12
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur No.14 | Vol. V ISSN: Oktober 2020 Repository Tugas Akhir Arsitektur 1 Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota Baru Parahyangan Muhammad Aldi Maulana Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sering dijadikan sebagai kota destinasi masyarakat Indonesia untuk melakukan berbagai kegiatan. Dalam kegiatan itu sendiri Kota Bandung termasuk kota yang banyak akan peninggalan- peninggalan sejarah, baik itu dalam pembentukan suatu kota maupun benda benda peninggalan yang fungsi bangunannya museum. Peran di Kota Bandung ini kurang diminati oleh masyarakat, karena masyarakat untuk saat ini berfikir museum adalah tempat destinasi dengan pilihan terakhir. Dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang kurang akan kesadaran dan kepedulian terhadap museum karena museum pada saat ini belum memiliki daya tarik yang menjadikan museum sebagai destinasi utama untuk dikunjungi dalam waktu senggang atau masa libur. Mengusung konsep “Semiotika” diharapkan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai tempat peninggalan sejarah khususnya Telekomunikasi, dengan merancang dengan sebuah makna yang menggandung unsur-unsur telekomunikasi, kemudian diaplikasikan kedalam sebuah bangunan. Dilihat dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik khususnya pada telekomunikasi. Kata kunci : Arsitektur Postmodern, Museum Telekomunikasi, Semiotika. ABSTRACT Bandung is one of the cities in Indonesia which has the status of the capital city of West Java Province which is often used as a destination city for Indonesians to carry out various activities. In the activity itself, the city of Bandung is one of the cities with many historical heritages, both in the formation of a city and heritage objects whose function is a museum building. The role of the city of Bandung is less attractive to the public, because people currently think that museums are the last choice destination. By looking at the current phenomenon, there are many Indonesians who lack awareness and concern for museums because museums do not currently have the charm that makes museums the main destination to visit in their spare time or on holidays. Carrying the concept of "Semiotics" is expected to present the museum building as a place of historical heritage, especially telecommunications, by designing with a meaning that contains elements of telecommunications, then applied to a building. Judging from the style of the building and the function of the building, both of them should be preserved and introduced to the public in order to know and understand that Indonesia has many interesting historical heritages, especially in telecommunications. Keywords: Postmodern Architecture, Museum of Telecommunication, Semiotic.

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur No.14 | Vol. V

ISSN: Oktober 2020

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 1

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Muhammad Aldi Maulana

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa

Barat yang sering dijadikan sebagai kota destinasi masyarakat Indonesia untuk melakukan berbagai

kegiatan. Dalam kegiatan itu sendiri Kota Bandung termasuk kota yang banyak akan peninggalan-

peninggalan sejarah, baik itu dalam pembentukan suatu kota maupun benda – benda peninggalan yang

fungsi bangunannya museum. Peran di Kota Bandung ini kurang diminati oleh masyarakat, karena

masyarakat untuk saat ini berfikir museum adalah tempat destinasi dengan pilihan terakhir. Dengan

melihat fenomena yang terjadi pada saat ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang kurang akan

kesadaran dan kepedulian terhadap museum karena museum pada saat ini belum memiliki daya tarik

yang menjadikan museum sebagai destinasi utama untuk dikunjungi dalam waktu senggang atau masa

libur. Mengusung konsep “Semiotika” diharapkan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai

tempat peninggalan sejarah khususnya Telekomunikasi, dengan merancang dengan sebuah makna yang

menggandung unsur-unsur telekomunikasi, kemudian diaplikasikan kedalam sebuah bangunan. Dilihat

dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan

pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan

sejarah yang menarik khususnya pada telekomunikasi.

Kata kunci : Arsitektur Postmodern, Museum Telekomunikasi, Semiotika.

ABSTRACT

Bandung is one of the cities in Indonesia which has the status of the capital city of West Java Province

which is often used as a destination city for Indonesians to carry out various activities. In the activity

itself, the city of Bandung is one of the cities with many historical heritages, both in the formation of a

city and heritage objects whose function is a museum building. The role of the city of Bandung is less

attractive to the public, because people currently think that museums are the last choice destination. By

looking at the current phenomenon, there are many Indonesians who lack awareness and concern for

museums because museums do not currently have the charm that makes museums the main destination

to visit in their spare time or on holidays. Carrying the concept of "Semiotics" is expected to present the

museum building as a place of historical heritage, especially telecommunications, by designing with a

meaning that contains elements of telecommunications, then applied to a building. Judging from the

style of the building and the function of the building, both of them should be preserved and introduced

to the public in order to know and understand that Indonesia has many interesting historical heritages,

especially in telecommunications.

Keywords: Postmodern Architecture, Museum of Telecommunication, Semiotic.

Page 2: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Muhammad Aldi Maulana

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 2

1. PENDAHULUAN

Melihat dari pergerakan era suatu berkembangnya zaman, kebiasaan dalam pola hidup ikut berubah.

Yang dimana perkembangan ini meliputi berbagai bidang aktivitas, banyak orang lebih berpikir untuk

menghabiskan pengeluarannya dan aktivitas berupa produk gaya hidup, rekreasi, kesehatan, dan

kebugaran. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan berpengetahuan dalam asal usul dan sejarah

dalam bidang teknologi diharapkan dapat mempertunjukkan dan melakukan perlindungan yang baik

terhadap ‘benda-benda’ peninggalan yang bersifat berkembangnya suatu teknologi terutama dalam

Telekomunikasi, sehingga benda dan alat-alat teknologi yang muncul memiliki suatu identitas asal

mulanya hingga perkembangan selanjutnya.

Dilihat dalam area Kota Bandung, sebuah kota yang negaranya di Indonesia memiliki status sebagai

Kota yang berada di posisi Provinsi Jawa Barat, terutama sebuah proyek yang bersekala yang berada di

Kota Baru Prahyanagn akan menjadikan penampung dari segala fasilitas dan fungsi perkotaan, dengan

luas 1.250 Ha yang dimana pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 2000.

Museum dapat menjadi sarana pengetahuan umum yang berfungsi sebagai pusat konservasi, sekaligus

informasi yang dapat membantu mengenai bentuk bentuk hasil asal usul perkembangan suatu teknologi.

Museum juga mempunyai sifat universal, sehingga dapat diakses oleh berbagai kalangan ditinjau dari

berbagai aspek baik usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan lain sebagainya. Oleh karena itu

Bangunan Sarana yang bersifat Edukatif berbasis Teknologi yang akan dibangun ini memiliki aspek-

aspek yang sangat mempengaruhi proses perencanaan bangunan, yaitu aspek dari arsitektur, dengan

mengikuti perkembangan jaman namun tetap seirama dengan bangunan lokal diharapkan gaya arsitektur

dapat diterima oleh masyarakat masa kini dan menjadi tempat yang berhasil menarik pengunjung untuk

datang [1]. Aspek yang kedua adalah iklim lokasi tempat bangunan didirikan, bangunan yang akan

dirancang harus memperhatikan iklim setempat agar dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dapat

meminimalisir penggunaan energi yang berlebihan. Penggunaan identitas lokal sangat dianjurkan untuk

bangunan baru agar melestarikan kebudayaan lokal dan sekaligus sebagai identitas bangunan yang kuat

terhadap daerah tempat bangunan ini dibangun [1]. Lokasi pembangunan berada di Jalan Raya

Parahyangan. Seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber : http://www.earth.google.com/ diakses; 22 juni 2019, diolah

Page 3: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 3

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Metode Pendekatan Perancangan

Metode pendekatan perancangan yang digunakan dalam perancangan Tec-Communicatedv atau

museum teknologi telekomunikasi ini adalah metode five steps design process yakni tahap identifikasi

masalah tentang museum yang mencakup tujuan, lingkup proyek, dan penentuan permasalahan, tahap

persiapan dengan mengumpulkan data, tahap pengajuan proposal tentang cara pemecahan sederhana

terhadap desain dari hasil analisis kedalam suatu konsep rancangan, tahap evaluasi berupa diskusi dari

hasil pengajuan konsep rancangan dan pengajuan alternatif desain, dan tahap pengembangan konsep

rancangan yang dituangkan kedalam desain bangunan museum telekomunikasi.

2.2 Identifikasi Lokasi

Lokasi site pembangunan berada di kawasan Bandung Barat, Jalan Parahyangan Raya, dimana lokasi

memiliki lingkungan yang cukup padat kendaraan, yang mana memiliki akses masuk dan keluarnya kota

Baru Parahyangan dengan melewati jalan tol Padalarang, dan juga area pada tapak tidak padat akan

lingkungan penduduk melaikan area pada tapak berdekatan dengan Museum Puspa IPTEK Sundial.

Dengan lokasi yang memiliki potensi sebagai peruntukan lahan, sudah sesuai dengan ketentuan regulasi

yang sudah di tetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat memberikan keuntungan dalam aspek

aksesibilitas dan aspek komersil pada bangunan Museum.

Praturan mentri pekerjaan umum Nomor : 29/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Persyaratan Teknis

Bangunan Gedung, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam pedoman peraturan persyaratan,

di antaranya KDB, KLB, KDH dan GSB. Pembangunan yang berada di Jalan Raya Parahyangan ini

memiliki maksimal 40 % dengan posisi jalan Arteri, Kolektor mapun local, maksimal KLB pada lokasi

tapak yaitu 1 dengan KDH minimum sebesar 30 %, yang diamana memiliki garis sepadan bangunan

(GSB) setengah dari Jalan Raya Parahyangan yaitu 12 m². Dalam tapak pembangunan juga ada beberapa

titik yang fungsi bangunannya sebagai komersil dan hunian [2]. Seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Tata Guna Lahan Disekitar Sumber : http://www.earth.google.com/; diakses 22 juni 2019, diolah

Lokasi tapak pada pembangunan museum telekomunikasi ini berada pada Jalan Panyawangan, yang

dimana lokasi jalur keluar masuknya Kota Baru Parahyangan. Area tersebut berada dipusat komersial

dan fasilitas penunjang lainnya, yang dimana berada di pusat Kota Baru Parahyangan. Dengan proses

perkembangan dan kenaikan pertumbuhan penduduk, area komersial di Kota Baru Parahyanagan akan

menjadikan pusat prekonomian untuk memajukan kota mandiri. Fasilitas yang berada di Kota Baru

Parahyangan Memiliki fasilitas pendidikan, hotel, rekreasi, perbelanjaan, fasilitas umum dan sosial [3].

KOMERSIL

Page 4: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Muhammad Aldi Maulana

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 4

2.1 Elaborasi Tema

Tema yang diterapkan dalam perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi ini adalah Semiotika

Arsitektur Postmodern. Prinsip yang diterapkan oleh Charles Jenck bahwa dalam arsitektur postmodern

memiliki suatu metode pengembangan semiotika yaitu dengan menjadikan suatu petanda dan makna

dari fungsi Museum Telekomunikasi [4].

Arsitektur postmodern ini, dikembangkan oleh tokoh yang bernama Charles Jencks, dimana bentuk

semiotik yang berkaitan langsung dengan suatu makna dan maksud dari berbagai hal baik itu dalam

bentukan dan gaya dari sebuah desain. Sehingga pengaplikasiannya bahwa makna tersebut diungkapkan

berupa bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang dinamakan suprasegmen arsitektural dari

berbagai komponen arsitektural [5]. Dengan menerapkan suatu desain Semiotika Arsitektur Postmodern

dapat mengemukakan suatu bangunan yang bersifat fungsional dalam halnya fungsi dari suatu identitas

bangunan, dan menggambarkan bangunan yang modern dapat membuat suatu bangunan memiliki umur

yang panjang (bentukan dan material yang bersifat modern) [5]. Seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Elaborasi Tema

Elaborasi

Teama

Museum Semiotika Arsitektur Postmodern

Mean

Museum adalah lembaga, tempat

penyimpanan, perawatan,

pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya

manusia serta alam dan

lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian

kekayaan budaya bangsa.

Secara visual arsitektur ini dilihat

bagaikan atau seperti bercerita

makna dan maksud baik dari segi harmoni, karakter, dan kesatuan,

atau karena wujud dan strukturnya

berasal dari pembentukan pertanda dan berpadu dengan

fungsi bangunan.

Adalah prinsip desain dengan menekankan seni dalam

arsitektur yang modern dimana

termasuk interpretasi skeptic terhadap budaya, sejarah,

ekonomi dengan dekonstruksi

dan pasca-struktualisme.

Problem

Perawatan benda – benda koleksi

yang bersejarah dengan baik dengan

menjadikan suatu bangunan yang

edukasi terhadap masyarakat.

Suatu ruang dalam yang menjadi

objek untuk di olah, mengikuti

bentukan dari pola bentuk

bangunan ruang luar dmana desain

fisik bangunan harus memiliki suatu makna atau cerita dari

sejarah museum itu sendiri.

Dalam pembangunan suatu zona

tidak adanya mengembangkan

suatu ide dalam bentukan desain

yang modern secara iconic terhadap postmodern.

Fact

Tidak adanya barang lama yang di produksi kembali dan pencarian akan

barang-barang langka sangat sulit,

sehingga pengguna atau suatu organisasi berkaitan dengan

prasejarah tidak dapat menikmati.

Semiotika ini salah satu yang dikembangkan oleh Charles

Jhenks yang dimana sebagai

Postmodern. Konsep ini merupakan pendekatan desain

yang bermaksud aliran

Historicism dengan suatu cerita dan iconic yang diterapkan pada

bangunan.

Semakin meningkatkan potensi

perkembangan era modern

desain bangunan dikawasan sekitar.

Need

Semakin berkembangnya zaman,

suatu benda selalu berkembang

dengan pesat sehingga adanya tempat

menyimpan dan memamerkan benda

yang sudah dahulu digunakan. Untuk digunakan edukasi baik itu dalam

bentuk benda maupun sejarah.

Membutuhkan desain sarana

rekreasi yang memiliki desain

ruang dalam yang efektif & edukasi serta memiliki desain

fasad yang memberikan kesan

arsitektur masa kini .

Desain bangunan yang mampu

meminimalisir dampak kerugian

yang besar terhadap alam dan

lingkuangan / ciri khas kawasan sekitar.

Goal

Menciptakan sarana edukasi berupa

museum yang baik dengan fasilitas –

fasilitas yang mendukung akan peminat dari pengguna museum. Dan

dijadikan suatu bangunan edukasi

yang dapat memperluas ilmu pengetahuan umum.

Menerapkan Semiotika Arsitektur

dengan menghadirkan suatu makna dari pola pengembangan

yang memiliki makna dari fungsi

bangunan bersejarah, dan menerapkan rancangan bangunan

baik itu dalam atau luar bangunan secara berkesinambungan

Memberikan pemahaman pada

masyarakat tentang perkembangan zaman yang

makin cangggih dengan

bentukan dan desain efektif terhadap lingkungan sekitar,

sehingga bangunan masih layak untuk yang akan datang.

Concept MENERAPKAN SEMIOTIKA ARSITEKTUR POSTMODERN PADA MUSEUM TELEKOMUNIKASI

Page 5: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 5

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Konsep Zoning Pada Sirkulasi Tapak

Secara garis besar, tapak dibagi menjadi 3 zona utama yaitu zona publik, zona private, dan zona servis.

Ketiga zona ini ditempatkan berdasarkan kondisi dan situasi yang ada di sekitar tapak. Zona publik

merupakan zona lantai dasar bangunan utama yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya, zona

private merupakan area ruang kerja bagi pengelola, yang dimana dapat diakses dari pintu samping

bangunan Museum Telekomunikasi, sedangkan zona servis ditempatkan berada di bagian belakang

tapak agar tidak menggangu lingkungan pada bangunan utama dan sekitarnya. Seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembagian Zona dan Sirkulasi Dalam Tapak

3.2 Konsep Zoning Dalam Bangunan

Konsep zoning tapak yang bersifat makro, ada juga zoning mikro yang meliputi setiap lantai

bangunan yang dijadikan sebagai ruangan. Terdapat tiga zona bangunan yang di bagi

berdasarkan jenis pelaku dengan kegiatan, yaitu zona pengguna publik, Service dan Privat.

Pengelompokan zona ini dibedakan dengan keterangan warna yang berbeda – beda tiap jenis

zonanya. Zona publik ditandai dengan warna biru, zona service di tandai dengan wana kuning

dan zona privat di tandai dengan warna merah.

Pada bangunan museum teknologi telekomunikasi ini di rancangan memiliki dua lantai dan satu

semi basement. Lantai dasar dan lantai satu di peruntukan sebagai area public sebagai mana

berfungsi sebagai museum telekomunikasi, kemudia pada lantai dasar terdapat ruang privat area

pengelola serta pada lantai semi basement terdapat ruang utilitas dan parkir mobil dan motor. Seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembagian Zona Dalam Bangunan

PUBLIC

SERVICE

Page 6: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Muhammad Aldi Maulana

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 6

Pada bangunan Museum Telekomunikasi terdapat dua massa bangunan, dimana bangunan massa

pertama didominasi dengan ruang pamer berbagai macam jenis teknologi telekomunikasi baik itu berupa

bendanya, papan sejarah dan dilengkapi miniatur yang berhubungan dengan telekomunikasi, studio

replica siaran, serta dilengkapi dengan ruang perpustakaan. Kemudian pada bangunan massa kedua

dijadikan area edukasi terbuka yang dilengkapi dengan Studio 2D, dilengkapi dengan coffe shop dan

kantin serta ruang pengelola Museum Telekomunikasi.

3.3 Konsep Gubahan Masa

Berdasarkan penjelasan per-bentukan masa bangunan memiliki suatu makna dan petanda dari ketiga

bentuk tersebut, bangunan yang fungsinya telepon genggam yang memiliki dua fungsi dimna fungsi

pertama sebagai suatu pendengar dari penyampaian pesan atau informasi sedang kan fungsi keduanya

penyampaikan suatu pesan atau informasi dengan pengaplikasian pada bangunan bahwa fungsi pertama

sebagai ruang pamer dan fungsi ke dua sebagai tempat diskusi bagi pengguna museum. Seperti pada

Gambar 5.

Massa awal memiliki bentuk

kubus dengan peletakan kiri dan

kanan, dan di tengah berbentuk

lingkaran.

Awal bentukan kubus

bertransformasi sebagai respon

terhadap akhir dari bentukan

bangunan.

Dari awal bentukan

memposisikan dengn arah

yang dapat menyesuaikan

bentuk dan kontur lahan.

Transformasi pada bangunan di

mulai pada lantai semi basement.

Transformasi pada lantai dasar

dengan memiliki bentuk dasar

yang memiliki ruang lebih

besar.

Transformasi pada lantai

kedua dengan memiliki

bentuk dasar sama. Dan

memiliki penghubung.

Page 7: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 7

Gambar 5. Gubahan Masa

3.4 Fasad Bangunan

Desain fasad pada bangunan museum telekomunikasi juga berkaitan dengan analisa tapak, dimana fasad

bangunan mengarah Utara sebagaiman hasil dari analisa tapak terkait orientasi matahari terhadap lokasi

tapak. Dengan menyesuaikan tema “Semiotika Arsitektur Postmodern” yang memiliki makna dari suatu

fasad yaitu sepeti adanya suara yang memiliki gelombang. Seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Desain dan Fasad Bangunan

Mengarah pada Tenggara lebih dominan dengan dinding Metal Cladding dan fasad bergelombang,

dengan meminimalkan kaca pada bangunan, dikarenakan pada siang hari dan sore hari pada lokasi tapak

tidak adanya terdapat bangunan tinggi dan pepohonan tinggi yang dimana lokasi tapak secara langsung

terpapar sinar matahari secara langsung, dengan menambahkan Shadding Device dan Dinding Cladding

matahari pada siang dan sore hari dapat di tahan oleh fasad bangunan. Seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Desain Fasad Bangunan

Penambahan atap bangunan

dengan bentang lebar berbentuk

lingkaran pada massa bangunan

satu.

Pada lingkaran di tengah

diantara 2 bentukan

transformasi, membentuk

lubang yang melebar

penglihatan

Merancang dalam pemilihan

warna dan shading device

pada fasad bangunan juga

dapat memaksimalkan cahaya

alami dari bukaan.

TAMAPAK BARAT LAUT TAMAPAK TENGGARA

Page 8: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Muhammad Aldi Maulana

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 8

Kemudian pada fasad bangunan tampak samping barat daya, masih konsisten dengan penambahan pada

dinding bangunan dengan Metal Cladding¸ fasad yang bergelombang, dan penambahan fasad seperti

garis yang menghubungkan jaringan dengan secara tidak stabil dengan menambahkan lampu led pada

garisan tersebut. Sehingga hubungan pada bangunan massa satu dan massa dua, memiliki tingkat

perbedaan baik itu secara fungsi maupun secara bentukan bangunan.

3.5 Interior Bangunan

Pada massa pintu masuk utama bangunan musem teknologi telekomunikasi, terdapat pintu putar yang

mengarahkan pengunjung masuk ke dalam bangunan setealah membeli tiket. Dengan bermaterial

alumunium dan kaca pengguna dapat melihat dari luar ke dalam bangunan dengan pemandangan patung

tokoh penemu telekomunikasi.

Kemudian pada pintu masuk utama bangunan museum teknologi telekomunikasi disambut dengan

berbagai tokoh penemuan telekomunikasi dengan bentuk pantung, kemudian dilengkapi dengan sejarah

awal mulanya penemuan pada tokoh tersebut. Seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Interior Bangunan Pintu Masuk dan Hall/Ruang Penerima

Ada beberapa benda yang disediakan pada bangunan museum teknologi telekomunikasi yang berada

pada tengah bangunan, dimana benda tersebut terdapat tower, parabola serta alat – alat atau perangkat

dari telekomunikasi yang disajikan dengan bentuk miniatur. Dengan suasana yang menampilkan barang

yang memiliki identitas sebagai telekomunikasi, pengguna dapat menambah wawasan bahwa ada urutan

alat – alat yang digunakan dalam proses menyajiakan suatu telekomunikasi. Seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Interior Bangunan Museum Telekomunikasi

Page 9: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 9

Penyajian material interior yang di gunakan pada bangunan museum teknologi telekomunikasi ini

menggabungkan antara materil batu, materil kayu, dan material karpet. Dimana pada material batu ini

digunakan pada dinding dan tiang pondasi bangunan, material kayu ini digunakan sebagai panggung

yang dijadikan pajangan alat – alat telekomunikasi, serta pada bagian material karpet disajikan sebagai

lantai bangunan agar adanya perbedaan antara setiap ruangan yang berfungsi sebagai ruang pamer

berbeda.

3.6 Exterior Bangunan

Pada exterior bangunan museum teknologi telekomunikasi memiliki dua massa bangunan yang

dihubungkan dengan jalan yang berbentuk bundaran, dimana pada bundaran ini dijadikan sebagai area

plaza atau titik kumpul. Dengan bangunan yang menghadap ke arah tenggara yang berhadapan dengan

Jalan Parahyangan Raya. Dengan dilengkapi beberapa vegetasi yang dipilih dapat mereduksi

kebisingan, debu dan asap yang bertebaran, dikarenakan pada jalan Prahyangan Raya cukup pada akan

kendaraan. Seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

Pada samping bangunan museum teknologi telekomunikasi juga terdapat beberapa view yang

menyegarkan mata, seperti air pancuran dan beberapa jenis tanaman perdu yang memiliki beberapa

warna, serta pengguna bangunan dapat melihat area sekitar dengan segar dan nyaman, dengan

pemandangan area yang terbuka. Rancangan pada tapak merancang area dengan terbuka agar aktivitas

bagi pengguna dapat terasa lebih leluasa sehingga pengguna tidak adanya rasa tekanan jika

menggunakan fasilitas museum teknologi telekomunikasi ini. Seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

Page 10: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Muhammad Aldi Maulana

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 10

Bangunan museum ini juga merancang pejalan kaki dengan beberapa area yang membuat pengguna

dapat memiliki semangat untuk mengitari bangunan sekitar, pada site terdapat beberapa lorong yang

mengarahkan pengguna ke pintu masuk museum teknologi telekomunikasi. Dengan material kombinasi

besi dan polycarbonat pengguna museum dapat leluasa meilihat pemandangan di sekitar. Seperti pada

Gambar 12.

Gambar 12. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

Pada bangunan museum telekomunikasi ini juga di manjakan dengan peneduh yang bermaterialkan

polycarbonate, sehingga pengunjung dapat berteduh jika terjadinya hujan dan juga dapat melihat secara

leluasa. Pada area site pembangunan museum telekomunikasi terdapat kontur yang curam, sehingga

perancangan pada tapak merancangan beberapa taman area sekitar dengan dilengkapi tangga yang

menurun. Pada area ini juga memiliki fungsi yang dimana sebagai penampung air hujan, air hujan yang

turun akan di tamping kemudian di salurkan ke resorvoar bawah, sehingga adanya penambahan air

bersih yang digunakan sebgai penyiraman tanaman. Seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

.

Page 11: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 11

3.7 Rancangan Struktur

Sistem struktur yang digunakan dalam rancangan bangunan museum telekomunikasi yaitu rangka kaku

(rigit frame system). Dimana struktur kerangka kaku yang terdiri atas komposisi antara kolom-kolom

dan balok-balok. Kolom sebagai unsur vertical berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju ke

tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal yang berfungsi sebagai pemegang media pembagian

beban dan gaya kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.

Pada pemilihan struktur pondasi, bangunan telekomunikasi ini menggunakan pondasi tiang pancang,

yang dimana pile cape memiliki diameter 150 cm x 150 cm, kemudian tiang-tiang pile cape memiliki

empat sisi yang satu tiangnya memiliki dimensi jari-jari 30 cm, dimana tiang pancang ini di pasang

hingga kedalaman tanah keras.

Struktur rangka pada bangunan museum telekomunikasi ini memiliki strktur kolom 45 cm x 80 cm dan

kolom strktur lingkaran yang memiliki jari-jari 50 cm, dengan hitungan yang memiliki bentang lebar

terpanjang dan tinggi bangunan. Pada balok induk bangunan ini memiliki dimensi 45 cm x 80 cm,

sedangkan untuk balok anak memiliki dimensi 35 cm x 50 cm, dengan plat lantai beton yang memiliki

ketebalan 12 cm dan 15 cm.

Kemudian pada struktur atap bangunan ini menggunakan cruved truss system, dimana material yang

digunakan sebagai kuda-kuda atap ini yaitu bei hollow 10 inc sedangkan untuk rangka pada sistem ini

menggunakan material besi pipa yang memiliki dimensi 5 inc, dan dibantu dengan besi reng 3 ø. Seperti

pada Gambar 14.

Gambar 14. Aksonometri Struktur

4. KESIMPULAN

Museum Tec-Communicated atau teknologi telekomunikasi yang berlokasi pada jalan Raya

Parahyangan di Kota Baru Prahyangan ini, mengangkat tema dengan suatu makna atau petanda

(Semiotic) dari fungsi bangunan telekomunikasi lewat prinsip desain Postmodern yang di kembangkan

Page 12: Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Muhammad Aldi Maulana

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 12

oleh Charles Jenks. Area kawasan Jalan Raya Parahyangan yang dimana memiliki jalur akses pintu

masuk tol dikenal area yang cukup padat dengan kendaraan, tidak hanya itu kawasan Jalan Raya

Parahyangan ini juga dijadikan area aktivitas masyarakat sebagai tempat berolahraga dan meningkatan

kebugaran sehingga dapat membangun ruang terbuka yang bias di akses, serta Jalan Raya Parahyangan

ini juga berdekatan dengan Museum Puspa IPTEK Sundial yang dimana punya kesamaan fungsi yang

akan di bangun sebagai Museum teknologi telekomunikasi, dengan itu juga membuka fasilitas yang

menjadikan warga sekitar menambah wawasan dengan menghadirkan beberapa jenis teknologi yang

mampu berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zoest, Aart van., (1978). “Semiotika, Pemakaiannya, Isinya, dan Apa Yang Dikerjakan Denganya

(terjemah)”. Bandung, Unpad.

[2] Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Persyaratan Teknis

Bangunan Gedung.[Diakses 22 juni 2020].

[3] Draft Rancangan Peraturan Pasal 11 Undang – Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

[Diakses 26 juni 2020]

[4] Dharma, Agus., (2010). “Semiotika Dalam Arsitektur”. Yogyakarta, Gunadarma.

[5] Broadbent, Geoffrey., (1980). “Sign, Symbols, and Architecture”. New York, John willey & sons.