12
Periodontal Therapy in Female Patients – A Review ABSTRAK : Selama siklus hidup wanita, pengaruh hormonal dapat mempengaruhi keputusan terapetik yang dibuat dalam bidang periodonsia. Jaringan periodontal dan jaringan mulut dapat memberikan respon berbeda sebagai hasil dari faktor lokal dan pengaruh hormonal, yang membuat dilemma diagnostik dan terapetik sehingga mendatangkan riset baru yang lebih tajam dengan mengapresiasi pengaruh sistemik unik ini pada jaringan oral, periodontal, dan implan. Para ahli kesehatan mulut memiliki kesadaran dan kemampuan lebih dalam menghadapi berbagai respon dari jaringan pada saat proses reproduksi. Maka dari itu, sangatlah penting bagi pekerja klinik mengenali, menyesuaikan, dan mengubah dengan tepat terapi periodontal menurut kebutuhan wanita individual berdasarkan tingkatan siklus hidupnya. Kata kunci : menstruasi, pubertas, osteoporosis, kontrasepsi oral Pesan kunci : berbagai manifestasi oral yang timbul dalam siklus hidup wanita pada waktu pubertas, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, menopause sebagai pengaruh pada perubahan hormonal sangatlah penting dari sisi terapi periodontal untuk menjaga kesehatan periodonsium. I. Introduksi Tujuan utama dari segala perawatan periodontal ialah untuk mendapatkan jaringan yang sehat sehingga dapat dipelihara oleh

Periodontal Therapy in Female Patients

Embed Size (px)

DESCRIPTION

periodontal therapy

Citation preview

Periodontal Therapy in Female Patients – A Review

ABSTRAK : Selama siklus hidup wanita, pengaruh hormonal dapat mempengaruhi keputusan

terapetik yang dibuat dalam bidang periodonsia. Jaringan periodontal dan jaringan mulut dapat

memberikan respon berbeda sebagai hasil dari faktor lokal dan pengaruh hormonal, yang

membuat dilemma diagnostik dan terapetik sehingga mendatangkan riset baru yang lebih tajam

dengan mengapresiasi pengaruh sistemik unik ini pada jaringan oral, periodontal, dan implan.

Para ahli kesehatan mulut memiliki kesadaran dan kemampuan lebih dalam menghadapi

berbagai respon dari jaringan pada saat proses reproduksi. Maka dari itu, sangatlah penting bagi

pekerja klinik mengenali, menyesuaikan, dan mengubah dengan tepat terapi periodontal menurut

kebutuhan wanita individual berdasarkan tingkatan siklus hidupnya.

Kata kunci : menstruasi, pubertas, osteoporosis, kontrasepsi oral

Pesan kunci : berbagai manifestasi oral yang timbul dalam siklus hidup wanita pada waktu

pubertas, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, menopause sebagai pengaruh pada perubahan

hormonal sangatlah penting dari sisi terapi periodontal untuk menjaga kesehatan periodonsium.

I. Introduksi

Tujuan utama dari segala perawatan periodontal ialah untuk mendapatkan jaringan yang

sehat sehingga dapat dipelihara oleh pasien. Akan tetapi pada beberapa waktu tertentu terdapat

berbagai faktor yang berkontribusi yang melebihkan keadaan penyakit periodontal. Salah satu

hal tersebut diamati pada pasien wanita di mana sebagai hasilnya pengaruh hormonal terlihat

dalam siklus hidup mereka ketika pubertas, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, menopause

penyakit periodontal yang telah ada memburuk menghasilkan kehilangan jaringan periodonsium.

Manifestasi periodontal dalam hidup wanita dapat dilihat pada fase-fase di bawah ini :

1. Pubertas

Manifestasi oral dan periodontal

Pubertas timbul pada usia rata-rata 11 sampai 14 pada kebanyakan anak perempuan.

Produksi hormone seks (estrogen dan progesteron) meningkat, dan relatif tetap konstan pada

waktu fase reproduksi. Peningkatan prevalensi gingivitis meningkat, tanpa disertai peningkatan

jumpah plak. Bakteri gram negatif anaerob, terutama Prevotella intermedia, bersangkutan

dengan gingivitis pubertas.

Kornman dan Loesche (1979) mengemukakan bahwa organisme anaerobik ini dapat

menggunakan hormon ovarium sebagai pengganti growth factor vitamin K. tingkat dari

Bacteroides pigmen hitam, terutama Prevotella intermedia (sebelumnya diketahui sebagai

Bacteroides intermedius), diperkirakan meningkatkan tingkan dari hormon gonadotropik dalam

pubertas. Spesies Capnocytophaga juga meningkat dalam pengaruh dan juga proporsi.

Organisme-organisme ini telah terlibat dalam peningkatan kecenderungan perdarahan pada

waktu pubertas.

Gejala klinis :

Selama pubertas, jaringan periodontal mungkin memiliki respon berlebih terhadap faktor-

faktor lokal. Reaksi hiperplastik gingiva dapat timbl pada area di mana debris makanan, matrial

alba, plak dan kalkulus berada. Jaringan yang mengalami inflamasi menjadi eritematus, berlobul,

dan ditarik. Perdarahan dapat timbul dengan mudah dari jaringan gingiva ketika debridement

mekanik dari iritan lokal dibawa keluar. Secara histologi, tampilan dari gingiva ialah konsisten

dengan hiperplasi yang disebabkan oleh inflamasi.

Para klinisi harus bisa mengenali efek intraoral dari regurgitasi kronik isi lambung pada

jaringan intraoral yang merupakan keluhan yang wajar pada fase pubertas. Kelompok usia ini

juga rentan terhadap kelainan makan, seperti bulimia dan anorexia nervosa. Perimylosis (erosi

halus dari enamel dan dentin) biasanya pada daerah permukaan palatal dari gigi anterior atas

bermacam-macm tergantung durasi dan frekuensi dari kelainan makan.

Penatalaksanaan :

1. Dalam masa pubertas, edukasi dari orang tua atau pengasuh dan pasien merupakan

bagian dari perawatan yang sukses

2. Perawatan preventif, termasuk berbagi program dari kebersihan oral juga penting. Teknik

sikat gigi yang benar dan penggunaan alat bantu kebersihan oral sangat

direkomendasikan.

3. Kasus gingivitis yang lebih ringan memberikan respon baik terhadap scaling dan root

planning, dengan bantuan keberihan oral.

4. Kasus gingivitis yang lebih parah memerlukan

a. Scaling dan root planning

b. Kultur mikrobiologi

c. Obat kumur antimicrobial

d. Local site delivery

e. Terapi antibiotic

5. Perjanjian perawatan periodontal diperlukan lebih sering ketika terlihat ketidakstabilan

pada periodontal.

6. Pembesaran pada kelenjar parotis telah diperkirakan timbul pada 10% sampai 50% pada

pasien binge dan purge (muntah). Maka dari itu, penurunan tingkat laju saliva dapat

dilakukan, di mana hal tersebut menimbulkan sensitifitas mukosa membran oral, eritema

gingiva, dan terjadinya karies.

2. Menstruasi

Manifestasi oral dan periodontal

Pada masa reproduktif, siklus ovarium dikontrol oleh kelenjar hipofisis anterior yang

mensekresi hormon FSH dan LH. Perubahan terus menerus terjadi pada konsentrasi dari

hormone gonadotropin dan ovarium yang timbul bulanan pada siklus menstruasi.

Siklus reproduksis bulanan memiliki 2 fase. Fase pertama disebut juga sebagai fase

folikuler. Tingkat dari FSH meningkat, dan estradiol (bentuk utama dari estrogen) disintesis

dengan mengembangkan folikel dan memuncak kira-kira 2 hari sebelum ovulasi. Fase yan

kedua disebut fase luteal. Perkembangan korpus luteum mensintesa baik estradiol dan

progesteron. Estrogen memuncak pada 0.2 ng/ml dan progesteron pada 10.0 ng/ml untuk

melengkapi pembangunan ulang dari endometrium untuk implantasi telur yang sudah

dibuahi. Bila fertilisasi dan implantasi tidak terjadi, korpus luteum menyulit, tingkat dari

hormon ovarium turun dan terjadi menstruasi.

Telah dikemukakan bahwa hormon ovarium dapat meningkatkan inflamasi pada jaringan

gingiva dan melebihkan respon iritasi lokal. Efek utama dari hormone-hormon ini pada

jaringan periodontal dapat dirangkum sebagai :

1. Estrogen mempengaruhi peroksidasi saliva, di mana melawan berbagai

mikroorganisme dengan mengubah potensi redoks.

2. Estrogen memiliki efek stimulator pada metabolism kolagen dan angiogenesis.

3. Estrogen dapat memicu jalur faktor pertumbuhan autokrin dan parakrin polipeptida,

di mana efek yang ditimbulkan dapat dimediasi sebagian oleh reseptor estrogen itu

sendiri.

4. Estrogen dan progesteron dapat memodulasi respon vaskuler dan pergantian jaringan

ikat pada periodonsium, diasosiasikan dengan interaksi dengan mediator inflamasi.

5. Progesteron telah diasosiasikan dengan peningkatan permeabilitas dari

microvasculature altering rate dan pola produksi kolagen di gingiva.

6. Progesteron memiliki peran dalam menstimulasi produksi prostaglandin yang

memediasi respon tubuh terhadap inflamasi.

7. PGE2 merupakan salah satu produk sektretori utama dari monosit dan meningkat

pada gingiva yang mengalami inflamasi.

Penatalaksanaan :

1. Peningkatan perdarahan dan kelembutan gingiva memerlukan pengamatan periodontal

yang lebih, pemeriksaan periodontal dalam waktu 3 sampai 4 bulan disarankan.

2. Untuk pasien dengan sejarah peradarahan berlebih pasca operasi atau dengan aliran

menstruasi yang berlebih, penjadwalan operasi lebih bijaksana setelah siklus menstruasi

berakhir.

3. Apabila anemia merupakan hal yang biasa, diperlukan konsultasi dengan dokter dan

pemeriksaan laboratoris terbaru.

4. Para klinisi harus sadar bahwa NSAID, infeksi, dan makanan asam mempertajam GERD.

Pasien dengan konsumsi antasida berlebih, reseptor antagonis H2 dan inhibitor pompa

proton dapat merupakan pasien dengan GERD. Obat-obatan ini berinteraksi dengan

sebagian antibiotik dan anti jamur maka diperlukan ulasan tentang farmakologi pasien.

II. PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL

Kontrasepsi menggunakan hormone gestational sintetik (estrogen dan progesteron), untuk

mengurangi kemungkinan dari ovulasi/implementasi. Wanita penggunan kontrasepsi oral

menunjukkan peningkatan plasma dari beberapa faktor pembekuan, berhubungan dengan dosis

dari estrogen. Efek lebih kecil namum hampir sama pada kehamilan dapat dilihat pada pengguna

kontrasepsi hormonal.

Penatalaksanaan :

1. Rekam medis.

2. Pasien harus diberi tahu tentang efek samping pada mulut dan periodontal dari

kontrasepsi oral.

3. Perawatan di rumah yang baik dan perawatan periodontal yang rutin.

4. Scaling dan root planning setiap 6 bulan secara rutin.

III. KEHAMILAN

Manifestasi oral dan periodontal

Selama kehamilan, peningkatan hormon sex steroid dipelihara pada fase luteal di mana

menghasilkan implantasi dari embrio sampai proses kelahiran. Wanita hamil, dekat atau sudah

wakunya melahirkan, memproduksi estradiol dalam jumlah yang besar (20 mg/day), estriol (80

mg/day), dan progesteron (300 mg/day).

Inflamasi gingiva yang disebabkan oleh plak, dan eksaserbasi dari perubahan hormonal

tersebut pada trimester kedua dan ketiga, disebut sebagai pregnancy gingivitis. Parameter seperti

probing gingiva, bleeding on probing, dan crevicular fluid flow ditemukan meningkat.

Robinson & Amar (1992) mendeskripsikan 4 kondisi patologi oral yang meliputi :

a. Pregnancy gingivitis

b. Pregnancy granuloma

c. Periodontitis

d. Dental caries

Penatalaksanaan Klinis :

1. Rekam medis pasien harus didapatkan dan dokter kandungan yang merawat harus

dihubungi bila diperlukan untuk diskusi tentang status kesehatan, kebutuhan periodontal,

dan perawatan yang akan diberikan.

2. Kontrol plak dengan :

Scaling, polishing, dan root planning dapat dilakukan ketika diperlukan.

3. Penggunaan fluor prenatal merupakan sebuah area kontroversi.

4. Perawatan gigi harus dihindari pada trimester pertama dan akhir trimester ketiga.

Trimester kedua merupakan periode yang paling aman untuk melakukan perawatan gigi.

5. Tindakan pencegahan harus diambil ketika melakukan radiografi (penggunaan apron dan

lain-lain).

6. Beberapa obat yang dapat menembus plasenta harus dihindari (contoh : tetrasiklin,

metronidazole)

Perawatan gigi pilihan

Wanita hamil perlu diedukasi tentang konsekuensi kehamilan pada jaringan gingiva dan

harus dimotivasi sepenuhnya pada pengontrolan plak, dengan perawatan bila diperlukan. Wanita

hamil akan lebih nyaman menerima perawatan gigi pada saat trimester kedua disbanding

trimester pertama atau ketiga, meski bila perawatan darurat dapat dilakukan dalam trimester

kapanpun pada kehamilan.

Pengobatan :

Pengobatan pada wanita hamil hanya boleh diberikan apabila kegawatan kondisi melebihi

konsekuensi. Di antara antibiotik, tetrasiklin, vankomisin, dan streptomisin dapat berkontribusi

terhadap pewarnaan gigi dan memberikan efek ototoksik dan nefrotoksik selama usia kehamilan

4-9 bulan. Eritromisin, penisilin, dan sefalosporin lebih aman, namun berbagai medikasi hanya

boleh diberikan setelah konsultasi dengan dokter kandungan yang merawat pasien.

Jumlah obat yang disekresi pada ASI biasanya tidak lebih dari 1% sampai 2% dari dosis

maternal sehingga sangat tidak mungkin obat-obat tersebut memiliki efek farmakologi yang

signifikan bagi sang bayi. Ibu dianjurkan meminum obat yang diberikan setelah menyusui dan

menghindari pemberian ASI selama 4 jam atau lebih bila memungkinkan untuk mengurangi

konsentrasi obat di dalam ASI.

IV. MENOPAUSE DAN OSTEOPOROSIS

Manifestasi oral dan periodontal

Selama menopause, terjadi penurunan tingkat hormonal akibat penurunan fungsi ovarium.

Hal tersebut memiliki karkateristik pada perubahan jaringan seperti deskuamasi dari epitel

gingiva dan osteoporosis di mana dikaitkan dengan defisiensi hormone.

Osteoporosis dan osteopenia

Osteoporosis dan osteopenia dikarakterisasi dengan pengurangan pada masa tulang dan

dapat mengarah pada kerapuhan dan patah tulang. Tahun 1994, WHO menggambarkan

osteoporosis sebagai tingkat densitas mineral tulang lebih dari 2.5 standar deviasi di bawah rata-

rata wanita muda dan normal. Osteopenia adalah pengurangan masa tulang akibat

ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan, mendukung resorpsi dan

menghasilkan demineralisasi dan osteoporosis. Telah didemonstrasikan bahwa wanita dengan

serangan awal menopause memiliki tingkat kejadian osteoporosis lebih tinggi dan densitas

mineral tulang yang lebih rendah. Sepertiga wanita dengan usia lebih dari 60 tahun terpengaruh

postmenopausal osteoporosis.

Perubahan yang termasuk dalam postmenopausal osteoporosis ialah pengurangan densitas

tulang, mempengaruhi masa dan kekuatan tanpa mempengaruhi komposisi kimia secara

signifikan. Tingkat sirkulasi estrogen telah ditunjukkan memiliki pengaruh pada densitas tulang

alveolar pada wanita postmenopausal. Estrogen bertanggung jawab pada efek arterial dan vena,

sedangkan progesteron berpengaruh pada perubahan afterial.

Perubahan oral terlihat pada pasien osteoporosis :

1. Perubahan inflamasi pada gingiva

2. Penipisan mukosa oral

3. Mulut terbakar

4. Resesi gingiva

5. Xerostomia

6. Perubahan sensasi rasa

7. Resorpsi alveolar ridge

Efek dari osteoporosis terhadap periodonsium :

1. Kemampuan penyembuhan luka yang jelek : pengurangan pembentukan perlekatan

2. Pengurangan mineral tulang di rahang

3. Peningkatan periodontitis dan kehilangan gigi

Strategi umum untuk perawatan osteoporosis dan penyakit periodontal

Untuk memaksimalkan kemungkinan masa tulang dipelihara sepanjang hidup, pergerakan

bantalan beban (bruxism, clenching) harus dirawat. Seperti penyakit periodontal, merokok

merupakan faktor resiko utama bagi osteoporosis dan menghindari rokok atau penghentian

merokok berkontribusi terhadap kesehatan tulang.

Beberapa terapi yang dapat dilakukan antara lain :

a. Hormone replacement therapy (HRT) untuk menggantikan estrogen setelah menopause

b. Penggunaan sodium fluoride dan vitamin D untuk memperbaiki malabsorpsi kalsium

c. Alendronate untuk menghambat hilangnya densitas tulang

V. KONKLUSI

Tubuh wanita memiliki serangkaian reaksi terhadap perubahan hormonal. Kebersihan oral

yang tidak baik dan ketidakseimbangan hormonal yang terlihat dalam beberapa siklus hidup

pasien wanita melebih-lebihkan respon jaringan mulut terhadap plak dan faktor lokal lain

sehingga memperburuk kondisi yang ada. Pencegahan lebih baik daripada pengonatan, maka dari

itu diperlukan pencegahan sejak kondisi awal pasien diketahui.