119
PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM MENGATASI STRES PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam (BPI) NOFIAN RAHMAN AMAR 1104077 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

  • Upload
    letuong

  • View
    231

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM MENGATASI

STRES PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam (BPI)

NOFIAN RAHMAN AMAR

1104077

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

NOTA PEMBIMBING

Lamp: 5 Eksemplar

Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Dakwah

IAIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan korelasi, dan perbaikan sebagaimana

mestinya, maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi:

Nama : Nofian Rahman Amar

Nim : 1104077

Fak/jur : Dakwah / BPI

Judul : PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM

MENGATASI STRES PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG

Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan, demikian

atas persetujuannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 06 Januari 2010

Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi dan Tata Tulis

Drs. H. Djasadi, M. Pd Safrodin, M. Ag

NIP: 19470805 196509 1001 NIP: 19751203 200312 1002

Page 3: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

PENGESAHAN

SKRIPSI

PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM

MENGATASI STRES PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Oleh:

Nofian Rahman Amar

1104077

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 29 Desember 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji Ketua Sidang Penguji/ Anggota Penguji

Dewan/ Pembantu dekan Penguji I

Hj. Yuyun Affandi, LC., MA Baidi Bukhori, S. Ag, M. Si NIP. 19600603 199203 2002 NIP. 19730427 199603 1001 Sekretaris Dewan Sidang Penguji II Safrodin, M. Ag Abu Rokhmad, M. Ag NIP. 19751203 200312 1002 NIP. 19760407 199803 1001 Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Djasadi, M. Pd Safrodin, M. Ag NIP: 19470805 196509 1001 NIP: 19751203 200312 1002

Page 4: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

PERSEMBAHAN

1. Almamater-ku Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang

2. Ayahanda dan ibunda (Ruji Mulyadi dan Sriatun) yang telah memberikan pendidikan sampai

ke perguruan tinggi, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya kepada saya, selalu

mendoakan saya dan memberikan motivasi kepada saya dalam segala hal

3. Kakak dan adik-adikku (Muhtadin Hasim, Arifatul Fitriana, Fitria Ulfa Afriani) yang

selalu memotivasi saya

4. Mas Fauzan yang selalu membimbing hati nurani penulis dalam mendekatkan kepada Allah

SWT

5. Irna yang selalu memberikan motivasi dalam segala hal, baik materi maupun spritual

6. Mbak Ema Hidayanti yang selalu memberikan saya masukan, terimaksih banyak

7. Semua temen-temen saya, temen-temen BPI angkatan 2004 yang selalu mendukung dan

memberikan semangat kepada saya

8. Saipul, Imam, Hamim yang sudah menyediakan fasilitas untuk melengkapi penulis dalam

peyelesaian skripsi

Page 5: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan

di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang

diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya

dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang,

Nofian Rahman Amar NIM: 1104077

Page 6: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

MOTTO

uθ èδ ü“ Ï% ©! $# tΑ t“Ρ r& sπ oΨ‹Å3 ¡¡9 $# ’ Îû É>θ è= è% t⎦⎫ ÏΖÏΒ÷σ ßϑø9 $# (# ÿρߊ#yŠ ÷” zÏ9 $YΖ≈yϑƒ Î) yì ¨Β öΝÍκ È]≈ yϑƒ Î) 3 ¬! uρ ߊθ ãΖ ã_ ÏN≡ uθ≈yϑ ¡

¡9 $# ÇÚ ö‘ F{ $# uρ 4 tβ% x. uρ ª! $# $̧ϑ‹ Î=tã $Vϑ‹ Å3 ym ∩⊆∪

Dia-lah yang Telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya

keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang Telah ada). dan

kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui

lagi Maha Bijaksana (QS. Al- Fath, 48: 4).

Page 7: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

ABSTRAKSI

Nofian Rahman Amar (1104077) Peran Petugas Bimbingan Rohani Islam Dalam Mengatasi Stress Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara empiris tentang peran petugas bimbingan rohani Islam dalam mengatasi stress perawat, serta untuk mengetahui analisis fungsi bimbingan rohani Islam terhadap stres perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Sebuah pekerjaan sangatlah dibutuhkan di era yang serba modern. Walaupun bagaimana caranya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Akan tetapi mereka tidak sadar bahwa kita sebagai umat muslim akan ada kehidupan lagi setelah di bumi yaitu akhirat. Sebuah fenomena di bumi saja banyak mengalami berbagai persoalan. Khususnya perawat yang sering mengalami tekanan psikis baik dari permasalahan di keluarga, teman dalam pekerjaan, apalagi atasan yang sering mengeluarkan kebijakan tetapi tidak memikirkan nasib perawat atau karyawan. Dalam RSI Sultan Agung Semarang sangatlah beruntung adanya petugas rohani, yang dapat dijadikan suri tauladan bagi perawat, karyawan, atau dokter. Bisa juga dijadikan teman curhat atau konselor, para petugas rohanipun bertanggung jawab kepada atasan imbas dengan adanya mereka. Apalagi dapat mengatasi stres perawat. Skripsi ini mengkategorikan penelitian lapangan atau field research yang dapat menganalisa faktor-faktor stres perawat yang cenderung muncul didalam suatu pekerjaan, serta peran petugas bimbingan rohani dalam mengatasi stres perawat di RSI Sultan Agung Semarang. Menunjukkan bahwa dengan adanya petugas rohani dapat terlihat faktor-faktor stres perawat serta dapat mengatasi stres perawat yang cenderung pekerjaan yang monoton di rumah sakit. Semakin rutin petugas bimbingan rohani melakukan bimbingan, semakin berkurangnya stres yang dialami perawat sehingga dapat memanaj stres tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pembimbing (konselor), perawat, dan lingkungan RSI Sultan Agung Semarang.

Kata kunci : Faktor-faktor stres perawat dan peran petugas bimbingan rohani mengatasi stres perawat di RSI Sultan Agung Semarang.

Page 8: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, yang maha pengasih dan

penyayang, karena hanya dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul: “Peran Petugas Bimbingan Rohani Islam Dalam Mengatasi

Stress Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”.

Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Rasulullah

SAW, yang telah membawa kita ke jalan yang lurus yaitu agama Islam, agama yang

sangat dicintai Allah SWT.

Penulis menyadari, tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Dan melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. H. Zain Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Bapak Abdul Satar, M. Ag, selaku Dosen Wali yang telah memberikan

pengarahan, motivasi, serta bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Drs. H. Djasadi, M. Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Safrodin, M. Ag,

selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta

pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

5. Bapak Komarudin, M. Ag, selaku Kajur BPI dan Bapak Safrodin, M. Ag, selaku

Sekjur BPI Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

6. Segenap Bapak atau Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama belajar di

Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Page 9: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

7. Seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Kepada mereka semua, tiada yang pantas untuk dihaturkan kecuali ucapan

terimakasih, semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT.

Setelah melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan tentunya skripsi ini masih banyak kekurangan yang

harus dikritisi demi perkembangan wacana dan kebaikan bersama.

Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga buah karya ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapa saja yang membacanya, terutama

Civitas Akademi IAIN Walisongo Semarang.

Semarang,

Penulis,

Nofian Rahman Amar

NIM: 1104077

Page 10: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING.......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... v

HALAMAN MOTTO................................................................................... vi

ABSTRAKSI................................................................................................. vii

HALAMAN KATA PENGANTAR............................................................ viii

DAFTAR ISI................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................ 10

1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian......................................... 10

1.4. Tinjauan Pustaka.............................................................. 11

1.5. Metode Penelitian............................................................ 12

1.6. Sistematika Penulisan skripsi........................................... 16

BAB II KERANGKA TEORITIK

2.1. Peran.............................................................................. 18

2.1.1. Definisi Peran....................................................... 18

2.1.2. Konsep Tentang Peran.......................................... 18

Page 11: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

2.2. Bimbingan Rohani......................................................... 18

2.2.1. Definisi Bimbingan Rohani.................................. 18

2.2.2. Dasar atau Landasan Bimbingan Rohani............. 21

2.2.3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani................. 22

2.2.4. Materi dan Metode Bimbingan Rohani................. 25

2.3. Stres............................................................................... 27

2.3.1. Definisi Stres........................................................ 27

2.3.2. Jenis-Jenis Stres.................................................... 28

2.3.3. Faktor-Faktor Penyebab Stres.............................. 29

2.3.4. Stres Kerja............................................................ 33

2.3.5. Strategi Mengatasi Stres....................................... 39

2.3.6. Tingkatan Stres..................................................... 41

2.3.7. Dampak Stres........................................................ 43

2.4. Perawat.......................................................................... 44

2.4.1. Definisi Perawat................................................... 44

2.4.2. Peran Dan Fungsi Perawat.................................... 45

2.4.3. Jenis Tanggung Jawab Perawat............................ 46

BAB III GAMBARAN UMUM RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

3.1. Gambaran Umum RSI Sultan Agung Semarang........... 56

3.1.1. Sejarah Singkat RSI Sultan Agung Semarang...... 56

3.1.2. Letak Geografis.................................................... 57

3.1.3. Sarana dan Fasilitas.............................................. 57

3.1.4. Visi-Misi dan Tujuan............................................ 60

3.1.5. Struktur Organisasi............................................... 61

Page 12: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.2. Faktor-Faktor Stres Perawat di Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang................................................ 63

3.3. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Bagi Perawat

di RSI-SA Semarang...................................................... 68

3.4. Peran Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi

Stres Perawat di RSI-SA Semarang.............................. 70

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Faktor-Faktor Stres Perawat di RSI Sultan Agung

Semarang....................................................................... 79

4.2. Analisa Pelaksanaan Bimbingan Rohani Bagi

Perawat di RSI-SA Semarang........................................ 82

4.3. Analisa Peran Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi

Stres Perawat di RSI-SA Semarang............................... 86

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan.................................................................... 93

5.2. Saran-Saran.................................................................... 94

5.3. Penutup.......................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

LAMPIRAN

Page 13: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia ialah makhluk yang tertinggi martabatnya di muka bumi, terdiri

dari badan dan jiwa. Jiwa bukan jisim dan bukan pula suatu daya dalam jisim,

maka dari itu jiwa akan kekal setelah badan hancur karena kematian. Manusia

merupakan bagian dari alam yang terjadi dari wujudnya berupa jasad kemudian

kedudukan jasad sebagai alat peletak bagi jiwa, dengan demikian jiwa akan

memperoleh kesempurnaan. Manusia yang tercipta akal pikiran yang dapat

menginterpretasikan apa yang ada di sekililingnya.

Apalagi di era modernisasi dan teknologi yang telah membawa banyak

perubahan dunia. Akibat dari kemajuan diberbagai sektor misalnya perhubungan,

komunikasi, pertanian, perdagangan, dan lain-lain. Sehingga mempunyai prinsip

yang menghasilkan produktifitas tinggi dengan waktu sesingkat mungkin. Dampak

dari semua itu adalah orientasi hidup lebih materialis karena tuntutan akan

kebutuhan hidup semakin banyak dan mahal. Orientasi hidup berubah menjadi

sebagai pemburu waktu maupun materi. Bagaikan mesin yang tidak mengenal

lelah. Seperti kata Caplan dan Nelson (1973) hubungan orang dan lingkungan

merupakan proses timbal balik, lingkungan dapat mempengaruhi tingkah laku

orang, tetapi orang mempunyai kapasitas untuk membentuk lingkungan

(Martaniah, 2000: 22).

Page 14: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

2

Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia,

sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja

menunjukkan fitrah seseorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat

dirinya sebagai hamba Allah (Tasmara, 1995: 2). Dalam dunia yang serba modern

seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk lebih kreatif dan bersemangat untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Menurut Abraham

Maslow dalam kehidupannya, manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yaitu:

Pertama, fisiologis atau meliputi lapar, haus, perlindungan, dan kebutuhan badani

lainya. Kedua, keamanan atau meliputi keamanan dan proteksi dari bahaya fisik

dan emosional. Ketiga, cinta atau mencakup ketergantungan, rasa memiliki, rasa

diterima, dan persahabatan. Keempat, percaya diri atau mencakup faktor percaya

diri internal dan eksternal seperti prestasi, status, perhatian, dan lain sebagainya.

Kelima, aktualisasi diri atau termasuk perkembangan, pencapaian potensi, dan

pemenuhan hasrat diri (Jabir, 2005: 103).

Untuk menangkal dan mengatasi masalah pribadi perlu dipersiapkan insan

dan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia Indonesia yang

bermutu yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani,

bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara profesional, serta

dinamis dan kreatif (Nurihsan, 2006: 3).

Hubungan kemanusiaan yang awalnya persahabatan berubah menjadi sebuah

kepentingan, antara satu dengan yang lain saling bersaing untuk memenuhi

kebutuhan yang semakin meningkat. Hidup pada akhirnya membawa manusia

dalam keresahan, gelisah, dan renggang satu sama lain (Daradjad, 2001: 4).

Page 15: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3

Humanisme apalagi yang masih kokoh dijadikan sandaran manusia modern

manakala pada saat yang sama krisis demi krisis kemanusiaan tumbuh dengan

mekar dan menjadi panorama keseharian disetiap sudut kehidupan, sehingga

manusia modern menjadi tidak berharga sama sekali karena kehilangan jati diri.

Rasionalisme apalagi yang patut dijadikan acuan hidup ketika kemodernan itu

manusia kehilangan makna hidup yang membuat manusia rentan terhadap penyakit

kehidupan. Bahagiakah manusia modern dengan kemoderen yang diciptakannya

sendiri dengan penuh keyakinan dan keangkuhan (Nasir, 1997: 9).

Perkataan Haidar Nasir ini merupakan refleksi modernitas yang menilai

secara jujur tentang hilangnya makna hidup dalam kehidupan. Pendapat senada

diungkapkan pula oleh Hanna Djumhana Bastaman bahwa satu hal pokok dari

kehidupan modern adalah hilangnya makna hidup yang berakibat pada hilangnya

orientasi, hilangnya tujuan hidup, hilangnya moralitas, dan ‘kesemrawutan pola

kehidupan’ (Bastaman, 1995: 191).

Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang dapat

mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Oleh karena itu dalam diri manusia itu

antara fisik dan psikis itu tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya (saling

mempengaruhi). Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stres, dan manakala fungsi

organ tubuh itu sampai terganggu dinamakan distres (Hawari, 1999: 44).

Stres ialah interaksi antara individu dan lingkungan yang ditandai dengan

ketegangan emosional dengan berpengaruh terhadap kondisi mental, dan fisik

seseorang (Harvey dan Bowrn, 1995:131).

Page 16: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

4

Stres merupakan salah satu penyakit psikis yang dapat berdampak pada fisik.

Keadaan tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan suatu pemikiran.

Apalagi dalam keaadaan yang tidak stabil juga berdampak pada kejiwaan

seseorang. Bila tidak dapat dikendalikan dan terjerumus dalam hal yang negatif,

maka nyawa seseorang pun tidak akan selamat. Tidak berdampak pada diri sendiri

melainkan pada orang lain khususnya keluarga dan umumnya masyarakat.

Sebagaimana firman Allah SWT yang diterangkan dalam Surat Al-Ma’arij

ayat 19-23:

*¨βÎ) z⎯≈ |¡ΣM}$# t, Î=äz% ·æθè=yδ∩⊇®∪ # sŒ Î) çµ ¡¡tΒ• ¤³9 $# $Yãρâ“ y_∩⊄⊃∪ # sŒ Î) uρçµ ¡¡tΒç ö sƒ ø:$# $̧ãθãΖ tΒ∩⊄⊇∪

ωÎ) t⎦, Íj#|Áßϑø9 $# ∩⊄⊄∪ t⎦⎪ Ï% ©! $# öΝ èδ4’ n? tã öΝ Íκ ÍE Ÿξ |¹ tβθßϑÍ←!# yŠ ∩⊄⊂∪ Artinya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan

ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap

mengerjakan shalatnya.

Dari paparan tersebut, terlihat bahwa kepribadian sangat menentukan.

Apalagi kepribadiannya utuh dan jiwanya sehat, ia akan menghadapi semuanya

dengan tenang. Kepribadian di dalamnya terdapat unsur-unsur keimanan yang

kuat, teguh, dan berbagai masalah yang dihadapinya dengan tenang tanpa resah,

cemas, gundah, panik. Namun orang yang jauh dari agama boleh jadi ia akan

marah tanpa sasaran yang jelas, atau memarahi orang lain sebagai sasaran

kemarahannya (Sururin, 2004:188).

Page 17: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

5

Gibson et al mengemukakan bahwa stres kerja dilihat dari beberapa titik

pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai

stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang

menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai

suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap

stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara

stimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-respon

mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan

dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau

respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus

lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan. Luthans

(Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam

menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses

psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa

yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena

tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat

berbeda. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang

penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.

Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan

kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan

kondisi fisik individu.

Page 18: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

6

Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami

beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja

mereka, seperti: mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak

stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan

dalam masalah tidur. Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata

sepakat dan kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg

(Margiati, 1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan

psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan

tidak bisa mengatasinya. Aamodt (Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai

respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan

tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun

psikologis. Berbeda dengan pakar di atas, Landy (Margiati,1999:71)

memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan

memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Robbins

memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu

dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh

sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Dwiyanti, 2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang

disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor

lingkungan, organisasi dan individu. Tinggi rendahnya tingkat stres kerja

tergantung dari manajemen stres yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi

stresor pekerjaan tersebut.

Page 19: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

7

Perawat merupakan satu jenis profesi yang dewasa ini banyak dibutuhkan.

Oleh karena itu, organisasi tempat para perawat bekerja senantiasa mengusahakan

peningkatan kualitas profesionalisme mereka. Tugas pokok seorang perawat adalah

merawat pasien untuk mempercepat proses penyembuhan. Kondisi tubuh yang

kurang menguntungkan akan berakibat seorang perawat mudah patah semangat

bilamana saat bekerja ia mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan

kelelahan mental. Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi,

seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup

pasien yang dirawatnya. Di sisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus

tetap terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada

perawat, sehingga ia mudah sekali mengalami stres. Stres merupakan ketegangan

mental yang mengganggu kondisi emosional, proses berpikir, dan kondisi fisik

seseorang. Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap individu untuk

berhubungan dengan lingkungannya secara normal. Akibatnya kinerja mereka

menjadi buruk dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi di mana

mereka bekerja.

Lebih lanjut, Santosa (Hadi, 1987) mengatakan bahwa dalam melaksanakan

tugasnya sehari-hari, perawat selalu berhadapan dengan hal-hal yang monoton dan

rutin ruang kerja yang sesak dan sumpek bagi yang bertugas di bangsal, harus

berhati-hati menangani peralatan di ruang operasi, harus dapat bertindak cepat

namun tepat dalam menangani penderita yang masuk Unit Gawat Darurat.

Seorang perawat sering dihadapkan pada suatu usaha penyelamat kelangsungan

hidup atau nyawa seseorang, adanya tuntutan-tuntutan baik yang berasal dari

orang-orang di sekitarnya maupun dari kode etik profesi.

Page 20: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

8

Schaufeli dan Jauczur (1994) mengatakan bahwa dalam menjalankan peran

dan fungsinya seorang perawat dituntut memiliki keahlian, pengetahuan, dan

konsentrasi yang tinggi. Selain itu pula seorang perawat selalu dihadapkan pada

tuntutan idealisme profesi dan sering menghadapi berbagai macam persoalan baik

dari pasien maupun teman sekerja. Itu semua menimbulkan rasa tertekan pada

perawat, sehingga mudah mengalami stres. Menurut Leatz dan Stolar (Rosyid dan

Farhati, 1996) apabila keadaan stres terjadi dalam jangka waktu yang lama dengan

intensitas yang cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan fisik, kelelahan emosional,

dan kelelahan mental, maka akan mengakibatkan perawat mengalami gejala

burnout. Bernardin (Rosyid, 1996) menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan

yang mencerminkan reaksi emosional pada orang yang berkerja pada bidang

pelayanan kemanusiaan (human services) dan bekerja erat dengan masyarakat.

Melihat hasil dari banyak penelitian klinis yang mencari hubungan antara

komitmen agama dengan kesehatan (fisik maupun kesehatan jiwa), ditemukan

indikasi yang kuat bahwa komitmen agama mampu mencegah dan melindungi

seseorang dari penyakit, serta adanya ketimpangan antara bimbingan rohani dalam

mengatasi stres seseorang sehingga mempertinggi kemampuan seseorang dalam

mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan.

Suatu permasalahan yang muncul ialah penyakit psikis (stres) yang melekat

pada jiwa kita, sehingga perasaan kita mulai terbebani dengan masalah itu.

Pekerjaan pun tidak maksimal. Jadi, selain petugas rohani membimbing pasien

yang sedang sakit (keluarga), juga berdampak positif terhadap para karyawan atau

perawat untuk mendapatkan bimbingan. Apalagi perawat yang memiliki kinerja

Page 21: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

9

yang tinggi dituntut pada profesionalisme kerja. Walaupun berbagai persoalan

melanda, dia harus bersikap profesional dalam suatu pekerjaan.

Dalam hal ini perawat yang ada di RSI Sultan Agung Semarang telah

memiliki tekanan psikis yang di akibatkan oleh suatu pekerjaan sehingga dapat

menimbulkan stres. Mereka ada yang tertekan dalam kejenuan atau monoton dalam

ruangan, apalagi ruangan yang golongan menengah ke bawah yang dominan dari

masyarakat dari pedesaan pasien sedikit- sedikit memanggil perawat. Ada juga

tekanan dari atasan yang terlalu banyak tuntutan dan aturan, apalagi ada juga yang

dari para perawat sendiri yang lebih senior mentang- mentang berkuasa. Dari

situlah peran petugas bimbingan rohani untuk dapat menjadi konsultan atau teman

curhat yang berlandaskan karena para petugas rohani yang berpedoman kepada Al-

Qur’an dan Al- Hadist.

Di RSI Sultan Agung dari awal berdiri Rumah Sakit sudah sudah terprogram

untuk memiliki petugas bimbingan rohani, karena disamping Rumah Sakit

dibangun untuk keperluan medis, juga tujuan utama untuk berdakwah menurut

Sugito (22 Juli 2009) selaku petugas bimbingan rohani. Tetapi para petugas

bimbingan rohani masih memiliki kendala yang diakibatkan kekurangan karyawan

sebagai petugas bimbingan rohani. Dan akhirnya dari tahun ke tahun pihak yang

berwenang dari Rumah Sakit mengadakan tes untuk para calon karyawan atau

karyawati, tetapi harus melalui beberapa tahap tes. Baik yang tertulis maupun

wawancara.

Tentunya hal ini perlu dikaji lebih mendalam, mengapa muncul stres

tersebut, bagaimana latar belakang dan sebab-sebab munculnya stres tersebut, serta

upaya mengatasinya.

Page 22: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

10

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti Peran Petugas

Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi Stres Perawat di RSI Sultan Agung

Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang

akan diteliti adalah

1.2.1. Apakah faktor-faktor penyebab perawat mengalami stres?

1.2.2. Bagaimanakah peran petugas bimbingan rohani dalam mengatasi stres

perawat di RSI Sultan Agung Semarang?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari

penelitian ini adalah “Untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran dari petugas

bimbingan rohani dalam mengatasi stres perawat”.

Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam kajian

berikutnya yang berbentuk:

1.3.1. Secara Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu dakwah atau khususnya BPI.

1.3.2. Secara Praktik

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perawat

dalam mengatasi stresnya, serta perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan

peran petugas bimbingan rohani di RSI Sultan Agung Semarang.

Page 23: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

11

1.4. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan telaah pustaka dalam penelitian ini, peneliti mengambil

beberapa hasil penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian ini, diantaranya

adalah:

Penelitian yang ditulis oleh Taufik pada tahun 2005 dengan judul “Peran

Rohaniawan Islam di RSI Sultan Agung Semarang Dalam Memotivasi

Kesembuhan Pasien”. Dalam penelitian ini penulis memaparkan bahwa

rohaniawan memiliki peran yang sangat besar dalam memotivasi kesembuhan

pasien, hal ini dikarenakan kehadirannya bisa memberikan sugesti kepada pasien.

Muhlisin pada tahun 2005 dengan judul “Terapi Holistik Menurut Dadang

Hawari Dalam Menangani Stres Dan Implikasinya Terhadap Pribadi Efektif

(Studi Analisis Bimbingan Dan Konseling Islam)”. Dalam penelitian ini

dinyatakan bahwa stres dipahami sebagai gangguan kejiwaan terhadap seseorang

yang diakibatkan karena tidak tercapainya suatu keinginan dan ketidak mampuan

manusia untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam dirinya.

Konflik disini bisa terjadi berupa konflik fisik seperti cacat tubuh atau konflik non

fisik seperti konflik psikis yang muncul karena beberapa faktor yaitu permasalahan

keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja dan sebagainya.

Ketiga adalah “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap Penurunan

Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Di RSI Sultan Agung Semarang” yang

dilakukan oleh Zulfa pada tahun 2009. Dia mendefinisikan bahwa dengan adanjya

petugas bimbingan rohani dapat memberikan pengaruh sehingga dapat mengurangi

kecemasan pada pasien.

Page 24: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

12

Kelebihan penelitian pertama, peran dari petugas bimbingan rohani dapat

memotivasi kesembuhan pasien, serta akan sadar bahwa semua itu ada yang

mengatur skenario tersebut. Akan sadar dengan adanya Sang Khalik. Penelitian

kedua akan sadar dengan penyakit psikis yaitu stres yang dapat mempengaruhi

semua kondisi tubuh. Sedangkan penelitian ketiga, dengan adanya petugas

bimbingan rohani dapat mengurangi kecemasan pada pasien pra operasi, serta

memberikan kesadaran akan manfaat dari penyakit tersebut.

Sementara dalam penelitian ini, peneliti ingin memfokuskan mengenai peran

petugas bimbingan rohani bukan hanya ditujukan kepada pasien melainkan juga

bisa dimanfaatkan untuk perawat atau pegawai Rumah Sakit. Dengan adanya

petugas bimbingan rohani punya peran khusus juga bisa dijadikan tempat curhat

ataupun memberikan saran dan masukan, yang dikarenakan tekanan psikis. Dari

gangguan penyakit psikis tersebut maka kinerja dari perawat atau pegawai tidak

maksimal. Apabila pekerjaan mereka maksimal maka citra baik Rumah Sakit akan

populer. Karena petugas bimbingan rohani selalu berpedoman Al-Qur’an dan

Hadist. Dampak dari bimbingan rohani tersebut dapat mengatasi stres perawat.

Peneliti ingin menawarkan dengan menggunakan pendekatan bimbingan rohani

dan pendekatan psikologi sehingga dapat mengatasi stres.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian, secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan

Page 25: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

13

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah (Moleong, 2006: 6).

Berkaitan dengan judul yang diangkat, maka diperlukan pendekatan yang

diharapkan mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan

komperehensif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan psikologi

dikarenakan dengan pendekatan psikologi dapat mengetahui perkembangan

kondisi stres perawat di RSI Sultan Agung Semarang setelah mendapatkan

bimbingan rohani, khususnya lebih pada periode tahun 2009. Secara praktis

penelitian ini berlangsung sejak bulan juni 2009 sampai bulan juli 2009.

1.5.2. Sumber Dan Jenis Data

Adapun sumber dan jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

macam, antara lain:

1.5.2.1. Data Primer

Data primer adalah pelaksanaan hubungan rohani Islam yang

dilaksanakan oleh pembimbing rohani Islam di RSI Sultan Agung Semarang.

1.5.2.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data lain yang menunjang seperti:

1.5.2.2.1. Jumlah petugas bimbingan rohani

1.5.2.2.2. Kedudukan bimbingan rohani Islam di RSI Sultan Agung

Semarang

1.5.2.2.3. Sejarah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Sumber data primer adalah petugas bimbingan rohani Islam dan

perawat di RSI Sultan Agung Semarang. Sumber data sekunder adalah buku-

buku atau referensi yang berkaitan dengan skripsi.

Page 26: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

14

1.5.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data ini penulis mengkatagorikan jenis

penelitian lapangan atau field research. Dimana dalam penelitian lapangan

atau field research ini merupakan penelitian yang didapat sendiri oleh peneliti

secara langsung dari subyek penelitian yaitu perawat di RSI Sultan Agung

Semarang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini.

Untuk melakukan field research selanjutnya penulis melakukan langkah-

langkah pengumpulan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1.5.3.1. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau

gejala-gejala pada obyek penelitian (Hadari, 1991: 74). Metode observasi

yaitu metode penelitian dengan pengamatan yang dicatat secara

sistematik fenomena yang diselidiki (Hadi, 2001: 316).

1.5.3.2. Metode Wawancara

Metode interview atau wawancara adalah alat pengumpul data

berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber

informasi yang berlangsung secara lisan (Hadari, 1991: 98).

Metode ini disebut juga metode wawancara artinya metode

pengumpulan data yang tata caranya dilakukan dengan tanya jawab

sepihak dengan cara sistematis berdasarkan tujuan penelitian (Hadi,

1991: 193). Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara

terbuka, yaitu obyek yang diwawancari mengetahui bahwa mereka

Page 27: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

15

sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu

(Lexy, 2002: 137).

Wawancara ini dilakukan untuk mendukung dan menunjang data

penelitian. Wawancara dilakukan dengan perawat RSI Sultan Agung

Semarang ditujukan untuk mengetahui gambaran umum dengan adanya

petugas bimbingan rohani para perawat dalam mengatasi stresnya, serta

hal-hal yang mendukung perolehan data.

1.5.3.3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen adalah pencarian data mengenai variabel yang

berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, agenda dan sebagainya

(Suharsimi, 1998: 234). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data berupa data statistik dari RSI Sultan Agung Semarang serta berbagai

catatan lain yang berkaitan dengan penelitian yang saya ajukan.

1.5.4. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, maka penulis menggunakan metode

kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Lexy, 2002: 3). Dan untuk mengahasilkan hasil yang

optimal dan kesimpulan yang benar, maka penulis juga menggunakan

metode analisa deskriptif.

Metode ini bertujuan untuk menguraikan penelitian dan

menggambarkan secara lengkap dalam suatu bahasa, sehingga ada suatu

pemahaman antara kenyataan dilapangan dengan bahasa yang digunakan

untuk menguraikan data-data yang ada (Anton, 1990: 51). Metode ini

Page 28: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

16

digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan peran petugas

bimbingan rohani dalam mengatasi stres perawat.

1.6. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas, maka peneliti

berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis, agar pembahasan lebih

terarah dan mudah dipahami, sehingga tercapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

sebelum memasuki bab pertama, maka penulisan skripsi diawali dengan bagian

yang memuat: Halaman Judul, Nota Pembimbing, Pengesahan, Motto,

Persembahan, Pernyataan, Kata Pengantar dan Daftar Isi.

Bab pertama adalah pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua adalah landasan teori yang menjelaskan tentang bimbingan

rohani dan stres. Pada sub bagian peran akan dikaji devinisi peran, konsep tentang

peran. Sedangkan bimbingan rohani akan dikaji tentang devinisi bimbingan rohani,

dasar atau landasan bimbingan rohani, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, materi

dan metode bimbingan rohani. Pada sub bagian stres akan dikaji tentang definisi

stres, jenis-jenis stres, faktor-faktor penyebab stres, cara mengatasi stres atau

coping stres, reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian, tingkatan stres,

dampak stres, dampak stres pada kesehatan, stres kerja, sumber-sumber stres kerja,

dampak stres kerja. Pada sub bagian perawat akan dikaji tentang definisi perawat,

peran dan fungsi perawat, jenis tanggung jawab perawat, dan peran bimbingan

rohani Islam guna mengatasi stres para perawat.

Page 29: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

17

Bab ketiga, dibagi menjadi tiga, bab pertama berisi tentang profil atau

gambaran umum RSI Sultan Agung Semarang (sejarah singkat, letak geografis,

struktur organisasi, sarana dan fasilitas, visi-misi dan tujuan). Bab kedua gambaran

umum pelaksanaan bimbingan rohani bagi perawat (jadwal penceramah do’a pagi,

jadwal kultum sholat dluhur, dan jadwal kegiatan dinas pagi menggunakan audio

oleh bagian syiar dan dakwah). Bab ketiga peran bimbingan rohani dalam

mengatasi stres perawat di RSI Sultan Agung Semarang.

Bab keempat, analisa pada bab ini merupakan pembahasan atas fakta data

yang telah dituangkan dalam bab sebelumnya. Dari hasil analisis yang telah

dipaparkan, dari penelitian tersebut dapat dipahami bagaimana peran petugas

bimbingan rohani dalam mengatasi stres perawat di RSI Sultan Agung Semarang.

Bab kelima, merupakan penutup, yaitu bab terakhir yang berisi kesimpulan,

saran-saran, kata penutup, dan riwayat hidup penulis serta lampiran-lampiran.

Page 30: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Peran

2.1.1. Definisi Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran

adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial

tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

2.1.2. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994, hlm: 768) dalam buku

“Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut:

2.1.2.1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan

2.1.2.2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status

2.1.2.3. Bagian suatu fungsi seseorang dari seseorang atau menjadi

karakteristik yang ada padanya

2.1.2.4. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

2.2. Bimbingan Rohani

2.2.1. Definisi Bimbingan Rohani

Dalam bahasa Inggris kata bimbingan disebut “Guidance”. Menurut H.

Prayitno, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

Page 31: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

2

maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan

dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana

yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang berlaku

(Prayitno, 1999: 99).

Sedangkan menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan didalam kehidupan agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya

(Walgito, 1995: 4).

Bimbingan adalah proses yang digunakan sepenuhnya dalam rangka

membantu individu untuk mengerti diri mereka sendiri dan dunia mereka (Shelley

dan Shertzer, 1996: 40).

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada

seseorang atau beberapa orang agar mampu mengatasi persoalan- persoalan dirinya

sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalannya secara bertanggung jawab tanpa

tergatung kepada orang lain.

Setelah mengetahui bimbingan dari sudut pandang umum, maka perlu

dikemukakan juga definisi bimbingan dari sudut pandang Islam. Dalam penelitian

ini penulis mengistilahkan bimbingan keagaman Islam dengan bimbingan rohani

Islam, menurut (Musnawar, 1995: 143) bahwa bimbingan keagamaan Islam adalah

proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan agamanya

senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan menurut (Salim, 2005: 1) bimbingan

Page 32: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3

rohani Islam merupakan tindakan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan

pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya menyempurnakan

ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual yang dilakukan oleh tenaga kerohanian dalam

usaha untuk memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan

motivasi untuk tetap bersabar, bertawakal, dan senantiasa menjalankan

kewajibannya sebagai hamba Allah.

Bimbingan rohani juga dapat diartikan sebagai suatu aktifitas memberikan

bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang meminta bantuan (klien)

dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal

pikiranya, kejiwaannya, keimanannya, serta dapat menanggulangi problematika

hidup dengan baik dan benar secara mendiri yang berpandangan pada Al-Qur’an dan

Sunah Rasul SAW (Adz-Dzaky, 2001:189).

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

rohani Islam dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada pasien

di rumah sakit, akan tetapi karyawan atau perawat pun bisa mendapatkan bimbingan

rohani. Sehingga kinerja dari karyawan ataupun perawat dapat bekerja maksimal

tanpa ada tekanan karena yang berpedoman pada Al- Qur’an dan Al- Hadist.

Dalam kaitannya dengan bimbingan rohani di dalam al-Qur’an dijelaskan

dalam Surat Al- Baqarah: 208:

$y㕃 r'̄≈ tƒ š⎥⎪ Ï% ©! $#(#θãΖtΒ# u™(#θè= äz÷Š $#’ ÎûÉΟ ù= Åb¡9 $#Zπ ©ù!$Ÿ2Ÿωuρ (#θãèÎ6 ®K s? ÅV≡ uθäÜ äzÇ⎯≈ sÜ ø‹ ¤±9 $#4

…çµ ¯Ρ Î)öΝà6 s9 Aρ ߉tã ×⎦⎫ Î7 •Β∩⊄⊃∇∪

Page 33: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

4

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

keseluruhan,dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S. Al- Baqarah:208).

2.2.2. Dasar atau Landasan Bimbingan Rohani

Dasar atau landasan utama bimbingan rohani Islam adalah Al- Qur’an dan

Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman

kehidupan umat Islam, seperti yang terdapat dalam hadist Rasulullah SAW, sebagai

berikut:

ÊóÑóßúÊõ Ýöíúßõãú ãóÇáóäú ÊóÖáøõæúÇ ÈóÚúÏóåõ

Åöäö ÇÚúÊóÕóãúÊõãú Èöåö ßöÊóÇÈó Çááåö æóÓóäøóÉó

ÑóÓõæúáöåö.

(ÑæÇå ÇÈä ãÇÌå)

Artinya:

Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang

teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah

tersesat jalan, sesuatu itu kitabullah dan sunah rasulnya (H.R. Ibnu Majjah). .

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dapat diistilahkan sebagai landasan ideal dan

konseptual bimbingan rohani Islam. Dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul itulah

gagasan, tujuan, dan konsep-konsep (pengertian, makna hakiki) (faqih, 2001: 5).

Page 34: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

5

ô‰s) ©9 tβ%x. öΝä3 s9 ’ ÎûÉΑθß™ u‘ «! $#îο uθó™é& ×π uΖ |¡ym ⎯ yϑÏj9 tβ%x. (#θã_ ö tƒ ©!$# tΠ öθu‹ø9 $# uρt ÅzFψ$#

t x. sŒ uρ ©!$# #Z ÏV x. ∩⊄⊇∪ Artinya:

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

dia banyak menyebut Allah (Q.S. Al- Ahzab: 21).

ÎóÇyèø9 $#uρ ∩⊇∪ ¨βÎ) z⎯≈ |¡ΣM} $# ’ Å∀s9 Aô£ äz ∩⊄∪ ω Î) t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θ ãΖtΒ#u™ (#θè=Ïϑtã uρ ÏM≈ ys Î=≈ ¢Á9 $#

(# öθ|¹# uθs? uρ Èd, ysø9 $$Î/ (#öθ|¹# uθs? uρ Îö9¢Á9 $$Î/ ∩⊂∪

Artinya:

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran (Q.S. Al-ashr: 1-3).

2.2.3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani

Page 35: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

6

Tujuan bimbingan Islam yaitu untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan

kesadaran manusia tentang eksistensinay sebagai makhluk dan khalifah Allah SWT

di muka bumi ini, sehingga setiap aktivitas tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan

hidupnya yaitu untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT (Hallen, 2002:

14).

Ainur Rakhim Faqih berpendapat bahwa tujuan bimbingan rohani terbagi

menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

2.2.3.1. Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya

agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2.2.3.2. Tujuan khusus

2.2.3.2.1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,

2.2.3.2.2. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya,

2.2.3.2.3. membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi

dirinya dan orang lain.

Sedangkan fungsi bimbingan rohani, menurut Faqih adalah:

2.1.3.1. Fungsi prefentif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah baginya.

2.1.3.2. Fungsi kuratif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang

sedang dihadapi atau dialaminya.

Page 36: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

7

2.1.3.3. Fungsi preservatif, yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

2.1.3.4. Fungsi developmental, yaitu membantu individu memelihara dan

mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik, sehingga memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah baginya (Faqih, 2001:37).

Menurut Payitno (1999: 96), pelaksanaan bimbingan agar berjalan dengan

baik ada beberapa fungsi, yaitu:

2.1.3.2. Fungsi pemahaman

Pemahaman tentang klien meerupakan titik tolak upaya pemberian

bantuan terhadap klien, maka pembimbing perlu terlebih dahulu memahami

individu yang akan dibimbing. Pemahan tentang masalah klien, ketika proses

bimbingan memasuki upaya penanganan masalah, maka pemahaman terhadap

masalah klien merupakan sesuatu yang wajib.

2.1.3.3. Fungsi pencegahan

Fungsi pencegahan yaitu menghindari timbulnya atau meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri,dan

lingkungan kelompok, melalui upaya pencegahan, yaitu:

2.1.3.3.1.1. Mendorong perbaikan kondisi diri klien

2.1.3.3.1.2. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau dibiarkan akan

berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan

Page 37: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

8

2.1.3.3.1.3. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan

memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang

memberikan manfaat.

2.1.3.4. Fungsi pengentasan

Orang yang mengalami masalah dianggap berada dalam suatu keadaan

yang tidak mengenakan, sehingga perlu dikeluarkan dari keadaan yang tidak

mengenakan tersebut.

2.1.3.5. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik pada

diri individu baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil perkembangan

yang telah dicapai. Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar

mempertahankan, melainkan juga mengusahakan agar hal tesebut bertambah

baik dari pada waktu sebelumnya.

2.1.4. Materi dan Metode Bimbingan Rohani

Adapun materi yang disampaikan dalam proses bimbingan rohani ini adalah:

2.1.4.1. Akidah, yaitu ketentuan-ketentuan dasar mengenai keimanan seorang

muslim yang merupakan landasan dari segala perilakunya (Daradjat, 1984:

318).

2.1.4.2. Syari’ah, yaitu ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan

bagi manusia di dalam kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidupnya

Page 38: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

9

dalam rangka mencapai kebahagian dunia dan akhirat (Daradjat, 1984:

302).

2.1.4.3. Akhlak, yaitu adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Secara bahasa

bisa baik atau buruk tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai

landasan (Daradjat, 1984: 254).

Sedangkan metode yang digunakan dalam proses bimbingan rohani ialah:

2.1.4.1. Metode langsung, merupakan metode dimana pembimbing melakukan

komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya

(Faqih, 2001: 54).

2.1.4.2. Metode keteladanan, merupakan metode dimana pembimbing sebagai

contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah laku sopan

santunnya ditiru (suri tauladan).

Menurut Faqih (2001: 54) metode yang digunakan dalam bimbingan rohani

adalah sebagai berikut:

2.1.4.1. Metode Langsung

Merupakan metode dimana pembimbing melakukan komunikasi

langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dibagi

menjadi:

2.1.4.1.1. Metode individual, pembimbing dalam hal ini melakukan

komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang

dibimbing.

2.1.4.1.2. Metode kelompok, pembimbing melakukan komunikasi langsung

dengan klien dalam kelompok.

Page 39: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

10

2.1.4.2. Metode Tidak Langsung

Merupakan metode dimana bimbingan dilakukan melalui

komunikasi masa, hal ini dilakukan secara individual maupun kelompok.

2.1.4.3. Metode Keteladanan

Merupakan metode dimana pembimbing sebagai contoh ideal dalam

pandangan seseorang yang tingkah laku sopan santunnya akan ditiru.

2.2. Stres

2.2.1. Definisi Stres

Menurut Djalaluddin Ancok dan Fuad Ansori, stres adalah gangguan jiwa

yang disebabkan oleh karena ketidakmampuan masyarakat untuk mengatasi konflik

dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan dan

perasaan rendah diri (Ancok, 1995: 93). Dalam kamus Filsafat dan psikologi, karya

Sudarsono disebutkan bahwa stres adalah ketegangan, tekanan konflik, suatu

rangsangan yang menegangkan psikologi maupun fisiologi dari suatu organisme

atau tekanan fisik dan psikis yang menekankan organ tubuh dan atau diri sendiri

atau suatu keadaan ketegangan psikologis karena adanya anggapan ketakutan atau

kecemasan (Sudarsono, 1993: 247).

Stres adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas kehidupan

setiap hari yang tidak dapat dihindari dari perubahan yang memerlukan penyesuaian.

Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan

Page 40: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

11

stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta. Perubahan

positif juga dapat menimbulkan stres, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta

(http://lensakomunika.blogspot.com).

Sarafino berpendapat bahwa stres muncul akibat terjadinya kesenjangan

antara tuntutan yang dihasilkan oleh transaksi antara individu dan lingkungan

dengan sumber daya biologis, psikologis atau sistem sosial yang dimiliki individu

tersebut (Sarafino, 1998: 70). Sementara itu, Atwater lebih berfokus pada tuntutan

untuk melakukan respon adaptif dalam melakukan penyesuaian diri (Atwater, 1998:

49). Pendapat lain tentang stres didapat dari Lahey dan Ciminero yang menjelaskan

stres dengan penekanan pada peristiwa- peristiwa dan situasi-situasi negatif yang

dialami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya

(Lahey& Ciminero, 1980: 76).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres

merupakan gangguan emosional dan perilaku yang terjadi dalam melakukan respon

penyesuaian diri terhadap peristiwa atau situasi karena adanya perbedaan antara

tuntutan yang diakibatkan oleh peristiwa atau situasi tesebut dengan sumber daya

yang dimiliki individu.

2.2.2. Jenis-jenis Stres

Quick dan Quick (1984) mengategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

2.3.1.1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,

positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

Page 41: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

12

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat

performance yang tinggi.

2.3.1.2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit

kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,

yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2.2.3. Faktor- faktor penyebab stres

Penyebab stres (stressor) adalah bioekologis dan psikososial.

2.2.3.1. Bioekologis adalah stres yang muncul karena keadaan biologis

seseorang yang dipengaruhi oleh tingkah laku orang tersebut.

Menurut Girdano (dalam Thomas, htttp:// shkv/ 122. Multiply.

Com), stresor bioekologis terdiri dari bioritme, kebiasaan makan,

minum, obat-obatan, polusi udara, dan perubahan pada cuaca. Bioritme

adalah ritme-ritme tubuh manusia. Salah satu ritme tubuh manusia

tersebut adalah ritme circadion, yaitu ritme tubuh manusia dimana

tekanan darah, temperatur, dan beberapa substansi dalam tubuh manusia

dapat meningkat dan menurun secara teratur seiring berjalannya waktu.

Page 42: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

13

2.2.3.2. Psikososial adalah stres yang muncul karena pengaruh keadaan

lingkungan.

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peistiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak-anak,

remaja, dewasa) sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi

atau mengadakan penanggulangan terhadap stresor yang muncul.

Namun, tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi dan mampu

menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan kejiwaan,

antara lain depresi (Hawari, 1997: 45-48).

Sedangkan pada umumnya jenis stresor psikososial dapat

digolongkan antara lain: faktor dari perkawinan, problem orang tua,

hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum,

penyakit fisik atau cacat (Hawari, 1997: 45-48).

Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas

empat hal utama, yakni:

2.2.3.1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan

sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan,

ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.

2.2.3.2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi,

struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang

terjadi dalam organisasi.

Page 43: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

14

2.2.3.3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,

kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu,

interpersonal, dan intergrup.

2.2.3.4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan

ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian

Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya

tahan psikologis.

Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam

pekerjaan menjadi dua, yakni:

2.2.3.1. Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi

maupun keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama

antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok,

maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam

perusahaan.

2.2.3.2. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri

individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan

tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat

ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.

Page 44: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

15

Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian

2.2.3.1. Karakteristik terdiri dari:

2.2.3.1.1.Suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan

reaksi stres akut

2.2.3.1.2.Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan

situasi tidak nyaman yang berkelanjutan, dengan akibat terjadii

suatu gangguan penyesuaian.

2.2.3.2. Reaksi stres akut

Pedoman Diagnostik

2.2.3.2.1. Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya

stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala,

biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian.

2.2.3.2.2. Selain itu ditemukan gejala-gejala:

2.2.3.2.2.1. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya

berubah-ubah, selain gejala permulaan berupa keadaan

“terpaku” semua hal berikut dapar terlihat: depresi,

anxietas, kemarahan, kecewa, overaktif, dan penarikan

diri akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang

mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu yang

lama.

2.2.3.2.2.2. Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup

stressor-nya gejala-gejala dapat menghilang dengan cepat

(dalam beberapa jam) dalam hal dimana stres menjadi

Page 45: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

16

berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-gejala

biasanya baru mereda setelah 24-48 jamdan biasanya

hampir menghilang dari setelah 3 hari.

2.2.3.2.2.3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan

kambuhan mendadak dari gejala-gejala pada individu

yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya.

2.2.3.2.2.4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan

diri memegang peranan dalam terjadinya atau beratnya

suatu reaksi stres akut.

2.2.3.3.Gangguan stres pasca trauma

Pedoman Diagnostik

2.2.3.3.1. Diagnostik baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul

dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat

(masa laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai

beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan).

Kemungkinan diagnosis dapat ditegakkan apabila tertundanya

waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu

6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak

didapat alternatif kategori gangguan lainnya.

Page 46: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

17

2.2.3.3.2. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan

bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik

tersebut secara berulang-ulang kembali (flashbacks).

2.2.3.3.3. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stres

yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah

trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan

kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami

katastrofa) (Maslim, 2001: 78-79).

2.2.4. Stres Kerja

2.2.4.1. Definisi stres kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai

sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa

reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah

diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor

kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang

dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan

stres kerja (Selye, dalam Beehr, et al., 1992: 623).

2.2.4.2. Sumber-sumber Stres Kerja

Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu

sendiri. Soewondo (1992) mengadakan penelitian dengan sampel 300

karyawan swasta di Jakarta, menemukan bahwa penyebab stres kerja

terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni:

2.2.4.2.1. Kondisi dan situasi pekerjaan

Page 47: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

18

2.2.4.2.2. Pekerjaannya

2.2.4.2.3. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak

jelas

2.2.4.2.4. Hubungan interpersonal

Cooper (dalam Rice, 1999) memberikan daftar lengkap stressor dari

sumber pekerjaan yang tertera pada tabel berikut:

Stressor Dari

Stres Kerja

Faktor Yang Mempengaruhi (Hal-hal Yang Mungkin Terjadi Di

Lapangan)

Konsekuensi Kondisi YangMungkin Mncul

Kondisi pekerjaan • Beban kerja berlebihan secara kuantitatif

• Beban kerja berlebihan secara kualitatif

• Assembly-line hysteria • Keputusan yang dibuat oleh

seseorang • Bahaya fisik • Jadwal bekerja • Technostress

• Kelelahan mental dan/atau fisik

• Kelelahan yang amat sangat dalam bekerja (burnout)

• Meningkatnya kesensitivan dan ketegangan

Stress karena peran • Ketidakjelasan peran • Adanya bias dalam

membedakan gender dan stereotype peran gender

• Pelecehan seksual

• Meningkatnya kecemasan dan ketegangan

• Menurunnya prestasi pekerjaan

Faktor interpersonal

• Hasil kerja dan sistem dukungan sosial yang buruk

• Persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan

• Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan

• Meningkatnya ketegangan

• Meningkatnya tekanan darah

• Ketidakpuasan kerja

Perkembangan karir • Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya

• Promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya

• Keamanan pekerjaannya • Ambisi yang berlebihan

• Menurunnya produktivitas

• Kehilangan rasa percaya diri

• Meningkatkan kesensitifan dan

Page 48: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

19

sehingga mengakibatkan frustrasi

ketegangan • Ketidakpuasan kerja

Struktur organisasi • Struktur yang kaku dan tidak bersahabat

• Pertempuran politik • Pengawasan dan pelatihan

yang tidak seimbang • Ketidakterlibatan dalam

membuat keputusan

• Menurunnya motivasi dan produktivitas

• Ketidakpuasan kerja

Tampilan rumah-pekerjaan

• Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi

• Kurangnya dukungan dari pasangan hidup

• Konflik pernikahan • Stres karena memiliki dua

pekerjaan

• Meningkatnya konflik dan kelelahan mental

• Menurunnya motivasi dan produktivitas

• Meningkatnya konflik pernikahan

2.2.4.3. Dampak Stres Kerja

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan

maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat

berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan

sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya

berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas

Page 49: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

20

lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera

makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.

Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat

konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh

individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis,

performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan

keputusan. Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan

menggunakan 76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta

menunjukkan bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal

tersebut adalah:

2.2.4.3.1. Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup

kencang, denyut jantung meningkat, bibir kering,

berkeringat, mual.

2.2.4.3.2. Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang,

cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi,

ingin meninggalkan situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung

adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan

secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan

teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984;

Robbins, 1993). Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji

ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres

pada individu, yaitu:

Page 50: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

21

2.2.7.1. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada

hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :

2.2.7.1.1. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

2.2.7.1.2. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

2.2.7.1.3. Sensitif dan hyperreactivity

2.2.7.1.4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

2.2.7.1.5. Komunikasi yang tidak efektif

2.2.7.1.6. Perasaan terkucil dan terasing

2.2.7.1.7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

2.2.7.1.8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan

konsentrasi

2.2.7.1.9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas

2.2.7.1.10. Menurunnya rasa percaya diri

2.2.7.2. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

2.2.7.2.1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan

mengalami penyakit kardiovaskular

2.2.7.2.2. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan

noradrenalin)

2.2.7.2.3. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

2.2.7.2.4. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

Page 51: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

22

2.2.7.2.5. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom

kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)

2.2.7.2.6. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

2.2.7.2.7. Gangguan pada kulit

2.2.7.2.8. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

2.2.7.2.9. Gangguan tidur

2.2.7.2.10. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan

terkena kanker

2.2.7.3. Gejala perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

2.2.7.3.1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

2.2.7.3.2. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

2.2.7.3.3. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

2.2.7.3.4. Perilaku sabotase dalam pekerjaan

2.2.7.3.5. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai

pelampiasan, mengarah ke obesitas

2.2.7.3.6. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk

penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,

kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

2.2.7.3.7. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti

menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

2.2.7.3.8. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

Page 52: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

23

2.2.7.3.9. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan

teman

2.2.7.3.10. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

2.2.5. Strategi Mengatasi Stres

Mengurangi tingkatan stres mengakibatkan berkurangnya resiko

memburuknya atau kambuhnya suatu penyakit. Selain itu keadaan yang

diakibatkan oleh kondisi stres seringkali menimbulkan perasaan tidak

nyaman. Oleh karena itu, manusia termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk

mengurangi stres yang disebut juga dengan coping.

Beberapa devinisi tentang coping telah dikemukakan oleh para ahli.

Lazarus menekankan bahwa coping merupakan suatu proses dalam mengatur

tuntutan internal dan eksternal yang berat bahkan sangat sulit (Lazarus dalam

Wortman, Loftus& Weaver, 1999, hlm: 418).

Pendapat senada dikemukakan oleh Sarafino yang menyatakan: coping

juga merupakan suatu proses dimana individu mencoba untuk memperbaiki

atau menguasai permasalahan yang diakibatkan oleh terjadinya kesenjangan

antara tuntutan yang muncul dan sumber daya yang ada dalam suatu situasi

yang memicu terjadinya stres (Sarafino, 1998, hlm: 13).

Blair berpendapat bahwa coping merupakan usaha yang dilakukan

individu untuk mengatur stres, kesulitan, dan tantangan yang dialaminya

(Blair, 1988, hlm: 16).

Dari ketiga pendapat di atas, dapat ditari kesimpulan bahwa coping

adalah suatu proses dimana seseorang berusaha mengatur kesenjangan antara

Page 53: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

24

tuntutan yang dialaminya dengan sumber daya yang dimilikinya sehingga ia

dapat mengurangi stres yang dialaminya.

2.2.5.1. Jenis Coping

Coping terbagi kedalam dua jenis yaitu emotion –focused dan

problem focused.

2.2.5.1.1. Emotion –Focused Coping

Bentuk coping ini bertujuan untuk mengontrol

respon emosional yang muncul dalam menghadapi stressor.

Individu cenderung menggunakan bentuk ini jika mereka

yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk

mengubah keadaan (Lazarus& Folkman dalam Sarafino,

1998). Beberapa strategi yang berhubungan dengan bentuk

coping ini antara lain kontrol diri, mengambil jarak dengan

stressor, berusaha untuk melihat dari sudut pandang lain,

menerima keadaan dan melarikan diri dari keadaan

(Wortman, Loftus& Weaver, 1990).

2.2.5.1.2. Problem Focused Coping

Bentuk coping ini bertujuan untuk mengurangi

tuntutan stressor atau mengembangkan sumber daya dalam

menghadapi tuntutan tersebut. Individu cenderung

Page 54: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

25

menggunakan bentuk ini jika mereka yakin bahwa tuntutan

stressor atau sumber daya mereka masih dapat diubah

(Lazarus& Folkman dalam Sarafino, 1998). Beberapa

strategi yang berhubungan dengan bentuk coping ini antara

lain melakukan konfrontasi degan menolak perubahan atau

berusaha mengubah keyakinan orang lain, bergantung pada

dukungan sosial dan melakukan strategi pemecahan

masalah yang terencana.

2.2.6. Tingkatan stres

Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan

mulainya dan seringkali pelaku tidak menyadari. Namun meskipun demikian

dari pengalaman praktek psikiater, para ahli coba membagi stres tersebut

dalam enam tahapan. Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala

yang dirasakan oleh yang bersangkutan, yang mana berguna bagi seseorang

dalam rangka mengenali gejala stres. Tingkatan stres tersebut dikemukakan

oleh Robert J. Van Amberg (Hawari, 1997: 51-53).

2.2.6.1. Stres tingkat satu

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan

ditandai dengan perasaan-perasaan diantaranya: semangat besar,

penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, gugup berlebihan,

kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini

biasanya menyenangkan tanpa disadari bahwa energinya akan habis.

2.2.6.2. Stres tingkat dua

Page 55: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

26

Dalam tahapan ini dsampak stres yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi

cukup sepanjang hari. Keluhan yang sering dikemukakan diantaranya:

merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah menjelang sore hari,

terkadang dalam gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang, takut,

perasaan tidak bisa santai.

2.2.6.3. Stres tingkat tiga

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai

dengan gejala-gejala, diantaranya: gangguan usus lebih terasa, tegang

pada otot, mengalami perasaan yang tegang yang semakin tinggi,

gangguan tidur. Pada tahapan ini sudah harus berkonsultasi pada

dokter, kecuali beban stres atau tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat

kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplai

energi.

2.2.6.4. Stres tingkat empat

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk,

yang ditandai dengan ciri-ciri diantaranya: untuk bisa bertahan

sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan-kegiatan yang semula

menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk

menanggapi situasi, tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan,

seringkali terbangun dini hari, perasaan negatif, kemampuan

berkonsentrasi menurun tajam.

2.2.6.5. Stres tingkat lima

Page 56: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

27

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari

tahapan yang keempat, yaitu: keletihan yang mendalam, untuk

pekerjaan yang sederhana terasa kurang mampu, sering mengalami

gangguan sistem pencernaan, sukar buang air besar, perasaan takut.

2.2.6.6. Stres tingkat enam

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan

keadaan gawat darurat. Tidak jarang dalam tahapan ini dibawa ke

ICCU. Gejala-gejalanya diantaranya: debaran jantung terasa amat

keras, nafas sesak, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran,

tenaga untuk hal-hal yang ringan tidak kuasa lagi.

2.2.7. Dampak Stres

Stres mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Dalam

aspek kognisi, stres dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif

dengan menurunkan atau meningkatkan perhatian pada sesuatu. Dalam aspek

emosi, stres dapat menimbulkan rasa ketakutan yang merupakan reaksi yang

umum ketika individu merasa terancam, memunculkan perasaan sedih atau

depresi, serta memicu rasa marah terutama ketika individu mengalami situasi

yang membahayakan atau membuat frustasi.

Dalam aspek perilaku sosial, stres dapat mengubah perilaku individu

dalam menghadapi orang lain. Dalam aspek jender dan perbedaan sosial

budaya, ditemukan bahwa wanita dan anggota kelompok minoritas pada

Page 57: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

28

umumnya melaporkan mengalami lebih banyak peristiwa yang menimbulkan

stres dibandingkan dengan pria (Sarafino, 1998).

2.3. Perawat

2.3.1. Definisi perawat

Perawat adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif

serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun

sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan

Nasional 1986).

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang

keperawatan yang program pendidikannya telah disyahkan oleh pemerintah,

sedangkan perawat profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan

keperawatan sekurang-kurangnya Diploma III keperawaatan. Keperawatan

sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik (Gartinah.dkk, 1999).

Dari kedua pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perawat

merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian sosial yang dilakukan

untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain, maka perawat sebaiknya

memperlihatkan sikap menaruh minat, mendengarkan dengan penuh perhatian apa

yang dikeluhkan oleh pasien tanpa menghiraukan usia, jenis kelamin, latar

belakang dan status ekonominya agar perawatan dapat berjalan dengan baik dan

efektif.

Page 58: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

29

2.3.2. Peran dan fungsi perawat

Gartinah,dkk (1999) mengemukakan bahwa dalam praktek keperawatan,

perawat melakukan peran dan fungsi sebagai berikut :

2.3.2.1. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan langsung kepada

pasien dengan menggunakan proses keperawatan.

2.3.2.2. Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai penghubung pasien

dengan tim kesehatan yang lain, membela kepentingan pasien dan

membantu klien dalam memahami semua informasi dan upaya

kesehatan yang diberikan. Peran advokasi sekaligus mengharuskan

perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam pengambilan

keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh pasien atau

keluarganya.

2.3.2.3. Sebagai pendidik pasien, perawat membantu pasien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik sehingga pasien dan keluarganya dapat

menerimanya.

2.3.2.4. Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan

potensi yang ada secara terkoordinasi.

2.3.2.5. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain

dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan

keperawatan guna memenuhi kesehatan pasien.

Page 59: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

30

2.3.2.6. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,

bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan pasien atau

keluarga agar menjadi sehat.

2.3.2.7. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai

tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kepuasan dasar dan kepuasan

perawat melakukan tugasnya (http:// wordpress.com).

2.3.3. Jenis tanggung jawab perawat

Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

2.3.3.1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)

Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat

yang paling utama adalah tanggung jawab dihadapan Tuhannya.

Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai

pertanggung jawabannya dihadapan Tuhan. Dalam sudut pandang etik

pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang

menyangkut hal-hal berikut ini ;

2.3.3.1.1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat

ikhlas karena Allah ?

2.3.3.1.2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan

memohon kepada Allah untuk kesembuhannya ?

2.3.3.1.3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit

?

Page 60: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

31

2.3.3.1.4. Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk

kesembuhannya ?

2.3.3.1.5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama

di RS?

2.3.3.1.6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan

kebutuhan spiritual klien?

2.3.3.1.7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut

menuju Khusnul khotimah?

2.3.3.2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien

dan masyarakat)

Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat.

Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam

menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau

informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan

tugas.

Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu

berorientasi pada perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah

dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa

yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya. Perawat dituntut untuk

bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama

melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau

masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang

meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk bertangung jawab dalam

Page 61: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

32

tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki peran dan

fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah

perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.

Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas; mengenal

kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan selama jam

dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab

dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan

catatan dan pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau

pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba

tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat, dsb.

Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas

perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar.

Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care)

atau memberikan perawatan (caring). Tugas perawat bukan untuk

mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan adakalanya

perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi,

atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perwat seperti

pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan

siapa yang memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi.

Dalam kasus kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut

bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi

tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath

Superior.

Page 62: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

33

Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap

perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan

dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang

pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat

pendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar

tidak melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila salah

melaksanakan pendelegasian.

Dalam pandangan etika penting sekali memahami tugas perawat

agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami

konsep kebutuhan dasar manusia. Konsep Kebutuhan dasar yang paling

terkenal salah satunya menurut Maslow sebagai berikut :

Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang

tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat

diharapkan memandang klien sebagai mahluk unik yang komprehensif

dalam memberikan perawatan. Komprehensif artinya dalam memenuhi

kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan

fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung

jawab perawat. sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak

hanya memenuhi kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari

nyeri, tetapi memandang klien sebagai mahluk utuh yang berdampak pada

gangguan psikologisnya seperti cemas, takut,

sedih, terasing sebagai dampak dari fraktur, atau masalah-masalah sosial

seperti (tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari teman,

Page 63: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

34

sampai masalah spiritual seperti berburuk sangka pada Allah, tidak mau

berdo’a dan perasaan berdosa.

Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas

tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan perawat memiliki tanggung

jawab (responsibility) terhadap-tugas- tugasnya terutama keharusan

memandang manusia sebagai makhluk yang utuh dan unik. Utuh artinya

memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara

kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersifat khas

dan tidak bisa disamakan dengan individu lainnya sehingga memerlukan

pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki riwayat

kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan,

pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat

memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan Ability

to know Life span History dan kemampuan perawat dalam memandang

individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal dengan

Holistic.

2.3.3.3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap

rekan sejawat dan atasan)

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat

terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

2.3.3.3.1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian)

tentang kapan melakukan tindakan keperawatan, berapa kali,

dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan. Misalnya

Page 64: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

35

perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan

vena brchialis, dan pemberian cairan RL sebanyak 5 labu,

infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00.

keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg,

N=80x/m, R=28x/m S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan

dan nama jelas perawat.

2.3.3.3.2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang

belum mampu atau belum mahir melakukannya. Misalnya

perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh perawat yang

sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan,

perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir,

meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi

kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi

khusus.

2.3.3.3.3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan

atau menyalahi standar. Perawat bertanggung jawab bila

perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,

mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan

tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi,

melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya

memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.

2.3.3.3.4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang

dialami klien. Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus

Page 65: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

36

malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan

diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh,

overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat

berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-

bukti yang memadai.

Dalam penelitian ini kami mengadopsi beberapa teori stressor dari sumber

pekerjaan menurut Cooper (dalam Rice, 1999) untuk dikaitkan dengan penelitian

mengatasi stres perawat di RSI Sultan Agung Semarang, antara lain:

Stressor dari stres kerja kondisi pekerjaan; seorang perawat akan banyak

dihadapkan pada kondisi pekerjaan yang monoton, yang setiap hari dihadapkan

dalam ruangan serta bertemu pasien yang berbeda karakteristik dan seorang

perawat harus dapat menyesuaikan kondisi tersebut. Apalagi dalam ruangan

tersebut tidak ada hiburan yang sedikit mengurangi ketegangan. Beratnya lagi

apabila perawat tersebut dalam kondisi tidak fit, padahal atasan tidak mau tau

alasannya harus bekerja secara profesional. Harus dapat menjaga citra baik

Rumah Sakit. Dalam kondisi itulah meningkatnya kesensitivan dan ketegangan

pada perawat. Perawat tidak hanya lelah mental, melainkan juga lelah psikis.

Bahkan tidak bisa santai dalam melakukan pekerjaannya, waktu bekerja terasa

berat sehingga mengganggu dalam aktifitas pekerjaannya.

Stressor dari stres kerja faktor interpersona; Permasalahan yang

menghadapi perawat sebelum terpengaruh dari lingkungan pekerjaan juga muncul

dari faktor internal. Mungkin dari masalah penyakit yang dihadapi sendiri ataupun

ketidakcocokkan dalam lingkungan Rumah Sakit sehingga setiap hari tertekan

Page 66: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

37

terus. Lama- kelamaan apabila tidak dapat di atasi atau dikurangi dapat

menyebabkan meningkatnya ketegangan dan tekanan darah menjadi naik. Apalagi

dalam bidang pekerjaannya tidak merasa terpuaskan. Dari meningkatnya tekanan

darah makanya harus berkonsultasi pada dokter untuk didiagnosa, setelah

mengetahui hasil dari diagnosa maka dokter akan memberikan masukan baik yang

tuntutan dikurangi sehingga tubuh mendapatkan kesempatan untuk beristirahat

untuk memulihkan kondisi tubuh.

Stressor dari stres kerja struktur organisasi; Perawat sangat membutuhkan

lembaga organisasi guna untuk menampung aspirasi dari perawat sendiri. Apabila

ada struktur organisasi di Rumah Sakit yang bekerjanya menyalahi prosedur serta

tidak menyampaikan aspirasi dari perawat juga dapat menimbulkan

permasalahan. Semisal kebijakan yang tidak profesional yang dilakukan oleh

atasa, mungkin itu akan menurunkan motivasi dari perawat sendiri dalam bekerja.

Serta tidak adanya kepuasan dalam diri perawat waktu sedang bekerja.

Di dalam penjelasan di atas faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi

kondisi psikis perawat di RSI Sultan Agung Semarang. Oleh karena itu dengan

mengetahui segala kemungkinan yang akan terjadi, para petugas bimbingan

rohani dapat menemukan beberapa solusi dalam memberikan bimbingan untuk

mengatasi suatu permasalahan.

Dalam hal ini termasuk gejala reaksi stres akut yang dikarenakan harus

ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya stressor luar biasa (fisik

atau mental) dengan onset dari gejala biasanya setelah beberapa menit atau segera

setelah kejadian didalam pedoman diagnostik. Sehingga dari memikul tanggung

Page 67: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

38

jawab yang berat kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri

memegang peranan dalam terjadinya reaksi stres akut.

Uraian peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi stres perawat di RSI

Sultan Agung Semarang sebagai berikut:

Fungsi prefentif, bertujuan untuk memabantu individu menjaga situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan)

dan kebaikan itu dapat bertahan lama (in state of good), dalam hal ini lebih

berorientasi pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik kelebihan

maupun kekurangan, situasi dan kondisi yang dialami saat ini.

Kerap kali perawat tidak paham dengan dirinya sendiri atau bahkan perawat

itu tidak merasakan dan tidak menyadari akan kesalahan serta masalah yang sedang

dihadapinya. Perawat sering tidak mengahargai dirinya sendiri, hal ini terbukti

ketika perawat tidak diterima rekan kerjanya, maka mereka rela melakukan apa

saja. Sekalipun itu bertentangan dengan hati nuraninya. Ketika perawat sudah

memandang dirinya lemah, tidak berdaya, putus asa, maka akan mudah bagi mereka

melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma agama. Oleh karena itu fungsi

preservatif akan sangat dibutuhkan dalam membantu perawat memahami keadaan

yang dihadapi, memahami sumber masalah, dan perawat akan mampu secara

mandiri mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Fungsi kuratif atau pengentasan diartikan membantu individu memecahkan

masalah yang dihadapinya. Tekanan psikis pada umumnya merupakan masalah

Page 68: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

39

yang dihadapi oleh perawat. Para petugas rohani mempunyai peran penting dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi perawat. Perawat seringkali mengalami

kecemasan, emosi yang tidak stabil, frustasi, dan melakukan pelanggaran terhadap

ajaran agama. Petugas rohani mempunyai kewajiban yang lebih besar kaitannya

dengan mengontrol dan memanaj stres perawat. Berhubungan dengan hal tersebut

maka dalam memberikan bimbingan rohani diperlukan materi syariat atau materi

Islamiyah. Ini akan mendorong seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan

segala permasalahan yang dihadapi perawat. Sehingga tercipta keseimbangan psikis

pada perawat.

Fungsi developmental, merupakan fungsi bimbingan rohani yang terfokus

pada upaya pemberian bantuan berupa pemeliharaan dan pengembangan situasi dan

kondisi yang telah baik agar tetap menjadi baik atau bahkan lebih baik, sehinggga

memungkinkannya menjadi sebab muculnya masalah. Dengan memelihara dan

mengembangkan sikap yang tertanam mulai dari aqidah, syari’ah, dan akhlak pada

diri perawat. Fungsi bimbingan rohani ini, berorientasi pada upaya pengembangan

fitrah manusia, yaitu sebagai mahluk ciptaan Allah yang memiliki kelebihan dan

kekurangan serta menjadi mahluk sosial. Dengan fitrah tersebut maka mampu

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Page 69: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum RSI Sultan Agung Semarang

3.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya RSI Sultan Agung Semarang

RSI Sultan Agung Semarang pada awalnya berdirinya merupakan Health

Center yang pada perkembangan selanjutnya ditingkatkan menjadi rumah sakit

yaitu RSI Sultan Agung atau Medical Center Sultan Agung. RSI Sultan Agung

merupakan lembaga pelayanan kesehatan masyarakat dibawah naungan Yayasan

Badan Wakaf Sultan Agung.

RSI Sultan Agung Semarang yang terletak di jalan raya Kaligawe Km. 4

yang berdekatan dengan terminal Terboyo dan pusat pertumbuhan industri. RSI

Sultan Agung Semarang dibangun pada tahun 1971, yang diresmikan sebagai

rumah sakit umum pada tanggal 23 Oktober 1973 dengan SK dari Menkes No.

1024/Yan Kes/1.0/75 tertanggal 23 Oktober 1975 diresmikan sebagai rumah sakit

tipe C (rumah sakit tipe Madya).

Sesuai dengan program YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung),

untuk menjadikan RSI Sultan Agung Semarang sebagai “Teaching Hospital”,

maka perlu diadakannya penambahan sarana dan prasarana baik berupa gedung

atau bangsal, peralatan medis, maupun man powernya.

Page 70: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

Seiring dengan kebutuhan pelayanan kesehatan saat ini, Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang telah memperluas pelayanan dengan pelayanan

unggulan Semarang Eye Center, yang merupakan pusat pelayanan kesehatan mata

terlengkap di Jawa Tengah. Eye Center ini dibuka tanggal 21 Mei 2005 yang

diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bapak Mardiyanto.

3.1.2. Letak Geografis

RSI Sultan Agung beralamat di Jalan Kaligawe Km.4 Semarang, berada di

Kelurahan Genuk. Lingkungan RSI Sultan Agung Semarang dikelilingi oleh

industri LIK dan industri Terboyo Park, didekatnya terdapat terminal Terboyo dan

Kampus UNISSULA (Universitas Sultan Agung).

Walaupun letaknya dikelilingi industri dan berdekatan dengan terminal

namun keadaan suasananya sangat tenang dan tidak bising. Apotik, Mushola, dan

Masjid RSI Sultan Agung berada di lingkungan Rumah Sakit (Ibu Zid, 13 Juli

2009).

3.1.3. Sarana dan Fasilitas

RSI Sultan Agung Semarang didirikan tidak semata-mata hanya untuk

memperoleh keuntungan semata, tetapi tujuan utama adalah sebagai sarana

dakwah dan pengembangan Islam. Untuk itulah dalam rangka mencapai tujuan

perlu adanya sarana sebagai penunjang, antara lain:

3.1.3.1. Instalasi Pelayanan Kesehatan, meliputi:

3.1.3.1.1. Pelayanan Poliklinik Umum dan IGD (24 jam)

Page 71: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.1.3.1.2. Pelayanan Poliklinik spesialis dan sub spesialis (jam 08.00-21.00

WIB) yang terdiri dari:

3.1.3.1.2.1. Anak

3.1.3.1.2.2. Penyakit Dalam

3.1.3.1.2.3. Kebidanan dan Kandungan

3.1.3.1.2.4. Badan Umum

3.1.3.1.2.5. THT

3.1.3.1.2.6. Mata

3.1.3.1.2.7. Bedah Onkologi

3.1.3.1.2.8. Jantung

3.1.3.1.2.9. Syaraf

3.1.3.1.2.10. Paru-paru

3.1.3.1.2.11. Bedah Orthopedi

3.1.3.1.2.12. Bedah Digesif

3.1.3.1.2.13. Bedah Urologi

3.1.3.1.2.14. Kesehatan Gigi dan Mulut

3.1.3.2. Pelayanan Penunjang Kesehatan (24 jam)

3.1.3.2.1. Instalasi Radiologi

3.1.3.2.2. Instalasi Farmasi

3.1.3.2.3. Laboratorium Patologo Klinik

3.1.3.2.4. Fisio Terapi

3.1.3.2.5. Klinik Gizi

Page 72: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.1.3.2.6. Laboratorium Patologi Anatomi

3.1.3.2.7. Klinik Psikologi

3.1.3.2.8. Lithoclast

3.1.3.2.9. CT Scan

3.1.3.3. Pelayanan Rawat Inap

3.1.3.3.1. VIP

3.1.3.3.2. Kelas I A

3.1.3.3.3. Kelas I B

3.1.3.3.4. Kelas II

3.1.3.3.5. Kelas III A

3.1.3.3.6. Kelas III B

3.1.3.4. Rehabilitasi Medik

3.1.3.4.1. Exercise Massage

3.1.3.4.2. Infra Red

3.1.3.4.3. Nebulizer

3.1.3.4.4. Ultra Sonic

3.1.3.4.5. Diathermi

3.1.3.5. Pelayanan Lain Meliputi:

3.1.3.5.1. Medical Chek Up

3.1.3.5.2. Hearing Centre

3.1.3.5.3. Pelayanan Ambulance

3.1.3.5.4. Perawatan Jenazah

3.1.3.5.5. Konsultasi Kerohanian

Page 73: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

Fasilitas Unggulan RS. Islam Sultan Agung menurut (Samsudin

Salim, M.Ag 22 Juli 2009)

3.1.3.1. ASKES Pegawai Negeri Rawat Jalan& Rawat Inap

3.1.3.2. ASKES Sukarela

3.1.3.3. Jamsostek JPK& Trauma Center

3.1.3.4. Lithoclast (Alat Pemecah Batu Saluran Kemih)

3.1.3.5. CT Scan Hellical 3D (Tiga Dimensi)

3.1.3.6. Semarang Eye Center

3.1.4. Visi- Misi dan Tujuan

3.1.4.1. Visi-Misi

3.1.4.1.1. Visi RSI Sultan Agung Semarang

Rumah Sakit Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan yang

selamat menyelamatkan, pelayanan pendidikan dalam rangka membangun

generasi khaira ummah, dan pengembangan peradaban islam menuju

masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah.

3.1.4.1.2. Misi RSI Sultan Agung Semarang

3.1.4.1.3. Mengembangkan pelayanan kesehatan atas dasar nilai-nilai

Islam yang selamat menyelamatkan, dijiwai semangat

“Mencintai Allah Menyayangi Sesama”, berpegang teguh pada

Etika Rumah Sakit Islam dan Etika Kedokteran Islam,

3.1.4.1.4. Membangun jamaah SDI yang memiliki komitmen pelayanan

kesehatan Islami,

Page 74: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.1.4.1.5. Mengembangkan pelayanan untuk pendidikan kedokteran dan

kesehatan bagi mahasiswa UNISSULA dan peserta didik dari

lembaga pendidikan milik Yayasan Badan Wakaf Sultan

Agung, juga dari lembaga pendidikan lain,

3.1.4.1.6. Mengembangkan pelayanan untuk penelitian dan

pengembangan ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan sesuai

standar yang tertinggi,

3.1.4.1.7. Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat dijiwai

dakwah Islamiyah melalui pelayanan kesehatan untuk

membangun peradaban Islam menuju masyarakat sehat

sejahtera yang dirahmati Allah SWT,

3.1.4.1.8. Mengembangkan gagasan, kegiatan dan kelembagaan sejalan

dengan dinamika masyarakat, perkembangan rumah sakit, dan

perkembangan iptek kedokteran dan kesehatan.

3.1.4.1.9. Adapun tujuan dari RSI Sultan Agung Semarang

3.1.4.1.9.1. Menjadi pusat riset, pendidikan, dan pelayanan kesehatan

serta sebagai sarana dakwah,

3.1.4.1.9.2. Sebagai perwujudan amal sholeh untuk menolong penderita

meningkatkan kualitas kehidupan dan menyantuni

masyarakat yang tidak mampu (Kaum Dzu’afa),

3.1.4.1.9.3. Mewujudkan rumah sakit yang profesional dan Islami sesuai

dengan kaidah hukum yang berlaku.

3.1.5. Struktur Organisasi RSI Sultan Agung Semarang

Page 75: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan
Page 76: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.2. Faktor-faktor Stres Perawat di RSI Sultan Agung Semarang

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan hampir menyentuh setiap orang.

Beberapa jenis pekerjaan penuh dengan stres karena sifat dasarnya mempunyai

andil yang besar terhadap timbulnya gangguan kesehatan. Jenis pekerjaan ini

misalnya, pengatur lalu lintas udara, polisi, perawat ruang gawat darurat, paramedis

dan pemadam kebakaran (Ardan, 2006).

Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) menetapkan perawat sebagai profesi yang beresiko sangat tinggi terhadap

stress (Schultz dan Schultz, 1994) hasil penelitian selye (1996) menunjukkan alasan

mengapa profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terpapar oleh stres

adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggungjawab yang sangat tinggi

terhadap keselamatan nyawa manusia. Selain itu ia juga mengungkapkan pekerjaan

perawat mempunyai beberapa karakteristik yang dapat menciptakan tuntutan kerja

yang tinggi dan menekan. Karakteristik tersebut adalah otoritas bertingkat ganda,

heterogenitas personalia, ketergantungan dalam pekerjaan dan spesialisasi, budaya

Page 77: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

kompetitif di rumah sakit, jadwal kerja yang ketat dan harus siap kerja setiap saat.

Serta tekanan–tekanan dari teman sejawat. Hasil penelitian numerof dan abramis

(dalam bery) menyatakan bahwa perawat di instalasi perawatan intensif dan unit

gawat darurat memiliki tingkat stres lebih tinggi dibanding dengan perawat di unit

lain.

Stres kerja yang dihadapi oleh perawat akan sangat mempengaruhi kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Robin, 1998) sedangkan

menurut penelitian Baker. dkk (1998) stres yang dialami seseorang akan merubah

cara kerja system kekebalan tubuh. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering

mudah terserang penyakit yang cenderung lama penyembuhannya karena tubuh

tidak banyak memproduksi sel–sel kekebalan tubuh ataupun sel–sel antibodi banyak

yang kalah. Kesehatan dan efektifitas kerja karyawan karena memiliki efek pada

aspek fisik dan psikologis. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja:

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber muncuinya stres atau stres kerja, yaitu

faktor Lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001:75). Faktor

lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan

sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian,

perisliwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana

pribadi berada dan mengembangkan diri.

Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi

pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka

faktor pribadi ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara

umum dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti, 2001:77-79):

Page 78: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.2.1. Tidak adanya dukungan sosial.

Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan yang

tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial

di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan

keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang

mengalami stres kerja adalah mercka yang tidak mendapat dukungan

(khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan

semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari

rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih

mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan social

yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

3.2.2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di

kantor.

Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam

menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja

ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung

jawab dan kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang

karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut

dirinya.

3.2.3. Pelecehan seksual.

Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau

dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan

seksual ini bisa dimulai dart yang paling kasar seperti memegang bagian

Page 79: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling

halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya.

Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja

adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik dari lawan jenis dan janji

promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita.. Stres

akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran

warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi,

namun tidak ada undang-undang yang melindungnya (Baron and Greenberg

dalam Margiati, 1999:72).

3.2.4. Kondisi lingkungan kerja.

Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu

panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya.

Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang

dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin.

Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi

atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil

munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan

dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati, 1999:73).

3.2.5. Manajemen yang tidak sehat.

Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan

para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat

sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu

Page 80: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi

pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai

bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan

semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang

pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).

3.2.6. Tipe kepribadian.

Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami sires

dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah

sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran,

konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung

tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi

dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non

kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami

dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu

sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi

lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko

serangan/sakit jantung (Minner dalam Margiati, 1999:73).

3.2.7. Peristiwa atau pengalaman pribadi.

Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang

menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau

gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau

menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan

bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal

Page 81: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh

perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk

kategori ini (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:73).

Merujuk dari faktor-faktor diatas seperti belum sepenuhnya rumah sakit

memberikan rasa aman, dan nyaman, mereka mengelu dan mengatakan bahwa saat

ini stres yang dialami perawat muncul dari lingkungan pekerjaan (Khoiriandoh

AMK, 22 Juli 2009).

3.2. Pelaksanaan Petugas Bimbingan Rohani Bagi Perawat Di RSI Sultan Agung

Semarang

Secara harfiah istilah bimbingan merupakan terjemahan dari “guidance”

dari akar kata “guide” berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot),

3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer). Dari definisi diatas dapat

diangkat makna sebagai berikut: bimbingan merupakan suatu proses yang

berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan

merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang

terarah kepada pencapaian tujuan (Yusuf dan Nasution, 2005:6).

Sedangkan menurut Sukardi (1995:2), bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus

dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi

pribadi yang mandiri.

Page 82: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

Sedangkan kata rohani dalam agama Islam berasal dari kata al-ruh,

diantaranya para ahli sendiri juga tidak memperoleh kata sepakat mengenai

batasannya. Dengan berpedoman kitab suci Al-qur’an, pada beberapa terjemahan

berbahasa Indonesia, ditemukan kata-kata yang sama, diartikan dengan jiwa, yaitu

al-ruh dan al-nafs, yang keduanya itu manusia mempunyai daya hidup (hayat).

Menurut pendapat Muhammad Wakid, manusia hidup adalah manusia yang

terdapat dalam dirinya roh, nafs, dan hayat. Dengan hayatlah manusia dapat

hidup, bernafas dengan paru-paru, dan dengan nafs dia dapat merasa melalui

panca indera. Dengan roh manusia selalu meningkat dalam perkembangan

hidupnya. Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang saling

mempengaruhi satu sama lainnya (Anshori, 2003:55). Menurut jumhur ulama, al-

ruh berarti roh yang ada dalam badan, hal ini sesuai dalam Al-qur’an surat Al-

Isra’ ayat 85:

štΡθè= t↔ ó¡o„ uρ Ç⎯ tã Çyρ ”9 $# ( È≅ è% ßyρ ”9 $# ô⎯ ÏΒ Ì øΒr& ’ În1u‘ !$tΒuρ Ο çF Ï?ρé& z⎯ ÏiΒ ÉΟ ù=Ïèø9 $# ωÎ) WξŠ Î= s% ∩∇∈∪

Artinya:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu

termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

sedikit”.(Departemen Agama RI,2006:145)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka bimbingan rohani Islam

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di

dunia dan akhirat. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan,

Page 83: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar

membantu individu. Individu dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah (Faqih, 2001:4).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik

tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunakan proses keperawatan membantu

perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah

keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis,

sistematis, dan terorganisasi (Budi, Ria, & Novy, 2006: 1).

Kegiatan pelaksanaan bimbingan rohani bagi perawat diterapkan dengan

metode kelompok, akan tetapi tidak memungkinkan apabila perawat meminta

tambahan waktu disediakan oleh petugas bimbingan rohani diluar jadwal yang

telah ditentukan oleh pihak Rumah Sakit dapat berjalan dengan bimbingan secara

individu atau antar personal.

Sebuah konsep yang dilakukan oleh para petugas bimbingan rohani dan

kebijakan dari pihak Rumah Sakit sendiri. Adanya kebijakan dari Rumah Sakit

menyelenggarakan do’a pagi yang dilaksanakan setiap hari senin, rabu, dan jumat

yang dimulai dari jam 07.15- 07.45 WIB. Kegiatan tersebut dimaksudkan agar

nilai- nilai ajaran Islam dapat terinternalisasi dalam kehidupan sehari- hari.

Page 84: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.3. Peran Petugas Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi Stres Perawat Di RSI

Sultan Agung Semarang

Sejak individu terbentuk sebagai suatu organisme yaitu pada masa konsepsi

(masa dibuahinya telur oleh sperma) yang terjadi dalam kandungan ibu, individu

terus tumbuh dan berkembang. Proses perkembangan ini dipengaruhi berbagai

faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan

dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika faktor tersebut dapat saling

melengakapi. Untuk mencapai pekembangan yang baik harus ada asuhan yang

terarah yaitu bimbingan.

Menurut Djumhur dan Surya (1975: 26) bimbingan merupakan suatu proses

membantu individu, membantu mengarahkan inidividu ke arah tujuan yang sesuai

dengan potensi yang dimiliki secara maksimum.

Orang-orang yang mengalami permasalahan tertentu tidak boleh dianggap

tidak sehat atau tidak normal, sebaliknya mereka adalah orang-orang yang secara

jasmaniah dan rohaniah sehat atau normal. Permasalahan yang sedang dialami itu

bukanlah sesuatu penyakit yang serta merta dikaitkan pada pelayanan dokter atau

psikater. Memang disadari sering adanya hubungan antara permasalahan tertentu

dengan ketidakseimbangan jasmaniah rohaniah. Apalagi permasalahan pada stres

perawat di RSI Sultan Agung Semarang.

Pelaksanaan bimbingan rohani terhadap perawat dapat berjalan sesuai

dengan jadwal tersebut di atas. Dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam

menggunakan dua metode, yaitu

Page 85: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.3.1. Metode individual, pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya dengan

langsung menemui orang yang bersangkutan.

3.3.2. Metode kelompok, pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan

klien dalam kelompok dengan menggunakan teknik kelompok yang hanya

menyampaikan bimbingan dan tidak ada diskusi atau tanya jawab (Hidayat,

23 Juli 2009).

Dalam konsep tentang tugas seorang perawat sangatlah berat. Yang harus

dapat menempatkan semua tugas-tugasnya terselesaikan secara tepat dan hasil yang

memuaskan. Apalagi mendapat tekanan dari atasan harus bekerja secara

profesionalisme. Yang akan berdampak pada mutu dan pelayanan Rumah Sakit

dimata umum. Untuk itu, perlu adanya bimbingan rohani dari petugas rohani yang

telah dipersiapkan oleh pihak Rumah Sakit. Dari hasil wawancara dengan Ahmad

Muhid, SHI (21 Juli 2009).

Penulis memperoleh keterangan bahwa penanaman jiwa spiritual (Muhit, 21

Juli 2009) sangatlah penting bagi perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang. Karena dengan menanamkan jiwa spiritual kepada perawat akan

membuat perawat lebih sabar dan tawakal. Penanaman jiwa spiritual tersebut

diantaranya adalah:

3.3.1. Aqidah

3.3.2. Takwa dan beramal saleh

3.3.3. Berdo’a, bertasbih, dan mengerjakan shalat

Page 86: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3.3.4. Memperkirakan kemungkinan terburuk dan melihat orang yang keadaannya

lebih parah

3.3.5. Berpandangan realistis dalam hidup dan menjahui khayalan

3.3.6. Berbaik sangka

3.3.7. Cara menanggapi penganiayaan orang lain

3.3.8. Harapan.

Adanya beberapa kasus stres yang dialami oleh perawat di RSI Sultan

Agung Semarang dan peran petugas bimbingan rohani Islam mengatasi kasus-

kasus tersebut antara lain:

Seorang perawat yang menginginkan sikap demokratis dari atasan. Karena

ada sebuah kejadian jabatan kosong yang diisi oleh seseorang yang tidak memiliki

skill yang memadai. Mungkin dia perawat yang cukup mampu untuk jabatan

tersebut, karena dari atasan langsung memilih tanpa mengadakan penyeleksian

ataupun tes untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut, sehingga Khoiriandoh

AMK (22 Juli 2009) agak kecewa. Lama-kelamaan dengan kejadian tersebut dia

dalam melaksanakan pekerjaannya setiap hari agak malas dan tidak semangat

sebelum adanya kejadian tersebut. Dia juga pernah satu ruangan waktu mengikuti

pelatihan dan pengenalan Flu Babi yang diadakan oleh pihak Rumah Sakit seperti

tidak kenal. Apalagi bertatap muka, langsung aja membalikkan muka. Selain itu

Khoiriandoh juga mendapat perintah dari orang yang tidak disukainya atau

saingannya langsung aja banyak alasan dan langsung pergi meninggalkan.

Dalam kasus yang dialami oleh Khoiriandoh AMK petugas bimbingan

rohani Islam melakukan beberapa bimbingan. Dengan menggunakan pendekatan

Page 87: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

person- centered (terpusat pada individu) menurut (Hidayat, 23 Juli 2009). Karena

dengan melihat realita sebelum kejadian Khoiriandoh bekerja secara maksimal

tanpa membeda-bedakan, akan tetapi setelah dengan adanya kejadian tersebut

perilakunya berubah drastis dalam pekerjaan. Apalagi ada kaitannya dengan orang

yang tidak disukai, wajah dan sikap langsung beda. Semua itu imbasnya juga pada

Rumah Sakit. Pernah ada kejadian pasien yang minta tolong malah dimarahi karena

melihat saingannya sedang dipuji sama teman-teman seperjuangan mungkin

Khoiriandoh tidak rela dalam hati kecilnya pujian itu malah lebih pantas untuk

dirinya. Dalam waktu yang luang dan santai petugas bimbingan rohani menemuinya

sambil mengajak ngobrol dan bergurau terus memberikan bimbingan dan

menjelaskan bahwa pentingnya mentaati perintah dari atasan. Dalam Firman Allah

SWT QS. An- Nisa ayat 59:

$pκš‰ r'̄≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#þθãΨ tΒ#u™ (#θãè‹ ÏÛ r& ©! $#(#θãè‹ÏÛ r& uρ tΑθ ß™§9 $#’ Í<'ρé& uρÍ ö∆F{ $#óΟ ä3Ζ ÏΒ (βÎ* sù÷Λ ä⎢ ôã t“≈ uΖs?

’Îû &™ó© x« çνρ–Š ã sù ’n< Î)«! $#ÉΑθß™§9 $#uρ βÎ)÷Λ ä⎢Ψ ä. tβθ ãΖÏΒ÷σ è? «! $$Î/ ÏΘöθu‹ ø9 $#uρ ÌÅzFψ $# 4

y7 Ï9≡ sŒ ×ö yzß⎯ |¡ ômr& uρ¸ξƒ Íρù' s? ∩∈®∪ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Page 88: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

Bukhori juga meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW

bersabda: “Sungguh kelak kalian akan kemaruk jabatan, sementara jabatan itu akan

menjadi sumber penyesalan bagi pelakunya pada hari kiamat (jika tidak diemban

dengan benar).

Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr ia berkata: Rasulullah SAW

bersabda: “Sesungguhnya orang- orang yang berlaku adil kelak akan berada pada

kedudukan tinggi dan terpuji di sisi Allah, yakni mereka yang berlaku adil dalam

menetapkan keputusan, dalam keluarga mereka, dan dalam jabatan mereka.

Tak lupa petugas bimbingan rohani juga menjelaskan bahwasannya orang

yang beriman adalah saudara. Yang tertera dalam QS. Al Hujuraat ayat 10:

$yϑ ¯ΡÎ) tβθãΖ ÏΒ÷σ ßϑø9 $# ×ο uθ÷zÎ) (#θßs Î=ô¹ r' sù t⎦ ÷⎫ t/ ö/ ä3 ÷ƒ uθyzr& 4 (#θà) ¨? $#uρ ©!$# ÷/ ä3 ª=yès9 tβθçΗ xq ö è? ∩⊇⊃∪

Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah

terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

Mudrikah AMK (22 Juli 2009) seorang perawat yang cekatan dalam

bertindak. Makanya dia ditunjuk oleh pihak Rumah Sakit untuk ditempatkan

dibagian UGD (Unit Gawat Darurat). Dalam kesehariannya dia termasuk perawat

yang kritis. Apalagi kalau ada suatu permasalahan yang muncul di Rumah Sakit.

Ada sebuah kejadian waktu dia menangani kasus kecelakaan, akan tetapi beliau

sudah bertindak sesuai dengan prosedur keperawatan. Akan tetapi dia masih juga

disalahkan oleh atasan. Dia juga pernah disindir dalam sebuah rapat. Lama-

kelamaan dia mencari sumber permasalahan kenapa dirinya disalahkan terus.

Setelah beberapa hari ternyata ada sebuah tim khusus yang diberikan wewenang

Page 89: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

untuk mengawasi para karyawan khususnya perawat. Dari tim khusus tersebut

dipilih orang-orang yang memiliki jabatan agak tinggi di Rumah Sakit, ternyata dari

salah satu mereka ada yang tidak suka dengan keberadaannya. Mudrikah agak

kecewa pada kebijakan tersebut. Padahal para perawat pun sudah mempunyai

wewenang, kenapa dijadikan obyek permasalahan. Dalam benak dia sendiri kenapa

tidak dikembalikan aja pada hati nurani perawat masing-masing. Berikan saja

tanggung jawab sepenuhnya, apabila tidak sesuai atau melenceng dari prosedur

tinggal diberi sanksi yang tegas. Sehingga dalam bekerja Mudrikah sendiri tidak

ikhlas.

Kasus yang dialami Mudrikah dia ingin adanya kebebasan, apalagi dengan

adanya tim pemantau. Mungkin dari pihak Rumah Sakit sangatlah beruntung,

dengan adanya TIM tersebut dapat menilai kinerja perawat. Akan tetapi dari

perawat sendiri tidak mengetahui dengan keberadaannya. Dari situlah petugas

bimbingan rohani memberikan penjelasan dan pengertian. Seumpama ada kebijakan

dari atasan kalau yang tidak suka dengan hal tersebut terus mengeluarkan mandat

untuk PHK yang susah siapa.

Petugas bimbingan rohani juga menjelaskan hadist sebagai berikut: Bukhari-

Muslim meriwayatkan dari Umar, dia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah

SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya dan

sesungguhnya balasan yang akan diperoleh seseorang dari amalnya juga sesuai

Page 90: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih keridhaan

Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya.

Charisma AMK (23 Juli 2009) tidak suka karena terlalu beda jauh dengan

sanksi yang diberikan baik pada karyawan atau atasan. Dari pengalamannya dia

datang terlambat waktu mengikuti apel pagi, sehingga dia tidak ikut. Setelah apel

pagi selesai para karyawan atau perawat sejajar yang terlambat atau tidak ikut

dipanggil untuk menghadap atasan serta dikenakan sanksi, sedangkan atasan

semisal dokter, kepala bagian-bagian atau yang lain dibebaskan malah pada ngobrol

sendiri. Charisma agak iri dengan kejadian tersebut. Apakah bawahan akan seperti

itu dijadikan budak terus. Sampai sempat berkeinginan membuat kesepakatan antar

perawat untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut. Akan tetapi hasilnya tetap nihil.

Setelah kejadian tersebut charisma berupaya untuk datang lebih awal untuk dapat

mengikuti apel pagi, walaupun dari hati kecilnya berkata lain.

Petugas bimbingan rohani dulunya belum mengetahui permasalahan yang

dialami oleh charisma, akan tetapi petugas bimbingan rohani melihat dia sering

menyendiri akhirnya bertanya kepada yang satu ruangan. Apakah ada problem dari

keluarga, tetangga, apa juga dipekerjaannya. Dengan mengetahui permasalahan

tersebut petugas rohani sedikit memaparkan Firman Allah SWT dalam QS. An-

Nahl ayat 90:

*¨βÎ)©! $# ããΒù'tƒ ÉΑ ô‰yèø9 $$Î/ Ç⎯≈ |¡ ômM} $#uρÇ› !$ tGƒ Î)uρ “ÏŒ 4†n1ö à) ø9 $#4‘sS ÷Ζtƒ uρ

Ç⎯ tã Ï™!$t± ós x ø9 $#Ì x6Ψ ßϑø9 $#uρ Ä©øö t7ø9 $# uρ4öΝä3 Ýà Ïètƒ öΝ à6 ¯=yè s9 šχρ ã©. x‹s? ∩®⊃∪

Page 91: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran”.

Dari penjelasan ayat tesebut petugas bimbingan rohani memberikan

pengarahan kepada charisma apabila dalam kehidupan mempunyai permasalahan,

sebaiknya dapat kita petik pelajaran dari permasalahan tersebut. Kita hidup pasti

memiliki permasalahan, akan tetapi bagaimana kita menyikapi permasalahan

tersebut, apa dalam hal yang negatif atau sebaliknya dalam hal yang positif.

Desi Ariyani AMK (23 Juli 2009) dia mengalami permasalahan dalam

waktu sapa, salam, senyum untuk semuanya pada waktu bertugas di RSI Sultan

Agung Semarang. Padahal itu kewajiban yang sudah disepakati bersama dan harus

dilaksanakan oleh semua petugas Rumah Sakit. Pengalamannya Desi sering

menemukan beberapa atasan yang cuek pada karyawan, padahal karyawan sudah

menerapkan hal tersebut. Tetapi sebaliknya apabila karyawan lupa waktu bertugas

tidak menerapkan sapa, salam, senyum akan dikenakan sanksi. Desi juga pernah

langsung ditegur oleh atasan karena dia tergesa- gesa dengan keadaan pasiennya

jadi lupa untuk mengucapkan hal tersebut. Padahal itu dimuka umum, malunya

minta ampun.

Dalam kasus yang dialami oleh Desi petugas bimbingan rohani memberikan

pengertian bahwa apabila kita ingin dihargai oleh orang lain, sebaiknya kita

menghargai orang lain. Serta mengutarakan Firman Allah SWT didalam QS. An-

Nisaa ayat 86:

Page 92: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

#sŒ Î)uρ Λ ä⎢Š Íh‹ ãm 7π ¨Š Ås tFÎ/ (#θ–Š ys sù z⎯ |¡ôm r'Î/ !$pκ ÷] ÏΒ÷ρ r& !$yδρ –Š â‘ 3¨βÎ)©! $# tβ% x. 4’ n?tã Èe≅ ä. >™ó© x« $·7Š Å¡ym ∩∇∉∪ Artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu

penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari

padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya

Allah memperhitungkan segala sesuatu”.

Di dalam hadis juga disebutkan. Bukhari-Muslim meriwayatkan dari

Abdullah bi Amr bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:

Manakah amalan yang sangat utama dalam Islam? “Beliau menjawab:

“Memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada sesama muslim baik yang

sudah engkau kenal maupun belum”.

Petugas bimbingan rohani juga menuturkan apabila dalam kita menyikapi

hal tersebut secara ikhlas dan positif, kita juga tidak akan terbebani dengan hal

tersebut. Serta kita tidak melupakan untuk mengabdikan diri kita kepada Sang

Khalik. Semua kejadian yang ada dimuka bumi ini sudah ada skenarionya.

Page 93: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

1

BAB IV

ANALISIS PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI

DALAM MENGATASI STRES PERAWAT

DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

4.1. Analisa Faktor-faktor Stres Perawat di RSI Sultan Agung Semarang

4.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stress

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.

Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya perawat

mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut (Khusnul Khotimah, 24

Juli 2009) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu

4.1.1.1. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan

pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap

karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat

menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi.

Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga

hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal

ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.

Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang

dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat

terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya

teknologi yang digunakannya.

Page 94: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

2

4.1.1.2. Faktor Organisasi

Di dalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat

menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands,

organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari

masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.1.2.1. Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas

dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang

karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai

bersama dalam suatu organisasi tersebut.

4.1.1.2.2. Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan

lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas

antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat

menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga

pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan

dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap

dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan

lainnya.

4.1.1.2.3. Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi

dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan

dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan

dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

Page 95: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3

4.1.1.2.4. Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang

pimpinan dalam suatu organisasi. Empat faktor organisasi di atas

juga akan menjadi batasan dalam mengukur stress perawat.

Pengertian dari stress itu sendiri adalah muncul dari adanya

kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang

tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan,

batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya

itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya

diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Khusnul

Khotimah, 24 Juli 2009)

4.1.1.3. Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari

dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari

keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan

menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat

tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah

ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat

menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta

dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.

Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat

menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh

seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada

tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian

Page 96: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

4

seseorang. Apalagi dilihat dari beberapa kasus diatas, perawat cenderung

mengalami stres diwaktu melakukan pekerjaan.

4.2. Analisa Pelaksanaan Bimbingan Rohani Bagi Perawat di RSI Sultan Agung

Semarang

Bimbingan rohani adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan yang

terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya, sehingga tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat (Hidayatul,

22 Juli 2009).

Pola yang diterapkan oleh petugas bimbingan rohani di RSI Sultan Agung

Semarang hanyalah sekedar penyampaian materi. Materipun disesuaikan pada

kemampuan para petugas bimbingan rohani. Kalau ada selain petugas bimbingan

rohani ingin memberikan bimbingan, semisal dokter yang memiliki ilmu agama

yang lebih diperbolehkan oleh petugas bimbingan rohani. Yang terpenting materi

yang disampaikan dapat mengena untuk dijadikan referensi, sehingga dapat

diterapkan dikehidupan sehari- hari, baik dilingkungan keluarga, masyarakat,

ataupun dalam wilayah pekerjaan (Ibu Zid, 21 Juli 2009).

Bimbingan yang dilakukan oleh petugas rohani Islam di RSI Sultan Agung

Semarang mempunyai tugas untuk memberikan pendidikan agama dalam arti

secara keseluruhan. Bimbingan rohani terhadap perawat merupakan proses

pemberian bantuan oleh petugas rohani dalam rangka mendidik, membina serta

mengarahkan agar sejalan dengan ajaran Islam. Karena perawat merupakan

sebuah profesi yang harus dijalankan serta bertanggung jawab dalam sebuah

pekerjaan. Tidak lain perawat juga sebagai ayah atau ibu di dalam rumah tangga.

Mereka juga butuh bimbingan rohani dalam kehidupan sehari-hari dan mereka

Page 97: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

5

juga mempunyai permasalahan. Perawat juga paham akan hak dan kewajiban serta

berusaha untuk mendapatkan bimbingan yang sesuai dengan ajaran Islam

(Samsudin, 21 Juli 2009).

Dari hasil penelitian penulis dapat menganalisa bahwa peran bimbingan

rohani terhadap perawat di RSI Sultan Agung Semarang pada dasarnya adalah

sekedar penyampaian bimbingan rohani tanpa mengetahui stres yang sedang

dihadapi perawat. Jadi bimbingan rohani yang sebenarnya memiliki fungsi positif

bagi perawat tidak maksimal dalam proses pelaksanaannya. Pada umunya pola

bimbingan yang diterapkan oleh petugas rohani tidak mampu mengimbangi atau

tidak sesuai dengan perkembangan saat ini (khoiriandoh, 22 Juli 2009). Disamping

itu sebenarnya, juga perlu diketahui bagaimana keadaan psikis perawat itu sendiri.

Kadang-kadang mereka sendiri memerlukan bantuan. Akan tetapi kemungkinan

besar mereka tidak mau menerima kenyataan (Khusnul Khotimah, 24 Juli 2009).

Dilihat dari berbagai karakteristik ataupun dari asal daerah masing-masing

perawat juga berbeda. Semisal dari daerah pesisir yang dominan bersifat keras dan

kasar. Apabila setiap ada permasalahan langsung diungkapkan walaupun itu

dilingkungan umum, tanpa memperdulikan efeknya. Sedangkan perilaku lain dari

daerah pegunungan mungkin malah sebaliknya dilihat dari sifatnya yang lemah

lembut dengan nada yang kecil pula. Semua itu harus dipahami betul oleh para

petugas bimbingan rohani yang ada di RSI Sultan Agung Semarang. Sehingga

mampu mengetahui psikologis dari para perawat.

Peranan bimbingan rohani yang ada di RSI Sultan Agung Semarang untuk

perawat belum efektif. Yang dapat dilihat dari absensi para perawat mengikuti

bimbingan rohani baik dalam apel pagi ataupun yang lain khusus dalam bidang

Page 98: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

6

bimbingan rohani. Dari sinilah tugas dari para pembimbing rohani untuk

menyelidiki kasus-kasus tersebut. Apakah dari diri perawat sendiri tidak ada

motivasi guna untuk mengikuti bimbingan rohani atau sebaliknya bimbingan

rohani yang bersifat monoton dalam memberikan bimbingan sehingga mengalami

kejenuhan.

Tak lain juga yang dilakukan oleh petugas bimbingan rohani Islam di RSI

Sultan Agung seperti bimbingan kepada tokoh ulama (Pak Yai), yang hanya

memberikan ceramah atau hanya bersifat membimbing. Karena tidak

menggunakan prosedur konseling yang melihat permasalahan dari awal sampai

tuntasnya permasalahan yang dihadapi klien (khoiriandoh, 22 Juli 2009).

Di sinilah kadang-kadang terjadi pemaksaan kehendak atas proses

pemberian bimbingan rohani pada perawat, yang tidak sesuai dengan tarjet

petugas bimbingan rohani. Mereka lebih banyak menuntut apa yang sudah

dikerjakan sesuai dengan keprofesionalisme pekerjaan.

Unsur-unsur yang mendasari penyikapan terhadap permasalahan, antara

lain (Khusnul Khotimah, 24 Juli 2009):

4.2.1. Pemahaman dan penghayatan bahwa dalam perjalanan hidup seseorang

dapat mengalami berbagai permasalahan.

4.2.2. Pemahaman dan penghayatan bahwa faktor-faktor lingkungan sangat

besar pengaruhnya terhadap pola berfikir seseorang.

4.2.3. Pemahaman dan pengahayatan bahwa permasalahan seseorang besar

kemungkinan tidak sama, oleh karena itu diperlukan upaya yang

mendalam agar dapat mencapai pemahaman yang lengkap dan mantab

berkenaan dengan permasalahan itu.

Page 99: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

7

4.2.4. Pemahaman dan penghayatan bahwa dalam menangani permasalahan

seseorang perlu dilibatkan berbagai pihak, sumber, dan unsur secara

efektif dan efisien mengatasi atau memecahkan permasalahan tersebut.

Parahnya lagi muncul anggapan keliru tentang peran petugas bimbingan

rohani dari dalam Rumah Sakit, misalnya pandangan menganggap ajaran Islam

hanya sebagai urusan akhirat saja. Dampaknya adalah penyimpangan sikap dan

perilaku perawat. Untuk itu perlu dicari solusi bagaimana cara membatasi perawat

dari kemungkinan akan terjadinya penyimpangan. Selanjutnya mencari jalan

terbaik bagi perawat untuk dapat mencegah dari penyakit psikis dengan cara dan

jalan yang sesuai dengan berpedoman Al-Qur’an dan Al-Hadist. Usaha-usaha

untuk membimbing dan membina perawat, antara lain (Sugito, 24 juli 2009):

4.1.1. Mengelola perasaan (nafsu amarah, pengendalian lisan, mengelola

pandangan mata, menelola pendengaran, mengelola selera makan)

4.1.2. Mengelola emosi dan stres

4.1.3. Mengelola waktu (membiasakan tertib dan teratur, melakukan segalanya

dengan terancana, membiasakan diri dengan data serta informasi yang

akurat, jelas, dan detail)

4.1.4. Mengelola rasa empati dan simpati

4.1.5. Mengefektifkan komunikasi dan pergaulan

Page 100: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

8

4.3. Analisa Peran Petugas Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi Stres Perawat

Di RSI Sultan Agung Semarang

Bimbingan rohani merupakan proses pemberian bantuan bagi perawat

yang memiliki fungsi agar perawat dapat memiliki kemampuan untuk

merealisasikan potensi yang dimilikinya sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam

(Samsudin, 24 Juli 2009). Berkaitan dengan optimalisasi bimbingan rohani pada

perawat, maka penulis menganalisa bagaimana hubungan antara optimalisasi

fungsi bimbingan rohani dengan permasalahan yang dihadapi oleh perawat di RSI

Sultan Agung Semarang.

Perawat merupakan sebuah profesi yang dominan dihadapkan pada

penyakit psikis, jika tidak diimbangi dengan pemberian bimbingan rohani secara

benar oleh petugas rohani akan membahayakan. Akan tetapi jika diimbangi

dengan pemberian bimbingan rohani secara benar, maka perawat-pun akan dapat

memanaj permasalahan dengan baik, perawat juga dapat mengatasi penyaki psikis

yang sedang mereka hadapi dengan kekuatan iman yang telah ditanamkan pada

dirinya. Sehingga perawat mampu hidup tentram serta konstruktif pada zaman

global nanti. Jadi bimbingan rohani untuk perawat sangatlah perlu (Ibu Zid, 21

Juli 2009).

Di RSI Sultan Agung Semarang, yang terjadi adalah tidak sedikit dari

perawat yang mempercayakan seratus persen bimbingan rohani dari petugas

rohani merasa upaya itu telah mencukupi. Dengan cara ini petugas bimbingan

rohani mengira bahwa perawat akan menjadi individu yang beriman dan bertakwa.

Tindakan petugas rohani seperti itu merupakan tindakan yang tidak salah, tetapi

Page 101: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

9

ternyata belum mencukupi kebutuhan perawat itu sendiri (Mudrikah, 22 Juli

2009).

Dikarenakan perawat juga mahkluk sosial yang harus bisa bersosialisasi

dan beradaptasi dengan orang lain. Apabila hal tersebut tidak bisa teratasi, maka

akan menimbulkan sebuah masalah. Dalam hal ini adalah stres. Perawat yang

mengalami stres tidak hanya diakibatkan di dalam pekerjaan saja, juga bisa dari

lingkungan yang lain dari keluarga ataupun masyarakat (Samsudin, 21 juli 2009)

Peranan bimbingan rohani di RSI Sultan Agung Semarang untuk

mengatasi stres perawat belum efektif dengan apa yang dihadapi oleh perawat,

hanya sekedar penyampaian materi tentang agama. Tetapi apakah itu saja dapat

langsung diterima oleh perawat secara hati terbuka atau justru malah sebaliknya

bisa jadi dijadikan dongeng. Karena dilihat dari keimanan perawat satu dengan

perawat yang lain berbeda jauh. Dari sinilah peran petugas bimbingan rohani

harus ekstra dalam mengatasi stres perawat (Samsudin, 21 juli 2009).

Macam-macam stres yang dialami oleh perawat di RSI Sultan Agung

Semarang, antara lain:

4.3.1. Stres dalam lingkungan pekerjaan (Ketidak cocokan dengan teman atau

kebijakan atasan yang tidak disukai oleh perawat)

Semisal seorang perawat yang menginginkan sikap demokratis dari

atasan. Karena ada sebuah kejadian jabatan kosong yang di isi oleh

seseorang yang tidak memiliki skill yang memadai. Mungkin dia perawat

yang cukup mampu untuk jabatan tersebut, karena dari atasan langsung

memilih tanpa mengadakan penyeleksian ataupun tes untuk mengisi

kekosongan jabatan tersebut sehingga Khoiriandoh AMK (22 Juli 2009)

Page 102: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

10

agak kecewa. Lama-kelamaan dengan kejadian tersebut dia dalam

melaksanakan pekerjaannya setiap hari agak malas dan tidak semangat

sebelum adanya kejadian tersebut. Dari situlah khoiriandoh mengalami

stres dalam pekerjaan.

4.3.2. Stres dalam lingkungan keluarga

4.3.2.1. Anak rewel saat mau berangkat kerja

Dewi Mudasari (25 Juli 2009) memiliki beberapa anak. Akan tetapi

anak yang terakhir ini sering membuat ibunya kerja keras. Apa yang dia

inginkan harus dituruti, kalau tidak akan menangis dan membuang barang

apapun yang ada disekitar. Malah-malah beberapa perabotan banyak yang

rusak. Apalagi disaat ibunya mau berangkat kerja, yang semuanya harus

terburu-buru. Sehingga sampai di tempat kerja sifatnya hanya pengen

marah terus, dan sudah habis tenaganya di rumah. Dan akhirnya dalam

bekerja-pun tidak maksimal.

4.3.2.2. Stres kekurangan ekonomi sehingga suami dan istri sering bertengkar

Kehidupan yang bahagia telah hilang, yang dikarenakan dari

pertengkaran antara suami-istri yang dialami oleh Dewi Trilestari (25 Juli

2009). Yang berdampak negatif dalam pekerjaannya. Dia tidak semangat

untuk bekerja. Dari berangkat bekerja yang sering terlambat, sering

melamun dalam bekerja, sampai-sampai menyendiri dalam suatu ruangan.

Padahal sebelum terjadinya pertengkaran tersebut dia termasuk perawat

yang rajin dalam suatu hal, apalagi menyangkut nyawa seseorang.

Page 103: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

11

Peran dari petugas bimbingan rohani untuk mengatasi stres perawat

di atas. Petugas bimbingan rohani hanya menyampaikan materi agama

yang sudah tertera di dalam jadwal. Kalau berkenan perawat sendiri yang

menemui petugas bimbingan rohani di dalam kantor untuk meminta saran

dan masukan guna untuk mengatasi stres yang dialami perawat. Berarti

petugas bimbingan rohani tidak pro-aktif dalam memberikan bimbingan

kepada perawat yang stres. Padahal dampak dari perawat yang stres

berkemungkinan negatif pada Rumah Sakit. Sehingga dalam melaksanakan

pekerjaan tidak maksimal, serta membuat citra nama baik Rumah Sakit

menurun dimata umum.

Dalam upaya memberikan bimbingan rohani pada perawat yang stres, para

petugas bimbingan rohani ternyata mengahadapi beberapa hambatan yang

dirasakan sangat mempengaruhi proses bimbingan rohani. Hambatan-hambatan

tersebut menurut Sugito (22 Juli 2009) selaku petugas bimbingan rohani:

3.3.1. Kurangnya kesadaran dari perawat dengan adanya petugas rohani

3.3.2. Salah pengertian antara perawat dengan petugas rohani

3.3.3. Tidak dapat meluangkan waktu untuk berkonsultasi, karena yang

disibukkan dengan pekerjaannya.

Dengan penelitian yang diangkat, maka penulis menentukan bahwa

bimbingan rohani harus tetap dilaksanakan dalam rangka untuk mengatasi stres

perawat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arahan mupun pijakan kepada

perawat dalam upaya menemukan solusi untuk memanaj stres. Upaya penemuan

tersebut dapat dilakukan oleh dirinya sendiri ataupun dengan bantuan orang lain,

Page 104: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

12

yang dalam hal ini adalah petugas rohani Rumah Sakit. Mereka bisa bertindak

sebagai konselor dalam membantu mengatasi permasalaha psikis.

Banyaknya persoalan yang berujung pada stres yang harus dihadapi oleh

perawat seringkali terjadi dalam banyak hal dalam lingkungan yang berbeda-beda.

Salah satu lingkungan yang paling potensial menghadirkan stres adalah

lingkungan kerja di mana beban tugas dari pekerjaan yang bersangkutan benar-

benar dapat mengganggu perawat. Stres kerja sendiri pasti dapat dijumpai pada

hampir semua pekerjaan, hanya saja ada beberapa pekerjaan tertentu yang

memiliki stres kerja di atas rata-rata pekerjaan yang lainnya dan salah satu

pekerjaan itu adalah perawat. Karena itu perawat yang sedang memiliki gejolak

permasalahan, yang kurang mendapat bimbingan dan pengarahan moral dan

agama, mudah terseret kepada hal yang bersifat praktis tanpa melihat jangka

panjang. Oleh karena itu perawat mengalami berbagai konflik.

Konflik pertama yang pada umumnya dialami perawat adalah konflik

antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas. Perawat

membutuhkan penerimaan sosial dan penghargaan serta kepercayaan orang lain

kepadanya. Untuk itulah perawat membutuhkan orang yang mengajarkannya

kepada perilaku yang diterima dalam berbagai kesempatan dan situasi (suri

tauladan). Akan tetapi di lain pihak ia membutuhkan rasa bebas, karena ia merasa

dirinya sudah dewasa. Oleh karenanya ia tidak memerlukan orang yang akan

menunjukkan kepadanya cara bertindak atau berperilaku. Konflik antar kebutuhan

pada diri perawat sehingga menyebabkan stres. Di sini tampak jelas pentingnya

peran petugas bimbingan rohani bagi perawat.

Page 105: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

13

Konflik kedua adalah konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan

kebutuhan akan keprofesionalisme dalam suatu pekerjaan. Perawat ingin bebas

dan mandiri, yang bekerja sesuai dengan keadaan. Sementara itu pada waktu yang

bersamaan adanya konflik keluarga yang belum menemukan solusi yang tepat.

Konflik tersebut dapat meningkat apabila dibawa dalam suatu pekerjaan. Padahal

di dalam suatu pekerjaan harus bertindak secara profesionalisme. Dari situlah

peran petugas bimbingan rohani yang bertindak sebagai konselor.

Konflik ketiga yang selalu dialami perawat adalah konflik nilai-nilai, yaitu

konflik antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari perawat ketika di

lingkungannya sehari-hari. Hal itu menyebabkan perawat mengalami kebingungan

dan keraguan. Kadang-kadang perawat tidak mampu membedakan tindakan yang

benar dan tindakan yang salah, mana yang prinsip dan mana hal yang sesat. Sering

kali kebingungan dan keraguan sementara perawat mendorong untuk lari dalam

permasalahan atau mengabaikannya.

Selanjutnya konflik keempat yang dihadapi perawat adalah konflik

menghadapi masa depan. Ini adalah konflik yang disebabkan kebutuhan untuk

menentukan masa depan. Kecenderungan dalam hal PHK, apabila kita tidak

bekerja masa depan kita akan kemana.

Dari uraian di muka, penulis menganalisa bahwa perawat di RSI Sultan

Agung Semarang perawat yang masih memiliki sifat egosentris tinggi. Keegoisan

perawat nampak pada sikap mereka yang menganggap dirinya sebagai individu

yang berbeda. Apabila di dalam suatu pekerjaan dikerjakan secara ikhlas, maka

tubuh kita akan menerima tidak berat. Serta diimbangi dengan ikhtiar dan

dikembalikan kepada Sang Khalik, karena beliau yang menciptakannya.

Page 106: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

14

Berbeda dengan perawat yang memiliki pola asuh yang berlandasan pada

Al-Qur’an dan Al-Hadist, serta menjalankan norma-norma didalam suatu

pekerjaan. Perawat dilatih untuk dapat bertanggung jawab atas segala tindakannya,

sehingga perawat menjadi seorang suri tauladan baik di dalam sebuah pekerjaan

maupun di lingkungan keluarga atau masyarakat.

Page 107: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

1

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah dikemukakan kajian dari peran petugas bimbingan rohani dalam

mengatasi stres di RSI Sultan Agung Semarang, maka dapat diambil kesimpulan:

5.1.1. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang perawat stres

5.1.1.1. Faktor Lingkungan, dalam hal ini lingkungan dapat mempengaruhi

psikis seseorang yaitu perawat. Lingkungan yang positif akan

mempengaruhi, dan sebaliknya lingkungan yang negatif. Semisal

dalam menjalankan suatu pekerjaan.

5.1.1.2. Faktor Organisasi, meliputi dari pemimpin, teman dalam pekerjaan.

Semua itu sangat berdampak pada jiwa perawat khususnya.

5.1.1.3. Faktor Individu, dari lingkungan keluarga. Baik dari tuntutan

ekonomi ataupun yang lainnya.

5.1.2. Peran petugas bimbingan rohani di RSI Sultan Agung Semarang untuk

mengatasi stres perawat belum efektif, dikarenakan hanya sekedar

memberikan bimbingan rohani tanpa melihat permasalahan yang dihadapi

perawat diantaranya stres.

Dapat dilihat dari absensi para perawat mengikuti bimbingan rohani

baik dalam apel pagi maupun yang lain khususnya dalam bidang bimbingan

rohani. Dari sinilah tugas dari para pembimbing rohani untuk menyelidiki

kasus-kasus tersebut. Apakah dari diri perawat sendiri tidak ada motivasi

guna untuk mengikuti bimbingan rohani atau sebaliknya bimbingan rohani

Page 108: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

2

yang bersifat monoton dalam memberikan bimbingan sehingga mengalami

kejenuhan.

5.2. Saran – Saran

Setelah melakukan kajian tentang peran petugas bimbingan rohani di RSI

Sultan Agung Semarang, penulis melihat ada beberapa topik penting untuk

ditindaklanjuti dalam penelitian-penelitian berikutnya.

Pertama, persoalan tentang pengaruh bimbingan rohani terhadap stres

perawat. Bagaimana pengaruhnya jika ditinjau dari aspek psikologi?

Kedua, persoalan tentang profesionalitas petugas bimbingan rohani dalam

memotivasi kinerja perawat. Sejauhmana validitas bimbingan rohani dalam

memotivasi kinerja perawat?

Demikianlah laporan skripsi yang penulis kemukakan, semoga Allah SWT

selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tidak ada halangan suatu apapun.

Page 109: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

3

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran, Konseling Dan Psikoterapi Islam, Pustaka Baru,

Yogyakarta, 2001

Ancok, Djamaluddin dan Anshori, Fuad, Psikologi Islam (Solusi Islam Atas Problem-

Problem Psikologi), Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1995

Anton, Bakker, Metode Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990

Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997

Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam (Menuju Psikologi

Islami), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997

Budi Anna Keliat, Ria Utami Panjaitan, Novy Helena, Proses Keperawatan Kesehatan

Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2006

Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1972

Faqih, Ainur Rokhim, Bimbingan Dan Konseling Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2001

Hadari, Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, 1991

Hawari, Dadang, Al- Qur’an (Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa), PT. Dana

Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1999

Hallen, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, Ciputat Pres, Jakarta, 2002

Hermawan, Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 1997

http: //lensakomunika.blogspot.com

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002

Page 110: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

4

Martaniah, Peran Psikologi Di Indonesia (Kumpula Pidato Pengukuhan Guru Besar

Fakultas Psikologi UGM), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000

Maslim, Rusdi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III, Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001

Nasir, Haedar, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

1997

Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan Dan Konseling (Dalam Berbagai Latar

Kehidupan), PT Refika Aditama, Bandung, 2006

Noeng, Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sararin, Yogyakarta, 1998

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta, 1999

Shetzer, Bruce and Stone, Shelly, Metode Penelitian Survei, LP3S, Jakarta, 1987

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,

1996

Sudarsono, Kamus Filsafat Dan Psikologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka Ilmu,

Jakarta, 1996

Sururin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Taha Jabir, Al-Alwani (ED), Bisnis Islam (terjemahan Suharsono), AK Group,

Yogyakarta, 1995

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta,

1995

Walgito, Bimo, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, UGM, Yogyakarta, 1964

http:// wordpress.com/01/07/2009

Page 111: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nofian Rahman Amar

Nim : 1104077

Fak / Jur : Dakwah / BPI, IAIN Walisongo Semarang

TTL : Kendal, 13 Nofember 1986

Alamat : Damarsari Rt 01 Rw 01 Cepiring Kendal

Nama Orangtua : Ruji Mulyadi

Pendidikan : TK Mayasari Cepiring-Kendal

SD-N 3 Cepiring-Kendal

SMP-N 1 Cepiring-Kendal

MAN Kendal

IAIN Walisongo Semarang

Semarang, 06 januari 2010

Nofian Rahman Amar

Page 112: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

Lampiran Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor : 086D/KPTS/RDI-SA/V/2008 tentang SRTUKUR ORGANISASI DIBAWAH JAJARAN RUMAH SAKIT SULTAN AGUNG

Ditetapkan di : Semarang Tanggal : 13 Jumadil Awwal 1429 H 19 Mei RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Prof. DR. H. RIFKI MUSLIM, SpB, SpU. Direktur Utama

TEMBUSAN Yth : 1. Ketua Umum yayasan Badan Wakaf Sultan Agung 2. Pejabat Struktural yang bersangkutan 3. Arsip

Page 113: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

JADWAL PENCERAMAH DO’A PAGI

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

BULAN JUNI 2009

No

Hari/ Tanggal Penceramah Bagian Materi Pemandu

1 Senin,1Juni2009 Samsudin Salim, M.Ag SDI Kajian Tafsir Tematis

M.Hidayatul M,S.Ag

2 Rabu,3Juni2009 H.Saekun Rais Saputra,SH,SHI

Hukum Sosok pemimpin yng cerdas

Sugito

3 Jum’at,5Juni2009 Khusnul Khotimah SpdI

Kerohanian

Perhiasan yang baik adalah wanita sholehah

Ahmad Muhith

4 Senin,8Juni2009 H.Heri Purbantoro,SE,MM,Akt

Direksi (Sholat Dhuha) Rejeki di cari atau di jemput

Samsudin Salim,M.Ag

5 Rabu,10Juni2009 Sugito Kerohanian

Meningkatkan Iman dan Taqwa

Samsudin Salim,M.Ag

6 Jum’at,12Juni2009

Jamil Kerohanian

Kajian Fiqih Ibadah

M.Hidayatul M,S.Ag

7 Senin,15Juni2009 Dr.Nur Anna C Sa’diyah,Sp,PD

Direksi Menyeimbangkan kebutuhan Jasmani dan Rohani

Khusnul Khotimah,SpdI

8 Rabu,17Juni2009 M.Hidayatul M,S.Ag Kerohanian

Kajian Aqidah Islam

Ahmad Muhith,SHI

9 Jum’at,19Juni2009

Dr.Fatah Yasin Medis Pentingnya memperhatikan kesehatan

Jamil

10 Senin,22Juni2009 Ahmad Muhith, SHI Kerohanian

Kiat praktis mencapai keikhlasan

Khusnul khotimah

11 Rabu,24Juni2009 Dr.H.Makmur Santoso,MARS

Direksi Customer Satisfaction dalam pelayanan kesehatan

Jamil

12 Jum’at,26juni2009 Dr.HMN.Jennie,Sp.S Medis Iman adalah kehidupan

Sugito

13 Senin,29Juni2009 Dr.H.Imam Soemardjo,M.Kes

MEdis Problem kesehatan pada tenaga kerja perempuan

M.Hidayatul M,S.Ag

Mengetahui, Semarang,25 Mei2009

Manajer SDI Kabag Kerohanian

(Samsudin Salim, M.Ag) (M.Hidayatul Mursyidin,S.Ag)

Page 114: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

JADWAL PENCERAMAH DO’A PAGI

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

BULAN JULI 2009

No

Hari/ Tanggal Penceramah Bagian Materi Pemandu

1 Senin,6Juli2009 Samsudin Salim, M.Ag SDI Kajian Istiqamah M.Hidayatul M,S.Ag

2 Rabu,8Juli2009 H.Saekun Rais Saputra,SH,SHI

Hukum Jangan menundsa taubat

Sugito

3 Jum’at,10Juli2009 Khusnul Khotimah SpdI

Kerohanian Menunbuhkan sifat sabar

Ahmad Muhith

4 Senin,13Juli2009 H.Heri Purbantoro,SE,MM,Akt

Direksi Hakikat niat dalam beribadah

Samsudin Salim,M.Ag

5 Rabu,15Juli2009 Sugito Kerohanian Meningkatkan amal shalih

Samsudin Salim,M.Ag

6 Jum’at,17Juli2009 Jamil Kerohanian Hikmah shalat M.Hidayatul M,S.Ag

7 Senin,20Juli2009 Dr.Nur Anna C Sa’diyah,Sp,PD

Direksi Tawadlu’ Merupakan akhlak mulia

Khusnul Khotimah,SpdI

8 Rabu,22Juli2009 M.Hidayatul M,S.Ag Kerohanian Mengikuti Sunnah Rasul

Ahmad Muhith,SHI

9 Jum’at,24Juli2009 Dr.Fatah Yasin Medis Menanam rasa takut pada Allah

Jamil

10 Senin,22Juni2009 Ahmad Muhith, SHI Kerohanian Bahaya dengki Khusnul khotimah

11 Rabu,27Juli2009 Dr.H.Makmur Santoso,MARS

Direksi Memahami Al- Qur’an

Jamil

12 Jum’at,29juli2009 Dr.HMN.Jennie,Sp.S Medis Iman dan Jihad Sugito

Mengetahui, Semarang,22 Juni 2009

Manajer SDI Kabag Kerohanian

(Samsudin Salim, M.Ag) (M.Hidayatul Mursyidin,S.Ag)

Page 115: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

UNIT KEROHANIAN

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp (024)6580019 Psw. 540 Fax. (024) 658928

SEMARANG

JADWAL KULTUM SHOLAT DLUHUR

RUMAH SAKIT SULTAN AGUNG

BULAN JUNI 2009 No Hari/ Tanggal Muadzin Imam Penceramah

1 Senin,1Juni2009 A. Muhith, SHI A. Muhith, SHI A. Muhith, SHI

2 Selasa,2Juni2009 A. Muhith, SHI Samsudin,M.Ag Samsudin,M.Ag

3 Rabu,3Juni2009 Jamil Dayat -

4 Kamis,4Juni2009 Dayat A. Muhith, SHI -

5 Senin,8Juni2009 Dayat Jamil Jamil

6 Selasa,9Juni2009 Sugito Dayat -

7 Rabu,10Juni2009 Dayat A. Muhith, SHI -

8 Kamis,11Juni2009 Dayat Sugito Jamil

9 Senin,15Juni2009 A. Muhith, SHI Samsudin,M.Ag -

10 Selasa,16Juni2009 Dayat Sugito Sugito

11 Rabu,17Juni2009 A. Muhith, SHI Dayat -

12 Kamis,18Juni2009 A. Muhith, SHI Dayat Dayat

13 Sabtu,20Juni2009 Sugito Samsudin,M.Ag -

14 Senin,22Juni2009 A. Muhith, SHI Dr.H.Imam Dr.H.Imam

15 Selasa,23Juni2009 Dayat Sugito -

16 Rabu,24Juni2009 Dayat Rosyidi Rosyidi

17 Kamis,25Juni2009 Jamil Dayat -

18 Sabtu,27Juni2009 Dayat Dayat -

19 Senin,29Juni2009 Dayat Sugito -

20 Selas,30Juni2009 A. Muhith, SHI Samsudin,M.Ag -

Semarang,25 Juni 2009

Mengetahui,

Manajer SDI Kabag Kerohanian

(Samsudin Salim,M.Ag) (M.Hidayatul Mursyidin,S.Ag)

Page 116: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

UNIT KEROHANIAN

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Telp (024)6580019 Psw. 540 Fax. (024) 658928

SEMARANG

JADWAL KULTUM SHOLAT DLUHUR

RUMAH SAKIT SULTAN AGUNG

BULAN JULI 2009 No Hari/ Tanggal Muadzin Imam Penceramah

1 Rabu,1Juli2009 A. Muhith, SHI Dayat -

2 Kamis,2Juli2009 A. Muhith, SHI Samsudin,M.Ag Samsudin,M.Ag

3 Sabtu,4Juli2009 Jamil Dayat -

4 Senin,6Juli2009 Dayat A. Muhith, SHI -

5 Selasa,7Juli2009 Dayat Jamil Jamil

6 Rabu,8Juli2009 Sugito Dayat -

7 Kamis,9Juli2009 Dayat A. Muhith, SHI -

8 Sabtu,11Juli2009 Dayat Sugito Jamil

9 Senin,13Juli2009 A. Muhith, SHI Samsudin,M.Ag -

10 Selasa,14Juli2009 Dayat Sugito Sugito

11 Rabu,15Juli2009 A. Muhith, SHI Dayat -

12 Kamis,16Juli2009 A. Muhith, SHI Dayat Dayat

13 Sabtu,18Juli2009 Sugito Samsudin,M.Ag -

14 Selasa,21Juli2009 A. Muhith, SHI Dr.H.Imam Dr.H.Imam

15 Rabu,22Juli2009 Dayat Sugito -

16 Kamis,23Juli2009 Dayat Rosyidi Rosyidi

17 Sabtu,25Juli2009 Jamil Dayat -

18 Senin,27Juli2009 Dayat Dayat -

19 Selasa,28Juli2009 Dayat Sugito -

20 Rabu,29Juli2009 A. Muhith, SHI Samsudin,M.Ag -

21 Kamis,30Juli2009 A. Muhith, SHI Dr.Fatah Yasin Dr.Fatah Yasin

Semarang,25 Juni 2009

Mengetahui,

Manajer SDI Kabag Kerohanian

(Samsudin Salim,M.Ag) (M.Hidayatul Mursyidin,S.Ag)

Page 117: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

JADWAL KEGIATAN DINAS PAGI

MENGGUNAKAN MEDIA AUDO

BAG. SYIAR & DAKWAH RSI- SA

WAKTU KEGIATAN

07.00 s/d 08.00 Memperdengarkan Murattal Al- Qur’an

08.15 s/d 08.30 Menyampaikan Seruan Do’a Umum Kepada Pasien

08.30 s/d 08.45 Memperdengarkan Ceramah Agama/ Lagu-lagu Rohani

11.30 s/d 11.45 Mengumandangkan Seruan Adzan

11.45 s/d 11.50 Seruan Kepada Karyawan dan Pengunjung Untuk

Menunaikan Sholat Dluhur

11.50 s/d 11.55 Mengumandangkan Seruan Adzan

JADWAL KEGIATAN DINAS PAGI

MENGGUNAKAN MEDIA AUDO

BAG. SYIAR & DAKWAH RSI- SA

WAKTU KEGIATAN

14.45 s/d 14.55 Memperdengarkan Murattal Al- Qur’an

14.55 s/d 15.00 Seruan Kepada Karyawan dan Pengunjung Untuk

Menunaikan Sholat Ashar

15.00 s/d 15.05 Mengumandangkan Seruan Adzan

15.30 s/d 15.45 Menyampaikan Seruan Do’a Umum Kepada Pasien

16.00 s/d 17.00 Memperdengarkan Lagu-lagu Rohani

17.00 s/d 17.30 Memperdengarkan Murattal Al- Qur’an

17.30 s/d 17.35 Seruan Kepada Karyawan dan Pengunjung Untuk

Menunaikan Sholat Maghrib

17.35 s/d 17.40 Mengumandangkan Seruan Adzan

Kabag Syiar& Dakwah

M. Hidayatul Mursyidin S.Ag

Page 118: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK PERAWAT

Penelitian tentang: Peran Petugas Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi Stres

Perawat di RSI Sultan Agung Semarang

1. Sejak kapan anda mendapatkan bimbingan rohani oleh petugas bimbingan rohani?

2. Apa yang menjadi motivasi anda mengikuti bimbingan rohani?

3. Rutinkah anda mengikuti bimbingan rohani?

4. Seberapa dekatkah anda dengan petugas bimbingan rohani?

5. Media apa yang dipergunakan oleh petugas bimbingan rohani untuk membimbing

perawat?

6. Bagaimana respon teman-teman perawat terhadap metode yang disampaikan oleh

petugas bimbingan rohani?

7. Menurut anda, bagaimana kondisi religiusitas teman-teman perawat?

8. Bagaimana petugas bimbingan rohani dalam menyampaikan bimbingan? Apakah

dengan menyampaikan materi-materi atau hanya bimbingan saja?

9. Apa yang anda rasakan setelah mendapatkan bimbingan rohani dari petugas

bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit?

Page 119: PERAN PETUGAS BIMBINGAN ROHANI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ... kesarjanaan

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK PETUGAS BIMBINGAN ROHANI

Penelitian tentang: Peran Petugas Bimbingan Rohani Dalam Mengatasi Stres

Perawat di RSI Sultan Agung Semarang

1. Bagaimana sejarah bimbingan rohani di RSI Sultan Agung Semarang?

2. Apa tujuan didirikannya bimbingan rohani?

3. Apa saja fasilitas penunjang petugas bimbingan rohani?

4. Bagaimana cara bimbingan rohani memberikan bimbingan kepada perawat?

5. Metode apa saja yang diterapkan dalam memberikan bimbingan rohani?