9
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK “PINGUZILLA” Yohanes Aryanto Wibowo Bina Nusantara School of Design Visual Communication Design Animation Program, Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 [email protected] Yohanes Aryanto Wibowo, Ardiyan, S.Sn, Arik Kurnianto, S.Sn., M.T ABSTRACT Research Objectives is to innovate in the form of animated short films that are entertaining, to provide entertainment for the community in the form of a different, unique, and creative, helping the development of animation in Indonesia. Methods is through the work of making Final.The results achieved is a work of Visual Communication Design Animation Short Film Pinguzilla that is light entertainment.Conclusion I hope this thesis work can foster animated Had Indonesia and become an innovation in the field of animation Indonesia. ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk berinovasi dalam bentuk karya animasi film pendek yang bersifat menghibur, untuk menyajikan sarana hiburan bagi masyarakat dalam bentuk yang berbeda, unik, dan kreatif, membantu perkembangan animasi di Indonesia.Metode Penelitian adalah melalui pembuatan karya Tugas Akhir. Hasil Yang Dicapai adalah sebuah karya Perancangan Komunikasi Visual Animasi Film Pendek Pinguzilla yang bersifat hiburan ringan. Simpulan semoga karya tugas akhir ini sekiranya dapat membantu perkembangan animasi Indonesia dan menjadi sebuah inovasi di bidang animasi Indonesia. Kata Kunci : Film pendek, Animasi, Komunikasi visual

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01539-DS Ringkasan001.pdfmereka haus akan hiburan – hiburan yang dengan harapan itu dapat

Embed Size (px)

Citation preview

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK

“PINGUZILLA”

Yohanes Aryanto Wibowo

Bina Nusantara School of Design Visual Communication Design Animation Program, Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480

[email protected] Yohanes Aryanto Wibowo, Ardiyan, S.Sn, Arik Kurnianto, S.Sn., M.T

ABSTRACT

Research Objectives is to innovate in the form of animated short films that are entertaining, to provide entertainment for the community in the form of a different, unique, and creative, helping the development of animation in Indonesia. Methods is through the work of making Final.The results achieved is a work of Visual Communication Design Animation Short Film Pinguzilla that is light entertainment.Conclusion I hope this thesis work can foster animated Had Indonesia and become an innovation in the field of animation Indonesia.

ABSTRAK

Tujuan Penelitian adalah untuk berinovasi dalam bentuk karya animasi film pendek yang

bersifat menghibur, untuk menyajikan sarana hiburan bagi masyarakat dalam bentuk yang berbeda, unik, dan kreatif, membantu perkembangan animasi di Indonesia.Metode Penelitian adalah melalui pembuatan karya Tugas Akhir. Hasil Yang Dicapai adalah sebuah karya Perancangan Komunikasi Visual Animasi Film Pendek Pinguzilla yang bersifat hiburan ringan. Simpulan semoga karya tugas akhir ini sekiranya dapat membantu perkembangan animasi Indonesia dan menjadi sebuah inovasi di bidang animasi Indonesia. Kata Kunci : Film pendek, Animasi, Komunikasi visual

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini dunia kehidupan semakin sulit. Banyak hal yang bisa membuat masyarajat merasa mungkin tertekan atau mungkin stress. Berbagai macam kesulitan dalam dunia pekerjaan misalnya, hambatan – hambatan di dalam dunia bisnis, dsb. Bukan dalam aspek pekerjaan saja yang membuat beberapa orang merasa lelah, bosan, atau jenuh, tapi juga dalam aktivitas kehidupan sehari – hari. Bersekolah, berkuliah, bekerja, pekerjaan rumah tangga, semua itu menjadi rutinitas yang menjenuhkan bagi mayoritas masyarakat di Insonesia ini.

Di saat sekarang ini kebanyakan masyarakat tampak lebih menyukai hiburan, atau bisa dibilang

mereka haus akan hiburan – hiburan yang dengan harapan itu dapat menghilangkan kejenuhan mereka sehari – hari. Oleh karena itu banyak sekali ditemukan acara – acara humor di TV yang berisi drama atau atraksi – atraksi orang – orang yang istilahnya “pelawak”. Mereka menampilkan dan melakukan berbagai cerita dan gerakan – gerakan yang lucu, dengan tujuan menghibur para penonton acara tersebut. Hasilnya banyak orang menyukai acara – acara TV ini tertutama untuk mereka yang setelah selesai dengan rutinitasnya, melepas lelah, dan menikmati waktu – waktu bersama keluarganya dengan menonton acara – acara humor di TV.

Film - film live TV kategori hiburan ringan di Indonesia sudah ada banyak, namun Film animasi

dengan kategori hiburan ringan di Indonesia masih nampak jarang. Kebanyakan itu bukan karya animasi Indonesia atau dengan kata lain produksi animasi asing, memang ada beberapa animasi karya Indonesia namun kebanyakan lebih bersifat edukatif dan inspiratif, bukan animasi pendek hiburan ringan. Alangkah baiknya jika Indonesia bisa memproduksi animasi nya sendiri. Sebuah animasi pendek yang isinya berupa hiburan ringan yang dapat menjadi bahan refreshing bagi banyak orang dan disukai oleh orang dewasa maupun anak – anak karena sifatnya menghibur. Animasi – animasi seperti ini juga bisa menjadi inovasi yang unik untuk memperkaya perkembangan animasi Indonesia.

Berdasarkan dengan beberapa latar belakang masalah yang dijabarkan diatas, maka lingkup proyek

tugas akhir ini dibatasi pada hal – hal yang dapat ditangani melalui disiplin ilmu desain komunikasi visual, yaitu membuat perancangan komunikasi visual animasi film pendek “Pinguzilla ” yang bersifat menghibur dan disajikan untuk kalangan dewasa dan anak – anak sebagai sarana penyampaian pesan hiburan secara unik dan kreatif.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode pengamatan. sebagai permulaan, penulis mencari cerita mengenai pinguin, terutama cerita lucu tentang kehidupan sehari - hari. Setelah itu, penulis mencari artikel dan data karakteristik mengenai pinguin, referensi berupa gambar dan video terutama film,animasi yang sedang diminati oleh pemirsa. Dari data di atas, Penulis pun mendapatkan referensi gaya visual yang akan dipakai di dalam animasi film pendek "Pinguzilla".

HASIL DAN BAHASAN

Berikut sebuah kutipan artikel tentang animator di Indonesia. “Kemana Para Animator Kita Berlabuh” oleh Agus Pitoyo dari http://raispictures.com .

Animator kita mengasong karyanya ke luar negeri. Karena, pasar televisi lokal tak mampu membeli

produk mereka. Tak kuat harganya, tak kuat nunggunya. Stasiun televisi nasional bukannya tidak butuh program animasi. Buktinya, Dora The Explorer, Spongebob Squarepants, Doraemon, Mr. Bean Animation, Sinchan, Power Ranger, dan sederet film animasi lain selalu menghiasi layar kaca kita setiap hari. Beberapa film animasi bahkan menjadi primadona stasiun televisi untuk mendongkrak rating. Pengelola televisi lebih memilih membeli hak tayang film-film animasi luar milik perusahaan transnasional yang juga menjual produknya ke berbagai negara itu, karena harganya murah.

Jauh lebih murah ketimbang membeli langsung dari animator dalam negeri. Namun, kalangan animator

tak patah arang. Mereka tetap menciptakan karya-karya baru dan mengembangkan karya-karya lama mereka. Berharap suatu saat karya-karya itu dapat dinikmati bangsa sendiri.

Dari segi kualitas, hasil karya animator dalam negeri tak kalah dengan animasi luar. Mereka bahkan kerap mendapat job pembuatan karakter-karakter dari studio animasi besar dari Amerika, atau Jepang. Bayaran yang diterima cukup menggiurkan. Sayangnya, karena job-job itu bersifat parsial dan atas pesanan, sulit bagi mereka mengklaim royalty hak cipta. Jika proyek selesai, maka terbanglah karakter karya anak negeri itu ke luar negeri. Setelah karakter-karakter itu diramu menjadi serial film animasi, pengelola televisi kita berebut memperoleh hak tayangnya. Ketika sudah tayang di Indonesia, animator lokal yang turut ambil bagian dalam penciptaan karakter dalam serial itu, hanya bisa menatapnya dengan hati miris.

Sebenarnya, ada satu dua stasiun televisi yang sudah mencoba merekrut artis-artis animasi lokal untuk

bergabung dalam tim produksi mereka. Namun, artis-artis tersebut tak pernah diberi job independen untuk membangun sebuah serial animasi. Alasan Pengalaman ini pernah dirasakan Deswara Aulia Subarkah - biasa disapa Adez. Menurut dia, sejak dulu film-film animasi karya anak negeri tidak pernah muncul di pertelevisian nasional karena terbatasnya daya beli stasiun televisi. Stasiun televisi nasional yang ada sekarang sudah terbiasa dengan pola yang terbentuk mengacu pada produksi sinetron dan reality show. "Acara kayak gitu budget produksinya kira-kira 20 juta untuk sebuah reality show, sinetron sekitar 50-60 juta per episodenya. Sistemnya pun kejar tayang, seminggu satu episode bahkan ada yang lebih. Pola ini sudah bertahun-tahun dijalankan, sampai akhirnya menjadi semacam pattern bagi orang-orang teve," katanya.

Pola yang sama tidak bisa diterapkan pada produksi film animasi. Tingkat kesulitannya jauh lebih

tinggi. Untuk satu episode film animasi saja, seorang animator membutuhkan waktu satu bulan. Itupun kalau story board, naskah, dubbing, modeling, rigging, dan komponen lainnya sudah siap. "Jadi, untuk membuat itu semua dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Satu bulan itu hanya untuk produksi per episodenya saja," jelas Adez. Jika ingin menerapkan sistem kejar tayang, seperti diberlakukan industri animasi di Jepang yang menghasilkan satu episode seminggu, dibutuhkan tenaga animator sebanyak 600 orang. Biayanya tentu berlipat-lipat lagi karena dengan pola satu episode sebulan saja dibutuhkan animator sebanyak 30-50 orang.

Lalu, kenapa film animasi Jepang harganya bisa murah? Karena produk mereka dijual ke semua

negara. Jika ditilik lebih dalam lagi, ternyata yang dijual itu bukan film animasinya. Film animasi sering dijadikan sebagai bagian dari promosi sebuah produk, dimana umumnya 10% dana dipakai untuk berpromosi. "Budget inilah yang lazimnya dipakai oleh mereka untuk membuat sebuah program film animasi," kata Adez.

Jurus sukses perusahaan Jepang ini menjadi runutan. Sebuah perusahaan animasi di Jakarta, Red

Rocket, menerapkan pola pencarian sponsor produk utama untuk membiayai pembuatan film animasi. Perusahaan ini menggandeng produsen susu merek Dancow. Tahun 2000 lalu film animasi mereka yang mengangkat cerita rakyat pernah ditayangkan di Indosiar. Dan, di tahun ini film animasi mereka kembali tayang di TV7.

Menurut Popy Palele, Eksecutive Producer Red Rocket, film animasi bikinannya sukses meraih rating

di Indosiar, lebih tinggi ketimbang film animasi lain yang tayang pada jam sama di stasiun televisi lain. "Di awal penayangan sih memang belum kelihatan rating-nya. Setelah episode kelima dan seterusnya, rating-nya mulai kelihatan. Kalau tidak salah, mengalahkan film Doroemon yang jam tayangnya sama," kata Popy. Beberapa judul film animasi sudah dibuat Red Rocket, diantaranya Si Kurus Don Harimau Loreng, Keadilan Seorang Raja, Kancil Dan Kerbau, dan Palosoro Si Lembut Hati. Judul-judul itu diambil dari judul buku cerita yang sebelumnya dijadikan bonus pembelian produk susu Dancow.

Sukses Red Rocket itu tak terlepas dari dukungan Nestle. Popy jujur mengakui bahwa tanpa dukungan

dana dari perusahaan multinasional itu, mustahil baginya membuat film animasi yang berbobot. Biaya yang dibutuhkan tidak dapat ditutupi oleh hasil penjualan ke stasiun televisi.

Senada dengan Adez, Popy bisa memahami alasan pengelola televisi kita membeli film animasi produk

luar negeri. Gampangnya, dengan Rp. 5 juta-an stasiun televisi sudah bisa mendapatkan satu episode film animasi. Jika memproduksi sendiri, biaya yang dikeluarkan bakal lebih 10 kali lipat. "Sekali produksi untuk satu episode saja para animator bisa menghabiskan biaya sebesar Rp. 75 juta," kata Popy.

Usaha kalangan animator menembus stasiun televisi tak semua semulus Red Rocket. Film Mr. Pito

hasil racikan Hellomotion yang ditayangkan TransTV tak begitu sukses dari segi rating. Menurut Wahyu Aditya, President Director Hellomotion, yang merupakan sekolah animasi di Jakarta ini, dirinya belum

berminat untuk kembali membuat film animasi. Buruknya rating yang didapat bakal menjadi bahan kajiannya.

Namun demikian, usaha Wahyu memperkenalkan hasil karyanya tak berhenti sampai di situ. Kini, pria

yang juga menjadi staf pengajar di Hellomotion ini, langsung turun ke pasar menjual film animasinya dalam format VCD dan DVD. Sejauh ini, respon pasar nampaknya positif. "Buktinya, ada lho temanku yang sekarang ini bisnis membuat VCD dan DVD animasi untuk anak-anak sekolah play group. Kalau dihitung-hitung sehari ia bisa mendapatkan Rp. 25 jutaan," katanya.

Rekannya menghindari kerja sama dengan stasiun televisi, Riza malah mendatangi satu persatu stasiun-

stasiun televisi lokal. Hasilnya cukup menggembirakan, menurut pria yang juga menjabat head of animation department di Cyber Media College ini. Beberapa stasiun televisi lokal sepakat bekerja sama dengannya, sehingga persoalan biaya dapat teratasi. Kalau pendanaan proyek pembuatan film animasi dilakukan secara keroyokan tentunya jadi tidak berat.

Masih menurut Riza, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membuat kerjasama dengan stasiun

televisi, karena dengan munculnya banyak stasiun televisi baru otomatis membutuhkan banyak program baru. "Untuk bisa tayang di televisi lokal saja aku sudah bangga kok. Sekarang ini sih yang penting nyoba dulu deh," katanya.

Kalangan animator juga harus pintar-pintar membaca pasar. Saat ini terjadi pergeseran segmen pasar

film animasi. Kalau dulu, film animasi identik dengan segmen pasar anak-anak. Kini, Dora the Explorer dan Spongebob Squarepants, juga menjadi tontonan remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, nenek-nenek. Ini mengisyaratkan betapa besarnya pangsa pasar film animasi. Sadar akan hat itu, Riza kini tengah menyiapkan sejumlah film animasi untuk kalangan ABG dan dewasa. Karena segmen pasarnya ABG ke atas, maka cerita yang diangkat seputar kisah percintaan anak muda.

Untuk menembus pasar, para animator harus memahami kebutuhan pasar. "Intinya karya animator itu

harus bisa diterima pasar, dapat menjawab kebutuhan pasar baik dari segi cerita rnaupun kualitas gambar. Anak kecil itu gak akan tahu itu film buatan mana, tapi mereka pasti akan menilai kualitasnya, kalau bagus ya pasti akan ditonton," kata Adez yang pernah menggarap film animasi The Simpson versi dewasa dan tayang di Amerika ini.

Cita-cita boleh setinggi langit. Namun realitanya, kondisi dunia pertelevisian di Indonesia membuat

kalangan animator pesimis. Menurut Adez, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, film animasi buatan anak negeri masih sulit bersaing dengan sinetron dan reality show. "Sulitnya, karena talent terbatas. Kalau pun booming, maka akan terjadi perebutan talent, karena orang-orangnya itu-itu saja," kata Adez.

Tidak heran jika banyak animator dalam negeri menerima tawaran perusahaan-perusahaan di luar

negeri untuk mengerjakan proyek film animasi mereka. Popy Palele, Daniel Harjanto, Syah Indraprana, Deswara, dan banyak animator lainnya kini lebih banyak mengerjakan proyek yang datang dari Amerika, Kanada, Singapura, Malaysia. "Ibaratnya, kita ini pisau yang tajam, tapi sayangnya nggak ada daging yang bisa kita potong di sini," kata Adez.

Sinopsis cerita :

Cerita berawal di Kutub Selatan ada 2 penguin yang selalu berseteru. Mereka selalu ingin menang sendiri satu sama lain. Digambarkan keadaan mereka yang selalu bertengkar dalam banyak hal. Hingga pada suatu hari ada kontes memancing ikan. Siapa yang ikannya paling besar dialah yang menang. Mereka memancing dengan semangat nya dan mereka mendapat ikan. Penguin A(Tom) melihat ikan penguin B(Law) lebih besar dari miliknya. Tom tidak mau menerima kekalahan ini dan ia berbuat curang. Flash back ke waktu saat sebelum memancing dia menemukan sebuah ramuan unik yang bisa membuat benda membesar. Ia menetesi cairan itu ke ikannya dan ikannya menjadi 3kali lipat lebih besar dan mengalahkan ikan milik Law. Law kaget dan curiga kenapa ikan lawannya bisa sebesar itu. Lalu ia menemukan sisa cairan yang dijatuhkan oleh Tom. Ia mengamatinya dan menyadari itu cairan yang bisa membuat besar. Akhirnya ia tak terima dan mulailah pertengkaran antara Tom dan Law. Tom menggunakan cairan itu untuk mengalahkan Law, ya dan Tom menjadi lebih besar dari Law dan ia mengejar – ngejar Law. Law membalasnya dengan meminum cairan itu, ia minum lebih banyak dari Tom. Ia jadi lebih besar dari Tom ! Dan begitu terus sebaliknya mereka adu besar badan . Akhirnya Antartika mereka hancurkan, hingga pada satu titik cairan itu habis dan mereka berukuran sama besar. Dan sampai pada saat itupun mereka masih terus bertengkar dalam keadaan tubuh mereka yang sudah extrim besar itu.

Pinguin adalah burung yang tidak terbang yang menghabiskan kehidupan mereka di air, tempat mereka sebagai perenang yang mengagumkan. Mereka mencari makanan ketika berenang dekat permukaan air dan kemudian menyelam dengan cepat untuk memburu mangsa, termasuk ikan kecil dan krustasi (spesies mirip udang yang hidup diperairan kutub dan menjadi makanan favorit para Pinguin).Pinguin memiliki tubuh streamline yang mirip tong yang mengurangi menyerap tarikan di air. Sayap mereka, di bentuk tipis, bersirip kaku, memberikan propulsi (tenaga dorong) ketika berenang. Pinguin hanya kembali ke daratan untuk kawin, membuat sarang, membesarkan si kecil, dan berganti bulu. Meskipun demikian Pinguin sangat gesit di air. Di daratan mereka berjalan berkedek-kedek kaku. Di area ber-es atau bersalju, Pinguin berselorotan dengan perut mereka dan mengayuhkan diri mereka dengan sayap.

Anak-anak Pinguin menetas hanya dengan sebuah selaput tipis yang menutupi kulit yang halus, dan

mereka belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sendiri atau mencari makanan. Orang tua berada dipunggung mereka atau melingkupi mereka untuk menyalurkan kehangatan ke anak-anak mereka, disebut pengeraman. Sebagian besar penguin bersosialisasi dalam koloni yang sedang mengerami yang dapat berjumlah hingga beberapa ratus ribu pasangan.

Jika kita bicara tentang kawasan kutub yang dinginnya brrrrrrr ya ampun itu dan es ada di mana-

mana, lantas banyak orang akan mengasosiasikannya dengan orang Eskimo, Beruang kutub, dan Penguin. Bahkan Penguin, Beruang kutub dan orang Eskimo sering digambarkan hidup berdampingan. Bagi yang pernah menikmati lucunya film kartun Chilly Willy ciptaan Paul J. Smith mestinya ingat bagaimana penguin kecil ini memiliki rumah Iglo khas Kutub Utara . Ooo… tidak demikian, kata beberapa orang lagi. Orang Eskimo dan beruang Kutub tidak pernah hidup berdampingan dengan Penguin. Orang Eskimo dan beruang Kutub hidup di kawasan Kutub Utara, sementara penguin di Kutub Selatan (Antartika). Benar demikian?

Adalah benar bahwa Penguin secara alami tidak hidup berdampingan dengan Beruang kutub dan

orang Eskimo, dan benar pula kalau Beruang kutub dan orang Eskimo hidup di kawasan Kutub Utara dan tidak ada Penguin di Kutub Utara. Akan tetapi tidak semua Penguin hidup di Kutub Selatan, paling tidak ada tiga spesies (jenis) Penguin yang hidup di dekat kawasan tropis, bahkan satu jenis hidup di daerah tropis dekat dengan Garis Katulistiwa.

Penguin adalah burung yang tidak dapat terbang, hidupnya bergantung pada laut. Makanannya pun

berasal dari laut seperti krill, ikan, dan cumi-cumi, pokoknya yang amis-amis begitu. Penguin terbesar adalah Penguin emperor (Aptenodytes forsteri) yang bisa mencapai tinggi lebih dari 1 meter. Penguin emperor yang bertongkrongan gagah ini hidup di Antartika dan merupakan satu-satunya jenis yang berbiak pada musim dingin di Antartika. Sementara Penguin kecil (Eudyptula minor) adalah Penguinberukuran paling kecil yang hidup di Selandia Baru dan Australia. Penguin kecil ini benar-benar imut dan hanya memiliki tinggi tubuh sekitar 40 cm.

Satu-satunya Penguin yang hidup nyaris mendekati Garis Katulistiwa adalah Penguin Galapagos

(Spheniscus mendiculus). Seperti namanya, burung ini hidup di Kepulauan Galapagos. Walaupun Penguin ini hidup di dekat Katulistiwa tetapi dalam hidupnya dia tetap membutuhkan yang dingin-dingin. Dingin-dingin di Kepulauan Galapagos ini dibawa oleh arus Humboldt dan arus Cromwell.

Adanya gejala alam yang dikenal dengan nama El Nino bisa mengacaukan kehidupan Penguin

Galapagos ini. Pada saat itu arus Humboldt yang dingin digantikan oleh arus Ekuator yang panas makan akan terjadi perubahan pada persediaan makanan Penguin. Jadi bukan hanya Indonesia yang sengsara karena ulah El Nino yang bikin negara ini kering kerontang, Penguin yang hidup di Kepulauan Galapagos juga sengsara karena makanannya pada lari.

Gambar 1. Pinguin Emperor

Gambar 2. Illustrasi penguin

Gambar 3. Karakter konsep dalam Pinguzilla

Gambar 4. Karakter Tom

Gambar 5. Karakter Law

Gambar 6. Visual Pinguzilla

Gambar 7. Gesture & Ekspresi

SIMPULAN DAN SARAN

Dari beberapa penelitian dan identifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa memang keadaan animasi di Indonesia sedang berada dalam status berkembang. Bukan berarti masyarakat Indonesia belum mengenal atau miskin akan animasi. Animasi sendiri di Indonesia sebenarnya sangat disukai dan diminati banyak orang. Banyak sekarang hiburan – hiburan berupa animasi yang di import dari luar, film – film bioskop yang berupa animasi, dan juga beberapa iklan produk di Indonesia ini menggunakan animasi sebagai sarana komunikasinya. Yang masih jarang di Indonesia itu adalah animasi orisinil buatan Indonesia, terutama animasi film pendek hiburan ringan. Padahal banyak peminat animasi film pendek hiburan ringan di Indonesia, sebagai buktinya film – film animasi hiburan ringan laris dan terkenal di Indonesia. Semua butuh hiburan dalam bentuk yang unik dan berbeda agar tidak jenuh. Di atas ada info data yang menjabarkan beberapa keadaan di Indonesia yang membuat beberapa animator Indonesia agak enggan mengusahakan animasi, kebanyakan animasi – animasi itu dijual ke luar. Sangat sayang, padahal di Indonesia sendiri banyak animator – animator hebat, tapi kurang diaktifkan secara maksimal. Tapi sekarang Indonesia sudah mulai mengembangkan perbendaharaan animasinya, dan semoga Indonesia juga dapat memiliki animasi film pendek hiburan ringan nya sendiri. Mengingat keadaan animasi di Indonesia yang sedang dalam status berkembang, maka penulis menyarankan agar masyarakat khususnya para animator – animator Indonesia ikut membantu mendukung dan memperkaya animasi – animasi Indonesia.

REFERENSI • Williams, R. (2001). The Animator's Survival Kit. Faber and Faber Inc. New York • Gray, S. “et al” (2009). Animals Around The World. Dorling Kindersley. London • Eine Zusammenfassung von Valentin Koch. Professional Character Design. • Steven, B. (2012). Contemporary Color Theory & Use 2nd Edition. Delmar, Cencage Learning. United

States • Karen, S. (2008). Ideas for the animated short Finding and Building Stories. Elsevier Inc. United States • Issac V. Kerlow. (2004). The Art of 3D Computer Animation and Effects 3rd Edition. John Wiley & Sons

Inc. New Jersey. Canada. • http://www.cgtantra.com/forums/forumdisplay.php?s=37f6e3c95ae4b9dd3094b62a4255b4ea&f=88 • http://www.youtube.com/watch?v=-s2BHofE-m0&feature=related • http://raispictures.com/main/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=13&Itemid=26 • http://mysite.verizon.net/res1bzpw/id11.html

RIWAYAT PENULIS Yohanes Aryanto Wibowo lahir di Kota Jakarta pada 7 Agustus 1990. Penulis menamatkan jenjang pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara di bidang Desain Komunikasi Visual Animasi pada tahun 2012.