13
PERCOBAAN II KINETIKA REAKSI PEMECAHAN EMULSI KRIM SANTAN OLEH ASAM I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan tingkat reaksi terhadap H + pada reksi pemecahan emulsi krim santan oleh asam II. TINJAUN PUSTAKA II.1. Kinetika Kimia Kinetika kimia mempelajari tentang laju reaksi dan mekanisme terjadinya reaksi. Untuk mengetahui mekanisme suatu reaksi,dipelajari perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrsi pereaksi, hasil reaksi dan katalis. Keterangan yang paling penting dapat pula diperoleh dari studi mengenai pengaruh suhu, tekanan pelarut, konsentrasi eektrolit atau komponen isotropik terhadap laju reaksi karena mekanisme adalah patokan untuk menerangkan hasil-hasil percobaan tidak harus hanya ad satu mekanisme, meskipun mekanisme tersebut memperhitungkan semua fakta. (Atkins, 1997) II.2. Laju Reaksi

Percobaan II (Benar)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Percobaan II (Benar)

PERCOBAAN II

KINETIKA REAKSI PEMECAHAN EMULSI KRIM SANTAN

OLEH ASAM

I. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan tingkat reaksi terhadap H+ pada reksi pemecahan emulsi krim

santan oleh asam

II. TINJAUN PUSTAKA

II.1. Kinetika Kimia

Kinetika kimia mempelajari tentang laju reaksi dan mekanisme

terjadinya reaksi. Untuk mengetahui mekanisme suatu reaksi,dipelajari

perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrsi pereaksi, hasil

reaksi dan katalis. Keterangan yang paling penting dapat pula diperoleh

dari studi mengenai pengaruh suhu, tekanan pelarut, konsentrasi eektrolit

atau komponen isotropik terhadap laju reaksi karena mekanisme adalah

patokan untuk menerangkan hasil-hasil percobaan tidak harus hanya ad

satu mekanisme, meskipun mekanisme tersebut memperhitungkan semua

fakta.

(Atkins, 1997)

II.2. Laju Reaksi

Hasil umum dan eksperimen mengukur laju reaksi pengamatan

bahwa laju reaksi itu bergantung pada komposisi dan temperatur campuran

reaksi.

V = k [A] [B]

Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari

konsentrasi komponen itu. Dalam hukum laju orde keseluruhan reaksi

merupakan penjumlahan orde semua komponennya.

(Atkins, 1997)

Page 2: Percobaan II (Benar)

II.3. Emulsi

Emulsi adalah sistem koloid yang fase pendispersinya berupa zat

cair dan medium pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersi

berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat. Contoh emulsi padat adalah

mentega dan keju.

(Dogra, 1998)

II.4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Emulsi

Emulsi dapat distabilkan untuk berbagai senyawa terutama

makromolekul. Pengemulsi akan membentuk kompleks dengan makro

molekul sehingga mengubah sifat fisik sistem emulsi. Efek ini yang

memperbaiki efek anti padat dan memodifikasi sifat fisika. Kestabilan

emulsi dipengaruhi oleh :

a). Sifat fisik film (lapis tipis) antar muka

b). Halangan sterik dan elektrik pada tetesan

(Dogra, 1998)

II.5. Krim Santan

Santan kelapa merupakan emulsi minyak dalam air yang berwarna

putih ,diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah

diparut. Santan tergolong emulsi terpores karena pada kondisi normal

bersifat tidak stabil dan suatu waktu akan terpisah menjadi krim pad

bagian atas dan skim pada bagian bawah. Jika santan dibiarkan akan

nampak cairan putih kental disebut krim santan. Bagian bawah cairan

putih agak keruh.

(Fessenden,1990)

II.6. Fosfolipid

Fosfolipid adalah lipid yang mengandung ester phosfat

fosfogliserida. Suatu tipe fosfolipid erat hubungannya dengan lemak dan

minyak. Senyawa ini mengandung ester asam lemak pada dua posisi

gliserol dengan suatu ester fosfat pada posisi ketiga. Fosfogliserida bersifat

berbeda karena moekulnya berisi dua ekor hidrofobik panjang dan satu

Page 3: Percobaan II (Benar)

hidrofilik polar. Oleh karena itu, fosfogliserida bersifat surfaktan netral

yang merupakan zat pengemulsi yang bagus.

Mekanisme reaksi pemecahan fosfolipid :

(Fessenden, 1990)

II.7. Penentuan orde reaksi

1. Metode Integrasi

Metode yang mencocokan persamaan reaksi dengan data percobaan.

Kendalanya ada reaksi samping dan mempengaruhi hasil percobaan.

Cara ini yang paling tepat.

2. Metode Paruh Waktu

Suatu reaksi berorde R, waktu paruh sebanding dengan 1

Con−1 dimana

Co adalah konsentrasi awal reaksi. Data hasil percobaan dimasukan

dalam persamaan dan dibuat kurva garis lurus dengan cara yang sama

seperti metode integrasi.

3. Metode Laju Reaksi Awal

Pada metode ini, reaksi kebalikan dan reaksi samping dapat

dihilangkan. Langkah yang dilakukan adalah mengukur laju reaksi awal

dengan konsentrasi aal reaktan berbeda.

(Dogra, 1998)

II.8. Reaksi Orde Pertama

Jika laju reaksi suatu kimia berbaanding lurus dengan pangkat suatu

konsentrasi dari harga satu pereaksi, dirumuskan :

d [A ]dt

= k [A]

Page 4: Percobaan II (Benar)

d [A ][A ]

= k dt yang dapat diintegerasikan langsung karena

awalnya (t=0), konsentrasi A=[A]0, maka pada

waktu t konsentrasinya [A].

∫[A 0]

[A ]d [A ][ A]

=¿¿ ∫0

t

k .dt

Ln = d [A ][A0]

= k t

[A] = [A]0 . e –kt

(Atkins, 1997)

II.9. Katalis Asam

Katalis merupakan zat yang tidak habis bereaksi atau tidak ikut

dalam reaksi. Pada percobaan menggunakan konsentrasi zat berbagai spesi

yang berbeda. Bila hanya ungkapan kH+ (H+) saja yang besar nilainya,

reaksi disebut dengan reaksi katalis spesifik ion hidrogen. Dalam

mekanisme ini proton dipindahkan dari asam HA ke substrat δ, kemudian

dibentuk asam dari substrat bereaksi dengan molekul air untuk membentuk

hasil P.

δ + ∆ H+ δH+ + A

δH+ + H2O P + H3O+

Bila δH+ diandaikan berada dalam keadaan mantap, maka :

d ¿¿ = 0 = k1 [δ][AH+] – k-1 [δH+] [A] + k2 [δH+]

Laju terbentuknya hasil dinyatakan dalam :

d [P ]dt

= k2 [δH+] = k 1k2 [δ ]¿¿

Bila k2 >> k-1 [A]

d [P ]dt

= k2 [δH+]

Dan reaksi ini dinyatakan dikatalisa oleh asam, sebaliknya k2 << k1 [A]

d [P ]dt

= k 1k2 [δ ]¿¿ = k1 . k2

k−1 . k [δ][AH+]

Page 5: Percobaan II (Benar)

Bentuk yang kedua diperoleh dengan memasukan k = [A ] ¿¿

(Atkins, 1997)

II.10. Sistem Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau

lebih di mana partikel zat berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.

ukuran berkisar 1-100 nm. Jenis-jenis koloid :

a) Sel (fase terdispersi padat)

b) Emulsi (fase terdispersi cair)

c) Buih (fase terdispersi gas)

(Dogra, 1998)

II.11. Emulgator

Untuk Membentuk Emulsi Digunakan Zat Pengemulsi Atau

Emulgator Yaitu Zat Yang Dapat Tertarik Oleh Kedua Zat Cair Tersebut

Contoh Sabun Untuk Mengemulsikan Minyak Dan Air Kasein Sebagai

Emulgator Pada Susu Cara Kerjanya Listrik Tegangan Tinggi Dialirkan

Melalui Dua Layer Logam Yang Menyokong Selaput Semipermiabel

Sehingga Pertikelpartikel Zat Terlarut Dalam Sistem Koloid Berupa Ionion

Akan Bergerak Menuju Elektrode Dengan Muatan Berlawanan. Emulgator

adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal

ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air)

2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak)

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe

O/W.

2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O

tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang

dikehendaki.

Emulsi merupakan campuran antara minyak dengan air,, pada

umumnya minyak dan air tidak dapat saling menyatu sehingga diperlukan

Page 6: Percobaan II (Benar)

emulgator yang dapat menyatukan keduanya. Pada umumnya, masyarakat

awam setiap kali mendapat sediaan larutan yang dipergunakan secara oral

selalu dibilang sirup, padahal bisa jadi salah satu yang mereka bilang

sebagai sirup itu adalah suspensi, atau emulsi, elixir dll, Suspensi sama

seperti emulsi, yang sebelum digunakan harus di gojok terlebih dahulu.

(www.google.com)

II.12. Resume Jurnal :

II.12.1.TRITON X-100 sebagai Emulsifier pada Penentuan Aktivitas

Lipolitik

Triton X-100 adalah surfaktan non-ionik yang diakui sebagai

emulsifier baik untuk triacylglycerols dalam air dan cocok untuk

penentuan aktivitas lipolitik. Sebuah lipase dari miehei Rhizomucor,

dalam bentuk ekstrak air mentah, tersedia secara komersial. Tujuan

pekerjaan ini adalah untuk menunjukkan pengaruh konsentrasi Triton

X-100 dalam emulsi yang digunakan pada penentuan aktivitas enzim

lipase. Konsentrasi yang ditemukan mempengaruhi nilai aktivitas

enzim lipase yang diperoleh. Bahkan aktivitas lipolitik, diamati untuk

meningkatkan empat kali ketika konsentrasi Triton X-100 meningkat

dari 10 menjadi 45% (w/v), yaitu, 160-720 mM dalam reaksi emulsi.

Namun uji kosong dengan lipase tidak sensitif terhadap konsentrasi

surfaktan tersebut. Efek ini tidak dinisbahkan kepada peningkatan luas

antarmuka khusus tapi langsung di daerah aktivasi Rhizomucor miehei

lipase oleh Triton X-100, ketika lipase didistribusikan antara dua fase

non-miscible, yang mungkin disebabkan oleh perubahan konformasi

Baik hidrofilik dan bagian hidrofobik molekul Triton X-100 yang

dinilai berperan dalam efek yang diamati. Pengaruh Triton X-100

pada aktivitas lipolitik pertama kali diperhitungkan untuk kualitas

dari emulsi, ditetapkan oleh spesifik luas antarmuka ekuilibrium yang

dapat ditentukan antara air dan fase organik. Kualitas tidak

terpengaruh baik dengan meningkatkan kekuatan geser atau dengan

meningkatkan tingkat pencampuran, tetapi secara langsung tergantung

Page 7: Percobaan II (Benar)

pada jumlah Triton X-100 ini. Peningkatan aktivitas dengan

konsentrasi Triton X-100, untuk setiap konsentrasi enzim lipase, tidak

dapat dikaitkan dengan peningkatan luas antarmuka tertentu.

Sebaliknya pada peningkatan viskositas dengan Triton X-100

konsentrasi negatif akan mempengaruhi aktivitas enzim lipase oleh

perpindahan massa terbatas. Pengaruh menguntungkan dari Triton X-

100 pada aktivitas enzim lipase tidak datang dari reaksi struktur

menengah, tetapi mungkin dari aktivasi langsung dari lipase oleh

surfaktan tersebut.

(Rocha, 2000)

II.12.2. Pengaruh Pengemulsi Molekul Kecil dan Besar Dalam Penentuan

Karakteristik β-Karoten Nanoemulsions Secara Homogenisasi Pada

Tekanan Tingi

Pengaruh Pengemulsi Molekul Kecil dan Besar Dalam

Penentuan karakteristik β-Karoten Nanoemulsions Pada Tekanan

Tingi ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pengemulsi molekul

kecil dan besar dalam penentuan karakteristik β-karoten

nanoemulsions secara homogenisasi pada tekanan tingi. Metode yang

digunakan menggunakan penambahan kekuatan atom (AFM). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nanoemulsions stabil dengan TW-20

dan DML memiliki ukuran tetesan lebih kecil, namun relatif lebih

tidak stabil, dibandingkan dengan OSS dan IHPB (p<0,05). Ketika

campuran TW-20 dan WPI digunakan, hasil menunjukan bahwa

stabilitas nanoemulsions ditingkatkan secara signifikan (P

<0,05). Namun, tidak berpengaruh signifikan terhadap pengemulsi

campuran(p>0,05).

(Like Mao, 2009)

Page 8: Percobaan II (Benar)

II.13. Analisa Bahan

2.13.1. Santan

- berwarna putih

- memiliki kandungan air, protein, dan asam lemah

- diperoleh dengan cara pengepresan parutan kelapa

menggunakan air

(Daintith, 1994)

2.13.2. Aquadest

- Zat cair tak berwarna

- T.d.= 1000C, t.l.= 00C

- BM = 18 g/mol, ρ = 1 g/L

(Daintith, 1994)

2.13.3. CH3COOH

- T.d. = 1100C

- BM = 60,050C

- Pelarut yang baik untuk pelarut organik

(Daintith, 1994)

II.14. Hipotesa

Percobaan Kinetika Reaksi pemecahan Emusi Krim Santan oleh Asam

bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi terhadap H+ pada reaksi

pemecahan emulsi krim santan oleh asam. Prinsip Percobaan yaitu

pendispersian zat pemantap dengan asam lemah dan variasi pH. Metode

yang digunakan adalah penambahan H+ pada zat pemantap emulsi. Hasil

yang akan diperoleh adalah dua lapisan santan pada santan yang

didiamkan pada variasi pH emulsi santan. Penambahan CH3COOH pada

fase pemantap emulsi akan memecahkan zat pemantap.

Page 9: Percobaan II (Benar)