Upload
zha-zha-marza
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
1/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 1KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
BAB I
PENDAHULUAN
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis. Appendix
merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan
bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali menimbulkan masalah bagi
kesehatan. Peradangan akut Appendix atau Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi
yang berbahaya apabila tidak segera dilakukan tindakan bedah.1
Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan Appendicitis acuta mengalami perforasi
setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi
cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak
usia prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis
Appendicitis acuta pada anak kadang-kadang sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa
didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada
pasien anak berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik
merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis Appendicitis2.
Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari Appendix yang
terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak
dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan
karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang
menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
akut abdomen di seluruh dunia3.
Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari Appendicitis acuta yang terjadi bila
Appendicitis gangrenosa atau mikroperforasi dilokalisir atau dibungkus oleh omentum
dan/atau lekuk usus halus.1,2
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
2/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 2KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI, FISIOLOGI, DAN EMBRIOLOGI APPENDIX
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum dan
Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix terlihat
pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya Appendix
berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih medial dekat
dengan Plica ileocaecalis. Dalam proses perkembangannya, usus mengalami rotasi.
Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix selalu berhubungan dengan
Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix ditentukan oleh lokasi Caecum.1,2,3
Gambar 1. Appendix vermicularis4)
Vaskularisasi Appendix berasal dari percabangan A. ileocolica.Gambaran histologis
Appendix menunjukkan adanya sejumlah folikel limfoid pada submukosanya. Pada usia 15
tahun didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid. Lumen Appendix biasanya
mengalami obliterasi pada orang dewasa.1,3
Gambar 2. Potongan transversa Appendix 5
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
3/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 3KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Panjang Appendix pada orang dewasa bervariasi antara 2-22 cm, dengan rata-rata
panjang 6-9 cm. Meskipun dasar Appendix berhubungan dengan Taenia caealis pada dasar
Caecum, ujung Appendix memiliki variasi lokasi seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini. Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri perut yang terjadi
apabila Appendix mengalami peradangan.1,2
Gambar 3. Variasi lokasi Appendix vermicularis1
Awalnya, Appendix dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir ini,
Appendix dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif mensekresikan
Imunoglobulin terutama Imunoglobulin A (IgA). Walaupun Appendix merupakan
komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), fungsinya tidak
penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau penyakit
imunodefisiensi lainnya.2
2.2 INSIDENSI
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Namunjarang pada anak kurang dari
satu tahun. Rasio pria : wanita = 1,2-1,3 : 1.2
2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
2.3.1 Obstruksi
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta. Fecalith
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
4/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 4KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.Penyebab yang lebih
jarang adalah hiperplasiajaringan limfoid di sub mukosa Appendix, barium yang
mengering pada pemeriksaan sinar X, biji-bijian, gallstone, cacing usus terutama Oxyuris
vermicularis. Reaksi jaringan limfatik, baik lokal maupun generalisata, dapat disebabkan
oleh infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau akibat invasi parasit seperti
Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris.
Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, seperti
measles, chicken pox, dan cytomegalovirus. Insidensi Appendicitis juga meningkat pada
pasien dengan cystic fibrosis. Hal tersebut terjadi karena perubahan pada kelenjar yang
mensekresi mukus. Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor carcinoid,
khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, corpus
alienum seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya Appendicitis.
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya Appendicitis adalah trauma, stress psikologis,
dan herediter.6
Frekuensi obstruksi meningkat sejalan dengan keparahan proses inflamasi. Fecalith
ditemukan pada 40% kasus Appendicitis acuta sederhana, sekitar 65% pada kasus
Appendicitis gangrenosa tanpa perforasi, dan 90% pada kasus Appendicitis acuta
gangrenosa dengan perforasi.1,2,6,7)
Gambar 3.1. Appendicitis (dengan fecalith)8)
Obstruksi lumen akibat adanya sumbatan pada bagian proksimal dan sekresi normal
mukosa Appendix segera menyebabkan distensi.Kapasitas lumen pada Appendix normal
0,1 mL. Sekresi sekitar 0,5 mL pada distal sumbatan meningkatkan tekanan intraluminal
sekitar 60 cmH2O. Distensi merangsang akhiran serabut saraf aferen nyeri visceral,
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
5/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 5KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
mengakibatkan nyeri yang samar-samar, nyeri difus pada perut tengah atau di bawah
epigastrium.2)
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari pertumbuhan
bakteri yang cepat di Appendix. Sejalan dengan peningkatan tekanan organ melebihi
tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat menyebabkan kongesti vaskular. Akan
tetapi aliran arteriol tidak terhambat. Distensi biasanya menimbulkan refleks mual,
muntah, dan nyeri yang lebih nyata. Proses inflamasi segera melibatkan serosa Appendix
dan peritoneum parietal pada regio ini, mengakibatkan perpindahan nyeri yang khas ke
RLQ.2,6,7 )
Mukosa gastrointestinal termasuk Appendix, sangat rentan terhadap kekurangan suplai
darah. Dengan bertambahnya distensi yang melampaui tekanan arteriol, daerah dengan
suplai darah yang paling sedikit akan mengalami kerusakan paling parah. Dengan adanya
distensi, invasi bakteri, gangguan vaskuler, infark jaringan, terjadi perforasi biasanya pada
salah satu daerah infark di batas antemesenterik.1,2,6,7)
Di awal proses peradangan Appendix, pasien akan mengalami gejala gangguan
gastrointestinal ringan seperti berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB, dan
kesalahan pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis Appendicitis,
khususnya pada anak-anak.6
Distensi Appendix menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral yang
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri tumpul di
dermatom Th 10. Distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah dalam
beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual muntah timbul mendahului nyeri perut,
dapat dipikirkan diagnosis lain.6
Appendix yang mengalami obstruksi merupakan tempat yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi
gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal tersebut
semakin meningkatan tekanan intraluminal Appendix. Akhirnya, peningkatan tekanan ini
menyebabkan gangguan aliran sistem vaskularisasi Appendix yang menyebabkan iskhemia
jaringan intraluminal Appendix, infark, dan gangren. Setelah itu, bakteri melakukan invasi
ke dinding Appendix; diikuti demam, takikardia, dan leukositosis akibat pelepasan
mediator inflamasi karena iskhemia jaringan. Ketika eksudat inflamasi yang berasal dari
dinding Appendix berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatik akan
teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi Appendix, khususnya di titik Mc
Burneys. Jarang terjadi nyeri somatik pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
6/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 6KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
visceral sebelumnya. Pada Appendix yang berlokasi di retrocaecal atau di pelvis, nyeri
somatik biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale
sebelum terjadi perforasi Appendix dan penyebaran infeksi. Nyeri pada Appendix yang
berlokasi di retrocaecal dapat timbul di punggung atau pinggang. Appendix yang berlokasi
di pelvis, yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau Vesica
urinaria akibat penyebaran infeksi Appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih,
atau nyeri seperti terjadi retensi urine.
Perforasi Appendix akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis
difus. Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan
kemampuan tubuh pasien berespon terhadap perforasi tersebut. Tanda perforasi Appendix
mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC, leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis
pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala
dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Peritonitis difus lebih sering dijumpai
pada bayi karena bayi tidak memiliki jaringan lemak omentum, sehingga tidak ada
jaringan yang melokalisir penyebaran infeksi akibat perforasi. Perforasi yang terjadi pada
anak yang lebih tua atau remaja, lebih memungkinkan untuk terjadi abscess. Abscess
tersebut dapat diketahui dari adanya massa pada palpasi abdomen pada saat pemeriksaan
fisik.6
Konstipasi jarang dijumpai. Tenesmus ad ani sering dijumpai. Diare sering
dijumpai pada anak-anak, yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek, akibat iritasi
Ileum terminalis atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya abscess
pelvis.6
2.3.2 Bakteriologi
Flora pada Appendix yang meradang berbeda dengan flora Appendix normal. Sekitar
60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Appendicitis didapatkan bakteri jenis anaerob,
dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi Appendix yang normal. Diduga
lumen merupakan sumber organisme yang menginvasi mukosa ketika pertahanan mukosa
terganggu oleh peningkatan tekanan lumen dan iskemik dinding lumen. Flora normal
Colon memainkan peranan penting pada perubahan Appendicitis acuta ke Appendicitis
gangrenosa dan Appendicitis perforata.1,2,7)
Appendicitis merupakan infeksi polimikroba, dengan beberapa kasus didapatkan lebih
dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang mengalami perforasi. 2)Flora
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
7/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 7KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
normal pada Appendix sama dengan bakteri pada Colon normal. Flora pada Appendix
akan tetap konstan seumur hidup kecuali Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya
terlihat pada orang dewasa. Bakteri yang umumnya terdapat di Appendix, Appendicitis
acuta dan Appendicitis perforasi adalah Eschericia coli danBacteriodes fragilis. Namun
berbagai variasi dan bakteri fakultatif dan anaerob dan Mycobacteria dapat ditemukan.1,2,7)
Tabel 1. Organisme yang ditemukan pada Appendicitis acuta2)
Bakteri Aerob dan Fakultatif Bakteri Anaerob
Batang Gram (-)
Eschericia coli
Pseudomonas aeruginosa
Klebsiella sp.
Coccus Gr (+)
Streptococcus anginosus
Streptococcus sp.
Enteococcus sp.
Batang Gram (-)
Bacteroides fragilis
Bacteroides sp.
Fusobacterium sp.
Batang Gram (-)
Clostridium sp.
Coccus Gram (+)
Peptostreptococcus sp.
Kultur intraperitonal rutin yang dilakukan pada pasien Appendicitis perforata dan non
perforata masih dipertanyakan kegunaannya. Saat hasil kultur selesai, seringkali pasien
telah mengalami perbaikan. Apalagi, organisme yang dikultur dan kemampuan
laboratorium untuk mengkultur organisme anaerob secara spesifik sangat bervariasi.
Kultur peritoneal harus dilakukan pada pasien dengan keadaan imunosupresi, sebagai
akibat dari obat-obatan atau penyakit lain, dan pasien yang mengalami abscess setelah
terapi Appendicitis. Perlindungan antibiotik terbatas 24-48 jam pada kasus Appendicitis
non perforata. Pada Appendicitis perforata, antibiotik diberikan 7-10 hari secara intravena
hingga leukosit normal atau pasien tidak demam dalam 24 jam. Penggunaan irigasi
antibiotik pada drainage rongga peritoneal dan transperitoneal masih kontroversi.2,6)
2.3.3 Peranan lingkungan: diet dan higiene7)
Di awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat dengan
kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan berhubungan dengan kondisi
tertentu pada pencernaan. Appendicitis, penyakit Divertikel, carcinoma Colorectal lebih
sering pada orang dengan diet seperti di atas dan lebih jarang diantara orang yang
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
8/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 8KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
memakan makanan dengan kandungan serta lebih tinggi. Burkitt mengemukakan bahwa
diet rendah serat berperan pada perubahan motilitas, flora normal, dan keadaan lumen
yang mempunyai kecenderungan untuk timbul fecalith.
2.4MANIFESTASI KLINIS
2.4.1 Gejala Klinis
Gejala Appendicitis acuta umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai dengan
nyeri perut yang didahului anoreksia.12,13 Gejala utama Appendicitis acuta adalahnyeri
perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu menetap, kadang
disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-12 jam, dengan rata-rata
4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ. Variasi dari lokasi
anatomi Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri, sebagai contoh; Appendix yang
panjang dengan ujungnya yang inflamasi di LLQ menyebabkan nyeri di daerah tersebut,
Appendix di daerah pelvis menyebabkan nyeri suprapubis, retroileal Appendix dapat
menyebabkan nyeri testicular. 1,2,3,7,8
Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi Appendix, biasanya
suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh meningkat hingga>
39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada 75% pasien dijumpaimuntah
yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja. Muntah disebabkan oleh stimulasi
saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya gejala Appendicitis adalah anoreksia, diikuti
nyeri perut dan muntah. Bila muntah mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis
diragukan. 2,8 Muntah yang timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis
gastroenteritis.
Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan banyak
pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul pada beberapa
pasien terutama anak-anak. 2,3,8 Diare dapat timbul setelah terjadinya perforasi
Appendix.12,13
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
9/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 9KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Tabel 1. Gejala Appendicitis acuta 9)
Gejala* Frekuensi (%)
Nyeri perut 100
Anorexia 100
Mual 90
Muntah 75
Nyeri berpindah 50
Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian
anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian
demam yang tidak terlalu tinggi)
50
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor 6. Selanjutnya ditentukan
apakah akan dilakukan Appendectomy. Setelah Appendectomy, dilakukan pemeriksaan
PA terhadap jaringan Appendix dan hasil PA diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
radang akut dan bukan radang akut.11)
Tabel 2.Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.2
Gejala Klinik Value
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Lab Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
10/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 10KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.2
Gejala Appendicitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari yang
menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi, nyeri lokal pada
perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis.Pasien dengan peritonitis difus biasanya
bernafas mengorok.Pada beberapa kasus yang meragukan, pasien dapat diobservasi dulu
selama 6 jam.Pada penderita Appendicitis biasanya menunjukkan peningkatan nyeri dan
tanda inflamasi yang khas.12,13
Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus berhubungan dengan tingkat
inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri lokal di titik Mc
Burneys. Tetapi pasien dengan Appendix retrocaecal menunjukkan gejala lokal yang
minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan Rovsings sign bersifat konfirmasi
dibanding diagnostik. Pemeriksaan rectal toucher juga bersifat konfirmasi dibanding
diagnostik, khususnya pada pasien dengan pelvis abscess karena ruptur Appendix.12
Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau terlalu tua.
Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat sehingga
Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan penyakit pada bayi,
hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia. Selanjutnya, muncul gejala
muntah, demam, dan nyeri.13
2.4.2 Tanda Klinis
Anak-anak dengan Appendicitis biasanya lebih tenang jika berbaring dengan gerakan
yang minimal. Anak yang menggeliat dan berteriak-teriak, pada akhirnya jarang
didiagnosis sebagai Appendicitis, kecuali pada anak dengan Appendicitis letak retrocaecal.
Pada Appendicitis letak retrocaecal, terjadi perangsangan ureter sehingga nyeri yang
timbul menyerupai nyeri pada kolik renal.6
PenderitaAppendicitis umumnya lebih menyukaisikap jongkok pada paha kanan,
karena pada sikap itu Caecum tertekansehingga isi Caecum berkurang. Hal tersebut akan
mengurangi tekanan ke arah Appendix sehingga nyeri perut berkurang. 6
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
11/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 11KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Gambar 4. Posisi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri perut10)
Appendix umumnya terletak di sekitar McBurney.Namun perlu diingat bahwa letak
anatomis Appendix sebenarnya dapat pada semua titik, 360o mengelilingi pangkal
Caecum.Appendicitis letak retrocaecal dapat diketahui dari adanya nyeri di antara costa 12
dan spina iliaca posterior superior. Appendicitis letak pelvis dapat menyebabkan nyeri
rectal.6
Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri pada
pemeriksaan rektum (Rectal toucher).Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik untuk
Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka pemeriksaan rectal
toucher tidak diperlukan lagi.6
Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:10
Rovsings sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.
Psoas sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut pasien dan
tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien digerakkan
dalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini menggambarkan kekakuan
musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi langsung yang berasal dari peradangan
Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat bila telah terjadi rigiditas abdomen.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
12/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 12KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Gambar 5. Dasar anatomis terjadinya Psoas sign 10
Obturator sign
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki kanan
pasien sedangkan tangan kiri di sendi lututnya.Kemudian pemeriksa memposisikan
sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam posisi endorotasi
kemudian eksorotasi.Tes ini positif jika pasien merasa nyeri di hipogastrium saat
eksorotasi.Nyeri pada manuver ini menunjukkan adanya perforasi Appendix, abscess
lokal, iritasi M. Obturatorius oleh Appendicitis letak retrocaecal, atau adanya hernia
obturatoria.
Gambar 6. Cara melakukan Obturator sign10)
Gambar 7. Dasar anatomis Obturator sign10)
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
13/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 13KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Blumbergs sign (nyeri lepas kontralateral)
Pemeriksa menekan di LLQ kemudian melepaskannya. Manuver ini dikatakan positif
bila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di RLQ.
Wahls signManuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan perkusi
di RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada auskultasi.
Baldwins test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat tungkai
kanannya ditekuk.
Defence musculare
Defence musculare bersifat lokal sesuai letak Appendix.
Nyeri pada daerah cavum Douglasi
Nyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di cavum Douglasi
atau Appendicitis letak pelvis.
Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral
Dunphys sign (nyeri ketika batuk)
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.5.1 Laboratorium2,3,6,7)
Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya didapatkan pada
keadaan akut, Appendicitis tanpa komplikasi dan sering disertai predominan
polimorfonuklear sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal tidak ditemukanshift to
the left pergeseran ke kiri, diagnosis Appendicitis acuta harus dipertimbangkan. Jarang
hitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm3pada Appendicitis tanpa komplikasi.
Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya
perforasi Appendix dengan atau tanpa abscess.
CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu reaktan fase akut yang disintesis oleh hati
sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Jumlah dalam serum mulai meningkat antara 6-12
jam inflamasi jaringan.
Kombinasi 3 tes yaitu adanya peningkatan CRP 8 mcg/mL, hitung leukosit 11000,
dan persentase neutrofil 75% memiliki sensitivitas 86%, dan spesifisitas 90.7%.
Pemeriksaan urine bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis infeksi dari saluran
kemih. Walaupun dapat ditemukan beberapa leukosit atau eritrosit dari iritasi Urethra atau
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
14/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 14KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Vesica urinaria seperti yang diakibatkan oleh inflamasi Appendix, pada Appendicitis acuta
dalam sample urine cathetertidak akan ditemukan bakteriuria.
2.5.2.Ultrasonografi1,2,6,7)
Ultrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis Appendicitis.
Appendix diidentifikasi/ dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur, bagian usus yang
nonperistaltik yang berasal dari Caecum. Dengan penekanan yang maksimal, Appendix
diukur dalam diameter anterior-posterior. Penilaian dikatakan positif bila tanpa kompresi
ukuran anterior-posterior Appendix 6 mm atau lebih. Ditemukannya appendicolith akan
mendukung diagnosis. Gambaran USG dari Appendix normal, yang dengan tekanan ringan
merupakan struktur akhiran tubuler yang kabur berukuran 5 mm atau kurang, akan
menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta. Penilaian dikatakan negatif bila Appendix
tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis
Appendicitis acuta tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain dalam
rongga abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada wanita-wanita usia
reproduktif, organ-organ panggul harus dilihat baik dengan pemeriksaan transabdominal
maupun endovagina agar dapat menyingkirkan penyakit ginekologi yang mungkin
menyebabkan nyeri akut abdomen. Diagnosis Appendicitis acuta dengan USG telah
dilaporkan sensitifitasnya sebesar 78%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG
sama efektifnya pada anak-anak dan wanita hamil, walaupun penerapannya terbatas pada
kehamilan lanjut.
USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung pada pemakai.
Penilaian positif palsu dapat terjadi dengan ditemukannya periappendicitis dari peradangan
sekitarnya, dilatasi Tuba fallopi, benda asing (inspissated stool) yang dapat menyerupai
appendicolith, dan pasien obesitas Appendix mungkin tidak tertekan karena proses
inflamasi Appendix yang akut melainkan karena terlalu banyak lemak. USG negatif palsu
dapat terjadi bila Appendicitis terbatas hanya pada ujung Appendix, letak retrocaecal,
Appendix dinilai membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila Appendix
mengalami perforasi oleh karena tekanan.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
15/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 15KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Gambar 3.7.Ultrasonogram pada potongan longitudinal Appendicitis10)
2.5.3. Pemeriksaan radiologi1,2,6,7)
Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat
sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis
acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan
temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila
ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk
menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.
Teknik radiografi tambahan meliputi CT Scan, barium enema, dan radioisotop leukosit.
Meskipun CT Scan telah dilaporkan sama atau lebih akurat daripada USG, tapi jauh lebih
mahal. Karena alasan biaya dan efek radiasinya, CT Scan diperiksa terutama saat dicurigai
adanya Abscess appendix untuk melakukanpercutaneousdrainage secara tepat.
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan barium enema tergantung pada penemuan yang
tidak spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada Caecum dan Appendix yang kosong dan
dihubungkan dengan ketepatan yang berkisar antara 50-48 %. Pemeriksaan radiografi dari
pasien suspek Appendicitis harus dipersiapkan untuk pasien yang diagnosisnya diragukan
dan tidak boleh ditunda atau diganti, memerlukan operasi segera saat ada indikasi klinis.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
16/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 16KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Gambar 3.8. Gambaran CT Scan abdomen: Appendicitis perforata
dengan abscess dan kumpulan cairan di pelvis1)
Gambar 3.9. Gambaran CT Scan abdomen: Penebalan Appendix
(panah) dengan appendicolith1)
Tabel 3. Perbandingan USG dan CT Scan Appendix pada Appendicitis10)
USG CT Scan Appendix
Sensitivitas 85% 90-100%
Spesifitas 92% 95-97%
Penggunaan Evaluasi pasien padapasien Appendicitis
Evaluasi pasien padapasien Appendicitis
Keuntungan Aman
Relatif murah
Dapat menyingkirkan
penyakit pelvis pada
wanita
Lebih baik pada anak-anak
Lebih akurat
Lebih baik dalam
mengidentifikasi Appendix
normal, phlegmon dan
abscess
Kerugian Tergantung operator
Secara teknik tidak
adekuat dalam menilai gasNyeri
Mahal
Radiasi ionisasi
Kontras
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
17/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 17KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
2.6 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari Appendicitis acuta pada dasarnya adalah diagnosis dari akut
abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk suatu penyakit tetapi
spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan fungsi. Jadi pada dasarnya
gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari berbagai proses akut di dalam atau di
sekitar cavum peritoneum yang mengakibatkan perubahan yang sama seperti Appendicitis
acuta.2,6)
Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi operasi, namun pada umumnya
proses-proses penyakit yang diagnosisnya sering dikacaukan oleh Appendicitis sebagian
besar juga merupakan masalah pembedahan atau tidak akan menjadi lebih buruk dengan
pembedahan.2,6)
Diagnosis banding Appendicitis tergantung dari 3 faktor utama: lokasi anatomi dari
inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai yang perforasi, serta
umur dan jenis kelamin pasien.2,6)
1. Adenitis Mesenterica Acuta
Diagnosis penyakit ini seringkali dikacaukan oleh Appendicitis acuta pada anak-
anak. Hampir selalu ditemukan infeksi saluran pernafasan atas, tetapi sekarang ini telah
menurun. Nyeri biasanya kurang atau bisa lebih difus dan rasa sakit tidak dapat
ditentukan lokasinya secara tepat seperti pada Appendicitis. Observasi selama
beberapa jam bila ada kemungkinan diagnosis Adenitis mesenterica, karena Adenitis
mesenterica adalah penyakit yang self limited. Namun jika meragukan, satu-satunya
jalan adalah operasi segera.
2. Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan dengan
Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi akut self limited
dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare, mual, dan muntah.
Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare. Hasil pemeriksaan
laboratorium biasanya normal.
3. Penyakit urogenital pada laki-laki.
Penyakit urogenital pada laki-laki harus dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding Appendicitis, termasuk diantaranya torsio testis, epididimitis akut, karena
nyeri epigastrik dapat muncul sebagai gejala lokal pada awal penyakit ini, Vesikulitis
seminalis dapat juga menyerupai Appendicitis namun dapat dibedakan dengan adanya
pembesaran dan nyeri Vesikula seminalis pada waktu pemeriksaanRectal toucher.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
18/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 18KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
4. Diverticulitis Meckel
Penyakit ini menimbulkan gambaran klinis yang sangat mirip Appendicitis acuta.
Perbedaan preoperatif hanyalah secara teoritis dan tidak penting karena Diverticulitis
Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang sama seperti Appendicitis dan
memerlukan terapi yang sama yaitu operasi segera.
5. Intususseption
Sangat berlawanan dengan Diverticulitis Meckel, sangat penting untuk
membedakan Intususseptiondari Appendicitis acuta karena terapinya sangat berbeda.
Umur pasien sangat penting, Appendicitis sangat jarang dibawah umur 2 tahun,
sedangkan Intususseption idiopatik hampir semuanya terjadi di bawah umur 2 tahun.
Pasien biasanya mengeluarkan tinja yang berdarah dan berlendir. Massa berbentuk
sosis dapat teraba di RLQ. Terapi yang dipilih pada intususseption bila tidak ada tanda-
tanda peritonitis adalah barium enema, sedangkan terapi pemberian barium enema
pada pasien Appendicitis acuta sangat berbahaya.
6. Chrons enteritis
Manifestasi enteritis regional berupa demam, nyeri RLQ, perih, dan leukositosis
sering dikelirukan sebagai Appendicitis. Selain itu, terdapat diare dan anorexia. Mual
dan muntah yang jarang, dapat mengarahkan diagnosis kepada enteritis namun tidak
menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta.
7. Perforasi ulkus peptikum
Gejala perforasi ulkus peptikum menyerupai Appendicitis jika cairan
gastroduodenal mengalir ke bawah di daerah caecal. Jika perforasi secara spontan
menutup, gejala nyeri abdomen bagian atas menjadi minimal.
8. Epiploic appendagitis
Epiploic appendagitis mungkin disebabkan oleh infark Colon sekunder dari torsi
Colon. Gejala dapat minimal atau terjadi gejala abdomen yang dapat berlangsung
hingga beberapa hari. Pasien tidak tampak sakit, jarang terjadi mual dan muntah, dan
nafsu makan tidak berubah. Terdapat nyeri tekan pada daerah yang terkena. Pada 25%
kasus, nyeri berlangsung terus menerus hingga epiploic appendage yang mengalami
infark dioperasi.
9. Infeksi saluran kencing
Pyelonephritis acuta, terutama yang terletak di sisi kanan dapat menyerupai
Appendicitis acuta letak retroileal. Rasa dingin, nyeri costo vertebra kanan, dan
terutama pemeriksaan urine biasanya cukup untuk membedakan keduanya.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
19/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 19KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
10. Batu Urethra
Bila calculus tersangkut dekat Appendix dapat dikelirukan dengan Appendicitis
retrocaecal. Nyeri alih ke daerah labia, scrotum atau penis, hematuria, dan atau tanpa
demam atau leukositosis mendukung adanya batu. Pyelografi dapat memperkuat
diagnosis.
11. Peritonitis Primer
Peritonitis primer jarang menyerupai Appendicitis acuta simplex namun dapat
ditemukan gambaran yang sangat mirip dengan peritonitis difus sekunder yang
disebabkan oleh ruptur Appendix. Diagnosis ditegakkan dengan aspirasi peritoneal.
Bila ditemukan bakteri coccus pada pewarnaan Gram, peritonitis tersebut adalah
peritonitis primer dan terapinya adalah obatobatan. Bila ditemukan bermacam
macam bakteri,peritonitis tersebut adalah peritonitis sekunder.
12. Purpura HenochSchonlein
Sindrom ini biasanya terjadi 2-3 minggu setelah infeksi Streptococcus. Nyeri
abdomen merupakan gejala yang paling menonjol, namun nyeri sendi, purpura dan
nephritis juga hampir selalu ditemukan.
13. Yersiniosis
Infeksi Yersinia menyebabkan berbagai macam gejala klinik, termasuk adenitis
mesenterica, ileitis, colitis dan Appendicitis acuta. Umumnya infeksinya ringan dan
self limited, namun pada beberapa dapat terjadi sepsis sistemik yang umumnnya sangat
fatal bila tidak diobati. Kecurigaan pada diagnosis preoperatif tidak boleh menunda
operasi, karena secara klinis Appendicitis yang disebabkan oleh Yersinia tidak dapat
dibedakan dengan Appendicitis oleh sebab lainnya. Sekitar 5% dari kasus Appendicitis
acuta disebabkan oleh infeksi Yersinia.
14. Kelainankelainan ginekologi
Umumnya kesalahan diagnosis Appendicitis acuta tertinggi pada wanita dewasa
muda disebabkan olehkelainankelainan ginekologi. Angka rata-rata Appendectomy
yang dilakukan pada Appendix normal yang pernah dilaporkan adalah 32%45% pada
wanita usia 1545 tahun. Penyakitpenyakit organ reproduksi pada wanita sering
dikelirukan sebagai Appendicitis, dengan urutan yang tersering adalah PID, ruptur
folikel de Graaf, kista atau tumor ovarium, endometriosis dan ruptur kehamilan
ektopik. Laparoskopi mempunyai peranan penting dalam menentukan diagnosis.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
20/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 20KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah kanan dapat
menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu terjadi pada pasien
Appendicitis. Pada pasien PID hanya sekitar separuhnya.
Ruptur Folikel de Graaf
Ovulasi sering mengakibatkan keluarnya darah dan cairan folikuler serta nyeri
yang ringan pada abdomen bagian bawah. Bila cairan sangat banyak dan berasal dari
ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis. Nyeri dan nyeri tekan agak
difus. Leucositosis dan demam minimal atau tidak ada. Karena nyeri ini terjadi pada
pertengahan siklus menstruasi, sering disebut mittelschmerz.
2.7 KOMPLIKASI
2.7.1. Perforasi
Keterlambatan diagnosis, merupakan faktor utama yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks. Insidens perforasi pada penderita di atas usia 60 tahun dilaporkan
sekitar 60%. Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua
adalah gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi apendiks
berupa penyempitan lumen dan arteriosklerosis. Inidens tinggi pada anak disebabkan oleh
dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memperpanjang
waktu diagnosis dan proses pendindingan kurang sempurna akibat perforasi yang cepat
dan omentum anak belum berkembang.5
Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan
demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut dan perut menjadi tenggang
dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh perut, mungkin disertai
dengan pungtum maksimum di regio iliaka kanan, peristaltik usus dapat menurun sampai
menghilang akibat adanya ileus paralitik.5
Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang panjang, supaya dapat dilakukan
pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat secara
mudah serta pembersihan kantong nanah.Akhir-akhir ini, mulai banyak dilaporkan
pengelolaan apendisitis perforasi secara laparoskopi apendiktomi.Pada prosedur ini,
rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh
dibandingkan dengan laparotomi terbuka.5
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
21/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 21KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
2.7.2. Appendicular infiltrat
Appendicular infiltrat adalah Appendicular infiltratadalah infiltrat/massa yang terbentuk
akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi
oleh omentum, usus halus atau usus besar.Umumnya massa Appendix terbentuk pada hari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa Appendix lebih
sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah
berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus
proses radang.1,6
2.7.2.1. Patofisiologi
Bila semua proses patofisiologi Appendicitis berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah Appendix hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
Appendicularisinfiltrat. Peradangan Appendix tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang.1,7
Appendicularisinfiltrat merupakan tahap patologi Appendicitis yang dimulai dimukosa
dan melibatkan seluruh lapisan dinding Appendix dalam waktu 24-48 jam pertama, ini
merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup
Appendix dengan omentum, usus halus, atau Adnexa sehingga terbentuk massa
periappendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abscess, Appendicitis akan sembuh dan massa
periappendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
1,7
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan Appendix lebih panjang, dinding
Appendix lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.1,7
Kecepatan terjadinya peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme,
daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding Appendix, omentum, usus yang lain, peritoneum
parietale dan juga organ lain seperti Vesika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi dan
melokalisir proses peradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah
terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai
tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis,
oleh karena itu penderita harus benar-benar istirahat (bedrest).1,9
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
22/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 22KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Appendix yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan
ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini
dapat meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut. 1,8
2.7.2.2. Manifestasi Klinis
Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai
adanya massa periapendikular. Gejala klasik Appendicitis akut biasanya bermula dari nyeri
di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12
jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.
Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun
dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif.1,7
2.7.2.3. Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu axillar dan rektal sampai
1C. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada
penderita dengan komplikasi perforasi. Appendicitis infiltrat atau adanya Appendicular
abscess terlihat dengan adanya penonjolan di perut kanan bawah.1,8
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri
lepas. Defence muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri
tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah
akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada Appendicitis
retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.1,8
Jika sudah terbentuk abscess yaitu bila ada omentum atau usus lain yang dengan cepat
membendung daerah Appendix maka selain ada nyeri pada fossa iliaka kanan selama 3-4
hari (waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan abscess) juga pada palpasi akan teraba
massa yang fixed dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. Jika Appendix
intrapelvinal maka massa dapat diraba pada RT(Rectal Toucher) sebagai massa yang
hangat.1,7
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
23/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 23KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Peristaltik usus sering normal, peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat Appendicitis perforata.Pemeriksaan colok dubur
menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada
Appendicitis pelvika.1,8
Pada Appendicitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah
nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.Colok dubur pada anak tidak dianjurkan.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan
untuk mengetahui letak Appendix.1,8
2.7.2.4. Diagnosis
Riwayat klasik Appendicitis akut, yang diikuti dengan adanya massa yang nyeri di
region iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa atau abscess
Appendikuler. Penegakan diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik maupun
penunjang. Kadang keadaan ini sulit dibedakan dengan karsinoma Caecum, penyakit
Crohn, amuboma dan Lymphoma maligna intra abdomen. Perlu juga disingkirkan
kemungkinan aktinomikosis intestinal, enteritis tuberkulosa, dan kelainan ginekolog
seperti Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Adnexitis dan Kista Ovarium terpuntir .
Kunci diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang khas.1,8
Tumor Caecum, biasanya terjadi pada orang tua dengan tanda keadaan umum jelek,
anemia dan turunnya berat badan. Hal ini perlu dipastikan dengan colon in loop dan
benzidin test. Pada anak-anak tumor Caecum yang sering adalah sarcoma dari kelenjar
mesenterium. Pada Appendicitis tuberkulosa, klinisnya antara lain keluhan nyeri yang
tidak begitu hebat disebelah kanan perut, dengan atau tanpa muntah dan waktu serangan
dapat timbul panas badan, leukositosis sedang, biasanya terdapat nyeri tekan dan rigiditas
pada kuadran lateral bawah kanan, kadang-kadang teraba massa.1,7
Massa Appendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan:
1.
keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi;
2. pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-
tanda peritonitis;
3. laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke
kiri.
Massa Appendix dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai dengan:
1.
keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi;
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
24/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 24KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
2. pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan
3.
laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.1,6
2.7.2.5. Penatalaksanaan
Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat Appendix menjadi dilindungi oleh
omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula-mula, massa yang terbentuk tersusun
atas campuranbangunan-bangunan ini dan jaringan granulasi dan biasanya dapat segera
dirasakan secara klinis. Jika peradangan pada Appendix tidak dapat mengatasi rintangan-
rintangan sehingga penderita terus mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi
nanah, semula dalam jumlah sedikit, tetapi segera menjadi abscess yang jelas batasnya. 1,7
Urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah. Masalah ini adalah bilamana
penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, ahli bedah akan mengoperasi untuk membuang
Appendix yang mungkin gangrene, dari dalam massa perlekatan ringan yang longgar dan
sangat berbahaya, dan karena massa ini telah menjadi lebih terfiksasi, sehingga membuat
operasi berbahaya maka harus menunggu pembentukan abscess yang dapat mudah
didrainase.1,7
Massa Appendix terjadi bila terjadi Appendicitis gangrenosa atau mikroperforasi
ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa
periappendikular yang pendindingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus
keseluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Pada
anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Pasien dewasa dengan massa
periappendikular yang terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan untuk
dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta
luasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan
leukosit normal, penderita boleh pulang dan Appendectomy elektif dapat dikerjakan 2-3
bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila
terjadi perforasi, akan terbentuk abscess Appendix. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu
dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta
bertambahnya angka leukosit. 1,7
Tatalaksana Appendicular infiltrat pada anak-anak sampai sekarang masih
kontroversial. Dari hasil penelitian kasus terapi Appendicular infiltrat pada anak-anak,
kebanyakan adalah konservatif yaitu dengan observasi ketat dan antibiotik, dengan cairan
intravena, dan pemasangan NGT bila diperlukan. Konservatif berlangsung selama 6 hari
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
25/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 25KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
di rumah sakit, lalu direncanakan untuk dilakukan Appendectomy elektif setelah 4-6
minggu kemudian untuk mencegah kemungkinan risiko rekurensi dan perforasi yang lebih
luas. Dari hasil penelitian komplikasi setelah operasi dengan penanganan konservatif
terlebih dahulu lebih sedikit bila dibandingkan dengan terapi pembedahan segera seperti
cedera pada ileum (Ileal injury), abses intrabdominal, infeksi karena luka saat operasi.
Sehingga terapi non-operatif pada appendicular infiltrat yang diikuti dengan
Appendectomy elektif merupakan metode yang aman dan efektif. Terapi tersebut sama
dengan pada orang dewasa yaitu dengan konservatif terlebih dahulu yang diikuti dengan
appendectomy elektif. Hal ini dikarenakan untuk mencegah komplikasi post operasi dan
risiko dari prosedur pembedahan yang besar (extensive).2
Pada anak-anak, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi
abscess, dianjurkan untuk operasi secepatnya. Pada penderita dewasa, appendectomy
direncanakan pada Appendicular infiltrat tanpa pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya
pasien diberikan antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru
setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan Appendectomy.2
Akhir-akhir ini terdapat manajement terapi yang terbaru yaitu dengan PLD (Primary
Laparoscopic Drainage) yang dapat diikuti dengan LA (Laparoscopic Appendectomy).
PLD ini rata-rata memakan waktu operasi sekitar 80-100 menit, makanan oral dapat
diberikan 2-3 hari setelah PLD, penurunan panas badan pasien menjadi afebril pada 4-7
hari setelah PLD, antibiotik intravena dapat dilepas 4-5 hari setelahnya, perawatan di
rumah sakit antara 7-15 hari. PLD ini tidak terbukti terdapat komplikasi selama intra
maupun post operasi, sedangkan bila dilanjutkan dengan LA, komplikasi yang dapat
terjadi adalah adhesi obstruksi usus.2
Bila sudah terjadi abscess, dianjurkan untuk drainase saja dan Appendectomy dikerjakan
setelah 6-8 minggu kemudian. Jika ternyata tidak ditemukan keluhan atau gejala apapun,
dan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses, dapat
dipertimbangkan membatalkan tindakan bedah.2
2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien Appendicitis acuta yaitu 1,2,3,6,7)
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis
dehidrasi atau septikemia.
2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral
3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
26/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 26KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.
5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur dan
didapatkan beta-hCG positif secara kualitatif.
Bila dilakukan pembedahan, terapi pada pembedahan meliputi; antibiotika profilaksis
harus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan single dose dipilih
antibiotika yang bisa melawan bakteri anaerob.
Teknik operasi Appendectomy1,2,6,8):
a. Open Appendectomy
1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
2. Dibuat sayatan kulit:
Horizontal Oblique
3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
a. Pararectal/ Paramedian
Sayatan/ incisi pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan
ke medial.Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis
karena fascianya ada 2 agar tidak tertinggal pada waktu penjahitan.Bila yang
terjahit hanya satu lapis fascia saja, dapat terjadi hernia cicatricalis.
2 lapis
M.rectus abd.
sayatan
M.rectus abd.
ditarik ke medial
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
27/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 27KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting
Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.
1) Incisi apponeurosis M. Obliquus abdominis externus dari lateral atas ke
medial bawah.
Keterangan gambar:
Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau. Incisi kedua
mengenai jaringan subkutan sampai ke fascia M. Obliquus abdominis
externus.
2) Splitting M. Obliquus abdominis internus dari medial atas ke lateral bawah.
Keterangan gambar:
Dari tepi sarung rektus, fascia tipis M. obliquus internus diincisi searah
dengan seratnya ke arah lateral.
3) Splitting M. transversus abdominis arah horizontal.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
28/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 28KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Keterangan gambar:
Pada saat menarik M. obliquus internus hendaklah berhati-hati agar tak
terjadi trauma jaringan. Dapat ditambahkan, bahwa N.iliohipogastricus dan
pembuluh yang memperdarahinya terletak di sebelah lateral di antara M.
obliquus externus dan internus. Tarikan yang terlalu keras akan merobek
pembuluh dan membahayakan saraf.
4. Peritoneum dibuka.
Keterangan gambar:
Kasa Laparatomi dipasang pada semua jaringan subkutan yang
terpapar.Peritoneum sering nampak meradang, menggambarkan proses yang ada di
bawahnya. Secuil peritoneum angkat dengan pinset.Yang nampak di sini ialah
pinset jaringan De Bakey. Asisten juga mengangkat dengan cara yang sama padasisi di sebelah dokter bedah. Dokter bedah melepaskan pinset, memasang lagi
sampai dia yakin bahwa hanya peritoneum yang diangkat.
5. Caecum dicari kemudian dikeluarkan kemudian taenia libera ditelusuri untuk
mencari Appendix. Setelah Appendix ditemukan, Appendix diklem dengan klem
Babcock dengan arah selalu ke atas (untuk mencegah kontaminasi ke jaringan
sekitarnya).
Appendix dibebaskan dari mesoappendix dengan cara:
Mesoappenddix ditembus dengan sonde kocher dan pada kedua sisinya, diklem,
kemudian dipotong di antara 2 ikatan.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
29/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 29KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Keterangan gambar:
Appendix dengan hati-hati diangkat agar mesenteriumnya teregang.Klem Babcock
melingkari appenddix dan satu klem dimasukkan lewat mesenterium seperti pada
gambar.Cara lainnya ialah dengan mengklem ujung bebas mesenterium di bawahujung appenddix.Appendix tak boleh terlalu banyak diraba dan dipegang agar tidak
menyebarkan kontaminasi.
6. Appendix di klem pada basis (supaya terbentuk alur sehingga ikatan jadi lebih kuat
karena mukosa terputus sambil membuang fecalith ke arah Caecum). Klem
dipindahkan sedikit ke distal, lalu bekas klem yang pertama diikat dengan benang
yang diabsorbsi (supaya bisa lepas sehingga tidak terbentuk rongga dan bila
terbentuk pus akan masuk ke dalam Caecum).
7. Appendix dipotong di antara ikatan dan klem, puntung diberi betadine.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
30/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 30KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
8. Perawatan puntung Appendix dapat dilakukan dengan cara:
a. Dibuat jahitan tabak sak pada Caecum, puntung Appendix diinversikan ke
dalam Caecum. Tabak sak dapat ditambah dengan jahitan Z.
b.
Puntung dijahit saja dengan benang yang tidak diabsorbsi. Resiko kontaminasi
dan adhesi.
c. Bila prosedur a+b tidak dapat dilaksanakan, misalnya bila puntung rapuh,
dapat dilakukan penjahitan 2 lapis seperti pada perforasi usus.
9. Bila no.7 tidak dapat dilakukan, maka Appendix dipotong dulu, baru dilepaskan
dan mesenteriolumnya (retrograde).
10.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
b. Laparoscopic Appendectomy
Laparoscopy dapat dipakai sebagai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien
dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta.Laparoscopysangat berguna
untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah.Dengan menggunakan
laparoscopeakan mudah membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta.1)
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
31/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 31KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
Gambar 3.10. Posisi operasi Laparoscopic Appendectomy1)
2.9 KOMPLIKASI POST OPERASI1)
1. Fistel berfaeces Appendicitis gangrenosa, maupun fistel tak berfaeces; karena
benda asing, tuberculosis, Aktinomikosis.
2. Hernia cicatricalis.
3. Ileus
4. Perdarahan dari traktus digestivus: kebanyakan terjadi 2427 jam setelah
Appendectomy, kadangkadang setelah 1014 hari. Sumbernya adalah echymosis
dan erosi kecil pada gaster dan jejunum, mungkin karena emboli retrograd dari
sistem porta ke dalam vena di gaster/ duodenum.
2.10 PROGNOSIS2)
Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000 pada tahun
1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang menyebabkan
penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana diagnosis dan terapi,
antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan darah dan plasma, serta
meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi tepat sebelum terjadi perforasi.
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
32/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 32KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
BAB III
KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : ny. sa
Umur : 58 tahun
Alamat : pulau tinggi
No. RM : 094310
Perkawinan : Menikah
3.2 Anamnesis Pasien
KUMulut tiba-tiba tidak bisa ditutup
RPS
Seorang pasien laki-laki usia 26 tahun datang ke RSUD Bangkinang dengan
keluhan nyeri perut diseluruh kuadran abdomen. Lebih kurang 1 minggu sebelum
masuk RS, pasien merasa nyeri di ulu hati, perih.Pasien juga mengalami mual,
muntah dan mencret.Mencret >5x sehari, feses tidak ada bercampur darah dan
lendir.Warna feses normal. BAK berwarna kuning kecoklatan, nyeri saat BAK dan
susah BAK tidak ada. Pasien sempat berobat di bidan dan keluhan berkurang tetapi
kemudian keluhan muncul kembali.Lebih kurang 3 hari sebelum masuk RS, pasien
merasa nyeri perut semakin memberat dan menyeluruh serta pasien merasa
perutnya terasa membesar.Mencret (+), BAK masih kecoklatan, tetapi demam
sudah tidak ada lagi.
RPD
- Sebelumnya pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit yang sama seperti apa
yang dirasakan saat ini.
- Riwayat alergi disangkal.
RPO:
-
Pasien sudah berobat kebidan 1 minggu yang lalu
Riwayat Keluarga: dikeluarga pasien tidak ada yang menderita sama dengan
pasien.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien sering telat makan dan tidak suka makan sayuran
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
33/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 33KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
Keadaan Umum: tampak sakit sedang.
Sensorium: Compos Mentis
TD:136/69 mmHg
Pulse:84 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu:36,5oC
2. Status Generalisata
Kepala
-
Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)- Hidung: Dalam batas normal
- Mulut:Mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), tonsil T1T1
- Leher:Perbesaran KGB (-), Peninggian JPV (-).
Thorax
a. Paru-paru
- Inspeksi:Dinding dada simetris, pergerakan simetris, retraksi dinding dada (-)
- Palpasi:Vocal fremitus simetris kanan-kiri
- Perkusi:Sonor dikedua lapang paru.
- Auskultasi:vesikular dikedua lapang paru.
b. Jantung
- Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat.
- Palpasi: Ictus cordis tidak teraba.
- Perkusi:Batas atas ISC III linea midclavicularis sinistra, batas bawah ISC V
linea midclavicularis sinistra, batas kanan ISC IV parasternalis dextra, batas
kiri ISC IV midclavicularis sinistra.
- Auskultasi:BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Ispeksi:Bentuk perut datar, tidak tegang, tanda-tanda peradangan (-).
- Auskultasi:Peristaltik usus (+).
- Palpasi:Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan kanan bawah (+).
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
34/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 34KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
- Perkusi:Timpani diseluruh kuadran abdomen kecuali kuadran kanan atas dan
kanan bawah.
Genitalia
- Laki-laki: TDP
Ekstremitas
- Superior: Capillary reffil time < 2 dtk, turgor kulit < 2 dtk.
-
Inferior: Capillary reffil time < 2 dtk, edema (-), turgor kulit < 2 dtk.
3. Status Lokalisata (Regio Iliaka Kanan)
Inspeksi: Dalam batas normal
Palpasi: Massa (-), nyeri (+)
Nyeri tekan McBurney (+)
Rovsing sign (+):Nyeri perut kanan bawah saat dilakukan palpasi pada perut kiri
bawah
Iliopsoas sign (-):Nyeri saat sendi panggul kanan diekstensikan.
Obturator sign (-):Nyeri saat sendi panggu dirotasikan ke dalam.
3.4 Diagnosis Banding
1.
Colic Abdomen ec sup. Acute Appendisitis
2. Colic Abdomen ec sup. Kronic Apendisitis
3. Colic Abdomen ec sup. Peritonitis
4. Colic Abdomen ec sup. Nefrolitiasis
5. Colic Abdomen ec sup. Urolitiasis
3.5 Diagnosis Sementara: Colic Abdomen e.c. Sup. Acute Abdomen
3.6 Rencana Terapi
-
IVFD RL 28 gtt/menit
- Tramadol tablet 3 x 1
-
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam/IV
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
35/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 35KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
3.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Leukosit
HemoglobinTrombosit
Hematokrit
GDS
Creatinin
Ureum
SGOT
SGPT
Protein total
Albumin
14,8 x 10 /L
16,0 gr/dl388 x 10
3/
14,3 %
134
0,9 mg/dl
25,4 mg/dl
33,1 U/I
52,3 U/I
6,2 gr/dl
3,6 gr/dl
Anjuran Pemeriksaan Penunjang :
1.
Foto polos Abdomen (BNO)
2. Ultrasonography Buli-buli, Apendiks dan Ginjal
2.8 Follow Up
Tanggal/hari Penjelasan
23/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+).
-Mual dan muntah(+) berkurang
O: - Vital sign:
TD: 110/70 mmHg
Pulse: 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 37,4oC
-Nyeri tekan McBurney (+).
-Rovsing sign (+).
-Iliopsoas sign (-)
-Obturator sign (-)
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
36/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 36KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
A: - Apendisitis Infiltratif
P: - IVFD DN 3:128 gtt/mnt
- Inj. Cefotaxim 1g/12 jam
-
Inj. Tramadol 1 amp/12 jam- Metronidazol 3 x 1 fls
- Bed Rest
24/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+) berkurang
-Mual & muntah (-)
-Rovsing sign (+)
O: - Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg
Pulse: 104 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 37,3oC
A: Apendisitis infiltratif
P: - IFVD DN 3:128 gtt/i
-Inj. Cefotaxim 1 g/12 jam
-Inj. Tramadol 1 amp/12 jam
-Metronidazol 3 x 1 fls
-
Bed Rest
25/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+) berkurang
- Rovsing sign (+)
O: - Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg
Pulse: 74 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 36,9oC
A:Apendisitis infiltratif
P: - IFVD DN 3:128 gtt/i
-Metronidazol 3 x 1 fls
-Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
-Inj. Tramdol 1 amp/12 jam
-Bed Rest
26/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+)jauh berkurang-Rovsing Sign (-)
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
37/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 37KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
O: - Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg
Pulse: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 36,9o
C
A:Apendisitis infiltratif
P: - Bed Rest
-IVFD DN 3:128 gtt/i
-Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
-Inj. Tramadol 1 amp/12 jam
-Metronidazol 3 x 1 fls
27/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (-)
O: - Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg
Pulse: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 36,70C
A: Apendisitis infiltrative
P: - IFVD DN 3:128 gtt/i
- Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
- Inj. Tramadol 1 amp/12 jam
- Metronidazol 3 x 1 fls
- Bed Rest
28/09/2013 S: Keluhan sudah tidak ada lagi
O: - Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg
Pulse: 80 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T: 36,5 0C
A: Apendisitis Infiltratif
P: - Pasien boleh pulang
- Aff Infus
- Aff DC
-
Cefadroxil 3 x 1
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
38/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 38KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
- Meloxicam 2 x 1
-
B comp 3 x 1
- Ranitidin 2 x 1
- Metronidazol 3 x 1
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
39/40
Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 39KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang
BAB IV
DISKUSI
Periapendikular infiltrat (PAI) adalah proses radang apendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum
disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa
apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi
peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima
tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan
omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.
Periapendikular infiltrat (PAI) merupakan tahap patologi apendisitis yang
dimulai dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-
48 jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses
radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa
sehingga terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses,
apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi
mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus
yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti vesika urinaria, uterus
tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. Bila prosesmelokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis.
Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan
tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis, oleh karena itu pendeita harus
benar-benar istirahat (bedrest).
8/10/2019 Periappendicular Infiltratif
40/40
DAFTAR PUSTAKA
1. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, Appendix. In: Sabiston Texbook of Surgery. 17th
edition. Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2004: 1381-93
2. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartzs Principles of Surgery Volume 2.
8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG,
Pollock RE. New York: McGraw Hill Companies Inc. 2005:1119-34
3. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition. Ed:Way
LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72
4. Human Anatomy 205. Retrieved at October 20
th
2011 From: http://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_Appendix.jpg
5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010. Hal.
756
6. Ellis H, Nathanson LK. Appendix and Appendectomy.In :Maingots Abdominal
Operations Vol II. 10th edition. Ed: Zinner Mj, Schwartz SI, Ellis H, Ashley SW,
McFadden DW. Singapore: McGraw Hill Co. 2001: 1191-222
7 Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1. Ed:
Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI, Thompson
RW. New York: Springer Verlag Inc. 2000: 647-62
8 Prinz RA, Madura JA. Appendicitis and Appendiceal Abscess. In: Mastery of Surgery
Vol II. 4th edition. Ed: Baker RJ, Fiscer JE. Philadelphia. Lippincott Williams &
Wilkins. 2001: 1466-78
9 Hardin DM. Acute Appendicitis: Review and Update. American Academy of Family
Physician News and Publication. 1999;60: 2027-34. Retrieved at October 20th2011.
From:http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.html
10.http://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gif
11. Owen TD, Williams H, Stiff G, Jenkinson LR, Rees BI. Evaluation of the Alvarado
score in acute Appendicitis. Retrieved at June 25th 2007. From:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdf
http://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_appendix.jpghttp://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.htmlhttp://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gifhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdfhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdfhttp://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gifhttp://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.htmlhttp://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_appendix.jpg