Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK
DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK YATIM PIATU KOSGORO BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Hanum Ramadhanti NIM 11140520000051
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK
DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
YATIM PIATU KOSGORO BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Hanum Ramadhanti
NIM 11140520000051
Pembimbing
Drs. Azwar Chatib, M.Si
NIP. 19550501 198503 1 006
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Hanum Ramadhanti
NIM : 11140520000051
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERAN
PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP
SOSIAL ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK YATIM
PIATU KOSGORO BOGOR adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini
sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 20 Februari 2019
Hanum Ramadhanti
NIM 11140520000051
ABSTRAK Hanum Ramadhanti, NIM 1114052000051, Peran Pembimbing Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, di bawah bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.
Pembimbing agama memegang peranan yang penting untuk membimbing anak asuh agar dapat menjadi penerus nusa, bangsa, dan agama yang baik. Salah satu tujuan penting yang dibentuk oleh pembimbing agama agar anak asuh memiliki kesopanan lebih baik bagi lingkungan keluarga, sosial, maupun alam sekitarnya. Sikap sosial tumbuh dan berkembang memengaruhi interaksi sosial. Adanya interaksi sosial yang baik diharapakan dapat menimbulkan perasaan sosial yang positif bagi kehidupan individu satu dengan individu yang lain.
Adapun penelitian ini bertujuan: (1) menjelaskan peran pembimbing agama dalam pembentukan sikap sosial anak dan (2) menjelaskan sikap sosial anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Miles and Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor membuat aturan secara tidak tertulis untuk dirinya sendiri dan aturan secara tertulis untuk anak asuh, memberikan contoh teladan yang baik kepada anak asuh dan bertanggung jawab dalam membimbing, memberikan pembelajaran, mengontrol anak asuh, memberi nasihat atau teguran, dan hukuman bila anak asuh melakukan hal yang buruk, (2) anak asuh sudah memiliki sikap sosial seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, dan sopan santun meskipun belum maksimal. Kata Kunci: Peran, Pembimbing Agama, Sikap Sosial Anak
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
para sahabat, dan para pengikutnya yang setia.
Alhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Peran Pembimbing Agama dalam
Pembentukan Sikap Sosial Anak di Yayasan Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua
orangtua penulis, Ayahanda Yusuf Poncogati dan Ibunda Euis
Mulyana yang selama ini telah memberikan dukungan baik dari
segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah
penulis, yang tidak pernah berhenti untuk mengirimkan do’a dan
tidak habis membagi cinta serta kasih sayangnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed, Ph.D.
selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Hj.
Raudhonah, M.Ag. selaku Wakil Dekan Bidang
ii
Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Drs. Azwar Chatib, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Musfirah Nurlaili, MA. selaku Dosen Penasihat
Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Kelas B, angkatan 2014.
6. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyusun
skripsi ini.
8. Keluarga besar Yayasan Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor, yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian, yang selalu ikhlas,
iii
sabar, dan penuh kesungguhan dalam memberikan
informasi dan keperluan penelitian kepada penulis.
9. Kakak penulis Egaristi Juang Prakasa, Adik penulis
Dimas Kanigara, Nenek penulis RR Sri Sutan Indiah yang
tak henti menunjukkan rasa sayang kepada penulis, serta
menjadi alasan terbaik bagi penulis agar terus semangat
dan berusaha secara maksimal dalam meraih cita-cita.
10. Sahabat dan kerabat terbaik penulis Siti Ummu
Hidaibiyah dan Sri Maret Karina Pradinni yang selalu
setia menemani dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh keluarga Bimbingan dan Penyuluhan Islam
angkatan 2014, serta senior dan junior, semoga kita
meraih kesuksesan.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dalam
penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat
kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua.
Jakarta, 20 Februari 2019
Penulis,
Hanum Ramadhanti
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................... 1
B. Pembatasan Masalah ................................ 6
C. Rumusan Masalah .................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................ 7
E. Metode Penelitian .................................... 8
F. Sistematika Penulisan ............................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................ 16
1. Peran .................................................... 16
2. Pembimbing Agama ............................ 18
3. Pembentukan Sikap Sosial ................... 24
B. Kajian Pustaka ......................................... 37
C. Kerangka Berpikir.................................... 40
v
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah ..................................................... 42
B. Letak Geografis ....................................... 43
C. Azas dan Tujuan ...................................... 44
D. Kriteria Anak yang Diterima ................... 45
E. Struktur Organisasi .................................. 46
F. Kegiatan Panti .......................................... 47
G. Fasilitas ................................................... 48
H. Kegiatan Pembinaan Agama dalam Panti 49
I. Jadwal Kegiatan Panti ............................. 49
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Karateristik .............................................. 52
1. Latar Belakang Pembimbing ............... 52
2. Latar Belakang Anak Asuh ................. 55
B. Aturan ...................................................... 58
C. Pemahaman tentang Aturan .................... 59
D. Tindakan Pembimbing Agama................ 63
E. Sikap Sosial Anak Asuh .......................... 66
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Aturan Pembimbing Agama ..... 72
B. Analisis Pemahaman Aturan
Pembimbing Agama................................. 72
C. Analisis Tindakan Pembimbing Agama .. 74
D. Gambaran Sikap Sosial Anak Asuh
di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
vi
Piatu Kosgoro Bogor ................................ 78
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................. 85
B. Implikasi .................................................. 88
C. Saran ........................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 90
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Letak Geografis Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Yatim Piatu Kosgoro Bogor .................. 46
Tabel 3.2 Fasilitas Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Yatim Piatu Kosgoro Bogor ................................ 50
Tabel 3.3 Kegiatan Harian Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Yatim Piatu Kosgoro Bogor .................. 35
Tabel 3.4 Kegiatan Mingguan Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Yatim Piatu Kosgoro Bogor .................. 35
Tabel 4.1 Anak Asuh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Yatim Piatu Kosgoro Bogor ................................ 38
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir ............................................. 28
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Yatim Piatu Kosgoro Bogor ............... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan aset bangsa yang amat berharga
karena turut menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan
kejayaan suatu bangsa di masa yang akan datang. Anak
Sebagai generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa
dan juga pembangunan nasional, keterlibatannya di dalam
pelaksanaan pembangunan dan proses kehidupan berbangsa
dan bernegara tidak dapat diabaikan.
Pendidikan bagi anak (yang merupakan aset bangsa
ini) perlu ditingkatkan agar anak memiliki pengetahuan,
moral, dan sikap sosial yang baik dan selaras dengan nilai-
nilai yang ada dimasyarakat. Jadi, kemajuan pembangunan
nasional dapat dikatakan berawal dari pendidikan tersebut
agar melahirkan sumber daya manusia yang baik.
Pendidikan dalam keluarga adalah kelompok pertama
dan utama yang dekat dalam kehidupan anak. Anak pertama
kali belajar dan melakukan interaksi atau komunikasi dengan
anggota keluarganya sebelum berinteraksi dengan
lingkungan yang lebih luas. Darajat menyatakan bahwa
semua pengalaman yang dilalui oleh anak sejak lahir
merupakan unsur-unsur dalam membentuk sikap serta
pribadi anak. Latar belakang situasi keluarga anak yang
beragam, serta lingkungan yang berbeda maka akan
2
menghasilkan sikap dan perilaku anak yang beragam dan
berbeda pula.1
Anak merupakan individu yang sedang mengalami
perkembangan dan memerlukan pembinaan secara
berkembang dan terarah yang positif. Hal ini tidak lain
karena anak adalah tanggung jawab orangtua. Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 6,
sebagai berikut: ها الذين ءامنوآ أنفسكم وأهليكم نارا وقو دها الناس والحجارة يآيـ
ها ملآإكضة غلاظ شداد لا يـعصون االله مآ أمرهم ويـفعلون ما يـؤمرون عليـ
Artinya: “Hai orang- orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengajarkan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6).
Berdasarkan ayat tersebut mengindikasikan bahwa
pendidikan menjadi penting untuk diterapkan kepada
manusia (dalam hal ini anak) sejak dini.
Dalam rangka mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan tersebut. Maka diperlukan
figur seorang pendidik yang mampu berperan dalam
pembentukan sikap sosial anak.2
1 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991),
h. 56. 2 Nasehudin, Pembentukan Sikap Sosial Melalui Komunikasi dalam
Keluarga, Jurnal Edueksos, Volume IV, No. 1, Januari - Juni 2015, h. 2.
3
Kasih sayang yang diberikan dari orangtua akan
menimbulkan rasa aman pada anak, sehingga sangat berarti
bagi perkembangan anak. Anak dapat bereksplorasi,
mengembangkan bakat-bakatnya, mengembangkan hobinya
dengan baik tanpa rasa takut. Semua kebutuhan anak telah
terpenuhi oleh pendidikan dan kegiatan dari orangtua.
Anak yang keluarganya tidak harmonis atau keluarga
yang tidak utuh dapat mempengaruhi psikologis anak. Anak
akan menyontoh apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya
atau seseorang yang dilihat olehnya. Misalnya, adanya
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau kejahatan
menjadikan anak akan mengamati apa yang dilihatnya seperti
memukul, menganiaya bahkan membunuh. Hal ini dapat
berdampak buruk, seperti banyak kasus anak-anak yang
terlibat tawuran, pemerkosaan, mabuk-mabukan, narkoba,
mencuri, dan lain sebagainya.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menyimpulkan bahwa jumlah kekerasan terhadap anak di
bidang pendidikan per 20 Mei 2018 sebanyak 161 kasus.
Data tersebut terdiri dari, anak korban tawuran sebanyak 23
kasus (14,3 persen), anak pelaku tawuran sebanyak 31 kasus
(19,3 persen), anak korban kekerasan dan bullying sebanyak
36 kasus (22,4 persen), anak pelaku kekerasan dan bullying
sebanyak 41 kasus (25,5 persen), dan anak korban kebijakan
pendidikan sebanyak 30 kasus (18,7 persen).3
3 Aditya Pratama, KPAI Catat 161 Kasus Kekerasan Anak di Bidang Pendidikan Selama 2018, https://www.inews.id/news/nasional/kpai-catat-161-
4
Pada umumnya anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang tidak sehat dan tidak bahagia disebabkan oleh salah
satu orangtuanya tidak hadir. Ketidakbahagiaan dalam
keluarga merupakan psikotrauma bagi anak yang sedang
mengalami proses perkembangan. Kekurangan cinta dan
kasih sayang dari orangtua akan menimbulkan gangguan
pada anak seperti depresi dan kecemasan sehingga sangat
berpengaruh terhadap sikap sosial anak.
Sikap sosial anak tumbuh dan berkembang
memengaruhi interaksi sosial. Adanya interaksi sosial yang
baik diharapakan akan menimbulkan perasaan sosial yang
baik sehingga anak memiliki sikap sosial seperti tolong
menolong, saling menghormati dan menerima, simpati rasa
setia kawan dan sebagainya.
Sistem pembentukan sikap sosial yang baik mampu
melahirkan sumber daya manusia berkualitas yang sangat
diperlukan dalam masyarakat sekarang untuk pembangunan
nasional terlebih lagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengarah pada industrialisasi modern akan
semakin memacu pembangunan nasional yang dicita-citakan.
Namun pembangunan yang berlangsung tersebut terkadang
membawa dampak masalah sosial. Kartono mengungkapkan
bahwa:
“Pembangunan yang terus menerus digalakan pemerintah dewasa ini telah berakibat timbulnya masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai hasil dari produk
kasus-kekerasan-anak-di-bidang-pendidikan-selama-2018/189701, diakses pada 02 April 2019.
5
kemajuan mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi yang banyak menimbulkan masalah sosial”.4
Dampak negatif lingkungan tersebut perlu
diminimalisir oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk
pembimbing agama. Pada kenyataannya masih ada
pembimbing agama yang kurang memiliki kapasitas yang
cukup, seperti hanya menyampaikan materi saja tanpa
memperdulikan keadaan anak asuh, pembimbing agama
tidak dapat memberikan pengertian kepada anak asuh. Pada
akhirnya anak asuh tersebut tidak memiliki sikap disiplin dan
cenderung menjadi pemalas. Peran pembimbing agama
diperlukan guna menjadikan anak yang tumbuh dalam
keluarga tidak utuh, idealnya diperlukan pembimbing agama
yang berkapasitas sehingga menghasilkan suatu perubahan
atau perbaikan sikap sosial anak.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan,
maka penulis melakukan penelitian tentang “PERAN
PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN
SIKAP SOSIAL ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN
ANAK YATIM PIATU KOSGORO BOGOR”.
4 Kartini Kartono, Mental Hygiene (Kesehatan Mental), (Bandung: Alumi. 1983), h. 18.
6
B. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan penelitian tentang
peran pembimbing agama dalam pembentukan sikap sosial
anak di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor, sebagai berikut:
Pertama, peran pembimbing agama yang dimaksud
adalah kegiatan pembimbing agama dalam memberikan
bimbingan agama yang bertujuan untuk mengembangkan
sikap sosial sejak dini secara optimal dengan pendekatan
agama Islam.
Kedua, sikap sosial yang dimaksud adalah
kecenderungan perilaku positif pada anak asuh seperti jujur,
disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, dan
sopan santun setelah mengikuti bimbingan agama islam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis
dapat merumuskan masalah yang menjadi acuan dalam
penelitian adalah:
1. Bagaimana peran pembimbing agama dalam
pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor?
2. Bagaimana sikap sosial anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor?
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan
masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Menjelaskan peran pembimbing agama dalam
pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
b. Menjelaskan sikap sosial anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, terutama bagi Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam dan dapat menjadi referensi
dalam meningkatkan wawasan akademik, serta
untuk mengembangkan konsep ilmu pembentukan
sikap sosial pada anak.
b. Manfaat Praktis
Pertama, penelitian ini dapat digunakan untuk
bahan evaluasi pembimbing agama dan pengurus
panti sosial terkait peran pembimbing agama dalam
pembentukan sikap sosial terhadap anak di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
Kedua, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat tentang
8
pembinaan anak yatim piatu dan memberikan
masukan kepada penulis tentang pembinaan anak.
c. Manfaat Pemangku Kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan pemikiran kepada pemerintah
agar dapat membuat kebijakan yang mendukung
tercapainya proses kegiatan agama yang dilakukan
pembimbing agama dari pembentukan sikap sosial
di panti sosial.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Moleong penelitian dengan
pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang
bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
penulis dengan yang diteliti.5 Penelitian ini
menggunakan kualitatif karena penulis berupaya
menyajikan gambaran lengkap mengenai suatu
kenyataan sosial dengan mendeskripsikannya.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan fenomenologi
yaitu berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta
5 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), Cet Ke-3, h. 9.
9
memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang
khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran
“keyakinan” individu yang bersangkutan. Dengan
demikian, dalam mempelajari dan memahaminya,
haruslah berdasarkan sudut pandang, paradigma dan
keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan
sebagai subjek yang mengalami langsung (first-hand
experiences).6
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro yang terletak di Jalan Raya
Cibanteng No. 1 KM. 11 RT 01/03, Desa Cibanteng,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Adapun
pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan April
sampai dengan bulan Desember 2018.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pembimbing agama
dan empat anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor yang dijadikan sebagai sumber
informasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
6 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial, h. 66-67.
10
topik tertentu.7 Penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam sebagai alat pengumpul data
yang utama dalam penelitian kualitatif.
b. Observasi
Marshall menyatakan bahwa melalui observasi,
penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut.8 Penelitian menggunakan teknik
observasi karena untuk mengetahui kegiatan dan
aktivitas yang dilakukan oleh sumber data apa
adanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.9 Penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi untuk memperkuat data dengan adanya
bentuk nyata atau fisik.
6. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penulis
melalui observasi langsung, sebagai pengamat dan
wawancara langsung kepada informan yaitu
7 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 72. 8 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 64. 9 Ibid, h. 82
11
pembimbing agama dan anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penulis
melalui catatan pribadi atau dokumentasi yang
berkaitan dengan penelitian ini baik dari referensi
buku, jurnal dan yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, penulis sudah mulai melakukan
analisis terhadap jawaban informan yang diwawancara.
Jika setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka
penulis melanjutkan wawancara lagi sampai tahap
tertentu, dan diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.10
a. Data Reduction (reduksi data) berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
10 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 92.
12
b. Data Display (panyajian data) adalah data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing/Verification adalah langkah
ketiga dalam analisis data menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
8. Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya
yang dapat dilaporkan oleh penulis.
a. Perpanjangan pengamatan berarti penulis
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan penulis dengan
narasumber akan semakin terbentuk rapport,
semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi.
b. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan
13
berkesinambungan. Melalui cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis.
c. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Triangulasi data tersebut terdiri
dari triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
1) Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
2) Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
3) Triangulasi waktu juga sering memengaruhi
kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel.
d. Menggunakan bahan referensi adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah
ditemukan oleh penulis.11
11 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 117-129.
14
9. Pedoman Penulisan
Dalam penelitian ini penulis berpedoman dan
mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun
oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta berdasarkan Keputusan Rektor
Nomor 507 Tahun 2017.
F. Sitematika Penulisan
Sistematika penelitian ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang,
Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA terdiri dari: Landasan
Teori (Peran, Pembimbing Agama, dan Pembentukan
Sikap Sosial), Kajian Pustaka, dan Kerangka Berpikir.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR
PENELITIAN terdiri dari: Memuat gambaran umum
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro yang
meliputi Sejarah, Letak Geografis, Azas dan Tujuan,
Kriteria Anak yang Diterima, Struktur Organisasi,
Kegiatan Panti, Fasilitas, Kegiatan Pembinaan dalam
Panti, dan Jadwal Kegiatan Panti.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN terdiri
dari: Karakteristik (Latar Belakang Pembimbing dan Latar
Belakang Anak Asuh), Aturan, Pemahaman tentang
15
Aturan, Tindakan Pembimbing Agama, dan Sikap Sosial
Anak Asuh.
BAB V PEMBAHASAN terdiri dari: Analisis Aturan
Pembimbing Agama, Analisis Pemahaman Aturan
Pembimbing Agama, Analisis Tindakan Pembimbing
Agama, dan Gambaran Sikap Sosial Anak Asuh di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
terdiri dari: Kesimpulan, Implikasi, dan Saran.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Peran
Maryati mendefinisikan peran sebagai perilaku
yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan
hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimiliki.
Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran yang
berasal dari pola-pola perjalanan hidupnya. Contoh,
peran dalam membimbing siswa, membesarkan anak-
anak, mengurus KTP untuk masyarakat, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, peran menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan
apa yang diberikan masyarakat kepadanya.1
Peran dapat membimbing seseorang dalam
berperilaku karena manfaat peran itu sendiri yang
diantaranya memberikan arah pada proses sosialisasi,
dapat menyatukan kelompok, pewarisan nilai, tradisi,
norma serta kepercayaan, membangun kepercayaan diri,
membuka kesempatan dalam memecahkan masalah.
Setiap peran tentunya pasti memiliki tujuan supaya tiap
individu yang melaksanakan peran dengan orang
1 Kun Maryati dan Juju Suryawati, Persfektif Ilmu Sosiologi, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2001), Cet. Ke-10, Ed. Ke-1, h. 1132.
17
sekitarnya yang berhubungan atau berinteraksi dengan
peran.2
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya
maka ia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dari peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh
karena yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya juga demikian, tidak ada peranan tanpa
kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Menurut Soekanto peranan yang melekat pada diri
seseorang harus dibedakan dalam masyarakat. Posisi
seseorang dalam masyarakat (yaitu social-position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
indvidu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan
sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu
posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai
berikut.3
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
2 Bastowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet.
Ke-1, h. 64. 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. Ke-44, h. 212-213.
18
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang
dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku
individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat
Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan
dapat diasumsikan bahwa konsep peran seseorang dalam
indikatornya paling tidak terdapat tiga langkah penting,
yaitu: (1) Adanya aturan untuk setiap peran yang
dilakukan, (2) Adanya individu yang memahami atau
mempelajari aturan tersebut, (3) Terbentuknya tindakan
dari individu itu sendiri dari aturan dan pemahaman
yang dipelajari dalam melakukan peranan.
2. Pembimbing Agama
a. Pembimbing Agama
Pengertian pembimbing secara istilah adalah
orang yang menunjukkan, memberi jalan, atau
menuntun orang lain ke arah tujuan bermanfaat bagi
hidupnya di masa kini, dan masa mendatang.
Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif
adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar
dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri, memahami lingkungan,
19
mengatasi hambatan guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik.
Pembimbing harus memberikan bantuan
kepada yang dibimbingnya serta menentukan arah
kepada yang dibimbingnya. Keadaan ini seperti
yang terkenal dalam dunia pendidikan disebut tut
wuri handayani yaitu di dalam memberikan
bimbingan, arah diserahkan kepada yang
dibimbingnya; hanya dalam keadaan memaksa,
pembimbing mengambil peranan secara aktif dalam
memberikan bimbingan.4
Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan
sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik
pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang
baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang
individu dari setiap usia untuk menolongnya
mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya
sendiri.5
Agama menurut Kahmadi adalah keyakinan
akan adanya Tuhan yang maha pencipta, maha
mengadakan, pemberi bentuk, dan pemelihara
4 M. Umar Sartono dan Sarton, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 1998), h. 9-10. 5 Khairul Umam dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,
(Jakarta: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet ke-1, h. 9.
20
segala sesuatu serta hanya kepadanya dikembalikan
semua urusannya.6
Arifin menjelaskan pengertian agama sebagai
istilah yang sering dipakai sehari-hari dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu:
1) Aspek subjektif yaitu agama mengandung
pengertian tentang tingkah laku manusia, yang
dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa
gerakan batin, yang mengatur, dan
mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam
sekitarnya.
2) Aspek objektif yaitu agama dalam hal ini
mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang
bersifat menuntun manusia ke arah tujuan yang
sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Oleh
karena itu, secara formal agama dinilai dari
aspek objektif dapat diartikan sebagai peraturan
yang bersifat ilahi, yang menuntun orang
berakal budi, ke arah ikhtiar untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.7
Berdasarkan pengertian yang diuraikan dapat
disimpulkan bahwa pembimbing agama adalah
seseorang yang memberikan pertolongan atau
6 Dadang Kahmadi, Sosiologi Agama, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 13.
7 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 1-2.
21
bantuan yang bersifat mengarahkan kepada hal yang
baik melalui pendekatan agama.
b. Metode Bimbingan
Adapun pendapat mengenai metode
bimbingan dan penyuluhan agama menurut M.
Arifin dalam bukunya yang berjudul Pedoman
Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
yaitu:8
1) Wawancara adalah salah satu cara memperoleh
fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan
bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya
hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu
yang memerlukan bantuan
2) Metode “Group Guidance” (bimbingan secara
berkelompok). Bilamana metode interview atau
wawancara merupakan cara pemahaman
tentang keadaan anak bimbing secara individual
(pribadi), maka bimbingan kelompok adalah
sebaliknya, yaitu cara pengungkapan jiwa/batin
serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok
seperti ceramah, diskusi, seminar, simposium,
atau dinamika kelompok (group dinamics), dan
sebagainya.
3) Metode Non-Direktif (Cara yang Tidak
Mengarah). Cara lain untuk mengungkapkan
8 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 43-50.
22
segala perasaan dan pikiran yang tertekan
sehingga menjadi penghambat kemajuan belajar
anak bimbing adalah metode non-direktif.
Metode ini dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu:
a) Client centered, yaitu cara pengungkapan
tekanan batin yang dirasakan menjadi
penghambat anak bimbing dalam belajar
dengan sistem pancingan yang berupa satu
dua pertanyaan yang terarah.
b) Metode educatif, yaitu cara
mengungkapkan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan belajar dengan
mengorek sampai tuntas perasaan/sumber
perasaan yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan, dengan cara-cara client
centered, yang didalam dengan
permintaan/pertanyaan yang motivatif dan
persuasif (meyakinkan) untuk mengingat-
ingat serta mendorong agar berani
mengungkapkan perasaan tertekan sampai
ke akar-akarnya/dengan cara demikian
anak bimbing dapat terlepas dari
penderitaan batin yang bersifat obsessif
(yang menyebabkan ia terpaku pada hal-hal
yang menekan batinnya).
23
4) Metode Direktif (Metode yang Bersifat
Mengarahkan). Metode ini lebih bersifat
mengarahkan kepada anak asuh untuk berusaha
mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi.
Pengarahan yang diberikan kepada anak asuh
ialah dengan memberikan secara langsung
jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami
anak bimbing.
5) Metode Psikoanalitis (Penganalisaan Jiwa).
Metode ini berasal dari psikoanalisis Freud
yang digunakan untuk mengungkapkan segala
tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari.
Menurut teori ini, manusia yang senantiasa
mengalami kegagalan usaha dalam mengejar
cita-cita atau keinginan, menyebabkan
timbulnya perasaan tertekan yang makin
menumpuk. Bilamana tumpukan perasaan gagal
tersebut tidak dapat diselesaikan, maka akan
mengendap ke dalam lapisan jiwa bawah
sadarnya.
6) Metode lainnya yang berkaitan dengan sikap
sosial dalam hubungannya dengan pergaulan
anak bimbing sering dipakai metode sosiometri,
yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
mengetahui kedudukan anak bimbing dalam
hubungan kelompok.
24
3. Pembentukan Sikap Sosial
a. Sikap Sosial
Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap
untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Sikap juga merupakan organisasi keyakinan-
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi
yang relatif ajek, yang memberi dasar kepada orang
yang membuat respon dalam cara tertentu. Sikap
merupakan penentu dalam tingkah laku manusia,
sebagai reaksi sikap selalu berhubungan dengan dua
hal yaitu “like” atau “dislike” (senang atau tidak
senang, suka atau tidak suka). Mengacu pada adanya
faktor perbedaan individu (pengalaman, latar
belakang, pendidikan, dan kecerdasan), maka reaksi
yang dimunculkan terhadap satu objek tertentu akan
berbeda pada setiap orang.9
Sikap bermula dari perasaan yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang
dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.
9 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. Ke-4, h. 67.
25
Azwar memberikan definisi sikap sebagai
suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap
adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.10 Sikap sosial adalah kesadaran
individu yang menemukan perbuatan yang nyata
terhadap objek sosial atau yang berhubungan
dengan pergaulan hidup atau lapangan masyarakat.
Sikap sosial adalah kesadaran individu yang
menentukan perbuatan nyata dan berulang-ulang
terhadap objek sosial. Sikap adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sikap sosial tersebut
dinyatakan tidak seorang saja tetapi diperhatikan
oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah
objek sosial seperti sikap bergabung seluruh anggota
kelompok karena meninggalnya seorang
pahlawannya. Jadi yang menandai adanya sikap
sosial adalah subjeknya orang-orang dalam
kelompok, sedangkan yang menjadi objeknya
adalah sekelompok atau sosial.
Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat
sejak lahir, tetapi diperoleh melalui proses
pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan
10 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. Ke-XV, h. 5.
26
hidupnya. Seorang anak tumbuh dan berkembang di
lingkungan keluarga serta sikapnya terbentuk dalam
interaksinya bersama orang-orang di sekitarnya.
Sikap dibentuk melalui proses belajar sosial, yaitu
proses setelah individu memeroleh informasi,
tingkah laku, atau sikap baru dari orang lain.11
Pembentukan sikap sosial sosial terbentuk dari
adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada
sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar
individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam
interaksi sosial, terjadi hubungan saling
memengaruhi di antara individu yang satu dengan
yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut
memengaruhi pola perilaku masing-masing individu
sebagai anggota masyarakat.12
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembentukan sikap sosial anak menjadi
penting karena mengarahkan sikap sosial anak yang
baik menjadikan anak dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitar dengan baik. Sebaliknya jika
sikap sosial anak tidak diarahkan, maka sikap sosial
anak tersebut dapat menjadi buruk.
11 Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika, 2009), h. 84. 12 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. Ke-XV, h. 30.
27
b. Indikator Sikap Sosial
Terdapat beberapa indikator dalam sikap
sosial yang penulis kutip dari berbagai sumber.
Adapun indikator sikap sosial tersebut yang
digunakan dalam penelitian terdiri dari:
1) Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam
perkataan dan tindakan.13
2) Disiplin merupakan pelajaran, patuh, taat,
kesetiaan, hormat kepada ketentuan atau
peraturan atau norma yang berlaku. Disiplin
adalah tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.14 Disiplin dan tanggung jawab sosial
adalah sikap hidup dan perilaku yang
mencerminkan tanggung jawab tanpa paksaan
terhadap diri sendiri, lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan kerja, lingkungan
keluarga, dan Tuhan.
3) Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat lingkungan
13 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 30.
14 Ibid, h. 31.
28
(alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan
yang Maha Esa.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan yang
disengaja maupun tidak. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajibannya. Sikap tanggung jawab
menunjukkan bahwa seseorang mempunyai
karakter yang baik atau tidak. Orang yang lari
dari tanggung jawab sering tidak disukai yang
artinya adalah karakter yang buruk.15
4) Toleransi adalah sikap dan tindakan yang
menghargai keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan. Tentunya dalam
menjalani roda kehidupan ini banyak sekali
perbedaan baik dari cara pandang seseorang,
kepribadian dan lain-lain. Untuk itu diperlukan
sikap menghormati orang lain agar tercipta
suatu keharmonisan dalam pergaulan maupun
dalam bermasyarakat. Menghormati merupakan
perilaku ketika seseorang dapat menempatkan
dirinya dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Sikap saling menghormati banyak sekali
15 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 31-34.
29
manfaatnya dalam pergaulan. Tidak hanya
menjamin kenyamanan dalam bergaul, sikap
menghormati ini nantinya juga akan kembali
kepada kita sendiri. Seseorang yang
menghormati orang lain, maka sesungguhnya ia
sedang menghormati dirinya sendiri.16
5) Gotong royong adalah bekerja bersama-sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong
menolong secara ikhlas. Dalam menjalani hidup
ini, setiap manusia pasti pernah mengalami
kemudahan sekaligus kesulitan. Kadang ada
saat-saat bahagia mengisi hidup. Namun di
waktu lain kesengsaraan menyapa tidak
terduga. Dalam keadaan sulit tersebut,
seseorang memerlukan uluran tangan untuk
meringankan beban yang menimpa.17
Mengulurkan tangan untuk membantu orang
lain dalam segala jenis masalah adalah salah
satu elemen sifat yang baik. Kadang suatu
masalah tampak tidak terlalu besar jika
dipandang dari luar sehingga tidak diperlukan
16 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 31-32.
17 Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul Ditengah Gelombang Perubahan, (Surabaya: Khalista, 2007), h. 39.
30
bantuan material khusus selain bersahabat dan
ucapan simpati. Orang yang baik tidak akan
menahan diri untuk memberikan bantuan atau
memberikan nasihat baik pada orang yang
membutuhkan. Ia punya telinga yang sabar dan
simpatik untuk mendengar keluhan orang lain
yang punya masalah. Bahkan saat bantuan lebih
besar perlu diberikan pada kasus khusus bisa
saja ada bantuan-bantuan kecil dalam
kehidupan sehari-hari yang bisa ia berikan pada
orang-orang sekitarnya.18
Tolong-menolong merupakan hal yang harus
dilakukan oleh setiap manusia karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendirian. Agama Islam
menyuruh umatnya untuk saling tolong-
menolong dan membantu sesama tanpa
membeda-bedakan golongan karena dengan
saling tolong-menolong dapat meringankan
beban orang lain. Apabila sejak dini seorang
anak dibiasakan untuk hidup saling tolong-
menolong, maka pada masa dewasanya akan
terbiasa untuk saling tolong-menolong kepada
orang lain.
18 James Julian M, The Accelerated Learning for Personality; Belajar
Kepribadian, terj. Tom Wahyu, (Yogyakarta: Baca, 2008), h. 76.
31
6) Sopan dan santun adalah sikap positif dalam
pergaulan baik dalam berbahasa maupun
bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat
relatif, artinya yang dianggap baik atau santun
pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda
pada tempat dan waktu yang lain.19 Kesopanan
merujuk pada kesediaan kemampuan raga atau
tendensi pikiran untuk memelihara sikap, cara
dan hal-hal yang dianggap layak dan baik dalam
pandangan masyarakat. Seperti cara berpakaian,
berperilaku, bersikap, berpenampilan, dan lain-
lain. Orang yang sopan mencoba bertindak
sebaik mungkin seperti yang bisa diterima dan
dihargai masyarakat.20 Sopan santun adalah
suatu kebiasaan seseorang dalam berbicara,
bergaul, dan berperilaku. Sopan santun
hendaknya dimiliki oleh setiap anak sekaligus
peserta didik agar terhindar dari hal-hal yang
negatif, seperti kerenggangan hubungan anak
dengan orangtua. Aspek ini sangat penting
karena dapat memengaruhi baik buruknya
akhlak dan sikap sosial seseorang.
19 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 33.
20 James Julian M, The Accelerated Learning for Personality; Belajar Kepribadian, terj. Tom Wahyu, (Yogyakarta: Baca, 2008), h. 117.
32
c. Faktor Pembentukan Sikap
1) Faktor Internal
Pengamatan dan penangkapan seseorang
terhadap stimulus sosial melibatkan suatu
proses pilihan di antara seluruh rangsangan
yang ada di luar individu dalam kehidupan.
Suatu pilihan di antara berbagai rangsangan
yang kemudian diperhatikan dan ditafsirkan
dengan lebih mendalam.
Pilihan tersebut berhubungan erat dengan
motif-motif dan sikap-sikap yang bekerja di
dalam diri seseorang pada waktu itu dan yang
mengarahkan minat perhatian seseorang
terhadap objek-objek tertentu di antara
keseluruhan objek yang mungkin diperhatikan
pada waktu itu. Selektivitas dalam pengamatan
berlangsung karena seseorang tidak dapat
memerhatikan semua rangsangan yang datang
dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang
sama.
2) Faktor Eksternal
Sikap pada dasarnya dapat dibentuk dan
diubah. Faktor eksternal yang dapat membentuk
atau mengubah sikap sosial anak dapat berupa:
a) Interaksi kelompok, ketika terdapat
hubungan timbal-balik yang langsung antar
individu.
33
b) Komunikasi, ketika terdapat pengaruh-
pengaruh (hubungan) langsung dari satu
pihak saja.
c) Pengaruh komunikasi sepihak seperti
ceramah dan komunikasi yang menggunakan
media massa berpengaruh sangat besar pula
dalam mengubah atau membentuk sikap baru
dan dapat berhasil baik apabila:
• Sumber perubahan memiliki tingkat
kepercayaan yang cukup tinggi.
Kredibilitas orang sebagai sumber
perubahan diyakini dan dipercaya oleh
orang yang bersangkutan.
• Orang banyak belum mengetahui benar
atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-
fakta sikap baru.
• Sikap yang akan dibentuk tidak terlalu
jauh isinya dari frame of ference dari
lingkungan sosial tempat audiens
tinggal.
• Argumen dua pihak lebih bertahan
terhadap kontra propaganda daripada
argumen sepihak.
• Bila sikap yang akan dibentuk terlalu
asing bagi frame of reference audiens,
34
akan terjadi bomerang-effect atau
pembentukan sikap sebaliknya.21
d. Pembentukan Sikap Sosial
Dalam interaksi sosial sehari-hari, individu
beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
Peranan masing-masing faktor tersebut yang ikut
membentuk sikap manusia seperti:22
1) Pengalaman Pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang dialami
seseorang akan ikut membentuk dan
memengaruhi penghayatan kita terhadap
stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap. Seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan objek psikologis agar mempunyai
tanggapan dan perkembangan penghayatan
termasuk faktor lain dari membentuk sikap
positif dan negatif. Middlebrook (1974)
21 Ikhwan Luthfi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009), Cet. Ke-1, h. 64-66. 22 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. Ke-XV, h. 30-36.
35
menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman
sama sekali dengan suatu objek psikologis
cenderung akan membentuk sikap negatif
terhadap objek tersebut.
2) Pengaruh Orang Lain yang dianggap Penting
Orang lain di sekitar individu merupakan salah
satu di antara komponen sosial yang ikut
memengaruhi sikap seseorang. Seseorang
yang dianggap penting, seseorang yang
diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak
tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak
ingin dikecewakan, atau seseorang yang
berarti khusus (significant others), akan
banyak memengaruhi pembentukan sikap
individu terhadap sesuatu.
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap seseorang.
Apabila seseorang hidup dalam budaya yang
mempunyai norma longgar bagi pergaulan
heteroseksual, sangat mungkin seseorang
tersebut mempunyai sikap yang mendukung
terhadap masalah kebebasan pergaulan
heteroseksual. Apabila seseorang hidup dalam
budaya sosial yang sangat mengutamakan
kehidupan berkelompok, maka sangat
mungkin seseorang mempunyai sikap negatif
36
terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
4) Media Massa
Media massa sebagai sarana komunikasi
mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh
informasi tersebut, apabila cukup kuat akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu
hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama
sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu.
Pemahamamn akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
37
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajaran lainnya.
6) Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh
situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Ada saatnya suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang disadari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi dan pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian
dapat merupakan sikap yang sementara dan
segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
konsisten dan bertahan lama.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka terhadap penulisan terdahulu yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian guna menghindari
plagiatisme beberapa hasil penelitian yang dikaji, antara lain:
1. Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak
Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang
Medan Kota yang ditulis oleh Nurhasanah
(12134056) pada tahun 2017, Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan. Masalah yang terdapat pada skripsi ini
bagaimana anak asuh bisa memberikan yang terbaik
38
untuk masyarakat dan anak asuh dapat berguna bagi
masa depannya dengan adanya pengetahuan akhlak
mulia. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini
adalah metode bimbingan agama dalam membina
akhlak anak, materi bimbingan Agama dalam
pembinaan akhlak anak, dan hambatan dalam proses
pembinaan akhlak anak.
2. Peranan Panti Asuhan Terhadap Pembentukan
Sikap Sosial Anak di Panti Asuhan Mahmudah di
Desa Sumberejo Sejahtera Kecamatan Kemiling
Bandar Lampung yang ditulis oleh Wahyu Dwi
Saputra (1213032081) pada tahun 2016, Program
Studi PPKn, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana peran panti asuhan terhadap pembentukan
sikap sosial anak di Panti Asuhan Mahmudah.
Masalah dalam penelitian ini, ternyata meskipun ada
wadah tempat pemberdayaan anak yatim piatu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi
orang tua asuh untuk membentuk sikap sosial anak
yatim piatu agar dapat melaksanakan fungsi sosial
dalam masyarakat. Ternyata masih banyak anak-anak
di Bandar Lampung ini yang tidak memiliki orang tua
dan menjadi sosok anak yang tidak mendapatkan
kasih sayang dan pendidikan moral dan budi pekerti
yang baik, serta tidak mampu melaksanakan fungsi
39
sosial dalam masyarakat dan dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus meningkat, dan bisa sewaktu-waktu akan
merusak ahlak mereka. Hasil yang didapatkan pada
penelitian ini adalah pusat pelayanan kesejahteraan
sosial, pusat data dan informasi dan konsultasi, dan
pusat pengembangan keterampilan sosial dapat
mempengaruhi pembentukan sikap sosial melalui
komponen kognitif, afektif dan psikomotor anak-anak
Panti Asuhan Mahmudah.
3. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
Membentuk Sikap Santun pada Remaja di
Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe
Tangerang Selatan yang ditulis oleh Abdullah Ubaid
(1111052000019) pada tahun 2015, Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah yang
terdapat pada skripsi ini bagaimana mengetahui
pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk
sikap santun remaja diharapkan mampu untuk
memberikan gambaran proses bimbingan agama yang
sederhana dan efektif. Hasil yang didapatkan pada
penelitian ini adalah metode pelaksanaan bimbingan
agama, faktor penghambat dan pendukung dalam
bimbingan agama dapat mempengaruhi pembentukan
40
sikap santun remaja di Pesantren al-Qur’an Medina
Pondok Cabe.
Kajian pustaka pertama meneliti tentang metode, materi,
dan hambatan dalam proses pembinaan akhlak anak. Kajian
pustaka kedua meneliti tentang komponen kognitif, afektif, dan
psikomotor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap sosial
anak. Kajian pustaka ketiga meneliti tentang metode, faktor
penghambat dan pendukung dalam bimbingan agama dapat
memengaruhi pembentukan sikap santun remaja.
Ketiga kajian pustaka tersebut berbeda dengan penelitian
penulis yang meneliti tentang peran pembimbing agama melalui
aturan, pemahaman tentang aturan, tindakan yang dilakukan
pembimbing agama, dan sikap sosial anak asuh.
C. Kerangka Berpikir
Sikap sosial adalah kecenderungan perilaku sosial
yang menyeluruh seperti memahami, peduli dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai etika dasar dimasyarakat. Nilai-nilai
yang ditanamkan pembimbing agama dalam membentuk
sikap sosial anak yang positif melalui bimbingan agama
diharapkan mengubah perilaku anak ke arah yang lebih baik.
Misalnya baik dalam bertutur kata, berperilaku dan
bersosialisasi.
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor telah melaksanakan bimbingan agama sejak tahun
2012. Adanya bimbingan agama tersebut diharapkan mampu
membentuk sikap sosial anak sebagai calon penerus bangsa
41
dalam melaksanakan pembangunan nasional menjadi lebih
maksimal dalam pelaksanakaan bimbingan agama,
pembimbing agama berupaya melakukan tugasnya pada
aspek jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong
royong, sopan dan santun. Hal tersebut guna membentuk
sikap sosial anak. Upaya penulis untuk menjelaskan
kerangka berpikir ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peran Pembimbing Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di PSAA Yatim Piatu
Kosgoro Bogor
Peran Pembimbing Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak
1. Aturan 2. Orang yang
memahami aturan 3. Tindakan
1. Jujur 2. Disiplin 3. Tanggung Jawab 4. Toleransi 5. Gotong Royong 6. Sopan dan Santun
Peran Pembimbing Agama
Pembentukan Sikap Sosial Anak Asuh
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Yatim Piatu Kosgoro Bogor
42
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor didirikan pada tanggal 26 Juni 1982 oleh Haryono
Mukana yang merupakan pendiri sekaligus pemilik panti.
Panti ini benaung di bawah Yayasan Haryono Mukana.1
Asal mula berdirinya panti tersebut adalah gagasan
atau ide dari kerabat Haryono Mukana yaitu, Bapak Isman
yang merupakan salah satu petinggi di Yayasan Kosgoro
Jakarta. Beliau menyarankan kepada Haryono Mukana
untuk mendirikan panti asuhan di atas tanah miliknya yang
berada di daerah Bogor. Maka pada tahun 1982 dibentuklan
satu yayasan yang dapat bermanfaat untuk anak-anak.
Atas dasar prakarsa Bapak Isman yang memberi
gagasan atau ide untuk mendirikan panti asuhan, maka
sebagai bentuk apresiasi atas jasa beliau tercantumlah nama
yayasan beliau, yaitu Kosgoro. Namun, hanya namanya saja
yang tercantum tetapi tidak ada hubungan administrasi atau
yang lainnya. Pada tahun 1994 Haryono Mukana meninggal
dunia dan mewariskan segala urusan panti kepada menantu
dari anak pertamanya, yaitu Ir. Syahrial sebagai ketua panti
1 Dokumentasi Buku Milik Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor.
43
selanjutnya. Ir. Syahrial menjadi ketua panti sejak tahun
1994 hingga sekarang.2
Sejak tahun berdirinya Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor sudah terdaftar dan bekerjasama
dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Bogor dengan nomor: 466.4/04-
DINSOSNAKERTRANS/20143 dan Dinas Sosial Provinsi
Jawa Barat dengan nomor: 062/3879/PPSKS/97/2013.4 Akan
tetapi, sejak tahun 2016 panti tersebut sudah tidak lagi
memperpanjang kerjasama dengan Dinas Sosial karena
masalah ketidak amanahannya dari pihak Dinas Sosial
perihal keuangan yang semestinya. Jadi, sejak tahun 2016
hingga sekarang Panti tersebut berjalan dengan sendirinya.5
B. Letak Geografis
Luas tanah Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor ±5.000 m², yang terletak di Jl. Cibanteng
Raya No. 1 KM. 11 RT 01/03, Desa Cibanteng, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor. Adapun jarak fasilitas umum
terdekat dengan Panti dapat dilihat pada Tabel 3.1.6
2 Hasil Observasi, Pada Tanggal 03 Agustus 2018. 3 Dinas Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bogor,
Surat Tanda Terdaftar Organisasi Sosial/Yayasan, (Cibinong: 2013). 4 Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Penetapan Ulang Terdaftar sebagai
lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), (Cimahi, 2013). 5 Hasil Observasi, Pada Tanggal 03 Agustus 2018. 6 Ibid.
44
Tabel 3.1 Letak Geografis PSAA Yatim Piatu Kosgoro
Bogor
No Nama Tempat Jarak
1 MI PUI ± 300 m
2 MTs, MA, SMA, SMK, Ponpes Darut
Tafsir
± 350 m
3 Institut Pertanian Bogor ± 2 km
4 Mesjid At-Taqwa ± 300 m
5 Kantor Desa Cibanteng ± 1,5 km
6 Kantor Kecamatan Ciampea ± 3 km
7 Pemda Kabupaten Bogor ± 20 km
8 Rumah Sakit Karya Bakti Pratiwi ± 3 km
9 Pasar Ciampea ± 3 km
C. Azas dan Tujuan
1. Azas
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor berpedoman kepada “Azas Tunggal Falsafah
Hidup Pancasila”, dan menitikberatkan kepada usaha-
usaha perikemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya.
2. Tujuan
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor memiliki tujuan, antara lain:
a. Memelihara, mendidik dan mengasuh anak-anak
yatim piatu dan anak-anak terlantar, agar menjadi
manusia dewasa yang Pancasilaisme yang berguna
bagi masyarakat dan agama
45
b. Sesuai dengan azasnya, Yayasan Yatim Piatu
Kosgoro ini bertujuan mengabdi kepada
perikemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya dan
seluas-luasnya di dalam setiap gerak dan
aktivitasnya
c. Dalam pengabdiannya kepada perikemanusiaan,
Yayasan Yatim Piatu Kosgoro ini tidak
membedakan agama dan golongan, melainkan
semata-mata dengan kasih dan budi luhur dengan
dasar Bhineka Tunggal Ika dan azas tunggal falsafah
hidup Pancasila.7
D. Kriteria Anak yang Diterima
Adapun syarat dan kriteria anak yang diterima di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor
adalah:
1. Anak yatim, piatu, yatim piatu, dan dhuafa
2. Berusia minimal 2 tahun dan maksimal umur memasuki
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3. Fotocopy Kartu Keluarga (KK)
4. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) orang tua atau
wali
5. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kelurahan
atau Desa
7 Dokumentasi Buku Milik Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor.
46
Berdasarkan keterangan yang dipaparkan, PSAA
Yatim Piatu Kosgoro Bogor menerapkan persyaratan untuk
administrasi dan persyaratan untuk sekolah. Tetapi untuk
anak yang tidak memiliki persyaratan yang ditetapkan masih
dapat ditinggal di PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor melalui
survei ke tempat tinggal anak secara langsung.8
Dengan demikian kriteria anak yang diterima di
PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor adalah anak yang jelas
asal usulnya dan jelas alamat keluarganya.
E. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro pada saat ini dapat dilihat pada Gambar
3.1.9
8 Hasil Observasi, Pada Tanggal 03 Agustus 2018. 9 Dokumentasi Struktur Organisasi Milik Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
47
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor
F. Kegiatan Panti
1. Kepengasuhan
a. Layanan tempat tinggal
b. Layanan makan dan minum
c. Pembiayaan sekolah
Yayasan
H. Haryono Mukana
Ketua
Ir. Syahrial
Wakil Ketua
Rizki Ramdani, B.Ba
Bendahara
dr. Yaya Sadari, CMT
Sekretaris
Maman Supratman, S.Ag
Keuangan
Neng Fatimah, S.E
Pengasuhan
Riska Safitri
Belanja dan Dapur
Anastasia
Perlengkapan dan Operasional
Saifudin
Anak Asuh PSAA Kosgoro
Pendidikan dan Agama
Yusep Abdul Ajis
48
d. Fasilitas hidup anak terbimbing
2. Pendidikan formal luar panti
3. Pembinaan keagamaan di dalam panti10
G. Fasilitas
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan sehari-
hari anak asuh dapat dilihat pada Tabel 3.2.11
Tabel 3.2 Fasilitas PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor
No Fasilitas Banyaknya
1 Asrama laki-laki 1 unit
2 Asrama perempuan 1 unit
3 Musholla 1 unit
4 Ruang makan 1 unit
5 Ruang dapur 1 unit
6 Kamar pemilik panti 1 unit
7 Kamar pengurus 1 unit
8 Kantor 1 unit
9 Perpustakaan 1 unit
10 Toilet laki-laki 4 unit
11 Toilet perempuan 2 unit
12 Ruang keluarga pemilik 1 unit
13 Lapangan 1 unit
10 Hasil Observasi Pada Tanggal 03 Agustus 2018. 11 Hasil Observasi pada Tanggal 14 April 2018.
49
H. Kegiatan Pembinaan Agama dalam Panti
Anak asuh mendapatkan pembelajaran pengetahuan
umum dari sekolah di luar panti. Sementara untuk kegiatan
pembelajaran agama dilakukan di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor belangsung setiap hari. Adapun
materi pembelajaran yang disampaikan antara lain: (1)
Tajwid, (2) Bahasa Arab, (3) Fiqih, (4) Tauhid, (5) Akhlak.
Materi pembelajaran tersebut diaplikasikan melalui
kegiatan seperti, sholat berjamaah, mengaji/membaca al-
Qur’an, tadarus, wirid, tahfidz, tahsin, muhadhoroh,
membaca maulid (Sholawat bersama), dzikir, tahlil, yasinan,
puasa sunnah Senin-Kamis bagi yang mau dan sanggup,
puasa sunnah khusus diwajibkan untuk anak yang sudah
baligh.
Dalam kegiatan pembinaan keagamaan dalam panti
dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan yang salah
satunya adalah untuk membentuk sikap sosial yang baik bagi
anak-anak di panti tersebut.12
I. Jadwal Kegiatan Panti
Adapun jadwal kegiatan di PSAA Yatim Piatu
Kosgoro Bogor dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan harian
dan mingguan. Untuk kegiatan harian dapat dilihat pada
12 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 03 Agustus 2018.
50
Tabel 3.3 dan kegiatan mingguan dapat dilihat pada Tabel
3.4.13
Tabel 3.3 Kegiatan Harian PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor
No Waktu Kegiatan
1 03.30-04.00 Bangun tidur dan qiyamulail (tahajud)
2 04.30-04.50 Sholat subuh berjamaah, wirid, dzikir pagi
3 04.50-06.00 KBM (mengaji, tahsin dan tahfidz)
4 06.00-07.00 Piket, mandi, sarapan pagi, persiapan sekolah
5 07.00-13.00 Jadwal sekolah formal di luar Panti
7 13.00-13.20 Sholat dzuhur berjamaah, wirid, tadarus,
tahfidz
8 13.20-13.50 Makan siang, piket
9 13.00-15.20 Bersih-bersih, rapi-rapi, istirahat siang
10 15.20-16.00 Sholat ashar berjamaah, wirid, tadarus, tahfidz
11 16.00-17.00 KBM (Kegiatan Belajar dan Mengaji)
12 17.00-18.00 Piket, rapi-rapi, persiapan sholat maghrib
13 18.00-19.15 Sholat maghrib berjamaah, wirid, dzikir
petang, tahsin, tahfidz
14 19.15-19.30 Sholat isya berjamaah, KBM (mengaji, tahsin
Qur’an)
15 19.30-20.00 Makan malam
16 20.00-21.00 KBM (Kegiatan Belajar dan Mengaji)
17 21.00-03.30 Istirahat, tidur malam
13 Dokumentasi Jadwal Kegiatan Milik Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor.
51
Tabel 3.4 Kegiatan Mingguan PSAA Yatim Piatu Kosgoro
Bogor
No Waktu Kegiatan
1 Minggu malam Muhadhoroh/Khitobiyah
2 Senin Puasa Sunnah
3 Selasa Malam Pembacaan Maulid/Burdah/Siroh
Nabawiyah
4 Kamis Puasa Sunnah
5 Kamis malam Dzikir, Yasinan
52
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Karakteristik
1. Latar Belakang Pembimbing
YAA (YAA) adalah pembimbing agama di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor sejak
tahun 2017. YAA lahir di Bogor pada tanggal 25
November 1987. Saat ini YAA tinggal bersama istri dan
ketiga anaknya, istrinya bernama Riska Safitri, anak
pertamanya bernama Muhammad Syaddad Alfaruq
berumur 6 tahun, anak keduanya bernama Ahmad Sadid
Alghifari berumur 5 tahun, dan anak ketiganya bernama
Humaidah Raisya Azzahiyah berumur 1 tahun. YAA dan
keluarganya tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor.
YAA menempuh pendidikan di SDN Cihideung
Ilir 5 hinggat tamat berijazah, kemudian sejak lulus
Sekolah Dasar beliau melanjutkan pendidikannya di
Pondok Pesantren Darut Tafsir hingga tamat Madrasah
Aliyah.1
Berpengang pada nasihat dari gurunya di pesantren yang berkata “…yang namanya manfaat ilmu, keberkahan ilmu bisa kamu rasakan sekarang ketika kamu di pondok. Tetapi ketika kamu keluar dari pondok akan lebih terasa keberkahan manfaat ilmu. Jadi bersiap-siaplah jika sudah keluar dari
1 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 03 Agustus 2018.
53
pondok, mungkin kamu merasa biasa-biasa saja, tapi warga sekitar kamu mungkin akan bereaksi di luar dugaanmu.”
Seperti perkataan sang guru YAA merasakan apa
yang didengarnya, karena ketika lulus dari pesantren
pada tahun 2005 masih jarang anak lulusan pesantren
bahkan dapat dihitung dengan jari. Ustadz Yusef Abdul
Ajis adalah lulusan pesantren pertama dikampungnya
sehingga merasa bahwa dirinya merasa dipercaya oleh
masyarakat di kampungnya dalam hal urusan agama.
Sejak tamat pesantren beliau merasa keberkahan
ilmunya seperti dipercaya dalam mengurus pengajian
kepemudaan, pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu
di daerah rumahnya, yaitu Kampung Kebon Kopi yang
dilakukan secara rutin. YAA juga sering dipanggil untuk
mengisi acara pengajian di beberapa daerah. Selain itu
beliau juga sering diminta oleh beberapa orang tua untuk
mengajarkan privat mengaji kepada anak-anaknya.
YAA menjadi pembimbing agama di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro karena bermula dari
teman-teman semasa di MA Darut Tafsir yang berasal
dari panti tersebut. Saat berbincang-bincang beliau
mendengar cerita dari teman-temannya tentang kondisi
panti yang kurangnya pembelajaran agama, beliau
menjadi prihatin dan tergerak hatinya untuk mengurusi
anak-anak panti. Awal-awal beliau hanya mengajarkan
mengaji pada anak-anak panti ba’da maghrib. Namun,
54
setelah beliau pikir-pikir lagi hanya belajar mengaji
ba’da maghrib tidak efektif untuk anak-anak, tidak
terpantau disiplinnya. Hingga akhirnya beliau
memutuskan untuk tinggal di panti agar dapat memantau
dan mengontrol anak-anak panti sejak tahun 2017 hingga
saat ini.
Walaupun sekarang beliau tinggal dan mengurus
anak-anak di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor, beliau tetap melakukan kegiatannya
sebelum menetap di panti, yaitu mengabdikan diri untuk
masyarakat di kampungnya yang berada di belakang
panti, yaitu kampung Kebon Kopi. Walaupun sekarang
beliau lebih fokus kepada anak-anak panti tetapi beliau
masih aktif mengurus pengajian dan mengisi beberapa
pengajian dimanapun yang membutuhkannya, hingga
mengajar privat anak-anak.2
2 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 03 Agustus 2018.
55
2. Latar Belakang Anak Asuh
Tabel 4.1 Anak Asuh PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor
No Nama Jenis Kelamin Umur
1. Muhammad Iqbal Rafi Laki-laki 15 tahun
2. Rifa Aprilia Fauzi Perempuan 12 tahun
3. Ramadhoni Yasa
Safawi
Laki-laki 9 tahun
4. Ira Ramadhanti Perempuan 14 tahun
5. Riska Aditya Pitriani Perempuan 5 tahun
6. Galang Yudistira Laki-laki 17 tahun
7. Aldi Permana Maulana Laki-laki 13 tahun
8. Sahid Laki-laki 13 tahun
9. Muhammad Husen Laki-laki 14 tahun
10. Yoga Gunawan Laki-laki 13 tahun
11. Muhammad Azizal Laki-laki 12 tahun
12. Ridwan Laki-laki 14 tahun
13. Oim Laki-laki 3 tahun
14. Fahrudin Laki-laki 5 tahun
15. Rizki Laki-laki 3 tahun
16. Amanda Perempuan 4 tahun
17. Darmawan Laki-laki 3 tahun
18. Opang Laki-laki 3 tahun
19. Sali Mustaqim Laki-laki 15 tahun
56
Jumlah anak asuh di PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor
sebanyak sembilan belas orang dan lebih banyak
menampung anak laki-laki sebanyak lima belas orang.
Sedangkan untuk anak perempuan hanya empat orang.3
Jumlah anak asuh di PSAA Yatim Piatu Kosgoro
Bogor yang sebanyak sembilan belas orang, penulis
mewawancarai empat orang. Alasannya karena anak
asuh yang diwawancarai adalah rekomendasi dari
pembimbing agama dan merupakan anak asuh yang
paling mengerti dan paham tentang lingkungan panti.
Adapun anak asuh ysng sudah penulis wawancarai
adalah:
a. YG (dhuafa), lahir di Bogor, pada tanggal 5
November 2005. Alamat asal Kp. Ciateul Desa
Puraseda Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
YG yang sekarang berumur tiga belas tahun sudah
tinggal di PSAA Yatim Piatu Kosgoro sejak bulan
Juli 2018 dititipkan oleh orang tuanya karena faktor
ekonomi. Orangtua YG tahu PSAA Kosgoro dari
Ustadz Ajis langsung yang mempunyai kerabat di
daerah rumah YG dan membujuk orangtua YG yang
awalnya hanya menyekolahkan YG hingga Sekolah
Dasar dengan alasan tidak perlu sekolah tinggi-
tinggi dan ditambah dengan faktor ekonomi yang
kurang, namun berkat pendekatan yang dilakukan
oleh Ustadz Ajis, YG akhirnya dititipkan di PSAA
3 Hasil Observasi Pada Tanggal 28 Agustus 2018.
57
Yatim Piatu Kosgoro. YG sekarang bersekolah di
MTs Darut Tafsir kelas 7 dengan biaya dari PSAA
Yatim Piatu Kosgoro.4
b. MIR (dhuafa), lahir di Bekasi, pada tanggal 28 Mei
2003. Alamat asal Cibanteng Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor. MIR yang sekarang berumur lima
belas tahun sudah tinggal di PSAA Yatim Piatu
Kosgoro sejak tahun 2012 dititipkan oleh ibunya,
MIR merupakan korban broken home dan ayahnya
tidak bertanggungjawab entah kemana ditambah
dengan faktor ekonomi ibunya yang tidak dapat
membiayai MIR. MIR tahu PSAA Yatim Piatu
Kosgoro ini karena lokasinya yang dekat dengan
rumah. MIR sekarang bersekolah di MTs Darut
Tafsir kelas 9 dengan biaya dari PSAA Yatim Piatu
Kosgoro.5
c. RAF (dhuafa), lahir di Bekasi, pada tanggal 28 April
2006. Alamat asal Cibanteng Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor. RAF yang sekarang berumur dua
belas tahun sudah tinggal di PSAA Yatim Piatu
Kosgoro sejak tahun 2012 dititipkan oleh ibunya,
RAF merupakan korban broken home dan ayahnya
tidak bertanggungjawab entah kemana ditambah
dengan faktor ekonomi ibunya yang tidak dapat
4 Wawancara pribadi dengan YG, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 28 Agustus 2018. 5 Wawancara pribadi dengan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 28 Agustus 2018.
58
membiayai RAF. RAF tahu PSAA Yatim Piatu
Kosgoro ini karena lokasinya yang dekat dengan
rumah. RAF sekarang bersekolah di MTs Darut
Tafsir kelas 7 dengan biaya dari PSAA Yatim Piatu
Kosgoro. Rifa merupakan adik kandung dari Rafi.6
d. IR (dhuafa), lahir di Bogor, pada tanggal 8
November 2004. Alamat asal Bogor. IR yang
sekarang berumur empat belas tahun sudah tinggal
di PSAA Yatim Piatu Kosgoro sejak tanggal 30 Mei
2016 dikarenakan ayahnya yang sakit-sakitan jadi
IR dititipkan oleh ibunya karena faktor ekonomi
dengan harapan IR dapat melanjutkan
pendidikannya. IR tahu PSAA Yatim Piatu Kosgoro
dari saudaranya yang dahulu pernah tinggal di panti
tersebut. IR sekarang bersekolah di MTs Darut
Tafsir kelas 8 dengan biaya dari PSAA Yatim Piatu
Kosgoro.7
Hasil wawancara dengan empat anak di PSAA
Yatim Piatu Kosgoro tersebut ternyata lebih banyak anak
dengan status dhuafa.
B. Aturan
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor
tidak memiliki aturan secara tertulis untuk pembimbing
6 Wawancara pribadi dengan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 28 Agustus 2018.
7 Ibid.
59
agama. Maka dari itu pembimbing agama tersebut membuat
aturan tidak tertulis sebagai berikut:
1. Memiliki kualitas dan kompetensi.
2. Memiliki keimanan yang kuat dan berpengamalan.
3. Menjadi teladan bagi anak asuh.
4. Disiplin ilmu melalui agama islam.8
Aturan yang dibuat oleh pembimbing agama
berdasarkan pengalaman mengajar di tempat lain dan dari
ketua panti yang memberikan pengarahan kepada
pembimbing agama secara langsung bahwa pembimbing
agama harus sebagai berikut:
1. Pembimbing agama dapat membimbing anak-anak ke
arah yang lebih baik.
2. Bimbing anak-anak agar memiliki sikap yang baik
sebagai penerus bangsa.
3. Ajarkan anak-anak agama yang sesuai dengan syariat.
4. Memberikan pengajaran yang sederhana dan tidak
memberatkan/memaksa kepada anak-anak.9
C. Pemahaman Tentang Aturan
Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor memahami aturan bahwa untuk
menjadi pembimbing agama dapat dilihat dari kualitas,
kompetensi dan dari keilmuan agamanya harus lebih tahu
8 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 14 Agustus 2018. 9 Ibid.
60
dan lebih paham ketika menyampaikan materi atau contoh
kepada anak asuh. Upaya pembimbing agama membangun
hal tersebut dengan rajin membaca buku keagamaan dan
ditambah dengan rasa tanggung jawab untuk membimbing
dan mengurus anak asuh di panti.
Menurut pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, dilihat dari segi keimanan
pembimbing agama harus memiliki keimanan yang kuat.
Anak asuh akan mematuhi perkataan dari pembimbing
agama jika memiliki keimanan yang kuat, bagaimana
mungkin anak asuh akan mematuhi perkataan pembimbing
agama, jika beliau memiliki keimanan yang tidak kuat atau
lemah. Untuk menunjang segi keimanan pembimbing agama
melaksanakan sholat berjamaah, puasa sunnah, mengahadiri
dan mengadakan acara keagamaan di lingkungan masyarakat
dan lain sebagainya.
Pembimbing agama juga harus memiliki pengalaman
dalam membimbing agama, agar dapat menerapkan
bimbingan yang baik kepada anak asuh karena pembimbing
agama contoh teladan bagi anak asuh. Sebagaimana
pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor sebelum menjadi pembimbing di panti,
beliau pernah membimbing di pesantren dan membimbing
secara privat.
Dalam proses pembelajaran agama secara praktiknya
pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor memberikan contoh secara langsung
61
kepada anak asuh. Pembimbing agama dalam pemberian
contoh melakukan hal tersebut terlebih dahulu atau bahkan
lebih rajin daripada anak asuh, dalam arti pembimbing
agama menjadi teladan atau contoh yang baik untuk anak
asuh. Salah satu contoh ketika pembimbing agama
mewajibkan anak asuh untuk mendisiplinkan waktu dan
bermain tentu saja pembimbing agama harus lebih disiplin
daripada anak asuh, ketika waktu sholat pembimbing agama
sudah berada di musholla terlebih lebih dahulu, bangun lebih
awal, dan ikut membersihkan lingkungan panti.10
Adapun pemahaman pembimbing agama di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor mengenai
indikator sikap sosial jujur, disiplin, tanggung jawab,
toleransi, gotong royong, dan sopan santun adalah sebagai
berikut:
1. Indikator Sikap Jujur
a. Mengatakan sesuai kenyataan
b. Bersikap benar
c. Tidak berbohong
2. Indikator Sikap Disiplin
a. Mengerjakan tugas-tugas yang dimiliki dengan tepat
waktu
b. Melaksanakan tata tertib Panti dengan tepat waktu
3. Indikator Sikap Tanggung Jawab
a. Melaksanakan tugas yang sudah diberikan
b. Mengerjakan tugas piket di Panti
10 Hasil Observasi pada tanggal 28 September 2018.
62
4. Indikator Sikap Toleransi
a. Peduli dengan teman-temannya
b. Peduli dengan sekitarnya
c. Peduli dengan lingkungannya
5. Indikator Sikap Gotong Royong
a. Mengerjakan piket dengan bekerjasama
b. Melakukan kebaikan bersama-sama
6. Indikator Sikap Sopan dan Santun
a. Berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari
b. Tahu bagaimana memosisikan diri untuk bersikap
atau berperilaku dengan teman, orang tua, dan orang
sekitar.11
Secara teoritis pembimbing agama dapat memahami
sikap sosial jujur, disiplin, tanggung jawab, gotong royong,
sopan dan santun. Hal tersebut dapat dilihat sebagaimana
yang telah dijabarkan sebelumnya. Sikap sosial toleransi
pembimbing agama kurang memahami karena toleransi yang
dijelaskannya kurang tepat sebagaimana pengertian toleransi
yaitu sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan. Tentunya dalam
menjalani roda kehidupan ini banyak sekali perbedaan baik
dari cara pandang seseorang, kepribadian dan lain-lain. Oleh
karena itu diperlukan sikap menghormati orang lain agar
tercipta suatu keharmonisan dalam pergaulan maupun dalam
bermasyarakat.
11 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 14 Agustus 2018.
63
D. Tindakan Pembimbing Agama
Anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro anak-anak belajar dari tingkat dasar terlebih dahulu.
Pertama adalah membaca dan menulis Al-Qur’an dan dalam
penyampaian materi pembimbing agama menggunakan
referensi seperti, tajwid menggunakan kitab dasar hidayatul
mustafid, ilmu tauhid pembimbing agama menggunakan
kitab dasar tijan darori, ilmu fiqih pembimbing agama
menggunakan kitab safinatun najah, dan ilmu akhlak
pembimbing agama menggunakan kitab taisirul kholaq.
Bimbingan agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor dilaksanakan setiap hari setelah sholat
subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya berjamaah di
musholla Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor dengan pengawasan pembimbing agama. Dalam
pembacaan al-Qur’an dilakukan setiap setelah sholat
berjamaah, sedangkan untuk penyampaian materi
pembelajaran dilakukan setelah sholat ashar dan isya.
Pemberian materi yang dilakukan menggunakan al-Qur’an
dan Hadits serta beberapa buku-buku Islam. Terkait
pembelajaran tentang sikap sosial pembimbing agama
berpegang pada materi akhlak dengan menggunakan buku
taisirul kholaq dan fiqih dengan menggunakan buku safinatun
najah.12
Dalam pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor pembimbing
12 Hasil Observasi pada Tanggal 13 Oktober 2018.
64
agama menggunakan metode wawancara dan psikoanalisis
dengan anak asuh untuk mengetahui masalah yang sedang
dihadapi, metode group guidance dalam penyampaian materi,
metode non-direktif yang dilakukan untuk mendorong anak
asuh bertanya dan menjawab kepada pembimbing agama
setelah menerima materi, dan metode direktif dilakukan
dengan menggunakan aturan dan kegiatan yang dibuat oleh
pembimbing agama.13
Selama bimbingan agama berlangsung pembimbing
agama memantau dan mengontrol anak asuh secara langsung.
Setiap anak asuh memiliki sikap yang berbeda-beda, ada
yang patuh dan mengikuti bimbingan dengan baik, ada pula
yang kurang patuh. Contohnya pada saat sholat berjamaah
terdapat anak asuh yang terdengar mengobrol, maka setelah
bimbingan selesai pembimbing agama memanggil anak asuh
tersebut. Pembimbing agama akan memberikan nasihat atau
teguran secara lisan dengan lemah lembut bahwa hal tersebut
tidak baik untuk dilakukan dan meminta untuk tidak
mengulanginya lagi, jika mengulangi maka akan diberikan
sanksi atau hukuman.
Jika anak asuh melakukan hal yang lebih berat atau
mengulangi kesalahan yang sama, maka anak asuh akan
dihukum oleh pembimbing agama. Suatu ketika ada dua anak
asuh laki-laki yang masih berumur sekitar enam dan tujuh
tahun membuat gaduh ketika sholat berjamaah, pembimbing
agama memanggil kedua anak asuh tersebut. Mula-mula
13 Hasil Observasi pada Tanggal 07 November 2018.
65
anak asuh diberikan nasihat dan teguran secara lisan dengan
lemah lembut, akan tetapi anak asuh masih terlihat bergurau
satu sama lain, sehingga pembimbing agama menghukum
anak asuh dengan nada yang lebih tegas, meminta mereka
untuk menanggalkan pakaian atasnya selama satu jam
sebagai hukuman.14
Dalam proses pembentukan sikap sosial yang
diterapkan pembimbing agama dari hasil wawancara dan
pengamatan yang penulis lakukan di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor pada dasarnya
pembimbing agama menerapkan dengan aturan dan kegiatan
rutin yang telah dibuat. Sedangkan dalam praktiknya
pembimbing agama melakukan dengan cara dan pendekatan
yang berbeda terhadap setiap anak asuh, dikarenakan
karakter setiap anak yang berbeda-beda. Hal tersebut seperti
yang diungkapkan pembimbing agama sebagai berikut:15
“Saya lebih menggunakan pendekatan personal, karena di sini anak-anaknya masih bisa ter-handle karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Jadi, masih bisa terfokus kepada mereka satu-persatu. Oleh karena setiap anak memiki karakter dan sikap yang berbeda-beda, kalau saya sedang mengajar atau kajian malam kita semua dianggap sama. Tetapi ketika di dalam hal yang lain ada juga yang saya ketika menghadapinya harus flexible sesuai dengan sikap dan karakter yang mereka miliki.”
14 Hasil Observasi pada Tanggal 28 September 2018. 15 Hasil Observasi pada Tanggal 13 Oktober 2018.
66
E. Sikap Sosial Anak Asuh
Penulis telah melakukan wawancara dengan 4 anak
dari di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor dalam memahami sikap sosial dan mendapatkan hasil
seperti:
1. Indikator jujur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak memahami apa itu jujur seperti, “tidak berbohong”,
“berkata benar”, “perkataan yang sebenarnya” dan lain
sebagainya. Namun, empat anak tersebut mengatakan
bahwa mereka pernah berbohong setidaknya kepada
temannya dengan alasan takut dimarahi atau menghindar
dari kesalahan.16
2. Indikator Disiplin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak memiliki berbagai pendapat sendiri tentang
kedisiplinan seperti, dua anak mengatakan bahwa dirinya
selalu menjalankan tugas yang dimilikinya tepat waktu,
dua anak mengatakan bahwa dirinya kurang menjalankan
tugas yang dimilikinya kurang tepat waktu, dan seorang
anak mengatakan bahwa dirinya tidak menjalankan tugas
yang dimilikinya tepat waktu.
Sedangkan dalam menjalankan tata tertib yang ada
di panti dari empat anak, ada seorang anak yang
mengatakan bahwa dirinya selalu melaksanakan tata tertib
16 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018.
67
yang ada di panti dan tiga anak kadang melaksanakan dan
kadang tidak melaksanakan.17
3. Indikator Tanggung Jawab
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembimbing
agama dari empat anak, seluruhnya mengatakan bahwa
dirinya selalu melaksanakan tugas yang diberikan, begitu
juga dalam melaksanakan tugas piket.18
4. Indikator Toleransi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal
peduli terhadap teman-temennya empat anak mengatakan
bahwa mereka peduli dengan alasan bahwa mereka sudah
seperti keluarga, saudara, dan teman bermain sehari-
harinya.
Sedangkan dalam hal peduli terhadap orang-orang
sekitar panti empat anak mengatakan bahwa mereka
peduli dengan alasan mereka sudah dianggap seperti
orang tua dan yang sudah mengurus mereka selama di
panti. Dalam hal peduli terhadap lingkungan empat anak
itu juga mengatakan bahwa mereka peduli dengan cara
membersihkan lingkungan panti dan membuang sampah
pada tempatnya.19
17 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018. 18 Ibid. 19 Ibid.
68
5. Indikator Gotong Royong
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak berpendapat berbeda dalam mengerjakan tugas piket
di panti secara bersama-sama, ada tiga anak mengatakan
bahwa dirinya suka mengerjakan tugas piket di panti
secara bersama-sama dan seorang anak mengatakan
bahwa dirinya kadang mengerjakan tugas piket di panti
bersama-sama, kadang sendiri.
Sedangkan dalam melakukan kebaikan secara
bersama-sama dari empat anak, ada tiga anak yang suka
melaksanakan kebaikan bersama-sama, seorang anak
mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan kebaikan
hanya sendiri saja tidak suka bersama-sama.20
6. Indikator Sopan dan Santun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak, seluruhnya mengatakan bahwa dirinya dapat
membedakan bagaimana memposisikan dirinya ketika
sedang teman dan orang yang lebih tua darinya. Terhadap
orang yang lebih tua mereka mengatakan bahwa harus
lebih sopan, sedangkan kepada teman itu tidak terlalu
serius atau dapat bergurau.
Dari enam indikator sikap sosial yang sudah dijelaskan
empat anak mengatakan bahwa seluruh indikator sikap sosial
tersebut sudah diajarkan oleh pembimbing agama secara
materi dan praktik secara langsung dalam kegiatan sehari-
20 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018.
69
hari di PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor. Mereka semua
sepakat bahwa pembimbing agama sudah mengajarkan
seluruh hal yang sudah dijelaskan di atas dengan cukup
baik.21
Dengan demikian dapat dilihat dari sembilan belas
anak yang ada di PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor,
menunjukkan bahwa empat anak sudah cukup memahami
tentang masing-masing dari sikap sosial. Sebagian
pemahaman yang mereka mengerti tentang sikap sosial
tersebut berasal bimbingan yang diberikan oleh pembimbing
agama di panti. Baik dalam materi yang disampaikan saat
pembelajaran maupun secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari dan kehidupan bermasyarakat di sekitar panti.
Pemahaman sikap sosial anak menurut pembimbing
agama sebagai berikut:
1. Indikator Jujur
Anak asuh di Panti masih belum sepenuhnya jujur,
karena anak asuh terkadang tidak berkata jujur ketika
mereka ingin pergi bermain dengan teman-teman
sekolahnya. Anak asuh tidak berkata jujur disebabkan
takut diizinkan atau dimarahi oleh pembimbing.22
2. Indikator Disiplin
Anak asuh di Panti belum sepenuhnya memiliki
sikap disiplin, karena anak asuh masih memiliki kebiasaan
21 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018. 22 Ibid.
70
bermalas-malasan. Akan tetapi, seiring waktu berlalu
perlahan-lahan anak asuh mulai memiliki kedisiplinan
untuk melaksanakan kegiatan dan tata tertib yang ada di
Panti.23
3. Indikator Tanggung Jawab
Anak asuh di Panti sudah memiliki sikap tanggung
jawab yang cukup baik. Beberapa anak sudah memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya tanpa perlu
diarahkan/diingatkan lagi, ada juga beberapa anak asuh
yang memang masih perlu diarahan terlebih dahulu untuk
melaksanakan tugasnya.24
4. Indikator Toleransi
Anak asuh di Panti sudah memiliki sikap toleransi
yang cukup baik. Anak asuh di Panti saling peduli dan
mau membantu satu sama lain, walaupun memang tidak
dapat dipungkiri yang namanya anak-anak memang sering
bergurau dan menimbulkan perselisihan-perselisihan
ringan.25
5. Indikator Gotong Royong
Anak asuh di Panti sudah memiliki sikap gotong
royong yang baik. Anak asuh bersosialisasi satu sama lain
setiap harinya, hal tersebut memudahkan mereka untuk
mengerjakan tugas-tugas panti secara bersama-sama. Dari
23 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018. 24 Ibid. 25 Ibid.
71
mengerjakan tugas-tugas tersebut sikap gotong royong
terbangun dengan baik.26
6. Indikator Sopan dan Santun
Anak asuh pasti sudah memiliki sikap sopan dan
santun yang sudah diberikan oleh orang tua atau walinya,
sehingga pembimbing agama memberikan pengertian
sikap sopan dan santun lebih kepada praktek langsung
sehari-harinya di dalam panti dengan cukup baik. Akan
tetapi, pembimbing agama memiliki rasa khawatir tentang
sikap sopan dan santun yang kurang baik dari luar panti,
seperti dari teman sekolahnya.27
26 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018. 27 Ibid.
72
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini pemaparkan pembahasan analisis data yang
diperoleh dari lapangan terkait peran pembimbing agama dalam
pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor. Analisis data lapangan terdiri dari:
A. Analisis Aturan Pembimbing Agama
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang
penulis lakukan menunjukkan hasil bahwa pembimbing
agama membuat aturan tidak tertulis untuk dirinya sendiri
yang diungkapkan melalui perkataan karena aturan baku atau
aturan tertulis dari pihak panti atau dari pihak yang berkaitan
dengan panti itu tidak ada, yang ada adalah arahan dari
kepala panti kepada pembimbing agama secara langsung.
Berpedoman dari arahan kepala panti dan ditambah dengan
pengalamannya dalam membimbing di tempat lain.
Pembimbing agama dapat membentuk aturan untuk dirinya
sendiri secara tidak tertulis. Aturan untuk anak asuh di sisi
lain, dibuat oleh pembimbing agama secara tertulis.
B. Analisis Pemahaman Aturan Pembimbing Agama
Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor memahami bahwa untuk
menjadi seorang pembimbing agama harus memiliki
pengetahuan dan akhlak yang baik, segala sesuatu yang
73
berguna, yang sesuai dengan syariat agama dan dapat
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri serta orang lain,
terlebih lagi karena dia yang akan membutuhkan
pengetahuan yang cukup luas tentang yang diajarkan. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan pembimbing agama
sebagai berikut:
“Menjadi pembimbing agama itu yang pertama dilihat dari kualitas, kompetensi dan dari keilmuan agamanya mereka harus lebih tahu dan lebih paham ketika mereka menyampaikan kepada jamaahnya atau kemasyarakat.”1 Pembimbing agama juga lebih menekankan untuk
memberikan contoh secara langsung, bukan memerintah.
Pembimbing agama berupaya membentuk sikap sosial positif
anak dengan memberikan contoh yang teladan. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan pembimbing agama sebagai
berikut:
“Sistem saya buat, kegiatan semua saya bikin di panti. Walaupun saya yang membuat untuk mereka, tetapi di sisi lain saya mencontohkan juga. Jadi, saya itu cenderung bukan memerintah tetapi lebih mengajak. ‘Ayo kita sholat’, ‘Ayo kita mengaji’, ‘Ayo kita rapi-rapi’, ‘Ayo kita bersih-bersih’. Biasanya kalau hanya menyuruh itu anak-anak bicara ‘Ah, Pak Ustadz nyuruh doang, sedangkan Pak Usztadz sendiri gak ngerjain’ seperti itu. Di masyarakat juga sama seperti itu. Kesannya kita tidak menggurui atau merasa kita itu lebih baik, tetapi kita kan sama-sama semuanya menuju kebaikan.”2
1 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 14 Agustus 2018. 2 Wawancara pribadi dengan IR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
74
Sebagaimana penuturan pembimbing agama di atas
dapat dipahami bahwa pembimbing agama lebih
menekankan ajakan daripada perintah agar anak asuh lebih
merasa dihargai, di mana anak asuh dapat melihat bahwa
pembimbing agama tidak hanya berbicara saja melainkan
melakukan yang sudah diajarkannya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis
dapat menyimpulkan bahwa aturan yang dibentuk oleh
pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor itu hanya dipahami dalam kepalanya
sendiri karena tidak tertuliskan di panti. Hasil tersebut terjadi
karena pemahaman pembimbing agama untuk aturan
bimbingan agama tidak sampai dituangkan menjadi sebuah
aturan secara tulisan.
C. Analisis Tindakan Pembimbing Agama
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis
menyimpulkan ada empat tindakan peran pembimbing
agama dalam pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, sebagai berikut:
1. Pemberi Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
penulis menunjukkan bahwa pembimbing agama
menggunakan materi akhlak dan fiqih untuk dapat
membantu dalam pembentukan sikap sosial anak asuh.
Pembimbing agama memberikan materi akhlak
menggunakan taisirul kholaq dan fiqih dengan
75
menggunakan buku safinatun najah. Materi tersebut
beliau sampaikan pada saat bimbingan agama yang
dilakukan ba’da Ashar atau ba’da Isya dalam metode
grup guidance dan metode non-direktif.
Dalam pembentukan sikap sosial pembimbing
agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor lebih menekankan kepada praktik secara
langsung. Penyampaian materi tertulis sekitar 30 persen
pada saat bimbingan agama berlangsung, sedangkan 70
persen dilakukan dengan praktik di lapangan seperti,
sholat berjamaah, menghadiri acara keagamaan
dimasyarakat, membersihkan lingkungan panti. Hal
tersebut dilakukan dengan maksud agar anak asuh dapat
mendapatkan contoh teladan yang baik.3
Pembimbing agama bertugas mengingatkan anak
asuhnya untuk selalu mengerjakan perintah agama,
berbuat baik kepada sesama, dan menghormati orang
lain baik yang lebih muda maupun kepada yang lebih
tua, baik di dalam panti, lingkungan sekitar serta di
masyarakat. Pembimbing agama harus mendapat tempat
khusus di hati anak asuh sebagai pengganti orangtua atau
sebagai orang tua asuh. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari MIR sebagai berikut:
3 Hasil Observasi pada Tanggal 13 Oktober 2018
76
“Karena pengurus di sini sudah saya anggap orang tua sendiri”4
Pembimbing agama juga bertanggung jawab
secara penuh atas anak asuh selama berada di dalam
panti dan dalam bimbingannya. Pembimbing agama
tidak hanya memberikan pendidikan agama tetapi juga
berperan untuk membimbing anak asuh agar dapat
memiliki sikap sosial yang baik.
2. Kontrol dari Pembimbing Agama
Pembimbing agama berusaha semaksimal
mungkin untuk memantau dan mengontrol anak asuh
dalam melaksanakan bimbingan agama. Anak asuh
diperhatikan satu-persatu, seperti anak asuh yang tidak
sholat berjamaah, membuat gaduh saat bimbingan
sedang berlangsung, tidak mengerjakan tugas yang
berikan, pulang terlambat, dan lain sebagainya. Apabila
ada yang kurang patuh dalam melaksanakan bimbingan,
maka pembimbing agama mengambil tindakan pertama
dengan memberi nasihat atau teguran. Apabila anak asuh
sudah melakukan hal yang lebih berat maka akan
diberikan hukuman, seperti membersihkan lingkungan
panti sendirian dan mengelilingi lapangan.
3. Penasihat dan Pemberi Teguran
Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro tidak hanya menjadi tempat
4 Wawancara pribadi dengan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018.
77
bertanya dan mengajarkan bimbingan agama dan
lainnya, tetapi juga menjadi pemberi nasihat, arahan, dan
teguran yang baik bagi anak asuh. Pembimbing agama
akan memberikan nasihat dan teguran kepada anak asuh
yang kurang patuh dalam melaksanakan bimbingan
agama. Nasihat dan teguran diberikan secara lisan
dengan lemah lembut, bertatap muka secara langsung,
dan memberitahu bahwa hal yang dilakukan tidak benar
atau tidak baik. Terakhir pembimbing agama meminta
agar anak asuh tidak kembali melakukan hal yang sama,
jika hal tersebut terulang kembali maka akan diberikan
hukuman, seperti membersihkan lingkungan panti
sendirian dan mengelilingi lapangan.
4. Pemberian Hukuman
Nilai-nilai sikap sosial yang ajarkan pembimbing
agama berlaku dalam masyarakat, baik itu berupa
perintah atau ajakan maupun larangan. Demikian halnya
juga dalam pembelajaran yang berlangsung apabila
terdapat anak asuh yang melanggar aturan, seperti tidak
disiplin, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, atau
membuat gaduh saat bimbingan berlangsung,
pembimbing agama akan menegurnya terlebih dahulu
dan akan memberikan hukuman jika anak asuh
melanggar hal yang lebih berat, seperti tidak mengikuti
bimbingan agama, maka pembimbing agama akan
memberikan hukuman kepada anak asuh untuk
membersihkan lingkungan panti sendirian, mengelilingi
78
lapangan, hingga yang terparah akan digundulin untuk
laki-laki.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor yaitu memberikan materi dan
pembelajaran dalam melakukan perannya untuk
pembentukan sikap sosial anak asuh melalui tindakan
bimbingan yang dimulai dengan pembelajaran melalui
bimbingan agama, kontrol secara langsung, penasihatan dan
teguran dalam pelanggaran ringan, dan hukuman jika
melakukan pelanggaran berat.
D. Gambaran Sikap Sosial Anak Asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor
1. Sikap Jujur
Sikap sosial jujur yang telah diterapkan di Panti
sudah disampaikan secara verbal maupun nonverbal oleh
pembimbing agama. Akan tetapi, ada beberapa alasan
yang membuat anak-anak asuh tersebut terpaksa untuk
tidak jujur dalam beberapa kesempatan. Hal tersebut
dapat dilihat dari pemaparan pembimbing agama sebagai
berikut:
“Selama di Panti Alhamdulillah mereka tidak ada yang berani berbohong. Biasanya mereka berbohong itu berhubungan dengan suatu acara atau urusan di luar panti, seperti ada tugas di sekolah tetapi mereka ternyata langsung bermain
79
bersama temannya dan pulang tidak tepat waktu. Di situlah mereka biasanya tidak jujur”5
Berdasarkan pernyataan pembimbing agama
tersebut dapat dikatakan bahwa anak asuh memang
masih belum sepenuhnya dapat bersikap jujur. Hal
tersebut diperkuat dengan pernyataan MIR sebagai
berikut:
“Anak-anak gak jujur biasanya karena takut dimahari oleh Pak Ustadz atau takut dihukum oleh Pak Ustadz”6
Jadi, anak asuh yang tidak jujur biasanya ingin
mendapatkan kesenangan tersendiri dan untuk
mempertahankan dirinya demi kesenangan tersebut,
maka mereka tidak jujur. Oleh karena itu, pembimbing
agama masih kesulitan untuk membentuk sikap sosial
jujur.
2. Sikap Disiplin
Sikap disiplin yang diterapkan oleh panti
sebagaimana yang sudah tertera pada tata tertib panti dan
jadwal kegiatan panti sehari-hari yang dibuat oleh
pembimbing agama secara langsung. Secara non verbal
pembimbing agama memberikan contoh secara langsung
seperti, bangun pagi lebih dahulu dari anak asuh, sudah
berada di musholla lebih awal, dan lain-lain. Jadi, untuk
penerapan sikap disiplin di panti, pembimbing agama
5 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
6 Wawancara pribadi dengan RAF, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
80
memberikan toleransi untuk anak asuh menjadi disiplin.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan pembimbing
agama sebagai berikut:
“Anak-anak yang biasa di rumahnya semaunya, tetapi jika di sini semua kegiatan diatur dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jadi ketika mereka belum terbiasa itu butuh penyesuaian, kita gak menuntut mereka 100% harus mentaati semua peraturan di sini. Kita kasih penyesuaian sekian minggu atau sekian bulan bolehlah ada beberapa kegiatan yang mungkin tidak mereka langsung full dilakukan. Tapi di sisi lain mereka terus berusaha.”7
Berdasarkan pengamatan diasumsikan bahwa anak
asuh sedikit banyaknya masih membawa kebiasaaan
mereka dari rumah atau tempat tinggal mereka
sebelumnya sehingga membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri agar anak asuh dapat memiliki sikap
disiplin.
3. Sikap Tanggung Jawab
Sikap tanggung jawab yang diterapkan di Panti
sudah disampaikan oleh pembimbing agama baik secara
verbal melalui penyampaian materi dan non verbal
dengan cara pembimbing agama memberikan contoh
langsung kepada anak asuh.
Tanggung jawab yang berikan kepada anak asuh
di panti salah satunya adalah tugas piket yang dilakukan
setiap harinya, tugas piket yang dibuat oleh pembimbing
7 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
81
agama dibagi perkelompok dan setiap kelompok dibagi
menjadi tiga hingga empat orang. Anak-anak asuh
melakukan tugas piket sesuai dengan yang sudah
diberikan kepadanya. Mereka melakukan tugas piket
baik dengan kesadaran dari diri sendiri maupun disuruh
terlebih dahulu. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan
YG sebagai berikut:
“…yang gak tanggung jawab gak ada. Tanggung jawab semua”8
Berdasarkan pengamatan dna wawancara yang
dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa anak asuh
memiliki sikap sosial tanggung jawab dalam dirinya.
4. Sikap Toleransi
Sikap toleransi yang diterapkan di panti
disampaikan oleh pembimbing agama lebih kepada non
verbal yang dipraktikan langsung dalam kehidupan
sehari-hari dan memberikan dukungan langsung kepada
anak asuh, seperti kasih sayang yang sudah dianggap
seperti anaknya sendiri. Hal tersebut dijelaskan oleh
pembimbing agama sebagai berikut:
“Dalam hal toleransi di sini anak-anak kan berinteraksi dengan yang lain secara langsung dengan semuanya setiap hari. Saya juga memperlakukan mereka seperti anak saya sendiri, selain membutuhkan materi tentang agama, mereka juga membutuhkan kasih sayang. Karena sudah terbiasa bersama setiap harinya jadi mereka juga merasa sudah seperti saudara atau
8 Wawancara pribadi dengan YG, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
82
keluarga di sini. Walaupun mereka kadang ada perselisihan, bercanda-bercanda, tetapi mereka juga tetap saling membantu satu sama lain.”9
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dapat ditarik kesimpulan bahwa anak asuh memang
memiliki sikap sosial toleransi yang cukup tinggi. Hal
tersebut dapat terjadi karena anak asuh berinteraksi dan
selalu bersama setiap harinya, sehingga mereka sudah
seperti saudara atau keluarga satu sama lain. Dampak
interaksi tersebut menjadikan anak memiliki sikap sosial
toleransi yang terbentuk secara langsung. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan MIR sebagai berikut:
“Di sini sih pada saling toleransi udah kebiasaan karena udah kayak keluarga sendiri”10
5. Sikap Gotong Royong
Sikap gotong royong yang diterapkan di panti
lebih cenderung disampaikan oleh pembimbing agama
secara langsung. Pembimbing agama memberikan
contoh langsung dalam membersihkan area panti
sekaligus mengajak anak asuh untuk melakukan hal yang
sama bersamanya. Sikap gotong royong anak asuh juga
dapat dilihat melalui kegiatan piket mereka setiap
harinya yang dilakukan dengan tiga sampai empat orang.
Pada kegiatan piket tersebut anak asuh melakukan
9 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
10 Wawancara pribadi dengan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
83
kerjasama dalam membersihkan area panti yang menjadi
tugasnya dengan cara dikelompokan dengan tugas
masing-masing, seperti menyapu, mengepel,
membersihkan sampah, dan lainnya. Kegiatan piket
tersebut menjadikan anak asuh memiliki dua sikap sosial
positif seperti gotong royong dan tanggung jawab.
Anak asuh juga sering diajak oleh pembimbing
agama untuk menghadiri acara keagamaan di luar panti
secara bersama-sama. Hal tersebut menjadikan
pembimbing agama anak asuh telah melakukan
kebaikan bersama-sama.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
yang sudah penulis lakukan dapat dikatakan bahwa anak
asuh sudah memiliki sikap sosial gotong royong dan
tanggung jawab yang cukup baik.
6. Sikap Sopan Santun
Sikap sopan dan santun yang diterapkan di panti
dilakukan secara verbal dan non verbal oleh pembimbing
agama. Menurut pembimbing agama sendiri anak asuh
sudah memiliki sikap sopan santun sebelumnya yang
sudah diajarkan oleh orangtua atau walinya sebelum di
panti. Pembimbing agama membentuk sikap sosial
positif anak dengan memberikan materi akhlak dan fiqih
serta memberikan contoh kepada mereka secara
langsung. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri mereka
juga bersekolah di luar panti sehingga sedikit banyaknya
sikap-sikap yang kurang baik mereka lihat dan masuk ke
84
dalam otak mereka. Hal tersebut diungkapkan
pembimbing agama sebagai berikut:
“Di sini sih lebih cenderung praktek yang diaplikasikan langsung apa yang sudah mereka ketahui ditambah dengan materi pengkajian untuk akhlak dan fiqihnya dalam kegiatan sehari-hari di sini. Sikap sopan santun mereka itu tergantung mereka dapat menangkap apa yang mereka lihat, kalau di sini sih mereka selalu mencoba untuk bersikap baik, tetapi memang tidak dapat dipungkiri kan mereka sekolah di luar bertemu dengan macam-macam orang yang dapat memberikan contoh yang kurang baik.”11
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dapat ditarik kesimpulan bahwa anak asuh memang masih
belum sepenuhnya memiliki sikap sopan santun. Mereka
menghormati orang lebih tua darinya, seperti memberikan
salam kepada pengunjung yang datang ke panti. Namun
anak asuh belum memiliki sikap sosial kepada temannya
sendiri seperti yang diungkapkan YG sebagai berikut:
“Ada yang gak sopan biasanya ngomongnya kasar kadang-kadang kalau ke temen aja sih ke pengurus mah enggak”12
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik
kesimpulan bahwa anak asuh memang memiliki sikap
sosial sopan santun, tetapi sikap sopan santun mereka
belum maksimal karena belum mampu diterapkan kepada
teman sebayanya.
11 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
12 Wawancara pribadi dengan Yoga Gunawan, Di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
85
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis tentang Peran Pembimbing
Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuha Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor cukup berperan dalam
pembentukan sikap sosial anak antara lain:
a. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor berperan dalam
membuat aturan secara tidak tertulis untuk dirinya
sendiri dan aturan secara tertulis untuk anak asuh
dengan berpedoman dari arah kepala Panti dan
pengalaman pembimbing agama membina di tempat
lain.
b. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor memiliki pengalaman
dalam membimbing anak asuh, memberikan contoh
teladan yang baik kepada anak asuh dan
bertanggung jawab dalam membimbing dan
mengasuh anak asuh menjadi lebih baik sesuai
dengan arahan dari kepala Panti secara langsung.
c. Nilai-nilai sikap sosial yang diajarkan pembimbing
agama berlaku dalam bimbingan agama, baik itu
86
secara teori maupun praktik. Demikian halnya
dalam pembelajaran yang berlangsung apabila
terdapat anak asuh yang melanggar aturan, seperti
tidak disiplin, tidak mengerjakan tugas yang
diberikan, atau membuat gaduh saat bimbingan
berlangsung, pembimbing agama akan menegurnya.
Jika anak asuh melanggar peraturan yang berat,
maka pembimbing agama akan memberikan
hukuman kepada anak asuh. Hal ini sebagai bentuk
pembelajaran yang dilakukan pembimbing agama
agar kejadian serupa tidak terulang kembali
nantinya. Pembimbing agama juga memberikan
intruksi-instruksi yang berupa perintah atau ajakan
agar dapat mengerjakan tugas dengan baik, agar
tidak ribut satu sama lain, agar bekerjasama satu
sama lain dan sebagainya. Hal ini tentu saja akan
dapat membentuk sosial dalam diri anak asuh.
2. Hasil sikap sosial anak asuh di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor adalah sebagai
berikut:
a. Anak asuh sudah memiliki sikap jujur, akan tetapi
belum maksimal dikarenakan beberapa faktor yang
membuat anak asuh tidak jujur, seperti takut
dihukum dan dimarahi, sehingga dapat dikatakan
bahwa sikap jujur anak asuh masih kurang.
b. Anak asuh sudah memiliki sikap disiplin, akan
tetapi beberapa anak asuh sesekali tidak disiplin,
87
seperti telat mengerjakan tugas karena rasa malas
yang ada didalam diri anak, sehingga dapat
dikatakan bahwa sikap disiplin anak asuh masih
kurang.
c. Anak asuh sudah memiliki sikap tanggung jawab.
Mereka mengerjakan tugas masing-masing
walaupun ada yang terlambat, sehingga dapat
dikatakan sikap tanggung jawab anak asuh sudah
cukup tinggi.
d. Anak asuh sudah memiliki sikap toleransi. Mereka
menghormati kepada orang yang lebih tua dan
mempedulikan satu sama lain. Dapat dikatakan
sikap toleransi anak asuh sudah cukup tinggi.
e. Sikap gotong royong anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dapat
dikatakan sangat tinggi karena pembimbing agama
memberikan tugas piket panti untuk bekerjasama
dan menjaga lingkungan panti secara bersama-sama,
sehingga terbentuklah sikap gotong royong.
f. Sikap sopan santun anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dapat
dikatakan masih kurang, karena walaupun mereka
menghormati orang yang lebih tua, akan tetapi
kepada teman sendiri mereka masih sering bergurau
yang kurang sopan.
88
B. Implikasi
Dari hasil penelitian tentang Peranan Pembimbing
Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dapat
dilihat bahwa dengan peranan pembimbing agama bagi anak
asuh dapat membentuk sikap sosial. Melalui bimbingan
agama secara materi dan praktik meningkatkan sikap sosial
yang lebih baik.
Sikap sosial anak asuh di dalam panti merupakan
dampak dari peran pembimbing agama. Hal tersebut terjadi
karena pembimbing agama memberikan contoh sikap sosial
dengan mengatakan yang sesuai kenyataan menyontohkan
sikap jujur, datang lebih awal untuk sholat berjamaah
menyontohkan sikap disiplin, membersihkan area panti
menyontohkan sikap tanggung jawab, saling menghormati
satu sama lain menyontohkan sikap toleransi, membersihkan
area panti secara bersama-sama menyontohkan sikap gotong
royong, selalu menyapa anak asuh dengan perkataan yang
baik menyontohkan sikap sopan dan santun.
Anak asuh di Panti Sosial Anak Asuh Yatim Piatu
Kosgoro Bogor perlu memiliki sikap sosial positif di dalam
atau di luar Panti. Sikap sosial positif yang dimiliki anak
asuh berdampak untuk dirinya sendiri, keluarga, dan
lingkungan sekitar dalam berinteraksi dimasyarakat. Adanya
hasil tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan untuk
membuat kegiatan yang positif.
89
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam proses bimbingan agama bagi anak asuh,
hendaknya pembimbing agama mencoba berinovasi dari
segi teknik bimbingan, dengan menggunakan media-
media terbaru, seperti bimbingan melalui media sosial,
televisi, atau model audio visual lainnya seperti youtube
agar anak asuh lebih mudah menangkap informasi yang
diberikan oleh pembimbing agama.
2. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor disarankan agar lebih
mengembangkan aspek-aspek kemandirian dari sisi
perilaku, kedisiplinan dan emosi agar anak asuh dapat
memaksimalkan segala perkembangan dan
pembimbingan yang diterima mereka serta lebih
memperhatikan anak asuh dari sisi kebutuhan dan
keakraban anak asuh.
3. Anak asuh agar tidak malu untuk bertanya perihal
ketidakpahaman mereka tentang pembelajaran yang
diberikan pembimbing agama dan jangan memiliki rasa
malas untuk menjalani program bimbingan agama.
4. Seluruh pengurus dan pengelola yang ada di Panti
disarankan agar dapat meningkatkan pelayaan dalam
upaya pembentukan sikap sosial anak asuh.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdusshomad, Muhyiddin. 2007. Etika Bergaul Ditengah Gelombang Perubahan. Surabaya: Khalista.
Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Aini, Septia Nur. 2015. Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Arifin, M. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Darajat, Zakiyah. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang
Harmanto, Gatot. 2014. Bimbingan Pemantapan Sosiologi. Bandung: Yramaa Widya.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Jahja, Yudrik. 2015. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Julian M, James. 2008. The Accelerated Learning for Personality; Belajar Kepribadian, terj. Tom Wahyu. Yogyakarta: Baca.
Kahmadi, Dadang. 2000. Sosiologi Agama. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
91
Kartono, Kartini. 1983. Mental Hygiene (Kesehatan Mental). Bandung: Alumi.
Luthfi, Ikhwan dkk. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Majid, Abdul & Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Maryati, Kun & Juju Suryawati. 2001. Persfektif Ilmu Sosiologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Nasehudin. 2015. Pembentukan Sikap Sosial Melalui Komunikasi dalam Keluarga. Jurnal Edueksos, Volume IV, No. 1.
Nurhasanah. 2017. Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Pratama, Aditya. KPAI Catat 161 Kasus Kekerasan Anak di Bidang Pendidikan Selama 2018, https://www.inews.id/news/nasional/kpai-catat-161-kasus-kekerasan-anak-di-bidang-pendidikan-selama-2018/189701.
Saputra, Dwi. 2016. Peranan Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti Asuhan Mahmudah di Desa Sumberejo Sejahtera Kecamatan Kemiling Bandar Lampung. Skripsi, Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Sartono, M. Umar & Sarton. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
92
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Ubaid, Abdullah. 2015. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membentuk Sikap Santun pada Remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Umam, Khairul & Achyar Aminudin. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: CV. Pustaka Setia.
Pedoman Wawancara Pembimbing Agama
14 Agustus 2018
1. Apa yang Ustadz pahami dari peran seorang pembimbing
agama?
2. Apa aturan atau persyaratan yang Ustadz ketahui untuk
menjadi seorang pembimbing agama?
3. Darimana Ustadz dapat menyimpulkan bahwa
pembimbing agama memiliki aturan tersebut?
4. Bagaimana cara Ustadz membentuk sikap sosial yang
baik kepada anak-anak?
5. Menurut Ustadz anak yang dikatakan memiliki sikap jujur
itu seperti apa?
6. Menurut Ustadz anak yang dikatakan memiliki sikap
disiplin itu seperti apa?
7. Menurut Ustadz anak yang dikatakan memiliki sikap
tanggung jawab itu seperti apa?
8. Menurut Ustadz anak yang dikatakan memiliki sikap
toleransi itu seperti apa?
9. Menurut Ustadz anak yang dikatakan memiliki sikap
gotong royong itu seperti apa?
10. Menurut Ustadz anak yang dikatakan memiliki sikap
sopan dan santun itu seperti apa?
07 November 2018
1. Dalam bimbingan agama yang Ustadz berikan, materi apa
saja yang memuat pembelajaran tentang sikap sosial?
2. Anak macam apa yang mudah dan sulit untuk dibentuk
sikap sosialnya?
3. Bagaimana kejujuran ketika anak asuh baru tinggal di
panti? Dan bagaimana kejujuran anak asuh sekarang?
4. Bagaimana kedisiplinan ketika anak asuh baru tinggal di
panti? Dan bagaimana kedisiplinan anak asuh sekarang?
5. Bagaimana tanggung jawab ketika anak asuh baru tinggal
di panti? Dan bagaimana tanggung jawab anak asuh
sekarang?
6. Bagaimana toleransi ketika anak asuh baru tinggal di
panti? Dan bagaimana toleransi anak asuh sekarang?
7. Bagaimana sikap gotong royong ketika anak asuh baru
tinggal di panti? Dan bagaimana sikap gotong royong
anak asuh sekarang?
8. Bagaimana sikap sopan santun ketika anak asuh baru
tinggal di panti? Dan bagaimana sikap sopan santun anak
asuh sekarang?
Pedoman Wawancara Anak Asuh
17 Oktober 2018
1. Nama kamu siapa? Tempat tanggal lahir?
2. Bisa ceritakan bagaimana kamu bisa tinggal dan tahu
panti ini?
3. Apa yang kamu ketahui tentang jujur?
4. Kamu pernah berbohong tidak?
5. Apakah kamu mengerjakan tugas yang kamu miliki
dengan tepat waktu?
6. Apakah kamu melaksanakan tata tertib panti?
7. Apakah kamu selalu mengerjakan tugas piket di panti?
8. Apakah kamu selalu melakukan tugas yang diberikan oleh
pembimbing agama?
9. Apakah kamu peduli dengan teman-temanmu?
10. Apakah kamu peduli dengan orang-orang di sekitar panti
(pengurus)?
11. Apakah kamu peduli dengan lingkungan di dalam panti?
12. Apakah kamu mengerjakan tugas piket bersama-sama?
13. Apakah kamu suka melakukan kebaikan secara bersama-
sama?
14. Apakah menurut kamu sendiri kamu itu sudah menjadi
anak yang baik?
15. Bagaimana kamu membedakan saat sedang bersama
teman dan orang yang lebih tua?
16. Dari semua pertanyaan yang dipertanyakan tadi, apakah
pembimbing agama mengajarkan itu semua?
17. Apakah menurut kamu pembimbing agama sudah
memberikan pengajar tersebut dengan baik, kurang, atau
tidak baik?
07 November 2018
1. Ada berapa anak yang tidak jujur di panti menurut kamu?
Kenapa mereka tidak jujur?
2. Ada berapa anak yang tidak disiplin di panti ini menurut
kamu? Kenapa mereka tidak disiplin?
3. Ada berapa anak yang tidak bertanggung jawab di panti
ini menurut kamu? Kenapa mereka tidak tanggung jawab?
4. Ada berapa anak yang tidak toleransi di panti ini menurut
kamu? Kenapa mereka tidak toleransi?
5. Ada berapa anak yang tidak suka gotong royong di panti
ini menurut kamu? Kenapa mereka tidak bergotong
royong?
6. Ada berapa anak yang tidak memiliki sopan santun di
panti ini menurut kamu? Kenapa mereka tidak sopan
santun?
7. Menurut kamu apakah pembimbing agama di panti ini
sudah mengajari sikap sosial dengan baik?
8. Menurut kamu apa kekurangan dari pembimbing agama di
panti ini?
HASIL OBSERVASI
Observasi Tanggal 10 Februari 2018
Pagi hari menjelang siang sekitar pukul 10.30 WIB,
dengan cuaca yang cerah saya dan ibu saya dengan menggunakan
kendaraan roda dua melipir ke Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor dengan maksud untuk mensurvei apakah
terdapat sesuatu yang cocok untuk diteliti.
Sesampainya di sana saya bertemu langsung dengan
kepala panti, yaitu Ir. Syahrial. Dia menggunakan kemeja putih
dan celana bahan warna biru dongker, dengan perawakannya
yang tinggi besar, berkulit putih, dan rambut yang sudah
berwarna putih, usianya terlihat sekitar 60 tahun. Dia
mempersilakan saya dan ibu saya untuk masuk ke kantor panti
yang berada tidak jauh dari gerbang masuk. Kami berbincang di
sofa yang berwarna coklan dimana saya dan ibu saya duduk
bersampingan dan berhadapan dengan Ir. Syahrial.
Kami berbincang mengenai maksud dan tujuan saya
datang ke panti. Sekitar setelah 30 menit berbincang-bincang
saya dan ibu saya langsung berpamitan setelah mendapatkan hasil
bahwa kepala panti mengijinkan saya untuk melakukan penelitian
di sana.
Observasi Tanggal 13 April 2018
Pagi hari menjelang siang sekitar pukul 10.30 WIB,
dengan cuaca yang cerah saya dan ibu saya dengan menggunakan
kendaraan roda dua, sampai di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro, dengan maksud untuk meminta ketersediaan
pembimbing agama untuk menjadi subjek penelitian.
Setelah memakirkan motor saya langsung bertemu dengan
Bapak Aep yang merupakan salah satu pengurus panti. Dia
menggunakan kaos berwarna hijau dan celana bahan hitam,
dengan perawakan tidak terlalu tinggi, kulitnya agak gelap, dan
berambut hitam. Langsung mengantar saya dan ibu saya untuk
bertemu dengan pembimbing agama yang sedang berada di
musholla.
Pembimbing agama di panti bernama Ustadz Ajis, dia
menggunakan dan berambut hitkaos berwarna putih dan sarung
bercorak kotak-kotak, dengan perawakan tinggi, agak kurus,
berkulit putih, dan berambut hitam. Kami berbincang-bincang di
dalam musholla sekitar 1 jam. Dia sangat ramah kepada saya dan
ibu saya dan menggunakan tutur kata yang baik selama kami
berbincang-bincang, dan dia tidak keberatan untuk menjadi
subjek penelitian. Setelah selesai berbincang saya sempat
bermain dengan anak panti yang belum bersekolah dan mereka 3
anak laki-laki berumur sekitar 3-5 tahun. Sekitar pukul 11.00
WIB saya dan ibu saya pamit untuk pulang.
Observasi Tanggal 3 Agustus 2018
Siang hari sekitar pukul 12.30 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro dengan
menggunakan sepeda motor. Setelah memarkirkan motor saya
langsung bertemu dengan Ibu Riska yang merupakan salah satu
pengurus panti. Dia menggunakan gamis berwarna hitam dan
kerudung hitam. Dia langsung mengantar saya ke musholla untuk
bertemu dengan pembimbing agama.
Di musholla anak-anak panti sedang bertadarus setelah
sholat dzuhur berjamaah. Setelah kegiatan tersebut selsai
pembimbing agama langsung menghampiri saya. Kami
berbincang-bincang di musholla, dia menceritakan asal mula
panti tersebut berdiri, hingga menunjukkan buku panti dan
beberapa surat milik panti, saya juga diajak berkeliling panti. Ke
kamar putra dan putri, dapur, dan kantor panti. Di kantor panti
saya melihat ada struktur organisasi, kemudian diapun
menjelaskan siapa dan apa pekerjaan masing-masing dari orang
yang berada di dalam struktur organisasi tersebut.
Sekitar pukul 14.30 WIB saya telah selesai berkeliling
dan berbincang dengan pembimbing agama. Dia meninggalkan
saya karena ada kepentingan. Saya pun bercengkrama dengan
anak panti, ada yang sedang bermain di lapangan, ada yang
sedang membersihkan kamarnya masing-masing, dan ada yang
sedang membersihkan musholla. Anak panti tampak terlihat
terbiasa dengan kegiatan tersebut.
Masuk waktu shar saya ikut sholat berjamaah, kemudian
dilanjutkan dengan tadarus dan bimbingan agama. Anak panti
melakukan bimbingan agama di musholla yang beralas karpet,
dengan pembimbing agama yang menggunakan papan tulis.
Dalam bimbingan dapat dilihat bahwa anak panti memperhatikan
materi yang diberikan dan ada beberapa anak yang bertanya.
Setelah bimbingan agama selesai sekitar pukul 16.30 WIB, saya
pamit untuk pulang.
Observasi Tanggal 14 Agustus 2018
Siang hari sekitar pukul 13.30 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro dengan
menggunakan sepeda motor. Setelah memarkirkan motor saya
langsung bertemu dengan pembimbing agama yang sedang
menggendong salah satu anak asuhnya.
Anak panti yang melihat saya langsung menyapa dan
memberi salam, kemudian saya langsung menghampiri
pembimbing. Saya melakukan wawancara dengan pembimbing
agama di teras musholla. Dia menjawab pertanyaan dengan santai
dan antusias, sehingga memudahkan saya dalam mengajukan
pertanyaan. Kami melakukan wawancara sekitar 30 menit.
Selesai wawancara saya bercengkrama dengan anak panti
yang sedang menikmati waktu luangnya dengan piket, istirahat,
atau bermain. Memasuki waktu ashar saya ikut sholat berjamaah
yang dilanjutkan tadarus dan bimbingan agama seperti biasa. Kali
ini anak panti sudah memiliki meja masing-masing yang terbuat
dari kayu untuk mempermudah dalam menulis. Saya berpamitan
untuk pulang sekitar pukul 17.00 WIB.
Observasi Tanggal 28 Agustus 2018
Siang hari sekitar pukul 13.30 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro. Saya bertemu
dengan Bapak Aep menyapa dan memberi salam, kemudian saya
langsung menyusuri lapangan dan sampai di musholla, melihat
anak-anak yang sedang melakukan bimbingan dengan serius
sedang mencatat apa yang ditulis leh pembimbing agama di
papan tulis. Anak panti memperhatikan materi yang diberikan,
menanyakan yang tidak dimengerti. Terkadang pembimbing
agama yang memberikan pertanyaan kepada anak asuhnya.
Materi selesai sekitar pukul 16.30 WIB, saya berbincang-
bincang dan bermain dengan anak panti. Mereka cukup sopan
dalam bertutur kata dengan saya dan memperlakukan saya
dengan baik. Sekitar pukul 17.00 WIB saya berpamitan untuk
pulang.
Observasi 28 September 2018
Sore hari sekitar pukul 15.00 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro dengan
menggunakan sepeda motor. Saat itu anak panti dan pembimbing
agama sedang siap-siap untuk sholat ashar berjamaah. Sayapun
ikut siap-siap untuk mengikutin sholat ashar berjamaah, yang
diimami langsung oleh pembimbing agama.
Seperti biasa saya memperhatikan kegiatan mulai dari
sholat berjamaah hingga bimbingan agama selesai sekitar pukul
16.30 WIB. Selesai bimbingan saya berbincang-bincang dengan
pembimbing agama di teras musholla mengenai kehidupan anak-
anak di panti. Kami berbincang sekitar 30 menit, kemudian saya
berpamitan untuk pulang sekitar pukul 17.00 WIB.
Observasi 13 Oktober 2018
Siang hari sekitar pukul 13.15 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro. Saat itu anak
asuh dan pembimbing agama sedang melakukan kerja bakti
membersihkan seluruh panti, mulai dari menjemur kasur,
mencabut rumput, menyapu dan mengepel. Pengurus panti
perempuan sedang membersihkan area dapur.
Saya melihat kegiatan itu hingga selesai sekitar pukul
14.30 WIB. Bercengkrama dan bermain bersama anak panti,
kemudian saya pamit pulang sekitar pukul 15.00 WIB.
Observasi 17 Oktober 2018
Siang hari sekitar pukul 13.00 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro. Saya bertemu
dengan Bapak Maman yang merupakan salah satu pengurus panti
yang menggunakan kaos berwarna biru dan celana bahan hitam,
dengan perawakan tidak terlalu tinggi, kurus, dan berumur sekitar
50 tahun. Saya menyapa dan memberi salam kepada dia,
kemudian dia mengantarkan saya ke musholla dimana anak panti
dan pembimbing agama baru selesai melaksanakan sholat
berjamaah, tadarus, dan lain sebagainya.
Anak panti menyapa dan memberi salam kepada saya,
kemudian saya menghampiri pembimbing agama berbincang
sebentar dan saya meminta ijin untuk mewawancarai beberapa
anak panti.
Saya mewawancarai 11 orang anak dengan durasi dari
masing-masing anak sekitar 7 menit. Reaksi anak panti dalam
wawancara sangat beragam, ada yang malu-malu, antusias,
bingung, ramah, ceria, dan lain sebagainya. Setelah saya selesai
mewawancarai 11 anak, saya langsung mewawancarai
pembimbing agama, durasi wawancara sekitar 20 menit, dengan
reaksi yang seperti biasa ramah, antusias, dan lemah lembut.
Selesai wawancara semua saya ikut sholat ashar bersama
dan melihat kegiatan bimbingan agama, tetapi tidak sampai
selesai. Saya berpamitan sekiitar pukul 16.00 WIB.
Observasi Tanggal 7 November 2018
Siang hari sekitar pukul 13.30 WIB saya baru sampai di
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dengan
mengendarai sepeda motor bersama dengan saudara sepupu saya,
dengan cuaca yang cukup gelap karena mendung dan seperti akan
turun hujan. Sesampainya di Panti dapat dilihat bahwa Panti
sedang ada pembangunan gedung 3 lantai, banyak terlihat
material bangunan, tukang bangunan, dan truk pengangkut pasir
yang cukup membuat area Panti bising.
Anak-anak pada siang itu sedang waktu bebas ada yang
beristirahat di asramanya masing-masing, ada yang sedang piket
membersihkan area dapur dan area musholla, dan ada juga yang
sedang bermain-main di sekitar lapangan Panti, yang secara
langsung ketika saya memakirkan kendaraan di lapangan Panti
mereka menyapa dengan ramah. Di dapur Panti juga terlihat ada
2 orang perempuan pengurus Panti yang sedang berbincang-
bincang bersama, saya pun menyapa mereka
Selesai menyapa saya langsung menghampiri
pembimbing agama yang sedang membersihkan halaman
musholla Panti bersama dengan anak asuh yang lainnya. Dia
menggunakan pakaian santai kaos putih polos, celana bahan
hitam, dan peci putih, menyapa dengan ramah dan
mempersilahkan saya duduk dan menunggu beberapa saat. Saat
menunggu saya memperhatikan anak-anak yang sedang piket ada
yang bagian menyapu, mengepel, dan membersihkan sampah-
sampah di area Panti.
Setelah menunggu sekitar 30 menit pembimbing agama
menghampiri saya dengan pakaian yang sudah berganti menjadi
baju kokoh berwarna hitam, celana bahan berwarna hitam, dan
peci yang berwarna hitam. Pada saat itu langsung saja saya
melakukan wawancara dengan pembimbing agama.
Wawancara pertama bersama pembimbing agama dimulai
pada pukul 14.00 WIB sekitar 40 menit lamanya. Selesai
wawancara dengan pembimbing agama saya langsung
melanjutkan wawancara kedua bersama anak asuh yang bernama
Yoga, wawancara berlangsung sekitar 10 menit lamanya.
Selanjutnya saya langsung mewawancarai anak asuh yang
bernama Riva, wawancara berlangsung sekitar 10 menit lamanya.
Setelah selesai wawancara dengan Riva, saya melihat
anak-anak yang sudah berkumpul di musholla untuk melakukan
sholat ashar berjamaah. Pembimbing agama dan beberapa anak
mengajak saya untuk sholat berjamaah bersama. Sayapun segera
mengambil wudhu dan ikut sholat berjamaah bersama. Anak-
anak melanjutkan kegiatan tadarus, tahsin, tahfidz, dan pemberian
materi dari pembimbing agama. Pembimbing agama sempat
menghampiri saya setelah kegiatan tahsin anak-anak dan
menunjuk Rafi untuk saya wawancarai.
Wawancara bersama Rafi berlangsung sekitar 10 menit
lamanya. Rafi melanjutkan kegiatannya bersama anak-anak yang
lain setelah diwawancarai. Anak asuh terakhir yang saya
wawancarai adalah Ira, wawancara bersama Ira berlangsung
sekitar 10 menit lamanya. Ira melanjutkan kegiatannya bersama
anak-anak yang kain setelah diwawancarai.
Selesai mewawancarai pembimbing agama dan 4 orang
anak asuh, saya memperhatikan kegiatan pemberian materi yang
dilakuakn oleh pembimbing agama. Bimbingan agama dilakukan
di dalam musholla dengan anak-anak berlasakan karpet berwarna
hijau dan meja yang terbuat dari kayu. Sedangkan pembimbing
agama menyampaikan materi tentang fiqih dengan menggunakan
papan tulis dengan suara lantangnya dan anak-anak
memperhatikan serta mencatat materi. Pemberian materi selesai
sekitar pukul 17.00 WIB. Saya langsung menghampiri
pembimbing agama untuk berpamitan, beberapa anak juga
mencium tangan saya ketika saya akan pulang. Saya pulang
dengan keadaan udara dingin karena baru selesai hujan.