Upload
wahyu-anjar-setyo-l
View
242
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah dapat diketahui bahwa
teknik penyambungan logam telah diketahui sejak zaman prasejarah, misalnya
pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal-timah.
Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang
waktu antara tahun 3000 sampai 4000 SM.
Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah alat tersebut digunakan dalam
praktek oleh Benardes (1985). Dalam penggunaan yang pertama ini Benardes
memakai elektroda yang dibuat dari batang karbon atau grafit. Karena panas yang
timbul, maka logam pengisi yang terbuat dari logam yang sama dengan logam
induk mencair dan mengisi tempat sambungan. Zerner (1889) mengembangkan
cara pengelasan busur yang baru dengan dengan menggunakan busur listrik yang
dihasilkan oleh dua batang karbon. Slavianoff (1892) adalah orang pertama yang
menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Kemudian Kjellberg menemukan
bahwa kualitas sambungan las menjadi lebih baik bila kawat elektroda logam
yang digunakan dibungkus dengan terak.
Di samping penemuan-penemuan oleh Slavianoff dan Kjellberg dalam las
busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan di atas, Thomas (1886)
menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt (1895) menemukan las
termit dan tahun 1901 las oksi-asitelin mulai digunakan oleh Fouche dan Piccard. Baru
pada tahun 1926 ditemukannya las hidrogen atom oleh Lungumir, las busur logam
dengan pelindung gas mulia oleh Hobart dan Dener serta las busur rendam oleh
Kennedy (1935). Wasserman (1936) menyusul dengan menemukan cara
pembrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.
Dari tahun 1950 sampai sekarang telah ditemukan cara-cara las baru
antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung gas CO2, 1
las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron, las busur plasma, las laser, dan
masih banyak lagi lainnya.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, pengelasan adalah suatu proses
penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh
tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan
oleh gaya tarik menarik antara atom.
Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya
pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang
kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan
waktu yang lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan
penggunaan konstruksi-konstruksi las merupakan hal yang umum di semua negara di
dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas
ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan
konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini,
teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.
1.2 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui Dimensi las asetilin dan nama-nama bagian las asetilin.
2. Mengetahui cara kerja las asetilin.
3. Mengetahui perawatan rutin, perawatan berkala, perawatan besar pada las Asetilin.
4. Mengetahui cara penyimpanan yang benar pada las asetilin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengelasan Oksi-asetilen (Las Karbit)
Pengelasan dengan oksi–asetilen atau yang lebih familiar disebut dengan Las
Karbit adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam
yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilen melalui
pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Dalam proses ini
digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya bisa mencapai
3500oC. Oksigen berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara. Oksigen disimpan
dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi
kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :
C2H2 + 2 H2O Ca(OH)2 + C2H2
Kalsium Air Kapur tohor gas karbida asetilin
Gambar 1. Tabung Asetilen Dan Oksigen Untuk Pengelasan
(Sumber : www.las asetilin.com)
3
Gas asetilen yang digunakan untuk pengelasan dapat diperoleh dengan
membeli pada tabung-tabung yang ada di pasaran atau dengan cara membuat sendiri.
Alat yang berfungsi sebagai pembuat dan penyimpan gas asetilen disebut generator
asetilen. Gas asetilen yang dibuat pada generator diperoleh dengan cara mereaksikan CaC2
( KalsiumKarbida ) dengan air.
2.1.1 Peralatan pada las asetilin
Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari proses las
gas maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara
umum, peralatan yang digunakan dalam gas iniadalah :
1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar,
2. Katup silinder/tabung,
3. Regulator,
4. Selang gas,
5. Torch,
6. Peralatan pengaman
1. Tabung Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi
bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah
banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas
tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung
ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga
jenis gas yang ditampung.
Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen,
Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.
4
Gambar 1.1 Tabung las asetilin
(Sumber : www.las asetilin.com)
2. Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup.
Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen,
katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas
Asetilen, katup ini terbuat dari material Baja.
Gambar 1.2 Katub Tabung
(Sumber : www.las asetilin.com)
5
3. Regulator
Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada
katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga
mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan
besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika
tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh
regulator.
Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup
pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat
pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.
Gambar 1.3 Regulator
(Sumber : www.las asetilin.com)
4. Selang Gas
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan
selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan
tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan
berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan
selang Oksigen dan selang Asetilen maka cukup memperhatikan kode warna pada
selang.
6
Gambar 1.4 Selang gas
(Sumber : www.las asetilin.com)
5. Torch (Pembakar)
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur
didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas,
toch memiliki dua fungsi yaitu :
•Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.
Gambar 1.5 Torch ( Pembakar)
(www. perkakau.com)
•Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.
Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :
Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur.
7
Dibedakan atas :
•Injector⎫ torch (tekanan rendah)
Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari
tekanan gas oksigen.
•Equal pressure torch (torch⎫ bertekanan sama)
Pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi
saluran masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang
pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.
Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas :
• Toch normal
• Torch ringan/kecil
Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas :
• Torch nyala api tunggal
• Torch nyala api jamak
Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas :
• Torch untuk gas asetilen
• Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.
Menurut Aplikasi. Dibedakan atas :
• Torch manual
• Torch otomatik/semi otomatik
6. Pematik api Las
Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.
Gambar 1.6 Pemantik api las
(Sumber : www.las asetilin.com)
7. Tip Cleaner
8
Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang mulut pembakar.
Gambar 1.7 Tip Cleaner
(Sumber : www.las asetilin.com)
2.2 Cara Kerja las asetilin
Pengelasan dengan oksi–asetilen atau yang lebih familiar disebut dengan Las
Karbit adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam
yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilen melalui
pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Dalam proses ini
digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya bisa mencapai
3500oC. Oksigen berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara. Oksigen disimpan
dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi
kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :
C2H2 + 2 H2O Ca(OH)2 + C2H2
Kalsium Air Kapur tohor gas karbida asetilin
9
Gambar 2.1 Tabung Asetilen Dan Oksigen Untuk Pengelasan
(Sumber : www.las asetilin.com)
Cara kerja generator asetilen sistem lempar atau celup sederhana seperti terlihat pada
gambar berikut.
Gambar 2.2 Generator Asetilen System Lempar / Celup Sederhana
(Sumber : www.las asetilin.com)
10
Karbit yang dicelupkan dalam air yang ditampung. Gas asetilen yang terjadi
bergerak naik, gas yang terjadi berkumpul dalam ruang gas terus kekunci air, dari kunci air
tersebut gas siap digunakan.
Cara kerja generator asetilen sistem tetes kebalikan dari generator asetilen
sistem celup, seperti pada gambar 3. Generator asetilen jenis ini air diteteskan
kepermukaan karbit yang terletak pada laci didalam rotor, gas asetilen yang
terbentuk kemudian masuk keruang gas, dari ruang gas masuk kekunci air dan siap
digunakan. Generator asetilen harus mendapatkan perawatan dan perhatian yang
khusus karena sistem ini menghasilkan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
tetapi mudah terbakar dan mempunyai sifat racun bila dihirup dalam jumlah yang
banyak sehingga harus disimpan dengan baik .
Generator sistem tetes
Gambar 3. Generator Asetilen Sistem Tetes.
(Sumber : www.las asetilin.com)
11
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100
kPa dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan
pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen.
Tabung asetilen mampu menahan tekanan sampai 1,7 MPa.
Gambar 5. Skema Nyala Las Oksi-asetilen Dan Sambungan Gasnya.
(Sumber : www.las asetilin.com)
Pada nyala gas oksi-asetilen bisa diperoleh 4 jenis nyala yaitu nyala netral,
karburasi, oksidasi dan nyala asitelin. Nyala netral diperlihatkan pada gambar 6. dibawah
ini.
Gambar 6. Nyala Netral Dan Suhu Yang Dicapai Pada Ujung Pembakar.
(Sumber : www.las asetilin.com)
12
2.2.1 Proses Pengelasan Oksi Asetilin
A. Menentukan Nyala Api
1. Nyala Api Karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen
yang digunakan maka di antara kerucut dalam
dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala
dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan,
yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan
dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan permukaan non-ferous.
13
2. Nyala Api Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara
oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri
atas kerucut dalam yang berwarna putih
bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru
bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini
berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500oC tercapai pada
ujung nyala kerucut.
3. Nyala Api Oksidasi
Bila gas oksigen lebih daripada yang
dibutuhkan untuk menghasilkan nyala
netral maka nyala api menjadi pendek
dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan
terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat
oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan
perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
B . Teknik Pengelasan
1. Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah
tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar
(brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan
sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut
sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan.
Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan
gerakannya adalah lurus.
2. Posisi pengelasan datar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan
arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu
ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda
kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan
kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
3. Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau
ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan
yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.
4. Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi
lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari
bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis
vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
5. Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri
dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan
sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak
digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang
sulit saat mengelas.
6. Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5
mm ke atas.
7. Operasi Branzing ( Flame Brazing )
Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpa
mencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnya
saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las dari
kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan (
sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih
mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
8. Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )
Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Proses
penggergajian (sewing) dan
menggunting (shearing)
merupakan contoh dari proses
pemotongan logam dan lembaran logam. Proses
( Sumber : www.las asetilin.com)
menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya
tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi
memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pelat
tebal dengan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini
dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel
menyebutnya brender ).
Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan
suplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada
torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.
9. Operasi Perluasan ( Flame Gauging )
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen
logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum
ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk
tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur
hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan
Logam las.
(Sumber : www.las asetilin.com)
10. Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )
Operasi pelurusan dilaksanakan dengan
memberikan panas pada komponen
dengan bentuk pola pemanasan tertentu.
Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan
pada suatu logam batang.
Batang lurus dipanaskan dengan pola
pemanasan segitiga. Logam cenderung
memuai pada saat dipanaskan. Daerah
pemanasan tersebut menghasilkan
pemuaian yang besar. Logam mengkerut
pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.
(Sumber : www.las asetilin.com)
C. Keuntungan mengelas Asetilin
• peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
• Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan
yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
• Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di
bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana
• Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan
alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
2.3 Perawatan Las asetilin
2.3.1 Menjaga Kondisi Peralatan Las Asetilin
Perawatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung
suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang
dibuat harus mempunyai kualitas yang baik dan hasil produksi diserahkan ke
konsumen dalam waktu yang cepat. Oleh karena itu proses produksi harus
didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal. Untuk
mencapai hal itu peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini harus selalu
dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.
Pada las asetilin terdapat beberapa item yang perlu diadakan perawatan,
yaitu:
1. Tabung gas oksigen, berisi gas oksigen yang berfungsi dalam proses
pembakaran.
2. Tabung gas asetilin, berisi gas asetilin sebagai bahan bakar utama dalam
proses pembakaran
3. Regulator, adalah alat untuk mengatur aliran gas dari masing-masing tabung
4. Selang penyalur gas oksigen dan asetilin dari masing-masing tabung ke
brander
5. Brander adalah alat yang berfungsi mengatur campuran gas oksigen dan
asetilin serta membakarnya
Tabung gas oksigen dan gas asetilin masing-masing dilengkapi dengan katup
atau kran pembuka dan penutup aliran gas dan dua alat pengukur tekanan, yaitu
yang satu untuk mengetahui tekanan gas di dalam tabung dan satunya lagi
untuk mengetahi tekanan gas di lubang pengeluarannya.
A. Perawatan rutin :
1. Membersihkan las asetilin dari debu-debu yang menempel.
2. Mengeraskan baut-baut yang longgar pada las asetilin.
3. Mengeraskan komponen-komponen yang longgar pada las asetilin.
B. Perawatan berkala:
1. Memeriksa selang oksigen dan selang asetilin.
2. Memeriksa regulator oksigen dan regulator asetilin
3. Membersihkan torch ( alat pembakar )
C. Perawatan besar (overhoel)
1. Mengganti selang oksigen dan selang asetilin jika selang tersebut bocor,
akan memicu terjadinya kebakaran besar.
2. Mengganti regulator jika regulator tersebut sudah bocor atau jarum petunjuk
tidak berfungsi
3. Mengganti torch (alat pembakar) jika torch tersebut sudah tidak berfungsi
dengan baik.
2.4 Penanganan dan Penyimpanan Tabung Gas Asetilin
Penanganan dan Penyimpanan tabung gas asetilin:
Penyimpanan : Simpan dan gunakan dengan ventilasi yang memadai.
Tabung harus terpisah dari oksigen dan oksidator lainnya dengan jarak
minimum 20 kaki atau oleh barikade yang terbuat dari bahan yang tidak dapat
terbakar dengan tinggi sekurang-kurangnya 5 kaki yang memiliki rating tahan
api selama sekurang-kurangnya ½ jam. Penyimpanan lebih dari 2.500 kaki
kubik tidak boleh dilakukan pada bangunan yang dihuni. Tabung harus
disimpan dalam posisi tegak dengan tutup pelindung katup berada pada
tempatnya dan terpasang kencang agar tidak jatuh atau terbuka secara tak
disengaja. Pasang papan tanda “Dilarang merokok atau Menyalakan Api” di
daerah penyimpanan atau pemakaian. Tidak boleh ada sumber pengapian.
Semua peralatan listrik harus tahan ledakan di daerah penyimpanan. Daerah
penyimpanan harus memenuhi Peraturan Kelistrikan Nasional untuk daerah
berbahaya kelas 1. Jangan membiarkan temperatur penyimpanan melampaui
125 oF (52 oC). Tabung penuh dan tabung kosong harus dipisah. Gunakan
sistem inventori first-in first-out untuk mencegah agar kontainer penuh tidak
disimpan untuk jangka waktu lama.
Penanganan : Lindungi tabung dari kerusakan fisik; jangan
menyeret, menggulingkan, mendorong atau menjatuhkan tabung. Gunakan
hand truck yang sesuai yang dirancang untuk memindahkan tabung. Semua
sistem pipa asetilen dan peralatan yang terkait harus dibumikan. Peralatan
listrik harus terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan percikan api dan
tahan ledakan. Jangan menggunakan pipa tembaga untuk asetilen, hanya pipa
baja atau pipa besi tempa yang boleh digunakan. Katup tabung asetilen harus
dibuka secara minimal sebagaimana yang diperlukan untuk menghantarkan
aliran dalam jumlah yang dapat diterima agar katup tersebut dapat ditutup
secepat mungkin dalam keadaan darurat. Jangan membuka katup tabung lebih
dari satu setengah putaran. Jangan menggunakan asetilen dengan tekanan
lebih dari 15 psig. Tabung asetilen lebih berat daripada tabung lainnya karena
tabung ini dikemas dengan material pengisi berpori dan aseton. Periksa
apakah ada kebocoran dengan menggunakan air sabun, jangan menggunakan
api. Jangan memasukkan benda apapun (misalnya, kunci inggris, obeng,
batang pengumpil, dll.) ke dalam celah tutup katup. Bila Anda melakukannya,
maka dapat menyebabkan kerusakan pada katup yang akan menimbulkan
kebocoran. Gunakan strap wrench yang dapat disesuaikan untuk melepas
tutup yang terlalu kencang atau berkarat. Jangan memercikkan bunga api
listrik pada tabung gas bertekanan atau menjadikan tabung sebagai bagian
daripada suatu sirkuit listrik. Gunakan sambungan CGA yang tepat,
JANGAN MENGGUNAKAN ADAPTER.
Langkah Pencegahan Khusus : Gunakan pipa dan peralatan yang
dirancang secara memadai untuk tahan terhadap tekanan yang akan ditemui.
Gunakan katup periksa atau peralatan pelindung lainnya pada sistem pipa
pada tabung untuk mencegah aliran balik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan
dan dari penyusunan makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
Pada akhirnya penulis mengetahui Pengertian las asetilin, alat-alat yang
digunakan pada proses pengelasan las asetilin, Posisi pengelasan las
asetilin, tingkat kesususahan dalam pengelasan las asetilin.
Penulis akhirnya dapat mengetahui pengertian las asetilin, perlengkapan yang
digunakan pada praktik las asetilin, jenis-jenis nyala api, serta posisi
pengelasan pada proses las asetilin.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai
berikut :
Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai
referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.
Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998 .Petunjuk Praktek Las
Asetilin dan Las Listrik. Jakarta:Depatemen Pendidikaan
Nasional.
Las asetilin dan peralatan yang dibutuhkan.(online),
(htt p : / /la s asetilin .blogs p o t . c o m / 2009/ 0 6/.ht ml).diakses 27 Oktober
2012 .
Peralatan Praktek Las Asetilin.(online),
(http://kamissore.blogspot.com/2009/06/kerja-las-asetilin-).diakses 27
Oktober 2012 .
Petunjuk Praktek Las Asetilin.(online),
(http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html).diakses
27 Oktober 2012 .
Universitas Negeri Malang.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan
Penelitian, Edisi Kelima. Malang: diterbitkan oleh Universitas
Negeri Malang.