Upload
vuongkiet
View
243
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)PT REKAYASA INDUSTRI DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
MUHAMMAD REZA MAULANA
I34052510
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)PT REKAYASA INDUSTRI DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Oleh:MUHAMMAD REZA MAULANA
(I34052510)
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
PadaDepartemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh
Nama : Muhammad Reza Maulana
NIM : I34052510
Judul : Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT RekayasaIndustri dalam Upaya Pengembangan Masyarakat
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar SarjanaKomunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
NIP. 19580214 198503 1 004
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP. 19580827 198303 1 001
Tanggal Pengesahan: _________________
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT
REKAYASA INDUSTRI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
MASYARAKAT” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA
YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA
BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA
MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Agustus 2009
MUHAMMAD REZA MAULANAI34052510
ABSTRACT
MUHAMMAD REZA MAULANA. The Role of Corporate SocialResponsibility PT Rekayasa Industri in Order to Community Development(Supervised by: FREDIAN TONNY NASDIAN)
Corporate Social Responsibility (CSR) is one of the efforts to maintain theexistence of the company. One of the CSR program is in community development.Community development program will only be done by using the approach andimplementation strategies that the empower the community. This empowermentwill only occur if there is participation from the community. If CSR isimplemented by a company will have an impact on the company and thecommunity. The impact of the company image can be good while for thecommunity impact can be the sustainable of the the social-istitutional.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Community Development, Impact.
RINGKASAN
MUHAMMAD REZA MAULANA. Peranan Corporate Social Responsibility(CSR) PT Rekayasa Industri dalam Upaya Pengembangan Masyarakat (Di bawahbimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN)
Setiap perusahaan akan melakukan berbagai kegiatan terencana untukmencapai tujuan khusus maupun tujuan umum yang telah mereka tentukan.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan umumnya akan melibatkanberbagai macam pihak, baik dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari pihakluar, seperti pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan inilahyang dapat membantu mempercepat pembangunan di Indonesia. Selain itu, jalinankerjasama dirajut untuk mencapai kepentingan perusahaan, agar perusahaan dapatmenjaga eksistensinya dan menjadi Good Bussiness. Dalam rangka menjagaeksistensi suatu perusahaan, maka perusahaan itu harus dapat menjagakeseimbangan hubungan dengan pihak lain yang dapat mempengaruhi eksistensiperusahaan dan mencapai Good Bussiness. Keseimbangan dapat dijaga denganmenerapkan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam menjalankan usahanya.
Penelitian ini membahas mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)PT Rekayasa Industri (REKIND) dalam rangka pengembangan masyarakat.Penelitian bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana strategi pendekatandan implementasi CSR PT Rekayasa Industri telah memberdayakan masyarakat.Tujuan tersebut dapat diketahui dengan melihat pada implementasi CSR yangdilakukan oleh PT REKIND, melihat sejauh mana pelaksanaan CSR PT REKINDtelah berbasiskan pemberdayaan masyarakat ataukah masih sebatas pemberiandari korporasi dan melihat dampak yang diperoleh perusahaan dan masyarakatdari pelaksanaan program CSR tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatifdan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan studi kasus,sedangkan pendekatan kuantitatif berjenis penelitian survei. Teknik pemilihanresponden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel cluster randomsampling. Sedangkan teknik pemilihan informan dilakukan secara sengaja(purposive) dengan teknik bola salju (snowball sampling).
Berdasarkan hasil penelitian, PT REKIND sebenarnya sudah menjalankanCSR sejak didirikan pada tahun 1981, yaitu dengan menjalankan CommunityDevelopment. Sedangkan PT REKIND mulai mengimplementasikan CSR sejaktahun 2007. Kebijakan PT REKIND mengenai CSR turut dipengaruhi olehKeputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang ProgramKemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program BinaLingkungan (PKBL), sehingga bidang-bidang CSR yang diprioritaskan oleh CSRPT REKIND terdiri dari bidang pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, bencanaalam, kegiatan sosial, lingkungan hidup, pengembangan usaha kecil dan konversi.PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upayamemenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam(internal driven). PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan
karena menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagaibagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan.
Penelitian ini mengambil studi kasus implementasi CSR PT REKIND diKelurahan Lomanis, Cilacap. Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND diKelurahan Lomanis jika dilihat prinsip-prinsip pengembangan masyarakatmenurut Ife (2002 : 200-225) belum dapat dikatakan berbasiskan pengembanganmasyarakat. Hal ini dikarenakan strategi pendekatan dan implementasi CSR yangdilakukan oleh PT REKIND belum melibatkan partisipasi aktif masyarakat.Mayoritas partisipasi masyarakat hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaanprogram saja. Selain itu partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PTREKIND di Kelurahan Lomanis masih berada pada tingkat Placation. Strategipendekatan PT REKIND dapat dianalogikan dengan strategi Rational Empiricalmenurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006). PT REKIND menjadiinovator yang menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikaninovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untukmemberikan manfaat dengan penggunanya. Namun implementasi CSR yangdilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian darikorporasi atau karitas. Program tersebut hanya bertujuan untuk memenuhikebutuhan sesaat saja dan belum memberdayakan masyarakat secara penuh agartercipta keberlanjutan program.
Bukti belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pada prinsippengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari dampak yang terjadi padamasyarakat. Dari berbagai program yang dilaksanakan, hanya program bantuanpembangunan penyelesaian pos ronda dan pemberian gerobak sampah saja yangberkelanjutan, sedangkan program bantuan bibit Rosella, pembuatan kolam untukbudidaya belut, Gebyar REKIND, pembuatan sumur dan pompa musholaMiftakhul Jannah, serta pembuatan sumur dan pompa untuk 20 rumah tanggatidak berkelanjutan karena kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat yangdilakukan dan hanya sekedar pemberian korporasi saja.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang senantiasa memberikan Rahmatdan Hidayat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul“Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Rekayasa Industri dalamRangka Pengembangan Masyarakat”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkankepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, atasbimbingan, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapatdiselesaikan.
2. Dr. Saharudin sebagai Pembimbing Akademik yang telah membimbingpenulis selama menjalani studi di IPB.
3. Ir Said Rusli, MA sebagai dosen penguji utama.
4. Ir Anna Fatchiya sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Bapak Eko selaku GM Legal and Corporate Communications PT RekayasaIndustri.
6. Bapak Faizur M. Reza selaku Manager CSR Departement dan Ibu Irmahayatiselaku Staff CSR Departement yang senantiasa membantu penelitian penulis.
7. Keluarga tercinta, terutama Mama, Papa, Bi Lilis Sundari dan ade Avira yangselalu mendoakan penulis, memberi motivasi, kasih sayang, perhatian danlain-lainnya yang tidak mungkin disebutkan semuanya.
8. Lurah Lomanis beserta staf, PKK Kelurahan Lomanis, Dasawisma se-Kelurahan Lomanis dan pihak-pihak lainnya di Kelurahan Lomanis yangmembantu penelitian penulis.
9. Bapak Budi Sanyoto, Ibu Istikomah, Mbah Putri, Oom Bangun, Kiki dan Roniyang banyak membantu penulis selama penelitian di Cilacap.
10. Astatin Fitriani yang selalu menyemangati, memberi perhatian, kasih sayangdan doa kepada penulis sehingga penulis selalu semangat untuk cepat luluskuliah.
11. Ricky, Andi, Sani, Wulan, Aida, Furkon, Agustina, Lusi, Arya, Tari danteman-teman KPM angkatan 42 lainnya yang tidak bisa disebutkan semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh darikesempurnaan. Saran dan masukan amat penulis nantikan. Semoga skripsi inidapat dapat diterima oleh pihak yang terkait dalam penelitian ini serta bermanfaatbagi penulis sendiri khususnya dan semua pihak yang membaca skripsi ini padaumumnya.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Agustus 1986 dari ayahbernama Drs. H. Ludi Mauludi, MS dan ibu Dra. Hj. Euis Juariah. Penulismerupakan anak kedua dari 3 (tiga) bersaudara dengan kakak bernama M.LuckyMaulana, S.Pt dan adik M. Rizki Mauludi.
Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada SMAN 5 Bogor padatahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Komunikasidan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut PertanianBogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagaimacam pelatihan tingkat sekolah, Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat.Diantaranya adalah Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) tingkat SMP dan SMA,serta tingkat kota Bogor saat SMA, Pelatihan Jurnalistik tingkat Kota Bogor saatSMA, Pelatihan Kesadaran Berpolitik tingkat provinsi Jawa Barat, PelatihanKelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) tingkat provinsi Jawa Barat, dansebagainya. Selain itu penulis pun pernah mengikuti berbagai macam kegiatanekstrakulikuler, diantaranya adalah OSIS SMPN 4 Sebagai Ketua 1, PramukaGudep 05 Pangkalan SMPN 4 sebagai Seksi Latihan, Pasukan Pengibar Bendera(Paskibra) SMPN 4 sebagai anggota, Pasanggiri Mojang Jajaka Kota Bogorsebagai anggota, OSIS SMAN 5 sebagai Kabid.6, GS Harian Radar Bogor sebagaiRedaksi, Paskibra Pasopati SMAN 5 sebagai Anggota, Perkumpulan JurnalisPelajar Bogor sebagai Pendiri dan Ketua Umum, Majalah Pelajar Basis Q-tasebagai Pendiri dan Ketua Umum, Forum Komunikasi OSIS Se-Bogor (FKOB)sebagai pengurus, Ormas Purna Bakti Mahardhika sebagai Kadiv. Sosial Seni danBudaya, Dewan Formatur Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ekologi Manusia(FEMA), Himpunan Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat(HIMASIERA) sebagai Staf Divisi Riset dan Pengembangan Masyarakat,Yayasan Sajogyo Institute (SA!NS) sebagai Pegiat Kaji Tindak Partisipatori,BEM KM IPB Kabinet Totalitas Perjuangan sebagai Manager Public Relation,dan sebagainya.
DAFTAR ISIHalaman
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... iDAFTAR ISI............................................................................................................... iiDAFTAR TABEL ...................................................................................................... ivDAFTAR GAMBAR.................................................................................................. vDAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 7
BAB II. PENDEKATAN KONSEPTUAL............................................................... 82.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8
2.1.1 Corporate Social Responsibiliy (CSR) ................................................... 8
2.1.1.1 Sejarah dan definisi Corporate Social Responsibiliy (CSR) ............ 8
2.1.1.2 Tahapan-Tahapan CSR ..................................................................... 10
2.1.1.3 Pandangan Perusahaan terhadap CSR............................................... 11
2.1.1.4 Kebijaksanaan Perusahaan dalam CSR............................................. 11
2.1.1.5 Karakteristik CSR ............................................................................. 12
2.1.1.6 Implementasi CSR ............................................................................ 12
2.1.1.7 Manfaat CSR..................................................................................... 13
2.1.2 Konsep Pengembangan Masyarakat ....................................................... 14
2.1.2.1 Komunitas sebagai Basis Pemberdayaan Masyarakat ...................... 14
2.1.2.2 Definisi Pengembangan Masyarakat................................................. 15
2.1.2.3 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat................................... 16
2.1.2.4 Tujuan Pengembangan Masyarakat .................................................. 21
2.1.2.5 Strategi Pengembangan Masyarakat ................................................. 22
2.1.2.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat ....................................... 23
2.1.2.7 Tingkat Partisipasi Masyarakat ......................................................... 23
2.1.3 CSR dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .................................. 25
2.2 Kerangka Pemikiran...................................................................................... 26
2.3 Hipotesa ........................................................................................................ 27
2.3.1 Hipotesa Pengarah................................................................................... 27
2.4 Definisi Operasional...................................................................................... 28
ii
HalamanBAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 30
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30
3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................... 30
3.3 Teknik Pemilihan Responden dan Informan................................................. 31
3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data................................................... 32
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 33
BAB IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN ...................... 364.1 Profil Perusahaan .......................................................................................... 36
4.2 Visi dan Misi PT Rekayasa Industri (PT REKIND) ..................................... 36
4.3 Departemen CSR PT REKIND..................................................................... 37
4.4 Profil Lokasi Penelitian................................................................................. 38
4.4.1 Konteks Lokasi ....................................................................................... 38
4.4.2 Profil Masyarakat Kelurahan Lomanis ................................................... 39
4.4.3 Kelompok Dasawisma Kelurahan Lomanis............................................ 40
BAB V. IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ............. 435.1 Kebijakan PT REKIND Mengenai CSR....................................................... 43
5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR........................................................... 44
5.3 Implementasi CSR ........................................................................................ 45
5.3.1 Pemberian Bantuan Tujuh Buah Gerobak Sampah................................. 45
5.3.2 Pemberian Bibit Rosella.......................................................................... 46
5.3.3 Pembuatkan Kolam untuk Budidaya Belut ............................................. 47
5.3.4 Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda .................................................. 48
5.3.5 Penyelesaian Pembangunan Mushola ..................................................... 485.3.6 Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa................................................... 49
5.3.7 Gebyar REKIND`.................................................................................... 49
5.4 Ikhtisar .......................................................................................................... 50
BAB VI. PEMBERDAYAAN DALAM IMPLEMENTASI CSR.......................... 536.1 Pemberdayaan Masyarakat............................................................................ 53
6.2 Partisipasi Masyarakat .................................................................................. 54
6.3 Ikhtisar .......................................................................................................... 58
BAB VII. DAMPAK PROGRAM CSR TERHADAP CITRAPERUSAHAAN DAN PROGRAM BERKELANJUTAN ................................... 60
7.1 Dampak Program CSR terhadap Citra Perusahaan....................................... 60
7.2 Dampak Program CSR terhadap Program Berkelanjutan diMasyarakat .................................................................................................... 62
iii
7.3 Ikhtisar .......................................................................................................... 65
BAB VIII. STRATEGI PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI CSRDALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATUANALISIS .................................................................................................................. 67
BAB IX. PENUTUP .................................................................................................. 729.1 Kesimpulan ................................................................................................... 72
9.2 Saran.............................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 74
iv
DAFTAR TABEL
Nomor HalamanTabel 1. Metamorfosis CSR......................................................................................... 12
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 24
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 39
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Masyarakat KelurahanLomanis .......................................................................................................... 40
Tabel 5. Bentuk dan Sifat Program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis........... 57
Tabel 6. Penghitungan Citra Perusahaan ..................................................................... 60
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor HalamanGambar 1. Kerangka Pemikiran................................................................................... 26
Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden................................................ 41
Gambar 3. Persentase Kondisi Pekerjaan Responden.................................................. 41
Gambar 4. Dokumentasi Penggunaan gerobak Sampah .............................................. 46
Gambar 5. Kondisi Tempat Penanaman Rosella Saat Program Berlangsung(kiri) dan Kondisi Saat Ini (kanan)............................................................. 46
Gambar 6. Kondisi Kolam Belut Saat Program Berlangsung (kiri) danKondisi Saat Ini (kanan)............................................................................. 47
Gambar 7. Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda RT 03 RW 04 Lomanis............... 48
Gambar 8. Penyelesaian Pembangunan Mushola Miftakhul Jannah ........................... 48
Gambar 9. Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa...................................................... 49
Gambar 10. Dokumentasi Gebyar REKIND................................................................ 50
Gambar 11. Persentase Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam ProgramBudidaya Rosella ....................................................................................... 54
Gambar 12. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap TahapanImplementasi CSR ..................................................................................... 57
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor HalamanLampiran 1. Panduan Pertanyaan................................................................................. 76
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Tingkat Partisipasi Responden................................... 82
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Citra Perusahaan ........................................................ 84
Lampiran 4. Sketsa Lokasi Kelurahan Lomanis .......................................................... 86
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder
pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai
kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun tujuan umum yang
telah mereka tentukan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan
umumnya akan melibatkan berbagai macam pihak, baik dari dalam perusahaan itu
sendiri, maupun dari pihak luar, seperti pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan
sebagainya. Kegiatan inilah yang dapat membantu mempercepat pembangunan di
Indonesia. Selain itu, jalinan kerjasama dirajut untuk mencapai kepentingan
perusahaan, agar perusahaan dapat menjaga eksistensinya dan menjadi Good
Bussiness.
Dalam rangka menjaga eksistensi suatu perusahaan, maka perusahaan itu
harus dapat menjaga keseimbangan hubungan dengan pihak lain yang dapat
mempengaruhi eksistensi perusahaan dan mencapai Good Bussiness.
Keseimbangan dapat dijaga dengan melakukan Corporate Sosial Responsibility
(CSR). Penerapan CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas
(The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam
Wibisono, 2007). Sejalan dengan itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa etika
bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dilakukan.
Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas
maupun kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin
bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian
PIRAC pada tahun 2001 menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai
2
lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11.5 juta dollar AS dari 180 perusahaan
yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial yang terekam oleh media massa.
Meskipun dana ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan dana CSR di
Amerika Serikat, dilihat dari angka kumulatif tersebut, perkembangan CSR di
Indonesia cukup menggembirakan. Angka rata-rata perusahaan yang
menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta rupiah atau
sekitar 413 juta per kegiatan. Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana
CSR pada tahun 1998 mencapai 21.51 miliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203
miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah (Saidi, 2004:64)1.
Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan dan keputusan menteri. Pelaksanaan CSR bagi Perseroan
Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007. Undang-Undang
ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Dalam Pasal 74 ayat (1) disebutkan
bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Penjelasan dari Pasal 74 ayat (1) dijelaskan bahwa kewajiban
CSR ini bertujuan untuk menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Namun sayangnya dari peraturan tersebut tidak dijelaskan mengenai bentuk
pelanggaran terhadap CSR. Tanggung jawab sosial bagi BUMN diatur oleh
pemerintah melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan
Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR merupakan salah satu
upaya pemerintah dan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
ekonomi. Pemerintah berharap CSR tidak hanya sekedar kegiatan sukarela saja
akan tetapi menjadi sebuah tanggung jawab legal dan bersifat wajib serta dapat
berkesinambungan.
Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan
partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR.
1 Penelitian dilakukan oleh Bing Bedjo Tanudjaja pada tahun 2006. Hasil penelitian lebih lanjutdapat diakses pada http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV.
3
Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh
dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling
merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak
positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi,
politik maupun lingkungan. Berbagai macam dampak negatif dapat diminimalisir
dengan menerapkan CSR, misalnya dengan melakukan pemberdayaan
masyarakat, bantuan pendidikan, bakti lingkungan, dan sebagainya. Apabila CSR
tidak dilakukan dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam
permasalahan. Kasus-kasus konflik sosial yang pernah terjadi pada perusahaan di
Indonesia misalnya, konflik sosial diduga diakibatkan suatu perusahaan kurang
peduli dengan masyarakatnya dan tidak mengimplementasikan CSR dengan baik.
Beberapa konflik sosial yang pernah terjadi antara perusahaan dengan masyarakat
sekitarnya diantaranya terjadi pada PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, PT.Freeport
di Jaya Pura, PT Exon Mobil di Lokseumawe Aceh, dan PT New Mont di
Sulawesi Utara. Sedangkan CSR yang dilakukakan dengan baik oleh suatu
perusahaan memungkinkan terciptanya upaya pengembangan masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan kelestarian lingkungan.
PT Rekayasa Industri merupakan salah satu perusahaan milik negara
(BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus
1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia didalam
bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi (EPCC)
untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. PT Rekayasa Industri (REKIND)
saat ini merupakan salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya di Indonesia.
PT Rekayasa Industri adalah sebuah perusahaan yang menjalankan
bisnisnya dengan berbasis proyek, sehingga akan banyak berhubungan dengan
berbagai pihak/stakeholder dalam menjalankan usahanya. Menjaga hubungan baik
dengan stakeholder perlu dibina oleh PT Rekayasa Industri untuk menjaga
eksistensi usahanya. Dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat sebagai
salah satu stakeholder, PT Rekayasa Industri telah menjalankan beberapa
program CSR, diantaranya adalah sunatan masal, bantuan mudik dan fogging di
sekitar perusahaan serta program-program CSR lainnya disekitar proyek PT
Rekayasa Industri, sebagai contoh lomba kesenian daerah di sekitar proyek
4
Lahendong-3 Geothermal, program perbaikan jalan dan sunatan masal di wayang
windu-2 Geothermal, dan sebagainya.
PT Rekayasa Industri memiliki visi dalam menjalankan CSR, yaitu untuk
menjadi Perusahaan EPCC (Engineering Procurement Construction
Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Dan
memiliki misi untuk mengembangkan kepekaan massa terhadap CSR, mengambil
andil dalam melestarikan lingkungan alam, menciptakan mitra strategis dan
keterikatan emosional dengan stakeholders penting, membangun komunitas yang
mandiri (penduduk lokal) dan membantu menjaga kesinambungan PT. Rekayasa
Industri.
Atas dasar latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui dan
menganalisis sampai sejauh mana strategi pendekatan dan implementasi CSR PT
Rekayasa Industri telah memberdayakan masyarakat?
1.2 Perumusan Masalah
Hingga saat ini, banyak perusahaan di Indonesia yang telah
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Terlebih setelah
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mengatur mengenai
pelakasanaan CSR. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang ini menyebutkan bahwa
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Bahkan untuk pelaksanaan CSR bagi perusahaan milik negara
(BUMN) pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri (Kepmen) BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Kepmen
BUMN tersebut berisikan kewajiban BUMN menjalankan CSR untuk membantu
usaha kecil dan membina kelestarian lingkungan.
PT Rekayasa Industri adalah salah satu perusahaan milik negara (BUMN)
yang telah mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Berbagai
program CSR telah dilaksanakan PT Rekayasa Industri kepada masyarakat di
5
daerah sekitar proyek yang dijalankan. Sebagai contoh CSR yang pernah
dilaksanakan PT Rekayasa Industri adalah lomba kesenian daerah di sekitar
proyek Lahendong-3 Geothermal, program perbaikan jalan dan sunatan masal di
wayang windu-2 Geothermal, dan sebagainya Program-program tersebut
dilaksanakan sebagai wujud nyata dari pihak perusahaan terhadap tanggung jawab
sosialnya dengan melibatkan masyarakat. Berdasarkan wujud nyata dari CSR
yang telah dilakukan oleh perusahaan, maka dapat diangkat suatu penelitian
mengenai tanggung jawab sosial yang terjadi pada perusahaan dalam lingkup
BUMN. Hal yang menarik perhatian untuk dikaji terkait hal tersebut dan dijadikan
pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana strategi
pendekatan dan implementasi CSR PT Rekayasa Industri telah
memberdayakan masyarakat? Hal ini penting diangkat dan dikaji karena untuk
mengetahui apakah CSR yang dilakukan oleh perusahaan telah berbasiskan
pengembangan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari strategi pendekatan
dan implementasi program CSR apakah melibatkan partisipasi aktif masyarakat
ataukah tidak. Partisipasi aktif masyarakat merupakan prasyarat utama dalam
menyukseskan program pengembangan masyarakat, karena tanpa partisipasi aktif
masyarakat program pengembangan masyarakat tidak akan berkelanjutan.
Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah dibahas
diatas maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini.
Pertama, bagaimana implementasi CSR yang dilakukan oleh PT Rekayasa
Industri? Implementasi CSR yang tepat dan terencana perlu diperhatikan oleh
perusahaan dalam melaksanakan program CSR. Namun saat mengkaji
implementasi program CSR yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri akan
dilihat juga strategi pendekatan yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri dalam
menjalankan program CSR bersama masyarakat.
Setelah mengkaji implementasi program CSR yang dilakukan leh PT
Rekayasa Industri maka pertanyaan spesifik kedua adalah akan dilihat dan dikaji
sejauh mana pelaksanaan CSR PT Rekayasa Industri telah berbasiskan
pemberdayaan masyarakat ataukah masih sebatas pemberian dari
korporasi? Disini akan mulai dikaji apakah pelaksanaan CSR yang dijalankan PT
6
Rekayasa Industri telah berbasiskan pengembangan masyarakat atau tidak. Hal ini
dapat dilihat dari partisipasi dan kemandirian masyarakat.
Pelaksanaan CSR yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan akan memiliki
dampak kepada pihak-pihak yang terlibat. Dampak ini dapat terasa langsung atau
pun tidak kepada pihak-pihak yang terlibat. Maka pertanyaan spesifik ketiga
adalah bagaimana dampak yang diperoleh PT Rekayasa Industri dan
masyarakat dari pelaksanaan program CSR tersebut? Pada penelitian ini
pihak–pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program CSR dibatasi hanya
perusahaan dan masyarakat saja. Karena dalam implementasi program CSR
pengembangan masyarakat, perusahaan dan masyarakat adalah dua pihak yang
terlibat penuh didalamnya. Dalam penelitian ini akan dilihat dan dikaji apakah
CSR yang dijalankan memiliki dampak terhadap perusahaan dan masyarakat.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas. Maka
tujuan diadakan penelitian ini dapat dibagai menjadi dua, yaitu tujuan utama dan
tujuan spesifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan utama dari penelitian ini. Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk
menggambarkan sampai sejauh mana strategi pendekatan dan implementasi
CSR PT Rekayasa Industri telah memberdayakan masyarakat. Adapun
tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan penelitian ini, yaitu
memahami dan mengkaji:
1. Pengimplementasian CSR yang dilaksanakan oleh PT Rekayasa
Industri
2. Pelaksanaan CSR yang dijalankan telah berbasis pemberdayaan
masyarakat atau masih sebatas pemberian dari korporasi
3. Dampak program CSR yang dilaksanakan bagi PT Rekayasa Industri
dan masyarakat.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun yang terkait dengan
masalah CSR, khususnya kepada:
1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam rangka
pengembangan masyarakat
2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam mengkaji CSR
3. Kalangan non-akademisi, pemerintah dan swasta dapat bermanfaat
sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam penerapan CSR yang
berbasiskan pengembangan masyarakat.
BAB II
PENDEKATAN KONSEPTUAL
2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)2.1.1.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR yang kini kian marak diimplementasikan berbagai macam
perusahaan, mengalami evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yang
cukup lama. Konsep ini tidak lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai
macam tahapan terlebih dahulu.
Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada saat itu, persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan
perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang bertajuk Social
Responsibility of the Businessman karya Howard R.Bowen yang ditulis pada
tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR.
Bowen dijuluki “Bapak CSR” karena karyanya tersebut. Setelah itu, gema CSR
diramaikan dengan terbitnya “Silent Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, ia
mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida
bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih
dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Sejak itu, perhatian terhadap
permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang
luas. Pemikiran mengenai CSR dibahas lagi pada tahun 1966 dalam “The Future
Capitalism” yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1970-an terbitlah
“The Limits to Growth” yang merupakan buah pemikiran cendekiawan dunia yang
tergabung dalm Club of Rome, buku ini terus diperbaharui hingga saat ini
(Wibisono, 2007).
Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang
kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang
dalam kemasan Philanthropy serta Community Development (CD). Pada era 1980-
an makin banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy kearah Community
Development. Pada dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan
beraneka ragam pendekatan, seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder
9
maupun pendekatan civil society. Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan
KTT Bumi di Rio de Jenario Brazil, pertemuan ini menegaskan konsep
pembangana berkelanjutan (Sustinable Development) yang didasarkan pada
perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal
yang mesti dilakukan. Terobosan terbesar CSR dilakukan oleh John Elkington
melalui konsep “3P” (Profit, People dan Planet) yang dituangkan dalm buku
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business pada
tahun 1998. Gaung CSR kian bergema setelah dselenggarakannnya World Summit
on Sustainable Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg Afrika
Selatan. Sejak saat itulah definisi CSR kian berkembang.
Definisi CSR telah banyak dikemukakan berbagai pihak. Konsep CSR
yang banyak dijadikan rujukan oleh berbagai pihak sebagaimana yang
dikemukakan oleh Teguh S. Pambudi dalam tulisannya di majalah SWA edisi
Desember 2005 adalah pemikiran Elkington, yakni tentang tripel bottom line.
Menurutnya CSR adalah segitiga kehidupan stakeholder yang harus diberi atensi
oleh korporasi di tengah upayanya mengejar keuntungan atau profit, yaitu
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hubungan itu diilustrasikan dalam bentuk
segitiga. Sejalan dengan itu, Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai
tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006)
mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis
terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik
secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan.
Sukada, dkk (2006) mendefinisikan CSR sebagai segala upaya manajemen
yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
berdasar pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak
negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Sementara itu, The
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menjelaskan
bahwa CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
10
dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
2.1.1.2 Tahapan-Tahapan CSR
Menurut Wibisono (2007), terdapat empat tahapan CSR, yaitu:
1. Tahap perencanaan.
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah
utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komeitmen manajeman, upaya
ini dapat berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessement merupakan
upaya memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang
perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara
efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui
bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan
kejelasan dan keseragaman pola piker dan pola tindak seluruh elemen perusahaan
guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisian.
2. Tahap implementasi.
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan
(direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana,
dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri
dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
11
4. Pelaporan.
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
inforrmasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.1.3 Pandangan Perusahaan terhadap CSR
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara
pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap
CSR yaitu:
1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR
karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin
mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena
terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan
menjalankannya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan.
2.1.1.4 Kebijaksanaan Perusahaan dalam CSR
Menurut Steiner (1997) dalam Mulyadi (2007) kebijakan umumnya
dianggap sebagai pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir. Secara
lebih khusus kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan.
Kebijakan mencakup seluruh bidang tempat tindakan atau yang dilakukan.
Kebijakan biasanya berlangsung lama serta cenderung memiliki jangka waktu
yang lama tanpa peninjauan dan penyempuranaan. Kebijakan menjelaskan
bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan petunjuk yang harus
diikuti. Kebijakan dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan dan untuk
menghindari keputusan yang berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan.
12
2.1.1.5 Karakteristik CSR
Dalam aktualisasi Good Corporate Governance, kontribusi suatu
perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengalami
metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan
pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan
(Ambaddar, 2008). Metamorfosis kontribusi perusahaan tersebut diungkapkan
oleh Za’im Zaidi (2003) dalam Ambaddar (2008), yaitu dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 1. Metamorfosis CSR
Paradigma Charity PhilantropyGood Corporate Citizenship
(GCG)
Motivasi Agama, tradisi,adaptasi
Norma, etika danhukum universal
Pencerahan diri dan rekonsiliasidengan ketertiban sosial
Misi Mengatasimasalah setempat
Mencari dan mengatasiakar masalah
Memberikan kontribusi terhadapmasyarakat
Pengelolaan Jangka pendek,mengatasimasalah sesaat
Terencana,terorganisasi danterperogram
Terinternalisasi dalam kebijakanperusahaan
Pengorganisasian
Kepanitiaan Yayasan/danaabadi/profesionalitas
Keterlibatan baik dana maupunsumberdaya lain
Penerimamanfaat
Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan pembangunanserta keterlibatan sosial)
Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama
Sumber: Za’im Zaidi, Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambaddar (2008)
2.1.1.6 Implementasi CSR
Implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah komitmen pimpinannya, ukuran
atau kematangan perusahaan, regulasi atau sistem perpajakan yang diatur
pemerintah dan sebagainya (Wibisono, 2007). Merujuk pada Saidi dan Abidin
(2004) dalam Suharto (2006), ada empat model atau pola CSR yang umumnya
diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
13
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager
atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan
adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan
dinegara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin
atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan
yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/organisasai non-pemerintah, instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang
bersifat :hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam
itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya
secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga
operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati
bersama.
2.1.1.7 Manfaat CSR
CSR mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat
yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi
perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau
mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social
14
licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses
sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya,
memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan
regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang
mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada, dkk (2006), manfaat CSR
diantaranya bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki CSR yang baik
berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik, produktivitas pekerja
di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang
bereputasi lebih rendah selain juga jauh lebih loyal, mendapatkan kesempatan
investasi yang lebih tinggi di masa depan, dan sebagainya. Sedangkan manfaat
CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi
dari rumah tangga warga masyarakat.
2.1.2 Konsep Pengembangan Masyarakat
2.1.2.1 Komunitas sebagai Basis Pemberdayaan Masyarakat
Komunitas menurut Nasdian (2006) adalah suatu wilayah kehidupan sosial
yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dalam aktivitas suatu
komunitas dicirikan dengan pertisipasi dan keterlibatan langsung anggota
komunitas dalam kegiatan tersebut, dimana semua usaha swadaya masyarakat
diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat untuk meningkatkan taraf
hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri,
serta pembentukan pelayanan teknis, sifat berswadaya dan kegotongroyongan
sehingga proses pembangunan berjalan efektif. sSecara umum, Syahyuti (2006)
mendefinisikan komunitas (community) sebagai sekelompok orang yang hidup
bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka telah berkembang menjadi
sebuah “kelompok hidup” (group lives) yang diikat oleh kesamaan kepentingan
(common interests).
15
2.1.2.2 Definisi Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus
menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak
korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan
sosial (Ambaddar, 2008). Pengembangan masyarakat menurut Giarci (2001)
dalam Subejo dan Supriyanto (2004) adalah suatu hal yang memiliki pusat
perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk
tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka
mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola
dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini
berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang
dikembangkan masyarakat. Sejalan dengan itu, Payne (1995:165) dalam Ambadar
(2008) menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap
upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk
bekerja sama, dengan mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian
melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian
community development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo
dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang
disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective
action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Sementara itu Ambadar (2008),
menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari
CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas charity ataupun tujuh
dimensi CSR lainnya, antara lain community relation. Hal ini disebabkan
pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat kolaborasi kepentingan bersama
antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan
keberlanjutan.
Budimanta dalam Rudito,dkk (2003) mendefinisikan pengembangan
masyarakat sebagai kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik
16
apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya, sehingga
masyarakat di tempat tersebut diharapkan dapat menjadi lebih mandiri dengan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.
2.1.2.3 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Menurut Ife (1995), pengembangan masyarakat sebagai perencanaan
sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap
proses pengambilan keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah,
pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan
profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi
warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan,
perhatian dan gagasan warga komunitas.
Ife (2002) membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga
bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial, nilai-nilai lokal, proses, serta
global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut:
a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah
ekologi, yaitu :
1) Holistik, di mana prinsip ini melandaskan pada falsafah yang
berorientasikan pada lingkungan dengan memperhatikan pada
kehidupan dan alam atau lingkungan.
2) Keberlanjutan, dalam konteks ini pembangunan masyarakat ditujukan
pada upaya meminimalkan ketergantungan terhadap sumberdaya alam
yang tidak terbarukan dan menggantikan dengan sumberdaya alam
yang terbarukan.
3) Keanekaragaman, merupakan salah satu aspek penting prinsi ekologis,
di mana di alam keanekaragaman akan menjaga siklus kehidupan.
Pada pembangunan masyarakat prinsip dalam ini menekankan
penghargaan terhadap nilai-nilai perbedaan, tidak adanya jawaban
tunggal terhadap permasalahan yang ada, desentralisasi, jejaring dan
komunikasi yang setara, serta teknologi yang mudah untuk diterapkan
pada tingkat yang rendah.
17
4) Pembangunan organis, pada dasarnya pembangunan organis menjadi
konsep yang berlawanan dengan pembangunan yang sifatnya
mekanistis. Dalam pembangunan masyarakat mengandung pengertian
bahwa terdapat hubungan yang kompleks antara warga masyarakat dan
lingkungannya. Oleh karena itu, tidak dianjurkan dengan teknik yang
sifatnya sederhana, akan tetapi melalui proses yang kompleks dan
dinamis.
5) Keseimbangan, di alam keseimbangan dinamis akan menjaga keseim-
bangan alam secara keseluruhan, di mana merubah keseimbangan ini
akan mengubah tatanan kehidupan. Dalam sebuah sistem, kehilangan
keseimbangan akan menimbulkan resiko kegagalan lingkungan, dalam
perspektif pembangunan masyarakat prinsip keseimbangan diarahkan
pada keseimbangan antara kepentingan global dan lokal, keadilan
gender, responsibilitas, dan keadilan dalam hukum
b. Prinsip keadilan sosial
6) Menghilangkan ketimpangan struktural, pembangunan masyarakat
harus mampu merubah adanya ketimpangan kelas maupun
ketimpangan gender dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi
masyarakat, untuk itulah harus dipahami betul tentang komplesitas
tekanan terhadap kelas, gender, ras, dan harus kritis terhadap latar
belakang kelas, gender, dan ras
7) Memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing
discourses of disadvantage). Wacana kekuasaan dan penindasan perlu
menjadi perhatian dalam community development. Worker perlu untuk
memiliki kemampuan mengidentifikasi dan menguraikan wacana
kekuasaan dan untuk memahami bagaimana wacana tersebut secara
efektif mengistimewakan dan memberdayakan sebagian orang,
sekaligus juga memarginalkan dan mentidakberdayakan sebagian
orang yang lainnya. Penguraian wacana ini merupakan komponen
kritis dalam prinsip meningkatkan kesadaran.
8) Pemberdayaan, konsep ini menjadi basis utama dalam pembangunan
masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan
18
sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka.
Konsep utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana
memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan
sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.
9) Mendefiniskan kebutuhan, prinsip ini sangat penting dalam
menentukan prioritas kebutuhan pembangunan masyarakat. Ada dua
hal dalam penentuan kebutuhan, (1) pembangunan masyarakat
dilakukan atas dasar kesepakatan dari berbagai elemen, (2)
memperhatikan preseden yang ditimbulkannya dan memperhatikan
prinsip keadilan sosial dan keseimbangan ekologis.
10) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, dalam hal ini perlu adanya
aturan yang memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap hak
asasi manusia, seperti hak mendapatkan pendidikan, hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan kultural komunitasnya, hak untuk
berkembang secara mandiri, dan hak untuk mendapatkan perlindungan
keluarga.
c. Menghargai Nilai-nilai lokal
11) Pengetahuan lokal, prinsip ini mendasarkan pada pentingnya untuk
memperhatikan pengetahuan lokal dalam pembangunan masyarakat, di
mana masyarakat sampai dengan kelas bawah mampu mengidentifikasi
dan melakukan validasi tentang pengetahuan tersebut.
12) Budaya lokal, globalisasi budaya telah mengambil identitas budaya
masyarakat di seluruh dunia, bahwa budaya lokal dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mendukung pembangunan masyarakat, ini
mengingat ternyata budaya lokal tidaklah statis namun dinamis,
bahkan prinsip ini sesuai dengan hak asasi manusia, inklusif,
berkelanjutan, dan juga diarahkan oleh masyarakat dalam konteks
pembangunan yang berkelanjutan.
13) Sumberdaya lokal, pemanfaat sumberdaya lokal lebih baik daripada
menggunakan sumberdaya atau bantuan dari pihak luar. Penggunaan
19
ini mencakup seluruh bentuk, meliputi keuangan, teknis, sumberdaya
alam akan dapat mendorong bermacam-macam cara dalam
pembangunan masyarakat (ada keanekaragaman bentuk pembangunan
masyarakat).
14) Ketrampilan lokal, dalam pembangunan masyarakat, ”pihak luar”
harus mengetahui ada ketrampilan lokal yang dapat dimanfaatkan,
memaksimalkan ketrampilan lokal lebih baik dalam pembangunan
masyarakat. Untuk itulah dalam melakukan pembangunan masyarakat,
harus berjalan secara dua arah antara pihak luar dan masyarakat.
15) Menghargai proses lokal, pemaksaan solusi spesifik, struktur atau
proses dari luar komunitas, jarang dapat bekerja. Ini menjadi salah satu
rasionalitas dari community development, bahwa segala sesuatu tidak
dapat bekerja dengan baik jika dipaksakan dari luar komunitas. Oleh
karena itu, pendekatan community development tidak dapat
dipaksakan, tetapi harus terbangun dengan sendirinya dalam
komunitas, dengan cara yang sesuai dengan konteks spesifik dan
sensitif terhadap kebudayaan masyarakat lokal, tradisi dan lingkungan.
d. Proses
16) Proses, hasil, dan visi. Penekanan pada proses dan hasil menjadi isu
utama dalam pembangunan masyarakat. Pendekatan pragmatis
cenderung akan melihat hasil, sehingga bagaimana upaya untuk
memperoleh hasil tersebut tidaklah begitu penting. Namun pendapat
ini ditentang oleh banyak pihak, karena proses dan hasil pada
hakekatnya merupakan dua hal yang saling berkaitan. Proses pada
dasarnya harus merefleksikan hasil, demikian juga hasil juga
merupakan refleksi dari proses. Dalam konteks ini, moral dan etika
dalam memperoleh hasil akan menjadi pusat perhatian.
17) Keterpaduan proses, proses yang digunakan untuk mencapai tujuan
harus disesuaikan dengn hasil yang diharapkan, perihal keberlanjutan
dan keadilan sosial.
20
18) Peningkatan kesadaran, prinsip ini membantu anggota masyarakat
dalam melakukan pencarian potensi dalam kehidupan dan
menghubungkan dengan struktur yang ada dan mendiskursus kekuatan
dan tekanan. Ada empat aspek atau tahap, yaitu menghubungkan
anggota masyarakat dan politik, membangunan hubungan dialogis,
berbagi pengalaman dalam menghadapi tekanan, dan membuka
kesempatan untuk aksi. Prinsip ini merupakan bagian penting dalam
pemberdayaan dan juga pembangunan masyarakat.
19) Partisipasi, pembangunan masyarakat harus selalu melihat partisipasi
maksimal dengan tujuan setiap anggota masyarakat dapat secara aktif
terlibat.
20) Kooperasi dan konsensus, problematika yang ada di masyarakat harus
dihadapi oleh seluruh anggota secara bersama-sama dengan
mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota masyarakat.
21) Tahapan pembangunan, pembangunan masyarakat dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan ia lebih
mengutamakan keaktifan dan partisipasi anggota masyarakat.
22) Perdamaian dan anti kekerasan, pada konteks ini pembangunan
masyarakat menghendaki sebuah proses pendekatan yang anti
kekerasan. Oleh karena itu, pendekatan yang bersifat koersif ataupun
pendekatan dengan tekanan terhadap sesama merupakan hal yang
harus dihindari.
23) Inklusif, aplikasi prinsip inklusif dalam pembangunan masyarakat
membutuhkan proses adanya keterlibatan masyarakat untuk
mengambil bagian dalam proses pelaksanaan pembangunan. Proses
pembangunan haruslah bersifat terbuka dan menjaring aspirasi dari
seluruh warga masyarakat, bahkan sampai kelompok paling bawah.
24) Membangun komunitas, semua pembangunan masyarakat seharusnya
bertujuan untuk membangun komunitas. Pembangunan masyarakat
meliputi semua interaksi sosial dengan komunitas dan membantu
21
mereka untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi jalan untuk
menuju dialog yang murni, pemahaman, dan aksi sosial.
e. Prinsip global dan lokal
25) Hubungan antara global dan lokal, saat ini seluruh dunia tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh globalisasi, sehingga tidak bisa lagi
mengabaikan isu-isu global tentang pembangunan dan lingkungan
hidup, namun juga lokalitas menjadi fokus dalam pembangunan.
Gerakan global akan berdampak pada seluruh komunitas dan
memberikan kontribusi dalam permasalahan dan isu-isu yang dihadapi
oleh masyarakat. Sehingga, setiap community worker harus bisa
memahami kondisi global dengan baik sebagaimana dia memahami
kondisi lokal, serta bagaimana keduanya berinteraksi.
26) Praktik Anti Penjajah (Anti-colonialist practice), Penjajahan
(kolonialisme) dapat mempengaruhi community worker di segala
situasi. Penjajahan dapat menjadi suatu ideologi ekstrim yang
menggiurkan, karena hanya dengan tahapan yang pendek dengan
mempercayai bahwa community worker adalah seseorang yang
mempunyai sesuatu untuk ditawarkan, dan dengan menghargai satu
latar belakang kebudayaan yang dimiliki dan pengalaman praktik
menjajah. Ini akan mengabadikan dominansi penjajah.
2.1.2.4 Tujuan Pengembangan Masyarakat
Menurut Budimanta dalam Rudito,dkk (2003), pengembangan masyarakat
suatu perusahaan terhadap lingkunganya memiliki tujuan. Tujuan pengembangan
masyarakat suatu perusahaan, yaitu:
1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama
pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-
ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah kegiatan perusahaan.
2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
3. Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
pengembangan ekonomi wilayah.
22
2.1.2.5 Strategi Pengembangan Masyarakat
Dalam melaksanakan suatu program pengembangan masyarakat terdapat
berbagai macam strategi pengembangan masyarakat. Chin dan Benne (1961)
dalam Nasdian (2006) memperkenalkan tiga strategi yang dapat dijadikan strategi
pengembangan masyarakat, yaitu rational-empirical, normative-reeducative, dan
power-coersive. Penjelasan ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Power coercive (strategi pemaksaan). Strategi ini cenderung
memaksakan kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan,
sedangkan pelaksanaan yang sebenarnya objek utama dari inovasi itu sendiri sama
sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksaannya.
b. Rational Empirical (empirik rasional). Strategi ini didasarkan atas
pandangan yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa
manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka
akan bertindak secara rasional. Inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya
dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat
dengan penggunanya.
c. Normatif Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif).
Suatu strategi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti
Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis, dan beberapa pakar yang menekankan
bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap,
skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. kecenderungan
pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses
mendidik dibandingkan hasil perubahan itu sendiri.
2.1.2.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat selama ini hanya dilihat dalam konteks yang
sempit, yaitu manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi
biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat hanya sebatas
pada implementasi atau penerapan program; masyarakat tidak dikembangkan
dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang
23
sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan
tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian
(2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien
memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia
miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul
(1987) dalam Nasdian (2006) memberikan pengertian mengenai partisipasi
sebagai berikut:
“.....participation refers to an active process whereby beneficiaries
influence the direction and execution of development projects rather than
mercly receive a share of project benefits”.
Pengertian di atas melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap
pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi
(Cohen dan Uphoff, 1980 dalam Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang
ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi
di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian,
2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian
(2006), yaitu: “empowerment is road to participation”.
2.1.2.7 Tingkat Partisipasi
Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)menjelaskan ada delapan tangga
partisipasi masyarakat yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein. Delapan
tingkat partisipasi masyarakat menurut Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)dapat
dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat
8 Citizen control7 Delegated power
6 Partnership
Degree of citizen power
5 Placation
4 Consultation
3 Information
2 Therapy
1 Manipulation
Degree of tokenism
Non participation
Manipulation, bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog; Therapy
berarti ada komuniksi namun masih bersifat terbatas, inisiatif dari pemerintah dan
hanya satu arah; Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak terjadi
tetapi masih bersifat satu arah; Consultation bermakna bahwa komunikasi telah
berjalan dua arah; Placation berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik dan
sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah, masyarakat dapat
memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan keputusan
(partisipasi semu); Partnership berarti suatu kondisi pemerintah dan masyaakat
merupakan mitra sejajar; Delegated Power berarti bahwa pemerintah memberikan
kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya;
dan Citizen Control berarti bahwa masyarkat menguasai kebijakan public mulai
dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan control. Dua tangga ke bawah
di kategorikan sebagai Non-partisipasi; tangga ketiga, keempat dan kelima
dikategorikan sebagai tingkat tokenism (pertanda) yaitu tingkat peran serta di
mana masyarakat di dengar dan berpendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa
pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Peran serta
pada tingkat ini memilki kemungkinan yang sangat kecil menghasilkan perubahan
dalam masyarakat; tiga tangga teratas dikategorikan dalam tingkat kekuasaan
masyarakat dalam mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan (Arnstein,
1969 dalam Wazdy, 2009).
25
2.1.3 CSR dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Praktek tanggung jawab sosial (CSR) oleh BUMN sungguh menarik untuk
dikaji. Salah satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan perusahaan
non-BUMN yang secara normatif mendukung kegiatan kedermawanan sosial.
Faktor pembeda itu adalah terdapatnya instrumen pemaksa berupa kebijakan
pemerintah. Melalui instrumen yang bersifat imperatif ini suka atau tidak suka,
mau ataupun tidak mau, implementasi CSR merupakan hal yang mandatory bagi
BUMN. Bahkan, sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial
perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan swasta
(Wibisono, 2007).
Peran sosial BUMN dituangkan melalui Keputusan Menteri BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara
BUMN pada 27 April 2007 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk
menyelenggarakan Program Kemitaraan dan Program Bina Lingkungan atau biasa
disingkat PKBL. Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba BUMN. Sementara Program Bina Lingkungan adalah
program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha
BUMN yang bersangkutan melalui pemanfaatan dana dari sumber yang sama.
Kedua jeins program ini wajib dilaksanakan oleh BUMN baik berbentuk Persero
maupun Perum (Nursahid, 2006).
Lebih lanjut, Nursahid (2006) menjelaskan bahwa meskipun sama-sama
bersumber dari pemanfaatan dana bagian laba BUMN, pemanfaatan dan
peruntukan dana kedua program ini berbeda. Dana kemitraan (sebesar 1% sampai
dengan 3% dari penyisihan laba BUMN setelah pajak) diperuntukan bagi usaha
kecil dalam bentuk pinjaman baik untuk modal usaha maupun pembelian
perangkat-perangkat penunjang produksi, dan sebagian kecil lainnya (maksimal
20% dari dana kemitraan yang disalurkan) berbentuk hibah-misalnya untuk biaya
pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan sejenisnya.
Sementara dana Bina Lingkungan (sebesar maksimal 1% dari penyisihan laba
setelah pajak), digunakan untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada
masyarakat di wilayah usaha dalam bentuk bantuan: korban bencana alam,
26
pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan
prasarana/sarana umum, dan sarana ibadah.
2.2 Kerangka Pemikiran
Implementasi CSR yang dilakukam oleh suatu perusahaan akan
berdampak pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di
lokasi pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat
diantaranya adalah program berkelanjutan. Sedangkan dampak yang akan
dirasakan oleh perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan di mata
masyarakat.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Mempengaruhi
: Saling mempengaruhi
Dampak bagi masyarakat:Program berkelanjutan
Bentuk strategipengembangan masyarakat:1. Rational-empirical2. Normative-reeducative3. Power-coersive
Kebijakan Pemerintah(manifest)
UU No.40 Tahun 2007tentang Perseroan
Terbatas.
Kebijakan CSRperusahaan
Implementasi CSR1. Perusahaan terlibat
langsung2. Melalui
yayasan/organisasi sosial3. Bermitra dengan pihak
lain4. Membentuk atau
bergabung dalam suatukonsorsium
Tingkat partisipasimasyarakat1. Tahap perencanaan2. Tahap pelaksanaan3. Tahap evaluasi4. Tahap pelaporan
Dampak bagi perusahaan:Peningkatan citra perusahaan
Pandangan Perusahaanterhadap CSR:1. External driven,
environmentaldriven, reputationdriven
2. Compliance3. Internal driven
27
Implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa
keterlibatan perusahaan secara langsung, melalui yayasan/organisasi sosial,
bermitra dengan pihak lain, maupun membentuk atau bergabung dalam suatu
konsorsium. Implementasi CSR dipengaruhi oleh bentuk strategi pengembangan
masyarakat yang digunakan. Bentuk strategi tersebut dibagi dalam tiga strategi,
yaitu Power coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional)
dan Normatif Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Bentuk
strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan saling
mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi
masyarakat dilihat dari peran serta masyarakat dalam tahapan pelaksanaan CSR,
yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
Selain saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat,
strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan sangat
dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan tersebut mengenai CSR. Karena suatu
perusahaan akan melaksanakan CSR apabila memiliki kebijakan atau peraturan
mengenai implementasi CSR dalam menjalankan usahanya. Kebijkan perusahan
mengenai CSR dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kebijakan pemerintah dan
pandangan perusahaan mengenai CSR. Kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi kebijakan perusahaan terkait penerapan CSR diatur dalam
beberapa peraturan dan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-
236/MBU/2003. Sedangkan pandangan perusahaan terhadap CSR dapat dibagi
tiga, yaitu external driven, environmental driven, reputation driven; Compliance;
Internal driven.
2.3 Hipotesa
2.3.1 Hipotesa Pengarah
1. Pandangan perusahaan mengenai CSR dan kebijakan pemerintah
mengenai CSR diduga telah mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam
mengimplementasikan CSR.
28
2. Implementasi CSR yang dilaksanakan perusahaan diduga telah
berbasiskan pengembangan masyarakat jika dalam program tersebut
menggunakan strategi pengembangan masyarakat yang tepat sehingga
masyarakat berpartisipasi aktif dalam program tersebut dan menunjang
kemandirian masyarakat.
3. Implementasi CSR perusahaan diduga memberikan dampak meningkatkan
citra perusahaan di mata masyarakat dan memberikan dampak kepada
masyarakat berupa program berkelanjutan.
2.4 Definisi Operasional
1. Tingkat partisipasi adalah jenjang peran serta masyarakat terhadap
implementasi CSR perusahaan. Tingkat partisipasi akan dilihat dari peran
serta masyarakat dalam tahapan CSR. Penghitungan tingkat partisipasi
sebagai berikut:
Max= 60 Min= 12 ∑k= 3
N= Max - Min = 60 – 12 = 48 = 16
∑k 3 3
Keterangan :
N = batas selang
Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor
∑k = jumlah kategori
Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut :
Rendah/kurang : x≤ skor min + interval kelas
Sedang : skor min + interval kelas ≤ x’ ≤ skor min + 2
interval kelas
Tinggi/baik : x’’ ≥ skor minimum + 2 interval kelas.
Sehingga skor tingkat pastisipasi masyarakat dibagi menjadi tiga kategori,
dengan skor sebagai berikut:
Rendah : x ≤ 27
29
Sedang : 28 ≥ x ≥ 43
Tinggi : 44 ≤ x ≤ 60
2. Dampak bagi perusahaan adalah efek yang terjadi pada perusahaan setelah
mengimplementasikan CSR, efek ini meliputi tingkat citra perusahaan di
mata masyarakat. Penghitungan tingkat partisipasi sebagai berikut:
N Max= 50 N Min= 10
N= Max - Min = 50 – 10 = 40 = 13
∑k 3 3
Keterangan :
N = batas selang
Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor
∑k = jumlah kategori
Sehingga skor tingkat citra perusahaan dibagi dalam tiga kategori, dengan
skor sebagai berikut:
a. Kurang baik : x ≤ 13
b. Baik : 14 ≤ x ≤ 26
c. Sangat baik : 27 ≤x ≤ 50
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di
Cilacap. Hal ini disebabkan lokasi PT Rekayasa Industri berada di Kalibata
Timur I No.36 Jakarta dan ntudi kasus implementasi CSR yang diambil
berada di Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Provinsi Jawa
Tengah. Penelitian dilaksanakan sejak bulan April 2009 hingga Juni 2009.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive).
PT Rekayasa Industri dipilih menjadi lokasi penelitian setelah berdiskusi
dengan dosen pembimbing dan diperkuat setelah mengetahui PT Rekayasa
Industri telah menerapkan CSR dalam menjalankan usahanya. Selain itu,
ketertarikan peneliti dalam menetapkan lokasi penelitian karena PT
Rekayasa Industri adalah sebuah Perusahaan EPCC (Engineering
Procurement Construction Commisioning), sehingga peneliti ingin
mengetahui dan menganalisis apakah perusahaan EEPC yang Based Project
mengimplementasikan CSR yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat di
lokasi proyeknya.
3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tanggung
jawab sosial (CSR) berbasiskan pemberdayaan masyarakat ini
menggunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang
mendalam mengenai sejauhmana CSR PT Rekayasa Industri berbasiskan
pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan konteks yang relevan.
Menurut Moleong (2006), pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk
memahami fenomena sosial tertentu melalui gambaran holistik dan
memperbanyak pemahaman yang mendalam, mengetahui pengaruh
kebijakan pemerinah dan pandangan perusahaan mengenai CSR terhadap
31
kebijakan CSR perusahaan tersebut, mengetahui strategi pendekatan dan
implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan, serta untuk mengetahui
program berkelanjutan yang ada di masyarakat tersebut dengan memilih
kelompok milik warga pada level komunitas (mikro) untuk dianalisis.
Pendekatan kuantitatif yang dilakukan berjenis penelitian survei.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok. Menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu (Singarimbun
dan Effendi, 1989).
Penelitian survei dilakukan untuk mengetahui mengenai tingkat
partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR yang dilakukan oleh PT
Rekayasa Industri. Selain itu penelitian survei juga digunakan untuk
mengetahui tingkat citra perusahaan di mata masyarakat.
3.3 Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Subyek dalam penelitian ini dibedakan menjadi responden dan
informan. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan
Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Jawa Tengah yang merupakan lokasi
pelaksanaan CSR oleh PT Rekayasa Industri. Informan adalah pihak PT
Rekayasa Industri sebagai perusahaan yang menjalankan CSR dan juga
pihak lain yang terkait, yaitu pihak Kelurahan Lomanis dan masyarakat
Lomanis.
Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 80
orang, sedangkan jumlah informan tidak dibatasi guna menambah gambaran
yang lebih mendalam. Responden dipilih menggunakan teknik pengambilan
cluster random sampling. Responden diambil dari kelompok dasawisma di
kelurahan lomanis. Kelompok dasawisma dipilih menjadi responden karena
anggota Kelompok Dasawisma adalah penerima bantuan bibit Rosella,
beberapa anggota merupakan istri dari penerima bantuan kolam untuk
budidaya belut, beberapa anggota mengikuti Gebyar REKIND, selain itu
32
juga sebagai pihak yang paling banyak merasakan manfaat secara langsung
maupun tidak langsung dari program CSR PT Rekayasa Industri lainnya di
Kelurahan Lomanis. Kelompok Dasawisma dipilih secara acak dan anggota
dasawisma yang diambil diteliti semuanya. Kelompok Dasawisma yang
terpilih adalah kelompok dasawisma Melati 3, Lestari 11, Lestari 12, Kantil
10 dan Kantil 11. Sedangkan informan dalam penelitian ini dipilih secara
secara sengaja (purposive) dengan teknik bola salju (snowball sampling).
Infroman terdiri dari Bapak FMR, Ibu IR, Bapak BS, Bapak TU, Ibu IS, Ibu
AF dan Bapak WAR.
3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif kepada para informan dan responden. Instrumen
pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara mendalam, pengamatan
berperanserta dan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan meliputi:
1. Pengaruh peraturan pemerintah terhadap kebijakan CSR PT
REKIND
2. Pandangan PT REKIND terhadap implementasi CSR
3. Model implementasi CSR PT REKIND
4. Program CSR yang dijalankan PT REKIND
5. Strategi pendekatan CSR PT REKIND
6. Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan CSR PT
REKIND
7. Kehidupan sosial masyarakat Kelurahan Lomanis
8. Dampak CSR terhadap perusahaan dan masyarakat kelurahan
Lomanis
Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen
yang terkait dengan kebijakan dan data-data bentuk kegiatan CSR yang
dilaksanakan PT. Rekayasa Industri, yaitu meliputi:
33
1. Profil perusahaan PT REKIND
2. Kondisi demografi masyarakat Kelurahan Lomanis
3. Peraturan pemerintah mengenai CSR, yaitu Undang-Undang No.40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri
BUMN No-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan
Untuk mendapatkan data primer dan sekunder digunakan berbagai
metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data kualitatif
digambarkan dengan metode triangulasi berupa wawancara mendalam
kepada pihak-pihak yang representatif, pengamatan berperan serta dan
penelusuran dokumen PT Rekayasa Industri, dokumen Kelurahan Lomanis,
maupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan program CSR yang
dijalankan PT Rekayasa Industri di Kelurahan Lomanis. Sedangkan metode
pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan metode survei dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan diberikan kepada
80 responden dari lima kelompok Dasawisma yang terpilih.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga
jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992 dikutip Sitorus 1998). Penjabaran
tahapan analisis data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut: (1) reduksi
data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul
dari beberapa catatan tertulis di lapangan. Reduksi dalam proses
pengumpulan data mencakup kegiatan meringkas data yang ada di dalam
catatan lapangan, mengkode hasil catatan lapang dikaitkan dengan
pertanyaan penelitian, membuat gugus-gugus pembahasan dalam matriks
kasar untuk mempermudah analisis, membuat partisi dan menulisi memo di
dalam catatan lapang. Reduksi ditujukan untuk menajamkan,
menggolongkan, mengeliminasi yang tidak diperlukan serta mengorganisir
34
data untuk memperoleh kesimpulan akhir, (2) penyajian data, data yang
telah direduksi kemudian disajikan dengan penyusunan sekumpulan
informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk: tabel,
gambar, serta berbagai kutipan penjelasan dari subyek penelitian, (3)
penarikan kesimpulan, dalam hal ini juga meliputi verifikasi atas
kesimpulan tersebut. Artinya, selama proses pengumpulan data dengan tetap
meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk memastikan
bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan
dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul.
Data kuantitatif mengenai tingkat partisipasi masyarakat dan citra
tingkat citra perusahaan hasil penyebaran kuesioner kepada responden
terlebih dahulu dilakukan editing, selanjutnya dilakukan pemindahan dari
daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan. Pengolahan data
meliputi editing, coding, scoring, entrying, cleaning, serta analyzing dengan
menggunakan program komputer Microsoft Excel for Windows. Data yang
didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian
kuesioner, setelah itu dilakukan coding di buku kode untuk mempermudah
pengolahan data, sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor
semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan dan selanjutnya data
mengenai tingkat partisipasi dan tingkat ctra perusahaan di mata masyarakat
dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif yang
dikategorikan berdasarkan interval kelas (Slamet 1993):
N= Max - Min
∑k
Keterangan :
N = batas selang
Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor
∑k = jumlah kategori
Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut :
35
Rendah/kurang : x< skor min + interval kelas
Sedang : skor min + interval kelas ≤ x’ ≤ skor min + 2
interval kelas
Tinggi/baik : x’’ ≥ skor minimum + 2 interval kelas.
Setelah scoring data dilakukan entrying, cleaning, serta analyzing
secara deskriptif dan statistik. Hasil analisis diinterpretasikan untuk
memperoleh suatu kesimpulan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dan
tingkat citra perusahaan di mata masyarakat.
BAB IV
PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Perusahaan
PT Rekayasa Industri (REKIND) merupakan salah satu perusahaan milik
negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12
Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia
didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi
(EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. PT REKIND saat ini
merupakan salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya di Indonesia. Bidang
usaha rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji coba operasi ini (EPCC),
meliputi pabrik-pabrik pada industri: gas, panas bumi, kilang, petrokimia, mineral,
pengelolaan lingkungan, dan infrastruktur. Selain itu, perusahaan inipun
menyediakan jasa untuk studi kelayakan proyek/pabrik dan perawatan pabrik.
Saat ini PT REKIND di pimpin oleh Bapak Triharyo Indrawan Soesilo sebagai
Direktur Utama.
4.2 Visi dan Misi PT Rekayasa Industri (PT REKIND)
PT REKIND memiliki visi, misi dan tata nilai (budaya) perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Visi PT REKIND yaitu menjadi perusahaan rancang
bangun dan perekayasaan industri kelas dunia PT REKIND memiliki misi untuk
mencapai visi perusahaan. Misi PT REKIND terdiri dari empat hal, yaitu:
1. Memberikan jasa rancang bangun dan perekayasaan yang lengkap dan
kompetitif dengan mengutamakan keunggulan mutu dan inovasi teknologi.
2. Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan organisasi yang responsif
dan tangkas.
3. Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.
4. Memberikan nilai tambah lebih bagi pelanggan, pemegang saham,
karyawan, dan masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan
perusahaan.
37
Selain memiliki visi dan misi, PT REKIND juga memiliki Tata Nilai atau
Budaya perusahaan, Tata nilai tersebut terdiri dari empat hal, yaitu:
1. Profesionalisme
Bekerja dengan penuh integritas, etika tanggung jawab dan
mengedepankan kerjasama kelompok
2. Kualitas
Mengutamakan mutu, ketepatan waktu, efektivitas dan efisiensi dalam
setiap aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan.
3. Pembelajaran
Senantiasa belajar untuk meningkatkan kompetensi, mengembangkan
inovasi agar selalu siap menyesuaikan diri terhadap semua perubahan yang
terjadi dan mengupayakan melakukan sharing terhadap hasil
pembelajaran.
4. Tanggung Jawab Sosial
Mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang: baik
karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan hidup
4.3 Departemen CSR PT REKIND
PT REKIND memiliki sebuah Departemen CSR yang di bentuk pada
bulan Agustus tahun 2007. Kegiatan sosial perusahaan sebenarnya sudah
dijalankan perusahaan sejak berdiri pada tahun 1981 melalui Community
Development. Saat ini Departemen CSR dipimpin oleh Bapak Faizur M.Reza
sebagai Manager CSR Departement dan memiliki 2 (dua) orang staf, yaitu Ibu
Irmahayati dan Bapak Danis. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR
memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen
CSR adalah untuk menjadi Perusahaan EPCC (Engineering Procurement
Construction Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di
Indonesia. Sedangkan misi Departemen CSR terdiri dari lima hal, yaitu:
1. Mengembangkan kepekaan massa terhadap CSR
2. Mengambil andil dalam melestarikan lingkungan alam
38
3. Menciptakan mitra strategis & keterikatan emosional dengan stakeholders
penting
4. Membangun komunitas yang mandiri ( penduduk lokal )
5. Membantu menjaga kesinambungan PT. Rekayasa Industri
Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT REKIND juga
memiliki slogan, yaitu Caring’s Simple Relevant, yang memiliki arti peduli itu
sudah paling relevan. Departemen CSR mempunyai tugas dan tanggung jawab
terhadap hampir seluruh kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT Rekayasa
Industri. Scope pekerjaan Departemen CSR ini meliputi kegiatan assestment,
program designing, implementation, post implementation evaluation and
documentation.
4.4 Profil Lokasi Penelitian
4.4.1. Konteks Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua lokasi penelitian, yaitu di Jakarta
dan di Cilacap. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di
Cilacap. Hal ini disebabkan, lokasi PT Rekayasa Industri berada di jalan Kalibata
Timur I No.36 Jakarta. Studi kasus implementasi CSR yang diambil berada di
Kelurahan Lomanis, Cilacap. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Lomanis
sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Karangtalun
Sebelah selatan : Kelurahan Donan
Sebelah barat : Bengawan Donan
Sebelah timur : Kelurahan Donan
Kelurahan Lomanis berada di Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Lomanis hanya berjarak 3km ke pusat
pemerintahan kecamatan dan berjarak 3,5km dari pusat pemerintahan
Kabupaten Cilacap. Luas wilayah kelurahan Lomanis adalah 1.085.715 hektar,
terdiri dari jalan 9 ha, sawah dan lading 10.700 ha, bangunan umum 1.900 ha,
39
pemukiman 52.905 ha dan lain-lain 238.400 ha. Wilayah kelurahan Lomanis
mayoritas adalah wilayah industri, yaitu sebanyak 203.998 ha.
4.4.2. Profil Masyarakat Kelurahan Lomanis
Berdasarkan Data Demografi Kelurahan Lomanis tahun 2008, penduduk
Kelurahan Lomanis terdiri dari 1.323 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk
mayoritas adalah laki-laki, yaitu 51,46% sedangkan perempuan sebanyak 48,54%
dari total keseluruhan penduduk. Untuk data lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Selain itu, mayoritas penduduk Kelurahan Lomanis menganut agama Islam, yaitu
sebanyak 4.942 orang dan hanya 2 orang yang menganut agama khatolik. Namun
dari 4944 jiwa hanya 22,43% atau 1109 jiwa saja yang merupakan kelompok
umur usia produktif, yaitu antara 15-56 tahun.
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 2544 51,46
2 Perempuan 2400 48,54
Total 4944 100
Sumber: Data Demografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008.
Penduduk usia produktif di Kelurahan Lomanis berjumlah 1109 jiwa.
Namun hanya 435 jiwa yang tercatat memiliki pekerjaan tetap, sedangkan 674
jiwa lainnya adalah pekerja serabutan. Mayoritas mata pencaharian penduduk
Kelurahan Lomanis yang memiliki pekerjaan tetap adalah karyawan swasta. Hal
ini dikarenakan banyaknya industri yang berada di sekitar wilayah Cilacap.
Sebanyak 29,65% dari total penduduk Kelurahan Lomanis bermata pencaharian
karyawan swasta. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
40
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan
Lomanis
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase
1 Karyawan, terdiri dari:
- PNS = 22 orang
- ABRI = 3 orang
- Swasta = 129 orang
22
3
129
5
0,7
29,65
2 Wiraswata (pedagang) 49 11,36
3 Petani 43 9,9
4 Pertukangan 72 16,5
5 Buruh tani 94 21,6
6 Pensiunan 12 2,75
7 Nelayan 2 0,45
8 Pemulung 2 0,45
9 Jasa 7 1,65
Total 435 100
Sumber: Data Monografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008
4.4.3. Kelompok Dasawisma Kelurahan Lomanis
Kelompok dasawisma adalah kelompok yang terdiri dari 10-20 kepala
keluarga di dalam 1 (satu) RT, diketuai oleh salah seorang diantara anggota
kelompok dasawisma tersebut. Kelompok dasawisma di bentuk untuk membantu
kelancaran tugas Tim Penggerak PKK Kelurahan dan melalui kelompok PKK RT
yang bersangktuan dalam melaksanakan program Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga di lingkungannya. Pembentukkan dan pengangkatan pengurus kelompok
dasawisma di tetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Tim Penggerak PKK
Kelurahan atas usul ketua Kelompok PKK RT melalui kelompok PKK RW yang
bersangkutan dengan persetujuan Pembinan PKK kelurahan.
Kelurahan Lomanis memiliki 75 kelompok dasawisma, dengan jumlah
anggota lebih kurang 800 orang. Setiap kelompok memiliki kepengurusan yang
terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Seluruh anggota dasawisma berjenis
kelamin perempuan. Anggota Kelompok Dasawisma yang menjadi responden
41
dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang bermacam-macam.
Penggambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan anggota Dasawisma yang menjadi responden, yaitu
yang tidak pernah mengenyam pendidikan sebanyak 9 orang, berpendidikan
hanya sampai Sekolah Dasar sebanyak 36 orang, SMP sebanyak 14 orang, SMA
sebanyak 20 orang dan sarjana 1 orang. anggota Kelompok Dasawisma sangat
beragam, namun mayoritas tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga
saja. Penggambaran kondisi pekerjaan anggota Kelompok Dasawisma dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase Kondisi Pekerjaan Responden
42
Dari 80 orang anggota Dasawisma yang menjadi responden, mayoritas
anggota Kelompok Dasawisma, yaitu sebanyak 73 orang tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga saja. Sedangkan 7 orang lainnya bekerja.
BAB V
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
5.1 Kebijakan PT REKIND Mengenai CSR
CSR yang diimplementasikan oleh PT REKIND merupakan bagian
integratif dari proses bisnis PT REKIND. PT REKIND telah memiliki kebijakan
yang mengatur mengenai implementasi CSR. Kebijakan CSR PT REKIND ini
turut dipengaruhi oleh Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003. Meskipun
menurut Bapak EK dan Bapak FMR saat ini secara de jure PT REKIND bukanlah
BUMN, karena pemerintah hanya memiliki 5% saham PT REKIND, 90% saham
dimiliki Pupuk Sriwijaya, dan sisanya pihak lain. Namun karena Pupuk Sriwijaya
merupakan BUMN, PT REKIND masih mengimplementasikan CSR seperti
BUMN. Hal ini dapat dilihat dari masih berlakunya PKBL (Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan) dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya.
Semenjak tahun 1992 PT REKIND telah menjalankan PKBL dan sejak tahun
2007 PKBL telah bekerjasama dengan Departemen CSR dalam menjalankan
CSR. PT REKIND memiliki sembilan bidang program CSR, bidang program CSR
PT REKIND masih mengacu pada PKBL, yaitu menyangkut bidang pendidikan,
kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial,
lingkungan hidup, serta pengembangan usaha kecil. Namun PT REKIND
menambahkan satu bidang lagi, yaitu konversi atau penghematan energi.
Selain dipengaruhi oleh Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003,
kebijakan PT REKIND pun dipengaruhi oleh UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007
yang selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan. Hal ini seperti yang
diutarakan oleh Bapak FMR.
”Dalam melaksanakan usahanya, PT REKAYASA INDUSTRIberinisiatif memperhatikan kepentingan sosial dan berkontribusi padakemajuan hidup bersama melalui pembangunan ekonomi dan sosial,sebagaimana diamanatkan dalam pasal 74 Undang-Undang No. 40Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Kegiatan CSR selaras denganTata Nilai Budaya Perusahaan yakni perihal Tanggung Jawab Sosial,yaitu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang;baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan.”(Bapak FMR)
44
CSR diimplementasikan di setiap lokasi proyek yang dieksekusi oleh PT
REKIND. Selain di lokasi proyek, CSR juga diimplementasikan di Head Office
(HO) yang berada di Jakarta. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT
REKIND di lokasi proyek sebagai contoh adalah ketika membangun tangki kilang
minyak di Kelurahan Lomanis, Cilacap pada tahun 2006-2008. Pada saat itu PT
REKIND menjalankan beberapa program sebagai bukti implementasi CSR,
program yang dijalankan yaitu program pemberian bantuan bibit Rosella,
pemberian tujuh buah gerobak sampah, pembuatan sumur bor dan pompanya,
pembuatan kolam untuk budidaya belut, penyelesaian pembangunan pos ronda
dan mushola, dan Gebyar REKIND. Sedangkan untuk di Head Office program
yang dijalankan diantaranya adalah pembagian sembako, fogging, program
beasiswa internal dan external, donor darah, sunatan massal, buka bersama, dan
sebagainya.
5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR
PT REKIND mengimplementasikan CSR karena disebabkan oleh dua hal,
yaitu karena adanya regulasi dari pemerintah dan juga karena adanya keinginan
dari perusahaan untuk melakukan kegiatan sosial. Apabila dikaitkan dengan teori
Wibisono (2007) mengenai pandangan perusahaan, maka PT REKIND memiliki
dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban
(compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven).
Menurut Bapak FMR, PT REKIND memandang CSR tidak sekedar
diimplementasikan karena menghormati peraturan yang ada, tetapi telah
menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan
business process perusahaan. PT REKIND berupaya agar setiap pegawainya
mengimplementasikan social responsibility dalam kehidupan sehari-harinya,
terutama ketika di lingkungan PT REKIND atau di lokasi proyek PT REKIND.
Selain itu, dalam setiap menjalankan proyek bisnisnya PT REKIND pasti
mengimplementasikan CSR kepada masyarakat sekitar proyek.
45
5.3 Implementasi CSR
Kesembilan bidang program yang diprioritaskan dalam bidang CSR PT
REKIND tidak selalu dijalankan di semua lokasi proyek PT REKIND. Program
yang akan dijalankan disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masyarakat di
lingkungan masing-masing. Selain itu juga disesuaikan dengan anggaran dana
yang dimiliki.
Sumber anggaran CSR berasal dari beban usaha, beban jasa dan sebagian
alokasi anggaran Bina Lingkungan PKBL yang memiliki peruntukkan yang sama
dengan program CSR. Penggunaan anggaran dialokasikan untuk program-
program CSR di Head Office dan Lokasi-lokasi Proyek, yang jumlahnya
disesuaikan berdasarkan kebutuhan. PT REKIND memiliki mekanisme pengajuan
program CSR, yaitu untuk program di Head Office, Departemen CSR membuat
proposal dan mengajukannya ke GM Legal and Corporate Communications
(LCC). Sedangkan untuk program di lokasi proyek, tim proyek mengajukan
proposal kepada Departemen CSR terlebih dahulu, lalu Depertemen CSR akan
mengajukannya kepada GM LCC.
Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND apabila dikaitkan
dengan teori menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), adalah
model atau pola CSR dengan keterlibatan langsung perusahaan. Perusahaan
menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri
kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Hal
ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan
assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation
and documentation.
Berikut ini akan dipaparkan program CSR yang dijalankan oleh PT
REKIND di Kelurahan LOmanis, Cilacap sebagai salah satu contoh bentuk
implementasi CSR PT REKIND di lokasi proyek. Program tersebut, yaitu:
5.3.1 Pemberian Bantuan Tujuh Buah Gerobak Sampah
Pemberian gerobak ini untuk membantu masyarakat dalam mengumpulkan
sampah ke tempat pembuangan sampah, karena pada awalnya masyarakat merasa
46
kesulitan saat akan membuang sampah mereka yang telah menumpuk. Pembelian
gerobak dilakukan oleh PT REKIND dan diserahkan kepada pihak Kelurahan
Lomanis untuk pengelolaan gerobak sampah tersebut. Gerobak yang diberi
disebarkan masing-masing satu buah ke enam RW di Kelurahan Lomanis dan satu
buah untuk Kecamatan Cilacap Tengah. Hingga saat ini gerobak yang diberikan
oleh PT REKIND masih digunakan oleh warga Kelurahan Lomanis untuk
mengambil sampah di rumah-rumah warga dan dikumpulkan ke tempat
pembuangan sampah untuk dipilah dan diolah. Dokumentasi penggunaan gerobak
sampah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Dokumentasi Penggunaan Gerobak Sampah
5.3.2 Pemberian Bibit Rosella
Pada tanggal 9 Juli 2008, PT REKIND memberikan bibit Rosella
sebanyak 3000 buah kepada PKK Kelurahan Lomanis untuk disebarkan kepada
75 kelompok dasawisma yang ada di Kelurahan Lomanis. Setiap kelompok
mendapatkan 30 bibit Rosella, sisanya bibit Rosella ditanam di tanah bengkok,
tanah milik pemerintah yang dikelola oleh pejabat Kelurahan, sepanjang jalan
kelurahan Lomanis, serta di sekitar pagar tempat tangki kilang minyak dibangun.
Gambar 5. Kondisi Tempat Penanaman Rosella Saat Program Berlangsung(kiri) dan Kondisi Saat Ini (kanan)
47
Saat ini di wilayah Kelurahan Lomanis hanya sedikit saja tanaman Rosella
yang masih ditanam oleh warga. Menurut Ibu AF mayoritas warga tidak merasa
memiliki terhadap tanaman Rosella tersebut, karena diberi cuma-cuma oleh PT
REKIND dan banyak yang tidak paham cara budidaya Rosella. Sehingga setelah
program dilaksanakan dan PT REKIND meninggalkan lokasi proyek warga tidak
lagi merawat dengan baik tanaman Rosella yang telah mereka tanam dan banyak
tanaman yang mati. Dokumentasi kondisi rempat penanaman Rosella saat
program berlangsung dan kondisi saat ini dapat dilihat pada Gambar 5.
5.3.3 Pembuatan Kolam untuk Budidaya Belut
Pada tanggal 7 juli 2008, PT REKIND membantu memberi bantuan untuk
pembuatan 6 (enam) buah kolam sebagai media budidaya belut di wilayah tanah
bengkok. Perencanaan pembuatan kolam melibatkan Bapak A dalam musyawarah
bersama PT REKIND, Pihak Kelurahan Lomanis dan PKK Kelurahan Lomanis.
Bapak A dan Bapak W adalah pengurus kolam belut dan tempat pengolah
sampah. Bapak W mengatakan bahwa pembuatan kolam melibatkan warga sekitar
dan PT REKIND memberikan dana untuk membayar tenaga kerja, menyiapkan
bahan-bahan yang dibutuhkan, dan memberi bantuan bibit belut. Namun sebelum
kolam di isi, PT REKIND telah habis masa proyeknya, sehingga tidak sempat
terlibat penanaman belut di kolam tersebut. Dokumentasi kondisi kolam darat
untuk budidaya belut dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kondisi Kolam Belut Saat Program Berlangsung (kiri)
dan Kondisi saat ini (kanan)
48
5.3.4 Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda
PT REKIND membantu menyelesaikan pembangunan pos ronda di RT 03
RW 04 Kelurahan Lomanis. Selain itu juga memberikan 1 (satu) buah meja dan 1
(satu) buah kursi untuk perlengkapan di dalam pos ronda. Proses perencanaan
program Penyelesaian Pembangunan pos ronda PT REKIND melibatkan tokoh
masyarakat wilayah RT 03 RW 04. Tenaga kerja untuk mengerjakan pos ronda
berasal dari warga Kelurahan Lomanis, namun segala kebutuhan dana dan bahan-
bahan yang diperlukan di siapkan oleh PT REKIND.
Gambar 7. Program Penyelesaian Pos Ronda RT 03 RW 04 Lomanis
5.3.5 Penyelesaian Pembangunan Mushola
PT REKIND membantu menyelesaikan pembangunan mushola Miftakhul
Jannah di RT 01 RW 05 Kelurahan Lomanis. Selain itu juga dibuatkan sumur,
pompa, penampungan air, serta papan nama mushola. Proses perencanaan
program Penyelesaian Pembangunan mushola Miftakhul Jannah PT REKIND
melibatkan tokoh masyarakat wilayah RT 01 RW 05.
Gambar 8. Penyelesaian Pembangunan Mushola Miftakhul Jannah
49
Tenaga kerja untuk mengerjakan mushola berasal dari warga Kelurahan
Lomanis, namun segala kebutuhan dana dan bahan-bahan yang diperlukan di
siapkan oleh PT REKIND. Dokumentasi kondisi mushala saat ini dapat dilihat
pada Gambar 8.
5.3.6 Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa
PT REKIND memberikan bantuan 20 sumur beserta pompanya kepada
warga di wilayah RW 04 yang merupakan daerah terdekat lokasi proyek PT
REKIND. Dokumentasi pompa dan sumur pemberian PT REKIND dapat dilihat
pada Gambar 9 dibawah ini.
Gambar 9. Pompa dan Sumur Bantuan PT REKIND
5.3.7 Gebyar REKIND
PT REKIND melaksanakan acara pertandingan olah raga voli se-
Kelurahan Lomanis di GOR Loka Jaya. Acara ini melibatkan beberapa warga
sebagai panitia pelaksana. Proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan dilakukan PT REKIND dengan warga yang menjadi panitia.
Dokumentasi acara Gebyar REKIND dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Dokumentasi Gebyar REKIND
50
Dalam mengimplementasikan program CSR, PT REKIND menerapkan
strategi yang dimilikinya, yaitu dengan membantu menyelesaikan permasalahan
utama masyarakat yang sifatnya mendesak, dan/atau pengembangan potensi
masyarakat. Namun menurut Bapak FMR, PT REKIND lebih memprioritaskan
pengembangan potensi masyarakat dibandingkan menyelesaikan permasalahan
yang ada di masyarakat. PT REKIND memberikan bantuan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan atau kualitas hidup masyarakat tersebut. Strategi PT
REKIND dapat di analogikan dengan strategi Rational Empirical menurut Chin
dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006). PT REKIND menjadi inovator yang
menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya
dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat
dengan penggunanya. Contoh inovasi PT REKIND adalah memberikan bibit
Rosella kepada PKK Kelurahan Lomanis pada saat menjalankan proyek
pembangunan tangki kilang minyak Pertamina di Cilacap. PT REKIND melihat
anggota PKK yang tidak bekerja sebagai sumber daya manusia yang melimpah
untuk dapat membudidayakan tanaman Rosella sebagai salah satu upaya
meningkatkan kesejahteraannya. Tanaman Rosella dipilih karena tanaman ini
dapat tumbuh subur di daerah yang panas dan cocok ditanam di daerah Kelurahan
Lomanis yang memiliki suhu cukup panas karena dekat dengan pantai.
5.4 Ikhtisar
Kebijakan PT REKIND mengenai CSR dipengaruhi oleh Kepmen BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan PT REKIND
mengenai bidang program CSR yang sama dengan bidang dalam PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan), yaitu menyangkut bidang pendidikan,
kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial,
lingkungan hidup dan pengembangan usaha kecil, serta konversi atau
penghematan energi. Selain itu kebijakan CSR PT REKIND juga dipengaruhi
oleh UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang selaras dengan Tata Nilai Budaya
Perusahaan, yakni perihal Tanggung Jawab Sosial, yaitu mengutamakan
keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang; baik karyawan, pelanggan,
masyarakat maupun kelestarian lingkungan.
51
Cara pandang perusahaan dalam memandang CSR jika dikaitkan dengan
teori menurut Wibisono (2007), maka cara pandang PT REKIND terhadap CSR
termasuk ke dalam dua kategori, yaitu sebagai usaha untuk memnuhi kewajiban
(complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR yang bersala dari dorongan
tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara pandang PT REKIND dalam
mengimplementasikan CSR sebagai usaha memenuhi kewajiban (complience)
dibuktikan dari adanya kebijakan atau peraturan pemerintah, yaitu Kepmen
BUMN No.236/MBU/2003 mengenai pelaksanaan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan (PKBL) dan UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007.
Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori lainnya adala
adanya dorongan yang tulus dari perusahaan (internal driven). PT REKIND telah
menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan
business process perusahaan. PT REKIND menimplementasikan CSR di setiap
lokasi proyeknya dan juga di Head Office. Selain itu PT REKIND juga berupaya
agar setiap pegawainya mengimplementasikan social responsibility dalam
kehidupan sehari-harinya, terutama ketika di lingkungan PT REKIND atau di
lokasi proyek PT REKIND.
PT REKIND memiliki mekanisme pengajuan program CSR, yaitu untuk
program di Head Office, Departemen CSR membuat proposal dan mengajukannya
ke GM Legal and Corporate Communications (LCC). Sedangkan untuk program
di lokasi proyek, tim proyek mengajukan proposal kepada Departemen CSR
terlebih dahulu, lalu Depertemen CSR akan mengajukannya kepada GM LCC.
Dalam mengimplementasikan CSR, PT REKIND terlibat langsung sebagai
pelaksana dalam setiap tahapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan
Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing,
implementation, post implementation evaluation and documentation.
PT REKIND menerapkan strategi yang dimilikinya dalam
mengimplementasikan CSR, yaitu dengan membantu menyelesaikan
permasalahan utama masyarakat yang sifatnya mendesak, dan/atau pengembangan
potensi masyarakat. Strategi PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut
Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) dapat di analogikan dengan strategi
Rational Empirical. PT REKIND menempatkan diri menjadi inovator yang
52
menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya
dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat
dengan penggunanya.
BAB VI
PEMBERDAYAAN DALAM IMPLEMENTASI CSR
6.1 Pemberdayaan MasyarakatPengembangan masyarakat menurut Giarci (2001) dalam Subejo dan
Supriyanto (2004) adalah suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam
membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan
berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu
memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan
mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini
berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang
dikembangkan masyarakat.
Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat perlu
berlandaskan pada asas-asas pengembangan masyarakat. Menurut Ife (1995),
pengembangan masyarakat sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada
asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan
keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait
dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis,
fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, dan
mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan
gagasan warga komunitas.
Selain itu, implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat
juga perlu memiliki prinsip pengembangan masyarakat, salah satunya adalah
prinsip pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini menjadi basis utama dalam
pengembangan masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan
sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama
yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan kesempatan yang
luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam
komunitasnya (Ife, 2002).
54
Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND untuk membantu
masyarakat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya atau pun untuk
membantu meningkatkan kesejateraan masyarakat. Proses pemberdayaan
masyarakat dilakukan PT REKIND setiap kali mengimplementasikan CSR,
karena menurut Bapak FMR, CSR PT REKIND adalah participatory based.
Partisipasi masyarakat umumnya dilakukan semenjak tahap perencanaan program,
pada tahap ini PT REKIND melakukan survey dan musyawarah dengan
masyarakatt, agar PT REKIND dapat mengetahui potensi masyarakat dan
permasalahan yang terdapat di lokasi tersebut. Pada tahap pelaksanaan PT
REKIND bersama-sama masyarakat menjalankan program yang telah di setujui
oleh manajemen. Masyarakat diajak berpartisipasi sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki. Pada saat atau setelah program berlangsung, PT
REKIND bersama masyarakat melakukan monitoring dan evaluasi program
tersebut. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan sebagai proses pembelajaran guna
memperbaiki permasalahan yang ada dalam program tersebut dan akan menjadi
laporan PT REKIND dalam menjalankan CSR di lokasi tersebut.
6.2 Partisipasi MasyarakatApabila melihat definisi, asas-asas dan prinsip pengembangan masyarakat,
maka partisipasi masyarakat dalam program pengembangan masyarakat adalah
suatu keharusan. Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses
aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir
mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan
mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.
Partisipasi masyarakat dalam program CSR PT REKIND dapat dilihat dari
kasus CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Pada tahap perencanaan
PT REKIND mengadakan musyawarah dengan pihak Kelurahan Lomanis, PKK
Kelurahan Lomanis dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut Ibu AF, salah satu
tokoh masyarakat yang diundang untuk musyawarah, PT REKIND mendiskusikan
program-program yang akan dijalankan di Kelurahan Lomanis dan meminta
beberapa masukkan dari warga. Namun tingkat dan macam partisipasi masyarakat
dalam setiap programnya berbeda-beda.
55
Pada program pemberian bantuan tujuh buah gerobak sampah masyarakat
dilibatkan dalam tahap perencanaan saja, setelah pemberian gerobak sampah
diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk mengelolanya dan warga tidak
harus memberikan laporan mengenai penggunaan gerobak, sehingga tahap
evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND. Demikian juga pada program
bantuan pembuatan kolam budidaya belut, Gebyar REKIND, penyelesaian
pembangunan pos ronda dan pembuatan sumur dan pompa untuk mushola
Miftakhul Jannah, masyarakat dilibatkan hanya pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan program saja, untuk tahap evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT
REKIND.
Sedangkan pada program pemberian bibit Rosella, partisipasi masyarakat
cukup beragam. Berdasarkan hasil penelitian kepada 80 orang responden
penerima bantuan bibit Rosella didapat hasil sebagai berikut: responden yang
tingkat partisipasinya “tinggi” pada penelitian ini hanya berjumlah 3 (tiga) orang,
mereka adalah warga yang diundang untuk ikut bermusyawarah dengan PT
REKIND, pihak Kelurahan Lomanis dan PKK Kelurahan Lomanis. Responden
yang tingkat partisipasi “sedang” berjumlah 2 (dua) orang, sedangkan yang
tingkat partisipasinya “rendah” berjumlah 75 (tujuh puluh lima) orang. Mayoritas
dari masyarakat memiliki tingkat partisipasi “rendah”, karena mayoritas hanya
dilibatkan pada saat pelaks anaan program saja. Tingkat partisipasi masyarakat
secara umum dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Persentase Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam ProgramBudidaya Rosella
56
Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program CSR
dapat dilihat pada Gambar 12. Pada tahap perencanaan tingkat partisipasi
responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 96,25%, “sedang”
1,25% dan “tinggi” 2,5%. Pada tahap pelaksanaan tingkat partisipasi responden
menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 0%, “sedang” 67% dan
“tinggi” 16,25%. Pada tahap evaluasi tingkat partisipasi responden menyatakan
bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 93,75%, “sedang” 1,25% dan “tinggi” 5%.
Sedangkan pada tahap pelaporan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa
pada tingkat “rendah” terdapat 95%, “sedang” 5% dan “tinggi” 0%.
Responden mayoritas berpartisipasi pada saat pelaksanaan karena pada
tahap tersebut seluruh anggota Kelompok Dasawisma dan masyarakat lainnya
diajak oleh PKK dan Kelurahan untuk turut berpartisipasi menanam bibit Rosella.
Setelah penanaman, masing-masing anggota Kelompok Dasawisma membuat
jadwal piket bergiliran antar anggota untuk menyiram dengan air. Namun karena
anggota Dasawisma merasa kurang memiliki tanaman tersebut, tanaman Rosella
banyak yang tidak bertahan lama. Untuk panen atau mengambil bunga Rosella
umumnya anggota dasawisma diperbolehkan mengambil tanpa dibatasi. Untuk
pengawasan tanaman, beberapa dasawisma tidak mewajibkan semua anggota
dasawisma untuk mengawasi secara rutin, sehingga di temui banyak kasus
tanaman Rosella hancur di tabrak mobil yang parkir sembarangan, mati karena
tidak di siram, mati karena cuaca, atau mati setelah dipanen.
Pada tahap evaluasi dan pelaporan anggota dasawisma banyak yang
mengatakan bahwa hanya ketua dan sekretaris kelompok saja yang mengevaluasi
dan membuat laporan, sedangkan anggota tidak dilibatkan, bahkan ada kelompok
dasawisma yang tidak membuat laporan. Penggambaran tingkat partisipasi
masyarakat pada setiap tahapan implementasi CSR dapat dilihat pada Gambar 5.
57
Gambar 12. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap TahapanImplementasi CSR.
Partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di
kelurahan Lomanis jika dikaitkan dengan teori menurut Arstein (1967) berada
pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation.
Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND,
tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus
mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan.
Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis
masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan sesaat saja. Karena program-program yang dilakukan tidak
semua dapat berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang.
Sebagaimana disajikan mengenai bentuk dan sifat program PT REKIND dalam
Tabel 5.
Tabel 5. Bentuk dan Sifat Program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis
No Program Sifat1 Pemberian bantuan 7 (tujuh) buah gerobak sampah Karitas2 Pembuatan kolam untuk budidaya belut Karitas3 Penyelesaian pembangunan pos ronda Karitas4 Penyelesaian pembangunan mushola Karitas5 Pemberian bibit Rosella Karitas6 Pemberian bantuan sumur dan pompa Karitas7 Gebyar REKIND Karitas
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Implementasi CSR
77
0
75 76
1
67
142
13
40
0
10
20
30
40
50
60
70
80
perencanaan pelaksanaan evaluasi pelaporan
Tahapan Implementasi CRS
Jum
lah R
espo
nden kurang
sedangtinggi
58
6.3 IkhtisarPemberdayaan adalah basis utama dalam pengembangan masyarakat.
Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya, kesempatan,
pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam
menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung di dalamnya
adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk
menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya (Ife, 2002).
Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND untuk membantu
masyarakat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya atau pun untuk
membantu meningkatkan kesejateraan masyarakat. Proses pemberdayaan
masyarakat dilakukan PT REKIND setiap kali mengimplementasikan CSR,
karena program CSR PT REKIND adalah participatory based. Partisipasi
masyarakat umumnya dilakukan semenjak tahap perencanaan program,
pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi program.
Meskipun program CSR PT REKIND berbasiskan partisipasi, tapi pada
kenyataannya partisipasi masyarakat dalam program CSR PT REKIND di
Kelurahan Lomanis tidak menunjukan partisipasi masyarakat yang penuh dalam
setiap tahapan pelaksanaan CSR. Masyarakat umumnya hanya dilibatkan pada
tahap pelaksanaan saja, sedangkan pada tahap perencanaan, monitoring dan
evaluasi hanya melibatkan beberapa anggota masyarakat saja. Bahkan pada tahap
pelaporan masyarakat tidak dilibatkan menyusunnya. Padahal menurut Nasdian
(2006), partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas
sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana
dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol
secara efektif.
Partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di
kelurahan Lomanis jika dikaitkan dengan teori menurut Arstein (1967) berada
pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation.
Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND,
tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus
mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan.
59
Selain itu, implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan
Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Karena program-program yang dilakukan
tidak berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang
BAB VII
DAMPAK PROGRAM CSR TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DAN
PROGRAM BERKELANJUTAN
7.1 Dampak Program CSR terhadap Citra PerusahaanSuatu perusahaan akan mendapatkan manfaat apabila
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Menurut Wibisono
(2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat
mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak
mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan,
melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi
biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan
dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta
berpeluang mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada, dkk (2006),
manfaat CSR bagi perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikan CSR
dengan baik, akan berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik,
produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi
dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah selain juga jauh lebih
loyal, mendapatkan kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan, dan
sebagainya.
Hasil penelitian kepada 80 orang responden, didapat citra perusahaan di
mata masyarakat seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Penghitunan Citra Perusahaan
No Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase
1 x ≤ 13 Kurang baik 0 0
2 14 ≤ x ≤ 26 Baik 0 0
3 27 ≤x ≤ 50 Sangat baik 80 100
Berdasarkan Tabel 6, semua responden mendapatkan skor 27 ≤x ≤ 50
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa citra perusahaan di mata masyarakat
sangat baik. Lebih lanjut hasil rekapitulasi peningkatan citra perusahaan terdapat
61
pada Lampiran 3. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Ibu AF yang tinggal
di RT 3 RW 4 yang merupakan wilayah paling dekat dengan lokasi proyek PT
REKIND:
“Sepeninggal Pak F, warga merasa kehilangan. Warga sekitarsini mengenal Rekayasa karena Pak F, karena Pak F palingsering bertemu dengan warga. Beliau sering berkunjung malam-malam ke rumah warga untuk sekedar mengobrol saja. Beliaumeninggalkan kesan yang baik, sehingga warga mengenal orangRekayasa baik-baik” (Ibu AF)
Sejalan dengan itu, Ibu DM yang tinggal di RT 4 RW 2, dimana lokasi
tempat tinggal tersebut cukup jauh dengan lokasi proyek mengutarakan hal yang
sama:
“REKIND perusahaan yang baik, karena mereka mengambiltenaga kerja dari warga sini, selain itu mereka juga banyakmengadakan kegiatan yang bermanfaat buat warga disini,contohnya bantuan bibit Rosella. Saya merasakan lebih sehat dansegar dengan minum Rosella.” (Ibu DM)
Sementara itu, Ibu SA yang tinggal di RT 1 RW 1 yang merupakan
wilayah paling jauh dari lokasi proyek PT REKIND mengutarakan hal yang sama
juga, yaitu:
“Saya memang ga kenal dengan orang-orang REKIND, tapiorang-orang REKIND kalau ketemu sopan-sopan. Kayaknyamereka baik-baik orangnya.” (Ibu SA)
Ketiga contoh informan tersebut tinggal di lokasi yang berbeda-beda.
Namun ketiga informan mengatakan hal yang sama mengenai citra PT REKIND
di mata mereka. Selain mereka, mayoritas responden pun mengatakan hal yang
sama mengenai PT REKIND. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa
masyarakat penerima program CSR PT REKIND memiliki persepsi yang sama
mengenai citra perusahaan, di mana pun lokasi tempat tinggal mereka.
Implementasi CSR juga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah
antara perusahaan dengan masyarakat secara terbuka, sehingga dapat tercipta
hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Selain itu, PT
REKIND juga telah mendapatkan social license dari masyarakat, terbukti proyek
62
dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti dan tangki kilang
minyak hasil proyek PT REKIND masih terjaga dengan baik saat ini.
7.2 Dampak Program CSR terhadap Program Berkelanjutan diMasyarakat
Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat dapat
bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi subjek atau objek program. Manfaat
CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi
dari rumah tangga warga masyarakat.
Program-program yang dijalankan oleh PT REKIND di Cilacap memiliki
berbagai macam manfaat bagi masyarakat sekitar, diantaranya adalah program
berkelanjutan. Program berkelanjutan yang tercipta adalah program yang sudah
ada sebelum program CSR berlangsung dan menjadi lebih baik lagi setelah
program CSR berlangsung. Program tersebut adalah program ronda malam
masyarakat dan pengolahan sampah rumah tangga. Kedua program tersebut sudah
ada sebelum PT REKIND datang. Namun masyarakat belum memiliki pos ronda
dan juga gerobak sampah, sehingga PT REKIND memberikan program
penyelesaian pembangunan pos ronda dan gerobak sampah.
Dampak program berkelanjutan pada masyarakat Kelurahan Lomanis
dapat dilihat dari empat aspek, yaitu partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata
kelola. Sebelum program pemberian bantuan tujuh buah gerobak sampah berjalan
masyarakat mengumpulkan dan membuang sampah ke tempat pembuangan
sampah secara sendiri-sendiri. Namun setelah program berjalan, masyarakat
membuat aturan baru mengenai membuang sampah. Masyarakat Kelurahan
Lomanis sangat merasakan manfaat dari adanya gerobak sampah di wilayah
mereka, Ibu SM mengatakan manfaat penggunaan gerobak sampah tersebut, yaitu:
“Sekarang buang sampah ga susah lagi, tinggal simpen depanrumah aja nanti diambil sama tukang sampah. Tukang sampahnyaPak K, dia dipilih sama warga dan dibayar sama warga, seratusribu sebulan dari setiap RT.” (Ibu SM)
Sementara itu, Bapak K, salah seorang petugas pengumpul sampah
mengatakan:
63
“Gerobak dirawat sama saya, kalau ada yang rusak saya yangbertanggungjawab memperbaikinya, tapi uangnya dari warga yangmengumpulkan iuran. Saya tinggal laporan aja ke Ketua RW.Sekarang aja saya mau ke bengkel di depan, ada yang harus di lasbesinya. Maklum udah lama gerobaknya” (Bapak K)
Sejalan dengan itu, Ibu AF, salah seorang tokoh masyarakat Kelurahan
Lomanis memperkuat argumen manfaat gerobak sampah:
“Dengan gerobak sampah kita dapat lebih mudah berkoordinasidan dapat memberi lapangan pekerjaan. Petugas sampah di RT iniadalah seorang tukang becak yang penghasilannya tidak besar. Diamengambil sampah pagi atau sore hari, setelah menarik becak. Diadiberi upah oleh warga seratus ribu dari setiap RT per bulan.” (IbuAF)
Berdasarkan hasil wawancara di lapang, mayoritas masyarakat lainnya
juga mengatakan hal yang sama mengenai manfaat penggunaan gerobak. Saat ini,
masyarakat cukup menyimpan sampah di depan rumah masing-masing, dan
sampah tersebut akan diambil oleh petugas sampah dua kali seminggu. Petugas
sampah yang dipekerjakan mendapatkan upah dari masyarakat yang secara
bersama-sama mengumpulkan iuran. Semua masyarakat berpartisipasi dalam
program yang diciptakan hasil konsensus diantara anggota masyarakat tersebut.
Hal ini juga merupakan salah satu bukti kemandirian masyarakat Kelurahan
Lomanis dalam mengurus sampah rumah tangga mereka dan juga biaya
perawatan gerobak sampah.. Selain itu, sumber dana untuk operasional dan upah
karyawan tempat pembuangan sampah juga didapatkan dari menjual hasil
pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik.
Pada aspek kinerja pengelola tempat pembuangan sampah rumah tangga di
Kelurahan Lomanis mengalami peningkatan kinerja. Sebelum diberikan bantuan
gerobak sampah mereka tidak mengolah sampah sebanyak saat ini, karena dahulu
masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari tempat pembuangan sampah tidak
semuanya selalu membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. Namun saat
ini setelah sampah rumah tangga dari semua wilayah Kelurahan Lomanis dapat
dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah dengan menggunakan gerobak,
jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah menjadi lebih banyak
dari sebelumnya, sehingga pengelola tempat pembuangan sampah harus lebih
64
rajin dalam bekerja agar sampah tidak menumpuk. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Bapak U, salah seorang petugas di tempat pengolahan sampah:
“Sejak ada gerobak sampah, Alhamdullillah ga susah lagingumpulin sampah. Tukang sampah yang ngumpulin dan nganterinsampah ke sini. Dan jumlahnya juga jadi jauh lebih banyak darisebelumnya. Buat sampah anorganik kita jual ke pengumpul,sedangkan sampah organik kita jadiin kompos.” (Bapak U)
Pada aspek tata kelola, pengelolaan tempat pembuangan sampah di
Kelurahan Lomanis melibatkan beberapa pihak, yaitu Pemerintah Kelurahan
sebagai regulator dan pengelola tanah bengkok yang menjadi tempat pembuangan
sampah berada, masyarakat Kelurahan Lomanis sebagai pihak yang membuang
sampah dan beberapa warga yang menjadi pengurus tempat pembuangan sampah.
Tata kelola tempat pembuangan dan pengolahan sampah ini menjadi lebih efektif
ketika partisipasi masyarakat untuk membuang sampah ke tempat tersebut
menjadi lebih baik dengan adanya gerobak sampah.
Sedangkan aspek partisipasi pada program bantuan penyelesaian
pembangunan pos ronda dampak program berkelanjutan dapat dilihat dari
perubahan partisipasi dan kebiasaan warga dalam melakukan ronda. Sebelum
memiliki pos ronda, warga RT 03 RW 04 Kelurahan Lomanis langsung pulang ke
rumah masing-masing setelah melakukan ronda, saat ini setelah melakukan ronda
warga dapat berkumpul di pos ronda untuk beristirahat ataupun mengobrol,
sehingga jam ronda dapat lebih lama lagi dan patisipasi warga menjadi lebih baik
dari sebelumnya karena telah memiliki pos ronda yang nyaman. Hal ini juga
menunjukkan bahwa kinerja ronda malam warga RT 03 RW 04 mengalami
peningkatan. Hal ini diperkuat oleh penyataan Ibu AF:
“Dulu sebelum ada pos ronda, setelah meronda warga langsungpulang ke rumahnya masing-masing, karena tidak punya posronda. Tapi sekarang setelah pos ronda jadi, warga setelahmeronda suka berkumpul di pos ronda dulu sebelum pulang.Kadang suka menginap hingga pagi di pos ronda”. ( Ibu AF)
Pada aspek kemandirian, kemandirian warga dapat terlihat dari
kemampuan warga dalam menjaga keamanan wilayahnya tanpa membutuhkan
bantuan dari pihak lain. Sedangkan pada aspek tata kelola, hanya melibatkan
65
partisipasi antar warga RT 03 RW 04 saja, yaitu Ibu RT sebagai penangungjawab
dan warga lainnya sebagai pelaksana.
Selain program bantuan gerobak sampah dan bantuan penyelesaian
pembangunan pos ronda, program pemberian sumur dan pompa untuk mushola
Miftakhul Jannah pun turut membantu terciptanya program pengajian masyarakat,
meskipun dampaknya tidak begitu terasa dalam hal peningkatan partisipasi,
kinerja, kemandirian dan tata kelolanya. Dampak hanya terasa pada kemudahan
masyarakat dalam memperoleh air saja, karena tidak harus menimba sumur lagi.
Untuk program bantuan bibit Rosella, pembuatan sumur bor dan pompanya untuk
20 rumah tangga,serta pembuatan kolam untuk budidaya belut tidak berdampak
pada program berkelanjutan. Program bantuan bibit Rosella tidak berjalan lagi
untuk saat ini karena masalah kurangnya pengetahuan tentang budidaya Rosella,
kurangnya kepedulian warga terhadap perawatan tanaman Rosella, dan
sebagainya. Sejalan dengan Rosella, pembuatan kolam untuk budidaya belut pun
tidak berkelanjutan karena kurangnya pengetahuan warga tentang budidaya belut
dan kurangnya modal usaha, sehingga saat ini untuk budidaya Rosella dan
budidaya belut sudah tidak berjalan lagi. Sedangkan untuk bantuan pembuatan
sumur dan pompanya kepada 20 rumah tangga bukanlah program berkelanjutan,
karena hanya sekedar untuk memperbaiki sumur warga yang kering akibat
aktivitas perusahaan.
7.3 IkhtisarSuatu perusahaan akan mendapatkan manfaat apabila
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Menurut Wibisono
(2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat
mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak
mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan,
melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi
biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan
dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta
berpeluang mendapatkan penghargaan.
66
Berdasarkan hasil penelitian, citra perusahaan di mata masyarakat adalah
sangat baik. Implementasi CSR juga memungkinkan terjadinya komunikasi dua
arah antara perusahaan dengan masyarakat secara terbuka. Sehingga dapat tercipta
hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Selain itu, PT
REKIND juga telah mendapatkan social license dari masyarakat sekitar, terbukti
proyek dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti dan tangki
kilang minyak hasil proyek PT REKIND masih terjaga dengan baik saat ini.
Selain bermanfaat bagi perusahaan, implementasi CSR juga dapat
bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Manfaat CSR bagi masyarakat menurut
Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia,
kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga
masyarakat. Dalam kasus implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis,
dampak yang ditimbulkan dari manfaat implementasi CSR adalah terciptanya
program berkelanjutan. Program berkelanjutan dapat dilihat dari aspek partisipasi,
kinerja, kemandirian dan tata kelola. Program berkelanjutan ini meliputi program
dalam hal ronda malam serta program dalam mengelola dan membuang sampah
rumah tangga.
BAB VIII
STRATEGI PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI CSR DALAM UPAYA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS
PT Rekayasa Industri (REKIND) merupakan salah satu perusahaan milik
negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12
Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia
didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi
(EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. Sejak berdiri pada tahun
1981, PT REKIND telah mengimplementasikan berbagai kegiatan pengembangan
masyarakat. Implementasi CSR dilakukan oleh PT REKIND tak lama setelah
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diberlakukan,
yaitu dengan membuat Departemen CSR yang berada pada Divisi Legal and
Corporate Communications dibawah Corporate Stategy Unit. Departemen CSR
memiliki visi dalam menjalankan tugasnya, yaitu untuk menjadi Perusahaan
EPCC (Engineering Procurement Construction Commisioning) termaju yang
bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Selain itu, implementasi CSR PT
REKIND pun dipengaruhi oleh Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-
236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan
Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL), sehingga bidang-bidang CSR
yang diprioritaskan oleh CSR PT REKIND sama dengan bidang-bidang dalam
PKBL yaitu bidang pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan
sosial, lingkungan hidup, pengembangan usaha kecil dan konversi.
Sebagai sebuah perusahaan EPCC yang selalu berhubungan dengan
banyak pihak, PT REKIND harus membangun hubungan yang baik dengan
stakeholders di setiap tempat menjalankan proyeknya. Upaya membangun
hubungan baik ini salah satunya dengan mengimplementasikan CSR.
Implementasi CSR PT REKIND dilaksanakan di Head Office dan di setiap lokasi
proyek dengan berbagai macam program sesuai kebutuhan di wilayah tersebut. PT
REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi
kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal
driven). PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan karena
68
menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagai bagian
dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan.
Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND apabila dikaitkan
dengan teori menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), adalah
model atau pola CSR dengan keterlibatan langsung perusahaan. Perusahaan
menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri
kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Hal
ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan
assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation
and documentation.
Menurut Wibisono (2007), CSR memiliki tahapan-tahapan dalam
pelaksanaannya, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
PT REKIND melalui keempat tahapan tersebut dalam mengimplementasikan
CSR. Pada tahap perencanaan PT REKIND telah memiliki kesadaran untuk
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya, memiliki kebijakan-
kebijakan yang mengatur tentang pelaksanaan CSR, membentuk Departemen CSR
dan memiliki pedoman untuk mengimplementasikan CSR secara efektif dan
efisian. Pada tahap pelaksanaan PT REKIND selalu melakukan survey sebelum
menetapkan program CSR apa yang akan dijalankan, survey dilakukan dengan
atau tanpa melibatkan masyarakat. Setelah survey akan dilakukan perencanaan
program dengan melibatkan masyarakat, selanjutnya sosialisasi program,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan. Tahap evaluasi dilakukan
setiap bulan dan setelah selesai melaksanakan program CSR di lokasi proyek dan
akhir tahun dalam Annual Report. Pelaporan dilakukan setelah pelaksanaan
program CSR di lokasi proyek, setiap tahun dengan membuat Annual Report,
serta mengkomunikasikan program melalui Bulletin, DVD audio visual, news,
company profile, rekind updates, dl
Pada tahun 2006 hingga tahun 2008 PT REKIND mendapatkan proyek
untuk membangun tangki kilang minyak di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Selama
menjalankan proyek tersebut PT REKIND mengimplementasikan CSR di wilayah
tersebut, program yang dijalankan di wilayah tersebut yaitu pemberian bantuan 7
69
(tujuh) buah gerobak sampah, pemberian bibit Rosella, pembuatan kolam untuk
budidaya belut, penyelesaian pembangunan pos ronda, penyelesaian
pembangunan mushola, pemberian bantuan sumur dan pompa, serta Gebyar
REKIND.
Dalam implementasi program CSR di Kelurahan Lomanis, mayoritas
masyarakat hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan program saja. Sedangkan
pada tahap perencanaan, PT REKIND hanya melibatkan beberapa pihak saja,
yaitu pihak kelurahan, PKK kelurahan dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut
ibu AF, pada saat musyawarah PT REKIND sudah melakukan survey dan
menetapkan program apa saja yang akan dijalankan sehingga dia hanya mengikuti
saja apa yang sudah diputuskan (sosialisasi program). Karena menurut
kebijaksanaan yang ada, Departemen CSR dapat melakukan survey dengan dan
atau tanpa masyarakat. Pada tahap evaluasi maupun pelaporan juga dilakukan oleh
staf CSR PT REKIND. Akan tetapi sebenarnya masyarakat juga diperkenankan
untuk melakukan suatu monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan program
CSR di kelurahan Lomanis, hanya saja tidak diwajibkan. Masyarakat dapat
berpartisipasi dalam mengajukan pendapat mereka mengenai program CSR
sebagai masukan dan perbaikan pelaksaan program. Partisipasi masyarakat
tersebut menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari
delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat
memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada
pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan.
Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis
masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas. Program tersebut hanya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja dan belum memberdayakan
masyarakat secara penuh agar tercipta keberlanjutan program. Namun,
implementasi CSR tersebut memiliki dampak terhadap citra perusahaan, karena
telah membuat citra perusahaan di mata masyarakat menjadi sangat baik,
meskipun tidak semua masyarakat mengenal PT REKIND, tapi mereka
menganggap PT REKIND adalah perusahaan yang baik kepada masyarakat
karena memberi bantuan kepada mereka.
70
Program CSR PT REKIND yang dilakukan di Kelurahan Lomanis tidak
semua memberikan dampak terhadap program berkelanjutan di masyarakat, hanya
program bantuan penyelesaian pos ronda dan pemberian gerobak saja yang
memiliki dampak. Dampak program berkelanjutan dapat dilihat dari empat aspek,
yaitu partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola.
Program penyelesaian pos ronda membantu membuat tradisi ronda malam
masyarakat menjadi lebih baik dalam hal partisipasi warga dan kinerja warga
dalam melakukan ronda, sehingga kemandirian warga dalam menjaga keamanan
menjadi lebih baik lagi serta dapat membangun tata kelola dalam hal melakukan
ronda menjadi semakin baik juga. Sementara itu, program pemberian bantuan
gerobak sampah membantu membuat masyarakat memiliki kebiasaan dan aturan
baru dalam hal membuang sampah rumah tangga. Dahulu sebelum program
masyarakat harus membuang sampah sendiri-sendiri ke tempat pengolahan
sampah dan tidak ada upaya bersama-sama mengumpulkan iuran untuk petugas
pengumpul sampah, namun saat ini setelah memiliki gerobak masyarakat cukup
menyimpan sampah didepan rumah dan akan diambil dua kali seminggu oleh
petugas pengumpul sampah, serta masyarakat bersama-sama mengumpulkan iuran
untuk petugas tersebut. Hal ini menyebabkan kemandirian masyarakat menjadi
lebih baik dalam mengelola sampah rumah tangga, meningkatkan kinerja
pengelola tempat pembuangan dan meningkatkan juga tata kelola dalam tempat
pembuangan sampah.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dalam
memberdayakan masyarakat masih sebatas pada tahap pelaksanaan program saja
dan pada tingkat partisipasi Placation. Masyarakat dapat memberikan sarannya
namun kewenangan memberikan keputusan masih dimiliki perusahaan
sepenuhnya. Partisipasi masyarakat tersebut masih semu dan belum dapat
dikatakan program yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Hal ini tidak
sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife (2002), yaitu
prinsip pemberdayaan. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan
sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk
71
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Sedangkan pada
kasus program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis belum memberikan
kesempatan yang luas bagi masyarakatnya untuk menentukan sendiri arah
program menurut kebutuhan dan kemampuannya.
Bukti belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pada prinsip
pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari dampak yang terjadi pada
masyarakat. Dari berbagai program yang dilaksanakan, hanya dua program saja
yang berdampak pada terciptanya program berkelanjutan di masyarakat,
sedangkan sisanya tidak berdampak karena kurangnya upaya pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan dan hanya sekedar pemberian korporasi saja.
Sedangkan umumnya program yang telah berbasiskan pengembangan masyarakat
akan terjaga keberlanjutannya dan dapat berdampak pada terciptanya program
berkelanjutan di masyarakat.
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT
REKIND dalam memberdayakan masyarakat masih sebatas pada tahap
pelaksanaan program saja dan pada tingkat partisipasi Placation. Masyarakat
dapat memberikan sarannya namun kewenangan memberikan keputusan masih
dimiliki perusahaan sepenuhnya. Partisipasi masyarakat tersebut masih semu
karena pada kasus program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis belum
memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakatnya untuk menentukan sendiri
arah program menurut kebutuhan dan kemampuannya. Bukti belum dapat
dikatakan program yang berbasiskan pada prinsip pengembangan masyarakat juga
dapat dilihat dari dampak yang terjadi pada masyarakat.
Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dapat dilihat dari
kebijakan PT REKIND mengenai CSR. PT REKIND memiliki sebuah
Departemen CSR untuk mengurus implementasi CSR perusahaan. Departemen
CSR terlibat langsung dalam setiap tahapan implementasi CSR PT REKIND.
Bidang kerja Departemen CSR PT REKIND sama dengan yang diinstruksikan
dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 mengenai
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). PT REKIND
memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban
(compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven).
Strategi pendekatan PT REKIND adalah strategi Rational Empirical.
Implementasi CSR PT REKIND masih berupa pemberian dari korporasi,
karena bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Program-program yang
dilakukan tidak berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang. Hal
ini dikarenakan program yang dijalankan tidak melibatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam setiap tahapan CSR. Mayoritas masyarakat hanya dilibatkan
pada tahap pelaksanaan program. Sedangkan pada tahap perencanaan, evaluasi
dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND.
73
Dampak implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis telah
membuat citra perusahaan sangat baik di mata masyarakat. Sedangkan dampak
untuk masyarakat telah membantu terciptanya program berkelanjutan, yaitu pada
program pos ronda warga RT 03 RW 04 dan pengolahan sampah rumah tangga di
Kelurahan Lomanis.
9.2 Saran
Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND telah dijalankan
sesuai kebijakan perusahaan. Namun agar implementasi CSR yang dilakukan oleh
PT REKIND dapat menjadi program pengembangan masyarakat, maka hal yang
dapat menjadi saran adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian partisipatif mendalam terhadap sasaran program CSR,
sasaran program seharusnya adalah orang yang benar-benar membutuhkan
bantuan dan tepat untuk diberdayakan. Misalnya adalah penduduk usia
produktif yang sedang tidak bekerja.
2. Program disesuaikan dengan kondisi sumberdaya manusia dan sumber
daya alam yang ada di wilayah tersebut, agar program yang dijalankan
dapat terjaga keberlanjutannya.
3. Membangun kemitraan dengan masyarakat sekitar dan menggulirkan
modal usaha agar masyarakat dapat berusaha mengembangkan dirinya
sendiri dan meningkatkan kesejahteraannya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Komang. 2008. Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial dalamhttp://ejournal.unud.ac.id/km%20ardana.pdf . Diakses pada 26 Oktober2008
Cahyat, Ade. 2004. Bagaimana Kemiskinan di Ukur: Beberapa ModelPenghitungan Kemiskinan di Indonesia. Bogor: Center forInternational Forestry Research (CIFOR).
Djajadiningrat, dkk. 2003. Akses Peran Serta Masyarakat: lebih Jauh memahamiCommunity develompent. Jakarta: Indonesia Center for SustainableDevelopment
Ife, Jime. 1995. Community Development: Creating Community AlternativesVision, Analysis and Practice. Melbourne: Longman.
________. 2002. Community Development: Community-based Alternetives in Ageof Globalisation Edisi Kedua. Australia: Pearson Education.
Irawan, Ronny. Corporate Social Responsibility: Tinjauan Menurut PeraturanPerpajakan di Indonesia. Makalah Seminar The 2nd NationalConference, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, 6September 2008.
Jackie Ambadar. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik diIndonesia. Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Jakarta: PT Elex MediaKomputindo
Jahja, Rusfadia Saktiyanti. 2006. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan CorporateSocial Responsibility Perusahaan Ekstraktif dalam Jurnal Galang,Vol.1, No.2, Hal.22-35,Edisi Januari 2006.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya
Mulyadi, Devi. 2007. Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalamUsaha Pengembangan Masyarakat, Skripsi. Fakultas Pertanian.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (CommunityDevelopment). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan PengembanganMasyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatInstitut Pertanian Bogor
Nursahid, Fajar. 2006. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap ModelKedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PTTelekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia
Rahman, Santy Rizkiya. 2008. Analisis terhadap Corporate Sociall Responsibiliydan Pengaturannya di Indonesia. Studi Kasus: Corporate SocialResponsibility PT.Freeport Indonesia pada Suku Amungme di Desabanti, Papua. Skripsi. Fakultas Hukum. Jakarta: Universitas Al AzharIndonesia.
Rudito, Bambang, Adi Prasetijo dan Kusairi. Akses Peran Serta MasyarakatLebih Jauh Memahami Community Development. Jakarta: IndonesianCenter for Sustainable Development.
75
Setianingrum, Ingelia Putri. 2007. Analisis Community Development sebagaiBentuk tanggungjawab Sosial (PT ISM Bogasari Flour Milis, diCilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara). Skripsi. Fakultas Pertanian.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Bogor:Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial.
Suharto, Edi. 2008. Menggagas Standar Audit Program CSR dalamhttp://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/CSRAudit.pdf. Diaksespada 24 Oktober 2008.
_________. Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan Comdev dalam Workshoptentang Corporate Social Responsibility (CSR), Lembaga StudiPembangunan (LSP)-STKS Bandung 29 November 2006
Sukada, Sonny, dkk. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Memahami Konsep danPraktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: IndonesiaBusiness Links
Suprapto, Siti A.A.2006. Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal diJakarta dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.36-61, Edisi Januari2006.
Supriyanto, Subejo. 2004. Harmonisasi Pemberdayaan Masyarakat Pedesaandengan Pembangunan Berkelanjutan dalam http://subejo.staff.ugm.ac.id/wp-content/supriyanto-ekstensia.pdf. Diakses pada 24 Oktober2008.
Syahyuti. Penerapan Pendekatan Pembangunan Berbasis Komunitas: Studi Kasuspada Rancangan Program Primatani dalamwww.geocities.com/syahyuti/pendekatan_komunitas_primatani.pdf.Diakses pada 1 April 2009
Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility diIndonesia dalam http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV. Diakses pada 26 Oktober 2008
Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: SinarGrafika.
Wazdy, Salim. Memahami Partisipasi Kebijakan Publik dalamhttp://pcnukebumen.wordpress.com/2009/01/14/memahami-partisipasi-kebijakan-publikasi/. Diakses pada 12 Agustus 2009.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate SocialResponsibility). Gresik: Fascho Publishing.
76
Lampiran 1. Panduan Pertanyaan
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
CSR DEPARTEMENT
Hari/tanggal wawancara :
Lokasi wawancara :
Nama dan umur informan :
Jabatan :
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana sejarah perusahaan mulai melaksanakan CSR? Kapan mulai
mengimplementasikan CSR?
2. Bagaimana pengaruh KEPMEN BUMN dalam melaksanakan CSR?
3. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap CSR?
4. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai CSR?
5. Bagaimana posisi struktural CSR dalam perusahaan? Berada dibawah apa?
Dan terdiri dari berapa orang bagian CSR? Mengapa?
6. Apakah CSR dipisahkan dengan PKBL dan comdev? Mengapa?
7. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan CSR? Berapa persen dana yang
dialokasikan yang dialokasikan tersebut? Apakah setiap tahunnya sama
ataukah tidak? Mengapa?
8. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakan CSR oleh perusahaan?
9. Bagaimana mekanisme survey dalam melaksanakan CSR disuatu tempat?
Berapa lama? Dibantu dengan siapa?
10. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam
menjalankan CSR?
77
11. Cara apa saja yang biasa digunakan dalam mencari kebutuhan
masyarakat?Kendala apa saja yang dialami saat hendak melaksanakan CSR di
suatu tempat?
12. Program apa saja yang pernah dilakukan oleh perusahaan? Kapan? Apa
namanya? Apa saja bentuk programnya? Dimana dan siapa sasarannya?
13. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan
sebelumnya?
14. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam
menjalankan CSR? Mengapa?
15. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR? Siapa
dan mengapa?
16. Apakah masyarakat dilibatkan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan CSR?
Sampai sejauhmana? Mengapa?
17. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program CSR yang pernah
dilaksanakan? Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program
berikutnya?
18. Apakah program tersebut masih berjalan sampai saat ini?
19. Apa saja dampak yang dirasakan perusahaan setelah menjalankan
CSR?Apakah ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan CSR?
Mengapa?
20. Bagaimana seharusnya bentuk CSR yang dilaksanakan suatu perusahaan?
21. Bagaimana kondisi kepemilikan saham PT REKIND saat ini?
22. Bagaimana fungsi atau peran PKBL dijalankan oleh PT REKIND? Siapa yang
menjalankan dan bertanggung jawab serta berkoordinasi dengan siapa saja?
23. Apa yang dimaksud dengan CSR dimasukkan dalam Bussiness Process
perusahaan?contohnya?
78
24. Apakah ada Manual Building CSR atau PKBL milik PT REKIND? Siapa
yang membuat?
25. Adakah Community development Officer/project? Siapa yang memilih dan
bagaimana tugasnya?
26. Kapan tepatnya proyek di Cilacap dimulai dan berakhir?
27. Kapan tepatnya program CSR di cilacap dimulai dan berakhir?serta dimulai
dengan program apa dan diakhiri oleh program?
28. Siapakan pimpinan proyek di Cilacap dan ComDev Officer/project-nya?
29. Berapa kali dilakukan monitoring dan evaluasi program csr di cilacap?
Pelaporan berapa bulan sekali, siapa yang buat dan dilaporkan ke siapa?
30. Pelaporan hasil CSR di cilacap dibuat dalam bentuk apasaja selain laporan
tertulis? Dan ditujukan ke siapa saja?
79
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
PEJABAT KECAMATAN/KELURAHAN
Hari/tanggal wawancara :
Lokasi wawancara :
Nama dan umur informan :
Jabatan :
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana dan kapan kelurahan ini berdiri? Mengapa bernama lomanis?
2. Bagaimana kondisi geografis dan demografi kelurahan ini?
3. Bagaimana karakteristik masyarakat daerah ini? (SARA, pendidikan,pekerjaan, budaya)
4. Apakah Bapak/Ibu mengenal PT REKIND? Siapa yang Bapak/Ibu kenal dariPT REKIND dan jabatannya apa?
5. Kapan PT REKIND datang ke daerah ini? Siapa yang menghadap?
6. Apakah PT REKIND memberitahu akan melaksanakan CSR di daerahtersebut? Berapa lama?
7. Bagaimana cara PT REKIND melakukan survey kebutuhan warga? Bertanyake siapa?
8. Apakah warga dilibakan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi danpelaporan CSR PT REKIND? Jika iya, siapa saja yang dilibatkan? Jika tidak,mengapa?
9. Berapa lama PT REKIND biasanya melakukan survey? Berapa orang yangbekerja?
10. Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga saat itu dan saat ini?
11. Program apa saja yang dilakukan oleh PT REKIND? Siapa saja sasarannya?
12. Apakah program yang dijalankan PT REKIND bermanfaat bagi warga?Mengapa?
13. Apakah yang warga rasakan setelah dijalankan program CSR PT REKIND?
80
14. Adakah kendala saat pelaksanaan CSR PT REKIND? Apa sajakah danmengapa?
15. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap PT REKIND?
81
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
TOKOH KUNCI DI MASYARAKAT
Hari/tanggal wawancara :
Lokasi wawancara :
Nama dan umur informan :
Jabatan :
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana dan kapan kelurahan ini berdiri? Mengapa bernama lomanis?
2. Bagaimana kondisi geografis dan demografi keluraha ini?
3. Bagaimana karakteristik masyarakat daerah ini? (SARA, pendidikan,pekerjaan, budaya)
4. Apakah Bapak/Ibu mengenal PT REKIND? Siapa yang Bapak/Ibu kenal dariPT REKIND dan jabatannya apa?
5. Kapan PT REKIND datang ke daerah ini? Siapa saja yang datang?
6. Apakah PT REKIND memberitahu akan melaksanakan CSR di daerahtersebut? Berapa lama?
7. Bagaimana cara PT REKIND melakukan survey kebutuhan warga? Bertanyake siapa?
8. Apakah bapak dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi danpelaporan CSR PT REKIND? Selain bapak siapa lagi yang dilibatkan?
9. Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga saat itu dan saat ini?
10. Program apa saja yang dilakukan oleh PT REKIND? Siapa saja sasarannya?
11. Apakah program yang dijalankan PT REKIND bermanfaat bagi warga?Mengapa?
12. Apakah yang warga rasakan setelah dijalankan program CSR PT REKIND?
13. Apakah program tersebut masih berjalan? Jika iya apa saja? Jika tidakmengapa?
14. Adakah kendala saat pelaksanaan CSR PT REKIND? Apa sajakah danmengapa?
82
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Tingkat Partisipasi Responden
No KodeResponden
Skor TahapPerencanaan
Skor TahapPelaksanaan
SkorTahap
Evaluasi
SkorTahap
Peaporan
TotalSkor
KategoriTingkat
Partisipasi1 9 15 15 11 50 sedang2 3 6 3 3 15 rendah3 3 8 4 3 18 sedang4 3 7 4 3 17 rendah5 3 9 5 3 20 rendah6 3 9 5 3 20 sedang7 3 9 4 3 19 rendah8 3 9 4 3 19 rendah9 3 9 4 3 19 rendah10 9 9 4 3 19 rendah11 3 9 5 3 20 rendah12 3 9 5 3 20 sedang13 3 12 6 3 24 sedang14 3 15 15 11 56 sedang15 15 12 4 3 22 rendah16 3 12 4 3 22 sedang17 3 12 5 3 23 rendah18 3 15 15 11 45 sedang19 3 12 5 3 23 rendah20 3 12 12 9 36 sedang21 3 12 7 5 27 sedang22 6 9 3 3 21 sedang23 3 9 3 3 18 rendah24 3 9 3 3 18 rendah25 3 9 3 3 18 sedang26 3 9 3 3 18 sedang27 3 9 3 3 18 rendah28 3 9 3 3 18 rendah29 3 9 3 3 18 sedang30 3 9 3 3 18 sedang31 3 9 3 3 18 rendah32 3 9 3 3 18 rendah33 3 9 3 3 18 rendah34 3 9 3 3 18 rendah35 3 9 3 3 18 rendah36 3 9 3 3 18 rendah37 3 9 3 3 18 rendah38 3 9 3 3 18 rendah39 3 9 3 3 18 rendah40 3 9 3 3 18 rendah41 3 9 3 3 18 rendah
83
No KodeResponden
Skor TahapPerencanaan
Skor TahapPelaksanaan
SkorTahap
Evaluasi
SkorTahap
Peaporan
TotalSkor
KategoriTingkat
Partisipasi42 3 9 3 3 18 rendah43 3 9 3 3 18 rendah44 3 9 3 3 18 rendah45 3 9 5 3 20 rendah46 3 9 5 3 20 rendah47 3 9 3 3 18 rendah48 3 9 6 3 21 rendah49 3 9 4 3 19 rendah50 3 12 9 3 27 rendah51 3 12 10 3 28 rendah52 3 11 5 3 22 rendah53 3 11 5 3 22 rendah54 3 11 5 3 22 rendah55 3 12 5 3 23 rendah56 15 15 15 11 56 rendah57 3 11 4 3 21 rendah58 3 9 4 3 19 rendah59 3 9 4 3 19 rendah60 3 9 4 3 19 sedang61 3 9 3 3 18 rendah62 3 9 3 3 18 rendah63 3 9 4 3 19 rendah64 3 9 3 3 18 sedang65 3 9 4 3 19 sedang66 3 11 5 3 22 rendah67 3 9 4 3 19 rendah68 3 9 4 3 19 rendah69 3 9 5 3 20 sedang70 3 5 3 3 14 rendah71 3 11 5 3 22 sedang72 3 9 4 3 19 sedang73 9 15 15 11 19 rendah74 3 6 3 3 18 rendah75 3 8 4 3 19 rendah76 3 7 4 3 18 rendah77 3 9 5 3 18 rendah78 3 9 5 3 19 rendah79 3 9 4 3 18 rendah80 3 9 4 3 18 rendah
84
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Citra Perusahaan
No Kode Responden Skor Citra Kategori Citra1 37 Tinggi2 33 Tinggi3 31 Tinggi4 28 Tinggi5 34 Tinggi6 34 Tinggi7 30 Tinggi8 33 Tinggi9 32 Tinggi10 33 Tinggi11 36 Tinggi12 34 Tinggi13 36 Tinggi14 38 Tinggi15 33 Tinggi16 33 Tinggi17 31 Tinggi18 33 Tinggi19 35 Tinggi20 35 Tinggi21 34 Tinggi22 31 Tinggi23 31 Tinggi24 33 Tinggi25 32 Tinggi26 32 Tinggi27 33 Tinggi28 33 Tinggi29 32 Tinggi30 32 Tinggi31 32 Tinggi32 30 Tinggi33 30 Tinggi34 30 Tinggi35 30 Tinggi36 30 Tinggi37 30 Tinggi38 30 Tinggi39 37 Tinggi40 30 Tinggi41 30 Tinggi42 32 Tinggi43 33 Tinggi
85
No Kode Responden Skor Citra Kategori Citra44 34 Tinggi45 34 Tinggi46 34 Tinggi47 32 Tinggi48 34 Tinggi49 34 Tinggi50 34 Tinggi51 35 Tinggi52 31 Tinggi53 32 Tinggi54 34 Tinggi55 34 Tinggi56 38 Tinggi57 34 Tinggi58 32 Tinggi59 33 Tinggi60 32 Tinggi61 32 Tinggi62 32 Tinggi63 32 Tinggi64 32 Tinggi65 32 Tinggi66 32 Tinggi67 32 Tinggi68 33 Tinggi69 32 Tinggi70 32 Tinggi71 33 Tinggi72 30 Tinggi73 30 Tinggi74 32 Tinggi75 32 Tinggi76 32 Tinggi77 30 Tinggi78 32 Tinggi79 32 Tinggi80 30 Tinggi
86
Lampiran 4. Sketsa Lokasi Kelurahan Lomanis
Sumber: Data Monografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008