Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN TUGAS AKHIR
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PUSAT WISATA KULINER DAN REKREASI CIKARANG
Dengan Penekanan Pada Bentuk dan Penampilan Bangunan
Melalui Pendekatan Arsitektur Organik
Disusun Oleh:
PURWANTA
NIM : 32121034
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI 2018
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Skripsi
untuk disidangkan dengan judul:
PUSAT WISATA KULINER DAN REKREASI CIKARANG
Dengan Penekanan Pada Bentuk dan Penampilan Bangunan Melalui
Pendekatan Arsitektur Organik
Pembimbing I Pembimbing II
(Ir. Harry Miarsono,M.Arch.,M.CP.,Ph.D) (Lia Amelia Megawati, S.Pd., M.T.)
NIDN. 0301056002 NIDN. 0428048503
Mengetahui,
Ketua Program Studi Arsitektur
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa
(Retno Fitri Astuti, S.T., M.T.)
NIDN. 0413097702
iii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI
Telah disidangkan dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi dengan judul:
PUSAT WISATA KULINER DAN REKREASI CIKARANG
Dengan Penekanan Pada Bentuk dan Penampilan Bangunan Melalui
Pendekatan Arsitektur Organik
Menyetujui:
Komisi Penguji Skripsi
Penguji I Penguji II
(Retno Fitri Astuti, S.T., M.T.) (Windi, S.Pd., M.M.)
NIDN. 0413097702 NIDN. 0428028504
Mengetahui,
Ketua Ketua Program Studi Arsitektur
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa
(Dr. Ir. Supriyanto, M.P.) (Retno Fitri Astuti, S.T., M.T.)
NIDN. 0401066605 NIDN. 0413097702
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Purwanta
NIM : 32121034
Judul Skripsi : Pusat Wisata Kuliner dan Rekreasi Cikarang.
Dengan Penekanan pada Bentuk dan Penampilan
Bangunan melalui Pendekatan Arsitektur Organik.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah
laporan maupun kegiatan Perencanaan dan Perancangan yang tercantum sebagai
bagian dari Skripsiini. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan
sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.
Bekasi, 10 November 2018
Yang membuat pernyataan
(Purwanta)
NIM: 32121034
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Purwanta
NIM : 32121034
Program Studi : Arsitektur
Jenis Karya : Perencanaan dan Perancangan Pusat Wisata
Kuliner dan Rekreasi Cikarang
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa Hak Bebas Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Pusat Wisata Kuliner
dan Rekreasi Cikarang”, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan
hak paten royalty noneksklusif ini Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa berhak
menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Bekasi
Pada tanggal : 10 November 2018
Yang Menyatakan,
(Purwanta)
NIM: 32121034
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala, kami memuji-Nya, memohon
pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari
kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang
Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa
yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dengan judul “Pusat
Wisata Kuliner dan Rekreasi Cikarang”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Retno Fitri Astuti, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Arsitektur
Pelita Bangsa.
2. Ir. Harry Miarsono, M.Arch., M.CP., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing 1
3. Lia Amelia Megawati, S.Pd., M.T. selaku Dosen Pembimbing 2
4. Seluruh staff pengajar program Studi Arsitektur
5. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
yang luar biasa.
vii
6. Rekan-rekan mahasiswa arsitektur angkatan 2012 atas kerjasama dan
persahabatan selama masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, laporan
tugas akhir ini tidak akan selesai dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan laporan ini.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Cikarang, November 2018
Penulis
Purwanta
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Halaman Lembar Persetujuan Skripsi......................................................................ii
Halaman Lembar Pengesahan Sidang Skripsi........................................................iii
Halaman Lembar Pernyataan Keaslian...................................................................iv
Halaman Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademik............................................................................................v
Kata Pengantar........................................................................................................vi
Daftar Isi...............................................................................................................viii
Daftar Gambar.......................................................................................................xii
Daftar Tabel...........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah.................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah....................................................................................4
1.4. Batasan Masalah......................................................................................5
1.5. Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................5
1.6. Sistematika Penulisan..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Objek Perancangan...................................................................7
2.1.1 Definisi Objek........................................................................................7
a. Pengertian Pusat................................................................................7
b. Pengertian Wisata..............................................................................8
c. Pengertian Kuliner.............................................................................8
d. Pengertian Rekreasi...........................................................................9
2.1.2. Teori Perancangan Arsitektural..........................................................12
ix
a. Bentuk Dalam Arsitektur.................................................................12
b. Teori Tentang Bentuk......................................................................14
c. Faktor yang Mempengaruhi Bentuk................................................16
d. Ekspresi Bentuk Tampilan Bangunan.............................................18
2.2. Tinjauan Tema Perancangan..................................................................21
2.2.1. Pengertian Organik.............................................................................22
2.2.2. Pengertian Arsitektur Organik............................................................22
2.2.3. Arsitektur Organik Menurut V.M. Lampugnani.................................23
2.2.4. Arsitektur Organik Menurut Frank Lloyd Wright..............................24
2.2.5. Konsep Alam Frank Lloyd Wright.....................................................24
2.2.6. Karakteristik Arsitektur Organik Frank Lloyd wright........................25
2.2.7. Penerapan Arsitektur Organik pada Ekspresi Bangunan....................27
2.2.8. Arsitektur Organik Menurut Alvar Aalto...........................................31
2.3. Studi Empiris.........................................................................................33
2.3.1. Studi Banding Arsitektur Organik......................................................33
a. Kaufman House (The Falling Water)..............................................33
b. One & Ortakoy, Istambul................................................................34
2.3.2. Studi Banding Pusat Wisata Kuliner..................................................35
a. Dusun Bambu..................................................................................35
b. Kampung Daun...............................................................................38
c. Floating Market...............................................................................43
BAB III ANALISA PERANCANGAN
3.1. Lokasi....................................................................................................45
3.1.1 Analisa Lokasi dan Posisi Site Terhadap Kawasan Lingkungan.........45
3.1.2. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Sebagai Tapak Rancangan........46
3.1.3. Analisa Tata Guna Lahan...................................................................47
x
3.1.4. Analisa Pencapaian Site......................................................................48
3.1.5. Analisa View......................................................................................48
3.1.6. Analisa Angin, Vegetasi dan Matahari...............................................50
3.1.7. Analisa Kebisingan.............................................................................51
3.2. Analisa Kegiatan....................................................................................52
3.2.1. Analisa Pengguna dan Kegiatan.........................................................52
3.2.2. Deskripsi Perilaku...............................................................................55
3.2.3. Pola Hubungan Antar Ruang..............................................................57
3.3. Analisa Fungsional................................................................................64
3.3.1. Analisa Jumlah Pengunjung dan Jumlah Parkir.................................64
3.3.2. Analisa Besaran Ruang.......................................................................66
BAB IV KONSEP PERANCANGAN
4.1. Konsep Dasar.........................................................................................75
4.2. Konsep Tapak........................................................................................76
4.3. Konsep Bangunan..................................................................................83
a. Konsep Bentuk................................................................................83
b. Konsep Penampilan Bangunan........................................................85
c. Konsep Fungsi dalam Bangunan.....................................................87
d. Konsep Struktur Bangunan.............................................................89
BAB V HASIL PERANCANGAN
5.1 Site Plan..................................................................................................90
5.2 Main Entrance.........................................................................................91
5.3 Parkir Pengunjung dan Pengelola...........................................................92
5.4 Plaza........................................................................................................93
5.5 Toko Souvenir, Office dan Ruang Serba Guna......................................94
5.6 Restoran..................................................................................................95
xi
5.7 Saung/Gazebo.........................................................................................96
5.8 Cafe.........................................................................................................97
5.9 Kolam Renang........................................................................................98
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan............................................................................................99
6.2. Saran....................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................101
LAMPIRAN.........................................................................................................103
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sydney opera house. ………………………………… ..... ………….. 17
Gambar 2.2 Nagaki Capsule building....................................................................18
Gambar 2.3 The Falling Water ………………………………… . ………………..3 3
Gambar 2.4 Kantilever yang memanjang pada The Falling Water ………...…….3 4
Gambar 2.5 One & Ortakoy, istambul …………… ……………………………...3 4
Gambar 2.6 Burangrang Café…………………… …………………… .. ………..3 6
Gambar 2.7 Saung Purbasari…………………… …………………......…………3 7
Gambar 2.8 Lutung Kasarung …………………… …………………………. ..….3 7
Gambar 2.9 Kampung Layung …………………… ………………………...……3 8
Gambar 2.10 Kampung Daun…………………… ………………………………3 8
Gambar 2.11 Suasana malam di Kampung Daun … ………………………..……3 9
Gambar 2.12 Saung Kampung Daun…………… ………………………………. 40
Gambar 2.13 Interior Kampung Daun …………… …………… …………...…… 41
Gambar 2.14 Site plan Kampung daun…………… ……………………………..4 2
Gambar 2.15 Floating Market Lembang Bandung ………………………………4 3
Gambar 2.16 Suasana di dalam Floating Market ……………………….………..4 4
Gambar 3.1 Peta lokasi perancangan…………… …………………………...…4 5
Gambar 3.2 Kondisi eksisting lahan……………… ………… ... …………...……4 7
Gambar 3.3 Tata Guna Lahan…………………… ………………………………4 7
Gambar 3.4 Pencapaian Menuju Site…………………………………………….4 8
Gambar 3.5 View dari luar ke dalam …………… ……………………………….4 9
Gambar 3.6 View dari dalam ke luar …………… …………………………...….. 50
Gambar 3.7 Analisa angin, vegetasi dan matahari ………………… .. ………...… 50
xiii
Gambar 3.8 Analisa kebisingan.............................................................................51
Gambar 3.9 Diagram alur kegiatan pengelola........................................................55
Gambar 3.10 Diagram alur kegiatan karyawan.....................................................56
Gambar 3.11 Diagram alur kegiatan pedagang......................................................56
Gambar 3.12 Diagram alur kegiatan pengunjung..................................................56
Gambar 3.13 Diagram alur kegiatan service..........................................................57
Gambar 3.14 Skema hubungan ruang kegiatan penerimaan.................................57
Gambar 3.15 Skema hubungan ruang kegiatan makan dan minum......................58
Gambar 3.16 Skema hubungan ruang kegiatan belanja........................................59
Gambar 3.17 Skema hubungan ruang kegiatan bermain dan rekreasi..................61
Gambar 3.18 Skema hubungan ruang kegiatan penunjang...................................62
Gambar 3.19 Skema hubungan ruang kegiatan servis..........................................63
Gambar 4.1 Penzoningan tapak..............................................................................77
Gambar 4.2 Pencapaian menuju tapak...................................................................78
Gambar 4.3 Pola tatanan massa.............................................................................80
Gambar 4.4 Konsep Main Entrance.......................................................................81
Gambar 4.5 Konsep jalan.......................................................................................82
Gambar 4.6 Konsep parkir dilahan berkontur........................................................82
Gambar 4.7 Konsep sistem parkir..........................................................................83
Gambar 4.8 Konsep bentuk dasar..........................................................................84
Gambar 4.9 Konsep Bangunan..............................................................................85
Gambar 4.10 Material yang dipakai.......................................................................86
Gambar 4.11 Konsep fasade..................................................................................87
Gambar 4.12 Konsep tempat makan......................................................................87
xiv
Gambar 4.13 Konsep kolam renang.......................................................................88
Gambar 4.14 Konsep struktur bangunan...............................................................89
Gambar 5.1 Site Plan..............................................................................................90
Gambar 5.2 Main Entrance....................................................................................91
Gambar 5.3 Parkir Pengunjung dan Pengelola......................................................92
Gambar 5.4 Plaza...................................................................................................93
Gambar 5.5 Toko Souvenir, Office dan Ruang Serba Guna..................................94
Gambar 5.6 Restoran..............................................................................................95
Gambar 5.7 Saung/ Gazebo....................................................................................96
Gambar 5.8 Cafe....................................................................................................97
Gambar 5.9 Kolam Renang....................................................................................98
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Sifat Bahan Bangunan………… ………………………... …….. 30
Tabel 3.1 Analisa pengguna dan kegiatan..............................................................55
Tabel 3.2 Data jumlah penduduk Kab. Bekasi tahun 2010-2015..........................64
Tabel 3.3 Analisa besaran ruang............................................................................74
Tabel 4.1 Konsep dasar perancangan.....................................................................76
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fenomena hidup di perkotaan saat ini tidak terlepas dari kesibukan,
kemacetan dan gaya hidup. Fenomena tersebut akan menimbulkan tekanan dan
stress. Dalam masyarakat perkotaan yang penuh dengan tekanan dan stress,
kecenderungan untuk melakukan sebuah aktivitas yang berbeda dari rutinitas
mereka sehari-hari semakin meningkat. Aktivitas yang dianggap cukup untuk
memberikan rileksasi sesaat dari kepenatan.
Untuk memulihkan kejernihan pikiran, mendapatkan inspirasi baru,
bersenang-senang dan kesegaran baru, itulah tujuan mereka ketika mereka
merasakan mendapat tekanan hidup, stress, jenuh dan tegang setelah melakukan
aktifitas yang mereka kerjakan. Salah satu kegiatan yang dapat mereka lakukan
untuk mengisi dan mendapatkan apa yang mereka inginkan adalah dengan wisata.
Salah satu bentuk wisata yang saat ini menjadi gaya hidup adalah wisata
kuliner. Wisata kuliner sangat berbeda dengan wisata umumnya, karena wisata ini
lebih mengunggulkan makanan, kepuasan rasa dan kekhasan suatu makanan atau
sajian. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer dalam hidup,
sehingga menjadi salah satu faktor peningkatan permintaan pasar dalam hal
tempat kuliner khususnya Cikarang.
2
Kabupaten Bekasi adalah sebuah Kabupaten di Propinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kabupaten ini berada tepat di sebelah timur Jakarta, berbatasan dengan
Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta di barat, Kabupaten Karawang di timur dan
Kabupaten Bogor di selatan. Kabupaten Bekasi terdiri atas 23 Kecamatan, yang
dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Cikarang merupakan salah satu
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi. Pada awalnya merupakan
wilayah yang mayoritas penduduknya adalah petani, kemudian mengalami
perubahan dengan adanya pembangunan kawasan industri. Hal ini juga
menimbulkan banyaknya pendatang dari luar daerah, sehingga terjadi kenaikan
tingkat urbanisasi ke wilayah Cikarang.
Cikarang mempunyai kegiatan utama yang paling dominan terdiri dari
area perindustrian, perdagangan, perkantoran, pemerintahan dan perumahan.
Dengan banyaknya aktivitas masyarakat Cikarang, semakin menambah ramai dan
sibuknya masyarakat. Hal itu berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat dalam
hal berwisata kuliner dan rekreasi.
Namun, untuk mewadahi aktivitas tersebut di Cikarang masih terbatas
jumlahnya. Selain jumlahnya yang terbatas, tempat wisata kuliner yang ada masih
sedikit sekali yang mengusung konsep berwisata kuliner sekaligus tempat
rekreasi. Saat ini masyarakat memandang kuliner bukan saja sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan untuk makan. Namun lebih dari itu, makanan kini sudah
bertranformasi menjadi sebuah pemenuhan kebutuhan untuk refreshing juga.
Sehingga banyak masyarakat yang menuju ke suatu tempat makan bukan saja
karena lapar, namun juga butuh untuk berwisata. Dengan adanya trend pada
masyarakat tersebut menuntut sebuah tempat yang dapat menampung aktivitas
3
tersebut. Dengan adanya wadah tersebut diharapkan dapat memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat.
Dalam dunia arsitektur, bangunan dapat memperlihatkan sebuah ekspresi.
Ekspresi itu menjadi suatu media komunikasi untuk memperlihatkan apa fungsi
bangunan tersebut, bangunan itu seperti apa rupanya, sebesar apa bangunannya
dan berbagai pernyataan lainnya yang muncul dalam benak seseorang yang
melihat bangunan tersebut. Sehingga tampilan bangunan merupakan salah satu
faktor penting yang dapat memberi kesan awal pada orang yang melihatnya.
Dalam kaitannya dengan Pusat Wisata Kuliner dan Rekreasi, ekspresi tak
lepas dari peran bentuk. Bentuk itu sendiri merupakan unit yang mempunyai
unsur garis, lapis, volume, tekstur dan warna, dimana kombinasi keseluruhan
unsur tersebut dan juga setelah dikombinasikan dengan skala, irama dan proporsi
akan menghasilkan suatu ekspresi serta memunculkan citra atau image pada
bangunan.
Untuk dapat menciptakan citra atau image sebuah bangunan yang selaras
dengan lingkungan maka diperlukan suatu konsep arsitektur yang dekat dan
menyatu dengan alam. Konsep arsitektur organik dinilai tepat untuk diaplikasikan
dalam perancangan Pusat Wisata Kuliner dan Rekreasi ini. Dengan konsep
arsitektur organik tersebut, yang diwujudkan dengan suatu sentuhan tampilan
bangunan yang dapat mengekspresikan sebuah bangunan yang dekat dan menyatu
dengan alam, sehingga diharapkan menjadi daya tarik bagi pengunjung Pusat
Wisata Kuliner dan Rekreasi ini. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas,
maka penulis mengangkat hal ini sebagai bahan tugas akhir dengan judul “Pusat
Wisata Kuliner dan Rekreasi Cikarang”
4
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi
permasalahannya yaitu
a) Tingkat kesibukan masyarakat perkotaan semakin meningkat. Dengan
kesibukan tersebut menimbulkan tekanan dan stres, sehingga butuh
tempat untuk berileksasi. Salah satunya yaitu dengan cara berwisata
kuliner.
b) Adanya perubahan gaya hidup masyarakat saat ini, tempat wisata
kuliner tidak hanya sebagai tempat untuk menghilangkan rasa lapar
saja, melainkan juga sebagai tempat untuk rekreasi.
c) Dengan kondisi perkotaan yang sangat padat, kebutuhan akan tempat
wisata yang dekat dan menyatu dengan alam sangat tinggi, sehingga
membutuhkan suatu lokasi yang dirancang dengan konsep arsitektur
yang dekat dan menyatu dengan alam. Rancangan yang tepat adalah
yang mengusung konsep arsitektur organik.
1.3. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
a) Bagaimana mendesain sebuah Pusat Wisata Kuliner yang dipadukan
dengan tempat rekreasi?
b) Bagaimana program ruang, kebutuhan ruang dan hubungan antar
ruang dalam Pusat Wisata Kuliner & Rekreasi ini?
5
c) Bagaimana penerapan tema arsitektur organik kedalam rancangan
Pusat Wisata Kuliner & Rekreasi yang menekankan pada bentuk dan
penampilan bangunan?
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah, maka perlu dibuat suatu batasan
masalah. Adapun batasan masalah pada perencanaan dan perancangan Pusat
Wisata Kuliner dan Rekreasi ini terbatas pada bentuk dan tampilan bangunan.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk menyusun konsep
perencanaan dan perancangan pusat wisata kuliner yang dipadukan dengan tempat
rekreasi dengan menerapkan tema Arsitektur Organik pada bentuk dan
penampilan bangunan yang meliputi:
a. Konsep perancangan tapak yang meliputi konsep penzoningan,
konsep pencapaian, konsep orientasi dan tata masa bangunan
b. Konsep tampilan fisik bangunan yang meliputi konsep bentuk dan
Penampilan bangunan
c. Konsep fungsi dalam bangunan yang meliputi konsep tempat makan
dan konsep tempat rekreasi
Dengan karya tulis tugas akhir ini, penulis berharap dapat menambah
wawasan ilmu arsitektur mengenai desain sebuah Pusat Wisata Kuliner dan
rekreasi dengan tema arsitektur organik yang diterapkan dalam bentuk dan
penampilan bangunan.
6
1.6 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Berisi tentang tinjauan objek perancangan, tinjauan tema perancangan dan studi
empiris.
Bab III Analisa Perancangan
Berisi tentang analisa lokasi meliputi deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai
tapak rancangan, tata guna lahan, analisa pencapaian site, analisa view, angin,
vegetasi & matahari, analisa kebisingan. Analisa kegiatan meliputi analisa
pengguna dan kegiatan, deskripsi perilaku, pola hubungan antar ruang. Analisa
fungsional meliputi analisa jumlah pengunjung dan jumlah parkir, analisa besaran
ruang.
Bab IV Konsep Perancangan
Berisi tentang Konsep dasar, konsep tapak, konsep bangunan yang meliputi
konsep bentuk, konsep penampilan bangunan, konsep fungsi dalam bangunan,
konsep struktur bangunan
Bab V Hasil Perancangan
Berisi tentang site plan, main entrance, parkir pengunjung dan pengelola, plaza,
toko souvenir, office, ruang serba guna, restoran, saung/gazebo, cafe, kolam
renang.
Bab VI Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Objek Perancangan
Tinjauan objek perancangan di dalamnya mengandung definisi objek dan
teori perancangan arsitektural. Objek yang akan dirancang adalah Pusat Wisata
Kuliner dan Rekreasi yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.
2.1.1. Definisi Objek
a. Pengertian Pusat
Pusat dalam bahasa Inggris (centre) di dalam buku Oxford Learner’s
Pocket Dictionary (1991) disebutkan bahwa ‘center’ adalah “place for a
particular activity” atau dalam bahasa Indonesia yaitu tempat untuk aktivitas
tertentu atau kegiatan khusus. Secara rinci menurut WJS Poerwadarminta (1976),
pusat berarti pokok, pangkal atau yang menjadi tumpuan, dan bersifat
mengumpulkan. Pusat (center) juga dapat diartikan sebagai titik poin yang
menjadi tempat tujuan yang menarik bagi banyak orang untuk menuju tempat
tersebut.
Menurut Undang-undang Kepariwisataan Nomor 9, tahun1990, Bab I
Pasal 1: Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek
dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata tersebut mengandung empat unsur,
yaitu kegiatan perjalanan, dilakukan secara sukarela, bersifat sementara,
8
perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan
daya tarik wisata.
b. Pengertian Wisata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1994: 1130)
Wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang, dan sebagainya). Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour
yang secara etimologi berasal dari kata torah (ibrani) yang berarti belajar, tornus
(bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa
Perancis kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang
memberi padanan kata wisata dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan,
namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata. Dari hal tersebut
dipaparkan bahwa wisata memiliki lima karakteristik, diantaranya (Suyitno,
2001):
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek wisatawan akan
kembali ke tempat asalnya.
2. Melibatkan komponen-komponen wisata, misalnya sarana transportasi,
akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi
wisata.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya
dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah
yang dikunjungi.
9
c. Pengertian Kuliner
Menurut bahasa Melayu (2009) dalam Patimah (2012) “Kuliner adalah
hasil olahan yang berupa masakan, masakan tersebut berupa lauk-pauk, makanan
(panganan) dan minuman”. Kuliner adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pangan dan makanan mulai dari bahan-bahan mentah sampai pada proses
pengolahan dan penyajian.
d. Pengertian Rekreasi
Beberapa pengertian tentang rekreasi, antara lain:
1. Nurlan Kusmaedi (2002:2) menjelaskan sebagai berikut:
Rekreasi adalah suatu kegiatan pengisi waktu luang yang melibatkan
fisik, mental/emosi dan sosial yang mengandung sifat pemulihan kembali kondisi
seorang dari segala beban yang timbul akibat kegiatan kegiatan sehari-hari dan
dilaksanakan dengan kesadaran sendiri.”
2. Marjono (2002:3) menjelaskan bahwa:
Rekreasi adalah kegiatan yang dikerjakan oleh seorang atau secara
bersama-sama dengan orang lain dalam waktu senggang secara sadar dan sukarela
untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan serta kesegaran pribadi dengan
secara langsung dan segera”.
3. Manuel (1997) mengidentifikasikan dan mengelompokan kegiatan rekreasi ke
dalam 5 kategori yaitu :
1) Kegiatan rekreasi dilaksanakan didalam / disekitar rumah seperti
menonton televisi, mendengarkan radio, membaca buku, berkebun,
dan mengerjakan suatu hobi.
10
2) Kegiatan rekreasi bernilai sosial tinggi seperti melakukan hiburan
keluar, makan keluar, mengunjungi penginapan.
3) Kegiatan rekreasi yang mengejar / mencari budaya dan artistic seperti
mengunjungi teater, konser, dan pameran seni.
4) Kegiatan rekreasi yang mengejar olahraga yang aktif seperti renang,
golf dan tennis.
5) Kegiatan rekreasi out door informal seperti piknik, mengendarai untuk
kesenangan, dan melihat pemandangan.
Kesimpulan beberapa ciri-ciri dari rekreasi, seperti berikut :
1. Rekreasi adalah suatu aktivitas yang bersifat fisik, mental, maupun
emosional, rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak selalu bersifat non
aktif.
2. Aktifitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu, semua
kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia dapat dijadikan aktivitas
rekreasi asalkan saja dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi
tujuan dan maksud-maksud positif daripada rekreasi.
3. Rekreasi dilakukan karena terdorong oleh keinginan atau mempunyai
motif-motif yang sekaligus memilih gerakan atau bentuk dan macam
aktivitas yang hendak dilakukan.
4. Rekreasi hanya dilakukan pada waktu senggang (leisure time), ini berarti
bahwa semua kegiatan yang tidak dilakukan dalam waktu senggang
tersebut tidak dapat digolongkan sebagai kegiatan rekreasi.
11
5. Rekreasi dilakukan secara bebas dari segala bentuk dan macam paksaan,
hal ini adalah penting bagi sifat kegiatan rekreasi sebagai sarana untuk
dapat menyatakan diri secara bebas.
6. Rekreasi bersifat universal yang merupakan bagian daripada kehidupan
manusia, dari semua bangsa, dan tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin,
pangkat, serta kedudukan sosial.
7. Rekreasi dilakukan secara sungguh-sungguh dan mempunyai maksud-
maksud tertentu; banyak orang menganggap bahwa rekreasi tidak bersifat
sungguh-sungguh karena justru ingin mendapatkan kesenangan. Anggapan
tersebut kurang tepat dan merupakan salah pengertian dari sekian banyak
orang. Justru karena ingin mendapatkan kesenangan dan kepuasan
kegiatan rekreasi harus dilakukan secara sungguh-sungguh.
Rekreasi adalah fleksibel, ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh tempat,
dimana saja sesuai dengan bentuk dan macam kegiatan rekreasi dapat dilakukan.
Selanjutnya rekreasi dapat juga dilakukan oleh perorangan atau kelompok.
Menurut Mayer (1991), rekreasi mempunyai sembilan ciri. Ciri-ciri
tersebut adalah berupa kegiatan, bentuknya bervariasi, dilatar belakangi oleh
motivasi, dilakukan secara rutin, bersifat sukarela, fleksibel, merupakan produk
sampingan, besifat universal dan diperlukan, serta serius dah serbaguna. Dari
sembilan cirri-ciri tersebut, maka jenis rekreasi beragam, tidak selalu bertamasya
ke tempat-tempat wisata atau berupa kegiatan fisik.
Menurut Basuni dan Soedargo (1988), rekreasi dapat dibedakan
berdasarkan sifatnya, yaitu aktif dan pasif. Rekreasi aktif menekankan pada
manfaat fisik dari pada mental, sebagai contohnya adalah olahraga memanjat
12
tebing dan aktifitas yoga. Sedangkan rekreasi pasif sebaliknya, lebih berorientasi
pada manfaat mental dari pada fisik. Contohnya seperti membaca buku di
perpustakaan atau menonton televisi di rumah atau menonton film bersama
keluarga ataupun teman di bioskop.
Sementara rekreasi menurut tempat tujuannya dibedakan menjadi
rekreasi indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan). Rekreasi indoor
mulai dari membaca buku di perpustakaan, menonton orchestra di gedung
pertunjukan, makan bersama di restoran indor yang terkenal, hingga berkutat
dengan hobi di rumah. Sedangkan rekreasi outdoor seperti rafting di sungai,
mendaki gunung, berenang dan berjalan-jalan di taman hiburan, dll.
Kesimpulan dari objek rancangan adalah Pusat Wisata Kuliner dan
Rekreasi merupakan sebuah pusat atau tempat tujuan yang menarik bagi banyak
orang untuk menikmati aneka macam hidangan/masakan sekaligus sebagai tempat
untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan serta kesegaran badan & pikiran.
2.1.2 Teori Perancangan Arsitektural
a. Bentuk Dalam Arsitektur
Menurut Agung Sri Maryanto (2006) dalam Tugas Akhir Penampilan
Bangunan yang Sinergis dengan Fungsi Bangunan Jogjacomtech, Fakultas Teknik
Arsitektur Universitas Sebelas Maret, Surakarta, dikatakan bahwa bentuk adalah
satu unsur yang tertuju langsung pada mata dan bendanya merupakan suatu unsur
yang tertuju pada jiwa dan akal budi manusia. Benda dan ukurannya saling
bekerja sama untuk menghasilkan nilai-nilai dan emosi. Selain itu, pada satu
pihak memberikan gambaran bahwa bentuk pada suatu karya arsitektur dapat
13
menyampaikan arti kepada yang terlibat secara visual yaitu masyarakat. Di lain
pihak bentuk merupakan ungkapan dari berbagai kekuatan yang mewakilkan
arsitek sebagai perwujudan karyanya dan untuk menyampaikan arti yang
dikandung oleh bentuk itu sendiri.
Suatu bentuk dapat berfungsi sebagai media komunikasi yang dapat
disamakan dengan bahasa sebagai media komunikasi lisan atau tulisan. Agar
masyarakat mengerti bahasa yang dikemukakan, bahasa tersebut harus
mengandung arti serta susunan dalam kerangka kalimat dan kerangka tersebut
harus tersusun secara utuh dan jelas.
Bentuk merupakan suatu hasil kreasi desain. Bentuk adalah apa yang kita
lihat pada bangunan atau desain, menyangkut bahan dan perlengkapan bangunan.
Bentuk tidak dibatasi pada satu bagian bangunannya saja, tetapi menyangkut
keseluruhan dari bentuk yang disampaikan. Pengertian mengenai bentuk
dikemukakan pula oleh beberapa arsitek ternama, antara lain :
Alvar Aalto: bentuk merupakan media bagi arsitek untuk menyampaikan
informasi melalui kesan yang ditampilkan.
Mies Van de Rohe: bentuk adalah wujud dari penyelesaian akhir dari
konstruksi
Hugo Haring: bentuk adalah suatu perwujudan dari organisasi ruang yang
merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas
usaha pernyataan diri dan pertimbangan fungsi.
Bentuk menurut Walter Grophius dibedakan menjadi 2, yaitu: bentuk
teknik (technical form), bentuk seni (art form), dimana keduanya berusaha
dipertemukan sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedangkan kekompakan
14
bentuk menurutnya adalah: “bentuk konseptual yang jelas, yang
tertangkap dalam sekali pandang tanpa sedikitpun ingatan akan rumitnya
organisme teknisnya”. Menurutnya cita rasa merupakan sumber dari
bentuk. Karenanya dia adalah salah seorang arsitek beraliran ekspresionis,
yang berpendapat bahwa asal-usul bentuk adalah interior ruang.
Prinsip bentuk dari Frank Lloyd Wright berbeda dengan Grophius. Ia
mencoba membuat bentuk horizontal mengikuti bentuk permukaan bumi.
Dia mempunyai keinginan: “ . . . untuk menyebarkan bangunan-bangunan
yang pernah ada dalam iklim-iklim ekstrim kita sekedar menyerupai
sebuah kotak, yang dipotong-potong menjadi apartemen-apartemen,
menjadi sebuah ekspresi yang lebih organis”. Dalam hal ini dia mencoba
menyatukan bentuk dan fungsi, analog dengan fenomena alam, alam telah
mengajarkan bagaimana bangunan dapat harmonis dengan lingkungannya.
Harmonis dalam hal ini dapat dilihat dari harmoni bentuk yang juga
bersumber pada fungsi-fungsi batin, yaitu: kegunaan yang tepat dari
material dan bahan yang digunakan.
b. Teori Tentang Bentuk
Teori bentuk itu ada beberapa macam, salah satunya adalah bentuk
berasal dari daya imajinasi kreatif sampai berasal dari pengaruh fungsi dan iklim.
Berikut merupakan teori yang lain tentang asal-usul bentuk yang dikemukakan
oleh Gelemter (1995) dalam buku Tugas Akhir Fauzan, 2004, Redesain
Bengawan Sport Center, Fakultas Teknik Arsitektur UNS, Surakarta, yaitu:
1. Bentuk Arsitektural terbentuk sesuai dengan fungsinya.
15
Dalam teori ini, suatu bangunan yang bagus adalah bangunan yang
terbentuk karena berbagai pengaruh fisik, sosial, psikologi dan fungsi
simbolis. Sebagai contoh adalah bentuk ideal untuk suatu bangunan
konser hall, yang dihasilkan dengan meletakkan jalur penanda yang
mudah terlihat, bentuk dan lokasi foyer harus memperhatikan pergerakan
orang dari dan ke tempat duduk mereka, dan juga tampak luar harus
terbentuk dari simbolisasi konser hall sebagai fokus dari kebanggan kota.
2. Bentuk terbentuk dari proses imajinasi.
Pada teori ini ide bentuk arsitektur murni berasal dari intuisi dan
kemampuan dari perancang. Bentuk yang tercipta merupakan perasaan
khusus dari si perancang dalam membuat bentuk-bentuknya, atau
menempatkan ide lama bersama dengan yang baru dan jalan yang belum
pernah dipakai sebelumnya.
3. Bentuk terbentuk karena spirit of age.
Dalam hal ini perancang dalam mendesain bentuk terpengaruh oleh
adanya spirit of age, ada suatu kemungkinan seorang perancang mengikuti
gaya tertentu dari arsitek yang lain, di sini ada pengaruh psikologi dalam
pembentukan bentuk yang terjadi.
4. Bentuk arsitektural dapat dibedakan dengan adanya pengaruh kondisi
sosial ekonomi.
Seperti halnya teori bentuk ketiga, yaitu spirit of age, teori ini
mengemukakan bahwa usaha artistis seseorang terpengaruh oleh usaha
yang berkembang saat ini. Tetapi kondisi sosial ekonomi berpengaruh
terhadap bentukan bangunan yang terjadi, di sini ada suatu hirarki sosial
16
sebagi refleksi individual. Dalam hal ini terdapat bentuk-bentuk khusus
yang berkaitan dengan adanya faktor sosial ekonomi seseorang atau
pemberi order.
5. Bentuk arsitektural berasal dari prinsip waktu dari bentuk yang
merefleksikan kelebihan atau kekhususan si arsitek, budaya dan iklim.
Dalam teori ini lebih menekankan pada keunikan bentukan bangunan itu
sendiri. Sehingga ada berbagai macam bentuk bangunan dalam usaha
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, iklim dan alam
sekitarnya. Sebagai hasilnya bangunan yang dihasilkan mempunyai
bentukan yang khusus sesuai dengan ide si arsitek.
c. Faktor yang Mempengaruhi Bentuk
Perwujudan suatu bentuk tidak lepas dari pengaruh tuntutan kebutuhan
aktivitas pemakai, tuntutan kepuasan akan keindahan dan keamanan
(Hendraningsih,1992)
1. Fungsi
Peranan fungsi menyangkut pemenuhan terhadap aktivitas manusia yang
timbul akibat kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan jasmani maupun
rohani
2. Simbol
Dalam dunia arsitektur, pengenalan simbol dapat dikaitkan dengan peran
simbol ini sendiri, kesan yang ditimbulkan oleh bentuk simbolis dan
pesan yang langsung disampaikan oleh simbol yang semuanya
17
ditimbulkan oleh bentuk simbolis dan pesan yang langsung disampaikan
oleh simbol yang semuanya ditampilkan pada bentuk-bentuk tertentu.
Simbol yang agak tersamar, simbol ini menyatakan peran dari suatu
bentuk sebagai contoh gerigi pada atap sebuah pabrik
(Hendraningsih, 1992)
Symbol Methapor. Masyarakat mempunyai pandangan tertentu
terhadap suatu bentuk bangunan yang dilihat dan diamatinya, baik
sebagian maupun keseluruhan bangunan dan pandangan ini
tergantung dari latar belakang mereka yaitu tingkat kecerdasan dan
pengalamannya, sebab mereka cenderung membandingkan
bangunan yang dilihatnya dengan sesuatu benda yang lain.
Metaphor merupakan suatu benda lain, makhluk hidup atau
perumpamaan lain yang mereka ketahui. Contoh :
a) Sidney Opera House, tanggapan dari pengamat lain tentang
bangunan antara lain seperti bunga, tumpukan kerang, layer
kapal, deretan kura-kura yang sedang bercinta.
Gambar 2.1 Sydney Opera House
b) Nagakin Capsule Building, tanggapan dari pengamat lain
tentang bangunan ini antara lain seperti tumpukan sugar
cube, dan tumpukan mesin cuci tua.
18
Gambar 2.2 Nagaki Capsule Building
Simbol sebagai unsur pengenal, merupakan bentuk-bentuk yang sudah
dikenal secara umum oleh masyarakat melalui ciri khas dan fungsi dari
bangunan tersebut. Contohnya seperti kubah pada bangunan masjid.
3. Sistem Struktur
Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur juga mengalami
perkembangan, baik dari konstruksinya, bahan, maupun metode
pembangunannya. Dengan demikian sangat besar kemungkinan dalam
menciptakan struktur yang kuat dan indah yang berpengaruh besar
terhadap penampilan bentuk yang terwujud.
d. Ekspresi Bentuk Tampilan Bangunan
1. Konsep bentuk bangunan dalam arsitektur
Bentuk dalam arsitektur adalah suatu media atau alat komunikasi untuk
menyampaikan arti yang dikandung oleh bentuk itu sendiri atau alat untuk
menyampaikan pesan tertentu dari arsitek kepada masyarakat sebagai penerima
(Hendraningsih, 1992).
Bentuk mempunyai peran yang lahir dari fungsi, selain itu bentuk sendiri
juga diwujudkan oleh bahan, struktur dan simbol. Bentuk bangunan yang
19
berfungsi, secara lahiriah mengungkapkan maksud dan tujuan bangunan, disertai
dengan pengertian ilusinya.
2. Elemen bangunan sebagai pendukung penampilan bangunan
Terdapat elemen fisik yang penting dalam arsitektur Rob Krier untuk
mengkomunikasikan penampilan bangunan, yaitu :
a. Fasade bangunan (eksterior). Fasade merupakan elemen arsitektur yang
paling penting dalam kemampuannya untuk mengkomunikasikan fungsi
sebuah bangunan
b. Ruang dalam (interior). Kesatuan terkecil pada bangunan adalah ruang-
ruang yang kualitasnya sangat menentukan citra bangunan tersebut
c. Denah dan massa bangunan, meskipun kecil peranannya tetapi denah dan
massa bangunan juga ikut berperan dalam mengkomunikasikan
penampilan bangunan tersebut.
Selain hal tersebut di atas elemen-elemen lain yang dapat mendukung
terwujudnya suatu ekspresi bangunan yang diinginkan yaitu:
a. Tekstur (Sutedjo, 1982: 57)
Tekstur pada dasarnya mempunyai asosiasi dari sumber rekaman
pengalaman. Tekstur ada dua macam, yaitu tekstur halus dan tekstur kasar.
Tekstur halus mempunyai sifat menyenangkan dan meyakinkan, sedangkan
tekstur kasar mempunyai sedikit peringatan mungkin akan cukup kuat untuk
memberikan kesan ancaman, dan sebagai tambahan mengingatkan kita pada
kekuatan yang agresif yang menjadikannya.
Suatu tekstur dari bentuk, dapat menguatkan atau mengurangi kesan yang
secara dasar ditimbulkan oleh bentuk itu sendiri. Tekstur juga mempunyai
20
kekuatan untuk mengubah penampilan bentuk dengan mendesak dan
mengalahkan pengertian bentuknya. Suatu tekstur yang kasar yang diberikan pada
bentuk yang sebetulnya tegas dan tepat, akan cenderung menjadikan bentuk
tersebut amorf, karena selain membangkitkan indera peraba, tekstur tersebut juga
menipu mata pada batas yang telah ditetapkan secara tegas dan tepat.
Suatu permukaan yang halus dan lunak, menonjolkan perbedaan cahaya
dengan bayangan, mempunyai efek yang berbeda tapi bila digosok sehingga
seperti kaca perbedaan antar cahaya dan bayangan berkurang. Dengan adanya
pantulan, benda yang mempunyai kesan padat menjadi kurang padat dalam
penampilannya. Tekstur tidak hanya mengatur kualitas kepadatan, tetapi
digunakan juga untuk mengatur “perasaan akan ruang” terutama pada peralihan
dari ruang luar ke ruang dalam
b. Pola
Pola dibentuk oleh:
Garis Vertikal : kesan tinggi dan kuat
Garis Horizontal : memberi kesan tenang dan keras
Garis Diagonal : garis untuk pergerakan/ movement
Garis Lengkung : kesan dinamis dan fleksibel
c. Bentuk/massa (Sutedjo, 1982: 43)
Bentuk merupakan unit yang mempunyai unsur garis, lapisan, volume,
tekstur dan warna. Kombinasi keseluruhan unsur warna tersebut yang
menghasilkan suatu ekspresi. Unit-unit tadi dapat berdiri sendiri secara
keseluruhan atau merupakan bagian dari bagian yang lebih besar.
21
Untuk menganalisa bentuk sebaiknya diadakan penilaian hubungan
timbal balik antara bagian-bagian bentuk dan bentuk keseluruhan, karena sifat
bagian bentuk ditentukan oleh:
Tingkat pemusatannya.
Kemampuannya untuk bergabung dengan bagian bentuk lain.
Hal ini dapat dirasakan secara naluri tetapi perlu dikaitkan dengan
berbagai unsur bentuk lainnya seperti skala, proporsi, irama dan sebagainya.
Sedangkan faktor-faktor yang mewujudkan bentuk antara lain fungsi, symbol dan
teknologi struktur dan bahan
d. Warna (Asri, 1986: 43-45)
Warna dalam suatu desain bangunan merupakan suatu elemen yang tidak
mungkin diabaikan. Warna banyak memberi pengaruh pada kehidupan manusia
secara konstan dan mendalam. Selain itu warna juga sangat berpengaruh terhadap
pembentukan suasana, terutama untuk membangkitkan emosional pemakai (secara
psikologis). Setiap jenis warna mempunyai kepribadiannya sendiri. Penggunaan
warna secara tepat, dapat menimbulkan imajinasi seseorang atau dapat
menimbulkan suasana hati yang kita inginkan.
Dengan memahami sifat dan karakteristik warna, kita dapat
mengekspresikan individualitas sebuah bangunan dan menciptakan ruang yang
nyaman dan “mengundang” pemakai yang ada didalamnya.
2.2 Tinjauan Tema Perancangan
Arsitektur Organik merupakan topik yang dipakai dalam proyek ini,
sehingga teori-teori Arsitektur Organik menjadi teori utama yang dipakai
22
2.2.1 Pengertian Organik
Organik adalah hal yang berkenaan dengan organ (alat pada tubuh
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan) atau dengan kata lain suatu
kesatuan dari bagian-bagian yang membentuk satu kesatuan sistem (W.J.S
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia)
"Said of material or compound derived from vegetable or animal"
(McGraw Hill, Dictionary For Engineers). Organik adalah kumpulan
bahan atau senyawa dari kehidupan tumbuh-tumbuhan atau binatang.
Organik adalah suatu kata yang menunjuk pada satu kesatuan, atau lebih
tepat bila dikatakan suatu yang terpadu. Seperti yang digunakan dalam
arsitektur, organik pada awalnya adalah bagian-bagian dari keseluruhan
dan keseluruhan dari bagian-bagian. Keseluruhan merupakan sesuatu yang
terpadu (James C Snyder, Antony J Catanese, Pengantar Arsitektur, 1991
hal.41)
2.2.2 Pengertian Arsitektur Organik
Arsitektur Organik mendeskripsikan hubungan dengan alam secara
keseluruhan dan bagian-bagian yang mempunyai ikatan dengan kondisi
alamnya (V.M.Lampugnani, 20” Century Architecture, Thames and
Hudson)
Arsitektur Organik bersumber pada faktor prilaku alam, pola simetris dan
garis-garis tegas, serta kehidupan yang sifatnya alami. Pada dasarnya,
arsitektur organik adalah arsitektur yang berguru pada alam (Frank Lloyd
Wright, The Future Of Architecture, 1963 hal 225-226)
23
Arsitektur organik memiliki pada konsep pada hubungan yang harmonis
antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Adanya hubungan pada proses
kehidupan, kelahiran, pertumbuhan dan kematian. Setiap bagian dari
struktur harus mencerminkan identitasnya masing-masing walaupun
demikian tetap merupakan satu kesatuan dari keseluruhan bangunan
(Maggie Btrryraan, Organic Architecture. Microsoft Internet Explorer)
2.2.3 Arsitektur Organik Menurut V.M. Lampugnani
Menurut V.M. Lampugnani dalam Architecture and City Planning In The
Twentieth Century, arsitektur organik secara garis besar memiliki tiga prinsip,
yaitu :
Nature as Model
Merupakan inspirasi dari pelarian terhadap kota-kota besar dan peradaban
teknologi, dengan menjadikan alam beserta aturannya sebagai pedoman.
Individualisme
Merupakan otonomi intelektual dan kepribadian individual dengan tujuan-
tujuan psikologis. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi-
kondisi yang ada, termasuk kondisi lokasi individual terhadap tuntutan
psikologis manusianya.
Nationalisme
Adanya keterkaitan antara seseorang/manusia dengan daerahnya dan
budaya setempat. Hal ini diterapkan dengan memberkan karakter tidak
hanya dari segi bangunan, lihgkungan dan pemakainya, tetapi juga dari
daerah dimana bangunan tersebut berada, beserta tradisinya.
24
2.2.4 Arsitektur Organik Menurut Frank Lloyd Wright
Berbagai macam pandangan mengenai arsitektur organik sangatlah
banyak dan arsitek yang menganut paham ini juga tidak sedikit, akan tetapi yang
paling menonjol dan merupakan pelopor dari arsitektur organik adalah Frank
Lloyd Wright.
Dasar-dasar arsitektur Frank Lloyd Wright berakar dari alam, yang
kemudian dia sebut arsitektur organik. Alam, diatas segalanya adalah kekuatan
inspirasi dari Wright yang paling besar. Dia pernah menganjurkan kepada murid-
muridnya untuk "pelajari alam, cintai alam, tetaplah dekat dengan alam karena
alam tidak akan pernah mengecewakan kamu ". Pengalaman masa kecilnya
dimana dia tinggal di sebelah barat daya Wisconsin mendekatkan dia dengan
irama, pola, warna dan sistim dari alam.
2.2.5 Konsep Alam Frank Lloyd Wright
Menurut Wright bangunan harus berada bersama alam, dimiliki oleh
alam, sehingga antara alam dan bangunan dapat hidup bersama.
Ada empat pendekatan konsep alam Frank Lloyd Wright, yaitu :
Manusia harus tinggal/hidup bersama alam
Adanya karakteristik yang menggambakan integrasi antara alam dengan
lingkungan, tetapi bangunan berkesan tumbuh bersama-sama dengan
lingkungan.
Alam merupakan kekuatan dari inspirasi rancangan. Bentuk-bentuk yang
dihasilkan merupakan inspirasi dari kondisi alam sekitar, baik dari segi
kontruksi bangunan maupun penggunaan material bangunan.
25
Alam mengajarkan cara yang tepat dalam pemakaian material
Dalam arsitektur organik, penggunaan, material dapat memberikan kesan
ekspresif pada permukaan bangunan penekanan pada garis-garis dan
tekstur material dapat mendukung usaha untuk menampilkan karakter
bangunan.
Penyesuaian diri terhadap alam
Penyesuaian terhadap alam dapat dilakukan dengan cara penyesuaian
dengan kondisi tapak, waktu, indentitas lokasi dan penggunaannya.
2.2.6 Karakteristik Arsitektur Organik Frank Lloyd Wright
Sedangkan secara garis besar ada empat karakteristik arsitektur organik
menurut Frank Lloyd Wright dalam Introduction to Architecture, 1979 hal 23-24,
yaitu:
1. It develops outward from within, in harmony with the conditions of its
being; it not applied. Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap
sekitarnya dan tidak dapat dipakai begitu saja. Maksudnya adalah eksterior
bangunan dengan tetap memperhatikan keharmonisan dengan kondisi
tapak sekitarnya terbentuk atau berkembang dari dalam bangunan
(interior). Disinilah keunikan arsitektur organik dimana ia berusaha untuk
menerapkan gaya-gaya arsitekturnya pada keseluruhan bangunan baik
interior maupun eksterior agar dapat mengekspresikan kesatuan bangunan
secara utuh.
2. Conduction occurs within the nature of material, "where in glass is
used as glass, stone as stone, wood as wood".
26
Konstruksi selalu terjadi dalam sifat-sifat alami dari material. Artinya
bahwa dalam kontruksi, material yang digunakan fungsinya disesuaikan
dengan sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Misalnya : kaca untuk masuknya
cahaya atau melihat pemandangan luar, bukan digunakan sebagai
tembok/pembatas ruangan atau kulit bangunan (seperti yang banyak kita
Iihat pada bangunan bertingkat tinggi yang ada di Jakarta).
3. Elemen of a building are integral
Elemen-elemen dari sebuah bangunan adalah merupakan satu kesatuan
utuh. Artinya bahwa ornamen-ornamen yang tidak perlu sebaiknya
dihilangkan apabila bukan merupakan bagian dari kesatuan bangunan.
Tentang hal ini dapat juga dilihat dalam bukunya yang lain dimana ia
mengatakan bahwa : “Openings Should be seen as part of the structure.
Eliminate unnecessary detail and ornament”. Bahkan mebel yang menjadi
bagian dari interior bangunan ia desain sendiri agar konsepnya tentang
keutuhan bangunan benar-benar merupakan kesatuan yang utuh.
Kata organik menunjuk pada kesatuan : barangkali terpadu atau intrinsic
adalah kata yang lebih tepat untuk dipakai. Sebagaimana mulanya
digunakan dalam arsitektur, organik berarti bagian pada keseluruhan
sebagai keseluruhan pada bagian. Jadi keseluruhannya adalah terpadu
adalah apa yang sesungguhnya diartikan oleh kata organik.
4. Reflects time, place and purpose : “made by the people out o the ground
in their ways of their own devising-true to time, place, environment and
purpose. Folk building we might call them."
Bangunan-bangunan yang dirancang sebaiknya dapat mengekspresikan :
27
Time : waktu/saat bangunan tersebut dirancang
Place : memberikan gambaran identitas dimana bangunan berada,
berkaitan dengan budaya dan keadaan sosial ekonomi lingkungan
setempat.
Purpose : memperlihatkan kepentingan individual yang didasari oleh
tujuan psikologi manusianya.
Tetapi selain dari keempat karakteristik mendasar diatas masih ada lagi
konsepnya yang lebih detail tentang arsitektur yang berhasil dia terjemahkan
kedalam idiologi desain secara total dimana dia menyebutkan arsitektur organik.
diantaranya adalah :
1. Kesederhanaan dan ketenangan adalah kualitas yang dapat diukur untuk
menentukan nilai seni sesungguhnya.
2. Batasi jumlah ruangan dan ukuran ruangan sesuai dengan kebutuhan.
3. Jangan memasang alat-alat perlengkapan yang tidak enak dipandang.
4. Bangunan seharusnya nampak berkembang dengan mudah dari tapaknya.
5. Gunakan warna-warna yang natural.
6. Tampilkan sifat-sifat yang alami dari material yang digunakan, dll.
2.2.7 Penerapan Arsitektur Organik pada Ekspresi Bangunan
Menurut Frank Lloyd Wright, prinsip arsitektur organik dapat
diaplikasikan pada ekspresi bangunan melalui:
a. Tapak (site)
Bangunan-bangunan karya Wright menyatu dengan tapaknya. Bangunan
yang paling jelas mengungkapkan “perkawinan” antara bangunan dengan
28
tapaknya adalah salah satu hasil karyanya yang disebut “Falling
Water”dekat Mill Run, Penssylvania.
b. Ruang (space)
Adanya ruang (interior) yang menjadi alasan bangunan itu sendiri,
mendikte bentuk eksteriornya. Bagi Wright, ruang-ruang seharusnya
mempunyai ciri-ciri seperti cairan, mengalir dengan bebas dan bentuknya
tidak normal. Dalam bangunanya ia merancang agar orang keluar dari
kotak (boxes), untuk meninjau keadaan luar secara visual yaitu lewat
jendela, dengan adanya teras atau beranda dan perancangan tapak yang
menarik.
c. Skala
Skala yang digunakan adalah skala manusia. Bila ia sudah menentukan
satu unit dari suatu ukuran maka akan digunakan sebagai standar ukuran
bagi keseluruhan bangunan untuk kemudian menentukan proporsi. Pintu-
pintu akses dan langit-Iangit dibuat lebih rendah lagi, lebih dekat dengan
skala manusia, sehingga menimbulkan perasaan yang intim menyatu
dengan arsitekturnya.
d. Material
Bahan-bahan material yang natural dengan kondisi dan asalnya yang alami
menjadi inspirasi dari bangunan-bangunan wright. Untuk lebih efektifnya,
jumlah material yang digunakan dijadikan bahan primer (mendominasi
tampak eksterior dan interiornya bahkan sering digunakan sekaligus
sebagai bahan strukturnya) sedangkan yang lainnya sebagai bahan
sekunder. Material yang menjadi andalan bagi wright adalah :
29
Batu, merupakan bahan yang paling sering diungkapkan dalam
karya-karya Wright. Menurutnya batu yang merupakan material
dasar bangunan-bangunan kuno dan bersejarah mempunyai nilai
apresiasi yang tinggi.
Batu bata (brick), batu bata mempunyai warna yang bermacam-
macam, dimensi serta finishingnya. Untuk eksterior bangunan ia
sering menggunakan bata ini untuk menekankan kesan horizontal
pada bangunan.
Kayu, Wright mengandalkan kayu sebagai dasar-dasar elemen
strukturnya. Untuk interior, kayu selalu digunakan dengan respek
karena merupakan bagian tak terpisahkan dari keindahan. Bahan
bangunan mempunyai sifat dan karakter sendiri dalam
menampilkan ekspresinya. Bahan yang sama tetapi
penyelesaiannya berbeda akan menampilkan ekspresi yang berbeda
pula atau dengan kata lain, setiap ekspresi dari material secara
langsung akan berhubungan dengan persepsi seseorang dan akan
menghasilkan asosiasi yang berbeda-beda.
SIFAT-SIFAT BEBERAPA BAHAN BANGUNAN Material Sifat Kesan Penampilan Contoh Pemakaian Kayu Mudah dibentuk, juga untuk
konstruksi-kontruksi yang kecil ; bentuk-bentuk lengkung
Hangat, lunak, alamiah, menyegarkan.
Untuk bangunan rumah tinggal dan tempat masyarakat membutuhkan kontak langsung dengan bangunan
Batu Bata
Fleksibel, terutama pada detail, dapat untuk macam-macam struktur,bahkan untuk struktur-struktur
Praktis Banyak digunakan oleh bangunan perumahan, monumental dan komersial.
30
Semen (Stucco)
Dapat untuk eksterior dan interior. Cocok untuk diberikan segala macam warna. Mudah rata Mudah rata (homogen), mudah dibentuk
Dekoratif. Bangunan bangunan di daerah Mediterania. Untuk elemen-elemen dekorasi.
Batu Alam
Tidak membutuhkan proses , dapat dibentuk (diolah).
Berat, kasar, alamiah, sederhana, informil.
Untuk pondasi, dinding dekoratiff. Banyak digunakan untuk bangunan bangunan kecil terutama rumah
Beton Hanya menahan gaya tekan Formil, keras, kaku, kokoh.
Bangunan bangunan monumental, pemerintahan
Baja Hanya menahan gaya tarik. Keras, kokoh, kasar. Bangunan pemerintahan, bangunan utilitas.
Metal Efisien Ringan, dingin. Bangunan komersial. Kaca Tembus pandang, biasanya
digabung dengan bahan lain Ringkih, dingin, dinamis.
Hanya sebagai pengisi.
Tabel 2.1. Tabel Sifat Bahan Bangunan
e. Wama
Dalam memilih warna, sebaiknya kita secara selektif menganalisa warna-
warna yang ada pada lingkungan disekitar bangunan yang akan
direncanakan sehingga penampilannya menyatu denagn alam/sekitarnya.
warna hitam pekat dan putih murni bertentangan dengan tesisnya tentang
harmoni dan kesatuan. Sedangkan warna merah merupakan warna favorit
yang sering ia gunakan sebagai aksen untuk banyak bangunannya,
terutama warna merah yang hangat.
f. Cahaya
Baik cahaya alami maupun cahaya buatan adalah vital dalam arsitektur
organik. Banguann yang akan diletakkan dalam tapak harus dianalisa
dahulu terhadap cahaya alami agar mendapat "energi" matahari yang
paling baik. Untuk cahaya buatan Wright senang menggunakan efek
cahaya tidak langsung.
31
g. Seni Dekorasi
Sebagian dari elemen dekorasi Wright dirancang untuk menjadi bagian
dari kesatuan secara menyeluruh. Wright senang menyatukan benda-benda
seni. Mebel, perlengkapan lampu, karpet, besi penompang kayu di
perapian, bahkan taplak meja dimodel berbeda-beda antara tapak yang satu
dengan yang lainnya, disesuaikan dengan lingkungannya.
h. Mebel (Furniture)
Mebel seperti kursi, meja, lemari dan lain-lain dirancang sendiri oleh
Wright agar sesuai dengan konsepnya tentang kesatuan. Seakan-akan
mebel-mebel tersebut merupakan bagian dari keseluruhan bangunan.
i. Textile
Wright memilih textile yang sederhana dan natural. Dia menyukai linen,
katun, beludru dan wol dengan tenunan rata dan halus. Textile digunakan
sebagai pelengkap atau sebagai aksen terhadap tekstur ruangan
disekitarnya.
j. Aksesoris
Bentuk-bentuk aksesoris yang ia gunakan bersifat geometris dan
berorientasi alam.
2.2.8 Arsitektur Organik menurut Alvar Aalto
Alvar Aalto mempunyai pandangan yang berbeda mengenai arsitektur
organik, desainnya cenderung mengguanakan unsur emosi atau psikologi dari
manusia atau pemakai bangunan. Alvar Aalto dalam pernyataannya menyatakan
bahwa penghargaan terhadap alam dimulai dari manusia dan pada akhimya
32
kembali pada manusia (Frederick Gulheim, Alvar Aalto. Master of World
Architecture, Hal. 323).
Prinsipnya yang paling mendasar adalah selalu mengarah pada interaksi
yang harmonis terhadap bangunan dan sekitarnya, terhadap teknologi dan manusia
serta selalu memperhatikan hubungan antara keduanya.
Tujuan utamanya adalah estetis, contohnya : secara harmonis seimbang
dan bentuk-bentuk yang ekspresif, tetapi tujuan yang sebenarnya adalah
membentuk keharmonisan terhadap kehidupan secara utuh, termasuk menemukan
jawaban-jawaban secara biologis yang dapat diterima terhadap masalah
lingkungan dan masyarakat yang humanis.
Adapun konsep Nature and Culture dari Alvar Aalto, yaitu ;
Alvar Aalto dalam Arkkitechti menulis bahwa tempat-tempat
perlindungan primitif dan perumahan-perumahan saling berbeda satu sama
lain. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari kondisinya,
penggunaan material setempat dan pola fakir masing-masing individu.
Masing-masing bangunan arsitektur tersebut dimiliki oleh kondisi
tapaknya dan topografinya seperti hewan yang tergantung pada hutan dan
lingkungannya.
Hal yang terpenting dari semua komunitas standarisasi adalah alam itu
sendiri, dengan kekayaan dari bentuk-bentuknya dan system yang ada
pada lingkungannya yang berada satu sama lain akan memberikan jiwa
lokasi yang berbeda.
Dari prinsip ekologikal Alvar Aalto, tujuan utamanya yaitu menciptakan
tempat yang tepat tanpa menimbulkan konflik antar ilmu, seni dan
33
teknologi dalam penerapannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa konsep
ekologikal Alvar aalto (From Architecture to Nature, From Nature to
Architecture) memiliki perbedaan dengan konsep alam Frank Lloyd
Wright (Architectur And Nature are One).
2.3 Studi Empiris
2.3.1 Studi Banding Arsitektur Organik
a. Kaufman House (The Falling Water)
Menurut Nuryanti Sasmita (USU, 2011) dalam laporan tugas akhir
Danau Toba Resort Hotel dijelaskan bahwa Falling water adalah rumah yang
didesain oleh arsitek Amerika Frank Lloyd Wright pada tahun 1935 di barat daya
pedesaan Pennsylvania , 50 mil sebelah tenggara Pittsburgh. Berusaha
menghadirkan sebuah karya arsitektur dengan pendekatan konsep dekat dengan
alam.
Gambar 2.3 The Falling Water
Pada bangunan ini Wright mencoba mengintegrasikan alam ke dalam
rumah, baik ruang dalam maupun ruang luar. Frank Lloyd Wright telah
membangun ide arsitektur organiknya yang berakar dari bentuk natural. Di mana
ada kesederhanaan, keharmonisan, dan integrasi. Wright menghubungkan
34
arsitekturnya dengan tanaman organik, alam lingkungan sekitar bangunan yang
akan di bangun seperti yang kita lihat pada bangunan Kaufmann House.
Wright membangun suatu bangunan tanpa merusak keadaan
lingkungannya. Air sungai mengalir sepanjang bawah rumah teras seolah-olah
telah menarik arus ini ke dalam orbit struktur, dari teras ini terbentuk tangga yang
misterius yang menurun menuju sungai.
Gambar 2.4 Kantilever yang memanjang pada The Falling Water
b. One & Ortakoy, Istambul
Gambar 2.5 One & Ortakoy, istambul
35
Menurut Nuryanti Sasmita (USU, 2011) dalam laporan tugas akhir
Danau Toba Resort Hotel dijelaskan bahwa One & Ortakoy merupakan bangunan
mix-use yaitu berupa bangunan apartemen dan bangunan komersil. Lokasi site
berada di samping lokasi lereng bukit, proyek ini dianggap sebagai langkah besar
menuju modernisasi di daerah tersebut, yaitu Istanbul. Arsitek dari bangunan ini
memadukan antara organic and green kedalam desainnya. Hal ini tercermin dari
bentuk bangunan yang meliuk-liuk mengikuti lereng bukit dan pada atap kedua
bangunan didesain dengan memfungsikan sebagai area rekreasi/taman bermain,
kolam renang dan roof garden. Keseluruhan fasade di desain dengan
memaksimalkan view dan bukaan. Pada dinding-dindingnya juga terdapat
tanaman merambat yang memperindah fasade. Dindingnya menggunakan
bebatuan alam yang pemilihan warnanya didasari oleh warna alam yang lembut.
2.3.2 Studi Banding Pusat Wisata kuliner
a. Dusun Bambu
Lokasi berada di Jl. Kolonel Masturi Km. 11, Situ Lembang, Bandung,
Jawa barat. Dusun Bambu Lembang mengadopsi tema back to nature dengan
menonjolkan ragam keindahan alam yang natural, tetapi fasilitas wisata yang
modern seperti villa, restoran, dan cafe tersedia dengan baik. Dusun Bambu
merupakan tempat wisata keluarga yang mengandalkan keindahan alam dengan
pemandangan bernuansa pegunungan yang asri, tertata dengan rapi, modern
namun tetap dekat dengan alam. Ruh Pasundannya tetap terasa kental, baik itu
dari segi desain bangunanya, maupun makanannya yang meski menyajikan menu-
menu western, namun juga menyajikan menu tradisional. Dusun Bambu
36
merupakan objek wisata rekreasi yang dirancang sebagai representasi budaya
Jawa Barat. Mulai dari konsep area wisata, perancangan bangunan sampai dengan
makanan yang disajikan. Dusun Bambu terdiri dari 3 area yaitu restoran,
penginapan dan kemah (Faisal Amir, Perancangan Promosi Objek Wisata Dusun
Bambu, Unikom).
Restorannya sendiri terbagi menjadi 4 area yaitu:
1. Burangrang Cafe merupakan area makan dengan sajian menu makanan
tradisional sampai internasional. Tiap sudut ruangannya dihias dengan
ornamen dari bambu termasuk lampu-lampunya. Di sini pengunjung bisa
memilih menu makan di dalam atau di luar. Dan bagian terbaiknya adalah,
pemandangan dari cafe Burangrang ini yang menghadap ke Danau dan di
sebelah kirinya menghadap pegunungan. Burangrang Cafe memiliki posisi
yang cukup tinggi sehingga pengunjung dapat menyaksikan pemandangan
gunung dari balkon lantai 2.
Gambar 2.6 Burangrang Cafe
2. Saung Purbasari merupakan area makan dengan sajian menu makanan
tradisional Sunda. Area makan dirancang khusus dengan konsep bangunan
rumah adat Sunda yang terletak di tepi danau yang terinspirasi dari kisah
romantis Putri Purbasari.
37
Gambar 2.7 Saung Purbasari
3. Pasar Khatulistiwa merupakan gabungan foodcourt, farmers market dan
area bermain anak. Pasar Khatulistiwa menyajikan buah-buahan, sayur-
sayuran, jajanan tradisional sunda serta souvenir hasil kerajinan tangan
masyarakat lokal.
4. Lutung Kasarung merupakan tempat makan dengan ruang makan yang
dirancang menyerupai sangkar burung yang ditempatkan cukup tinggi
diantara pepohonan Kayu Putih. Terinspirasi dari legenda romantis Lutung
Kasarung
Gambar 2.8 Lutung Kasarung
5. Kampung layung merupakan tempat penginapan dengan nuansa tradisional
Sunda dengan konsep cottage.
38
Gambar 2.9 Kampung Layung
b. Kampung Daun
Kampung Daun Culture Gallery & Cafe terletak di Jalan Sersan Bajuri
Km 4,7 No. 88 Triniti Villas Lembang, Bandung. Berdiri pada tanggal 13
November 1999. Luas lahan Kampung Daun adalah sekitar 2.4 hektare.
Kampung Daun menawarkan konsep Cafe and Cultur Gallery. Kampung
Daun memberikan pelayanan yang memanjakan pengunjung atau wisatawan
untuk menikmati alam dan suasana pedesaan yang hening, alami dan berhawa
dingin serta aneka menu yang lezat dan menggairahkan (Boyke Arief, Jurnal
Itenas, 2011).
Gambar 2.10 Kampung Daun
39
Salah satu ciri khas dari Kampung Daun adalah memiliki konsep
penataan kawasan wisata yang cukup unik. Kawasan tersebut berada di tepian
desa yang sunyi dan di desain dengan ornamen tradisional yang antik, seperti
tempat makan, saung, lesehan. Lampu yang menerangi kawasan ini sungguh
indah, redup dan membuat suasana romantis dan uniknya sepanjang jalan menuju
ke tempat wisata ini pengunjung dapat melihat jajaran lampu obor di sepanjang
jalan, sehingga suasana hangat, rasa dan ciri khas pedesaan mulai terasa disini.
Kampung Daun memakai atap rumbia dalam berbagai ukuran sebagai tempat
makan pengunjung, mulai ukuran kecil, sedang, hingga besar. Besarnya ukuran
saung ini ternyata memang di buat untuk menyesuaikan dengan jumlah
pengunjung yang datang.
.
Gambar 2.11 Suasana malam di Kampung Daun
Pencahayaan pada malam hari dengan lampu penerangan yang berwarna
kuning meredup yang menghiasi sepanjang jalan. Jalan sirkulasi pengunjung
dibuat berbelok-belok dengan dasar jalan bebatuan yang melewati tebing serta
pepohonan yang rindang. Semenjak memasuki areal ini, pengunjung akan
40
langsung disuguhi saung-saung model atap tradisional dan bangunan menarik
dengan penataan yang sangat enak dilihat mata.
Gambar 2.12 Saung Kampung Daun
Kampung Daun didirikan tanpa merubah konsep alam yang ada
sehingga siapapun yang datang kesini bisa menikmati suasana alam sambil
menyantap hidangan di saung-saung yang tersedia sambil lesehan. Penataan
arsitekturalnya disusun rapi dengan memanfaatkan kondisi lingkungan alamnya
yang berbentuk sebuah lembah berkontur, terdapat tebing batu dan air terjun,
sungai kecil dengan airnya yang jernih, pepohonan yang rimbun, udara yang
sejuk, serta pemandangan alam kaki gunung Burangrang, yang disesuaikan
dengan konsep temanya yaitu suasana perkampungan tradisional Indonesia.
Tiga prinsip kampung yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan
yang digunakan para desainernya saat pembuatan Restoran Kampung Daun
diantaranya yaitu; tidak serba mengkilat, tidak dibuat rapih, dan tidak dibuat serba
keramik (Wahyu Edi Suwarno; 2008). Hal ini yang kemudian dijadikan ciri untuk
setiap penyelesaian bentuk dan detail setiap elemen arsitektural maupun desain
41
interiornya, pada seluruh bangunan yang ada, termasuk pada penggunaan desain
furniturnya.
Gambar 2.13 Interior Kampung Daun
Gambaran situasi secara umum Kampung Daun Culture Gallery & Cafe
adalah sebagai berikut; mulai dari pintu gerbang berdiri sebuah patung yang
terbuat dari susunan batu setinggi kurang lebih 3 meter dan disekitarnya terdapat
area bermain ATV yang cukup luas, serta areal retail dan restoran. Masuk ke area
parkir berbentuk seperti parkiran di jalanan umum, yang kemudian menuju saung
area makan. Di depan saung yang merupakan salah satu masa bangunan seperti
ruang tamu berupa plaza terdapat tulisan ‘reservasi’, yang di dalamnya terdapat
panggung-panggung kecil, tempat makan outdoor, retail, bangunan mushola, dan
toilet.
Disekitar area makan terdapat papan signage yang terbuat dari belahan
kayu bertuliskan ‘Kampung Daun, Gallery Culture Cafe’ yang menempel pada
dinding pendek terbuat dari susunan batu kali yang rapi sekaligus sebagai entrace.
42
Dari area ini terdapat jalan setapak selebar kurang lebih 2 meter dengan material
batu temple, untuk menuju saung-saung yang tersebar di pinggir kiri kanan jalan.
Saungsaung tempat makan yang dapat menampung untuk 4 orang, 6, atau 8 orang,
dan ada juga yang dapat menampung hingga 30 dan 50 orang, berada agak
tersembunyi di antara rerimbunan pepohonan.
Kondisi lahan yang berkontur pada kompleks restoran ini menjadikan
banyaknya dibangun tangga-tangga dan jembatan penghubung antar masa
bangunan, yang terbuat dari material batu dan konstruksi kayu yang diekspos.
Sementara masa bangunan saung ditempatkan pada daerah yang memiliki view
yang baik. Tangga, jembatan dan saung menjadi unsur dominan dalam desainnya.
Gambar 2.14 Site plan Kampung daun
Untuk ruang makan yang terdiri dari saung-saung sendiri bangunannya
dibuat dengan dominasi material dan konstruksi dari kayu yang diekspos, dengan
beratapkan rumbia, berlantai kayu dan beberapa saung diberi tirai berwarna putih
pada setiap tiangnya. Masing-masing saung dilengkapi dengan bantalan karet busa
dilapis upholstery kain sebagai alas duduk cara lesehan, meja pendek berbentuk
segi empat sebagai tempat untuk menghidangkan makanan, serta bantal-bantal
43
kecil yang dapat digunakan untuk tidur-tiduran. Untuk sarana penerangannya
digunakan lampu gantung dengan jenis lampu berwarna kekuning-kuningan.
Fasilitas makan dan minum lainnya yang disediakan di area restoran ini
diantaranya adalah wine corner, merupakan sarana yang disediakan untuk para
tamu yang ingin menikmati minuman wine, khususnya untuk para wisatawan
asing. Bentuk bangunan dan sarana lainnya dibuat menyerupai Bar dengan
mengadopsi gaya khas Bali, lantai dan dindingnya dibuat dari material batu,
beratap rumbia dengan konstruksi kayu, serta menggunakan furnitur built-in
perpaduan material batu dan kayu
c. Floating Market
Floating Market adalah pasar apung, yaitu pasar dimana para pedagang
menjajakan dagangannya sambil terapung di atas perahu. Ada beberapa lokasi di
nusantara yang memiliki konsep pasar seperti ini seperti pasar Muara Kuin
Kalimantan Selatan, pasar Sirring Pierre Tandean Banjarmasin, pasar Apung Batu
Malang, dan Floating Market Lembang (Annisareni, Unikom, 2016)
Gambar 2.15 Floating Market Lembang Bandung
44
Floating Market terletak di Jalan Grand Hotel No. 33E Lembang,
Bandung. Yaitu sebuah kawasan wisata seluas lebih dari 7 hektar dengan sebuah
danau bernama Situ Umar sebagai pusatnya. Floating Market menawarkan
keunikan berupa wisata pasar terapung. Namun Floating Market tidak seperti
pasar terapung pada umumnya, karena tempat ini memiliki konsep wisata, bukan
pusat perdagangan.
Gambar 2.16 Suasana di dalam Floating Market
Tempat duduk didalam Floating Market ini diatur layaknya pujasera atau
food court sehingga bebas untuk duduk dan makan dimana saja. Lokasi ini
tergolong lengkap dalam menyediakan wahana-wahana permainan menarik serta
tempat-tempat santai sambil menikmati keindahan alam atau menikmati aneka
hidangan kuliner. Selain wisata air, di Floating market juga tersedia wahana
permainan anak, taman, serta miniatur Kereta Api yang dapat dijadikan sebagai
pilihan aktivitas wisata selama dilokasi ini.
45
BAB III
ANALISA PERANCANGAN
3.1 Lokasi
3.1.1 Analisa Lokasi dan Posisi Site Terhadap Kawasan Lingkungan
Gambar 3.1 Peta lokasi perancangan
Kabupaten Bekasi berada di provinsi Jawa Barat dengan letak geografis
berada pada posisi antara 106°48’79”–107°27’29” Bujur Timur dan antara 6°10’–
6°30’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah ±127.388 hektar. Ibukota Kabupaten
INDONESIA
JAWA BARAT
KAB. BEKASI
Jl.Deltamas Boulevard, Hegarmukti, Cikarang Pusat, Bekasi
SITE
Danau Situ binong
46
Bekasi berada diwilayah Cikarang Pusat dengan lahan seluas ± 60 Ha. Iklim
Kabupaten Bekasi mempunyai iklim tropis dengan temperatur pada musim panas
rata-rata 32° C dan temperatur pada musim hujan rata-rata 28º C.
3.1.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Kasus Proyek : Pusat Wisata Kuliner di Cikarang
Status proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pihak Swasta dan Pemerintah
Lokasi Tapak : Jl.Deltamas Boulevard, Hegarmukti, Cikarang Pusat, Bekasi
Luas Lahan : ± 6.8 ha
Kontur : Berkontur sedang
Bangunan Eksisting : Lahan Kosong
Potensi Lahan :-Lokasi berada ditepi danau atau situ sehingga banyak
potensi yang perlu dikembangkan
-Lokasi berada dekat dengan pusat pemerintahan dan
kawasan industri
- Lahan cukup luas dan masih alami
-Lahan memiliki kontur yang indah
-Akses mudah dicapai
47
Gambar 3.2 Kondisi eksisting lahan
3.1.3 Analisa Tata Guna Lahan
Gambar 3.3 Tata Guna Lahan
48
3.1.4 Analisa Pencapaian Site
Pencapaian dan sirkulasi adalah hal yang berhubungan dengan cara mencapai
bangunan melalui jalur transportasi sirkulasi. Analisa ini dilakukan untuk memperoleh
cara terbaik untuk mencapai bangunan.
Gambar 3.4 Pencapaian menuju site
3.1.5 Analisa View
View adalah pemandangan yang menjadi citra sebuah bangunan. Bangunan
sangat penting untuk mendapat citra yang baik agar dapat dikenal dan di nilai baik dari
segi estetika maupun fungsionalnya.
a. View dari luar ke dalam
Lokasi ini hanya terlihat dari dua arah yaitu dari arah selatan dan arah timur.
LIPPO CIKARANG
PUSAT PEMERINTAHAN DELTAMAS
LOKASI
49
Dari sisi selatan terlihat pemandangan yang sangat indah, dengan kondisi tanah
yang berkontur. Sedangkan dari sisi timur, lokasi site tidak terlihat karena
tertutup oleh tebing bukit.
Gambar 3.5 View dari luar ke dalam
b. View dari dalam ke luar
Jika dilihat dari dalam site, pemandangan ke arah luar terutama yang
menghadap ke danau sangat bagus dan view yang mengarah ke timur juga
bagus karena berada pada posisi tertinggi. View yang menghadap ke arah
utara kurang bagus karena terdapat perkampungan warga namun sudah
tertutup oleh rimbunnya pohon bambu. Sedangkan view yang kearah
selatan adalah berupa jalan raya dan pertokoan.
50
Gambar 3.6 View dari dalam ke luar
3.1.6 Analisa Angin, Vegetasi dan Matahari
Angin dapat dijadikan faktor penting dalam merancang bangunan. Angin dapat
menjadi pertimbangan fungsional, struktur dan sumber energi bangunan.
Gambar 3.7 Analisa angin, vegetasi dan matahari
51
3.1.7 Analisa Kebisingan
Kebisingan juga harus diperhatikan dalam merancang sebuah bangunan.
Kebisingan yang terjadi dilokasi site dapat mengganggu kenyamanan pengguna
bangunan.
Gambar 3.8 Analisa kebisingan
Titik A : intensitas kebisingan pada titik ini sangat tinggi karena merupakan akses
keluar masuk pintu tol Cikarang Pusat
Titik B : intensitas kebisingan pada titik ini sangat tinggi karena merupakan area
persimpangan jalan dan dekat dengan lampu lalu lintas
52
3.2 Analisa Kegiatan
Untuk menganalisa kegiatan, maka harus diketahui dahulu siapa pengguna dari
bangunan yang akan dirancang. Pada proses perancangan bangunan ini, user atau
pengguna dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Pengelola
2. Karyawan
3. Penyewa (tenants)/pedagang
4. Pengunjung
5. Service
3.2.1 Analisa Pengguna dan Kegiatan
Pengguna dan kegiatannya merupakan unsur hidup didalam bangunan.
Pengguna dan kegiatan juga merupakan penentu terbentuknya ruangan beserta
fungsinya.
NO PELAKU KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 Pengelola
Parkir kendaraan Parkir
Meeting Ruang meeting
Service pengunjung Area komplek wisata
Marketing Ruang office
Administrasi Ruang Office
Istirahat Ruang istirahat
Makan & minum Kantin/Pantri
Ibadah Mushola
MCK Toilet
2 Karyawan Parkir kendaraan Parkir
Absen masuk Tempat absen
53
Ganti seragam Loker
Meeting Ruang meeting
Service pengunjung Area komplek wisata
Marketing Ruang office
Administrasi Ruang Office
Istirahat Ruang istirahat
Makan & minum Kantin
Ibadah Mushola
MCK Toilet
3 Penyewa (tenants)
Parkir kendaraan Parkir
Service pengunjung Area komplek wisata
Makan & minum Kantin
Ibadah Mushola
MCK Toilet
4
Pengunjung (restoran khas Indonesia, khas Chinese, khas Jepang & khas Barat)
Parkir kendaraan Parkir
Pesan makanan & minuman Ruang kasir
Makan & minum Ruang makan indoor & outdoor
Melihat pertunjukan Stand pertunjukan
Ibadah Mushola
MCK Toilet
5 Pengunjung (food court & cafe)
Parkir kendaraan Parkir
Pesan makanan & minuman Ruang kasir
Makan & minum Ruang makan indoor & outdoor
Melihat pertunjukan Stand pertunjukan
Ibadah Mushola
MCK Toilet
6 Pengunjung (Food market & souvenir)
Parkir kendaraan Parkir
belanja Tempat belanja
Membayar Kasir
54
Makan & minum Restoran
Ibadah Mushola
MCK Toilet
7 Pengunjung (Kolam renang)
Parkir kendaraan Parkir
Beli ticket Loket
Ganti baju Loker
Berenang Kolam renang
Mandi (bilas) Ruang bilas
Makan & minum Restoran
Ibadah Mushola
MCK Toilet
8 Pengunjung (wahana air)
Parkir kendaraan Parkir
Beli ticket Loket
Naik perahu Dermaga
Naik balon air Dermaga
Makan & minum Restoran
Ibadah Mushola
MCK Toilet
9 Pengunjung (tempat pemancingan)
Parkir kendaraan Parkir
menyiapkan peralatan memancing
Ruang Peralatan
Memancing ikan Dermaga
Makan & minum Restoran
Ibadah Mushola
MCK Toilet
10 Pengunjung (game anak & dewasa)
Parkir kendaraan Parkir
Beli ticket Loker
bermain Arena Bermain
Makan & minum Restoran
Ibadah Mushola
MCK Toilet
55
11 Servis
Parkir kendaraan Area Parkir
Keamanan Ruang jaga
Engineering R.pompa, R. Genset, R.ME, R.AHU
Pemeliharaan kebersihan Semua ruangan & lingkungan
Droping barang R.Droping barang
Penyimpanan Gudang
Ibadah Mushola
MCK Toilet
Tabel 3.1 Analisa pengguna dan kegiatan
3.2.2 Deskripsi Perilaku
Diskripsi perilaku adalah gambaran tentang perilaku pengguna yang akan
beraktifitas dibangunan ini nantinya.
1. Kegiatan pengelola
Gambar 3.9 Diagram alur kegiatan pengelola
56
2. Kegiatan karyawan
Gambar 3.10 Diagram alur kegiatan Karyawan
3. Kegiatan penyewa (tenants)/pedagang
Gambar 3.11 Diagram alur kegiatan pedagang
4. Kegiatan pengunjung
Gambar 3.12 Diagram alur kegiatan pengunjung
57
5. Kegiatan service
Gambar 3.13 Diagram alur kegiatan service
3.2.3 Pola Hubungan Antar Ruang
1.Kegiatan Penerimaan
Gambar 3.14 Skema hubungan ruang kegiatan penerimaan
58
2. Kegiatan Makan & Minum
Gambar 3.15 Skema hubungan ruang kegiatan makan dan minum
59
3.Kegiatan Belanja
Gambar 3.16 Skema hubungan ruang kegiatan belanja
60
4.Kegiatan Bermain/Rekreasi
61
Gambar 3.17 Skema hubungan ruang kegiatan bermain dan rekreasi
62
5.Kegiatan Penunjang
Gambar 3.18 Skema hubungan ruang kegiatan Penunjang
63
6. Kegiatan Servis
Gambar 3.19 Skema hubungan ruang kegiatan servis
64
3.3 Analisa Fungsional
Analisa fungsional adalah analisa yang berhubungan dengan fungsi didalam
bangunan itu sendiri. Analisa ini akan membahas hierarki ruang, fungsi ruang dan
kegiatan pengguna didalamnya.
3.3.1 Analisa Jumlah Pengunjung dan Jumlah Parkir
a) Analisa Jumlah Pengunjung
Perhitungan pengunjung berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Bekasi berdasarkan
data BPS Propinsi Jawa Barat adalah:
Tabel 3.2 Data jumlah penduduk Kab. Bekasi tahun 2010-2015
Dari grafik diatas diperoleh rata-rata kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Bekasi
dalam Lima tahun terakhir adalah:
= ((3.246.013-3.122.698) + (3.122.698-3.002.112) + (3.002.112-2.912.499) +
(2.912.499-2.677.631) + (2.677.631-2.629.551))/5
= (123.315 + 120.586 + 89.613 + 234.868 + 48.080)/5
= (616.462)/5
= 123.292 jiwa
Jadi, rata-rata kenaikan per tahun adalah 123.292 jiwa. Prediksi jumlah
penduduk Kabupaten Bekasi pada tahun 2030 akan mencapai ±5.095.399 jiwa.
2,629,551 2,677,631 2,912,499 3,002,112 3,122,698 3,246,013
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jiw
a
Tahun
Data Jumlah Penduduk Kab. Bekasi Tahun 2010-2015
65
Diperkirakan 20% akan memilih wisata kuliner.
Maka, 20% dari 5.095.399 jiwa = 1.019.080 jiwa
Jumlah dalam satu hari diperkirakan = 1.019.080 jiwa : 365 hari
= 2792 jiwa/hari
Diperkirakan 30% akan mengunjungi Pusat Wisata Kuliner Cikarang
Maka, 30% dari 2792 jiwa = 838 jiwa/hari
Diperkirakan pengunjung yang datang dari luar daerah mencapai = ± 600 jiwa.
Dan diperkirakan wisatawan asing dari luar negeri mencapai = ± 300 jiwa
Maka, perkiraan pengunjung yang akan mendatangi Pusat Wisata Kuliner Cikarang ini
dalam satu hari adalah:
Pengunjung lokal + pengunjung luar daerah + wisatawan asing = 838 + 600 + 300 =
1738 jiwa/hari.
Diasumsikan 25% dari pengunjung merupakan anak kecil
Maka, 25% dari 1738 jiwa = 434 jiwa
Diasumsikan 75% dari pengunjung merupakan orang dewasa
Maka, 75% dari 1738 jiwa = 1304 jiwa
b) Analisa jumlah parkir kendaraan
Parkir Roda 2
Diperkirakan sekitar 40% dari jumlah pengunjung datang dengan kendaraan roda 2
Maka, 40% dari 1738 jiwa = 695 pengunjung yang datang mengendarai roda 2
Dengan daya angkut kendaraan roda 2 adalah 2 orang, maka :
695: 2 = 348 kendaraan roda 2
Parkir Roda 4
Diperkirakan sekitar 45% dari jumlah pengunjung datang dengan kendaraan roda 4
66
Maka, 45% dari 1738 jiwa = 782 pengunjung yang datang mengendarai roda 4
Dengan asumsi daya angkut kendaraan roda 4 adalah 4 orang , maka:
782 : 4 = 195 kendaraan roda 4
Parkir Bus Pariwisata
Diperkirakan sekitar 12% dari jumlah pengunjung datang dengan kendaraan bus
Maka, 12% dari 1738 jiwa = 209 pengunjung yang datang mengendarai bus
Dengan asumsi daya angkut bus adalah 36-40 orang, maka:
209:40 = 5 bus pariwisata
3.3.2 Analisa Besaran Ruang
Analisa besaran ruang berdasarkan pada jumlah pengguna dan aktifitas yang
direncanakan pada Pusat wisata kuliner ini. Selain itu, faktor lain yang dipertimbangkan
dalam menentukan besaran atau luasan ruang meliputi tata ruang, besaran furniture, dan
kenyamanan sirkulasi.
Perhitungan luas ruang berdasarkan pada:
a) Neufert Architect’s Data (NAD)
b) Time Saver Standar (TSS)
c) Data literatur (DL)
d) Asumsi (Ass)
Penentuan angka sirkulasi/flow:
a) 5%-10% = standar flow gerak minimum
b) 20% = kebutuhan keleluasaan gerak
c) 30% = tuntutan kenyamanan fisik
d) 40% = tuntutan kenyamanan psikologis
67
e) 50% = tuntutan persyaratan spesifikasi kegiatan
f) 60% = keterlibatan terhadap servis kegiatan
g) 70%-100% = keterkaitan dengan banyak kegiatan
Berikut perkiraan besaran ruang yang direncanakan pada Pusat Wisata Kuliner ini:
1.Kegiatan Penerimaan
TOTAL 5539,705 m²
Kelompok Fasilitas Jenis Jumlah Kapasitas Standard Luas Total Sumber
Kegiatan Kegiatan Ruang
Penerimaan
1.Main entrance
Gerbang masuk kendaraan
1 16 m² 16 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 16 m²
SIRKULASI 70% 11,2 m²
TOTAL LUAS MAIN ENTRANCE 27,2 m²
2.Plaza/open space
Air mancur/ taman
1 150 orang 150 m² 150 m²
Ass
SUB TOTAL LUAS 150 m²
SIRKULASI 70% 105 m²
TOTAL LUAS PLAZA/OPEN SPACE 255 m²
3.Parkir
Parkir Bus 1 5 bus 37,5
m²/bus 187,5
m² 187,5
m² NAD
Parkir Mobil 1 195 mobil 11,25
m²/mobil 2193,75
m² 2193,8
m² NAD
Parkir motor 1 348 motor 1,8
m²/motor 626,4
m² 626,4
m² Ass
Ruang Istirahat Sopir
1 20 orang 2
m²/orang 40 m² 40 m² NAD
1 15 m² 15 m² Ass
1 30 m² 30 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 3092,65 m²
SIRKULASI 70% 2164,855 m²
TOTAL LUAS PARKIR 5257,505 m²
2.kegiatan makan dan minum
TOTAL 3288,46 m²
Kelompok Fasilitas Jenis Jumlah Kapasitas Standard Luas Total Sumber
Kegiatan Kegiatan Ruang
Makan & Minum
1.Restoran Khas Indonesia
Entrance area 1 12 orang 1,2
m²/orang 14,4 m²
14,4 m²
NAD
Stealing makanan
1 3 orang 6 m² 6 m² Ass
Ruang makan indoor
1 32 orang 1,5
m²/orang 48 m² 48 m² NAD
68
Ruang makan outdoor
1 48 orang 1,5
m²/orang 72 m² 72 m² NAD
Ruang makan Privat
3 24 orang 1,5
m²/orang 36 m²
108 m²
NAD
Dapur 1 12 orang 20% dari R.makan
31,2 m² 31,2
m² NAD
storage 1 50% dari Dapur
15,6 m² 15,6
m² NAD
ruang pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 305,2 m²
SIRKULASI 40% 122,08 m²
TOTAL LUAS RESTORAN KHAS INDONESIA 427,28 m²
2.Restoran Khas Jepang
Entrance area 1 6 orang 1,2
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Stealing makanan
1 3 orang 6 m² 6 m² Ass
Ruang makan indoor
1 24 orang 1,5
m²/orang 36 m² 36 m² NAD
Ruang makan outdoor
1 30 orang 1,5
m²/orang 45 m² 45 m² NAD
Ruang makan Privat
3 12 orang 1,5
m²/orang 18 m² 54 m² NAD
Dapur 1 6 orang 20% dari R.makan
19,8 m² 19,8
m² NAD
storage 1 50% dari Dapur
9,9 m² 9,9 m² NAD
ruang pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 187,9 m²
SIRKULASI 40% 75,16 m²
TOTAL LUAS RESTORAN KHAS JEPANG 263,06 m²
3.Restoran Khas China
Entrance area 1 6 orang 1,2
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Stealing makanan
1 3 orang 6 m² 6 m² Ass
Ruang makan indoor
1 24 orang 1,5
m²/orang 36 m² 36 m² NAD
Ruang makan outdoor
1 30 orang 1,5
m²/orang 45 m² 45 m² NAD
Ruang makan Privat
3 12 orang 1,5
m²/orang 18 m² 54 m² NAD
Dapur 1 6 orang 20% dari R.makan
19,8 m² 19,8
m² NAD
storage 1 50% dari Dapur
9,9 m² 9,9 m² NAD
ruang pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 187,9 m²
SIRKULASI 40% 75,16 m²
69
TOTAL LUAS RESTORAN KHAS CHINA 263,06 m²
4.Restoran Khas Barat
Entrance area 1 6 orang 1,2
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Stealing makanan
1 3 orang 6 m² 6 m² Ass
Ruang makan indoor
1 24 orang 1,5
m²/orang 36 m² 36 m² NAD
Ruang makan outdoor
1 30 orang 1,5
m²/orang 45 m² 45 m² NAD
Ruang makan Privat
3 12 orang 1,5
m²/orang 18 m² 54 m² NAD
Dapur 1 6 orang 20% dari R.makan
19,8 m² 19,8
m² NAD
storage 1 50% dari Dapur
9,9 m² 9,9 m² NAD
ruang pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 187,9 m²
SIRKULASI 40% 75,16 m²
TOTAL LUAS RESTORAN KHAS BARAT 263,06 m²
5. Cafe & Snack
Entrance area 1 6 orang 1,2
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Food & drink stealing area
1 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 3,6 m² Ass
Bar Counter 1 3 orang 1,5
m²/orang 4,5 m² 4,5 m² NAD
Cashier 1 2 orang 2,4
m²/orang 4,8 m² 4,8 m² NAD
Dining Area 3 21 orang 1,5
m²/orang 31,5 m²
94,5 m²
NAD
Dapur 1 3 orang 20% dari R.makan
6,3 m² 6,3 m² NAD
storage 1 50% dari Dapur
3,15 m² 3,15
m² NAD
ruang pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
LUAS 134,05 m²
SUB TOTAL LUAS (5 CAFE) 670,25 m²
SIRKULASI 40% 268,1 m²
TOTAL LUAS CAFE & SNACK 1072,4 m²
6. Food Court
Area makan 1 300 orang 1,5
m²/orang 450 m²
450 m²
NAD
Dapur 15 3 orang 12 m² 180 m²
Ass
Stand makanan 15 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 54 m² NAD
Ruang cuci peralatan
1 30 m² 30 m² Ass
LUAS 714 m²
70
SIRKULASI 40% 285,6 m²
TOTAL LUAS FOOD COURT 999,6 m²
3. Kegiatan Belanja
TOTAL 1898,26 m²
Kelompok Fasilitas Jenis Jumlah Kapasitas Standard Luas Total Sumber
Kegiatan Kegiatan Ruang
Belanja
1.Food Market
Entrance area 1 6 orang 1,2
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Cashier 1 6 orang 2,4
m²/orang 14,4 m²
14,4 m²
NAD
Area Penjualan 1 200 orang 900 m² 900 m²
Ass
Ruang Pendingin
1 30 orang 1,5
m²/orang 45 m² 45 m² Ass
Storage 3 12 orang 1,5
m²/orang 18 m² 54 m² Ass
Ruang pengelola
1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 1030,6 m²
SIRKULASI 40% 412,24 m²
TOTAL LUAS FOOD MARKET 1442,84 m²
2.Toko Souvenir
Entrance area 1 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 3,6 m² NAD
Cashier 1 3 orang 2,4
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Area Penjualan 1 60 orang 300 m² 300 m²
Ass
Storage 1 3 orang 1,5
m²/orang 4,5 m² 4,5 m² Ass
Ruang pengelola
1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 325,3 m²
SIRKULASI 40% 130,12 m²
TOTAL LUAS TOKO SOUVENIR 455,42 m²
4. Kegiatan Bermain/rekreasi
TOTAL 2728,38 m²
Kelompok Fasilitas Jenis Jumlah Kapasitas Standard Luas Total Sumber
Kegiatan Kegiatan Ruang
Bermain & Rekreasi
1.Berenang
Entrance area 1 6 orang 1,2
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Loket Ticket 1 6 orang 2,4
m²/orang 14,4 m²
14,4 m²
NAD
Kolam renang pemula
1 100 orang 312,5
m² 312,5
m² Ass
71
Kolam renang utama
1 150 orang 900 m² 900 m²
Ass
Loker 2 100 laci 20 m² 40 m² Ass
Ruang Bilas 2 10 orang 1
m²/orang 10 m² 20 m² Ass
Ruang Pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 1304,1 m²
SIRKULASI 40% 521,64 m²
TOTAL LUAS KOLAM RENANG 1825,74 m²
2.Memanah
Entrance area 1 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 3,6 m² NAD
Loket Ticket & hadiah
1 3 orang 2,4
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Ruang peralatan 1 1 orang 6 m² 6 m² Ass
Area memanah 1 6 orang 72 m² 72 m² Ass
Ruang Pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 98,8 m²
SIRKULASI 20% 19,76 m²
TOTAL LUAS AREA MEMANAH 118,56 m²
3.Lempar Pisau
Entrance area 1 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 3,6 m² NAD
Loket Ticket & hadiah
1 3 orang 2,4
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Ruang peralatan 1 1 orang 6 m² 6 m² Ass
Area melempar pisau
1 6 orang 72 m² 72 m² Ass
Ruang Pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 98,8 m²
SIRKULASI 20% 19,76 m²
TOTAL LUAS AREA MELEMPAR PISAU 118,56 m²
4.Shooting Target
Entrance area 1 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 3,6 m² NAD
Loket Ticket & hadiah
1 3 orang 2,4
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Ruang peralatan 1 1 orang 6 m² 6 m² Ass
Area menembak 1 6 orang 72 m² 72 m² Ass
Ruang Pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 98,8 m²
SIRKULASI 20% 19,76 m²
TOTAL LUAS AREA SHOOTING TARGET 118,56 m²
5.Paint ball
Entrance area 1 3 orang 1,2
m²/orang 3,6 m² 3,6 m² NAD
Loket Ticket & hadiah
1 3 orang 2,4
m²/orang 7,2 m² 7,2 m² NAD
Ruang peralatan 1 1 orang 6 m² 6 m² Ass
72
Area menembak 1 6 orang 72 m² 72 m² Ass
Ruang Pengelola 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 98,8 m²
SIRKULASI 20% 19,76 m²
TOTAL LUAS AREA PAINT BALL 118,56 m²
6.Play Ground
Taman bermain anak
1 30 orang 60 m² 60 m² Ass
Lapangan sintetis
1 30 orang 120 m² 120 m²
Ass
SUB TOTAL LUAS 180 m²
SIRKULASI 10% 18 m²
TOTAL LUAS AREA PLAY GROUND 198 m²
7.Bersantai/ memancing
Dermaga Pemancingan
1 20 orang 24 m² 24 m² Ass
Tempat peralatan memancing
1 3 orang 12 m² 12 m² Ass
Gazebo 10 6 orang 12 m² 120 m²
Ass
SUB TOTAL LUAS 156 m²
SIRKULASI 20% 31,2 m²
TOTAL LUAS AREA BERSANTAI & MEMANCING 187,2 m²
8.Naik Perahu & balon air
Dermaga 1 20 orang 24 m² 24 m² Ass
Tempat peralatan
1 3 orang 12 m² 12 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 36 m²
SIRKULASI 20% 7,2 m²
TOTAL LUAS AREA NAIK PERAHU & BALON AIR 43,2 m²
5. Kegiatan Penunjang
TOTAL 631,8 m²
Kelompok Fasilitas Jenis Jumlah Kapasitas Standard Luas Total Sumber
Kegiatan Kegiatan Ruang
Penunjang
1.Mushola
Tempat wudhu 2 15 orang 0,6
m²/orang 9 m² 18 m² NAD
Toilet 2 2 orang 2,25
m²/orang 4,5 m² 9 m² NAD
Area Sholat 1 50 orang 0,5
m²/orang 312,5
m² 312,5
m² Ass
SUB TOTAL LUAS 339,5 m²
SIRKULASI 30% 101,85 m²
TOTAL LUAS MUSHOLA 441,35 m²
2.Ruang Pengelola
Front Office 1 3 orang 4,5
m²/orang 13,5 m²
13,5 m²
NAD
Ruang Manager 1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
73
Ruang Ass.Manager
1 1 orang 10 m² 10 m² Ass
ruang Rapat 1 10 orang 48 m² 48 m² Ass
Ruang Karyawan
1 20 orang 20 m² 20 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 101,5 m²
SIRKULASI 30% 30,45 m²
TOTAL LUAS RUANG PENGELOLA 131,95 m²
3.Ruang Ibu & bayi
Ruang Menyusui
1 6 orang 1,5
m²/orang 9 m² 9 m² NAD
Ruang bermain bayi
1 6 orang 1,29
m²/orang 10 m² 10 m² Ass
Ruang istirahat Ibu & bayi
1 6 orang 2
m²/orang 10 m² 10 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 29 m²
SIRKULASI 30% 8,7 m²
TOTAL LUAS RUANG IBU & BAYI 37,7 m²
4.Ruang ATM
Ruang Mesin ATM
8 1 orang 2 m² 16 m² NAD
SUB TOTAL LUAS 16 m²
SIRKULASI 30% 4,8 m²
TOTAL LUAS RUANG ATM 20,8 m²
6. Kegiatan Servis
TOTAL 608,352 m²
Kelompok Fasilitas Jenis Jumlah Kapasitas Standard Luas Total Sumber
Kegiatan Kegiatan Ruang
Servis
1.Toilet Pria
Bilik Kamar Mandi
24 1 orang 2,25
m²/orang 2,25 m² 54 m² NAD
Wastafel 34 1 orang 0,24
m²/orang 0,24 m²
8,16 m²
NAD
Urinoir 34 1 orang 0,2
m²/orang 0,2 m² 6,8 m² Ass
Janitor 10 1 alat keb 2,7
m²/orang 2,7 m² 27 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 95,96 m²
SIRKULASI 60% 57,576 m²
TOTAL LUAS TOILET PRIA 153,536 m²
2.Toilet Wanita
Bilik Kamar Mandi
32 1 orang 2,25
m²/orang 2,25 m² 72 m² NAD
Wastafel 34 1 orang 0,24
m²/orang 0,24 m²
8,16 m²
NAD
SUB TOTAL LUAS 80,16 m²
SIRKULASI 60% 48,096 m²
TOTAL LUAS TOILET WANITA 128,256 m²
74
3.Ruang Cleaning service
Ruang Petugas kebersihan
1 10 orang 16 m² 16 m² Ass
Tempat pembuangan sampah
1 1 orang 9 m² 9 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 16 m²
SIRKULASI 60% 9,6 m²
TOTAL LUAS RUANG CLEANING SERVICE 25,6 m²
4.Ruang Keamanan
Ruang Security 1 3 orang 7,5 m² 7,5 m² Ass
Ruang audio visual
1 2 orang 6 m² 6 m² Ass
Pos jaga 2 2 orang 6 m² 12 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 25,5 m²
SIRKULASI 60% 15,3 m²
TOTAL LUAS RUANG KEAMANAN 40,8 m²
5.Ruang ME
Ruang Genset 2 1 orang 1,8
m²/orang 1,8 m² 3,6 m² NAD
Ruang Panel 5 1 orang 0,8
m²/orang 0,8 m² 4 m² NAD
Ruang Pompa 2 1 orang 40 m² 80 m² Ass
Ruang Maintenace
1 2 orang 2
m²/orang 4 m² 4 m² NAD
Ruang Storage 1 1 orang 15 m² 15 m² Ass
Ruang staff ME 1 4 alat keb 30 m² 30 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 136,6 m²
SIRKULASI 60% 81,96 m²
TOTAL LUAS RUANG ME 218,56 m²
6.Ruang Loading/un loading
Area loading 1 1 orang 26 m² 26 m² Ass
SUB TOTAL LUAS 26 m²
SIRKULASI 60% 15,6 m²
TOTAL LUAS RUANG LOADING/UNLOADING 41,6 m²
Tabel 3.3 Analisa besaran ruang
REKAPITULASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN RUANG
No Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang (m²) 1 Kegiatan Penerimaan 5539,705 m²
2 kegiatan makan dan minum 3288,46 m²
3 Kegiatan Belanja 1898,26 m²
4 Kegiatan Bermain/rekreasi 2728,38 m²
5 Kegiatan Penunjang 631,8 m²
6 Kegiatan Servis 608,352 m²
TOTAL 14694,957 m²
75
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
4.1 Konsep Dasar
Perancangan Pusat Wisata Kuliner ini menggunakan tujuh prinsip arsitektur
organik yaitu: Form Follows Flow, Building as Nature, Of the People, Of the
Materials, Of the Hill, youthful end unexpected dan living music. Prinsip-prinsip yang
akan diterapkan sebagai konsep dasar perancangan akan kami jelaskan sebagai
berikut:
No Konsep Aplikasi dalam Arsitektur Gambaran Penerapan
1 Form Follows Flow
Tatanan massa bangunan
Bangunan yang dibangun bisa mengikuti alam dengan cara arah hadap bangunan yang bisa mengoptimalkan penghawaan dan pencahayaan
Zoning Zoning pada fungsi bangunan menyebar disesuaikan dengan sifatnya untuk mendapatkan pencahayaan dan penghawaan yang cukup
2 Building as nature
Bentuk bangunan Bangunan menyesuaikan dengan lingkungan alam sekitar dengan meminimalkan cut and fill yang ada
Sirkulasi Sirkulasi dalam tapak menyesuaikan tapak yang berkontur
76
3 Of the people
Kebutuhan ruang Memperhitungkan kenyamanan dan kemudahan pengguna atau pemakai
Tatanan massa Perletakan massa bangunan menyesuaikan zoning pada tapak untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dalam pencapaian
4 Of the Material Bahan bangunan Menggunakan material yang sifatnya ekonomis dan alami
5 Of the hill Tapak Mempertahankan kontur pada tapak, bangunan merupakan bagian dari site, bukan sekedar bangunan yang ditempatkan diatas site
6 Youthful and unexpected Dekorasi Bangunan yang dipenuhi dengan aksen sehingga terlihat
menarik dan tidak membosankan
7 Living music Bentuk bangunan Bangunan mengikuti irama harmonis dengan mengurangi bentukan yang simetris
Tabel 4.1 Konsep dasar perancangan
4.2 Konsep Tapak
Konsep perancangan tapak adalah konsep perancangan yang berhubungan
dengan desain luar/tapak dimana bangunan akan dibangun. Konsep ini akan
77
diperlukan sebagai gambaran awal tentang bagaimana bentuk tapak bangunan dengan
segala utilitasnya dapat mendukung bangunan itu sendiri.
a. Penzoningan Tapak
Konsep penzoningan tapak adalah konsep penzoningan yang berhubungan
dengan zona-zona yang akan menjadi dasar desain perancangan. Konsep ini akan
diperlukan sebagai konsep perancangan berdasarkan keterkaitan ruang. Konsep
penzoningan tapak terbagi menjadi 3 zona yaitu zona publik, semi publik dan private.
Zona publik merupakan zona yang berfungsi sebagai ruang penerima
berhubungan secara langsung dengan kegiatan publik, yaitu area parkir dan plaza.
Oleh karena itu zona ini diletakkan ditempat strategis seperti didekat entrance site.
Zona semi publik merupakan zona yang tidak langsung berhubungan dengan
entrance site, tetapi masih berhubungan dengan kegiatan publik, seperti entrance
bangunan, hall penerimaan. Sehingga didekatkan dengan zona publik.
Zona private merupakan zona yang tidak berhubungan dekat dengan
entrance site, sehingga dapat diletakkan berjauhan dengan zona publik.
Gambar 4.1 Penzoningan tapak
78
b. Pencapaian Menuju Tapak
Alternatif 1 : Main entrance diletakkan di jalan utama, tepatnya berada di ujung danau
Situbinong.
Alternatif 2 : Main entrance diletakkan di jalan utama, tepatnya berada dekat dengan
perempatan jalan.
Alternatif 3 : Main entrance diletakkan di jalan utama, tepatnya berada dijalur pintu
masuk tol Deltamas.
Gambar 4.2 Pencapaian menuju tapak
79
Berdasarkan kriteria main entrance di atas, alternatif 1 dipilih sebagai Main
entrance pada bangunan yang direncanakan. Konsep pencapaian pengunjung menuju
bangunan yang digunakan adalah pencapaian secara langsung. Konsep ini diusung
untuk memberikan pencapaian yang mudah secara langsung ke area bangunan untuk
sirkulasi yang efisien. Dengan efisiensi ini pengunjung mencapai bangunan tanpa
harus manuver yang berlebih.
c. Orientasi dan Tata Masa Bangunan
Penempatan bangunan pada tapak atau kaitannya terhadap bangunan lain
sangat penting. Apabila diletakan dengan baik, maka bangunan akan mencapai
keserasian dengan topografinya. Penataan bangunan yang sesuai dengan topografinya
akan mengurangi pekerjaan pelandaian, memperkecil biaya konstruksi dan
meniadakan masalah drainase. Orientasi bangunan semua menghadap ke area waduk
Situbinong untuk mendapatkan pemandangan yang bagus. Vegetasi di sepanjang sisi
site yang berdekatan dengan jalan juga diperbanyak untuk membatasi pandangan dari
luar ke dalam site maupun sebaliknya, serta untuk memfilter kebisingan dari area
jalan.
Tatanan massa adalah perletakan massa bangunan majemuk pada suatu site
yang ditata berdasarkan zona dan tuntutan lain yang menunjang. Tata letak massa
bangunan ini disamping berdasarkan zonasi, juga dibuat berdasarkan alur sirkulasi
yang saling terkait. Massa sebagai elemen site dapat tersusun dari massa berbentuk
bangunan dan vegetasi. Tata massa untuk bangunan Pusat Wisata Kuliner dan
Rekreasi ini adalah berbentuk cluster. Bentuk Cluster cukup fleksibel dalam
memadukan bermacam-macam wujud, ukuran dan orientasi ke dalam strukturnya.
80
Gambar 4.3 Pola tatanan massa
Pola cluster dikelompokan berdasarkan persyaratan fungsional seperti
ukuran, bentuk, warna, jarak dan letak. Karena polanya tidak berasal dari konsep
geometri yang kaku, bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima
pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.
d. Sirkulasi
Sirkulasi pada area tapak bangunan terdiri dari beberapa bagian diantaranya :
- Sirkulasi pengunjung
- Sirkulasi karyawan / pengelola
- Sirkulasi mobil pengunjung dan karyawan
- Sirkulasi motor pengunjung dan karyawan
Posisi main entrance pada tapak diletakan di pinggir jalan utama dan area yang
memiliki view yang paling luas untuk memudahkan pengunjung menuju bangunan.
81
Gambar 4.4 Konsep Main Entrance
Pada main entrance terdapat gapura sebagai penanda pintu masuk dan keluar area
wisata. Desain gapura dibuat unik agar mudah diingat dan dikenali oleh para
pengunjung.
Sirkulasi didalam tapak untuk area jalan kendaraan mobil dan bus dibuat
lebar 8 m, jalur pejalan kaki lebar 2 m dan area penghijauan 1,5 m. Dengan kondisi
tapak yang berkontur maka kondisi jalan juga dibuat sesuai dengan kondisi tapak
tersebut.
82
Gambar 4.5 Konsep jalan
Memisahkan area parkir motor dengan area parkir mobil serta membuat area
khusus untuk drop off penumpang dan pemberhentian kendaraan bermotor supaya
tidak terjadi persilangan kendaraan yang akan menimbulkan kemacetan.
Gambar 4.6 Konsep parkir dilahan berkontur
83
Konsep Parkir yang digunakan:
Gambar 4.7 Konsep sistem parkir
Berdasarkan jenis dan karakter sistem parkir di atas, maka gabungan antara parkir
menyudut 90 ° dan 45 ° dipilih sebagai sistem parkir yang digunakan pada
bangunan yang direncanakan.
4.3 Konsep Bangunan
a. Konsep Bentuk
Konsep bentuk massa bangunan pada pusat wisata kuliner dan rekreasi ini
berdasarkan pada beberapa point diantaranya:
84
Mengaplikasikan tema arsitektur organik pada bentuk bangunan dengan cara
mengambil bentuk sesuai dengan garis-garis tapak, sehingga terjadi integrasi
yang baik antara tapak dengan bentuk bangunan.
Memanfaatkan dan berpedoman pada karakteristik alam dalam
pembentukan massa bangunan seperti bentuk daun.
Penggunaan bentuk bangunan yang bernuansa alam tanpa harus simetris
dan bersifat kaku serta penggunaan material atau warna yang sesuai,
sehingga citra dari suatu bangunan dapat ditonjolkan.
Bentuk dasar bangunan terinspirasi dari daun semanggi dan piring yang
menumpuk. Bentuk dasar tersebut kemudian diolah menjadi bentuk yang
organik. Daun semanggi banyak dijumpai di sekitar site. Daun semanggi
merupakan salah satu lalapan makanan. Bentuk daun semanggi akan
digunakan sebagai aksen bangunan.
Gambar 4.8 Konsep bentuk dasar
85
Konsep bentuk bangunan menyesuaikan bentuk tapak yang berkontur, sehingga
dapat menciptakan bentuk-bentuk yang selaras dengan alam sekitarnya. Dengan
bentuk tersebut maka akan menghasilkan view yang sama pada setiap lantai dari
bangunan tersebut.
Gambar 4.9 Konsep Bangunan
b. Konsep Penampilan bangunan
1. Material
Melalui pendekatan arsitektur organik yang identik dengan konsep natural maka
dipilihlah batu, kayu, bambu yang ditampilkan dengan memunculkan tekstur dan
warna alami batu, kayu dan bambu tersebut. Warna cat yang digunakan pada
bangunan juga merupakan warna-warna yang senada dengan material-material ini.
Bambu digunakan sebagai fasade bangunan, kayu digunakan sebagai partisi dan
shading pada sisi barat, batu sebagai elemen dekoratif pada dinding lantai satu.
86
MATERIAL
BATA
BATU ALAM
BETON
KACA
KAYU
Gambar 4.10 Material yang dipakai
2. Fasade
Fasade adalah desain yang menampilkan wajah suatu bangunan yang nantinya
bisa menjadikah ciri atau karakter dari bangunan tersebut. Dengan kata lain
bangunan tersebut memiliki ciri pada bagian tertentu, yang membuat pandangan
akan lebih tertuju kesitu. Fasade pada perancangan Pusat Wisata Kuliner dan
Rekreasi ini akan didominasi oleh elemen-elemen horisontal dan bangunan semi
terbuka.
87
Gambar 4.11 Konsep fasade
c. Konsep Fungsi dalam bangunan
1. Tempat makan
Gambar 4.12 Konsep tempat makan
2. Kolam Renang
Salah satu pemilihan material yang cocok digunakan untuk kolam renang
adalah yang memiliki tekstur tidak licin serta memiliki model yang menarik. Apalagi
88
kolam renang ini digunakan untuk tempat rekreasi, tentu faktor keindahan dan
keamanan harus di prioritaskan.
Desain kolam renang dengan perpaduan batu alam ini memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:
1. Batu alam memiliki warna dan bentuk yang beraneka ragam
2. Batu alam memiliki karakteristik yang kuat dan tahan lama, sehingga
batu alam cocok digunakan pada bagian bibir kolam renang. Meskipun
terkena air dan panas, batu alam ini akan tahan lama.
3. Dengan menerapkan batu alam, maka akan menghadirkan kesan natural,
sejuk, dan juga asri. Warna yang ditimbulkan dari batu alam akan
membuat kolam renang menarik dipandang, tidak kaku dan
membosankan.
4. Tidak licin sehingga aman untuk digunakan
5. Mudah didapatkan
Gambar 4.13 Konsep kolam renang
89
d. Konsep Stuktur Bangunan
1. Konsep Pondasi
Gambar 4.14 konsep struktur bangunan
90
BAB V
HASIL PERANCANGAN
5.1 Site Plan
Gambar 5.1 Site Plan
91
5.2 Main Entrance
Gambar 5.2 Main Entrance
92
5.3 Parkir
a. Parkir Pengunjung
b. Parkir Pengelola
Gambar 5.3 Parkir Pengunjung dan Pengelola
b. Parkir Pengelola
93
5.4 Plaza
Gambar 5.4 Plaza
94
5.5 Toko Souvenir, Office dan Ruang Serba Guna
Gambar 5.5 Toko Souvenir, Office dan Ruang Serba Guna
95
5.6 Restoran
Gambar 5.6 Restoran
96
5.7 Saung/Gazebo
Gambar 5.7 Saung/ Gazebo
97
5.8 Cafe
Gambar 5.8 Cafe
98
5.9 Kolam Renang
Gambar 5.9 Kolam Renang
99
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Fenomena gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini makin lama makin
sibuk, serba cepat dan serba instan. Keadaan seperti ini sangatlah tidak baik bagi
kondisi kesehatan fisik, jiwa dan pikiran manusia, sehingga perlu adanya suatu
tempat yang dapat mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Fasilitas Wisata
Kuliner & Rekreasi ini diharapkan mampu mengatasi keadaan tersebut.
1) Arsitektur organik merupakan arsitektur humanis karena memperhatikan
manusia di dalamnya dan merupakan suatu shelter yang melingkupi dan
melindungi manusia dan aktivitas,
2) Bentuk organis bukan merupakan imitasi dari alam, harus berdasar atas
ruang yaitu kesatuan antara ruang dalam dan ruang luar,
3) Harus mampu berhubungan dan menyatu dengan alam,
4) Bentuk dan penampilan bangunan merupakan salah satu sarana untuk
menyampaikan informasi melalui kesan yang ditampilkan oleh sebuah
bangunan.
Dengan menerapkan tema arsitektur organik pada objek perancangan,
diharapkan bisa menghadirkan konsep bangunan yang menampilkan sesuatu yang
berkaitan dengan alam dan tentunya menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Disamping itu bangunan ini juga dapat mengikuti gaya arsitektur yang kekinian
sehingga menghasilkan bentuk-bentuk yang instagram-able. Tema ini pun
memberikan bentuk ruang dan langgam bangunan yang dinamis.
100
6.2 Saran
Pengembangan perancangan objek ini tidak lantas berhenti ketika kita
telah berhasil memadukan konsep fungsi sebuah tempat dengan konsep teoritis
arsitektur. Fenomena yang terjadi pada dunia modern saat ini, telah membawa
perkembangan yang sangat maju dalam dunia rancang bangun dan masih banyak
konteks pengembangan yang belum sempat ditelaah karena kekurangan ilmu
penulis serta batasan konteks judul rancangan.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
guna menambah pengetahuan dan pembelajaran akan perancangan arsitektur suatu
bangunan.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K. 2000. “Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan”. Jakarta:
Erlangga.
Neufert, Ernst, (1989), “Data Arsitek Jilid I Edisi 2”, Terjemahan Ir.Sjamsu Amril,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
White, Edward T, “Buku Pedoman Konsep”, Terjemahan Aris .K. Onggodiputro,
Penerbit Intermedia, Bandung.
Frick, Heins 2008, “Arsitektur Ekologis”, Yogyakarta: Kanisius Soegijapranata
University Press.
Frick, Heins 1998, “Dasar-Dasar Eko Arsitektur”, Yogyakarta: Kanisius Soegijapranata
University Press.
Frick, Heins 1996, “Arsitektur dan Lingkungan”, Yogyakarta: Kanisius Soegijapranata
University Press.
Nangoy, Windy M. 2016, “Jurnal Optimalisasi Konsep Building As Nature dari
Pendekatan arsitektur Organik Pada Kawasan Industri Peternakan Berkonsep
Agrowisata”, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Mahendra, Nikodemus Rendy. 2016, “Jurnal Konsep Arsitektur Organik Pada Bangunan
Resort & Hotel”, Institut Teknologi Nasional.
Widati, Titiani. 2015, “Jurnal Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur Frank Llyoid
wright”, Universitas Palangka Raya.
Maryanto, Agung sri. 2006, “ Skripsi Penampilan bangunan yang sinergis dengan fungsi
bangunan Jogjacomtech”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Magdalena, Delita. 2007, “ Skripsi Pusat Informasi IPTEK di Surakarta dengan
ungkapan Visual Bangunan yang Informatif dan inovatif”, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
102
Rashika, Tezza Nur Ghina. 2009, “Skripsi Arsitektur Organik Kontemporer”, Universitas
Indonesia, Depok.
Mirly, Fameida. 2010, “Skripsi Pengaruh Leisure terhadap Perkembangan Desain
Restoran”, Universitas Indonesia, Depok.
Ondang, Ixnanda J, “Jurnal Tomohon Health-Spa & wellness Center”, Universitas Sam
Ratulangi. Manado.