63
PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN TARI KEBO IJO DI KABUPATEN PEMALANGSKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari Oleh: Danu Mahendra 2501412156 PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

“PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN

TARI KEBO IJO DI KABUPATEN PEMALANG”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Seni Tari

Oleh:

Danu Mahendra

2501412156

PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian

Skripsi

Semarang, 26 Juli 2019

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Malarsih, M.Sn Usrek Tani Utina, S.Pd, M.A.

NIP. 196106171988032001 NIP. 198003112005012002

Page 3: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi berjudul “Peran Tokoh Nayantaka Dalam Bentuk Pertunjukan Tari Kebo

Ijo Di Kabupaten Pemalang” karya Danu Mahendra NIM 2501412156 ini telah

dipertahankan dalam Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada tanggal 8 Agustus 2019 dan

disahkan oleh Panitia ujian.

Semarang, 8 Agustus 2019

Panitia

Ketua, Sekretaris,

Dr. Hendi Pratama S.Pd., M.A. Abdul Rachman, S.Pd., M.Pd.

NIP. 198505282010121006 NIP. 198001202006041002

Penguji I, Penguji II,

Moh. Hasan Bisri, S.Sn., M.Sn Usrek Tani Utina, S.Pd, M.A.

NIP. 196601091998021001 NIP. 196106171988032001

Page 4: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya :

Nama : Danu Mahendra

NIM : 2501412156

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi berjudul Peran Tokoh Nayantaka

Dalam Bentuk Pertunjukan Tari Kebo Ijo Di Kabupaten Pemalang benar-benar

hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku baik

sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang atau pihak lain yang terdapat

dalam skripsi ini telah dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas

penyataan ini, saya secara pribadi siap menanggung resiko sanksi hukum yang

dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya ini.

Semarang, 27 Juli 2019

Danu Mahendra

Page 5: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

v

2501412156

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Berbuatlah baik kepada semua orang tetapi jangan pernah meminta kebaikan

dari orang, karena apa yang kita lakukan pasti kembali ke kita. (Danu

Mahendra)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu dan Keluarga tercinta, Bapak Jumanto dan Ibu Retno

Budiarsih terimakasih atas do’a yang tiada henti dipanjatkan,

dukungan materi yang bekerja keras banting tulang setiap hari,

semoga saya bias membuat kalian bahagia dan bangga.

2. Seluruh keluarga besar SENDRATASIK dan almamater UNNES

3. Untuk teman-teman seni tari angkatan 2012 Bayi Wingi Sore

4. Seluruh keluarga besar Sanggar Seni Kaloka Pemalang

Page 6: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

vi

SARI

Sari, Danu Mahendra. 2019. Peran Tokoh Nayantaka Dalam Pertunjukan Tari

Kebo Ijo Di Kabupaten Pemalang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari

dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing

I: Dr. Malarsih, M.Sn. Pembimbing II: Usrek Tani Utina S.Pd. M.A.

Kata Kunci: Peran, Nayantaka, Pertunjukan Dan Tari Kebo Ijo

Peran Nayantaka pada pertunjukan tari kebo Ijo merupakan salah satu tokoh

penting yang ada pada Tari Kebo Ijo, karena tokoh Nayantaka merupakan tokoh

yang istimewa, sebab tokoh Nayantaka tidak selalu muncul pada pertunjukan tari

Kebo Ijo. Tokoh Nayantaka muncul pada acara-acara tertentu, tetapi sekali

munculnya tokoh Nayantaka pada pertunjukan tari Kebo Ijo sangat berperan

penting karena tokoh Nayantaka mampu mengalahkan tokoh Kebondanu. Pada tari

Kebo Ijo terdapat tiga tokoh dalam pertunjukan tari Kebo Ijo yaitu tokoh

Nayantaka, tokoh Kebondanu dan tokoh Kebo Ijo. Tari Kebo Ijo adalah tarian yang

menceritakan tentang cerita legenda asal mula dukuh Kebo Ijo, tarian yang

memiliki bentuk pertunjukan tari dan alur cerita yang menarik, jumlah penari yang

banyak dan gerakan tari yang menyerupai hewan kerbau. Tujuan penelitian ini

mengetahui dan mendeskripsikan peran nayantaka pada pertunjukan Tari Kebo Ijo

di Kabupaten Pemalang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian kualitatif. Lokasi penelitian terletak di jalan Dr. Cipto Mangunkusumo

Kelurahan Bojongbata, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, tepatnya di

Sanggar Seni Kaloka. Subyek penelitian ini diantaranya pencipta Tari Kebo Ijo

Bapak Bayu Kusuma Listyanto dan para penari Tari Kebo Ijo di Kabupaten

Pemalang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui

reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran Nayantaka meliputi tiga hal

yaitu peran meliputi norma-norma, peran yang dilakukan Nayantaka dan peran

perilaku Nayantaka. Bentuk pertunjukan Tari Kebo Ijo terbagi menjadi dua yaitu

struktur pertunjukan dan unsur pendukung pertunjukan. Struktur pertunjukan

terbagi menjadi tiga yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian penutup, sedangkan

unsur pendukung pertunjukan meliputi pelaku Tari Kebo Ijo berusia 17-35 tahun,

gerak Tari Kebo Ijo terdapat 7 gerakan, musik Kebo Ijo terdiri dari musik internal

dan eksternal, tata rias wajah Tari Kebo Ijo menggunakan tata rias fantasi hewan

kerbau, Nayantaka tata rias putra alus dan Kebondanu putra gagah, dan tata rias

busana Tari Kebo Ijo yang identik dengan warna hijau, merah dan emas.

Saran bagi pelaku Tari Kebo Ijo diharapkan terus berlatih mengenai teknik

gerak dasar Tari Kebo ijo untuk meningkatkan kualitas gerak saat menari. Penari

tari Kebo Ijo diharapkan dapat menguasai Tari Kebo Ijo. Sanggar Seni Kaloka

diharapkan dapat terus mempertahankan eksistensi Tari Kebo Ijo agar tetap

berkembang. Bagi Pemerintah Kabupaten Pemalang penari Kebo Ijo hendaknya

Page 7: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

vii

memberikan Surat Keputusan dari Bupati Kabupaten Pemalang mengenai

keberadaan Tari Kebo Ijo.

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmatnya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran

Tokoh Nayantaka Dalam Pertunjukan Tari Kebo Ijo Di Kabupaten Pemalang”.

Skripsi disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Negeri Semarang. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan

skripsi dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak.

Sehubungan dengan itu, peneliti mengucapkan terimakasih dengan segala

kerendahan hati kepada yang terhormat,

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan peneliti untuk menyelesaikan studi Strata Satu di

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas yang dibutuhkan dan ijin

penelitian.

3. Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik

yang telah menerima peneliti sebagai mahasiswa prodi Pendidikan Seni Tari.

4. Dr. Malarsih, M.Sn., dosen pembimbing I dan Ibu Usrek Tani Utina S.Pd, M.A.,

dosen pembimbing II yang telah mengarahkan, memberi saran, dan masukan

dengan sabar dalam penelitian skripsi ini.

Page 8: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

viii

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik yang telah

membimbing dan memberikan ilmu selama peneliti menempuh pendidikan di

Universitas Negeri Semarang.

6. Bapak Bayu Kusuma Listyanto S.Sn., pencipta tari Kebo Ijo yang telah

memberikan informasi demi kelancaran skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan

senantiasa mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan semoga apa yang diuraikan

dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca

umumnya.

Semarang, 27 juli 2019

Penulis

Page 9: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN..................................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v

SARI ............................................................................................................................... vi

PRAKATA....................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………………. xiii

DAFTAR TABEL…………………………………….……………………………….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................

1.4.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………………………….

1.4.2 Manfaat Prakti …………………………………………………………………

4

4

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR............................. 7

2.1 Kajian Pustaka…….. ................................................................................................. 7

Page 10: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

x

2.2 Landasan Teoretis …………...................................................................................... 25

2.2.1 Teori Peran……..… ............................................................................................ 26

2.2.2 Teori Bentuk……................................................................................................. 28

2.3 Kerangka Berfikir……………................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 39

3.1 Pendekatan Penelitin .................................................................................................. 39

3.2 Data dan Sumber Data................................................................................................ 40

3.2.1 Data Primer …...................................................................................................... 40

3.2.2 Data Sekunder....................................................................................................... 41

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 41

3.3.1 Observasi ………. ............................................................................................... 42

3.3.2 Wawancara ........................................................................................................... 43

3.3.3 Dokumentasi ……………………….................................................................... 45

3.4 Teknik Keabsahan Data ........................................................................................... 46

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................................... 49

3.5.1 Reduksi Data ........................................................................................................ 50

3.5.2 Penyajian Data...................................................................................................... 50

3.5.3 Kasimpulan……………....................................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN ........................................................................... 52

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................................... 52

4.1.1 Lokasi Dan Keadaan Alam……………............................................................... 52

4.1.2 Kondisi Fisik Wilayah........................................................................................... 53

4.1.3 Kependudukan……………………….….............................................................. 54

Page 11: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

xi

4.1.4 Mata Pencaharian Kelurahan Bojongbata……………………………………..... 55

4.2 Potensi Seni di Kota Pemalang ...................................................... ...........................

4.3 Sejarah Dan Gambaran Umum Sanggar Seni Kaloka………………………………

56

57

4.4 Sinopsis Dan Sejarah Penciptaan Tari Kebo Ijo......................................................... 58

4.5 Bentuk Tari Kebo Ijo…………………………………………………...................... 61

4.5.1 Struktur Pertunjukan Tari Kebo Ijo…………………………………..................

4.5.1.1 Bagian Awal…………………………………………………………………….

4.5.1.2 Bagian Inti………………………………………………………………………

4.5.1.3 Bagian Penutup…………………………………………………………………

61

62

63

64

4.5.2 Unsur-unsur Pendukung Pertunjukan...………………………………............... 64

4.5.2.1 Gerak Tari Kebo Ijo ………………………………………………………….... 64

4.5.2.2 Iringan Tari Kebo Ijo .......................................................................................... 85

4.5.2.3 Tata Rias Wajah Tari Kebo Ijo............................................................................ 92

4.5.2.4 Tata Rias Busana Tari Kebo Ijo..………………................................................ 96

4.5.2.5 Tempat Pentas…………………......................................................................... 102

4.5.2.6 Tata Lampu Dan Tata Suara............................................................................... 102

4.5.2.7 Pelaku Tari Kebo Ijo ………………………. ………………………................ 103

4.6 Peran Nayantaka Pada Pertunjukan Tari Kebo Ijo...................................................

4.7 Faktor Munculnya Peran Nayantaka Pada Pertunjukan Tari Kebo Ijo……………...

106

111

BAB V PENUTUP.......................................................................................................... 113

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 113

5.2 Saran .......................................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 116

Page 12: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Sanggar Seni Kaloka….................................................................. .

4.2 Gerak Srisig tokoh Nayantaka ........................................................

4.3 Gerak Ereg-eregan tokoh Nayantaka .............................................

4.4 Gerak Ulap-ulap tokoh Nayantaka .................................................

4.5 Gerak Besut tokoh Nayantaka.........................................................

53

65

66

67

68

4.6 Gerak Ngglebag Kambeng Kebondanu…....................................... 72

4.7 Formasi Kebondanu dan Kebo Ijo................................................... 73

4.8 Gerak Jalan Kebo……………………............................................ 74

4.9 Ereg-eregan....................................................................................... 75

4.10 Perangan 1 …………………........................................................... 76

4.11 Perangan 2 ……............................................................................ 78

4.12 Nglebag Serang…........................................................................... 79

4.13 Loncat Kebo…................................................................................ 80

4.14 Tata Rias Kebo Ijo …….................................................................. 93

4.15 Tata Rias Kebodanu........................................................................ 94

4.16 Tata Rias Nayantaka………………………….............................. 95

4.17 Busana Tari Kebo Ijo……………………….................................. 97

4.18 Busana Tari (Tokoh Kebondanu)…………................................... 99

4.19 Busana Tari (Tokoh Nayantaka)…………..................................... 100

Page 13: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Model Kerangka Berpikir ……………............................................... 37

Page 14: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Bojongbata ............................................ 54

4.2 Mata Pencaharian Kelurahan Bojongbata.......................................... 55

4.3 Daftar Nama Penari Tari Kebo Ijo Tahun 2013-2014….....………… 104

4.4 Daftar Nama Penari Tari Kebo Ijo Tahun 2015-2016……………… 105

4.5 Daftar Nama Penari Tari Kebo Ijo Tahun 2017-2018……………… 106

Page 15: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Keputusan Pembimbing Dosen Skripsi........................................ 127

2 Surat Izin Penelitian .............................................................................. 128

3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian................................ 129

4 Biodata Peneliti. ....................................................................................

5 Biodata Narasumber..............................................................................

6 Instrumen Penelitian .............................................................................

130

131

132

Page 16: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan tari di tengah masyarakat tentunya tidak lepas dari masyarakat

pendukungnya. Tari tradisional yang berkembang di istana biasa disebut tari klasik,

tari yang hidup di kalangan masyarakat pedesaan disebut tari kerakyatan, maupun

tari yang berkembang di masyarakat perkotaan sering mendapat label pop, atau tari

modern/tari kreasi baru (Hadi 2005:13).

Kesenian kabupaten pemalang sangat beragam diantaranya kesenian sintren,

kesenian silakupang, kesenian blandong dan kesenian yang sedang berkembang di

kabupaten pemalang yaitu kesenian Kebo Ijo. Kesenian Kebo Ijo diciptakan dengan

tujuan sebuah misi politik dan membawa nama kontingen kecamatan petarukan

untuk parade kesenian daerah kab. Pemalang Seiring berkembangnya kebutuhan

kesenian di kabupten Pemalang maka sang koreografer Bayu Kusuma Listyanto

S.Sn mengemas kembali kesenian Kebo Ijo menjadi sebuah jenis tari kreasi.

Kesenian Kebo Ijo atau yang sekarang lebih dikenal dengan Tari Kebo Ijo.

Asal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang

menceritakan asal usul dukuh kebo ijo. Ada cerita rakyat tentang nama dukuh Kebo

Ijo yang menceritakan seorang prajurit bernama Kebondanu yang memiliki

kekuatan bayangan dirinya berwujud manusia berkepala kerbau dengan badan

berwarna hijau. Tari Kebo Ijo muncul pertama kali di kecamatan Petarukan, yang

Page 17: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

2

mempunyai gerak ciri khas yaitu menyerupai seekor kerbau, dan menggunakan tata

rias fantasi hewan kerbau.

Versi kedua menyebutkan Kebo Ijo hidup pada masa kerajaan Mataram.

Tarian Kebo Ijo menceritakan pada masa Mataram sekitar tahun 1400 ada perajurit

Mataram yang iri dengan sesama prajurit lainnya lantaran tidak diberangkatkan ke

Batavia untuk memerangi VOC Belanda yang bernama Kebo Ndanu. Kemudian

Kebo Ndanu menghimpun kekuatan dan menguasai hutan Siraung yang sekarang

berada diwilayah eks Karesidenan Pekalongan, yakni dari Batang sampai Brebes

dihutan itulah prajurit-prajurit itu menjadi begal dan mengganggu setiap perjalanan,

baik menuju maupun dari kerajaan Mataram.

Setiap aksinya, prajurit tersebut berwujud manusia berkepala kerbau dengan

badan berwarna hijau mereka dipimpin oleh Kebondanu. Tari Kebo Ijo muncul

pertama kali di kecamatan Petarukan, yang mempunyai gerak ciri khas yaitu

menyerupai seekor kerbau, dan menggunakan tata rias fantasi hewan kerbau. Dalam

pertunjukkan tari Kebo Ijo dulu hanya diperankan dua tokoh yaitu Kebondanu dan

pasukan kebo. Tetapi sekarang muncul tokoh yang bernama Nayantaka dalam

pertunjukkan tari Kebo Ijo.

Tokoh Nayantaka muncul karena sang pencipta tari ingin menampilkan

sebuah alur cerita. Tokoh Nayantaka pada pertunjukan tari Kebo Ijo diceritakan

sebagai tokoh yang bersifat baik. Kemunculan tokoh Nayantaka menjadi sesuatu

yang baru pada pertujukan tari Kebo Ijo dan mendapat respon positif dari penonton.

Tokoh Nayantaka berperan sebagai kesatria yang mampu membunuh Kebondanu

dengan kekuatan yang dimilikinya.

Page 18: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

3

Peran Nanyantaka dalam pertunjukan tari Kebo Ijo, merupakan tokoh yang

berhasil mengalahkan Kebondanu beserta pasukannya. Tokoh Nanyantaka masih

keturunan Adipati Lumajang yang dibuang kemudian ditemukan oleh seorang kyai

yang bernama Ki Dongkol lalu dibesarkan disebuah padepokan untuk mengalahkan

pasukan Kebo Ijo, Nanyantaka bersenjata Gada Wesi Kuning. Tokoh Nayantaka

pada tari Kebo Ijo digambarkan sebagai seorang ksatria yang baik, dapat dilihat dari

tata busana dan tata riasnya.

Tokoh Nayantaka berperan sebagai tokoh yang baik dilihat dari segi tata rias

wajah yang menggunakan tata rias putra alus sebagai penggambaran tokoh yang

baik. Pemilihan warna tata rias menggunakan warna-warna lembut seperti coklat,

coklat tua dan hitam. Pemilihan tata busana disesuaikan dengan karakter tokoh

Nayantaka yang berperan sebagai seorang kesatria yang baik dan disesuaikan

dengan asal tokoh Nayantaka. Pemilihan warna busana pada tokoh Nayantaka yaitu

warna hitam dan putih. Warna hitam untuk menggambarkan ketegasan dan

kewibawaan tokoh Nayantaka. Warna putih melambangkan kesucian serta sifat

religious tokoh Nayantaka karena dibesarkan di sebuah padepokan Randujajar.

Kemunculan tokoh Nayantaka pada pertunjukan dalam tari Kebo Ijo,

sehingga banyak pertanyaan yang perlu diungkap pada tari Kebo Ijo mengalami

berbagai hal dengan faktor-faktor yang mendorong terjadi perkembangan pada

bentuk pertunjukan tari Kebo Ijo dengan munculnya tokoh Nanyantaka, sehingga

hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Peran

Tokoh Nanyantaka Dalam Pertunjukan Tari Kebo Ijo di Kabupaten Pemalang.

Page 19: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

4

1.2 Rumusan Masalah

Latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Peran Nayantaka dan Bentuk pertunjukan tari kebo ijo di Kabupaten

Pemalang?

2. Faktor-faktor munculnya tokoh Nayantaka pada pertunjukan tari Kebo Ijo di

kabupaten Pemalang?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Peran Nayantaka dan Bentuk Pertunjukan Tari Kebo Ijo Di

Kabupaten Pemalang;

2. Mengetahui Faktor-faktor munculnya tokoh Nayantaka dalam pertunjukan tari

kebo ijo di kabupaten Pemalang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat. Adapun manfaat yang dapat

diambil dari hasil penelitian ini berupa manfaat secara teoritis maupun praktis.

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Untuk melengkapi penelitian yang sudah ada, khususnya berkaitan dengan kajian

peran tokoh nayantaka dalam pertunjukan tari kebo Ijo di Kabupaten Pemalang

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai peran tokoh

nayantaka dalam pertunjukan tari Kebo Ijo di Kabupaten Pemalang

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Page 20: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

5

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

kajian peran tokoh nayantaka dalam pertunjukan tari Kebo Ijo di Kabupaten

Pemalang

2. Bagi pelaku kesenian

Manfaat penelitian bagi pelaku kesenian adalah dapat lebih bersemangat

untuk berlatih, dan memberi dorongan motivasi agar dapat mengembangkan tarian

Kebo Ijo sesuai dengan kebutuhan kesenian sehingga tetap diminati masyarakat.

3. Bagi perguruan tinggi unnes

Sebagai sumbangsih pemikiran bagi lembaga tinggi Universitas Negeri

Semarang.

4. Bagi pemerintah

Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan berupa

informasi atau dokumentasi kepada Pemerintah Kabupaten Pemalang untuk

mengupayakan pelestarian dan pengembangan Tari Kebo Ijo di Kabupaten

Pemalang

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi bertujuan untuk memberikan gambaran serta

mempermudah pembaca dalam mengetahui garis-garis besar dari skripsi yang

berisi :

1.5.1 Bagian awal skripsi

Bagian awal skripsi meliputi halaman judul, halaman pegesahan, surat

pernyataan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar bagan dan tabel, daftar gambar,

daftar lampiran.

Page 21: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

6

1.5.2 Bagian skripsi terdiri dari 5 bab, yaitu :

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustakan dan Landasan Teori

Pada bab ini berisi tentang Tinjauan pustaka, Lantasan teori, teori peran,

teori bentuk, dan kerangka berfikir.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran penelitian,

teknik pengumpulan data dan teknik keabsahan data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran

umum lokasi penelitian, bentuk pertunjukan dan peran nayantaka dalam

pertunjukan tari Kebo Ijo di Kabupaten Pemalang.

BAB V : Penutup

Bagian penutup berisikan simpulan dan saran.

1.5.3 Bagian akhir skripsi

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 22: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Peneliti menggunakan buku referensi sebagai landasan teoretis untuk

membahas rumusan masalah yang diungkapkan dalam penelitian Peran Tokoh

Nayantaka Dalam Pertunjukan Tari Kebo Ijo Di Kabupaten Pemalang. Buku yang

digunakan oleh peneliti adalah Buku lain yang dijadikan sumber landasan teori

penulis adalah buku yang berjudul Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari oleh La

Meri terjemahan Soedarsono. Buku terbitan 1986 ini memuat bahasan tentang

sebuah penjelasan tentang beberapa elemen komposisi tari. Bagian-bagian elemen

komposisi tari yang dijabarkan dalam buku adalah pola-pola garis dasar, elemen-

elemen dasar, tari dan frase musik, dinamika dan kekuatan, sumber-sumber tema,

pemilihan gerak, penggunaan gerak, dan perlengkapan-perlengkapan tari seperti

kostum, penampilan, tata panggung, dan tata lampu. Elemen-elemen tersebut

merupakan komponen yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah tarian.

Beberapa elemen yang dibahas dalam buku Soedarsono inilah dijadikan sebagai

landasan untuk menganalisis masalah yang dikaji oleh peneliti.

Buku Koreografi Bentuk-Teknik-Isi karangan Sumandiyo Hadi diterbitkan

pada tahun 2011 digunakan peneliti sebagai landasan teori untuk mengungkapkan

bentuk/wujud tari menggunakan pendekatan estetis koreografis. Buku Sumandiyo

membahas tentang konsep gerak-ruang-waktu sebagai elemen dasar koreografis.

Konsep gerak dalam tari adalah dasar ekspresi, oleh sebab itu ‘gerak’ dipahami

sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional. Pengalaman emosional

Page 23: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

8

diekspresikan lewat medium gerakan-gerakan yang sudah dipolakan menjadi

bentuk yang dapat dikomunikasikan secara langsung lewat perasaan. Konsep ruang

dalam tari dipahami sebagai wujud tiga dimensi yang di dalamnya bagi seorang

penari dapat menciptakan apa yang disebut ‘imaji dinamis’, yaitu memungkinkan

bagian-bagian komponen tubuh penari membawa banyak kemungkinan untuk

menjajagi keruangan. Konsep waktu dalam tari dipahami sebagai faktor

pengorganisir dalam setiap kegiatan. Tari ketika gerakan berlangsung berarti ada

sebuah satuan waktu yang dibagi-bagi sesuai dengan tujuannya, sehingga menjadi

struktur waktu atau ritmis yang harmonis.

Selain buku-buku literatur yang diambil sebagai bahan landasan teoritis

peneliti juga mencari beberapa penelitian sejenis yang terkait dengan kajian peran

dan bentuk pertunjukan. Diantaranya peneliti Shara Marsita Mirdamiwati (skripsi

2014) dengan judul Peran Sanggar Seni Kaloka Terhadap Perkembangan Tari

Slendang Pemalang di Kelurahan Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten

Pemalang. Berdasarkan hasil penelitian yang memfokuskan pada peran Sanggar

Seni Kaloka terhadap perkembangan Tari Selendang Pemalang diKabuoaten

Pemalang yang merupakan salah satu Sanggar seni yang berasal dari Kabupaten

Pemalang, peran yang dilakukan oleh Sanggar seni Kaloka yang menyebarluaskan,

melestarikan dan mempertahankan tari Selendang Pemalang melalui kegiatan-

kegiatannya yaitu, kegiatan pelatihan, penciptaan, pelestarian, dan pementasan.

Penelitian lain yang terkait adalah Ikha Sulis Setyaningrum (jurnal 2015)

dengan judul Peran Sanggar Puring Sari Dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa

Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Berdasarkan hasil penelitian dapat

Page 24: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

9

disimpulkan bahwa Tari Kretek Merupakan tari yang berasal dari Kabupaten

Kudus, pada tahun 1986 Tari Kretek disahkan menjadi tari khas Kabupaten Kudus

oleh Bupati Kudus yaitu Bapak Hartono. Bentuk penyajian Tari Kretek termasuk

jenis tari kreasi dengan tema aktivitas kehidupan manusia yang bekerja dipabrik

rokok yang pada akhirnya menjadi salah satu kesenian ciri khas daerah Kudus.

Peran yang dilakukan oleh Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek

adalah dengan penciptaan, mengembangkan, dan penyebarluaskan kepada

masyarakat Kabupaten Kudus.luaskan kepada masyarakat Kabupaten Kudus.

Sanggar Puring Sari melestarikan Tari Kretek melalui kegiatan pelatihan, da

pementasa

Penelitian lain yang terkait adalah Kania Rizki Salsabila (jurnal 2014)

dengan judul Peran Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari Di Kota

Pekalongan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian

menyimpulkan bahwa peran Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di

Kota Pekalongan melalui kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari.

Berdasarkan aktivitas sanggar yang meliputi kegiatan penggarapan, pelatihan, dan

pementassan tari oleh Sanggar Tari Kaloka, maka dapat dilihat peran sanggar

terhadap perkembangan tari secara kualitatif dan kuantitatif. Perkembangan secara

kualitatif yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka dapat dilihat dari usaha sanggar

dalam mengembangkan tari yang sudah ada dengan kreativitas secara terus-

menerus agar lebih baik melalui kegiatan penggarapan tari, sedangkan

perkembangan secara kuantitatif yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka dapat dilahat

Page 25: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

10

dari kegiatan pelatihan dan pementasan tari yang merupakan usaha penyebaran tari

melalui proses kegiatan-kegiatan tari agar lebih luas dan dikenal oleh masyarakat.

Penelitian lain yang terkait adalah Yuli Setianingsih (jurnal 2014) dengan

judul Peran Olah Tubuh Untuk Meningkatkan Keterampilan Gerak Dalam Tari

Pada Anak-Anak SMP Negeri 01 Karangkobar. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa proses pelatihan tari di SMP Negeri 01 Karangkobar dibagi

menjadi 2 tahap dalam 2 semester, terdiri dari semester 1 guru hanya memberikan

dan memperkenalkan beberapa gerakan, kemudian siswanya menirukan gerakan

yang diajarkan. Pada semester 2 guru memberikan sebuah pembelajaran tari secara

penuh dalam satu tarian. Proses se belum pelatihan pembelajaran tari biasanya

dimulai dengan guru mengistruksikan kepada siswanya untuk melakukan proses

pemanasan terlebih dahulu, tetapi karena kurangnya pengawasan dan kesadaran

dari para siswa untuk melakukan pemanasan, maka siswa cenderung asik bermain

endiri daripada melakukan pemanasan, sehingga tubuh mereka belum siap untuk

menerima respon gerak dari luar. Karena kuragnya kesadaran untuk melakukan

pemanasan maka sangat berpengaruh terhadap gerak yang mereka bawakan

sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir prestasi yang kurang dari KKM. Manfaat

melakukkan latihan olah tubuh dan mempermudah kemampuan penguasaan

ketrampilan gerak dalam sebuah tarian. Manfaat yang lain adalah dapat

meningkatkan kemampuan otot-otot yang ada didalam tubuh dan dapat

meningkatkan kualitas gerak dalam tari.

Penelitian lain yang terkait adalah Randoyo (jurnal 2012) dengan judul

Peran Semar Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Jawa Gaya Surakarta.

Page 26: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

11

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Semar dalam pertunjukan

wayang kulit purwa gaya Surakarta versi lakon Mahabarata mempunyai makna

yang penting. Semar berperan sebagai abdi/pemomong para ksatria yang akan

menumbuhkan biji keutamaan yang menjaga keharmonisan, keselarasan, dan

keseimbangan perjalanan hubungan antara manusia, alam semesta para dewa.

Semar dalam kebiasaan biasa dapat berlaku tokoh yang kemunculannya disertai

oleh peristiwa gara-gara yaitukeadaan yang serba kacau dan bingung serta keadaan

alam yang terguncang oleh karena ulah sebagian tokoh dunia yang ingin merusak

suasana alam. Dengan kehadiran Semar, lakon kembali normal dan menuju akhir

yang baik.

Artikel yang ditulis oleh Erna, Agus, dan Triyanto (2018) yang dimuat

dalam jurnal Catharsis volume (7)(1) hal 11-22 dengan judul : “Forms of Show

Kuda Lumping Ronggo Budoyo in The Village of Lematang Jaya, Lahat, South

Sumatera”. Hasil penelitian Bentuk Pertunjukan Ronggo Budoyo Kuda Lumping

di Desa Lematang Jaya terdiri dari Tari Pegon kecil, Tari Buta, Tari Pegon remaja,

Kucingan dan Pegon dewasa. Pertunjukan Kuda Lumping biasanya diadakan untuk

memperingati hari jadi Indonesia, pernikahan, khitanan atau acara desa lainnya.

Persiapan dimulai dengan latihan satu kali rutinitas begitu persiapan dilakukan di

acara itu lokasi termasuk peralatan gamelan, tata rias, penari, dan persembahan.

Kinerja dari pertunjukan kuda lumping akan dijaga dan dipantau oleh pengurus

Kuda Lumping yang dibantu oleh seluruh anggota Ronggo Budoyo

Penelitian lain yang terkait adalah Ahmad Damhuri, Darmawati, Indrayuda

(jurnal 2013) yang dimuat dalam jurnal Seni Tari volume (2)(1) hal 1-8 dengan

Page 27: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

12

judul Peranan Penari Perempuan Dan Laki-Laki Dalam Pertunjukan Tari Tauh.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian menyimpulkan bahwa

Peran penari perempuan dan laki-laki dalam tari tauh sangat penting, tanpa adanya

penari perempuan dan Laki-laki tari Tauh tidak dapat ditampilkan dan

dipertunjukan, Oleh karena itu tari Tauh ini tidak dapat ditarikan oleh penari

perempuan saja, begitu juga sebaliknya tari Tauh juga tidak dapat ditampilkan oleh

penari laki-laki saja. Masing-masing penari dalam tari Tauh saling bergantung satu

sama lain, karena tari Tauh berperan sebagai ajang tempat mencari jodoh atau

pasangan hidup, maka dari itu antara penari perempuan dan laki-laki tidak dapat

ditinggalkan satu sama lain, Penari perempuan berperan sebagai pendamping bagi

laki-laki di dalam tari Tauh,Adapun penari laki-laki berperan sebagai pemimpin

dan pengendali dalam tari Tauh, sebab penari laki-laki sangat agresif dalam

bergerak, yang mana gerak yang dilakukan oleh penari lakilaki melambangkan

kegesitan laki-laki untuk menggoda perempuan.

Penelitian lain yang terkait adalah Yaya Mulya Mantri (jurnal 2014) yang

dimuat dalam jurnal Seni Tari volume (3) hal 135-140 dengan judul Peran Pemuda

Dalam Pelestarian Seni Tradisional Benjang Guna Meningkatkan Ketahanan

Budaya Daerah. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, penelitian ini

merangkum tiga kesim pulan yaitu: Pertama, peran pemuda dalam pelestarian seni

tradisional Benjang yang terbagi dalam lima peran yaitu: peran pewarisan, peran

pemilik, peran pelaku, peran inovatif, dan peran edukatif. Kedua, pemuda

menghadapi tiga kendala dalam pelestarian seni tradisional Benjang, yaitu kendala

dalam mengembangkan seni tradisional Benjang, kurang nya keterlibatan dari

Page 28: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

13

berbagai pihak, dan masuknya budaya asing secara masif. Ketiga, meningkatnya

kesa daran dan identitas budaya lokal, perubahan tanpa menyal ahi orisinalitas

budaya daerah, dan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan

budaya daerah.

Artikel yang ditulis oleh Hera (2014) yang dimuat dalam jurnal Gelar

volume (12)(2) hal 209-219 dengan judul : “Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari

Sembah Dalam Konteks Pariwisata di Kabupaten Muara Enim Sumatera”. Pada

artikel ini menjelaskan tentang Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari Sembah dalam

Konteks Pariwisata. Hasil penelitian ini Tari Sembah Tahun 1965 tari Sembah

berfungsi sebagai tari adat perkawinan sebagai penyambutan pihak besan dari

pengantin pria. Seiring dengan perkembangan zaman Tari Sembah beralih fungsi

sebagai tari sambut. Tamu dengan disuguhkan tepak berisi sekapur sirih diakhir

pertunjukan,dan di dalam tepak tersebut, berisi peralatan sekapur sirih sebagai

lambang rasa hormat dan persaudaraan kepada tamu kehormatan. Tepak adalah

kotak kayu berbentuk persegi panjang yang dihiasi dengan ukiran sebagai peralatan

menginang. Faktor eksternal perubahan fungsi Tari Sembah dari tahun 1965 hingga

2002 di pengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi semakin canggih,

pengaruh budaya asing, politik, pariwisata, dan perekonomian seniman, masyarakat

dan karya itu sendiri. Faktor internal dilatarbelakangi oleh masyarakat pendukung

kebudayaan dan dorongan manusia untuk menyesuaikan diri.

Artikel yang ditulis oleh Kartikasari (2014) yang dimuat dalam jurnal

Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa volume (4)(1) hal 8-13 dengan

judul: “Bentuk, Makna, dan Fungsi Pertunjukan Kuda Lumping Turonggo Tri

Page 29: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

14

Budoyo di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo”.

Permasalahan dalam artikel ini yaitu: bagaimana bentuk penyajian, makna

simbolok, dan fungsi dari pertunjukan Kuda Lumping Turonggo Tribudoyo di Desa

Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian yaitu

pertunjukan Kuda Lumping Turonggo Tri Budoyo di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo terbagi dalam tiga tahap yaitu (1) Pra

pertunjukan, meliputi: (a) membuat perencanaan acara, (b) membersihkan lapangan

untuk pertunjukan kuda lumping, (c) menyiapkan sesaji, (d) nyekar ke pepundhen,

(e) obong menyan, (2) bentuk pertunjukan Kuda Lumping Turonggo Tri Budoyo,

meliputi: tari kreasi, tari jaipong, tari gobyok, tari mataraman, tari jaranan versi

Bali, kesurupan atau, dan (3) Pasca pertunjukan ditutup dengan tarian yang

ditarikan oleh sesepuh grup kesenian Kuda Lumping Turonggo Tri Budoyo.

Artikel yang ditulis oleh Sudarma (2012) yang dimuat dalam jurnal Mudra

volume (32)(1) hal 21-29 dengan judul : Pertunjukan Tari Babuang Pada Piodalan

Bhatara Dalem Pingit Di Desa Pengotan Kabupaten Bangli. Hasil artikel Tarian

Babuang dalam ritual Piodalan Bhatara Dalem Pingit memiliki berbagai fungsi,

yaitu fungsi keagamaan, fungsi estetika, dan fungsi penyatuan sosial. Fungsi

keagamaan, tarian Babuang sebagai bentuk persembahan untuk meningkatkan

sraddhà (keimanan) dan bhakti (ketaquaan) kehadapan leluhur yang berstana di

Gunung Airawang (Gunung Abang) dan manifestasi Tuhan yang beristana di Pura

Tuluk Biu. Fungsi estetika, tarian Babuang memiliki nilai kesucian (úivam),

kebenaran (satyam) dan keseimbangan atau harmoni (sundaram). Sebaliknya,

fungsi penyatuan sosial, tarian Babuang menunjukkan rasa kebersamaan

Page 30: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

15

(solidaritas) dan kesadaran akan kesatuan penyungsung pura yang ditunjukkan

mereka mengikuti dengan baik prosesi pementasan tarian tersebut hingga selesai.

Artikel yang ditulis oleh Alfianingrum (2016) yang dimuat dalam jurnal Seni

Tari dengan judul : Bentuk Pertunjukan Kesenian Barongan Wahyu Budaya Di

Dukuh Karang Rejo Desa Loram Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

Penelitian ini mengkaji Bentuk Pertunjukan Kesenian Barongan Wahyu Budaya.

Hasil penelitian ini bentuk pertunjukan Kesenian Barongan Wahyu Budaya

memiliki tiga tahap penyajian yaitu: 1) tahap pra tontonan, dimulai dari iringan

musik yang mulai ditabuh sebagai pertanda pertunjukan akan segera dimulai, 2)

tahap pementasan, dimulai dari adegan sesembahan kemudian dilanjutkan pada

pertunjukan inti yaitu adegan Barongan, dilanjutkan dengan adegan Jaran Kepang

dan penutup, 3) arak-arakan, dilaksanakan setelah acara inti selesai sekitar pukul

13:00 dan dimulai dari tempat awal pertunjukan kemudian rute selanjutnya adalah

mengelilingi desa dengan tujuan akhir di rumah Bapak RT/RW.

Artikel yang ditulis oleh Hardiyanti (2016) yang dimuat dalam jurnal Seni

Tari dengan judul : Bentuk Pertunjukan Kesenian Sintren Dangdut Sebagai Upaya

Pelestarian Seni Tradisi Pada Grup Putra Kelana Di Kelurahan Pasar Batang

Kabupaten Brebes. Hasil penelitian kesenian Sintren Dangdut yaitu adanya lakon,

gerak, pelaku, iringan, rias, busana, tata pentas, properti, penonton, dan urutan

pertunjukan. Pelaku pada pertunjukan Sintren Dangdut meliputi pemeran Sintren

Dangdut, pawing, bodhor, kemladang, sinden, pemusik, penyanyi dangdut,

pembawa acara. Perlengkapan pertunjukan berupa kurungan, kain penutup

kurungan, layah/anglo, dupa, arang, sesaji, dan do’a. Urutan pertunjukan dibagi

Page 31: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

16

menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal, bagian pertunjukan, dan akhir pertunjukan.

Musik dangdut masuk dalam pertengahan pertunjukan menjadi selingan dan diakhir

pertunjukan sebagai penutup pertunjukan. Upaya pelestarian seni tradisi Sintren

Dangdut berupa perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Bentuk

pertunjukan kesenian Sintren Dangdut terdapat faktor-faktor yang menunjang

termasuk faktor pendukung dan penghambat. Jadi bentuk pertunjukan kesenian

tradisional Sintren Dangdut diharapkan bias dikembangkan lagi dan memajukan

kesenian tradisional terutama Kesenian Sintren Dangdut yang ada di Kabupaten

Brebes.

Artikel yang ditulis oleh Yustika (2017) yang dimuat dalam jurnal Seni Tari

volume (6)(1) dengan judul : Bentuk Penyajian Tari Bedana Di Sanggar Siakh

Budaya Desa Terbaya Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Lampung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Bentuk Penyajian Tari

Bedana. Hasil penelitian ini mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Bedana Di

Sanggar Siakh Budaya Desa Terbaya Kecamatan Kotaagung Kabupaten

Tanggamus meliputi gerak, tema, iringan, tata rias, tata busana, pola lantai, dan

tempat pertunjukan. Tari Bedana diiringi dengan alat musik seperti rebana,

ketipung, gambus dan gong, dan diiringi syair Bedana dan Penayuhan. Tema dari

Tari Bedana ini adalah pergaulan yaitu Tari Bedana ini tidak diperbolehkan

bersentuhan dengan pasangannya karena bukan muhrim.

Artikel yang ditulis oleh Junanda, Ahmad, dan Hartati (2006) yang dimuat

dalam jurnal Ilmiah Unsyiah volume (1)(4) hal 247-251 dengan judul : Bentuk

Penyajian Tari Ramphak di Sanggar Ramphoe Banda Aceh. Artikel ini bertujuan

Page 32: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

17

untuk mendeskripsikan bentuk penyajian Tari Ramphak di sanggar Rampoe Banda

Aceh. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu Bentuk penyajian Tari Ramphak di

sanggar Rampoe Banda Aceh sama seperti bentuk penyajian tari pada umumnya,

yaitu salah satu tarian yang terdiri dari gerak, iringan musik, tata busana, dan tata

rias. Tari ini adalah salah satu tari berkelompok karena ditarikan lebih dari dua

orang secara bersama-sama. Tari Ramphak ini adalah tari yang terdiri dari

kumpulan beberapa tari tradisional yang ada di Aceh, yaitu tari saman, laweut,

seudati, dan ratoh duek. Dilihat dari gerakan, tari ini memiliki 31 gerakan (15 gerak

wanita, 15 gerak pria, dan satu gerak bersama) yaitu dari gerak ragam 1 sampai

dengan gerak ragam 17. Secara keseluruhan gerak tari Ramphak menggambarkan

cuplikan dari beberapa tari tradisional yang ada di Aceh. Pola lantai dalam

pertunjukan seni tari akan lebih indah jika terdapat dalam setiap gerakan yang akan

ditarikan. Pola lantai yang terbentuk dalam tari dapat memberi kesan dan kekuatan

yang berbeda-beda pada setiap geraknya.

Artikel yang ditulis oleh Istiqomah (2017) yang dimuat dalam jurnal Seni

Tari volume (6)(1) hal 1-13 dengan judul : Bentuk Pertunjukan Jaran Kepang

Papat Di Dusun Mantran Wetan Desa Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten

Magelang. Artikel ini mengkaji bentuk pertunjukan yang terkandung didalam

pertunjukan Jaran Kepang Papat di Dusun Mantran Wetan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan pada kesenian Jaran Kepang Papat dapat

dilihat melalui elemen-elemen pertunjukan yaitu lakon, pemain atau pelaku, gerak,

musik, tata rias, tata busana, tempat pementasan, properti, sesaji, dan penonton.

Persamaan artikel Bentuk Pertunjukan Jaran Kepang Papat Di Dusun Mantran

Page 33: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

18

Wetan Desa Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang dengan penelitian

yang pkeneliti lakukan yaitu sama-sama mengkaji Bentuk. Perbedaanya terletak

pada obyek materialnya yaitu artikel mengkaji Bentuk Pertunjukan sedangkan

peneliti mengkaji Bentuk dan Fungsi Tari. Peneliti mengambil tentang bentuk dari

artikel Bentuk Pertunjukan Jaran Kepang Papat Di Dusun Mantran Wetan Desa

Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Artikel yang ditulis oleh Gupita (2012) yang dimuat dalam jurnal Seni Tari

volume (1)(1) hal 1-11 dengan judul : Bentuk Pertunjukan Kesenian Jamilin Di

Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal. Artikel ini bertujuan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan: Bentuk dan Urutan Pertunjukan Kesenian

Jamilin di Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal. Hasil penelitian

penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan kesenian Jamilin di Desa

Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal meliputi pelaku, gerak, iringan,

tata rias dan tata busana, tata pentas, tata suara, tata lampu dan properti serta urutan

penyajian pertunjukan kesenian Jamilin yang dimulai dari orgen tunggal lagu

Tegalan untuk menarik perhatian dan mengajak orang-orang berkumpul agar dapat

menyaksikan pertunjukan inti dari kesenian Jamilin, kemudian tari Jamilin, lawak,

permainan akrobat dan sulap.

Artikel yang ditulis oleh Isnaini (2015) yang dimuat dalam jurnal Harmonia

volume (5)(1) hal 1-10 dengan judul : Bentuk Penyajian dan Fungsi Seni Barong

Singo Birowo di Dukuh Wonorejopasir Demak. Permasalahan yang dikaji dalam

artikel ini adalah tentang bentuk penyajian dan fungsi seni Barong Singo Birowo di

Dukuh Wonorejopasir Desa Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

Page 34: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

19

Hasil penelitian ini Seni Barong Singo Birowo memiliki fungsi sebagai hiburan

untuk masyarakat, sebagai presentasi estetis atau tontonan, dan sebagai hiburan

pribadi bagi masing-masing anggota atau pemain seni Barong Singo Birowo.

Artikel yang ditulis oleh Wahyudiarto (2006) yang dimuat dalam jurnal

Harmonia volume (7)(3) 1-11 dengan judul : Makna Tari Canthangbalung Dalam

Upacara Gunungan di Keraton Surakarta. Hasil artikel Seni Tari Canthangbalung,

sebagai bagian dari upacara ritual, pemaknaanya tidak sekedar untuk tujuan estetis

yang dinikmati sebagai seni pertunjukan. Canthangbalung merupakan simbol atau

alat untuk berhubungan dengan raja yang merupakan pengejawentalan dewa,

hubungan ini dalam pandangan Jawa merupakan simbol dari jumbuhing kawula

gusti atau manunggaling kawula gusti, guna mencapai suatu keadaan yang tata

tentrem karta raharja.

Artikel yang ditulis oleh Cahyono (2006) yang dimuat dalam jurnal

Harmonia volume (7)(3) hal 1-11 dengan judul : Seni Pertunjukan Arak-arakan

dalam Upacara Tradisional Dugdheran di Kota Semarang. Hasil penelitian

Pertunjukan arak-arakan dalam upacara ritual dugdheran memiliki makna yang

signifikan dalam kehidupan sosial budaya. Makna simbolik dalam upacara ritual

dugdheran merupakan tradisi masyarakat kota Semarang yang diselenggarakan

setiap setahun sekali sebagai tanda dimulainya bulan puasa atau bulan Ramadhan.

Penelitian lain yang terkait adalah Misselia Nofitri (jurnal 2015) yang dimuat

dalam jurnal Ekspresi Seni volume (17)(1) hal 1-164 dengan judul Bentuk

Penyajian Tari Piring Di Daerah Guguak Pariangan Kabupaten Tanah Datar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajiannya, tari

Page 35: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

20

piring Guguak Pariangan merefleksikan kehidupan masyarakat agraris. Hal ini

tergambar dari gerakan-gerakan tari yang sebagai aktifitas agricultural yang

kemudian diolah menjadi bentuk gerakan tari.

Penelitian lain yang terkait adalah Ni Wayan Trisna Anjasuari, Ketut

Sumadi, I Ketut Arta Widana (jurnal 2017) yang dimuat dalam jurnal Seni volume

(1)(1) hal 1-6 dengan judul Pertunjukan Tari Barong Sebagai Atraksi Wisata Di

Desa Pakraman Kedewatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tari Barong sebagai salah satu seni

budaya masyarakat Bali, terkait dengan ritual/upacara, pertunjukan Tari Barong

yang dipentaskan oleh Sanggar Niti Suargi di Desa Pakraman Kedewatan adalah

merupakan sebuah tiruan (profane). Bentuk pertunjukan Tari Barong sebagai

atraksi wisata dalam penelitian ini dikaji adalah suatu bentuk pertunjukan yang

dikemas berdasarkan bentuk tempat (stage) pertunjukan, tabuh (gambelan), bentuk

upacara (ritual), dan lakon atau cerita pertunjukan Tari Barong.

Penelitian lain yang terkait Yudhi Panji Pratama (jurnal 2017) yang dimuat

dalam jurnal Seni Pertunjukan volume (1)(1) hal 1-85 dengan judul Pemeranan

Tokoh Kardiman Dalam Lakon Senja Dengan Dua Kematian Karya Kirdjomulyo.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pemeranan merupakan

unsur penting dalam seni teater, istilah pemeranan disebut juga dengan seni peran

atau seni akting. Seorang pemeran dikenal dengan sebutan aktor, aktris, pemain,

tokoh, dan sebagainya. Aktor merupakan unsurinti dalam seni peran dan seni teater

pada umumnya. Namun perlu diingat, dalam berperan tidak semua actor berhasil

dalam membawakan karakter yang iaperankan.

Page 36: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

21

Penelitian lain yang terkait Andri Dwi Wahyu Wiranata, Abraham Nurcahyo

(jurnal 2017) yang dimuat dalam jurnal Seni volume (8)(1) hal 1-13 dengan judul

Peranan Gemblak Dalam Kehidupan Sosial Tokoh Warok Ponorogo. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Warok dikenal sebagai pemimpin di

lingkungannya, sebab Warok memiliki kekuatan yang lebih dan dianggap bisa

dijadikan sebuah panutan oleh masyarakatnya. Pada kehidupan sosial Warok

Ponorogo, Gemblak berperan sebagai pendamping dan pelayan Waroknya. Dia

bertugas melayani dan menyiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh Warok,

maka peranan seorang istri dalam kehidupan seorang Warok bisa digantikan oleh

Gemblak .

Penelitian lain yang terkait Riska Fitriani, Darmawati , Herlinda Mansyur

(jurnal 2017) yang dimuat dalam jurnal Seni volume (8)(1) hal 1-5 dengan judul

Bentuk Penyajian Tari Saputangan Dalam Bedindang Pada Acara Bimbang Adat

Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa Tari Saputangan adalah jenis tari tradisional yang sifatnya

menyampaikankan kegembiraan berdasarkan kisah perjalanan cinta seorang bujang

dan gadis yang berfungsi sebagai hiburan. Tari ini diwariskan secara turun temurun

dan menempuh perjalanan sejarah yang panjang. Tari Saputangan ini ditampilkan

pada acara perkawinan. Tari Saputangan di sajikan dalam bentuk tarian yang

diiringi dengan musik. Dalam tari Saputangan terdapat alat musik rabana dan biola.

Pertunjukan tari Saputangan dilaksanakan pada malam hari, sekitar jam 20.00 WIB.

Jumlah penari terdiri dari 2 orang atau 4 orang laki-laki. Kostum yang di pakai

adalah tuguak (peci hitam), kain sarung, kemeja/jas.

Page 37: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

22

Penelitian lain yang terkait Djarot Heru Santosa (jurnal 2013) yang dimuat

dalam jurnal Seni volume (3)(3) hal 227-334 dengan judul Seni Dolalak Purworejo

Jawa Tengah: Peran Perempuan Dan Pengaruh Islam Dalam Seni Pertunjukan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kesenian tari Dolalak pada

awalnya di tarikan oleh penari laki-laki, tetapi dalam perkembangnya, tari Dolalak

ditarikan oleh penari perempuan. Hampir disetiap grup kesenian tari Dolalak di

Purworejo, semua penarinya perempuan, salah satu kelompok yang masih

mempertahankan penari lakilaki adalah di Desa Kaliharjo, Kaligesing juga

memiliki kelompok penari-penari perempuan sebagai penari utamanya.

Penelitian lain yang terkait Rini (jurnal 2015) yang dimuat dalam jurnal Seni

volume (4)(1) hal 103-110 dengan judul Tata Rias Tokoh Dewi Sinta Dalam

Pertunjukan Sendratari Ramayana di Prambanan. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa bentuk tata rias dan makna tatarias tokoh Dewi Sinta di

Prambanan secara keseluruhan penmpilan mengkuti pakem dan dapat meninjolkan

peran diatas panggung sebagai tokoh Dewi Sinta yang memiliki karakter lemah

embut, bijaksana, tenang, dan suci dapat dilihat dari bentuk dan warna-warna yang

digunakan. Bentuk dan makna busana secara keseluruhan dari terbentuk sendra tari

Ramayana di Prambanan mengikuti tradisi pakem Surakarta berwarna hitam untuk

busana bagian atas dan busana bagian bawah menggunakan kain Batik Parang

Klithik Makna busana dapat dilihat dari warna yang digunakan yaitu warna hitam

dan keemasan yang memiliki makna sebagai karakter yang tenang, rendah hati,

elegan dan kemakmuran.

Page 38: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

23

Penelitian lain yang terkait Dewi Novianah (jurnal 2015) yang dimuat dalam

jurnal Pendidikan Sejarah volume (3)(3) hal 1-15 dengan judul Peran Ludruk

“Budhi Wijaya” Dalam Mendukung Program Pembangunan Di Jombang Tahun

1987-1998. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran ludruk

“Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang mengalami

kesuksesan besar. Ludruk “Budhi Wijaya” yang awalnya terbentuk karena

perpecahan dalam tubuh kelompok ludruk “Budi Jaya”, tidak menyurutkan niat

ludruk “Budhi Wijaya” untuk terus tetap bekarya dan menghibur masyarakat.

Artikel yang ditulis oleh Sudarma (2012) yang dimuat dalam jurnal Mudra

volume (32)(1) hal 21-29 dengan judul : Pertunjukan Tari Babuang Pada Piodalan

Bhatara Dalem Pingit Di Desa Pengotan Kabupaten Bangli. Hasil artikel Tarian

Babuang dalam ritual Piodalan Bhatara Dalem Pingit memiliki berbagai fungsi,

yaitu fungsi keagamaan, fungsi estetika, dan fungsi penyatuan sosial. Fungsi

keagamaan, tarian Babuang sebagai bentuk persembahan untuk meningkatkan

sraddhà (keimanan) dan bhakti (ketaquaan) kehadapan leluhur yang berstana di

Gunung Airawang (Gunung Abang) dan manifestasi Tuhan yang beristana di Pura

Tuluk Biu. Fungsi estetika, tarian Babuang memiliki nilai kesucian (úivam),

kebenaran (satyam) dan keseimbangan atau harmoni (sundaram). Sebaliknya,

fungsi penyatuan sosial, tarian Babuang menunjukkan rasa kebersamaan

(solidaritas) dan kesadaran akan kesatuan penyungsung pura yang ditunjukkan

mereka mengikuti dengan baik prosesi pementasan tarian tersebut hingga selesai.

Penelitian lain yang terkait Feliska J. Thomas, Yohanis F. La Kahija (jurnal

2018) yang dimuat dalam jurnal Empati volume (7)(4) hal 269-278 dengan judul

Page 39: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

24

Pengalaman Menjadi Pemeran Tokoh Dewi Shinta Dalam Sendratari Ramayana

Prambanan: Sebuah Interpretative Phenomenological Anaysis. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan pembahasan yang telah

dilakukan, meskipun nilai yang disoroti oleh ketiga subjek berbeda satu sama lain

tetapi ketiga subjek menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai pedoman dalam

menjalankan perannya sebagai istri dan dasar dalam melakukan setiap kegiatan

pada kesehariannya. Kemudian pada subjek RD dan MM meyakini bahwa proses

berperan Dewi Shinta memberikan dampak berupa perubahan sikap dan perilaku

yang disebabkan oleh proses penghayatan peran Dewi Shinta. Namun hal tersebut

tidak dirasakan oleh subjek HS dikarenakan keyakinan diri bahwa setiap individu

memiliki karakter masing-masing dan menganggap Dewi Shinta hanyalah seorang

tokoh dalam cerita Ramayana yang diperankan olehnya sehingga subjek HS hanya

merasakan karakter Dewi Shinta pada saat pertunjukan saja. HS dalam kehidupan

seharihari atau pada saat setelah selesai berperan Dewi Shinta, HS akan kembali

menjadi HS yang memiliki karakter berbeda dari tokoh Dewi Shinta itu sendiri.

Penelitian lain yang terkait Wiwin Indiarti, Abdul Munir (jurnal 2018) yang

dimuat dalam jurnal Seni volume (17)(1) hal 1-138 dengan judul Peran Dan Relasi

Gender Masyarakat Using Dalam Lakon Barong Kemiren-Banyuwangi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Analisis struktural cerita

menunjukkan bahwa pertunjukan Barong Kemiren terbagi dalam 4 lakon yang

walaupun ditampilkan secara berurutan, tetapi tidak saling berkaitan secara

langsung dan masing-masing memiliki alur yang sudah pakem dan tidak dikenal

adanya skenario tertulis. Tokoh-tokoh yang ada dalam pertunjukan Barong

Page 40: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

25

Kemiren adalah manusia, raksasa, binatang jadi-jadian dan jin. Tokoh-tokoh yang

terdiri dari berbagai macam mahluk tersebut menyiratkan pandangan dunia

masyarakat adat Using Kemiren yang menganggap semuanya sebagai sesama

mahluk Tuhan yang harus saling menghormati dan tidak boleh abai.

Persamaan pada penelitian yang terdahulu adalah pada kajian penelitian

yaitu mengkaji tentang peran serta bentuk pertunjukan seni dan tari. Perbedaan dari

kedua peneliti pada bagian obyek yang dikaji.

2.2 Landasan Teoretis

Landasan teoretis ini berfungsi menguraikan teori-teori yang diungkapkan

para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Masing-masing teori

digunakan sebagai pedoman identifikasi objek penelitian yang dituju. Kerangka

teoretis ini diuraikan beberapa teori mengenai peran termasuk di dalamnya adalah

teori peran dan bentuk pertunjukan. Kedua teori ini menjadi pijakan dalam

penelitian.

2.2.1 Teori Peran

Peran bermakna sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan

yang terutama. Peran menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono

Soekamto, sebagai berikut peran adalah suatu konsep perihal yang dapat dilakukan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-

norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,

peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang

membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Page 41: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

26

Peran merupakan pengertian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian

dalam penunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai

hubungan dua variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat (Rahadinta

2011:8). Peran adalah satu set yang bersambung yaitu perilaku, hak, dan kewajiban

seperti yang dikonseptualisasikan oleh pelaku dalam situasi sosial. Hal ini terus

menerus mengubah perilaku yang diharapkan dan mugkin memiliki individu yang

diberikan kepada status sosial atau posisi sosial (Soekamto dalam Rahardinta

2011:7).

Peran adalah pola kelakuan yang dikaitkan dengan status atau kedudukan.

Status dan peran individu maupun kelompok sosial senantiasa muncul dalam

berbagai bentuk perilak. Unsur-unsur pokok dari suatu perana adalah : (1) peran

yang diharapkan masyarakat, (2) peranan sebagaimana dianggap oleh masing-

masing individu dan, (3) peranan yang dijalankan didalam kenyataan (Soekamto

dalam Malarsih 2007: 3).

Jadi definisi peran adalah perilaku atau hal yang dilakukan seorang atau

sekelompok orang atau suatu organisasi dalam mengembangkan atau menunjang

usaha dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan atau diukur sesuai dengan apa yang

diharapkan. Sehingga dapat dilihat sejauh mana usaha organisasi atau seseorang

atau sekelompok orang dalam pencapaian tujuan yang diharapkan sendiri.

Menurut (Abu Ahmadi 2007: 106) Peran adalah satu kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Page 42: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

27

Peran Nayantaka dalam pertunjukan Tari Kebo Ijo digambarkan sebagai

seorang kesatria yang mampu mengalahkan tokoh kebondanu. Tokoh Nayantaka

pada tari Kebo Ijo memiliki sifat Protagonis atau tokoh baik yang dapat dilihat pada

tata rias dan busana yang digunakan dalam pementasan tari Kebo Ijo. Pemilihan

warna pada tata rias dan busana tokoh Nayantaka cenderung warna-warna lembut

seperti coklat, coklat tua putih dan hitam. Tata rias wajah tokoh Nayantaka

menggunakan rias putra alus untuk menggambarkan karakter seorang tokoh yang

memiliki sifat baik, sedangkan pada busana yang dipakai Nayantaka memilih warna

putih dan hitam, warna putih menggambarkan kesaktian dan kesucian seorang

tokoh Nayantaka yang mempunyai sifat religus karena dibesarkan di lingkungan

pesantren dan di asuh oleh seorang Kyai bernama Ki Dongkol. Nayantaka diajarkan

nilai-nilai kebaikan oleh gurunya supaya kelak menjadi orang yang berguna. Warna

hitam menggambarkan ketegasan seorang Nayantaka, walau memiliki sifat yang

baik, lemah lembut serta religious tetapi juga ada sisi ketegasan sebagai seorang

kesatria.

Tokoh Nayantaka awal kemunculanya karena sang pencipta ingin

menampilkan sebuah alur cerita lengkap. Tokoh nayantaka dalam cerita sebagai

tokoh yang mampu mengalahkan Kebondanu. Selain faktor pencipta tari ingin

menampilkan tokoh nayantaka muncul, pencipta tari juga ingin adanya

pembaharuan pada tari Kebo Ijo maka dari itu, tokoh Nayantaka muncul. Sebab

pada awalnya tari Kebo Ijo merupakan kesenian kebo ijo yang diciptakan untuk

mengikuti parade seni budaya kabupaten Pemalang. Setelah itu kesenian Kebo Ijo

dikembangkan lagi menjadi sebuah tari tradisi kreasi baru di Kabupaten Pemalang.

Page 43: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

28

Faktor lain yang mempengaruhi tokoh Nayantaka muncul yaitu faktor durasi

pementasan. Faktor durasi pementasan mempengaruhi pertunjukan tari Kebo Ijo,

durasi pementasan dengan waktu yang lama menampilkan sebuah alur cerita dan

ada tiga tokoh dalam pertunjukan tari Kebo Ijo yaitu tokoh Nayantaka, tokoh

Kebondanu dan Pasukan Kebo. Durasi pementasan yang singkat bisa

mempengaruhi pertunjukan tari kebo ijo yang hanya muncul dua tokoh yaitu tokoh

Kebondanu dan Pasukan Kebo.

2.2.2 Teori Bentuk

Bentuk merupakan kenyataan yang nampak secara konkrit (berarti dapat

dipersepsi dengan mata atau telinga) maupun kenyataan yang tidak tampak secara

konkrit (abstrak), yang hanya bisa dibayangkan seperti suatu yang bisa diceritakan

atau dibaca dalam buku (Djelantik 1999:19). Hawkins (dalam Rusliana 2012:34)

menjelaskan bentuk dapat digambarkan sebagai organisasi dari hasil kekuatan

internal tari, dan bentuk dalam seni sebagai bentuk organik, dan bentuk organik

adalah hubungan elemen-elemen materi obyektif yang utuh. Bentuk menurut Hadi

adalah wujud yang diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen tari yaitu gerak,

ruang, dan waktu dimana secara bersama-sama elemen-elemen itu mencapai

vitalitas estetis (Hadi 2007:24).

Bentuk (wadah) yang dimaksud adalah bentuk fisik, yaitu bentuk yang dapat

diamati, sebagai saran untuk menuangkan isi mengenai nilai-nilai atau pengalaman

jiwa yang wigati (Humardani dalam Prihatini 2007:27). Tasman beranggapan

bentuk adalah suatu obyek pisik yang tampak oleh indra penglihatan, tetapi bentuk

pisik yang tampil sempurna mempunyai kekuatan berlanjut mampu menyinarkan

Page 44: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

29

sesuatu dari dalam suatu isi yang non pisik atau makna. Dalam kesenian, faktor

bentuk sangat penting karena bentuk merupakan wadah isi/makna sebagai tujuan

pokok masalah keindahan dalam estetika. Bentuk tari dapat dilihat dari keseluruhan

penyajian tari, yang mencakup paduan antara elemen tari (gerak, ruang, waktu)

maupun berbagai unsur pendukung penyajian tari (Tasman 2008:49).

Seni pertunjukan menurut Cahyono (2006) memiliki tiga fase. Pertama, seni

pertunjukan diamati melalui bentuk yang disajikan. Kedua seni pertunjukan

dipandang dari segi makna yang tersimpan di dalam aspek-aspek penunjang wujud

penyajiannya. Ketiga, seni pertunjukan dilihat dari segi fungsi yang dibawakannya

bagi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Bentuk, makna, dan fungsi

saling berhubungan serta merupakan rangkaian yang memperkuat kehendak atau

harapan para pendukungnya. Menurut Kusmiyati dalam Cahyono seni pertunjukan

dapat dilihat dan didengar melalui bentuk fisik yang disajikan.

Bentuk pertunjukan tari adalah segala sesuatu yang dipertunjukan atau

ditampilkan dari awal sampai akhir untuk dapat dinikmati atau dilihat. Didalamnya

mengandung unsur nilai-nilai keindahan yang disampaikan oleh pencipta kepada

penikmat. Bentuk pertunjukan tari terbentuk dari unsur-unsur pendukung atau

pelengkap sajian tari meliputi elemen-elemen pelaku, gerak, iringan, tata busana,

tata rias, tempat pentas, tata lampu, dan tata suara (Jazuli 2008:7).

1) Gerak

Kehadiran gerak dalam tari merupakan media baku yang digunakan sebagai

alat komunikasi untuk menyampaikan pesan seniman. Gerak tubuh menjadi media

yang sangat elementer untuk mengekspresikan jiwa (Maryono 2012:54). Suatu

Page 45: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

30

gerak mengandung tenaga yang melibatkan ruang dan waktu. Artinya gejala yang

menimbulkan gerak adalah tenaga, bergerak berarti memerlukan ruang dan

membutuhkan waktu ketika proses gerak berlangsung. Oleh, karena itu, gerak

adalah pertanda kehidupan. Reaksi manuisa terhadap kehidupan, situasi dan

kondisi, serta hubungannya dengan manusia lainnya terungkap melalui gerak

(Jazuli 2008:8).

Gerak dihasilkan oleh tubuh melalui gerakan kepala, tangan, dan kaki. Gerak

terbentuk oleh unsur-unsur pembentuknya. Menurut Widyastutieningrum dan

Wahyudiarto (2014:35-36) unsur-unsur gerak yang dimaksud yaitu ruang, tenaga

dan waktu. Ketiganya merupakan elemen-elemen dasar dari gerak.

Gerak sebagai media ungkap seni pertunjukan merupakan salah satu di

antara pilar penyangga wujud seni pertunjukan yang terlihat sedemikian kuat

terangkat. Gerak berdampingan dengan suara atau bunyi-bunyian merupakan cara-

cara yang dipergunakan untuk mengutarakan berbagai perasaan dan pikiran yang

paling awal dikenali oleh manusia (Hermien 2000:76).

2) Iringan

Iringan merupakan aspek penting dalam sebuah tarian. Iringan berfungsi untuk

memberi kesan agar suasana pertunjukan lebih menarik. Iringan atau musik dalam

pertunjukan tari Kebo Ijo juga merupakan patner yang tidak dapat dipisahkan. Jenis

hubungan musik dengan tari menurut Hidajat (2005:53) setidaknya ada tiga macam,

yaitu:

Page 46: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

31

2.1 Musik sebagai iringan atau patner gerak adalah memberikan dasar irama pada

gerak dan kesesuaian dengan gerak. Jenis musik sebagai iringan menekankan pada

aspek cerita atau lakon disampaikan secara kronologis.

2.2 Musik sebagai penegasan gerak artinya musik tertentu berfungsi sebagai

penumpu gerak, dan musik yang lain sebagai memberi tekanan terhadap gerakan

sehingga lebih bersifat teknis terhadap gerakan.

2.3 Musik sebagai ilustrasi adalah musik untuk memberikan suasana koreografi

sehingga peritiwa yang digambarkan mampu terbangun dalam persepsi penonton.

Biasanya digunakan pada koreografi yang berstruktur dramatari.

Prihatini (2007:34) dalam bukunya menyatakan bahwa musik sebagai

ungkapan seni memiliki unsur dasar, yaitu suara. Di dalam musik, nada, irama,

melodi, syair, merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ritme dalam

musik merupakan pengulangan bunyi-bunyi yang dilakukan dengan pola tertentu

dalam sebuah lagu. Pengulangan bunyian ini menimbulkan keindahan sehingga

membuat iringan enak didengar. Melodi merupakan tinggi rendahnya nada dalam

iringan tari. Melodi merupakan pergantian bunyi dengan penekanan berbeda,

intonasi, dan durasi yang menjadi suatu kesatuan agak iringan lebih enak didengar.

Dinamika merupakan keras lembutnya suara yang dihasilkan sehingga dapat

menunjukkan perasaan suasana riang, sedih, atau datar. Suasana riang dapat

digambarkan dengan musik yang keras. Suasana sedih dapat digambarkan dengan

musik yang lirih. Dapat disimpulkan bahwa musik dan tari sangat berhubungan erat.

Musik dapat berfungsi sebagai iringan tari, pemberi suasana, dan penekanan

terhadap gerak untuk mendukung pertunjukan tari.

Page 47: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

32

3) Tata Rias Wajah

Bagi penari, rias merupakan hal yang sangat penting. Fungsi rias antara lain

untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan,

untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan. Tata rias

panggung berbeda dengan rias untuk sehari-hari (Jazuli 2008:23). Kategori rias

dapat dibagi menjadi tiga yaitu rias korektif, rias karakter, dan rias fantasi. Rias

korektif adalah rias yang bersifat menutupi kekurangan yang ada pada wajah dan

menonjolkan hal yang menarik dari wajah tanpa mengubah karakter orang tersebut.

Biasanya rias korektif terlihat lebih sederhana dan natural. Rias karakter adalah tata

rias mengubah penampilan wajah seseorang dengan membentuk karakter/watak

tertentu dalam hal umur, sifat, wajah sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Rias

fantasi adalah rias yang mengubah penampilan wajah dengan wujud rekaan dari

imajinasi tentang sosok tertentu seperti body painting, binatang, tumbuhan, dan

tokoh legenda.

Tata rias dan tata busana tari merupakan kelengkapan pertunjukan yang

mendukung sebuah sajian tari menjadi estetis yang tidak mengganggu gerakan atau

teknik tari. Tata rias disesuaikan dengan tema dan konsep pertunjukan yang akan

dilaksanakan, sehingga dapat memunculkan nilai estetis tarian tersebut sesuai

dengan harapan sipencipta tarinya (Sumandiyo, 2007:79-80).

Tata rias dapat berfungsi sebagai sebagai penegas garis wajah agar ketika

penari tampil di panggung dengan jarak yang cukup jauh dengan penonton

diharapkan dapat memberi bayangan pada lekuk wajah pada mata, alis, hidung, dan

bibir sehingga terlihat lebih menonjol. Selain itu tata rias juga berfungsi untuk

Page 48: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

33

membentuk karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dimainkan.

Penggunaan rias wajah digunakan warna gelap dan terang. Warna gelap merupakan

warna bayangan, memberi kesan menyamarkan, mengurangi, mencekungkan

biasanya warna coklat dan semua warna yang dicamupr dengan warna hitam.

Warna terang memberi kesan menonjolkan, mengembungkan, meninggikan, dan

melebarkan. Warna tersebut adalah warna putih, silver, dan warna lain yang terang.

4) Tata Busana

Penataan busana merupakan sebuah pengetahuan yang memberikan

pemahaman tentang cara-cara untuk merencanakan visualisasi gagasan yang

dibutuhkan untuk pemahaman sangat kompleks, terutama dalam mewujudkan

karakteristik peran yang diinginkan (Hidajat 2005:63). Suatu penataan busana dapat

dikatakan berhasil dalam menunjang penyajian tari bila busana tersebut mampu

memberikan bobot nilai yang sama dengan unsur-unsur pendukung tari lainnya.

Menurut Jazuli, pada dasarnya busana berfungsi untuk mendukung tema atau isi

materi seni yang disajikan, dan untuk memperjelas peran-peran dalam suatu sajian

seni pertunjukan (Jazuli 2014:83).

Busana tari bukan hanya sekadar menutup bagian tubuh, melainkan juga harus

dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang menari. Bentuk-bentuk

pada busana tari juga biasa digunakan sebagai identitas daerah dan darimana asal

tari tersebut (Jazuli 2008:20). Maryono (2012:61) menyatakan bahwa bentuk atau

mode busana dalam pertunjukan tari dapat memiliki warna yang sangat bermakna

sebagai simbol-simbol dalam pertunjukan. Jenis-jenis simbolis bentuk dan warna

Page 49: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

34

busana para penari dimaksudkan mempunyai peranan sebagai 1) identitas peran, 2)

karakteristik peran, dan 3) ekspresi estetis.

5) Tempat Pentas

Ruang pentas pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu pentas prosenium

dan panggung terbuka. Pentas prosenium adalah dimana penonton hanya bisa

melihat pertunjukan dari satusisi saja, sedangkan panggung terbuka lebih banyak

digunakan untuk pemanggungan tontonan tari tradisi dengan jarak penonton lebih

dekat sehingga menghasilkan suasana yang lebih akrab (Widyastutieningrum dan

Wahyudiarto 2014:51).

Panggung merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk menyajikan

suatu tarian. Keberadaan panggung mutlak diperlukan, karena tanpa panggung

penari tidak bisa menari yang berarti tidak akan dapat diselenggarakan pertunjukan

tari (Maryono 2012:67). Lathief mengungkapkan pentas merupakan bagian dari

panggung, suatu tempat yang ditinggikan agar penonton dapat jelas melihat.

Banyak tempat yang dapat dipergunakan sebagai pentas arena. Panggung arena

dapat dibuat di dalam maupun di luar gedung. Berbagai variasi bentuk pentas arena

dapat dibuat menyesuaikan dengan keadaan arena (Lathief 1986:1).

Ruang pentas tradisional di Jawa sangat kaya ragam dan mempunyai nilai

kesejarahan serta nilai filosofi tentang makna hidup yang selaras. Ruang tersebut

adalah keraton, pendhopo, tobong (sebuah komunitas panggung yang mementaskan

ketoprak, wayang wong, atau ludruk), serta beberapa tempat lainnya yang berkaitan

dengan ritual upacara sakral atau bersih desa (Martono 2012:47). Keindahan

Page 50: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

35

pertunjukan diperlihatkan melalui panggung arena terbuka. Keindahan alam di

sekitar pedesaan memberi kesan natural dan alami.

6) Tata Lampu Dan Tata Suara

Sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan nilai pertunjukan itu

sendiri. Sarana dan prasarana yang ideal bagi sebuah pertunjukan tari adalah bila

gedung pertunjukan telah dilengkapi dengan peralatan yang menunjang

penyelenggaraan pertunjukan, khususnya tata lampu dan tata suara. tata lampu dan

tata suara sebagai unsur pelengkap sajian tari berfungsi membantu kesuksesan

pergelaran (Jazuli 2008:29). Tata suara sama pentingnya dengan tata cahaya.

Peralatan yang digunakan dalam pementasan biasanya adalah mikrofon, sound

system, mixer, dan alat pengeras suara lainnya. Dengan menggunakan alat pengeras

suara maka dapat menarik penonton untuk menyaksikan pertunjukan.

Tata cahaya menurut peralatan dibedakan menjadi dua yaitu tata cahaya

modern dan tata cahaya tradisional. Tata cahaya modern yaitu peralatan cahaya

yang menggunakan peralatan listrik. Sedangkan tata cahaya tradisional adalah

cahaya yang menggunakan peralatan sumber sinar dari alam, seperti obor, api

minyak kelapa, atau cahaya rembulan (Hidajat 2005:74). Tata lampu/cahaya

memiliki peranan penting karena tata sinar sebagai penerangan panggung agar

panggung tidak gelap. Lebih dari itu, fungsi penataan lampu dapat diatur untuk

menunjang suasana tarian atau menguatkan aksen-aksen pada gerak tari.

Penerangan dengan cahaya yang terang menimbulkan kesan hangat. Penerangan

dengan cahaya redup menimbulkan kesan sedih dan sendu.

Page 51: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

36

7) Pelaku

Pelaku seni berperan membantu dalam sebuah pertunjukan. Pelaku seni yaitu

penari atau pemusik. Keindahan dari pelaku seni dapat dilihat melalui postur tubuh

dan jenis kelamin. Jenis kelamin dan postur tubuh penari harus disesuaikan dengan

karakter atau tokohnya, misalnya apakah harus jenis kelamin wanita atau laki-laki,

maupun postur tubuh gemuk, kurus, pendek, dan tinggi (Hadi 2011:92). Penari

wanita memberikan kesan feminim, sedangkan penari laki-laki memberikan kesan

maskulin.

Seni pertunjukan, manusia atau pemeran tari adalah unsur yang terpenting yang

berfungsi sebagai media utama seni pertunjukan. Manusia atau pelaku merupakan

objek terpenting dan yang utama dalam sebuah pertunjukan. Unsur pelaku adalah

yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang merupakan satu sajian atau satu

rangkaian dalam pertunjukan, diantaranya: jumlah, umur atau usia, status, dan jenis

kelamin (Jazuli 2011:202).

Pelaku adalah penyaji dalam pertunjukan, baik yang terlibat langsung maupun

tidak langsung untuk menyajikan bentuk pertunjukan. Beberapa pertunjukan ada

yang hanya melibatkan pelaku laki-laki, pelaku perempuan, dan menampilkan

pelaku laki-laki bersamaan dengan pelaku wanita. Pelaku pertunjukan dilihat dari

umur dan usia dapat bervariasi, misalnya anak-anak, remaja atau orang dewasa

(Kusumastuti 2012:3). Para pelaku tari Kebo Ijo berjumlah sedikitnya 6 orang yang

terbagi menjadi satu orang tokoh Nayantaka, satu orang tokoh Kebondanu dan

empat orang pasukan Kebo Ijo dan maksimal tidak terbatas untuk prajurit Kebo Ijo.

Page 52: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

37

2.2.3 Kerangka Berfikir

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

(Sumber : Danu Mahendra, 25 Juli 2019)

Peran Nayantaka

Unsur Pendukung Pertunjukan

1. Gerak

2. Iringan

3. Tata Rias Wajah

4. Tata Busana

5. Tempat Pentas

6. Tata Lampu / Tata Suara

7. Pelaku

Peran Tokoh Nayantaka Dalam Pertunjukan tari kebo ijo

di kabupaten pemalang

Struktur Pertunjukan

1. Bagian Awal

2. Bagian Inti Sajian

3. Bagian Penutup

Tari Kebo Ijo

Bentuk

Page 53: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

38

Tari Kebo Ijo merupakan salah satu tari kreasi baru yang ada di kabupaten

Pemalang dan termasuk kedalam tari tradisional kerakyatan yang tumbuh dan

berkembang di kalangan masyarakat. Tari Kebo Ijo memiliki alur cerita dan pada

tari Kebo Ijo ada tiga tokoh yang memerankanya yaitu tokoh Nayantaka, tokoh

Kebondanu dan tokoh Kebo Ijo. Tokoh Nayantaka diceritakan sebagai tokoh yang

baik sedangkan tokoh Kebondanu sebagai tokoh yang jahat dan pasukan Kebo Ijo

juga jahat. Peran Nayantaka pada tari Kebo Ijo merupakan tokoh penting karena

mampu mengalahkan tokoh kebondanu. Pada kerangka berfikir Peneliti mengkaji

tentang Peran Nayantaka dan Bentuk Pertunjukan, peran Nayantaka yang dikaji

meliputi peran Nayantaka dalam norma-norma, peran yang dilakukan Nayantaka

dan peran perilaku Nayantaka.

Bentuk pertunjukan tari Kebo Ijo di kabupaten Pemalang yang terbagi

menjadi dua bagian yaitu struktur pertunjukan dan unsur pendukung pertunjukan.

Struktur pertunjukan terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan

bagian penutup. Unsur pendukung pertunjukan terbagi menjadi tujuh yaitu gerak,

gerak yang akan dibahas oleh peneliti yaitu Gerakan tokoh Nayantaka, tokoh

Kebondanu, dan tokoh pasukan Kebo Ijo, iringan, tata rias wajah, tata rias wajah

yang akan dibahas yaitu tata rias tokoh Nayantaka, tokoh Kebondanu, dan tokoh

Kebo Ijo, tata rias busana, tata rias busana yang akan dibahas yaitu busan tokoh

Nayantaka, tokoh Kebondanu, dan tokoh Kebo Ijo,tempat pentas, tata lampu dan

tata suara serta pelaku. Jadi setelah keseluruhan dikaji dan dibahas maka dapat

disimpulkan dan akan mendapat kesimpulan tentang Peran Tokoh Nayantaka

Dalam Pertunjukan Tari Kebo Ijo Di Kabupaten Pemalang.

38

Page 54: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

113

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan berdasarkan hasil penelitian Peran Tokoh Nayantaka Dalam

Pertunjukan Tari kebo Ijo Di Kabupaten Pemalang meliputi aspek bentuk dan

peran. Aspek bentuk terdiri dari struktur pertunjukan dan elemen pendukung

pertunjukan, sedangkan aspek satunya yaitu peran.

Stuktur pertunjukan tari Kebo Ijo terbagi atas tiga bagian yaitu bagian awal,

bagian inti, dan bagian akhir. bagian pembuka berupa masuknya tokoh kebondanu

ke panggung, inti sajian berupa pertunjukan Tarian Kebo Ijo dan perang antar

tokoh, bagian penutup adalah keluarnya semua penari Tari Kebo Ijo mengelilingi

Penonton

Elemen pertunjukan tari Kebo Ijo meliputi gerak, iringan nusik, tata rias

wajah, tata rias busana, tempat pentas, tata lampu dan tata suara serta pelaku. Dilihat

dari gerak tari Kebo Ijo meliputi gerak Ngglebag Kambeng, Formasi Kebo, gerak

Jalan Kebo, gerak Ereg-eregan, gerak Perangan, gerak Nglebeg Serang, dan gerak

Loncat Kebo. Memunculkan kesan dinamis, lincah, kuat, dan tegas. Kesan tersebut

muncul karena tempo dalam sajian tari menggunakan tenaga yang besar. Kesan

lincah timbul saat tempo yang digunakan cepat. Kesan dinamis timbul pada pola

lantai atau perpindahan tempat penari. Musik atau iringan tari Kebo Ijo terdiri dari

music internl dan eksternal. Penggunaan rias dan busana menjadi aspek pendukung

penampilan tari Kebo Ijo agar terlihat menarik dan tidak monoton serta

penggambarkan seorang tokoh atau karakter. Pemilihan tata

113

Page 55: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

114

rias wajah di sesuaikan dengan karakter tokoh, tokoh Kebondanu menggunakan tata

rias putra gagah untuk menggambarkan watak yang keras dan bringas serta jahat.

Sedangkan tata rias wajah tokoh Nayantaka menggunakan tata rias putra alus untuk

menggambarkan tokoh baik. Dan tata rias wajah penari Kebo Ijo menggunakan tata

rias fantasi hewan kerbau. Tata rias busana juga disesuaikan dengan masing-masing

karakter tokoh, busana menimbulkan kesan tersendiri. Warna hitam memberi kesan

bijaksana dan berwibawa. Warna merah memberi kesan berani dan agresif. Selain

tempat pentas tari Kebo Ijo berupa arena maupan diatas panggung. Penggunaan tata

lampu dan tata suara sangat sederhana. Pelaku tari Kebo Ijo bervariasi dari remaja

sampai dewasa yaitu berusia sekitar 17-35 tahun .

Peran tokoh Nayantaka dalam pertunjukan tari Kebo Ijo yaitu sebagai tokoh

yang mampu mengalahkan seorang tokoh Kebondanu yang jahat. Tokoh

Nayantaka di gambarkan sebagai seorang kesatria yang baik dan memiliki sifat

bijaksana serta berwibawa. Terlihat dari tata rias yang menggunakan tata rias putra

alus untuk memberi kesan karakter tokoh baik, pemilihan warna pada tata rias juga

menggunakan warna-warna lembut seperti coklat, coklat tua serta hitam.

Sedangkan tata rias busana tokoh Nayantaka cendurung menggunakan warna

hitam dan putih, warna hitam memberi kesan tegas sedangkan warna putih memberi

kesan bersih dan suci. Faktor munculnya tokoh Nayantaka yaitu durasi pementasan

serta permintaan dari pelaku penanggap dan sesuai dengan kebutuhan pertunjukan.

5.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian

yaitu dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

Page 56: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

115

Bagi pelaku tari Kebo Ijo Penari hendaknya lebih banyak melakukan

latihan-latihan rutin mengenai teknik dasar gerak tari Jawa dan gerak tari Kebo Ijo

agar dapat meningkatkan kualitas gerak saat menari.

Bagi Sanggar Seni Kaloka hendaknya dapat meningkatkan kualitas penari

kebo ijo dan melakukan latihan rutin supaya kemampuan penari dapat meningkat.

Selain itu sanggar seni kaloka dapat selalu memperbaharui para penari dengan yang

lebih muda untuk pembibitan agar ada penerus setelahnya dengan cara mengajak

anak-anak dan remaja mengikuti latihan tari.

Bagi masyarakat kelurahan Bojongbata diharapkan mau mengapresiasi

adanya potensi seni didaerahnya. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan sikap mau

menonton dan mempelajari tari tersebut. Khususnya untuk para generasi muda yang

ada di kelurahan Bojongbata.

Bagi Pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang

hendaknya lebih mengembangkan dan memperhatikan potensi kesenian daerah atau

Tari yang ada di Kabupaten Pemalang khususnya Sanggar Seni kaloka dengan

mengadakan pentas budaya yang rutin dilakukan setiap tahunnya untuk dikenalkan

kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah terkait dapat melibatkan lembaga-

lembaga seni yang ada dalam berbagai kegiatan seni baik tingkat kabupaten,

nasional, maupun internasional sebagai wujud apresiasi positif bagi kemajuan

kesenian daerah di Kabupaten Pemalang.

Page 57: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

116

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Rosjid dan Iyus Rusliana. 1979. Seni Tari III. Jakarta: CV Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cahyono, Agus. 2006. “Seni Pertunjuka Arak-arakan dalam Upacara Tradisional

Dugheran di Kota Semarang”. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan

Pemikiran Seni. September-Desember 2006. Volume VII Nomor 3.

Semarang: UNNES Press

Djelantik. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni

Pertunjukan Indonesia

Endraswara, Suwaji. 2006.Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

George, Ritzer. 2012. Teori Sosiologi. Terj. Saut Pasaribu, dkk. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hadi, Y. Sumandiyo. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta:

Manthili

_____. 2005. Sosiologi Tari Sebuah Pengenalan Awal. Yogyakarta: Pustaka

_____. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

_____. 2011. Koreografi (Bentuk-Teknik-Isi). Yogyakarta: Cipta Media

Hidajat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari. Malang: Universitas Negeri Malang

Jazuli, M. 2001. Paradigma Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera

Pertunjukan

_____. 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari.

Semarang: UNNES Press

_____. 2014. Manajemen Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Graha Ilmu

_____. 2016. Peta Dunia Seni Tari. Sukoharjo: CV. Farishma Indonesia.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata

_____________. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Lathief, Halilintar. 1986. Pentas Sebuah Perkenalan. Yogyakarta: Lagaligo

Yogyakarta

Page 58: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

117

Martono, Hendro. 2012. Koreografi Lingkungan Revitalisasi gaya Pemanggungan

dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta: Multi Grafindo

Maryono. 2011. Penelitian Kualitatif Seni Pertunjukan. Surakarta: ISI Press Solo

_____. 2012. Analisa Tari. Surakarta: ISI Press Solo

Miles, Mattew B. Dan A. Michael Huberman. 2014. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: UI Press

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

_____. 2002. Kritik Tari Bekal dan Kemampuan Dasar. Jakarta: Masyarakat Seni

Pertunjukan

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Prihatini, Nanik Sri. 2007. Dolalak Purworejo. Surakarta: ISI Surakarta

Rahayu, Dyah Sri. 2013. Kajian Bentuk Dan fungsi Kesenian lengger Budi Lestari

Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. Skripsi Universitas Negeri

semarang. (tidak dipublikasikan)

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima

Nusantara

Rusliana, Iyus. 2012. Tari Wayang. Bandung: Jurusan Tari STSI Bandung

Sawitri. 2012. Perubahan Bentuk, Fungsi Dan Makna Tari Srimpi Ludiramadu.

Tesis Universitas Sebelas Maret.

Soedarsono. 1986. Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Lagaligo

Soerjono, Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta

Sumaryono. 2011. Antropologi Tari: Dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta:

Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Tasman. 2008. Analisa Gerak dan Karakter. Surakarta: ISI Press Surakarta

Page 59: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

118

Ulfa, Nurul Marthiana. 2010. Perubahan Bentuk Penyajian Tari Topeng Endel Di

Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Skripsi

Universitas Negeri Semarang. (tidak dipulikasikan)

Widyastutieningrum dan Wahyudiarto. 2014. Pengantar Koreografi. Surakarta: ISI

Press Surakarta

Amalia, N. 2015. Bentuk dan Fungsi Kesenian Tradisional Krangkeng Di Desa

Asemdoyong Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. Jurnal Seni Tari,

4(2), 1–12. Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri

Semarang. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/9629

(15 sep. 2018)

Amirudin, Z. A. 1995. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT

Rajagrapindo

Cahyono, A. 2006. Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara Tradisional

Dugdheran di Kota Semarang. Jurnal Harmonia, 7(3), 1–11. Semarang:

Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/741 (15

sep. 2018)

Cahyono, A. 2018. Forms of Show Kuda Lumping Ronggo Budoyo in The Village

of Lematang Jaya, Lahat, South Sumatera. Jurnal Catharsis, 7(1), 11-22.

Semarang : Pendidikan Seni UNiversitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/21886 (15

sep. 2018)

Endarini, A. 2017. Pelestarian Kesenian Babalu Di Sanggar Putra Budaya Desa

Proyonanggan Kabupaten Batang. Jurnal Seni Tari, 6(2),1-11. Semarang:

Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/18280 (15 sep.

2018)

Gupita, W. 2012. Bentuk Pertunjukan Kesenian Jamilin Di Desa Jatimulya

Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal. Jurnal Seni Tari, 1(1), 1–11.

Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/1806

Hadi, S. 2003. Aspek-aspek dasar koreografi kelompok. Yogyakarta: elkaphi

Hadi, S. 2007. Kajian Tari Teks Dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Negerisemarang.https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/6

64/605 (15 sep. 2018)

Page 60: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

119

Irwan H Prasetya. 2010. Ensiklopedia Drama dan Teater Modern. Semarang:

Anekailmu

Isnaini, M. 2016. Bentuk Penyajian dan Fungsi Seni Barong Singo Birowo di

Dukuh Wonorejopasir Demak. Jurnal Seni Tari, 5(1), 1–10. Semarang:

Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/9712 (15 sep.

2018)

Istiqomah, A. 2017. Bentuk Pertunjukan Jaran Kepang Papat Di Dusun Mantran

Wetan Desa Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Jurnal Seni

Tari, 6(1), 1–13. Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri

Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/15510 (15 sep.

2018)

Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Prees

Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa

University Press

Jazuli, M. 2016. Peta Dunia Seni Tari. Semarang: CV. Farishma Indonesia

Jazuli, M. 2018. The Artistic Response of Bustaman Village Society to Dance

Performance in Tengok Bustaman Tradition. Jurnal Catharsis. 7(1), 1-10.

Semarang: Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/20528 (15

sep. 2018)

Kamtini, & Tanjung, H., Wardi. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman

Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Kartikasari, D. 2014. Bentuk, Makna, dan Fungsi Pertunjukan Kuda Lumping

Turonggo Tri Budoyo di desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten

Purworejo. Jurnal Bahasa dan Sastra Jawa, 4(1), 8-13. Purworejo :

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lincoln, yvonna S & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic inquiry. California : Sage

Mawasti, F. B. 2017. Bentuk Dan Perubahan Fungsi Seni Pertunjukan Tari Opak

Abang Desa Pasigitan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Seni Tari.

Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://files.osf.io/v1/resources/gu6rd/providers/osfstorage/5a6c94e02c4f2

00010ce5055?action=download&version=1&direct (15 sep. 2018)

Moleong, Lexy. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Nina, S. 1993. Tata Rias Pertunjukan. Surabaya: Bokindo

Page 61: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

120

Nurseto, G. 2015. Pembelajaran Seni Tari: Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jurnal

Catharsis, 4(2), 115–122. Semarang: Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/10285 (15

sep. 2018)

Pambudi, F. 2015. Perkembangan Bentuk Topeng Barongan Dalam Ritual

Murwakala Di Kabupaten Blora. Jurnal Catharsis, 4(2), 83–91. Semarang:

Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/10268 (15

sep. 2018)

Pidgeon, P. 2012. Effects of different weekly frequencies of dance on older adults’

functional performance and physical activity patterns. Jurnal European

Journal Of Sport Exercise Science, 1(1), 14-23 New Zealand : School Of

Sport Recreation AUT University Auckland

https://pdfs.semanticscholar.org/feca/31659717e8ab8c5949f73316dff9b7cf

1996.pdf (15 sep. 2018)

Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pustaka

Ratna, Nyoman. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rohodi, R. T. 2011. Metodelogi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara

Rosida. 2012. Bentuk Pelarungan Sesaji Dalam Upacara Baritan Di Desa

Asemdoyong Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. Jurnal Seni Tari,

1(1), 1–11. Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri

Semarang https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/1808

(15 sep. 2018)

Sarastiti, D. 2012. Bentuk Penyajian Tari Ledhek Barangan. Jurnal Seni Tari, 1(1),

1–12. Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/1809 (15 sep.

2018)

Soedarsono, R.M. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Soedarsono, R.M. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Soedarsono, R.M. 2001. Metodologi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung:

MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia)

Sudarma, I. P. 2017. Pertunjukan Tari Babuang Pada Piodalan Bhatara Dalem

Pingit Di Desa Pengotan Kabupaten Bangli. Jurnal Mudra, 32(1), 21-29.

Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar https://jurnal.isi-

dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/67 (15 sep. 2018)

Page 62: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

121

Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Supriyanto. 2012. Tari Kelana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif Joged

Mataram. Jurnal Joged, 3(1), 1-16. Yogyakarta : Institut Seni indonesia

Yogyakarta http://journal.isi.ac.id/index.php/joged/article/view/2/2 (15 sep.

2018)

Syafriana, R. 2016. Analisis Bentuk Gerak Tari Geunta Pada Sanggar

Seuulauweuet. Jurnal Ilmiah Unsyiah, 1(2), 126-130. Banda Aceh:

Pendidikan Sendratasik Universitas Syiah Kuala

www.jim.unsyiah.ac.id/sendratasik/article/view/5260 (15 sep. 2018)

Hartanti, T. 2016. Bentuk Penyajian Tari Ramphak di Sanggar Rampoe Banda

Aceh. Jurnal Ilmiah Unsyiah, 1(4), 247-251. Banda Aceh: Pendidikan

Sendratasik Universitas Syiah Kuala

www.jim.unsyiah.ac.id/sendratasik/article/view/5345 (15 sep. 2018)

Hera, T. 2014. Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari Sembah Dalam Konteks

Pariwisata di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Jurnal Gelar,

12(2), 209-219. Surakarta : Institut Seni Idonesia Surakarta https://jurnal.isi-

ska.ac.id/index.php/gelar/article/view/1531 (15 sep. 2018)

Vancova, H. 2017. Dance as Prevention of Late Life Functional Decline Among

Nursing Home Residents. Jurnal Southern Gerontological Society, 36(12),

1453-1470. Czech Republic : Third Faculty of Medicine Charles University

In Prague https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26320145 (15 sep. 2018)

Wahyuningsih, E. D. 2014. Pertunjukan Barongan Gembong Kamijoyo Kudus.

Jurnal Seni Tari, 3(2), 1–9. Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas

Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/9605 (15 sep.

2018)

Wendo, R. J. 2014. Fungsi tari Gaya Surakarta Susunan S. Ngaliman. Jurnal

Greget, 13(1), 58-74. Surakarta : Institut Seni Indonesia Surakarta

https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/greget/article/download/537/541 (15

sep. 2018)

Wiyoso, J. 2011. Kolaborasi Antara Jaran Kepang Dengan Campursari: Suatu

Bentuk Perubahan Kesenian Tradisional. Jurnal Harmonia, XI(1), 1–9.

Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/1497 (15

sep. 2018)

Yustika, M. 2017. Bentuk Penyajian Tari Bedana Di Sanggar Siakh Budaya Desa

Terbaya Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Lampung. Jurnal

Seni Tari, 6(1), 1–10. Semarang: Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri

Page 63: PERAN TOKOH NAYANTAKA DALAM PERTUNJUKAN ...lib.unnes.ac.id/35113/1/2501412156_Optimized.pdfAsal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul

122

Semarang https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/16108

(15 sep. 2018)