Upload
lulu-naya-nafisha-pasha
View
158
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
PERCOBAAN II
KINETIKA REAKSI PEMECAHAN EMULSI KRIM SANTAN
OLEH ASAM
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tingkat reaksi terhadap H+ pada reksi pemecahan emulsi krim
santan oleh asam
II. TINJAUN PUSTAKA
II.1. Kinetika Kimia
Kinetika kimia mempelajari tentang laju reaksi dan mekanisme
terjadinya reaksi. Untuk mengetahui mekanisme suatu reaksi,dipelajari
perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrsi pereaksi, hasil
reaksi dan katalis. Keterangan yang paling penting dapat pula diperoleh
dari studi mengenai pengaruh suhu, tekanan pelarut, konsentrasi eektrolit
atau komponen isotropik terhadap laju reaksi karena mekanisme adalah
patokan untuk menerangkan hasil-hasil percobaan tidak harus hanya ad
satu mekanisme, meskipun mekanisme tersebut memperhitungkan semua
fakta.
(Atkins, 1997)
II.2. Laju Reaksi
Hasil umum dan eksperimen mengukur laju reaksi pengamatan
bahwa laju reaksi itu bergantung pada komposisi dan temperatur campuran
reaksi.
V = k [A] [B]
Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari
konsentrasi komponen itu. Dalam hukum laju orde keseluruhan reaksi
merupakan penjumlahan orde semua komponennya.
(Atkins, 1997)
II.3. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid yang fase pendispersinya berupa zat
cair dan medium pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersi
berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat. Contoh emulsi padat adalah
mentega dan keju.
(Dogra, 1998)
II.4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Emulsi
Emulsi dapat distabilkan untuk berbagai senyawa terutama
makromolekul. Pengemulsi akan membentuk kompleks dengan makro
molekul sehingga mengubah sifat fisik sistem emulsi. Efek ini yang
memperbaiki efek anti padat dan memodifikasi sifat fisika. Kestabilan
emulsi dipengaruhi oleh :
a). Sifat fisik film (lapis tipis) antar muka
b). Halangan sterik dan elektrik pada tetesan
(Dogra, 1998)
II.5. Krim Santan
Santan kelapa merupakan emulsi minyak dalam air yang berwarna
putih ,diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah
diparut. Santan tergolong emulsi terpores karena pada kondisi normal
bersifat tidak stabil dan suatu waktu akan terpisah menjadi krim pad
bagian atas dan skim pada bagian bawah. Jika santan dibiarkan akan
nampak cairan putih kental disebut krim santan. Bagian bawah cairan
putih agak keruh.
(Fessenden,1990)
II.6. Fosfolipid
Fosfolipid adalah lipid yang mengandung ester phosfat
fosfogliserida. Suatu tipe fosfolipid erat hubungannya dengan lemak dan
minyak. Senyawa ini mengandung ester asam lemak pada dua posisi
gliserol dengan suatu ester fosfat pada posisi ketiga. Fosfogliserida bersifat
berbeda karena moekulnya berisi dua ekor hidrofobik panjang dan satu
hidrofilik polar. Oleh karena itu, fosfogliserida bersifat surfaktan netral
yang merupakan zat pengemulsi yang bagus.
Mekanisme reaksi pemecahan fosfolipid :
(Fessenden, 1990)
II.7. Penentuan orde reaksi
1. Metode Integrasi
Metode yang mencocokan persamaan reaksi dengan data percobaan.
Kendalanya ada reaksi samping dan mempengaruhi hasil percobaan.
Cara ini yang paling tepat.
2. Metode Paruh Waktu
Suatu reaksi berorde R, waktu paruh sebanding dengan 1
Con−1 dimana
Co adalah konsentrasi awal reaksi. Data hasil percobaan dimasukan
dalam persamaan dan dibuat kurva garis lurus dengan cara yang sama
seperti metode integrasi.
3. Metode Laju Reaksi Awal
Pada metode ini, reaksi kebalikan dan reaksi samping dapat
dihilangkan. Langkah yang dilakukan adalah mengukur laju reaksi awal
dengan konsentrasi aal reaktan berbeda.
(Dogra, 1998)
II.8. Reaksi Orde Pertama
Jika laju reaksi suatu kimia berbaanding lurus dengan pangkat suatu
konsentrasi dari harga satu pereaksi, dirumuskan :
d [A ]dt
= k [A]
d [A ][A ]
= k dt yang dapat diintegerasikan langsung karena
awalnya (t=0), konsentrasi A=[A]0, maka pada
waktu t konsentrasinya [A].
∫[A 0]
[A ]d [A ][ A]
=¿¿ ∫0
t
k .dt
Ln = d [A ][A0]
= k t
[A] = [A]0 . e –kt
(Atkins, 1997)
II.9. Katalis Asam
Katalis merupakan zat yang tidak habis bereaksi atau tidak ikut
dalam reaksi. Pada percobaan menggunakan konsentrasi zat berbagai spesi
yang berbeda. Bila hanya ungkapan kH+ (H+) saja yang besar nilainya,
reaksi disebut dengan reaksi katalis spesifik ion hidrogen. Dalam
mekanisme ini proton dipindahkan dari asam HA ke substrat δ, kemudian
dibentuk asam dari substrat bereaksi dengan molekul air untuk membentuk
hasil P.
δ + ∆ H+ δH+ + A
δH+ + H2O P + H3O+
Bila δH+ diandaikan berada dalam keadaan mantap, maka :
d ¿¿ = 0 = k1 [δ][AH+] – k-1 [δH+] [A] + k2 [δH+]
Laju terbentuknya hasil dinyatakan dalam :
d [P ]dt
= k2 [δH+] = k 1k2 [δ ]¿¿
Bila k2 >> k-1 [A]
d [P ]dt
= k2 [δH+]
Dan reaksi ini dinyatakan dikatalisa oleh asam, sebaliknya k2 << k1 [A]
d [P ]dt
= k 1k2 [δ ]¿¿ = k1 . k2
k−1 . k [δ][AH+]
Bentuk yang kedua diperoleh dengan memasukan k = [A ] ¿¿
(Atkins, 1997)
II.10. Sistem Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau
lebih di mana partikel zat berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
ukuran berkisar 1-100 nm. Jenis-jenis koloid :
a) Sel (fase terdispersi padat)
b) Emulsi (fase terdispersi cair)
c) Buih (fase terdispersi gas)
(Dogra, 1998)
II.11. Emulgator
Untuk Membentuk Emulsi Digunakan Zat Pengemulsi Atau
Emulgator Yaitu Zat Yang Dapat Tertarik Oleh Kedua Zat Cair Tersebut
Contoh Sabun Untuk Mengemulsikan Minyak Dan Air Kasein Sebagai
Emulgator Pada Susu Cara Kerjanya Listrik Tegangan Tinggi Dialirkan
Melalui Dua Layer Logam Yang Menyokong Selaput Semipermiabel
Sehingga Pertikelpartikel Zat Terlarut Dalam Sistem Koloid Berupa Ionion
Akan Bergerak Menuju Elektrode Dengan Muatan Berlawanan. Emulgator
adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal
ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air)
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak)
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe
O/W.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O
tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang
dikehendaki.
Emulsi merupakan campuran antara minyak dengan air,, pada
umumnya minyak dan air tidak dapat saling menyatu sehingga diperlukan
emulgator yang dapat menyatukan keduanya. Pada umumnya, masyarakat
awam setiap kali mendapat sediaan larutan yang dipergunakan secara oral
selalu dibilang sirup, padahal bisa jadi salah satu yang mereka bilang
sebagai sirup itu adalah suspensi, atau emulsi, elixir dll, Suspensi sama
seperti emulsi, yang sebelum digunakan harus di gojok terlebih dahulu.
(www.google.com)
II.12. Resume Jurnal :
II.12.1.TRITON X-100 sebagai Emulsifier pada Penentuan Aktivitas
Lipolitik
Triton X-100 adalah surfaktan non-ionik yang diakui sebagai
emulsifier baik untuk triacylglycerols dalam air dan cocok untuk
penentuan aktivitas lipolitik. Sebuah lipase dari miehei Rhizomucor,
dalam bentuk ekstrak air mentah, tersedia secara komersial. Tujuan
pekerjaan ini adalah untuk menunjukkan pengaruh konsentrasi Triton
X-100 dalam emulsi yang digunakan pada penentuan aktivitas enzim
lipase. Konsentrasi yang ditemukan mempengaruhi nilai aktivitas
enzim lipase yang diperoleh. Bahkan aktivitas lipolitik, diamati untuk
meningkatkan empat kali ketika konsentrasi Triton X-100 meningkat
dari 10 menjadi 45% (w/v), yaitu, 160-720 mM dalam reaksi emulsi.
Namun uji kosong dengan lipase tidak sensitif terhadap konsentrasi
surfaktan tersebut. Efek ini tidak dinisbahkan kepada peningkatan luas
antarmuka khusus tapi langsung di daerah aktivasi Rhizomucor miehei
lipase oleh Triton X-100, ketika lipase didistribusikan antara dua fase
non-miscible, yang mungkin disebabkan oleh perubahan konformasi
Baik hidrofilik dan bagian hidrofobik molekul Triton X-100 yang
dinilai berperan dalam efek yang diamati. Pengaruh Triton X-100
pada aktivitas lipolitik pertama kali diperhitungkan untuk kualitas
dari emulsi, ditetapkan oleh spesifik luas antarmuka ekuilibrium yang
dapat ditentukan antara air dan fase organik. Kualitas tidak
terpengaruh baik dengan meningkatkan kekuatan geser atau dengan
meningkatkan tingkat pencampuran, tetapi secara langsung tergantung
pada jumlah Triton X-100 ini. Peningkatan aktivitas dengan
konsentrasi Triton X-100, untuk setiap konsentrasi enzim lipase, tidak
dapat dikaitkan dengan peningkatan luas antarmuka tertentu.
Sebaliknya pada peningkatan viskositas dengan Triton X-100
konsentrasi negatif akan mempengaruhi aktivitas enzim lipase oleh
perpindahan massa terbatas. Pengaruh menguntungkan dari Triton X-
100 pada aktivitas enzim lipase tidak datang dari reaksi struktur
menengah, tetapi mungkin dari aktivasi langsung dari lipase oleh
surfaktan tersebut.
(Rocha, 2000)
II.12.2. Pengaruh Pengemulsi Molekul Kecil dan Besar Dalam Penentuan
Karakteristik β-Karoten Nanoemulsions Secara Homogenisasi Pada
Tekanan Tingi
Pengaruh Pengemulsi Molekul Kecil dan Besar Dalam
Penentuan karakteristik β-Karoten Nanoemulsions Pada Tekanan
Tingi ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pengemulsi molekul
kecil dan besar dalam penentuan karakteristik β-karoten
nanoemulsions secara homogenisasi pada tekanan tingi. Metode yang
digunakan menggunakan penambahan kekuatan atom (AFM). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nanoemulsions stabil dengan TW-20
dan DML memiliki ukuran tetesan lebih kecil, namun relatif lebih
tidak stabil, dibandingkan dengan OSS dan IHPB (p<0,05). Ketika
campuran TW-20 dan WPI digunakan, hasil menunjukan bahwa
stabilitas nanoemulsions ditingkatkan secara signifikan (P
<0,05). Namun, tidak berpengaruh signifikan terhadap pengemulsi
campuran(p>0,05).
(Like Mao, 2009)
II.13. Analisa Bahan
2.13.1. Santan
- berwarna putih
- memiliki kandungan air, protein, dan asam lemah
- diperoleh dengan cara pengepresan parutan kelapa
menggunakan air
(Daintith, 1994)
2.13.2. Aquadest
- Zat cair tak berwarna
- T.d.= 1000C, t.l.= 00C
- BM = 18 g/mol, ρ = 1 g/L
(Daintith, 1994)
2.13.3. CH3COOH
- T.d. = 1100C
- BM = 60,050C
- Pelarut yang baik untuk pelarut organik
(Daintith, 1994)
II.14. Hipotesa
Percobaan Kinetika Reaksi pemecahan Emusi Krim Santan oleh Asam
bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi terhadap H+ pada reaksi
pemecahan emulsi krim santan oleh asam. Prinsip Percobaan yaitu
pendispersian zat pemantap dengan asam lemah dan variasi pH. Metode
yang digunakan adalah penambahan H+ pada zat pemantap emulsi. Hasil
yang akan diperoleh adalah dua lapisan santan pada santan yang
didiamkan pada variasi pH emulsi santan. Penambahan CH3COOH pada
fase pemantap emulsi akan memecahkan zat pemantap.