146
PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT Yolla Hadiyati A44050270 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR … · DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT ... Jawa Barat bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan ... Pintu Tol

Embed Size (px)

Citation preview

  

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Yolla Hadiyati

A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

  

RINGKASAN

YOLLA HADIYATI A44050270. Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing Oleh Dr. Ir. BAMBANG SULISTYANTARA, M. Agr)

Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.

Permasalahan sebagian besar jalan di Kota Bogor terutama pada daerah sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah dipadati kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang melintasinya.

Studi mengenai perencanaan pedestrian hijau di jalan lingkar luar Kota Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam arsitektur lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan serta pemeliharaan. Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Teknik survei lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi dan teknik. Keinginan dan persepsi pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masing-masing 20 orang pengguna jalan dan 10 orang pegawai instansi terkait.

Lingkup perencanaan yaitu sepanjang ± 8 km, daerah milik jalan (damija) yang direncanakan adalah 32-35 m. kondisi topografi tapak relatif datar, landai dan curam. Kawasan sekitar jalan telah cukup padat dengan pertokoan dan permukiman. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi kedalam 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Pedestrian direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penambahan fasilitas jalan dan lingkungan sekitar yang asri.

Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi, ruang penyangga, ruang pelayanan dan ruang identitas. Ruang sirkulasi adalah ruang bagi pergerakan kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang pengamannya. Ruang penyangga adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga kawasan sekitar dari dampak aktivitas kendaraan dan mempertahankan keberadaan sungai. Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan dan area sekitar

  

perairan. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat seperti berjalan kaki, bersepeda, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberi kesan atau ciri khas yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang direncanakan berupa stop area, gerbang kawasan, tugu dan penataan vegetasi yang berada di sepanjang segmen jalan.

Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan dapat memberi perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah erosi dan memiliki nilai estetika. Tanaman disusun secara masal dan kontinu di sepanjang jalan dengan desain linear, menggunakan kombinasi pohon, semak/perdu, penutup tanah dan rumput. Pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus penanda. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan, tidak mudah terserang hama dan penyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok dan sebagainya. Pada jalur hijau dipilih tamanan jenis pohon yaitu Mahoni (Swietenia mahogany) untuk segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) untuk segmen tengah dan selatan. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Pada median dipilih jenis pohon yaitu Cemara kipas (Thuja orientalis) untuk segmen utara, Palm Raja (Roystonea regia) untuk segmen tengah dan Kayu manis (Cinnamomun burmanii) untuk segmen selatan. Diantara pohon ditanam semak/perdu yaitu Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora javanica). Tanaman penutup tanah digunakan Kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan Rumput Gajah (Cynodon dactylon).

Untuk hardscape berupa pedestrian (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m), saluran drainase (lebar 1 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang jalan yaitu tempat duduk (64 buah), tempat sampah (188 buah), fire hydrant (24 unit), lampu jalan (269 buah), lampu pedestrian (1.233 buah), halte (49 buah), papan orientasi (14 buah) dan jembatan pedestrian (12 buah). Papan reklame yang direncanakan menyatu dengan lampu penerangan jalan dan pedestrian.

Dengan dilakukannya pelebaran damija menjadi 32-35 m, penataan tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan kelancaran berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna jalan. Rencana lanskap ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelaksana dan pengembangan pada kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana lanskap yang telah dibuat.

  

@ Hak Cipta milik IPB tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

  

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERENCAAN

PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR,

JAWA BARAT adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Yolla Hadiyati

NIM. A44050270

  

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Yolla Hadiyati

A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

  

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar

Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Yolla Hadiyati

NRP : A44050270

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr.

NIP. 19601022 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :

  

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 1987 di Pekanbaru,

Riau. Penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan

Bapak Yon Reflizar dan Ibu Nelawaty Bakwar.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Pekanbaru, Riau.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Negeri 001 Kec.

Sail. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP

Negeri 13 Pekanbaru. Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2005 di

SMU Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi

Riau. Satu tahun kemudian melalui program mayor-minor dari IPB penulis

diterima di Departemen Arsitektur Lanskap dengan mayor Arsitektur Lanskap dan

memilih supporting course.

  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas kehendaknyalah sehingga

skripsi yang berjudul Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota

Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan

kepada :

1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara sebagai Pembimbing Skripsi dan

Pembimbing Akademik atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan

skripsi.

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr,Sc dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT

sebagai Dosen Penguji atas arahan, masukan dan koreksinya selama

sidang.

3. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang

sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staf Komisi Pendidikan Arsitektur Lanskap atas semua

pelayanannya.

5. Keluargaku tercinta (Ibuk, Bapak, Kiki dan Fiqri) untuk doa, kasih sayang

dan motivasinya selama ini.

6. Untuk Datok dan Nenek untuk doa dan kasih sayangnya.

7. Suami dan putriku tersayang Heru Rahmatullah dan Hanamoza Permata

Rahmatullah (momo) untuk doa, semangat dan bantuannya selama

penyusunan skripsi.

8. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 42 untuk

kebersamaannya selama ini.

9. Teman-teman 363 (oci, nita dila, lesti dan yoan) atas kebersamaan yang

indah selama di asrama TPB

  

10. Bapak Rudi (BAPEDA Bogor) dan Ibu Yanti (Dinas Tata Ruang Kota

Bogor) atas datanya.

11. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

namun tidak dapat disebutkan satu per satu.

Tak ada gading yang tak retak. Tiada sulaman yang paling sempurna.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan manusia adalah

muara kekhilafan dan kesalahan belaka. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna,

namun semoga dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012

Penulis

  

DAFTAR ISI

Teks DAFTAR TABEL………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR………………………………………………............. DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………............. PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………………………………………... Tujuan………………………………………………………………… Manfaat………………………………………………………………..

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap………………………………………………………………. Lanskap Jalan………………………………………………………… Jalur Hijau Jalan……………………………………………………… Penanaman Jalur Hijau Jalan………………………………………… Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)………………………………………. Sistem Pedestrian……………………………………………………... Jenis Pedestrian……………………………………………………….. Persyaratan Pedestrian………………………………………………… Bahan Permukaan Pedestrian…………………………………………. Street Furniture (Perabot Jalan)……………………………………… Perencanaan……………...………………………………………….....

METODOLOGI Lokasi dan Waktu…………………………………………………….. Metode Studi…………………………………………………………. Pengambilan Data……………………………………………………..

HASIL INVENTARISASI Kondisi Umum………………………………………………………..

Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan……… Kebijakan Pengembangan Kota Bogor…………………………

Aspek Fisik dan Biofisik……………………………………………... Iklim……………………………………………………………. Geologi dan Tanah…………………………………………….. Pembagian Segmen……………………………………………... Topografi, Hidrologi dan Drainase…………………………….. Vegetasi dan Satwa…………………………………………….. Utilitas………………………………………………………….. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan………………………….. Dimensi Jalan…………………………………………………… Kondisi Visual Tapak…………………………………………... Jalur Pejalan Kaki………………………………………………

Hal xiii xiv xvii

1 2 3 4 4 6 7 8 11 12 13 15 17 18

20 21 24

25 25 29 32 32 33 33 35 37 39 39 41 45 48

  

Tata Guna Lahan……………………………………………….. Aspek Sosial…………………………………………………………..

Pengguna Potensial…………………………………………….. Kebiasaan Masyarakat…………………………………………. Persepsi Masyarakat……………………………………………. Keinginan Masyarakat………………………………………….

Aspek Teknik…………………………………………………………. Pemeliharaan Lanskap Jalan……………………………………

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Sejarah dan Konsep Pengembangan………………………………….. Lokasi dan Orientasi Tapak…………………………………………... Struktur Kegiatan……………………………………………………... Aspek Fisik dan Biofisik……………………………………………...

Iklim……………………………………………………………. Bentukan Lahan ……………………………………………….. Vegetasi Jalan………………………………………………….. Sarana dan Prasarana Jalan…………………………………….. Pedestrian………………………………………………………..

Aspek Sosial………………………………………………………….. Karakter Pengguna……………………………………………...

Rangkuman Analisis…...……………………………………………... SINTESIS

Rencana Program Ruang……………………………………………… Hubungan Antar Ruang………………………………………………..

KONSEP Konsep Dasar…………………………………………………………. Konsep Pengembangan………………………………………………..

Konsep Ruang (Zonasi)………………………………………… Konsep Sirkulasi……………………………………………….. Konsep Fasilitas Jalan…………………………………………... Konsep Tata Hijau………………………………………………

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang Sirkulasi……………………………………………... Rencana Ruang Pelayanan……………………………………………. Rencana Ruang Identitas……………………………………………… Rencana Tata Hijau……………………………………………........... Rencana Fasilitas Jalan………………………………………………...

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……………………………………………………………. Saran…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................

49 50 50 52 53 54 54 54

56 57 58 60 60 62 63 64 65 66 66 67

69 72

74 74 74 76 76 78

81 85 86 87 92

116 117 118 120

  

DAFTAR TABEL

Teks

1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki………………………...

2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi………………………………………...

3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki………………................

4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas……….............

5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data……………………………...

6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor………………..

7. Vegetasi di Area Studi…………………………………………………...

8. Satwa di Area Studi……………………………………………………...

9. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan…………………………………...

10. Dimensi Jalan Pada Setiap Segmen………………………………………

11. Analisis Kegiatan di Setiap segmen………………………...................

12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen…………………………………..

13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap………………………………………...

14. Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas…………………………………..

15. Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan………….

16. Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan……………………………………..

17. Rencana Sirkulasi Setiap Segmen………………………………………...

18. Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen……………………….

19. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen…………………

20. Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah………………………………………

21. Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen……………………………

22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan……………………………………....

Hal

9

10

10

12

24

35

37

38

40

41

59

65

67

71

72

79

85

88

92

94

99

104

  

DAFTAR GAMBAR

Teks

1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian…………………………………………....

2. Lokasi Penelitian………………………………………………………..............

3. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lankap..

4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig. Jend. H. Sapta Adjie Hadiprawira…………..

5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor……………………………………………..

6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar……………………………...

7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh…………………….

8. Pembagian Segmen………………………………………………………………

9. Kondisi Drainase……………………………………………………..................

10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi………………………………………………..

11. Vegetasi di Area Studi…………………………………………………………...

12. Gardu Saluran Listrik……………………………………………………………

13. Sarana Utilitas……………………………………………………………….......

14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan…………………………………………......

15. Peta Dasar Lokasi Studi………………………………………………………….

16. Potongan A………………………………………………………………………

17. Potongan B………………………………………………………………………

18. Potongan C………………………………………………………………………

19. Bad View (Tumpukan Sampah)………………………………………...............

20. Good View (Keindahan Sungai)…………………………………………………

21. Peta Kondisi Visual……………………………………………………………...

22. Pertokoan………………………………………………………………………...

23. Tanaman yang Tidak Terawat…………………………………………………...

Hal

14

20

23

26

27

27

28

34

36

36

38

39

39

40

41

42

43

44

45

45

46

47

47

  

24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh………………………………….

25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar……………………………………………

26. Penggunaan Pedestrian yang Salah……………………………………………...

27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)…………………………………………...

28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)……………………………………………………

29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)………………………………................

30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)……………..............

31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian………………………………………….

32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan…………………………………….....

33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima……………………………………………….....

34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat………………………................

35. Block Plan……………………………………………………………………......

36. Konsep Sirkulasi…………………………………………………………………

37. Konsep Tata Hijau……………………………………………………………….

38. Potongan Rencana A…………………………………………………………….

39. Potongan Rencana B……………………………………………………………..

40. Potongan Rencana C……………………………………………………………..

41. Rencana Jembatan Pedestrian……………………………………………………

42. Rencana Ruang Pelayanan……………………………………………………….

43. Rencana Gerbang Kawasan……………………………………………………...

44. Vegetasi yang Digunakan……………………………………………………......

45. Detail Penanaman Pohon………………………………………………………...

46. Detail Penanaman Semak dan Ground Cover…………………………………...

47. Detail Tempat Duduk……………………………………………………………

48. Rencana Tempat Sampah………………………………………………………..

48

48

49

49

49

50

50

51

51

52

53

73

77

80

82

83

84

85

86

86

89

90

91

93

94

  

49. Detail Tempat Sampah…………………………………………………………..

50. Detail Saluran Drainase………………………………………………………….

51. Rencana Fire Hydrant…………………………………………………………...

52. Rencana Papan Orientasi………………………………………………………...

53. Rencana Lampu pada Median Jalan……………………………………………..

54. Detail Lampu Pedestrian…………………………………………………………

55. Detail Pedestrian Walk………………………………………………………......

56. Rencana Halte……………………………………………………………………

57. Site Plan (Bagian 1)……………………………………………………………...

58. Site Plan (Bagian 2)……………………………………………………………...

59. Site Plan (Bagian 3)……………………………………………………………...

60. Site Plan (Bagian 4)……………………………………………………………...

61. Site Plan (Bagian 5)……………………………………………………………...

62. Site Plan (Bagian 6)……………………………………………………………...

63. Site Plan (Bagian 7)……………………………………………………………...

64. Site Plan (Bagian 8)……………………………………………………………...

65. Site Plan (Bagian 9)……………………………………………………………...

66. Site Plan (Bagian 10)…………………………………………………….………

67. Site Plan (Bagian 11)…………………………………………………………….

95

97

98

98

99

100

102

103

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

  

DAFTAR LAMPIRAN

Teks

1. Form Kuisioner Penelitian……………………………………………...

2. Tabel Jenis Tanaman…………………………………………………...

3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner…………………………...

4. Perspektif Stop Area………………………………………………….

5. Kondisi Eksisting Tapak………………………………………………..

Hal

121

124

125

128

129

1  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota

yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota

berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana

transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan

masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota

yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi

pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur

kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.

Menurut Simonds (1983) lanskap kehidupan manusia tercakup dalam dua

hal yaitu jalan dan tempat. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan

kendaraan sebagai pusat tempat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar,

beribadah dan santai. Lanskap jalan memerlukan penataan fisik ruang luar (open

space) guna mewujudkan hubungan atau keterkaitan yang aman, nyaman dan

selaras antara manusia dan alam lingkungannya, semua ini dipelajari dalam ilmu

Arsitektur Lanskap. Sebagian besar jalan Kota Bogor terutama pada daerah

sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar setiap

hari dipadati oleh kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi

tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan

karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang

melintasinya, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas.

Penataan lanskap jalan yang ideal adalah lanskap jalan yang ditata secara

fungsional, estetika dan aman bagi seluruh pengguna jalan. Sehingga untuk

memenuhi segala faktor yang dapat menjadikan lanskap jalan yang ideal, maka

jalan terdiri dari jalan untuk kendaraan dan jalan untuk pejalan kaki. Pedestrian

merupakan sarana transportasi yang digunakan bagi pejalan kaki agar dapat

berpindah dari area satu ke area yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Bowersox dalam Setijowarno & Frazila (2003) bahwa transportasi adalah

perpindahan barang atau orang dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan produk

2  

yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang dibutuhkan atau yang

diinginkan, sehingga pedestrian harus ditata sesuai kebutuhan sebagai sirkulasi

pejalan kaki dan memiliki lanskap sekitar yang estetik sehingga pejalan kaki dapat

merasakan keindahan, kenyamanan dan keselamatan selama berjalan di

pedestrian, serta pedestrian yang dibangun dengan menggunakan bahan yang

ramah lingkungan agar tidak merusak lingkungan yang ada disekitarnya.

Pedestrian yang seperti ini disebut “Pedestrian Hijau”.

Pedestrian hijau dapat diterapkan disetiap pedestrian yang ada, karena

pedestrian hijau menciptakan kondisi pedestrian yang nyaman, menarik dan lebih

ramah lingkungan. Pedestrian hijau akan diterapkan di Jalan KH. Rd. Abdullah

bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar, hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut

merupakan salah satu jalan yang memiliki kapasitas padat baik untuk kendaraan

bermotor maupun untuk pejalan kaki. Penerapan pedestrian hijau pada Jalan KH.

Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dimaksudkan untuk membuat

kondisi pengguna pedestrian menjadi lebih nyaman dan aman selama berada di

jalan, serta dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan agar dapat lebih asri

dan estetik.

Tujuan

Perencanaan pedestrian hijau ini bertujuan membuat rencana lanskap jalan

terutama lanskap pedestrian yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang

aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, pedestrian tersebut dapat membantu kelancaran dan keamanan

lalu lintas pejalan kaki dan mendapatkan pengetahuan mengenai kondisi

pedestrian yang ada di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh

Iskandar, baik secara fisik pedestrian dan secara estetika di daerah sekitar

pedestrian.

3  

Manfaat

Hasil dari studi ini berupa perencanaan lanskap pedestrian hijau yang

diharapkan dapat berguna sebagai informasi mengenai desain lanskap jalan dalam

rangka membuat pedestrian hijau serta menjadi masukan atau bahan pertimbangan

bagi pihak Pemarintah Kota Bogor, Dinas Tata Kota dan segenap instansi yang

terkait agar dapat membuat pedestrian hijau di seluruh lanskap jalan di Kota

Bogor yang lebih baik dari sebelumnya, serta diperuntukkan untuk semua

kalangan yang membutuhkan informasi.

 

 

4  

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan

karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan

karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan

kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, buatan maupun

kombinasi dari keduanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup

manusia beserta makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera

dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, demikianlah

lanskap dapat didefinisikan.

Lanskap Jalan

Menurut Simonds (1983) jalan merupakan suatu kesatuan yang harus

lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi dan interaksi yang baik serta

mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan, sedangkan yang

dimaksud lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah

karakter dari areal lahan. Diterangkan lebih lanjut oleh Direktorat Jendral Bina

Marga (1996) bahwa lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak

yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap

alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun

yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan

kondisi lahannya. Lanskap ini mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan

dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan

pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah,

nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

Selain itu, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Jalan merupakan

suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-

pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya

5  

dalam satu hubungan hirarki. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

38 Tahun 2004 Bab III Bagian Kedua Pasal 8 mengenai pengelompokkan jalan

menurut peranannya yaitu :

1. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan

ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan

jumlah jalan masih dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan

atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

3. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan

ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi

4. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.

Berdasarkan tata cara perencanaan teknik lanskap jalan No.

033/TBM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, jalan

memiliki bagian-bagian jalan yaitu sebagai berikut :

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) merupakan ruas sepanjang jalan yang

dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang

ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.

Damaja terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.

Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan

bahu jalan. Ambang pengaman terletak di bagaian paling luar dari Damaja

dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

2. Daerah Milik Jalan (Damija) merupakan ruas jalan yang dibatasi oleh lebar

dan tinggi jalan tertentu dan dikelola oleh pembina jalan. Bagian ini

dimanfaatkan untuk Daerah Manfaat Jalan (Damaja), pelebaran jalan maupun

menambah jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk

pengaman jalan.

6  

3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruas sepanjang jalan di luar

Daerah Milik Jalan (Damija) yang penggunaannya diawasi oleh pembina

jalan dengan tujuan agar tidak mengganggu pemandangan pengemudi dan

konstruksi bangunan jalan.

4. Median Jalan merupakan pemisah antara dua jalur yang berlawanan biasanya

pada bagian median jalan ini umumnya diletakkan bak-bak tanaman, lampu

penerangan jalan dan tiang-tiang reklame.

5. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap

lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) atau di Daerah

Pengawasan Jalan (Dawasja). Jalur tanaman sering disebut jalur hijau karena

didomonasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna

hijau.

6. Bahu Jalan merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki,

tempat kendaraan berhenti untuk sementara akibat keadaan tertentu apabila

tidak ada rambu larangan berhenti dan untuk tempat menghindar bagi

kendaraan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan. Bahu

jalan tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.

Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berupa

jalur untuk menempatkan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di

dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja).

Karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya

bewarna hijau maka disebut area jalur hijau. Dengan adanya jalur hijau maka

dapat mengurangi kemonotonan kekakuan aspal dan beton (Ecbo, 1964). Selain

itu, dengan penempatan pohon di sepanjang jalan menurut Carpenter et al (1975)

dapat memberikan suatu naungan, memberikan kesan, mengarahkan pada suatu

objek, menyediakan aset visual dan menciptakan sense of unity and stability.

Jalur hijau ditujukan untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur kendaraan

bagi keselamatan pejalan kaki (Lynch, 1981). Selain itu dimanfaatkan pula untuk

7  

memberikan informasi jalur jalan, memberi ruang bagi utulitas, memberi ruang

untuk pemasangan perlangkapan jalan dan vegetasi jalan. Terdapat beberapa

persyaratan khusus yang dikeluarkan pada tipe jalur hijau yaitu :

1. Jalur hijau tepi jalan, sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, diantara

jalur lintasan kendaraan dan jalur pejalan kaki.

2. Jalur hijau median, jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar

minimum 0,8 meter dengan lebar ideal 4-6 meter.

Daerah tepi jalan merupakan daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan

kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan

penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi

bentuk jalan. Median jalan merupakan jalur yang memisahkan dua jalan yang

berlawanan dan dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara,

peletakan rambu-rambu lalu lintas ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan

tertentu.

Penanaman Jalur Hijau Jalan

Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat

yaitu jalur tanaman tepi, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan

(Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Letak penanaman yang diizinkan menurut

Departemen Pekerjaan Umum 1996 adalah sebagai berikut :

1. Tanaman jenis pohon di jalan perkotaan harus memiliki jarak tanam ke tepi

perkerasan jalan, trotoar maupun drainase minimal 1 meter agar tidak rusak

oleh perakarannya.

2. Penanaman tidak menutupi daerah bebas pandang minimum 10 meter/60o dari

bukaan jalan (U-turn).

3. Tanaman tidak menutupi darerah bebas pandang minimum 45o.

Menurut Grey dan Dekene (1978) penanaman tanaman pada jalur hijau

jalan tidak hanya sekedar memperindah lingkungan tetapi juga berfungsi untuk

memperbaiki kualitas lingkungan, seperti :

8  

1. Perbaikan iklim mikro

Terdapat beberapa manfaat penggunaan tanaman salah satunya adalah

guna memperbaiki iklim mikro. Dalam memperbaiki iklim mikro tanaman

mampu mengubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi

matahari melalui proses evapotranspirasinya. Tanaman atau kumpulan

tanaman ini juga dapat berperan sebagai penahan angin dan pengatur

kelembapan.

2. Peredam kebisingan

Tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang

suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif

untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun

yang rindang, dengan penanaman jenis tanaman berbagai strata yang cukup

rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan yang sumbernya berasal

dari bawah.

3. Pengontrol polusi udara

Polusi udara dapat berupa debu dan gas. Polutan yang berbentuk

partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara

efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang

dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap

polutan gas adalah :

a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat

b. Tumbuh sepanjang tahun

c. Percabangan dan daun yang padat

d. Daun yang berambut

Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk memberikan

pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran,

keamanan dan kenyaman pejalan kaki tersebut (Direktorat Jendral Bina Marga,

9  

1995). Sepanjang jalur pedestrian tersebut prioritas utama diberikan kepada

pejalan kaki dan melarang kendaraan bermotor masuk kedalamnya.

Menurut Simonds (1983) karakteristik pedestrian dapat diumpamakan

sebagai aliran sungai dimana dalam pergerakannya akan mencari hambatan yang

terkecil. Jalur yang diambil adalah jalur-jalur terpendek dari satu titik ke titik

lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya.

Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi

pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan

secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik.

Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan

dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang

menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan

pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan

kualitas visual yang menarik.

Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan

tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian diantaranya adalah :

1. Kriteria dimensional

Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat terlihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki

Jarak Lokasi 1,8 m Tempat umum

2,8 – 3,6 m Tempat belanja 4,6 – 5,5 m Berjalan normal

>10,6 m Jalan santai

2. Kriteria pergerakan

Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki

meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga.

10  

3. Kriteria visual

Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi

mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada

pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan rambu-

rambu lalu lintas).

Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan, trotoar adalah jalur

pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan

perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.

Persyaratan ukuran lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki

menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 dapat dilihat

pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi

No Lokasi trotoar Lebar minimum 1 Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah 4 meter 2 Perkantoran utama 3 meter 3 Daerah industri

a. Jalan primer b. Jalan akses

3 meter 4 meter

4 Di wilayah pemukiman a. Jalan primer b. Jalan akses

2,75 meter

2 meter *Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993

Tabel 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki

No Jumlah pejalan kaki/detik/meter Lebar trotoar 1 6 orang 2,3-5 meter 2 3 orang 1,5-2,3 meter 3 2 orang 0,9-1,5 meter 4 1 orang 0,6-0,9 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993

Penambahan lebar trotoar juga dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas

pelengkap yang akan diakomodasikan dalam sistem pedestrian. Hal ini untuk

memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pejalan kaki, sehingga tidak

terganggu apabila ada perbaikan terhadap fasilitas tersebut.

11  

Sistem Pedestrian

Menurut Harris dan Dines (1988), secara umum sistem sirkulasi dibagi

menjadi dua kategori, yaitu suatu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan

sistem yang tidak ada sistem sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada,

proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi

yang telah dilengkapi berbagai amenity, peningkatan kualitas pemandangan, kesan

yang ditimbulkan, kenyamanan dan kesenangan. Untuk sistem yang baru pertama

kali ada harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan,

serta memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas

pejalan kaki terutama pada puncak penggunaan. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan syarat kemiringan lahan (%) untuk struktur dan fasilitas dari sistem

pedestrian yang akan di buat (Tabel 4).

Aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya

mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki

yang mempunyai kepentingan lain atau ingin sekedar berekreasi. Untuk pejalan

kaki yang aktivitas pergerakannya hanya dari satu titik asal ke satu titik tujuan ada

dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor orientasi dan faktor negosiasi.

Pada faktor orientasi wujud landmark, formalitas dan material perkerasan

memberi keuntungan bagi pejalam kaki untuk menemukan dan mengenali

lingkungan dalam konteks yang lebih besar terutama dalam lingkungan yang

kompleks. Faktor kedua yaitu negosiasi yang berhubungan dengan kenyamanan

relatif dalam pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi konflik

dari pejalan kaki dan gangguan fisik dari peletakan fasilitas/perlengkapan jalan,

genangan air dan sampah serta hembusan angin yang tidak nyaman.

12  

Tabel 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas

Struktur dan Fasilitas Kemiringan (%)

Maksimum Minimum Optimum

1. Permukaan berpaving • Badan Pedestrian • Tempat Parkir

10 3

0

0,05

1 1

2. Jalur Hijau 25 - 2-3 3. Ruang Terbuka

• Sitting area • Pedestrian pocket • Playground

2-3 2-3 2-3

0,05 0,05 0,05

1 1 1

4. Sistem Drainase 15 0 10-12 5. Bangunan Permanen

• Kios pedagang • Halte bis • Shelther

20-25 20-25 20-25

0 0 0

2 2 2

6. Telepon umum 10 0,5 2-3 7. Advertising, Informasi 10 0,5 2-3 *Sumber : Landscape Planning Environmental Applications (Marsh, 1991)

Jenis Pedestrian

Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis yaitu :

1. Pedestrianisasi penuh (full pedestrianitation)

Dengan menghilangkan atau melarang semua kendaraan bermotor untuk

sepanjang waktu, terkecuali untuk pemeliharaan tapak, full

pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan

dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur

permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat

sebagai akses terdekat jalur bus/ angkutan umum. Dengan ditiadakannya

kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat

baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus memberi kesan yang

jelas bahwa kendaraan akan memberi gangguan terhadap lingkungan

pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang

biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan

berbelanja.

13  

2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)

Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan

pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur

pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil

maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk

terkecuali angkutan umum, taksi dam bus. Laju kendaraan dibatas

kecepatan tertentu.

3. Pedestrian distrik

Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah

perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural,

komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan

jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.

Persyaratan Pedestrian

Pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau

berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan

kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan.

Adapun persyaratan pedestrian menurut Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No

486 tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1. Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, berstruktur halus tetapi

tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun

terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari1,25 cm. Apabila

menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang

permanen.

2. Kemiringan

Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan

terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

3. Area istirahat

Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat

dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.

14  

4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas

pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

5. Drainase

Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm,

mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.

6. Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searahdan 160

cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-

rambu, lubang drainase/gorong-gorong danbenda-benda lainnya yang

menghalangi.

7. Tepi pengaman/kanstin/low curb

Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah

area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum10 cm dan

lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

8. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

kecelakaan.

Perencanaan pedestrian juga harus memperhatikan ukuran dan detail

penerapan standar agar persyaratan pedestrian dapat berfungsi optimal. Berikut

disajikan gambar prinsip perencanaan pedestrian.

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian

15  

Bahan Permukaan Pedestrian

Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel

(1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu bata, cetakan beton dan batu kerikil.

Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu

situasi.

Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk

perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena

salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis sediman seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur.

Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan

dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan

cuaca karena karakternya yang berpori.

2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih kasar, kuat,

mudah dipahat dan diasah dan sangat sering digunakan karena pola dan

keindahannya.

3. Bentuk metamorfik dari batu tulis adalah tipis, keras dan merupakan batu

yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam

disamping beberapa jenis yang bewarna merah.

4. Bentuk batu karang api adalah granit yang keras dan jelas sangat kuat.

Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan

beberapa jenis memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat

dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan

terhadap goresan dan cuaca.

5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam

penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak

praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya

untuk kulit.

16  

6. Batu jenis kecil, jenis batu keras seperti trap rock. Batuan ini mudah

dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar

perkerasan, alas untuk kandang dan sebagainya.

Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur.

Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung bewarna coklat,

permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua yang

berbunyi apabila saling berbenturan biasanya lebih kuat, merupakan unit yang

terbakar dengan baik dan dapat dipastikan lebih tahan pecah. Bata dapat

dikombinasikan dengan batu alami.

Cetakan beton tidak mempunyai penampilan yang alami dari batu, tetapi

bisa dikombinasikan dengan bata untuk membentuk pedestrian yang bagus

sebagai perkerasan. Batu kerikil memiliki beberapa keuntungan diluar bahan-

bahan permukaan untuk pedestrian. Batu kerikil untuk pedestrian relatif murah,

sederhana untuk dipasang dan mudah untuk dipelihara. Batu kerikil mengering

dengan cepat. Baik pada waktu hujan atau ada siraman air akan menggenang,

dengan kata lain batu kerikil mempunyai permukaan yang tidak nyaman dan

lambat.

Terdapat tiga kriteria yang mempengaruhi pemilihan perkerasan yaitu :

1. Kegunaan

Hal yang pertama dipikirkan adalah kegunaan dari dibuatnya perkerasan

baik untuk jalan kendaraan, pedestrian ataupun patio. Ketiga hal ini dapat

diakomodasi sesuai dengan kondisinya, dapat dilihat sebagai tiga hal yang

terpisah dari teknik konstruksi dan bahan permukaan yang berbeda.

Permukaan dari bahan perkerasan juga berpengaruh pada tujuan

penggunaan area, tekstur perkerasan penting untuk pejalan kaki, juga

mempunyai dampak pada kecepatan pergerakan. Perkerasan dengan

tekstur yang tidak licin, lebih digemari karena dapat menjamin keamanan

pejalan kaki, biasanya dipakai di area sekitar displai elemen air atau

tempat yang berbahaya. Perkerasan dengan tekstur lebih kasar dipakai di

tepian sungai atau pada jalur dengan kemiringan cukup tajam.

17  

2. Estetika

Pedestrian yang dibuat dengan mengikuti tema yang sangat sederhana atau

sebaliknya dapat dibuat dengan sangat rumit dengan tujuan untuk menarik

perhatian. Kombinasi yang dirancang dengan sangat cermat terutama yang

menyangkut perubahan warna dan tekstur sangat membantu dalam

menciptakan kesan kontras, variasi dan skala yang diinginkan. Mengenali

keragaman jenis material berikut variasi tekstur dan warnanya sangat perlu

mengingat untuk area yang luas, agar tidak terkesan monoton, dapat pula

dipilih tema yang berbeda untuk masing-masing bagian tapak.

3. Biaya

Pemilihan material juga tergantung dari biaya yang akan dikeluarkan,

jumlah tenaga manusia yang tinggi juga dibutuhkan dalam pemasangan

bata, batu dan perkerasan pracetak, mengakibatkan biaya untuk jenis

perkerasan ini menjadi tinggi. Penggunaan pola yang sulit dan

keterbatasan tenaga kerja terlatih bisa menambah rumit masalah

pembiayaan selanjutnya.

Street Furniture (Perabot Jalan)

Menurut Harris dan Dines (1988), perabot jalan merupakan perlengkapan

jalan sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan untuk

kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi

pengguna jalan. Sementara itu menurut Simond (1983) menambahkan bahwa

pengorganisasian merupakan bagian dari desain sehingga pemilihan dan peletakan

perabot jalan diharapkan dapat menerjemahkan suatu fungsi area menjadi volume

spasial. Selain itu kegiatan ini harus mempertimbangkan skala manusia dan

karakter tapak.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

(1995), street furniture merupakan segala bentuk kelengkapan jalan, baik yang

terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah dengan tujuan pengadaannya

18  

adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum. Keberadaan kelengkapan

jalan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

1. Fungsi keamanan dan kenyamanan. Contoh lampu, halte, saluran drainase,

jalan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas, unsur tanaman sebagai

peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki.

2. Fungsi pelengkap. Contoh tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak

surat, wadah tanaman , informasi dan lain-lain.

3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft

material dan hard material ataupun memanfaatkan pemandangan dari luar

tapak.

Perencanaan

Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis,

pengorganisasian, dan suatu proses informasi yang digunakan untuk menentukan

saat awal suatu keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai

keadaan yang diharapkan tersebut dengan menilai suatu objek melalui

pengamatan yang berinspirasi. Diungkapkan pula oleh Nurisjah dan Pramukanto

(2008), perencanaan adalah pengambilan keputusan yang berorientasi pada

kepentingan yang akan datang serta usaha dalam menempatkan penilaian yang

tinggi dari rasionalitas dan aplikasi ilmu pengetahuan.

Perancangan merupakan tahap lanjut dari perencanaan. Perancangan

merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan

mengomposisikan elemen lanskap alami dan elemen lanskap non-alami serta

kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta karya tata ruang yang secara fungsi

berdaya guna dan secara estetis bernilai indah. Hasil yang dicapai adalah

kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup di dalamnya,

selaras dengan faktor ruang, waktu, dan geraknya.

Perancangan lanskap menurut Simond (2000) merupakan tahap lebih

lanjut dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain.

Perancangan lanskap lebih berkaitan dengan seleksi komponen-komponen

19  

perancangan, bahan atau elemen perancangan yang berhubungan dengan visual,

tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya. Hal ini berfungsi sebagai pemecah masalah

yang ada dalam rencana tapak. Dalam perancangan dengan tema yang khusus

seperti lanskap jalan hal tersebut perlu diperhatikan, bahkan dalam beberapa

elemen tanaman dilakukan penekanan atau penegasan untuk menjadikan jalan

tersebut sebagai simbol suatu kawasan di sekitarnya.

Prinsip perancangan terdiri dari : 1). Kesatuan (Unity) sebagai unsur

penyatu, 2). Keseimbangan (Harmony) sebagai unsur penyelaras, 3). Simplicity

sebagai unsur kesederhanaan, 4). Emphasis adalah menitikberatkan pandangan

pada elemen atau pola tertentu, 5). Balance sebagai unsur penyeimbang yang

menciptakan kestabilan, 6). Scale dan Proportion yang mengacu pada

pembidangan relatif antara ketinggian, panjang, luas, masa, dan volume, 7).

Sequence adalah unsur yang berhubungan dengan pergerakan.

Elemen lanskap merupakan unsur pembentuk suatu lanskap. Terdapat

sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap, yaitu

dengan mengeleminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-

elemen yang baik. Dalam lanskap karakter tapak yang menarik harus diciptakan

atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi

kesatuan yang harmonis. Elemen lanskap terdiri dari elemen lanskap mayor

(major landscape element) dan elemen lanskap minor (minor landscape element).

Elemen lanskap mayor yaitu bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai

dan lain-lain), ciri-ciri alam (hujan, suhu, musim, kabut dan lain-lain) dan

kekuatan alam (angin, proses pertumbuhan, air, energi radiasi, gravitasi dan lain-

lain) yang dominan dan relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan elemen

lanskap minor diantaranya bukit, aliran air dan hutan kecil yang cenderung dapat

dimodifikasi oleh manusia.

20  

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat

dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan studi dilaksanakan selama ± 5 bulan mulai

Bulan April sampai Bulan Agustus 2012.

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 2 : Lokasi Penelitian

Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh

Jl. H. Soleh Iskandar

21  

Metode Studi

Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana

dan melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984) dengan tahap-tahap

berupa inventarisasi, analisis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan

serta pemeliharaan (Gambar 2). Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sumberdaya yaitu untuk

mendapatkan rencana yang ideal berdasarkan sumberdaya yang tersedia. Tahap

perencanaan pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.

Soleh Iskandar adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahapan persiapan meliputi persiapan administrasi pelaksanaan

penelitian seperti pembuatan izin penelitian dan bantuan informasi di lapang

dan studi pustaka yang menunjang penelitian seperti laporan penelitian atau

jurnal-jurnal yang berkaitan dengan studi.

2. Inventarisasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer melalui survei di

lapang serta wawancara dan data sekunder melalui studi pustaka.

Pengumpulan data primer yang diperoleh dari pencatatan, pengamatan visual,

dan pemotretan sehingga akan didapatkan data fisik tapak yang sebenarnya,

sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak yang terkait dengan

pengembangan dan pengawasan tapak, pengguna tapak dan masyarakat

sekitar tapak. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan

dokumen-dokumen.

3. Analisis

Tahap ini merupakan tahap dimana data atau informasi yang diperoleh

pada tahap sebelumnya dianalisis sehingga dapat diketahui permasalahan

yang ada pada tapak dan potensi yang menjadi andalan tapak tersebut. Selain

menganalisis dari segi dimensi fisik, analisis juga dilakukan dari segi dimensi

pengguna (user) yaitu dari data kuisioner kepada masyarakat sebagai

pengguna, dimana hasil analisis ini dapat memberi gambaran pelayanan yang

22  

dinginkan dan persepsinya terhadap tapak yang akan didesain. Kebijakan

pemerintah juga dianalisis dengan memperhatikan dan mengkaji peraturan

pemerintah yang berlaku.

4. Sintesis

Pada tahap ini yang merupakan lanjutan dari tahap analisis, dicari

alternatif pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi yang disesuaikan

dengan tujuan perancangan. Data-data yang diperoleh dari analisis,

disimpulkan dan dicari pemecahan masalahnya yang disesuaikan menurut

kondisi tapak.

5. Konsep

Pada tahap ini disusun ide konsep pengembangan tapak dengan

mempertimbangkan kesatuan ruang, kesesuaian lahan, kesesuaian kebutuhan

ruang. Ide konsep dipilih berdasarkan analisis dan memenuhi kriteria dan

kesesuaian pada tapak yang merupakan solusi yang terintegrasi dari aspek

sebelumnya.

6. Perencanaan

Merupakan tahap pengembangan ide konsep. Pengembangan tersebut

meliputi perencanaan ruang yang ada dan perencanaan tata letak berupa site

plan dalam bentuk gambar dan penjelasannya.

23  

Gambar 3 . Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984)

inventarisasi analisis sintesis konsep Perencanaan pelaksanaan pemeliharaan

data:

aspek fisik

aspek sosial

masalah &

potensi

alternatif pemecahan

masalah

pemanfaatan potensi

Ide konsep dari hasil

solusi yang terintegrasi dari aspek

sebelumnya

Rencana tertulis dan

terlukis

Program pengembangan

pedestrian

zonasi tapak

Konsep

23

24  

Pengambilan Data

Pada studi ini data yang diambil meliputi data primer didapat dari hasil

survei, pengamatan langsung, wawancara tidak terstruktur dan penyebaran 30

kuisioner untuk mengetahui keinginan pengguna jalan dan masyarakat setempat

serta instansi terkait lainnya. Responden diambil menggunakan metode purposive

sampling yaitu pengambilan responden berdasarkan kebutuhan. Data sekunder

diperoleh dari studi pustaka. Data tersebut meliputi data aspek fisik dan biofisik,

aspek sosial dan aspek teknik. Jenis data, cara pengambilan dan sumber data di

sajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data

Jenis Data Cara Pengambilan Sumber Data 1. Aspek fisik dan biofisik

a. Sejarah, konsep pengembangan b. Lokasi tapak c. Aksesibilitas d. Iklim e. Hidrologi f. Geologi dan tanah g. Topografi h. Dimensi jalan i. Perlengkapan & kelengkapan jalan j. Vegetasi dan satwa k. Tata guna lahan l. View tapak

Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, Survei lapang Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang

BAPEDA Lokasi Lokasi BAPEDA BAPEDA, lokasi Balittan Lokasi Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi

2. Aspek sosial a. Penduduk b. Karakter pengguna c. Keinginan masyarakat

Studi pustaka Survei lapang kuisioner

BAPEDA Lokasi Lokasi

3. Aspek teknik a. Aturan jalan b. Kebijakan-kebijakan c. Utilitas dan fasilitas

Studi pustaka Survei lapang, Studi pustaka Survei lapang

BAPEDA, lokasi Lokasi

 

 

25  

HASIL INVENTARISASI

Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diperoleh berbagai kondisi

tapak yang dimasukkan ke dalam beberapa faktor yang dianggap mewakili.

Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menentukan proses penyusunan rencana

lanskap pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh

Iskandar. Kemudian hasil yang didapat akan dianalisis dan dicari solusi

pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh suatu rencana lanskap yang

ideal.

Kondisi Umum

Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan

Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48´ BT dan 6º 36´ LS

dengan jarak ± 56 km dari Ibu Kota Jakarta. Kota Bogor memiliki luas wilayah

meliputi ± 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar merupakan

jalan lingkar luar Kota Bogor yang menghubungkan jalan keluar tol lingkar luar

Kota Bogor dengan Jalan Raya Dramaga. Karena menghubungkan dua wilayah

dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan

ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan.

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan lokasi studi termasuk ke

dalam dua wilayah administrasi yang berbeda yaitu Jalan KH. Rd. Abdullah bin

Nuh termasuk ke dalam Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor sedangkan Jalan

H. Soleh Iskandar termasuk ke dalam Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Wilayah Kecamatan Tanah Sareal berdasarkan konsep makro pengembangan

Kota Bogor memiliki ciri sebagai fungsi kawasan permukiman, perbelanjaan dan

niaga serta kegiatan lainnya.

Lingkup wilayah perencanaan dilakukan sepanjang Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu sepanjang ±8 km dan lebar

milik jalan yang direncanakan 32-35 m, mulai dari pertigaan Jalan Raya Dramaga

26  

sampai persimpangan jalan tol lingkar luar Kota Bogor. Kawasan perencanaan ini

berbatasan dengan :

a. Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

Sebelah Utara : Jl. H. Soleh Iskandar

Sebelah Timur : permukiman

Sebelah Selatan : Jl. Raya Dramaga

Sebelah Barat : permukiman

b. Jalan H. Soleh Iskandar

Sebelah Utara : pertokoan

Sebelah Timur : jalan tol lingkar luar Kota Bogor

Sebelah Selatan : pertokoan

Sebelah Barat : Jl. Baru

Lokasi tapak dapat diakses melalui beberapa jalan utama seperti Jalan

Raya Pajajaran, Jalan Raya Dramaga, Jalan Raya Cifor, Jalan Brigadir Jendral H.

Sapta Adjie Hadiprawira, Jalan Raya Parung-Bogor, Jalan HM. Syarifuddin, Jalan

Sindang Barang Pilar 1, Jalan Cilebut Raya, Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya

Semplak, pintu keluar jalan tol lingkar luar Kota Bogor serta jalan lokasi

permukinan yang ada di sekitar tapak.

Gambar 4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig.Jend H. Sapta Adjie Hadiprawira

27  

Gambar 5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor

Berdasarkan rencana strategis Kota Bogor 2004-2009 konsep

pengembangan dilakukan pada pelayanan yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan

warga, juga menjadi tuntutan utama karena semakin berkembang dan beragamnya

kebutuhan seluruh warga terhadap barang dan jasa. Implikasi dari semua ini

adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan sarana transportasi masyarakat kota,

timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah pedagang kali lima secara

berlebihan, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan kota

sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi

daya dukung lingkungan.

Gambar 6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar

28  

Dalam rencana strategis Kota Bogor permasalahan yang perlu penanganan

berkaitan dengan kewenangan wajib yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Kota Bogor, terkait dengan RTH antara lain sebagai berikut :

1. Belum meratanya informasi rencana tata ruang bagi masyarakat dalam

melakukan investasi dan pembanguan, sehingga tidak terkendalinya

perkembangan fisik baik dari segi tata ruang dan tata bangunan.

2. Masih rendahnya tekanan publik terhadap pemanfaatan sumberdaya alam

sungai yang disebabkan tidak tegasnya penegakan hukum dan rendahnya

kesadaran masyarakat.

3. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan hidup, yang mengakibatkan kerusakan sumberdaya alam

serta beban pencemaran akibat limbah cair dan sampah rumah tangga.

4. Dibidang kependudukan yaitu kondisi kependudukan belum optimal

antara lain besarnya jumlah penduduk secara absolut dan tingkat

kesejahteraan keluarga relatif rendahnya produktivitasnya, sehingga

keluarga sebagai wahana pertama untuk meningkatnya kualitas penduduk.

Gambar 7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

29  

Kebijakan Pengembangan Kota Bogor

Seperti yang tercantum dalam RDTR Kota Bogor tahun 2002-2012 untuk

tiap-tiap kecamatan telah ada rencana Ruang Terbuka Hijau. Rencana tersebut

dituangkan dalam tujuan dari RTH kota tiap kecamatan adalah :

1. Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang bersih, indah dan

nyaman sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.

2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang

berguna untuk kepentingan masyarakat.

Prioritas pengembangan RTH pada wilayah per kecamatan di Kota Bogor

adalah :

1. Kecamatan Bogor Barat

a. Mengembangkan sempadan Sungai Cisadane, Sungai Sindang Barang,

Sungai Ciapus dan saluran-saluran yang ada.

b. Mengembangkan taman dan unit-unit lingkungan, jalur jalan

pergerakan, garis sempadan sungai, jalur listrik tegangan tinggi.

c. Mempertahankan dan menyediakan lapangan olahraga terbuka.

d. Selain itu dilakukan pula pengembangan RTH sebagai tempat wisata

terutama pada daerah CIFOR dan Situ Gede.

2. Kecamatan Bogor Selatan

a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan

yaitu Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Cipananggading

dan anak-anak sungai lainnya.

b. Pengalih fungsikan secara perlahan dari areal kuburan cina menjadi

lapangan golf di Kelurahan Kertamaya.

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

30  

d. Mempertahankan dan konservasi lahan pada kemiringan lahan > 30%

yang banyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

3. Kecamatan Bogor Tengah

a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan

yaitu Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, dan anak-anak sungai

lainnya.

b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

c. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

d. Kebun Raya Bogor merupakan daerah hijau terbesar yang ada di

Kecamatan Bogor Tengah. Daerah ini diarahkan sebagai daerah wisata

ilmiah, lahan konservasi, daerah tangkapan hujan (catchment area) dan

sebagai paru-paru kaota.

4. Kecamatan Bogor Timur

a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan

yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut

dibuat jalan inspeksi

b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan

lainnya

31  

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

5. Kecamatan Bogor Utara

a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan

yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut

dibuat jalan inspeksi.

b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan

lainnya

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

6. Kecamatan Tanah Sareal

a. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan

lainnya.

b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

32  

c. Pada daerah bantaran Sungai Ciliwung, Sungai Cipakancilan dan

sungai lainnya.

d. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

Aspek Fisik dan Biofisik

Iklim

Secara klimatologis wilayah perencanaan termasuk ke dalam iklim Kota

Bogor secara umum. Badan Perencana Daerah Kota Bogor menyatakan bahwa

berdasarkan data dari stasiun curah hujan dalam kurun waktu tahun 2010, kondisi

iklim di lokasi studi adalah sebagai berikut :

a. Suhu udara : 26º C – 34º C

b. Kelembaban udara : 70%

c. Kecepatan angin : 2,3 km/jam

d. Curah hujan : 3.000-4.000 mm/tahun

e. Penyinaran matahari : 61,4 %

f. Intensitas cahaya matahari : sedang, terik dan sangat terik

Keadaan iklim mikro pada lokasi studi di sepanjang Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dipengaruhi juga oleh banyaknya

kendaraan yang melintas di lokasi studi sehingga menunjukkan suhu udara lebih

tinggi dan kelembaban udara lebih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan kedua jalan

tersebut adalah jalan yang padat dan ramai dilalui oleh berbagai jenis kendaraan

bermotor, sehingga kemungkinan besar terjadi peningkatan suhu.

33  

Geologi dan Tanah

Pada wilayah kawasan studi yaitu di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah

bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar memiliki jenis tanah Alluvial dengan

permeabilitas tanah sedang. Karakteristik umum keadaan geologi dan tanah pada

kawasan studi adalah secara umum Kota Bogor ditutupi batuan vulkanik yang

berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi yaitu Gunung

Pangrango (berupa batuan bresik tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa

alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari

permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya

berupa Alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil pelapukan

endapan, hal ini baik untuk vegetasi.

Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki aliran Andesit

seluas 2.719,61 Ha, kipas alluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan seluas 1.372,68

Ha, Tupaan seluas 3.395,75 Ha, dan Lanau Breksi Tufan dan Capili seluas

1.112,56 Ha.

Pembagian Segmen

Pada kawasan lokasi studi dibagi menjadi tiga segmen utama yaitu segmen

utara, tengah dan selatan. Segmen utara yaitu Jalan H. Soleh Iskandar, segmen

tengah mulai dari perempatan Jalan Semplak sampai pertigaan Jalan H. Soleh

Iskandar dan segmen selatan mulai dari pertigaan Jalan Raya Darmaga sampai

perempatan Jalan Semplak.

Pembagian ketiga segmen tersebut berdasarkan dimensi dan kondisi yang

terdapat pada jalur pedestrian, median jalan, jalur hijau jalan dan peruntukan

kawasan. Pembagian Segmen pada lokasi studi dimaksudkan untuk

mempermudah inventarisasi dan analisis agar dapat membuat perencanaan yang

optimal.

34  

8

35  

Topografi, Hidrologi dan Drainase

Secara umum Kota Bogor mempunyai karakter permukaan lahan

(landform) bergelombang, berbukit-bukit dengan perbedaan ketinggian yang

cukup besar, bervariasi antara 190 sampai dengan 350 meter di atas permukaan

laut dengan kemiringan lereng berkisar 0-2% (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2-15%

(landai) seluas 8.091,27 Ha, 15-25% (agak curam) seluas1.109,89 Ha, 25-40%

(curam) seluas 764,96 Ha dan >40% (sangat curam) seluas 119,94 Ha.

Tabel 6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor

Kecamatan Kemiringan Lereng

Jumlah (Ha) 0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam Bogor Utara 137,85 1.565,65 - 68,00 0,50 1.772 Bogor Timur 182,30 722,70 56,00 44,00 10,00 1.015 Bogor Selatan 169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081

Bogor Tengah 125,44 560,47 - 117,54 9,55 813 Bogor Barat 618,40 2.502,14 - 153,81 10,65 3.285 Tanah Sareal 530,85 1.321,91 - 31,24 - 1.884 Jumlah 1.763,94 8.091,27 1.109,89 764,96 119,94 11.850 *Sumber : Data pokok pembangunan Kota Bogor tahun 2004

Secara topografis, bentang alam dan relief wilayah perencanaan

merupakan medan yang relatif datar, landai dan beberapa kawasan yang curam,

terutama pada wilayah-wilayah yang dilalui oleh perairan alami Sungai Ciliwung

dan Sungai Cisadane. Kemiringan yang agak curam berada di sekitar Jalan H.

Soleh Iskandar tepatnya di daerah underpass rel kereta api. Topografi relatif datar

di beberapa wilayah studi seperti di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.

Soleh Iskandar menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase

sehingga menyebabkan genangan-genangan air ke badan jalan terutama saat

musim hujan. Tidak hanya itu drainase yang seharusnya berfungsi mengalirkan air

memiliki keadaan struktur yang sebagian besar telah rusak, banyak timbunan

sampah dan pasir, beralih fungsi dan ada sebagian jalan yang tidak memiliki

saluran drainase (Gambar 9).

36  

Gambar 9. Kondisi Drainase

Terdapat aliran sungai di sekitar daerah studi yaitu Sungai Ciliwung dan

Sungai Cisadane. Kedua sungai tersebut tepat dilintasi oleh jalur Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Pada masing-masing sungai yang

dilewati dibangun jembatan. Sungai-sungai tersebut digunakan untuk kegiatan

diantaranya untuk mengairi persawahan disekitarnya.

Gambar 10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi

37  

Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang banyak ditemui di sepanjang jalan merupakan hasil

penanaman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor. Vegetasi tersebut

dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu vegetasi alami dan vegetasi buatan.

Vegetasi alami adalah vegetasi yang secara eksisting memang sudah ada pada

tapak. Vegetasi buatan adalah vegetasi yang sengaja ditanam di sekitar jalan

(median dan jalur hijau) oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor. Jenis-jenis vegetasi

yang ditemukan pada lokasi studi disajikan pada Tabel 7.

Jenis vegetasi yang diperlukan untuk lanskap jalan adalah vegetasi yang

dapat berfungsi sebagai penahan polusi baik itu polusi udara, suara maupun

aroma. Selain fungsinya sebagai peneduh, pengarah, pemberi identitas maupun

penambah estetika bagi jalan. Dalam perencanaan pedestrian hijau di sepanjang

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar akan dilakukan

pemilihan dan pengaturan vegetasi jalan yang sesuai dengan kondisi tapak yang

berada di sekitar kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Tabel 7. Vegetasi di Area Studi Pengamatan Keterangan

Spesies • Mahoni (Swietenia mahogani)

• Bungur (Lagerstromia loudonii)

• Kenari (Canarium hirsutum)

• Palem putri (Veitchia merillii)

• Palem raja (Roystonea regia)

• Rumput gajah/paetan (Axonopus compressus)

• Glodokan tiang (Polyalthia longifolia)

• Kayu manis (Cinnamomum burmanii)

Lokasi Median jalan dan jalur hijau jalan

Fungsi • Sebagai pengarah

• Sebagai peneduh jalan

• Pembatas antar jalan dan pedestrian

• Penutup permukaan tanah

*Sumber : Pengamatan di lapang

38  

Gambar 11. Vegetasi di Area Studi

Satwa merupakan kelompok konsumen yang hidupnya sangat bergantung

pada produsen, namun juga memegang peranan penting dalam kelangsungan

hidup dari produsennya tersebut. Dari hasil studi ditemukan beberapa jenis satwa

seperti yang ditampilkan pada Tabel 8. Keberadaan satwa memberikan nuansa

tersendiri pada lanskap jalan, sehingga sedapat mungkin dalam merencana

pedestrian hijau nantinya tetap dapat mengakomodasi kelangsungan hidup

mereka.

Tabel 8. Satwa di Area Studi Pengamatan Keterangan

Spesies Burung, Jangkrik, Nyamuk, Lalat, Kumbang, Kupu-kupu, Semut, Anjing, Ayam, Kucing dan lain-lain.

Lokasi Sepanjang jalan, pedestrian dan di vegetasi Fungsi Sebagai binatang peliharaan warga sekitar dan binatang liar

*Sumber : Pengamatan di lapangan

39  

Utilitas

Sarana utilitas yang ada di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan

Jalan H. Soleh Iskandar berupa listrik (PLN), jaringan komunikasi (Telkom), air

bersih (PDAM Kota Bogor) dan saluran drainase berupa saluran buangan limbah

dan sungai sebagai drainase makro Kota Bogor. Secara umum kondisi utilitas

berfungsi dengan baik, struktur rusak ringan sampai berat serta kurang perawatan.

Gambar 12. Gardu Saluran Listrik

Gambar 13. Sarana Utilitas

Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan

Berdasarkan pengamatan di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

dan Jalan H. Soleh Iskandar dapat dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu

penerangan jalan, lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas yang tersebar di

sepanjang daerah studi. Sedangkan untuk perlengkapan jalan lainnya seperti

tempat sampah, halte, telpon umum, zebra cross dan lain sebagainya seperti yang

disajikan pada Tabel 9.

40  

Tabel 9. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan

No Jenis Jumlah Satuan Kondisi 1 Halte

20 Buah Berada di sepanjang jalur hijau jalan. Kondisi

struktur halte baik namun keadaannya kotor dan gelap.

2 Jembatan 4 Buah Struktur jembatan baik, apabila hujan kondisi jembatan tergenang air.

3 Lampu Jalan

160

Buah Berada di sepanjang median jalan. Secara fisik lampu jalan dalam komdisi baik, hanya beberapa saja yang rusak. Namun fungsi dimalam hari kurang karena sebagian lampu padam.

4 Lampu lalu lintas 7

Buah Terdapat di setiap pertigaan dan persinpangan. Berfungsi dengan baik hanya saja dari segi penampilan kurang menarik.

5 Fire hydrant

3

Buah Terdapat di jalur hijau tepatnya di depan tempat parkir mobil pemadam kebakaran di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh. Kondisi struktur rusak, tidak berfungsi serta jumlah sangat kurang.

6 Gardu polisi 3 Buah Struktur dan fungsi berjalan baik. 7 Tempat sampah

3

Buah Struktur tempat sampah rusak dan tidak berfungsi dengan baik untuk menampung sampah sementara bagi pengguna jalan, serta jumlah tempat sampah sangat kurang.

8 Telepon umum 5 Buah Kondisi struktur baik, ada sebagian telpon yang tidak berfungsi.

9 Kotak surat

1

Buah Terdapat di Jalan H. Soleh Iskandar tepatnya di samping pusat perbelanjaan Yogya, kondisi struktur baik namun tidak lagi digunakan masyarakat sekitar.

10 Rambu lalu lintas 58 Buah Struktur dan fungsi baik namun jumlah rambu-rambu kurang.

11 Penunjuk arah 9 Buah Terdapat di jalur persimpangan dan di underpass dan dalam kondisi baik.

*Sumber : Pengamatan di Lapang 

   

   

Gambar 14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan

41  

Dimensi Jalan

Pada kawasan studi yaitu di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.

Soleh Iskandar memiliki lebar jalur kendaraan 14 meter yang digunakan untuk

masing-masing dua jalur kendaraan dengan dua arah. Lebar pedestrian di kawasan

studi berbeda-beda mulai dari tidak memiliki pedestrian sampai pedestrian selebar

1,5 meter. Median jalan pada kedua jalan ini mulai dari 1 meter sampai 3 meter,

jalur hijau yang berada di sisi kedua jalan dengan lebar 1 meter sampai 2,5 meter.

Sistem drainase yang ada pada tapak terdapat dua jenis yaitu sistem terbuka dan

tertutup dengan lebar 0,5 meter sampai 1,5 meter (Gambar 13 & 14).

Tabel 10. Dimensi Jalan Pada Setiap segmen

Segmen Jalur kendaraan

Pedestrian Median Jalur hijau Drainase

Utara (A) 14 m 1 m 3 m 1 m Terbuka (0,5 m) Tengah (B) 14 m 1,5 m 2 m 2,5 m Tertutup (1,5 m) Selatan (C) 14 m Tidak ada 1 m 2 m Terbuka (1 m)

*Sumber : Pengukuran di Lapang

*Sumber : http://maps.google.co.id

Gambar 15. Peta Dasar Lokasi Studi

C AB

41  

TANPA SKALA

42

POTONGAN A

16

42  

TANPA SKALA 43

POTONGAN B

17

43  

TANPA SKALA 44

POTONGAN C

18

45  

Kondisi Visual Tapak

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh memiliki topografi yang beragam mulai

dari topografi datar, landai dan sedikit curam. Keadaan topografi yang beragam

tersebut memberikan nilai visual yang beragam di sepanjang Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh. Keragaman visual terbagi atas pemandangan yang menarik

(good view) dan pemandangan yang tidak menarik (bad view). Pemandangan yang

menarik diantaranya pemandangan sungai, sawah yang membentang dan

pemandangan keindahan Gunung Salak, sedangkan pemandangan yang tidak

menarik seperti ketidakteraturan pedagang di sepanjang jalan, banyaknya

kendaraan yang berhenti di sepanjang jalan serta tumpukan sampah

Gambar 19. Bad View (Tumpukan Sampah)

Gambar 20. Good View (Keindahan Sungai)

46  

PETA KONDISI VISUAL

21

47  

Pada Jalan H. Soleh Iskandar memiliki topografi yang relatif datar dan

hanya sebagian jalan yang memiliki topografi curam. Pemandangan di sepanjang

Jalan H. Soleh Iskandar didominasi oleh pertokoan saja sehingga menimbulkan

kesan yang monoton.

Gambar 22. Pertokoan

Jenis tanaman yang ditanam di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

dan Jalan H. Soleh Iskandar didominasi oleh pohon yang diantaranya Mahoni

(Swietenia mahogani), Kenari (Canarium hirsutum), Bungur (Lagerstromia

loudonii), Palem Raja (Roystonea regia) dan Palem Putri (Veitchia merillii),

sedangkan semak dan tanaman penutup tanah tidak banyak terdapat disepanjang

jalan ini. Keadaan tanaman yang sangat tidak terawat membuat tanaman tidak

terlihat estetik untuk dinikmati oleh pengguna jalan yang mengakibatkan suasana

jalan terasa monoton dan membosankan. Tanaman yang ditanam di sepanjang

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar berfungsi sebagai

pengarah dan peneduh.

Gambar 23. Tanaman yang Tidak Terawat

48  

Struktur bangunan yang terdapat di sisi kanan dan kiri jalan didominasi

oleh pertokoan, tidak terdapat struktur bangunan yang unik dan menarik perhatian

pengguna jalan. Tidak hanya struktur bangunan di sekitar jalan saja yang bersifat

monoton struktur fasilitas penunjang jalan juga tidak memiliki keunikan dan daya

tarik, apalagi yang memperlihatkan keistimewaan dan perbedaan jalan tersebut

dengan jalan lain yang ada di sekitarnya.

Jalur Pejalan Kaki

Lebar pedestrian/jalur pejalan kaki bervariasi di beberapa lokasi, mulai

dari tidak ada pedestrian sampai 1,5 meter. Material berupa konblok berbentuk

persegi, kondisi mulai dari baik hingga ada beberapa bagian yang rusak, hancur,

bergelombang dan tidak terdapat pedestrian. Lebar pedestrian yang terlalu sempit

memberikan ketidaknyamanan dalam berjalan kaki, terutama jika berpapasan dari

arah berlawanan.

Gambar 24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

Gambar 25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar

Selain itu, di beberapa tempat ditemui adanya penggunaan yang salah dari

fungsi pedestrian sebagai jalur pejalan kaki misalnya pedestrian dijadikan tempat

berjualan, tempat penimbunan barang dan area parkir kendaraan.

49  

Gambar 26. Penggunaan Pedestrian yang Salah

Tata Guna Lahan

Lokasi studi yang berada di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

dan Jalan H. Soleh Iskandar digunakan untuk area perdagangan barang dan jasa,

pelayanan umum untuk masyarakat dan sebagai area permukiman penduduk.

Gambar 27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)

Gambar 28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)

50  

Gambar 29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)

Gambar 30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)

Aspek Sosial

Pengguna Potensial

Pengguna jalan yang potensial di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan

Jalan H. Soleh Iskandar adalah masyarakat yang tinggal di permukiman di sekitar

jalan tersebut, seperti Perumahan Taman Yasmin, Perumahan Bukit Cimanggu

City dan beberapa perumahan penduduk lainnya. Selain itu jalan ini juga

digunakan oleh warga Kota Bogor yang melakukan perjalanan baik ke dalam

maupun ke luar Kota Bogor.

Berdasarkan hasil kuisioner pemakai jalan ini terdiri dari berbagai

kelompok usia mulai dari 7-12 tahun sebanyak 6,67%, 13-19 tahun sebanyak

13,33%, 20-24 tahun sebanyak 23,33%, 25-55 tahun sebanyak 50% dan diatas 55

tahun sebanyak 6,67% serta berbagai jenis pekerjaan seperti pelajar/mahasiswa

sebanyak 30%, pegawai sebanyak 40%, wiraswasta sebanyak 6,67%, pedagang

51  

sebanyak 16,67% dan ibu rumah tangga sebanyak 6,67% dengan berbagai latar

belakang pendidikan seperti tamatan SD sebanyak 6,67%, tamatan SMA sebanyak

26,67%, tamatan akademi 16,67% dan tamatan perguruan tinggi sebanyak 50%.

Jenis kendaraan yang melintasi jalan ini terdiri dari kendaraan milik pribadi dan

kendaraan umum. Selain penggunaan oleh kendaraan, jalan ini juga dimanfaatkan

oleh pejalan kaki seperti berjalan menuju pusat perbelanjaan, sarana pendidikan,

rumah sakit dan fasilitas umum lainnya.

Gambar 31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar

dimanfaatkan sebagai jalan menuju Jakarta-Bogor, karena sebagian masyarakat

yang tinggal di sekitar kedua jalan ini bekerja di DKI Jakarta. Oleh karena itu, laju

komuter akan sangat tinggi khususnya pada hari kerja di pagi dan sore hari.

Perjalanan rutin setiap harinya akan mengakibatkan kelelahan dan kejenuhan

sehingga perlu penataan lanskap jalan yang memberi efek rekreasi atau

menyenangkan untuk melepas lelah sehabis bekerja. Selain itu juga menciptakan

kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas.

Gambar 32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan

52  

Selain pengguna kendaraan dan pejalan kaki pengguna potensial yang

sangat terlihat adalah pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapak mereka di

sepanjang jalur pedestrian baik di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.

Soleh Iskandar. Para pedagang menggunakan jalur pedestrian untuk berjualan

dikarenakan tidak tersedia tempat yang memadai untuk mereka berjualan. Hal ini

tentu saja sangat mengganggu pengguna pedestrian yaitu pejalan kaki untuk

berjalan dengan nyaman.

Gambar 33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Kebiasaan Masyarakat

Kebiasaan masyarakat yang umumnya terdapat di sekitar Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah memiliki sifat konsumtif

sehingga membuat para pedagang memburu tempat untuk berjualan di sekitar

jalan tersebut sehingga mengakibatkan pedagang banyak yang menggunakan

pedestrian untuk tempat mereka berjualan. Kebiasaan buruk lainnya adalah

kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga membuat daerah

sepanjang jalan terlihat kotor, terdapat pula aksi mencoret-coret dan merusak

fasilitas umum yang ada di sekitar jalan serta kebiasaan pengguna jalan yang tidak

mematuhi peraturan lalu lintas. Kebiasaan buruk ini menambah ketidaknyamanan

bagi para pengguna jalan.

53  

Gambar 34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat

Persepsi Masyarakat

Guna mengetahui persepsi masyarakat mengenai kondisi yang ada di

sekitar Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dilakukan

penyebaran 30 kuisioner. Kondisi jalur sirkulasi kendaraan pada lokasi studi

dalam keadaan baik (76,67%), kondisi jalur pejalan kaki dalam keadaan sangat

buruk (50%). Menurut persepsi masyarakat terik sinar matahari ketika berjalan di

kedua jalan ini sangat terik (60%), keamanan dan keselamatan selama berada di

jalan ini dinilai sedang (56,67% dan 66,67%).

Keadaan sekitar jalan seperti pemandangan dan kebersihan jalan dinilai

masyarakat sedang (76,67% dan 56,67%). Kurangnya penataan tanaman di

sepanjang jalan (43,33%) tidak lupu dari perhatian pengguna jalan. Fasilitas

pelayanan pengguna jalan seperti lebar pedestrian dinilai sedang (80%), dengan

fasilitas lampu penerangan yang sangat kurang (90%), peletakan rambu

peringatan dan papan informasi yang yidak tepat (63,33% dan 70%). Selain itu,

fasilitas jalan seperti telepon umu dinilai sangat kurang (90%) terdapat di jalan ini.

Keberadaan halte menurut pengguna telah memadai (46,67%). Kenyamanan

pengguna jalan khususnya pejalan kaki sangat terganggu (56,67%) oleh

keberadaan pedagang kaki lima yang memanfaatkan pedestrian untuk berjualan.

54  

Keinginan Masyarakat

Guna mengetahui keinginan masyarakat di sekitar jalan dan pengguna

jalan serta partisipasi yang dilakukan terhadap keberadaan jalan ini, maka

dilaksanakan penyebaran kuisioner kepada 30 orang yang terdiri dari 20 orang

yang mewakili masyarakat dan pengguna jalan serta 10 orang yang mewakili

instansi terkait.

Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa dominan masyarakat dan

pengguna menghendaki fasilitas atau perabot jalan seperti tempat sampah, lampu

penerangan pejalan kaki, telepon umum, drainase, halte, jalur hijau dan utilitas

dengan model yang modern dalam berbagai bentuk yang bervariasi. Oleh karena

itu akan diupayakan rencana fasilitas yang mampu mengakomodasikan keinginan

tersebut namun tetap sesuai dengan kondisi tapak.

Fasilitas-fasilitas yang dikehendaki masyarakat tersebut umumnya telah

ada namun dengan jumlah yang sangat sedikit. Tidak berfungsinya penerangan

sangat berpengaruh terhadap penggunaan di malam hari. Kurangnya penerangan

pada jalur pedestrian dapat menimbulkan kerawanan kejahatan, tidak adanya

tempat sampah akan mendukung kebiasaan buruk membuang sampah

sembarangan, yang pada akhirnya mengurangi kenyamanan pengguna jalan.

Keberadaan fasilitas tersebut akan mendukung fungsi jalan sebagai sarana

pelayanan masyarakat.

Aspek Teknik

Pemeliharaan Lanskap Jalan

Pemeliharaan lanskap merupakan aspek penting yang harus dilakukan

apabila menginginkan keberlanjutan. Dalam pemeliharaan lanskap jalan ditangani

oleh pihak Dinas Pertamanan Kota Bogor yang mengeluarkan dana tidak sedikit

disetiap bulannya. Sehingga dalam melakukan perancangan dan penataan

lanskapnya perlu diperhatikan agar dalam pelaksanaannya tidak melebihi

anggaran yang tersedia.

55  

Yang termasuk dalam cakupan pemeliharaan lanskap Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah tanaman jalur tepi jalan,

median jalan dan taman-taman yang ada di sepanjang jalan. Pemeliharaan di

median dan jalur hijau dikiri dan kanan jalan dilakukan secara rutin harian.

Kegiatan pemeliharaan dapat terbagi tiga kelompok yaitu penyiraman setiap hari;

pemupukan dan penyulaman per 3 bulan; pengairan, pemangkasan dan

pembabatan setiap hari.

Pada lokasi studi pemeliharaan lanskap di kedua jalan tidak dilakukan,

sehingga dapat dipastikan kondisi tanaman-tanaman yang ada sangat tidak

terawat, tumpukan sampah tersebar dimana-mana karena tidak ada petugas

kebersihan di sekitar jalan.

56  

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili

kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian

dicari solusinya sebagai landasan dalam Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan

KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar.

Sejarah dan Konsep Pengembangan

Perkembangan suatu kota sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana

yang tersedia untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintahan.

Sarana transportasi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi

kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut. Keberadaan Kota Bogor berdekatan

dengan Jakarta mengakibatkan perkembangannya menjadi sangat pesat. Posisi

strategis ini memerlukan kesiapan Kota Bogor untuk menerima limpahan aktivitas

masyarakat Jakarta serta arus penduduk Jakarta untuk tinggal di Kota Bogor.

Adanya arus penduduk yang sangat pesat serta kegiatan perekonomian yang

berkembang membutuhkan tersedianya prasarana transportasi yang memadai.

Pemerintah Kota Bogor merencanakan pengembangan jalan-jalan di

daerah Bogor sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun

1999-2009. Salah satu kegiatan tersebut adalah untuk menghijaukan di sekitar

kanan dan kiri jalan; pada yang memiliki lereng-lereng yang sangat miring

dianjurkan ditanami dengan tanaman yang berakar kuat dan tidak mempunyai

perakaran yang besar di permukaan tanah; mudah tumbuh pada tanah padat; tahan

terhadap hembusan angin yang kuat; batang/dahan/ranting tidak mudah patah;

pohon tidak mudah tumbang; tidak memiliki buah yang terlalu besar; mempunyai

serasah yang sedikit; tahan terhadap pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan

bermotor; mudah sembuh bila terjadi luka akibat benturan kendaraan; cukup teduh

tetapi tidak terlalu gelap; daun, bunga, buah, batang dan percabangan secara

keseluruhan indah; berumur panjang; memiliki laju pertumbuhan yang cepat serta

tahan terhadap hama dan penyakit.

57  

Perencanaan jalur pedestrian di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin

Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar bertujuan sebagai berikut :

a. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pejalan kaki yang melintasi kedua

jalan tersebut.

b. Memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki sehingga dapat

berpindah tempat melakukan aktivitas sehari-hari.

c. Menata tata ruang daerah melalui perbaikan dan pengembangan sarana dan

prasarana transportasi.

Berdasarkan tujuan tersebut perencanaan jalur pedestrian hijau pada

lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai

penghubung wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, maka diperlukan suatu

pererencanaan lanskap jalan berupa konsep penataan lanskap sekitar jalan

sehingga didapatkan jalan yang dapat memberi kenyamanan, kesenangan dan

identitas tersendiri bagi pengguna dan masyarakat sekitar khususnya dan juga bagi

warga Bogor pada umumnya.

Lokasi dan Orientasi Tapak

Pembangunan daerah yang dilaksanakan pada saat ini maupun yang akan

datang merupakan kesinambungan dari rangkaian program pembangunan

sebelumnya. Pembangunan yang tidak terkendali tanpa mengindahkan rencana

tata ruang akan mengakibatkan permasalahan komplek di masa datang. Dalam

rangka mewujudkan visi dan merealisasikan misi pembangunan Kota Bogor,

beberapa rencana tata ruang dan program kegiatan pembangunan telah dilakukan.

Dibidang pembangunan fisik dan tata ruang antara lain adalah di bidang

perhubungan dan kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh

Iskandar termasuk ke dalam wilayah pengembangan Kota Bogor dengan arahan

fungsi kegiatan untuk perumahan, perdagangan barang dan jasa komersial.

Bentuk tapak adalah berupa koridor/strip dimana di dalamnya terjadi

pergerakan dan sirkulasi yang cukup tinggi. Lokasi tapak sebagai penghubung

wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dengan tingkat aktivitas perdagangan

58  

dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup

strategis untuk dikembangkan. Maka diperlukan suatu perencanaan lanskap jalan

agar didapat jalan yang memiliki identitas dan karakter yang kuat.

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar berada pada

daerah kepemilikan lahan Pemerintah Kota Bogor, kepemilikan lahan Pemerintah

Kabupaten Bogor dan masyarakat, sehingga pembangunan rancangan lanskap

nantinya Pemerintah Kota Bogor harus melakukan pertemuan dengan pihak-pihak

tersebut agar tidak mengalami kesulitan kedepannya.

Suatu kawasan dengan orientasi yang baik adalah kawasan yang dengan

mudah dapat dikenali dan diingat oleh manusia penggunanya, baik itu melalui

karakter bangunan, suasana ataupun dari karakter lanskapnya. Orientasi kawasan

sangat dipengaruhi oleh fungsi kawasan dalam hal ini kawasan linear Jalan KH.

Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai kawasan perdagangan

barang dan jasa. Sehingga kawasan ini harus mampu menampilkan karakternya

melalui penataan lanskap sekitar jalan.

Salah satu permasalahan perkotaan yang terdapat di lokasi studi adalah

tidak adanya penataan bagi kegiatan informal seperti pedagang kali lima. Saat ini

keberadaan pedagang kaki lima dapat dilihat di sepanjang ruas kedua jalan lokasi

studi. Hal ini jika di biarkan akan menimbulkan kesemrawutan wajah kota dan

akan menimbulkan gangguan sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang

melintas, sehingga perlu diupayakan penertiban dan pengalokasian pedagang kaki

lima ke tempat yang lebih sesuai dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.

Struktur Kegiatan

Kawasan ini berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor akan

dikembangkan sebagai kawasan ruko, rukan, permukiman dan superblok yaitu

kawasan hunian dan komersial dalam satu struktur bangunan yang sama dan

dibuat pada kondisi vertikal dengan pembagian ruang lantai bawah untuk

komersial sedangkan lantai atas untuk hunian. Dari sini dapat dilihat bahwa

Pemerintah Kota Bogor lebih berorientasi ekonomi tanpa melihat keinginan dan

kebutuhan masyarakatnya yang juga membutuhkan ruang untuk kenyamanan dan

59  

rekreasi. Rekreasi tersebut dapat berupa olahraga, berjalan-jalan, melihat

pemandangan atau bercengkrama bersama.

Untuk memudahkan dalam menganalisis lebih detail pada kawasan jalur

pedestrian ini akan dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan

selatan.

Tabel 11. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen

Segmen Analisis Pemecahan Masalah

Utara (Jalan H. Soleh

Iskandar)

Pada segmen ini terdapat

banyak bangunan yang

digunakan untuk perdagangan

dan jasa. Pada sisi kiri dan

kanan jalan jalur pedestrian

dimanfaatkan pedagang kaki

lima, tempat meletakkan

produk-produk toko dan lahan

parkir kendaraan sehingga

mengganggu pejalan kaki. Menyediakan tempat untuk

aktivitas ekonomi dan

mengalokasikan PKL agar

lebih tertata rapi dan membuat

aturan-aturan yang tegas untuk

dapat dipatuhi oleh semua

pengguna tapak.

Tengah (Pertigaan Jalan H.

Soleh Iskandar-persimpangan

semplak)

Pada segmen ini terdapat

banyak bangunan yang

digunakan sebagai pemukiman

penduduk kepadatan tinggi.

Aktivitas perdagangan seperti

penjual makanan banyak

terdapat di badan jalan dan

jalur hijau.

Selatan (Persimpangan

semplak-pertigaan Jalan Raya

Dramaga)

Aktivitas dan perdagangan

banyak terdapat di segmen ini.

Bentuk bangunan yang banyak

terdapat di segmen ini adalah

bangunan berlantai satu.

Pedagang kaki lima banyak

terdapat di pedestrian.

60  

Sesuai dengan peraturan daerah masyarakat seharusnya dapat menikmati

dan memanfaatkan ruang berserta sumberdaya alam yang terkandung di

dalamnya, menikmati manfaat ruang berupa manfaat ekonomi, sosial dan

lingkungan dilaksanakan atas dasar kepemilikan, penguasaan atau pemberian hak

tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan

kebiasaan yang berlaku. Untuk itu perlu pengaturan ruang untuk berbagai aktivitas

yang dapat dilakukan di tapak misalnya melalui pembuatan taman kota atau taman

lingkungan sebagai sarana masyarakat beraktivitas dan penyediaan tempat bagi

aktivitas ekonomi seperti kios-kios, dengan pembuatan aturan-aturan khusus yang

harus dipatuhi.

Aspek Fisik dan Biofisik

Sumberdaya yang terdapat di tapak merupakan faktor penting dalam

pengembangan rencana pedestrian hijau. Sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan

sehingga dapat memberi kenyamanan dan pelayanan bagi pengguna jalan.

Kenyamanan itu sendiri meliputi kenyamanan fisik, visual, dan sosial.

Kenyamanan fisik misalnya menyangkut pada iklim yang sesuai dan kondisi

sarana dan prasarana yang baik. Kemudian kenyamanan visual adalah

kenyamanan penglihatan yang diperoleh dari view atau pemandangan indah di

sekitar jalan, ini terkait juga dengan estetika lanskap jalan. Sedangkan

kenyamanan sosial merupakan kenyamanan yang diperoleh melalui rasa aman,

terhindar dari berbagai bentuk kejahatan dan kenyamanan bersosialisasi.

Iklim

Berdasarkan data iklim dari Badan Perencana Daerah Kota Bogor

diperoleh bahwa suhu udara tahunan 26oC – 34oC dan kelembaban 70%. Suhu

yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan penggunaan naungan baik dengan

penanaman vegetasi ataupun pembangunan stuktur naungan.

Curah hujan tahunan pada kawasan studi sekitar 3.000 - 4.000 mm/tahun

dengan fluktuasi curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada

bulan September. Curah hujan yang cukup merupakan potensi terhadap

ketersediaan air bagi perairan maupun air tanah dan mendukung untuk tumbuh

61  

kembangnya vegetasi. Curah hujan yang tergolong tinggi dapat juga menjadi

kendala dalam hal peresapan air ke dalam tanah dan aliran drainase. Di beberapa

tempat pada tapak terutama di bagian jalan dengan kemiringan yang cukup curam

akan menimbulkan limpahan aliran air hujan yang cukup banyak. Untuk itu

diperlukan sistem drainase yang baik dan sesuai dengan topografi yang ada.

Alternatif pemecahan masalah yang dapat direncanakan pada tapak ini

adalah penggunaan struktur perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat menyerap

air atau porous sehingga air di atasnya mudah terserap, penanaman vegetasi yang

berfungsi sebagai penahan erosi dan run off, dan merancang sistem drainase yang

baik. Fasilitas peneduh sebagai pelindung saat hujan juga dapat disediakan.

Intensitas penyinaran matahari pada kawasan ini dengan fluktuasi tertinggi

pada bulan September dan terendah pada bulan Februari. Intensitas penyinaran

yang cukup akan mendukung pertumbuhan vegetasi dengan baik. Namun jika

berlebihan akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna

jalan.

Vegetasi seperti pohon, semak/perdu, penutup tanah, dan rumput

menghasilkan bayangan yang dapat digunakan untuk mengurangi radiasi matahari

baik secara langsung atau yang dipantulkan oleh bangunan. Elemen lanskap yang

digunakan pada tapak sebaiknya menggunakan warna-warna yang tidak

memantulkan cahaya, antara lain biru, abu-abu, atau cokelat.

Kecepatan angin rata-rata adalah 2,3 Km/Jam. Angin mempunyai peran

penting dalam menciptakan kenyamanan pada tapak akibatnya teriknya matahari

dan belum adanya naungan yang mencukupi menyebabkan ketidaknyamanan bagi

pengguna khususnya pejalan kaki. Namun dengan adanya angin yang sedikit

kencang dapat memberikan kenyamanan. Kecepatan angin akan berpengaruh pula

bagi masyarakat sekitar jalan yaitu debu yang bertebangan membawa polusi udara

terutama pada musim kemarau.

Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya

faktor iklim. Tingkat kecelakaan tersebut dapat ditekan dengan menciptakan

kondisi sedemikian rupa agar pengendara merasa aman dan nyaman selama

62  

perjalanan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penataan

lanskap jalan dengan mengembangkan potensi dan mengurangi kendala pada

unsur-unsur iklim yang tidak menguntungkan pada tapak.

Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu,

radiasi matahari, angin, dan kelembaban udara. Misalnya penanaman vegetasi

pada sisi-sisi dan median jalan selain dapat menciptakan iklim mikro yang

nyaman juga menciptakan efek bayangan sehingga dapat mengurangi silau pada

siang hari.

Faktor kelembaban tidak terlalu berpengaruh langsung bagi pengendara

karena mereka berada dalam kendaraan yang sedang melaju cepat dan sebagian

besar dilengkapi AC. Kelembaban justru berpengaruh terhadap pejalan kaki dan

masyarakat sekitar. Kelembaban udara pada kawasan sekitar 70%. Oleh sebab itu

diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kenyamanan pada tapak. Keadaan ini

perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal dan

mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna merasa nyaman seperti

memanfaatkan angin, seperti melalui peletakan vegetasi yang tidak menghalangi

jalan angin.

Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk mempertahankan

suhu yang ideal dan membuat tapak menjadi nyaman adalah air karena air dapat

berdampak pada penurunan suhu melalui proses penguapan sehingga dapat

memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada di sekitarnya.

Oleh karena itu, badan air yang ada di tapak seperti sungai dipertahankan dan

dirawat keberadaannya.

Bentukan Lahan

Tapak pada lokasi studi merupakan tapak dengan kondisi lahan yang datar,

landai dan curam. Kondisi ini memberikan keunikan tersendiri bagi lanskap di

sekitarnya. Topografi yang relatif datar memberikan aspek visual yang kurang

menarik dan memberi kesan monoton yang dapat menyebabkan kejenuhan bagi

pengguna jalan. Namun kondisi ini juga berpotensi untuk dikembangkan dan

ditingkatkan nilainya melalui penanaman vegetasi, dimana pada daerah yang

63  

relatif datar lebih mudah dilakukan, dan juga melakukan penataan kawasan berupa

bangunan perkerasan dengan desain yang menarik. Untuk menghilangkan kesan

monoton dilakukan penanaman vegetasi secara dinamis baik dari pemilihan jenis

tanaman maupun bentuk-bentuk penanaman.

Topografi yang relatif datar di wilayah studi menjadi kendala dalam

terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan-genangan air

ke badan jalan terutama saat musim hujan. Kondisi ini dapat diatasi dengan

pembuatan sistem drainase terpadu dengan dilakukan kontrol pada inlet dan outlet

secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan, baik akibat sedimentasi

maupun kotoran akibat bawaan aliran air.

Pada bagian tapak yang datar ditemui adanya genangan air sehabis hujan

karena banyaknya limpahan air hujan dan tidak berfungsinya saluran drainase

dengan baik akibat struktur drainase rusak dan tertimbun serta dipenuhi sampah.

Perlu pembuatan drainase dengan kemiringan yang sesuai agar limpahan air dapat

mengalir lancar.

Vegetasi Jalan

Keberadaan vegetasi pada lanskap jalan memberikan kegunaan lebih,

terutama jika dilihat dari masalah polusi baik itu polusi udara, suara dan aroma.

Daerah sisi jalan mempunyai banyak lahan kosong sehingga berpotensi

sebagai pengembangan kawasan dan menjadikannya good view. Lebar daerah

penanaman untuk sisi jalan bervariasi hingga 1-2,5 meter. Ukuran tersebut kurang

mencukupi apabila ingin dilakukan penanaman pohon. Karena akar pohon yang

relatif besar dapat merusak struktur perkerasan yang berda di sampingnya. Untuk

itu perlu dilakukan pelebaran media tanam minimal 3 meter apabila ingin

dilakukan penanaman pohon atau ukuran tetap namun dengan jenis tanaman yang

disesuaikan dengan luasan tersebut. Hal ini bertujuan demi keselamatan

pengendara kendaraan dan tumbuh kembang tanaman.

Daerah median di lokasi studi bervariasi mulai dari lebar 1-3 meter. Pada

lokasi studi dengan lebar median yang relatif sempit maka vegetasi yang sesuai

64  

ditanam semak pendek/rumput dengan masa daun padat dan ketinggian tidak lebih

dari 1,1 meter terutama pada daerah persimpangan, karena rata-rata pandangan

pengendara dalam kendaraan adalah 1,1 meter. Tanaman ditanam rapat agar dapat

menahan silau lampu kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Untuk daerah

median pada tapak yang relatif luas dapat ditanami pohon dengan kombinasi

semak pendek dan rumput agar lebih memberi kesan menarik dan berfungsi

sebagai pengarah.

Area persimpangan dan jembatan merupakan area dengan tingkat polusi

tinggi karena pada daerah ini kendaraan bergerak melambat sehingga gas buangan

dari pembakaran terakumulasi di daerah ini. Untuk itu pemilihan tanaman yang

toleran terhadap kondisi tersebut.

Sarana dan Prasarana Jalan

Pada lokasi studi sarana dan prasarana jalan beberapa telah tersedia

namun, sebagian besar dalam kondisi yang rusak dan tidak dapat difungsikan lagi,

seperti halnya jumlah tempat penyeberangan (zebra cross) belum mencukupi

untuk mengakomodasi masyarakat sekitar jalan yang akan melintasi jalan karena

hanya ada di beberapa kawasan saja. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk

menyebrang pada tempatnya akan berdampak pada keselamatan mereka dan

pengguna jalan dan juga merusak tanaman yang ada di median jalan.

Secara umum saluran drainase telah tersedia terletak di samping pedestrian

berupa saluran terbuka. Hal ini yang menyebabkan kurang berfungsinya saluran

akibat tertimbun sampah dan struktur rusak. Akibatnya adalah timbulnya

genangan pada badan jalan khususnya pada daerah cekungan. Perbaikan dan

pemeliharaan drainase sangatlah penting demi keberlanjutan jalan tersebut.

Rambu-rambu lalu lintas dan lampu jalan merupakan fasilitas sangat

penting. Tidak adanya lampu penerangan di jalur pedestrian sangat berbahaya

bagi pejalan kaki dimalam hari. Penambahan fasilitas rambu-rambu lalu lintas dan

penerangan jalan sangat membantu guna mendukung kelancaran dan keamanan

berlalu lintas sekaligus memberi kenyamanan.

65  

Pedestrian

Pedestrian yang terdapat pada lokasi studi bervariasi mulai dari tidak

memiliki pedestrian sampai pedestrian selebar 1,5 meter, untuk memudahkan

dalam menganalisis pedestrian dibagi men jadi tiga segmen. Berikut tabel analisis

pedestrian di setiap segmen.

Tabel 12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen Segmen Analisis Pemecahan Masalah

Utara (Jalan H. Soleh

Iskandar)

Pada segmen ini terdapat

pedestrian dengan lebar 1

meter. Pengguna pedestrian

ramai terutama pada siang

hari. Pada sisi kiri dan kanan

jalan jalur pedestrian

dimanfaatkan pedagang kaki

lima, tempat meletakkan

produk-produk toko dan lahan

parkir kendaraan sehingga

mengganggu pejalan kaki.

Kondisi struktur pedestrian

baik.

Perlu pelebaran pedestrian

menjadi 1,8 meter, serta

pembuatan ramp untuk

kemudahan bagi penyandang

cacat, serta penambahan jalur

sepeda selebar 2,2 meter.

Tengah (Pertigaan Jalan H.

Soleh Iskandar-persimpangan

semplak)

Pada segmen ini terdapat

pedestrian dengan lebar 1,5

meter. Pengguna pedestrian

ramai terutama pada siang

hari. Kondisi struktur

pedestrian baik.

Selatan (Persimpangan

semplak-pertigaan Jalan Raya

Dramaga)

Pada segmen ini tidak terdapat

pedestrian, hal ini membuat

pejalan kaki berjalan di badan

jalan.

Perlu pembuatan pedestrian

selebar 1,8 meter, serta

pembuatan ramp untuk

kemudahan bagi penyandang

cacat, serta penambahan jalur

sepeda selebar 2,2 meter.

66  

Lebar pedestrian yang bervariasi mulai dari tidak ada pedestrian sampai

1,5 meter kurang memadai bila dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang

lebih senang berjalan bersama-sama, berjajar dan minimal berpasangan. Tidak

mengakomodasi bagi pejalan kaki yang cacat dan pengendara sepeda, serta tidak

memperhatikan segi keselamatan pejalan kaki untuk pedestrian dengan lebar

hanya 0,5 meter. Untuk itu perlu pelebaran pedestrian menjadi 1,8 meter, serta

pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan

jalur sepeda selebar 2,2 meter.

Aspek Sosial

Karakter Pengguna

Beragamnya pengguna jalan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan dari

berbagai tingkat sosial dan ekonomi memberikan karakter berbeda dalam hal

ketertiban berlalu lintas. Kebiasaan menyeberang di sembarang tempat,

membuang sampah sembarangan, timbulnya kios-kios liar, mengebut dan

sebagainya merupakan kebiasaan yang buruk dan harus diubah. Untuk itu

diperlukan perlengkapan sarana jalan dan penegakan aturan lalu lintas yang tegas

terhadap semua pengguna jalan. Melalui rencana lanskap jalan ini akan diberikan

ruang bagi pengguna jalan agar dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman serta

diharapkan dapat merubah perilaku pengguna menjadi lebih baik.

67  

Rangkuman Analisis

Data hasil inventarisasi dari berbagai faktor telah dianalisis permasalahan

dan kondisi yang ada, serta telah ditentukan pula pemecahan masalahnya. Berikut

disajikan rangkuman analisis yang telah dibahas sebelumnya berupa tabel agar

lebih mudah terlihat permasalahan dan alternatif pemecahan masalah yang ada di

lokasi studi

Tabel 13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap

No Unsur Lanskap Analisis Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan

Masalah

Alternatif Tindakan Potensi Kendala

1 Aksesibilitas dan Lokasi Tapak

Akses mudah dan kondisi jaringan jalan baik, jalan menghubungkan dua wilayah dengan tingkat kesibukan tinggi berpotensi dikembangkan sarana aktivitas masyarakat

Pedestrian kurang memadai untuk jalur pejalan kaki dan sepeda

Penentuan jaringan primer (kendaraan) dan sekunder (pejalan kaki), penentuan peruntukan kawasan

Pelebaran damija (pedestrian dan pengaman jalan) sesuai peruntukan kawasan

2 Geologi dan Jenis Tanah

Tidak peka sampai sedang erosi

Peka erosi, kesuburan tanah

Pengaturan penggunaan lahan kawasan, pengendalian erosi, peningkatan kesuburan tanah

Pembangunan struktur bangunan, penanaman vegetasi, penambah unsur hara

3 Hidrologi • Sumber air • Merupakan

drainase makro kota

• View bagi tapak

Mulai mengalami erosi dan kerusakan akibat aktivitas manusia

Membuat sempadan sungai dengan penggunaan vegetasi dan struktur penahan erosi, memberi bukaan sebagai vista

Menjaga dan melestrarikan keberadaan badan air

4 Topografi <15% >15 %

Tidak peka erosi,

stabil

Titik pandang yang baik Peka erosi

Pengembangan sarana dan prasarana dan aktivitas, memberikan bukaan pada titik-titik tertentu, pengendalian erosi, konservasi, cut and fill.

Pembangunan fasilitas, penanaman vegetasi, pembangunan struktur penahan

68  

No Unsur Lanskap Analisis Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan

Masalah

Alternatif Tindakan Potensi Kendala

5 Iklim • Suhu • Kelembaban • Curah Hujan • Intensitas

Cahaya

Mendukung tumbuh kembang vegetasi, ketersediaan air

Suhu tinggi Tinggi, kurang nyaman, bahaya erosi, limpahan air Tinggi

Dipertahankan Diperlukan penendalian pencegahan erosi,pembuatan sistem drainase, pengaturan penetrasi cahaya

Penataan vegetasi Pembangunan struktur bangunan, membuat bukaan, pembuatan sistem drainase yang sesuai, perkerasan

6 Vegetasi Beraneka ragam Belum berfungsi optimal, kurang menunjang untuk kenyamanan, penataan sesuai kondisi jalan masih kurang.

Mempertahankan dan meningkatkan jenis vegetasi untuk berbagai fungsi, pemilihan jenis sesuai fungsi.

Penanaman dan penataan sesuai fungsi dan kondisi tapak.

7 Tata guna lahan Digunakan sebagai tempat perdagangan barang dan jasa.

Perubahan fungsi lahan, sempadan sungai rentan kerusakan.

Penataan lanskap jalan yang sesuai untuk setiap penggunaan lahan dan lingkungan sekitar.

Alokasi ruang untuk masing-masing fungsi bagi pengguna tapak secara keseluruhan.

69  

SINTESIS

Rencana Program Ruang

Berdasarkan hasil analisis potensi dan kendala yang ada pada lokasi studi

maka fungsi yang ingin dikembangkan pada tapak adalah :

1. Fungsi kenyamanan

Lanskap yang ada memberikan rasa nyaman baik kepada pengguna jalan,

pengelola jalan maupun masyarakat sekitar jalan. Fungsi kenyamanan

yang dimaksud yaitu dengan menanam tanaman peneduh, memperbaiki

fisik jalan, menjaga kebersihan sekitar jalan dan menciptakan ketenangan

bagi masyarakat sekitar jalan.

2. Fungsi keamanan

Lanskap yang ada berfungsi untuk menjaga keamanan dan keselamatan

pengguna jalan, pengelola jalan dan masyarakat sekitar jalan. Fungsi

keamanan diwujudkan dengan membuat pembatas yang jelas antara

wilayah jalan (transportasi) dengan wilayah aktivitas manusia,

pemasangan rambu-rambu lalu lintas, membuat jalur penyeberangan dan

pemasangan lampu penerang jalan.

3. Fungsi estetika

Lanskap yang ada menberikan view yang indah, menarik dan

menyenangkan pengguna jalan. Diharapkan memiliki kesatuan yang

harmonis antara jalan dengan lanskap sekitarnya. Fungsi estetika

diwujudkan dengan penataan tanaman semak dan tanaman penutup tanah

pada median jalan dan daerah sisi jalan, memberi desain khusus pada

struktur bangunan, memanfaatkan potensi alam yang memiliki view yang

baik dan mengkombinasikan/memadukan lanskap jalan dengan lingkungan

sekitarnya.

70  

4. Fungsi identitas

Lanskap yang memberikan identitas pada jalan dan memberikan kesan

yang kuat pada pengguna jalan. Fungsi yang diterapkan pada tapak dapat

berupa landmark dan ciri khas lainnya seperti desain struktur bangunan

dan pemilihan jenis tanaman yang dapat membedakan Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dengan jalan-jalan lainnya

5. Fungsi pelayanan

Lanskap yang ada berperan dalam memenuhi kebutuhan guna mendukung

aktivitas pengguna jalan dan masyarakat sekitar jalan. Fungsi pelayanan

dapat diwujudkan dengan pengadaan area berbagai aktivitas,

meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan informasi perjalanan dan

sebagainya

6. Fungsi penyangga/konservasi

Lanskap yang ada berfungsi untuk melindungi masyarakat dan tapak dari

dampak negatif yang ditimbulkan dan melestarikan vegetasi dan satwa

yang ada di sekitar jalan dengan pembuatan jalur hijau yang berfungsi

sebagai peredam kebisingan, daerah resapan air, melindungi jalan dari

pengaruh erosi dengan cara pembuatan tembok penahan tanah pada

daerah-daerah yang dianggap rawan erosi, yang kemudian dilakukan

penataan tanaman.

Fungsi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rencana tata ruang.

Ruang-ruang yang direncanakan meliputi :

1. Ruang sirkulasi, merupakan ruang untuk lalu lintas kendaraan bermotor,

berjalan kaki dan bersepeda.

2. Ruang pelayanan yaitu ruang yang diciptakan untuk mendukung dan

memperlancar berbagai aktivitas pengguna jalan sehari-hari seperti stop

area, jalur pemberhentian kendaraan, mendapatkan informasi dan

sebagainya.

71  

3. Ruang penyangga yaitu ruang yang berfungsi sebagai penyangga untuk

meminimalkan dampak negatif dari aktivitas yang ada seperti pengarah

pandangan, penyerap polutan, peredam kebisingan, estetik dan melindungi

area sungai.

4. Ruang identitas merupakan ruang dengan ciri khas pada bagian-bagian

tertentu jalan sebagai penanda atau pemberi informasi kawasan.

Tabel 14. Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas

No Ruang Fungsi Fasilitas 1 Sirkulasi Keamanan,

Kenyamanan Identitas Estetika

Badan jalan, lampu dan rambu-rambu lalu lintas, lampu penerangan, papan informasi

2 Penyangga/konsevasi

Penyangga Estetika

Lampu, tempat duduk

Penyangga Tempat duduk, shelter, lampu penerangan, tempat sampah

3 Pelayanan Keamanan Kenyamanan Estetika Pelayanan Identitas Penyangga

Pedestrian, jalur sepeda, area tanaman hias, vegetasi peneduh, tempat penyeberangan, lampu penerangan, parkir, tempat duduk, stop area, halte, tempat sampah

4 Identitas Penerimaan

Rekreasi

Identitas Estetika Keamanan Kenyamanan Pelayanan Identitas Pelayanan Kenyamanan Estetika Penyangga

Tugu dan gerbang kota, taman dan bundaran, vegetasi pengarah dan estetika, perlengkapan dan kelengkapan jalan Vegetasi pengarah pandangan, stop area, tempat duduk, lampu, tempat sampah dan sebagainya

 

Setiap ruang yang terbentuk memiliki fungsi dan tujuan masing-masing

yang disesuaikan dengan kondisi tapak, yang nantinya akan menciptakan

identitas/ciri khas kawasan secara keseluruhan.

72  

Hubungan Antar Ruang

Hubungan antar ruang menggambarkan interaksi antar berbagai ruang

yang direncananakan yang dibagi menjadi tiga tingkat hubungan yaitu hubungan

erat, hubungan cukup erat dan hubungan tidak erat. Hubungan antar ruang dapat

dilihat dalam Tabel 15.

Tabel 15. Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan

Fungsi

Ken

yam

anan

Kea

man

an

Este

tika

Iden

titas

Pela

yana

n

Kon

serv

asi

Bagian Jalan Ruang Sub Ruang Badan jalan Sirkulasi Sirkulasi kendaraan

Jalur pedestrian Jalur sepeda

Pedestrian/tepi jalan Pelayanan Stop area Pemberhentian kendaraan

Daerah tepi, median, sekitar perairan

Penyangga/konservasi

Penyangga Konservasi

Persimpangan jalan, setiap segmen jalan

identitas Penerimaan

Keterangan :

hubungan erat hubungan cukup erat hubungan tidak erat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa fungsi kenyamanan dan keamanan

sangat dominan diwujudkan pada semua lokasi baik dalam wilayah studi maupun

terhadap lingkungan sekitarnya, tujuannya agar pengguna jalan dan masyarakat

dapat merasakan manfaatnya. Fungsi estetika diwujudkan pada persimpangan dan

seluruh bagian jalan dan kawasan secara keseluruhan tetap diperhatikan penataan

lanskapnya. Fungsi identitas secara umum cukup dominan pada badan jalan,

persimpangan, daerah sisi jalan, pedestrian dan median jalan. Namun, secara

umum fungsi identitas ini berada pada setiap bagian jalan guna menunjukkan ciri

khas jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan jalan H Soleh Iskandar secara

keseluruhan. Fungsi pelayanan secara umum dominan diwujudkan pada daerah

sisi jalan karena dapat mendukukng aktivitas masyarakat dan pengguna jalan.

Fungsi konservasi sangat dominan diwujudkan pada daerah sisi jalan,

persimpangan dan median jalan.

73  

35

Ruang Sirkulasi

Ruang Penyangga

Ruang Pelayanan

Ruang Identitas

Badan Air

74  

KONSEP

Konsep Dasar

Konsep dasar dari perencanaan tapak ini adalah pedestrian hijau yang

dapat mewujudkan suatu lanskap jalan yang aman, nyaman, indah, beridentitas

dan bermanfaat bagi masyarakat dan pengguna jalan, memanfaatkan potensi yang

ada agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan masyarakat

dan pengguna jalan. Selain dapat meningkatkan nilai tapak dan kualitas

lingkungan.

Konsep yang dikembangkan berasal dari solusi yang terintegrasi dari

segala aspek yang telah dianalisis dengan sempurna. Fungsi-fungsi pada lanskap

jalan dimasukkan ke dalam konsep pengembangan yang meliputi konsep ruang,

konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan konsep tata hijau.

Konsep Pengembangan

Berdasarkan konsep dasar maka konsep pengembangan pada lanskap Jalan

KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu lanskap jalan yang

dapat memberikan efek yang menyenangkan bagi pengguna jalan dan ramah

lingkungan. Sesuai dengan itu maka konsep pengembangan ini meliputi konsep

ruang, konsep sirkulasi, konsep tata letak fasilitas atau perabot jalan dan konsep

tata hijau.

Konsep Ruang (Zonasi)

Berdasarkan hasil sintesis terdapat 6 fungsi lanskap yang ingin

dikembangkan dalam perencanaan lanskap kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin

Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu fungsi kenyamanan, keamanan, estetika,

identitas, pelayanan dan konservasi. Fungsi-fungsi tersebut dimasukkan ke dalam

program ruang. Ruang-ruang yang direncanakan meliputi ruang sirkulasi, ruang

pelayanan, ruang penyangga/konservasi dan ruang identitas.

75  

Konsep ruang merupakan pembagian ruang berdasarkan pada karakteristik

ruang yang terdapat pada tapak sesuai dengan fungsi ruang pada tapak, aktivitas

pemakai jalan, kondisi lingkungan sekitar tapak dan kemungkinan pengembangan

ruang selanjutnya. Konsep ruang pada tapak dibagi menjadi empat bagian utama

yang meliputi :

1. Ruang sirkulasi yaitu ruang untuk lalu lintas kendaraan bermotor, berjalan

kaki dan bersepeda.

2. Ruang penyangga/konservasi yaitu ruang yang berfungsi sebagai

penyangga kawasan dari berbagai aktivitas yang mungkin menimbulkan

dampak negatif bagi tapak dan mempertahankan sumberdaya yang ada.

Ruang ini meliputi area penyangga pada jalur hijau tepi jalan dan median

jalan, sedangkan area konservasi terdapat di sekitar perairan (sungai)

dengan tujuan untuk mempertahankan keberadaan badan air dan mencegah

erosi.

3. Ruang pelayanan yaitu merupakan ruang untuk mendukung dan

memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan pada tapak. Area ini

meliputi stop area, jalur pemberhentian kendaraan dan taman/hutan kota.

4. Ruang identitas adalah ruang yang memberikan kesan identitas yang kuat

pada pengguna jalan terhadap tapak berupa tugu atau gerbang kawasan

pada welcome area dan penataan tanaman sepanjang tepi jalan.

Secara keseluruhan lanskap jalan yang ingin diwujudkan adalah

memberikan efek sirkulasi yang menyenangkan melalui perpaduan antara unsur

alami dan modern yaitu dengan melakukan penataan vegetasi sesuai fungsinya

dan penampilan struktur bangunan maupun street furniture yang unik. Sementara

kawasan sekitar jalan yang direncanakan adalah sebagai kawasan perdagangan

dan jasa dan hunian berupa ruko, rukan, superblok dan permukiman yang terletak

di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar.

76  

Konsep Sirkulasi

Jalur sirkulasi pada tapak merupakan sarana perjalanan yang diarahkan

untuk mempermudah aksesibilitas untuk aktivitas sehari-hari seperti berjalan-

jalan, bersepeda, jual beli dan lain sebagainya. Oleh karena itu, konsep sirkulasi

yang akan dibuat adalah jaringan sirkulasi yang dapat memudahkan pengguna

beraktivitas. Konsep sirkulasi pada tapak dibedakan menjadi sirkulasi kendaraan

dan sirkulasi pejalan kaki/sepeda. Konsep sirkulasi ini pada intinya adalah tetap

mempertahankan atau memperkuat struktur yang ada yaitu pergerakan kendaraan

dua jalur dan dua arah dengan disertai usaha untuk menciptakan budaya jalan

yang sehat dan hemat bahan bakar minyak maka direncanakan jalur pedestrian

dan jalur sepeda. Konsep ini dibuat dengan tujuan demi kelancaran lalu lintas.

Konsep sirkulasi untuk kendaraan adalah pergerakan yang aman, nyaman

dan lancar dengan memanfaatkan sistem jalan yang telah ada. Sedangkan konsep

sirkulasi untuk pejalan kaki/sepeda dikembangkan untuk pergerakan yang aman

dan nyaman dengan sistem yang kontinu, terpisah dari jalur kendaraan dengan

lebar yang mencukupi dalam bentuk sirkulasi linear. Konsep ini akan disesuaikan

dengan kondisi tapak.

Konsep Fasilitas Jalan

Fasilitas jalan meliputi tata informasi dan street furniture. Penempatan

informasi seperti rambu lalu lintas, papan informasi, papan reklame, landmark

kawasan; penempatan street furniture seperti tempat duduk, tempat sampah,

lampu penerangan, telepon umum, halte, tempat parkir, jembatan pedestrian dan

sebagainya dimaksudkan agar fungsional, informatif dan estetik. Fasilitas jalan

dibuat untuk memberi kemudahan jangkauan, tidak mengganggu sirkulasi dan

dapat memenuhi kebutuhan penggunanya, sedangkan dari segi estetik

dimaksudkan agar tidak mengganggu visual jalan.

77  

36

78  

Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau yang dikembangkan meliputi tata hijau yang berfungsi

untuk kenyamanan pengguna jalan, tata hijau penyangga, tata hijau untuk

konservasi dan tata hijau estetis, seperti yang dijelaskan berikut ini :

1. Tata hijau konservasi yaitu tata hijau yang berfungsi untuk

mempertahankan keberadaan perairan yang ada pada tapak yaitu Sungai

Ciliwung dan Sungai Cisadane serta mencegah bagian tapak yang curam

dari bahaya erosi yang mungkin terjadi. Diharapkan ketersediaan air bagi

kehidupan makhluk hidup di sekitar tapak tetap dapat tercukupi.

2. Tata hijau kenyamanan yaitu tata hijau yang berfungsi untuk memberikan

perlindungan dari terik matahari. Mengurangi silau lampu kendaraan dan

sinar matahari, serta mengurangi polusi (udara dan kebisingan) kendaraan

dengan menggunakan tanaman dengan bentuk tajuk yang memberikan

naungan seperti bentuk kubah atau menyebar.

3. Tata hijau penyangga yaitu tata hijau yang memisahkan badan jalan

dengan lingkungan sekitarnya seperti permukiman dan perdagangan

barang dan jasa. Tata hijau ini berfungsi meredam kebisingan terutama

yang disebabkan oleh laju kendaraan, serta mengurangi polusi dari

kendaraan yang melewati jalan.

4. Tata hijau estetika yaitu tata hijau yang memberikan nilai estetik dan

menandai lokasi khusus sebagai penciri dan pemberi identitas seperti pada

welcome area, area komersil, hunian, halte, persimpangan jalan dan

sebagainya.

79  

Kriteria tanaman yang digunakan pada bagian jalan dengan fungsi-fungsi

tersebut dapat terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan

No Bagian Jalan Kriteria Tanaman

1 Jalur hijau tepi jalan Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, mampu bertahan saat musim kering, dan akarnya tidak merusak pondasi, pertumbuhannya relatif panjang serta mudah dipelihara.

2 Median jalan Semak/ perdu, ground cover/tanaman penutup tanah, masa daun padat, mempunyai karakter yang bagus (bentuk tajuk, percabangan, masa daun, warna bunga dan daun), tahan terhadap sinar matahari dan angin, tidak menggugurkan daun, toleransi sedang-tinggi terhadap polusi udara, bertrikoma/berambut, tajuk tidak mengganggu lalu lintas, akar tidak merusak konstruksi jalan.

3 Tanaman dalam blok kawasan komersial

Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, serta tanaman yang dapat hidup dalam pot, mudah dipelihara.

4 Tanaman dalam kawasan penghijauan

Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, serta tanaman yang dapat hidup dalam pot, memiliki keragaman corak dan jenis, tahan terhadap kondisi cuaca, toleran terhadap polusi, mudah dipelihara.

 

Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa kehadiran tanaman di

lingkungan perkotaan memberikan suasana alami. Tanaman mempengaruhi

penampakan visual yang kita lihat. Secara umum di dalam lanskap, pohon

merupakan sebuah elemen utama. Secara individual maupun berkelompok pohon-

pohon dapat memberikan kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang

berbeda-beda pula. Pada jarak dekat daun, batang pohon dan cabang-cabang dapat

dilihat secara jelas. Jika dilihat dari jarak menengah puncak-puncak pohon terlihat

seperti garis. Jarak ini merupakan bagian penting dalam lanskap karena

menberikan kesan kedalaman yang kuat, perubahan secara halus dalam

pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, perbedaan ketinggian dari

puncak-puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya dari jarak ini pohon

digunakan sebagai latar belakang.

 

80   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

37

81  

PERENCANAAN LANSKAP

Perencanaan merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana yang

sistematis, baik menjadi rencana tertulis maupun rencana grafis. Rencana tertulis

bertujuan untuk menjelaskan tapak secara deskriptif sehingga tercapai fungsi

akurasi data baik data nominal maupun data spasial, sedangkan rencana grafis

bertujuan untuk memvisualisasikan seluruh informasi yang terdapat dalam

rencana tertulis menjadi gambar yang komunikatif dan informatif.

Rencana Ruang Sirkulasi

Rencana ruang sirkulasi yang dikembangkan pada tapak merupakan

kelanjutan dari penggunaan jalan yang telah ada. Ruang sirkulasi ini meliputi

ruang pergerakan bagi kendaraan yaitu badan jalan dengan lebar 14 meter untuk

dua jalur kendaraan yang berada disepanjang segman jalan.

Pedestrian merupakan ruang khusus bagi pejalan kaki yang bertujuan

untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Ruang ini terdapat disepanjang

segmen jalan dengan lebar 1,8 meter. Untuk perkerasaan dipilih jenis konblok

yang porous.

Jalur sepeda merupakan ruang baru yang diciptakan dengan tujuan yang

hampir sama. Jalur ini berada berdampingan dengan pedestrian dan dibatasi

dengan berm. Jalur sepeda yang akan digunakan terpisah dari badan jalan. Lebar

jalur sepeda 2,2 meter menggunakan perkerasan dari jenis batu alam dan koral

yang disusun rapi.

Median jalan yang dikembangkan merupakan kelanjutan dari setiap

penggunaan yang telah ada seperti pada Jalan H. Soleh Iskandar (segmen utara)

dengan lebar median 3 meter dan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh (segmen

tengah dan selatan) dengan lebar 2 meter. Terdapat juga jalur hijau dengan lebar 3

meter pada semua segmen jalan. Sebagai pelengkap disediakan fasilitas berupa

rambu lalu lintas, papan informasi dan lain-lain. 

82  

A

POTONGAN RENCANA A

1 m 1 m

3 m 3 m

1,8 m 1,8 m

2 m 2,2 m 2,2 m 7 m 7 m

38

83  

B

POTONGAN RENCANA B

7 m7 m 2 m 3 m

3 m 2,2 m2,2 m

1,8 m 1,8 m1 m

1 m

39

84  

POTONGAN RENCANA C

C

7 m7 m 3 m

3 m 2,2 m

1,8 m

3 m2,2 m

1,8 m

40

85  

Tabel 17. Rencana Sirkulasi Setiap Segmen Lokasi Utara Tengah Selatan

Jalur kendaraan 14 meter 14 meter 14 meter Pedestrian 3,6 meter 3,6 meter 3,6 meter Jalur sepeda 4,4 meter 4,4 meter 4,4 meter Jalur hijau 6 meter 8 meter 6 meter Median 3 meter 2 meter 2 meter Drainase 2 meter 3 meter 2 meter Jumlah 33 meter 35 meter 32 meter

Pada lokasi tapak yang melalui aliran sungai dan rel kereta api

direncanakan untuk menambahkan jembatan pedestrian. Pada jembatan pedestrian

dan jalur sepeda diletakkan pada satu tempat namun terpisah dari badan jalan. Hal

ini dimaksudkan untuk memberi kenyamanan dan keamanan baik untuk pejalan

kaki maupun bagi pengguna jalan.

   

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 41. Rencana Jembatan Pedestrian

Rencana Ruang Pelayanan

Ruang pelayanan merupakan ruang yang direncanakan agar dapat

mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dalam hal beristirahat, aktivitas sosial

ekonomi, melihat pemandangan dan sebagainya. Pada ruang ini disediakan tempat

duduk yang berada di samping pedestrian berjarak setiap 200 meter di sepanjang

jalan dan stop area berupa shelter di kawasan padat aktivitas disepanjang jalan

sesuai kondisi tapak. Fasilitas jalan lainnya seperti lampu pedestrian, tempat

sampah, tempat penyeberangan dan tanaman peneduh sebagai fasilitas penambah

kenyamanan.

86  

 

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 42. Rencana Ruang Pelayanan

Rencana Ruang Identitas

Ruang identitas adalah ruang yang diciptakan untuk memberikan kesan

bagi siapa pun yang melalui jalan ini dan diharapkan dapat terus diingat. Ruang

identitas terletak pada nruang penerimaan. Ruang penerimaan merupakan ruang

dengan fungsi penyambutan dan pelepasan, dimana pengguna jalan masuk dan

keluar tapak sehingga kesan kuat dan menarik yang ditonjolkan.

Identitas/landmark diperkuat melalui penataan tanaman maupun kombinasi antara

tanaman dengan bentukan hardscape berupa gerbang kawasan, sedangkan melalui

penataan tanaman yaitu dengan memanfaatkan tanaman dengan bentuk

ornamental dengan tajuk piramidal yaitu Palm Raja (Roystonea regia) pada

segmen tengah, Cemara Kipas (Thuja orientalis) pada segmen utara dan Kayu

Manis (Cinnamomun burmanii) pada segmen selatan.

*Sumber : http://beritadaerah.com

Gambar 43. Rencana Gerbang Kawasan

87  

Rencana Tata Hijau

Rencana tata hijau terdapat hampir di seluruh ruang yang direncanakan

yaitu pada jalur hijau, pada median dan tepi jalan, ruang pelayanan dan sekitar

perairan. Jalur hijau pada median dengan lebar 3 meter di sepanjang Jalan H.

Soleh Iskandar dan lebar 2 meter di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh.

Jalur tepi jalan diperlebar menjadi 3 meter di sepanjang lokasi studi.

Tata hijau pengarah menggunakan tanaman berkarakter formal dengan

bentuk tajuk piramidal atau kolumnar untuk memberi kesan vertikal dan

ornamental, ditanam secara teratur dan linear dengan pola penanaman tunggal

berjajar. Tanaman yang digunakan yaitu Cemara Kipas (Thuja orientalis), Pinus

(Pinus merkusii), Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia), Kayu Manis

(Cinnamomun burmanii) dan Palm Raja (Roystonea regia). Diletakkan di median

jalan dengan tanaman Palm Raja (Roystonea regia) di sepanjang segmen tengah,

tanaman Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) di sepanjang segmen selatan dan

Cemara Kipas (Thuja orientalis) di sepanjang segmen Utara. Sementara disetiap

pertemuan antar jalan serta di sekitar jalan masuk blok kawasan disekitarnya

digunakan tanaman Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan Tiang (Polyalthia

longifolia). Selain sebagai pengarah tanaman tersebut juga berfungsi sebagai

penanda kawasan.

Tanaman peneduh ditempatkan di sepanjang sisi jalan dengan lebar 3

meter. Karakteristik pohon yang digunakan adalah bentuk tajuk kubah, bulat atau

menyebar sehingga dapat mengurangi silau matahari. Jenis vegetasi yang

digunakan adalah Mahoni (Swietenia mahogany) pada segmen utara dam Kenari

(Canarium hirsutum) pada segmen tengah dan selatan dengan jarak tanam 6-8

meter.

Tanaman penutup tanah (ground cover) yang digunakan berupa Rumput

Gajah (Cynodon dactilon) ditanam pada jalur hijau sepanjang koridor jalan dan

Kacang-kacangan (Arachis pintoi) ditanam di median jalan. Tanaman merambat

sejenis Alamanda (Allamanda cathartica) ditanam di tempat duduk, hal ini

88  

dimaksudkan agar tanaman merambat di atap tempat duduk untuk memberi kesan

estetik.

Tabel 18. Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen

Lokasi Jenis Vegetasi Fungsi Cara Penanaman Utara Tengah Selatan

Jalur Hijau Mahoni (Swietenia mahogany)

Kenari (Canarium hirsutum) Penyangga, kenyamanan, estetik

Penanaman tunggal dengan jarak tanam 6 meter

Rumput Gajah (Cynodon dactilon) Penanaman padat

Median

Cemara Kipas (Thuja orientalis)

Palm Raja (Roystonea regia)

Kayu Manis (Cinnamomun burmanii)

Pengarah, kenyamanan,

estetik

Penanaman tunggal dengan jarak tanam 6 meter

Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora

javanica)

Penanaman padat berjajar diselang-seling setiap 15 meter

Kacang-kacangan (Arachis pintoi) Penanaman padat

Ruang Peralihan

Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia)

Identitas, estetik

Penanaman tunggal dengan jarak tanam 4-5 meter

Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora

javanica)

Penanaman padat berjajar diselang-seling setiap 15 meter

Kacang-kacangan (Arachis pintoi) Penanaman padat

Tempat duduk

Alamanda (Allamanda cathartica) Kenyamanan, estetik

Penananam tunggal

Tanaman pada median jalan sebagai barrier atau pembatas, penahan silau

lampu kendaraan dan matahari serta sebagai penambah estetika digunakan

kombinasi tanaman semak. Tanaman semak dijaga ketinggiannya melalui

tindakan pemangkasan agar tidak melebihi batas maksimal 1,1 meter. Jenis

vegetasi yang digunakan yaitu Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil

(Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora javanica). Pola penanaman pada

median dilakukan guna mengurangi kemonotonan melalui perubahan pola

penanaman setiap 200 meter sesuai dengan kondisi di lapang. Pola penanaman

yang diwujudkan yaitu bentuk padat berjajar. Penanaman dilakukan diantara

tanaman pengarah yang juga ditanam di median jalan, serta penanaman dilakukan

89  

agak menjorok ke tengah dengan perkiraan bahwa pertumbuhan tajuk tanaman

tidak akan mengganggu pengguna jalan.

 

     

       

       

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 44. Vegetasi yang Digunakan

90  

± 0,0

TAMPAK POTONGAN

45

91  

TAMPAK POTONGAN

TAMPAK POTONGAN

46

92  

Rencana Fasilitas Jalan

Tapak yang direncanakan memerlukan peletakan fasilitas/perabot jalan

guna mendukung fungsi tapak. Fasilitas tersebut meliputi tata informasi yaitu

rambu lalu lintas, papan informasi dan papan reklame, sedangkan untuk street

furniture yaitu tempat duduk, tempat sampah, lampu penerangan, telepon umum,

halte, saluran drainase, pedestrian, jalur sepeda, kotak surat, fire hydrant, stop

area dan jembatan pedestrian. Berikut dijelaskan masing-masing fasilitas jalan :

1. Tempat duduk

Pemilihan tempat duduk pada tapak dilakukan berdasarkan kenyamanan,

kesederhanaan bentuk, estetika, tinggi bangku 60 cm, mudah dipelihara

dan tahan terhadap vandalisme. Bangku dilengkapi dengan atap pelindung

yang dirambati tanaman merambat yang berbunga sehingga terlihat lebih

estetik selain berfungsi melindungi pengguna dari panas matahari dan air

hujan. Penempatan bangku dibuat berjajar berada di sepanjang tepi

pedestrian setiap 200 m di setiap segmennya disesuaikan dengan kondisi

tapak (Gambar 47).

Tabel 19. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen Segmen Keterangan

Jumlah Lokasi Utara 33 buah Sepanjang jalan, kawasan komersial, stoparea,

jembatan pedestrian Tengah 16 buah Sepanjang jalan, kawasan komersial, stoparea,

kawasan perumahan Selatan 15 buah Sepanjang jalan, kawasan terminal, stoparea, jembatan

pedestrian Jumlah 64 buah

93  

 

TAMPAK POTONGAN

47

94  

2. Tempat sampah

Tempat sampah yang direncanakan pada tapak di bagi menjadi dua yaitu

tempat sampah organik dan anorganik dengan desain sederhana, terbuat

dari bahan plastik dengan tinggi 80 cm dan lebar 40 cm ( Gambar 49).

Diletakkan di sepanjang jalur pedestrian, pada stop area dan halte dengan

jarak peletakan setiap 100 m, sehingga secara keseluruhan tempat sampah

yang disediakan pada koridor jalan ini sebanyak ± 188 buah (segmen

selatan 26 buah, segmen tengah 34 buah dan segmen utara 67 buah).

Peletakan tempat sampah pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau

oleh pengguna jalan sehingga dapat berfungsi secara optimal.

Tabel 20. Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah

Lokasi Jumlah

Pedestrian 127 buah

Stop area 12 buah

Halte 49 buah

188 buah

 

Gambar 48. Rencana Tempat Sampah

95  

TAMPAK POTONGAN DEPAN

49

96  

3. Saluran drainase

Tingginya curah hujan akan menimbulkan limpahan air hujan yang cukup

tinggi. Adanya Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane beserta anak

sungainya berfungsi sebagai saluran penampungan akhir. Bentuk saluran

di sepanjang segmen utara dan segmen selatan merupakan saluran drainase

dengan sistem terbuka yang terletak di tepi jalur hijau. Bentuk saluran

berupa trapesium dengan lebar dimensi yang lebih besar yaitu 1 meter

(Gambar 50), sedangkan saluran drainase pada segmen tengah merupakan

saluran drainase dengan sistem tertutup berada di bawah jalur pedestrian

dengan bentuk saluran pipa berdiameter 1 meter.

4. Rambu Lalu Lintas

Rencana penempatan rambu lalu lintas sangatlah penting untuk kelancaran

berlalu lintas. Penempatan rambu-rambu lalu lintas biasanya ditempatkan

pada lokasi persimpangan/pertigaan, area rawan kecelakaan, area padat

pejalan kaki dan area penting lainnya. Rambu-rambu lalu lintas dapat

berupa rampu maksimum/minimum kecepatan kendaraan, rambu dilarang

berhenti atau parkir, rambu yang menunjukkan fasilitas umum dan

sebagainya. Selain rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas juga penting

ditempatkan di lokasi studi seperti pada daerah persimpangan dan

pertigaan hal ini dimaksudkan untuk mengatur arus lalu lintas agar dapat

berjalan teratur tanpa terjadi kecelakaan antara kendaraan bermotor mapun

kendaraan bermotor dengan pejalan kaki dan sepeda. Diharapkan dengan

adanya rambu dan lampu lalu lintas dapat menambah kenyamanan,

keamanan dan kelancaran dalam berlalu lintas di sepanjang Jalan KH.Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar.

97  

TAMPAK POTONGAN

50

98  

5. Fire hydrant

Rencana peletakan fire hydrant pada jalan dimaksudkan untuk memberi

pertolongan pertama jika terjadi kebakaran di jalan dan sekitarnya. Fire

hydrant didesain sederhana namun harus dipastikan berpotensi maksimal

dengan bahan dari besi dan diberi warna merah (Gambar 51). Peletakan

fire hydrant direncanakan setiap 500 m sehingga di sepanjang jalan

terdapat ± 24 unit (4 unit di segmen selatan, 8 unit di segmen tengah dan

12 unit di segmen utara).

Gambar 51. Rencana Fire Hydrant

6. Papan orientasi

Papan orientasi berguna untuk memberi informasi arah kepada pengguna

jalan agar pengguna jalan dapat mengetahui jalur perjalanan yang akan

dilewatinya. Papan informasi diletakkan di setiap persimpangan dan

pertigaan, pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya.

   

Gambar 52. Rencana Papan Orientasi

99  

7. Lampu dan papan reklame

Penerangan pada tapak terutama pada jalan sangatlah penting, selain demi

alasan keamanan juga agar pengguna jalan dapat mengetahui orientasi

dengan mudah. Lampu pada pedestrian dengan tinggi 2,5 m dengan jenis

lampu pijar atau neon/TL (Gambar 54). Lampu pedestrian diletakkan

diantara jalur sepeda dan pedestrian setaip jarak 10 m. Pada bagian tiang

lampu pedestrian dilengkapi papan reklame untuk meletakkan

reklame/iklan agar terlihat lebih rapi. Lampu penerangan untuk jalur

kendaraan diletakkan di median jalan setiap 25 m.

Tabel 21. Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen

Segmen Jumlah Lampu

Lokasi Pedestrian Jalan

Utara 670 buah 146 buah Di sepanjang tepian jalan, ditempatkan pada median dan diantara pedestrian dan

jalur sepeda Tengah 325 buah 69 buah

selatan 238 buah 54 buah

Jumlah 1.233 buah 269 buah

 

Gambar 53. Rencana Lampu pada Median Jalan

100  

TAMPAK POTONGAN

54

101  

8. Pedestrian dan jalur sepeda

Sisterm jalur pejalan kaki dan sepeda pada tapak digabungkan dalam suatu

pedestrian walk berada di sepanjang koridor jalan. Pada area ini juga

ditempatkan rambu-rambu lalu lintas, utilitas (listrik, air bersih, saluran

drainase) dengan ketentuan yaitu:

a) Jalur pedestrian dengan lebar 1,8 m termasuk jalur untuk

penyandang cacat.

b) Jalur sepeda yang terpisah dari badan jalan dengan lebar 2,2 m

untuk dua arah.

c) Pada bagian pedestrian yang di bawahnya dilewati saluran drainase

pada setiap 10 m diberi lubang (manhole) untuk pemeliharaan

dilenkapi dengan tutup yang dapat dibuka.

d) Rambu lalu lintas, tiang listrik, dan pohon diletakkan di bagian

jalur hijau.

e) Untuk menghubungkan pedestrian di kawasan sungai dan jalur

kereta api digunakan jembatan pedestrian.

Jalur sepeda yang direncanakan termasuk ke dalam klasifikasi kelas I yaitu

antara jalur pejalan kaki dan sepeda terdapat pada lokasi yang sama namun

terpisah dari badan jalan. Sistem ini akan lebih aman dan nyaman dengan

adanya batas yang jelas.

Untuk perkerasannya pada jalur pedestrian digunakan paving konblok

dengan warna terang (merah bata, biru), sedangkan untuk jalur sepeda

digunakan perkerasan jenis step stone dipadukan dengan batu koral pada

kedua sisinya.

102  

102

TAMPAK POTONGAN

TAMPAK ATAS

55

103  

9. Jembatan pedestrian

Jembatan pedestrian dimaksudkan untuk mempermudah pengguna jalan

khususnya pejalan kaki untuk menyeberangi tempat-tempat yang terpisah

oleh aliran sungai dan rel kereta api. Jembatan pedestrian diletakkan pada

kedua sisi jembatan yang terpisah dari jalur kendaraan. Hal ini agar

pengguna jalan lebih merasa aman dan nyaman dalam menyeberang.

Jembatan pedestrian dibuat dengan lebar 2 m dan tinggi disesuaikan

dengan keadaan di lapang. Jumlah jembatan pedestrian di lokasi studi

sebanyak 12 buah (6 buah di segmen utara dan 6 buah di segmen selatan).

10. Halte

Rencana halte yang dikembangkan merupakan kelanjutan dari penggunaan

yang telah ada. Halte yang direncanakan berfungsi sebagai tempat

pemberhentian bis yang dibuat untuk memberi keamanan dan kenyamanan

bagi pengguna halte. Halte diletakkan di setiap segmen kawasan, sesuai

dengan sistem yang dibuat sebelumnya. Halte diletakkan pada jalur lay

bay jalan yaitu memberikan ruang lebih pada badan jalan sehingga tidak

mengganggu lalu lintas kendaraan lainnya saat pengangkutan dan

penaikan penumpang. Jumlah halte pada kawasan sebanyak 49 buah ( 7

buah di segmen selatan, 16 buah di segmen tengah dan 26 buah di segmen

utara).

 

Gambar 56. Rencana Halte

104  

Rencana fasilitas jalan berdasarkan keterangan diatas dapat disajikan

dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan

No Fasilitas Jalan Lokasi Jumlah/luasan

1 Tempat duduk Sepanjang jalan setiap 200 m 64 buah

2 Tempat sampah Sepanjang jalur pedestrian, pada jalur hijau dan halte dengan jarak setiap 100 m

188 buah

3 Saluran drainese Sepanjang jalan ± 8 km

4 Fire hydrant Sepanjang jalan setiap 500 m 24 unit

5 Lampu dan papan reklame

Di median jalan (setiap 25 m) dan di antara pedestrian dan jalur sepeda (setiap 10 m)

269 buah dan 1.233 buah

6 Pedestrian dan jalur sepeda

Sepanjang jalan ± 8 km

7 Halte Sepanjang jalan 49 buah

8 Jembatan pedestrian Di daerah aliran sungai dan rel kereta api 12 buah

9 Papan orientasi Di persimpangan dan pertigaan 14 buah

10 Stop area Di pusat perumahan dan fasilitas umum lainnya 12 buah

105  

106  

107  

108  

109  

110  

111  

112  

113  

114  

115  

116  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar merupakan

jalan dengan fungsi kolektor primer yaitu sebagai jalan penghubung antara

wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Jalan ini melewati kawasan

perdagangan dan permukiman. Akitivitas yang tinggi menyebabkan jalan ini perlu

penataan lanskap jalan terutama jalur pejalan kaki (pedestrian) sehingga pejalan

kaki merasa aman dan nyaman selama berada di kawasan koridor jalan.

Dalam perencanaan lanskap pedestrian hijau dilandasi pada konsep

menciptakan koridor jalan yang aman, nyaman dan menyenangkan maka daerah

milik jalan (damija) yang semula berdimensi lebar 22 m dilebarkan menjadi 32 m

(segmen selatan), lebar 29 m dilebarkan menjadi 35 m (segmen tengah) dan lebar

25 m dilebarkan menjadi 33 m (segmen utara). Daerah milik jalan meliputi badan

jalan (14 m), median (2-3 m), pedestrian (1,8 m), jalur sepeda (2,2 m) dan saluran

drainase (1-1,5 m). Melihat potensi tapak, ruang yang ada, kebutuhan pengguna

dan lingkungan maka ruang yang direncanakan pada tapak terdiri dari ruang

sirkulasi, ruang penyangga/konservasi, ruang pelayanan dan ruang identitas.

Suasana nyaman diciptakan melalui penataan tanaman dan fasilitas

penunjang. Vegetasi di jalur hijau ditanam jenis pohon Mahoni (Swietenia

mahogani) di segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) di segmen tengah

dan selatan, sedangkan vegetasi estetik sebagai pengarah dan penanda dengan

menggunakan pohon Palm Raja (Roystonea regia), Kayu Manis (Cinnamomun

burmanii), Cemara Kipas (Thuja orientalis), Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan

tiang (Polyalthia longifolia) sedangakan tipe semak/perdu yaitu Bunga Mentega

(Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora

javanica). Fasilitas jalan yang disediakan seperti tempat sampah, lampu

penerangan, tempat duduk, halte dan sebagainya ditempatkan sebagai pemenuhan

pelayanan bagi pengguna jalan dan masyarakat. Hardscape pada lanskap kedua

jalan ini dibuat dengan desain perpaduan antara modern dan tradisional dengan

konsep sederhana namun tetap menarik dan fungsional. Pada bagian jalan yang

117  

terpisah oleh aliran sungai dan rel kereta api maka dibangun jembatan pedestrian

bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki agar lebih merasa aman, nyaman dan

terhindar dari hal-hal buruk lainnya.

Saran

Setelah dilakukan studi mengenai Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan

Lingkar Luar Kota Bogor perlu dilakukan perencanaan lebih mendalam terhadap

peruntukan kawasan sekitar daerah milik jalan agar sesuai dan harmonis dengan

konsep jalan yang telah dibuat. Pengembangan jalur sepeda dan pedestrian

menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah kemacetan. Agar lanskap jalan

tetap indah dan sesuai tujuannya maka segi pemeliharaan juga harus menjadi

perhatian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

118  

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, H.F. 1980. Trees in Urban Design. New York : Van Nostrand Reinhold

Co.

Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. 2010. Masterplan Ruang Terbuka Hijau

Kota Bogor T.A. 2010. Bogor : BAPEDA Kota Bogor.

Carpenter, P.L.T.D. Walker dan F.O. Lanphear. 1975. Plant in the Landscape. New York : W. H. Freeman and Company.

Direktorat Jendral Bina Marga. 1985.Undang-Undang RI No. 26/1985 Tentang Jalan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

. 1995. Petunjuk Perencanaan Trotoar. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

. 1995. Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

Ecbo, G. 1964. Urban Landscape Desagn. New York : McGraw-Hill Book Inc.

Gold .1980. Recreation Planning and Design. New York : McGraw-Hill Book Co.  

Grey, GW dan FJ Deneke. 1978. Urban Forestry. New York : John Willey and Sons Inc.

Hakim, R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Jakarta : Bumi Aksara.

Harris, C.W dan N.T Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. New York : McGraw-Hill Book Co.

Kodariyah, R. 2004. Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Perdagangan di Kota Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Laurie, M. 1986. Pengantar untuk Arsitektur Lanskap (Terjemahan). Bandung : Intermatra.

Lestari, Garsinia dan Ira Puspa Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.

119  

Lynch, K. 1981. The Image of the City. Cambridge Mass. M.I.T.prees.

Nurisjah, S. dan Qodarian P. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB (tidak dipublikasikan).

Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksanakan. Bogor : Makalah Diskusi pada Festival Tanaman VI Himagron.

Setijowarno, D dan R. B. Frazila. 2003. Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi. Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata.Direktorat jendral pndidikan tinggi.

Simonds, JO. 1983. Landscape Architecture. New York : McGraw Hill-Book Co.

120  

LAMPIRAN

121  

Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR

KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap pedestrian hijau (jalur pejalan kaki) yang indah, nyaman, aman, dan mendukung aktivitas pejalan kaki dan pengguna jalan di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan

Jalan H. Soleh Iskandar Oleh : YOLLA HADIYATI (A44050270)

Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatiannya, saya ucapkan teriman kasih.

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

DATA RESPONDEN Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn

d. 25-55 thn e. >55 thn Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta

c. Wiraswasta d. Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…..

Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi f. Peguruan Tinggi

Alamat : …………………………………………………….……… Persepsi/Keadaan umum jalan menurut pemakai jalan

1. Kondisi jalur sirkulasi kendaraan di jalan ini menurut Anda saat ini : a. Sangat buruk b. buruk c. sedang d. baik e. sangat baik

2. Kondisi jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda saat ini : a. Sangat buruk b. buruk c. sedang d. baik e. sangat baik

3. Ketika anda berada di jalan ini sinar matahari yang anda rasakan : a. Sangat terik b. terik c. sedang d. teduh e. sangat teduh

4. Bagaimana menurut anda keamanan di jalan ini : a. Sangat bahaya b. bahaya c. sedang d. aman e. sangat aman

5. Bagaimana menurut anda keselamatan di jalan ini : a. Sangat bahaya b. bahaya c. sedang d. aman e. sangat aman

6. Pemandangan di jalan ini menurut anda : a. Sangat buruk b. buruk c. sedang d. indah e. sangat indah

7. Kebersihan jalan ini menurut anda : a. Sangat kotor b. kotor c. sedang d. bersih e.sangat bersih

122  

Lanjutan Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian

8. Penataan tanaman di jalan ini menurut anda :

a. Terlalu alami/rimbun b. kurang alami/banyak elemen keras c. gersang d. kurang penataan e. lainnya……………………

9. Lebar jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda : a. Sangat sempit b. sempit c. sedang d. lebar e. sangat lebar

10. Penataan lampu/penerangan di jalan ini menurut anda : a. Sangat kurang b. kurang c. sedang d. layak e. sangat layak

11. Penempatan rambu peringatan di jalan ini menurut anda : a. Sangat tidak tepat b. tidak tepat c. sedang d. tepat e. sangat tepat

12. Peletakan marka jalan pada jalan ini menurut anda : a. Sangat tidak tepat b. tidak tepat c. sedang d. tepat e. sangat tepat

13. Penempatan papan informasi di jalan ini menurut anda : a. Sangat tidak tepat b. tidak tepat c. sedang d. tepat e. sangat tepat

14. Menurut anda keberadaan pedagang kaki lima di trotoar ini : a. Sangat mengganggu b. mengganggu c. sedang d. bermanfaat e. sangat bermanfaat

15. Fasilitas telepon di jalan ini menurut anda : a. Sangat kurang b. kurang c. sedang d. memadai

e. sangat memadai 16. Keberadaan halte di jalan ini menurut anda :

a. Sangat kurang b. kurang c. sedang d. memadai e. sangat memadai

Keinginan dari pengguna jalan 1. Jenis tanaman yang ada di sekitar jalan ini :

a. Tanaman besar rindang (peneduh) b. tanaman berbunga indah c. tanaman penghasil buah d. tanaman berwarna-warni e. lainnya………………………………………………………………..

2. Motif permukaan jalur pejalan kaki yang diinginkan : a. Polos b. bercorak dengan motif tertentu c. lainnya………

3. Apakah perlu dibuat pembatas antara pedestrian dan jalan kendaraan : a. Perlu, alasan………………………………………………………………... b. Tidak perlu, alasan………………………………………………………….

4. Jika perlu, bentuk pagar pembatas seperti apa : a. Pagar besi b. pagar tanaman c. lainnya………………...

5. Saluran drainase seperti apa yang anda inginkan :

123  

Lanjutan Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian

a. Saluran terbuka b. saluran tertutup c. kombinasi d. tidak perlu

6. Menurut keinginan anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya bersifat : a. Permanen/tetap b. temporer/sementara

7. Peletakan pedagang kaki lima sebaiknya : a. Dipusatkan di tempat tertentu b. tersebar di tempat tertentu c. tersebar dan tidak teratur d. lainnya…………………

8. Tempat parkir pada jalan ini yang anda harapkan : a. Tersebar dan teratur b. disatu tempat c. dimana saja

9. Penerangan/lampu jalan yang anda harapkan : a. Sangat terang b. terang c. remang-remang d. gelap e. lainnya………………….

10. Peletakan papan informasi yang anda harapkan : a. Dipusatkan pada tempat tertentu b. tersebar dan teratur c. tersebar dan tidak teratur d. lainnya……………

11. Penempatan tempat sampah yang anda harapkan : a. Pada tempat yang ramai b. tersebar merata, mudah terjangkau c. tersebar berjauhan d. lainnya……………..

Saran anda untuk perencanaan lanskap pedestrian di jalan ini : ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

126  

 

Lampiran 2. Tabel Jenis Tanaman No Nama Latin Nama Lokal Famili Tipe

Tanaman Bentuk Tajuk

Warna Daun

Warna Bunga

Penyinaran

Kelembaban

Perbanyakan

1 Allamanda cathartica Alamanda Apocynaceae TM S H K T-N S S,B,C 2 Arachis pintoi Kacang-kacangan Leguminaceae GC B H K T S S,A 3 Areca catechu Pinang Arecaceae PT M H P T S B 4 Bougainvillea spectabilis Bogenvil Nyctaginaceae SS S H Pi T S S,B.Sa 5 Canarium hirsutum Kenari Burseraceae PT K H - T S B 6 Cinnamomun burmanii Kayu manis Lauraceae PT P H,M - T S B,S,C 7 Cynodon dactylon Rumput gajah Poaceae GC D H - T S A 8 Ixora javanica Soka Rubiaceae SP S H P T S B,S 9 Lagerstromia speciosa Bungur lythraceae PT B H U T S B,C

10 Nerium oleander Bunga mentega Apocynaceae ST B H K T S S 11 Pinus merkusii Pinus Pinaceae PT K H C N S B,C 12 Polyalthia longifolia Glodokan tiang Annonaceae PS P H K T S B.C 13 Roystonea regia Palm raja Arecaceae PT M H - T S B 14 Swietenia mahogani mahoni Meliaceae PT S H - T S B,C,S 15 Thuja orientalis Cemara kipas Cupressaceae PP P H - T S B,S,C 16 Veitchia merilii Palm putri Arecaceae PS M H - T S B

Keterangan :

Tipe tanaman : TA ( Tanaman Air), E (Epifit), GC (GRoud Cover), SP (Semak Pendek), SS (Semak Sedang), ST (Semak Tinggi),

PP (Pohon Pendek), PS (Pohon Sedang), PT (Pohon Tinggi), TM (Tanaman Merambat)

Bentuk tajuk : B (Bulat), K (Kolumnar), D (Dome), P (Piramidal), O (Oval), M (Menjurai), S (Spread)

Warna Daun/Bunga : H (Hijau), M (Merah), K (Kuning), C (Coklat), Pi (Pink), P (Putih), U (Ungu)

Penyinaran : T (Terbuka), N (Naungan)

Kelembaban : K (Kering), S (Sedang), L (Lembab)

Perbanyakan : A (Anakan), B (Benih/Biji), S (Stek), C (Cangkok), Sa (Sambung)

124

125  

 

Lampiran 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner

Data Responden

 

 

 

 

126  

 

Lanjutan Lampiran 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner

Persepsi/Keadaan umum jalan menurut pemakai jalan

No Pertanyaan Jawaban

A B C D E

1 Kondisi jalur sirkulasi kendaraan di jalan ini menurut Anda saat ini

0 0 7 23 0

2 Kondisi jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda saat ini :

15 10 5 0 0

3 Ketika anda berada di jalan ini sinar matahari yang anda rasakan

18 10 2 0 0

4 Bagaimana menurut anda keamanan di jalan ini

0 10 17 3 0

5 Bagaimana menurut anda keselamatan di jalan ini

0 4 20 6 0

6 Pemandangan di jalan ini menurut anda 0 1 23 4 2

7 Kebersihan jalan ini menurut anda 0 3 17 10 0

8 Penataan tanaman di jalan ini menurut anda 10 0 7 13 0

9 Lebar jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda

0 5 24 1 0

10 Penataan lampu/penerangan di jalan ini menurut anda

27 3 0 0 0

11 Penempatan rambu peringatan di jalan ini menurut anda

8 19 3 0 0

12 Peletakan marka jalan pada jalan ini menurut anda

2 5 23 0 0

13 Penempatan papan informasi di jalan ini menurut anda

2 21 7 0 0

14 Menurut anda keberadaan pedagang kaki lima di trotoar ini

17 5 5 3 0

15 Fasilitas telepon di jalan ini menurut anda : 27 2 1 0 0

16 Keberadaan halte di jalan ini menurut anda : 0 3 8 14 5

127  

 

Lanjutan Lampiran 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner

Keinginan dari pengguna jalan

No Pertanyaan Jawaban

A B C D

1 Jenis tanaman yang ada di sekitar jalan ini 17 8 3 2

2 Motif permukaan jalur pejalan kaki yang diinginkan

7 23 0 0

3 Apakah perlu dibuat pembatas antara pedestrian dan jalan kendaraan

28 2 0 0

4 Jika perlu, bentuk pagar pembatas seperti apa 2 25 3 0

5 Saluran drainase seperti apa yang anda inginkan 7 5 18 0

6 Menurut keinginan anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya bersifat

9 21 0 0

7 Peletakan pedagang kaki lima sebaiknya 19 6 0 5

8 Tempat parkir pada jalan ini yang anda harapkan 20 8 2 0

9 Penerangan/lampu jalan yang anda harapkan 16 13 1 0

10 Peletakan papan informasi yang anda harapkan 15 13 0 2

11 Penempatan tempat sampah yang anda harapkan : 7 23 0 0

128  

 

TANPA SKALA 128 Lampiran 4. Perspektif Stop Area

131  

 

Lampiran 5. Peta Kondisi Eksisting Tapak

        

1  2  3 4

13 

8  9 10

5

11

6

1

14  15 16 17 18

19 

1 20 

1

4

56

7

8

9

10

11  12 

13 

15

1716

18 14

20 

129