103
PERILAKU MENYIMPANG GENG MOTOR DI SINJAI BARAT (Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : HARMIANTI NIM : 105381100216 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

PERILAKU MENYIMPANG GENG MOTOR DI SINJAI BARAT …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

PERILAKU MENYIMPANG GENG MOTOR DI SINJAI BARAT

(Studi Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten Sinjai)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

HARMIANTI

NIM : 105381100216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

iii

iv

SURAT PERYATAAN

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Harmianti

Stambuk : 105381100216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Perilaku Menyimpang Geng Motor di Sinjai Barat (Studi

Kasus Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan

Sinjai Barat Kabupaten Sinjai)

Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim

Penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapapun. Demikian peryataan ini saya buat dan saya bersedia

menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Maret 2021

Yang Membuat Peryataan

Harmianti

v

SURAT PERJANJIAN

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Harmianti

Stambuk : 105381100216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruandan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1.2 dan 3 saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Maret 2021

Yang Membuat Perjanjian

Harmianti

vi

ABSTRAK

Harmianti, 2021, Perilaku Menyimpang Geng Motor di Sinjai Barat Balapan Liar

Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Skripsi. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Hidayah Quraisy dan Pembimbing II Jamaluddin Arifin.

Perilaku menyimpang balapan liar kalangan remaja di Desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat di tinjau dari faktor kurangnya kontrol atau penegendalian

sosial, teman sebaya serta kurangnya kepedulian masyarakat.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus yang bertujuan untuk mengungkap perilaku menyimpang balapan liar

remaja desa Arabika dan dampak balapan liar terhadap masyarakat desa Arabika.

Lokasi dalam penelitian ini yaitu di desa Arabika kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten Sinjai. Informan penelitian ini yaitu pelaku balapan liar (remaja) dan

masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga cara yaitu,

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian dari perilaku menyimpang balapan liar remaja yaitu,

remaja melakukan balapan liar karena ingin mencoba hal baru serta mencari

kepuasan yang kemudian kecanduan dan menjadi hobi. Timbulnya perilaku

menyimpang pelaku balapan liar kalangan remaja kurangnya kontrol orang tua

terhadap anaknya serta pengaruh teman sebaya dan kurangnya kepedulian

masyarakat sekitar.

Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat sekitar yaitu ada dua

dampak positif dan negatif. Dampak positifnya membawa keberkahan tersendiri

bagi warga yang mempunyai usaha bengkel yang sehari-harinya sebagai tukang

tambal ban. Dampak negatifnya menganggu ketertiban umum yasng

mengakibatkan kenyamana masyarakat terganggu dengan suara kendaraan pelaku

balap liar.

Kata Kunci: Balapan Liar, Remaja, Masyarakat

vii

ABSTRACK

Harmianti, 2021, Deviant Behavior of Motorcycle Gangs in Wets Sinjai the wild

race of teenagers in Arabika village west Sinjai District Sinjai Regency. Essay.

Facultry of Teacher Training and Education University Muhammadiyah

Makassar. Suvervisor I Hidayah Quraisy and suvervisor II Jamaluddin Arifin.

Deviant behavior of wild racing among teenagers in Arabika village wets

Sinjai district in terms of the lack of control or peer social control as well as a lack

of community awareness.

This thesis uses a qualitative research approach a case study that aims to

ancover adolescent wild racing deviant behavior Arabika village and inpact wild a

race against society Arabika village. The location in this study namely in Arabika

village west Sinjai district Sinjai regency. Then informants of this research are

(teenage) and community illegal racesrs. Data collection in this study used three

ways namely interview, observation and documentation.

The results of research on then deviant behavior of adolescent wild racing

namely, teenagers do wild racing because they want to try new things and seek

satisfaction which then become addicted and become a hobby. The emergence of

deviant behavior among is lack of parental control towards their children and peer

influence and lack of awareness of the surrounding community.

The inpact of illegal racing behavior on the surrounding community is

positive and negative. Its positive brings its own blessings for resident who have a

repair shop that works as a tire repairer. The negative impact is disturbing public

order which results in the comfort of the community being disturbed by the sound

of vehicles innovoled in illegal racing.

Keywords: illegal street racing, teenager, public

viii

MOTTO

Tidak masalah seberapa lambat berjalan asalakan tidak berhenti

٧نصبٱفإذافرغتف٦يسرالعسرٱمعإن

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain.

(Q.S Al-Insyirah 6-7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Ku persembahkan karya ini kepada:

Terimah kasih kepada Ayahanda Abidin Ibunda tercinta Hajerah tetesan

keringatmu, jerih payahmu, do’amu selalu menyertai langkahku. Dukungan

Ayahanda dan Ibunda adalah kekuatan terdahsyat saya dalam menyelesaikan

karya ini.

terimahkasih juga kepada saudaraku, keluarga besarku, sahabat-sahabatku atas

semangat yang tidak pernah surut kalian berikan, canda tawa dan kesan saat

bersama dengan kalian tentunya tidak mudah untuk dilupakan.

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya,

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan

moril maupun materil. Penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit

rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Kedua orang tua penulis yang

tercinta, Abidin dan Hajerah yang dengan segala pengorbanannya yang tak akan

pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu yang tidak henti-hentinya

mengalir demi kesuksesan peneliti, nasihat dan petunjuk dari mereka yang

merupakan dorongan yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat

ini. Kemudian terima kasih kepada saudara tercinta yang telah memberikan

dukungan kepada peneliti.

Terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D serta Wakil Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ketua Program Studi

viii

Pendidikan Sosiologi Drs. H. Nurdin, M.Si dan Sekretaris Program Studi

Pendidikan Sosiologi Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya.

Dr. Hidayah Quraisy, M.Pd sebagai pembimbing I (satu) dan juga Dr. Jamaluddin

Arifin, M.Pd sebagai pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dosen Program

Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis sejak pertama menjadi mahasiswa. Teman-

teman seperjuangan yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan

kepada penulis. Lukman, S.Sos Kepala Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten Sinjai serta masyarakat Desa Arabika yang telah memberikan bantuan

kepada penulis untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku menyimpang

balapan liar remaja, sehingga mendukung penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran bagi berbagai pihak. Penulis berharap skripsi ini

dapat menjadi masukan yang bermanfaat, khususnya bagi penulis selaku calon

pendidik dan pembaca pada umumnya. Semoga segala jerih payah serta kerja

keras kita bernilai ibadah disisi Allah SWT. Aamiin.

Makassar, Maret 2021

Harmianti

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................ vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS .................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

E. Definisi Operasional.................................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................ 9

A. Kajian Konsep ........................................................................................... 9

B. Kajian Teori ............................................................................................ 22

C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 24

BAB III METODE PENELITIAN ......................................... 26

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.............................................................. 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 26

C. Informan Penelitian ................................................................................. 27

D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 27

E. Instrumen Penelitian................................................................................ 28

x

F. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 28

G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29

H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 30

I. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 31

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 33

A. Sejarah Lokasi Penelitian ........................................................................ 33

B. Keadaan Geografis .................................................................................. 33

C. Keadaan Penduduk .................................................................................. 36

D. Keadaan Pendidikan ................................................................................ 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 47

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 47

1. Penyebab perilaku menyimpang balapan liar di desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ................................. 47

2. Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ................................. 54

B. Pembahasan ............................................................................................ 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................... 67

A. Kesimpulan ............................................................................................. 67

B. Saran ........................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 69

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas daerah tiap kecamatan…………………………………………...35

Table 4.2 Daftar nama kepala desa………………………………………………38

Tabel 4.3 Daftar perangkat desa…………………………………………………38

Table 4.4 Jumlah penduduk setiap dusun……………………………………….41

Tabel 4.5 Jumlah sarana pendidikan……………………………………………..43

Tabel 4.6 Tabel sarana peribadatan………………………………………………45

xii

TABEL GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir………………………………………………25

Gambar 4.1 Peta kabupaten Sinjai……………………………………………….34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja seringkali menjadi perhatian bagi masyarakat dan remaja

remaja itu sendiri, karena masa ini merupakan masa yang paling menyenangkan

dalam hidup mereka. Akibatkanya remaja melakukan perilaku menyimpang atau

berperilaku yang tidak pantas sehingga terjadi pelanggaran norma sosial yang

sering terjadi di daerah dan kota besar di Indonesia. Kesalahan yang dilakukan

anak remaja seringkali menimbulkan kecemasan dan perasaan yang tidak enak

bagi lingkungan dan orang tua. Anak remaja sangat membutuhkan yang namanya

sosialisasi, atau setidaknya diterima oleh teman-teman sebayanya, agar anak

remaja dapat berinteraksi, bergaul, berbaur, dan tumbuh bersama teman-temanya.

Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi

tetapi ada kalanya semangat tersebut mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif

sehingga sering disebut dengan kenakalan remaja. Para ahli pendidikan

sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-17 tahun. Masa remaja

awal merupakan masa transisi atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang

tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara

fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut

kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan

kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku

menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu . Pada usia

1

2

tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum

cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa

Pada zaman sekarang ini, di era globalisasi banyak hal yang berubah

contoh kecilnya adalah pergaulan remaja yang agak tercoreng dan tidak ada

batasnya lagi, banyak di kalangan remaja melakukan hal-hal yang negatif seperti

tawuran antar geng, minum-minuman keras, mengonsumsi obat-obatan terlarang

seperti narkoba dan lain sebagainya yang merugikan, bukan hanya merugikan

dirinya tetapi merugikan juga bagi orang lain. Perubahan besar yang dialami anak

membawa pengaruh pada sikap dan tindakan ke arah lebih agresif sehingga pada

periode ini banyak anak-anak dalam bertindak dapat digolongkan ke dalam

tindakan yang menunjukan ke arah gejala kenakalan anak. Bentuk-bentuk

kenakalan remaja semakin beragam, antara lain dipengaruhi oleh arus informasi

yang diterima melalui media sosial.

Penyimpangan sosial muncul diakibatkan oleh kurangnya kesadaran anak

remaja terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan sosial yang berlaku di

masyarakat. Perilaku menyimpang harus dihindari karena akan mengganggu

ketertiban dan kedamaian hidup bermasyarakat. Dalam bentuk penyimpangannya

pun bermacam-macam seperti seorang individu melakukan tindakan-tindakan

kenakalan, contohnya perkelahian, merokok, mencuri, pergaulan bebas, serta

dapat mengacaukan ketentraman di dalam lingkungan, misalnya mencoret-coret

tembok umum serta melakukan kebut-kebutan di jalan raya yang dapat

mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayaka nyawa sendiri serta orang

3

lain, kebut-kebutan para pelaku balap liar dan dilakukan seperti di jalan raya yang

banyak kendaraan melintas.

Remaja-remaja saat ini sangat dipengaruhi oleh media berita. Balapan liar

motor banyak ditiru sebagian anak remaja dari berbagai media dan film-film

dalam maupun luar negeri. Sekarang ini anak remaja lebih menuruti egonya

daripada keselamatan dirinya, anak-anak sekolah dari SMP sampai SMA banyak

yang melakukan kegiatan balapan liar sepeda motor, bisa bilang hobi yang penuh

tantangan dan kompetisi oleh mereka. Tidak jarang aksi mereka lakukan bermula

dari perasaan senang atau berkompetsisi dan memperebutkan sesuatu, dengan

mengadu kecepatan motor yang mereka dimiliki, serta mempertaruhkan uang

mereka sebagai tujuan dari kegiatan lomba liar mereka.

Aksi balapan liar yang menantang bahaya dilakukan pada sore di jalan

raya. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya tentu bikin aksi-aksi

yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan serta tawuran antar geng. Aksi

balapan liar jika terus berlanjut maka anak-anak akan mencari pelarian yang

lainnya, misalnya minum-minuman keras dan hal lainnya yang memabukan

sehingga anak mendapatkan mental yang lebih untuk melakukan balapan liar,

padahal aksi balapan liar tersebut terbilang sangat nekat karena belum tentu joki

yang sudah terlatih dalam bidang otomotif apa lagi banyak dari joki tidak

memakai helm dan pakaian yang khusus diperuntukan untuk balapan mereka

hanya memakai celana panjang dan kaos. Belum lagi knalpot racingnya yang

menimbulkan suara yang sangat berisik dan mengganggu warga yang memiliki

rumah di daerah sekitar dan sangat mengganggu para pengguna jalan.

4

Balapan liar tersebut sudah sengaja diadakan yang dikoordinir oleh

pemilik bengkel agar mereka mau dibujuk untuk memodifikasi mesin motor

mereka dimulai dengan memodifikasi mesin, kemudian melakukan adu kecepatan

secara tidak resmi dan tentunya tidak tepat karena tidak dilakukan di sirkuit yang

memang disediakan khusus untuk itu. Arena adu ketangkasan balapan liar ini di

lakukan di jalan raya yang merupakan fasilitas umum.

Balap liar ini sudah sangat lama kita mendengarkannya, hanya saja

kejadian balap liar yang dilakukan remaja ini tidak pernah ada habisnya, setiap

tahun selalu ada remaja yang melakukan balap liar. Masyarakat di Desa Arabika

menemukan titik yang menjadi lokasi balapan liar motor anak-anak muda atau

remaja.

Menyaksikan aksi balap liar ini bukanlah aksi positif atau pekerjaan yang

patut dicontoh, karena adanya aksi balapan ini sangat merugikan pelakunya

sendiri dan bahkan bisa merugikan orang lain. Faktor-faktor yang memicu

terjadinya tindakan balap liar dapat disebabkan oleh rendahnya pengendalian diri

remaja yang tidak mampu mengendalikan keinginanya untu menemukan jati

dirinya dengan melalukan hal-hal baru, serta buruknya kontrol sosial akibat

kegagalan keluarga, lingkungan sekolah, dan penegakan hukum untuk

melalukanya serta menjalangkan fungsi kontrolnya. Faktor umum penyebab

balapan illegal adalah kurangnya fasilitas balapan, sehingga pemilihan jalan

umum bila tersedia biasanya harus melalui proses umum yang lama. Sambil

menikmati serunya balapan liar, ada perasaan luar biasa yang tidak bias

dilukiskan setelah balapan usai. Faktor keluarga dan lingkungan turut menyulut

5

balapan liar tersebut dan mengundang teman-teman juga sangat mendorong para

pelaku untuk melakukan aksi balapan liar ini.

Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian, sebelumnya ada beberapa

penelitian yang mengkaji tentang balapan liar. Peneliti menggambil empat

penelitian terdahulu yang relevan. Pertama dari Herzegovianto Hutomo Putra

(2017) dengan judul “Upaya Kepolisian Dalam Menaggulangi Balapan Liar Yang

Dilakukan Oleh Anak (Studi Wilayah Polres Metro Jakatra Timur)”. Hasil

penelitianya yaitu upaya preventif, melakukan pencegahan dengan penyuluhan

kepada masyarakat dan melakukan sosialisasi keselamatan berlalu lintas. Kedua

dari Tuti Atika (2015) dengan judul “Perkembangan Geng motor Sebagai Salah

Satu Fenomena Kenakalan Remaja di Kota Medan”. Hasil penelitianya

mengidikasikan, munculnya fenomena geng motor dikalangan remaja karena

kurangnya perhatian di lingkungan keluarga selain itu kurangnyawadah untuk

berekspresi bagi remaja untuk mengembangkan bakat, minat dan hobinya di

berbagai bidang, kreatifitas turut menyebabkan seorang remaja ikut pada

pengaruh balap liar. Ketiga Sonny Henra Septian (2017) dengan Judul “Remaja

Dalam Fenomena Balap Liar (Studi Kasus Tentang Remaja Yang Menjadi

Kelompok Balap Liar Di Jombang)”. Hasil penelitianya yaitu menggambarkan

fenomena balap liar yang melibatkan remaja yang tergabung didalam kelompok

balap liar dipengaruhi oleh tiga penyebab yaitu lingkungan keluarga, ekonomi dan

keinginan pribadi. Faktor lingkungan atau pergaulan yang menjadi faktor yang

dominan didalam bergabungnya remaja dalam kelompok balap liar. Keempat

Bambang Agus Purwono, Suryaningsih, Marisa Elsera (2017) dengan judul

6

“Ketertarikan Anak SMP 05 di Kelurahan Kawal Masuk Geng Motor”. Hasil

penelitianya faktor penarik yang dilihat dari lingkungan (teman bermain), adapun

alasan bergabung kedalam genk motor yaitu karena setiakawan, rasa solidaritas

pertemanan yang cukup erat yang terjalin antara anak genk motor, faktor

pandorong yang dilihat dari diri sendiri yaitu karena anak SMP 05 memiliki waktu

luang yang tidak tahu dimanfaatkan untuk apa sementara orang tua/ keluarga

disibukkan dengan aktiftas masing masing, hal tersbeut menyebabkan anak lebih

memilih mengisi waktu luang dengan bergabung kedalam genk motor.

Berdasarkan latar belakang maka penulis meneliti dan mengkaji lebih

mendalam mengenai perilaku menyimpang adapun judul yang akan diteliti oleh

penulis adalah “Perilaku Menyimpang Geng Motor Di Sinjai Barat (Studi Kasus

Balapan Liar Remaja Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab perilaku menyimpang balapan liar di desa Arabika Kecamatan

Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ?

2. Bagaimana dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku menyimpang balapan liar

yang dilakukan khususnya anak remaja

2. Untuk mengetahui dampak balapan liar bagi remaja dan masyarakat

7

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini

adalah diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan suatu ilmu yang

berkaitan dengan judul penelitian. Kegunaan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu

kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang secara umum diharapkan

mendatangkan manfaat.

1. Manfaat Teoritis

Dalam aspek teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah

pengetahuan keilmuan mengenai fenomena balapan liar yang dilakukan para

remaja dikalangan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Ditinjau dari aspek praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan

pandangan dalam menyikapi fenomena balapan liar dikalangan anak remaja.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari judul yang penulis konsepkan bertujuan untuk

memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman dalam

penafsiran.

Perilaku menyimpang remaja diartikan sebagai tingkah laku , perbuatan, atau

tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-

norma dan hukum yang ada dalam masyarakat. Serta remaja dapat diartikan

sebagai usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi tetapi ada kalanya

8

semangat tersebut mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif sehingga sering

disebut dengan kenakalan remaja

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Perilaku Menyimpang

Dalam Bruce J. Cohen (1992: 218-219), penyimpangan sosial atau

perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan.

Penyimpangan sosial dapat terjadi besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit

tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.

Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan

norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain

penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku tidak berhasil

penyesuaian diri (compormity) terhadap masyarakat. Menurut pendapat beberapa

tokoh mengenai perilaku menyimpang.

a. Robert M.Z. Lawang (2004:63)

Penyimpangan sosial adalah tindakan yang menyimpang dari norma norma

yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari berwenang dari

sistem untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau abnormal

tersebut.

b. James Vander Zanden (1990:63)

Penyimpangan sosial adalah perilaku yang sejumlah besar orang dianggap

sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

9

10

c. Paul B. Horton (1984:66)

Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai

pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Secar umum, perilaku yang menyimpang dari aturan yang berlaku di

dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga) dapat

disebut sebagai perilaku menyimpang. Bentuk degorasi sebagai delik perbuatan

anak remaja ini merupakan perbuatan yang tidak dewasa yang dengan sengaja

melanggar hukum, dan anak itu sendiri mengetahui bahwa jika perbuatannya tidak

dapat diketahui oleh petugas hukum maka dirinya dapat dikenai hukuman

(Sarwono, 2011:253).

Soetomo (2013:94) berpendapat bahwa perilaku menyimpang dianggap

menjadi sumber masalah sosial karena dapat membahayakan pemeliharaan sistem

sosial. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang melanggar, bertentangan atau

menyimpang dari aturan yang berlaku.

Penyebab perilaku penyimpangan antara lain, adanya proses sosial yang

dapat membentuk kepribadian individu secara negatif, baik dari pihak agen

sosialisasi keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah, media massa, dll

(Rumiyati, dkk. 2006:19).

Pada masa remaja, perilaku menyimpangan sosial tidak dapat disebut

dengan kejahatan, melainkan disebut sebagai kenakalan anak remaja. Pasalany,

anak remaja masa proeses pencarian jati diri mereka serta mau melakukan apa

saja, termasuk hal-hal yang bersifat negatif untuk sekedar bereksperimen. Berbeda

dengan orang dewasa yang melakukan dalam hal negatif seperti tindakan kriminal

11

tersebut yang berdasarkan niat dari dalam diri seseorang. Jika seorang remaja

melakukan perilaku menyimpang seperti kabur dari rumah, melanggar peraturan-

peraturan yang ada di sekolah, bergabung dalam geng motor, atau melakukan

kriminal seperti pencurian maka itu dapat disebut dengan kenakalan anak remaja.

Sedangkan orang dewasa, yang melakukan tindak kriminal disebut dengan

kejahatan.

Berperilaku menyimpang atau dapat disebut kenakalan anak remaja

merupakan tindakan yang melanggar norma, serta aturan-aturan atau hukum yang

berlaku dalam masyarakat yang dilakukan pada masa remaja.

a. Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang

Tingkah laku yang dilakukan pada anak remaja bisa disebabkan oleh

faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja menurut kartono (2010:56).

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga yaitu kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari kepala

keluarga serta beberapa anggota keluarga yang terkumpul di dalam tempat

dan dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga

mempunyai fungsi dalam kontrol sosial. Keluarga membantu anak-anak

memahami peran mereka di dalam mayarakat. Dalam menghadapi orang lain

biasanya orang tua yang akan menjadi orang yang paling pertama mengajari

dan membimbing anak-anak nya bagaimana berperilaku atau menjadikan

kebiaaan yang teratur sebagai media sosialisasi.

2) Lingkungan sekolah

12

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus

mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah harus terlebih dulu harus

dinilai dari kualitas pengajaran. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak

merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton,

peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas

praktikum) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar

sekolah bersama teman-temannya.

3) Kelompok Bermain

Playgroup adalah media sosialisasi yang sangat berkaitan, dikarenakan

individu akan memiliki playgroup atau pergaulan dalam lingkungannya.

Kelompok bermain yaitu dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak

untuk melakukan penyimpangan sosial, karena mereka saling meniru satu

sama lain dan selalu belajar dari semua yang mereka lihat dari teman-teman

sebayanya. Kemudian anak akan sadar akan orang lain disekitarnya.

4) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat yaitu lingkungan terluas bagi anak remaja yang sekaligus

paling banyak menawarkan pilihan dalam kehidupan anak terebut. Remaja

menghadapi berbagai bentuk realitas yang ada dalam kehidupana sosial yang

berbeda, perkembangan moral, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

a. Bentuk Penyimpangan Sosial

Bentuk-bentuk penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua

(Soerjono Soekanto, 1988) sebagai berikut.

1) Penyimpangan bersifat positif

13

Adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem

sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya

wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat

karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam

kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.

2) Penyimpangan bersifat negatif

Adalah penyimpangan yang bertindak kearah nilai-nilai sosial yang

dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot

penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar.

Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai

lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk

penyimpangan yang bersifat negatif sebagai berikut.

(a) Penyimpangan Primer Adalah penyimpangan yang bersifat temporer

atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan

seseorang. Ciri-ciri penyimpangan primer antara lain, yaitu : bersifat

sementara, gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang,

dan masyarakat masih mentolerir/menerima. Contohnya : misalnya

pegawai kerja membolos kerja, siswa yang membolos atau menyontek

saat ujian, dan melanggar peraturan lalu lintas.

(b) Penyimpangan Sekunder Adalah perbuatan yang dilakukan secara khas

dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Ciri-ciri penyimpangan

sekunder, yaitu : gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang

14

dan masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku penyimpangan tersebut.

Contohnya : pembunuhan, perjudian, perampokan, dan pemerkosaan

(c) Penyimpangan Individu Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh

seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang

menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya : pencurian

yang dilakukan sendiri.

(d) Penyimpangan Kelompok Adalah penyimpangan yang dilakukan secara

berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang

dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contohnya : geng kejahatan,

mafia, gangster.

(e) Penyimpangan Situasional Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh

pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial di luar individu

dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contohnya :

seorang suami yang terpaksa mencuri karena melihat anak dan istrinya

yang kelaparan

(f) Penyimpangan Sistematik Adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai

organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai,

norma-norma, dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi

umum. Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang itu kemudian

dibenarkan oleh semua anggota masyarakat.

b. Ciri-ciri Penyimpangan Sosial

15

Menurut Paul B. Horton (1984:68) penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri

sebagai berikut.

1) Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan

kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. Contohnya mencuri dikatakan

menyimpang karena merugikan banyak orang

2) Penyimpangan juga bisa diterima bisa juga ditolak perilaku menyimpang

tidak selamanya negatif, ada kala penyimpangan bisa diterima masyarakat,

misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan yang

ditolak masyarakat.

3) Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak semua orang pernah

melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu yang

bersifat relatif untuk semua orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan

kadar penyimpangan. Contohnya penyimpangan relatif, poligami di suatu

daerah dikatakan menyimpang namun di daerah lain tidak, sedangkan

penyimpangan mutlak adalah penyimpangan yang semua orang pernah

lakukan seperti membuang sampah sembarangan.

c. Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes (Soerjono soekanto, 1988:45) bukunya “punishment and

eformation” sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut.

1) Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat

pembawaan yang dibawa sejak lahir).

16

2) Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan), misalnya

keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak

serasi.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa geng motor yang

melakukan tindakan kriminalitas dan brutal termasuk dalam bentuk

penyimpangan kelompok hal ini dikarenakan tindakan yang menyimpang itu

dilakukan oleh kelompok geng motor, sedangkan kalau dilihat dari segi sifatnya

keberadaan geng motor bisa diklasifikasikan sebagai perilaku penyimpangan

negatif karena perbuatan mereka selalu berakibat korban dan atau kerusakan yang

menimbulkan penilaian tercela dari masyarakat. Sedangkan dilihat dari contohnya

tindakan geng motor menurut penulis bisa dikategorikan sebagai bentuk

kenakalan anak-anak hal ini disebabkan karena pelaku dan anggota geng motor

merupakan anak-anak usia dibawah 18 Tahun, yang menurut aturan hukum masuk

dalam klasifikasi pidana anak.

2. Geng Motor

Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939) kaum remaja

lebih mengikuti dorongan agresif ketimbang hati nurani. Keberadaan ego mereka

gagal untuk mengatasi agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima

dengan baik dalam kehidupan sosial (sublimasi).

Istilah gangs (geng) ini sejak lama telah digunakan untuk merujuk pada

kelompok-kelompok berkisar dari “play group” (kelompok bermain di masa

kanak-kanak dan remaja) hingga kelompok kejahatan terorganisasikan. Geng

menjadi perhatian umum karena secara awam istilah tersebut merujuk pada

17

komunitas perusuh yang biasanya terdiri dari anak-anak muda. Beranjak pada

pengertian yang lebih sederhana, geng adalah kelompok perkoncoan remaja,

bukan kelompok pemuda yang didukung orang dewasa. Ini merupakan kelompok

yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur dan mereka menentukan

sendiri kriteria keanggotaannya.

Geng Delinquen banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar dan

bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan

milik orang lain dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa

serta moralitas yang konvensional, melakukan tindakan kekerasan meneror

lingkungan, dan lain-lain. Yamil anwar andang (2000).

Jumlah anggotanya sekitar antara 3-40 anak remaja, jarang beranggotakan

lebih dari 50 orang anak remaja, anggota geng lebih banyak terdiri anak laki-laki

ketimbang anak perempuan, walaupun ada perempuan di dalamnya.

Menurut Kartini Kartono, geng banyak tumbuh dan berkembang di kota-

kota besar. Geng juga identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah

pada tindak kriminalitas. Meskipun sebenarnya, gerombolan anak laki dari suatu

geng terdiri dari anak-anak normal, namun oleh satu atau beberapa bentuk

pengabaian dan upaya mereka mencari kompensasi bagi segala kekurangannya

menyebabkan anak-anak muda ini kemudian menjadi jahat. Anak-anak menjadi

jahat dan berusaha mendapatkan segala sesuatu yang membahagiakan dan

memuaskan mereka, anak remaja menganggap apa yang diberikan oleh orang tua,

keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Hal-hal yang tidak ditemukan

18

ditengah-tengah keluarga dan lingkungan sendiri, kemudian justru mereka

dapatkan di dalam sebuah geng motor, seperti kesetiakawanan dan kebersamaan.

Berkaitan dengan sanksi sebagaimana yang dikatakan oleh Kartono, maka

segala sesuatu yang dianggap melanggar ketentuan dalam geng, maka individu

tersebut akan dikenakan sanksi berupa kekerasan, dikucilkan, dan ejekan yang

diterima dari anggota lainnya sampai dikeluarkan dari keanggotaan geng.

Beberapa ciri geng tadi dapat disebutkan di bawah ini:

a) Jumlah anggotanya berkisar antara 3-40 anak remaja. Jarang beranggotakan

lebih dari 50 anak remaja.

b) Anggota geng lebih banyak terdiri dari anak laki-laki ketimbang anak

perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya.

Didalam geng tersebut umum terjadi relasi heteroseksual bebas antara laki-laki

dan perempuan (yang merasa dirinya “maju dan modern”), Sering pula

berlangsung perkawinan di antara mereka sungguhpun pada umumnya anak

laki-laki lebih suka kawin dengan perempuan luar dan bukan dengan anggota

geng sendiri.

c) Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap paling banyak

berprestasi dan memiliki lebih banyak keunggulan atau kelebihan daripada

anak-anak remaja lainnya.

d) Umur anggotanya berkisar 7-25 tahun. Pada umumnya semua anggota berusia

sebaya, berupa per-group atau kawan-kawan sebaya yang memiliki semangat

dan ambisi yang kurang lebih sama.

19

e) Anggota geng biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatik dalam

mematuhi nilai-nilai dan norma geng sendiri. Pada umumnya mereka sangat

setia dan loyal terhadap sesama.

f) Di dalam geng sendiri anak-anak itu mendapatkan status sosial dan peranan

tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung

tinggi nama kelompok sendiri. Semakin kasar, kejam, sadistis dan berandalan

tingkah-laku mereka, semakin "tenang lah" nama gengnya, dan semakin

bangga lah hati mereka. Nama pribadi dan gengnya menjadi mencuat dan

banyak ditiru oleh kelompok berandalan remaja lainnya.

3. Balap Liar

Widyarini (2015:18-20) menyatakan bahwa balap liar adalah kegiatan

beradu cepat kendaraan, baik sepeda motor yang dilakukan di atas lintasan umum.

Artinya kegiatan ini sama sekali tidak digelar di lintasan balap resmi melainkan di

jalan raya.

Perkembangan remaja memiliki berbagai kebutuhan-kebutuhan.

Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan biologis atau yang disebut juga

biological motivation. Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan psikologis.

Kebutuhan psikologis meliputi kebutuhan beragama dan kebutuhan akan rasa

aman. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan sosial, meliputi kebutuhan

untuk dikenal, kebutuhan berkelompok, habit (kebiasaan), dan aktualisasi diri

(Sofyan S Willis, 2008: 44). Kebutuhan untuk dikenal dan dihargai bagi sebagian

remaja dipenuhi dengan melakukan balapan liar.

20

Kenakalan anak muda yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah

kenakalan balapan liar motor, yaitu salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anak

remaja dalam komunitas motor serta dapat mengganggu ketertiban umum yaitu

adanya kegiatan aksi balapan liar yang dilakukan individu terutama di jalan raya.

Balapan liar sering kita kita lihat atau didapati di jalan jalan umum, yang dimana

raungan suara kendaraan sepeda motor mereka berderu kencang di tengan jalan

serta pekikan klakson dari para pembalap tiada henti berbunyi diantara beberapa

kendaraan yang lewat, disaat iring-iringan kendaraan sepeda motor mereka

melewati simpang jalan yang terdengar suara tepukan tangan dari para penonton

di pinggir jalan yang sedang asyik melihat pada saat sepeda motor melaju sangat

kencang.

Balap liar terdiri dari dua kata yaitu, kata “balapan” dan kata “liar”. Kata

race berasal dari kata racing dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

yang artinya racing. “balapan” berarti pengangkutan kendaraan yang bergerak

cepat. “Loging” mengacu para orang yang berkompetisi dalam perlombaan

kcepatan. “Race” yang artinya perlombaan cepat

a. Faktor yang melatarbelakangi balap liar

Kaum muda mengikuti balapan liar di jalan raya karena mereka mencari

sensasi, mereka mendapatkan perhatian orang, mereka taruhan uang, mereka

ingin merasa hebat, mereka ingin dipuji, untuk itu mereka merasa senang

karena tidak ada kerjaan, jadi anak muda melakukan balapan liar. pendorong

sehingga terjadinya balapan liar, yaitu:

21

1) Minimnya fasilitas balap membuat pelaku balap liar ini memilih jalan yang

bebas hambatan. Kalaupun tersedia, biasanya harus melalui proses yang

panjang.

2) Ayik dan memompa adrenalin, nikmati serunya balapan liar, ada perasaan

luar biasa yang tidak dilukiskan usai balapan.

Menurut Wilnes dalam bukunya Punisment and Reformation, penyebab

penyimpangan/kejahatan dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor subjektif, yaitu faktor yang berasal dari manusia itu sendiri (sifat

bawaan).

2. Faktor objektif, adalah faktor dari luar (lingkungan).

Seseorang yang melakukan aktivitas menyimpang karena sering membaca

atau menonton program yang mempengaruhi pikirannya untuk melakukan hal

yang sama, yang sedang disiarkan, itu adalah bentuk perilaku abnormal yang

disebabkan oleh pembelajaran abnormal.

b. Dampak bagi yang melakukan balap liar

Akibat atau yang ditimbulkan dari balapan ilegal secara umum, yaitu:

1) Mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

2) Menyebabkan kecelakaan di jalan raya yang menimbulkan korban jiwa.

Dampak dari perilaku balapan liar sangat beragam dan negatif,

diantaranya:

a) Sekolah mereka terganggu.

b) Jarang pulang ke rumah.

c) Mudah diperpengaruhi oleh sifat tidak bermoral.

22

d) Membuang buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.

e) Masa depan yang akan berantakan.

f) Dikucilkan oleh masyarakat.

B. Kajian Teori

Teori yang berspektif sosiologi tentang perilaku menyimpang berupaya

menggali kondisi-kondisi sosial yang mendasari penyimpangan. Teori-teori

digunakan dalam menganalisa perilaku menyimpang yaitu teori-teori sosiologi

yang akan mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya

perilaku menyimpang yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi dalam

menganalisis bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat

diantaranya, teori anomie dan teori Labelling.

1. Teori Anomie

Emile Durkheim (Iman Santosa, 2011) mengatakan anomie adalah suatu

kondisi adanya norma atau tidak adanya aturan-aturan atau norma-norma

bersama. Teori anomie untuk mendeskripsikan kondisi tanpa norma yang terjadi

dalam masyarakat. Anomie berarti runtuhnya mengenai bagaimana masyarakat

seharusnya bersikap terhadap yang lain. Teori anomie terdiri dari tiga perspektif,

yaitu manusia sebagai makhluk sosial, keberadaan manusia sebagai makhluk

sosial dan manusia cenderung hidup dalam masyarakat dan keberadaanya sangat

tergantung pada masyarakat tersebut sebagai koloni.

Teori ini menyatakan bahwa penyimpangan terjadi apabila dalam suatu

masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus (etnik, agama, kebangsaan,

23

kedaerahan, dan kelas sosial) yang dapat merugikan kemungkinan timbulnya

kesepakatan nilai (value consensus). Dengan kata lain, anomie menggambarkan

sebuah masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai atau norma yang dapat

dipatuhi secara konsisten dan diterima secara luas. Masyarakat seperti itu tidak

mempunyai arah perilaku masyarakat yang teratur.

Teori anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat adanya

ketegangan struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan

akhirnya menyimpang (Robert Merton dalam Elly M. Setiadi & Usman Kolip).

2. Teori Labelling

Backer (Dwi J. Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007) menyatakan teori

labeling penyimpangan adalah suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan

dan saksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar penyimpangan merupakan

suatu yang bersifat relative dan bahkan juga membingungkan. Karena untuk

memahami apa yang dimaksud sebagai perilaku menyimpang harus diuji melalui

reaksi orang lain.

Teori ini berusaha untuk menjelaskan mengapa individu tertentu tertarik

atau terlibat didalam perilaku menyimpang, tapi yang lebih ditekankan adalah

pada pentingnya definisi-definisi sosial dan sanksi-sangsi sosial yang negatif yang

dihubungkan dengan dengan tekanan-tekanan individu untuk masuk pada perilaku

menyimpang. Analisis pemberian cap itu dipusatkan kepada orang lain, atau orang

yang memberi definisi julukan atau label pada individu yang bersifat negatif.

24

Teori ini menggambarkan bagaimana suatu perilaku menyimpang

seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa justru mempertegas keadaan

tertentu pemberian julukan mendorong timbulnya penyimpangan berikutnya.

Dalam keadaan tertentu lainya, pemberian julukan akan mendorong kembalinya

orang yang menyimpang perilaku yang norma.

C. Kerangka Konsep

Balap liar yang dilakukan oleh beberapa orang yang masih terbilang

remaja di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, dikarenakan

beberapa faktor diantaranya adalah tingginya angka putus sekolah yang

mengakibatkan tingkat pendidikan begitu rendah. Hal tersebut menjadi pemicu

utama terjadinya perilaku menyimpang dikalangan remaja sehingga sehingga anak

tersebut akan mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang kurang baik..

Kemudian tak bisa dipungkiri di era teknologi dan informasi digital seperti saat

ini, media massa seakan menjadi candu masyarakat Indonesia dan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan masyarakat khususnya kalangan remaja. Kehadiran

media sosial yang banyak menawarkan kemudahan yang membuat remaja betah

berlama-lama dalam menggunakannya. Munculnya berbagai macam aplikasi

memberikan pengaruh langsung baik positif maupun negatif. Pengaruh negatif

dari media sosial tersebut juga menjadi salah satu penyebab sehingga perilaku

menyimpang dapat terjadi pada anak misalnya susah bersosialisasi disebabkan

karena mereka malas belajar berkomunikasi secara nyata, serta mengurangi waktu

belajar.

25

Bagang Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Peilaku menyimpang geng motor

remaja Desa Arabika

Balapan liar remaja Desa

Arabika

Faktor Penyebab terjadinya

balap liar

Dampak dari balap liar

Masyarakat Geng motor

Temuan

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif adalah proses memahami masalah sosial berdasarkan

metodologi yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti akan menyusun gambaran yang

kompleks, menganalisa kata demi kata dan menyusun hasil penelitian secara

natural/sesuai fakta dilapangan., John W Creswell (2016)

Jenis penelitian penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative

research),. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis

kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau

interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah. Dengan kata lain, penelitian

kualitatif berupaya memahami bagaimana seseorang individu melihat, memaknai

atau menggambarkan dunia sosialnya yang berada di Desa Arabika Kecamatan

Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu

pendekatan pendekatan studi kasus. Alasan peneliti menggunakan pendekatan

studi kasus merupakan penelitian mendalam tentang individu, satu kelompok, satu

organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuan

untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah identitas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

26

27

Penelitian dalam penulisan ini dilaksanakan di Desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian ini

dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya surat izin penelitian dalam kurang

waktu kurang lebih 2 bulan.

C. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan pada anak remaja yang melakukan pelanggaran

aturan seperti balapan liar sepeda motor.

D. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah teknik Snowball Sampling. Teknik Snowball Sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data yang pada awal jumlahnya sedikit lama-lama

menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit tersebut

belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi

yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Dalam snowball sampling identifikasi awal dimulai dari seseorang yang

masuk dalam kriteria penelitian kemudian dalam hubungan keterkaitan langsung

maupun tidak langsung dapat ditemukan responden selanjutnya.

Pada penelitian ini sendiri kriteria yang digunakan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Kriteria dalam penelitian adalah pelaku balapan liar (anak remaja SMP-

SMA)

28

2. Orang tua pelaku balapan liar

3. Masyarakat Desa Arabika

4. Tokoh masyarakat

5. Objek yang akan dipilih peneliti di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten sinjai yaitu berjumlah 13 informan, terdiri dari 7 pelaku

balapan liar (anak remaja), 2 orang tua pelaku balapan liar, 6 masyarakat

Desa Arabika, 1 tokoh masyarakat.pelaku balapan liar, orang tua,

masyarakat Desa Arabika dan tokoh masyarakat adalah objek yang

dimintai keterangan secara langsung mengenai penyebab terjadinya

balapan liar dan dampak dari balapan liar di Desa Arabika Kecamatan

Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

E. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan

dan tujuan peneliti, dibagi kedalam dua jenis data yaitu:

1. Data primer

Sumber data primer diperoleh langung dari subjek penelitian. Adapun data

yag dibutuhkan oleh peneliti yaitu yaitu anak remaja yang melakukan balap

liar desa Arabika. Selain itu terdapat juga sumber data penunjang terhadap

data mentah yaitu data yang diperoleh dari orang tua remaja dan tokoh

masyarakat.

2. Data sekunder

29

Data sekunder merupakan data yang secara tidak langung diperoleh erta

melalui perantara. Data sekunder ini dapat mendukung data primer yang

didaparkan sebelumnya. Data sekunder merupakan pelengkap, meliputi

media seperti: internet, majalah,Koran, buku, dan skripsi yang menjadi dan

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrument penelitian yang digunakanlah instrumen penelitian

berupa lembar observasi, panduan wawancara, dokumentasi dan peneliti itu

sendiri. Sebagai pendukung dalam penelitian. Adapun instrumen yang di maksud

adalah sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti sesuai

dengan rumusan masalah pertanyaan mengenai balapan liar remaja serta

dampak balapan liar bagi masyarakat.

2. Lembar observasi, berisi catatan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan

pengamatan langsung dilapangan.

3. Catatan dokumentasi, berisi data pendukung yang dikumpulkan sebagai

penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, grafik maupun

vidio serta alat dokumentasi yang dipersiapkan peneliti berupa kamera untuk

memotret keadaan dan lingkungan di desa Arabika kecamatan Sinjai Barat.

30

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang

dilakukan periset untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian. Penelitian

ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yakni:

1. Observasi

Dengan cara pengambilan data dengan mata tanpa bantuan alat standar lain

untuk tujuan ini. Dalam aktivitas sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk

mengamati sesuatu. Observasi digunakan untuk penelitian yang telah

direncanakan secara sistematis tentang balapan liar dikalangan remaja di Desa

Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

2. Wawancara

Yakni, proses memperoleh informasi untuk penelitian dengan tanya

jawab, tatap muka antara penanya dan reponden dengan menggunakan alat bantu

yang sebut pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumen berikut adalah catatan peristiwa yang terjadi atau yang sudah

berlalu. Dokumentasi reguler berupa tulisan, lukisan atau karya yang monumental

seseorang.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, penjabaran ke dalam unit-unit,

31

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.

Langkah-langkah model analisis data Miles dan Huberman menyatakan

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu data yang diperoleh dilapangan dari jumlahnya sangat

banyak, untuk itu perlu maka dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan, makin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan makin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data yaitu merangkum dari hasil catatan yang

didapatkan dan memilih hal-hal yang penting untuk memperoleh dalam

bentuk data kemudian disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah

dipahami

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun sehingga

memberikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Agar dalam penyajian

data dapat diwujudkan dalam bentuk matrik, grafis, jaringan atau bagang

sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan

sesuai dengan apa yang diteliti..

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna,

keteraturan pola penjelasan, alur sebab, akibat atau proporsi. Kesimpulan yang

32

ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali

sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih

tepat. Selain itu juga dapat dilakukan agar data yang diperoleh dan penafsiran

terhadap data tersebut memiliki validasi sehingga kesimpulan ditarik menjadi

kokoh.

I. Teknik Pengabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan proses mentrigulasikan dua data yang

terdiri data observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun alat yang digunakan

untuk menguji keabsahan data antara lain :

1. Trigulasi sumber yang mana peneliti mencari kebenaran informasi melalui

berbagai cara dan sumber diperoleh data. Seperti, peneliti melakukan

wawancara tentang balapan liar remaja secara mendalam dan observasi,

peneliti bias menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, catatan resmi

dan lainnya.

2. Trigulasi teknik disini menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data

kepada sumber sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Seperti data

diperoleh dengan cara wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan

dokumentasi. Apabila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut

menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut

kepada sumber yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data

mana yang dianggap benar.

33

BAB IV

GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Sinjai

Kabupaten Sinjai adalah kabupaten yang terdiri dari beberapa kerajaan

kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan-kerajaan yang bergabung dalam federasi Tellu

Limpoe dan kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe. Tellu

Limpoe yang terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai, yaitu

kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti. Sedangkan Pitu Limpoe adalah

kerajaan-kerajaan yang berada di dataran tinggi, yaitu kerajaan Turungeng,

Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka. Dalam lontara susunan

raja-raja yang ada di Sinjai pada masa lampau, bahwa yang pertama menjadi raja

dan arung ialah Manurung Tanralili, yang kemudian dikenal dengan gelar Timpae

Tanah atau To Pasaja. Keturunan Puatta Timpae Tanah atau To Pasaja merupakan

cikal bakal dan pendiri kerajaan Tonddong dan Lamatti.

2. Keadaan Geografis dan Iklim

a. Secara geografis

Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Balangnipa. Balangnipa atau

Kota Sinjai berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki

luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 228.879 jiwa.

33

34

kabupaten Sinjai terletak pada titik 5o21’16” lintang selatang dan

119o56’30” bujur timur. Kabupaten sinjai terletak di bagian pantai timur provinsi

Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 819,96 km2 (81.996 ha)

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sinjai

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai

Secara astronomi Kabupaten Sinjai terletak pada Koordinat: 2'19' 50" - 5'

36' 47" LS & 119'48'30" - 120'10'00" BT. Kabupaten Sinjai secara geografis

terdiri atas dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai

Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah,

Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan

Pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau

Buton.

35

Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan

yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan

dengan Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten

Bulukumba (di bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian Barat) .Secara

administrasi Kabupaten Sinjai terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, dan sebanyak

80 (delapan puluh) desa/kelurahan.

Tabel. 4.1 Luas daerah tiap Kecamatan di Kabupaten Sinjai

No Kecamatan Ibu Kota Luas Wilayah (Km)

1. Sinjai Barat Manipi 135,5316

2. Sinjai Borong Pasir putih 66,978

3. Sinjai Selatan Bikeru 131,9916

4. Sinjai Timur Mangarabombang 71,888

5. Sinjai Tengah Lappadata 129,7015

6. Sinjai Utara Balangnipa 29,573

7. Bulupoddo Bulupoddo 99,4712

8. Tellu Limpoe Mannanti 147,3017

9. Pulau Sembilan Kunbuno 7,550,92

JUMLAH 1.507.3066

Sumber: badan Pusat Statistik 2020

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat luas setiap Kecamatan di

Kabupaten Sinjai. Yang mana Kecamatan Pulau Sembilan memiliki luas terbesar

dengan 7,550,92Km², sementara Kecamatan Sinjai Utara memiliki luas wilayah

yang terkecil dengan 29,573 Km².

36

Sinjai Bersatu adalah motto Kabupaten Sinjai. Motto ini memiliki makna

yang dalam dan merupakan harapan, tekad serta keinginan masyarakat Sinjai.

Motto ini juga menggambarkan keinginan masyarakat Sinjai untuk membangun

dan mempertahankan kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta sebagai sumber

inspirasi dan motivasi dalam pembangunan daerah pada berbagai aspeknya. Sinjai

Bersatu juga merupakan dua kata yang dirangkai dari kata Sinjai yang

menunjukkan bumi dan masyarakat Sinjai, sedangkan BERSATU selain makna

dan harapan menunjukkan keinginan untuk membangun dan mempertahankan

kebersamaan, persatuan kesatuan.

b. Iklim

Sepanjang tahun daerah ini termasuk beriklim sub tropis, yang mengenal 2

(dua) musim, yaitu musim penghujan pada periode April-Oktober dan musim

kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April.Dari keseluruhan tipe

iklim yang ada tersebut, Kabupaten Sinjai mempunyai curah hujan berkisar antara

mm/tahun, dengan hari hujan yang bervariasi antara hari hujan/tahun.

Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 87%, dengan suhu udara

rata-rata berkisar antara 21,1 o C 32,4 o C.

3. Topografi dan bahasa

a. Topografi

Kabupaten Sinjai Secara geografis terdiri atau wilayah pesisir, dataran

rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian antara 0- 2.871 meter diatas

37

permukaan laut (mdpl). Wilayahnya termasuk 9 pulau-pulau kecil di teluk bone

yang masuk wilayah kecamatan pulau sembilan. Pesisir di Kabupaten Sinjai

berada disepanjang batas sebelah timur dan tergolong sempit meliputi kecamatan

Sinjai Timur, Sinjai Utara dan Kecamatan Tellu Limpoe. Selanjutnya dataran

tinggi yang merupakan lereng timur Gunung Lompobattang dan Gunung

Bawakaraeng meliputi Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Borong serta dataran

tinggi pegunungan Bohonglangi meliputi sebagian wilayah Kecamatan

Bulupoddo.

c. Bahasa

Bahasa resmi Kabupaten Sinjai adalah bahasa Indonesia. Menurut statistik

kebahasaan 2019 oleh badan bahasa , terdapat satu bahasa di Kabupaten Sinjai

yaitu bahasa Bugis (khusus dialek Sinjai).

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Arabika

Menurut sejarah desa Arabika yang terletak di sepanjang sungai Arango

dengan sungai Rumpala yang dihuni oleh masyarakat kerajaan yang bernama

Kasuarang dengan pemimpinnya yang bernama Puangta Kasuarang. Dengan

berkembangnya penduduk maka terbentuk suatu perkampungan yang bernama

kampong Arabika yang berarti perkumpulan dari beberapa kampung yaitu:

Arango, Ambi, Bihulo, dan Kasuarang. Ambi dan Bihulo adalah nama kampung

yang terletak di sepanjang sungai Rumpala. Dengan berkembangnya penduduk

maka pada tahun 1983 desa Arabika dimekarkan menjadi menjadi 2 (dua) Desa

38

yaitu desa Arabika dan desa Bontolempangan, kemudian desa Arabika

membentuk satu dusun yaitu dusun Bondu jadi jumlah dusun ada tiga yaitu: dusun

Arango, dusun Bondu dan dusun Kasuarang.

Tabel 4.2 Daftar nama kepala Desa Arabika yang pernah menjabat

No Nama Jabatan

1. Andi Abdullah Bs Ba Kepala Desa

2. Andi Syamsuddin Temma Kepala Desa

3. Andi Muh. Hasyim Kepala Desa

4. Letnan Cando Kepala Desa

5. Andi Martadi Kepala Desa

6. Drs. Muh. Asra T Kepala Desa

7. Nasir Diking S.Sos Pelaksanaan Tugas Kepala Desa

8. Andi Baso Ag Kepala Desa Sekarang

Sumber: Kantor Desa Arabika

Tabel 4.3 Data Perangkat Desa

No Nama Jabatan Keterangan

1) Andi Baso AG Kepala Desa

2) Lukman S.Sos Sekretaris Desa

3) Haeruddin S.Pd.I Kepala Seksi Pemerintahan

4) Sutarni Sunusi SE Kepala Seksi Pelayanan

5) Andi Erma Kepala Seksi Kesejahteraan

39

6) Musafir S.Pd Kepala Urusan Keuangan

7) Andi Suhartina Kepala Urusan Administrasi

8) Resky Aris Munandar Kepala Urusan Perencanaan

9) Wahyuddin S.Pd Kepala Kewilayahan Arango

10) Muhammad Nasir S.Ag Kepala Kewilayahan Idaman

11) Andi Baso Tabrani Kepala kewilayahan Ramah

12) Sam Tuo Jaya Kepala Kewilayahan Bondu

13) Gading Kepala Kewilayahan

Kasuarang

Sumber: Kantor Desa Arabika

2. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Arabika merupakan salah satu desa di Kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis desa Arabika

berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Bontolempangan

b. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bontolempangan dan Bonto Salama

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Bontolempangan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Gunung Perak dan Kelurahan

Tassililu

Secara Administratif wilayah desa Arabika terdiri dari 5 dusun,

Rukun 13 warga dan 28 rukun tetangga.

40

Secara umum tipologi desa Arabika terdiri dari (persawahan, perladangan,

perkebunan, peternakan kerajinan dan industri kecil, industri sedang dan besar

jasa dan perdagangan).

Topografis desa Arabika secara umum termasuk daerah berbukit dan

gelombang, perbukitan terjal dan berdasarkan ketinggian wilayah desa Arabika

dari permukaan laut 800-900 M dengan curah hujan 1500 mm/tahun. Luas desa

Arabika adalah 1310 ha dengan rincian sebagai berikut:

1) Sawah irigasi teknis = 275.01 ha

2) Lading = 27,50

3) Pemukiman = 129 ha

4) Lapangan = 1,5 ha

5) Perkantoran pemerintah = 1,7 ha

6) Hutan lindung = 300 ha

7) Lain-lain = 117,01

3. Aspek Demografi Desa Arabika

Uraian data aspek demografi di Desa Arabika meliputi jumlah penduduk di

setiap dusun.

Jumlah penduduk Desa Arabika tercatat sebanyak 2876 jiwa. Dengan

perbandingan 1043 jiwa untuk penduduk laki-laki dan sebanyak 1473 jiwa untuk

penduduk perempuan, yang tersebar dalam 5 (lima) dusun sebagaimana dalam

tabel berikut:

41

Tabel. 4.4 Jumlah penduduk setiap Dusun

No Dusun Jumlah Penduduk (jiwa)

1. Arango 654

2. Idaman 647

3. Ramah 479

4. Kasuarang 490

5. Bondu 606

Desa Arabika 2876

Sumber: Laporan Pertanggung jawaban Kepala Desa (LKPJ) tahun 2020

Diantara kelima dusun yang ada di desa Arabika, dusun Arango merupakan

dusun yang paling banyak penduduknya, yakni sekitar 654 jiwa dari 2876 jiwa

jumlah keseluruhan penduduk desa Arabika. Kemudian dusun yang paling sedikit

penduduknya dari kelima dusun yaitu dusun Ramah yakni sekitar 479 jiwa dari

2876 dari keseluruhan penduduk.

4. Visi Misi Desa

a. Visi

“ Memajukan Penyelenggaraan Pembangunan Di Segala Aspek Kehidupan

Masyarakat Menuju Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Arabika

Dengan Berbasis Kemandirian Lokal”

b. Misi

1) Melaksanakan musyawarah pada awal tahun untuk merencanakan

anggaran pendapatan belanja desa (APBD) merencanakan program

42

pembangunan dan pada akhir tahun melaksanakan rapat

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas-tugas kepala desa selama

setahun.

2) Mengupayakan untuk mengaktifkan secara optimal aparat desa dan

lembaga-lembaga desa diantaranya BPD, LPM, KATIMBAS,

Organisasi Pemuda dan Institusi masyarakat lainya yang ada dalam

wilayah desa Arabika.

3) Memantapkan pembinaan kelompok tani dan memfasilitasi bantuan

para petani dari pemerintah daerah secara teknis

4) Memberikan hak kepada aparat desa dan kepala dusun untuk

mengatur penataan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

5) Mengoptimalkan program kerukunan etnis suku dan budaya

6) Mengaktifkan TK/TPA dan memberdayakan majelis-majelis taklim

yang sudah ada melalui kegiatan-kegiatan keagamaan atau kegiatan

lainnya serta lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan agama

lewat pengajian dan kegiatan semacamnya

7) Peningkatan partisipasi dan gotong royong masyarakat

8) Peningkatan jalan tani masing-masing dusun

9) Peningkatan irigasi dan sarana air bersih

5. Infrastruktur Pendidikan

Dalam kehidupan ini untuk menunjang agar hidup bisa lebih baik atau

mapan maka salah satu yang dibutuhkan adalah Pendidikan disebabkan karena

pendidikan merupakan suatu hal yang penting, karena sesungguhnya Allah SWT

43

telah memperingatkan umat manusia bahwa Allah tidak akan merubah nasib kaum

apabila mereka tidak mau merubah nasib mereka sendiri. Dimana untuk

mengetahui hal-hal dimuka bumi ini maka dibutuhkan suatu hal yang mampu

membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, maka tentu hal ini adalah

melalui pendidikan.

Di era yang serba modern ini untuk menguasai berbagai teknologi, sebagai

salah satu penunjang dalam mengembangkan diri, maka dari itu seluruh lapisan

masyarakat di Desa Arabika percaya bahwasanya hanya dengan memiliki ilmu

pengetahuan yang banyak maka mereka dapat meraih segala bentuk dan jenis

keinginan dan cita-cita, sehingga para orang tua yang ada di daerah ini berlomba-

lomba dan berupaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka setinggi-tingginya,

dengan harapan bahwa lewat pendidikanlah mereka dapat merubah keadaan

masing-masing keluarga terlebih dalam material dan ilmu pengetahuan.

Untuk partisipasi warga terhadap pendidikan dapat dikatakan cukup

menggembirakan, sebab dengan melihat berbagai jenis sekolah yang ada di

wilayah ini, mulai dari playgroup sampai dengan Sekolah Menengah Atas atau

sederajat. Sehingga dengan melihat keberadaan sarana pendidikan ini, cukup

memberikan gambaran bahwa partisipasi masyarakat yang cukup tinggi terhadap

pendidikan. Untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.3 Jumlah Sarana Pendidikan

No Nama Sekolah Jumlah

1. Sekolah Taman Kanak-Kanak 5

44

2. Sekolah Dasar 3

3. Sekolah Menengah Pertama atau Sederajat 1

4. Sekolah Menengah Atas atau Sederajat 2

Sumber: Balai Desa Arabika 2020

6. Sarana dan Prasarana Desa

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Arabika secara garis besar

adalah sebagai berikut, Sarana dan prasarana merupakan penunjang proses

kegiatan sosial ekonomi maupun kegiatan kebudayaan dalam masyarakat, maka

keberadaannya sangat penting untuk menunjang aktivitas masyarakat di Desa

Arabika, ada beberapa sarana penting yang menjadi penunjang dalam proses

sosial budaya dan ekonomi, antara lain :

a) Sarana Pendidikan

Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM),

sarana pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, baik yang bersifat

formal, maupun yang bersifat non formal. Pendidikan formal dan pendidikan

nonformal sama-sama dibutuhkan untuk membentuk atau menunjang jalanya

program pendidikan yang telah ditetapkan.

Pendidikan formal dan non formal saling menunjang satu sama lain

karena yang dibutuhkan bukan hanya bagaimana memperoleh ilmu dalam

lingkup sekolah akan tetapi bagaimana pendidikan non formal hadir untuk

memberikan sumbangsi pengaplikasian dari pada pendidikan formal untuk

digunakan bagaimana bersikap dalam masyarakat.

45

Untuk sarana pendidikan di Desa Arabika bisa dikatakan cukup

lumayan, karena fasilitas pendidikan yang ada di Desa Arabika telah

mendukung jalanya pelaksanaan program pendidikan.

b) Sarana Peribadatan

Untuk menciptakan manusia yang bertakwa dan beriman kepada

Tuhan yang maha Esa, yang mana tidak hanya mengembangkan kemampuan

dalam bidang intelektualnya saja namun juga mengembangkan ilmu serta

kemampuan spiritualnya, maka sudah pasti langkah yang diambil adalah

dengan penyediaan serta terpenuhinya sarana peribadatan dalam lingkungan

masyarakat.

Untuk mengetahui secara pasti kondisi sarana peribadatan di Desa

Arabika, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4.5 Sarana Peribadatan

No Nama Dusun Masjid

1. Dusun Arango 1

2. Dusun Idaman 2

3. Dusun Ramah 1

4. Dusun Kasuarang 2

5. Dusun Bondu 2

46

Jumlah 8

Sumber:Balai Desa Arabika 2020

c) Sarana Kesehatan

Demi terwujudnya masyarakat yang sehat, di dalam suatu masyarakat

harus ada sarana dan prasarana kesehatan, hal ini juga sejalan dengan adanya

berbagai program dari pemerintah dalam mencetak generasi yang unggul,

untuk sarana kesehatan di Desa Arabika bisa dikatakan maksimal karena

terdapat PUSTU, hal ini juga dikarenakan jarak setiap wilayah tidaklah terlalu

jauh, serta posisi bangunan ini berada di tengah-tengah pemukiman

masyarakat setempat sehingga mudah untuk diakses dari berbagai arah.

Adapun pelayanan yang diberikan sangat memuaskan bagi masyarakat

setempat karena di isi dengan orang-orang yang berkualitas dan memiliki

sifat yang baik dalam pendekatan kepada masyarakat sehingga masyarakat

tidak merasa canggung untuk komunikasi secara langsung.

Hal demikian terlihat dari kehidupan sehari-hari dilingkungan

masyarakat yang dapat diamati secara langsung serta terbukti dari hasil

observasi yang telah dilakukan sebelumnya serta dapat juga kita lihat di daftar

catatan medis yang dibukukan setiap minggu, bulan, maupun tahunan oleh

tenaga kesehatan yang bertugas sesuai dengan aturan jadwal pada bidangnya

masing-masing.

47

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penyebab perilaku menyimpang geng motor di desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

Balapan liar merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang memiliki

resiko yang tinggi dan dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang lain. Tak

jarang juga balap motor liar dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan

menimbulkan korban, baik korban luka maupun meninggal dunia. Balap liar juga

dapat diartikan sebagai beradu cepat kendaraan baik sepeda motor maupun mobil

yang dilakukan diatas lintasan umum yang artinya kegiatan ini sama sekali tidak

digelar di lintasan balap resmi, melainkan di jalan raya. Biasanya kegiatan ini

dilakukan pada tengah malam sampai menjelang pagi saat suasana jalan raya

sudah mulai lenggang akan tetapi di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat

kegiatan balapan liar ini hanya diadakan pada sore hari saja tepatnya di jalan yang

beraspal karena jalanan pedesaan itu sendiri tidak terlalu ramai dapat digunakan

oleh anak remaja untuk beradu kecepatan kendaraan.

Salah satu tempat balapan liar anak remaja tepatnya di jalan

kasuarang yang berada di tengah-tengah persawahan yang jumlah

perumahanya sedikit serta jalanan yang beraspal sehingga pelaku

balapan liar ini menggunakan jalanan umum sebagai arena beradu

kecepatan kendaraan. (D.1/Observasi/)

Dari data hasil observasi awal peneliti melihat bahwa tempat yang sering

digunakan oleh para anak muda terkhusus anak remaja tepatnya di jalan kasuarang

sehingga tempat ini dapat digunakan karenakan kurangnya perumahan warga yang

47

48

berada di lokasi tersebut disertai dengan jalanan yang beraspal yang berada

tengah-tengah hamparan persawahan warga sehingga pelaku balap liar tertarik

dengan lokasi tersebut untuk melakukan aksinya yaitu balapan liar.

Sesuai yang diungkapkan oleh AN pelaku balapan liar yang masih duduk

dibangku sekolah menengah atas.

Awal pertama kalika’ bawa motor kelas 5 SD tapi masih di

lorong-lorong lama kelamaan sudah berani bawa motor ke jalan

raya walaupun belum diperbolehkan tetapi saya punya banyak

alasan bahkan keluar saja dengan cara sembunyi-sembunyi, terus

masuk SMP sering pergi liat balap-balap apa lagi pada saat bulan

ramadhan setiap sore tapi belum berani ikut. Pas masuk kelas 1

SMA Sudah berani ikut balapan sampai sekarang.

(Wawancara/AR/anak remaja pelaku balap liar).

Dari hasil wawancara dapat dikatakan bahwa AN ini sudah bisa

mengendarai sepeda motor sejek dibangku sekolah dasar lalu AN sering mencuri

kesempatan orang tua mereka untuk dapat mengendarai sepeda motor dan bahkan

nekat mengendarai sepeda motor di jalan raya sedangkan orang tua mereka

mencegahnya untuk mengemudi di jalan raya, karena sikap bawaan dan

perilakunya AN sejak kecil memang sudah tergolong nekat serta nakal maka

sampai sekarang pun ia selalu melakukan hal perilaku menyimpang seperti balap

liar.

Sama seperti yang diungkapkan AR pelaku balap liar yang masih duduk di

bangku sekolah menengah atas

Saya sering nonton motoGP dan saya mengidolakan salah satu

peserta yaitu rossi, kadang kalau saya berada di jalanan bagus

biasaka’ balap-balap biar seperti rossi. (wawancara/AR/anak

remaja)

49

Dari hasil wawancara dapat dikatakan bahwa AR ini sering menonton

motor GP dan idolanya yaitu Rossi, dia ingin ingin seperti Rossi, karena ia merasa

tidak akan bisa mengikuti kompetisi balapan seperti Rossi, diang ingin menjadi

karakter Rossi yang dia dedikasikan pada balapan liar tepatnya di jalanan umum.

a. Kurangnya kontrol terhadap anak

Bimbingan dan pengawasan orang tua yaitu hal terpenting yang akan

membuat anak menjadi apa nantinya ia dikemudian hari serta pola bimbingan

orang tua yang akan membentuk jati diri anak, dengan menjadi orang tua yang

akan memahami dan mengerti bagaimana keadaan anak yang seharusnya

dilakukan orang tua terhadap ana akan membuat anak pun menjadi lebih nyaman.

Seorang anak perlunya ditanamkan nilai-nilai budi pekerti serta kedisiplinan di

dalam keluarga mereaka, kemudian orang tua harus mampu memberi teladan bagi

anak-anak mereka. Oleh karena itu peneliti melihat, orang tua dari dari informan

yang pengawasanya kurang bagi anak-anaknya.

Di Dalam hasil penelitian ini, peneliti melihat di dalam keluarga tersebut

terdapat kurangnya keharmonisan dan rasa kekeluargaan terhadap anak lalu

kurangnya perhatian dari orang tua mereka hal ini yang dapat membuat informan

peneliti (remaja) menjadi tidak terkontrol di dalam pengendalian orang tua

mereka. Sehingga informan peneliti lebih menjadi bebas dalam bergaulan dengan

teman-teman sebayanya.

Sesuai yang diungkapkan AM ibu dari pelaku balap liar.

anak saya itu susah untuk diberitahu, setiap apa dikkatanya mesti

haru dituruti. kadang juga saya sendiri sudah merasa jengkel sudah

berulang-ulang kali dikasih tau tetap saja di ulang lagi dan

50

sekarang saya tidak terlalu uruski apa yang mau

diperbuatnya.(wawancara/Am/ibu pelaku)

Berdasarkan dari hasil wawancara bersama AM dapat dikatakan bahwa

orang tua di sini memperhatikan perkembangan anak dan anak kurang kontrol dari

orang tua si anak. Orang tua kurang meluangkan waktunya untuk mendengarkan

keluh kesah sang anak serta memberikan arahan, bimbingan serta solusi jika anak

mendapatkan kesulitan

Diperlukan adanya bimbingan serta keterlibatan seluruh anggota keluarga

yang sangat di butuhkan anak, orang tua mempunyai peran penting dalam

membentuk perwatakan, kepribadian serta dapat membina sikap anak-anak

mereka. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan pendidik utama bagi anak yang

akan dijadikan panutan serta tuntunan di dalam suatu keluarga. Sehingga, sudah

sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan yang baik bagi anak.

Pada masa remaja yaitu hal masa paling rentan di dalam suatu pergaulan,

terlebih lagi para remaja tersebut ikut dalam aksi geng motor dan ikut balapan liar.

Informan peneliti yaitu anak remaja tersebut tidak sepenuhnya mengetahui baik

atau buruknya reisko dari balapan liar itu sendiri serta orang tua para informan

sepertinya kurang tahu cara mengatasi seorang anak serta membimbingnya karena

di dalam keluarga mereka kurang membangun komunikasi yang baik.

Melalui lingkungan keluarga seorang anak mengenal dunia yang

sekitarnya serta pola pergaulan sehari-harinya. Orang tua yang umumnya

memberikan perhatian serta mendidik anak agar mendapatkan dasar-dasar pola-

51

pola pergaulan hidup yang lebih baik melalui penanaman sikap,disiplin dan

penyelesaian.

b. Teman sebaya

Di dalam suatu lingkungan bermainan seorang anak dapat berinteraksi

dengan orang-orang yang ada disekitar dan teman sebayanya, dengan proses

sosialisasi yang berlangsung dengan teman-teman sebaya berbeda dengan apa

yang terjadi di dalam keluarga. Peran bersifat positif dari suatu kelompok

persahabatan bagi dalam perkembangan kepribadian anak diantaranya adalah

remaja merasa aman dan dianggap penting, serta remaja dapat tumbuh dengan

baik, dan remaja mendapatkan tempat yang baik bagi penyaluran perasaannya,

serta remaja dapat bersikap lebih dewasa, dan remaja dapat mengembangkan

sebuh keterampilannya.

Play group yaitu media sosialisasi yang sangat berkaitan, karena seorang

individu akan memiliki kelompok bermain dan bergaul dalam lingkungan tempat

tinggalnya. Dalam lingkungan bermain suatu dimana seorang anak ikut serta

dalam bergaul dengan teman-teman sebanya, lalu seorang anak belajar

berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya terutama teman

sebayanya. Dalam permainan kelompok dapat mempengaruhi kepribadian

seseorang untuk melakukan penyimpangan sosial karena mereka meniru satu ama

lain dari apa yang dilihat dari teman-temanya. Kemudian keadaran orang lain

diekitarnya muncul dalam diri individu, dan kemudian pembentukan kepribadian

dimulai.

52

Play group informan menghabiskan waktu bersama teman merupakan

tempat berkumpul dan berdiskusi tentang sepeda motor mereka, lokasi ini

biasanya di bengkel, di depan rumah bahkan di lokasi terpencil untuk mereka

bertemu dan melakukan hal-hal yang tidak berguna, seperti memasang atau

merubah tampilan motor mereka.

Sesuai yang diungkapkan AF informan peneliti

Saya melakukan balapan sama teman-temanku karena kesenangan

saja, serta hobi juga dan tempat yang paling sering berkumpul di

pinggir jalan apalagi kalau sore-sore kan banyak anak-anak dan

sekarang libur sekolah, serta sekolahnya sekarang lewat online

dikarenakan adanya covid makanya saya cari kesibukan dengan

dengan teman-teman untuk mengutak atik motor agar tampilanya

biar lebih bagus. (wawancara/af/pelaku balap liar)

Dari hasil wawancara pada informan peneliti, dapat dikatakan bahwa

teman bermain itu sangat berpengaruh pada informan peneliti, karena dengan

adanya ajakan dari teman-teman mereka sehingga informan peneliti ikut dalam

perkumpulan serta melakukan hal-hal yang mereka senangi seperti dengan

mengubah tampilan motor dari yang sebelumnya serta melakukan balapan di

jalanan.

Dari hasil yang didapat peneliti mencatat bahwa para remaja ini tersebut

lebih menuruti egonya daripada keselamatan mereka sendiri, dan berlomba

melakukan balapan hanya karena itu hobi mereka.

Kegiatan balap liar banyak diikuti oleh remaja-remaja sehingga dengan

mengikuti kegiatan balap liar remaja akan lebih dikenal terutama teman-teman

sebanyanya, dalam wawancara peneliti juga bahwa remaja yang mengikuti balap

53

liar agar lebih dikenal oleh teman sebayanya dan menyalurkan bakat mereka yang

terpendam.

Berikut wawancara dari AAN (pelaku balap liar)

Saya lebih senang jika banyak yang menegenal serta banyak teman

teman baru saat di lokasi balapan dan juga banyak dari teman-

teman saya serta saya pribadi dapat menyalurkan bakat saya yang

selama ini terpendam (wawancara/aan/pelaku balap liar)

Sama seperti yang diungkapkan Ri (pelaku balap liar)

Bagus, karena banyak yang ikut balap liar dan banyak juga anak-

anak muda dari kampung sebelah yang ikut (wawancara/ri/pelaku

balap liar)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa ini mengikuti

balapan liar karena ingin memenuhi kegemaran serta bakat mereka dan mengikuti

balap liar juga sebagai sarana mereka dalam menyalurkan hobi dan bersosialisasi

dengan teman sebanyanya.

Dalam hal ini remaja menerima stimulus berupa terpacunya adrealin ketika

menaiki sepeda motor dengan kecepatan tinggi secara langsung indera penglihatan

dapat merasakan adanya kecepatan, ketika mengendarai motor dengan kecepatan

tinggi secara langsung indera penglihatan menerima stimulus dan dilanjutkan ke

saraf-saraf yang lain sehingga tercipta sensasi tersendiri ketika melakukan balapan

liar. Perasaan puas, senang dan bangga saat balap liar membuat para remaja

kembali melakukan balap liar.

c. Kurangnya kepedulian masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan terluas bagi kaum mudadan menawarkan

banyak kesempatan. Remaja bergumul dengan berbagai bentuk realitas yang ada

54

dalam kehidupan sosial yang berbeda , perkembangan moral dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Penelti melihat sebagian warga dan anak remaja kurang mengembangkan

keharmonisan dalam bermasyarakat serta para informan (remaja) kurang pandai

dalam besosialisasi dengan masyarakat yang ada lingkungan desa Arabika karena

mereka cenderung bertemu dan bergaul dengan teman-teman sebanya serta

melakukan balapan liar di jalan raya. Peneliti melihat sampai saat ini respon

warga sekitar masih biasa saja dalam hal ini.

Seperti yang diungkapkan DA pemuda desa

Anak muda zaman sekarang belum terlalu tahu apa artinya gotong

royong karena saya melihat anak-anak lebih sering menybukkan

diri dengan melakukan hala-hal yang tidak berguna, seperti

kumpul-kump tidak jelas erta mengutak atik motor mereka.

Bahkan jika kalau dikasih tau mereka tidak memperdulikan. Saya

juga sebenarnya malas mengajak mereka karena percuma juga dia

juga tidak mendengar saran saya, ya teserah mereka

sajalah.(wawancara/DA/pemuda desa)

berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu

pemuda desa yaitu DA yang memberi cap kepada remaja tersebut karena dari

perilakunya itu sendiri serta kurangnya keakraban dianatara mereka.

perilaku abnormal para remaja di desa itu sendiri adalah sesuatu yang

tidak boleh diikuti oleh teman bermain mereka. Seuatu yang mereka lakukan itu

buruk dalam konteks sosial.

Lingkungan yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap

pembentukan dan perkembangan perilaku individu. Lingkungan pergaulan dalam

masyarakat sangat mampu mempengaruhi pola pikir seseorang. Dalam hal ini,

55

perlu terciptanya lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat

dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter yang baik.

2. Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

Semua fenomena pasti berdampak pada masyarakat sekitar begitupula

dengan fenomena balap liar. Ada banyak dampak negative yang diterima

masyarakat sejak adanya balap liar, dampak yang ditimbulkan salah satunya

mengganggu ketertiban umum dan mengganggu kenyamanan masyarakat. Berikut

beberapa keterangan dari masyarakat desa Arabika

a. Dampak negatif

Kegiatan balapan liar remaja desa Arabika yang mereka lakukan dapat

mengakibatkan terganggunya ketertiban umum karena kegiatan balap liar ini

dilakukan di jalan raya atau jalanan umum dan juga dapat membahayakan

pengguna jalan lainya. Aksi balap liar ini juga mengakibatkan kenyamanan

masyarakat sekitar jalan yang digunakan untuk balap liar terganggu dengan suara

kendaraanya.

Balap liar di jalan Kasuarang dan di jalan bontolempangan Kecamatan

Sinjai Barat sangat mengganggu aktivitas warga Arabika. Masyarakat merasa

terganggu terutama masalah kebisingan yang sebabkan oleh balapan liar tersebut,

menurut pernyataan dari bapak Kepala Desa

Masyarakat sangat terganggu dengan adanya balapan liar di desa

arabika terutama yang berada di jalan kasuarang karena

mengganggu pengendara lain serta dengan kebisingan kendaraan

mereka, tetapi saya sebagai pemerintah setempat melakukan

sosialisasi terkhusus kepada anak-anak agar jangan sekali-kali

56

melakukan balapan liar karena sangat berpengaruh pada diri

sendiri dan masyarakat sekitar. (wawancara/kepala Desa)

Berdasarkan dari hasil wawancara kepala desa Arabika dapat dikatakan

bahwa balap liar sangat berpengaruh pada masyarakat terutama pengguna jalan

sebab dapat mengganggu aktivitas mereka, kepala desa juga melakukan sosialisasi

kepada pelaku balapan liar untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan

diri sendiri serta merugikan orang lain karena dapat menyebabkan adanya korban

jiwa.

Adapun warga Arabika yang juga merasakan dampak dari adanya balapan

liar yang dilakukan oleh para remaja, masyarakat merasakan bahwa dengan

adanya balapan liar membawa dampak bagi kehidupan mereka, berikut adalah

hasil wawancara dengan warga Desa Arabika.

Suara kendaraan mereka sangat mengganggu sekali kadang kalau

sore-sore lewat mi itu di depan rumah dengan suara knalapot

bogarnya .(wawancara/BP/masayarkat desa)

Pernyataan dari warga BP senada dengan yang diungkapkan oleh P

merasakan dampak dengan adanya balap liar

saya juga merasa terganggu dengan pengendara yang suara

kendaraan mereka sangat besar apalagi kan saya sudah tua kadang

deg-degan jika saya mendengar suara kendaraan yang knalpotnya

besar. (wawancara/P/warga)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa balap liar di

jalan raya, dan tepatnya di jalan kasuarang. Berdampak negatif bagi sebagian

besar masyarakat yang berada desa Arabika. Dampak negatif akibat dari balapan

liar tersebut yaitu suara kebisingan yang dihasilkan dari kendaraan yang dipakai

balapan oleh para remaja.

57

Dampak yang dirasakan oleh masyarakat desa Arabika sejalan dengan

hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu suara kendaraan dari para

pembalap liar memang terdengar sampai di lorong-lorong perumahan warga.

Kebisingan suara kendaraan ini mengganggu warga disaat warga sedang

beristirahat di rumah setelah seharian beraktivitas mereka harus terganggu oleh

bisingnya suara kendaraan balapan anak remaja.

Kegiatan balapan liar yang dilakukan oleh anak-anak remaja di Desa

Arabika membuat orang tua dari anak remaja tersebut merasa khawatir serta

sangat merugikan orang tua mereka, karena kegiatan balapan liar itu sendiri

sangat beresiko bagi pelaku jika terjadi hal-hal yang tidak diinginka. Berikut hasil

wawancara dari orang tua pelaku balapan liar

Seperti yang diakatakan ibu S (ibu dari pelaku balap liar)

Awal saat saya mengetahui anak saya ikut kegiatan seperti itu

(balapan liar) saya marah dan khwatir jangan sampai terjadi hal-hal

yang tidak diinginka, terus yang direpotkan juga saya sebagai

orang tua kemudian juga cerita-cerita tetangga menanggapi anak

sebagai anak nakal pasti yang malu juga saya sebagai orang tuanya.

Saya berkali-kali melarang untuk ikut kegiatan itu tp anaknya

memang tidak mendengar apa yang saya katakana

(wawancara/s/ibu pelaku balap liar)

Berdasarkan dari hasil wawancara, dapat dikatakan bahwa dengan

adanya kegiatan balapan liar ini membawa dampak bagi orang tua pelaku

balap liar karena kegiatan ini sangat rugikan orang tua mereka serta

membuat cemas dan khawatir

Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan knalpot sepeda motor yang tidak

memenuhi standar pabrik. Balapan liar anak remaja menggunakan knalpot tipe

racing yang dirancang untuk balapan. Suara knalpot yang sangat bising ini

58

memang terdengar sehingga ada sebagian warga yang harus menutup telinga

karena tidak bisa mendengar bisingnya motor tersebut, dengan knalpot racing

digunakan oleh para anak remaja agar motor yang mereka pakai dapat mencapai

kecepatan maksimal.

Balap liar kadang berlangsung pada sore hari sampai adzan Magrib. Di

saat yang sama warga juga menginginkan ketenangan pada saat beribadah,

dengan adanya balapan liar yang mengeluarkan suara kebisingan kendaraan dari

para anak remaja jelas mengganggu ibadah para warga desa Arabika.

b. Dampak positif

Di sisi lain adanya balap liar juga membawa dampak positif sebagian

kecil warga desa Arabika, di antaranya adanya hubungan timbal balik antara si

pelaku balap liar dan si pemilik bengkel, seperti yang dialami oleh bapak B yang

dimana sehari-harinya berprofesi sebagai tukang tambal ban karena ia juga

mempunyai sebuah bengkel dan dan ibu M mempunyai toko eceran. Beliau ini

tinggal tak jauh dari lokasi balap liar anak- remaja.

Seperti yang diungkapkan oleh bapak B

Alhamdulillah sedikit ada pemasukan , dengan adanya usaha kecil-

kecilan seperti ini banyak anak-anak yang datang, kadang ingin di

tambalkan banya ada juga yang ingin ganti oli, lanjutnya pokoknya

bermacam-macam lah kemauan mereka. (wawancara/P/yang

mempunyai bengkel).

Penuturan Bapak P ini juga diperkuat oleh warga desa Arabika,

Masyarakat mengakui bahwa selain menimbulkan berbagai dampak negatif,

adanya balap liar juga mempunyai dampak positif bagi sebagian kecil warga desa

Arabika.

59

Seperti yang diungkapkan ibu M

Ada sedikit keuntungan bagi kami yang mempunyai usaha kecil-

kecilan seperti ini. ucapnya (wawancara/M/yang mempunyai toko)

Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa meskipun balapa liar

mempunyai banyak dampak negatif bagi masyarakat desa Arabika namun juga

ada dampak positifnya dengan adanya balap liar terutama di jalan kasuarang

membawa kebahagian tersendiri bagi sebagian kecil warga masyarakat desa

Arabika.

B. Pembahasan

1. Penyebab perilaku menyimpang geng motor di desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

Perilaku menyimpang merupakan sebuah perilaku yang bertentangan

dengan nilai norma yang berlaku dalam masyarakat. Terdapat faktor-faktor yang

menjadi penyebab dari seorang individu ataupun kelompok melakukan perilaku

menyimpang. Pada anak remaja desa Arabika menunjukan bahwa faktor penyebab

adalah berasal dari faktor internal dan faktor eksternal yang berkaitan dengan

krisis identitas, kontrol diri yang lemah, kurangnya kontrol orang tua terhadap

anak, lingkungan bermain/teman sebaya serta kurangnya kepedulian masyarakat.

Krisis identitas yang dialami disebabkan anak tidak memahami peran yang ia

pelajar. Selain itu, kontrol diri yang lemah dalam membatasi diri dalam pengaruh

negatif yang berasal dari pergaulan.

60

Remaja memang sangat akrab dengan perilaku-perilaku yang menyimpang

ataupun kenakalan remaja. Selain ketidakmampuan anak dalam menilai secara

baik perilaku mana yang bisa diterima serta yang tidak dapat diterima khususnya

oleh masyarakat desa Arabika.

a. Kurangnya kontrol terhadap anak

Anak selama hidupnya akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah,

lingkungan bermain dan masyarakat luas. Lingkungan keluarga merupakan

lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak yang memberikan tuntunan

dan contoh-contoh yang baik bagi anak. Oleh karena itu lingkungan keluarga

memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi

anak. Di dalam lingkunganlah tempat dasar pembentukan watak dan sikap anak.

Setiap orang tua anak perlu memperhatikan setiap perkembangan anak

mereka agar tidak melanggar aturan atau norma yang berlaku didalam masyarakat,

oleh karena itu penyimpangan terjadi karena kurangnya kontrol sosial terhadap

orang tua, keluarga serta masyarakat sehingga sehingga anak tersebut berbuat di

luar norma sosial yang ada dalam masyarakat.

Sesuai dengan hasil wawancara bahwa hubungan antara anak dan orang

tua kurang berjalan baik karena kurang mengembangkan komunikasi. Komunikasi

sangat penting dalam hubungan antara anak dan orang tua agar keakraban terjalin

dengan baik yang pada dasarnya anak remaja ingin mendapatkan perhatian lebih

dari seorang ibu untuk menanyakan keberadaan dan apa yang mereka lakukan

serta seorang ayah juga memberikan perhatian walaupun waktu bersama agak

61

berkurang, namun anak-anak ini menilai ayah mereka bertanggung jawab untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

b. Teman sebaya

Anak mulai menjelajahi lingkunganya melalui lingkungan bermain lalu

mempelajari objek-objek yang ada disekitarnya dan belajar memecahkan masalah.

Melalui lingkungan bermain memungkinka anak juga mengembangkan potensi

dengan keterampilan yang diperlukan dengan cara yang menyenangkan.

Sedangkan fungsi emosi lingkungan bermain anak yaitu memungkinkan anak

untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi

kegelisahan dan konflik batin.

Sesuai dengan hasil wawancara sebelumnya bahwa anak remaja yang

melakukan balapan di jalan hanya karena mencari kesenangan dan hobi mereka

saja, lantara mereka tak mempunyai kesibukan yang lain selain mengutak atik

motor mereka, oleh karena itu adanya sekarang covid maka anak sekolah

diliburkan ke sekolah ia melakukan pembelajaran melalui pembelajaran daring.

Diluar pembelajaran online mereka tak mempunyai kesibukan selain nongkrong

bersama teman-teman mereka.

c. Kurangnya kepedulian masyarakat

pada umumnya lingkungan masyarakat memiliki peranan penting dalam

kehidupan anak remaja, karena peran anak remaja dalam masyarakat erat kaitanya

dengan lingkungan masyarakat sebab anak remaja perlu mendapatkan perhatian

khusus dalam pendidikan dan keikutsertaan dalam masyarakat karena yang harus

didukung hak-haknya untuk mempersiapkan diri sebagai generasi muda. Akan

62

tetapi masyarakat di desa itu sendiri kurang memperhatikan atau peduli dengan

anak-anak remaja, oleh karena itu kurangnya kepedulian warga sehingga anak

lebih bebas melakukan hal-hal bersifat menyimpang seperti melakukan balapan

liar yang melanggar aturan

Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya bahwa warga yang berada di

daerah peneliti kurang peduli dengan anak-anak muda terutama anak remaja itulah

mengapa anak tak ikut dalam hal bergotong royong karena warganya itu sendiri

tidak dapat merangkul anak dengan baik.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh

aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang

dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian ditengah kehidupan masyarakat

kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan

aturan (norma) yang berlaku dalam masyarakat, misalnya seorang anak

melakukan pencurian, berkelahi dengan teman sebaya dan melakukan balapan di

jalanan umum. Perilaku yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku

disebut penyimpangan sosial (perilaku menyimpang).

Adapun keterkaitan antara teori dengan rumusan masalah yang menjadi

fokus penelitian, dimana pada penyebab perilaku menyimpang geng motor

terutama dikalangan anak remaja. Sesuai dengan teori yang digunakan dalam

menguraikan dan mengkaji hasil penelitian adalah teori dari Emile Durkheim

(Iman Santosa, 2011) yang mana teori tersebut adalah teori anomie dimana teori

ini membahas mengenai sesuatu yang terjadi dalam masyarakat. Anomie berarti

runtuhnya mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap terhadap yang

63

lain. Masyarakat yang tidak tahu lagi apa yang bisa diharapkan dari orang lain

yang pada akhirnya melahirkan perilaku menyimpang. Teori anomi terdiri dari

tiga perspektif, yaitu manusia adalah makhluk sosial, keberadaan manusia sebagai

makhluk sosial dan manusia cenderung hidup dalam masyarakat dan

keberadaanya sangat tergantung pada masyarakat tersebut sebagai koloni. Teori

ini menyatakan penyimpangan terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat

sejumlah kebudayaan khusus (etnik, agama, kebangsaan, kedaerahan dan kelas

sosial) yang dapat mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai (value

consensus).

Alasan mengambil teori anomi karena teori ini mendeskripsikan suatu

keadaan didalam suatu masyarakat yang dimana dapat diartikan tidak ditaatinya

aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat sehingga orang lain dan keadaan ini

menyebabkan penyimpangan dan perbedaan dalam berperilaku.

2. Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di Desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

Dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif

maupun negatif. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal

balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa

yang dipengaruhi. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang

atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Adapun beberapa penjelasan dari dampak positif maupun dampak negatif.

a. Dampak negatif

64

adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif yaitu dengan

cara membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan pada orang

lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginan yang

buruk dan menimbulkan akibat tertentu. Berdasarkan beberapa penelitian

ilmiah dapat disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang lebih

besar dibandingkan dengan dampak positifnya.

b. Dampak positif

adalah keinginan untuk meyakinkan, membujuk, mempengaruhi atau

memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau

mendukung keinginanya. Positif juga diartikan suasana jiwa yang

mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjemukan,

kegembiraan daripada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme. Dengan

keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar

bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokkan fokus mental

seseorang pada yang negatif. Bahwa yang berpikiran positif mengetahui

bahwa dirinya sudah berpikir buruk maka ia akan segera memulihkan dirinya.

Dengan adanya balapan liar di kalangan remaja yang berada di desa

Arabika tentunya menimbulkan dampak, baik itu dampak positif maupun negatif.

Berdasarkan dari pengkaji dapat ditemukan beberapa dampak positif maupun

negatif yang telah dibahas sebelumnya yang mana dampak positifnya yaitu

adanya hubungan timbal balik bagi pelaku balap liar dan sebagian warga di desa

Arabika yang mempunyai usaha kecil-kecilan mendapatkan kebahagian tersendiri

bagi mereka dan saling menguntungkan.

65

Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya mereka mengatakan bahwa

dampak balap liar bagi mereka itu memang mempunyai dampak buruk sebagian

warga, apalagi yang rumahnya warga dekat dengan lokasi balap liar anak remaja

dan bagi pengguna jalan tetapi berbeda dengan yang mempunyai usaha kecil-

kecilan dan yang mempunyai bengkel ia merasa senang jika ada anak-anak yang

datang karena membawah keberkahan tersendiri bagi pemilik usaha.

Adapun dampak negatifnya balapan liar remaja bagi masyarakat desa

Arabika yaitu polusi suara yang dihasilkan dari kendaraan yang dipakai balapan

oleh para remaja serta mengganggu pengguna jalan lainya. Setiap daerah pasti

menginginkan anak-anak remaja mereka menjadi remaja-remaja harapan bangsa

sebagai pengganti generasi terdahulunya begitu pula dengan masyarakat desa

Arabika menginginkan hal yang serupa. Masyarakat prihatin melihat kenyataan

bahwa pada remaja melakukan kegiatan yang yang kurang bermanfaat serta

menimbulkan kerugian bagi remaja itu sendiri maupun orang lain. Balapan liar itu

sendiri sudah termasuk yang kegiatan ilegal, dan melanggar hukum yang berlaku

di Indonesia, yaitu UU no. 22 tahun 2009.

Seperti yang kita ketahui bahwa kegiatan balap liar ini telah melanggar

berbagai norma-norma dan aturan yang dalam di dalam masyarakat, bagaimana

mungkin anak remaja menjadi seorang individu yang dewasa serta mampu

mampu mengembangkan tugas dengan baik jika pada masa remaja hanya

menghabiskan waktu untuk untuk balapan, oleh karena itu masyarakat serta

pemerintah setempat melakukan sosialisasi sesuai dengan wawancara sebelumnya

dengan bapak kepala desa ia mengatakan bahwa perlu diadakan sosialisasi pada

66

anak-anak remaja agar jangan sekali-sekali melakukan balap liar karena itu dapat

merugikan diri sendiri maupun orang lain, serta anak remaja ini sangat diharapkan

untuk sadar dan tidak mengulanginya perbuatan yang melanggar aturan hukum

aturan yang ada.

Keterkaitan teori dengan rumusan masalah selanjutnya adalah terkait

dengan dampak perilaku balapan liar remaja terhadap masyarakat. Berdasarkan

dari hasil wawancara sebelumnya telah dilakukan dengan beberapa informan

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membuat kurang nyaman dengan adanya

balap liar yang dilakukan anak remaja karena polusi suara kendaraan mereka

mengganggu ketenangan warga sekitar tempat dimana anak-anak melakukan

balapan. Sesuai dengan teori labeling menurut Becker (Dwi J. Narwoko dan

Bagong Suyanto, 2007) mengatakan teori labeling penyimpangan adalah suatu

konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada

seseorang melanggar sehingga penyimpangan merupakan sesuatu yang bersifat

relative dan bahkan juga membingungkan.

Teori ini berusaha untuk menjelaskan mengapa individu tertentu tertarik

atau terlibat dalam perilaku menyimpang, tapi yang lebih ditekankan adalah pada

pentingnya definisi-definisi sosial dan sangsi-sangsi sosial yang negatif yang

dihubungkan dengan tekanan-tekanan individu untuk masuk kepada perilaku

menyimpangan sosial, adanya pemberian cap itu berpusatkan kepada orang lain

atau orang memberi definisi, julukan atau label pada individu yang bersifat

negatif.

67

Alasan mengambil teori labeling karena teori ini mendeskripsikan suatu

keadaan di dalam masyarakat yang dimana membuktikan bahwa pemberian label

pada individu cenderung mendorong untuk melakukan penyimpangan-

penyimpangan lainya.

68

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian mengenai perilaku menyimpang geng

motor di sinjai barat (studi kasus balapan liar remaja desa arabika kecamatan

sinjai barat kabupaten sinjai). Peneliti dapat mengambil kesimpulan

Penyebab perilaku menyimpang geng motor di desa Arabika yaitu yaitu

faktor pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan yang kurang baik

serta kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua bagi anaknya sehingga

anak remaja dengan mudah dan leluasa untuk ikut-ikutan balapan di jalan umum,

serta adanya ajakan dari teman pergaulan mereka yang menjadi faktor pendorong

sehingga anak melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat.

Dampak perilaku balapan liar terhadap masyarakat di desa Arabika

terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu adanya hubungan

timbal balik si pelaku balapan liar dan sebagian kecil warga desa arabika yang

mempunyai usaha seperti bengkel dan dan pedagang kecil yang berada dekat

dengan lokasi balapan liar anak remaja. Dampak negatifnya yaitu masyarakat

merasa terganggu dengan polusi suara kendaraan dari balapan liar anak remaja

dan melanggar ketertiban umum serta membuat khawatir dan merugika orang tua

69

B. Saran

Berdasarkan data berupa hasil penelitian serta kesimpulan yang telah

dikemukakan, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa saran yaitu

1. Bagi remaja itu sendiri, jangan melakukan seperti balapan liar di jalanan

raya, karena dapat membahayakan diri sendiri serta pengguna jalan

lainnya dan masih banyak yang lebih berguna untuk dilakukan tanpa

menimbulkan resiko, dan pelaku balap liar perlu mendengarkan aspirasi

masyarakat dan memperhitungkanya agar hobi dan pengembangan bakat

tidak menganggu orang lain. Menjadi pengemudi resmi, menangkanlah

pertandingan, dan menjadi pengemudi profesional dan berbakat.

2. Bagi Pemerintah setempat, agar mampu mengatasi masalah tersebut

dengan bijak. Dianjurkan untu mengatur pertemuan antara anggota

masyarakat, anak remaja yang melakukan balap liar dan pemerintah

daerah sebagai mediator dan pembuat keputusan. Dengan adanya

pertemuan tersebut diharapkan ada keputusan yang tepat untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

70

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah Ishak. 2016. Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja(Studi kasus :

Pelaku Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah Kijang). Fakultas Ilmu Sosial

Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang (di akses pada 05

Juli 2020)

Bangong Suyanto dan Dwi J. Narwoko. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Cresweel (2016: 245) pendekatan metode kualtatif, kuantitatif, dan campuran.

Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Damayanti, Nidya. 2012. Buku pintar bimbingan konseling. Yogyakarta : Araska

Diding Rahmat. 2013. Problematika Geng Motor di Kabupaten Kuningan dalam

Prespektif Sosiologi Hukum. Jurnal Unifikasi. Vol. 1 No.1 Oktober 2013

Dr. H. Nursalam, M.Si , Suardi, S.Pd., M.Pd (2016) Sosiologi Pengantar

Masyarakat. Yogyakarta, Perpustakaan Nasional

Fery Agung Santoso. 2017. Perilaku Menyimpang Pelaku Balap Liar Kalangan

Remaja di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang

Gunarsa. 2004. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga. Cetakan 7. Jakarta :

PT. Gunung Mulia

Gunarsa. 2009. Psikologi Untuk Pembimbing. Jakart : PT. BPK Gunung Mulia

Herzegovianto Hutomo Putra. 2017. Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan

Balapan Liar yang Dilakukan oleh Anak (Studi di Wilayah Polres Metro

Jakarta Timur). Fakultas Hukum Universitas Lampung

Hurlock, B.E 1973. Pisikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Kartini Kartono. 2014. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta : PT.

Rajawali Pers, 2014. Cet 13.

Lismaharia Febry. 2017. Balapan Liar di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pelajar

SMP-SMA Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru).

Jurnal Jom fisip. Vol. 4 No. 1 Februari 2017

70

71

Muhammad Jufri. 2015. Analisis Kriminologi Terhadap Perilaku Kenakalan

Remaja di Kota. e-Jurnal Katalogis. Vol 3 No. 12 Desember 2015 Hal 76-

84

Moleong, L.J.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Horton, Paul B. 1993. Sosiologi. Jakarta : Erlangga

Rumiyati, dkk. 2006 Tuntas Tuntunan ke Universitas. Jakarta : Graha pustaka

Sarwono, S. 2011 Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo

Santosa Iman. 2011. Sosiologi The Key Conceppts. Jakarta : PT. Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta

Soerjono Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, jakarta

Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo

Persada

Soetomo 2013 Masalah Sosial dan Upaya Penanganannya. Yogyakata : Pustaka

Pelajar

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Tri Wardana Bhakti. 2017. Peranan Kepolisian Resort Kota (Polresta Samarinda

Dalam Penanggulangan Balapan Liar di Kota Samarinda). eJornal

Sosiantri-Sosiologi 2017, 5(4):160-174. ISSN 0000-0000

Widyarini, Marsha Chikita. 2015. Kajian Sosiologi terhadap Peran Kepolisian

dalam Menangglangi Balapan Liar di Kalangan Remaja di Kota

Makassar.Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

72

L

A

M

P

I

R

A

N

73

Pedoman Wawancara

NO. Pedoman Wawancara Pertanyaan

74

1. Penyebab perilaku menyimpang

balapan liar di desa Arabika

a. Sejak kapan ikut balap liar

?

b. Apa alasanya ikut balap

liar ?

c. Apakah aksi balap liar itu

hal yang baik ?

d. Bagaimna tanggapan orang

tua anda mengenai balap

liar yang anda ikuti ?

e. Bagaimana reaksi anda

terhadap respon

masyarakat ?

f. Bagaimana kondisi

lingkungan tempat tinggal

anda sehingga anda bisa

bebas ikut balapan liar ?

2. Dampak balapan liar terhadap

masyarakat desa Arabika

a. Apakah bapak/ibu

terganggu dengan adanya

balapan liar ?

b. Bagaimana tanggapan

bapak/ibu tentang balapan liar

yang dilakukan anak remaja ?

75

Transkip Wawancara

Transikip wawancara dengan anak remaja

1. Sejak kapan ikut balap liar ?

Jawaban: pas masuk kelas 1 SMA sudah ikut balapan

2. Apa alasanya ikut balap liar ?

Jawaban:karena ingin membandingkan kendaraan saya dengan teman saya

apakah motor saya larinya kencang atau tidak

3. Apakah aksi balap liar itu hal yang baik ?

Jawaban: tidak juga karena saya sadar bahwa melakukan balap liar di jalan

menimbulkan resiko tetapi itu sudah kebiasaan jadinya baik-baik saja

4. Bagaimana tanggapan orang tua anda mengenai balap liar yang anda ikuti ?

Jawaban: orang tua saya tau, setiap kali ibu saya menegetahui saya balapan

pasti marah-marah terus

c. Apa dampak sosial yang

terjadi terhadap bapak/ibu

dengan adanya balapan liar

yang dilakukan oleh anak

remaja ?

d. Bagaimana upaya masyarakat

dalam mengatasi balapan liar

yang dilakukan oleh anak

remaja ?

76

5. Bagaimana reaksi anda terhadap respon masyarakat ?

Jawaban: biasa saja, karena kita kan balapan tidak di depan rumah orang

6. Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal anda sehingga anda bebas ikut

balap liar ?

Jawaban: tempat tinggal saya itu pedesaan, jalananya juga beraspal dan

rumah-rumah warga juga tidak terlalu padat sehingga saya melakukan balapan

yang tidak dekat dengan rumah warga

Transkip wawancara dengan masyarakat

1. Apakah bapak terganggu dengan adanya balapan liar ?

Jawaban: sangat terganggu dengan suara kendaran dari anak-anak ini

2. Bagaimana tanggapan bapak tentang balapan liar yang dilakukan anak temaja ?

Jawaban: seharusnya anak-anak in jangan melakukan hal-hal seperti itu karena

dapat membahayakan orang lain juga, alangkah lebih bagusnya jika melakukan

kegiatan yang berguna seperti ikut kerja bakti pada setiap hari minggu tetapi

kembali lagi ke anaknya jika ingi melakukan silahkan jika tidak mau juga tidak

apa-apa

3. Apa dampak sosial yang terjadi terhadap bapak dengan adanya balapan liar

yang dilakukan anak remaja ?

Jawaban: dampaknya itu kita tidak bisa melawati jalan itu jika anak-anak

remaja ini melakukan balapan takutnya ada apa-apa kita mendapatkan resiko

misalanya jika sementara melakukan balapn lalu jatuh lalu pengendara lainya

melitas pasti mendapatkan resiko juga

4. Bagaimana upaya masyarakat dalam mengatasi balapan liar ?

77

Jawaban: diadakannya sosialisai kepada anak-anak remaja

78

Pedoman Observasi

NO Kegiatan yang diamati Keterangan

1. Kondisi atau keadaan tempat

balapan liar remaja

Banyak remaja yang diarea lokasi

balapan, keadaan kadang ramai

kadang juga tidak

2. Kegiatan balapan liar remaja Anak remaja melakukan balapan

pada sore hari menjelang magrib

3. Sikap para pelaku balapan liar Pelaku balapan liar berkumpul

dipinggir jalan

4. Sikap orang tua pelaku balap liar Orang tua pelaku balapan liar

kurang mengetahui bahwa anak

mereka melakukan balapan

5. Sikap masyarakat terhadap remaja

yang melakukan balap liar

Ada sebagaian warga yang kurang

peduli tehadap kegiatan dilakukan

anak remaja

6. Upaya masyarakat atau pemerintah

setempat dalam mengatasi balapan

liar

Diadakanya sosialisasi tehadap

anak remaja yang melakukan

balapan karena sangant beresiko

tehdap diri sendiri maupun orang

lain

79

DAFTAR NAMA RESPONDEN

Nama : Harmianti

Nim : 105381100216

Lokasi Penelitia : Desa Arabika Kec. Sinjai Barat Kab. Sinjai

No Nama

Responden

Status Jenis

Kelamin

Umur Alamat

1. Andri Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 17 tahun Arango

2. Arman Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 16 tahun Dusun

Idaman

3. Aedil Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 15 tahun kasuarang

4. Riski Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 16 tahun Dusun

Idaman

5. Aan Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 17 tahun Arango

6. Nur Alim Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 17 tahun Dusun

Idaman

7. Rahmat Pelajar/pelaku

balap liar

Laki-laki 17 tahun Dusun

Idaman

8. Dawis Pemuda desa Laki-laki 28 tahun Dusun

Idaman

9. Ibu Sugi Ibu anak

remaja

perempuan 35 tahun Dusun

Idaman

10. Ibu Mariana Pemilik toko Perempuan 29 tahun Dusun

Idaman

11. Bapak Baha Pemilik

bengkel

Laki-laki 51 tahun Dusun

bondu

80

12. Bapak Baddu Warga Laki-laki 58 tahun Dusun

Idaman

13. Pak Lukman

S.Sos

Kepala desa Laki-laki 40 tahun Dusun

Irama

DOKUMENTASI

Kantor Desa Arabika

81

Wawancara bersama bapak kepala Desa Arabika

Wawancara bersama ibu pelaku balapan liar

82

Wawancara bersama masyarakat Desa Arabika

83

Wawancara bersama anak remaja yang melakukan balapan liar

Wawancara bersama pelaku balalapan liar (anak remaja)

84

Wawancara bersama pelaku balap liar (anak remaja)

Wawancara bersama pelaku balap liar (anak remaja)

85

Kegiatan balapan liar di jln bontolempangan

Kegiatan balapan liar di jalan kasuarang

86

87

88

89

RIWAYAT HIDUP

Harmianti. Dilahirkan di Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 29 Januari 1999,

penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara anak dari

pasangan Ayahanda Abidin dan Ibunda Hajerah. Penulis mulai

masuk sekolah di TK Pertiwi VII Arango dan tamat pada tahun 2003 kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di sekolah dasar pada tahun 2004 di SDN 237

Lappara’na dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan Pendidikan di MTs Al-Ittihad Wataqaddum Arango dan tamat pada

tahun 2012 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di MA Al-Ittihad

Wataqaddum Arango dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2016 penulis

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar (Unismuh) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

pada program studi Pendidikan Sosiologi melalui seleksi penerimaan mahasiswa

baru(SPMB).