Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iv
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK
DI ERA MILENIAL (STUDI KASUS KECAMATAN TEMPE
KABUPATEN WAJO)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universtas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Besse Simpuru
NIM. 105381105416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDIPENDIDIKAN SOSIOLOGI
ii
iii
iv
v
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan. Karena itu bila kau telah
selesai ( mengejarkan yang lain ) dan kepada Tuhan, berhaplah.
( QS Al Insyirah : 6-8 )
PERSEMBAHAN
Hasil karya tulis ilmiah ini ku dedikasikan kepada kedua orang tua tercinta serta keluarga
besar Abd Syukur DG Makkatu yang tiada hentinya memberikan dukungan serta
semangat untuk menyelesaikan hasil karya ilmiah ini dan tak lupa juga pada almamater
biru saya universitas muhammdiyah Makassar
vi
vi
Abstrak
Besse Simpuru, Tahun 2021, “Peran Orang tua dalam membentuk karakter
anak di era milenial (Studi Kasus Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo)”.
Skripsi Program Studi Pendidikan Universitas Muhamadiyah Makassar.
Dibimbing oleh pembimbing I H.Nursalam dan pembimbing II Syarifuddin
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui peran orang tua dalam
membentuk kepribadian anak di era milenial pada Kecamatan Tempe Kabupaten
Wajo. (2) Implementasi peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial pada kecamatan Tempe Kabupaten Wajo
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yakni penelitian
yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian deskriptif ini yaitu studi kasus. Data tersebut diperoleh dari hasil
observasi, wawancara mendalam dengan informan dan data dokumentasi yang
berupa data primer dan data sekunder. Penentuan informan dilakukan dengan cara
Purposive Sampling
Hasil penelitian ini adalah peran orang tua dalam membentuk kepribadian
anak di era milenial pada kecamatan tempe kabupaten wajo adalah peran orang
tua dalam pembentukan karakter anak sudah sepenuhnya dilakukan dengan baik
oleh orang tua karena orang tua mendidik serta mengawasi anak baik itu dalam
pergaulan maupun penggunaan gadged dan pengamplikasian media sosial agar
anak tidak terpengaruh dampak negatif dari media sosial yang dapat memberikan
pengaruh yang kurang baik terhadap pembentukan karakter anak khusunya pada
era milenial ini. Orang tua juga mendidik anak dengan memberikan contoh dan
perilaku yang baik terhadap anak sehinggaa anak meniru hal yang positif yang
dilakukan orang tuanya. Di samping itu orang tua menerapkan kedisiplinan dan
pembiasaan yang baik dilakukan oleh anak selain dari itu orang tua menerapkan
nilai agama, nilai kemanusian, nilai budaya serta nilai kesusilaan terhadap anak
sehingga pembentukan karakter anak berjalan dengan baik.
Kata kunci: Peran Orang Tua, Karakter, Era Milenial
vii
vii
Abstrak
Besse Simpuru, 2021, "The role of parents in shaping the character of
children in the millennial era (Case Study of Tempe District, Wajo
Regency)". Thesis of the Muhammadiyah University of Makassar Education
Study Program. Supervised by supervisor I H. Nursalam and mentor II
Syarifuddin
This study aims to: (1) determine the role of parents in shaping the
personality of children in the millennial era in Tempe District, Wajo Regency. (2)
The social implications of the role of parents in shaping the character of children
in the millennial era in the Tempe sub-district, Wajo Regency
This study uses descriptive qualitative methods, namely research that produces
descriptive data in the form of written or spoken words from people and
observable behavior. The approach used in this descriptive research is a case
study. The data is obtained from observations, in-depth interviews with
informants and documentation data in the form of primary data and secondary
data. The determination of informants was carried out by means of purposive
sampling
The results of this study are the role of parents in shaping the child's
personality in the millennial era in the tempe sub-district, Wajo district, where the
role of parents in shaping children's character has been fully carried out by parents
because parents educate and supervise children both in association and the use of
gadged and the application of social media so that children are not affected by the
negative impact of social media which can have an unfavorable influence on the
formation of children's character, especially in this millennial era. Parents also
educate children by providing examples and good behavior towards children so
that children imitate positive things that are done by their parents. In addition,
parents apply discipline and good habits that are carried out by children. Apart
from that, parents apply religious values, human values, cultural values and moral
values to children so that the formation of children's character runs well.
Keywords: Role of Parents, Character, Millennial Era
viii
viii
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas
berkat rahmat, dan hidayahnya kepada Allah SWT yang telah memberi kita
nikmat kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Shalawat serta salam yang penulis hanturkan kepada baginda Rasullullah
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang benderang seperti sekarang ini, yang telah membawa ajaran
diantaranya yaitu mengutamakan kepada manusia untuk menuntut ilmu
pengetahuan agar dapat dimanfaatkan dan di amalkan kepada sesama manusia,
atas izin Allah SWT serta Syafa’at Rasulullah penulis dapat menyelesaikan
proposal ini yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter
Anak Era Milenial (Studi Kasus Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo)
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberi dukungan baik moral maupun materi, serta petunjuk
dan bimbingan sehingga penulisan skripsi ini dapat terlaksana sebagai mana
mestinya
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua tercinta
kepada ibunda nurlaila dan ayahanda Hapri yang selalu memberikan doa serta
semangat kepada saya serta semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga,
pikiran, ilmu pengetahuan, motivasi beserta doa kepada penulis dalam
penyelesain skripsi ini. Penulis juga ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
ix
ix
Seleruh keluarga yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan serta doa
untuk penulis. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. H. Nursalam, M.Si selaku
pembimbing I yang telah memberikan saran, motivasi dan sumbangan pemikiran
kepada penulis sehingga tersusunnya skripsi ini dan Bapak Syarifuddin, S.Pd.,
M.Pd selaku pembimbing II yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran
membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Prof. Dr.H. Ambo Asse,
M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis menimba ilmu pengetahuan di kampus
tercinta ini. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd
selaku ketua prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan
Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan
Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan dari Allah SWT Sehingga ilmu yang
telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari dan terima kasih juga kepada
teman-teman sister squad tanpa terkecuali dengan senang hati selalu membantu
dan memberikan dukungan.
Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Makassar, 23 Maret 2021
Penulis,
Besse Simpuru
Nim :105381105416
x
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................... i
Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii
Persetujuan Pembimbing .............................................................................iii
Lembar Pernyataan Keaslian ...................................................................... iv
Lembar Perjanjian ........................................................................................ v
Motto .............................................................................................................. vi
Persembahan ................................................................................................. vi
Abstrak Inonesia .......................................................................................... vii
Abstrak Bahasa Inggris ................................................................................ ix
Kata Pengantar.............................................................................................. x
Daftar Isi ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel .................................................................................................. xiv
Daftar Gambar ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
E. Defenisi Operasional ....................................................................... 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ....... 11
A. Kajian Pustaka ................................................................................... 11
1. OrangTua ....................................................................................... 12
a. Pengertian Orang Tua............................................................... 12
b. Peran Orang Tua Terhadap Anak ............................................. 13
c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak ........................... 16
2. Pembentukan Karakter Anak ........................................................ 18
xi
xi
a. Pengertian Karakter .................................................................. 20
b. Pendidikan Karakter ................................................................. 21
c. Kepribadian .............................................................................. 25
3. Era Milenial .................................................................................. 31
a. Pengertian Era Milenial ............................................................ 32
b. Tantangan di Era Milenial ........................................................ 32
c. Pentingnya Peran Orangtua Di Era Milenial ............................ 35
B. Kajian teori (Landasan Teori) ........................................................... 38
1. Teori Peran .................................................................................... 37
2. Teori Modernisasi ......................................................................... 38
C. Kerangka Konsep.............................................................................. 39
D. Penelitian Relevan ............................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 44
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian..................................... 44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 45
C. Informan Penelitian ......................................................................... 45
D. Fokus Penelitian .............................................................................. 46
E. Instrumen Penelitian........................................................................ 47
F. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 48
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 50
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 52
I. Teknik Keabsahan Data .................................................................. 51
J. Etika Penelitian ............................................................................... 53
xii
xii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian ................................................................... 54
B. Kondisi Geografis .............................................................................. 59
C. Keadaan Penduduk ............................................................................. 62
D. Keadaan Pendidikan ........................................................................... 65
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 69
1. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak Di
Era Milenial .................................................................................. 69
2. Implikasi Sosial Peran Orang Tua dalam Membentuk
Karakter Anak di Era Milenial ..................................................... 79
B. Pembahasan ........................................................................................ 85
1. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak
Di Era Milenial ............................................................................. 85
2. Implikasi Sosial Peran Orang Tua dalam Membentuk
Karakter Anak Di Era Milenial .................................................... 88
3. Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................... 91
4. Cara Kerja Teori ........................................................................... 93
5. Posisi Penelitian ........................................................................... 95
xiii
xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 97
B. Saran ..................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 102
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 144
xiv
xiv
Daftar Tabel
No Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 45
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah dan
Jumlah Penduduk ............................................................... 64
Tabel 4.2 Jumlah Data Satuan Pendidikan ........................................ 65
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin .................................................... 66
Tabel 5.1 Interpretasi Hasil Peneitian ................................................ 92
xv
xv
Daftar Gambar
No Gambar Nama Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Konsep ........................................... 43
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era milenial ini perkembangan teknologi dan informasi sangat
berkembang pesat. Seluruh aspek dalam masyarkat sudah mulai dimasuki dan
dipengaruhi oleh teknologi dan informasi, termasuk pada kalangan anak remaja
yang tergolong sebagai anak milenial. Perkembangan teknologi dan informasi ini
pasti membawa dampak positif dan negatif, Kemajuan teknologi dan informasi
membuat aktivitas dan kebutuhan menjadi lebih mudah untuk dilakukan dan
dipenuhi untuk masyarakat. Tapi disisi lain kemajuan teknologi dan informasi ini
pasti mendatangkan dampak negatif, dimana dampak tersebut dapat merusak
generasi bangsa apabila tidak mempunyai sikap kritis dan selektif dalam
menanggapi era milenial ini. Tidak dapat dipungkiri teknologi digital saat ini
hadir dalam kehidupan keluarga tanpa terbendung baik orang tua maupun anak-
anak kecil menjadi pengguna media digital dalam berbagai bentuk, Seperti
komputer, Smart phone, permainan atau game, maupun aplikasi lain. Dengan
adanya teknologi seperti ini justru membuat seluruh anggota keluarga terpisahkan
karena mereka lebih tertarik menghabiskan waktu dengan perangkat digital
mereka daripada berinteraksi bersama, yang lebih parahnya orang tua dan anak
bisa mengalami masalah kecanduan gadged.
Kita ketahui bersama di zaman modern perilaku anak-anak milenial ini
ditandai dengan semakin kuatnya pengguanaan gadged. Maka sebagai orang tua
bagaimana mereka mengembangkan pola asuh agar menciptakan generasi bangsa
1
2
yang tidak mendapat pengaruh negatif dari era milenial. Keluarga merupakan unit
sosial terkecil dalam masyarakat, dan keluarga merupakan lingkungan pendidikan
pertama dan utama dalam menanamkan norma dalam mengembangkan kebiasaan
dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi anak. Orang tua harus
memberikan contoh kepada anak terhadap hal-hal yang baik dengan menggunakan
semua teknologi atau media dengan bijak dan untuk kepentimgan yang positif.
Sebagai orang tua perlu melakuakan antisipasi dengan membangun komitmen
untuk melindungi anak-anak dari ancaman negatif dari era milenial, tetapi tanpa
menghalangi potensi maanfaat yang diberikan di era milenial ini.
Di kecamatan Tempe kabupaten Wajo penggunaan media sangat
berkembang pesat yang membuat anak kecanduan dalam penggunaan media
sosial sehingga kemumgkinan terjadi di era milenial ini memberikan dampak yang
kurang baik terhadap anak remaja terutamanya dalam pembentukan karakter oleh
anak remaja
Anak adalah generasi masa depan bangsa untuk memajukan atau
membangun masa depan Negaranya menjadi lebih baik. Peranan besar yang ada
pada anak harus dididik, dibina, dan dibesarkan dengan benar agar mereka
menjadi generasi bangsa yang baik untuk membawa Negaranya menjadi lebih
baik. Anak-anak yang berkembang di era milenial ini tidak menutup kemungkinan
untuk dipengaruhi oleh teknologi yang berkembang saat ini. Anak-anak ini
mempunyai karakteristik, dimana perilaku ketergantungan terhadap teknologi
yang sangat tinggi. Akibat dari perilaku tersebut berpengaruh langsung terhadap
pembentukan karakter anak yang sekarang sering disebut dengan generasi
3
milenial. Pendidikan karakter merupakan suatu sikap yang wajib ditanamkan
dalam diri setiap anak sejak usia dini sebagai upaya pembentukan karakter anak.
Pendidikan merupakan modal dasar dalam pembentukan karakter.
Pendidikan bukan hanya belajar mengenai materi saja, akan tetapi dapat melalui
praktik dalam keseharian dengan lingkungan sekitar sehingga dapat membantu
untuk menumbuhkan karakter yang baik bagi generasi milenial. Pendidikan
karakter menentukan perilaku seseorang berjalan sesuai norma-norma yang telah
ada di dalam masyarakat. Tetapi pendidikan keluarga memiliki peranan yang
utama dalam memberikan pengarahan, maka keluarga harus menjadi tempat
penopang moral anak.
Pembentukan kepribadian anak berawal dari peran orang tua dalam
keluarga, Karena kepribadian perilaku anak sangat mudah terpengaruh dari luar
terutama di era digital saat ini. Sehingga keluarga merupakan awal dasar dalam
pendidikan, dalam mendidik, mengasuh, serta mengenalkan segala hal yang
positif pada anak agar dapat bersosialisasi dengan baik pada masyarakat sebagai
makhluk sosial dengan memberikan kontribusi positif pada lingkungan. Karena
keluarga merupakan lingkungan pendidikan dasar yang cukup efektif dan efisien
dalam upaya mengantarkan generasi penerus dalam membekali kemampuan diri
sang anak dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menjadi generasi yang handal,
terampil, tangguh serta berkarakter. Maka peran orang tua sangat penting dalam
keluarga sebagai lembaga pendidikan utama informal.
Dari kutipan jurnal oleh Abdul Wahib dengan judul “Konsep Orang Tua
Dalam Membangun Kepribadian Anak ”Bahwa Pendidikan dan pembinaan akhlak
4
merupakan hal paling penting dan sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka
menjaga stabilitas hidup. Dalam ajaran agama Islam masalah akhlak mendapat
perhatian yang sangat besar. Adapun di era globalisasi ini kepribadian anak
dibentuk oleh banyak variabel. Variabel-variabel itu ada yang memang diinginkan
dan nada yang tidak diinginkan oleh orang tua. Orang tua tidak bisa menghindar
secara langsung dari variabel-variabel yang diinginkan dalam pembentukan
kepribadian anak. Banyak pertanyaan yang perlu diajukan dalam masalah
membetnuk kepribadian anak ini, diantaranaya konsep apa yang bagus dalam
membentuk kepribadian anak dan apakah ada peran dominasi orang tua dalam
membentuk kepribadian anak. Tulisan ini disusun sebagai sumbangan pikiran
penulis kepada pembaca khusunya orang tua dalam membangun kepribadian
anak.
Berdasarkan jurnal yang dikutip oleh Syafi’ah Sukaimi dengan judul
“Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepribadian Anak: Tinjauan Psikologi
Perkembangan Islam” bahwa Keluarga dengan segala komunitasnya merupakan
kelompok yang terdiri dari ikatan-ikatan sosial dalam kehidupan keluarga rumah
tangga. Orang tua, terutama bapak sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai kepala
rumah tangga, merupakan aktor-aktor utama dalam mewarnai proses pembinaan,
pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak-anak. Kepribadian
ideal anak-anak sangat bergantung kepada upaya yang dilakukan kedua orang tua
sedini mungkin hingga anak-anak mampu memahami berbagai pengenalan,
pengalaman sosial baik melalui bimbingan, latihan-latihan dan pendidikan,
terutama melalui proses pembinaan keagamaan dengan baik. Dengan melalui
5
semangat moral spiritual, Merupakan jaminan bagi anak-anak akan ada harapan
berkarakter Islami atau berkepribadian akhlak mulia. Peran kedua orang tua
terutama dan termasuk keluarga sebagai pembina sekaligus pendidik utama dan
pertama dalam suatu kehidupan keluarga, sangat besar pengaruhnya, bahkan
sangat menentukan perilaku kehidupan jiwa dan kepribadian anak dan keluarga.
Oleh karena itu, baik buruknya akhlak, perangai, perilaku atau pribadi anak dan
keluarga, banyak ditentukan oleh sistem pola pembinaan, latihan dan pendidikan
yang diberikan oleh orang tua terutama dan lingkungan keluarga, di mana anak
(keluarga) yang sudah mendapatkan pengenalan, pengalaman dan pendidikan,
terutama pendidikan moral spiritual misalnya yang kuat dari keluarganya, akan
dapat mempertahankan eksistensi kepribadian (potensinya) dari pengaruh-
pengaruh sosial dan lingkungan yang kurang bersahabat. Yang terpenting dalam
hal ini bahwa setiap kedua orang tua dan bahkan setiap anggota keluarga
semestinyalah mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa dalam membina,
melatih dan mendidik anak-anak dan keluarga sebagai upaya maksimal.
Berdasarkan kutipan oleh Nur Ika Fatmawati Dengan Jurnal yg berjudul
“Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orang Tua Milenial” Bahwa
Pola asuh anak dalam keluarga mencakup empat (4) kategori, yaitu pola asuh
otoriter, pola asuh permisif, pola asuh yang kurang memiliki tuntutan terhadap
anak dan kurang responsif terhadap kebutuhan anak, Pola asuh demokratis dan
authoritative. Orang tua yang hebat harus terlibat dalam mendidik anak dengan
mengimplementasikan pola asuh yang arif, positif, efektif, konstruktif dan
transformatif. Orang tua harus mendidik anak bukan dengan paksaan, tetapi
6
perangkat dan media digital digunakan anak. Orang tua sebaiknya memahami
bahwa perangkat dan media digital adalah teknologi yang bagaikan pisau bermata
dua. Dalam arti bahwa apabila media tersebut salah digunakan, maka bisa
mencelakai penggunanya. Semakin canggih perangkat dan media digital yang
digunakan, semakin “tajam pisaunya”-nya. Oleh karena itu, orang tua harus
menunjukkan tanggung jawab yang ekstra dalam membimbing dan menuntun
anak-anak dalam menggunakan perangkat dan media digital. Orang tua tidak
boleh menyerahkan keputusan menggunakan perangkat dan media digital
sepenuhnya kepada anak. Perilaku berkomunikasi internal keluarga dan peran
orang tua adalah faktor dominan dan penentu untuk melindungi anak dan keluarga
dari penggunaan perangkat digital dan paparan media digital. Kemenangan atau
keberhasilan seorang anak dalam proses pendidikan pada tahap selanjutnya justru
sangat ditentukan oleh proses pendidikan di tengah keluarga. Di sinilah, keluarga
harus menjadi basis pertama dan utama dalam membentuk anak sebagai generasi
yang siap dan kristis menghadapi pengaruh era digital zaman ini dan bukan
menjadi generasi yang hilang (the lost generation) karena pengaruh-pengaruh
negatif media digital yang cenderung destruktif.
Keterlibatan keluarga dalam menghadapi era milenial ini adalah suatu
keharusan. Bentuk pendidikan dalam keluarga adalah pengasuhan. Pola
pengasuhan dalam keluarga erat hubungannya dengan kemampuan orang tua
memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik,
mental, sosial, emosional, dan spiritualnya.
7
Dari penjelasan tersebut diatas tujuan dan harapan dari penelitian ini agar
oramg tua dapat membentuk kepribadian anak dengan baik dalam era modern ini
serta kedepanya anak mendapatkan pola asuh yang baik dan disamping itu,
Diharapkan kepada orang tua agar dapat mengawasi anak dalam setiap
perkembangannya terkhusus dalam pengamplikasian gadged. Sehingga anak
tersebut menjadi warga masyarakat yang baik.
Dari beberapa uraian di atas, Penulis merasa perlu melakukan penelitian
lebih dalam mengenai studi yang mengkaji tentang peran orang tua dalam
membentuk karakter anak. Kajian tentang peran orang tua dalam membentuk
karakter anak telah dilakukan oleh sejumlah peneliti terdahulu, Penelitian yang
mengkaji tentang “Peran orang tua dalam pendidikan karakter anak masa kini”
Hingga membahas kajian “Peranan orang tua dalam menanamkan sikap
keberagaman anak” yang dikaji oleh Syamsul Fuad (2010). Kajian yang lebih
relevan mengakaji mengenai “Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian
anak” yang dikaji oleh Evi Fitri Yeni (2017). Kajian ini memiliki kesamaan dari
kajian Evi Fitri Yeni (2017) Yang mengkaji tentang “Peran orang tua dalam
pembentukan karakter anak” Dalam kajian Evi Fitri Yeni dalam penelitiannya
lebih fokus pada keterampilan dari anak dalam mengerjakan tugas sendiri tanpa
bantuan dari orang lain dan memberikan pemebebasan kepada anak memilih
kegiatan sendiri tidak bergantung pada pada orang lain. Sedangkan dalam
penelitian yang akan dilakukan mengkaji tentang peran orang tua dalam
membentuk karakter anak di era milenial serta implikasi sosial peran orang tua
dalam membentuk karakter anak di era milenial. Studi ini melengkapi penelitian
8
tentang peranan orang tua. Kebaruannya, penelitian ini merupakan peneltian yang
mengfokuskan kepada peran orang tua dalam pembentukan karakter anak
khusunya pada era milenial ini.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah ini dalam penelitian yang berjudul “Peran Orang tua dalam Membetuk
Karakter Anak di Era Milenial (Studi Kasus Kecamatan Tempe Kabupaten
Wajo”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka rumusan masalah yang di
ungkapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial di kecamatan Tempe kabupaten Wajo?
2. Implementasi peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial kecamatan Tempe kabupaten Wajo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial.
2. Untuk mengetahui implementasi peran orang tua dalam membentuk
karakter anak di era milenial.
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat secara teoritis
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
tentang peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak di era
milenial.
b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang pembentukan
kepribadian anak di era milenial.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi orang tua, dapat dijadikan pertimbangan dalam pembentukan
kepribadian anak di era milenial.
b. Bagi penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar
sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
E. Defenisi Operasional
Dalam definisi operasional ini dipaparkan maksud dari konsep atau
variabel penelitian. Adapun defenisi operasional dalam judul ini adalah
sebagai berikut:
1. Peran orang tua
Tugas orang tua itu adalah membimbing serta mengajarkan anak
pada hal-hal baik, Sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku didalam
masyarakat. Apabila itu tidak terlaksana dengan baik maka seorang anak
10
akan menjadi menyimpang. Penyimpangan ini dapat disebabkan oleh,
yaitu
a. Kurangnya kasih sayang terhadap anak
b. Pemberian bimbingan tentang agama kepada anak yang minim
c. Pergaulan bebas
d. Pengawasan orang tua yang kurang
2. Pembentukan karakter
Pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya
anak-anak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang
baik akan mendorong anak untuk tumbuh dengan kapasitas komitmennya
untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya
dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan
dalam membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungan.
3. Era milenial
Milenial Generation atau generasi Y. Penggolongan generasi Y
terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980-1990, atau (ada awal 2000
dan seterusnya). Produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat
milenial. Sebab, pergerseran perilaku turut berubah beriringan dengan
teknologi. “produk teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi
perubahan teknologi”. Teknologi juga membuat para generasi internet
tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan
informasi. Saat ini, Media sosial telah menjadi pelaporan dan sumberber
berita utama bagi masyarakat.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Pustaka
1. Orang Tua
a. Pengertian orang tua
Menurut Zakiah Daradjat, (2008 35-36) Orang tua adalah pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pendidikan
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada
umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik,
melainkan karena secara kodrat suasana dan strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu
terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi
secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah
memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anaknya. Oleh karena itu, ia meniru perangai ibunya dan biasanya,
seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibunya menjalankan
tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal
anak, yang mula-mula menjadi temannya dan mula-mula dipercayainya.
Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali apabila
ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung didalam
hati anaknya, jika telah agak besar, disertai kasih sayang, dapatlah ibu
11
12
mengambil hati anaknya untuk selama-lamanya. Pengaruh ayah terhadap
anaknya besar pula. Dimata anaknya dia seseorang yang tertinggi
gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah
itu melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan
anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang
agak besar, baik anak laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati
dan memahami hati anaknya.
Selanjutya dikemukakan oleh Husain Mahzhahiri, (2002) “Orang
tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau
rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari memperoleh
keterampilan dan ketenangan dalam hidupnya. Orang tua adalah pendidik
bagi anak dalam keluarga. Keluarga sendiri merupakan suatu unit sosial
terkecil, yaitu terdiri dari seseorang suami dan seorang istri atau dengan
kata lain keluarga adalah perkumpulan halal antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang bersifat terus menerus, dimana yang satu merasa
tentram dengan kata lainnya sesuai dengan yang di tentukan oleh agama
dan masyarakat”.
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak
berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional. Keutamaan ini
membuat keluarga memiliki pengaruh yang dalam terhadap anak.
Disamping itu keluarga merupakan lingkungan alami yang memberikan
perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang urgen,
13
tempat anak melalui hubungannya dengan dunia sekitarnya serta
membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya untuk
berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil beberapa
pemahaman bahwa orang tua adalah orang yang diberi amanah untuk
mendidik dan mengharapkan anak menuju jalan yang baik. Jadi, jelaslah
orang tua orang yang pertama yang bertanggung jawab menjadi
pendidikan utama didalam memelihara anak-anaknya untuk ke jalan yang
baik sesuai dengan syariat islam yang dapat membentuk dan mengarahkan
anak-anaknya.
b. Peran Orang Tua Terhadap Anak
Menurut Sarjono Soekanto (2012:212) “Peran merupakan aspek
dinamis kedudukan (status). Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku atau
lembaga yang mempunyai arti penting sebagai struktur sosial, yang dalam
hal ini lebih mengacu pada penyesuaian daripada suatu proses yang
terjadi”. Selanjutnya dikemukakan oleh Abu Ahmadi, 1982:45) “Peran
sebagai kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi
sosialnya”.
Berdasarkan pemaparan di atas, yang dimaksud dengan peran oleh
penulis adalah suatu fungsi atau bagian dari tugas utama yang dipegang
kekuasaan oleh orang tua untuk dilaksanakan dalam mendidik anaknya.
Peran disini lebih menitik beratkan pada bimbingan yang membuktikan
14
bahwa keikutsertaan atau terlibatnya orang tua terhadap anaknya dalam
proses belajar sangat membantu dalam meningkatkan konsentrasi anak
tersebut. Usaha orang tua dalam membimbing anak anak menuju
pembentukan watak yang mulia dan terpuji disesuaikan dengan ajaran
agama Islam adalah memberikan contoh teladan yang baik dan benar,
karena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan mencoba yang
tinggi.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar bagi
terselenggaranya pendidikan bahkan ditangan orang tualah pendidikan
anak ini dapat terselenggarakan, sebab secara alami anak pada masa-masa
awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dasar-dasar
pandangan hidup, sikap hidup, keterampilan hidup banyak tertanam sejak
anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Dengan demikian bentuk
pertama pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dapat
mengenalkan kepada anak segala hal yang mereka ingin beritahukan
kepadanya atau yang anak sendiri ingin mengetahuinya .Oleh sebab itu
orang tua memiliki beban yang sangat berat dalam memberikan dan
menanamkan pendidikan keagamaan pada anak, keluarga merupakan
pendidikan pertama dan utama yang memberikan akhlak anak, sekolah
lembaga pendidikan hanya membantu dan memfasilitasi. Dalam konteks
pendidikan di rumah ini, islam memberikan bimbingan dan langkah-
langkah penting antara lain berupa, nasehat dan hukuman serta pujian.
15
Dalam keluarga, pendidikan dilakukan secara informal karena
disinilah informasi yang pertama diterima oleh anak, karena orang tua
adalah satu-satunya yang pertama kali dikenal anak dan merupakan orang
yang pertama kali memperkenalkan anak pada lingkungannya. Oleh
karena itu, pandangan anak terhadap orang tua adalah satu-satunya tempat
memusatkan kehidupan, baik jasmani maupun rohani. Dalam hal ini orang
tualah tempat segala-galanya untuk mengadu. Pada kebanyakan keluarga,
ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya.
Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu di sampingnya. Ibulah yang
memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul
dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada
ibunya daripada anggota keluarga lainnya. Pendidikan seorang ibu
terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan
sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana
dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu
adalah pendidik bangsa. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai
pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu
terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan
watak anaknya di kemudian hari. Menurut Norma Tarazi (2001:83) “Peran
seorang ibu yang bijaksana akan mengevaluasi keadaannya dengan
seksama, menimbang usaha dan keuntungan dalam mengasuh anak dan
merawat rumah. Keadaannya yang terdahulu harus menjadi dasar, ukuran
dan landasan bagi tanggung jawabnya memenuhi hak-hak setiap anggota
16
keluarga”. Samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang
penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi
gengsinya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari
sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang
telah agak besar.
Imam Al-ghazali di dalam buku Hassan Syamsi Basya
menegaskan, “jika sejak kecil seorang anak diabaikan, kemungkinan besar
ia akan tumbuh menjadi anak dengan perilaku yang buruk, suka bohong,
mendengki, mencuri, menyebarkan fitnah, mencampuri urusan orang lain,
abai, dan lancang. Sifat-sifat buruk itu dapat dicegah jika anak dididik dan
diperlakukan dengan baik dan kasih sayang. Dengan demikian, peranan
keluarga adalah usaha-usaha orang tua dalam mendidik anak atau
pelaksanaan tanggung jawab sebagai pendidik, pengasuh, merupakan
tugas wajib yang harus diperhatikan oleh orang tua”.
c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan
berkualitas, diperlukan adanya usaha yang konsisten dari orang tua
didalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan mendidik anak-
anak mereka baik lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan
atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban orang
tua. Begitu pula halnya terhadap pasangan suami istri yang berakhir
perceraian, ayah dan ibu tetap berkewajiban untuk memelihara, mengasuh
dan mendidik anak-anaknya.
17
Secara sederhana peran orang tua dapat dijelaskan sebagai
kewajiban orang tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib
memenuhi hak-hak (kebutuhan) anaknya, seperti hak untuk melatih anak
menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air,
berbicara, berdoa, sungguh sungguh, membekas dalam diri anak karena
berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang
tua sangat memengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau
menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-
gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi
reaksi emosional anak.
Dalam pendidikan keluarga yang harus memperhatikan, saat
menggunakan perangkat digital. Perangkat-perangkat digital itu, antara
lain televisi, komputer, ponsel cerdas, komputer tablet dan lain-lain.
Karena dapat mengakibatkan dampak yang buruk. Sangat wajar dan logis
jika tanggung jawab pendidikan terletak ditangan kedua orang tua dan
tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena dia adalah darah dagingnya
kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian
tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain yaitu
melalui sekolah. Tanggung jawab orang tua terhadap anak meliputi
berbagai hal diantaranya membentuk pribadi seorang anak, bukan hanya
dalam tatanan fisik saja atau materi, juga pada mental atau rohani, moral,
keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya kesadaran akan
tanggung jawab mendidik dan membina anak secara konsiten perlu
18
dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang
dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua,
tetapi telah disadari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan
perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung
jawab orang tua terhadap anak meliputi berbagai hal diantaranya
membentuk pribadi seorang anak, bukan hanya dalam tataan fisik saja atau
materi, juga pada mental atau rohani, moral, keberagamaan dalam
kehidupan sehari-hari. Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik
dan membina anak secara konsisten perlu dikembangkan kepada setiap
orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan
kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah disadari oleh teori-teori
pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung
selalu berubah. Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak adalah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang
tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
2. Pembentukan Karakter Anak
Dalam kehidupan keluarga yang normal atau sebagaimana terjadi
pada umumnya sejak baru dilahirkan ke dunia anak hidup dalam lingkungan
keluarga dan mendapatkan asuhan dari kedua orang tuanya. Hal yang
mengisi kepribadian si anak tidak lain dan tidak bukan adalah semua yang
ada didalam keluarga tempat si anak tinggal atau diasuh dan dibesarkan
19
didalamnya. Mengingat pendidikan keluarga diberikan atau diterima oleh
anak dari orang tuanya sejak berusia dini. maka dampaknya akan melekat
kuat dan akan dibawa oleh si anak kemana pun pergi. Hal itu seperti
dikatakan oleh bahasa inggris dengan sebuah ungkapan yang sangat terkenal
berbunyi: You can take the boy out of the country, but you can‟t take the
country out the boy (Anak dapat meninggalkan tanah kelahirannya, tetapi
tanah kelahirannya itu tidak akan dapat lepas dari si anak).
Pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari banyak yang sesuai
benar dengan ungkapan tersebut. Anak akan membawa pengaruh atau ajaran
yang telah diberikan oleh orang tua yang diterimanya ketika kecil,
kemanapun perginya. Meski si anak telah mampu berpikir lebih jauh atau
berpandangan luas yang mendunia. Bahkan, dari hasil penelitian bahwa
pengaruh ajaran yang disampaikan atau ditanamkan oleh orang tuanya
begitu kuat dan besar pengaruhnya pada si anak, meskipun dia telah
mendapatkan pengaruh-pengaruh lain yang sangat beragam. Dalam
pendidikan keluarga hal penting yang menentukan pembentukan
kepribadian adalah ayah dan ibu. Mereka berdualah yang paling
bertanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian anak-anaknya.
Hitam putihnya sifat dan kepribadian anak-anaknya adalah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab ayah dan ibu, bukan orang lain seperti guru atau
pendidik. Meskipun kedua orang tua telah membiayai anak-anaknya kepada
orang lain (pendidik atau guru) dalam mendidik putra-putrinya agar
20
memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan yang diharapkan dalam
keluarga (Purwa Atmaja Prawira, 2014:81-83).
Dari uraian tersebut tampak jelas bahwa antara orang tua dan anak
dituntun adanya sepahaman yang sama agar tujuan atau keinginan kedua
belah pihak terpenuhi dengan baik.
a. Pengertian Karakter
Menurut Zubaedi ( 2012:23) Kata karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan memfokuskan,
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur,
kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek,
sementara seoarang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitanya
dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya
sesuai dengan kaidah moral.
Definisi dari karakter atau watak sendiri adalah sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap pikiran, tingkah laku, budi pekerti
atau tabiatnya. Karakter menunjukkan perilaku individu yang relatif
permanen pada saat berinteraksi dengan lingkungannya yang didasarkan
pada pengetahuan tentang moral. Dalam kehidupan sosialnya manusia
sering kali dinilai dari karakter dan kepribadiannya. Dua hal yang
berbeda tetapi tak jarang dipahami secara sama. Karakter manusia pada
21
umumnya dilekatkan pada norma moral, sedangkan kepribadian tidak
ada kaitannya dengan moral. Kepribdian merupakan sifat hakiki yang
tercermin pada sikap manusia lain. Meski berbeda, namun karakter dan
kepribadian sama-sama merupakan hasil interaksi antara manusia
dengan pengalaman hidup dan lingkungan sekitarnya. Karakter bisa
dibentuk, Sedangkan kepribadian bisa diubah. Keduanya memiliki
hubungan dalam pengaruhnya terhadap perilaku manusia.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter yaitu
sifat tabiat manusia yang terkait dengan kaidah moral seseorang yang
dapat dibentuk dengan hasil interaksi manusia dan pengalaman hidup di
lingkungan sekitar.
b. Pendidikan Karakter
Menurut Ridwan Abdullah Sari damn Muh. Kadri (2016:7-8)
Pendidikan karakter anak berkaitan dengn moral dan kepribadian. Upaya
mendidik dengan pemberian motivasi kepada anak untuk belajar dan
mengikuti ketentuan dan tata tertib (Norma atau aturan) yang telah
menjadi kesepakatan bersama. Ditinjau dari segi strategi dan metode
yang digunakan, mendidik harus menggunakan keteladanan dan
pembiasaan. Beberapa hal yang umumnya dilakukan dalam mendidik
anak antara lain (1) menggunakan intruksi formal oleh seseorang yang
ahli dibidangnya; (2) mengembangkan mental, moral, dan estetika; (3)
menyediakan informasi yang diperlukan oleh anak; (4) melakukan
22
pendekatan atau mengondisikan anak untuk merasa, mempercayai dan
bertindak dengan cara tertentu.
Karakter adalah sesuatu yang baik, misalnya terkait dengan sikap
jujur, toleransi, kerja keras, adil dan amanah. Akan tetapi tanpa disertai
iman yang kuat kepada Allah, Karakter tersebut mungkin akan
melampaui batas-batas ajaran agama dalam hal ini agama islam. Sebagai
contoh, karakter toleransi harus dibatasi dengan keimanan. Seorang
muslim yang baik boleh bertoleransi dengan umat lain dalam urusan
muamalah ataupun dalam bermasyarakat. Muslim yang baik harus
menghargai hak-hak umat lain selama tidak menggangu keimanannya
kepada Allah. Akan tetapi, Seorang muslim tidak boleh bersikap toleran
terhadap kemusyrikan atau kemungkaran karena setiap muslim
berkewajiban menjakankan amar makruf nahi mungkar.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:
1. Religius yaitu Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur yaitu Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi yaitu Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
23
4. Disiplin yaitu Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras yaitu Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif yaitu Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis yaitu Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan yaitu Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air yaitu Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi yaitu Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
24
13. Bersahabat/Komunikatif yaitu Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai yaitu Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca yaitu Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial yaitu Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari beberapa nilai-nilai pendidikan karakter tersebut diatas
menurut saya sebagian nilai telah terinternalisasi dalam kehidupan
sehari-hari kalangan anak remaja dikecamatan Tempe kabupaten Wajo
dan sebagiannya lagi belum terutama dalam nilai demokratis dalam hal
ini yaitu dengan cara berfikir, bersikap dan bertindak. Seperti yang kita
25
ketahui di suatu daerah memiliki keragaman budaya seperti juga di
kecamatan Tempe kabupaten Wajo dimana penduduk tersebut didiami
oleh suku bugis yang mempunyai adat istiadat “Pengaderreng” yaitu
sistem norma dan aturan-aturan adat yang dilakukan oleh masyarakat
bugis seperti “MakkePuang” yang artinya Penyebutan kata Puang
yaitu bentuk penghargaan orang yang lebih muda kepada orang yang
lebih tua dan digunakan juga pada tokoh masyarakat di Daerah
setempat. Namun dengan adanya pergeseran teknologi nilai budaya
mulai tersebut mulai hilang inilah yang akan di bahas dalam penelitian
yang akan dilakukan.
c. Kepribdian
1.) Pengertian Kepribadian Anak
Menurut Sajarkawi (2008:11) “Kepribadian adalah ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang
sejak lahir”. Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap
seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya
apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu
keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang
dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan
26
dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga
corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional atau
simbol yang khas bagi individu itu.
2) Indikator Kepribadian
Menurut H.J. Eyseck, kepribadian tersusun atas tindakan-
tindakan dan disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan
hirarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya, diurut
dari yang paling bawah ke yang paling tinggi adalah:
1. Specific response, yaitu tindakan atau respon yang terjadi pada
suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali.
2. Habitual response mempunyai corak yang lebih umum
daripada specific response, yaitu respon-respon yang berulang-
ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi
yang sejenis.
3. Trait, yaitu sementara habitual response yang saling
berhubungan satu sama lain, yang cenderung ada pada individu
tertentu
4. Type, yaitu organisasi didalam indivisu yang lebih umum dan
lebih mencakup lagi.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentuk Kepribadian Anak
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Faktor yang mempengaruhi pembentukan
27
kepribadian seseorang dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor
genetik atau bawaan Faktor genetik maksudnya faktor yang
berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan
dari salah satu sifat yang dimilki salah satu dari kedua orang
tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi sifat dari kedua
orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah
“buah tidak jatuh dari pohonnya”. Misalnya, sifat mungkin
mudah marah yang dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin
akan menurun pula pada anaknya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan
pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari
lingkungan terkecil, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai
dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV,
VCD, atau media cetak seperti koran, majalah, media
elektronik seperti, handphone, internet, game, dan lain-lain.
Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan
berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian
28
seorang anak. Terutama dari cara para orang tua mendidik dan
membesarkan anaknya. Sejak lama peran sebagai orang tua
sering kali tanpa dibarengi pemahaman mendalam tentang
kepribadian. Akibatnya, mayoritas orang tua hanya bisa
mencari kambing hitam bahwa anak-anaklah yang sebenarnya
tidak beres, ketika terjadi hal-hal negatif mengenai perilaku
keseharian anaknya. Seorang anak memiliki perilaku demikian
sesungguhnya karena meniru cara berpikir dan perbuatan yang
sengaja atau tidak disengaja dilakukan oleh orang tua mereka.
Contohnya, orang tua sering memerintahkan anak-anaknya,
tolong kalau nanti ada telepon, bilang ayah-ibu sedang tidak
ada dirumah atau keluar rumah karena ayah-ibu akan tidur.
Peristiwa ini adalah suatu pendidikan kepada anak bahwa
berbohong itu boleh atau dihalalkan. Akibatnya anak juga
melakukan perilaku berbohong kepada orang lain termasuk
kepada orang tua yang telah mencontohinya. Jika perbuatan
berbohong itu di lakukan anak memperoleh kepuasan atau
kenikmatan, minimal tidak memperoleh hukuman, maka
perbuatan bohong itu akan dikembangkan lebih lanjut oleh anak
tersebut. Bahkan mungkin saja daya bohong itu akan menjadi
suatu kesenangan dan dapat juga menjadi suatu keahlian yang
lama-kelamaan menjadi kepribadiannya (Sajarkawi, 19-20).
Faktor lain yang sering mempengaruhi kepribadian seseorang
29
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan tahap
perkembangan adalah faktor biologis. Hal ini meliputi
perkembangan fisik, intelektual, emosional dan moral
seseorang.
4) Cara-Cara Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak
Menurut Husain Mazhahiri, 2002 Adapun cara-cara yang
dilakukan orang tua agar dapat membangun kepribadian anak
atas dasar prinsip-prinsip yang benar dan kuat adalah sebagai
berikut:
a. Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian
Para ibu hendaknya jangan membiarkan anak-anaknya
jadi korban panti asuhan, sebab lembaga-lembaga tersebut
tidak dapat memberi kepuasan cinta kasih seorang ibu pada
anak. Seorang ibu hendaknya berusaha mengasuh dan
memberikan cinta kasih pada anaknya, misalnya dengan
sering mengelus kepalannya sebagai ungkapan rasa cinta.
Para ayah juga harus memperhatikan kebutuhan cinta kasih
anak-anaknya, mendudukkan mereka di pangkuannya atau
disebelahnya tanda kasih terhadap mereka. Cinta dan kasih
inilah yang sebenarnya mampu membina kepribadian anak.
b. Tidak menghina dan mengurangi hak anak
Orang tua hendaknya berhati-hati, jangan sampai
menghina anak-anaknya karena penghinaan adalah suatu
30
tindakan yang tidak boleh dilakukan dalam
pendidikan.Penghinaan dan celaan adalah tindakan yang
dilarang, sekalipun terhadap bocah kecil yang belum
berumur satu bulan.Penghinaan orang tua terhadap mereka
telah memberi dampak negatif pada pribadi mereka.
Dampak negatif ini tumbuh dan berkembang hingga
menghancurkan kepribadian dan mengubah manusia
menjadi ahli maksiat dan penjahat yang tidak peduli dengan
perbuatan dosa dan haram. Dalam hal ini yang paling
berbahaya adalah hinaan orang tua terhadap anaknya
dihadapan orang lain, baik teman atau keluarga.
c. Perhatian pada perkembangan kepribadian
Jika seorang ayah dan ibu ingin menyumbangkan
kepada masyarakat seorang anak yang sehat dan
berkepribadian matang, maka mereka harus memperhatikan
pertumbuhan kepribadian anaknya. Dalam sebuah Hadist,
Rasulullah bersabda, “Anak adalah sebagai tuan selama
tujuh tahun (pertama), sebagai pembantu selama tujuh
tahun (kedua) dan sebagai wazir selama tujuh tahun
(ketiga). Jika kamu masih mampu membantunya disaat
umur dua puluh tahun, bantulah dia. Jika tidak mampu,
lepaskanlah dia. Maka selesailah sudah tanggung jawabmu
di hadapan Allah ”Pada tujuh tahun pertama hendaknya
31
orang tua membantu perkembangan kepribadian anaknya
dengan memberikan kasih sayang dan cinta. Seorang ibu
sebaiknya memberikan hadiah kepada anak putrinya jika
melakukan pekerjaan rumah. Seorang ayah pun hendaknya
memberikan motivasi pada anak laki-lakinya dan memberi
hadiah setimpal dengan pekerjaan yang telah di
kerjakannya. Hal ini terealisasi jika di rumah terbentuk
suasana penuh kasih dan cinta serta bahasa yang ramah.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
dalam membentuk kepribadian anak didasarkan oleh peran
orang tua sendiri yang memberikan kepuasan cinta kasih,
perhatian serta pembinaan yang dibutuhkan oleh anak
tersebut
3. Era Milenial
a. Pengetian Era Milenial
Echols dalam Abuddin Nata menyatakan Kosakata millennial
berasal dari bahasa Inggris millennium atau millennia yang berarti masa
seribu rahun (Abudin Nata. Pendidikan Islam di Era Milenial). Millennia
selanjutnya menjadi sebutan untuk sebuah masa yang terjadi setelah era
global, atau era modern. Karena itu, era millennial dapat pula disebut
erapost-modern. Era ini oleh sebagian pakar diartikan sebagai era back to
spiritual and moral atau back to religion. Yaitu masa kembali kepada
ajaran spiritual, moral dan agama. Generasi milenial merupakan generasi
32
modern, sehingga tak jarang merekalah yang mengajarkan teknologi pada
kalangan yang lebih tua. Dengan semua serba digital dan online, generasi
ini dapat melihat dunia tidak secara langsung, mengetahui perkembangan
ilmu dan teknologi hanya dengan berselancar di dunia maya, sehingga
bisa tahu segalanya. Diperkirakan pada tahun 2025, generasi milenial
akan menduduki porsi tenaga kerja di seluruh dunia sebanyak 75 persen.
Tidak sedikit posisi pemimpin dan manajer telah diduduki oleh kaum
milenial. Hanya saja, kebanyakan dari milenial cenderung meminta gaji
tinggi, meminta jam kerja fleksibel, dan sering meminta promosi,
menurut hasil riset Sociolab. Meskipun kaum milenial hidup di era
informasi yang menjadikan mereka tumbuh cerdas, namun mereka
kurang loyal terhadap suatu pekerjaan atau perusahaan. Milenial biasanya
hanya bertahan di sebuah pekerjaan kurang dari tiga tahun, kendati
demikian, tidak sedikit perusahaan yang mengalami kenaikan laba karena
mempekerjakan kaum milenial.Era ini muncul sebagai respon terhadap
era modern yang lebih mengutamakan akal, empirik, dan hal-hal yang
bersifat materialistik, sekularistik, hedonistik, fragmatik, dan
transaksional. Yaitu pandangan yang memisahkan urusan dunia dengan
urusan akhirat. Akibat dari kehidupan yang demikian itu manusia
menjadi bebas berbuat tanpa landasan spiritual, moral, dan agama.
Kehidupan yang demikian, 35 memang telah mengantarkan manusia
kepada tahap membuat sesuatu yang mengagumkan, seperti digital
technology, cloning, dan sebagainya. Namun karena tidak disertai
33
landasan spiritual, moral dan agama, semua temuan yang mengagumkan
itu telah pula digunakan manusia untuk mendukung selera hawa nafsunya
(Abuddin Nata, 10)
b. Tantangan Di Era Milenial
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sekarang ini
perkembangan teknologi tidak henti-hentinya terus menjadi semakin
canggih. Apalagi di zaman yang kita sebut milenial ini adalah zaman di
mana semua manusia mengetahui teknologi, baik itu dari yang dewasa
sampai ke anak-anak yang dibawah umur. tetapi dengan adanya
teknologi ini justru membuat generasi muda menjadi kehilangan
pekerjaan karena teknologi yang semakin canggih. Perkembangan
teknologi semakin canggih membuat banyak generasi muda yang
kehilangan pekerjaan, itu semua karena adanya teknologi yang merampas
kedudukan mereka seperti teknologi alat-alat canggih yang mampu
mengerjakan suatu pekerjaan dengan sangat cepat dan mudah. Banyak
sekali para generasi muda yang ingin mendapatkan pekerjaan tersebut
tetapi justru teknologilah yang dipergunakan banyak orang sekarang ini.
Dari dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi tersebut,
sebagai generasi muda kita harus tetap berusaha agar bisa
menyeimbangkan kekuatan otak dengan teknologi yang semakin canggih
itu,bahkan telah diciptakan robot yang bertingkah seperti manusia. Jika
generasi muda hanya berdiam diri saja maka tahun tahun yang akan
datang justru hanya robot sajalah yang dipekerjakan, tidak ada lagi
34
manusia yang di pekerjakan. Ada tiga tantangan generasi milenial.
Pertama, sekarang kita menghadapi kompetisi global. Di era kini, anak-
anak kita dituntut lebih cakap berkomunikasi, memiliki kompetensi
bahasa standar internasional dan terampil mengoperasikan kompetensi
komputer serta mampu berkolaborasi secara global. Kedua, anak-anak
kita merupakan generasi consumtif tecnology, (keranjingan teknologi),
khususnya gawai dan internet. Ketiga, anak-anak kita berhadapan dengan
masalah karakter. Anak-anak kita cenderung tidak bertumbuh dengan apa
yang seharusnya terjadi.
Tiga hal itu memerlukan perhatian sungguh-sungguh dari semua
pihak, khususnya orang tua. Bagaimana kita mengemas pendidikan, agar-
anak kita siap bersaing ditingkat global tapi memiliki karakter yang kuat.
Agar anak-anak kita siap bersaing tapi memiliki budaya. Mereka
memberi nilai lebih dalam diri mereka, yang menunjukkan mereka
memang orang-orang hebat, ramah, rendah hati, dan pandai menghargai
orang lain (Dedy Hutajulu, Generasi Milenial dan Peran Orangtua). Di
titik inilah perlu sekali menciptakan kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang lebih menarik, yang bisa mengalihkan perhatian anak-anak kita dari
keranjingan gawai. Untuk itu, sekolah tentu harus membikin sistem
pendidikan yang lebih komprehensif. Tidak saja mencetak anak yang
cerdas, tapi juga anak berkarakter.
35
c. Pentingnya Peran Orangtua di Era Milenial
Di era sekarang atau biasa di sebut sebagai era milenial,
merupakan zaman serba teknologi yang mana orang lebih memilih
melakukan sesuatu secara instan. Menggunakan teknologi yang canggih
dapat mempercepat suatu proses pekerjakan. Dari pesatnya
perkembangan teknologi yang semakin canggih ini tentunya membawa
dampak negatif dan positif bagi kehidupan. Terutama bagi kalangan
anak-anak. Pada masa anak-anak cendrung mengikuti apa yang dilakukan
orang lain. Biasanya mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk
nongkrong mencari tempat-tempat yang sekiranya dapat menghibur,
sehingga pergaul bebas, kriminal, tauran, kekerasan, mengkonsumsi
obat-obatan terlarang kerap terjadi di zaman sekarang ini. Dari fenomena
di atas sangat miris sekali bahwa tingkah laku anak zaman sekarang lebih
mengarah pada perbuatan yang tidak baik. Kurangnya pengawasan,
bimbingan, dan perhatian dari orang tua sangat berpengaruh sekali
terhadap perilaku anak, karna anak akan leluasa berprilaku orang baik
atau buruk. Bimbingan dan pelajaran pendidikan di sekolah tidaklah
cukup untuk membentuk karakter anak kearah yang lebih baik. Dengan
demikian, sangat diperlukan peran orang tua dimulai dari sejak kecil
untuk bisa membentuk karakter yang baik dan positif.
Pendidikan yang harus diutamakan oleh orang tua adalah
mengajarkan anak tentang ilmu agama, tentang akhlak-akhlak yang baik,
adab beretika serta sopan santun. Karena hal inilah yang harus pertama
36
kali diutamakan dalam pembentukan diri anak untuk dapat merubah
kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh anak. Di era yang
serba digital ini, kita juga dituntun untuk mengikuti zaman agar tidak
ketingalan dari kecanggihan-kecanggihan yang ada yaitu dengan
memanfatkan teknologi secara bijak, memanfaatkannya untuk
menciptakan perubahan ke arah yang positif, serta memberikan
informasi-informasi yang bermanfaat bagi banyak orang. Orang tua
sebagai lingkungan pendidikan pertama kali dalam mendidik anak harus
bisa menjalin kerja sama dengan lingkungan sekolah. Karena, dukungan
orang tua dapat memberi penguatan mental dan kasih sayang kepada
anak dalam menempuh pendidikan di sekolah. Peran keluarga juga
penting untuk memfiltrasi pengaruh buruk yang dihadapi oleh anak
ketika berada di luar rumah. Tugas mendidik anak yang diemban para
orang tua tidak hanya terbatas pada pemenuhan hak-hak dasar anak
namun juga mencakup perencanaan pendidikan anak dalam jangka waktu
panjang. Sebagai perencana pendidikan anak, orang tua hendaknya
mempersiapkan dana pendikan anak sebagai modal awal untuk investasi
ilmu anak-anak di masa depan. Dana pendidikan bisa dipersiapkan
dengan cara menabung atau mengikuti program asuransi pendidikan anak
secara berjangka. Banyak di zaman sekarang ini orang tua hanya
menganggap bahwa memberikan kebutuhan anak secara materi terasa
cukup untuk perkembangan anak dan merasa bahwa pendidikan di
sekolah terasa sudah cukup untu untuk mengarahkan kearah yang lebih
37
baik. Sebagai orang tua senantiasa dapat mengarahkan anak-anaknya
kearah yang lebih baik agar tercipta generasi penerus yang baik pula dan
diberi kemudahan dalam mendidik. Maka dari itu peran orang tua
sangatlah diperlukan karena sebagai alat kontrol terhadap prilaku anak
dalam bertindak
.4. Kajian Teori (Landasan Teori)
1. Teori Peran – Robert Ezra Park
Robert Ezra Park (1864-1944), adalah salah seorang dari tokoh-
tokoh yang memengaruhi perkembangan Sosiologi. Park dianggap sebagai
pelopor mazhab ekologi sebagai cabang ilmu sosiologi oleh American
Sosiological Society tahun 1925. Pokok ajarannya adalah suatu pendapat
yang menyatakan bahwa sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut
hubungan antar manusia.
Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi
aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh
budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan
pemahaman bersama yang menuntun kita Menurut teori ini, seseorang
yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa,
orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi
berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati
orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah
dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku
ditentukan oleh peran sosial.
38
2. Teori Modernisasi - Wilbert E. Moore
Wilbert E. Moore (26 Oktober 1914 - 29 Desember 1987) adalah
seorang sosiolog Amerika yang terkenal, bersama Kingsley Davis, atas
penjelasan dan pembenaran mereka untuk stratifikasi sosial, mendasarkan
gagasan mereka tentang "kebutuhan fungsional". Modernisasi merupakan
suatu perbuhan secara total kehidupan bersama dalam bidang teknologi
dan organisasi sosial dari yang tradisional kearah pola-pola ekonomis dan
politis yang didahului oleh berbagai negara bagian Barat yang telah stabil.
5. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Evi Fitri Yeni,Peranan Orang Tua Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten
Lampung Utara, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi, IAIN Raden Intan Lampung, Tahun 2017.
Dari hasil penelitian di atas peranan orang tua sangatlah berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian anak di desa tulang 40 bawang
kecamatan bunga mayang kabupaten lampung utara. Dalam penelitian ini
metode yang dapat diberdayakan oleh orangtua dalam membentuk
kepribadian anak antara lain: memberikan keterampilan dalam diri sendiri,
membiarkan anak untuk mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan orang
lain, membuat pembiasaan yang positif, bertanggung jawab atas pilhannya
39
sendiri, dan memberi pembebasan kepada anak memilih kegiatan sendiri
tidak bergantung pada orang lain.
2. Syamsul Fuad, Peranan Orang Tua dalam Menanamkan Sikap
Keberagaman Anak Kecamatan Limo Kota Depok, Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatuallah, Jakarta, Tahun 2010. Dari hasil penelitian yang penulis
lakukan di lingkungan RT 01/03 kecamatan limo kota depok melalui
wawancara, observasi dan penyebaran angket bahwa peranan orang tua
dalam menanamkan sikap keberagamaan pada anak masih sangat rendah.
Hal tersebut karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
menanamkan sikap kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
menanamkan sikap keberagamaan sejak dini, serta kurangnya keteladan
atau contoh yang diberikan orang tua pada anak-anaknya terutama dalam
aspek ibadah.
3. Felia Maifani, Peranan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak
Sejak Dini Di Desa Lampoh Tarom Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, Tahun 2016. Berdasarkan hasil
penelitian di Desa Lampoh Tarom terhadap orang tua menunjukkan bahwa
peranan orang tua dalam membentuk karakter anak sangatlah penting
caranya dengan memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan
dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih
sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan dan
40
menanamkan kebiasaan positif dan nilai-nilai karakter yang baik. Dengan
demikian, untuk membentuk karakter anak harus dimulai sejak dini karena
pada saat itu anak sangat cepat menerima apapun yang diajarkan dan
diberikan oleh orang tua.
4. Atik Ulfa Adawiyah, Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak
Masa Kini (Di lingkungan RT 014 RW 005, Kelurahan Cipete Selatan,
Kecamatan Cilandsak, Jakarta Selatan), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikam Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Terlihat
jelas bahwa sahnya peran orang tua dalam memberikan pendidikan
karakter kepada anak-anaknya di masa kini sangatlah penting, karena tidak
ada yang menggantikan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya
kecuali orang tua dan keluarga mereka sendiri. Oleh karena, peran orang
tua masih sangat diperlukan sampai kapanpun. Usaha yang dilakukan
orang tua untuk mewujudkan harapannya agar anak memiliki karakter
sudah baik walaupun masih ada orang tua yang tidak sesuai sebagai
pendidik utama bagi anak-anaknya.
5. Nyanyu Nur Asiah, Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Usia 7-14
Tahun di RT .38 Kelurahan Demang Lebar Daun Kota Palembang, Skripsi
Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang, 2016. Yang membahas tentang
perkembangan anak usia 7-14 tahun adalah merupakan awal kehidupan
baru dimana anak menyadari lingkungan sosial. Sebelum itu anak hanya
sadar akan lingkungan yang lebih tinggi, tapi diwaktu ini merupakan usia
41
yang paling menarik. Ada beberapa perkembangan yang dimiliki oleh
anak-anak dalam usia tersebut baik meliputi perkembangan intelektualnya,
perasaan, bahasa, minat sosial serta membentuk pembiasaan berdisiplin.
6. Yazid Mubarok, Peran Orang Tua Dalam Membina Karakter Anak Shaleh
Di Desa Sidomulyo Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo, Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa Peran
Orang Tua dalam Membina Karakter Anak untuk Menjadi Anak Shaleh di
Desa Sidomulyo Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo,
dilakukan dengan Memberikan teladan yang baik. Salah satu cara yang
dilakukan orang tua di Desa Sidomulyo Makamhaji, untuk memberikan
teladan yang baik pada ank-anaknya adalah dengan mengajak anak-
anaknya untuk sholat berjamaah di masjid, Mendidik dan membina
karakter anak. Cara yang dilakukan oleh orangtua selain mendidik dan
membina karater anaknya sendiri, para orang tua juga memasukkan anak-
anaknya ke sekolah berbasis agama dan juga ke TPA, Memberikan
motivasi Serta Membentuk kebiasaan akhlak yang baik terhadap anak.
7. Dyah Kuswati, Peran Guru Dan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter
Anak Usia Dini Di Ra Diponegoro 213 Karanggude Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas, Program Studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2019. Pelaksanaan pembentukan karakter anak
42
usia dini di RA Diponegoro 213 karanggude kecamatan karanglewas
kabupaten banyumas sudah baik dan optimal. Pembentukan karakter anak
dimulai dari sejak di rumah sampai di sekolah tentang religious,
kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, mandiri. Pembentukan karakter
tidak bisa hanya dilakukan di sekolah, peran orang tua juga sangat
berpengaruh, karena disini peran guru dan orang tua sangat berpengaruh
dan berkesinambungan dalam pembentukan karakter. Anak sudah di
ajarkan untuk mengaji di rumah di sekolah juga di ajari mengaji, sholat
dan sebagainya dan bagaimana orang tua mengerti dan bisa menerapkan
apa yang telah di ajarkan di sekolah juga di ajarkan di rumah.
8. Nenci Permata Sari, Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak
Di Kota Padang, Program Studi Bimbingan Dan konseling Sekolah Tinggi
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (PGRI) Sumatera Barat Padang, 2016.
Berdasarkan hail penelitian yang dilakukan yaitu orang tua setempat telah
melakukan perannya dengan baik yang berkaitan dengan pembentukan
karakter anak terumata dalam bidang religius ,toleransi, sikap jujur,
Disiplin, Kerja keras, Kreatif Serta Kemandirian Anak sudah dibimbing
dan dibina dengan baik oleh orang tuanya sehingga peran orang tua dalam
pembentukan karakter anak dikatakan berhasil di daerah setempat.
43
B. Kerangka Konsep
Untuk memudahkan dalam mencapai tujuan penelitian diperlukan
kerangka konsep, maka konsep ini adalah peran orang tua akan diteliti untuk
mendapatkan informasi yaitu karakter anak di era milenial, setelah itu baru
mencari peran orang tua dalam pembentukan karakter anak di era milenial.
Implementasi Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karaker Anak Di Era
Milennial
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Konsep
Pembentukan
Karakter anak
Peran Orang
Tua
Karakter Anak Di
Era Milenial
Mencari Peran
Orang Tua Dalam
Pembentukan
Karakter Anak Di
Era Milenial
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah peneltian lapangan dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Bogyan dan Tylor dalam Lexy J
Moleong penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Alasan memilih jenis penelitian tersebut yaitu untuk
mengambarkan dan mendeskripsikan secara mendalam terkait peran orang tua
dalam membentuk karakter anak era milenial di kecamatan Tempe kabupaten
Wajo.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif ini yaitu
studi kasus, alasan peneliti menggunakan pendekatan studi kasus ini yaitu
mendalami dan menyelidiki serta menggambarkan secara rinci mengenai peran
orang tua dalam membentuk karakter anak era milenial di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo. Teknik sampling yang digunakan adalah menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling adalah dimana peneliti menetukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian. Ada dua hal yang sangat penting dalam menggunakan teknik sampling
tersebut, yaitu non random sampling dan menetapkan ciri khusus sesuai tujuan
penelitian sehingga dapat di peroleh data dengan baik.
44
45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi Penelitian
Rancangan Kriteria Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Penelitian terkait peran orang tua dalam
membentuk karakter anak di era milenial
(studi kasus Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo) tepatnya di jalan
Sawerigading BTN Bumi Sutra Mas.
Peristiwa/persoalan (issu) Berubahnya pola perilaku anak di era
milenial ini yang dipengaruhi oleh era
modernisasi atau era digital, Persoalan
tersebut sudah menjadi perbincangan
dikalangan masyarkat dan media sehingga
peneliti tertarik untuk menelitinya.
Tabel 3.1: lokasi penelitian dan peristiwa dan persoalan penelitian
2) Waktu penelitian mengenai peran orang tua dalam membentuk karakter
anak era milenial (Studi kasus di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo)
dilaksanakan selama 2 bulan, waktu penelitian ini terhitung sejak
dilaksanakannya seminar proposal.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang
46
akan diteliti. Informan penelitian ini yaitu orang tua, anak, dan perangkat desa
atau tokoh masyarakat di kecamatan Tempe kabupaten Wajo.
Menurut Hendarsono dalam suyanto (2005:171-1720), Informan
penelitian ini meliputi tiga macan yaitu:
1. Informan kunci (Key informan), Yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
Dalam hal ini yaitu keluarga terdekat dari kalangan remaja sebanyak 1
orang.
2. Informan utama, Yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini yaitu Orang tua di kecamatan
Tempe kabupaten wajo. Sebanyak 7 orang.
3. Informan tambahan, Yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Informan tambahan adalah masyarakat sekitar di kecamtana Tempe
kabupaten Wajo. Sebanyak 2 Orang.
D. Fokus Penelitian
Adapun fokus dan deskripsi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Fokus penelitian, Fokus yaitu menggali peran oramg tua dalam
membentuk karakter anak di era milenial di kecamatan tempe kabupaten
wajo.
2. Deskripsi fokus penelitian adalah implementasi peran orang tua dalam
membentuk karakter anak di era milenial.
47
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada prinsipnya merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, data merupakan perwujudan dari beberapa
informasi yang sengaja dikaji dan dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu
peristiwa atau kegiatan lainnya. Oleh karena itu dalam pengumpulan data
dibutuhkan beberapa instrumen sebagai alat untuk mendapatkan data yang
valid dan akurat. Oleh karena itu penelitian lapangan (field research) yang
meliputi observasi dan wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah
disediakan, dibutuhkan kamera, alat perekam (recorder) dan alat tulis menulis
berupa buku catatan dan pulpen.
F. Jenis dan Sumber Data
Sumber data kualitatif memiliki sumber data utama dari kata-kata,
bahasa, tindakan, serta data tambahan yang mendukung seperti dokumentasi
dan lain-lain. Data dari informasi yang digunakan atau diperlukan dalam
penelitian dan lain-lain. Data dari informan yang digunakan atau perlukan
dalam penelitian, dikaji dari sumber data penelitian sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh
langsung dilapangan melalui wawancara oleh orang yang melakukan
penelitian atau orang yang bersangkutan dengan subjek atau informan.
Sumber yang dimaksud berupa benda-benda, situs, kata-kata dan tindakan
dari sampel.
48
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini sumber data sekunder
diperoleh dari data tentang peran orang tua dalam membentuk karakter
anak di era milenial (studi kasus kecamatan tempe kabupaten wajo) yang
diperoleh secara tidak langsung, yang mampu memberikan tambahan serta
penguat terhadap data penelitian. Data sekuder bersumber dari data tertulis
seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal, dan hasil penelitian yang
relevan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penggunaan teknik penelitian yang tepat dan relevan akan berguna
dalam kelancaran mengungkapkan masalah yang sedang diteliti serta sesuai
dengan yang diinginkan. Maka atas dasar hal tersebut, peneliti mencoba
menggunakan teknik pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi yaitu mengadakan
pengamatan langsung terhadap peran orang tua dalam pembentukan
kepribadian anak di era milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.
Observasi ini digunakan untuk memperoleh data awal sekaligus sebagai
pendukung data-data lainnya dengan penulis melihat sekaligus dalam
49
setiap kegiatan guna memperoleh data yang akurat dan dapat juga
berfungsi sebagai pelengkap dari kekurangan diperoleh sebelumnya.
2. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono wawancara merupakan
pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, dan
motivasi. Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
respondennya sedikit atau kecil. Teknik wawancara yang digunakan
adalah wawancara berencana yang mana terdiri dari suatu daftar
pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Wawancara
ini ditujukan kepada orang tua untuk memperoleh data tentang peran orang
tua dalam pembentukan kepribadian anak di era milenial di Kecamatan
Tempe Kabupaten Wajo.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Pada
50
dasarnya, dokumen digunakan untuk memperkuat penelitian kualitatif agar
dapat lebih dipercaya. Untuk menggali informasi yang berkaitan dengan
laporan dan hal yang berhubungan dengan peran orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak di era milenial di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo.
4. Partisipatif
Partisipatif adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam
proses suatu kegiatan mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung
jawab atas keterlibatannya. Partisipatif dalam hal ini terjun langsung ke
lapangan mencari informasi dari bebrerapa informan tentang peran orang
tua dalam membentuk karakter anak di era milenial di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Penelitian ini
tergolong kualitatif, maka teknik analisis data yang dilakukan dengan melalui
beberapa tahap mulai dari pengumpulan data yang ada, data primer maupun
skunder dengan melalui dengan tahapan-tahapan berikut ini:
51
1. Editing, yaitu untuk dapat menganalisis data yang sudah terkumpul guna
memperbaiki data serta untuk menghilangkan keraguan data melalui
perkembangan guna melihat apakah data yang ada tersebut benar atau
konsisten atau tidak.
2. Kategorisasi, yaitu menggelompokkan dari semua data yang telah
terkumpul dan disusun atas dasar pemikiran membedakan yang bersifat
data pokok atau penunjang atau pendapatan yang ada.
3. Penyajian data, yaitu dengan secara bagian baik data yang disajikan
dengan angket atau dari data penunjang lainnya. Dengan demikian dapat
diketahui beberapa jumlah populasi yang menjawab dari jawaban alternatif
yang tersedia.
4. Penafsiran, tahap ini merupakan tahap akhir dalam menganalisis data, baik
melalui pengeditan, pengelompokan, dan penafsiran data yang merupakan
penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dalam temuan-
temuan yang didapat dalam penelitian, sehingga dapat diambil
interprestasi sesuai apa yang terjadi didalam suatu penelitian.
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah proses mentriangulasikan tiga data yang
terdiri dari data observasi, wawancara, dan dokumen. Pada penelitian ini
digunakan uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi
berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data
tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan
52
kata lain bahwa dengan triagulasi, peneliti dapat merecheck temuannya
dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori.
Alat yang digunakan untuk menguji keabsahan data terdiri dari:
a. Triangulasi Sumber
Dalam penelitian ini alat keabsahan data yang digunakan adalah
triangulasi sumber data, hal ini dilakukan karena pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Peneliti memeriksa keabsahan data melalui sumber data dengan
menanyakan baik secara langsung atau tidak langsung mengenai hal-hal
yang telah diutarakan informan terhadap peneliti kepada orang-orang
terdekat informan, menganalisis data yang diperoleh dengan kajian
kepustakaan terutama hasil penelitian, membandingkan data hasil
wawancara dengan observasi.
b. Tringulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan untuk membuktikan apakah data yang
diperoleh dapat konsisten pada waktu yang berbeda
c. Triangulasi Teknik
Triangulasi ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang akurat dan gambaran yang utuh
mengenai suatu informasi. Peneliti menggunakan metode wawancara dan
observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
53
Triangulasi tahap ini dilakukan jika data yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenarannya.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah standar tata perilaku peneliti selama
melakukan penelitian, Mulai dari menyusun desain penelitian,
Mengumpulkan data lapangan (melakukan wawancara, observasi, dan
pengumpulan data dokumen), menyusun laporan penelitian hingga
mempublikasikan hasil penelitian, Misalnya:
1. Menginformasikan tujuan penelitian kepada informan.
2. Meminta persetujuan informan (Informan Consent) untuk diwawancarai.
3. Menjaga kerahasiaan identitas informan, Jika terkait informasi sensitif.
4. Meminta izin informan jika ingin merekam wawancara, atau ambil
foto/video.
54
BAB IV
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian Kabupaten Wajo
1. Sejarah kabupaten Wajo
Kerajaan Wajo adalah sebuah kerajaan yang didirikan sekitar tahun
1399 di wilayah yang menjadi Kabupaten Wajo saat ini di Sulawesi
Selatan. Penguasanya di sebut “Raja Wajo”. Wajo merupakan sebuah
kerajaan elektif bersuku Bugis yang berkembang disisi timur semenanjung
Sulawesi Selatan. Wajo didirikan pada abad ke-15 Masehi, dan mencapai
puncaknya pada abad ke 18, Ketika kerajaan ini menjadi hegemon selama
beberapa waktu di Sulawesi Selatan menggantikan Bone. Wajo
mempertahankan kemerdekaanya hingga dipaksa bergabung dengan
Hindia Belanda setelah ekspedisi Sulawesi Selatan pada awal abad ke -20.
Kerajaan ini terus bertahan dan beragam bentuk hingga pertengahan abad
ke-20, Ketika daerah swapraja Wajo diubah menjadi Kabupaten Wajo
yang merupakan bagian dari Republik Indonesia. Sebagian besar
masyarakat diaspora Bugis pada abad ke -18 dan 19 berasal dari Wajo.
Perniagaan Wajo maju pesat pada masa ini, hingga mampu mencapai
tempat yang jauh diberbagai pelosok Asia Tenggara Maritim. Sehingga
kemajuan dalam bidang perdagangan ini disebabkan oleh dukungan
politik, legal, dan finansial yang diberikan oleh pemerintah Wajo di
Indonesia.
54
55
Wajo merupakan sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang
beribu kota di Sengkang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.056,19
km dan berpendudukan sebanyak kurang lebih 400.000 jiwa. Bupati Wajo
saat ini adalah Dr. H. Amran Mahmud, S.sos., M.Si.
Ibu kota kabupaten Wajo letaknya kurang lebih 250 km dari
Makassar ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan. Kota ini dikenal sebagai
kota niaga karena masyarakatnya dikenal dengan piawai dalam berdagang.
Berbagai macam kebutuhan hidup konon memiliki harga yang relatif
murah jika dibandingkan di daerah lainnya. Selain kota niaga, Kabupaten
Wajo juga dikenal sebagai kota sutera. Aktivitas masyarakat wajo dalam
mengelola kain sutera telah dilakukan secara turun temurun yang dapat
ditemukan hampir disetiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Wajo. Arti
Sengkang menurut beberapa sumber arti kata sengkang adalah tempat atau
daerah persinggahan, kedatangan dan bersama-sama datang. Sehubungan
dengan makna sengkang tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah
sengkang merupakan tempat-tempat stategis yang membuat orang-orang
jika melewatinya akan singggah karena adanya sesuatu yang istimewa dan
menarik di tempat ini.
Sejarah pembentukan wajo yang berarti bayangan atau bayang-
bayang (wajo-wajo). Dibawah bayang-bayang (wajo-wajo, bahasa bugis,
artinya pohon bajo) diadakan kontrak sosial antara rakyat dan pemimpin
adat yang sepakat membentuk kerajaan Wajo. Perjanjian itu diadakan di
56
sebuah tempat yang bernama Tosora yang kemudian yang menjadi ibu
kota kerajaan Wajo.
Ada versi lain tentang terbentuknya Wajo, yaitu kisah We
Tadampali, seorang putri dari kerajaan Luwu yang diasingkan karena
menderita penyakit kusta. Beliau dihayutkan hingga masuk di daerah
Tosora. Kawasan itu disebut majauleng, berasal dari kata maja
(jelek/sakit) oli’ (kulit). Konon kabarnya beliau dijilati kerbau belang
ditempat yang kemudian dikenal sebagai sakkoli (sekke’ = pulih ; oli =
kulit) sehingga beliau sembuh.
Saat beliau sembuh, beserta pengikutnya yang setia dia
membangun masyarakat baru, hingga suatu saat datang seorang pangeran
dari Bone (ada juga yang mengatkan dari Soppeng) yang beristirahat
didekat perkampungan We Tadampali. Singkat kata mereka berdua pun
menikah dan menurunkan raja-raja Wajo. Wajo adalah sebuah kerajaan
yang tidak mengenal sistem to manurung sebagaimana kerajaan-kerajaan
di Sulawesi Selatan pada umumnya. Tipe kerajaan Wajo bukanlah feodal
murni, tetapi kerajaan elektif atau demokrasi terbatas.
Kebesaran tanah wajo pada masa dahulu, termasuk kemajuannya
dibidang pemerintahan, kepemimpinan, demokrasi dan jaminan terhadap
hak-hak rakyatnya. Adapun konsep pemerintahan adalah:
1. Kerajaan
2. Republik
3. Federasi, yang belum ada duanya pada masa itu
57
Hal tersebut semuanya ditemukan dalam Lontara Sukkuna Wajo.
Sebagaimana yang diungkapkan bahwa beberapa nama pada kerajaan
Wajo yang berjasa dalam mengantar Tana Wajo menuju kepada kebesaran
dan kejayaan antara lain:
1. Latadampare Puangrimaggalatung
2. Petta Lataringeng To Taba Arung Simettengpola
3. Lamungkace Toaddamang
4. Latenrilai Tosengngeng
5. Lasangkuru Patau
6. Lasalewangeng To Tenri Rua
7. Lamadukelleng Daeng Simpuang, Arung Singkang (Pahlawan
Nasional)
8. Lafariwusi Tomaddualeng
Dan masih banyak lagi nama-nama yang berjasa di Wajo yang
menjadi peletak dasar kebesaran dan kejayaan Wajo.
Beberapa versi tentang kelahiran Wajo, yakni:
1. Versi Rilampungeng
2. Versi Puang Ritimpengen
3. Versi Cinnongtabi
4. Versi Boli
5. Versi Kerajaan Cina
6. Versi masa Kebataraan
7. Versi masa Ke Aung Mato-an
58
Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tahun dari pada Hari
jadi Wajo ialah versi Boli, yakni pada waktu pelantikan batara wajo
pertama Latenri Bali Tahun 1399, Dibawah pohon besar (pohon Bajo).
Tempat pelantikan sampai sekarang masih bernama Wajo-Wajo, di daerah
Tosora Kecamatan Majauleng.
Terungkap bahwa pada mulanya Latenri Bali bersama saudaranya
bernama Latenri Tippe diangkat sebagai Arung Cinnong tabi,
menggantikan Ayahnya Lapatiroi. Akan tetapi dalam pemerintahannya,
Latenri Tippe sering berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya yang
diistilahkan “Narempekengngi Bicara Tauwe” maka Latenri Bali
mengasinkan dirinya ke Penrang (sebelah timur Tosora) dan menjadi
Arung Penrang. Akan tetapi tidak lama kemudian dia dijemput rakyatnya
dan diangkat menjadi Arung Mata Esso dikerajaan Boli. Pada upacara
pelantikan dibawah pohon Bajo, terjadi perjanjian antara Latenri Bali dan
rakyatnya dan diakhiri kalimat “Bataraemani Tu Mene’ Na Jancitta,
Tanae Mani Riawana” (Hanya batara langit di atas perjanjian kita, dan
bumi di bawahnya) Naritellana Petta Latenri Bali Petta Batara Wajo.
Berdasarkan perjanjian tersebut, maka dirubahlah istilah Arung
Mata Esso menjadi Batara, dan kerajaan baru didirikannya, yang cikal
bakalnya dari kerajaan Boli, menjadi kerajaan Wajo, dan Latenri Bali jadi
Batara yang pertama.
Sedangkan untuk menetukan tanggal Hari jadi Wajo, dikemukakan
beberapa versi, yakni:
59
1. Versi tanggal 18 maret, ketika armada Lamaddukelleng dapat
mengalahkan armada Belanda di perairan Pulau Barrang dan
Koddingareng.
2. Versi tanfggal 29 maret, ketika dalam peperangan terakhir dalam
peperangan terakhir, Lamadukkelleng di Lagosi, dapat memukul
mundur pasukan gabungan belanda dan sekutu-sekutunya.
3. Versi tanggal 16 mei, ketika Lasangkuru Patau bergelar Sultan
Abdul Rahman Arung Matoa Wajo, memeluk Agama Islam.
4. Versi ketika Andi Ninnong Ranreng Tuwa Wajo, menyatakan
didepan Dr. Sam Ratulangi dan Lanto Dg. Pasewang di Sengkang
pada Tahun 1945 bahwa rakyat Wajo berdiri di belakang Negara
kesatuan Indonesia.
Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tanggal
daripada Hari jadi Wajo, ialah versi tanggal 29 maret, Karena
sepanjang sejarah belum pernah ada perjuangan yang mampu
mengalahkan Belanda pada pertempuran terakhir. Peristuiwa ini
terjadi pada Tahun 1741.
Dengan perpaduan dua versi tersebut di atas, maka
disepakati : Hari jadi Wajo adalah Tanggal 29 Maret 1399
2. Kondisi Georafis
Kabupaten Wajo dengn ibu kota Sengkang, terletak di bagian
tengah Provinsi Sulaweai Selatan dengan jarak 242 km dari ibu kota
provinsi, memanjang pada arah laut tenggara dan terakhir merupakan selat,
60
dengan posisi geografis antara 3’39’-4’16’ Lintang Selatan dan
119’53’120’27 Bujur Timur.
Adapun batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupoaten Sidrap
b. Sebelah Timur : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng
c. Sebelah Selatan : Teluk Bone
d. Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap
Luas wilayahnya adalah 2.506,19 km2 atau 4,01% dari luas
Propinsi Sulawesi Selatan dengan rincian penggunaa lahan terdiri lahan
sawah 86.297 Ha ( 34,43 %) dan lahan kering 164.332 Ha ( 65,57%). Pada
tahun 2014 Kabupten Wajo telah terbagi menjadi 14 Wilayah kecamatan
selanjutnya dari keempat belas wilayah kecamatan didalamnya terbentuk
wilyah-wilayah yang lebih kecil yaitu secara keseluruhan terbentuk 44
wilayah yang berstatus kelurahan dan 132 wilayah yang berstatus desa.
Desa masing-masing wilayah kecamatan tersebut mempunyai potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda meskipun
perbedaan itu relatif kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada
relatif sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.
Topografi di Kabupaten Wajo mempunyai kemiringan lahan cukup
bervariasi mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit. Sebagian besar
wilayahnya tergolong datar dengan kemiringan lahan/lereng 0-2% luasnya
mencapai 212,341 Ha atau sekitar 84 %, sedangkan lahan datar hingga
bergelombang dengan kemiringan/lereng 3-155 luas 21,116 Ha (5,50%)
61
dan kemiringan lahan diaats 40% (bergunung) hanya memiliki luas 3,316
Ha (1,32%).
Secara morfologi, Kabupaten Wajo mempunyai ketinggian lahan di
atas permukaan laut (dpl) dengan perincian sebagai berikut:
a) 0-7 meter, luas 57,263 Ha atau sekitar 22,85%
b) 8-25 meter, luas 94,539 Ha atau sekitar 37,72%
c) 26-100 meter, luas 87,419 Ha atau sekitar 34,90%
d) 101-500 meter, luas 11,231 Ha atau sekitar 4,50% dan ketinggian
di atas 500 meter luasnya hanya 167 Ha atau sekitar 0,66%.
Kondisi Alam dan tata guna lahan di Kabupaten Wajo secara terdiri
atas sawah, perkebunan, perumahan, tambak, fasilitas sosial, fasilitas
ekonomi dan lahan kosong. Pergeseran pemanfaatan lahan di wilayah
Kabupaten Wajo secara umum belum mengalami perubahan yang cukup
drastis hanya beberapa bagian kawasan strategis di wilayah perkotaan
cepat tumbuh akibat terjadinya peningkatan pembangunan jumlah unit
perumahan dan pengadaan sarana dan prasarana umum.
Menurut peta geologi Indonesia, Kabupaten Wajo terdiri dari 3
jenis batuan lidah, yaitu batuan vulkanik, sedimen, dan batuan pluton.
Sedangkan menurut peta eksplorasi Sulawesi Selatan, jenis tanah di
Kabupaten Wajo terdiri dari: (1) Alluvial: jenis tanah ini tersebar di
seluruh kecamatan, (2) Clay: jenis tanah ini terdapat pada Kecamatan
Pammana dan Takalalla, (3) Podsolik: jenis tanah ini terdapat pada
Kecamatan Maniangpajo, Tanasitolo, Tempe, Sajoanging, Majauleng,
62
Belawa dan Pitumpanua, (4) mediteran: jenis tanah ini terdapat pada
Kecamatan Tempe, Tanasitolo, Maniangpajo, Pammana dan Belawa, (5)
Grumosol: jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Sabbangparu dan
Pammana.
Selain potensi daratannya, Kabupaten Wajo juga memiliki potensi
sumber daya air yang sangat besar. Pada wilayah Kabupaten Wajo
terdapat 7 (Tujuh) sungai yang mengaliri berbagai wilyah Kecamatan
maupun desa. Sungai-sungai tersebut adalah sungai bila, sungai walennae,
sungai Cenranae, sungai Gilireng, sungai Siwa, dan sungai Awo. Selain
sungai, di Wilayah Kabupaten Wajo terdapat pula beberapa danau, yaitu
danau Tempe (9445 Ha) sebagai danau tersebar di wilayah wajo,
Lapongpakka (1960 Ha), Lampulung (1000 Ha), Buaya (360 Ha),
Lapapolo (37 Ha), Penrang Riawa (25 Ha), Cenranae (24 Ha), Dori’e (6
Ha). Dari segi penggunaan, potensi sumber daya air yang besatr di
Kabupaten Wajo dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih, irigasi, serta
pembangkit tenaga listrik. Selain beberapa manfaat tersebut, beberapa
danau juga biasa dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan air tawar
maupun tempat tujuan pariwisata, misalnya Danau Tempe.
3. Keadaan Penduduk
Sebagai salah satu kabupaten di Sulawei Selatan, Kabupaten Wajo
terbilang cukup padat penduduknya, sebab Kabupaten wajo yang terkenal
dengan arus perdagangan dan dunia usaha yang cukup berkompetisi
terutama dibidang perdagangan dan industri kerajinan yang berbahan dasar
63
sutra sehingga mampu menyedot perhatian masyarakat luar untuk
berdomisili atau berinvestasi dan mengadu keberuntungan di daerah ini.
Keadaan penduduk Kabupten Wajo berdasarkan data tahun 2021
dari Kantor Sekretariat Daerah bagian Pemerintahan Umum berjumlah
397.814 orang. Penduduk yang paling terletak di Kecamatan Tempe yang
merupakan tempat ibu kota Kabupaten dengan jumlah 66.461 jiwa dan
daerah yang jumlah penduduknya dengan jumlah yang sedikit
dibandingkan daerah lain terdapat di Kecamatan Gilireng dengan jumlah
11.785 jiwa. Tidak meratanya pertumbuhan penduduk pada setiap
kecamatan dan masyarakat lebih terpusat pada ibu kota disebabkan antara
lain kawasan Kota dalam hal ini di Kecamatan Tempe masih tersedia
lahan cukup luas untuk menjadi daerah hunian masyarakat, disatu sisi
kawasan ini dilengkapi prasarana yang cukup berkembang sehingga
mendorong sebagian penduduk terutama yang berpenghasilan menengah
kebawah untuk bertempat tinggal di kawasan ini. Kecepatan
perkembangan kehidupan di ibu Kota mampu membantu perbaikan hidup
dibandingkan dengan perkembangan di Desa, sehingga banyak masyarakat
luar Kota datang ke ibu kota Kabupaten untuk mencoba memperbaiki
timgkat pendidikan dan kehidupannnya di ibu kota Kabupaten tepatnya di
Kecamatan Tempe.
Kondisi ini diharapakan sesuai dengan perencanaan pembangunan
daerah yang ada, pola penyebaran penduduk dan tingkat fasilitas tidak
hanya terkonsentrasi di kawasan kota saja, akan tetapi menyebar keseluruh
64
bagian Kecamatan dan Kabupaten sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya dan tidak berpusat pada titik saja.
Tabel 4.1
Pembagian wilayah dan jumlah penduduk Kabupaten Wajo
No
.
Kecamatan Desa Kelurahan
Jumlah
Penduduk
1 Sabbangparu 12 3 26.326
2 Tempe - 16 66.079
3 Pammana 13 2 31.860
4 Bola 10 1 19.792
5 Takalalla 11 2 21.044
6 Sajoanging 6 3 19.070
7 Penrang 9 1 15.856
8 Majauleng 4 4 31.862
9 Tanasitolo 15 4 40.081
10 Belawa 6 3 32.594
11 Maniangpajo 5 3 16.348
12 Gilireng 8 1 11.444
13 Kera 9 1 22.529
14 Pitumpanua 10 4 42.547
128 48 397.814
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo 2021
65
4. Keadaan Pendidikan
Daerah Kabupaten Wajo masih banyak masyarakat yang kurang
mampu untuk melanjutkan pendidikan jenjang SMA maupun lanjut di
Perguruan Tinggi. Masyarakat juga umumnya lebih memilih kursus
keterampilan dibanding dengan melanjutkan pendidikan formalnya sebab
memilih bekerja untuk masyarakat akan lebih menguntungkan dan akan
menghemat biaya hidup mereka.
Tabel 4.2
Jumlah Data Satuan pendidikan (Sekolah) Kabupaten Wajo
NO KECAMATAN SD SMP SMA
PERGURUAN
TINGGI
1. Kec. Sabbangparu 33 7 3 0
2. Kec. Tempe 45 14 8 1
3. Kec. Pammana 42 10 2 0
4. Kec. Bola 29 6 2 0
5. Kec. Takalalla 28 6 1 0
6. Kec. Sajoanging 20 5 1 0
7. Kec. Majauleng 41 8 4 0
8. Kec. Tanasitolo 36 8 0 0
9. Kec. Belawa 49 11 4 0
10. Kec. Maniangpajo 10 6 2 0
11. Kec. Keera 23 6 2 0
12. Kec. Pitumpanua 43 13 5 0
66
13. Kec.Gilireng 10 4 0 0
14. Kec. Penrang 19 6 2 0
440 110 36 1
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo 2021
B.Deskripsi Tempat Penelitian Kecamatan Tempe
1. Kecamatan Tempe
Tempe merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten wajo,
Sulawesi Selatan, Indonesia serta merupakan Ibu kota Kabupaten Wajo yang
posisinya berada di sebelah timur Danau Tempe. Adapun ciri khas yang terkenal
di Kecamatan Tempe yaitu tenun kain sutera yang terkenal di Indonesia dan kain
sutra tersebut diekspor di mancanegara. Kecamatan Tempe di bawah naungan
Andi Syahrial Makkuradde, M.Si, Luas wilayah Kecamatan Tempe 38.27 Km2
dan jumlah penduduk sebanyak 66.079 jiwa.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Tempe, 2021
Kelompok
Umur
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 Tahun 2.925 2.754 5.679
5-9 Tahun 2.686 2.624 5.310
10-14 Tahun 2.811 2.695 5.506
15-19 Tahun 3.101 3.025 6.126
67
20-24 Tahun 3.162 3.191 6.353
25-29 Tahun 2.911 2.9.19 5.830
30-34 Tahun 2.395 2.479 4.874
35-39 Tahun 2.086 2.526 4.612
40-44 Tahun 2.230 2.639 4.869
45-49 Tahun 2.204 2.499 4.703
50-54 Tahun 1.725 1.940 3.665
55-59 Tahun 1.185 1.491 2.676
60-64 Tahun 904 1.179 2.083
65-69 Tahun 653 868 1.521
70-74 Tahun 427 618 1.045
75+ 370 692 1.062
31.775 34.139 66.079
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo 2021
2. Budaya
Kemajuan teknologi yang berkembang pesat di era milenial ini sangat
mempengaruhi perkembangan serta aktivitas masyarakat terutama kepada anak
remaja, Masalah besar yang dihadapi yaitu masuknya berbagai budaya baru yang
dipengaruhi dunia yang sering kita dengar dengan kata milenial. Seperti halnya di
temukan oleh peneliti yaitu dengan adanya teknologi yang berkembang di
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo salah satu daerah yang dominan anak yang
berumur 15-20 tahun yang bisa dikatakan anak kalangan remaja dimana anak
remaja memiliki sifat serta sikap yang labil dan sangat mudah dipengaruhi hal-hal
68
yang negative karena pada umumnya sifat remaja notabenenya mempunyai rasa
ingin tahu yang cukup tinggi sehingga banyak anak yang terjerumus dalam
pergaulan yang akan membawa perubahan terhadap perilaku remaja. Karena di
daerah tersebut didiami oleh kalangan remaja maka kemajuan teknologi
berkembang pesat dan mempengaruhi pula karakter anak-anak remaja. Anak
remaja pada umunya kecanduan dengan penggunaan smartphone, Internet serta
game online dan lain-lain.
Di era milenial seperti sekarang ini khususnya di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo seperti yang dilihat oleh peneiliti hanya beberapa dari anak saja
yang ingin diajak belajar serta sharing bersama mereka lebih senang memainkan
game online atau lebih cendrung menggunakan media sosial sebagai sarana
bermain dan hiburan.
Selain dari itu yang menjadi penghambat orang tua dalam mendidik serta
membimbing anak yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga
karakter anak menjadi kurang baik, nakal, susah diatur mereka labih memilih
menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk bermain daripada belajar.
Kemudian pengaruh lingkungan sekitar yang kurang baik sehingga anak remaja
terpengaruh oleh pergaulan dan perkembangan teknologi saat ini.
69
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil temuan dan analisis data dalam penelitian ini, maka
peneliti akan membahas mengenai bagaimana peran orang tua dalam membentuk
karakter anak di era milenial (studi kasus Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo),
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter dan upaya apa
yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter anak di era milenial di
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Sesuai dengan hasil penelitian di atas,
pembahasan hasil penelitian tentang peran orang tua dalam membentuk karakter
anak di era milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo diperoleh berdasarkan
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak di Era Milenial
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di lapangan tentang peran
orang tua dalam membentuk karakter anak di era milenial di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dijelaskan
berdasarkan pokok-pokoknya sebagai berikut:
a. Mendidik Melalui Contoh Perilaku
Berkaitan dengan peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, peneliti melakukan wawancara
dengan Sumiati (orang tua) di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo yang
mengatakan memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak seperti bertutur
69
70
kata yang sopan terhadap yang lebih tua sudah diajarkan namun anak semakin
besar semakin tau pergaulan dengan teman-temannya.
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan
bersama dengan Ibu Sumiati (40 tahun) selaku orang tua anak pada hari Rabu
tanggal 23 September 2020:
“Saya sudah mengajarkan kesopanan, saya bahkan memarahi jika anak
berbicara dengan menggunakan nada tinggi”. (Wawancara, 23 September
2020)
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang kedua kalinya
yang telah dilakukan bersama dengan dengan Ibu Sumiati (40 tahun) selaku orang
tua anak pada hari Kamis tanggal 24 September 2020:
“Saya sudah mengajarkan kesopanan, saya bahkan memarahi jika anak
berbicara dengan menggunakan nada tinggi dengan membatasi
penggunaan gadget dan pergaulan di luar sana sehingga anak tidak
terpengaruh dengan hal yang dapat merusak jasmani maupun rohaninya.”
(Wawancara, 24 september 2020)
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang tiga kalinya
yang telah dilakukan bersama dengan Ibu Sumiati (40 tahun) selaku orang tua
anak pada hari Jumat tanggal 25 September 2020:
“Saya sudah mengajarkan kesopanan, saya bahkan memarahi jika anak
berbicara dengan menggunakan nada tinggi dengan membatasi
penggunaan gadget dan pergaulan diluar sana sehingga anak tidak
terpengaruh dengan hal yang dapat merusak jasmani maupun rohaninya.
Belajar serta beribadah bersama anak dan melakukan hal hal positif kepada
anak” (Wawancara, 25 September 2020)
Hal demikian didukung dengan temuan penelitian terdahulu dalam bentuk
dokumentasi berupa jurnal dari Nurlina dengan hasil pokok pembahasan yang
dituliskan menyatakan bahwa:
71
“Pendidikan anak harus dilihat sebagai suatu proses yang berkelanjutan
dan berkembang dan perkembangan individu seorang anak yang
mempelajari apa saja yang ada dilingkuungannya. Peran orang tua dalam
islam harus bertanggung jawab dengan memberikan peendidikan sesuai
dengan fitrahnya”. (Dokumentasi, 12 september 2019)
Dari hasil wawancara di atas mendidik melalui contoh perilaku sudah di
terapkan. Dangan mengajarkan kesopanan dan memarahinya. Namun anak
semakin besar mulai berani dengan orang yang lebih tua, kemudian jika
keinginannya tidak dipenuhi maka anak akan marah dan menangis. Membentuk
karakter anak untuk kejujuran, saling menghormati, sopan santun, baik hati,
ramah, dan menaati peraturan agama anak usia 15-20 tahun memang sangat bagus
melalui contoh perilaku, dan itu sudah diajarkan seperti bertutur kata sopan dan
menjaga sikap. Karena menurut orang tua di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo
anak usia 15-20 tahun masih sangat polos dan mudah di bentuk ataupun di
arahkan. Dengan begitu orang tua berusaha menjaga sikap dan tutur kata di depan
anak supaya anak dapat mencontohnya. Orang tua juga harus memiliki ketegasan
atau kebijakan agar anak semakin segan kepada yang lebih tua atau menghormati
yang lebih tua. Selalu memberikan contoh-contoh perilaku yang baik misalnya
kejujuran, ramah, dan menaati peraturan. Karena anak akan lebih meniru dan
mempraktekkan apa yang dilihatnya di banding yang didengar. Dalam rangka
meningkatkan karakter anak, sangat perlu contoh-contoh perilaku yang
memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang pembentukan karakter anak.
Untuk itu orang tua terus menerus mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari
agar anak dapat mencontoh yang baik-baik dari kedua orang tuanya masing-
masing.
72
Selain wawancara dengan orang tua di atas peneliti juga melakukan
observasi kepada orang tua.
“Peneliti mendapatkan data bahwa peran orang tua dalam membentuk
karakter anak di era milenial dengan mendidik melalui contoh perilaku
sudah berjalan dengan baik, orang tua sudah saling tegur sapa dan
berbicara sopan”. (Observasi, 20 September 2020)
Dari data di atas para orang tua di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo
nampaknya sudah berperilaku sesuai dengan apa yang harus dicontohkan kepada
anak. Dalam kehidupan sehari-hari orang tua juga harus memperbaiki perilakunya
terlebih dahulu. Melatih dirinya sekaligus mencontohkan anaknya untuk
kejujuran, ramah, dan menaati peraturan yang sesuai dengan ajaran islam. Hal ini
membuat anak dapat meninggalkan yang buruk dan melaksanakan yang baik.
Selain wawancara dengan orang tua di atas peneliti juga melakukan
wawancara dengan Ibu Nurjannah (22 tahun) pada hari Sabtu 26 September 2020
yang mengatakan;
“Cara orang tua dalam membentuk karakter anak di era milenial hanya
sekedar menasehati sekali dua kali dan memberikan pengajaran yang baik
dan megarahkan hal hal positif” (Wawancara, 26 September 2020)
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang kedua kalinya
yang telah dilakukan bersama dengan Ibu Nurjannah (22 tahun) selaku Keluarga
terdekat dari kalangan Remaja pada hari Minggu 27 September 2020 yang
mengatakan;
“Cara orang tua dalam membentuk karakter anak di era milenial hanya
sekedar menasehati sekali dua kali dan memberikan pengajaran yang baik
dan megarahkan hal hal positif orang tua menjadi penengah kepada
anaknya agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan diluar sana yang
memberikan dampak negatif” (Wawancara, 27 September 2020)
73
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang ketiga kalinya
yang telah dilakukan bersama dengan Ibu Nurjannah (22 tahun) pada hari Senin
28 September 2020 yang mengatakan;
“Cara orang tua dalam membentuk karakter anak di era milenial hanya
sekedar menasehati sekali dua kali dan memberikan pengajaran yang baik
dan megarahkan kehal-hal positif orang tua menjadi penengah kepada
anaknya agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan di luar sana yang
memberikan dampak negatif pada anaknya dan juga tidak terkena
pengaruh lingkungan” (Wawancara, 28 September 2020)
Wawancara dengan Siti Gamariah pada hari Selasa tanggal 29 September 2020
yang mengatakan;
“Orang tua nya dan anak saling berinteaksi dan saling mengeluarkan
pendapat” (Wawancara, 29 September 2020)
Dengan demikian peran orang tua dalam membentuk karakter anak dapat
dilakukan dengan cara mendidik melalui contoh perilaku Hal ini dikarenakan,
mayoritas orang tua di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo sadar bahwasannya
membentuk karakter anak dengan contoh perilaku seperti perilaku sopan santun
dan menghormati yang lebih tua sangat efektif. Tidak hanya itu orang tua di
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo juga mencontohkannya kepada dirinya
terlebih dahulu supaya menjadi kebiasaan, memiliki perilaku yang baik sehingga
dapat dicontoh anak-anaknya. Anak juga akan lebih cepat meniru apa yang dilihat
daripada apa yang didengar karena anak usia 15-20 tahun lebih meniru sekeliling
terutama orang tua. Dan hal tersebut telah berjalan dengan baik. Bahkan kedua
orang tua juga melatih dirinya guna menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari. Mendidik anak melalui contoh perilaku sangat efektif dalam membentuk
74
karakter anak seperti kejujuran, saling menghormati, sopan santun, baik hati,
ramah, dan menaati peraturan.
b. Menerapkan Kedisiplinan
Berkaitan dengan peran orang tua dalam membentuk karakter anak seperti
mentaati peraturan agama di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo peneliti
melakukan wawancara dengan Sumiati (orang tua) di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo yang mengatakan sudah membiasakan anaknya dalam menataati
peraturan agama, contohnya melaksanakan ibadah tepat waktu. Namun
kenyataanya anak saya belum terbiasa sholat tepat waktu dikarenakan faktor lain
seperti malas, apalagi kalau sudah bermain dengan teman sebayanya.
Selain wawancara dengan orang tua di atas peneliti juga melakukan
observasi di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo dengan hasil bahwa orang tua
berusaha membiasakan anak untuk hal-hal positif. Dari hal kecil seperti
membiasakan mematikan televisi kemudian melakukan sholat magrib. Jika anak
tidak mendengarkan sekali dua kali masih orang tegur namun jika sudah berkali-
kali tidak mendengarkan orang tua tidak segan-segan untuk memberi hukuman
bahkan memukul, namun jika sudah bermanin ya lupa waktu.
Berkaitan dengan peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo peneliti melakukan wawancara
dengan Nashar Mamang pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2020 yang
mengatakan;
“Saya mengambarkan hidup itu keras nak kita harus berjuang untuk
membentuk karakternya serta solid dalam menghadapi kehidupan.
Kedisiplinan kepada anak saya baik itu disiplin waktu maupun segala hal
peraturan yang saya buat dirumah.” (Wawancara, 10 Oktober 2020)
75
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang kedua kalinya
yang telah dilakukan bersama dengan Nashar Mamang pada hari Senin tanggal 12
Oktober 2020 yang mengatakan;
“Saya mengambarkan hidup itu keras nak kita harus berjuang untuk
membentuk karakternya serta solid dalam menghadapi kehidupan.
Kedisiplinan kepada anak saya baik itu disiplin waktu maupun segala hal
peraturan yang saya buat dirumah. Dalam lingkup keluarga saya selalu
memberikan anak saya pilihan dengan contohnya saya menyuruhnya bebas
memilih apa saja yang dia ingin makan dari masakan ibunya.”
(Wawancara, 12 Oktober 2020)
Hal demikian dapat diperkuat oleh hasil wawancara yang ketiga kalinya
yang telah dilakukan bersama dengan Nashar Mamang pada hari Selasa 13
Oktober 2020 yang mengatakan;
“Saya mengambarkan hidup itu keras nak kita harus berjuang untuk
membentuk karakternya serta solid dalam menghadapi kehidupan.
Kedisiplinan kepada anak saya baik itu disiplin waktu maupun segala hal
peraturan yang saya buat dirumah. Dalam lingkup keluarga saya selalu
memberikan anak saya pilihan dengan contohnya saya menyuruhnya bebas
memilih apa saja yang dia ingin makan dari masakan ibunya. Dalam
lingkungan saya bebaskan untuk memilih hobi yang mana dia sukai
silahkan saya tidak akan memaksakan anak saya supaya tidak tertekan”
(Wawancara, 13 Oktober 2020)
Dari hasil observasi dan wawancara diatas sudah terlihat bahwasanya
orang tua sudah membiasakan seorang anak kearah keselamatan latih batin dan
akan lebih efektif jika didukung oleh sistem pembiasaan. Membiasakan anak
untuk menerapkan kejujuran, saling menghormati, sopan santun, baik hati, ramah,
dan menaati peraturan supaya anak memiliki karakter yang baik. sebagai gejala
budaya maupun gejala sosial akan membentuk karakter anak menjadi lebih baik.
Membiasakan anak untuk mentaati peraturan agama guna anak dapat memiliki
76
karakter yang baik memang sangat efektif dan sudah diterapkan. Misalnya:
melaksanakan ibadah sholat lima waktu dengan rutin supaya memilik karakter
yang baik. Namun terkadang faktor lain seperti teman sebaya yang terkadang
membuat anak lupa akan sholat. Namun orang tua di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo tidak capek-capek untuk membiasakan agar terbiasa terbentuk
menjadi karakter yang baik.
Wawancara Siti khadijah (masyarakat sekitar) yang mengatakan;
“Di era sekarang agak memprihatinkan karena teknologi yang berkembang
saat ini mulai memberikan dampak yang negatif terutamanya anak yang masih
remaja.” (Wawancara 3 Desember 2020)
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa di Kecamatan
Tempe Kabupaten Wajo terdapat beberapa anak yang masih saja menggunakan
media tanpa pengawasan dari orang tuanya hal tersebut dilihat dari perilaku dan
moral anak yang masih remaja tingkat kedisiplian dan pola perilaku anak masih
kurang dikarenakan pola asuh orang tua terhadap anak yang masih kurang
disiplin dalam mendidik serta mengawasi kegiatan anak terutama dalam
penggunaan media.
Dari hasil wawancara di atas orang tua di Kecamatan Tempe Kabupaten
Wajo mengarahkan untuk membiasakan sholat tepat waktu dengan sistem
pembiasaan belum efektif karena orang tua kurang tegas kepada anak sehingga
anak merasa meremehkan. Membiasakan lebih ditekankan dan ini menjadi salah
satu bentuk pembiasaan yang nantinya akan melekat dan menjadi kebiasaan untuk
anak sehingga anak tidak terbawah arus dampak negatif dari penggunaan
77
teknologi . Akan tetapi anak di era milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten
Wajo terdapat beberapa anak yang masih saja menggunakan media tanpa
pengawasan dari orang tuanya hal tersebut dilihat dari perilaku dan moral anak
yang masih remaja tingkat kedisiplian dan pola perilaku anak masih kurang
dikarenakan pola asuh orang tua terhadap anak yang masih kurang disiplin dalam
mendidik serta mengawasi kegiatan anak terutama dalam penggunaan media.
Adapun hasil wawancara dengan orang tua tersebut yang termasuk peran
orang tua dalam membentuk karakter dengan mendidik melalui contoh perilaku,
menerapkan sistem pendidikan dini, melakukan sistem pembiasaan, budaya dialog
orang tua dengan anak, terapkan prinsip keadilan dalam mengatur waktu yang
tersedia maka penulis menemukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Mendidik melalui contoh prilaku
Adapun peran orang tua dalam membentuk karakter anak dengan
mendidik anak melalui contoh prilaku sebagai berikut:
1) Dengan bertutur kata yang sopan terhadap yang lebih tua
2) Berbicara dengan bahasa lembut atau tidak bernada tinggi
3) Dengan saling tegur sapa
b. Menerapkan Kedisiplinan
Adapun peran orang tua dalam membentuk karakter anak dengan
merapkan sistem pembiasaan sebagai berikut:
1) Membiasakan untuk menaati peraturan agama seperti, melaksanakan ibadah
tepat waktu.
2) Menerapkan tata aturan dalam keluarga sehingga anak lebih disiplin.
78
c. Menerapkan Nilai Budaya Leluhur
Berkaitan dengan peran orang tua dalam membentuk karakter anak
dengan penerapan nilai-nilai budaya leluhur yang menjadi suatu acuan atau
filosofi dari petua di masyarkat bugis di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo
peneliti melakukan wawancara dengan Sumiati yang mengatakan sudah
membiasakan anaknya dalam mengajar serta mendidik anaknya dengan
penerapan nilai budaya yang pegang teguh hingga sekarang.
Selain wawancara dengan orang tua di atas peneliti juga melakukan
observasi di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo dengan hasil bahwa orang tua
berusaha membiasakan anaknya untuk memegang teguh nilai-nilai budaya serta
tata krama dalam kesehariannya.
Berkaitan dengan peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo peneliti melakukan wawancara
dengan Cahyati pada hari Selasa 20 Oktober 2020 beliau mengatakan;
“Dengan menerapkan kedisiplinan, taat aturan dan pastinya tentang
perilaku sopan santun untuk kepribadian si anak tersebut. Mengajarkan
mereka tetap memegang teguh nilai kemanusiaan, keagamaan, dan nilai
nilai budaya dari leluhur mali siparappe, rebba si patokkong, malilu
sipakainge dan juga pengaderreng masyarakat bugis yang artinya tata
krama serta aturan-aturan adat” (Wawancara, 20 Oktober 2020)
Hal demikian didukung dengan temuan penelitian terdahulu dalam bentuk
dokumentasi berupa skripsi Ika Anugrah Dewi Istiana dengan hasil pokok
pembahasan yang dituliskan menyatakan bahwa:
“Nilai budaya leluhur untuk memaksa anak mematuhi aturan yang berlaku
di daerah bugis. Agar perilaku anak tidak menyimpang dan juga
mempunyai etika serta disiplin terhadap aturan-aturan yang berlaku
sehingga tidak melanggar hukum” (Dokumentasi, 20 November 2014)
79
Dari hasil wawancara dan dokumentasi di atas penerapan nilai budaya
di masyarakat bugis orang tua terapkan agar anak tidak melakukan hal-hal
yang dapat merusak moral serta sistem norma yang berlaku di masyarakat
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Orang tua memberikan arahan serta
pengingat yang memegang teguh nilai-nilai kebudayaan “Penggaderreng”
yakni suatu sistem norma yang berlaku di masyarakat bugis tersebut yang
dimana cara orang tua membangun insan yang berbudaya dan bermoral pada
diri seorang anak dengan melestarikan nilai-nilai leluhur yaitu sipakatau (rasa
peduli sesame peduli) sipakalebbi (saling menghormati), sipakainge (saling
mengingatkan) ketiga nilai tersebut merupakan filosofi budaya suku bugis
yang dijunjung tinggi dan dipertahankan hingga saat ini maka orang tua
senantiasa melakukan hal demikian dalam pembentukan karakter anak di era
milenial ini agar anak tidak terpengaruh oleh budaya asing yang masuk
melalaui kecanggihan teknologi yang terdapat disekeliling kita terutamanya
di era modernisasi ini yang dapat memberi pengaruh kurang baik terhadap
anak.
2. Implementasi Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak
di Era Milenial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terungkap bahwa
terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk membentuk
karakter anak yaitu dengan memberikan nasehat kepada anak, membiasakan anak
untuk melakukan hal yang baik dan positif, memberikan contoh yang baik kepada
anak. Selain itu, ketika anak melakukan kesalahan sebaiknya orang tua tidak
80
berbicara dengan perkaataan yang kasar, tidak memberikan hukuman yang
berlebihan kepada anak namun harus diberikan pengertian dan arahan yang baik
terhadap anak.
Selain itu dengan menerapkan pembiasaan yang baik pada anak dapat pula
membentuk karakter baik pada diri anak. Anak akan merasa terbiasa dengan hal-
hal yang positif apabila hal-hal positif tersebut sering dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan penelitian juga terungkap bahwa orang tua sering
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan segala masalah atau
hal apapun yang mengganjal dalam hatinya. Hal ini dilakukan agar anak merasa
diperhatikan oleh orang tua dan tidak merasa sendiri ketika anak tersebut
memiliki suatu persoalan. Orang tua pun bisa memberikan masukan serta nasehat
kepada anak agar anak tidak melakukan hal-hal yang berdampak buruk bagi
dirinya maupun lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter
anak harus dimulai dalam lingkungan keluarga. Dalam era globalisasi saat ini
banyak sekali pengaruh yang datang, baik pengaruh baik maupun buruk. Orang
tua harus mengajarkan nilai-nilai dan sikap yang sesuai dengan norma. Mendidik
anak dilakukan dengan memberikan pengertian kepada anak mengenai hal-hal
yang baik. Selain itu, orang tua juga harus memberikan pendidikan dasar dan
keterampilan dasar seperti pendidikan agama, sopan santun, menumbuhkan rasa
kasih sayang, rasa aman, dan lain sebagainya. Ketika mendidik anak, orang tua
mengedepankan nilai kasih sayang, sehingga anak menerima apa yang diajarkan
oleh orang tua.
81
a. Penerapan Keteladanan Anak Terhadap Orang Tua
Anak adalah cerminan orang tua, apabila orang tua selalu memberi contoh
yang baik kepada anak-anaknya maka anak tersebut akan mempunyai keteladanan
yang baik terhadap orang tua. Peneliti melakukan wawancara dengan Nurjannah
pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 yang mengatakan;
“Orang tua mengajari anak-anaknya dengan cara mencontohkan terlebih
dahulu apa yang seharusnya seorang anak lakukan seperti shalat, mengaji,
pekerjaan rumah, dan hal baik lainnya” (Wawancara, 10 November 2020)
Senada dengan yang di sampaikan oleh Nureni mengatakan bahwa:
“Mendidik anak sedini mungkin untuk membangun karakter dan perilaku
yang sopan dan juga mengajarkan ilmu agama” (Wawancara, 13
November 2020)
Narasumber lain atas nama Sariwati mengatakan bahwa:
“Orang tua mengajari anak-anaknya dengan cara mencontohkan terlebih
dahulu apa yang seharusnya seorang anak lakukan seperti, shalat, mengaji,
pekerjaan rumah dan hal baik lainnya” (Wawancara, 15 November 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa dalam
mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak, seperti menganjurkan shalat 5 waktu,
belajar mengaji, budi pekerti yang baik, sopan santun, dan tolong menolong
sesama teman. Sebagai seorang anak pasti akan melakukan dan menuruti apa yang
diinginkan orang tua.
b. Usaha Yang Dilakukan Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai Keagamaan
Kepada Anak
1) Metode keteladanan
Seorang anak yang baik lahir dari orang tua yang selalu memberikan
contoh yang baik kepada anak-anaknya. Anak tidak bisa dipisahkan dengan orang
82
tua, orang tua ibarat cermin bagi anak, apabila orang tuanya baik maka anak akan
ikut baik, begitu juga dengan sebaliknya. Seperti pepatah mengatakan “Buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya”. Seperti yang dijelaskan oleh Nurjannah mengatakan
bahwa:
“Orang tuanya selalu mengajarkannya tentang kejujuran, karena kejujuran
adalah pondasi utama agar manusia hidup bermartabat dan dihargai orang
lain” (Wawancara, 12 Desember 2020)
Hal demikian didukung oleh temuan peneliti terdahulu dalam bentuk
dokumentasi berupa jurnal dari Abudin Nata dengan hasil pokok pembahasan
yang dituliskan menyatakan bahwa:
“Hal yang terpenting yang harus dilakukan pendidikan islam adalah
mengupayakan agar nilai-nilai yang terdapat dalam akhlak islam, nilai-nilai
peendidikan karakter dan nilai yang benar-benar tertanam kuat dalam generasi
yang hidup di era milenial ini.” (Dokumentasi, 13 Oktober 2018)
Dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa orang tua berperan
sangat penting dalam pembentukan karakter anak di era milenial ini terutamanya
dalam mendidik anak dengan nilai agama dan juga orang tua memberkan contoh
yang baik terhadap anak sehingga hal baik yang dilakukan orang tua akan
dilakukan juga oleh anak maka dari itu orang tua sebagai suri tauladan bagi anak-
anaknya.
2) Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam.
Usaha yang dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai keagamaan kepada
anak tentunya bermacam-macam.
83
Pendapat lain dari Siti Gamaria mengatakan bahwa:
“Orang tuanya selalu melakukan pembisaan terhadap anaknya untuk selalu
shalat pada tepat waktu” (Wawancara, 15 Desember 2020)
Hal demikian didukung oleh temuan penelitian terdahulu dalam bentuk
dokumentasi jurnal dari Abdul Wahib dengan hasil pokok pembahasan yang
dituliskan menyatakan:
“Konsep agar orang tua sebagai pendidik dalam menanamkan nilai-nilai
kepada anaknya sebaiknya berdasarkan ajaran agama Islam agar anak dapat
melakukan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum, norma
kesusilaan dan dengan akhlak yang mulia.” (Dokumentasi 1 November 2015)
Dari hasil wawancara dan dokumentasi di atas orang tua senantiasa
melakukan pembinaan dan mendidik anak dengan nilai-nilai agama dengan
melakukan pembiasaan yang sering dilakukan orang tua yaitu dengan
mengerjakan sholat lima waktu, tidak melakukan suatu hal yang melanggar
hukum agar terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan seorang anak tersebut.
3) Metode Nasehat
Orang tua tak henti-hentinya menasehati anak-anaknya karena cara ini metode
yang efektif dalam membentuk keimanan anak, akhlak, mental dan sosialnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Nurjannah mengatakan bahwa:
“Orang tua anak tersebut selalu menasehati anak mereka jika anaknya
melakukan kesalahan seperti tidak mau shalat, mengaji dan berpuasa”
(Wawancara, 12 Desember 2020)
Berdasarkan hasil dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa anak-
anak di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo sudah menuruti apa yang orang tua
inginkan, seperti orang tua menanamkan nilai keagamaan kepada anak dengan
84
cara shalat dan mengaji. Orang tua sudah melakukan dan memerintahkan anak-
anaknya dalam menanamkan nilai keagamaan.
c. Perkembangan Teknologi Di Era Milenial
Dengan perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi membuat anak
enggan bermain bersama teman-temannya, anak lebih memilih untuk bermain
game online yang ada di handphone mereka, itu menyebabkan anak semakin tidak
peduli dengan lingkungannya. Padahal disisi lain jika anak bermain secara
langsung dengan teman temannya seperti berlari mengejar layang-layang, lompat
jauh, masak-masakan, dan lain sebagainya akan berguna dalam meningkatkan
kerjasama, tolong menolong, gotong royong serta kecerdasan anak.
Wawancara dengan Nureni mengatakan bahwa:
“Anak-anak sekarang lebih suka bermain dari pada belajar, karena aplikasi
yang ada di handphone membuat anak tidak bosan dalam bermain game
online menggunakan handphone tetapi orang tuanya juga selalu memarahi
anaknya kalau selalu di kamar bermain handphone bahkan pada saat
ujian” (Wawancara, 15 Desember 2020)
Lain halnya yang di sampaikan oleh Sariwati mengatakan bahwa:
“Setiap pulang sekolah ibunya selalu menyuruh anak mereka untuk
istirahat dan pada sore hari menyuruh anak mereka ke masjid, tetapi anak
tersebut setelah pulang sekolah langsung bermain handphone untuk
bermain game online” (Wawancara, 20 Desember 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas anak lebih senang memainkan
handphone dari pada belajar, di sini pentingnya peran orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak di era milenial sangat di butuhkan. Orang tua
mengajarkan kepada anak mengenai penggunaan teknologi dengan baik, seperti
bisa membedakan kapan dan dimana teknologi akan digunakan dengan tepat.
Kemudian lingkungan juga berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak,
85
karena itulah lingkungan dengan anak yang suka bermain di alam lebih baik untuk
perkembangan anak di banding dengan lingkungan anak yang suka bermain game
online.
B. Pembahasan
1. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak di Era Milenial
Peran orang tua sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak,
orang tua merupakan pendidik paling utama dan pertama bagi seorang anak.
Orang tua sudah sepatutnya menerapkan pendidikan karakter yang dimulai
sejak dini. Peran dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua adalah
mendidik anak, mengajarkan anak, memberikan perhatian serta kasih sayang
kepada anak. Orang tua merupakan orang pertama yang mengasuh,
membesarkan pertama yang mengasuh, membesarkan, membimbing dan
mendidik serta memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lingkungan pertama yang dilalui anak adalah keluarga
yang merupakan basis utama dalam memberikan pendidikan. Orang tua
memiliki peranan penting dalam upaya pengembangan pribadi anak. Peran
orang tua sangat berpengaruh besar dalam terbentuknya kepribadian anak di
era milenial. Orang tua yang selalu mengajarkan akhlakul karimah untuk anak-
anaknya, agar kelak di masa dewasa anak akan tumbuh menjadi anak yang
berguna dan menjadi contoh untuk generasinya.
Di era milenial seperti sekarang ini kenyataan membuktikan bahwa
hanya sedikit anak yang mau diajak untuk menimba ilmu dalam bidang
keagamaan dikarenakan faktor penyebabnya adalah anak-anak dipengaruhi
86
oleh media-media elektronik seperti handphone, televisi, internet, dan game
online. Mereka lebih senang memainkan media-media elektronik dibanding
belajar. Oleh karena itu, akhlak kepada orang tua, sopan santun, kasih sayang
dan sikap tolong menolong menjadi berkurang. Disinilah peran orang tua
sangat dibutuhkan, sebagai orang tua yang menginginkan anaknya menjadi
orang yang berbudi pekerti yang baik harusnya selalu membimbing dan
mendidik secara terus-menerus. Jika orang tua tidak sama sekali
mengkhawatirkan anak-anak yang terperangkap dengan media-media
elektronik maka, akan rusaknya kepribadian anak tersebut.
Sebagai orang tua harus mampu mengatur waktu, artinya orang tua
harus meluangkan waktu untuk memberi pengawasan, perhatian, kasih sayang,
bimbingan kepada anak disela-sela kesibukan dalam bekerja. Karena dengan
orang tua meluangkan waktu untuk anaknya maka anak akan patuh kepada
orang tua anak akan ramah dan sopan santun terhadap masyarakat di
sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo
terhadap orang tua menunjukkan bahwa orang tua telah melakukan perannya
dengan baik dalam membentuk karakter anak. Karena berdasarkan hasil data
melalui wawancara dan observasi menunjukkan bahwa orang tua telah
melakukan perannya dengan mendidik, mengajarkan, membimbing anak
mengenal nilai-nilai kebaikan. Orang tua juga berlaku baik kepada anak dan
mengarahkan anak ketika anak melakukan suatu kesalahan. Berdasarkan hasil
penelitian juga orangtua memiliki peran yang sangat penting terhadap
87
pembentukan karakter anak. Orang tua bukan hanya memiliki tanggung jawab
untuk mengurus segala kebutuhannya saja melainkan memberikan pendidikan
kepada anak, baik pendidikan karakter, pengetahuan, keterampilan, serta aspek
lainnya.
Orang tua berperan untuk membina serta mendidik anaknya baik dalam
pengembangan pengetahuannya maupun dalam pembentukan karakter anak.
Selain itu juga orang tua berperan untuk melindungi anaknya, memberikan
kasih sayang, perhatian, serta motivasi kepada anak. Orang tua juga
bertanggung jawab pada pendidikan anak. Hal itu memberikan pengertian
bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan
penuh ketergantungan terhadap orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa
bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri.
Peran orang tua bukan hanya untuk merawat dan membesarkannya,
mencukupi segala kebutuhannya. Tetapi, orang tua memiliki tanggung jawab
untuk mendidik dan membina anaknya dalam hal kebaikan. Orang tua selaku
pendidik utama hendaknya selalu memberikan pendidikan yang baik kepada
anaknya, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
berkarakter. Dengan adanya kepribadian orang tua yang baik, maka orang tua
dapat dengan mudah membentuk kepribadian anak dengan baik. Orang tua
dapat membentuk kepribadian anak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang
tuanya mengarahkan anaknya berkepribadian yang baik. Jadi sejak dini orang
tua sudah membentuk kepribadian anaknya sejak dini karena bisa berpengaruh
pada masa depan anaknya kelak. Jika sejak dini anak diajarkan berperilaku
88
tidak baik maka kelak anaknya nanti akan berperilaku yang tidak baik,
begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus senantiasa memberikan
contoh yang baik kepada anaknya untuk membiasakan perilaku baik di era
milenial ini. Karena sampai kapanpun anak akan selalu mengingat tentang
segala hal diajarkan orang tua di masa kecilnya.
2. Implementasi Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak di
Era Milenial
Di era milenial ini perkembangan teknologi semakin mendunia, seluruh
aspek dalam masyarakat dipengaruhi dengan teknologi dan informasi. Kita
ketahui bersama di zaman modern perilaku anak-anak milenial ini ditandai
dengan semakin kuatnya pengguanaan gadged. Maka sebagai orang tua
bagaimana mereka mengembangkan pola asuh agar menciptakan generasi
bangsa yang tidak mendapat pengaruh negatif dari era milenial. Dalam hal ini
orang tua memiliki peran yang sangat utama dalam mengawasi dan
membimbing anak .dengan baik. Orang tua harus memberikan contoh kepada
anak terhadap hal-hal yang baik dengan menggunakan semua teknologi atau
media dengan bijak dan untuk kepentingan yang positif. Keluarga sebagai
lembaga pendidikan pertama dan utama, disamping sangat menentukan dalam
menanamkan dasar-dasar agama, yang tidak kalah pentingnya adalah berperan
besar dalam proses interlisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan kedalam
pribadi anak. Masa anak-anak adalah masa yang paling baik meresap dasar-
dasar kehidupan beragama, dalam hal ini tentu saja di laksanakan dalam
keluarga. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama untuk
89
menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah dan ceramah-ceramah
keagamaan. Kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian
anak.
Hal inilah yang menjadi pemicu dengan penelitian yang akan dilakukan
dengan mencari peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo aspek yang diamati yaitu pola
interaksi orang tua dan anak serta pembinaan karakter yang dilakukan orang
tua terhadap anak khususnya pada era milenial.
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo
terhadap orang tua menunjukkan bahwa di kecamatan Tempe kabupaten Wajo
terdapat beberapa anak yang masih saja menggunakan media tanpa
pengawasan dari orang tuanya hal tersebut dilihat dari perilaku dan moral anak
yang masih remaja tingkat kedisiplian dan pola perilaku anak masih kurang
dikarenakan pola asuh orang tua terhadap anak yang masih kurang disiplin
dalam memdidik serta mengawasi kegiatan anak terutama dalam penggunaan
media. Walaupun di era milenial ini banyak yang mempengaruhi dari
pembentukan kepribadian anak seperti handphone, internet, game online dan
lain-lain. Selain itu ada beberapa penghambat orang tua dalam hal mendidik
anak seperti kurang perhatian terhadap anak sehingga akhlak anak kurang baik.
Selain itu ada beberapa penghambat orang tua dalam hal mendidik anak
seperti kurang perhatian terhadap anak sehingga akhlak anak kurang baik dan
nakal, anak susah untuk di atur, mereka lebih senang bermain dari pada belajar.
Kesibukan orang tua yang mayoritas sebagai petani menyebabkan kurangnya
90
perhatian orang tua terhadap anak. Kemudian pengaruh lingkungan yang
kurang baik, bahkan ada juga orang yang tidak memperhatikan akhlak anak.
Tetapi orang tua di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo selalu mengawasi
anak-anaknya agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik dan sudah
memberikan contoh yang baik untuk anak-anaknya agar mempunyai
kepribadian yang baik.
Dengan demikian implementasi dalam membentuk karakter anak
dimulai dalam lingkungan keluarga. Dalam era milenial saat ini banyak sekali
pengaruh yang datang, baik pengaruh baik maupun buruk. Orang tua harus
mengajarkan nilai-nilai dan sikap yang sesuai dengan norma. Mendidik anak
dilakukan dengan memberikan pengertian kepada anak mengenai hal-hal yang
baik. Selain itu orang tua juga harus memberikan pendidikan dasar dan
keterampilan dasar seperti pendidikan agama, sopan santun, menumbuhkan
rasa kasih sayang, rasa aman, dan lain sebagainya. Ketika mendidik anak,
orang tua mengedepankan nilai kasih sayang, sehingga anak menerima apa
yang diajarkan kepada orang tuanya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama yang memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anaknya. Dimulai dari
keluargalah anak mulai beranjak untuk berinteraksi, menemukan sifat, sikap
dan kemampuan dalam membedakan objek dalam lingkungannya. Oleh karena
itu fungsi keluarga yaitu mengembangkan komunikasi dan menyelesaikan
masalah-masalah anak, supaya anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya dan
dengan itu semua jika anak ada suatu masalah maka anak tidak segan untuk
91
membicarakan kepada orangtuanya. Jadi timbullah keterbukaan antara orang
tua dan anak dan bisa saling memberi masukan untuk menyelesaikan masalah.
Jadi diantara anak dan orang tua dapat saling akrab dan dapat saling
membantu. Jika itu dibiasakan sejak kecil maka dapat berpengaruh baik untuk
seterusnya.
Lingkungan keluargalah yang sangat penting terutama adanya kasih
sayang dari kedua orang tua. Adanya kasih saying orang tua itu sangat
berpengaruh, karena di masa ini, anak-anak berhadapan dengan orang lain,
seperti saudara, guru dan teman sebaya. Pada masa ini pula muncullah sifat
kemauan dari anak dan adanya tuntutan dari lingkungan. Maka oleh karena itu
perlu adanya kasih sayang dari orang tua, dengan memberi kasih sayang itu
bertujuan supaya anak tidak merasa stres. Penanaman kebiasaan yang keliru
dimasa anak-anak dapat berdampak buruk pada karakter dan kepribadian anak.
Kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan
kepribadian anak di era milenial saat ini.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil temuan dan analisis data dalam penelitian ini, maka
peneliti akan membahas mengenai bagaimana peran orang tua dalam
membentuk karakter anak di era milenial (studi kasus Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo), Sesuai dengan hasil penelitian di atas, pembahasan hasil
penelitian diperoleh berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Selanjutnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
92
Tabel 5.1: Interpretasi hasil penelitian
No Informan
Konten
interview
Interpretasi
Relevansi
Teori
1 Sumiati Mengajarkan
segala hal
yang positif
kepada anak
Dalam pembentukan
karakter anak orang tua
senantiasa memberikan
arahan yang lebih baik
kepada anaknya
Teori Peran
2 Nashar
Mamang
Pengaruh
teknologi
dalam
perkembanga
n anak
Perkembangan
teknologi sangat
berpengaruh pada
perkembangan anak di
era milenial ini
Teori
Modernisasi
3 Cahyati Penerapan
kedisiplinan
untuk
kepribadian
Dalam pembentukan
karakter anak penerpan
kedisiplinan serta sopan
santun hal yang baik di
lakukan oleh orang tua
Teori Peran
4 Roslaeni Pengaruh
teknologi
memberikan
referensi
kepada anak
Teknologi yang sangat
berkembang
memberikan refensi
bagi anak dalam ilmu
pengetahuan
Teori
Modernisasi
5 Sariwati Menanamkan
nilai agama
Penanaman nilai agama
terhadap anak sangat
baik terhadap era
milenial ini dalam
pembentukan karakter
Teori peran
6 Sri
wahyuni
Dampak dari
teknologi
Dalam pengaruh
teknologi ada dampak
negatif dan positif
Teori
Modernisai
7 Siti
Khadijah
Mengajarkan
hal
bermanfaat
bagi anak
Dalam pembentukan
karakter anak orang tua
memberikan pengajaran
yang lebih baik lagi dan
mengajarkan suatu hal
yang bermanfaat
Teori Peran
8 Nurjannah Pengaruh Perkembang teknologi Teori
93
teknologi saat
ini anak sulit
untuk
dikendalikan
yang membawa
pengaruh di era
milenial ini membuat
anak lebih susah untuk
di atur
modernisasi
9 Siti
Gamaria
Interaksi
yang
dilakukan
orang tua
terhadap anak
Orang tua berinteraksi
dengan baik kepada
anaknya agar
pementukan karakter
anak berjalan dengan
baik
Teori peran
10 Nur Eni Mengawasi
pergaulan
anak
Dalam pembentukan
karakter anak orang tua
memperhatikan
pergaulan anak di luar
sana dengan teman
sebayanya
Teori peran
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tempe Kabupaten
Wajo terhadap orang tua menunjukkan bahwa orang tua telah melakukan
perannya dengan baik dalam membentuk karakter anak. Karena berdasarkan
hasil data melalui wawancara dan observasi menunjukkan bahwa orang tua
telah melakukan perannya dengan mendidik, mengajarkan, membimbing anak
mengenal nilai-nilai kebaikan. Orang tua juga berprilaku baik kepada anak
serta mengarahkan anak ketika anak melakukan suatu kesalahan. Terkait
dengan era modernisasi ini yang memberikan pengaruh, baik itu pengaruh
positif maupun negatif khususnya pada kalangan remaja.
D. Cara Kerja Teori
Teori peran dikemukakan oleh Robert Ezra Park dalam teorinya
menjelaskan bahwa teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam
terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh
94
budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan
pemahaman bersama yang menuntun kita menurut teori ini, seseorang yang
mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua,
wanita dan lain sebagainya perilaku tersebut ditentukan oleh peran sosial.
Peneliti melihat dari kondisi lapangan bahwa orang tua berperan membina
serta mendidik anaknya dengan baik dalam pengembangan pengetahuannya
maupun dalam membentuk karakter anak dan juga orang tua tidak hanya
memiliki tanggung jawab mengurus segala kebutuhannya anaknya melainkan
memberikan pendidikan baik pendidikan karakter, pengetahuan, keterampilan
serta aspek lainnya.
Teori Modernisasi dikemukakan oleh Wilbert E. Moore dalam
teorinya menjelaskan bahwa teori modernisasi atas penjelasan dan
pembenaran mereka untuk stratifikasi sosial, mendasarkan gagasan mereka
tentang “Kebutuhan fungsional” Modernisasi merupakan suatu perubahan
secara total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial
dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului
oleh berbagai Negara bagian barat yang stabil. Peneliti melihat dari kondisi
lapangan bahwa era modernisasi ini membawa banyak perubahan bagi
seseorang terutamanya pada anak remaja kita ketahui bersama di zaman
modern perilaku anak-anak milenial ini ditandai dengan semakin kuatnya
penggunaan gadged, internet, game online dan lain-lain. Dengan
berkembangnya teknologi yang semakin mendunia memberikan pengaruh
bagi seseorang baik itu pengaruh positif maupun negatif.
95
E. Posisi Penelitian
Kajian tentang peran orang tua dalam membentuk karakter anak telah
dilakukan oleh sejumlah peneliti terdahulu, penelitian yang mengkaji tentang
peran oramg tua dalam mengembangkan religius anak dilingkungan
masyarakat. Hingga membahas kajian peranan orang tua dalam menanamkan
sikap keberagaman anak. Kajian yang lebih relevan mengakaji mengenai
peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Kajian ini memiliki
kesamaan yang mengkaji tentang peran orang tua dalam pembentukan
karakter anak. Dalam penelitiannya lebih fokus pada keterampilan dari anak
dalam mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan
memberikan pembebasan kepada anak memilih kegiatan sendiri tidak
bergantung pada pada orang lain. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan
mengkaji tentang peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era
milenial serta implementasi peran orang tua dalam membentuk karakter anak
di era milenial. Studi ini melengkapi penelitian tentang peranan orang tua.
Kebaruannya, penelitian ini merupakan penelitian yang mengfokuskan
kepada peran orang tua dalam pembentukan karakter anak khususnya di era
milenial ini dengan penerapan nilai agama dan nilai budaya. Salah satu nilai
kebudayaan yang mengajarkan cara hidup adalah “pengaderreng” yang
berarti sistem norma dan aturan-aturan adat yang berlaku di suku bugis
tersebut yang dimana cara orang tua membangun insan yang berbudaya dan
bermoral pada diri seorang anak dengan melestarikan nilai-nilai leluhur yaitu
sipakatau (rasa peduli sesame) sipakalebbi (saling menghormati), sipakainge
96
(saling mengingatkan) ketiga nilai tersebut merupakan filosofi budaya suku
bugis yang dijunjung tinggi dan dipertahankan hingga saat ini. Salah satu
“Pengaderreng” yang masih dilakukan oleh masyarakat adalah “Pemmali”
yaitu suatu larangan yang diyakini seseorang yang dapat menimbulkan
“abala” atau celaka jika dilanggarnya salah satu contoh yaitu “
Riappemmaliangngi ma tula bangi tauwe nasaba’ macilakai” (Dilarang
bertopang dagu sebab akan mendapatkan kesialan) hal tersebut menunjukkan
sikap malas sebab hanya bisa berpangku tangan yang tak mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari berujung pada hidup sengsara dan rasa malas
merupakan hal yang tidak baik untuk kepribadian anak, Maka orang tua
senantiasa melakukan hal demikian dalam pembentukan karakter anak di era
milenial ini agar anak tidak terpengaruh oleh budaya asing yang masuk
melalui kecanggihan teknologi yang terdapat disekeliling kita terutamanya di
era modernisasi ini yang dapat memberi pengaruh kurang baik terhadap anak.
97
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai peran orang tua dalam membentuk karakter
anak di era milenial di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Peran orang tua dalam membentuk karakter anak dilakukan dengan tiga
peran orang tua yaitu mendidik melalui contoh perilaku dan menerapkan
kedisiplinan. Peran orang tua bukan hanya memenuhi segala kebutuhan
yang diperlukan oleh anak tetapi orang tua memiliki peran untuk
mengajarkan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai kebaikan pada anak,
mendidik, membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang postif seperti
diajarkan untuk bersikap mandiri, jujur, disiplin dalam hal waktu maupun
beribadah.
2. Orang tua dalam perananya membentuk karakter anak di era milenial
membiasakan anak untuk bersikap mandiri, jujur, serta disiplin dan juga
orang tua senantiasa mendidik ank dengan penuh pehatian dan kasih sayang.
Pengawasan pergaulan dan pengamplikasian media juga orang tua lakukan
agar anak tersebut tidak terpengaruh oleh dampak negatif era modernisasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang mengacu pada tujuan
dari penelitian ini, maka dapat disarankan beberapa hal yang berkaitan yaitu:
97
98
1. Orang tua di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo hendaknya lebih
memaksimalkan prinsip keadilan dalam mengatur waktu yang tersedia
untuk anak agar pembembentukan karakter berjalan lebih efektif.
2. Anak di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo hendaknya bersikap saling
menghormati, sopan santun, memiliki rasa taggung jawab, baik hati dan
mentaati peraturan. Dan anak harus dapat lebih terbuka dengan kedua
orang tua serta memahami kesibukan orang tua.
3. Untuk peneliti selanjunya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pengalaman dan pengetahuan tanpa menghilangkan nilai keasliannya,
Dalam penelitian ilmu pendidikan sosiologi khususnya penelitian
mengenai peran orang tua dalam pembenukan karakter anak di era
milenial.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua Dalam Membangun Kepribadian Anak.”Diakses
tanggal 26 Agustus 2020.file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/898-Article%20Text-2729-1-10-20151212.pdf
Adawiyah, Atik Ulfah. 2016 “Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter
Anak Masa Kini Di Lingkungan RT 014 RW 005 Kelurahan Cipete Selatan
Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan” (S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Universitas Islamm Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta)
Asiah, Nyanyu Nur. 2016 “Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Usia 7-14
Tahun di RT 38 Kelurahan Demang Lebar Daun Kota Palembang” (S1
Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)
Basya, Hassan Syamsi. 2011. Mendidik Anak Zaman Kita. Jakarta: Zaman.
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum
Departemen Pendidikan Nasional, 2010, Diakses tanggal 23 September 2020
Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fuad, Syamsul. 2010 “Peran Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap
Keberagaman Anak Kecamtan Limo Kota Depok” (S1 Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
Ihsan, Faud.2010. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka.
Irina Fristiana, 2016. Dasar-dasar Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu
Istiana, Ika Anugrah Dewi. 2014 “ Pemmali Kearifan Lokal Dalam Mendidik
Anak Pada Keluarga Bugis Di Kelurahan Kalukuang Kecamatan Tallo
Kota Makassar” (S1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin Makassar)
Kuswati Dyah. 2019 “Peran Guru Dan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter
Anak Usia Dini Di Ra Ponegoro 213 Karanggude Kecamatan Karang
Lewas Kabupaten Banyumas” (S1 Program Studi Pendidikan Islam Anak
Usia Dini Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institu Agama Islam
Negeri Purwokerto)
99
100
Maleong, Lexi J 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.
Maifani, Felia. 2016 “Peranan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak
Sejak Dini Di Desa Lampoh Tarom Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar”(S1 Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh)
Mubarok Yazid, 2018 “Peraan Orang Tua Dalam Membina Karakter Anak
Shaleh Di Desa Sido Mulyo Makamhaji, Kecamtan Kartasura, Kabupaten
Surkoharjo” (S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta)
Nata, A. (2006). Pendidikan Islam Di Era Milenial.Conciacia Jurnal Pendidikan
Islam.
Nurlina, “Peran Orang Tua Dalam Pemebentukan Kepribadian Anak Di Era
Digital.Diakses tanggal 23 September 2020.https://www.researchgate.net/
publication/335831591_Peran_Orang_Tua_dalam_Pembentukan_Kepriba
dian_Anak_di_Era_Digital
Nuraini, Fitria.2020 ”Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Globalisas Di Desa Masigit Kelurahan citangkil kota cilegon ( Skripsi S1
Universitas banten jaya serang)
Peran Pendidikan Keluarga Dalam Membangun Karakter Generasi Bangsa Di Era
Milenial
https://www.kompasiana.com/sri46059/5dbce3ded541df78a0271133/pera
n-pendidikan-keluarga-dalam-membangun-karakter-generasi-bangsa-di-
era-milenial. Diakses tanggal 21 Agustus 2020
Pendidikan Karakter, Diakses tanggal 23 September 2020
https://rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/
Pendidikan karakter, https://ranahteknologi.wordpress.com/2018/01/02/18-nilai-
nilai-pendidikan-karakter-bangsa
indonesia/ Diakses tanggal 23 September 2020
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian Dengan Perspektif Baru,
(Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014)
Sani.A.R.,& Kadri.M, Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter Anak
Yang Islami, ( Jakarta: PT.Bumi Akasara, 2016)
Sajarkawi.2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara.
101
Sari, Nenci Permata. 2016 “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak
Di Kota Padang” (S1 Program Studi Pendidikan Konseling Sekolah
Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (PGRI) Sumatra Barat Padang )
Soekanto, Sarjono.2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Soekanto Sarjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadianata, Nana Syaodih. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Syafi’ah Sukaimi, “Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepribadian Anak:
Tinjauan Psikologi Perkembangan Islam” Diakses tanggal 26 Agustus
2020. file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/515-998-1-SM.pdf
Teori Peran, Diakses tanggal 21 Agustus 2020
https://rinawahyu42.wordpress.com/2011/06/07/teori-peran-rhole-
theory/#:~:text=Teori%20peran%20adalah%20perspektif%20dalam,seseo
rang%20untuk%20menghadapi%20dan%20memenuhi.
Yeni, Evi Fitri.2017“Peranan Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak Di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang
Kabupaten Lampung Utara,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi,Institut Agama Islam Raden Intan Lampung).
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2012, Cet.2)
102
L
A
M
P
I
R
A
N
103
DAFTAR LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
PEDOMAN WAWANCARA
INSTRUMEN WAWANCARA
INSTRUMEN OBSERVASI
MATERI WAWANCARA
ANALISIS DATA HASIL WAWANCARA
FOTO-FOTO
SURAT PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP
104
PEDOMAN OBSERVASI
Di era milenial ini perkembangan teknologi semakin mendunia, seluruh
aspek dalam masyarakat dipengaruhi dengan teknologi dan informasi. kita
ketahui bersama di zaman modern perilaku anak-anak milenial ini ditandai
dengan semakin kuatnya pengguanaan gadged. Maka sebagai orang tua
bagaimana mereka mengembangkan pola asuh agar menciptakan generasi bangsa
yang tidak mendapat pengaruh negatif dari era milenial.Dalam hal ini orang tua
memiliki peran yang sangat utama dalam mengawasi dan membimbing anak
.dengan baik. Orang tua harus memberikan contoh kepada anak terhadap hal-hal
yang baik dengan menggunakan semua teknologi atau media dengan bijak dan
untuk kepentingan yang positif.
Di kecamatan Tempe kabupaten Wajo terdapat beberapa anak yang masih
saja menggunakan media tanpa pengawasan dari orang tuanya hal tersebut dilihat
dari perilaku dan moral anak yang masih remaja tingkat kedisiplian dan pola
perilaku anak masih kurang dikarenakan pola asuh orang tua terhadap anak yang
masih kurang disiplin dalam memdidik serta mengawasi kegiatan anak terutama
dalam penggunaan media.
Hal inilah yang menjadi pemicu dengan penelitian yang akan dilakukan
dengan mencari peran orang tua dalam membentuk karakter anak di era milenial
di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo aspek yang diamati yaitu pola interaksi
orang tua dan anak serta pembinaan karakter yang dilakukan orang tua terhadap
anak khususnya pada era milenial.
105
PEDOMAN WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama :
Umur :
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
2. Apa yang Bapak/Ibu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak?
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
106
PEDOMAN WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Keluarga terdekat dari kalangan Remaja (Informan kunci)
Nama :
Umur :
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah yang anda ketahui tentang era milenial (Modernisasi)?
2. Bagaimana karakter anak remaja di era milenial ini?
3. Bagaimana pengaruh modernisasi pada pembentukan karakter
anak?
4. Bagaimana orang tua menyikapi era milenial ini jika dikaitkan
dalam pembentukan karakter pada anak?
5. Apakah yang menjadi masalah dalam pembentukan karakter
anak di era milenial?
6. Bagimana tanggapan anda melihat sikap anak di era milenial
(Modernisasi)?
7. Bagaimana cara orang tua dalam membentuk karakter anak di
era milenial?
8. Bagaimana cara orang tua mengajarkan kedisplinan kepada
anak?
9. Bagaimana pengaruh modernisasi pada pembentukan karakter
anak?
10. Bagaimana cara orang tua membimbing anak pada era milenial
agar tidak terjadi penyimpangan sosial pada dimasyarakat?
107
PEDOMAN WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Masyarakat sekitar (Informan tambahan)
Nama :
Umur :
No. Pertanyaan Informan
1. Bagiamana tanggapan anda melihat karakter anak remaja di
lingkungan sekitar?
2. Apakah orang tua telah berhasil dalam membentuk kepribadian
anak di era milenial ini?
3. Apa kebiasaan orang tua terpakan dalam membentuk kepribadian
anak?
4. Bagaimana pola komunikasi anak dan orang tua di lingkungan
sekitar anda?
5. Apakah orang tua memberikan bimbingan dan pengawasan
kepada anak? Jika iya bimbingn seperti apa?
6. Sejauh mana upaya orang tua lakukan dalam membina karakter
anaknya?
7. Apa kendala yang orang tua hadapi dalam pembentukan karakter
pada anaknya
?
8. Bagaiamana respon anak ketika mendapat pembinaan dari orang
tuanya?
9. Menurut anda faktor apa yang mempengaruhi karakter anak pada
era milenial?
10. Menurut anda apakah ada kegiatan yang mendukung
keberhasilan dalam membentuk kepribadian anak? Jika ada
jelaskan kegiatan yang seperti apa?
108
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Besse Simpuru
Nim : 105381105416
Judul Skripsi : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak di Era
Milenial (Stdi Kasus Di Kecamatan Tepe Kabupaten Wajo)
Rumusan Masalah Indikator Sub
Indikator
Pertanyaan
1. Bagaimanakah peran
orang tua dalam
membentuk karakter
anak
Karakter
Anak
Pembentuka
n Karakter
Anak
1. Bagaimana
kebiasaan Anda
dalam membentuk
kepribadian Anak.
2. Kegiatan apa saja
yang anda lakukan
pada saat berada di
dalam rumah
dalam upaya
membentuk anak
menjadi karakter
yang baik.
3. Bagaimana cara
bapak/Ibu
mengajarkan sikap
demokratis kepada
anak daam lingkup
keluarga dan
masyakarakat.
Era Milenial Pengruh
teknologi
1. Sebagai orang
tua bagaimana
cara Bapak/Ibu
dalam
membentuk
karakter anak di
era milenial
(zaman modern).
2. Menurut
Bapak/Ibu
bagaimanakah
pengaruh
teknologi (sarana
informasi) dalam
109
mendidik
karakter anak.
3. Bagaimanakah
tanggapan
Bapak/Ibu
tentang era
milenialini
(Zaman modern)
4. Bagimanakah
Bapak/Ibu
mendidik anak
agar pengaruh
modernisasi tidak
menghambat
pembentukan
karakter anak ?
Lingkungan
keluarga
Adanya
pendukung
dan
penghambat
1.Apakah faktor
pendukung dan
penghambat
pembentukan
karakter anak
2. Bagaimanakah
implikasi sosial
peran orang tua
dalam membentuk
karakter anak di era
milenial
era milenial
Menyikapi
era milenial
1. Bagaimana orang
tua menyikapi
era milenial ini
jika dikaitkan
dalam
pembentukan
karakter pada
anak.
2. Bagaimana
tanggapan anda
melihat sikap
anak di era
milenial
(modernisasi)
110
INSTRUMEN OBSERVASI
Nama :Besse Simpuru
Nim : 105381105416
Judul Skripsi : Peran Orang Tua Dala Membentuk Karakter Anak di Era
Milenial (Studi Kasus Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo)
Rumusan Masalah Indikat
or
Sub
Indikator
Item pengamatan Y T Keter
angan
1. Bagaimanakah
peran orang tua
dalam membentuk
karakter anak di era
milenial.
Karaker
anak
Pembentuka
n karakter
anak
Menerapkan kedisiplinan serta perilaku
yang baik terhadap anak seperti sopan
santun dan disiplin aturan.
Menanamkan nilai agama terhadap anak
serta memberikan pemahaman hal yang
baik dan buruk kepada anak.
Jiwa sosial diterapkan sejak dini dan
penerapan kerja sama orang tua terhadap
anak.
Era
meileni
al
Pengaruh
teknologi
Mengarahkan ke hal positif serta
pembatasan pergaulan terhadap anak .
Pengaruh teknologi yang mendatangkan
dampak baik dan buruk sehingga orang
tua kesulitan dalam memberikan
pengajaran kepada anak.
Di Era milenial ini sangat
memprihatinkan banyak anak yang
terjeumus dengan hal yang melanggar
norma yang berlaku d masyarakat.
Penerapan nilai kemanusiaan dan nilai
agama serta nilai-nilai budaya dan
pembatasan penggunaan gadget serta
pergaulan di lingkungan sosial .
Lingku
ngan
keluarg
a
Adanya
pendukung
dan
penghambat
Faktor pendukung pembentukan karakter
anak yaitu lingkungan keluarga dan
sekolah. Faktor penghambat karakter
anak yaitu pengendalian serta pergaulan
anak yang sulit di untuk di atur.
111
2. 2. Bagaimanakah
implikasi sosial peran
orang tua dalam
membentuk karakter
anak di era milenial
Era
milenia
l
Menyikapi
era milenial
Orang tua sebagai penengah terhadap
anak di era modernisasi agar tidak
terjerumus terhadap pergaulan yang
berdampak negative karena pergaruh
lingkungan .
Sikap anak yang kurang beradab dan
berakhlak sehingga harus adanya
pembinaan yang baik terhadap anak.
112
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama : Sumiati
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal :Kamis, 5 November 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab :
Iya
2. Apa yang Bapak/Ibu tahu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Yang saya tahu pendidikan karakter dalam keluarga yaitu
bagaimana kita sebagai orang tua membentuk kepribadian anak
atau medidik anak dalam hal yang positif sama halnya dengan
membentuk karakter anak.
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Faktor pendukung adanya kedekatan antara anak dan otrangtua
sehingga kita dapat mengawasi anak dengan baik
Faktor penghambat adanya faktor lingkumgan dari pergaulan
anak yang berdampak negatif tersebut yang terbawa masuk ke
dalam rumah
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Ya, mengajarkan hal yang positif seperti kedipsiln serta beribada
selebihnya itu orang tua dan anak harus memperkuat komunikasi
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Dengan cara mengarahkan anak hal hal positif dan membatasi
anak dalam bergaul dan tentunya tidak memakai smartphone
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak? Jawab:
113
Kita tau ya di zaman modern ini pengaruh teknologi sekarang
sudah meraja lela jadi anak lebih mengutamaakan bermain atau
menggunaka n sosia meia jadi kita sebagai org tua sulit
memberikan pengajaran yg leebih baik marena anak lebih focus
dengan hpnya
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
Jawab:
Di Zaman modern ini banyak membaawa pengaruh terutama
dikalangan anak remaja baik itu pengaruh negative maupun
positif . pengaruh negative nya dapat memudahkan mengakses
sesuatu tapi dampak negatifnya banyak pengaruh pengaruh dari
media social yang tidak baik (senono) di pertontonkan di media
social.
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Dalam lingkungan keluarga itu dengan menerapkan nilai agama
dan disiplin, dan masyarakat dengan berbaur dilingkungn
masyarakat dengan baik.
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
Belajar serta beribadah bersama anak dan melakukan hal hal
positif kepada anak
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab:
Dengan membatasi penggunaan gadget dan pergaulan diluar sana
sehingga anak tidak terpengaruh dengan hal yang dapat merusak
jasmani maupun rohaninya.
114
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama : Nashar Mamang
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Dealer
Tanggal : Senin, 9 November 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab :
Iya tau, semacam watak atau sifat akhlak dari seorang anak
2. Apa yang Bapak/Ibu tahu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Pendidikan awal yg diberikan kepada orang tua dimna anak bisa
melihat kelakuan atapun perilaku yg diberikan dilngkungan
keluarga
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Faktor pendukung dari sisi keluarga kita bisa memberikan
contoh yang baik
Faktor penghambat di sebabkan oleh lingkunganya bisa melihat
karakter yang buruk dari teman temannya
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Tentunya dengan kedisiplinan dan membiasakan anak untuk
bersifat demokratus dirumah
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Saya mengambarkan hidup itu keras nak kita harus
berjuanguntuk membentuk karakternya serta solid dalam
menghadapi kehiupan
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak?
Jawab: Teknologi sekarang ini sangat berpengaruh saat ini terhadap
115
perkembangan karakter anak karena di teknologi kita dapat
melihat bagaimana perkembangan pergaulan diluar sana itu juga
dapat berdampak bisa berdampak baik bisa berdampak buruk
tergantung bagaimana kita orang tua dapat mengarahkan atau
mendidik karakter
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
Jawab:
Sebenarnya sangat membantu anak kita lebih jenius lagi
bagaimna dia bisa bersaing dengan anak anak yang lain yang
memiliki potensi dan karakter yang baik
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Dalam lingkup keluarga saya selalu memberikan anak saya
pilihan dengan contohnya saya menyuruhnya bebas memilih apa
saja yang dia ingin makan dai masakan ibunya. Dalam
lingkungan saya bebaskan untuk memilih hobi yang mana dia
sukai silahkan saya tidak akan memaksakan anak saya supaya
tidak tertekan.
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
Kedisiplinan kepada anak saya baik itu disiplin waktu maupun
segala hal peraturan yang saya buat dirumah
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab:
Memberikan batasan supaya tidak terlalu terpengaruh kepada
pegaulan anak saat ini . batasan yang saya berikan bagaimana dia
bergaul dengan anak anak dilikungannya daan orang orang yang
memiliki karakter yang baik itu sata tetap berikan batasan dari
segi pergaulan.
116
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama : Cahyati
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal : Jumat, 13 November 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab :
Karakter adalah kepribadian/ sikap yang ada pada diri seseorang
2. Apa yang Bapak/Ibu tahu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Pendiidikan karakter dalam keluarga sangat penting untuk bisa
mengatur dan mendisiplinkan sikap seorang anak
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Faktor pendukung salah satunya yah dari kepribadian anak,
lingkungan keluarga, sekolah sedangkan pengambatnya
kurangnya perhatian dari orang tua yang sibuk dan kemalasan
yang dimiliki anak itu sendiri
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Dengan menerapkan kedisiplinan, taat aturan dan pastinya
tentang perilaku sopan santun untuk kepribadian si anak tersebut
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Dengan cara membatasi penggunaan smartphone yang sekarang
ini semakin banyak dan makin berkembang pesat di era global
ini.
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak?
Jawab:
Pengaruhnya ada positif dan negatifnya, kalau positifnya anak anak lebih mudah memperoleh memperoleh iniformasi apapun
117
baik dalam proses belajar maupun informasi social lainnya,
sedangkan dampak negatifnya anak anak bisa saja memebuka
dan mencari situs yang esenono yang tidak sesuai dengan norma
norma social
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
Jawab:
Di era melenial saat ini sepertinya sangat memprihatinkan karena
makin banyaknya anak anak dibawa umur yang terjerumus
dengan hal ahal yang melanggar hukum, baik dalam dunia nyata
maupun dunia mayaa
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Dengan cara menanamkan nilai nilai agama dan mengajarkan
mereka nilai agama agar paham dalam hal tersebut baik atau
buruk
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
Mengajarkan anak ebih produktiv pastinya dengan memberikan
dan mengajarkan mereka bahwa dunia itu tak seindah yang kita
lihat, dunia luar itu kejam
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab:
Mengajarkan mereka tetap memegang teguh nilai kemanusiaan,
keagamaan, dan nilai nilai budaya dari leluhur mali siparappe,
rebba si patokkong, malilu sipakainge
118
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama : Roslaeni
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Guru
Tanggal : Rabu, 18 November 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab :
Karakter itu nilai khas dari seseorang baik watak, akhlak atau
kepribadian seseorang.
2. Apa yang Bapak/Ibu tahu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Pendidikn karakter daam keluarga hal penting karena sangat
berpengaruh terhadap keharmonisan ddaam rumah tangga
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Faktor pendukung suami/istri harus selalu harus bekerja sama
dalam mendidik anak agar anak lebih mudah unruk dibentuk
karaakter yang ada dalam dirinya, contohnya seorang bapak/ayah
harus selalu memberikan kasih saayang dan perhatian terhadapa
anaknya begitu pula istri. Sedangkan faktor penghambatnya
ketika seorang anak sulit diatur dan kita pun harus peka terhadap
kemauan anak
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Kebiasaan yang sering kami lakukan sebagai orang tua yang baik
yaitu slalu mengikuti keinginan seorang anak yang penting hal
itu positif dan tidak membahayakan dirinya
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Sejak dini mengajarkan anak pendidikan agama, serta aqidah hal
ini sangat penting di zaman modern
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
119
informasi) dalam mendidik karakter anak?
Jawab:
Pengaruh teknologi sangat baik karena didalamnya kita dapat
referensi yang lebih banyak dalam mendidik aatau membentuk
karakter anak
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
Jawab:
Tanggapan kami lebih banyak negative daripada positifnya,
begitu banyak anak anak yang kecanduan oleh gadget yang
sangat merusak mental anak anak serta fisiknya
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Sikap dan perilaku demokratis harus diajarkan sejak dini oleh
anak agar anak tersebut dapat terbentuk jiwa social seta
kerjasamanya akan tumbuh ketika dia dewasa
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
Megajarkan anak adab-adab, mengajakan anak tentang agama,
mengajarkan anak untuk sholat, jujur, disiplin dan sopan santun,
mengajarkan anak hidup bersih, dan memberi tahu anak tentang
hal yang baik dan buruk
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab:
Kita sebagai orang tua mengajarkan anak tentang agama atau
sejarah sejarah islam dan anak tersebut harus diberi fasilitas
mondo agar mendapatkan perilaku yang lebih baik di zaman
,odernisasi seperti ini.
120
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama : Sariwati
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Guru
Tanggal : Senin, 23 November 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab:
Iya tau karakter itu sifat
2. Apa yang Bapak/Ibu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Pendiddikan keluarga yaitu memberikan pendidikan dini
terhadap anak
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Faktor pendukung komunikasi yang baik terhadap anak faktor
penghambat adanya teknologi
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Mengajarkan kedisiplinan kepada anak anak
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Memberikan serta menanamkan nilai-nilai agama terhadap anak
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak?
Jawab:
Sangat berpengaruh karena anak kecanduan teknologi sehingga
perhatian anak lebih menjurus kesana
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
Jawab:
Zaman teknologi yang memberikan dampak terhadap perubahan
121
diri seseorang baik itu negatf maupun positif
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Dalam lingkungan masyarakat dia bebas bergaul dengan
siapapun tetapi harus juga ada pengawasan dari keluarga. Dalam
lingkungan keluarga dia bebas memiih hal apa saja yang dia
inginkan yang bermanfaat untuk dirinya sendiri seperti dia ingin
main atau belajar apa saja yang diinginkan
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
Belajar mandiri seperti mengurus pakaiannya sendiri atau
membuat pr sendiri
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab:
Tentunya dengan membatasi penggunaan gadget serta
mengajarkan anak tentang nilai-nilai agama
122
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama : Sri Wahyuni
Umur : 44 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Honorer
Tanggal : Jumat, 27 November 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab:
Karakter adalah sikap
2. Apa yang Bapak/Ibu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Pendidikan karakter dalam keluarga untuk mendisiplinkan
seseorang
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Factor pendukung salah satunya yah dari kepribadian anak,
lingkungan keluarga dan sekolah sedangkan penghambatnya
kurangnya perhatian dari orang tuanya
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Dengan menerapkan kedisiplinan, taat aturan dan pastinya
tentang prilaku sopan santun untuk kepribadian si anak tersebut
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Dengan cara membatasi penggunaan gadget
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak?
Jawab:
Pengaruhnya ada positif dan negatifnya, kalau positifnya anak-
anak lebih mudah memperoleh informasi apapun baik dalam
proses belajar maupuninformasi social lainnya, sedangkan
dampak negatifnya anak-anak bisa saja membuka dan mencari situs – situs yang senono yang tidak sesuai norma-norma social
123
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
(zaman modern)?
Jawab:
Era milenial sekarang sepertinya sangat memperhatikan karena
makin banyaknya anak-anak di bawah umur yang terjerumus
dengan hal-hal yang melanggar hukum
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Dengan cara menanamkan nilai-nilai agama dan mengajarkan
mereka nilai agama
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
mengajarkan hal yang positif yang dapat mengembangkan
karakter yang bai
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab: Mengajarkan mereka tetap memegang teguh nilai
kemanusian dan keagamaan
124
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Kalangan Orang Tua Di kecamatan Tempe Kabupaten Wajo (Informan
Utama)
Nama :Siti Khadijah
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal : Kamis, 3 Desember 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah Bapak/Ibu tau apa arti dari karakter?
Jawab:
Karakter yaitu kepribadian seseorang
2. Apa yang Bapak/Ibu tentang pendidikan karakter dalam
keluarga?
Jawab:
Pendidikan di usia dini dalam lingkungan keluarga
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pembentukan
karakter anak?
Jawab:
Factor pendukung yaitu lingkungan sekolah, sedangkan
penghambatnya pergaulan di masyarakat
4. Bagaimana kebiasaan anda dalam membentuk kepribadian
terhadap anak?
Jawab:
Mengajarkan sopan santun kepada orang lain
5. Sebagai orang tua bagaimana cara Bapak/Ibu dalam membentuk
karakter anak di era milenial (Zaman modern)?
Jawab:
Mengajak anak ke hal yang lebih bermanfaat lagi
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah pengaruh teknologi (sarana
informasi) dalam mendidik karakter anak?
Jawab:
Pengaruhnya ada positif dan negatifnya, kalau positifnya anak-
anak lebih mudah mengakses internet pada proses pembelajaran,
sedangkan dampak negatifnya kemungkinan anak-anak akan
terjerumus ke hal-hal yang negative akibat terlalu banyaknya
media yang mempertontonkan sesuatu tidak wajar untuk dilihat
anak di bawah umur
7. Bagimanakah tanggapan Bapak/Ibu tentang era milenial ini
125
(zaman modern)?
Jawab:
Diera sekarang agak memperihatinkan karena teknologi yang
berkembang saat ini mulai memberikan dampak yang negative
terutamanya anak yang masih remaja
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan sikap demokratis
kepada anak dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Jawab:
Dengan cara mengajak anak untuk beribadah bersama
9. Kegiataan apa saja yang anda lakukan pada saat berada di dalam
rumah dalam upaya membentuk anak dalam menjadi karakter
yang baik?
Jawab:
Mengajarkan hal yang positif yang dapat mengembangkan
karakter yang baik
10. Bagaimanakah Bapak/Ibu mendidik anak agar pengaruh
modernisasi tidak menghambat pembentukan karakter anak?
Jawab:
Membatasi penggunaan gadget serta mengajak anak melakukan
hal yang lebih bermanfaat terutama untuk karakter serta
kecerdasannya
126
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Keluarga terdekat dari kalangan Remaja (Informan kunci)
Nama : Nurjannah
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : PNS
Tanggal ; Selasa, 8 Desember 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Apakah yang anda ketahui tentang era milenial (Modernisasi)?
Jawab:
Era modernisasi itu zaman teknologi yang memberikan pengaruh
di kehidupan sekarang ini baik itu pengaruh buruk atau baik
tergantung dari seseorang bagaimana menyikapinya
2. Bagaimana karakter anak remaja di era milenial ini?
Jawab:
Ada anak yang karakternya baik ada juga yang buruk mungkin
tergantung dari orang tua yang mendidiknya
3. Bagaimana pengaruh modernisasi pada pembentukan karakter
anak?
Jawab:
Sangat bepengaruh karena era modernisasi ini banyak membawa
pengaruh negative pada anak dikalangan remaja sehingga orang
tua sulit mengendalikan anak tersebut
4. Bagaimana orang tua menyikapi era milenial ini jika dikaitkan
dalam pembentukan karakter pada anak?
Jawab:
Orang tua menjadi penengah kepada anaknya agar anak tidak
terjerumus dalam pergaulan diluar sana yang memberikan
dampak negative pada anaknya dan juga tidak terkena pengaruh
lingkungan
5. Apakah yang menjadi masalah dalam pembentukan karakter
anak di era milenial?
Jawab:
karena teknologi yang semakin berkembang jadi anak tidak
terlalu merespon baik orang tua nya karena di era ini banyaknya
teknologi yang dapat merusak karakter anak terutamanya
penggunaa gadget yang kita tau besar dampak negatifnya
sehingga orang tua agak sulit melakukan pembinaan kepada
anaknya
6. Bagimana tanggapan anda melihat sikap anak di era milenial
127
(Modernisasi)?
Jawab:
Sikap anak sekarang kurang beradab dan kurang baik akhlaknya
padaa zaman modenisasi menurut saya sudah batas wajar lagi
sebaiknya anak harus diajarkan dan bina sebaik baiknya
7. Bagaimana cara orang tua dalam membentuk karakter anak di
era milenial?
Jawaab:
Hanya sekedar menasehati sekali dua kali dan memberikan
pengajaran yang baik dan megarahkan hal hal positif
8. Bagaimana cara orang tua mengajarkan kedisplinan kepada
anak?
Jawab:
Dengan cara orang tua memberikan sebuah peraturan yang dia
buat dirumahnya untuk anak anaknya dan anak harus patuh dan
taat apada aturan tersebut
9. Apakah saran anda terhadap orang tua dalam melakukan
pembentukan karakter anak?
Jawab:
Ya saran saya anak harus betul betul di awasi baik di dalam
rumah maupun pergulannya diluar sana agar tidak terjadi
penympangan social serta membtasi penggunaan gadget terhadap
anak dan juga mengajak anak melakukan ha hal yang lebih
bermanfaat
10. Bagaimana cara orang tua membimbing anak pada era milenial
agar tidak terjadi penyimpangan sosial di masyarakat?
Jawab:
Dengan cara memberikan arahan yang baik dan penagawasan
terhadap anak serta membatsi anak tidak terlalu bergaul dengan
teman temanya yang dapat memberikan dampak negative kepada
anaknya
128
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Masyarakat sekitar (Informan tambahan)
Nama : sitti gamaria
Umur : 38 tahun
Pekerjaaan : IRT
Tanggal : Selasa, 15 Desember 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Bagiamana tanggapan anda melihat karakter anak remaja di
lingkungan sekitar?
Jawab:
Menurut saya, masih banyka sekali remaja dilingkungan Sekitar
yang belum memiiki karakter, baik dari segi sikap mau pun
social
2. Apakah orang tua telah berhasil dalam membentuk kepribadian
anak di era milenial ini?
Jawab:
Menurut saya, masih banyak org tua yang gagal dalam
mmbentuk karakter anak di era milenial ini
3. Apa kebiasaan orang tua terpakan dalam membentuk kepribadian
anak?
Jawab:
Orangtua senantiasa memberikan peendidian kepada anak2nya,
baik dalam ilmu agama,pemebentukan moral dan social.
4. Bagaimana pola komunikasi anak dan orang tua di lingkungan
sekitar anda?
Jawab:
Orang tua dan anak saling berinteaksi dan saling mengeluaran
pendapat.
5. Apakah orang tua memberikan bimbingan dan pengawasan
kepada anak? Jika iya bimbingn seperti apa?
Jawab:
Iya, bimbingan agar anak anak selalu berfikir positifdan
terhindar dari prgaulan bebas seperti banyaknya remaja saat ini,
contohnya selalu memmberkan mtivasi terhadap anak,
mengajarkan anak anak melakukan hal hal yang posituf dan
selalu ikuti perkembangan anak
6. Sejauh mana upaya orang tua lakukan dalam membina karakter
anaknya?
Jawab:
129
Tidak cukup hanya memberikan pendidikan dalam rumah, tapi
juga dilingkungan sekolah dan masyarakat, agar mereka dapat
belajar berbagai hal
7. Apa kendala yang orang tua hadapi dalam pembentukan karakter
pada anaknya
?
Jawab:
Kendala yang orang tua hadapi dalam membentuk karakter anak,
kebanyakan karena banyaknya anak anak yang terpengaruh
dengan teknologi. Banyak hal hal negative yang mereka
dapatkan khususnya gadget dan makin berkembang saat ini
8. Bagaiamana respon anak ketika mendapat pembinaan dari orang
tuanya?
Jawab:
Banyak anak anak yang masih mengabaikan pembinaan orang
tuanya
9. Menurut anda faktor apa yang mempengaruhi karakter anak pada
era milenial?
Jawab:
Faktor tingginya teknologi saat ini terutama penggunaa gadget
10. Menurut anda apakah ada kegiatan yang mendukung
keberhasilan dalam membentuk kepribadian anak? Jika ada
jelaskan kegiatan yang seperti apa?
Jawab:
Ada, luangkan waktu yang banyak untyk anak, usahakan sering
mengajak mereka berinterksi dan mengajaknya melakukan hal
hal positf, contohnya mengajak anak dalam membersihkan
lingkungan rumah, mengajak anak berkreasi sambil belajar, dan
maih banyak lagi yang lainnya.
130
MATERI WAWANCARA
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Era
Milenial (studi kasus kecamatan Tempe kabupaten Wajo)
Masyarakat sekitar (Informan tambahan)
Nama : Nureni
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal : Minggu, 20 Desember 2020
No. Pertanyaan Informan
1. Bagiamana tanggapan anda melihat karakter anak remaja di
lingkungan sekitar?
Jawab:
Masih banyak ji anak anak ku liat yang sikapnya kurang baik
disekitar sini tapi ada juga yang baik mi saya liat tapi Cuma
sedikit ji
2. Apakah orang tua telah berhasil dalam membentuk kepribadian
anak di era milenial ini?
Jawab:
Ya lumayan ada yang berhasil ada juga belum bisa bentuk
kepribadian anaknya dngan baik
3. Apa kebiasaan orang tua terapkan dalam membentuk kepribadian
anak?
Jawab:
Ya mendidik anak ke hal yang positif agar anak tidak salah
pergaulan karena yang saya lihat sekarang ini dizaman modern
ini banyak anak yang kurang sopan santun kepada orang lain
tidak seperti mi dulu.
4. Bagaimana pola komunikasi anak dan orang tua di lingkungan
sekitar anda?
Jawab:
Sudah baik tapi yang saya lihat keebanyakan orang tua dan anak
masih kurang baik pola kominikasinya karena anak sekarang
lebih banyak menghabiskan dengan gadget
5. Apakah orang tua memberikan bimbingan dan pengawasan
kepada anak? Jika iya bimbingn seperti apa?
Jawab:
Iya, dengan membimbing serta memberikan arahan kepada anak
agar tidak terpengaruh dengan pergaulan di zaman sekrang
6. Sejauh mana upaya orang tua lakukan dalam membina karakter
anaknya?
131
Jawab:
Mendidik anak sedini mungkin untuk membangun karakter dan
perilaku yang sopan dan juga mengajarkan ilmu agama
7. Apa kendala yang orang tua hadapi dalam pembentukan karakter
pada anaknya
?
Jawab:
Karena adanya gadget sehingga orang tua agak sulit melakukan
pembinaan terhadap anak nya karena banyaknya hal yang
negative yang didapatkan di social media
8. Bagaiamana respon anak ketika mendapat pembinaan dari orang
tuanya?
Jawab:
Kalo respon anak masih kurang baik terhadap orang tua nya klo
disekitar sini
9. Menurut anda faktor apa yang mempengaruhi karakter anak pada
era milenial?
Jawab:
Yang pertama faktor lingkungan seperti pergaulan anak diluar
sana
Yang kedua faktor teknologi pada zaman sekarang ini yang
banyak memberikan negative pada masyarakat
10. Menurut anda apakah ada kegiatan yang mendukung
keberhasilan dalam membentuk kepribadian anak? Jika ada
jelaskan kegiatan yang seperti apa?
Jawab:
Menurut saya, Sebaiknya anak dan orang tua harus membangun
komunikasi yang baik serta melakukan hal yang positif
didampingi orang tua seperti mengajak anak beribadah dan
belajar bersama.
132
ANALISIS DATA HASIL WAWANCARA
1. Keluarga Terdekat Anak Remaja (Informan Kunci)
No. Sumber Hasil Wawancara Kesimpulan
1. Nurjannah Nurjannah selaku keluarga
terdekat dari anak remaja iya
mengatakan “ Era
modenisasi ini memberikan
pengaruh dikehidupan
sekarang ini baik itu
pengaruh baik atau buruk
tergantung dari seseorang
tersebut dan karakter anak
remaja era sekarang jika
diperhatikan karakter anak
ada yang baik ada juga yang
buruk kalo masalah itu ya
tergantung dari orang tua
tersebut bagaimana dia
mendidiknya dalam
menyikapi era milenial ini
orang tua harus jadi
penengah kepada anaknya
agar tidak telibat dalam
pergaulan diluar sana yang
membawa dampak negative
dan biasanya juga oarng tua
mendapat kesulitan
mendidik anak –anak
mereka karena pengaruh
teknologi yang sangat
berkembang yang memberi
pengaruh pada karakter anak
yang membuat karakter anak
kurang beradab sera
akhlaknya yang kurang baik.
Cara orang tua memberikan
pengajaran terhadap
anaknya dengan
memberikan nasehat
sesekali dan tentunya juga
mengajarkan ke hal-hal yang
positif dan juga
mengajarkan kedisiplinan
serta taat aturan. Saran
Di era milenial ini sangat
mempengaruhi kehidupan
seseorang terutamnya pada
anak remaja peran orang tua
disini sangat dibutuhkan
dalam pembentukan karakter
di zaman modernisasi karena
pengaruh dari luar membuat
anak tidak terkontrol ada dua
factor hal yang harus orang
tua perhatikan yang pertama
penggunaan gadget yang
kedua pergaulan diluar sana
yang mmbawa dampak
negative pada anak itu
sendiri. Anak harus diberikan
pengajaran dan pengawasan
yang baik terhadap orang tua
nya agar tidak terjerumus ke
hal-hal yang negative dan
juga mengajarkan sikap
disiplin dan mengarahkan ke
hal yang positif sehingga
anak tidak salah dalam
bergaul dan tidak adanya
penyimpanagn social yang
dilakukan oleh anak remaja.
133
untuk orang tua harus
mengawasi betul-betul
anaknya didalam maupun
diluar rumah agar tidak
terjadi penyimpangan social
dan juga dibatasi anaknya
untuk tidak memakai gadget.
2. Orang Tua Dikalangan Remaja (Informan Utama)
No. Sumber Hasil Wawancara Kesimpulan
1 Sumiati Sumiati selaku orang tua dari anak remaja
mengatakan “ Pendidikan karakter dalam
keluarga bagaimana kita sebagai orang tua
membentuk kepribadian anak atau
mendidik anak dalam hal yang positif. Kita
orang tua mendapat dukungan dalam
membentuk karakter anak jika kedekatan
orang tua dan anak sangat baik sehingga
dapat mengawasi anak-anak. tetapi factor
penghambatnya jika anak terlalu bergaul di
luar sana yang biasa berdampak negative.
Cara yang biasa dilakukan agar anak
terbentuk kepribadiannya yaitu
mengajarkan hal-hal positif seperti
kedisiplinan dan beribadah seta membatasi
pergaulan anak dan juga membatasi
memakai hp karena anak lebih suka
menggunakan aplikasi yang tidak pantas di
maini. Dizaman modern ini banyak
membawa pengaruh terutama pada anak
remaja baik itu pengaruh baik maupun
buruk.pengaruh buruknya karena banyak
pengauh dari media social yang tidak baik
dipertontonkan dimedia social.
Dalam lingkungan keluarga
pendidikan karakter sangat
dibutuhkan dalam
pembentukan karakter
kepribadian dalam
mendidik anak olehnya itu
orang tua harus menjalin
kedekatan terhadap anaknya
agar orang tua lebih
gampang mengawasi
pergaulan anaknya dan juga
mengawasi anaknya dalam
penggunaan gadget supaya
tidak terjadi
penyalahgunaan social
media serta orang tua harus
menerapkan kedisiplinan
kepada anaknya dan
mengarahkan ke hal yang
positif sehingga anak tidak
terkena dampak buruknya
media social dan pergaulan
diluar rumah .
2. Nashar. M Nashar mamang selaku orang tua dari anak
remaja “ Pendidikan karakter dalam
keluarga adalah pendidikan awal yang
diberikan orang tua untuk kedepannya
factor pendukung dan penghambat bagi
orang tua dalam membentuk karakter anak
yaitu factor pendukungnya dari keluarga
Pendidikan karakter hal
yang penting dan utama
dalam pembentukan
karakter anak maka dari itu
orang tua memberikan
contoh yang baik pula untuk
anaknya karena sejatinya
134
sendiri apakah memberikan contoh baik
atau buruk kepada anaknya factor
penghambatnya dari pergaulan bersama
teman-temannya. kebiasan yang saya
lakukan dalam membentuk kepribadian
anak dengan mengajarkan sifat disiplin
dan bersifat demokratis dirumah dan
sedikit menggambarkan hidup itu keras
dan harus berjuang karena pengaruh
teknologi di era sekarang menjadikan
pergaulan diluar sana berdampak buruk.
Tapi disamping itu juga teknologi
membantu anak kita lebih jenius sehingga
dia bisa bersaing dengan anak-anak lain
yang memiliki potensi dan karakter yang
baik. Agar anak pengaruh modernisasi
tidak menghambat pembentukan karakter
anak yaitu dengan membatasi pergaulan
dengan teman sebayanya.
anak meniru kelakukan dari
orang tuanya dan hal yang
perlu di awasi oleh orang
tua yaitu pergaulan teman
sebayanyayang menjadikan
pergaulan diluar sana
berdampak buruk. Hal yang
dilakukan orang tua dalam
membina anak yaitu dengan
sifat disiplin. Disamping itu
dengan adanya teknologi
membantu anak dalam
proses pembelajaran tetapi
juga harus perlu ada
pengawasan dari orang tua.
3. Cahyati Cahyati selaku orang tua dari anak remaja
mengatakan “ pendidikan karakter dalam
keluarga sangat penting untuk bisa
mengatur dan mendisiplinkan anak. Faktor
pendukung dalam mendidik anak yaitu
lingkungan keluarga dan sekolah factor
penghambatnya yaitu kurang perhatian
dari orang tua yang biasanya juga kalo
terlalu sibuk. Kebiasaan yang biasa di
lakukan dalam pembentukan karakter anak
menerapkan kedisiplinan dan taat aturan
dan periaku sopan santun dan juga
membatasi penggunaan smartphone yang
berkembang pesat di era global. Pengaruh
teknologi dalam mendidik anak ada yang
positif ada juga yang negative kalo
positifnya anak lebih mudah memperoleh
informasi dalam proses pembelajaran
dampak negatifnya bisa saja ank membuka
juga mencari situs yang senono yang tidak
sesuai dengan norma social. Tanggapan
saya di era sekarang sangat memprihatikan
karena banyak remaja yang terjerumus
dalam hal yang melanggar hukum. Agar
pengaruh modernisasi tidak menghambat
pembentukan karakter anak yaitu dengan
mengajarkan mereka tetap memegang
Pentingnya pendidikan
karakter dalam keluarga
untuk dapat mendisiplinkan
dan mengatur anak.
Pendidikan karakter dalam
keluarga tidak hanya
didukung jika didalam
rumah saja tetapi juga
membtuhkan lingkungan
sekolah agar karakternya
terbentuk dan orang tua
juga memberikan perhatian
yang lebih kepada anaknya
agar pembentukan karakter
kepada anak berjalan
dengan baik selain dari itu
orang tua juga menerapkan
kedisplinan dan taat aturan
serta mengajarkan sopan
santun kepada anak tidak
hanya itu senantiasa
mengajarkan memegang
teguh nilai leluhur dan
agama. pembatasan
penggunaan smartphone
juga diterapkan oleh orang
tua karena melihat
135
teguh nilai kemanusian, agama dan budaya
dari leluhur mali siparappe, rebba
sipatokkong, malilu sipakainge.
banyaknya anak yang sudah
terjerumus yang melanggar
hukum.
4 Roslaeni Rosleni selaku orang tua dari anak remaja
mengatakan “ Pendidikan karakter dalam
keluarga hal yang sangat penting karena
berpengaruh dalam keharmonisan rumah
tangga. pembentukan karakter anak ada
factor penghambat ada juga
pendukungnya. Factor Pendukungnya
suami/istri bekerja sama dalam mendidik
anak factor penghambatnya anak susah
untuk diatur. Kebiasaan yang dilakukan
dalam membentuk kepribadian anak yaitu
dengan mengikuti keinginan seorang anak
yang penting hal positif dan tidak
membahayakan dirinya serta mengajarkan
anak pendidikan agama dan aqidah karena
sangat penting di zaman modern ini seperti
mengajarkan adab-adab, jujur, sholat, dan
sopan santun. Pengaruh teknologi dalam
pembentukan karakter anak berdampak
positif dan negative. Tetapi lebih banyak
negatifnya karena banyak kecanduan oleh
gadget yang merusak mental anak. Agar
pengaruh modernisasi tidak menghambat
pembentukan karakter anak harus
diberikan fasilitas mondok agar perilaku
baik di modernisasi ini.
Pendidikan karakter dalam
keluarga sangat
berpengaruh dalam
keharmonisan rumah tangga
olehnya itu suami istri harus
bekerja sama dalam
mendidik sehingga anak
tidak susah untuk diatur.
Orang tua senantiasa
mengikuti keinginan
seorang anak yang berbau
positif dan tidak
membahayakan dirinya
sehingga baik dalam
pembentukan karakter anak
dan juga mengajarkan anak
dalam pendidikan agama
(mondok) aqidah dan
akhlak sehingga anak jauh
dari pengaruh zaman
modern. Pengaruh teknologi
zaman sekarang mempunyai
dampak baik buruk bagi
kehiupan seseorang
terutamanya pada anak
remaja.
5 Sariwati Sariwati selaku orang tua dari anak remaja
mengatakan “ Pendidikan karakter dalam
keluarga yaitu memberikan pendidikan
dini terhadap anak. Ada faktor yang dapat
menunjang keberhasilan dalam mendidik
anak yaitu komunikasi yang baik terhadap
anak dan factor penghambat nya dengan
teknologi yang berkembang di zaman
sekarang. Kebiasaan yang dilakukan dalam
membentuk kepribadian anak dengan
mengajarkan kedisiplinan, menanamkan
nilai nilai agama terhadap anak serta
membabaskan anak bergaul dengan siapa
pun tapi harus ada pengawasan dari orang
tua dan juga mengajarkan anak untuk tetap
mandiri. Agar pengaruh modernisasi tidak
menghambat pembentukan karakter anak
Pendidikan karakter yaitu
pendidikan dini yang
diberikan kepada anak
orang tua harus menjalin
komunikasi yang baik agar
orang tua tidak kesulitan
adalam membina karakter
anak karena adanya factor
teknologi yang berkembang
di zaman modern ini. Hal
yang dilakukan oleh orang
tua dalam pembentukan
karakter mengajarakan
disiplin, menanamkan nilai
agama memberikan
pembebasan dalam bergaul
tapi tetap dalam
136
selaku orang tua tentunya membatasi
penggunaan gadget serta mengajarkan
anak tentang nilai agama.
pengawasan dari orang tua
tersebut serta membatasi
penggunaan gadget agar
anak tidak kecanduan .
6 Sri
Wahyuni
Sriwahyuni selaku orang tua dari anak
remaja mengatakan “ Pendidikan karakter
dalam keluarga untuk mendisiplinkan
seseorang. Dalam membina anak ada
factor pendukungnya yaitu kepribadian
anak dan lingkungan serta sekolah factor
penghambatnya kurang perhatian dari
orang tua. Kebiasaan yang biasa dilakukan
dalam membina anak yaitu mengajarkan
sopan santun dan taat aturan dan tentunya
dengan membatasi penggunaan gadget dan
menanamkan nilai-nilai agama sehingga
dapat mengembangkan karakter yang baik.
Agar pengaruh modernsasi tidak
menghambat pembentukan karakter anak
selaku orang tua kita mengajaran niai
agama dan kemanusiaan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Pendidikan karakter untuk
mendisiplinkan seorang
anak. Ada dua factor yang
dapat penunjang serta
menghambat dalam proses
pembentukan kepribadian,
penunjangnya adalah
kepribadian anak itu sendiri,
penghambatnya kurang
perhatian dari orang tuanya
olehnya hal yang harus
dilakukan oleh orang tua
dalam proses pembentukan
kepribadian anak dengan
mengajarkan sopan santun
dan juga penggunaan
smartphone yang harus
dibatasi pada anak serta
menanamkan niai agama.
7 Siti
Khadijah
Siti khadijah selaku orang tua dari anak
remaja mengatakan “ Pendidikan karakter
dalam keluarga adalah pendidikan anak
usia dini dalam lingkungan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak biasanya
yang saya lakukan yaitu dengan
mengajarkan sopan santun kepada orang
lain, mengajak anak ke hal yang lebih
bermanfaat serta mengajak anak untuk
beribadah bersama tentunya juga
mengajarkan ke hal-hal positif yang dapat
mengembangkan karakter anak yang lebih
baik. Dalam mendidik anak ada factor
pendukung dan penghambat nya, factor
pendukungya dengan adanya lingkungan
sekolah sedangkan factor penghambatnya
pergaulan di masyarkat. Pengaruh
teknologi dalam pembentukan karakter
anak ada baiknya ada juga buruk, hal
baiknya karena anak mudah mengakses
pembelajaran melalaui smartphone tetapi
buruknya banyak media yang
mempertontonkan sesuatu tidak wajar
Pendidikan karakter adalah
pendidikan anak usia dini
dalam keluarga. Dalam hal
ini orang tua biasanya
mengajarkan bersikap sopan
kepada orang lain dan juga
mengajak anak melakukan
hal yang lebih berguna
seperti mengajak anak
umtuk beribadah bersama
untuk pembentukan
karakter anak yang lebih
baik.karena pengaruh
teknologi semakin
berkembang dan banyak
pengaruh yang berdampak
negative maka orang tua
membatasi anaknya untuk
tidak sering menggunakan
gadget meskipun juga
terdapat pengaruh positif
dalam penggunaan gadget
yang mebuat anak lebih
137
terhadap anak di bawah umur. Agar
pengaruh teknologi tidak mengahambat
pembentukan karakter anak yaitu dengan
cara membatasi penggunaan gadget dan
juga mengajak anak melakukan hal yang
lebih bermanfaat terutama untuk
kecerdasannya.
gampang belajar dan
mengetahui pembelajaran
yang lebih banyak lagi.
3. Masyarakat sekitar ( informan tambahan)
No. Sumber Hasil Wawancara Kesimpulan
1 Siti
Gamaria
Siti gamaria masyarakat sekitar
yang mengatakan “ karakter anak
di lingkungan sekitar masih
banyak sekali remaja
dilingkungan sekitar belum
memiliki karakter yang baik
dalam lingkungan social, orang
tua masih gagal dalam membentuk
karakter anak di era sekarang
upaya yang dia lakukan ialah
dengan memberikan pendidikan
kepada anaknya baik dalam ilmu
agama maupun pembentukan
moral dan social serta
memberikan bimbingan agar anak
sealu berfikir positif dan terhindar
dari pergaulan bebas seperti
kebanyakan anak remaja alami
sekarang dalam membina karakter
anak tidak cukup jika hanya
pendidikan dalam rumah saja
tetapi juga dilingkungan
masyarakat dan sekolah. Pola
interaksi social antara anak dan
orang tua berinteraksi dengan baik
dan saling mengeluarkan
pendapat. Kendala yang biasanya
orang tua hadapi banyaknya
pengaruh buruk dari teknologi.
Kegiatan yang dapat mendukung
keberhasilan dalam pembentukan
karakter anak yaitu orang tua
harus meluangkan waktu untuk
anak-anaknya mengajak
berinteraski dengan baik dan juga
Di lingkungan sekitar
masyarakat masih
banyak anak remaja
yang memiliki
karakter baik masih
ada orang tua gagal
dalam mendidik
anaknya sehingga
upaya orang tua
lakukan mengajarkan
ilmu agama moral
maupun social dan
terlepas dari itu orang
tua juga memberikan
didikan di lingkungan
sekolah dan
masyarakat.
Komunikasi yang baik
antara oaring tua dan
anak juga sebagai
penunjang
keberhasilan dalam
membentuk karakter
anak dan juga orang
tua harus meluangkan
waktunya untuk
anaknya sehingga
terjalin komunikasi
yang baik antara anak
dan orang tua aagar
terhindar dari
pengaruh buruk
teknologi dan
peragaulan diluar sana.
138
mengajak anaknya untuk
melakukan hal positif
2. Nureni Nureni selaku masyarakat sekitar
mengatakan “ Karakter anak
remaja disekitar rumah masih
banyak anak yang sikapnya
kurang baik tapi ada juga yang
sudah baik. Orang tua sebagian
sudah membentuk karakter
anaknya dengan baik. Cara orang
tua terapkan dalam pembentukan
karakter anak dengan mendidik
anak ke hal-hal positif agar anak
tidak salah pergaulan karena di
zaman modern ini banyak anak
yang kurang sopan santunnya
orang lain tidak seperti waktu
zamam dulu dan orang tua
senantiasa membimbing serta
memberikan arahan kepada anak
agar tidak terpengaruh dengan
pergaulan sekarang dan mendidik
anak sedini mungkin untuk
membangun karakternya. Kendala
orang tua biasa hadapi yaitu
adanya gadget. Respon anak
kepada orang tuanya masih kurang
baik kalo disekitar sini. Kegiatan
yang bisa mendukung
keberhasilan dalam pembentukan
karakter anak sebaiknya anak dan
orang tua harus membangun
komunikasi yang baik juga
melakukan hal positif didampingi
orang tua contonya mengajak anak
beribadah dan belajar bersama.
Anak remaja di
lingkungan sekitar
sebagian sudah
memiliki karakter
yang baik meskipun
hanya sebagian saja
masih ada anak yang
kurang erespon
pembinaan terhadap
oran tuanya tetapi
sebagian orang tua
telah berhasil
mendidik anaknya
dengan baik yaitu
dengan cara
membatasi pergaulan
anak tersebut dan
mengarahkan anaknya
ke hal yang lebih
bermanfaat dan orang
tua mendidik sedini
mungkin anaknya agar
anak tidak terpengaruh
pergaulan diluar sana
yang berdampak
negatif.
139
DOKUMENTASI
Gambar 1: Wawancara dengan informan Nashar Mamang ( 9 November 2020)
Gambar 2: Wawancara dengan informan Nur Eni (20 Desember 2020)
140
Gambar 3: Wawancara dengan informan Sumiati (5 November 2020)
Gambar 4: Wawancara dengan informan Sri wahyuni (27 November 2020)
141
Gambar 5: Wawancara dengan informan Siti Gamariah ( 15 Desember)
Gambar 6: Wawancara dengan informan Sariwati (23 November)
142
Gambar 7: Wawancara dengan informan nurjannah ( 8 Desember 2020)
Gambar 8: Wawancara dengan informan siti khadijah ( 3 Desember 2020)
143
Gambar 9 : wawancara dengan infoman Roslaeni ( 18 Desember 2020)
Gambar 10 : Wawancara dengan informan cahyati ( 13 November 2020)
144
145
146
147
148
149
150
151
RIWAYAT HIDUP
Besse Simpuru, Lahir di Kabupaten Wajo tepatnya di
Kecamatan Tempe Kelurahan Cempalagi, Kamis 13 Juni 1997.
Anak ketiga dari empat bersaudara pasangan dari Hapri Ramli
dan Nurlailah. Penulis pertama kali masuk di pendidikan
formal di Tk As’Adiyah Sengkang pada tahun 2002 setelah
tamat Tk, penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di Madrasah Ibtidayah
As’Adiyah, No.3 Sengkang pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2009. Setelah
tamat SD, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
NEGERI 1 Sengkang pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Kemudian
penulis melanjukan ke sekolah menengah atas di SMK NEGERI 1 Sengkang
masuk pada tahun 2012 dan tamat pada tahun 2015. Dan pada tahun 2016 penulis
melanjutkan mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Makassar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, pada Program Studi
Pendidikan Sosiologi. Penulis menyelesaikan kuliah strata satu (S1) Pada tahun
2021.