44
- 1 - LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang: a. bahwa ketentuan Pasal 11 ayat (2), Pasal 12 ayat (2), Pasal 17 ayat(3), Pasal 18 ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 24 ayat (3), Pasal 25 ayat (4), Pasal 28 ayat (3), Pasal 29 ayat (3 dan ayat (4), Pasal 31 ayat (3), dan Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan untuk diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota; b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan; c. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan pemerintahan daerah, serta peran serta masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan efektif, efisien, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan; d. bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun1993 tentang Kebersihan Dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 19 Tahun 1993) yang mengatur tentang sampah sudah tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada sehingga perlu ditinjau kembali; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d di atas perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah di Kota Semarang.

PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 1 -

LEMBARAN DAERAH

KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

NOMOR 6 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang: a. bahwa ketentuan Pasal 11 ayat (2), Pasal 12 ayat (2), Pasal 17

ayat(3), Pasal 18 ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 24 ayat (3),

Pasal 25 ayat (4), Pasal 28 ayat (3), Pasal 29 ayat (3 dan ayat

(4), Pasal 31 ayat (3), dan Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

mengamanatkan untuk diatur dengan peraturan daerah

kabupaten/kota;

b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan

metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan

lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan masyarakat dan lingkungan;

c. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian

hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan

pemerintahan daerah, serta peran serta masyarakat dan dunia

usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan efektif,

efisien, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan;

d. bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Semarang Nomor 6 Tahun1993 tentang Kebersihan Dalam

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran

Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 19

Tahun 1993) yang mengatur tentang sampah sudah tidak

sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada sehingga

perlu ditinjau kembali;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d di atas perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah di

Kota Semarang.

Page 2: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 2 -

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah

Istimewa Yogyakarta;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981

Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4851);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3097);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

Page 3: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 3 -

11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 Tentang

Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten–Kabupaten

Derah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan

Kendal serta Penataan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat

II Semarang Dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 89);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4502);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang

Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4987);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010

tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 274);

17. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah

Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 seri E, Tambahan

Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2);

18. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan

Pemerintah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota

Semarang Nomor 4 Tahun 2008);

19. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota

Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008

Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang

Nomor 22 );

20. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kota Semarang Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran

Daerah Kota Semarang Nomor 43 );

Page 4: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 4 -

21. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kota Semarang Tahun 2011 - 2015 (Lembaran

Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan

Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 59);

22. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di

Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun

2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Semarang Nomor 48);

23. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang

Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Semarang

Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Semarang Nomor 61).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

Dan

WALIKOTA SEMARANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Semarang.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota Pemerintah Kota Semarang dan

Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Semarang.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah

satuan kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab terhadap

pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang persampahan di daerah.

Page 5: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 5 -

5. Badan Layanan Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat BLUD,adalah

Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip

efisiensi dan produktivitas.

6. Badan Hukum adalah suatu badan usaha yang meliputi Perseroan

Terbatas, Perseroan Komanditer, Persero, Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan,

firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga

dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya.

7. Produsen adalah pelaku usaha yang memproduksi barang yang

menggunakan kemasan, mendistribusikan barang yang menggunakan

kemasan dan berasal dari impor, atau menjual barang dengan

menggunakan wadah yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

8. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan

hukum

9. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

yang berbentuk padat

10. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-

hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

11. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal

dari rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan

komersial kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas

sosial, dan/atau fasilitas lainnya.

12. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau

volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

13. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

14. Penghasil sampah yang selanjutnya disebut Sumber Timbulan Sampah

adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan

timbulan sampah.

15. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

16. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah

tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,

pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

17. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST

adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,

penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir

sampah

18. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat

untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara

aman bagi manusia dan lingkungan.

19. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena

dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di

TPA sampah.

Page 6: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 6 -

20. Sistem Tanggap Darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.

21. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan sampah.

22. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Sampah yang diatur di dalam Peraturan Daerah ini, terdiri atas: a. sampah rumah tangga; b. sampah sejenis sampah rumah tangga;dan c. sampah spesifik.

(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik;

(3) Sampah sejenis rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya;

(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

c. sampah yang timbul akibat bencana;

d. sampah hasil bongkaran bangunan;

e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau

f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur dengan Peraturan Walikota

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 7: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 7 -

BAB III

AZAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas

berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas

kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

BAB IV

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 5

Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah

yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 6

Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, terdiri atas: a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan sampah; b. melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengurangan serta

penanganan sampah; c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,

penanganan dan pemanfaatan sampah; d. melaksanakan pengelolaan sampah serta memfasilitasi sarana dan

prasarana pengelolan sampah; e. memfasilitasi dan melakukan pengembangan atas manfaat yang dihasilkan

dari pengelolaan sampah; f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada

masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah;dan g. melakukan koordinasi antar SKPD, masyarakat dan dunia usaha agar

terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Pasal 7

(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah

mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah

berdasarkan kebijakan provinsi dan nasional;

b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai norma, standarisasi,

prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;

c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah

yang dilaksanakan oleh pihak lain;

d. menetapkan lokasi TPS, TPST, dan/atau TPA sampah;

Page 8: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 8 -

e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam)

bulan selama umur guna TPA dengan sistem pembuangan lahan urug

sanitair (sanitary landfill) dan 20 tahun setelah TPA ditutup;dan

f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan

sampah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Penetapan lokasi TPST dan TPA sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan bagian rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

(3) Penetapan lokasi penempatan dan/atau pengolahan sampah spesifik

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap

darurat sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf f, diatur dengan

Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 8

(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan

berwawasan lingkungan dari Pemerintah daerah dan/atau pihak lain

yang diberi tanggung jawab untuk itu;

b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan,

dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah;

c. memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu mengenai

penyelenggaraan pengelolaan sampah;

d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari

kegiatan TPA sampah; dan

e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah

secara baik dan berwawasan lingkungan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 9

(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis

sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan

cara yang berwawasan lingkungan.

Page 9: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 9 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban mengurangi dan menangani

sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur denganPeraturan

Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya

wajib menyediakan fasilitas sarana prasarana pewadahan, pengumpulan

dan TPS termasuk pemilahan sampah.

(2) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya yang belum menyediakan sesuai ayat (1) pada saat diundangkannya Peraturan Daerah ini wajib membangun dan/atau menyediakan TPS paling lama 1 (satu) tahun.

(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan

dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau

produknya.

Pasal 12

Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

Pasal 13

Produsen wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan : a. menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan sampah

sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya ; dan/atau b. menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai

oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin.

Pasal 14

(1) Produsen wajib melakukan pendauran ulang sampah dengan : a. menyusun program pendauran ulang sampah sebagai bagian dari usaha

dan/atau kegiatannya; b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang; dan/atau c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk

didaur ulang.

(2) Dalam melakukan pendauran ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), produsen dapat menunjuk pihak lain.

(3) Pihak lain, dalam melakukan pendauran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memiliki izin usaha dan / atau kegiatan.

(4) Dalam hal pendauran ulang sampah untuk menghasilkan kemasan pangan, pelaksanaan pendauran ulang wajib mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan.

Page 10: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 10 -

Pasal 15

Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah dengan :

a. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali sampah

sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan

dan strategi pengelolaan sampah;

b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat diguna ulang; dan/atau

c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk diguna

ulang

Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas pemilahan

sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), tata cara pelabelan

atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dan kewajiban

produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diatur dengan Peraturan

Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah Pemerintah Daerah, wajib

melakukan:

a. pemeliharaan TPS, TPST dan TPA beserta pengembangannya sesuai dengan

kebutuhan;

b. penyediaan sarana dan melakukan pengangkutan sampah dari TPS, TPST

ke TPA;

c. penyediaan sarana dan melakukan pengolahan sampah di TPS, TPST dan

TPA; dan

d. penyediaan sarana pemilahan sampah di TPS, TPST dan TPA.

Pasal 18

Setiap penyelenggara kegiatan insidentil wajib melakukan pengelolaan

sampahnya dan bertanggung jawab terhadap kebersihan yang ditimbulkan

akibat adanya kegiatan tersebut.

BAB VI

PERIZINAN

Pasal 19

(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib

memiliki izin dari Walikota.

(2) Jenis usaha pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari:

a. pengangkutan sampah;dan

b. pengolahan sampah

Page 11: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 11 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

(1) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus

diumumkan kepada masyarakat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang

mendapatkan izin dan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

BAB VII

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian Kesatu

Perencanaan

Pasal 21

(1) Pemerintah Daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja SKPD.

(2) Rencana strategis pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat :

a. target pengurangan sampah;

b. target penyediaan sarana - prasarana pengurangan dan penanganan

sampah mulai dari sumber timbulan sampah sampai dengan TPA;

c. pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi

masyarakat;

d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintahan

daerah dan masyarakat sebagai sumber timbulan sampah; dan

e. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah

lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mandaur

ulang dan penanganan akhir sampah.

Bagian Kedua

Pelaksanaan

Pasal 22

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: a. pengurangan sampah; dan

b. penanganan sampah.

Page 12: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 12 -

Pasal 23

(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a

meliputi kegiatan:

a. pembatasan timbulan sampah;

b. pendauran ulang sampah; dan/atau

c. pemanfaatan kembali sampah.

(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui kegiatan:

a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan

produksi ramah lingkungan oleh pelaku usaha;dan

b. fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan dan

memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang,

dan guna ulang sampah.

(3) Pemerintah Daerah berkewajiban mendukung kegiatan sebagaimana

dimaksud ayat (1) sebagai berikut:

a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka

waktu tertentu;

b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;

c. memfasilitasi label produk yang ramah lingkungan;

d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan

e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

(4) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah

sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau

mudah diurai oleh proses alam.

(5) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang,

didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

Pasal 24an cara: DROP

Penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b,

dilakukan dengan cara :

a. pewadahan dan pemilahan;

b. pengumpulan;

c. pengangkutan;

d. pengolahan; dan

e. pemrosesan akhir sampah.

Pasal 25

(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a, dilakukan

melalui memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah.

(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap

rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan

industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas

lainnya.

Page 13: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 13 -

Pasal 26

Pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, dilakukan

sejak dari pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga di TPS,

TPST dan/atau TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai jenis

sampah.

Pasal 27

(1) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c,

dilaksanakan dengan cara:

a. sampah rumah tangga ke TPS dan/atau TPST menjadi tanggung jawab

lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW atau Kelurahan;

b. sampah dari TPS, TPST ke TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah

Daerah;

c. sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS, TPST dan/atau

TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan yang difasilitasi oleh

Pemerintah Daerah; dan

d. sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari

sumber sampah dan/atau dari TPS, TPST sampai ke TPA, menjadi

tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(2) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai jenis sampah.

(3) Alat Pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan,

kesehatan lingkungan, kenyamanan dan kebersihan.

Pasal 28

(1) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d, dilakukan

dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang

dilaksanakan di TPS, TPST dan di TPA.

(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memanfaatkan

kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.

Pasal 29

Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e

dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke

media lingkungan secara aman.

Pasal 30

(1) Pemerintah daerah menyediakan TPS, TPST dan TPA sesuai dengankerencana strategis dan rencana kerja.

(2) Penyediaan TPS, TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyediaan TPS, TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

Page 14: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 14 -

Pasal 31

(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

dan kawasan khusus wajib menyediakan TPST di kawasan yang dikelola

dengan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.

(2) Penyediaan TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan ramah

lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyediaan TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

(4) Ketentuan Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan

industri, dan kawasan khusus wajib menyediakan TPST di kawasan yang

dikelola diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 32

TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dapat diubah menjadi TPST

dengan pertimbangan efektif dan efisien.

Bagian Ketiga

Evaluasi

Pasal 33

Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan evaluasi terhadap capaian rencana strategis dan rencana kerja serta tindak lanjut pelaksanaan berikutnya.

Bagian Keempat

Lembaga Pengelola

Pasal 34

Pemerintah daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 dapat membentuk lembaga pengelola persampahan Kota Semarang.

Pasal 35

(1) Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 di tingkat rukun tetanggga, rukun

warga, kelurahan, kecamatan, kawasan komersial, kawasan industri,

fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, sesuai dengan

kebutuhan.

(2) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD persampahan setingkat unit kerja pada SKPD untuk mengelola sampah.

Page 15: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 15 -

Pasal 36

(1) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat

(1) tingkat rukun tetangga mempunyai tugas:

a. memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing-

masing rumah tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah

tangga ke TPS dan/atau TPST; dan

b. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing-masing

rumah tangga.

(2) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 tingkat

rukun warga mempunyai tugas:

a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun

tetangga; dan

b. mengusulkan kebutuhan TPS ke lurah.

(3) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 tingkat

kelurahan mempunyai tugas:

a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun warga;

b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari

tingkat rukun tetangga sampai rukun warga; dan

c. mengusulkan kebutuhan TPS dan TPST ke camat.

(4) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 tingkat

kecamatan mempunyai tugas:

a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat kelurahan;

b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari

tingkat rukun warga sampai kelurahan dan lingkungan kawasan; dan

c. mengusulkan kebutuhan TPS dan TPST ke lembaga pengelola sampah.

Pasal 37

Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 pada

kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan

fasilitas lainnya mempunyai tugas:

a. menyediakan tempat sampah rumah tangga di masing-masing kawasan;

b. mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST atau ke TPA; dan

c. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah.

Pasal 38

(1) BLUD persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan, strategi, dan rencana SKPD.

(2) BLUD Persampahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) didasarkan atas:

a. terlaksananya pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

b. tersedianya barang dan/atau jasa layanan untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas pelayanan pengelolaan persampahan; dan

c. tertib administrasi pengelolaan persampahan dan pertanggungjawaban

kepada SKPD yang membidangi persampahan.

Page 16: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 16 -

Pasal 39

BLUD Persampahan dapat memungut dan mengelola biaya atas barang dan/atau jasa layanan pengelolaan sampah sesuai tarif yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 40

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan pengelolaan BLUD Persampahan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan

BAB VIII

KOMPENSASI

Pasal 41

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di TPA sampah.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. relokasi; b. pemulihan dan perbaikan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau d. kompensasi dalam bentuk lain yang ditentukan berdasarkan azas

musyawarah.

(3) Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

ayat (2) sebagai berikut:

a. pengajuan surat pengaduan kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah melakukan investigasi atas kebenaran aduan dan

dampak negatif pengelolaan sampah; dan

c. menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil

investigasi dan hasil kajian menurut kemampuan keuangan daerah.

BAB IX

KERJASAMA DAN KEMITRAAN

Bagian Kesatu

Kerja sama

Pasal 42

Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah

atau pemerintah daerah bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan

sampah.

Pasal 43

(1) Kerja sama antar pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

42 dapat melibatkan dua atau lebih daerah kabupaten/kota pada satu

provinsi atau antar provinsi.

Page 17: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 17 -

(2) Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup:

a. Penyediaan/pembangunan TPA;

b. Sarana dan prasarana TPA;

c. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;

d. Pengelolaan TPA; dan/atau

e. Pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.

Bagian kedua

kemitraan

Pasal 44

(1) Pemerintah daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan

sampah.

(2) Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. penarikan retribusi pelayanan persampahan;

b. penyediaan/pembangunan TPS atau TPST, TPA, serta sarana dan

prasarana pendukungnya;

c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;

d. pengelolaan TPA; dan/atau

e. pengelolaan produk olahan lainnya.

Pasal 45

Pelaksanaan kerja sama antar daerah dan kemitraan dengan badan usaha

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X

PERAN MASYARAKAT

Pasal 46

Pemerintah Kota meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Pasal 47

Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:

a. menjaga kebersihan lingkungan;

b. aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,

pengangkutan, dan pengolahan sampah; dan

c. pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan pendapat dalam

upaya peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya.

Pasal 48

(1) Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

huruf a dilaksanakan dengan cara:

a. sosialisasi;

b. mobilisasi;

c. kegiatan gotong royong; dan/atau

d. pemberian insentif.

Page 18: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 18 -

(2) Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

huruf b dilaksanakan dengan cara:

a. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang persampahan;

dan/atau

b. pemberian insentif dan disinsentif.

(3) Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

huruf c dilaksanakan dengan cara:

a. penyediaan media komunikasi;

b. aktif dan secara cepat memberi tanggapan; dan/atau

c. melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.

BAB XI

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN

Pasal 49

(1) Pemerintah daerah mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan yang ditetapkan dengan perda.

(2) Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan pada retribusi jasa umum.

(3) Pemungutan retribusi atas pelayanan persampahan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB XII

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN

Pasal 50

Walikota melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah.

Pasal 51

Pembinaan Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 meliputi perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan sampah.

BAB XIII

LARANGAN DAN SANKSI

Bagian Kesatu

Larangan

Pasal 52

(1) Setiap orang dilarang: a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Kota Semarang; b. mengimpor sampah; c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun; d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan;

Page 19: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 19 -

e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;

f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka; dan g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis

pengelolaan sampah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Sanksi

Pasal 53

Walikota dapat menerapkan sanksi administrasi kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.

BAB XIV

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 54

(1) Setiap orang atau badan usaha yang melanggar ketentuan pada Pasal 9

ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 ayat (1),

ayat (3) dan ayat (4), Pasal 15, Pasal 18, Pasal 19 ayat (1), dan Pasal 31

ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi administrasi.

(2) Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk: a. teguran/peringatan; b. paksaan pemerintah daerah; c. biaya paksa; dan d. pencabutan/pembatalan perizinan atau rekomendasi pencabutan/

pembatalan perizinan kegiatan dan/atau usaha.

(3) Pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah ada laporan hasil pengawasan.

(4) Sanksi adminstrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijatuhkan dalam bentuk tertulis.

Pasal 55

(1) Sanksi administrasi teguran/peringatan diberikan kepada orang dan/atau

badan hukum dan/atau perusahaan dan/atau penanggungjawab kegiatan

dan/atau usaha yang baru pertama kali melakukan tindakan pelanggaran.

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam

bentuk tertulis berupa surat teguran/peringatan pertama, kedua, dan

ketiga diberikan secara berturut-berturut.

(3) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai

dengan perintah untuk melakukan tindakan tertentu.

Page 20: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 20 -

(4) Surat teguran/peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-

masing berjangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya

surat teguran/peringatan oleh penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan.

(5) Selama sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilaksanakan, Petugas pengawas melakukan pengawasan dan pembinaan.

Pasal 56

(1) Sanksi administrasi paksaan oleh aparat penegak Peraturan Daerah

diberikan kepada orang dan/atau pemilik badan hukum atau perusahaan

dan/atau penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha apabila sanksi

teguran/peringatan dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 55 ayat (1) tidak dilaksanakan.

(2) Sanksi administrasi paksaan oleh aparat penegak Peraturan Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk:

a. menghentikan sementara kegiatan dan/atau usaha;

b. pembongkaran perlengkapan kegiatan dan/atau usaha;

c. penyitaan barang, alat dan/atau bahan dan/atau perlengkapan kegiatan

dan/atau usaha; dan/atau

d. penyitaan hasil produksi.

(3) Sanksi administrasi paksaan oleh aparat penegak Peraturan Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan selama jangka waktu

sampai ditaatinya kewajiban yang telah dipersyaratkan dalam pemberian

sanksi.

(4) Selama sanksi administrasi paksaan oleh aparat penegak Peraturan

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan, Petugas

pengawas wajib melakukan pengawasan dan pembinaan sampai dengan

dipenuhinya pelaksanaan sanksi.

Pasal 57

(1) Sanksi administrasi biaya paksa oleh aparat penegak Peraturan Daerah

diberikan kepada orang dan/atau pemilik badan hukum atau perusahaan

dan/atau penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha yang tidak

melaksanakan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56

ayat (1).

(2) Sanksi administrasi biaya paksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dalam bentuk:

a. biaya penghentian sementara kegiatan;

b. biaya pembongkaran perlengkapan kegiatan dan/atau usaha; dan/atau

c. biaya pengambilan barang, alat dan/atau bahan dan/atau perlengkapan

kegiatan dan/atau usaha hasil penyitaan;

(3) Selama sanksi administrasi biaya paksa sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilaksanakan, petugas wajib melakukan pengawasan dan pembinaan

sampai dengan dipenuhinya pelaksanaan sanksi.

(4) Ketentuan mengenai biaya paksaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Walikota.

Page 21: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 21 -

Pasal 58

(1) Sanksi administrasi rekomendasi pencabutan perizinan kegiatan dan/atau

usaha dilakukan sebagai langkah terakhir dalam pelaksanaan pemberian

sanksi administrasi.

(2) Sanksi administrasi pencabutan perizinan kegiatan dan/atau usaha

dilakukan sebagai langkah terakhir dalam pelaksanaan pemberian sanksi

administrasi.

(3) Sanksi administrasi rekomendasi pencabutan perizinan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada orang dan/atau pemilik badan

hukum atau perusahaan dan/atau penanggungjawab kegiatan dan/atau

usaha yang memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.

(4) Penjatuhan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) didahului dengan surat pemberitahuan kepada orang dan/atau

badan hukum atau perusahaan dan/atau penanggungjawab kegiatan

dan/atau usaha.

(5) Selain penjatuhan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) dapat dikenai juga tuntutan sanksi pidana sesuai

dengan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 59

(1) Setiap orang dan/atau badan hukum atau perusahaan dan/atau

penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha yang dikenai sanksi

administrasi berupa rekomendasi pencabutan perizinan usaha dan/atau

kegiatan atau pencabutan perizinan usaha dan/atau kegiatan berhak

mendapatkan hak jawab sebelum dijatuhkannya sanksi.

(2) Hak jawab diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

dalam tenggang waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya surat

pemberitahuan.

(3) Hak jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat dalam

bentuk tertulis dan berisikan argumentasi disertai bukti-bukti bahwa

kewajiban yang dipersyaratkan dalam perizinan, pengawasan petugas, dan

semua pelaksanaan kewajiban atas sanksi administrasi telah

dilaksanakan.

(4) Dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya

surat hak jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Walikota wajib

menetapkan diterima atau ditolaknya jawaban.

Page 22: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 22 -

BAB XV

INSENTIF DAN DISINSENTIF

Bagian Kesatu

Insentif

Pasal 60

(1) Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan badan usaha yang melakukan: a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan; c. pengurangan timbulan sampah; dan/atau d. tertib penanganan sampah.

(2) Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada perseorangan yang melakukan: a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; dan/atau b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan.

Pasal 61

(1) Insentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa: a. pemberian penghargaan; dan/atau b. pemberian subsidi.

(2) Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dapat berupa: a. pemberian penghargaan; b. pemberian kemudahan perizinan dalam pengelolaan sampah; c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu

tertentu; d. penyertaan modal daerah; dan/atau e. pemberian subsidi.

(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Bagian Kedua

Disinsentif

Pasal 62

Pemerintah daerah memberikan disinsentif kepada lembaga, badan usaha,

dan perseorangan yang melakukan:

a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

b. pelanggaran tertib penanganan sampah.

Pasal 63

(1) Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 62 dapat berupa:

a. penghentian subsidi; dan/atau

b. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

Page 23: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 23 -

(2) Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48

dapat berupa:

a. penghentian subsidi;

b. penghentian pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah; dan/atau

c. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang undangan.

Pasal 64

(1) Walikota dalam memberikan insentif dan disinsentif melakukan penilaian

kepada lembaga, badan usaha dan perseorangan terhadap:

a. inovasi pengelolaan sampah;

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;

c. pengurangan timbulan sampah;

d. tertib penanganan sampah;

e. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

f. pelanggaran tertib penanganan sampah.

(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk

Tim Penilai dengan Keputusan Walikota.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 65

Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dan

Pasal 62 disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah dan kearifan

lokal.

BAB XVI

PENYELESAIAN SENGKETA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 66

(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas:

a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; dan

b. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.

(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan ataupun melalui pengadilan.

(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 24: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 24 -

Bagian Kedua

Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 67

(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan mediasi, negosiasi, arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak yang bersengketa.

(2) Apabila dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat mengajukannya ke pengadilan.

Bagian Ketiga

Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan

Pasal 68

(1) Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan dilakukan

melalui gugatan perbuatan melawan hukum.

(2) Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-unsur kesalahan, kerugian,

dan hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang

ditimbulkan.

(3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau tindakan

tertentu.

Bagian Keempat

Gugatan Perwakilan Kelompok

Pasal 69

Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di bidang pengelolaan sampah berhak mengajukan gugatan melalui perwakilan kelompok.

BAB XVII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 70

(1) SelainPenyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Semarang yang

lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengelolaan persampahan

diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak

pidana di bidang pengelolaan sampah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan

peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

Page 25: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 25 -

d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan

bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan

penyitaan terhadap bahan dan barang hasil kejahatan yang dapat

dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pengelolaan

sampah; dan

f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang pengelolaan sampah.

(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada

Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

(4) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB XVIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 71

(1) Setiap orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan

pengelolaan sampah tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

dan larangan sebagimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf e, huruf

f dan huruf g, dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

disyaratkan dalam ketentuan sanksi administrasi biaya paksa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, diancam dengan pidana kurungan

paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000 (lima

puluh juta rupiah).

(2) Setiap orang yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 52 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, diancam pidana

atau denda sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang yang berlaku.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah kejahatan.

BAB XIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 72

Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang

belum memiliki fasilitas pemilahan sampah wajib membangun atau

menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun sejak

Peraturan Daerah ini diundangkan.

Page 26: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 26 -

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 73

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 1993 tentang Kebersihan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

Semarang (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang

Nomor 19 Tahun 1993 Seri B Nomor 6) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,

kecuali yang mengatur tentang pembersihan/pengurasan sumur tinja.

Pasal 74

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang

pada tanggal 26 Juli 2012

Plt. WALIKOTA SEMARANG

WAKIL WALIKOTA,

ttd

HENDRAR PRIHADI

Diundangkan di Semarang

pada tanggal 26 Juli 2012

Plh.SEKRETARIS DAERAH

KOTA SEMARANG

ttd

HADI PURWONO

Asisten Administrasi Informasi

dan Kerjasama

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 6

Page 27: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 27 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

NOMOR 6 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH

I. UMUM

Pertambahan jumlah dan pola konsumsi masyarakat memberikan

kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam,

antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh

proses alam.Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang

sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber

daya yang perlu dimanfaatkan. Pengelolaan sampah belum sesuai dengan

metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan

sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat

dan lingkungan.

Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada

pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke

TPA sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di

lokasi TPA sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat

meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi

terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui

proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan

penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan

akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru

pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai

sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan,

misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku

industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang

komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang

berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk

sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian

dikembalikan ke media lingkungan secara aman.

Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan

dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan

sampah meliputikegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan

pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi

pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan

akhir.

Page 28: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 28 -

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara

terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat,

serta tugas dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan

persampahan, diperlukan payung hukum dalam bentuk Peraturan

Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga.

Huruf c Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, perkantoran, restoran, dan tempat hiburan.

Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya, kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis,dan pengembangan teknologi tinggi.

Fasilitas sosial berupa, antara lain, rumah ibadah, panti asuhan, dan panti sosial.

Fasilitas umum berupa, antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman, jalan, dan trotoar.

Yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum antara lain rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat, dan pusatkegiatan olah raga.

Ayat (4) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Page 29: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 29 -

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 3

Yang dimaksud dengan asas "tanggung jawab" adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Yang dimaksud dengan asas "berkelanjutan" adalah bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik pada generasi masa kini maupun pada generasi yang akan datang.

Yang dimaksud dengan asas "manfaat" adalah bahwa pengelolaan sampah perlu menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Yang dimaksud dengan asas "keadilan" adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah.

Yang dimaksud dengan asas "kesadaran" adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian, dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkannya.

Yang dimaksud dengan asas "kebersamaan" adalah bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Yang dimaksud dengan asas "keselamatan" adalah bahwa pengelolaan sampah harus menjamin keselamatan manusia.

Yang dimaksud dengan asas "keamanan" adalah bahwa pengelolaan sampah harus menjamin dan melindungi masyarakat dari berbagai dampak negatif.

Yang dimaksud dengan asas "nilai ekonomi" adalah bahwa sampah merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah.

Pasal 4 Cukup jelas.

Pasal 5 Cukup jelas.

Page 30: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 30 -

Pasal 6

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Manfaat dari hasil pengolahan sampahmisalnya berupa kompos, biogas, dan hasil daur ulang lainnya.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain, berupa penyediaan TPS, alat angkut sampah, TPST, dan/atau TPA sampah.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas.

Page 31: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 31 -

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1) Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam bentuk klaster, apartemen, kondominium asrama, dan sejenisnya.

Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 11 Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak memungkinkan mencantumkan label atau tanda, penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada kemasan induknya.

Pasal 12 Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.

Pasal 13

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Page 32: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 32 -

Pasal 15

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Pasal 16 Cukup jelas.

Pasal 17

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Pasal 18 Yang dimaksud dengan kegiatan insidentil adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu singkat,yang memanfaatkan ruang terbuka publik, mendatangkan pengunjung atau masyarakat dalam jumlah besar dan berpotensi menghasilkan sampah dalam jumlah banyak. Misalnya, konser musik, pasar malam, pameran, bazar dan lain sebagainya.

Pasal 19

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1) Pengumuman berisi tentang identitas pengelola sampah, metode pengelolaan yang digunakan, serta nomor telepon pengaduan apabila ada pihak atau masyarakat yang akan memberikan pengaduan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)

Page 33: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 33 -

Rencana strategis adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 ( lima ) tahun.

Rencana kerja adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 ( satu ) tahun.

Rencana strategis dan rencana tahunan harus dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan kota setiap tahun.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 22

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Page 34: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 34 -

Pasal 24

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Pasal 25

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 26 Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Fasilitasi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah antara lain dalam bentuk koordinasi dan bimbingan teknis pengelolaan sampah.

Huruf d Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 29 Yang dimaksud dengan media lingkungan adalah lahan atau lokasi yang disediakan dan direncakan secara teknis aman sebagai tempat untuk mengembalikan hasil pengolahan ke lingkungan dan diatur oleh Walikota. Pengembalian hasil pengolahan sampah ke lokasi lain selain lokasi yang telah diatur oleh Walikota harus mendapatkan ijin dari Walikota.

Page 35: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 35 -

Pasal 30

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 32 Cukup jelas.

Pasal 33 Cukup jelas.

Pasal 34 Cukup jelas.

Pasal 35

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 36

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Page 36: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 36 -

Ayat (4)

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Pasal 37

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Pasal 38

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 39 Cukup jelas.

Pasal 40 Cukup jelas.

Pasal 41

Ayat (1) Kompensasi merupakan bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Daerah terhadap pengelolaan sampah di TPA yang berdampak negatif terhadap orang.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Page 37: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 37 -

Huruf c Cukup jelas.

Pasal 42 Cukup jelas.

Pasal 43

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 44

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 45 Cukup jelas.

Pasal 46 Cukup jelas.

Pasal 47

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Pasal 48

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas.

Page 38: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 38 -

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 49

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 50 Cukup jelas.

Pasal 51 Cukup jelas.

Pasal 52

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas. Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2) Hal – hal yang diatur dalam Peraturan Walikota memuat antara lain jenis, volume, dan / atau karakteristik sampah.

Page 39: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 39 -

Pasal 53 Cukup jelas.

Pasal 54

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yangdilakukan oleh pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas lingkungan dalam keadaan semula dengan beban biaya yang ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Huruf c Biaya paksa merupakan biaya yang harus dibayarkan dalam jumlah tertentu oleh pengelola sampah yang melanggar ketentuan dalam perundang-undangan sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi paksaan pemerintahan.

Huruf d Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 55

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Tindakan tertentu adalah tindakan yang menyertai sanksi administrasi berupa teguran tertulis antara lain berupa perintah untuk mempunyai perijinan sesuai yang dipersyaratkan.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 56

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Page 40: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 40 -

Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 57

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 58

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 59

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 60

Ayat (1)

Page 41: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 41 -

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Pasal 61

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 62

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Pasal 63

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 64

Page 42: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 42 -

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 65 Cukup jelas.

Pasal 66

Ayat (1) Sengketa merupakan perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya gangguan dan/atau kerugian terhadap kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan akibat kegiatan pengelolaan sampah. Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2) Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk danbesarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu gunamenjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatifdari kegiatan pengelolaan sampah.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 67

Ayat (1) Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatif dari kegiatan pengelolaan sampah.

Ayat (2) Cukup jelas.

Page 43: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 43 -

Pasal 68

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam ayat ini, antara lain, perintah memasang.

Pasal 69 Gugatan perwakilan kelompok dilakukan melalui pengajuan gugatan oleh satu orang atau lebih yang mewakili diri sendiri atau mewakili kelompok.

Pasal 70

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 71

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 72 Cukup jelas.

Page 44: PERDA NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.pdf

- 44 -

Pasal 73 Cukup jelas.

Pasal 74 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 73