Upload
vutu
View
419
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen PersediaanPersediaan Surplus & Persediaan Mati
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi & Bisnis Manajemen 13 31033 Dinar Nur Affini, SE., MM.
Abstract KompetensiModul ini menjelaskan tentang persediaan surplus dan persediaan mati
Diharapkan mahasiswa mampu menghitung, memanfaatkan dan menyimpan persediaan surplus & persediaan mati
Perhitungan Persediaan Surplus dan Persediaan MatiIstilah surplus berarti berlebih atau kelebihan.Jadi, perusahaan surplus ialah barang dalam
persediaan yang melebihi keperluan atau kebutuhan kapasitas. Kebutuhan setiap
perusahaan berbeda-beda dan memiliki ketentuannya sendiri. Pengertian kelebihan atau
surplus harus diterjemahkan ke dalam istilah yang bersifat kuantitatif. Oleh karena itu,
sebelum menentukan atau menghitung apakah ada persediaan surplus atau tidak, perlu
terlebih dahulu menentukan apa yang dianggap jumlah persediaan yang dianggap wajar
atau tidak berlebih.
Sebagai contoh, perusahaan dapat menentukan definisi tingkat persediaan yang wajar
sebagai berikut:
1. Perusahaan A
Tingkat persediaan dianggap wajar atau tidak berlebih apabila tidak melebihi
kebutuhan selama 24 bulan.
2. Perusahaan B
Tingkat persediaan dianggap wajar apabila tidak melebihi kebutuhan selama 2 kali
waktu pemesanan atau pengadaan barang.
Misalnya perusahaan B di atas memiliki persediaan suatu barang sebanyak 950 satuan.
Waktu pemesanan barang rata-rata adalah 6 bulan, pemakaian rata-rata barang tersebut
adalah 50 satuan per bulan. Dengan data ini maka tingkat persediaan yang dianggap wajar
adalah sebesar
Dengan demikian, untuk barang yang dimaksud surplus atau persediaan berlebih sebanyak 350 satuan.
2017 2 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
50 satuan x 6 x 2 = 600 950 – 600 = 350
Istilah persediaan mati menunjukan pada persediaan yang tidak bergerak, atau tidak
digunakan untuk waktu yang cukup lama. Waktu tidak bergerak ini ditentukan oleh masing-
masing perusahaan. Jadi memerlukan suatu yang bersifat kuantitatif. Beberapa contoh yang
dilakukan perusahaan adalah :
1. Perusahaan A2 menetapkan bahwa barang persediaan yang tidak bergerak selama 3
tahun atau lebih dapat dianggap sebagai persediaan mati.
2. Perusahaan B2 menetapkan bahwa barang yang diketahui sudah tidak mungkin
digunakan lagi dapat dianggap sebagai persediaan mati.
BUMN biasanya menggunakan ketentuan sebagaimana contoh perusahaan C, sedangkan
perusahaan swasta menggunakan contoh perusahaan A atau ketentuan lain mengenai
batas persediaan tersebut. Sebgai contoh, perusahaan dalam perhitungan surplus di atas
pada suatu saat mempunyai persediaan barang sebanyak 2100 satuan, dan menggunakan
ketetapan persediaan mati seperti contoh perusahaan B1, sehingga perusahaan tersebut
memiliki:
1. Persediaan surplus sebanyak ( 2100 – 600 = 1500 satuan )
2. Diantara surplus tadi, terdapat persediaan mati sebanyak 2100 – 36(50) = 300
Jadi, setiap perusahaan akan selalu mengalami salah satu dari kemungkinan berikut ini :
1. Tidak mempunyai persediaan surplus/mati.
2. Mempunyai persediaan surplus (saja).
3. Mempunyai persediaan surplus dan persediaan mati.
4. Mempunyai persediaan mati (saja).
Ada perusahaan yang menggunakan istilah lain untuk menggambarkan hal yang sama atau
hampir sama. Istilah-istilah lain yang digunakan tersebut misalnya;
1. Obsoloscence,
2. Obsolete,
3. Redundant,
4. Scrap.
Menurut penulis, istilah-istilah tersebut, kecuali redundant, afak kurang tepat untuk
mengganti istilah persediaan surplus atau mati. Obsolescence atau tinggal guna adalah
barang yang tidak digunakan lagi karena ketinggalan model atau teknologi, yang memang
dapat dijadikan barang surplus. Sedangkan mengenai barang limbah ( scrap ) akan dibahas
tersendiri pada tulisan ini.
2017 3 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Mengenai barang yang tidak bergerak, perlu diperhatikan bahwa barang yang memang
sengaja disimpan dalam persediaan, yang diperkirakan memang tidak akan mungin
digunakan, tidak termasuk dalam barang surplus atau persediaan mati. Contohnya; suku
cadang jaminan.
Terjadinya Persediaan Surplus dan Persediaan MatiPertanyaan kritis yang patut diajukan ialah mengapa suatu persediaan surplus atau mati
dapat terjadi? Secara singkat dapat dikatakan bahwa umumnya adalah akibat kesalahan
para pengambil keputusan dalam menentukan jumlah yang dipesan, dan mengapa
kesalahan tersebut bisa terjadi. Beberapa jenis kesalahan yang mungkin terjadi antara lain:
1. Perhitungan yang kurang teliti sehingga mengakibatkan pembelian barang terlalu
banyak.
2. Kesalah perhitungan ramalan menggunakan yang akan datang.
3. Penggunaan formula yang kurang tepat.
4. Perunahan proses produksi.
5. Pencatatan data mengenai persediaan yang salah.
6. Perubahan penggunaan jens suatu barang.
7. Penerimaan barang salah pesan.
8. Penerimaan barang salah kirim.
9. Terlalu banyak menetapkanpersediaan pengaman.
10. Perubahan penentuan barang standar.
Dari uraian di atas ada yang dapat dielakan, tetapi ada juga yang tidak dapat dielakan, hal-
hal yang tidak dapat dielakan sekurang-kurangnya perlu dikomunikasikan secara tepat
dengan semua ihak yang terkait untuk mengurangi dampak-dampak yang tidak diinginkan,
termasuk terjadinya persediaan surplus atau persediaan mati.
Surplus karena tinggal guna adalah salah satu contoh hal yang tidak dapat dielakkan,
karena hal ini biasanya diakibatkan oleh kemajuan teknologi yang sangat cepat, sehingga
suatu jenis barang dengan spesifikasi tertentu sudah tidak lagi digunakan karena sudah
ganti dengan jenis teknologi yang lebih canggih lagi. Contohnya suku cadang TV hitam putih
2017 4 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
yang semakin sulit dicari, sehingga TV hitam-putih adalah peralatan yang sudah tinggal
guna.
Model Perhitungan LainDalam penjelasan diatas disebutkan beberapa contoh penentuan jumlah surplus dalam
beberapa perusahaan. Berikut ini akan diberikan contoh lain. Rumus yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
Dimana:
t* : persediaan dalam kurun waktu ekonomis dalam tahun
P : harga satuan pembelian
Ps : harga satuan penjualan kembali
C : biaya pemesanan per pesanan
Q : jumlah lot pembelian dalam satuan barang
F : presentase biaya penyediaan per tahun
R : pemakaian barang per tahun
t : persediaan dalam kurun waktu, dinyatakan dalam tahun.
Surplus terjadi apabila : t > t*
Contoh :Suatu barang tersedia di gudang sebanyak 200 satuan dengan harga satuan pembelian
$20, dan data penggunaan tahunannya sebesar 100 satuan. Jumlah lot pembeliannya 20
satuan dengan biaya pembelian $10 per pesanan. Biaya penyimapan barang 25%, apabila
harga penjualan kembali atau salvage value barang tersebut $15 per satuan.Apakah ada
jumlah yang dianggap surplus?
P = 20 Q = 20
Ps = 15 F = 0,25
C = 10 R = 200
2017 5 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
t ¿=P−Ps C
QPF
+ Q2R
t ¿=P−Ps C
QPF
+ Q2R
=20−15 10
2020 x0,25
+ 202 x100
=5,55
+ 110
=1,10+0,10=1,2tahun
Karena t adalah 200/100 = 2,0 tahun, maka terjadi surplus sebanyak 0,8 tahun pemakaian
atau sebesar 80 satuan.
Penatausahaan Persediaan Surplus dan Persediaan MatiBagi suatu perusahaan, baik persediaan surplus maupun persediaan mati merupakan
pemborosan dan biaya ekstra. Beberapa biaya ekstra yang merupakan pemborosan
sehingga pada gilirannya mengurangi keuntungan tersebut antara lain berupa biaya-biaya
sebagai berikut:
1. Biaya penyediaan barang.
2. Biaya penatausahaan ekstra.
3. Biaya penyisihan apabila menjadi barang mati.
4. Biaya kerusakan barang karena disimpan terlalu lama.
5. Selisih harga beli dengan harga jual kembali yang umumnya rendah.
Untuk mengetahui apakah ada persediaan mati atau tidak, dilakukan perhitungan dari waktu
ke waktu. Setelah diketahui apakah terjadi surplus atau mati, maka perlu dilakukan
penatausahaan ekstra yang antara lain meliputi pencatatan berikut ini:
1. Identifikasi setiap barang yang mengalami surplus/mati.
2. Promosi menggunakan barang surplus dalam salah satu unit perusahaan ke unit lain.
3. Pembuatan daftar persediaan surplus/mati untuk berbagai keperluan.
4. Menyediakan anggaran untuk penghapusan persediaan mati.
5. Mengusahakan perizinan/formalitas, apakah secara internal atau eksternal mengenai
penghapusan atau penyisihan persediaan mati.
Identifikasi setiap barang yang dimasukan dalam kategori persediaan surplus atau
persediaan mati mencakup data mengenai:
1. Nama barang dan deskripsi.
2. Nomor kode barang yang bersangkutan.
2017 6 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
3. Jumlah yang dianggap surplus/mati.
4. Harga satuan barang dan harga keseluruhan.
Untuk menjamin agar penatausahaan, pemanfaatan, dan penindak lanjutan ersediaan
durplus atau mati tersebut dapat terlaksana dengan baik, perlu dibuatkan suatu prosedur
tertulis. Prosedur tertulis dimaksud dapat memuat ketentuan-ketentuan antara lain mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1. Definisi persediana surplus atau mati
2. Cara perhitungan persediaan surplus/mati.
3. Siapa yang berhak menyatakan persediaan surplus/mati.
4. Cara dentifikasi persediaan surplus/mati.
5. Cara menyimpan persediaan surplus/mati.
6. Administrasi persediaan surplus/mati.
7. Jenis dan cara penyisihan.
8. Cara-cara penghapusan.
9. Siapa yang berwenang menghapuskan.
10. Cara menganggarkan penghapusan persediaan mati.
Pemanfaatan Persediaan SurplusApabila sungguh terjadi persediaan surplus, maka para petugas terkait perlu mengusahakan
pemanfaatannya dan penggunaannya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari
cara-cara penggunaan yang tidak biasa. Yang dimaksud disinilah usaha-usaha sebagai
berikut:
1. Digunakan sebagai barang pengganti atau subtitusi barang lain yang hamper sama.
2. Ditawarkan ke unit kegiatan lain dalam perusahaan atau group perusaha yang sama
dengan potongan harga.
3. Ditawarkan ke perusahaan lain untuk dibeli dengan harga yang menarik atau
diukurdengan barang lain.
4. Dikembalikan ke penjual barang atau ditukar dengan barang lain.
5. Dijual ke pegawai perusahaan apabila menyangkut barang yang dapat digunakan oleh
mereka.
2017 7 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Sering kali dalam menggunakan barang surplus untuk subtitusi diperlukan paksaan pasa
pengguna barang, karena meeka biasanya enggan untuk menggunakan dengan berbagai
alasan. Tidak jarang peksaan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan dari pemimpin
yang lebih senior. Di samping paksaan, penggunaan sebagai barang subtitusi dapat juga
dirangsang dengan penawaran harga khusus, artinya potongan harga yang cukup besar,
sehingga juga menarik dan merangsang pemakai. Demikian juga, apabila barang surplus
akan dijual atau ditukar, dapat ditawarkan dengan potongan harga yang menarik.
Penyimpanan Persediaan Surplus dan Persediaan MatiPerlu dibedakan antara penyimpanan persediaan barang surplus dengan persediaan mati.
Barang surplus merupakan persediaan yang masih hidup, belum mati, sehinggga masih
akan dipergunakan lagi meskipun dalam waktu yang relatif agak lama. Oleh karena itu, cara
penyimpanannya biasanya tidak perlu dibedakan atau dipisahkan dari penyimpanan barang
persediaan biasa , jadi tetap disatukan dengan lot lain yang tidak surplus. Yang diperlukan
adalah identifikasi pada kartu persediaan (dalam sistem manual) atau pada persediaan
(dalam sistem komputer) mengenai adanya surplus ini dan jumlahnya.
Lain halnya dengan persediaan mati. Karena persediaan mati tidak ada kemungkinan akan
digunakan lagi, atau paling-paling mungkin digunakan ndalam waktu yang lama, maka cara
penyimpanannya harus sedemikian rupa sehingga tidak memakan banyak ruangan dan
membutuknan biaya banyak. Juga, persediaan mati penyimpanannya harus disendirikan
dan dipisahkan dari persediaan yang masih hidup. Apabila ruangan gudang terbatas, Maka
utuk mengemat ruangan, persediaan mati dapat disimpan dengan cara memasukkan
kedalam peti sehingga tidak makan tempat. Hanya saja perlu dilakukan langkah-langkah
berikut:
1. Setiap peti diberikan identifikasi tertentu agar mudah dikenali
2. Setiap peti dilengkapi dengan daftar isi persediaan mati tersebut, sekurang-kurangnya
nama barang, kode barang, dan jumlah barang.
3. Peti disimpan dalam keadaan aman sedemikian rupa sehingga apabila barang
dimaksud dijual atau disisihkan, masih dalam keadaan baik.
2017 8 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Penghapusan dan Penyisihan Persediaan MatiAda dua istilah yang berhubungan dengan persediaan mati ini yang saling dipertukarkan
penggunaannya, padahal keduanya memiliki arti yang sangat berlainan. Istilah tersebut
adalah penghapusan (write off) dan penyisihan (disposal). Penghapusan adalah tindakan
yang berhubungan dengan pembukaan barang persediaan dalam tata pembukaan
keuangan, sedangkan penyisihan adalah tindakan fisik untuk “menyingkirkan” persediaan
tersebut dari perusahaan.
1. Penghapusan Persediaan Mati
Yang pertama-tama akan dibicarakan adalah mengenai penghapusan persediaan
mati. Ini menyangkut pembukaan barang persediaan. Barang persediaan biasanya
dibukukan sebagai aset tidak tetap dan muncul dalam neraca perusahaan dengan
judul persediaan barang.Apabila suatu persediaan dinyatakan sebagai persediaan
mati, dan masih mempunyai nilai buku, maka nilai tersebut harus dihapuskan dari nilai
persediaan barang dan dibedakan dalam mata anggaran tertentu yang merupakan
biaya perusahaan pada tahun tertentu. Pada gilirannya persediaan tersebut akan
mengurangi keuntungan perusahaan pada tahun bersangkutan. Dalam hubungan ini,
perusahaan tidak hanya perlu mengghapuskan nilai persediaan mati tersebut, tapi
sebelumnya perlu juga menganggarkan nilai perusahaan tersebut.
Ada perusahaan yang untuk jenis barang tertentu, walaupun barang tersebut masih
berada digudang, tidak membukukannya kedalam akun persediaan, tetapi langsung
pada akun biaya begitu barang tersebut diterima. Dalam hal ini, pencatatan keluar-
masuknya barang digudang tidak lagi tercatat dalam system pembukuan perusahaan,
tetapi kalau ada, hanya merupakan subsistem pembukuan, yang bersifat ekstra
komtabel. Dalam hal ini tentu saja kalau ada di antaranya yang dinyatakan sebagai
persediaan mati tidak perlu dilakukan penghapusan.Untuk melakukan penghapusan
persediaan mati, umumnya diperlukan persetujuan dari manajemen tertentu sesuai
dengan wewenangnya.
2. Penyisihan Persediaan Mati
Istilah lain dalam percaturan persediaan mati, yang menggambarkan proses yang
perlu dilakukan, adalah penyisihan. Penyisihan adalah tindakan yang bersifat fisik,
yang dilakukan dengan maksud menyingkirkan secara fisik barang atau persediaan
mati tersebut dari gudang atau halaman perusahaan.Tindakan ini perlu diambil agar
2017 9 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
persediaan mati tersebut tidak mengganggu operasi perusahaan, tidak merusak
pemandangan tidak mengotori, atau tidak memakan tempat yang diperlukan. Tentus
aja tindakan penyisihan ini dilakukan sesudah dilakukan tindakan penghapuan, Berapa
kemungkinan tindakan penyisihan dapat berupa:
a. Membakar, membuang, menanam barang matitersebut.
b. Menjual kembali pada penjual semula.
c. Menukarkan kepada penjual semula dengan barang lain.
d. Menjual kepada umum.
e. Menjual kepada karyawan.
f. Menghibahkan kepada pihak tertentu.
Seperti halnya dengan penghapusan persediaan mati, umumnya tindakan penyisihan
ini memerlukan izin dari pejabat tertentu sesuai dengan kewenangan yang ada.
Perhatian perlu diberikan secara khusus pada penyisihan barang berbahaya dan
eksplosif seperti bahan radioaktif, bahan kimia tertentu, dan sejenisnya. Untuk itu
diperlukan izin dari dinas pemerintah terkait dan penanganan khusus.
3. Penyisihan Barang Pemerintah
Kalau dalam perusahaan swasta penghapusan dan penyisihan persediaan mati cukup
mudah dan sederhana dilakukan, tidak begitu halnya dalam perusahaan milik Negara
(BUMN). Di perusahaan swasta, wewenang penghapusan dan penyisihan biasanya
cukup diberikan oleh pejabat dalam perusahaan itu sendiri, tergantung dari nilainya.
Pada perusahaan milik Negara/pemerintah, wewenang penghapusan masih berada di
tangan pemimpin perusahaan tersebut, tetapi wewenang penyisihan berada di tangan
Mentri Keuangan.Untuk perusahaan Negara tertentu, ada beberapa pengecualian
yang diatur tersendiri.
Rasio Persediaan Surplus dan Persediaan MatiSurplus adalah suatu pemborosan dan terjadinya harus dihindari.Makin besar terjadinya
surplus, makin besar juga terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan. Demikian pula,
makin kecil terjadinya surplus, makin kecil terjadinya pemborosan dan makin tinggi tingkat
efisien pengelolaan barang persediaan.Untukitu digunakan rasio, yaitu rasio antara nilai
persediaan surplus atau persediaan mati terhadap nilai persediaan total.
2017 10 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Jadi, dikenal:
Rasio surplus= Nilai persediaan surplusNilai persediaantotal
Dan
Rasio persediaanmati=Nilai persediaanmatiNilai persediaan total
Misalkan dalam perusahaan A terdapat persediaan barang senilai $1.000.00, dimana
terdapat persediaan surplus senilai $130.000 dan persediaan mati senilai $23.000. Maka
perhitungan rasionya menjadi:
Rasio surplus= $130.000$1.000 .000
=0,13atau13%
Rasio persediaanmati= $23.000$1.000 .000
=0,023=2,3%
Apakah nilai 13% atau 2,3%itu “baik” atau “jelek” memang masih harus dibandingkan lagi
dengan rasio dari peruahaan lain yang sejenis, dan kalau dapat dibandingkan lagi dengan
rasio perusahaan unggulan (benchmark) untuk mengetahui mengetahui tingkat efisiensi
perusahaan tersebut dalam bidang pencegahan surplus dan persediaan mati. Namun,
setidak-tidaknya kalau dari tahun ke tahun rasio tersebut dihitung, maka dapat diketahui
kemajuan pengelolaan persediaan dalam hal yang dimaksud. Ada perusahaan yang
menganggap bahwa batas persediaan rasio mati terhadap seluruh persediaan yang
dianggap wajar adalah 2,5%. Oleh karena itu, perusahaan mencadangkan anggaran
sebesar itu pula untuk penghapusan nilai persediaan mati tersebut pada akhir tahun
anggaran.
Persediaan Bekas PerbaikanYang dimaksud barang bekas disini adalah barang yang sesudah digunakan dan mengalami
kerusakan masih dapat diperbaiki kembali, dan selanjutnya masih dapat digunakan kembali
meskipun sudah tidak baru lagi (salvage materials).Barang jenis ini kapastiasnya masih
dalam jenis tingi, yang mendekati barang baru, sehingga secara teknis masih dapat
2017 11 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
digunakan dalam operasi atau dalam perbaikan fasilitas. Barang-barang seperti ini, sesudah
diperbaiki, dimasukkan kembali dalam persediaan untuk digunakan lagi waktu yang akan
dating.
Untuk menempuh prosedur seperti ini, maka dua pertimbangan yang menentukan ialah
keadaan teknis barang dan biaya perbaikan.Banyak sekali contoh barang yang dapat
diperlakukan seperti ini. Perbaikan barang dapat dilakukan di bengkel sendiri, tetapi dapat
juga dilakukan di bengkel pihak ketiga.
Dalam hal perusahaan menempuh usaha ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dilakukan antara lain:
1. Barang persediaan seperti ini perlu diberi tandapengenal khusus, agar dapat dikenal
dengan mudah.
2. Pemakai barang harus sadar apakahakan menggunakan barang bekas perbaikan atau
barang baru.
3. Penggunaan barang bekas perbaikan ini sejauh mungkin harus disahulukan dan
diprioritaskan daripada membeli barang baru.
4. Barang bekas perbaikan ini dapat digunakan sebagai pengganti barang sama yang
baru atau sebagai barang subtitusi barang yang hampir sama.
5. Harga barang bekas perbaikan ini perlu ditentukan secara baru, misalnya sesuai
dengan biaya perbaikannya.
6. Pemakai yang mengembalikan barang bekas untuk diperbaiki lagi perlu diberi
perangsan dengan mengurangi biaya bagiannya dengan nilai sisa barang bekas yang
dikembalikan.
Perhitungan dan PelaporanBagaimana jumlah dan lebih-lebih nilai surplus dapat dihitumg? Di atas telah diberikan
beberapa contoh mengenai perhitungan tersebut, namun masih ada pertanyaan lagi,
apakah adanya surplus perlu dihitung satu per satu, ataukah cukup jumlah keseluruhan
persediaan barang? Sekurang-kurangnya ada tiga jenis perhitungan persediaan surplus dan
persediaan mati yg perlu dilakukan dengan maksud yg berbeda, ketiganya dapat dilakukan
bersama atau salah satu saja, tergantung kegunaan yang diinginkan.
1. Perhitungan secara keseluruhan
2017 12 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Hasil perhitungan akan menunjukkan prestasi kinerja pengelolaan persediaan secara
keseluruhan. Artinya, kalau dilihat satu per satu pos barang, akan ada yang sangat
efisien, ada yang cukup efisien, ada yang kurang efisien atau mungkin ada yang
sangat kurang efisien, tetapi secara keseluruhan dapat dilihat dalam perhitungan rasio
surplus secara keseluruhan tersebut. Data ini umumnya di perlukan oleh manajemen
dan oleh karena itu perlu dilaporkan kepada manajemen secara berkala.
2. Perhitungan satu per satu
Hasil perhitungan akan menunjukkan prestasi kinerja pengelolaan persediaan barang
satu demi satu. Hasil perhitungan dari kedua cara ini mungkin sama, tetapi biasanya
berbeda, malahan, misalnya dari hasil perhitungan kedua terdapat sejumlah surplus,
sedangkan dengan cara perhitungan pertama tidak ada surplus. Kegunaan
perhitungan ini ialah untuk mengetahui secara detail efisiensi penyediaan barang
secara satu per satu sehingga, apabila dapat memfokuskan diri, apabila ingin
mengadakan perbaikan, hanya pada pos-pos yang surplus saja.
3. Perhitungan per kelompok barang
Perhitungan satu per satu dapat juga sedikit diubah dengan perhitungan per kelompok
barang, misalnya kelompok small tools, kelompok barang – barang elektronis,
kelompok suku cadang pompa, kelompok tubular goods, kelompok bahan kimia, dan
sebagainya. Kegunaan dan arti dari perhitungan jenis ketiga ini adalah antara jenis
perhitungan pertama dan jenis perhitungan kedua.
Apabila tiga jenis perhitungan tersebut akan digunakan sekaligus, maka yang biasanya
diperlukan oleh manajemen ialah jenis perhitungan secara total, sedangkan dua jenis
perhitungan lainnya hanya perlu diketahui dan dimonitor oleh pimpinan yang lebih rendah
karena sudah merupakan hal yang lebih terperinci.
Perhitungan Surplus
Jenis Kelompok/Barang Nilai Pemakaian 1 Tahun SurplusTubular Goods Pipes 2” Pipes 4” Pipes 6”
$5.000
15.00046.000
$1.7507.600
26.760
$1.500
--
Small Tools Spanners Screwdrivers
1.5002.100
600750
300600
Chemicals Caustic Soda HCI
6.4505.400
4.3202.300
-800
2017 13 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Keseluruhan 81.450 44.080 -Tubular Goods 66.000 36.110 -Small Tools 3.600 1.350 900Chemicals 11.850 6.620 -Contoh perhitungan tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.
Perusahaan A menetapkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan surplus ialah
persediaan yang melebihi pemakaian selama dua tahun. Persediaan tersebut pada suatu
saat mempunyai tujuh jenis barang persediaan yang terdiri dari tiga kelompok dengan data
sebagai berikut:
Dari contoh perhitungan di atas dapat diketahui bahwa apabila dihitung satu persatu, ada
surplus sebesar $3.200 ( $1.500 + $300 + $600 + $800 ), dan apabila dihitung per
kelompok, hanya ada surplus sebesar $900, yaitu golongan small tools, dan apabila dihitung
secara keseluruhan, sebetulnya tidak ada surplus sama sekali.
Barang LimbahBarang persediaan yang bukan dikategorikan sebagai surplus atau mati karna bukan barang
yang utuh dan belum dipakai, barang limbah atau waste merupakan barang yang tidak utuh,
yang merupakan hasil dari salah satu hal sebagai berikut:
1. Sisa dari suatu proses
Misalnya kerak minyak, minyak pelumas bekas, dan sejenisnya.
2. Sisa dari suatu penggunaan
Misalnya potongan pipa, potongan besi siku, potongan batangan besi, dan sejenisnya.
3. Kebocoran-kebocoran dari suatu tempat penyimpanan
Misalnya minyak pelumas bekas, minyak gemuk bekas, bahan kimia lain, dan
sejenisnya.
4. Barang atau peralatan yang sudah rusak
Hal ini biasanya menjadi barang yang disebut besi tua.
5. Sisa pembungkus (packing) suatu barang
Misalnya kayu bekas peti, drum bekas pelumas atau bekas bahan kimia dan
sejenisnya.
Untuk barang limbah, tidak tersangkut kegiatan penghapusan, kecuali barang persediaan
yang rusak, karena memang tidak pernah dibukukan dalam pebukuan perusahaan. Namun,
kegiatan penyisihan selalu merupakan hal yang harus dilakukan. Barang limbah dapat
2017 14 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
merupakan limbah berbahaya atau limbah tidak berbahaya. Berikut ini disampaikan
beberapa hal pokok mengenai pengelolaan barang berbahaya (hazardous waste) menurut
Resource Conversation and Recorvery Act (RCRA), USA. Untuk dapat dianggap sebagai
limbah berbahaya (hazardous waste), dua persyaratan perlu dipenuhi, yaitu:
1. Whether the material is a solid waste.
2. Whether the solid waste is hazardous.
Yang dimaksud dengan solid disini termasuk cairan, padat, semipadat dan gas. Selanjutbta,
solid waste dapat dikategorikan sebagai berbahaya apabila memiliki salah satu dari empat
karakteristik keberbahayaan tersebut (hazard characteristics):
1. Mudah terbakar (ignitability)
2. Mudah bereaksi secara kimia (reactivity)
3. Mudah menimbulkan korosi (corrosivity)
4. Beracun (extraction-procedure toxicity)
Sifat yang terperinci mengenai hal di atas, misalnya tertera dalam 40 CFR 261 ( Code of
Federal Regulation). Semua jenis limbah berbahaya di Amerika Serikat terdaftar dalam
peraturan tersebut dan diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi sebagai berikut:
1. Limbah berbahaya sumbernya tidak spesifik (non – specific – source hazardous waste)
2. Limbah berbahaya sumbernya spesifik ( specific – source hazardous waste )
3. Limbah berbahaya akut ( acutely hazardous waste )
4. Limbah berbahaya umum ( generally hazardous waste )
Penanganan dan perizinan limbah berbahaya perlu dilakukan dan di peroleh pada waktu
pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, pemindahan, dan penyisihan.
ISO 9000 dan ISO 14000Seperti pada umunya telah diketahui, ISO 9000 adalah standar manajemen mutu yang perlu
dilakukan oleh perusahaan yang di keluarkan oleh International Organization for
Standarization. Perusahaan yang memiliki sertifikat seri ISO 9000 berarti telah melakukan
manajemen mutu sesuai dengan ketentuan dalam standar tersebut. Sedangkan ISO 14000
adalah standar manajemen lingkungan yang perlu dilakukan oleh perusahaan atau entitas
lain yang juga dikeluarkan oleh badan yang sama, perusahaan atau entitas yang memiliki
2017 15 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
sertifikat seri IS0 14000 berarti telah melakukan manajemen lingkungan sesuai dengan
ketentuan dalam standar tersebut. Kedua standar internasional tersebut penting untuk suatu
perusahaan, baik untuk kepentingan memasuki pasar tertentu, untuk mempertahankan daya
saing, maupun untuk memelihara manajemen mutu pada standar tertentu.
ISO 9001 butiran, pengepakan, dan penyampaian. Apabila diperhatikan dengan sungguh –
sungguh, persediaan surplus atau persediaan mati dapat berupa atau diakibatkan oleh
barang turun mutu, rusak dan sebagainya. Mengingat hal tersebut dan mengingat pula
bahwa jiwa ISO 9000 sangat mengutamakan adanya prosedur tertulis mengenai
pengawasan mutu, maka patut dikatakan bahwa prosedur mengenai pengelolaan
persediaan surplus dan persediaan mati memang perlu dibuat dalam kaitan dengan standar
ISO 9000 ini.
Keterkaitan persediaan surplus dan persediaan mati dengan ISO 14000 adalah apabila
menyangkut barang persediaan atau limbah berbahaya (hazardous waste) yang dapat
mempengaruhi kelestarian dan lindungan lingkungan. Sebagaimana diketahui, ISO 14000
mencakup suatu pendekatan baru dalam usaha melakukan proteksi terhadap lingkungan
hidup. Pendekatan sebelumnya lebih bertitik berat pada pengawasan dan pemberian
perintah.
Subjek atau topic yang diatur dalam ISO 14000 dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Enviromental Management Standars
1. Organiation Evaluation Standard
a. Enviromental Management System
( ISO 14001, iso 14004 )
b. Enviromental Auditing
( ISO 14010, ISO 14011, ISO 14012 )
c. Enviromental Performance Evaluation
( ISO 14031 )
2. Product Evaluation Standard
a. Enviromental Aspects in Product Standard
( ISO 14060 )
b. Enviromental Labeling
( ISO 14020, ISO 14021, ISO 14022, ISO 14023, ISO 14024 )
c. Life Cycle Assessment
( ISO 14040, ISO 14041, ISO 14042, ISO 14043 )
2017 16 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Hal-hal berikut ini adalah untuk memahami lebih lanjut mengenai apa yang tercakup dalam
Enviromental Management System:
1. Kebijakan
2. Aspek dan dampak lingkungan
3. Kepentingan legal dan kepentingan lain
4. Tujuan dan target
5. Program Manajemen
6. Struktur dan tanggung jawab
7. Pelatihan, kesadaran dan kemampuan
8. Komunikasi
9. Dokumentasi
10. Prosedur pengawasan
11. Kesiapan keadaan darurat
12. Monitor dan pengukuran
13. Tindakan korektif dan preventif
14. Audit
15. Penilaian manajemen ( mengenai efektivitas dan kecukupan )
Mengenai aspek dan dampak lingkungan, misalnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Aspek lingkungan
a. Sumber asal limbah
b. Pembuangan limbah
c. Pembuangan air hasil taufan
d. Sumber emisi udara
e. Emisi udara berbahaya
f. Emisi gas buangan mobil
g. Penggunaan bahan kimia
h. Penggunaan air
i. Penggunaan energy
j. Penggunaan sumber alami
k. Produk tinggal guna
2. Pembuangan produk
3. Dampak lingkungan
a. Dampak pada ekologi
i. Dampak pada flora
2017 17 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
ii. Dampak pada fauna
iii. Dampak pada diversitas hayati
iv. Dampak pada habitat
v. Dampak pada pemandangan dan keindahan alam
b. Dampak pada sumber daya alam
i. Dampak pada tanah pertanian
ii. Dampak pada sumber daya hutan
iii. Dampak pada persediaan air
iv. Dampak pada mineral
v. Dampak pada sumber daya kelautan
vi. Dampak pada sumber energy
vii. Dampak pada tanah basah
viii. Dampak pada hutan tadah hujan
ix. Dampak pada kehidupan liar
c. Dampak pada polusi
i. Dampak pada udara
ii. Dampak pada air
iii. Dampak pada tingkat radiasi
iv. Dampak pada erosi tanah
v. Dampak pada timbulnya libah
vi. Dampak pada tingkat kontaminasi
Pengelola persediaan barang sekurang-kurangnya perlu menyadari dan mengetahui
manajemen lingkungan ini karena mereka bertanggung jawab melakukan penyisihan barang
persediaan atau pun barang limbah, dan sering kali barang-barang ini dapat berpotensi
untuk merusak lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik.
2017 18 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
Richardus Eko Indrajit, (2005), Manajemen Persediaan, Grasindo, Jakarta
Heizer Jay, B. Rander, (2006), Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta
Hani Handoko (2002). Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta
Siswanto, (2005), Riset Operasi, Erlangga, Jakarta
M. Syamsul Ma’arif (2003). Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta
Sofyan Assauri (2001). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta
Martinich (2003). Operation Management. Prentice Hall. New York
2017 19 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id