22
1 Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya Kota Salatiga Berbasis Live Action Motion Graphic Artikel Ilmiah Oleh : Vikto Aqbar Setiawan (692011043) T. Arie Setiawan Prasida, S.T., M.Cs. Dr. Rini Darmastuti, M.Cs. Januari 2017 Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

1

Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar BudayaKota Salatiga Berbasis Live Action Motion Graphic

Artikel Ilmiah

Oleh :

Vikto Aqbar Setiawan (692011043)

T. Arie Setiawan Prasida, S.T., M.Cs.

Dr. Rini Darmastuti, M.Cs.

Januari 2017

Program Studi Desain Komunikasi VisualFakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya WacanaSalatiga

Page 2: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

2

Lembar Pernyataan Tidak Plagiat

Page 3: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

3

Lembar Pernyataan Persetujuan Akses

Page 4: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

4

Lembar Persetujuan Pembimbing

Page 5: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

5

Lembar Pengesahan

Page 6: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

6

1. Pendahuluan

Kota Salatiga dikenal sebagai kota yang sejuk dan asri. Kota Salatigasendiri dibakukan pada tanggal 24 Juli 750 Masehi ditetapkan denganperaturan daerah tingkat II nomer 15 tahun 1995. Cikal bakal lahirnya KotaSalatiga tertulis pada batu besar sejenis andesit berukuran panjang 170cm,lebar 160cm dengan garis lingkar 5m, yang selanjutnya disebut PrasatiPlumpungan yang dimana batu Plumpungan dijadikan salah satu benda cagarbudaya Kota Salatiga [1].

Sebagian besar benda cagar budaya adalah hasil ciptaan bangsa itu padamasa lalu yang dapat menjadi sumber kebanggaan bangsa yang bersangkutandimasa kini. Pelestarian benda cagar budaya di Indonesia merupakan ikhtiaruntuk memupuk kebanggan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diribangsa. Melestarikan benda cagar budaya dilaksanakan selain untuk memupukrasa kebanggan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri juga untukkepentingan pengembangan bidang sejarah, ilmu pengetahuan, dankebudayaan. Pemanfaatan benda cagar budaya dalam rangka kepentingannasional daerah, diupayakan jauh dari penyalahgunaan pemanfaatan ruangyang dapat membahayakan kelestarian benda cagar budaya itu sendiri. Darihasil pendataan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah tahun2009 memperoleh hasil bahwa sejumlah 56 bangunan cagar budaya dari 144bangunan cagar budaya tidak terawat. Sedangkan hasil pendataan BappedaKota Salatiga dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) pada tahun 1999terdapat 192 bangunan bersejarah. Sehingga terdapat 48 bangunan cagarbudaya yang hilang di pendataan tahun 2009. Dengan demikian masyarakatkota Salatiga kurang mengerti akan arti penting bangunan cagar budaya,padahal dalam UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 59 ayat 3menyatakan bahwa "Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang yangmelakukan Penyelamatan wajib menjaga dan merawat Cagar Budaya daripencurian, pelapukan, atau kerusakan baru." Sampai sekarang bangunan cagarbudaya di kota Salatiga semakin berkurang karena dirubah bentuk arsitekturuntuk kepentingan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada kepentinganekonomi dan investasi tidak diimbangi dengan upaya menjaga kelestarian dankeberadaan bangunan bersejarah [2].

Oleh karena itu pemerintah dirasa membutuhkan teknologi untukmenyampaikan informasi benda cagar budaya Kota Salatiga. TeknologiInformasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itumemberikan manfaat dan peran dalam penyebaran informasi, salah satunyamedia informasi. Saat ini media informasi banyak berbentuk digital maupunvideo. Seiring dengan berkembangnya teknologi, sektor industri yang lainpunikut berkembang, salah satunya adalah kebudayaan [3]. Informasi

Page 7: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

7

menggunakan video lebih efektif, menarik, dan mudah dipahami karena videomemiliki konten audio dan visual. Dengan menggunakan video infografik,penyampaian tentang benda cagar budaya Kota Salatiga lebih jelas dan mudahdimengerti.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan maka akandirancang sebuah media sosialisasi pelestarian bangunan cagar budaya denganteknik live action motion graphic studi kasus Kota Salatiga karena denganmotion graphic dapat memberikan informasi yang kompleks dan cepat, jelasdan tidak kaku.

1. Tinjauan PustakaPenelitian yang berkaitan dengan masalah ini adalah Perancangan Media

Sosialisasi Berbasis live action motion graphic di Perpustakaan dan ArsipDaerah Salatiga yang dibuat oleh Steward Erwin Kojongian dari DesainKomunikasi Visual Universitas Kristen Satya Wacana. Perancangan yangdilakukanya yaitu membuat video infografis tentang Perpustakaan dan ArsipDaerah Salatiga, video ini sendiri menjelaskan tentang fasilitas dan lainsebagainya yang dimiliki oleh Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga [4].

Penelitian lain yang terkait adalah Penerapan Aplikasi QR Code Readerdan QR Code Generator Secara Mobile Untuk Mengelola Benda CagarBudaya Kota Salatiga yang dibuat oleh Asih Kurniati dari Program StudiTeknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen SatyaWacana. Perancangan dalam bentuk aplikasi dengan tujuan menerapkanaplikasi QR Code Reader dan QR Code Generator menggunakan PHO danMySQL yang berguna untuk pusat informasi dan sosialisasi benda-benda cagarbudaya Kota Salatiga [5].

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapatdidefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi daripengirim menuju penerima [6]. Sedangkan pengertian dari informasi menurutKamus Besar Indonesia, Informasi adalah penerangan atau pemberitahuankabar atau berita tentang sesuatu. Maka pengertian dari media informasi dapatdisimpulkan sebagai alat untuk bmengumpulkan dan menyusun kembalisebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerimainformasi.

Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan danmenggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu(tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi,berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam duniahiburan. Selain dari dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia Game[7].

Page 8: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

8

Animasi berasal dari bahasa Latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup,semangat. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan,menggerakkan benda mati. Suatu benda mati diberi dorongan, kekuatan,semangat dan emosi untuk menjadi hidup atau hanya berkesan hidup. Animasibisa diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang seolah – olah hidup,disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan bergantianditampilkan [8].

Motion graphics adalah grafis yang menggunakan video dan atau animasiuntuk menciptakan ilusi dari gerak atau transformasi. Graphics design telahberubah dari static publishing dengan memanfaatkan teknologi komunikasitermasuk film, animasi, media inteaktif, dan environmental design. Bidangmotion graphics telah menyebar melalui imajinasi para designer dan penontondi abad kedua puluh satu ini. Motion menjadi bagian utama modern visual saatini dengan integrasi antara televisi, internet, dan lingkungan [9].

Live action ialah tayangan iklan yang memadukan unsur gambar, suaradan gerak. Iklan kategori ini menampilkan sisi-sisi kehidupan masyarakat yangkemudian yang kemudian direlesansikan dengan produk atau jasa yang diiklankan. [10].

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa BendaCagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs CagarBudaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perludilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmupengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui prosespenetapan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “cagar”,sebagai daerah perlindungan untuk melarikan tumbuh-tumbuhan, binatang, dansebagainya. Pencagaran adalah perlindungan terhadap tumbuhan, binatang, dansebagainya yang diperkirakan akan punah. Sehingga, hewan dan tumbuhanyang hampir punah perlu diberi pencagaran. Sedangkan budaya menurut KBBImerupakan hasil akal budi manusia. Dengan demikian cagar budaya adalahbenda hasil akal budi manusia yang perlu diberikan pencagaran, karena jikatidak dilindungi dikhawatirkan akan mengalami kerusakan dan kepunahan.

Pengertian benda cagar budaya menurut Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 11 tahun 2010 Pasal 1 (ayat 1) adalah “Warisan budaya yangbersifat kebendaan, berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,struktur cagar budaya, dan kawasan cagar budaya baik di darat dan /atau di airyang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagisejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan /atau kebudayaan melaluiproses penetapan.” dan dalam pasal 5, Benda, bangunan, atau struktur dapatdiusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atauStruktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: (a) berusia 50 (lima puluh)

Page 9: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

9

tahun atau lebih (b) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh)tahun; (c) memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,agama, dan/atau kebudayaan; dan (d) memiliki nilai budaya bagi penguatankepribadian bangsa [11].

2. Metode PenelitianMetode penelitian yang dipakai dalam perancangan media informasi

pelestarian cagar budaya dengan teknik motion graphic studi kasus KotaSalatiga ini adalah metode penelitian dengan pendekatan mix method, berartibahwa data kualitatif dan kuantitatif benar - benar dileburkan dalam satu end ofcontinuum, dijaga keterpisahannya dalam end of cotinumm yang lain, ataudikombinasikan dengan beberapa cara yang lain. Dua data ini bisa saja ditulissecara terpisah, namun keduanya tetap dihubungkan satu sama lain secaraimplisit. Misalnya, dalam proyek dua tahap yang diawali oleh tahap kuantitatif,analisis data dan hasilnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi parapartisipan yang dikumpulkan pada tahap selanjutnya, yakni pada tahappengumpulan data kualitatif. Dalam situasi ini, baik data kuantitatif maupundata kualitatif, saling dihubungkan (connecting) satu sama lain selama analisisdata pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap kedua [12].

Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah strategipenelitian Linear strategy, strategi ini dirasa baik dan tepat untuk prosespenelitian karena pada suatu tahap dimulai setelah tahap sebelumnyadiselesaikan, demikian seterusnya. Tahapan secara garis besar dalam penelitianmengenai perancangan media informasi benda cagar budaya dengan teknikmotion graphic studi kasus Kota Salatiga dapat dilihat pada Gambar 1 sebagaiberikutnya [13]

Gambar 1. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap pertama adalah tahap identifikasi masalah dengan melakukanpengamatan baik secara langsung maupun tidak, didapat masalah banyakmasyarakat Kota Salatiga yang masih kurang sadar akan arti penting dankeberadaan bangunan cagar budaya sehingga kurang memperdulikan akanpelestarian benda cagar budaya, sehingga banyaknya benda cagar budaya yangtidak terawat dan terabaikan. Identifikasi masalah adalah suatu tahappermulaan dari penguasaan masalah yang dimana suatu objek tertentu dalamsituasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah. Tujuan indetifikasi

Page 10: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

10

masalah yaitu agar maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yangberhubungan dengan judul penelitian [14].

Tahap kedua adalah melakukan pengumpulan data primer maupunsekunder data primer yang pertama yaitu diperoleh dengan wawancara kepadaDinas Perhubungan, Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga yaitu Ibu LillaEridianti. Data yang didapat yaitu mengenai pemberian informasi keberadaandan pentingnya benda cagar budaya masih sangat minim karena media yangdigunakan selama ini kurang efektif, dimana media penyampaian informasiberupa foto dan dengan diberi sedikit keterangan. Hasil dari pendataan BalaiPelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah tahun 2009 memperoleh hasilbahwa sejumlah 56 bangunan cagar budaya dari 144 bangunan cagar budayatidak terawat. Sedangkan hasil pendataan Bappeda Kota Salatiga danUniversitas Kristen Satya Wacana (UKSW) pada tahun 1999 terdapat 192bangunan bersejarah. Sehingga terdapat 48 bangunan cagar budaya yang hilangdi pendataan tahun 2009.

Dengan demikian masyarakat kota Salatiga kurang mengerti akan artipenting bangunan cagar budaya, padahal dalam UU No. 11 Tahun 2010Tentang Cagar Budaya pasal 59 ayat 3 menyatakan bahwa "Pemerintah,Pemerintah Daerah, atau setiap orang yang melakukan Penyelamatan wajibmenjaga dan merawat Cagar Budaya dari pencurian, pelapukan, atau kerusakanbaru." Sampai sekarang bangunan cagar budaya di kota Salatiga semakinberkurang karena dirubah bentuk arsitektur untuk kepentingan ekonomi.

Data primer yang kedua didapatkan dari melakukan observasi bangunancagar budaya di kota Salatiga. Data yang diperoleh berdasarkan observasisecara langsung yaitu masih banyak bangunan cagar budaya yang tidak terawatdan mengalami pembiaran karena memang masih banyak masyarakat kotaSalatiga kurang menyadari arti penting bangunan cagar budaya.

Setelah dilakukan pengumpulan data primer selanjutnya dilakukanpengumpulan data untuk mendukung pengumpulan data primer dengan caramencari data melalui website Dinas Perhubungan, Budaya dan Pariwisata KotaSalatiga bahwa pemerintah hanya memberikan informasi tentang kondisi dankeberadaan bangunan cagar budaya.

Tahap ketiga adalah perancangan dimana di dalam tahap ini memiliki tigaalur, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Proses perancangandapat dilihat pada Gambar 2.

Page 11: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

11

Gambar 2. Bagan Metode Perancangan

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini pengemasan mediasosialisasi pelestarian bangunan cagar budaya kota Salatiga ini denganmenggunakan video berupa video live action serta animasi gambar dan huruf.Sehingga nantinya di dalam hasil perancanaan video tersebut terdapat duaelemen multimedia yang digabung dalam satu video. Video informasi yangdihasilkan ini berupa video informasi yang tentang bangunan cagar budaya dantujuan dari benda cagar budaya tersebut dengan penjelasan informasinyamenggunakan animasi berupa gambar dan huruf. Dalam perancangan videoinformasi ini, menggunakan objek (orang) sebagai talent untuk membantumemberikan informasi yang disampaikan mengenai tujuan dari benda cagarbudaya. Tujuan dari objek ini agar perancangan lebih terstruktur dan jugaaudience akan lebih memahami informasi yang disampaikan di dalam videotersebut.

Storyline merupakan kejadian-kejadian yang dirangkai menjadi sebuahcerita yang menarik. Pembuatan storyline ini, untuk menggambarkan lebihjelas maksud dari konsep, bagaimana bentuk dan isi dari video informasi iniyang akan dirancang [15]. Storyline dimulai dengan intro animasi judul videoberupa teks dan gambar. Kemudian talent menjelaskan letak geografis KotaSalatiga dan mendeskripsikan identitas yang sudah melekat di Kota Salatigayaitu kota yang sejuk dan meceritakan sejarah singkat kota Salatiga yangdahulu sebagai kota peristirahatan bagi kolonial belanda, dilanjutkan denganinformasi jumlah dan keadaan bangunan cagar budaya yang mengalamidampak buruk bagi bangunan tersebut. Setelah itu talent menginformasikan

Page 12: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

12

bahwa ada potensi lain yang bisa dimunculkan untuk membentuk identitas baruKota Salatiga. Selanjutanya talent menjelaskan tentang pelestarian bangunancagar budaya dapat memupuk kebanggaan nasional dan memperkokohkesadaran jati diri bangsa juga untuk kepentingan pengembangan bidangsejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Namun sayangnya masyarakatKota Salatiga kurang menyadari arti pentingnya pelestarian bangunan cagarbudaya yang ada di Kota Salatiga. Kemudian dijelaskan dampak negatif yangdiakibatkan karena mengabaikan bangunan cagar budaya. Diakhir video, talentmenjelaskan cara melestarikan dan menjaga bangunan cagar budaya di KotaSalatiga, yaitu tidak melakukan vandalisme maupun mencemari lingkunganbangunan cagar budaya. Dan ditutup dengan kalimat persuasif talent agar dapatmenerapkannya.

Treatment adalah sebuah naskah yang sudah lengkap dengan action pokokpelaku atau bisa disebut dengan kerangka lengkap skenario dan jugamerupakan sebuah deskripsi setiap adegan untuk menampilkan alur cerita atauringkasan secara deskriptif, bukan tematis.

Scene 1 : Pengenalan Sejarah Kota Salatiga1. (eye level-full shot) Menunjukan Judul Video.2. (eye level-full shot) Talent menjelaskan asal mula Kota

Salatiga.Scene 2 : Salatiga Kota Bersejarah

1. (eye level-medium shot) Penjelasan Salatiga sebagai sentraperistirahatan Belanda.

2. (eye level-medium shot) Penjelasan Bangunan Cagar Budayadi Kota Salatiga yang dahulu memiliki beberapa hotelberkelas.

Scene 3 : Dampak negatif dan positif1. Menjelaskan jumlah bangunan cagar budaya di kota Salatiga.2. Menjelaskan kesadaran masyarakat akan bangunan cagar

budaya kota Salatiga.3. Menjelaskan dampak negatif pembiaraan bangunan cagar

budaya di kota Salatiga.4. Menjelaskan dampak positif akan pemanfaatan melestarikan

bangunan cagar budaya kota Salatiga.Scene 4 : Solusi pelestarian Bangunan Cagar Budaya

1. (eye level - full shot) Menjelaskan cara berkontribusi untukmelestarikan bangunan cagar budaya di kota Salatiga.

Scene 5 : Kesimpulan dan Ajakan.1. (eye level – full shot) Berisi tentang ajakan untuk melestarikan

bangunan cagar budaya di kota Salatiga.

Page 13: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

13

Setelah merancang treatment dilanjutkan pembuatan storyboard.Storyboard merupakan rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menerjemahkanadegan-adegan yang telah dirumuskan di dalam skenario. Didalam storyboardyang dihasilkan dapat memuat informasi mengenai pelaku, lokasi, propertimaupun sudut pengambilan gambar [16]. Storyboard yang telah dirancang sesuaidengan tahapan sebelumnya untuk mempermudah pengambilan video live actiondalam penelitian ini. Contoh storyboard yang telah dibuat dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel 1. Storyboard video live action

Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah tahapan produksi, yaitu prosesshooting menggunakan green screen dengan menyesuaikan konsep pada storyline,treatment, dan storyboard yang telah dirancang sebelumnya. Pembuatan videodengan teknik live action ini menggunakan kamera DSLR dan didukung denganperalatan lain seperti tripod, lightstand, lensa, pencahayaan dengan lampu,perekam suara dan background menggunakan green screen. Dengan menggunkangreen screen maka talent sebagai obyek utama bisa ditempatkan dimanapun,tekniknya adalah dengan menghilangkan latar berwarna hijau dan digantikananimasi. Proses pembuatan video live action dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 14: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

14

Gambar 3. Proses produksi video live action.

Perancangan tipografi merupakan langkah selanjutnya, perancangantipografi digunakan untuk membantu menjelaskan informasi yang disampaikanoleh talent. Pada perancangan jenis teks yang digunakan adalah Myriad Prokarena font tersebut memiliki tingkat ketebalan yang tipis, sehingga jelas danmudah dibaca. Font ini adalah jenis huruf sans serif yang mempunyai ciri-ciritidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid juga bersifat tegas, fungsionaldan lebih modern. Font Myriad Pro dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Font Myriad Pro

Selanjutanya adalah proses offline editing yang merupakan proses menatagambar sesuai dengan skenario dan urutan shoot yang telah ditentukan. Darisemua hasil produksi dilakukan review satu persatu dan dianalisa sesuaikebutuhan video dan penggabungan audio dari alat perekam suara agar sesuaidengan gambar video.

Tahap selanjutanya adalah online editing, dalam proses ini dilakukanproses animasi yaitu penambahan efek-efek seperti efek transisi, warna, efekgerak, dan efek lainya sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahap ini dilakukanpenambahan animasi serta dilakukan proses color correction agar semua footageyang sudah melalui proses pemberian animasi memiliki tone warna yang samasehingga memudahkan pada tahap color grading. Proses animasi dan proses colorcorrection secara berurutan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Page 15: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

15

Gambar 6. Proses online editing animasi

Sebelum SesudahGambar 7. Proses color grading

Tahap setelah online editing adalah melakukan mixing atau penggabungandan penyelarasan antara visual dan audio agar menjadi kesatuan yang utuh.Penambahan efek suara tersebut bertujuan agar video informasi yang ditampilkandapat dinikmati secara visual dan audio.3. Hasil dan Pembahasan

Video infografis ini berisi informasi kepada masyarakat kota Salatigamengenai fungsi penting bangunan cagar budaya yang berada di kota Salatiga,supaya bangunan cagar budaya di kota Salatiga tetap dilestarikan dandigunakan untuk dokumen kota Salatiga yang dahulu ikut berperan untukkemerdekaan Republik Indonesia. Scene 1 pada video infografik ini terdapatintro dengan menampilkan judul video lalu dilanjutkan penjelasan letakgeografis dan cerita singkat awal mula kota Salatiga, scene 1 dapat dilihat padaGambar 9.

Gambar 9. Scene 1

Page 16: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

16

Scene 2 menceritakan sejarah kota Salatiga dimana pada waktu penjajahanBelanda, kota Salatiga menjadi sentra perisitirahatan bagi Belanda. Dilanjutkandengan memberikan informasi bangunan cagar budaya yang dahulu pernahmenjadi hotel yang dijadikan tempat peristirahatan Belanda yang melakukanperjalanan dari Semarang untuk ke Keraton Solo. Scene 2 dapat dilihat padaGambar 10.

Gambar 10. Scene 2

Scene 3 menjelaskan tentang bangunan cagar budaya di kota Salatiga, darijumlah hasil pendataan pemerintah kota Salatiga dan dilanjutkan denganinformasi bahwa pelestarian bangunan cagar budaya sangatlah kurang,sehingga banyak bangunan cagar budaya di kota Salatiga yang beralih fungsidan renovasi dengan hilangnya arsitektur asli bangunan yang mana bangunanmemiliki nilai sejarah. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan dampaknegatif dan positif tentang melestarikan bangunan cagar budaya di kotaSalatiga. Scene 3 dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Scene 3

Scene 4 menjelaskan cara melestarikan bangunan cagar budaya di kotaSalatiga. Scene 4 dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 17: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

17

Gambar 12. Scene 4

Scene 5 berisi tentang ajakan kepada masyarakat kota Salatiga agar lebihmengerti dengan arti penting bangunan cagar budaya. Scene 5 dapat dilihatpada Gambar 13.

Gambar 13. Scene 5

Pada hasil akhir video informasi bangunan cagar budaya kota Salatigaakan diunggah pada media sosial youtube dan dibagikan melalui media sosialfacebook supaya penyebaran lebih luas. Selain itu media sosialisasi ini akandibagikan dalam bentuk compact disc di Dinas Kebudayaan sebagai mediainformasi dan dapat menjadi arsip di perpustakaan daerah dan perancanganpada media sosial dan dalam compact disc untuk diterapkan pada websiteDinas Kebudayaan kota Salatiga.dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.

Gambar 14. Implementasi media sosial youtube.

Page 18: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

18

Gambar 15. Implementasi media compact disc.

Pengujian menggunakan mixed method. Pengujian kualitatif dilakukandengan wawancara kepada Ibu Lilla Eridianti sebagai Kasi Kesenian DinasPerhubungan, Komunikasi, Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga. Adapunmateri yang diujikan kepada Ibu Lilla Eridianti mengenai konten videoinformasi cagar budaya kota Salatiga meliputi informasi bangunan cagarbudaya, alur cerita, narasi, serta kebutuhan video informasi bangunan cagarbudaya kota Salatiga. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasilbahwa video informasi ini sudah memiliki informasi dan pesan secara baik danjelas. Alur video yang jelas dan mudah dipahami karena diperjelas dengantalent yang menjelaskan, sehingga video promosi ini dapat menjadi alternatifmedia dalam menginformasikan pentingnya bangunan cagar budaya di kotaSalatiga.

Selanjutnya dilakukan pengujian kuantitatif yang dilakukan kepada 30responden. Secara demografis, responden didapat dari daerah kota Salatiga.Responden adalah masyarakat kota Salatiga dalam kalangan remaja ke atas,karena dengan pemilihan kriteria responden tersebut data yang didapat akanlebih kuat dan jelas. Kepada 30 responden diberikan kuesioner yang berisipertanyaan seputar video informasi bangunan cagar budaya kota Salatiga,adapun kriteria jawaban dibagi menjadi 5 opsi yaitu, (A) sangat menarik, (B)menarik, (C) cukup menarik, (D) tidak menarik, (E) sangat tidak menarik.Daftar pertanyaan dan hasil perhitungan diberikan kepada responden dapatdilihat pada Tabel 2.

Page 19: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

19

Tabel 2. Hasil pengisian kuesionerNo Pertanyaan Jawaban Total

A B C D E1 Apakah animasi dalam video

informasi tentang pelestarianbangunan cagar budaya di kitaSalatiga sudah baik?

7 18 5 0 0 30

2 Apakah kesesuaian tampilananimasi dalam video sudah sesuaidengan informasi yangdisampaikan?

8 20 2 0 0 30

3 Apakah tipografi atau huruf yangdigunakan dalam video terbacadengan jelas?

10 15 4 1 0 30

4 Apakah pelafalan talent dalammenyampaikan informasi dalamvideo sudah jelas?

6 14 10 0 0 30

5 Apakah backshound yangdigunakan dalam video sesuai(mengganggu atau tidak)?

4 7 18 1 0 30

6 Apakah informasi dalam videodisampaikan dengan menarik?

7 18 5 0 0 30

7 Apakah informasi tentangpendakian gunung dalam videosudah tersampaikan dengan baik?

10 14 5 1 0 30

8 Apakah responden mengertiinformasi yang disampaikandalam video?

5 17 7 1 0 30

9 Apakah media ini layak dijadikanmedia informasi tentangpelestarian bangunan cagarbudaya di kota Salatiga?

12 12 6 0 0 30

Total 69 135 62 7 0 270

Dari hasil pengolahan pertanyaan kuesioner, kemudian dilakukanperhitungan menggunakan skala Likert untuk mendapatkan presentasi darimasing-masing jawaban dan implementasi pada diagram, adapun rumusanperhitungan sebagai berikut [17]

Keterangan:Tk : Total keseluruhan jawaban (dalam %)Tj : Total dari setiap jawabanTr : Total respondenTs : Total soal

Page 20: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

20

Perhitungan prosentase dari Tabel 2 adalah sebagai berikut dapat dilihatpada Tabel 3.

Tabel 3.Hasil pengisian kuesioner

Tanggapan Penghitungan Hasil

A 24,4%

B 50%

C 22,96%

D 1,48%

E 0%

Gambar 16. Diagram hasil kuesioner kuantitatif

Dari hasil pengujian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa 52%responden menganggap video informasi baru ini menarik serta respondenmengetahui informasi yang disampaikan dalam video. Hal ini dapat dilihat darisegi informasi bangunan cagar budaya, kesesuaian animasi dengan informasi,huruf atau tipografi yang digunakan terbaca dengan jelas, pelafalan talentdalam menyampaikan informasi sudah jelas, backsound yang digunakan dalamvideo yang sesuai dan tidak mengganggu. Menurut para responden videoinformasi ini layak untuk dijadikan media informasi tentang pelestarianbangunan cagar budaya di kota Salatiga.

4. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa Perancangan Video

Informasi Cagar Budaya Kota Salatiga dengan Teknik Motion Graphic dapatmenyampaikan informasi tentang pelestarian bangunan cagar budaya sertapesan yang terdapat pada video sudah tersampaikan dengan baik. Selain itu

Page 21: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

21

video informasi yang telah dirancang dapat menjadi salah satu alternatif mediainformasi mengenai pelestarian bangunan cagar budaya di kota Salatiga. Pesandan informasi yang terkandung dalam video informasi pelestarian bangunancagar budaya kota Salatiga dapat tersampaikan dengan baik kepada responden.

5. Daftar Pustaka[1] Pemerintah Kota Salatiga. 2011. Sejarah Kota Salatiga.

http://salatigakota.go.id/Tentangsejarah.php Diakses pada 3 April 2016.[2] Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Salatiga. 2009. Benda Cagar Budaya. Salatiga: Dinas Perhubungan,Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga.

[3] Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat. 2016. PemanfaatanTeknologi Informasi sebagai Media Promosi Pariwisata.www.bandungbaratkab.go.id/content/pemanfaatan-teknologi-informasi-sebagai-media-promosi-pariwisata. Diakses pada 3 April 2016.

[4] Kojongian, Steward Erwin. 2014. Perancangan Media InformasiBerbasis Video Infografis di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga.UKSW : DKV FTI.

[5] Kurniati, Asih. 2012. Penerapan Aplikasi QR Code Reader dan QRCode Generator Secara Mobile Untuk Mengelola Benda Cagar BudayaKota Salatiga. UKSW : Program Studi Teknik Informatika FTI.

[6] Daryanto. 2010. Media Pembelajaran: Peranannya sangat pentingdalam mencapai tujuan pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.

[7] Hofstette. 2001. Multimedia Literacy. Boston: Irwin/McGraw-Hill.[8] Munir. 2013. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.[9] Sholifah. 2011. Implementasi Teknik Motion Graphic Pada Pembuatan

Profil Multimedia Broadcasting. Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Surabaya.

[10] Widyatama, Rendra. 2016. Pengantar Periklanan. Universitas Indonesia:Jakarta.

[11] Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia. 2016. Informasi Cagar Budaya.http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/siteregnas/public/informasi diakses18 November 2016.

[12] Creswell, John W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, andMixed Methods Approaches (Diterjemahkan Fawaid, Achmad. 2010.Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.)Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[13] Sarwono, Jonathan, dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk DesainKomunikasi Visual. Yogyakarta: Andy Offset.

[14] Usman, Husaini dan Purnomo. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.

[15] Ciptadi, Agustina. 2013. Perancangan Video Dokumenter PasarTerapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.UKSW :DKV FTI.

Page 22: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13888/1/T1_692011043_Full... · Program Studi Desain Komunikasi Visual ... kepentingan

22

[16] Syaiful, Agil. 2015. Teknik Pembuatan dan Pengertian Storyboard.https://sites.google.com/site/elearningtp2010/media-3d/teknik-pembuatan-storyboard-media-animasi-3d/pengertian-storyboard.Diakses tanggal 29 Juni 2016.

[17] Rizkiyani, Alifiana Hafidian. 2013. Skala Likert sebagai TeknikEvaluasi. http://www.kompasiana.com/alifianahr/skala-likert-sebagai-teknik-evaluasi_55283fcdf17e6111318b45a7. Diakses tanggal 20November 2016.