24
KELOMPOK 9 Laila Fitria M. Retno Wulandari Saidatul Adnin Wiwin Setianti Desa Batuah RT.9, RT.10, RT.11, RT.12 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara Tugas: Mengidentifikasi masalah berdasarkan data yang di dapat. Tabel 0.1 Pendapatan perBulan Jumlah Presentase 1 <RP. 1.200.000 27 27% 2 >Rp. 1.200.000 48 48% 3 Tidak tahu/ Tidak tentu 25 25% Tabel 0.2 No Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase 1 Tidak Sekolah 5 5% 2 Tidak Tamat SD 8 8% 3 SD/Sederajat 39 39% 4 SMP/Sederajat 18 18% 5 SMA/Sederajat 20 20% 6 Perguruan Tinggi 10 10% AKK Tabel 4.3.5 Sumber Biaya Kesehatan No Sumber Biaya Jumlah Presentase 1 Biaya Sendiri 59 59%

Perencanaan Dan Evaluasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bidang AKK untuk menganalisis permasalahan yang ada pada suatu daerah

Citation preview

Page 1: Perencanaan Dan Evaluasi

KELOMPOK 9

Laila Fitria M.

Retno Wulandari

Saidatul Adnin

Wiwin Setianti

Desa Batuah RT.9, RT.10, RT.11, RT.12 Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai

Kartanegara

Tugas: Mengidentifikasi masalah berdasarkan data yang di dapat.

Tabel 0.1

Pendapatan perBulan Jumlah Presentase1 <RP. 1.200.000 27 27%2 >Rp. 1.200.000 48 48%3 Tidak tahu/ Tidak tentu 25 25%

Tabel 0.2

No Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase1 Tidak Sekolah 5 5%2 Tidak Tamat SD 8 8%3 SD/Sederajat 39 39%4 SMP/Sederajat 18 18%5 SMA/Sederajat 20 20%6 Perguruan Tinggi 10 10%

AKK

Tabel 4.3.5 Sumber Biaya Kesehatan

No Sumber Biaya Jumlah Presentase1 Biaya Sendiri 59 59%2 Lainnya 41 41%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak masyarakat desa Batuah

menggunakan biaya sendiri untuk melakukan pengobatan dibandingkan dengan

menggunakan asuransi kesehatan.

Tabel 4.3.6 Pengetahuan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat

Page 2: Perencanaan Dan Evaluasi

No Pengetahuan Jumlah Presentase1 Mengetahui 59 59%2 Tidak Mengetahui 41 41%

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sudah cukup banyak masyarakat yang

mengetahui tentang adanya program JAMKESMAS, namun disisi lain juga jumlah

masyarakat yang belum mengetahui tentang adanya program JAMKESMAS masih cukup

tinggi. Hal ini dapat dimungkinkan akibat kurangnya sosialisasi dan edukasi dari

pemerintah maupun petugas kesehatan di wilayah tersebut, sehingga jumlah

masyarakat yang tidak mengetahui tentang program JAMKESMAS masih cukup banyak.

Dapat dilihat pada data sebelumnya dari tabel 4.3.5 bahwa lebih banyak masyarakat

yang berobat dengan menggunakan uang sendiri, hal tersebut dimungkinkan akibat

kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai asuransi kesehatan yang salah satunya

yaitu JAMKESMAS.

Tabel 4.3.7 Sumber Informasi Mengenai Asuransi

No Sumber Informasi Jumlah Presentase1 Tetangga 1 1%2 Ketua RT 36 36%3 Kepala Dusun 3 3%4 Informasi dari Puskesmas 17 17%5 Aparat Pemerintah 3 3%6 Lainnya 3 3%7 Tidak Tahu 24 24%8 Tetangga dan Ketua RT 3 3%9 Tetangga dan Puskesmas 1 1%10 Ketua RT dan Kepala Dusun 2 2%11 Ketua RT dan Puskesmas 7 7%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sumber informasi utama masyarakat mengenai

jaminan kesehatan berasal dari Ketua RT. Sumber lain seperti dari tetangga, puskesmas,

kepala dusun serta aparat pemerintah memiliki persentase terkecil, dan masyarakat

yang tidak tahu atau tidak mendapatkan informasi sama sekali memiliki persentase

yang cukup besar. Dapat disimpulkan bahwa peranan dari aparat pemerintah serta

petugas kesehatan (puskesmas) belum bergerak secara proaktif untuk melakukan

sosialisasi kepada masyarakat mengenai jaminan kesehatan yang dapat diakses oleh

masyarakat. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat

serta biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan

tanpa menggunakan jaminan kesehatan.

Page 3: Perencanaan Dan Evaluasi

Tabel 4.3.8 Kepemilikan Program Asuransi

No Kepemilikan Jumlah Presentase1 Iya 69 69%2 Tidak 31 31%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah masyarakat yang telah memiliki

JAMKESMAS sudah cukup banyak. Namun perlu diperhatikan juga bahwa jumlah

masyarakat yang belum memiliki JAMKESMAS masih cukup banyak. Berdasarkan data

dari tabel 4.3.6 dan tabel 4.3.7 diketahui bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat

yang diakibatkan kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai JAMKESMAS baik dari

pemerintah maupun petugas kesehatan (puskesmas) menyebabkan jumlah masyarakat

yang belum memiliki JAMKESMAS juga masih cukup banyak. Sehingga perlu

ditingkatkan sosialisasi dari pemerintah serta petugas kesehatan ke masyarakat secara

langsung bukan hanya melalui iklan ataupun pihak yang tidak begitu mengerti

mengenai program JAMKESMAS.

Tabel 4.3.10 Pemanfaatan Program Asuransi Kesehatan

No Penggunaan Asuransi Jumlah Presentase1 Pernah 57 57%2 Kadang-Kadang 10 10%3 Tidak Pernah 32 32%4 Tidak Tahu 1 1%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah masyarakat yang telah memiliki

asuransi dan menggunakan asuransinya dengan tepat sudah mencapai angka yang

cukup tinggi yaitu sekitar setengah dari jumlah total. Namun jumlah ini hampir

sebanding dengan jumlah masyarakat yang belum menggunakan asuransinya dengan

tepat (kadang-kadang, tidak pernah dan tidak tahu).

Tabel 4.3.12 Pengetahuan Tentang Program JPKMM

No Pengetahuan JPKMM Jumlah Presentase1 Tahu / Iya 7 7%2 Tidak Tahu / Tidak 93 93%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat yang mengetahui tentang

program JPKMM sangat rendah sementara jumlah masyarakat yang tidak mengetahui

tentang program JPKMM sangat tinggi. Hal ini dapat dikaitkan dengan proses sosialisasi

kepada masyarakat terutama sosialisasi secara langsung. Dimungkinkan dengan

kurangnya sosialisasi dapat menyebabkan masyarakat hanya akan mendapat informasi

Page 4: Perencanaan Dan Evaluasi

yang bias atau bahkan tidak mendapatkan informasi sama sekali seperti halnya dengan

program JAMKESMAS di wilayah tersebut. Kurangnya pengetahuan mengenai JPKMM

ini dapat berdampak terhadap akses masyarakat terhadap fasilitas dan pelayanan

kesehatan.

Tabel 4.3.13 Informasi Tentang JPKMM

No Sumber Pengetahuan Jumlah Presentase1 Tokoh Masyarakat 1 1%2 Petugas Kesehatan 5 5%3 Lainnya 1 1%4 Tidak Ada 93 93%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih rendahnya pelaksanaan fungsi dari

puskesmas serta pemerintah dalam mensosialisasikan program JPKMM. Sehingga

jumlah masyarakat yang tidak mendapatkan informasi mengenai JPKMM masih sangat

tinggi. Yang dimana hal tersebut dapat mempengaruhi tingginya angka masyarakat yang

tidak mengetahui tentang program JPKMM.

Tabel 4.3.14 Pelayanan JPKMM

No Pelayanan JPKMM Jumlah Presentase1 Puskesmas 5 5%2 Tidak Ada 95 95%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pelayanan mengenai JPKMM hanya diperoleh

sebesar 5% dari puskesmas dan selebihnya tidah ada informasi terkait program JPKMM

baik dari puskesmas maupun pihak terkait lainnya. Diperlukannya sosialisasi mengenai

program JPKMM kepada masyarakat agar masyarakat tahu dan mengerti mengenai

program ini sehingga program ini pun dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

EPIDEMIOLOGI

Tabel 4.4.5 Pengetahuan Cara Pencegahan Penyakit

No Pengetahuan Pencegahan Penyakit Jumlah Presentase1 Iya 67 67%2 Tidak Tahu 33 33%

Page 5: Perencanaan Dan Evaluasi

Tabel 4.4.6 Upaya Penyembuhan

No Usaha Penyembuhan Jumlah Presentase1 Berobat Ke YanKes 49 49%2 Beli Obat 12 12%3 Tidak Melakukan Usaha 3 3%4 Obat Racikan Sendiri 6 6%5 Tidak Tahu 30 30%

Dari tabel 4.4.5 dapat diketahui bahwa jumlah masyarakat yang mengetahui tentang

cara pencegahan penyakit sudah cukup baik. Namun jumlah masyarakat yang tidak

mengetahui tentang cara pencegahan penyakit juga masih cukup banyak. Begitu pula

dengan usaha penyembuhan yang dilakukan masyarakat desa Batuah. Hal ini

disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Batuah dan

kurangnya sosialisasi dari pemerintah maupun petugas kesehatan. Apabila hal ini tidak

ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan meningkatnya angka kejadian sakit

maupun lamanya waktu kesakitan yang diderita masyarakat.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Tabel 4.5.3 Bekerja di Bidang Lain

No Status Kerja Jumlah Presentase1 Iya 33 33%2 Tidak 67 67%

Tabel 4.5.5 Waktu Bekerja

No Waktu Kerja Jumlah Presentase1 < 8 jam 31 31%2 7-8 jam 26 26%3 > 8 jam 28 28%4 Tidak Bekerja 15 15%

Tabel 4.5.6 Kondisi Tempat Kerja

No Kondisi Jumlah Presentase1 Berdebu 10 10%2 Bising 3 3%3 Panas 12 12%

Page 6: Perencanaan Dan Evaluasi

4 Dingin 4 4%5 Berbahan Kimia/ Pestisida 3 3%6 Lainnya 5 5%7 Tidak Bekerja 15 15%8 Berdebu dan Bising 1 1%9 Berdebu dan Panas 23 23%10 Berdebu dan Bahan Kimia 1 1%11 Bising dan Dingin 2 2%12 Panas dan Bahan Kimia 8 8%13 Berdebu, Bising dan Panas 8 8%14 Berdebu, Panas dan Bahan Kimia 5 5%

Tabel 4.5.7 Penyakit dan Keluhan Akibat Kerja

No Keluhan Jumlah Persentase 1 Tidak bekerja 15 1 %2 Sakit pinggang 11 11%3 Pegal-pegal 19 19%4 Pusing 10 10%5 Lainnya 3 3%6 Tidak tahu 9 9%7 Sakit punggung dan pinggang 1 1%8 Sakit pinggang dan pegal-pegal 5 5%9 Sakit pinggang dan pegal-pegal 4 4%10 Sakit pinggang dan pusing 2 2%11 Pegal-pegal dan pusing 1 1%12 Sakit pinggang, punggung dan pegal-

pegal18 18%

13 Sakit punggung, pinggang, pegal dan pusing

2 2%

Tabel 4.5.8 Penyebab dan Resiko Kesehatan di Tempat Kerja

No Penyebab Jumlah Persentase 1 Tidak bekerja 15 15%2 Mesin 5 5%3 Kesalahan individu 38 38%4 Bahan-bahan kimia 3 3%5 Lingkungan 18 18%6 Tidak tahu 7 7%7 Mesin dan kesalahan individu 2 2%8 Kesalahan lingkungan dan bahan

kimia8 8%

9 Kesalahan individu dan lingkungan 3 3%10 Bahan kimia dan lingkungan kera 1 1%

Page 7: Perencanaan Dan Evaluasi

Tabel 4.5.9 Penggunaan Alat Pelindung Diri

No Penggunaan APD Jumlah Persentase 1 Tidak bekerja 15 15%2 Menggunakan APD 43 43%3 Tidak menggunakan APD 42 42%

Sebagian masyarakat di desa Batuah bekerja tidak hanya di satu bidang tetapi

juga di bidang lain dengan sistem rotasi yaitu sebesar 33%, hal ini terjadi pada

masyarakat yang bekerja sebagai petani lada dan juga peternak ayam. Sehingga jam

kerja masyarakat di desa tersebut bisa lebih dari 8 jam sehari. Masa bekerja para

responden berdasarkan tahun kerja adalah 10 tahun. Bila dilihat dari lama bekerja

selama 10 tahun dan dengan waktu kerja yang melebihi standar kesehatan dan

keselamatan kerja maka maka resiko akan terjadinya penyakit akibat kerja akan

meningkat pula. Ditambah lagi dengan beban kerja yang harus dirasakan oleh setiap

responden dengan sistem kera rotasi dan dalam waktu yang lama, sehingga banyak

responden yang mengeluh sakit pinggang, sakit punggung, pegal-pegal, pusing dan

lainnya.

Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja yang dialami responden sangat

berkaitan erat dengan kondisi tempat kerja yang berada di luar ruangan. Pekerjaan

responden yang menuntut untuk kontak langsung dengan lingkungan luar

menyebabkan terpaparnya responden dengan debu, panas, dingin, bising dan juga

bahan-bahan kimia yang ada di sekitar tempat kerja para responden dalam waktu yang

lama. Penyakit akibat kerja biasanya terjadi tidak hanya karena lingkungan tetapi juga

karena mesin ataupun kesalahan dari individu itu sendiri. Masih rendahnya kesadaran

para responden dalam menggunakan alat pelindumg diri dalam bekerja, yaitu hanya

sekitar 43% responden yang sudah sadar akan pentingnya menggunakan alat pelindung

diri saat bekera.

Page 8: Perencanaan Dan Evaluasi

GIZI MASYARAKAT

Tabel 4.6.5 Cara Mengolah Sayuran

No Pengolahan Jumlah Persentase 1 Dipotong dulu setelah itu di cuci 53 53%2 Dicuci dulu lalu dipotong 47 47%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Batuah masih banyak yang

mengolah makanan dengan cara yang kurang tepat, dimana mereka memotong sayuran

terlebih dahulu sebelum dicuci, hal ini dapat mengakibatkan hilangnya vitamin-vitamin

yang terkandung didalam sayuran ketika sayuran tersebut dicuci. Kebiasaan ini harus

segera diperbaiki dengan memberikan pemahaman ke masyarakat tentang cara yang

benar dalam mencuci sayuran, walaupun kegiatan mencuci sayuran setelah sayuran

dipotong sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk diubah, namun hal tersebut perlu

diperhatikan agar derajat kesehatan masyarakat terus meningkat. Berkaitan juga

dengan penggunaan air mencuci bahan makanan, masyarakat desa Batuah hanya

mencuci sayuran di baskom, tidak diair yang mengalir. Padahal, mencuci bahan

makanan di dalam baskom tidak dapat mengurangi kotoran maupun zat-zat kimia yang

menempel pada sayuran.

Tabel 4.6.8 Konsumsi makanan siap saji

No Frekuensi Jumlah Persentase 1 Sering 46 46%2 Kadang-kadang 42 42%3 Tidak pernah 12 12%

Tabel 4.6.9 Konsumsi makanan selingan

No Frekuensi Jumlah Persentase1 Sering 21 21%2 Kadang-kadang 49 49%3 Tidak pernah 30 30%

Tabel 4.6.10 Informasi tentang gizi

No Distribusi informasi Jumlah Frekuensi1 Iya 15 15%2 Tidak pernah 85 85%

Page 9: Perencanaan Dan Evaluasi

Dari kedua tabel di atas kebanyakan masyarakat desa Batuah mengkonsusmsi makanan

siap saji, mereka juga mengkonsumsi makanan selingan. Makanan cepat saji ketika

sering dikonsumsi akan mengakibatkan gangguan kesehatan bagi pengkonsumsim

karena makanan cepat saji tidak mengandungzat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Konsumsi makanan cepat saji dan selingan juga dipengaruhi oleh informasi tentang gizi

yang didapatkan oleh masyarakat. Kenyataannya dari data yang didapat hanya sedikit

masyarakat yang mendapatkan informasi tentang pentingnya zat gizi bagi tubuh,

mengakibatkan masyarakat buta akan pengetahuan gizi sehingga mereka banyak yang

mengkonsumsi makanan cepat saji. Jadi, perlunya peran pemerintah dan petugas

kesehatan untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang gizi masyarakat.

KIA

Tabel 4.7.3 usia kehamilan pertama

No Usia Jumlah Frekuensi1 < 20 tahun 19 19%2 20-25 tahun 51 51%3 26-35 tahun 11 11%4 >35 tahun 1 1%5 Tidak memiliki anak 2 2%6 Lupa/Tidak tahu 16 16%

Dari tabel di atas, dapat diketahui usia kehamilan pertama dari rata-rata responden di

daerah tersebut, diketahui bahwa mayoritas wanita yang mengalami kehamilan

pertama di usia ideal pertama kali hamil. Yaitu di usia 20-25 thn. Dimana umur ini

merupakan umur yang ideal untuk hamil pertama, karena elastisitas panggul masih

bagus, rahim kondisi prima, resiko keguguran kecil karena sel telur relatif muda dan

kuat meski di trisemester pertama, dan kualitas sel telur yang baik memperkecil

kemungkinan bayi lahir cacat akibat ketidak normalan jumlah kromosom serta fisik ibu

masih cukup kuat, sehingga memungkinkan bayi-bayi yang lahir akan normal dan sehat.

Akan tetapi dari data tersebut masih, masih adanya wanita yang mengalami kehamilan

pertama di usia kurang dari 20 tahun, dimana hal tersebut tidak baik karena diusia

tersebut rahim belum kuat dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan

anak. Sehingga ada kemungkinan bayi yang lahir akan mengalami kecacatan, kematian

ibu, dan bayi. Dan masih ada juga wanita yang mengalami hamil pertama di usia lebih

Page 10: Perencanaan Dan Evaluasi

dari 30 tahun, dimana di umur tersebut sangat beresiko untuk melahirkan. Cukup

banyaknya wanita yang mengalami kehamilan pertama di usia yang beresiko,

menunjukkan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sehingga

diperlukan sosialisasi lebih intens mengenai hal ini.

Tabel 4.7.4 pemeriksaan kehamilan

No Pemeriksaan Jumlah Frekuensi1 Iya selalu 59 59%2 Kadang-kadang 17 17%3 Tidak pernah 5 5%4 Tidak ingat/ lupa 17 17%5 Tidak memiliki anak 2 2%

Tabel 4.7.5 frekuensi pemeriksaan kehamilan

No Frekuensi Jumlah Persentase1 1 kali 4 4%2 2 kali 11 11%3 3 kali 13 13%4 4 kali 16 16%5 >4 kali 33 33%6 Tidak ingat/lupa 17 17%7 Tidak pernah memeriksakan

kehamilan5 5%

Tabel 4.7.6 tempat pemeriksaan kehamilan

No Tempat pemeriksaan Jumlah Persentase 1 Tidak memeriksakan kehamilan 5 5%2 Puskesmas 38 38%3 Posyandu 1 1%4 Bidan praktek 22 22%5 Dokter praktek 3 3%6 Dukun 2 2%7 Rumah sakit 3 3%8 Lupa/tidak tahu 17 17%9 Tidak mempunyaianak 2 2%10 Puskesmas dan bidan praktek 5 5%11 Posyandu dan bidan praktek 1 1%12 Bidan dan dokter 1 1%

Dari ketiga tabel di atas diketahui mengenai bagaimana wanita di daerah tersebut

melakukan tindakan dalam merawat dan memperhatikan kehamilannya. Yaitu,

Page 11: Perencanaan Dan Evaluasi

bagaimana frekuensi mereka dalam memeriksakan kehamilannya dan yankes mana

merekan melakukan pemeriksaan tersebut. Diketahui dari data yang ada, mayoritas ibu

hamil melakukan pemeriksaan kehamilannya, dengan jumlah pemeriksaan yang cukup

baik, yaitu lebih dari 3 kali, namun masih ditemukan beberapa ibu hamil yang tidak

memeriksakan kehamilannya dan jumlah pemeriksaan yang rendah dan sedikit, hal ini

tidak baik dan beresiko terhadap kondisi kehamilan ataupun saat melahirkan.

Tabel 4.7.9 Penggunaan KB

No Menggunakan KB Jumlah Persentase1 Iya 56 56%2 Tidak 44 44%

Di ketahui dari data mengenai penggunaan KB pasutri Desa Batuah, baru setengah dari

pasutri yang ada menggunakan KB, dan setengahnya tidak. Hal ini merupakan masalah

karena pasutri yang tidak menggunakan KB akan beresiko pada banyaknya anak, dan

terjadinya ledakan penduduk dan kepadatan penduduk. Perlu adanya sosialisasi,

regulasi, dan pengawasan dari tenaga kesehatan dalam upaya penggunaan KB bagi para

pasutri, agar penggunaan KB efektif di masyarakat.

4.7.11 Imunisasi Anak

No Imunisasi Umlah Persentase1 Iya 76 76%2 Tidak 24 24%

Dari tabel diatas, diketahui mengenai tindakan para ibu di Desa Batuah dalam

memberikan imunisasi pada anaknya. Sebagian besar ibu telah sadar akan pentingnya

pemberian imunisasi pada anaknya, dan telah memgimunisasi anaknya, akan tetapi

masih ada beberapa ibu yang tidak memberikan imunisasi pada anaknya, hal ini

merupakan masalah, karena diharapkan setiap ibu memberikan imunisasi kepada

anaknya sebagai pencegahan dan kekebalan bagi anak terhadap penyakit yang

berbahaya.

GIZI BALITA

4.8.3 Berat Badan Bayi Saat Lahir

No BB Bayi Saat Lahir Jumlah Persentase1 <2,5 kg 13 13%2 >2,5 kg 35 35%

Page 12: Perencanaan Dan Evaluasi

3 Tidak memiliki bayi 52 52%Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat bayi dengan berat badan lahir

rendah yaitu <2,5. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya

pengetahuan ibu saat hamil mengenai asupan makanan apa saja yang diperlukan saat

hamil. Sehingga menyebabkan asupan makanan atau gizi yang diperlukan untuk

perkembangan bayi tidak tercukupi sehingga terjadilah kasus berat badan bayi lahir

rendah. Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat mempengaruhi perkembangan

bayi baik perkembangan fisik maupun perkembangan otak bayi, sehingga bayi dengan

berat badan lahir rendah harus dapat asupan gizi yangg cukup baik sehingga tidak

terjadi masalah dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.

4.8.4 Usia Pemberian Makanan Pendamping

No Usia Jumlah Persentase1 <6 bulan 27 27%2 >6 bulan 16 16%3 0 (tidak memiliki bayi) 52 52%4 Usia tidak mencukupi pemberian

makanan pendamping5 5%

4.8.5 Jenis makanan pendamping

No Makanan Pendamping Jumlah Persentase1 Susu formula 12 12%2 Buah-buahan 4 4%3 Bubur/nasi 18 18%4 Lainnya 1 1%5 Tidak tahu/lupa 1 1%6 Tidak memberikan makanan

pendamping (tidakmemiliki bayi)52 52%

7 Belum diberikan 5 5%8 Susu formula dan bubur nasi 7 7%

Dari tabel 4.8.4 dapat diketahui bahwa tingginya jumlah bayi yang berusia <6 bulan

telah mendapatkan MP ASI. Hal ini tentunya dapat menjadi masalah dimana pada usia

<6 bulan sebaiknya bayi diberikan ASI eksklusif saja. Sementara berdasarkan tabel 4.8.5

MP ASI yang terbanyak diberikan kepada bayi yaitu bubur / nasi serta susu formula. Hal

ini dapat memberikan dampak buruk terhadap sistem pencernaan bayi yang berusia <6

bulan. Dimana sistem pencernaan bayi yang berusia <6 bulan masih lemah dan belum

mampu mencerna makanan seperti bubur / nasi, sementara jika diberikan susu formula

Page 13: Perencanaan Dan Evaluasi

berarti sistem pencernaan bayi akan mencerna bahan-bahan kimia seperti pengawet

yang terdapat pada susu formula tersebut yang dapat berdampak buruk bagi

pertumbuhan bayi.

KESEHATAN LINGKUNGAN

Tabel 4.9.5 Kepemilikan SPAL

No Kepemilikan SPAL Jumlah Persentase1 Iya 49 49%2 Tidak 51 51%

Tabel 4.9.8 Alasan tidak memiliki SPAL

No Alasan Jumlah Persentase1 Tidak ada lokasi 50 50%2 Ada SPAL 49 49%1 Kurang mengeti

membuat SPAL1 1%

Dari tabel-tabel di atas diketahui bahwa kepemilikan SPAL di desa Batuah hanya sekitar

49%, dimana jumlah tersebut masih tergolong sedikit. Masyarakat desa Batuah tidak

memiliki SPAL kebanyakan karena tidak ada lokasi untuk membangun SPAL. Sehingga

dapat menimbulkan kerusakan lingkungan akibat limbah rumah tangga, karena rata-

rata limbah rumah tangga rata-rata adalah limbah kimia. Sehingga perlu adanya SPAL

walau hanya sebatas parit.

Tabel 4.9.10 kepemilikan TPS

No Kepemilikan TPS Jumlah Persentase1 Ada 82 82%2 Tidak ada 18 18%

Tabel 4.9.13 lokasi tempat pembuangan sampah sementara

No Lokasi TPS Jumlah Persentase1 Tempat pembuangan sampah

sementara5 5%

2 Dibakar 85 85%3 Ditimbun dengan tanah 1 1%

Page 14: Perencanaan Dan Evaluasi

4 Dibuang kesembarang tempat 7 7%5 Dibakar dan dibuang di sembarang

tempat2 2%

Tabel 4.9.13 Cara Pengelolaan Sampah

No Cara pengolahan sampah Jumlah Persentase1 Dibakar 88 88%2 Dikubur 6 6%3 Lainnya 6 6%

Dari data diatas, sudah cukup banyak masyarakat yang sudah memiliki TPS, hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat batuah sadar akan pentingnya memiliki TPS. Namun

angka 18% masih dianggap cukup banyak dan dapat menimbulkan berbagai penyakit

akibat sampah. Mengenai cara pembuangan sampah yang kebanyakan dibakar, akan

menimbulkan beberapa masalah pada masyarakat sekitar, seperti rentan terkena

gangguan pernafasan akibat asap pembakaran sampah, sehingga perlu ditingkatkan lagi

kepemilikan TPS agar kebersihan udara dan lingkungan tetap terjaga.

PHBS

4.10.1 persalinan ditolong tenaga kesehatan

No Pembantu persalinan Jumlah Persentase1 Dokter 14 14%2 Bidan 48 48%3 Dukun 14 14%4 Sendiri/keluarga 6 6%5 Lupa 18 18%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masalah yang ada di masyarakat desa Batuah

adalah masih ada beberapa orang yang melakukan persalinan tidak ditolong oleh

tenaga medis. Hal ini dapat berakibat fatal bagi ibu nifas dan bayi yang baru

dilahirkannya, terutama untuk persalinan yang dilakukan dengan bantuan dukun serta

yang dilakukan sendiri atau dengan bantuan keluarga. Dimana apabila terjadi masalah

selama proses persalinan maka tindakan yang diambil dapat tidak sesuai dengan

tindakan medis yang seharusnya dilakukan sehingga dapat terjadi malpraktek.

4.10.2 pemberian ASI

Page 15: Perencanaan Dan Evaluasi

No Pemberian ASI Jumlah Persentase1 Memberikan ASI 11 11%2 Tidak memberikan ASI 36 36%3 Tidak memiliki bayi 52 52%4 Tidak tahu 1 1%

Dari tabel diatas diketahui bahwa masih banyak ibu-ibu di desa Batuah yang tidak

memberikan ASI kepada bayi mereka yaitu sebanyak 36% dan hanya 11% ibu yang

memberikan ASI kepada bayi mereka. ASI merupakan makanan alamiah bagi bayi

berbentuk cairan yang mengandung gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI merupakan makanan yang paling baik bagi

bayi, tetapi masih banyak ibu yang masih tidak memberikan ASI untuk bayi mereka.

Menurut WHO, pemberian ASI eksklusif adalah 6 bulan pertama, dan setelahnya bisa

didampingi dengan makanan pendamping ASI. Kurangnya sosialisasi akan pentingnya

pemberian ASI eksklusif dari berbagai pihak baik pemerintah ataupun dari petugas

kesehatan dan didorong dengan masih rendahnya pengetahuan masyarakat yang

tinggal di desa Batuah.

Tabel 4.10.4 kepemilikan KMS

No Kepemilikan KMS Jumlah Persentase1 Memiliki KMS 35 35%2 Tidak memiliki KMS 13 13%3 Tidak memiliki bayi/balita 52 52%

Tabel 4.10.5 penimabangan bayi setiap bulan

No Penimbangan bayi Jumlah Persentase1 Iya 39 39%2 Tidak 9 9%3 Tidak punya bayi/balita 52 52%

Dari kedua tabel diatas diketahui kesadaran masyarakat di desa Batuah sudah cukup

besar untuk melakukan penimbangan bayi mereka di posyandu yaitu sebesar 32% dan

9% yang masih belum menimbangkan bayi mereka di posyandu setiap bulannya.

Pemantauan penimbangan bayi di posyandu biasanya menggunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS), tetapi masih ada 13% yang masih belum memiliki KMS. Padahal KMS

Page 16: Perencanaan Dan Evaluasi

berguna untuk memantau pertumbhan dan perkembangan bayi sehingga dapat

mencegah gangguan kesehatan pada bayi ataupun gangguan gizi pada bayi dan balita.

Perlu adanya sosialisasi secara menyeluruh ke lapisan masyarakat agar semua sadar

pentingnya memiliki KMS dan juga penimbangan bayi setiap bulan.

Tabel 4.10.6 mencuci tangan dengan air mengalir

No Cuci tangan dengan air mengalir Jumlah Persentase1 Iya 64 64%2 Tidak 36 36%

Tabel 4.10.7 mencuci tangan dengan sabun

No Cuci tangan dengan sabun Jumlah Persentase1 Iya 79 79%2 Tidak 21 21%

Dari kedua tabel diatas, diketahui bahwa kesadaran masyarakat di desa batuah akan

pentingnya mencuci tangan di air mengalir sudah cukup tinggi yaitu 64%, tetapi masih

banyak juga yang belum mengerti dan sadar untuk mencuci tangan di air mengalir yaitu

sekitar 36%. Untuk mencuci tangan dengan sabun, 79% masyarakat sudah sadar

pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan 21% yang tidak mencuci tangan dengan

sabun. Padahal mencuci tangan di air yang mengalir dan menggunakan sabun dapat

membunuh kuman penyebab penyakit agar tidak masuk kedalam tubuh dan tidak

menimbulkan penyakit. Kurangnya pengetahuan masyarakat dan perlu adanya

sosisalisasi dari petugas kesehatan serta pendidikan kesehatan dari usia dini.

Tabel 4.10.11 kondisi tempat penampungan air

No Kondisi tempat penampungan air Jumlah Persentase1 Tertutup 68 68%2 Terbuka 32 32%

Dari tabel diatas diketahui sebanyak 68% dari responden yang memiliki penampungan

air yang tertutup dan 32% yang memiliki penampungan air yang tidak tertutup.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya penampungan air yang terbuka,

Page 17: Perencanaan Dan Evaluasi

karena penampungan air yang terbuka dapat dijadikan tempat perkembangbiakan

nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit.

Tabel 4.10.12 jarak jamban dari sumber air

No Jarak Jumlah Persentase1 <5 meter 17 17%2 5-10 meter 41 41%3 >10 meter 42 42%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 17% responden masih memiliki jarak jamban dengan

sumber air yang kurang dari 5 meter dan 41% berjarak 5-10 meter, sedangkan jarak

standar antara jamban dengan sumber air harusnya minimal 10 meter. Kurangnya

pengetahuan dan tidak adanya sosialisasi baik dari pemerintah dan petugas kesehatan

membuat masih banyaknya jarak jamban dan sumber aiar yang tidak sesuai standar

kesehatan.

Tabel 4.7.1 rumah bebas jentik

4.7.1.2 frekuensi membersihkan tempat penampungan air dalam seminggu

No Frekuensi Jumlah Persentase1 Tidak sama sekali 10 10%2 1 kali 41 41%3 2 kali 16 16%4 3 kali 14 14%5 >3 kali 19 19%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebiasaan menguras tempat penampungan air

dengan frekuensi 1 kali seminggu memiliki angka yang paling tinggi yaitu 41 responden.

Kebiasaan ini belum memenuhi syarat kesehatan, dimana dalam satu minggu tempat

penampungan air harus dikuras minimal 2 kali. Hal ini dianjurkan dengan harapan

dapat meminimalisir waktu perkembangbiakan jentik nyamuk pada penampungan air

sehingga dapat mencegah terjadinya DBD. Dengan indikator ini menunjukkan PHBS

masyarakat Desa Batuah masih kurang.

Tabel 4.9.1 latihan aktivitas fisik sehari-hari

Tabel 4.9.1.1 kebiasaan melaukan olahraga

No Olahraga Jumlah Persentase

Page 18: Perencanaan Dan Evaluasi

1 Iya 44 44%2 Tidak 56 56%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih banyak masyarakat Desa Batuah yang

tidak melakukan aktifitas fisik berupa olahraga. Hal ini disebabkan karena aktifitas yang

sangat padat sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan aktifitas fisik terutama

olahraga, selain itu juga karena kurangnya minat responden terhadap olahraga dan

dikarenakan keterbatasan fisik. Namun tentunya hal ini tidaklah baik bagi kesehatan

jasmani. Oleh karena itu berolahraga sebaiknya rutin dilakukan setiap hari, dapat

berupa jalan-jalan, jogging, bulutangkis atau olahraga lainnya yang tidak terlalu

membutuhkan waktu yang cukup lama.

4.10.1 merokok

Tabel 4.10.1.1 kebiasaan merokok

No Merokok Jumlah Persentase 1 Iya 61 61%2 Tidak 39 39%

Tabel 4.10.1.2kebiasaan merokok di dalam rumah

No Kebiasaan merokok dalam rumah Jumlah Persentase1 Iya 56 56%2 Tidak 5 5%3 Responden yang tidak merokok 39 39%

Berdasarkan tabel 4.10.1.1 dan tabel 4.10.1.2 menunjukkan tingginya angka perokok

aktif di Desa Batuah yang juga mengidentifikasikan bahwa banyak anggota keluarga

responden yang secara tidak langsung merupakan perokok pasif. Dimana diketahui

bahwa perokok pasif memiliki resiko yang cukup tinggi atas kanker paru-paru dan

jantung koroner, serta gangguan pernafasan. Tingginya angka perokok dan kebiasaan

merokok di dalam rumah disebabkan oleh kesadaran responden yang masih minim

meskipun responden tahu tentang dampak merokok.