Upload
ahmad-syakir-tikitiu
View
424
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
Ahmad Syakir – A31110006
STANDAR AKUNTANSI SYARIAH
A. Perbedaan Standar Akuntansi Syariah dengan PSAK
1. Standar Akuntansi Syariah (PSAK 101 Revisi 2011)
No. Komponen Uraian1. Ruang Lingkup 1. Entitas syariah menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK.
2. Entitas syariah yang dimaksud di Pernyataan ini adalah entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya
3. Pernyataan ini menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas syariah yang berorientasi laba, termasuk entitas bisnis syariah sektor publik. Jika entitas syariah tidak berorientasi laba menerapkan Pernyataan ini, maka entitas tersebut perlu menyesuaikan deskripsi beberapa pos yang terdapat dalam laporan keuangan dan istilah laporan keuangan itu sendiri.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi: asset, liabilitas, dana syirkah temporer, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, arus kas, dana zakat, dan dana kebajikan.
3. Komponen Laporan Keuangan
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;(b) laporan laba rugi komprehensif selama periode;(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;(d) laporan arus kas selama periode;(e) laporan sumber dan penggunaan dana zakat selama periode;(f) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama
periode; (g) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan(h) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
2. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 01 Revisi 2009)
No. Komponen Uraian1. Ruang Lingkup (a) Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.
(b) PSAK lainnya mengatur persyaratan pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi tertentu dan peristiwa lainnya.
(c) Pernyataan ini tidak diterapkan bagi struktur dan isi laporan keuangan interim ringkas yang disusun sesuai dengan PSAK 3: Laporan Keuangan Interim.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) aset;(b) laibilitas;(c) ekuitas;(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik;dan(f) arus kas.
3. Komponen Laporan Keuangan
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;(b) laporan laba rugi komprehensif selama periode(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;(d) laporan arus kas selama periode;(e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan(f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
Ahmad Syakir – A31110006
STANDAR AKUNTANSI SYARIAH
B. Isu Krusial dalam Standar Akuntansi Syariah
Akuntansi Syariah sebagai Sebuah Solusi
Sistem akuntansi yang ada di Indonesia sekarang ini terlalu mengadopsi pola pikir
barat dengan segala kebudayaannya. Paham kapitalisme lebih menekankan pada prinsip
perolehan laba dan keuntungan yang lebih memihak kepada pemilik modal saja tanpa
memperhatikan aspek lain yang sebenarnya lebih memegang peranan penting daripada
pemilik modal itu sendiri. Sedangkan akuntansi syariah bukan selalu bicara angka.
Sebaliknya, domain akuntansinya juga mengukur perilaku (behavior). Hal ini disebabkan oleh
beberapa pandangan yang menganggap bahwa akuntansi syariah sebagai akuntansi untuk
menyeimbangkan. Pertama, akuntansi syariah merupakan salah satu upaya mendekonstruksi
akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Fungsi manusia di muka
bumi adalah sebagai khalifah. Oleh karena itu, seluruh upaya yang dilakukan oleh manusia
harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat atau harus berorientasi sosial.
Kedua, akuntansi syariah menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability,
sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 282. Dimensi pertanggungjawaban
dalam akuntansi syariah memiliki cakupan yang luas. Pertanggungjawaban ini bukan hanya
pertanggungjawaban atas uang (finansial) yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan, akan
tetapi pertanggungjawaban ini mampu meningkatkan tanggungjawab secara horizontal dan
vertikal. Pertanggungjawaban horizontal tertuju pada masyarakat, pemerintah dan kepatuhan
pada peraturan. Sementara pertanggungjawaban vertikal tertuju pada transendensi aktivitas
(finansial, dan sebagainya) kepada Dzat yang memberikan tanggungjawab, dimensinya ada
pada dimensi zakat.
Ketiga, akuntansi syariah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Hal ini berarti
bahwa akuntansi tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi dalam
bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode untuk menjelaskan tentang
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat (Islam). Akuntansi berorientasi
sosial adalah sebuah akuntansi yang menyajikan atau mengungkap dampak sosial perusahaan
terhadap masyarakat. Dengan demikian, pengungkapan perusahaan tentang dampak sosialnya
terhadap masyarakat sebagai suatu kewajiban.
Dari ketiga pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi syariah
menyajikan laporan pertanggungjawaban yang bersifat humanis, emansipatoris, transendental
dan teologikal. Bisnis yang ideal yaitu peradaban bisnis dengan nilai humanis, emansipatoris,
transendental, dan teologikal. Nilai humanis akuntansi syariah adalah bahwa akuntansi yang
dibentuk ini ditujukan untuk memanusiakan manusia atau mengembalikan manusia pada
fitrahnya yang suci.
Referensi:
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. PSAK 101 (Revisi 2011)Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. PSAK 01 (Revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan.
Yuan. P. 2011. Akuntansi Syariah: Sebagai Ilusi di tengah Solusi. Makalah. Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya