112
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM QS. AL-ISRA AYAT 23-25 TENTANG ETIKA

BERBICARA ANAK TERHADAP ORANG TUA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Bandung

Oleh:

Pipih Hartini Selpiani NPM: 10030103008

pppp

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1428 H/ 2007 M

Page 3: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh Tim Penguji Skripsi pada tanggal

25 Agustus 2007 dan telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam

Bandung.

Bandung, 25 Agustus 2007

Panitia Ujian Sidang / Munaqasah Skripsi

Ketua

Sekretaris

Sobar Al-Ghazal, Drs., M.Pd. Dedih Surana, Drs.

Tim Penguji

Ketua

Sekretaris

Nan Rahmina Enoh, Drs., M.Ag.

Anggota Anggota

Agus Halimi, Drs., M.Pd. Ikin Asikin, Drs., M.Ag.

Page 4: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DARI QS. AL-ISRA AYAT 23-25 TENTANG ETIKA

BERBICARA ANAK TERHADAP ORANG TUA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Bandung

Oleh, Pipih Hartini Selpiani NPM : 10030103008

Disetujui,

Pembimbing I

H. Agus Halimi, Drs., M.Ag.

Pembimbing II

Ikin Asikin, Drs., M.Ag.

Mengetahui:

Dekan Fakultas Tarbiyah Unisba

Sobar Al-Ghazal, Drs., M.Pd.

Page 5: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

i

ABSTRAK Nama : Pipih Hartini Selpiani NPM : 10030103008 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah Strata : Sarjana (S.I) Judul

Al-Qur’an adalah sumber yang tidak akan pernah kering dari mutiara- mutiara edukatif. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat teks ayat-ayat yang membimbing dan mendidik manusia, karena tujuan Al-Qur’an di turunkan untuk membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan yang benar Qs. Al-Isra ayat 23-25 Allah SWT telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya supaya menyembah-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian perintah berbuat baik terhadap kedua orang tua. Jika salah seorang diantara keduanya ada dalam pemeliharaan seorang anak maka jangan sekali-kali mengatakan perkataan kasar sekalipun ucapan uf hendaklah berbicara bersama mereka dengan perkataan yang baik, mulia, lemah lembut serta bertawadulah terhadap keduanya. Namun Fenomena yang kita amati antara hak dan kewajiban terhadap orang tua acap kali terlupakan dan kurang diprhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya salah satu dari kewajiban seorang anak adalah menghormati, dan menuruti nasihat orang tua tidak sedikit anak yang berani pada orang tua, membangkang mengatakan kata-kata kasar seperti membentak-bentak, memaki, merendahkan, dan menyuruh seenaknya. Kejadian seperti ini sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga. Maka penting sekali untuk mengkaji Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 23-25 tentang etika berbicara anak terhadap orang tua. Agar seorang anak dapat memahami betapa pentingnya beradab atau beretika terhadap orang tua baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Sehingga pada akhirnya dapat di temukan nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan pedoman di dalam kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pendapat para mufasirin tentang Qs. Al-Isra ayat 23-25. (2) Esensi yang terkandung dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25 (3) Landasan teoritis tentang etika berbicara anak terhadap orang tua. (4) Nilai-nilai Pendidikan dari Qs. Al-Isra ayat 23-25 tentang etika berbicara anak terhadap orang tua. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu. Menghimpun data-data dan informasi yang telah ada dan terjadi, yang bertujuan untuk mengungkapkan atau mendeskrifsikan gejala-gejala yang telah ada. Sedangkan teknik penelitian yang digunakan ialah studi literatur, yaitu dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari ayat-ayat data primer

Nilai-nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25 Tentang Etika Berbicara Anak Terhadap Orang Tua

Page 6: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

ii

dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder. Hasil penelitian dari Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 23-25 yang berkenaan dengan Etika berbicara anak terhadap orang tua, diantaranya sebagai berikut: Makna yang terkandung dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25 menurut para mufasir yaitu bahwasanya tidak ada karunia yang sampai kepada manusia yang lebih banyak. Dibanding karunia Allah yang diberikan kepadanya, kemudian perintah berbuat baik terhadap orang tua. Jika salah seorang diantara keduanya berada dalam pemeliharaan seorang anak, maka jangan sekali-kali mengatakan kepada keduanya perkataan uf maksudnya janganlah memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk. Hendaknya berbicara kepada mereka dengan perkataan yang baik, mulia serta lemah lembut. Esensi yang terkandung dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25 (a) Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa menyembah dan tidak mempersekutukan-Nya dalam berbagai peribadatan. (b) Janganlah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati kedua orang tua seperti membentak-bentak, memaki, merendahkanya atau mengeruhkan perasaan mereka berdua. Hendaklah berbicara dengan mereka dengan perkataan yang baik, mulia, serta lemah lembut (c) Hendaknya bersikap tawadhu dan mentaati keduanya serta mendo’akan mereka agar di rahmati oleh Allah sebagai imbalan ketika kita masih kecil. Nilai-nilai Pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23-25 (a) Menetapkan beriman dan beribadah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain (b) Allah melarang manusia mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati kedua orang tua (c) Allah memerintahkan Nabi-Nya agar bertawadhu kepada orang tua dan mengajarkannya kepada umat.

Bandung, 03 Agustus 2007

Penulis,

Pipih Hartini Selpiani

Pembimbing I Pembimbing II

H. Agus Halimi, Drs., M.Ag. Ikin Asikin, Drs., M

Page 7: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

KATA PENGANTAR Puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayah serta

memberikan kekuatan dan kemudahan pada hamba-Nya dalam melaksanakan

amanah hidup di dunia ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan

bagi Nabi Muhammad SAW yang telah dengan ikhlash menyampaikan risalah-

Nya kepada umat manusia.

Pembuatan skripsi ini banyak sekali memberikan hikmah dan manfaat

kepada penulis, terutama dalam pendalaman ilmu. Diantaranya adalah tumbuhnya

kesadaran akan pentingnya penelitian dan pendidikan yang berkembang dari

waktu-ke waktu. Dan Islam sebagai ajaran yang sempurna mampu memberikan

jawaban terhadap persoalan tersebut.

Namun demikian sangat disadari bahwa banyak sekali hambatan dalam

proses penelitian ini, baik hambatan keilmuan yang masih kurang, Fasilitas buku

sebagai bahan rujukan maupun hal-hal lain yang bersifat teknis. Termasuk yang

dialami penulis dalam pembuatan skripsi ini. Hanya karena karunia Allah-lah

akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Di samping bantuan dan dorongan dari

pihak-pihak lain yang dengan ketulusannya membantu memperlancar penulisan

skripsi ini. Untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Sobar Al-Ghazal, Drs., M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Bandung

2. Bapak Agus Halimi, Drs., M.Pd selaku pembimbing I, yang telah memberikan

motivasi, bimbingan, dan arahan, sehingga penulisan skripsi ini selesai.

3. Bapak Ikin Asikin, Drs., M. Ag selaku pembimbing II, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan, sehingga

penulisan skripsi ini selesai.

4. Ayahanda dan Ibunda, yang telah memberikan bantuan dan pengorbanannya,

baik berupa moril dan materil yang tidak dapat penulis balas, semoga Allah

memberikan imbalan yang setimpal dan menjadi amal ibadah. Juga untuk

Page 8: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

Kakak-kakakku dan adikku yang telah memberi motivasi dan semagat kepada

penulis.

5. Sahabat-sahabat seperjuangan di PH-PPKM Al-Asy’ari UNISBA, HIZBU

TAHRIR INDONESIA, PSMTPP ULUL-ALBAB. Yang telah memberikan

semangat motivasi dan bantuannya kepada penulis.

6. Sahabat dan teman-temanku yang ada di Fakultas Tarbiyah angkatan 2003

yang selalu memberi dukungan.

7. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis uraikan satu persatu,

Jazakumullahu Khairan Katsiraan.

Demikian sekelumit kata tulus sebagai ucapan terima kasih yang tiada

terhingga, semoga bantuan dan bimbingan yang penulis terima menjadi sebuah

amal kebaikan di sisi Allah. Amin

Bandung, Agustus 2007

Penulis

Page 9: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah.......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 8

D. Kegunaan Penelitian......................................................................... 8

E. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 8

F Metodologi Penelitian........................................................................ 10

G Langkah-langkah Penelitian............................................................. 12

H. Sumber Kajian.................................................................................. 12

I. Sistimatika Penulisan………………………………………………13

BAB II TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AL-ISRA AYAT 23-25 .............. 14

A Teks dan Terjemah Qs Al-Isra ayat 23-25 ....................................... 14

B Makna Mufrodat............................................................................... 15

C Pengertian Kalimat ........................................................................... 17

D Penjelasa Para Mufasir tentang Qs. Al-Isra Ayat 23-25 .................. 19

Page 10: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG ETIKA BERBICARA

ANAK TERHADAP ORANG TUA ........................................... 53

A. Aturan Hidup sebagai Ibadah...................................................... 53

1. Habluminallah ....................................................................... 53

2. Habluminannas...................................................................... 54

3. Kaitan antara Habluminalloh dan Habluminannas ............... 55

B Akhlak ........................................................................................... 57

1. Pengertian Akhlak…………………………………………….57

2. Sasaran Akhlak……………………………………………….58

a. Akhlak kepada Allah………………………………………..58

b Akhlak kepada sesama Manusia ........................................... 58

c. Akhlak Anak kepada Orang tua ............................................ .59

C Etika Berbicara ............................................................................. .61

a. PengertianEtika…………………………………………….61

b. Karakteristik Berbicara dalam Al-Quran………………….62

D.kewajiban Anak Memuliakan Orang Tua…………………….…..67

E Keutamaan Anak Memuliaka Orang tua …………………………69

F. Unsur-unsur Berbakti Kepada Kedua orangtua…………………. 71

G Manfaat berbakti Kepada Kedua Orang tua ………………………73

I Bahaya Durhaka Terhada Orangtua……………………………….74

J Etika Bergaul dengan Orang tua…………………………………...75

1. Lisan (Berbicara)……………………………………………..77

2. Tingkah laku…………………………………………………..81

Page 11: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN DARI QS. AL-ISRA AYAT 23-25

TENTANG ETIKA BERBICARA ANAK TERHADAP ORANG

TUA

A. Analisis Pendidikan Terhadap Orangtua Ayat 23-25……………86

B. Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Qs Al-Isra ayat 23-

25…….…………………………………………………………..95

BAB V KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP

A Kesimpulan .................................................................................... …96

B Saran-saran. ................................................................................... …98

C Penutup .......................................................................................... ....98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Al-Qur’an merupakan suatu pedoman yang memberikan tuntunan hidup bagi

manusia di dunia ini baik dalam hubungannya dengan Yang Maha Pencipta,

maupun dengan sesama makhluk. Banyak sekali tuntunan Al-Qur’an yang

mempunyai pengaruh dalam jiwa. Apabila seseorang telah mengamalkan dan

menghayati, maka Al-Qur’an akan berpengaruh bagi kepribadiannya.

Manusia menurut ajaran Islam adalah makhluk yang paling mulia dan

diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. (QS. At-Tin 95 : 4) Sebagai

makhluk yang sempurna, manusia diberi kelebihan dari makhluk-makhluk yang

lain-Nya (QS. Al-Isra 17:70). Ini merupakan penghargaan kepada manusia

sebagai makhluk yang lebih tinggi martabatnya dari makhluk-makhluk yang

lainya. Nikmat besar yang di karuniakan Allah itu wajib dihargai, wajib disyukuri,

dan pengingkarannya harus ditolak keras

Islam telah menjelaskan bagaimana cara manusia memanfaatkan nikmat

yang besar itu, dan bagaimana cara mencapai kebajikan melalui pembicaraan

yang siang malam berulang-ulang keluar dari ujung lidahnya. Banyak sekali orang

yang suka berbicara terus menerus dan merasa tidak betah bila lidahnya tidak

bergerak.

Apabila kita perhatikan dengan cermat apa yang telah dikatakan oleh orang-

orang seperti itu, maka kita akan menemukan sebagian besar dari pembicaraannya

Page 13: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

2

itu berupa omong kosong, bahkan kadang-kadang berupa omongan yang bisa

mendatangkan bahaya. Bukan untuk itu tujuan Allah SWT yang telah

memberikan kelebihan kepada manusia.

(Abu Dzar Al-Ghifari r.a, 2006 :121) meriwayatkan bahwa Rasulullah saw

bersabda yang artinya :”Barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir,

hendaklah ia berkata yang baik, atau lebih baik diam, karena diam itu lebih selamat

dan dapat mengusir syetan yang akan menggodanya serta membantu menunaikan

kewajiban-kewajiban agama.”

Seorang muslim harus mampu menguasai lidahnya, sanggup mengendalikannya

dengan kuat, sanggup mengekangnya disaat perlu diam, dan sanggup menjaganya

baik-baik disaat perlu berbicara. Benarlah, bahwa lidah yang tidak terkendalikan

adalah ibarat tali kekang yang diserahkan ke tangan syetan, ia akan dapat menggiring

orang yang bersangkutan kemana saja yang dikehendaki olehnya. Untuk menghindari

perbuatan demikian itu tidak ada jalan lain, kecuali kita harus mengetahui, mengerti,

dan menerapkan apa yang telah dianjurkan Allah SWT dalam hal berbicara.

Allah SWT telah memberikan kepada manusia, agar manusia berbicara dengan

perkataan yang baik dan membiasakan diri dengan ucapan yang baik, sehingga akan

melahirkan isi hati yang baik pula (Muhammad Al-Ghazali, 1993 :421)

Sebagaimana QS. Al-Isra ayat 53

Dan katakanlah kepada hamba-hambaku, hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syetan itu menimbulkan

Page 14: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

3

perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi

manusia. (Depag,Ri,2000 Juz 15:229)

Ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk

menganjurkan umatnya agar berbicara dengan perkataan yang baik.

Tidak sedikit akibat yang akan muncul apabila tidak mampu menjaga lisan atau

berhati-hati dalam berbicara, karena syetan selalu mengintai manusia, ingin

menimbulkan permusuhan dan kebencian sesama manusia, dan menjadikan

persengketaan sebagai perangkap untuk menimbulkan kebinasaan.

Seseorang apabila sering berbicara dan mengeluarkan kata-kata yang semaunya

saja, bahkan sering juga mengeluarkan ucapan-ucapan yang dapat merusak hubungan

persahabatan maupun kekerabatan, menunjukan kelemahan akal dan pikirannya.

Dengan kecerobohannya, itu dapat menimbulkan kemadharatan yang akan menimpa

dirinya.

Islam merupakan suatu ajaran yang salah satu aspeknya, yang berhubungan

antara manusia dengan manusia. Oleh sebab itu, Islam sangat memperhatikan tata

cara pergaulan untuk membentuk suatu sikap yang baik, yakni akhlakul karimah. Di

samping itu pula ditetapkan prinsip persamaan derajat dan persaudaraan serta

menghormati hak orang lain termasuk sikap dan kewajiban orang tua terhadap anak-

anak, maupun anak terhadap orang tua di dalam lingkungannya.

Hak dan kewajiban pergaulan anak dengan orang tua harus didasari rasa kasih

sayang dan tanggung jawab yang besar, didasari oleh nilai-nilai keagamaan terutama

dalam etika berbicara anak terhadap orang tua (Muhammad Al-Ghazali 1993:421)

Page 15: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

4

Seperti dalam firman Allah SWT Qs.Al-Isra Ayat 23-25

Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dan pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku” kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang – orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha pengampun bagi orang – orang yang bertaubat. (Depag Ri,1421 H/2000,229)

1. Tafsir Al-Maraghi, Ahmad Musthafa Al-Maraghi hal 17

Bahwasanya tidak ada karunia yang sampai kepada manusia yang lebih banyak

di banding karunia Allah yang diberikan kepadanya, kemudian karunia kedua orang

tua. Apabila kedua orang tua atau salah seorang di antaranya berada di sisimu hingga

mencapai keadaan lemah tidak berdaya dan tetap berada di sisimu pada akhir

umurnya sebagaimana kamu berada di sisi mereka berdua pada awal umurmu, maka

Page 16: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

5

kamu wajib belas kasih dan sayang terhadap keduanya. Amal yang paling di cintai

oleh Allah dan Rosulullah saw.

2. Tafsir Ibnu Katsir,Muhammad Nasib Ar-Rifai hal 46

Allah SWT telah memerintahkan kepada hamba-hambanya supaya menyembah

Dia Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian perintah berbuat baik terhadap

orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur

lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali mengatakan kepada keduanya

perkataan uf maksudnya janganlah memperdengarkan kepada keduanya perkataan

yang buruk. kemudian bertawadhulah kepada keduanya melalui tindakan dan

ucapkanlah “wahai Tuhanku” kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah

mendidiku masih kecil.

3. Tafsir Al-Azhar, Hamka,Juz 15 hal 2318

Berkhidmat kepada ibu bapak dengan cara menghormati kedua orang tua yang

telah menjadi sebab bagi kita dapat hidup di dunia ini ialah kewajiban yang kedua

sesudah beribadat kepada Allah SWT. Jika kiranya salah seorang mereka atau

keduanya telah tua dalam pemeliharaan eungkau, maka janganlah berkata uff. Abu

raja Al-Athani mengatakan bahwa arti uffin ialah kata-kata yang mengandung

kejengkelan dan kebosanan meskipun tidak keras diucapkan rasa jengkel yang terasa

dalam hati daripada anak kepada kedua orang tua karena perangainya yang sudah

kekanak-kanakan diketahui juga oleh Tuhan. Namun perasaan itu diberi ampun oleh

Allah SWT dimaafkan, asal saja seorang anak yang tetap sholeh dan beribadat kepada

Allah SWT dan selalu ingat bahwa dalam perjalanan hidupnya dia akan kembali

kepada Tuhan.

Page 17: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

6

Uraian di atas telah jelas bagi kita, sebagai seorang muslim dan hamba-Nya yang

paling mulia hendaknya menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya, terutama

perintah tentang adab anak terhadap orang tua. Allah telah menjelaskan dan

mengajarkan kita melalui Rasul-Nya tentang etika berbicara anak terhadap orang tua.

Langkah paling awal yang membuktikan sikap anak terhadap orang tua adalah

tutur katanya dengan bahasa yang baik dan halus. Bahasa yang halus dan baik itu

sesuai dengan lingkungan masyarakat di mana anak-anak itu tinggal dengan orang

tuanya. (M.Thalib 1996:18)

Secara syar’i ibu bapak mempunyai hak untuk memperoleh penuturan kata yang

baik, halus dan penuh kesopanan dari anak-anaknya. Jika ternyata anak menggunakan

tutur kata yang kasar dan ucapan-ucapan rendah, berarti ia telah berbuat durhaka

terhadap ibu bapaknya. (M. Thalib 1996:19)

Fenomena sekarang yang kita amati antara hak dan kewajiban anak terhadap

orang tua acap kali terlupakan dan kurang diperhatikan dalam kehidupan pergaulan

di keluarga. Misalnya, salah satu dari hak dan kewajiban seorang muslim dalam

lingkungan keluarga adalah bersikap saling menghormati, anak wajib menghormati,

dan menuruti nasihat orang tua, Juga orang tua mampu menghargai keberadaan anak.

namun di zaman sekarang masih ditemukan tidak sedikit anak yang berani pada orang

tuanya melontarkan kata-kata kasar seperti membentak-bentak, memaki,

merendahkan atau menyuruh seenaknya. Sedangkan didalam ajaran Islam jangankan

mengatakan kata-kata kasar sekalipun melontarkan kata ”Uff” sudah termasuk dosa

dan di larang. Kejadian seperti ini sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan keluarga.

Page 18: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

7

Bertitik tolak dari uraian diatas, bahwasanya hak kewajiban seorang muslim

terhadap orang tua sebaiknya harus didasari oleh sikap pergaulan yang islami, kasih

sayang, dan saling menghormati. Namun dalam kenyataan, hak dan kewajiban itu

sering kali terlupakan dan terabaikan dalam pelaksanaanya.

Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23-25 kalau kita telaah mengandung nilai-nilai

pendidikan yang sangat dalam sekali. Maka dalam penelitian ini, akan

mengungkapkan tentang: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG

DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-ISRA AYAT 23-25 TENTANG ETIKA

BERBICARA ANAK TERHADAP ORANG TUA.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari permasalahan yang di uraikan dalam latar belakang, Maka

hal ini peneliti membatasi dan merumuskan dengan beberapa pertanyaan sebagai

berikut:

1. Apa pendapat para mufassir tentang tafsiran Qs. Al-Isra ayat 23-25 ?

2. Apa essensi dari Qs. Al-Isra ayat 23-25 berdasarkan pendapat para mufassir?

3. Apa pendapat ulama dan ahli pendidikan tentang Etika berbicara anak

terhadap orang tua ?

4. Apa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25

tentang etika berbicara anak terhadap orang tua?

Page 19: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

8

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pendapat para Mufassir tentang Qs. Al-Isra ayat 23-25

2. Mengetahui essensi yang terkandung dari Qs. Al-Isra ayat 23-25

3. Mengetahui pendapat ulama dan ahli pendidikan tentang etika berbicara anak

terhadap orang tua.

4. Mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Qs. Al-Isra ayat

23-25

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan bagi pendidik,

terutama sebagai wahana mengembangkan bidang pendidikan Islam menurut Qs.

Al-Isra ayat 23-25 tentang etika berbicara anak terhadap orang tua.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat dijadikan pedoman atau masukan bagi para pendidik untuk

membimbing peserta didiknya dalam mengajarkan dan mendidik etika

berbicara anak terhadap orang tua.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan titik tolak pemikiran dari masalah yang akan

diteliti. Menurut Winarno Surakhmad (1990:38), Kerangka pemikiran adalah asumsi

atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah

yang akan diteliti. Asumsi ini menjadi titik pangkal agar tidak terjadi keraguan bagi

peneliti.

Page 20: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

9

Allah menurunkan kitab suci Al-Qur’an dengan disertai kebenaran untuk di

jadikan pedoman dalam kehidupan sehari hari, juga sebagai penyuluh bagi segenap

umat yang taat dan patuh. Al-Qur’an merupakan satu-satunya ajaran yang pasti dapat

menjawab untuk dapat membentuk pribadi manusia yang baik, serta menghilangkan

permusuhan dan perselisihan agar selamat di dunia dan akhirat.

Islam memerintahkan kepada manusia selaku umatnya untuk berhubungan baik

tidak hanya dengan khalik-Nya (Allah) tetapi juga dengan sesama makhluk-Nya

terutama antara sesama manusia, karena manusia pada umumnya beriman, bahkan

mereka semuanya dilahirkan dalam keadaan fitrah. Sekalipun manusia dibekali Fitrah

yang baik, namun dalam perkemban dengan kehidupanya manusia saling

melakukapenyimpangan prilaku yang bertentangan dengan ketentuan yang telah

digariskan Allah.

Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Salah satu hakikat wujud manusia yaitu berkomunikasi dan membutuhkan akan kerja sama dan saling membantu satu sama lain. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk saling mengerti, karena saling mengerti adalah pangkal dari tindakan yang baik dan akan menjamin tindakan yang seterusnya akan berhasil. Komunikasi juga adalah suatu hubungan yang sistematis dan satu proses yang terus berlangsung dalam suatu proses manajemen yang terdiri dari bicara dan mendengar sehingga saling mengerti. (Mochtar Effendy 1986 :107) Sebagaimana Firman Allah QS. An-Nisa ayat 114

* ω uöyz ’Îû 9ÏVŸ2 ⎯ÏiΒ öΝ ßγ1uθôfΡ ωÎ) ô⎯tΒ ttΒ r& >π s% y‰|Á Î/ ÷ρ r& >∃ρ ã÷ètΒ ÷ρ r& £x≈ n=ô¹ Î) š⎥ ÷⎫ t/ Ĩ$ ¨Ψ9$# 4 ⎯tΒ uρ ö≅yèø tƒ š Ï9≡sŒ u™!$tóÏF ö/$# ÏN$ |Êó sΔ «! $# t∃öθ|¡ sù ÏμŠ Ï? ÷σ çΡ #·ô_r& $ \Κ‹ Ïà tã ∩⊇⊇⊆∪

Tiada kebaikan apa pun pada bisikan-bisikan yang banyak mereka lakukan,

kecuali dari bisikan-bisikan dari orang memerintahkan orang lain supaya bersadaqah, atau berbuat kebajikan, atau menganjurkan perdamaian diantara sesama manusia. Dan barangsiapa berbuat demikian karena menghendaki keridhaan Allah, kepadanya kelak kami akan berikan pahala yang besar (Depag RI, 1980 ;140)

Page 21: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

10

Manusia dalam kehidupan sehari-hari sering kali mengalami persengketaan, salah

paham, balas dendam, di karenakan tutur kata yang salah. Lisan telah banyak

menjatuhkan umat manusia ke dalam kehancuran. Telah banyak menyeret barisan

tentara ke dalam jurang kemusnahan dan banyak membinasakan kehidupan sosial

manusia. Orang yang tertimpa kebinasaan akibat lisan mereka dikarenakan tidak

mampu menjaga lisannya. Dengan demikian, kebinasaan ini seharusnya dapat di

ridhoi dengan memelihara ucapanya. Sedangkan Islam mengajarkan agar manusia

saling mengenal, menyayangi, dan saling menasihati dalam lingkungan keluarga

maupun di lingkungan sekitarnya. Sehingga hal ini tidak menimbulkan

permusuhan,untuk mengatasi semua itu harus ditanamkan sifat yang terpuji yang

tidak merugikan orang lain akan tetapi menguntungkan kedua belah pihak.

Seorang muslim itu sudah sepatutnya memelihara lisannya dari berbagai bahaya

yang di sebabkanya walaupun dengan alasan yang kuat, agar tidak terjadi permusuhan

yang menyeret kepada perbuatan dosa. (Muhammad Ali Hasyimi, 1992 :60)

Berdasarkan keterangan di atas bahwa memelihara lisan merupakan suatu

kewajiban bagi manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat. Maka tepat sekali

bila dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25 mengungkapkan tentang etika berbicara anak

terhadap orang tua.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Suatu pemecahan masalah akan dirasakan sulit tanpa ada metode yang selaras

dengan masalah yang dipecahkan, oleh karena itu metode yang tepat sangat di

perlukan dan menunjang terhadap suatu keberhasilan penelitian.

Page 22: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

11

Metode adalah suatu cara yang dilakukan pada proses penelitian. Dalam bidang

ilmu pengetahuan yang di jadikan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan

sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 1995 :24)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

menghimpun data-data dan informasi yang telah ada dan terjadi, yang bertujuan untuk

mengungkapkan atau mendeskrifsikan gejala-gejala yang telah ada (Nana Sujana,

1992 :86).

Metode ini untuk menjelaskan ayat sehingga ayat tersebut dapat dimengerti Isi

kandungannya dengan jelas, mudah dipahami dan di harapkan dapat di amalkan

dalam mengatasi berbagai masalah yang ada sekarang.

3. Teknik Penelitian

Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah studi literature atau studi

kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari ayat-ayat sebagai data

primer dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti

sebagai data sekunder (Moch. Nazir, 1983 :86).

Data sekunder adalah data yang tidak langsung yang dapat dijadikan sebagai

sumber informasi, data ini dapat penulis peroleh dari studi kepustakaan dan

pengumpul data. Melalui studi kepustakaan ini, penulis dapat menambah pengetahuan

yang dapat menunjang terhadap pemecahan masalah yang akan diteliti. Informasi

yang berbentuk teori dapat dijadikan sebagai titik tolak dan acuan dalam mengkaji

permasalahan yang diteliti

Melalui studi kepustakaan ini, penulis dapat menambah pengetahuan yang dapat

menunjang terhadap pemecahan masalah yang akan diteliti. Informasi yang berbentuk

Page 23: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

12

teori dapat di jadikan sebagai titik tolak dan acuan dalam mengkaji permasalahan

yang diteliti

G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Merumuskan masalah dan mengklasifikasikan tafsir yang berhubungan

dengan Qs. Al- Isra Ayat 23- 25.

2. Mencari tafsiran dari ayat tersebut dengan meneliti dan mengkaji berbagai

tafsir dan berbagai buku lainya

3. Merangkum pendapat para mufasir dan menarik esensi dari Qs. Al- Isra Ayat

23-25

4. Mencari teori yang menunjang terhadap esensi dari Bab II

5. Menganalisis esensi dengan menggunakan teori.

6. Menarik Nilai-nilai pendidikan.

7. Menarik kesimpulan dari hasil analisa sehingga terjawab hal-hal yang

dipertanyakan dalam penelitian ini.

H. Sumber Kajian

Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Al- Qur’an dan Terjemahnya (Depag Ri, 1421 H/2000)

2. Tafsir Al- Maraghi (Ahmad Musthafa Al-Maraghi, t.t)

3. Tafsir Ibnu Katsir (Abu fida Ismail bin Katsir, 19920

4. Tafsir Al-Qurtubi (Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Ansari, 1999)

5. Tafsir Sofwah At-Tafsir (Muhammad Ali Ash-Shobuni, 1981)

6. Buku- buku yang ada kaitanya dengan penelitian

Page 24: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

13

I. Sistematika Penulisan.

BAB I Pendahuluan terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode dan Teknik

Penelitian, Langkah-langkah Penelitian, Sumber Data, Sistematika Pembahasan.

BAB II Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 23-25 yang mencakup teks ayat dan

terjemahannya, Munasabatul Ayat, Makna Mufradat dan Makna Kalimat, Isi

Kandungan dari Al-Qur’an Surat Al-Isra 23-25 menurut Mufasirin, dan Rangkuman

Pendapat Mufasirin serta Esensi yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Isra 23-

25.

BAB III Menguraikan Landasan Teori Pendidikan tentang Etika Berbicara Anak

Terhadap Orang Tua menurut Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 23-25

BAB IV Menguraikan tentang Analisis Nilai-nilai Pendidikan dari Esensi Ayat

tentang Pendidikan Etika Berbicara Anak Terhadap Orang Tua.

BAB V Kesimpulan, saran dan penutup.

Page 25: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

14

BAB II

TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AL ISRA AYAT 23 - 25 A. Teks dan Terjemahan Ayat

23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain

Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (Depag RI, 1971 : 427-428)

Page 26: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

15

A. Makna Mufrodat

TABEL I

Pengertian : ÅöÍúÓóÇäðÇ No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Ha

l Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/ berbuat baik

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M menyuruh berbuat baik 3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-

Maraghi/1993M berbuat baik dan kebajikan

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

berbuat baik dengan sebaik-baiknya.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi untuk berbuat baik

Pengertian: ÃõÝøò

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Abu Roja Al-Uthoridi mengatakan : al-Uf ialah perkataan kotor, rusak, dan rahasia (sembunyi-sembunyi)

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M perkataan yang buruk, termasuk perkataan 'ah' sebagai perkataan yang paling ringan.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al- Maraghi Perkataan yang buruk

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

perkataan yang dapat membuatnya gelisah, seperti perkataan "ah" dan janganlah memperdengarkan perkataan yang buruk.

Pengertian: ÊóäúåóÑú

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

an-Nahru artinya : pembentakan atau kekerasan.

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M yakni janganlah kamu berbuat buruk kepada keduanya dan jangan memukulnya.

Page 27: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

16

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M Membentak

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Janganlah kamu membentak dengan suara yang keras terhadap sesuatu yang kamu tidak sukai dari mereka berdua.

Pengertian : æóÞõáú

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/ Yakni, ucapkanlah

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M Ucapkanlah 3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-

Maraghi/1993M Ucapkanlah dengan ucapan yang baik

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976 Ucapkanlah

Pengertian : ÞóæúáðÇ ßóÑöíãðÇ

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/ Perkataan yang lemah lembut.

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M lembut, baik, dan sopan disertai tata krama, penghormatan, dan pengagungan.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

perkataan yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

perkataan yang baik, lembut, dan indah dengan penuh santun dan penghormatan.

Kesimpulan : Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk

menyembah dan menrtauhidkan-Nya serta tidak mempersekutukan-Nya.

Page 28: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

17

C. Pengertian Kalimat

TABEL II Pengertian : æóÈöÇáúæóÇáöÏóíúäö ÅöÍúÓóÇäðÇ

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Allah telah menjadikan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai penyerta terhadap perintah beribadah dan mentauhidkan-Nya

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M Yakni, Dia menyuruh berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Juga, agar kamu berbuat baik dan kebajikan terhadap orangtua

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Yakni, Allah telah memerintahkan kepada kamu untuk berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua

Kesimpulan : Allah menyuruh manusia untuk berbuat baik kepada kedua

orang tua dengan sebaik-baiknya.

TABEL III

Pengertian : ÅöãøóÇ íóÈúáõÛóäøó ÚöäúÏóßó ÇáúßöÈóÑó ÃóÍóÏõåõãóÇ Ãóæú ßöáóÇåõãóÇ

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Dikhususkannya penyebutan kata kondisi lanjut usia, karena dalam kondisi ini mereka berdua sangat membutuhkan kebaikan dari anaknya, sebab kondisi mereka sudah berubah menjadi lemah dan tua.

Page 29: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

18

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M - 3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-

Maraghi/1993M Apabila dua orangtua atau salah seorang di antaranya berada di sisimu hingga mencapai keadaan lemah, tidak berdaya dan tetap berada di sisimu pada akhir umurnya, sebagaimana kamu berada di sisi mereka berdua pada awal umurmu, maka kamu wajib belas kasih dan sayang terhadap keduanya.

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Aku telah mewasiatkan kedua orang tua kepada kamu, terlebih-lebih ketika mereka berdua atau salah satunya telah lanjut usia.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

Pengertian ayat ini bahwa orang tua suatu saat akan mengalami kondisi yang lemah, maka pada akhir hidupnya pasti mereka berada di sisimu sebagaimana kamu berada di sisi mereka pada permulaan hidup kamu.

Kesimpulan : Kewajiban manusia untuk belas kasih dan sayang terhadap kedua

orang tua dan memperlakukan orang tua dengan baik apabila kedua orang tua atau salah

seorang di antaranya berada di sisimu hingga mencapai keadaan lemah, tidak berdaya

dan tetap berada di sisimu pada akhir umurnya

TABEL IV

Pengertian : ÝóáóÇ ÊóÞõáú áóåõãóÇ ÃõÝøò

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Yakni, sekali-kali janganlah kamu mengatakan sesuatu yang membuat jengkel. Abu Roja Al-Uthoridi mengatakan : al-Uf ialah perkataan kotor, rusak, dan rahasia (sembunyi-sembunyi)

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M Maksudnya, janganlah kamu memperdengarkan kepada keduanya

Page 30: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

19

perkataan yang buruk, termasuk perkataan 'ah' sebagai perkataan buruk yang paling ringan.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Janganlah kamu jengkel terhadap sesuatu yang kamu lihat dilakukan oleh salah satu dari orangtua atau oleh kedua-duanya yang mungkin dapat menyakitkan hati orang lain, tetapi ber-sabarlah menghadapi semua itu, sebagaimana kedua orang itu pernah bersikap sabar terhadapmu ketika kamu kecil.

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

yakni, sekali-kali janganlah kamu mengucapkan kata-kata sekecil apapun kepada orang tua perkataan yang dapat membuatnya gelisah, seperti perkataan "ah" dan janganlah memperdengarkan perkataan yang buruk.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

Larangan menampakan raut kegelisahan atau kebosanan, baik sedikit maupun banyak

Kesimpulan : Allah telah melarang manusia untuk mengatakan kata-kata yang

menyakitkan hati kedua orang tua, sekalipun hanya dengan ucapan "ah"

TABEL IV

Pengertian: æóáóÇ ÊóäúåóÑúåõãóÇ

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

an-Nahru artinya : pembentakan atau kekerasan.

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M yakni janganlah kamu berbuat buruk kepada keduanya dan jangan memukulnya.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Janganlah kamu menyusahkan keduanya dengan suatu perkataan yang membuat mereka berdua merasa tersinggung.

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Janganlah kamu membentak dengan suara yang keras terhadap

Page 31: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

20

sesuatu yang kamu tidak sukai dari mereka berdua.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

Larangan menampakan perbedaan pendapat dengan cara menolak atau berdusta.

Kesimpulan : Allah melarang manusia untuk mengeluarkan kata-kata kasar,

atau membentak kedua orang tua

TABEL VI

Pengertian: æóÞõáú áóåõãóÇ ÞóæúáðÇ ßóÑöíãðÇ

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Yakni, ucapkanlah perkataan yang lemah lembut.

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M Karim berarti lembut, baik, dan sopan disertai tata krama, penghormatan, dan pengagungan.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Ucapkanlah dengan ucapan yang baik kepada kedua orangtua dan perkataan yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Ucapkanlah kepada mereka berdua perkataan yang baik, lembut, dan indah dengan penuh santun dan penghormatan.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

Maksud ayat ini adalah mengajak untuk berbicara dengan penuh rasa hormat.

Kesimpulan : Allah memerintahkan manusia untuk mengucapkan perkataan

yang baik, lemah lembut, dan mulia kepada kedua orang tua

Page 32: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

21

TABEL VII

Pengertian : الرحمة من الذل جناح لهما واخفض

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan.

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M yakni bertawadhulah kepada keduanya melalui tindakanmu

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Bersikaplah kepada kedua orangtua dengan sikap tawadu' dan merendahkan diri, dan taatlah kamu kepada mereka berdua da-lam segala yang diperintahkan terhadapmu, selama tidak berupa kemaksiatan kepada Allah.

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Berlemah lembutlah dan rendah dirilah kamu dengan sebenar-benarnya kerendahan dengan penuh belas kasih kepada mereka berdua

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

Seekor burung apabila ingin mengumpulkan anaknya untuk dididik, ia merendahkan sayapnya. Berdasarkan sebab inilah maka merendahkan sayap dijadikan kata kiasan tentang pendidikan yang baik

Kesimpulan : Perintah untuk bersikaplah kepada kedua orangtua dengan sikap

tawadu' dan merendahkan diri, dan mentaati mereka berdua dalam segala yang

diperintahkan, selama tidak berupa kemaksiatan kepada Allah.

Page 33: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

22

TABEL VIII

Pengertian : صغيرا ربياني آما ارحمهما رب وقل

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/

Dikhususkannya penyebutan tarbiyah (pendidikan/pemeliharaan) supaya seorang hamba dapat mengingat kelembutan dan kelelahan kedua orang tua dalam memelihara.

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M Yakni, rahmatilah keduanya pada saat tua dan setelah mati

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Hendaklah kamu berdoa kepada Allah agar Dia merahmati kedua orangtuamu dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai imbalan kasih sayang mereka berdua terhadap dirimu ketika kamu kecil, dan belas kasih mereka yang baik terhadap dirimu.

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Do'akanlah mereka berdua dengan penuh belas kasih, dan katakanlah di dalam do'amu "Ya Tuhanku rahmatilah kedua orang tuaku dengan rahmatmu yang sangat luas, sebagaimana mereka berdua telah memeliharaku ketika aku masih kecil".

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

yaitu hendaknya mendo'akan kedua orang tua dengan kasih sayang, oleh karenanya Allah berfirman " kasihilah mereka keduanya”. Kata ar-Rahmah bersifat universal meliputi seluruh bentuk kebaikan , baik kebaikan pada agama maupun dunia.

Page 34: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

23

TABEL :XI

Pengertian :

غفورا للأوابين آان فإنه صالحين تكونوا إن نفوسكم في بما أعلم ربكم

No Tafsir Mufasir/Thn/Jld/Hal Pengertian

1 Al-Qurtubi Al-Qurtubi/1967M/ -

2 Ibnu Katsir Ibnu Katsir/1991M Said bin Jubair berkata, "Ayat ini berkenaan dengan orang yang bergegas untuk melakukan kebaikan kepada kedua orang tuanya, dan di hatinya hanya ada niat berbuat baik kepada keduanya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka sesungguhnya Dia Maha pengampun terhadap orang-orang yang bertobat,” yakni kepada orang-orang yang melakukan dosa kemudian bertobat, melakukan dosa lagi kemudian bertobat. Demikian ditafsirkan oleh said bin al-Musayyad.

3 Al-Maraghi Ahmad Musthafa Al-Maraghi/1993M

Tuhanmu, hai sekalian manusia, lebih tahu apa yang ada dalam hatimu daripada kalian, baik berupa penghormatanmu mengenai bapak dan ibumu, serta berbuat baik terhadap mereka, atau meremehkan hak dan durhaka terhadap mereka. Allah akan membari balasan kepada kepada kalian atas kebaikan atau keburukan tentang hal itu semua. Oleh karena itu, hati-hatilah jangan sampai tersimpan dalam hatimu keburukan terhadap orang tua dan bersikap durhaka terhadap mereka.

4 Sofwah At-Tafaasiir

Muh Ali Ash-Shabuni/1976

Wahai manusia! Tuhanmu Maha mengetahui apa-apa yang ada di dalam diri kamu terhadap kemauanmu untuk berbuat baik atau berbuat durhaka. Jika kamu benar-benar berniat untuk berbuat baik dan benar tidak berbuat baik dan benar tidak berbuat durhaka dan

Page 35: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

24

kerusakan, maka sesungguhnya Allah SWT akan membalas kejahatanmu dan Dia akan mengampuni orang yang mau bertaubat, yaitu mereka yang setiap kali berbuat salah kembali kepada Tuhanya sambil memohon ampunan.

5 Al-Fakhrurrazi

Muhammad Fakhruddin Ar-Razi

Pengertian ayat ini adalah :Aku telah memerintahkan kepadamu di dalam ayat ini untuk ikhlas di dalam beribadah dan berbuat baik kepada kedua orang tua.Allah Maha Mengetahui apa yang kamu sembunyikan dalam diri kamu berupa keikhlasan untuk menta'ati (perintah-Nya) dan juga tidak adanya keikhlasan di dalam diri kamu. Jika kamu bebas dari berbagai kerusakan hati kamu, maka kamu adalah orang-orang yang bertaubat.

Kesimpulan :Allah Maha mengetahui apa-apa yang ada di dalam diri manusia

terhadap kemauannya untuk berbuat baik atau berbuat durhaka.

Jika manusia benar-benar berniat untuk berbuat baik dan benar tidak berbuat

durhaka dan kerusakan, maka sesungguhnya Allah SWT akan membalas perbuatan-

perbuatan manusia dan Dia akan mengampuni orang yang mau bertaubat.

D.Penjelasan Para Mufasir tentang Q.S. Al-Isra 23 -25 1..Tafsir Al-Qurtubi (Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurtubi, 1967)

Di dalam ayat ini terdapat sepuluh permasalahan:

1. Qodha artinya memerintahkan, menetapkan, atau mewajibkan.

Ibn Abbas, Hasan dan Qatadah berpendapat bahwa qadha dalam ayat ini bukan

berarti penetapan hukum akan tetapi penetapan perintah.

Page 36: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

25

2. Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menyembah dan

menrtauhidkan-Nya. Allah telah menjadikan perintah berbuat baik kepada kedua

orang tua sebagai penyerta terhadap perintah beribadah dan mentauhidkan-Nya,

sebagaimana Allah telah menyertakan perintah bersyukur kepada kedua orang tua

dengan perintah bersyukur kepada Dia. Maka Allah berfirman :

وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

dan Allah berfirman :

Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu.

Abdullah telah meriwayatkan di dalam shohih Al-Bukhari, ia berkata : Aku

bertanya kepada Nabi s.a.w. perbuatan apa yang paling disukai Allah SWT ? Nabi

menjawab : "Shalat tepat pada waktu", aku bertanya : kemudian apa ? Nabi menjawab

: kemudian berbuat baik kepada ibu bapak", aku bertanya : kemudian apa ? Nabi

menjawab : "Berjihad di jalan Allah". (H.R. Bukhari dalam Bab : Mawaqiit Ash-

Shalat).

Nabi s.a.w. memberitahukan bahwa berbuat baik kepada ibu bapak sebagai

perbuatan yang paling utama setelah shalat yang merupakan tiang agama.

3. Di antara berbuat baik kepada ibu bapak itu ialah tidak mencaci maki dan tidak

berbuat durhaka kepadanya; karena perbuatan itu termasuk dosa-dosa besar.

Abdullah bin Amr telah meriwayatkan di dalam Shahih Muslim :

Page 37: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

26

Sesungguhnya termasuk dosa-dosa besar seseorang memaki ibu bapaknya" para sahabat bertanya : Adakah orang yang memaki ibu bapaknya ? Rasul menjawab : "Ada, yaitu ia memaki bapak orang lain, lalu orang lain memaki bapaknya, dan ia maki ibunya, lalu ia (balas) maki ibunya. (H.R. Muslim di dalam kitab Iman)

4. Perbuatan durhaka kepada orang tua ialah membangkang keinginan-keinginannya

yang diperbolehkan; sebaliknya yang merupakan perbuatan baik kepada orang tua

ialah melaksanakan keinginan-keinginannya. Berdasarkan hal ini, maka apabila

kedua orang tua atau salah satunya memerintahkan kepada anaknya untuk

melakukan satu perkara, maka ia wajib mentaatinya, selama perintah itu bukan

maksiat.

5. At-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata :

Aku mempunyai istri yang kucintai, sedangkan bapakku membencinya, lalu memerintahkan aku untuk menceraikannya, akan tetapi aku tidak mempedulikannya, kemudian aku menjelaskan hal tersebut kepada Nabi s.a.w. Nabi bersabda : "Wahai Abdullah bin Umar ceraikan istrimu". Hadis ini Hasan lagi shahih.

6. Abu Hurairah telah meriwayatkan :

Seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w., ia bertanya: Siapakah yang paling berhak mendapat pergaulan yang paling baik dariku ? Nabi menjawab : “Ibumu” orang itu bertanya: kemudian siapa lagi ? Nabi menjawab : “Ibumu”, orang itu bertanya : kemudian siapa lagi ? Nabi menjawab : “Ibumu”, orang

Page 38: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

27

itu bertanya lagi : kemudian siapa lagi ? Nabi menjawab : “Bapakmu”. (H.R. Muslim dalam kitab al-Birru wash shillah)

Hadits ini menunjukan bahwa kecintaan dan rasa kasih sayang terhadap ibu

seyogyanya menjadi tiga perumpamaan daripada kecintaan terhadap bapak; karena Nabi

telah menyebutkannya sebanyak tiga kali, sedangkan bapak disebutkannya hanya pada

yang keempatnya saja. Apabila pengertian ini diperdalam ternyata terdapat beberapa

faktor, yang demikian itu karena ibu merasakan bagaimana susahnya mengandung,

melahirkan, menyesui dan mendidik anak. Hal ini hanya dilakukan oleh ibu sendiri

tanpa bapak. Al-Muhasibi dalam kitabnya ar-Ri’ayah menetapkan bahwa tidak ada

perbedaan pendapat di antara para ulama bahwa kebaikan untuk ibu itu sebesar ¾,

sedangkan untuk bapak ¼.

7. Berbuat baik kepada kedua orang tua tidak dikhususkan kepada yang muslim

saja, akan tetapi sekalipun orang tua itu kafir selama masih mempunyai perjanjian

(dengan Islam) tetap harus berbuat baik kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman dalam

Qs. Al - Mumtahanah 8

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-

orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.

8. Termasuk berbuat baik kepada kedua orang tua ialah tidak pergi berjihad, kecuali

atas izin mereka, jika jihad tersebut tidak ditentukan.

Page 39: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

28

Abdullah bin Amr telah meriwayatkan, ia berkata :

Seseorang telah menghadap meminta izin untuk berjihad kepada Nabi s.a.w.

Nabi bersabda : “Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup ?” ia menjawab:

masih. Nabi bersabda : “Minta izinlah kepada ibu bapak kamu, lalu

berjihadlah” Lafadh hadits ini milik Muslim.

Ibnu Mundzir menuturkan : Di dalam hadits ini mengandung larangan untuk

pergi keluar (berperang) tanpa seizin ibu bapak selama masih ada orang yang pergi

ke medan perang, akan tetapi apabila tidak ada, maka wajib keluar seluruhnya.

9. Para ulama berbeda pendapat mengenai kedua ibu bapak yang musyrik, apakah

harus meminta izin kepada keduanya ? jika jihad itu termasuk fardhu kifayah.

Menurut Ats-Tsauri : tidak boleh berperang melainkan atas izin keduanya.Menurut

Asy-Syafi’i : Boleh berperang tanpa harus meminta izin keduanya.

10. Termasuk kesempurnaan perbuatan bajik kepada orang tua itu ialah menjalin tali

silaturrahmi yang dilakukan oleh seorang anak terhadap keluarga teman karib

ayahnya. Ibnu Umar meriwayatkan dalam kitab shohih, ia berkata :

Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya termasuk

perbuatan bajik yang paling baik ialah menjalin silaturrahmi yang dilakukan oleh

seorang (anak) terhadap keluarga teman karib ayah sepeninggalannya.

Page 40: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

29

Abu Usaid ketika perang Badar pernah meriwayatkan, ia berkata: Aku sedang duduk-duduk bersama Nabi tiba-tiba datang seorang Anshor seraya berkata : Wahai Rasulullah, masih adakah jalan bagiku untuk berbakti kepada kedua orang tuaku sesudah keduanya tiada? Nabi s.a.w. menjawab, "Ya, yaitu mendo'akan keduanya, memohonkan ampunan buat keduanya, melaksanakan wasiat keduanya setelah keduanya tiada, dan menghubungkan silaturrahmi yang tidak dapat dihubungkan kecuali melalui keduanya, serta menghormati teman-teman sejawat keduanya. Inilah jalan bagimu". (H.R. Ahmad di dalam kitab musnadnya)

11. Firman Allah Ta'ala :

jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur

lanjut dalam pemeliharaanmu

Dikhususkannya penyebutan kata kondisi lanjut usia, karena dalam kondisi ini mereka

berdua sangat membutuhkan kebaikan dari anaknya, sebab kondisi mereka sudah

berubah menjadi lemah dan tua. Maka dalam kondisi ini harus ada pemeliharaan extra

ketimbang sebelumnya, mereka berdua sangat membutuhkan pemeliharaan

sebagaimana ketika anaknya masih kecil sangat membutuhkan pemeliharaan dirinya.

Tinggal dalam waktu yang lama dengan anak memang biasa dapat membuat beban

yang berat dan dapat membuat bosan dan cemas, sehingga dapat membuat si anak

marah kepada kedua orang tua dan naik darah. Maka Allah benar-benar telah

Page 41: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

30

memerintahkan untuk menerima mereka dengan ucapan - ucapan yang mulia, yaitu

tidak mencaci maki. Oleh karena itu Allah Ta'ala berfirman :

Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah"

dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan

yang mulia.

12. Firman Allah Ta'ala :

Yakni, sekali-kali janganlah kamu mengatakan sesuatu yang membuat jengkel.

Abu Roja Al-Uthoridi mengatakan : al-Uf ialah perkataan kotor, rusak, dan

rahasia (sembunyi-sembunyi)

13. Firman Allah Ta'ala : ولا تنهرهما

an-Nahru artinya : pembentakan atau kekerasan

Yakni, ucapkanlah perkataan yang lemah lembut. Menurut Atho misalnya :

wahai ayahanda atau wahai ibunda, janganlah kamu memanggil orang tua dengan nama

mereka atau panggilan mereka.

14. Firman Allah Ta'la :

Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan. Ini adalah

perkataan yang bukan sebenarnya tentang kasih sayang dan kerendahan diri terhadap

mereka berdua, seperti kerendahan diri rakyat terhadap pemimpinnya dan seorang

budak terhadap tuannya. Allah menjadikan Khofdlul Janaah seperti halnya sayap seekor

burung ketika merangkul anaknya dengan sayapnya. Adz-Dzulli artinya yang lemah

lembut. Berdasarkan ayat ini seyogyanya seorang anak bersama orang tuanya berada

Page 42: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

31

dalam kelemah lembutan dalam segala hal. Janganlah sekali-kali menatap sinis kepada

kedua orang tua.

15. Khitob (pokok pembicaraan) dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi s.a.w.

sedangkan yang dimaksud adalah umatnya; karena pada saat ayat ini turun Nabi sudah

tidak memiliki kedua orang tua.

Huruf min dalam firman Allah minarrahmah fungsinya untuk menjelaskan

jenis, yakni bahwa merendahkan diri ini hendaknya terjadi karena rasa kasih sayang

yang muncul dari jiwa, bukan hanya sekedar melaksanakan perintah belaka. Kemudian

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat kasih sayang kepada nenek

moyangnya dan mendo'akan mereka dan hendaklah kamu berbelas kasih kepada mereka

berdua, sebagaimana mereka telah mengasihimu. Dan hendaklah kamu berlemah lembut

terhadap mereka sebagaimana mereka telah berlemah lembut kepadamu; karena mereka

telah memeliharamu ketika kamu kecil dan tidak tahu apa-apa, sehingga mereka

mencurahkan seluruh jiwanya, menggunakan waktu malamnya, berlapar-lapar demi

mengenyangkanmu, dan bertelanjang demi memberi pakaianmu, maka kamu tidak akan

pernah dapat membalas kebaikan kedua orang tua. Rasulullah s.a.w. bersabda :

Telah meriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah s.a.w bersabda :

Seorang anak takkan bisa membalas budi orangtuanya kecuali bila orangtuanya itu

dia dapati dalam keadaan menjadi budak. lalu dia membeli dan

memerdekakannya." (H.R. Muslim dalam bab al-Itqu)

Page 43: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

32

16. Firman Allah Ta'ala :

Dikhususkannya penyebutan tarbiyah (pendidikan/pemeliharaan) supaya

seorang hamba dapat mengingat kelembutan dan kelelahan kedua orang tua dalam

memelihara. Sehingga hal ini dapat menambah kasih sayang dan belas kasih kepada

kedua orang tua. Ini semua ditujukan kepada kedua orang tua yang beriman. Al-Quran

telah melarang memohonkan ampunan untuk kedua orang tua yang musyrik yang telah

meninggal dunia, sekalipun itu kerabat dekat. Ibnu Abbas dan Qotadah telah

meriwayatkan bahwa semua ini telah dinaskh oleh firman Allah Surat At-Taubah ayat

113

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun

(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah

kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu

adalah penghuni neraka jahanam

Apabila kedua orang tua itu kafir dzimmi, maka pergaulilah mereka sebagaimana

diperintahkan Allah di sini, kecuali berbelas kasih kepada mereka setelah mereka

meninggal dunia dalam keadaan kafir.

2.Tafsir Ibnu Katsir (Ali ash-Shobuni, 1981)

Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya supaya

menyembah Dia Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Ditafsirkan demikian, karena

al-qadha di sini artinya perintah. Karena itu, perintah menyembah-Nya digabung

Page 44: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

33

dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua. Maka Allah Ta'ala berfirman,

"Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya."

Yakni, Dia menyuruh berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.

Penggalan ini seperti firman Allah Ta'ala, "Supaya kamu bersyukur kepada-Ku dan

kepada kedua orang tuamu, serta kepada Akulah tempat kamu kembali." (Luqman: 14)

Firman Allah Ta'ala, "Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-

duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'uf'." Maksudnya, janganlah kamu

memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk, termasuk perkataan 'ah'

sebagai perkataan buruk yang paling ringan. "Janganlah kamu membentak mereka,"

yakni janganlah kamu berbuat buruk kepada keduanya dan jangan memukulnya. Setelah

Allah melarang manusia berkata dan berbuat buruk, maka Dia menyuruh manusia

berkata dan berbuat baik. Maka Allah Ta'ala berfirman, "Dan ucapkanlah kepada

mereka perkataan yang mulia." Karim berarti lembut, baik, dan sopan disertai tata

krama, penghormatan, dan pengagungan.

"Dan rendahkanlah'dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih

sayang," yakni bertawadhulah kepada keduanya melalui tindakanmu, "dan ucapkanlah,

Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik

aku ketika kecil.'" Yakni, rahmatilah keduanya pada saat tua dan setelah mati. Ibnu

Abbas berkata, setelah itu, Allah Ta'ala menurunkan ayat, ''Tidaklah pantas bagi nabi

dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun bagi orang-orang musyrik,

Page 45: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

34

walaupun mereka merupakan kerabat, setelah jelas bagi mereka bahwa kaum musyrik

itu adalah penghuni neraka Jahim."

Terdapat hadits tentang berbuat baik kepada kedua orang tua. Di antaranya

hadits yang diriwayatkan dari Anas.

Telah meriwayatkan Abu Hurairah Rasulullah saw.bersabda,amat kecewalah orang yang tidak membaca sbalawat kepadaku. Amat kecewa orang yang datang kepadanya bulan Ramadban hingga berakhir bulan itu tetapi ia tidak memperoleh ampunan. Amat kecewalah orang yang dapat mengecap hidup bersama kedua orang tuanya namun keduanya tidak menyebabkannya masuk surga.

Diriwayatkan Imam Ahmad dari al- Miqdam bin Ma'dikarba, bahwa Rasulullah

saw., beliau bersabda

Telah meriwayatkan Miqdam bin Ma'dikariba, bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda : "Sesungguhnya Allah berpesan agar kamu berbuat baik kepada ibumu sebanyak tiga kali. Allah berpesan agar kamu berbuat baik kepadabapakmu. Allah berpesan kepadamu agar berbuat baik kepada kerabat terdekat dan kerabat lainnya. (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang

yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang

bertaubat.

Page 46: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

35

Said bin Jubair berkata, "Ayat ini berkenaan dengan orang yang bergegas untuk

melakukan kebaikan kepada kedua orang tuanya, dan di hatinya hanya ada niat berbuat

baik kepada keduanya. Allah Ta'ala berfirman, "Maka sesungguhnya Dia Maha

Pengampun terhadap orang-orang yang bertobat," yakni kepada orang-orang yang

melakukan dosa kemudian bertobat, melakukan dosa lagi kemudian bertobat. Demikian

ditafsirkan oleh Said bin al-Musayyab. Abdurrazaq,meriwayatkan dari Ubaid bin

Umair, dia berkata, "Kami memandang al- awwab itu sebagai orang yang menjaga diri

dari dosa serta mengatakan, 'Ya Allah, ampunilah dosa yang aku lakukan di majelis

ini.'"

Sementara itu, Ibnu Jarir berkata, "Al-awwab ialah orang yang bertobat dari

dosa, kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan." Inilah penafsiran yang benar, sebab

al-awwab diambil dari kata awwaba yang berarti 'kembali', Allah Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali." Pengertian seperti ini juga terdapat

dalam hadits sahih yang menyatakan bahwa apabila Rasulullah saw. pulang dari

perjalanan jauh, beliau berdoa,

Semoga kami menjadi orang-orangyang kembali, bertobat, beribadah dan

kepada Tuhan kami, kami memuji.

3.Tafsir Al-Maraghi (Ahmad Musthafa Al-Maraghi, 1993)

Setelah Allah menyebutkan rukun terbesar dalam iman, maka dilanjutkan dengan

menyebutkan syi'ar-syi'ar iman, hal-hal sebagai berikut, dengan firman-Nya :

1.

Page 47: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

36

Dan Tuhanmu memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, karena

ibadah adalah puncak pengagungan yang tidak patut dilakukan kecuali terhadap Tuhan

yang daripada-Nyalah keluar kenikmatan dan anugerah atas hamba-hamba-Nya, dan

tidak ada yang dapat memberi nikmat kecuali Dia.

2.

Juga, agar kamu berbuat baik dan kebajikan terhadap orangtua, supaya Allah

tetap menyertai kamu:

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang

berbuat kebaikan. Apabila Allah memerintahkan berbuat baik terhadap orangtua, maka

hal itu adalah karena sebab-sebab sebagai berikut :

a. Karena kedua orangtua itulah yang belas kasih kepada anaknya, dan telah bersusah

payah dalam memberikan kebaikan kepada-Nya, dan menghindarkan dari bahaya.

Oleh karena itu, wajiblah hal itu diberi imbalan dengan berbuat baik dan syukur

pada keduanya.

b. Bahwa anak adalah belahan jiwa dari orangtua, sebagaimana diberitakan dalam

sebuah hadits bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

Al-Miswar bin Makhromah meriwayatkan, bahjwasanya Rasulullah s.a.w

bersabda : Fatimah adalah bagian tulang dariku

c. Bahwa kedua orangtua telah memberi kenikmatan kepada anak, ketika anak itu

sedang dalam keadaan lemah dan tidak berdaya sedikit pun. Oleh karena itu, wajib

hal itu dibalas dengan rasa syukur, ketika kedua orang itu telah tua.

Page 48: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

37

Kesimpulan :

1. Bahwasanya tidak ada karunia yang sampai kepada manusia yang lebih banyak.

dibanding karunia Allah yang diberikan kepadanya, kemudian karunia dua orangtua.

Oleh karena itu, Allah memulai dengan memerintah supaya bersyukur atas nikmat-

Nya terlebih dahulu dengan firman-Nya:

(وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه)

Kemudian, dilanjutkan dengan suruhan agar bersyukur atas karunia dua orangtua

dengan firman-Nya:

(إحسانا وبالوالدين)

Kemudian, Allah menerangkan lebih jelas perbuatan baik, apa yang wajib dilakukan

terhadap kedua orangtua, dengan firman-Nya:

Apabila dua orangtua atau salah seorang di antaranya berada di sisimu

hingga mencapai keadaan lemah, tidak berdaya dan tetap berada di sisimu pada

akhir umurnya, sebagaimana kamu berada di sisi mereka berdua pada awal umurmu,

maka kamu wajib belas kasih dan sayang terhadap keduanya. Kamu harus

memperlakukan kepada keduanya sebagaimana orang yang bersyukur terhadap

orang yang telah memberi karunia kepadanya. Perlakuan itu akan menjadi nyata bila

kamu lakukan kepada keduanya lima hal sebagai berikut:

Page 49: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

38

a. Janganlah kamu jengkel terhadap sesuatu yang kamu lihat dilakukan oleh salah

satu dari orangtua atau oleh kedua-duanya yang mungkin dapat menyakitkan

bati orang lain, tetapi bersabarlah menghadapi semua itu, sebagaimana kedua

orang itu pernah bersikap sabar terhadapmu ketika kamu kecil.

b. Janganlah kamu menyusahkan keduanya dengan suatu perkataan yang membuat

mereka berdua merasa tersinggung. Hal ini merupakan larangan menampakkan

rasa tak senang terhadap mereka berdua dengan perkataan yang disampaikan

bernada menolak atau mendustakan mereka berdua, di samping ada larangan

untuk menampakkan kejemuan, baik sedikit maupun banyak.

c. Ucapkanlah dengan ucapan yang baik kepada kedua orangtua dan perkataan

yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, sesuai dengan

kesopanan yang baik, dan sesuai dengan tuntutan kepribadian yang luhur. seperti

ucapan: Wahai ayahanda, wahai ibunda. Dan janganlah kamu memanggil

orangtua dengan nama mereka, jangan pula kamu meninggikan suaramu di

hadapan orangtua, apalagi kamu memelototkan/ membelalakkan matamu

terhadap mereka berdua.

Ibnu Jarir dan Ibnu Munzir telah mengeluarkan sebuah riwayat dari Abul Haddaj

yang katanya : Pernah saya berkata kepada Sa'id bin Musayyab, segala apa yang

disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an mengenai birrul-walidain, saya telah

tabu, kecuali firman-Nya:

Apa yang dimaksud perkataan yang mulia pada ayat ini ?

Maka, berkatalah Ibnul-Musayyab : Yaitu seperti perkataan seorang budak yang

Page 50: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

39

berdosa di. badapan tuannya.

d. Bersikaplah kepada kedua orangtua dengan sikap tawadu' dan merendahkan diri,

dan taatlah kamu kepada mereka berdua dalam segala yang diperintahkan

terhadapmu, selama tidak berupa kemaksiatan kepada Allah. Yakni, sikap yang

ditimbulkan oleh belas kasih dan sayang dari mereka berdua, karena mereka be-

nar-benar memerlukan orang yang bersifat patuh pada mereka berdua. Dan sikap

seperti itulah, puncak ketawadu'an yang harus dilakukan.

Firman Allah Ta'ala Minar-rahmah. yang dimaksud adalah :

Hendaklah sifat merendahkan diri itu, dilakukan atas dorongan sayang kepada

kedua orangtua, bukan karena sekadar mematuhi perintah atau khawatir tercela

saja. Oleh karena itu, ingatkanlah dirimu, bukanlah berbuat kebaikan itu hanya

karena pemah dilakukan oleh kedua orangtua padamu, juga bukan tentang belas

kasih serta sikap tunduk kepada orangtua yang diperintahkan kepadamu.

Hadits Tentang Birrul-Walidain

Allah Ta'ala telah mengibaratkan contoh bagaimana seharusnya sikap seseorang

yang patut dilakukan terhadap kedua orangtua, sebagaimana sikap seekor burung ketika

hendak merangkul anak-anaknya untuk mengasuhnya. Burung itu merendahkan

sayapnya kepada anaknya itu. Jadi, seolah-olah Allah Ta'ala berfirman kepada manusia :

Jaminlah kedua kedua orangtuamu dengan cara kamu himpun mereka berdua kepada

dirimu, sebagaimana mereka pernah melakukan hal itu ketika kamu kecil.

e. Hendaklah kamu berdoa kepada Allah agar Dia merahmati kedua orangtuamu

dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai imbalan kasih sayang mereka berdua

Page 51: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

40

terhadap dirimu ketika kamu kecil, dan belas kasih mereka yang baik terhadap

dirimu.

Jadi mudahnya, Allah SWT. sungguh-sungguh mewasiatkan mengenai kedua

orangtua tentang banyak hal yang menjamin mereka berdua dengan menggandengkan

tentang kewajiban berbuat baik kepada mereka berdua dengan kewajiban bertauhid

kepadaNya. Lalu, kedua kewajiban tersebut disusun dengan dua jalur keputusan yang

harus dilaksanakan bersama-sama.Sementara itu mengenai birrul-walidain terdapat pula

pada. hadisnya Antara lain adalah:

Bahwasanya ada seorang laki-Iaki datang kepada Nabi saw. meminta izin kepada

beliau untuk ikut dalam berjuang bersama beliau. Maka, bertanyalah nabi, "Masih

hidupkah kedua orangtuamu?" Dia jawab, "Masih." Jawab nabi, "Kalau begitu, ber-

juanglah untuk kedua orangtuamu itu".

2. Menurut riwayat Muslim dan lainnya:

Telah meriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah s.a.w bersabda :

Seorang anak takkan bisa membalas budi orangtuanya kecuali bila

orangtuanya itu dia dapati dalam keadaan menjadi budak. lalu dia membeli

dan memerdekakannya.

Kesimpulannya : Bahwa Allah SWT. benar-benar mewasiatkan mengenai kedua

orangtua secara serius, sehingga siapa pun yang durhaka terhadap kedua orangtua akan

bangun bulu romanya dan ngeri mendengamya, karena, wasiat itu Allah mulai dengan

perintah supaya bertauhid dan beribadah kepada-Nya. Kemudian, kewajiban rersebut

Page 52: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

41

digenapkan dengan kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua. Setelah itu, perintah

untuk memelihara kedua orangtua itu diketatkan sehingga tidak memberi keringanan

dalam bentuk kata-kata yang paling remeh sekalipun, yang terucapkan oleh seseorang

yang merasa jemu terhadap orangtua. Sekalipun banyak hal yang menyebabkan

kejemuan, dan mengalami keadaan-keadaan yang hampir tak tertanggungkan oleh

manusia untuk bersabar. Dan agar orang merendahkan diri, tunduk kepada orangtua,

kemudian ditutuplah ayat mengenai birrul-walidain dengan doa untuk mereka berdua,

dan permohonan rahmat atas mereka berdua. Dan oleh karena belas kasih Allah Ta'ala

terhadap kedua orangtua, hal tersebut Allah gandengkan dengan ke-Esaan-Nya dan

larangan syirik terhadap-Nya.

Mengingat berbuat baik kepada kedua orangtua itu susah dilakukan, maka

diperingatkan oleh Allah agar orang jangan meremehkan hal itu dengan firman-Nya :

Tuhanmu, hai sekalian manusia, lebih tahu apa yang ada dalam hatimu daripada

kalian, baik berupa penghormatanmu mengenai bapak dan ibumu, serta berbuat baik

terhadap mereka, atau meremehkan hak dan durhaka terhadap mereka. Allah akan

memberi balasan kepada kalian atas kebaikan atau keburukan tentang hal itu semua.

Oleh karena itu, hati-hatilah jangan sampai tersimpan dalam hatimu keburukan terhadap

orangtua dan bersikap durhaka terhadap mereka. Maka, jika kamu telah memperbaiki

niatmu terhadap orangtua, dan kamu taat kepada Tuhanmu mengenai berbuat baik

kepada orangtuamu yang telah Allah perintahkan, serta menunaikan hak-hak yang wajib

kamu tunaikan setelah kamu lupa atau tergelincir dalam menunaikan suatu kewajiban

Page 53: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

42

yang wajib kamu tunaikan terhadap mereka, maka sesungguhnya Allah Ta'ala akan

mengampuni kamu atas kekurangan yang kamu lakukan. Karena, Dia-lah Yang Maha

Pengampun terhadap orang yang mau bertaubat dari dosanya dan berhenti dari

bermaksiat kepada Allah, kembali taat kepada-Nya, lalu melakukan hal-hal yang di-

cintai dan disukai Allah.

Ayat tersebut juga merupakan janji bagi orang yang berniat hendak berbuat baik

kepada orangtua, dan merupakan ancaman terhadap orang yang meremehkan hak-hak

orangtua, serta berusaha untuk durhaka terhadap mereka berdua.

4.Sofwah At-Tafaasiir (Muhammad Ali Ash-Shabuni/1976)

Yakni Allah SWT menetapkan dan memerintahkan agar kamu tidak

menyembah tuhan selain Dia. Mujahid berkata : waqadlaa, yakni Allah mewasiatkan

kepada hamba-Nya untuk menyembah dan mentauhidkan-Nya.

Yakni, Allah telah memerintahkan kepada kamu untuk berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya. Menurut para ahli tafsir digandengkannya perintah

berbuat baik kepada orang tua dengan penyembahan terhadap Allah untuk menjelaskan

tentang hak-hak orang tua yang sangat besar terhadap anaknya, karena mereka

berdualah yang menjadi penyebab utama ada dan hidupnya seorang anak di dunia ini.

Demikian pula ketika kebaikan orang tua sudah mencapai puncaknya, tinggallah

kewajiban seorang anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua

Page 54: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

43

Aku telah mewasiatkan kedua orang tua kepada kamu, terlebih-lebih ketika

mereka berdua atau salah satunya telah lanjut usia. Dikhususkannya kondisi lanjut usia;

karena pada saat itu mereka berdua sangat membutuhkan kebaikan dan pemenuhan-hak-

haknya, disebabkan kelemahan mereka.

yakni, sekali-kali janganlah kamu mengucapkan kata-kata sekecil apapun

kepada orang tua perkataan yang dapat membuatnya gelisah, seperti perkataan "ah" dan

janganlah memperdengarkan perkataan yang buruk.

Janganlah kamu membentak dengan suara yang keras terhadap sesuatu yang

kamu tidak sukai dari mereka berdua.

Ucapkanlah kepada mereka berdua perkataan yang baik, lembut, dan indah

dengan penuh santun dan penghormatan

Berlemah lembutlah dan rendah dirilah kamu dengan sebenar-benarnya

kerendahan dengan penuh belas kasih kepada mereka berdua.

Do'akanlah mereka berdua dengan penuh belas kasih, dan katakanlah di dalam

do'amu "Ya Tuhanku rahmatilah kedua orang tuaku dengan rahmatmu yang sangat luas,

sebagaimana mereka berdua telah memeliharaku ketika aku masih kecil.

Wahai manusia! Tuhanmu Maha mengetahui apa-apa yang ada di dalam diri

kamu terhadap kemauanmu untuk berbuat baik atau berbuat durhaka.

Page 55: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

44

Jika kamu benar-benar berniat untuk berbuat baik dan benar tidak berbuat

durhaka dan kerusakan, maka sesungguhnya Allah SWT akan membalas kejahatanmu

dan Dia akan mengampuni orang yang mau bertaubat, yaitu mereka yang setiap kali

berbuat salah kembali kepada Tuhannya sambil memohon ampunan.

5. Al-Fakhrurrazi (Muhammad Ar-Razi Fakhruddin, 1990)

Manusia hendaknya menyibukan diri untuk menyembah Allah Ta'ala. Dan

menjaga diri agar tidak menyembah kepada selain Allah. Inilah yang dimaksud dengan

firman Allah

Dalam ayat ini terdapat dua pembahasan :

I) Al-Qadha artinya hukum, ketetapan, atau kepastian.

II) Ayat ini menunjukan kewajiban menyembah Allah dan larangan menyembah selain-

Nya. Yang demikian itu karena ibadah merupakan gambaran dari totalitas perbuatan

menuju puncak penghormatan, sedangkan puncak penghormatan hanya pantas

diberikan kepada zat yang mengeluarkan berbagai kenikmatan. Puncak kenikmatan

merupakan gambaran dari pemberian wujud dan kehidupan, kekuasaan, syahwat,

dan akal. Sesungguhnya telah nyata bukti-bukti yang menunjukan bahwa yang

memberi segala sesuatu ini ialah Allah SWT bukan yang lain-Nya. Apabila yang

memberi seluruh nikmat itu adalah Allah bukan yang lain-Nya, maka tidaklah salah

bahwa yang berhak disembah itu adalah Allah bukan selain Dia.

Firman Allah Ta'ala :

Page 56: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

45

Allah telah memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, kemudian

memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Korelasi antara perintah

menyembah dan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua dijelaskan dari berbagai

aspek :

a. Sebab hakiki adanya manusia ialah hasil penciptaan Allah Ta'ala, sedangkan sebab

dhahir-nya ialah kedua orang tua, oleh karena itu Allah memerintahkan untuk

menghormati sebab yang hakiki, kemudian diikuti dengan perintah menghormati

sebab yang dhohir.

b. Sesuatu yang wujud itu, ada yang terdahulu ada yang kemudian. Interaksi manusia

dan Allah bersifat terdahulu yang diwujudkan dengan bentuk penghormatan dan

penyembahan, sedangkan interaksi manusia dengan yang lainnya bersifat baru yang

ditampakkan dengan bentuk kasih sayang. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi

s.a.w.

"Penghormatan itu ditujukan perintah Allah, sedangkan kasih sayang

kepada makhluk Allah."

Makhluk Allah yang paling berhak untuk mendapatkan kasih sayang itu

adalah kedua orang tua.

c. Menyibukan diri untuk bersyukur kepada orang yang memberi nikmat itu, hukumnya

wajib. Pemberi nikmat yang hakiki itu adalah Sang Kholik dan salah satu dari

Page 57: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

46

kedua makhluk Allah (ibi dan bapak). Maka mensyukurinya juga hukumnya wajib

berdasarkan sabda Nabi s.a.w.

Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur

kepada Allah.

Tidak ada karunia yang sampai kepada manusia yang lebih banyak

dibandingkan dengan karunia Allah yang diberikan kepada kedua orang tua.

Ketetapan ini dapat dilihat dari berbagai faktor :

1) Anak adalah bagian dari kedua orang tua. Rasulullah s.a.w bersabda :

Al-Miswar bin Makhromah meriwayatkan, bahjwasanya Rasulullah

s.a.w bersabda : Fatimah adalah bagian tulang dariku

2) Kasih sayang kedua orang tua terhadap anak sangat besar sekali, keinginannya

untuk memberikan kebajikan kepada anak seperti perintah alami, juga

keinginannya dalam memelihara anak dari anacaman marabahaya pun seperti

perintah alami pula.

3) Manusia itu pasti mengalami puncak kelemahan dan ketidakmampuan. Maka

karunia orang tua menjadi beberapa bagian dalam hal ini untuk menjadi sebuah

perantara, dan bagian belas kasih anak itu pun menjadi perantara kepada kedua

orang tua pada saat keduanya mengalami kelemahan dan ketidakmampuan.

4) Memberikan kebajikan kepada anak bukan untuk tujuan ini saja, karena karunia

dalam hal ini lebih bersifat utuh dan sempurna. Maka ditetapkan bahwa tidak ada

Page 58: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

47

karunia yang sampai kepada manusia lain dibanding karunia kedua orangtua terhadap

anaknya. Oleh karena itu Allah memulai dengan perintah mensyukuri Sang Kholik

dengan firman-Nya :

Kemudian Allah menggandengkannya dengan perintah syukur kepada kedua

orang tua dengan firman-Nya

sebabnya karena karunia yang terbesar setelah karunia Tuhan sebagai Sang

Pencipta adalah karunia kedua orang tua.

Firman Allah Ta'ala :

Pengertian ayat ini bahwa orang tua suatu saat akan mengalami kondisi yang

lemah, maka pada akhir hidupnya pasti mereka berada di sisimu sebagaimana kamu

berada di sisi mereka pada permulaan hidup kamu.

Ketahuilah ! ketika Allah menyebutkan kalimat ini, maka manusia diberikan

lima hak taklif

1. Firman Allah Ta'ala :

(Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan

"ah")

2. Firman Allah Ta'a (Janganlah kamu membentak mereka)

Yang dimaksud dengan firman Allah " Maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah"" adalah larangan menampakan raut

kegelisahan atau kebosanan, baik sedikit maupun banyak, sedangkan yang dimaksud

Page 59: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

48

dengan firman Allah " Janganlah kamu membentak mereka " adalah larangan

menampakan perbedaan pendapat dengan cara menolak atau berdusta.

3. Firman Allah Ta'ala : (Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia)

Setelah Allah melarang manusia untuk mengucapkan perkataan yang menyakitkan

dan menjijikan pada ayat di atas, kemudian Allah menggandengkannya dengan perintah

mengucapkan perkataan yang baik dan indah, maka Allah berfirman "Dan ucapkanlah

kepada mereka perkataan yang mulia". Maksud ayat ini adalah mengajak untuk

berbicara dengan penuh rasa hormat. Misalnya dengan mengucapkan: "wahai ibunda

atau wahai ayahanda" atau tidak meninggikan suara di atas suara mereka ketika

berbicara dan tidak membelalakan mata mata kepada mereka.

4. Firman Allah Ta'ala :

(Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan).

Seekor burung apabila ingin mengumpulkan anaknya untuk dididik, ia

merendahkan sayapnya. Berdasarkan sebab inilah maka merendahkan sayap dijadikan

kata kiasan tentang pendidikan yang baik, seakan-akan Allah berfirman kepada seorang

anak : "Jaminlah kedua orang tuamu dengan cara kamu himpun mereka berdua dalam

dirimu, sebagaimana mereka pernah melakukan hal itu ketika kamu kecil"

Burung apabila ingin terbang dan meninggi, ia selalu mengembangkan kedua

sayapnya dan apabila ia ingin turun, ia pun merendahkan sayapnya. Berdasarkan inilah

maka merendahkan sayap menjadi kiasan dari perbuatan tawadu'.

Page 60: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

49

Firman Allah "dengan penuh kesayangan" pengertiannya adalah agar kamu

merendahkan diri kepada kedua orang tua, hal itu disebabkan karena rasa belas kasih

dan kelembutanmu kepada mereka berdua, dan karena mereka telah lanjut usia dan

lemah.

5. Firman Allah Ta'ala :

(dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil")

al-Qoffal Rahimakumullah mengatakan : pembelajaran tentang berbuat baik

kepada orang tua tidak hanya berkisar pada pembelajaran perintah mengucapkan

perkataan-perkataan saja. Akan tetapi bahkan pembelajaran pada perintah melakukan

perbuatan-perbuatan, yaitu hendaknya mendo'akan kedua orang tua dengan kasih

sayang, oleh karenanya Allah berfirman " kasihilah mereka keduanya”. Kata ar-

Rahmah bersifat universal meliputi seluruh bentuk kebaikan , baik kebaikan pada

agama maupun dunia. Kemudian Allah berfirman "sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil" yakni, Tuhan lakukanlah untuk keduanya kebaikan ini

sebagaimana mereka berdua telah berbuat baik kepadaku dalam

mendidik/memeliharaku.

Para ulama berbeda pendapat mengenai ayat ini :

a. Ayat ini mansukh dengan ayat 113 Surat At-Taubah :

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan

ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik

Page 61: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

50

Tidak sepatutnya bagi seorang muslim memintakan ampun (kepada Allah)

untuk kedua orang tuanya , jika kedua orang tuanya musyrik. Dan tidak boleh

mengucapkan : "Tuhanku kasihanilah mereka."

b. Ayat ini tidak dinaskh, akan tetapi dikhususkan pada hak orang-orang musyrik.

Pendapat ini lebih utama daripada pendapat yang pertama, karena pengkhususan

lebih baik daripada penghapusan.

c. Tidak ada naskh dan tidak ada pula takhsis, karena kedua orang tua apabila orang

kafir, maka hak anak adalah mendo'akan supaya keduanya mendapat hidayah dan

petunjuk serta memohonkan rahmat setelah keduanya beriman.

Kemudian Allah berfirman :

(Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-

orang yang baik)

Pengertian ayat ini adalah : Aku telah memerintahkan kepadamu di dalam

ayat ini untuk ikhlas di dalam beribadah dan berbuat baik kepada kedua orang tua.

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu sembunyikan dalam diri kamu berupa

keikhlasan untuk menta'ati (perintah-Nya) dan juga tidak adanya keikhlasan di

dalam diri kamu. Ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui dengan keadaan-

keadaan kamu.

Maksud ayat ini sebagai peringatan agar manusia tidak meninggalkan

keikhlasan. Kemudian Allah berfirman :

Page 62: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

51

(Jika kamu orang-orang yang baik) jika kamu bebas dari berbagai kerusakan hati

kamu, maka kamu adalah orang-orang yang bertaubat, yakni, orang-orang yang

kembali kepada Allah dalam setiap perbuatan-perbuatannya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Allah akan menghapus segala

kejahatan-kejahatan mereka.

Al-Awwab ialah orang yang kembali dari adat kebiasaannya dan berlindung

kepada Allah Ta'ala, dan ia tidak berlindung kepada pemberi syafaat selain Allah

sebagaimana dilakukan oleh orang-orang musyrik yang menyembah kepada selain

Allah, yaitu yang menyembah benda mati yang mereka anggap dapat memberi

syafaat bagi mereka.

E. Rangkuman Tafsir Q.S. Al-Isra ayat 23 - 25 Dari penjelasan beberapa mufassir di atas terhadap Q.S. Al-Isra ayat 23 - 25,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Allah memerintahkan manusia untuk mengucapkan perkataan yang baik, lemah

lembut, dan mulia kepada kedua orang tua.

2. Allah melarang manusia mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati kedua orang

tua, sekalipun hanya dengan ucapan "ah" apalagi jika melontarkan kata-kata kasar

seperti membentak, memaki, merendahkan. kedua orang tua.

3. Allah memerintahkan manusia bersikap kepada kedua orang tua dengan sikap

tawadhu dan merendahkan diri, serta mentaati mereka berdua dalam segala hal yang

diperintahkan, selama tidak berupa kemaksiatan kepada Allah. Dan menyuruh

manusia untuk mendo'akan kedua orangtua dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai

imbalan kasih sayang mereka berdua

Page 63: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

52

4. Allah Maha mengetahui apa-apa yang ada di dalam diri manusia terhadap

kemauannya untuk berbuat baik atau berbuat durhaka. Jika manusia benar-benar

berniat untuk berbuat baik dan benar tidak berbuat durhaka dan kerusakan, maka

sesungguhnya Allah SWT akan membalas perbuatan-perbuatan manusia dan Dia

akan mengampuni orang yang mau bertaubat.

F. Esensi Tafsir Q.S. Al-Isra Ayat 23 - 25

Setelah penulis memperoleh penjelasan-penjelasan dari para mufassir di atas

terhadap Q.S. Al-Isra ayat 23 - 25, maka dapat ditarik esensinya sebagai berikut :

1. Berbuat baik kepada kedua orang tua dan hendaklah mengatakan kata-kata yang

baik, mulia serta lemah lembut.

2. Jananlah membentak-bentak, memaki atau mengeruhkan perasaan kedua orang tua.

3. Hendaklah bersikap tawadhu dan mentaati keduanya serta mendo’akan mereka agar

dirahmati oleh Allah sebagai imbalan ketika kita masih kecil.

Page 64: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

53

BAB III

LANDASAN TEORITIS TENTANG ETIKA BERBICARA ANAK TERHADAP ORANG TUA

A. Aturan Hidup Sebagai Ibadah

1. Habluminallah

Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi

takwa pertama, Hubungan inilah yang seyogianya diutamakan dan secara tertib

diatur tetap dipelihara. Sebab, dengan menjaga hubungan dengan Allah, manusia

akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri, masyarakat

dan lingkungan hidupnya. Dan, sesungguhnya inti takwa kepada Allah, Tuhan

Yang Maha Esa adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala

larangan-Nya. Segala perintah dan semua larangan Allah ditetapkan-Nya bukan

untuk kepentingan Allah sendiri, tetapi untuk keselamatan manusia. (Mohammad

Daud Ali, 1998 :368)

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya.

Dalam masalah ketergantungan, kepada yang lain dan tumpuan serta pokok

ketergantungan adalah ketergantungan kepada Yang Maha Kuasa, Yang Maha

Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah

Rabbul’alamin, Allah Tuhan Maha Esa. (Rahmat Djatnika, 1996 : 173)

Sebagaimana dalam QS.Al-Ikhlas ayat 2)

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Depag

RI, 2000:15)

Page 65: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

54

Kewajiban manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada iradah Allah.

dan Untuk itu, Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat

mencapainya. Maka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan

sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.

Manusia ialah yang akan mendapatkan manfaat pelaksanaan semua perintah

Allah dan penjauhan diri dari segala larangan-Nya. Perintah Allah itu bermula

dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi hanya kepada Allah semata-mata

dengan selalu melakukan ibadah murni yang disebut juga ibadah khusus seperti

mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa selama bulan Ramadhan,

menunaikan ibadah haji, dan melakukan amalan-amalan lain yang bertalian erat

dengan ibadah khusus tersebut. Larangan Allah ditetapkan-Nya agar manusia

dapat menyelenggarakan fungsinya sebagai khalifah (“pengganti Ilahi di bumi ini)

dalam menata kehidupan dunia. Untuk mencapai segala yang diridhai Allah di

bumi ini, manusia harus senantiasa memperhatikan dan mengindahkan larangan-

larangan-Nya. Seperti larangan anak berbuat durhaka terhadap Allah..

2. Habluminannas

Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri

sendiri, dimensi takwa ketiga adalah memelihara dan membina hubungan baik

dengan sesama manusia. Hubungan antar manusia dapat dibina dan dipelihara

antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai

dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang sesuai

dengan nilai dan norma agama.

Page 66: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

55

Kecenderungan manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebabkan

naluri sosial yang dalam bahasa Inggris disebut “gregariousness”. Naluri sosial itu

sudah dimiliki manusia sejak lahir untuk keperluan berhubungan dengan sesama

manusia (Soerjono Soekanto 2003:120).

Hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat

dipelihara antara lain dengan :(1) tolong menolong, bantu membantu;(2)suka

memaafkan kesalahan orang lain;(3) menepati janji (4) lapang dada; dan (5)

menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri, orang tua dan orang

lain (Mohammad Daud Ali,1996 :370).

3. Kaitan antara Habluminallah dan Habluminannas

Habluminallah tidak dapat di pisahkan dari Habluminannas. Habluminallah

seseorang baik itu tetapi habluminannasnya tidak baik, maka ia belum dinilai baik.

Berikut ini beberapa contoh tentang hal itu.

1. Dari Abu Hurairah berkata, seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, Ada

seorang wanita yang rajin shalat malam dan shiyam sunnah, tetapi

tetangganya tersiksa karena lisannya.” Beliau bersabda, “ Dia tidak memiliki

kebaikan sama sekali. Dia akan masuk neraka” (Hadits riwayat Hakim dan dia

nyatakan senagai hadits shahih).

2. Alqomah

Dikisahkan, pada zaman Nabi Saw ada seorang pemuda bernama

Alqomah. Ia seorang yang menghabiskan waktu-waktunya untuk taat kepada

Allah, mengerjakan shalat, syiam, dan bersedekah. Suatu hari ia sakit dan

semakin hari semakin parah. Isrtinya menyuruh seseorang menghadap

Page 67: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

56

Rasulullah Saw untuk untuk menyampaikan, suaminya Alqomah sedang

sekarat. Dengan ini bermaksud mengabarkan kepada Rasulullah. Maka Rosul

pun mengutus Ammar. Shuhaib, dan Bilal. Beliau bersabda, “Berangkatlah

kalian, dan talqinkanlah ia dengan kalimat syahadat.” Mereka bertiga

berangkat memasuki rumahnya. Mereka mendapati Alqomah tengah sekarat.

sehingga dengan segera mereka mentalqinnya dengan ucapan ‘Laa ilaaha

illaalLah’. Namun lidah Al-Qomah kelu, tak mampu mengucapkannya.

Karena orang tuanya murka kepadanya. Dulunya Alqomah lebih

mengutamakan istrinya ketimbang ibunya. Rosul pun menyuruh sahabat untuk

mencarikan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk di bakar di hadapan ibunya

sebagai balasan adzab di dunia, untuk meringankan Adzab Allah. Karena

Adzab Allah lebih dahsyat lagi kekal. Namun orang tuanya melarang Rosul

untuk membakar Alqomah dan memaafkannya akhirnya Alqomah bisa

mengucapkan kalimat Laa ilaha ilalloh kemudian meninggal. Rosul bersabda

“Wahai sekalian Muhajirin dan Anshar, barang siapa mengedepankan

istrinya dari pada ibunya niscaya akan mendapatkan laknat dari Allah, para

malaikat, dan manusia semuanya Allah tidak akan menerima infaknya juga

sikap adilnya sehingga ia bertaubat kepada Allah dan berbuat baik

kepadanya serta memohon keridhaannya. Keridlaan Allah terletak pada

keridlaannya, kemurkaan Allah terletak pada kemurkaannya (Imam Adz

Dzahabi, 2001 :59).

Page 68: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

57

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab, jama’ dari Khuluqun yang menurut lughot

diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan Kholqun yang berarti

kejadian, serta erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti Pencipta, dan

makhluq yang berarti yang diciptakan (Hamzah Ya’kub, 1996: 11).

Akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa

yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan

yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan, dan menunjukan jalan untuk

melakukan apa yang seharusnya diperbuat (Hamzah Ya’kub, 1996 :11).

Akhlak yaitu suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong untuk melakukan

tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.

Keadaan ini terbagi dua: ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang di

peroleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan-

tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus-

menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.

sejalan dengan Ibnu Maskawaih, Al-Ghajali,( 2001 : 88) mengatakan

Akhlak yaitu Suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang

melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran

dan pertimbangan terlebih dahulu.

Jika keadaan pada jiwa itu melahirkan tindakan-tindakan yang baik menurut

akal dan agama, keadaan itu disebut sumber akhlak yang baik. Akan tetapi, jika

Page 69: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

58

melahirkan tindakan-tindakan yang buruk, keadaan itu disebut sumber akhlak

yang buruk.

Dari dua definisi itu, kita dapat memahami beberapa hal, di antaranya:

• Akhlak itu suatu keadaan bagi diri, maksudnya merupakan suatu sifat yang

dimiliki aspek jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat

bagi aspek tubuh manusia.

• Sifat kejiwaan yang merupakan bagian terdalam itu melahirkan tindakan –

tindakan dengan mudah.

C. Sasaran Akhlaq

1. Akhlak kepada Allah

Islam telah menghubungkan antara akidah dan akhlak yang terfuji secara erat.

Halini berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa iman kepada Allah menuntut

seseorang mempunyai akhlak yang terfuji, sedangkan akhlak yang tercela

membuktikan tidak adanya atau lemahnya iman tersebut. Oleh karena itu apabila

ingin menilai sejauh mana iman seseorang diukur dengan akhlak terfujinya, dan

sejauh mana kelemahan iman diukur dengan akhlak tercelanya.

Firman Allah QS. At-Taubah 119

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah

kamu bersama orang-orang yang benar (Depag RI, 2000:164).

Akhlak kepada Allah, yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah dengan

melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta

memurnikan keimanan dengan jalan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa

Page 70: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

59

pun. Mengenai mempersekutukan Allah (syirik), Allah menegaskan masalah ini

dalam firman-Nya, (QS. 4:68) ''Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa

syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia

telah berbuat dosa yang besar.'' ( Depag, 2000 : 70)

2. Akhlak kepada Sesama Manusia

Akhlak kepada sesama manusia, yaitu untuk selalu berbuat baik (ihsan).

Berbuat baik, merupakan nilai-nilai yang universal yang tidak terfragmentasikan

oleh batasan apa pun, bahkan agama atau musuh sekalipun. Perhatikan firman

Allah SWT, ''Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku

adil'' (QS 60:8).

Rasulullah telah mencontohkan perbuatan baik yang patut untuk diteladani

oleh setiap manusia. Dalam suatu hadis beliau menjelaskan, ''Janganlah kamu

saling membeci dan janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu

saling menjatuhkan. Dan, hendaklah kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara

dan tidak boleh seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.”

Berbuat baik kepada sesama, pada hakikatnya, merupakan wujud dari rasa kasih

sayang dan buah dari keimanan yang benar. Tanpa ada dua hal tersebut, maka

kebaikan yang.tercipta biasanya merupakan kebaikan semu”. (H.R Anas)

Page 71: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

60

c. Akhlak Anak Kepada Orang Tua

Seorang anak diperintahkan untuk taat, patuh, dan berbakti kepada orang

tuanya, sebagaimana tercantum pada surat Lukman 14

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(Depag,

2000 :345).

Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan

merupakan jalan menuju surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan

mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang

Allah Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat dzalim dan

durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik

kepada orang tua, Allah akan menghindarkannya dari berbagai melepetaka,

Dengan izin Allah swt dan akan dimasukan ke Surga. (Yazid bin Abdul Qadir

Jawas, 2007 : 6 )

Page 72: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

61

C.Etika Berbicara

a. pengertian Etika

Etika menurut etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos”, yang berarti

watak, kesusilaan atau adat. Hal ini identik dengan perkataan moral yang berasal

dari bahasa Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga

adat atau cara hidup ( Abuddin Nata, 1996 :87).

Etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Etika

mempelajari nilai-nilai dan juga merupakan pengetahuan tentang nilai itu sendiri”.

(Soegarda Poerbakawatja Jilid I, 1980 :98).

Pengertian para ahli tersebut di atas memperlihatkan bahwa etika

berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Pendidikan yaitu

bimbingan terhadap anak, agar mampu melaksanakan prilaku yang baik.

Sedangkan tujuan dalam pendidikan bersumber dari pengertian etika dan akhlak.

Dengan demikian bahwa tujuan pendidikan adalah memberikan bimbingan

terhadap anak agar mampu melaksanakan kebajikan, seperti berprilaku baik

dalam berbicara.

Etika dan akhlak perbedaannya adalah terletak pada sumber yang dijadikan

patokan untuk menentukan baik dan buruk berdasarkan pendapat akal pikiran,

sedangkan akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu

menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits (H.Abuddin Nata, 1996 :95).

Page 73: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

62

a. Karakteristik Berbicara dalam Al-Qur’an

Berbicara atau bertutur kata ialah salah satu nikmat yang terbesar yang di

berikan kepada manusia, dengan adanya nikmat ini manusia menjadi makhluk

yang paling mulia di dunia.

Allah memberikan keistimewaan kepada manusia apabila di bandingkan

dengan makhluk yang lain, yaitu dengan kepandaian berbicara.Sungguh amat

besar nikmat kepandain berbicara ini yang dianugerahkan Allah, oleh karena itu

wajiblah manusia mensyukurinya dianggap sebagai satu keingkaran.

Islam telah menjelaskan bagaimana seharusnya manusia memanfaatkan

nikmat yang amat besar ini, agar manusia benar-benar bisa mempergunakannya

untuk berbicara yang baik sehari-hari yang akan membawa ke jalan kebaikan.

Sebagaimana telah diungkapkan di atas mengenai pengertian akhlak dan etika

yaitu membahas tentang baik buruknya prilaku manusia, dengan kata lain akhlak

adalah prilaku manusia baik perkataan maupun perbuatan.

Agama Islam mengandung ajaran pokok yang mengatur hubungan antara

sesama manusia (muamalah), diantaranya adalah tentang sikap seseorang terhadap

orang lain dalam pergaulan sehari-hari. Dalam Al- Qur’an maupun Al-Hadits di

temukan berpuluh-puluh ketentuan yang merupakan etika atau adab yang harus di

terapkan dalam pergaulan. Ada yang bersifat perintah dan ada pula yang bersifat

larangan.

Setiap ketentuan yang bersifat larangan itu mengandung unsur-unsur yang

dapat menciptakan dalam antar hubungan. Salah satu yang dianjurkan Allah

dalam pergaulan, keharusan adanya adab yang baik dalam berbicara, Baik

Page 74: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

63

terhadap sesama muslim atau pun non muslim, orang yang lebih tua, apalagi

terhadap kedua orang tua. Adapun macam-macam etika berbicaras diantaranya :

1. Qaulan sadiddan (benar)

Sebagaimana firman Allah Qs. Al-Ahzab ayat 70

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar (Depag 2000 :341).

Manusia yang telah mendapatkan predikat sebagai seorang mu’min hendaklah

memiliki keluhuran budi pekerti dengan selalu mengatakan kebenaran.

Sebagaimana dalam QS. An-Nisa ayat 9

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Depag 2000 :62)

Pembicaraan dalam ayat ini masih berkisar tentang para wali dan orang -

orang yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anak-anak yatim. Juga tentang

perintah terhadap mereka agar memperlakukan anak-anak yatim dengan baik,

berbicara kepada mereka sebagaimana berbicara kepada anak-anaknya, yaitu

dengan halus, baik dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan anakku,

sayangku. (Al-Maraghi jilid 4, 1996 : 347)

2. Qaulan Kariman (mulia) firman Allah QS. An-Nisa ayat 31

Page 75: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

64

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang

kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-

dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)

(Depag 2000 :66).

Ayat terdahulu, Allah Swt. Melarang memakan harta orang lain dengan cara

yang batil dan membunuh diri keduanya merupakan dosa-dosa terbesar yang

berhubungan dengan hak-hak hamba. Kemudian mengancam pelakunya dengan

siksaan yang

dengan hak-hak hamba. Kemudian mengancam pelakunya dengan siksaan yang

teramat berat. Dalam ayat ini, Allah melarang seluruh dosa besar yang bahayanya

benar-benar besar, menunjukkan bahwa pelakunya adalah orang yang beriman

lemah, dan menjanjikan akan memberikan tempat yang mulia kepada orang-orang

yang meninggalkannya.( Al-Maraghi jilid, 5 1996 :31)

3. Qaulan Ma’rufan (baik)

Sebagaimana Firman Allah QS. An-Nisa ayat 5

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah

sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta

itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Depag, 2000 ;54)

Allah Swt memerintahkan kita pada ayat-ayat terdahulu, yaitu menyerahkan

harta benda anak yatim, menyerahkan mahar kepada istri-istri, kemudian Allah

memberikan persyaratan dalam kelompok ayat-ayat ini, yang kesimpulanya

Page 76: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

65

mencakup dua hal yang saling berkait. Yaitu hendaknya pemberi dan penerima

tidak ada yang safih, yang disertai penjelasan bahwa anak-anak yatim harus di

beri rizki dan pakaian dari harta benda mereka sendiri, yang ada pada orang-orang

yang dititipinya, selagi mereka masih berada dalam pemeliharaanya. Juga harus di

sertai perlakuan yang baik, agar keadaan mereka membaik.(Ahmad Musthafa Al-

Maraghi, 1974 : 89)

QS. An-Nisa ayat 8

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[ anak yatim dan orang miskin,

maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang baik (Depag, 2000 :62).

Ayat di atas menjelaskan tentang pembagian harta waris, dihadiri oleh kaum

kerabat anak-anak yatim, dan orang-orang miskin dari kerabat lain. Tidak pantas

bagi kalian membiarkan mereka kecewa dan gelisah katakanlah kepada mereka

dengan perkataan yang baik, yang membuat hati senang ketika kalian

memberinya.

dengan halus, baik dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan anakku,

sayangku.(Al-Maraghi jilid 4, 1996 : 347).

4. Qaulan lainan ( lemah lembut)

Sebagaimana Firman Allah Qs. Toha ayat 44

Page 77: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

66

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Depag, 2000 : 412)

Di dalam ayat 44 Allah telah memberikan suatu petunjuk dan arahan yang

penting dalam memulai da’wah kepada orang yang telah sangat melampaui batas.

Dalam permulaan berhadap-hadapan, kepada orang yang seperti itu janganlah

langsung dilakukan sikap yang keras, melainkan hendaklah mulai dengan

mengatakan sikap yang lemah-lembut, perkataan yang penuh dengan suasana

kedamaian, sebab kalau dan permulaan konfrontasi (berhadap muka dengan muka

) pend’wah telah melakukan amar ma’ruf nahyi munkar dengan secara keras,

blak-blakan, tidaklah akan tercapai apa yang di maksud.

5. Qaulan maisurro (pantas)

QS. Isra ayat 44

. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari

Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang

pantas.(Depag Ri, 2000:228)

Ayat ini menjelaskan jika kamu tidak bisa memberi apa-apa kepada

keluarga-keluarga dekat, orang miskin dan musafir, sedang kamu malu untuk

menolaknya, dan kamu menunggu kejembaran dari Allah yang kamu harapkan

bakal datang kepadamu, termasuk rejeki yang melimpah padamu, maka

katakanlah kepada mereka perkataan yang lunak dan baik, serta janjikanlah

kepada mereka janji yang tidak mengecewakan hati. (Ahmad Musthafa Al-

Maraghi 1974 : 432)

Page 78: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

67

6. Qaulan tsaqilan

Firman Allah SWT QS. Al- Muzammil 5

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.

(Depag Ri, 2000 :432)

Kesimpulan ayat-ayat di atas, Mukmin yang taat tentunya akan

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam

pergaulan sehari-hari kaum muslimin hendaknya berprilaku atau berbicara

sebagaimana yang telah dianjurkan Allah Swt, seperti berbicara dengan perkataan

yang benar, baik, mulia, jelas, dan pantas, menyentuh,baik berbicara dengan

orang tua, orang yang lebih tua, anak kecil apalagi terhadap anak yatim harus di

perlakukan sebagaimana anak sendiri.

E. Kewajiban Anak Memuliakan Orang Tua Orang tua merupakan washilah (perantara) yang menyebabkan wujudnya

anak. Jasa orang tua juga sangat besar yang telah diterima anaknya. Menyebabkan

anak dituntut untuk menunaikan kewajibanya terhadap orang tua.

Berbuat baik kepada orang tua wajib dilakukan oleh setiap anak, Walau orang

tua tersebut berbeda aqidah. Jika orang tua menyuruh musyrik, maka anak tidak

boleh mentaatinya. Namun seorang anak tetap harus memuliakan orang tua

dengan sikap, ucap, dan perbuatan yang baik dengan adat kebiasaan, moral, etika

dan dibenarkan oleh syari’ah (Saipuddin Asm 2005:69).

Sebagaimana dalam QS. Al- Isra ayat 23

Page 79: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

68

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain

Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Depag, 2000 :227)

Ayat - ayat yang mulia dan penjelasan dari Allah tersebut menjelaskan secara

gambling tentang buah yang hasil-hasil yang baik yang akan di terima oleh

seseorang dalam kaitanya dengan perbuatan bakti kepada kedua orang tua. Ayat-

ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa orang-orang yang benar-benar bahagia

adalah orang yang hidup dalam keadaan taat kepada Allah. Dzat yang telah

menciptakan dirinnya, yaitu dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya

ketika dirinya masih berada di dalam dunia, sehingga ketika dirinya akan di

penuhi oleh cahaya ketaatan, sedangkan di akhirat nanti ia akan hidup dalam

kenikmatan surgawi dan akan berada di taman-taman surga. Sungguh barangsiapa

yang menempuh jalan Allah dalam kaitannya dengan apa yang telah diperintahkan

atau dilarang-Nya, maka ia tidak akan pernah hidup dalam kesengsaraan untuk

selama-lamanya.

Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa orang yang telah berbuat baik

kepada kedua orang tua tidak akan pernah tersesat tentunya dengan izin Allah,

karena cahaya-cahaya dari perbuatan baktinya itu akan senantiasa

membimbingnya untuk meraih faktor-faktor penyebab kebaikan dan

keberuntungan, mengantarkanya pada sumber-sumber kebaikan, menerangi

hatinya, melapangkan dadanya, dan memperjelas rambu-rambu yang ada di

Page 80: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

69

hadapanya guna menuju jalan yang lurus. Hal itu karena seseorang yang berusaha

menjadikan kedua orang tuanya merasa ridha (senang). Pada hakikatnya ia telah

berusaha Allah ridha kepadanya (Muhammad Al- Fahamm, 2006 :152).

E. Keutamaan memuliakan orang tua

Hamid Ahmad ath Thahir (2006 : 32) mengemukakan hak-hak yang harus

ditunaikan oleh anak kepada orang tua antara lain :

1. Mentaati keduanya saat masih kecil sampai setelah dewasa.

2. Berbuat baik kepada keduanya

3. Memuliakan, mencium tangan, menghormati, dan menyegani keduanya.

4. Tidak menyusahkan keduanya dengan banyak permintaan dan banyak

bertanya.

5. Mendahulukan kepentingan ayah ibu daripada kepentingan orang lain. Jika

seorang muslim ingin memberikan suatu hadiah, maka yang harus di

prioritaskan adalah kedua orang tua.

6. Memohon ampunan dan kasih sayang kepada Allah untuk kedua orang tua,

seperti yang telah diajarkan oleh Allah kepada kita melalui firman-Nya.

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua

telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra 17 :24)

7. Tidak membuatnya tersinggung dengan mengatakan “ah” , kata yang

hanya terdiri dari dua huruf. Seandainya ada kata lain yang lebih pendek

daripada itu, tentulah Al- Qur’an akan menyebutkannya.

Page 81: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

70

8. Memanggilnya dengan panggilan “ayah” atau “ibu” dan jangan mengikuti

kebiasaan orang-orang yang memanggil orang tua dengan menyebut

namanya semata. Ini adalah sikap yang tidak sopan.

9. Menghormati keduanya dengan penghormatan yang luar biasa.

Diceritakan bahwa ada seorang shalih yang tidak pernah makan bersama

ibunya, kemudian orang-orang bertanya kepadanya tentang kebiasaannya.

Ia menjawab : “(Sebab) aku khawatir Jika menginginkan suatu makanan,

lalu aku mendahuluinya mengambil makanan tersebut, sehingga ia tidak

kebagian berarti aku telah berbuat durhaka kepadanya.”

10. Berusaha keras untuk memuaskan keduanya dan menghindari

kemarahanya.

Saiffudin Asm (2005 : 67), mengemukakan keutamaan anak memuliakan

orang tua antara lain dengan cara Ihsan yaitu berbuat baik yang sering pula

disebut Birrul Walidain:

1. Jangan menyampaikan kata-kata yang menyinggung perasaan seperti

Uff,cis,ah,hah dan sebangsanya. Apalagi membentak dan bersikap tidak

sopan, walau orang tua itu sudahj lanjut usia.

2. Jangan menghardik apalagi menghina kedua orang tua. Bahkan dalam hadits

ditandaskan bahwa seorang anak tidak dibenarkan mengejek orang tua

temanya sebab dikhawatirkan akan balik mengejek orang tua sendiri.

3. Berkata kepada mereka dengan perkataan yang mulia atau yang

menyenangkan hati mereka.

4. Rendah hati dan sopan di hadapan orang tua.

Page 82: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

71

5. Mencurahkan kasih sayang dan penuh perhatian terhadap mereka.

6. Berdo’a kepada Allah agar orang tua senantiasa mendapat curahan rahmat-

Nya.

7. Mengingat jasa orang tua yang telah mendidik dan memelihara anaknya yang

masih kecil.

F. Unsur -unsur berbakti kepada kedua Orang tua

A. Muchith Muzadi berpendapat (2007 :4) Anak ketika ingin berbakti

kepada kedua orang tua harus bersikap atau berakhlak yang terkait dengan

unsure-unsur Birrul Walidain. Jika jika unsure-unsur tersebut tidak terpenuhi

maka hukukul walidain (durhaka kepada orang tua). Unsur-unsur Birrul

Walidain :

1. Al- muhaqodhotu alal kaul

Anak hendaknya menjaga dan memelihara ucapanya dihadapan orang tua,

terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau

perbuatannya menyinggung perasaan mereka.

2. Khofdul Jannah

Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada

terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan

penuh kasih sayang dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah

sebagaimana mengasihi di waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah dalam

Surat Al Israa’ ayat 24.

3. Attoah Almushahabah

Page 83: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

72

Akhlak seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap

orang tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua

karena permasalahan yang sangat syar’i (prinsip) tetapi sikap mushahabah

(keakraban) tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah

menjelaskannya dalam Qs. 31 :15.

4. Sabatulbirri ba’da wafatihima

Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah kedua meninggal

dunia. Dalam Qs. An-Najm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan

kesempatan kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki simpanan

amal kebaikan yang dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan sholehah.

Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika dating seseorang

menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata “Ya Rasulullah apakah masih

ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya

meninggal dunia? “Rasulullah dengan tegas menjawab” Ya, masih ada”.Ada 5

hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti kepada

orang tua yang telah meninggal:

a. Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk keduanya)

b. Wal istigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)

c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)

d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)

G. Manfaat berbakti kepada kedua orang tua

Muhammad Al-Fahamm (2007 :158). Manfaat berbakti kepada orang tua,

baik yang dapat dirasakan sekarang (di dunia) maupun di mendatang (di akhirat)

Page 84: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

73

a. Berbakti kepada kedua orang tua termasuk amal perbuatan yang paling

dicintai Allah

b. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan berbagai

kesusahan.

c. Berbakti kepada orang tua dapat memperpanjang umur dan menjamin

husnul khatimah.

d. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sarana untuk bisa bermain -

main di taman surga akhirat.

e. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab bertambahnya rizki.

f. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjamin terlahirnya anak-anak

yang shalih.

g. Berbakti kepada kedua orang tua dapat mendatangkan kedudukan yang

tinggi di sisi Allah

h. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghapus dosa-dosa besar.

i. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab diperolehnya ampunan

secara umum.

H. Bahaya Durhaka Terhadap Orang tua

Anak yang melakukan dosa besar yakni mendurhakai orang tua adalah

kebalikan dari berbakti kepadanya. Contohnya anak-anak yang bersikap ingkar

terhadap kedua orang tuanya, tidak menaati keduanya. Dan terkadang malah

memaki keduanya, atau tangannya yang berdosa memukul keduanya, atau

meninggalkan keduanya, padahal keduanya sangat membutuhkannya.

Page 85: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

74

Nabi Saw telah mengabarkan kepada kita tentang dosa besar. Beliau

bersabda: Apakah kalian ingin aku memberitahukan kalian tentang dosa yang

paling besar ? (yaitu) menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.

Hamid Ahmad ath Thahir, (2006 :36) Adapun contoh-contoh perbuatan

durhaka kepada kedua orang tua

1. Membangkang terhadap mereka dan tidak mau menaati perintah keduanya

atau tidak melakukan apa yang disukai oleh keduanya dan melakukan apa

yang dibeci oleh keduanya, sehingga membuat keduanya lelah dan

kepayahan.

2. Membuat kedua orang tua sedih, karena sikap anak yang gagal dalam ujian

hingga tidak naik kelas, menimbulkan banyak masalah, atau mendurhakai

perintah keduanya.

3. Bersikap kasar terhadap keduanya sehingga membuat keduanya marah.

4. Berlidah tajam sehingga berani memaki ayah ibunya.

5. Berani melakukan tindakan kriminal terhadap keduanya karena memukul

atau menampar keduanya.

6. Merasa malu mengutarakan pekerjaan ayahnya dan ibunya.

7. Berani membentak ayah atau ibunya.

8. Lebih mencintai teman atau keluarganya daripada ayah dan ibunya, serta

memberikan hadiah kepada mereka, namun lupa terhadap orang tuanya.

9. Lupa terhadap orang tua yang telah meninggal, sehingga tidak mau

mendo’akan mereka atau mengeluarkan shadaqah untuk mereka.

Page 86: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

75

10. Tidak mau memberikan hartanya kepada kedua orang tuanya dan jadi

seorang yang egois, hanya mencintai dirinya sendiri.

11. Membuat orang tuanya kerepotan karena terlalu banyak meminta dan

memerintah

I. Etika Bergaul dengan Orang Tua

Tiada orang yang lebih besar jasanya kepada kita, melainkan orang tua.

Keduanya telah menanggung kesulitan dalam memelihara dan merawatnya.

Terutama ibu telah menderita kepayahan kelemahan berbulan-bulan lamanya

ketika masih berada dalam rahimnya. Setelah lahir ke dunia, dirawatnya dengan

segala kasih sayang. (Hamid Abdul Khalik 1990 :44)

Sebagaimana dalam QS. Luqman ayat 15

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu

yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-ku, kemudian hanya kepada-kulah kembalimu, maka ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(Depag RI, 2000 :329)

Berbuat baik kepada ibu, diutamakan daripada perbuatan baik kepada ayah,

menurut Al- Bukhari dan Muslim.

Page 87: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

76

Seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w., ia bertanya: Siapakah yang paling berhak mendapat pergaulan yang paling baik dariku ? Nabi menjawab : “Ibumu” orang itu bertanya: kemudian siapa lagi ? Nabi menjawab : “Ibumu”, orang itu bertanya : kemudian siapa lagi ? Nabi menjawab : “Ibumu”, orang itu bertanya lagi : kemudian siapa lagi ? Nabi menjawab : “Bapakmu.

Jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung-hitung dan tidak bisa di

timbang dengan ukuran sampaipun dalam pribahasa kita terkenal; kasih ibu

sepanjang jalan, kasih anak sepanjang ingatan. Ibu mengasihi anaknya tidak ada

ujung penghabisannya bagaimanapun keadaan anaknya (Rahmat Djatnika 1996

:202).

Ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak

pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan

menyekolahkanya di samping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa

muhariq (masa dapat membedakan baik dan buruk ), seorang ibu sangat berperan,

maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibanya,

mendidik dan mempertumbuhkanya menjadi dewasa. Namun apabila

dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai

dewasa, dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara

perbandingan, tidaklah keliru apabila di katakan lebih berat tugas ibu daripada

tugas ayah (Rahmat Djatnika 1996 :203).

Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada

anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya.

Jasa mereka tidak dapat dihitung dan dibandingkan dengan harta.

Page 88: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

77

Cinta terhadap anak adalah santapan jiwa yang dapat memberi pengaruh bagi

pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Jasmani membutuhkan santapan

makan, sedangkan rohani memerlukan santapan cinta kasih. Anak-anak sangat

membutuhkan belaian kasih dan kehalusan jiwa sejak awal mula kehidupanya,

sehingga tumbuh dewasa dan berhubungan dengan masyarakat secara baik.

Menciptakan hubungan harmonis, penuh kasih sayang dan hormat menghormati.

Mereka berani mengarungi realita hidup dengan penuh keyakinan dan keberanian.

(Hamid Abdul Khalik, 1990 : 44)

Sebagai timbal baliknya, Islam mengajarkan dan merumuskan prinsip-prinsip

etika bergaul seorang anak terhadap orang tua. Hal ini dijelaskan oleh A.Mudjab

Mahali dan Umi Mujawazah Mahali (1989 :51) bahwa memelihara hak-hak dan

kewajiban atas orang tua merupakan keharusan yang paling pantang ditawar bagi

seluruh manusia, khusus bagi anak-anak, sebab hak-hak orang tua adalah di atas

segalanya”.

1. Lisan (berbicara)

Berbicara yang baik adalah langkah menuju kearah sifat keutamaan untuk

menjalankan berbagai macam kebaikan, dengan mengharapkan keridhoan Allah

swt. Berbicara yang baik itu dapat mengobati luka hati, bahkan lebih utama dari

seseorang yang memberikan sadaqah dengan cara yang buruk, atau dapat

menyinggung hati yang menerimanya.

Sebagaimana firman Allah swt QS. Al-Baqarah 263 :

Page 89: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

78

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sadaqah

yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) Allah

Maha Kaya lagi Maha Penyayang (Depag RI,1980 :60)

Rasulullah Saw bersabda yang artinya :Tidak akan lurus iman seseorang

melainkan karena lurusnya hati, dan hatinya tidak akan lurus melainkan karena

lurusnya lidah” (Rafi’udin 2006 :123)

Rasulullah telah mewasiatkan kepada manusia dengan sejumlah wasiat lain

yang terkait dengan memelihara lisan dengan sabda: Seorang muslim yang sejati

akan selalu menghindarkan kaum muslim dari ulah buruk lisan dan tangannya.

Jadi, seorang muslim hanya dibolehkan mengatakan sesuatu yang benar dan

baik, tetapi jika tidak, maka sebaiknya diam agar tidak menyakiti orang lain

maupun terhadap orang tua.

Orang yang lisanya bersih lagi suci akan datang pada hari kiamat, sedang

Allah mencintainya dan memasukannya ke dalam syurga. Seorang muslim yang

mengatakan perkataan yang baik akan diridhai oleh Allah sampai ia bertemu

dengan-Nya pada hari kiamat nanti, kemudian Dia akan memasukkannya ke

dalam surga. Demikian juga manusia akan mencintai orang yang bertutur kata

baik; mereka akan mengutamakannya atas orang yang lain dan memuliakannya

(Hamid Ahmad ath Thahir, 2006 :130).

Perkataan sebagai sarana bergaul yang nomor pertama dan utama, karena

“Perkataan” mempunyai pengaruh yang sangat besar, baik positif maupun

negatifnya dalam pergaulan keluarga (Rafi’udin 2006 :123).

Page 90: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

79

Allah Swt menganjurkan dalam pergaulan, adanya adab yang baik dalam

berbicara, baik terhadap sesama muslim, orang yang lebih tua, maupun terhadap

orang tua. Pergaulan dengan orang tua, yang merupakan norma atau etika.

Sebagaimana (QS.Isra 23-25).

Nabi Saw telah mengisahkan kepada kita bahwa jika anak Adam memasuki

pagi hari, maka seluruh anggota tubuhnya akan berbicara kepada lidahnya :”

Takutlah engkau kepada Allah tentang kami. Jika engkau lurus, maka kami (pun)

lurus dan jika engkau bengkok. Maka kami (pun) bengkok. (Hamid Ahmad ath -

Thahir, 2006 :1218)

Tanda seseorang beradab adalah bertutur kata dengan kata-kata yang halus.

Bertutur kata halus menunjukkan bahwa orangnya berbudi dan tahu kesopanan

serta berjiwa halus. Terhadap orang tua, anak harus menunjukan kehalusan budi.

Bilamana anak mengeluarkan atau menggunakan bahasa kasar kepada orang

tuanya, berarti ia mempunyai akhlak dan jiwa yang rendah. (M. Thalib 1996 :16)

Hak orang tua terhadap anaknya. Antara lain adalah hak untuk diberi tutur

kata yang mengangkat martabat dan harga dirinya, sehingga kedudukannya

sebagai orang tua benar-benar tercermin secara nyata dalam perilaku anak

dihadapannya. Ucapan yang penuh penghargaan dan pemuliaan terhadap orang

tua menunjukkan keluhuran akhlak anak dan kesadarannya yang tinggi terhadap

kemuliaan kedudukan orang tua di hadapanya.

Anak-anak yang dapat melaksanakan kewajiban terhadap orang dan

memelihara hak-haknya adalah anak yang shalih. Sebaliknya, anak yang bertutur

Page 91: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

80

kata kasar berarti mempunyai akhlak rendah dan tidak mempunyai kesadaran

memelihara hak-hak orang tua.

Kehalusan dan kepekaan orang tua harus senantiasa dijaga oleh anak-anak

agar kecintaan dan kesayangan orang tua kepadanya dicurahkan dengan baik.

Sebaliknya, mengundang kejengkelan dan kemurkaan orang tua merupakan

tindakan tercela. Hal yang paling mudah menimbulkan kejengkelan orang tua

adalah tutur kata yang kurang baik dari anak-anaknya, padahal membuat orang tua

marah atau jengkel adalah perbuatan yang dimurkai Allah.

Kedua orang tua mempunyai hak untuk memperoleh penuturan kata yang

baik dengan penuh kesopanan dari anaknya. Jika anak menggunakan tutur kata-

kata yang kasar dan ucapan-ucapan rendah, berarti ia telah berbuat durhaka

terhadap ibu bapaknya. Kata-kata kasar dan ucapan-ucapan yang rendah kadang

berupa :

a. Bersuara tinggi atau keras ketika berbicara

b. Menyuruh mereka dengan kata-kata kasar, misalnya meminta tolong

membukakan pintu, “dengan suara tinggi dan melotot

c. Menyindir

d. Mengumpat

e. Mengata-ngatai mereka seperti mengata-ngatai pembantu

f. Membentak.

Page 92: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

81

2. Tingkah laku

Tingkah laku (Suluk) diterapkan untuk perbuatan manusia yang muncul dari

keinginan bebasnya, yang tertuju pada maksud tertentu serta terakhir. Demikian

pula untuk perbuatan -perbuatan yang mirip dengan keinginan.

Tingkah laku merupakan gambaran diri secara lahiriah yang bisa diketahui

oleh mata atau dapat kita katakanan bahwa hubungan antara akhlak dan tingkah

laku itu seperti hubungan antara yang menunjukkan dan yang ditunjukkan.

Jika tingkah laku manusia itu baik serta terfuji, akhlaknya terfuji, sedangkan

jika tingkah lakunya buruk serta tercela, akhlaknya pun tercela. Inipun terjadi bila

tak ada faktor luar yang mempengaruhi tingkah laku itu kemudian menyebabkan

tidak mengarahkan akhlak secara benar.

Akhlak itu ada yang berupa pembawaan sejak lahir, ada pula yang diperoleh

atau diupayakan dari lingkungan. Untuk menguraikan sarana- sarana terpenting

yang membantu pembinaan akhlak yang terfuji.

a. Sarana pertama : Mau’izah dan nasihat

Mau’izah (perjalanan) adalah bahasa Arab yang berasal dari al- wa’zhu artinya

memberi pelajaran akhlak terfuji serta memotivasi pelaksanaannya dan

menjelaskan akhlak tercela serta memperingatkannya atau meningkatkan kebaikan

dengan apa-apa yang melembutkan hati. (Basha-ir Dzawi Al- Tamyiz 5/240)

Allah SWT berfirman :

Page 93: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

82

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Depag,

2000 :224)

b. Membiasakan Akhlak terfuji

Manusia dilahirkan dengan lembaran putih yang siap menerima kebaikan atau

keburukan.

Firman Allah Swt

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan

kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnyaberuntunglah

orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang

mengotorinya.

Jadi, kembali dan takwa kepada Allah, dapat memelihara fitrah dan

mendorong fitrah itu pada kebaikan serta perbuatan mulia. Oleh karena itu,

merupakan hal yang sangat penting untuk berlatih dan membiasakan akhlak terfuji

hingga menjadi adat kebiasaan seorang Muslim dengan mudah. Barangkali hal ini

pula yang dipahami dari hadist Rasulullah SAW. “Kebaikan itu adat kebiasaan,

sedangkan keburukan merupakankekerasanhati.

Imam Ghazali (2006 : 109), mengemukakan cara mencapai keluhuran budi

pekerti. Dapat dicapai dengan dua cara :

Page 94: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

83

1. Dengan kemurahan yang bersifat Ilahi, kesempurnaan pada fitrah sebagaimana

manusia diciptakan dan dilahirkan menurut kesempurnaan akal dan kebaikan

budi pekerti atau akhlak

2. Mengupayakan akhlak terfuji dengan berlatih secara sungguh-sungguh,

maksudnya membawa diri pada perbuatan-perbuatan yang dikehendaki akhlak

terfuji itu.

Menurut Iman Ghazali (1996 : 18) akhlak anak terhadap orang tua

adalah

1. Mendengarkan pembicaraanya

2 Melaksanakan perintahnya

3. Tidak berjalan di depanya.

4. Tidak mengeraskan suaranya

5. Menjawab panggilanya

6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.

7. Menundukkan badannya

8. Tidak mengungkit kebaikannya terhadap mereka

Menurut Abdullah Nahsih Ulwan (2002: 481), keutamaan berbuat baik

kepada kedua orang tua adalah dasar seluruh keutamaan. Bahkan merupakan titik

tolak setiap hak sosial di dalam hidup ini

a. Mentaati perintah-perintah ibu dan ayah, kecuali dalam hal yang sifatnya

maksiat.

b. Berbicara kepada mereka berdua dengan penuh kelembutan dan sopan santun.

Page 95: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

84

c. Berdiri menghormati kedua orang tua, ketika mereka masuk atau menghampiri

anak.

d. Mencium tangan keduanya setiap pagi dan sore hari dalam berbagai

kesempatan.

e. Memelihara nama baik, kehormatan, dan harta mereka berdua.

f. Memuliakan keduanya, dan memberi segala yang mereka minta

g. Mengajak mereka berdua bermusyawarah di dalam setiap pekerjaan dan

perkara.

h. Banyak berdo’a dan memohon ampun untuk mereka berdua.

i. Apabila keduanya kedatangan tamu, hendaklah anak duduk di dekat pintu dan

memperhatikan pandangan mereka. Karena, barangkali mereka hendak

memerintahkan sesuatu.

j. Melakukan perbuatan yang membuat mereka senang tanpa ada perintah

terlebih dahulu.

k. Tidak mengeraskan suara di depan keduanya.

l. Tidak memutus perkataan ketika mereka berbicara.

m. Tidak keluar dari rumah sebelum mereka memberi izin.

n. Tidak mengejutkan mereka ketika mereka tidur

o. Tidak mencela apabila mereka melakukan pekerjaan yang tidak disenangi.

p. Tidak tertawa di depan mereka, jika tidak ada sesuatu yang pantas

ditertawakan.

q. Tidak makan sebelum mereka.

r. Tidak mengulurkan tangan mengambil makanan sebelum mereka.

Page 96: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

85

s. Tidak tidur atau berbaring sedang mereka duduk, kecuali apabila mereka

memberi izin

t. Tidak menyelonjorkan kaki di depan mereka.

u. Tidak masuk sebelum mereka, atau berjalan di depan mereka.

v. Tidak masuk sebelum mereka, atau berjalan di depan mereka.

w. Segera memenuhi panggilan mereka.

x. Menghormati teman-teman semasa mereka masih hidup, dan setelah

meninggal.

y. Tidak menemani seseorang yang tidak berbuat baik kepada mereka.

z. Mendoakan mereka, terutama setelah mereka meninggal, karena itu sangat

bermanfaat bagi mereka.

Page 97: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

86

BAB IV

ANALISIS PENDIDIKAN DARI QS. AL -ISRA AYAT 23-25 TENTANG ETIKA BERBICARA ANAK TERHADAP ORANG TUA

A. Analisis Pendidikan Terhadap Essensi Qs. Al-Isra ayat 23-25 tentang etika berbicara anak terhadap orang tua

Analisis pendidikan merupakan upaya untuk mengkritisi masalah dalam

rangka memperoleh nilai-nilai dari essensi. Dimana esensi tersebut merupakan

hakikat dari Qs. Al-Isra ayat 23-25 tentang etika berbicara anak terhadap orang

tua.

1. Berbuat baik kepada orang tua dan hendaklah mengatakan kata-kata yang baik, mulia serta lemah lembut

Syariat Islam menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh

seorang anak terhadap orang tuanya. Kewajiban-kewajiban tersebut terangkum

dalam konsep berbakti (al-birru). Apabila seorang anak melaksanakan kewajiban-

kewajibanya, ia disebut anak yang berbakti (baarrun). Begitu juga sebaliknya,

apabila ia tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya ia dijuluki sebagai anak

yang durhaka (aaqun). Kewajiban seorang anak terhadap orangtua diantaranya

berbuat baik kepada keduanya semasa hidupnya. Sebagaimana dalam firman-Nya

Qs. Luqman ayat 15

معروفا الدنيا في وصاحبهما

Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik (Depag Ri, 2000 : 329)

Namun permasalahan berbakti kepada kedua orangtua bukan hanya

merupakan masalah perasaan dan nasihat yang ada di bibir saja, melainkan ia

harus menjadi sikap seorang anak yang mencerminkan sepenuh perasaan bakti

Page 98: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

87

dalam hatinya kemudian selalu taat dan patuh kepada keduanya, kecuali dalam hal

melanggar aturan-aturan Allah. Berbuat baik kepada orangtua dan menghormati

keduanya yang telah menjadi sebab bagi kita dapat hidup di dunia ialah

kewajiban yang kedua sesudah beribadah kepada Allah, Jika kiranya salah

seorang mereka atau keduanya telah mencapai usia tua dalam pemeliharaan

anaknya, maka jangan mengatakan Uff karena mengandung makna kejengkelan

dan kebosanan meskipun tidak keras di ucapkan Artinya, jika usia keduanya atau

salah seorang diantara keduanya (ibu dan bapak) sampai meningkat tua sehingga

tidak kuasa lagi hidup sendiri, sudah sangat bergantung kepada belas kasihan

putranya, maka sabar dan berlapang hatilah dalam memelihara orangtua yang

bertambah tua kadang-kadang seperti anak-anak, perlu mendapat belas kasihan

dari anak. dengan perlakuan orang tuanya seperti itu terkadang merasa jengkel

Namun perasaan itu diberi ampun oleh Tuhan dan dimaafkan, asal saja seorang

anak yang tetap sholeh dan beribadat kepada Allah Swt, serta selalu ingat bahwa

dalam perjalanan hidupnya dia akan kembali kepada Tuhan kemudian Allah Swt

menganjurkan para hamba-Nya berbicara dengan perkataan yang baik, apabila

berhadapan dengan orang tua diantaranya: Janganlah seorang anak mengeluarkan

kata-kata yang menyakitkan hati kedua orang tua, apabila anak mendapati sesuatu

hal yang tidak disenangi ada pada kedua orang tua. Dan Janganlah

memperlihatkan rasa tidak senang karena kedua orang tua berbuat sesuatu yang

tidak menyenangkan. Begitu juga jangan membantah perkataan-perkataanya

dengan cara yang menyakitkan hatinya. Hendaklah berbicara bersama mereka

dengan kata-kata atau ucapan yang baik, mulia serta lemahlembut yang disertai

Page 99: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

88

penghormatan yang sesuai dengan adab (Akhlaq) dan etika yang telah diajarkan

oleh Islam.

2. Janganlah membentak-bentak, memaki atau mengeruhkan perasaan kedua orang tua.

membentak atau melontarkan kata-kata dengan nada suara keras.

merupakan pelampiasan rasa marah atas hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh

orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, atau yang bawah kepada

yang atas. Maka satu kesalahan besar bila seorang anak membentak orang tuanya,

karena perbuatan ini termasuk perbuatan yang dimurkai oleh Allah. Terdapat

ketentuan umum tentang larangan untuk mengeluarkan suara keras atau bersuara

tinggi ketika berbicara dengan seseorang seperti termaktub dalam firman Allah

Qs. Lukman ayat 19

الحمير لصوت الأصوات أنكر إن صوتك من واغضض مشيك في واقصد

Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk- buruk suara ialah suara keledai (Depag Ri, 2000 :329)

Maksud ayat ini adalah bahwa suara tinggi atau keras yang diucapkan

seseorang kepada lawan bicaranya menunjukkan yang bersangkutan rendah

budinya. Sebaliknya suara yang rendah atau halus menunjukkan bahwa yang

berbicara memiliki kesopanan dan adab yang mulia. Apabila terhadap orang lain

Allah memerintahkan supaya kita merendahkan suara ketika berbicara, maka

dengan sendirinya terhadap orangtua diwajibkan berbuat demikian. Diperlakukan

dengan sopan dan adab yang mulia dalam berbicara merupakan hak setiap

manusia. Dalam mengucapkan suara pun harus diperhatikan rendah dan tingginya

Page 100: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

89

nada. Karena itu, Islam memerintahkan menggunakan nada rendah dalam

berbicara sebagai cerminan akhlak yang mulia.

Hubungan sikap anak terhadap orang tua, adalah sangat tercela kalau anak-

anak menggunakan nada suara tinggi atau keras dalam berbicara di hadapan orang

tua, apalagi menghardik. Dalam menyahut panggilan orang tua, anak tidak boleh

melakukannya dengan suara lebih keras daripada orang tuanya anak berada di

tempat yang jauh, hendaklah mendekat lebih dahulu, baru menyahut dengan suara

yang tidak lebih tinggi atau keras daripada suara ibu bapaknya. Sebab nada suara

tinggi dan keras melebihi suara orang tuanya hampir sama dengan menghardik.

Hal ini harus dijauhi oleh anak supaya tidak menimbulkan salah tafsir orangtua

terhadap perilaku anak kepadanya, karena memelihara perasaan orang tua juga

merupakan kewajiban anak. Oleh karena itu, nada suara yang diperkirakan dapat

menyakitkan atau merendahkan martabat orang tua wajib dijauhi oleh anak.

Anak berkata-kata kasar tidak jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini di lakukan mungkin karena beberapa faktor, diantaranya karena anak

sedang mendapatkan problem atau tidak senang dengan sikap orang tua terhadap

dirinya. Akan tetapi, hal seperti ini tidak boleh dijadikan alasan bagi anak untuk

melakukannya, karena perbuatan itu termasuk durhaka. Karena itu, apabila anak

terlanjur melakukan kedurhakaan seperti tersebut di atas, maka hendaklah dia

segera menyesali perbuatanya. Adapun kata-kata kasar lainya seperti Memaki

kata Maki menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah mengeluarkan kata-kata

(ucapan) keji (kotor, kasar, dsb) sebagai pelampiasan kemarahan atau rasa

jengkel, dan sebagainya. Memaki hanyalah muncul karena seseorang tidak dapat

Page 101: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

90

mengendalikan rasa marah atau kejengkelan terhadap orang lain yang

dianggapnya sebagai biang keladi timbulnya ketidaksenangan dalam dirinya.

Memaki sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, peristiwa anak

memaki orang tua secara langsung barangkali sangat jarang terjadi. Anak yang

memaki orang tua besar kemungkinan mengidap stress atau gangguan mental.

Sebab hal ini sama sekali dipandang tidak pantas. Karena itu, kalau sampai terjadi

hal yang menyalahi adat ini, berarti mental yang bersangkutan tidak sehat. Akan

tetapi, bukan mustahil anak memaki orang tua secara tidak langsung. Hal inilah

yang diperingatkan oleh Rasulullah saw. Anak memaki orang tua secara tidak

langsung sering terjadi dan hal itu pun dengan tegas dilarang oleh agama. Ini

berarti orang tua mempunyai hak nama baiknya dijaga oleh anak di hadapan siapa

saja, Islam memberikan hak semacam ini kepada ibu bapak karena kedudukannya

ditempatkan oleh Allah di bawah kewajibannya kepada Allah. Kedudukan

istimewa orang tua yang ditetapkan oleh syari’at Islam semacam itu membuktikan

betapa hak ibu bapak untuk dihargai dan dihormati tidak dapat diganggu gugat

oleh siapa pun. Dengan begitu, tidak ada alasan bagi anak untuk mengurangi hak

orang tuanya mendapatkan penghargaan dari dirinya, kapan dan di mana saja. Hal

semacam ini harus benar-benar disadari oleh setiap anak muslim, karena

menghilangkan hak orang tua yang telah ditetapkan oleh syariat berarti tidak

mengakui syari’at Allah itu sendiri. Banyak anak yang karena kebodohannya di

bidang akhlak Islam memperlakukan orang tua yang berpendidikan rendah dan

berkebiasaan hidup di kalangan bawah, dengan sikap yang tidak terfuji. Anak-

anak semacam ini berani mengeluarkan ucapan yang keji dan kasar kepada kedua

Page 102: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

91

orang tua. Anak yang. Mengenai cara perlakukan anak terhadap orang tua

dijelaskan di bawah ini. Anak hendaknya memperlakukan orang tua dengan penuh

kelembutan dan kasih sayang karena dua sifat mulia tersebut yang diserukan oleh

Islam dan Rasulullah. Manusia yang penyayang adalah manusia yang berhati

lembut, yang selalu mengerjakan kebaikan.penyayang merupakan pekerti mulia

yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Seandainya Rasulullah

bukanlah seorang yang penyayang, melainkan seorang yang berhati kasar, niscaya

orang-orang tidak akan berkumpul di sekelilingnya. Akan tetapi, Rasulullah Saw

adalah seorang yang lemah-lembut yakni seorang yang penyayang yang dicintai

oleh manusia. Anak-anak yang dapat melaksanakan kewajiban terhadap orang tua

dan memelihara hak-haknya adalah anak yang shalih. Islam menghendaki agar

setiap anak memiliki kehalusan budi dan jiwa yang halus berakhlak yang baik di

sini mencakup tutur kata dengan bahasa yang halus. Sebab salah satu tolok ukur

ketinggian akhlak dalam pergaulan adalah tutur kata yang halus. Imbalan bagi

Anak yang bersikap penyayang, lemah lembut terhadap orang tua. Mendapatkan

cinta Allah Swt dan akan masuk syurga. Allah akan menyayangi dan memberinya

kedudukan yang dekat dengan-Nya. Manusia akan mencintai, mendekati, dan

menyukainya. Menjadi orang yang memiliki sifat yang serupa dengan Rasulullah

Saw dan para sahabatnya.

3. Hendaklah bersikap tawadhu dan mentaati keduanya serta mendo’akan mereka agar dirahmati oleh Allah sebagai imbalan ketika kita masih kecil.

Page 103: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

92

Bersikap tawadhu kepada kedua orang tua yakni bersikap lemah lembut dan

santun. Rasulullah Saw adalah manusia yang paling tawadhu, padahal beliau

adalah sebaik-baik makhluk Allah dan sabaik-baik manusia. Allah Swt berfirman

واخفض جناحك للمؤمنين

dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (Depag

RI, 2000:81)

Jadi Allah Swt telah memerintahkan Nabi-Nya agar bersikap tawadhu, dan

tidak ada seorang pun yang sombong atas orang lain. Tawadhu dapat

meninggikan derajat seorang manusia, bukan merendahkannya. Rasulullah telah

bertawadhu, sehingga Allah pun meninggikan derajatnya. Kendati demikian,

Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk bersikap tawadhu dan tidak

sombong. Baik tawadhu terhadap sesama muslim maupun terhadap orang tua

Tawadhu merupakan sikap yang sangat terfuji dan tanda-tanda seorang yang

beriman itu diantaranya memiliki sifat tawadhu Selain bersikap tawadhu anak

harus merendahkan diri terhadap kedua orang tua dengan penuh kesayangan sebab

Rasulullah telah memberitahukan bahwa berbakti kepada kedua orang tua

termasuk amal perbuatan yang paling utama di sisi Allah, yang kedudukannya

berada di bawah kedudukan shalat lima waktu yang merupakan tiang agama yang

paling besar. Allah sering mengaitkan antara perintah untuk beribadah kepada-

Nya dengan perintah untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua

dengan cara memperlakukan mereka berdua dengan perlakuan yang baik dan

sempurna. Hal itu disebabkan karena kedudukan mereka berdua di bawah

kedudukan Allah, yang merupakan sebab hakiki (yang sesungguhnya) dari

Page 104: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

93

keberadaan manusia (di muka bumi). Adapun mereka berdua (yang nampak) dari

keberadaan anak-anak, di mana mereka berdua akan mendidik mereka dalam

suasana yang penuh dengan cinta, kelembutan, kasih sayang, dan sikap

mengutamakan anak daripada diri mereka. Oleh karena itu, di antara sikap yang

menunjukan kesetiaan seorang anak adalah membalas kebaikan mereka berdua

itu, baik dengan cara memperlihatkan perlakuan yang baik dan akhlak yang di

senangi. Bersikap lembut dan sayang kepada orang tua serta sikap tunduk kepada

mereka berdua seperti tunduknya rakyat kepada pemimpinya atau seorang budak

kepada tuanya. Jadi merendahkan diri kepada mereka berdua karena besarnya

rasa sayang dan cinta kepada mereka. Hal itu karena mereka berdua sudah tua,

dan sangat membutuhkan seseorang yang dulunya merupakan makhluk Allah

yang paling membutuhkan mereka berdua. Sebagaimana firman Allah Qs. Al-Isra

ayat 25

صغيرا ربياني آما ارحمهما رب وقل

Dan ucapkanlah : wahai tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana

mereka berdua telah mendidiku di waktu kecil “maksudnya” janganlah merasa

cukup dengan kasih sayang yang diberikan kepada mereka berdua, karena kasih

sayangmu itu tidaklah kekal. Akan tetapi, hendaklah berdo’a kepada Allah agar

Dia menyayangi mereka berdua dengan kasih sayang-Nya yang kekal. Jadikanlah

hal itu sebagai balasan atas kasih sayang dan pendidikan yang mereka berdua

berikan kepadamu saat kamu masih kecil.”

Page 105: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

94

Seorang anak harus berbakti dan menaati perintah kedua orang tuanya dalam

setiap urusan duniawi dan dalam hal-hal yang tidak mengandung unsur maksiat

kepada Allah. Jika kedua orang tua itu memerintahkan kepadanya untuk

meninggalkan agamanya (Islam) atau bermaksiat kepada Allah Swt. Misalnya,

maka ketahuilah bahwa tidak ada kewajiban bagi seseorang untuk taat kepada

makhluk dalam hal berbuat maksiat kepada Allah. Allah berfirman Qs. Luqman

ayat 15

تطعهما فلا علم به لك ليس ما بي تشرك أن على جاهداك وإن

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu

yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti

keduanya. (Depag Ri, 2000: 329 )

Walau begitu, tidak adanya kewajiban untuk taat kepada orang tua dalam

masalah ini bukan berarti seorang anak boleh menyakiti hati mereka. Seperti

dengan mengeraskan suara, menganggap mereka idiot, atau memakinya. Dalam

hal ini, seorang anak cukup berpaling dari perintah tersebut, dan setelah

menasihati mereka dengan cara yang baik, dia pun harus mengamalkan perintah

Allah. Adapun hal-hal yang mesti diperhatikan oleh seorang anak apabila kedua

orang tua sudah meninggal diantaranya: Banyak mendo’akan dan memohon

ampunan untuk keduanya. Sebab Allah akan mengangkat derajat keduanya di

surga karena banyaknya permohonan ampunan bagi keduanya. Mengeluarkan

shadaqah untuk keduanya yang telah meninggal dunia Hendaknya seseorang

berbuat baik kepada teman ayahnya atau sahabat ibunya. Menyambung tali

silaturahmi dengan keluarga orang tua, yaitu dengan mengunjungi paman dan bibi

Page 106: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

95

dari pihak ayah dan menghormati mereka, atau berkunjung ke paman atau bibi

dari pihak ibu dan memuliakan mereka.

B. Nilai-nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 23-25

Dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23-25 dapat diangkat nilai-nilai

pendidikan yang terkandung di dalamnya yaitu :

1. Allah SWT memerintahkan kepada hambanya untuk berbuat baik terhadap

kedua orangtua dan apabila berhadapan dengannya hendaklah mengatakan

perkataan yang baik, pantas, mulia, serta lemah lembut terhadap keduanya,

baik seiman maupun tidak seiman. Ini menggambarkan derajat / kedudukan

orang tua sebagai manusia yang patut dihormati, sehingga disenafaskan

dengan perintah bertauhid kepada Allah.

2. Allah SWT melarang hambanya mengeluarkan perkataan yang menyakitkan

hati kedua orangtua seperti membentak, memaki, menghardik serta

mengeruhkan perasaan keduanya. Pendidik muslim termasuk orangtua harus

bisa memberikan arahan terhadap anaknya agar berbuat baik terhadap

orangtua dalam kehidupan sehari-hari.

3. Allah Swt memerintahkan Nabi-Nya agar bertawadhu, kepada orangtua

Kemudian Nabi SAW mengajarkannya kepada umat. Bagi manusia yang

bersikap tawadhu kepada orang tuanya, Allah akan mengangkat derajatnya

dan akan menjadi kekasih-Nya. Pendidik muslim termasuk orang tua harus

menjadi teladan dan memiliki sifat tawadhu yang harus diajarkan kepada

setiap anak supaya menjadi generasi yang baik dan berakhlakul karimah.

Sifap tawadhu merupakan sikap yang sangat terpuji.

Page 107: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat

23-25 tentang etika berbicara anak terhadap orang tua, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa :

1. Para Mufassir berpendapat bahwa:

Allah SWT memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua

orangtua dengan sebaik-baiknya, kemudian memerintahkan untuk belas kasih

dan sayang terhadap keduanya dan memperlakukan keduanya dengan baik

kemudian memerintahkan manusia untuk mengucapkan perkataan yang baik,

pantas, mulia, serta lemahlembut. Dan melarang mengeluarkan kata-kata yang

menyakitkan hati kedua orang tua, sekalipun hanya dengan ucapan "ah"

apalagi mengeluarkan kata-kata kasar, seperti membentak, memaki,

menghardik serta merendahkannya. Kemudian Allah SWT memerintahkan

manusia bersikap tawadhu terhadap orangtua karena sikap tawadu' dan

merendahkan diri, serta mentaati mereka berdua dalam segala yang

diperintahkan, selama tidak berupa kemaksiatan kepada Allah. Serta

menyuruh manusia untuk mendo'akan kedua orangtua dengan rahmat-Nya

yang abadi. Allah Maha mengetahui apa-apa yang ada di dalam diri manusia

terhadap kemauannya untuk berbuat baik atau berbuat durhaka. Jika manusia

benar-benar berniat untuk berbuat baik dan benar tidak berbuat durhaka dan

Page 108: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

97

kerusakan, maka sesungguhnya Allah SWT akan membalas perbuatan-

perbuatan manusia dan Dia akan mengampuni orang yang mau bertaubat .

2. Esensi Qs. Al-Isra ayat 23-25 yaitu:

Allah SWT memerintahkan kepada hambanya untuk berbuat baik terhadap

kedua orangtua dan apabila berhadapan dengannya hendaklah mengatakan

perkataan yang baik, pantas, mulia, serta lemah lembut terhadap keduanya,

baik seiman maupun tidak seiman. Ini menggambarkan derajat / kedudukan

orang tua sebagai manusia yang patut dihormati, sehingga disenafaskan

dengan perintah bertauhid kepada Allah SWT .dan melarang hambanya

mengeluarkan perkataan yang menyakitkan hati kedua orangtua seperti

membentak, memaki, menghardik serta mengeruhkan perasaan keduanya. Dan

memerintahkan Nabi-Nya agar bertawadhu, kepada orangtua Kemudian Nabi

SAW mengajarkannya kepada umatnya. Bagi manusia yang bersikap tawadhu

kepada orang tuanya, Allah akan mengangkat derajatnya dan akan menjadi

kekasih-Nya.

3. Menurut pakar Pendidikan

Berbicara merupakan salah satu nikmat terbesar yang di berikan Allah SWT

kepada manusia. Dengan adanya nikmat ini manusia menjadi makhluk yang

paling mulia di dunia. Berbicara yang baik itu langkah menuju kearah sifat

keutamaan untuk menjalankan berbagai macam kebaikan, dengan

mengharapkan keridhoan Allah SWT. Dan tanda seseorang beradab adalah

berbicara halus menunjukan bahwa orangnya berbudi dan tahu kesopanan

serta berjiwa halus.

Page 109: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

98

B. Nilai-nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra

Ayat 23-25

Dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23-25 dapat diangkat nilai-nilai

pendidikan yang terkandung di dalamnya yaitu :

1. Allah SWT memerintahkan kepada hambanya untuk berbuat baik terhadap

kedua orangtua dan apabila berhadapan dengannya hendaklah mengatakan

perkataan yang baik, pantas, mulia, serta lemah lembut terhadap keduanya,

2. Allah SWT melarang hambanya mengeluarkan perkataan yang menyakitkan

hati kedua orangtua seperti membentak, memaki, menghardik serta

mengeruhkan perasaan keduanya.

3. Allah Swt memerintahkan Nabi-Nya agar bertawadhu, kepada orangtua

Kemudian Nabi SAW mengajarkannya kepada umat. Bagi manusia yang

bersikap tawadhu kepada orang tuanya.

C. Saran

1. Saran bagi para pendidik

Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23-25 menjelaskan tentang cara seorang

pendidik untuk mengajarkan kepada peserta didiknya mengenai etika

berbicara anak terhadap orang tua dan memuliakan kedua orang tua. Hal itu

harus diamalkan (dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya.

Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber ilmu, termasuk ilmu

pendidikan. Setiap ayat Al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan yang

Page 110: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

99

dapat diangkat kepermukaan. Adapun skripsi ini merupakan tulisan ilmiah

mengenai nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam QS. Al-Isra ayat 23-25.

Oleh karena itu, penulis menyarankan peneliti selanjutnya, agar menggali

tentang bagaimana seharusnya seorang anak memiliki etika yang baik dalam

segi tingkah laku maupun ucapan terhadap orang tua yang sesuai dengan

ayat tersebut.

D. Penutup

Dengan berakhirnya kesimpulan dan saran, maka berakhir pula

penulisan skripsi ini. Namun karena kemampuan yang sangat terbatas dan

masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis mohon kritik,

saran, dan sumbangan pemikiran. Meskipun demikian, penulis berharap

mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada

khususnya dan sumbangan yang berharga bagi para pendidik muslim pada

umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridha dan berkah-Nya,

akhirnya hanya kepada Allah SWT segala sesuatunya penulis serahkan dengan

mengucapkan Alhamdulillah.

Page 111: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari, 1999, Tafsir Al-Qurtubi, Dear

El-Fikr.

Ahmad ath-Thair Hamid, 2006, Nasihat Rasulullah untuk Anak Agar Berakhlak

Mulia, Bandung: Irsyad Baitus salam.

Ali Ash-Shobuni Muhammad,1981 Sofwah At-Tafsir,Beirut: Dar Al-Qur’an Al-

Karim.

Al-Faham Muhammad, 2006, Berbakti Kepada Orang Tua, Bandung: Irsyad

Baitus Salam..

Daud Ali Muhammad,2002, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Daud Ali Muhammad,2002, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Djatnika Rahmat, 1996, Sistem Etika Islami (Akhlak Islam), Jakarta

Depag RI, 1992, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press

Hasan Fuad dan Tim Penyusun, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka.

Ismail bin Katsir Abu Fida,1992, Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, Dear Al-Marifat,

Beirut.

Musthafa Ahmad Al-Maraghi 1998, Tafsir Al-Maraghi, Dear El-Fikr, Beirut t.t

Ulwan, Nasih Abdullah, 1998 Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 1

Bandung: Assyifa.

Ya’kub Hamzah ,1996, Etika Islam Pendidikan Akhlakul Karimah, Bandung:

CV. Diponegoro.

Saifuddin H.U. 2005, Percikan Mutiara Al-Qur’an tentang Hak dan Tanggung

Jawa Mawaris, Bandung: Sauyunan Press

Syahalah Husein, 2002, Menjadi Kepala Rumah Tangga Yang Sukses, Jakarta:

Gema Insani,

Muhammad Awwad Jaudah, 1995, Mendidik Anak Secara Islami, Jakarta: Gema

Insani.

Page 112: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-3711_Fulltext.pdf · ii dilengkapi dengan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder

Thalib M,1996, 20 Perilaku Anak Terhadap Orang Tua, Bandung: Irsyad Baitus

Salam.:

Rafi’udin,2006, Peran Wanita dalam Pendidikan Anak, Bandung Media

Hidayah,

Karim Sa’ad Al- Fiqy, 2007, Agar tidak Salah dalam Mendidik Anak,

Solo:Media Insani Publishing.

Samsul Munir Amir, 2007 Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islam,

Bandung Media Grafika.