Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA
NOMOR 2 TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017 - 2022
PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA 2018
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ..................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ I-1
1.2. Landasan Hukum ....................................................................... I-1
1.3. Hubungan RPJMD Kabupaten Jepara dengan Dokumen
Perencanaan Lainnya .................................................................. I-4
1.4. Maksud dan Tujuan .................................................................... I-5
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................. I-6
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ................................. II-1
2.1. Aspek Geografi dan Demografi ..................................................... II-1
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ................................................ II-12
2.3. Aspek Pelayanan Umum .............................................................. II-31
BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH ....................................... III-1
3.1. Kinerja Keuangan Daerah Tahun 2012-2016 ............................... III-1
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu ............................... III-13
3.3. Kerangka Pendanaan .................................................................. III-22
BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH ......... IV-1
4.1. Permasalahan Pembangunan ...................................................... IV-1
4.2. Isu Strategis ................................................................................ IV-13
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ...................................... V-1
5.1. Visi ............................................................................................. V-1
5.2. Misi ............................................................................................. V-3
5.3. Tujuan dan Sasaran .................................................................... V-6
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR : 2 TAHUN 2018 TANGGAL : 7 FEBRUARI 2018
ii
BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
DAERAH ............................................................................. VI-1
6.1. Telaah Dokumen Perencanaan .................................................... VI-1
6.2. Strategi dan Arah Kebijakan ........................................................ VI-25
6.3. Tahapan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Jepara
Tahun 2017-2022 ........................................................................ VI-33
BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM
PERANGKAT DAERAH ................................................... VII-1
BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH ........................................................................ VIII-1
BAB IX PENUTUP ........................................................................... IX-1
9.1. Pedoman Transisi ........................................................................ IX-1
9.2. Kaidah Pelaksanaan .................................................................... IX-1
9.3. Pengembangan Pembiayaan Pembangunan ................................. IX-2
I-1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk
menyusun sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen
perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi: (1) Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJP) yang berisi arah pembangunan daerah dalam
jangka waktu 20 tahun; (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang berisi rencana pembangunan untuk jangka waktu 5 tahun; dan (3)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun.
Kabupaten Jepara merupakan salah satu daerah yang telah melaksanakan
kegiatan Pilkada serentak pada putaran kedua, yaitu pada Tanggal 15 Februari
2017, dan telah ditetapkan pemenangnya yaitu Pasangan H. Ahmad Marzuqi, S.E
dan H. Dian Kristiandi, S.Sos, serta telah dilantik pada tanggal 22 Mei Tahun
2017.
Menindaklanjuti hal tersebut maka Bupati dan Wakil Bupati terpilih
diamanatkan untuk menyusun RPJMD untuk periode tahun 2017-2022. RPJMD
Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 sebagai penjabaran visi, misi dan program
Bupati dan Wakil Bupati Jepara Tahun 2017-2022 dalam penyusunannya
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Jepara, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara, dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta memerhatikan
RPJMD Provinsi Jawa Tengah.
1.2. Landasan Hukum Penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022
didasarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
I-2
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
11. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, Dan Walikota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 57);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4585);
I-3
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
20. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 199);
21. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
22. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 136);
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 9);
24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009– 2029
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);
I-4
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013 – 2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014
Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 88);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
(Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Dan Susunann Perangkat Daerah Kabupaten Jepara
(Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11).
1.3. Hubungan RPJMD Kabupaten Jepara dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Dokumen perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan
yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional dan Provinsi Jawa
Tengah, oleh karena itu RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 disusun
dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031, dan RPJMN
Tahun 2014-2019, serta memerhatikan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2013-2018 dan perubahannya.
Selain dokumen-dokumen perencanaan di atas juga perlu memerhatikan
dokumen rencana pembangunan yang relevan, antara lain: (1) Agenda
pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs); (2) RPJMD dan RTRW
Kabupaten sekitar (Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati); (3)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara
Tahun 2017-2022; dan (4) Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD)
2017-2022;
Selanjutnya RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 dijabarkan
dalam RKPD dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis
I-5
Perangkat Daerah (Renstra PD) Tahun 2017-2022 dan Rencana Kerja Perangkat
Daerah (Renja PD)
Gambar 1.1. Hubungan Dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 dengan
Dokumen Perencanaan Lainnya
1.4. Maksud dan Tujuan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 dimaksudkan untuk
memberikan pedoman bagi seluruh stakeholders pembangunan Kabupaten Jepara
dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun mendatang yaitu tahun 2017-2022.
RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 disusun bertujuan untuk :
1. Mewujudkan Visi dan Misi Kepala Daerah melalui perumusan tujuan
sasaran, strategi, kebijakaan dan program yang dilaksanakan secara
efektif dan efisien serta memerhatikan aspek pemerataan dan keadilan;
2. Menjadi standar atau tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, serta menjadi
instrumen bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam
melaksanakan fungsi pengawasan;
3. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah selama lima
tahun sekaligus sebagai pedoman bagi penyusunan Renstra PD dan RKPD;
4. Mewujudkan pembangunan daerah yang mengedepankan pada
pembangunan kewilayahan, pro poor, pro job, pro growth dan pro
environment dengan memerhatikan potensi daerah; dan
I-6
5. Menjamin keterkaitan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta
pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah.
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 terdiri
dari 9 (sembilan) bab. Garis besar isi tiap-tiap bab menguraikan hal-hal sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, dasar hukum penyusunan,
hubungan antara dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022
dengan dokumen perencanaan lainnya, maksud dan tujuan, dan
sistematika penulisan.
Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah
Bab ini berisi gambaran umum kondisi Kabupaten Jepara sebagai bahan
analisis untuk menggambarkan permasalahan pembangunan daerah, isu
strategis, visi/misi kepala daerah, serta sebagai dasar perumusan strategi
dan kebijakan.
Bab III Gambaran Keuangan Daerah
Bab ini menguraikan dan menganalisis tentang kinerja keuangan yaitu
kinerja pelaksanaan APBD, kebijakan pengelolaan keuangan, kerangka
pendanaan, penghitungan kapasitas keuangan daerah, dan proyeksi APBD
dan alokasi penggunaannya pada Tahun 2017-2022.
Bab IV Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah
Bab ini menjelaskan tentang permasalahan pembangunan daerah terkait
dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan, dan isu-isu
strategis dari permasalahan pembangunan daerah dengan memerhatikan
dinamika internasional, kebijakan nasional maupun regional, yang dapat
memberikan manfaat/pengaruh di masa datang terhadap Kabupaten
Jepara.
Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Bab ini menjelaskan visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah
tahun 2017–2022 yang merupakan visi dan misi kepala daerah terpilih.
Pada bagian ini juga diuraikan tujuan dan sasaran pembangunan daerah
untuk menjawab isu-isu strategis daerah selama kurun waktu 2017-2022.
Bab VI Strategi, Arah Kebijakan, dan Program Pembangunan Daerah
Bab ini menguraikan strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan daerah, arah kebijakan dari setiap strategi terpilih,
dan sekumpulan program prioritas yang secara khusus berhubungan
dengan capaian sasaran pembangunan daerah.
I-7
Bab VII Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat
Daerah
Bab ini berisi gambaran program dan indikator kinerja serta target
capaian, yang diperinci menurut urusan pemerintahan daerah yang akan
dilaksanakan selama periode 2017-2022. Pada bab ini dikemukakan pula
target akumulatif akhir periode perencanaan dengan kondisi awal, dan
nama Perangkat Daerah (PD) yang bertanggungjawab terhadap urusan
dimaksud.
Bab VIII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Bab ini menguraikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian
visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode
masa jabatan melalui penggambaran capaian akumulasi indikator
program pembangunan daerah (indikator outcome) dan indikator lain
yang bersifat agregat.
Bab IX Penutup
Bab ini menguraikan tentang RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022
sebagai pedoman transisi dalam penyusunan RKPD dan Rancangan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) tahun pertama
kepemimpinan bupati-wakil bupati periode berikutnya, dan kaidah
pelaksanaan visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah yang
telah disusun dalam dokumen RPJMD, serta pengembangan pembiayaan
pembangunan terhadap program/kegiatan prioritas.
II-1
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Aspek Geografi 2.1.1.1 Geografi dan Administrasi
Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang beribukota di Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi (Kota Semarang)
sekitar 71 km. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110°9'48,02"
sampai 110°58'37,40" Bujur Timur, 5° 43' 20,93" sampai 6° 47' 25,81" Lintang
Selatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Demak
Sebelah Barat : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati
Sumber: RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara meliputi 16 kecamatan, 11 kelurahan, dan 184 desa, 1.015
RW dan 4.766 RT. Kecamatan dengan jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah
Kecamatan Tahunan, yaitu 7 km dan yang terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa,
yaitu 90 km. Luas wilayah Kabupaten Jepara adalah 1.004,132 km2, dengan
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling (123,116 km2), dan yang terkecil adalah
Kecamatan Kalinyamatan (23,700 km2). Secara lebih detail, luas dari masing-masing
kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
II-2
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Jepara per Kecamatan
No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) Desa/Kel
1. Kedung 43,063 4,29 18 2. Pecangan 35,878 3,57 12 3. Kalinyamatan 23,700 2,36 12 4. Welahan 27,642 2,75 15 5. Mayong 65,043 6,48 18 6. Nalumsari 56,965 5,67 15 7. Batealit 88,879 8,85 11 8. Tahunan 38,906 3,87 15 9. Jepara 24,667 2,46 16 10. Mlonggo 42,402 4,22 8 11. Pakis Aji 60,553 6,03 8 12. Bangsri 85,352 8,50 12 13. Kembang 108,124 10,77 11 14. Keling 123,116 12,26 12 15. Donorojo 108,642 10,82 8 16. Karimunjawa 71,200 7,09 4
Jumlah 1.004,132 100,00 195 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017
Berdasarkan letak, Kabupaten Jepara dipandang “kurang menguntungkan”
karena tidak dilalui oleh Jalur Pantura yang merupakan jalur utama pergerakan
distribusi barang dan manusia di Pulau Jawa. Meski demikian, Kabupaten Jepara
mempunyai potensi strategis ditinjau dari letak geografis kelautan, terlebih dengan
kembali menguatnya paradigma pembangunan yang berbasis kemaritiman.
Keunggulan komparatif yang menonjol dari aspek maritim adalah garis pantai
sepanjang ±82 km yang sangat potensial untuk pengembangan pariwisata, salah
satunya adalah Kawasan Karimunjawa yang telah ditetapkan sebagai salah satu
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), Destinasi Pariwisata Nasional
(DPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Selain itu, Kabupaten
Jepara juga memiliki daerah perbukitan yang merupakan bagian dari lereng Gunung
Muria sehingga potensial untuk pengembangan perkebunan dan kehutanan.
2.1.1.2 Topografi
Kabupaten Jepara yang merupakan daerah di kawasan Utara Jawa ini secara
topografi dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu:
1. wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara
2. wilayah dataran rendah di bagian Tengah dan Selatan
3. wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari
Gunung Muria
4. wilayah perairan atau kepulauan di bagian Utara yang merupakan
serangkaian Kepulauan Karimunjawa.
II-3
Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan
1.301 mdpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara
0-2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah
Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan.Variasi ketinggian
tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan,
yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha dan
sangat curam 10.620,212 Ha. Sebagai akibat dari wilayah yang cenderung ke arah
kawasan pesisir pantai.
Sumber: RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara memiliki 6 bentuk lahan yang fungsional yaitu 1) Dataran;
2) Dataran aluvial; 3) Lembah aluvial; 4) Pegunungan sekitar pantai; 5) Perbukitan;
dan 6) Rawa pasang surut. Bentuk lahan yang dimiliki oleh Kabupaten Jepara
menyebabkan terjadinya perubahan jenis tanah. Jenis di Kabupaten Jepara menurut
topografi kawasan terbagi ke dalam 4 Jenis tanah yaitu 1) Andosol coklat; 2) Regosol;
3) Alluvial; dan 4) latosol.
Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan
kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian Barat yang mengalir sungai-
sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut
antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso,
Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi
wilayah,aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian Timur (Gunung Muria) ke
arah Barat (Barat Daya, Barat, dan Barat Laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa).
Penutupan batuan atau singkapan batuan merupakan masalah yang terjadi pada
permukaan tanah yang tertutup oleh batuan di Kabupaten Jepara, hal tersebut
II-4
menjadi salah satu sebab kurang suburnya tanah di Kabupaten Jepara karena tanah
yang tertutup batuan menjadi keras dan sulit untuk ditanami.
Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Jepara per Kecamatan (mdpl)
No Kecamatan Ketinggian
1. Kedung 0-2
2. Pecangaan 2-17
3. Kalinyamatan 2-29
4. Welahan 2-7
5. Mayong 13-438
6. Nelumsari 13-736
7. Batealit 68-378
8. Jepara 0-46
9. Tahunan 0-50
10. Mlonggo 0-300
11. Pakisaji 25-1.000
12. Bangsri 0-594
13. Kembang 0-1.000
14. Keling 0-1.301
15. Donorojo 0-619
16. Karimunjawa 0-100 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017.
2.1.1.3 Geologi dan Struktur Tanah
Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan
lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa
oleh arus sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial
hiromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol
kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan. Kabupaten
Jepara terletak pada lereng Utara dan Barat Gunung Muria.
Daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat
diklasifikasikan menjadi 5 jenis tanah sebagai berikut:
Tanah Andosol Coklat. Terdapat di perbukitan dan puncak Muria bagian
utara Muria dengan luas tanah 3.525.469 Ha, atau 3,51 %.
Tanah Regosol. Terdapat di bagian utara Kabupaten Jepara dengan luas
tanah 2.700,857 Ha atau 2,69 %.
Tanah Alluvial. Terdapat di sepanjang pantai utara dengan luas tanah
9.126,433 Ha, atau 9,09 %.
Tanah Asosiasi Mediteran. Terdapat di pantai barat Kabupaten Jepara dengan
luas tanah 19.400,458 Ha, atau 19,32 %.
Tanah Latosol. Jenis tanah ini paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat
di perbukitan Gunung Muria dengan luas tanah 65.659,972 Ha, atau 65,39%.
II-5
Sumber: Review RTRW Kabupaten Jepara, 2015
Gambar 2.3
Peta Jenis Tanah Kabupaten Jepara
Lahan di kawasan Kabupaten Jepara cocok digunakan untuk budidaya
tambak mengingat kondisi fisik lingkungannya yang dekat dengan pantai. Selain
sebagai budidaya tambak lahan di kawasan Jepara yang datar juga cocok difungsikan
untuk perkebunan atau budidaya pertanian ringan khususnya pada kawasan yang
berbukit. Lahan di Kabupaten Jepara terdapat banyak kawasan yang merupakan
hasil dari pengendapan tanah yang terkena air sunagi atau laut akibat abrasi yang
sulit difungsikan dan terkadang berubah menjadi daerah rawa yang hanya bisa
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman tertentu.
2.1.1.4 Klimatologi
Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan
kemarau. Musim penghujan antara bulan Januari-Juni dipengaruhi oleh musim
Barat, sedangkan musim kemarau antara bulan Juli-Desember yang dipengaruhi oleh
angin musim Timur. Jumlah hari hujan pada tahun 2015 adalah 152 hari. Curah
hujan tertinggi tercatat 1122 mm3, dengan jumlah hari hujan 29 hari di bulan
Januari. Sedangkan curah hujan terendah sebesar 5 mm3 dengan 1 hari hujan di
bulan Oktober. Adapun suhu di Kabupaten Jepara berkisar antara 20,60oC sampai
dengan 34,20oC. Hal ini dikarenakan Kabupaten Jepara berada dalam iklim tropis.
II-6
Sumber: Review RTRW Kabupaten Jepara, 2015
Gambar 2.4 Peta Curah Hujan Kabupaten Jepara
2.1.2 Demografi
Menurut BPS dalam Jepara Dalam Angka Tahun 2017, jumlah penduduk di
wilayah Kabupaten Jepara tahun 2016 sebanyak 1.205.800 jiwa, terdiri dari 601.206
laki-laki dan 604.594 perempuan. Kategori umur penduduk Kabupaten Jepara
sebagian besar adalah penduduk umur produktif, yaitu 67,9 % penduduk yang
berusia antara 15-64 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Jepara
sedang berada dalam sebuah kondisi yang disebut dengan bonus demografi. Bonus
demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15 tahun -
64 tahun) di suatu wilayah lebih besar dari jumlah penduduk usia tidak produktif
(kurang dari 14 tahun dan diatas 65 tahun). Sementara itu, angka ketergantungan di
Kabupaten Jepara pada Tahun 2016 mencapai 47,26%.
II-7
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017
Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Berdasarakan Usia
Tahun 2016 (jiwa)
Kepadatan penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2016 adalah 1.201
jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan rata-rata tahun 2015-2016 mencapai 1,47%.
Semantara itu, penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Tahunan (115.504 jiwa),
sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Karimunjawa (9.379 jiwa). Detail
persebaran penduduk berdasarkan kecamatan dan kepadatannya adalah
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jepara per Kecamatan
Tahun 2016
No. Kecamatan Jml Pddk (jiwa) Kepadatan(km2/jiwa) 1 Kedung 77.813 1.807 2 Pecangaan 85.082 2.404 3 Kalinyamatan 64.722 2.677 4 Welahan 74.843 2.708 5 Mayong 90.402 1.390 6 Nalumsari 74.155 1.302 7 Batealit 86.083 969 8 Tahunan 115.504 2.969
II-8
No. Kecamatan Jml Pddk (jiwa) Kepadatan(km2/jiwa) 9 Jepara 89.116 3.613 10 Mlonggo 86.529 2.041 11 Pakis Aji 60.903 1.006 12 Bangsri 102.495 1.201 13 Kembang 70.122 649 14 Keling 62.448 507 15 Donorojo 56.204 517 16 Karimunjawa 9.379 132
Jumlah 1.205.800 1.201 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017
2.1.3 Potensi Pengembangan Wilayah Keberadaan ruang adalah terbatas. Dengan demikian, rentan menimbulkan
konflik antar pemangku kepentingan (stakeholders), terlebih dengan karakteristik
masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan keras. Beberapa permasalahan yang
muncul, baik yang bersifat alamiah maupun sebagai bagian dari dinamika
pembangunan di Kabupaten Jepara, yang sifatnya strategis antara lain:
1. Beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara memiliki topografi lebih dari 40%
(sangat curam) sehingga berpotensi longsor.
2. Sebagian jenis tanah di Kabupaten Jepara ada yang sangat peka terhadap
erosi (regosol coklat) sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengembangan di atasnya.
3. Adanya rawan bencana banjir, tanah longsor dan angin topan akan menjadi
salah satu kendala dalam pembangunan wilayah.
4. Permasalahan lingkungan, seperti alih fungsi lahan yang belum terkendali
(terutama dari kawasan lindung ke kawasan budidaya) dengan baik, abrasi
dan rob, kerusakan daerah hulu sungai akibat pertambangan yang tidak
berwawasan lingkungan.
5. Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga
mempersulit dalam pemerataan pembangunan.
6. Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak
terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang.
Dengan penataan ruang yang terpadu, serasi dan berkualitas, maka semua
stakeholders pembangunan akan mempunyai rujukan yang sama dalam
memanfaatkan ruang. Hal ini, selain akan memberikan kepastian hukum dalam
pemanfaatan ruang juga akan mendorong masyarakat untuk berperan aktif, baik
pada proses perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
Dalam perspektif inilah sekaligus untuk mengarahkan pembangunan di
Kabupaten Jepara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, serasi,
selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan, disusun Rencana Tata Ruang Wilayah
II-9
(RTRW) Kabupaten Jepara (Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031).
Rencana struktur ruang Kabupaten Jepara diwujudkan berdasarakan arahan
pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah.
• Rencana sistem pusat kegiatan, terdiri dari:
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan,
meliputi : perkotaan Jepara dan Pecangaan;
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) sebagai pusat kegiatan yang untuk
di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL, meliputi : perkotaan Bangsri,
Mayong, Keling dan Karimunjawa;
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagai kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa,
meliputi : perkotaan Kedung, Mlonggo, Batealit, Kembang, Pakisaji,
Kalinyamatan, Nalumsari, Welahan, dan Donorojo; dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagai pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, meliputi : Desa
Mantingan, Teluk Awur, Raguklampitan, Kerso, Kedungmalang,
Ujungwatu, Keling, Suwawal, Slagi, Lebak, Bondo, Srikandang, Bucu,
Tubanan, Guwosobokerto, Ngroto, Welahan, Troso, Kaliombo,
Banyuputih, Mayong Kidul, Pelang, Bandung, Pringtulis, Daren dan
Ngetuk.
• Peran pusat kegiatan, meliputi:
1. PKL sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan sosial dan
ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan,
pendidikan tinggi, perhubungan, pariwisata dan pertanian;
2. PKLp sebagai pusat pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi,
pengembangan permukiman perkotaan, perdagangan, industri, pertanian
perikanan, pengembangan budi daya hutan, riset perikanan, pelestarian
sumber daya alam, konservasi, perhubungan dan pariwisata;
3. PPK sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat pelayanan sosial
ekonomi skala kecamatan; dan
4. PPL sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan.
• Rencana sistem jaringan prasarana wilayah, terdiri dari:
1. Sistem Jaringan Transportasi;
2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan;
3. Sistem Jaringan Telekomunikasi;
4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air; dan
5. Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
II-10
Di bidang pariwisata Kabupaten Jepara memiliki banyak wilayah yang sangat
potensial dengan obyek wisata yang beragam namun pengembangannya masih belum
optimal, antara lain:
• Pantai Kartini. Terletak ± 2,5 km ke arah Barat dari Pendopo Kabupaten
Jepara. Obyek wisata ini berada di Kelurahan Bulu Kecamatan Jepara dan
merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan. Berbagai
sarana pendukung seperti dermaga, permainan anak-anak (komedi putar,
mandi bola) dan lain-lain telah tersedia untuk pengunjung. Kawasan dengan
luas tanah ± 3,5 ha ini merupakan kawasan strategis, karena sebagai jalur
transportasi laut menuju obyek wisata Taman Karimunjawa dan Pulau
Panjang.
• Pantai Tirta Samudra. Lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Pantai
Bandengan dan terletak ±7 km sebelah Utara dari pusat kota. Pantai yang
airnya jernih dan berpasir putih ini sangat cocok untuk lokasi mandi.
Kawasan obyek wisata yang lahannya cukup luas dan sebagian besar
ditumbuhi rerimbunan pohon pandan ini memang cocok untuk lokasi
kegiatan para remaja seperti kemah, volley pantai, sepeda pantai atau
kegiatan serupa.
• Benteng Portugis. Salah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng
Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau ± 45 km
di sebelah Utara kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia jalan aspal
dan transportasi reguler. Dilihat dari sisi geografis, benteng ini nampak
sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang
kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2-3 km saja. Benteng ini
dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya
terhampar Pulau Mondolika, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng
ini berada di bawah kontrol meriam benteng sehingga akan berpengaruh pada
pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia Bagian Timur atau sebaliknya.
• Air Terjun Songgolangit. Terletak di Desa Bucu Kecamatan Kembang ± 30 km
sebelah Utara dari kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian ± 80
meter dan lebar ± 2 meter.
• Perang Obor Tegal Sambi. Upacara tradisional “Obor-oboran” merupakan
salah satu upacara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten
Jepara, khususnya Desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara
yang tiada duanya di Jawa Tengah ini dan mungkin di seluruh Indonesia.
Obor pada upacara tradisional ini adalah gulungan atau bendelan 2 (dua)
atau 3 (tiga) pelepah kelapa yang sudah kering dan bagian dalamnya diisi
dengan daun pisang kering (Jawa: klaras). Obor yang telah tersedia
dinyalakan bersama untuk dimainkan/digunakan sebagai alat untuk saling
menyerang sehingga sering terjadi benturan obor yang dapat mengakibatkan
II-11
pijaran-pijaran api yang besar yang akhirnya masyarakat menyebutnya
dengan istilah “Perang Obor”.
• Kelenteng “Hian Thian Siang Tee” Welahan. Kelenteng Welahan yang diberi
nama “Hian Thian Siang Tee” terletak 24 km ke arah Selatan dari pusat kota
Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah
desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu
asset wisata sejarah di Jepara, di mana berdiri megah 2 buah kelenteng yang
dibangun seorang tokoh pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe
bersama dengan kakanya bernama Tan Siang Djie.
• Makam Mantingan Jepara. Masjid dan Makam Mantingan terletak 5 km arah
Selatan dari pusat kota Jepara di Desa Mantingan Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara, sebuah desa yang menyimpan Peninggalan Kuno Islam
dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara, di mana di sana berdiri
megah sebuah masjid yang dibangun oleh seorang tokoh Islamik yaitu Sultan
Hadlirin suami Ratu Kalinyamat yang dijadikan sebagai pusat aktivitas
penyebaran agama Islam di pesisir Utara pulau Jawa dan merupakan masjid
kedua setelah Masjid Agung Demak.
• Museum RA. Kartini. Museum RA Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya
di sebelah Utara alun-alun kota Jepara. Museum RA Kartini termasuk jenis
museum umum dan sekaligus sebagai obyek wisata sejarah. Museum dibuka
setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan
mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RA
Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan
Bupati Soewarno Djojomardowo, SH, sedangkan peresmiannya dilakukan
pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.
• Potensi Khusus Karimunjawa. Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk
wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan 4 desa dan 27 pulau
(5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun
jarak Jepara-Karimunjawa adalah 48 mil laut. Taman Nasional Laut
Karimunjawa memang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk
wisata bahari. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain:
1. Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan
yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang
belum tercemar (terkena polusi).
2. Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di
seluruh pulau-pulau.
3. Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/memancing,
dayung, dan sebagainya.
4. Menikmati biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam
karang laut yang menarik.
II-12
16.381.419 18.022.612
20.067.294 22.071.848
23.903.617
14.824.996 15.623.739 16.374.715 17.200.366
18.063.135
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB ADHB PDRB ADHK
5. Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak,
ular edor, burung garuda dan ikan lele tanpa patil.
6. Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
7. Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba,
silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan
tersebut.
8. Bila perjalananan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan lumba-
lumba di sebelah menyebelah kapal.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1 Pertumbuhan PDRB
Gambaran perekonomian Kabupaten Jepara dapat diketahui dari besarnya
nilai Produk Domestik regional Bruto (PBRB). Secara nominal, PDRB Kabupaten
Jepara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mengalami kenaikan dari
Rp22.071.848.000.000,- pada tahun 2015 menjadi Rp23.903.617.000.000,- pada
tahun 2016. Sementara itu, Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan
dari Rp17.200.366.000.000,- pada tahun 2015 menjadi Rp18.063.135.000.000,- pada
tahun 2016. Perkembangan PDRB Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017; Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara
Gambar 2.6
PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (juta rupiah)
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016
yang mencapai 5,02%, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai
5,04%. Jika ditarik lebih jauh, selama periode 2012-2016, pertumbuhan ekonomi
Jepara juga menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
II-13
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 5,86 5,39 4,81 5,04 5,02Jateng 5,34 5,11 5,27 5,47 5,28Indonesia 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
5,02
2,53
5,20 5,04 5,23 5,73
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Jepara Kudus Pati Demak Rembang Blora(tanpamigas)
melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan
lapangan usaha dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Jepara.
Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah) Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara
Gambar 2.7
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2012-2016 (%)
Mengacu pada posisi relatif, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada
tahun 2016 sama dengan capaian nasional (5,02%) namun lebih rendah
dibandingkan Provinsi Jawa Tengah (5,28%). Sementara itu, jika dibandingkan
dengan Kabupaten sekitarnya, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada
tahun 2016 merupakan yang terendah kedua setelah Kabupaten Kudus (2,53%).
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara dibandingkan dengan kabupaten lain
secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah) Ket: 2016 = angka sangat sementara
Gambar 2.8
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara dan Kabupaten di Sekitarnya (%)
II-14
Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2016 dicapai oleh lapangan
usaha Jasa Perusahaan (10,62%). Adapun Industri Pengolahan sebagai lapangan
usaha unggulan justru melambat dan hanya tumbuh 4,58%. Sedangkan,
pertumbuhan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan lebih rendah
lagi, yaitu 1,36%. Hal ini mengindikasikan bahwa lapangan usaha ini mengalami
tekanan, salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di
lapangan usaha turun dari 87.880 orang pada tahun 2014 menjadi 74.165 orang
pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Jepara, 2014-2015).
Perkembangan PDRB berdasarkan lapangan usaha menginformasikan bahwa
struktur/corak perekonomian Kabupaten Jepara dalam periode 2012-2016 tidak
mengalami perubahan, yaitu didominasi oleh Industri Pengolahan (C); Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (G); dan Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan (A). Meski demikian, terlihat adanya pertumbuhan yang sangat
signifikan pada beberapa lapangan usaha yang bergerak di sektor tersier, yaitu
lapangan usaha yang terkait dengan jasa dan penyediaan akomodasi dan makan
minum. Salah satu hal yang diduga menjadi pendorongnya adalah semakin
berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Jepara. Perkembangan pariwisata ini
ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung/wisatawan di Kabupaten
Jepara dari 1.025.356 orang pada tahun 2012 menjadi 1.205.439 orang pada tahun
2015 (BPS Kabupaten Jepara, 2013 dan 2016).
II-15
Tabel 2.4 PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (juta rupiah)
Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2015* 2016** 2012 2013 2014 2015* 2016** A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.622.020 2.922.600 3.102.605 3.394.048 3.535.360 2.336.510 2.442.708 2.375.083 2.446.432 2.479.799
B. Pertambangan dan Penggalian 299.805 310.290 367.828 424.647 458.184 284.072 284.627 296.114 300.900 313.741
C. Industri Pengolahan 5.390.406 5.985.052 6.839.238 7.574.053 8.235.434 4.838.350 5.148.448 5.472.144 5.756.336 6.019.958
D. Pengadaan Listrik dan Gas 17.417 17.644 17.849 18.588 21.846 17.529 18.713 18.859 18.911 20.377
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
12.954 12.777 13.260 13.983 14.598 12.770 12.430 12.792 13.031 13.314
F. Konstruksi 1.085.075 1.159.386 1.326.567 1.471.459 1.597.389 972.313 1.007.476 1.050.529 1.103.072 1.178.919
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2.953.125 3.192.137 3.394.676 3.691.322 3.993.310 2.701.718 2.815.812 2.932.999 3.072.168 3.226.680
H. Transportasi dan Pergudangan 600.657 660.867 743.002 819.917 874.384 597.280 650.518 695.081 735.840 784.577
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
634.824 671.935 767.076 870.640 977.769 601.023 613.255 661.863 715.421 761.340
J. Informasi dan Komunikasi 357.630 394.768 462.711 512.511 555.581 356.051 394.601 468.280 523.714 567.217
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 365.427 392.970 424.604 465.944 523.665 322.648 329.643 338.880 357.450 390.112
L. Real Estate 258.637 277.239 308.213 337.697 366.385 255.173 269.310 286.817 305.843 326.625
M,N. Jasa Perusahaan 66.798 78.821 87.644 100.711 115.569 62.254 69.869 75.579 82.665 91.447
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
450.863 477.877 506.085 549.365 593.189 394.893 399.800 399.359 417.006 426.884
P. Jasa Pendidikan 791.581 939.880 1.089.288 1.161.120 1.289.250 631.497 689.184 764.991 803.498 864.863
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 139.613 156.556 185.502 207.851 230.436 119.079 128.000 146.363 157.931 173.501
R,S,T,U. Jasa lainnya 334.585 371.813 431.145 457.993 521.268 321.836 349.344 378.981 390.149 423.782
PDRB 16.381.419 18.022.612 20.067.294 22.071.848 23.903.617 14.824.996 15.623.739 16.374.715 17.200.366 18.063.135
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 Ket: * = angka sementara; ** = angka sangat sementara
II-16
Tabel 2.5 Peranan dan Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)
Lapangan Usaha Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Pertumbuhan Riil PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016** 2012 2013 2014 2015* 2016** Rata-rata
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,01 16,22 15,46 15,38 14,79 3,85 4,55 -2,77 3,00 1,36 2,00
B. Pertambangan dan Penggalian 1,83 1,72 1,83 1,92 1,92 -0,44 0,20 4,04 1,62 4,27 1,93
C. Industri Pengolahan 32,91 33,21 34,08 34,32 34,45 6,19 6,41 6,29 5,19 4,58 5,73
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,10 0,09 0,08 0,09 11,95 6,76 0,78 0,28 7,76 5,50
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 -0,68 -2,66 2,91 1,86 2,17 0,72
F. Konstruksi 6,62 6,43 6,61 6,67 6,68 7,12 3,62 4,27 5,00 6,88 5,38
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
18,03 17,71 16,92 16,72 16,71 3,89 4,22 4,16 4,74 5,03 4,41
H. Transportasi dan Pergudangan 3,67 3,67 3,70 3,71 3,66 5,80 8,91 6,85 5,86 6,62 6,81
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,88 3,73 3,82 3,94 4,09 5,55 2,04 7,93 8,09 6,42 6,00
J. Informasi dan Komunikasi 2,18 2,19 2,31 2,32 2,32 12,75 10,83 18,67 11,84 8,31 12,48
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,23 2,18 2,12 2,11 2,19 2,99 2,17 2,80 5,48 9,14 4,52
L. Real Estate 1,58 1,54 1,54 1,53 1,53 7,80 5,54 6,50 6,63 6,80 6,65
M,N. Jasa Perusahaan 0,41 0,44 0,44 0,46 0,48 7,72 12,23 8,17 9,38 10,62 9,63
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2,75 2,65 2,52 2,49 2,48 0,22 1,24 -0,11 4,42 2,37 1,63
P. Jasa Pendidikan 4,83 5,22 5,43 5,26 5,39 26,24 9,13 11,00 5,03 7,64 11,81
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,85 0,87 0,92 0,94 0,96 13,18 7,49 14,35 7,90 9,86 10,56
R,S,T,U. Jasa lainnya 2,04 2,06 2,15 2,08 2,18 0,81 8,55 8,48 2,95 8,62 5,88
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5,86 5,39 4,81 5,04 5,02 5,22
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 (diolah) Ket: * = angka sementara; ** = angka sangat sementara
= 3 (tiga) tertinggi per tahun
II-17
32,10 19,82
107,13
27,13 18,46 23,82 18,28
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
JATE
NG
JEPA
RA
KU
DU
S
PATI
DE
MA
K
RE
MB
AN
G
BLO
RA
(tan
pam
igas
)
14,42 15,63
17,14 18,57
19,82
13,05 13,55 13,99 14,47
14,98
0
5
10
15
20
25
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Per Kapita ADHB PDRB Per Kapita ADHK
2.2.2 PDRB Per Kapita Selama periode 2012-2016, pendapatan per kapita Kabupaten Jepara
(ADHB dan ADHK) terus meningkat. Meskipun belum bisa menggambarkan
kondisi sebenarnya, akan tetapi hal ini setidaknya memberikan gambaran secara
makro bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jepara dalam
kondisi baik dan terus meningkat. Pada tahun 2016 PDRB Per Kapita Kabupaten
Jepara tercatat sebesar Rp19.823.8653,- (ADHB) dan Rp14.980.208,- (ADHK).
PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara masih jauh di bawah capaian Provinsi dan
termasuk terendah kedua dibandingkan dengan beberapa kabupaten di
sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan 2.10.
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017
Gambar 2.9 PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (juta rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.10 PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara, Kabupaten di Sekitarnya,
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (juta rupiah)
II-18
3,45
2,32 2,31 2,27
1,75 2,14
2,36
3,02
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Jepa
ra
Ku
dus
Pati
Dem
ak
Rem
bang
Blo
ra
Jaw
a Te
nga
h
Nas
iona
l
2012 2013 2014 2015 2016Jawa Tengah 4,24 7,99 8,22 2,73 2,36Jepara 4,52 7,95 9,87 4,57 3,45Nasional 4,3 8,4 8,4 3,4 3,02
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
2.2.3 Inflasi Pergerakan inflasi Kabupaten Jepara selama tahun 2012-2016 jika
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional menunjukkan pola yang
mirip. Inflasi di Kabupaten Jepara secara konsisten mulai tahun 2014-2016 selalu
di atas inflasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Inflasi di Kabupaten Jepara
pada tahun 2016 mencapai 3,45% di atas Provinsi Jawa Tengah (2,36%) dan
Nasional (3,02%).
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.11 Inflasi di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional
Tahun 2012-2016 (%)
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten lain di sekitarnya,
pada tahun 2016 maka inflasi di Kabupaten Jepara adalah yang tertinggi.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.12 Inflasi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional,
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016 (%).
II-19
66,6
1
68,5
2
68,6
0
69,0
3
70,1
0
70,2
5
72,9
4
69,98 70,18
63,0064,0065,0066,0067,0068,0069,0070,0071,0072,0073,0074,00
Blo
ra
Gro
boga
n
Rem
ban
g
Pati
Dem
ak
Jepa
ra
Ku
dus
Kabupaten
Jawa Tengah
Nasional
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 68,45 69,11 69,61 70,02 70,25JAWA TENGAH 67,21 68,02 68,78 69,49 69,98NASIONAL 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18
65,5066,0066,5067,0067,5068,0068,5069,0069,5070,0070,50
2.2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jepara
menunjukkan ke arah positif setiap tahunnya. Pada tahun 2012 IPM Kabupaten
Jepara mencapai 68,45 meningkat menjadi 69,61 pada tahun 2014 dan kembali
mengalami peningkatan menjadi 70,25 pada tahun 2016. Perkembangan IPM
Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan capaian IPM
Jawa Tengah (69,98). Perkembangan IPM Kabupaten Jepara dapat dilihat pada
Gambar 2.13.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya, maka IPM
Kabupaten Jepara pada tahun 2016 berada di bawah Kabupaten Kudus (72,94),
namun lebih baik dibandingkan capaian Kabupaten Demak (70,10) dan Kabupaten
Pati (69,03). Perbandingan capaian IPM Kabupaten Jepara dengan kabupaten
sekitar adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 2.14.
Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.13 IPM Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2012-2016
Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.14 IPM Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional,
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016
II-20
Jika ditinjau berdasarkan 4 indikator pembentuk IPM, maka kesemuanya
mengalami kenaikan, dengan rincian sebagai berikut:
• Angka Harapan Hidup Kabupaten Jepara menunjukkan kondisi perbaikan
setiap tahunnya, dari 75,61 tahun pada tahun 2012 menjadi 75,67 tahun
pada tahun 2016.
• Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Jepara selalu menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya, dari 11,82 tahun pada tahun 2012 menjadi
12,28 tahun pada tahun 2016.
• Pengeluaran per kapita masyarakat Kabupaten Jepara menunjukkan
perkembangan setiap tahunnya dari Rp8.999.000,-/orang/tahun pada
tahun 2012 meningkat menjadi Rp9.695.000,-/orang/tahun pada tahun
2016.
• Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Jepara meningkat dari 6,96 tahun
pada tahun 2012 menjadi 7,32 tahun pada tahun 2016.
Tabel 2.6 Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Indikator Pembentuk Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Harapan Hidup Tahun 75,61 75,63 75,64 75,65 75,67
Harapan Lama Sekolah Tahun 11,82 12,06 12,25 12,27 12,28
Rata-rata Lama Sekolah Tahun 6,96 7,09 7,29 7,31 7,32
Pengeluaran Per Kapita Ribu
Rupiah
8.999,00 9.176,98 9.194,97 9.504,00 9.695,00
Sumber : BPS Jawa Tengah , 2017
2.2.5 Indeks Pembangunan Gender (IPG) IPG Kabupaten Jepara dalam kurun waktu tahun 2011-2015 selalu
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 IPG Kabupaten Jepara mencapai 88,78
meningkat menjadi 91,29 pada tahun 2015. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kondisi pembangunan yang memperhatikan keseteraan antara laki-laki dan
perempuan dalam menjalani peran, kontrol, akses serta partisipasi terhadap
pembangunan sudah mencapai 91,29. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa
Tengah, maka capaian IPG Kabupaten Jepara selalu berada di bawahnya. Namun
kondisi berbeda jika dibandingkan dengan Nasional. IPG Kabupaten Jepara pada
tahun 2014-2015 berada di atas Nasional. Berturut-turut capaian IPG Kabupaten
Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional pada tahun 2015 adalah 91,29;
92,21; dan 91,03.
II-21
88,78
89,64
90,19 91,21 91,29 90,92
91,12 91,50
91,89 92,21
89,52
90,07
90,19 90,34
91,03
88,0088,5089,0089,5090,0090,5091,0091,5092,0092,50
2011 2012 2013 2014 2015
Jepara JAWA TENGAH NASIONAL
85,50 85,87 89,16
91,06 91,29 91,56
92,21 91,03
80,00
82,00
84,00
86,00
88,00
90,00
92,00
94,00
96,00
GroboganRembang Demak Pati Jepara Kudus
Kabupaten Jawa Tengah Nasional
Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan
Gambar 2.15 IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2011-2015
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, maka
capaian IPG Kabupaten Jepara pada tahun 2015 merupakan yang tertinggi kedua
dibandingkan setelah Kabupaten Kudus (91,56). Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan
Gambar 2.16 IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional,
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2015
Dilihat dari komponen pembentuknya, maka bisa dilihat bahwa terjadi
kondisi yang berbeda antarkomponen tersebut, dengan rincian sebagai berikut:
• Pengeluaran Per Kapita. Komponen yang mewakili dimensi ekonomi ini
menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara
perempuan dan lak-laki. Meskipun terus meningkat, tapi pengeluaran per
kapita perempuan dari tahun 2011-2015 maksimal hanya mencapai
II-22
2015 meningkat menjadi 60,01%, yaitu Rp7.881.000,- berbanding
Rp13.133.000,-. Hal ini secara tidak langsung menjadi salah satu indikasi
bahwa banyak perempuan yaang tidak bekerja dan/atau bekerja namun
memiliki pendapatan lebih kecil dibandingkan laki-laki. Dengan demikian,
laki-laki masih menjadi pencari nafkah utama keluarga di Kabupaten
Jepara.
• Angka Harapan Hidup (AHH). Dari komponen ini dapat diketahui bahwa
dalam periode tahun 2011-2015 perempuan mempunyai angka harapan
hidup yang lebih secara konsisten lebih lama dibandingkan laki-laki. Pada
tahun 2011 AHH perempuan mencapai 105,69% dari AHH laki-laki, yaitu
72,87 tahun berbanding 68,95 tahun. Sementara itu pada tahun 2015
AHH perempuan mencapai 105,41% dari AHH laki-laki, yaitu 77,61 tahun
berbanding 73,63 tahun. Jika ditilik dari dimensi kesehatan, maka AHH
ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa kondisi kesehatan perempuan
masih lebih baik daripada laki-laki.
• Angka Melek Huruf (AMH)/Harapan Lama Sekolah (HLS). Perkembangan
AMH/HLS perempuan dari tahun 2011-2015 terus meningkat, bahkan
pada tahun 2014-2015, HLS perempuan lebih besar dibandingkan laki-
laki, yaitu 12,72 tahun berbanding 12,22 pada tahun 2014 dan 12,73
tahun berbanding 12,24 tahun pada tahun 2015. Ini menunjukkan bahwa
peluang/harapan perempuan bersekolah lebih lama daripada laki-laki.
• Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Perkembangan RLS perempuan
menunjukkan trend penurunan selama periode tahun 2011-2015 dan
selalu di bawah RLS laki-laki. Pada tahun 2014-2015, perbandingan RLS
perempuan dan laki-laki berturut-turut adalah 6,63 tahun berbanding
7,55 dan 6,65 berbanding 7,64. Hal ini mengindikasikan bahwa
perempuan di Kabupaten Jepara banyak yang hanya sekolah sampai
dengan kelas 6 SD atau 1 SMP, sedangkan laki-lakinya bisa sampai kelas
2 SMP.
Selengkapnya mengenai perkembangan komponen pembentuk IPG
Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 2,7.
Tabel 2.7 Indikator Pembentuk IPG Kabupaten Jepara Tahun 2011-2015
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
L P L P L P L P L P AHH (th) 68,95 72,87 69,08 73,01 69,22 73,12 73,62 77,54 73,63 77,61
HLS (th) 96,98 89,57 97,06 89,9 97,07 92,03 12,22 12,72 12,24 12,73
RLS (th) 7,92 7,06 7,95 7,16 7,96 7,53 7,55 6,63 7,64 6,65
Pengeluaran per kapita (ribu Rp)
12.347 6.580 12.569 7.016 12.791 7.386 13.087 7.760 13.133 7.881
Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan Ket: HLS pada tahun 2011-2013 adalah angka melek huruf (AMH) dengan satuan persen.
II-23
2011 2012 2013 2014 2015Jepara 47,23 47,29 47,92 47,85 48,49JAWA TENGAH 68,99 70,82 71,22 74,46 74,80NASIONAL 69,14 70,07 70,46 70,68 70,83
40,00
45,00
50,00
55,00
60,00
65,00
70,00
75,00
80,00 4
8,49
57,
54
62,
00
65,
40
68,
27
70,
35
74,80 70,83
30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00
Jepara Grobogan Kudus Pati Demak Rembang
Kabupaten Jawa Tengah Nasional
2.2.6 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Perkembangan capaian IDG Kabupaten Jepara pada kurun waktu 2011-
2015 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, IDG
Kabupaten Jepara mencapai 47,23 meningkat menjadi 48,49 pada tahun 2015.
Perkembangan capaian IDG tahun 2011-2015 Kabupaten Jepara dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Sumber: Kemen PPA, berbagai tahun terbitan
Gambar 2.17 IDG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2011-2015
Capaian IDG Kabupaten Jepara pada tahun 2015 dibandingkan dengan
capaian IDG kabupaten sekitar menunjukan ketertinggalan. IDG Kabupaten
Jepara masih berada jauh di bawah rata-rata capaian Nasional, Provinsi Jawa
Tengah dan 6 kabupaten sekitar.
Sumber: Kemen PPA, berbagai tahun terbitan
Gambar 2.18 IDG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2015
II-24
Indikator pembentuk IDG adalah keterlibatan perempuan di parlemen,
perempuan sebagai tenaga manajer, profesional, administrasi, teknisi; serta
sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Pencapaian pada masing-masing
indikator pembentuk IDG adalah sebagai berikut:
• Unsur keterlibatan perempuan di parlemen stagnan sebesar 6% atau
sekitar 3 orang dari 50 orang anggota DPRD. Hal ini menjadi salah satu
indikasi bahwa masyarakat Jepara masih memercayakan keputusan politis
di bidang legislatif pada laki-laki.
• Ketertinggalan dalam hal pemberdayaan perempuan juga terlihat dari
masih rendahnya sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja.
Kendati mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun capaian
indikator pembentuk tersebut masih jauh di bawah capaian sumbangan
pendapatan laki-laki. Sumbangan perempuan pada pendapatan kerja pada
tahun 2015 sebesar 23,15%. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa
perempuan di Kabupaten Jepara banyak yang tidak bekerja dan/atau
bekerja dengan pengdapatan yang lebih rendah dari laki-laki.
• Kondisi yang sedikit lebih baik ditunjukkan oleh indikator pembentuk IDG
terkait dengan keterwakilan perempuan dalam dunia kerja, yaitu
perempuan sebagai tenaga Manager, Profesional, Administrasi, Teknisi.
Indikator tersebut memiliki capaian yang cukup baik yaitu mencapai
52,03% pada tahun 2015. Meskipun turun jika dibandingkan tahun 2014
(52,75%), namun trend capaian indikator pembentuk tersebut mengalami
peningkatan.
Tabel 2.8 Indikator Pembentuk IDG Kabupaten Jepara Tahun 2011-2015
Indikator IDG 2011 2012 2013 2014 2015
Keterlibatan perempuan di Parlemen (%)
6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
Perempuan sebagai tenaga Manager, Profesional, Administrasi, Teknisi (%)
47,90 45,67 50,05 52,75 52,03
Sumbangan Perempuan dalam Pendapatan Kerja (%)
22,26 22,57 22,76 22,96 23,14
Sumber: Kemen PPA, berbagai tahun terbitan
2.2.7 Indeks Gini Indeks Gini di Kabupaten Jepara fluktuatif selama periode 2011-2015.
Secara keseluruhan, kecuali pada tahun 2012 yang mencapai 0,35, maka
ketimpangan di Kabupaten Jepara termasuk dalam kriteria rendah (Oshima
dalam BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016:4). Posisi relatif Indeks Gini Kabupaten
Jepara Tahun 2015 sebesar 0,32 berada di bawah Jawa Tengah sebesar 0,38 dan
Nasional sebesar 0,41. Ini berarti, tingkat pemerataan pendapatan di Kabupaten
Jepara lebih baik dibandingkan Nasional dan regional Jawa Tengah.
II-25
2011 2012 2013 2014 2015Jepara 0,3215 0,3547 0,33 0,31 0,32Jawa Tengah 0,38 0,38 0,39 0,38 0,38Nasional 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
0,30
0,32
0,34
0,36
0,38
0,40
0,42
0,32
0,28
0,33 0,35 0,34
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
Jepara Demak Kudus Pati Blora
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah, 2016; BPS RI, 2017
Gambar 2.19 Indeks Gini Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional
Tahun 2011-2015
Sementara itu, jika dibandingkan kabupaten di sekitarnya Indeks Gini
Kabupaten Jepara pada tahun 2015 adalah yang terendah kedua. Indeks Gini
Kabupaten Jepara masih lebih tinggi jika dibandingkan Kabupaten Demak (0,28).
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016
Gambar 2.20 Indeks Gini Kabupaten Jepara dan Sekitarnya Tahun 2015
II-26
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 9,38 9,23 8,55 8,5 8,35Jawa Tengah 14,98 14,44 13,58 13,58 13,27Nasional 11,66 11,47 10,96 11,13 10,70
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Yang perlu diwaspadai adalah persentase pendapatan kelompok 40 persen
penduduk berpendapatan rendah yang semakin mendekati 17%, yaitu 20,27%.
Capaian ini merupakan yang terendah kedua selama periode 2011-2015.
Tabel 2.9 Indeks Gini dan Kriteria Bank Dunia Kabupaten Jepara
Tahun 2011-2015
Tahun Indeks Gini
Kriteria Bank Dunia
40% I 40% II 20% III
2011 0,32 21,80 35,45 42,80
2012 0,35 18,60 31,35 50,03 2013 0,33 21,56 33,03 45,41
2014 0,31 23,15 35,54 41,31 2015 0,32 20,27 36,69 43,04
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah, 2016
2.2.8 Persentase Penduduk Miskin 2.2.8.1 Persentase Penduduk Miskin (P0)
Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Jepara mengalami
penurunan yang cukup signifikan dalam kurun waktu 2012-2016. Persentase
penduduk miskin di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 adalah sebesar 9,38%
menurun pada tahun 2016 menjadi 8,35%. Rata-rata penurunan per tahunnya
mencapai 0,26% atau ±1.125 jiwa. Perkembangan persentase penduduk miskin di
Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.21 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional Tahun 2012-2016 (%)
Kondisi kemiskinan Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih rendah
dibandingkan Kabupaten Pati (11,65%), Kabupaten Blora (13,33%) Kabupaten
Rembang (18,54%), dan Kabupaten Demak (14,10%) namun lebih tinggi jika
II-27
104,8
106,9
100,5 100,6 100,3
96
98
100
102
104
106
108
2012 2013 2014 2015 2016
dibandingkan dengan Kabupaten Kudus (7,65%). Perbandingan capaian
persentase kemiskinan di Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.22 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016 (%)
Angka kemiskinan (P0) di Kabupaten Jepara kendati mengalami penurunan
setiap tahunnya namun masih perlu mendapatkan perhatian. Jumlah absolut
penduduk miskin di Kabupaten Jepara kendati telah menurun setiap tahunnya
masih cukup besar. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2016 mencapai
100.320 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jepara
secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.23 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (ribu jiwa)
8,35
13,33
18,54
11,65
7,65
14,1 13,27
10,70
02468
101214161820
Jepa
ra
Blo
ra
Rem
bang
Pati
Ku
dus
Dem
ak
Jaw
a Te
nga
h
Nas
iona
l
II-28
2.2.8.2 Garis Kemiskinan Garis kemiskinan di Kabupaten Jepara terus meningkat, dari Rp263.266,-
/kapita/bulan pada tahun 2012 menjadi Rp341.754,-/kapita/bulan pada tahun
2016. Jika dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional, maka terlihat bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Jepara selalu di
atas Provinsi Jawa Tengah dan termasuk yang terendah. Pada tahun 2016 garis
kemiskinan Kabupaten Jepara menjadi yang terendah kedua setelah Kabupaten
Blora (Rp279.972,-/kapita/bulan). Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa
secara rata-rata, standard hidup di Kabupaten Jepara relatif lebih rendah daripada
kabupaten lainnya karena biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok minimum makanan relatif lebih rendah. Selengkapnya mengenai
perkembangan garis kemiskinan Kabupaten Jepara dan perbandingannya dengan
kabupaten lain di sekitarnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10 Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan
Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2012-2016 (Rp/kapita/bulan)
Wilayah 2012 2013 2014 2015 2016 Jepara 263.266 285.287 299.914 314.422 341.754 Pati 288.271 314.609 332.228 347.575 377.442 Kudus 276.317 299.097 314.211 328.404 356.951 Demak 276.041 299.773 315.570 328.529 356.919 Rembang 261.156 284.160 299.503 314.596 338.986 Blora 221.088 237.850 248.903 257.581 279.972 Jawa Tengah 233.769 261.881 281.570 297.851 317.348 Nasional 254.105 288.083 307.953 341.730 358.744 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
2.2.8.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten
Jepara pada tahun 2012-2016 mengalami fluktuatif dari 0,94 pada tahun 2012
menjadi 1,12 pada tahun 2013 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan
sebesar 0,68. Namun secara konsisten, P1 Kabupaten Jepara selalu di bawah
capaian Jawa Tengah dan Nasional. Kondisi pada tahun 2016 ini mengindikasikan
bahwa pendapatan penduduk miskin di Kabupaten Jepara semakin meningkat
dan mendekati garis kemiskinan. Perkembangan P1 di Kabupaten Jepara secara
rinci dapat dilihat pada Gambar 2.24.
II-29
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 0,94 1,12 1,17 1,28 0,68Jawa Tengah 2,39 2,37 2,09 2,44 2,37Nasional 1,84 1,89 1,75 1,84 1,74
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
0,68
2,17
3,28
1,99
1,07
2,20 2,37
1,74
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
Jepa
ra
Blo
ra
Rem
bang
Pati
Ku
dus
Dem
ak
Jaw
a Te
nga
h
Nas
iona
l
Sumber : BPS Prvinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.24 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional Tahun 2012-2016
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, Capaian
P1 Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan Kabupaten Pati
(1,99) Kabupaten Demak (2,2), Kabupaten Blora (2,17), Kabupaten Grobogan
(1,78), Kabupaten Rembang (3,28), dan Kabupaten Kudus (1,07).
Sumber : BPS Prvinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.25 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016
2.2.8.4 Indeks Keparahan Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk
miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Jepara meskipun masih
fluktuatif, namun trend-nya cenderung menurun pada tahun 2012-2016, yaitu
dari 0,18 pada tahun 2012 menjadi 0,10 pada tahun 2016. Secara konsisten,
II-30
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 0,18 0,25 0,23 0,28 0,10Jawa Tengah 0,57 0,59 0,51 0,65 0,63Nasional 0,49 0,48 0,44 0,51 0,44
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,10
0,54
0,85
0,49
0,21
0,56 0,63
0,44
0,000,100,200,300,400,500,600,700,800,90
Jepa
ra
Blo
ra
Rem
bang
Pati
Ku
dus
Dem
ak
Jaw
a Te
nga
h
Nas
iona
l
P2 Kabupaten Jepara selalu di bawah capaian Jawa Tengah dan Nasional. Hal ini
mendikasikan bahwa distribusi pendapatan antarpenduduk miskin di Kabupaten
Jepara semakin baik. Jika dikaitkan dengan P1 yang semakin turun, maka hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan penduduk miskin di Kabupaten Jepara semakin
meningkat dan merata. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan secara rinci
dapat dilihat gambar di bawah ini
Sumber : BPS Prvinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.26 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional Tahun 2012-2016
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, capaian
P2 Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan Kabupaten Kudus
(0,21), Kabupaten Grobogan (0,38), Kabupaten Pati (0,49), Kabupaten Blora (0,54),
Kabupaten Demak (0,56), dan Kabupaten Rembang (0,85).
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.27 Indeks Keparahan Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara,
Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016
II-31
98,75
99,75 99,80 99,80
99,89
98,00
98,20
98,40
98,60
98,80
99,00
99,20
99,40
99,60
99,80
100,00
2012 2013 2014 2015 2016
2.3 Aspek Pelayanan Umum 2.3.1 Fokus Urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar 2.3.1.1 Urusan Pendidikan
A. Angka Melek Huruf (AMH) Usia 15 Tahun ke Atas AMH pada usia 15+ di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan dalam
kurun waktu tahun 2012-2016. AMH usia 15+ meningkat dari 98,75% menjadi
99,89% pada tahun 2016. Perkembangan Angka Melek Huruf Usia 15+ di
Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
Gambar 2.28 AMH Usia 15 Tahun ke Atas di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)
B. Angka Partisipasi Kasar (APK) a) SD/MI Capaian APK SD/MI Kabupaten Jepara selama periode tahun 2012-2016
adalah fluktuatif. Berturut-turut capaian APK SD/MI dari tahun 2012-2016
adalah 111,87%, 110,12%, 110,30%, 111,62%, dan 110,34%. Mengacu pada
kondisi ini, maka hal ini salah satunya dapat diartikan bahwa Kabupaten Jepara
mampu menampung penduduk usia sekolah SD/MI lebih dari target yang
sesungguhnya. Penduduk ini selain berasal dari kelompok yang usianya melebihi
dan/atau belum mencukupi dari usia sekolah yang seharusnya (7-12 tahun),
namun juga penduduk yang berasal dari kabupaten di sekitarnya. Jika
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka APK SD/MI Kabupaten Jepara
secara konsisten selalu berada di atas capaian APK SD/MI Provinsi Jawa Tengah.
II-32
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 111,87 110,12 110,3 111,62 110,34Jawa Tengah 104,79 108,86 110,18 110,36 109,46
100,00
102,00
104,00
106,00
108,00
110,00
112,00
114,00
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 77,64 79,45 89,16 95,44 86,24Jawa Tengah 91,57 87,49 89,4 91,4 89,96
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.29 APK SD/MI Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)
b) SMP/MTs Capaian APK SMP/MTs Kabupaten Jepara selama periode tahun 2012-2016
menunjukkan trend menaik, meskipun pada tahun 2016 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2015. Berturut-turut capaian APK SMP/MTs dari tahun
2012-2016 adalah 77,64%, 79,45%, 89,16%, 95,44%, dan 86,24%. Mengacu pada
kondisi tahun 2016, maka hal ini salah satunya dapat diartikan bahwa pada
tahun 2016, tingkat partisipasi sekolah SMP/MTs, tanpa memperhatikan
ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya (13-15 tahun), mencapai
86,24%. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka APK SMP/MTs
Kabupaten Jepara secara konsisten selalu berada di bawah capaian APK SMP/MTs
Provinsi Jawa Tengah, kecuali pada tahun 2015.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.30
APK SMP/MTs Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2016 (%)
II-33
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 74,56 66,6 62,85 74,51 85,84Jawa Tengah 66,9 63,9 73,55 82,15 86,27
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
c) SMA/SMK/MA Capaian APK SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara selama periode tahun 2012-
2016 menunjukkan trend menaik. Berturut-turut capaian APK SMA/SMK/MA dari
tahun 2012-2016 adalah 74,56%, 66,6%, 62,85%, 74,51%, dan 85,84%. Mengacu
pada kondisi tahun 2016, maka hal ini salah satunya dapat diartikan bahwa pada
tahun 2016, tingkat partisipasi sekolah SMA/SMK/MA, tanpa memperhatikan
ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya (16-18 tahun), mencapai
85,84%. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka APK
SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara dalam tiga tahun terakhir (2013-2016) secara
konsisten selalu berada di bawah capaian APK SMA/SMK/MA Provinsi Jawa
Tengah.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.31
APK SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2016 (%)
C. Angka Partisipasi Murni (APM) a) SD/MI APM SD/MI Kabupaten Jepara pada tahun 2012-2015 mengalami kenaikan,
namun pada tahun 2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2012 APM
Kabupaten Jepara sebesar 95,92% naik menjadi 99,5% pada tahun 2015. Namun
pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi sebesar 96,37%. Perkembangan
APM jenjang pendidikan SD/MI masih belum optimal; kondisi ini terlihat dari
capaian APM yang belum mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa belum
seluruh anak yang berusia sekolah jenjang pendidikan SD/MI yang bersekolah
tepat waktu. Capaian APM Kabupaten Jepara selalu berada di atas capaian
Provinsi Jawa Tengah, kecuali pada tahun 2016.
II-34
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 69,83 72,88 79,30 82,04 79,26Jawa Tengah 72,51 75,02 78,57 78,66 78,89
62,0064,0066,0068,0070,0072,0074,0076,0078,0080,0082,0084,00
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 95,92 97,76 98,25 99,50 96,37Jawa Tengah 92,00 95,65 96,45 96,57 96,64
88,00
90,00
92,00
94,00
96,00
98,00
100,00
102,00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.32 APM SD/MI Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)
b) SMP/MTs Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh capaian APM SMP/MTs pada
tahun 2012-2015 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 69,83%
meningkat menjadi sebesar 82,04% pada tahun 2015. Namun pada tahun 2016
menurun menjadi sebesar 79,26%. Perkembangan APM jenjang pendidikan
SMP/MTs dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.33 APM SMP/MTs Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)
c) SMA/SMK/MA Capaian APM SMA/SMK/MA pada tahun 2012-2106 menunjukkan trend
meningkat. Berturut-turut capaian APM SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara pada
II-35
2012 2013 2014 2015 2016Jepara 51,87 46,79 50,12 55,58 57,86Jawa Tengah 50,98 51,72 58,11 58,27 58,49
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
tahun 2012-2016 adalah 51,87%, 46,79%, 50,12%, 55,58%, dan 57,86%. Hal ini
menunjukkan bahwa belum seluruh anak yang berusia sekolah jenjang
pendidikan SMA/SMK/MA yang bersekolah tepat waktu. Selengkapnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini. Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017
Gambar 2.34
APM SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2016 (%)
D. Angka Putus Sekolah (APTs) APTs SD/MI di Kabupaten Jepara menunjukkan kecenderungan menurun
(membaik), namun sedikit meningkat pada tahun 2016 yaitu 0,05%. Kondisi
serupa terjadi pada APTs SMP/MTs yang juga mengalami penurunan yang cukup
signifikan. APTs SMP/MTs pada tahun 2016 mencapai 0,11%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa tingkat putus sekolah pada pendidikan dasar di Kabupaten
Jepara semakin kecil. Faktor utama yang menjadi penyebab utama masih adanya
kejadian putus sekolah adalah faktor ekonomi (ketidakmampuan biaya) sehingga
anak usia sekolah memilih bekerja daripada sekolah. Selengkapnya mengenai
APTs di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.11 APTs pada Pendidikan Dasar 9 Tahun Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
No Uraian Capaian Kinerja Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 1. Angka Putus Sekolah (APTs) SD/MI (%) 0,10 0,10 0,01 0,01 0,05
2. Angka Putus Sekolah (APTs) SMP/MTs (%) 1,22 1,00 0,26 0,26 0,11
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
E. Angka Kelulusan Capaian Angka Kelulusan SD/MI tahun 2016 sudah mencapai 100%,
sedangkan SMP/MTs Kabupaten Jepara sebesar 98,70%. Selengkapnya, capaian
II-36
Angka Kelulusan SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2015
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.12 Angka Kelulusan pada Pendidikan Dasar 9 Tahun
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
No Uraian Capaian Kinerja Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 1. Angka Kelulusan SD/MI (%) 99,32 99,08 99,32 99,32 100,00
2. Angka Kelulusan SMP/MTs (%) 93,26 91,68 92,40 92,40 98,70
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
F. Angka Melanjutkan Capaian Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs menunjukkan trend
peningkatan setiap tahunnya, meskipun mengalami penurunan pada tahun 2016,
yaitu 102,35%. Mengacu pada data tahun tiga tahun terakhir (2014-2016) yang
menunjukkan bahwa Angka Melanjutkan SD/MI >100%, maka hal ini bisa terjadi
karena beberapa faktor. Pertama, ada anak SD yang sudah lulus tapi tidak
langsung melanjutkan ke SMP pada tahun yang sama. Kedua, adanya penduduk
dari luar Jepara yang bersekolah di SMP (kelas 1) di wilayah Jepara.
Angka Melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA menunjukkan trend
peningkatan setiap tahunnya, namun masih belum mencapai kondisi ideal 100%.
Pada tahun 2016, Angka Melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA mencapai
96,17%, naik dari 88,57% pada tahun 2015. Hal ini mengindikasikan adanya
lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang
SMA/SMK/MA. Selengkapnya, capaian Angka Melanjutkan pada jenjang SD/MI
dan SMP/MTs di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.13 Angka Melanjutkan pada Pendidikan Dasar 9 Tahun
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
No Uraian Capaian Kinerja Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs (%)
96,41 98,27 104,72 104,72 102,35
2. Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA (%)
85,42 82,83 88,57 88,57 96,17
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
G. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Data PAUD yang bisa dihimpun adalah PAUD Formal, yaitu Taman Kanak-
Kanak (TK). Berdasarkan data Disdikpora Kabupaten Jepara, perkembangan
jumlah TK, murid dan jumlah guru dari tahun 2012 hingga 2016 terus meningkat.
Sebagian besar TK merupakan sekolah swasta. Jumlah sekolah TK tiap tahunnya
mengalami peningkatan, yaitu dari 447 pada tahun 2012 menjadi 464 TK pada
tahun 2016.
II-37
45,37
51,45 51,68
58,72 57,85
30
35
40
45
50
55
60
65
2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 2.14 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-kanak
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
No Uraian Capaian Kinerja Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sekolah (orang) 447 448 455 464 464 a. Negeri 3 4 4 4 4 b. Swasta 444 444 451 460 460
2. Murid (orang) 22.840 23.232 18.921 26.092 25.937 a. Negeri 292 231 281 221 262 b. Swasta 22.548 23.001 18.640 25.871 25.675
3. Guru (orang) 1.612 1.677 1.697 2.110 2.114 a. Negeri 22 26 26 26 39 b. Swasta 1.590 1.651 1.671 2.084 2.075
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
Kondisi ini selaras dengan data APK PAUD Formal. Meskipun menurun
pada tahun 2016 (57,85%), secara keseluruhan APK PAUD Formal menunjukkan
trend menaik pada tahun 2012-2016, sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
Gambar 2.35
APK PAUD Formal Kabupaten Jepara Tahun 201