Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Sistematika
• Besaran masalah Stunting
• Dampak terhadap Daya saing bangsa: kemampuan kognitif dan Penyakit Tidak Menular (PTM)
• Akar permasalahan
• Ahli Kesmas: Kompetensi Inti
• Peran Ahli Kesmas: 6 Area Kunci Program Kesmas
Source: GNR 2014
37.2% Stunting
12.1 % Wasting
11.9% Overweight
Jumlah ke 5 tertinggi
di dunia
Jumlah ke 4 tertinggi
di dunia
Indonesia termasuk
didalam 17 negara,
diantara 117 negara,
yg mempunyai
prevalensi tinggi
Stunting, Wasting, dan
Overweight pd Balita
Masalah Gizi
Masalah Gizi
Global Nutrition Report 2014
Indonesia termasuk didalam 47 negara
dari 122 negara yang mempunyai masalah
Stunting pd balita dan Anemia pada WUS
22. 7% WUS menderita Anemia (Riskesdas 2013): kelima terbanyak di
dunia
Prevalensi Pendek pada Bayi 0 bln sd Dewasa berdasarkan kuintil Kekayaan
•Prevalensi Pendek pada Dewasa > 2x prevalensi Bayi •Lebih tinggi pada kelompok miskin, tetapi pada kelompok
tidak miskin juga cukup tinggi
Yang lebih penting adalah proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh lainnya otak, jantung, ginjal,
pankreas, dst
Proses didalam kandungan sd 2 tahun pertama kehidupan: 1000 HPK
Bukan semata-mata Stunting-nya yang menjadi masalah besar
Posisi Tingkat Kompetensi Anak Indonesia secara global
Tahun 2012 Indonesia berada di urutan ke 64
dari 65 negara, dlm bidang Science, membaca
dan matematika
Posisi Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia berturut-
turut adalah pada urutan ke 2, 17, 50, dan 52.
Tahun 2015 Indonesia berada di urutan ke 62 dari 70 negara, dlm bidang
Science
Posisi Singapura, Vietnam, dan Thailand berturut-turut: pada
urutan ke 1, 8, dan 54
Hasil asesmen yang dilakukan pada oleh OECD PISA (the Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for International Student Assessment)
Nilai rata-rata tes Science anak Indonesia thn 2012 naik dari 382
menjadi 403 thn 2015. Tapi masih jauh lebih rendah dari
nilai rata-rata semua negara yg ikut dalam PISA OECD: 501 thn
2012 dan 493 thn 2015
Bandingkan dg Nilai Rata2: Singapura 551/556, Vietnam
528/525, dan Malaysia 420/443
Kompas 30 April 2018
Data IFLS dari 13 Propinsi di Indonesia
DR. Feri Ahmadi. Data IFLS tahun 2000 dan 2007: 13 provinsi, 492 anak
Hampir separo (48.6%) Anak umur 7-8 tahun mempunyai Kemampuan kognitif kurang
Bayi umur 0-6 bulan yang pendek dan tetap
pendek sampai umur 7-8 tahun berisiko 2.8 kali
mempunyai kemampuan kognitif kurang dibanding yg tidak stunting
Hubungan antara Stunting di usia dini dg Fluid Intelligence pd usia dewasa (data IFLS dari 13 propinsi)
Fluid Intelligence: Kemampuan berpikir abstrak, reason, pola identitas, menyelesaikan masalah dan discern relationship
Anak yg stunting di
usia dini
mempunyai Fluid
Intelligence lebih
rendah
(Kemampuan berpikir
abstrak, menyelesaikan
masalah, dll, yg tidak
dipengaruhi pembelajaran,
pengalaman & pendidikan)
10 Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia 2014 Kemkes dlm Kompas tgl 18 Mei 2015
1. Stroke 2. Jantung dan Pembuluh Darah 3. DM dan Komplikasinya 4. Tuberkulosis Pernapasan 5. Hipertensi dengan komplikasinya 6. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah 7. Liver 8. Kecelakaan Lalu Lintas 9. Pneumonia 10.Diare disertai Infeksi Pencernaan
4 dari 5
penyebab
utama
kematian
adalah
Penyakit Tidak
Menular (PTM)
terkait Gizi
Prevalensi
Diabetes di
Indonesia ke 7
tertinggi di dunia
Perbedaan Prevalensi Stroke pada
masyarakt 20% termiskin (7.7 0/00)
dan 20% terkaya (9.3 0/00) hanya 2.5 0/00
Sumber: Atmarita, PhD Riskesdas 2007
Perbedaan Prevalensi Hipertensi pada masy
20% termiskin (30.5%) dg kelompok 20% terkaya
(33%) hanya 2.5%
Prevalensi Penyakit Jantung Koroner pada
kelompok 20% termiskin (6.8% ) dg kelompok 20%
terkaya (7.3%) hanya 0.5%
Apakah karena Gaya Hidup?
Apakah STUNTING, Kemampuan
Kognitif/Kecerdasan dan Penyakit Tidak Menular saling
terkait?
YA
Tetapi Stunting TIDAK MENYEBABKAN
Kurangnya kecerdasan atau PTM
Tetapi, proses terjadinya Stunting
bersamaan dg hambatan
pertumbuhan & perkembangan otak
dan organ lain
Apakah Peran Gen/Keturunan?
• Pengaruh gen kecil tak lebih dari 25 %
• Pengaruh lingkungan (asupan makanan dan penyakit infeksi) jauh lebih besar
Sebagian Besar Berawal dari Periode 1000 HPK
Mengapa 1000 HPK?
Bila periode ini tidak dilalui dengan baik, maka akibatnya terhadap kecerdasan dan kesehatan bersifat permanen, sulit untuk diperbaiki, dan khusus untuk PTM berpengaruh terhadap dua
generasi berikutnya (TRANS-GENERASI)
1. Rendahnya Kecerdasan (kemampuan kognitif)
2. Meningkatnya Risiko menderita PTM
3.Stunting pd usia dewasa
Barker, DJP – Human Groth and Cardiovascular Disease. 2008
• Esensi dari Developmental plasticity adalah:
suatu periode kritis saat suatu sistem bersifat plastis dan sensitif thd lingkungannya, diikuti dg hilangnya plastisitas dan kapasitas fungsional yg menetap
•
• Sebagian besar organ &sistem, masa kritisnya terjadi saat periode didlm kandungan
Plastisitas pada periode perkembangan (Developmental Plasticity)
Jendela Kritis
Perkem-bangan
Janin
8 minggu pertama sejak pembuahan
terjadi pembentukan
semua cikal bakal organ tubuh
Perkembangan penting sebagian organ
berlanjut sampai akhir kehamilan
Perkembangan penting sebagian organ berlanjut sampai kira-kira 2 tahun pertama
kehidupan
Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Gangguan Gizi pd Masa Janin dan Usia Dini
Kemampuan Kognitif & Pendidikan
rendah Stunting/ Pendek
-Hipertensi -Diabetes -Obesitas
-PJK -Stroke
BB/TB Ibu Prahamil rendah
Gangguan Gizi Masa Janin
dan Usia Dini
Dampak Jangka Pendek
Dampak Jangka Panjang
Sumber : Modifikasi dari Rajagopalan, S, Nutrition and challenges in the next decade, Food and Bulletin vol 24 no.3, 2003
Ibu Pendek
PBBH rendah
Perkembangan
Otak terganggu
Pertumbuhan terganggu
(IUGR)
Metabolic Programing
PBBH:
Pertambah
an Berat
Badan
selama
Hamil
Ibu: •Melepaskan telur; •Menyediakan zat gizi/makanan; •Mempengaruhi plasenta; •Melahirkan bayi; •Memberi makan bayi; •Menstimulasi bayi; • Memberi makan anak Bapak: Mendonasikan gen
Nenek: •Membuat telur/ovum cucunya •Mendona sikan gen
Placenta:
•Mentrans
portasikan zat
gizi;
•Memproduksi
hormon;
•Mengeluarka
n buangan
Janin: •Membuat plasenta; •Mengambil zat gizi; •Membuat organ; •Bertumbuh
Bayi/Anak: •Makan makanan; •Bertumbuh
Kerentanan
thd penyakit
khronik,
kanker dan
infeksi
100 tahun Alur gizi
Perkembangan 1000 hari
Akar Trans-generasi Penyakit Khronis Barker, Public Health 2012
Kompetensi Inti Profesi Kesmas
1. Keterampilan Analitik/Asesmen
2. Keterampilan pengembangan kebijakan dan perencanaan program
3. Keterampilan Komunikasi
4. Keterampilan kompetensi budaya
5. Keterampilan praktek dimensi masy
6. Keterampilan Imu Kesmas
7. Keterampilan Perencanaan Finansial dan Manajemen
8. Kepemimpinan dan keterampilan berpikir sistem
Sumber: the Council on Linkages Between Academia and Public Health Practice: June 26, 2014
6 Area kunci Program Kesmas
(Contoh yg berhasil: Eradikasi smallpox, polio, dan di sebagian negara Tbc dan Tobacco control)
1. INOVASI 2. Paket teknis intervensi
prioritas/daya ungkit tinggi (tdk terlalu banyak) dan evidence-based
3. Manajemen efektif (tmsk
MonEv)
4. Kemitraan dan koalisi
(PPP)
5. Komunikasi informasi (akurat dan tepat waktu)
6. Komitmen politis
Sumber: Thomas R. Frieden. AJPH . December 11, 2013
Pemahaman tentang causal pathway Stunting dan dampaknya
thd kualitas SDM
2. Paket teknis intervensi prioritas tinggi (tdk terlalu banyak) dan
evidence-based
Sumber: Endang L. Achadi 2018, modifikasi Thomas R. Frieden. AJPH . December 11, 2013
1. INOVASI
Status gizi Ibu: TB/U, TB, IMT pra-
hamil, Anemia, PBBH (Pertambahan Berat Badan selama
Hamil)
Pertumbuhan dan perkembangan
janin BBL & PBL
Ibu
Mengapa Bayi/Anak Mengalami Stunting?: Periode pra dan pasca-salin
Penyakit
Status Gizi Anak
Kemanan Pangan RT
Higyene dan kesling
Pol Asuh
Anak
Asupan tdk adekuat
Income, Kemiskinan, Pekerjaan
Konteks Social, economi dan politik
Sumber: Endang L. Achadi, 2016. Modifikasi dari UNICEF: Conceptual Framework of Malnutrition, 1990.
Contoh: Dampak Anemia pd Ibu Hamil
• Risiko Bayi Stunting
• Risiko Bayi Sakit
• Risiko Bayi Meninggal
Risiko BBLR
• Risiko Anemia pada bayi Risiko turunnya IQ sp 12 poin
Bayi lahir dg Defisiensi Besi
• Risiko Bayi Stunting
• Risiko Sakit
• Risiko Meninggal
Risiko lahir prematur
• Anemia ibu lebih parah
• Risiko meninggal krn perdarahan
Perdarahan Ibu saat persalinan
Paket Intervensi Prioritas Pencegahan Stunting Balita (Endang Achadi, 2018)
Hamil: Tidak Anemia
Tidak kurus PBBH adekuat
24-59 bln: Tumbuh-kembang
baik; Sehat
0-6 bulan: Tumbuh-kembang
baik; Sehat
Gizi Seimbang; Hygiene/ Sanitasi
TTD; Gizi Seimbang
Bumil; ANC
Pra-hamil: Tidak
Anemia/ tdk Kurus/ tdk
Gemuk
TTD; Gizi Seimbang
(GS)
6-23 bulan: Tumbuh-kembang
baik; Sehat
INTERVENSI PRIORITAS PROMOTIF & PREVENTIF yg punya daya ungkit (evidence-based), dan mencapai 90%
LIFE CYCLE
ASI eks; Imunisasi; GS Busui
ASI; MPASI; , Bayi/anak:
MDD, MMF,
MAD; Imunisasi, GS
Busui
1000 HPK
Sumber: Endang L. Achadi 2018, modifikasi Thomas R. Frieden. AJPH . December 11, 2013
Kehamilan: Tidak Anemia PBBH adekuat
24-59 bln: Tumbuh-
kembang baik Sehat
0-6 bulan: Tumbuh-kembang
baik Sehat
Gizi Seimbang
Hygiene/
Sanitasi
TTD, Gizi Seimbang
Bumil, ANC
Pra-hamil: Tidak
Anemia/ Kurus/Gemu
k
TTD, Gizi Seimban
g (GS)
6-23 bulan: Tumbuh-kembang
baik Sehat
INTERVENSI PRIORITAS PROMOTIF & PREVENTIF
LIFE CYCLE
ASI eks, Imunisasi, GS Busui
ASI, MPASI, Imunisasi, GS Busui, Bayi/ anak: MDD, MMF, MAD
1000 HPK
Pencegahan Stunting Balita: Paket Intervensi
Agar intervensi mencapai
target 90%?
5. Komunikasi informasi (akurat dan tepat waktu)
6. Komitmen politis Kemampuan Advokasi
4. Kemitraan dan koalisi (Public Private
Partnership/PPP)
3. Manajemen efektif (tmsk MonEv)
KESIMPULAN • Masalah terkait gizi di Indonesia tinggi: Stunting, Kemampuan
Kognitif dan PTM
• Ahli Kesmas dapat berperan sangat penting dalam upaya promotif-preventif, dengan mempraktekkan kompetensinya terutama dalam Area Kunci Program Promotif dan Preventif Kesmas, agar efektif, yi : – Inovatif dalam menentukan program intervensi
– Memahami causal pathway terjadinya masalah gizi, sebagai acuan dlm menentukan prioritas
– Mengidentifikasi dan merencanakan program intervensi prioritas berbasis evidence dan mengacu pada causal pathway
– Me-manage program secara efektif, tmsk melakukan monitoring dan evaluasi, melakukan komunikasi informasi secara tepat guna, dengan melibatkan berbagai stakeholders
– Melakukan advokasi agar mendapatkan komitmen politik dalam perencanaan dan pelaksanaan program