30
  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Perpajakan Pajak merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan di dunia ini. Pajak adalah kewajiban dari orang atau badan untuk menyerahkan sebagian daripada kekayaannya, tapi bukan suatu hukuman melainkan telah ditetapkan dengan peraturan hukum sehingga pelaksanaannya dapat dipaksakan dan tidak mendapat imbalan jasa. Pajak sendiri merupakan salah satu pemasukan tertinggi bagi Negara, dan yang paling penting lagi, pajak diharapkan dapat menggantikan pinjaman ke luar negeri agar ketergantungan kita kepada Negara luar dapat dikurangi.  2.1.1 Pengertian Pajak Ada banyak definisi tentang pajak yang di kemukakan oleh para ahli pajak, namun maksud dan intinya tetap sama. Untuk lebih jelasnya berikut ini ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahlinya : Pengertian pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP) :  Pajak merupakan kontribusi (sumbangan) wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - bes arnya kema kmur an raky at . Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2008; revisi) :  

Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perbedaan jenis kpp

Citation preview

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    1/30

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Dasar Perpajakan

    Pajak merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan di dunia

    ini. Pajak adalah kewajiban dari orang atau badan untuk menyerahkan

    sebagian daripada kekayaannya, tapi bukan suatu hukuman melainkan telah

    ditetapkan dengan peraturan hukum sehingga pelaksanaannya dapat

    dipaksakan dan tidak mendapat imbalan jasa. Pajak sendiri merupakan salah

    satu pemasukan tertinggi bagi Negara, dan yang paling penting lagi, pajak

    diharapkan dapat menggantikan pinjaman ke luar negeri agar ketergantungan

    kita kepada Negara luar dapat dikurangi.

    2.1.1 Pengertian Pajak

    Ada banyak definisi tentang pajak yang di kemukakan oleh para

    ahli pajak, namun maksud dan intinya tetap sama. Untuk lebih jelasnya

    berikut ini ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

    ahlinya :

    Pengertian pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 28

    tahun 2007 (UU KUP) :

    Pajak merupakan kontribusi (sumbangan) wajib kepada Negara

    yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

    berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalansecara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

    besarnya kemakmuran rakyat .

    Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro yang dikutip oleh

    Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2008; revisi) :

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    2/30

    Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan

    undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

    timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

    digunakan untuk membayar pengeluaran umum .

    Menurut Sommerfeld Ray M (2007;3) :

    Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor

    pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib

    dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan terlebih

    dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional,

    agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

    menjalankan pemerintahan .

    Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur yang

    melekat pada pajak yaitu :

    1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.

    2. Sifatnya dapat dipaksakan.

    3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

    kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.

    4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

    daerah.

    5.

    Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

    2.1.2 Asas Pemungutan Pajak

    Terdapat beberapa asas yang dipakai oleh Negara sebagai asas

    dalam menentukan wewenangnya untuk pengenaan pajak, khususnya

    untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering

    digunakan oleh Negara sebagai landasan untuk pengenaan pajak adalah :

    1.

    Asas tempat tinggal (Domisili) :Berlaku bagi wajib pajak dalam negeri artinya bagi orang pribadi yang

    bertempat tinggal di Indonesia atau badan yang berkedudukan di

    Indonesia dikenakan pajak atas semua penghasilan yang diterima atau

    diperolehnya baik dari Indonesia maupun Luar Indonesia (asas world

    wide income).

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    3/30

    2. Asas Sumber :

    Berlaku bagi wajib pajak yang bertempat tinggal dan berkedudukan di

    Indonesia, hanya akan dikenakan pajak atas penghasilan yang di dapat

    di Indonesia (asas regional income).

    3. Asas Kebangsaan :

    Pajak yang dikenakan oleh suatu Negara kepada orang-orang yang

    mempunyai kebangsaan bukan berkebangsaan dari Negara tersebut.

    2.1.3 Jenis-Jenis Pajak

    1)

    Menurut Sifatnya :

    Pajak Subjektif : pajak yang dalam pemungutannya dan

    pengurangannya sangat memperhatikan keadaan diri dari wajib

    pajaknya, antara lain besar kecil penghasilannya, banyak tidak

    tanggungannya. Contoh : PPh

    Pajak Objektif : pajak yang dalam pemungutannya dan

    pengenaannya berpangkal pada keadaan objek pajaknya dan tanpa

    memperhatikan keadaan diri dari wajib pajak nya. Contoh : PPN

    dan PBB

    2) Menurut pembebanannya:

    Pajak Langsung : jenis pajak yang beban pajaknya oleh subjek

    pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau dengan kata

    lain harus dipikul sendiri. Contoh : PPh

    Pajak tidak Langsung : beban pajak dapat dilimpahkan kepada

    pihak lain. Contoh : PPN/PPnBM, Bea materai, PBB.

    3) Menurut Pihak Pemungutannya:

    Pajak Pusat : pajak yang diolah dan dipungut oleh pemerintah

    pusat. Contoh : dispeda (dinas pendapatan daerah), DJP (Direktorat

    Jendral Pajak)

    Pajak Daerah : pajak yang diolah dan dipungut oleh pemerintah

    daerah. Contoh : pajak penerangan jalan, pajak reklame, pajak

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    4/30

    hiburan, pajak hotel, pajak restoran, pajak bahan penggalian dan

    pengolahan.

    2.1.4 Fungsi Pajak

    Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

    bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

    merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran

    termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka fungsi

    pajak dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :

    1.

    Fungsi BudgeterFungsinya sebagai alat (sumber) untuk masukan uang sebanyak-

    banyaknya dalam kas Negara untuk membiayai pengeluaran Negara baik

    pengeluaran rutin maupun pembangunan.

    2.

    Fungsi Regulered

    Fungsinya sebagai alat (tambahan) untuk mencapai tujuan tertentu

    dibidang ekonomi dan sosial.

    2.1.5

    Pemungutan Hukum Pajak

    Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku

    pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum

    yaitu:

    Hukum pajak Materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara

    lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek

    pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang

    dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utangpajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak.

    Contoh: Undang-undang pajak penghasilan.

    Hukum pajak Formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan

    hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak

    materiil). Hukum ini memuat antara lain :

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    5/30

    a) Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.

    b) Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib

    pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan

    utang pajak.

    c) Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan

    pembukuan/pencatatan, dan hak-hak pajak misalnya mengajukan

    keberatan dan banding.

    2.1.6

    Tata Cara Pemungutan Pajak

    Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan Stelsel :

    1. Stelsel nyata (riel stelsel)

    Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),

    sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

    yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata

    mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel

    ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan

    kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode(setelah penghasilan riil diketahui).

    2. Stelsel anggapan (fictive stelsel)

    Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

    undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama

    dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah

    dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak

    berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun

    berjalan, tanpa harus menunggu pajak akhir tahun. Sedangkan

    kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada

    keadaan yang sesungguhnya.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    6/30

    3. Stelsel campuran

    Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

    anggapan (fiktif). Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung

    berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya

    pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya

    pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut

    anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih

    kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

    2.1.7 Sistem Pemungutan Pajak

    System pemungutan pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu :

    1. Official Assessment System

    Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

    pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

    oleh Wajib Pajak.

    Ciri-cirinya :

    a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

    fiskus;b. Wajib pajak bersifat pasif;

    c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

    fiskus.

    2. Self Assessment system

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

    kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

    terutang.

    Ciri-cirinya :

    a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

    Wajib Pajak sendiri;

    b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan

    melaporkan sendiri pajak yang terutang;

    c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    7/30

    3. With Holding System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

    kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

    bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

    Wajib Pajak.

    Ciri-cirinya :

    Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

    ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

    2.1.8

    Timbulnya Utang Pajak

    Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :

    1. Ajaran Formil

    Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh

    fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.

    2. Ajaran Materiil

    Utang pajak timbul karena berlakunya Undang-undang. Seseorang

    dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini

    ditetapkan pada self assessment system.

    2.1.9

    Hambatan Pemungutan Pajak

    Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :

    1. Perlawanan Pasif

    Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan

    antara lain :

    a.

    Perkembangan intelektual dan moral masyarakat;

    b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat;

    c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

    baik.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    8/30

    2. Perlawanan Aktif

    Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

    langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari

    pajak. Bentuknya antara lain :

    a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak

    melanggar undang-undang.

    b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara

    melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).

    2.1.10 Syarat Pemungutan Pajak

    Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

    perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

    berikut :

    1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

    Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-

    undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam

    perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan

    merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang

    adil dalam pelaksanaan yakni dengan memberikan hak bagi wajib

    pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan

    mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

    2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)

    Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

    memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, bagi Negara

    maupun warganya.

    3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

    Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produk

    maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

    perekonomian masyarakat.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    9/30

    4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)

    Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

    sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.

    5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

    Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan

    mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

    Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

    2.2 Administrasi Perpajakan

    Tuntutan pelayanan yang cepat, mudah, murah dan akurat

    merupakan harapan masyarakat, demikian pula dengan perpajakan. Untuk

    mendukung ini, kondisi sistem administrasi perpajakan yang baik

    merupakan suatu syarat.

    Administrasi perpajakan memegang peranan yang sangat penting,

    karena seharusnya bukan saja sebagai perangkat kekuatan hukum, tetapi

    lebih penting daripada sebagai pelayanan yang memberikan pelayanan prima

    kepada masyarakat, sekaligus pusat informasi perpajakan. Pada dasarnya,

    administrasi perpajakan harus dilakukan dengan baik dan benar tidak asal-

    asalan, karena dengan tidak diberlakukan secara benar maka itu akan

    merugikan pemerintah sendiri, masyarakat akan kurang percaya lagi akan

    administrasi perpajakan yang ada.

    Jika telah terjadi hal tersebut maka sudah menjadi tugas pemerintah

    pula untuk mencari tahu penyebab utama yang mengakibatkan

    ketidakpuasan dari masyarakat, dan pemerintah harus memperbaiki sistem

    administrasi perpajakan yang ada. Pemberdayaan administrasi pajak

    seharusnya juga dilakukan dengan adanya penelitian terlebih dahulu, untuk

    mengetahui hal-hal apa saja yang sebenarnya menjadi inti dari permasalahan

    dan apa saja yang akan dilakukan perbaikan serta peningkatan yang

    signifikan dan berlangsung lama. Oleh karena itu, reformasi perpajakan

    yang hanya terfokus pada penggunaan teknologi yang canggih dengan biaya

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    10/30

    yang besar tidak akan berarti apa-apa jika perbaikan mental sumber daya

    manusianya tidak diperbaiki juga.

    2.3 Modernisasi Perpajakan Indonesia

    Hal yang mendasari modernisasi pajak dikarenakan adanya

    perubahan paradigma perpajakan. Dari semula yang berbasis jenis pajak

    menjadi berbasis fungsi, yang lebih mengedepankan aspek pelayanan

    kepada masyarakat.

    Proses modernisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berlangsung sejak

    tahun 2006 dulu. Ditandai dengan didirikannya KPP Madya untuk beberapa

    wilayah. Sejak 2007, KPP pratamapun didirikan untuk menggantikan KPP

    PBB dan Karikpa. Dahulunya KPP mengurusi PPN,PPh potput, PPh badan,

    sekarang struktur organisasinya lebih dirampingkan menjadi Seksi

    Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) dengan petugasnya yang dinamai

    Account Representative (AR) yang bertugas untuk memberikan advise dan

    melakukan pengawasan terhadap WP dan Seksi Fungsional yang tugasnya

    memeriksa/mengaudit WP (www.pajak.go.id).

    Modernisasi perpajakan ini secara nasional dilaksanakan untuk

    mencapai 4 sasaran utama yang ditargetkan oleh Ditjen Pajak yaitu:

    Optimalisasi penerimaan yang berkeadilan yaitu perluasan tax base,

    minimalisasi tax gap, dan stimulus fiskal.

    Meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak melalui pemberian

    pelayanan prima dan penegakkan hukum yang konsisten.

    Efisiensi administrasi yaitu penerapan sistem dan administrasi yanghandal dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

    Membentuk citra yang baik dan kepercayaan masyarakat yang tinggi

    melalui kapasitas SDM yang profesional, budaya organisasi yang

    kondusif dan pelaksanaan good governance.

    http://www.pajak.go.id/http://www.pajak.go.id/
  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    11/30

    2.3.1 Reformasi Modernisasi

    Modernisasimeliputi 3 hal, yakni reformasi kebijakan, administrasi

    dan pengawasan.

    1. Reformasi kebijakan ditempuh melalui amandemen UU Perpajakan.

    Yakni UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU No. 28

    Tahun 2007), UU Pajak Penghasilan (dalam proses) dan UU Pajak

    Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (dalam proses).

    2. Reformasi administrasi terkait organisasi, teknologi informasi dan

    sumber daya manusia. Dalam bidang organisasi, kini telah dilakukan

    perubahan struktur organisasi dari berdasarkan per jenis pelayananmenjadi organisasi dengan struktur berdasarkan fungsi dengan

    menggabungkan ketiga kantor (KPP, KPPBB dan Karikpa) menjadi

    KPP Pratama. Selain KPP Pratama juga terdapat KPP Madya di setiap

    kantor wilayah dan 2 KPP WP Besar yang hanya ada di Jakarta. Selain

    itu akan terdapat petugas khusus yang disebut AR (account

    representative) yang bertugas mengawasi dan melayani wajib pajak.

    Kemudian Reformasi teknologi informasi. Konsepnya menuju full

    automation, menuju administrasi internal yang paperless, efisiensi,

    customer orienteddan fungsi built-in control. Adapun tujuannya untuk

    mengurangi kontak langsung dengan WP, mudah, hemat dan cepat.

    Selain itu, akurat, efektif dan efisien dan pengawasan internal melalui

    built-in control system. Dalam bidang SDM dilaksanakan melalui

    program mapping pegawai, yakni penempatan pegawai sesuai bidang,

    minat dan keahliannya. Sistem grading, yaitu penggolongan jenis

    pekerjaan per tingkat risiko. Sistem grading ini juga dijadikan tolok

    ukur dalam menentukan jumlah tunjangan yang diterima.

    3. Terakhir, reformasi pengawasan yang dilakukan melalui:

    a. Komisi Kode Etik. Kode Etik secara tegas mencantumkan

    kewajiban dan larangan bagi pegawai, termasuk penerapan sanksi-

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    12/30

    sanksinya yang tegas. Selain itu dibentuk dua Sub-Direktorat yang

    menangani pengawasan internal terhadap pelaksanaan kode etik.

    b.

    Bank Data Nasional. Rencananya ini berfungsi sebagai pusat

    penyimpanan arsip yang berisi data wajib pajak seluruh Indonesia.

    c. Saluran Pengaduan yang berfungsi sebagai salah satu sarana

    mempermudah WP dalam menyampaikan masalah dan

    keluhannya.

    2.3.1.1 Kode Etik Pegawai

    Pelaksanaan Kode Etik Pegawai diawasi berbagai badan

    independen. Seperti, Komite Kode Etik Pegawai yang diketuai oleh

    Sekjen Departemen Keuangan, Komisi Ombudsman Nasional dengan

    desk pajak, maupun Tim Khusus Inspektorat Jenderal. Sehingga, KKN

    dapat dihilangkan. Kode Etik Pegawai secara tegas mencantumkan

    mengenai kewajiban serta lalarang pegawai.

    Adapun Kewajiban pegawai yaitu :

    1.

    Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat-istiadat oranglain;

    2.

    Bekerja profesional, transparan, dan akuntabel;

    3.

    Mengamankan data/informasi milik DJP;

    4. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Wajib Pajak,

    sesama pegawai, atau pihak lain;

    5. Mentaati perintah kedinasan;

    6. Bertanggung jawab atas penggunaan barang inventaris milik DJP;

    7.

    Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor;

    8. Menjadi panutan bagi masyarakat dlm memenuhi kewajiban

    perpajakan;

    9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata sopan.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    13/30

    Adapun Larangan Pegawai yaitu :

    1. Bersikap diskriminatif dlm melaksanakan tugas;

    2.

    Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;

    3. Menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak

    langsung;

    4. Menyalahgunakan fasilitas kantor;

    5. Menerima segala pemberian dalam bentuk apapun baik langsung

    maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama pegawai atau

    pihak lain, yang patut diduga berkaitan dengan pekerjaan atau

    jabatannya;

    6.

    Menyalahgunakan data/informasi perpajaan;

    7. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan, kerusakan,

    atau perubahan pada sistem informasi milik DJP;

    8. Melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma

    kesusilaan dan dapat merusak citra dan martabat DJP.

    2.3.2 Tujuan Modernisasi pajak

    Adapun tujuan modernisasi sistem administrasi perpajakan adalahuntuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi perpajakan,

    yaitu :

    1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi;

    2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi

    perpajakan yang tinggi; dan

    3. Tercapainya tingkat produktifitas pegawai pajak yang tinggi.

    Guna melaksanakan serta mewujudkan tujuan modernisasi sistem

    administrasi perpajakan tersebut, dengan keputusan Mentri Keuangan

    Nomor 85/KMK.03/2003 dibentuk Tim Jangka Menengah . Tugas atau

    kegiatan pokok Tim ini adalah :

    a. Memodernisasi kelembagaan termasuk struktur organisasi, sistem dan

    prosedur, dan kebijakan di bidang sumber daya manusia.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    14/30

    b. Memodernisasi peraturan yang terdiri dari penyederhanaan prosedur

    administratifdan ketentuan perpajakan lainnya.

    c.

    Memodernisasi teknologi informasi termasuk pemanfaatan teknologi

    informasi untuk mempermudah Wajib Pajak dan administrasi

    perpajakan. Yakni, sesuai dengan konsep modernisasi sistem

    administrasi perpajakan yang telah disusun dan ditetapkan. Namun

    dalam perjalanannya, konsep yang ada masih terus dikembangkan

    dengan masukan dari berbagai pihak yang dipandang dapat

    memperbaiki dan menyempurnakan konsep yang ada. Sehingga

    konsep modernisasi perpajakan adalah konsep yang dinamis.

    2.3.3

    Sarana-sarana Modernisasi Perpajakan

    Modernisasi yang dilakukan melakukan Direktorat Jendral Pajak

    memberikan pelayanan yang prima dengan disediakannya sarana-sarana

    sebagai berikut :

    1. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

    Tempat pelayanan terpadu (TPT) merupakan tempat pelayanan

    terintegrasi dengan menggunakan sistem komputer. Dengan adanya

    TPT memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang

    diberikan kepada wajib pajak.

    2. Account Representative(AR)

    Account Representative (AR) merupakan pegawai Direktorat Jendral

    Pajak yang diberikan wewenang khusus untuk memberikan pelayanan

    dan mengawasi wajib pajak secara langsung. Dengan adanya Account

    Representative, juga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang

    lebih efisien dan akurat.

    3. Help Desk

    Help Desk diharapkan mampu menghilangkan kebingungan dan

    kesulitan wajib pajak secara khusus, fasilitas help desk dengan

    teknologi tax knowledge base,menyangkut :

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    15/30

    Peraturan pajak yang komprehensif;

    Dikompilasi sesuai standar Q dan A, flowchart dan penjelasan

    singkat;

    Tersedia dalam komputer sehingga mudah diakses;

    Diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan mengenai

    pajak.

    4.

    Complian Center

    Complian Center berfungsi untuk menampung berbagai kebutuhan

    wajib pajak. Ini merupakan bentuk keterbukaan DJP untuk perbaikan

    dan pelaksanaantugas.

    5.

    Call center.

    Adapun alasan dan keuntungan dengan adanya call center ini adalah :

    Masyarakat saat ini sangat mementingkan kepraktisan dan efisiensi

    penggunaan telepon semakin meningkat untuk urusan bisnis.

    Tanpa adanya call center, petugas pajak di kantor operasional

    banyak disibukan menjawab telpon.

    Dengan sentralisasi penerimaan telepon, pekerjaan yang sama akan

    dikerjakan oleh satu unit, sehingga akan lebih efektif dan efisien.

    Akurasi dan konsistensi dapat ditingkatkan.

    Pelayanan secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

    KPP bisa lebih fokus pada pekerjaan melayani dan mengawasi

    Wajib Pajak (secara langsung) dan

    Good Governance dalam penanganan complaints.

    6.

    Media Informasi Pajak.

    Wajib Pajak dapat mengakses segala sesuatu hal yang berhubungan

    denganpajak yang dibutuhkan secara gratis di Media Informasi Pajak.

    7. Website

    Dalam rangka mempermudah akses informasi perpajakan kepada

    masyarakat, terlebih lagi dengan iklim yang mengglobal, telah dibuat

    website perpajakan yang dikelola oleh DJP. Demikian pula Kantor

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    16/30

    Wilayah dan KPP, telah banyak membuat website masing-masing,

    dalam rangka memberikan informasi dan pelayanan bagi Wajib Pajak.

    8.

    Pojok Pajak

    Pokok Pajak merupakan sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakakn

    bagi masyarakat maupun Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

    perpajakannya., yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan, pusat-

    pusat bisnis atau tempat-tempat tertentu lainnya. Pelayanan yang

    diberikan Pokok Pajak meliputi :

    Penyediaan materi dan sasaran penyuluhan.

    Konsultasi Perpajakan.

    Pendaftaran NPWP

    Penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan.

    Pengaduan masyarakat tentang perpajakan.

    9. e-Sistem Perpajakan

    Merupakan serangkaian alat yang digunakan untuk peningkatan

    pelayanan kepada masyarakat maupun Wajib Pajak.

    10. e-SPT

    Adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara

    elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Yang dapat

    diaplikasikan adalah laporan SPT Masa PPh, SPT Tahunan PPh, dan

    SPT Masa PPN.

    11.e.-Registration

    Adalah sistem pendaftaran, perubahan data wajib pajak dan atau

    pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan Pngusaha Kena Pajak

    melalui sistem yang terhubung langsung secara onlinedengan DJP.

    12.

    e-FillingAdalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan melalui sistem

    online dan real time.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    17/30

    13.e-payment

    Adalah suatu cara pembayaran yang dapat dilakukan dengan

    menggunakan media elektronika online seperti internet, sehingga

    memudahkan Wajib Pajak dalam pembayaran pajak.

    2.3.4

    Keunggulan Sistem Administrasi Di Kantor Pajak Modern

    Sistem administrasi yang diterapkan di kantor-kantor pelayanan

    pajak memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

    1. Adanya pemisahan fungsi yang lebih jelas antara fungsi pelayanan,

    pengawasan, pemeriksaan, keberatan dan pembinaan.

    2. Fungsi pelayanan pengawasan wajib pajak menjadi lebih efektif karena

    dilakukan olehAccount Representatif.

    3. Efisien dan meminimalisasi birokrasi dalam proses pelaksanaan

    pekerjaan baik untuk pelayanan, pengawasan maupun pemeriksaan

    sehingga cost of compliant relative lebih cepat.

    4. Menejemen pemeriksaan menjadi lebih efisien dan efektif karena

    berada dalam satu unit dan sumber daya manusia juga telah

    dispesialisasikan pada sektor-sektor.

    2.4 Perlunya Reformasi Perpajakan

    Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah

    meluncurkan program perubahan (change program) atau reformasi

    administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut Modernisasi.

    Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good

    governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan

    dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang

    handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan

    prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Jika program

    modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    18/30

    yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep

    modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa perubahan

    yang cukup mendasar dan revolusioner.

    Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi adminsitrasi

    perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan

    komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang

    berikut:

    Struktur organisasi

    Business process danteknologi informasi dan komunikasi

    Manajemen sumber daya manusiaPelaksanaan good governance

    1. Struktur Organisasi

    Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien,

    sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian

    struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan

    dan sifatnya cukup strategis. Lebih jauh lagi, struktur organisasi harus

    juga diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan

    dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk

    perkembangan dunia bisnis dan teknologi.

    Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan

    modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka

    struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai

    pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai

    pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk

    memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu

    Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

    Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

    (Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan

    demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    19/30

    menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi

    diterapkan pada KPP dengan system administrasi modern untuk dapat

    merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan

    pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan

    analisis resiko.

    Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib

    Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar (LTO - Large Taxpayers Office),

    KPP Madya (MTO - Medium Taxpayers Office), dan KPP Pratama (STO

    -Small Taxpayers Office). Dengan pembagian seperti ini, diharapkan

    strategi dan pendekatan terhadap wajib pajakpun dapat disesuaikan

    dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil yang

    diperoleh dapat lebih optimal. Khusus di kantor operasional, terdapat

    posisi baru yang disebutAccount Representative,yang mempunyai tugas

    antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib

    Pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi

    kepatuhan wajib pajak. Untuk lebih memberikan rasa keadilan bagi

    Wajib Pajak, seluruh penanganan keberatan dilakukan oleh Kantor

    Wilayah yang merupakan unit vertikal di atas KPP yang menerbitkansurat ketetapan pajak sebagai hasil dari pemeriksaan pajak.

    2. Business Procesdan Teknologi Informasi dan Komunikasi

    Kunci perbaikan birokrasi yang berbeli-belit adalah perbaikan

    business process, yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja.

    Untuk itu, perbaikan business processmerupakan pilar penting program

    modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation

    dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama

    untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal. Diharapkan dengan full

    automation, akan tercipta suatu business processyang efisien dan efektif

    karena administrasi menjadi cepat, mudah, akurat, dan paperless,

    sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, baik dari

    segi kualitas maupun waktu. Business process dirancang sedemikian

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    20/30

    rupa sehingga dapat mengurangi kontak langsung pegawai DJP dengan

    Wajib Pajak untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya KKN. Di

    samping itu, fungsi pengawasan internal akan lebih efektif dengan

    adanya built-in control system, karena siapapun dapat mengawasi

    bergulirnya proses administrasi melalui sistem yang ada.

    Manajemen Sumber Daya Manusia

    Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan

    program Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program

    reformasi ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan

    direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal iniperlu dan mendesak untuk dilakukan, karena disadari bahwa elemen yang

    terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusianya. Secanggih

    apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu

    organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa

    didukung SDM yang capabledan berintegritas. Harus disadari bahwa yang

    perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM,

    bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang

    baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas.

    Diharapkan ke depannya DJP dengan sistem administrasi perpajakan

    modern akan dapat didukung oleh sistem SDM yang berbasis kompetensi

    dan kinerja.

    Pelaksanaan Good Governance

    Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang

    seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Suatu

    organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala terdapatrambu-rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas dan

    pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi

    rambu-rambu tersebut. Dalam praktek berorganisasi, good governance

    biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal

    control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    21/30

    ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai

    maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.

    2.4.1

    Jenis KPP Modern

    Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu :

    1. KPP Wajib Pajak Besar (LTO -Large Taxpayers Office)

    2. KPP Madya (MTO -Medium Taxpayers Office)

    3. KPP Pratama (STO - Small Taxpayers Office).

    Perbedaan mendasardari ketiga model KPP ini adalah menyangkut

    level dan jenis Wajib Pajak, jenis pajak yang dikelola, kegiatan dan

    organisasinya, wilayah kerjanya, serta kontribusinya bagi penerimaan di

    tingkat Kantor Wilayah dan Nasional.

    A. KPP Wajib Pajak Besar

    KPP Wajib Pajak Besar mengelola Wajib Pajak skala besar secara

    nasional dengan jenis beban dan terbatas jumlahnya. Di KPP ini tidak

    ada kegiatan ekstensifikasi, karena jumlah Wajib Pajaknya sudah

    tetap, yaitu sekitar 200-300 yang ditetapkan dengan Keputusan

    Direktur Jendral Pajak. Jika dilakukan penambahan Wajib Pajak,

    sumbernya berasal dari seluruh KPP di Tanah Air. Tidak semua jenis

    pajak yang dikelola, melainkan hanya PPh, PPN, PPnBM, dan bea

    materai. Kedudukannya hanya berada di Jakarta dan hingga kini ada

    3 kantor saja.

    B. KPP Madya

    KPP madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam skala

    regional (lingkup Kantor Wilayah) dan juga terbatas jumlahnya. Di

    KPP madya juga tidak ada kegiatan ekstensifikasi, jumlah Wajib

    Pajaknya sudah tetap sekitar 200-500 yang telah ditetapkan oleh

    Direktur Jendral Pajak. Jika suatu saat ditambah, wajib pajaknya

    berasal dari seluruh KPP Pratama di wilayah Kantor Wilayah. Sama

    seperti KPP wajib Pajak Besar, jenis pajak yang dikelola juga hanya

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    22/30

    PPh, PPN, PPnBM, dan bea materai. Kedudukan berada di beberapa

    Kantor Wilayah DJP di Tanah Air, yang hingga saat ini keberadaan

    KPP Madya ini ada di Medan, Pekanbaru, Batam, Palembang,

    Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya,

    sidoarjo, Malang, Balikpapan, dan Makasar. Di Jakarta, selain di

    wilayah Jakarta pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur,

    Jakarta Utara, termasuk KPP Khusus yang melayani Wajib Pajak

    penanaman modal asing, badan dan orang asing, serta perusahaan

    masuk bursa. Wilayah kerjanya sama dengan Kantor Wilayah DJP

    atasannya.

    C.

    KPP Pratama

    Sedangkan KPP Pratama mengelola Wajib Pajak menengah ke bawah

    yakni jenis badan di luat yang telah dikelola di KPP Wajib Pajak

    besar dan KPP Madya serta orang pribadi. Di KPP Pratama ada

    kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, sehingga jumlah Wajib Pajaknya

    dapat selalu bertambah seirama dengan pertambahan orang pribadi

    yang memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak

    (PTKP) atau melakukan kegiatan usaha di wilayah kerjanya. Dengan

    demikian, jenis Wajib pajak yang dikelola terdiri atas orang pribadi,

    badan, maupun pemotong atau pemungut pajak (seperti

    bendaharawan instansi pemerintah). Jenis pajak yang dikelola

    semuanya, yakni PPh, PPN, PPnBM, bea materai, PBB, dan BPHTB.

    Kedudukannya berada disemua Kantor Wilayah di Tanah Air, kecuali

    di Kantor Wilayah Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Jakarta

    Khusus.

    Berdasarkan kegiatan diatas, karakterKPP Pratama adalah :

    1. Merupakan penggabungan dari tiga unit kantor pajak sebelumnya,

    yaitu KPP, KPPBB, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan

    Pajak.

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    23/30

    2. Struktur organisasi umumnya sama dengan KPP WP Besar dan

    KPP Madya, hanya dengan penambahan satu seksi yaitu seksi

    Ekstensifikasi Perpajakan.

    3. Sistem Administrasi perpajakan yang digunakan merupakan

    gabungan Sistem Informasi DJP ( SIDJP) dan Sistem Manajemen

    Informasi Objek Pajak (SMIOP).

    4.

    Mengadministrasikan seluruh jenis pajak yang dikelola DJP (PPh,

    PPN, PPnBM, bea materai, PBB, BPHTB).

    5. Account Representatif (AR) ditugaskan untuk mengawasi wilayah

    tertentu atau Wajib Pajak tertentu yang berada dalam wilayah

    kerja KPP yang bersangkutan.

    Adapun keunggulan dari KPP Pratama yaitu :

    Pelayanan satu atap (peningkatan pelayanan kepada wajib

    Pajak).

    Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi bias lebih maksimal

    (adanya AR yang mengawasi seluruh kegiatan Wajib Pajak

    di daerah wilayah tertentu).

    Penggalian potensi Wajib Pajak Orang Pribadi bisa

    ditingkatkan (strategi DJP ke depan adalah focus ke Wajib

    Pajak Orang Pribadi).

    2.5

    Asas Good Governance

    Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good Governance

    diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas

    Good Governanceyaitu:

    1.

    Transparansi : peningkatan keterbukaan atas informasi yang akurat dantepat waktu atas kinerja perusahaan.

    2. Akuntabilitas : akuntabilitas manajemen melalui pengawasan efektif

    berdasarkan kesetaraan dan keseimbangan kekuasaan

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    24/30

    3. Tanggung Jawab : tanggung jawab perusahaan sebagai anggota

    masyarakat untuk mematuhi ketentuan yang berlaku suatu negara atau

    lingkungan masyarakat.

    4. Independensi : perusahaan harus dikelola secara independen sehingga

    masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak

    dapat diintervensi oleh pihak lain.

    5. Kewajaran/ Keadilan : Keadilan bagi semua pihak yang berada dalam

    perusahaan dan pendukung-pendukung perusahaan.

    Diperlukan asas ini untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan

    dengan memperhatikan pemangku kepentingan.

    2.6

    Transparansi dan Akuntabilitas

    Pada masa ini, dimana saja dinegeri ini, ketika berbicara tentang

    transparasi dan akuntabilitas, maka itu merupakan bagian dari wacana

    mengenai asas pemerintahan yang baik, atau good governance.

    Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa transparasi dan akuntabilitas

    mempunyai efek ekonomi yang sangat berarti dalam kehidupan masa kini .

    Tidak bisa disangkal bahwa secara langsung atau tidak langsung, penyebab

    dari krisis finansial Indonesia pada tahun 1997-1998 dan krisis global yang

    tengah kita alami saat ini adalah karena gagalnya transparasi dan

    akuntabilitas dijalankan dengan cara semestinya, baik dalam dunia usaha

    maupun pemerintahan. Dampak kerusakan ekonomi yang parah dan

    merugikan bisa timbul akibat pelaku usaha tidak transparan dan tidak

    akuntabel. Jika ketidak transparanan dan tiadanya akuntabilitas terjadi pada

    regulator dan penegak hukum yang seyogyanya berfungsi menjadi

    pengawas, maka akibatnya akan jauh lebih parah lagi karena merusak dan

    melumpuhkan sendi-sendi dasar bernegara, bahkan eksistensi dan harga diri

    (dignity)suatu negara dapat runtuh sehingga negara tersebut disebut sebagai

    negara gagal (fail state).

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    25/30

    Transparansi dan akuntabilitas punya arah, yaitu ditetapkan oleh letak

    sumber hak dan kekuasaan dari mana asal mandat kepada aparatur

    pemerintah itu diperoleh. Pada sistem otoriter atau kekuasaan absolut,

    akuntabilitas hanyalah kepada atasan, yang dianggap sebagai sumber

    kekuasaan.

    Terdapat 3 (tiga) mekanisme yang dapat dilaksanakan agar lebih

    transparan dan akuntabel serta selanjutnya dapat mewujudkan good

    governanceyaitu:

    1. Mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta membangun

    kerjasama pemberdayaan masyarakat.

    2.

    Memperbaiki internal rulesdan mekanisme pengendalian.

    3. Membangun iklim kompetisi dalam memberikan layanan terhadap

    masyarakat serta marketisasi layanan.

    Ketiga mekanisme tersebut saling berkaitan dan saling menunjang untuk

    memperbaiki efektivitas pengelolaan pemerintahan daerah.

    2.6.1 Transparansi

    Definisi transparansi berdasarkan KK, SAP, 2005 :Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka

    dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

    masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

    menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan

    sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada

    peraturan perundang- undangan.

    Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan

    bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

    pemerintahan,yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

    pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai atau transparansi yakni

    adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan yang dimaksud

    dengan informasi adalah mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah

    yang dapat dijangkau oleh publik. Pemerintah mengungkapkan hal-hal

    yang sifatnya material secara berkala terhadap pihak-pihak yang

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    26/30

    berkepentingan, dalam hal ini adalah masyarakat. Variabel ini sangat

    dibutuhkan dalam menciptakan good governance dan clean government

    dengan tujuan mengurangi atau bahkan menghapuskan KKN. Transparansi

    dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses

    pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh

    pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus

    memadai agar dapat dimengertidan dipantau.

    Adapun informasi tersebut berupa: hak dan kewajiban pelaku

    bisnis, informasi peraturan, informasi tarif pelayanan, penyebarluasan

    informasi yang aktif, adanya media untuk menyebarluaskan informasi,

    jaminan transparansi oleh pemerintah, kesesuaian antara informasi dan

    fakta.

    Prinsip Transparansi ini memiliki 2 aspek, yaitu :

    (1)Komunikasi publik oleh pemerintah.

    (2)Hak masyarakat terhadap akses informasi.

    Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak

    menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik adalah

    titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut usaha alternatif

    dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi maupun

    aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga, dengan

    kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang

    mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan

    data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi professional,

    bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk

    menyebarluaskan keputusan-keputusan yang penting kepada masyarakat

    serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.

    Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-

    lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu,

    kewajiban akan keterbukaan harus diimbangi dengan nilai pembatasan,

    yang mencakup kriteria yang jelas dari para aparat publik tentang jenis

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    27/30

    informasi apa saja yang mereka berikan dan pada siapa informasi tersebut

    diberikan.

    Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, prinsip

    transparasidapat diukur melalui sejumlah indikator seperti :

    1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,

    memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses

    oleh pemangkukepentingan sesuai dengan haknya.

    2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,

    visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

    susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

    kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan

    Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan

    perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan

    pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat

    kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi

    perusahaan.

    3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

    kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

    pribadi.

    4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

    dikomunikasikankepada pemangku kepentingan.

    2.6.2 Akuntabilitas

    Definisi akuntabilitas berdasarkan KK, SAP, 2005 :

    Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

    daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas

    pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

    periodik.

    Akuntabel berarti bahwa setiap tindakan dan kebijakan yang

    ditempuh selalu bisa dijelaskan dasarnya dan dipertanggung jawabkan

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    28/30

    sepenuhnya. Artinya, tindakan yang diambil adalah sah sepanjang

    memenuhi asas-asas:

    (1)

    Selalu punya dasar hukum dan dengan tata cara yang sesuai peraturan

    yang berlaku;

    (2)Tindakan dilakukan dan keputusan diambil hanya oleh pejabat yang

    berhak dan diberi wewenang untuk itu;

    (3)Tindakan harus bertujuan baik, jelas maksud dan manfaatnya.

    Akuntabilitas juga mencakup segi kepantasan, etika, dan

    mempertimbangkan rasa keadilan. Yang penting untuk tidak dilupakan

    ialah bahwa setiap tindakan yang tidak memenuhi syarat-syarat

    akuntabilitas tersebut akan mengakibatkan pejabat yang melakukannya

    dijatuhi sanksi yang sepadan dengan kelalaian dan kesalahannya.

    Variabel akuntabilitas ini digunakan untuk menilai kinerja

    pemerintah yang bertugas dalam pengambilan keputusan dengan

    bertanggungjawab kepada masyarakat dan pihak-pihak yang

    berkepentingan.Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan

    yang lainnya tergantung dari jenis organisasiyang bersangkutan. Selain itu

    pemerintah juga berusaha untuk memprioritaskan kepentingan-

    kepentingan umum dan berusaha menentukan visi stategi untuk

    pembangunan wilayah kedepannya. Akuntabilitas merupakan prasyarat

    yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

    Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, prinsip akuntabilitas

    dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut ini:

    1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

    masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas

    dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate

    values), dan strategi perusahaan.

    2. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

    perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta

    memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment

    system).

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    29/30

    3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal

    yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

    4.

    Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

    perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis

    dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

    Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan

    pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada

    pihak-pihak yang berkepentingan (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999).

    Prinsip akuntabilitas ini menuntut dua hal,yaitu :

    (1) Kemampuan menjawab (answerability).

    (2) Konsekuensi (consequences).

    Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas)

    adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab

    secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

    bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya

    telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan menggunakan

    sumber daya tersebut.

    Akuntabilitas diperoleh melalui :

    a. Usaha imperatif untuk membuat para aparat pemerintahan mampu

    bertanggung jawab untuk setiap perilaku pemerintahan dan responsif

    kepada entitas darimana mereka memperolehkewenangan.

    b.

    Penetapan criteria untuk mengukur performansi aparat pemerintahan

    serta penetapan mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah

    terpenuhi.

    2.6.2.1

    Bentuk-Bentuk Akuntabilitas :

    a. Akuntabilitas Keuangan

    Akuntabilitas keuangan adalah merupakan pertanggungjawaban

    integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan

    perundang-undangan.

    b. Akuntabilitas Manfaat

  • 5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama

    30/30

    Akuntabilitas manfaat (efektifitas) pada dasarnya memberi perhatian

    perhatian kepada hasil dari kegiatan-kegiatan perusahaan. Efektifitas

    yang harus dicapai bukan hanya berupa outputakan tetapi yang lebih

    penting adalah efektifitas dari sudut pandang outcame.

    c. Akuntabilitas Prosedur

    Akuntabilitas Prosedur merupakan pertanggungjawaban mengenai

    apakah prosedur penetapan dan palaksanaan suatu kebijakan telah

    mempertimbangkan moralitas, etika dan kepastian hukum untuk

    mendukung pencapaian tujuan akhir yang ingin dicapai.

    d.

    Akuntabilitas Publik

    Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pemegang amanah untuk

    memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

    mengungkap segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi

    tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak

    dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.