Upload
thathit-argadahana
View
101
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tes upload
Citation preview
LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
PERAN JURU KAMERA DALAM PROSES PRODUKSI
BERITA DI UBTV
Oleh:
Farid Abdilah 0911220081
Jurusan Ilmu Komunikasi
Bidang Minat Komunikasi Massa
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Alloh SWT atas berkat dan pencerahanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Nyata (PKN)
ini.Penulis mengangkat judul Peran Juru Kamera dalam Proses Produksi Berita
di UBTV sebagai judul laporan.
Penyusun menyadari bahwa terselesaikannya laporan Praktik Kerja Nyata
(PKN) ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil dari
semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Darsono Wisadirana, MS., selaku Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
3. Drs. Bambang Dwi Prasetyo ,S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Brawijaya.
4. Drs. Bambang Semedhi, selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis laporan Praktik Kerja
Nyata (PKN) ini.
5. Seluruh crew UBTV tanpa terkecuali, yang telah berbagi pengalaman dan
waktu. Serta membimbing penulis dalam melaksanakan Prektek Kerja
Nyata.
ii
6. Seluruh teman-teman seperjuangan yang melaksanakan kegiatan Praktik
Kerja Nyata (PKN) di waktu yang sama.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Nyata (PKN) ini.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan Praktek Kerja Nyata (PKN) ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat berguna bagi penyusun untuk lebih meningkatkan
pengetahuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penyusun berharap agar
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Malang, Oktober 2014
Penulis
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Kerja Nyata yang telah disusun oleh:
Nama : Farid Abdilah
NIM : 0911220081
Judul PKN : Peran Juru Kamera dalam Proses Produksi Berita di
UBTV
Lokasi : UBTV Malang
Tanggal : 26 Maret 2014 26 April 2014
Telah disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Bambang Semedhi, SE
NIP. 52051311110001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dinyatakan secara sah Laporan Praktik Kerja Nyata (LPKN) yang dilakukan
mahasiswa:
Nama : Farid Abdilah
NIM : 0911220081
Judul PKN : Peran Juru Kamera dalam Proses Produksi Berita di
UBTV
Lokasi : UBTV Malang
Tanggal : 26 Maret 2014 26 April 2014
Laporan ini telah diujikan dan dinyatakan lulus untuk mata kuliah PKN.
Dosen Pembimbing
Bambang Semedhi, SE
NIP. 52051311110001
Dosen Penguji
Yun Fitrahyati Laturrakhmi, S.I.Kom., M.I.Kom
NIK. 2013068606112001
Mengetahui,
Pembantu Dekan I
Maya Diah Nirwana, S. Sos., M. Si.
NIP. 1977 0611 2009 1220 01
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Tujuan Praktik Kerja Nyata .....................................................................
1.3 Manfaat Praktik Kerja Nyata ....................................................................
BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN .....................................................
2.1 Tinjauan Teoritis .........................................................................................
2.1.1. Manajemen Media Massa .............................................................
2.1.2. Jurnalistik Televisi ........................................................................
2.1.3. Teknik Pengambilan Gambar .......................................................
2.1.3.1. Ukuran Shot ...........................................................................
2.1.3.2. Pergerakan Gambar ...............................................................
2.1.3.3. Komposisi ..............................................................................
2.1.3.4. Pengaturan Arah Gambar (Rooming) ....................................
2.1.3.4. Arah Gambar ( Screen Direction) ..........................................
2.2. Fokus Praktik Kegiatan Nyata ....................................................................
i
iii
iv
v
vii
viii
1
1
3
4
6
6
6
8
9
9
9
12
14
15
15
vi
BAB III DESKRIPSI KEGIATAN ......................................................................
3.1. Gambaran Umum ubtv ...............................................................................
3.2. Profil UBTV ...............................................................................................
3.2.1.Visi dan Misi UBTV ..............................................................................
3.2.2.Struktur Organisasi UBTV ....................................................................
3.3. Deskripsi Kegiatan ......................................................................................
3.3.1. Waktu Pelaksanaan dan Tempat ..........................................................
3.3.2. Deskripsi Kegiatan ..............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................
4.1. Proses Produksi Tayangan di UBTV ..........................................................
4.2.Peran Juru Kamera dalam Proses Produksi Berita di UBTV ......................
4.3. Permasalahan selama PKN di UBTV .........................................................
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................
5.1. Kesimpulan .................................................................................................
5.2.Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
17
17
18
18
20
21
21
22
26
26
29
35
38
38
39
42
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.Logo UBTV ..................................................................................
Gambar 3.2. Struktur Organisasi ......................................................................
Gambar 3.3.Papan Plotting UBTV ...................................................................
Gambar 4.1.Skema Proses Produksi ................................................................
Gambar 4.2.Contoh Establishing Shot .............................................................
Gambar 4.3.. Contoh Shot Narasumber ............................................................
18
20
24
26
33
34
viii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Dokumentasi
Lampiran 2. Lembar Penilaian PKN
Lampiran 3.Tabel Kegiatan Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari sekian media massa antara lain media cetak (Surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (televisi, radio), buku, dan film, televisi merupakan
salah satu media massa berbentuk media elektronik yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Menurut Badjuri, (2010, p.39) televisi merupakan salah
satu media massa yang sangat berpengaruh tidak hanya dilihat dari fungsi televisi
yang berperan sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan sebagai media hiburan,
televisi dapat menarik dan juga mempengaruhi pemirsanya. Televisi bahkan dapat
membuat seseorang tidak mudah untuk terpisah dari televisi. Jika media massa
cetak lebih mengutamakan gambar (visual) dan radio mengutamkan suara (audio),
kekuatan televisi terletak pada gambar yang didukung narasi atau narasi yang
didukung gambar (audio-visual). Tentu saja gambar yang dimaksud disitu adalah
gambar hidup yang yang membuat televisi menarik dibanding media cetak.
Jurnalistik televisi adalah jurnalistik audio-visual. Unsur visual dalam sajian
berita atau laporan di televisi mengandung peranan penting. Dalam hal ini, hasil
liputan audio-visual yang dilakukan oleh reporter dan juru kamera televisi
menjadi bahan bahan utama dalam penyusunan berita. Dalam jurnalistik televisi,
unsur visual bukan sekedar unsur tambahan atau dukungan pada berita verbal.
Unsur visual justru memiliki nilai berita lebih tinggi dan lebih objektif. (Wibowo,
2007, p.102-103).
Bercerita dengan kamera adalah judul yang dibuat untuk menjelaskan kepada
pemirsa bahwa pembuatan tayangan berita atau program televisi pada hakikatnya
2
suatu kegiatan memindahkan objek ke dalam dimensi ruang yang terbatas, yaitu
layar televisi yang memiliki format 3 berbanding 4 dengan menggunakan kamera.
Dalam Badjuri, (2010, p.46) menyusun sebuah film atau program televisi
merupakan kesatuan gambar yang dibangun melalui kumpulan shot, scene dan
sekwens.
a) Shot : suatu peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi,
dimulai dari tombol ditekan untuk merekam sampai tombol ditekan
untuk menghentikan perekaman. Dalam pengambilan satu shot ada
baiknya tidak terlalu singkat atau terlalu lama. Hal ini untuk
menghindari munculnya kendala teknis pada saat editing.
b) Scene : gabungan dari beberapa shot yang menimbulkan satu
pengertian yang utuh. Scene merupakan bagian terkecil dari sebuah
cerita atau film. Dalam pengertian lain membangun scene sama seperti
membangun kalimat yang terdiri dari awal, pengembangan atau
pemaknaan, dan akhir atau bagian penutup.
c) Sekwens : gabungan dari beberapa scene yang mengandung
pengertian lebih luas dari scene. Ibarat buku sekwens adalah bab,
sedangkan scene adalah sub-bab. Atau juga dapat digambarkan scene
adalah premis minor sekwen adalah premis mayor.
d) Totalitas : gabungan dari sekwen yang menghasilkan stau cerita utuh
dan selanjutnya disebPut film atau program televisi.
3
Secara keseluruhan menurut Badjuri, (2010, p.46 ) sebuah film atau
tayangan televisi dapat dikatakan sebagai ragkaian panjang suatu proses yang
dimulai dari membuat shot-shot bermakna, kemudian digabungkan menjadi
sebuah scene. Scene demi scene digabungkan yang menghasilkan sekuens yaitu
suatu pengertian yang lebih luas dari scene. Selanjutnya sekuens demi sekuens
digabungkan dan menghasilkan yang disebut totalitas, yaitu sebuah cerita film
atau tayangan televisi yang utuh. UBTV sebagai stasiun televisi juga
memproduksi tayangan sendiri. Dalam produksi tayangan sangat dibutuhkan juru
kamera untuk membuat atau mengambil shot gambar tayangan.
Juru kamera dalam produksi tayangan televisi menjadi sangat penting,
seperti yang diungkapkan Badjuri, (2010, p.39) kekuatan televisi terletak pada
gambar yang didukung narasi atau narasi didukung gambar. Gambar bergerak
merupakan keunggulan televisi dibanding media massa lain. Berangkat dari hal
tersebut, penulis memfokuskan aktifitas PKN pada upaya mengetahui pentingnya
peran juru kamera dalam proses produksi berita di UBTV. Dengan demikian,
laporan ini diarahkan untuk memberikan deskripsi tentang Peran Juru Kamera
dalam Proses Produksi Berita di UBTV
1.2. Tujuan Praktik Kerja Nyata (PKN)
Tujuan program PKN yang penulis laksanakan sejak 26 Maret 26 April 2014
adalah untuk memahami peran penting juru kamera dalam produksi berita di
stasiun televisi UBTV Malang. Disamping itu, ditujukan pula untuk mendapatkan
4
ilmu pengetahuan, pengalaman sekaligus keterampilan dalam bidang jurnalistik
sesuai bidang peminatan yang diambil yaitu komunikasi massa.
1.3. Manfaat Praktik Kerja Nyata
Penulisan Laporan Praktik Kerja Nyata ini bertujuan untuk memberikan
manfaat bagi beberapa pihak antara lain ;
1. Bagi Mahasiswa :
a. Memberikan pengalaman dan gambaran terhadap sistem kerja
dunia jurnalistik terutama jurnalistik televisi.
b. Memberikan pengetahuan baru terkait media massa dan jurnalistik
yang belum diajarkan dalam teori.
c. Memberikan kesempatan untuk mencari informasi dan jaringan
guna mendapatkan lapangan pekerjaan terkait dunia jurnalistik.
d. Mampu mengukur pemahaman terhadap konsep dan teori
jurnalistik yang telah diajarkan.
e. Mendapatkan pengalaman kerja yang berguna di masa selanjutnya.
2. Bagi Fakultas :
a. Sebagai masukan guna mengukur pemahaman mahasiswa terhadap
ilmu yang diajarkan.
b. Sebagai referensi mahasiswa lain untuk menyusun laporan maupun
penelitian lainnya.
3. Bagi UBTV :
a. Memperoleh tenaga kerja muda tanpa rekruitmen formal dan biaya.
5
b. Membantu kinerja para reporter, kamerawan, dan editor dalam
kegiatan produksi berita sehari-hari.
6
BAB II
KERANGKA KONSEP KEGIATAN
2.1. Tinjauan Teoretis
2.1.1. Manajemen Media Massa
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk
mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar. Stoner
dan Freeman ( dalam Wibowo, 2006, p.9) menyatakan bahwa manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan
anggota organisasi menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia
untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.
Media massa yang juga bisa dikatakan perusahaan penyedia informasi
tidak mempunyai perbedaan yang berarti dalam asas-asas umum manajemen.
Fungsi manajemen ini banyak dianut oleh perusahaan media massa, sebagaimana
dikemukakan wibowo, (2006, p.12), meliputi :
1. Planning (Perencanaan)
Planning merupakan langkah pertama yang harus dilakukan seorang
manajer. Fungsi planning mencakup mendefinisikan tujuan organisasi,
mengembangkan strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan. Dapat
berupa pembentukan ideologi, target pasar, serta bagian lainnya yang
mendukung proses produksi berita.
2. Organizing (Pengorganisasian)
7
Organizingmerupakan tanggung jawab manajer untuk mendesain
struktur organisasi dan mengatur pembagian pekerjaan. Pendelegasian
kekuasaan. Dapat berupa pembentukan susunan redaksi.
3. Staffing (Pengisian Jabatan)
StaffingMerupakan pekerjaan manajer untuk mengisi jabatan yang
tersedia dalam organisasi. Pemimpin harus cermat dalam memilih orang
untuk didudukkan dalam suatu jabatan agar dapat membantu mencapai
tujuan organisasi.
4. Leading (Memimpin)
Leadingatau memimpin merupakan fungsi manajer untuk mengarahkan
dan mengoordinasi orang utnuk menjalankan pekerjaan. Manajer
memotivasi pekerja, mengarahkan aktivitas orang lain, memilih saluran
komunikasi yang efektif.
5. Actuating (Penggerakan)
Actuatingberkenaan dengan tindakan menjadikan semua anggota
organisasi mau berusaha mencapai tujuan organisasi. Tindakan yang
diambil oleh pimpinan media massa sangatlah strategis dan melibatkan
semua bagian secara keseluruhan.
6. Controlling (Pengawasan)
Controlling adalah usaha untuk menilai dan mengendalikan jalannya
organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi yang sesuai dengan
rencana. Monitoring merupakan alat untuk mengontrol. Dengan
demikian, controlling mengharuskan semua pimpinan media untuk
8
memahami permasalahan apa yang dihadapi oleh pimpinan bagian yang
ada di bawahnya.
2.1.2 Jurnalistik Televisi
Jurnalistik televisi adalah jurnalistik audio-visual. Unsur visual dalam
jurnalistik televisi merupakan sajian utama berita itu sendiri. Sedangkan berita
verbal atau audio menambahkan kejelasan berita yang terjadi. Jika dibandingkan
dengan media cetak sajian utama berita terdapat pada tulisan sedangkan gambar
atau visual merupakan ilustrasi berita. ( Wibowo, 2007, p.100)
Cara penyajian jurnalistik televisi dapat menggunakan rumus konvesional
5W 1H (What, Why, Who, When Where, How). Laporan Jurnalis menyebutkan
kejadian apa, sebab-sebab dari kejadian mengapa itu terjadi, siapa saja yang
terlibat dalam kejadian, kapan kejadian itu terjadi, dimana kejadian itu
berlangsung, dan bagaimana berlangsungnya kejadian itu. Dalam Wibowo, (2007,
p.100) sajian tayangan gambar harus memenuhi isi berita seperti :
1. Harus jelas (Sudut pengambilan tepat, fokus gambar tajam dan gambar
tidak goyang).
2. Urutan tayangan gambar runtut (mudah dimengerti dan diikuti
perkembangan rangkaian gambar).
3. Materi visual cukup (tidak diulang-ulang gambar yang sama untuk
memberi ilustrasi ilustrasi pada talking head atau penjelasan seorang
otoritas).
4. Penjelasan narasi atau laporan tidak bertele-tele, sederhana dan tepat.
Berlaku rumus ELF: Easy Listening Formula
9
2.1.3. Teknik Pengambilan Gambar
2.1.3.1 Ukuran Shot
Shot adalah pengambilan gambar tanpa interupsi. Atau dalam
pelaksanaanya shot dimulai ketika juru kamera menekan tombol rekam sampai
melepas atau mematikan perekaman tanpa interupsi. Dalam Zettl, (2003, p.117)
pengambilan gambar shot ada tiga teknik dasar, dan sering dipergunakan yakni :
a) Long Shot(LS) : gambar yang jika objeknya adalah manusia maka dapat
diukur antara lutut kaki hingga sedikit ruang diatas kepala.
b) Medium Shot (MS) :gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat
diukur sebatas dada hingga sedikit ruang diatas kepala.
c) Close-up (CU) : gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat
diukur dari bahu hingga sedikit ruang diatas kepala
Menurut Muda, (2003, p.128) Dari ketiga dasar shot dasar di atas
kemudian berkembang menjadi :
a) Ekstreme Long Shot (ESL) : gambar yang diambil mulai ruang dibawah kaki
hingga ruang diatas kepala. Pengambilan gambar
ekstreme long shottergantung pada komposisi yang
diinginkan untuk menceritakan peristiwa yang
diliput
b) Wide Medium Shot (WMS) : gambar medium shot tetapi agak melebar
kesamping kanan dan kesamping kiri.
10
c) Extreme Close-up (ECU) : gambar yang jika objeknya adalah manusia maka
dapat diumpamakan sebagai shot mata saja, hidung
saja atau bibir saja.
Dengan menggunakan bahasa shot tersebut maka komunikasi antara crew
televisi akan dapat berlangsung walaupun hanya melalui naskah. Hal ini juga
memudahkan bagi semua crew menjalankan perintah naskah. (Muda, 2003, p.128)
Selain beberapa shot di atas ada beberapa istilah lain dalam tahapan
produksi menurut Semedhi, (2011, p.54)
a) Establishing Shot (ES) adalah shot pengenalan (biasanya pengenalan lokasi)
dengan maksud supaya penonton mengetahui secara jelas posisi aktor atau
situasi geografis lokasi pengambilan gambar. Selain itu juga befungsi
menunjukkan perubahan-perubahan tempat atau situasi, agar penonton tetap
dapat mengikuti alur cerita (sekuens) dengan baik.
b) Cover Shot adalah shot yang dimaksudkan sebagai stock shot atau shot
cadangan jika setelah proses proses pengambilan gambar, ternyata terdapat
beberapa shot yang gagal atau tidak memenuhi harapan.
2.1.3.2. Pergerakan Gambar
Pergerakan gambar juga biasa disebut dengan pergerakan kamera.
Pergerakan kamera harus mempunyai tujuan lebih menjelaskan visual yang akan
disampaikan. Sehingga pemirsa dapat lebih jelas menangkap gambaran yang
sesungguhnya di lokasi kejadian. Sangat dianjurkan kepada juru kamera untuk
tidak melakukan gerakan kamera jika tidak bertujuan untuk lebih menjelaskan
visual cerita atau hanya sekedar sebagai variasi visual tayangan saja. Seperti yang
11
disampaikan Millerson, (1983, p.38) motivated camera movement ideally, all
camera treatment should have a specific purpose. It should be appropriate and
motivated, and not just to create visual variety of relieve the monotony.
Berikut adalah beberapa gerakan kamera dalam produksi visual tayangan
yang terdapat dalam buku Sinematografi Videography menurut Semedhi,
(2011, p.57) :
a) PAN : Pergerakan secara horizontal, yaitu gerakan kamera dari kiri ke
kanan ( pan kanan) atau dari kanan ke kiri ( pan kiri)
b) TILT : Pergerakan kamera secara vertikal terdiri atas gerakan kamera
dari atas ke bawah (tilt down ), atau gerakan dari bawah ke atas
(tilt up).
c) PEDESTAL : Pergerakan kamera secara vertikal. Perbedaan Pedestal dan Tilt
adalah pergerakan kamera diikuti dengan body dan lensa
kamera.
d) ZOOM OUT : Teknik pengambilan gambar yang dimulai close-up pada suatu
objek dan kemudian objek terlihat bergerak menjauh dari
kamera yang secara gradual memperlihatkan lingkuang disekitar
subjek. Teknik ini dilakukan dengan memutar lingkaran zoom
pada kamera.
e) ZOOM IN : Teknik pengambilan gambar yang dimulai dengan sudut
pengambilan yang melebar (Wide) dan kemudian bergerak
mendekati kearah subjek. Teknik ini dilakukan dengan memutar
lingkaran zoom pada kamera.
12
f) TRACK : Gerakan kamera secara konstan, dengan cara meletakkan
kamera pada suatu benda bergerak.
g) DOLLY : Pergerakan kamera mendekat dan menjauh objek. Perbedaan
dolly dengan zoom adalah pergerakan dolly dengan cara
mendekatkan atau menjauhkan body kamera sedangkan zoom
dengan cara memainkan ukuran lensa
h) JIB : Pergerakan kamera ke hampir segala arah. Pergerakan JIB
memerlukan alat tambahan berupa crane yang ditempatkan
diatas penonton.
2.1.3.3. Komposisi
Komposisi adalah suatu cara untuk meletakkan objek gambar di dalam
layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol dan mendapatkan perhatian
penonton. In composing a picture, we are deliberately framing and positioning
subject to create an artistically appropriate effect. We aim to direct attention and
to develop a particular audience reaction (Millerson, 1983, p.40).
Dalam dunia fotografi ada dua macam komposisi yakni; komposisi diam
(still composition) dan komposisi dinamis (dynamic composition). Kedua macam
komposisi tersebut mempunyai kesamaan karena komposisi diam merupakan
dasar dari komposisi dinamis. Ada tiga dasar teori komposisi menurut Semedhi,
(2011, p.43) yakni:
13
1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds)
Menentukan Points of Interest dalam praktiknya dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Bagilah layar menjadi tiga baik secara vertikal maupun horizontal
dan buatlah garis imaginer yang membagi layar menjadi tiga
bagian. Pertemuan antara garis-garis imaginer (empat pertemuan)
itulah terletak titik perhatian (points of interest). Di keempat titik
itulah objek gambar yang ingin ditonjolkan kita letakkan.
b. Upayakan objek yang ingin kita tonjolkan paling tidak
menyinggung atau berada di dua titik, bahkan kalau menyinggung
tiga titik lebih baik.
c. Dalam memanfaatkan point of interest dengan cara intersection
of third, juru kamera memang tidak boleh terpaku dengan teori
yang ada. Karena masih banyak aturan atau teori point of interest
lainnya.
2. Golden Mean Area
Letak gambar dalam Golden Mean Area dengan cara membagi layar
menjadi dua bagian secara mendatar dan bagi jugalah menjadi tiga bagian,
khususnya di bagian atasnya, sehingga tergambarlah bagian diatas
setengah layar dan bagian bawah sepertiga layar. Kawasan inilah untuk
meletakkan mata manusia atau objek hidup lainnya untuk pengambilan
gambar close-up.
14
3. Diagonal Depth
Diagonal Depth adalah salah satu panduan untuk pengambilan gambar
long shot. Unsur diagonal penting artinya untuk memberikan kesan
depth atau kedalaman, dan dengan unsur diagonal maka akan
memberikan kesan tiga dimensi. Selain itu juga memiliki unsur berikut:
a. Gambar yang membentuk garis diagonal
b. Benda yang dijadikan latar depan (foreground)
c. Objek, dan
d. Latar belakang (background)
2.1.3.4. Pengaturan Arah Gambar (Rooming)
Juru kamera dituntut untuk selalu bisa menampilkan gambar yang menarik,
mempunyai arti, atau dengan kata lain gambar yang diambil mampu berbicara.
Untuk membuat gambar yang bernyawa pengambilan ruang depan hidung yang
lebih besar daripada ruang belakang gambar akan tampak lebih hidup. Beberapa
teknik Rooming menurut Semedhi, (2011, p.47) yakni:
a. Head room :Ruang kosong yang berada diatas kepala, yaitu jarak antara
ujung kepala subjek dengan tepi atas layar televisi. Ruang
diatas kepala ini harus masuk dalam komposisi kamera.
b. Nose room :Ruang yang diperlukan ketika seseorang melihat atau
menunjukkan pada suatu arah tertentu, tanpa nose room
gambar akan tampak aneh dan tidak seimbang.
15
c. Walking room :Jarak yang tersisa ketika seseorang bergerak pada arah
tertentu tanpa walking room seseorang akan tampak terhalang
atau berhenti oleh tepi layar.
2.1.3.5 Arah Gambar (Screen Direction)
Penjajaran gambar sesuai dengan arah, agar gambar terlihat saling terkait dan
berinteraksi. Hal terpenting yang harus juru kamera ingat sehubungan dengan
kesinambungan gambar adalah arah pandang mata objek yang sedang berinteraksi
dan arah pergerakan objek di layar. Hal tersebut sangat berkaitan dengan
kesinambungan gambar atau screen continuity. Menurut Semedhi, (2011:64)
screen direction dapat diambil dengan cara berikut:
1) Arah Mata : juru kamera harus mengambil gambar sesuai sudut atau
angle mata masing-masing.
2) Arah Pembicaraan : jika salah satu pembicara diambil dari sisi kiri, maka
pendengar atau pembicara yang lain diambil dari arah
sebaliknya.
3) Arah Gerakan : Pergerakan objek harus direkam dengan arah yang tetap.
Umpamanya dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
2.2 Fokus Praktik Kerja Nyata
Praktik Kerja Nyata adalah sebuah kegiatan yang dijalani penulis untuk
mengaplikasikan teori-teori komunikasi khususnya komunikasi massa ke dalam
kehidupan dunia kerja. Instansi yang menjadi tempat penulis melakukan Praktik
Kerja Nyata adalah UBTV (Universitas Brawijaya Televisi). UBTV merupakan
16
televisi komunitas milik Universitas Brawijaya. Televisi ini memenuhi kebutuhan
informasi tentang Universitas Brawijaya. Para penonton dapat mengetahui apa
yang sedang terjadi di lingkungan Universitas Brawijaya baik informasi tentang
akademis atau informasi non akademis.
Dalam kegiatan Praktik Kerja Nyata, penulis ditempatkan sebagai juru
kamera. Tugas juru kamera adalah mengambil atau merekam gambar sebuah
tayangan. Tayangan dari stasiun televisi sangat beragam. Beberapa di antaranya
adalah berita, feature, talkshow, documenter, dan program hiburan. Fokus PKN
adalah mendalami praktik kerja juru kamera berita, sehingga mendapat gambaran
tentang pentingnya juru kamera dalam proses produksi berita di UBTV.
Untuk memahami bagaimana proses produksi berita penulis mempelajari
beberapa hal terkait proses produksi berita yang berkaitan dengan juru kamera.
Seperti, teknik pengambilan gambar sesuai dengan teknik sinematografi dan
mampu bercerita sesuai jurnalistik televisi. Karena itulah laporan Praktik Kerja
Nyata penulis berjudul peran juru kamera dalam proses produksi berita di UBtv.
17
BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN
3.1. Gambaran Umum UBtv
Dari data internal UBTV th 2014 yang diperoleh penulis, UBTV secara
resmi merilis siaran pada 5 Februari 2014 di frekuensi 51 UHF. Diresmikan oleh
Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito selaku Rektor Universitas Brawijaya masa jabatan 2006-
2014. Dengan semboyan UBTV BE THE BEST bertujuan untuk menyamakan
visi dengan Universitas Brawijaya yang mempunyai semboyan serupa. UBTV
merupakan televisi berbasis komunitas. Dalam hal ini komunitas yang dimaksud
adalah Universitas Brawijaya Malang.
Siaran perdana adalah launching sekaligus pengesahan UBTV serta
beberapa program acara yang ditayangkan secara langsung. Dan ditutup dengan
konser band DCINNAMONS. Dalam penyelenggaraan siaran, UBTV memiliki
program acara seperti UB news, UB Talk, UB Variety, UB Sport, dan UB Music.
Prioritas siaran di UBTV segmentasinya adalah lingkup Universitas
Brawijaya antara lain; kegiatan tentang kemahasiswaan baik akademis maupun
non-akademis. Tidak hanya itu, UBTV juga bekerja sama dengan pihak lain
dalam hal penyelenggaraan acara yang selanjutnya menjadi siaran UBTV
Karena UBTV merupakan televisi komunitas yang juga baru berdiri,maka
hal inilah yang membuat tim penulis tertarik untuk melakukan Praktek Kerja
Nyata (PKN). Mengetahui peran kamerawan dalam program pemberitaan adalah
18
tujuan utama dari tim penulis. Selain itu juga ingin mengaplikasikan kemampuan
dalam bidang broadcasting.
3.2. Profil UBtv
Gambar 3.1. Logo UBtv
Sumber : Data Internal UBTV, 2014
Nama : UBtv
Alamat : Gedung Rektorat Lantai II Universitas BrawijayaJalan
Veteran Malang
Tlp : 0341575807
3.2.1. Visi dan Misi UBtv
VISI :
Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan
19
intrapersonal, interpersonal dan verbal/linguistic, menggali potensi
generasi muda untuk berkreasi sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki demi
kehidupan di masa depan.
MISI :
a. Menjadi pusat kreativitas generasi muda Indonesia dengan mengolah
danmenyebarluaskan informasi kepada masyarakat,
b. Menjadi Pusat Komunitas sebagai media yang mencerdaskan
c. Memberdayakan dan menjunjung tinggi nilai budaya dan sosial
masyarakat
20
3.2.2. Struktur Organisasi
Gambar 3.2. Struktur Organisasi
Sumber. Data Internal UBTV, 2014
21
3.3. Deskripsi Kegiatan
3.3.1. Waktu Pelaksanaan dan Tempat
Pelaksanaan Praktik Kerja Nyata dilaksanakan pada 26 Maret 2014 sampai
26 April 2014 yang bertempat di UBtv beralamatkan di Gedung Rektorat
Universitas Brawijaya Lt.2. Selama melaksanakan Praktik Kerja Nyata, jam kerja
penulis disamakan dengan jam kerja normal yaitu masuk pukul 08.00 hingga
17.00 WIB. Hari kerja mulai hari Senin hingga Sabtu.Kadang kala hari minggu
juga masuk kerja jika ada liputan pada hari minggu.
Dalam kegiatan ini, penulis berkonsentrasi pada juru kamera. Penempatan
konsentrasi disesuaikan pada peminatan penulis yakni komunikasi massa. Teknik
pengambilan gambar didasarkan pada pengetahuan yang diperoleh penulis dari
bangku perkuliahan.
Selama menjalankan Praktik Kerja Nyata, penulis dibimbing dan
diarahkan oleh juru kamera senior UBtv dan pimpinan redaksi UBtv. Pak Sukana
selaku juru kamera senior mengarahkan penulis untuk pengambilan gambar yang
telah ditugaskan. Pada hari pertama, penulis mendapatkan arahan kerja dan teknik
pengambilan gambar yang diperlukan pada waktu produksi. Setiap minggu
penulis mengikuti rapat redaksi seluruh karyawan UBTV. Setelah berlangsungnya
rapat redaksi penulis dan peserta magang lainnya mendapatkan koreksi dan
masukan tentang hasil kerja yang telah dilaksanakan. Selain itu, pada pelaksanaan
tugas penulis juga beberapa kali didampingi oleh juru kamera senior yang
lain.Dari sana penulis belajar banyak, bahkan penulis mendapatkan pengetahuan
baru yang belum pernah didapat di bangku kuliah sebelumnya.
22
Kegiatan Praktik Kerja Nyata ini dirasa mampu mengembangkan wawasan
penulis dengan mengaplikasikan teori yang pernah dipelajari. Pengalaman baru
dalam dunia kerja di lapangan sebagai juru kamera merupakan bentuk
pengamalan ilmu yang telah dipelajari selama kuliah.
3.3.2. Deskripsi Kegiatan
Penulis memulai kegiatan PKN pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014.
Hal pertama yang dilaksanakan penulis adalah mengikuti produksi berita Lomba
Senam Low Impact di GOR Pertamina UB. Pada hari pertama penulis hanya
mengikuti dan melihat juru kamera utama UBTV melaksanakan tugas liputan. Hal
ini, bertujuan untuk memberikan gambaran kepada penulis bagaimana alur proses
produksi berita. Penulis mengikuti rangkaian keseluruhan dari proses ambil
gambar atau liputan, dubbing, dan editing.
Setelah mengikuti proses produksi berita, keesokan hari penulis terjun
langsung mendampingi juru kamera utama dan sesekali mencoba mengambil
gambar. Pada hari kedua ini penulis mempelajari tentang fungsi kamera yang
dimiliki UBTV. Karena setiap merk dan seri kamera mempunyai keunggulan dan
kekurangan masing-masing. Kamera yang dimiliki UBTV adalah merk SONY
tipe. Kamera jenis ini merupakan kamera standard produksi televisi.
Selain itu, pada minggu pertama PKN, penulis juga mendapatkan
pelatihan kamera dari kepala juru kamera UBTV yang diasuh oleh bapak Sukana.
Beliau juga merupakan pembimbing peserta magang bidang juru kamera. Dalam
pelatihan kamera penulis mendapatkan pengarahan secara praktek mengenai
fungsi2 tombol kamera sampai cara pengambilan shot. Teori sinematografi dan
23
videografi juga di diberikan untuk mengingat kembali materi yang pernah didapat
sewaktu kuliah. Selain itu, penulis juga mendapatkan materi etika juru kamera
dalam melaksanakan tugas produksi berita.
Pada hari senin minggu kedua, penulis mengikuti rapat redaksi yang
dihadiri oleh seluruh karyawan UBTV dan peserta magang. Dalam rapat redaksi
banyak sekali hal yang dibahas meliputi keseluruhan apa yang telah terjadi dan
rencana selanjutnya. Evaluasi kerja dipimpin oleh kepala UBTV yakni bapak
Bambang Semedhi yang mengoreksi seluruh hasil kerja bidang redaksi. Kemudian
dilanjutkan merencanakan apa yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu
seminggu.
Setalah rapat besar yang dipimpin oleh kepala UBTV kemudian
dilanjutkan dengan diskusi seluruh bagian redaksi. Dalam diskusi ini lebih banyak
membahas rencana apa yang akan diproduksi dalam kurun waktu seminggu.
Dimulai dari tim kreatif yang mengusulkan beberapa judul produksi, kemudian
dilanjutkan rencana liputan tim berita yang merencanakan kegiatan atau berita apa
saja yang akan diliput dalam kurun waktu seminggu diluar kejadian yang
mendadak terjadi layak liput. Pada hari itu juga penunjukan tugas dibagi kepada
seluruh karyawan. Jika peserta magang mendapatkan tugas dari pembimbing
bidang masing-masing. Dalam hal pembagian tugas penulis mengikuti
penunjukan dari bapak Sukana.
Jam kerja pegawai UBTV adalah 8 jam sehari dan 6 hari dalam seminggu.
Tetapi dikarenakan jadwal liputan tidak menentu mewajibkan seluruh awak media
siap setiap saat. Dalam pelaksanaan tugas, penulis mengikuti jadwal yang telah
24
ditentukan pimpinan bagian bidang. Segala informasi dan pembagian tugas akan
diinformasikan di papan plotting. Dalam papan plotting seluruh karyawan dan
peserta magang dapat mengetahui jadwal tugas liputan serta partner yang
menjalankan tugas. Berikut adalah foto papan plotting UBTV
Gambar 3.3. Papan Plotting UBTV
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Selama satu bulan menjalankan PKN, penulis menjalankan beberapa tugas
juru kamera diantaranya adalah: Live Streaming Malam Kesenian Fisip UB,
liputan berita lomba dangdut, Feature Keliling Kampus dan beberapa berita lain.
Dalam beberapa tugas yang dilaksanakan penulis, produksi Live Streaming
Malam Kesenian Fisip UB merupakan pengalaman tambahan yang sangat positif.
Hal ini dirasa penulis dalam produksi Live Streaming tidak seperti produksi berita
atau feature. Ketika produksi Live Streaming menggunakan tiga kamera dan
25
dipimpin program director. Karena ini merupakan acara Live membutuhkan kerja
sama seluruh awak media yang bertugas dengan baik. Apabila terjadi kesalahan
yang dilakukan oleh awak media akan terlihat langsung oleh penonton karena
tidak melalui proses editing.
Minggu selanjutnya penulis menjalankan tugas sebagai juru kamera
selayaknya juru kamera utama UBTV. Dalam pelaksanaan produksi tayangan
UBTV, setiap harinya kadang kala menemui kendala. Kendala yang sering terjadi
yang dialami juru kamera adalah juru kamera bergantian atau menunggu peralatan
kamera untuk melaksanakan tugas. Hal ini disebabkan ketersediaan kamera yang
lebih sedikit daripada juru kamera dan peserta magang. Berikut penulis akan
menampilkan tabel kegiatan PKN yang telah dijalani secara ringkas.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Proses Produksi Tayangan di UBTV
Proses atau alur produksi berita berikut didapatkan penulis dari
pengalaman dan catatan yang dilakukan selama menjalani masa PKN di UBtv.
Gambar 4.1. Skema Proses Produksi
Sumber : Data Penulis, 2014
Proses produksi tayangan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
manajemen stasiun televisi dalam mengelola organisasi. Rangkaian proses
RAPAT
Rapat Redaksi
Rapat Evaluasi
RAPAT
Penentuan Tema Tayangan
Penentuan Berita yang Diliput
PLOTTINGPenugasan dan Pembagian Tugas
PRODUKSIMelaksanakan Proses Produksi Tayangan
PRODUKSIPenyeleksian Gambar
PRODUKSIDubbing dan Editing Gambar
SIARANHasil Produksi Disiarkan
RAPATKembali ke Awal Alur
27
panjang yang dimulai dengan rapat perencanaan produksi, melaksanakan produksi
tayangan, tayangan disiarkan, dan rapat evaluasi kemudian kembali lagi ke awal
alur. Stoner dan Freeman ( dalam Wibowo, 2006, p.9) menyatakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengawasi pekerjaan anggota organisasi menggunakan semua sumber daya
organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan
dengan jelas.
Gambar skema proses produksi diatas cukup menggambarkan bagaimana
manajemen media massa dijalankan oleh stasiun UBTV. Sedangkan asas-asas
umum manajemen menurut (Wibowo, 2007, p.12) juga dijalankan yakni:
1. Planning : Fungsi planning mencakup mendefinisikan tujuan organisasi,
mengembangkan strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan. Dapat berupa
pembentukan ideologi, target pasar, serta bagian lainnya yang mendukung
proses produksi berita. Rapat redaksi merupakan tahapan awal kerja di UBTV.
Dalam rapat redaksi dibahas seluruh rencana yang akan dijalankan, termasuk
di dalamnya perencanaan produksi siaran. Berita merupakan salah satu produk
siaran. Pencarian informasi tentang kejadian apa yang akan berlangsung
adalah langkah pertama dalam perencanaan. Sehingga para crew pemberitaan
dapat merancang strategi produksi dengan efisien. Lebih singkatnya bisa
disebut editorial meeting.
2. Organizing dan Staffing : merupakan tanggung jawab manajer untuk
mendesain struktur organisasi dan mengisi jabatan struktur organisasi.
Pendelegasian kekuasaan, dapat berupa pembentukan susunan redaksi. Dalam
28
proses produksi berita dapat dilihat dengan terbentuknya pimpinan redaksi
berita, reporter, juru kamera dan editor yang mempunyai sub tugas masing-
masing.
3. Leading dan Actuating : merupakan fungsi manajer untuk mengarahkan dan
mengoordinasi orang utnuk menjalankan pekerjaan. Manajer memotivasi
pekerja, mengarahkan aktivitas orang lain menjadikan semua anggota
organisasi mau berusaha mencapai tujuan organisasi. Manajer dalam konteks
produksi berita dipimpin oleh pimpinan redaksi. Pimpinan redaksi berita
UBTV bertanggung jawab penuh dalam mengkoordinasi reporter, juru
kamera, dan editor melalui pimpinan kepala reporter, kepala juru kamera dan
kepala editor. Sebagai juru kamera magang penulis mengikuti arahan dan
bimbingan langsung dari kepala juru kamera.
4. Controlling : merupakan usaha untuk menilai dan mengendalikan jalannya
organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi yang sesuai dengan rencana.
Monitoring merupakan alat untuk mengontrol. Dengan demikian, controlling
mengharuskan semua pimpinan media untuk memahami permasalahan apa
yang dihadapi oleh pimpinan bagian yang ada di bawahnya. Proses rapat
redaksi yang didalamnya terdapat rapat evaluasi merupakan cara manajemen
UBTV untuk menjalankan asas controlling. Pengawasan sangat dibutuhkan
bagi manajemen UBTV dan seluruh karyawan. Melalui pengawasan dan
evaluasi dapat membentuk kinerja yang lebih maju karena memperbaiki segala
kekurangan ketika menjalankan tugas sesuai fungsi.
29
4.2. Peran Juru Kamera dalam Produksi Berita di UBTV
Juru kamera dalam produksi berita bertugas untuk mengambil atau
merekam kejadian yang diliput. Sebagai juru kamera berita harus memahami juga
teori jurnalistik televisi. Karena hasil kerja juru kamera merupakan laporan berita
secara visual. Seperti ungkapan Jurnalistik televisi adalah jurnalistik audio-
visual. Unsur visual dalam jurnalistik televisi merupakan sajian utama berita itu
sendiri. ( Wibowo, 2007, p.100)
Untuk mendapatkan visual liputan berita yang jelas juru kamera harus
mengetahui karakter televisi yang menggunakan format 3:4. maka, shot yang
disajikan lebih banyak menggunakan teknik Close-up dan Medium Shot. Ketika
menggunakan teknik Close-up dan Medium Shot penonton akan mendapatkan
gambaran yang lebih jelas dari objek yang diambil. Pengertian Close-up dan
Medium Shot dalam (zettl, 2003, p.117) adalah Close-up mmerupakan gambar
yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diukur dari bahu hingga sedikit
ruang diatas kepala. Sedangkan Medium Shot merupakan gambar yang jika
objeknya adalah manusia, maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang
diatas kepala.
Kekuatan visual suatu gambar juga tergantung kepada juru kamera
menyusun komposisi gambar. Dengan menyusun komposisi yang baik dan
menonjol akan memancing perhatian penonton untuk melihat. In composing a
picture, we are deliberately framing and positioning subject to create an
artistically appropriate effect. We aim to direct attention and to develop a
particular audience reaction (Millerson, 1983, p.40).
30
Penyusunan komposisi merupakan seni dalam mengambil gambar. Juru
kamera bebas untuk menyusun komposisi sesuai dengan keinginannya. Namun
dalam penyusuunan komposisi juga mempunyai teknik atau unsur-unsur yang bisa
dipelajari. Menurut ( Semedhi, 2011, p.43) ada tiga teknik dasar penyusunan
komposisi yakni:
1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds)
Menentukan Points of Interest dalam prakteknya dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Bagilah layar menjadi tiga baik secara vertikal maupun horizontal dan
buatlah garis imaginer yang membagi layar menjadi tiga bagian.
Pertemuan antara garis-garis imaginer (empat pertemuan) itulah terletak
titik perhatian (points of interest). Di keempat titik itulah objek gambar
yang ingin ditonjolkan kita letakkan.
2. Upayakan objek yang ingin kita tonjolkan paling tidak menyinggung atau
berada di dua titik, bahkan kalau menyinggung tiga titik lebih baik.
3. Dalam memanfaatkan point of interest dengan cara intersection of third,
juru kamera memang tidak boleh terpaku dengan teori yang ada. Karena
masih banyak aturan atau teori point of interest lainnya.
2. Golden Mean Area
Letak gambar dalam Golden Mean Area dengan cara membagi layar
menjadi dua bagian secara mendatar dan bagi jugalah menjadi tiga bagian,
khususnya di bagian atasnya, sehingga tergambarlah bagian diatas setengah
31
layar dan bagian bawah sepertiga layar. Kawasan inilah untuk meletakkan
mata manusia atau objek hidup lainnya untuk pengambilan gambar close-up.
3. Diagonal Depth
Diagonal Depth adalah salah satu panduan untuk pengambilan gambar
long shot. Unsur diagonal penting artinya untuk memberikan kesan depth
atau kedalaman, dan dengan unsur diagonal maka akan memberikan kesan
tiga dimensi. Selain itu juga memiliki unsur berikut:
a. Gambar yang membentuk garis diagonal
b. Benda yang dijadikan latar depan (foreground)
c. Objek, dan
d. Latar Belakang (background)
Komposisi gambar merupakan dasar atau pondasi bagi juru kamera dalam
mengambil gambar. Dengan komposisi yang baik akan mendapatkan perhatian
penonton. Jika, juru kamera mengambil gambar dengan asal-asalan maka akan
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penonton atau membingungkan.
Sedangkan dalam cara penyajian visual berita, dapat menggunkan rumus
jurnalistik 5W 1H (What, Why, Who, When Where, How). Laporan Jurnalis
menyebutkan kejadian apa, sebab-sebab dari kejadian mengapa itu terjadi, siapa
saja yang terlibat dalam kejadian, kapan kejadian itu terjadi, dimana kejadian itu
berlangsung, dan bagaimana berlangsungnya kejadian itu. Dalam ( Wibowo,
2007, p.100) sajian tayangan gambar harus memenuhi isi berita seperti :
1. Harus jelas (Sudut pengambilan tepat, fokus gambar tajam dan gambar
tidak goyang).
32
2. Urutan tayangan gambar runtut (mudah dimengerti dan diikuti
perkembangan rangkaian gambar).
3. Materi visual cukup (tidak diulang-ulang gambar yang sama untuk
memberi ilustrasi ilustrasi pada talking head atau penjelasan seorang
otoritas).
4. Penjelasan narasi atau laporan tidak bertele-tele, sederhana dan tepat.
Berlaku rumus ELF: Easy Listening Formula
Untuk menjelaskan berita kepada penonton dengan baik, pengambilan
gambar berita harus runtut, mudah dimengerti dan memenuhi 5W 1H. Shot
pertama atau pembukaan sering kali diisi dengan establishing shot yang bertujuan
untuk menggambarkan lokasi kejadian kepada penonton serta memenuhi unsur
berita Where dan When. Establishing Shot (ES) adalah shot pengenalan (biasanya
pengenalan lokasi) dengan maksud supaya penonton mengetahui secara jelas
posisi aktor atau situasi geografis lokasi pengambilan gambar. Selain itu juga
befungsi menunjukkan perubahan-perubahan tempat atau situasi, agar penonton
tetap dapat mengikuti alur cerita (sekwen) dengan baik. (Semedhi, 2011, p.54).
Berikut contoh pengambilan gambar establishing shot yang penulis lakukan
dalam produksi liputan berita LPPM yang diselenggarakan di Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya.
33
Gambar 4.2. Contoh Establishing Shot
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2014
Tayangan berita televisi merupakan audio-visual. Ketika tayangan dimulai
akan diiringi oleh laporan visual dari berita. Unsur berita when atau kapan berita
itu terjadi, sering kali diisi dengan penjelasan audio. Hal ini dikarenakan when
akan sulit sekali dijelaskan atau dilaporkan dengan visual.
Unsur Who dan why dapat dijelaskan dengan pengambilan shot dengan
objek narasumber berita. Pengambilan shot narasumber sangat penting untuk
berita, karena penjelasan dari narasumber adalah inti dari informasi berita itu
sendiri. Juru kamera harus mengambil shot seluruhnya dari awal sampai akhir
penjelasan narasumber dan tidak boleh terpotong. Karena keterangan dari
narasumber juga dapat mendukung unsur how dari struktur berita.
34
Gambar 4.3. Contoh Shot Narasumber
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2014
Unsur berita what, why dan how merupakan keseluruhan cerita dari
laporan berita. Pengambilan gambar dalam unsur ini termasuk shot pendukung
dari cerita kejadian yang dijelaskan dengan narasi (dubbing). Pengambilan shot
dalam tahap ini dapat diambil dengan ukuran bermacam-macam tergantung
kebutuhan untuk mendukung cerita berita. Dalam kesuluruhan pengambilan
gambar berita juru kamera juga harus memahami arah gambar (screen direction).
Arah gambar (screen direction) perlu dipahami oleh juru kamera. Dengan
menggunakan rooming penonton menjadi tidak bingung dalam memahami alur
cerita berita. Seperti ketika merekam objek yang bergerak harus direkam dengan
arah yang tetap. Umpamanya dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Selain itu, arah
mata dari objek yang diambil, juru kamera harus mengambil gambar sesuai sudut
atau angle mata masing-masing. Hal terpenting yang harus diingat sehubungan
dengan kesinambungan gambar adalah arah pandang mata objek yang sedang
berinteraksi dan arah pergerakan objek di layar. Hal tersebut sangat berkaitan
dengan kesinambungan gambar atau screen continuity. (Semedhi, 2011, p.64)
35
Penysusunan keseluruhan visual berita pasti diisi dengan pergerakan
kamera seperti PAN, TILT, PEDESTAL, DOLLY, JIB dan lainnya. Apabila juru
kamera mengambil gambar secara diam atau tidak digerakkan akan membuat
penonton bosan dan gambar menjadi tidak hidup. Pergerakan kamera juga harus
didasari dengan tujuan laporan jurnalistik atau menggambarkan kejadian secara
lebih jelas kepada penonton. Tidak sekedar sebagai variasi atau hiasan. Seperti
ungakapan Motivated camera movement ideally, all camera treatment should
have a specific purpose. It should be appropriate and motivated, and not just to
create visual variety of relieve the monotony. (Millerson, 1983, p.38)
Secara keseluruhan pengambilan gambar untuk memenuhi unsur diatas,
penulis melampirkan video hasil liputan yang telah dilaksanakan penulis selama
melaksanakan PKN. Dalam lampiran video diharapkan bisa memenuhi gambaran
atau contoh apa yang dimaksud dalam penulisan laporan PKN ini.
Hal terakhir yang perlu diingat juru kamera adalah mengambil cover shot.
Cover Shot adalah shot yang dimaksudkan sebagai stock shot atau shot cadangan
jika setelah proses proses pengambilan gambar, ternyata terdapat beberapa shot
yang gagal atau tidak memenuhi harapan (Semedhi, 2011 p.54). Cover shot
dimaksudkan untuk berjaga-jaga dalam proses editing ketika juru kamera lupa
atau kekurangan gambar untuk memenuhi durasi.
4.3. Permasalahan selama PKN di UBtv
UBtv yang terbilang masih baru dalam industri media massa televisi
memang masih mempunyai banyak kendala. Beberapa diantaranya adalah:
36
1. Sumber daya manusia dalam hal ini awak media UBtv memang baru
terbentuk. Masih terlihat banyak sekali kendala dalam SDM. Penulis
mengamati beberapa SDM yang telah bergabung, beberapa orang tidak
mempunyai pengalaman dalam bidang media massa. Sehingga
mengharuskan SDM itu mempelajari hal baru di bidang media massa.
Selain itu, dalam media massa televisi hal yang sangat dijual adalah
program acara yang unik dan menarik. Sehigga masyarakat merasa harus
atau tertarik untuk menonton program acara televisi. Dalam hal ini, UBtv
sangat kekurangan dalam SDM yang kreatif untuk membuat program baru
yang menarik.
2. Permasalahan lain yang terjadi adalah peralatan UBtv yang kurang.
Sebagai contoh, ketika penulis melakukan kegiatan PKN di UBtv sebagai
juru kamera. Kamera yang tersedia di UBtv hanya empat unit. Sedangkan
juru kamera UBtv ada empat orang. Hal ini mengakibatkan peserta
magang sebagai juru kamera mempunyai kesempatan sedikit untuk
melaksankan tugasnya dikarenakan kamera yang harus bergantian. Selain
itu jumlah kamera empat unit hanya bisa dipakai untuk produksi siaran
berita per hari. Sedangkan produksi program acara lain yang juga
membutuhkan kamera menjadikan keterlambatan produksi atau kurang
maksimal.
3. Dalam sebuah organisasi sangat diperlukan kedisiplinan dan koordinasi
yang baik. Dalam organisasi UBTV hal ini belum berjalan secara
maksimal. Koordinasi dari tingkat atasan kebawah atau dari bawahan ke
37
atasan. Kedisiplinan beberapa awak media UBtv juga perlu ditingkatkan.
Karena kedisiplinan per individu juga mempengaruhi kedisiplinan individu
lain dan bermuara pada kedisiplinan organisasi.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menjalani kegiatan Praktek kerja Nyata selama satu bulan, penulis
berpendapat bahwa PKN merupakan program yang bermanfaat bagi mahasiswa,
karena dengan adanya PKN, mahasiswa akan mengetahui bagaimana sistem di
dunia kerja yang sebenarnya yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Para
mahasiswa perlu tempat dan fasilitas untuk mengaplikasikan dan membuktikan
teori dan ilmu yang telah dipelajari.
Pelaksanaan Praktik Kerja Nyata (PKN) yang telah dilakukan penulis di
UBtv Malang memberikan pengalaman di dunia broadcasting maupun jurnalisitik
yang sebelumnya dipelajari penulis di perkuliahan melalui mata kuliah Dasar
Dasar Broadcasting, Sinematografi, Perencanaan Produksi Siaran Radio dan
Televisi . Pada kesempatan ini, penulis dapat belajar bagaimana proses produksi
suatu program acara televisi.
Pelaksanaan organisasi UBtv sebagai media massa telah dijalankan dengan
baik oleh pihak manajemen. Pada pelaksanaan PKN penulis ditempatkan sebagai
juru kamera. Teori sinematografi sangat bermanfaat dalam pelaksanaan tugas
sebagai juru kamera karena hasil kerja juru kamera merupakan visual tayangan.
Penulis sebagai juru kamera yang belum berpengalaman, dengan mengaplikasikan
teori sinematografi merasa terbantu untuk menjalankan tugas sebagai juru kamera.
Selain itu, teori jurnalistik juga mempermudah dalam menyusun laporan
jurnalistik visual televisi.
39
Menurut penulis, peran juru kamera dalam proses produksi berita sangat
penting sekali. Pertama, hal ini dikarenakan keunggulan dari televisi adalah sisi
visual dibandingkan dengan media massa lainnya. Karena keunggulan visual
televisi itulah peran juru kamera sangat penting. Penonton akan menilai sebuah
tayangan televisi dari cara penyajian visual. Kedua, laporan jurnalistik televisi
secara visual lebih obyektif dibanding dengan audio. Laporan jurnalistik secara
audio bisa berubah makna dengan cara narator mengatur nada dan pemilihan
kata. Hal ini dapat membawa perasaan dan mengubah pamikiran penonton.
Sedangkan dalam laporan secara visual penonton bisa menilai dengan melihat.
Sehingga laporan jurnalistik diterima sesuai dengan apa yang dilihat penonton.
Meskipun makna visual dapat diubah dengan cara framing juru kamera. Tetapi
efek perubahan makna sangat sedikit dibanding dengan framing narator.
5.2 Saran
a) Bagi UBtv sebagai tempat penulis melaksanakan PKN
1. Perlunya peningkatan kualitas SDM yang lebih profesional agar
produk atau program acara yang dihasilkanlebih maksimal dan
menciptakan organisasi yang sehat.
2. Perlunya menambah atau memperbaharui peralatan untuk
penyiaran, seperti kamera, dan alat-alat komputer yang ada di
master control.
3. Perlunya peningkatan kedisiplinan waktu agar proses produksi bisa
berjalan lancar dan tepat waktu.
40
b) Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya jurusan Ilmu
Komunikasi.
1. Berkaitan dengan kegiatan Praktik Kerja Nyata (PKN), penulis
menyarankan kepada FISIP Universitas Brawijaya untuk
melakukan sosialisasi persiapan dan pelaksanaan dengan lebih baik
kepada para mahasiswa, sehingga pelaksanaan PKN kedepannya
akan semakin baik.
2. Selain itu penulis juga menyarankan kepada FISIP Universitas
Brawijaya untuk memperluas kerjasama dengan berbagai instansi
dan perusahaan yang dapat dijadikan rekomendasi untuk kegiatan
Praktik Kerja Nyata.
c) Bagi mahasiswa FISIP yang akan melakukan PKN
1. Berkonsultasilah kepada dosen pembimbing terlebih dahulu
mengenai lokasi tempat kegiatan PKN yang diinginkan, sehingga
kegiatan PKN yang dilakukan nantinya dapat berjalan dengan baik
dan laporan PKN dapat disusun dengan lancar.
2. UBtv adalah stasiun televisi komunitasdi Universitas Brawijaya,
dapat dijadikan referensi untuk melakukan kegiatan Praktik Kerja
Nyata. Kita benar-benar diberi kesempatan untuk berkontribusi
langsung dalam sebuah program acara.
41
Demikian laporan kegiatan Praktek Kerja Nyata yang telah dijalani penulis
di stasiun televisi UBtv (Universitas Brawijaya) Malang.
42
DAFTAR PUSTAKA
Badjuri, A. (2010). Jurnalistik televisi Yogyakarta : Graha Ilmu
Data Internal UBTV, 2014
Dokumentasi Penulis, 2014
Muda, D.I. (2003). Jurnalistik televisi. Menjadi reporter profesional Bandung :
Remaja Rosdakarya
Millerson, G. (1983). Effective TV production (2nd ed.) London UK : Focal Press
Semedhi, B. (2011). Sinematografi-Videography. Suatu pengantar Bogor : Ghalia
Indonesia
Wibowo. (2006). Manajemen perubahan Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wibowo, F. (2007). Teknik produksi program televisi. Yogyakarta : Pinus Book
Publisher.
Zettl,H. (2003). Television production handbook (8th ed). United State of
America : Wadsworth/Thomson Learning
1
Lampiran 1. Dokumentasi
PAPAN PLOTTING
PENULIS MELAKSANAKAN TUGAS LIPUTAN
2
SUASANA RAPAT REDAKSI
3
LAMPIRAN 2. LEMBAR PENILAIAN PKN
4
1
TABEL KEGIATAN PENULIS
Tanggal Hari Jam Kegiatan Tim Kerja Lokasi
26-3-2014 Rabu Lomba senam Low Impact Reporter: Diniyah Kamerawan: Andik
Gor Pertamina Universitas Brawijaya
27-3-2014 Kamis Kehadiran Gubernur Jatim di FISIP UB Reporter: Tasya Kamerawan: Andik+Farid
FISIP Universitas Brawijaya
28-3-2014 Jumat Pelatihan Kameramen Pelatih: Sukana Kantor Ubtv
29-3-2014 Sabtu Dengar Pendapat 7 Isu Ketatanegaraan IMPALA Reporter: Putri Kamerawan: Okky+Farid
Gedung B FIA Universitas Brawijaya
30-3-2014 Minggu
31-3-2014 Senin
1-4-2014 Selasa
2-4-2014 Rabu
3-4-2014 Kamis Piket Rektorat
4-4-2014 Jumat
5-4-2014 Sabtu Live Streaming Malam Kesenian Fisip: Wayang FISIP UB
Producer: Kamerawan Yordan, Rizal, Nico, Adjieb, Farid
FISIP Universitas Brawijaya
6-4-2014 Minggu
7-4-2014 Senin Liputan LPPM UB Sport : Bridge (UKM)
Reporter: Rani Kamerawan: Farid Reporter: Dewi Kamerawan:
Rektorat Universitas Brawijaya UKM Universitas Braeijaya
2
Adjieb+Farid
8-4-2014 Selasa
9-4-2014 Rabu
10-4-2014 Kamis Keliling kampus : Mahasiswa Berjualan Reporter: Aridiah Kamerawan: Farid
Universitas Brawijaya
11-4-2014 Jumat
12-4-2014 Sabtu
13-4-2014 Minggu
14-4-2014 Senin
15-4-2014 Selasa
16-4-2014 Rabu Kerjasama Perguruan Tinggi Reporter: Rani Kamera : Farid
Gedung B FIA Universitas Brawijaya
17-4-2014 Kamis Workshop Kemahasiswaan Reporter:Rani Kamera : Farid
Rektorat Universitas Brawijaya
18-4-2014 Jumat Sekolah Advokasi Reprter : Kevin Kamera : Farid
Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya
19-4-2014 Sabtu Workshop PCC AIESEC Reporter: Ica Kamera : Farid
20-4-2014 Minggu Lomba Musik Dangdut Reporter: Wachid Kamera : Farid
21-4-2014 Senin
22-4-2014 Selasa
23-4-2014 Rabu
24-4-2014 Kamis
25-4-2014 Jumat
26-4-2014 Sabtu Pelatihan Kementrian Koperasi Be Entrepreneur Seluruh Crew Pujon, Batu
27-4-2014 Minggu Pelatihan Kementrian Koperasi Be Entrepreneur Seluruh Crew Pujon, Batu
3