Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT PETANI IKAN BANDENG DI KECAMATAN BALUSU
KABUPATEN BARRU
SUHAIL SUDIRMAN
Nomor Stambuk : 10564 00906 10
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
iv
ABSTRAK
SUHAIL SUDIRMAN, Peranan Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Petani Ikan Bandeng Di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru
(dibimbing oleh Hj. St. Nurmaeta dan Amir Muhidin).
Peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat petani tambak ikan
bandeng sangat diperlukan karena juga sangat berpengaruh dalam proses
pencapaian suatu tujuan organisasi petani. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
terdorong untuk menjelaskan kendala kendala pemerintah terkait pemberdayaan
petani tambak ikan bandeng di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menjelaskan data yang
diperoleh diolah dan dianalisa dengan mendeskripsikan peran pemerintah daerah
dalam pemberdayaan masyarakat petani tambak ikan bandeng.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pemerintah daerah dalam
pemberdayaan masyarakat petani ikan bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten
Barru sangat berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat petani ikan
bandeng melalui 1. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kecamatan dengan memberikan pelatihan tentang tatacara
membudidyakan ikan bandeng dengan baik. 2. Penyuluhan yang diberikan
pemerintah untuk memberikan pembinaan langsung tentang pengelolaan sumber
daya perikanan dan memberikan pendampingan langsung kelapangan untuk
membimbing masyarakat. 3. Penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalaan
kepada petani ikan bandeng berupa pinjaman kredit dari bank. 4. Penguatan
kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah dengan membuat kelompok-
kelompok tani tambak yang dapat meningkatkan kemampuan anggota kelompok
dalam budidaya petani tambak ikan bandeng. Kendala-kendala yang dihadapi
pemerintah yaitu, masyarakat masih kurangmemperhatikan himbauan pemerintah,
pendidikan formal masyarakat masih kurang, serta cuaca yg tidak menentu.
Kata Kunci: Peran pemerintah daerah, Pemberdayaan Masyarakat Petani Ikan
Bandeng.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkanr rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan
masyarakat petani ikan bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat
dan bantuan, baik moril maupun materil.
2. Ibu Dra. Hj. St. Nurmaeta, MM selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Amir
Muhidin, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Bapak Dr. H. Muhlis Madani Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Andi Luhur Prianto, S.Ip. M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, mei 2015
Suhail Sudirman
vi
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ............................................................................... i
Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii
Pernyataan Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................. iii
Abstrak ............................................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peranan Pemerintah ................................................................. 6
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ....................................................... 12
C. Masyarakat Petani Ikan Bandeng ........................................................... 14
D. Pemberdayaan Masyarakat Petani Ikan Bandeng Dalam Meningkatkan
Pendapatan Di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru ............................ 16
E. Kerangka Pikir ....................................................................................... 22
F. Fokus Penelitian ..................................................................................... 24
G. Definisi Fokus Penelitian ....................................................................... 24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 26
B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................ 26
C. Sumber Data ........................................................................................... 26
D. Informan Penelitian ................................................................................ 27
vii
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 28
G. Keabsahan Data ...................................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 29
B. Karakteristik Obyek Penelitian ......................................................... 35
C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani
Ikan Bandeng Di Kecamatan Balusu ................................................ 42
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Yang Mempengaruhi Dalam
Peberdayaan Masyarakat .................................................................. 58
E. Tanggapan Masyarakat Terhadap Budidaya Ikan Bandeng.............. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi sangat mementingkan sektor ekonomi,dan mengabaikan
sektor lainnya termasuk: kemanusiaan, perdamaian, kebersamaan, demokrasi,
dan kesejahteraan sosial. Begitu pula kegiatan pembangunan mengutamakan
pada aspek pertumbuhan. Akibatnya, terjadi kerusakan alam, hancurnya sistem
sosial, ekonomi, agama, budaya dan kearifan-kearifan lokal masyarakat.
Perilaku aparatur pemerintah juga cenderung korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Masalah-masalah sosial semakin kritis, mulai dari: kesemrawutan lalu
lintas,sampah,anak jalanan, pengangguran, ketergantungan, konflik
horizontal,kemiskinan, dan kerawanan sosial lainnya. Kondisi tersebut
menunjukkan ketidak berdayaan masyarakat dalam melawan arus globalisasi,
serta memecahkan masalahnya.
Penanganan kompleksnya masalah sosial tersebut hanya dapat diatasi
melalui pemberdayaan. Pentingnya memberdayakan masyarakat sudah mulai
disadari banyak pihak. Dalam instansi pemerintah baik pusat dan Daerah sudah
membentuk berbagai lembaga pemberdayaan, bahkan ada Kementerian
Pemberdayaan Perempuan. Ada juga Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat-Mandiri (PNMP Mandiri). Di tingkat pemerintah daerah telah
membentuk lembaga/satuan kerja (Satker) pemberdayaan masyarakat, misalnya:
Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas), atau Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat. Pada tingkat daerah/ kelurahan ada Lembaga Pemberdayaan
1
2
Masyarakat Daerah/ Kelurahan. Dalam dunia usaha dan BUMN, telah memiliki
program untuk pemberdayaan masyarakat melalui program yang telah
ditentukan. Namun realitasnya, masih banyak program berlabel pemberdayaan
yang cenderung charity dan top down (beramal dan atas ke bawah)
Setiap program-program yang ada pastinya memerlukan jaringan
kerjasama yang erat kaitannya dengan konsep kemitraan. Daerah yang mandiri
membutuhkan perekonomian yang mapan sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya. Peran pemerintah daerah pada daerah tersebut sangat
penting adanya. Pemerintahan Daerah secara historis dibentuk oleh masyarakat
daerah dengan memilih beberapa orang anggota masyarakat yang dipercaya
dapat mengatur, menata, melayani, memelihara, mempertahankan dan
melindungi berbagai aspek kehidupan mereka.
Sistem pembagian kekuasaan dalam rangka pemerintahan daerah di
berbagai negara tidaklah sama, termasuk Indonesia yang menganut sistem
negara Integralistik. Kewenangan pemerintahan daerah tidak dapat diartikan
adanya kebebasan penuh suatu daerah untuk menjalankan hak dan fungsi
kewenangan daerah tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional secara
keseluruhan. Perbedaan kepentingan antara kewenangan pemerintahan daerah
dengan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa selalu menjadi ajang
konflik kepentingan, karena masing-masing meninjaunya dari perspektif yang
berbeda. Dalam perspektif nasional memandang pemerataan pembangunan
ekonomi sudah cukup merata, tetapi perspektif daerah beranggapan bahwa
pusat dan daerah melakukan eksploitasi sumber kekayaan daerah dengan tidak
3
mengembalikan hasilnya secara seimbang kepada daerah guna kesejahteraan
masyarakat. Dalam konteks sistem penyelenggaran pemerintahan, istilah
pembagian kekuasaan, pelimpahan kewenangan, otonomi, dan desentralisasi
sering digunakan secara campur aduk. Secara akademik istilah-istilah ini dapat
dibedakan, namun secara praktis dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak
dapat dipisahkan sehingga tidak mungkin masalah kewenangan Pemerintahan
Daerah dibahas tanpa melihat konsep lain. Rasyid (2005) menyatakan bahwa
“salah satu fokus kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial adalah dalam
bidang pemberdayaan masyarakat yang juga merupakan salah satu fungsi
pemerintahan selain dari pada fungsi pembangunan dan fungsi pelayanan”.
Proses pemberdayaan merupakan suatu proses untuk memberikan daya
kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerles) dan mengurangi
kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerfull)
sehingga terjadi keseimbangan Djohani (2003). Salah satu bentuk operasional
upaya untuk memandirikan pemerintah dan masyarakat adalah pemberdayaan
masyarakat dalam mengolah hasil kekayaan bumi ini. Di setiap daerah
memiliki berbagai macam kekayaan bumi yang dapat diolah dan membantu
perekonomian daerah, salah satunya adalah bertani ikan bandeng di daerah
khususnya di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. Ikan bandeng sudah lama
dikenal sebagai ikan konsumsi hasil tambak. Sebagai komoditas hasil tambak,
ikan bandeng tidak hanya dikonsumsi dalam negeri, tetapi masyarakat
mancanegara juga membutuhkannya. Dengan demikian, ekspor ikan bandeng
setiap tahun selalu meningkat. Pemerintah Daerah Balusu di Kabupaten Barru
4
ikut andil dalam budi daya ikan bandeng itu sendiri. Olehnya itu, penulis
mengambil judul skripsi tentang “Peran Pemerintah Daerah dalam
Pemberdayaan Masyarakat Petani tambak Ikan Bandeng di Kecamatan
Balusu Kabupaten Barru”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat
Petani Ikan Bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru?
2. Apa saja kendala-kendala Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan
Masyarakat Petani Ikan Bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan
Masyarakat Petani Ikan Bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala Peran Pemerintah Daerah dalam
Pemberdayaan Masyarakat Petani Ikan Bandeng di Kecamatan Balusu
Kabupaten Barru.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
sungbangsi kepada pihak instansi Pemerintahan Daerah dalam peranannya
5
yang melaksanakan pemberdayaan masyrakat di Kecamatan Balusu
Kabupaten Barru.
2. Secara teoristis, diharapkan ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
pengembangan pengetahuan tentang Peran Pemerintah Daerah dalam
Pemberdayaan Masyarakat Petani Ikan Bandeng di Kecamatan Balusu
Kabupaten Barru.
.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran Pemerintah
Istilah pemerintah berasal dari kata “perintah” yang berarti yang berarti
menyuruh melakukan sesuatu sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah
adalah kekuasaan yang memerintah suatu Negara atau badan tertinggi yang
memerintah suatu Negara, bagaimana melaksanakan pengurusan (eksekutif)
dan (legislatif) kepemimpinan dan koordinasi pemerintah, baik itu di pusat
maupun daerah (Syafiie,2001:23) Secara etimologis dapat diartikan sebagai
“tindakan yang terus menerus (continue) atau kebijaksanaan dengan
menggunakan suatu rencana maupun akal (rasio) dan tata cara tertentu untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga dapat di terima pada saat di
butuhkan oleh yang bersangkutan (Ndraha, 2011:07)
Pemerintah adalah organ yang berwenang memproses pelayanan publik
dan berkewajiban memproses pelayanan civil (sipil) bagi setiap orang
melakukan hubungan pemerintahan sehingga setiap anggota masyarakat yang
bersangkutan menerimanya pada saat diperlukan, sesuai dengan tuntutan dan
harapan yang diperintah. Dalam hubungan itu, bahkan warga Negara asing atau
siapa saja yang pada suatu saat berada secara sah (legal) di wilayah Indonesia
berhak menerima layanan civil (sipil) tertentu, dan pemerintah wajib
melayaninya.
Konsep ”pemerintahan” melibatkan tidak sekedar pemerintah dan
negara, tapi juga peran berbagai aktor diluar pemerintah dan negara, sehingga
6
7
pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas. Pemerintahan adalah mekanisme
pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor
pemerintah dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif.
Pemerintahan dapat diartikan juga sebagai praktek penyelenggaran kekuasaan
dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintah secara
umum dan pembangunan ekonomi pada khususnya.
Ada berbagai konsep tentang pemerintah antara lain:
1. Pemerintah dalam konsep pemerintah pusat, yaitu pengguna kekuasaan
Negara pada tingkat pusat (tertinggi); pada umumnya dihadapkan pada
konsep pemerintah daerah.
2. Pemerintah dalam konsep pemerintah daerah. Berbeda dengan pemerintah
pusat yang dianggap mewakili Negara, pemerintah daerah dianggap
mewakili masyarakat karena daerah adalah masyarakat hukum yang
tertentu batas-batasnya.
Pemerintah daerah secara historis dibentuk oleh masyarakat daerah
dengan memilih beberapa orang anggota masyarakat yang dipercaya dapat
mengatur, menata, melayani, memelihara, mempertahankan dan melindungi
berbagai aspek kehidupan mereka. Aspek kehidupan masyarakat daerah
biasanya yang utama adalah hukum adat (istiadat) tertulis maupun tidak tertulis,
sosial budaya kemasyarakatan, ekonomi pertanian-perkebunan-perikanan-
perdagangan, ketertiban, keamanan dan pertahanan diri, serta pemerintahan.
Pemerintah daerah merupakan bentuk formalisasi organisasi kelembagaan
8
masyarakat daerah. Kehadiran pemerintah daerah merupakan pemenuhan
kebutuhan dan eksistensi masyarakat daerah.
Berdasarkan catatan statistik diketahui bahwa hampir 80% penduduk di
Indonesia jumlah penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedesaan. Dengan
jumlah penduduk yang besar dan komponen alam yang potensial akan
mendapatkan aset pembangunan, apabila dikembangkan dan diaktifkan secara
intensif dan efektif untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat daerah.
Upaya membentuk pemerintah daerah yang mandiri merupakan konsep
pemberdayaan masyarakat daerah. Dengan asumsi apabila masyarakat daerah
berdaya maka mereka mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
sendiri secara mandiri. Selanjutnya mereka dapat membentuk pemerintahan
daerah yang mandiri dan tidak tergantung dari pihak luar. Jadi pertama-tama,
masyarakat daerah harus diberdayakan dulu dengan pemberdayaan. Selanjutnya
setelah berdaya, masyarakat menjadi mandiri, mampu memenuhi kebutuhan,
mengatur, dan mengurus diri mereka sendiri.
Menurut Suharto (1997) salah satu jalan untuk meningkatkan
keberdayaan Masyarakat daerah adalah dengan modernisasi, yaitu:
1. Menempatkan warga masyarakat daerah dalam kedudukan yang sebenarnya
sebagai warga daerah.
2. Mengusahakan agar corak kehidupan dan penghidupan warga daerah dapat
di tingkatkan atas dasar pikiran logis, fragmatis dan rasional.
9
3. Mengusahakan agar warga daerah dapat lebih bersifat kreatif, dinamis dan
fleksibel dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang di temui, sehingga
dapat lebih meningkatkan semangat membangun.
Sejalan dengan itu, pemikiran Pambudi (2003:42) tentang upaya agar
masyarakat daerah berdaya, dilakukan pembaharuan daerah yang bersendikan
kepentingan massa rakyat, berupa:
1. Mendorong lahirnya Reformasi Kebijakan (Policy reform) yang berdasarkan
inisiatif dan prakarsa rakyat daerah.
2. Membangun dan mengembangkan kerjasama antar wilayah daerah dan
kekuatan-kekuatan di luar daerah untuk memberikan daya dukung terhadap
percepatan pembaharuan
3. Mengembangkan dan memperkuat organisasi rakyat sebagai landasan bagi
gerak pembaharuan daerah.
Ife (1995:56) menyebutkan indikator masyarakat yang telah berdaya antara lain:
1. Mempunyai Kemampuan menjangkau dan menggunakan pranata dan
sumber-sumber yang ada di masyarakat.
2. Dapat berjalannya perencanaan Pemberdayaan Masyarakat
3. Kemampuan aktivitas ekonomi
4. Kemampuan menyiapkan hari depan keluarga
5. Kemampuan menyampaikan pendapat dan aspirasi tanpa adanya tekanan,
sampai saat ini kebutuhan akan campur tangan pemerintah dalam rangka
pengaturan dan pelayanan, khususnya di bidang kehidupan sosial
cenderung tidak berkurang.
10
Hampir semua kegiatan pembangunan baik secara langsung maupun
tidak langsung di bina dan dikelola oleh pemerintah, terutama kegiatan yang
berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak. Keterlibatan pemerintah
dalam penyelenggaraan fungsi pelayanan semakin berkembang seiring dengan
munculnya pandangan tentang falsafah Negara kesejahteraan.
Menurut Koswara (2001:21) antara desentralisasi dan otonomi dapat
dibedakan: Desentralisasi pada dasarnya adalah penyerahan kewenangan dari
instansi/lembaga/pejabat yang lebih tinggi kepada instansi/lembaga
bawahannya, sehingga yang diserahi wewenang kekuasaan tersebut berhak
bertindak atas nama sendiri dalam urusan tertentu. Dalam sistem desentralisasi
sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan ke pihak lain untuk
dilaksanakan.
Kebutuhan kewenangan pemerintah daerah tidak lain untuk
memperbesar kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
sendiri serta untuk memperkecil intervensi pemerintah diatasnya dalam urusan
rumah tangga daerah. Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintah daerah
itu sendiri, baik untuk melaksanakan kebijakan itu sendiri yang didasarkan
kepada kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi masyarakat lokal setempat
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
ada.
Unsur utama yang dilibatkan dalam penyelenggaran pemerintahan
menurut UNDP (1997:10) terdiri dari 3 (tiga) komponen, yakni “state private
(keadaan pribadi) dan civil society (masyarakat sipil) state (status) Pada masa
11
yang akan datang mempunyai tugas penting untuk menciptakan lingkungan
politik guna mewujudkan pembangunan manusia yang berkelanjutan sekaligus
mendefinisi peran pemerintah dalam integrasi sosial ekonomi, melindungi
lingkungan kemiskinan, menyediakan infrastruktur, desentralisasi dan
demokratis pemerintah. Memperkuat finansial dan kapasitasadministrasi
pemerintah daerah. Di samping itu, pemerintah juga perlu memberdayakan
rakyat yang menghendaki pemberian layanan, penyediaan kesempatan yang
sama secara ekonomi dan politik. Pemberdayaan tersebut akan terwujud
apabila diciptakan suatu lingkungan yang kondusif dengan sistem dan fungsi
yang berjalan sesuai dengan peraturan yang jelas.
Private sector (keadaan pribadi) akan memiliki perairan penting karena
lebih berorientasi kepada pendekatan pasar dalam pembangunan ekonomi
serta berkaitan dengan penciptaan kondisi dimana produksi barang dan jasa
dalam lingkungan yang kondusif untuk melakukan aktifitasnya dengan
lingkup kerja secara ekonomu bagi individu dan organisasi yang memiliki
kinerja baik.
Civil society (masyarakat sipil) merupakan wadah yang memfasilitasi
interaksi sosial dan politik yang dapat memobilisasi berbagai kelompok di
dalam masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas sosial, ekonomi dan politik
sekaligus melakukan check and balances (memeriksa menyeimbangkan).
Terhadap kekuasaan pemerintah dan memberikan kontribusi yang
merupakan unsur lainnya. Hal terpenting lainnya adalah harapan yang akan
mempengaruhi penerapan kebijakan publik, serta sebagai yang melindungi
12
dan memperkuat budaya, keyakinan agama dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
Pada masa awal reformasi, di keluarkan kebijakan baru untuk
memperbaiki dan member format baru pemerintahan, berupa UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagai berikut: “Bahwa
penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Istilah pemberdayaan yang dalam bahasa Inggrisnya
“empowerment” terjemahan secara harfiahnya, yaitu “pemberkuasaan”
atau juga “pemberdayaan” diartikan sebagai memberikan atau
meningkatkan kekuasaan (power) keberdayaan kepada masyarakat yang
lemah. Djohani, 2003 Sehingga terjadi keseimbangan daya saing, serta
mampu hidup mandiri.
Sejalan dengan pemikiran itu, Stewart(1998:17) mengatakan bahwa
pemberdayaan adalah memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau
mendelegasikan otoritas atau kewenangan kepada pihak lain atau memberi
kemampuan dan keberdayaan. Proses pemberdayaan pencapaian tujuan,
dengan pendelegasian otoritas, penciptakan sistem atau prosedur akan
mempercepat pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pemberdayaan tersebut
13
memerlukan pengungkapan pandangan pimpinan dengan jelas dan jujur yang
bermaksud mendorong aparat dalam memberikan pelayanan yang bermutu.
Pemberdayaan menjadi sebuah proses menuju peningkatan kekuatan,
kemampuan, dan daya. Lebih lanjut Stewart (1998:29) menyatakan:
a. Pemberdayaan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Pemberdayaan juga memberikan kepada staf rasa berprestasi yang lebih
besar sehingga dapat meningkatkan motivasi.
c. Pemberdayaan juga memberikan manfaat-manfaat besar bagi organisasi
dimana salah satunya adalah bertambahnya efektivitas organisasi.
Adapun konsep masyarakat secara murni adalah merupakan bidang kajian
sosiologi. Berkaitan dengan hal tersebut, Ralph Lington, sebagai salah seorang
ilmuan sosiologi menjelaskan bahwa: Masyarakat adalah kelompok manusia
yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas (Sukanto.
2006:22).
Pengertian lain dari masyarakat berdasarkan sudut pandang ilmu
pemerintahan dikemukakan oleh Syafiie (2001:99) yaitu mereka yang
bersama-sama menjadi anggota suatu Negara yang harus dibina dan dilayani
oleh administrasi pemerintahan setempat.
Mubyarto (1993:20-41) menekankan dalam proses pemberdayaan
masyarakat diarahkan kepada pengembangan sumber daya manusia di
pedesaan, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan
14
masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah pada
gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan
untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian
pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Proses belajar dalam rangka
pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap.
Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan peduli sehingga
merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan kerja terbuka wawasan pengetahuan,
kecakapan, keterampilan, agar membuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inonatif untuk
mengantarkan pada kemandirian.
Tikson dalam Seni (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kegiatan
yang dapat dijadikan tolak ukur dalam proses pemberdayaan masyarakat itu.
15
C. Masyarakat Petani Tambak Ikan Bandeng
1. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat dalam bahasa Inggris di identikkan dengan society
yang berarti kawan. Pengertian ini ternyata sesuai dengan kenyataan
bahwa masyarakat itu merupakan sekelompok manusia yang saling
berhubungan dan bergaul. Manusia selamanya hidup dalam kelompok.
Hidup bersama atau hidup bermasyarakat adalah sedemikian penting bagi
manusia, sehingga sikap kebersamaan tidak dapat dipisahkan untuk
selamanya. Manusia dapat dikatakan utuh sempurna bila ia hidup bersama
manusia lainnya.
Menurut Koentjaraningrat (1993) , Masyarakat adalah kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sedangkan menurut
Harold J. laski masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup bersama
dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan
mereka bersama. Dengan kata lain masyarakat dapat dikatakan mencakup
semua hubungan dan kelompok dalam suatu wilayah.
Konsep masyarakat secara murni adalah bidang kajian sosiologi.
Berkaitan dangan hal tersebut, Ralph Lington, sebagai salah seorang
ilmuan sosiologi menjelaskan bahwa: Masyarakat adalah merupakan
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
16
sebagai salah satu kesatuan sosial dangan batas batas yang telah
dirumuskan dengan jelas (Sukanto. 2006:22).
Pengertian tersebut terlihat jelas bahwa sebuah prasyarat murni dari
masyarakat adalah adanya kerja sama, kesadaran akan kesatuan dan
adanya batas batas yang jelas yang membedakannya dengan kesatuan
sosial yang lain. Syarat ketiga ini, dalam ilmu pemerintahan disebut
sebagai batas administrasi pemerintahan yang dikelompokkan dalam
satuan-satuan yang lazim dikenal sebagai batas wilayah adminstrasi
misalnya desa, kelurahan, kecamatan dll. Pengertian tersebut memperjelas
suatu masyarakat dalam sebuah Negara serta menunujukkan hak-hak yang
dimiliknya.
Syaikh Taqyuddin An-nhabani (1999), sekelompok manusia dapat
dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran,
perasaan, serta sistem atau aturan yang sama. Dengan kesamaan tersebut,
manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial menidentifikasikan ada:
masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomardis, masyarakat bercocok
tanam, dan masyarakat agricultural intensif yang juga disebut masyrakat
peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca
industri sebagai kelompok masyarakat terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional. Mengandung makna bahwa setiap anggotanya
17
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama.
2. Masyarakat Petani Ikan Bandeng
Masyarakat petani ikan bandeng di definisikan sebagai kelompok
orang yang tinggal di derah pesisir dan sumber kehidupan
perekonomiannya dengan sistem tradisional umumnya mengandalkan
nener hasil penangkapan alam, padat penebaran rendah, mengandalkan
makanan alami, dan pengisian air tambak mengandalkan pasang-surut air
laut.
D. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani
Tambak Ikan Bandeng
Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks.
Kompleksitas itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan
perencanaan, monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang harus
dibangun juga memiliki aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek
kehidupan itu mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya
serta pertahanan dan keamanan, Dalan manajemen pemerintahan yang
otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih di posisikan
sebagai obyek pembangunan.Ketika kini pemerintahan yang demokratis
yang hendak dikembangkan, maka ada perubahan posisi masyarakat yang
semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek
pembangunan. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam
pembangunan agar bersifat efektif perlu di carikan sebagai alternatif
18
strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi yang tepat diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Salah satu keberhasilan budidaya ikan bandeng di suatu wilayah
diusahakan oleh masyarakat ataupun pengusaha adalah sejauh mana
kebijakan pemerintah dapat mendorong dan mengembangkan budidaya
ikan bandengt tersebut. Pentingnya kebijakan pemerintah ini, karena
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor teknis, ekonomis,
sosial, dan lingkungan. Adapaun beberapa faktor teknis misalnya, tentang
mengatur pengairan tambak dengan baik, menggunakan pupuk kandang
dan pupuk buatan untuk menumbuhkan makanan alami, dan menggunakan
nener yang terseleksi dan seragam.
Faktor ekonomi mencakup aspek yang lebih luas, serta penyediaan
modal dan pemasaran hasil.Sementara mengenai faktor lingkungan adalah
terjaganya lingkungan di sekitar tambak ikan bandeng baik oleh kegiatan
manusia maupun karena faktor alam, dimana ikan bandeng dibudidayakan.
Ikan bandeng merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang cukup
menjanjikan, kecenderungan masyarakat mengkonsumsi ikan tidak dapat
dipisahkan dari makin majunya masyarakat berpikir. Selain ikan segar,
masyarakat juga meminati produk produk seafood yang siap dimakan
ataupun produk-produk setengah jadi seperti surimi.
Paling tidak terdapat enam keunggulan sumber daya ekonomi Budi
daya bandeng, yaitu :
1. Memiliki potensi ekonomi dari kuantitas dan diversitasnya.
19
2. Sumber daya ekonomi kelautan memiliki daya saing (competitive
advantage) yang tinggi di sektor kelautan dan perikanan
3. Industri di sektor tambak ikan bandeng memiliki efisiensi dan daya
serap tenaga kerja yang relatif tinggi, dan pasar yang luas akan terus
meningkat.
4. Produk sumber daya hasil tambak ikan bandeng memiliki prospek pasa
yang luas dan terus meningkat.
5. Laut dan daerah pesisir memiliki potensi daya saing ekonomi yang
tinggi di sektor kelautan dan perikanan.
Selain kebijakan mengenai tata ruang lokasi dan perizinan
budidaya ikan bandeng, pemerintah juga sudah memberikan pedoman
dalam hal kelembagaan, permodalan, dan kemitraan usaha budidaya ikan
bandeng, Mengenai kelembagaan misalnya, yang terlibat mendukung
sistem budidaya ikan bandeng yang berdaya saing dan berkelanjutan,
adalah kelompok pembudidaya, pengumpul/koperasi, lembaga keuangan,
lembaga permodalan, institusi pengembangan kebijakan pemerintah dalam
pengembangan kebijakan pemerintah dalam pengembangan budidaya ikan
bandeng sumber daya manusia (SDM), dan institusi pembinaan atau
penyuluhan.
Mengenai modal usaha, pemerintah memberi dukungan penguatan
modal bagi kelompok pembudidaya yang berskala usaha kecil, tekanannya
untuk mempercepat pembentukan kawasan budidaya ikan bandeng. Sesuai
dengan kemampuannya, pemerintah melakukan penguatan modal untuk
20
mengembangkan usaha kelompok pembudidaya ikan bandeng yang
dananya bersumber dari APBN, APBD maupun bantuan luar negeri. Di
samping itu dilakukan pula fasilitasi untuk memperoleh kredit perbankan
serta dukungan dari dunia usaha melalui pengembangan kemitraan usaha
di bidang budidaya ikan bandeng.
Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam UU No. 31 Tahun 2004
Pasal 60 dan Pasal 62 yang menetapkan bahwa pemerintah melakukan
pemberdayaan pembudidaya ikan-ikan kecil melalui:
1. Penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudidaya ikan
kecil, baik untuk ,modal usaha maupun biaya operasional dengan cara
yang mudah, bunga pinjaman yang rendah, dan sesuai dengan
kemampuan nelayan kecil.
2. Penyelenggaran pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi nelayan
kecil serta pembudidaya ikan kecil untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan,
pengolahan, dan pemasaran ikan.
3. Menumbuh kembangkan kelompok pembudidaya petani tambak ikan
bandeng dan koperasi perikanan.
4. Pemerintah menyediakan dan mengusahakan dana untuk
memberdayakan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, baik dari
sumber dalam negeri, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
21
Dalam hal kemitraanusaha untuk mendukung pengembangan kawasan
budidaya ikan bandeng, pola usaha yang di rekomendasikan adalah pola
kemitraan antara usaha besar (perusahaan pengumpul, pengolah dan eksportir)
dengan kelompok pembudidaya ikan bandeng. Penetapan pola kemitraan
dilakukan mengingat nilai tukar tambah ikan bandeng terdapat pada hasil
tambaknya. Saat ini ikan bandeng dapat diolah menjadi produk seafood yang
dinikmati masyrakat yang siap dimakan, bahkan ikan bandeng dapat diolah
menjadi ikan kering tanpa rasa asin karena bergaram rendah dengan proses
asam laktat, dan masih dapat dilanjutkan menjadi bandeng asap ataupun
bandeng presto duri lunak, akan tetapi saat ini industri kita harus menentukan
kelancaran pasar. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
dapat menerobos selera konsumen, antara lain dengan menerapkan teknologi,
baik teknologi produksi maupun teknologi pasca panennya. Di sisi lain
keberadaan industri pengolah ikan bandeng belum didukung oleh penyediaan
bahan baku yang memadai. Pola kemitraan usaha budidaya ikan bandeng
dianjurkan untuk menerapkan kemitraan usaha melalui pola Perusahaan Inti
Rakyat (PIR). Pola ini dilakukan oleh perusahaan besar termasuk
koperasi/KUD yang bertindak sebagai perusahaan inti dengan kelompok
pembudidaya yang telah maupun belum bergabung menjadi koperasi/KUD
yang bertindak sebagai plasma. Perusahaan inti dapat berbentuk perusahaan
penghela, pengelola, perusahaan Pembina atau cluster bisnis.
Pengembangan kemitraan usaha pembudidayaan ikang bandeng
dengan pola PIR bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya plasma,
22
meningkatkan skala usaha dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan
kualitas usaha plasma yang mandiri. Kemitraan usaha budidaya ikan bandeng
keselarasan, dan peningkatan keterampilan plasma oleh perusahaan inti
melalui perwujudan sinegritas kemitraan, yaitu hubungan: saling
membutuhkan yaitu perusahaan inti memerlukan pasokan bahan baku dan
plasma memerlukan pasokan bahan baku dan plasma memerlukan
penampungan hasil dan bimbingan; sama-sama memperhatikan tanggung
jawab moral dan etika bisnis dalam meningkatkan daya saing dan saling
menguntungkan baik perusahaan inti maupu plasma memperoleh peningkatan
keuntungan/ pendapatan dan kesinambungan usaha. Tentu dengan harapan,
berbagai pedoman untuk meningkatkan keberhasilan usaha Budidaya Petani
Tambak Ikan Bandeng tersebut, dapat dipahami oleh pemerintah daerah dalam
hal dinas/instansi kelautan dan perikanan yang selanjutnya diimplementasikan
pada pemberdayaan ikan bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru
disesuaikan dengan kondisi sumber daya dan respon masyarakat di daerah.
E. Kerangka Pikir
Peningkatan taraf hidup masyarakat, peranan pemerintah daerah dalam
pemberdayaan masyarakat petani di Barru khususnya petani tambak ikan
bandeng sangat penting. Salah satunya membimbing para petambak untuk
menerapkan perikanan yang ramah lingkungan. Pilihannya tentu perikanan
organik tentunya untuk memelihara ekologi sekaligus meningkatkan taraf
hidup masyarakat pesisir dan sekitarnya. Peranan pemerintah daerah dalam
23
pemberdayaan masyarakat, dalam rangka meningkatkan taraf hidup khususnya
petani tambak ikan bandeng sangat penting.
Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan kebijakan antara lain :
1. Penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil,
baik untuk, modal usaha maupun biaya operasional dengan cara yang
mudah, bunga pinjaman yang rendah, dan sesuai dengan kemampuan
petani tambak.
2. Penyelenggaran pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi petani tambak
serta pembudidaya petani tambak untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan
pemasaran ikan.
3. Menumbuh kembangkan kelompok pembudidaya petani tambak ikan
bandeng dan koperasi perikanan
Kebijakan tersebut di atas bisa terlaksana jika didukung oleh
Partisipasi masyarakat, Budaya Masyarakat, dan potensi budidaya
perikanan, namun demikian bisa juga tidak terlaksana jika dihambat oleh
Kurangnya perhatian pemerintah daerah, Ketersediaan nener bandeng dan
cuaca yang tidak menentu.
Berdasarkan uraian diatas maka untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat
digambarkan bagan sebagai berikut:
24
Bagan Kerangka Pikir
Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Petani tambak Ikan Bandeng Di
Kecamatan Balusu Kabupaten Barru
Kendala
Penghambat
1. Kurangnya
perhatian
masyarakat
petani Tambak
2. Ketersediaan
nener bandeng
3. Cuaca yang
tidak menentu.
1. Penyediaan Skim
kredit bagi petani
tambak ikan
bandeng ,
2. Penyelenggaraan
Pendidikan,
Pelatihan, dan
penyuluhan bagi
petani tambak,
3. Menumbuh
kembangkan petani
tambak ikan
bandeng
Kondisi Masyarakat desa
yang lebih mandiri dan
lebih baik
Faktor
Pendukung:
1. Partisipasi
masyarakat
2. Potensi budi
daya Masyarakat
3. Potensi
Budidaya
Perikanan
25
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah peran pemerintah dalam pemberdayaan
masyarakat petani tambak ikan bandeng di kecamatan balusu kabupaten barru.
Terdiri dari beberapa indicator yaitu: (1) Penyediaan skim kredit (2)
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi petani tambak,
(3) Menumbuh kembangkan petani tambak ikan bandeng, faktor pendukung:
(4) partisipasi masyarakat (5) potensi budi daya masyarakat (6) potensi
budidaya perikanan serta kendala penghambat: (7) kurangnya perhatian
masyarakat petani tambak (8) ketersediaan nener bandeng (9) cucaca yang
tidak menentu.
E. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk memberikan suatu pemahaman agar memudahkan penelitian ini
maka penulis memberikan beberapa batasan penelitian, dan fokus penelitian
ini yang dioperasionalkan melalui indikator sebagai berikut:
1. Penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil pembudidaya ikan tambak, baik
untuk modal usaha maupun biaya opreasional dengan cara yang mudah,
bunga pinjaman rendah sesuai dengan kemampuan petain tambak
2. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi Petani
Tambak oleh Pemerintah Daerah, menumbuh kembangkan kelompok
pembudidaya petani tambak ikan bandeng dan koperasi perikanan.
3. Menumbuh kembangkan kelompok pembubidaya petani tambak ikan
bandeng dan koperasi perikanan.
26
4. Faktor pendukung yaitu: (1) partisipasi masyarakat (2) potensi budidaya
masyarakat (3) potensi budidaya perikanan
Kendala penghambat yaitu: (1)kurangnya perhatian masyarakat petani
tambak (2) ketersediaan nener bandeng (3) cuaca yang tidak menentu.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian Selama dua bulan terhitung sejak bulan Maret
sampai Mei 2015. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Balusu
Kabupaten Barru. Berhubung karena lokasi tersebut salah satu sumber
terjadinya stimulasi kerja petani tambak ikan bandeng dan pemerintah
kecamatan maka penelitian terkait persoalan Peran Pemerintah Daerah
dalam Pemberdayaan Masyarakat petani tambak ikan Bandeng di
Kecamatan Balusu Kabupaten Barru .
B. Jenis Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian Kualitatif penelitian yang memberikan keterangan dan
penjelasan tentang prosedur atau masalah objek yang akan diteliti, data
atau keterangan yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti tentang
peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat petani
tambak ikan bandeng di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.
2. Tipe Penelitian
Tipe Penelitian Deskriptif tipe yang dapat memberikan gambaran dan
deskripsi yang jelas tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan
Balusu Kabupaten Barru.
27
28
C. Sumber Data
1. Data primer data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari informan
yang melalui wawancara serta observasi dan Dokumentasi.
2. Data sekunder data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-
catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi, catatan dan laporan
serta arsip yang berhubung dengan fokus penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan adalah memberikan informasi tentang situasi dan kondisi,
informan terdiri Pemerintah Daerah, Dinas Perikanan dan Petani Tambak Ikan
Bandeng.
Tabel 3.1 : informan penelitian
No. Informan Jabatan Jumlah
1 Pemerintah Daerah Pegawai Dinas
Pemerintah 1 (Orang)
2 Dinas Perikanan Pegawai Dinas
Perikanan 6 (Orang)
3 Petani Tambak Ikan
Bandeng
Petani Tambak
Ikan Bandeng 3 (Orang)
Total Informan 10 (Orang)
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu ;
1. Wawancara yaitu; teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mewawancarai langsung kepada informan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan obyek yang diteliti tentang peranan pemerintah daerah
29
dalam pemberdayaan masyarakat petani tambak ikan bandeng di
Kecamatan Balusu Kabupaten Barru..
2. Dokumentasi yaitu; dengan menggunakan data dengan bentuk gambar atau
foto, serta catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian dengan sumber-
sumber yang relevan dengan obyek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2008:16) Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, kemudian di
interprentasikan menjadi serangkaian informasi sebagai hasil penelitian. Hal
tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran secara jelas dan sederhana
agar lebih mudah dimengerti dan dipahami.
G. Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2008:18) Mengadakan pengecekan akan
kebenaran data yang di timbulkan dari berbagai sumber data, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada
waktu yang berbeda
1. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi Sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain
keabsahan data yang di peroleh dari sebelumnya.
2. Trianggulasi Metode
Trianggulasi Metode dilakukan untuk menguji kerdibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Monografi Kecamatan Balusu
Kecamatan Balusu merupakan salah satu kecamatan yang terletak dan
berdekatan dengan ibu kota Kabupaten Barru, kondisi topografi wilayah
Kecamatan Balusu adalah mempunyai panjang garis pantai 7,3 Km olehnya itu
Kecamatan ini merupakan salah satu daerah pesisir pantai pada daerah sebelah
barat sedangkan daerah sebelah timur adalah daerah dataran dan berbukit
sehingga diperkirakan berada pada sekitar 0-650 M diatas permukaan laut (DPL)
dan dianggap sangat strategis untuk pengembangan usaha khususnya pada
perikanan.
Secara administratif wilayah Kecamatan Balusu berbatasan dengan :
sebelah utara berbatasan Kecamatan Soppeng Riaja, sebelah timur berbatasan
Kabupaten Soppeng, sebelah selatan berbatasan Kecamatan Barru, sebelah barat
berbatasan dengan Selat Makassar.
Luas wilayah Kecamatan Balusu adalah 112,20 Km2
dan atau 11,220 Ha,
yang terdiri dari 1 kelurahan dan 5 desa nampak menyebar dan umumnya berada
atau berbatasan dengan pantai/laut sama seperti wilayah Kecamatan lainnya.
Orbitasi desa tidak terlalu jauh dangan ibu kota kabupaten adalah terdekat 5 Km
dan terjauh sampai dengan 30 Km sedangkan jarak pusat pemerintahan kecamatan
dengan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan adalah 110 Km.
30
31
Data luas wilayah, kepala desa/keluraha, jumlah dusun RT/RW tersebar 6
desa/kelurahanwilayah kerja Balai Penyuluhan Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Kecamatan Balusu dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1 : Luas wilayah dan jumlah kelurahan dan dusun wilayah kerja Balai
Penyuluhan Perikanan dan KehutananKecamatan Balusu Kabupaten
Barru
No Desa/ Kelurahan
Luas
Wilayah
(Km2)
Nama Kepala
Desa/Kel.
Jumlah
Dusun
RT/RW
1 Balusu 2.275 Sadaruddin, Spd 6
2 Lampoko 825 Sarifuddin 5
3 Takkalasi 1.380 M. Amir, S.Sos 4
4 Madello 1.169 Andi Yusran
Jafar 4
5 Binuang 836 Andi
Mannahawu 3
6 Kamiri 4.735 Irwan T 4
Jumlah 11.220 - 26
32
2. Iklim
Keadaan iklim, curah hujan dan tanah yang terjadi pada setiap tahun
wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Kecamatan Balusu menunjukkan bahwa pada siang hari suhu udara berkisar 32-
330 C dan pada malam hari berkisar 18-25
0 C dengan kelembaban udara yaitu 70-
80 % keadaan angin yang bertiup pada musim hujan yaitu disebut angin barat
cukup kencang bersamaan dengan curah hujan yang tinggi, keadaan curah rata-
rata setiap bulannya berkisar 259,75 mm dengan hari hujan 14 hari, dan pada
musim kemarau disebut angin Barubu yang bertiup dari timur ke barat juga cukup
kencang sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tanaman,
dengan demikian wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan Kecamatan Balusu terdapat dua musim yaitu musim hujan jatuh pada
bulan oktober – maret dan musim kemarau pada bulan april – september, dan
digolongkan dalam iklim tipe C. Jenis tanah alluvial dan sedikit kecoklatan
berpasir, tingkat keaamanan tanah berkisar antara 5,4-5,9,
3. Topografi Wilayah
Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil
yang masing - masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu : Kerajaan Berru (Barru),
Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi. Dimasa
pemerintahan Belanda dibentuk Pemerintahan Sipil Belanda dimana wilayah
Kerajaan Barru, Tanete dan Soppeng Riaja dimasukkan dalam wilayah Onder
Afdelling Barru, yang bernaung dibawah Afdelling Pare Pare sebagai kepala
Pemerintahan Onder Afdelling diangkat seorang control Belanda yang
33
berkedudukan di Barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status
sebagai Self Bestuur (Pemerintahan Kerajaan Sendiri) yang mempunyai hak
otonom untuk menyelenggarakan Pemerintahan sehari-hari baik terhadap
eksekutif maupun dibidang yudikatif. Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-
daerah Swapraja pada permulaan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, keempat
wilayah Swapraja ini merupakan 4 bekas Self bestuur didalam Afdeling Pare-Pare
masing-masing:
1. Bekas Self besteuur Mallusetasi yang daerahnya sekarang menjadi
kecamatan Mallusetasi dengan Ibu Kota Palanro. Adalah penggabungan
bekas-bekas Kerajaan Lili dibawah kekuasan Kerajaan Ajattapareng oleh
Belanda sebagai Self bestuur, ialah Kerajaan Lili Bojo dan Lili Nepo.
2. Bekas self bestuur Soppeng Riaja yang merupakan penggabungan 4
Kerajaan Lili dibawah bekas Kerajaan Soppeng (Sekarang Kabupaten
Soppeng) Sebagai Satu Self bestuur, ialah bekas Kerajaan Lili Siddo, Lili
Kiru-Kiru, Lili Ajakkang, dan lili Balusu.
3. Bekas Self bestuur Barru yang sekarang menjadi Kecamatan Barru dengan
lbu Kotanya Sumpang Binangae yang sejak semula memang merupakan
suatu bekas kerajaan kecil yang berdiri sendiri.
4. Bekas Self bestuur Tanete dengan pusat Pemerintahannya di Pancana
daerahnya sekarang menjadi 3 Kecamatan masing-masing Kecamatan
Tanete Rilau, Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Pujananting.
Seiring dengan perjalanan waktu,maka pada tanggal 20 Pebruari 1960
merupakan tongkak sejarah yang menandai awal kelahiran Kabupaten
34
Daerah TK.II Barru dengan Ibukota Barru berdasarkan Undang-Undang
Nomor 229 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di
Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan dan 54
Desa/Kelurahan. Sebelum dibentuk sebagai suatu Daerah Otonom
berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959 pada tahun 1961, Daerah ini terdiri
dari 4 Wilayah Swapraja didalam kewedanaan Barru Kabupaten Pare-Pare
lama, masing-masing Swapraja Barru Swapraja Tanete, Swapraja Soppeng
Riaja dan bekas Swapraja Mallusetasi, Ibu Kota Kabupaten Barru
sekarang bertempat di bekas ibu Kota Kewedanaan Barru. Kabupaten
Barru yang dikenal dengan motto hibrida ( Hijau,Bersih,Asri dan Indah)
adalah salah satu Kabupaten yang terletak dipesisir Pantai Barat Propinsi
Sulawesi Selatan dengan garis pantai sekitar 78 Km.
Secara Geografis terletak diantara Koordinat 4'0.5'35" lintang
selatan dan 199'35" - 119'49'16" Bujur Timur dengan luas wilayah
1.174,72 Km2 (117.472 Ha) dan berada kurang lebih 102 Km sebelah
utara Kota Makassar Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, yang dapat
ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 2,5 jam .Kabupaten Barru
secara Administratif terbagi atas 7 kecamatan, 14 Kelurahan dan 40 Desa
yang mempunyai batas - batas wilayah : Sebelah Utara dengan Kota Pare-
Pare dan Kabupaten Sidrap Sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng
dan Kabupaten Bone Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan Sebelah Barat dengan selat Makassar.
35
Kabupaten Barru terletak pada jalan Trans Sulawesi dan merupakan
daerah lintas Wisata yang terletak antara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare
menuju Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah tujuan wisata dari Mancanegara.
Kabupaten Barru mempunyai ketinggian antara 0-1.700 meter diatas permukaan
laut dengan bentuk permukaan sebahagian besar daerah kemiringan, berbukit
hingga bergunung-gunung dan sebahagian lainnya merupakan daerah datar tinggi
landai. Di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 % wilayah ( 84.340 Ha) dengan
tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut-turut 5-6 bulan (Oktober -
Maret) dan bulan Kering berturut-turut kurang dari 2 bulan (April - September).
Total hujan selama setahun di Kabupaten Barru sebanyak 113 hari dengan jumlah
curah hujan sebesar 5.252 mm. Curah hujan di kabupaten Barru berdasarkan hari
hujan terbanyak pada bulan Desember - Januari dengan jumlah curah hujan 1.335
mm dan 1.138 mm sedangkan hari hujan masing-masing 2 hari dengan jumlah
curah hujan masing- masing 104 mm dan 17 mm.
a. Geomorfologis
Luas Wilayah. Kabupaten Barru seluas 1.174,72 km2, terbagi dalam 7
kecamatan yaitu : Kecamatan Tanete Riaja seluas 174,29 km2, Kecamatan Tanete
Rilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru seluas 199,32 km2, Kecamatan
Soppeng Riaja seluas 78,90 km2, Kecamatan Mallusetasi seluas 216,58
km2,,Kecamatan Pujananting seluas 314,26 km2, dan Kecamatan Balusu seluas
112,20 km2. Selain daratan, terdapat juga wilayah laut teritorial seluas 4 mil dari
pantai sepanjang 78 km.
36
Morfologi Wilayah. Berdasarkan kemiringan lereng, wilayah Kabupaten
Barru terbagi empat kriteria morfologis yaitu datar dengan kemiringan 0-2o seluas
26,64%, landai dengan kemiringan 2-15o seluas 7.043 ha atau 5,49%, miring
dengan kemiringan 15-40o seluas 33.346 ha atau 28,31%, dan terjal dengan
kemiringan >40o seluas 50.587 ha atau 43,06% yang tersebar pada semua
kecamatan.
Ketinggian Wilayah. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut,
Kabupaten Barru dapat dibagi dalam enam kategori ketinggian yaitu : 0-25 meter
dari permukaan laut (mdpl) seluas 26.319 ha (22,40%), tersebar di seluruh
kecamatan kecuali Kec. Pujananting; 25-100 mdpl seluas 12.543 ha (10,68%),
tersebar di seluruh kecamatan; 100-500 mdpl seluas 52.782 ha (44,93%), tersebar
di seluruh kecamatan; 500-1000 mdpl seluas 23.812 ha (20,27%), tersebar di
seluruh kecamatan kecuali Kec. Tanete Rilau; 1000-1500 mdpl seluas 1.941 ha
(1,65%), tersebar di Kecamatan tanete Rilau, Barru, Soppeng Riaja dan
Pujananting; dan kategori >1500 mdpl seluas 75 ha (0,06%), hanya terdapat di
Kecamatan Pujananting.
B. Karakteristik Obyek Penelitian
1. Jumlah Penduduk
Kecamatan Balusu merupakan daerah di Kabupaten Barru dengan luas
wilayah 112,20 Km2
dengan jumlah dan kepadatan penduduk 17.543 jiwa, jumlah
penduduk laki-laki 6.839 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 7.518 jiwa,
jumlah rumah tangga 3.186 yang terbagi di enam Desa. Angka kepadatan
penduduk ini bervariasi pada setiap kecamatan yang ada, penduduk yang terpadat
37
adalah terdapat di Kecamatan Barru dengan luas wilayah sebesar 199,32 km2
dihuni oleh 35.477 jiwa penduduk, memiliki kepadatan 177,99 jiwa/km2.
Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk sangat rendah adalah
Kecamatan Pujananting yaitu 12,265 jiwa/km2
angka tersebut jauh dibawah
kepadatan penduduk Kabupaten Barru secara keseluruhan.
2. Sumber Mata Pencaharian
Wilayah Kabupaten Barru adalah salah satu daerah potensi dibidang
perikanan dan kelautan. Luas wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha,
tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39
Ha produksi perikanan saat ini khususx ikan bandeng 1.556,08 ton yang sudah
diuji coba dan hasilnya sangat baik peluang bagi investor pada sub sektor
perikanan ini.
Tabel 3 : Karakteristik informan berdasarkan mata pencaharian :
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
1 Petani 16.600
2 Pedagang 150
3 PNS 300
4 TNI 240
5 POLRI 210
6 Pensiunan 43
Jumlah 17.543
Sumber : Kantor Kecamatan Balusu Tahun 2014
38
3. Tingkat Pendidikan Informan
Tingkat pendidikan komunitas petani tambak pada umumnya
berpendidikan rendah karena selain aktifitas petani tambak ikan bandeng di
Kecamatan Balusu Kabupaten Barru yang sangat padat keinginan untuk aktifitas
pendidikan yang kurang karena pekerjaan sebagai petani tambak tidak
memerhatikan pendidikan formal, yang penting fisik kuat untuk melakukan
pekerjaan berat. Hal tersebut berimplikasi pada pendidikan petani tambak yang
rata – rata berpendidikan terakhir sekolah menegah pertama
Faktor pendidikan merupakan elemen penting yang menjadi landasan
masyarakat Kabupaten Barru khususnya di Kecamatan Balusu untuk menekuni
mata pencaharian mereka. Karena masih banyak masyarakat yang buta aksara
dimana 95 dari 268 kepala keluarga yang menekuni home industry adalah
penyandang buta aksara, disamping itu banyak juga yang menjadi nelayan,
berdagang dan sisanya berwiraswasta. Persentase status pendidikan usia 10 tahun
keatas menurut jenis kelamin pendidikan yang ditambahkan tahun 2014 di
Kecamatan Balusu.
Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Laki + Perempuan
Tidak Punya
SD
SLTP
SMU
SMA Kejuruan
Diploma I/II
Diploma III/SI
S2/S3
20,28
31,80
14,49
12,97
3,83
0,63
1,19
3,98
20,83
29,11
16,13
10,52
2,16
2,15
1,69
2,75
20,56
30,46
15,31
11,75
3,00
1,39
1,44
3.37
39
Tabel 4 : Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan
Sumber : Statistik sosial ekonomi rumah tangga Kabupaten Barru Tahun 2014
4. Profil Petani Ikan Bandeng Di Kecamatan Balusu
Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang Kelautan dan
Perikanan. Luas wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar
2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha.
Produksi perikanan saat ini : Udang : 633,01 ton Bandeng : 1.556,08 ton
Kerapu/Kakap : 744 ton Ikan Merah : 97,02 ton Rumput Laut : 251,07 ton yang
sudah diuji coba dan hasilnya sangat baik Peluang bagi investor pada sub sektor
Perikanan ini adalah budidaya laut berupa keramba jaring apung rumput laut,
penangkapan dan pengolahan hasil petani tambak ikan bandeng.
1. Pendekatan struktural.
Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem
hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir
dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial,
ekonomi dan fisik. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan
ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang
Bagi masyarakat setempat untuk ikut serta melindungi sumber daya petani
tambak dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Langkah ini
diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan
ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan
40
masyarakat lokal pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural membutuhkan
langkah-langkah strategi sebagai berikut:
a. Pengembangan aksesibilitas masyarakat pada sumberdaya tambak ikan
bandeng. Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya laut adalah salah satu
isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat pesisir.
Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat
menikmati peluang pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan
(sustainable). Kesempatan tersebut selain dapat meningkatkan dan memelihara
perekonomian masyarakat pesisir, juga diharapkan dapat mendorong
masyarakat supaya lebih aktif untuk melindungi lingkungan, baik dengan cara
pemanfaatan yang ramah lingkungan maupun upaya secara aktif untuk
menjaga dari kerusakan lingkungan.
b. Pengembangan aksesibilitas masyarakat petani tambak ikan bandeng terhadap
sumberdaya ekonomi. Pengembangan aksesibilitas masyarakat petani tambak
ikan bandeng terhadap sumberdaya ekonomi dimaksudkan untuk
meningkatkan diversifikasi sumber penghasilan masyarakat pesisir dan
sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Langkah ini mencakup perluasan
pilihan sumber daya ekonomi, seperti perluasan usaha dan perkreditan.
c. Pengembangan aksesibilitas masyarakat petani tambak ikan bandeng terhadap
proses pengambilan keputusan. Keberhasilan pengembangan masyarakat
pesisir sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut sangat tergantung pada
ketepatan kebijakan yang diambil. Kebijakan yang dikembangkan dengan
melibatkan dan memperhatikan kepentingan masyarakat pesisir dan menjamin
41
keberhasilan pengelolaan sumberdaya tambak ikan bandeng dan wilayah.
Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena akan menghasilkan
kebijakan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan kepentingan
masyarakat.
Kebijakan yang berbasis pada potensi masyarakat pesisir akan
mendorong keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dan perlindungan
sumberdaya tambak ikan bandeng. Selain itu juga memberikan keuntungan
ganda, yaitu: Pertama, dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat. Maka
pengelolaan petani tambak akan menarik masyarakat sehingga akan
mempermudah proses penataan. Kedua, memberikan peluang bagi masyarakat
petani tambak untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan tambak nya
sendiri.
Selain itu yang lebih penting lagi adalah adanya upaya untuk
meningkatkan kepentingan hakiki masyarakat petani ikan bandeng yaitu
kesejahteraan. Pelibatan masyarakat petani ikan bandeng dalam pengambilan
kebijakan, dapat dilakukan dengan pendekatan yang menggabungkan
perencanaan dari bawah ke atas (bottom up) dan dari atas ke bawah (top down
planning). Pada tingkat perencanaan masyarakat harus dilibatkan dalam
penyusunan tata ruang untuk menyerap informasi dan aspirasi masyarakat.
Hal tersebut akan memberikan manfaat bagi proses pengembangan zona
yang akan dijadikan sebagai pola dasar penyusunan rencana pengelolaannya.
Informasi dan aspirasi masyarakat tersebut juga akan bermanfaat untuk
menggali potensi masyarakat terutama dalam rangka mengembangkan sistem
42
perlindungan kawasan yang berbasis pada masyarakat. Di lain pihak, top down
planning diperlukan untuk memberikan peluang bagi pemerintah untuk
merancang pola pengelolaan wilayah bagi kepentingan yang lebih luas.
d. Peningkatan aksesibilitas masyarakat tambak ikan bandeng terhadap informasi.
merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan masyarakat petani
tambak ikan bandeng sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan tambak.
Kesediaan informasi mengenai potensi dan perkembangan kondisi wilayah dan
sumberdaya tambaknya sangat berharga untuk penyusunan kebijakan, program
dan kegiatan di wilayah tersebut. Ketersediaan informasi ini juga penting bagi
masyarakat untuk dijadikan bahan pertimbangan pengembangan kegiatan dan
perannya dalam rangka meningkatkan perekonomian mereka. Hal tersebut juga
bermanfaat untuk mengefektifkan upaya masyarakat dalam melindungi
sumberdaya serta . Mengingat sebagian besar penduduk di wilayah ini
tergantung secara ekonomis pada sumberdaya tambak ikan bandeng, maka
informasi yang berkaitan dengannya sangat diperlukan bagi masyarakat di
wilayah itu.
e. Pengembangan kapasitas kelembagaan. Untuk meningkatkan peran masyarakat
petani tambak dalam perlindungan wilayah dan sumberdaya laut, diperlukan
kelembagaan sosial, untuk mendorong peranan masyarakat secara kolektif.
Semangat kolektif akan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat petani
tambak ikan bandeng untuk melindungi wilayahnya dari kerusakan yang dapat
mengancam perekonomian. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
lembaga sosial diharapkan untuk memperkuat posisi masyarakat dalam
43
menjalankan fungsi manajemen wilayah. Selain itu, pengembangan
kelembagaan sosial diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kegiatan
masyarakat untuk selanjutnya akan berdampak pada jalannya kegiatan ekonomi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani tambak setempat.
f. Pengembangan jaringan pendukung. Pengembangan koordinasi jaringan
pendukung tersebut mencakup pembentukan sistem jaringan manajemen yang
dapat saling membantu. Koordinasi melibatkan seluruh unsur terkait
(stakeholders), baik jaringan pemerintah, masyarakat petani tambak maupun
dunia usaha. Keberhasilan dari unsur-unsur ini, selain secara teknis manajemen
akan memberikan manfaat praktis, juga secara sosial dan politis dapat
mendorong terciptanya integrasi pengelolaan petani tambak . Untuk
mewujudkan sistem koordinasi yang efektif, maka perlu persyaratan sistem
dialog antar instansi terkait tersebut dengan masyarakat petani tambak ikan
bandeng. Kebiasaan mengkomuni- kasikan gagasan dan rencana kegiatan
masing-masing instansi merupakan langkah strategis yang harus
dikembangkan. Untuk itu, pelembagaan sistem koordinasi antar stakeholders
perlu dilakukan secara terus menerus dan melibatkan langsung jajaran instansi
di lingkungan pemerintah.
2. Pendekatan non struktural
Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang
menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk
berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi
bahwa masyarakat lokal (dalam hal ini masyarakat pesisir) dengan pengetahuan,
44
keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam
perlindungan sumberdaya laut di sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk
meningkatkan peran masyarakat petani tambak ikan bandeng dalam pengelolaan
sumberdaya tambak dan wilayah tambak bandeng adalah dengan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi
melindungi sumberdaya ikan bandeng.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung
dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya tambak
ikan bandeng tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama
dalam rangka membekali masyarakat petani tambak ikan bandeng dengan usaha
ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu:
a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan. Pengetahuan dan wawasan
lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk memberikan konsep dan pandangan
yang sama dan benar kepada masyarakat petani tambak ikan bandeng tentang
lingkungan dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat pesisir secara
keseluruhan. Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda menurut
lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang berlokasi di zona
inti tentu lebih spesifik dan lebih menekankan pada pengetahuan dan wawasan
yang berkaitan dengan hubungan langsung antara masyarakat petani tambak
ikan bandeng dengan pemanfaatan sumberdaya tambak ikan dan
pengawasannya dibanding dengan masyarakat di luar wilayah pesisir.
Peningkatan pengetahuan dan wawasan juga perlu melibatkan aparatur dusun,
desa, dan kecamatan serta masyarakat luas.
45
b. Pengembangan keterampilan masyarakat pesisir. Peningkatan keterampilan
praktis pengelolaan lingkungan bagi masyarakat petani tambak ikan bandeng
dan jajaran pemerintah di tingkat dusun, desa dan kecamatan sangat penting
untuk mendorong peran serta unsur-unsur tersebut secara aktif dalam
menanggulangi masalah-masalah lingkungan yang secara ekologis dan
ekonomis akan merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan
cara-cara pemanfaatan sumberdaya secara efisien, dan keterampilan tentang
upaya penanggulangan permasalahan. Penguasaan keterampilan tersebut akan
meningkatkan efektifitas peran serta masyarakat tambak ikan bandeng dalam
pengelolaan tambak di wilayah masing - masing.
c. Pengembangan kapasitas masyarakat petani ikan bandeng. Pengembangan
kapasitas masyarakat petani ikan bandeng diperlukan untuk dapat ikut serta
dalam proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir
sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan
sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya
kemampuan dan peluang masyarakat pesisir untuk dapat mengartikulasikan
kepentingannya melalui kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama program
ini adalah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan kemampuan
berinisiatif.
46
C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani
Tambak Ikan Bandeng Di Kecamatan Balusu
1. Penyediaan Skim Kredit Bagi Petani Tambak Ikan Bandeng
Di wilayah Kabupaten Barru salah satu bank yang memberikan kredit
untuk petambak bandeng yakni PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
Cabang Barru (selanjutnya disebut Bank BRI). Namun demikian tidak
terdapat skema kredit khusus untuk usaha tambak bandeng. Pemberian kredit
untuk usaha tambak bandeng sama dengan sistim pemberian kredit untuk
usaha lainnya.
Berikut wawancara dengan masyarakat petani :
“Kami selaku masyarakat petani ikan bandeng sangat dibantu
dengan penyediaan fasilitas ini, apalagi tidak semua masyarakat disini
punya modal yang cukup dalam membiayai kebutuhan tambak.” (Hasil
wawancara AM , 18 Maret 2015)
Pinjaman untuk usaha diberikan dengan sistim Rekening Peminjaman.
Dengan sistim ini ketika peminjam memerlukan kredit maka dia akan
membuka rekening untuk diisi dananya oleh bank. Peminjam bebas
mencairkan atau melunasi penjamannya setiap saat. Kewajiban yang harus
dipenuhi oleh peminjam adalah membayar bunga sejumlah pinjaman yang
tersisa.
Di Bank BRI ada tiga petambak bandeng yang menerima kredit dari
BRI dengan pola ini. Pemberian kredit kepada nasabah ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan, antara lain:
47
1. Jaminan kredit yang diambil adalah sertifikat tanah. Sebenarnya inilah
yang lebih penting bagi Bank BRI. Kasus salah satu nasabah yang
memerlukan kredit tidak dapat dipenuhi sebab yang bersangkutan tidak
lagi memiliki sertifikat tanah yang dapat dipakai sebagai agunan.
2. Petambak tersebut telah menjadi nasabah Bank BRI sejak lama (rata-rata
lebih dari 10 tahun). Selama mereka menjadi nasabah BRI selalu
menunjukkan kinerja yang baik (tidak pernah bermasalah).
3. Mempunyai usaha lain selain tambak.
Dengan kriteria tersebut nasabah tidak mengalami kesulitan jika sewaktu-
waktu memerlukan uang baik untuk investasi (membel atau menyewa tambak)
maupun untuk kredit modal kerja, tetapi bunga yang harus ditanggung usaha
tambak bandeng lebih tinggi yakni 20%. Relatif tingginya bunga usaha tambak
bandeng didasarkan pada tingginya resiko usaha ini. Dalam kenyataan kredit tidak
pernah berjangka panjang, ketika petambak memiliki uang umumnya mereka
segera melunasi hutangnya, sehingga rata-rata masa kredit hanya berlangsung
sekitar 1 tahun. Petambak melakukan hal ini karena ketika panen petambak
mempunyai cukup pendapatan untuk menutup hutangnya. Disamping itu bunga
kredit yang mencapai 20% dirasakan sebagai beban yang cukup berat bagi
petambak.
Meraih sukses terkadang harus berani menghadapi tantangan. Tak beda
dengan apa yang dilakukan Sudirman Sulaemana petani tambak asal Kecamatan
Balusu yang kini sukses mengelola budi daya ikan bandeng. Sekitar tahun 2004,
48
lelaki tiga anak itu mengenalkan budi daya bandeng pada petani tambak ikan
bandeng di desanya. Apa tanggapannya? Banyak orang tidak percaya, dan tak
sedikit justru mencibir usaha tersebut.
Sempat jadi bahan cibiran dan tertawaan saat itu. Namun saya cuek saja,
karena mereka belum tahu hasilnya,’’ tutur dia yang menerima Damandiri Award.
(Hasil wawancara HY, Tokoh, 20 Maret 2015)
Dengan berlakunya undang-undang tentang otonomi daerah berdasarkan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 yang berlaku Pemerintah Daerah diberikan
kewenangan yang lebih besar dari sebelumnya. Dalam Pasal ini antara lain
disebutkan bahwa: (1) Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. (2)
Memilih pimpinan daerah. (3) Mengelola aparatur daerah. (4) Mengelola
kekayaan daerah. (5) Memungut pajak daerah dan retribusi daerah. (6)
Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan SDA dan sumber daya lainnya yang ada
didaerah. (7) Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah. (8)
Mendapatkan hak lainnya yang sah. (8) Mendapatkan hak lainnya yang diatur
dalam peraturan perundangundangan.
UU No 12 Tahun 2008 lahir karena adanya tuntutan dari masyarakat
kepada pemerintah untuk membentuk UU tentang pemerintah daerah yang
berpihak kepada masyarakat. Untuk itu UU no 32 Tahun 2014 dinilai tidak lagi
mampu menjawab kebutuhan tentang tugas dan wewenang serta kewajiban Wakil
Kepala Daerah , tugas dan wewenang DPRD, Memberdayakan masyarakat Petani
Tambak Ikan Bandeng.
Dengan pertimbangan bahwa undang-undang diatas tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, pemerintah telah menetapkan UU no 23 Tahun
49
2014 tentang pemerintah daerah antara lain terdapat pada pasal 9 yang
menyatakan bahwa Urusan pemerintah terdiri atas urusan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Dimana urusan absolut
yaitu urusan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat, konkuren
yaitu urusan pemerintah yang dibagi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Meningkatkan kualitas SDM dirantai budidaya ikan bandeng terdapat
beberapa unsur yaitu pemerintah daerah dan petani tambak . Pemerintah daerah
berperan melalui pelaksanaan program-program pelatihan untuk meningkatkan
produktifitas, sedangkan penyuluh berperan sebagai penyambung program-
program Pemerintah Daerah agar sampai kepada petani dan mendampingi petani
dalam proses peningkatan kualitas pertani. Sebagai pelaku utama pembangunan
perlu diberdayakan agar mereka mampu menganalisa masalah dan peluang yang
ada serta jalan keluar yang sesuai. Hasil wawancara yang disampaikan oleh
pemerintah Kecamatan Balusu :
“Peran kita sebagai Pemerintah Daerah itu memberikan pendidikan dan pelatihan
yang benar kepada masyarakat agar bisa membudidayakan ikan bandeng yang
sesuai dengan harapan” (Hasil wawancara HJ, 12 Maret 2015)
Seperti yang disampaikan oleh pemerintah desa setempat yang mengatakan
bahwa: “Dengan adanya pelatihan dan pendidikan bagi para petani ikan bandeng
ini sangat membantu agar petani bisa membudidayakan bandeng dengan
baik”.(hasil wawancara ID, Kepala Desa Balusu, 13 Maret 2015)
50
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kecamatan dan
Perangkat desa sudah memberikan sumbangsi yang besar kepada masyarakat.
3. Menumbuh Kembangkan Petani Ikan Tambak Ikan Bandeng .
Kabupaten Barru yang kondisi alamnya merupakan pesisir pantai laut
maka sebagian besar masyarakatnya hidup sebagai nelayan penangkap ikan di
laut, budidaya ikan dan rumput laut, serta budidaya tambak bandeng, udang, dan
juga rumput laut, maka basis ekonomi rakyatnya adalah: budidaya tambak dan
laut, serta nelayan penangkap ikan. Sedangkan sektor pertanian sebagai basis
ekonomi rakyat untuk masyarakat pedesaan di pedalaman.
Salah satu pelaksanaan program pengembangan basis ekonomi rakyat
yang dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Barru baru-baru ini adalah
pengembangan budidaya tambak ikan bandeng. Segi keunggulan sistem klaster ini
adalah semua dinas-dinas dan Bappeda di lingkungan Kabupaten Barru
berkolaborasi positip untuk pengembangan usaha masyarakat khusunya petani
ikan bandeng. Bahkan semua pihak stake-holder yang ada kaitannya dengan
usaha ikan tersebut diajak bermusyawarah, sehingga masing-masing tahu
posisinya dan tahu apa yang harus dilaksanakan. Khususnya perusahaan pemasok
dan pembeli pada posisi tawar yang seimbang.
Berikut yang disampaikan oleh masyarakat mengenai penyuluhn ini yaitu :
“Kami sangat senang atas upaya pemerintah dalam memberikan
penyuluhan pertanian, dan ini sangat membantu dalam proses budidaya ikan
bandeng.” (Hasil wawancara SD, 17 Maret 2015)
51
Kegiatan budidaya ikan bandeng di tambak telah dikembangkan untuk
waktu yang lama, hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang sangat
baik, terutama ketersediaan benih ikan bandeng (Nener) baik secara alami atau
dari hatchery dalam Keperawatan - Keperawatan Hatchery (Hatchery), tapi
produksi dan produktivitas relatif masih rendah.
Rendahnya produksi dan produktivitas antara lain disebabkan terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan tentang teknis ikan petani ikan budidaya bandeng
yang perlu diperbaiki, antara lain, melalui Technical Reference Guide Budidaya
bandeng. Bandeng merupakan ikan yang tinggi protein. Bandeng merupakan ikan
yang mengkonsumsi tumbuhan dengan berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5-6 bulan.
Adanya kelembagaan petani ini tentunya para kelompok tani yang ada
dalam suatau wadah tersebut bisa mempererat kerja sama para petambak.
Sehubungan dari program pemerintah tersebut, maka saat ini pemerintah
kecamatan melaksanakan kegiatan berdasarkan regulasi dan bimbingan teknis dari
PEMDA melalui dinas perikanan Kab. Barru. Fungsi utama dari kelompok tani
menurut UU No. 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan
petaniuntuk meningkatkan kemampuan anggota kelompok tani dalam
mengembangkan usahanya.
Berikut yang disampaikan oleh pemerintah Kecamatan Balusu:
“Pemerintah daerah telah membentuk Musyawarah Kelompok pembudidaya ikan
Bandeng di kecamatan Balusu yang di beri nama cempa-cempae”. (Hasil
wawncara ID, 21 Maret 2015)
Perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.
52
Otonomi daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian upaya pembangunan
daerah dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan nasional. Otonomi daerah
juga mempunyai makna strategis, yaitu mendorong proses pengambilan keputusan
yang lebih cepat, tepat, dan mengutamakan kondisi wilayah. Oleh karena itu
keberhasilan pembangunan daerah (wilayah) dengan otonomi daerah tidak
terlepas dari kemampuan aparatur negara, baik aparatur kelembagaan maupun
sumberdaya manusianya. Peran pemerintah pusat akan diprioritaskan pada fungsi
perumusan kebijakan nasional, perencanaan nasional, pelayanan vital, dan
pengendalian. Sedangkan fungsi operasional dan pelayanan masyarakat
diserahkan kepada daerah otonomi.
Apabila dikaitkan dengan teori dua sistem pembangunan yaitu sistem
pembangunan sektoral dan regional dimaksud, dengan berlakunya undang-undang
otonomi daerah ini maka pembangunan dengan sistem regional (wilayah) akan
lebih berkembang daripada sistem pembangunan sektoral. Dengan berlakunya
undang-undang tentang otonomi daerah maka pembangunan daerah atau wilayah
menjadi tugas dan tanggung-jawab Pemerintah Daerah Kabupaten atau Walikota
setingkat kabupaten. Karena Pemerintah Daerah Kabupaten tersebut yang
mengetahui karakteristik dan keunggulan daerahnya masing-masing, baik
sumberdaya alamnya, kemampuan sumberdaya manusia, kapabilitas masyarakat
dan dunia usaha, produk unggulan daerah yang potensial untuk dikembangkan,
maupun basis ekonomi rakyat di wilayah masing-masing.
Kesejahteraan masyarakat suatu wilayah hanya dapat dicapai apabila daya
saing produk unggulan daerahnya dapat ditingkatkan. Kemampuan Daya saing
53
bisa dicapai melalui kemampuan inovasi dan lingkungan persaingan dalam
masyarakat. Agar dalam masyarakat tercipta kondisi demikian pemerintah daerah
perlu melakukan perbaikan pada faktor internal dan eksternal. Salah satu caranya
adalah melalui klaster industri.
Khususnya wilayah Kabupaten Barru (termasuk Propinsi Sulawesi
Selatan) yang sebagian wilayahnya berupa wilayah pesisir sepanjang 87 km, maka
basis ekonomi rakyat di wilayah ini adalah sektor perikanan laut, selain sektor
pertanian di wilayah pedalaman, perikanan laut di sini di dalamnya termasuk:
(a). Budidaya ikan, Bandeng,
(b). Budidaya tambak-tambak: Ikan Bandeng,
(c). Penangkapan ikan . pengembangan sektor tambak ikan bandeng ini maka
Pemerintah Daerah Kabupaten Barru telah berusaha melaksanakan amanat
pembangunan masyarakatnya melalui pengembangan wilayah atau daerah
dengan mengutamakan basis ekonomi rakyat di wilayah dimaksud.
Pengembangan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-
tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan pembangunan dalam
rangka mencapai tujuan tersebut. Dari pernyataan ini jelaslah bahwa ruang
merupakan dasar yang penting bagi seorang perencana wilayah dalam membuat
rencana sektoral nasional dan program-program pembangunan wilayah serta
merencanakan lokasi kegiatan tertentu di suatu wilayah atau di suatu lokasi
tingkat lokal. Dengan demikian titik tolak daripada perencanaan wilayah adalah
berdasarkan konsep ruang.
54
Konsep ruang mempunyai beberapa elemen atau unsur yang dapat dilihat
secara terpisah, tetapi bila dilihat secara bersama akan dapat dipergunakan dalam
ruang lingkup yang lebih luas, yaitu organisasi tata ruang kegiatan manusia.
Unsur-unsur tata ruang yang penting antara lain adalah: jarak, lokasi, bentuk, dan
ukuran atau skala. Unsur-unsur ini secara bersama menyusun unit tata ruang yang
disebut wilayah. Dari konsep ruang sebagai dasar perencanaan wilayah tersebut di
atas dapat dikatakan bahwa jarak ditentukan secara geometris, seperti ukuran fisik
dan ruang absolute yang konkrit di antara titik-titik. Sedangkan lokasi adalah yang
absolut dan unik dalam hubungannya dengan lokasi fenomena lain. Selanjutnya
yang berhubungan dengan bentuk, ditentukan oleh batas lokasi yang tetap.
Dewasa ini terdapat lima telaah teori dalam perkembangan teori
pembangunan wilayah yaitu:
1. Teori difusi inovasi dalam tata ruang.
2. Teori yang menyangkut peranan pemerintah dan swasta dalam pertumbuhan
ekonomi wilayah.
3. Teori yang menaruh perhatian pada ekspor sebagai motor pertumbuhan
ekonomi wilayah.
4. Teori yang menelaah tentang peranan kelompok kepentingan (group interest)
dalam pembangunan wilayah, dan
5. Teori yang menerangkan dampak perubahan organisasi produksi perusahaan
dalam menentukan lokasi.
Pada hakekatnya pengembangan wilayah bertujuan untuk menciptakan
keadaan di mana tersedia alternatif syah yang lebih banyak bagi setiap anggota
55
masyarakat untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Secara ideal,
penciptaan alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi
karakteristik masyarakat dengan adanya peningkatan kapasitas produksi,
peningkatan rataan produktivitas persatuan tenaga kerja, peningkatan.
Saat ini sektor tambak dan perikanan seringkali dipersepsikan sebagai
mesin penggerak ekonomi atau penghasil bagi pembangunan ekonomi di suatu
negara, tanpa terkecuali di Indonesia dan khususnya pemerintah Daerah di
Kecamatan Balusu kabupaten Barru. Namun pada kenyataannya, kelautan dan
perikanan memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi
suatu negara atau daerah.
Munculnya isu pengelolaan pada sektor ini yang berkelanjutan adalah
sebagai hal yang dinamis dalam skala industri secara makro melalui pendekatan
strategis dalam perencanaan dan pembangunan sebuah destinasi tambak pada
perikanan. Meskipun banyak anggapan bahwa kelautan dan perikanan adalah
sebuah sektor pembangunan yang kurang merusak lingkungan dibandingkan
dengan industri lainnya, namun jika kehadirannya dalam skala luas akan
menimbulkan kerusakan lingkungan fisik maupun sosial. Sebenarnya
pembangunan dan perluasan daerah perikanan merupakan konsep yang sedang
berkembang, konsep siklus hidup perikanan dan konsep daya dukung saling
terkait adalah cara yang baik dan dinamis untuk melihat kondisi dan
perkembangan pada budidaya petani tambak ikan bandeng. Konsep siklus hidup
menunjukkan bahwa daerah tujuan wisata senantiasa mengalami perubahan dari
56
waktu ke waktu, dan kemajuannya dapat dilihat melalui tahapan-tahapan dari
pengenalan hingga penurunan.
Pengelolaan yang baik, pemerintah berperanan untuk memberdayakan
sumber daya yang langka serta menjadikan industri budidaya petani tambak ikan
bandeng dapat diperpanjang siklus hidupnya dan berkelanjutan. Dalam
pengembangan strategi perikanan dan kebijakan, otoritas yang bertanggung
jawab, harus mempertimbangkan pandangan dari sejumlah pemangku
kepentingan termasuk industri, penduduk, kelompok khusus yang mewakili
kepentingan lingkungan dan masyarakat, serta daerah itu sendiri.
Menurut Al Amin selaku Kepala Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan
Teknologi (Dinas Perikanan). “Ada aturan Pemerintah mengenai regulasi / aturan
peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat petani Ikan Bandeng
UU NO 31 Tahun 2004 (penyediaan skim kerdit). Pemerintah membuka suatu
peluang untuk pengelolaan kawasan tambak Ikan Bandeng”.(Hasil wawancara
AA, 25 Maret 2015)
Konsep pemerintahan melibatkan tidak sekedar pemerintah dan negara,
tapi juga peran berbagai aktor diluar pemerintah dan negara, sehingga pihak-
pihak yang terlibat juga sangat luas. Pemerintahan adalah mekanisme pengelolaan
sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan
sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif. Pemerintahan dapat
diartikan juga sebagai praktek penyelenggaran kekuasaan dan kewenangan oleh
pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintah secara umum dan pembangunan
ekonomi pada khususnya.
Kebutuhan kewenangan pemerintah daerah tidak lain untuk memperbesar
kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangga daerah sendiri serta untuk
57
memperkecil intervensi pemerintah diatasnya dalam urusan rumah tangga daerah.
Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintah daerah itu sendiri, baik untuk
melaksanakan kebijakan itu sendiri yang didasarkan kepada kebutuhan,
kepentingan, dan aspirasi masyarakat lokal setempat sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Unsur utama yang dilibatkan dalam penyelenggaran pemerintahan
menurut UNDP (1997:10) terdiri dari 3 (tiga) komponen, yakni “state private
(keadaan pribadi) dan civil society (masyarakat sipil) state (status) Pada masa
yang akan datang mempunyai tugas penting untuk menciptakan lingkungan
politik guna mewujudkan pembangunan manusia yang berkelanjutan sekaligus
mendefinisi peran pemerintah dalam integrasi sosial ekonomi, melindungi
lingkungan kemiskinan, menyediakan infrastruktur, desentralisasi dan demokratis
pemerintah.
Memperkuat finansial dan kapasitas administrasi pemerintah daerah. Di
samping itu, pemerintah juga perlu memberdayakan rakyat yang menghendaki
pemberian layanan, penyediaan kesempatan yang sama secara ekonomi dan
politik. Pemberdayaan tersebut akan terwujud apabila diciptakan suatu lingkungan
yang kondusif dengan sistem dan fungsi yang berjalan sesuai dengan peraturan
yang jelas.
Hasil wawancara dengan Dinas Pemerintah Daerah yaitu pemerintah desa
mengatakan bahwa: “Selaku Pemerintah Daerah, Pemerintah telah membuat dan
Memberdayakan masyarakat petani Ikan Bandeng, dengan Bentuk Penyuluhan,
bimbingan kepada petani tambak”. (Hasil wawancara HJ, 15 Maret 2015)
58
Dengan berlakunya otonomi daerah yang dimulai awal tahun 2001 sampai
saat ini, di mana setiap daerah kabupaten diberikan wewenang atau otoritas
membangun wilayahnya masing-masing sesuai dengan kondisi sumberdaya alam,
potensi keunggulan daerah, dan kemampuan sumberdaya manusianya, maka
sistem pembangunan ekonomi secara otomatis telah berubah dari sistem
pembangunan sektoral menjadi sistem pembangunan wilayah. Agar tidak terjebak
pada keterpurukan ekonomi yang berkepanjangan seperti saat ini maka
seyogyanya pemerintah daerah dalam menentukan arah kebijakannya dan skala
prioritas pembangunannya harus hati-hati dengan memperhatikan dan
mendahulukan pembangunan ekonomi yang menjadi basis ekonomi rakyat yaitu
kegiatan ekonomi yang menjadi bagian terbesar mata pencaharian masyarakat
setempat di wilayah masing-masing.
D. Faktor yang Mempengaruhi Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Berdasarkan dari hasil temuan dilapangan faktor yang dapat
mempengaruhi pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat di Kecamatan
Balusu yaitu:
1. Faktor Pendukdung
a. Partisipasi Masyarakat
Penguatan kelembagaan memang perlu untuk mendukung
pembangunan dalam pemberdayaan masyarakat petani ikan bandeng.
59
Wawancara dengan penyuluh perikanan : pemerintah Kecamatan
Balusu memang sudah menyediakan wadah kepada masyarakat untuk
pendampingan agar masyarakat bisa lebih leluasa mndapat solusi yang
tepat. (Hasil Wawancara DN, 28 Maret 2015)
b. Potensi Budi Daya Masyarakat
Masyarakat petani ikan bandeng di definisikan sebagai kelompok
orang yang tinggal di derah pesisir dan sumber kehidupan
perekonomiannya dengan sistem tradisional umumnya mengandalkan
nener hasil penangkapan alam, padat penebaran rendah, mengandalkan
makanan alami, dan pengisian air tambak mengandalkan pasang-surut air
laut.
“DiKecamatan Balusu memang kebanyakan dari penduduk adalah
petambak ikan bandeng bahkan hampir dari keseluruhan penduduknya
bartani ikan bandeng.” (Hasil wawanara ID, 01 April 2015)
c. Potensi Budidaya Perikanan
Munculnya isu pengelolaan pada sektor ini yang berkelanjutan
adalah sebagai hal yang dinamis dalam skala industri secara makro melalui
pendekatan strategis dalam perencanaan dan pembangunan sebuah
destinasi tambak pada perikanan.
Peningkatan aksesibilitas masyarakat tambak ikan bandeng
terhadap informasi. merupakan salah satu aspek penting dalam
pengembangan masyarakat petani tambak ikan bandeng sebagai bagian
dari pengelolaan pesisir dan tambak. Kesediaan informasi mengenai
potensi dan perkembangan kondisi wilayah dan sumberdaya tambaknya
sangat berharga untuk penyusunan kebijakan, program dan kegiatan di
60
wilayah tersebut. Ketersediaan informasi ini juga penting bagi masyarakat
untuk dijadikan bahan pertimbangan pengembangan kegiatan dan
perannya dalam rangka meningkatkan perekonomian mereka. Hal tersebut
juga bermanfaat untuk mengefektifkan upaya masyarakat dalam
melindungi sumberdaya serta . Mengingat sebagian besar penduduk di
wilayah ini tergantung secara ekonomis pada sumberdaya tambak ikan
bandeng, maka informasi yang berkaitan dengannya sangat diperlukan
bagi masyarakat di wilayah itu.
“Berbicara Tentang Potensi Di Kecamatan Balusu Potensi Budidaya
Tambak Sangat Bagus Karena Selain Karena Alamnya Pemerintah
Juga Memberikan Kami Penyuluhan Dan Penyediaan Kredit ”. (Hasil
wawancara RM, 05 April 2015)
A. Kurangnya Perhatian Masyarakat Petani Tambak Ikan Bandeng
Partisipasi Masyarakat, keterlibataan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat petani ikan bandeng, Pemerintah menyediakan dan
mengusahakan dana untuk memberdayakan nelayan kecil dan pembudidaya
ikan kecil, baik dari sumber dalam negeri, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
“Sebenarnya Pemerintah Daerah Kabupaten Barru sangat Memperhatikan
Petani Ikan Bandeng akan tetapi ada sebagian petani tambak ikan yang
kurang memperhatikan upaya pemerintah daerah Kabupaten Barru”.
(Hasil wawancara HJ, 05 April 2015)
61
B. Ketersediaan Nener Bandeng
Aspek konsumsi bandeng adalah sumber protein yang sehat sebab
bandeng adalah sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Bandeng
presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk bandeng olahan yang
dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Selama sepuluh tahun terakhir
permintaan bandeng meningkat dengan 6,33% rata-rata per tahun, tetapi produksi
hanya meningkat dengan 3,82%.
Budidaya bandeng tidak menimbulkan pencemaran lingkungan baik air
kotor maupun bau amis. Pemeliharaan bandeng yang sehat mensyaratkan air dan
tambak yang bersih serta tidak tercemar.
“Kendala Kendala Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Pemberdayaan
Masyarakat Petani Ikan Bandeng di kecamatan Balusu Kabupaten Barru menurut
Camat Balusu yaitu: Petani Ikan Bandeng mengalami kerugian Besar diakibatkan
kurangnya bibit nener”. (Hasil wawancara HJ, 02 April 2015)
C. Cuaca Yang Tidak Menentu
Meskipun banyak anggapan bahwa kelautan dan perikanan adalah sebuah
sektor pembangunan yang kurang merusak lingkungan dibandingkan dengan
industri lainnya, namun jika kehadirannya dalam skala luas akan menimbulkan
kerusakan lingkungan fisik maupun sosial. Sebenarnya pembangunan dan
perluasan daerah perikanan merupakan konsep yang sedang berkembang, konsep
siklus hidup perikanan dan konsep daya dukung saling terkait adalah cara yang
baik dan dinamis untuk melihat kondisi dan perkembangan pada budidaya petani
tambak ikan bandeng. Konsep siklus hidup menunjukkan bahwa daerah tujuan
62
wisata senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dan kemajuannya
dapat dilihat melalui tahapan-tahapan dari pengenalan hingga penurunan.
Dalam hal ini kolam yang disiapkan adalah kolam yang telah ada dan telah
berulang kali melaksanakan budidaya dan panen bandeng. jadi kita tidak lagi
berbicara tentang pemilihan lokasi (tapak) dan tata letak kolam, Petani ikan
meskipun tidak benar dalam memenuhi tahapan persiapan budidaya. mereka
memang bisa panen bandeng namun hasilnya kurang maksimal karena langkah-
langkah dalam penyusunan kolam ini sering diabaikan atau tidak dilakukan
dengan benar.
“Kita Sudah Berusaha Semampunya Untuk Memanen, Ikan Tapi Kalau
Berbicara Tentang Cuaca Kita Tidak Bisa Menentukan”. (Hasil wawancara
RH, 05 April 2015)
E. Tanggapan Masyarakat Terhadap Budidaya Ikan Bandeng
Di samping faktor-faktor yang menjadi kendala di atas, terdapat juga
beberapa faktor yang menghambat pengembangan klaster budidaya petani tambak
ikan bandeng di wilayah Kabupaten Barru, antara lain adalah:
Pendidikan para petani ikan bandeng relatif masih rendah, sehingga pada
umumnya masih tradisional, kurang mampu menyerap informasi sehingga sulit
mengembangkan atau meningkatkan usahanya. Akibatnya msih banyak
masyarakat di bawah garis kemiskinan.
63
Lebih susah lagi para petani yang bekerja pada pemilik tambak dengan
upah rendah, karena posisi tawar antara petani dengan ikan masih lemah, karena
jumlah pekerja dalam masyarakat belum memadai. Di lain pihak petani yang ingin
pindah menjadi petambak dengan tambak sendiri tidak mampu membeli tambak.
Musim angin barat selama 4 bulan yang mengurangi aktivitas petambak.
Artinya para petani bekerja selama 8 bulan untuk menghidupi keluarga selama
satu tahun. Bagi para petani ikan bandeng yang kurang mengantisipasi musim
angin barat ini akan mengalami kesulitan pada saat musimnya tiba.
Mutu produk belum memadai penangannya.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Peranan Pemerintah Kecamatan Balusu Kabupaten Barru
Partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan petani ikan bandeng,
potensi masyarakat dalam budidaya ikan bandeng, anggaran, biaya yang
disediakan oleh pemerintah.
Peran Pemerintah Daerah dalam memajukan taraf hidup
masyarakat daerah pesisir dengan penyediaan Skim dan kredit bagi
nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil. Penyelenggaraan pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan bagi nelayan kecil oleh Pemerintah Daerah,
menumbuh kembangkan kelompok pembudidaya usaha kecil dan koperasi
perikanan
2. Faktor pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan program
pemerintah daerah dalam Pemberdayaan masyarakat Petani Ikan Bandeng
adalah partisipasi masyarakat petani ikan bandeng yang sangat baik,
potensi budi daya masyarakat yang tinggi karena masyarakat memang
64
65
tinggal di daerah pesisir pantai, anggaran biaya yang disediakan oleh
pemerintah jelas, sehingga memudahkan masyarakat.
Faktor penghambat yang menjadi kendala masyarakat yaitu:
kurangnya perhatian pemerintah desa, sehingga masyarakat msih kesulitan
mendapatkan informasi. Ketersediaan nener bandeng yang sulit didapatkan
karena terkendala oleh cuaca yang tidak menentu. Dipengaruhi oleh cuaca
yang tidak menentu sehingga hasil yang didapat masih kurang.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas dan untuk
1. Meningkatkan produktifitas masyarakat petani ikan bandeng secara efektif
efisien, maka ada beberapa saran dari penulis yang mungkin bermanfaat
bagi pemerintah dalam rangka pengembangan sumber daya manusia
khususnya dalam lingkup daerah Kabupaten Barru terkhusus
KecamatanBalusu
2. Meskipun pemerintah telah berperan aktif dalam pemberdayaan
masyarakat petani ikan bandeng. Namun, pemerintah juga harus tetap
memberikan sumber-sumber yang dapat memotivasi masyarakat sesuai
dengan apa yang diharapakan untuk kemajuan daerah tersebut.
3. Mendorong masyarakat petani ikan bandeng agar dapat bekerja secara
optimal berdasrkan tugas dan fungsinya guna mencapai sasaran dan target
yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu dirancang stimulus tersebut dengan
memperhatikan sikap dan perilaku masyarakat melalui monitoring khusus.
66
4. Memelihara hubungan silaturahmi antar masyarakat dan saling tenggang
rasa antar sesama petani tambak ikan bandeng, saling menghargai dan
menghormati antar satu sama lain, menciptakan suasana lingkungan yang
harmonis, melakukan kerja sama dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Agus Murtidjo. 2002. Seri Budi Daya Bandeng. Yogyakarta: Kanisius
Djohani 2003. Pemberdayaan masyarakat di era globalisasi. Bandung: Alfabeta
H. Azam Awang, 2010. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Harold. J 1992. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 48
Ife. 1995. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Vol 3 No. 62
Kartasasmita. 1996. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 45
Koswara. 2001. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 51
Koentraningrat. 1993 Pt. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Mubyarto. 1993. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 46
Ndraha, 2011. Kibernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: Rineka Cipta
Oos M. Anwas, Haryono Suyono. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era
Globalisasi. Bandung: Alfabeta
Pambudi. 2003. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 61
Prijono dan Pranarka. 1996. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 47
Rasyid, Muhammad Ryaas. 2007. Makna Pemerintahan; Tinjauan dari segi etika
dan kepemimpinan. Jakarta: Yarsif Watampone
Syafiie. 2001. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat
Petani Rumput Laut di Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
Makassar: Resky Yasin
Soemantri. 1998. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Stewart. 1998. Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Vol 3 No. 46
Sukanto. 2006. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat
Petani Rumput Laut di Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
Makassar: Resky Yasin
Sugiyono 2008. Vol 16 Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif. Alfabeta
Bandung
Sugiyono 2008 Vol 18 Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif.Alfabeta
Bandung
Sugiyono 2008Suharto (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan
Sosial: Spektrum Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan-
STKS
Syaiqh Taqyuddin An-nhabani Implementasi Pemberdayaan Masyarakat 2009
Tikson Dalam Seni. 2000. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan
Masyarakat Petani Rumput Laut di Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol 1 No. 36
UNDP.1997.Laporan UNDP Tahun 1997
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-Undang Np. 32 Tahun 2014
DAFTAR INFORMAN
Tabel 3.1 : informan penelitian
No. Informan Jabatan Jumlah
1 Pemerintah Daerah 2 (Orang)
2 Dinas Perikanan 5 (Orang)
3 Tokoh Masyarakat 3 (Orang)
Total Informan 10 (Orang)
No Nama Inisial Pekerjaan
1 Herman Jaya, S.Ip HJ Camat Balusu
2 Al Amin AA Bagian umum
3 Ibardarmadi ID Kepala desa Balusu
4 A Hendra, S.S DN Bagian perncanaan
5 Darlia Nodi AN Bagian keuangan
6 A Nasrawati AY Bagian evaluasi
7 A Yuran jafar YJ Bagian pelaporan
8 Sarifuddin SD Masyarakat
9 A Manna Hau AM Masyarakat
10 Hidayatullah HY Masyarakat
PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT PETANI IKAN BANDENG DI KECAMATAN BALUSU
KABUPATEN BARRU
Pedoman Wawancara
A. Peran Pemerintah Kecamatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani
Ikan Bandeng
1. Pendidikan dan pelatihan
a. Bagaimana pendapat bapak tentang di adakannya pendidikan dan
pelatihan petani ?
b. Bagaimana persiapan pemerintah dalam memberikan pendidikan dan
pelatihan kepada masyarakat petani?
2. Penyuluhan
a. Bagaimana respon masyarakat dalam mengikuti penyuluhan ini ?
b. Apakah anda merasa terbantu dengan adanya penyuluhan dan
pendampingan ini ?
3. Penyediaan fasilitas pembiayaan, teknologi dan permodalan
a. Bagaimana pendapat anda tentang penyediaan fasilitas pembiayaan,
teknologi dan permodalan ?
4. Penguatan kelembagaan petani
a. Bagaimana pendapat bapak dangan dibentuknya kelembagaan petani
ini ?
b. Apa yang dilakukan pemerintah dalam mengelola kelompok tani ini ?
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
Petani
1. Faktor pendukung
a. Kelembagaan
1) Apakah pemerintah sudah menyediakan wadah kelembagaan
kepada petani ?
b. Ketersediaan tambak
1) Bagaimana ketersediaan lahan petani di Kecamatan Balusu ?
2) Bagaimana pemanfaatan lahan di Kecamatan Balusu ?
c. Faktor penghambat
1) Apa saja yang menjadi kendala petani dalam pengelolaan
budidaya ikan bandeng ?