Perenialisme Dan Esensialisme

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    1/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAHMerupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat pendidikan pada dasarnya

    menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu

    berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Berikut ini

    dua aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.

    Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced

    Learners Dictionary of Current English diartikan sebagai continuing throughout the

    whole year atau lasting for a very long time abadi atau kekal. Dari makna yang

    terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan

    filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

    Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap

    pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang

    menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi

    didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama pada

    kehidupan moral, intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk

    mengamankan ketidak beresan ini.

    Sebangai mana progresivisme, esensialisme dikenal sebagai gerakan

    pendidikan danjuga sebagai aliran filsafat pendidikan. Essensialisme berusaha

    mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti

    atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu.

    Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda

    agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karenaitu Esensialisme tergolong

    tradisionalisme.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    2/24

    2

    Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang

    berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11,

    12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan

    megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian

    serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala.

    Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya

    individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari aktivitas

    manusia.

    B. RUMUSAN MASALAH1. Apa Pengertian Aliran Perenialisme dan Esensialisme2. Apa sejarah Aliran Perenialisme dan Esensialisme3. Bagaimana Aliran Perenialisme dan Esensialisme pandanga terhadap

    pendidikan

    C. TUJUAN PENULISANuntuk mengetahii pengertian dan sejarah aliran filsafat pendidikan, dan

    sebagai bahan pertimbangan dosen atas tugas makalah.

    D. METODE PENULISANMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adala kajian

    kepustakaan (library research).

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    3/24

    3

    BAB II

    ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME DAN ESENSIALISME

    Merupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat pendidikan pada dasarnya

    menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu

    berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Berikut ini

    dua aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.

    A. ALIRAN PERENNIALISMEa. Pegertian perenialisma

    Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford AdvancedLearners Dictionary of Current English diartikan sebagai continuing throughout the

    whole year atau lasting for a very long time abadi atau kekal.1

    Dari makna yang

    terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan

    filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

    Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah

    menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini

    perenialisme memberikan jalan keluar berupa kembali kepada kebudayaan masa

    lampau regresive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme memandang penting

    peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modren

    ini kapada kebudayaan masa lampauyang dianggap cukup ideal yang telah teruji

    ketangguhan nya.

    Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang

    terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis bernaung dibawah supremasi

    gereja katolik. Dengan orientasipada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas dan (b)

    perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles.2

    1Drs. Zuhairini, dkk,filsafat pendidikan islam, (jakarta): penerbit BUMI AKSARA, 2008, hal 27.2Drs, zuhairini, dkk,filsafat pendidikan islam, ,hal 28

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    4/24

    4

    b. Sejarah Perkebdangan Aliran perenialismeAliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai

    suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan

    progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme

    memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan

    ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh

    karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan

    jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi

    pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini

    adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.3

    Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap

    pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang

    menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi

    didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama pada

    kehidupan moral, intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk

    mengamankan ketidak beresan ini.

    Teori atau konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh filsafat-

    filsafat Plato yang merupakan bapak edialime klasik, filsafat Aristoteles sebagai

    bapak realisme klasik dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara

    filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) greja katolik yang tumbuh pada zamannya

    (abat pertengahan).

    Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan

    keemasan filsafat perenialisme. Namun, mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-

    buru melihat perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka sejalan

    pemikiran barat saja, melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang harus

    tetap diakui bahwasanya jejak perkembanganfilsafat perenial jauh lebih tampak

    3Di Download pada tanggal, 23 April 2012, http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/

    http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    5/24

    5

    dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis filsafat

    khusus, filsafat ni mendafat eleborasi sistem dari para perenialis barat, seperti

    Agostino Steunco.

    Namun, filsafat perenial atau yang sering disebut sebagai kebijaksanaan

    univeral, disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks secara berangsur-angsur

    mulai rumtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang paling dimonan

    adalah perkembangan yang pesat dari pilsafat materialis. Filsafat materialis ini

    membawa perubahan yang radikal terhadap paradigma hidup dan pemikiran manusia

    pada saat itu.

    Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek relita

    yang diabaikan, dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka. Filsafat materialis ini

    begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang merentang sejak

    abad ke-16 hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-

    21, sehingga pada tia-tiap bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman

    kontemporer. Dan zaman kontemporer inilah dapat dikatakan zama kebangkitan

    filsafat perenialisme.4

    c. Tokoh-tokoh Aliran PerenialismeAristotelesFilsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia

    Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian

    didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer

    utama dalam abad ke-13.

    Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman

    kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan

    pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang

    4Di Download pada tanggal, 23 April 2012, http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.html

    http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.htmlhttp://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.htmlhttp://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.html
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    6/24

    6

    sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-

    kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang.

    Jadi sikap untuk kembali kemasa Iampau itu merupakan konsep bagi

    perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau

    dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang

    ini.

    PlatoAsas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang

    mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam

    pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interpretasi

    Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita

    filosofis Plato dan Aristoteles.

    Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan H.B Hamdani Ali

    dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa Aristoteles sebagai mengembangkan

    philosophia perenis, yang sejauh mana seseorang dapat menelusuri jalan pemikiran

    manusia itu sendiri. ST. Thomas Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan

    sesuai dengan tuntunan agama Kristen tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa

    yang dikenal dengan nama Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam

    bentuk awam maupun dalam paham gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka

    ia terkenal dengan nama perenialisme.

    Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam

    lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain

    seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari itu juga semuanya

    mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme.

    Neo-Scholastisisme atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan

    ajaran-ajaran Thomas Aquinas dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya

    mengenai perkembangan ilmu pengetahuan cukup dimengerti dan disadari adanya.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    7/24

    7

    Namun semua yang bersendikan empirik dan eksprimentasi hanya dipandang sebagai

    pengetahuan yang fenomenal, maka metafisika mempunyai kedudukan yang lebih

    penting. Mengenai manusia di kemukakan bahwa hakikat pengertiannya adalah di

    tekankan pada sifat spiritualnya. Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang

    karenanya, manusia dapat mengerti dan memahami kebenaran-kebenaran yang

    fenomenal maupun yang bersendikan religi. Jadi aliran perenialisme dipakai untuk

    program pendidikan yang didasarkan atas pokok-pokok aliran Aristoteles dan S.T

    Thomas Aquinas. Tokoh-tokoh yang mengembangkan ini timbul dari lingkungan

    agama Katholik atau diluarnya.5

    d. Prinsip-prinsip Pendidikan PerennialismeDibidang pendidikan, perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh tokohnya:

    Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran Plato tentang

    ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari pada hukum universal yang

    abadi dan sempurna, yakni ideal, sehingga ketertiban sosial hanya akan mungkin bila

    ide itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata pemerintahan. Maka tujuan utama

    pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar dan mempraktekkan asas-asas

    normatif itu dalam semua aspek kehidupan.

    Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu,

    kemauwan dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itudan

    kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada disetiap lapisan masyarakat bisa

    terpenuhi. Ide-ide Plato itu dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekat

    pada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah kebahagiaan.

    Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi yang intelek harus

    dikenbangkan secara seimbang.

    5Di Download pada tanggal, 23 April 2012,http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-

    perenialisme-dalam-pendidikan/

    http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    8/24

    8

    Seperti halnya prinsip-prinsip Plato dan Aristoteles, pendidikan yang dimaui

    oleh Thomas Aquinas adalah sebagai Usaha mewujutkan kapasitas yang ada dalam

    individu agar menjadi aktualitas aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan guru adalah

    mengajarmemberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi

    yang ada pada nya.

    Prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya telah

    mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk

    sekolah dasar, menengah perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.6

    e. Pandangan-pandangan alran perenialisme1. Pandangan tentang realita (ontologis)

    Peremialisme memandang bahwa realita itu bersifat universal dan ada dimana

    saja, juga sama disetiap waktu. Inilah jaminan yang dapat dipenuhi dengan jalan

    mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk realita, meskipun tersembunyi dalam satu

    wujut materi atau pristiwa-pristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-de yang

    bereang.7

    Relitas bersumber dan berujan akhir kepada relitas supranatural/tuhan (asas

    supernatural). Relitas mempunyai watak bertujuan (asas teleologis). Substansi realitas

    adalah bentuk dan materi (hylemorphisme). Dalam pengalaman, kita menemukan

    individual ting. Contohnya, batu, rumput, orang, sapi, dalam bentuk, ukuran, warna

    dan aktivitas tertentu. Didalam individual tingtersebut, kita menemukan hal-hal yang

    kebetulan (accident). Contohnya, batu yang kasar atau halus, sapi yang gemuk, orang

    berbakat olahraga. Akan tetapi, di dalam realitas tersebut terdapat sifat asasi sebagai

    identitasnya (esensi), yaitu wujud suatu realita yang embedakan dia dari jenis yang

    lainnya. Contohnya, orang atau Ahmad adalah mahluk berfikir. Esensi tersebut

    6Drs, Zuhairini, dkk,filsafat pendidikan islam, ,hal 28.29.

    7Drs, Amsal Amri,studi filsafat pendidikan, (Banda Aceh): yayasan PeNA, 2009, hal 72.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    9/24

    9

    membedakan Ahmad sebangai manusia dari benda-benda, tumbuhan dan hewan.

    Inilah yang universal dimana pun ada dan sama disetiap waktu.8

    Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda

    individuIl, esensi, aksiden dan substansi. Perennialisme membedakan suatu realita

    dalam aspek-aspek perwujudannya menurut istilah ini. Benda individual disini adalah

    benda sebagaimana nampak dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca

    indera seperti batu, lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna dan aktifitas

    tertentu.

    Misalnya bila manusia ditinjau dari esensinya adalah makhluk berpikir.

    Adapun aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan yang

    sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial, misalnya orang suka bermain

    sepatu roda, atau suka berpakaian bagus, sedangkan substansi adalah kesatuan dari

    tiap-tiap individu, misalnya partikular dan uni versal, material dan spiritual.9

    2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)Perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan

    merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan. Kebenaran

    adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian an tara pikir dengan benda-benda.

    Benda-benda disini maksudnya adalah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-

    prinsip keabadian.

    lni berarti bahwa perhatian mengenai kebenaran adalah perhatian mengenai

    esensi dari sesuatu. Kepercayaan terhadap kebenaran itu akan terlindung apabila

    segala sesuatu dapat diketahui dan nyata. Jelaslah bahwa pengetahuan itu merupakan

    hal yang sangat penting karena ia merupakan pengolahan akal pikiran yang

    konsekuen.

    8Dinn Wahyudin, dkk,pengantar pendidikan, (Jakarta): Universitas Terbuka, 2010, hal 4,28.

    9Di Download pada tanggal, 23 April 2012, http://kukuhsilautama.word press.com/2011/03/31/aliran-

    perenialisme-dalam-pendidikan/

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    10/24

    10

    Menurut perenialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab

    science sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat

    analisa empiris kebenarannya terbatas, relatif atau kebenaran probability. Tetapi

    filsafat dengan metode deduktif bersifat anological analysis, kebenaran yang

    dihasilkannya bersifat self evidence universal, hakiki dan berjalan dengan hukum-

    hukum berpikir sendiri yang berpangkal pada hukum pertama, bahwa kesimpulannya

    bersifat mutlak asasi.Oleh karena itu, menurut perenialisme perlu adanya dalil-dalil

    yang logis, nalar, sehingga sulit untuk diubah atau ditolak kebenarannya. Seperti pada

    prinsip-prinsip yang di kemukakan oleh Aristoteles diatas.10

    3. Pandangan tentang nilai (Axiologi)Pandangan tentang hakikat nilai menurut perenialisme adalah pandangan

    mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Hal yang absolut atau ideal (Tuhan) adalah

    sumber nilai dan oleh karna itu nilai selalu bersifat teologis.

    Menurut perenialisme, hakikat manusia juga menentukan hakikat

    perbuatannya, sedangkan hakikat manusia pertama-tama tergantung pada jiwanya.

    Jadi persoalan nilai berarti juga persoalan spiritual.

    Hakikat manusia adalah emansipasi (pancaran) yang potensial lang yang

    berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan, dan atas dasar inilah tujuan baik buruk itu

    dilakukan. Berarti dasar-dasar yang didukung haruslah teologis.11

    4. Pandangan tentang pendidikan Pendidikan

    Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai

    jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam

    10Di Download pada tanggal, 23 April 2012, http://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-

    pandangan-perenialisme11Drs, Amsal Amri,studi filsafat pendidikan, hal 74.

    http://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialisme
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    11/24

    11

    kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas

    pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti,

    absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang

    kebudayaan ideal tersebut.

    Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-prinsip

    pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan

    Pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengiplikasikan

    pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun

    adalah sama. Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup,

    bukan hidup itu sendiri.

    Tujuan pendidikanBagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi,

    inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan

    pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan

    menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan

    kebaikan dalam hidup.

    SekolahSekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui

    kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru.

    Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang

    muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan

    peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil

    yang paling baik dari warisan sosial budaya.

    KurikulumKurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi

    pelajaran. Materi pelajaran haris bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    12/24

    12

    materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia,

    sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status tertinggi

    adalah mata pelajaran yang mempunyai rational content yang lebih besar.

    MetodeMetode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh

    perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-

    karya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan

    pikiran.

    Peranan guru dan peserta didikPeran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan

    guru juga sebagai mirid yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru

    mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority

    (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet

    dan superior dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih,

    danperfect knowladge.12

    B. ALIRAN ESENSIALISMEa. Pengertian Esensialisme

    Sebangai mana progresivisme, esensialisme dikenal sebagai gerakan

    pendidikan danjuga sebagai aliran filsafat pendidikan. Essensialisme berusaha

    mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti

    atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu.

    Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda

    agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karenaitu Esensialisme tergolong

    tradisionalisme.

    12Dinn Wahyudin, dkk,pengantar pendidikan, hal 4.20-4.21.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    13/24

    13

    Esensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap progresivisme.

    Sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama esensialist Committee for the

    Advancement of Education. Salah seorang tokoh yang terkenal adalah Wiliam C.

    bagley, Arthur K. Ellis, dkk dalam bukunya mengemukakan bahwa Esensialisme

    berakar dari aliran filsafat idialisme dan realisme. Wiliam C. bagley (1876-

    1946)adalah pemimpin gerakan Eensialisme dalam dalam melawan gerakan

    progresivisme dari John Dedey dan W. H. kilpatrick.13

    b. Sejarah Perkembanggan EsensialisEsensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang

    berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11,

    12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan

    megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian

    serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala.

    Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya

    individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari aktivitas

    manusia.14

    Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan beberapa orang

    pelopornya seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L.

    Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang disebut dengan

    the essensialist committee for the advancement of American Education sementara

    Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru besar pada Teacher

    College Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah

    mentransmiskan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.

    13Dinn Wahyudin, dkk,pengantar pendidikan, hal 4.14.

    14Di Download pada tanggal, 23 April 2012,

    http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html

    http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    14/24

    14

    Bagley dan rekan-rekannya yang memiliki kesamaan pemikiran dalam hal

    pendidikan sangat kritis terhadap ppraktek pendidikan progresif. Mereka berpendapat

    bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral anak

    muda. Setelah perang dunia ke-2, kritk terhadap pendidikan progresiv telah tersebar

    luar dan tampak merujuk pada kesimpulan : sekolah gagal dalam tugas mereka

    mentransmisikan warisan-warisan intelektual dan sosial. Esensialisme, yang

    memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita

    telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan sekolah-sekolah

    kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematis dan berdisiplin.15

    Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley

    (1874-1946). Pada awal abad ke-20 aliran ini dikritik sebagai aliran kaku untuk

    mempersiapkan siswa memasuku dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui Sopiet

    dalam meluncurkan Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini kembali hidup.

    Pada tahun 1983 The Presidents Commission on Excellence in Education di AS

    menerbitkan laporan, A Nation at Risk, yang memperlihatkan kehidupan penganut

    aliran esensialis.16

    c. Ciri-ciri Aliran EsensialismeEsensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan

    yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika

    progressivisme menganggap pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka

    untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai

    dapat berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini memandang bahwa

    pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk

    dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan

    kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah

    15Di Download pada tanggal, 23 April 2012, http://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html16PROF. DR. A. Chaedra Alwasiah,Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung):Pt Remaja Rosdakarya, 2008,

    hal 102

    http://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    15/24

    15

    diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu,

    tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi

    Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan

    filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman

    Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis awal.

    Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan

    belas.

    Idealisme dan Realisme adalahaliran-aliran filsafat yang membentuk corak

    Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik,

    artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak

    lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing.

    Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat

    tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern

    sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual.

    Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan

    substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak

    terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai

    makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji

    menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai

    kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.

    Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh

    William C. Bagley adalah sebagai berikut :

    minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajarawal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam

    diri siswa.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    16/24

    16

    pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekatdalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus

    pada spsies manusia.

    oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuanpendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan

    untuk mencapai tujuan tersebut.

    esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan,sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah

    teori yang lemah.17

    d. Tokoh- tokoh Aliran EsensialismeEsensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi tehadap

    hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain itu

    juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan

    realisme. Beberapa tokoh utama dalam penyebaran aliran esensialisme adala:

    Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 danpermulaan abad 16, yang merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan

    hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum

    sekolah bersifat humanistis dan bersifat internayional, sehingga bisa

    mencakup lapisan menengah dan kaum Aristokrat.

    Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalahseorang yang memiliki pandangan realitas dan dogmatis. Comenius

    berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai

    dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan

    bertujuan.

    17Di Download pada tanggal, 23 April 2012,

    http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html

    http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html
  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    17/24

    17

    John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagaipemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan

    situasi dan kondisi.

    Johann Henrich Pestalozzi, sebagai seorang tokoh yang berpandangannaturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi memiliki

    kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada

    manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.

    Johann Friederich Frobel, 1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangankosmis-sintetis dengan keyakinannya bahwa manusia adalah mahluk ciptaan

    tuhan yang merupakan bagian dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan

    mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.

    Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salahseorang murid dari Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Harbert

    berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang

    dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-

    hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapayan tujuan

    pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.

    William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909.Harris yang pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan

    idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah

    mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan

    kesatuan spiritual.18

    18Drs, zuhairini, dkk,filsafat pendidikan islam, ,hal 25-26.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    18/24

    18

    e. Pandangan-pandangan Aliran Esensialisme1. Pandangan relita (ontologi)

    Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa

    dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada

    pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita

    manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran

    esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi

    pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu

    menggerakkan kehendak manusia.

    Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa

    dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam sejarah

    perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme,

    realisme dan sebagainya. Adapun uraian mengenai realisme dan idealisme ialah:

    Realisme yang mendukung esensialisme yang disebut realisme obyektifkarena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tcmpat

    manusia di dalamnya. Ilmu pengetahuan yang mempengaruhi aliran realisme

    dapat dilihat dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa

    tiap aspek dari alam fisika dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jalan

    khusus. Dengan demikian berarti bahwa suatu kejadian yang paling sederhana

    pun dapat ditafsirkan menurut hukum alam di antaranya daya tarik bumi.

    Sedangkan oleh ilmu-ilmu lain dikembangkanlah teori mekanisme, dan dunia

    itu ada dan terbangun atas dasar sebab akibat, tarikan dan tekanan mesin yang

    sangat besar.

    ldealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimisdibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah bahwa

    pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi

    segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    19/24

    19

    ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu

    pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini adalah nyata.

    Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama

    menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan

    yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel

    mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang

    sejenis.19

    2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti

    epistimologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari relita sebagai

    mikrokosmos dan makrokosmos, makna manusia pasti mengetahui dalam tingkat

    kualitas apa rasionya manpu memikirkan kesemestaan itu.dan berdasarkan kualitas

    itulah manusia memproduksi secara tepat pengetahuannya dalam bidang-bidang: ilmu

    alam, biologi, sosial, estetika, dan agama.

    3. Pandangan tentang nilai (axiologi)Nilai, seperti hanyalah pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari sumber-

    sumber obyektif. Sedangkan sifat-sifat nilai terganung dari pandangan yang timbul

    dari relisme dan idealisme.

    Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konsepsuil

    terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau lanjutnya akan tergantung pula

    dari sikap subyek.

    Menurut idealisme, sesuatu yang nampak pada dunia temporal itu belum tentu

    mempunyai nilai bagi manusia. Sebb nilai itu berakar pada hal-hal yang temporal saja

    19Drs. Parasetya, filsafat pendidikan, (Bandung): Pustaka Setia, 2002, hal 85

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    20/24

    20

    seperti halnya awan putih pada pagi hari masih tampak, tetapi siang atau sore hari

    sudah hilang.20

    4. Pandangan tentang pendidikan Pendidikan

    Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara

    kebudayaan, Edukation as Cultural Conservation. Mereka percaya bahwa

    pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal

    peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teuji dalam segala zaman,

    kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban hari, kini

    dan masa depan umat manusia.

    Tujuan pendidikanPendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin

    solidaritas sosial dan kesejahteraan umum.

    SekolahFungsi utama sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun,

    dan menjadi penuntun penyesuayan orang (individu) kepada masyarakat. Sekolah

    yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat, society centeret school,

    yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat masyarakat.

    KurikulumKurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh seorang

    dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, society centered. Hal ini sesuai dengan

    dasar filsafat idealisme dan realisme yang menyatakan bahwa masyarakat dan alam

    (relisme) atau masyarakat dan yang absolut (idealisme) mempunyai perana

    menentukan bagaimana seharusnya individu (pesarta didik)hidup.

    20, Amsal Amri,studi filsafat pendidikan, hal 68-69.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    21/24

    21

    MetodeDalam hal metode pendidikan Esensialisme menyarankan agar sekolah-

    sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang merhubungan dengan

    disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan

    prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.

    Peranan guru dan peserta didikGuru atau pendidik berperan sebagai mediator atau jembatan antara dunia

    masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan sedemikian

    rupa agar secara teknis mampu melaksanakan perannya sebagai pengarah proses

    belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik yang dapat dipercaya.

    Dengan denikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada

    peserta didik.

    Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk mengatur pelajaran. Menurut

    idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada kebaikan dan kebenaran seperti yang

    telah ditetapkan oleh yang absolut. Sedangkan menurut realisme belajar berarti

    penyesuaian diri terhadap masyarakat dan alam. Belajar berarti menerima danmengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul

    untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angktan berikutnya.21

    21Dinn Wahyudin, dkk,pengantar pendidikan, hal 4.20-4.22.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    22/24

    22

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULANMerupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat pendidikan pada dasarnya

    menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu

    berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Berikut ini

    dua aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.

    Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced

    Learners Dictionary of Current English diartikan sebagai continuing throughout the

    whole year atau lasting for a very long time abadi atau kekal. Dari makna yang

    terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan

    filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

    Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap

    pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang

    menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi

    didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama padakehidupan moral, intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk

    mengamankan ketidak beresan ini.

    Sebangai mana progresivisme, esensialisme dikenal sebagai gerakan

    pendidikan danjuga sebagai aliran filsafat pendidikan. Essensialisme berusaha

    mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti

    atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu.

    Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda

    agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karenaitu Esensialisme tergolong

    tradisionalisme.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    23/24

    23

    Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang

    berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11,

    12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan

    megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian

    serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala.

    Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya

    individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari aktivitas

    manusia.

  • 7/29/2019 Perenialisme Dan Esensialisme

    24/24

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    Drs. Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (jakarta): penerbit BUMI AKSARA,

    2008

    Drs, Amsal Amri,studi filsafat pendidikan, (Banda Aceh): yayasan PeNA, 2009

    Dinn Wahyudin, dkk,pengantar pendidikan, (Jakarta): Universitas Terbuka, 2010

    Drs. Parasetya, filsafat pendidikan, (Bandung): Pustaka Setia, 2002

    PROF. DR. A. Chaedra Alwasiah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung):Pt

    Remaja Rosdakarya, 2008

    http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/

    http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.html

    http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-

    pendidikan/

    http://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialisme

    http://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html

    http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.htmlhttp://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.htmlhttp://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.htmlhttp://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut-pandangan-perenialismehttp://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialisme-dalam-pendidikan/http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/perenialisme.htmlhttp://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/