23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut dan gigi merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi yang penting dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Dengan menjaga kesehatan mulut dan gigi kita secara tidak langsung telah mengurangi resiko terkena penyakit yang menjangkut kesehatan tubuh khususnya kesehatan rongga mulut dan gigi. Beberapa penyakit yang biasa ditimbulkan akibat kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi antara lain seperti karies, gingivitis dan beberapa infeksi diakibatkan oleh bakteri yang tidak sempat dibersihkan pada saat kita menggosok gigi. Bakteri flora normal merupakan mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia tanpa menimbulkan penyakit pada kondisi normal dan biasanya merupakan kelompok bakteri aerobs namun ada juga yang anaerobs (Vasanthakumari,2007). Bakteri flora normal itu sendiri merupakan populasi bakteri normal yang biasa menghuni bagian-bagian tertentu dari tubuh, seperti kulit, mulut, mata, organ kelamin, telinga, dan hidung (Ochei Et Al,2000). Pada rongga mulut terdapat kelompok bakteri flora normal seperti Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, Neisseria sp, Corynebacterium,dan banyak lagi. Selain bakteri flora normal, di rongga mulut juga terdapat bakteri pathogen. Bakteri pathogen adalah bakteri yang mempunyai potensi untuk menimbulkan penyakit (Irianto,2014). Bakteri patogen bisa berupa bakteri yang asalnya dari luar tubuh bisa juga merupakan bakteri flora normal yang karena kondisi tertentu berubah menjadi bakteri 1

Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRongga mulut dan gigi merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi

yang penting dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Dengan menjaga kesehatan mulut dan gigi kita secara tidak langsung telah mengurangi resiko terkena penyakit yang menjangkut kesehatan tubuh khususnya kesehatan rongga mulut dan gigi. Beberapa penyakit yang biasa ditimbulkan akibat kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi antara lain seperti karies, gingivitis dan beberapa infeksi diakibatkan oleh bakteri yang tidak sempat dibersihkan pada saat kita menggosok gigi.

Bakteri flora normal merupakan mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia tanpa menimbulkan penyakit pada kondisi normal dan biasanya merupakan kelompok bakteri aerobs namun ada juga yang anaerobs (Vasanthakumari,2007). Bakteri flora normal itu sendiri merupakan populasi bakteri normal yang biasa menghuni bagian-bagian tertentu dari tubuh, seperti kulit, mulut, mata, organ kelamin, telinga, dan hidung (Ochei Et Al,2000). Pada rongga mulut terdapat kelompok bakteri flora normal seperti Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, Neisseria sp, Corynebacterium,dan banyak lagi.

Selain bakteri flora normal, di rongga mulut juga terdapat bakteri pathogen. Bakteri pathogen adalah bakteri yang mempunyai potensi untuk menimbulkan penyakit (Irianto,2014). Bakteri patogen bisa berupa bakteri yang asalnya dari luar tubuh bisa juga merupakan bakteri flora normal yang karena kondisi tertentu berubah menjadi bakteri patogen. Bakteri yang ada di rongga mulut manusia sebenarnya tidaklah berbahaya jika masih dalam batas normal. Kondisi mulut sangat mempengaruhi jenis bakteri yang hidup di rongga mulut.Kondisi mulut yang sehat dapat memperkecil keberadaan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit pada rongga mulut. (Natadisastra,2009).

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa yang dimaksud dengan bakteri flora normal ?1.2.2 Bagaimana bakteri flora normal bisa menjadi sumber penyakit

(patogen) ?1.2.3 Bagaimana upaya pencegahan patogenitas bakteri flora normal pada

rongga mulut ?

1

Page 2: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari bakteri flora normal.1.3.2 Untuk mengetahui mekanisme perubahan bakteri flora normal

menjadi pathogen.1.3.3 Untuk mengetahui cara pencegahan patogenitas bakteri flora normal

pada rongga mulut.

1.4 Manfaat1.4.1 Memberikan infomasi mengenai definisi dari bakteri flora normal.1.4.2 Memberikan informasi mengenai mekanisme perubahan bakteri flora

normal menjadi bakteri patogen.1.4.3 Memberikan informasi mengenai cara pencegahan patogenitas

bakteri flora normal pada rongga mulut.

2

Page 3: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum BakteriDi dalam klasifikasi sistem lima kingdom, semua organisme yang tidak

memiliki membrane inti atau yang disebut sebagai organism prokariotik digolongkan ke dalam kelompok Monera contohnya bakteri. Bakteri pertama kali ditemukan oleh ilmuan asal Belanda bernama Anthony van Leeuwenhoek.Bakteri (Yunani, bakterion = batang kecil) merupakan mikroorganisme yang paling banyak jumlahnya diantara mikroorganisme lainnya dengan ciri-ciri uniseluler, umumnya tidak memiliki klorofil, memiliki ukuran tubuh 1-5 mikron. Bentuk dasar sel bakteriya itu coccus (bulat), basil (batang), dan spirila (spiral). Struktur bakteri terdiri dari dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan, membrane plasma yang menyelubungi sitoplasma, sitoplasma, ribosom sebagai tempat sintesis protein, materi genetic pada nucleus, granula penyimpan, kapsul yang berfungsi membantu sel bakteri melekat pada suatu permukaan, flagella sebagai alat gerak, dan pili yang mirip flagella namun lebih pendek (Kee,2001).

Bakteri yang memiliki bentuk sel tubuh coccus (bulat) terbagi lagi ke dalam beberapa sub klasifikasi bakteri coccus yang terdiri dari monococcus (sel bakteri coccus tunggal, contohnya : Chlamydia trachomatis), diplococcus (dua sel bakteri coccus berdempetan, contohnya : Diplococcus pneumonia dan Neisseria gonorrhoeae), tetracoccus (empat sel bakteri coccus yang berdempetan membentuk segiempat, contohnya Pediococcu scerevisiae), sarcina (delapan sel bakteri coccus yang berdempetan membentuk kubus, contohnya : Thiosarcinarosea), streptococcus (lebih dari empat sel bakteri coccus yang berdempetan membentuk rantai, contohnya : Streptococcus mutans), staphylococcus ( lebih dari empat sel bakteri yang berdempetan secara bergerombol seperti buah anggur, contohnya : Staphylococcus aureus). Sedangkan sub klasifikasi pada bakteri basil yaitu :monobasil (sel bakteri yang berbentuk batang tunggal, contohnya : Escherichia coli dan Propionibacterium acne), diplobasil (dua sel bakteri berbentuk batang berdempetan), dan streptobasil (beberapa sel bakteri basil membentuk rantai, contohnya Bacillus anthracisdan Azotobacter). Pada bakteri-bakteri spirila memiliki bentuk-bentuk yaitu : spiral (bentuk sel bergelombang, contohnya : Thiospirillopsis floridana), spiroseta (bentuk sel sekrup, contohnya : Treponemapallidum), dan vibrio (bentuk sel seperti tanda koma, contohnya Vibrio cholera) (Williamson, 2000).

2.2 Bakteri Flora Normal Pada Rongga Mulut

3

Page 4: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil (mikroskopik) dan masyarakat umumnya erat mengaitkan keberadaan mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit. Salah satu jenis mikroorganisme yaitu bakteri. Mikroorganisme dapat dijumpai di berbagai tempat di dalam tubuh makhluk hidup salah satunya pada rongga mulut. Terdapat 700 spesies bakteri yang hidup di dalam rongga mulut. Rongga mulut merupakan tempat keluar masuknya ataupun dapat disebut sebagai pintu gerbang berbagai jenis mikroorganisme termasuk bakteri masuk bersamaan dengan makanan ataupun minuman, baik mikroorganisme yang bersifat patogen maupun yang tidak bersifat patogen. Pada rongga mulut mikroorganisme yang masuk bersama dengan makanan maupun minuman akan dinetralisir oleh zat yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan bakteri flora normal pada rongga mulut (Ferdinand, 2007).

Kolonisasi flora normal yang terdapat pada rongga mulut umumnya tidak bersifat patogen serta memiliki peranan penting dalam mkeanisme sistem imun tubuh. Hal ini dikarenakan flora normal dapat mengahasilkan zat yang dapat menghambat pertumbahan mikroorganisme lainnya dan bakteri-bakteri patogen cenderung tidak dapat mengakses daerah-daerah yang dihuni oleh bakteri flora normal. Namun apabila kondisi dimana sistem imun tubuh rendah, flora normal tersebut dapat berubah sifat menjadi patogen dan dapat menimbulkan suatu penyakit, misalnya karies, gingivitis, stomatitis, glossitis, dan periodontitis (Aslim, 2014).

Pertumbuhan flora normal khususnya pada rongga mulut dipengaruhi beberapa faktor, seperti suhu serta kelembaban yang tinggi pada rongga mulut, ada tidaknya zat penghambat pertumbuhan flora normal, sisa-sisa makanan yang diuraikan oleh bakteri menjadi asam yang akan menempel pada email sehingga menyebabkan demineralisasi, serta beberapa faktor lainnya yang menjadikan rongga mulut sebagai lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri. Secara umum bakteri flora normal yang terdapat pada rongga mulut, yaitu :

2.2.1 Streptococcus mutans Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif dan anaerob

fakultatif yang berbentuk bulat (coccus) dengan diameter 0,5-0,75 µm dan tumbuh optimal pada suhu 18-40ºC. Bakteri yang berasal dari filum firmicutes ini umumnya membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya, tidak berkapsul dan cenderung bersifat tidak bergerak (nonmotil) karena tidak berflagel. Pada lingkungan yangasam bakteri ini cenderung membentuk rantai mirip batang pendek dengan panjang 1,5-3,0 µm (Jawetz, 2008).

4

Page 5: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

Gambar 2.2.1 Streptococcus mutans

Bakteri ini sangat mudah dijumpai dalam tubuh manusia. Habitat utama bakteri ini yaitu pada rongga mulut, faring dan usus.Streptococcus mutans merupakan bakteri yang bersifat acidogenik dan acidodurik. Bakteri ini dikatakan bersifat acidogenik karena kemampuannya dalam menghasilkan asam sedangkan dikatakan bersifat acidodurik karena mampu hidup pada lingkungan yang bersifat asam (Jawetz, 2008).

Streptococcus mutans merupakan salah satu jenis bakteri flora normal yang dominan terdapat pada rongga mulut manusia. Bakteri ini dapat berubah menjadi patogen bila jumlah koloni yang ada dalam tubuh berlebihan. Dalam dunia kedokteran gigi bakteri ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan karies pada gigi dan berperan dalam pembentukan plak pada gigi (Filippis, 2012).

2.2.2 Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang

menghasilkan enzim koagulase. Bakteri yang berasal dari famili Staphylococcaceae ini berbentuk bulat dengan diameter berkisar 1µm yang hidup secara berkoloni. Pada umumnya bakteri ini dapat dijumpai di rongga mulut, hidung, tenggorokan, ketiak, dan sela jari kaki. Beberapa laporan menyatakan bahwa bakteri ini menetap pada rongga mulut umumnya pada anak-anak. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang tidak berspora dan tidak dapat bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh dengan cepat pada lingkungan yang aerobik dan suhu optimum 37°C. Staphylococcus aureus tertanam dalam biofilm dan sangat sulit untuk di musnahkan dengan regimen antibiotik standar. Infeksi bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan timbulnya kantung yang berisi nanah, seperti abses dan bisul (Honeyman, 2002).

5

Page 6: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

Gambar 2.2.2 Staphylococcus aureus

2.2.3 Neisseria spNeisseria sp. merupakan bakteri yang menghuni di permukaan

gigi. Bakteri yang berasal famili Neisseriaceae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk bulat(Coccus). Pada umumnya bakteri ini hidup secara berkoloni, namun terdapat pula yang hidunya secara soliter.Neisseriapaling baik tumbuh pada lingkungan aerob, namun beberapa spesies bakteri ini yang tumbuh di lingkungan anaerob. Diameter koloni bakteri ini berkisar antara 0,1-3µm. Koloni bakteri Neisseria umumnya berwarna merah kekuningan. Bakteri ini mampu tumbuh subur pada rentang suhu 35-37°C (Genco, 2010).

Gambar 2.3.3 Neisseria

2.2.4 CorynebacteriumCorynebacterium merupakan kelompok bakteri gram positif yang

berbentuk batang dan tidak dapat bergerak. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tumbuh subur pada suhu 37°C dan ada yang

6

Page 7: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

hidup secara aerob, fakultatif anaerob, dan saprofit. Bakteri yang berasal dari filum Actinobacteria, famili Corynebacteriaceae merupakan flora normal yang dominan terdapat pada kulit dan rongga mulut. Bakteri ini tidak berkapsul dengan ukuran yang bervariasi dengan lebar ±0,5-1 µm (Lestari,2010).

Gambar 2.2.4 Corynebacterium

2.2.5 Lactobacillus spLactobacillus sp merupakan bakteri anaerob fakultatif, berukuran

1 µm dan dapat tumbuh dengan subur pada suhu 30-37ºC. Bakteri ini umumnya hidup secara berkoloni dengan warna koloni putih susu atau agak krem. Bakteri ini berbentuk batang namun beberapa spesies bakteri ini nampak bulat yang membentuk rantai pendek. Bakteri yang berasal dari famili Lactobacillaceae ini umum dijumpai pada organ pencernaan salah satunya rongga mulut. (Aryulina,2010).

Gambar 2.2.5 LactobacillusLactobacillus dapat memproduksi asam laktat dari laktosa dan

beberapa jenis gula lainnya sehingga menjadikan lingkungannya bersifat asam maka dari itu bakteri flora normal ini dapat mencegah pertumbuhan bakteri-bakteri merugikan . Meskipun demikian, bakteri Lactobacillus ini dapat juga merugikan dan bersifat patogen. Penelitian

7

Page 8: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

menunjukan beberapa spesies Lactobacillus dapat menyebabkan karies pada gigi(Aslim,2014).

2.3 Bakteri Flora Normal Penyebab Kelainan pada Rongga Mulut

Rongga mulut merupakan cermin dari tubuh kita sehingga setiap perubahan didalamnya dapat dipakai sebagai indikator akan kesehatan tubuh kita. Rongga mulut dan isinya sangat mudah terpengaruh oleh tekanan mekanis, chemis dan mikrobakterium beserta produknya sehingga kelainan yang timbul didalam mulut mungkin dapat berasal dari gangguan di dalam mulut sendiri ataupun akibat manifestasi metastatik dari gangguan organ didalam tubuh. Rongga mulut yang selalu basah oleh saliva merupakan media yang cukup layak untuk perkembangbiakan mikroba didalamnya. Semenjak manusia lahir, mikroba telah terdapat didalam mulut seseorang dan pada umumnya merupakan flora mulut yang apatogen (Radji, M. 2010).

Meskipun sebagai flora normal dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri flora normal bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi. Bakteri flora normal mulut bisa masuk aliran darah melalui gigi yang berlubang atau karies gigi dan gusi yang berdarah sehingga terjadi bakterimia (Jawetz, 2005).

Proses pembentukan penyakit gigi dan mulut tersebut diawali dengan terbentuknya biofilm dalam rongga mulut atau yang dikenal dengan istilah biofilm oral. Biofilm merupakan kumpulan mikroorganisme yang berikatan satu sama lain atau pada permukaan solid dan diselimuti oleh matriks lipopolisakarida. Perkembangan biofilm oral menjadi masalah serius karena mengarah pada kerusakan gigi. Selain itu, oral biofilm menyimpan bakteri patogen yang merupakan kontributor utama faktor virulensi terkait dengan peyakit sistemik seperti pneumonia dan kardiovaskular (Gurenlian, J. A. R. 2007).

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat ke-4 penyakit termahal dalam pengobatan menurut The World Oral Health Report tahun 2003. Karies merupakan salah satu contoh kelainan pada rongga mulut khususnya pada gigi yang memiliki tingkat prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia.

8

Page 9: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

2.3.1 Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut (Panjaitan, M, 2002).

Gambar 2.3.3 Karies gigi

Kerusakan gigi ini disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat patogen pada rongga mulut yaitu bakteri Streptococcus mutans. Ciri-ciri bakteri ini adalah berbentuk coccus, tersusun berderet, tidak memiliki flagel dan tidak berspora, tidak berkapsul, dan merupakan bakteri gram positif yaitu bakteri yang mempertahankan warna zat kristal violet sewaktu proses pewarnaan. Bentuk koloni dari bakteri ini pada media agar darah adalah koloni bulat, dengan ukuran 1-2 mm, tidak berwarna atu jernih, dan memiliki permukaan cembung dengan tepi rata (Brooks, G.F., J.S. Butel dan S.A. Morse. 2005).

Sebenarnya bakteri Streptococcus Mutans adalah bakteri flora normal penghuni rongga mulut namun flora normal ini dapat bertukar sifat menjadi pathogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Gejala khas dari penyakit karies gigi ini adalah demineralisasi atau dekalsifikasi substansi gigi yang dimulai pada permukaan gigi dan berkembang kearah dalam (Sulistiyani, 2000).

Bakteri Streptococcus mutans memiliki faktor virulensi yaitu kemampuan bakteri untuk menimbulkan suatu infeksi berupa antigen

9

Page 10: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

I/II, glukosiltransferase, dan glucan binding protein yang berperan penting dalam patogenesis karies gigi. Faktor virulensi ini akan berkolonisasi, membentuk plak gigi dan memetabolisme monosakarida menjadi asam laktat. Asam laktat akan mengakibatkan penurunan pH yang menyebabkan kristal hidroksiapatit mengalami demineralisasi, menimbulkan karies gigi (Nugraha, A. W. 2010).

2.3.1.1 Mekanisme Karies Gigi

Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan email gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis yaitu pada pH 5,5. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari permukaan gigi yaitu pada pits, fissur dan daerah interproksimal, selanjutnya meluas ke arah pulpa (Situmorang, Nurmala, 2005).

2.3.1.2 Teori Multifaktorial Keyes

Teori Multifaktorial Keyes menyatakan penyebab karies gigi mempunyai banyak faktor seperti: host atau tuan rumah yang rentan, agen atau mikroorganisme yang kariogenik, substratat/ diet/ lingkungan yang cocok, dan waktu yang cukup lama. Untuk dapat terjadi karies. Keempat faktor tersebut harus saling mendukung.

10

Page 11: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

Gambar 2.3.1.2 Menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu

2.3.1.2.1 Faktor host/ tuan rumah

Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis (S Shapiro, 2002).

2.3.1.2.2 Faktor agen/ mikroorganisme

Faktor mikroorganisme memegang peran penting dalam terjadinya karies. kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan disebut plak gigi. Komposisi mikroorganisme dalam plak yang berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus Mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya (Jawetz, 2008).

2.3.1.2.3 Faktor substrat/ lingkungan/ diet

Faktor substrat atau lingkungan dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan pH (Situmorang, Nurmala, 2005).

11

Page 12: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

2.3.1.2.4 Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan karena dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email, tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya (Shapiro,2012).

Gambar 2.3.1.2 Mekanisme terjadinya karies gigi

Kebiasaan memakai obat sintetis untuk membersihkan rongga dalam bentuk pasta gigi diduga menjadi penyebab negatif pada pertumbuhan flora normal rongga mulut sehingga terjadinya resistensi mikroorganisme (Panjaitan, M, 2002).

2.4 Upaya Pencegahan Penyakit Rongga Mulut akibat PatogenMenurut Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Depkes RI 2007

angka penyakit gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia tergolong tinggi. Tercatat 72,1 % penduduk menderita karies, 60-90 % penduduk bermasalah dengan gigi berlubang, dan 80 % penduduk mengalami masalah gusi. Kebiasaan menyikat gigi juga belum maksimal, masih 61 % saja, dan

12

Page 13: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

perilaku berobat gigi baru mencapai 5,5 %. Hasil riset ini juga menunjukan hanya 13,3 % masyarakat Indonesia yang rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi .Berdasarkan hasil riset dapat disimpulkan bahwa tindakan preventif yang dilakukan masyarakat masih kurang. Padahal dengan adanya tindakan preventif ini, penyakit mulut bisa terdeteksi lebih dini dan tidak akan menimbulkan gangguan pada organ lain.

Karies merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut. Namun, penyakit ini sering tidak mendapat perhatian dari masyarakat karena jarang membahayakan jiwa. Padahal jika dibiarkan penyakit ini akan berkembang menjadi penyakit kronis yang akan mengganggu kesehatan dan memerlukan waktu lama dalam penyembuhannya. Oleh karena itu perlu adanya tindakan preventif untuk mencegah penyakit ini.

2.4.1 Upaya pencegahan secara umumSecara umum, upaya pencegahan karies dibagi menjadi 2

tahapan yaitu pencegahan primer, dan sekunder.

2.4.1.3.1 Pencegahan primerPencegahan primer adalah segala kegiatan yang

dilakukan dengan harapan untuk menghentikan kejadian suatu penyakit atau pencegahan sebelum gejala klinis timbul. Kegiatan yang termasuk pencegahan primer adalah menjaga kebersihan mulut (hygine oral) dan menjaga agar tubuh mendapat asupan nutrisi yang baik. Menjaga kebersihan mulut dapat dilakukan dengan menyikat gigi secara teratur minimal 2 kali sehari, dan penggunaan benang gigi (floss) untuk membersihkan sisa makanan yang tidak terangkut saat menyikat gigi. Menjaga asupan nutrisi merupakan tindakan sistemik sehingga sistem daya tubuh meningkat yang tentunya akan memengaruhi kesehatan jaringan periodontal.

2.4.1.3.2 Pencegahan sekunderPencegahan sekunder merupakan pencegahan lanjutan

dengan mendeteksi dini untuk menemukan status patogenik dari suatu penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara rutin memeriksakan kesehatan gigi kepada dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk melakukan kontrol plak dan profilaksis mulut bila perlu.

13

Page 14: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

2.4.1.3.3 Upaya pencegahan secara khusus

2.4.1.3.1 Penggunaan produk yang mengandung Xylitol. Xylitol  mampu menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans saat mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Dalam kedokteran gigi, xylitol telah banyak diaplikasikan dalam berbagai macam produk seperti permen karet, tablet hisap, serta pasta gigi. Pasta gigi mengandung xylitol dapat menghambat serta mempunyai efek anti bakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Semakin tinggi konsentrasi pasta gigi mengandung xylitol maka semakin besar zona hambat yang terbentuk pada pertumbuhan Streptococcus mutans. (Resti, 2008).

2.4.1.3.2 Terapi fluorideTerapi fluorida dapat menjadi pilihan untuk

mencegah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi. Fluorida dapat membuat enamel resisten terhadap karies. Fluor bisa diberikan dalam bentuk air minum, cairan tetes, tablet, obat kumur, dan pasta gigi. Bisa juga diberikan di tempat praktek dokter berupa larutan/gel yang diaplikasikan pada gigi, yang disebut topical fluoridasi. (Herdiyati,2010).

14

Page 15: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanBakteri flora normal adalah mikroorganisme yang menghuni tubuh

manusia tanpa menimbulkan penyakit pada kondisi normal dan biasanya merupakan kelompok bakteri aerobs namun ada juga yang anaerobs. Bakteri flora normal yang umumnya menghuni rongga mulut adalah Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif dan anaerob fakultatif yang berbentuk bulat (coccus), Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat dengan diameter berkisar 1µm yang hidup secara berkoloni, Neisseriaceae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk bulat (coccus), Corynebacterium merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang dan tidak dapat bergerak, dan Lactobacillus sp merupakan bakteri anaerob fakultatif yang berbentuk batang.

Bakteri flora normal bisa menjadi patogen karena adanya faktor virulensi yaitu kemampuan bakteri untuk menimbulkan suatu infeksi berupa antigen I/II, glukosiltransferase, dan glucan binding protein yang berperan penting dalam patogenesis karies gigi. Salah satu kelainan yang dapat ditimbulkan oleh bakteri flora normal adalah karies gigi. Karies gigi dapat dicegah dengan 2 tahap, yaitu secara primer dan secara sekunder.

3.2 Saran

Untuk mencegah bakteri flora normal menjadi bakteri patogen yang disebabkan oleh beberapa faktor virulensi ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

15

Page 16: Peran_flora_normal_dalam_rongga_mulut.doc

16