112
PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN PLYOMETRIC TERHADAP TINGKAT KELINCAHAN PADA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMA NEGERI 1 SESENAPADANG SKRIPSI SURIANI MEISI P.S C131 14 312 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN

PLYOMETRIC TERHADAP TINGKAT KELINCAHAN PADA

ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS

SMA NEGERI 1 SESENAPADANG

SKRIPSI

SURIANI MEISI P.S

C131 14 312

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 2: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN

PLYOMETRIC TERHADAP TINGKAT KELINCAHAN PADA

ANGGOTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS

SMA NEGERI 1 SESENAPADANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan diajukan oleh

SURIANI MEISI P.S

Kepada

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …
Page 4: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …
Page 5: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suriani Meisi Paulus Sudi

NIM : C131 14 312

Program Studi : Fisioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Mei 2018

Yang Menyatakan

(Suriani Meisi Paulus Sudi)

Page 6: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Kuasa, yang telah menganugerahkan berkat, tuntunan dan penyertaan-Nya,

sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul “Perbandingan antara Latihan Zig-

Zag Run dan Plyometric terhadap Tingkat Kelincahan pada Anggota

Ekstrakurikuler Bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang” dapat terselesaikan

dengan baik yang sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan studi di program

studi Fisioterapi, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin. Banyak kendala

yang dihadapi dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai

pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, menyampaikan

penghargaan dengan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtuaku yang teristimewa dan tersayang Ayahanda Yakub Sudin

dan Ibunda Almh. Kory atas segala doa, perhatian, kasih sayang, dorongan

moral dan materi serta segala nasehatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan Fisioterapi, Fakultas Keperawatan, Universitas

Hasanuddin.

2. Saudaraku Yasriani, Anna Dwita, Very Kristian, Juni Susanti yang selalu

memberikan dukungan doa, motivasi, dan materi dalam bentuk apapun dan

juga untuk Tri Yudha yang tidak pernah bosan meminjamkan printnya selama

penyusunan skripsi ini

Page 7: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

vii

3. Ibu Salki Sadmita, S.Ft, Physio, M.Kes dan Ibu Andi Besse Ahsaniyah, S.Ft,

Physio, M.Kes selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan kerjasama

selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Bustaman Wahab, S.Ft, Physio, PO.MM, Adm. Kes selaku penguji I

dan Ibu Nur Hardiyanti, S.Ft, Physio, M.Sc selaku penguji II yang telah

banyak memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun untuk

penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Program

Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin yang

senantiasa meluangkan waktu, membimbing, menasehati dan memotivasi

selama proses perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan staff Prodi Fisioterapi atas bantuannya selama penulis

mengikuti pendidikan.

7. Kepala sekolah, guru dan seluruh pegawai SMA Negeri 1 Sesenapadang,

Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat atas kerjasama dan bimbingannya selama

melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

8. Anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang,

Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat atas kerjasamanya sebagai sampel

penelitian sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

9. Teman-temanku chatrin, vindy, keke, maria, dewi darwis, ulmi dan lina yang

selalu membantu, mendukung dan memberikan motivasi baik selama

perkuliahan maupun selama proses penulisan skripsi.

Page 8: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

viii

10. My bestfried tiffani, welna, poppi, wanti, felix, darmita dan titin yang selalu

mendengarkan keluh kesahku dan selalu memberikan bantuannya baik selama

proses perkuliahan maupun dalam proses penyusunan skripsi.

11. Teman-teman Sc14tic yang begitu banyak memberikan bantuan dan

dukungan dalam penulisan skripsi ini dan yang selalu mejadi penyemangat

selama proses perkuliahan.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebut satu persatu

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhirnya menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga

saran dan kritik penulis sangat harapkan demi penyempurnaan penulisan ini.

Makassar, Juni 2018

Penulis

Page 9: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

ix

ABSTRAK

SURIANI MEISI P.S Perbandingan antara Latihan Zig-Zag Run dan

Plyometric terhadap Tingkat Kelincahan pada Anggota Ekstrakurikuler

Bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang (dibimbing oleh Salki Sadmita dan

Andi Besse Ahsaniyah)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara latihan zig-

zag run dan plyometric terhadap kelincahan pada anggota ekstrakurikuler

bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang. Penelitian ini menggunakan metode

eksperimental dengan menggunakan desain penelitian two groups pretest-posttest

design. Variabel independen adalah zig-zag run dan plyometric dan variabel

dependen adalah kelincahan. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota

ekstrakurikuler bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang yang berjumlah 24

sampel. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen pengambilan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Illionis Agility Run Test. Penelitian ini

dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu.

Berdasarkan pengolahan data dan analisis data, maka hasil penelitian

menunjukkan bahwa : (1) terdapat pengaruh latihan zig-zag run terhadap

peningkatan kelincahan anggota ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Sesenapadang

dengan nilai p < 0,001 dimana p < 0,05. (2) Terdapat pengaruh latihan

plyometric terhadap peningkatan kelincahan anggota ekstrakurikuler SMA Negeri

1 Sesenapadang dengan nilai p < 0,001 dimana p < 0,05. (3) Tidak terdapat

perbedaan antara hasil peningkatan kelincahan latihan zig-zag run dengan hasil

peningkatan kelincahan latihan plyometric (p = 0,36, p > 0,05) namun jika ditinaju

berdasarkan perbedaan rerata, latihan zig-zag run lebih baik jika dibandingkan

dengan latihan plyometric

Kata Kunci : Zig-zag run, Plyometric, Kelincahan, Bulutangkis

Page 10: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

x

ABSTRACT

SURIANI MEISI P.S The Comparison of Zig-Zag Run and Plyometric Exercise

toward Agility Level in Students Member of Badminton Extracurricular at SMA

Negeri 1 Sesenapadang (Supervised by Salki Sadmita and Andi Besse Ahsaniyah).

The aim of this study is to identify the comparison of zig-zag run and

plyometric exercise toward agility level in students members of badminton

extracurricular at SMA Negeri 1 Sesenapadang. This is an experimental study

with two groups pretest-posttest design. The independent variable are zig-zag run

and plyometric and dependent variable is agility. Population in this study are

students member of badminton extracurricular at SMA Negeri 1 Sesenapadang

with a total of 24 sample. Sampling technique using purposive sampling based on

inclusive and exclusive criteria. Data collecting by Illionis Agility Run Test

instrument. This study was conducted in 4 weeks with frequency 3 times a week.

Based on data analysis, the result of this study are : (1) There is an

influence of zig-zag run exercise in increasing agility in students members of

badminton extracurricular at SMA Negeri 1 Sesenapadang with value of

significance p < 0,001, p < 0,05. (2) There is an influence of plyometric exercise

in increasing agility in students members of badminton extracurricular at SMA

Negeri 1 Sesenapadang with value of significance p < 0,001, p <0,05. (3) There is

no difference between the result of increased agility of zig-zag run exercise and

the result of increased agility of plyometric exercise (p = 0,36, p > 0,05) but

based on mean differences, zig-zag run exercise better than plyometric exercise in

increasing agility.

Keywords : Zig-zag run, Plyometric, Agility, Badminton

Page 11: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

Page 12: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

xii

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Kelincahan ............................................ 9

B. Tinjauan Umum Tentang Zig-Zag Run .......................................... 18

C. Tinjauan Umum Tentang Plyometric ............................................. 25

D. Tinjauan Umum Tentang Bulutangkis .......................................... 32

E. Tinjauan Hubungan antara Zig-Zag Run dan Plyometric.Terhadap

kelincahan ...................................................................................... 35

F. Kerangka Teori .............................................................................. 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.................................. 39

A. Kerangka Konsep .......................................................................... 39

B. Hipotesis ........................................................................................ 39

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 41

A. Desain Penelitian .......................................................................... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 42

D. Alur Penelitian .............................................................................. 45

E. Variabel Penelitian ....................................................................... 46

Page 13: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

xiii

F. Prosedur Prnrlitian ........................................................................ 48

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 52

H. Masalah Etika ................................................................................ 52

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 54

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 54

B. Pembahasan ................................................................................... 61

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 74

BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 75

A. Kesimpulan ................................................................................... 75

B. Saran ............................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77

LAMPIRAN ................................................................................................... 82

Page 14: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter Penilaian Illionis Agility Run Test .................................... .. 18

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ........................................... .. 54

Tabel 3. Hasil Pre-Test dan Post-Test Latihan Zig-Zag Run dan

Plyometric ......................................................................................... .. 55

Tabel 4. Perbedaan Tingkat Kelincahan Latihan Zig-Zag Run ........................ .. 58

Tabel 5. Perbedaan Tingkat Kelincahan Latihan Plyometric .......................... .. 59

Tabel 6. Perbedaan Tingkat Kelincahan Latihan Zig-Zag Run dan

Plyometric ......................................................................................... .. 60

Page 15: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Illionis Agility Run Test ................................................................ 17

Gambar 2. Zig-Zag Run Exercise .................................................................... 24

Gambar 3. Latihan Plyometric Lateral Cone Hop .......................................... 31

Gambar 4. Bagan Kerangka Teori ................................................................. 38

Gambar 5. Bagan Kerangka Konsep ............................................................... 39

Gambar 6. Desain Penelitian ........................................................................... 41

Gambar 7. Bagan Alur Penelitian .................................................................. 45

Gambar 8. Grafik Hasil Pre-Test dan Post-Test Latihan

Zig-Zag Run................................................................................. 56

Gambar 9. Grafik Hasil Pre-Test dan Post Test Latihan

Plyometric ................................................................................... 57

Page 16: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian..................................................................... 83

Lampiran 2. Surat Telah Melakukan Penelitian Formulir Penelitian............... 84

Lampiran 3 Informed Consent.......................................................................... 85

Lampiran 4 Formulir Penelitian ....................................................................... 86

Lampiran 5 Program Latihan .. ........................................................................ 87

Lampiran 6. Hasil Analisis Data ...................................................................... 89

Lampiran 7 Dokumentasi ................................................................................ 94

Lampiran 8 Riwayat Hidup. ............................................................................ 96

Page 17: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan

kebugaran jasmani. Dalam olahraga tidak hanya melibatkan sistem

muskuloskeletal semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain seperti

sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem ekskresi, sistem saraf dan

masih banyak lagi. Olahraga mempunyai arti penting dalam memelihara

kesehatan dan menyembuhkan tubuh yang tidak sehat (Baresti, 2016).

Olahraga merupakan kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk

memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam

perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,

menyenangkan atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

prestasi (Ramadhani, 2008).

Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat adalah

bulutangkis. Bulutangkis menjadi olahraga terpopuler kelima di dunia dan

dimainkan lebih dari dua ratus juta orang (Heang et al., 2012). Bulutangkis

merupakan olahraga yang paling sukses di Indonesia. Indonesia telah

memenangkan medali emas pada cabang olahraga bulutangkis di setiap

olimpiade sejak bulutangkis dimasukkan pada olimpiade pada tahun 1992

(Hakim, 2011). Permainan bulutangkis bersifat individual yang dapat

dimainkan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang

Page 18: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

2

melawan dua orang dengan menggunakan raket sebagai alat pemukul dan

shuttlechock sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk persegi dan

dibatasi oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah permainan

sendiri dan daerah permainan lawan (Satriya, 2008).

Dalam pertandingan bulutangkis seorang atlet harus dapat menguasai

lapangan dan dapat bergerak ke segala arah dengan cepat dan tepat untuk

mengejar dan mengembalikan shuttlechock ke daerah lawan dengan baik.

Gerakan kaki yang baik diperlukan sekali dalam permainan bulutangkis agar

dapat berpindah tempat ke semua bagian lapangan permainan. Maka dari itu

olahraga bulutangkis merupakan olahraga yang menuntut kemampuan untuk

bergerak dengan cepat kesegala arah, melompat, memukul dan mampu

membaca permainan lawan (Hartanto, 2017). Komponen kondisi fisik

meliputi kekuatan (strength), kecepatan (speed), daya tahan (endurance),

daya ledak otot (muscular explosive power), kelincahan (agility),

keseimbangan (balance), kelentukan (flexibility), dan koordinasi

(coordination). Pemain bulutangkis memerlukan komponen kondisi fisik

kelincahan (agility) yang dipengaruhi kondisi fisik yang lain salah satunya

power otot tungkai, karena setiap pemain dalam melakukan pukulan mereka

harus mengejar shuttlechock dengan langkah kaki yang ringan dan lincah ke

semua sudut lapangan (Ghaffar, 2014).

Melihat dari karakteristik permainan bulutangkis, komponen-komponen

kondisi fisik yang menonjol adalah kelincahan (agility). Hal ini dikarenakan

atlet harus bisa menguasai lapangan dan dapat bergerak dengan cepat dan

Page 19: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

3

tepat ke berbagai arah (Amalia, 2015). Dalam setiap kejuaraan yang

diselenggarakan oleh pengurus provinsi maupun pengurus kabupaten seperti

kejuaraan Sleman “Open Badminton Championship” tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010 yang diadakan pengururs kabupaten Sleman, banyak atlet

yang mengikuti kejuaraan tersebut masih terasa berat langkah kaki dan

kurang lincah dalam mengejar shuttlechock (Karyono, 2016).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berpendapat bahwa agility

sangat penting pada permainan bulutangkis karena dengan kelincahan yang

baik, pemain dapat bergerak dengan lincah ke seluruh sudut lapangan tanpa

kehilangan keseimbangan untuk mengejar shuttlechock yang diberikan oleh

lawan sehingga penyebab kekalahan saat bermain dapat di minimalisir dan

prestasi dapat ditingkatkan.

Program latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kelincahan

(agility) pemain bulutangkis adalah latihan zig zag run dan latihan plyometric.

Latihan zig zag run adalah gerakan lari berkelok-kelok mengikuti lintasan.

Latihan zig zag run dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan karena

unsur gerak yang terkandung dalam latihan zig zag run merupakan

komponen gerak kelincahan yaitu lari dengan mengubah arah dan posisi

tubuh, kecepatan dan keseimbangan (Wicaksono, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2012)

menunjukkan bahwa metode latihan hexagon drill dan zig zag run

berpengaruh dalam meningkatkan kelincahan atlet bulutangkis dimana latihan

zig zag run lebih efektif daripada latihan hexagon drill. Penelitian lainnya

Page 20: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

4

yang dilakukan oleh Kinanti (2016) menunjukkan bahwa adanya pengaruh

latihan zig zag run terhadap kelincahan pada pemain sepak bola usia 13-15

tahun.

Latihan plyometric adalah latihan yang memadukan beberapa unsur,

dimana biasanya melibatkan gerakan melompat berulang-ulang, berlari, dan

mengubah gerakan secara eksplosif. Gerakan-gerakan ini adalah komponen

yang dapat membantu dalam meningkatkan kelincahan karena

mengeksploitasi adaptasi stretch-shortening cycle melalui sistem

neuromuscular dalam membantu meningkatkan kekuatan otot tungkai

sehingga peningkatan kelincahan dapat tercapai (Heang et al, 2012).

Dalam bidang keolahragaan, banyak peneliti yang menemukan bahwa

latihan plyometric efektif dalam meningkatkan kelincahan. Mereka juga

menemukan bahwa latihan plyometric tidak hanya mencegah kebosanan

terhadap latihan yang bersifat monoton tetapi juga membantu dalam

meningkatkan kekuatan dan kecepatan yang berkontribusi terhadap

peningkatan power yang merupakan kunci untuk peningkatan agility yang

baik. Penelitian yang dilakukan oleh Heang et al (2012) menunjukkan bahwa

adanya peningkatan kelincahan (agility) kelompok eksperimen sebesar 7%

dari kelompok kontrol 2.5% pada atlet bulutangkis sehingga peneliti

merekomendasikan latihan plyometric untuk meningkatkan kelincahan

(agility).

Menurut peniliti, latihan zig-zag run sangat bagus digunakan untuk

meningkatkan kelincahan karena bentuk latihannya yang mengharuskan

Page 21: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

5

pemain untuk mengubah arah secara cepat sehingga jika dilakukan secara

terus menerus maka akan membuat pemain menjadi terbiasa untuk mengubah

arah tanpa harus kehilangan keseimbangannya. Begitupun dengan latihan

plyometric dimana gerakan dari latihan ini melatih keseimbangan dinamis

yang akan meningkatkan gerakan pada otot-otot tungkai sehingga bisa

meningkatkan kelincahan apabila dilatihkan secara rutin dan sesuai dosis

yang tepat.

Dalam penelitian ini peneliti ingin membandingkan latihan zig-zag run

dengan latihan plyometric karena sejauh ini belum ada penelitian yang

membandingkan langsung antara latihan zig-zag run dengan plyometric

terhadap kelincahan. Selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

telah dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan pre test pada

anggota klub bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang, Kabupaten Mamasa,

Sulawesi Barat menunjukkan kurangnya kelincahan (agility) pada anggota

klub bulutangkis. Hal itu diakibatkan karena tidak adanya latihan khusus

untuk melatih kelincahan (agility) sebelum memulai latihan bulutangkis.

Hasil pre test menggunakan Illionis agility run test pada anggota klub

bulutangkis juga menunjukkan hasil yang berbeda. Dari 24 orang anggota

terdapat 1 orang yang memiliki kelincahan bagus, 6 orang yang memiliki

kelincahan sedang, 8 orang yang memiliki kelincahan kurang dan 9 orang

yang memiliki kelincahan sangat kurang. Dari segi prestasi, anggota klub

bulutangkis di SMA Negeri 1 Sesenapadang tidak pernah memenangkan

pertandingan tingkat kabupaten melawan sekolah lain dan tidak pernah lolos

Page 22: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

6

ke tingkat provinsi maupun nasional. Hal ini bisa diakibatkan karena

kurangnya kelincahan pada pemain saat ingin mengejar shuttlechock ke sisi

lain lapangan. Padahal seorang pemain bulutangkis haruslah memiliki

kelincahan yang baik.

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan pengaruh pemberian

latihan zig zag run dengan latihan plyometric terhadap tingkat kelincahan

pada anggota klub bulutangkis di SMA Negeri 1 Sesenapadang Kabupaten

Mamasa, Sulawesi Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,

terdapat perbedaan tingkat kelincahan antara sebelum dan sesudah pemberian

latihan zig zag run dan plyometric, sehingga pertanyaan peneliti yaitu :

1. Apakah ada perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah

pemberian latihan zig zag run pada anggota esktrakurikuler bulutangkis di

SMA Negeri 1 Sesenapadang?

2. Apakah ada perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah pemberian

latihan plyometric pada anggota ekstrakurikuler bulutangkis di SMA

Negeri 1 Sesenapadang?

3. Apakah ada perbedaan antara latihan zig zag run dengan latihan plyometric

dalam meningkatkan kelincahan pada anggota ekstrakurikuler bulutangkis

di SMA Negeri 1 Sesenapadang?

Page 23: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya perbedaan tingkat kelincahan antara sebelum dan

sesudah pemberian latihan zig zag run dan latihan plyometric pada

anggota ekstrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 1 Sesenapadang

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah

pemberian latihan zig zag run pada anggota ekstrakurikuler

bulutangkis di SMA Negeri 1 Sesenapadang

b. Diketahuinya perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah

pemberian latihan plyometric pada anggota ekstraurikuler bulutangkis

di SMA Negeri 1 Sesenapadang

c. Diketahuinya perbedaan antara latihan zig zag run dengan latihan

plyometric dalam meningkatkan kelincahan pada anggota

ekstrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 1 Sesenapadang

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Sebagai bahan referensi serta kajian pustaka mengenai perbandingan

pengaruh latihan zig zag run dengan latihan plyometric terhadap tingkat

kelincahan bagi pembaca baik atlet, pelatih, fisioterapis maupun

masyarakat umum.

Page 24: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

8

2. Manfaat Aplikatif

a. Fisioterapis

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi fisioterapis

dalam mengembangkan latihan-latihan yang efektif untuk

meningkatkan kelincahan.

b. Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau bahan pembanding bagi

pihak yang akan meneliti masalah yang sama.

c. Siswa / Atlet

Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi siswa/atlet untuk

meningkatkan kelincahan dan prestasi dalam bidang olahraga.

Page 25: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kelincahan

1. Definisi Kelincahan

Kelincahan merupakan kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara

cepat tanpa adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan

keseimbangan (Kuswendi, 2012). Kelincahan merupakan kemampuan

untuk mengubah posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika

sedang bergerak cepat tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran

orientasi terhadap tubuh. Dalam komponen kelincahan ini sudah termasuk

unsur mengelak dengan cepat, mengubah posisi tubuh dengan cepat,

bergerak lalu berhenti dan dilanjutkan dengan bergerak secepatnya

(Halim, 2011).

Kelincahan adalah keterampilan untuk mengubah arah gerakan tubuh

atau bagian tubuh secara tiba-tiba. Kelincahan merupakan kemampuan

untuk mengubah posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang

bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi

tubuh. Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk berlari cepat

dengan mengubah-ubah arahnya. Apabila seorang pemain bulutangkis

memiliki kelincahan yang bagus, maka akan mempermudah pemain untuk

mengejar dan menjangkau shuttlechock dengan posisi yang benar saat

memukul shuttlechock (Wicaksono, 2014).

Page 26: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

10

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelincahan

merupakan kemampuan seseorang dalam mengubah arah gerakan tubuh

secara cepat dan tepat tanpa adanya gangguan keseimbangan dan

kesadaran akan posisi tubuh sehingga seorang atlet dengan kelincahan

yang baik dapat mengejar dan memukul shuttlechock dengan posisi yang

benar.

2. Macam-macam Kelincahan

Menurut Mylsidavu dan Kurniawan (2015) kelincahan dikelompokkan

menjadi dua macam, yaitu :

a. Kelincahan Umum (General Agility) adalah kelincahan seseorang

untuk menghadapi olahraga pada umumnya dan menghadapi situasi

hidup dengan lingkungan.

b. Kelincahan Khusus (Special Agility) adalah kelincahan yang

diperlukan sesuai dengan cabang olahraga yang diikutinya. Artinya,

kelincahan yang dibutuhkan memiliki karakteristik tertentu sesuai

tuntutan cabang olahraga yang ditekuni.

3. Manfaat Kelincahan

Fitriani (2016) berpendapat bahwa manfaat dari kelincahan adalah

sebagai berikut:

a. Mengkoordinasi gerak-gerak ganda

b. Mempermudah berlatih dengan teknik-teknik tinggi

c. Gerakan menjadi efisien dan efektif

Page 27: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

11

d. Mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan

lingkungan bertanding

e. Menghindari terjadinya cedera

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelincahan

Menurut Depdiknas (2000 dalam Kuswendi, 2012) faktor yang

mempengaruhi kelincahan yaitu kekuatan otot, kecepatan, daya ledak otot,

waktu reaksi, keseimbangan, dan koordinasi. Selain itu, adapaun faktor

lain yang mempengaruhi kelincahan yaitu :

a. Tipe Tubuh

Orang yang tergolong mesomorf (seseorang dengan tubuh yang mudah

gemuk ataupun mudah kurus) lebih tangkas dari pada eksomorf

(seseorang dengan tubuh kurus dan sulit gemuk) dan endomorf

(seseorang dengan tubuh besar dan lebih mudah gemuk).

b. Umur

Kelincahan meningkat sampai kira-kira umur 12 tahun pada waktu

mulai memasuki masa rapid growth. Selama periode tersebut

kelincahan tidak meningkat bahkan tidak menurun. Setelah melewati

masa rapid growth kelincahan meningkat lagi sampai anak mencapai

umur dewasa dan kemudian menurun menjelang usia lanjut.

c. Jenis Kelamin

Anak laki-laki memiliki kelincahan sedikit lebih baik dari perempuan

sebelum umur pubertas. Setelah umur pubertas perbedaan

kelincahannya lebih mencolok.

Page 28: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

12

d. Berat Badan

Kelincahan dapat dipengaruhi oleh postur tubuh yang dimiliki oleh

para pemain karena berat badan yang berlebih dapat mengurangi

kelincahan. Seseorang dengan berat badan berlebih akan memiliki

kelincahan yang kurang terlihat dari lambatya transisi merubah

gerakan.

e. Kelelahan

Kelelahan dapat mengurangi kelincahan karena akan mengakibatkan

otot tidak dapat bekerja maksimal selama latihan. Oleh karena itu,

penting untuk memelihara daya tahan jantung dan otot agar kelelahan

tidak mudah timbul. Sebelum melakukan latihan ada baiknya untuk

mengukur vital sign sehingga kondisi fisik pemain dapat diketahui

untuk memaksimalkan latihan.

Adapun faktor yang mempengaruhi kelincahan menurut Ismayarti

(2008) yaitu :

a. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan

yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang singkat.

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan

cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-

anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan

tergantung dari faktor yang mempengaruhinya, yaitu kekuatan, waktu

reaksi (reaction time), dan fleksibilitas.(Anggita, 2015).

Page 29: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

13

b. Koordinasi

Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat

kompleks.Koordinasi erat kaitannya dengan kecepatan, kekuatan,

daya tahan, dan kelentukan (Nugroho, 2017).

c. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi dalam

jangkauan gerakan secara penuh dan bebas dengan tidak merasakan

nyeri. Fleksibilitas diarahkan kepada kebebasan luas gerak sendi atau

ROM. Fleksibilitas juga faktor penting yang mempengaruhi

kelincahan. Semakin lentur jaringan otot atau jaringan yang secara

bersama-sama bekerja seperti sendi, ligamen, dan tendon akan didapat

peningkatan kelincahan (Kisner, 2012).

d. Waktu Reaksi

Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon

kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan.Melalui

rangsangan (stimulus) reaksi tersebut mendapat sumber dari

pendengaran, pandangan (visual), rabaan maupun gabungan antara

pendengaran dan rabaan. Neurofisiologis melibatkan potensiasi

perubahan karakteristik kekuatan kecepatan komponen kontraktil otot

disebabkan oleh bentangan aksi otot konsentris dengan menggunakan

refleks regang. Refleks regang adalah respon paksa tubuh untuk

stimulus eksternal yang membentang otot (Nenggala, 2007).

Page 30: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

14

e. Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah kemampuan jaringan kontraktil dalam

menghasilkan tegangan dan tenaga berdasarkan beban yang diberikan

pada otot. Kekuatan otot juga dapat diartikan sebagai kekuatan

maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot atau grup otot dalam

mengatasi tahanan yang diberikan dalam sekali usaha (Kisner, 2012).

5. Otot yang Berperan pada Kelincahan

Daerah tungkai memiliki beberapa grup otot besar yang dapat

memberikan konstribusi terhadap kelincahan. Beberapa grup otot tersebut

yaitu :

a. Grup Otot Quadriceps Femoris yang terdiri dari :

1) Otot Rectus Femoris

2) Otot Vastus Lateralis

3) Otot Vastus Medialis

4) Otot Vastus Intermedius

b. Grup Otot Hamstring yang terdiri dari :

1) Otot Biceps Femoris

2) Otot Semitendinosus

3) Otot Semimembranosus

c. Grup Otot Plantar Fleksor Ankle yang terdiri dari :

1) Otot Gastrocnemius

2) Otot Soleus

d. Grup Otot Dorsi Fleksor Ankle yang terdiri dari :

Page 31: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

15

1) Otot Tibialis Anterior

2) Otot Ekstensor Digitorum Longus

3) Otot Ekstensor Hallucis Longus

e. Grup Otot Gluteal

1) Otot Gluteus Maximus

2) Otot Gluteus Medius

3) Otot Gluteus Minimus

6. Mekanisme dan Fisiologi Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu komponen biomotorik yang unik,

dimana keunikan kelincahan adalah memainkan peranan yang khusus

terhadap mobilitas fisik. Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik

tunggal, akan tetapi tersusun dari komponen koordinasi, power,

kelentukan, dan kecepatan (Restu 2008).

Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut

otot.Kecepatan otot tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut

otot.Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya rekat serabut-serabut

otot dan kecepatan transmisi impuls saraf.Seseorang yang mampu

mengubah arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi

dengan koordinasi gerak yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi

(Nugroho, 2017).

Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-ulang memerlukan

kontraksi konsentris dan eksentris secara bergantian pada kelompokotot

tertentu. Sebagai contoh saat berlari melintasi rintangan, seorang atlet

Page 32: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

16

harus mengurangi kecepatan larinya saat atlet akan mengubah arah. Untuk

melakukan ini, otot knee extensor dan hip extensor mengalami kontraksi

eksentris (penguluran) saat otot ini memperlambat momentum tubuh yang

bergerak ke depan. Kemudian dengan cepat otot-otot itu harus mengalami

suatu konsentris pada saat otot tersebut memacu tubuh ke arah yang baru.

Gerakan-gerakan kelincahan menuntut terjadinya pengurangan kecepatan

dan pemacuan momentum secara bergantian. Momentum sama dengan

massa dikalikan kecepatan. Massa seorang atlet relatif konstan, tetapi

kecepatan dapat ditingkatkan melalui latihan dan program pengembangan

otot. Di antara dua atlet yang memiliki massa yang sama, atlet yang

memiliki otot lebih kuat dalam tes kelincahan akan lebih unggul (Naufal,

2016).

Elastisitas otot sangat penting dalam kelincahan karena makin

panjang otot tungkai dapat terulur, makin kuat dan cepat otot dapat

memendek atau berkontraksi. Dengan diberikan pelatihan, otot-otot akan

menjadi lebih elastis dan ruang gerak sendi akan semakin baik sehingga

persendian akan menjadi sangat lentur sehingga menyebabkan ayunan

tungkai dalam melakukan langkah-langkah menjadi sangat lebar. Dengan

otot yang elastis, tidak akan menghambat gerakan-gerakan otot tungkai

sehingga langkah kaki dapat dilakukan dengan cepat dan panjang.

Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena dalam pelatihan ini harus

mampu mengontrol keadaan tubuh saat melakukan pergerakan. Dengan

Page 33: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

17

meningkatnya komponen-komponen tersebut maka kelincahan akan

mengalami peningkatan (Nugroho, 2017).

7. Pengukuran Kelincahan

Pada penelitian ini, peneliti akan mengukur kelincahan pemain

bulutangkis menggunakan metode pengukuran Illionis Agility Run Test

karena berdasarkan uji reliabilitas memiliki nilai r = 0,965 (Heang et al.,

2012). Dalam tes ini diperlukan stopwatch, delapan cone dan lapangan

dengan luas 10m x 5m. Empat cone diletakkan di keempat sudut lapangan

sedangkan empat lainnya diletakkan di tengah dengan jarak yang sama

yaitu 3,3m.

Gambar 1.Illionis Agility Run Test

Sumber : Referee Fitness Test Protocol, 2014

Prosedur Pelaksanaan :

a. Peneliti mengukur lapangan dengan luas 10m x 5m kemudian

meletakkan empat cone disetiap sudutnya dimana dua sudut sebagai

titik start dan finish sedangkan dua sudut lainnya sebagai titik balik

b. Letakkan empat cone lainnya di tengah lapangan membentuk garis

lurus dengan jarak masing-masing cone 3,3m

Page 34: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

18

c. Peneliti menjelaskan jalur lintasan yang akan dilalui kemudian memberi

contoh

d. Pemain berdiri di depan cone start untuk memulai tes namun sebelum

memulai ada baiknya jika pemain mencoba jalur lintasan untuk latihan

e. Saat peneliti memberikan aba-aba ”mulai” maka atlet berlari secepat

mungkin dari titik start sampai titik finish melalui lintasan tanpa

menyentuh cone dan peneliti menjalankan stopwatch untuk menghitung

waktu yang dilalui atlet sepanjang lintasan

f. Peneliti mencatat waktu yang dicapai oleh atlet kemudian mencocokkan

dengan parameter illionis agility run test dalam satuan detik

Tabel 1. Parameter Penilaian Illionis Agility Run Test

No Klasifikasi Nilai (detik)

1 Sangat Bagus <15,2

2 Bagus 15,2 – 16,1

3 Sedang 16,2 – 18,1

4 Kurang 18,2 – 19,3

5 Sangat

Kurang

>19.3

Sumber : Referee Fitness Test Protocol, 2014

B. Tinjaun Umum Tentang Zig-Zag Run

1. Definisi Zig-Zag Run

Zig-zag run adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan dengan

gerakan berkelok-kelok melewati rintangan yang telah disiapkan,

dengan tujuan untuk melatih kemampuan berubah arah dengan cepat

Page 35: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

19

(Sukma 2015). Zig-zag run adalah gerakan lari berkelok-kelok mengikuti

lintasan. Latihan zig-zag run dapat digunakan untuk meningkatkan

kelincahan karena unsur gerak yang terkandung dalam latihan zig-zag run

merupakan komponen gerak kelincahan yaitu lari dengan mengubah arah

dan posisi tubuh, kecepatan, keseimbangan yang juga merupakan

komponen gerak kelincahan (Fitriani, 2016).

Latihan zig-zag run atau lari berkelok-kelok adalah suatu latihan

melewati rintangan dengan mengejar waktu yang sesingkat-singkatnya

dalam menempuh jarak tertentu serta mengandung komponen gerak

kelincahan yaitu lari dengan mengubah arah, mengubah posisi tubuh,

kecepatan dan keseimbangan (Wicaksono, 2014). Keuntungan dan

kerugian zig-zag run exercise yaitu kemungkinan cedera lebih kecil karena

sudut ketajaman berbelok arah lebih kecil, yakni 45° dan 90° dan banyak

membutuhkan koordinasi gerak tubuh, sehingga mempermudah dalam tes

kelincahan. Sedangkan kerugiannya yaitu secara psikis arah lari perlu

pengingatan lebih dan atlet tidak biasa dengan ketajaman sudut lari

sehingga pada saat melakukan tes kelincahan lebih sulit sehingga

konsentrasi atlet akan terpusat pada arah belok dan bukan pada kecepatan

larinya. Sesuai dengan tujuannya zig- zag run exercise dibedakan menjadi

dua yaitu zig-zag run exercise untuk mengukur kelincahan seseorang dan

zig-zag run exercise untuk merubah arah gerak tubuh atau bagian tubuh

(Fitriani, 2016).

Page 36: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

20

2. Fisiologi Latihan Zig-Zag Run

Tujuan latihan zig-zag run adalah untuk menguasai keterampilan lari,

menghindar dari berbagai halangan baik orang maupun benda yang ada

disekeliling. Latihan zig-zag run nantinya sangat membantu mereka

bergerak dengan lincah, cepat, dan membalas pukulan dari lawan (Sukma,

2015). Pada saat latihan, zig-zag run melibatkan berlari secara sprint yang

akan membuat kontraksi eksentrik-konsentrik oleh otot ekstensor yang

dikenal dengan stretch-shortening cycle (SSC) yang akan menghasilkan

kontraksi kosentrik lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi kosentrik

tanpa adanya gerakan eksentrik sebelumnya. Latihan ini dapat

meningkatkan kecepatan konduktifitas saraf dan meningkatkan koordinasi

neuromuscular yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan

reaksi sehingga hal ini akan membentuk suatu gerakan yang efektif dan

efisien (Gutomo, 2016).

Hal yang terjadi saat diberikan latihan zig-zag run yaitu terjadinya

adaptasi pada sistem neuromuscular berupa meningkatnya elastisitas otot

dan terjadinya keseimbangan dinamis. Elastisistas otot dapat meningkat

akibat adanya adaptasi dari otot saat melakukan latihan secara terus

menerus sehingga nantinya akan meningkatkan fleksibilitas pada otot yaitu

kemampuan suatu otot untuk melakukan gerakan secara maksimal dalam

suatu ruang gerak sendi. Setiap perubahan yang terjadi di dalam otot selalu

dideteksi oleh propioseptor utuk diinformasikan ke susunan saraf pusat

kemudian dari susunan saraf pusat dikeluarkan instruksi untuk

Page 37: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

21

menyesuaikan kondisi otot. Dari kondisi ini timbul gerak tubuh baru untuk

disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak tubuh secara sistemik.

Propioseptor ini terletak pada otot, tendon, kapsul, ligament dan selaput-

selaput lainnya. Muscle propioseptor terdiri dari muscle spindle dan golgi

tendon organ yang berperan terhadap daya regang otot sehingga setiap

pergerakan tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendon

organ. Muscle spindle terletak di dalam otot yang merupakan suatu

reseptor yang menerima rangsangan dari otot sehingga regangan yang

cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle yang

kemudian muscle spindle akan mengirim impuls ke spinal cord menuju

jaringan otot dengan cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan

kuat. Golgi tendon organ adalah stretch receptor yang terletak di dalam

tendon otot. Jika terdapat tegangan otot yang berlebihan maka sinyal-

sinyal dari golgi tendon organ merambat ke medulla spinalis yang

menyebabkan terjadinya hambatan respon terhadap kontraksi otot yang

terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya robekan pada otot akibat

tegangan yang berlebih.

Adaptasi keseimbangan dinamis juga dapat terbentuk apabila diberikan

latihan zig-zag run secara teratur sehingga seseorang dapat mengontrol

posisi tubuhnya saat sedang melakukan gerakan. Keseimbangan dinamis

dalam tubuh diatur pada aparatus verstibular dimana apparatus vestibular

ini memiliki fungsi memberikan informasi penting untuk sensasi

keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala, gerakan mata, dan postur

Page 38: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

22

tubuh. Sel rambut pada aparatus vestibularis terdiri dari satu kinosilium

dan 20 - 50 streosilia. Pada saat streosilia bergerak searah dengan

kinosilium akan meregangkan tip link , yang menghubungkan streosilia

dengan kinosilium. Tip link yang teregang akan membuka saluran ion

gerbang mekanis di sel-sel rambut sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan

K+ masuk ke dalam sehingga terjadi depolarisasi sedangkan pada saat

streosilia bergerak berlawanan arah dengan kinosilium maka tip link tidak

teregang dan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut akan

tertutup sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke

dalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Sel rambut akan bersinaps pada

ujung saraf aferen dan akan masuk ke dalam saraf vestibular. Saraf ini

akan bersatu dengan saraf koklearis menjadi saraf vestibulokoklearis dan

akan dibawa ke nukleus vestibularis di batang otak. Dari nukleus

vestibularis akan ke serebellum untuk pengolahan koordinasi, ke neuron

motorik otot ekstremitas untuk pemeliharaan keseimbangan dan postur

yang diinginkan, ke neuron motorik otot mata untuk kontrol gerakan mata,

dan ke SSP untuk persepsi gerakan dan orientasi. Adaptasi yang terjadi

pada keseimbangan dinamis ini akan mengakibatkan gerakan pada otot-

otot tungkai meningkat sehingga dapat terjadi peningkatan kecepatan

(speed) (Gerry, 2016).

Pelatihan zig-zag runini akan membuat otot mengalami kontraksi

sebagai bentuk respon terhadap beban yang diberikan. Sebagai efek dari

diberikan pelatihan adalah adanya perubahan sebagai bentuk adaptasi dari

Page 39: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

23

tubuh terhadap pelatihan yang diberikan berupa peningkatan kemampuan

kerja otot. Dengan diberikan pelatihan yang sesuai dengan prinsip

pelatihan nantinya akan memberikan pengaruh secara fisiologis bagi otot

khususnya otot tungkai dan dengan perubahan ini akan memberikan

dampak terhadap peningkatan kecepatan dan kelincahan (Sukma, 2015).

Dengan pelatihan zig-zag run maka unsur kebugaran jasmani seperti

kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas sendi lutut dan pinggul,

elastisitas otot dan keseimbangan dinamis akan mengalami peningkatan

fungsi secara fisiologis sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan

kelincahan kaki. Kekuatan merupakan kemampuan neuromuscular untuk

mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam.Akan terjadi peningkatan

kemampuan dan respon fisiologis pada pelatihan ini yaitu hypertrophy

(pembesaran otot), dan adaptasi persyarafan. Terjadinya hypertrophy

disebabkan oleh bertambahnya jumlah myofibril pada setiap serabut otot,

meningkatknya kepadatan kapiler pada serabut otot. Terjadinya adaptasi

persarafan ditandai dengan peningkatan teknik dan tingkat keterampilan

seseorang (Aulia, 2016).

3. Bentuk Latihan Zig-Zag Run

Prosedur pelaksanaan latihan zig-zag run untuk meningkatkan

kelincahan adalah sebagai berikut :

a. Peneliti mengukur lapangan dengan luas 5 x 3 meter, kemudian

meletakkan empat cone pada setiap sudut lapangan. Ujung kiri

lapangan yang terdapat sebuah cone diberi tanda start dan finish.

Page 40: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

24

b. Letakkan satu cone lainnya pada area pertengahan lapangan.

c. Pemain berdiri di depan cone start, kemudian peneliti menjelaskan

jalur lintasan yang akan dilakukan sampai finish.

d. Ketika peneliti memberi aba-aba “mulai” maka atlet berlari secepat

mungkin mengikuti jalur lari sampai finish tanpa menyentuh cone

Gambar 2. Zig-Zag Run Exercise

Sumber : Vovonews, 2017

Pemberian dosis pada latihan zig-zag run harus memperhatikan

frekuensi latihan dan intensitas latihan. Intensitas adalah ukuran yang

menunjukkan kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Untuk

menentukan besarnya ukuran intensitas antara lain dengan cara

menggunakan denyut jantung, kecepatan, jarak tempuh, jumlah repetisi,

pemberian waktu recovery dan interval. Frekuensi merupakan jumlah

latihan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu dimana pada

umumnya periode waktu yang digunakan adalah satu minggu. Frekuensi

latihan ini bertujuan untuk menunjukkan jumlah sesi latihan pada setiap

minggunya. Program latihan fisik dengan frekuensi 3 kali perminggu

selama 4 minggu merupakan stressor fisik yang dapat dikondisikan,

sehingga tubuh beradaptasi dan sekaligus mampu memperbaiki dan

Page 41: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

25

meningkatkan fungsi sistem tubuh. Frekuensi latihan sebaiknya dilakukan

minimal 3 kali seminggu dan diusahakan tidak ada tiga kali berturut-turut

melakukan pelatihan dan harus diselingi istirahat sehari atau dua hari agar

kekuatan yang telah dilatihkan tidak menurun lagi dari kekuatan semula

(Wedana, 2014). Penentuan dosis dalam penelitian ini ditentukan

berdasarkan dosis penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitriani

(2016) dimana peneliti meningkatkan intensitas latihan setiap minggunya

agar dapat meningkatkan kelincahan pada pemain.

C. Tinjauan Umum Tentang Plyometric

1. Definisi Plyometric

Plyometric merupakan sebuah bentuk latihan yang dirancang untuk

menghasilkan kecepatan, kekuatan dan meningkatkan fungsi dari sistem

saraf yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan prestasi dalam

bidang keolahragaan (Shah, 2012). Latihan plyometric merupakan suatu

metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran

biomotorik atlet, termasuk kekuatan dan kecepatan yang memiliki aplikasi

yang sangat luas dalam kegiatan olahraga dan secara khusus latihan ini

sangat bermanfaat untuk meningkatkan power. Pola gerakan dalam latihan

plyometric sebagian besar mengikuti konsep power chain dan sebagian

besar latihan khusus melibatkan otot-otot anggota gerak bawah karena

gerakan kelompok otot ini secara nyata merupakan pusat power (Karyono,

2016).

Page 42: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

26

Menurut Radcliffe, plyometric adalah suatu metode untuk

mengembangkan explosive power, yang merupakan komponen penting

dalam pencapaian prestasi sebagian besar atlet. Plyometric berasal dari

kata ”pleythyein” (Yunani) yang berarti untuk meningkatkan, atau dapat

pula diartikan dari kata ”Plio” dan ”Metric” yang artinya more and

measurerespectively yang artinya penguluran. Latihan plyometrics

menunjukan karakteristik kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan

respon yang sangat cepat, beban dinamis (dynamic loading) atau

penguluran otot yang sangat rumit (Alim, 2009).

Latihan plyometric adalah bentuk latihan explosive power dengan

karakteristik menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat,

yaitu otot selalu berkontraksi baik saat memanjang (eccentric) maupun

saat memendek (concentric) dalam waktu cepat, sehingga selama bekerja

otot tidak ada waktu relaksasi (Alim, 2009). Sebagai metode latihan fisik,

latihan plyometric dapat dibedakan menjadi tiga kelompok latihan yaitu

latihan utuk anggota gerak bawah, latihan untuk batang tubuh, dan latihan

untuk anggota gerak atas (Karyono, 2016).

2. Fisiologi Latihan Plyometric

Latihan plyometric merupakan olahraga jenis anaerobik yaitu

aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat

dalam waktu singkat, namun tidak dapat dilakukan secara terus-menerus

dalam durasi lama. Latihan olahraga anaerobic membutuhkan interval

istirahat agar adenosin trifosfat dapat diregenerasi, sehingga dapat

Page 43: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

27

melanjutkan kegiatan kembali. Energi yang digunakan oleh tubuh untuk

melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini diperoleh

melalui glikolisis glukosa secara anaerobik, serta melalui hidrolisis

fosfokreatin. Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat berjalan

tanpa oksigen. Glikolisis merupakan salah satu bentuk dari metabolisme

energi yang dapat berjalan secara anaerobik. Inti dari proses glikolisis

yang terjadi didalam sel sitoplasma adalah mengubah molekul glukosa

menjadi asam piruvat dimana proses ini disertai juga dengan pembentukan

adenosine trifosfat. Jumlah adenosin trifosfat yang dihasilkan oleh proses

glikolisis ini akan berbeda, bergantung pada asal molekul glukosa.

Molekul asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis dapat

mengalami proses metabolisme lanjut secara aerobik maupun anaerobik,

bergantung pada ketersediaan oksigen didalam tubuh. Pada saat latihan

dengan intensitas rendah, dimana ketersediaan oksigen didalam tubuh

cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini diubah menjadi

karbon dioksida dan air didalam mitokndria sel. Jika ketersediaan oksigen

terbatas didalam tubuh atau pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat

seperti saat melakukan lari cepat jarak pendek, maka asam piruvat tersebut

akan terkonversi menjadi asam laktat (Chrisly et al, 2015).

Terdapat tiga fase dalam melakukan latihan plyometric yaitu fase

pertama adalah gerakan pemanjangan otot secara cepat yang dikenal

sebagai fase eksentrik, yang kedua melibatkan periode istirahat yang

dikenal sebagai fase amortisasi dan fase ketiga yaitu atlet terlibat dalam

Page 44: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

28

gerakan pemendekan otot secara eksplosif yang disebut fase konsentris.

Atlet mengulangi ketiga siklus ini secepat mungkin dengan tujuan untuk

mengurangi waktu antara kontraksi eksentrik dan konsentris. Pengurangan

waktu ini menyebabkan atlet menjadi lebih cepat dan lebih kuat karena

akan meningkatkan fungsi otot, tendon dan saraf. Peningkatan kekuatan

fisik membuat atlet dapat berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi dan

memukul lebih keras (Wang et al, 2016).

Ada dua jenis reseptor yang berfungsi pada refleks regang sebagai

dasar kontraksi otot, yaitu muscle spindle dan organ tendon golgi. Reseptor

utama yang bertangung jawab untuk mendeteksi pemanjangan serat otot

secara cepat adalah muscle spindle, yang mampu merespon baik tingkat

perubahan maupun besarnya panjang serat otot. Sedangkan organ tendon

golgi, terletak pada tendon-tendon dan merespon tekanan yang berlebihan

sebagai akibat dari kontraksi dan penguluran otot yang sangat kuat. Kedua

reseptor ini berfungsi secara refleks, dari kedua jenis reseptor otot tersebut

muscle spindle mungkin lebih penting pada plyometric dimana muscle

spindle ini mampu mengemisikan dua jenis respon yaitu statis dan

dinamis. Respon dinamis dari muscle spindle ini menjadi elemen

fungsional penting dari gerakan plyometric (Alim, 2009).

Menurut Radcliffe, innervasi muscle spindle bersifat kompleks, baik

saraf sensoris maupun saraf motorik terlibat disini. Inervasi sensor utama

terletak pada pusat kantung inti serat intrafusal. Ujung serat intrafusal ini

melekat kuat pada dinding sel dari serat otot rangka sehingga setiap

Page 45: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

29

perubahan ukuran serat otot rangka diakibatkan oleh perubahan panjang

pada intrafusal. Suatu respon statis dapat terjadi ketika serat intrafusal

meregang secara perlahan akibat peregangan pada serat otot rangka atau

dari stimulasi langsung intrafusal oleh sistem gamma-afferent. Dalam

respon dinamis dari muscle spindle, reseptor primer diaktifkan oleh

perubahan panjang serat intrafusal secara cepat yang terlilit disekitar

muscle spindle kemudian reseptor primer mengirimkan banyak impuls

pada saraf tulang belakang. Variabel penting dalam respon dinamis adalah

kecepatan terjadinya peregangan otot. Fungsi utama muscle spindle yaitu

untuk mendapatkan refleks myotatic atau yang sering disebut dengan

refleks meregang dalam proses neuromuscular yang melambangkan dasar

gerak plyometric. Ketika serat otot secara cepat diberikan pembebanan

maka akan menyebabkan peregangan secara tiba-tiba sehingga

pemanjangan serat otot yang terdeteksi oleh muscle spindle akan

mengakibatakan respon dinamis (Alim, 2009).

Latihan plyometric telah terbukti efektif dan efisien dalam

meningkatkan kekuatan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Heang membuktikan bahwa latihan plyometric ketika dilatihkan secara

teratur maka dapat meningkatkan kelincahan. Latihan plyometric dapat

meningkatkan keseimbangan dan kontrol tubuh selama gerakan dimana hal

tersebut dapat meningkatkan kelincahan. Latihan plyometric tidak hanya

menguatkan sendi, tendon dan otot tetapi juga melatih sistem saraf untuk

Page 46: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

30

bereaksi lebih efisien dimana semua efek tersebut dapat meningkatkan

kelincahan (Heang et al, 2012).

Aktivitas otot yang kuat menyebabkan ukuran otot bertambah, garis

tengah tiap serabut otot meningkat, sarkolema meningkat, dan serat-serat

mendapat zat gizi serta zat antara metabolisme seperti adenosine trifosfat,

keratin fosfat, glikogen lipid intersel mitokondria bertambah, myofibril

juga bertambah jumlahnya dan ukurannya. Hipertropi otot meningkatkan

daya gerak otot dan mekanisme zat gizi untuk mempertahankan

peningkatan daya gerak. Aktivitas otot yang lama meningkatkan ketahanan

otot, menyebabkan peningkatan enzim-enzim oksidatif, mioglobulin, dan

kapiler darah yang penting untuk peningkatan metabolism otot. Perubahan

pada serabut otot tidak semuanya terjadi pada tingkat yang sama,

peningkatan yang lebih besar terjadi pada serabut otot putih (fast twitch)

sehingga terjadi peningkatan kecepatan kontraksi otot (Astrawan, 2016).

3. Bentuk Latihan Plyometric

Plyometric memiliki banyak jenis latihan yang dikelompokkan

kedalam dua bagian yaitu latihan dengan intensitas rendah dan latihan

dengan intensitas tinggi. Latihan dengan intensitas rendah meliputi

skipping, rope jump, lompat rendah dengan langkah pendek, hops,

melompat di atas bangku setinggi 25cm, melempar ball medicine 2-4kg,

dan melempar bola tennis (bola yang relatif ringan) sedangkan latihan

dengan intensitas tinggi meliputi long jumps, triple jumps, lompat tinggi

dengan langkah panjang, melompat di atas bangku lebih dari 35cm,

Page 47: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

31

melempar ball medicine 5-6kg, drop jumps, reaktif jumps, dan melempar

benda yang relative berat (Alim, 2009).

Dalam penelitian ini akan digunakan metode latihan plyometric dengan

intensitas yang rendah yaitu lateral cone hop. Prosedur pelaksanaannya

yaitu :

a. Peneliti menyiapkan sepuluh buah cone yang diletakkan dalam satu

garis lurus dengan jarak 50cm antar cone

b. Peserta berdiri menyamping dengan bahu lurus segaris dengan cone

pertama

c. Peserta melompat kesamping melewati cone dengan dua kaki sampai

cone terakhir

d. Ulangi sesuai dosis yang ditentukan

Gambar 3. Latihan Plyometric Lateral Cone Hop

Sumber : Putra, 2013

Latihan plyometric akan efektif apabila pelatih dapat menyusun

periodesasi latihan dengan tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menentukan dosis yaitu frekuensi, intensitas dan waktu latihan. Frekuensi

merupakan berapa kali latihan akan diberikan dalam satu minggu.

Intensitas merupakan berapa repetisi dan set yang harus dilakukan pemain

dalam satu kali pertemuan. Waktu adalah durasi yang dibutuhkan pemain

Page 48: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

32

selama latihan dimana sebelum mengulangi repetisi latihan pemain harus

diberikan waktu istirahat sekitar 2-3 menit. Penentuan dosis dalam

penelitian ini ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Heang et al (2012) dengan memberikan latihan plyometric

sebanyak 6 kali didapatkan peningkatan kelincahan pada kelompok

eksperimen. Dalam penelitian ini diberikan frekuensi latihan 3 kali

seminggu dengan intensitas yang ditingkatkan setiap minggunya.

D. Tinjauan Umum Tentang Bulutangkis

1. Definisi Bulutangkis

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual

yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua

orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat

pemukul dan shuttlecock sebagai objek pukul, lapangan permainan

berbentuk persegi panjang dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara

daerah permainan sendiri dengan daerah permainan lawan. Tujuan

permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di

daerah permaianan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul

shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri

(Kusumawati, 2017).

Bulutangkis adalah permainan yang menggunakan shuttlecock sebagai

alatnya yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan raket.

Permainan ini dilakukan dalam suatu lapangan yang berbentuk persegi

Page 49: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

33

panjang dan dibagi menjadi dua bagian oleh net sesuai aturan yang berlaku

(Amalia, 2015).

Bulutangkis merupakan salah satu jenis cabang olahraga yang

dimainkan dengan menggunakan net, raket dan shuttlechock.Dalam

cabang olahraga bulutangkis tedapat teknik pukulan shuttlechock yang

bervariasi, mulai dari pukulan yang relatif lambat dengan menggunakan

teknik dasar hingga teknik tingkat tinggi, dan pukulan yang dilakukan

dengan gerakan tipuan maupun tanpa tipuan (Zhannisa, 2016).

Dalam pertandingan bulutangkis mempertandingkan beberapa nomor

pertandingan yaitu, tunggal (single), ganda (double), dan ganda campuran

(mixed double) (Naufal, 2016).

2. Footwork dalam Bulutangkis

Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan

berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik.Untuk bisa memukul

dengan posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan

gerak.Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak

teratur.Sikap dan langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis,

sangat penting dikuasai secara benar oleh setiap pemain.Ini sebagai syarat

untuk meningkatkan kualitas ketrampilan memukul shuttlechock (Hartini,

2012). Melakukan langkah kaki dengan kelincahan yang tinggi dibutuhkan

kemampuan fisik yang bagus, semakin dini seorang atlet bulutangkis dapat

menguasai langkah kaki dengan kelincahan tinggi akan semakin baik

dalam mengantisipasi shuttlecocks yang datang. Pemain agar menguasai

Page 50: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

34

teknik langkah kaki yang baik, selain kondisi fisik, dibutuhkan pula

kemampuan untuk mengontrol gerak bagian-bagian tubuh bawah maupun

gerak tubuh secara keseluruhan, dengan kata lain dibutuhkan gerak

otomatisasi yang baik untuk melakukan langkah kaki dengan kelincahan

tinggi (Karyono, 2011).

Kesalahan pada pelaksanaan gerakan footwork tidak akan memberikan

hasil yang maksimal, baik untuk peningkatan kekuatan otot tungkai

ataupun kelincahan yang berimbas pada cepatnya mengalami kelelahan

saat latihan atau pertandingan. Terjadi pula penurunan keterampilan

kelincahan gerak kaki saat bermain, terlihat pada gerakan yang dilakukan

kurang efektif dan masih belum terkoordinasi dalam praktek di

lapangan.Footwork yang baik mutlak diperlukan oleh seorang pemain

bulutangkis, karena seorang pemain akan mampu bergerak seefisien

mungkin ke semua bagian dalam lapangan. Melakukan pelatihan footwork

yang sesuai dengan prinsip pelatihan nantinya akan memberikan pengaruh

secara fisiologis bagi tingkat keterampilan, khususnya kelincahan dan

dengan perubahan ini akan memberikan dampak terhadap peningkatan

kelincahan pemain sehingga bisa menggapai shuttlecock ke penjuru

lapangan dengan lincah (Astrawan, 2016).

Beberapa faktor yang harus diperhatikan agar dapat menguasai sikap

dan langkah kaki dalam bulutangkis yaitu senantiasa berdiri dengan sikap

dan posisi yang tepat di atas lapangan, melakukan gerak langkah ke depan,

ke belakang, ke samping kanan dan kiri pada saat memukul shuttlechock,

Page 51: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

35

sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh, melangkah sambil

meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk memukul shuttlechock,

dan hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat

menunggu datangnya shuttlechock atau pada saat bergerak untuk

memukul shuttlechock (Hartini, 2012).

E. Tinjauan Hubungan antara Latihan Zig-Zag Run dan Plyometric

Terhadap Kelincahan

Dalam permainan bulutangkis, kelincahan sangat dibutuhkan oleh

pemain. Seorang pemain bulutangkis harus dapat menguasai lapangan dan

dapat bergerak ke segala arah dengan cepat dan tepat untuk mengejar

shuttlechock dan mengembalikannya ke daerah lawan. Gerakan kaki yang

baik sangat diperlukan dalam permainan bulutangkis agar dapat berpindah

tempat ke semua bagian lapangan permainan (Hartanto, 2017).

Latihan zig-zag run merupakan gerakan lari berkelok-kelok mengikuti

lintasan. Latihan zig-zag run dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan

karena unsur gerak yang terkandung dalam latihan zig-zag run merupakan

komponen gerak kelincahan yaitu lari dengan mengubah arah dan posisi

tubuh, kecepatan, keseimbangan yang juga merupakan komponen gerak

kelincahan (Fitriani, 2016).

Pada saat latihan, zig-zag run melibatkan berlari secara sprint yang

akan membuat kontraksi eksentrik-kosentrik oleh otot ekstensor yang dikenal

dengan stretch-shortening cycle (SSC) yang akan menghasilkan kontraksi

kosentrik lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi kosentrik tanpa adanya

Page 52: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

36

gerakan eksentrik sebelumnya. Latihan ini dapat meningkatkan kecepatan

konduktifitas saraf dan meningkatkan koordinasi neuromuscular yang akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan reaksi sehingga hal ini akan

membentuk suatu gerakan yang efektif dan efisien (Gutomo, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2012) dengan

membandingkan antara latihan hexagon drill dan zig zag run terhadap 16

atlet putri PB PWS dan 16 atlet putri PB Pancing Slemanmenunjukkan bahwa

metode latihan hexagon drill dan zig zag run berpengaruh dalam

meningkatkan kelincahan atlet bulutangkis dimana latihan zig zag run lebih

efektif dari latihan hexagon drill.

Latihan plyometric merupakan suatu metode latihan yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kesegaran biomotorik atlet, termasuk

kekuatan dan kecepatan yang memiliki aplikasi yang sangat luas dalam

kegiatan olahraga dan secara khusus latihan ini sangat bermanfaat untuk

meningkatkan power. Pola gerakan dalam latihan plyometric sebagian besar

mengikuti konsep power chain dan sebagian besar latihan khusus melibatkan

otot-otot anggota gerak bawah karena gerakan kelompok otot ini secara nyata

merupakan pusat power (Karyono, 2016).

Gerakan plyometric dimana otot mengalami pembebanan kemudian

berkontraksi dengan cepat yang melibatkan kekuatan, elastisitas dan

persarafan dari otot dan jaringan di sekitarnya untuk melompat lebih tinggi,

berlari lebih cepat, melempar lebih jauh atau memukul lebih keras tergantung

dari tujuan latihan yang diinginkan. Latihan plyometric juga digunakan untuk

Page 53: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

37

meningkatkan kecepatan atau kekuatan kontraksi otot (Shah, 2012). Aktivitas

otot yang kuat menyebabkan ukuran otot bertambah, garis tengah tiap serabut

otot meningkat, sarkolema meningkat, dan serat-serat mendapat zat gizi serta

zat antara metabolisme seperti adenosine trifosfat, keratin fosfat, glikogen

lipid intersel mitokondria bertambah, myofibril juga bertambah jumlahnya

dan ukurannya. Hipertropi otot meningkatkan daya gerak otot dan mekanisme

zat gizi untuk mempertahankan peningkatan daya gerak. Aktivitas otot yang

sangat kuat walaupun hanya beberapa menit terjadi setiap hari.Aktivitas otot

yang lama meningkatkan ketahanan otot, menyebabkan peningkatan enzim-

enzim oksidatif, mioglobulin, dan kapiler darah yang penting untuk

peningkatan metabolisme otot. Perubahan pada serabut otot tidak semuanya

terjadi pada tingkat yang sama, peningkatan yang lebih besar terjadi pada

serabut otot putih (fast twitch) sehingga terjadi peningkatan kecepatan

kontraksi otot (Astrawan, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Heang et al (2012) dengan judul

“Effect of Plyometric Training on the Agility of Students Enrolled in

Required College Badminton Programme” yang dilaksanakan sekali dalam

seminggu selama enam minggu terhadap 42 orang menunjukkan bahwa

adanya peningkatan kelincahan (agility) kelompok eksperimen sebesar 7%

dari kelompok kontrol 2.5% sehingga peneliti merekomendasikan latihan

plyometric untuk meningkatkan kelincahan (agility).

Page 54: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

38

F. Kerangka Teori

Gambar 4. Bagan Kerangka Teori

Zig Zag Run Plyometric

Adaptasi Pada Sistem

Neuromuscular

Keseimbangan

Dinamis Meningkat

Respon dinamis oleh

muscle spindle

Hipertrofi

Otot

Kontraksi Otot

Lebih Kuat

Dapat

MelakukanFootwork

yang Baik

Kecepatan(Speed)

Meningkat

Peningkatan

Fleksibilitas Otot

Stretch-Shortening

Cycle (SSC)

Kontraksi Konsentrik

Meningkat

Explosive Power

Mengurangi waktu

antara kontraksi

eksentrik dan konsentrik

Refleks Myotatic

Kekuatan otot

meningkat

Elastisitas Otot

Meningkat

Meningkatkan

Kelincahan

Page 55: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

77

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen

DDeDependen

Variabel Perancu Variabel Kontrol

Gambar 5. Bagan Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Terdapat Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis dalam

penelitian ini yaitu :

1. Ada perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah pemberian latihan

zig-zag run pada anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA Negeri 1

Sesenapadang

1. ZIg-Zag Run

2. Plyometric

1. Kecepatan

2. Kekuatan Otot

3. Fleksibilitas Otot

Kelincahan

1. Pemberian Latihan Lain

2. Perbedaan Asupan

Nutrisi

3. IMT

1. Gangguan Penglihatan

2. Gangguan Vestibular

3. Cedera Ekstremitas Inferior

4. Jenis Kelamin

Page 56: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

40

2. Ada perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah pemberian latihan

plyometric pada anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA Negeri 1

Sesenapadang

3. Ada perbedaan antara latihan zig-zag run dan latihan plyometric dalam

meningkatkan kelincahan pada anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA

Negeri 1 Sesenapadang

Page 57: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

77

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

desain penelitian two-group pretest-posttest design dengan membagi menjadi

dua kelompok dimana kelompok pertama diberikan perlakuan zig-zag run dan

kelompok kedua diberikan perlakuan plyometric. Adapun desain penelitian

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Desain Penelitian

Keterangan :

X0 = Pre-test kelompok zig-zag run exercise

X1 = Pemberian zig-zag run exercise

X2 = Post-test kelompok zig-zag run exercise

Y0 = Pre-test kelompok plyometric exercise

Y1 = Pemberian plyometric exercise

Y2 = Post-test kelompok plyometric exercise

Y1 Y2 Y0

X0 X1 X2

Page 58: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

42

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sesenapadang, Kabupaten

Mamasa, Sulawesi Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari tanggal 9 April 2018 sampai 4 Mei 2018

selama 4 minggu.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota ekstrakurikuler

bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota ekstrakurikuler bulutangkis

SMA Negeri 1 Sesenapadang sebanyak 24 orang yang dibagi menjadi

dua kelompok yaitu kelompok zig-zag run sebanyak 12 orang dan

kelompok plyometric sebanyak 12 orang. Metode pemilihan sampel yang

digunakan adalah non-probability sampling dengan jenis purposive

sampling dimana jumlah populasi dalam penelitian ini tidak

mendapatkan peluang yang sama untuk dijadikan sampel, tetapi populasi

tersebut dipilih dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk

dijadikan sampel penelitian. Rumus yang digunakan untuk menentukan

jumlah sampel menggunakan rumus slovin :

Page 59: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

43

N

n =

1 + Ne2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Batas toleransi kesalahan

Dimana batas toleransi kesalahan (e) adalah 10% sehingga jumlah

sampel yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

30

n =

1 + (30 x 0,01)

30

n =

1,3

n = 23,07

Jadi didapatkan nilai n = 23,07 atau sama dengan 24.

Adapun kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu :

a. Kriteria Inklusi

1) Subjek rutin mengikuti latihan

Page 60: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

44

2) Subjek berjenis kelamin laki-laki

3) Subjek memiliki nilai IMT normal

4) Subjek bersedia dan menandatangani informed concent

5) Subjek merupakan anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA

Negeri 1 Mamasa

b. Kriteria Eksklusi

1) Subjek mengikuti latihan kelincahan yang lain

2) Subjek mengalami cedera fase akut seperti sprain, strain,

osteoarthritis, fraktur dan cedera lainnya pada ekstremitas inferior

3) Subjek mengalami gangguan penglihatan

4) Subjek mengalami gangguan vestibular

Page 61: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

45

D. Alur Penelitian

Gambar 7. Bagan Alur Penelitian

Studi

Pendahuluan

Menentukan

Sumber Data

Menyusun

Laporan

Penelitian

Interpretasi dan

Penarikan

Kesimpulan

Melakukan

Posttest

Melakukan

Tindakan

Melakukan

Pretest

Menetapkan

Sampel

Menentukan

Populasi

Penentuan dan

Penyusunan

Instrumen

Memilih

Pendekatan

Menentukan

Variabel

Identifikasi

Masalah

Page 62: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

46

E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel

independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat)

sebagai berikut:

a. Variabel independen yaitu pemberian latihan zig-zag run dan latihan

plyometric

b. Variabel dependen yaitu tingkat kelincahan

2. Definisi Operasional Variabel

a. Latihan zig-zag run adalah latihan yang dilakukan dengan cara berlari

melalui lintasan yang telah ditentukan dengan waktu yang sesingkat-

singkatnya tanpa menyentuh atau menjatuhkan cone dan tanpa

kehilangan keseimbangan. Adapun dosis yang diberikan yaitu :

Frekuensi (F) : 3 x dalam 1 minggu

Intensitas (I) : Minggu 1 : 1 set / 2 x repetisi

Minggu II : 1 set / 3 x repetisi

Minggu III : 2 set / 2 x repetisi

Minggu IV : 2 set / 3 x repetisi

Teknik (T) : Zig-zag Run

Time (T) : 30 menit (disesuaikan)

b. Latihan plyometric adalah latihan yang dilakukan dengan cara

melompat melewati sepuluh buah cone yang disusun sejajar dengan

jarak yang telah ditentukan kemudian pemain melompat ke samping

Page 63: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

47

menggunakan dua kaki sampai di ujung cone. Adapun dosis yang

diberikan yaitu :

Frekuensi (F) : 3 x dalam 1 minggu

Intensitas (I) : Minggu 1 : 10 repetisi x 2 set

Minggu II : 10 repetisi x 3 set

Minggu III : 10 repetisi x 4 set

Minggu IV : 10 repetisi x 5 set

Teknik (T) : Lateral Cone Hop

Time (T) : 30 menit (disesuaikan)

c. Tingkat kelincahan adalah kemampuan seseorang merubah arah dan

posisi dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran.

Instrumen yang digunakan untuk menilai tingkat kelincahan atlet yaitu

Ilionis Agility Run Test dimana responden berlari dalam suatu lintasan

yang telah ditentukan kemudian diukur berapa lama responden

melalui lintasan tersebut. Adapun alat bantu yang digunakan dalam

pengambilan data yaitu stopwatch.

Parameter tingkat kelincahan untuk pria adalah sebagai berikut :

Skor < 15.2 detik = Sangat Bagus

Skor 15,2 – 16,1 detik = Bagus

Skor 16,2 – 18,1 detik = Sedang

Skor 18.2 – 19.2 detik = Kurang

Skor > 19.3 detik = Sangat Kurang

Page 64: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

48

F. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Peneliti membuat lembar persetujuan responden dan formulir penelitian

yang akan diberikan kepada responden untuk meminta persetujuan

menjadi sampel penelitian dari awal penelitian sampai selesai

b. Peneliti mengurus surat ijin penelitian

c. Peneilti melakukan sosialisasi tentang penelitian yang akan dilakukan

kepada sampel dan instansi penelitian

d. Peneliti membagikan formulir dan lembar persetujuan kepada

responden untuk memperoleh data pribadi responden

2. Tahap pre-test tingkat kelincahan

a. Instrumen pengukuran

1) Delapan buah cone

2) Meteran

3) Stopwatch

4) Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran

b. Prosedur pengukuran

1) Peneliti mengukur lapangan dengan luas 10m x 5m kemudian

meletakkan empat buah cone disetiap sudutnya dimana dua sudut

sebagai titik start dan finish sedangkan dua sudut lainnya sebagai

titik balik

Page 65: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

49

2) Letakkan empat buah cone lainnya di tengah lapangan membentuk

garis lurus dengan jarak masing-masing cone 3,3m

3) Peneliti menjelaskan jalur lintasan yang akan dilalui kemudian

memberi contoh

4) Pemain berdiri di depan cone start untuk memuali test namun

sebelum memulai ada baiknya jika pemain mencoba jalur lintasan

untuk latihan

5) Saat peneliti memberikan aba-aba “mulai” maka atlet berlari secepat

mungkin dari titik starti sampai titik finish melalui lintasan tanpa

menyentuh cone dan peneliti menjalankan stopwatch untuk

menghitung waktu yang dilalui atlet sepanjang lintasan

6) Peneliti mencatat waktu yang dicapai oleh atlet kemudian

mencocokkan dengan parameter illionis agility run test dalam satuan

detik

3. Tahap latihan zig-zag run

a. Instrumen latihan

1) 5 buah cone

2) Meteran

3) Lapangan berukuran 5m x 3m

b. Prosedur latihan

1) Peneliti mengukur lapangan dengan luas 5m x 3m kemudian

meletakkan empat buah cone pada setiap sudut lapangan. Ujung kiri

lapangan yang terdapat sebuah cone diberi tanda start dan finish

Page 66: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

50

2) Letakkan satu cone lainnya pada area pertengahan lapangan

3) Pemain berdiri di depan cone start, kemudian peneliti menjelaskan

jalur lintasan yang akan dilalui sampai finish

4) Saat peneliti memberikan aba-aba “mulai” maka atlet berlari

mengikuti jalur lari sampai finish tanpa menyentuh cone

c. Dosis latihan

Adapun dosis pemberian latihan zig-zag run yang diberikan adalah

sebagai berikut :

Frekuensi (F) : 3 x dalam 1 minggu

Intensitas (I) : Minggu I : 1 set/2 x repetisi

Minggu II : 1 set/3 x repetisi

Minggu III : 2 set/2 x repetisi

Minggu IV : 2 set/3 x repetisi

Teknik (T) : Zig-zag Run

Time (T) : Minggu I : 30 detik/orang

Minggu II : 45 detik/orang

Minggu III : 2 menit/orang

Minggu IV : 2,5 menit/orang

4. Tahap latihan plyometric

a. Instrumen latihan

1) 10 buah cone

2) Meteran

Page 67: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

51

b. Prosedur latihan

1) Peneliti menyiapakn sepuluh buah cone yang diletakkan dalam satu

garis lurus dengan jarak 50cm antar cone

2) Peserta berdiri menyamping dengan bahu lurus segaris dengan cone

pertama

3) Peserta melompat kesamping melewati cone dengan dua kaki sampai

cone terakhir

4) Ulangi sesuai dosis yang ditentukan

c. Dosis latihan

Adapun dosis pemberian latihan zig-zag run yang diberikan adalah

sebagai berikut :

Frekuensi (F) : 3 x dalam 1 minggu

Intensitas (I) : Minggu I : 10 repetisi x 2 set

Minggu II : 10 repetisi x 3 set

Minggu III : 10 repetisi x 4 set

Minggu IV : 10 repetisi x 5 set

Teknik (T) : Lateral Cone Hop

Time (T) : MInggu I : 40 detik/orang

Minggu II : 60 detik/orang

Minggu III : 80 detik/orang

Minggu IV : 100 detik/orang

Page 68: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

52

5. Tahap post-test tingkat kelincahan

Post-test tingkat kelincahan dilakukan menggunakan parameter

illionis agility run test setelah responden diberikan latihan sesuai

kelompok masing-masing sebanyak 12 kali latihan.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service

Soltion) versi 23, data yang akan dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat dan analisis data menggunakan uji normalitas untuk mengetahui

normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Pengujian normalitas

menggunakan uji shapiro wilk karena sampel kurang dari atau sama dengan

50.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dilakukan uji Paired Sampel T-

Test untuk mengetahui perbedaan pre-test dan post-test latihan zig-zag run

dan latihan plyometric. Selanjutnya dilakukan uji Independen T-Test untuk

mengetahui perbedaan antara latihan zig-zag run dengan latihan plyometric.

H. Masalah Etika

Dalam mengambil data sampel, peneliti memiliki beberapa aturan

mengenai masalah etika, antara lain:

1. Informed Concent

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang memenuhi

kriteria inklusi. Jika bersedia menjadi sampel, maka harus menandatangani

lembar persetujuan. Sampel yang menolak menjadi responden tidak akan

dipaksa dan tetap menghormati haknya.

Page 69: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

53

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi hanya akan memberi kode tertentu pada setiap

responden.

3. Confidientaly

Informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiannya oleh

peneliti dan hanya sekelompok tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil

penelitian.

Page 70: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

77

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 April – 4 Mei 2018 di

SMA Negeri 1 Sesenapadang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Penentuan

sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti,

dimana sampel penelitian ini sebanyak 24 orang yang dibagi menjadi dua

kelompok. Kelompok pertama dengan jumlah 12 orang diberikan perlakuan

berupa latihan zig-zag run sedangkan kelompok kedua dengan jumlah 12

orang diberikan perlakuan berupa latihan plyometric.

Dari hasil penelitian, data yang diperoleh akan dimasukkan dan diolah

dengan menggunakan SPSS 23.0 dan hasil analisis kemudian disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik. Adapun gambaran umum tentang responden akan

disajikan sebagai berikut :

1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik Sampel Frekuensi Persentase (%) Usia

16 9 37,5

17 15 62,5

Total 24 100 Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi sampel usia

16 tahun sebanyak 9 orang atau 37,5% dan frekuensi sampel usia 17

Page 71: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

55

tahun sebanyak 15 orang atau 62.5% sehingga total sampel adalah 24

atau 100%.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kelincahan

Distribusi sampel penelitian berdasarkan kategori pre-test dan post-

test untuk kelompok Zig-Zag Run adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Pre-test dan Post-test Latihan Zig-Zag Run

Tingkat Kelincahan

Kategori

Total Sangat Bagus Sedang Kurang Sangat

Bagus Kurang

Zig-Zag Run

Pre-Test N

%

Post-Test N

%

Plyometric

Pre-Test N

%

Post Test N

%

0 1 2 5 4

0 8,3 16,7 41,7 33,3

1 0 8 3 0

8,3 0 66,7 25 0

12

100

12

100

12

100

12

100

0 0 4 3 5

0 0 33,3 25 41,7

0 1 8 1 2

0 8,3 66,7 8,3 16,7

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan data di atas dapat diketahui pada saat dilakukan pre-test

kelincahan untuk kelompok latihan Zig-Zag Run tidak terdapat sampel

yang berada di kategori sangat bagus, terdapat 1 orang yang berada di

kategori bagus atau sebanyak 8,3%, 2 orang yang berada di kategori

sedang atau sebanyak 16,7%, 5 orang yang berada di kategori kurang

atau sebanyak 41,7% dan 4 orang yang berada di kategori sangat kurang

atau sebanyak 33,3%. Setelah dilakukan post-test kelincahan di akhir

Page 72: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

56

penelitian terdapat1 orang yang berada di kategori sangat bagus atau

sebanyak 8,3%, tidak terdapat sampel yang berada di kategori bagus,

terdapat 8 orang yang berada di kategori bagus atau sebanyak 66,7%,

terdapat 3 orang yang berada di kategori kurang atau sebanyak 25%, dan

tidak terdapat sampel yang berada di kategori sangat kurang. Hasil

distribusi tersebut apabila ditampilkan dalam bentuk grafik akan terlihat

seperti pada gambar berikut :

Gambar 8. Grafik Hasil Pre-Test dan Post-Test Latihan Zig-Zag Run

Sumber : Data Primer, 2018

Pada saat dilakukan pre-test kelincahan pada kelompok latihan

Plyometric tidak terdapat sampel yang berada di kategori sangat bagus

dan bagus, terdapat 4 orang yang berada di kategori sedang atau

sebanyak 33,3%, terdapat 3 orang yang berada di kategori kurang atau

sebanyak 25%, dan tedapat 5 orang yang berada di kategori sangat

kurang atau berjumlah 41,7%. Setelah dilakukan post-test pada akhir

penelitian tidak terdapat sampel yang berada pada kategori sangat bagus,

Page 73: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

57

terdapat 1 orang yang berada pada kategori bagus atau sebanyak 8,3%,

terdapat 8 orang yang berada pada kategori sedang atau sebanyak 66,7%,

terdapat 1 orang yang berada pada kategori kurang atau sebanyak 8,3%

dan terdapat 2 orang yang berada pada kategori sangat kurang atau

sebanyak 16,7%. Hasil distribusi tersebut apabila ditampilkan dalam

bentuk grafik akan terlihat seperti pada gambar berikut :

Gambar 9. Grafik Hasil Pre-Test dan Post-Test Latihan Plyometric

Sumber : Data Primer, 2018

3. Perbedaan Tingkat Kelincahan Sebelum dan Sesudah Pemberian

Latihan Zig-Zag Run

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah

pemberian latihan Zig-Zag Run, data diolah dengan SPSS 23

menggunakan uji Paired Sampel T-Test. Data yang diperoleh sebelumnya

akan dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji shapiro wilk karena sampel yang digunakan kurang

Page 74: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

58

dari 50. Dari hasil uji normalitas tersebut didapatkan bahwa data pre-test

dan post-test kelompok latihan Zig-Zag Run memiliki sebaran data yang

normal dengan nilai p = 0,831 (p > 0,05) untuk kelompok pre-test dan

p = 0,119 (p > 0,05) untuk kelompok post-test.

Selanjutnya, setelah didapatkan bahwa data berdistribusi normal,

maka akan dilanjutkan dengan uji paired sample T-test dengan nilai

sebagai berikut :

Tabel 4. Perbedaan Tingkat Kelincahan Latihan Zig-Zag Run

Zig-Zag Run N Mean SD P

Pre-Test 12 18,9 1,43

Post-Test 12 17,33 1,2

Sumber : Uji Paired Sample T-Test, 2018

Berdasarkan tabel di atas nilai signifikansi atau nilai probabilitas

antara pre-test dan post-test untuk kelompok latihan Zig-Zag Run adalah

p < 0,001 (p < 0,05). Artinya latihan Zig-Zag Run memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan anggota ekstrakurikuler

bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang. Dari data pre-test memiliki

rata-rata 18,9 dan pada data post-test memiliki rata-rata 17,33. Besarnya

peningkatan kelincahan tersebut dapat dilihat dari selisih nilai rata-rata

yaitu sebesar 1,57.

0,000

Page 75: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

59

4. Perbedaan Tingkat Kelincahan Sebelum dan Sesudah Pemberian

Latihan Plyometric

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah

pemberian latihan Plyometric, data diolah dengan SPSS 23 menggunakan

uji Paired Sampel T-Test. Data yang diperoleh sebelumnya akan

dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

shapiro wilk karena sampel yang digunakan kurang dari 50. Dari hasil uji

normalitas tersebut didapatkan bahwa data pre-test dan post-test

kelompok latihan Plyometric memiliki sebaran data yang normal dengan

nilai p = 0,355 (p > 0,05) untuk kelompok pre-test dan p = 0,446 (p >

0,05) untuk kelompok post-test.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5. Perbedaan Tingkat Kelincahan Latihan Plyometric

Plyometric N Mean SD P

Pre-Test 12 19 1,42

Post-Test 12 17,66 1,17

Sumber : Uji Paired Sample T-Test, 2018

Berdasarkan tabel di atas nilai signifikansi atau nilai probabilitas

antara pre-test dan post-test untuk kelompok latihan Plyometric adalah

p<0,001 dimana p < 0,05 berarti ada perbedaan secara signifikan antara

sebelum latihan dan sesudah latihan. Artinya latihan Plyometric

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan

anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA Negeri 1 Sesenapadang. Dari

0,000

Page 76: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

60

data pre-test memiliki rata-rata 19 dan pada data post-test memiliki rata-

rata 17,66. Besarnya peningkatan kelincahan tersebut dapat dilihat dari

selisih nilai rata-rata yaitu sebesar 1,34

5. Perbedaan Antara Latihan Zig-Zag Run dan Plyometric Terhadap

Tingkat Kelincahan

Untuk mengetahui perbedaan antara latihan Zig-Zag Run dengan

latihan Plyometric terhadap tingkat kelincahan, data diolah dengan SPSS

23 menggunakan uji Independen Sample T-Test. Berdasarkan nilai hasil

pengurangan antara pre-test dan post-test apabila hasil analisis

menunjukkan perbedaan yang signifikan maka terdapat perbedaan antara

latihan Zig-Zag Run dengan latihan Plyometric dalam meningkatkan

kelincahan.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 6. Perbedaan Tingkat Kelincahan Latihan Zig-Zag Run dan Plyometric

Kelompok N Mean SD P Zig-Zag Run 12 1,56 0,68

Plyometric 12 1,34 0,46

Sumber : Uji Independen T-Test, 2018

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai signifikansi p = 0,36

(p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

hasil latihan Zig-Zag Run dengan latihan Plyometric dalam

meningkatkan kelincahan. Hal tersebut berarti hasil peningkatan dari

setiap latihan tidak berbeda jauh antara latihan Zig-Zag Run dan latihan

Plyometric. Tetapi jika dilihat dari hasil rata-rata, kelompok latihan Zig-

0,360

Page 77: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

61

Zag Run memiliki rata-rata 1,56 sedangkan kelompok latihan Plyometric

memiliki rata-rata 1,34 dimana nilai rata-rata kelompok

latihan Zig-Zag Run lebih tinggi dibanding nilai rata-rata kelompok

latihan Plyometric dengan selisih yaitu 0,22.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

pemberian latihan Zig-Zag Run dan latihan Plyometric terhadap tingkat

kelincahan pada anggota ekstrakurikuler bulutangkis SMA Negeri 1

Sesenapadang, Kabupaten Mamasa. Data pada penelitian ini merupakan

data primer dengan memperoleh data langsung dari sampel. Berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi yang diterapkan, maka sampel dalam

penelitian ini yaitu 24 orang dari keseluruhan populasi yang dibagi

menjadi dua kelompok yaitu 12 orang untuk kelompok latihan Zig-Zag

Run dan 12 orang untuk kelompok latihan Plyometric. Berdasarkan tabel

2 di atas, penelitian ini memiliki jumlah sampel sebanyak 24 orang

dengan kategori usia 16 dan 17 tahun dimana hal tersebut sesuai dengan

kategori usia untuk anak jenjang pendidikan sekolah menengah atas

khususnya yang berada pada kelas X dan XI.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kelincahan

Pelaksanaan pengukuran tingkat kelincahan dilakukan dengan

instrumen pengukuran Illionis Agility Run Test. Berdasarkan tabel 3 hasil

pre-test untuk kelompok Zig-Zag Run dan kelompok Plyometric rata-rata

Page 78: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

62

sampel penelitian memiliki tingkat kelincahan pada kategori sangat

kurang dan kurang. Hal tersebut terjadi karena sampel penelitian tidak

pernah mendapatkan latihan khusus untuk kelincahan sehingga tubuhnya

belum beradaptasi dengan gerakan-gerakan kaki yang berubah arah

secara cepat seperti pada jalur yang diberikan saat pre-test. Hal tersebut

juga bisa terjadi karena lambatnya proses pengantaran sinyal ke otak

untuk melakukan pergerakan yang cepat sehingga waktu yang

dibutuhkan untuk melalui jalur tersebut menjadi lebih lama. Hal ini

sesuai dengan teori kecepatan reaksi secara fisiologis ditentukan oleh

tingkat kemampuan penerima rangsang penghantaran stimulus ke SSP,

penyampaian stimulus melalui saraf sampai terjadi sinyal, penghantaran

sinyal dari sistem saraf pusat ke otot dan kecepatan otot menerima

rangsang untuk menjawab dalam bentuk gerakan (Fitriani, 2016).

Setelah melakukan pre-test, dilanjutkan dengan pemberian latihan

yaitu latihan Zig-Zag Run dan latihan Plyometric selama 12 kali

pertemuan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu dan intensitas latihan

yang ditingkatkan setiap minggu. Intensitas ditingkatkan agar tubuh

dapat beradaptasi terhadap latihan yang diberikan sehingga dengan

berlatih secara sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dapat

membuat sistem saraf beradaptasi dengan baik sehingga gerakan yang

semula sulit lama kelamaan akan menjadi mudah karena sistem saraf

telah beradaptasi dengan baik.

Page 79: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

63

Setelah sampel diberikan latihan sebanyak 12 kali, di akhir penelitian

dilakukan post-test untuk melihat apakah ada peningkatan kelincahan

dari hasil sebelumnya. Hasil post-test untuk kelompok Zig-Zag Run dan

kelompok Plyometric menunjukkan bahwa rata-rata sampel penelitian

memiliki tingkat kelincahan pada kategori sedang walaupun masih

terdapat sampel yang berada pada kategori sangat kurang.

Dari hasil post-test terlihat bahwa adanya peningkatan tingkat

kelincahan dari sebelum dan sesudah diberikan latihan. Walaupun pada

kelompok latihan Plyometric masih terdapat 2 orang yang berada pada

kategori sangat kurang. Namun jika dilihat dari waktu tempuh yang

digunakan saat melakukan post-test terjadi peningkatan walaupun tidak

berubah kategori tingkat kelincahannya. Hal tersebut juga bisa terjadi

karena peneliti tidak mengontrol asupan gizi dan aktifitas fisik tiap

responden diluar penelitian sehingga dapat mempengaruhi hasil

pengukuran tingkat kelincahannya.

Asupan gizi sangat penting dalam melakukan aktivitas fisik atau

olahraga karena merupakan sumber energi yang akan digunakan oleh otot

untuk berkontraksi saat melakukan latihan dan berperan dalam

pembentukan massa otot. Aktifitas fisik diluar latihan juga sangat

berpengaruh karena akan membuat responden kelelahan sehingga tidak

maksimal saat melakukan latihan.

Terjadinya perubahan peningkatan kelincahan bisa disebabkan karena

tubuh telah beradaptasi dengan latihan yang telah diberikan sehingga

Page 80: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

64

tanggapan otak untuk melakukan pergerakan ditanggapi dengan cepat.

Selain itu, kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas sendi,

elastisitas otot dan sendi serta keseimbangan dinamis akan mengalami

perubahan peningkatan secara fisiologis akibat dari latihan ini sehingga

jika komponen tersebut mengalami peningkatan maka akan

menyebabkan peningkatan terhadap kelincahan (Pradana, 2017).

3. Perbedaan Tingkat Kelincahan Sebelum dan Sesudah Pemberian

Latihan Zig-Zag Run

Dari hasil analisis data pre-test dan post-test pada tabel 4 didapatkan

nilai p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan secara signifikan antara

sebelum diberikan latihan dan setelah diberikan latihan sehingga latihan

Zig-Zag Run memiliki pengaruh dalam meningkatkan kelincahan. Hal ini

diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2016) yang

mengatakan terdapat pengaruh pemberian zig-zag run terhadap

peningkatan kelincahan pada pemain PERSIS Makassar Usia 9-12 tahun.

Dari hasil post-test pada tabel 3 terdapat 1 orang yang memiliki

kelincahan yang sangat bagus, hal ini bisa diakibatkan karena dari awal

responden ini memiliki kelincahan yang bagus sehingga saat diberikan

latihan tingkat kelincahannya semakin meningkat. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kelincahan antara lain asupan gizi dan istirahat

yang cukup. Asupan gizi sangat dibutuhkan seseorang untuk

menghasilkan energi yang akan digunakan oleh otot untuk berkontraksi

Page 81: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

65

saat latihan. Istirahat yang cukup juga berpengaruh agar pemain tidak

merasa kelelahan saat melakukan latihan.

Dari hasil wawancara responden, diketahui bahwa responden tersebut

sering mengikuti olahraga. Dari hasil post-test juga terdapat 2 orang yang

tidak mengalami peningkatan kategori yaitu pada kategori sedang. Tetapi

jika dilihat dari waktu tempuh yang digunakan saat melakukan pre-test

dan post-test mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat diakibatkan

oleh beberapa faktor misalnya aktifitas yang dilakukan responden diluar

penelitian, kondisi psikologis dan motivasi responden saat latihan dan

sebagainya.

Latihan Zig-Zag Run merupakan suatu bentuk latihan yang dilakukan

dengan gerakan berkelok-kelok melewati rintangan yang telah disediakan

dengan tujuan untuk melatih kemampuan berubah arah dengan cepat

dimana unsur gerak yang terkandung di dalamnya merupakan komponen

gerak kelincahan yaitu lari dengan mengubah arah dan posisi tubuh,

kecepatan dan keseimbangan sehingga dapat meningkatkan kelincahan

(Sukma 2015). Latihan Zig-Zag Run dapat meningkatkan kelincahan

karena pada saat latihan melibatkan lari secara sprint yang akan membuat

kontraksi eksentrik-konsentrik oleh otot ekstensor yang dikenal dengan

stretch shortening cycle (SSC) sehingga dapat meningkatkan kecepatan

konduktifitas saraf dan meningkatkan koordinasi neuromuscular yang

akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan reaksi sehingga hal

ini akan membentuk suatu gerakan yang efektif dan efisien (Gutomo,

Page 82: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

66

2016). Latihan Zig-Zag Run juga dapat meningkatkan unsur kebugaran

jasmani seperti kekuatan otot tungkai, elastisitas otot dan keseimbangan

dinamis yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan. Hal

yang terjadi saat diberikan latihan Zig-Zag Run yaitu terjadinya adaptasi

pada sistem neuromuscular berupa meningkatnya elastisitas otot dan

terjadinya keseimbangan dinamis. Elastisitas otot dapat meningkat akibat

adanya adaptasi dari otot saat melakukan latihan secara terus menerus

sehingga nantinya akan meningkatkan fleksibilitas pada otot yaitu

kemampuan suatu otot untuk melakukan gerakan secara maksimal dalam

suatu ruang gerak sendi. Setiap perubahan yang terjadi di dalam otot

selalu dideteksi oleh propioseptor utuk diinformasikan ke susunan saraf

pusat kemudian dari susunan saraf pusat dikeluarkan instruksi untuk

menyesuaikan kondisi otot. Begitupun dengan adaptasi terhadap

keseimbangan dinamis juga dapat terbentuk apabila diberikan latihan

Zig-Zag Run secara teratur sehingga seseorang dapat mengontrol posisi

tubuhnya saat sedang melakukan gerakan. Keseimbangan dinamis dalam

tubuh diatur pada aparatus verstibular dimana apparatus vestibular ini

memiliki fungsi memberikan informasi penting untuk sensai

keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala, gerakan mata, dan postur

tubuh. Adaptasi yang terjadi pada keseimbangan dinamis ini akan

mengakibatkan gerakan pada otot-otot tungkai meningkat sehingga dapat

terjadi peningkatan kelincahan.

Page 83: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

67

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa latihan Zig-Zag Run

dilakukan dengan lari secepat-cepatnya dan kemudian mengubah arah

lari tanpa kehilangan keseimbangan sehingga latihan ini mampu

membuat pemain mengubah arah dari satu posisi ke posisi yang berbeda

dalam kecepatan yang tinggi dengan koordinasi gerak yang baik. Dalam

hal ini tungkai kaki dapat dikatakan sebagai tumpuan saat merubah arah

dalam berlari dimana kemampuan merubah arah sangat penting untuk

pemain bulutangkis saat ingin mengejar shuttlecock yang diberikan oleh

lawan dan sangat penting untuk menguasai area lapangan permainan

sehingga latihan ini dapat meningkatkan kelincahan.

4. Perbedaan Tingkat Kelincahan Sebelum dan Sesudah Pemberian

Latihan Plyometric

Dari hasil analisis data pre-test dan post-test pada tabel 5 didapatkan

nilai p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan secara signifikan antara

sebelum diberikan latihan dan setelah diberikan latihan sehingga latihan

Plyometric memiliki pengaruh dalam meningkatkan kelincahan. Hal ini

diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Heang et al (2012) yang

mengatakan terdapat pengaruh pemberian Plyometric terhadap

peningkatan kelincahan pada mahasiswa Korea yang terdaftar di program

bulutangkis.

Dari hasil post-test pada tabel 3 terdapat 5 orang yang tidak

mengalami peningkatkan, yaitu 3 orang yang masih tetap pada kategori

sedang dan 2 orang pada kategori sangat kurang. Tetapi jika dilihat dari

Page 84: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

68

waktu tempuh yang digunakan tetap mengalami peningkatan waktu yang

hampir sama dengan peningkatan yang lainnya. Namun pada 2 orang

yang tetap pada kategori sangat kurang, nilai pre-test yang dimiliki

sangat rendah sehingga walaupun mengalami peningkatan yang sama

tetap tidak mengubah kategori tingkat kelincahannya. Hal ini bisa

diakibatkan karena peneliti tidak mengontrol aktifitas responden diluar

penelitian sehingga dapat mempengaruhi hasil latihan. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan terhadap responden, didapatkan bahwa rata-

rata orang tua siswa memiliki perkebunanan atau persawahan sehingga

kemungkinan setelah melakukan latihan, responden pergi ke sawah atau

kebun untuk membantu orang tuanya yang akan mengakibatkan

kelelahan pada anak tersebut. Aktifitas fisik yang terlalu melelahkan

dapat mempengaruhi hasil tingkat kelincahan karena akan

mengakibatkan responden tidak maksimal dalam melakukan latihan

karena tidak memiliki energi yang cukup untuk berlatih.

Selain itu, faktor psikososial juga dapat mempengaruhi seperti

motivasi respon saat mengikuti latihan dan responden yang disibukkan

oleh berbagai hal sehingga responden kurang fokus saat mengikuti

latihan. Hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yaitu tidak

dilakukannya pemeriksaan vital sign sebelum melakukan penelitian

sehingga tidak diketahuinya kondisi pemain sebelum melakukan latihan

dalam kondisi baik atau kurang baik dimana sebelum memulai latihan

Page 85: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

69

peneliti hanya menanyakan kondisi para pemain secara individu dan

tidak melakukan pemeriksaan.

Latihan Plyometric merupakan latihan yang dirancang untuk

menghasilkan kecepatan, kekuatan dan meningkatkan fungsi dari sistem

saraf yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan prestasi dalam

bidang keolahragaan. Teknik yang digunakan dari latihan Plyometric ini

yaitu lateral cone hop dimana sampel melompat menyamping melewati

beberapa cone yang telah disiapkan. Pola gerakan dalam latihan

Plyometric sebagian besar mengikuti konsep power chain dan latihan ini

melibatkan otot-otot anggota gerak bawah karena secara nyata

merupakan pusat power.

Terdapat tiga fase dalam melakukan latihan Plyometric yaitu fase

pertama adalah gerakan pemanjangan otot secara cepat yang dikenal

sebagai fase eksentrik, yang kedua melibatkan periode istirahat yang

dikenal sebagai fase amortisasi dan fase ketiga yaitu atlet terlibat dalam

gerakan pemendekan otot secara eksplosif yang disebut fase konsentris.

Atlet mengulangi ketiga siklus ini secepat mungkin dengan tujuan untuk

mengurangi waktu antara kontraksi eksentrik dan konsentris.

Pengurangan waktu ini menyebabkan atlet menjadi lebih cepat dan lebih

kuat karena akan meningkatkan fungsi otot, tendon dan saraf.

Peningkatan kekuatan fisik membuat atlet dapat berlari lebih cepat,

melompat lebih tinggi dan memukul lebih keras (Wang et al, 2016).

Page 86: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

70

Komponen penting dalam proses gerakan cepat adalah propioceptor yang

terdapat di dalam otot berupa muscle spindle yang mengirirm informasi

ke sistem saraf pusat tentang kontraksi otot, dan golgi tendon organ yang

menerima perintah mengurangi beban otot atau berfungsi sebagai

pelindung dari kemungkinan cedera karena melakukan peregangan yang

kuat (Rangga, 2017).

Latihan Plyometric merupakan bentuk latihan explosive power

dengan karakteristik menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan

cepat sehingga latihan ini dapat meningkatkan kelincahan pemain

bulutangkis melalui peningkatan kekuatan otot (Alim, 2009). Aktivitas

otot yang kuat menyebabkan ukuran otot bertambah, garis tengah tiap

serabut otot meningkat, sarkolema meningkat, dan serat-serat mendapat

zat gizi serta zat antara metabolisme seperti adenosine trifosfat, keratin

fosfat, glikogen lipid inter sel mitokondria bertambah, myofibril juga

bertambah jumlahnya dan ukurannya. Hipertropi otot meningkatkan daya

gerak otot dan mekanisme zat gizi untuk mempertahankan peningkatan

daya gerak. Aktivitas otot yang lama meningkatkan ketahanan otot,

menyebabkan peningkatan enzim-enzim oksidatif, mioglobulin, dan

kapiler darah yang penting untuk peningkatan metabolisme otot.

Perubahan pada serabut otot tidak semuanya terjadi pada tingkat yang

sama, peningkatan yang lebih besar terjadi pada serabut otot putih (fast

twitch) sehingga terjadi peningkatan kecepatan kontraksi otot (Astrawan,

2016).

Page 87: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

71

Latihan Plyometric jika dilatihkan secara teratur maka dapat

meningkatkan kelincahan dimana latihan ini selain dapat meningkatkan

kekuatan otot juga dapat meningkatkan keseimbangan dan kontrol tubuh

saat melakukan gerakan melompat kesamping. Latihan Plyometric tidak

hanya menguatkan sendi, tendon dan otot tetapi juga melatih sistem saraf

untuk bereaksi lebih efisien sehingga kemampuan penerima rangsang

penghataran stimulus ke SSP meningkat dimana semua efek tersebut

dapat meningkatkan kelincahan.

5. Perbedaan Antara Latihan Zig-Zag Run dan Plyometric Terhadap

Tingkat Kelincahan

Dari hasil analisis data pada tabel 6 didapatkan hasil p > 0,05 yang

berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil latihan Zig-

Zag Run dan Plyometric dalam meningkatkan kelincahan. Hal tersebut

berarti hasil peningkatan dari setiap latihan tidak berbeda jauh antara

latihan Zig-Zag Run dan latihan Plyometric. Tetapi jika dilihat dari hasil

rata-rata selisih pre-test dan post-test kedua kelompok latihan, didapatkan

latihan Zig-Zag Run lebih tinggi (1,56) dibandingkan latihan Plyometric

(1,34) dengan selisih nilai rata-rata yaitu 0,22.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, latihan Zig-Zag Run

merupakan bentuk latihan lari berkelok-kelok melewati rintangan yang

telah disiapkan dan mengubah posisi dan arah gerakan dengan cepat

tanpa kehilangan keseimbangan tubuh sedangkan latihan Plyometric

merupakan bentuk latihan melompat dengan dua kaki ke samping

Page 88: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

72

melewati beberapa cone yang telah disediakan. Jika kedua latihan ini

dilatihkan secara terus menerus dengan dosis yang tepat maka akan

membuat pemain dapat beradaptasi dalam mengontrol posisi tubuh

sehingga lama kelamaan akan membuat pemain memiliki keseimbangan

yang baik yang sangat dibutuhkan dalam aspek kelincahan yaitu saat

melakukan gerakan yang cepat pemain tetap dapat mengontrol posisi

tubuhnya.

Latihan Zig-Zag Run dapat meningkatkan kelincahan dengan cara

adaptasi pada sistem neuromuscular berupa peningkatan fleksibilitas otot

dan peningkatan keseimbangan dinamis melalui stretch-shortening cycle

(SSC). SSC yaitu terjadinya kontraksi eksentrik yang kemudian secara

langsung diikuti dengan kontraksi konsentrik sehingga nantinya akan

mengakibatkan kontraksi konsentrik meningkat. Sedangkan latihan

Plyometric dapat meningkatkan kelincahan dengan cara meningkatkan

respon dinamis oleh muscle spindle dan meningkatkan kekuatan otot

yang dapat terjadi melalui refleks myotatic. Refleks ini terjadi karena

dalam melakukan latihan Plyometric mengandung unsur explosive power

atau daya ledak dimana dibutuhkan kecepatan kontraksi yang tinggi.

Sehingga selama latihan akan mengakibatkan pengurangan waktu antara

kontraksi eksentrik dan konsentrik. Kedua latihan ini walaupun memiliki

gerakan yang berbeda, tetapi memiliki efek yang sama dalam

meningkatkan kelincahan yaitu dengan mengurangi waktu antara

Page 89: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

73

kontraksi eksentrik dan konsentrik walaupun dengan metode yang

berbeda.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Hardiyanti (2012) menunjukkan bahwa metode latihan hexagon drill dan

zig-zag run berpengaruh dalam meningkatkan kelincahan atlet

bulutangkis dimana latihan zig-zag run lebih efektif. Penelitian lainnya

yang juga dilakukan oleh Kinanti (2016) menunjukkan bahwa adanya

pengaruh latihan zig-zag run terhadap kelincahan pada pemain sepak

bola usia 13-15 tahun. Heang et al (2012) juga mendapatkan hasil bahwa

adanya peningkatan kelincahan kelompok eksperimen sebesar 7% dari

kelompok kontrol pada atlet bulutangkis sehingga peneliti

merekomendasikan latihan Plyometric untuk meningkatkan kelincahan.

Berdasarkan hasil analisis data statistik dalam penelitian ini, tidak

terdapat perbedaan antara latihan Zig-Zag Run dan latihan Plyometric

dalam meningkatkan kelincahan, dimana hal ini tidak sesuai dengan

hipotesis penelitian. Faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut adalah

dosis latihan yang diberikan selama penelitian yaitu intensitas yang

diberikan pada kedua latihan tidak seimbang dimana intensitas pada

latihan Plyometric jauh lebih berat dibandingkan intensitas pada latihan

ZIg-Zag Run. Pada minggu pertama, intensitas untuk kelompok

Zig-Zag Run adalah 1 set dengan 2 kali repetisi sedangkan pada

kelompok Plyometric intensitasnya 2 set dengan 10 kali repetisi sehingga

hal tersebut sangat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 90: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

74

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan sebaik-baiknya, tetapi masih memiliki

keterbatasan dan kekurangan diantaranya :

1. Aktivitas responden diluar penelitian tidak bisa dikontrol sehingga dapat

mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sebagainya

2. Tidak dilakukannya pemeriksaan vital sign sebelum melakukan latihan

3. Dosis latihan yang tidak seimbang antara kedua kelompok

Page 91: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

77

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Ada perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah pemberian

latihan zig-zag run pada anggota ekstrakurikuler SMA Negeri 1

Sesenapadang, Kabupaten Mamasa [ p < 0,001 ( P < 0,05 )]

2. Ada perbedaan tingkat kelincahan sebelum dan sesudah pemberian

latihan plyometric pada anggota ekstrakurikuler SMA Negeri 1

Sesenapadang, Kabupaten Mamasa [ p < 0,001 ( P < 0,05 )]

3. Tidak ada perbedaan antara latihan zig-zag run dan latihan plyometric

dalam meningkatkan kelincahan (P = 0,36, P > 0,05) namun jika ditinjau

berdasarkan perbedaan rerata, latihan zig-zag run lebih baik jika

dibandingkan dengan latihan plyometric

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat

disampaikan yaitu :

1. Bagi peserta yang masih mempunya kemampuan kelincahan yang

kurang, agar dapat meningkatkannya dengan cara latihan yang rutin

dengan menggunakan latihan zig-zag run atau plyometric

2. Bagi pelatih untuk tetap memberikan program latihan zig-zag run atau

latihan plyometric kepada seluruh anggota ekstrakurikuler bulutangkis

Page 92: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

76

sebagai upaya agar pemain mempunyai kemampuan kelincahan yang

baik

3. Bagi fisioterapis hasil dari penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi

pengembangan pelayanan fisioterapi khususnya fisioterapis olahraga

dalam memberikan jenis latihan untuk meningkatkan kelincahan

4. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan

dan bahan referensi untuk penelitian terkait peningkatan kelincahan dan

hendaknya melakukan penelitian dengan sampel dan populasi yang lebih

luas, melakukan pemeriksaan vital sign sebelum memulai latihan, dan

memperhatikan dosis yang akan diberikan serta dengan variabel yang

berbeda sehingga latihan yang berpengaruh terhadap peningkatan

kelincahan dapat teridentifikasi lebih luas.

Page 93: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

77

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis . Surakarta: CV Seti-Aji.

Alim, A. M. (2009, 07 14). Plyometric. Retrieved 03 7, 2018, from Sport Science:

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:qLjbHuMf9t4J:h

ttps://endhine9685.wordpress.com/2009/07/14/plyometric/+&cd=1&hl=id

&ct=clnk&gl=id

Amalia, H. R. (Bandung). Latihan Shadow Badminton dan Latihan Ladder dalam

Meningkatkan Kelincahan Atlet Bulutangkis . 2015: Universitas

Pendidikan Indonesia .

Anggita, M. Y. (2015). Kombinasi Latihan Eksentrik M.Gastrocnemius dan

Latihan Plyometric Lebih Baik Dari Pada Latihan Eksentrik

M.Quadriceps dan Latihan Plyometric Terhadap Peningkatan Agility

Pada Mahasiswa di Universitas esa Unggul Jakarta. Bali: Prodi Fisiologi

Olahraga Universitas Udayana.

Astrawan I Putu, N Adiputra, I Made Jawi. (2016). Pelatihan Footwork

Bulutangkis 10 Repetisi 2 Set Lebih Baik Dibandingkan 5 Repetisi 4 Set

Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai Dan Kelincahan. Sport and

Fitness Journal Vol. 4 No. 2, 18-29.

AUlia, L. A. (2016). Pengaruh Zig-Zag Running Terhadap Peningkatan

Kelincahan Pada Pemain Sepak Bola Usia 15-18 Tahun di Salatiga

Training Center Kota Salatiga . Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Baresti, S. W. (2016). Perbandingan Nilai Kapasitas Vital Paru, Forced Expired

Volume In One Second dan Mean Arterial Blood Pressure Pada Atlet

Basket dan Atlet Lari Sprin. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

Cara Melakukan Tes Kelincahan Pada Seorang Atlet . (2017). Retrieved 03 12,

2018, from www.vovo.co.id: http://www.vovo.co.id/2016/03/cara-

melakukan-tes-kelincahan-pada.html

Chrisly M Palar, Djon Wongkar, Shane H.R Ticoalu. (2015). Manfaat Latihan

Olahraga Aerobik Terhadap Kebugaran Fisik Manusia. Journal e-

Biomedik, Volume 3, Nomor 1 , 318.

Page 94: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

78

Fitriani. (2016). Pengaruh Pemberian Zig Zag Run Exercise Terhadap

Peningkatan Kelincahan Pada Pemain Persis Makassar Usia 9-12 Tahun .

Makassar: Fakultas Kedokteran UNHAS.

Gerry Risangdiptya, Endang Ambarwati. (2016). Perbedaan Antara

Keseimbangan Tubuh Sebelum dan Sesudah Senam Pilates Pada Usia

Muda. Jurnal Kedokteran Diponegoro, Volume 5, Nomor 4, 911-916.

Ghaffar, A. (2014). Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Peningkatan Kekuatan

dan Daya Ledak Otot Lengan Pada Cabor Buliutangkis Bagi Siswa Putra

Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung . Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Gutomo, B. S. (2016). Perbandingan Efektifitas Latihan ZIg-Zag Run dengan

Carioca Exercise Untuk Meningkatkan Agility pada Pemain Bulutangkis

Pemula. Jakarta: Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul .

Hakim, A. H. (2011). Arena Badminton di Yogyakarta. Yogyakarta: UAJY.

Halim, N. I. (2011). Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar:

Universitas Negeri Makassar.

Hardiyanti, N. (2012). Efektifitas LAtihan Hexagon Drill dan Zig Zag Run

Terhadap Kelincahan Atlet Bulutangkis Putri Usia 10-12 Tahun di PB.

PWS dan PB. Pancing Sleman . Yogyakarta: FIK UNY.

Hartanto, H. (2017). Berlatih Main Bulutangkis. Bandung: Dharma Karya CIpta.

Hartini, M. P. (2012). Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan

Gedung Olah Raga Bulutangkis Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Teknik

UAY.

Heang Lim Joe, Wee Eng Hoe, Chan Kai Quin & Ler Hui Yin. (2012). Effect of

Plyometric Training on The Agility of Students Enrolled in Required

College Badminton Programme. International Journal of Applied Sports

Sciences Vol. 24 No. 1, 18-24.

Indrayanti, F. (2012). Perbedaan Efek Pemberian Latihan Plyometrik Skipping

dan Knee Tuck Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain

Basket. Jakarta: Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul.

Irsad, R. M. (2016). Perbedaan Pengaruh Latihan Menggunakan Metode

Konvensional dengan Audio visual Terhadap Smash Putra Usia 10-13

Page 95: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

79

Tahun Pada Persatuan Bulutangkis Sari Bumi Solo. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Ismayarti. (2008). Peningkatan Kelincahan Atlet Melalui Penggunaan Metode

Kombinasi Latihan Sirkuit-Pliometrik dan Berat Badan . Paedagogia. Jilid

11.Nomor 1.Februari 2008, 74-89.

Karyono, T. (2016). Pengaruh Metode Latihan dan Power Otot Tungkai Terhadap

Kelincahan Bulutangkis. Jurnal Olahraga Prestasi, 50,52.

Karyono, T. H. (2011). Pengaruh Metode Latihan dan Power Otot Tungkai

Terhadap Kelincahan . Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

Kinanti, N. F. (2016). Pengaruh Latihan Zig-Zag Run Untuk Meningkatkan

Kelincahan Pada Pemain Sepakbola Usia 13-15 Tahun Di SMP

Muhammadiyah 5 Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surabaya.

Kisner L.A, Carolyn . (2012). Therapeutic Exercise Foundations and Techniques

Sixth Edition. Philadelphia: F.A Davis Company.

Kusumawati, K. D. (2017). Pengaruh Permainan Lempar Shuttlechock Terhadap

Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Siswa Usia 10-12 Tahun di

Sekolah Bulutangkis Jaya Raya Satria Yogyakarta . Yogyakarta: FIK

UNY.

Kuswendi, U. (2012). Hubungan Kelincahan dan Power Otot Tungkai dengan

Kemampuan Dribbling Siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Tunas Melati

Kecamatan Imogiri KU 14-16 Tahun. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Mylsidayu, Apta & Kurniawan, Febi. (2015). Ilmu Kepelatihan Dasar. Bandung:

CV Alfabeta.

Naufal, M. H. (2016). Pengaruh Latihan Dodging Run dan Ladder Drill

Terhadap Kelincahan Kaki Atlet Bulutangkis Putra Usia 12-13 Tahun PB.

Harapan Jaya Kabupaten Magelang. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Keolahragaan UNY.

Nenggala, A. (2007). Pendidikan Kesegaran Jasmani . Bandung: Grafindo

Utama.

Nugroho, T. (2017). Penambahan Latihan Kombinasi Core Stability Pada

Latihan Footwork Meningkatkan Kelincahan Pemain Bulutangkis Putri

Page 96: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

80

PB. Puma Mas Madiun. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

Official Badminton. (2008). Retrieved 02 03, 2012, from Rules, Strategies and

Techniques [Countries in which Badminton is Played]:

http://www.officialbadminton.com/countries_badminton_is_played_in.php

Pradana, R. A. (2017). Pengaruh Pemberian Latihan Ladder Drill Terhadap

Tingkat Kelincahan pada Anggota Esktrakurikuler Bola Basket SMP

Bosowa International School Makassar. Makassar: Program Studi

Fisioterapi UNHAS.

Putra, G. R. (2013). Pengaruh Pemberian Plyometric Exercise Terhadap

Peningkatan Kelincahan Pada Pemain Bola di SSB Krida di Boyolali.

Surakarta: Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ramadhani, Y. (2008). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi MInat

Olahraga Dalam Perencanaan Sport Center di Semarang. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Referee Fitness Testing Protocol. (2014). Toronto: Federation of International

Lacrosse.

Restu, Y. (2012). Pengaruh latihan Shuttle Run yang Disisipkan dalam Bermain

Terhadap Peningkatan Kelincahan dan Daya Tahan Aerobik Atlet Bola

Voli Yuso Sleman Yunior. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Satriya. (2008). Kepelatihan Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK UPI.

Shah, S. (2012). Plyometrics Exercise. International Journal of Health Science

and Research, 116.

Subarjah dan Hidayat . (2007). Bahan Ajar Permainan Bulutangkis. Bandung:

FPOK UPI.

Sukadiyanto. (2002). Teori dan Metodologi Melatih Fisik Petenis . Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

Sukma. (2015). Perbedaan Efektifitas Latihan Hexagon Drill dan Zig-Zag Run

Terhadap Peningkatan Kelincahan pada Pemain Sepakbola Sekolah

Sepak Bola Guntur Denpasar . Denpasar: Program Studi Fisioterapi

Universitas Udayana.

Wang Ying Chun, Na Zhang. (2016). Effects of Plyometric Training on Soccer

Players. Experimental and Therapeutic Medicine 12, 550-554.

Page 97: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

81

Watson, R. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Kedokteran.

Wedana I. M Agus, I K Sudiana, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni. (2014). Pengaruh

Pelatihan Zig-Zag Run dan Lari 60 M Terhadap Volume Oksigen

Maksimal (VO2Maks). e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Ilmu Keolahragaan Volume 1.

Wicaksono, F. (2014). Pengaruh Latihan Shuttle Run dan Lari Zig Zag

Terhadapa Peningkatan Kelincahan Gerak Shadow 6 Titik Atlet

Bulutangkis Usia 11-13 Tahun. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan

UNY.

Zhannisa, U. H. (2016, Maret 1). Bulutangkis. Retrieved Maret 7, 2018, from

utvihindazhann.wordpress.com:

https://utvihindazhann.wordpress.com/2016/03/01/bulutangkis-2/

Page 98: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

82

LAMPIRAN

Page 99: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

83

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Page 100: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

84

Lampiran 2 Surat Telah melakukan Penelitian

Page 101: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

85

Lampiran 3 Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia sebagai responden dalam penelitian

yang dilakukan oleh SURIANI MEISI P.S tentang “Perbandingan Pengaruh

antara Latihan Zig-Zag Run dan Plyometric Terhadap Tingkat Kelincahan pada

Anggota Ekstrakurikuler Bulutangkis SMA Negeri 2 Mamasa, Sulawesi Barat”,

selama 12 kali perlakuan (seminggu 3 kali)

Demikian surat pernyataan kesediaan saya buat dengan penuh rasa

kesadaran dan sukarela.

Mamasa,……………2018

Yang membuat pernyataan

Page 102: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

86

Lampiran 4 Formulir Penelitian

FORMULIR PENELITIAN

1. Kode Responden :

2. Nama :

3. Status Kelompok : Zig-Zag Run Exercise

Plyometric Exercise

4. Umur :

5. Alamat :

6. Nomor Telepon :

7. Indeks Massa Tubuh : Tinggi Badan = cm

Berat Badan = kg

8. Apakah anda mengalami gangguan penglihatan?

Ya Tidak

9. Apakah anda mengalami gangguan keseimbangan (vestibular)?

Ya Tidak

10. Apakah anda memiliki riwayat atau sedang mengalami cedera ekstremitas

inferior?

Ya Tidak

Jika ya, sebukan ………………………………………………………….

Sejak kapan ………………………………………………………………

11. Apakah anda saat ini sedang menggeluti olahraga lain?

Ya Tidak

Page 103: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

87

Lampiran 5 Program Latihan

Minggu

Ke

Pertemuan

ke

Metode Latihan

Zig-Zag Run Plyometric

I 1,2,3

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai latihan

Stretching

Jogging 10 menit

2. Latihan Inti

2 repetisi x 1 set

3. Penutup

Pendinginan

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai

latihan

Stretching

Jogging 10

menit 2. Latihan Inti

10 repetisi x 2 set, dengan

istirahat 2 menit antar set

3. Penutup

Pendinginan

II 4,5,6

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai latihan

Stretching

Jogging 10 menit

2. Latihan Inti

3 repetisi x 1 set

3. Penutup

Pendinginan

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai

latihan

Stretching

Jogging 10

menit 2. Latihan Inti

10 repetisi x 3 set, dengan

istirahat 2 menit antar set

3. Penutup

Pendinginan

III 7,8,9

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai latihan

Stretching

Jogging 10 menit

2. Latihan Inti

2 repetisi x 2 set,

dengan istirahat 2 menit antar set

3. Penutup

Pendinginan

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai

latihan

Stretching

Jogging 10

menit 2. Latihan Inti

10 repetisi x 4 set, dengan

istirahat 2 menit antar set

Page 104: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

88

3. Penutup

Pendinginan

IV 10,11,12

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai latihan

Stretching

Jogging 10 menit

2. Latihan Inti

3 repetisi x 2 set,

dengan istirahat 2 menit antar set

3. Penutup

Pendinginan

1. Pendahuluan

Penjelasan mengenai

latihan

Stretching

Jogging 10 menit

2. Latihan Inti

10 repetisi x 5

set, dengan istirahat 2 menit antar set

3. Penutup

Pendinginan

Page 105: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

89

Lampiran 6 Hasil Analisis Data

Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Hasil Pre-Test dan Post Test Kelompok Latihan Zig-Zag Run

Hasil Pre-Test dan Post Test Kelompok Latihan Plyometric

Page 106: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

90

Statistik Data Penelitian

Statistics

Pretest_Zig_Zag_

Run

Postest_Zig_Zag

_Run

N Valid 12 12

Missing 0 0

Mean 18.9000 17.3333

Median 18.9000 17.4000

Mode 18.60 17.40

Std. Deviation 1.43717 1.20025

Minimum 15.70 14.30

Maximum 21.40 19.00

Sum 226.80 208.00

Statistics

Pretest_Plyometric Posttest_Plyometric

N Valid 12 12

Missing 0 0

Mean 19.0083 17.6667

Median 18.6000 17.4500

Mode 17.80 17.40a

Std. Deviation 1.42028 1.17963

Minimum 17.10 15.80

Maximum 21.30 19.60

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Hasil Uji Normalitas

Page 107: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

91

Page 108: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

92

Hasil Uji Homogenesis

Hasil Uji Paired Sample T-Test

Page 109: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

93

Hasil Uji Independent Sample T-Test

Page 110: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

94

Lampiran 7 Dokumentasi

Pre-test

Post-test

Page 111: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

95

Plyometric Exercise

ZIg-Zag Run Exercise

Page 112: PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN …

96

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Suriani Meisi Paulus Sudi

Tempat/Tanggal Lahir : Mamasa, 13 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Email : [email protected]

Alamat : Jalan Biring Romang Lorong 3

Ayah : Yacub Sudin, S.Pd, M.Pd

Ibu : Almh. Kory, S.Pd

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 1 Mamasa, Kabupaten Mamasa

2. SMP Negeri 1 Mamasa, Kabupaten Mamasa

3. SMA Negeri 1 Rantepao, Kabupaten Toraja Utara

4. Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan UNHAS

Riwayat Organisasi

1. Anggota SEA (Smansa English Association) SMA Negeri 1 Rantepao

2. Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Rantepao

3. Anggota PMK FK-FKG Universitas Hasanuddin

4. Anggota Divisi Kerohanian HIMAFISIO F-Kep UH