Upload
phamphuc
View
228
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK
MEMBACA AL-QUR’AN
(Studi Kasus di Perumahan Puri Husada Agung
RW 12 Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Alifya Rahman
NIM 1112011000071
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
ABSTRAK
Alifya Rahman, NIM: 1112011000071. “Peran Orang Tua Dalam Membimbing
Anak Membaca Al-Qur’an (Studi Kasus di Perumahan Puri Husada Agung RW
12 Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor)
Skripsi ini membahas mengenai Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak
Membaca Al-Qur’an di Perumahan Puri Husada Agung RW 12 Kec. Gunung Sindur
Kab. Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran orang tua
dalam membimbing anak membaca al-Qur’an di rumah dan motivasi yang diberikan
kepada anak supaya anak bersemangat ketika dibimbing membaca al-Qur’an oleh
orang tuanya dan metode yang digunakan orang tua ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an di rumah.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan pada penelitian ini ialah melalui
pendekatan kualitatif, dengan analisis deskriptif dari data yang dihasilkan melalui
wawancara dan observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Orang Tua Dalam Membimbing
Anak Membaca Al-Qur’an Studi Kasus di Perumahan Puri Husada Agung RW 12
Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor menunjukkan hasil bahwa orang tua berperan dalam
kegiatan membimbing anak membaca Al-Qur’an di rumah dengan baik. Dilihat dari
hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan bahwa orang tua aktif ketika
membimbing anak membaca al-Qur’an di rumah dan anak antusias setiap kali
dibimbing oleh orang tuanya. Motivasi yang selalu diberikan orang tua kepada anak
meskipun tidak selalu berbentuk hadiah juga tidak menjadikan anak tidak
bersemangat, terlihat dengan diberikannya motivasi berupa nasihat dan pujian anak
terlihat sangat memahami betapa pentingnya bagi umat muslim untuk mempelajari
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Kata Kunci: Peran, Orang Tua, Membimbing, Membaca, Al-Qur’an
ii
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena
ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan seluruh kewajiban dan perjuangan dalam
menyelesaikan tugas akhir sebagai sebagai mahasiswa S1 pada jurusan Pendidikan
Agama Islam, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu skripsi yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak
Membaca Al-Qur’an (Studi Kasus di Perumahan Puri Husada Agung RW 12
Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor)”
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan muslimah. Karena beliaulah
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagai
makhluk sosial penulis tidak dapat hidup sendiri. Penulis membutuhkan bantuan,
dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran serta seluruh jajaran civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen Pembimbing Akademik, Drs. Gufron Ihsan, M.A. yang selalu
memberikan nasehat, arahan dan semangat akademik kepada penulis selama
tujuh tahun sejak semester satu sampai semester empat belas.
6. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Sururin, M. Ag yang telah senantiasa selalu
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar, dan selalu
memberikan nasehat kepada penulis untuk selalu rajin dalam mengerjakan
skripsi.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wabil khusus kepada Bapak
Tanenji, M.A., yang selalu mengingat semua mahasiswanya dari A sampai
Z. Dan juga kepada Bu Isti yang selalu membantu penulis dalam hal
administrasi.
8. Kepada Bapak Arif selaku ketua Rukun Warga 12 di Perumahan Puri
Husada Agung Kec Gunung Sindur Kab. Bogor yang telat memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Orang tua responden yang bersedia meluangkan waktunya untuk penulis
wawancarai dan observasi.
10. Teman-teman seperjuangan M. Roqi Multazam, M. Fatihul Afham, Errico
Glend Andy, Rizka Sopiyan, dan seluruh teman-teman PAI 2012 yang tidak
dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian selama
penulis menghadapi kesulitan.
11. Dan berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Terkhusus kepada Ayahanda, Aswar Meuraxa, dan Ibunda Poppy
Herawati Marpaung, serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan
dukungan, doa, semangat, kasih sayang yang tak terhingga, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan penulisan skripsi yang penuh dengan rasa haru dan
emosi yang bercampur aduk menjadi satu, semoga penulis dapat menjadi
orang yang bermanfaat bagi Ayah dan Ibu.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 April 2019
Alifya Rahman
NIM: 1112011000071
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 10
A. Peran
1. Pengertian Peran ...................................................................................... 10
B. Bimbingan ..................................................................................................... 11
1. Pengertian Bimbingan .............................................................................. 11
2. Metode Dalam Membimbing .................................................................... 12
C. Orang Tua ..................................................................................................... 17
1. Pengertian Orang Tua ............................................................................... 17
2. Peran Orang Tua ...................................................................................... 18
D. Membaca Al-Qur’an ..................................................................................... 22
1. Pengertian Membaca ............................................................................... 22
2. Pengertian Al-Qur’an .............................................................................. 22
3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ……………………………………. 23
4. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ……………………………………... 25
E. Motivasi ........................................................................................................ 29
1. Pengertian Motivasi .................................................................................. 29
2. Bentuk-Bentuk Motivasi .......................................................................... 29
F. Kerangka Berfikir …………………………………………………………. 32
G. Hasil Penelitian Relevan ................................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35
B. Metode Penelitian .......................................................................................... 35
C. Responden Penelitian ……………………………………………………… 36
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 36
a. Observasi ………………………………………………………………. 36
b. Wawancara …………………………………………………………….. 37
c. Dokumentasi ……………………………………………………………36
E. Analisis Data …………………………………………………………… 39
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 42
A. Gambaran Umum Perumahan Puri Husada Agung RW 12 ........................... 42
B. Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak Membaca Al-Qur’an ............. 42
C. Kesulitan Yang Di Hadapi Orang Tua .......................................................... 44
D. Keterlibatan Orang Tua Membimbing Membaca Al-Qur’an ....................... 45
E. Pemberian Motivasi dan Pengaruhnya Terhadap Anak ................................ 48
F. Cara Yang Dilakukan Orang Tua Untuk Mengajak Anak ............................ 50
G. Metode Bimbingan Yang Digunakan Orang Tua ......................................... 51
H. Hukuman Yang Diberikan Kepada Anak ..................................................... 53
BAB V KESIMPULAN, DAN SARAN ............................................................. 55
A. Kesimpulan .................................................................................................... 55
B. Saran .............................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi ............................................................................... 38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ............................................................................ 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partisipasi orang tua dalam pengajaran baca Al-Qur’an pada anak di
lingkungan keluarga dalam dua bentuk, yaitu motivasi dan dukungan belajar.
Motivasi dimaksud menurut Singgih Dirgagunarsa adalah dorongan atau
kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu
berbuat atau bertindak dengan perkataan lain bertingkah laku, karena tingkah
laku tersebut dilatar belakangi oleh motivasi.1
Dengan perhatian dan motivasi dari orang tua akan sangat bermanfaat bagi
berlangsungnya kegiatan belajar anak. Dengan adanya motivasi, anak akan
terdorong untuk lebih semangat dalam belajar.
Pada tahun 2018 Indonesia ditunjuk untuk menjadi tuan rumah event
terbesar se-Asia, yakni Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta dan
Palembang. Mengingat Indonesia menjadi tuan rumah, secara otomatis hal
tersebut sudah menjadi motivasi awal untuk para atlet Indonesia demi meraih
medali emas. Dan tidak tanggung-tanggung, pemerintah menjanjikan hadiah
berupa 1.5 miliyar rupiah, rumah dan para atlete yang mendapatkan medali emas
dijanjikan akan diangkat menjadi Pegawai Negri Sipil (PNS), hal ini otomatis
akan menjadi motivasi bagi para atlet Indonesia untuk mau mengejar apa yang
dijanjikan oleh pemerintah kepada mereka, tentu pemerintah tidak hanya
mengiming-imingi hadiah tersebut tanpa adanya bimbingan dari seorang pelatih,
tentunya pelatih akan membimbing atletnya agar terus berlatih dan berjuang
untuk mendapatkan medali emas dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di
event terbesar se-Asia yakni Asian Games.
1 Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Mutiara, 1978), hal. 92
Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon seorang atlet
badminton Indonesia yang terkenal, ketika diwawancari oleh reporter
TribunJabar.id mengenai hadiah yang dijanjikan pemerintah ketika berhasil
mendapatkan medali emas, mengatakan “Ya, hal itu (bonus medali emas)
memang menjadi motivasi kami, tapi kami fokus utamanya untuk prestasi dulu,”
kata Kevin Sanjaya Sukamuljo, sedangkan Marcus Fernaldi Gideon mengatakan
“sama dengan Kevin, itu jelas motivasi kami juga. Tapi kami fokus untuk
sumbang emas dulu buat Indonesia” sambung Marcus Fernaldi Gideon.2
Seperti yang dikatakan oleh Kevin dan Gideon, “fokus utamanya untuk
prestasi dulu” disini saya mengutip perkataan Kevin karena saya setuju, yang
penting prestasi, masalah hadiah atau janji yang diberikan pemerintah adalah
bonus tambahan yang didapatkan ketika berhasil merebut medali emas, karena
prestasi adalah hadiah yang tidak akan pernah hilang manfaatnya, sama ketika
orang tua berhasil membimbing anaknya dalam membaca al-Qur’an, dan
memberi hadiah kepada anaknya karena telah bisa membaca al-Qur’an, yang
membekas bukanlah hadiahnya, akan tetapi ketika anaknya mampu membaca al-
Qur’an hal itu akan menjadi nilai pahala bagi orang tuanya dan ketika sang anak
membaca al-Qur’an, itu akan menjadi nilai ibadah dan pahala bagi orang tua dan
anak.
Pendidikan bukan hanya ada di sekolah saja tetapi pendidikan itu bisa
dengan membimbing dan mengarahkan anak kepada norma-norma agama dan
adab sopan santun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Dengan bimbingan
dan pengarahan yang baik dari orang tua terhadap anak sejak usia dini, maka
diharapkan setelah dewasa nanti segala tindakannya akan selalu didasari dengan
nilai-nilai agama. Sekarang ini banyak sekali para orang tua yang kurang
memperhatikan dan mengarahkan anaknya, justru mereka sibuk dengan
2http://jabar.tribunnews.com/2018/08/27/ternyata-ini-yang-membuat-motivasi-kevin-
sanjayamarcus-gideon-berlipat-di-asian-games-2018 diakses pada 16 september 2018
kepentingannya sendiri sehingga lupa dengan kewajibannya sebagai orang tua
yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak.3
Sebagai orang tua khususnya, baik sebagai perseorangan ataupun bersama,
sama-sama mempunyai peranan yang tak terhingga dalam kehidupan anak, baik
yang menyangkut pertumbuhan maupun perkembangan fisiknya. Oleh karena itu,
tak dapat disangkal akan peranan orang tua dalam kehidupan anak secara luas.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Bukan
saja sangat penting bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam
kehidupan bangsa dan negara, maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar
ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di Negara tersebut.
Membimbing anak dalam membaca Al-Qur’an merupakan hal yang penting
dilakukan karena tujuannya adalah untuk memberlakukan syari’at Islam.
Namun demikian masih terdapat orang tua yang tidak memperdulikan anaknya
dalam membaca Al-Qur’an, bahkan lebih mementingkan anak untuk mengikuti
kursus bahasa inggris, matematika, serta pengetahuan lainnya ketimbang
mengajarkan anak membaca Al-Qur’an. Padahal dalam konsep Islam,
membimbing dan mengajarkan anak membaca Al -Qur’an merupakan hal pokok
agar anak lebih mengenal Allah SWT dan menerapkan hukum-hukumnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua tidak hanya secara sadar, tetapi juga
terkadang secara tidak sadar memberikan contoh kurang baik kepada anaknya.
Misalnya, meminta tolong kepada anak dengan mengancam, tidak mau
mendengarkan cerita anak tentang suatu hal, memberi nasehat kepada anaknya
tidak pada tempatnya, berkata kasar, membeda- bedakan anak, kurang
memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu dan sebagainya.
3 https://www.kompasiana.com/nanikrosida/54f7ffbda333119d1c8b4de3/peranan-orang-tua-dalam-
mendidik-anak diakses pada 19 agustus 2018 jam 00:11 AM
Beberapa contoh sikap dan perilaku dari orang tua yang dilakukan di atas
berimplikasi negatif terhadap perkembangan anaknya. Anak telah belajar banyak
hal dari orang tuanya. Anak belum memiliki kemampuan untuk menilai,
apakah yang diberikan oleh orang tuanya itu termasuk sikap atau perilaku yang
baik atau tidak. Yang penting bagi anak adalah mereka telah belajar banyak hal
dari sikap dan perilaku yang didemonstrasikan oleh orang tuanya. Efek
negatif dari sikap dan perilaku orang tua yang demikian terhadap anak.
Misalnya, anak memiliki sifat keras hati, keras kepala, manja pendusta, pemalu,
pemalas. Sifat-sifat anak tersebut menjadi rintangan dalam pendidikan
selanjutnya.4
Kemampuan anak dalam membaca al-Qur’an dipengaruhi oleh dua faktor,
yakni faktor internal dan faktor external, pada faktor internal yakni faktor yang
timbul dari dalam diri sang anak yang artinya ada minat, bakat dan intelegensi
yang kuat dari dalam diri anak untuk mau membaca al-Qu’an dan faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri sang anak misalkan dari guru,
sekolah, teman sebaya dan lain-lain dan orang tua juga merupakan faktor
eksternal yang sangat khusus dan bisa diartikan sebagai faktor eksternal pertama
bagi kemampuan anak dalam membaca al-Qur’an, karena jika orang tua
memberikan dorongan dan motivasi kepada anak dalam membaca al-Qur’an
maka anak tersebut akan mendapatkan rasa percaya diri dalam membaca al-
Qur’an.
Biasanya orang tua hanya menyuruh anaknya membaca al-Qur’an tanpa
menggunakan metode yang tepat, sehingga membuat anak bisa membaca al-
Qur’an hanya berkesan sekedar “bisa” membaca al-Qur’an, padahal seharusnya
disamping sang anak bisa membaca, anak juga dituntut agar bisa
mempraktikkan dalam kehidupannya sehari-hari.
4 Syaiful Bahri Djamah, M. Ag, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Renika Cipta,2004), hal. 24-26
Bimbingan juga mempunyai arti sebagai berikut; suatu proses tekhnis yang
teratur bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaian yang
cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya. Dan membuat rencana untuk
mencapai penyelesaian tersebut, serta menyesuaikan diri terhadap suasana baru
yang membawa kepada penyelesaian itu.5
Dengan bimbingan seseorang akan menjadi terarah kemana tujuan dan
keinginan yang ingin dia capai. Sama seperti bimbingan orang tua kepada anak
dalam membaca al-Qur’an, orang tua pasti sangat menginginkan anak mereka
dapat membaca al-Qur’an dengan lancer, fasih, dan tartil, tetapi sebagian orang
tua ada yang mampu membimbing dan sebagian pula ada orang tua yang kurang
pandai dalam membimbing anaknya untuk membaca al-Qur’an, alasannya
mungkin orang tua tidak pandai membaca al-Qur’an, malu jika salah dalam
menyampaikan huruf didalam al-Qur’an dan mungkin tidak sempat membimbing
karena orang tua anak tersebut harus bekerja dari pagi hingga malam, sehingga
waktu bersama anak lebih sedikit.
Sebagai orang tua, sejatinya harus sangat memahami tipe belajar setiap anak,
karena setiap anak memiliki kemampuan menangkap pelajaran yang berbeda-
beda, berikut ini adalah beberapa macam kecerdasan yang dimiliki oleh seorang
anak, salah satu diantaranya kecerdasan verbal-linguistik.
Kecerdasan verbal atau linguistic terkait dengan kemampuan dalam
menggunakan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan. Kecerdasan bahasa
berisi kemampuan untuk berfikir dengan menggunakan kata-kata dan system
bahasa untuk mengekspresikan arti yang bersifat kompleks.
Pada umumnya, orang yang memiliki kecerdasan bahasa memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut.
1. Mampu mendengar secara komprehensif, yaitu mampu memahami sesuatu
yang didengar sekaligus mengingatnya.
5 Prof. Dr. Attia Mahmud Hana, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan , (Jakarta, Bulan Bintang,
1978) hal 53
2. Mampu membaca secara efektif yang meliputi memahami isi bacaan dan
mengingat sesuatu yang telah dibaca.
3. Mampu menulis dan menerapkan aturan-aturan penulisan.
4. Mampu berbicara di depan khalayak (audiences) yang berbeda dengan
tujuan yang berbeda pula.
5. Mampu mempelajari bahasa asing dengan mudah.6
Dengan memahami kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak, hal tersebut
akan jauh lebih mempermudah dalam membimbing anak dalam membaca al-
Qur’an dan Iqro di rumah, karena setelah kita mengetahui kecerdasan apa yang
dia miliki, sebagai orang tua hanya perlu menggunakan metode dan pendekatan
yang cocok untuk tiap masing masing kecerdasan yang dimiliki anak. Misalkan
anak yang paling tua adalah anak yang memiliki kecerdasan audio dan visual,
maka orang tua perlu membimbing anak yang paling tua dengan menunjukkan
video tentang bagaimana cara membaca huruf hijaiyah yang benar sesuai gambar
dan suara yang di keluarkan dari tiap-tiap huruf.
Pentingnya membimbing membaca Al-Qur’an pada usia dini, karena sebagai
orang tua hendaknya dapat memberikan perhatiannya kepada anak-anak dalam
kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Meskipun orang tua
telah menyerahkan untuk membimbing anak itu kepada sekolah, tetapi bukan
berarti semua itu terserah kepada sekolah. Seperti yang kita tahu bahwa sekolah
mempunyai kemampuan yang terbatas, mempunyai waktu yang terbatas dan
sekolah bukan menjamin segala-galanya menjadi selesai. Disini peran orang tua
dengan sendirinya menjadi pendidik,pengajar, dan pembimbing bagi anak-anak
di rumah.
Berdasarkan pengamatan penulis selama beberapa minggu dan setelah
dilakukannya wawancara singkat dengan orang tua anak usia Sekolah Dasar di
Perumahan Puri Husada Agung RW 12 peneliti menemukan keberagaman
6 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (DIAN RAKYAT: Jakarta, 2009) hal 36
jawaban dari orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar, diantaranya
sebagian membimbing anaknya membaca Al-Qur’an pada waktu setelah
maghrib, ada pula yang tidak membimbing anaknya karna ayah dan ibu mereka
tidak fasih dalam membaca Al-Qur’an sehingga mereka malu ketika diminta oleh
anak mereka untuk diajarkan membaca Al-Qur’an. Ada orang tua yang
beranggapan jika guru ngaji yang mengajarinya mengaji, maka anak akan lebih
pintar mengaji al-Qur’an atau Iqra. Ada pula yang kesulitan dalam membimbing
anaknya, karena ketika di ajak mengaji sang anak tidak pernah serius dan malas
sehingga membuat orang tua marah dan sang anak semakin tidak mau belajar
mengaji al-Qur’an dan iqro.
Hal ini tentu perlu diperhatikan karena orang tua adalah orang yang paling
bertanggung jawab terhadap anaknya, apakah anaknya bisa membaca al-Qur’an
atau tidak itu semua sudah menjadi tanggung jawab setiap orang tua. Dan oleh
karena itu sebagai peneliti saya ingin mendokumentasikan tentang bagaimana
cara membimbing anak membaca al-Qur’an yang dilakukan oleh orang tua
melalui penelitian ini.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian ini lebih dalam mengenai hal tersebut, dan dituangkan kedalam sebuah
karya ilmiah yang berjudul “PERAN ORANG TUA DALAM
MEMBIMBING ANAK MEMBACA AL-QUR’AN (Di Perumahan Puri
Husada Agung RW 12 Kab. Bogor Kec. Gunung Sindur)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis perlu
mengidentifikasikan beberapa hal masalah yang didapat dari latar belakang di
atas, diantaranya sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi yang diberikan oleh orang tua kepada anak, demi
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.
2. Orang tua mengandalkan guru bidang agama dalam membimbing anak
membaca Al-Qur’an.
3. Orang tua tidak pandai dalam membaca Al-Qur’an sehingga orang tua
tersebut meminta guru mengaji untuk mengajari anaknya tersebut mengaji
Al-Qur’an
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan ini, maka peneliti
memberikan batasan permasalahan pada:
1. Orang tua yang memiliki anak usia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
antara kelas 4 dan 6 di Perumahan Puri Husada Agung RW 12 Kab. Bogor,
Kec. Gunung Sindur.
2. Orang tua yang membimbing anaknya sendiri di Rumah (Perumahan Puri
Husada Agung RW 12 Kab. Bogor Kec. Gunung Sindur).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana peran orang tua di Perumahan Puri Husada Agung RW 12 Kab.
Bogor dalam membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
2. Apakah motivasi yang diberikan orang tua kepada anak akan membuat anak
bersemangat ketika dibimbing membaca Al-Qur’an ?
3. Metode apa saja yang digunakan orang tua dalam membimbing anak
membaca al-Qur’an di Perumahan Puri Husada Agung RW 12 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian pada skripsi ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui peran orang tua terhadap anak dalam membimbing
membaca Al-Qur’an di Perumahan Puri Husada Agung RW 12 Kab. Bogor,
Kec. Gunung Sindur.
2. Untuk mengetahui motivasi yang diberikan orang tua kepada anak dalam
membimbing membaca Al-Qur’an di Perumahan Puri Husada Agung RW 12
Kab. Bogor, Kec. Gunung Sindur.
3. Untuk mengetahui metode bimbingan yang digunakan orang tua kepada
anak dalam membimbing membaca Al-Qur’an di Perumahan Puri Husada
Agung RW 12 Kab. Bogor, Kec. Gunung Sindur.
F. Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Orang Tua (Ayah dan Ibu)
a. Memberikan edukasi kepada Ayah dan Ibu tentang bagaimana
pentingnya dalam membimbing anak dalam membaca al-Qur’an.
b. Memberikan informasi kepada Ayah dan Ibu tentang pendekatan,
metode, dan model yang bisa digunakan untuk membimbing anak
mereka membaca al-Qur’an
2. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan peneliti terhadap bagaimana peran ayah dan ibu
dalam membimbing anak membaca al-Qur’an
b. Melatih diri peneliti dan mengembangkan pemahaman kemampuan
berpikir penulis melalui penulisan karya ilmiah mengenai “Peran Orang
Tua Dalam Membimbing Anak Membaca Al-Qur’an di Perumahan
PuriHusada Agung RW 12”
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran
1. Pengertian Peran
Pada dasarnya setiap manusia yang hidup di dunia ini memiliki
perannya masing-masing. Ketika membahas tentang peran, tentu tidak lepas
dari sebuah kedudukan (status). Walaupun keduanya berbeda akan tetapi
masih saling berhubungan. Seperti sisi mata uang yang berbeda akan tetapi
bisa menentukan nilai mata uang tersebut. Karena peran merupakan aspek
dinamis dari sebuah kedudukan (status) manusia di dunia ini. Dan manusia
yang memiliki sebuah kedudukan pasti akan mempunyai peran dari
kedudukan yang dia tempati.
Peran menurut Soerjono Soekanto adalah proses dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya.1
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni menjelaskan,
“Peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang
dalam posisi tertentu.”2
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan keluarga maka orang
tua diharapkan dapat menjalankan perannya sesuai dengan apa yang
diharapkan anaknya, oleh karena itu ketika orang diberikan sebuah peran
maka diperlukan sikap tanggung jawab dan profesional dari pemegang peran
tersebut.
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Hal. 212-213
2 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management (Analisis Teori dan Praktik), (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), Hal. 745
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa peran adalah status yang
dipegang oleh seseorang yang diharapkan dapat bertanggung jawab dan
profesional dalam menjalankan hak dan kewajibannya, ketika seseorang
memiliki peran maka sudah sewajarnya orang tersebut menunjukkan
kepantasan bahwa dia pantas untuk menduduki peran tersebut.
B. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
Guidance berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukkan
membimbing menuntun ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya maka
secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan
namun meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan tuntunan
adalah bimbingan.
Bantuan dalam pengertian bimbingan menurut terminologi bimbingan
dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana
dikemukakan di bawah ini.
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Years book of
Education 1955 yang menyatakan :
“Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan
sosial”.
Stoops dan Walquist mendefinisikan:
“Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu
perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimum dan mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi
dirinya maupun bagi masyarakat.”3
3 Dra. Hallen A. M.Pd, Bimbingan dan konseling, (Jakarta; Quantum Teaching, 2005), h. 2- 3
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar anak
mengenal kelamahan dan kekuatan yang ada didalam dirinya sehingga anak
akan mampu menerima secara positif dan dinamis, sebagai modal
pengembangan diri bagi si anak.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan dan dorongan
moral yang sifatnya psikologis kepada seorang atau sekelompok orang yang
dilakukan oleh seorang pembimbing yang memiliki keahlian dalam
memberikan bimbingan, dan pribadi yang baik sehingga dapat membantu
anak atau kelompok peserta didik didalam sekolah mengenali dirinya
sendiri, potensi yang ada didalam dirinya, lingkungannya, dan mampu
mengatasi masalah (problem solving) serta bertanggung jawab didalam
kehidupan sehari-hari.
2. Metode Dalam Membimbing
Dalam kegiatan membimbing tentu diperlukan sebuah cara atau metode
sebagai pendukung berjalannya kegiatan bimbingan, karena jika tidak
menggunakan metode maka bimbingan tidak akan berjalan dengan baik.
Arifin (1991: 61) mendefinisikan didalam buku karya Moh. Haitami
Salim dan Syamsul Kurniawan yang berjudul Studi Ilmu Pendidikan Islam
beliau mengatakan.4
“Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologis
kata metode berasal dari dua suku kata, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti melalu dan hodos berarti jalan atau cara.”
Dalam hal ini Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan setidaknya
ada lima metode yang dapat digunakan dalam membimbing anak yaitu
sebagai berikut:
4 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. 2012), Hal. 210
a. Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan
membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat
pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang
tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru
oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tingkah
lakunya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting
dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat
dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari
perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan
tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan agama.
Begitu pula sebaliknya jika pendidik adalah seorang yang
pembohong, pengkhianant, orang yang kikir, penakut, dan hina,
maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka,
kikir, penakut, dan hina. Allah juga telah meletakkan dalam pribadi
Muhammad Saw. satu bentuk yang sempurna bagi metode islami,
agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-
generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlaq dan
universalitas keagungannya.5
5 Khairil Mustofa, Konsepsi Pendidikan Islam Menurut Dr. Abdullah Nasihin Ulwan, Jurnal Study
Islam Panca Wahana, Edisi 12, Oktober 2014, Hal. 78
b. Adat Kebiasaan
Tidak ada yang menyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan
iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islamy, bahkan
sampai pada puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi, dan
kepribadian yang utama, jika ia hidup dengan dibekali dua faktor :
pendidikan islami yang utama dan lingkungan yang baik.
Khusus tentang lingkungan yang baik ini, Rasulullah saw telah
menjelaskan melalui hadisnya yang artinya:
“Seseorang berada dalam tuntutan temannya, maka
hendaklah salah seorang diantara kamu melihat siapa yang
menjadi temannya.” (H.R Turmudzi)
Dari hadis di atas bisa dipahami bahwa jika anak menerima
pendidikan yang baik dari orang tuanya yang sholeh dan
pengajarnya yang tulus, disamping tersedianya lingkungan yang
baik dari teman yang sholeh, mukmin dan tulus, maka tidak
diragukan bahwa anak tersebut akan terdidik dalam keutamaan,
iman dan taqwa. Ia juga akan terbiasa dengan akhlaq luhur, etika
yang mulia, dan kebiasaan yang terpuji. Berdasarkan prinsip-prinsip
ini, orang-orang sholeh terdahulu memilih para pendidik untuk
anak-anak mereka dan menyediakan suasana yang baik bagi
pertumbuhan yang penuh dengan kebaikan, serta menghiasi dengan
akhlaq yang mulia dan sifat-sifat yang baik.6
c. Nasihat
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam
pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara
moral, emosional maupun sosial adalah pendidikan dengan petuah
dan memberikan nasihat-nasihat kepadanya. Karena nasihat dan
6 Ibid. 79
petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata
anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka
menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan
akhlaq yang mulia, membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Tidak seorang pun yang menyangkal, bahwa petuah yang tulus dan
nasihat yang berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening, hati
terbuka, akal yang jernih dan berpikir, maka dengan cepat mendapat
respon yang baik dan meninggalkan bekas yang sangat dalam.
Menurut pendapat Dr. Abdullah Nashih Ulwan, metode Al-
Qur’an dalam menyajikan nasihat dan pengajaran mempunyai ciri
tersendiri, seperti tampak di bawah ini :
1) Seruan yang menyenangkan, seraya dibarengi dengan
kelembutan atau upaya penolakan.
2) Metode cerita disertai dengan perumpamaan yang mengandung
pelajaran dan nasihat.
3) Metode wasiat dan nasihat.7
d. Perhatian / Pengawasan
Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa
mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek
akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan
mental dan sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi
pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya. Sudah barang tentu,
bahwa pendidikan semacam ini merupakan modal dasar yang
dianggap paling kokoh dalam pembentukan manusia seutuhnya
yang sempurna, yang menunaikan hak setiap orang yang
memilikinya dalam kehidupan dan termotivasi untuk menunaikan
tanggung jawab dan kewajiban secara sempurna. Melalui upaya
7 Ibid. 80
tersebut akan tercipta muslim hakiki, sebagai batu pertama untuk
membangun pondasi Islam yang kokoh. Sudah menjadi
kesepakatan, bahwa memperhatikan dan mengawasi anak yang
dilakukan oleh pendidik, adalah asas pendidikan yang paling utama.
Mengingat anak akan senantiasa terletak di bawah perhatian dan
pengawasan pendidikan jika pendidik selalu memperhatikan
terhadap segala gerak gerik, ucapan, perbuatan dan orientasinya.
Jika melihat tentang sesuatu yang baik, dihormati, maka doronglah
sang anak untuk melakukannya. Dan jika melihat sesuatu yang
jahat, cegahlah mereka, berilah peringatan dan jelaskanlah akibat
yang membinasakan dan membahayakan. Jika pendidik melalaikan
anak didiknya, sudah barang tentu anak didik akan menyeleweng
dan terjerumus ke jurang kehancuran dan kebinasaan.8
e. Hukuman
Hukuman ta’zir itu berbeda-beda, sesuai dengan usia, kultur,
dan kedudukannya. Sebagian orang cukup dengan diberi nasihat
yang lembut. Sebagian lagi cukup dengan diberi kecaman, dan
sebagian lain tidak cukup hanya dengan tongkat, dan sebagian lain
tidak juga meninggalkan kejahatan kecuali dengan kurungan.
Dibawah ini metode yang dipakai Islam dalam upaya
memberikan hukuman kepada anak:
1) Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar pembenahan
anak.
2) Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan
hukuman.
8 Ibid. 81
3) Dalam upaya pembenahan, hendaknya dilakukan secara
bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling
keras.9
Demikian metode yang dapat digunakan dalam membimbing
anak, dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
metode merupakan suatu cara yang fungsi dan tujuannya adalah
sebagai alat untuk tercapainya tujuan, semakin baik metode yang
digunakan, maka semakin efektif pula target yang diinginkan,
meskipun banyak sekali metode yang dapat digunakan akan tetapi
jika metode tersebut digunakan diwaktu dan tempat yang tepat
maka metode tersebut akan menjadi sangat efektif untuk digunakan
kapanpun ketika dibutuhkan, dan tentu sebagai orang tua perlu
mengetahui betapa pentingnya metode dalam membimbing, karena
dalam membimbing tidak hanya sekedar mengarahkan anak akan
tetapi juga bertujuan agar anak lebih mudah dalam melakukan
segala aktifitas.
C. Orang Tua
1. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen didalam keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, yang merupakan hasil dari ikatan perkawinan yang sah, yang dapat
membentuk sebuah keluarga, jelas orang tua memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk mendidik, membimbing, mengajarkan, dan mengasuh anak-
anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak-
anaknya untuk siap menghadapi kehidupan bermasyarakat seperti yang
dilakukan oleh orang tuanya.
9 Ibid. 82
Zakiah Darajat mengatakan bahwa.
“Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan
berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan
dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang
tua dan anak.10
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah
ayah dan ibu yang mempunyai tanggung jawab penuh dalam membimbing
dan mendidik anak-anak mereka, memberikan wawasan secara rohani dan
moral, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat.
2. Peran Orang Tua
Sebagai orang tua, sudah menjadi kodratnya untuk selalu membimbing
anak mereka agar berada dijalan yang benar, dan memiliki moral dan
perilaku yang baik, maka dari itu berikut ini adalah beberapa penjelasan
tentang bagaimana peran seorang ibu dan ayah bagi anak-anak mereka:
a. Peranan Ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peran
terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah
yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberikan makan dan
minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak.
Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya
daripada kepada anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan
pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari
itu, seorang ibu hendaklah yang bijaksana dan pandai mendidik
10 Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. X, 2012 h. 35
anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah
pendidik bangsa.
Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan
pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap
anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan watak
anaknya dikemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan
selalu menurutkan keinginan anak-anaknya, anak berakibat kurang
baik. Demikian pula tidak baik seorang ibu, berlebih-lebihan
mencurahkan perhatian kepada anaknya. Asalkan segala pernyataan
disertai rasa kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak
itu akan mudah tunduk dengan pemimpinnya.11
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawab sebagai anggota
keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan
anak-anaknya adalah sebagai berikut;
1) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang.
2) Pengasuh dan pemelihara.
3) Tempat mencurahkan isi hati.
4) Pengatur dalam kehidupan rumah tangga.
5) Pembimbing hubungan pribadi.
6) Pendidik dalam segi-segi emosional.
b. Peranan ayah
Disamping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang
penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang
tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah
terhadap pekerjaannya sehari-hari sunggu besar pengaruhnya
kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.
11 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidika Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007) cet. 18. Hal. 81
Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita
lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh
tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si
ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih
celaka lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan
pendidikan anak-anaknya. Ia mencari kesenangan bagi dirinya
sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat di
dalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya
dibebankan kepada istrinya, dituduhnya dan dimaki-maki istrinya.
Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung
jawab ayah dan ibu di dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan
tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan di sini bahwa peranan
ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah
sebagai berikut:
1) Sumber kekuasaan di dalam keluarga.
2) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia
luar.
3) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga.
4) Pelindung terhadap ancaman dari luar.
5) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan.
6) Pendidik dalam segi-segi rasional.12
Perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sangat
besar pengaruhnya terhadap mereka. Oleh karena itu ajaran Islam
memberikan tuntutan yang baik kepada para pendidik khususnya
orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama mendidik anak-
anaknya agar mereka dapat berkembang secara maksimal. Adapun
tuntutan dalam hal ini yang terpenting diantaranya ialah:
12 Ibid.
1) Kasih sayang.
2) Lemah lembut.
3) Memberikan kemerdekaan.
4) Memberikan penghargaan.
5) Mendidik sesuai dengan perkembangannya.
6) Mengarahkan kemasa depan.
7) Berbicara kepada mereka dengan benar, baik, lemah lembut,
dan mudah mengerti.
8) Disiplin.13
Anak yang sudah berumur enam tahun dianggap sudah matang
untung belajar di sekolah, maka orang tua diharapkan mampu untuk
menyiapkan anak-anaknya agar siap untuk bersekolah dengan
menerapkan tuntutan untuk mendidik yang diantaranya telah
disebutkan diatas. Sehingga anak telah matang dan memenuhi
syarat untuk masuk sekolah. Diantara syarat-syarat untuk masuk
sekolah adalah:
1) Anak sudah mulai matang untuk belajar menulis.
2) Matang untuk mulai belajar membaca.
3) Matang untuk mulai belajar berhitung.14
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
orang tua adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam
membimbing dan mendidik anaknya agar memiliki akhlak, aqidah
yang baik, serta memiliki moral dan etika yang dapat diterapkan
dikehidupan sehari-hari dan menjadi modal utama dia untuk
menjadi anak yang soleh dan solehah, karena bagaimanapun, anak
adalah cerminan dari orang tuanya, baik dan buruknya sang anak
13 Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
1986), cet. I , h. 115.
14
Zulkifli L. Psikologi Perkembangan (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 5 h. 52
tergantung bagaimana cara orang tua mendidik dan membimbing
anaknya.
D. Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Membaca
Menurut Abuddin Nata, Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar baca, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ucapan lafadz
bahasa lisan. Sedangkan menurut Al-Raghib al-Asfhani yang dikutip oleh
Abuddin Nata menyatakan bahwa “Membaca dari kata qara‟ yang terdapat
pada surat al-alaq ayat yang pertama secara harfiah kata qara‟ tersebut
berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat
lainnya dan membentuk suatu bacaan.15
Dari pengertian membaca yang diungkapkan oleh para ahli diatas
kiranya tidak memiliki kesamaan yang signifikan mengenai pengertian
membaca itu sendiri, namun dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa
membaca merupakan proses menghimpun kata-kata menjadi sebuah kalimat
yang memiliki makna dan membaca juga setara dengan berpikir melalui
pikiran, bukan hanya mendalami pikiran orang lain akan tetapi dapat
mendalami pikiran diri sendiri, karena membaca tidak hanya dari segi teks
tertulis akan tetapi mendalami apa saja yang ada didalam pikiran setiap
manusia.
2. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur‟an secara estimologi Al-Qur‟an artinya bacaan. Kata dasarnya
qara-a, yang artinya membaca. Al-Qur‟an bukan hanya untuk dibaca, akan
tetapi isinya harus diamalkan. Oleh karena itu Al-Qur‟an dinamakan kitab
yang ditetapkan atau diwajibkan untuk dilaksanakan, Adapun pengertian Al-
15 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, Agustus 2010), Cet ke-4, hlm. 43
Qur‟an dari segi istilah, para ahli memberikan definisi bahwasannya Al-
Qur‟an adalah kalamullah atau firman Allah. Dengan sifat tersebut, ucapan
Rasulullah, Malaikat, Jin, dan sebagainya tidak dapat disebut Al-Qur‟an.
Fungsi Al-Qur‟an sendiri sebagai dalill atau petunjuk atas kerasulan
Muhammad SAW.,pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi
yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.16
Jadi, dapat kita pahami bahwa Al-Qur’an merupakan Kalamullah yang
harus kita imani dan kita amalkan didalam kehidupan sehari-hari. Karena
sudah menjadi kewajiban umat muslim untuk selalu membaca Al-Qur’an,
pada dasarnya membaca Al-Qur’an bernilai ibadah, yang artinya pahala akan
selalu mengalir kepada kita setiap kita membaca Al-Qur’an, dan Al-Qur’an
merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat muslim.
3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan membaca al-Qur’an merupakan sesuatu hal yang wajib
dimiliki oleh seluruh umat muslim di muka bumi, karena jika umat muslim
tidak bisa membaca al-Qur’an maka hal tersebut sangat membuat malu bagi
dirinya sendiri, bagaimana mungkin seseorang mengaku sebagai orang
muslim akan tetapi tidak dapat membaca al-Qur’an, dibawah ini merupakan
beberapa penjelasan mengenai apa itu kemampuan membaca al-Qur’an,
berikut penjelasannya;
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, agar
kemampuan itu terarah sesuai dengan tujuan maka memerlukan
perilaku yang rasional. Kemampuan yang dimiliki setiap individu
16 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 171.
itu berbeda-beda sehingga perlu dibina dan dilatih serta
dikembangkan baik oleh keluarga di rumah maupun oleh guru di
sekolah.
Jadi kemampuan membaca al-Qur’an dapat diartikan sebagai
kesanggupan dan kecakapan seorang muslim dalam membaca dan
melafalkan ayat-ayat yang terdapat didalam al-Qur’an dengan baik
dan benar dan sesuai dengan ilmu tajwid dan makhraj huruf yang
baik dan benar.
Dr. Zakiyah Daradjat mengemukakan bahwa kemampuan
membaca Al-Qur’an tersebut dapat dilihat dari cara pengajaran Al-
Qur’an yang meliputi:
1) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari alif sampai
denganya.
2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-
sifat huruf itu.
3) Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti: syakkal, syiddah, tanda
panjang, tanwin, dsb.
4) Bentuk dan fungsi tanda berhenti waqaf.
5) Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama
dan bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam ilmu qiraat
dan Ilmu Nagham.
6) Adabut Tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca
AlQur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.17
Maka, seseorang yang telah memiliki kemampuan membaca
Al-Qur’an adalah yang telah mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar sesuai dengan aturan ilmu Tajwid. Agar pahala yang
mengalir dari huruf-hurufnya dan syafaat yang akan dinikmatinya
17 Zakiyah Darajat, Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Hal.
91
kelak optimal, Allah memberi rambu-rambu bagi pembaca Al-
Qur’an untuk tidak membacanya dengan asal membaca, akan tetapi
harus dengan Ilmu Tajwid.
4. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Belajar mempelajari Al-Qur’an merupkan ibadah yang luar biasa yang
diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya, karena hanya dengan membaca
satu huruf didalam al-Qur’an, orang yang membacanya sudah mendapatkan
pahala yang luarbiasa banyaknya. sebagaimana dijelaskan didalam hadist
yang berbunyi:
: :
بخار ي) (رواه ل
Artinya: Dari Usman R.A ia berkata: bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur‟an
dan mengamalkannya.” (H.R Bukhari)
Menurut Imam Nawawi, Abu Musa Al-„Asya‟ari r.a, berkata:
Rasulullah Saw. Bersabda,
“Perumpamaan mukmin yang membaca al-Qur‟an itu bagaikan
kbuah utrujah (buah jeruk), baunya sedap dan rasanya pun lezat.
Perumpamaan mukmin yang tak membaca al-Qur‟an itu seperti buah
kurma, tak berbau, rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang
membaca al-Qur‟an bagaikan buah rayhanah (semacam bunga), baunya
harum, rasanya pahit. Sementara, orang munafik yang tidak membaca
al-Qur‟an seperti buah hanzhalah (labu), baunya tidak sedap dan
rasanya pun pahit sekali” (HR. Bukhari dan Muslim).18
Berikut ini beberapa keutamaan dalam membaca al-Qur’an:
Pertama, nilai pahala. Kegiatan membaca Al-Qur’an per satu hurufnya
dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipatgandakan hingga
18 Imam Nawawi, Menjaga Kemuliaan Al-Qur‟an Adab dan Tata Caranya, (Bandung : Al-Bayan,
1996), Cet ke-1, hlm. 36
sepuluh kebaikan. Bayangkan bila satu ayat atau satu surah saja mengandung
puluhan aksara Arab. Sebuah anugerah Allah swt yang agung.
“Barangsiapa membaca satu huruf (aksara) dari Al-Qur’an maka
baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi
sepuluh kali sepadanya. “Aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu
huruf, melainkan Alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR
al-Hakim).19
Kedua, obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca Al-Qur’an bukan saja
amal ibadah. Membaca Al-Qur’an bukan saja amal ibadah. Namun juga bisa
menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram,
dan sebagainya. Allah saw. Berfirman,:
“Dan kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman...” (QS Al-Israa’: 82).
Seorang yang jiwanya gelisah dan gundah gulana datang kepada sahabat
Abdullah bin Mas’ud meminta nasihat. Dinasihatinya dia agar pergi ke
tempat orang yang membaca Al-Qur’an atau membaca Al-Qur’an sendiri
atau mendengar baik-baik orang-orang yang membacanya. Setelah
diamalkan di rumahnya, berubahlah jiwanya menjadi tenang dan tentram,
pikirannya jernih, dan kegelisahannya hilang.
Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati. Mereka
menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca Al-Quran
dengan khusyu seraya merenungkan makna kandungannya disamping lima
hal yang lain. Yaitu berteman dengan orang sholeh, dzikir di waktu sunyi,
shalat malam, dan puasa (diet).20
Ketiga, memberikan syafa’at. Disaat umat manusia diliputi kegelisahan
pada hari Kiamat. Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-
19 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur‟an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), h. 46
20
Ibid. 47
orang yang senantiasa membacanya di dunia. Sabda Rasulullah saw:
“bacalah Al-Qur’an karena Sesungguhnya ia pada hari Kiamat akan hadir
memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membacanya.” (HR
Muslim).
Pada hadits yang lain diceritakan, “Puasa dan Al-Qur‟an memberikan
syafaat kepada hamba di hari Kiamat. Puasa berkata „Wahai Tuhanku aku
telah menghalanginya dari makan minum dan syahwat, maka berilah aku
restu memberikan syafaat kepadanya‟ Al-Qur‟an berkata, „Wahai Tuhanku,
aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah aku restu
memberikan syafaat kepadanya.‟ Lalu keduanya diberikan restu
memberikan syafa‟at.” (HR Ahmad dan Thabrani).
Keempat, menjadi Nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat.
Muka seorang muslim akan ceria dan berseri-seri. ia tampak Anggun dan
bersahaja karena akrab bergaul dengan kalam Tuhannya. Lebih jauh, ia akan
dibimbing oleh kitab suci itu dalam meniti jalan kehidupan yang lurus.
Selain itu, di akhirat, membaca al-quran akan bisa menjadi deposito besar
yang membahagiakan. Sabda Rasulullah saw:
“bacalah selalu Al-Quran Sesungguhnya ia menjadi cahaya bagimu di
bumi dan menjadi simpanan bagimu dilangit”. (HR Ibnu Hibban).
Kelima, Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan. jika
Alquran dibaca, Malaikat akan turun memberikan si pembaca itu rahmat dan
ketenangan. Seperti diketahui ada segolongan malaikat yang khusus
ditugaskan untuk mencari majelis atau forum dzikir dan membaca Alquran.
Jika Malaikat menurunkan rahmat dan ketenangan otomatis orang yang
membaca Al-Quran hidupnya akan selalu tenang, tentram, tampak Anggun,
indah, disukai orang dan bersahaja.21
21 Ibid. 48
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa mempelajari al-Qur’an
merupakan ibadah yang sangat mulia dimata Allah swt, karena al-Qur’an
merupakan Kalamullah yang benar-benar tidak ada perubahan satu huruf
pun mulai dari zaman Nabi Muhammad menjadi seorang Rasul bahkan
sampai hari kiamat sekalipun.
Mempelajari al-Qur’an pula tidak bisa langsung sekali baca lalu selesai.
Akan tetapi ada tahap-tahapnya, pada tahap pertama seorang anak, orang tua,
bahkan seluruh umat muslim di muka bumi ini harus mempelajari hukum
tanda baca atau mempelajari ilmu tajwid, karena mempelajari ilmu tajwid
sama wajibnya dengan membaca al-Qur’an, dengan mempelajari ilmu
tajwid, maka seseorang yang membaca al-Qur’an akan tartil dalam
membacanya.
Lalu tahap kedua adalah mempelajari arti dan makna yang terkandung
didalam al-Qur’an, didalam al-Qur’an banyak sekali hal-hal yang dapat kita
pelajari dan kita amalkan dikehidupan sehari-hari. Mulai dari tentang
beribadah kepada Allah swt, hubungan antar sesama manusia, bahkan urusan
memilih dan memilah makanan pun ada didalam al-Qur’an, maka dari pada
itu, mempejalari makna yang terkandung didalam al-Qur’an juga merupakan
hal yang wajib kita lakukan sebagai umat muslim.
Dan tahap yang terakhir adalah mengamalkan segala sesuatu yang
terdapat didalam al-Qura’an seperti contoh, melaksanakan puasa, zakat,
santun kepada anak yatim, menghormati orang tua, menegakkan shalat,
bersuci, dan lain-lain. Hal-hal tersebut adalah sesuatu yang harus kita
kerjakan setelah mempelajari makna yang terkandung didalam al-Qur’an.
E. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Setiap manusia dalam melakukan aktivitasnya pasti memiliki suatu hal
yang menjadi penggerak atau pendorong dalam setiap aktifitasnya.
Dorongan atau penggerak itu bisa datang dari dalam individu atau mungkin
datang dari luar individu tersebut. Dan kaitannya dalam proses membimbing
anak membaca al-Qur’an orang tua sangat berperan dalam memberikan
dorongan kepada anak, karena dengan memberikan dorongan orang tua akan
lebih mudah dalam membimbing anak, dan dalam hal ini dorongan yang
dimaksud adalah pemberian motivasi kepada anak.
Menurut Purwanto, motivasi adalah pendorong suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dapat tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu.22
Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan
antusias untuk mencapai hasil yang optimal.23
Dari beberapa pengertian motivasi yang telah dijelaskan, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu hal yang menyebabkan
seseorang menjadi lebih bersemangat, giat, antusias dan fokus dalam
mengerjakan suatu aktifitas yang menyebabkan hasil dari aktifitas tersebut
menjadi maksimal dan juga merupakan penentu hasil dalam setiap
perbuatan.
2. Bentuk-Bentuk Motivasi
Dalam setiap aktifitas motivasi sangat berperan penting terutama dalam
kegiatan membimbing anak membaca al-Qur’an, karena dengan motivasi
anak dapat mengembangkan rasa antusias, inisiatif, yang ada didalam dirinya
dan menjadi aktif, dan tentu orang tua akan jadi lebih mudah dalam
membimbing.
22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 71
23
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 140
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan membimbing anak membaca al-Qur’an, antara lain:
a. Memberi angka
Dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian karena hadiah untuk suatu proses pekerjaan,
mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan
tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.24
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
d. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu
sering karena dapat membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal
ini guru juga harus bersikap terbuka, maksudnya jika akan diadakan
ulangan harus diberitahukan pada siswa.25
e. Pujian
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi
kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa hasil belajar meningkat, maka akan timbul
24 M. Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: CV. Rajawali, 1988), Cet. Ke-1,
h. 92
25
Ibid. 93
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan
hasilnya terus meningkat.
f. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika
diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh
karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
g. Minat
Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul
karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga
tepatlah jika minat merupakan alat motivasi pokok. Proses belajar
mengajar akan berjalan lancar jika disertai minat.
h. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti bahwa ada unsur kesengajaan dan
ada maksud untuk belajar. Hal ini baik, bila dibandingkan dengan
sesuatu tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti ada pada anak
didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar
akan lebih baik.26
i. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,
merupakan alat motivasi yang penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai. Karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan makan akan timbul semangat untuk terus belajar.27
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa ada berbagai macam cara
untuk memberikan motivasi, dan itu semua tergantung bagaimana keadaan
dan situasi. Setiap orang tua seharusnya selalu memberikan motivasi kepada
anak-anak agar anak lebih semangat dalam melakukan segala aktifitas, baik
26 Ibid. 94
27
Ibid. 95
itu belajar, bekerja, beribadah, dan lain-lain. Karena dengan motivasi orang
yang malas sekalipun bisa menjadi sangat rajin jika diberikan motivasi, dan
kekuatan motivasi sangat berdampak kepada orang-orang yang memiliki
target dan mimpi yang besar. Maka dari itu penulis ingin mengajak kepada
semua orang untuk selalu memotivasi diri agar apa yang diimpikan bisa
terwujud dikemudian hari.
F. Kerangka Berfikir
Membaca al-Qur’an merupakan perintah Tuhan yang tidak bisa kita abaikan,
dan sudah menjadi hakikat setiap umat muslim untuk mampu membaca al-
Qur’an. Karena al-Qur’an merupakan pedoman hidup setiap umat muslim, dan
sudah menjadi tugas orang tua untuk memperkenalkan al-Qur’an kepada anak-
anak mereka sejak usia dini, dan sudah menjadi tugas pertama orang tua untuk
membimbing anak agar bisa membaca al-Qur’an dan terus menerus mencintai al-
Qur’an lebih dari buku-buku lainnya.
Dan tidak bisa dipungkiri bahwa semakin berkembang zaman maka
semakin sibuk pula orang tua untuk berjuang memberi nafkah bagi anak-anak
mereka, dan hal itu akan berdampak kepada bagaimana orang tua dalam
membimbing anak membaca al-Qur’an, karena sebagian orang tua ada yang
akan menitipkan anak mereka ke TPA/TPQ agar anak mereka tetap bisa terus
belajar dan bisa membaca al-Qur’an, akan tetapi hal itu berbeda ketika orang
tua yang membimbing, anak akan lebih merasa diperhatikan orang tua jika
orang tuanyalah yang membimbing anak membaca al-Qur’an.dan hal tersebut
akan jauh lebih bermakna bagi anak daripada diajarkan di TPA/TPQ, karena di
TPA/TPQ sebagaian besar anak akan jauh lebih banyak bermain daripada
belajar. Akan tetapi jika orang tua setiap anak yang membimbing anak akan
jauh lebih fokus dan anak akan mencontoh orang tuanya untuk selalu membaca
al-Qur’an.
G. Hasil Penelitian Relevan
Dalam rangka mewujudkan penelitian skripsi yang profesional dan
mencapai target maksimal, penulis melakukan telaah pustaka untuk
menghindari kesamaan obyek dalam penelitian. Adapun skripsi yang penulis
temukan dalam penelitian tentang kemampuan membaca Al-Qur’an siswa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohaya dalam skripsinya pada tahun 2015
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Program BTA di SMP Yanusa
Jakarta”.
Berisikan tentang Permasalahan pokok yang akan dipecahkan lewat
penelitian tindakan kelas ini adalah : Usaha guru dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Tujuannya supaya siswa
dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Penelitian ini merupakan
tindakan untuk memperbaiki proses pengajaran pendidikan agama Islam
terutama dalam membaca ayat Al-Qur'an di kelas VIII SMP Yanusa
Jakarta. Penelitian dilakukan dalam 3 siklus dan meliputi 4 tahapan yaitu :
observasi, perencanaan untuk siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari 3
tindakan yaitu: penanaman pentingnya membaca Al-Qur'an,
pengembangan belajar kreatif dengan mengoptimalkan penggunaan metode
BTA, dan pemberian motivasi (pujian). Untuk memantau status kemajuan
siswa dalam membaca Al-Qur'an serta merekam tindakan peneliti dan
reaksi siswa menggunakan alat bantu lembar pengamatan dan catatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa yang dapat
membaca Al-Qur'an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Dengan
demikian jika peneliti melakukan upaya-upaya (menanamkan pentingnya
membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif dengan pengoptimalan
metode BTA serta pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur'an maka siswa akan dapat membaca Al-
Qur'an dengan baik dan benar dan dapat meningkatkan prestasi siswa.
Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Habibi Nur dalam skripsinya pada tahun
2017 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Peranan Guru
BTQ Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur'an Pada Siswa
MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi”.
Berisikan tentang Usaha Guru BTQ dalam meningkatkan kemampuan
baca tulis al-Qur’an pada siswa MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi
dapat dikategorikan baik. Hal itu dapat dilihat pada indikasi peranan guru
dalam proses belajar mengajar yang meliputi, penguasaan materi, cara
menyampaikan materi sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan,
membimbing para siswa yang belum mampu dalam baca tulis al- Qur’an
serta memberi motivasi kepada siswa yang kurang minat dalam
mempelajari baca tulis al-Qur’an, membuat suasana belajar yang kondusif
agar para siswa semangat dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an seperti
meberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa agar para siswa aktif dalam
mempelajari baca tulis al-Qur’an.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 hingga bulan April 2019
di Perumahan Puri Husada Agung Desa Cibinong Kab. Bogor, Kec. Gunung
Sindur, kode pos 16340.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan
dengan baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai tujuan penelitian.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan kegunaan tertentu.1
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mempelajari, dan
memahami bagaimana cara orang tua membimbing anak mereka dalam membaca
al-Qur’an di Perumahan Puri Husada Agung Desa Cibinong Kab. Bogor, Kec.
Gunung Sindur. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh
penafsiran dan pemahaman yang mendalam mengenai makna, kenyataan,dan
fakta yang relevan.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.2
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (
Bandung : Alfabeta, 2008), hal.3
2 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),
hal.47
Jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif
analisis. Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian lapangan field research yaitu penulis ,mengadakan wawancara
langsung untuk mengetahui dan mengumpulkan data-data yang diperlukan di
lapangan yang berkaitan dengan penelitian. Penulis menghimpun informasi, data,
dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari relita
yang tengah terjadi di lapangan agar lebih objektif dan akurat. Tentang
bagaimana cara orang tua membimbing anak mereka dalam membaca al-Qur’an
di Perumahan Puri Husada Agung Desa Cibinong Kab. Bogor, Kec. Gunung
Sindur.
C. Responden Penelitian
Responden pada penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki anak
usia sekolah dasar antara kelas 4 hingga kelas 6 dan terdapat 27 orang tua yang
sesuai dengan kriteria untuk diwawancarai, yakni yang memiliki anak kelas 4
hingga kelas 6 SD atau MI. dan dari 27 orang tua hanya terdapat 6 orang tua
yang membimbing anak dirumah, dan dari 6 orang tua tersebut semua bersedia
untuk diwawancarai dan diobservasi untuk penulis teliti kegiatan didalam rumah
ketika orang tua membimbing anak membaca Al-Qur’an. Dan peneliti akan
mewawancarai dan mengobservasi orang tua di Rumah masing-masing.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas , penulis
melakukan penelitian dengan cara berikut :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Metode observasi yang akan digunakan
adalah langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain manusia kepentingan
tersebut.3
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengamatan langsung. Pengamatan langsung adalah pengamatan tanpa
menggunakan peralatan khusus dengan mengamati seluruh unsur-
unsur yang menjadi topik dalam penelitian, sebagai penguat dalam
memberikan data/informasi yang berkenaan dengan penelitian.
Peneliti mengamati langsung objek sasaran yang menjadi sasaran
penelitian.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Observasi
Variabel Indikator
Orang Tua
1. Yang berperan dalam membimbing anak
membaca al-Qur’an.
2. Metode bimbingan yang digunakan.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan sumber informasi dimana pewawancara bertanya
langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya.4
Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam yaitu suatu
wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk
mendalami informasi dari seorang informan.5
3 Pedoman Penulisan Skripsi FITK, (Jakarta:Tanpa Penerbit), hal. 66
4 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 372
5 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), cet. 2, h. 136
Dan wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,
dimana wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilaksanakan
secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelum wawancara dilaksanakan. Peneliti berharap bahwa
dengan melakukan wawancara peneliti akan mendapatkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan didalam rumusan masalah.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
Dimensi Indikator Responden
Orang Tua
Membimbing
Anak
Membaca Al-
Qur’an
- Keterlibatan orang tua dalam
membimbing anak membaca
al-Qur’an.
- Peran orang tua dalam
membimbing anak membaca
al-Qur’an.
- Mulai melakukan bimbingan.
- Waktu membimbing.
- Kesulitan yang dihadapi.
- Hukuman yang diberikan.
Orang Tua
Penanaman
Motivasi
- Motivasi yang pernah
diberikan.
- Pengaruh motivasi kepada
anak.
Orang Tua
3. Dokumentasi
Menurut Irawan sebagaimana yang dikutip oleh sukandarrumidi
bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
ditunjukan kepada subjek penelitian.6
Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data profil Orang
Tua dan hal-hal lain yang dapat mempermudah data penelitian sehingga
dapat diperoleh informasi secara jelas dan mendalam.
Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi, kemudian data akan digabungkan dan dikaji dengan
melakukan analisis data yang akan dijelaskan dibagian berikutnya.
E. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan oleh penulis selanjutnya
adalah mengolah data, sehingga data dapat dianalisis dan diambil kesimpulannya.
Tujuan pengeolah data adalah menyiapkan data agar mudah ditangani dalam
analisinya.
Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama, harus
benar-benar dipahami secara mendalam. Komponen tersebut adalah
pengumpulan data, reduksi data, kajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Untuk menganalisis berbagai data yag sudah ada, digunakan metode
deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan data yang sudah
diperoleh melalui proses analitis yang mendalam dan selanjutnya
diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif.
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta
empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di
lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan
dengan cara proses pengumpulan data.
6 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula), ( Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2012) cet. 4, h. 69
Menurut Miles dan Humbeman tahapan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi dan wawancara.
2. Reduksi dan Analisis Data
Pengolahan data selanjutnya dengan mereduksi, merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, di cari
tema dan polanya sehingga memerlukan kecerdasan, keluasaan dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Data direduksi akan mempermudah
penulis manusia melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan, reduksi data digunakan dengan alat
elektronik, dengan memberikan kode pada aspek tertentu.7
Reduksi dilakukan untuk memilah dan memilih mana data yang
digunakan sebagai rujukan dalam melakukan intrepetasi terhadap data
yang diperoleh dari lapangan, dalam hal ini tidak semua data yang
didapatkan dari informan akan digunakan secara menyeluruh tapi
memilih dibagian mana focus data yang sesuai dengan kisi-kisi
wawancara yang dijelaskan sebelumya.
7 Sulistyaningsih,“Metodologi Penelitian Kebidanan(-Kualitatif dan Kuantitatif)”,(Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2012), hal. 162
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan mengenai masalah yang berkaitan dengan
peran orang tua dalam membimbing anak membaca al-Qur’an di Perumahan Puri
Husada Agung RW 12 Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor, peneliti mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar orang tua di Perumahan Puri Husada Agung RW 12 Kec.
Gunung Sindur Kab. Bogor berperan dalam kegiatan membimbing anak
membaca al-Qur’an, walaupun hanya beberapa keluarga saja yang
membimbing anak mereka secara langsung tanpa menitipkan anak mereka
ke lembaga pendidikan al-Qur’an seperti TPA atau TPQ, dan orang tua yang
membimbing anak mereka secara langsung justru menghasilkan anak-anak
yang lebih cepat memahami al-Qur’an dikarenakan hubungan antara orang
tua dan anak jadi lebih dekat, bahkan sebelum masuk jenjang SD atau MI
anak sudah bisa membaca al-Qur’an, walaupun diumur balita dalam
membaca Hukum Tajwid masih belum fasih, akan tetapi hal tersebut sudah
menjadi bukti bahwa anak yang dibimbing oleh orang tua secara langsung
akan lebih cepat menangkap informasi dan stimulus yang diberikan orang
tua kepada anak.
2. Hasil wawancara menjelaskan bahwa dengan memberikan motivasi kepada
anak akan memberikan dampak positif kepada mereka, dan membuat anak
menjadi lebih bersemangat ketika dibimbing membaca al-Qur’an di rumah,
hal ini dikarenakan orang tua memberikan motivasi dalam berbagai macam
motivasi, yakni dengan memberikan hadiah seperti membelikan al-Qur’an
baru, peralatan shalat yang baru seperti mukena, atau berupa materi seperti
uang jajan, dan sebagian orang tua memberikan motivasi kepada anak
berupa nasehat tentang mengajarkan betapa pentingnya umat muslim untuk
56
bisa membaca al-Qur’an dan menggunakan al-Qur’an sebagai pedoman
hidup, dan walaupun beberapa anak tidak mendapatkan motivasi berupa
hadiah atau materi anak tersebut tetap antusias dan semangat ketika
dibimbing oleh orang tuanya. dan hal ini membuktikan bahwa motivasi tidak
harus selalu berbentuk materi, akan tetapi pesan moral juga bisa dijadikan
sebuah motivasi kepada anak agar mau dibimbing membaca Al-Qur’an di
rumah.
3. Karena keterbatasan ilmu pengetahuan menyebabkan orang tua hanya
menggunaan metode bimbingan seperti keteladanan, nasehat, pengawasan,
perhatian, dan games, meskipun begitu hal tersebut tidak menjadi hambatan
orang tua dalam melaksanakan tugas untuk membimbing anak membaca al-
Qur’an, karena mereka mengetahui betapa pentingnya peran orang tua dalam
membimbing anak membaca al-Qur’an, mereka sadar bahwa perhatian
kepada anak akan membuat anak merasa lebih diperhatikan, dan menjadikan
orang tuanya sebagai contoh mereka, karena ketika anak melihat orang
tuanya tidak membaca al-Qur’an maka anak pun akan meniru apa yang
dilakukan orang tuanya, akan tetapi jika orang tuanya memberikan contoh,
menunjukkan kepada anaknya betapa pentingnya membaca al-Qur’an hal
tersebut akan membuat anak semakin minat membaca al-Qur’an.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran agar dapat
menjadi masukan yang baik bagi seluruh pihak guna memperbaiki yang masih
dianggap menjadi kekurangan pada pelaksanaan membimbing anak membaca al-
Qur’an di rumah, adapun saran penulis sebagai berikut:
1. Orang tua senantiasa selalu membimbing anak membaca al-Qur’an
meskipun anak sudah beranjak dewasa, agar suasana beribadah didalam
rumah lebih terasa, dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup
utama.
2. Dalam memberikan motivasi orang tua tidak perlu terlalu sering menjanjikan
sesuatu berupa materi, karena ditakutkan anak cenderung mau melaksanakan
sesuatu jika ada imbalan berupa hadiah materi, perbanyak memberikan
motivasi dari segi nasehan dan moral untuk memantapkan hati dan pikiran
untuk selalu mencintai al-Qur’an.
3. Pelajari tentang metode apa saja yang bisa digunakan untuk membimbing
anak membaca al-Qur’an di rumah, karena jika hanya menggunakan metode
yang itu-itu saja akan menyebabkan anak merasa bosan dan berkurang
semangatnya ketika dibimbing oleh orang tua di rumah.
58
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy). Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada. 2010.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: PT Rajagrafindo Persada. 2015.
Syarifuddin, Ahmad. Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur‟an.
Jakarta: Gema Insani Press. 2004
A. Pribadi, Benny. Model Desain Sistem Pembelajaran. DIAN RAKYAT: Jakarta.
2009.
A, Hallen Bimbingan dan konseling, Jakarta; Quantum Teaching, 2005
Nawawi, Imam Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an Adab dan Tata Caranya, Bandung :
Al-Bayan, 1996
Sadirman, M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: CV. Rajawali, 1988
Hasibuan, Malayu S.P Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,
2003
Alim, Muhammad Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim), Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Yusuf, Muri Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta, 2012
Purwanto, Ngalim Ilmu Pendidika Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
59
Purwanto, Ngalim Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Zuriah, Nurul Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007
Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta:Tanpa Penerbit
Hana, Attia Mahmud Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan I. Jakarta: Bulan
Bintang. 1978
Mustofa, Khairil Konsepsi Pendidikan Islam Menurut Dr. Abdullah Nasihin Ulwan, Jurnal
Study Islam Panca Wahana, Edisi 12, Oktober 2014
Dirgagunarsa, Singgih. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara 1978.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka. 1998.
Sugiyono. Metode Penelitin Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D. Bandung : Alfabeta. 2008.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula).
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2012.
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Graha
Ilmu. 2012.
Zaini, Syahminan Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 1986
Djamah, Syaiful Bahri M. Ag, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam
Keluarga, Jakarta: Renika Cipta, 2004
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2012
Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni, Education Management Analisis Teori dan Praktik,
Rajawali Pers, Jakarta, 2009
60
L, Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung, Remaja Rosdakarya, 1995
Darajat, Zakiyah. Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta. 1995
http://jabar.tribunnews.com/2018/08/27/ternyata-ini-yang-membuat-motivasi-kevin-
sanjayamarcus-gideon-berlipat-di-asian-games-2018
https://www.kompasiana.com/nanikrosida/54f7ffbda333119d1c8b4de3/peranan-
orang-tua-dalam-mendidik-anak
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Nama Orang Tua : Mama Sena
Nama Anak : Sena
Kelas : 4 SD
Alamat : Perumahan Puri Husada Agung Blok D10 No 02. RT03/RW12
Kec.Gunung Sindur Kab. Bogor
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pertanyaan Untuk Orang Tua
1. Apakah bapak dan ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Iya kami terlibat
2. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Sejak usia tiga tahun
3. Kapan dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Dalam sehari sekita 1 jam dan dalam satu minggu sekitar 4 kali
bimbingan
4. Motivasi apa saja yang pernah ibu dan bapak berikan kepada anak agar
mau dibimbing membaca al-Qur’an
Jawaban
Lebih memberikan pengarahan untuk mengaji karena kamu
agamanya Islam jadi harus bisa mengaji al-Qur’an biar bagus, kamu
bisa baca al-Qur’an ini biar buat menjadi tuntunan kamu. Dan aku
ga pernah memberikan motivasi dalam bentuk hadiah, paling hanya
memberikan arahan betapa pentingnya membaca al-Qur’an untuk
orang Islam
5. Apakah ada pengaruh dengan memberikan motivasi kepada anak ?
Jawaban
Ada perkembangan ya jadi mau, dan disetiap kita membimbing kita
kasih tau tujuan membaca al-Qur’an buat dia sendiri nantinya
kedepannya dan dia lebih giat lagi, dan lebih semangat lagi ketika
dibimbing membaca al-Qur’an.
6. Apa yang ibu dan bapak lakukan ketika sang anak tidak mau dibimbing
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Dia punya alesan tidak ketika tidak mau dibimbing, mungkin karena
capek, mungkin karena ga enak badan, atau mungkin karena ada PR
dari sekolah.
7. Apa saja yang bapak dan ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Yang saya lakukan dengan memberikan jadwal masing-masing
8. Apakah bapak dan ibu pernah kesulitan ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Pasti ada kesulitan, saya sendiri mengalami kesulitan kalau anak saya
sedang malas, ngambek. Dan biasanya kalo malas saya pasti akan
menegur anak saya.
9. Apakah bapak dan ibu pernah menghukum anak ketika tidak mau
dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Hukumannya ringan sih, kayak ga ngasih uang jajan sekolah.
10. Menuru bapak dan ibu, sang anak lebih baik dibimbing oleh orang tua atau
dibimbing di TPA/TPQ ?
Jawaban
Sebetulnya lebih baik dibimbing orang tua, tapi terkadang orang tua
suka engga sempet dan orang tua kadang tidak bisa dan lebih baik
kita titipkan ke yang lebih bisa. Dan walaupun kita menitipkan anak
kita ke TPA orang tua juga harus perhatian dengan bagaimana
kegiatan di TPA tersebut mungkin dengan mengulang apa yang
sudah dia pelajari di TPA.
Pedoman Wawancara
Nama Orang Tua : Pak Ahmad
Nama Anak : Kania
Alamat : Perumahan Puri Husada Agung Blok D9 No 01. RT04/RW12
Kec.Gunung Sindur Kab. Bogor
Pekerjaan : Guru
Pertanyaan Untuk Orang Tua
1. Apakah bapak dan ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Kami terlibat dalam kegiatan membimbing anak di Rumah
2. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
mulai itu pas umur 2 tahun, udah mulai didengerkan surat-surat
pendek iqro itu umur 5 tahun dan udah bisa baca Al-Qur’an pas kelas
2 SD
3. Kapan dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Setiap hari dan biasanya setelah maghrib sekitar 30 menit sampai 1
jam
4. Motivasi apa saja yang pernah ibu dan bapak berikan kepada anak agar
mau dibimbing membaca al-Qur’an
Jawaban
Ya paling biasanya kita memberikan hadiah, biasanya berbentuk
materi seperti memberikan al-Qur’an.
5. Apakah ada pengaruh dengan memberikan motivasi kepada anak ?
Jawaban
Jelas ada pengaruhnya mereka lebih bersemangat dan setiap hari
selalu minta untuk dibimbing
6. Apa yang ibu dan bapak lakukan ketika sang anak tidak mau dibimbing
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Kami pasti merayu anak kami agar mau dibimbing membaca al-
Qur’an
7. Apa saja yang bapak dan ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Yang saya lakukan pertama jelas mengajak untuk membaca al-
Qur’an jika diajak masih belum mau, biasanya kami menjanjikan
sesuatu sebagai motivasi untuk dia agar mau dibimbing membaca al-
Qur’an
8. Apakah bapak dan ibu pernah kesulitan ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Alhamdulillah selama ini bapak tidak pernah mengalami kesulitan
apapun dalam membimbing anak di Rumah
9. Apakah bapak dan ibu pernah menghukum anak ketika tidak mau
dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Tidak pernah menghukum, paling hanya menegur saja kalau tidak
mau dibimbing.
10. Menuru bapak dan ibu, sang anak lebih baik dibimbing oleh orang tua atau
dibimbing di TPA/TPQ ?
Jawaban
Ya kalau pendapat pribadi, ya lebih baik tugas membimbing anak itu
adalah orang tua ya kan, Cuma kan mungkin saja orang tua sibuk
kurang fokus, jadinya orang tua memberikan ke lembaga pendidikan
al-Qur’an, seperti itu, ga masalah, saya pikirkan ada komunikasi
antara orang tua, anak dan lembaga tersebut, jadi kita bisa
mengontrol juga, dan jadi antara orang tua dan anak tetap
dibutuhkan komunikasi. Dan walaupun orang tua menitipkan
anaknya ke TPA tidak lantas sudah menitipkan, lalu menjadi tidak
peduli, sebagai orang tua harus selalu memperhatikan terus
bagaimana progress anaknya dalam membaca al-Qur’an.
Bogor, 22 April 2019
Responden
Pak Ahmad
Pedoman Wawancara
Nama Orang Tua : Pak Asyikin
Nama Anak : Qurrota A’yun
Kelas : 4 SDIT
Alamat : Perumahan Puri Husada Agung Blok E1 No 02. RT01/RW12 Kec.Gunung
Sindur Kab. Bogor
Pekerjaan : Guru
Pertanyaan Untuk Orang Tua
1. Apakah bapak dan ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Oh iya pasti, bapak dan ibu pasti terlibat dalam kegiatan
membimbing anak membaca al-Qur’an di rumah, tapi kalo hari sabtu
sama minggu saya yang bimbing.
2. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Sejak dalam kandungan saya sudah mendengarkan anak-anak saya
dengan lantunan ayat-ayat al-Qur’an
3. Kapan dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Dalam kegiatan membimbing waktu yang saya butuhkan itu sekitar
satu sampai satu setengah jam dan setiap hari insyaAllah
4. Motivasi apa saja yang pernah ibu dan bapak berikan kepada anak agar
mau dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Oh sering, motivasinya itu ya seperti janjikan ada hadiah, hadiahnya
berupa mukena, tas baru juga pernah, dan al-Qur’an
5. Apakah ada pengaruh dengan memberikan motivasi kepada anak ?
Jawaban
Dengan memberikan support tadi, perangsang biar mereka senang
dan minat mereka meningkat dan makin semangat ketika dibimbing
membaca al-Qur’an
6. Apa yang ibu dan bapak lakukan ketika sang anak tidak mau dibimbing
membaca al-Qur’an ?
Jawban
Kalau anak tidak mau dibimbing biasanya jarang sih ya kalau
dikeluarga bapak, terkadang mereka tidak maunya itu karena capek
karena fullday school yang kadang membuat mereka capek dan
kadang saya maklum juga tapi kalau misalnya sering tidak mau
dibimbing akan diberi peringatan dan hukuman juga
7. Apa saja yang bapak dan ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Biasanya kami membimbingnya dengan pola pola bermain, jadi anak
itu tidak merasa dibimbing tidak merasa diajarin tapi kita sambil
bermain jadi mereka itu mereka tidak tahu mereka lagi dibimbing,
jadi contohnya kadang jika didalam kendaraan kita putar kaset atau
terkadang lagi main kuda-kudaan sambil membaca sambil
menghafalkan
8. Apakah bapak dan ibu pernah kesulitan ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Dalam membimbing membaca al-qur’an kesulitannya itu ya hamper
tidak ada, dan setiap kali ingin dibimbing anak selalu mau dan selalu
nurut.
9. Apakah bapak dan ibu pernah menghukum anak ketika tidak mau
dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Hukumannya berupa tidak diberikan uang jajan
10. Menuru bapak dan ibu, sang anak lebih baik dibimbing oleh orang tua atau
dibimbing di TPA/TPQ ?
Jawaban
Kalo seperti itu tergantung ya, tergantung kualitas SDM orang
tuanya, kalau orang tuanya memang mampu dan punya waktu untuk
membimbing, sebaiknya orang tuanya yang membimbing, tapi kalau
orang tuanya tidak mampu, kalau orang tuanya tidak mempunyai
kemampuan, dan tidak mempunyai pengetahuan dalam hal
membimbing anaknya membaca al-Qur’an ya serahkan kepada
ahlinya, di TPA atau di sekolah-sekolah khusus yang lebih banyak
mengajarkan pengetahuan tentang al-Qur’an atau paling tidak
seimbang antara pelajaran al-Qur’an dengan pelajaran umum.
Pedoman Wawancara
Nama Orang Tua : Pak Chevy
Nama Anak : Fatimah
Kelas : 4 SDIT
Alamat : Perumahan Puri Husada Agung Blok D8 No 15. RT04/RW12
Kec.Gunung Sindur Kab. Bogor
Pekerjaan : PNS BATAN
Pertanyaan Untuk Orang Tua
1. Apakah bapak dan ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
membaca Al-Qur’an ?
Jawab:
terlibat, akan tetapi ibunya yang lebih terlibat dibandingkan saya,
karena saya pulang kerja udah malam, tapi kalau hari sabtu sama
minggu saya yang bimbing.
2. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Sejak usia 3 tahun sudah mulai bisa membaca al-Qur’an.
3. Kapan dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Habis maghrib, sekitar 30-40 menit
4. Motivasi apa saja yang pernah ibu dan bapak berikan kepada anak agar
mau dibimbing membaca al-Qur’an
Jawaban
Motivasi mah biar nanti masuk surga, kan ibadah biar masuk surga,
karena memberi motivasi kepada anak tidak harus selalu berupa
materi, berupa nasehat juga sebuah motivasi yang bisa kita berikan
kepada anak.
5. Apakah ada pengaruh dengan memberikan motivasi kepada anak ?
Jawaban
Anak jadi lebih semangat karena tau kalau bisa membaca al-Qur’an
bisa jadi pahala dia untuk masuk surga dan akan ada rasa malu juga
jika tidak bisa membaca al-Qur’an,
6. Apa yang ibu dan bapak lakukan ketika sang anak tidak mau dibimbing
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
tidak dipaksa juga hanya diomongin saja
7. Apa saja yang bapak dan ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
membaca Al-Qur’an ?
Jawaban
Kita tidak membimbing anak secara khusus, dan biasanya lebih
spontan aja, misal ketika besok ada ujian, dia datang ke kita minta
dites bacaan Qur’annya
8. Apakah bapak dan ibu pernah kesulitan ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Tidak pernah mengalami kesulitan, tidak sesulit mengajar
matematika
9. Apakah bapak dan ibu pernah menghukum anak ketika tidak mau
dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawaban
Engga pernah memberikan hukuman.
10. Menuru bapak dan ibu, sang anak lebih baik dibimbing oleh orang tua atau
dibimbing di TPA/TPQ ?
Jawaban
Anak anak itu lebih gampang dibimbing orang lain, saya sendiri juga
ngalamin jadi guru lebih gampang ngajarin anak orang ketimbang
ngajarin anak sendiri, tetapi kan keduanya harus bermain. Tidak
lantas mentang-mentang bapak ibunya bisa membimbing anaknya
membaca al-Qur'an ga nyekolahin anaknya di TPA gitukan tidak
seperti itu, karena pasti ada kesulitan ketika dibimbing dengan orang
tua sendiri, mungkin merasa apalah, mungkin merasa kolokan tapi
peran orang tua ya tetap, lebih harus mengontrol lebih harus
membantu, dan kalau ngajarin sendiri pasti susah, karena saya
mengalaminya sendiri.
Lembar Wawancara
Nama Orang Tua : Pak Purwadi
Nama Anak : Laras
Kelas : 5 SD
Alamat : Perumahan Puri Husada Agung Blok D6 No 02. RT05/RW12
Kec.Gunung Sindur Kab. Bogor
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pertanyaan Untuk Orang Tua
1. Apakah bapak dan ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
membaca Al-Qur’an ?
Jawab :
Jelas terlibat lah mas alif, masa ga terlibat.
2. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Pas PAUD udah kita ajarin iqro dulu, udah bisa baca Al-Qur’an baru
baru ini pas kelas 4.
3. Kapan dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
Jawab:
Kita biasanya 2 hari sekali lif, misal hari senin dibimbing hari selasa
libur. Terus mulai lagi hari rabu. Biasanya sih 30 menit aja habis
maghrib, soalnya kalau habis ashar si Laras main.
4. Motivasi apa saja yang pernah ibu dan bapak berikan kepada anak agar
mau dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Biasanya ngasih hadiah sih lif, kayak mainan, kadang ngasih uang
jajan, itu aja sih lif.
5. Apakah ada pengaruh dengan memberikan motivasi kepada anak ?
Jawab:
Kadang ada pengaruhnya kadang engga juga, soalnya kadang dia
bosen juga kalo dikasih hadiah doang lif.
6. Apa yang ibu dan bapak lakukan ketika sang anak tidak mau dibimbing
membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Biasanya sih ayahnya yang negur kenapa gamau baca Al-Qur’an
soalnya yang ngebimbing ayahnya
7. Apa saja yang bapak dan ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
membaca Al-Qur’an ?
Jawab:
Ya itu dikasih motivasi kadang mau kadang ngga
8. Apakah bapak dan ibu pernah kesulitan ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an ?
Jawab:
kesulitan itu sudah menjadi kewajaran ya, kita kan gak bisa terus-
terusan memaksa anak kita, tapi jika anak sedang mau dibimbing
saya pasti akan membimbing dengan baik, dan kesulitan yang biasa
saya hadapi ketika anak mengantuk pas waktu dibimbing
9. Apakah bapak dan ibu pernah menghukum anak ketika tidak mau
dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Pernah tapi ngga sering biasanya dikurangin uang jajannya aja
10. Menuru bapak dan ibu, sang anak lebih baik dibimbing oleh orang tua atau
dibimbing di TPA/TPQ ?
Jawab:
Dulu pernah ditempatin di TPA tapi malah main terus sama temen-
temennya jadinya dibawa ke rumah deh dibimbingnya
Lembar Wawancara
Nama Orang Tua : Pak Wijiono
Nama Anak : Akrom
Kelas : 4 SDIT
Alamat : Perumahan Puri Husada Agung Blok D9 No 10. RT04/RW12
Kec.Gunung Sindur Kab. Bogor
Pekerjaan : Guru
Pertanyaan Untuk Orang Tua
1. Apakah bapak dan ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
membaca Al-Qur’an ?
Jawab :
Alhamdulillah kita selalu terlibat.
2. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Dibimbing baca Iqro itu waktu masih 3 tahun, udah bisa baca Qur’an
itu pas kelas 2 SDIT.
3. Kapan dan berapa lama waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
membimbing anak membaca Al-Qur’an ?
Jawab:
Habis maghrib ga sampe 30 menit, palingan sekitar 10-15 menit aja,
karenakan akrom suka ada PR jadi habis baca Al-Qur’an dia
langsung ngerjain PR.
4. Motivasi apa saja yang pernah ibu dan bapak berikan kepada anak agar
mau dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Kalo bapak sih biasanya ngasih motivasi dalam bentuk hadiah, kayak
waktu itu pernah ngejanjiin kalo juz 1 selesai dibeliin sepatu baru.
5. Apakah ada pengaruh dengan memberikan motivasi kepada anak ?
Jawab:
ya karena ini juga ada pengaruhnya di sekolah jadi nambah terus
semangatnya dan pengaruhnya untuk selalu menambah hafalannya
dan bacaan al-Qur’annya
6. Apa yang ibu dan bapak lakukan ketika sang anak tidak mau dibimbing
membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Ditegur dulu, kalo masih gamau juga ya mamanya yang marah.
7. Apa saja yang bapak dan ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
membaca Al-Qur’an ?
Jawab:
Jika anak saya tidak mau dibimbing tentu saya pasti akan merayu
anak saya sampai dia mau, dan tidak perlu melakukan kekerasan
ketika kita mengajak anak kita untu mau dibimbing membaca al-
Qur’an, dan setiap kali saya merayu anak saya, dan diselingi dengan
janji-janji diberikan jajan setelah dibimbing, tentu anak jadi mau
dibimbing.
8. Apakah bapak dan ibu pernah kesulitan ketika membimbing anak
membaca al-Qur’an ?
Jawab:
Kesulitannya kalau lagi ngambek doang.
9. Apakah bapak dan ibu pernah menghukum anak ketika tidak mau
dibimbing membaca al-Qur’an ?
Jawab:
ga pernah menghukum tapi kalo marahin sering.
10. Menuru bapak dan ibu, sang anak lebih baik dibimbing oleh orang tua atau
dibimbing di TPA/TPQ ?
Jawab:
Bagusnya sih dibimbing sama orang tua, soalnya kalo di TPA pasti
becanda terus.