Upload
others
View
21
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN KELOMPOK WANITA TANI DALAM
PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PROGRAM
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) DI DESA
BALANGPESOANG KECAMATAN BULUKUMPA
KABUPATEN BULUKUMBA
ZUL FADLI
105961109516
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
PERAN KELOMPOK WANITA TANI DALAM
PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PROGRAM
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) DI DESA
BALANGPESOANG KECAMATAN BULUKUMPA
KABUPATEN BULUKUMBA
ZUL FADLI
105961109516
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan
Pekarangan melalui Program Pekarangan Pangan Lestari
(P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba
Nama : Zul Fadli
Stambuk : 105961109516
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing Utama
Dr. Jumiati, S.P, M.M
NIDN. 0912087504
Pembimbing Pendamping
Akbar, S.P, M.Si
NIDN. 0931018803
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd
NIDN. 0926036803
Ketua Prodi Agribisnis
Dr. Sri Mardiyati, S.P, M.P
NIDN. 0921037003
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan
Pekarangan melalui Program Pekarangan Pangan Lestari
(P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba
Nama : Zul Fadli
Stambuk : 105961109516
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1 Dr. Jumiati, S.P, M.M
Ketua Sidang
2 Akbar, S.P, M.Si
Sekertaris
3 Dr. Nurdin, M.M
Anggota
4 Sahlan, S.P, M.Si
Anggota
Tanggal Lulus : 18 Agustus 2021
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peran Kelompok
Wanita Tani Dalam Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program Pekarangan
Pangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar,14 Juli 2021
Zul Fadli
105961109516
v
ABSTRAK
ZUL FADLI. 105961109516. Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan
Pekarangan Melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Desa
Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Di bimbing oleh
JUMIATI dan AKBAR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kelompok wanita tani
dalam pemanfaatan pekarangan melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, dengan menggunakan metode sampling
jenuh. Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode skala
likert.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II pada kelas belajar termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,46,
pada wahana kerjasama termasuk kategori sedang dengan rata-rata 2,14 dan pada
unit produksi termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,57. Secara
keseluruhan, peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II termasuk kategori tinggi
dengan rata-rata skor 2,39.
Kata Kunci: Peran, Kelompok Wanita Tani, Pekarangan Pangan Lestari
vi
ABSTRACT
ZUL FADLI. 105961109516. The Role of Women Farmers Groups in Utilization
of Yards through the Sustainable Food Garden Program (P2L) in Balangpesoang
Village, Bulukumpa District, Bulukumba Regency. Supervised by JUMIATI and
AKBAR
This study aims to determine the role of women's farmer groups in the use
of the yard through the Sustainable Food Garden program (P2L). Respondents in
this study were 30 members of the women's farmer group Kuncup Mekar II in
Balangpesoang Village, by using the saturated sampling method. Analysis of the
data used is by using the Likert scale method.
The results showed that the role of the Kuncup Mekar II farmer group in the
class was in the high category with an average score of 2,46, on the cooperation
vehicle is in the medium category with an average of 2,14 and the production unit
is in the high category with an average score of 2,57. Overall, the role of the
women's farmer group in Kuncup Mekar II is in the high category with an average
score of 2,39.
Keywords: Role, Women Farmer Group, Sustainable Food Court
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena
atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai tugas akhir pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Makassar. Tak lupa pula mengirimkan shalawat dan salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi kita
semua.
Skripsi ini berjudul Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan
Pekarangan melalui Program Pekarangan pangan Lestari (P2L) di Desa
Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Jumiati, S.P., M.M., selaku pembimbing utama dan Akbar, S.P., M.Si.,
selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Dan terimakasih kepada Dr. Nurdin, M.M., selaku penguji I dan
Sahlan, S.P., Msi., selaku penguji II.
2. Dr. Ir. Andi Khaeriyah., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammdiyah Makassar.
viii
3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Kedua orang tua ayahanda Syamsul dan ibunda Saenab, beserta keluarga yang
senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Bulukumpa khususnya pihak Desa
Balangpesoang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
daerah tersebut
7. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan dan
semoga jasa baik dan amal bakti kita tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.
Bulukumba,3 Mei 2021
Zul fadli
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI PENGUJI............................................... iii
PERNYATAAN KOMISI PENGUJI ................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6
2.1 Peran Kelompok Wanita Tani ................................................................. 6
2.2 Lahan Pekarangan.................................................................................. 11
2.3 Pekarangan Pangan Lestari (P2L) ......................................................... 15
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 18
2.5 Kerangka Pikir ....................................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 23
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 23
3.2 Teknik Penentuan Sampel ..................................................................... 23
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 24
x
3.5 Analisis Data ......................................................................................... 25
3.6 Definisi Operasional .............................................................................. 26
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 28
4.1 Letak Geografis ..................................................................................... 28
4.2 Keadaan Penduduk ................................................................................ 28
4.2.1 Jumlah Penduduk ....................................................................... 28
4.2.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan .............................................. 29
4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............................. 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 33
5.1 Karakteristik Responden........................................................................ 33
5.1.1 Umur .......................................................................................... 33
5.1.2 Pendidikan ................................................................................. 34
5.1.3 Luas Lahan Pekarangan ............................................................. 36
5.2 Peran Kelompok Wanita Tani ............................................................... 37
5.2.1 Kelas Belajar .............................................................................. 38
5.2.2 Wahana Kerjasama .................................................................... 45
5.2.3 Unit Produksi ............................................................................. 51
5.2.4 Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II ....................... 55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 56
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 56
6.2 Saran ...................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN .......................................................................................................... 60
xi
DAFTAR TABEL
1. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 19
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 29
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ......................................... 30
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................................... 31
5. Identitas Responden Menurut Umur ............................................................... 34
6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan ......................................... 36
7. Identitas Responden Menurut Luas Lahan Pekarangan .................................. 37
8. Peran Kelompok Wanita Tani Sebagai Kelas Belajar .................................... 39
9. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II sebagai Kelas
Belajar ............................................................................................................. 42
10. Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Wahana
Kerjasama ....................................................................................................... 43
11. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai
Wahana Kerjasama ....................................................................................... 47
12. Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Unit Produksi ....... 51
13. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Unit
Produksi .......................................................................................................... 54
14. Jumlah Skor Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II ....................... 55
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan
Lahan Pekarangan melalui Pekarangan Pangan Lestari ............................... 22
2. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................... 61
3. Wawancara dengan responden ........................................................................ 70
4. Wawancara dengan responden ........................................................................ 70
5. Wawancara dengan responden ........................................................................ 71
6. Lahan Pekarangan Responden ........................................................................ 71
7. Lahan Pekarangan Responden ........................................................................ 72
8. Lahan Pekarangan Responden ........................................................................ 72
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.
Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan.
Tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan
tersebut. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif
untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Lahan pekarangan
dapat dijadikan aset berharga bagi pengembangan usaha tani untuk menambah
pendapatan rumah tangga (BPTB Sulawesi Selatan, 2012).
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah salah satu program
kementrian pertanian yang dibuat untuk mendukung tercapainya program
ketahanan pangan. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan
mulai dengan luas lahan yang sempit, sedang, sampai batas seoptimal mungkin.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pemberian dan pendampingan teknologi
terutama mengenai budidaya. Melalui pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL), diharapkan lahan pekarangan akan dapat dimanfaatkan
secara optimal sehingga mewujudkan rumah tangga yang dapat menyediakan
kebutuhan pangan dengan mudah yang pada akhirnya mencapai kemandirian
pangan keluarga (Mardiharani.M, 2011).
Program kawasan Rumah Rumah Pangan Lestari (KRPL) pelaksanaannya
melibatkan ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT). Kawasan rumah pangan lestari merupakan salah satu program kementrian
2
pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah lingkungan
dalam suatu kawasan. Dalam pelaksanaannya kegiatannya mengembangkan
beraneka ragam komoditas pertanian yang lestari dan berkelanjutan (M Yogi Hadi
Atmadja dkk, 2020).
Upaya penganekaragaman pangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 26
pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang ketahanan pangan dan
gizi, salah satunya dapat melalui optimalisasi pemanfaatan lahan. Badan Ketahanan
Pangan (BKP) melalui pusat penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan
sejak tahun 2010 sampai dengan 2019 telah melaksanakan kegiatan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dalam upaya memperluas penerima manfaat dan
pemanfaatan lahan, pada tahun 2020 kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L). kegiatan Pekarangan
Pangan Lestari (P2L) dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah
untuk penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan atau pemanfaatan daerah
tahan pangan. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan
tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam
memenuhi pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi untuk meningkatkan
pendapatan rumah tangga (BKP Kementerian Pertanian, 2020).
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan
sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan,
aksebilitas dan pemanfaatan serta pendapatan.
3
Tujuan kegiatan pekarangan pangan lestari yaitu untuk meningkatkan
ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai
dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta
meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang
berorientasi pasar.
Menurut Softi Nur Rahmah dkk (2013) dalam (I Ketut Sukanata dkk,
2015:3), Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu program
kementrian pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah
lingkungan dalam suatu kawasan. Keberlanjutan dalam pemanfaatan lahan
pekarangan dalam kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), tentunya
mempengaruhi dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan. Faktor-
faktor tersebut antara lain a.) tingkat pendidikan, b.) luas lahan dan c.) waktu luang.
Sedangkan menurut Dedi Sugandi dkk (2012) dalam (I Ketut Sukanata dkk,
2015:3), faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi pengembangan pemanfaatan
lahan pekarangan adalah a.) menghemat pengeluaran belanja, b.) memperindah
halaman, c.) adanya program pemerintah, dan d.) memenuhi kebutuhan akan
sayuran.
KWT Kuncup Mekar II merupakan salah satu kelompok wanita tani yang
mendapat program pekarangan pangan lestari Tahun 2020 yang bertempat di Desa
Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Para anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II sudah berperan serta dalam
pemanfaatan pekarangan. Selain melakukan perawatan lahan pada pekarangan,
tentunya anggota kelompok wanita tani juga mengurus pekerjaan rumah.
4
Pemanfaatan lahan pekarangan belum dilakukan secara optimal karena kesibukan
atau pekerjaan rumah yang dimiliki oleh anggota kelompok tani tersebut untuk
mengurus pekerjaan rumahnya masing-masing. Maka, rata-rata ibu rumah tangga
yang tergabung dalam kelompok wanita tani Kuncup Mekar II belum
memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis tertarik membuat penelitian ini dengan judul “Peran Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program Pekarangan Lestari
(P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat
dikemukakan yaitu bagaimana peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan
pekarangan melalui program pekarangan pangan lestari (P2L) di Desa
Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelompok
wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan melalui program pekarangan pangan
lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam upaya pemanfaatan lahan
pekarangan.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang peran kelompok wanita tani dalam
pemanfaatan lahan.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berminat
untuk meneliti tentang program pekarangan pangan lestari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran Kelompok Wanita Tani
2.1.1 Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal.
Peran didasarkan pada ketentuan dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran
tersebut (Friedman 1998 dalam Destia Nurmayasari,2014).
Sedangkan peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-
norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat (Munifatuz Zahro, 2017).
2.1.2 Kelompok Wanita Tani
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kelompok merupakan beberapa
orang yang berkumpul atau dikumpulkan menjadi satu. Kelompok berarti
mengorganisasikan, menyusun dan mengatur berbagai bagian sehingga semuanya
menjadi satuan yang teratur. Sedangkan menurut Mulyana 2005 dalam Kasriani
(2018) kelompok adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan
mempunyai struktur tertentu.
7
Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan kelompok swadaya yang
tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat. Jumlah anggota kelompok idealnya
berkisar 20-30 orang atau disesuaikan dengan kondisi dan wilayah kerja kelompok
tidak melampaui batas administrasi desa. Anggota kelompok tani dapat berupa
petani dewasa dan pemuda, wanita dan pria. Anggota keluarga petani yang berperan
membantu usaha tani keluarga, tidak dimasukkan menjadi anggota kelompok tetapi
diarahkan membentuk Kelompok Wanita Tani dan Pemuda Tani (Munifatuz Zahro,
2017).
Kelompok terbentuk karena adanya pertemuan yang berlangsung secara
berulang kali yang didasari adanya kepentingan dan pengalaman yang sama.
Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara paksa. Kelompok
ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan
keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya (Munifatuz Zahro,
2017).
2.1.3 Peran Kelompok Tani
Keterlibatan wanita yang semakin tinggi dalam pertanian adalah karena
dorongan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga atau di sisi lain
mungkin membuat posisi wanita semakin kuat dalam keluarga. Semakin tinggi
pendapatan wanita tani dalam menyumbangkan pendapatan dalam pendapatan
keluarga maka semakin tinggi diatas kedudukan laki-laki peranan perempuan
tersebut dalam keluarga. Bila rendah pendapatan perempuan dalam
menyumbangkan pendapatan keluarga maka peranannya dalam keluarga masih
berada di bawah suami (Hutajulu,2004 dalam Destia Nurmayasari, 2014).
8
Wanita berperan sebagai ibu di rumah tangga berkewajiban membantu ayah
dalam menyelamatkan rumah tangga, mengatur rumah, menyediakan makanan dan
segala keperluan sehari-hari serta mengasuh dan mendidik anak. Di samping itu
harus mampu mengatur keuangan keluarga, keluar masuk untuk keperluan sehari-
hari, untuk keperluan tak terduga dan keperluan lainnya (Pujosuwarno,1994 dalam
Destia Nurmayasari, 2014).
Wanita memiliki peranan pada setiap tahap kegiatan pertanian mulai dari
usahatani sampai pengolahan pangan yang tersaji di meja makan, besar atau kecil
kontribusinya tergantung pada curahan waktu dan tenaga yang digunakan. Wanita
berperan pada produksi, pengolahan dan distribusi pangan di tingkat rumah (M
Yogi Hadi Atmadja, 2020)
Peran anggota kelompok wanita tani tidak kecil, peran ganda anggota
kelompok wanita tani adalah sebagai ibu rumah tangga dan sebagai anggota
kelompok wanita tani. Para wanita dapat melakukan kegiatan selain mengurus
rumah tangga dan hasil panen. Misalnya mereka sudah berperan mulai dari
penanaman, pemeliharaan usaha tani sampai dengan pengelolaan pasca panen
dilakukan oleh perempuan tani. Peran perempuan dalam membantu petani
mengelola usahanya terus menerus ditingkatkan, agar mereka mampu untuk
peningkatan kesejahteraan keluarga. Peranan dalam meningkatkan produksi
pertanian, karena dengan peningkatan produksi diharapkan akan membantu
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya (Destia Nurmayasari,
2014).
9
Adapun peran kelompok tani menurut Peraturan Menteri Pertanian No.82
(2013), yaitu:
1. Kelas belajar
Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan
berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya
meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, kelompok tani
diarahkan agar mempunyai kemampuan yaitu menggali dan merumuskan
kebutuhan belajar; merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar;
menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota kelompok tani; melaksanakan
proses pertemuan dan pembelajaran secara kondusif dan tertib; menjalin kerjasama
dengan sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar
baik yang berasal dari sesame petani, instansi Pembina maupun pihak-pihak lain;
menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai; aktif dalam proses belajar-
mengajar, termasuk mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan
penyuluhan pertanian, dan sumber-sumber informasi lainnya; mengemukakan dan
memahami keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi anggota kelompok
tani; merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun
untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok tani; merencanakan dan
melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di dalam kelompok tani, antar
kelompok tani atau dengan instansi terkait.
10
2. Wahana kerjasama
Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara
sesame petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak
lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih
mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
Sebagai wahana kerjasama, hendaknya kelompok tani memiliki
kemampuan, yaitu menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai
dan selalu berkeinginan untuk bekerja sama; menciptakan suasana keterbukaan
dalam menyatakan pendapat dan pandangan diantara anggota kelompok tani untuk
mencapai tujuan bersama; mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja di
antara sesama anggota kelompok tani sesuai dengan kesepakatan bersama;
mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab di antara sesama anggota
kelompok tani; merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai
kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota kelompok tani; melaksanakan
kerjasama penyediaan sarana dan jasa pertanian; melaksanakan kegiatan pelestarian
lingkungan; mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama
dalam kelompok tani maupun pihak lain; menjalin kerjasama dan kemitraan usaha
dengan pihak penyedia sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau
permodalan; mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan
usaha anggota kelompok tani
11
3. Unit produksi
Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani,
secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas,
kualitas maupun kontinuitas. Sebagai unit produksi, kelompok diarahkan untuk
memiliki kemampuan yaitu mengambil keputusan dalam menentukan
pengembangan produksi yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia
dalam bidang teknologi, social, permodalan, sarana produksi dan sumberdaya alam
lainnya; menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta rencana
kebutuhan kelompok tani atas dasar pertimbangan efisiensi; memfasilitasi
penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani oleh para anggota kelompok tani
sesuai dengan rencana kegiatan kelompok tani; menjalin kerjasama dan kemitraan
dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan usahatani; mentaati dan
melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam kelompok tani, maupun
kesepakatan dengan pihak lain; mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana
kebutuhan kelompok tani, sebagai rencana kegiatan yang akan dating;
meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan; mengelola administrasi secara baik dan benar.
2.2 Lahan Pekarangan
Lahan dapat diartikan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah,
air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya, sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia di
masa lampau dan sekarang. Lahan memiliki sifat atau karakteristik yang spesifik.
12
Lahan juga memiliki unsur-unsur yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti
tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah hujan, distribusi hujan,
temperature, drainase tanah, serta jenis vegetasinya. Dalam lahan terbayang apa
yang terkandung di dalamnya dan bagaimana keadaan tanahnya, serta
menggambarkan bagaimana daya dukung dari lingkungan fisik dan biotik terhadap
kehidupan manusia (Mulyani, 2011 dalam Ambo Umpa, 2018).
Novitasari (2011) dalam (Ashari dkk, 2012:15) pekarangan adalah tata guna
lahan yang merupakan sistem produksi bahan pangan tambahan dalam skala kecil
untuk dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan merupakan ekosistem tajuk
berlapis. Pekarangan memiliki batas yang jelas, secara utuh terdiri dari rumah,
dapur, pecuren/pelataran, peceran, pawuhan, kandang, pelegongan dan kandang
(Novitasari (2011) dalam Ashari dkk, 2012:15). Sedangkan menurut Pekarangan
adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Pekarangan rumah
merupakan salah satu lahan potensial yang sering dilupakan penggunaannya.
Pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanamnya dengan tanaman yang berjual
tinggi dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani (Dewa Oka Suparwata,
2018).
Setiap orang akan dengan mudah menunjukkan apabila ditanya mana
pekarangan atau mana yang disebut pekarangan. Maka orang akan segera menunjuk
tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami
padat dengan beraneka macam tanaman musiman maupun tanaman tahunan untuk
keperluan sendiri sehari-hari dan diperdagangkan. Pekarangan kebanyakan sering
berdekatan. Atau sebidang tanah darat yang terletak disekitar rumah tinggal dan
13
jelas batas-batasnya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih
mempunyai hubungan kepemilikan dan atau fungsional yang dimaksudkan disini
adalah meliputi hubungan sosial dan budaya, dan hubungan ekonomi (Suaedi
dkk,2013).
Pemanfaatan pekarangan dapat dilakukan dengan tiga model penanaman
yaitu penanaman konvensional, penanaman dengan menggunakan pot dan
penanaman secara vertikultur. Penanaman konvensional adalah penanaman
langsung di tanah dan prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam arti
sebenarnya, tetapi skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan tersedia. Sementara
penanaman dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk lebih
memperbanyak jumlah tanaman dan jenis sayur yang diusahakan. Sedangkan
penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan
wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Dan setiap model
penanaman membutuhkan persiapan tersendiri (Agus 2001 dalam Ambo Umpa,
2018).
Memilih jenis-jenis tanaman yang akan ditanam di pekarangan memerlukan
kiat tersendiri. Beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya adalah luas
pekarangan, iklim dan manfaat dari tanaman yang dihasilkan. Beberapa tanaman
yang dikembangkan di pekarangan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu
tanaman pagar, tanaman hias, tanaman sayur-sayuran dan tanaman buah-buahan
(Sopiah, 2006 dalam Ambo Umpa, 2018). Menurut Sopiah, lahan pekarangan
memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
14
1. Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu
penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti
tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan
dan ikan.
2. Fungsi Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang peliharaan yang
setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga pemiliknya.
3. Fungsi Apotek Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya
sembung, jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga, dan sebagainya. Tanaman
tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah
khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
4. Fungsi Sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga biasanya
digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat bermain, berdiskusi, dan
kegiatan sosial lainnya. Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan
hasil pekarangan tetangga untuk menjalin keeratan hubungan sosial.
5. Fungsi Sumber Benih dan Bibit
Pekarangan yang ditanami berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara
ternak atau ikan mampu menyediakan benih ataupun bibit baik berupa biji-
bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
15
6. Fungsi Pemberi Keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat,
tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana
asri dan sejuk.
7. Fungsi Pemberi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan
pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan ketenangan bagi
penghuninya.
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lahan
merupakan penggunaan ataupun pemanfaatan lingkungan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
2.3 Pekarangan Pangan Lestari (P2L)
Pekarangan pangan lestari (P2L) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan
sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan,
aksebilitas dan pemanfaatan serta pendapatan. Tujuan dari pekarangan pangan
lestari yaitu:
1. Meningkatkan ketersediaan, aksebilitas, dan pemanfaatan pangan untuk
rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman.
2. Meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang
berorientasi pasar.
16
Kegiatan pekarangan pangan lestari merupakan upaya untuk meningkatkan
ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan pangan bagi rumah tangga sesuai dengan
kebutuhan pangan yang beragam, bergiziseimbang dan aman serta berorientasi
pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dalam rangka mencapai
upaya tersebut kegiatan pekarangan pangan lestari dilakukan melalui pendekatan
pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), pemanfaatan
sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community
engagement), dan berorientasi pemasaran (go to market).
Kegiatan pekarangan pangan lestari merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat untuk budidaya berbagai jenis tanaman melalui kegiatan kebun bibit,
demplot, pertanaman, dan pasca panen serta pemasaran. Kegiatan pekarangan
pangan lestari dapat dilakukan pada lahan tidur dan/atau lahan kosong yang tidak
produktif dan/atau lahan yang ada di sekitar rumah/bangunan tempat
tinggal/fasilitas publik, serta lingkungan lainnya dengan batas kepemilikan yang
jelas. Kegiatan pekarangan pangan lestari 2020 dilaksanakan melalui tahap
penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap pembinaan.
Kegiatan tahap penumbuhan merupakan kegiatan pekarangan pangan lestari
yang dialokasikan pada kabupaten/kota prioritas penurunan stunting yang
dikeluarkan oleh Bappenas atau daerah prioritas penangan rentan rawan pangan
atau daerah pemantapan tahan pangan berdasarkan peta Food Security Vulnerability
(FSVA). Alokasi dana bantuan pemerintah pada tahap penumbuhan ini dibagi
menjadi tiga zonasi, yaitu zona 1 sebesar Rp.50.000.000, zona 2 sebesar
Rp.60.000.000, dan zona 3 sebesar Rp.75.000.000. pembagian zonasi tersebut
17
dilakukan berdasarkan atas perbedaan harga antar wilayah, baik harga barang
fasilitas untuk pembangunan kebun bibit, pengembangan demplot, harga bibit
dan/atau benih, biaya operasional serta fasilitas dan/atau bahan pendukung lainnya.
Komponen kegiatan tahap penumbuhan terdiri atas kebun bibit, demplot,
pertanaman, dan pasca panen serta pemasaran.
Kegiatan tahap pengembangan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok pekarangan pangan lestari non bekerja dan kelompok pekarangan pangan
lestari bekerja. Kegiatan tahap pengembangan kelompok pekarangan pangan lestari
non pekerja tahun 2020 merupakan kegiatan lanjutan dari kawasan rumah pangan
lestari non bekerja yang ditumbuhkan pada tahun 2019. Kegiatan ini dilakukan
untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas kebun bibit, demplot, dan pertanaman
serta melaksanakan kegiatan pasca panen dan pemasaran. Sedangkan kegiatan
tahap pengembangan kelompok pekarangan pangan lestari bekerja 2020 merupakan
kegiatan lanjutan dari kawasan rumah pangan lestari bekerja yang ditumbuhkan
pada tahun 2019. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas
pengembangan ternak (unggas), pertanaman dan demplot untuk mendukung
kegiatan penyediaan, pemanfaatan dan pemasaran pangan oleh kelompok
pekarangan pangan lestari. Alokasi dana bantuan pemerintah untuk kegiatan
pekarangan pangan lestari tahap pengembangan bekerja maupun non bekerja
sebesar Rp.15.000.000 pada 2.100 kelompok pekarangan pangan lestari do 34
provinsi.
Tanggungjawab dan kelanjutan pelaksanaan kegiatan tahap pembinaan
diserahkan kepada dinas/ unit kerja yang menyelenggarakan urusan pangan
18
provinsi. Pada tahap ini pemerintah pusat hanya melakukan pemantauan dan
monitoring terhadap kawasan rumah pangan lestari tahap pengembangan pada
tahun 2019 di 33 provinsi.
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan
acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.
Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut:
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Analisis
Data Hasil
1. I Ketut
Sukanata,
Dodi
Budirokhman
dan Azy
Nurmaulana
(2015)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemanfaatan
lahan pekarangan
dalam kegiatan
kawasan rumah
pangan lestari
(Studi kasus di
KWT Dewi
Srikandi Desa
Cipanas
Kecamatan
Dukupuntang
Kabupaten
Cirebon)
Analisis
regresi
linear
berganda
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemanfaatan lahan
pekarangan dalam
kegiatan KRPL pada
KWT Dewi Srikandi
yaitu faktor
pengetahuan,
ketersediaan lahan
pekarangan dan
ketersediaan waktu
luang berpengaruh nyata
terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan.
Faktor yang paling
berpengaruh terhadap
pemanfaatan lahan
pekaranagan dalam
kegiatan kawasan rumah
pangan lestari (KRPL)
yaitu pengetahuan.
Karena dari ketiga faktor
yang ada, nilai t hitung
pengetahuan yang lebih
besar yaitu sebesar
2,237.
19
No. Peneliti Judul Analisis
Data
Hasil
2. M. Yogi
Hadi
Atmadja
(2020)
Peranan ibu rumah
tangga pada
program Kawasan
Rumah Pangan
Lestari di
Kecamatan Natar
Kabupaten
Lampung Selatan
Analisis
deskriptif
Peranan ibu rumah
tangga pada program
kawasan rumah pangan
lestari di Kecamatan
Natar termasuk ke dalam
klasifikasi tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan
tingginya peranan yang
dilakukan ibu rumah
tangga dalam
penanaman,
pemeliharaan tanaman,
pemanenan dan
pemasaran hasil pada
program Kawasan
Rumah Pangan Lestari.
3. Harmah
Waliyah,
Gunawan,
M. Saikhu
(2018)
Peran anggota
kelompok wanita
tani dalam
pemanfaatan
pekarangan melalui
Kawasan Rumah
Pangan Lestari di
Desa Pucangsari
Kecamatan
Purwasari
Kabupaten
Pasuruan Jawa
Timur
Analisis
deskriptif
dan
analisis
regresi
linear
Peran anggota kelompok
wanita tani Mawar
dalam pemanfaatan
pekarangan berpengaruh
positif terhadap adanya
faktor eksternal dengan
dimensi intensitas
pelaksanaan penyuluhan
yang dilakukan oleh
penyuluh. Sedangkan
faktor internal dengan
dimensi umur,
pendidikan, luas lahan
pekarangan, pendapatan,
jumlah anggota keluarga
serta motivasi tidak
berpengaruh terhadap
peran anggota kelompok
wanita tani Mawar
dalam pelaksanaan
pemanfaatan
pekarangan.
20
No. Peneliti Judul Analisis
Data
Hasil
4. S.Masithoh,
H. Miftah,
dan A. Aina
(2014)
Partisipasi
Anggota
Kelompok Wanita
Tani (KWT) dalam
Program Kawasan
Rumah Pangan
Lestari (KRPL) di
Kecamatan Bogor
Barat Kota Bogor
Analisis
Deskriptif
dan
analisis
korelasi
Rank
Spearman
Program KRPL di
Kecamatan Bogor Barat
terdiri dari empat
tahapan, yaitu
perencanaan, manfaat,
dan evaluasi. Tingkat
partisipasi anggota
kelompok wanita tani
termasuk tinggi dengan
jumlah skor 6443
dengan rataan skor 2,62.
Tetapi didalam empat
tahapan itu beragam
hasilnya yaitu dalam
tahap perencanaan
partisipasi sedang, tahap
pelaksanaan partisipasi
tinggi, tahap manfaat
partisipasi sedang dan
tahap evaluasi
partisipasi tinggi.
Faktor-faktor yang
berhubungan nyata
terhadap partisipasi
anggota kelompok
wanita tani dalam
program Kawasan
rumah pangan lestari di
Kecamatan Bogor Barat
adalah dukungan
keluarga, ketersediaan
sarana dan prasarana dan
tingkat pendidikan.
Faktor yang
berhubungan paling kuat
adalah dukungan
keluarga dengan nilai
korelasi 0,635.
21
No. Peneliti Judul Analisis
Data Hasil
5. Elisabeth Tan,
Aphrodite M.
Sahusilawane,
Stephen F. W.
Thenu (2020)
Persepsi wanita
tani terhadap
pemanfaatan
pekarangan dalam
menunjang
diversifikasi
pangan di Kota
Ambon
Skala
Likert
Tingkat persepsi wanita
tani terhadap fungsi dan
manfaat pekarangan
berkategori tinggi dengan
skor mencapai 4,2.
Tingginya persepsi ini
karena menurut wanita
tani pekarangan sudah
berfungsi sebagai
penghasil bahan pangan
keluarga. Selanjutnya
persepsi wanita tani
terhadap diversifikasi
pangan menunjukkan
skor 4,1. Penelitian ini
menunjukkan bahwa
diversifikasi pangan
penting untuk kesehatan
karena dapat dicukupkan
gizi keluarga. Anggota
keluarga telah
mengonsumsi makanan
yang beragam, namun
belum mampu
mengurangi konsumsi
beras.
2.5 Kerangka Pikir
Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan kegiatan mengelola lahan sekitar
rumah. Agar lahan pekarangan dapat dimanfaatkan secara optimal, maka
pemerintah menyediakan program pekarangan pangan lestari dimana Pekarangan
pangan lestari adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang
secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan
secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksebilitas dan
pemanfaatan serta pendapatan. Salah satu Kelompok Wanita Tani yang
22
mendapatkan program pekarangan pangan lestari yaitu KWT Kuncup Mekar II.
Dalam pelaksanaan kegiatan pekarangan lahan pekarangan melalui pekarangan
pangan lestari maka peran anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II, dapat
dilihat dari bagaimana anggotanya dalam melaksanakan kelas belajar, wahana
kerjasama dan unit produksi.
Pemanfaatan lahan pekarangan
Pekarangan Pangan Lestari (P2L)
Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II
Peran Kelompok Wanita Tani
Kuncup Mekar II
Kelas Belajar Wahana
Kerjasama
Unit Produksi
Gambar 1 Kerangka Pikir Peran anggota Kelompok Wanita Tani dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Pekarangan Pangan
Lestari.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba. Pemilihan lokasi ini karena di Desa Balangpesoang
terdapat kelompok wanita tani yang mendapat program pekarangan pangan lestari.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 April-3 Mei 2021.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tergabung
dalam kelompok wanita tani yang mendapat program pekarangan pangan lestari di
Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba sebanyak 30
orang di KWT Kuncup Mekar II. Pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan metode sampling jenuh yang artinya teknik penentuan sampel bila
semua semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel
jenuh adalah sensus. Dengan demikian jumlah sampel yang diambil sama dengan
jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 30 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuisioner)
yang telah disiapkan, dengan teknik wawancara langsung kepada anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang.
24
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan melalui sumber-
sumber yang telah dikeluarkan oleh pihak yang terkait seperti kantor desa,
badan ketahanan pangan dengan website yang resmi, dan literatur-literatur
yang ada berhubungan dengan penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan satu langkah yang harus digunakan
dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data yang sesuai dengan apa
yang diinginkan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data secara langsung untuk mengetahui aktivitas responden di
lapangan.
2. Wawancara
Wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan kepada responden yang berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen yang ada baik itu berupa buku, surat kabar dan lain-lain.
25
3.5 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
deskriptif dan skala likert. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang
ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto,
2005). Skala likert atau likert scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk
mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk
melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat
persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang
digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel penelitian dan
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti.
Tingkat persetujuan yang dimaksud skala likert dalam penelitian ini terdiri
dari 3 pilihan skala yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Di mana gradasinya adalah
sering, pernah dan tidak pernah. Agar dapat dihitung dalam bentuk kuantitatif,
jawaban-jawaban dari responden tersebut diberi bobot nilai atau skor likert:
S : Sering, diberi nilai 3
P : Pernah, diberi nilai 2
TP : Tidak Pernah, diberi nilai 1
Untuk menentukan interval skor dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
𝐼 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐾=
3 − 1
3=
2
3= 0,66
26
Untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dalam kelas belajar
dapat dihitung dengan:
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 10 = 10
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 10 = 30
Untuk menentukan interval kelas dalam kelas belajar dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛
𝐾=
30 − 10
3=
20
3= 6,67 = 7
Untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dalam wahana
kerjasama dapat dihitung dengan:
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 10 = 10
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 10 = 30
Untuk menentukan interval kelas dalam wahana kerjasama dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛
𝐾=
30 − 10
3=
20
3= 6,67 = 7
Untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dalam unit produksi
dapat dihitung dengan:
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 8 = 8
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 8 = 24
Untuk menentukan interval kelas dalam unit produksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛
𝐾=
24 − 8
3=
16
3= 5,33 = 5
27
Sedangkan untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dapat
dihitung dengan:
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 28 = 28
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 28 = 84
Untuk menentukan interval kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛
𝐾=
84 − 28
3=
56
3= 18,67 = 19
Dimana
I = Interval kelas
Xmax = Nilai tertinggi
Xmin = Nilai terendah
K = Banyak kelas
3.6 Definisi Operasional
Untuk mempermudah dalam pengambilan data dan informasi pada
penelitian ini, maka digunakan definisi atau konsep operasional sebagai berikut:
1. Pemanfaatan lahan pekarangan adalah salah satu kegiatan dari dilakukan oleh
anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dalam menjalankan program
pekarangan pangan lestari dalam memanfaatkan lahan dengan berbagai jenis
sayuran seperti kangkung, sawi, terong, kacang Panjang dan lain-lain.
2. Pekarangan pangan lestari adalah salah satu program pemerintah yang sedang
dijalankan oleh KWT Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba
28
3. Kelompok wanita tani yang dimaksudkan disini yaitu kelompok wanita tani
yang mendapatkan program pekarangan pangan lestari yaitu KWT Kuncup
Mekar II yang ada di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba.
4. Peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II adalah perilaku yang diharapkan
dari anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang dapat dilihat dari
kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi.
5. Kelas belajar adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota kelompok dalam memanfaatkan
lahannya. Kegiatan kelas belajar diantaranya pertemuan antara anggota
kelompok dengan penyuluh.
6. Wahana kerjasama adalah tempat untuk menjalin kerjasama dengan sesama
anggota kelompok maupun pihak lain dalam penyediaan benih maupun alat-
alat yang akan digunakan.
7. Unit produksi adalah usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing
anggota kelompok dalam memanfaatkan lahannya.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Desa Balangpesoang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Balangpesoang berjarak
±30 KM dari ibukota Kabupaten Bulukumba dan ±180 KM dari Kota Makassar.
Secara geografis desa ini terbagi atas 5 (lima) dusun, yaitu Dusun Talleang Lumu,
Dusun Balampesoang, Dusun Buhung Tellang, Dusun Kampung Baru, dan Dusun
Waecenning. Adapun batas-batas wilayah Desa Balangpesoang adalah sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sinjai
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanete
4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1 Jumlah Penduduk
Tabel menyajikan data mengenai jumlah penduduk Desa Balangpesoang
dalam tahun 2021. Data jumlah penduduk ini merupakan data yang tersaji dari
Pemerintah Desa setempat.
29
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba,
2021.
No. Dusun
Jenis
Kelamin Pengelompokan Umur
LK PR 0-5 6-15 16-21 22-59 60>
1 Talleang Lumu 263 250 31 85 89 262 54
2 Balampesoang 297 299 31 110 110 246 57
3 Buhung Tellang 262 258 22 95 120 273 52
4 Kampung Baru 205 197 20 50 127 201 32
5 Waecenning 208 197 23 74 84 220 28
Jumlah 1235 1201 127 414 530 1202 223
Sumber : Kantor Desa Balangpesoang, 2021
Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk di Desa Balangpesoang
yaitu sebanyak 1.235 orang laki-laki dan 1.201 orang perempuan. Dengan
pengelompokan umur 0 sampai 5 tahun sebanyak 127 orang, 6 tahun sampai 15
tahun sebanyak 414 orang, 16 tahun sampai 21 tahun sebanyak 530 orang, 22 tahun
sampai 59 tahun sebanyak 1.202 orang dan umur di atas 60 tahun sebanyak 223
orang.
4.2.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Sumber ekonomi masyarakat di Desa Balangpesoang bermacam-macam
karena mata pencaharian mereka yang berbeda-beda. Sumber perekonomian dapat
menentukan tingkat kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat
menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri. Berdasarkan data jumlah
penduduk di Desa Balangpesoang yang dikelompokkan berdasarkan mata
pencaharian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
30
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba,
2021.
No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
(orang) Persentase (%)
1 Belum/Tidak Bekerja 1228 50,41
2 Petani 608 24,96
3 Pegawai Negeri Sipil 74 2,96
4 Pedagang 72 2,96
5 Peternak Ayam 63 2,59
6 Tukang Kayu 20 0,82
7 Tukang Batu 41 1,68
8 Penjahit 15 0,61
9 Wiraswasta 100 4,10
10 Karyawan 38 1,56
11 Supir 40 1,64
12 Bengkel 7 0,29
13 Pensiunan 6 0,25
14 TNI dan POLRI 6 0,25
15 Mata pencaharian lainnya 9 0,36
16 Industri
Gula merah
Pembuatan kripik
Warung makan
Salon
10
5
4
2
0,41
0,21
0,16
0,02
17 Honorer 33 0,33
18 Tukang 41 0,41
19 Bidan/perawat 14 0,14
Jumlah 2436 100
Sumber : Kantor Desa Balangpesoang, 2021
Tabel 3 menunjukkan bahwa di Desa Balangpesoang 1.228 orang yang
belum/tidak bekerja dengan persentase 50,41%, penduduk yang mata
pencahariannya petani berjumlah 608 orang dengan persentase 24,96%, sebagai
pegawai negeri sipil berjumlah 74 orang dengan persentase 2,96%, sebagai
pedagang berjumlah 72 orang dengan persentase 2,96%, sebagai peternak ayam
berjumlah 63 orang dengan persentase 2,59%, sebagai tukang kayu berjumlah 20
orang dengan persentase 0,82%, sebagai tukang batu berjumlah 41 orang dengan
31
persentase 1,68%, sebagai penjahit berjumlah 15 orang dengan persentase 0,61%,
sebagai wiraswasta 100 orang dengan persentase 4,10%, sebagai karyawan
berjumlah 38 orang dengan persentase 1,56%, sebagai sopir berjumlah 40 orang
dengan persentase 1,64%, sebagai bengkel berjumlah 7 orang dengan persentase
0,29%, sebagai pensiunan berjumlah 6 orang dengan persentase 0,25%, sebagai
TNI dan POLRI berjumlah 6 orang dengan persentase 0,25%, sebagai honorer
berjumlah 33 orang dengan persentase 0,33%, sebagai tukang berjumlah 41 orang
dengan persentase 0,41%, sebagai bidan/perawat berjumlah 14 orang dengan
persentase 0,14%, sebagai pekerja industri 21 dengan persentase 0,80% dan mata
pencaharian lainnya berjumlah 9 dengan persentase 0,36%.
4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi
pola pikir seseorang dalam menentukan kemampuan usahataninya. Pendidikan juga
akan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menjalankan usahatani dalam
mengambil keputusan yang tepat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan dalam
menerapkan suatu ilmu pada usahataninya akan semakin membaik sehingga
menghasilkan produktivitas yang semakin membaik. Artinya dengan tingkat
pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi sumber daya manusia itu sendiri.
Pendidikan penduduk di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
32
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba,
2021.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 299 30,86
2 SMP 262 27,03
3 SMA 271 27,97
4 D3 49 5,06
5 S1 88 9,08
Jumlah 969 100
Sumber : Kantor Desa Balangpesoang, 2021
Berdasarkan tabel 4 diatas bahwa di Desa Balangpesoang, penduduk yang
tingkat pendidikannya tamat SD berjumlah 299 orang dengan persentase 30,86%,
tingkat SMP berjumlah 262 orang dengan persentase 27,03%, tingkat SMA
berjumlah 271 orang dengan persentase 27,97%, tingkat D3 berjumlah 49 orang
dengan persentase 5,06% dan yang memiliki tingkat pendidikan S1 berjumlah 88
orang dengan persentase 9,08%.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Penduduk di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba pada umumnya menjadi petani sebagai pekerjaan utama mereka. Di
Desa Balangpesoang terdapat kelompok wanita tani yang menjalankan program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yaitu Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II
yang beranggotakan 30 orang. Karakteristik yang diamati adalah umur dan tingkat
pendidikan.
5.1.1 Umur
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah umur, ada
suatu kecenderungan perbedaan tingkat umur akan menyebabkan terjadinya
perbedaan dalam menentukan sikap terhadap suatu perubahan. Umur sangat
berpengaruh terhadap kegiatan pemanfaatan lahan, terutama kemampuan fisik dan
pola pikir.
Umur anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa
Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba berkisar antara
25- 75 tahun yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
34
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani
Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Umur Responden (Tahun) Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 25-33 3 10
2 34-42 12 40
3 43-51 9 30
4 52-59 5 17
5 60-67 - -
6 68-75 1 3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021
Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan, umur responden
berkisar 25-75 tahun sebanyak 30 orang. Umur yang paling muda yaitu 25 tahun
dan yang tertua yaitu 75 tahun. Dimana jika umur dari semua responden dirata-
ratakan maka didapatkan 44 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10% responden yang berumur
antara 25 tahun – 33 tahun yang jumlahnya 3 orang, 12 orang dengan persentase
40% berumur antara 34 tahun sampai 42 tahun, 9 orang dengan persentase 30%
responden berumur antara 43 tahun sampai 51 tahun, 5 orang berumur antara 52-
59 tahun dengan persentase 17% dan 1 orang yang berumur antara 68 tahun sampai
75 tahun dengan persentase 3%. Dimana kategori yang memiliki jumlah responden
yang paling tinggi yaitu kategori umur 34 tahun sampai 42 tahun sebanyak 57%
atau 17 orang dan kategori yang memiliki jumlah responden paling sedikit yaitu
kategori umur 68 tahun sampai 75 tahun sebanyak 3% atau 1 orang. Berdasarkan
tabel 5 maka dapat dikatakan bahwa kebanyakan dari anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II termasuk usia produktif yang berdasarkan Kemenkes RI tahun
35
2011 yang menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15 tahun sampai 54
tahun.
5.1.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang
pernah diikuti oleh anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II. Latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh petani responden sangat berpengaruh terhadap pola
pikir dan pengambilan keputusan dalam kelompok wanita tani.
Pendidikan formal anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
merupakan pendidikan yang ditempuh oleh anggota kelompok wanita tani, dihitung
dari sistem pendidikan sekolah yang telah berhasil ditamatkan oleh anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II. Tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi kebijakan dalam mengambil suatu keputusan pada kegiatan yang
dilaksanakan (Pekarangan Pangan Lestari). Semakin pesatnya perkembangan
teknologi menyebabkan membutuhkan seseorang dengan tingkat pendidikan yang
semakin tinggi agar dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut dengan baik,
sehingga akan berdampak positif pada pelaksanaan kegiatan pemanfaatan
pekarangan.
Pada anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa
Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba tingkat
pendidikan dibagi enam kelompok yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma,
dan S1. Tingkat pendidikan formal responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 6.
36
Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan Anggota
Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang,
Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 5 16,67
2 SD 11 36,67
3 SMP 4 13,33
4 SMA 5 16,67
5 Diploma 2 6,66
6 S1 3 10,00
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal responden
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang pada umumnya
masih rendah yaitu sebanyak 5 orang atau sekitar 16,67% tidak sekolah, pada
tingkat SD sebanyak 11 orang atau sekitar 36,67%, pada tingkat SMP sebanyak 4
orang atau sekitar 13,33%, pada tingkat SMA sebanyak 5 orang atau sekitar
16,67%, pada tingkat Diploma sebanyak 2 orang atau sekitar 6,66% dan pada
tingkat S1 sebanyak 3 orang atau 10%.
Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan anggota kelompok wanita
tani terhadap teknologi pemanfaatan lahan pekarangan. Semakin tinggi pendidikan
anggota kelompok wanita tani maka pengetahuan anggota kelompok wanita tani
semakin tinggi (Sumilah dkk, 2015). Maka dapat diduga bahwa sebagian besar
anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II mempunyai pengetahuan yang
kurang terhadap teknologi pemanfaatan lahan pekarangan karena tingkat
pendidikan yang paling banyak yaitu SD dengan jumlah responden 11 orang.
37
5.1.3 Luas Lahan Pekarangan
Luas lahan pekarangan mempunyai arti yang sangat penting karena
berkaitan dengan kurang atau banyaknya hasil dari pemanfaatannya. Semakin luas
pekarangan yang yang dimanfaatkan atau dikelola maka semakin banyak pula hasil
yang akan mereka dapatkan. Klasifikasi luas lahan pekarangan anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Identitas Responden Menurut Luas Lahan Pekarangan Anggota
Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang,
Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Luas Lahan
Pekarangan (m²)
Jumlah Responden
(orang) Presentase (%)
1 25-33 5 16,67
2 34-42 - -
3 43-51 16 53,33
4 52-59 - -
5 60-67 - -
6 68-75 9 30,00
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021
Tabel 7 menunjukkan bahwa anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar
II yang memiliki luas lahan pekarangan 25-40 m² sebanyak 5 orang dengan
persentase 16,67%, yang memiliki luas lahan pekarangan 41-56 m² sebanyak 16
orang dengan persentase 53,33% dan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar
II yang memiliki luas lahan pekarangan 57-75 m² sebanyak 9 orang dengan
persentase 30%.
Hasil ini sejalan dengan penelitian I Ketut Sukanata (2010) bahwa lahan
merupakan salah satu faktor produksi utama yang menghasilkan produk pertanian,
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya hasil
produksi tanaman dari suatu usaha tani, antara lain dipengaruhi oleh luas atau
38
sempitnya lahan yang dipergunakan. Maka dapat diduga bahwa luas lahan
pekarangan menyebabkan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II lebih
memungkinkan untuk memaksimalkan tingkat produksinya. Namun luas lahan
pekarangan yang dimiliki tidak selamanya menjamin bahwa luas tersebut lebih
produktif dibandingkan lahan pekarangan yang sempit dalam perolehan hasil
produksi. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi usahatani, semakin luas lahan
yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya.
5.2 Peran Kelompok Wanita Tani
Peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu
menjalankan kerjasama antar anggota yang mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan
dalam berusahatani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Dengan adanya
kelompok wanita tani, para petani perempuan dapat bersama-sama memecahkan
permasalahan antara lain pemenuhan sarana produksi pertanian, dan teknis
produksi. Melihat potensi tersebut, maka kelompok wanita tani perlu di bina dan
diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.
Kelompok wanita tani merupakan perkumpulan yang beranggotakan para
petani perempuan yang ada di desa tersebut yang memiliki tujuan yang sama. Ketua
kelompok wanita tani dipilih dari salah satu petani yang dianggap memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas.
Peran anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa
Balangpesoang dari hasil penelitian di lapangan yang diamati adalah kelas belajar,
wahana kerjasama dan unit produksi.
39
5.2.1 Kelas Belajar
Untuk mengetahui peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dalam
kelas belajar, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui
tercapainya indikator tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut
dalam bentuk pertanyaan dan melakukan proses wawancara pada 30 orang
responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian
dikategorikan. Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 8. Peran Kelompok Wanita Tani Sebagai Kelas Belajar KWT Kuncup
Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Kelas Belajar Kategori
Tinggi Sedang Rendah
1 Menggali dan merumuskan kebutuhan
belajar 13 12 5
2 Merencanakan dan mempersiapkan
kebutuhan belajar 16 9 5
3 Menumbuhkan kedisiplinan dan
motivasi 21 5 4
4 Melaksanakan proses pertemuan dan
pembelajaran secara kondusif dan tertib 23 3 4
5
Menjalin kerjasama dengan sumber-
sumber informasi yang diperlukan dalam
kelas belajar, baik sesama petani
maupun instansi pembina
23 3 4
6 Menciptakan lingkungan belajar yang
sesuai 26 - 4
7
Aktif dalam proses belajar mengajar,
termasuk mendatangkan dan
berkonsultasi kepada kelembagaan
penyuluhan pertanian
15 11 4
8
Mengemukakan dan memahami
keinginan, pendapat maupun masalah
yang dihadapi
15 11 4
9 Merumuskan kesepakatan bersama 10 14 6
10 Merencanakan dan melaksanakan
pertemuan secara berkala 23 3 4
40
Berdasarkan tabel 8, terdapat 13 orang yang termasuk kategori tinggi untuk
indikator menggali dan merumuskan kebutuhan belajar, sedangkan 12 orang
termasuk kategori sedang dan 5 orang lainnya termasuk kategori rendah. Yang
termasuk ke dalam kategori tinggi yaitu anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II yang sering mengemukakan masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan
lahan ke penyuluh pertanian dan yang termasuk ke dalam kategori sedang yaitu
anggota kelompok yang pernah mengemukakan masalahnya ke penyuluh pertanian.
Sedangkan yang termasuk kategori rendah yaitu anggota kelompok yang tidak
pernah sama sekali mengemukakan masalahnya ke penyuluh pertanian.
“Assaleng bedasi kuita batena tuo tanennekku na tanennenna taue
kukkutanassi aro iyya hada di penyulue ke engkai kada maga nappakkoro”.
(A, wawancara, April 2021).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa jika dia melihat adanya perbedaan
pertumbuhan antara tanamanan yang dimilikinya dengan tanaman yang dimiliki
oleh orang lain, maka ia akan menanyakan hal tersebut ke penyuluh pertanian.
Dengan kata lain, dia mengemukakan masalah yang dihadapinya ke penyuluh
pertanian untuk mengetahui apa penyebab dari masalah tersebut dan bagaimana
solusinya.
Indikator merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar, 16 orang
responden termasuk kategori tinggi, 9 orang termasuk kategori sedang dan 5 orang
kategori rendah. Yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II yang sering memberikan masukan waktu pelaksanaan
pertemuan maupun ikut serta dalam mempersiapkan tempat dan kebutuhan dalam
pertemuan.
41
“Biasanya itu kalo ada lagi mau dilaksanakan pertemuan pergika ke
rumahnya ketua kelompok bantu-bantui rapikan ruangan yang mau dipake
pertemuan”. (H, wawancara, April 2021).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sebelum pertemuan akan
dilaksanakan, dia ke rumah ketua kelompok yang nantinya akan mereka ditempati
untuk melaksanakan pertemuan dimana dia membantu menyiapkan/menata
ruangan yang akan digunakan pertemuan nantinya.
Indikator menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi, responden yang
terdorong untuk melakukan sesuatu atas informasi yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian termasuk dalam kategori tinggi dan masih ragu-ragu atas informasi yang
disampaikan penyuluh termasuk dalam kategori sedang. Dalam indikator
menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi terdapat 21 orang yang termasuk kategori
tinggi, 5 orang yang termasuk kategori sedang dan 4 orang kategori rendah. 4 orang
termasuk dalam kategori rendah ini karena keempat orang ini tidak pernah
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok semenjak program
pekarangan pangan lestari dijalankan.
“Nakko engka napau penyulue ennappa diulle tepperriki nafaue, afa
maccaritami bahang tala purapi kuita mata nafaue”. (NS, wawancara, April
2021).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa jika ada yang disampaikan oleh
penyuluh, dia belum bisa mempercayai apa yang disampaikan penyuluh tersebut
karena penyuluh hanya menyampaikan teori yang belum pernah dia lihat
pembuktiannya.
Indikator melaksanakan proses pertemuan dan pembelajaran secara
kondusif dan tertib, 23 orang yang termasuk kategori tinggi, 3 orang kategori
42
sedang dan 4 orang kategori rendah. Yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu
anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang sering menghadiri pertemuan
yang diadakan sedangkan yang termasuk kategori sedang yaitu yang pernah atau
tidak lebih dari 2 kali hadir dalam pertemuan.
Pertemuan rutin merupakan salah satu indikator dalam kelompok tani
sebagai wadah belajar, karena dalam pertemuan rutin anggota kelompok dapat
memperoleh berbagai informasi baru, baik melalui penyuluhan maupun diskusi
bersama anggota yang lain mengenai masalah-masalah usahataninya serta
mendapatkan solusi dari penyuluh (Alfin Yanuari, 2018). Dalam hal melaksanakan
proses pertemuan, anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II termasuk
kategori tinggi dalam melaksanakan pertemuan rutin dimana pertemuannya
biasanya dilaksanakan 1 kali 1 bulan.
Indikator menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi yang
diperlukan dalam kelas belajar, baik sesama petani maupun instansi pembina.
Terdapat 23 orang yang termasuk kategori tinggi, 3 orang kategori sedang dan 4
orang lainnya termasuk dalam kategori rendah karena tidak pernah mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama menjalankan program pekarangan
pangan lestari. Sedangkan yang termasuk kategori tinggi merupakan responden
yang sering bertanya ke sesama anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
dan juga instansi pembina seperti penyuluh pertanian terkait pekarangan pangan
lestari. Dan untuk yang kategori rendah yaitu responden yang pernah menanyakan
sesuatu terkait pekarangan pangan lestari baik itu kepada sesama petani maupun
penyuluh pertanian.
43
Indikator menciptakan lingkungan belajar yang sesuai, terdapat 26 orang
yang termasuk kategori tinggi karena dalam lingkungan belajar, semua responden
(kecuali 4 orang) mengatakan bagus yang berarti itu sudah sesuai dengan yang
mereka inginkan atau sudah sesuai.
Untuk indikator aktif dalam proses belajar mengajar, termasuk
mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian. Dan
indikator mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah
yang dihadapi. Terdapat 15 orang yang termasuk kategori tinggi, 11 orang kategori
sedang dan 4 orang kategori rendah. Dimana yang termasuk dalam kategori tinggi
yaitu anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang sering konsultasi atau
bertanya mengenai mengenai masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan lahan
ketika penyuluh datang kelapangan meninjau langsung pekarangan mereka.
Dimana penyuluh biasanya datang 1 minggu sekali.
Peran kelompok sebagai kelas belajar tergolong dalam kategori tinggi
karena kelompok berperan dalam tukar-menukar pikiran, pelaksanaan penyuluhan,
ikut serta dalam pelaksanaan penyuluhan dan mempraktekkan hasil penyuluhan.
Dengan adanya kelas belajar maka anggota dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, serta dapat menumbuhkan kemandirian anggota dalam
usahataninya (Margaretha Impal dkk, 2017). Sehubungan dengan hal tersebut,
sebagian besar anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II tergolong tinggi
dalam hal mengemukakan pendapat maupun masalah yang dihadapi baik itu ke
sesama anggota kelompok maupun konsultasi langsung kepada penyuluh yang
44
biasanya datang seminggu sekali yang mana hal tersebut dapat meningkatkan
pengetahuannya.
Indikator merumuskan kesepakatan bersama, terdapat 10 orang yang
termasuk kategori tinggi, 14 orang kategori sedang dan 6 orang kategori rendah.
Yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II yang sering memberikan masukan terkait masalah maupun kegiatan yang
akan dilakukan kedepannya untuk nantinya dapat dijadikan pilihan untuk disepakati
bersama sedangkan yang memilih kategori rendah yaitu anggota kelompok wanita
tani yang hanya mengikuti kesepakatan yang telah disepakati bersama.
Indikator merencanakan dan melaksanakan pertemuan secara berkala,
terdapat 23 orang termasuk kategori tinggi, 3 orang termasuk kategori sedang dan
4 orang kategori rendah. Dimana yang sering hadir dalam pertemuan yang
dilaksanakan secara tersebut yang termasuk dalam kategori tinggi dan yang
kehadirannya tidak lebih dari 2 kali termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan
yang tidak pernah datang sama sekali termasuk dalam kategori rendah.
Secara umum peran anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II sebagai
kelas belajar dapat dikatakan tinggi, karena dalam 10 indikator yang harus dicapai
dari 30 responden 9 indikator yang dominan ke kategori tinggi, sedangkan 1
indikator yang dominan ke kategori sedang yaitu indikator merumuskan
kesepakatan bersama. Adapun tingkat peran anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II sebagai kelas belajar di Desa Balangpesoang dapat dilihat pada tabel 8.
45
Tabel 9. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II sebagai
Kelas Belajar di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Kategori Interval Skor
Jumlah
Responden
(orang)
Persentase
(%)
1 Rendah 10-16 4 13
2 Sedang 17-23 4 13
3 Tinggi 24-30 22 74
Jumlah 30 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa 4 orang (13%) anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II yang memiliki peran dalam kelas belajar kategori rendah,
begitupun dengan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang termasuk
Kategori sedang dalam kelas belajar yaitu sebanyak 4 orang (13%) dan anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang perannya dalam kelas belajar
termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 22 orang (74%). Maka dapat dikatakan
bahwa tingkat peran anggota kelompok wanita Kuncup Mekar II dalam kelas
belajar tergolong tinggi karena dari 10 indikator dalam kelas belajar, terdapat 22
orang yang termasuk dalam kategori tinggi berdasarkan kesepuluh indikator kelas
belajar dan sembilan dari sepuluh indikator tersebut persepsi anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II termasuk dalam kategori tinggi.
5.2.2 Wahana Kerjasama
Untuk mengetahui peran kelompok wanita Kuncup Mekar II dalam wahana
kerjasama, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya
indikator tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk
pertanyaan dan melakukan proses wawancara pada 30 orang responden. Hasil
wawancara yang diperoleh memiliki skor yang kemudian dikategorikan. Adapun
46
indikator dan jawaban anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dapat dilihat
pada tabel 10.
Tabel 10. Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Wahana
Kerjasama di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, 2021.
Tabel 10 menunjukkan bahwa 26 orang termasuk kategori tinggi dan 4
orang termasuk kategori rendah untuk indikator menciptakan suasana saling kenal
dan saling percaya. Yang termasuk kategori tinggi yaitu anggota kelompok wanita
tani Kuncup Mekar II yang mengenal anggota lainnya dengan baik dan juga
memiliki hubungan yang baik. Sedangkan 4 orang yang yang termasuk rendah yaitu
responden yang masih menjadi anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
yang tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada selama program
pekarangan pangan lestari dijalankan.
No. Wahana Kerjasama Kategori
Tinggi Sedang Rendah
1 Menciptakan suasana saling kenal dan saling
percaya 26 - 4
2 Menciptakan suasana keterbukaan dalam
menyatakan pendapat 21 5 4
3 Mengatur dan melaksanakan pembagian
tugas/kerja 19 7 4
4 Mengembangkan kedisiplinan dan rasa
tanggungjawab 19 7 4
5 Merencanakan dan melaksanakan
musyawarah 20 6 4
6 Melaksanakan kerjasama dengan penyedia
sarana dan jasa 3 - 27
7 Mengadakan pelestarian lingkungan 26 - 4
8 Mentaati dan melaksanakan kesepakatan
yang dihasilkan bersama 20 6 4
9 Menjalin kerjasama/kemitraan dengan
pemasaran hasil 1 1 28
10 Mengadakan pemupukan modal - - 30
47
“Sisseng manengmui tau mattamakkede di kelompok ede, afa sikkampong
manemmua disilonang koro. Jaji enna mua gaga kada elossikki sipasisseng”.
(SE, wawancara, April 2021).
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa yang masuk di kelompok wanita
tani Kuncup Mekar II itu sudah saling mengenal karena mereka satu kampung. Jadi
sudah tidak perlukan lagi untuk saling mengenal satu sama lain. Hal ini berarti
bahwa dalam indikator menciptakan suasana saling kenal dan saling percaya dia
sudah termasuk kategori tinggi.
Indikator menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat,
terdapat 21 orang yang termasuk dalam kategori tinggi, 5 orang termasuk kategori
sedang, dan 4 orang kategori rendah. Banyaknya yang termasuk kategori tinggi
karena mereka mengenal satu sama lain dan memiliki hubungan yang baik serta
keaktifan mereka dalam menjalankan kegiatan sehingga membuat mereka percaya
akan pendapat yang mereka nyatakan.
Indikator mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja, 19 orang
termasuk kategori tinggi, 7 orang termasuk kategori sedang, dan 4 orang kategori
rendah. Dalam mengatur dan melaksanakan pembagian tugas terdapat 19 orang
yang termasuk kategori tinggi karena setiap ada kegiatan yang dilaksanakan,
mereka melaksanakan tugas dengan baik karena selalu hadir dalam kegiatan yang
dilaksanakan seperti kegiatan mengelola demplot secara bergiliran dan juga
tugasnya sebagai anggota untuk mengelola lahannya masing-masing dalam
program yang dijalankan kelompok wanita tani yaitu program pekarangan pangan
lestari. Sedangkan yang termasuk kategori sedang yaitu anggota kelompok wanita
tani yang hanya sesekali ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
48
tetapi mereka sebagai anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II telah
menjalankan tugasnya yaitu mengelola lahan mereka masing-masing.
“Kalau dibilang melaksanakan pembagian tugas, mungkin bisami kubilang
kalo kukerjaji tugasku seperti kukerja lahan di depan rumah dan kalau ada
pertemuan ikutja juga”. (I, wawancara, April 2021).
Hasil penelitian wahana kerjasama dalam indikator melaksanakan
pembagian tugas/kerja sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M Yogi Hadi
Atmadja, dkk (2020) bahwa peranan ibu rumah tangga dalam pengolahan lahan
menunjukkan jika ibu rumah tangga sebagai seorang wanita juga mampu untuk
melakukan pekerjaan yang tergolong berat yang biasanya dikerjakan oleh laki-laki
yang sering dianggap wanita tidak mampu melakukan pekerjaan yang sulit. Dimana
dalam penelitian ini anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II mengelola
lahan mereka sendiri untuk melaksanakan tugasnya sebagai anggota kelompok
wanita tani.
Indikator mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, terdapat
19 orang yang termasuk kategori tinggi karena kedisiplinan dan tanggung jawab
mereka akan kegiatan maupun tugasnya mereka jalankan dengan baik, hal ini
dibuktikan dengan kehadirannya setiap ada kegiatan dan tugasnya dalam mengelola
lahan mereka. Sedangkan 7 orang yang termasuk kategori sedang karena mereka
hanya sesekali mengikuti jika terdapat kegiatan-kegiatan yang ada seperti
mengelola demplot secara bergiliran, dari situ dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan dan tanggung jawab mereka kurang maksimal dalam menjalankan
program pekarangan pangan lestari.
49
Indikator merencanakan dan melaksanakan musyawarah, terdapat 20 orang
yang termasuk kategori tinggi, 6 orang kategori sedang dan 4 orang kategori rendah.
Musyawarah biasanya dilaksanakan beriringan dengan dilaksanakannya
pertemuan. Dimana yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II yang selalu ikut serta dalam membahas bersama
sesuatu hal. Sedangkan yang termasuk kategori sedang yaitu yang hanya pernah
ikut dalam musyawarah tersebut, karena ketika diadakan pertemuan ada yang
pulang lebih awal sehingga belum mengikuti musyawarah secara keseluhan.
Indikator melaksanakan kerjasama dengan penyedia sarana dan jasa, 3
orang termasuk dalam kategori tinggi dan 27 orang lainnya masuk dalam kategori
rendah. Dalam indikator ini banyak yang tidak melakukan kerjasama dengan
penyedia sarana dan jasa karena di kelompok wanita tani Kuncup Mekar II hanya
pengurus kelompok yang melakukan kerjasama dengan penyedia sarana dan jasa
seperti penjual benih dan pupuk.
Indikator mengadakan pelestarian lingkungan, 26 orang termasuk dalam
kategori tinggi, dan 4 orang kategori rendah. Anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II yang aktif melaksanakan kegiatan pekarangan pangan lestari
tentunya telah melakukan pelestarian lingkungan dengan mengelola lahan
pekarangannya.
Indikator mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama,
20 orang yang termasuk kategori tinggi karena telah mentaati dan melaksanakan
kesepakatan yang dihasilkan bersama seperti hadir di pertemuan, mengelola lahan
50
pekarangan baik milik sendiri maupun lahan milik bersama. Sedangkan yang
termasuk dalam kategori sedang yaitu anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II yang juga mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan
bersama tapi belum maksimal seperti pernah tidak hadir dalam pertemuan dan juga
pernah tidak datang mengelola lahan bersama (demplot) saat gilirannya. Dimana
yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 6 orang. Dan 4 orang lainnya
termasuk kategori rendah karena tidak melaksanakan kegiatan yang telah disepakati
bersama dalam kelompok.
Indikator menjalin kerjasama/kemitraan dengan pemasaran hasil, 1 orang
termasuk dalam kategori tinggi karena melakukan kerjasama dengan penjual
sayuran keliling dan juga melakukan kerjasama dengan penjual roti lapis dengan
menyediakan penjual roti lapis tersebut bahan yang diperlukannya yaitu selada. 1
orang termasuk dalam kategori sedang karena sesekali melakukan kerjasama
dengan penjual sayuran keliling. Sedangkan anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II yang aktif tidak melakukan kerjasama dengan pemasaran hasil karena
hasil dari pekarangan mereka digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau
mengonsumsi sendiri.
“Enna gaga kubalu hassele’na olo bolau, afa nakko engka pale hedding
diala, dialami dianre keddi hada”. (R, wawancara, April 2021).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa hasil dari pekarangan yang
dimanfaatkannya tidak ada yang dijual, tetapi hanya dikonsumsi sendiri kalaupun
ada yang sudah bisa untuk dipanen. Maka perannya dalam wahana kerjasama dalam
indikator menjalin kerjasama dengan pemasaran hasil rendah. Hal ini tidak sesuai
51
dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Yogi Hadi Atmadja, dkk (2020) yang
menyatakan bahwa peranan ibu rumah tangga dalam pemasaran hasil tergolong
tinggi dalam pelaksanaan kegiatan KRPL yang meliputi penjualan hasil.
Indikator mengadakan pemupukan modal. Semua anggota termasuk dalam
kategori rendah, karena tidak satupun dari anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II yang mengadakan pemupukan modal.
Tabel 11. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai
Wahana Kerjasama di Desa Balangpesoang, Kecamatan
Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Kategori Interval Skor Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1 Rendah 10-16 4 13
2 Sedang 17-23 8 27
3 Tinggi 24-30 18 60
Jumlah 30 100
Tabel 11 menunjukkan bahwa 4 orang (13%) anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II sebagai wahana kerjasama termasuk kategori rendah. Sedangkan
8 orang (27%) termasuk kategori sedang dan anggota kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II yang termasuk kategori tinggi sebanyak 18 orang (60 %). Hasil penelitian
ini dapat dikatakan bahwa peran anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
sebagai wahana kerjasama tergolong tinggi karena sebagian besar anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II telah menciptakan suasana saling kenal dan
saling percaya, menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat,
mengatur dan melaksanakan pembagian kerja, mengembangkan kedisiplinan dan
tanggung jawab, merencanakan dan melaksanakan musyawarah, mengadakan
52
pelestarian lingkungan, serta menaati dan melaksanakan kesepakatan yang
dihasilkan bersama.
5.2.3 Unit Produksi
Untuk mengetahui peran kelompok tani Kuncup Mekar II sebagai unit
produksi, terdapat 8 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya
indikator tersebut, peneliti mengembangkan 8 indikator tersebut dalam bentuk
pertanyaan dan melakukan proses wawancara pada 30 orang responden. Hasil
wawancara yang diperoleh memiliki skor, yang kemudian dikategorikan menjadi
tinggi, sedang dan rendah. Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok tani
Kuncup Mekar II dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 12.Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Unit
Produksi di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, 2021.
No
. Unit Produksi
Kategori
Tinggi Sedang Rendah
1
Mengambil keputusan dalam
menentukan pengembangan produksi
yang menguntungkan
26 - 4
2 Menyusun rencana dan melaksanakan
kegiatan bersama 21 5 4
3 Memfasilitasi penerapan teknologi
sesuai dengan rencana kegiatan 26 - 4
4 Menjalin kerjasama dengan kemitraan
usahatani 26 - 4
5 Melaksanakan kesepakatan yang
dihasilkan 20 6 4
6 Mengevaluasi kegiatan bersama dan
rencana kebutuhan kelompok 23 3 4
7
Meningkatkan kesinambungan
produktivitas dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan
1 25 4
8 Mengelola administrasi secara baik 26 - 4
53
Tabel 12 menunjukkan bahwa 26 orang anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II termasuk dalam kategori tinggi pada indikator mengambil
keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan.
Dimana mereka mengambil keputusan dengan mengelola lahan pekarangan mereka
masing-masing yang dapat menguntungkan mereka. Sedangkan 4 orang lainnya
termasuk dalam kategori rendah karena dengan tidak mengikuti kegiatan kelompok
yang ada maka mereka juga tidak mengambil keputusan dalam menentukan
pengembangan produksi yang menguntungkan.
Indikator menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, terdapat
21 orang yang termasuk dalam kategori tinggi, 5 orang kategori sedang, dan 4 orang
kategori rendah. Dimana yang termasuk kategori tinggi yaitu anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II yang rajin dalam melaksanakan kegiatan bersama
sedangakan yang masuk dalam kategori sedang yaitu mereka yang kadang
melaksanakan kegiatan dan kadang juga tidak melaksanakan kegiatan bersama.
Indikator memfasilitasi penerapan teknologi sesuai dengan rencana
kegiatan, semua anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang aktif
menjalankan kegiatan mendapatkan bimbingan dari penyuluh pertanian dan juga
sarana pertanian. Sarana pertanian yang mereka dapatkan berupa benih sayuran dan
alat-alat untuk mengelola lahan pekarangan mereka seperti sabit, kaos tangan,
gembor, dan pupuk.
“Puraka diareng subbe silong kaos tangan. Nakko bibi hada makkuling-
kulingna diareng silong pupuk to engka pura diarengnga”. (SA, wawancara,
April 2021).
54
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sebagai anggota kelompok wanita
tani Kuncup Mekar II, dia sudah mendapatkan fasilitas berupa sabit dan kaos tangan
serta juga pupuk. Selain mendapatkan alat-alat pertanian, dia juga sering diberikan
bibit yang nantinya akan dibudidayakan di pekarangan yang dikelolanya.
Indikator menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani, 26 termasuk
dalam kategori tinggi dan 4 orang termasuk dalam kategori rendah. Anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang termasuk kategori tinggi mereka
menggunakan benih dan pupuk yang telah disediakan dimana benih dan pupuk yang
mereka gunakan memiliki merek yang bisa ia perkenalkan dengan orang lain.
Indikator melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan, terdapat 20 orang
yang termasuk dalam kategori tinggi karena telah melaksanakan kesepakatan yang
dihasilkan seperti mengelola lahan mereka masing-masing dan mengelola lahan
bersama (demplot) yang dilakukan secara bergiliran. Sedangkan 6 orang termasuk
dalam kategori sedang merupakan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
yang telah melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan dalam mengelola lahannya
masing-masing tetapi tidak maksimal dalam mengelola lahan bersama.
Indikator mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan pokok, 23
orang termasuk dalam kategori tinggi, 3 orang termasuk kategori sedang, dan 4
orang kategori rendah. Evaluasi kegiatan dilaksanakan atau dibahas dalam
pertemuan. Sehingga yang sering hadir dalam pertemuan termasuk dalam kategori
tinggi dan yang sesekali hadir dalam pertemuan termasuk dalam kategori sedang.
Sedangkan yang tidak pernah hadir sama sekali termasuk kategori rendah.
55
Indikator meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan, 26 orang menginginkan agar dapat melanjutkan
mengelola lahan pekarangan kedepannya. Tetapi dalam melanjutkan pengelolaan
lahan kedepennya, hanya 1 orang yang memiliki solusi untuk itu yaitu dengan
membuat kembali benih yang telah dari hasil produksinya seperti lada. Maka dalam
indikator meningkatkan kesinambungan produktivitas hanya 1 orang yang
termasuk dalam kategori tinggi dan 25 orang kategori sedang.
Indikator mengelola administrasi secara baik, 26 orang anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II yang termasuk dalam kategori tinggi karena mereka
telah mengisi buku administrasi kelompok dan juga memiliki buku administrasi
masing-masing. Sedangkan 4 orang yang termasuk dalam kategori rendah yang
tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada selama kelompok wanita tani Kuncup
Mekar II menjalankan program pekarangan pangan lestari tentunya juga tidak
pernah mengisi buku administrasi yang ada.
“Engka diarengngi taue buku elokke diisi nakko panenngi, ko mala toi taue
bibi dicatat to di buku kelompok”. (M, wawancara, April 2021).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa ada buku yang dibagikan ke masing-
masing anggota yang diisi jika panen dan juga terdapat buku yang mereka isi ketika
mereka mengambil bibit. Dimana hal tersebut merupakan bagian dari administrasi
yang ada di kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dalam menjalankan program
Pekarangan Pangan Lestari.
Administrasi sangat penting dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu
organisasi dapat diukur dari administrasinya. Dalam perangkat administrasi
dibedakan menjadi 2 pokok yaitu administrasi kegiatan dan administrasi keuangan.
56
Dalam administrasi kegiatan, segala catatan dilakukan oleh kelompok berkaitan
dengan kegiatan kelompok di luar urusan keuangan seperti buku induk anggota,
buku tamu, buku kegiatan kelompok, buku produktivitas dan hasil produksi, dan
buku daftar hadir (Dewi Susanti, 2020). Dimana anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II masing-masing telah memiliki buku produktivitas dan hasil
produksi dan juga terdapat buku administrasi yang lain di ketua kelompok seperti
buku tamu, buku induk anggota dan buku daftar hadir.
Adapun jumlah skor keseluruhan kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
sebagai unit produksi di Desa Balangpesoang dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai
Unit Produksi di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, 2021.
No. Kategori Interval Skor Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1 Rendah 8-12 4 13
2 Sedang 13-18 - -
3 Tinggi 19-24 26 87
Jumlah 30 100
Tabel 13 menunjukkan bahwa 4 orang (13%) anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II sebagai unit produksi termasuk kategori rendah. Dan anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang termasuk kategori tinggi sebanyak 18
orang (60 %). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II sebagai unit produksi tergolong tinggi karena anggota
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dapat mengambil keputusan dalam
menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan, menyusun rencana dan
melaksanakan kegiatan bersama, memfasilitasi penerapan teknologi, menjalin
57
kerjasama dengan kemitraan usahatani, mengevaluasi kegiatan bersama dan
rencana kebutuhan pokok, dan mengelola administrasi secara baik.
5.2.4 Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II
Adapun skor keseluruhan kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa
Balangpesoang dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
Tabel 14. Jumlah Skor Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di
Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten
Bulukumba, 2021.
No. Indikator Rata-Rata Skor Kategori
1 Kelas belajar 2,46 Tinggi
2 Wahana kerjasama 2,14 Sedang
3 Unit produksi 2,57 Tinggi
Jumlah 2,39 Tinggi
Tabel 14 menunjukkan bahwa peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar
II pada kelas belajar termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,46. Sedangkan
peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II pada wahana kerjasama termasuk
kategori sedang dengan rata-rata skor 2,14 dan pada unit produksi termasuk
kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,57. Dalam wahana kerjasama, peran
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II termasuk kategori sedang karena dari 10
indikator yang ada, terdapat 1 indikator yang belum dilaksanakan yaitu pemupukan
modal dan 2 indikator masih kurang pelaksanaannya yaitu kerjasama dengan
penyedia sarana dan jasa serta menjalin kerjasama dengan pemasaran hasil. Tetapi
7 indikator lainnya dalam wahana kerjasama dan indikator dalam kelas belajar dan
unit produksi sudah dilaksanakan dengan baik.
58
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan
penelitian S. Masithah, dkk (2014) bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok
wanita tani dalam program KRPL pada tahapan pelaksanaan termasuk ke dalam
kategori tinggi. Dimana dalam penelitian ini, anggota kelompok wanita tani
Kuncup Mekar II telah melaksanakan program pekarangan pangan lestari yang
perannya juga tergolong tinggi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa peran
kelompok wanita tani Kuncup Mekar II pada kelas belajar termasuk kategori tinggi
dengan rata-rata skor 2,46, pada wahana kerjasama termasuk kategori sedang
dengan rata-rata 2,14 dan pada unit produksi termasuk kategori tinggi dengan rata-
rata skor 2,57. Secara keseluruhan, peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II
termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,39.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka disarankan:
1. Terdapat 4 orang anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang tidak
aktif menjalankan kegiatan. Diharapkan kedepannya penyuluh dan anggota
yang lain memotivasi keempat orang ini agar ikut aktif kembali dalam kegiatan
kelompok.
2. Diharapkan agar penyuluh dapat terus memantau kegiatan anggota kelompok
wanita tani Kuncup Mekar II.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Sagung Seto
Ashari, dkk. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk
mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 30(1):
13-30.
Atmadja, M, Y, H, dkk. 2020. Peranan Ibu Rumah Tangga Pada Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. 8(1): 176-181.
BPTP Sulawesi Selatan. 2012. Inovasi Terkini Budidaya Sayuran Di Pekarangan.
Jakarta Selatan: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian
Pertanian.
BKP Kementrian Pertanian. 2020. Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Jakarta
Selatan: Badan Ketahanan Pangan.
Impal, M, dkk. 2017. Peranan Kelompok Tani “Tenggang Rasa” Terhadap
Pengembangan Tanaman Kakao di Desa Inomunga Kecamatan Kaidipang,
Kabupaten Bolaang Monondow Utara. 13(2): 97-112.
Kasriani. 2018. Peran Kelompok Tani dalam meningkatkan Produktivtas Tanaman
Padi. Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Mardiharani, M. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian.
Masithoh, S, dkk. 2014. Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kecamatan Bogor
Barat Kota Bogor. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas
Djuanda Bogor.
Nurmayasari, D. 2014. Peran Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) “Laras Asri”
pada Peningkatan Kesejahtraan Keluarga. Pendidikan Luar Sekolah.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.
Peraturan Mentri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013. Pedoman Pembinaan
Kelompoktani dan Gabungan Kelompok Tani. 19 Agustus 2013. Jakarta.
Suaedi, dkk. 2013. Peran Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
untuk Tanaman Pangan. Jurnal Perbal. 2(3):62-73
Sumilah, dkk. 2015. Analisis Pengaruh Pengetahuan anggota Kelompok Wanita
Tani Terhadap Teknologi Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Kecamatan
62
Barangin Kota Sawahlunto. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Barat.
Sukanata, I, K, dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Dalam Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jurnal
Agrojati. 28(1): 1-16.
Suparwata, D, O, dkk. 2018. Pemanfaatan Pekarangan Bero untuk Usaha Tani
Buah Naga. Journal Of Agritech Science. 2(2): 72-68
Tan, E, dkk. 2020. Persepsi Wanita Tani terhadap Pemanfaatan Pekarangan dalam
Menunjang Diversifikasi Pangan di Kota Ambon. Jurnal Agribisnis
Kepulauan. 8(1): 56-66.
Umpa, A. 2018. Pemanfaatan Lahan Pekarangan dan Pendapatan Petani di Desa
Paselloreng Kecamatan Gilireng Kabupaten Wajo. Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Waliah, H, dkk. 2018. Peran Anggota Kelompok Wanita Tani Dalam Pemanfaatan
Pekarangan Melalui KRPL Di Desa Pucangsari Kecamatan Purwosari
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Jawa Timur: Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian Malang.
Yanuari, A, dkk. 2018. Studi Tentang Peran Kelompok Tani Sebagai Wadah
Belajar dan Wadah Kerjasama dalam Mengelola Usahatani di Desa
Sukamulia Timur Kecamatan Sukamulia. Fakultas Pertanian. Universitas
Mataram.
Zahro, M. 2017. Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kota. Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan
Ekonomi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
63
L
A
M
P
I
R
A
N
64
Lampiran 1. Peta Lokasi
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian
65
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian Peran Anggota Kelompok Wanita Tani dalam
Pemanfaatan Pekarangan melalui Pekarangan Pangan Lestari di
Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba.
KOESIONER (ANGKET) PENELITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur : …… tahun
Pendidikan Terakhir :
B. KELAS BELAJAR
1. Apakah anda pernah memaparkan apa yang ingin dipelajari atau apa yang anda
butuhkan dalam belajar?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
2. Apakah anda pernah merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar
kelompok anda seperti membantu mengatur waktu yang tepat dilaksanakannya
pertemuan atau mempersiapkan tempat diadakannya pertemuan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
3. Apakah anda terdorong untuk melakukan sesuatu atas informasi yang
disampaikan dalam pertemuan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
4. Apakah anda pernah melaksanakan proses pertemuan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
5. Apakah anda menjalin kerjasama untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan baik itu petani, penyuluh maupun pihak-pihak lain?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
6. Apakah anda merasakan lingkungan belajar yang sesuai?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
7. Apakah anda ikut aktif dalam proses belajar mengajar, termasuk mendatangkan
dan berkonsultasi kepada penyuluh?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
66
8. Apakah anda pernah mengemukakan pendapat maupun masalah yang anda
hadapi?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
9. Apakah anda merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan
masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok tani?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
10. Apakah anda ikut merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan
berkala baik di dalam kelompoktani, antar kelompok atau dengan instansi lain?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
C. WAHANA KERJASAMA
1. Apakah anda menciptakan suasana saling kenal, saling mempercayai dan
berkeinginan untuk kerjasama terhadapa anggota kelompok yang lain?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
2. Apakah anda menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat
dan pandangan diantara anggota kelompok tani untuk mencapai tujuan
bersama?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
3. Apakah anda mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja sesuai
dengan kesepakatan bersama?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
4. Apakah anda disiplin dan mempunyai rasa tanggungjawab diantara sesama
anggota kelompok wanita tani dalam hal kerjasama?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
5. Apakah anda pernah ikut merencanakan dan melakukan musyawarah agar
tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi kelompok wanita tani?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
6. Apakah anda melaksanakan kerjasama dengan penyedia sarana produksi dan
jasa pertanian lainnya?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
7. Apakah anda ikut serta melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
8. Apakah anda mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan
bersama dalam kelompok?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
67
9. Apakah anda pernah menjalin kerjasama dan kemitraan usaha usaha dengan
pihak penyedia produksi, pengolahan dan atau pemasaran hasil?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
10. Apakah anda menjalin kerjasama dengan Lembaga permodalan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
D. UNIT PRODUKSI
1. Apakah anda mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan
produksi yang menguntungkan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
2. Apakah anda pernah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama,
serta rencana kebutuhan kelompok?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
3. Apakah anda mendapat fasilitas penerapan teknologi (bahan, alat pertanian,
cara penggunaan) sesuai dengan rencana kegiatan?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
4. Apakah anda menjalin kerjasama dan kemitraan terkait dalam pelaksanaan
usahatani?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
5. Apakah anda melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam
kelompok tani?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
6. Apakah anda ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana
kebutuhan kelompok tani, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
7. Apakah anda ikut meningkatkan produktivitas usahatani dan kelestarian
sumberdaya alam?
□ sering □ pernah □ tidak pernah
8. Apakah anda ikut dalam mengelola administrasi?
□ sering
□ pernah
□ tidak pernah
68
Lampiran 3. Identitas Responden
No Nama Umur
(tahun) Pendidikan
Luas Lahan
Pekarangan (m²)
1 Saenab 51 SMA 50
2 Hasmi 34 S1 75
3 Nilmawati 44 SMA 25
4 Sitti Hafsah Rauf 75 D3 25
5 Nilawati, S.Pd 46 S1 50
6 Rosmiati 46 Tidak Sekolah 50
7 Hj. Marta 43 SMA 75
8 Sri Ernawati 32 SMA 50
9 Hartatia 39 SD 50
10 Nur Suka 52 SMA 50
11 Marlina, S.Pd 41 S1 75
12 Suriani Amri 40 SD 75
13 Irmayanti 37 SD 75
14 Salma 45 SD 50
15 Arianti 46 SMP 50
16 Jumina 25 SD 50
17 Hijrah 42 SD 25
18 Nur Samma 35 SD 75
19 Salmiati, A.Ma 37 D3 50
20 Radani 54 Tidak Sekolah 25
21 Rosdiana 52 SMP 50
22 Hajrah 46 SD 50
23 Ruhani 50 Tidak Sekolah 25
24 Darma 42 SD 75
25 Suriani Sultan 39 SD 75
26 Muliana 37 SMP 50
27 Israni 31 SMP 50
28 Sakka 40 Tidak Sekolah 50
29 Juhaeda 57 Tidak Sekolah 50
30 Syamsiar 52 SD 75
69
Lampiran 4. Skor Peran Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Kelas Belajar
No Nama Kelas Belajar Total
Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Saenab 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 Tinggi
2 Hasmi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 Tinggi
3 Nilmawati 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 Tinggi
4 Sitti Hafsah Rauf 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 28 Tinggi
5 Nilawati, S.Pd 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 Tinggi
6 Rosmiati 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 27 Tinggi
7 Hj. Marta 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 28 Tinggi
8 Sri Ernawati 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28 Tinggi
9 Hartatia 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 20 Sedang
10 Nur Suka 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 19 Sedang
11 Marlina, S.Pd 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 25 Tinggi
12 Suriani Amri 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29 Tinggi
13 Irmayanti 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 28 Tinggi
14 Salma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
15 Arianti 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28 Tinggi
16 Jumina 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 28 Tinggi
17 Hijrah 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 27 Tinggi
18 Nur Samma 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 27 Tinggi
19 Salmiati, A.Ma 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28 Tinggi
20 Radani 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28 Tinggi
21 Rosdiana 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 26 Tinggi
22 Hajrah 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 27 Tinggi
23 Ruhani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
24 Darma 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 26 Tinggi
25 Suriani Sultan 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28 Tinggi
26 Muliana 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 23 Sedang
27 Israni 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 28 Tinggi
28 Sakka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
29 Juhaeda 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 21 Sedang
30 Syamsiar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
Jumlah 737
Tinggi Rata-rata 24,57
Rata-rata skor 2,46
Interval :
Rendah : 10-16
Sedang : 17-23
Tinggi : 24-30
Interval skor :
Rendah : 1,00-1,66
Sedang : 1,67-2,33
Tinggi : 2,34-3,00
70
Lampiran 5. Skor Peran Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Wahana
Kerjasama
N
o Nama
Wahana Kerjasama Total
Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Saenab 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28 Tinggi
2 Hasmi 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 27 Tinggi
3 Nilmawati 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 26 Tinggi
4 Sitti Hafsah Rauf 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
5 Nilawati, S.Pd 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
6 Rosmiati 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
7 Hj. Marta 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
8 Sri Ernawati 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
9 Hartatia 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 19 Sedang
10 Nur Suka 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 19 Sedang
11 Marlina, S.Pd 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
12 Suriani Amri 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
13 Irmayanti 3 3 2 2 3 1 3 2 1 1 21 Sedang
14 Salma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
15 Arianti 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
16 Jumina 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
17 Hijrah 3 3 2 2 3 1 3 3 1 1 22 Sedang
18 Nur Samma 3 3 2 2 2 1 3 2 1 1 20 Sedang
19 Salmiati, A.Ma 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
20 Radani 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
21 Rosdiana 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
22 Hajrah 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
23 Ruhani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
24 Darma 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
25 Suriani Sultan 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 Tinggi
26 Muliana 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 19 Sedang
27 Israni 3 2 3 3 2 1 3 3 1 1 21 Sedang
28 Sakka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
29 Juhaeda 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 19 Sedang
30 Syamsiar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Rendah
Jumlah 641
Sedang Rata-rata 21,37
Rata-rata Skor 2,14
Interval :
Rendah : 10-16
Sedang : 17-23
Tinggi : 24-30
Interval skor :
Rendah : 1,00-1,66
Sedang : 1,67-2,33
Tinggi : 2,34-3,00
71
Skor Peran Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Unit Produksi
No Nama Unit Produksi Total
Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Saenab 3 3 3 3 3 3 3 3 24 Tinggi
2 Hasmi 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
3 Nilmawati 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
4 Sitti Hafsah Rauf 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
5 Nilawati, S.Pd 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
6 Rosmiati 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
7 Hj. Marta 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
8 Sri Ernawati 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
9 Hartatia 3 2 3 3 2 2 2 3 20 Tinggi
10 Nur Suka 3 2 3 3 2 2 2 3 20 Tinggi
11 Marlina, S.Pd 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
12 Suriani Amri 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
13 Irmayanti 3 3 3 3 2 3 2 3 22 Tinggi
14 Salma 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Rendah
15 Arianti 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
16 Jumina 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
17 Hijrah 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
18 Nur Samma 3 2 3 3 2 3 2 3 21 Tinggi
19 Salmiati, A.Ma 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
20 Radani 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
21 Rosdiana 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
22 Hajrah 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
23 Ruhani 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Rendah
24 Darma 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
25 Suriani Sultan 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
26 Muliana 3 2 3 3 2 3 2 3 20 Tinggi
27 Israni 3 3 3 3 3 3 2 3 23 Tinggi
28 Sakka 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Rendah
29 Juhaeda 3 2 3 3 2 2 2 3 20 Tinggi
30 Syamsiar 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Rendah
Jumlah 616
Tinggi Rata-rata 20,53
Rata-rata Skor 2,57
Interval :
Rendah : 8-12
Sedang : 13-18
Tinggi : 19-24
Interval :
Rendah : 1,00-1,66
Sedang : 1,67-2,33
Tinggi : 2,34-3,00
72
Lampiran 6. Nilai Keseluruhan Skor Peran Anggota Kelompok Wanita Tani
No Nama
Total Skor
Jumlah Kategori Kelas
Belajar
Wahana
Kerjasama
Unit
Produksi
1 Saenab 30 28 24 82 Tinggi
2 Hasmi 30 27 23 80 Tinggi
3 Nilmawati 30 26 23 79 Tinggi
4 Sitti Hafsah
Rauf 28 24 23 75 Tinggi
5 Nilawati, S.Pd 30 24 23 77 Tinggi
6 Rosmiati 27 24 23 74 Tinggi
7 Hj. Marta 28 24 23 75 Tinggi
8 Sri Ernawati 28 24 23 75 Tinggi
9 Hartatia 20 19 20 59 Sedang
10 Nur Suka 19 19 20 58 Sedang
11 Marlina, S.Pd 25 24 23 72 Tinggi
12 Suriani Amri 29 24 23 76 Tinggi
13 Irmayanti 28 21 22 71 Tinggi
14 Salma 10 10 8 28 Rendah
15 Arianti 28 24 23 75 Tinggi
16 Jumina 28 24 23 75 Tinggi
17 Hijrah 27 22 23 72 Tinggi
18 Nur Samma 27 20 21 68 Tinggi
19 Salmiati,
A.Ma 28 24 23 75 Tinggi
20 Radani 28 24 23 75 Tinggi
21 Rosdiana 26 24 23 73 Tinggi
22 Hajrah 27 24 23 74 Tinggi
23 Ruhani 10 10 8 28 Rendah
24 Darma 26 24 23 73 Tinggi
25 Suriani Sultan 28 24 23 75 Tinggi
26 Muliana 23 19 20 62 Sedang
27 Israni 28 21 23 72 Tinggi
28 Sakka 10 10 8 28 Rendah
29 Juhaeda 21 19 20 60 Sedang
30 Syamsiar 10 10 8 28 Rendah
Jumlah 737 641 616 1.994 Tinggi
Rata-rata Skor 2,46 2,14 2,57 2,39
Kategori Tinggi Sedang Tinggi
Interval : Rendah : 28-46
Sedang : 47-65
Tinggi : 66-84
Interval Skor: Rendah : 1,00-1,66
Sedang : 1,67-2,33
Tinggi : 2,34-3,00
72
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar 3 Wawancara dengan Responden
Gambar 4 Wawancara dengan Responden
73
Gambar 5 Wawancara dengan Responden
Gambar 6 Lahan Pekarangan Responden
74
Gambar 7 Lahan Pekarangan Responden
Gambar 8 Lahan Pekarangan Responden
75
76
77
78
RIWAYAT HIDUP
ZUL FADLI, Dilahirkan di Kabupeten Bulukumba tepatnya di
Dusun Kampung Baru Desa Balangpesoang Kecamatan
Bulukumpa pada tanggal 27 Maret 1998. Anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Syamsul dan Saenab. Peneliti
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di MIN Balangpesoang pada tahun 2010.
Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 410 Tanete dan
tamat pada tahun 2013 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 2 Bulukumba pada tahun 2013 dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun
2016 peneliti melanjutkan perguruan tinggi tepatnya di Universitas
Muhammadiyah Makassar.