Periappendicular Infiltratif

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    1/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 1KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis. Appendix

    merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan

    bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali menimbulkan masalah bagi

    kesehatan. Peradangan akut Appendix atau Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi

    yang berbahaya apabila tidak segera dilakukan tindakan bedah.1

    Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.

    Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak

    sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan Appendicitis acuta mengalami perforasi

    setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi

    cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak

    usia prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis

    Appendicitis acuta pada anak kadang-kadang sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa

    didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada

    pasien anak berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik

    merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis Appendicitis2.

    Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari Appendix yang

    terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak

    dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan

    karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang

    menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

    akut abdomen di seluruh dunia3.

    Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari Appendicitis acuta yang terjadi bila

    Appendicitis gangrenosa atau mikroperforasi dilokalisir atau dibungkus oleh omentum

    dan/atau lekuk usus halus.1,2

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    2/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 2KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ANATOMI, FISIOLOGI, DAN EMBRIOLOGI APPENDIX

    Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum dan

    Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix terlihat

    pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya Appendix

    berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih medial dekat

    dengan Plica ileocaecalis. Dalam proses perkembangannya, usus mengalami rotasi.

    Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix selalu berhubungan dengan

    Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix ditentukan oleh lokasi Caecum.1,2,3

    Gambar 1. Appendix vermicularis4)

    Vaskularisasi Appendix berasal dari percabangan A. ileocolica.Gambaran histologis

    Appendix menunjukkan adanya sejumlah folikel limfoid pada submukosanya. Pada usia 15

    tahun didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid. Lumen Appendix biasanya

    mengalami obliterasi pada orang dewasa.1,3

    Gambar 2. Potongan transversa Appendix 5

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    3/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 3KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Panjang Appendix pada orang dewasa bervariasi antara 2-22 cm, dengan rata-rata

    panjang 6-9 cm. Meskipun dasar Appendix berhubungan dengan Taenia caealis pada dasar

    Caecum, ujung Appendix memiliki variasi lokasi seperti yang terlihat pada gambar di

    bawah ini. Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri perut yang terjadi

    apabila Appendix mengalami peradangan.1,2

    Gambar 3. Variasi lokasi Appendix vermicularis1

    Awalnya, Appendix dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir ini,

    Appendix dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif mensekresikan

    Imunoglobulin terutama Imunoglobulin A (IgA). Walaupun Appendix merupakan

    komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), fungsinya tidak

    penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau penyakit

    imunodefisiensi lainnya.2

    2.2 INSIDENSI

    Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Namunjarang pada anak kurang dari

    satu tahun. Rasio pria : wanita = 1,2-1,3 : 1.2

    2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

    2.3.1 Obstruksi

    Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta. Fecalith

    merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    4/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 4KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.Penyebab yang lebih

    jarang adalah hiperplasiajaringan limfoid di sub mukosa Appendix, barium yang

    mengering pada pemeriksaan sinar X, biji-bijian, gallstone, cacing usus terutama Oxyuris

    vermicularis. Reaksi jaringan limfatik, baik lokal maupun generalisata, dapat disebabkan

    oleh infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau akibat invasi parasit seperti

    Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris.

    Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, seperti

    measles, chicken pox, dan cytomegalovirus. Insidensi Appendicitis juga meningkat pada

    pasien dengan cystic fibrosis. Hal tersebut terjadi karena perubahan pada kelenjar yang

    mensekresi mukus. Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor carcinoid,

    khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, corpus

    alienum seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya Appendicitis.

    Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya Appendicitis adalah trauma, stress psikologis,

    dan herediter.6

    Frekuensi obstruksi meningkat sejalan dengan keparahan proses inflamasi. Fecalith

    ditemukan pada 40% kasus Appendicitis acuta sederhana, sekitar 65% pada kasus

    Appendicitis gangrenosa tanpa perforasi, dan 90% pada kasus Appendicitis acuta

    gangrenosa dengan perforasi.1,2,6,7)

    Gambar 3.1. Appendicitis (dengan fecalith)8)

    Obstruksi lumen akibat adanya sumbatan pada bagian proksimal dan sekresi normal

    mukosa Appendix segera menyebabkan distensi.Kapasitas lumen pada Appendix normal

    0,1 mL. Sekresi sekitar 0,5 mL pada distal sumbatan meningkatkan tekanan intraluminal

    sekitar 60 cmH2O. Distensi merangsang akhiran serabut saraf aferen nyeri visceral,

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    5/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 5KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    mengakibatkan nyeri yang samar-samar, nyeri difus pada perut tengah atau di bawah

    epigastrium.2)

    Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari pertumbuhan

    bakteri yang cepat di Appendix. Sejalan dengan peningkatan tekanan organ melebihi

    tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat menyebabkan kongesti vaskular. Akan

    tetapi aliran arteriol tidak terhambat. Distensi biasanya menimbulkan refleks mual,

    muntah, dan nyeri yang lebih nyata. Proses inflamasi segera melibatkan serosa Appendix

    dan peritoneum parietal pada regio ini, mengakibatkan perpindahan nyeri yang khas ke

    RLQ.2,6,7 )

    Mukosa gastrointestinal termasuk Appendix, sangat rentan terhadap kekurangan suplai

    darah. Dengan bertambahnya distensi yang melampaui tekanan arteriol, daerah dengan

    suplai darah yang paling sedikit akan mengalami kerusakan paling parah. Dengan adanya

    distensi, invasi bakteri, gangguan vaskuler, infark jaringan, terjadi perforasi biasanya pada

    salah satu daerah infark di batas antemesenterik.1,2,6,7)

    Di awal proses peradangan Appendix, pasien akan mengalami gejala gangguan

    gastrointestinal ringan seperti berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB, dan

    kesalahan pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis Appendicitis,

    khususnya pada anak-anak.6

    Distensi Appendix menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral yang

    dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri tumpul di

    dermatom Th 10. Distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah dalam

    beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual muntah timbul mendahului nyeri perut,

    dapat dipikirkan diagnosis lain.6

    Appendix yang mengalami obstruksi merupakan tempat yang baik bagi

    perkembangbiakan bakteri. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi

    gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal tersebut

    semakin meningkatan tekanan intraluminal Appendix. Akhirnya, peningkatan tekanan ini

    menyebabkan gangguan aliran sistem vaskularisasi Appendix yang menyebabkan iskhemia

    jaringan intraluminal Appendix, infark, dan gangren. Setelah itu, bakteri melakukan invasi

    ke dinding Appendix; diikuti demam, takikardia, dan leukositosis akibat pelepasan

    mediator inflamasi karena iskhemia jaringan. Ketika eksudat inflamasi yang berasal dari

    dinding Appendix berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatik akan

    teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi Appendix, khususnya di titik Mc

    Burneys. Jarang terjadi nyeri somatik pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    6/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 6KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    visceral sebelumnya. Pada Appendix yang berlokasi di retrocaecal atau di pelvis, nyeri

    somatik biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale

    sebelum terjadi perforasi Appendix dan penyebaran infeksi. Nyeri pada Appendix yang

    berlokasi di retrocaecal dapat timbul di punggung atau pinggang. Appendix yang berlokasi

    di pelvis, yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan

    peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau Vesica

    urinaria akibat penyebaran infeksi Appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih,

    atau nyeri seperti terjadi retensi urine.

    Perforasi Appendix akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis

    difus. Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan

    kemampuan tubuh pasien berespon terhadap perforasi tersebut. Tanda perforasi Appendix

    mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC, leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis

    pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala

    dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Peritonitis difus lebih sering dijumpai

    pada bayi karena bayi tidak memiliki jaringan lemak omentum, sehingga tidak ada

    jaringan yang melokalisir penyebaran infeksi akibat perforasi. Perforasi yang terjadi pada

    anak yang lebih tua atau remaja, lebih memungkinkan untuk terjadi abscess. Abscess

    tersebut dapat diketahui dari adanya massa pada palpasi abdomen pada saat pemeriksaan

    fisik.6

    Konstipasi jarang dijumpai. Tenesmus ad ani sering dijumpai. Diare sering

    dijumpai pada anak-anak, yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek, akibat iritasi

    Ileum terminalis atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya abscess

    pelvis.6

    2.3.2 Bakteriologi

    Flora pada Appendix yang meradang berbeda dengan flora Appendix normal. Sekitar

    60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Appendicitis didapatkan bakteri jenis anaerob,

    dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi Appendix yang normal. Diduga

    lumen merupakan sumber organisme yang menginvasi mukosa ketika pertahanan mukosa

    terganggu oleh peningkatan tekanan lumen dan iskemik dinding lumen. Flora normal

    Colon memainkan peranan penting pada perubahan Appendicitis acuta ke Appendicitis

    gangrenosa dan Appendicitis perforata.1,2,7)

    Appendicitis merupakan infeksi polimikroba, dengan beberapa kasus didapatkan lebih

    dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang mengalami perforasi. 2)Flora

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    7/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 7KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    normal pada Appendix sama dengan bakteri pada Colon normal. Flora pada Appendix

    akan tetap konstan seumur hidup kecuali Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya

    terlihat pada orang dewasa. Bakteri yang umumnya terdapat di Appendix, Appendicitis

    acuta dan Appendicitis perforasi adalah Eschericia coli danBacteriodes fragilis. Namun

    berbagai variasi dan bakteri fakultatif dan anaerob dan Mycobacteria dapat ditemukan.1,2,7)

    Tabel 1. Organisme yang ditemukan pada Appendicitis acuta2)

    Bakteri Aerob dan Fakultatif Bakteri Anaerob

    Batang Gram (-)

    Eschericia coli

    Pseudomonas aeruginosa

    Klebsiella sp.

    Coccus Gr (+)

    Streptococcus anginosus

    Streptococcus sp.

    Enteococcus sp.

    Batang Gram (-)

    Bacteroides fragilis

    Bacteroides sp.

    Fusobacterium sp.

    Batang Gram (-)

    Clostridium sp.

    Coccus Gram (+)

    Peptostreptococcus sp.

    Kultur intraperitonal rutin yang dilakukan pada pasien Appendicitis perforata dan non

    perforata masih dipertanyakan kegunaannya. Saat hasil kultur selesai, seringkali pasien

    telah mengalami perbaikan. Apalagi, organisme yang dikultur dan kemampuan

    laboratorium untuk mengkultur organisme anaerob secara spesifik sangat bervariasi.

    Kultur peritoneal harus dilakukan pada pasien dengan keadaan imunosupresi, sebagai

    akibat dari obat-obatan atau penyakit lain, dan pasien yang mengalami abscess setelah

    terapi Appendicitis. Perlindungan antibiotik terbatas 24-48 jam pada kasus Appendicitis

    non perforata. Pada Appendicitis perforata, antibiotik diberikan 7-10 hari secara intravena

    hingga leukosit normal atau pasien tidak demam dalam 24 jam. Penggunaan irigasi

    antibiotik pada drainage rongga peritoneal dan transperitoneal masih kontroversi.2,6)

    2.3.3 Peranan lingkungan: diet dan higiene7)

    Di awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat dengan

    kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan berhubungan dengan kondisi

    tertentu pada pencernaan. Appendicitis, penyakit Divertikel, carcinoma Colorectal lebih

    sering pada orang dengan diet seperti di atas dan lebih jarang diantara orang yang

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    8/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 8KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    memakan makanan dengan kandungan serta lebih tinggi. Burkitt mengemukakan bahwa

    diet rendah serat berperan pada perubahan motilitas, flora normal, dan keadaan lumen

    yang mempunyai kecenderungan untuk timbul fecalith.

    2.4MANIFESTASI KLINIS

    2.4.1 Gejala Klinis

    Gejala Appendicitis acuta umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai dengan

    nyeri perut yang didahului anoreksia.12,13 Gejala utama Appendicitis acuta adalahnyeri

    perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu menetap, kadang

    disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-12 jam, dengan rata-rata

    4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ. Variasi dari lokasi

    anatomi Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri, sebagai contoh; Appendix yang

    panjang dengan ujungnya yang inflamasi di LLQ menyebabkan nyeri di daerah tersebut,

    Appendix di daerah pelvis menyebabkan nyeri suprapubis, retroileal Appendix dapat

    menyebabkan nyeri testicular. 1,2,3,7,8

    Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi Appendix, biasanya

    suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh meningkat hingga>

    39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada 75% pasien dijumpaimuntah

    yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja. Muntah disebabkan oleh stimulasi

    saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya gejala Appendicitis adalah anoreksia, diikuti

    nyeri perut dan muntah. Bila muntah mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis

    diragukan. 2,8 Muntah yang timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis

    gastroenteritis.

    Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan banyak

    pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul pada beberapa

    pasien terutama anak-anak. 2,3,8 Diare dapat timbul setelah terjadinya perforasi

    Appendix.12,13

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    9/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 9KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Tabel 1. Gejala Appendicitis acuta 9)

    Gejala* Frekuensi (%)

    Nyeri perut 100

    Anorexia 100

    Mual 90

    Muntah 75

    Nyeri berpindah 50

    Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian

    anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian

    demam yang tidak terlalu tinggi)

    50

    *-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

    Skor Alvarado

    Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan

    diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor 6. Selanjutnya ditentukan

    apakah akan dilakukan Appendectomy. Setelah Appendectomy, dilakukan pemeriksaan

    PA terhadap jaringan Appendix dan hasil PA diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu

    radang akut dan bukan radang akut.11)

    Tabel 2.Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.2

    Gejala Klinik Value

    Gejala Adanya migrasi nyeri 1

    Anoreksia 1

    Mual/muntah 1

    Tanda Nyeri RLQ 2

    Nyeri lepas 1

    Febris 1

    Lab Leukositosis 2

    Shift to the left 1

    Total poin 10

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    10/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 10KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan

    bedah sebaiknya dilakukan.2

    Gejala Appendicitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari yang

    menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi, nyeri lokal pada

    perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis.Pasien dengan peritonitis difus biasanya

    bernafas mengorok.Pada beberapa kasus yang meragukan, pasien dapat diobservasi dulu

    selama 6 jam.Pada penderita Appendicitis biasanya menunjukkan peningkatan nyeri dan

    tanda inflamasi yang khas.12,13

    Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus berhubungan dengan tingkat

    inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri lokal di titik Mc

    Burneys. Tetapi pasien dengan Appendix retrocaecal menunjukkan gejala lokal yang

    minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan Rovsings sign bersifat konfirmasi

    dibanding diagnostik. Pemeriksaan rectal toucher juga bersifat konfirmasi dibanding

    diagnostik, khususnya pada pasien dengan pelvis abscess karena ruptur Appendix.12

    Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau terlalu tua.

    Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat sehingga

    Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan penyakit pada bayi,

    hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia. Selanjutnya, muncul gejala

    muntah, demam, dan nyeri.13

    2.4.2 Tanda Klinis

    Anak-anak dengan Appendicitis biasanya lebih tenang jika berbaring dengan gerakan

    yang minimal. Anak yang menggeliat dan berteriak-teriak, pada akhirnya jarang

    didiagnosis sebagai Appendicitis, kecuali pada anak dengan Appendicitis letak retrocaecal.

    Pada Appendicitis letak retrocaecal, terjadi perangsangan ureter sehingga nyeri yang

    timbul menyerupai nyeri pada kolik renal.6

    PenderitaAppendicitis umumnya lebih menyukaisikap jongkok pada paha kanan,

    karena pada sikap itu Caecum tertekansehingga isi Caecum berkurang. Hal tersebut akan

    mengurangi tekanan ke arah Appendix sehingga nyeri perut berkurang. 6

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    11/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 11KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Gambar 4. Posisi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri perut10)

    Appendix umumnya terletak di sekitar McBurney.Namun perlu diingat bahwa letak

    anatomis Appendix sebenarnya dapat pada semua titik, 360o mengelilingi pangkal

    Caecum.Appendicitis letak retrocaecal dapat diketahui dari adanya nyeri di antara costa 12

    dan spina iliaca posterior superior. Appendicitis letak pelvis dapat menyebabkan nyeri

    rectal.6

    Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri pada

    pemeriksaan rektum (Rectal toucher).Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik untuk

    Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka pemeriksaan rectal

    toucher tidak diperlukan lagi.6

    Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:10

    Rovsings sign

    Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan iritasi

    peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.

    Psoas sign

    Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut pasien dan

    tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien digerakkan

    dalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini menggambarkan kekakuan

    musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi langsung yang berasal dari peradangan

    Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat bila telah terjadi rigiditas abdomen.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    12/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 12KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Gambar 5. Dasar anatomis terjadinya Psoas sign 10

    Obturator sign

    Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki kanan

    pasien sedangkan tangan kiri di sendi lututnya.Kemudian pemeriksa memposisikan

    sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam posisi endorotasi

    kemudian eksorotasi.Tes ini positif jika pasien merasa nyeri di hipogastrium saat

    eksorotasi.Nyeri pada manuver ini menunjukkan adanya perforasi Appendix, abscess

    lokal, iritasi M. Obturatorius oleh Appendicitis letak retrocaecal, atau adanya hernia

    obturatoria.

    Gambar 6. Cara melakukan Obturator sign10)

    Gambar 7. Dasar anatomis Obturator sign10)

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    13/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 13KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Blumbergs sign (nyeri lepas kontralateral)

    Pemeriksa menekan di LLQ kemudian melepaskannya. Manuver ini dikatakan positif

    bila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di RLQ.

    Wahls signManuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan perkusi

    di RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada auskultasi.

    Baldwins test

    Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat tungkai

    kanannya ditekuk.

    Defence musculare

    Defence musculare bersifat lokal sesuai letak Appendix.

    Nyeri pada daerah cavum Douglasi

    Nyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di cavum Douglasi

    atau Appendicitis letak pelvis.

    Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral

    Dunphys sign (nyeri ketika batuk)

    2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    2.5.1 Laboratorium2,3,6,7)

    Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya didapatkan pada

    keadaan akut, Appendicitis tanpa komplikasi dan sering disertai predominan

    polimorfonuklear sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal tidak ditemukanshift to

    the left pergeseran ke kiri, diagnosis Appendicitis acuta harus dipertimbangkan. Jarang

    hitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm3pada Appendicitis tanpa komplikasi.

    Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya

    perforasi Appendix dengan atau tanpa abscess.

    CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu reaktan fase akut yang disintesis oleh hati

    sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Jumlah dalam serum mulai meningkat antara 6-12

    jam inflamasi jaringan.

    Kombinasi 3 tes yaitu adanya peningkatan CRP 8 mcg/mL, hitung leukosit 11000,

    dan persentase neutrofil 75% memiliki sensitivitas 86%, dan spesifisitas 90.7%.

    Pemeriksaan urine bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis infeksi dari saluran

    kemih. Walaupun dapat ditemukan beberapa leukosit atau eritrosit dari iritasi Urethra atau

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    14/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 14KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Vesica urinaria seperti yang diakibatkan oleh inflamasi Appendix, pada Appendicitis acuta

    dalam sample urine cathetertidak akan ditemukan bakteriuria.

    2.5.2.Ultrasonografi1,2,6,7)

    Ultrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis Appendicitis.

    Appendix diidentifikasi/ dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur, bagian usus yang

    nonperistaltik yang berasal dari Caecum. Dengan penekanan yang maksimal, Appendix

    diukur dalam diameter anterior-posterior. Penilaian dikatakan positif bila tanpa kompresi

    ukuran anterior-posterior Appendix 6 mm atau lebih. Ditemukannya appendicolith akan

    mendukung diagnosis. Gambaran USG dari Appendix normal, yang dengan tekanan ringan

    merupakan struktur akhiran tubuler yang kabur berukuran 5 mm atau kurang, akan

    menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta. Penilaian dikatakan negatif bila Appendix

    tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis

    Appendicitis acuta tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain dalam

    rongga abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada wanita-wanita usia

    reproduktif, organ-organ panggul harus dilihat baik dengan pemeriksaan transabdominal

    maupun endovagina agar dapat menyingkirkan penyakit ginekologi yang mungkin

    menyebabkan nyeri akut abdomen. Diagnosis Appendicitis acuta dengan USG telah

    dilaporkan sensitifitasnya sebesar 78%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG

    sama efektifnya pada anak-anak dan wanita hamil, walaupun penerapannya terbatas pada

    kehamilan lanjut.

    USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung pada pemakai.

    Penilaian positif palsu dapat terjadi dengan ditemukannya periappendicitis dari peradangan

    sekitarnya, dilatasi Tuba fallopi, benda asing (inspissated stool) yang dapat menyerupai

    appendicolith, dan pasien obesitas Appendix mungkin tidak tertekan karena proses

    inflamasi Appendix yang akut melainkan karena terlalu banyak lemak. USG negatif palsu

    dapat terjadi bila Appendicitis terbatas hanya pada ujung Appendix, letak retrocaecal,

    Appendix dinilai membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila Appendix

    mengalami perforasi oleh karena tekanan.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    15/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 15KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Gambar 3.7.Ultrasonogram pada potongan longitudinal Appendicitis10)

    2.5.3. Pemeriksaan radiologi1,2,6,7)

    Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat

    sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis

    acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan

    temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila

    ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk

    menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.

    Teknik radiografi tambahan meliputi CT Scan, barium enema, dan radioisotop leukosit.

    Meskipun CT Scan telah dilaporkan sama atau lebih akurat daripada USG, tapi jauh lebih

    mahal. Karena alasan biaya dan efek radiasinya, CT Scan diperiksa terutama saat dicurigai

    adanya Abscess appendix untuk melakukanpercutaneousdrainage secara tepat.

    Diagnosis berdasarkan pemeriksaan barium enema tergantung pada penemuan yang

    tidak spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada Caecum dan Appendix yang kosong dan

    dihubungkan dengan ketepatan yang berkisar antara 50-48 %. Pemeriksaan radiografi dari

    pasien suspek Appendicitis harus dipersiapkan untuk pasien yang diagnosisnya diragukan

    dan tidak boleh ditunda atau diganti, memerlukan operasi segera saat ada indikasi klinis.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    16/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 16KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Gambar 3.8. Gambaran CT Scan abdomen: Appendicitis perforata

    dengan abscess dan kumpulan cairan di pelvis1)

    Gambar 3.9. Gambaran CT Scan abdomen: Penebalan Appendix

    (panah) dengan appendicolith1)

    Tabel 3. Perbandingan USG dan CT Scan Appendix pada Appendicitis10)

    USG CT Scan Appendix

    Sensitivitas 85% 90-100%

    Spesifitas 92% 95-97%

    Penggunaan Evaluasi pasien padapasien Appendicitis

    Evaluasi pasien padapasien Appendicitis

    Keuntungan Aman

    Relatif murah

    Dapat menyingkirkan

    penyakit pelvis pada

    wanita

    Lebih baik pada anak-anak

    Lebih akurat

    Lebih baik dalam

    mengidentifikasi Appendix

    normal, phlegmon dan

    abscess

    Kerugian Tergantung operator

    Secara teknik tidak

    adekuat dalam menilai gasNyeri

    Mahal

    Radiasi ionisasi

    Kontras

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    17/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 17KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    2.6 DIAGNOSIS BANDING

    Diagnosis banding dari Appendicitis acuta pada dasarnya adalah diagnosis dari akut

    abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk suatu penyakit tetapi

    spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan fungsi. Jadi pada dasarnya

    gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari berbagai proses akut di dalam atau di

    sekitar cavum peritoneum yang mengakibatkan perubahan yang sama seperti Appendicitis

    acuta.2,6)

    Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi operasi, namun pada umumnya

    proses-proses penyakit yang diagnosisnya sering dikacaukan oleh Appendicitis sebagian

    besar juga merupakan masalah pembedahan atau tidak akan menjadi lebih buruk dengan

    pembedahan.2,6)

    Diagnosis banding Appendicitis tergantung dari 3 faktor utama: lokasi anatomi dari

    inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai yang perforasi, serta

    umur dan jenis kelamin pasien.2,6)

    1. Adenitis Mesenterica Acuta

    Diagnosis penyakit ini seringkali dikacaukan oleh Appendicitis acuta pada anak-

    anak. Hampir selalu ditemukan infeksi saluran pernafasan atas, tetapi sekarang ini telah

    menurun. Nyeri biasanya kurang atau bisa lebih difus dan rasa sakit tidak dapat

    ditentukan lokasinya secara tepat seperti pada Appendicitis. Observasi selama

    beberapa jam bila ada kemungkinan diagnosis Adenitis mesenterica, karena Adenitis

    mesenterica adalah penyakit yang self limited. Namun jika meragukan, satu-satunya

    jalan adalah operasi segera.

    2. Gastroenteritis akut

    Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan dengan

    Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi akut self limited

    dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare, mual, dan muntah.

    Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare. Hasil pemeriksaan

    laboratorium biasanya normal.

    3. Penyakit urogenital pada laki-laki.

    Penyakit urogenital pada laki-laki harus dipertimbangkan sebagai diagnosis

    banding Appendicitis, termasuk diantaranya torsio testis, epididimitis akut, karena

    nyeri epigastrik dapat muncul sebagai gejala lokal pada awal penyakit ini, Vesikulitis

    seminalis dapat juga menyerupai Appendicitis namun dapat dibedakan dengan adanya

    pembesaran dan nyeri Vesikula seminalis pada waktu pemeriksaanRectal toucher.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    18/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 18KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    4. Diverticulitis Meckel

    Penyakit ini menimbulkan gambaran klinis yang sangat mirip Appendicitis acuta.

    Perbedaan preoperatif hanyalah secara teoritis dan tidak penting karena Diverticulitis

    Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang sama seperti Appendicitis dan

    memerlukan terapi yang sama yaitu operasi segera.

    5. Intususseption

    Sangat berlawanan dengan Diverticulitis Meckel, sangat penting untuk

    membedakan Intususseptiondari Appendicitis acuta karena terapinya sangat berbeda.

    Umur pasien sangat penting, Appendicitis sangat jarang dibawah umur 2 tahun,

    sedangkan Intususseption idiopatik hampir semuanya terjadi di bawah umur 2 tahun.

    Pasien biasanya mengeluarkan tinja yang berdarah dan berlendir. Massa berbentuk

    sosis dapat teraba di RLQ. Terapi yang dipilih pada intususseption bila tidak ada tanda-

    tanda peritonitis adalah barium enema, sedangkan terapi pemberian barium enema

    pada pasien Appendicitis acuta sangat berbahaya.

    6. Chrons enteritis

    Manifestasi enteritis regional berupa demam, nyeri RLQ, perih, dan leukositosis

    sering dikelirukan sebagai Appendicitis. Selain itu, terdapat diare dan anorexia. Mual

    dan muntah yang jarang, dapat mengarahkan diagnosis kepada enteritis namun tidak

    menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta.

    7. Perforasi ulkus peptikum

    Gejala perforasi ulkus peptikum menyerupai Appendicitis jika cairan

    gastroduodenal mengalir ke bawah di daerah caecal. Jika perforasi secara spontan

    menutup, gejala nyeri abdomen bagian atas menjadi minimal.

    8. Epiploic appendagitis

    Epiploic appendagitis mungkin disebabkan oleh infark Colon sekunder dari torsi

    Colon. Gejala dapat minimal atau terjadi gejala abdomen yang dapat berlangsung

    hingga beberapa hari. Pasien tidak tampak sakit, jarang terjadi mual dan muntah, dan

    nafsu makan tidak berubah. Terdapat nyeri tekan pada daerah yang terkena. Pada 25%

    kasus, nyeri berlangsung terus menerus hingga epiploic appendage yang mengalami

    infark dioperasi.

    9. Infeksi saluran kencing

    Pyelonephritis acuta, terutama yang terletak di sisi kanan dapat menyerupai

    Appendicitis acuta letak retroileal. Rasa dingin, nyeri costo vertebra kanan, dan

    terutama pemeriksaan urine biasanya cukup untuk membedakan keduanya.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    19/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 19KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    10. Batu Urethra

    Bila calculus tersangkut dekat Appendix dapat dikelirukan dengan Appendicitis

    retrocaecal. Nyeri alih ke daerah labia, scrotum atau penis, hematuria, dan atau tanpa

    demam atau leukositosis mendukung adanya batu. Pyelografi dapat memperkuat

    diagnosis.

    11. Peritonitis Primer

    Peritonitis primer jarang menyerupai Appendicitis acuta simplex namun dapat

    ditemukan gambaran yang sangat mirip dengan peritonitis difus sekunder yang

    disebabkan oleh ruptur Appendix. Diagnosis ditegakkan dengan aspirasi peritoneal.

    Bila ditemukan bakteri coccus pada pewarnaan Gram, peritonitis tersebut adalah

    peritonitis primer dan terapinya adalah obatobatan. Bila ditemukan bermacam

    macam bakteri,peritonitis tersebut adalah peritonitis sekunder.

    12. Purpura HenochSchonlein

    Sindrom ini biasanya terjadi 2-3 minggu setelah infeksi Streptococcus. Nyeri

    abdomen merupakan gejala yang paling menonjol, namun nyeri sendi, purpura dan

    nephritis juga hampir selalu ditemukan.

    13. Yersiniosis

    Infeksi Yersinia menyebabkan berbagai macam gejala klinik, termasuk adenitis

    mesenterica, ileitis, colitis dan Appendicitis acuta. Umumnya infeksinya ringan dan

    self limited, namun pada beberapa dapat terjadi sepsis sistemik yang umumnnya sangat

    fatal bila tidak diobati. Kecurigaan pada diagnosis preoperatif tidak boleh menunda

    operasi, karena secara klinis Appendicitis yang disebabkan oleh Yersinia tidak dapat

    dibedakan dengan Appendicitis oleh sebab lainnya. Sekitar 5% dari kasus Appendicitis

    acuta disebabkan oleh infeksi Yersinia.

    14. Kelainankelainan ginekologi

    Umumnya kesalahan diagnosis Appendicitis acuta tertinggi pada wanita dewasa

    muda disebabkan olehkelainankelainan ginekologi. Angka rata-rata Appendectomy

    yang dilakukan pada Appendix normal yang pernah dilaporkan adalah 32%45% pada

    wanita usia 1545 tahun. Penyakitpenyakit organ reproduksi pada wanita sering

    dikelirukan sebagai Appendicitis, dengan urutan yang tersering adalah PID, ruptur

    folikel de Graaf, kista atau tumor ovarium, endometriosis dan ruptur kehamilan

    ektopik. Laparoskopi mempunyai peranan penting dalam menentukan diagnosis.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    20/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 20KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Pelvic Inflammatory Disease (PID)

    Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah kanan dapat

    menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu terjadi pada pasien

    Appendicitis. Pada pasien PID hanya sekitar separuhnya.

    Ruptur Folikel de Graaf

    Ovulasi sering mengakibatkan keluarnya darah dan cairan folikuler serta nyeri

    yang ringan pada abdomen bagian bawah. Bila cairan sangat banyak dan berasal dari

    ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis. Nyeri dan nyeri tekan agak

    difus. Leucositosis dan demam minimal atau tidak ada. Karena nyeri ini terjadi pada

    pertengahan siklus menstruasi, sering disebut mittelschmerz.

    2.7 KOMPLIKASI

    2.7.1. Perforasi

    Keterlambatan diagnosis, merupakan faktor utama yang berperan dalam terjadinya

    perforasi apendiks. Insidens perforasi pada penderita di atas usia 60 tahun dilaporkan

    sekitar 60%. Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua

    adalah gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi apendiks

    berupa penyempitan lumen dan arteriosklerosis. Inidens tinggi pada anak disebabkan oleh

    dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memperpanjang

    waktu diagnosis dan proses pendindingan kurang sempurna akibat perforasi yang cepat

    dan omentum anak belum berkembang.5

    Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan

    demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut dan perut menjadi tenggang

    dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh perut, mungkin disertai

    dengan pungtum maksimum di regio iliaka kanan, peristaltik usus dapat menurun sampai

    menghilang akibat adanya ileus paralitik.5

    Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang panjang, supaya dapat dilakukan

    pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat secara

    mudah serta pembersihan kantong nanah.Akhir-akhir ini, mulai banyak dilaporkan

    pengelolaan apendisitis perforasi secara laparoskopi apendiktomi.Pada prosedur ini,

    rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh

    dibandingkan dengan laparotomi terbuka.5

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    21/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 21KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    2.7.2. Appendicular infiltrat

    Appendicular infiltrat adalah Appendicular infiltratadalah infiltrat/massa yang terbentuk

    akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi

    oleh omentum, usus halus atau usus besar.Umumnya massa Appendix terbentuk pada hari

    ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa Appendix lebih

    sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah

    berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus

    proses radang.1,6

    2.7.2.1. Patofisiologi

    Bila semua proses patofisiologi Appendicitis berjalan lambat, omentum dan usus yang

    berdekatan akan bergerak kearah Appendix hingga timbul suatu massa lokal yang disebut

    Appendicularisinfiltrat. Peradangan Appendix tersebut dapat menjadi abses atau

    menghilang.1,7

    Appendicularisinfiltrat merupakan tahap patologi Appendicitis yang dimulai dimukosa

    dan melibatkan seluruh lapisan dinding Appendix dalam waktu 24-48 jam pertama, ini

    merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup

    Appendix dengan omentum, usus halus, atau Adnexa sehingga terbentuk massa

    periappendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat

    mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abscess, Appendicitis akan sembuh dan massa

    periappendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

    1,7

    Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan Appendix lebih panjang, dinding

    Appendix lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih

    kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah

    terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.1,7

    Kecepatan terjadinya peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme,

    daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding Appendix, omentum, usus yang lain, peritoneum

    parietale dan juga organ lain seperti Vesika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi dan

    melokalisir proses peradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah

    terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai

    tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis,

    oleh karena itu penderita harus benar-benar istirahat (bedrest).1,9

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    22/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 22KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Appendix yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk

    jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan

    ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini

    dapat meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut. 1,8

    2.7.2.2. Manifestasi Klinis

    Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai

    adanya massa periapendikular. Gejala klasik Appendicitis akut biasanya bermula dari nyeri

    di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12

    jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau

    batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.

    Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.

    Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun

    dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif.1,7

    2.7.2.3. Pemeriksaan Fisik

    Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih tinggi,

    mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu axillar dan rektal sampai

    1C. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada

    penderita dengan komplikasi perforasi. Appendicitis infiltrat atau adanya Appendicular

    abscess terlihat dengan adanya penonjolan di perut kanan bawah.1,8

    Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri

    lepas. Defence muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri

    tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah

    akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada Appendicitis

    retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.1,8

    Jika sudah terbentuk abscess yaitu bila ada omentum atau usus lain yang dengan cepat

    membendung daerah Appendix maka selain ada nyeri pada fossa iliaka kanan selama 3-4

    hari (waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan abscess) juga pada palpasi akan teraba

    massa yang fixed dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. Jika Appendix

    intrapelvinal maka massa dapat diraba pada RT(Rectal Toucher) sebagai massa yang

    hangat.1,7

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    23/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 23KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Peristaltik usus sering normal, peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada

    peritonitis generalisata akibat Appendicitis perforata.Pemeriksaan colok dubur

    menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada

    Appendicitis pelvika.1,8

    Pada Appendicitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah

    nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.Colok dubur pada anak tidak dianjurkan.

    Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan

    untuk mengetahui letak Appendix.1,8

    2.7.2.4. Diagnosis

    Riwayat klasik Appendicitis akut, yang diikuti dengan adanya massa yang nyeri di

    region iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa atau abscess

    Appendikuler. Penegakan diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik maupun

    penunjang. Kadang keadaan ini sulit dibedakan dengan karsinoma Caecum, penyakit

    Crohn, amuboma dan Lymphoma maligna intra abdomen. Perlu juga disingkirkan

    kemungkinan aktinomikosis intestinal, enteritis tuberkulosa, dan kelainan ginekolog

    seperti Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Adnexitis dan Kista Ovarium terpuntir .

    Kunci diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang khas.1,8

    Tumor Caecum, biasanya terjadi pada orang tua dengan tanda keadaan umum jelek,

    anemia dan turunnya berat badan. Hal ini perlu dipastikan dengan colon in loop dan

    benzidin test. Pada anak-anak tumor Caecum yang sering adalah sarcoma dari kelenjar

    mesenterium. Pada Appendicitis tuberkulosa, klinisnya antara lain keluhan nyeri yang

    tidak begitu hebat disebelah kanan perut, dengan atau tanpa muntah dan waktu serangan

    dapat timbul panas badan, leukositosis sedang, biasanya terdapat nyeri tekan dan rigiditas

    pada kuadran lateral bawah kanan, kadang-kadang teraba massa.1,7

    Massa Appendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan:

    1.

    keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi;

    2. pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-

    tanda peritonitis;

    3. laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke

    kiri.

    Massa Appendix dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai dengan:

    1.

    keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi;

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    24/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 24KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    2. pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya

    teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan

    3.

    laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.1,6

    2.7.2.5. Penatalaksanaan

    Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat Appendix menjadi dilindungi oleh

    omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula-mula, massa yang terbentuk tersusun

    atas campuranbangunan-bangunan ini dan jaringan granulasi dan biasanya dapat segera

    dirasakan secara klinis. Jika peradangan pada Appendix tidak dapat mengatasi rintangan-

    rintangan sehingga penderita terus mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi

    nanah, semula dalam jumlah sedikit, tetapi segera menjadi abscess yang jelas batasnya. 1,7

    Urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah. Masalah ini adalah bilamana

    penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, ahli bedah akan mengoperasi untuk membuang

    Appendix yang mungkin gangrene, dari dalam massa perlekatan ringan yang longgar dan

    sangat berbahaya, dan karena massa ini telah menjadi lebih terfiksasi, sehingga membuat

    operasi berbahaya maka harus menunggu pembentukan abscess yang dapat mudah

    didrainase.1,7

    Massa Appendix terjadi bila terjadi Appendicitis gangrenosa atau mikroperforasi

    ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa

    periappendikular yang pendindingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus

    keseluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Pada

    anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Pasien dewasa dengan massa

    periappendikular yang terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan untuk

    dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta

    luasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan

    leukosit normal, penderita boleh pulang dan Appendectomy elektif dapat dikerjakan 2-3

    bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila

    terjadi perforasi, akan terbentuk abscess Appendix. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu

    dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta

    bertambahnya angka leukosit. 1,7

    Tatalaksana Appendicular infiltrat pada anak-anak sampai sekarang masih

    kontroversial. Dari hasil penelitian kasus terapi Appendicular infiltrat pada anak-anak,

    kebanyakan adalah konservatif yaitu dengan observasi ketat dan antibiotik, dengan cairan

    intravena, dan pemasangan NGT bila diperlukan. Konservatif berlangsung selama 6 hari

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    25/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 25KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    di rumah sakit, lalu direncanakan untuk dilakukan Appendectomy elektif setelah 4-6

    minggu kemudian untuk mencegah kemungkinan risiko rekurensi dan perforasi yang lebih

    luas. Dari hasil penelitian komplikasi setelah operasi dengan penanganan konservatif

    terlebih dahulu lebih sedikit bila dibandingkan dengan terapi pembedahan segera seperti

    cedera pada ileum (Ileal injury), abses intrabdominal, infeksi karena luka saat operasi.

    Sehingga terapi non-operatif pada appendicular infiltrat yang diikuti dengan

    Appendectomy elektif merupakan metode yang aman dan efektif. Terapi tersebut sama

    dengan pada orang dewasa yaitu dengan konservatif terlebih dahulu yang diikuti dengan

    appendectomy elektif. Hal ini dikarenakan untuk mencegah komplikasi post operasi dan

    risiko dari prosedur pembedahan yang besar (extensive).2

    Pada anak-anak, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi

    abscess, dianjurkan untuk operasi secepatnya. Pada penderita dewasa, appendectomy

    direncanakan pada Appendicular infiltrat tanpa pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya

    pasien diberikan antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru

    setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan Appendectomy.2

    Akhir-akhir ini terdapat manajement terapi yang terbaru yaitu dengan PLD (Primary

    Laparoscopic Drainage) yang dapat diikuti dengan LA (Laparoscopic Appendectomy).

    PLD ini rata-rata memakan waktu operasi sekitar 80-100 menit, makanan oral dapat

    diberikan 2-3 hari setelah PLD, penurunan panas badan pasien menjadi afebril pada 4-7

    hari setelah PLD, antibiotik intravena dapat dilepas 4-5 hari setelahnya, perawatan di

    rumah sakit antara 7-15 hari. PLD ini tidak terbukti terdapat komplikasi selama intra

    maupun post operasi, sedangkan bila dilanjutkan dengan LA, komplikasi yang dapat

    terjadi adalah adhesi obstruksi usus.2

    Bila sudah terjadi abscess, dianjurkan untuk drainase saja dan Appendectomy dikerjakan

    setelah 6-8 minggu kemudian. Jika ternyata tidak ditemukan keluhan atau gejala apapun,

    dan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses, dapat

    dipertimbangkan membatalkan tindakan bedah.2

    2.8 PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan pasien Appendicitis acuta yaitu 1,2,3,6,7)

    1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis

    dehidrasi atau septikemia.

    2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral

    3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    26/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 26KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.

    5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur dan

    didapatkan beta-hCG positif secara kualitatif.

    Bila dilakukan pembedahan, terapi pada pembedahan meliputi; antibiotika profilaksis

    harus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan single dose dipilih

    antibiotika yang bisa melawan bakteri anaerob.

    Teknik operasi Appendectomy1,2,6,8):

    a. Open Appendectomy

    1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.

    2. Dibuat sayatan kulit:

    Horizontal Oblique

    3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:

    a. Pararectal/ Paramedian

    Sayatan/ incisi pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan

    ke medial.Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis

    karena fascianya ada 2 agar tidak tertinggal pada waktu penjahitan.Bila yang

    terjahit hanya satu lapis fascia saja, dapat terjadi hernia cicatricalis.

    2 lapis

    M.rectus abd.

    sayatan

    M.rectus abd.

    ditarik ke medial

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    27/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 27KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting

    Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.

    1) Incisi apponeurosis M. Obliquus abdominis externus dari lateral atas ke

    medial bawah.

    Keterangan gambar:

    Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau. Incisi kedua

    mengenai jaringan subkutan sampai ke fascia M. Obliquus abdominis

    externus.

    2) Splitting M. Obliquus abdominis internus dari medial atas ke lateral bawah.

    Keterangan gambar:

    Dari tepi sarung rektus, fascia tipis M. obliquus internus diincisi searah

    dengan seratnya ke arah lateral.

    3) Splitting M. transversus abdominis arah horizontal.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    28/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 28KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Keterangan gambar:

    Pada saat menarik M. obliquus internus hendaklah berhati-hati agar tak

    terjadi trauma jaringan. Dapat ditambahkan, bahwa N.iliohipogastricus dan

    pembuluh yang memperdarahinya terletak di sebelah lateral di antara M.

    obliquus externus dan internus. Tarikan yang terlalu keras akan merobek

    pembuluh dan membahayakan saraf.

    4. Peritoneum dibuka.

    Keterangan gambar:

    Kasa Laparatomi dipasang pada semua jaringan subkutan yang

    terpapar.Peritoneum sering nampak meradang, menggambarkan proses yang ada di

    bawahnya. Secuil peritoneum angkat dengan pinset.Yang nampak di sini ialah

    pinset jaringan De Bakey. Asisten juga mengangkat dengan cara yang sama padasisi di sebelah dokter bedah. Dokter bedah melepaskan pinset, memasang lagi

    sampai dia yakin bahwa hanya peritoneum yang diangkat.

    5. Caecum dicari kemudian dikeluarkan kemudian taenia libera ditelusuri untuk

    mencari Appendix. Setelah Appendix ditemukan, Appendix diklem dengan klem

    Babcock dengan arah selalu ke atas (untuk mencegah kontaminasi ke jaringan

    sekitarnya).

    Appendix dibebaskan dari mesoappendix dengan cara:

    Mesoappenddix ditembus dengan sonde kocher dan pada kedua sisinya, diklem,

    kemudian dipotong di antara 2 ikatan.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    29/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 29KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Keterangan gambar:

    Appendix dengan hati-hati diangkat agar mesenteriumnya teregang.Klem Babcock

    melingkari appenddix dan satu klem dimasukkan lewat mesenterium seperti pada

    gambar.Cara lainnya ialah dengan mengklem ujung bebas mesenterium di bawahujung appenddix.Appendix tak boleh terlalu banyak diraba dan dipegang agar tidak

    menyebarkan kontaminasi.

    6. Appendix di klem pada basis (supaya terbentuk alur sehingga ikatan jadi lebih kuat

    karena mukosa terputus sambil membuang fecalith ke arah Caecum). Klem

    dipindahkan sedikit ke distal, lalu bekas klem yang pertama diikat dengan benang

    yang diabsorbsi (supaya bisa lepas sehingga tidak terbentuk rongga dan bila

    terbentuk pus akan masuk ke dalam Caecum).

    7. Appendix dipotong di antara ikatan dan klem, puntung diberi betadine.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    30/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 30KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    8. Perawatan puntung Appendix dapat dilakukan dengan cara:

    a. Dibuat jahitan tabak sak pada Caecum, puntung Appendix diinversikan ke

    dalam Caecum. Tabak sak dapat ditambah dengan jahitan Z.

    b.

    Puntung dijahit saja dengan benang yang tidak diabsorbsi. Resiko kontaminasi

    dan adhesi.

    c. Bila prosedur a+b tidak dapat dilaksanakan, misalnya bila puntung rapuh,

    dapat dilakukan penjahitan 2 lapis seperti pada perforasi usus.

    9. Bila no.7 tidak dapat dilakukan, maka Appendix dipotong dulu, baru dilepaskan

    dan mesenteriolumnya (retrograde).

    10.

    Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

    b. Laparoscopic Appendectomy

    Laparoscopy dapat dipakai sebagai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien

    dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta.Laparoscopysangat berguna

    untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah.Dengan menggunakan

    laparoscopeakan mudah membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta.1)

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    31/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 31KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    Gambar 3.10. Posisi operasi Laparoscopic Appendectomy1)

    2.9 KOMPLIKASI POST OPERASI1)

    1. Fistel berfaeces Appendicitis gangrenosa, maupun fistel tak berfaeces; karena

    benda asing, tuberculosis, Aktinomikosis.

    2. Hernia cicatricalis.

    3. Ileus

    4. Perdarahan dari traktus digestivus: kebanyakan terjadi 2427 jam setelah

    Appendectomy, kadangkadang setelah 1014 hari. Sumbernya adalah echymosis

    dan erosi kecil pada gaster dan jejunum, mungkin karena emboli retrograd dari

    sistem porta ke dalam vena di gaster/ duodenum.

    2.10 PROGNOSIS2)

    Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000 pada tahun

    1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang menyebabkan

    penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana diagnosis dan terapi,

    antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan darah dan plasma, serta

    meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi tepat sebelum terjadi perforasi.

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    32/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 32KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    BAB III

    KASUS

    3.1 Identitas Pasien

    Nama : ny. sa

    Umur : 58 tahun

    Alamat : pulau tinggi

    No. RM : 094310

    Perkawinan : Menikah

    3.2 Anamnesis Pasien

    KUMulut tiba-tiba tidak bisa ditutup

    RPS

    Seorang pasien laki-laki usia 26 tahun datang ke RSUD Bangkinang dengan

    keluhan nyeri perut diseluruh kuadran abdomen. Lebih kurang 1 minggu sebelum

    masuk RS, pasien merasa nyeri di ulu hati, perih.Pasien juga mengalami mual,

    muntah dan mencret.Mencret >5x sehari, feses tidak ada bercampur darah dan

    lendir.Warna feses normal. BAK berwarna kuning kecoklatan, nyeri saat BAK dan

    susah BAK tidak ada. Pasien sempat berobat di bidan dan keluhan berkurang tetapi

    kemudian keluhan muncul kembali.Lebih kurang 3 hari sebelum masuk RS, pasien

    merasa nyeri perut semakin memberat dan menyeluruh serta pasien merasa

    perutnya terasa membesar.Mencret (+), BAK masih kecoklatan, tetapi demam

    sudah tidak ada lagi.

    RPD

    - Sebelumnya pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit yang sama seperti apa

    yang dirasakan saat ini.

    - Riwayat alergi disangkal.

    RPO:

    -

    Pasien sudah berobat kebidan 1 minggu yang lalu

    Riwayat Keluarga: dikeluarga pasien tidak ada yang menderita sama dengan

    pasien.

    Riwayat Kebiasaan

    - Pasien sering telat makan dan tidak suka makan sayuran

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    33/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 33KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    3.3 Pemeriksaan Fisik

    1. Vital Sign

    Keadaan Umum: tampak sakit sedang.

    Sensorium: Compos Mentis

    TD:136/69 mmHg

    Pulse:84 x/menit

    RR: 20 x/menit

    Suhu:36,5oC

    2. Status Generalisata

    Kepala

    -

    Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)- Hidung: Dalam batas normal

    - Mulut:Mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), tonsil T1T1

    - Leher:Perbesaran KGB (-), Peninggian JPV (-).

    Thorax

    a. Paru-paru

    - Inspeksi:Dinding dada simetris, pergerakan simetris, retraksi dinding dada (-)

    - Palpasi:Vocal fremitus simetris kanan-kiri

    - Perkusi:Sonor dikedua lapang paru.

    - Auskultasi:vesikular dikedua lapang paru.

    b. Jantung

    - Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat.

    - Palpasi: Ictus cordis tidak teraba.

    - Perkusi:Batas atas ISC III linea midclavicularis sinistra, batas bawah ISC V

    linea midclavicularis sinistra, batas kanan ISC IV parasternalis dextra, batas

    kiri ISC IV midclavicularis sinistra.

    - Auskultasi:BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).

    Abdomen

    - Ispeksi:Bentuk perut datar, tidak tegang, tanda-tanda peradangan (-).

    - Auskultasi:Peristaltik usus (+).

    - Palpasi:Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan kanan bawah (+).

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    34/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 34KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    - Perkusi:Timpani diseluruh kuadran abdomen kecuali kuadran kanan atas dan

    kanan bawah.

    Genitalia

    - Laki-laki: TDP

    Ekstremitas

    - Superior: Capillary reffil time < 2 dtk, turgor kulit < 2 dtk.

    -

    Inferior: Capillary reffil time < 2 dtk, edema (-), turgor kulit < 2 dtk.

    3. Status Lokalisata (Regio Iliaka Kanan)

    Inspeksi: Dalam batas normal

    Palpasi: Massa (-), nyeri (+)

    Nyeri tekan McBurney (+)

    Rovsing sign (+):Nyeri perut kanan bawah saat dilakukan palpasi pada perut kiri

    bawah

    Iliopsoas sign (-):Nyeri saat sendi panggul kanan diekstensikan.

    Obturator sign (-):Nyeri saat sendi panggu dirotasikan ke dalam.

    3.4 Diagnosis Banding

    1.

    Colic Abdomen ec sup. Acute Appendisitis

    2. Colic Abdomen ec sup. Kronic Apendisitis

    3. Colic Abdomen ec sup. Peritonitis

    4. Colic Abdomen ec sup. Nefrolitiasis

    5. Colic Abdomen ec sup. Urolitiasis

    3.5 Diagnosis Sementara: Colic Abdomen e.c. Sup. Acute Abdomen

    3.6 Rencana Terapi

    -

    IVFD RL 28 gtt/menit

    - Tramadol tablet 3 x 1

    -

    Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam/IV

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    35/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 35KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    3.7 Pemeriksaan Penunjang

    1. Laboratorium

    Leukosit

    HemoglobinTrombosit

    Hematokrit

    GDS

    Creatinin

    Ureum

    SGOT

    SGPT

    Protein total

    Albumin

    14,8 x 10 /L

    16,0 gr/dl388 x 10

    3/

    14,3 %

    134

    0,9 mg/dl

    25,4 mg/dl

    33,1 U/I

    52,3 U/I

    6,2 gr/dl

    3,6 gr/dl

    Anjuran Pemeriksaan Penunjang :

    1.

    Foto polos Abdomen (BNO)

    2. Ultrasonography Buli-buli, Apendiks dan Ginjal

    2.8 Follow Up

    Tanggal/hari Penjelasan

    23/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+).

    -Mual dan muntah(+) berkurang

    O: - Vital sign:

    TD: 110/70 mmHg

    Pulse: 78 x/mnt

    RR: 20 x/mnt

    T: 37,4oC

    -Nyeri tekan McBurney (+).

    -Rovsing sign (+).

    -Iliopsoas sign (-)

    -Obturator sign (-)

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    36/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 36KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    A: - Apendisitis Infiltratif

    P: - IVFD DN 3:128 gtt/mnt

    - Inj. Cefotaxim 1g/12 jam

    -

    Inj. Tramadol 1 amp/12 jam- Metronidazol 3 x 1 fls

    - Bed Rest

    24/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+) berkurang

    -Mual & muntah (-)

    -Rovsing sign (+)

    O: - Vital Sign:

    TD: 110/70 mmHg

    Pulse: 104 x/mnt

    RR: 20 x/mnt

    T: 37,3oC

    A: Apendisitis infiltratif

    P: - IFVD DN 3:128 gtt/i

    -Inj. Cefotaxim 1 g/12 jam

    -Inj. Tramadol 1 amp/12 jam

    -Metronidazol 3 x 1 fls

    -

    Bed Rest

    25/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+) berkurang

    - Rovsing sign (+)

    O: - Vital Sign:

    TD: 110/70 mmHg

    Pulse: 74 x/mnt

    RR: 20 x/mnt

    T: 36,9oC

    A:Apendisitis infiltratif

    P: - IFVD DN 3:128 gtt/i

    -Metronidazol 3 x 1 fls

    -Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

    -Inj. Tramdol 1 amp/12 jam

    -Bed Rest

    26/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (+)jauh berkurang-Rovsing Sign (-)

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    37/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 37KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    O: - Vital Sign:

    TD: 110/70 mmHg

    Pulse: 80 x/mnt

    RR: 20 x/mnt

    T: 36,9o

    C

    A:Apendisitis infiltratif

    P: - Bed Rest

    -IVFD DN 3:128 gtt/i

    -Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

    -Inj. Tramadol 1 amp/12 jam

    -Metronidazol 3 x 1 fls

    27/09/2013 S: - Nyeri perut kanan bawah (-)

    O: - Vital Sign:

    TD: 110/70 mmHg

    Pulse: 80 x/mnt

    RR: 20 x/mnt

    T: 36,70C

    A: Apendisitis infiltrative

    P: - IFVD DN 3:128 gtt/i

    - Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

    - Inj. Tramadol 1 amp/12 jam

    - Metronidazol 3 x 1 fls

    - Bed Rest

    28/09/2013 S: Keluhan sudah tidak ada lagi

    O: - Vital Sign:

    TD: 110/70 mmHg

    Pulse: 80 x/mnt

    RR: 22 x/mnt

    T: 36,5 0C

    A: Apendisitis Infiltratif

    P: - Pasien boleh pulang

    - Aff Infus

    - Aff DC

    -

    Cefadroxil 3 x 1

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    38/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 38KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    - Meloxicam 2 x 1

    -

    B comp 3 x 1

    - Ranitidin 2 x 1

    - Metronidazol 3 x 1

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    39/40

    Wito Eka Putra. Appendisitis Infiltratif. 2013 Page 39KKS Ilmu Bedah RSUD Bangkinang

    BAB IV

    DISKUSI

    Periapendikular infiltrat (PAI) adalah proses radang apendiks yang

    penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum

    disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa

    apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi

    peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima

    tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan

    omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.

    Periapendikular infiltrat (PAI) merupakan tahap patologi apendisitis yang

    dimulai dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-

    48 jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses

    radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa

    sehingga terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis

    jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses,

    apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk

    selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

    Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,

    dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh

    yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua

    perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

    Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi

    mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus

    yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti vesika urinaria, uterus

    tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. Bila prosesmelokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis.

    Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan

    tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis, oleh karena itu pendeita harus

    benar-benar istirahat (bedrest).

  • 8/10/2019 Periappendicular Infiltratif

    40/40

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, Appendix. In: Sabiston Texbook of Surgery. 17th

    edition. Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Philadelphia:

    Elsevier Saunders. 2004: 1381-93

    2. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartzs Principles of Surgery Volume 2.

    8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG,

    Pollock RE. New York: McGraw Hill Companies Inc. 2005:1119-34

    3. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition. Ed:Way

    LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72

    4. Human Anatomy 205. Retrieved at October 20

    th

    2011 From: http://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_Appendix.jpg

    5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010. Hal.

    756

    6. Ellis H, Nathanson LK. Appendix and Appendectomy.In :Maingots Abdominal

    Operations Vol II. 10th edition. Ed: Zinner Mj, Schwartz SI, Ellis H, Ashley SW,

    McFadden DW. Singapore: McGraw Hill Co. 2001: 1191-222

    7 Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1. Ed:

    Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI, Thompson

    RW. New York: Springer Verlag Inc. 2000: 647-62

    8 Prinz RA, Madura JA. Appendicitis and Appendiceal Abscess. In: Mastery of Surgery

    Vol II. 4th edition. Ed: Baker RJ, Fiscer JE. Philadelphia. Lippincott Williams &

    Wilkins. 2001: 1466-78

    9 Hardin DM. Acute Appendicitis: Review and Update. American Academy of Family

    Physician News and Publication. 1999;60: 2027-34. Retrieved at October 20th2011.

    From:http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.html

    10.http://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gif

    11. Owen TD, Williams H, Stiff G, Jenkinson LR, Rees BI. Evaluation of the Alvarado

    score in acute Appendicitis. Retrieved at June 25th 2007. From:

    http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdf

    http://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_appendix.jpghttp://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.htmlhttp://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gifhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdfhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdfhttp://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gifhttp://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.htmlhttp://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_appendix.jpg