34
PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM KEBIDANAN A. PP 32 tahun 1996 Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,dipandang perlu menetapkan Standar Profesi bagi Bidan dengan Keputusan Menteri Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547);

Peraturan dan perundang1 (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Peraturan dan perundang1 (2)

PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN PELAYANAN

KESEHATAN DALAM KEBIDANAN

A. PP 32 tahun 1996

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,dipandang perlu

menetapkan Standar Profesi bagi Bidan dengan Keputusan Menteri Kesehatan;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3495);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional

(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3547);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3637);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran

Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4090);

Page 2: Peraturan dan perundang1 (2)

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang

Registrasi Dan Praktik Bidan;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

Page 3: Peraturan dan perundang1 (2)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Kesatu : keputusan menteri kesehatan tentang standar profesi bidan.

Kedua : Standar Profesi Bidan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana

tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam Diktum

Kedua agardigunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam

menjalankan tugas profesinya.

Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan

pelaksanaan Keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi

profesi terkait, sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 Maret 2007

MENTERI KESEHATAN,

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)

B.UU 36 tahun 2009

pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang

memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya

kesehatan sebagai berikut:

1. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha

Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

2. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan

antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta

antara material dan sipiritual.

3. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harusmemberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang

sehat bagi setiap warga negara.

Page 4: Peraturan dan perundang1 (2)

4. Asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat

memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima

pelayanan kesehatan.

5. Asas penghormatan  terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan

kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk

kesamaan kedudukan hukum.

6. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat 

memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan

masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.

7. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak

membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.

8. asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan

Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya.

Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mungkin dapat dicapai pada

suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yangnyata dari

setiap orang atau masyarakat.  Upaya kesehatan harus selalu diusahakan

peningkatannya secara terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai

investasi dalam pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang merata kepada

masyarakat, diperlukan ketersediaan tenaga kesehatan yang merata dalam arti

pendayagunaan dan penyebarannya harus merata ke seluruh wilayah sampai ke

daerah terpencil sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan

kesehatan. Peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

perlu digerakkan dan diarahkan agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. Dan

Untuk melaksanakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat diperlukan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan diseluruh

wilayah sampai daerah terpencil yang mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat.

Fase yang harus diperhatikan sebagai petugas kesehatan :

a.  Fase janin

b. Ibu Hamil

c. Anak-anak

Page 5: Peraturan dan perundang1 (2)

d. Remaja

e. Dewasa

f. Lanjut Usia.

            Bidan memberikan penyuluhan mengenai “pemberian air susu ibu

ekslusif” yang dalam ketentuan ini adalah pemberian hanya air susu ibu selama 6

bulan, dan dapat terus dilanjutkan sampai dengan 2 (dua) tahun dengan

memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai tambahan

makanan sesuai dengan kebutuhan bayi.  Pemberian ASI berdasarkan pada

“indikasi medis” dalam ketentuan ini adalah kondisi kesehatan ibu yang tidak

memungkinkanmemberikan air susu ibu berdasarkan indikasi medis yang

ditetapkan oleh tenaga medis. 

            Setiap anak usia sekolah dan remaja berhak atas informasi dan edukasi

serta  layanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi remaja dengan

memperhatikan masalah dan kebutuhan agar terbebas dari berbagai gangguan

kesehatan dan penyakit yang dapat menghambat pengembangan potensi anak.

Setiap anak usia sekolah dan remaja berhak mendapatkan pendidikan kesehatan

melalui sekolah dan madrasah dan maupun luar sekolah untuk meningkatkan

kemampuan hidup anak dalamlingkungan hidup yang sehat sehingga dapat

belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber

daya manusia yang berkualitas.

C. berdasarkan PP tentang aborsi dan bayi tabung

Aborsi Di Indonesia diatur oleh:

•   Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) - dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar

hukum.  Sampai saat ini masih diterapkan.

•   Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.

•   Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan - dalam kondisi

tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi).  Sampai dengan saat

ini masih diterapkan.

Page 6: Peraturan dan perundang1 (2)

Keuntungan:

•   Undang-undang (KUHP) dibuat pada jaman Belanda untuk menyelamatkan ibu

dari kematian akibat tindak aborsi tak aman oleh tenaga tak terlatih (dukun).

Kerugian:

•  Aborsi masih dianggap sebagai tindakan kriminal, padahal aborsi bisa

dilakukan secara aman (safe abortion). 

•   UU Kesehatan dibuat untuk memperbaiki KUHP, tapi memuat definisi aborsi

yang salah sehingga pemberi pelayanan (dokter) merupakan satu-satunya yang

dihukum.  Pada KUHP, baik pemberi pelayanan (dokter), pencari pelayanan

(ibu), dan yang membantu mendapatkan pelayanan, dinyatakan bersalah.

•   Akibat aborsi dilarang, angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia menjadi

tinggi karena ibu mencari pelayanan pada tenaga tak terlatih

Aborsi seharusnya:

1.  Dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan dokter umum yang ditunjuk dan

terlatih (bersertifikat)

Keuntungan: Aborsi bisa dilakukan secara aman (safe abortion).

Kerugian: Profesi lain selain dokter yang ditunjuk dan tersertifikasi, tidak

diperkenankan untuk memberikan pelayanan aborsi

2.  Dilakukan di rumah sakit atau klinik yang ditunjuk.

Keuntungan:

Aborsi dapat dilakukan secara lebih aman, karena rumah sakit dan klinik

yang ditunjuk akan dimonitor keamanan dan kualitasnya.

Kerugian:

Fasilitas kesehatan yang tidak ditunjuk pemerintah, dilarang memberikan

pelayanan aborsi

Rumah sakit dan klinik yang ditunjuk, hanya diijinkan memberikan

pelayanan aborsi pada perempuan dengan usia   kehamilan tidak lebih dari

usia kehamilan yang ditentukan.

3.  Disetujui oleh sekurang-kurangnya seorang konselor dan seorang dokter yang

ditunjuk, atau oleh seorang dokter bila dalam keadaan darurat (emergency).

Keuntungan :

1. Kerahasiaan pasien terjamin

Page 7: Peraturan dan perundang1 (2)

2. Pasien mendapatkan pertolongan sesegera mungkin

3. Pasien diberikan konseling, sebelum mendapatkan pelayanan medis.

Kerugian :

a. Keputusan aborsi ditentukan oleh satu konselor dan satu dokter

b. Terjadi penundaan bagi perempuan untuk mendapatkan pelayanan aborsi

aman

c. Dokter merasa lebih berwenang dibandingkan konselor

d. Dokter yang ditunjuk harus menjaga kode etik kedokteran

e. Dokter dibolehkan untuk tidak menuliskan alasan penolakan

memberikan pelayanan aborsi kepada pasien

f. Dokter bisa menolak untuk memberikan pelayanan aborsi kepada

pasiennya

g. Tantangan dari  kelompok konselor dan dokter anti aborsi.  

4. Tindak aborsi dibolehkan dalam kondisi perempuan sebagai berikut:

(a) Usia kandungan tidak lebih dari 12 minggu dan hasil diagnosis

menunjukkan munculnya risiko lebih besar pada pasien (perempuan) bila

kehamilan dilanjutkan, seperti gangguan mental, fisik dan psikososial

(b) Ancaman gangguan/cacat mental permanen pasien (perempuan)

(c) Membahayakan jiwa pasien (perempuan) jika kehamilan dilanjutkan

(d) Risiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita

cacat fisik/mental yang serius.

(e) Dalam menentukan risiko tindakan seperti yang tersebut di atas, dokter

harus mempertimbangkan keadaan pasien pada saat itu.

PENJELASAN KONDISI

a) Risiko gangguan fisik, mental dan psikososial perempuan: batas toleransi usia

kehamilan 12 minggu

b) Keuntungan: Penafsiran konselor dan/atau dokter bahwa dengan melanjutkan

kehamilan pasien akan mengalami gangguan kesehatan fisik, mental dan

psikososial.

Page 8: Peraturan dan perundang1 (2)

c) Kerugian: Hukum dapat ditafsirkan secara kaku oleh sebagian dokter dan/atau

konselor untuk tidak mengijinkan tindak aborsi tanpa adanya bukti-bukti

riwayat sakit fisik dan mental pasien.

d) Risiko cacat fisik dan mental pasien (perempuan) yang permanen: tidak ada

batasan usia kehamilan

e) Keuntungan: Dalam kondisi pasien terancam cacat fisik dan mental secara

permanen, perempuan dengan usia kehamilan di atas 12 minggu dibolehkan

mendapatkan pelayanan aborsi.

f) Kerugian: Membuka penafsiran yang berbeda antar dokter

g) Mengancam jiwa pasien: tidak ada batasan usia kehamilan

h) Keuntungan: Disetujui/didukung oleh banyak orang

i) Kerugian: Membuka penafsiran yang berbeda antar dokter

j) Janin tidak normal:  tidak ada batasan usia kehamilan

k) Keuntungan: Dalam kondisi janin tidak normal, perempuan dengan usia

kehamilan di atas 12 minggu dibolehkan melakukan aborsi.

Kerugian:

a. Membuka penafsiran yang berbeda antar dokter mengenai definisi/kriteria

cacat serius

b. Aborsi dianggap ilegal bila janin ternyata tidak cacat

c. Aborsi dianggap ilegal bila keputusan diambil berdasarkan pertimbangan

jender.

Bayi tabung

Program bayi tabung dari satu sisi memang cukup membantu pasangan

suami isteri (pasutri) yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin

mendapatkan keturunan. Namun di sisi yang lain, hukum bayi tabung akhirnya

menuai pro dan kontra dari sejumlah pihak. Khususnya reaksi dari para alim

ulama yang mempertanyakan keabsahan hukum bayi tabung jika dinilai dari sudut

agama.

Berdasarkan fatwa MUI, hukum bayi tabung sah (diperbolehkan) dengan

syarat sperma dan ovum yang digunakan berasal dari pasutri yang sah. Sebab hal

itu termasuk dalam ranah ikhtiar (usaha) yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.

Page 9: Peraturan dan perundang1 (2)

MUI juga menegaskan, hukum bayi tabung menjadi haram jika hasil

pembuahan sperma dan sel telur pasutri dititipkan di rahim wanita lain. Demikian

pula ketika menggunakan sperma yang telah dibekukan dari suami yang telah

meninggal dunia atau menggunakan sperma dan ovum yang bukan berasal dari

pasutri yang sah, maka hukum bayi tabung dalam hal ini juga haram.

Adapun undang-undang bayi tabung jika dilihat dari sudut pandang hukum

perdata di Indonesia, bisa ditemui dalam Pasal  127 ayat (1) UU No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan.  Pasal tersebut mengatur tentang upaya kehamilan yang

dilakukan di luar cara alamiah, yakni hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami

isteri yang sah dengan ketentuan:

a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang bersangkutan

ditanamkan dalam rahim isteri dari mana ovum berasal

b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu

c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu

Dengan demikian status anak tersebut adalah anak sah sehingga ia

memiliki hubungan waris dan keperdataan sebagaimana yang berlaku pada anak

kandung.

Namun Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang isteri ketika

ia telah bercerai dari suaminya, maka status anak yang terlahir sah jika anak

tersebut lahir sebelum 300 hari sejak perceraian terjadi. Bila anak terlahir setelah

masa 300 hari sejak perceraian, status anak tidak sah sehingga ia tidak memiliki

hubungan keperdataan apapun dengan mantan suami dari sang ibu (Pasal 255

KUH Perdata).

Undang-undang bayi tabung berdasarkan hukum perdata dapat ditinjau

dari beberapa kondisi berikut ini:

Jika sperma berasal dari pendonor dan setelah terjadi embrio

diimplantasikan ke dalam rahim isteri, maka anak yang terlahir statusnya sah dan

memiliki hubungan waris serta keperdataan selama suami menerimanya (Pasal

250 KUH Perdata).

Jika embrio diimplantasikan ke rahim wanita lain yang telah bersuami,

maka anak yang terlahir statusnya sah dari pasangan penghamil, dan bukan dari

Page 10: Peraturan dan perundang1 (2)

pasangan yang memiliki benih (Pasal 42 UU No. 1/1974 dan Pasal 250 KUH

Perdata)

Jika sperma dan sel telur berasal dari orang yang tidak terikat perkawinan

tetapi embrionya diimplantasikan ke rahim wanita yang terikat perkawinan, anak

yang terlahir statusnya sah bagi pasutri tersebut.

Jika embrio diimplantasikan ke rahim gadis, maka status anak yang

terlahir adalah anak di luar nikah penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan

segera merujuk pemberian minum.

D.Berdasarkan pemenkes Hk.02.02/Menkes/149/I/2010

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010,

kewenangan Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kebidanan

Pelayanan kebidanan ditujukan kepada ibu dan bayi. Pelayanan kebidanan

kepada ibu diberikan pada masa kehamilan,masa persalinan, masa nifas, dan masa

menyusui. Pelayanan kebidanan kepada bayi diberikan pada bayi baru lahir

normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari.Pelayanan kebidanan kepada ibu

meliputi:

a. penyuluhan dan konseling;

b. pemeriksaan fisik;

c. pelayanan antenatal pada kehamilan normal;

d. pertolongan persalinan normal;

e. pelayanan ibu nifas normal;

Pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi pemeriksaan bayi baru lahir

yaitu :

a. perawatan tali pusat

b. perawatan bayi

c. resusitasi pada bayi baru lahir

d. pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah dan

pemberian penyuluhan. 

Page 11: Peraturan dan perundang1 (2)

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu berwenang

untuk: Pemberian surat keterangan kelahiran dan pemberian surat keterangan

hamil untuk keperluan cuti melahirkan.

2. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

berwenang untuk: dengan sonde /pipet; pemberian obat bebas, uterotonika untuk

postpartum dan memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi

dalam rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom;

memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah dengan supervisi dokter; memberikan penyuluhan/konseling

pemilihan kontrasepsi melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di

fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah; dan memberikan konseling dan

tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan prahamil.

3. Pelayanan kesehatan masyarakat.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, berwenang untuk:

Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan

bayi melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas dan melaksanakan deteksi

dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS),

penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta

penyakit lainnya.

Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan

tidak ada dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan

diluar kewenangannya. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak

memiliki dokter, dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan

pelayanan kesehatan diluar kewenangannya. Daerah yang tidak memiliki dokter

adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam hal daerah tersebut telah terdapat dokter,

kewenangan bidan dimaksud tidak berlaku.

Kewenangan yang diatur dalam Permenkes Nomor

Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 pada perkembangannya ternyata dianggap

menghambat program karena kewenagan bidan disini sangat dibatasi seperti

Page 12: Peraturan dan perundang1 (2)

pelayanan kebidanan hanya diberikan kepada bayi dan diberikan pada bayi baru

lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari diamana sebenarnya bidan

memberikan pelayanan kebidanan kepada anak dan diberikan pada bayi baru lahir,

bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

Untuk menunjang pelaksanaan penurunan kematian ibu dan bayi/anak

maka Permenkes Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 direvisi dengan

ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur kewenangan

bidan untuk memberikan pelayanan sebagai berikut yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

4. Pelayanan kesehatan ibu

Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

Pelayanan kesehatan ibu meliputi:

a. pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. pelayanan persalinan normal

d. pelayanan ibu nifas normal

e. pelayanan ibu menyusui

f. pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berwenang untuk:

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

Page 13: Peraturan dan perundang1 (2)

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j. Pemberian surat keterangan kematian

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2. Pelayanan kesehatan anak

Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir,bayi, anak balita,

dan anak pra sekolah. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak

berwenang untuk:

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1,

perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal dan perawatan tali pusat.

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahiran

h. Pemberian surat keterangan kematian.

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana, berwenang untuk:

Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Selain kewenangan tersebut bidan yang menjalankan program Pemerintah

berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis

tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

Page 14: Peraturan dan perundang1 (2)

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan

anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak

sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi

Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,penyalahgunaan

Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit

lainnya

8. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.

            Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,

penanganan bayi dan anak balita sakit, dan penanganan Infeksi Menular Seksual

(IMS) dan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat

dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu. Bagi bidan yang menjalankan praktik

di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di

luar kewenangannya.

Daerah yang tidak memiliki dokter adalah kecamatan atau kelurahan/desa

yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam hal daerah

tersebut telah terdapat dokter, kewenangan bidan dimaksud tidak berlaku.

Untuk bidan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi:

a. Memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan

kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak

balita dan prasekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat

b. Menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk persalinan

c. Memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku

E. berdasarkan permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:

o Pelayanan kesehatan ibu

Page 15: Peraturan dan perundang1 (2)

o Pelayanan kesehatan anak

o Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki

dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

1) Ruang lingkup:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2) Kewenangan:

a.Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c.Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e.Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu

(ASI) eksklusif

g. §  Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

h. §  Penyuluhan dan konseling

i. §  Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j. §  Pemberian surat keterangan kematian

k. §  Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak

1)  Ruang lingkup:

a. Pelayanan bayi baru lahir

b. Pelayanan bayi

Page 16: Peraturan dan perundang1 (2)

c. Pelayanan anak balita

d. Pelayanan anak pra sekolah

2) Kewenangan:

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K

1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan

perawatan tali pusat

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahiran

h. Pemberian surat keterangan kematian

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan

kewenangan:

1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana

2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan

yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk

melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis

tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan

anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak

sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

Page 17: Peraturan dan perundang1 (2)

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap

Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit

lainnya

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal

terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,

merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)

dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika

dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah

mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.

Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada

dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan

kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan

pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak

berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

F. Menkes 161 Tahun 2010

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 161/MENKES/PER/2010

TENTANG

REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

Menimbang : 1. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 23 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah(lembaran negara republik

indonesia tahun 2004 nomor 125.(tambahn lembaran negara

republik indonesia nomor 4437) sebagaimana telah diubah

terakhir dengan undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang

perubahan kedua atas undang-undang no 32 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah (lembaran negara republik 

Page 18: Peraturan dan perundang1 (2)

indonesia tahun 2008  nomor 59,tambahan lembaran negara

republik indonesia nomor 4844)

     2. undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan     (lembaran negara

republik indonesia tahun 2009 nomor 144. Tambahan lembaran negara republik

indonesia nomor 5063)

                               3. undang undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit  (lembaran negara

republik indonesia tahun 2009 nomor 153. Tambahan lembaran negara republik

indonesia nomor 5073)

                               4. peraturan pemerintah  nomor 32 tahun 2009 tentang tenaga kesehatan

(lembaran negara republik indonesia tahun 1996  nomor 49. Tambahan lembaran

negara republik indonesia nomor 3637)

                               5. peraturan pemerintah  nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan

pemerintahan antara pemerintah,pemerintah daerah propinsi,dan pemerintahan

daerah kabupaten /kota (lembaran negara republik indonesia tahun 2007  nomor

82. Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4737)

peraturan menteri kesehatan nomor 1575/menkes/per/XI/2005 tentang

organisasi dan tata kerja departemen kesehatan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan  peraturan menteri kesehatan nomor

439/menkes/per/VI/2009 tentang perubahan kedua atas peraturan menteri

kesehatan nomor 1575/menkes/per/XI/2005  tentang organisasi dan tata

kerja departemen kesehatan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

Page 19: Peraturan dan perundang1 (2)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

tenaga kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

2) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik  promotif, preventif,

kuratif,  maupun rehabilitatif  yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah,dan /atau masyarakat.

3) Uji kompetisi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,keterampilan  

G. UU Praktik Kedokteran

1. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan: 

a. nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada

ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan

termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika

profesi;

b. manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam

rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat  kesehatan

masyarakat;

c. keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus

mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap

orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta  pelayanan

yang bermutu;

d. kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran

memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku,

bangsa, agama, status sosial, dan ras;

Page 20: Peraturan dan perundang1 (2)

e. keseimbangan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik

kedokteran tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara

kepentingan individu dan masyarakat;

f. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan

praktik kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan

semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan

dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.

            Yang dimaksud dengan “standar pendidikan profesi dokter dan dokter

gigi” adalah pendidikan profesi yang dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan

nasional.Penyusunan standar pendidikan profesi bagi dokter dan dokter gigi

dilakukan oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran dan asosiasi institusi

pendidikan kedokteran gigi dengan

mengikutsertakan kolegium kedokteran, kolegium kedokterangigi, dan asosiasi

rumah sakit pendidikan.

            Penyusunan standar pendidikan profesi bagi dokter spesialis dan dokter

gigi spesialis dilakukan oleh kolegium kedokteran dan kolegium kedokteran gigi

dengan mengikutsertakan  asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi

institusi pendidikan kedokteran gigi dan rumah sakit pendidikan.Konsil

Kedokteran  Indonesia  mengesahkan  standar pendidikan profesi dokter, dokter

spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah ditetapkan tersebut

diatas.  Yang dimaksud dengan “asosiasi institusi pendidikan kedokteran” adalah

suatu lembaga yang dibentuk oleh para dekan fakultas kedokteran yang berfungsi

memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan menjamin kualitas

pendidikan kedokteran yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran. 

            berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah

pasien yang bersangkutan.Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di

bawah pengampuan (under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan medis

dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung,

anak-anak kandung atau saudarasaudara kandung.

            Dalam keadaan  gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak

diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang

Page 21: Peraturan dan perundang1 (2)

sudah memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan. Dalam

hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, maka penjelasan

diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar. Apabila tidak ada yang

mengantar dan tidak ada keluarganya sedangkan tindakan medis harus dilakukan

maka penjelasan diberikan kepada anak yang bersangkutan atau pada kesempatan

pertama pasien sudah sadar.

H. Permenkes 512 tahun 2007

Pelaksanaan praktik

Pasal 14

(1) Praktik kedokteran dilaksanakan berdasarkan pada kesepakatan berdasarkan

hubungan kepercayaan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam

upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.

(2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upaya maksimal

pengabdian profesi kedokteran yang harus dilakukan dokter dan dokter gigi

dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien sesuai dengan standar

pelayanan,standar profesi, standar prosedur operasional dan kebutuhan medis

pasien.

(3) Upaya maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sesuai dengan

situasi dan kondisi setempat.

Pasal 15

(1) Dokter dan dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan

kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan

tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran atau

kedokteran gigi.

(2) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dan

dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau tenaga lainnya dalam

keadaan tertentu dimana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan dan tidak

Page 22: Peraturan dan perundang1 (2)

terdapat dokter dan dokter gigi di tempat tersebut diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri.

Pasal 16

(1) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter dan dokter

gigi yang melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan yang

bersangkutan.

(2) Daftar dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP pada sarana pelayanan kesehatan

yang bersangkutan.

(3) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib menempatkan daftar dokter dan

dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada tempat yang mudah

dilihat.

Pasal 17

(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan praktik

perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran.

(2) Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat nama dokter atau

dokter gigi dan nomor registrasi, sesuai dengan SIP yang diberikan.

(3) Dalam hal dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (2) berhalangan

melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter dan dokter gigi pengganti.

(4) Dokter dan dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus

dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP yang setara dan tidak harus SIP di

tempat tersebut.

(5) Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan pelayanan,

dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP dapat menggantikan dokter spesialis

atau dokter gigi spesialis, dengan memberitahukan penggantian tersebut kepada

pasien.

Pasal 18

(1) Dokter dan dokter gigi yang berhalangan melaksanakan praktik atau telah

menunjuk dokter pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) wajib

membuat pemberitahuan.

Page 23: Peraturan dan perundang1 (2)

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditempelkan atau

ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.

Pasal 19

(1) Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran harus sesuai

dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki serta kewenangan lainnya yang

ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

(2) Dokter dan dokter gigi, dalam rangka memberikan pertolongan pada keadaan

gawat darurat guna penyelamatan jiwa atau pencegahan kecacatan, dapat

melakukan tindakan kedokteran dan kedokteran gigi diluar kewenangannya sesuai

dengan kebutuhan medis.

(3) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus

dilakukan sesuai dengan standar profesi.