Upload
vuonghanh
View
229
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL DPPH EKSTRAK
MASERASI DAN SOXHLET DARI GAMBIR YANG DIUJI PADA
PELARUT YANG BERBEDA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
WIELDA NAVRATILOFA
J 310 090 032
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PERBEDAAN AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL DPPH EKSTRAK MASERASI
DAN SOXHLET DARI GAMBIR YANG DIUJI PADA PELARUT YANG BERBEDA
The Difference DPPH Radical Scavenging Activity of Maseration and Soxhlet
Extract of Gambier is Tested In Different Solvent
Wielda Navratilofa, Rusdin Rauf, Pramudya Kurnia
Program Studi S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Gambier is natural substance that has high polyphenols component and
antioxidant. Gambier is a natural antioxidant compounds include in class of phenolic
compounds that have antioxidant activity of flavonoids such as catechins. The purpose of
this research is to know the difference DPPH radical scavenging activity of maseration
and soxhlet extract of Gambier is tested to use methanol and ethanol solvent. Type of this
research is experiment research with random program two factor. Gambier was extracted
using maseration and soxhlet method. Then, it is tested using methanol and ethanol
system. Data is analyzed with t-test and one way anova. It is continued with Duncan in
0.05 level.
The results showed that the levels of phenolic extracts of gambier soxhlet (74,49%)
is higher than maseration extract (66,14%). The activity of highest DPPH radical
scavenging activity in maseration of Gambier extract that tested with ethanol system in
180 seconds of incubation times with DPPH radical scavenging activity 52,71%,
meanwhile the activity of lowest DPPH radical scavenging activity in soxhlet of Gambier
extract that tasted with methanol system in 30 seconds of incubation times is 10,30%.
There is significant difference between DPPH radical scavenging activity soxhlet extract
from Gambier that tested in methanol and ethanol system, and there is differentiation
DPPH radical scavenging activity maseration and soxhlet extract from Gambier that
tested in methanol system.
Key Words : Gambir, extract method, phenolic degree, DPPH radical scavenging activity.
PENDAHULUAN
Antioksidan merupakan senyawa
kimia yang dapat menyumbangkan satu
atau lebih elektron kepada radikal
bebas, sehingga radikal bebas tersebut
dapat dihambat (Suhartono, 2002).
Berdasarkan sumber perolehannya ada
2 macam antioksidan, yaitu antioksidan
alami dan antioksidan buatan (sintetik)
(Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Antioksidan sintetik merupakan
antioksidan yang diperoleh dari hasil
sintesa reaksi kimia (Gordon, 2001),
sedangkan antioksidan alami yaitu
antioksidan hasil ekstraksi bahan alami
bersumber dari bahan pangan (Pratt
dan Hudson, 1990).
Beberapa antioksidan buatan
dapat menimbulkan efek samping pada
kesehatan tubuh. BHA dan BHT telah
diteliti dapat menimbulkan tumor pada
hewan, apabila digunakan dalam
jangka waktu yang lama dan juga
dapat menimbulkan kerusakan hati
jika dikonsumsi secara berlebihan
(Andarwulan dkk, 1996).
Antioksidan alami dapat diperoleh
dari vitamin A, karotenoid, vitamin E,
senyawa fenolik, flavonoid dan
tetrapirolik. Kebanyakan sumber
antioksidan alami adalah tumbuhan dan
umumnya merupakan senyawa fenolik
yang tersebar diseluruh bagian
tumbuhan. Golongan flavonoid yang
memiliki aktivitas antioksidan meliputi
flavon, flavonol, isoflavon, katekin dan
kalkon (Madhavi, 1996).
Antioksidan dalam pangan
berperan penting untuk
mempertahankan mutu produk,
mencegah ketengikan, perubahan nilai
gizi, perubahan warna dan aroma, serta
kerusakan fisik lain yang diakibatkan
oleh reaksi oksidasi (Tahir dkk, 2003).
Antioksidan juga diketahui sebagai
antimikrobia, hal tersebut dihubungkan
dengan adanya kandungan fenolik yang
berupa katekin (Pambayun dkk, 2007).
Katekin merupakan senyawa flavonoid
yang dapat ditemukan pada teh hijau,
teh hitam, gambir, anggur dan tanaman
pangan lainnya seperti buah-buahan
dan kakao (Natsume dkk, 2000).
Gambir adalah ekstrak daun dan
ranting tanaman Uncaria Gambir
(Hunter) Roxb yang dikeringkan.
Katechin dan tannin merupakan
kandungan utama dari gambir yang
termasuk senyawa kompleks dari
golongan polifenol dengan struktur
flavonoid (Muchtar dkk, 2008).
Berbagai metode ekstraksi
antioksidan dari tanaman telah dilakukan,
antara lain metode maserasi, soxhletasi,
perlokasi, infundasi, digestasi, dekokta
dan destilasi. Pemilihan metode serta
bahan pelarut akan berpengaruh terhadap
jenis maupun komponen antioksidan
terekstrak. Suhu ekstraksi juga
mempengaruhi jumlah komponen
antioksidan terekstrak (Rauf dkk, 2010).
Salah satu uji untuk menentukan
aktivitas antioksidan penangkap radikal
adalah dengan metode DPPH (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil) (Sunarni, 2005).
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) secara
luas digunakan untuk menguji
kemampuan senyawa bertindak sebagai
pencari radikal bebas atau donor
hidrogen, dan untuk mengevaluasi
aktivitas antioksidan dari makanan.
Metode ini dipilih karena sederhana,
mudah, cepat dan peka serta hanya
memerlukan sedikit sampel (Prakash,
2001).
Penggunaan sistem pelarut dalam
pengujian aktivitas antioksidan akan
berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidan bahan. Pengujian aktivitas
antioksidan menggunakan DPPH akan
memiliki aktivitas antioksidan yang
berbeda jika diuji dalam sistem pelarut
etanol dan metanol. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Chaiyasit dkk (2005) yang
telah mempublikasikan bahwa
antioksidan polar memiliki kemampuan
penghambat oksidasi yang lebih tinggi
pada media yang polar. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan tidak hanya ditentukan oleh
sifat komponen antioksidannya, tetapi
juga ditentukan oleh media-media
pelarut yang digunakan dalam
pengujian. Berdasarkan uraian tersebut
maka perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis kadar fenolik dan
mengevaluasi aktivitas penangkapan
radikal DPPH ekstrak maserasi dan
soxhlet dari gambir yang diuji pada
sistem pelarut yang berbeda, yaitu
metanol dan etanol.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menurut jenisnya
adalah penelitian ekperimen yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan
aktivitas penangkapan radikal DPPH
ekstrak maserasi dan soxhlet dari
gambir yang diuji pada pelarut yang
berbeda. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Ilmu Pangan dan
Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Rancangan penelitian yaitu
rancangan acak lengkap yaitu gambir
yang diekstrak dengan metode maserasi
dan gambir yang diekstrak dengan
metode soxhlet. Setiap ekstrak gambir
yang akan dianalisis kadar fenolik dan
aktivitas penangkapan radikal DPPH
yang diuji dengan pelarut etanol dan
metanol dilakukan 3 kali ulangan.
Peralatan yang digunakan antara
lain kertas saring, gelas ukur,
erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, beker
glass, alumuniumfoil, waterbath
Memmert, selang, corong, timbangan
analitik, sepatula, statif, thermometer,
rotary vacuum evaporator (vacuum
controller VC2) tipe IKA HB 10 Basic
dan IKA RV 10 Basic, spektrofotometer
Merck Visible spectroquant Pharo 360,
spuit 100 ml dan 1000 ml.
Prosedur penelitian dibagi dalam
tiga kategori yaitu penyiapan bahan
(pembuatan bubuk gambir), ekstraksi
bubuk gambir, pengujian kadar fenolik
dan pengujian aktivitas penangkapan
radikal DPPH. Prosedur penelitian
ditampilkan pada Gambar 1.
Data dianalisis menggunakan
analisis variansi (ANOVA) satu arah
pada tingkat kepercayaan 95% untuk
mengetahui adanya perbedaan aktivitas
penangkapan radikal DPPH yang diuji
dengan pelarut etanol dan metanol yang
didasarkan pada waktu 30, 60, 90, 120,
150 dan 180 dan uji t-test untuk
mengetahui adanya perbedaan ekstrak
maserasi dan soxhlet dari gambir yang
diuji pada pelarut yang berbeda
terhadap kadar fenolik dan aktivitas
penangkapan radikal DPPH. Perbedaan
yang signifikan diuji menggunakan
Duncan Multiple Range Test (DMRT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Fenolik
Hasil analisis pengujian kadar
fenolik ekstrak gambir dengan metode
ekstraksi yang berbeda dapat dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar Fenolik Ekstrak Gambir
Metode Ekstraksi Kadar Fenolik (%)
Maserasi 66,14 ± 2,06
Soxhlet 74,49 ± 1,33
Nilai Sig. 0,016
Berdasarkan uji t-test terdapat
perbedaan yang signifikan kadar fenolik
dari ekstrak maserasi dan soxhlet, yang
ditunjukkan dengan nilai signifikan
p=0,016 (p<0,05). Gambaran kadar
fenolik gambir yang diekstrak dengan
metode maserasi dan soxhlet dapat
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Kadar Fenolik Ekstrak Maserasi dan Soxhlet
dari Gambir
Gambar 2 menunjukkan bahwa
persentase kadar fenolik dari gambir
yang diekstrak dengan metode soxhlet
lebih tinggi dari gambir yang diekstrak
dengan metode maserasi, hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pambayun dkk (2007)
yang mengekstrak gambir dengan
metode maserasi dan soxhlet dan
menggunakan berbagai pelarut
ekstraksi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
ekstraksi gambir dengan soxhlet
memberikan hasil ekstrak yang lebih
tinggi karena pada cara ini digunakan
pemanasan yang diduga memperbaiki
kelarutan ekstrak.
B. Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi pada
Pelarut yang Berbeda
Hasil analisis pengujian aktivitas
penangkapan radikal DPPH yang diuji
menggunakan sistem pelarut etanol dan
metanol dari ekstrak gambir (100 ppm)
yang diekstrak dengan metode maserasi
pada berbagai waktu inkubasi dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi dari Gambir yang
Diuji dalam Sistem Metanol dan Etanol pada
Berbagai Waktu Inkubasi
Waktu
(detik)
% Penangkapan Radikal
DPPH
Metanol Etanol
30 16,41 ± 5,90a 17,19 ± 3,36
a
60 26,41 ± 3,50b 27,27 ± 2,44
a
90 36,09 ± 3,19c 37,61 ± 3,89
b
120 39,18 ± 2,09c 38,00 ± 5,09
b
150 40,78 ± 2,94c 48,28 ± 8,81
c
180 42,90 ± 3,33c 52,71 ± 6,28
c
Nilai Sig. 0,000 0,000
Keterangan : Notasi huruf pada kolom
menunjukkan ada beda dari hasil analisis Duncan.
Hasil analisis statistik Anova satu
arah menunjukkan bahwa gambir yang
diekstrak menggunakan metode
maserasi yang diuji aktivitas
penangkapan radikal DPPH
menggunakan sistem metanol dan
etanol pada berbagai waktu inkubasi
(30, 60, 90, 120, 150 dan 180 detik)
memberikan pengaruh yang signifikan
60
65
70
75
80
Maserasi Soxhlet
% K
adar
Fe
no
lik
66,14
74,49
terhadap aktivitas penangkapan radikal
DPPH, yang ditunjukkan oleh nilai
signifikan masing-masing 0,000
(p<0,05).
Hasil analisis Duncan
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata pada data
aktivitas penangkapan radikal DPPH
ekstrak maserasi dari gambir yang diuji
menggunaan sistem metanol dengan
waktu inkubasi 30 dan 60 detik,
sedangkan aktivitas penangkapan
radikal DPPH pada waktu inkubasi 90,
120, 150 dan 180 detik dinyatakan tidak
berbeda nyata. Aktivitas penangkapan
radikal DPPH ekstrak maserasi dari
gambir yang diuji dalam sistem metanol
pada umumnya mengalami peningkatan
yang signifikan pada waktu inkubasi 30,
60 dan 90 detik , kecuali pada waktu
inkubasi detik ke 120, 150 dan 180 tidak
ada peningkatan yang signifikan.
Sehingga dapat diketahui bahwa waktu
inkubasi optimum terjadi pada detik ke
90 dengan aktivitas penangkapan
radikal DPPH sebesar 36,09%.
Aktivitas penangkapan radikal
DPPH ekstrak maserasi dari gambir
yang diuji menggunakan sistem etanol
detik ke 30, 60, 90, dan 120
menunjukkan perbedaan yang nyata,
sedangkan aktivitas penangkapan
radikal DPPH yang diuji dalam sistem
etanol detik 150 dan 180 menunjukkan
tidak berbeda nyata. Aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
maserasi dari gambir yang diuji dalam
sistem etanol yang pada umumnya
mengalami peningkatan signifikan pada
waktu inkubasi ke 30, 60, 90, 120 dan
150 detik, kecuali pada detik ke 180
tidak ada peningkatan yang signifikan.
Aktivitas penangkapan radikal DPPH
yang diuji dalam sistem etanol optimum
terjadi pada detik ke 150 dengan
48,28%.
Tabel 3.
Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi dari Gambir yang
Diuji dalam Sistem Metanol dan Etanol
Waktu
(detik)
% Penangkapan Radikal
DPPH Sig*
Metanol Etanol
30 16,41 ± 5,90 17,19 ± 3,36 0,851
60 26,41 ± 3,50 27,27 ± 2,44 0,744
90 36,09 ± 3,19 37,61 ± 3,89 0,630
120 39,18 ± 2,09 38,00 ± 5,09 0,789
150 40,78 ± 2,94 48,28 ± 8,81 0,234
180 42,90 ± 3,33 52,71 ± 6,28 0,075
* = Uji t-test
Hasil uji t-test menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
maserasi dari gambir yang diuji
menggunakan sistem metanol dan
etanol pada berbagai waktu inkubasi
(detik) dengan nilai signifikan masing-
masing p>0,05.
Gambaran kecenderungan
perubahan aktivitas penangkapan
radikal DPPH ekstrak maserasi dari
gambir yang diuji dalam sistem metanol
dan etanol pada waktu inkubasi 30, 60,
90, 120, 150 dan 180 detik disajikan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Aktivitas penangkapan radikal DPPH ekstrak maserasi dari gambir yang diuji
menggunakan sistem metanol dan etanol pada berbagai waktu inkubasi
Aktivitas penangkapan radikal
DPPH yang terdapat pada Gambar 3,
dapat diketahui bahwa hasil rata-rata
aktivitas penangkapan radikal DPPH
ekstrak maserasi dari gambir yang diuji
menggunakan sistem etanol pada waktu
180 detik menunjukkan aktivitas
penangkapan radikal DPPH tertinggi
yaitu 52,71% ± 6,28, sedangkan
aktivitas penangkapan radikal DPPH
terendah didapat pada ekstrak maserasi
gambir yang diuji menggunakan sistem
metanol pada waktu 30 detik yaitu
sebesar 16,41% ± 5,90.
Semakin lama waktu oksidasi
maka semakin tinggi aktivitas
antioksidan. Pada saat oksidasi dengan
waktu yang lebih lama terjadi
pengikatan gugus OH dari etanol oleh
senyawa flavonoid sehingga terjadi
kenaikkan aktivitas antioksidan. Saat
mengikat gugus OH dari etanol, struktur
flavonoid berubah dan perubahan ini
menyebabkan aktivitas antioksidan
menjadi naik (Ramson dkk, 2011).
Pelarut etanol memiliki potensi besar
sebagai penangkap radikal bebas DPPH
dan berkemampuan tinggi untuk
melepaskan atom hidrogen kepada
radikal difenilpikrilhidrazil (violet)
menjadi senyawa non radikal
difenilpikrilhidrazin (kuning) (Molyneux,
2004).
C. Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Soxhlet pada
Pelarut yang Berbeda
Hasil analisa pengujian aktivitas
penangkapan radikal DPPH yang diuji
menggunakan sistem metanol dan
etanol dari ekstrak gambir (100 ppm)
yang diekstrak dengan metode soxhlet
pada berbagai waktu inkubasi dapat
dilihat pada Tabel 4.
0
10
20
30
40
50
60
30 60 90 120 150 180
% P
enan
gkap
an R
adik
al
DP
PH
Waktu Inkubasi (detik)
% Penangkapan RadikalDPPH Metanol
% Penangkapan RadikalDPPH Etanol
Tabel 4.
Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH Ekstrak Soxhlet dari Gambir yang Diuji dalam
Sistem Metanol dan Etanol pada Berbagai Waktu Inkubasi
Waktu
(detik)
% Penangkapan Radikal DPPH
Metanol Etanol
30 10,30 ± 3,93a 20,82 ± 0,87
a
60 16,83 ± 1,62b 29,77 ± 8,07
b
90 23,40 ± 1,55c 36,95 ± 0,95
c
120 27,13 ± 1,24d 39,4 ± 0,44
c,d
150 29,16 ± 1,22d 42,39 ± 2,86
c,d
180 30,56 ±0,77d 45,55 ± 3,66
d
Nilai Sig. 0,000 0,000
Keterangan : Notasi huruf pada kolom menunjukkan ada beda dari hasil analisis Duncan.
Hasil analisis statistik Anova satu
arah menunjukkan bahwa gambir yang
diekstrak menggunakan metode soxhlet
yang diuji aktivitas penangkapan radikal
DPPH menggunakan sistem etanol dan
metanol pada berbagai waktu inkubasi
(30, 60, 90, 120, 150, 180 detik)
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap aktivitas penangkapan radikal
DPPH, yang ditunjukkan oleh nilai
signifikan masing-masing 0,000
(p<0,05).
Hasil analisis Duncan
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata pada data
aktivitas penangkapan radikal DPPH
ekstrak soxhlet dari gambir yang diuji
menggunaan sistem metanol dengan
waktu inkubasi 30, 60 dan 90 detik,
sedangkan pada waktu inkubasi 120,
150 dan 180 detik menunjukkan tidak
berbeda nyata pada aktivitas
penangkapan radikal DPPH. Aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
soxhlet gambir yang diuji dalam sistem
etanol pada waktu inkubasi 30, 60 dan
90 detik menunjukkan perbedaan yang
nyata, sedangkan pada waktu inkubasi
120, 150 dan 180 detik menunjukkan
tidak berbeda nyata.
Aktivitas penangkapan radikal
DPPH ekstrak soxhlet dari gambir yang
diuji dalam sistem metanol dan etanol
pada umumnya mengalami peningkatan
yang signifikan pada waktu inkubasi
yang sama yaitu 30, 60, 90 dan 120
detik , kecuali pada waktu inkubasi ke
150 dan 180 detik tidak ada peningkatan
yang signifikan. Aktivitas optimum terjadi
pada detik ke 120, masing-masing
memiliki aktivitas penangkapan radikal
DPPH sebesar 27,13% dan 39,44%. Hal
ini sesuai dengan penelitian Rauf dkk
(2011) yang telah mempublikasikan
bahwa kecenderungan aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak jahe
cukup tinggi pada menit ke 2,5 dan pada
menit selanjutnya penangkapan radikal
mengalami peningkatan yang semakin
kecil.
Tabel 5.
Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Soxhlet dari Gambir yang
Diuji dalam Sistem Metanol dan Etanol
Waktu
(detik)
% Penangkapan Radikal
DPPH Sig*
Metanol Etanol
30 10,30 ± 3,93 20,82 ± 0,87 0,038
60 16,83 ± 1,62 29,77 ± 8,07 0,050
90 23,40 ± 1,55 36,95 ± 0,95 0,000
120 27,13 ± 1,24 39,44 ± 0,44 0,000
150 29,16 ± 1,22 42,39 ± 2,86 0,002
180 30,56 ±0,77 45,55 ± 3,66 0,016
* = Uji t-test
Hasil uji t-test menunjukkan
bahwa ada perbedaan aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
soxhlet dari gambir yang diuji
menggunakan sistem metanol dan
etanol pada berbagai waktu inkubasi
(detik) dengan nilai signifikan masing-
masing p<0,05.
Gambaran kecenderungan
perubahan aktivitas penangkapan
radikal DPPH ekstrak soxhlet dari
gambir yang diuji dalam sistem metanol
dan etanol pada waktu inkubasi 30, 60,
90, 120, 150 dan 180 detik disajikan
pada Gambar 4.
Gambar 4. Aktivitas penangkapan radikal DPPH ekstrak soxhlet dari gambir yang diuji
menggunakan sistem pelarut metanol dan etanol pada berbagai waktu inkubasi
Berdasarkan Gambar 4, diketahui
bahwa hasil rata-rata aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
soxhlet dari gambir yang diuji
menggunakan sistem pelarut etanol
pada waktu inkubasi 180 detik
menunjukkan aktivitas penangkapan
radikal DPPH tertinggi yaitu 45,55% ±
3,66, sedangkan aktivitas penangkapan
radikal DPPH terendah didapat pada
ekstrak soxhlet gambir yang diuji DPPH
menggunakan sistem pelarut metanol
pada waktu inkubasi 30 detik yaitu
sebesar 10,30% ± 3,93.
0
10
20
30
40
50
30 60 90 120 150 180
% P
enan
gkap
an R
adik
al
DP
PH
Waktu (detik)
% PenangkapanRadikal DPPHMetanol
% PenangkapanRadikal DPPH Etanol
D. Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi dan
Soxhlet dalam Sistem Pelarut
Metanol
Hasil analisa pengujian aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
maserasi dan soxhlet dari gambir yang
diuji menggunakan pelarut metanol
pada berbagai waktu inkubasi dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi dan Soxhlet dari
Gambir dalam Sistem Pelarut Metanol
Waktu
Inkubasi
(detik)
% Penangkapan Radikal
DPPH Sig*
Maserasi Soxhlet
30 16,41 ± 5,90 10,30 ± 3,93 0,210
60 26,41 ± 3,50 16,83 ± 1,62 0,013
90 36,09 ± 3,19 23,40 ± 1,55 0,003
120 39,18 ± 2,09 27,13 ± 1,24 0,002
150 40,78 ± 2,94 29,16 ± 1,22 0,003
180 42,90 ± 3,33 30,56 ±0,77 0,003
* = Uji t-test
Ekstrak maserasi dan soxhlet dari
gambir yang diuji aktivitas penangkapan
radikal DPPH menggunakan sistem
pelarut metanol menunjukkan tidak ada
perbedaan terhadap aktivitas
penangkapan radikal DPPH detik 30
yang dihasilkan (Tabel 6). Hal ini
ditunjukkan oleh nilai signifikan p>0,05.
Sedangkan pada detik 60, 90, 120, 150
dan 180 menunjukkan ada perbedaan
aktivitas penangkapan radikal DPPH
ekstrak maserasi dan soxhlet dari
gambir yang diuji menggunakan pelarut
metanol ditunjukkan oleh nilai p<0,05.
Perbedaan aktivitas penangkapan
radikal DPPH antar ekstrak tersebut
kemungkinan disebabkan adanya
perbedaan beberapa kandungan
senyawa aktif yang terdapat dalam
ekstrak dan jumlahnya, maka aktivitas
atioksidannya dalam menangkap radikal
bebas DPPH hasilnya juga berbeda
(Manthey, 2004).
E. Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi dan
Soxhlet dalam Sistem Pelarut
Etanol
Hasil analisa pengujian aktivitas
penangkapan radikal DPPH ekstrak
maserasi dan soxhlet dari gambir yang
diuji menggunakan pelarut etanol pada
berbagai waktu inkubasi dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7.
Perbedaan Aktivitas Penangkapan Radikal
DPPH Ekstrak Maserasi dan Soxhlet dari
Gambir dalam Sistem Pelarut Etanol
* = Uji t-test
Hasil uji t-test menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan aktivitas
Waktu
Inkubasi
(detik)
% Penangkapan Radikal
DPPH Sig*
Maserasi Soxhlet
30 17,19 ± 3,36 20,82 ± 0,87 0,145
60 27,27 ± 2,44 29,77 ± 8,07 0,635
90 37,61 ± 3,89 36,95 ± 0,95 0,790
120 38,00 ± 5,09 39,44 ± 0,44 0,745
150 48,28 ± 8,81 42,39 ± 2,86 0,333
180 52,71 ± 6,28 45,55 ± 3,66 0,163
penangkapan radikal DPPH ekstrak
maserasi dan soxhlet dari gambir yang
diuji menggunakan pelarut etanol detik
30, 60, 90, 120, 150 dan 180, hal ini
ditunjukkan oleh nilai p>0.05.
Gambar 5. Aktivitas penangkapan radikal DPPH ekstrak maserasi dan soxhlet dari gambir (100
ppm) yang diuji menggunakan sistem pelarut metanol dan etanol
Gambar 5 menunjukkan bahwa
aktivitas penangkapan radikal DPPH
tertinggi pada ekstrak maserasi dari
gambir yang diuji menggunakan sistem
pelarut etanol detik 180 yaitu 52,71%,
sedangkan aktivitas penangkapan
radikal DPPH terendah terdapat pada
ekstrak soxhlet dari gambir yang diuji
menggunakan sistem pelarut metanol
pada waktu inkubasi 30 detik yaitu
10,30%. Aktivitas antioksidan tertinggi
ditunjukkan oleh besarnya persentase
penangkapan radikal DPPH selama
inkubasi. Semakin besar aktivitas
penangkapan radikal DPPH, maka
semakin besar aktivitas antioksidannya
(Rauf dkk, 2010).
Secara umum, ekstrak maserasi
dari gambir memberikan aktivitas
penangkapan radikal DPPH tertinggi,
meskipun memiliki kadar fenolik yang
rendah. Rauf dkk (2010) menyatakan
bahwa aktivitas penangkapan radikal
DPPH suatu senyawa antioksidan tidak
hanya ditentukan oleh kadar fenoliknya,
tetapi juga ditentukan oleh struktur
senyawa fenolik tersebut. Rendahnya
aktivitas antioksidan ekstrak tanaman
pada suhu ekstraksi yang tinggi
dimungkinkan karena terdapat
degradasi senyawa fenolik. Jadi,
senyawa fenolik yang diekstrak pada
suhu tinggi memiliki aktivitas
penangkapan radikal DPPH yang lebih
rendah dibandingkan senyawa fenolik
yang diekstrak pada suhu yang rendah
(Chan dkk, 2009).
Perbedaan aktivitas penangkapan
radikal DPPH antar ekstrak gambir
tersebut kemungkinan disebabkan
0
10
20
30
40
50
60
30 60 90 120 150 180
% P
enan
gkap
an R
adik
al D
PP
H
Waktu Inkubasi (detik)
Maserasi Metanol
Maserasi Etanol
Soxhlet Metanol
Soxhlet Etanol
adanya perbedaan beberapa
kandungan senyawa aktif yang terdapat
dalam ekstrak dan jumlahnya, sehingga
aktivitas antioksidannya dalam
menangkap radikal bebas DPPH
hasilnya juga berbeda. Berdasarkan
hasil diatas maka dapat diketahui bahwa
metode ekstraksi serta penggunaan
sistem pelarut metanol dan etanol
berpengaruh terhadap aktivitas
penangkapan radikal DPPH.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Huang dkk (1997) yang menyatakan
bahwa efektifitas dari antioksidan
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
polaritas, pH, suhu, konsentrasi
antioksidan dan sifat fisik dari bahan
pangan atau bahan yang diaplikasikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kadar fenolik ekstrak soxhlet dari
gambir (74,49%) lebih tinggi dari
ekstrak maserasi (66,14%).
2. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara aktivitas
penangkapan radikal DPPH
ekstrak maserasi dari gambir
yang diuji dalam sistem metanol
dan sistem etanol.
3. Aktivitas penangkapan radikal
DPPH ekstrak maserasi dalam
sistem metanol optimum pada
inkubasi pengujian 90 detik
(36,09%), sedangkan dalam
sistem etanol optimum pada
inkubasi pengujian 150 detik
(48,28%).
4. Ada perbedaan yang signifikan
antara aktivitas penangkapan
radikal DPPH ekstrak soxhlet dari
gambir yang diuji dalam sistem
metanol dan sistem etanol.
5. Aktivitas penangkapan radikal
DPPH ekstrak soxhlet yang diuji
dalam sistem metanol dan etanol
mencapai masa inkubasi optimum
yang sama yaitu 120 detik,
masing-masing memiliki aktivitas
penangkapan radikal DPPH
sebesar 27,13% dan 39,44%.
6. Ada perbedaan signifikan antara
aktivitas penangkapan radikal
DPPH ekstrak maserasi dan
soxhlet dari gambir yang diuji
dalam sistem metanol.
7. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara aktivitas
penangkapan radikal DPPH
ekstrak maserasi dan soxhlet
yang diuji dalam sistem etanol.
B. Saran
1. Perlunya penelitian lebih lanjut
tentang pengujian pengaruh
penggunaan berbagai pelarut
terhadap pH ekstrak maserasi
dan soxhlet dari gambir terhadap
aktivitas penangkapan radikal
DPPH.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
mempelajari ekstrak maserasi
dari gambir untuk diaplikasikan
pada sistem pangan misalnya
dapat diterapkan pada daging
sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Wijaya H, Cahyono
DT. 1996. Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan. Hal 29-30.
Chaiyasit, W., Mcclements, J., Decker , EA. 2005. The Relationship Between the Physicochemical Properties of Antioxidants and Their Ability to Inhibit Lipid Oxidation in Bulk Oil and Oil-in-Water Emulsions. Departement of Food Science, University of Massachusetts Amherst.
Chan, E.W.C., Lim, Y.Y., Wang, S.K., Lim, K.K., Tan, S.P., Lianto, F.S. 2009. Effect of Different Drying Methods on the Antioxidant Properties of Leaves and Tea of Ginger Species. Food Chemistry. 113(1):166-172.
Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Trubus Agriwidya. Jakarta: 36-40.
Gordon, M.H. 2001. Measuring Antioxidant Activity. Dalam: Jan Pokorny, Nedyalka, Yanishlieva-Malarova, and Michael Gordon (ed.). Antioxidant in Food Practical Application. Woodhead Publishing Ltd. London.
Huang, D., Ou, B., Prior, R. L. 1997. Partition of Selected Antioxidants in Corn Oil-Water Model System. J. Agric. Food Chem. Vol 45:1991-1994.
Madhavi, D.L., dkk. 1996. Food Antioxidants. Marcell Dekker Inc. New York.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical
Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH), For Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci. Technol. 26 (2): 211-219.
Muchtar, dkk. 2008. Pengaruh Jenis Absorban dalam Proses Isolasi Katechin Gambir. Jurnal Riset Industri. Vol 2 No 1.
Natsume, M. dkk. 2000. Analysis of Polyphenols in Cacao Liquor, Cocoa and Chocolate by Normal-phase and Reserved-phase HPLC. Biosci.Bi
Pambayun, R., Gardjito, M., Sudarmadji, S., Kuswanto, RK. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Anti Bakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gmbir (Uncaria Gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia. 18 (3), 141-146.
Prakash, A., dkk. 2001. Medallion Laboratories : Analytical Progress, Antioxidant Activity. Diakses 22 Januari 2013. www.medlabs.com/downloads/antiox_acti_.pdf
Pratt, D.E. dan Hudson, B.J.F. 1990. Natural Antioxidant not Exploited Commercially. Didalam: B.J.F. Hudson (ed.). Food Antioxidants. Elsevier Applied Science. London.
Rauf, R., Purwani, E., Widyaningsih, N.E. 2011. Kadar Fenolik dan Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH Berbagai Jenis Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Vol.IV, No. 2.
Rauf, R., Santoso, U., Suparmo. 2010. Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH Ekstraak Gambir (Uncaria gambir Roxb.). Agritech, Vol.30, No 1.
Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen Toxicity by Radiation and Effect of Glutamic Piruvat Transamine (GPT) Activity Rat Plasma after Vitamine C Treatmen. Diajukan pada Internatinal seminar on
Environmental Chemistry and Toxicology. Yogyakarta.
Sunarni, T. 2005. Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal Farmasi Indonesia. 2 (2), 2001: 53-61.
Tahir, I., Wijaya, K., Widianingsih, D. 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol, Seminar on Chemometrics- Chemistry Dept Gadjah Mada University. 25 Januari.