22
1 PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Studi Pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup) NASKAH PUBLIKASI Oleh : EKO BUDIHARJO NIM : 100565201064 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG 2016

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tahun 2006 tentang usaha perikanan Provinsi

Embed Size (px)

Citation preview

1

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN

RIAU DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH DI PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

(Studi Pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

EKO BUDIHARJO

NIM : 100565201064

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI

TANJUNGPINANG

2016

1

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN

RIAU DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH DI PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

(Studi Pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup)

EKO BUDIHARJO

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

A B S T R A K

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang kedudukan,

tugas dan fungsi satuan polisi pamong praja Provinsi Kepulauan Riau adalah

merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang keamanan, ketentraman,

dan ketertiban umum, menegakan Peraturan Daerah sesuai dengan kewenangan

Pemerintah Provinsi serta peraturan Perundang-Undangan. Salah satu perda yang

menjadi tanggungjawab dari Satpol PP adalah perda pengelolaan lingkungan

hidup. Perda berisikan tentang segi kewenangan selaras dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi; telah memperhatikan prinsip-prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan dalam materi muatan telah

memperhatikan ciri khas dan menampung kondisi khusus lingkungan hidup di

wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Kementerian Lingkungan Hidup mendorong

pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau dan

Provinsi lainnya untuk dapat lebih optimal dalam mengarusutamakan lingkungan

hidup di daerahnya melalui perannya masing-masing.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah mengetahui peranan Satuan Polisi

Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau Dalam Penegakan Peraturan Daerah Di

Provinsi Kepulauan Riau Pada Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup di Kota Tanjungpinang. Adapun yang dijadikan informan

adalah 5 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau Dalam Penegakan

Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tanjungpinang

berjalan dengan baik namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tidak

adanya standar kerja yang khusus dibuat untuk menjalankan kebijakan tersebut.

Pentingnya standar kerja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh Satpol PP

Provinsi Kepulauan Riau agar pekerjaan yang berkenaan dengan pelaksanaan

kebijakan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kata Kunci : Peran, Penegakan Peraturan daerah, Pengelolaan lingkungan

hidup

2

THE ROLE OF CIVIL SERVICE POLICE UNIT RIAU ISLANDS PROVINCE OF

REGULATORY ENFORCEMENT IN THE RIAU ISLANDS PROVINCE

(Studies in Regional Regulation No. 4 of 2014 Regarding the Management of the

Environment)

EKO BUDIHARJO

Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH

A B S T R A C T

Based on local regulations No. 5 in 2011 about the position, duties and

functions of the municipal police of Riau Islands Province teachers is

implementing elements of the local government in the area of security, peace, and

uphold public order, local regulations in accordance with the authority of the

provincial government as well as legislation. One of the responsibilities of being a

perda Satpol PP is perda environmental management. Perda contains about

facets of the authority in accordance with the laws and regulations of higher;

have regard for the principles of the protection and management of the

environment; and in the matter of charges have notice the characteristic and

accommodate the special conditions of the environment in the province of Riau

Islands. The Ministry of environment encourages local governments at

district/city se-the Riau Islands province and other provinces to be more optimal

in the mainstream environment in their territory through their respective role.

The purpose of this research is basically knowing the role of Police of Riau

Islands Province Praja Teachers in enforcing local regulations In the Riau

Islands province On local regulations Concerning environmental management in

the city of Tanjung Pinang. As for the Foundation of the informant is 5 people.

Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data

analysis techniques.

Based on the results of the discussion then it can be concluded that the role of

the Police of Riau Islands Province Praja Teachers in enforcing local regulations

Concerning environmental management in the city of Tanjung Pinang went well

but there are some things that must be considered, namely the absence of a

standard of work specifically created to run the policy. The importance of the

standard of work is to watch out for by Satpol PP the Riau Islands province in

order to make the work with regard to the implementation of this policy can run

properly.

Key words: role, enforcement of local regulations, environmental management

3

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN

RIAU DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH DI PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

(Studi Pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup)

A. Latar Belakang

Pada suatu daerah yang otonom Pemerintah daerah mempunyai wewenang

dalam mengeluarkan suatu Peraturan daerah, dimana salah satu tujuannya adalah

guna menjamin kepastian hukum dan menciptakan serta memelihara ketentraman

dan ketertiban umum. Berbicara tentang kepastian hukum dan penegakan Perda

dalam penyelenggaraan pemerintahan, tentu tidak terlepas dari terciptanya

keamanan dan ketertiban masyarakat, yang dalam perwujudannya diperlukan

suatu kemampuan manajemen dan profesionalisme dalam menangani berbagai

pelanggaran-pelanggaran menyangkut ketertiban sehingga hasil yang dicapai

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Penegakan Peraturan daerah (Perda) merupakan unsur utama sebagai

pelaksana di lapangan adalah pemerintah daerah, dalam hal ini kewenangan

tersebut di emban oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang didalamnya

juga terdapat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang sudah dididik, dilatih dan

sudah memiliki surat keputusan sebagai penyidik. Sebagaimana tertuang dalam

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah,

bahwa untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan

Polisi Pamong Praja.

4

Satuan Polisi Pamong Praja berwenang melakukan tindakan penertiban

non yustisial terhadap warga masyarakat, aparataur, atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Bupati,

menindak warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang mengganggu

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, fasilitasi dan pemberdayaan

kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat, melakukan tindakan

penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Bupati,

melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau

badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah.

Berdasarkan tugas dan fungsi baru pemerintahan daerah yaitu perwujudan

kesejahteraan rakyat, maka tugas dan fungsi Satpol PP yang sebelumnya bertugas

menjalankan keamanan dan ketertiban, sekarang lebih komplek karena bergeser

kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan gejolak sosial. Gejala sosial

perkotaan yang sering menimbulkan persoalan dan menjadi potensi baru

gangguan dibidang keamanan dan ketertiban menjadi bidang Satpol PP. Dengan

demikian tugas Satpol PP baru adalah berkaitan erat dengan masalah-masalah

sosial. Berbeda dengan kepolisian, yang menanggulangi kejahatan kriminal dan

pelanggaran undang-undang.

Kebutuhan akan satpol PP yang bervisi baru dalam rangka otonom daerah

ini sangat penting untuk memperoleh kesamaan pandang baik dari Satpol PP

sendiri, masyarakat, pemegang kebijakan daerah dan sebagainya. Diakui atau

tidak dalam awal pembentukannya Polisi Pamong Praja ditempatkan sebagai alat

5

penguasa (pemerintah kolonial) untuk menertibkan masyarakat dan

mengendalikan keamanan. Sekarang setelah mengalami beberapa kali perubahan

berkaitan dengan pergeseran kedudukan danperan pemerintah daerah, Satpol PP

menjadi bagian penting untuk mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas

terutama dibidang ketentraman dan ketertiban umum.

Asas-asas pemerintahan yang baik menjadi landasan penyelenggaraan

tugas Satpol PP. Menjadi tugas semua elemen untuk berkontribusi menentukan

sosok Satpol PP yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan otonomi

daerah.Otonomi daerah memberikan keleluasan kepada daerah untuk berinvasi

dan berkreativitas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing.

Tugas keamanan dan ketertiban umum juga bersinggungan dengan tugas

Kepolisian. Berdasarkan Pasal 14 (1) huruf g UU No.2 Tahun 2002 dinyataka

bahwa Polri bertugas melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan eknis

terhadap kepolisian khusus, PPNS, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

lainnya.Karena itu tugas kepolisian dan Satpol PP harus bisa disinergikan. Karena

berdasarkan Pasal 148 dan 149 UU No.32 Tahun 2004 diamanatkan bahwa Satpol

PP bertugas membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Perda dan

penyelenggara ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Salah satu urusan

wajib yang diserahkan kepada daerah adalah penyelenggaraan ketertiban umum

dan ketentraman masyarakat. Tugas ini sangat strategis karena Satpol PP sekarang

ini di dalamnya juga menyelenggarakan fungsi perlindungan masyarakat.

6

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang kedudukan,

tugas dan fungsi satuan polisi pamong praja Provinsi Kepulauan Riau adalah

merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang keamanan, ketentraman,

dan ketertiban umum, menegakan Peraturan Daerah sesuai dengan kewenangan

Pemerintah Provinsi serta peraturan Perundang-Undangan.

Ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat adalah suatu keadaan

dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat

dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib dan teratur. Memang

dirasakan oleh berbagai kalangan bahwa suatu Perda yang sudah diberlakukan

secara efektif tidak pernah disosialisasikan oleh pemerintah daerah bersama aparat

kepolisian atau instansi terkait, sehingga pemahaman masyarakat akan pentingnya

Perda masih dangkal.

Berkaitan dengan eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja dalam

penegakkan hukum (represif), sebagai perangkat pemerintah daerah,

kontribusi satuan Polisi Pamong Praja sangat diperlukan guna mendukung

suksesnya pelaksanaan Otonomi Daerah dalam penegakan peraturan daerah

menciptakan pemerintahan yang baik. Dengan demikian aparat Polisi Pamong

Praja merupakan garis depan dalam hal motivator dalam menjamin kepastian

pelaksanaan peraturan daerah dan upaya menegakkannya ditengah-tengah

masyarakat, sekaligus membantu dalam menindak segala bentuk

penyelewengan dan penegakan hukum.

7

Dilain pihak penegakan peraturan dianggap tidak memberikan rasa dan

kesan keadilan bagi masyarakat. Aparat kadang kala melakukan tindakan setelah

pelanggaran tersebut sudah terakumulasi sehingga dalam penegakannya

memerlukan tenaga, biaya dan pikiran yang cukup berat, karena bagaimanapun

dengan sudah banyaknya pelanggaran akan banyak juga resiko yang dihadapai

dalam penegakan Peraturan Daerah, bahkan akan berpotensi besar terhadap

timbulnya masalah yang lebih serius yang bisa membahayakan kepentingan

masyarakat luas atau kepentingan umum.

Salah satu tugas utama dari Polisi Pamong Praja, tentunya tidak

semudah membalikkan telapak tangan, terlebih dalam melaksanakan

kewenangan ini Polisi Pamong Praja dibatasi oleh kewenangan represif yang

sifatnya non yustisial. Aparat Polisi Pamong Praja seringkali harus

menghadapi berbagai kendala ketika harus berhadapan dengan masyarakat

yang memiliki kepentingan tertentu dalam memperjuangkan kehidupannya,

yang akhirnya bermuara pada munculnya konflik (bentrokan). Dalam

menghadapi situasi seperti ini Polisi Pamong Praja harus dapat mengambil

sikap yang tepat dan bijaksana, sesuai dengan paradigma baru Polisi

Pamong Praja yaitu menjadi aparat yang ramah, bersahabat.

Satuan Polisi Pamong bertugas meningkatkan kesadaran dalam

melaksanakan tugas menegakan peraturan daerah, ketaatan masyarakat, aparat

serta badan hukum terhadap Peraturan Daerah, peraturan Kepala Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah serta penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat tetap berpedoman kepada Standar Operasional Prosedur

8

Satpol PP yang mengacu kepada Petunjuk teknis SOP Satpol PP Provinsi yang

telah ditetapkan oleh Gubernur.

Ada beberapa perda di Provinsi Kepulauan Riau yang harus ditegakkan

oleh Satpol PP dan telah diatur kewenangannya menurut aturan yang berlaku

seperti pada Perda tentang pajak daerah nomor 4 Tahun 2006, Perda nomor 6

Tahun 2006 tentang usaha perikanan Provinsi Kepulauan Riau, Perda nomor 12

Tahun 2007 Tentang Pengahapusan perdagangan Perempuan dan anak

(Trafficking), Perda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Retribusi pelayanan

kesehatan RSU Tanjung Uban, Perda Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perda

Terumbu Karang, Perda Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Perlindungan Anak, Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang pengelolaan barang

milik daerah, Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, Perda Nomor 1

Tahun 2012 Tentang Retribusi daerah, Perda Nomor 3 Tahun 2012 Tentang

perlindungan dan pemberdayaan penyandang disabilitas, kemudian yang masih

kewenangan dari Satpol PP adalah Perda Nomor 4 Tahun 2014 Tentang

pengelolaan lingkungan hidup.

Perda pengelolaan lingkungan hidup khususnya Perda Nomor 4 Tahun

2014 Tentang pengelolaan lingkungan hidup perlu diteliti mengingat setiap

lingkungan yang rusak atau terganggu keseimbangannya perlu direhabilitasi agar

lingkungan hidup tersebut kembali berfungsi dengan menerapkan peraturan yang

jelas, sehingga dalam perbaikanya mempunyai landasan yang tepat agar

lingkungan hidup yang diperbaiki tersebut tidak menyalahi aturan. Sektor

pembangunan dan perbuatan manusia yang berpotensi dan memberikan akses-

9

akses negatif banyak sekali. Untuk mengatasi dan mengantisifasi akses-akses

negatif tersebut, maka diperlukan adanya sejumlah peraturan yang diinformasikan

secara jelas dan kemudian disosialisasikan secara lebih terarah dan sampai

ketangan masyarakat

Salah satu perda yang menjadi tanggungjawab dari Satpol PP adalah perda

pengelolaan lingkungan hidup. Perda berisikan tentang segi kewenangan selaras

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; telah memperhatikan

prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan dalam materi

muatan telah memperhatikan ciri khas dan menampung kondisi khusus

lingkungan hidup di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Kementerian Lingkungan

Hidup mendorong pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi

Kepulauan Riau dan Provinsi lainnya untuk dapat lebih optimal dalam

mengarusutamakan lingkungan hidup di daerahnya melalui perannya masing-

masing. Penetapan Rancangan Peraturan Daerah pada hari ini dapat memacu

Pemerintah Daerah yang lain untuk dapat menghasilkan Peraturan Daerah yang

dapat melindungi lingkungan hidup di daerahnya masing-masing. Kementerian

Lingkungan Hidup membuka pintu untuk melakukan asistensi dan bimbingan

teknis bagi pemerintah daerah maupun DPRD dalam penyusunan peraturan daerah

yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Penelitian ini berfokus pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014

tentang pengelolaan lingkungan hidup khususnya pada Bab XIV tentang

Pengawasan yang dijelaskan dalam Pasal 224 yaitu pengawasan dalam bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berfungsi: a. menghimpun

10

informasi untuk mengukur dan memastikan diterapkannya izin dan peraturan

perundang-undangan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan. b.

menghasilkan informasi untuk mencegah dan mengatasi penyebaran dampak

lingkungan serta upaya penanggulanngannya. c. menentukan tindakan sesuai

dengan peraturan perundangundangan dan standar serta prosedur izin.

Pemerintah terus mengupayakan adanya keseimbangan antara

pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut

adalah dengan pembentukan kelembagaan. Efektivitas kelembagaan lingkungan

hidup dapat dilihat dari kinerja instansi pemerintah, perangkat hukum dan

peraturan perundang-undangan, serta program yang dijalankan pemerintah dalam

rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan

berkelanjutan. Saat ini, banyak kegiatan atau usaha yang berhadapan dengan

masalah lingkungan karena tuntutan dari masyarakat.

Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupuan manusia. Hal ini dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan

tercipta suatu lingkungan yang berbeda dan sebaliknya. Pembangunan adalah

sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan

mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi

nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpaan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. agar menjadi

lebih baik dan sehat.

Dalam proses penataan ruang wilayah Provinsi Kepulauan Riau satuan

polisi pamong praja memiliki peranan penting, tugas pokok dan fungsi membantu

11

Gubernur dalam melaksanakan penegakkan kebijakan daerah di bidang

pengelolaan lingkungan hidup. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

mempunyai peran mengawal keberhasilan jalannya pembangunan. Berhasilnya

pembangunan di daerah itu karena ada peran serta dari Satpol PP. Satpol PP kini

tidak hanya sebagai fungsi pengamanan dari SKPD. Namun fungsi yang lebih luas

juga meliputi pengawalan pelaksanaan peraturan daerah (perda), pemilihan kepala

daerah (pilkada), menjaga ketertiban umum dan memberikan perlindungan

masyarakat.

Beberapa perda yang membutuhkan pengawalan dalam pelaksanannya

yaitu mengawal perda yang melindungi kawasan lingkungan hidup. Selain itu,

objek-objek dan aset milik pemerintah datanya juga butuh dikawal, diinvetarisir,

dan diidentifikasi. Untuk melaksanakan semua itu, perlu meningkatkan

profesional kerja dari para anggota Satpol PP.

Namun permasalahan yang terjadi Satpol PP masih belum mampu

menegakan perda pengelolaan lingkungan hidup, masih banyak permasalahan

berkaitan dengan hal tersebut, ketidak tegasan Satpol PP membuat banyak

permasalahan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, salah satunya adalah

pemanfatan lahan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku yang marak

terjadi di Kota Tanjungpinang.

Dengan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan melihat sejauh

mana peran yang dilakukan oleh Satpol PP Provinsi Kepulauan Riau dalam

menegakkan perda di Provinsi Kepulauan Riau, sehingga judul penelitian ini

adalah “PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI

12

KEPULAUAN RIAU DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH DI

PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Studi Pada Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2014 Tentang pengelolaan lingkungan hidup)”

B. Landasan Teoritis

Kebijakan pemerintah daerah adalah berupa peraturan daerah dan

keputusan kepala daerah. Peraturan daerah merupakan kebijakan umum pada

tingkat daerah yang diambil oleh pihak eksekutif dan pihak legislatif sebagai asas

pelaksanaan desentralisasi dalam rangka usaha mengatur dan mengurus rumah

tangga daerah. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur status yang

menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan banyak

menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Menurut

Yanto Subiyanto (1990:18), Peranan mancakup tiga hal yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oelh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat. Ditambahkan oleh Ali (2002:446) menjelaskan bahwa

“Istilah peranan dipakai untuk menunjukan gabungan pola-pola kebudayaan yang

13

berkaitan dengan posisi status tertentu. Peranan itu meliputi sikap, nilai, dan

perilaku yang ditentukan masyarakat kepada setiap dan semua orang yang

menduduki jabatan tertentu”. Seperti yang dikemukakan Soekanto (2009:146)

“Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan atas status”. Peranan

merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban atau bisa

disebut sebagai status subjektif.

Peraturan Daerah bagi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan

Pemerintah Kota di Indonesia, menjadi instrumen yuridis operasional untuk

menye­lenggarakan pemerintahan daerah. Dalam kontek otonomi daerah, Perda

merupakan instrumen pengendali terhadap pelaksanaan otonomi daerah, hal ini

disebabkan karena esensi otonomi daerah itu adalah kemandirian atau keleluasaan

dan bukan suatu bentuk kebebasan sebuah satuan pemerintah yang merdeka

kemandirian itu sendiri mengandung arti bahwa daerah berhak mengatur dan

mengurus urusan rumah tangga pemerintahannya sendiri. Kewenangan mengatur

disini mengandung arti bahwa daerah yang bersangkutan berhak membuat produk

hukum berupa peraturan perundang-undangan yang antara lain diberi nama Perda.

Peraturan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Sehubungan dengan hal

itu DPRD dengan persetujuan Kepala Daerah sesuai dengan tingkatannya,

berdasarkan atribusi kewenangan dari UUD 1945 berhak membentuk Perda

Provinsi/Kabupaten/Kota. Perda tersebut dibentuk untuk melaksanakan hak,

wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

14

peraturan perundang-undangan serta untuk melaksanakan penugasan dari

pemerintah kepada Daerah.

Menurut Modeong (2001:54), “Peraturan daerah diartikan sebgai

instrumen hukum yang bermaksud memedomani dan mengarahkan perubahan

peradaban yang lebih maju dan demokratis serta mampu mengaktualisasikan

perinsip-prinsip yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara tepat”.

Peran pemerintah mutlak diperlukan. Menurut Arsyad (1999:120) terdapat

empat peran yang dapat diambil oleh pemerintah daeah dalam proses

pembangunan ekonomi daerah, yaitu sebagai “entrepreneur, koordinator,

fasilitator, dan stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif pembangunan daerah”.

Sebagai entrepreneur menurut Arsyad (1999:121) “pemerintah daerah

bertanggungjawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa

mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD)”. Sebagai koordinator menurut

Arsyad (1999:121) pemerintah daerah dapat “menetapkan kebijakan atau

mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya”. Lebih lanjut

Arsyad (1999:121) mengatakan bahwa “dalam perannya sebagai koordinator,

pemerintah daeah juga bisa melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya,

dunia usaha dan masyarakat dalam penyusunan saransaran ekonomi, rencana-

rencana, dan strategi-strategi” Sebagai fasilitator, Arsyad (1999:121) mengatakab

bahwa pemerintah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan

lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Sementara

sebagai simulator, Arsyad (1999:121) mengatakan bahwa pemerintah daerah

dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-

15

tindakan khusus yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke

daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap

berada di daerah itu Demi melakukan pengembangan daerah, diperlukan strategi.

Arsyad (1999:122) mengatakan bawha strategi pengembangan daerah

dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu :

1. Strategi Pembangunan Fisik/ lokalitas (Locality or Physical Development

Strategy),

2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha (Business Development Strategy),

3. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia (Human Resource

Development Strategy) dan

Strategi Pengembangan Masyarakat (Community-based Development

Strategy).

C. Hasil Penelitian

1. Peranan meliputi norma-norma yang dijalankan oleh Satpol PP

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa

satpol PP bertugas mengawasi perda pengelolaan lingkungan hidup, ini berarti

bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana

lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila : Aparat yang berwenang telah

menjatuhkan sanksi administrasi dantelah menindak pelanggar degan

menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut, namun ternyatatidak mampu

menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau antara perusahaan yang melakukan

pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi

pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa melalui mekanisme

16

altenatif di luar pengadilan dalam bentuk musyawarah, perdamaian, negoisasi,

mediasi, namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu,dan atau litigasi

melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat

digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan satpol PP

dalam menjalankan peraturan daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dianalisa bahwa rencana

sebaiknya dibuat agar satpol PP mampu mengoptimalkam penegakan perda. Hal

ini untuk meningkatkan kesadaran diri masyarakat Tanjungpinang akan

pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu dengan lingkungan yang

bersih dapat mencegah rantai penularan penyakit dan akan meningkatkan taraf

kesehatan masyarakat Tanjungpinang tentunya. Usaha melestarikan lingkungan

dari pengaruh dampak pembangunan adalah salah satu usaha yang perlu

dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan

lingkungan akibat suatu proyek pembangunan. Pengelolaan yang baik menjaga

ekosistem dengan mencegah berlangsungnya pembangunan, sebab pembangunan

itu perlu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Keberhasilan kebijakan

pemerintah akan tercapai salah satunya harus memiliki standar kerja dalam

pelaksnaaan kebijakan. Para implementor haruslah menentapkan standar kerja

agar kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan isi dari kebijakan

tersebut. Sama halnya dengan penegakan perda oleh Satpol PP tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup haruslah ada standar kerja yang

berguna agar para implementor dapat bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan.

17

3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku satpol PP yang penting

bagi struktur sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari indikator: Adanya

dukungan pegawai satpol PP dalam menegakkan perda tentang lingkungan

hidup

Berdasarkan observasi yang dilakukan berkaitan dengan dukungan yang

diberikan pegawai terhadap kebijakan pemerintah tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup agar terlaksana dengan baik dapat diketahui bahwa

seluruh pegawai umumnya sudah mengetahui tentang kebijakan ini dan sudah

terdapat masalah yang ditampung dan sedang dalam pengerjaan untuk

diselesaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai sudah memberikan dukungan

terhadap kebijakan ini, yang mana selain pegawai Satpol PP Provinsi Kepulauan

Riau sedang melaksanakan penyelesaian terhadap lingkungan hidup, pegawai juga

umumnya mengetahui tentang kebijakan ini untuk selanjutnya dilaksanakan

sebagaimana mestinya.

D. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau Dalam Penegakan

Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tanjungpinang

berjalan belum berjalan baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan, hal ini

dapat dilihat dari pembahasan sebagai berikut :

Salah peraturan daerah yang saat ini juga menjadi tanggungjawab dari

Satpol PP untuk menegakkannya adalah dalam melindungi lingkungan hidup.

18

Tujuan dan sasaran utama tersebut, sedikit banyak dilatarbelakangi oleh

adanya kenyataan bahwa, telah terjadi eksplorasi dan eksploitasi tidak

mengenal batas oleh manusia terhadap sumber daya alam yang mengakibatkan

rusak dan tercemarnya lingkungan hidup. Upaya penegakan sanksi administrasi

oleh Satpol PP secara ketata dan konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada

akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangka menjaga kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Rencana kerja satpol PP belum ada karena mengingat berbenturan dengan

wilayah kerja, namun selama ini koordinasi cukup baik. instansi yang berwenang

dalam menegakan perda pengelolaan lingkungan hidup untuk menjalankan salah

satu fungsi dari pemerintahan yaitu Satpol PP dimana pengaturan dengan

membuat kebijakan untuk kepentingan publik seperti yang tertuang dalam Perda

Kota Tanjungpinang yang mana pemerintah berkewenangan untuk menjaga

kelestarian lingkungan dengan membuat sanksi atau aturan-aturan yang mengikat

untuk masyarakat.

Penegakan perda oleh Satpol PP tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup haruslah ada standar kerja yang berguna agar para implementor

dapat bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Dari jawaban responden di atas

dapat diketahui bahwa tidak adanya standar kerja yang ada yang khusus dibuat

untuk menjalankan kebijakan tersebut, pentingnya standar kerja merupakan hal

yang harus diperhatikan oleh Satpol PP Provinsi Kepulauan Riau agar pekerjaan

yang berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan ini dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Dukungan yang diberikan pegawai terhadap kebijakan pemerintah

19

tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup agar terlaksana dengan

baik dapat diketahui bahwa seluruh pegawai umumnya sudah mengetahui tentang

kebijakan ini dan sudah terdapat masalah yang ditampung dan sedang dalam

pengerjaan untuk diselesaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai sudah

memberikan dukungan terhadap kebijakan ini, yang mana selain pegawai Satpol

PP Provinsi Kepulauan Riau sedang melaksanakan penyelesaian terhadap

lingkungan hidup, pegawai juga umunya mengetahui tentang kebijakan ini untuk

selanjutnya dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Salah satu faktor dari yang menhambat peran Satpol PP dalam kegiatan

penegakan Perda tentang pengelolaan lingkungan hidup adalah anggaran, Satpol

PP Provinsi Kepulauan Riau, tidak memiliki anggaran khusus untuk kegiatan

pengawasan, penertiban dan razia di tempat-tempat yang disinyalir melakukan

perbuatan dilanggar hukum yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan

hidup

2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Satpol PP Provinsi Kepulauan Riau membuat perencanaan saat di

lapangan dalam hal menegakkan Perda tentang pengelolaan lingkungan

hidup dengan berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Tanjungpinang.

2. Ada prosedur kerja yang jelas dalam tugas Satpol PP khususnya dalam

mengawasi perda pengelolaan lingkungan hidup di Kota Tanjungpinang.

3. Adanya anggaran yang dikhususkan untuk Satpol PP agar dalam

melaksanakan tugasnya dengan baik.

20

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad. 2002. Menguak Takbir Hukum :Suatu Kajian Sosiologis dan.

Filisofis, Jakarta: Gunung Agung

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomi

daerah. BPFE Yogyakarta.

Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana Media Group

Darsono, V., 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atma Jaya.

Yogyakarta

Depkumham. 2008. Panduan Memahami Perancangan Peraturan Daerah,

CAPPLER : Jakarta

Hamdi, Mukhlis. 1999. Desentralisasi dan Pembangunan Daerah. Jakarta.

Masinambow, ed. Hukum dan Kemajemukan Budaya: Sumbangan Karangan

Untuk Menyambut Hari Ulang Tahun ke-70 Prof. Dr. T.O.Ihromi,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Modeong, Supardan, 2001, Teori dan Praktek Penyusunan Peraturan Perundang-

undangan Tingkat Daerah, Tinta Mas, Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja

Rosdakarya

Mudrajad Kuncoro, Ph. D. 2004. Otonomi dan Pembangunan daerah. Jakarta.

Penerbit Erlangga

Ndraha, Talidziduhu. 2005. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta : CV. Rineka

Cipta.

Randy R. Wrihatnolo Riant Nugroho Dwidjowijoto. Manajemen Pemberdayaan.

Reny Rawasita, 2009. Menilai Tanggung Jawab Sosial Peraturan Daerah. Jakarta:

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).

Ryias Rasyid.M, 2000. Otonomi Daerah Negara Kesatuan, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Solekhan, Moch. 2012 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Serta Press:

malang.

Syafei, Inu Kencana. 2005 Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Bumi Aksara

Soerjono, Soekanto. 2009. Teori Peran. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Supardi, I, 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit PT. Alumni.

21

Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Yanto Subiyanto S (ed.), 1990, Sosiologi, Bandung, Armico.

Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang kedudukan, tugas dan fungsi

satuan polisi pamong praja Provinsi Kepulauan Riau

Jurnal :

Sari Nugraha, Problematika Dalam Pengujian dan Pembatalan Perda Oleh

Pemerintah Pusat, Volume 23 No. 1 Tahun 2004