76
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada. Pendidikan bertujuan menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan harus memberikan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud, 1992:149). Pernyataan tersebut menyiratkan arti pendidikan yang merupakan unsur penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa. Penegasan dari tujuan pendidikan, dalam

Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menurut Spratkin, dkk (1993: 25), kemampuan asertif seseorang tampak melalui serangkaian perilaku, berawal dari perilaku yang sederhana hingga ke perilaku yang kompleks. Perilaku-perilaku dimaksudkan meliputi: memperjuangkan hak ( standing up for you rights), membantu orang lain (helping others), memberi arahan (giving instructions), menyampaikan keluhan (making a complaint), menanggapi keluhan (answering a complaint) , negosiasi (negosiation), kontrol diri (self control), mempengearuhi/meyakinkan (persuasion), menanggapi bujukan atau pengaruh ( responding to persuasion), serta mengelola tekanan kelompok (dealing with pressure).

Citation preview

Page 1: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan

individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan

yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan

kemampuan dan kesempatan yang ada.

Pendidikan bertujuan menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan harus

memberikan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan

nasional (Depdikbud, 1992:149). Pernyataan tersebut menyiratkan arti

pendidikan yang merupakan unsur penting dalam membangun masyarakat,

kebudayaan dan perkembangan bangsa. Penegasan dari tujuan pendidikan,

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 2

Pasal 3 diamanatkan sebagai berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Page 2: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

2

Salah satu kunci dari definisi pendidikan di atas adalah

berkembanganya potensi siswa. Peran pendidik adalah memfasilitasinya

menjadi prestasi. Fasilitas tersebut ditujukan agar individu mengenali,

menemukan, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Proses pembelajaran merupakan usaha strategis untuk mewujudkan

tujuan pendidikan, karena di dalamnya terdapat program dan aktivitas belajar

untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai perkembangan yang optimal, yaitu

situasi dimana siswa telah dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang

terdapat di dalam dirinya. Dalam mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut

maka peran bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan.

Guru bimbingan dan konseling adalah pendidik dan bertugas

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Hal ini sesuai

dengan PP No 17 Tahun 2010, Pasal 171 yang menyatakan bahwa konselor

(guru BK) sebagai pendidik profesional memberikan pelayanan konseling

kepada peserta didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar,

menengah dan tinggi. Dalam hal ini, guru bimbingan dan konseling harus

mampu mengembangkan dan melaksanakannya sesuai dengan fungsi

kontrolnya sebagai penanggung jawab layanan bimbingan dan konseling di

sekolah, yang bermuara pada terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian

siswa secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan

Yang Maha Esa, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam

berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Sasaran dari pelayanan

Page 3: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

3

tersebut adalah siswa, dimana siswa dikembangkan segenap potensi dan

kemandiriannya.

Siswa merupakan peserta didik dan juga bagian dari masyarakat

dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan siswa

berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud diantaranya adalah sekolah. Karena

hampir sebagian waktu siswa, banyak digunakan untuk berinteraksi di sekolah.

Tugas siswa di sekolah yaitu belajar, dengan belajar siswa akan memperoleh

perubahan yang positif dan dapat berkembang secara optimal, baik ranah

kognitif, afektif, dan psikomotoriknya sehingga siap melaksanakan perannya

dimasa yang akan datang, tentunya dalam interaksi sosial tersebut siswa

diharapkan mampu berperilaku asertif, baik dalam menyampaikan pendapat

maupun dalam berkomunikasi dengan lingkungannya sesuai dengan tugas

perkembangan yang ada pada dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus

(1971:138) yang mengemukakan bahwa perilaku Asertif adalah perilaku

dimana individu mengekspresikan perasaan (baik yang positif maupaun

negatif) dan pikirannya secara tegas dan bebas dengan tetap memperhatikan

perasaan orang lain. Zastrow (dalam Nursalim, 2005: 24) juga mengemukakan

ciri-ciri interaksi individu yang asertif yaitu: individu menjawab dengan

spontan, berbicara dengan nada dan volume yang layak, melihat kearah lawan

bicara, berbicara pada isu, mengekspresikan perasaan dan pendapat dengan

terbuka, melihat dirinya sama dengan orang lain, tidak menyakiti diri sendiri

maupun orang lain.

Page 4: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

4

Perilaku asertif perlu diketahui sejak dini oleh individu, terutama para

siswa SMP yang sedang berada pada masa remaja awal. Kepada remaja perlu

disampaikan mengapa pentingnya berperilaku asertif dalam berkomunikasi.

Fensterheim dan Baer (1980: 167) mengemukakan bahwa para siswa terutama

yang berumur 13-15 tahun perlu belajar berperilaku asertif, karena beberapa

manfaat sebagai berikut: 1) sikap dan perilaku asertif akan memudahkan

remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan

terutama sesama usianya maupun di luar lingkungannya secara efektif. 2),

dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan

diinginkannya secara langsung, terus terang, maka para siswa bisa

menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat

menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya. 3), dengan

memiliki sikap asertif, maka para siswa dapat dengan mudah mencari solusi

dan penyelesaian tentang berbagai kesulitan atau permasalahaan yang

dihadapinya secara efektif, sehingga permasalahaan itu tidak akan menjadi

beban pikiran yang berlarut-larut. 4), asertif akan membantu para siswa untuk

meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang

lingkungan dan tidak mudah berhenti pada suatu yang tidak diketahuinya. 5)

asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa

membantu remaja yang bersangkutan untuk lebih memahami kelemahan atau

kekurangnnya sendiri dan bersedia memperbaiki kelemahan atau kekurangan

Page 5: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

5

tersebut. Beberapa manfaat perilaku asertif tersebut di atas mengindikasikan

perlunya proses pembelajaran perilaku ini sejak dini bagi para siswa.

Asertifitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah, Willis & Daisley

(1995: 112) menyatakan bahwa asertif merupakan perilaku yang dipelajari,

sebagai reaksi terhadap berbagai situasi sosial yang terjadi dalam lingkungan.

Perilaku asertif sejalan dengan perjalanan usia seseorang sehingga penguasaan

perilaku asertif pada periode-periode awal perkembangan akan memberikan

dampak yang positif bagi perkembangan periode selanjutnya. Jika perilaku

asertif ini tidak dipelajari sejak dini, maka siswa akan mengalami kesulitan

berkomunikasi dengan orang lain secara asertif. Kesulitan siswa menunjukkan

perilaku asertif dalam berkomunikasi dengan orang lain sangat terkait dengan

adanya berbagai tuntutan perubahan yang sedang dihadapinya (Sparatkin,

1993:19).

Perilaku siswa yang kurang asertif dipandang sebagai perilaku yang

kurang ideal karena dapat menimbulkan dampak buruk bagi diri siswa sendiri

maupun lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu, diperlukan peran dari Guru

bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku asertif siswa.

Bentuk-bentuk perilaku asertif yaitu dapat menolak sesuatu yang bertentangan

dengan dirinya (mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun

negatif), menghormati hak-hak orang lain, dapat mengungkapkan ide atau

pendapat yang tepat tanpa rasa malu, langsung dan tegas, serta berani

menentukan sikap yang bertanggung jawab. (Rini, J. 2001: 15)

Page 6: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

6

Menurut Spratkin, dkk (1993: 25), kemampuan asertif seseorang

tampak melalui serangkaian perilaku, berawal dari perilaku yang sederhana

hingga ke perilaku yang kompleks. Perilaku-perilaku dimaksudkan meliputi:

memperjuangkan hak ( standing up for you rights), membantu orang lain

(helping others), memberi arahan (giving instructions), menyampaikan keluhan

(making a complaint), menanggapi keluhan (answering a complaint) ,

negosiasi (negosiation), kontrol diri (self control), mempengearuhi/meyakinkan

(persuasion), menanggapi bujukan atau pengaruh ( responding to persuasion),

serta mengelola tekanan kelompok (dealing with pressure).

Untuk lebih mengetahui realita yang terjadi terkait masalah sikap asertif

peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan

konseling di SMP Negeri 13 Padang pada tanggal 7 Mei 2012. Berdasarkan

wawancara dengan Guru bimbingan dan konseling diperoleh data bahwa

terdapat 30 siswa yang menunjukkan perilaku yang kurang asertif dari 9 kelas

VIII yang ada di SMP 13 Padang. Siswa yang masih ragu-ragu dalam

menyampaikan pendapat serta komunikasi siswa yang tidak efektif, baik

dengan teman maupun guru. Hal ini terlihat dari beberapa kasus siswa dalam

berinteraksi antara teman yang satu dengan yang lain yaitu tidak bisa menolak

ajakan teman seperti tidak bisa menolak ketika diajak untuk mengobrol di

dalam kelas ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran, keluar pada saat

jam pelajaran, mengeluarkan baju kemeja bagi siswa laki-laki, dan tidak

mengerjakan PR, siswa tersebut kurang bisa untuk mengungkapkan keberatan

Page 7: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

7

kepada teman serta kesulitan untuk memberi keputusan atau membuat pilihan,

di dalam kelas siswa tersebut kurang berani untuk mengungkapkan pendapat/

bertanya tentang materi yang kurang di pahami, bicara dengan pelan dan

tampak ragu-ragu. Menurut keterangan dari Guru bimbingan dan konseling,

siswa yang kurang asertif cenderung mudah terpengaruh karena mereka

memiliki solidaritas dengan teman sebaya yang sangat tinggi. Di lapangan

masih banyak siswa yang belum dapat berperilaku asertif.

Menurut Alberti & Emmos ( 1995 : 35) Perilaku yang kurang asertif

dapat menyebabkan penurunan prestasi akademis siswa. Hal ini terjadi karena

siswa tersebut tidak bisa menolak atau mengungkapkan keberatan terhadap

ajakan temannya untuk melakukan sesuatu yang bersifat negatif dan dapat

mengganggu kegiatan belajarnya. Jika kegiatan belajar terganggu secara

otomatis prestasi akademis siswa akan mengalami penurunan.

Hal ini di dukung juga dengan data yang peroleh peneliti selama

melaksanakan pembinaan professional (binfes) PPK di sekolah yang dimulai

pada tanggal 2 April 2012, yang peneliti jumpai dilapangan dari 9 kelas

tersebut, terdapat siswa yang masih kurang dalam mengembangkan perilaku

asertif, hal ini di tunjukkan dengan perilaku siswa yang ketika maju ke depan

kelas masih ragu-ragu dalam menyampaikan pendapatnya, tidak mampu

menyampaikan kata tidak ketika temannya mengajaknya mengobrol ketika

guru sedang mengajar, komunikasi yang kurang asertif baik dengan teman

maupun dengan guru. Dengan adanya kasus dan masalah berkaitan dengan

Page 8: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

8

perilaku asertif siswa maka peneliti tertarik untuk mendalami lebih jauh dan

melakukan penelitian yang berjudul “Perilaku Asertif Siswa dan Peran Guru

Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 13 Padang”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan peneliti, perilaku asertif sangat baik sekali

untuk di kembangkan pada peserta didik, karena dengan perilaku asertif, siswa

mampu bertindak tegas terhadap pendapat dan haknya tanpa menyakiti

perasaan orang lain dan mampu menyatakan tidak, dan juga mengembangkan

komunikasi yang asertif baik dengan teman maupun guru.

Guru bimbingan dan konseling melalui program layanan bimbingan

dan konseling dapat memberikan pelayanan yang bertujuan untuk

mengembangkan perilaku asertif siswa, karena perilaku asertif bukan bawaan

dari lahir namun hasil yang diperoleh dari belajar.

Berdasarkan informasi awal yang peneliti temui di lapangan, maka

dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang muncul diantaranya:

1. Siswa tidak bisa menolak ajakan teman seperti tidak bisa menolak untuk

keluar kelas ketika aktivitas belajar sedang berlangsung.

2. Siswa mengobrol di dalam kelas ketika guru sedang menjelaskan materi

pelajaran

3. Siswa kurang bisa mengungkapkan keberatan kepada teman ketika di ajak

untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapatnya.

Page 9: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

9

4. Siswa kesulitan untuk memberikan keputusan atau membuat pilihan.

5. Siswa kurang berani untuk mengungkapkan pendapat/ bertanya tentang

materi yang kurang di pahami.

6. Siswa bicara dengan pelan dan tampak ragu-ragu ketika ditanya oleh guru.

7. Komunikasi yang kurang asertif, baik dengan teman maupun dengan guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian di atas dan luasnya masalah yang ada,

maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada hal-hal yang berkaitan

dengan :

1. Perilaku asertif siswa meliputi :

a. Kemampuan menyatakan tidak.

b. Kemampuan membuat pernyataan/permintaan.

c. Kemampuan mengekspresikan perasaan baik positif maupun

negatif, dan

d. Kemampuan membuka dan mengakhiri percakapan.

2. Peran guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan

perilaku asertif siswa di SMP N 13 Padang.

Page 10: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

10

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah

penelitian, maka masalah pokok dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan, sebagai berikut:

1. Sejauh mana gambaran umum perilaku asertif siswa? dilihat dari

aspek :

a. Kemampuan siswa menyatakan tidak.

b. Kemampuan siswa membuat pernyataan/permintaan.

c. Kemampuan siswa mengekspresikan perasaan baik positif

maupun negatif, dan

d. Kemampuan membuka dan mengakhiri percakapan

2. Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam

mengembangkan perilaku asertif siswa di SMP N 13 Padang?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan mengungkap dan mendapatkan

gambaran umum mengenai perilaku asertif siswa dan peran guru bimbingan

dan konseling di SMP N 13 Padang.

Secara khusus tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan dan

menganalisis data empiris tentang :

1. Gambaran umum perilaku asertif siswa dilihat dari aspek :

a. Kemampuan siswa menyatakan tidak.

b. Kemampuan siswa membuat pernyataan/permintaan.

Page 11: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

11

c. Kemampuan mengekspresikan perasaan baik positif maupun

negatif.

d. Kemampuan membuka dan mengakhiri percakapan.

2. Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam

mengembangkan perilaku asertif siswa di SMP N 13 Padang?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan teori tentang perilaku asertif siswa, dan dapat

dijadikan sumber informasi pendidikan bagi mahasiswa Pascasarjana Program

Studi Bimbingan dan Konseling khususnya tentang perilaku asertif siswa di

sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat merencanakan program

layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku

asertif siswa sehingga siswa dapat berperilaku secara asertif baik dalam

berkomuniksi maupun bersikap.

b. Bagi Personil Sekolah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali

Kelas, Guru Mata Pelajaran)

Page 12: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

12

Dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, atau visi tentang

perilaku asertif dan pengembangannya.

c. Bagi siswa

Agar siswa dapat mengetahui dan memahami bahwa perilaku

asertif sangatlah baik dimiliki bagi setiap individu, baik dalam

berpendapat maupun dalam berkomunikasi, terutama siswa dalam

menyampaikan hak dan pendapatnya tanpa menyakiti perasaan orang

lain.

Page 13: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Asertif

Untuk dapat lebih memahami pengertian perilaku asertif, perlu kiranya

dipahami terlebih dahulu arti dari perilaku. Menurut Reber (1985:84) perilaku

adalah “a generic term covering acts, activities , reactions, movement, process,

operation, etc., in short, any measurable response of organism”. Andi

Mappiare (2006:30) mendefinisikan perilaku sebagai suatu gerak kompleks

yang dilakukan individu terhadap situasi tersedia”.

Edwin G. Boring (dalam Andi Mappiare, 2006:30) menyatakan bahwa

perilaku merupakan kumpulan respon yang menjadi sangat kompleks yang

selalu berkaitan dengan situasi, sebagaimana sebuah respons selalu terkait

dengan stimulus. Sedangkan J. Chaplin (2008:53), behavior (tingkah laku,

kelakuan, perilaku, tindak tanduk, perangai) adalah satu perbuatan atau

aktivitas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah

dinamika gerak individu berupa aksi, aktivitas, gerakan, operasi, proses, bersifat

kompleks, terkait dengan situasi dan terukur.

Page 14: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

14

Istilah asertif berasal dari kata bahasa inggris to assert yang artinya

menyatakan, menegaskan. Jika dikaitkan dengan perilaku (assertive behavior)

diartikan sebagai tingkah laku yang tegas. Dari istilah tersebut kemudian

diartikan secara lebih luas oleh para ahli berikut ini. Selanjutnya pendapat ahli

tentang pengertian perilaku asertif, diantaranya Rich & Schoedar (dalam

Nursalim, dkk, 2005:128) merekomendasikan suatu definisi fungsional perilaku

asertif dengan menyatakan bahwa “perilaku asertif adalah keterampilan untuk

menemukan, mempertahankan, dan meningkatkan penguat (reinforcement)

dalam suatu situasi interpersonal melalui suatu ekspresi perasaan atau

keinginan, dimana ekspresi tersebut mengandung resiko kehilangan penguat

bahkan memberikan konsekuensi hukuman”. Rich dan Schroeder

memformulasikan bentuk perilaku asertif sebagai kecakapan mengekspresikan

emosi baik secara verbal maupun non verbal.

Lawrence (dalam Nursalim, dkk, 2005:128) mengembangkan definisi

fungsional yang diajukan oleh Rich dan Schoedar tersebut dengan mengajukan

suatu definisi operasional yaitu “suatu perilaku asertif merupakan ketrampilan

yang dipelajari untuk menyesuaikan perilaku seseorang dengan tuntutan situasi

interpersonal guna menemukan, mempertahankan, dan meningktkan penguat

atau mengurangi resiko memperoleh hukuman atau kehilangan penguat.

Menurut Jakuwboski & Lange (dalam Nursalim, dkk, 2005:125)

“mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku yang dapat membela

kepentingan pribadi, mengekspresikan perasaan dan pikiran baik yang positif

Page 15: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

15

maupun negatif secara jujur dan langsung tanpa mengurangi hak-hak atau

kepentingan orang lain”.

Dari pendapat yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku asertif adalah suatu perilaku verbal dan non verbal yang

mengekspresikan penghargaan, hak atau kepentingan baik pribadi maupun

orang lain, dan keterbukaan diri.

Menurut Lazarus (Fensterheim, l980: 75), pengertian perilaku asertif

mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena

adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain

meliputi : menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak

tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan

emosi.

Lazarus (dalam Nursalim, 2005:128) mengemukakan definisi

operasional dari perilaku Asertif yang ia samakan dengan empat kemampuan

interpersonal yaitu : 1) kemampuan menyatakan tidak, 2) kemampuan membuat

pernyataan/permintaan, 3) kemampuan mengekspresikan perasaan baik positif

maupun negatif, dan 4) kemampuan membuka dan mengakhiri percakapan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah

tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas

dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan

dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.

Page 16: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

16

a. Aspek-aspek Perilaku Asertif

Alberti & Emmons (1995: 42) menyebutkan ada sepuluh pokok

kunci yang merupakan aspek-aspek yang harus ada pada setiap perilaku

asertif yang dimunculkan oleh seseorang. Kesepuluh pokok kunci tersebut

adalah :1) Pengungkapan diri, 2) Penghormatan terhadap orang lain, 3)

Jujur, 4) Langsung, 5) Tidak membedakan, menguntungkan semua pihak, 6)

Verbal, termasuk isi pesan (perasaan, hak-hak, fakta. Pendapat-pendapat,

permintaan-permintaan dan batasan-batasan), 7) Nonverbal, termasuk gaya

dan pesan (kontak mata, suara, postur, ekspresi muka, gesture, jarak, waktu,

kelancaran dan mendengarkan), 8) Bukan suatu yang universal, 9)

Bertanggung jawab secara sosial, 10) Dipelajari, bukan sesuatu yang dibawa

sejak lahir

b. Ciri-ciri Perilaku Individu dengan Perilaku Asertif

Lange dan Jakubowski (1978: 30) mengemukakan lima ciri-ciri

individu dengan perilaku asertif. Ciri-ciri yang dimaksud adalah: 1)

Menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri berarti menghormati hak-

hak yang mereka miliki, tetapi tidak berarti menyerah atau selalu menyetujui

apa yang diinginkan orang lain. Artinya, individu tidak harus menurut dan

takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang tersebut

lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi, 2) Berani

mengemukakan pendapat secara langsung yaitu perilaku asertif

memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan

Page 17: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

17

kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur, 3) Kejujuran, yaitu bertindak

jujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat

mengkomunikasikan perasaan, pendapat atau pilihan tanpa merugikan diri

sendiri atau orang lain, 4) Memperhatikan situasi dan kondisi, yaitu semua

jenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan terjadi dalam

konteks tertentu. Dalam bertindak asertif, seseorang harus dapat

memperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dan kualitas

hubungan, 5) Bahasa tubuh, yaitu dalam bertindak asertif yang terpenting

bukanlah apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Bahasa

tubuh yang menghambat komunikasi, misalnya: jarang tersenyum, terlihat

kaku, mengerutkan muka, berbicara kaku, bibir terkatup rapat, mendominasi

pembicaraan, tidak berani melakukan kontak mata dan nada bicara tidak

tepat.

Zastrow (dalam Nursalim, 2005: 121) mengemukakan ciri-ciri

interaksi individu yang asertif yaitu: 1) Individu menjawab dengan spontan,

2) Berbicara dengan nada dan volume yang layak, 3) Melihat kearah

lawan bicara, 4) Berbicara pada isu, 5) Mengekspresikan perasaan dan

pendapat dengan terbuka, 6) Melihat dirinya sama dengan orang lain, 7)

Tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain

Page 18: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

18

c. Manfaat Perilaku Asertif

Menurut Alberti & Emon (dalam Nursalim, 2005:131)

mengemukakan bahwa, sebagai hasil dari perilaku asertif individu dapat :

a)Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam mengekspresikan diri

sendiri, b) Mengurangi rasa cemas, c) Mengatasi depresi, d) Memperoleh

respek/ penghargaan lebih besar dari orang lain, e) Lebih dapat

mencapai tujuan hidup, f) Meningkatkan level pemahaman diri, g)

Meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi lebih efektif dengan orang

lain

2. Peran Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor

a. Peran

Menurut Teori Peran (role theory) peran adalah sekumpulan tingkah

laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu (Sarbin & Allen, 1968;

Biddle & Thomas, 1966 dalam Yamin Setiawan, 2008 online akses 7 Mei

2012). Menurut teori ini peran yang berbeda membuat jenis tingkah laku

yang berbeda pula. Tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam

situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relative independent (bebas) pada

seseorang yang menjalankan peranan tersebut."

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 1155) kata ‘peran’

berarti pemain.Sedangkan kata ‘peranan’ berarti bagian yang dmainkan

seorang pemain. Sedangkan kata ‘peranan’ berarti bagian yang dmainkan

seorang pemain atau fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan.

Page 19: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

19

Menurut J.P Chaplin (2008:439) role (peranan) adalah fungsi individu atau

peranannya dalam satu kelompok atau institusi. Sedangkan menurut Andi

Mappiare (2006:284) role adalah tingkah laku yang dianggap layak bagi

kedudukan, jabatan, atau status seseorang dalam masyarakat.

Menurut Keith Davis dan John W. Newstronm (1982:32)

menyatakan pengertian peran sebagai berikut:

A role pattern of actions person in activities involving others. Role of reflects a person’s position in social system, with its accompanying right and abligation, power and responspility, ini order to be able to interact with each other, people need some way to ancipate others behavior.

Berdasarkan pernyataan tersebut, peran diartikan sebagai pola

tindakan yang diharapkan dari sesorang yang melibatkan orang lain. Peran

mencerminkan posisi seseorang dalam berinteraksi, bersentuhan dengan

system social, hak dan kewajiban, kekuasan dan disertai dengan tanggung

jawab.

Menurut Oemar Hamalik (2009:33) yang di maksud sebagai peran

ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua

petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Peran dapat diartikan sebagai

perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu

(Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, 2009:745). Sedangkan menurut J. Dwi

Narwoko dan Bagong Suyanto (2006:158) peran (role) merupakan aspek

yang dinamis dari kedudukan (status). Khusus dalam konseling.

Ditunjukkan oleh C. Gilbert Wrenn, bahwa peran konselor terdapat dalam

Page 20: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

20

latar mana pun dia bekerja, namun fungsinya adalah bidang aktivitas khas

konselor professional (Andi Mappiare, 2006:284).

Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa peran (role)

lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu

posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran.

Peran guru bimbingan dan konseling adalah kedudukan seseorang guru

bimbingan dan konseling dalam menampilkan unjuk kerjanya karena berkaitan

dengan kemampuan, kekuasaan, hak, dan kewajiban serta tanggung jawab

dalam melaksanakan pelayanan konseling secara professional, didukung

dengan keterampilan, pengetahuan, pemahaman, dan wawasan untuk

memberikan bantuan sehingga sehingga memenuhi kebutuhan siswa.

Peran guru bimbingan dan konseling yang dimaksudkan adalah

beberapa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling

sebagaimana posisi guru bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan

perannya dalam mengembangkan perilaku asertif pada siswa di SMP Negeri 13

Padang aalah beberapa aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh guru

bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengembangkan perilaku

asertif yang ada pada dirinya.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling

Proses pendidikan di sekolah tidak bisa berjalan dengan baik

apabila semua personil, baik kepala sekolah, guru bimbingan dan

Page 21: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

21

konseling, orang tua, dan siswa saling berkerja sama dalam menjalankan

fungsi dan perannya masing-masing, terutama guru bimbingan dan

konseling yang mempunyai peran penting dalam menjalankan program

layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Menurut Oemar Hamalik (2009:34) menjelaskan sehubungan

dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus:

a) Mengumpulkan data tentang siswa, b) mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari, c) Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus, d) mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak, e) berkerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa, f) membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik, g) menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu, h) berkerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan permasalahan siswa, i) menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya, j) meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008, tugas guru

bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik dalam:

1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

2. Pengembangan kehidupan social, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan social dan industrial yang harmonis, dianmis, berkeadilan, dan bermartabat.

3. Pengembangan kemapuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/ marasah secara mandiri.

Page 22: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

22

4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Pasal 39 Ayat 2 undang-undang no 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan:

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengeabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Semua pendidk, termasuk di dalamnya guru bimbingan dan konseling

melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan, dan pelatihan

dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor,

serta keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana

telah diutarakan diatas, guru bimbingan dan konseling adalah tenaga

professional yang bertugas: 1) merencanakan dan menyelenggarakan proses

pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaran, 3) serta melakukan

pembimbingan dan pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud

adalah melaksanakan pelayanan BK berupa berbagai jenis kegiatan pendukung

serta berbagai keterkaitannya.

Guru bimbingan dan konseling mempunyai tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling

terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling

merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya,

Page 23: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

23

penyesuain terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya.

Prayitno (2004:3) menyebutkan bahwa pada hakekatnya pelaksanaan

bimbingan dan konseling di sekolah utuk mencapai tri sukses, yaitu sukses

bidang akademik, sukses dalam persiapan karir, dan sukses dalam hubungan

sosial kemasyarakatan.

Menurut Syamsu Yusuf, (2006:35) mengemukakan tugas guru

bimbingan dan konseling, yaitu:

1) memahami konsep-konsep bimbingan dan konseling, serta ilmu bantu lainnya, 2) memahami karakteristik pribadi siswa, khususnya tugas-tugas perkembangan siswa dan factor-faktor yang mempengaruhinya. 3) mensosialisasikan program layanan bimbingan dan konseling, 4) merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling, 5) melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling, yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan system. 6) mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir), 7) menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi, 8) menjadi guru dan kesulitan bagi guru dan orang tua siswa, 9) berkerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait, 10) mengadministrasikan program layanan bimbingan, 11) menampilkan diri secara matang, baik menyangkut aspek emosional, sosial, maupun spiritual, 12) memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa, 13) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada kepala sekolah.

Dari beberapa sumber diatas,dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan

dan konseling memiliki peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan

bimbingan dan konseling di sekolah secara professional dan terprogram yang

dilaksanakan dalam bentuk nyata melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan

pendukung bimbingan dan konseling.

Page 24: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

24

Guru bimbingan dan konseling sebagai salah satu pelaksana pendidikan

di sekolah memiliki tugas khusus untuk memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada semua siswa, terutama dalam membantu siswa dalam

mengatasi masalah yang dihadapinya dan upaya memandirikan serta

mengembangkan segenap potensinya. Hal ini sesuai dengan fungsi pelayanan

bimbingan dan konseling sebagaimana dikemukakan Prayitno dan Erman Amti

(1999:197) bahwa fungsi pelayanan BK meliputi: 1) Fungsi pemahaman, 2)

Fungsu pencegahan, 3) Fungsi pengentasan, Fungsi pemeliharaan dan

pengembangan, 5) Fungsi advokasi.

Fungsi pelayanan bimbingan dan konseling tersebut dapat diwujudkan

melalui berbagai jenis layanan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

dengan berpedoman pada pola BK 17 Plus yang didasarkan pada satu wawasan

dan pengetahuan yang menetap tentang bimbingan dan konseling. Adapun

konsep BK 17 Plus yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Enam bidang bimbingan, terdiri dari:

a) Bidang bimbingan pribadi adalah bimbingan yang membantu siswa

menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani.

b) Bidang bimbingan sosial adalah bidang bimbingan yang membantu siswa

mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi

pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.

Page 25: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

25

c) Bidang bimbingan belajar adalah bidang bimbingan yang membantu siswa

mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk

meguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan melanjutka

n pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

d) Bidang bimbingan karir adalah bidang bimbingan yang memantu siswa

mengenal dan memahami serta menemukan dan mengembangkan masa

depan karirnya.

e) Bidang bimbingan kehidupan berkeluarga adalah bidang bimbingan yang

membantu siswa dalam memahami kehidupan berkeluarga dan

mempersiapkan mental untuk menghadapinya.

f) Bidang bimbingan kehidupan keagamaan adalah bidang bimbingan yang

membantu siswa memahami aspek-aspek keagamaan untuk kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

2) Sepuluh jenis layanan, terdiri dari dari:

a) Layanan Orientasi, b) Layanan Informasi), c) Layanan penempatan dan

penyaluran, d) layanan penguasaan konten, e) Layanan konseling

individual, f) Layanan bimbingan kelompok, g) layanan konseling

kelompok, h) Layanan konsultasi, i) Layanan Mediasi, j) Layanan

Advokasi.

3) Enam kegiatan pendukung terdiri dari:

a. Aplikasi instrumentasi,

Page 26: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

26

b. Himpunan data,

c. Konfrensi kasus,

d. Kunjungan rumah,

e. Tampilan pustaka,

f. Alih tangan kasus.

Pelayanan bimbingan dan konseling pola 17 plus tersebut hendaknya

betul-betul dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah dengan

mempertimbangkan berbagai asas dan tingkat kebutuhan serta permasalahan

yang dialami oleh siswa. Hal ini sebagamana dikemukakan Prayitno dan

Erman Amti (1999:128) mengungkapkan bahwa seringkali terjadi, untuk

masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan. Masalah yang

tampaknya “sama” setelah dikaji secara mendalam mungkin ternyata

hakikatnya berbeda, sehingga dierlukan cara yang berberda untuk

mengatasinya.

Guru bimbingan dan konseling hendaknya memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling kepada siswa disesuaikan dengan keunikan dan

kebutuhan masing-masing siswa. Karena pada dasarnya setiap individu itu

berbeda, sehingga dalam menangani masalah siswa, guru bimbingan dan

konseling harus menyesuaikan dengan pribadi siswa.

Page 27: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

27

c. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan perilaku

asertif siswa di SMP N 13 Padang

Layanan bimbingan dan konseling di sekolah ditujukan kepada siswa-

siswa yang ada di sekolah yang bertujuan membantu siswa dalam

mengembangkan dirinya agar menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Poses

mengembangkan diri siswa ini dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara

guru bimbingan dan konseling dengan siswa.

Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan dengan

melakasanakan setiap layanan yang efektif kepada siswa agar siswa secara

aktif dan mandiri melihat dan menemukan masalahnya sehingga

berkembangnya KES dan terhindarnya siswa dari KES-T yang bertujuan pada

optimalisasi proses perkembangan dan belajar siswa.

Seorang guru bimbingan dan konseling di dalam menjalankan tugasnya

dituntut untuk memiliki kemampuan untuk selalu bisa berperan sebagai

fasilitator dalam membangkitkan semangat belajar siswa, mengidentifikasikan

kesulitan belajar, mengidentifikasikan factor-faktor penyebab kesulitan belajar,

memberikan layanan konseling akademik, berkerjasama dengan guru tenaga

pengajar lainnya dalam penngajaran remedial, dan membuat rekomendasi/

refrensi kepada pihak yang lebih kompeten untuk menyelesaikan permasalahan

anak didik (Akur Sudianto dan A. Juntika, 2005:12).

Mengingat pentingnya peranan layanan bimbingan serta peranan guru

bimbingan dan konseling dalam menuntaskan hambatan-hambatan yang

Page 28: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

28

dialami dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dan mengembangkannya,

maka perlu kiranya seorang guru bimbingan dan konseling memahami dan

mendalami perilaku asertif terkait dengan perilaku asertif yang di miliki oleh

siswa sehingga siswa tidak berperilaku pasif ataupu agresif.

Sebagaimana guru bimbingan dan konseling pahami, siswa merupakan

individu yang sedang berkembang dan unik yang berbeda satu dengan lainnya,

perbedaan ini tidak hanya bersifat fisik namun juga psikologis. Perbedaan

inilah yang terkadang menimbulkan berbagai konflik yang terjadi dalam setiap

hubungan yang terjadi antara masing-masing individu yang satu dengan yang

lainnya dalam situasi hubungan sosial yang terjadi si sekolah jika perilaku yang

timbul kurang asertif.

Kurangnya pemahaman dan penghargaan siswa bahkan lingkungan

dimana siswa berada, terhadap perbedaan individual inilah yang menyebabkan

siswa menjadi kurang asertif baik dalam menyatakan pendapat maupun dalam

berkomuniksi dengan baik di lingkungannya. Oleh karena itu dibutuhkan peran

guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pelayanan untuk dapat

mengembangkan perilaku asertif siswa, karena perilaku asertif bukan

merupakan bawaan dari lahir namun di dapat dari hasil belajar, terutama dalam

lingkungan sosialnya.

Dari pembahasan di atas tergambar bahwa perilaku asertif sangat baik

sekali untuk dikembangkan pada diri setiap siswa, agar siswa menjadi pribadi

Page 29: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

29

yang mandiri da tegas baik dalam menyampaikan penaapatnya mapun dalam

berkomunikasi di lingkungannya terutama pada lingkungan sekolah.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan

dan konseling dalam mengembangkan perilaku asertif di sekolah, sesuai

dengan fungsi dari layanan bimbingan dan konseling itu sendiri menurut

prayitno (1997-23-24), yaitu:

1. Fungsi pemahaman, yaiu fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai

dengan kepentingan pengembangan peserta didik; pemahaman itu meliputi:

a. Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua,

guru pada umumnya dan guru bimbingan dan konseling.

b. Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya

lingkungan keluarga da sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang

tua, guru pada umumnya, dan guru bimbingan dan konseling.

c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya

informasi pendidikan, informasi jbatan pekerjaan, dan informasi sosial

dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh siswa.

2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan terhindarnya siswa dari permasalahan yang mungkin timbul,

yang dapat mengganggu, menghambat serta menimbulkan kesulitan dan

kerugian-kerugian tertentu dalam proses pembelajaran dan

perkembangannya.

Page 30: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

30

3. Fungsi pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalaha yang

dialami siswa.

4. Fungsi pemelliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan berkembangnya

berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka

perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggrAan berbagai

jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fingsi itu.

Menurut Prayitno (2007:5-7) bidang pelayanan bimbingan yang harus

dijalankan oleh guru bimbingan dan konseling adalah:

a. Bidang pengembangan kehiupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang

membantu peserta didik dala memahami, menilai dan mengembangkan

potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik

kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistic. Dalam bidang

bimbingan pribadi guru bimbingan dan konseling bertugas membantu

siswa sehingga menjadi pribadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, serta sehat jasmani dan rohani.

Adapun hal-hal yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling

adaalah: menunjukkan kepada siswa tentang kepekaan dan kepedulian

terhadap perkembangan pribadi peserta didik, termasuk kegiatan

Page 31: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

31

keagamaan mereka serta mengembangkan kompetensi kehidupan pribadi

peserta didik dengan cara mengembangkan hubungan dan komunkasi

pribadi dengan peserta didik, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait

terutama guru dan orang tua dalam mengembangkan pribadi peserta didik.

b. Pengembangan kehidupan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu

peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan

kemampuan hubungan sosial yang sehat daan efektif dengan teman sebaya,

anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

Hal yang harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling

adalah menunjukkan kepekaan terhadap kepedulian terhadap kehidupan

dan hubungan sosial peserta didik serta mengembangkan kompetensi

hubungan sosial peserta didik dengan cara mengembangkan hubungan

sosial yang positif da dinamis dengan sesame peserta didik yang menjai

tanggung jawabnya dengan menggunakan instrument yang tepat,

berkerjasama dengan pihak terkait, terutama guru dan orang tua guna

mengembangkan kegiatan hubungan sosial peserta didik, terutama dalam

penelitian ini mengembangkan perilaku asertif siswa.

c. Pengembangan kegiatan kemampuan belajar, hal yang harus dilakukan

guru bimbingan dan konseling adalah menunjukkan kepekaan dan

kepedulian terhadap kegiatan dan kemampuan belajar peserta didik serta

menyelenggarakan pelayanan konselingn untuk meningkatkan kegiatan dan

kemampuan belajar peserta didik.

Page 32: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

32

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2000:43-46) materi jenis-jenis layanan

yang perlu dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling adalah:

a. Layanan Orientasi, dalam hal ini guna membantu siswa untuk mampu

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya, guru bimbingan dan

konseling hendaknya mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap

siswa untuk dapat memahami lingkungan sekolahnya, guna mempermudah

dan memperlancar berperannya siswa dalam lingkungan sekolahnya materi

layanan yang perlu diberikan adalah: pengenalan lingkungan dan semua

fasilitas sekolah, peraturan serta hak dan kewajiban siswa, organisasi dan

wadah yang mampu membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa,

kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya serta peran pelayanan

bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan

kesulitan yang dihadapi siswa.

b. Layanan Informasi, adapun materi layanan informasi yang perlu diberikan

kepada peserta didik adalah: informasi tentang tugas-tugas perkembangan

masa remaja berupa kemapuan dan perkembangan pribadi, informasi

tentang nilai-nilai sosial dan cara berperilaku dan berkembang dalam

lingkungan masyarakat, usaha untuk mengembangkan kemampuan dalam

berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan teman sebaya dan orang lain

serta informasi tentang cara belajar yang baik di rumah dan disekolah.

Page 33: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

33

c. Layanan penguasaan konten, adapun materi khusus untuk layanan

penguasaan konten ini adalah kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan

kebiasaan yang baik, keterampila belajar, program pengayaan.

d. Layanan Konseling Individual, yang harus dilakukan oleh guru bimbingan

dan konseling dalam hal ini dapat berupa pengenalan dan pemahaman

permasalahan yang dihadapi siswa, memberikan analisis yang tepat.

Melakukan aplikasi dan pemcahan masalah terhdap permasalahan siswa,

mengevaluasi konseling yang diberikan baik di awal maupun akhir, yang

terakhir adalah tindak lanjut, materi yang dapat diberikan antara lain:

1) Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan

minat serta penyalurannya.

2) Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.

3) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi , menerima dan

menyampaikan pendapat, baik dirumah, sekolah, dan masyarakat.

4) Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin, serta

pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi

diri.

5) Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga, dan

sosial.

e. Layanan Konseling Kelompok, pada hakikatnya layana ini adalah suatu

proses komunikasi antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan

perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil

Page 34: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

34

mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan guru bimbingan dan

konseling. Dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai

kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu kea

raj yang lebih baik dari sebelumnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru bimbingan dan

konseling menjadi sangat penting dalam membantu siswa dalam

mengembangkan perilaku a sertifnya, terutama dilingkungan sekolah, agar

siswa dapat berperilaku asertif ketika mengemukakan pendapat serta dalam

berkkomunkasi di lingkungan sekitarnya, siswa dapat menjadi pribadi yang

percaya diri, ceria, mampu beradaptasi dengan lingkungannya, menghargai

orang lain dan dirinya, berpikir jernih, bisa mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya ditengah masyarakat.

Agar kegiatan pelayanan benar-benar menunjukkan hasil yang baik,

perlu disusun dan dirumuskan program layanan sedemikian rupa sehingga

benar-benar dirasakan manfaatnya serta meningkatkan kualitas siswa yang

menerima bantuan tersebut. Idealnya seluruh layanan bimbingan dan konseling

yang akan diselenggarakan kepada siswa harus disusun sedemikian rupa

berdasarkan need assessment dan ketentuan yang ada, baik program

mingguan, bulanan, semesteran dan program tahunan.

Page 35: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

35

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian tentang latar belakang, kajian pustaka, kondisi

sementara dilapangan dan permasalahan penelitian, maka secara singkat penelitian

ini berusaha untuk mengungkap permasalahan yang berkaitan dengan perilaku

asertif siswa dan peran guru pembimbing dalam mengembangkannya.

Permasalahan ini sangat menarik untuk diteliti, dalam penelitian ini seorang

konselor atau guru pembimbing di lingkungan sekolah mengetahui,

mengungkapkan dan mengembangkan perilaku asertif siswa.

Lebih jelas penulis kemukakan perilaku asertif siswa dan peran guru

pembimbing dalam mengembangkan dalam skema kerangka gambaran berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hakikatnya pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang

memungkinkan setiap peserta didik mengembangkan bakat, minat, dan

kemampuannya secara optimal dan utuh yang mencakup ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor.

Perilaku Asertif siswa

a. Kemampuan menyatakan tidak.

b. Kemampuan membuat pernyataan/permintaan.

c. Kemampuan mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif, dan

d. Kemampuan membuka dan mengakhiri percakapan

Peran Guru BK dalam mengembangkan perilaku asertif

Layanan Bimbingan Konseling

a. Layanan Informasib. Layanan Penguasaan Kontenc. Layanan Konseling

Peroranngand. Layanan Konseling

Kelompok

Page 36: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

36

Guru BK adalah pendidik dan menyelenggaraan layanan bimbingan dan

konseling di sekolah merupakan tugas pokok guru BK di sekolah. Dalam hal ini,

guru BK harus mampu mengembangkan dan melaksanakannya sesuai dengan

fungsi kontrolnya sebagai penanggungjawab layanan bimbingan dan konseling di

sekolah, yang bermuara pada terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian

siswa secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan

YME, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan

manusia dan alam semesta.

Dalam mengembangkan perilaku asertif siswa diperlukan peran aktif dari

guru BK sebagai seorang pendidik yang memberikan layanan, agar siswa dapat

mengembangkan kemampuannya dalam menyatakan tidak, membuat pernyataan/

permintaan, mampu mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif, dan

mampu membuka dan mengakhiri percakapan sehingga berimplikasi pada perilaku

siswa yang asertif.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Esti Trisnaningtyas dan Mochamad Nursalim (2009) yang berjudul

“Penerapan Latihan Asertif untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi

Interpersonal Siswa”. Penelitian ini mengungkap bahwa penerapan latihan asertif

dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Liza Marini dan Elvi Andriani

(2005) yang berjudul “Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau dari Pola Asuh

Page 37: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

37

Orang Tua”. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan

dalam asertivitas remaja ditinjau dari pola asuh orang tua. Subjek dengan pola asuh

authoritative lebih asertif daripada subjek dengan pola asuh authoritarian,

permissive, dan uninvolved.

Page 38: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan mixing method yang

berupaya untuk memadukan metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif

dalam mengungkapkan gambaran perilaku asertif siswa secara deskriptif analitik.

Data kuantitatif diperoleh melalui sejumlah alat pengumpul data dan dianalisis

dengan rumus statistik, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara

dan datanya dianalisis secara naratif untuk mendeskripsikan berbagai hal yang

menjadi inti penelitian (Julia Brannen, 2004:19-20).

Selanjutnya A. Muri Yusuf, (2005:83) memperjelas bahwa penelitian

dengan metode deskriptif analitik adalah penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara mendetail

apa adanya. Tujuan utama penelitian ini adalah menggambarkan secara cermat dan

sistematis subjek yang diteliti dengan menggunakan data kuantitatif. Data

dikumpulkan dengan sejumlah instrumen yang diolah dengan bantuan statistik

program SPSS 17.

Page 39: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

39

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut A. Muri Yusuf (2005:183) populasi adalah keseluruhan

manusia yang terdapat dalam seluruh area yang telah ditetapkan. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 13 Padang berjumlah 323

orang, terdiri dari 167 orang laki-laki dan 156 orang perempuan yang terdaftar

pada tahun ajaran 2011/2012. Selain itu guru bimbingan dan konseling yang

berjumlah 8 orang juga menjadi populasi dalam penelitian ini. Adapun rincian

dalam penelitian ini terdapat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel. 1 Jumlah Populasi Penelitian

(Tabel 1)(Sumber: Dokumentasi TU SMP N 13 Padang)

NO KELAS JUMLAH

1 VII.1 362 VII.2 363 VII.3 364 VII.4 365 VII.5 366 VII.6 367 VII.7 368 VII.8 369 VII.9 36JUMLAH 323

Page 40: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

40

2. Sampel

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah siswa sebagai populasi

penelitian sebanyak 323 orang. Populasi tersebut cukup banyak, oleh sebab itu

perlu dilkukan penarikan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang

terpilih dan mewakili dari populasi tersebut (A. Muri Yusuf, 2007:186).

Sampling yang dilakukan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan dalam

pengambilan sampel, yaitu sampel harus dapat mewakili populasi dan

karakteristiknya.

Penarikan sampel penelitian merupakan prasyarat untuk menganalisis data

dalam penelitian ini. Penarikan sampel dilakukan secara stratified random

sampling, yang merupakan suatu prosedur menentukan sampel dengan

membagi populasi atas beberapa strata sehingga tiap strata menjadi homogen

dan tidak tumpang tindih dengan kelompok lain (A. Muri Yusuf, 2007:198).

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan, maka dipakai

rumus Solvin (dalam Riduwan, 2005:65) yaitu:

n= N

1+N e2

Keterangan: n = jumlah sampelN = jumlah populasie = presesi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel (ditetapkan 5%)

Page 41: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

41

n= 3231+323¿¿

n= 3231+323 (0.0025)

n= 3231.8075

n=179

dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel

penelitian yaitu 179 siswa.

Untuk menarik sampel pada sub kelompok, maka di ambil dengan rumus

sederhana (A. Muri Yusuf, 2005: 202) berikut :

Sampel Sub Kelompok ¿Jumlah Masing−masing Kelompok

JumlahTotalx Besar Sampel

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka sampel masing-masing

kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Sampel Penelitian

NO KELASJUMLAH SAMPEL

1 VII.1 202 VII.2 203 VII.3 204 VII.4 205 VII.5 206 VII.6 207 VII.7 208 VII.8 199 VII.9 20JUMLAH 179

Page 42: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

42

C. Defenisi Operasional

Menghindari terjadinya interpretasi yang berbeda-beda dan kerancuan

pemahaman tentang aspek-aspek yang menjadi variabel penelitian, maka berikut

disajikan penjelasan defenisi operasional masing-masing variabel, teknik serta

skala pengukurannya.

1. Perilaku Asertif

Perilaku merupakan suatu gerak kompleks yang dilakukan individu

terhadap situasi tersedia, Sedangkan perilaku Asertif adalah perilaku yang

menyatakan ketegasan baik verbal maupun non verbal dalam

mengekspresikan penghargaan, hak atau kepentingan baik pribadi maupun

orang lain, dan keterbukaan diri. Pada prinsipnya perilaku asertif adalah

kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta

tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan

positif maupun negatif, kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai

pembicaraan dengan menjaga hak dan perasaan orang lain.

Indikator perilaku Asertif adalah sebagai berikut: 1) kemampuan

menyatakan tidak, 2) kemampuan membuat pernyataan/permintaan, 3)

kemampuan mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif, dan 4)

kemampuan membuka dan mengakhiri percakapan.

Page 43: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

43

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah

tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur,

tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan

emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.

2. Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Peran guru bimbingan dan konseling adalah menjalankan fungsi dan

tugasnya sebagai guru bimbingan dan konseling, dalam hal ini berdasarkan

kemampuan, kekuasaan, hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam

melaksanakan pelayanan konseling secara professional, didukung dengan

keterampilan, pengetahuan, pemahaman, dan wawasan untuk memberikan

bantuan dalam mengembangkan perilaku asertif siswa, sehingga siswa mampu

berkomunikasi secarara efektif, baik di lingkungan sekolah maupun di

lingkungan tempat tinggalnya.

D. Pengembangan Instrumen

1. Instrumen yang digunakan

Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai

dengan subjek penelitian pada siswa dan guru bimbingan dan konseling.

Instrumen yang digunakan untuk mengungkapkan perilaku asertif siswa adalah

angket. Sedangkan untuk mengetahui peran guru bimbingan dan konseling

dalam mengembangkan perilaku aserif siswa digunakan pedoman wawancara.

Page 44: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

44

Angket berisi sejumlah pernyataan yang diajukan pada siswa dalam

bentuk 5 (lima) alternatif jawaban yang disesuaikan dengan tujuan dari

pernyataan tersebut. Pola ini menurut para ahli sesuai untuk menyatakan

pendapat seseorang mengenai suatu objek tertentu, seperti yang di ungkapkan

oleh Sugiyono (2008:93).

Dalam skala Likert disajikan satu seri pertanyaan-pertanyaan

sederhana, kemudian responden di ukur sikapnya untuk menjawab dengan

memilih salah satu jawaban diantara lima pilihan jawaban yang telah

disediakan, yaitu: 1) Selalu, 2) Sering, 3) Kadang-kadang, 4) Tidak Pernah

(Sugiyono, 2008:93). Angket disusun berpedoman pada kisi-kisi yang telah

dibuat berdasarkan teori dengan menentukan variabel, sub varibel, dan

indikator.

2. Uji Validitas Instrumen yang disusun sebelumnya.

Validitas adalah seberapa jauh instrumen itu mengukur apa yang

hendak diukur (A. Muri Yusuf, 2005:11), sehingga untuk mendapatkan

construct validity yang tinggi adalah ketepatan, kesesuaian dan kebenaran

construct yang disusun sebelumnya.

Konsep angket yang telah disusun kemudian dikonsultasikan dengan

dosen pembimbing dan di timbang oleh tiga orang ahli lainnya untuk melihat

construct dan face vaidity-nya. Dalam konsultasi dibahas bentuk, isi, bahasa,

fenomena dan lay out yang dipakai dalam angket. Apabila para ahli yang

menimbang atau memandang bahwa instrumen tersebut sudah mencerminkan

Page 45: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

45

wilayah isi dengan memadai, maka instrumen tersebut dapat dikatakan telah

memadai (valid). Setelah ditimbang dilakukan beberapa perubahan dan

perbaikan sehingga instrumen dapat diujicobakan sesuai dengan fokus

penelitian tentang perilaku asertif siswa.

Reliabilitas pada instrument penelitian ini mengacu kepada sejauh

mana konsistensi suatu alat ukur yang digunakan dalam mengukur apa yang

hendak diukur. Menurut A. Muri Yusuf (1996:26) “Reliabilitas adalah

konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu

yang sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda”.

Teknik yang digunakan dalam menentukan konsistensi angket adalah

metode test-retest. Menurut Grounlund (1977:138) “The test-retest method

requires administering the same form of the test to the same group with some

intervning time interval”. Dengan demikian metode test-retest dilakukan

dengan cara mengadministrasikan instrumen yang sama kepada subjek yang

sama dalam waktu yang berbeda.

A. Muri Yusuf (2005:101) mengistilahkan metode test-retest dengan

“coefficient of stability” yakni bagaimana tingkat kestabilan skor setiap

individu apabila dilakukan pengujian dalam waktu yang berbeda dengan

perlengkapan yang sama.

Page 46: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

46

E. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data

tentang perilaku asertif siswa, baik dalam menyampaikan pendapat maupun dalam

berkomunikasi dengan teman dan guru di SMP Negeri 13 Padang, dan peran guru

bimbingan dan konseling dalam mengembangkan perilaku asertif siswa.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

subjek penelitian (siswa dan guru bimbingan dan konseling). Instrumen disebarkan

pada siswa dengan mengisi angket yang telah disiapkan oleh peneliti dan untuk

guru bimbingan dan konseling dilakukan dengan wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian

yang sangat menentukan ketepatan dan kesahihan hasil penelitian. Dalam

penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari

seluruh responden terkumpulkan. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data variabel yang telah diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2010:207).

Page 47: Perilaku Asertif Siswa Dan Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri 13 Padang

47

Deskripsi data tentang perilaku asertif siswa dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase. Menurut Sudjana (2002:50) persentase dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

P= fN

x 100

Keterangan: P : Persentasef : Frekuensi JawabanN : Jumlah Responden

Sedangkan, untuk mengetahui peran guru bimbingan dan konseling

tentang perilaku asertif siswa dilakukan dengan wawancara.