dan faktor lokal lain
sehingga memperburuk kondisi yang ada. Pencegahan lebih baik daripada pengonatan, maka dari
itu diperlukan pencegahan sejak kondisi awal pasien diketahui.