Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) KOTA MAKASSAR
IRMA SUHARTINI
Nomor Stambuk: 10561 03825 10
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
viii
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ..................................................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................................................................ ii
Halaman Pernyataan Keaslian karya Ilmiah ............................................................ iii
Abstrak .................................................................................................................... iv
Kata Pengantar ......................................................................................................... v
Daftar Isi .................................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran Pemerintah ............................................................................ 7
B. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Tenaga Kerja ................................... 8
C. BP3TKI ......................................................................................................... 13
D. Konsep Tenaga Kerja ................................................................................... 15
a. Gambaran TKI ....................................................................................... 16
b. Gambaran TKI di Luar Negeri .............................................................. 18
c. Penempatan TKI di Luar Negeri ........................................................... 32
E. Kerangka Fikir ............................................................................................. 36
F. Fokus Penelitian ........................................................................................... 37
G. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................... 37
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 39
B. Jenis dan Tipe Penelitian .............................................................................. 39
ix
C. Sumber Data ................................................................................................. 40
D. Informan ...................................................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 41
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 42
G. Pengabsahan Data ........................................................................................ 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................... 44
a. Gambaran Umum BP3TKI .................................................................... 44
b. Sejarah Terbentuknya BP3TKI .............................................................. 45
c. Visi dan Misi BP3TKI ............................................................................ 45
d. Tugas dan Fungsi BP3TKI ..................................................................... 45
e. Uraian Tugas Sub dan Seksi BP3TKI .................................................... 47
f. Struktur Organisasi BP3TKI .................................................................. 48
B. Pembahasan BP3TKI KOTA MAKASSAR ..................................................... 51
a. Regulator ................................................................................................. 53
b. Motivator ................................................................................................. 57
c. Fasilitator ................................................................................................ 59
d. Evaluator ................................................................................................. 62
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 66
B. Saran ............................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 67
Lampiran-lampiran
i
PERAN BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) KOTA MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh:
IRMA SUHARTINI
Nomor Stambuk: 10561 03825 10
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Irma Suhartini
NomorStambuk : 1056 10 3825 10
Program Studi : IlmuAdministrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.
Makassar, Juni 2014
Yang Menyatakan,
Irma Suhartini
v
ABSTRAK
IRMA SUHARTINI, (2015). Penelitian ini berjudul “Peran Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kota
Makassar” (dibimbing oleh Abd Kadir Adys dan Adnan Ma’ruf).
Peran pemerintah dalam hal ini BP3TKI sangat penting terhadap
perlindungan para TKI yang mengadu nasib di luar negeri. Hal tersebut
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang pada alinea ke-
empat bertujuan “mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran
Pemerintah dalam Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Balai Pelayanan,
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kota
Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
melibatkan informan sebanyak 8 orang. Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan
yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh
selanjutnya diuraikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat dan selanjutnya
disimpulkan.
Hasil penelitian yang dilakukan di kantor BP3TKI Kota Makassar
menunjukan bahwa masih terdapat kekurangan dari apa yang menjadi tuntutan
para TKI, khsusnya pada masalah perlindungan dikarenakan BP3TKI belum
maksimal dalam melaksanakan perannya sebagai regulator, motivator, fasilitator
dan evaluator. Namun penanganannya telah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 tentang Pelayanan, penempatan dan perlindungan tenaga
kerja Indonesia khususnya makassar. BP3TKI makassar juga telah memenuhi
hak-hak calon tenaga kerja indonesia (CTKI).
Kata kunci : Peran BP3TKI Kota Makassar, Regulator, Motivator, Fasilitator,
dan Evaluator
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah menganugerahkan akal pikiran, karena izin, rahmat dan kuasanyalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’Peran Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) kota
Makassar’.
Skripsi ini merupakan Tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memeperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesemptan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Bapak Abd Kadir Adys,SH MM, selaku pembimbing I dan Bapak
Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing II, atas dukungan morilnya dan
bersedia meluangkan waktunya selama masa bimbingan dalam bentuk diskusi,
arahan, kritik dan saran yang sangat konstruktif sejak usulan seminar proposal
penelitian hingga berlangsungnnya ujian skripsi.
Terima kasih pula yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua
tercinta atas segala kasih sayang yang tulus diberikan serta segenap dorongan
dan doa yang dipanjatkan dalam mendidik dan membesarkan penulis dengan
penuh keikhlasan.
vii
Penyelasaian tugas akhir ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak
karena itu ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus dan sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
3. Bapak Dr. Burhanuddin, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara.
4. Segenap Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas
bimbingan dan Pengajarannya selama penulis menempuh pendidikan di
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisip Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Kepala BP3TKI Kota Makassar beserta Jajarannya terimah kasih atas
kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
6. Sahabat-sahabat tercinta Sartina, Salrmia, kak sakir dan seluruh teman-
teman dari kelas G terima kasih banyak atas doa, dukungan dan bantuan
kalian selama ini
serta rekan, sahabat, dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas setiap bantuan
dan doa yang diberikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan
viii
oleh karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan
skripsi ini. semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang
telah diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini, bernilai ibadah
dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamin.
Makassar, Juni 2014
Irma Suhartini
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesejahteraan bangsa dan negara merupakan salah satu tujuan utama
Negara Indonesia. Sebagaimana telah diamanatkan dalam Alinea Keempat
Pembukaan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI 1945) bahwa negara bertujuan “mewujudkan keadilan sosial dan
kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.”Tujuan tersebut kemudian
dituangkan ke dalam beberapa pasal di UUDNRI 1945, salah satunya adalah Pasal
27 Ayat (2) yang berbunyi“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”Pasal tersebut mencerminkan bahwa
pekerjaan sangat penting untuk menciptakan kesejahteraan bagi setiap orang.
Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara
individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat
signifikan dalam aktivitas perekonomian nasional, yaitu meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, tenaga kerja sebagai
salah satu penggerak tata kehidupan ekonomi dan merupakan sumber daya yang
jumlahnya cukup melimpah. Indikasi ini bisa dilihat pada masih tingginya jumlah
pengangguran di Indonesia serta rendahnya atau minimnya kesempatan kerja yang
disediakan. Kondisi perekonomian yang kurang menarik di negaranya sendiri dan
penghasilan yang cukup besar dan yang tampak lebih menarik dinegara tujuan
telah menjadi pemicu terjadinya mobilitas tenaga kerja secara internasional.
Pengangguran sampai saat ini masih menjadi problem krusial pemerintah
Indonesia. Tak dapat dipungkiri, masalah ini terjadi akibat tingginya pertumbuhan
2
angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan kemampuan pemerintah untuk
menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan tingkat pendidikan dan skill yang
minim, para pencari kerja ini harus saling berkompetisi dengan yang lain.
Sementara ketersediaan lapangan kerja terbatas, upah kerja rendah dan
kurangnya jaminan kesejahteraan menambah kompleksitas masalah
ketenagakerjaan dalam negeri. Kondisi ini akhirnya menjadi pemicu terjadinya
mobilisasi tenaga kerja secara masal antar negara yang dilakukan oleh pemerintah.
Untuk mengurangi angka pengangguran, pemerintah melaksanakan program
penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.
Peranan pemerintah dalam program ini dititik beratkan pada aspek
pembinaan, perlindungan dan memberikan berbagai kemudahan kepada pihak-
pihak yang terkait, khususnya TKI dan Perusahaan Jasa Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia (PJTKI).
Selain itu program penempatan TKI keluar negeri juga memberikan
manfaat berupa peningkatan kesejahteraan keluarganya melalui gaji yang di
terima atau remitansi. Selain itu juga meningkatkan keterampilan TKI, karena
mempunyai pengalaman kerja di luar negeri. Bagi negara, manfaat yang di terima
adalah berupa peningkatan penerimaan devisa, karena para TKI yang bekerja
tentu memperoleh imbalan dalam bentuk valuta asing.
Data penempatan TKI (buruh migran) yang dimiliki oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEMENAKERTRANS) serta Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menunjukkan
bahwa sepanjang tahun 2005 hingga 2009 Indonesia telah menempatkan Tenaga
3
Kerja Indonesia (TKI) dengan jumlah rata-rata penempatan per-tahun mencapai
577.151 orang. Dari total jumlah TKI yang ditempatkan, 76% di antaranya
merupakan perempuan yang 90% bekerja di sektor informal, dan 24% sisanya
adalah laki-laki. Diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor TKI (buruh migran) terbesar di dunia. Negara tujuan favorit TKI
untuk kawasan Asia Pasifik yang tertinggi adalah Malaysia.
Kenyataan ini menuntut peran pemerintah secara nyata untuk memberikan
perlindungan hukum bagi TKI yang akan dan sedang bekerja di luar negeri.
Berkaitan dengan itu, pada tanggal 18 oktober 2004 pemerintah mengesahkan UU
No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesiadi Luar Negeri (PPTKILN). Dengan demikian semakin jelas dan nyata
kewenangan pemerintah dalam mengatur penempatan dan perlindungan hukum
bagi TKI.
Banyaknya kasus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang di pidana dengan
hukuman mati di Malaysia menjadi bukti nyata bahwa Pemerintah Indonesia
belum maksimal dalam menangani dan membantu para TKI untuk bebas dari
jeratan hukuman mati di luar negeri.
Kepala Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Jumhur Hidayat mengakui belum mampu melakukan
perlindungan TKI, karena kecilnya peran yang diberikan kepadanya. BP3TKI
tidak bisa terlibat terlalu jauh, apalagi secara hukum, pemerintah tidak bisa
intervensi karena itu sudah masuk kedaulatan negara lain. “Kalau ada TKI
bermasalah itu tugasnya pemerintah Republik Indonesia, khususnya yang terlibat
4
langsung yaitu Departemen Luar Negeri (Deplu),” ujar Jumhur Hidayat. Meski
demikian ia tidak bisa menampik, jika ada permasalahan TKI di luar negeri, maka
masyarakat menilai itu menjadi kewajiban BP3TKI. Padahal, kewenangan
BP3TKI ini terbatas.
Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara
individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat
signifikan dalam aktivitas perekonomian nasional, yaitu meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, tenaga kerja sebagai
salah satu penggerak tata kehidupan ekonomi dan merupakan sumber daya yang
jumlahnya cukup melimpah. Indikasi ini bisa dilihat pada masih tingginya jumlah
pengangguran di Indonesia serta rendahnya atau minimnya kesempatan kerja yang
disediakan.
Pengiriman TKI keluar negeri memang bisa memberikan manfaat
ekonomi yang relatif besar tidak hanya bagi TKI itu sendiri dan keluarganya akan
tetapi juga bagi negara, karena itu negara menganggap pengiriman TKI ke luar
negeri merupakan sebuah jawaban atas absennya negara dalam menyediakan
lapangan kerja. Sulitnya kesempatan kerja di dalam negeri dan semakin
banyaknya pengangguran di Indonesia pada akhirnya telah menjadikan Indonesia
sebagai pengekspor buruh migran terbesar di Asia dan bahkan dunia.
Undang-undang telah menjamin bahwa setiap warga Negara berhak untuk
mendapatkan perlindungan dimanapun ia berada, dalam hal ini salah dan benar
warga Negara tetap harus mendapatkan perlindungan dan pembelaan ketika yang
bersangkutan terjerat hukum. Begitu juga dengan UU No 39 tahun 2004 tentang
5
perlindungan TKI di atas kertas telah memberikan penjaminan kepada para tenaga
kerja yang bekerja di luar negeri, instrumen yang di ciptakannyapun telah di
setting maksimal untuk bisa menjamin keberadaan para TKI.
Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat sebuah judul “Peran Balai pelayanan penempatan Dan
perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk peran balai pelayanan
penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (BP3TKI) Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini yaitu Untuk mengetahui bentuk peran Balai Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja (BP3TKI) kota Makassar?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan rujukan dalam pengembangan analisis pada bidang
Administrasi Negara khususnya mengenai peran pemerintah dalam hal ini
BP3TKI terhadap perlindungan tenaga kerja.
b. Sebagai referensi bagi peneliti yang akan mengembangkan obyek kajian
penelitian di bidang Ilmu Administrasi Negara khususnya tentang peran
pemerintah untuk mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.
6
2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan
masukan kepada instansi-instansi terkait, mengenai ketentuan-ketentuan tentang
ketenaga kerjaan, sehingga dalam memberikan perlindungan pelayanan dan
penempatan tenaga kerja Indoensia berjalan baik dan efekif.
3. Manfaat Akademis
Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
berfikir ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah serta sebagai
syarat untuk menyelesaikan studi strata-1 pada jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran Pemerintah
Dalam kamus besar bahasa indonesia (2005). Peran adalah perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat. Pandangan tradisional tentang peran pemerintah bahwa pemerintah
memiliki tugas melindungi masyarakat dari pelanggaran dan invasi masyarakat
lainnya dan sejauh mungkin bertugas melindungi setiap anggota masyarakat dari
ketidak adilan atau tekanan dari anggota masyarakat lainnya serta bertugas
menegakkan administrasi keadilan secara pasti, pandangan ini menempatkan
peran pemerintah secara terbatas hanya pada pertahanan, pengadilan, dan
polisional. Kebutuhan masyarakat di luar hal tersebut di penuhi sendiri oleh
masyarakat dengan berinteraksi satu sama lain dalam lembaga pasar.
Musgrave & Musgrave (1991) mengungkapkan bahwa peran pemerintah
berkembang menjadi fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
1. Fungsi alokasi, menunjukkan peran pemerintah untuk mengatasi kegagalan
mekanisme pasar dengan menyediakan public goods, atau dengan
mengalokasikan seluruh sumber daya yang ada agar dapat di pergunakan, baik
secara private maupun public goods dan menentukan kompensasi dan public
Goods.
2. Fungsi distribusi, tugas pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap
distribusi pendapatan dan kekayaan guna menjamin terpenuhnya kondisi yang
adil dan merata.
8
3. Fungsi stabilisasi, penggunaan kebijakan anggaran sebagai suatu alat untuk
mencapai tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas yang
semestinya dan laju pertumbuhan ekonomi yang tepat.
Peranan pemerintah dalam bidang ekonomi telah berkembang luas sekali.
Bertambah banyak aktivitas masyarakat yang bersifat kompleks dan independen
yang sekarang termasuk dalam pengaturan dan pengendalian langsung oleh
pemerintah. (Sarundajang: 2005). Pelaksanaan pemberdayaan daerah perlu
diupayakan untuk mendorong upaya pemanfaatan dana pembanguanan yang
terbatas untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing ekonomi daerah melalui
peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat secara efektif agar
ekonomi global dan lokal dapat terkait dan bermanfaat untuk meningkatkan
ekonomi lokal, meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan pada
gilirannya meningkatkan kemampuan ekonomi dan pendapatan daerah
(Adisasmita Rahardjo: 2011).
B. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Tenaga Kerja
Pemerintah dalam hal ini adalah departemen tenaga kerja dan transmigrasi
melalui program penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dalam masa
kerja tertentu dengan persyaratan administrasi dan teknis yang harus dipenuhi.
Masalah-masalah yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lambat
laun akan menyentuh dan disentuh oleh administrasi negara sebagai suatu masalah
yang mendesak untuk dipecahkan oleh pemerintah (Thoha, 2005:53). Dalam hal
ini pemerintah berperan atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan
dalam negara.
9
Sedangkan menurut Siagian (2003), apabila dikaitkan dengan
pembangunan nasional maka pemerintah memiliki beberapa fungsi-fungsi
tertentu:
a. Pemerintah selaku stabilisator, baik dalam menjaga stabilitas politik, stabilitas
ekonomi maupun stabilitas sosial budaya.
b. Pemerintah sebagai inovator baik dalam bidang administrasi
negera/pemerintah; inovasi konsepsionil dalam ide-ide mengenai
pembangunan, serta inovasi dalam sistem, prosedur serta tenaga kerja.
c. Pemerintah sebagai pelopor dalam berbagai aspek kehidupan bangsa. Dengan
adanya kepeloporan dalam satu bidang maka akan mempunyai pengaruh yang
positif terhadap bidang-bidang lain.
Pada umumnya pemerintah menjalankan dua fungsi pokok yaitu fungsi
pemerintahan umum, yaitu: fungsi pengaturan (regulation), mengatur kehidupan
politik, sosial, ketertiban, pertahanan, keamanan termasuk kependudukan. Dalam
fungsi ini merupakan monopoli pemerintahan dalam artian pihak lain tidak
mempunyai wewenang untuk melaksanakan tugas ini. Kedua, fungsi penyediaan
pelayanan masyarakat dalam arti luas, seperti: kesehatan, pendidikan, pos,
telekomunikasi, dsb. Fungsi ini tidak merupakan monopoli pemerintah, melainkan
terbuka juga kesempatan bagi pihak swasta untuk melakukannya (Sarundajang,
2000:16).
Dari pendapat yang dikemukakan dapat dipahami bahwa peran pemerintah
yang dimaksud adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang pada status tertentu
yang mempunyai kewenangan berdasarkan hak dan kewajiban untuk
10
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan tujuan tertentu bagi masyarakat.
Peran pemerintah disini sebagai regulator, stabilisator, fasilitator, inovator serta
penyediaan pelayanan bagi masyarakat.
Mengesampingkan berbagai kasus mengenai penganiayaan atas TKI yang
sudah terjadi. Di Indonesia telah disusun dalam bentuk undang-undang yang
memuat regulasi penempatan TKI. Sudah terdapat ketentuan yang jelas, meskipun
fakta dilapangan masih terdapat berbagai pelanggaran. Adapun dilakukannya
penempatan TKI keluar negeri merupakan upaya dalam menanggulangi minimnya
lapangan kerja di Indonesia. Tujuan dari program tersebut adalah :
1. Upaya penanggulangan masalah pengangguran.
2. Melakukan pembinaan, perlindungan dan memberikan berbagai kemudahan
kepada TKI dan Perusahaan Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI).
3. Peningkatan kesejahteraan keluarganya melalui gaji yang diterima atau
remitansi.
4. Meningkatkan keterampilan TKI karena mempunyai pengalaman kerja di luar
negeri.
5. Bagi Negara, manfaat yang diterima adalah berupa peningkatan penerimaan
devisa, karena para TKI yang bekerja tentu memperoleh imbalan dalam
bentuk valuta asing.
Namun dibalik tujuan dan manfaat yang didapatkan penempatan TKI ke
luar negeri juga mempunyai efek negatif. Dengan adanya kasus kekerasan
fisik/psikis yang menimpa TKI baik sebelum, selama bekerja, maupun pada saat
11
pulang ke daerah asal. Munculnya kepermukaan banyak masalah TKI yang
bekerja di luar negeri semakin menambah beban persoalan ketenagakerjaan di
Indonesia. Ketidakadilan dalam perlakuan pengiriman tenaga kerja oleh
Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PPJTKI), penempatan yang
tidak sesuai standar gaji yang rendah karena tidak sesuai kontrak kerja yang
disepakati, kekerasan oleh pengguna tenaga kerja, pelecehan seksual, tenaga kerja
yang illegal (illegal worker).
Hukum yang berlaku di daerah tujuan penenmpatan TKI yang kurang
memberikan perlindungan. Hal ini sudah jelas terlihat dengan maraknya kasus
penganiayaan yang terjadi terutama pada PRT. Ketika terjadi masalah para TKI
harus mengadu dulu pada duta besar negara Indonesia atau ketika sudah disorot
oleh media baru ada respon untuk melindungi hak mereka.
Hal yang selama ini dipertanyakan mengenai perjanjian tertulis antara
Indonesia dengan negara tujuan karena banyaknya kasus penganiayaan yang
masih terjadi. Hal tersebut ternyata telah diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 mengatur tentang penempatan TKI di luar negeri hanya
dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian
tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang
mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing.
Padahal di dalam pasal 80 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan
bahwa Perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan
antara lain: Pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional.
12
Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja
dan/atau peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan. Mengenai
hak-hak para buruh migran Pasal 8 Undang-undang nomor 39 tahun 2004
menyatakan bahwa setiap calon TKW/TKI mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk:
1. Bekerja di luar negeri;
2. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan
prosedur penempatan TKI di luar negeri;
3. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar
negeri;
4. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan
untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang
dianutnya;
5. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan;
6. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga
kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara
tujuan;
7. Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta
pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan selama penempatan di luar negeri;
8. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan
TKI ke tempat asal.
13
C. Pengertian dan Dasar Hukum BNP2TKI, BP3TKI
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(disingkat BNP2TKI) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen di
Indonesia yang mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan
dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri secara terkoordinasi dan
terintegrasi. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2006.
Kedudukan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia,(BP3TKI) diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia dalam:
Pasal 23;
1) Untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia,
dibentuk Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di Ibukota Propinsi dan/atau tempat pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia
yang dianggap perlu.
2) Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
BNP2TKI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
BNP2TKI.
3) Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
dipimpin oleh Kepala Balai.
14
Pasal 24
1) Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
mempunyai tugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh
dokumen penempatan, perlindungan dan penyelesaian masalah Tenaga Kerja
Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah kerja masing-masing
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
2) Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dalam
melaksanakan tugas pemberian kemudahan pelayanan pemrosesan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersama-sama dengan instansi
Pemerintah terkait baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
3) Bidang tugas masing-masing Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), meliputi ketenagakerjaan, keimigrasian verifikasi dokumen
kependudukan, kesehatan, kepolisian, dan bidang lain yang dianggap perlu.
Pasal 25
1) Pembentukan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
2) Pembentukan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala BNP2TKI
setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara.
Pasal 26
15
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia terdiri
dari 1 (satu) Subbagian Tata Usaha dan Paling banyak 3 (tiga) seksi.
BP3TKI mempunyai fungsi dan tugas yang sama dengan BNP2TKI, yang
berkedudukan di provinsi dengan wilayah hukum provinsi tersebut yang
bertanggungjawab kepada BNP2TKI
D. Konsep Tenaga Kerja
Tenaga merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka terdapat beberapa unsur yang
dapat diketahui, yaitu:
1. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan.
2. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu menghasilkan barang
dan/atau jasa.
3. Tenaga kerja menghasilkan barang dan/atau jasa untuk kebutuhan sendiri atau
untuk masyarakat.
Apabila ketiga unsur tersebut di atas terpenuhi, maka seseorang dapat
disebut sebagai seorang tenaga kerja. Menurut Pasal 5 UU Ketenagakerjaan setiap
16
tenaga kerja berhak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh
pekerjaan.
a. Gambaran Tenaga Kerja Indonesia
Di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (“UU
No.39/2004”) disebutkan bahwa: “Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya
disebut dengan TKI adalah setiap warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan menerimah upah”.
Berdasarkan uraia tersebut di atas, dapat diketahui bahwa TKI merupakan
tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri atau ditempatkan di luar negeri
untuk suatu pekerjaan.
Pertumbuhan penduduk yang besar, pesebaran penduduk yang tidak
merata dan minimalnya lapangan pekerjaan dan tingginya gaji serta fasilitas yang
dijanjikan menyebabkan munculnya fenomena migrasi tenaga kerja, selanjutnya
para pekerja ini dikenalkan dengan istilah pekerja migran.Di Indonesia pengertian
ini merunjuk pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik laki-laki maupun
perempuan yang tersebar dibeberapa negara.Pengiriman TKI Indonesia masih
berlangsung ke negara-negara ekonomi maju di sekitar Asia seperti Taiwan,
Singapura, Brunei, Korea, jepang, dan Malaysia.Dan juga ke negara
Arab.Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di lakukan dikarenakan
permintaan yang tinggi dari negara-negara tujuan tersebut juga disebabkan
17
beberapa hal, yaitu sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia dan juga besarnya
gaji yang dijanjikan.
Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan program
nasional dalam upaya peningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya
serta pengembangan kualitas sumber daya manusia.Penempatan tenaga kerja ke
luar dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasar kerja internasional melalui
peningkatan kualitas kompetensi tenaga kerja disertai dengan perlindungan yang
optimal sejak sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri sampai tiba
kembali ke Indonesia.Menurut pasal 1 UU no 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.Tiap tenaga kerja berhak
atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, selanjutnya
dijelaskan dalam pasal 4 bahwa pemerintah mewujudkan pemerataan kesempatan
kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan daerah.
Pemerintah mengatur penyediaan tenaga kerja dalam kualitas dan
kuantitas yang memadai, serta mengatur penyebaran tenaga kerja sedemikian rupa
sehingga memberi dorongan kearah penyebaran tenaga kerja yang efisien dan
efektif, pemerintah juga mengatur penggunaan tenaga kerja secara penuh dan
produktif untuk mencapai kemanfaatan yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan prinsip tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat.
1) Tenaga Kerja Indonesia Legal
18
TKI yang bekerja di luar negeri dapat dikelompokan menjadi TKI legal
dan TKI ilegal, TKI legal adalah tenaga kerja Indonesia yang hendak mencari
pekerjaan di luar negeri dengan mengikuti prosedur dan aturan serta mekanisme
secara hukum yang harus ditempuh untuk mendapatkan izin bekerja di luar negeri,
para pekerja juga disertai dengan surat-surat resmi yang menyatakan izin bekerja
di luar negeri. TKI legal akan mendapatkan perlindungan hukum, baik itu dari
pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara penerima. Oleh karena itu
para TKI ini juga harus melengkapi persyaratan legal yang diajukan oleh pihak
imigrasi negara penerima.
2) Tenaga Kerja Indonesia Ilegal
TKI ilegal adalah tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri
namun tidak memiliki izin resmi untuk bekerja di tempat tersebut, para TKI ini
tidak mengikuti prosedur dan mekanisme hukum yang ada di indonesia dan
negara penerima.Empat kategori pekerja asing dianggap ilegal:
a. mereka yang bekerja di luar masa resmi mereka tinggal
b. mereka yang bekerja di luar ruang lingkup aktivitas diizinkan untuk status
mereka
c. mereka yang bekerja tanpa status kependudukan yang izin kerja atau tanpa
izinorang-orang yang memasuki negara itu secara tidak sah untuk tujuan
terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau bisnis.
b. Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri
Menurut Agusmidah (2010:85) yang dimaksud denganPerlindungan TKI
adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam
19
mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan
perundangundangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.
Definisi mengenai tenaga kerja disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”)
yaitu: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat”
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka terdapat beberapa unsur yang
dapat diketahui, yaitu:
1. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan.
2. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu menghasilkan barang
dan/atau jasa.
3. Tenaga kerja menghasilkan barang dan/atau jasa untuk kebutuhan sendiri atau
untuk masyarakat.
Apabila ketiga unsur tersebut di atas terpenuhi, maka seseorang dapat
disebut sebagai seorang tenaga kerja. Menurut Pasal 5 UU Ketenagakerjaan setiap
tenaga kerja berhak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh
pekerjaan.
Di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (“UU
No.39/2004”) disebutkan bahwa:Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut
dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk
20
bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah “.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tenaga kerja
Indonesia merupakan tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri atau
ditempatkan di luar negeri untuk suatu pekerjaan.Selanjutnya Pasal 1 ayat (3) UU
No. 39/2004 menyebutkan:Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk
mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi
kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus
dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,
pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan “
Berdasarkan uraian pasal tersebut di atas, dapat di ketahui bahwa TKI
ditempatkan di luar negeri untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Namun,
siapa yang dapat melakukan penempatan tenaga kerja di luar negeri?Hanya
Pemerintah dan pelaksana penempatan TKI swasta saja yang dapat
melakukannya. Menurut Pasal 4 UU No.39/2004, perseorangan tidak
diperkenankan untuk melakukan penempatan TKI di luar negeri. Dalam
melaksanakan penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah, harus ada
perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah Negara pengguna
TKI di Negara tujuan.Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke
Negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan
Pemerintah Republik Indonesia.Untuk pelaksana penempatan TKI swasta harus
mendapatkan izin tertulis berupa Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI
(SIPPTKI) dari Menteri.
21
Pasal 6 dan Pasal 7 UU No. 39/2004, mengatur bahwa Pemerintah
bertanggung jawab dan memberikan perlindungan terhadap TKI di luar negeri.Hal
ini berarti bahwa Pemerintah harus menjamin kepastian keamanan dan
perlindungan hukum bagi TKI yang ditempatkan di luar negeri.Pasal 1 angka 4
Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri menyebutkan bahwa Perlindungan TKI
yaitu segala upaya untuk melindungi kepentingan calon Tenaga Kerja Indonesia
dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja. Dengan
demikian, seluruh TKI yang bekerja di Iuar negeri wajib mendapatkan perlind
Nungan hukum dari pemerintah, karena telah termuat dalam Undang-Undang No.
39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri. Selain itu PPTKIS juga mempunyai kewajiban untuk memberikan
perlindungan kepada para calon TKI/ TKI.
Perlindungan TKI di dasarkan kepada UU No No. 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Berdasarkan Pasal 2 UU No No. 39 Tahun 2004, Penempatan dan perlindungan
calon TKI/TKI berasaskan kepada keterpaduan, persamaan hak, demokrasi,
keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, serta anti
perdagangan manusia.
Adapun tujuan dari perlindungan TKI sebagaimana disebutkan dalam
pasal 3 UU No No. 39 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
22
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawai;
b. menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara
tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
Perlindungan negara bagi warganegaranya merupakan hak warganegara
yang dijamin oleh undang-undang.Dalam hal perlindungan terhadap TKI maka
hak perlindungan itu dimulai dimulai sejak pra penempatan, masa penempatan,
sampai dengan purna penempatan.Di luar negeri perlindungan terhadap TKI
dilaksanakan oleh oleh Perwakilan Pemerintah Negara Republik Indonesia yang
mana perlindungan itu didasarkan kepada peraturan perundang-undangan serta
hukum dan kebiasaan intemasional.
Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di
luar negeri, Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta dan TKI
yang ditempatkan di luar negeri. Selama masa penempatan tersebut maka
Pemerintah/perwakilan pemerintah juga bertugas untuk:
a. pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional;
b. pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/atau
peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan.
23
Berdasarkan keterangan di atas, maka pelaksanaan perlindungan terhadap
TKI itu selain mengacu kepada peraturan perundang-undangan negara juga
mengacu kepada hukum internasional.
.Adapun perlindungan terhadap TKI dibagi kepada tiga masa yakni, 1)
masa pra penempatan, 2) masa penempatan, dan 3) purna penempatan.
1) Perlindungan Pra Penempatan.
Bentuk perlindungan yang dilakukan terhadap calon TKI/TKI pada masa
pra penempatan adalah sebagai berikut:
a. Pemberian informasi lengkap dan benar tentang keabsahan PPTKIS yang
akan menempatkan, persyaratan calon TKI, jenis peluang kerja yang tersedia,
kondisi kerja, perjanjian kerja, biaya penempatan, dan prosedur penempatan;
b. Pembuatan Perjanjian Kerjasama Penempatan, antara PPTKIS dengan Mitra
Usaha atau Pengguna; (users) – yang memuat hak dan kewajiban masing-
masing pihak serta perlindungan terhadap TKI yang disahkan Perwakilan RI;
c. Pengesahan Permintaan Nyata, yang terdiri job order, demand letter, visa
wakalah;
d. Pembuatan Perjanjian Penempatan, antara calon TKI dan PPTKIS yang
sekurang-kurangnya memuat: jenis dan uraian pekerjaan, batas waktu
pemberangkan calon TKI, komponen dan besarnya biaya penempatan,
pembayaran ganti kerugian akibat pembatalan pemberangkatan, hak dan
kewajiban PPTKIS dan calon TKI, persyaratan kerja;
e. Pembuatan Perjanjian Kerja antara TKI dengan Pengguna; (users) yang
sekurang-kurangnya memuat: nama dan alamat pengguna, nama dan alamat
24
TKI, jenis dan uraian pekerjaan, syarat-syarat kerja; (meliputi waktu kerja,
istirahat, upah, cara pembayaran, upah lembur, cuti, dan jaminan sosial),
jangka waktu perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis dalam dua bahasa;
(bahasa Indonesia dan bahasa Ingrris/negara tujuan) rangkap tiga; (untuk
TKI, pengguna dan PPTKI) serta difoto copy yang disampaikan kepada
BP3TKI setempat dan Perwakilan RI di negara tujuan;
f. Pemeriksaan kesehatan dan psikologi untuk memastikan kondisi kesehatan
dan psikologi calon TKI benar-benar sehat;
g. Pelatihan ketrampilan kerja dan kemampuan bahasa sesuai negara tujuan;
h. Pengurusan dokumen yang lengkap dan sah yang meliputi Paspor, Visa
Kerja, tiket perjalanan, rekening tabungan TKI;
i. Mengasuransikan TKI dalam program asuransi perlindungan TKI;
Mengikutsertakan TKI dalam Pembekalan Akhir Pemberangkatan; (PAP);
j. Pemberian Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri; (KTKLN) kepada calon
TKI/TKI;
k. Pembinaan dan Pengawasan terhadap PPTKIS dan calon TKI agar proses
penempatan dilakukan sesuai dengan ketentuan berlaku, serta menindak
terhadap oknum yang melakukan proses penempatan TKI non-prosedural.
2) Perlindungan masa penempatan.
Perlindungan terhadap TKI selama masa penempatan yang dilakukan
adalah:
a. PPTKIS, mitra usaha atau pengguna; (users) melaporkan kedatangan dan
keberadaan TKI kepada Perwakilan RI;
25
b. Mengadakan welcoming programme dan exit programme;
c. Memberikan kesempatan kepada TKI untuk melakukan komunikasi dengan
keluarga, PPTKIS dan Perwakilan RI;
d. Memberikan pendampingan, bantuan hukum dan perlindungan kepada TKI
yang mengalami masalah dengan majikan/pengguna;
e. Pemenuhan hak-hak TKI sesuai perjanjian kerja;
f. Pembinaan terhadap TKI agar tidak nelakukan tindakan atau hal-hal yang
bertentangan dengan peraturan dan adat istiadat negara tujuan;
g. TKI memahami cara penyelesaian permasalahan yang dihadapinya;
h. Mitra usaha atau pengguna melaporkan untuk pengesahan perpanjangan
perjanjian kerja kepada perwakilan RI, jika TKI bersedia memperpanjang
perjanjian kerja;
i. Remitansi; (pengiriman uang ke negara asal);
j. PPTKIS bersama agency wajib melakukan pemantauan perkembangan
keberadaan TKI yang ditempatkannya.
3) Perlindungan purna penempatan.
Perlindungan yang dilakukan terhadap TKI yang mengakhiri purna
kerjanya atau dikenal TKI purna adalah:
a. TKI sendiri atau dengan bantuan pengguna/mitra usaha melaporkan
berakhirnya perjanjian kerja dan kepulangan TKI ke Perwakilan RI;
b. Pengguna atau mitra usaha mengantar TKI ke bandara setempat dan membiayai
kepulangan TKI ke Indonesia;
26
c. PPTKIS melaporkan kepulangan TKI kepada BNP2TKI, karena perjanjian
kerja berakhir, mengalami kecelakaan/sakit/meninggal dunia, dan bermasalah;
d. PPTKIS bertanggung jawab atas kepulangan TKI sampai ke daerah asal, akan
tetapi Pemerintah berhak mengatur kepulangannya dan membuat pos-pos
pelayanan pelayanan kepulangan disetiap debarkasi;
e. PPTKIS bertanggung jawab atas hak-hak TKI yang belum dipenuhi oleh
pengguna selama dalam masa perjanjian kerja;
f. Pemulangan TKI dari terminal/bandara/pelabuhan debarkasi dilaksanakan oleh
Pos Pelayanan Pemulangan TKI – khusus untuk tingkat pusat oleh BPK TKI
Selapajang – melalui pemanduan, pendataan, penanganan yang bermasalah,
sakit, cuti, meninggal dunia, dan pengantaran ke daerah asal;
g. Pengamanan kepulangan TKI dilakukan sejak TKI di debarkasi sampai daerah
asal dengan memberikan informasi tentang tata cara kepulangan TKI dan
prosedur pengaduan, menerima pengaduan apabila TKI mengalami
permasalahan selama kepulangannya atau selama berada di debarkasi, serta
melakukan penindakan terhadap oknum yang merugikan TKI;
h. Pemberdayaan TKI purna, yang perlu dilakukan adalah, mendata dan
memetakan TKI purna, memberikan bimbingan dalam rangka rehabilitasi TKI
purna bermasalah, pembinaan dalam rangka penguatan asosiasi TKI purna,
serta temu wicara dan ekspo TKI purna. Kegiatan dilakukan di daerah asal TKI
dan terdapat TKI purna. Untuk pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
instansi/lembaga terkait yang ada di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan
dan desa
27
1) Perlindungan pekerja/buruh.
Imam soepomo (2001:61) membagi perlindungan pekerja ini menjadi 3
(tiga) macam, yaitu sebagai berikut:
a. Perlindungan ekonomis
Yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha
memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup memnuhi keperluan
sehari-hari baginya beserta keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut
tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan ini
disebut dengan jaminan social.
b. Perlindungan sosial
Yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan,
yang tujuannya memungkinkan pekerja itu mengenyam dan mengembangkan
prikehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota
masyarakat dan anggota keluarga atau yang biasa disebut kesehatan kerja.
c. Perlindungan teknis,
Yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-
pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan
perusahaan. Perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan kerja.
2) Perlindungna JaminanKeselamatan dan Kesehatan Kerja
Perlindungan K3 merupakan jenis perlindungan preventifyang diterapkan
untuk mencegah timbulnya kecelakaan, dan penyakit akibat kerja.UUK
menegaskan bahwa perlindungan terhadap pekerja/buruh di tempat kerja,
28
merupakan hak yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan
pekerja/buruh. Secara umum, perlindungan di tempat kerja (work place)
mencakup:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan kerja
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
K3 dimaksudkan untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.Oleh karena itu, perusahaan wajib
menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang
terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.UUK mengamanatkan agar
perlindungan K3 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
Pemerintah telah mengeluarkan regulasi guna mendukung pelaksanaan
K3, berbagai peraturan yang berhubungan telah dikeluarkan antara lain:
a) UU No. I Tahun 1970 tentang keselamatan kerja;
b) Permenaker No. 04 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
c) Instruksi Manaker RI No. 05 Tahun 1996 tentang Pengawasan dan Pembinaan
K pada Kegiatan Konstruksi Bangunan;
d) Permenaker No. 05 Tahun 1995 tentang SMK3.
1) Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja termasuk sakit akibat hubungan kerja, demikian pula terhadap kecelakaan
29
kerja yang terjadi mulai dari pra penempatan, pasca penempatan hingga purna
penempatan. Jaminan kecelakaan ini tercantum dalam peraturan pemerintah No.
PER.07/MEN/V/2010. Tentang asuransi TKI disebutkan bahwa asuransi adalah
merupakan jaminan atau perlindungan bagi TKI yang meliputi pra penempatan,
masa penempatan dan purna penempatan di luar negeri dalam hal terjadi resiki-
resiko. Iuran jaminan kecelakaan kerja ini sepenuhnya di tanggung oleh
pengusaha yang besarnya antara 0,24-1,745% dari upah kerja selama sebulan.
Iuran ini sangat tergantung dari resiko kecelakaan yang terjadi.Semakin besar
resiko kecelakaan semakin besar iuran yang di bayarkan (Disnakertrans
Kebumen).
2) Jaminan kematian
Kematian yang mendapatkan santunan adalah tenaga kerja yang
meninggal dunia pada saat menjadi peserta jamsostek. Jaminan ini di maksudkan
untuk turut menanggulangi meringankan beban keluarga yang ditinggal dengan
cara pemberian santunan biaya pemakaman. Besarnya jaminan kematian ini
adalah 0,30% dari upah pekerja selama sebulan yang di tanggung sepenuhnya
oleh pengusaha.
3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.Program
pemeliharaan kesehatan ini merupakan upaya penanggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan.Jaminan ini meliputi upaya peningkatan
30
kesehatan (promotif) dan pemulihan (rehabilitatif). Iuran jaminan pemeliharaan
ini ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha yang besarnya 6% dari upah tenaga
kerja sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga dan 3% sebulan bagi
tenaga kerja yang belum berkeluarga. Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan
kepada tenaga kerja atau suami istri yang sah dan anak sebanyak-banyaknya 3
(tiga) orang. Jaminan ini meliputi:
1. Perawatan rawat jalan tingkat pertama.
2. Rawat jalan tingkatlanjut
3. Rawat inap
4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
5. Penunjangan diagnostik
6. Pelayanan khusus
7. Pelayanan gawat darurat
(Pasal 3 Ayat (1). Pasal 35 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun
1993). Dalam penyelanggaraan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar,
badan penyelenggaraan wajib:
1. Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap kerja
2. Memeberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket
pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan.
3) Perlindungan Upah
Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam
perlindungan pekerja/buruh;
1. Asas pengupahan
31
Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari
pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya (Pasal 95 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
2. Bentuk upah
Yang dimaksud upah adalah:
Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurutsuatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh atau
akan dilakukan.
3. Upah minimum
a. Upah Minimum Provinsi (UMP) berlakudi seluruh kabupaten/kota dalam
satu wilayah provinsi.
b. Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) berlaku dalam satu wilayah
kabupaten/kota.
4. Upah lembur
Pengertian upah lembur adalah upah yang diberikan oleh pengusaha
sebagai imbalan kepada pekerja karena telah melakukan pekerjaan atas
permintaan pengusaha yang melebihi dari jam dan hari kerja (tujuh jam sehari dan
empat puluh jam seminggu) atau pada hari istirahat mingguan, hari-hari besar
yang telah ditetapkan pemerintah.
32
c. Penempatan (placement)TKI di Luar negeri
Menurut Pasal 1 angka 3, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri; Penempatan TKI adalah
kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan
kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan
proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan,
persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan
pemulangan dari negara tujuan.
Penempatan TKI pada pengguna perseorangan dilakukan melalui mitra
usaha di negara tujuan.Mitra Usaha berbentuk badan hukum yang didirikan sesuai
dengan ketentuan di negara tujuan. Untuk pengguna perseorangan, dapat
mempekerjakan TKI pada pekerjaan antara lain, sebagai penata laksana rumah
tangga, pengasuh bayi atau perawat manusia lanjut usia, pengemudi, tukang
kebun/taman (sektor informal).
Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Nomer 39 Tahun
2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, bahwa kegiatan
Pra penempatan TKI di Luar Negeri meliputi :
a. pengurusan SIP;
b. perekrutan dan seleksi;
c. pendidikan dan pelatihan kerja;
d. pemeriksaan kesehatan dan psikologi;
e. pengurusan dokumen;
f. uji kompetensi;
33
g. pembekalan akhir pemberangkatan (PAP); dan
h. pemberangkatan.
Bahwa dalam Penempatan TKI tidak dapat dipisahkan dengan
perlindungan hukum karena berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomer 39
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri meliputi
perlindungan sebelum pemberangkatan (prapenempatan), pada saat penempatan,
dan purna penempatan.
Lingkup dari masing-masing perlindungan tersebut dapat dijumpai dalam
Pasal 8 Undang Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar Negeri, yaitu:
Setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk:
a. bekerja di luar negeri;
b. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan
prosedur penempatan TKI di luar negeri;
c. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar
negeri;
d. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta
kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan
yang dianutnya.
e. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara
tujuan.
34
f. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh
tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
negara tujuan;
g. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan
martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan selama penampatan di luar negeri;
h. memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan
TKI ke tempat asal;
i. memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.
j. Penempatan calon TKI/TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan yang tepat
sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan.
Penempatan calon TKI/TKI dilaksanakan dengan memperhatikan harkat,
martabat, hak azasi manusia, perlindungan hukum, pemerataan kesempatan
kerja, dan ketersediaan tenaga kerja dengan mengutamakan kepentingan
nasional.
Pelaksanaan penempatan TKI di luar negeri dapat dilakukan oleh:
1. Penempatan dilakukan Oleh Pemerintah
Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah, hanya dilakukan atas
dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara
pengguna berbadan hukum di negara tujuan.
2. Penempatan oleh Perusahaan Pelaksana Penempatan TKI Swasta (P3TKIS).
35
Perusahaan yang akan menjadi P3TKIS mendapatkan izin tertulis berupa
Surat Izin Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (SIPPTKI), setelah
memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum perseorangan terbatas (PT),
b. memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan,
sekurang kurangnya sebesar tiga miliar rupiah,
c. meyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar
lima ratus juta rupiah pada bank pemerintah,
d. memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri
sekurang-kurangnya untuk tiga tahun berjalan,
e. memiliki unit pelatihan kerja, dan
f. memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Jadi, Penempatan TKI merupakan kegiatan pelayanan untuk
mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi
kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus
dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,
pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
Penempatan TKI pada pengguna perseorangan dilakukan melalui mitra usaha di
negara tujuan dan dipekerjakan sebagai penata laksana rumah tangga, pengasuh
bayi atau perawat manusia lanjut usia, pengemudi, tukang kebun/taman (sektor
informal). Lingkup dari masing-masing perlindungan tersebut dapat dijumpai
dalam Pasal 8 Undang Undang-Undang Nomer 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri
36
E. Kerangka Pikir
Peran pemerintah (BP3TKI) sangat penting terhadap penempatan
danperlindungan Tenaga Kerja Indonesia di negara lain. Upaya untuk
mengetahuiefektifitas peran pemerintah terdapat empat macam indikator untuk
mengetahui yaitu peran BP3TKI sebagai regulator, motivator, fasilitator dan
evaluator. Berikut gambaran kerangka Pikir:
BAGAN KERANGKA PIKIR
Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir
Peran BP3TKI
kota Makassar
IndikatorPeran BP3TKI:
a. Regulator
b. Motivator
c. Fasilitator
d. Evaluator
Efektivitas Peran
BP3TKI
37
F. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bentuk peran Balai
Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kota
Makassar sebagai regulator, motivator, fasilitator dan evaluator.
G. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Peran Badai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI) merupakan perilaku atau upaya-upaya pemerintah dalam melakukan
sebuah perlindungan dan keselamatan kerja sehingga baik tenaga kerja itu
sendiri maupun keluarga mereka bisa merasa dilindungi dan diperhatikan oleh
pemerintah serta merasakan nasib yang baik meskipun hanya bekerja sebagai
asisten rumah tangga dan di luar negaranya pula.
2. Regulator merupakan kemampuan BP3TKI dalam mengatur semua yang
berkaitan dengan tugas dan fungsinya, misalnya mengatur bentuk pelayanan
yang baik terhadap Tenaga Kerja, mengatur penempatan Tenaga Kerja yang
sesuai dengan keahlian dan sebagainya.
3. Motivator adalah dorongan yang muncul dari BP3TKI kepada Tenaga Kerja
dengan memberikan pemahaman dan pelatihan agar mampu bekerja sesuai
dengan keinginan mereka.
4. Fasilitator adalah BP3TKI mampu memfasilitasi Tenaga Kerja dengan
memberikan bantuan berupa tempat pelatihan, membantu dalam pengurusan
dokumen-dokumen dan keperluan lainnya sebelum ditempatkan di negara
tujuan.
38
5. Evaluator merupakan penilaian oleh pihak BP3TKI mengenai hasil pencapaian
yang dilakukan sebelumnya sehingga mampu melakukan perbaikan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dua bulan setelah ujian seminar proposal di
Kota Makassar tepatnya di Kantor BP3TKI (Balai Pelayanan, Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia).Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan
bahwa masih banyak terjadi tindakan kekerasan maupun penganiayaan pada
anggota TKI dan masih kurangnya perlindungan hukum yang telah ditegakkan
oleh penegak hukum di wilayah Kota Makassar.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
suatu penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, faktual mengenai
berbagai macam data yang telah dikumpulkan dari objek penelitian (Lapangan)
yang berkaitan dengan masalah peran pemerintah dalam perlindungan tenaga
kerja di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI)Kota Makassar.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian merupakan studi kasus yang mengfokuskan pada peran
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (BP3TKI) Kota
Makassar. Tipe penelitian studi kasus ini digunakan karena peneliti ingin
mendapatkan gambaran serta informasi yang sejelas-jelasnya mengenai
40
pelaksanaan pelayanan oleh pegawai BP3TKI terhadap perlindungan tenaga kerja
di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI) Kota Makassar.
C. Sumber Data
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data
sekunder yaitu;
1. Data primer
Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara.Wawancara yaitu
data yang diperoleh langsung dari informan melalui tatap muka langsung dan
terbuka sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,
referensi-referensi, peraturan perundang-undangan, dokumen, observasi, yang
diperoleh dari lokasi penelitian.
D. Informan penelitian
Penelitian telah menetapkan informan dalam pelaksanaan penelitian ini
sebanyak 8 (Delapan) orang, sebagaimana yang tercantum nama dan inisial serta
jabatannya di bawah ini.
No Nama Informan Inisial Jabatan/Status Jumlah
1. Mohd. Agus Bustami, S.E,
M.M
MAB Kepala BP3TKI
Makassar
1
2. Purworini Indah, S.Sos PI Tata Usaha
BP3TKI Makassar
1
3. Tenri Uleng, S.S, MPD TU Penempatan
BP3TKI Makassar
1
4. Nurmiati, S.Sos, M.M NM Kelembagaan
BP3TKI Makassar
1
5. Imrana Syatar,S.E, M.M IS Perlindungan 1
41
BP3TKI Makassar
6. Adnan Ma’ruf
Nurdin
AM
NN
Karyawan Swasta 2
Jumlah 7
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan, yaitu:
a. Observasi
Teknik Observasi digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.Dengan
menggunakan pedoman dengan dilengkapi kamera digital untuk mengambil
gambar atau objek penelitian.
b. Wawancara
Teknik wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan
atau tanya jawab dengan informan utama, terdiri dari: buku catatan, Tape
recorder, Camera.
Wawancara dan observasi dalam penelitian ini dilakukan secara tidak
terstruktur atau terbuka yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.Instrumen penelitian pedoman
wawancara yang dilengkapi dengan alat perekam suara dan kamera digital.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu pencatatan dokumen dan data yang berhubungan
dengan penelitian ini.Data ini berfungsi sebagai bukti dari hasil wawancara di
42
atas.Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada.Hal ini dimaksud
untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan materi
penelitian. Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil
laporan lain yang ada kaitannya dengan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Setelah penulis memperoleh data primer dan data sekunder seperti yang
tersebut di atas, maka selanjutnya untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah
(skripsi) yang terpadu dan sistematis di perlukan suatu sistem analisis data yang
dikenal dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu mendiskripsikan atau
menjelaskan hasil wawancara yang didapatkan di lokasi penelitian dalam bentuk
narasi.Berdasarkan hasil penelitian kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang
bersifat kualitatif.Hasil analisis data tersebut dijadikan kesimpulan akhir dalam
penelitian.
G. Pengabsahan Data
Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan
dengan cara triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Terdapat tiga jenis triangulasi sumber, triangulasi tehnik, dan triangulasi waktu.
Namun dalam penelitian ini hanya menggunkan triangulasi sumber data dan
triangulasi tehnik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi
43
tehnik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
tehnik yang berbeda. Untuk mencapai kepercayaam itu, maka ditempuh langkah
sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di ddepan umum apa yang di
katakan secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
BP3TKI Makassar adalah Unit pelaksana Teknis BNP2TKI yang berada di
Daerah dan Mempunyai Tugas Memberikan kemudahan Pelayanan, Pemrosesan
seluruh dokumen Penempatan Perlindungan dan penyelesaian masalah TKI secara
Terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah kerja BP3TKI Makassar.
Dalam melaksanakan tugas Pelayanan Penempatan dan Perlindungan di
laksanakan dengan instansi terkait sesuai dengan Bidang tugas masing-masing
yang meliputi Bidang Ketenegakerjaan, bidang keimigrasian, Bidang
Kependudukan, Bidang Kesehatan, Kepolisian dan lain-lain yang di anggap perlu.
Wilayah kerja BP3TKI Makassar yang dulunya berjumlah 10 Propinsi
maka dengan Keluarnya Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER 03/KA/II/2009
Tanggal 13 Februari 2009 wilayah kerja Tersebut berubah Menjadi 8 Propinsi
yang terdiri dari :
a. Propinsi Sul-Sel
b. Propinsi Sulawesi Barat
c. Sulawesi Tenggara
d. Sulawesi Tengah
e. Propinsi Maluku
f. Propinsi Maluku Utara
44
45
g. Propinsi Papua
h. Propinsi Papua Barat.
2. Sejarah Terbentuknya BP3TKI Makassar.
Sejarah terbentuknya BP3TKI Makassar adalah Pada Tahun 2008, dengan
berdasarkan pada perundang undangan yang mana telah ditetapkan dalam MPI.
Adapun perundangannya adalah:
a. UU No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar
negeri.
b. UU No.13 Thn 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
c. Permenakertrans No.18/MEN/5/2007 tentang pelaksaan Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar negeri.
d. Permenakertrans No.23/MEN/5/2006 tentang Asuransi TKI.
3. Visi dan Misi Dari BP3TKI Makassar
a. Visi BP3TKI Kota Makassar Terwujudnya Penempatan TKI ke Luar Negeri
secara Bermartabat dan Terlindungi serta meningkatkan Kesejahteraan
Keluarganya. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Penempatan TKI.
b. Misinya adalah Meningkatkan Kualitas Penempatan TKI dan meningkatkan
kualitas perlindungan TKI yang di mulai dari Pra, Masa dan Purna Penempatan
TKI.
4. Tugas Dan fungsi BP3TKI
a. Tugas Pokok
BP3TKI Makassar mempunyai tugas Pokok yaitu memberikan
Kemudahan Pelayanan Pemprosesan, seluruh dokumen Penempatan,
46
Perlindungan, dan penyelesaian Masalah Tenaga Kerja Indonesia secara
Terkoordinasi dan Terintegrasi di seluruh Wilayah Masing - masing unit
pelaksana Teknis Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas Pelayanan di Lakukan bersama sama dengan
Instansi Pemerintah terkait, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
sesuai bidang tugas Masing – masing yang Meliputi:
1. Ketenagakerjaan
2. Keimigrasiaan
3. Kependudukan
4. Kesehatan
5. Kepolisian
6. Dan bidang lain yang dianggap perlu
b. Fungsi
Adapun fungsi dari BP3TKI Makassar adalah sebagai berikut :
1) Penyusunan dan pengembangan Program dan Anggaran
2) Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi kinerja Lembaga Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia.
3) Penyelenggaraan Pemasyarakatan Program Penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia.
4) Pelayanan Penerbitan Kartu Tenaga kerja Luar Negeri ( KTKLN ).
5) Pengumpulan data, Pemberian Layanan Informasi serta Pembinaan system dan
jaringan informasi Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja Indonesia.
6) Pemberdayaan dan Pembekalan akhir Pemberangkatan tenaga Kerja Indonesia.
47
7) Pelaksanaan Pemantauan Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja
Indonesia di Negara Penempatan.
8) Pelaksanaan pendaftaran dan seleksi calon Tenaga Kerja Indonesia,
Penempatan oleh Pemerintah,
9) Monitoring Penyediaan dan Pelaksanaan Sertifikasi Calon Tenaga Kerja
Indonesia
10) Pemantauan Pelaksana kerjasama luar Negeri dan Promosi,
11) Pelaksanaan fasilitasi Peyelesaian masalah Tenaga Kerja Indonesia
12) Fasilititas unit Pelayanan terpadu satu pintu dan Pos Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
13) Pelaksanaan Evaluasi dan Penyusunan laporan Pelaksanaan Penempatan atau
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
14) Pelaksanaan urusan Tata Usaha dan rumah Tangga Balai.
5. Uraian Tugas Sub dan Seksi-Seksi Pada Kantor BP3TKI Kota Makassar
a. Sub bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan penyusunan Program dan anggaran, evaluasi
pelaporan, urusan kepegawaian, keuangan, surat menyurat. Kearsipan.
Perlengkapan dan rumah tangga.
b. Seksi Kelembagaan dan Pemasyarakatan program
Bertugas melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi kinerja
lembaga penempatan, pemasyarakatan program, Pembinaan system dan jaringan
pengolaan informasi, pemantauan kerja sama luar negeri fsn promosi, monitoring
48
penyediaan calon tenaga kerja Indonesia, serta fasilitasi peningkatan kinerja
pengantar kerja.
c. Seksi Penyiapan Penempatan
Bertugas melakukan ferifikasi dokumen penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia serta pelayanan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri
(KTKLN) serta Pendaftaran dan seleksi Penempatan CTKI oleh Pemerintah,
Pembekalan akhir Pemberangkatan serta Pengharmonisasian Peningkatan Kualitas
TKI.
d. Seksi perlindungan dan Pemberdayaan
Bertugas melakukan perlindungan dan Advokasi, pemberdayaan dan
pembinaan Tenaga kerja Purna, pemantauan pemberangkatan dan Pelayanan
pemulangan, fasilitasi pelayanan terpadu satu pintu dan pos Pelayanan serta
monitoring remitansi.
6. Struktur Organisasi Kantor BP3TKI Kota Makassar
Struktur organisasi Balai Pelaksana Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesi (BP3TKI) kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut:
49
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BP3TKI kota Makassar
Sumber: Kantor BP3TKI kota Makassar (Selasa, Mei 2014)
Struktur organisasi Kantor BP3TKI Makassar:
1. Kepala Badan
2. Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Menyusun Rencana kerja Program
b. Menyusun Anggaran kegiatan
c. Melakukan Evaluasi dan Pelaporan
KEPALA MOHD. Agus Bustami, SE.,MM NIP. 19640330 199003 1 002
PERLINDUNGAN
Imrana Syatar, SE., M.M
NIP: 19670417 199803 2 001
TATA USAHA
Purworini Indah,S.S.Sos
NIP: 19640830199003 1 002
Radhiah, SE
NIP: 19780820 200901 2 001 KELEMBAGAAN
Nurmiati, S.Sos., M.M
NIP: 19730320 199803 2 001
PENEMPATAN
Tenri Uleng, S. S.MPD
NIP: 19730331 199903 2 001
H. Kaharuddin, S.Sos
NIP: 19620510 193202 1 002
Noor Almy Baalwy,S.H.,M.M
NIP: 19860820 200912 2 001
Arya Dianah, SE
NIP: 19770223 201212 2 001 Gaenf, S.Sos
NIP: 19631020 198601 1 001
Nurhidayati, S.Sos
NIP: 19821205 201212 1 001
Wayan Wira, S.E
NIP: 19680412 201212 1 002
Nila Rahmawati, S.Sos
NIP: 19810320 201212 2 001
Edy Dwi Arianto, S.H
NIP: 19780422 200912 1 002
Santy Cesilia Isbasatu, SE
NIP: 19830620 201012 2 001
Suhendi
NIP: 19810101 201212 1 002
KOORDINATOR P4TKI
PARE-PARE
Zulkifli, S.E
Nip: 19810208 200901 1 002
JABATAN FUNGSIONAL
KOORDINATOR P4TKI
MAMUJU
La Ode Nur Slamet, SE
NIP: 19750814 200121 003
Sudirman Arsyad
NIP: 19840910 201212 1 002
LOKA P3TKI KENDARI
LOKA P3TKI PALU
50
d. Melakukan Urusan Kepegawaian, Keuangan, Surat Menyurat,
kersipan, dan rumah Tangga Kantor
e. Melakukan Rapat-Rapat
f. Melakukan Koordinasi dengan Instansi terkait atas perintah pimpinan
g. Mewakili pimpinan dalam rapat-rapat Koordinasi apabila pimpinan
berhalangan
h. Mengonsep Surat-surat Dinas
i. Menyusun Formasi Pegawai
3. Seksi Kelembagaan dan Pemasyarakatan program, terdiri dari:
a. Menyusun Program dan Anggaran Kelembagaan dan pemasyarakatan
Program
b. Melaksanakan Sosialisasi dan penyuluhankepada Instansiterkait,
masyarakat dan PPTKIS
c. Memantau Informasi Pasar Kerja Luar Negeri
4. Seksi penyiapan penempatan terdiri dari:
a. Merencanakan kegiatan yang akan di laksanakan berdasarkan Tugas
dan Fungsi Seksi
b. Mendristibusikan Tugas-Tugas Kepala Staf
c. Memantau, Mengontrol, Mengevaluasi dan melaporkan Hasil Kerja
Seksi Penyiapan Penempatan Kepada Atasan
d. Melaksanakan Tugas-tugas lain atas Perintah Atasan
51
5. Perlindungan dan Pemberdayaan
a. Merencanakan kegiatan yang akan di laksanakan berdasarkan tugas dan
fungsi Seksi perlindungan dan Pemberdayaan.
b. Mendristribusikan tugas-tugas Kepada Staf.
c. Menyusun program dan anggaran kegiatan Perlindungan dan
Pemberdayaan.
d. Memberikan Fasilitas Penyelenggaraan Pelayanan terpadu di BP3TKI dan
P4TKI.
e. Memantau, Mengontrol, mengevaluasi dan melaporkan hasil kerja seksi
perlindungan dan pemberdayaan
Berikut adalah tabel Jumlah Pegawai BP3TKI Makasar.
No. Pegawai/Jabatan Jumlah KASI/PLH/
Koordinator Staff
1 2 3 4 5
1 Kepala Balai. 1 1 -
2 Subbag.Tata Usaha. 5 1 4
3 Seksi Penempatan. 3 1 2
4 Seksi Perlindungan. 3 1 2
5 Seksi Kelembagaan. 4 1 3
Jumlah 16 5 11
Sumber: Kantor BP3TKI Kota Makassar (Kamis, Mei 2014).
B. Peran BP3TKI Kota Makassar
Peran pemerintah dalam upaya mencapai tujuan Negara Republik
Indonesia (NRI) sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang
52
Dasar Tahun 1945 “ mensejahterakaan kehidupan rakyat Indonesia”. Salah satu
upaya tersebut yaitu menyiapkan lapangan kerja bagi Warga Negara. Namun
ketersediaan lapangan kerja di Negara Indonesia tidak sebanding dengan jumlah
penduduk yang setiap kali mengalami peningkatan. Hal demikian pun akan
berdampak pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Oleh sebab itu,
banyak warga Indonesia yang kemudian merantau ke negeri seberang dengan
tujuan mencari pekerjaan guna mensejahterakan hidup keluarganya.
Keberadaan TKI bagi Indonesia sangat menguntungkan. Pertama, mereka
adalah penyumbang devisa yang sangat besar. Sumbangan mereka mencapai
angka lebih dari 100 trilliun setiap tahun. Kedua, mengentaskan kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga mereka. Ketiga, mengurangi jumlah
pengangguran. Jasa para TKI termasuk sangat besar bagi daerah mereka, bahkan
kepada negara. Namun di balik tujuan dan manfaat yang didapatkan dalam
penempatan TKI ke luar negeri terdapat efek negetif. masalah kekerasan terhadap
TKI kerap kali terjadi baik sebelum penempatan maupun saat penempatan. Lalu,
dimana letak peran pemerintah dalam menangani masalah tersebut?
Penelitian yang telah dilakukan di lapangan selanjutnya akan dibahas
mengenai peran pemerintah, dalam hal ini BP3TKI kota makassar terhadap
perlindungan Tenaga Kerja Indonesi (TKI). Kemudian untuk mengetahui efektif
atau tidaknya peran pemerintah dalam menangani masalah TKI, maka akan
digunakan empat indikator sebagai tolak ukur yaitu peran pemerintah sebagai
regulator, motivator, fasilitator, dan evaluator.
53
1. Regulator
Peran pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk
menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan melalui penerbitan peraturan-
peraturan. Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar kepada
masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur segala kegiatan pelaksanaan
pemberdayaan.
Pemerintah dalam hal ini BP3TKI mempunyai peran penting dalam
mengatur segala hal yang berkaitan dengan penempatan dan perlindungan TKI,
dimulai dari pelayanan Penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri sampai
dengan perlindungan TKI hingga kembali ke kampung halamannya. Sebelum
penempatan Tenaga Kerja Indonesia di negara tujuan, banyak hal-hal yang perlu
disiapkan mulai dari pendaftaran calon Tenaga Kerja yang berminat bekerja di
luar negeri dan kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Sementara
untuk memenuhi kebutuhan kelengkapan tersebut, BP3TKI selaku abdi negara
memiliki peran yang penting membantu masyarakat atau CTKI.
Seperti regulator Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN), Kartu
Tenaga Kerja Luar Negeri yang selanjutnya disebut dengan KTKLN adalah kartu
identitas bagi TKI yang memenuhi persyaratan dan prosedur untuk bekerja di luar
negeri sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 11 UU No. 39 tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (UU PPTKI).
Setiap TKI yang bekerja di luar negeri seperti telah disebut di atas adalah
wajib memilki KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang dikeluarkan oleh
BNP2TKI / BP3TKI.
54
a. Kewajiban punya KTKLN bagi TKI yang ditempatkan melalui Pelaksana
Penempatan TKI ditegaskan dalam Pasal 62 ayat (1) UU PPTKI.
b. TKI yang ditempatkan oleh perusahaan untuk kepentingan sendiri di luar
negeri wajib punya KTKLN sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (2) huruf f
UU PPTKI.
c. TKI perseorangan/mandiri/profesional juga harus mempunyai KTKLN
berdasarkan ketentuan Pasal 105 ayat (2) UU PPTKI.
Dalam Surat Edaran Kepala BNP2TKI No. 04 Tahun 2011 tertanggal 23
Mei 2011 tentang pelayanan penertiban KTKLN dicantumkan bahwa KTKLN
dapat diperoleh di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI)
di seluruh Indonesia. Tata cara memperoleh KTKLN di seluruh Kantor BP3TKI
diatur dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :
1) Bagi TKI yang ditempatkan oleh PPTKIS (PJTKI), syarat urus KTKLN harus
melampirkan : 1.Paspor 2.Visa kerja 3.Kartu Peserta Asuransi 4.Surat
Keterangan telah mengikuti PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan) 5.Bukti
pembayaran DP3TKI (Dana Pembinaan Penempatan dan Perlindungan TKI).
2) Bagi TKI yang ditempatkan oleh perusahaan untuk kepentingan sendiri, syarat
urus KTKLN harus melampirkan : 1.Paspor 2.Visa kerja 3.Kartu Peserta
Asuransi 4.Surat Keterangan telah mengikuti PAP (Pembekalan Akhir
Pemberangkatan) 5.Bukti pembayaran DP3TKI (Dana Pembinaan Penempatan
dan Perlindungan TKI).
55
3) Bagi TKI yang bekerja kembali ke majikan yang sama dalam rangka
perpanjangan Kontrak Kerja (Re-Entry), syarat urus KTKLN harus
melampirkan : 1.Paspor 2.Visa kerja 3.Kartu Peserta Asuransi 4.Perjanjian
Kerja.
4) Bagi TKI yang bekerja secara perseorangan / mandiri pada perusahaan
berbadan hukum (sektor formal) termasuk yang bekerja di perusahaan
penangkap ikan sebagai nelayan (fisherman), syarat urus KTKLN harus
melampirkan : 1.Paspor 2.Visa kerja 3.Perjanjian Kerja. Di sini tidak
dicantumkan syarat KPA (Kartu Peserta Asuransi) dan tidak ada pula biaya
pembinaan TKI (DP3TKI).
5) Bagi TKI perseorangan yang telah memilki permanent residence di luar negeri
atau TKI yang telah bekerja di luar negeri dan belum memiliki KTKLN
termasuk Pelaut , syarat urus KTKLN harus melampirkan : 1. Paspor 2. Visa
kerja.
6) Syarat penerbitan KTKLN bagi TKI mandiri/perseorangan dan TKI
cuti/memerpanjang kontrak menurut Peraturan Kepala BNP2TKI No. 41
Tahun 2008 :
a) Paspor
b) Visa kerja (TKI mandiri)
c) Re-entry permit (TKI cuti / memerpanjang kontrak)
d) Bukti surat keterangan cuti dari perwakilan RI / perusahaan / pengguna
e) Bukti setor DP3TKI sesuai PP 92 Tahun 2000
f) Bukti asuransi perlindungan TKI
56
g) Perjanjian Kerja yang ditandatangani para pihak
BP3TKI Makassar dalam memberikan pelayanan terhadap CTKI, kualiatas
pelayanan merupakan prioritas utama dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara kepada informan Kepala BP3TKI
Makassar, beliau mengatakan
“BP3TKI” dalam melaksanakan tugas selalu berusaha untuk
memberikan kemudahan pelayanan, terutama mengenai
pemprosesan dokumen seperti KTKLN itu wajib hukum CTKI
untuk membuatnya” (Hasil wawancara MAB, selasa mei 2015).
Untuk mengklarifikasi hal tersebut penulis mewancarai informan salah satu
Pernah menjadi TKI, Beliau Mengatakan
“Saya menjadi TKI di Malaysia bekerja selama 6 Bulan sebagai
tukang bangunan, awal saya mengurus KTKLN memang agak
rumit sebab saya tidak mengerti pengurusannya tetapi saya
dibantu oleh pegawai BP3TKI Makassar diberi keterangan serta
petunjuk olehnya”. ( Hasil wawancara AN, selasa mei 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, maka dapat
diambil kesimpulan mengenai fungsi Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri dalam
upaya perlindungan hukum bagi TKI yaitu sebagai kartu identitas TKI yang
bekerja di luar negeri. Kartu ini berisi tentang data-data TKI termasuk asuransi
dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pekerjaannya. KTKLN dibuat
untuk menghindari pemalsuan identitas atau data TKI. Hal ini dimaksudkan agar
pemerintah dapat secara jelas dalam memonitor keadaan TKI serta dapat
memberikan kepastian perlindungan sesuai kepastian data yang ada. Beberapa
perubahan yang ada dibandingkan sebelum adanya KTKLN, yaitu untuk TKI
informal yang mudah terkena kasus karena tidak diawasi langsung oleh
57
pemerintah menjadi lebih termonitor melalui perpanjangan paspor yang
dilakukan, penelusuran hilangnya kontak lebih mudah, setiap permasalahan yang
menimpa TKI jauh lebih mudah ditangani, serta informasi mengenai WNI
yang bekerja di luar negeri menjadi lebih banyak diketahui.
2. Motivator
Peran BP3TKI sebagai motivator adalah pemerintah yang mampu
memberikan motivasi atau semangat bekerja kepada masyarakat atau warga
negara guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Pemerintah memiliki tanggung
jawab dalam menyiapkan lapangan kerja bagi Warga Negaranya. Namun,
pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang sangat meningkat pesat dari tahun
ke tahun merupakan tantangan besar bagi pemerintah terutama dalam menangani
masalah kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu, keterbatasan lapangan
kerja di Indonesia yang tidak memadai bagi Warga Negara Indonesia membuat
masyarakat beralih mencari kerja ke negara lain yang membutuhkan dan
menyiapkan tenaga kerja dengan penghasilan yang menggiurkan.
Hal tersebut didukung dengan adanya kerjasama Indonesia dengan negara
lain. Kesempatan tersebut kemudian dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk
menyalurkan tenaga kerja dari negaranya. Peran BP3TKI dalam memberikan
informasi lowongan pekerjaan adalah penyebaran informasi tentang adanya
penerimaan kerja terhadap masyarakat sehingga memudahkan bagi mereka yang
berminat bekerja di negara yang membeutuhkan tenaga kerja tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala tata usaha, mengatakan
58
“Itu sudah tugas kami, memberikan informasi lowongan kerja
kepada masyarakat yang berminat bekerja di negara yang
membutuhkan dan menawarkan lowongan pekerjaan kepada Warga
Negara Indonesia. Kami menyampaikan informasi melalui media
dan jaringan”. (Wawancara PI. Senin, Mei 2014)
Selain memberikan informasi lowongan kerja, motivasi dan dukungan
untuk meningkatkan kepercayaan dan semangat kerja juga tak kalah pentingnya.
Peran BP3TKI dalam memberikan motivasi adalah cara yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan semangat bekerja kepada TKI. Berikut hasil
wawancara kepala seksi kelembagaan yang mengatakan
“Kami biasanya memberikan motivasi kepada Calon TKI baik
diantara sela-sela pemberdayaan dan pembekalan maupun secara
tatap muka perorangan”. (Wawancara N. Jum’at, Mei 2014)
Sebelum pemberangkatan Tenaga Kerja, pemberiaan bekal dan informasi
mengenai gambaran mengenai negara atau daerah tujuan. Peran BP3TKI dalam
memberikan pelatihan atau pembekalan dan pemberdayaan terhadap CTKI adalah
pemberian bekal pengetahuan dan pengalaman terhadap calon TKI sebelum
penempatan dan pemberangkatan. Hasil wawancara peneliti dengan kepala
BP3TKI, mengatakan
“Sebelum penempatan dan pemberangkatan calon TKI, kami
melakukan pemberdayaan dan pembekalan dengan memberikan
informasi mengenai kondisi dan situasi negara tujuan serta hal-hal
yang berkaitan dengan pekerjaan dan penjagaan diri mereka setelan
tiba di tujuan”. (Wawancara N. Jum’at, Mei 2014)
Berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah dipaparkan sebelumnya
tentang peran BP3TKI sebagai motivator, dapat disimpulkan bahwa BP3TKI Kota
Makassar selaku Unit Pelaksana Teknis BNP2TKI yang berada di sdaerah
bertugas sebagai pemberi layanan informasi dan pemberdayaan atau pembinaan
59
terhadap masyarakat yang memiliki minat untuk bekerja dan ditempatkan di luar
negeri.
3. Fasilitator
Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai
kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah. Sebagai
fasiitator, pemerintah bergerak di bidang pendampingan melalui pelatihan,
pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta di bidang pendanaan atau
permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang
diberdayakan.
Peran BP3TKI sebagai fasilitator merupakan peran dimana pemerintah
(BP3TKI) berkewajiban dalam memenuhi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh
masyarakat (TKI). Peran BP3TKI dalam memberikan fasilitas penempatan adalah
pihak BP3TKI kota Makassar dalam menempatkan CTKI di negara tujuan dengan
dengan melakukan pendataan terhadap CTKI yang telah terdaftar.
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah kegiatan pelayanan
untuk mempertemukan TKI dengan bakat, minat dan kemampuannya dengan
pemberian kerja di luar negeri yang meliputi semua proses perekrutan pengurusan
dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan
sampai negara tujuan dan pemulangan dari negara tujuan. Selain dari Peran Badan
Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kota
Makassar dalam memberikan perlindungan hukum kepada TKI. Penulis juga
mengangkat kasus Bagaimanakah peran BP3TKI dalam memberikan fasilitas
60
penempatan kepada TKI. Dimana (BP3TKI) Kota Makassar dibentuk untuk
membantu BNP2TKI dalam pelaksanaan pelayanan penempatan TKI. BP3TKI
Kota Makassar merupakan unit pelaksana teknis dilingkungan BNP2TKI yang
berada dan bertanggung jawab kepada Kepala BNP2TKI. Berdasarkan dari hasil
penelitian yang di temukan dilapangan efektivitas BP3TKI Kota makassar, maka
penulis melihat peran BP3TKI Kota Makassar dalam perannya memberikan
fasilitas dan penempatan kepada TKI sangat signifikan. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan kepala seksi penempatan, mengatakan
“Kami sangat selektif dalam menangani penerimaan dan
penempatan calon TKI karena jangan sampai ada calon TKI yang
belum cukup umur lalu belum memiliki kartu identitas serta
ditakutkan adanya pemalsuan identitas. Sehingga nantinya setelah
berada di negara penempatan, mereka mengalami masalah atau hal-
hal yang tidak diinginkan sehingga efeknya selain terhadap dirinya
sendiri dan keluarganya, kamipun ikut kena karena mereka
berangkat melalui jasa kami”. (Wawancara TU. Rabu, Mei 2014)
Penempatan yang dilakukan oleh pihak BP3TKI kota adalah merupakan
pemenuhan kebutuhan dan permintaan instansi atau lembaga yang membutuhkan
tenaga kerja di Indonesia. Dengan demikian, penempatan disesuaikan oleh
permintaan. Selain itu, proses seleksi yang dilakukan oleh pihak BP3TKI kota
Makassar bertujuan untuk menyesuaikan bakat dan keterampilan dengan kriteria
yang dibutuhkan oleh permintaan.
Senada dengan penjelasan tersebut, berikut hasil wawancara peneliti
dengan kepala seksi penempatan, mengatakan
“Penempatan disesuaikan dengan daerah yang membutuhkan dan
meminta tenaga kerja serta pertimbangan penyesuaian kemampuan
dan keahlian calon TKI itu sendiri”. (Wawancara TU. Kamis, Mei
2014)
61
Dengan demikian, masalah penempatan tidak sepenuhnya menuruti
kemauan dan rencana pelamar atau calon tenaga kerja bahkan pihak BP3TKI tidak
mempunyai kewenangan untuk memutuskan masalah ini secara sepihak, akan
tetapi ada campur tangan dan kerjasama dengan instansi-instansi lain. Berikut
hasil wawancara dengan ketua seksi penempatan BP3TKI kota Makassar yang
mengatakan
“Untuk masalah penempatan, itu dilakukan bersama-sama dengan
instansi terkait baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing”.
(Wawancara TU. Kamis, Mei 2014)
Penempatan TKI di negara tujuan terkadang menimbulkan masalah bagi
pemerintah. Meskipun sudah muncul berbagai institusi dan layanan pro-TKI
seperti Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI (BNP2TKI), Badan
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) hingga layanan Call
Center Bebas Pulsa 08001000, belum ada yang bisa memberikan layanan
memuaskan untuk para TKI. Bahkan muncul spekulasi kalau pengurusan Kartu
tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) digunakan untuk ajang mencari uang oleh
oknum tertentu.
Selain institusi dan layanan yang belum optimal, problematika TKI
muncul karena ketiadaan perwakilan RI di negara penempatan kerja. Di Taiwan
misalnya, terjadi pemerasan terselubung pada TKI yang mengurus paspor di
Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI). Para TKI terpaksa mengurus
paspor di sana karena ketiadaan kantor KBRI di negara tersebut. TKI diharuskan
membayar NT$1800 atau Rp 6.000.000 yang setara dengan 6 kali lipat dari harga
semula yaitu NT$300 atau Rp 100.000 tanpa diberi kuitansi resmi.
62
BP3TKI memberikan fasilitas penampungan terhadap TKI yang
bermasalah di luar negeri adalah pemberian fasilitas atau tempat penampungan
sementara bagi TKI yang bermasalah atau mengalami kasus kriminal di luar
negeri sebelum mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Berikut
hasil wawancara peneliti dengan kepala BP3TKI, mengatakan
“Penanganan TKI setelah berada di negara tujuan langsung
ditangani oleh pemerintah Republik Indonesia, khususnya yang
terlibat langsung yaitu Departemen Luar Negeri (Deplu). Jadi kami
tidak bertindak secara langsung karena itu bukan kewenangan kami
di BP3TKI kota Makassar”. (Wawancara MAG. Selasa, Mei 2014)
Berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah dipaparkan sebelumnya
tentang peran BP3TKI sebagai fasilitator, dapat disimpulkan bahwa BP3TKI Kota
Makassar sebagai penyelenggara program penempatan CTKI melakukan seleksi
calon Tenaga Kerja Indonesia sebelum penentuan penempatan dengan
menyesuaikan kriteria permintaan dengan pelamar (CTKI) termasuk bakat dan
keterampilan CTKI sehingga terkadang daerah penempatan tidak sesuai dengan
permintaan dan rencana pelamar (CTKI).
4. Evaluator
Peran BP3TKI sebagai evaluator adalah BP3TKI bertindak sebagai penilai
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kualitas pelayanannya, termasuk penilaian
terhadap kualitas daerah penempatan CTKI sehingga baik TKI maupun keluarga
mereka merasa cukup senang dan betah bekerja di lokasi penempatan. Salah satu
upaya untuk mengevaluasi kinerja BP3TKI adalah melakukan pengawasan untuk
mengetahui kesalahan dan kelemahan yang terjadi sehingga bisa melakukan
perbaikan pada pelaksanaan selanjutnya.
63
BP3TKI melakukan pengawasan pasca penempatan adalah pengawasan
yang dilakukan setelah TKI ditemapatkan dan telah berada di negara penempatan.
Pengawasan dilakukan untuk mengawasi dan mengetahui ketika terjadi kasus atau
hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala
BP3TKI, mengatakan
“Pengawasan TKI setelah ditempatkan di negara tujuan dilakukan
bersama-sama dengan pemerintah terkait, termasuk pihak atau
orang-orang Mentri Luar Negeri (Menlu). Jadi, tidak secara
langsung dari pihak BP3TKI kota Makassar”. (Wawancara MAG.
Selasa, Mei 2014)
Lokasi penempatan bisa mempengaruhi peningkatan kualitas kinerja. Oleh
karena itu, pemilihan lokasi untuk mendapatkan tempat yang menurut penilaian
pemerintah akan memberikan manfaat dan kebaikan terhadap tenaga kerja yang
akan ditempatkan pada daerah tersebut. BP3TKI kota Makassar memilih lokasi
penempatan adalah BP3TKI menilai dan memilah dalam memilih dan
menentukan lokasi yang akan dijadikan sasaran penempatan CTKI. Memilih
lokasi dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk kepentingan negara dan
juga CTKI. Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala BP3TKI, mengatakan
“Kami bekerjasama dengan pihak pemerintah terkait selalu
berusaha meningkatkan pelayanan dari waktu ke waktu. Salah satu
diantaranya yang paling penting mengenai masalah penempatan
yang biasanya menjadi faktor utama dalam kasus TKI. Menjalin
kerja sama antara perusahaan dan lembaga keuangan dalam dan
luar negeri adalah salah satu diantara upaya tersebut”. (Wawancara
MAG. Senin, Mei 2015)
Penilaian dan pemilihan lokasi penempatan harus dilakukan secara
langsung untuk mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya, bukan Cuma
64
sekedar melalui penjelasan, gambar dan sebagainya. Maka pemantauan lokasi
juga perlu dilakuka oleh pihak terkait.
BP3TKI kota Makassar melakukan pemantauan sebelum penempatan
adalah cek lokasi yang dilakukan sebelum penempatan dan pemberangktan CTKI
di negara tujuan. Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala seksi
penempatan, mengatakan bahwa:
“Iya, pihak BP3TKI tidak terlalu sering turun langsung ke lokasi
penempatan. BP3TKI sebagai perpanjangan tangan BNP2TKI lebih
fokus dalam masalah perifikasi dokumen dan seleksi penempatan
CTKI”. (Wawancara TU. Senin, Mei 2014)
Setelah pelaksanaan tahap untuk mengevaluasi yang telah dilakukan, maka
harapan peningkatan kualitas kinerja adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
instansi. Berbagai upaya dilakukan dalam upaya peningkatan dan
keberlangsungan instansi, termasuk hubungan kerjasama yang baik dengan
instansi atau perusahaan dalam dan luar negeri.
Peningkatan pelayanan BP3TKI adalah kualitas pelayanan yang
mengalami kemajuan dari waktu ke waktu secara bertahap guna memberikan
kepuasan terhadap masyarakat dan TKI. Berikut hasil wawancara peneliti dengan
kepala seksi penempatan, mengatakan bahwa:
“Menjalin kerja sama antara berbagai pihak adalah merupakan
salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan”
(Wawancara PI. Kamis, Mei 2014)
Berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah dipaparkan sebelumnya
tentang peran BP3TKI sebagai evaluator, dapat disimpulkan bahwa BP3TKI Kota
65
Makassar dalam menjalankan tugas dan fungsinya melaksanakan evaluasi dan
penyusunan laporan tiap bulannya yang diteruskan ke Pemerintah Pusat
(BNP2TKI).
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka berikut dapat di tarik kesimpulan bahwa BP3TKI Kota
Makassar belum maksimal dalam melaksanakan perannya sebagai regulator,
motivator, fasilitator dan evaluator. Hal tersebut disebabkan BP3TKI merupakan
balai yang belum berdiri sendiri dan termasuk perpanjangan tangan BNP2TKI
yang bertugas di daerah atau kota sehingga dalam menjalankan tugas dan
fungsinya harus berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh BNP2TKI.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibahas
sebelumnya, adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Menjalin kerjasama antara berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan peran BP3TKI kota Makassar, baik antara pemerintah,
perusahaan, lembaga maupun masyarakat dalam dan luar negeri.
2. Sebaiknya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap masalah
ketenagakerjaan dalam hal anggaran serta sarana dan prasarana yang
memadai.
3. BP3TKI Kota Makassar perlu meningkatkan Pembinaan, Pemantauan dan
Evaluasi kinerja Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Graha Ilmu: Yogyakarta
Agusmidah. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bogor: Galih Indonesia.
Hakim, Abdul. 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta:
Citra Aditya Bakti.
Kansil dan Christine, 2001, Kitab Undang-undang Ketenagakerjaan, Pradnya
Paramita, Jakarta, Buku Kesatu.
Khakim,Abdul. 2009. Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Kuala
Labai: Citra Aditya Bakti.
Lalu,Husni. 2001. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Marwati,Riza. 2009, Perlindungan Hukum Pekerja Migran Indonesia di
Luar Negeri, Makassar: As Publishing.
Muchsin. 2003. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
Surakarta : Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Sebelas.
Musgrave, R.A. dan Musgrave, P.B. 1991. Keuangan Negara dalam Teori dan
praktik. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Prints,Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Rahardjo,Satjipto. 2003. Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas.
Sarundajang. 2005. Pemerintah Daerah di Berbagai Negara. Kata Hasta Pustaka
anggota Ikapi: Jakarta Selatan.
Sastrohadiwiryo,Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta:
Bumi Aksara.
Satori & Komariah, 2013. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Soekanto,Soerjono. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soepomo,Iman. 2010. Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Djambatan,
Jakarta, Cet. IX, edisi Rev, 2001.
67
68
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: CV. Alfabeta.
Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Philipus M Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2005, Argumentasi Hukum, UGM
Press, Yogyakarta.
Y. S Amran Chaniago, 1997, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Setia,
Bandung.
Perundang-undangan
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan beserta
Peraturan Pelaksanaannya.
Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional
Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan
Korban Dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.
Rujukan Internet
Astanwr.blogspot.com/2013/10/peran-pemerintah-dalam-memberikan.html.
(Dikutip selasa, 29 Oktober 2013)
Riyanto,Joko. Pepesan Kosong Perlindungan TKI
http://gagasanhukum.wordpress.com/2011/06/27/pepesan-kosong-
perlindungan-tki/ (27 Juni 2011)
Shofiaabutholib.Blogspot.com/2010/11/analisis-peran-pekerja-sosial-dalam.html.
(Dikutip kamis, 4 November 2010)