97
PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, KADIPIRO OLEH KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Andi Muttaqin NIM : E.0004082 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, KADIPIRO OLEH KANTOR PERTANAHAN

KOTA SURAKARTA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Andi Muttaqin

NIM : E.0004082

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Page 2: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, KADIPIRO OLEH KANTOR PERTANAHAN

KOTA SURAKARTA

Disusun oleh : ANDI MUTTAQIN

NIM : E.0004082

Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing

LEGO KARJOKO, S.H., M.H. NIP. 131 792 948

Page 3: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi) PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN,

KADIPIRO OLEH KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

Disusun oleh :

ANDI MUTTAQIN NIM : E.0004082

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada : Hari : Kamis Tanggal : 17 April 2008

TIM PENGUJI

1. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. : …………………………………… Ketua 2. Wasis Sugandha, S.H., M.H. : ……………………………………

Sekretaris 3. Lego Karjoko, S.H., M.H. : …………………………………… Anggota

MENGETAHUI Dekan,

Moh. Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 131 570 154

Page 4: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

iv

MOTTO

“Kesulitan akan terasa mudah dengan senyuman orang yang percaya diri.”

“Pahamilah sebuah kejujuran, dan gunakanlah kejujuran dalam setiap

langkah hidup-Mu, karena sesungguhnya kejujuran merupakan sesuatu hal yang akan membawa hati dan pikiran-Mu merasa tenang”

“Optimislah, walau engkau berada di pusaran angin”

“Di setiap relung kahidupan ada kegelapan, tiada pilihan kecuali menyalakan

lentera dalam jiwamu”

“Jadilah seperti seekor angsa, terlihat tenang dipermukaan, namun sebenarnya kakinya bergerak bak kesetanan mendayung di bawah

permukaan”

“Sayangilah yang kau dapat walau tak seindah yang kau inginkan”

“Sesungguhnya kita tidak dapat menyenangkan orang dengan harta tetapi senangkanlah mereka dengan senyuman dan budi bahasa”

“Jangan merasa kecewa bila orang tidak menyayangi kita, tetapi hendaklah

kita takut jika tidak mempunyai harga diri”

“Lebih baik hidup dalam keterasingan, daripada harus hidup dalam kebohongan dan topeng kemunafikan”

“Lupakan jasa baikmu terhadap orang lain, tapi jangan kamu lupakan jasa

baik orang lain terhadap dirimu”

“Tindakan paling berani yang bisa kamu lakukan saat kamu sedang merasa ketakutan adalah berpura-pura berani dan bertindak sewajarnya”

“Kalau ada yang ingin kamu gapai dalam hidup ini, kamu harus mengejarnya.

Tak ada seorang pun yang bisa menghentikanmu kecuali dirimu sendiri”

Page 5: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

v

PERSEMBAHAN

Hasil penulisan ini penulis persembahkan kepada : Dzat yang Maha Besar, AAllllaahh SSWWTT, tempat kumempercayakan segalanya Subhaanallaah Wal Hamdulillaah Wa Laa Ilaa Ha Illallaah Wallahu

Akbar

Pemimpin dunia akhiratku, RRaassuulluullllaahh SSAAWW, yang telah menunjukkan jalan terang yang sebenarnya

Asyhadu An Laa Ilaaha Illaallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah

Ayahanda Suwarno dan Ibunda Supartini yang selalu mencurahkan kasih

sayang dan cintanya serta mendidik penulis untuk selalu tetap di jalan yang benar

Adikku tersayang, Sari Rachmawati, yang selalu menjadi orang terdekat

penulis baik senang, bahagia, sedih maupun duka

Untuk temen-temen semua, yang telah berbagi kebahagiaan dengan penulis, mengajarkan makna hidup kepada penulis, membagi tawa-canda

serta senyum kepada penulis

Semua sahabatku, kalian merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, yang selalu ihklas berbagi suka dan duka, thanks for all

Segenap CCiivviittaass AAkkaaddeemmiikkaa FFHH UUNNSS Tercinta

Viva Justisia

Page 6: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dzat yang

maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kesempatan kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan penulisan hukum ini, dengan judul ”Penyelesaian

Sengketa Pertanahan di Kragilan, Kadipiro Oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta”.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan hukum ini,

alhamdulilah dapat terrselesaikan berkat dukungan dan kerjasama dari banyak pihak.

Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih penulis

lewat rangkaian kata-kata ini kepada:

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Zeni Luthfiyah, S.Ag., M.Ag., selaku pembimbing akademik penulis selama

menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing penulis yang penuh

kesabaran membimbing penulis sehingga terwujudnya penulisan hukum ini.

4. Bapak Ir. Suyono, S.H., selaku Kepala Kantor di Kantor Pertanahan Kota

Surakarta, yang memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

5. Bapak Radiyanto, S.H., selaku Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan di

Kantor Pertanahan Kota Surakarta, yang dengan penuh kesabaran mengarahkan

dan membantu penulis selama melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

6. Bapak Ari Machkota, S.H., M.Hum., Bapak Kuntadi, S.H., Bapak Moko, S.H.,

dan Ibu Ir. Sri Kursini Maruti, selaku Pegawai di Kantor Pertanahan Kota

Surakarta yang membantu penulis selama melakukan penelitian di Kantor

Pertanahan Kota Surakarta.

7. Ayahanda Suwarno, Ibunda Supartini, serta adikku Sari Rachmawati, terima

kasih atas dukungan moril maupun materiil, baik cinta maupun kasih sayang

Page 7: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

vii

kepada penulis, yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan

penulisan hukum ini.

8. Teman-teman di Fakultas Hukum, yang selalu memberikan beraneka warna

kehidupan pada penulis.

9. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang selalu mempermudahkan penulis dalam menimba ilmu baik di

kelas maupun di luar kelas di Fakultas Hukum.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu menyelesaikan penulisan hukum ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan hukum ini, isi substansi masih jauh dari

sempurna. Hal ini karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan masukan dan saran yang menunjang kesempurnaan penulisan hukum

ini. Doa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar

penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

bagi pihak yang membutuhkan, dengan rendah hati penulis ucapkan terima kasih.

Surakarta, April 2008

Penulis

Page 8: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

ABSTRAK ........................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

E. Metode Penelitian ........................................................................... 4

F. Sistematika Penulisan Hukum ........................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 11

A. Kerangka Teori ............................................................................... 11

1. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Pertanahan ....................... 11

a. Pengertian Sengketa ........................................................... 11

b. Sengketa Pertanahan .......................................................... 13

c. Penyelesaian Sengketa Pertanahan .................................... 14

2. Tinjauan Umum Tentang Mediasi ............................................ 18

a. Pengertian Mediasi ............................................................ 18

b. Keunggulan dan Tujuan Mediasi ....................................... 19

c. Tipe-tipe dan Fungsi Mediator .......................................... 20

d. Tahap-tahap Mediasi ......................................................... 22

Page 9: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

ix

3. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Perundang-Undangan

Mengenai Pemberian Hak Milik dan Pendaftarannya ............. 24

a. Peraturan Perundang-undangan Mengenai

Pemberian Hak Milik ......................................................... 24

b. Peraturan Perundang-undangan Mengenai

Pelaksanaan Pendaftaran Tanah ........................................ 32

4. Tinjauan Umum Tentang Kantor Pertanahan ........................... 37

a. Pengertian Kantor Pertanahan ........................................... 37

b. Fungsi Kantor Pertanahan dan Sebelas Agenda

Pertanahan Nasional .......................................................... 37

c. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota ................................................................. 40

B. Kerangka Pemikiran........................................................................ 48

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 50

A. Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Kragilan, Kadipiro Oleh

Kantor Pertanahan Kota Surakarta ................................................. 51

B. Hasil Penyelesaian Sengketa Pertanahan Oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta Sebagai Dasar Pemberian Hak

Milik Kepada Okupusan Tanah di Kragilan, Kadipiro .................. 70

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 81

A. Simpulan ...................................................................................... 81

B. Saran ............................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ................. 47

Gambar 2. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 48

Gambar 3. Alur Pemikiran .................................................................................. 50

Page 11: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran II Surat Keterangan Penelitian dari Kantor Pertanahan Kota Surakarta

Lampiran III Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor :

570/724/2005 tentang Pembentukan Sekretariat Penanganan

Sengketa Pertanahan Kantor

Lampiran IV Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun

1992 tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah

Lampiran V Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta No. 500 / 01 /

2006 tentang Penetapan Lokas Dan Penunjukan Peserta Kegiatan

Tata Laksana Pertanahan (P3HT) Kantor Pertanahan Kota Surakarta

Tahun Anggaran 2006 (contoh)

Lampiran VI Berita Acara Mediasi (contoh)

Lampiran VII Surat Pemberian Kuasa (contoh)

Lampiran VIII Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah (contoh)

Lampiran IX Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah “A” Nomor : 502/520.1/01-

54/Pan “A”/XII/2006 (contoh)

Lampiran X Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta No. 01-

54-520.1-33-72-2006 tentang Pemberian Hak Milik Kepada Tri

Warsito Purwatno Dan Kawan-Kawan 54 (Lima Puluh Empat)

Orang Atas 54 (Lima Puluh Empat) Bidang Tanah Seluruhnya

Seluas 3093 m2 Terletak di Kalurahan Kadipiro Kecamatan

Banjarsari Kota Surakarta (contoh)

Lampiran XI Contoh Surat Keterangan Tanah

Lampiran XII Contoh Surat Pernyataan Penguasaan / Penggarapan Tanah

Lampiran XIII Contoh Surat Permohonan Tanah Negara

Lampiran XIV Daftar 15 orang pemegang Hak Atas Tanah

Lampiran XV Daftar 54 orang pemohon Hak Milik atas tanah

Page 12: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xii

ABSTRAK

Andi Muttaqin, 2008. PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, KADIPIRO OLEH KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA, Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai apakah penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta dan apakah hasil penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dapat dijadikan dasar pemberian hak milik kepada okupusan tanah di Kragilan, Kadipiro.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif. Data penelitian ini menggunakan bahan hukum. Bahan hukum dikumpulkan dengan dengan teknik studi kepustakaan. Teknik analisis yang digunakan adalah silogisme deduksi dengan metode interpretasi bahasa (gramatikal) dan Interpretasi sistematis, dengan aturan-aturan hukum mengenai pertanahan dipandang sebagai premis mayor, dan premis minornya berupa fakta yuridis, yaitu penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dan hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai dasar pemberian hak milik kepada okupusan tanah di Kragilan, Kadipiro sebagai dasar dalam menarik kesimpulan.

Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan landasan hukum oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam menyelesaikan sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro yakni Pasal 2 dan Pasal 3 huruf n Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional Jo. Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan Jo. Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan dan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor 570/724/2005 tentang Pembentukan Sekretariat Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Hasil daripada penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta ini dapat dijadikan dasar pemberian hak milik kepada okupusan tanah di Kragilan, Kadipiro setelah ditindak lanjuti dengan pembuatan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah.

Implikasi penelitian yaitu berupa rekomendasi bahwa Pemerintah Daerah atau Badan Pertanahan Nasional segera menerbitkan peraturan mengenai kewenangan Kantor Pertanahan dalam penyelesaian sengketa tanah garapan, dan juga segera menerbitkan peraturan mengenai mekanisme pemberian hak terkait dengan kewenangan Kantor Pertanahan dalam penyelesaian sengketa tanah garapan.

Kata kunci : penyelesaian, sengketa tanah.

Page 13: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan

manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup di atas

tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah.

Sejarah perkembangan dan kehancurannya ditentukan pula oleh tanah, masalah

tanah dapat menimbulkan persengketaan dan peperangan dahsyat karena

manusia-manusia atau suatu bangsa ingin menguasai tanah orang atau bangsa lain

karena sumber-sumber alam yang terkandung di dalamnya (G. Kartasapoetra

dkk, 1990 : 1).

Berkaitan dengan kenyataan bahwa tanah merupakan sumber daya alam

yang langka yang bersifat tetap serta digunakan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan hidup manusia akan perumahan, pertanian, perkebunan maupun

kegiatan industri yang mengharuskan tersedianya tanah, sebagai negara

berkembang, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, juga

mengalami masalah pertanahan yang biasanya menimbulkan konflik antara

pemegang hak dengan orang lain. Konflik tersebut biasanya mengenai ganti rugi

tanah yang akan digunakan untuk pembangunan, sengketa kepemilikan tanah dan

masih banyak masalah-masalah yang kompleks.

Selama ini, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam menangani masalah

pertanahan masih bersifat pasif / menunggu keinginan para pihak yang

bersengketa, sehingga terkesan kurang peduli terhadap kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi permasalahan pertanahan yang semakin

kompleks dan untuk meminimalkan timbulnya konflik pertanahan dalam

masyarakat, maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk ke depannya dituntut

lebih proaktif dalam penyelesaian konflik pertanahan sesuai dengan Sebelas

Agenda BPN RI khususnya Agenda ke-5 “Menangani dan menyelesaikan

perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara

Page 14: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xiv

sistematis” serta TAP MPR RI No : IX / MPR / 2001 tentang Pembaharuan

Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pasal 4 : “d. Mensejahterakan

rakyat, terutama melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia”

dan Pasal 5 : “d. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber

daya agraria yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi

konflik dimasa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum

dengan didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana Pasal 4 Ketetapan ini”,

dengan harapan “kata-kata konflik pertanahan tidak akan terdengar lagi”,

sehingga masyarakat merasa lebih tenang terhadap kepemilikan hak atas

tanahnya (http://bpn-solo.com/files/buku_PPAN_ISI.pdf).

Dalam melakukan tindakan penyelesaian sengketa / konflik pertanahan

yang ada, Badan Pertanahan Nasional pun juga dituntut untuk tetap

mengedepankan keadilan, sehingga diharapkan dalam mengambil suatu

keputusan, tidak merugikan para pihak, bahkan mampu mewujudkan suatu

penyelesaian secara damai diantara para pihak yang bersengketa, mengingat

selama ini sengketa pertanahan cenderung diselesaikan melalui lembaga

peradilan yang lebih bersifat win-lose solution.

Di Kota Surakarta, dari berbagai titik konflik pertanahan yang telah

teridentifikasi oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta, salah satunya terletak di

Kampung Kragilan, Kadipiro. Di wilayah tersebut, konflik terjadi antara 15 orang

pemegang sertifikat hak atas tanah dengan 54 orang okupusan terhadap lahan

seluas + 3093 m2 yang terletak di Kampung Kragilan Rt 8, Rw 24, Kelurahan

Kadipiro, yang merupakan hak milik dari 15 orang pemegang sertifikat hak atas

tanah.

Untuk melaksanakan Sebelas Agenda BPN RI, khususnya Agenda ke-5

serta amanat dari TAP MPR RI No : IX / MPR / 2001 tentang Pembaharuan

Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam tersebut dengan tetap

mengedepankan keadilan, maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam hal ini

adalah Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagaimana Tugas Pokok dan

Fungsinya dalam menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan, salah satunya

ditempuh melalui jalur mediasi penyelesaian konflik beserta administrasinya.

Page 15: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xv

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : PENYELESAIAN SENGKETA

PERTANAHAN DI KRAGILAN, KADIPIRO OLEH KANTOR

PERTANAHAN KOTA SURAKARTA.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan perundang-undangan

mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta ?

2. Apakah hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta dapat dijadikan dasar pemberian hak milik kepada okupusan tanah

di Kragilan, Kadipiro ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui apakah penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan,

Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan

perundang-undangan mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

b. Untuk mengetahui apakah hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh

Kantor Pertanahan Kota Surakarta dapat dijadikan dasar pemberian hak

milik kepada okupusan tanah di Kragilan, Kadipiro.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di bidang hukum,

khususnya hukum agraria, terutama mengenai penyelesaian sengketa

pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

b. Sebagai strategi pemberdayaan mahasiswa melalui pengayaan wawasan

dan peningkatan kompetensi dalam rangka peningkatan kualitas lulusan

Page 16: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xvi

yang memiliki daya saing dan berkemampuan untuk tumbuh menjadi

wirausaha mandiri.

c. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan

dalam ilmu hukum dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum

pada umumnya dan hukum agraria pada khususnya, terutama mengenai

penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu

yang diperoleh.

b. Untuk dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pokok

bahasan yang dikaji, dengan disertai pertanggungjawaban secara ilmiah.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai

suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi

dengan mengadakan klasifikasi yang berdasarkan pada pengalaman, dapat

ditentukan teratur dan terpikirkannya alur yang runtut dan baik untuk mencapai

suatu maksud (Winarno Surakhmat, 1998 : 131).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

jenis penelitian normatif. Penelitian normatif adalah penelitian yang

mengkaji hukum sebagai norma. Dengan kata lain penelitian yang dilakukan

Page 17: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xvii

dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder lainnya yang berkaitan

dengan obyek penelitian.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat preskriptif, yaitu : suatu penelitian yang

dimaksudkan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus

dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu (Soerjono Soekanto,

2006 : 10). Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, maka ilmu hukum

mempelajari mengenai tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum (Peter Mahmud,

2005 : 22).

Disini peneliti menguraikan bagaimana seharusnya proses

penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta, beserta tindak lanjutnya.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (statute approach), yaitu pendekatan dengan

menggunakan legislasi dan regulasi (Peter Mahmud, 2005 : 97). Karena yang

diteliti adalah berbagai peraturan yang menjadi fokus sekaligus tema sentral

suatu penelitian, dalam hal ini adalah berbagai peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan obyek penelitian.

4. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder, yaitu data atau fakta yang digunakan oleh seseorang secara tidak

langsung dan diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, laporan,

makalah, dokumen, doktrin, bahan-bahan kepustakaan, dan sumber-sumber

tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang

proses penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta, beserta tindak lanjut dari hasil penyelesaian

sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

Page 18: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xviii

5. Sumber Data

Sumber data adalah tempat diketemukannya data. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian hukum normatif ini adalah sumber data

sekunder, yaitu menggunakan bahan-bahan kepustakaan yang dapat berupa

peraturan perundangan, dokumen, buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan

literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data sekunder

yang digunakan dalam penelitian hukum ini meliputi :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah norma atau

kaidah dasar dalam hukum di Indonesia dan beberapa peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut : Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan

Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya, Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrasi dan APS, Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan

Nasional di Bidang Pertanahan, Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, Peraturan

Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan

Sengketa Pertanahan, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian

dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor

Page 19: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xix

Pertanahan, Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12

Tahun 1992 tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer sehingga dapat membantu memahami dan

menganalisis bahan hukum primer, yaitu buku-buku, literatur-literatur,

berkas-berkas atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tertier, adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yaitu kamus

hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan bahan-bahan dari internet

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat

penting dalam penulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-

undangan, dokumen-dokumen, data-data dan literatur lainnya yang ada

hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, data

diklarifikasikan kepada pejabat yang terkait, yaitu Kepala Sub Seksi Sengketa

dan Konflik Pertanahan, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

serta Kepala Sub Seksi Penetapan Hak Tanah Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

7. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh jawaban terhadap penelitian hukum ini digunakan

silogisme deduksi dengan metode :

a. Interpretasi bahasa (gramatikal), yaitu memberikan arti kepada suatu

istilah atau perkataan sesuai dengan bahasa sehari-hari. Jadi, untuk

mengetahui makna ketentuan undang-undang, maka ketentuan undang-

Page 20: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xx

undang itu ditafsirkan atau dijelaskan dengan menguraikannya menurut

bahasa umum sehari-hari (Sudikno Mertokusumo, 2004 : 57).

b. Interpretasi sistematis, yaitu menafsirkan peraturan perundang-

undangan dengan menghubungkannya dengan peraturan hukum atau

undang-undang lain atau dengan keseluruhan sistem hukum (Sudikno

Mertokusumo, 2004 : 59). Jadi undang-undang merupakan suatu kesatuan

dan tidak satupun ketentuan di dalam undang-undang merupakan aturan

yang berdiri sendiri (Peter Mahmud, 2005 : 112).

Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 51 Tahun

1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau

Kuasanya, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrasi dan

APS, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003

tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan

Nasional, Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan

Sengketa Pertanahan, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan

Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan, Keputusan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 1992 tentang Susunan dan Tugas

Panitia Pemeriksaan Tanah sebagai premis mayor. Adapun yang menjadi

premis minor adalah :

Page 21: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxi

a. Penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta.

b. Hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta sebagai dasar pemberian hak milik kepada Okupusan tanah di

Kragilan, Kadipiro.

Melalui proses silogisme akan diperoleh simpulan (conclusio) berupa hukum

positif in conreto yang dicari mengenai penyelesaian sengketa pertanahan di

Kragilan, Kadipiro, oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

F. Sistematika

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai dengan

aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu

sistematika dalam penyusunan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan

hukum terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, hasil

penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan saran ditambah dengan daftar

pustaka dan lampiran-lampiran yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Dalam bab I, diuraikan mengenai gambaran awal penelitian ini, yang

meliputi latar belakang penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro

oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta, kemudian mengenai perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian yang dipergunakan

dalam melakukan penelitian.

Dalam bab II, diuraikan mengenai landasan teori berdasarkan literatur-

literatur yang penulis gunakan, tentang hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Hal tersebut meliputi : tinjauan umum tentang

sengketa pertanahan, tinjauan umum tentang mediasi, tinjauan umum tentang

peraturan perundang-undangan mengenai pemberian hak milik dan

pendaftarannya, serta tinjauan umum tentang Kantor Pertanahan. Hal tersebut

ditujukan agar pembaca dapat memahami tentang permasalahan yang penulis

teliti.

Page 22: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxii

Dalam bab III, diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.

Dalam pembahasan dapat dianalisa bahwa penyelesaian sengketa pertanahan di

Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sudah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota

Surakarta. Dalam hal ini, berlandaskan Pasal 2 dan Pasal 3 huruf n Peraturan

Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Jo. Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006, dan juga berlandaskan Pasal 6 ayat

(2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

1 Tahun 1999 serta Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor

570/724/2005. Dari hasil penyelesaian sengketa pertanahan yang dilakukan oleh

Kantor Pertanahan Kota Surakarta, dapat dijadikan dasar pemberian Hak Milik

kepada okupusan tanah di Kragilan, Kadipiro dengan ditindak lanjuti terlebih

dahulu dalam bentuk pembuatan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah, selanjutnya

dilakukan pendaftaran tanah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,

Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah, dan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan

Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Dalam bab IV, diuraikan mengenai simpulan dan saran. Adapun

kesimpulannya, yaitu bahwa penyelesaian sengketa sengketa pertanahan di

Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan

peraturan perundang-undangan mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota

Surakarta, dan hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan

Kota Surakarta dapat dijadikan dasar pemberian Hak Milik kepada okupusan

tanah di Kragilan, Kadipiro.

Page 23: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxiii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

G. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Pertanahan

a. Pengertian Sengketa

“Sengketa dalam pengertiannya yang luas adalah hal yang lumrah

dalam kehidupan bermasyarakat, yang dapat terjadi saat dua orang atau

lebih berinteraksi pada suatu peristiwa / situasi dan mereka memiliki

persepsi, kepentingan, dan keinginan yang berbeda terhadap peristiwa /

situasi tersebut” (Indonesian Institute for Conflict Transformation, 2006 :

27).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian “sengketa”

adalah :

1) Sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat; pertengkaran;

perbantahan.

2) Pertikaian; perselisihan.

3) Perkara (dalam pengadilan)

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 1037)

Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Hal ini diawali oleh perasaan tidak puas yang bersifat subjektif dan tertutup yang dapat dialami oleh perorangan maupun kelompok. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak kedua. Apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut. Tetapi apabila reaksi dari pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki nilai-nilai yang berbeda, terjadilah apa yang dinamakan dengan sengketa (Suyud Margono, 2004 : 34).

Proses sengketa terjadi karena tidak adanya titik temu adanya

pihak-pihak yang bersengketa dan secara potensial, dua pihak yang

mempunyai pendirian / pendapat yang berbeda dapat beranjak ke situasi

Page 24: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxiv

sengketa. Dengan demikian secara garis besar dapat ditarik kesimpulan,

bahwa sengketa atau konflik merupakan pertentangan atau

ketidaksesuaian antara para pihak yang akan dan sedang mengadakan

hubungan atau kerjasama yang disebabkan karena tidak adanya titik temu

antara para pihak tentang suatu hal.

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang mengalami

proses transisi dari masyarakat agraris (pedesaan) menuju masyarakat

industri (perkotaan) seperti sekarang ini, seringkali sengketa disebabkan

oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai

baru (modern). Nilai-nilai tradisional yang dipegang teguh oleh generasi

dulu mulai luntur, sedangkan nilai-nilai baru belum sepenuhnya terbentuk

dan diterima. Sengketa yang terjadi pada masyarakat transisi, biasanya

meliputi :

1) Sengketa tradisional (berkisar tentang keluarga, warisan dan tanah);

2) Sengketa bisnis yang rumit serta sarat dengan unsur keuangan,

perbankan modern, peraturan perundangan, etika, pemenuhan

kontrak, dan sebagainya;

3) Sengketa lingkungan yang rumit dengan masalah pembuktian ilmiah

dan hubungan administrasi pusat-daerah; dan

4) Sengketa tenaga kerja yang diwarnai dengan masalah hak asasi

manusia, reputasi negara, dan perhatian masyarakat internasional.

(Suyud Margono, 2004 : 85)

Adapun pemicu terjadinya sengketa, misalnya :

1) Kesalahpahaman

2) Perbedaan penafsiran

3) Ketidakjelasan pengaturan

4) Ketidakpuasan

5) Ketersinggungan

6) Kecurigaan

7) Tindakan yang tidak patut, curang, tidak jujur

Page 25: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxv

8) Kesewenang-wenangan atau ketidakadilan

9) Keadaan yang tidak terduga

(Indonesian Institute for Conflict Transformation, 2006 : 28)

b. Sengketa Pertanahan

Pengertian sengketa pertanahan termuat secara jelas dalam Pasal 1

ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 1 tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa

Pertanahan, yang berbunyi : “sengketa pertanahan adalah perbedaan

pendapat mengenai :

1) keabsahan suatu hak;

2) pemberian hak atas tanah;

3) pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihannya dan penerbitan

tanda bukti haknya,

antara pihak-pihak yang berkepentingan maupun antara pihak-pihak yang

berkepentingan dengan instansi di lingkungan Badan Pertanahan

Nasional”.

Dalam rumusan pengertian sengketa atau konflik selalu terdapat

unsur para pihak sebagai pelaku atau subyek yang terlibat di dalamnya.

Begitu juga dalam pengertian sengketa pertanahan yang termuat dalam

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 1999, di mana sengketa pertanahan

terjadi antara pihak-pihak yang berkepentingan maupun antara pihak-

pihak yang berkepentingan dengan instansi di lingkungan Badan

Pertanahan Nasional mengenai keabsahan suatu hak, pemberian hak atas

tanah, dan pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihannya dan

penerbitan tanda bukti haknya. Para pihak yang berkepentingan di sini

dapat dikatakan sebagai subyek perselisihan.

Dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 1999, dijelaskan bahwa

pihak-pihak yang berkepentingan adalah pihak-pihak yang merasa

Page 26: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxvi

mempunyai hubungan hukum dengan bidang tanah tertentu atau pihak

lain yang kepentingannya terpengaruh oleh status hukum tanah tersebut.

Jadi, pada hakikatnya kasus pertanahan merupakan benturan

kepentingan (conflict of interest) di bidang pertanahan antara siapa

dengan siapa, sebagai contoh antara perorangan dengan perorangan,

perorangan dengan badan hukum, badan hukum dengan badan hukum dan

lain sebagainya (http://fiaji.blogspot.com/2007/09/penyelesaian-sengketa-

pertanahan-fia-s.html).

c. Penyelesaian Sengketa Pertanahan

Penyelesaian sengketa pertanahan dapat ditempuh melalui dua

jalur, yaitu penyelesaian sengketa pertanahan melalui pengadilan dan

penyelesaian sengketa pertanahan di luar pengadilan.

1) Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Pengadilan

Penyelesaian sengketa pertanahan melalui pengadilan

merupakan bentuk penyelesaian dalam ruang lingkup hukum perdata,

dimana pada intinya berisi tentang perbuatan melanggar hukum, dan

ganti rugi.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata),

perbuatan melanggar hukum dan ganti rugi diatur dalam Pasal 1365,

yang berbunyi bahwa, “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Dalam hubungannya dengan penyelesaian ganti kerugian sebagai

konsekuensi tanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum, maka

ketentuan dalam Pasal 1365 ini terkait erat dengan Pasal 1243 yang

menyatakan bahwa, “Penggantian biaya, rugi dan bunga karena

terpenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si

berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap

melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya

hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah

Page 27: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxvii

dilampaukannya”. Sedangkan dalam kaitannya dengan pembuktian,

perlu dikemukakan Pasal 1865 KUHPerdata yang menyatakan bahwa,

“Barangsiapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas mana ia

mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa-

peristiwa itu, sebaliknya barangsiapa mengajukan peristiwa-peristiwa

guna pertahanan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan

peristiwa-peristiwa itu”.

Dari pengertian ketiga pasal tersebut, dapat disimpulkan

bahwa seorang penggugat baru akan memperoleh ganti kerugian

apabila ia berhasil membuktikan adanya unsur kesalahan pada pihak

tergugat. Kesalahan disini merupakan unsur yang menentukan

pertanggungjawaban, yang berarti bila tidak terbukti adanya

kesalahan, tidak ada kewajiban memberi ganti kerugian.

Adapun karateristik daripada penyelesaian sengketa

pertanahan melalui pengadilan, yaitu :

a) Prosesnya sangat formal (terikat pada hukum acara)

b) Para pihak berhadapan untuk saling melawan, adu argumentasi

dan pengajuan alat bukti

c) Pihak ketiga netralnya (hakim) tidak ditentukan para pihak dan

keahliannya bersifat umum

d) Prosesnya bersifat terbuka / transparan

e) Hasil akhir berupa putusan yang didukung pertimbangan /

pandangan hakim

(Indonesian Institute for Conflict Transformation, 2006 : 29)

2) Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Luar Pengadilan

Indonesia merupakan salah satu negara yang sering terjadi

sengketa pertanahan, yang penyelesaiannya banyak dilakukan melalui

lembaga pengadilan. Namun dengan lamanya proses pengadilan, serta

mahalnya biaya yang harus dikeluarkan mendorong masyarakat untuk

Page 28: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxviii

mencari jalan lain yang lebih efektif dalam menyelesaikan sengketa

pertanahan di luar pengadilan.

Penyelesaian sengketa pertanahan di luar pengadilan ini pada

dasarnya dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk

yang dipilih untuk dijadikan forum penyelesaian, dan besarnya ganti

rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu dengan tujuan untuk

menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatif dari

adanya sengketa pertanahan tersebut.

Pelaksanaan mengenai alternatif penyelesaian sengketa di luar

pengadilan telah diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam

Undang-undang tersebut, alternatif penyelesaian sengketa diartikan

sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar

pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau

penilaian ahli (Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa).

Adapun karateristik daripada Alternatif Penyelesaian Sengketa

(APS), yaitu :

a) Privat, sukarela dan konsensual (didasarkan atas kesepakatan para

pihak)

b) Kooperatif; tidak agresif/bermusuhan dan tegang

c) Fleksibel dan tidak formal/kaku

d) Kreatif

e) Melibatkan partisipasi aktif para pihak dan sumber daya yang

mereka miliki

f) Bertujuan untuk mempertahankan hubungan baik

(Indonesian Institute for Conflict Transformation, 2006 : 36)

Dengan adanya undang-undang ini, maka telah memberikan

kepastian hukum bagi berlakunya lembaga penyelesaian alternatif

Page 29: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxix

sengketa di luar pengadilan, termasuk di dalamnya adalah mediasi.

Hanya sayangnya dalam undang-undang ini tidak mengatur secara

rinci dan tegas tentang bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa

kecuali mengenai arbitrase. Undang-undang ini sebenarnya lebih

cocok disebut UU Arbitrase, karena hanya mengatur tentang

keberadaan lembaga arbitrase dan mekanisme proses penyelesaian

sengketa melalui arbitrase, sedangkan lembaga lain hanya diatur

dalam satu pasal, yaitu Pasal 6.

Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999,

disebutkan bahwa penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan dalam pertemuan

langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas)

hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis. Dalam

hal sengketa atau beda pendapat tidak dapat diselesaikan, maka atas

kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat tersebut

diselesaikan melalui bantuan seseorang atau lebih penasehat ahli

maupun melalui seorang mediator. Apabila para pihak tersebut dalam

waktu paling lama 14 hari dengan bantuan seseorang atau lebih

penasehat ahli maupun melalui seorang mediator tidak berhasil

mencapai kata sepakat, atau mediator tidak berhasil mempertemukan

kedua belah pihak, maka para pihak dapat menghubungi sebuah

lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa untuk

menunjuk seorang mediator. Setelah penunjukan mediator oleh

lembaga alternatif penyelesaian sengketa, dalam waktu paling lama 7

(tujuh) hari usaha mediasi harus dapat dimulai, dan dalam waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari harus tercapai kesepakatan dalam

bentuk tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.

Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara

tertulis bersifat final dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan

dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam

waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan dan

Page 30: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxx

wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari sejak penandatanganan. Apabila usaha perdamaian diantara para

pihak tidak dapat dicapai, maka para pihak berdasarkan kesepakatan

tertulis secara tertulis dapat mengajukan usaha penyelesaian melalui

lembaga arbitrase atau arbitrase ad-hoc.

2. Tinjauan Umum Tentang Mediasi

a. Pengertian Mediasi

Mediasi dapat diartikan, bahwa para pihak yang bersengketa

mengizinkan pihak ketiga untuk terlibat ke dalam sengketa dan membantu

para pihak untuk mencapai penyelesaian. Hal ini tidak berarti bahwa para

pihak selalu berkehendak untuk melakukan atau menerima sepenuhnya

apa yang dikemukakan pihak ketiga (Indonesian Institute for Conflict

Transformation, 2006 : 60).

Selain itu, mediasi juga dapat diartikan sebagai suatu penyelesaian

sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh

mediator (Pasal 1 ayat (6) PerMA 2/2003).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediasi diartikan

sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga (mediator) dalam

penyelesaian suatu perselisihan melalui penasihat (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2001 : 726).

Dari beberapa pengertian mediasi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa mediasi merupakan upaya penyelesaian sengketa para pihak

dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersifat netral dan

tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihak tetapi

menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog para pihak dengan

suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk tercapainya

mufakat. Penyelesaian sengketa melalui mediasi ini tidak terdapat unsur

paksaan antara para pihak dan mediator, karena para pihak secara

Page 31: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxi

sukarela meminta kepada mediator untuk membantu menyelesaikan

konflik yang sedang mereka hadapi.

Mediasi sebagai suatu alat penyelesaian sengketa, dewasa ini lebih

dipandang sebagai suatu alternatif penting bagi ajudikasi penyelesaian

sengketa. Pada tahun-tahun belakangan ini pengadilan, masyarakat,

maupun industri telah berpaling kepada mediasi sebagai metode yang

lebih disukai dalam penyelesaian bentuk-bentuk sengketa tertentu. Biaya

yang mahal, lamanya waktu, serta tidak efisiensinya penyelesaian melalui

pengadilan juga telah mendorong para pihak untuk menggunakan

mediasi, terutama dalam sengketa yang bersifat polisentrik, yaitu

sengketa yang melibatkan banyak pihak persoalan, seperti sengketa tanah

maupun yang lainnya, para pihak lebih memilih jalan mediasi daripada

penyelesaian melalui pengadilan.

b. Keunggulan dan Tujuan Mediasi

Adapun beberapa keunggulan dari penyelesaian sengketa melalui

mediasi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Relatif lebih murah dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang

lain;

2) Adanya kecenderungan dari pihak yang bersengketa untuk menerima

dan adanya rasa memiliki putusan mediasi;

3) Dapat menjadi dasar bagi para pihak yang bersengketa untuk

menegoisasi sendiri sengketa-sengketanya di kemudian hari;

4) Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah-masalah yang

merupakan dasar dari suatu sengketa;

5) Membuka kemungkinan adanya saling kepercayaan diantara pihak

yang bersengketa, sehingga dapat dihindari rasa bermusuhan dan

dendam (Munir Fuady, 2003 : 50).

Apabila dibandingkan dengan penyelesaian melaui pengadilan

atau litigasi yang bersifat formal, memaksa, memandang ke belakang,

serta bertujuan menentukan pihak mana yang menang dan kalah (win-

Page 32: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxii

lose) berdasarkan alat-alat bukti yang dikemukakan oleh para pihak atau

jaksa (dalam pidana), mediasi merupakan bentuk penyelesaian yang lebih

bersifat informal, sukarela, memandang ke depan, bekerjasama atas dasar

kepentingan guna menyelesaikan sengketa yang dapat menguntungkan

kedua belah pihak (win-win solution). Dengan demikian, tujuan yang

akan dicapai dalam penyelesaian sengketa melalui pengadilan sifatnya

tegas dan kesimpulan pihak ketiga, yaitu hakim atau arbiter, berkenaan

dengan masalah di waktu lalu akan menentukan hasilnya. Sedangkan

tujuan penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah untuk menghasilkan

suatu rencana atau kesepakatan kedepan yang dapat diterima dan

dijalankan oleh para pihak yang bersengketa. Selain itu, mediasi juga

mempersiapkan para pihak yang bersengketa untuk menerima

konsekuensi dari keputusan yang mereka buat dengan mengurangi

kekhawatiran dan dampak negatif lainnya dari suatu konflik, karena para

pihak yang bersengketa telah dibantu untuk mencapai konsensus melalui

mediasi.

c. Tipe-tipe dan Fungsi Mediator

Dalam menyelesaikan konflik atau persengketaaan, para pihak

dapat memilih atau menunjuk mediator yang disepakati. Ada beberapa

macam tipe mediator yang dapat kita temui, seperti :

1) Mediator Hubungan Sosial

Sebuah jalinan atau hubungan sosial yang ada atau tengah

berlangsung sebagai upaya untuk mempertahankan keserasian atau

hubungan baik dalam sebuah komunitas, karena si mediator maupun

para pihak sama-sama menjadi bagian di dalamnya.

2) Mediator Autoritatif

Mediator autoritatif adalah mereka yang berusaha membantu

pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan-

perbedaan diantara mereka, tetapi si mediator sesungguhnya memiliki

posisi yang kuat dan berpengaruh, sehingga mereka memiliki potensi

Page 33: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxiii

atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses

mediasi. Namun, seorang mediator autoritatif selama ia menjalankan

peran sebagai mediator tidak menggunakan kewenangan atau

pengaruhnya itu karena didasarkan pada keyakinan atau

pandangannya, bahwa pemecahan yang terbaik terhadap sebuah kasus

bukanlah ditentukan oleh dirinya sebagai pihak yang berpengaruh

atau berwenang, tetapi harus dihasilkan oleh upaya-upaya pihak-pihak

yang bersengketa sendiri.

3) Mediator Mandiri

Mediator yang menjaga jarak antara para pihak maupun

dengan persoalan yang tengah dihadapi oleh para pihak. Mediator tipe

ini lebih banyak ditemukan dalam masyarakat atau budaya yang telah

mengembangkan tradisi kemandirian dan menghasilkan mediator-

mediator profesional.

(Indonesian Institute for Conflict Transformation, 2006 : 65 – 66)

Menurut Fuller, ada tujuh fungsi mediator, yakni :

a) Sebagai katalisator (catalyst)

Mendorong lahirnya suasana konstruktif dan kondusif bagi

perundingan, mempersempit terjadinya polarisasi

b) Sebagai pendidik (educator)

Membuat para pihak mampu menangkap alasan atau nalar guna

menangkap atau menolak usulan / permintaan satu sama lain

c) Sebagai penerjemah (translator)

Menyampaikan dan merumuskan usulan para pihak dalam bahasa

dan ungkapan yang enak didengar tanpa mengurangi maksud yang

ingin dicapai

d) Sebagai nara sumber (resource person)

Mampu mendayagunakan atau melipatgandakan sumber-sumber

informasi yang tersedia

Page 34: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxiv

e) Sebagai penyandang berita jelek (bearer of bad news)

Siap menerima resiko sebagai korban dari situasi perundingan

yang berpotensi berlangsung secara emosional

f) Sebagai agen realitas (agen of reality)

Memberi pengertian bagi para pihak jika permintaan atau usulan

yang disampaikan mungkin tidak masuk akal dan tidak realistis

g) Sebagai kambing hitam (scapegoat)

Siap sebagai pihak yang menjadi tumpuan kesalahan para

perunding

(Suyud Margono, 2004 : 60)

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang mediator dapat

melakukan dua macam peran, yaitu peran pasif dan peran aktif. Kedua

peran tersebut dapat dilakukan oleh mediator tergantung pada kondisi

pada saat itu, apakah dia harus berlaku aktif atau pasif. Seorang mediator

harus berperan pasif ketika para pihak yang bersengketa memiliki

kepedulian yang tinggi dan lebih aktif untuk menyelesaikan sengketa

yang mereka hadapi sehingga mediator hanya berperan sebagai penengah

dan mengarahkan penyelesaian sengketa serta mengatur perundingan-

perundingan, memimpin rapat dan sebagainya. Sedangkan seorang

mediator harus bersikap aktif dalam penyelesaian sengketa ketika para

pihak yang sedang berselisih bersikap pasif atau menunggu dan sulit

berkomunikasi. Dalam kondisi yang demikian mediator harus cepat

tanggap dan mengambil inisiatif melakukan berbagai tindakan.

d. Tahap-tahap Mediasi

Menurut Gary Goodpaster, pelaksanaan mediasi terdiri dari empat

tahap. Keempat tahap itu adalah sebagai berikut :

1) Tahap pembentukan forum

dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

a) Rapat bersama dan moderator membuka sidang mediasi

Page 35: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxv

b) Mediator menjelaskan tentang peran dan wewenang

c) Mediator berusaha membangun kepercayaan para pihak dalam

proses negosiasi

d) Mediator menjelaskan aturan dasar dari mediasi, aturan

kerahasiaan (confidentially) dan ketentuan rapat-rapat

e) Mediator menjawab pertanyaan-pertanyaan para pihak

f) Bila para pihak sepakat melanjutkan perundingan, mediator

meminta komitmen para pihak untuk mengikuti aturan yang

disepakati

2) Tahap informasi

a) Rapat Bersama

(1) Mediator memberi kesempatan kepada masing-masing pihak

untuk berbicara

(2) Masing-masing pihak menyampaikan fakta dan posisi menurut

versi masing-masing

(3) Mediator bertindak sebagai pendengar yang aktif, dan dapat

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan

(4) Mediator menerapkan aturan kepantasan dan mengontrol

interaksi para pihak

b) Kaukus

(1) Mediator mengadakan pertemuan dengan para pihak secara

terpisah (caucus) untuk mengembangkan informasi lebih

lanjut dan mengetahui keinginan, kepentingan dan

kemungkinan penyelesaian masing-masing pihak.

(2) Mediator membuat rumusan ulang berdasarkan informasi yang

dikembangkan pada pertemuan (rapat bersama) dan kaukus,

mediator mengutarakan inti persengketaan (kasus posisi)

3) Tahap pemecahan masalah

Mediator secara bersama-sama maupun secara terpisah berupaya :

Page 36: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxvi

a) Mengidentifikasi isu-isu

b) Memberi pengarahan kepada para pihak tentang tawar-menawar

untuk pemecahan masalah

c) Mengubah pendirian para pihak dari posisi (positional based)

menjadi kepentingan (interest based)

d) Membantu para pihak menaksir, menilai, dan memprioritaskan

kepentingan-kepentingan

e) Memperluas atau mempersempit sengketa jika perlu

f) Membuat agenda negosiasi

g) Memberikan penyelesaian alternatif

4) Tahap pengambilan keputusan

a) Mediator bekerja dengan para pihak untuk:

(1) Membantu mereka mengevaluasi pilihan

(2) Menetapkan trade off dan menawarkan paket penyelesaian

(3) Memperkecil perbedaan-perbedaan

(4) Menemukan basis yang adil bagi alokasi bersama

b) Mediator jika perlu dapat melakukan

(1) Menekan para pihak

(2) Menemukan rumusan untuk menghindarkan rasa malu (face

saving)

(3) Membantu para pihak menghadapi para pemberi kuasa

(Munir Fuady, 2003 : 48)

3. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Perundang-undangan Mengenai

Pemberian Hak Milik dan Pendaftarannya

a. Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pemberian Hak Milik

Ketentuan yang berkaitan dengan pemberian hak milik diatur di

dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu :

Page 37: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxvii

1) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria

Ketentuan-ketentuan konversi yang mengatur mengenai

konversi hak-hak atas tanah sebelum berlakunya Undang-Undang

Pokok Agraria (UUPA) menjadi Hak Milik menurut konsepsi UUPA

adalah ketentuan Pasal I, Pasal II dan Pasal VII. Dari ketentuan

konversi tersebut, pada prinsipnya hak-hak atas tanah yang

memberikan kewenangan yang paling kuat kepada pemiliknya, yang

sejalan dengan konsepsi Hak Milik atas tanah menurut UUPA, seperti

misalnya :

a) Eigendom atas tanah;

b) hak agrarisch eigendom;

c) hak milik yayasan;

d) hak andarbeni;

e) hak atas druwe;

f) hak atas druwe desa;

g) hak jesini;

h) hak grant Sultan;

i) landerijenbezitrecht;

j) altijddurende erfpacht;

k) hak usaha atas bekas tanah partikelir;

l) hak gogolan;

m) pekulen; dan

n) sanggan

selama dan sepanjang pemegang haknya pada saat ketentuan konversi

ini berlaku adalah Warga Negara Indonesia tunggal, akan

dikonversikan menjadi Hak Milik menurut konsepsi UUPA. Jika

pemegang haknya Warga Negara Asing, maka hak-hak tersebut akan

dikonversikan menjadi hak-hak yang sesuai dengan peruntukannya

dan yang dimungkinkan untuk dikuasai oleh pemiliknya sesuai

Page 38: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxviii

dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 21 ayat (1), yang kemudian

dijelaskan lebih lanjut dalam ayat (3) dan ayat (4) UUPA.

2) Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 6 / 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah

untuk Rumah Tinggal

Menurut Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional No. 6 / 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas

Tanah untuk Rumah Tinggal ini, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

atas tanah untuk rumah tinggal kepunyaan perseorangan Warga

Negara Indonesia yang luasnya 600 m2 atau kurang, atas permohonan

yang bersangkutan, dihapus dan diberikan kembali kepada bekas

pemegang haknya dengan Hak Milik. Dengan demikian, berarti Tanah

Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah untuk rumah tinggal

kepunyaan perseorangan Warga Negara Indonesia yang luasnya 600

m2 atau kurang yang sudah habis jangka waktunya dan masih

dipunyai oleh bekas pemegang hak tersebut, atas permohonan yang

bersangkutan diberikan Hak Milik kepada bekas pemegang haknya.

Dalam rumusan Pasal 1 huruf a, dan Pasal 2 ayat (3), dapat

diketahui bahwa pemberian status Hak Milik didahului dengan

penghapusan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai dalam Buku Tanah

dan Sertipikat serta daftar umum lainnya atas bidang tanah yang akan

diberikan status Hak Milik tersebut. Selanjutnya atas pemberian status

Hak Milik tersebut dibuatkan Buku Tanahnya dan menerbitkan

Sertipikat Hak Milik dengan didasarkan pada data fisik yang

tercantum dalam pendaftaran Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

yang dihapuskan hak atas tanahnya tersebut (Kartini Muljadi dan

Gunawan Widjaja, 2004 : 47).

Mengenai perubahan Hak Hak Guna Bangunan atau Hak

Pakai atas tanah untuk rumah tinggal di atas Hak Pengelolaan atas

nama Instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tingkat I,

Pemerintah Daerah Tingkat II atau BUMN/BUMD, dapat

Page 39: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xxxix

ditingkatkan statusnya menjadi Hak Milik berdasarkan Keputusan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 /

1998 apabila hal tersebut disetujui secara tertulis oleh pemegang Hak

Pengelolaan yang bersangkutan dengan disertai pernyataan bahwa

tanah tersebut terletak di kawasan yang menurut perencanaan tanah

Hak Pengelolaan itu memang diperuntukkan bagi pemukiman. Bila

Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai tersebut adalah atas tanah Hak

Pengelolaan PERUM PERUMNAS, maka persetujuan itu wajib

diberikan oleh PERUM PERUMNAS sepanjang mengenai tanah

yang dipergunakan untuk rumah tinggal, mengingat bidang tugas

pemegang Hak Pengelolaan ini adalah memang mengembangkan

perumahan dan pemukiman (Boedi Harsono, 2002 : 326).

3) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

No. 5 / 1998 tentang Perubahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

Atas Tanah untuk Rumah Tinggal yang Dibebani Hak Tanggungan

menjadi Hak Milik

Dari penjelasan yang diberikan sehubungan dengan Keputusan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 /

1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Tinggal

di atas, dapat diketahui bahwa pemberian status Hak Milik selalu

didahului dengan penghapusan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

dalam Buku Tanah dan Sertipikat serta daftar umum lainnya atas

bidang tanah yang akan diberikan status Hak Milik tersebut. Ini

berarti, dalam Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang akan diubah

statusnya menjadi Hak Milik telah dibebani dengan Hak Tanggungan,

maka dengan hapusnya Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang

dibebani dengan Hak Tanggungan tersebut, maka hapus pulalah Hak

Tanggungan yang dibebankan di atas bidang tanah dengan status Hak

Guna Bangunan atau Hak Pakai itu.

Agar kreditor pemegang Hak Tanggungan tetap terjamin hak

(kebendaannya) tersebut, maka perlu diletakkan kembali Hak

Page 40: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xl

Tanggungan baru di atas bidang tanah yang sama, tetapi dengan status

Hak Milik. Untuk lebih menjelaskan akan status hapusnya Hak

Tanggungan yang dibebankan di atas bidang tanah dengan status Hak

Guna Bangunan atau Hak Pakai yang dihapus tersebut, dan

selanjutnya kewajiban untuk meletakkan kembali Hak Tanggungan di

atas bidang tanah yang sama dengan status Hak Milik tersebut, maka

dibuatlah ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 / 1998 tentang

Perubahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai Atas Tanah untuk

Rumah Tinggal yang Dibebani Hak Tanggungan menjadi Hak Milik

(Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004 : 47 – 48).

Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional No. 5 / 1998 ini, memberikan kepastian

kepada kreditor, bahwa kreditnya akan dijamin dengan Hak

Tanggungan Baru atas Hak Milik yang akan diperoleh pemberi Hak

Tanggungan, yaitu dengan memberikan Surat Kuasa Membebankan

Hak Tanggungan kepada kreditor, sebelum Hak Milik yang

diperolehnya dimohonkan pendaftaran. Pemberian kuasa tersebut sah

menurut hukum, karena sudah ada kepastian bahwa pemberi kuasa itu

akan memperoleh Hak Milik yang akan dibebani Hak Tanggungan

yang bersangkutan. SKMHT tersebut kemudian dapat digunakan oleh

kreditor, selaku kuasa pemegang Hak Milik, melakukan pembebanan

Hak Tanggungan baru atas Hak Milik tersebut. Dengan sendirinya,

untuk keperluan Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan-nya,

diberikan juga kuasa kreditor untuk menerima sertipikat Hak Milik

tersebut setelah selesai didaftar.

Dari pihak PPAT, yang bertugas membuat SKMHT dan

APHT-nya, juga diharapan pemahaman mengenai arti kebijakan

Pemerintah dalam pemberian Hak Milik tersebut dan bantuan dalam

penetapan biaya pembuatannya. Dalam pasal 4 ditetapkan bahwa bagi

tanah untuk RSS/RS biaya tersebut tidak lebih dari Rp 50.000,- dan

Page 41: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xli

bagi tanah untuk rumah tinggal yang lain Rp 10.000,-. Sedangkan

untuk pencatatan hapusnya Hak Tanggungan yang semula membebani

hak yang hapus dan pendaftaran Hak Tanggungan yang baru, tidak

dipungut biaya (Boedi Harsono, 2003 : 528 – 529).

4) Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 9 / 1997 Jis. No 15 / 1997 dan No. 1 / 1998 tentang

Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Sangat Sederhana

(RSS) dan Rumah Sederhana (RS)

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 9 / 1997 Jis. No 15 / 1997 dan No. 1 / 1998 tentang

Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Sangat Sederhana

(RSS) dan Rumah Sederhana (RS) ini adalah ketentuan khusus yang

berhubungan dengan pemberian Hak Milik atas tanah, yang termasuk

dalam kriteria Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Sederhana

(RS).

Dalam rumusan ketentuan Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4

dan Pasal 5 Keputusan Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional No. 9 / 1997 Jis. No 15 / 1997 dan No. 1 /

1998 tersebut, dijelaskan bahwa terhadap bidang tanah yang :

a) harga perolehan tanah dan rumah tidak lebih daripada

Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah), dan

b) di atasnya telah dibangun rumah dalam rangka pembangunan

massal atau kompleks perumahan.

maka, dalam memberikan status Hak Milik atas bidang tanah tersebut,

proses penyelesaian perubahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

menjadi Hak Milik akan mengikuti ketentuan yang diatur dalam

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 6 / 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah

untuk Rumah Tinggal (Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004 :

52 – 57).

Page 42: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xlii

5) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

No. 9 / 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas

Tanah Negara dan Hak Pengelolaan

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional No. 9 / 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan

Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan ini merupakan

ketentuan umum yang berlaku bagi perolehan Hak Milik.

Dalam Pasal 8 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional No. 9 / 1999 ini, dinyatakan bahwa Hak

Milik dapat diberikan kepada :

a) Warga Negara Indonesia

b) Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

(1) Bank Pemerintah;

(2) Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh

Pemerintah.

Kemudian, dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), dijelaskan

bahwa permohonan Hak Milik atas tanah negara diajukan secara

tertulis dan permohonan tersebut harus memuat :

a) keterangan mengenai pemohon;

b) keterangan mengenai tanahnya, yang meliputi data yuridis dan

data fisik;

c) dan lain-lain :

(1) keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-

tanah yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah

yang dimohon;

(2) keterangan lain yang diangap perlu.

Permohonan hak atas tanah ini dilakukan terhadap :

a) Tanah Negara bebas : belum pernah melekat sesuatu hak

Page 43: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xliii

b) Tanah Negara asalnya masih melekat sesuatu hak dan jangka

waktunya belum berakhir, tetapi dimintakan perpanjangannya

c) Tanah Negara asalnya pernah melekat sesuatu hak dan jangka

waktunya telah berakhir untuk dimintakan pembaharuannya, di

sini termasuk tanah-tanah bekas hak Barat maupun tanah-tanah

yang telah terdaftar menurut UUPA.

Sebelum mengajukan permohonan hak, pemohon harus

menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan

data fisik yang dimiliki. Data yuridis adalah bukti-bukti atau dokumen

penguasaan tanah, sedangkan data teknis adalah Surat Ukur dan

SKPT atas tanah dimaksud.

Permohonan hak yang diterima oleh Kantor Pertanahan

diproses antara lain dengan penelitian ke lapangan oleh Panitia

Pemeriksa Tanah (Panitia “A”), kemudian apabila telah memenuhi

syarat maka sesuai kewenangannya dan diterbitkan Surat Keputusan

Pemberian Hak atas Tanah.

Pemohon mendaftarkan haknya untuk memperoleh sertipikat

hak atas tanah setelah membayar uang pemasukan ke Kas Negara dan

atau BPHTB jika dinyatakan dalam surat keputusan tersebut.

Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran SK pemberian hak

untuk memperoleh sertipikat tanda bukti hak adalah :

a) surat permohonan pendaftaran

b) surat pengantar SK Pemberian Hak

c) SK Pemberian Hak untuk keperluan pendaftaran

d) Bukti pelunasan uang pemasukan atau BPHTB apabila

dipersyaratkan

e) identitas pemohon

(http://tanahkoe.tripod.com/bhumiku/id15.html)

Page 44: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xliv

b. Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pelaksanaan Pendaftaran

Tanah

Adapun ketentuan yang berkaitan dengan pendaftaran tanah

terdapat di dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria

Dalam Pasal 19 UUPA dinyatakan bahwa untuk menjamin

kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan

yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Ketentuan lain yang mengatur tentang pendaftaran tanah

adalah Pasal 23 ayat (1) UUPA yang menentukan bahwa hak milik,

demikian pula setiap peralihannya, hapusnya dan pembebannya

dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan yang

dimaksudkan dalam Pasal 19. Pasal 32 ayat (1) UUPA menyatakan

bahwa hak guna usaha termasuk syarat pemberiannya, demikian juga

setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut harus didaftarkan

menurut ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPA. Sedangkan

Pasal 38 ayat (1) UUPA menentukan bahwa hak guna bangunan,

termasuk syarat-syarat pemberiannya demikian juga setiap peralihan

dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan yang

dimaksud dalam Pasal 19 UUPA.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah.

3) Peraturan Menteri Negara Agraria/KBPN Nomor 3 Tahun 1997

tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 yang dimaksud dengan Pendaftaran Tanah adalah rangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan dan

Page 45: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xlv

teratur yang meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan

penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk

peta dan daftar, mengenai bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,

termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah

yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-

hak tertentu yang membebaninya.

Sedangkan pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono adalah

suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah

secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau

data tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan,

penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka

memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk

penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya (Boedi Harsono, 2003 : 72).

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, apabila dirinci maka

unsur pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :

1) Kata-kata “suatu rangkaian kegiatan” menunjukkan kepada kegiatan

dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah yang saling berhubungan

dan akhirnya menyediakan data yang diperlukan untuk jaminan

kepastian hukum di bidang pertanahan.

2) Kata-kata “terus menerus” menunjukkan kepada pelaksana kegiatan

yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data yang sudah

terkumpul dan tersedia harus selalu dipelihara, dalam arti disesuaikan

dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian hingga selalu

sesuai dengan keadaan yang terakhir.

3) Kata-kata “teratur” menunjukkan bahwa semua kegiatan harus

berlandaskan peraturan perundang-undangan yang sesuai, karena

hasilnya akan merupakan data bukti menurut hukum, biarpun daya

kekuatan pembuktiannya tidak selalu sama dalam hukum negara-

negara yang menyelenggarakan pendaftaran tanah.

Page 46: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xlvi

4) Data tanah

Dalam hal data tanah terdapat dua jenis yaitu :

a) Data fisik, yaitu data-data mengenai letak tanah, luas tanah, serta

batas-batas tanahnya, bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.

b) Data yuridis, yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa

pemegang hak tersebut serta peralihan dan pembebannya jika ada.

5) Kata-kata “wilayah” adalah wilayah kesatuan administrasi

pendaftaran meliputi seluruh negara.

6) Kata-kata “tanah-tanah tertentu” menunjukkan kepada objek

pendaftaran tanah. Ada kemungkinan, bahwa yang didaftar hanya

sebagian tanah yang dipunyai dengan hak yang ditunjuk.

Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah tersebut mereka

yang mempunyai tanah dengan mudah akan dapat membuktikan haknya

atas tanah yang dikuasai dan dipunyai dan mereka yang memerlukan

keterangan akan dengan mudah memperolehnya, karena keterangan-

keterangan yang tersimpan di kantor penyelenggaraan pendaftaran tanah,

terbuka bagi umum. Dari arti umum boleh mengetahuinya (Boedi

Harsono, 2003 : 71).

Dengan adanya pendaftaran tanah ini barulah dapat dijamin

tentang hak-hak seseorang di atas tanah. Pihak ketiga secara mudah dapat

melihat hak-hak apa atau beban apa yang terletak di atas bidang tanah.

Hal ini berarti terpenuhi syarat-syarat tentang pengumuman

(openbaarhied), yang merupakan salah satu syarat melekat kepada hak-

hak yang bersifat kebendaan (Sudargo Gautama, 1993 : 47).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi :

1) Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali (initial registration)

Adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap

objek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau

Page 47: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xlvii

Peraturan Pemerintah ini. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama

kali meliputi :

a) Pengumpulan dan pengelolaan data fisik.

b) Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan

haknya.

c) Penerbitan sertipikat.

d) Penyajian data fisik dan data yuridis.

e) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan dengan dua

cara yaitu sebagai berikut :

a) Pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran tanah

untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi

semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam

wilayah suatu desa atas keseluruhan dan biasanya yang aktif

melakukan kegiatan pendaftaran adalah pemerintah.

b) Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek

pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa

atau kelurahan secara individual atau massal dan biasanya yang

aktif melakukan kegiatan pendaftaran tanah adalah individu-

individu atau masyarakat.

(Boedi Harsono, 2003 : 75 – 76 ).

Sedangkan menurut pendapat Boedi Harsono, kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi tiga bidang kegiatan

yaitu :

a) Bidang fisik atau “teknik kadastral”

Kegiatan di bidang fisik mengenai tanahnya, untuk memperoleh

data mengenai letaknya, batas-batasnya, luasnya, bangunan-

bangunan dan atau tanaman-tanaman penting yang ada di atasnya.

Setelah dipastikan letak tanah yang akan dikumpulkan data fisik

Page 48: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xlviii

kegiatannya dimulai dengan penetapan batas-batasnya serta

pemberian tanda-tanda batas di tiap sudutnya. Selanjutnya diikuti

dengan pengukuran dan pembuatan peta data fisiknya. Penetapan

batas-batas tanah dilakukan atas penunjukan pemegang hak yang

bersangkutan, yang disetujui oleh pemegang hak atas tanah yang

berbatasan. Peta pendaftaran melukiskan semua tanah yang ada di

wilayah pendaftaran yang sudah diukur. Untuk tiap bidang tanah

yang haknya didaftarkannya dibuat apa yang dinamakan surat

ukur.

b) Bidang Yuridis

Kegiatan bidang yuridis bertujuan untuk memperoleh data

mengenai haknya, siapa pemegang haknya, dan ada atau tidak

adanya hak pihak lain yang membebaninya. Pengumpulan data

tersebut menggunakan alat pembuktian berupa dokumen dan lain-

lainnya.

c) Penerbitan tanda bukti hak

Bentuk kegiatan pendaftaran dan hasilnya, termasuk apa yang

merupakan surat tanda bukti hak, tergantung pada sistem

pendaftaran yang digunakan. Dokumen tanda bukti hak ini di

Indonesia bisa diterjemahkan sebagai sertipikat hak milik. (Boedi

Harsono, 2003 : 74 – 75)

2) Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah (Maintenance)

Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data

fisik dan data yuridis dalam peta pendafatran tanah, daftar nama, surat

ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang

terjadi kemudian. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah

meliputi :

a) Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak.

b) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.

Page 49: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xlix

Pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh kepala kantor

pertanahan yang dibantu oleh PPAT atau pejabat lain yang ditugaskan

untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Yang dimaksud kegiatan

tertentu yang pelaksanaannya ditugaskan kepada pejabat lain, adalah

kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi

wilayah kerja kepala kantor pertanahan, misalnya pengukuran titik

dasar teknik, pemetaan fotogrametri, dan sebagainya.

Satuan wilayah tata usaha pendaftaran tanah adalah desa atau

kelurahan, dengan pengecualian bagi hak guna usaha, hak

pengelolaan, hak tanggungan, dan tanah negara. Satuan wilayahnya

adalah kabupaten atau kota, karena pada umumnya areal hak guna

usaha, hak pengelolaan dan tanah negara serta objek hak tanggungan

dapat meliputi beberapa desa atau kelurahan.

4. Tinjauan Umum Tentang Kantor Pertanahan

a. Pengertian Kantor Pertanahan

Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor

Pertanahan, Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan

Nasional di Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kanwil

BPN.

b. Fungsi Kantor Pertanahan dan Sebelas Agenda Pertanahan Nasional

1) Fungsi Kantor Pertanahan

Dalam menyelenggarakan tugas, berdasarkan Pasal 31

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan, Kantor

Pertanahan mempunyai fungsi :

Page 50: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

l

a) penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka

pelaksanaan tugas pertanahan;

b) pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan;

c) pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran,

dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan

survei potensi tanah;

d) pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah,

dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,

perbatasan, dan wilayah tertentu;

Dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan ketentuan

huruf d ini, Kantor Pertanahan berupaya untuk merumuskan

kebijakan teknis pemetaan dasar, menyiapkan norma, standar,

pedoman, dan mekanisme baik dalam peruntukan, penggunaan,

dan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah,

penyediaan tanah untuk keperluan pembangunan dan penataan

pertanahan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan

wilayah-wilayah tertentu.

e) pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak

tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset

pemerintah;

Kaitannya dengan pemberian sertipikat sebagai bentuk

penguatan hak atas tanah, maka Kantor Pertanahan sesuai dengan

fungsinya pada huruf e ini, merumuskan kebijakan teknis,

pedoman, dan mekanisme dalam mengusulkan dan melaksanakan

penetapan hak, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data

pertanahan dan administrasi tanah aset milik pemerintah.

f) pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara,

tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat;

Page 51: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

li

Kantor Pertanahan dalam hal ini berupaya untuk

merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis, perencanaan dan

program penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pengendalian

tanah serta pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan

pendayagunaan tanah kritis untuk berbagai kegiatan pembangunan

melalui penyiapan dan pembinaan kemitraan, redistribusi tanah,

serta kepentingan lainnya sekaligus pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat di bidang pertanahan.

g) penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan;

Dalam rangka mengantisipasi permasalahan pertanahan

yang semakin kompleks dan untuk meminimalkan timbulnya

sengketa / konflik pertanahan dalam masyarakat, Kantor

Pertanahan berupaya untuk merumuskan kebijakan teknis di

bidang pengkajian dan penanganan sengketa, konflik dan perkara

pertanahan baik secara hukum dan non hukum.

h) pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah;

i) pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional

(SIMTANAS);

j) pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada

masyarakat, pemerintah dan swasta;

k) pengkoordinasian penelitian dan pengembangan;

l) pengkoordinasian pengembangan sumber daya manusia

pertanahan;

m) pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana

dan prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan.

2) Sebelas Agenda Pertanahan Nasional

Untuk mencapai sasaran strategis yang diterapkan, maka

mengacu pada fungsi Kantor Pertanahan, ditetapkan Sebelas Agenda

Kebijakan di bidang pertanahan sebagai berikut :

Page 52: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lii

a) Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan

Nasional.

b) Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta

sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

c) Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land

tenureship).

d) Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban

bencana alam dan daerah-daerah konflik.

e) Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan

konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

f) Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional

(SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di

seluruh Indonesia.

g) Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat.

h) Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala

besar.

i) Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-

undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.

j) Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.

k) Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan

Pertanahan.

c. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

Kantor Pertanahan dikepalai seorang Kepala Kantor yang bertugas

dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di Kantor Pertanahan

tersebut.

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Kantor Pertanahan Kota

Surakarta dibantu oleh bagian-bagian yang meliputi :

Page 53: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

liii

1) Bagian Tata Usaha

Bagian ini bertugas untuk melakukan memberikan pelayanan

administratif kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta

menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan

peraturan perundang-undangan.

Fungsi dari Bagian Tata Usaha :

a) pengelolaan data dan informasi;

b) penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan

akuntabilitas kinerja pemerintah;

c) pelaksanaan urusan kepegawaian;

d) pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran;

e) pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan

prasarana;

f) penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program;

g) koordinasi pelayanan pertanahan.

Subbagian Tata Usaha terdiri dari :

a) Urusan Perencanaan dan Keuangan;

b) Urusan Umum dan Kepegawaian.

2) Seksi Survei, Pengukuran, dan Pemetaan

Bagian ini bertugas untuk melakukan survei, pengukuran dan

pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar,

pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei

potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat

penilai tanah.

Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai fungsi :

a) pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang

dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas

kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah,

pembinaan surveyor berlisensi;

Page 54: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

liv

b) perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas

kawasan/wilayah;

c) pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan

perairan;

d) survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan

tematik dan potensi tanah;

e) pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berlisensi dan pejabat

penilai tanah;

f) pemeliharaan peralatan teknis.

Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari :

a) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan;

b) Subseksi Tematik dan Potensi Tanah.

3) Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

Bagian ini bertugas menyiapkan bahan dan melakukan

penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan pembaruan

hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban

bekas tanah hak; pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah

serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai fungsi :

a) pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah;

b) penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga dan tukar-

menukar, saran dan pertimbangan serta melakukan kegiatan

perijinan, saran dan pertimbangan usulan penetapan hak

pengelolaan tanah;

c) penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi

perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau

pendaftaran hak;

d) pengadministrasian atas tanah yang dikuasai dan/atau milik

negara, daerah bekerjasama dengan pemerintah, termasuk tanah

badan hukum pemerintah;

Page 55: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lv

e) pendataan dan penertiban tanah bekas tanah hak;

f) pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan

pertanahan;

g) pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak;

h) pelaksanaan peralihan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan

PPAT.

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah terdiri dari :

a) Subseksi Penetapan Hak Tanah;

b) Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah;

c) Subseksi Pendaftaran Hak;

d) Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta

Tanah.

4) Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan

Bagian ini bertugas untuk menyiapkan bahan dan melakukan

penatagunaan tanah, landreform konsolidasi tanah, penataan

pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah

tertentu lainnya.

Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai fungsi :

a) pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah

dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,

perbatasan dan wilayah tertentu lainnya, penetapan kriteria

kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah serta penguasaan

dan pemilikan tanah dalam rangka perwujudan fungsi

kawasan/zoning, penyesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah,

penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, penataan tanah

bersama untuk peremajaan kota, daerah bencana dan daerah bekas

konflik serta permukiman kembali;

b) penyusunan rencana persediaan, peruntukan, penggunaan dan

pemeliharaan tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota

dan kawasan lainnya;

Page 56: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lvi

c) pemeliharaan basis data penatagunaan tanah kabupaten/kota dan

kawasan;

d) pemantuan dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan

penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi

kawasan/zoning dan redistribusi tanah, pelaksanaan konsolidasi

tanah, pemberian tanah obyek landreform dan pemanfaatan tanah

bersama serta penertiban administrasi landreform;

e) pengusulan penetapan/penegasan tanah menjadi obyek

landreform;

f) pengambilalihan dan/atau penerimaan penyerahan tanah-tanah

yang terkena ketentuan landreform;

g) penguasaan tanah-tanah obyek landreform;

h) pemberian ijin peralihan hak atas tanah pertanian dan ijin

redistribusi tanah dengan luasan tertentu;

i) penyiapan usulan penetapan surat keputusan redistribusi tanah dan

pengeluaran tanah dari obyek landreform;

j) penyiapan usulan ganti kerugian tanah obyek landreform dan

penegasan obyek konsolidasi tanah;

k) penyediaan tanah untuk pembangunan;

l) pengumpulan, pengolahan, penyajiaan dan dokumentasi data

landreform.

m) pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan.

Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan terdiri dari :

a) Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu;

b) Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah

5) Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

Bagian ini bertugas untuk menyiapkan bahan dan melakukan

kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah

terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.

Page 57: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lvii

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai fungsi :

a) pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara,

tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat;

b) pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi pemenuhan hak dan

kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan dan evaluasi

penerapan kebijakan dan program pertanahan dan program

sektoral, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah

kritis;

c) pengkoordinasian dalam rangka penyiapan rekomendasi,

pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan

dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah

negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis;

d) penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta

usulan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan

pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral

dalam pengelolaan tanah negara serta penanganan tanah terlantar

dan tanah kritis;

e) inventarisasi potensi masyarakat marjinal, asistensi dan

pembentukan kelompok masyarakat, fasilitasi dan peningkatan

akses ke sumber produktif;

f) peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat

dan mitra kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan

masyarakat;

g) pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis untuk

pembangunan;

h) pengelolaan basis data hak atas tanah, tanah negara, tanah

terlantar, dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat;

i) penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian

hubungan hukum atas tanah terlantar.

Page 58: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lviii

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan terdiri dari :

a) Subseksi Pengendalian Pertanahan;

b) Subseksi Pemberdayaan Masyarakat.

6) Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara

Bagian ini bertugas untuk menyiapkan bahan dan melakukan

kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.

Seksi Konflik, Sengketa dan Perkara mempunyai fungsi :

a) pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara

pertanahan;

b) pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan;

c) penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan

secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian

perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik

pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan

dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan

serta usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan

hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah;

d) pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara

pertanahan;

e) pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan

perkara pertanahan.

Seksi Konflik, Sengketa dan Perkara terdiri dari :

a) Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan;

b) Subseksi Perkara Pertanahan.

Adapun Struktur organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

adalah sebagai berikut :

Page 59: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lix

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

Page 60: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lx

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran ini, penulis ingin memberikan gambaran guna

menjawab perumusan masalah yang telah disebutkan pada awal penulisan hukum

ini. Penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro yang dilakukan oleh

Kantor Pertanahan Kota Surakarta beserta tindak lanjutnya diinterpretasikan

1. Penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta

2. Tindak lanjut hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta

Peraturan PerUU-an : 1. UUPA 2. UU No. 51 Tahun 1960 3. UU No. 30 Tahun 1999 4. PP No. 24 Tahun 1997 5. Keppres No. 34 Tahun 2003 6. Perpres No. 10 Tahun 2006 7. PMNA No. 3 Tahun 1997 8. PMNA/KBPN No. 1 Tahun 1999 9. PMNA/KBPN No. 9 Tahun 1999 10. PKBPN No. 3 Tahun 2006 11. PKBPN No. 4 Tahun 2006 12. KKBPN No. 12 Tahun 1992

1. Pelepasan hak atas tanah 2. Pemberian hak milik

KESIMPULAN

INTERPRETASI

PENERAPAN HUKUM

Page 61: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxi

terhadap Peraturan Perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 51

Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau

Kuasanya, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrasi dan APS,

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang

Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, Peraturan

Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1

Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan, Peraturan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun

1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan

Hak Pengelolaan, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan,

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah). Dari Peraturan Perundang-

undangan itu lalu diterapkan ke dalam hasil penyelesaian sengketa (pelepasan

hak atas tanah dan pemberian hak milik), kemudian dibuat kesimpulan mengenai

penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan

Kota Surakarta.

Page 62: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxii

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro terjadi antara pemegang

sertipikat hak atas tanah dengan masyarakat pendatang (urban) terhadap lahan seluas

+ 3093 m2 yang terletak di Kampung Kragilan Rt 08, Rw 24, Kelurahan Kadipiro.

Sengketa itu bermula pada tahun 1997 ketika 54 masyarakat pendatang (urban)

menempati tanah kosong yang tidak terurus dan tidak dimanfaatkan kurang lebih

selama 15 tahun dengan mendirikan bangunan-bangunan untuk dijadikan tempat

tinggal, sedangkan di atas tanah tersebut telah diterbitkan sertipikat hak milik kepada

15 orang pemegang hak atas tanah.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hasil penelitian

dan pembahasan ini, penulis sajikan alur pemikirannya sebagai berikut :

`

SENGKETA

- inventarisasi dan identifikas / pengumpulan data - pengolahan data - analisa data - laporan - gelar perkara à petunjuk penyelesaian

MEDIASI SELESAI

§ pelepasan hak atas tanah (dibuatkan akta / surat pelepasan hak atas tanah) § permohonan hak atas

tanah

§ pertemuan mediasi - pertemuan terpisah

(kaukus) - pertemuan bersama § kesepakatan para

pihak

PENDAFTARAN SK PEMBERIAN HAK MILIK

PROSES PEMBERIAN HAK MILIK

SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN HAK MILIK

SERTIPIKAT

PANITIA “A”

Gambar 3 : Alur Pemikiran

Page 63: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxiii

A. Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Kragilan, Kadipiro Oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta.

Teridentifikasinya permasalahan pertanahan di Kampung Kragilan,

Kadipiro ini bermula dari adanya inventarisasi dan identifikasi / pengumpulan

data yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam rangka

pembuatan peta penyebaran konflik yang terdapat di Kota Surakarta.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan tersebut, diketemukan 19 titik

lokasi konflik pertanahan, salah satunya terletak di Kampung Kragilan,

Kelurahan Kadipiro. Dari hasil inventarisasi itu, Kantor Pertanahan Kota

Surakarta melalui Sub Seksi Penyelesaian Masalah Pertanahan melakukan

pengumpulan data di wilayah sengketa, yaitu di Kampung Kragilan, Kadipiro.

Adapun hasil identifikasi / pengumpulan data yang dilakukan oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta, adalah sebagai berikut :

1. Tanah yang menjadi sengketa seluas + 3093 m2, terletak di Kampung

Kragilan Rt 08, Rw 24, Kelurahan Kadipiro;

2. Bahwa di atas tanah tersebut telah didirikan bangunan tempat tinggal oleh 54

masyarakat pendatang (urban) atau okupusan sejak tahun 1997;

3. Bahwa di atas tanah tersebut sebenarnya telah diterbitkan sertipikat hak milik

kepada 15 orang pemegang hak atas tanah, yaitu :

a. Hak Milik Nomor 8590/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Supono

seluas 208 m2.

b. Hak Milik Nomor 9054/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Djasmin

seluas 203 m2.

c. Hak Milik Nomor 8916/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Gunawan

suami Ny. Setiya Hati seluas 200 m2.

d. Hak Milik Nomor 8634/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Anto

Susanto seluas 200 m2.

e. Hak Milik Nomor 8591/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sri Daryanti seluas 208 m2.

Page 64: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxiv

f. Hak Milik Nomor 8540/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny. Sri

Rusmini isteri Sriyadi Haryanto seluas 200 m2.

g. Hak Milik Nomor 8972/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Helena

Hartatiningsih seluas 199 m2.

h. Hak Milik Nomor 8705/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sudarno

seluas 199 m2.

i. Hak Milik Nomor 8561/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama

Ngadimin seluas 196 m2.

j. Hak Milik Nomor 8589/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama

Widjiyanto seluas 196 m2.

k. Hak Milik Nomor 8704/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny.

Kustiyah seluas 196 m2.

l. Hak Milik Nomor 8860/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sumartini seluas 196 m2.

m. Hak Milik Nomor 8588/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sugiyarti

seluas 196 m2.

n. Hak Milik Nomor 8861/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

o. Hak Milik Nomor 8973/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

4. Bahwa pemegang Hak Atas Tanah menganggap 54 masyarakat pendatang

(urban) atau okupusan tersebut menyerobot tanah mereka;

5. Tanah yang menjadi obyek sengketa terbagi atas 16 kapling, dimana tiap-tiap

kapling luasnya + 140 m2;

6. Kondisi pemukiman kumuh, kebanyakan rumah-rumah terbuat dari bambu,

kayu, seng (belum permanen).

7. Kondisi masyarakat (54 orang okupusan) miskin, pekerjaan tidak tetap,

pendidikan kebanyakan lulusan SD, SLTP, dan SLTA.

Page 65: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxv

Dari hasil inventarisasi dan identifikasi / pengumpulan data itu, kemudian

dilakukan pengolahan data oleh Sub Seksi Penyelesaian Masalah Pertanahan

Kantor Pertanahan Kota Surakarta, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa konflik yang terjadi di Kampung Kragilan, Kadipiro sudah terjadi

sejak tahun 1997 antara 15 orang pemegang sertipikat dengan 54 orang

okupusan terhadap lahan seluas + 3093 m2;

2. Pemukiman kumuh, okupusan miskin, tingkat pendidikan rendah;

3. Pekerjaan tidak tetap, kategori ekonomi lemah;

4. Masyarakatnya memungkinkan untuk diberdayakan.

Hasil pengolahan data tersebut, selanjutnya dilakukan analisa dengan

tujuan untuk dapat memetakan serta mengklasifikasi bentuk-bentuk konflik yang

sedang dihadapi sehingga dapat merancang metode pendekatan yang efektif

untuk mengatasinya. Adapun hasil daripada analisa yang dilakukan, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Bahwa sengketa yang terjadi di Kampung Kragilan, Kadipiro antara 15 orang

Pemegang Sertipikat dengan 54 orang okupusan dapat digolongkan dalam

Tipologi Sengketa Penguasaan dan Kepemilikan, dalam socio crime dapat

digolongkan ke dalam sengketa sebagai tindakan, artinya sengketa tersebut

terjadi karena merupakan ekspresi perasaan dan pengartikulasian dari

persepsi ke dalam suatu tindakan, untuk mendapatkan suatu kebutuhan

(kebutuhan dasar, kepentingan dan kebutuhan akan identitas) yang memasuki

wilayah kebutuhan orang lain. Dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk

mendirikan bangunan-bangunan untuk dijadikan tempat tinggal di atas tanah

yang sudah diterbitkan 15 sertipikat hak atas tanah.

2. Bahwa untuk meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh sengketa

pertanahan yang terjadi masyarakat antara 15 orang pemegang sertipikat hak

atas tanah dengan 54 orang okupusan, maka harus segera dilakukan

penyelesaian terhadap sengketa yang terjadi.

Page 66: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxvi

3. Bahwa untuk itu perlu diadakan gelar perkara untuk mempertemukan kedua

belah pihak, agar dapat dicari petunjuk penyelesaian yang tepat untuk

mengakhiri sengketa yang terjadi di Kragilan, Kadipiro.

Hasil analisa ini, kemudian dilaporkan kepada Kepala Kantor Pertanahan

Kota Surakarta untuk segera ditindak lanjuti. Berdasar Surat Keputusan Kantor

Pertanahan Kota Surakarta tanggal 6 Juni 2006 Nomor : 500/01/2006, bidang

tanah tersebut telah ditetapkan sebagai lokasi dan peserta kegiatan Tata Laksana

Pertanahan (P3HT) tahun anggaran 2006.

Disamping itu, tindakan 54 orang okupusan tersebut merupakan bentuk

tindak pidana yaitu pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya

sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Nomor 51 Tahun 1960, dalam

Pasal 2 dan Pasal 6 ayat (1) huruf a, bahwa pemakaian tanah tanpa izin dari yang

berhak atau kuasanya yang sah adalah perbuatan yang dilarang dan diancam

dengan hukuman pidana. Namun demikian, dalam menyikapi konflik-konflik dan

sengketa pertanahan yang timbul, harus melihat dari beberapa sudut pandang

dengan tetap mengedepankan keadilan dan tidak merugikan kedua belah pihak,

jadi tidaklah hanya dipandang dari sisi perbuatan okupusan saja, tetapi juga dari

segi pemanfaatan dan penggunaan tanahnya oleh pemilik, apabila dari segi

pemanfaatannya tanah tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal bahkan

terkesan ditelantarkan oleh pemiliknya kurang lebih selama 15 tahun.

Oleh karena itu, sebagai wujud keinginan dan kepedulian Pemerintah

untuk menangani konflik dan sengketa pertanahan yang mempunyai implikasi

langsung terhadap “korban” di bidang pertanahan, Badan Pertanahan Nasional

dalam mengemban amanah untuk mengelola bidang pertanahan sesuai dengan

Pasal 2 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan

Pertanahan Nasional yang menyebutkan bahwa Badan Pertanahan Nasional

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara

nasional, regional dan sektoral, membentuk Deputi V Bidang Pengkajian dan

Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan (Pasal 343 Peraturan Kepala BPN

Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia), yang selanjutnya di tingkat Propinsi yaitu pada

Page 67: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxvii

Kantor Wilayah BPN dibentuk Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan

Konflik Pertanahan, sedangkan di tingkat Kabupaten / Kota, yaitu pada setiap

Kantor Pertanahan Kabupaten / Kota, dalam hal ini Kantor Pertanahan Kota

Surakarta dibentuk Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara (Pasal 4 dan Pasal 32

Peraturan Kepala BPN No 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan), dan

sebagaimana Tugas Pokok dan Fungsinya, dalam menyelesaikan sengketa

pertanahan antara 54 orang okupusan dengan 15 orang pemegang hak atas tanah

tersebut, dengan tetap mengedepankan keadilan, langkah yang ditempuh salah

satunya adalah dengan melaksanakan mediasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini

penulis akan memaparkan proses penyelesaian sengketa di Kampung Kragilan,

Kadipiro yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta melalui

mediasi.

Pada hari Selasa, tanggal 17 Oktober 2006, diadakan gelar perkara untuk

mempertemukan kedua belah pihak yaitu pihak okupusan dan pemegang

sertipikat hak atas tanah oleh Kantor Pertanahan Surakarta sekaligus mencari

solusi penyelesaian bersama untuk menyelesaikan sengketa pertanahan yang

terjadi di Kragilan, Kadipiro. Untuk mempertemukan kedua belah pihak, dalam

melakukan pendekatan terhadap pihak okupusan dilakukan oleh Suroso (Lurah

Gandean), sedangkan pendekatan terhadap pihak pemegang sertipikat Hak Atas

Tanah dilakukan oleh Darsono (Pengacara).

Dalam gelar perkara ini, Kantor Pertanahan Kota Surakarta mendorong

para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikir yang posisional, tetapi harus

bersikap terbuka dan mencari alternative penyelesaian pemecahan masalah

bersama. Di sini Kantor Pertanahan Kota Surakarta memberikan alternative

penyelesaian guna menyelesaikan sengketa diantara kedua belah pihak tersebut,

yaitu dengan melalui jalur mediasi untuk mencapai suatu kesepakatan /

perdamaian bersama.

Dari gelar perkara yang dilakukan di salah satu rumah warga, tepatnya di

rumah Paijo (Ketua Rt 08, Rw 24 Kampung Kragilan, Kelurahan Kadipiro,

Kecamatan Banjarsari Surakarta) yang dihadiri oleh Naniek Suprijatni Urip

Page 68: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxviii

Redjeki (Lurah Kadipiro) dan Muh. Yani (PEMDA), Tri Warsito Purwatno, dan

kawan-kawan (54 orang) okupusan, dan pihak pemegang sertipikat Hak Atas

Tanah (15 orang) yang diwakili oleh Suroso (Lurah Gandean) dan Suwardi, para

pihak sepakat untuk menyelesaikan permasalahan di antara mereka secara

musyawarah (perdamaian) melalui jalur mediasi dengan menunjuk Kantor

Pertanahan Kota Surakarta sebagai perantara perdamaian / pihak penengahnya

(mediator).

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, bahwa kesepakatan / perjanjian yang dibuat secara sah antara kedua

belah pihak ini berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Jadi, para pihak harus mematuhi apa yang menjadi kesepakatan mereka bersama.

Penyelesaian sengketa secara musyawarah dengan jalur mediasi yang

disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu Tri Warsito Purwatno, dan kawan-

kawan (54 orang), serta 15 orang pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut

telah sesuai dengan prinsip-prinsip mediasi, mengingat tujuan utama mediasi

adalah untuk menyelesaikan masalah, bukan sekedar menerapkan norma maupun

menciptakan ketertiban saja namun dalam pelaksanaannya juga harus didasarkan

prinsip-prinsip umum sebagai berikut :

1. Sukarela

Prinsip ini sangat penting karena para pihak mempunyai kehendak yang

bebas untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek sengketa. Hal ini

dimaksudkan agar dikemudian hari tidak terdapat keberatan-keberatan atas

kesepakatan yang telah diambil dalam rangka penyelesaian sengketa tersebut.

2. Independen dan tidak memihak

Penyelesaian sengketa melalui mediasi harus bebas dari pengaruh pihak

manapun, baik dari masing-masing pihak, mediator maupun pihak ketiga.

Untuk itu mediator harus independen dan netral.

3. Hubungan personal antara pihak

Penyelesaian sengketa selalu akan difokuskan pada substansi persoalan,

untuk mencari penyelesaian yang lebih baik daripada sekedar rumusan

Page 69: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxix

kesepakatan yang baik. Hubungan antar para pihak diupayakan tetap terjaga

meskipun persengketaannya telah selesai. Inilah yang menjadi alasan

mengapa penyelesaian sengketa melalui mediasi bukan saja berupaya

mencari solusi terbaik, tetapi juga solusi tersebut tidak mempengaruhi

hubungan personal.

Dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi dimana Kantor Pertanahan

Kota Surakarta sebagai mediatornya ini perlu dilandasi dengan kewenangan-

kewenangan yang sah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Hal ini

penting sebagai landasan Kantor Pertanahan Kota Surakarta untuk menjadi

mediator di dalam penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro.

Urusan pertanahan dikuasai oleh aspek hukum publik dan hukum privat, maka

tidak semua sengketa pertanahan dapat diselesaikan melalui lembaga mediasi,

hanya sengketa pertanahan yang dalam kewenangan sepenuhnya dari pemegang

hak saja yang dapat diselesaikan melalui lembaga mediasi. Oleh karena itu,

kesepakatan dalam rangka penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan

pembatasan-pembatasan, hal ini dimaksudkan agar putusan mediasi tersebut tidak

melanggar hukum serta dapat dilaksanakan secara efektif di lapangan. Adapun

pembatasan-pembatasan dalam penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan,

Kadipiro ini, yaitu segala hal yang merupakan bentuk kesepakatan dari kedua

belah pihak, misalnya mengenai bentuk penyelesaian, penunjukan pihak

mediator, masalah tempat dan waktu pertemuan, dan sebagainya.

Dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan

Sengketa Pertanahan, dinyatakan bahwa penanganan penyelesaian masalah /

sengketa pertanahan di tingkat Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya

ditugaskan kepada Kepala Seksi Hak Atas Tanah dengan dibantu oleh

pejabat/petugas terkait dari Kantor Pertanahan.

Guna lebih menegaskan ketentuan yang dimaksud Pasal 6 Peraturan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun

1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan, maka Kantor

Pertanahan Kota Surakarta mengeluarkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan

Page 70: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxx

Kota Surakarta Nomor 570/724/2005 tentang Pembentukan Sekretariat

Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Surakarta, dengan

susunan keanggotaan yang terdiri dari pejabat di Kantor Pertanahan Kota

Surakarta sebagai berikut :

1. Ketua merangkap anggota : Kepala Seksi Hak-Hak Atas Tanah

2. Sekretaris merangkap anggota : Kepala Sub Seksi Penyelesaian Masalah

Pertanahan

3. Anggota : a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

b. Kepala Seksi Pengukuran dan

Pendaftaran Tanah

c. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah

d. Kepala Seksi Pengaturan

Penguasaan Tanah

e. Kepala Sub Seksi Rencana dan

Bimbingan Penatagunaan Tanah

f. Kepala Sub Seksi Penataan,

Penguasaan dan Pemilikan Tanah

g. Kepala Sub Seksi Pengukuran,

Pemetaan dan Konversi

Sekretariat Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kota

Surakarta ini mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Menerima pengaduan masalah/sengketa pertanahan dari masyarakat.

2. Melakukan koordinasi dengan seksi yang lain terhadap penanganan sengketa

Pertanahan.

3. Melaksanakan Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

4. Melakukan pengadministrasian secara periodik dan dilaporkan secara

berjenjang kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor

Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Tengah.

Page 71: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxi

Sebagai perantara perdamaian / pihak penengah (mediator), Kantor

Pertanahan Kota Surakarta kemudian meminta kepada kedua belah pihak untuk

menyerahkan dokumen-dokumen, surat-surat yang diperlukan untuk

membuktikan penguasaan tanah di Kampung Kragilan Rt 08, Rw 24, Kelurahan

Kadipiro. Oleh pihak pemegang sertipikat hak atas tanah, menyerahkan sertipikat

hak milik atas tanah di Kampung Kragilan Rt 8, Rw 24, Kelurahan Kadipiro,

diantaranya :

1. Hak Milik Nomor 8590/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Supono

seluas 208 m2.

2. Hak Milik Nomor 9054/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Djasmin

seluas 203 m2.

3. Hak Milik Nomor 8916/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Gunawan

suami Ny. Setiya Hati seluas 200 m2.

4. Hak Milik Nomor 8634/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Anto Susanto

seluas 200 m2.

5. Hak Milik Nomor 8591/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang Sri

Daryanti seluas 208 m2.

6. Hak Milik Nomor 8540/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny. Sri

Rusmini isteri Sriyadi Haryanto seluas 200 m2.

7. Hak Milik Nomor 8972/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Helena

Hartatiningsih seluas 199 m2.

8. Hak Milik Nomor 8705/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sudarno

seluas 199 m2.

9. Hak Milik Nomor 8561/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ngadimin

seluas 196 m2.

10. Hak Milik Nomor 8589/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Widjiyanto

seluas 196 m2.

11. Hak Milik Nomor 8704/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny. Kustiyah

seluas 196 m2.

Page 72: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxii

12. Hak Milik Nomor 8860/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sumartini seluas 196 m2.

13. Hak Milik Nomor 8588/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sugiyarti

seluas 196 m2.

14. Hak Milik Nomor 8861/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

15. Hak Milik Nomor 8973/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

Sedangkan dari pihak okupusan menyerahkan surat keterangan tanah dari

Kepala Kalurahan Kadipiro tanggal 3 Oktober 2006 No. 590/01 s/d 54/06 yang

menyatakan bahwa tanah tersebut merupakan tanah Negara yang belum ada alas

hak di atasnya dan surat pernyataan (penguasaan atau penggarapan) tanah dimana

tanah tersebut sampai saat ini dikuasai oleh 54 orang okupusan yang

dipergunakan untuk rumah tempat tinggal.

Musyawarah penyelesaian sengketa di Kampung Kragilan, Kadipiro

antara pihak okupusan dan pihak pemegang sertipikat hak atas tanah

dilaksanakan sebanyak 9 kali pertemuan mediasi. Dalam hal ini, Kantor

Pertanahan Kota Surakarta sebagai mediator terjun langsung ke wilayah sengketa

untuk melakukan pendekatan kepada masing-masing dibantu oleh Camat dan

Lurah setempat. Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan jalannya

pertemuan mediasi sebagai berikut :

1. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama yang diselenggarakan pada tanggal 19 Oktober 2006 di

rumah Hadi Wardoyo (Ketua Rw 24 Kampung Kragilan, Kelurahan

Kadipiro), yang dihadiri oleh Naniek Suprijatni Urip Redjeki (Lurah

Kadipiro), Hasta Gunawan (Camat Banjarsari), Tri Warsito Purwatno, dan

kawan-kawan (54 orang) okupusan, pihak pemegang sertipikat Hak Atas

Tanah yang diwakili oleh Suroso, Suwardi, dan Sholeh, serta Kantor

Pertanahan Kota Surakarta yang diwakili oleh Ari Machkota, Kepala Seksi

Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah sebagai pihak mediator, itu diawali

Page 73: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxiii

dengan pembahasan mengenai klausula-klausula yang akan dijadikan sebagai

materi dalam mencapai sebuah kesepakatan. Klausula-klausula tersebut

diantaranya :

a. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta selaku pihak mediator akan

membantu para pihak dalam menganalisa pendekatan-pendekatan sebagai

sarana dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, yaitu dengan menjalin

hubungan dengan masing-masing pihak yang bersengketa.

b. Pihak mediator akan mengadakan pertemuan bersama untuk merumuskan

masalah dan mencari penyelesaian bersama guna mengakhiri sengketa.

2. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2006, dimulai

pukul 15.00 WIB bertempat di Kelurahan Kadipiro dengan agenda pertemuan

antara mediator dengan 15 orang pemegang sertipikat hak atas tanah.

Pertemuan ini diawali pembukaan oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta sebagai mediator, kemudian dilanjutkan :

a. Penjelasan mengenai peran mediator dalam menyelesaian permasalahan

yang terjadi di Kampung Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

b. Memberikan wawasan kepada para pihak bahwa proses mediasi dapat

berlangsung berdasarkan pendekatan kompetitif, kompromistis,

akomodatif atau kolabortif.

c. Penjelasan oleh pihak mediator mengenai kekuatan dan kelemahan

masing-masing pendekatan.

Dari pertemuan dengan 15 orang pemegang sertipikat Hak Atas Tanah

tersebut, kesimpulannya adalah :

a. Bahwa pihak pemegang sertipikat menganggap pihak okupusan (54

orang) itu telah melakukan penyerobotan tanah dengan mendirikan

bangunan untuk tempat tinggal di atasnya tanpa seijin mereka.

b. Bahwa pihak pemegang sertipikat hak atas tanah (15 orang) selaku

pemilik atau pemegang hak atas sebidang tanah Hak Milik No. 8590, No.

Page 74: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxiv

9554, No. 8916, No. 8634, No. 8591, No. 8540, No. 8972, No. 8755, No.

8561, No. 8589, No. 8754, No. 8860, No. 8588, No. 8861, No. 8971

bersedia melepaskan hak atas tanah mereka asalkan mendapatkan ganti

kerugian dari pihak okupusan.

3. Pertemuan Ketiga

Seperti halnya pada pertemuan kedua, pertemuan ketiga yang

dilakukan di rumah Hadi Wardoyo (Ketua Rw 24 Kampung Kragilan,

Kelurahan Kadipiro) pada tanggal 24 Oktober 2006 dengan agenda

pertemuan antara mediator dengan pihak Tri Warsito Purwatno, dan kawan-

kawan (54 orang) okupusan ini juga diawali dengan pembukaan oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta sebagai mediator, kemudian dilanjutkan dengan :

a. Penjelasan mengenai peran mediator dalam menyelesaian permasalahan

yang terjadi di Kampung Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

b. Memberikan wawasan kepada para pihak bahwa proses mediasi dapat

berlangsung berdasarkan pendekatan kompetitif, kompromistis,

akomodatif atau kolabortif.

c. Penjelasan oleh pihak mediator mengenai kekuatan dan kelemahan

masing-masing pendekatan.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pertemuan dengan Tri

Warsito Purwatno, dan kawan-kawan (54 orang) okupusan tersebut, yaitu :

a. Bahwa mereka telah menempati tanah di Kragilan, Kadipiro sejak

terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya aksi demonstrasi

sekitar tahun 1997. Karena terdesak akan kebutuhan hidup yang semakin

kompleks, mereka mendirikan bangunan-bangunan untuk dijadikan

tempat tinggal di daerah Kragilan Rt 08, Rw 24, Kelurahan Kadipiro.

b. Pada mulanya mereka tidak tahu kalau di atas tanah tersebut sudah

diterbitkan 15 sertipikat Hak Milik, mereka baru tahu setelah adanya

inventarisasi dan pengumpulan data oleh Kantor Pertanahan Kota

Page 75: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxv

Surakarta yang menyebutkan bahwa di atas tanah tersebut sudah di

diterbitkan 15 sertipikat hak atas tanah.

c. Bahwa pihak okupusan (54 orang) tidak mau kalau mereka dianggap

melakukan penyerobotan tanah karena mereka memiliki surat keterangan

tanah yang menyatakan tanah tersebut merupakan tanah Negara dan surat

pernyataan (penguasaan atau penggarapan) tanah dari Kepala Kalurahan

Kadipiro tanggal 3 Oktober 2006 No. 590/01 s/d 54/2006 dimana tanah

tersebut sampai saat ini mereka kuasai untuk rumah tempat tinggal.

d. Bahwa dengan berdasar surat pernyataan (penguasaan atau penggarapan)

tanah tanggal 3 Oktober 2006 dan surat keterangan tanah dari Kepala

Kalurahan Kadipiro itu, mereka telah mengajukan Surat Permohonan Hak

Milik Atas Tanah pada tanggal 3 Oktober 2006 kepada Kantor Pertanahan

Kota Surakarta.

Tujuan diadakannya pertemuan terpisah baik dengan 54 orang

okupusan maupun dengan 15 orang pemegang sertipikat Hak Atas Tanah

oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta ini adalah :

a. Menjalin hubungan dengan para pihak.

b. Membangun kepercayaan para pihak yang bersengketa.

c. Memberikan wawasan kepada para pihak tentang prosedur atau tata cara

mediasi.

d. Menjelaskan peran mediator

e. Menyediakan ruang bagi para pihak untuk dapat merefleksikan persoalan

secara individual dan privat mengenai :

1) apa yang terjadi

2) apa yang dirasakan

3) bagaimana hal ini bisa diselesaikan

4) apakah proses mediasi dan pendekatan win-win solution bisa

membantu

Page 76: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxvi

4. Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2006, dimulai

pukul 15.00 WIB bertempat Kelurahan Kadipiro dengan agenda penyampaian

hasil pertemuan dengan pihak okupusan kepada pihak pemegang sertipikat

hak atas tanah.

Pada pertemuan keempat ini, pada intinya adalah merumuskan

kembali pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh pihak okupusan

kepada pihak pemegang hak atas tanah oleh mediator.

Adapun kesimpulan dari pertemuan ini, yaitu :

a. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai pihak mediator,

memberikan saran kepada pemegang sertipikat hak atas tanah agar di

dalam menentukan besarnya ganti kerugian untuk pelepasan hak atas

tanah, mereka mempertimbangkan terlebih dahulu dengan melihat kondisi

daripada pihak okupusan.

b. Bahwa pihak pemegang sertipikat hak atas tanah meminta pembayaran

ganti rugi sebesar Rp 50.000/m2, di mana pada waktu itu harga pasar

sebesar Rp 150.000,-/m2, mengingat keadaan okupusan yang miskin.

5. Pertemuan Kelima

Pertemuan kelima dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2006, dimulai

pukul 15.00 WIB bertempat di rumah Hadi Wardoyo (Ketua Rw 24

Kampung Kragilan, Kelurahan Kadipiro) dengan agenda penyampaian hasil

pertemuan dengan pihak pemegang sertipikat hak atas tanah kepada pihak

okupusan.

Seperti halnya pada pertemuan keempat, pertemuan kelima ini pada

intinya juga merumuskan kembali pernyataan-pernyataan yang dikemukakan

oleh pihak pemegang sertipikat hak atas tanah kepada pihak okupusan oleh

mediator.

Dari pertemuan ini, kesimpulannya adalah :

a. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai pihak mediator,

memberikan saran kepada Tri Warsito Purwatno, dan kawan-kawan (54

Page 77: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxvii

orang) agar mereka bersedia memberikan ganti kerugian kepada

pemegang hak atas tanah sebesar Rp 50.000/m2 seperti yang ditawarkan

atau jika tidak mampu membayar ganti rugi tersebut sebaiknya pindah

dari lahan itu untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya

konflik yang berkepanjangan mengingat dokumen-dokumen yang mereka

(54 orang okupusan) serahkan tidak mempunyai kepastian dan kekuatan

hukum yang kuat.

b. Bahwa pihak okupusan (54 orang) terpecah menjadi 2 kelompok, di mana

33 orang sepakat untuk memberikan ganti rugi kepada pihak pemegang

sertipikat hak atas tanah, sedangkan 21 orang yang menamakan

kelompoknya “Kubu 21” dibawah YAPI (Yayasan Pengabdian Hukum

Indonesia) yang dipimpin oleh Yusuf, menolak untuk memberikan ganti

kerugian dengan alasan :

1) Bahwa berdasarkan surat keterangan tanah dari Kepala Kelurahan

Kadipiro tanggal 3 Oktober 2006 No. 590/01 s/d 54/06, tanah tersebut

merupakan tanah Negara yang belum ada alas hak di atasnya.

2) Bahwa berdasarkan surat pernyataan (penguasaan atau penggarapan)

tanah tanggal 3 Oktober 2006 dari Kepala Kelurahan Kadipiro,

sampai saat ini tanah tersebut masih mereka kuasai untuk

dipergunakan sebagai rumah tempat tinggal

3) Bahwa untuk memperoleh hak milik atas tanah tersebut, tidak perlu

membayar ganti rugi karena berdasarkan surat keterangan tanah dari

Kepala Kelurahan Kadipiro tanggal 3 Oktober 2006 No. 590/01 s/d

54/06, tanah tersebut merupakan tanah Negara, jadi hanya melalui

permohonan hak atas tanah saja kepada Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

6. Pertemuan Keenam, Ketujuh dan Kedelapan

Agenda dalam pertemuan keenam, ketujuh dan kedelapan yang

dilakukan di Kecamatan Banjarsari ini adalah mempertemukan para pihak

yang bersengketa, yaitu antara 54 orang okupusan dan 15 orang pemegang

Page 78: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxviii

sertipikat Hak Atas Tanah yang diwakili oleh Suroso, Suwardi, dan Sholeh.

Berikut pemaparan mengenai pertemuan keenam, ketujuh dan kedelapan :

Pertemuan Keenam dilakukan pada tanggal 14 November 2006,

dimulai pukul 15.00 WIB dengan merumuskan permasalahan yang dihadapi,

yaitu adanya perpecahan dari pihak okupusan, dimana 33 orang sepakat untuk

melakukan pembayaran ganti rugi, sedangkan 21 orang (kubu 21) menolak

untuk memberikan ganti rugi. Setelah sekitar satu jam pertemuan

berlangsung, terjadi perdebatan yang sengit sampai-sampai salah satu peserta

dari kubu 21 keluar dari pertemuan. Akhirnya pada pukul 17.30 WIB pihak

kubu 21 bersedia membayar ganti rugi dimana besarnya ganti kerugian akan

dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan Ketujuh dilakukan pada pada tanggal 21 November 2006,

dimulai pukul 15.00 WIB. Dalam pertemuan kali ini Kantor Pertanahan

sebagai pihak mediator melakukan pendekatan kepada para pihak, antara lain

dengan tujuan untuk menetapkan kesepakatan harga, sehingga masing-

masing pihak tidak merasa dirugikan. Adapun kesimpulan dari pertemuan

ketujuh ini, yaitu :

a. Bahwa kubu 21 bersedia membayar ganti rugi asalkan besarnya ganti rugi

Rp 20.000/m2.

b. Pihak pemegang hak atas tanah juga bersedia memberikan ganti rugi

sebagai tali asih sebesar Rp 20.000/m2 kepada pihak okupusan agar

mereka menyerahkan tanahnya / mengosongkan tanah itu.

c. Penawaran dari mediator dengan ganti rugi sebesar antara Rp 20.000/m2

s/d Rp 50.000/m2 disesuaikan dengan luas tanah yang dikehendaki oleh

pihak okupusan.

d. Tiga puluh tiga (33) orang setuju dalam kesepatan yang diambil mengenai

ganti rugi antara pihak pemegang hak atas tanah dengan kubu 21.

Pertemuan Kedelapan dilakukan pada pada tanggal 28 November

2006, dimulai pukul 15.00 WIB. Pada pertemuan ini, dapat diambil

kesimpulan bahwa pihak pemegang hak atas tanah bersedia melepaskan hak

Page 79: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxix

atas tanahnya dengan ganti rugi sebesar antara Rp 20.000/m2 s/d Rp

50.000/m2 seperti yang ditawarkan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta

sebelumnya, disesuaikan dengan luas tanah yang dikehendaki oleh pihak

okupusan.

7. Pertemuan Kesembilan

Dari beberapa pertemuan mediasi yang dilakukan antara 54 orang

okupusan dan 15 orang pemegang sertipikat Hak Atas Tanah, akhirnya pada

tanggal 4 Desember 2006 bertempat di Kantor Pertanahan Kota Surakarta

dihasilkan sebuah kesepakatan diantara kedua belah pihak yang dituangkan

dalam Berita Acara Kesepakatan, yaitu :

a. Bahwa 15 orang selaku pemilik atau pemegang hak atas sebidang tanah

Hak Milik No. 8590, No. 9554, No. 8916, No. 8634, No. 8591, No. 8540,

No. 8972, No. 8755, No. 8561, No. 8589, No. 8754, No. 8860, No. 8588,

No. 8861, No. 8971 dengan luas keseluruhan + 2989 m2 yang

kesemuanya terletak di Kragilan Rt 08 Rw 024 Kalurahan Kadipiro,

Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta melalui kuasanya, Suwardi,

menyatakan melepaskan Hak Atas Tanahnya, dengan ganti rugi uang

sejumlah Rp 59.620.000 (lima puluh sembilan juta enam ratus dua puluh

ribu rupiah), masing-masing KK mendapatkan uang ganti rugi antara Rp

20.000/m2 s/d Rp 50.000/m2, sehingga tanahnya tersebut menjadi tanah

yang dikuasai langsung oleh negara dan sertipikat tidak berlaku lagi

sebagai tanda bukti yang sah.

b. Sebagai pihak yang melepaskan Hak Atas Tanah, mereka menjamin

bahwa :

1) Atas tanah tersebut tidak terkena sitaan dan tersangkut dalam suatu

perkara

2) Tanah tersebut tidak dibebani dengan Hak Tanggungan / tidak

dijadikan jaminan hutang dengan cara apapun

3) Tanah tersebut belum pernah dilepaskan / diserahkan kepada pihak

lain dengan cara apapun

Page 80: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxx

4) Tidak ada pihak lain yang turut mempunyai Hak Atas Tanah tersebut

5) Bahwa dengan kesepakatan ini, pemegang hak akan melepaskan hak

atas tanahnya, dan kemudian akan dimohonkan haknya oleh Tri

Warsito Purwatno, dan kawan-kawan (54 orang).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyelesaian sengketa pertanahan

di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta di atas, dapat

penulis analisa bahwa penyelesaian yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta tersebut telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai

fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Dalam hal ini, sebagai salah satu

wujud kepedulian dalam menangani konflik dan sengketa pertanahan yang

mempunyai implikasi langsung terhadap “korban” di bidang pertanahan, dalam

mengemban amanah untuk mengelola bidang pertanahan sesuai dengan Pasal 2

dan Pasal 3 huruf n Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 tentang

Badan Pertanahan Nasional, di tingkat Kabupaten / Kota, Kantor Pertanahan

Kota Surakarta, melalui Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara sebagaimana Tugas

Pokok dan Fungsinya dalam menyelesaikan sengketa pertanahan antara 54 orang

okupusan dengan 15 orang pemegang hak atas tanah tersebut, langkah yang

ditempuh salah satunya adalah pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan

konflik pertanahan melalui bentuk mediasi (Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala

BPN No 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan). Kemudian dasar penyelesaian

sengketa pertanahan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta ini

diperkuat lagi dengan pernyataan Kepala BPN-RI, Joyo Winoto, dalam pidato

sambutannya pada peringatan Hari Agraria Nasional dan peringatan UUPA ke-47

tanggal 24 September 2007, serta dalam pelantikan Deputi Bidang Pengendalian

Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat pada tanggal 29 Oktober 2007, yang

menyatakan bahwa jajaran BPN-RI harus mampu melakukan koordinasi secara

baik dan bermakna dengan seluruh jajaran Pemerintah Daerah dalam hal

pengawasan dan pengendalian atas 9 urusan pertanahan yang sekarang dikelola

daerah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang

Page 81: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxi

Pertanahan, di mana salah satunya yaitu mengenai penyelesaian sengketa tanah

garapan (Pasal 2 ayat (2) huruf e) dan saling mengisi dalam rangka mendukung

dan mempercepat proses pembangunan.

Kaitannya dengan unit kerja yang bertugas melakukan penanganan

penyelesaian masalah / sengketa pertanahan di tingkat Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya, juga telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

seperti yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata

Cara Penanganan Sengketa Pertanahan di mana dinyatakan bahwa penanganan

penyelesaian masalah / sengketa pertanahan di tingkat Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya ditugaskan kepada Kepala Seksi Hak Atas Tanah dengan

dibantu oleh pejabat/petugas terkait dari Kantor Pertanahan. Dan untuk lebih

menegaskan ketentuan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tersebut, maka

Kantor Pertanahan Kota mengeluarkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan

Kota Surakarta Nomor 570/724/2005 tentang Pembentukan Sekretariat

Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Surakarta, dengan

susunan keanggotaan yang terdiri dari : Kepala Seksi Hak-Hak Atas Tanah (ketua

merangkap anggota), Kepala Sub Seksi Penyelesaian Masalah Pertanahan

(sekretaris merangkap anggota), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (anggota),

Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah (anggota), Kepala Seksi

Penatagunaan Tanah (anggota), Kepala Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah

(anggota), Kepala Sub Seksi Rencana dan Bimbingan Penatagunaan Tanah

(anggota), Kepala Sub Seksi Penataan, Penguasaan dan Pemilikan Tanah

(anggota), dan Kepala Sub Seksi Pengukuran, Pemetaan dan Konversi (anggota).

Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai pihak mediator dalam

menyelesaikan sengketa antara 15 orang pemegang sertipikat dengan 54 orang

okupusan ini merupakan salah satu contoh dari tipe mediator autoritatif. Mediator

tipe ini biasanya mediator yang bekerja di instansi pemerintah. Dalam hal ini,

mediator adalah seseorang atau tim yang bekerja di instansi pemerintah. Ciri

mediator ini antara lain, kalau menjalankan tugasnya mereka berwenang

Page 82: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxii

membuat keputusan, tetapi mereka sendiri tidak ingin menggunakan kewenangan

itu, bersama-sama dengan para pihak mencoba mencari penyelesaian yang adil

dan menyeluruh dalam batas-batas kewenangan yang dimiliki, sedikit banyak

menggunakan pengaruh atau wibawa kewenangan untuk mempengaruhi para

pihak dan mempunyai sumber daya untuk membantu pemantauan dan

implementasi kesepakatan. Pada dasarnya mereka berusaha membantu pihak-

pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan diantara

mereka, tetapi si mediator sesungguhnya memiliki posisi yang kuat dan

berpengaruh, sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk

mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses mediasi. Namun, seorang mediator

autoritatif selama ia menjalankan peran sebagai mediator tidak menggunakan

kewenangan atau pengaruhnya itu karena didasarkan pada keyakinan atau

pandangannya, bahwa pemecahan yang terbaik terhadap sebuah kasus bukanlah

ditentukan oleh dirinya sebagai pihak yang berpengaruh atau berwenang, tetapi

harus dihasilkan oleh upaya-upaya pihak-pihak yang bersengketa sendiri.

B. Hasil Penyelesaian Sengketa Pertanahan Oleh Kantor Pertanahan Kota

Surakarta Sebagai Dasar Pemberian Hak Milik Kepada Okupusan Tanah di

Kragilan, Kadipiro

Berdasarkan hasil kesepakatan mediasi, di mana 15 orang pemegang

sertipikat Hak Atas Tanah dengan Hak Milik No. 8590, No. 9554, No. 8916, No.

8634, No. 8591, No. 8540, No. 8972, No. 8755, No. 8561, No. 8589, No. 8754,

No. 8860, No. 8588, No. 8861, No. 8971 bersedia melepaskan Hak Atas Tanah

mereka dengan menerima ganti rugi sebesar Rp 59.620.000 (lima puluh sembilan

juta enam ratus dua puluh ribu rupiah), masing-masing KK mendapatkan uang

ganti rugi antara Rp 20.000/m2 s/d Rp 50.000/m2, sehingga tanah yang

sebelumnya mereka miliki tersebut statusnya menjadi tanah yang dikuasai

langsung oleh negara, maka untuk dapat melaksanakan / merealisasikan

pemberian hak milik atas tanah tersebut kepada Tri Warsito Purwatno, dan

kawan-kawan (54 orang) berdasarkan surat permohonan hak milik yang mereka

ajukan, hasil dari kesepakatan mediasi tersebut harus diwujudkan dalam bentuk

Page 83: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxiii

akta kesepakatan terlebih dahulu oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta, yaitu

dalam bentuk Akta / Surat Pelepasan Hak Atas Tanah. Untuk itu, sebagai tindak

lanjutnya, pada tanggal 5 Desember 2006 dibuatlah Surat Pelepasan Hak Atas

Tanah oleh pihak okupusan melalui kuasanya (Suwardi) di hadapan Kepala

Kantor Surakarta dengan diketahui oleh Camat Banjarsari.

Setelah Surat Pelepasan Hak Atas Tanah itu dibuat, dengan

mempertimbangkan permohonan hak milik yang diajukan oleh pihak okupusan

(54 orang), kemudian surat pelepasan tersebut diajukan ke Kantor Pertanahan

untuk didaftarkan permohonan haknya. Selanjutnya, terhadap berkas-berkas

permohonan yang telah diajukan, dilakukan pemeriksaan dan penelitian oleh

Panitia Pemeriksaan Tanah “A” meliputi data fisik maupun data yuridis baik di

lapangan maupun di kantor dalam rangka penyelesaian permohonan pemberian

hak milik. Pemeriksaan dan penelitian oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A”

dilaksanakan untuk memperoleh kebenaran formal atas data yuridis dalam rangka

pemberian Hak Milik. Mengenai kebenaran materiil dari warkah / berkas yang

diajukan dalam rangka permohonan sepenuhnya merupakan tanggung jawab

pemohon.

Berdasarkan Pasal 2 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah,

susunan Panitia Pemeriksaan Tanah “A” terdiri dari :

1. Kepala Seksi Hak-Hak Atas Tanah atau Staf Seksi Hak-Hak Atas Tanah yang

senior dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya, sebagai Ketua

merangkap anggota;

2. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau Staf Seksi Pengukuran

dan Pendaftaran yang senior dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya,

sebagai Wakil Ketua merangkap anggota;

3. Kepala Seksi atau Staf Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah, Kepala Seksi

atau Staf Seksi Penatagunaan Tanah dari Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya dan Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan atau

aparat desa/kelurahan yang ditunjuk untuk mewakili, sebagai anggota;

Page 84: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxiv

4. Kepala Sub Seksi Pengurusan Hak-Hak Atas Tanah atau Staf Sub Seksi

Pengurusan Hak-Hak Atas Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya,

sebagai Sekretaris merangkap anggota;

Adapun susunan Panitia Pemeriksaan Tanah “A” dalam memeriksa dan

meneliti data fisik maupun data yuridis terhadap permohonan yang diajukan oleh

pihak okupusan, adalah sebagai berikut :

1. Ari Machkota : Kepala Seksi Hak Tanah dan

Pendaftaran Tanah Kantor

Pertanahan Kota Surakarta, selaku

ketua merangkap anggota.

2. Yudhi Riyarso : Kepala Seksi Survei, Pengukuran,

dan Pemetaan Kantor Pertanahan

Kota Surakarta, selaku wakil ketua

merangkap anggota.

3. Kuntadi : Kepala Sub Seksi Penetapan Hak

Tanah Kantor Pertanahan Kota

Surakarta selaku sekretaris

merangkap anggota.

4. Sunarko : Kepala Seksi Pengaturan dan

Penataan Pertanahan Kantor

Pertanahan Kota Surakarta selaku

anggota.

5. Naniek Suprijatni Urip Redjeki : Kepala Kalurahan Kadipiro selaku

anggota.

Berdasarkan Pasal 4 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah

ini, Panitia Pemeriksaan Tanah “A” mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Mengadakan penelitian terhadap kelengkapan berkas permohonan pemberian

Hak Milik, Hak Pengelolaan, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah

Negara dan permohonan pengakuan hak atas tanah;

Page 85: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxv

2. Mengadakan penelitian dan peninjauan fisik atas tanah yang dimohon

mengenai status, riwayat, keadaan tanah, luas, batas tanahnya dan hubungan

hukum antara tanah yang dimohon dengan pemohon serta kepentingan-

kepentingan lainnya;

3. Mengumpulkan data, keterangan/penjelasan dari para pemegang hak atas

tanah yang berbatasan;

4. Menentukan sesuai tidaknya penggunaan tanah tersebut dengan rencana

pembangunan daerah;

5. Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permohonan tersebut yang

dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah.

Dari hasil pemeriksaan, penelitian dan pengkajian data fisik maupun data

yuridis baik yang dilakukan oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A” tanggal 11

Desember 2006 guna mempertimbangkan pemberian hak atas tanah atas

permohonan hak milik yang diajukan oleh Tri Warsito Purwatno, dan kawan-

kawan 54 (lima puluh empat) orang pada tanggal 3 Oktober 2006 terhadap

bidang tanah dengan luas seluruhya + 3093 m2 (tiga ribu sembilan puluh tiga

meter persegi) yang terletak di Kampung Kragilan, Kalurahan Kadipiro,

Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, maka Panitia Pemeriksaan Tanah “A”

memberikan kesimpulan, antara lain :

1. Bahwa status tanah di Kampung Kragilan, Kalurahan Kadipiro, Kecamatan

Banjarsari Kota Surakarta merupakan tanah negara;

2. Bahwa terhadap permohonan ini pada saat Panitia “A” melaksanakan

peninjauan dilapangan, tidak diterima keberatan-keberatan dari pihak lain.

3. Bahwa tanah yang dimohon bukan merupakan obyek landreform;

4. Bahwa tanah tanah yang dimohon di atasnya terdapat bangunan rumah

tempat tinggal;

5. Bahwa tanah yang dimohon sampai saat ini dikuasai/digarap oleh pemohon;

6. Bahwa terhadap permohonan yang diajukan tersebut dapat diluluskan dengan

Hak Milik, dengan pertimbangan :

a. Status tanah tersebut adalah tanah negara.

Page 86: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxvi

b. Bahwa tanah yang dimohon di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal.

c. Bahwa tanah yang dimohon bukan merupakan objek landreform.

d. Bahwa tanah yang dimohon sampai saat ini dikuasai / digarap oleh

pemohon,

e. Bahwa terhadap permohonan tersebut dapat diluluskan dengan hak milik

dengan alasan :

1) syarat-syarat teknis administratif pemberian Hak Milik kepada

pemohon telah dipenuhi.

2) Pemohon memenuhi persyaratan yang berlaku sebagaimana dimaksud

dalam UUPA jo. PMDN/KBPN Nomor 9 Tahun 1999.

Dengan diluluskannya permohonan Hak Milik oleh Tri Warsito

Purwatno, dan kawan-kawan (54 orang), maka pada tanggal 21 Desember 2006,

Kantor Pertanahan Kota Surakarta mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kantor

Pertanahan Kota Surakarta No. 01-54-520.1-33-72-2006 tentang Pemberian Hak

Milik Kepada Tri Warsito Purwatno Dan Kawan-Kawan 54 (Lima Puluh Empat)

Orang Atas 54 (Lima Puluh Empat) Bidang Tanah Seluruhnya Seluas 3093 m2

Terletak di Kalurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Dalam

Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta No. 01-54-520.1-33-

72-2006 itu dinyatakan :

1. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta menerima pelepasan :

a. Hak Milik Nomor 8590/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Supono

seluas 208 m2.

b. Hak Milik Nomor 9054/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Djasmin

seluas 203 m2.

c. Hak Milik Nomor 8916/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Gunawan

suami Ny. Setia Hati seluas 200 m2.

d. Hak Milik Nomor 8634/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Anto

Susanto seluas 200 m2.

e. Hak Milik Nomor 8591/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sri Daryanti seluas 208 m2.

Page 87: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxvii

f. Hak Milik Nomor 8540/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny. Sri

Rusmini istri Sriyadi Haryanto seluas 200 m2.

g. Hak Milik Nomor 8972/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Helena

Hartatiningsih seluas 199 m2.

h. Hak Milik Nomor 8705/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sudarno

seluas 199 m2.

i. Hak Milik Nomor 8561/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama

Ngadimin seluas 196 m2.

j. Hak Milik Nomor 8589/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama

Widjiyanto seluas 196 m2.

k. Hak Milik Nomor 8704/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny.

Kustiyah seluas 196 m2.

l. Hak Milik Nomor 8860/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sumartini seluas 196 m2.

m. Hak Milik Nomor 8588/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sugiyarti

seluas 196 m2.

n. Hak Milik Nomor 8861/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

o. Hak Milik Nomor 8973/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

2. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta menghapus buku tanah dan daftar

umum lainnya :

a. Hak Milik Nomor 8590/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Supono

seluas 208 m2.

b. Hak Milik Nomor 9054/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Djasmin

seluas 203 m2.

c. Hak Milik Nomor 8916/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Gunawan

suami Ny. Setia Hati seluas 200 m2.

d. Hak Milik Nomor 8634/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Anto

Susanto seluas 200 m2.

Page 88: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxviii

e. Hak Milik Nomor 8591/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sri Daryanti seluas 208 m2.

f. Hak Milik Nomor 8540/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny. Sri

Rusmini istri Sriyadi Haryanto seluas 200 m2.

g. Hak Milik Nomor 8972/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Helena

Hartatiningsih seluas 199 m2.

h. Hak Milik Nomor 8705/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sudarno

seluas 199 m2.

i. Hak Milik Nomor 8561/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama

Ngadimin seluas 196 m2.

j. Hak Milik Nomor 8589/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama

Widjiyanto seluas 196 m2.

k. Hak Milik Nomor 8704/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Ny.

Kustiyah seluas 196 m2.

l. Hak Milik Nomor 8860/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Endang

Sumartini seluas 196 m2.

m. Hak Milik Nomor 8588/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Sugiyarti

seluas 196 m2.

n. Hak Milik Nomor 8861/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

o. Hak Milik Nomor 8973/Kalurahan Kadipiro terdaftar atas nama Suparno

seluas 196 m2.

yang terletak di Kalurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

dan menarik sertipikat dari peredaran.

3. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta memberikan Hak Milik kepada Tri

Warsito Purwatno, dan kawan-kawan 54 (lima puluh empat) orang, untuk

digunakan sebagai rumah tempat tinggal dengan ketentuan serta syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Segala akibat, biaya, untung dan rugi yang timbul karena pemberian Hak

Milik ini, maupun tindakan penguasaan atas tanah yang bersangkutan

Page 89: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

lxxxix

menjadi tanggung jawab sepenuhnya penerima hak, sesuai ketentuan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

b. Bidang tanah tersebut harus diberi tanda batas sesuai dengan ketentuan

peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta harus dipelihara

keberadaannya.

c. Penerima Hak Milik diwajibkan membayar lunas uang pemasukan kepada

negara melalui bendaharawan khusus / penerimaan Kantor Pertanahan

Kota Surakarta sebesar seperti yang tercantum dalam lampiran.

d. Tanah tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan

peruntukkannya dan sifat serta tujuan dari hak yang diberikan.

e. Mendaftarkan hak atas tanahnya kepada Kantor Pertanahan Kota

Surakarta dengan menyerahkan surat bukti pembayaran Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan bangunan dan surat setoran pajak.

f. Bila ternyata terdapat kekurangan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan bangunan, maka hal tersebut merupakan kewajiban penerima

hak untuk melunasinya.

Dengan didaftarkannya tanah hak milik tersebut, maka sebagai bentuk

penguatan hak oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dibuatkan sertipikat Hak

Atas Tanah. Dan pada tanggal 9 Maret 2007, sertipikat Hak Atas Tanah tersebut

diserahkan secara langsung oleh Joko Widodo (Walikota Kota Surakarta) kepada

Tri Warsito Purwatno, dan kawan-kawan 54 (lima puluh empat) di Kragilan Rt

08 Rw 024 Kalurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

Berdasarkan keterangan-keterangan / uraian-uraian tersebut di atas, dapat

penulis analisa bahwa dari hasil penyelesaian sengketa tersebut, perlu ditindak

lanjuti terlebih dahulu dengan pembuatan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah di

hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Surat Pelepasan Hak Atas

Tanah, menunjukkan bahwa di atas tanah tersebut pernah diterbitkan suatu hak,

sehingga dengan surat pelepasan hak dimaksud, maka hak atas tanahnya hapus

dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.

Page 90: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xc

Surat pelepasan tersebut menjadi kelengkapan berkas permohonan yang

merupakan syarat permohonan hak atas Tanah Negara sebagaimana diatur dalam

Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 9 Tahun 1999, antara lain keterangan mengenai tanahnya yang

meliputi data yuridis dan data fisik, yaitu surat-surat bukti pelepasan hak dan atau

akta pelepasan hak. Selanjutnya, oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A” dilakukan

pemeriksaan dan penelitian terhadap berkas-berkas permohonan baik data fisik

maupun data yuridis untuk diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Milik

Atas Tanah. Setelah diterbitkan Surat Keputusan, kemudian didaftarkan guna

memperoleh Sertipikat Hak Atas Tanah sebagai bentuk penguatan hak atas tanah

agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya.

Dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

dinyatakan bahwa “sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang

termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan

data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan”.

Dengan adanya pendaftaran tanah yang dimaksudkan untuk memberikan

kepastian hukum (rechts cadaster) dan perlindungan hukum bagi pemegang hak

atas tanah atau hak-hak lain yang telah terdaftar, untuk memberi informasi

kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan

mudah memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum

mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar, dan untuk terselenggaranya tertib

administrasi pertanahan (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah) sehingga pemegang hak yang bersangkutan dapat

dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang sempurna

dengan pemberian sertipikat hak atas tanah sebagai tanda bukti hak kepadanya.

Kendati pun demikian, pendaftaran tanah di dalam hukum tanah nasional

kita adalah menganut sistem pendaftaran hak (titles registrations) dengan sistem

publikasi yang bersifat negatif dengan mengandung unsur-unsur positif, hal ini

dibuktikan dengan ciri adanya akta tanah sebagai dasar pendaftaran dan sertifikat

sebagai tanda bukti hak yang merupakan salinan atas buku tanah yang merupakan

Page 91: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xci

buku induk di dalamnya memuat data fisik dan data yuridis bidang tanah

bersangkutan, bukan sistem pendaftaran akta (deeds registrations). Sebagai

konsekuensi terhadap sistem yang dianut UUPA ini maka jaminan kekuatan

hukum atas sertifikat sesuatu hak atas tanah yang diterbitkan adalah mempunyai

kekuatan hukum yang kuat karena merupakan alat pembuktian yang kuat

sepanjang dapat dibuktikan sebaliknya.

Di dalam sistem publikasi negatif ini, Negara tidak menjamin kebenaran

data yang disajikan. Tetapi walaupun demikian tidaklah dimaksudkan untuk

menggunakan sistem publikasi negatif secara murni. Hal tersebut tampak dari

pernyataan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, bahwa surat tanda bukti hak

yang diterbitkan berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Selain itu dari ketentuan-

ketentuan mengenai prosedur pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan

penyajian data fisik dan data yuridis serta penerbitan sertipikat tampak jelas

usaha untuk sejauh mungkin memperoleh dan menyajikan data yang benar,

karena pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum. Sehubungan

dengan itu diadakanlah ketentuan dalam ayat (2) ini. Ketentuan ini bertujuan,

pada satu pihak untuk tetap berpegang pada sistem publikasi negatif dan pada

lain pihak untuk secara seimbang memberikan kepastian hukum kepada pihak

yang dengan itikad baik menguasai sebidang tanah dan didaftar sebagai

pemegang hak dalam buku tanah, dengan sertipikat sebagai tanda buktinya, yang

menurut UUPA berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Kelemahan sistem

publikasi negatif adalah, bahwa pihak yang namanya tercantum sebagai

pemegang hak dalam buku tanah dan sertipikat selalu menghadapi kemungkinan

gugatan dari pihak lain yang merasa mempunyai tanah itu. Umumnya kelemahan

tersebut diatasi dengan menggunakan lembaga acquistieve verjaring atau adverse

possession. Hukum tanah kita yang memakai dasar hukum adat tidak dapat

menggunakan lembaga tersebut, karena hukum adat yang dapat digunakan untuk

mengatasi kelemahan sistem publikasi negatif dalam pendaftaran tanah, yaitu

lembaga rechtsverwerking. Dalam hukum adat jika seseorang selama sekian

waktu membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian tanah itu dikerjakan

orang lain yang memperolehnya dengan itikat baik, maka hilanglah haknya untuk

Page 92: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xcii

menuntut kembali tanah tersebut. Ketentuan di dalam UUPA yang menyatakan

hapusnya hak atas tanah karena diterlantarkan (Pasal 27, Pasal 34 dan Pasal 40

UUPA) adalah sesuai dengan lembaga ini. Dengan pengertian demikian, maka

apa yang ditentukan dalam ayat ini bukanlah menciptakan ketentuan hukum baru,

melainkan merupakan penerapan ketentuan hukum yang sudah ada dalam hukum

adat, yang dalam tata hukum sekarang ini merupakan bagian dari Hukum Tanah

Nasional Indonesia dan sekaligus memberikan wujud konkrit dalam penerapan

ketentuan dalam UUPA mengenai penelantaran tanah.

Page 93: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xciii

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan yang penulis

kaji, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan perundang-undangan

mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Dalam mengemban

amanah untuk mengelola bidang pertanahan sesuai dengan Pasal 2 dan Pasal

3 huruf n Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 di tingkat

Kabupaten / Kota, Kantor Pertanahan Kota Surakarta, melalui Seksi

Sengketa, Konflik dan Perkara sebagaimana Tugas Pokok dan Fungsinya

dalam menyelesaikan sengketa pertanahan antara 54 orang okupusan dengan

15 orang pemegang hak atas tanah, langkah yang ditempuh salah satunya

adalah pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan

melalui bentuk mediasi (Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala BPN No 4 Tahun

2006). Dasar penyelesaian sengketa pertanahan yang dilakukan oleh Kantor

Pertanahan Kota Surakarta ini kemudian diperkuat lagi dengan pernyataan

Kepala BPN-RI, yang menyatakan bahwa jajaran BPN-RI harus mampu

melakukan koordinasi secara baik dan bermakna dengan seluruh jajaran

Pemerintah Daerah dalam hal pengawasan dan pengendalian atas 9 urusan

pertanahan yang sekarang dikelola daerah sesuai dengan ketentuan Pasal 2

ayat (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 dan

saling mengisi dalam rangka mendukung dan mempercepat proses

pembangunan. Kaitannya dengan unit kerja yang bertugas melakukan

penanganan penyelesaian masalah / sengketa pertanahan di tingkat Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kotamadya, juga sesuai dengan peraturan perundang-

undangan seperti yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999

Page 94: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xciv

tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan dan Keputusan Kepala

Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor 570/724/2005 tentang

pembentukan Sekretariat Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor

Pertanahan Kota Surakarta.

2. Bahwa hasil penyelesaian sengketa pertanahan di Kragilan, Kadipiro oleh

Kantor Pertanahan Kota Surakarta melalui jalur mediasi ini dapat dijadikan

dasar pemberian hak milik kepada okupusan tanah di Kragilan, Kadipiro

setelah hasil mediasi tersebut ditindak lanjuti dengan pembuatan Surat

Pelepasan Hak Atas Tanah di hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kota

Surakarta terlebih dahulu. Kemudian dengan adanya pemohonan hak milik

dari pihak okupusan, maka Surat Pelepasan Hak Atas Tanah tersebut diajukan

ke Kantor Pertanahan untuk didaftarkan permohonan haknya, dan selanjutnya

oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A” dilakukan pemeriksaan dan penelitian

terhadap berkas-berkas permohonan baik data fisik maupun data yuridis

untuk diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Milik Atas Tanah. Setelah

diterbitkan, kemudian didaftarkan haknya guna memperoleh Sertipikat

sebagai bentuk penguatan hak atas tanah.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran-saran

yang ingin penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang penulis kaji.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah atau Badan Pertanahan Nasional segera menerbitkan

peraturan mengenai kewenangan Kantor Pertanahan dalam penyelesaian

sengketa tanah garapan.

2. Pemerintah Daerah atau Badan Pertanahan Nasional segera menerbitkan

peraturan mengenai mekanisme pemberian hak terkait dengan kewenangan

Kantor Pertanahan dalam penyelesaian sengketa tanah garapan.

Page 95: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xcv

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku

Boedi Harsono. 2002. Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah. Jakarta : Djambatan.

_____________. 2003. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta : Djambatan.

G. Kartasapoetra, dkk. 1991. Hukum Tanah, Jaminan Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Indonesian Institute for Conflict Transformation. 2006. Pelatihan Mediator. Jakarta : IICT.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2004. Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta : Kencana.

Munir Fuady. 2003. Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).

Subekti dan Tjitrosudibio. 2001. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Sudargo Gautama. 1993. Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria. Bandung : Citra Aditya.

Sudikno Mertokusumo. 2004. Penemuan Hukum (Sebuah Pengantar). Yogyakarta : Liberty.

Suyud Margono. 2004. ADR dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Tim KBBI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Winarno Surakhmat. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito.

Dari Internet

Fia S Aji. Penyelesaian Sengketa Pertanahan.

<http://fiaji.blogspot.com/2007/09/penyelesaian-sengketa-pertanahan-fia-s.html> (23 Februari 2008 pukul 18.30 WIB).

Page 96: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xcvi

http://bpn-solo.com/files/buku_PPAN_ISI.pdf (16 Februari 2008 pukul 20.00 WIB).

http://tanahkoe.tripod.com/bhumiku/id15.html (13 Maret 2008 pukul 19.30 WIB).

Dari Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrasi dan APS.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1998 tentang Perubahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai Atas Tanah untuk Rumah Tinggal yang Dibebani Hak Tanggungan menjadi Hak Milik.

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1997 jis. Nomor 15 Tahun 1997 dan Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Sederhana (RS).

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Tinggal.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Page 97: PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI KRAGILAN, …...ii persetujuan pembimbing penulisan hukum (skripsi) penyelesaian sengketa pertanahan di kragilan, kadipiro oleh kantor pertanahan

xcvii

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan.

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 1992 tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah.