Upload
vuanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM
PENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA
TERHADAP KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI PULAU
TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
HILMANSYAH
NIM : 108053000008
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
PERANAN IYTAJELIS ULAT},IA INDONESTA DALAfrIPENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA TERIIADAP
KEFiiDUPAri KEAGAiiflAAN Di FULAU TIDUTGKEPULAUAN SERIBU
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ihnu Dakwah dan Ilmu Komrmikasi
Llntuk Me.rnenuhi Syarat Mencapai GelarSarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oieh:Hilmansyah
NIM: 108053000008
Dibawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Syamsir Saiam.IviS.NrP. 19450720 197803 I 002
PROGRAivi ST-UDiiviAi.iAiElyiEi.i DAKWAiiFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMLTNIKASI
LIN,MRSTTAS TSLAMN_I9Iu:. HTDAYATT_rr.r,AHJ.r\A,A-tttA
1434H/ 2013 M
rLl\t llsArtAi\ rAi\tIlA UJIAI\
; i .-JKnpsl yang DerJuoul reranan ivraJerrs urama rnoonesra l,atzm renanggulangan
Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Keagamaan Di Pulau Tidung
irepulauan Seri-bu, teiah oiujixan ciaiam siciang viunaqasyah Fakuitas iimu ijakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
ianggai ii9 Januari Z0ii. Skripsi ini ieiah ciiierirna sebagai saiah saru syarai
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l) pada program studi Manajemen
Dakwah.
l^1,^a^ l< l^^,,^.i 1nl2.!4N41L4. I J .t4lIU4l I :\' I J
Sidang Munaqasyah
Keiua Merangi<ap Anggora
W*r-ijrs. Lecep Uastraw'UaJ-a. ivirrNIP. 19670818 199803 l 002
rengult I
NrP. t966065 199403 1 005
i i i : iirl. lvlulKanaslr. SA. 5.ro. iv'ltvr
NrP. 19550101 198302 I 001
i: :i : _ --;:IJrS. ivl. r1uorl. lYlANrP. r9720606 199803 I 003
viengetahur,Pembimbing Skripsi
az:-z--j;?
002NIP. 19450720197803 |
-
LitfriiiAi< Pitiifi YA'i'AAN
i-Lrengan rft sayamenyaraKan oaffira:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
saiah satu persyaratan memperoieh geiar sarjana Straia i di UTi.{ Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumirer yang saya gunakan ciaiam si<ripsi ini teiah <iicaniumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. irka kemudian han terbukti bahwa karya iimiah iru bukan irasii karya asii
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya oftmg lain, maka saya
berseciia menenma ketentuan yang beriaku di tJtN Syarif i-iiciayaiuiiah
Jakarta
iakrt& 22 iatuariZDi3
ABSTRAK
HILMANSYAH
Peranan Majelis Ulama Indonesia Dalam Penanggulangan Dampak
Pariwisata Terhadap Kehidupan Keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan
Seribu
Pariwisata telah menampilkan peranannya dengan nyata dalam
memberikan kontribusinya terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
bangsa. Kesempatan kerja bagi orang-orang terampil di bidang ini makin
bertambah jumlahnya, pendapatan Negara dari sektor pajak makin meningkat,
keadaan sosial masyarakat yang terlibat dalam sector ini makin baik, kebudayaan
bangsa makin memperoleh apresiasi.
Disatu sisi, sulit diingkari bahwa pariwisata itu mampu meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Di sisi lain harus diakui pula bahwa pariwisata tidak sedikit
diboncengi dampak negatif yang menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia
yang kadang tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan tatanan kehidupan sosial,
budaya dan agama masyarakat serta harkat hidup manusia itu sendiri.
MUI sebagai organisasi yang dinaungi oleh para ulama, ustadz dan ustadzah
yang oleh masyarakat mampu dan mampunyai kredibilitas serta memiliki
kompetensi membendung dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh
pariwisata, khususnya dari sisi keagamaan.
Untuk itu penulis mengangkat penelitian tentang peranan Majelis Ulama
Indonesia dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan
keagamaan di Pulau Tidung, dengan maksud menjadikannya sebagai salah satu
sumber informasi yang bermanfaat untuk masyarakat dan MUI tentang peranan
MUI dan dampak-dampak yang ditimbulkan parwisata. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggunakan teknik
wawancara dan pengambilan dokumentasi berupa data atau laporan tertulis.
Adapun hasil temuan yang penulis peroleh selama proses penelitian, dapat
disimpulkan bahwa MUI melakukan berbagai upaya dalam ragka untuk
menanggulangi dampak pariwisata diantaranya: membahas tentang hukum
menyewakan home stay atau penginapan dan penyewaan kapal snorkeling dalam
batshul masail dan memfatwakannya, membuat media himbauan kepada para
wisatawan untuk berpakaian sopan didaerah pemukiman, serta melakukan
komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi kepada pemerintah kelurahan yang
menyoalkan tentang pariwisata. Namun ada berbagai macam hambatan yang
dialami MUI dalam melakukan upaya-upaya tersebut, seperti: kompleksitas
persoalan yang ada di Pulau Tidung membuat MUI agak kesulitan melakukan
sesuatu, sikap apatis masyarakat terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh
pariwisata membuat MUI kurang mendapat dukungan penuh dalam membuat
fatwa, mulai lunturnya jiwa kesolidan masyarakat dan sikap materialistis
membuat MUIagak kesulitan melakukan sesuatu karna semua diukur dan dinilai
denga rupiah,dan minimnya koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi antara MUI
dengan pemerintah setempat dalam hal ini adalah Lurah Pulau Tidung membuat
MUI agak terbatas dalam melakukan dan merumuskan sesuatu
Kata kunci :Peranan, Pariwisata, Kehidupan Keagamaan.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih
tetap setia memberikan segala petunjuk menuju dunia yang diridhoi-Nya.
Sholawat dan salam selalu dijunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah dan akan selalu memberikan syafa‟at kepada kaum Muslim dunia.
Alhamdulillah, empat tahun penulis berjuang melawan banyak godaan untuk
menuntut ilmu dijalan Allah. Canda, tawa, suka dan duka selalu menjadi
penyemangat jalannya hidup. Kini semua akan meninggalkan penulis namun akan
menjadi sebuah goresan tinta kehidupan yang tak akan pernah penulis lupakan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak atas terselesaikannya
skripsi ini, antara lain:
1. Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk dalam setiap langkah penulis
selama hidup ini. Semoga Engkau tetap meridhoi jalan yang hamba pilih.
2. Kedua orang tua penulis, H. Mudasir RD dan (Almarhuma) Hj. Hariyati, Kasih
sayangmu tak dapat penulis ungkapkan melalui kata-kata dalam skripsi ini, tak
terhitung berapa jumlah kalori yang kau bakar hanya untuk memberikan yang
terbaik untuk penulis. I Love You Father and Mother!
3. Kepada kakak, adik dan abang ipar penulis: Turmudzi, Maliyatun, Muhdalifah,
Nurmaningsih, Kholid Haidir, Hariyadi, Mifathul Jannah, Khairatin, yang
selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis. Tak lupa kepada
keponakan yang lucu-lucu: Fitri Farhana, Fatiyah Azzahrah, Aliyah, Zahrah,
Yasmin, Qonita, Sefty, Jihan, Afifah, semoga Allah menjaga kalian semua
dalam ridho-Nya.
4. Kepada Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, kepada Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan para jajarannya, kepada Drs.
Cecep Castrawijaya, MM selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah dan
kepada H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
5. Kepada Prof. Dr. H. Syamsir Salam selaku dosen pembimbing. Terima kasih
atas semua ilmu yang telah bapak berikan.
6. Kepada segenap Bapak dan Ibu dosen Manajemen Dakwah, terima kasih atas
segala ilmu yang telah diajarkan selama ini. Semoga masih akan terus
bermanfaat untuk penulis dalam menghadapi dunia yang nyata.
7. Kepada staf Perpustakaan FIDKOM dan Perpustakaan Utama yang telah
memberikan kemudahan dalam bertransaksi buku yang selama ini penulis
butuhkan dan tentunya atas koneksi WiFi-nya yang selalu penulis gunakan.
8. Kepada Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung. Terima kasih atas
waktu dan bantuan yang bapak berikan sehigga penulis mendapatkan data dan
dokumen tentang Pulau Tidung.
9. Terima kasih kepada Bapak H. Rahmat Syamsudin dan Drs. Mawardi, Ketua
dan Sekretaris MUI Kepulauan Seribu yang telah berkenan untuk membagi
waktunya kepada penulis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Semoga
beliau sehat selalu.
10. Kepada semua pihak: para travel, tokoh masyarakat, dan tokoh agama atas
doa dan dukungannya kepada penulis. Barokallah.
11. Kepada segenap kawan-kawan seperjuangan dari Manajemen Dakwah 2008;
Ibnu Banyu, Abd. Somad, Husin, dan teman-teman MD A dan B yang
lainnya.
12. Kepada My Best Friend, Anisal Husna yang terus memotivasi dan
memberikakan semangat kepada penulis. Semoga semangat ini dapat
dilanjutkan dan cepat selesai juga kuliahnya.
13. Kepada kawan-kawan seperjuangan di Forum Mahasiswa Kepulauan Seribu
(FMKS) dan rekan-rekan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kepulauan
Seribu serta terima kasih kepada para senior, terus berkontribusi untuk Pulau
tercinta. Jangan lupa kuliahnya kawan-kawan.
14. Kepada teman-teman kosan, Dian, Agung, Anca, Lukman yang selalu berbagi
cerita dan ceria serta selalu memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini,
Jakarta, 03 Januari 2013
Hilmansyah
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................. 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II. TINJAUAN TEORI .......……………………………….……... 15
A. Teori Peranan ........................................................................ 15
1. Pengertian Peranan ........................................................... 15
2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran ................................... 18
B. Teori Perubahan Sosial .......................................................... 18
1. Pengertian Perubahan Sosial ............................................ 18
2. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial ..................................... 22
3. Klasifikasi Perubahan Sosial ............................................ 24
4. Faktor-faktor Perubahan Sosial ........................................ 27
5. Proses Perubahan Sosial ................................................... 32
C. Teori Fungsional-Struktural ................................................... 44
D. Teori Ekonomi ....................................................................... 45
BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PULAU
TIDUNG KEPULAUAN SERIBU ........................................... 47
A. Sejarah Singkat ....................................................................... 47
B. Keadaan Geografis ................................................................. 48
1. Batas wilayah ................................................................... 48
2. Luas wilayah .................................................................... 49
C. Keadaan Penduduk ................................................................ 52
1. Penduduk berdasarkan umur ........................................... 52
2. Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ..................... 54
3. Penduduk berdasarkan mata pencaharian ........................ 57
D. Keagamaan ............................................................................. 59
1. Tempat peribadatan ......................................................... 59
2. Kegiatan tempat peribadatan ........................................... 61
BAB IV. PERKEMBANGAN DAN DAMPAK PARIWISATA DI
PULAU TIDUNG KEPULAUN SERIBU .............................. 66
A. Pengertian Pariwisata ........................................................... 66
B. Sejarah Pariwisata di Pulau Tidung ..................................... 67
C. Fasilitas Pariwisata di Pulau Tidung .................................... 68
D. Kegiatan Wisata di Pulau Tidung ........................................ 76
E. Dampak Pariwisata di Pulau Tidung ..................................... 77
1. Dampak positif ................................................................ 78
2. Dampak negatif ............................................................... 80
F. Tanggapan Masyarakat Tentang Pariwisata
di Pulau Tidung ..................................................................... 84
BAB V. PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM
PENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA DI PULAU
TIDUNG KEPULAUAN SERIBU .......................................... 86
A. Sejarah Singkat ....................................................................... 86
B. Visi, Misi, Tujuan, Orientasi, dan Peran ................................ 88
C. Struktur Organisasi ................................................................ 95
D. Upaya-upaya yang Dilakukam MUI ..................................... 97
E. Hambata-hambatan ............................................................. 101
BAB VI. PENUTUP ................................................................................. 102
A. Kesimpulan ......................................................................... 102
B. Saran ................................................................................... 104
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat dunia dewasa ini sedang bergelut menghadapi era
kesejagatan, yaitu era globalisasi yang diwarnai oleh derasnya arus
komunikasi, informasi, dan transportasi. Berbagai informasi begitu cepat
terkomunikasi, sehingga peristiwa yang terjadi di belahan bumi lainnya dapat
disimak. Arus transportasi yang begitu lancar, memicu siklus pergerakan
manusia di dunia yang memungkinkan terjadinya proses transformasi dan
perembesan nilai-nilai budaya, sosial, dan religi dari satu negara ke negara
lainnya yang berakibat lanjut kepada pergeseran tatanan nilai kehidupan
manusia itu sendiri.
Gaung global yang memunculkan dua alternatif peluang dan atau
ancaman itu yang harus diantisipasi dengan mengambil langkah-langkah
terencana dan tindakan nyata agar ancaman dan tantangan tersebut dijadikan
peluang yang membawa keberuntungan. Salah satu alternatif sebagai peluang
yang cukup menjanjikan adalah sektor pariwisata dapat dijadikan pilihan
solusi terbaik, karena sebagai sebuah industri, pariwisata banyak membawa
efek (multiplier effect) dalam pembangunan di berbagai sektor serta diyakini
sebagai sebuah industri masa depan yang mampu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.1
1 Dahlan, HMD, Mencari Makna Hidup, (Bandung: CV Diponegoro, 1995), h. 213.
Dalam Islam, perjalanan pariwisata sangat dianjurkan dalam rangka
untuk melihat dan menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Nya. Bahkan dalam
Al-Quran ditemukan sekian banyak perintah Allah yang berkaitan dengan
fungsi tanda-tanda tersebut. Khusus yang menyangkut pandang-memandang,
tidak kurang dari tujuh ayat yang mengaitkan langsung perintah memandang
itu dengan melakukan perjalanan. Allah SWT telah berfirman dalam surat At-
Taubah ayat 112
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat,
yang memuji, yang melawat (melakukan perjalanan), yang ruku', yang sujud,
yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang
memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min
itu.
Bahkan, al-saihun (wisatawan) yang melakukan perjalanan dalam
rangka mendapat pelajaran dan pengajaran, dipuji Al-Qur‟an berbarengan
dengan pujiannya kepada orang-orang yang bertaubat, mengabdi memuji
Allah, rukuk dan sujud, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran serta memelihara ketetapan-ketetapan Allah.2
2 M. Quraish, Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. (Bandung: Penerbit Mizan, 1992), h. 53.
Perjalanan atau pariwisata yang tidak mengakibatkan dosa dibenarkan
oleh agama. Bahkan, mereka yang melakukan perjalanan mendapat
keringanan-keringanan dalam kewajiban agama, seperti kebolehan menunda
puasa dan menggabung atau meringkas rakaat shalat. Namun, sifat terpuji
dari suatu perjalanan adalah yang seperti tercantum dalam Al-Quran
mengenai perintah melakukan perjalanan Q.S Al-Hajj: 46
Artinya: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
memiliki hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau memiliki telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”
Dengan melakukan perjalanan, kita dapat melihat bukti-bukti
kekuasaan Allah dalam penciptaan langit dan bumi serta kehidupan makhluk-
Nya. Dengan penuh kekaguman, sekaligus akan merasakan kenikmatan saat
melihat penciptaan Yang Maha Pencipta itu. Saat itu pula, kita akan
mendapatkan kenikmatan dan kesejukan yang akan menambah keimanan,
kepasrahan, dan ketundukan kepada Allah.3
3 Ibid.
Dalam konteks di Indonesia sendiri, pariwisata telah menampilkan
peranannya dengan nyata dalam memberikan kontribusinya terhadap
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Kesempatan kerja bagi orang-
orang terampil di bidang ini makin bertambah jumlahnya, pendapatan negara
dari sektor pajak dan devisa makin meningkat, keadaan sosial masyarakat
yang terlibat dalam sektor ini makin baik, kebudayaan bangsa makin
memperoleh apresiasi.
Disatu sisi, sulit diingkari bahwa pariwisata itu mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Di sisi lain harus diakui pula bahwa, pariwisata
banyak diboncengi dampak negatif yang menyentuh berbagai aspek
kehidupan manusia yang kadang tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan
tatanan kehidupan sosial, budaya dan agama masyarakat serta harkat hidup
manusia itu sendiri.
Dampak lain yang ditimbulkan pariwisata yang sering disebut
sebagai multiplier effect, menyusup juga ke aspek-aspek di luar ekonomi
seperti sosial, budaya, dan religi. Pada aspek budaya, industri pariwisata
memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Budaya
dan pariwisata dalam interaksinya berada dalam level ganda, yaitu pada level
pertama; pola kebudayaan dalam masyarakat bisa mempengaruhi kemampuan
dan keinginan mereka untuk berwisata; dan pada level kedua, budaya bisa
menyediakan berbagai jenis atraksi wisata dalam sebuah sistem pariwisata
seperti kegiatan budaya, event, produk wisata yang kesemua itu merupakan
motivasi kuat bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan
wisata.
Walaupun pariwisata itu telah mendapat legitimasi dari berbagai
perspektif, namun pariwisata juga dipandang sedikit apriori oleh para tokoh
agama, sehingga tidak heran apabila dalam kehidupan masyarakat sering
terdengar bahwa dunia pariwisata itu sebagai sebuah industri kemaksiatan
tingkat tinggi, pembawa bencana erosi, degradasi, dan abrasi moral yang
tidak sepadan dengan nilai anutan masyarakat setempat. Praktek prostitusi
dan tindakan kejahatan akan semakin merajalela, perilaku generasi muda
akan jauh melenceng dan terkontaminasi oleh budaya luar yang tidak sesuai
bahkan bertentangan dengan agama Islam dan budaya lokal. Budaya malu
telah terabaikan bahkan sebagian generasi muda sudah mulai malu
menyandang rasa malu.4
Melihat fenomena di atas, maka dibutuhkan tokoh agama sebagai key
person memiliki peranan besar di dalam kehidupan bermasyarakat. Andil
tokoh agama dalam konteks kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari banyak
sisi seperti: (1) tokoh agama dalam hal ini “tuan guru” dianggap sebagai
penasehat tunggal (the single advisor) bagi masyarakat dalam meminta
berbagai jenis dan macam petunjuk hidup; (2) tuan guru dipredikatkan
sebagai problem solver di tengah-tengah kehidupan masyarakat.5
4 Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia yang Dilipat, (Bandung: Mizan, 1998), h. 32.
5Raqith, Ahmad Hasan, Meraih sukses Perjuangan Da’i, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2001), h. 23.
Begitu pula halnya aktivitas pariwisata di Pulau Tidung Kepulauan
Seribu. Sebagai salah satu destinasi pariwisata di Kepulauan seribu ini
mempunyai keunikan, yaitu pariwisata di Pulau Tidung bersifat wisata
pemukiman, artinya tempat pariwisata berbaur menjadi satu dengan
kehidupan masyarakat setempat. Berbeda dengan wisata resort, yaitu daerah
atau tempat yang diperuntukkan khusus untuk aktivitas pariwisata, seperti
Bali, Pulau Lombok, dan lain-lain.
Dari sisi ekomomi, aktivitas pariwisata di Pulau Tidung sangat
membantu masyarakat setempat meraup pundi-pundi rupiah, karena
diperkirakan setiap minggu (weekend) wisatawan yang datang sekitar 1.500
wisatawan yang berkunjung bahkan bisa lebih jika libur panjang (long
weekend).6 Dapat dibayangkan nilai rupiah yang berputar di Pulau Tidung
setiap minggunya. Dengan begitu maka pendapatan masyarakat di Pulau
tersebut meningkat dan berujung pada kesejahteraan masyarakat setempat.
Namun, disisi lain, yaitu aspek religi/keagamaan disadari atau tidak
sudah mengalami degradasi, bahkan sedikit demi sedikit telah melunturkan
kebiasaan keagamaan yang telah lama ada disana. Salah satu bukti adalah
ketika hari raya idul fitri. Sudah dua tahun belakangan, perayaan hari raya
idul fitri agak berbeda dan kurang khidmat dari tahun sebelumnya karena
berkurangnya budaya bersalam-salaman antar masyarakat setempat karena
ramainya aktivitas pariwisata pada saat hari raya yang seharusnya khidmat
itu. Masyarakat disibukkan dengan kegiatan melayani wisatawan yang
6 Harian Pelita, Alamsyah M Dja‟far, Islam dan Ruang Publik, 28 Oktober 2011.
mayoritas non muslim. Tidak hanya itu, Warga acap kali disuguhi
pemandangan cara berpakaian serba minim, baik di bagian atas tubuh maupun
kaki. Rasa miris tak hanya terkait tata berbusana, kegaduhan juga mengusik
suasana masyarakat yang tenang. Wisatawan sering melakukan tindakan yang
bertentangan dengan nilai agama dan budaya lokal.7
Menurut Ketua Kerukunan Umat Beragama Kepulauan Seribu
(KUBKS) Thoyib Syahputra bahwa jika dibandingkan masa lalu, terutama
saat Pulau Tidung belum terjamah oleh pariwisata, masyarakat lokal tersohor
dengan lingkungan agamis. Jauh melampaui kondisi keagamaan di pulau-
pulau sekitar Kepulauan Seribu. Perlahan tapi pasti, pergeseran norma dan
nilai-nilai kearifan lokal kian mengemuka.8
Disinilah diperlukan peranan tokoh agama atau ormas keagamaan
yang dianggap mampu mengatasi persoalan pariwisata terhadap kehidupan
keagamaan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu adalah salah
satu organisasi keagamaan yang oleh masyarakat setempat dianggap mampu
mengatasi hal tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam
mengenai peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu dalam
menanggulangi dampak negatif dari pariwisata yang berpengaruh pada
kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu, maka penulis akan
7 Pernyataan Pribadi Ketua MUI Kepulauan Seribu (H. Rahmat Syamsudin), di Pulau
Tidung, 27 September 2011.
8 Batavia.co.id, Ferry Kisihandi, Thoyib Syahputra: Meredam Lunturnya Nilai Agama,
diakses pada 14 Oktober 2011.
menuangkannya dalam karya tulis ilmiah “skripsi” dengan judul “PERANAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI
PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan fokus, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas hanya pada peranan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam upaya penanggulangan dampak pariwisata
terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah-masalah
pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:
a. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari pariwisata terhadap kehidupan
keagamaan?
b. Bagaimana peranan MUI dalam penaggulangan dampak negatif dari
pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara
jelas mengenai peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya
menanggulangi dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di
Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
1) Manfaat penelitian ini secara akademisi adalah untuk
mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
2) Untuk memperkaya atau menambah wawasan dan khazanah
keilmuan penulisan tentang Peranan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dalam upaya penaggulangan dampak pariwisata terhadap
kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
b. Manfaat Praktis
1) Untuk menggambarkan peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam upaya penanggulangan dampak pariwisata terhadap
kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
2) Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan
kepada MUI tentang dampak pariwisata terhadap kehidupan
keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu dan dapat
dijadikan parameter dalam menjalankan peranannya dikemudian
hari.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau
pengetahuan. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode kualitatif,
yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan perilaku yang dapat diamati.
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu teknik pengumpulan data
yang menggunakan metode observasi partisipasi,peneliti terlibat
sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek
penelitian dan sumber informasi penelitian.9
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini
diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan,
tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,
masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic (Bogdan
and Taylor, 1992:22).10
Dan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode studi kasus sebagai sub dari penelitian kualitatif, dimana studi
kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah satu
kasus secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.
Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis
berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang
9 Elvinaro Ardianto, Metodolgi Penelitian Untuk Public Relations, Kualitatif dan
Kuantitatif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010) h. 58
10 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003) h. 213
peranan MUI dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap
kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
Dimana untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis
melakukan pengumpulan data yang diperlukan secara intensif dan
kemudian menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah disertai
pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan.
2. Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari
penelitian langsung kepada objek dengan teknik wawancara langsung,
catatan ilmiah dan dokumen resmi lainnya.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah di Pulau Tidung, Kelurahan
Pulau Tidung, Kec. Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Administrasi
Kepulauan Seribu.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pengurus Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kepulauan Seribu, sedangkan objek penelitiannya yaitu peranan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penaggulangan dampak
pariwisata terhadap kehidupan keberagamaan di Pulau Tidung Kepulauan
Seribu.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah
menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa
pengumpulan data dalam bentuk kata-kata dan pernyataan.
Dimana dalam pelaksanaannya, penulis melakukan teknik
pengumpulan data melalui:
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah percakapan atau tanya jawab
antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan sebuah informasi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara tidak
terstruktur, yakni wawancara yang tidak tertuju pada satu pedoman
wawancara atau wawancara yang dilakukan bebas dimana penulis
hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.11
Dimana dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara
dengan garis besar permasalahan yang diteliti, yakni tentang peranan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penaggulangan dampak
pariwisata terhadap kehidupan keberagamaan di Pulau Tidung
Kepulauan Seribu.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA,
2008) hal.140
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.12
Teknik observasi pada awalnya
dipergunakan dalam penelitian etnografi, yakni merupakan studi
tentang kebudayaan suatu bangsa, dan tujuannya adalah untuk
memahami suatu cara hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat
didalamnya.13
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen,14
seperti berupa data-data, arsip-arsip dan gambar-
gambar ataupun bentuk lainnya. Dimana dalam kaidah metodologi
penelitian, sumber data di bagi menjadi dua menurut cara perolehannya,
yakni data primer (primary data) yang merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau
organisasi. Dan data sekunder (secondary data) yakni data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia melalui publikasi
dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan,
12
Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2003) h. 53
13 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003) h. 33
14 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2003) h. 57
termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan dan
keuangan.15
6. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Analisis data yang dilakukan secara terus menerus selama
pengumpulan data berlangsung maupun setelah data terkumpul. Data yang
bersifat kualiatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-
pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.16
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun penelitian ini
terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan
tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika
penulisan yang ditulis secara singkat.
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai tinjauan teori yang menunjang
dalam pembahasan materi penelitian ini.
BAB III : Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum tentang lokasi
penelitian, yaitu Pulau Tidung Kepulauan Seribu
BAB IV : Pada bab ini terdiri dari temuan dan analisis lapangan tentang
dampak dan perkembangan pariwisata di Pulau Tidung Kepulauan
15
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), h.29-30
16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,1998), h. 245.
Seribu. Temuan dan analisis lapangan serta membahas tentang
temuan dan analisis data.
BAB V : Pada bab ini terdiri dari temuan dan analisis lapangan tentang
peranan MUI dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap
kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Temuan
dan analisis lapangan serta membahas tentang temuan dan analisis
data tersebut.
BAB VI :Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
jawaban dari masalah penelitian dan serta saran untuk
penyempurnaan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Peranan
1. Pengertian Peranan
Kata peranan berasal dari kata peran yang dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan
dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat dan harus
dilaksanakan.17
Dalam kamus ilmiah populer, peran diartikan sebagai
fungsi, kedudukan atau bagian dari kedudukan, seseorang dikatakan
berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai
status dalam masyarakat. Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu
dengan yang lainnya, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai
dengan statusnya. Menurut Soerjono Soekanto, “peran dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”18
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan sebuah
perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu yang pada
dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun
keduanya berbeda, akan tetapisaling berhubungan erat antara satu dengan
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 667.
18 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,Cet. Ke-1, (Jakarta : Balai Pustaka,
1998), h. 667.
yang lainnya, karenanya peran diibaratkan dua sisi mata uang yang
berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali.19
Dalam kamus modern “peran” berarti sesuatu yang menjadi atau
memegang pimpinan yang utama, peran, memerankan, memainkan
sesuatu, peran lakon, bagian utama.20
Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan, pekerjaan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang berkedudukan di
masyarakat dalam suatu peristiwa atau keadaan yang sedang terjadi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Gross. Masson dan A. W. Mc Eachern
sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.21
Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan-imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat
dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat.
Artinya diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh
masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.
19
Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial, Cet. Ke-8, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 214.
20 Poewadarminta, WJS, Kamus Modern, Cet. Ke-2, (Jakarta : 1976), h. 473.
21 N. Gross, W. S. Masson, and A. W. Mc Eachern. Exploritations In Role Analiysis,
dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,Cet. Ke-3, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1995), h. 99.
Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama
bahwa “harapan tentang peran adalah harapan lain pada umumnya tentang
perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang
yang mempunyai peran tertentu”.22
Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam
artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan
agar menjalankan perannya, yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia
bertempat tinggal.
David Berry mengatakan bahwa di dalam “peranan terdapat dua
macam harapan, pertama, harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang
peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan-
harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau
terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan
perannya atau kewajibannya.
Maka dari itu, dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan
bahwasanya peran merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh
seseorang atau kelompok sesuai dengan kedudukannya di dalam status
tertentu dalam suatu lingkungan masyarakat dimana ia berada. Dengan
demikian, maka MUI Kepulauan Seribu mempunyai peran yang sangat
penting dalam upaya menanggulangi dampak negatif pariwisata terhadap
kehidupan keberagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
22
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial, Cet.1, (Jakarta: CV Rajawali, 1995),
h. 235.
2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk
sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent) pada
makhluk atau manusia lainnya, Peranan menurut ahli sosiologi, seperti
menurut Ralph Linton, yaitu: The dynamic aspec of status. Seseorang
menjalankan peranan manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang
merupakan statusnya. Sedangkan suatu status adalah “a collection of right
and duhes” suatu kumpulan hak dan kewajiban. Robert K. Merton
mempunyai pandangan yang berbeda yaitu pelengkap hubungan peranan
yang dipunyai seseorang karena menduduki status sosial tertentu.23
Dalam teorinya, Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam
teori peran dalam empat golongan yaitu istilah yang menyangkut:
a. Orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut.
b. Perilaku yang muncul dalam istilah tersebut.
c. Kedudukan orang dalam perilaku.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.24
B. Teori Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Tead dan Terry kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
23
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1993), h. 62-63.
24 Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial, Cet. Ke-8, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 215.
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.25
Sedangkan menurut Young kepemimpinan yaitu bentuk dominasi
yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan
oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi
yang khusus.26
Berbeda dengan Moejiono, beliau memandang bahwa leadership
atau kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela
(compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan
sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin.27
Dari beberapa definisi para tokoh diatas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
25
Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.
76. 26
Ibid.
27 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 45.
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
2. Teori-teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang
dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan
bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki
pemimpin menurut Sondang P Siagin adalah:28
1) pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi
masa depan.
2) sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri
relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integratif.
3) kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik,
menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang
penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
28
Sondang P. Siagin, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), h. 75-76.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan antara
lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat
yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan
dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita
renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai
pemimpin justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang
menerapkan prinsip keteladanan.
b. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin
mempunyai deskripsi perilaku:
1) Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi,
mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya
setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
2) Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin
yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki
kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta
pencapaian tujuan.29
c. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagin adalah:30
1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas.
2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan.
3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan.
4) Norma yang dianut kelompok.
5) Rentang kendali.
6) Ancaman dari luar organisasi
7) Tingkat stress
8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.
29
Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), h. 27.
30 Sondang P. Siagin, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), h. 129.
3. Tipe Kepemimpinan
a. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan kharismatis memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang
lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya
dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power)
dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya
sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.31
b. Tipe Kepemimpinan Paternalistis dan Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:32
1) Pemimpin yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
2) Pemimpin yang bersikap terlalu melindungi.
3) Pemimpin yang jarang memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengambil keputusan sendiri.
31
YW Sunindhia, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993), h. 64.
32 Ibid.
4) Pemimpin yang hampir tidak pernah memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk berinisiatif.
5) Pemimpin yang memberikan atau hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
6) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh
berbeda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang
membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol
disertai kasih sayang yang berlebihan.33
c. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah: 34
1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan
sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-
tanda kebesaran yang berlebihan.
4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
33
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 36. 34
Ibid.
5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.
6) Komunikasi hanya berlangsung satu arah.
d. Tipe Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:35
1) Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus
dipatuhi.
2) Pemimpin yang selalu berperan sebagai pemain tunggal.
3) Berambisi untuk merajai situasi.
4) Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
5) Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
6) Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan
atas pertimbangan pribadi.
7) Adanya sikap eksklusivisme.
8) Selalu ingin berkuasa secara absolut.
9) Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, ketat dan kaku.
10) Pemimpin yang akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
e. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak
memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat
35
Ibid
semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang
kooperatif.36
f. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan
serta bantuan dari luar. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan kembali sikap nasionalisme.37
g. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Pemimpin biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-
administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan
36
K. Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen. (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), h. 82.
37 A Timpe, Dale, Kepemimpinan (Seri Manajemen Sumber Daya Manusia), (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 1991), h. 38.
ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri,
manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.38
h. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak
terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif
dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap
individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.39
C. Teori Ekonomi
Ilmu ekonomi digunakan untuk menganalisis permasalahan ekonomi
yang terkait dengan kegiatan ekonomi dalam peranannya untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.Fenomena pendekatan ekonomi
dibangun berdasarkan kesamaan prinsip-prinsip berpikir untuk menguraikan
38
Ibid.
39 Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.
76.
suatu gejala dengan masalah sosial ekonomi. Faktor-faktor ekonomi, non
ekonomi, sosial budaya sangat mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat.40
Hubungan pariwisata dengan aspek ekonomi, pariwisata dapat
dikatakan sebagai industri pariwisata, jika di dalam industri tertentu ada suatu
produk tertentu, di dalam industri pariwisata yang disebut produk tertentu
tersebut adalah kepariwisataan itu sendiri. Seperti halnya di suatu industri ada
konsumen, ada permintaan, ada penawaran, dimana produsen mempunyai
tugas untuk menghasilkan suatu produk agar dapat memenuhi permintaan.
Pada industri pariwisata konsumen yang dimaksud adalah wisatawan.
Wisatawan mempunyai kebutuhan dan permintaan-permintaan yang harus
dipenuhi dan pemenuhan kebutuhan tersebut dengan sarana uang.41
Pariwisata merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam ekonomi.
Secara mikro dijelaskan perkembangan pariwisata meningkatkan pendapatan
daerah setempat. Munculnya komunitas pedagang di sekitar lokasi untuk
menambah pendapatan dan meningkatkan jumlah pengunjung, karena
merupakan salah satu fasilitas yang tersedia dan mudah dijangkau.
40
Sjafri Sairin, Pengantar Ekonomi Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h.
8.
41 Ace Partadiredja, Pengantar Ekowisata, (Yogyakarta: BPFE, 1985), h. 22-23.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
A. Sejarah
Pulau Tidung merupakan pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau
di Kepulauan Seribu. Pulau ini memiliki luas 109 hektare dengan jumlah
penduduk 4160 jiwa. Menurut masyarakat setempat, nama Pulau Tidung
berasal dari kata Tidung, yang artinya tempat berlindung, karena pulau ini
sering dijadikan sebagai tempat untuk berlindung dari para bajak laut atau
perompak.
Dalam buku Sedjarah Djakarta, yang terbit tahun 60 atau 70-an,
disebutkan bahwa ketika Fatahillah menyerbu Portugis di Malaka, beliau
menggunakan pulau-plau di teluk Jakarta ini sebagai basis mengatur strategi.
Salah satu pulaunya kemudian diberi nama Pulau Tidung, yang artinya pulau
tempat berlindung.42
Menurut penduduk setempat, Pulau Tidung mulai dihuni
penduduknya sekitar tahun 1920-an. Pada saat itu telah ada orang yang
menjadi penjaga pulau yang didatangkan dari Rawa Belong. Pada tahun 1942
(saat penjajah Jepang datang ke Indonesia) penduduk Pulau Tidung pernah
diungsikan ke daerah Tegal Alur Jakarta Barat. Pengungsian tersebut
berlangsung selama tiga tahun, hingga tahun 1945. Penduduknya baru bisa
kembali setelah penjajah Jepang kalah.
42
Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab.
Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.
Kini Pulau yang terhampar membujur panjang dari barat ke timur ini
menjadi pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatan ini
membawahi 3 Kelurahan antara lain, Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau
Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung.43
B. Keadaan Geografis
Kelurahan Pulau Tidung adalah salah satu dari tiga Kelurahan yang
ada di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, secara Administratif
Kelurahan Pulau Tidung dibatasi dengan bagian Utara Laut Jawa, Timur Laut
Jawa, SelatanLaut Jawa dan Barat Laut Jawa.
1. Batas Wilayah
Sedangkan batas wilayah kelurahan Pulau Tidung secara geografis
dapat dilihat sebagai berikut :
— Sebelah Utara : 05O 46
„ 15
“LS
— Sebelah Timur : 106O 34
„ 22
“BT
— Sebalah Selatan : 05O 59
„ 30
“BT
— Sebelah Barat : 106O 26
„ 00
“LS
Pemerintahan kelurahan secara operasional penyelenggara
pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau dengan
43
Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab.
Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.
kata lain garis terdepan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan posisi dan
kedudukan ini pemerintah kelurahan memiliki peran yang sangat strategis
dalam penyelenggaraan pemerintahan saat ini yang menuntut pemerintah
untuk lebih mandiri, transparan, akuntabel, dan demokrasi.
Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan
membawahi 6 pulau, 4 RW dan 24 RT, dengan luas wilayah 106,90 Hektare,
baik dilihat dari status tanah, peruntukan tanah maupun jenis tanah, yang
terdiri dari areal pemukiman, pertanian, pariwisata, dan rekreasi.
2. Luas Wilayah44
Pulau Tidung Kepulauan Seribu mempunyai luas wilayah 106,90
hektare. Namun luas wilayah tersebut dibagi atas beberapa wilayah,
diantaranya: luas wilayah menurut status tanah, luas wilayah menurut
peruntukan tanah, dan luas wilayah berdasarkan jenis tanah,
a. Luas wilayah berdasarkan status tanah
Jika dilihat dari segi luas wilayah Pulau Tidung menurut status
tanahnya yaitu terbagi atas: tanah milik negara yang luasnya 23.06
Hektare, tanah milik adat yaitu 83,09 hektare, dan tanah wakaf yang
mempunyai luas 0,75 hektare. Untuk lebih jelasnya, tabel 1 akan
menggambarkannya.
44
Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab.
Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.
Tabel 1. Luas wilayah Pulau Tidung Berdasarkan
Status Tanah Tahun 2012
No Status Tanah Luas (%)
1 Tanah Negara 21,6 %
2 Tanah Milik Adat 77,7 %
3 Tanah Waqaf 0,7 %
Jumlah 100%
Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan
Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012
Terlihat dari tabel 1 bahwa tanah milik adat lebih dominan di
bandingkan dengan tanah negara dan tanah waqaf. Hal tersebut dikarnakan
masyarakat yang tinggal di Pulau Tidung adalah penduduk asli Pulau itu
sendiri. Tanah wakaf terlihat paling sedikit dibanding status tanah lainnya.
Karna tanah wakaf adalah tanah milik pribadi dan biasanya dimanfaatkan
untuk fasilitas umum yang peruntukkannya masih sedikit.
b. Luas wilayah berdasarkan peruntukan tanah
Luas wilayah Pulau Tidung jika dilihat menurut peruntukan tanah
diantaranya sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 2. Luas wilayah Pulau Tidung Berdasarkan
Peruntukan Tanah Tahun 2012
No Peruntukan Tanah Luas (%)
1 Perumahan 17,9 %
2 Pariwisata/Rekreasi 17,3 %
3 Fasilitas Umum 2,9 %
4 T P U 1,0 %
5 Perkebunan 57,2 %
6 Jalan 3,7 %
Jumlah 100 %
Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan
Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012
Berdasarkan tabel di atas, tanah untuk perkebunan lebih
mendominasi dibanding dengan tanah peruntukkan lainnya yaitu 57,2 %
dikarenakan Pulau Tidung adalah daerah lautan dan pantai, perkebunan
mayoritas disana adalah perkebunan kelapa dan sukun yang menjadi
makanan khas pulau tersebut, hanya perkebunan kelapa dan sukun yang
cocok dengan tekstur tanah di pulau ini. Perkebunan ini biasanya berada di
sebelah barat dan timur Pulau yang di kelilingi lautan ini. Dan tanah yang
diperuntukkan untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU) lebih sedikit
dikarnakan tingkat kematian di Pulau ini yang rendah, jadi itulah yang
membuat tanah unutk TPU paling sedikit.45
45
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
c. Luas wilayah menurut jenis tanah
Luas wilayah Pulau Tidung didominasi oleh daratan jika dilihat
dari jenis tanah yaitu 106,90 hektare. Karena menurut data kelurahan
Pulau Tidung bahwa yang masuk dalam wilayah tanah Pulau Tidung
hanya daratan sedangkan lautan tidak termasuk dalam hitungan wilayah
Pulau Tidung.46
C. Keadaan Penduduk47
Keadaan penduduk Pulau Tidung Kepulauan Seribu dapat dilihat dari
segi umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan masyarakat, dan mata
pencaharian. Inilah komponen yang dapat menggambarkan kondisi
masyarakat yang ada di Pulau Tidung.
1. Penduduk berdasarkan kelompok umur
Pulau Tidung yang berada di sebelah selatan Kepulauan Seribu
mempunyai penduduk 4160 jiwa.48
Tingkat kelahiran pendudukan di
Pulau dari tahun ketahun mengalami peningkatan, hal tersebut dapa
dilihat dari penduduk yang berumur 0-09 tahun. Untuk lebih jelasnya,
tabel 4 akan menggambarkan keadaan penduduk Pulau Tidung
berdasarkan umur.
46
Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab.
Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.
47 Ibid.
48 Ibid
Tabel 3. Penduduk Pulau Tidung Berdasarkan
Kelompok Umur Tahun 2009-2012
No Kelompok Umur
Tahun
2009 2010 2011 2012
1 0 - 09 Tahun 876 978 1071 1077
2 10 - 19 Tahun 839 843 828 824
3 20 - 29 Tahun 844 835 798 798
4 30 - 39 Tahun 701 695 679 677
5 40 - 49 Tahun 483 479 473 470
6 50 - 59 Tahun 274 169 272 272
7 60 - 69 Tahun 179 174 174 174
8 70 - 75 Tahun Keatas 41 35 60 60
Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec.Kepulauan
Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012
Tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk Pulau Tidung yang
berumur 0-09 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2009-2012. Hal
tersebut disebabkan karena angka kelahiran penduduk terus bertambah
dari tahun ke tahun. Lain lagi penduduk yang berumur 10-19 tahun
sepertinya mengalami ketidakstabilan, dimana pada tahun 2009
berjumlah 839 jiwa, lalu meningkat di tahun 2010 menjadi 843 jiwa,
kemudian mengalami penurunan di tahun 2011 dengan jumlah 828 dan
kembali meningkat di tahun 2012 yang berjumlah 824 jiwa. Hal ini
disebabkan karna adanya tingkat kematian yang disebabkan penyakit
demam berdarah dan malaria yang mejangkiti sebagian masyarakat
Pulau Tidung dari pertengahan tahun 2011 sampai dengan awal tahun
2012, hal tersebut lebih didominasi oleh penduduk yang berumur 10-19
tahun dan juga perpindahan penduduk di umur tersebut dari Pulau
Tidung ke Pulau lain atau bahkan ke daerah lain seperti Tangerang dan
daerah daratan Jakarta lainnya. Berbeda dengan penduduk yang
berumur 20-29 tahun terus mengalami penurunan dari tahun 2009-2012.
Penurunan ini disebabkan ikatan pernikahan penduduk Pulau Tidung
dengan Penduduk di luar Pulau seperti Jakarta dan Tangerang yang
mengakibatkan perpindahan tempat tinggal ke luar Pulau Tidung,
meskipun angka tersebut tidak terlalu signifikan. Selain itu angka
kematian juga menjadi penyebab penurunan jumlah penduduk
meskipun tidak tinggi serta mobilitas masyarakat dari Pulau ke daerah
lain juga masih ada. Penduduk yang berumur 30-39 tahun juga terus
mengalami penurunan dalam kurun tahun 2009-2012. Jika lihat ditabel,
penurunan tersebut tidak terlalu signifikan dari tahun ke tahun.
Penurunan ini disebabkan hampir sama dengan umur-umur sebelumnya
yakni angka kelahiran yang rendah, angka kematian yang terus ada
meskipun tidak terlalu tinggi namun berpengaruh terhadap angka
penduduk Pulau Tidung serta mobilitas penduduk dari Pulau Tidung ke
daerah lain dan sebaliknya masih terus ada. Umur 40-49 tahun angka
penduduk jelas di tabel bahwa mengalami penurunan dari tahun 2009-
2012 meskipun tidak signifikan, angka kematian yang terus ada sebagai
penyebab turunnya jumlah tersebut. Berbeda dengan umur 50-59 tahun
yang cukup stabil yakni di tahun 2009 berjumlah 274 jiwa meskipun
sesekali mengalami penurunan di tahun 2010 dengan angka 169 jiwa,
akan tetapi mengalami kenaikan di tahun 2011 dan terus stabil di tahun
2012 dengan jumlah 272 jiwa. Hal tersebut mungkin agak mirip dengan
keadaan penduduk yang berumur 60-69 tahun. Di tahun 2009 berjumlah
179 jiwa dan menurun di tahun 2010 dengan 174 jiwa serta terus
mengalami kestabilan di tahun 2011 dan 2012. Kemudian penduduk
yang berumur 70-75 dapat dikatakan mengalami peningkatan, yakni di
tahun 2009 berjumlah 41 jiwa dan walaupun mengalami penurunan di
tahun 2010 dengan 35 jiwa, akan tetapi kembali mengalami
peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2011 yaitu 60 jiwa dan
terus kestabilan dengan jumlah yang sama di tahun 2012.
2. Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Jika dilihat dari segi tingkat pendidikan, Penduduk Pulau Tidung
belum cukup berkembang, tabel 4 akan menunjukkan tingkat pendidikan
penduduk Pulau Tidung.
Tabel 4. Penduduk Pulau Tidung Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2012
No Tingkat Pendidikan
Tahun
2009 2010 2011 2012
1 Tidak Sekolah/Belum Sekolah 607 712 808 816
2 Tidak Tamat SD/Belum Tamat
SD 974 966 962 958
3 Tamat SD/MI 1305 1290 1263 1262
4 Tamat SLTP/Tsanawiyah 523 515 513 512
5 Tamat SLTA 615 615 599 595
6 Tamat Akademik (DI,DII,DIII) 51 51 51 51
7 Tamat Perguruan Tinggi (SI) 155 155 152 151
8 Tamat Perguruan Tinggi (S2) 7 6 8 9
Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu
Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012
Data diatas mendeskripsikan bahwa minat sekolah masyarakat atau
Angka Partisipasi Sekolah (APS) belum konsisten bahkan mengalami
penurunan di beberapa tingkatan pendidikan. Tergambar dari angka yang
tidak sekolah/belum sekolah dari 2009 sampai tahun 2012 mengalami
kenaikkan, ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran
akan pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat, angka tidak
sekolah/belum sekolah didominasi oleh masyarakat berumur 45-55 tahun
yang memiliki pemikiran bahwa untuk bersekolah ditingkat dasar sudah
terlambat di usia mereka yang tidak muda lagi. Justru angka partisipasi
sekolah mengalami peningkatan ditataran Sekolah Dasar (SD), Terbukti
dari menurunnya angka masyarakat yang tidak tamat SD/belumnya tamat
SD dari tahun 2009-2012. Karna pada saat itu mulai digalakkan
pendidikan paket A, paket B, dan paket C oleh pemerintah khususnya di
Kepulauan Seribu. Tamatan SD/MI pun mengalami kenaikan dengan
jumlah rata-rata 1280 jiwa jika dibandingkan dengan data sebelumnya
yaitu tidak tamat SD/belum taman SD dengan jumlah rata-rata 965 jiwa,
namun untuk tingkatan tamat SD juga mengalami penurunan dari tahun
2009-2012 jika dilihat ditingkatannya. Angka tersebut menunjukkan
bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih
kurang dan belum tumbuh. Berbeda dengan tamatan SLTP/Tsanawiyah,
tingkatan ini yang justru masa-masa yang dapat dikatakan masa yang
diwaspadai oleh para orang tua, karna masa tersebut saatnya anak mencari
jati diri dan tidak jarang yang terjerumus ke pergaulan bebas. Oleh karna
itu angkat tamatan SLTP/Tsanawiyah mengalami penurunan meskipun
tidak cukup signifikan, hal tersebut diakibatkan karna tidak sedikit siswa
yang berhenti sekolah di tengah jalan atau diberhentikan karna perkawinan
dini. Begitu pula dengan tamatan SLTA, dengan kasus dan permasalahan
yang sama. Angka tamatan mengalami penurunan karna tidak sedikit
siswa yang terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan pernikahan
dini bahkan tidak sedikit pula yang berhenti sekolah karna lebih memilih
untuk bekerja. Berbeda jika lihat data tamatan akademik (DI, DII, DIII)
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan angka yang sama
yaitu 51 jiwa. Ini menggambarkan bahwa masyarakat masih kurang
meminati pendidikan akademik (DI, DII, DIII) karna dalam pemikiran
masyarakat tamatan tersebut agak sulit untuk mencari dan mendapat
pekerjaan. Angka pendidikan yang cukup tinggi terjadi tingkatan
pendidikan tamatan S1 meskipun menurut tingkatan tersebut mengalami
penurunan yang tidak terlalu signifikan. Ini memberikan gambaran bahwa
pendidikan S1 terus digalakkan dan banyak diminati oleh masyarakat
meskipun menngalami penurunan angka, akan tetapi ini mununjukkan
bahwa masyarakat perlahan menyadari bahwa pendidikan itu penting dan
hingga perguruan tinggi. Tamatan S2 pun mengalami peningkatan
meskipun ditahun 2010 menurun dari tahun sebelumnya yakni 7 jiwa
menjadi 6 jiwa, namun angka itu terus mengalami peningkatan ditahun
2011 menjadi 8 dan di tahun 2012 menjadi 9.49
3. Penduduk berdasarkan mata pencaharian
Mayoritas penduduk Pulau Tidung bermata pencaharian sebagai
Nelayan, dikarenakan Pulau Tidung merupakan daerah yang dikelilingi
oleh lautan dan didukung oleh potensi ikan yang banyak. Berikut ini
adalah jenis mata pencaharian penduduk Pulau Tidung.
Tabel 5. Penduduk Pulau Tidung Berdasarkan
Mata Pencaharian Tahun 2009-2012
49
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung
No
Jenis Mata Pencaharian
Tahun
2009 2010 2011 2012
1 Tani (Budidaya Rumput Laut) 50 50 65 65
2 Pedagang/Pengusaha 66 66 99 99
3 Buruh (Bangunan) 50 50 52 52
4 PNS 190 190 185 185
5 ABRI/POLRI 8 8 9 9
Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec.Kepulauan
Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Pulau Tidung lebih
dominan bermata pencaharian sebagai nelayan. Karna Pulau Tidung
adalah daerah yang dikelilingi oleh lautan dan didukung potensi ikan
yang cukup banyak dan variatif serta faktor pendidikan juga
mempengaruhi masyarakat di Pulau ini memilih profesi sebagai
nelayan. Data diatas juga menggambarkan bahwa profesi sebagai
ABRI/Polisi kurang diminati oleh masyarakat karna masyarakat menilai
profesi tersebut mempunyai resiko yang tinggi dan biaya pendidikan
untuk jadi seorang ABRI/Polisi terhitung tidak sedikit. Justru PNS
(Pegawai Negeri Sipil) menjadi profesi urutan kedua pilihan
masyarakat disana. Memang profesi sebagai PNS dinilai masyarakat
sebagai bukti kesuksesan seseorang dalam berkarir. Oleh karna itu,
dengan alasan yang demikian, tidak sedikit masyarakat yang
berbondong-bondong untuk menjadi PNS khususnya di pendidikan atau
guru. Profesi sebagai pedagang/pengusaha juga menjadi pilihan yang
selanjutnya dan tidak sedikit. Melihat akan kebutuhan masyarakat yang
semakin hari meningkat, menjadikan sebagian masyarakat sebagai
peluang usaha dan lagi-lagi faktor pendidikan juga mempengaruhi
masyarakat untuk berprofesi sebagai pedagang/pengusaha. Yang biasa
diperjual-belikan adalah kebutuhan sembako, alat-lat elektronik, sayur-
6 Nelayan 666 680 1440 1440
7 Wiraswasta 20 20 36 36
sayuran dan makanan cepat saji. Menjadi petani rumput laut juga
menjadi pilihan masyarakat, karna melihat potensi laut yang produktif
dan mendukung untuk menanam rumput laut dan bisa menjadi
tambahan pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari. Profesi menjadi
buruh bangunan dan wiraswasta merupakan pilihan terakhir namun
tidak sedikit yang memilih mata pencaharian ini. Kondisi alam di Pulau
in tidak menentu dan daerah yang tidak begitu luas membuat profesi ini
kurang diminati karna lowongan pekerjaan yang tidak pasti dan kurang
menjanjikan.50
D. Keagamaan
Masyarakat Pulau Tidung yang berjumlah 4160 jiwa dan semuanya atau
100 % beragama Islam dan penduduknya bermazhab Imam Syafi‟i dan berbasis
Nahdlatul Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah.51
1. Tempat peribadatan52
Sudah dapat dilihat bahwa seluruh masyarakat Pulau Tidung
beragama Islam dan sudah dapat di pastikan pula bahwa tempat peribadatan
yang ada di Pulau Tidung adalah hanya tempat peribadatan agama Islam.
Namun untuk lebih jelasnya lihat berikut:
50
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
51 Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan
Seribu, pada tanggal 13 Mei 2012 di Pulau Tidung Kepuluan Seribu.
52 Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab.
Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.
Tabel 6. Tempat Peribadatan Di Pulau Tidung Tahun 2012
No
Jenis Tempat
Peribadatan
Jumlah
Nama Tempat
Peribadatan
1 Masjid 2 1. Masjid Nurul Huda
2. Masjid Nurul Hijrah
2 Musholla 7 1. Musholla Ar-Rahman
2. Musholla Baitul Rahim
3. Musholla Nurul Iman
4. Musholla An-Nur
5. Musolla Al-Ijtihad
6. Musholla Nurul Hikmah
7. Musholla Al-Ikhlas
3 Gereja -
4 Kelenteng -
5 Vihara/Tepekong -
Jumlah 9
Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan
Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012
Tabel diatas menggambarkan bahwa masyarakat Pulau Tidung 100
persen beragama Islam, hal tersebut dibuktikan dengan keberdaaan masjid
yang berjumlah 2 buah dan musholla berjumlah 7 buah. Keberadaan masjid
dan musholla tersebut mampu menampung penduduk Pulau Tidung untuk
melaksnakan ritual beribadah maupun melakukan kegiatan-kegiatan
keislaman lainnya.
2. Kegiatan tempat peribadatan
Seperti halnya tempat peribadatan, kegiatan yang biasa dilakukan
adalah kegiatan rutinitas atau kegiatan ceremonial. Seperti halnya tempat
peribadatan (masjid atau musholla) yang ada di Pulau Tidung, kegiatan yang
biasa dilakukan adalah sholat berjama‟ah, pengajian, majelis taklim dan lain
sebagainya. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 7 yang menggambarkan kegiatan
tempat peribadatan di Pulau Tidung.
Tabel 7. Kegiatan Tempat Peribadatan Di Pulau Tidung Tahun 2012
No Masjid/Musholla Kegiatan
1 Masjid Nurul Huda 1. Sholat berjama‟ah
2. Pengajian setiap malam minggu
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Kuliah subuh setiap hari jum‟at
5. Kajian kitab kuning setiap malam
rabu
6. Taklim kaum bapak setiap
seminggu sekali53
2 Masjid Nurul Hijrah 1. Sholat berjama‟ah
53
Wawancara langsung dengan Bapak H. Badrun Muntako, Pengurus Masjid Nurul
Huda, pada tanggal 03 Mei 2012 di Pulau Tidung.
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Kuliah subuh setiap hari minggu
5. Taklim kaum bapak setiap
seminggu
Sekali
6. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
sabtu54
3 Musholla Ar-Rahman 1. Sholat berjama‟ah
2. Dzikir dan Istighosah setiap malam
minggu
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
hari jum‟at
4. Kuliah subuh setiap hari jum‟at
5. Kajian kitab kuning setiap malam
kamis
6. Majelis taklim kaum ibu setiap
jum‟at
7. Taklim kaum bapak setiap malam
54
Wawancara langsung dengan Bapak H. Abd. Manaf, Pengurus Masjid Nurul Hijrah,
pada tanggal 03 Mei 2012 di Pulau Tidung.
sabtu
8. Pelatihan pencak silat setiap sabtu
sore
9. Pelatihan Marawis dan Hadroh
setiap minggu sore55
4 Musholla Baitul Rahim 1. Sholat berjama‟ah
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
minggu56
5 Musholla Nurul Iman 1. Sholat berjama‟ah
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
55
Wawancara langsung dengan Bapak Moh. Dani, Pengurus Musholla Ar-Rahman, pada
tanggal 04 Mei 2012 di Pulau Tidung.
56 Wawancara langsung dengan Bapak Abd. Rahman, Pengurus Musholla Baitul Rahim,
pada tanggal 04 Mei 2012 di Pulau Tidung.
rabu57
6 Musholla An-Nur 1. Sholat berjama‟ah
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Kajian kitab kuning seminggu
sekali
4. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
5. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
senin58
7 Musolla Al-Ijtihad 1. Sholat berjama‟ah
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
selasa59
8 Musholla Nurul Hikmah 1. Sholat berjama‟ah
57
Wawancara langsung dengan Bapak Moh. Ma‟mun, Pengurus Musholla Nurul Iman,
pada tanggal 04 Mei 2012 di Pulau Tidung.
58 Wawancara dengan Bapak Syahroni, Pengurus Musholla An-Nur, pada tanggal 05 Mei
2012 di Pulau Tidung.
59 Wawancara langsung dengan Bapak H. Ibrahim, Pengurus Musholla Al-Ijtihad, pada
tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
kamis60
9 Musholla Al-Ikhlas 1. Sholat berjama‟ah
2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap
hari ba‟da ashar
3. Yasinan dan tahlil setiap malam
jum‟at
4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari
sabtu61
Sumber: Wawancara dengan para pengurus masjid dan musholla yang
ada di Pulau Tidung
3. Tradisi Keagamaan Masyarakat Pulau Tidung
Beberapa tradisi atau kebiasaan keagamaan yang masyarakat
setempat anggap harus terus dijunjung tinggi dan dilestarika. Tradisi
tersebut diantaranya:
60
Wawancara langsung dengan Bapak Ahmad Syakir, Pengurus Musholla Nurul Hikmah,
pada tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.
61 Wawancara langsung dengan Bapak Amirullah, Pengurus Musholla Al-Ikhlas, pada
tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.
a. Tahlilan
Acara ritual memperingati hari kematian yang biasa dilakukan oleh
masyarakat setempat. Tahlilan biasanya dilakukan dengan membaca
beberapa ayat Al-Qur‟an, dzikir, dan do‟a-do‟a yang ditujukan untuk
mayit. Biasanya dilakukan setiap hari dari hari pertama hingga hari
ketujuh, kemudian dilanjutkan hari ke-40, hari ke-100, hingga
menginjak tempo setahun serta tiga tahun hari kematian.
b. Mauludan atau Rasulan
Tradisi yang dilaksanakan ketika masyarakat yang akan melaksanakan
pernikahan atau resepsi. Ritual ini biasanya membaca riwayat-riwayat
Nabi serta sholawat-sholawat.
c. Sedekah Bumi
Dilakukan oleh masyarakat Pulau Tidung satu kali dalam setahun.
Tradisi ini merupakan warisan tradisi orang tua terdahulu yang
bertujuan agar selalu mensyukuri karunia dan nikmat yang tuhan
berikan.
d. Sedekah Kopi
Ritual yang dilakukan ketika masyarakat atau nelayan yang
mempunyai kapal atau perahu baru dan sebelum digunakan harus
dilakukan ritual ini. Tujuannya adalah sebagai wujud rasa syukur dan
kapal atau perahu dijauhkan dari marabahaya ketika digunakan.
e. Arwahan
Ritual yang biasa dilakukan setiap satu tahun sekali tepatnya di hari
terakhir pada bulan sya‟ban atau menjelang bulan ramadhan.
Tujuannya adalah untuk mengenang para sanak, saudara atau orang
tua yang telah mendahului agar mendapat ketenangan di alam kubur.
f. Pulau Tidung yang terkenal dengan masyarakat agamisnya yakni
kebiasaan masyarakat pada saat waktu menjelang maghrib tidak ada
yang keluar rumah atau tidak ada di jalan karena masyarakat percayai
jika ada yang melanggar akan kena bala dan bahaya atau “pamali”. Ini
merupakan kebiasaan yang masyarakat anggap harus terus
dilestarikan.62
62
Pernyataan langsung H. Dja‟far Arsy (Tokoh Masyarakat) Pulau Tidung, 12 Januari
2013 di Pulau Tidung
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN DAMPAK PARIWISATA
DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
A. Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam
jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya
hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-
tempat tujuan itu.Menurut Hunziger dan krapf dari swiss dalam Grundriss Der
Allgemeinen Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah keseluruhan
jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing
disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan
yang penting (major activity) yang memberi keuntungan yang bersifat
permanen maupun sementara.63
Pendapat di atas pada dasarnya adalah bahwa pariwisata itu motif
kegiatannya adalah untuk mengisi waktu luang, untuk bersenang-senang,
bersantai, studi, kegiatan Agama, dan mungkin untuk kegiatan olahraga.
Selain itu semua kegiatan tersebut dapat memberi keuntungan bagi pelakunya
baik secara fisik maupun psikis baik sementara maupun dalam jangka waktu
lama.
Menurut Prof. Salah Wahab bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas
manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara
63
Soekardijo R.G, Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic
Lingkage). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 96.
bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri,
meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu
mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang
dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.64
Dari pengertian di atas dapat diartika bahwa pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan
yang dilakukan untuk aktivitas tersebut untuk mendapatkan kepuasan.
B. Sejarah Pariwisata Pulau Tidung
Sampai saat ini belum ada yang dapat memastikan secara tepat kapan
dimulainya pariwisata di Pulau Tidung, namun menurut Lurah Pulau Tidung
(Bunyamin S,Sos, MM) pariwisata di Pulau Tidung sudah ada sejak
pertengahan tahun 2009. Berawal dari salah seorang warga Pulau Tidung
yang kuliah di daratan Jakarta dan pada saat liburan ia membawa teman-
temannya yang kebetulan adalah para mahasiswa berlibur ke Pulau Tidung,
setelah para mahasiswa tersebut menikmati liburan di Pulau Tidung dan
mengamati bahwa Pulau Tidung punya potensi untuk dijadikan salah satu
objek wisata bahari. Dari situlah warga Pulau Tidung dan para mahasiswa
tersebut mempromosikan dengan cara mulut lewat mulut atau face to face.
Dari cara yang demikian pariwisata di Pulau Tidung terus mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Satu tahun terakhir Pulau Tidung
dikunjungi lebih dari 2.000 wisatawan setiap akhir pekan (weekend) bahkan
bisa lebih jika libur panjang (long weekend).
64
Yoeti, Oka. A, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung : Angkasa, 1994), h. 166.
Letak geografis Pulau Tidung yang relatif dekat dengan daratan
Ibukota Jakarta. hanya membutuhkan waktu 2 sampai dengan 3 jam
perjalanan dari pelabuhan Muara Angke atau 1 jam dari Marina Ancol,
membuat wisatawan tidak perlu membuang waktu yang banyak dan biaya
yang tinggi untuk melakukan perjalanan wisata ke Pulau Tidung.65
Pulau Tidung dapat dijadikan alternatif wisata bahari di Kepulauan
Seribu, nuansa laut berwarna biru kehijauan dan lebih jauh biru dan biru
gelap pertanda laut dalam, pantai ini tidak berombak besar karena gugusan
karang dan terumbu karang yang mengelilingi mampu menahan ombak,
cukup aman untuk berenang. Ekosistem terumbu karang pulau ini masih
mempunyai keindahan yang cukup baik, khususnya apabila melakukan
kegiatan snorkeling atau diving. Bersepeda ria, memancing dan wisata
keliling pulau- pulau sekitarnya. Kegiatan penelitian juga sering dilakukan di
daerah ini.
C. Fasilitas Pariwisata di Pulau Tidung
Pulau Tidung merupakan salah satu objek pariwisata yang banyak
dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara, dengan
panorama alam yang masih alami dan didukung oleh kesiapan sumber daya
manusia dan fasilitas penunjang yang dapat membuat pariwisata untuk
berlama-lama di Pulau yang mempunyai luas 106,90 hektare ini. Berikut
adalah fasilitas pariwisata yang ada di Pulau Tidung Kepulauan Seribu:
65
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
1. Kapal penyeberangan
Untuk sampai ke Pulau Tidung harus menggunakan kapal laut.
Banyak variasi kapal penyeberangan yang ditawarkan untuk sampai
kesana. Ada kapal ojek (kapal kayu) dengan harga ekomomis yaitu Rp.
35.000 per jiwa untuk sekali perjalanan dengan trayek Pulau Tidung–
Muara Angke dan sebaliknya dengan jarak tempuh 2,5 jam. Saat ini
tersedia kapal ojek sebanyak 5 kapal ojek yang berkapasitas rata-rata 150
sampai 200 penumpang dan melayani seperti KM. Kurnia , KM. Anterja,
KM. Cahaya Laut, KM. Zahro, KM. Bisma, KM. Trans Bahari, dan KM.
Batavia yang semuanya itu melayani trayek Pulau Tidung – Muara
Angke dan sebaliknya serta sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh
Asosiasi Kapal Tradisional. Dan ada juga kapal cepat (speed boat)
dengan harga menengah ke atas yaitu Rp. 150.000 per jiwa untuk sekali
perjalanan dengan trayek Pulau Tidung–Ancol dan sebaliknya serta jarak
tempuhnya lebih cepat yaitu 1 jam. Kapal yang tersedia seperti Predator,
Tidung Ekspress, Michael, dan Evolution yang semuanya itu mempunyai
kapasitas masing-masing, mulai dari 15 sampai 75 penumpang. Jadwal
keberangkatan dan kepulangan untuk kapal ojek dan kapal cepat yaitu
pukul. 07.30 wib untuk hari biasa (senin-jum‟at) dan kapal yang tersedia
untuk akhir pekan (sabtu-minggu) yaitu 07.30 dan 13.00 wib.66
66
Wawancara langsung dengan Bapak Nasrullah, Ketua Asosiasi Kapal Tradisional Pulau
Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung.
2. Home stay
Home stay merupakan suatu jenis akomodasi yang berasal dari
rumah-rumah masyarakat yang telah ditingkatkan fasilitas dan sarananya,
sehingga memenuhi syarat-syarat kesehatan, yang disewakan kepada
wisatawan.67
Jangan berharap akan menemukan hotel berbintang di Pulau
terbesar di kawasan Kepulauan Seribu ini, penginapan yang ada hanyalah
berbentuk rumah-rumah penduduk atau home stay, tetapi cukup nyaman
dengan harga yang terjangkau. Sebuah home stay yang cukup bersih
dengan satu buah kamar tidur dapat disewa dengan harga sekitar Rp.
250.000 sampai Rp. 350.000 untuk dua hari satu malam.68
Seiring berjalannya pariwisata dan perkembangannya jumlah
home stay terus bertambah. Dari tahun 2009 hanya 20 home stay terus
mengalami peningkatan di tahun 2010 yakni 33 home stay dan
mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2011 yaitu 57 home
stay serta di tahun 2012 terus bertambah menjadi 64 home stay. Hal ini
terjadi karena terus bertambahnya wisatawan yang berkunjung ke Pulau
Tidung yang membuat permintaan akan tempat singgah terus
meningkat.69
67
Yoeti, Oka A, Dasar-dasar Pengertian Hopitaliti dan Pariwisata, (Bandung : Angkasa,
2010), h. 35.
68 Wawancara langsung dengan Bapak Asep Eman Surahman, pemilik Travel Tidung
Beach Tours, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung.
69 Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
3. Penginapan
Penginapan merupakan suatu jenis akomodasi yang diperuntukan
khusus untuk para wisatawan atau pengunjung untuk menginap dengan
fasilitas yang mendukung dan sesuai standart.70
Penginapan di Pulau Tidung bervariasi, dari harga yang rendah
sampai yang tinggi. Harga rendah yaitu Rp.350.000 per malam dengan
fasilitas kamar tidur 1 buah, AC, TV, kamar mandi 1 buah, dan kasur
tidur 3 buah dengan kapasitas 7 orang. Dan harga tinggi yaitu Rp.
800.000 per malam dengan kapasitas 20-25 orang. Fasilitasnya sepert:
kamar tidur 3 buah, AC, TV, kamar mandi 3 buah, dan kasur tidur 7
buah.71
Jumlah penginapan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
dikarenakan jumlah wisatawan yang datang ke Pulau ini terus mengalami
peningkatan. Tahun 2009 tercatat penginapan di Pulau Tidung berjumlah
16 penginapan, angkat tersebut mengalami peningkatan di tahun 2010
yakni 22 penginapan. Seiring perkembangan pariwisata, jumlah
penginapan terus mengalami peningkatan menjadi penginapan 31 dan
jumlah itu terus meningkat menjadi 44 penginapan di tahun 2012.72
70
Oka A. Yoeti, Dasar-dasar Pengertian Hopitaliti dan Pariwisata, (Bandung : Angkasa,
2010), h. 54.
71 Wawancara langsung dengan Bapak Asep Eman Surahman, pemilik Travel Tidung
Beach Tours, pada tanggal 15 Oktpber 2012 di Pulau Tidung.
72 Wawancara langsung dengan Bapak Asep Eman Surahman, pemilik Travel Tidung
Beach Tours, pada tanggal 15 Oktpber 2012 di Pulau Tidung.
4. Jembatan cinta
Jembatan di pulau yang berpenghuni sekitar 5000 jiwa ini terbuat
dari kayu panjang yang dibentangkan sepanjang 800 meter. Jembatan ini
menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil.
Lautnya sendiri sangat jernih. Karang dan ikan warna warni bisa terlihat
begitu jelas dari atas jembatan tersebut. Warna hijau muda/tua dan biru
laut menjadi gradasi warna laut yang apik di sepanjang jembatan cinta.
Tidak hanya itu, cobalah bermain pasir putih dengan telanjang
kaki nampaknya bisa menambah eksotika di Pulau Tidung ini. Tidak
salah bila obyek wisata Jembatan Cinta di Pulau Tidung ini masuk
dalam jajaran wisata alam yang patut dikunjungi.
5. Permainan atau olahraga air
a. Diving
Diving adalah penyelaman dengan menggunakan peralatan
selam lengkap berupa fin, mask, tabung oksigen beserta regulator.
Teknik selam ini dapat digunakan pada kedalaman tertentu dari
permukaan dengan bantuan tabung pernapasan.73
Aktivitas diving biasanya dilakukan di sekitar Pulau Tidung
tepatnya di sebelah timur atau tanjungan timur Pulau Tidung. Belum
banyak yang menyewakan alat diving di Pulau Tidung karna harga
alat ini agak mahal. Alat ini disewakan dengan harga Rp. 500.000
73
M. M.Simpala, Tour Guide: Teori dan Praktek dalam Pariwisata, (Jakarta : Indie
Publishing, 2010), h. 29.
per set dan pendamping sebagai instruktur dengan waktu lama 3-4
jam.74
b. Snorkeling
Snorkeling adalah suatu teknik menikmati pesona keindahan
dasar laut dengan menggunakan perlatan dasar selam berupa snarkle,
fin (kaki katak) dan mask (kacamata renang). Jenis penyelaman ini
dilakukan pada plaut dangkal karena tidak menggunakan alat bantu
pernafasan berupa tabung oksigen.Cara pemakaian alat ini adalah
dengan digigit pada mulut sehingga kita bisa bernafas melalui
mulut.75
Dengan pemandangan bawah laut yang menarik, membuat
para wisatawan yang datang ke Pulau Tidung melakukan kegiatan
snorkeling. Aktivitas ini biasa dilakukan di Pulau Tidung Kecil atau
antara Pulau Tidung Kecil dan Pulau Tidung. Snorkeling
kebanyakan dilakukan oleh para wisatawan dari pukul 13.00 wib
sampai dengan pukul 17.00 wib. Harga alat ini adalah Rp. 35.000 per
set.76
c. Banana boat
Banana boat merupakan olahraga air yang menggunakan
perahu karet tunggal berbentuk seperti pisang, dan ditarik oleh speed
74
Wawancara langsung dengan Bapak Amsir, pemilik Tidung Banana-agen permainan
air Pulau Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung.
75 A.J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 86.
76 Wawancara langsung dengan Bapak Amsir, pemilik Tidung Banana-agen permainan
air Pulau Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung
boat berkeliling pantai dalam waktu 15 menit. Kapasitas muatan
banana boat ini adalah maksimal 4 orang plus 1 orang instruktur
sebagai pendamping. Kita bisa minta diceburkan ke air selama boat
berjalan.
Permaianan air di pusatkan di tanjungan timur Pulau Tidung,
seperti halnya banana boat. Permainan air yang satu ini biasa
ditawarkan dengan harga Rp.35.000 per orang dengan durasi 15
menit.77
d. Canoe
Canoe adalah perahu panjang serta sempit, ujung haluan dan
buritannya tajam (untuk memudahkan mengubah haluan), dahulu
dapat dibuat dari batang pohon yg dilubangi seperti lesung.78
Permainan air yang satu ini banyak diminati dengan para
wisatawan karna berperahu sambil menikmati pemandangan pantai
Pulau Tidung. Harga sewa untuk canoe yaitu Rp. 35.000 per 30
menit.79
e. Jet sky
Jet sky merupakan salah satu olahraga air dengan
menggunakan sejenis boat luncur yang bentuknya mirip jet dengan
77
Wawancara langsung dengan Bapak Amsir, pemilik Tidung Banana-agen permainan
air Pulau Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung
78 M. M.Simpala, Tour Guide: Teori dan Praktek dalam Pariwisata, (Jakarta : Indie
Publishing, 2010), h. 33.
79 Wawancara langsung dengan Bapak Amsir, pemilik Tidung Banana-agen permainan
air Pulau Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung
menggunakan penggerak mesin sehingga mampu berkecepatan
tinggi.80
Tidak banyak yang menyewakan permainan air yang satu ini
karna harga sewa yang terlalu mahal yaitu Rp. 150.000 per 15 menit.
Kalau pun ada yaitu para wisatawan kelas menengah ke atas.81
f. Donuts boat
Donuts boat adalah olahraga air yang menggunakan perahu
karet yang berbentuk bulat seperti kue donat, dan ditarik oleh speed
boat berkeliling pantai dalam waktu 15 menit. Kapasitas muatan
donuts boat ini adalah maksimal 2 orang.82
Permainan yang satu ini hampir sama dengan banana boat,
perbedaannya hanya pada bentuk perahu karetnya yang seperti kue
donat dan pada saat ditarik rasanya lebih ekstrim dibanding dengan
banana boat. Harga yang ditawarkan pun sama yaitu Rp. 35.000 per
15 menit.83
6. Kendaraan
Untuk mengelilingi Pulau Tidung dengan luas hampir 7 km
ini dapat dilakukan berjalan kaki, menyewa sepeda Rp.17.000/hari
80
A.J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 67.
81 Wawancara langsung dengan Bapak Amsir, pemilik Tidung Banana-agen permainan
air Pulau Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung
82 Gamal Suwantoro, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta : Andi Publishing, 1997), h.
53.
83 Wawancara langsung dengan Bapak Amsir, pemilik Tidung Banana-agen permainan
air Pulau Tidung, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung
atau menyewa sepeda motor dengan harga sekitar Rp.50.000/hari.
Alternatif lainnya ialah dengan menumpang kendaraan umum berupa
motor becak roda tiga dengan tarif Rp.5.000/orang karna tidak ada
mobil di pulau ini.84
D. Kegiatan Wisata di Pulau Tidung
Banyak hal yang dapat dilakukan di pulau pariwisata berbasis
pemukiman ini. Mulai dari bersepeda, olahraga atau permainan air, outbound,
diving, snorkeling dan lain sebagainya. Namun para jasa pariwisata biasanya
melakukan kegiatan berdasarkan jadwal yang ditentukan dengan tujuan agar
kegiatan berwisata lebih nyaman dan pelayanan yang prima dapat terwujud.
Berikut adalah jadwal kegiatan berwisata di Pulau Tidung mulai dari
keberangkatan hingga kepulangan.
06.00 WIB - 07.00 WIB : Berkumpul di Muara Angke, menuju ke Pulau Tidung
09.00 WIB – 10.00 WIB : Tiba di Pulau Tidung dan Welcome Drink
10.00 WIB – 12.30 WIB : Menuju Home Stay dan Makan Siang
12.30 WIB – 16.00 WIB : Snorkling atau Diving ke Pulau-pulau Sekitar
16.00 WIB – 17.00 WIB : Ke Jembatan Cinta dan Permainan atau Olahraga Air
17.30 WIB – 18.00 WIB : Kembali ke Home Stay
:
84
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
18.00 WIB – 19.30 WIB Istirahat, Mandi, Sholat (bagi yang menunaikan)
19.00 WIB - 20.00 WIB : Makan Malam
21.00 WIB – 23.00 WIB : Bakar Ikan (Barbeqeu)
Hari Kedua
05.00 WIB – 06.30 WIB : Sholat Subuh dan Melihat Sunrise
07.00 WIB – 08.00 WIB : Sarapan (Break Fast)
08.30 WIB - 10.00 WIB : Keliling Pulau Tidung Besar dan Beli ole-ole
11.30 WIB - 12.00 WIB : Makan Siang, Packing dan menuju Pelabuhan Tidung
12.30 WIB – 15-30 WIB : Diperkirakan Tiba di Muara Angke.85
E. Dampak Pariwisata di Pulau Tidung
Dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjaditerhadap
masyarakat sebagai komponen dalam lingkunganhidup sebelum ada kegiatan
pariwisata dan setelah ada kegiatan pariwisata.86
Dalam sebuah aktivitas pasti
mempunyai dampak dari aktivitas tersebut baik dampak positif amaupun
dampak negatif. Tentunya dari aktivitas pariwisata di Pulau Tidung tidak
sedikit berdampak positif dan berdampak negatif baik bagi masyarakat
maupun lingkungan sekitar. Berikut adalah dampak positif dan dampak
negatif pariwisata di Pulau Tidung:
85
Wawancara langsung dengan Bapak Asep Eman Surahman, pemilik Travel Tidung
Beach Tours, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung.
86 Bra Baskoro, Wisata Kota Jalan Jaksa: Sebuah Kajian Sosiologi Pariwisata,(Jakarta :
Koekoesan, 2010) h. 48.
1. Dampak Positif
Dampak ekonomi pariwisata adalah perubahan terhadap
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan serta produktivitas masyarakat
akibat aktivitas/kegiatan pariwisata.87
Indikatornya yaitu:
1) Kesempatan kerja adalah munculnya jenis pekerjaan/usaha baru di
kawasan wisata Pulau Tidung, seperti: menjadi pemandu wisata
(guide), jasa travel, catering dan usaha-usaha lain. Dari tahun ke
tahun jumlah pemandu wisata (guide) mengalami peningkatan.
Tahun 2009 bejumlah 24 orang, bertambah di tahun 2010 yakni 37
orang, di tahun 2011 bertambah menjadi 52 orang dan di tahun 2012
meningkat menjadi 78 orang. Jasa travel juga mengalami
peningkatan, tahun 2009 tercatat hanya 2 travel, lalu tahun 2010
bertambah menjadi 5 travel, kemudian tahun 2011 meningkat
signifikan menjadi 21 travel dan terus bertambah di tahun 2012 yaitu
32 travel. Jasa catering perkembangan dan peningkatannya sama
dengan jasa travel karna catering dan travel itu satu kesatuan dalam
satu paket travel. Jumlah tersebut terus bertambah dari tahun ke
tahun di karnakan kunjungan para wisatawan yang terus bertambah
dan membuat permintaan akan hal tersebut juga meningkat.88
87
Kusudianto Hadinoto, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, (Jakarta : UI
Jakarta, 1996), h. 123.
88 Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
2) Pendapatan adalah jumlah nilai uang yang diterima oleh seluruh
anggota keluarga bekerja dalam rupiah per bulan.89
Pendapatan
masyarakat Pulau Tidung meningkat tajam semenjak adanya
pariwisata yaitu rata-rata Rp. 2.000.000 per kapita pada tahun 2012.
Tercatat pada tahu 2011 masyarakat Pulau Tidung memiliki rata-rata
pengahasilan Rp. 1.300.000 per kapita, lebih kecil lagi ketika
pariwisata belum cukup dewasa berkembang di Pulau Tidung pada
tahun 2010, data mencatat bahwa pendapatan rata-rata masyarakat
disana yakni Rp. 900.000 per kapita. Tentunya jika melihat
kebelakang lagi yakni tahun 2009 pendapatan masyarakat di Pulau
yang mempunyai ikon jembatan cinta ini lebih kecil lagi, terdata Rp.
750.000 per kapita rata-rata pendapatan masyarakat pada tahun
tersebut.90
Ini menunjukkan bahwa pariwisata merupakan salah satu
instrumen meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
3) Harga lahan/tanah adalah nilai jual lahan sesuai luas yang ditempati
dalam rupiah per M2.91
Sebelum adanya pariwisata lahan/tanah di
Pulau Tidung berharga Rp. 25.000 per M2, hal tersebut mengalami
kenaikan harga semenjak dirintisnya pariwisata oleh masyarakat
89
Sjafri Sairin, Pengantar Ekonomi Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h.
73.
90 Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
91 Sutrisno Hadi, Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup, (Jakarta: P.
Pertja, 1997), h. 99.
pada tahun 1990 yakni Rp. 75.000 per M2. Terdata bahwa harga
tanah tersebut terus mengalami kenaikan di tahun 2010 yaitu
menjadi Rp. 90.000 per M2. Kenaikan yag cukup signifikan di tahun
2011, saat-saat puncaknya pariwisata di Pulau ini, harga tanah
menjadi Rp. 150.000 per M2. Kenaikan yang cukup drastis juga
terjadi pada tahun 2012, data menyebutkan bahwa nilai tanah di
Pulau Tidung mencapai harga Rp. 200.000-250.000 per M2.92
Data
tersebut menggambarkan bahwa efek pariwisata menjalar disegala
aspek, sampai nilai atau harga tanah pun terpengaruhi.
2. Dampak Negatif
Ada beberapa dampak negatif yang dilahirkan oleh adanya
pariwisata di Pulau Tidung, diantaranya:
1) Terjadinya kesenjangan pendapatan/kesejahteraan masyarakat antara
pelaku pariwisata dengan masyarakat lain yang tidak bersentuhan
dengan pariwisata secara langsung.
2) Dampak sosial pariwisata adalah pengaruh aktivitas/kegiatan
pariwisata terhadap terjadinya perubahan sosial yaitu gejala
berubahnya struktur sosial dalam masyarakat akibat aktivitas/kegiatan
pariwisata.93
Indikator: kesenjangan sosial adalah adanya jarak yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat oleh perbedaan status sosial
92
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
93 Nadjamuddin Ramly, Pariwisata Berwawasan Lingkungan: Belajar dari Kawasan
Wisata Ancol, (Jakarta : Grafindo, 2007), h. 143.
maupun status ekonomi masyarakat Pulau Tidung. Hal ini terlihat dari
gaya hidup masyarakat yang tinggi dan tidak sedikit masayarakat yang
mempunyai barang-barang mewah. Tidak hanya itu, tradisi gotong
royong masyarakat Pulau Tidung semakin lama semakin memudar.
Dahulu Pulau Tidung dikenal dengan masyarakatnya yang religius
dibandingkan dengan pulau-pulau lain yang ada di Kepulauan Seribu,
namun hal tersebut kini sudah tidak berlaku semenjaka adanya
pariwisata.
3) Dampak lingkungan fisik pariwisata adalah perubahan penurunan
kondisi kualitas lingkungan fisik permukiman diukur melalui
penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman
akibat aktivitas/kegiatan pariwisata. Seperti ikon pariwisata Pulau
Tidung yaitu Jembatan Cinta yang tidak terurus dan kurang
diperhatikan, padahal Jembatan Cinta merupakan daya tarik
wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Tidung. Tidak hanya itu,
rasa air tanah di Pulau Tidung yang dulu tawar kini sudah menjadi
payau bahkan asin di sebagian besar kawasan Pulau Tidung, ini
diakibatkan oleh pemakaian air tanah yang berlebihan dan ditambah
dengan para wisatawan yang datang menyebabkan persediaan air
tanah tidak cukup dan pohon-pohon untuk penyerapan sudah banyak
yang ditembangi untuk kepentingan lahan membuat penginapan atau
home stay, hal ini yang mengakibatkan air menjadi payau atau asin.94
4) Dampak pariwisata terhadap keagamaan.Dengan berkembangnya
pariwisata, maka akan ada dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
pariwisata tersebut, tidak terkecuali adalah dampak terhadap aktivitas
keagamaan. Dampak-dampak tersebut diantaranya:95
a. Sebelum adanya pariwisata Pulau Tidung terkenal dengan Pulau
yang religius diantara pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu.
Kebiasaan-kebiasaan yang berbau keislaman dan sosial masih
kental, seperti shalat berjama‟ah yang ramai, setiap masuk waktu
maghrib tidak ada masyarakat yang keluar rumah atau berkeliaran,
dan hidup gotong royong terus dijunjung. Akan tetapi semenjak
adanya pariwisata dan seiring berjalannya waktu predikat tersebut
seakan pudar bahkan hilang, terbukti dengan semakin
berkurangnya masyarakat yang shalat berjama‟ah, masyarakat
sudah mulai acuh dan kurang menghargai waktu maghrib yang
merupakan kebiasaan masyarakat untuk tidak kelaur rumah dan
tidak melakukan aktivitas, dan mulai lunturnya jiwa
kegotongroyongan masyarakat.
94
Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada
tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
95 Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan
Seribu pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.
b. Aktivitas majelis taklim yang dilakukan kaum ibu setiap siang hari
(ba‟da zuhur) mengalami pengurangan jamaa‟ah dikarnakan ibu-
ibu yang biasa mengikuti majelis taklim kini menjadi juru masak
atau catering untuk para wisatawan. Apalagi hal tersebut terjadi di
hari sabtu dan minggu majelis taklim seakan sunyi dan hanya ada
beberapa ibu-ibu.
c. Bulan Ramadhan yang dianggap bulan penuh barokah dan fokus
untuk ibadah kini hanya sekedar dalam ingatan saja karna pada
bulan tersebut aktivitas wisata terus berlanjut sudah 5 tahun
belakangan ini. Hal tersebut akan mengganggu masyarakat Pulau
Tidung yang 100% muslim dalam melaksanakan ibadah puasa,
seperti: para wisatwan yang berlalu lalang di daerah pemukiman
dengan berpakaian serba mini akan berpotensi mengganggu ibadah
puasa masyarakat, dan aktivitas makan siang yang dilakukan para
wisatawan di luar rumah akan menggoda selera dan berpotensi
membatalkan puasa, apalagi anak-anak.
d. Pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha para wisatawan seakan
tidak bisa bertoleransi dengan masyarakat yang seluruhnya muslim.
Pada saat tersebut para wisatwan melakukan aktivitas wisata seperti
snorkling, bersepeda dan lain-lain, bahkan hal tersebut (bersepeda)
melalui jalur masjid. Hal tersebut tentu menggangu masyarakat
yang sedang shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
e. Tidak sedikit pasangan yang bukan muhrim tinggal dalam home
stay atau penginapan, tentunya hal ini tidak pantas dan tidak etis
terjadi di Pulau yang berpenduduk muslim ini. Jikalau hal ini terus
terjadi maka kemnungkinan ada hal-hal atau kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan.
F. Tanggapan Masyarakat Tentang Pariwisata di Pulau Tidung
Masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam tumbuh dan
berkembangnya pariwisata di suatu daerah, karena pada dasarnya pilar
pariwisata itu terdiri dari: pertama pemerintah, kedua swasta dan ketiga
masyarakat, yang sering disebut tiga pilar utama pariwisata. Misalnya, setelah
pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pengembangan pariwisata
yang diiringi dengan regulasinya tentunya. Kemudian pihak swasta yang
secara profesional menyediakan jasa pelayanan bagi pengembangan
pariwisata tersebut, maka tugas masyarakat adalah selain senantiasa
membangkitkan kesadaran tentang pentingnya pariwisata juga menumbuh-
kembangkan kreatifitas yang melahirkan berbagai kreasi segar yang
mengundang perhatian untuk kemudian menjadi daya pikat pariwisata.96
Menurut salah seorang tokoh masyarakat Pulau Tidung, bapak
Abdurrahman Misbak, pariwisata di Pulau Tidung merupakan salah satu
tongkat untuk mensejahterakan masyarakat. Perekonomian dan pendapatan
masyarakat meningkat yang akan berujung pada kesejahteraan masyarakat
tersebut. Akan tetapi kearifan lokal dan kelestarian lingkungan harus menjadi
96
Artikel Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata oleh Drs. Ahmad Zacky
Siradj, Diakses pada tanggal 29 Oktober 2012
perhatian bersama karna melihat fenomena yag ada sungguh cukup
memprihatinkan terutama terhadap lingkungan, pohon-pohon banyak yang
ditebangi dan tidak diimbangi dengan penghijauan, hal ini berakibat pada
kualitas tanah dan air di Pulau yang memiliki ikon jembatan cinta ini menjadi
payau atau asin.97
Menurut penyedia jasa atau travel wisata Pulau Tidung, Asep Eman
Surahman, ada beberapa aspek yang terjadi di masyarakat Pulau Tidung,
yaitu:
1. Masih adanya stigma pandangan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi
kehidupan yang kurang baik atau akan berpengaruh buruk pada proses
pembentukkan moral masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
melalui pariwisata terjadi proses akulturasi budaya yang sesungguhnya
juga di balik itu semua banyak memberikan nilai tambah.
2. Kurang tumbuhnya sikap masyarakat untuk melindungi dan memberikan
pelayanan kepada para turis minimal dengan mengucapkan selamat dan
memberi senyuman sehingga masih terjadi insiden-insiden ketidakamanan
di Pulau Tidung yang menjadi destinasi obyek wisata.
3. Belum terbentuknya sikap dan cara pandang bahwa pariwisata, seperti
banyak terbukti di berbagai daerah dan negara, menjanjikan pula bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera.98
97
Wawancara langsung dengan Bapak Abdurrahman Misbak, Tokoh Masyarakat Pulau
Tidung pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung
98 Wawancara langsung dengan Bapak Asep Eman Surahman, pemilik Travel Tidung
Beach Tours, pada tanggal 15 Oktober 2012 di Pulau Tidung.
BAB V
PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM
PENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA TERHADAP
KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
A. Sejarah Singkat MUI Kepulauan Seribu
Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang
menghimpun para ulama,zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk
menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal
7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai
hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu'ama
yang datang dari berbagai penjuru tanah air.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia
tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 (tiga puluh) tahun
merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan
politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani
umat.
Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah
pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil
untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI,
seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penjajahan dan
perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi
tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat
menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi
Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat
melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama
dalam kehidupan umat manusia.
Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam
pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi
politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber
pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.
Begitu pula dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan
Seribu. Organisasi para ulama di Kepulauan Seribu ini didirikan pada tanggal
25 Mei 2000 bertepatan dengan 13 Robiul Awal 1432 H di Pulau Tidung
Kepulauan Seribu. Organisasi ini terdiri dari para ulama, tokoh agama dan
para ustadz yang ada di Kepulauan Seribu dan kantor kesekretariatannya
beralamat di Jl. Masjid Nurul Huda RT 002/002 Kelurahan Pulau Tidung
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu. Adapun yang melatarbelakangi didirikannya MUI di Kepulauan
Seribu adalah sebagai wadah pembimbing dan pelayan umat Islam yang ada
di Kepulauan Seribu sekaligus sebagai tempat curahan hati masyarakat
mengenai persoalan-persoalan yang ada di Kepulauan Seribu khususnya
persoalan keagamaan, karena melihat fenomena bahwa Pulau Seribu adalah
salah satu daerah tujuan pariwisata yang ada di Jakarta. Tentu hal tersebut
memungkinkan adanya pergeseran atau perubahan kehidupan masyarakat,
mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya bahkan kehidupan keagamaan.
Melihat hal tersebut di atas, kehadiran MUI sangat dibutuhkan sebagai
sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam
rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan
serta kebersamaan umat Islam di Kepulauan Seribu.
Sampai saat ini MUI Kepulauan Seribu di pimpin oleh H. Rahmat
Syamsudin. Beliau memimpin selama 2 (dua) periode. Ini membuktikan
bahwa beliau adalah sosok ulama yang keberadaannya sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.
B. Visi, Misi, Tujuan, Orientasi dan Peran
1. Visi
Visi diartikan sebagai keputusan dan komitmen manajemen puncak
terhadap posisi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi pada satu waktu
tertentu di masa depan.99
Visi yang diusung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan
Seribu yaitu terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan dan
keagamaan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT
(baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat yang
berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum
muslimin (izzul Islam wal-muslimin).
2. Misi
Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud
organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar
99
Sondang Siagian, Manajemen Internasional, (Jakarta : PT. BumiAksara, 2004), cet-1,
h. 175.
yang membedakan satu organisasi dari organisasi-organisasi yang lainnya.
Misi merupakan perwujudan dasar filsafat para pembuat keputusan
strategik organisasi.100
Adapun Misi yang diusung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kepulauan Seribu adalah sebagai Berikut:
1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif
dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga
mampu mengarahkan dan membina umat Islam di Kepulauan Seribu
dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan
syariah Islamiyah;
2. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma'ruf nahi mungkar dalam
mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas
(khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan;
3. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam di Kepulauan Seribu.
3. Tujuan
Dalam perjalanannya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan
Seribu berusaha menjalankan peran dan fungsi dengan tujuan untuk
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam
mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah
SWT dengan memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah
keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat,
100
Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 2003), cet. ke-18, h. 108.
meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan
kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan
kesatuan masyarakat Kepulauan Seribu serta menjadi penghubung antara
ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat
dan pemerintah guna meningkatkan hubungan serta kerjasama antar
organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan
bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan
mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.
4. Orientasi
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu seperti halnya
MUI Pusat mempunyai sembilan orientasi perkhidmatan, yaitu:
1) Diniyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
mendasari semua langkah dan kegiatannya pada nilai dan ajaran Islam
yang kaffah.
2) Irsyadiyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan dakwah
wal irsyad, yaitu upaya untuk mengajak umat manusia kepada
kebaikan serta melaksanakan amar makruf dan nahi munkar dalam arti
yang seluas-luasnya. Setiap kegiatan Majelis Ulama Indonesia
dimaksudkan untuk dakwah dan dirancang untuk selalu berdimensi
dakwah.
3) Istijabiyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
berorientasi istijabiyah, senantiasa memberikan jawaban positif dan
responsif terhadap setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat
melalui prakarsa kebajikan (amal saleh) dalam semangat berlomba
dalam kebaikan (istibaq fi al-khairat).
4) Huirriyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan
independen yang bebas dan merdeka serta tidak tergantung maupun
terpengaruh oleh pihak-pihak lain dalam mengambil keputusan,
mengeluarkan pikiran, pandangan dan pendapat.
5) Ta‟awuniyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
mendasari diri pada semangat tolong menolong untuk kebaikan dan
ketakwaan dalam membela kaum dhu'afa untuk meningkatkan harkat
dan martabat, serta derajat kehidupan masyarakat. Semangat ini
dilaksanakan atas dasar persaudaraan di kalangan seluruh lapisan umat
Islam (ukhuwwah Islamiyah). Ukhuwah Islamiyah ini merupakan
landasan bagi Majelis Ulama Indonesia untuk mengembangkan
persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah)dan memperkukuh
persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah).
6) Syuriyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
menekankan prinsip musyawarah dalam mencapai permufakatan
melalui pengembangan sikap demokratis, akomodatif dan aspiratif
terhadap berbagai aspirasi yang tumbuh dan berkembang di dalam
masyarakat.
7) Tasamuh
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
mengembangkan sikap toleransi dan moderat dalam menghadapi
masalah-masalah khilafiyah.
8) Qudwah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
mengedepankan kepeloporan dan keteladanan melalui prakarsa
kebajikan yang bersifat perintisan untuk kemaslahatan umat.
9) Addualiyah
Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang
menyadari dirinya sebagai anggota masyarakat dunia yang ikut aktif
memperjuangkan perdamaian dan tatanan dunia sesuai dengan ajaran
Islam.
5. Peran
Peran merupakan beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki
oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat dan harus
dilaksanakan.101
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu mempunyai
lima peran, yaitu:
1) Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (warasat al-anbiya)
Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai ahli waris tugas-tugas
para Nabi, yaitu menyebarkan ajaran Islam serta memperjuangkan
terwujudnya suatu kehidupan sehari-hari secara arif dan bijaksana
berdasarkan Islam. Sebagai waratsatu al-anbiyaa (ahli waris tugas-tugas
para nabi), Majelis Ulama Indonesia menjalankan fungsi kenabian an-
nubuwwah) yakni memperjuangkan perubahan kehidupan agar berjalan
sesuai ajaran Islam, walaupun dengan konsekuensi akan menerima
kritik, tekanan, dan ancaman karena perjuangannya bertentangan
dengan sebagian tradisi, budaya, dan peradaban manusia.
2) Sebagai pemberi fatwa (mufti)
Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai pemberi fatwa bagi
umat Islam baik diminta maupun tidak diminta. Sebagai lembaga
pemberi fatwa Majelis Ulama Indonesia mengakomodasi dan
menyalurkan aspirasi umat Islam Indonesia yang sangat beragam aliran
paham dan pemikiran serta organisasi keagamaannya.
101
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 667.
3) Sebagai pembimbing dan pelayan umat (ra‟iy wa khadim al ummah)
Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai pelayan umat (khadim
al-ummah), yaitu melayani umat dan bangsa dalam memenuhi harapan,
aspirasi dan tuntutan mereka. Dalam kaitan ini, Majelis Ulama
Indonesia senantiasa berikhtiar memenuhi permintaan umat, baik
langsung maupun tidak langsung, akan bimbingan dan fatwa
keagamaan. Begitu pula, Majelis Ulama Indonesia berusaha selalu
tampil di depan dalam membela dan memperjuangkan aspirasi umat
dan bangsa dalam hubungannya dengan pemerintah.
4) Sebagai penegak amar ma‟ruf dan nahi munkar
Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai wahana penegakan
amar makruf nahyi munkar, yaitu dengan menegaskan kebenaran
sebagai kebenaran dan kebatilan sebagai kebatilan dengan penuh
hikmah dan istiqamah. Dengan demikian, Majelis Ulama Indonesia
juga merupakan wadah berhidmatan bagi pejuang dakwah mujahid
dakwah) ang senantiasa berusaha merubah dan memperbaiki keadaan
masyarakat dan bangsa dari kondisi yang tidak sejalan dengan ajaran
Islam menjadi masyarakat dan bangsa yang berkualitas khairu ummah)
5) Sebagai pelopor gerakan pembaharuan (al-tajdid)
Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai pelopor tajdid yaitu
gerakan pembaruan pemikiran Islam.
6) Sebagai pelopor gerakan ishlah
Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai juru damai terhadap
perbedaan yang terjadi di kalangan umat. Apabila terjadi perbedaan
pendapat di kalangan umat Islam maka Majelis Ulama Indonesia dapat
menempuh jalan al-jama'u wat taufiq (kompromi dan persesuaian) dan
tarjih (mencari hukum yang lebih kuat). Dengan demikian diharapkan
tetap terpelihara semangat persaudaraan (ukhuwwah) di kalangan umat
Islam Indonesia.
Karna MUI Kepulauan Seribu masuk dalam level kabupaten
atau kota jadi tidak mempunyai wewenang untuk membuat fatwa, akan
tetapi MUI Kepulaua Seribu mempunyai wewenang untuk
mengusulkan atau merekomendasikan fatwa kepada MUI Provinsi DKI
Jakarta yang selanjutnya akan dibahas dan digodok serta diputuskan
oleh MUI Provinsi DKI Jakarta untuk dijadikan fatwa atau tidak. Andai
pun MUI Kepulauan Seribu bisa mengeluarkan fatwa hanya pada
persoalan kecil saja, seperti fatwa makanan kripik sukun dan lain-lain.
Atau lebih jelasnya MUI Kepulauan Seribu hanya mempunyai
wewenang untuk melakukan Bathsul Masail (pembahasan masalah-
masalah kekinian yang berkembang di masyarakat dengan berpedoman
pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits dan Kutab At-Turats para mujtahid
terdahulu).102
102
Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan
Seribu, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan surat keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama
Indonesia Provinsi DKI Jakarta nomor: 013/SK/MUI-DKI/XII/2009. Susunan
pengurus MUI Kepulauan Seribu masa bhakti 2009-2014 adalah sebagai
berikut:103
Pelindung/Pembina : Bupati Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu
Dewan Pertimbangan : 1. Wakil Bupati Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu
2. Sekretaris Kabupaten Adm. Kepulauan
Seribu
3. Asisten. Kesmas Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu
4. Kepala Sudin Sosial Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu
5. Kepala Kandepag. Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu
Dewan Pimpinan
Ketua Umum : Ustadz. H. Rahmat Syamsudin
Ketua I : Ustadz. H. Nurjali
Ketua II : Ustadz. Ali Ahmad
Ketua III : Ustadz. Khatib
103
Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Nomor 013/SK/MUI-DKI/XII/2009 Tentang Pengukuhan Pengurus MUI Kepulauan Seribu Masa
Bhakti 2009-2014
Ketua IV : Ustadz. Abdul Hakim, S.Ag
Sekretaris Umum : Drs. Mawardi
Sekretaris I : H. Asyuroh
Sekretaris II : Kamarudin, S.Pd
Sekretaris III : Rohmat, S.Ag
Sekretaris IV : Ustadz. Zamzami
Bendahara : Sumarno, M. Amin, S.Pd.I
Wakil Bendahara : H. Sadikin
Anggota : 1. Ustadz. A.A. Manaf
2. Baejuri
3. M. Ayub
4. H. Asmawi
5. Dra. Zakiyah
6. Fudholi
7. Maskur
8. Dra. Khadijah
10. Marhali
11. Mahfudz
D. Harapan Masyarakat Terhadap MUI Kepulauan Seribu
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang masyarakat Pulau Tidung
mempunyai kompetensi dan kredibilitas serta mempunyai peran masyarakat
akan menjadi problem solver bagi permasalahan yang ada. Karna menurut
Gross. Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry
mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.104
Berikut ini
adalah harapan-harapan masyarakat terhadap MUI:
1. Menjadi tempat curahat hati masyarakat terkait permasalahan yang ada
khususnya soal keagamaan.
2. Mampu menjadi mediator kepada pihak pemerintah terkait keluhan
masyarakat terkait persoalan keagamaan yang ada.
3. Menjadi problem solver dan pembimbing ditengah masyarakat yang
sedang mengalami era globalisasi dan perkembangan pariwisata.105
E. Upaya-upaya yang di Lakukan MUI Kepulauan Seribu
Ada beberapa upaya yang dilakukan MUI Kepulauan Seribu dalam
upaya untuk mencegah dampak pariwisata, diantaranya:106
1. Melakukan ceramah dan sosialisasi ke majelis taklim-majelis taklim ibu-
ibu tentang peran majelis taklim di zaman global. MUI Kepulauan Seribu
bekerja sama dengan pihak pemerintah Pulau Tidung. Harapannya adalah
agar kaum ibu selalu istoqomah menuntut ilmu meskipun dengan kondisi
lingkungan yang sudah berubah dengan hiruk-pikuk aktivitas pariwisata.
104
N. Gross, W. S. Masson, and A. W. Mc Eachern. Exploritations In Role Analiysis,
dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,Cet. Ke-3, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1995), h. 99.
105 Pernyataan langsung H. Dja‟far Arsy (Tokoh Masyarakat) Pulau Tidung, 12 Januari
2013 di Pulau Tidung.
106 Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan
Seribu, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung
2. Memberikan rekomendasi kepada pihak pemerintah kelurahan Pulau
Tidung untuk memberhentikan sementara aktivitas pariwisata di Bulan
Ramadhan, karna tidak sedikit masyarakat yang merasa ibadah puasanya
terganggu dan kurang khusu‟ karena di daerah pemukiman warga banyak
mempertontonkan aktivitas-aktivitas yang berpotensi membatalkan pahala
puasa, seperti para wisatwan yang makan siang di luar rumah yang bisa
menggoda orang yang berpuasa apalagi anak-anak dan berpakaian minim
di daerah pemukiman.
3. Melakukan koordinasi dan berdiskusi dengan pemerintah dan masyarakat
dalam rangka menghadapi hari raya Idul Fitri yaitu dengan membuat
peraturan bahwa aktivitas pariwisata dihentikan pada hari pertama Idul
Fitri dari pukul 06.00-12.00 wib. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih
khusyu” dan khidmat dalam merayakan Idul Fitri.
4. Melakukan bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum
menyewakan penginapan yang dihuni oleh beberapa laki-laki dan
perempuan yang belum menikah dalam satu rumah.
Fatwa ini dikeluarkan oleh komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dalam rapatnya pada tanggal
17 Sya‟ban 1431 H bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2010 M. Fatwa ini
dibuat karena melihat realita di Pulau Tidung yang semakin berkembang
pariwisatanya dan semakin banyak pula penginapan yang disediakan untuk
para wisatawan yang belum jelas status perkawinannya. Dalam fatwa
tersebut berisi bahwa Pada dasarnya sewa menyewa itu di halalkan asalkan
jelas manfaatnya, (termasuk menyewakan rumah dan fasilitasnya seperti
air, tempat tidur, dan lain-lain) akan tetapi menyewakan rumah atau
penginapan yang dihuni oleh beberapa laki-laki dan perempuan yang
belum menikah dalam satu rumah akan mengakibatkan berbaurnya antara
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim maupun bukan suami-isteri
yang diharamkan oleh agama sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
وا/را أحود ى أحدكن باهرأة فإى الشيطاى ثالث ال يخل
Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kamu berkhalwat (menyendiri,
berduaan) dengan seorang wanita, karena sesungguhnya setan akan
menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR. Ahmad).
Fatwa ini dikeluarkan untuk para wisatawan yang berkunjung ke Pulau
Tidung dan para pemilik penginapan atau home stay agar membuat aturan
yang sesuai dengan ajaran syariat Islam, seperti memisahkan antara rumah
sewa (kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan lain-lain) yang untuk dihuni
kaum laki-laki dengan yang dihuni perempuan, mengharuskan berpakaian
sopan dan menutup aurat.
Fatwa ini disosialisasikan melalui para pemilik travel wisata Pulau Tidung
dan para pemilik penginapan atau home stay serta masyarakat Pulau
Tidung dengan cara menempel stiker dan spanduk.
5. Melakukan bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum
menyewakan kapal untuk snorkeling/diving. Persoalan tersebut dibahas
oleh komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu dalam rapatnya pada tanggal 17 Sya‟ban 1431 H
bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2010 M.
Pada dasarnya menyewakan kapal laut untuk diving/menyelam dll
hukumnya halal, tetapi bila tidak diatur sehingga terjadi percampuran
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim/suami isteri hukumnya
haram. Apalagi melihat kenyataan bahwa pakaian menyelam itu sangat
ketat sehingga menggambarkan lekuk-lekuk tubuh orang yang
memakainya bahkan cenderung terbuka. Orang yang seperti inilah di
antara yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis beliau yang
berbunyi:
ن سياط م هع وا ق ل الار لن أر سلن صفاى هي أ علي صلى الل قال رسل الل
ساء ا الاس هسلنكاسيات عارياتكأذاب البقر يضربى ب ا ...../ر
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Ada dua golongan penghuni neraka
yang belum pernah aku lihat. Pertama kaum yang memiliki cambuk seperti
ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukuli manusia, dan wanita yang
berpakaian tetapi telanjang.”(HR. Muslim)
Yang dimaksud wanita berpakaian tetapi telanjang adalah karena pakaian
tipis tembus pandang atau bisa juga tebal tetapi ketat menggambarkan
lekuk tubuh mereka.
Sebab jika tidak dibuat aturan sedemikian rupa dikhawatirkan si penyewa
kapal menjadi termasuk orang yang membantu dan memfasilitasi
kemaksiatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Fatwa ini dipublikasikan kepada travel-travel wisata yang ada di Pulau
Tidung dan para pemilik kapal snorkeling/diving serta kepada masyarakat
Pulau Tidung melalui surat dan lampiran fatwa.
6. Merespon realita yang ada di Pulau Tidung seperti para wisatwan yang
berpakaian minim di daerah pemukiman, MUI Kepulauan Seribu membuat
himbauan melalaui spanduk dan stiker yang di pasang di setiap penginapan
dan home stay serta tempat-yempat strategis lainnya dengan bertuliskan
“sebaiknya anda berpakaian sopan di wilayah pemukiman”. Upaya
tersebut diharapkan mampu memberikan peringatan dan teguran kepada
para wisatawan agar berpakaian yang sopan dan lebih menyesuai dengan
lingkungan sekitar.
F. Hambatan-hambatan
Dalam melakukan ataua mengupayakan sesuatu pasti ada halangan
atau hambatan yang menganggu berjalannya aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan. Seperti halnya MUI Kepulauan Seribu dalam melakukan upaya-
upaya dalam rangka menanggulangi dampak pariwisata, diantaranya:107
1. Kompleksitas persoalan yang ada di Pulau Tidung membuat MUI
Kepulauan Seribu agak kesulitan melakukan sesuatu. Seperti persoalan
lingkungan, masyarakat, kearifan lokal, keamanan, kebersihan dan lain
lain.
107
Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan
Seribu, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung
2. Sikap apatis masyarakat terhadap permasalahan yang di timbulkan oleh
pariwisata membuat MUI Kepulauan Seribu kurang mendapat dukungan
penuh dalam membuat fatwa.
3. Mulai lunturnya jiwa kesolidan masyarakat dan sikap materialistis
membuat MUI Kepulauan Seribu agak kesulitan melakukan sesuatu karna
semua diukur dan dinilai denga rupiah.
4. Minimnya koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi antara MUI
Kepulauan Seribu dengan Pemerintah setempat dalam hal ini adalah
Lurah Pulau Tidung membuat MUI agak terbatas dalam melakukan dan
merumuskan sesuatu.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya pariwisata
terhadap aktivitas keagamaan di Pulau Tidung meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Sebelum adanya pariwisata Pulau Tidung terkenal dengan Pulau yang
religius diantara pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu, akan tetapi
semenjak adanya pariwisata dan seiring berjalannya waktu predikat
tersebut seakan pudar bahkan hilang.
b. Aktivitas majelis taklim yang dilakukan kaum ibu setiap siang hari
(ba‟da zuhur) mengalami pengurangan jamaa‟ah dikarnakan ibu-ibu
yang biasa mengikuti majelis taklim kini menjadi juru masak atau
catering untuk para wisatawan. Apalagi hal tersebut terjadi di hari sabtu
dan minggu majelis taklim seakan sunyi dan hanya ada beberapa ibu-
ibu.
c. Bulan Ramadhan yang dianggap bulan penuh barokah dan fokus untuk
ibadah kini hanya sekedar dalam ingatan saja karna pada bulan tersebut
aktivitas wisata terus berlanjut sudah 5 tahun belakangan ini. Hal
tersebut akan mengganggu masyarakat Pulau Tidung yang 100%
muslim dalam melaksanakan ibadah puasa, seperti: para wisatwan yang
berlalu lalang di daerah pemukiman dengan berpakaian serba mini akan
berpotensi mengganggu ibadah puasa masyarakat, dan aktivitas makan
siang yang dilakukan para wisatawan di luar rumah akan menggoda
selera dan berpotensi membatalkan puasa, apalagi anak-anak.
d. Pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha para wisatawan seakan tidak
bisa bertoleransi dengan masyarakat yang seluruhnya muslim. Pada saat
tersebut para wisatwan melakukan aktivitas wisata seperti snorkling,
bersepeda dan lain-lain, bahkan hal tersebut (bersepeda) melalui jalur
masjid. Hal tersebut tentu menggangu masyarakat yang sedang shalat
Idul Fitri dan Idul Adha.
e. Tidak sedikit pasangan yang bukan muhrim tinggal dalam home stay
atau penginapan, tentunya hal ini tidak pantas dan tidak etis terjadi di
Pulau yang berpenduduk muslim ini. Jikalau hal ini terus terjadi maka
kemnungkinan ada hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan.
2. Peranan atau upaya-upaya yang sudah dilakukan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kepulauan Seribu dalam menanggulangi dampak pariwisata di
Pulau Tidung diantanya adalah:
a. Membahas bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum
menyewakan penginapan yang dihuni oleh beberapa laki-laki dan
perempuan yang belum menikah atau bukan muhrim dalam satu
rumah.
b. Membahas bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum
menyewakan kapal untuk snorkeling/diving.
c. Merespon realita yang ada di Pulau Tidung seperti para wisatwan
yang berpakaian minim di daerah pemukiman, MUI Kepulauan Seribu
membuat himbauan melalaui spanduk dan stiker yang di pasang di
setiap penginapan dan home stay serta tempat-tempat strategis lainnya
dengan bertuliskan “sebaiknya anda berpakaian sopan di wilayah
pemukiman”.
d. Melakukan koordinasi dan berdiskusi dengan pemerintah dan
masyarakat dalam rangka menghadapi hari raya Idul Fitri yaitu
dengan membuat peraturan bahwa aktivitas pariwisata dihentikan
pada hari pertama Idul Fitri dari pukul 06.00-12.00 wib. Hal ini
bertujuan agar masyarakat lebih khusyu” dan khidmat dalam
merayakan Idul Fitri.
B. Saran
Setelah melakukan beberapa pengamatan tentang peranan da berbagai
upaya yang dilakukan MUI Kepulauan Seribu dalam menanggulangi dampa
pariwisata di Pulau Tidung, penulis dapat memberikan beberapa
saran,diantaranya:
a. Memaksimalkan kembali peran MUI sebagai organisasi yang mampu
memberikan solusi dan manfaat bagi masyarakat karna melihat peran
MUI 2 tahun belakangan ini agak meredup dan masyarakat merasa
kehilangan wadah atau tempat untuk berbagi cerita dan nasihat serta
pemberi solusi
b. Lebih diperluas media untuk mensosialisasikan sebuah fatwa atau
himbauan agar seluruh elemen masyarakat mengetahui dan memahami,
dan metode dalam mensosialisasikan fatwa atau himbauan lebih dikemas
secara unik dan modern agar masyarakat cepat mengetahui dan
memahaminya.
c. Memperbaiki hubungan dan komunikasi MUI dengan pemerintah, dalam
hal ini adalah pemerintah kelurahan Pulau Tidung agar dalam membuat
sebuah fatwa atau merekomendasikan sesuatu lebih mudah dan efektif.
Karna melihat fenomena hubungan dan koordianasi antara MUI dan
pemerintah kelurahan masih kurang baik bahkan terjadi disharmonisasi
dan juga terjadi kesalahan peran dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
A.J, Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010).
Ardianto, Elvinaro, Metodolgi Penelitian Untuk Public Relations, Kualitatif dan
Kuantitatif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1998).
Artikel Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata oleh Drs. Ahmad
Zacky Siradj, Diakses pada tanggal 29 Oktober 2012.
Batavia.co.id, Ferry Kisihandi, Thoyib Syahputra: Meredam Lunturnya Nilai
Agama, Diakses pada 14 Oktober 2011.
Bra, Baskoro, Wisata Kota Jalan Jaksa: Sebuah Kajian Sosiologi
Pariwisata,(Jakarta: Koekoesan, 2010).
Dale, A Timpe, Kepemimpinan (Seri Manajemen Sumber Daya Manusia),
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 1991).
David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,Cet. Ke-3, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1995).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998).
Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan
Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.
Gee, Chuck Y, International Tourism: A Global Perspective, (WTO: University
of Hawai at Manoa,1999).
Hadinoto, Kusudianto, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata,
(Jakarta: UI Jakarta, 1996).
Handoko, Hani, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 2003), Cet. Ke-18.
Harian Pelita, Alamsyah M Dja‟far, Islam dan Ruang Publik, 28 Oktober 2011.
HMD, Dahlan, 1995, Mencari Makna Hidup, (Bandung: CV Diponegoro).
Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998).
N. Gross, W. S. Masson, and A. W. Mc Eachern. Exploritations In Role Analiysis,
dalam Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993).
Partadiredja, Ace, Pengantar Ekowisata, (Yogyakarta: BPFE, 1985).
Permadi, K, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen. (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996).
Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia yang Dilipat, (Bandung: Mizan, 1998).
Ramly, Nadjamuddin, Pariwisata Berwawasan Lingkungan: Belajar dari
Kawasan Wisata Ancol, (Jakarta: Grafindo, 2007).
Raqith, Ahmad Hasan, Meraih sukses Perjuangan Da’i, (Yogyakarta:
MitraPustaka, 2001).
Ruslan, Rusady, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003).
Sairin, Sjafri, Pengantar Ekonomi Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002).
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. (Bandung: Penerbit Mizan, 1992).
Siagian, Sondang P, Manajemen Internasional, (Jakarta : PT. BumiAksara, 2004),
Cet. Ke- 1.
________________, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010).
Simpala, M.M, Tour Guide: Teori dan Praktek dalam Pariwisata, (Jakarta: Indie
Publishing, 2010).
Soekardijo, R.G, Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic
Lingkage), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997).
________________, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke-1, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989).
Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar, Cet Ke-21, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2008).
Sunindhia, YW, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993).
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1994).
____________, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung : Angkasa, 1994).
____________, Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup, (Jakarta:
P. Pertja, 1997).
Suwantoro, Gamal, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta: Andi Publishing,
1997).
Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006).
Usman, Husaini dan Akbar Setiady, Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003).
WJS, Poewadarminta, Kamus Modern, Cet. Ke-2, (Jakarta: 1976).
Yoeti, Oka. A, Dasar-dasar Pengertian Hopitaliti dan Pariwisata, (Bandung:
Angkasa, 2010).
Yukl, Gary, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2010).
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Bapak H. Rahmat Syamsudin
Jabatan : Ketua MUI Kepulauan Seribu
Hari, tanggal : Minggu, 30 September 2012
Waktu : 13. 15 WIB
Tempat : Kediaman Bapak H. Rahmat Syamsudin, Pulau Tidung
Kepulauan Seribu
1. Kapan MUI Pulau Seribu didirikan?
2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya MUI di Kepulauan Seribu?
3. Jelaskan struktur pengurus MUI Kepulauan Seribu?
4. Apa saja tugas pokok MUI Kepulauan Seribu?
5. Pernakah MUI Kepulauan Seribu mengeluarkan Fatwa dan Apa Saja
Fatwanya?
6. Kapan Fatwa dikeluarkan?
7. Apa yang melatarbelakangi dikeluarkannya Fatwa?
8. Untuk siapa Fatwa itu dikeluarkan?
9. Dimana Fatwa yang dibuat MUI dikeluarkan?
10. Bagaimana MUI mensosialisasikan Fatwa yang dikeluarkan?
11. Tanggapan/pandangan fatwa/aturan yang dikeluarkan MUI di Pulau Tidung?
12. Bagaimana pengaruh atau dampak dari fatwa yang dikeluarkan MUI terhadap
kehidupan masyarakat Pulau Tidung?
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Bapak Bunyamin, S.Sos, MM
Jabatan : Lurah Pulau Tidung
Hari, tanggal : Minggu, 30 September 2012
Waktu : 18. 45 WIB
Tempat : Rumah Dinas Lurah Pulau Tidung Kepulauan Seribu
1. Jelaskan sejarah Pulau Tidung?
2. Bagaimana keadaan penduduk Pulau Tidung (pendidikan dan mata
pencaharian)?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari pariwisata (positif dan negatif)?
4. Bagaimana keadaan keagamaan di Pulau Tidung?
5. Bagaimana tanggapan pemerintah kelurahan soal fatwa atau rekomendasi
MUI Kepulauan Seribu
DATA PENGINAPAN
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2009
No Nama Penginapan Jumlah
Kamar
Pemilik Harga/malam
1 Audy 3 Bustamil 300.000
2 Enjoy Pulau Tidung 3 Mahtum 250.000
3 Saradita 3 Murta‟a 350.000
4 Ibu Dewi 2 Mahdi 250.000
5 Slamet 1 Slamet/Saliwa 300.000
6 5 Saudara 4 Abd. Hamid 300.000
7 Sararita 3 Murta‟a 300.000
8 Nusa Indah 3 Saunah 300.000
9 Ibrahim 2 Tati/Ibrahim 250.000
10 Mona 1 Mona 300.000
11 Mahdum 2 Mahdum 300.000
12 Mawardi 3 Rahmawati 250.000
13 Andam 3 Hamdan/Mari‟ah 300.000
14 Aspandiar 2 Aspandiar 300.000
15 Sadeli 1 Sadeli 250.000
16 Sadikin 3 Sadikin 300.000
DATA PENGINAPAN
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2010
No Nama Home Stay Jumlah
Kamar
Pemilik Harga/malam
1 Audy 3 Bustamil 300.000
2 Enjoy Pulau Tidung 3 Mahtum 250.000
3 Saradita 3 Murta‟a 350.000
4 Ibu Dewi 2 Mahdi 250.000
5 Slamet 1 Slamet/Saliwa 300.000
6 5 Saudara 4 Abd. Hamid 300.000
7 Sararita 3 Murta‟a 300.000
8 Nusa Indah 3 Saunah 300.000
9 Ibrahim 2 Tati/Ibrahim 250.000
10 Mona 1 Mona 300.000
11 Mahdum 2 Mahdum 300.000
12 Mawardi 3 Rahmawati 250.000
13 Andam 3 Hamdan/Mari‟ah 300.000
14 Aspandiar 2 Aspandiar 300.000
15 Sadeli 1 Sadeli 250.000
16 Sadikin 3 Sadikin 300.000
17 3 Saudara 2 Sargawi 250.000
18 Natasya 2 Ikhwan 250.000
19 Husbani 2 Harun 250.000
20 Aula Rizki 4 Sutama 250.000
21 Gina 3 Sam‟un 300.000
22 Maxi 3 Moh. Nali 350.000
DATA PENGINAPAN
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2011
No Nama Home Stay Jumlah
Kamar
Pemilik Harga/malam
1 Audy 3 Bustamil 300.000
2 Enjoy Pulau Tidung 3 Mahtum 250.000
3 Saradita 3 Murta‟a 350.000
4 Ibu Dewi 2 Mahdi 250.000
5 Slamet 1 Slamet/Saliwa 300.000
6 5 Saudara 4 Abd. Hamid 300.000
7 Sararita 3 Murta‟a 300.000
8 Nusa Indah 3 Saunah 300.000
9 Ibrahim 2 Tati/Ibrahim 250.000
10 Mona 1 Mona 300.000
11 Mahdum 2 Mahdum 300.000
12 Mawardi 3 Rahmawati 250.000
13 Andam 3 Hamdan/Mari‟ah 300.000
14 Aspandiar 2 Aspandiar 300.000
15 Sadeli 1 Sadeli 250.000
16 Sadikin 3 Sadikin 300.000
17 3 Saudara 2 Sargawi 250.000
18 Natasya 2 Ikhwan 250.000
19 Husbani 2 Harun 250.000
20 Aula Rizki 4 Sutama 250.000
21 Gina 3 Sam‟un 300.000
22 Maxi 3 Moh. Nali 350.000
23 2 Saudara 3 Moh. Sani 300.000
24 Samudra 4 Samlawi 250.000
25 Lala Lulu 5 Subandrio 300.000
26 Favorit 3 Rojali 300.000
27 Ka‟ Lia 3 Lia 350.000
28 Tobing 4 Hasan Tobing 300.000
29 Nasy Kev 3 Hj. Aisyah 350.000
30 Putra Putri 2 Dion 300.000
31 Srirama 3 Sapahudin 300.000
DATA PENGINAPAN
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2012
No Nama Home Stay Jumlah
Kamar
Pemilik Harga/malam
1 Audy 3 Bustamil 300.000
2 Enjoy Pulau Tidung 3 Mahtum 250.000
3 Saradita 3 Murta‟a 350.000
4 Ibu Dewi 2 Mahdi 250.000
5 Slamet 1 Slamet/Saliwa 300.000
6 5 Saudara 4 Abd. Hamid 300.000
7 Sararita 3 Murta‟a 300.000
8 Nusa Indah 3 Saunah 300.000
9 Ibrahim 2 Tati/Ibrahim 250.000
10 Mona 1 Mona 300.000
11 Mahdum 2 Mahdum 300.000
12 Mawardi 3 Rahmawati 250.000
13 Andam 3 Hamdan/Mari‟ah 300.000
14 Aspandiar 2 Aspandiar 300.000
15 Sadeli 1 Sadeli 250.000
16 Sadikin 3 Sadikin 300.000
17 3 Saudara 2 Sargawi 250.000
18 Natasya 2 Ikhwan 250.000
19 Husbani 2 Harun 250.000
20 Aula Rizki 4 Sutama 250.000
21 Gina 3 Sam‟un 300.000
22 Maxi 3 Moh. Nali 350.000
23 2 Saudara 3 Moh. Sani 300.000
24 Samudra 4 Samlawi 250.000
25 Lala Lulu 5 Subandrio 300.000
26 Favorit 3 Rojali 300.000
27 Ka‟ Lia 3 Lia 350.000
28 Tobing 4 Hasan Tobing 300.000
29 Nasy Kev 3 Hj. Aisyah 350.000
30 Putra Putri 2 Dion 300.000
31 Srirama 3 Sapahudin 300.000
32 7 Saudara 2 Sudrajat 250.000
33 Debi 2 Mastur 250.000
34 Hasan 2 Hasan 250.000
35 Ulil Amri 1 Ulil Amri 250.000
36 Mahrum 2 Mahrum 250.000
37 Saudara 3 3 Abidin 350.000
38 Aldi Lamra 3 Aldi/Lamra 350.000
39 Sahbani 4 Sahbani 350.000
40 Diana 2 Moh. Nali 300.000
41 Jaya 1 Muljaya 300.000
42 Kaila 2 Hery Gunawan 300.000
43 Laila 2 Sahrudin 300.000
44 Emiliyah 1 Emiliyah 300.000
DATA TRAVEL
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2009
No Nama Travel Pemilik
1 Hasbi Group Kel.Besar Hasbi
2 Opiek Tidung Bpk. Fiqri
DATA TRAVEL
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2010
No Nama Travel Pemilik
1 Hasbi Group Kel.Besar Hasbi
2 Opiek Tidung Bpk. Fiqri
3 Tidung Adventure Alamsyah
4 Ayong Travel Tidung Mustawa
5 Latifah Travel Mansyur
DATA TRAVEL
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2011
No Nama Travel Pemilik
1 Hasbi Group Kel.Besar Hasbi
2 Opiek Tidung Bpk. Fiqri
3 Tidung Adventure Alamsyah
4 Ayong Travel Tidung Mustawa
5 Latifah Travel Mansyur
6 Hariyati Travel Riyat
7 Asep Travel Asep
8 Taufik Tidung Taufik
9 Tidung 1000 Tour Aseng
10 Bakri Travel Bakri
11 Najwa Trip Organizer Mugianto
12 Pulau Tidung Tourism Wisnu
13 Wisata Travel Muntako
14 Ghina Travel Angga
15 Cole Adventure Rahmat
16 Wisata Banana Fajar
17 Whater sport Ikhwan
18 Maro Travel Gunawan
19 Tidung Ceria Sport Hj. Isya
20 Mechin Tour Travel Muzzayanah
21 Tidung Banana 5 bersaudara
DATA TRAVEL
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2012
No Nama Travel Pemilik
1 Hasbi Group Kel.Besar Hasbi
2 Opiek Tidung Bpk. Fiqri
3 Tidung Adventure Alamsyah
4 Ayong Travel Tidung Mustawa
5 Latifah Travel Mansyur
6 Hariyati Travel Riyat
7 Asep Travel Asep
8 Taufik Tidung Taufik
9 Tidung 1000 Tour Aseng
10 Bakri Travel Bakri
11 Najwa Trip Organizer Mugianto
12 Pulau Tidung Tourism Wisnu
13 Wisata Travel Muntako
14 Ghina Travel Angga
15 Cole Adventure Rahmat
16 Wisata Banana Fajar
17 Whater sport Ikhwan
18 Maro Travel Gunawan
19 Tidung Ceria Sport Hj. Isya
20 Mechin Tour Travel Muzzayanah
21 Tidung Banana 5 bersaudara
22 Naura Tour Hamdan
23 Lutfi Tidung Tour Asdar
24 Mada Dhute Travel mawaddah
25 Aiii tour Burhanudin
26 ChelMut Tidung Travel Febriansyah
27 Firza Travel Siddinq
28 Tidung Wisata Tour H. Sadeli
29 Cubby Group Travel Bahtiar
30 Naslaw Tour Moh. Yusup
31 Wisata Bahari Tidung Anie Family
32 Ghulam Travel Andam Mari‟ah
DATA GUIDE
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2009
No Nama Guide Alamat
1 Sutadi Pulau Tidung
2 Joni Pulau Tidung
3 Iqbal Pulau Tidung
4 Iwan Pulau Tidung
5 Reza Pulau Tidung
6 Abd. Rahim Pulau Tidung
7 Rangga Pulau Tidung
8 Eris Pulau Tidung
9 Radiansyah Pulau Tidung
10 Lukmanul Hakim Pulau Tidung
11 Pengang Pulau Tidung
12 Deta Pulau Tidung
13 Adam Pulau Tidung
14 Paris Pulau Tidung
15 Bibi Pulau Tidung
16 Paqih Pulau Tidung
17 Abdillah Pulau Tidung
18 Bambang Pulau Tidung
19 Sulaiman Pulau Tidung
20 Iman Syafii Pulau Tidung
21 Ibrahim Pulau Tidung
22 Sahril Pulau Tidung
23 Didin Pulau Tidung
24 Ma‟mun Pulau Tidung
DATA GUIDE
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2010
No Nama Guide Alamat
1 Sutadi Pulau Tidung
2 Joni Pulau Tidung
3 Iqbal Pulau Tidung
4 Iwan Pulau Tidung
5 Reza Pulau Tidung
6 Abd. Rahim Pulau Tidung
7 Rangga Pulau Tidung
8 Eris Pulau Tidung
9 Radiansyah Pulau Tidung
10 Lukmanul Hakim Pulau Tidung
11 Pengang Pulau Tidung
12 Deta Pulau Tidung
13 Adam Pulau Tidung
14 Paris Pulau Tidung
15 Bibi Pulau Tidung
16 Paqih Pulau Tidung
17 Abdillah Pulau Tidung
18 Bambang Pulau Tidung
19 Sulaiman Pulau Tidung
20 Iman Syafii Pulau Tidung
21 Ibrahim Pulau Tidung
22 Sahril Pulau Tidung
23 Didin Pulau Tidung
24 Ma‟mun Pulau Tidung
25 Aldi Pulau Tidung
26 Akbar Pulau Tidung
27 Rahmat Pulau Tidung
28 Toto Hariyanto Pulau Tidung
29 Masrio Pulau Tidung
30 Amri Wibowo Pulau Tidung
31 Buyung Pulau Tidung
32 Rudini Pulau Tidung
33 Andra Pulau Tidung
34 Abu Bakar Pulau Tidung
35 Ali Ahmad Pulau Tidung
36 Yosef Ismail Pulau Tidung
37 Galih Sofyan Pulau Tidung
DATA GUIDE
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2011
No Nama Guide Alamat
1 Sutadi Pulau Tidung
2 Joni Pulau Tidung
3 Iqbal Pulau Tidung
4 Iwan Pulau Tidung
5 Reza Pulau Tidung
6 Abd. Rahim Pulau Tidung
7 Rangga Pulau Tidung
8 Eris Pulau Tidung
9 Radiansyah Pulau Tidung
10 Lukmanul Hakim Pulau Tidung
11 Pengang Pulau Tidung
12 Deta Pulau Tidung
13 Adam Pulau Tidung
14 Paris Pulau Tidung
15 Bibi Pulau Tidung
16 Paqih Pulau Tidung
17 Abdillah Pulau Tidung
18 Bambang Pulau Tidung
19 Sulaiman Pulau Tidung
20 Iman Syafii Pulau Tidung
21 Ibrahim Pulau Tidung
22 Sahril Pulau Tidung
23 Didin Pulau Tidung
24 Ma‟mun Pulau Tidung
25 Aldi Pulau Tidung
26 Akbar Pulau Tidung
27 Rahmat Pulau Tidung
28 Toto Hariyanto Pulau Tidung
29 Masrio Pulau Tidung
30 Amri Wibowo Pulau Tidung
31 Buyung Pulau Tidung
32 Rudini Pulau Tidung
33 Andra Pulau Tidung
34 Abu Bakar Pulau Tidung
35 Ali Ahmad Pulau Tidung
36 Yosef Ismail Pulau Tidung
37 Galih Sofyan Pulau Tidung
38 Sona Rudi Pulau Tidung
39 Adriansyah Pulau Tidung
40 Jamaludin Pulau Tidung
41 Eki Kurniawan Pulau Tidung
42 Jiwi Asmat Pulau Tidung
43 Kholis Mansyur Pulau Tidung
44 Choirudin Pulau Tidung
45 Ahmad Yani Pulau Tidung
46 Ahmad Farhan Pulau Tidung
47 Hermansyah Pulau Tidung
48 Abraham Pulau Tidung
49 Safriansyah Pulau Tidung
50 Hirmawan Pulau Tidung
51 Hamdi Pulau Tidung
52 Rezki Pulau Tidung
DATA GUIDE
KELURAHAN PULAU TIDUNG
KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2012
No Nama Guide Alamat
1 Sutadi Pulau Tidung
2 Joni Pulau Tidung
3 Iqbal Pulau Tidung
4 Iwan Pulau Tidung
5 Reza Pulau Tidung
6 Abd. Rahim Pulau Tidung
7 Rangga Pulau Tidung
8 Eris Pulau Tidung
9 Radiansyah Pulau Tidung
10 Lukmanul Hakim Pulau Tidung
11 Pengang Pulau Tidung
12 Deta Pulau Tidung
13 Adam Pulau Tidung
14 Paris Pulau Tidung
15 Bibi Pulau Tidung
16 Paqih Pulau Tidung
17 Abdillah Pulau Tidung
18 Bambang Pulau Tidung
19 Sulaiman Pulau Tidung
20 Iman Syafii Pulau Tidung
21 Ibrahim Pulau Tidung
22 Sahril Pulau Tidung
23 Didin Pulau Tidung
24 Ma‟mun Pulau Tidung
25 Aldi Pulau Tidung
26 Akbar Pulau Tidung
27 Rahmat Pulau Tidung
28 Toto Hariyanto Pulau Tidung
29 Masrio Pulau Tidung
30 Amri Wibowo Pulau Tidung
31 Buyung Pulau Tidung
32 Rudini Pulau Tidung
33 Andra Pulau Tidung
34 Abu Bakar Pulau Tidung
35 Ali Ahmad Pulau Tidung
36 Yosef Ismail Pulau Tidung
37 Galih Sofyan Pulau Tidung
38 Sona Rudi Pulau Tidung
39 Adriansyah Pulau Tidung
40 Jamaludin Pulau Tidung
41 Eki Kurniawan Pulau Tidung
42 Jiwi Asmat Pulau Tidung
43 Kholis Mansyur Pulau Tidung
44 Choirudin Pulau Tidung
45 Ahmad Yani Pulau Tidung
46 Ahmad Farhan Pulau Tidung
47 Hermansyah Pulau Tidung
48 Abraham Pulau Tidung
49 Safriansyah Pulau Tidung
50 Hirmawan Pulau Tidung
51 Hamdi Pulau Tidung
52 Rezki Pulau Tidung
53 Firdaus Pulau Tidung
54 Reno Suratno Pulau Tidung
55 Mustakim Pulau Tidung
56 Sudiro Pulau Tidung
57 Sigit Ade Pulau Tidung
58 Sukarno Pulau Tidung
59 Joko Sanjaya Pulau Tidung
60 Maulana Pulau Tidung
61 Agung Prasetyo Pulau Tidung
62 Adma Fahmi Pulau Tidung
63 Jailani Pulau Tidung
64 Syukur Rido Pulau Tidung
65 Royani Pulau Tidung
66 Sajili Pulau Tidung
67 Abd. Rauf Pulau Tidung
68 Mustakur Pulau Tidung
69 Khumaidi Pulau Tidung
70 Ivan Lutfi Pulau Tidung
71 Sobirin Pulau Tidung
72 Satiri Pulau Tidung
73 Satrio Pulau Tidung
74 Slamet Pulau Tidung
75 Abd. Manaf Pulau Tidung
76 Jasmani Pulau Tidung
77 Alvi Pulau Tidung
78 Munawar Pulau Tidung
[. Ir. H. ]uanda No.95 Ciputatl54l2 Lrdonesia
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN IIMU KOMUNIKASITelepon,/Fax : (02\ 7 3272ll / 747WS8o
Website : www.Idkuinjakarta.ac.i4 E-mail : [email protected]
,l iri iii:'l ll
Nomor : Un.01/F5/KM.0 1.3/990/2012Lamp :1(satubundel)Hal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor PokokJurusan /SemesterJudul Sluipsi
Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jakarta,09 Maret 2012
Kepada Yth.Prof. Dr. H. Syamsir SalamDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
As s al amu' al ailatm Wn Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
berikut,
Hilmansyah108053000008Manajemen Dakwah (MD) / VIIIPeranan Majelis Ulama Indonesia dalam Penanggulangan
Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Keagamaan di Pulau
Tidung Kepulauan Seribu.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalartpenyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Was salamu' alaih,m Wr. Wb.
1ee6o3 I oory
Jl. ir. H. ]uanda No. 95 Cipuht 15412Indonesia
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (027) 7432728 / 7MBr58oWebslte : urww.f dkuinjakarta.ac,ld, &.nail : [email protected]
Nomor : Un.0l/I5/KM.0t.31990/2012Lamp. : I (Satu)bundelHal : Penelitian/Wawancara
Tembusan:l. Pembantu Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jakarta, 09 Marct201,2
Kepada Yth.Pimpinan MUI Kepulauan SeribuJakartadi Tempat
As salarnu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini karni sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,
Nama : HilmansyahNomor Pokok : 108053000008Jurusan/Semester : Manajemen Dakwah (MD) /Vm
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancaxa ultuk bahan penulisan skripsi yangberjudul Peranan Majelis Ulama Indonesia dalarn Penanggulangan Dampak Pariwisataterhadap Kehidupan Koagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibr.r/Sdr. kiranya berkenanmenerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.
Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih.
Was salamu' alaikum Wr. Wb,
Subhan, MAr10 1ee303 1 004t
MAJELIS ULAMA INDONESIAKABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
Sekretariat : Pulau Tidung - Kepulauan Seribu Telp. 54395401 - 79192039
SURAT KETERANGAN
Nomor : 25lM U l-Ks/xl 2012
Sehubungan dengan surat Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi Universitas
lslam Negeri (UlN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Un.O1'lF5lKM.0L'3/99012012
tanggal 9 Maret ZOL2 perihal penelitian/wawancara, bersama ini kami sampaikan
bahwa mahasiswa dibawah ini :
Nama
NIMJ urusan/Semester
:Hilmansyah
: 108053000008
: Manajemen Dakwah (MD)/Vlll
Telah melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul
,,peranan Mojelis {Jlama lndonesia Dolam Penonggulongon Dompok Pariwisoto
Terhodop Kehidqpan Ke:ogomoon di Pulou Tidung Kepualaun Seribu".
Demikian kami sarnpaikan, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestlnya'
Pulou Tidung, 22 Oktober 2012
Maielis Ulama lndonesia
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
retaris Umum,