39
PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA KELUARGA UTUH DAN KELUARGA SINGLE PARENT OLEH RENATHA CLAUDIA MUNTHE 802012109 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA

KELUARGA UTUH DAN KELUARGA SINGLE PARENT

OLEH

RENATHA CLAUDIA MUNTHE

802012109

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study
Page 3: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study
Page 4: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study
Page 5: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Renatha Claudia Munthe

Nim : 802012109

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA KELUARGA UTUH

DAN KELUARGA SINGLE PARENT

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia

atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Salatiga

PadaTanggal : 02 Maret 2016

Yang menyatakan,

Renatha Claudia Munthe

Mengetahui,

Pembimbing

Heru Astikasari S.Murti, S.Psi., MA.

Page 6: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Renatha Claudia Munthe

Nim : 802012109

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA KELUARGA UTUH

DAN KELUARGA SINGLE PARENT

Yang dibimbing oleh:

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 02 Maret 2016

Yang memberi pernyataan,

Renatha Claudia Munthe

Page 7: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA KELUARGA UTUH DAN

KELUARGA SINGLE PARENT

Oleh

Renatha Claudia Munthe

802012109

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 29 Maret 2016eptemb2015

Oleh:

Pembimbing

Heru Astikasari S.Murti, S.Psi., MA.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. SutartoWijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA KELUARGA

UTUH DAN KELUARGA SINGLE PARENT

Renatha Claudia Munthe

Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 9: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan kemandirian

belajar antara siswa remaja pada keluarga utuh dan keluarga single parent (ibu). Penelitian ini

dilakukan di Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa remaja yang memiliki umur

15-18 tahun yang diasuh oleh keluarga utuh dan keluarga single parent yang berjumlah 100

diantaranya 50 siswa remaja yang diasuh oleh keluarga utuh dan 50 siswa remaja yang diasuh

oleh keluarga single parent (ibu). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala

kemandirian belajar yang mengacu pada teori Garrison (1997). Metode pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan skala self directed learning terdiri dari 26 aitem. Data yang

dianalisis menggunakan teknik Independent Sample Test dan diperoleh hasil bahwa nilai t =

2,447, sig = 0,016 (p<0,005), sehingga didapatkan kesimpulan kemandirian belajar siswa

remajadari keluarga utuh memiliki kemandirian didalam belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa remaja dari keluarga single parent (ibu).

Kata kunci : Kemandirian belajar, Struktur keluarga, Remaja

Page 10: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

ii

Abstract

The purpose of this study is to find out the significant difference of learning independence

between adolescents students who are brought up by the whole family and those who are

looked after by the single parent (mother). This study is done in Salatiga and the subjects of

this study are 100 adolescents students who are between 15 – 18 years old. 50 of them are

brought up by the whole family and the other 50 adolescents students are taken care by the

single parent (mother). The data was collected us6ing a scale independent learning which

refers to the theory of Garrison (1997), methods of data collection of this study applies the

self directed learning scale which consists of 26 items. The data are analyzed using the

Independent Sample Test technique and the result shows that the value of t = 2,447, sig =

0,016 (p<0,005). Therefore, it can be concluded from the result of this study that there is a

difference of learning independence between adolescents students who are brought up by the

whole family and those who are looked after by the single parent (mother).

Keywords: Independence Learning, Family Structure, self directed learning,

Adolescents

Page 11: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

1

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan seseorang baik didalam keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Sekolah

merupakan sebagai salah satu lembaga pendidikan secara formal, yang memiliki peranan

sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar

mengajar. Sikap mandiri dalam belajar harus dimiliki oleh para siswa, agar dapat bersikap

dan melaksanakan tugas tidak tergantung dari orang lain dan siswa mampu bertanggung

jawab terhadap apa yang yang dikerjakan dan dilakukan. Siswa yang mandiri akan mampu

mengembangkan dirinya sendiri dalam membuat strategi belajar, agar mereka memperoleh

prestasi yang baik dan memperoleh keberhasilan. Karena pengembangan kemandirian belajar

yang dilakukan siswa akan membantu siswa dalam adaptasi terhadap ilmu dan teknologi

dikemudian hari yang semakin canggih.

Dengan memiliki kemandirian belajar yang telah dikembangkan oleh masing-masing

individu, membantu individu dapat memilih jalan hidupnya kelak, untuk berkembang lebih

baik (Mu’tadin, 2002). Namun bila kemandirian belajar tidak dapat terwujud maka individu

akan merasa kerugian dan kesulitan untuk menjadi individu yang produktif. Istilah

kemandirian juga sering dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya

sendiri (Suseno & Irdawati, 2012).

Fenomena terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin

pesat, membuat para siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri, khususnya dalam

mengakses informasi–informasi pendidikan yang diterima oleh siswa didalm pemebalajaran.

Pendidikan di Indonesia menurut UNESCO pada tahun 2012 mengatakan bahwa masih

tergolong rendah, misalnya dalam hal mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru disekolah,

siswa menunggu contekan dari teman dalam mengerjakan tugas ataupun ulangan, dalam

pembelajaran dikelas kerap kali siswa tidak membawa buku, bahkan buku yang dibawa tidak

Page 12: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

2

seseuai dengan jadwal pelajaran, rendahnya kemandirian belajar siswa yang tidak memiliki

inisitaif dalam belajar sendiri.

Hal senada juga pada Tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau Human

Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010

menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Sumarmo(2004) mengatakan bahwa

siswa remaja yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik,

sebab siswa remaja dalam pengawasan sendiri bukan dari pengawasan program, mampu

memantau, mengevaluasi dan mengatur belajarnya secara efektif, dan mengatur waktu belajar

secara efisien.

Walaupun siswa tingkat sekolah menengah belum dianggap dewasa namun siswa

tesebut sudah dituntut untuk menyadari tanggung jawabnya dalam berbagai hal, termasuk

tuntutan untuk mandiri dalam belajar, karena situasi dalam dunia pendidikan sudah semakin

kompleks, dan hal ini tidak hanya untuk memperoleh prestasi yang bagus namun juga dengan

adanya kemandirian belajar dalam diri siswa, diharapkan agar dapat bersaing dan

berkompetisi dengan siswa lainnya. Pendapat (Puspita, 2013) mengatakan bahwa siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan mencapai kemandirian, termasuk dalam

kemandirian belajar, dimana siswa seharusnya dapat mengatur jam belajar sendiri, memilih

kegiatan mana yang dapat menunjang prestasi akademiknya, menyusun strategi-strategi

dalam belajar dan perilaku-perilaku lainnya yang menandakan bahwa siswa bertanggung

jawab atas dirinya agar dapat berprestasi dan menjadi individu yang produktif.

Menurut Hoshi (2001) Kemandirian belajar, siswa dapat bertanggung jawab atas

pembuatan keputusan yang berkaitan dengan dengan proses belajarnya, dan siswa memiliki

kemampuan untuk melakukan keputusan aktivitas, tersebut. Kemandirian belajar memerlukan

kemauan untuk bertindak secara mandiri, tidak tergantung, serta memiliki kemampuan untuk

melaksanakan keputusannya sendiri. Kemampuan ini tergantung pada pengembangan

Page 13: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

3

berbagai strategi komunikasi, belajar, kerja mandiri, menciptakan konteks belajar pribadi.

Menurut Pannen, (2000) yang menjadi ciri utama dalam belajar mandiri ialah adanya

pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung

pada faktor guru, teman, dan lain-lain.

Untuk mencapai kemandirian belajar bukanlah suatu hal yang dapat diperoleh dengan

mudah. Hal ini memerlukan proses panjang yang harus dimulai sejak usia dini. Menurut

Basri (dalam Astuti, 1994). Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor yang terdapat dari dalam dirinya dan faktor yang terdapat dari luar dirinya. Dalam

mencapai keberhasilan kemandirian belajar siswa remaja salah satu faktor yang

mempengaruhi kemandirian belajar siswa remaja ialah peran orangtua.

Menurut Hurlock (dalam Menuk, 2009) faktor yang memiliki pengaruh dalam

mencapai kemandirian belajar pada siswa remaja ialah Keluarga. Karena keluarga merupakan

lingkungan pertama dan yang paling utama dalam melakukan interaksi sosialnya siswa

remaja. Selain itu melalui peran keluargalah, siswa remaja secara perlahan-lahan dapat

membentuk kemandirian dalam dirinya. Oleh sebab itu peran orangtua sangat berperan aktif

dalam mengasuh, membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi lebih

mandiri, dan peran orangtua juga sangat penting terhadap anak, karena kemandirian belajar

merupakan syarat mutlak untuk belajar.

Oleh sebab itu orangtua harus memperhatikan dan mendorong anak agar dapat belajar

dengan baik dan mempunyai motivasi dan menjadi anak yang produktif. Karena peranan

orangtua memegang peran utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh,

membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas yang tidak lepas dari berbagai halangan

dan tantangan, sedangkan peran seorang Guru disekolah merupakan pendidik kedua yang

memiliki waktu yang terbatas dalam mendidik anak, oleh sebab itu peran orangtualah sebagai

pendidik utama di rumah (Hasinuddin & Fitriah, 2011). Jika orangtua sebagai pendidik yang

Page 14: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

4

utama ini tidak berhasil meletakkan dasar kemandirian maka akan sulit untuk beharap

sekolah mampu membentuk siswa untuk memiliki kemandirian dalam belajar.

Keluarga merupakan wadah pendidikan yang sangat besar pengaruhnya dalam

perkembangan kemandirian belajar anak, oleh karena itu pendidikan anak tidak dapat

dipisahkan dari keluarganya. Karena keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar

menyatakan diri sebagai mahkluk sosial dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Penelitian

yang dilakukan Benson dan Johnson (2009), menunjukkan bahwa keluarga memberikan

peranan penting dalam transisi anak-anak siswa remaja menuju dewasa. Penelitian ini juga

memberikan kontribusi untuk pemahaman tentang sisi subjektif dari transisi dewasa, dengan

menyediakan wawasan tentang bagaimana konteks keluarga siswa remaja mempengaruhi

kepribadian siswa remaja dimasa depan. Karena keluarga merupakan aspek atau sarana yang

mendasari siswa remaja dalam pembangunan kemandirian untuk menuju dewasa.

Mutadin (2002) menyatakan kemandirian belajar pada anak berawal dari keluarga

serta dipengaruhi oleh pengasuhan orangtua. Pada masa peralihan ini, orangtua seharusnya

menerapkan pola asuh yang tepat agar dapat mendidik anaknya untuk menjadi pribadi yang

mandiri untuk kedepannya. Dengan berjalannya waktu si anak akan melepaskan

ketergantungan kepada orangtua maupun orang lain. Tercapainya kemandirian belajar siswa

remaja akan menjadikan siswa remaja tidak lagi bergantung pada orang-orang di sekitarnya,

seorang siswa remaja akan mampu mengatur dirinya sendiri dalam bertanggung jawab,

mengambil keputusan secara mandiri, dan dalam pendidikannya.

Peranan keluarga mengasuh membimbing, melindungi, merawat, mendidik anak,

menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan

individu dalam posisi dan situasi tertentu. Orangtua didalam keluarga memiliki peran yang

besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran

kepribadian seseorang setelah dewasa kelak. Peran orangtua merupakan gambaran tentang

Page 15: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

5

sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan

kegiatan pengasuhan (Khairuddin.1997).

Menurut Gerungan (2009) Berdasarkan kelengkapan anggota keluarga ada dua bentuk

struktur keluarga suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau bisa dikatakaan

keluarga utuh, melalui sisi kelengkapan struktur keluarga, terdapat keluarga utuh dan

keluarga tidak utuh. Keluarga utuh ialah keluarga yang terdiri atas ayah dan ibu yang masih

lengkap, dan orangtua akan menjalankan fungsinya dengan baik keduanya, sedangkan

keluarga orangtua tunggal (single parent) ialah keluarga yang hanya terdapat satu orangtua

tunggal baik itu ayah maupun ibu, baik orangtuanya bercerai ataupun salah satu orangtuanya

meninggal, dimana dari keluarga tersebut sangat mempengaruhi perkembangan siswa remaja

terutama dari segi emosi dan psikologisnya.

Pengasuhan oleh orangtua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman modern ini.

Sebagian besar keluarga yang berstatus single parent adalah wanita sebagai kepala keluarga

merangkap sebagai ibu rumah tangga, dengan kata lain wanita menjalankan peran ganda.

Fenomena yang terjadi di negara-negara maju menunjukkan hal sama yang terjadi pada

negara lain termasuk Indonesia. Orangtua yang lengkap memang memiliki keuntungan

dibanding orangtua tunggal, yaitu bisa berbagi dan menyediakan kondisi yang harmonis bagi

perkembangan anak mereka (Dwiyani,2009).

Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu tidak mudah, terlebih bagi

seorang ibu yang harus mengasuh anaknya hanya seorang diri karena bercerai dari suaminya

atau suaminya meninggal dunia. Hal tersebut, membutuhkan perjuangan yang cukup berat

untuk membesarkan anak termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dan peran sebagai

single parent juga lebih dapat menerima anggapan-anggpan dari lingkungan yang sering

memojokkan para ibu single parent, hal tersebut bisa jadi akan mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan anak. (Sudarto2003).

Page 16: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

6

Alvita (2008) menyatakan bahwa ibu single parent mempunyai peran ganda dalam

keluarga. Peran ganda tersebut harus memenuhi kebutuhan psikologis anak (pemberian kasih

sayang, perhatian dan rasa aman) serta harus memenuhi kebutuhan fisik anak (kebutuhan

sandang pangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan

materi), artinya ibu single parent harus mampu mengkombinasikan antara pekerjaan

domestic dan public demi tercapainya tujuan keluarga yaitu membentuk anak yang

berkualitas.

Menurut Atlas (1998) Menjadi seorang ibu single parent dalam sebuah rumah tangga

tentu tidak mudah, terkhusus bagi seorang ibu yang harus membesarkan anaknya hanya

seorang diri, mencari nafkah seorang diri, karena harus bercerai dengan suaminya atau

suaminya yang telah meninggal. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atlas

menyatakan bahwa makin tidak lengkapnya orangtua membuat anak semakin mengalami

kesenjangan dalam menghadapi perkembangan.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puji Astuti (2002) tentang perbedaan

kemandirian siswa yang berasal dari keluarga lengkap dengan siswa yang berasal dari

keluarga single parent, dapat diketahui bahwa ada perbedaan, hal itu terjadi karena salah satu

fungsi keluarga tidak ada, baik ayah ataupun ibu di mana keduanya sangat menentukan dalam

proses pembentukan anak.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Winestya (2010) tentang perbedaan

kemandirian siswa yang berasal dari keluarga orangtua utuh dan siswa yang berasal dari

keluarga orangtua single parent, hasil dari penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tidak

ada perbedaan kemandirian anak yang berasal dari keluarga utuh maupun keluarga single

parent.

Page 17: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

7

RUMUSAN MASALAH :

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Perbedaan kemandirian belajar siswa remaja pada keluarga utuh dan keluarga

single parent (ibu)?

TINJAUAN PUSTAKA

Kemandirian Belajar

Definisi

Garrison (1997) mendefinisikan kemandirian belajar (self directed learning) dapat

diartikan sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri, maupun

dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri, untuk menguasai suatu materi

dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang

dijumpainya di dunia nyata.

Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang

lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, bersikap,

berbangsa maupun bernegara (Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, 1990). Menurut Gibbons (2002)

belajar mandiri merupakan peningkatan dalam pengetahuan siswa, kemampuan siswa atau

perkembangan siswa, dimana siswa dapat memilih dan menentukan sendiri tujuan dalam

pembelajaran, serta berusaha menggunakan metode – metode yang mendukung kegiatannya.

Menurut Merriam & Caffarella (1999) kemandirian belajar merupakan proses

pemebelajaran dimana pelajar membuat inisiatif sendiri dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi dari pengalaman pembelajaran, yang di dapat dari berbagai sumber atau literatur.

Menurut Surya (2003), belajar mandiri ialah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan

dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek

belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing dari luar dirinya. Pendapat yang dikemukakan

oleh Kozma (1978), yang menyatakan belajar mandiri sebagai suatu bentuk belajar yang

Page 18: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

8

memberikan kesempatan kepada siswa, untuk menentukan tujuan belajar, sumber-sumber

belajar dan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Menurut Johnson (2009),

pembelajaran mandiri memberi kebebasan kepada siswa untuk menemukan bagaimana

kehidupan akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari – hari. Pelajar mengambil

keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pelajar juga mengatur,

menyesuaikan tindakannya mereka untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pannen (2000)

menegaskan bahwa ciri utama dalam belajar mandiri bukanlah ketiadaan guru atau teman

sesama siswa, atau tidak adanya pertemuan tatap muka di kelas. Menurutnya, yang menjadi

ciri utama dalam belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk

melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas dan lain-lain.

Menurut Garisson (1997), terdapat tiga aspek dalam kemandirian belajar, yaitu :

a. Self-management (manajemen diri)

Manajemen diri merupakan masalah pengendalian tugas, termasuk diberlakukannya

tujuan pembelajaran, pengelolaan dan dukungan sumber belajar.

b. Self-monitoring (pemantauan diri)

Pemantauan diri merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kognitif dan proses

metokognitif termasuk memantau strategi pembelajaran siswa, serta kesadaran dan

kemampuan siswa untuk berpikir. Ini adalah suatu proses dimana siswa mengambil

tanggung jawab untuk membangun makna pribadi melalui pengintegrasian ide-ide

dan konsep-konsep yang baru dengan pengetahuan sebelumnya.

c. Motivation (motivasi)

Motivasi merupakan suatu dorongan dalam diri untuk membantu dalam memulai

suatu hal dan mempertahankan usaha terhadap pembelajaran dan pencapaian tujuan

kognitif.

Page 19: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

9

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan self directed learning sebagai definisi dan

alat ukur dalam penelitian, sebab self directed learning merupakan sinonim dari kemandirian

belajar menurut (Kesten, 1987).

Dari pejelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek di atas saling

terkait satu sama lainnya, karena aspek tersebut salaing memiliki pengaruh yang sama kuat

dan saling melengkapi dalam membentuk kemandirian belajar dalam diri seseorang

Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kemandirian Belajar Siswa

Menurut Allen dkk (dalam Kulbok, 2004) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi

kemandirian belajar yaitu:

1. Jenis Kelamin

Anak laki-laki lebih berperan aktif dalam membentuk kemandirian dan dituntut untuk lebih

mandiri, sedangkan anak perempuan mempunyai ketergantungan yang lebih stabil karena

memang dimungkinkan untuk bergantung lebih lama.

2. Usia

Pada setiap tahap perkembangan mempengaruhi kemandirian seseorang. Beberapa sifat yang

ada pada remaja awal menunjukkan masih ada pengaruh dari masa kanakkanaknya, misalnya

emosional, belum mandiri, belum memiliki pendirian sendiri. Sedangkan pada remaja akhir

sudah diharapkan lebih menunjukkan kedewasaan seperti menerima keadaan fisiknya,

bertanggungjawab.

3. Struktur keluarga

Keluarga sekarang sangat bervariasi, tidak hanya keluarga tradisional seperti dulu lagi.

Perubahan dalam perkawinan ini membawa dampak pada perkembangan kemandirian anak.

4. Budaya

Setiap daerah, setiap negara mempunyai adat istiadat dan cara tertentu dalam mendidik anak.

Pada budaya barat, anak sangat dituntut lebih cepat mandiri. Anak pada budaya barat banyak

Page 20: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

10

yang kerja part time dan banyak yang sudah mulai tinggal sendiri tidak bersama orangtua

lagi.

5. Lingkungan

Manusia sebagai makhluk sosial memang tidak akan pernah dapat dipisahkan dengan

manusia lain dan juga lingkungan tempat tinggal individu tersebut. Lingkungan yan baik,

dapat mendukung anak untuk mandiri.

6. Keinginan individu untuk bebas Setiap individu berbeda, ada individu yang memang ingin

melakukan sesuatu dengan bebas dan tanpa harus dikekang oleh orang lain. Perbedaan setiap

individu ini juga mempengaruhi keinginan setiap orang untuk mandiri.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan sekali

tercapainya kemandirian seseorang, begitu pula dengan kemandirian belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun yang berasal dari luar yaitu

lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial dan lingkungan masyarakat.

Struktur Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak

(keluarga inti). Menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan

anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan menurut WHO (1969)

keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah

adaptasi atau perkawinan.

Gunarsa (1986) mengatakan keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat karena keluarga merupakan inti dari masyarakat yang memiliki

fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja tetapi juga merupakan

sumber pendidikan yang pertama bagi anak. Lingkungan keluarga memberikan pengaruh

besar terhadap perkembangan anak. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang

Page 21: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

11

memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan

sekolah hanya memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya

struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya

pertumbuhan perkembangan anak (Gunarsa & Gunarsa, 1995; Kartono, 1998). Sebagai

tempat belajar, keluarga adalah tempat pertama anak-anak belajar. Dalam segala aspek

kehidupan, anak bergantung kepada orangtua, baik dalam soal berbicara, berjalan, dan

tingkah laku. Dari orangtua, anak belajar mengasihi Tuhan, mengasihi orangtua, dan

mengasihi sesamanya (Nadeak, 1995). Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan

sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia

diperoleh pertama-tama dari orangtua dan anggota keluarga sendiri (Gunarsa, 1993). Menurut

Santrock (2003), keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk

mandiri. Dukungan yang paling besar di dalam lingkungan rumah adalah bersumber dari

orangtua. Orangtua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat

mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil

keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala

perbuatannya.

Keluarga Utuh

Keluarga Utuh atau keluarga lengkap ialah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di

dalam keluarga teridiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu, atau

kedua-duanya tidak ada, maka struktur keluarga itu tidak utuh lagi (Ahmadi, 1999). Ayah dan

ibu bisa disebut sebagai orangtua keduanya adalah pengasuh dan pendidik utama dan pertama

bagi anak dalam lingkungan keluarga, baik karena alasan biologis maupun psikologis.

Meskipun demikian keluarga juga memiliki fungsi reproduktif, religius, edukatif, sosial dan

protektif (Harini & Al-Halwani,2003). Soelaeman (1994) mengatakan bahwa “keluarga

dikatakan utuh apabila disamping lengkap anggotanya, juga dirasakan lengkap oleh

Page 22: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

12

anggotanya terutama anak-anaknya. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu

diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah atau ibu

dirumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Ini diperlukan agar

pengaruh, arahan, bimbingan dan sistem nilai yang direalisasikan orangtua senantiasa tetap

dihormati, mewarnai sikap dan pola perilaku anak” (Shochib,1998). Peranan Keluarga Utuh

Soelaeman (dikutip dalam Shochib,1998) menyatakan bahwa keutuhan orangtua (ayah dan

ibu) dalam satu keluarga sangat dibutuhkan agar pengaruh, arahan, bimbingan, dan sistem

nilai yang direalisasikan orangtua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan pola

perilaku anak-anaknya Orangtua mempunyai fungsi dan peranan sangat besar dalam

perkembangan seorang anak. Terutama apabila seorang anak yang menginjak masa remaja.

Tidak dapat disangkal lagi melalui keluargalah anak memperoleh bimbingan, pendidikan, dan

pengarahan untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan kapasitasnya (Gunarsa,

1993).

Keluarga Single Parent

Keluarga single parent ialah keluarga dimana didalamnya terdapat satu orangtua yang

tinggal sendiri atau biasat disebut Orangtua tunggal. (single parent) dapat terjadi karena: a)

Perceraian. b) Salah satu meninggalkan keluarga atau rumah. c) Salah satu meninggal dunia

(Surya, 2003: 230). Keluarga tunggal ibu saja harus melaksanakan dua fungsi sekaligus,

yaitu fungsi sebagai ayah dan fungsi sebagai ibu. Selain itu dia juga harus menjalani fungsi-

fungsi keluarga yang lain seperti ekonomi, pendidikan. DeGenova (2008) mengatakan

single parent family adalah keluarga yang terdiri atas satu orangtua menikah dan memiliki

anak. Menurut Sager dkk (dalam Setiawati, 2007) single parent adalah orangtua yang

memelihara dan membesarkan anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya.

Single parent merupakan keluarga yang orantuanya hanya terdiri dari ibu yang bertanggung

jawab mengurus anak setelah perceraian, meninggal. (Yusuf, 2004).

Page 23: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

13

Sedangkan keluarga utuh keluarga utuh adalah keluarga yang terdiri atas ayah dan ibu

yang masih lengkap keduanya dan anaknya. Menurut Dwiyani (2009) ibu single parent

adalah ibu yang mengasuh anak-anaknya sendirian, tanpa didampingi oleh suami atau

pasangan hidup yang disebabkan oleh perceraian, kematian pasangan hidup. (dalam

Anderson dkk. 1998) mengatakan bahwa menjadi ibu single parent merupakan pilihan hidup

yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan

intim dengan orang lain. Menurut Setiati (2011), juga menambahkan masalah yang sering

dihadapi oleh ibu single parent biasanya adalah masalah mengasuh anak, karena anak akan

merasa sangat kehilangan salah satu orangtua. Jika dibandingkan dengan single parent father,

single parent mother cenderung mempertahankan diri untuk mengasuh anak sekaligus

mencari nafkah seorang diri. Hak untuk mengurus anak pada umumnya cenderung diberikan

kepada kaum ibu. Hal ini dikarenakan sebagian besar kaum pria lebih cepat memilih menikah

lagi, sebab ayah tunggal (single parent father) cenderung menyerahkan pengasuhan anak

kepada mantan istri, mertua, atau kakek-nenek (Magdalena, 2010)

Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Remaja Pada Keluarga Utuh Dan

Keluarga Single Parent

Perbedaan kemandirian belajar antara siswa remaja pada keluarga utuh dan keluarga

single parent sangat mempengaruhi perkembangan kemandirian belajar siswa remaja, karena

anak dan keluarga ialah satu kesatuan yang saling berkaitan dan keluargalah yang

mempunyai kedudukan sentral. Sebab perkembangan kemandirian belajar anak dimulai

dalam lingkungan keluarga, oleh sebab itu pengaruh keluarga sangat besar pada proses

perkembangan anak khususnya pembentukan kemandirian (Baiq 2008). Dilihat dari struktur

kelengkapan keluarga, ada keluarga yang utuh dan ada keluarga yang tidak utuh. Soelaeman

(1994) Keluarga utuh merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, keberadaan

ayah dan ibu dikatakan sebagai keluarga lengkap, karena jika salah satu dari keduanya tidak

Page 24: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

14

ada maka fungsi keluarga tidaklah lengkap. Ulwan (2000) berpendapat bahwa Ketiadaan

salah satu orangtua akan mengurangi salah satu fungsi dari orangtua baik ayah maupun ibu,

sehingga keberadaan keluarga lengkap menjadi sangat penting dalam perkembangan anak

selanjutnya. Keberadaan akan ayah dan ibu dalam satu keluarga yang akan membimbing,

mengarahkan serta membentuk kemandirian belajar anak sehingga anak mampu melakukan

penyesuaian diri yang baik, dan mampu mengungkapkan pendapat dan keinginannya sendiri

dan tidak bergantung kepada orangtuanya. Saat ini keluarga dengan orangtua tunggal

memiliki serangkaian masalah khusus. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orangtua

yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih sedikit sifat positif yang

ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orangtua dibandingkan keluarga dengan orangtua

lengkap. Orangtua tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya, karena

orangtua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling menopang (Ratri, 2006).

Keluarga single parent ialah keluarga dimana didalamnya terdapat satu orangtua yang

tinggal sendiri yaitu ayah saja atau ibu saja. Orangtua tunggal (single parent) dapat terjadi

karena: Perceraian, Salah satu meninggalkan keluarga atau rumah, Salah satu meninggal

dunia (Surya & Shapiro (2003) menjelaskan tugas yang harus dikerjakan seorang diri oleh

orangtua tunggal, baik laki-laki maupun perempuan. Diantaranya tugas tersebut adalah:

penuh dengan benturan waktu, tanggung jawab ganda untuk tetap mempertahankan

kelangsungan hidup dan mengelola rumah tangga, tidak ada istirahat atau waktu istirahat

berkurang, ditambah dengan kebutuhan emosional, membimbing anak khusus terhadap anak-

anak yang tidak lagi memiliki keluarga utuh, serta menanggung beban finansial dan

mengaturnya seorang diri. Sebab itu DeGenova (2008) mengatakan bahwa keluarga single

parent biasanya lebih merasa tertekan daripada orangtua utuh dalam kekompetenan sebagai

orangtua. Kekompeten orangtua ini nantinya dapat berpengaruh pada bagaimana si orangtua

mengasuh anaknya. Orangtua single parent yang tidak mempunyai pasangan untuk tempat

Page 25: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

15

berbagi dalam mendidik dan membesarkan anak akan berpengaruh terhadap perkembangan

psikologis anak, salah satunya dalam hal kemandirian anak. Penelitian yang dilakukan Kelly

(2008) menunjukkan bahwa anak dari single parent cenderung lebih rentan terkena masalah

dalam kehidupannya sehari-hari serta terganggu dalam hal pendidikan dibanding anak yang

memiliki orangtua utuh. Menurut Bharat, dkk (1989) mengatakan bahwa anak keluarga single

parent lebih merasa loneliness, tidak percaya diri.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Hansen, dkk (1980) dimana

terdapat perbedaan konsep diri, prestasi di sekolah, kemandirian belajar di sekolah,

vocational maturity, occupational aspiration dan persepsi terhadap orangtua mereka pada

anak dengan orangtua single parent. penelitian yang dikemukakan oleh Anwar (2007) bahwa

seorang ibu single parent akan lebih matang dalam mengasuh dan mendidik anak

dibandingkan seorang suami. Hasil penelitian ini juga didukung adanya teori yang

dikemukakan Litterauter (2006) yang menyatakan apabila seorang anak diasuh oleh seorang

single parent akan lebih baik apabila ia berada dalam asuhan ibunya karena seorang ibu

dinilai lebih mampu menggantikan kewajiban orangtua seutuhnya daripda seorang suami.

Problema yang dimiliki anak yang diasuh ibu dengan status single parent tentunya akan

memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan anak yang diasuh oleh keluarga utuh.

Keadaan keluarga yang tidak lengkap dapat membuat ikatan keluarga dan suasana keluarga

tidak dapat memberi rasa aman. Anak tidak mencari perlindungan dan tempat bernaung di

keluarga melainkan mencari tempat curahan hati pada teman dekatnya. Sedangkan keluarga

sebenarnya justru harus memberikan rasa aman itu (Gunarsa, 2003). Begitu juga halnya

dengan anak yang kurang mendapat perhatian dari orangtua single parent akibat terlalu sibuk

sehingga tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas perkembangan atau kurangnya

bimbingan untuk menguasai tugas perkembangan tersebut (Musdalifah, 2007). Kekurang

kompetennya sebagai single parent (ibu) dapat mengakibatkan anak kurang mandiri dimana

Page 26: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

16

anak menjadi bingung dalam mengambil keputusan dan susah mempertanggung

jawabkannnya.

Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada perbedaan

signifikan kemandirian belajar siswa remaja pada keluarga utuh dengan siswa remaja pada

keluarga single parent (ibu).

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Struktur Keluarga

Variabel Terikat : Kemandirian Belajar

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa remaja madya, yang masih berstatus siswa

Sekolah Menengah Atas pada keluarga utuh dan keluarga single parent (ibu). Teknik

pengambilan sampel dengan Snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel yang mula-

mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel pertama-tama dipilih

satu atau dua orang, kemudian terus berkembang untuk mencapai jumlah yang diinginkan

peneliti sehingga jumlah sampel semakin banyak (Sugiyono,2013). Kriteria subjek adalah

siswa remaja pada keluarga orangtua utuh dan siswa remaja pada keluarga single parent.

Populasi dalam penelitian yang dilakukan ini ialah siswa remaja yang berusia 15-18 tahun.

Menurut Monk, dkk (2008) masa remaja pertengahan atau madya berkisar usia 15 tahun

sampai 18 tahun. Adapun karakteristik sampelnya adalah sebagai berikut :

a. Subjek merupakan siswa Sekolah Menengah Atas yang berusia 15-18.

b. Subjek yang diasuh oleh Keluarga Utuh dan Subjek yang diasuh oleh Keluarga Single

Parent (Ibu).

Page 27: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

17

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan penulis dengan pertama-tama memohon surat persetujuan dari

dosen pembimbing, untuk mengambil data yang ditujukan kepada Siswa Remaja di Salatiga.

Penyebaran angket dilakukan pada 25 November 2015. Peneliti menyebarkan 100 angket.

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data informasi, alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala Self-Directed Learning. Skala Self-Directed Learning ini

menggunakan aspek-aspek yang disimpulkan oleh Garrison (1997), yaitu meliputi aspek self-

management, aspek self-monitoring dan aspek motivation berdasarkan aspek-aspek yang di

ungkapkan oleh Garrison. Jumlah item pada skala ini adalah 26 item dengan alpha Cronbach

0,816 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan try out terpakai, dimana subjek yang

digunakan dalam try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Penelitian ini akan di uji lebih

lanjut dengan analisis item untuk menguji daya diskriminasi dan realibilitas item. Angket

kemandirian belajar ini dibuat dengan menggunakan skala likert, yang terdiri dari empat

kategori jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

Setuju (STS). Angket kemandirian belajar ini terdiri atas item favorable dan item

unfavorable. Pemberian skor untuk item favorable bergerak dari 4 sampai 1 untuk Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor

untuk item unforable bergerak dari 1 sampai 4 untuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cronbach menunjukkan hasil hasil

perhitungan reliabilitas sebesar 0,806. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka alat ukur

dalam penelitian ini dapat dikatakan alat ukur yang reliabel. Dilakukan dua kali pengujian

menggunakan program komputer SPSS Statistics 16,0. menunjukkan bahwa ada 6 item yang

gugur karena mempunyai nilai corrected item total < 0,30 yaitu 6 item. Pengujian tersebut

mendapatkan hasil bahwa item yang tersisa adalah 20 item yang dianggap valid dengan

Page 28: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

18

standar yang digunakan adalah sebesar 0,30 (Azwar, 2012). Reliabilitas yang dihitung

dengan Alfa Cronbach sebesar 0,806 yang berarti bahwa alat ukur yang digunakan reliabel.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji asumsi. Apabila hasil uji asumsi

menunjukkan data yang berdistribusi normal serta homogen, maka selanjutnya dilakukan uji-

t. Uji-t dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics 16,0 for windows dengan program uji

Independent Sample T Test.

HASIL PENELITIAN

Statistik Deskriptif

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kemandirian belajar

digunakan 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Untuk mengetahui

interval maka digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2012) :

Page 29: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

19

Tabel 4.1 Kategorisasi Kemandirian Belajar Siswa Remaja Pada Keluarga Utuh

NO Interval Kategorisasi Mean F %

1. 20 ≤ x < 32 Sangat Rendah 0 0%

2. 32 ≤ x < 44 Rendah 1 2%

3. 44 ≤ x < 56 Sedang 15 30%

4. 56 ≤ x < 68 Tinggi 58,62 33 66%

5. 68 ≤ x ≤ 80 Sangat Tinggi 1 2%

Jumlah 50 100%

x = skor kemandirian belajar remaja

Hasil analisis deskriptif tabel 4.1 menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa remaja pada

keluarga utuh cenderung berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 58,62.

Tabel 4.2 Kategorisasi Kemandirian Belajar Siswa Remaja Pada Keluarga Single

Parent (Ibu)

NO Interval Kategorisasi Mean F %

1. 20 ≤ x < 32 Sangat Rendah 0 0%

2. 32 ≤ x < 44 Rendah 4 8%

3. 44 ≤ x < 56 Sedang 55,08 26 52%

4. 56 ≤ x < 68 Tinggi 15 30%

5. 68 ≤ x ≤ 80 Sangat Tinggi 5 10%

Jumlah 50 100%

x = skor kemandirian belajar

Hasil analisis deskriptif tabel 4.2 menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa remaja pada

keluarga single parent (ibu) cenderung berada pada kategori sedang dengan nilai rata-rata

55,08.

Page 30: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

20

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data

penelitian pada setiap variabel dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Data

dapat dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Hasil normalitas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Utuh single_parent

N 50 50

Normal Parametersa Mean 58.62 55.08

Std. Deviation 6.061 8.241

Most Extreme Differences Absolute .093 .116

Positive .083 .116

Negative -.093 -.080

Kolmogorov-Smirnov Z .656 .817

Asymp. Sig. (2-tailed) .783 .517

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel

utuh sebesar 0,656 hal ini berarti untuk signifikansi utuh >0,05 sehingga sampel utuh

berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel single parent

sebesar 0,817 hal ini berarti untuk signifikansi single parent >0,05 sehingga sampel single

parent berdistribusi normal. Melihat hasil nilai Kolmogorov Smirnov untuk keluarga utuh

dan keluarga single parent bersignifikansi >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua jenis

sampel sebaran datanya berdistribusi normal.

Page 31: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

21

Uji Homogenitas

Selanjutnya adalah uji homogenitas yang bertujuan untuk melihat apakah sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila nilai

probabilitas p>0,05. Hasil dari uji homogenitas dapat dilhat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Test of Homogeneity of Variances

Kemandirianbelajar

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.382 1 98 .126

Dari Tabel di atas dapat dilihat hasil uji homogenitas dengan metode Levene's Test.

Nilai Levene’s ditunjukkan dengan p value (sig) sebesar 0,126 di mana > 0,05 yang berarti

terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.

Hasil Uji Perbedaan

Melalui pendekatan Independent Sample t-test yang digunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan, hasil

perhitungan Uji-t sebesar 2.447 dapat diketahui nilai signifikansinya adalah sebesar 0,016

(p<0,05). Maka H0 ditolak, dan H1 diterima, yang artinya ada perbedaan kemandirian belajar

remaja yang diasuh oleh keluarga utuh dan remaja yang diasuh keluarga single parent (ibu).

Tabel

Uji Independen T Test

Page 32: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

22

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai perbedaan kemandirian belajar

antara siswa remaja pada keluarga utuh dan keluarga single parent (ibu) diperoleh nilai t

hitung adalah sebesar 2,447 menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar 0,016

(p<0,05). Maka H1 diterima yang berarti bahwa ada perbedaan kemandirian belajar siswa

remaja pada keluarga utuh dan keluarga single parent berbeda secara signifikan.

Hal ini senada dengan yang dikatakan Allen dkk (dalam Kulbok, 2004) mengatakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar adalah struktur keluarga.

Gunarsa (2004) juga mengatakan bahwa ayah, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang

tidak dipisahkan, dimana masing-masing dari anggota tersebut harus terbina hubungan yang

baik, yakni antara ayah-ibu, ayah-anak, ibu-anak. Hubungan yang baik ini artinya, keluarga

selalu berusaha menghadirkan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua

pihak di dalamnya, karena kepribadian anak bisa dipengaruhi secara sangat mendalam oleh

adanya gambaran kesatuan ayah dan ibu, oleh karena itu orangtua harus memenuhi reaksi-

reaksi dari anak-anaknya. Sehingga anak memiliki keyakinan akan adanya pegangan dan

gambaran kesatuan ayah dan ibu. Sehingga mereka merasakan perlindungan, bimbingan

dalam keluarga yang akan memberikan rasa aman, dimana rasa aman ini juga merupakan

kebutuhan dasar dari anak, yang akan mempengaruhi perkembangan kemandirian belajar

anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meier, dkk (2008) mengemukakan bahwa

anak dari keluarga utuh yang mempunyai ayah dan ibu yang lengkap, lebih baik dibanding

dengan anak dari single parent. Menurut Havighurst (dalam Yusuf, 2004) mengatakan siswa

remaja yang memiliki kemandirian belajar mampu mengembangkan persepsi yang positif

terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga sendiri secara mandiri,

memiliki tujuan hidup yang realistik, mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan

Page 33: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

23

dan mempertahankan pendapatnya sendiri, mampu membangun hubungan dengan beberapa

orang dewasa lainnya dalam masyarakat, ikut berpartisipasi dengan orang dewasa lainnya

dalam masyarakat, menerima konsekuensi dari kesalahannya tanpa mengeluh, melakukan

sejumlah aktivitas yang disenangi tanpa terlalu meminta persetujuan dari orangtua dan guru.

Meminta nasehat ataupun saran dari orangtua disaat mengalami masalah sulit saja, mampu

menghadapi kegagalan, dengan berupaya mengatasi masalah dengan lebih baik. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2002) tentang perbedaan kemandirian siswa yang

berasal dari keluarga lengkap dengan siswa yang berasal dari keluarga single parent, dapat

diketahui bahwa ada perbedaan, hal itu terjadi karena salah satu fungsi keluarga tidak ada,

baik ayah ataupun ibu di mana keduanya sangat menentukan dalam proses pembentukan

kemandirian belajar anak.

Alvita (2008) menyatakan bahwa single parent mempunyai peran ganda dalam

keluarga. Peran ganda tersebut harus memenuhi kebutuhan psikologis anak, (pemberian kasih

sayang, perhatian dan rasa aman), serta harus memenuhi kebutuhan fisik anak (kebutuhan

sandang pangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan

materi), artinya ibu single parent harus mampu mengkombinasikan antara pekerjaan

domestic dan public, demi tercapainya tujuan keluarga yaitu membentuk anak yang

berkualitas. Dampak yang yang terjadi pada keluarga single parent bukan hanya dirasakan

oleh ibu sebagai orangtua tunggal, tetapi juga anak yang kehilangan salah satu orangtua.

Qaimi (2003) mengatakan ada beberapa dampak atau pengaruh yang menimpa keluarga dan

anak-anak ketika kehilangan salah satu orangtua baik ayah maupun ibu, pengaruhnya secara

mental dan kejiwaan bisa berupa menurunnya kecerdasan, harapan dan semangat. Sedangkan

pada perasaan akan memunculkan rasa gelisah, ketakutan, depresi bahkan kehilangan rasa

belas kasih. Hal tersebut senada dengan Ki Hajar Dewantara juga yang mengatakan bahwa

keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena sejak timbulnya adab

Page 34: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

24

kemanusiaan sampai sekarang, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-

tiap manusia. Oleh sebab itu Kemandirian belajar juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan

yaitu keluarga, dimana keluarga membawa pengaruh primer terhadap kemandirian belajar

seorang anak. Dikatakan bahwa perkembangan kemandirian belajar dipengaruhi oleh kondisi

yang terjadi pada setiap perkembangan (Hurlock,1999).

KESIMPULAN :

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

1. Ada perbedaan yang signifkan kemandirin belajar antara siswa remaja pada keluarga

utuh dan siswa remaja pada keluarga single parent. Kemandirian belajar siswa remaja

pada keluarga utuh lebih tinggi dari siswa remaja pada keluarga single parent (ibu).

2. Sebanyak (58,62%) siswa remaja dari keluarga utuh memiliki kemandirian belajar

pada kategori tinggi sementara sebanyak (55,08%) siswa remaja dari keluarga single

parent mempunyai kemandirian belajar pada kategori sedang.

SARAN :

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan saran beberapa

pihak yaitu :

1. Bagi remaja pada keluarga utuh

Diharapakan siswa remaja tetap dapat memiliki kemandirian belajar sendiri tanpa

terlalu tergantung pada kedua orangtuanya. Siswa remaja harus dapat mengandalkan

diri sendiri mereka, dan dapat lebih berani mengambil tindakan dan

bertanggungjawab sehingga anak tidak menyerahkan segalanya kepada orangtua

mereka. Karena kemandirian belajar sangat penting bagi masa depannya kelak.

Page 35: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

25

2. Bagi siswa remaja pada keluarga single parent

Dengan orangtua yang tidak lengkap diharapkan siswa remaja lebih dapat mandiri

dalam belajar, dan dapat mengerti keadaan orangtua mereka. Disini siswa remaja

diharapkan dapat lebih mengerti kondisi dan keadaan orangtua mereka, sehingga

siswa remaja dapat lebih berani dan memiliki inisiatif dalam bertindak. Hidup dengan

orangtua yang tidak lengkap, terlebih hanya ibu yang ada, anak diharapkan tidak

menjadi putus asa atau menjadi minder bergaul dengan temannya maupun

lingkungannya. Siswa remaja harus dapat tetap memiliki kemandirian belajar agar

siswa remaja pada keluarga single parent dapat maju dan memikirkan masa depannya.

1. Bagi Orangtua

Bagi orangtua dari keluarga utuh, hendaknya dapat bersama mendidik dan

Membimbing anak mereka. Sehingga anak tetap dapat terkontrol. Anak sebaiknya

jangan dikekang tapi juga jangan dibebaskan. Orangtua harus membuat anak mereka

bertanggung jawab atas apa yang mereka putuskan. Orangtua harus memberikan

kebebasan pada anak untuk mengutarakan pendapat mereka, apa yang mereka

inginkan. Disini orangtua berperan membimbing anak anak agar tetap terarah. Seperti

saat anak memutuskan untuk mengambil ekstrakurikuler di sekolah, orangtua dapat

memberikan kebebasan pada anak untuk ikut serta, dengan catatan nilai sekolah tidak

turun dan tetap jaga kesehatan. Sehingga sianak dapat mengembangkan bakatnya dan

sianak juga dididik untuk bertanggung jawab.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih memperhatikan faktor lain yang

mempengaruhi kemandirian belajar anak remaja seperti usia remaja,

b. Peneliti selanjutnya dapat memperhitungkan faktor-faktor lain seperti urutan

kelahiran, jumlah saudara yang juga tinggal di rumah.

Page 36: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

26

c. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian pada remaja awal atau

remaja akhir, dan dapat memperbesar jumlah subjek penelitian, dimana jumlah

subjek penelitian akan mempengaruhi hasil penelitian yang di teliti.

Page 37: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

27

DAFTAR PUSTAKA

Alvita, N.O.(2008). Wanita sebagai single parent dalam membentuk anak yang berkualitas.

Diunduh darihttp://okvina.word press.com/ html.

Ahmadi, (1990). Psikologi social. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1998. Structural Equation Modeling in Practice: A

Review and Recommended Two Step Approach, Psychological Bulletin, Vol. 163.

Anwar, Asyadi. (2007) Pola Asuh Keluarga Single Parent, Anima. Jurnal Psikologi

Indonesia, vol.9..

Asiyah, Nur. (2013) Pola asuh demokratis, kepercayaan diri dan kemandirian mahasiswa

baru. Persona Jurnal Psikologi Indonesia.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuliantin, B.(2008) Psikologi Kemandirian Remaja, makalah, (Universitas Islam Indonesia).

Basri, (2000). Remaja berkualitas (Problematika remaja dan solusinya). Yogyakarta: Pustaka

Belajar .

Benson, J.E, Johnson, M. K. (2009) Adolescent Family context and adult identity formation.

Institues Helath Of National.

Brookfield, S.D. (1986). Understanding and Facilitating Adult Learning : A Comprehensive

Analysis of Principles and Effective Practice. San Fransisco London: Jossey Bass

Publishers.

Dewi, C.R. (2011). Kemandirian Dalam Mengerjakan Tugas Sekolah Ditinjau Dari Pola

Asuh Demokratis Orangtua. Skripsi S-1 (tidak diterbitkan). Universitas Katolik

Soegijapranata. Semarang.

DeGenova, M.K. (2008). Intimate Relationships, Marriages & Families (Seventh Edition).

New York: McGraw-Hill.

Dwiyani,V. (2009) . Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri. Jakarta : PT. Elex

Media Kumpotindo.

Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Garrison, D.R. (1997). Self – Directed learning: Toward a Comprehensive model. Adult

Education Quarterly.

Gibbons, M. (2002). The Self Directed Learning Handbook Challenging Adolescent Student

to Exel. San Fransisco: Jhon Wiley & Sons.

Gunarsa D, Singgih. (2000). Psikologi Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hakim, L. (2012). Lukmanpringtulis.blogspot.com/2012/02/pengaruh-kemandirian belajar-

siswa_25.html.diunduh pada tanggal 09 september 2015.

Page 38: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

28

Hasinuddin, & Fitriah. (2011). Modul Anticipatory Guidance Terhadap Perubahan Pola

Asuh Orang Tua Otoriter Dalam Stimulasi Perkembangan Anak. Jurnal NERS.

Volume 6, Nomor 1.

Hoshi, M. 2001 Internet Based English Language Learning by Japanese EFL Learnes.

Diunduh dari http://www/ucagary.ca/-mhoshi/Thesis.htm

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan . Edisi 5. Indonesia. Diterjemahkan oleh Istiayanti, Soejarwo. Jakarta:

Erlangga.

Hurlock, E.B. (2000). Perkembangan Anak jilid 1 (Alih Bahasa Tjandrasa, M.M.,

Zarkasih,M). Jakarta : Erlangga.

Johnson, D.W. (2009). Reaching out: Interpersonal effectivenessand self- actualization (10th

ed.). Boston: Allyn & Bacon.

Kesten. (1987) “Skills of self Directed Learning”. [Online]. Tersedia. Diunduh dari

http://www.asa.3org/ASA/education/learn/study skills.htm. 20 april 2015.

Kozma, RB, Belle, LW, William, GW. (1978). Instructional Techniques in Higher

Education. Neew Jersey: Educational Technology Publications.

Kulbok, Pamela. Et al. (2004). Autonomy and Adolescence: A Concept Analysis. Public

Health Nursing Vol.21.

Littaurer, (2006). Personality Plus. Jakarta: PT. Rosdakarya.

Lowry, C.M. (2000). Supporting and Facilitating Self-Directed Learning. ERIC Digest No

93, 1989-00-00.

Merriam, S., & Caffarella, R.S. (1999). Learning in Adulthood. San Fransisco: Jossey Bass.

[on-line]. Available FTP: Diunduh dari

http://www.newhorizons.org/articleMerriamcaffarella1.html.

Meier,dkk. (2008). Are Both Parents Always Better Than One? California Center for

Population Research. Los Angeles: University of California.

Masrun, Hartono, dkk. (1986). Studi mengenai kemandirian pada penduduk di tiga suku

(Jawa, Batak, Bugis). Laporan penelitian tidak diterbitkan. Yogyakarta: Kantor

Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Monks, Knoers & Haditono, S.R. (1992). Psikologi Perkembangan. Yogayakarta: Penerbit

Gadjah Mada University Press.

Nadeak, (1995) ”Memahami anak remaja”, Yogyakarta: Kanisius.

Nazia, Siti. (2013).. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Siswa dengan Hasil

Belajar Siswa Kelas VI SD Iqra’ Muara Bulian. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas

Jambi.

Page 39: Perbedaan Kemandirian Belajar Siswa pada Keluarga Utuh dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10192/2/T1_802012109_Full... · ... methods of data collection of this study

29

Pannen, P., dkk. (2000). Konstruktivisme dalam pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI,

Universitas Terbuka.

Qaimi, Ali. (2003). Single Parent. Peran Ganda Ibu Dalam Mendidik Anak. Bogor: Cahaya.

Ratri. (2006). Orangtua tunggal. Diunduh dari http://[email protected]/ html.

Setiadi. (2011). Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiawati, Indah.dkk. (2007). Sibling Rivalry Pada Anak Sulung Yang Diasuh Oleh Single

Father. Auditorium Kampus Gunadarma Vol 2.

Wirawan, S. (2003) Peran Single Parent dalam lingkungan keluarga, Bandung:

PT.Rosdakarya.

Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suseno, DD. & Irdawati. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan

Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Diunduh

dari http.//www.e-journal.akbid-purworejo.ac.id/.

Wahyuni (2001). Cara Praktis Mengasuh Dan Membimbing Anak. Yogyakarta : PT. Pioner

Jaya diunduh dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/5575/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Wahyuningsih. (2008). Pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja. Diunduh dari

http://uny.ac.id/ html

Yusuf, H.S.(2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

http://Anak Yang Tumbuh Dan Dibesarkan OrangTua Lengkap Lebih Cerdas? -

Bidanku.comhttp://bidanku.com/anak-yang-tumbuh-dan-dibesarkan-orang-tua-

lengkap-lebih-cerdas#ixzz3h9Xid1SB

http://m.kompasiana.com/www.savanaofedelweiss.com/kualitas-pendidikan-indonesia-

refleksi-2-mei_5529c509f17e610d25d623ba.