Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMA’AH
PESERTA DIDIK DI MTS DDI CITTA
KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
RESKY AMALIA
105191109316
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2020 M
vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Resky Amalia
NIM : 105191109316
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai menyusun skripsi ini, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3 saya
bersedia menerima sanksi dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 1441 H
2020 M
Yang membuat pernyataan
Resky Amalia
NIM: 105191109316
vii
ABSTRAK
RESKY AMALIA.105191109316. 2020. Skripsi dengan judul “Peranan Guru
Mata Pelajaran Agama Islam Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Shalat
Berjamaah’ah Peserta Didik di MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng“, dibimbing
oleh Mawardi pewangi dan Nur’ani Azis
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Kedisiplinan Shalat Berjama’ah
Peserta Didik dI MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan metode induktif.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Soppeng MTS DDI Citta yang
berlangsung 2 bulan dimulai dari Mei sampai Juli 2020.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat digambaran
bahwa: Pertama, Kedisiplinan Shalat berjama’ah belakanagan ini mencapai
kemajuan yang sangat signifikan karena selain jumlah siswa yang terbilang masih
sedikit yang memudahkan guru untuk mengontrol, Kini Guru-guru yang ada
disekolah rersebut membuatkan metode penilain yang berupa kartu kontrol untuk
semua siswa yang ini diperiksa setiap pekannya. Sehingga saat ini kedisiplinan
shalat berjamaahnya sudah lebih banyak yang disiplin dibanding yang
tidak.Kedua, Peran Guru Mata Pelajaran Agama Islam dalam mengatasi
kedisiplinan shalat berjamaah turut andil dan aktif dalam mengarahkan siswa
untuk senintiasa taat dalam segala hal, Dalam hal ini guru selalu berusaha
menciptakan kedekatan kepada siswanya agar siswa tersebut lebih memeiliki
kedekatan erat yang tujuannya untuk siswa dapat dibina, dibimbing, dan
diarahkan untuk senantiasa disiplin dalam shalat berjamaah, Ketiga, Faktor
pendukung Dalam hal ini jumlah keseluruhan peserta didik yang ada di sekolah
tersebut masih sangat kurang sehingga ini memuidahkan guru masih lebih mudah
untuk selalu memonitoring siswa dalam mensiplinkan shalat berjamaah tersebut,
Adapun Faktor Penghambatnya Keadaan Mushaollah sekolah yang perlu
perhatian untuk di renovasi supaya shalat berjamaah tidak lagi terhambat apabila
hujan turun dan juga perlunya perhatian pengaruh lingkungan dari siswa yang
biasa mengakibatkan siswa tersebut kurang disiplin dalam shalat berjamaah
Kata Kunci: Peranan Guru Mata Pelajaran Agama Islam; Kedisiplinan
Shalat Berjama’ah
viii
ABSTRACT
RESKY AMALIA.105191109316. 2020. Thesis with the title "The Role of
Teachers of Islamic Religious Subjects in Improving Discipline of Congregational
Prayer Students at MTS DDI Citta Soppeng Regency", guided by Mawardi
fragrance and Nur'ani Azis
The purpose of this research is to know the discipline of Congregational Prayer
Students dI MTS DDI Citta Soppeng Regency
This research approach is a qualitative approach. The data collection techniques in
this study are interviews, observations and documentation. While the data analysis
technique uses inductive methods. This research was conducted in Soppeng MTS
DDI Citta regency which lasted 2 months starting from May to July 2020.
The results of the research conducted by the researchers can be explained that:
First, the discipline of prayer in this school achieved very significant progress
because in addition to the relatively small number of students who make it easier
for teachers to control, teachers who are in the school now make other methods of
control cards for all students who are checked every week. Until now the
discipline of worship prayer has been more disciplined than not. Secondly, The
role of Islamic Subject Teachers in overcoming the discipline of congregational
prayer is also reliable and active in directing students to be obedient in all things,
In this case the teacher always tries to create closeness to his students so that the
student has more close closeness whose purpose for students can be fostered,
guided, and directed to always be disciplined in congregational prayer, Third,
Supporting factor In this case the overall number of students in the school is still
very lacking so that this is sickening the teacher still It is easier to always monitor
students in the prayer, as for the obstruction factor of the condition of mushaollah
school that needs attention to be renovated so that congregational prayer is no
longer inhibited when it rains and also the need to pay attention to the
environmental influence of students that normally result in the student lacking
discipline in congregational prayer
Keywords: The Role of Teachers of Islamic Subjects; Discipline of
Congregational Prayer
ix
KATA PENGANTAR
حين حون الر بسن الله الر
لاة والسلام على أشرف الأنبياء والورسلين وعلى اله ا بعد الحود لله رب العالوين والص وصحبه أجوعين أه
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas
segala limpahan rahmat, taufiq dan pentunjuk-Nya sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya, meskipun dalam bentuk yang sangat
sederhana dan masih terdapat kekurangan yang tentunya masih memerlukan
berbagai perbaikan.
Selanjutnya shalawat dan taslim peneliti haturkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad Saw dan segenap keluarganya, para sahabat, tabi-tabi'in sampai
kepada orang-orang yang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat
ini dan bahkan sampai akhir zaman.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian penelitian ini
tentunya tidak dapat selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Olehnya itu maka patutlah kiranya peneliti menyampaikan rasa syukur dan
ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Untuk kedua orang tua peneliti, ayahanda tercinta Ahmad Amin Muhiddin dan
ibunda tersayang Marhawaida yang telah mengantarkan penulis hingga seperti
sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran, dan keikhlasan dan
perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya, dan ucapan
Terima kasih juga kepada Saudara/i kandungku yakni Nurul Magfira Ahmad
Nahdatul Rugaiziah Ahmad dan Maisyarah Salsabila yang telah memberikan
saya semangat dan dukungan selama ini, terimakasih untuk semuanya.
x
2. Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina dan
mengembangkan fakultas tersebut tempat peneliti menimba ilmu pengetahuan.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si dan Nurhidayah Mukhtar, S.Pd.I., M.Pd.I
selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I dan Dra. Nur’ani Azis, M.Pd.I selaku
pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas meluangkan
waktunya memberikan bimbingan dalam pengarahan sehingga penelitian ini
dapat dirampungkan sejak dari awal hingga selesai.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Asisten Dosen yang telah banyak memberikan atau
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peneliti sejak awal hingga menjelang
sarjana seperti sekarang ini.
7. Kepada pihak Sekolah MTS DDI Citta sebagai obyek penelitian peneliti.
8. Untuk Iqsan Ahrifat Asra, Pulung Refaistanto, Ika Susanti, Musdalifa,
Khaerani, Harmayani, Rahma, Suci , Fhujirati, Nur Azisah, Hamka, Acha,
Riska, Megawati Usman, Andi Astitah, Marina beserta keluarga dan teman-
teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga rasa kekeluargaan dan pertemanan kita abadi selamanya. Terima
kasih atas doa dan dukungan yang diberikan untuk peneliti.
xi
Akhirnya peneliti berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan peneliti berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar
Pendidikan Agama Islam Pada Khususnya.
.
24 Juli 2020 M Makassar,
03 Dzulhijjah 1441 H
Peneliti
RESKY AMALIA
NIM. 105 191 1093 16
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI ...............................................................................iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ...............................................................iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Guru Pendidikan Agama Islam.......................................................7
1. Pengertian Pendidikan Guru Agama Islam ............................7
2. Kedudukan Dan Tugas Guru Agama Islam ...........................8
B. Kedisiplinan ......................................................................................15
1. Pengertian Disiplin ....................................................................15
2. Perlunya Disiplin .......................................................................16
C. Shalat Berjama’ah ............................................................................20
1. Pengertian Shalat .......................................................................20
xiii
2. Pengertian Shalat Berjama’ah .................................................20
3. Hukum Shalat Berjama’ah .......................................................22
4. Hikmah Shalat Berjama’ah ......................................................23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................26
B. Lokasi dan Objek Penelitian ...........................................................26
C. Fokus Penelitian ................................................................................27
D. Deskripsi Fokus Penelitian ..............................................................27
E. Sumber Data .....................................................................................27
F. Instrumen Penelitian ........................................................................28
G. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................30
H. Teknik Analisis Data ........................................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................32
1. Sejarah Sekolah MTs DDI Citta Kabupaten Soppeng .............32
B. Kedisiplinan sholat berjama’ah siswa MTS DDI Citta
Kabupaten Soppeng ......................................................................42
C. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi
masalah kedisiplinan sholat berjama’ah siswa MTS DDI Citta
Kabupaten Soppeng ........................................................................45
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru PAI dalam
peningkatan kedisiplinan Shalat berjama’ah siswa MTS DDI
Citta Kabupaten Soppeng ..............................................................49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................55
B. Saran ................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................72
LAMPIRAN .......................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konteks kehidupan duniawi, shalat adalah media komunikasi antara
makhluk dan sang kholiq, sarana untuk menggapai kemajuan spiritual. Shalat
menjadi penyeimbang bagi sisi atau dimensi keduniawian setiap hamba, karena
seseorang bisa mencapai hadirat Tuhan hanya melalui shalat, karena shalat adalah
pemisah antara keimanan dan kekafiran serta pencegah dari perbuatan keji dan
munkar.1
Jika melihat realita sekarang di kalangan remaja sudah banyak terjadi
perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, contohnya pencurian, minum
minuman keras, tawuran antar pelajar, dan pergaulan bebas. Sehingga perlu
diadakan kegiatan agama di sekolah yang dapat menunjang mental keagamaan
pada diri remaja tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kebiasaan shalat tersebut
akan menjadi barometer amal manusia di dalam penghisaban.
Hidup dengan disiplin sangat perlu melalui dan pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari, karena dengan kebiasaan tersebut manusia akan benar-
benar terlatih dan dapat merasakan hidup yang berarti, lantaran manusia
dikarenakan rasa disiplin dan tanggung jawabnya yang tinggi
1 Al Bani Muhammad Nasruddin, 2006, Sifat shalat nabi Menurut sunnah yang shahih,
(Bogor: Pustaka Ibnu Katasir) h.17
2
Disiplin adalah “ketaatan terhadap suatu aturan dan tata tertib yang
digunakan untuk menjalankan pendidikan, dalam pendidikan rumah tangga
maupun sekolah”.2 Selanjutnya mengenai tujuan dari disiplin dapat di uangkap
sebagai berikut Tujuan dari kedisiplinan yaitu untuk membuat anak-anak terlatih
dan terkontrol dengan mengajarkan kepada mereka bentuk-bentuk tingkah laku
yang pantas dan tidak pantas atau yang masih masing bagi mereka. Tujuan jangka
panjang dari disiplin itu ialah: Perkembangan dari pengendalian diri sendiri dan
pengarahan diri sendiri, yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri
sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar. Pengendalian diri berarti
menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman norma-norma yang jelas,
standart-standart dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri. Karena
itu orang tua dan keluarga haruslah secara peranan yang makin kecil dari
pekerjaan pendisiplinan itu, dengan secara bertahap mengembangkan
pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri itu pada anak-anak.
Sedang mengenai pentingnya kedisiplinan itu terjadi disebabkan karena
manusia tanpa hidup dengan teratur dan disiplin maka hidupnya akan merugi.
Seperti yang dijelaskan di dalam Alquran pada surah An-Nisa (4:103):
2 Amirah, 2010, Mendidik Anak di Era Digital, (Yogjakarta: LansBang PRESSindo), h.
52
3
Terjemahnya;
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila
kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman”3
Dari uraian di atas penulis dapat menjelaskan bahwa setiap waktu manusia
harus memanfaatkan waktu dengan baik dan diisi dengan pekerjaan yang baik
pula. Kita semua telah megerti dan mengetahui bahwa sesuatu kebaikan yang
datangnya terlambat akan sia-sia adanya. Contohnya pekerjaan yang sangat mulia
yaitu shalat fardhu lima waktu yang dikerjakan terlambat dari waktu yang telah
ditentukan maka akan sia- sia. Oleh karena itu kita sebagai manusia harus
menjunjung tinggi dan menghargai waktu.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri, untuk itu, guru memerlukan
pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan dan keguruan, dan pada saat ini
pendidikan di tuntut dapat memainkan perannya sebagai basis dan benteng
tanggung yang akan menjadi dan memperkukuh etika dan moral bangsa dan guru.
Oleh karena itu, dalam memberikan nilai-nilai agama, yang mempunyai andil
lebih besar adalah guru agama baik dilingkungan masyarakat ataupun sekolah, di
masyarakat seorang kyai atau ustadz sebagai guru agama dalam memberikan
pendidikan dan pembinaan mental kepada masyarakat, di lingkungan sekolah
maka seorang guru agama di sekolah tersebut yang memberikan pelajaran,
3Kementrian Agama RI, 2001, Al Hikmah: Al Qur’an dan terjemahnya, Penerbit
Diponogoro, Bandung. h. 23
4
pendidikan dan pembinaan agama kepada warga sekolah khususnya para siswa
yang menuntut ilmu di sekolah tersebut, sehingga pembinaan mental agama itu
dilakukan untuk memberikan pendidikan dan pembinaan kepada masyarakat, dan
generasi muda yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang
mempunyai akhlakul karimah
Agar kegiatan shalat berjama’ah dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
adanya tata tertib sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan para siswa. Peraturan
tata tertib di sekolah dapat dijalankan dengan lancar, maka diperlukan langkah
yang disusun harus secara terencana dan sistematis dengan menggunakan metode-
metode tertentu, karena hanya dengan metode yang baik, tujuan pelaksanaan tata
tertib di sekolah dapat terwujud sesuai dengan keinginan atau harapan.
MTS DDI Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng terletak dibagian
selatan kabupaten soppeng kurang lebih 5 kilometer dari pusat keramain wisata
alam ataupun tempat hiburan-hiburan yang secara tidak langsung lingkungannya
dapat mempengaruhi etika dan moral siswa. Oleh karena itu guru PAI yang berada
didalamnya perlu mengatasi masalah kedisiplinan dalam melaksanakan shalat
berjama’ah atau kegiatan keagamaan, karena melalui suatu kedisiplinan dalam
melakukan shalat berjama’ah, dapat meningkatkan spiritual siswa.
Kedisiplinan sekolah adalah kondisi dinamis yang mengandung suasana
sadar, tertib dan aman pada diri personil sekolah diantaranya murid, guru dan
karyawan staf lain yang diciptakan dan dikembangkan oleh semua pihak sekolah.
Berangkat dari fenomena diatas maka peneliti mengambil judul yang ingin
diteliti adalah “Peranan Guru Mata Pelajaran Agama Dalam Mengatasi
5
Masalah Kedisiplinan Shalat Berjama’ah Peserta Didik di Sekolah MTS DDI
Citta Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana kedisiplinan sholat berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten
Soppeng?
2. Bagaimana peranan guru PAI dalam mengatasi masalah kedisiplinan sholat
berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Guru PAI dalam peningkatan
kedisiplinan Shalat berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari permasalahan yang diungkap diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui kedisiplinan dalam shalat berjama’ah siswa MTS DDI
Citta Kabupaten Soppeng.
2. Untuk mengetahui peranan guru PAI dalam menangani peningkatan
kedisiplinan dalam shalat berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten
Soppeng.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi
guru dalam meningkatkan kedisplinan shalat berjamaah siswa MTS DDI Citta
Kabupaten Soppeng.
6
D. Manfaat Penelitian
Peneliti ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah
satu bahan referensi khususnya yang tertarik menulis lebih jauh tentang cara
peningkatan kedisiplinan shalat berjamaah pada peserta didik di sekolah.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
informasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pendidikan dan keguruan.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Pengertian guru Pendidikan Agama Islam atau kerap disingkat menjadi
guru agama iaslam adalah orang yang memberikan materi pengetahuan agama
islam dan memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,4 dan juga
mendidik murid muridnya, agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa
kepada Allah Swt
Guru pendidikan agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar
para murid mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
mempraktikkan syariat islam dan menurut teori barat pendidikan adalah siapa saja
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, dan tugasanya
adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi
psikomotorik, koknitif, maupun potensi afektif.
Situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dan guru
atau antara peserta didik dan pendidik, interaksi ini sesungguhnya merupakan
interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan
kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang
mencari bentuk kedewasaan.
6 kementrian Agama RI, 2001, Kendala Mutu Pendidikan Agama Islam , (Jakarta, 2001), h. 23
8
Pembahasan tentang guru agama sangatlah luas, karena begitu banyaknya
referensi dan kajian tentang pembahasan mengenai guru agama, maka dari itu
untuk mempermudah dalam memahami tentang pengertian guru agama penulis
menjelaskan bahwa yang dimaksud guru dalam skripsi ini adalah guru sebagai
pendidik formal.
Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai cita-cita Islami, yang
telah matang rohaniah dan jasmaniah serta memahami kebutuhan perkembangan
siswa bagi kehidupan masa depannya, ia tidak hanya mentransfer ilmu
pengetahuan yang diperlukan oleh siswa akan tetapi juga memberikan nilai dan
tata aturan yang bersifat Islami dalam pribadi siswa sehingga menyatu serta
mewarnai prilaku mereka yang bernafaskan Islam.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa agama
islam sekaligus membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta
terbentuknya kepribadian didik yang islami sehingga terjalin keseimbangan dan
kebahagian dunia dan akhirat.
2. Kedudukan dan Tugas Guru Agama Islam di Sekolah
a. Kedudukan Guru Agama Islam
Kedudukan guru dan dosen pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan pda jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, maka undang-undang guru dan dosen
menetapkan dan mengukuhkan guru dan dosen sebagai tenaga professional
9
dengan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikat ini betul-betul akan merupakan
pengakuan formal atas kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional.5
Pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai pendidik professional
merupakan bagian pembaruan dari sistem penidikan nasional. Sehubungan
dengan hal itu, maka Undang-Undang Guru dan Dosen sangat diperlukan untuk
mengatur tentang kedudukan guru dan dosen sebagai pendidik professional
dengan penghasilan diatas kebutuhan hidup umu. Dengan adanya undang-undang
ini, maka guru dan dosen dalam menjalankan ptofesinya mengetahui secara jelas
hak dankewajibannya, penghargaan dan perlindungan yang aka diberikan oleh
Negara, serta sanksi yang akan diperoleh jika terjadi pelanggaran dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik professional.6 Lebih jelas dapat dibaca
penjelasan umum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen dengan visi yaitu:
Mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.7
Kedudukan guru dalam masyarakat sekrang sudah mulai merosot, tidak
sesuai dengan antara kondisi aktual dengan kondisi ideal dalam kehidupannya.
5 Abd.Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika ,(Yogyakarta: Grha
Guru, 2011), h. 16 6 Ibid, h. 18
7 Ibid, h. 14
10
Martabat guru mulai merosot dimata masyarakat.8 Rendahnya martabat guru
dimata masyarakat sekarang ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Tercabutnya keteladanan dari dalam diri sebagian guru; padahal guru itu harus
menjadi modal, uswatun hasanah bagi peserta didiknya. Sekarang ini banyak
ditemukan guru yang hanya pandai bicara, tapi tidak diikuti dengan perbuatan,
sehingga guru tidak dijadikan lagi figur identifikasi.
2) Karena pengaruh pandangan materialisme, dan pragmatisme. Kedudukan
guru pada konteks ini dipandang ssebagai petugas semata yang mendapat gaji
dari negara atau dari organisasi swasta, dan mempunyai tanggung jawab
tertentu yang harus dilaksanakannya. Akibatnya jarak antara guru dan murid
semakin jauh. Padahal pada masa lampau jarak tidak ada secara psikologis.
3) Masyarakat yang materialistis memandang rendah kedudukan guru, karena
mereka memandang tinggi rendahnya kedudukan seseorang ditentukan oleh
seberapa banyak kekayaan atau harta yang dimiliki seseorang. Profesi guru
dari segi niat memang kurang menguntungkan, dibandingkan dengan profesi
dokter, pegusaha, hakim dan sebagainya.
4) Pada masa sekarang, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Pada masa lalu
orang belajar dilembaga pendidikan hanya kepada guru. Guru menentukan
segala galanya.Peserta didik hanya menrima ilmu hanya dari guru. Sekarang
dengan berkembangnya teknologi informasi, dan teknologi pendidikan peserta
didik bias belajar melalui media informasi, seperti majalah, Koran, internet
8 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia,2013), h.20
11
dan lain sebagainya. Peserta didik tidak hanya belajar disekolah, tetapi juga di
luar sekolah.
5) Bergesernya tugas guru. Pada masa lalu guru sebagai pembimbing peseta
didik, agar peserta didik mempunyai kepribadian yang utama, mempunyai
akhlak mulia, serta mampu mengamalkan ilmu yang dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari. Sekarang dengan system pendidikan modern yang
diimpor dari barat, guru hanya berfungsi sebagai fasilitas, motovator, sebagai
dinamisator, sebagai agen pembelajaran, yang peinsipnya jauh dari pekerjaan
mendidik sebagai tugas guru.9
Dalam pendidikan di sekolah tugas guru sebagian besar adalah mendidik
dengan cara mengajar. Dan tuntutan peran dan tanggung guru agama sangatlah
besar, meskipun pada dasarnya tugas ini merupakan tanggung jawab semua pihak.
Pendidikan Islam mempunyai peran besar dalam system pendidikan yang
membangun kepribadian atau karakter bangsa, dan menurut para pakar
pendidikan berpendapat bahwa tugas guru agama adalah mendidik. Mendidik
sendiri mempunyai makna yang cukup luas jika dikaji secara mendalam,
mendidik disini sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar sebagaimana dalam
bentuk dorongan, memaju, menghukum, memberikan contoh, membiasakan hal
yang baik dan sebagainya. Menurut Soejono yang dikutip Ahmad tafsir merinci
tugas pendidik adalah sebagai berikut:
9 Ibid, h. 21
12
a. Wajib menemukan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara
seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan dan anket.
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan yangburuk agar tidak berkembang.
c. Mengadakan efaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan
anak didik berjalan dengan baik.
d. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya10
.
Menurut Al-Ghazali yang dikutip Abdul Mujab, Jusuf Madzakir. Tugas
utama pendidik adalah meyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta
membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal
tersebut karna tujuan pendidikan islam yang utama adalah upaya untuk
mendekatkan diri kepadanya. Oleh karna itu, fungsi dan tugas pendidik dalam
pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu;
a) Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
mengakhiri dengan pelaksanaan penilaiaan seteleh program dilakukan.
b) Sebagai pendidik (edukator), yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kebiasaan dan kepribadian.
c) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengedalikan
kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap
berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program
pendidikan yang dilakukan.11
10
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 79
11 Abdul Majab, Jusuf madzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: fajar interpratama
offset, 2006), h. 91
13
b. Tugas Guru Agama Islam
Adapun tugas dari guru agama itu sendiri yang terkait dengan peran guru
agama di sekolah sebagai berikut:
1) Guru agama sebagai pembimbing agama bagi anak didik
Atas dasar tanggung jawab dan kasih sayang serta keihklasan guru, dalam hal
ini adalah guru agama mempunyai peran yang sangat penting bagi anak didik
dalam mempelajari, mengkaji, mendidik dan membina mereka di kehidupannya,
juga dalam mengantarkan menuntut ilmu untuk bekal kelak mengarungi samudra
kehidupan yang akan mereka lalui, hendaknya seorang guru tidak segan-segan
memberikan pengarahan kepada anak didiknya, ketika bekal ilmu yang mereka
dapatkan untuk menjadikan mereka menjadi insane kamil, disamping itu juga
seorang guru haruslah memberikan nasehat-nasehatkepada anak didiknya tentang
nilai-nilai akhlak yang harus diamalkan dalam sehari-hari.
2) Guru Agama sebagai orang tua kedua bagi anak didik
Seorang guru agama akan berhasil melaksanakan tugasnya jika
mempunyai rasa kasih sayang dan tanggung jawab terhadap muridnya
sebagaimana terhadap anaknya sendiri, seorang guru tidak harus menyampaikan
pelajaran semata akan tetapi juga berperan sebagai orang tua, jika setiap orang tua
memikirkan setiap nasib anaknya agar kelak menjadi orang yang berehasil,
berguna bagi nusa dan bangsa serta bahagia dunia sampai akhirat maka seorang
guru seharusnya memberikan perhatian kepada anak didiknya.
Mengenai proses belajar antara guru agama dan murid pada dewasa ini,
kurang mendapatkan perhatian dari semua pihak, seorang guru sering tidak mampu
14
tampil sebagai sosok figure yang pantas untuk diteladani dihadapan anak didiknya,
apalagi mampu menjadi orang tua mereka, karena itu seringkali guru dipandang
dan materi pelajaran disekolah karena dibayar, kalau sudah menjadi demikian
bagaimana mungkin seorang guru membawa, mengarahkan, menunujukkan dan
membimbing anak didiknya menuju kepada. pendewasaan diri sehingga menjadi
manusia yang mendiri dan bertanggung jawab.
Semua ini tercermin melalui perannya dalam sebuah proses pembelajaran
sebagai berikut:
a. Peranan pendidik sebagai pembimbing
Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat dengan praktik
keseharian. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang pendidik
harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati dan
menyayangi (mencintai).
b. Peranan pendidik sebagai model (uswah)
Dalam aktivitas dan proses pembelajaran, termasuk pembelajaran
pendidikan agama Islam, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas
ataupun di luar kelas memberikan kesan segalanya berbicara terhadap
siswa. Dan pada intinya, pendidik yang memiliki kedekatan dengan
lingkungan siswa disekolah akan dijadikan contoh oleh siswa. Karakter
pendidik yang baik. Oleh karena itu, peran pendidik sebagai model
pembelajaran sangat penting dalam rangka membentuk akhlaq yang mulia
bagi siswa yang diajarkan.
15
c. Peranan pendidik sebagai penasihat
Seorang pendidik memiliki jalinan ikaan atau emosional dengan para siswa
yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidikan berperan aktif sebagai
penasihat. Peran pendidik bukan hanya sekadar menyampaikan pelajaran di
kelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada siswa dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikannya tersebut.
B. Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin
Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara
kecedenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuai dan dapat di
peroleh atau kerena kondisi tertentu dengan pembatasan peraturan yang
diperlukan terhadap dirinya dan lingkungan tempat ia hidup.12
Menurut Soegarda Poerbakawatja dalam ensiklopedia pendidikan,
penjelaskan pengertian kedisiplinan sebagai berikut:
1) Disiplin adalah peroses menyerahkan atau mengabdikan kehendak-
kehendak langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau kepentingan-
kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai
efek yang lebih besar.
2) Pengawasan langsung terhadap bawahan (pelajar-pelajar) dengan
menggunakan system hukuman atau hadiah.
12
Conny Setiawan, Penerapan Pembelajaran Bagi Anak, (Bandung: Pt Indeks 2009),
h.94
16
3) Dalam sekolah, suatu tingkat tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi
yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.13
Disiplin sebagai alat dan sarana untuk membentuk, mengendalikan dan
menciptakan pola perilaku seseorang sebagai pribadi yang berada dalam satu
lingkungan atau kelompok tertentu. Disiplin muncul terutama karena adanya
kesadaran batin dan Iman kepercayaan bahwa yang dilakukan itu baik dan
bermanfaat bagi diri dan lingkungan
2. Perlunya Disiplin
Menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan elektronik
akhir-akhir ini mengambarkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa umumnya masih
tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dari berbagai jenis pelanggaran tata
tertib sekolah, misalnya banyaknya siswa yang bolos atau minggat pada waktu
jam belajar, perkelahian, terlambat datang ke sekolah, malas belajar, sering tidak
masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak
membuat pekerjaan rumah, merokok, dan lain-lain. Secara garis besar banyaknya
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa akan berpengaruh terhadap kemajuan dan
prestasi belajar di sekolah, oleh karena itu disi kebutuhan tertentu. Dengan
demikian disiplin memperbesar kebahagian dan penyesuaian pribadi dan social
anak.
Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar
sanggup memerintahkan diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai
13
3Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:Gunung Agung, 2007), h.
81
17
kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga
para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya
sendiri, Menanamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas tenaga pengajar (guru).
Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita,
barulah kita dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan,
ketentraman, dan keharmonisan
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan
dimanapun seseorang berada, disana selalu ada peraturan atau tata tertib. Jadi,
manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Apabila manusia mengabaikan disiplin,
akan menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perilaku
hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di tempat manusia berada
dan yang menjadi harapan.
Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik,
konsisten dan konsekwen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku
hidup di sekolah tentang melakukan hal-hal positif, melakukan hal- hal lurus dan
benar, menjadi hal-hal negative. Dalam pemberlakuan disiplin, siswa belajar
beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri
dalam hubungan dengan orang lain. Jadi disiplin menata perilaku seseorang dalam
hubungannya di tengah-tengah lingkungannya.
Dalam hal itu pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyempang.
b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik
terhadap lingkungannya.
18
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
lainnya.
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan yang baik, positif dan
bermanfaat baginya dan lingkungannya.
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan
lingkungannya14
Kata lain disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah
di tetapkan. Dalam ajaran islam banyak ayat Al qur’an dan hadits yang
memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan dan peraturanyang telah ditetapkan,
seperti yang terdapat dalam Q.S.An-Nisa. (4:59.)
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”15
Berdasarkan ayat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sebuh
perintah bagi kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara dimulai dari
14
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Siswa dan Prestasi Siswa, (Jakarta:
Grasindo, 2004), h. 30 15
Kementrian Agama Ri: Op cit:, 87
19
penetapan hukum Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah perintah-
perintah Allah dalam Al Quran, dan taatilah pula perintah-perintah Rasul
Muhammad, dan juga ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh Ulil Amri
pemegang kekuasaan di antara kamu selama ketetapan-ketetapan itu tidak
melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Sikap disiplin dapat dilakukan untuk
setiap perilaku, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam beribadah, disiplin
dalam bekerja, dan disiplin dalam beraktivitas lainnya.
Dari pendapat di atas disiplin terjadi karena dorongan kesadaran diri,
disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan
kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan
kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan
dan tekaan dari luar. Dikatakan terpaksa, karena melakukannya bukan dengan
berdasarkan kesadaran diri melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi
disiplin. Disiplin yang terpaksa bukan karena kasadaran diri akan memberi
pengaruh yang kurang baik.
Jadi disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. Memang disiplin
seperti ini masih dangkal. Tetapi dengan pendampingan guru-guru, pemaksaan,
pembiasaan dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan disiplin siswa
bahwa disiplin itu penting baginya. Dari mula-mula karena paksaan, kini
dilakukan karena kesadaran diri, menyentuh kalbunya, merasakan sebagai
kebutuhan dan kebiasaan, Diharapkan juga, disiplin ini meningkat menjadi
kebiasaan berfikir baik, positif, bermakna,memandang jauh ke depan.
20
C. Shalat Jama’ah
1. Pengertian Shalat
Menurut bahasa arab, shalat berarti do’a. kemudian secara istilah yaitu
ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang
dimulai dengan takbir disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang
ditentukanan. Shalat adalah tangga bagi orang-orang beriman dan tempat untuk
berkomunikasi kepada Allah, tiada perantara dalam shalat antara hambanya yang
mukmin dengan Tuhannya, dengan shalat akan tampak bekas kecintaan seorang
hamba dengan Tuhannya, karena tidak ada yang lebih menyenangkan bagi orang
(mukmin) yang mencintai melainkan ber-khalwat kepada zat yang dicintainya,
untuk mendapatkan apa yang dimintanya.16
Karena shalat merupakan bagian tertinggi dalam agama setelah tauhid.
Dan shalat ialah penopang rukun Islam yang lain. Karena, ia mengingatkan hamba
akan kemulian Allah dan kehinaan hamba serta urusan padahal dan siksa.17
Bahwasanya Allah menganjurkan shalat lima waktu maksudnya dari
matahari tergelincir sampai gelap malam. Maksudnya Allah telah mewajibkan
kepada umatnya untuk melaksanakan shalat 5 waktu dari shalat subuh, dhuhur,
ashar, magrib dan isya’.
2. Pengertian Shalat Berjamaah
Shalat berjama’ah yaitu dikerjakan secara bersama, sedikitnya dua orang,
yaitu yang satu sebagai imam dan yang satunya sebagai makmum.18
Dan seluruh
kaum muslimin telah sepakat bahwa shalat berjama’ah itu termasuk salah satu
syiar agama Islam. Akan tetapi menurut para ulama adalah:
16
Al-Muqaddam Ahmad Ismail, Mengapa Harus Shalat, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 30-
31 17
AlMuqaddam Muhammad, Keutamaan dan 1001 Alasan Kenapa harus Shalat, (Solo:
Aqwam, 2007), h. 15-17 18
Sa’adah, Materi Ibadah Menjaga Akidah dan Khusu’Beribadah, (Surabaya: Amalia,
2005), h 117- 120
21
a. Hambali mengatakan: shalat berjama’ah hukumnya wajib atas setiap
individu yang mampu melaksanakannya . tetapi kalau ditinggalkan dan
ia shalat sendiri, maka ia berdosa, sedangkan shalatnya tetap sah.
b. Imamiyah, Hanafi dan sebagian besar ulama syafi’I mengatakan:
hukumnya tidak wajib, baik fardhu a’in atau kifayah, tetapi hanya
disunnahkan dengan sunnah muakkadah.19
Sedangkan empat mazhab lainnya mengatakan bahwa shalat berjama’ah
dilakukan secara mutlak, baik dalam shalat fardhu maupun dalam shalat sunnah.
Imam adalah seorang penanggung jawab, yaitu penanggung jawab seluruh
urusan shalat berjama’ah dan menjaga rukun-rukun, sunnah-sunnah, dan jumlah
raka’at untuk para makmum. Juga ketika berdoa ia menjadi perentara antara
mereka dengan Tuhan. Muadzin adalah seorang yang dipercaya. Sesungguhnya
seorang muadzin adalah orang yang diberi amanah untuk menjaga waktu-waktu
shalat.
Orang-orang berpedomen pada suaranya dalam urusan waktu shalat,
puasa, dan seluruh kewajiban-kewajiban yang ditentukan waktunya. (Badzlul-
Majhud). Sedangkan makmum adalah orang yang berada di belakang imam.
Apabila dua orang shalat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka
mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat berjama’ah. Orang yang diikuti
(yang dihadapan) dinamakan Imam dan yang mengikuti di belakang dinamakan
makmum
19
Mugniyah Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentara, 2001), h. 135-
137
22
Ajaran islam didalamnya terdapat banyak ayat Alquran dan hadits yang
memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan dan peraturan yang telah ditetapkan,
seperti yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah(2:43)
Terjemahnya:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'.”20
Makna dari ayat di atas penulis menyimpulkan agar umat muslim
hendaknya mendirikan sholat berjamaah dengan orang-orang yang mengerjakan
shalat (shalat berjamaah).
3. Hukum Shalat Berjama’ah
Shalat disyariatkan pada malam isra’ mi’raj. Hukumnya adalah fardu’ain
bagi setiap muslim karena sesuai dengan banyaknya jama’ah atau keutamaan
tempat shalat atau kesempurnaan shalat dan sebagainya.21
Dalam hadits Sahih Albukhari no.609 dijelaskan bahwa:
يز ر حوه لل : حذثا عبذ الل بي يو سف، : قال أخبز ا هالك، عي قال الإ هام البخا
الجواعت تفضل افع، عي عبذ الل بي عوز، أى ر سول الل صلى الل عليه وسلن قال :صلاة
بسبع وعشز يي درجت صلاة الفذ
20
.Kementrian Agama Ri, Al Hikmah: op., cit., h. 23 21
Al-Hamid Abdul Qadir Syaiban, Fiqhul Islam, (Jakarta: Darul haq, 2006), h. 91-99
23
Artinya:
Imam al-Bukhari ra. berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah
ibn Yusuf yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari
Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Shalat
berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh
tujuh derajat.22
Dari penjelasan hadis di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sholat berjama’ah lebih utama dibandingkan sholat sendiri, karna pada saat
melakukan sholat berjama’ah pahalanya dua puluh tujuh derajat dibanding sholat
sendiri.
4. Hikmah Shalat Berjama’ah.
Adapun hikmah sholat berjamaah yaitu;
a. Membiasakan diri dalam ketaatan, karna belajar untuk taat kepada
imam saat shalat berjamaah
b. Mempererat tali silaturahmi dan ukhwa terhadap umat islam dan
tetangga.
c. Menumbuhkan rasa saling cinta, kasih dan sayang terhadap orang lain.
Islam menuntut tegas pada umatnya untuk melakukan shalat jamaah di
masjid atau musholla pada tiap-tiap shalat. Pada tiap hari jum’at dan tiap tahun
diadakan pertemuan besar-besaran pada waktu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Sehingga antara penduduk sekampung terjadi hubungan yang semakin erat,
tegasnya disetiap kampung wajib didirikan shalat jamaah sehingga lahir syi’ar
22
Abu Abdil Aziz Abdullah, Sholat Berjamaah Keutamaan, Manfaat dan Hukumnya
(Indonesia: Islam House, 2010), h. 7
24
Islam, dan shalat kepentingan ummat dan zaman, Melalui jama’ah dapat
bersilaturrahmi, disiplin dan berita kewajiban dapat dikembangkan.
Oleh karena itu Islam menyeru kaum muslimin untuk berjama’ah dalam
melaksanakan shalat dimasjid-masjid agar mereka saling mengenal dan saling
menjalin keakraban, saling menasehati, saling berpesan akan kebenaran dan
kesabaran. Dan didalam shalat berjama’ah terwujudkan keadilan, persamaan, dan
ketaatan.23
Kehidupan masyarakat shalat berjamaah member faedah yang tidak sedikit
karena di sini berkumpul manusia tua dan muda, besar dan kecil, hina dan mulia,
kaya dan miskin, yang dating dari yang berbagai tempat, yang jauh maupun yang
dekat. Dalam pertemuan itu para jamaah bisa saling bertukar informasi sesuai
keperluan masing-masing. Yang kaya bisa mengenal yang miskin, yang sehat bisa
mengenal yang sakit, yang tampak terhormat bias mengenal yang tampak hina.
Sebelum memulai shalat berjamaah, barisan shalat diluruskan terlebih dahulu
hingga lurus, bahu dan siku antara jamaah yang satu dengan jamaah lainnya
dirapatkan, semua menghadap kesatu arah yakni koblat. Satu niat, satu visi, satu
cita-cita menghamba kepada Allah tidak kepada yang lain.24
Bahwasanya banyak orang yang mengerjakan shalat tetapi mereka tidak
memerhatikan shalat jama’ah. Padahal sebagaimana penegasan Rasulullah Saw,
mengenai menjaga shalat, demikian juga penegasan beliau Rasulullah Saw dalam
keutamaan melaksanakan shalat jama’ah. Islam tidak menjadikan pertanda
23
.Ash-Shawwaf Muhammad Mahmud, Sempurnakan Shalat, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2007), h 146-151 24
Abdul Manan bin H Mohammad Sobari, jangan Asal Shalat, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2006), h. 218
25
masuknya waktu shalat dengan cara membunyikan lonceng, meniup terompet atau
menyalakan api sebagaimana agama-agama terdahulu, akan tetapi Islam
menciptakan cara lain yang mengandung unsure syi’ar, panggilan dengan suara
keras, lantunan irama syair yang member bekas dan yang mempunyai makna yang
realistis. Cara ini dikenal dengan istilah adzan yang dilakukan sebelum shalat.
Kalimat-kalimat adzan itu dikumandangkan dari tempatnya, lalu diwajib oleh
kaum muslimin sehingga mereka berkumpul lima kali sehari semalam di masjid
untuk melakukan shalat berjama’ah perkumpulan yang lebih luas lagi dilakukan
sekali dalam seminggu melalui shalat jum’at. Kewajiban mingguan ini diwajibkan
Allah secara berjama’ah. Lebih luas lagi perkumpulan itu terrelisir dalam shalat
hari raya. Shalat ini dimaksudkan oleh islam untuk menyerahkan dan menumbuh
suburnyakelompk serta merupakan festival besar bagi kaum muslimin yang
mengumpulkan penduduk negeri di suatu tempat. Ketika seorang muslim melihat
saudara-saudaranya melaksanakan amal shalih, bisa jadi ia akan mengikuti
langkah-langkahnya.25
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwasanya Shalat Berjamaah
adalah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih sacara bersama-sama
dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya dibelakang sebagai
makmum. Shalat berjamaah sangat dianjurkan bagi ummat muslim, walaupun
shalat berjamaah ini hukumnya sunnah mauakkad, namun banyak sekali faedah
dan keutamaan shalat berjamaah dibanding dengan shalat secara sendiri-sendiri
25
Al Fauzan Shalih bin Abdullah, Ringkasan Fikih Lengkap, (Jakarta: PT Darul falah,
2005), h. 182- 183
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,yaitu
sumber dari hasil, observasi, wawancara dan dokumentasi. Guna memperoleh
sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah:
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme digunkan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pangambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”26
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwasanya metode penelitian kualitatif ini adalah metedo yang dimana peneliti
harus benar-benar terjun ke lapangan guna untuk memperoleh hasil penelitian
yang alamiah dan akurat.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di MTS DDI Citta Kabupaten
Soppeng, dan yang menjadi objek penelitian ini adalah Guru-guru, khususnya
Guru Pendidikan Agama Islam, dikarenakan ia sebagai tenaga pendidik yang
berprofesi sebagai tenaga pengajar spiritual untuk siswanya sehingga dapat
26
Sugiono. Metode Penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&Dcetakan ke-25,(Bandung: Alfabeta, 2017). h. 15
32
menjadikannya disiplin ilmu dalam hal ketaatan kepada Allah swt melalui
shalat berjamaah.
C. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian ini yaitu;
1. Peranan Guru Agama Islam.
2. Peningkatan Kedisiplinan Shalat Berjama’ah
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun deskripsi fokus penelitian yaitu;
1. Peranan Guru Agama Islam adalah pendidik yang mengajak peserta didik,
membimbing, mengajar, mengayomi serta memberikan ilmu ataupun
motivasi yang berkaitan dengan ajaran-ajaran ke islaman.
2. Peningkatan kedisiplinan dalam shalat berjamaa’ah adalah suatu kondisi
dimana seseorang harus dalam kepatuhan atas perintah Allah swt, yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan atau
ketertiban.
E. Sumber Data
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data Primer
Adapun pengertian data primer menurut Sugiono adalah sumber
data yang langsung memberikan data yang langsung, memberikan data
kepada pengumpul data”.27
27 Sugiono. Metode Penelitian Administrasi.(Bandung: Alfabeta, 2006). h.105
33
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa data Primer
merupakan data utama yang didapatkan langsung dari apa yang diteliti.
Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara
dengan tujuan untuk memperoleh data dari responden yaitu Guru-guru, khususnya
guru Pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah, dan Peserta didik yang ada dalam
sekolah tersebut.
2. Data Sekunder
Adapun Data sekunder menurut sugiono adalah sebagai berikut:
“Data sekunder menurut Sugiono adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui orang
lain atau mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan
menggunakan literature yang dilakukan terhadap banyak buku dan
diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan
penelitian.28
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dihasilkan dari hasil obyek yang mendukung data primer yaitu guru Pendidikan
Agama Islam dan Staf Tata Usaha di MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng..
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus betul-
betul direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data
empiris sebagaimana adanya sebab penelitian akan berhasil apa bila banyak
mengunakan instrument agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan .Adapun
dalam penelitian ini maka penulis menggunakan beberapa teknik diantara lain
pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan dokumentasi.
28 . Ibid.
h.106
34
1. Pedoman observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja,
sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan
pencatatan.29
Observasi diartikan sebagai usaha mengamati fenomena-fenomena
yang akan di selidiki baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung
dengan mengfungsikan secara alat indera dari pengamatan untuk mendapatkan
informasi dan data akan diperlukan tanpa bantuan dan alat lain. Sedangkan
observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut
diamati melalui filem, rangkaian slide, atau rangakian photo.
Dalam menggunakan teknik observasi baik langsung maupun tidak
langsung diharapkan mengfungsikan setiap alat indera untuk mendapatkan data
yang lengkap
2. Pedoman Wawancara
Wawan cara merupakan proses interaksi antara respon untuk menemukan
informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap muka dan bercakap-
cakap secara lisan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang
menghubungkan dengan informasi yang diperlukan dengan jarak yang dibutuhkan
secara lisan pula, memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
Tanya jawab sambil bertatap muka antara sipenannya atau pewawancara dengan
sipengaruh atau responden yang menggunakan alat panduaan wawancara.
29 P.JokoSubagyo, metodologi dalam teori dan praktek (Jakarta: rinekacipta, 2004), h. 63
35
3. Catatan Dokumentasi
Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan atau
kejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama dan teknik pengumpulan
data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.
Dalam hal ini penulis menggunakan catatan dokumentasi untuk
memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
Riset lapangan, yaitu cara penghitungan data dengan penulis langsung turun
kelapangan. Dalam hal ini Sekolah MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng guna
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris. Kemudian dalam penelitian
lapangan ini penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data, sebagai
berikut;
1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik penomena-
penomen yang diselidiki.
2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.
3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari referensi
yang membahas tentang objek peneliitian.
36
H. Teknik Analisis Data
Pada tahapan ini data yang telah dikumpulkan melalui penelitian penelitian
lapangan, terlebih dahulu diolah kemudian dianalisis.Dalam pengolahan analisis
data ini, dipergunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode induktif yaitu, suatu metode penulisan yang berdasarkan pada hal-
hal yang bersifat khusus dan hasil analisa tersebut dapat dipakai sebagai
kesimpulan yang bersifat umum.
2. Metode deduktif yaitu, metode penulisan atau penjelasan dengan bertolak
dari pengetahuan bersifat umum. Atau mengolah data dan meganalisa dari
hal-hal yang sifatnya umum guna mendapatkan kesimpulan yang bersifat
khusus.
3. Metode kompratif, yaitu analisis data yang membandingkan pendapat yang
berbeda kemudian pendapat tersebut di rumuskan menjadi kesimpulan yang
bersifat objektif.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Sekolah MTs DDI Citta Kabupaten Soppeng
MTs DDI Citta didirikan pada Tahun 2000. Awal berdirinya sekolah ini
bernama Madarasah Tsanawiyah. MTs DDI Citta didirikan oleh pimpinan
yayasan penyelenggara Darud Dakwah Wal-Irsyad.
MTs DDI Citta tidak serta merta menjadi bangunan yang semi permanen
seperti saat ini, namun sekolah tersebut awalnya hanya menempati kolom rumah
sebagai tempat belajar. Dari sinilah inisiatif pimpinan yayasan penyelenggara
Darud Dakwah Wal-Irsyad mendirikan sekolah tersebut dengan memperhatikan
beberapa aspek lokasi pendidikan yang terbilang minim pada saat itu.
2. Profil Satuan Lembaga Pendidikan
Nama : MTS DDI
NPSN : 21273120024/69853380
Luas Tanah : 750 m2
Alamat : Jl. A. Abdul Muis No.93
Kode Pos : 908613
Desa/Kelurahan : Citta
38
Kecamatan/Kota : Citta
Kab/Kota : Soppeng
Provinsi : Prov. Sulawesi Selatan
Status Sekolah : SWASTA
Jenjang Pendidikan : MTs
Akreditasi : A
Naungan : Kementerian Agama
No.SK Pendirian : 0710/III.A/1.d/2000
Tgl.Pendirian : 1975-05-03
No.SK Operasional : Kd.21.02/I/PP.00/405.6/2009
Tgl.Operasional : 2009-08-2430
3. Visi dan Misi
Visi Sekolah MTs DDI Citta adalah Terwujudnya sumber daya insani,
yang berilmu berpendidikan islami.
30
Sumber data : Dokumen MTs DDI
39
Adapun Misi sekolah MTS DDI Citta yang telah ditentukan adalah :
a. Menumbuhkan budaya lingkungan yang aman, bersih, dan sehat.
b. Mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan yang cerdas
dengan sikap amalia insan.
c. Menetapkan manajemen partisipatif seluruh warga sekolah dan masyarakat
dalam meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa serta melestarikan
lingkungan madrasah.
d. Membekali siswa dengan keterampilan dan kecakapan hidup untuk masa
depannya.31
4. Fasilitas Sekolah
MTs DDI Citta memiliki fasilitas seperti :
a. Ruangan Kelas
Jumlah kelas ada tiga ruangan. Kelas satu 1(satu) ruangan, kelas 2 1 (satu)
ruangan hingga kelas 3 sebanyak 1 (satu)
b. Ruang Guru
Ruang guru MTs DDI Citta hanya terdapat satu ruangan yang memiliki
fungsi sebagai kantor, TU, UKS dan Ruang Rapat.
c. Tempat Parkir MTs DDI Citta terbilang rapih dan memiliki 2 lokasi yaitu
untuk parkiran guru dan parkiran siswa. Tempat parkir ada 2 tempat,
31
Sumber data : Dokumen MTs DDI Citta
40
depan ruangan guru, dan depan kelas. Untuk tempat parkir guru berada di
depan kelas, sedangkan untuk tempat parkir siswa/I berada di depan pos
satpam.
d. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah berada di ruangan kelas III karena sekolah ini masih
dalam proses pembangunan. Sehingga buku pelajaran untuk sementara di
alihkan keruangan kelas.
e. Musholla
Musholla pada sekolah ini terletak pada belakang kelas. Ruangannya
cukup luas, musholla ini digunakan untuk shalat dhuha dan shalat dhuhur
berjamaah, setelah shalat dhuhur berjamaah, siswa melakukan kultum oleh
beberapa orang dari perwakilan setiap kelas.
f. Kantin Siswa
Kantin MTs DDI Citta cukup bersih dan strategis, sehingga tidak
mengganggu aktivitas lain dan terdapat banyak jajanan sehat yang bisa
dibeli oleh peserta didik tersebut sehingga tidak lagi membeli diluar agar
terhindar dari penyakit yang bisa ditimbulkan dari jajanan diluar sana
g. Toilet
Ruangan toilet sekolah ada tiga, toilet guru dan toilet siswa dan siswi.
Untuk toilet guru berada dalam runagan guru, sedangkan toilet siswa/siswi
41
berada di belakang kelas, agar tidak tercampur guru dan peserta didik
maka toiletnya dipisah.
h. Lapangan Olahraga
Lapangan Olahraga berada di depan sekolah yang difungsikan untuk main
bola, bola volly, bulutangkis, senam dan kegiatan ekstra lainnya.
5. Struktur Organisasi
a. Guru
Adapun nama-nama guru di MTs DDI Citta kabuantara lain:32
Tabel I
Nama Guru MTs DDI Citta
No.
Nama
Jabatan
Alamat
1.
Muh. Syafar, S.Pd.I
Kepala MTs DDI Citta
Lenrang
2.
Hj. Sitti Aisya S.Ag
Wakil Kepala Sekolah
Citta
3.
Normah S.Pd
Kepala Perpustakaan
Gayabaru
4.
Nurneni, S.Pd.I
Guru Penjaskes
Tocakko
5.
Muh. Asriadi S.Pd
Guru IPS
Mong
32
Sumber data : Dokumen MTs DDI Citta Kab.Soppeng
42
6.
Ahmad Amin Muhiddin
S.Pd.I
Guru Akidah Akhlak dan
SKI
Gayabaru
7.
Lili Suryani
Guru Bahasa Indonesia
Tinco
8.
Marhawaida, S.Pd.I
Aqidah dan Fiqih
Gayabaru
9.
Drs. Haeruddin
Guru Alquran Hadits
Citta
10.
Ernawati, S.Pd.
Guru Mate-Matika
Lakibong
11.
Andi Maulidiah
Guru Prakarya
Labae
12.
Andi Saripah
Guru SBK
Citta
6. Keadaan Peserta Didik
a. Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik baru secara struktural adalah bentuk kegiatan
yang harus dilakukan setiap sekolah, sehingga Calon siswa/i baru bisa terdaftar
dan terdata secara administrasi dan akademis.
Dalam undang-undang dijelaskan, Sistem pendidikan nasional NO. 20
Tahun 1993 pasal 4 dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangakn manusia seutuhnya :yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani an
43
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.33
Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan Negara. Karena
dengan pendidikan akan lahir masyarakat yang terpelajar dan berakhlak mulia
yang menjadi pilar utama membangun masyarakat sejahtera. Di sisi lain
pendidikan juga memberikan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui penyediaan tenaga kerja yang berkompeten, dan menguasai teknologi dan
mempunyai etos kerja yang tinggi.
MTs DDI Citta, sebagai wadah pendidikan tentu akan memberikan
kontribusi yang besar bagi masyarakt Citta, adapun syarat-syarat pendaftaran
antara lain :
1) Mengisi formulir pendaftaran
2) Menyerahkan :
Menyetor Foto Copy iajazah/ Skl masing-masing 1 lembar
Menyetor Foto Copy akte kelahiran masing-maing 1 lembar
Menyetor Foto Copy kartu keluarga masing-masing 1 lembar
Menyetor pas photo ukuran 3x4 cm masing-masing 1 lembar
b. Proses Kenaikan Kelas
33
Sumber data : Dokumen MTs DDI Citta Kab.Soppeng
44
Di akhir tahun pelajaran setiap sekolah mengumumkan siswa yang naik
kelas dan siswa yang tinggal kelas. Penetapan kenaikan kelas siswa dilakukan
melalui rapat dewan guru sekolah.
Adapun dasar penetapan kenaikan kelas adalah :
1. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
pendidikan.
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
3. Regulasi dan aturan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Berdasarkan
regulasi dan aturan tingkat satuan pendidikan maka kriteria kenaikan kelas
adalah :
a) Peserta didik sudah menuntaskan seluruh standar kompetensi dan
kompetensi dasar sesuai kurikulum satuan tingkat pembelajaran.
b) Ketuntasan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai
dengan nilai kriteria ketuntasan minimal masing-masing mata
pelajaran.
c) Peserta didik dapat naik kelas jika da mata pelajaran yang belum
tuntas tidak lebih dari 3 mata pelajaran.
d) Memperoleh nilai minimal baik untuk seluruh kelompok mata
pelajaran.
e) Kehadiran tatap muka pada setiap mata pelajaran minimal 80%
diperhitungkan dari tatap mukatanpa memperhitungkan
45
ketidakhadiran karena sakit atau alasan tertentu sesuai dengan
pertauran yang berlaku.
f) Sikap, perilaku dan budi pekerti peserta didik.34
Proses kenaikan kelas MTs DDI Citta sama halnya sekolah pada umunya
yang memperhatikan beberapa aspek sebagai indikator kelulusan siswa untuk
melanjutkan pendidikan di kelas berikutnya.
c. Waktu Belajar dan Jumlah Peserta didik
Satuan instansi pendidikan tentunya memiliki aturan tersendiri, khususnya
aturan dalam pengaturan waktu belajar mengajar. Waktu belajar MTs DDI Citta
berlangsung pada pagi hari hingga sinag hari pukul 07.15 – 13.55. Adapun Jumlah
Siswa MTs DDI Citta Tahun ajaran 2018/2019 adalah :
Tabel III
Siswa MTs DDI Citta
No. Kelas L/P Jumlah siswa
1.
VII
L=6
P=3
9
2.
VIII
L=6
P=8
14
34
Sumber data : Dokumen MTs DDI Citta Kab.Soppeng
46
3.
IX
L=6
P=10
16
Jumlah 39
B. Kedisiplinan Sholat Berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten
Soppeng
Belakangan ini banyak muncul fenomena baru kenakalan pelajar yang
sungguh sangat memprihatinkan. Seperti yang dilihat sekarang ini banyak dari
media massa dan internet yang memberitkan tentang kehidupan pelajar remaja
masa kini, seperti berita tawuran antar pelajar, corat coret baju sekolah pada saat
kelulusan maraknya pencabulan dan pemerkosaan dala dunia pelajar. Kalau ini
tidak segera ditanggulangi maka akan sangat berdampak buruk bagi generasi
penerus nantinya
Disiplin Menjadikan siswa mampu mengatur dirinya sendiri dalam belajar.
Menerapkan disiplin dalam berbagai situasi memang tak mudah, akan tetapi
diperlukan usaha dan diri sendiri. Sesuatu pasti bisa tercapai jika ad keinginan,
niat, serta usaha. Untuk itu, kedisiplinan sholat berjamaah dibutuhkan kebiasaan
dan kesadaran yang tinggi dalam diri siswa sehingga secara perlahan kebiasaan
sholat berjamaah dapat terlaksana dikehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Muh.Syafar yang mengatakan bahwa
“Berbicara tentang kedisiplinan shalat berjamaah di sekolah kami, siswa
ataupun peserta didik dalam keadaaan sekarang ini Alhamdulillah
mengalami peningkatan hal ini bisa kita lihat karna setiap wali kelas ada
memegang kartu kontrol untuk pelaksanaan shalat berjamaah dan jumlah
siswa yang masih terbilang sedikit jadi kita sebagai guru masi bias secara
47
langsung melihat aktifitas siswa contohnya padaa saat waktu shalat
berjamaah masuk.35
Dari hasil wawancara diatas dapat kita gambarkan bahasawanya keadaan
tentang kedisiplinan shalat berjamaah di Sekolah tersebut dapat dikatakan baik
dikarenakan para guru-guru secara aktif melakukan kontrol yang dibuktikan
adanya kartu kontrol shalat berjamaah setiap siswa dan juga jumlah siswa yang
masih terbilang sedikit jadi para guru-guru dapat melihat secara langsung setiap
kegiatan yang dilakukan siswa selama dilingkungan sekolah.
Lainnya halnya yang dikatakan marhawaida tentang kedisiplinan shalat
berjamaah
“Kalau kita berbicara tentang kedisiplinan shalat berjamaah pada peserta
didik masih ada juga beberapa orang yang bisa katakan malas hal ini biasa
terjadi pada kepribadian siswa yang kesehariannya disekolah kurang
perhatian dalam setiap kegiatan baik itu pada proses belajar mengajar
maupun pada proses kegiatan spiritual yang biasa kita laksanakan setiap
pekan.36
Berdasarkan yang dikatakan oleh narasumber diatas mengenai kedisiplinan
shalat berjamaah yaitu dapat kita gambarkan bahsawasanya masih adanya peserta
didik yang kedisiplinannya masih terbilang kurang baik hal ini dikarenakan
kepribadian siswa yang kadang masih acuh dalam setiap kegiatan disekolah
sehingga siswa tersebut kadang masih kurang mengikuti ataupun lambat pada saat
pelaksanaan shalat berjamaah
Dari urain diatas dapat kita katakan bahwasanya kedisiplinan shalat
berjamaah dalam lingkungan sekolah tersebut dapat dikatakan baik, dikarenakan
guru dapat mengontrol siswa yang jumlahnya terbilang masih terbilang sedikit
35
Muh.Syafar S.Pd.I, selaku kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam Mts DDI
Citta , wawancara kediaman lenrang, 06 juni 2020 36
Marwahawaida S.Pd.I, Selaku guru aqidah dan fiqih Mts DDI Citta , Wawancara
kediaman Citta 07 juni 2020
48
jadi guru dapat melihat secara langsung semua aktifitas yang dilakukan siswa baik
itu pada proses belajar mengajar berlangsung maupun tentang kedisiplinan shalat
berjmaahnya.
C. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah
kedisiplinan sholat berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten
Soppeng
Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan
shalat berjama’ah di sekolah yang kita selalu canangkan adalah, Memberikan
motivasi kepada seluruh siswa agar mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah
khususnya shalat jama’ah, Memberikan stimulus atau persepsi agar seluruh
siswa dapat dengan mudah memahami apa yang telah diberikan oleh guru
Pendidikan Agama Islam tentang kegiatan keagamaan.
Oleh karena itu perlu ditanamkan suasana religious di sekolah seperti
yang ada pada Sekolah MTS DDI Citta dimana semua guru, staf karyawan
ikut serta dalam kegiatan keagamaan yang ada, dan dalam setiap kegiatan
keagamaan mampu mengontrol semua kegiatan sehingga dapat dilaksanakan
secara terprogram dan rutin di sekolah dapat menciptakan pembiasaan yang
baik
Dari hasil wawancara ibu Hj. Sitti Aisyah tentang peranan guru dalam
meningkatkan kedisiplinan shalat berjamaah mengatakan bahwa;
“Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam hal kedisiplinan shalat
berjamaah guru dengan menggunakan metode pendekatan kepada siswa
49
sehingga kita dengan peserta didik secara tidak langsung memiliki
hubungan kedekatan yang baik, karna kami sebagai tenaga pendidik
ingin menciptakan suasana yang lebih erat agar kita mampu
membimbing siswa dan mengarahkan untuk selalu disiplin ilmu maupun
disiplin dalam pelaksanaan shalat berjamaah.37
Penjelasan diatas dapat kita katakan bahwasanya peran Guru Pendidikan
Agama Islam di sekolah MTS DDI Citta secara aktif dalam membimbing dan
mengarahkan karena guru melakukan metode pendekatan kepada siswa yang
harapannya bisa secara akrab antara guru dan peserta didik, Sehingga dalam
penerapan kedisiplinan shalat berjamaah kita dapat secara aktif menerapkan
karna kita selalu berusaha untuk dekat kepada siswa tersebut.
Adapun yang dikatan oleh Ahmad Amin Muhiddin tentang peranan
Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu;
“Guu Pendidikan Agama Islam disini sangat berperan penting terhadap
spiritual belajar siswa, Apalagi kalau kita berbicara tentang kedisiplinan
shalat berjamaah tentunya peranan guru Pendidikan Agama Islam sangat
berperan aktif untuk selalu membimbing,membina,mengajarkan, dan
mengajak siswa agar selalu taat dan didsiplin pada saat waktu
pelaksanaan shalat berjamaah, Olehnya itu kami selaku guru
membuatkan kartu kontrol untuk setiap siswa yang gunanya untuk setiap
pekannya kita memeriksa dan mengevaluasi dan mengawasi secara
langsung siswa yang masih kurang disiplin dalam hal pelaksanaan shalat
berjamaah yang Alhamdulillah sampai belakangan ini kami lihat lebih
banyak lagi yang disiplin pada saat waktu shalat sudah masuk.38
Dalam penerapan shalat berjamaah tentunya yang sangat berperan aktif
dalam mengajak dan membimbing siswa tentunya guru Pendidikan Agama
Islam dalam hal ini Guru Pendidikan Agama Islam itu membuatkan metode
berupa pembuatan kartu kontrol yang diberikan kepada seluruh siswa untuk
37
hj sitti aisyah S.Ag selaku wakil Kepala Sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam,
wawancara dikediaman Citta, 06 Juli 2020 38
Ahmad Amin Muhiddin S.Pd.I Guru Akidah akhlak MTS DDI Citta Wawancara
dikediaman , Gayabaru 01 juni 2020
50
kartu ini bertujuan dapat di evaluasi dan dilakukan penilain setiap pekannya
dan secara keseluruhan dengan adanya metode evaluasi dan penilain ini siswa
sudah lebih meningkat kedisiplinanya dalam pelaksanaan shalat berjamaah.
Senada yang dikatakan oleh peserta didik atas nama Sifa tentang
kedisiplinan shalat berjamaah mengatakan bahwa:
“Peranan guru di sekolah kami sangat berperan aktif dalam membimbing
kita untuk senantiasa melaksanakan shalat berjamaah karna kita
dibuatkan berupa kartu kontrol shalat berjamaah untuk semua siswa
yang setiap pekannya dilakukan evaluasi dan penilain jadi secara
otomatis lebih banyak yang sudah disiplin ketimbang yang tidak
disiplin.39
Dapat kita lihat di atas bahwasanya peran guru secara aktif mengajak
dan mengajarkan siswa untuk selalu taat dan disiplin dalam shalat berjamaah,
ini kita lihat karna siswa dibuatkan berupa kartu kontrol shalat berjamaah yang
setiap pekannya itu dilakuakan evaluasi dan penilain sehingga secara perlahan
keseluruhan siswa sudah lebih banyak yang disiplin ketimbang yang tidak
disiplin dalam kedisiplinan shalat berjamaah ini.
Haeruddin juga berkomentar tentang kedisiplinan shalat berjamaah yang
mengatakan bahwa;
“Peranan guru dalam mengatasi kedisiplinan shalat berjamaah bisa kami
katakan sudah jauh lebih displin dibanding yang tidak karna kita guru-
guru sebelum kita mengajak kita juga memberikan contoh untuk
mengedepankan kepada siswa nilai-nilai ajaran keagamaan dan selalu
berusaha mencodongkan pengetahuan-pengetahuan siswa mengenai
pelajaran keagamaan, Kalaupun ada guru yang kurang berperan aktif
dalam hal ini memang kita khususkan kepada guru bidang studi yang
mengatasi spiritual anak untuk selalu membimbing dan mengajak siswa
39
Sifa Peserta Didik MTS DDI Citta Wawancara di rumah kediaman siswa, tocakko 08
juni 2020
51
tersebut seperti guru Pendidikan Agama Islam, Akidah Akhlak, Hadits
maupun SKI, dan belakangan ini Guru Pendidikan Agama Islam secara
intens melakukan metode evaluasi dan penilain terhadap semua siswa
dalam hal pelaksanaan shalat berjamaah sehingga dapat kita lihat siswa
lebih disiplin dengan adanya metedo evaluasi dan penilain yang berupa
kartu kontrol yang diperiksa setiap pekannya40
.
Penjelasan diatas dapat kita katakan bahwa peran guru dalam mengatasi
kedisiplinan shalat berjamaah dapat dikatakan baik dalam mengajak dan
membimbing siswa untuk selalu taat melaksanakan shalat berjamaah yang
dalam hal ini khususnya guru bidang studi yang mengatasi keagamaan
spiritual peserta didik lebih intens lagi dalam penerapan kedisiplinan shalat
berjamaa dengan dilakukannya metode evaluasi dan penilain terhadap
kedisiplinan shalat berjamaah siswa
Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpulkan bahwasanaya peranan
guru di MTS DDI Citta dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam sudah
berusaha keras dalam mengatasi kedisiplinan shalat berjamaah yang dengan
guru memberikan metedo evalauasi dan penilain sehingga secara tidak
langsung siswa tersebut belakangan ini sudah berangsur disiplin ketimbang
yang tidak,oelh karna itu peranan guru mata pelajaran Penddidikan Agama
Islam dapat kita katakan berperan aktif dalam membimbing, mengentrol, dan
mengajak siswa untuk selalu taat dalam pelaksanna shalat berjamaah, Dalam
hal ini juga bisa kita lihat guru masih terbilang mudah dalam mengawasi dan
mengontrol siswa dikarenakan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut bisa
dibilang sedikit sehingga secara tidak langsung guru secara aktif dapat melihat
40
Drs.Khaeruddin selaku guru alquran hadits MTs DDI Citta, wawancara dikediaman
Citta, 08 juni 2020
52
aktifitas siswa baik dalam proses pembelajaran maupun mengenai kedisiplinan
shalat berjamaah.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru PAI dalam peningkatan
kedisiplinan Shalat berjama’ah siswa MTS DDI Citta Kabupaten
Soppeng
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah. Untuk itu pasti dalam
proses pembinaan kedisiplinan shalat berjamaah khususnya faktor pendukung dan
penghamba ada beberapa diantaranya sebagai berikut
a. Motivasi dan dukungan dari kedua Orang tua
Motivasi pola hidup disiplin tidak hanya diberikan oleh pihak sekolah saja,
melainkan juga dari orang tua, karena setelah sampai di rumahlah peserta didik
dibina oleh orang tua masing-masing dalam kesehariannya.
Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa keluarga merupakan
satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Anggota-anggota
terdiri atas ayah, ibu dan anal-anak. Bagi anak-anak keluarga merupakan
lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian kehidupan
kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa
keagamaan anak.
b. Kebiasaan atau tradisi yang ada di MTs DDI Citta
53
Kebiasaan dalam keseharian berprilaku dalam sekolah juga dapat
mempengaruhi pembinaan kedisiplinan peserta didik, sehingga tanpa ada paksaan
ataupun metode yang pas peserta didik sudah terbiasa mengerjakannya. Sebagai
contoh tradisi adalah sholat berjamaah dan pembiasaan untuk mengaji sebelum
pembelajaran dimulai. Dari pembiasaan sholat dan mengaji sekiranya peserta
didik dapat terbiasa untuk melakukan kegiatan tersebut baik disekolah maupun
dirumah.
c. Kesadaran para peserta didik
Peserta didik kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan yang
dilakukan oleh sekolah, apalagi kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan
pembinaan akhlak peserta didik dan untuk kedisiplinanya
d. Kerja sama masing-masing guru dalam membina kedisiplinan shalat berjamaah
Peserta didik
Kerja sama guru dalam membina kedisiplinan shalat berjamaah peserta
didik sangat diperlukan karena merupakan program sekolah yang bertujuan untuk
menciptakan lulusan yang berprestasi dan berakhlakul karimah.
Sedangkan Faktor penghambat yaitu :
a. Pergaulan dilingkungan masyarakat
Keberhasilan dan ketidak berhasilan pelaksanaan pembelajaran sedikit
banyaknya juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jika keberadaan lingkungan
sekitar mampu mencerminkan aktivitas positif bagi proses pembelajaran, maka
54
dia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pelaksanaan pendidikan.
Sebaliknya, jika kondisi lingkungan terbukti tidak relevan dengan proses
pembelajaran, jelas akan mempengaruhi kekurang maksimalan proses pendidikan
itu sendiri.
b. Pengaruh alat komunikasi ( android )
Pada sekarang ini peran alat komunikasi seperti android sangat berperan
penting dalam kehidupan salah satunya tidak bisa dipisahkan dengan proses
pendidikan itu sendiri. Apabila digunakan dengan cara seksama, maka tentu saja
alat komunikasi akan memudahkan peserta didik dalam memperoleh informasi
dan kebutuhan belajar itu sendiri. Sebaliknya, jika alat komunikasi tidak
digunakan dengan semestinya atau sewajarnya, maka alat komunikasi tesebut
akan mempengaruhi proses belajar psesrta didik menjadi menurun dan banyak
dampak negatif yang diperoleh.
c. Kurangnya sarana dan prasarana
Keberadaan sarana fasilitas yang cukup biasanya sangat membantu proses
pelaksanaan berbagai aktivitas belajar mengajar. Sebaliknya, jika keberadaan
sarana dan fasilitas yang kurang biasanya juga akan menghambat proses kegiatan
belajar mengajar.
Sebagaimana yang telah dituturkan oleh Aulia tentang faktor pendukung
dan penghambat yaitu:
“Faktor pendukung guru Pendidikan Agama Islam menurut saya guru
masih mudah dalam mengontrol kedisiplinan shalat berjamaah
55
dikarenakan jumlah keseluruhan siswa disekolah kami terbilang sedikit
sehingga faktor ini dapat mendukung pengawasan guru pada saat waktu
shalat telah masuk, Adapun Faktor penghambatnya yaitu fasilitas
musholaah yang ada di sekolah itu atapnya kurang baik sehinnga pada saat
hujan datang bersamaan dengan waktu shalat telah masuk maka kita
kadang terhambat disini karna sebahagian air masuk kedalam mushollah
tersebut.41
Penjelasan diatas dapat dikatakan secara gamblang yang menjelaskan
tentang faktor pendukung guru Pendidikan Agama Islam diantaranya kemampuan
guru mengawasi peserta didik pada shalat berjamaah dikarenakan jumlahnya yang
masih terbilang sedikit sehingga secara tidak langsung guru sudah mengenal satu
persatu siswanya. Adapun Faktor penghambatnya yaitu mengenai sarana pra
sarana perlunya perbaikan mushollah agar keadaan apapun shalat berjamaah tetap
berlangsung secara disiplin tanpa ada lagi keterhambatan pada saat hujan
contohnya.
Senada yang dikatakan oleh Muh.Syafar Faktor pendukung guru
Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan shalat berjamaah yaitu:
“kesadaran peserta didik mulai terbangun dikarenakan Guru Pendidikan
Agama Islam memasukkan shalat berjamaah ini kedalam penilain kepada
seluruh peserta didik dengan cara memberikan berupa kartu kontrol untuk
di evaluasi dan diberikan penilain dan itu diperiksa setiap pekannya
sehingga peserta didik perlahan tumbuh kesadaran dan inisiatif pada saat
waktu shalat berjaamah telah masuk. Adapun Faktor Penghambatnya yaitu
perlunya sarana pra sarana dilakuakan pembenahan agar semua kegiatan
baik itu proses belajar mengajar maupun pada saat shalat berjamaah
dilaksanakan.42
Pernyataan diatas dapat kita lihat bahwasanya faktor pendukung guru
dalam hal kedisiplinan shalat berjamaah itu peserta didik secara perlahan adanya
inisiatif dikarenakan kebiasaan yang dilaksanakan setiap harinya selama berada
41
Aulia peserta didik MTs DDI Citta, wawancara dikediaman Tocakko, 07 juni 2020 42
Muh. Syafar Op cit.
56
dilingkungan sekolah sehingga dalam kedisiplinan shalat berjamaah secara
perlahan dapat membaik belakangan ini yang juga guru menerapkan beberapa
metode penilain yang diperksa setiap pekannya, Adapun Faktor guru dalam
kedisiplinan shalat berjamaah ini perlunya ada perbaikan sarana pra sarana yaitu
mushollah agar secara tidak langsung siswa maupun guru mampu lebih nyaman
pada saat melaksanakan shalat berjamaah.
Hj.Sitti Aisyah juga berkomentar mengenai faktor pendukung dan
penghambat guru Pendidikan Agama Islam yaitu:
“Faktor Pendukung guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan
kedisiplinan shalat berjamaah diantaranya guru setiap harinya sudah
memberikan tugas secara bergiliran untuk siswa pada saat waktu shalat
telah masuk baik itu bertugas muadzin maupun imam sehingga secara
perlahan peserta didik tumbuh kesadaran diri untuk selalau memakmurkan
masjid, Adapun Faktor Penghambatnya yaitu, Peserta didik kadang
terpengaruh lingkungan yang kurang baik sehingga kadang dalam hal
kedisiplinan peserta didik tersebut kurang aktif dan kadang lalai dalam
mengikuti shalat berjamaah.43
Kesadaran dari diri individu secara tidak langsung sangat berperan penting
dalam hal pendukung maupun penghambat karena dari diri sendirilah yang dapat
menentukan ini terlaksana maupun tidak. Olenya itu lingkungan keluarga juga
sangat turut andil umtuk selalu mengingatkan dan mengawasi anaknya sehingga
dapat disiplin pada keseharian anak tersebut baik pada saat dilingkungan sekolah
maupun dilingkungan keluarganya.
Berdasarkan urain diatas dapat peneliti simpulkan selain peran guru
disekolah peran lingkungan juga sangat berpengaruh pada kepribadiaan anak
43
Hj.Sitti Aisyah selaku wakil kepsek dan Guru Pendidikan Agama Islam MTs DDI
Citta, wawancara dikediaman Citta, 08 juni 2020
57
tersebut, dalam hal ini bisa kita lihat jika lingkungannya juga baik maka secara
tidak langsung akan mempengaruhi minat sehingga dapat secara aktif mengikuti
setiap kegiatan baik itu disekolah maupum dilingkungannya sendri dan pada
proses ini akan tumbuh kesadaran diri pada anak tersebut sampai menjadikannya
privadi yang taat dan disiplin baik dalam belajar maupun kegiataan keagamaan
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Peneliti telah melakukan penelitian untuk mendapatkan data
yang diperoleh serta menguraikan secara sederhana permasalahan yang berkaitan
dengan judul skripsi ini, maka bagian ini akan mengemukakan kesimpulan pokok
dari seluruh apa yang telah diuraiakan sebagai penegasan dan dilengkapi dengan
saran-saran, oleh karena itu kesimpulan dari skripsi Ini dapat dilihat dari uraian
berikut:
1. Kedisiplinan siswa dalam shalat jama’ah di Sekolah MTS DDI Citta
Kabupaten Soppeng belakanagan ini mencapai kemajuan yang sangat
signifikan karena selain jumlah siswa yang terbilang masih sedikit yang
memudahkan guru untuk mengontrol, Kini Guru-guru yang ada disekolah
rersebut membuatkan metode penilain yang berupa kartu kontrol untuk semua
siswa yang ini diperiksa setiap pekannya. Sehingga saat ini kedisiplinan shalat
berjamaahnya sudah lebih banyak yang disiplin dibanding yang tidak.
2. Peranan Guru Mata Pelajaran Agama Islam dalam mengatasi kedisiplinan
shalat berjamaah siswa sangat turut andil dan aktif dalam mengarahkan siswa
untuk senintiasa taat dalam segala hal, Dalam hal ini guru selalu berusaha
menciptakan kedekatan kepada siswanya agar siswa tersebut lebih memeiliki
kedekatan erat yang tujuannya untuk siswa dapat dibina, dibimbing, dan
diarahkan untuk senantiasa disiplin dalam shalat berjamaah.
61
3. Faktor pendukung guru Agama Islam dalam hal ini jumlah keseluruhan
peserta didik yang ada di sekolah tersebut masih sangat kurang sehingga ini
memuidahkan guru masih lebih mudah untuk selalu memonitoring siswa
dalam mensiplinkan shalat berjamaah tersebut, Adapun Faktor
Penghambatnya yaitu Keadaan Mushaollah sekolah yang perlu perhatian
untuk di renovasi supaya shalat berjamaah tidak lagi terhambat apabila hujan
turun dan juga perlunya perhatian pengaruh lingkungan dari siswa yang biasa
mengakibatkan siswa tersebut kurang disiplin dalam shalat berjamaah.
B. Saran-saran
Setelah penulis mengambil kesimpulan, maka penulis juga merasa perlu
memberikan saran-saran demi kemajuan secara khusus pada Sekolah MTS DDI
Citta Kabupaten Soppeng di masa yang akan datang yakni:
1. Pelaksanaan shalat jama’ah di sekolah harus terus bisa ditingkatkan dan bisa
menjadi tradisi di MTS DDI Citta Kabupaten Soppeng jadi diharapkan tetap
bersinergi kerjasama kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua.
2. Disarankan kepada pimpinan Sekolah agar segera melakukan perbaikan
renovasi fasilitas mushlloh agar semua pihak baik itu Siswa, Guru-guru, dan
Staf yang ada dalam sekolah tersebut lebih nyaman pada saat pelaksanann
shalat berjamaah tersebut
3. Hendaknya orang tua selalu memonitoring anaknya dalam lingkungan
keluarganya, Tujannya agar anak tersebut tumbuh kesadaran diri sehingga bisa
menjadikannya untuk selalu disiplin dalam pelaksanaan shalat berjamaah
62
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Al karim
Abdul Majab, Jusuf madzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar
Interpratama offset
Abdul Manan bin H Mohammad Sobari. 2006. jangan Asal Shalat. Bandung:
Pustaka Hidayah
Abdullah Aziz Abdil Abu, 2010. Sholat Berjamaah Keutamaan, Manfaat dan
Hukumnya Indonesia: Islam House
Ahmad Tafsir. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Al Bani Muhammad Nasruddin. 2006. Sifat shalat nabi Menurut sunnah yang
shahih. Bogor: Pustaka Ibnu Katasir
Al Fauzan Shalih bin Abdullah. 2005. Ringkasan Fikih Lengkap. Jakarta: PT
Darul falah
Al Muqaddam Muhammad. 2007. Keutamaan dan 1001 Alasan Kenapa harus
Shalat. Solo: Aqwam
Al-Hamid Abdul Qadir Syaiban. 2006. Fiqhul Islam. Jakarta: Darul haq
Al-Muqaddam Ahmad Ismail. 2007. Mengapa Harus Shalat. Jakarta: Amzah
Amirah. 2010. Mendidik Anak di Era Digital. Yogjakarta: LansBang PRESSindo
Ash-Shawwaf Muhammad Mahmud. 2007. Sempurnakan Shalat. Yogyakarta:
Mitra Pustaka
Getteng Abd.Rahman, 2011 Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika
,Yogyakarta: Grha Guru.
Kementrian Agama Ri. Al Hikmah: Al Qur’an dan terjemahnya. Bandung.
Kementrian Agama RI. 2001. Kendala Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta
Mugniyah Muhammad Jawad. 2001. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentara
63
P.JokoSubagyo. 2004. metodologi dalam teori dan praktek. Jakarta: rinekacipta
Ramayulis, 2013 Profesi dan Etika Keguruan Jakarta: Kalam Mulia
Sa’adah. 2005. Materi Ibadah Menjaga Akidah dan Khusu’Beribadah. Surabaya:
Amalia
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiono. 2017. Metode Penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Cetakan ke-2; Bandung: Alfabeta
Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Siswa dan Prestasi Siswa.
Jakarta: Grasindo
LAMPIRAN
Wawancara Muh. Syafar S.Pd.I di rumah Kedi aman Lenrang 06 Juli 2020
Wawancara Hj. Sitti Aisyah S.Ag wawancara di rumah kediaman Citta, 06
Juli 2020
Wawancara
Wawancara Ahmad Amin Muhiddin
S.Pd.I di rumah kediaman Gayabaru
07 juli 2020
Wawancara Drs.Khaeruddin ,
wawancara di rumah kediaman Citta,
08 juli 2020
Wawancara Marhawaida S.Pd.I di rumah Kediaman Citta 07 juli
2020
Sifa Peserta Didik MTS DDI Citta
Wawancara di rumah kediaman
siswa, tocakko 08 juli 2020
Aulia peserta didik MTs DDI
Citta, wawancara di rumah
kediaman Tocakko, 08 juli 2020
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RESKY AMALIA Lahir di Soppeng pada tanggal 12 Mei
1998, Anak ketiga dari empat bersaudara. Buah hati dari
pasangan Bapak Ahmad Amin Muhiddin dan Ibu
Marhawaida, Penulis memasuki, pendidikan tingkat dasar pada
tahun 2004 di SDN 96 Citta Kecamatan Citta Kabupaten
Soppeng dan tamat pada tahun 2010, kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat menegah pertama pada tahun 2010 di SMPN 1 Liliriaja
Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng, tamat pada tahun 2013, dan melanjutkan
pendidikan ditingkat menengah atas tahun 2013 di SMAN 1 Liliriaja Kecamatan
Cangaai Kabupaten Soppeng, dan selesai pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Fakultas Agama Islam, Program Studi Pendidikan
Agama Islam dengan Program Pendidikan Strata 1, dan selesai pada tahun 2020.
Syukur Alhamdulillah penulis dapsat menyelesaikan pendidikannya atas
Rahmat Allah SWT, dengan dukungan dan doa kedua orang tua. Dengan memilih
judul skripsi.
PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMA’AH PESERTA DIDIK DI MTS DDI
CITTA KABUPATEN SOPPENG